serba-serbi agama hindu
DESCRIPTION
Adapun mengenai bahan-bahannya diambil dari upanishada-upanishada agama baik secara langsung maupun tidak langsung kami ikuti. Yang menjadi inti dari penyusunan buku ini adalah KURSUS GURU AGAMA HINDU DHARMA JAGATHITA yang diadakan pada tanggal 14 sampai dengan 28 Desember 1966, bertempat di Pura Lingsar Kabupaten Lombok Barat.TRANSCRIPT
-
1 |Serba-serbi Agama Hindu
SERBASERBASERBASERBA----SERBISERBISERBISERBI AGAMA HINDUAGAMA HINDUAGAMA HINDUAGAMA HINDU
(Catatan dari Kursus Agama Hindu Dharma (Catatan dari Kursus Agama Hindu Dharma (Catatan dari Kursus Agama Hindu Dharma (Catatan dari Kursus Agama Hindu Dharma Jagathita, 14Jagathita, 14Jagathita, 14Jagathita, 14----28 Desember 1966 28 Desember 1966 28 Desember 1966 28 Desember 1966 di Pura di Pura di Pura di Pura LingsarLingsarLingsarLingsar Lombok Barat)Lombok Barat)Lombok Barat)Lombok Barat)
Oleh :Oleh :Oleh :Oleh : I N SIKA WMI N SIKA WMI N SIKA WMI N SIKA WM
Editor : I Wayan PuspaEditor : I Wayan PuspaEditor : I Wayan PuspaEditor : I Wayan Puspa
-
2 |Serba-serbi Agama Hindu
Om, Swastyastu,
Sehubungan dengan desakan dari kawan-kawan kami (Keluarga Nitya
Swa Yoga Adnyana) yang mendesak terus untuk disusunkan sebuah buku
pengetahuan yang bersifat umum kepada kami, maka tiada alasan bagi kami
untuk menolaknya, walaupun kami menyadari akan diri kami yang betul-betul
masih gelap di bidang Agama. Namun dengan rasa pengabdian kepada agama
dan dengan perasaan bhakti kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa sehingga
atas kerthawarenugraha beliau, akhirnya buku ini dapat juga diselesaikan.
Adapun mengenai isinya dan susunannya sudah pasti belum memenuhi
persyaratan seperti apa yang diharapkan. Mengingat dengan isi dan
susunannya yang tidak berdasarkan suatu lontar atau buku tertentu, maka
buku ini kami beri nama SERBA SERBI AGAMA HINDU.
Adapun mengenai bahan-bahannya diambil dari upanishada-upanishada
agama baik secara langsung maupun tidak langsung kami ikuti. Yang menjadi
inti dari penyusunan buku ini adalah KURSUS GURU AGAMA HINDU
DHARMA JAGATHITA yang diadakan pada tanggal 14 sampai dengan 28
Desember 1966, bertempat di Pura Lingsar Kabupaten Lombok Barat.
Adapun yang memberikan Upanishada pada waktu itu ialah : Drs. Ida
Bagus Oka Punyatmaja, Drs. I Gusti Agung Putra, Ida Pedanda Putra
Kemenuh, I Nengah Sudharma, BA, dan Pemuka Agama se Pulau Lombok
antara lain Pedanda Gede Wayan Lebah, Pedanda Made Pidada dan lain-
lainnya.
Oleh karena seperti apa yang kami nyatakan bahwa penyusunan ini
berdasarkan pendengaran sudah jelas akan banyak kekurangan-kekurangan,
baik dalam menuliskan istilahnya maupun penjelasan-penjelasannya. Untuk
itu dengan penuh kerendahan hati yang tulus ikhlas kami mohon dengan
sangat dan hormat sudi apalah kiranya untuk memaafkannya serta
memperbaiki kesalahannya.
Semoga atas karunia Ida Sang Hyang Widhi Wasa buku kecil ini akan
dapat menggugah hati pembaca untuk mempelajari lebih jauh serta
-
3 |Serba-serbi Agama Hindu
mengadakan penyelidikan-penyelidikan agama yang lebih mendalam dan
meluas ataupun mengkhusus.
