seminar jiwa

Upload: ditaviolita

Post on 06-Jan-2016

214 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

jiwa

TRANSCRIPT

I. DEFINISIGangguan stress pasca trauma didefinisikan sebagai anxietas patologis yang biasanya timbul stelah seorang individu mengalami atau menyaksikan trauma berat yang menimbulkan ancaman terhadap integritas fisik atau nyawa dari individu tersebut atau orang lain.3 (T Allen Gore, MD, MBA, CMCM, DFAPA. 2011. Posttraumatic Stress Disorder. [cited 3 April 2012]. Available from: http://www.emedicinehealth.com/post-traumatic_stress_disorder_ptsd/article_em.htm

II. EPIDEMIOLOGIPrevalensi seumur hidup gangguan stress pasca trauma diperkirakan 8% populasi umum, walaupun suatu tambahan 5 sampai 15 persen mungkin mengalami bentuk gangguan yang subklinis. Di antara kelompok resiko tinggi yang merupakan anggota yang mengalami peristiwa traumatik, angka prevalensi seumur hidup terentang antara 5 sampai 75 persen. Kira-kira 30% veteran Vietnam mengalami gangguan stress pasca trauma, dan tambahan 25 persen mengalami bentuk gangguan subklinis. Walaupun dapat tampak pada segala usia, gangguan stress pasca trauma paling menonjol pada dewasa muda. Trauma untuk laki-laki biasanya pengalaman peperangan, sedangkan pada wanita paling sering adalah penyerangan atau pemerkosaan.4 (Kaplan, H. I., dkk. 2007. Synopsis of Psychiatry Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry. Ed 10. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.)Prevalensi gangguan stress pasca trauma pada pria adalah 3,6% dan pada wanita 9,7%. Hal ini menunjukkan bahwa wanita memiliki resiko yang lebih tinggi (2,6:1) untuk menderita gangguan stress pasca trauma.5(Jaimie L. Gradus, DSc, MPH. 2007. Epidemiology of PTSD. [citied 3 April 2012]. Available from: http://www.ptsd.va.gov/professional/pages/epidemiological-facts-ptsd.aspDi Indonesia telah terjadi berbagai macam kejadian yang dapat menimbulkan gangguan stress pasca trauma. Salah satu dari kejadian tersebut adalah tsunami yang terjadi di Aceh. Pada penelitian yang dilakukan pada 482 anak yang berusia antara 11 sampai 19 tahun yang mengalami tsunami, 54 anak (11,2%), 124 anak (25,7%), 196 anak (40,7%), 103 anak (21,4%), dan 5 anak (1%) secara berturut-turut menunjukkan none, mild, moderate, severe, dan very severe symptoms dari gangguan stress pasca trauma. Hasil dari studi ini menyimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi keparahan gejala gangguan stress pasca trauma adalah jenis kelamin, kehilangan orangtua, dukungan sosial yang rendah, dan respon somatik berat. Perempuan menunjukkan gejala gangguan stress pasca trauma yang lebih menonjol dibanding dengan laki-laki. Studi ini juga menyimpulkan bahwa usia dan tingkat pendidikan tidak mempengaruhi gejala gangguan stress pasca trauma.6 (E. N. Agustini BN MN4, H. Matsuo MD PhD. 2011. The prevalence of long-term post-traumatic stress symptoms among adolescents after the tsunami in Aceh. Journal . [cited 3 April 2012]. Available from: http://pubget.com/paper/21749561