sepi itu kejam

3
Sepi itu kejam??? Sebuah cerita tak terduga dari seorang perempuan yang dalam bekerja untuk membeli ilmu yang lebih dari taraf Sekolah Menengah Atas. Ia pun harus bekerja dalam penerangan bulan yang tak tentu kecerahannya. Bagaimana tidak, di pagi hingga sorenya ia harus menuai hasil dari bekerjanya yaitu “Ilmu”. Bukan tuntutan tapi lebih terhadap pemenuhan kebutuhan akan hausnya ilmu dunia dan akhirat. Ia bekerja sebagai tentor privat dengan bergabung di sebuah Bimbingan Belajar di daerah dekat ia mencari ilmu. Malangnya pada suatu ketika ia dalam perjalanan malam pulang mencari uang setelah privat seorang anak SD kelas 4 ia harus menemui sebuah keadaan yang mana sangat membuat ia trauma menghadapi kota. Selama ini “kerasnya kota” tidak ia rasakan, karena dibalik itu ia bisa mengambil banyak ibrah kehidupan dari keadaan yang ada. Dan kejadian malam itu ia pun baru menyadari “kerasnya kota” itu memang ada. Bagaimana tidak dalam perjalanan pulang yang bersamaan dengan rintikan air hujan, kilatan petir nampak terlihat hebat yang kebetulan ia harus melewati tanah perkuburan cina yang luas dan panjang. Tanpa berfikiran yang aneh-aneh, atau rasa takut karena harus melewati itu semua ia pun pulang dengan mengendarai sepeda plat B miliknya yang kebetulan belum ia mutasikan menjadi plat daerahnya sendiri. Namun malam itu tak seperti perjalanan yang biasa ia lakukan. Ia melupakan mantranya “shalawat” sepanjang jalan. Entah karena terburu oleh hujan atau memang baru banyak urusan dunia yang ia pikirkan waktu itu. Setelah melewati jembatan yang menghubungkan antara daerah tempat ia harus bekerja dengan kuburan cina nampak seorang laki- laki berkaos putih dan sepeda motor yang ia naiki sedang berhenti di dekat jembatan tersebut. Perempuan ini sempat bertanya dalam

Upload: wahyu-sejati

Post on 24-Jul-2015

69 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Sepi itu kejam

Sepi itu kejam???

Sebuah cerita tak terduga dari seorang perempuan yang dalam bekerja untuk membeli ilmu yang lebih dari taraf Sekolah Menengah Atas. Ia pun harus bekerja dalam penerangan bulan yang tak tentu kecerahannya. Bagaimana tidak, di pagi hingga sorenya ia harus menuai hasil dari bekerjanya yaitu “Ilmu”. Bukan tuntutan tapi lebih terhadap pemenuhan kebutuhan akan hausnya ilmu dunia dan akhirat. Ia bekerja sebagai tentor privat dengan bergabung di sebuah Bimbingan Belajar di daerah dekat ia mencari ilmu.

Malangnya pada suatu ketika ia dalam perjalanan malam pulang mencari uang setelah privat seorang anak SD kelas 4 ia harus menemui sebuah keadaan yang mana sangat membuat ia trauma menghadapi kota. Selama ini “kerasnya kota” tidak ia rasakan, karena dibalik itu ia bisa mengambil banyak ibrah kehidupan dari keadaan yang ada. Dan kejadian malam itu ia pun baru menyadari “kerasnya kota” itu memang ada. Bagaimana tidak dalam perjalanan pulang yang bersamaan dengan rintikan air hujan, kilatan petir nampak terlihat hebat yang kebetulan ia harus melewati tanah perkuburan cina yang luas dan panjang.

Tanpa berfikiran yang aneh-aneh, atau rasa takut karena harus melewati itu semua ia pun pulang dengan mengendarai sepeda plat B miliknya yang kebetulan belum ia mutasikan menjadi plat daerahnya sendiri. Namun malam itu tak seperti perjalanan yang biasa ia lakukan. Ia melupakan mantranya “shalawat” sepanjang jalan. Entah karena terburu oleh hujan atau memang baru banyak urusan dunia yang ia pikirkan waktu itu.

Setelah melewati jembatan yang menghubungkan antara daerah tempat ia harus bekerja dengan kuburan cina nampak seorang laki-laki berkaos putih dan sepeda motor yang ia naiki sedang berhenti di dekat jembatan tersebut. Perempuan ini sempat bertanya dalam hati “hari nampak hujan, kenapa masih saja nongkrong disitu kenapa tidak pulang, atau sedang menunggu pacarnya” tapi itu hanya sebatas pertanyaan dalam hati saja. Ia tak begitu was-was, karena memang telah terbiasa bersahabat dengan malam disetiap perjalanannya.

Biasanya ia mengendarai dengan kecepatan lebih 80-90 km/jam, namun entah kenapa kecepatan sepedanya tak sampai dengan angka itu. Mungkin lelah dan harus melawan tetesan hujan yang pedas jika mengenai mata. Tiba-tiba dari belakang ada suara sepeda hendak mendahuluinya, tidak terpikir apa-apa biasalah orang main ngebut di daerah itu karena jalannya yang sepi dan lapang. Ternyata ia mendekatkan sepedanya dengan sepeda perempuan tadi (dipepet) yha seperti orang mau menyrempet, ia mengira akan dicopet atau dijambret ternyata lebih buruk dari itu, sebuah senggolan yang bisa dikatakan pelecehan sex. Spotan ia pun berteriak “Astagfirullah…. Saru iku …” (saru:tidak sopan). Namun apa daya yang bisa ia lakukan selain menangis. Ditambah lagi dengan kunci sepeda yang jatuh.

Page 2: Sepi itu kejam

Beginikah perjuangan untuk mencari dahaga akan hausnya ilmu dunia dan akhirat. Sampai malam harus ia telusuri setiap harinya, dan sepi menjadi teman. Namun kenapa malah sepi menjadi kejam atau kota yang memang begitu adanya. Atau mungkin dunia yang mengacaukannya. Ah… terlalu banyak kemungkinan, yang pasti adalah peringatan atau teguran dari Yang Berkuasa Atas Langit dan Bumi. Terbutakan urusan dunia, kurangnya syukur, amanah yang masih tercecer dimana-mana, lupa syukur dan yang lainnya. Ya .. mau tak mau “muhasabah” lah yang menjadi jawaban semuanya. Namun dibalik itu semua, tetap ada yang harus ia syukuri.

Sedikit nasihat untuk saudariku perempuan siapapun kamu,

1. Jaga penampilanmu ketika hendak bepergian siang ataupun malam hari.2. Lepas semua perhiasan atau barang yang mungkin bisa menarik para penjahat fisik

maupun material diluar sana.3. Ingatlah yang Menghidupkan kamu selalu, doa doa dan doa.4. Jika membawa tas ransel maka pakailah tas ranselmu didepan agar terlindungi.5. Bawalah teman jika bepergian.6. Pakailah masker dan sarung tangan dalam berkendara (jauh atau dekat)7. Pilihlah jalur yang rame8. Minimalkan bepergian malam hari jika memang tidak untuk sesuatu yang penting.

Yha kurang lebih itu .. semoga kalian bisa mengambil pelajaran dan hikmah dari kejadian perempuan tadi.

True story (Mojo menjadi saksi-satu empat kali satu tiga)