Atas perbaikan-perbaikan yang diberikan demi untuk memperbaiki isi
serta susunan buku ini, semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa akan
memberikan pahala yang setimpal dengan karma baik yang diperbuat.
Om, Shanti, shanti, shanti, Om.
Cakranegara, 27 Maret 1973
Penyusun
I N.SIKA WM
-
4 |Serba-serbi Agama Hindu
KUTIPAN DARI CERAMAH/BUKU-BUKU AGAMA
1. Agama ialah wahyu suci yang diturunkan oleh Tuhan untuk menuntun
umatnya agar menemukan hidup yang tenteram dan damai.
2. Tujuan agama ialah untuk tercapainya Jagathita dan Moksa.
3. Tiga kerangka dalam agama :
a. Tattwa atau filsafat.
b. Upakara dan upacara atau ritual.
c. Tata susila atau ethika
4. Tri Premana ialah tiga usaha untuk mempelajari agama :
a. Sabda Premana atau Agama Premana.
b. Anumana Pramana.
c. Pratyaksa Premana
5. Tri Premana ialah belajar dengan penuh kepercayaan akan sabda dari kitab-
kitab suci, Para Rsi dan orang-orang suci lainnya, dan para guru-guru yang
mengajarkan Agama. Dengan kepercayaan yang mendalam atas wejangan yang
diuraikan, dan orang yang mempelajari dengan cara demikian disebut
melakukan Sabda Premana atau sering disebut Agama Premana.
6. Anumana Pramana ialah belajar dengan menggunakan pemikiran yang logis
dengan jalan memperbandingkan pengetahuan satu dengan yang lain, gejala
yang satu dengan kenyataan yang ada. Cara yang dilakukannya itu ialah
Anumana Premana.
7. Pratyaksa Premana ialah belajar sendiri mencari kebenarannya dengan
mengamati langsung/menemukan sendiri kebenarannya. Hal inilah yang
paling penting dan paling sulit.
8. Panca Sradha ialah lima keyakinan sebagai umat Hindu :
a. Percaya adanya Brahman/Tuhan.
b. Percaya adanya Roh/Atma.
c. Percaya adanya Hukum Karma Phala.
d. Percaya adanya Punarbhawa.
e. Percaya adanya Moksa.
-
5 |Serba-serbi Agama Hindu
9. Brahman atau Tuhan :
Pandangan seorang Jnanin terhadap dirinya Tuhan, Sarva Idham Khalu
Brahman, artinya segalanya tak lain adalah Brahman. Dengan demikian berarti
semua yang ada maupun yang tidak berada (berwujud) yang sekala maupun
yang niskala, yang maya maupun yang sejati adalah Brahman. Dalam wujud
Brahman Purusa, beliau adalah merupakan sumber/asal dari jasmani dan
rohani, tetapi dalam wujud Brahman Ciwa beliau adalah sumber dari kekuatan
yang serba segala, baik kekuatan jasmani maupun kekuatan rohani atau
niskala dan sekala. Bila Brahman/Ciwa merupakan penyebab segala, beliau
merupakan Hukum Kodrat yang merupakan sakti/maya dan Prakerti. Prakerti
adalah perwujudan maya dari beliau (sekala). Tetapi bila Brahman/Ciwa tidak
terpengaruh oleh Prakertinya maka sifat beliau disebut Nirguna (Parama), dan
bila terpengaruh oleh Prakertinya disebut Saguna (Sada Ciwa).
10. Bagaimana Tuhan itu?
Anandi dan Ananda ialah tidak lahir dan tidak mati, dan tidak berawal dan
berakhir. Swayambhu artinya lahir dengan sendirinya. Nirguna
Brahman/Parama Ciwa sebagai roh (Parama) dari Bhuana Agung
(Macrocosmos) dan Jiwatman atau Atma (Ciwatma) adalah bagiannya dari
Parama Ciwa yang bersenyawa dengan sakti (kodrat) yang disebut Maya
Tattwa (Acetana). Dan pada Widhi Tattwa disebut Sada Siwa. Saguna Brahman
atau Iswara yang mengadakan Sresti dan Pralaya.
11. Sifat-sifat Brahman yang tercantum dalam Asteswarya :
a. Anima ialah sangat halus (kecil).
b. Lagima ialah sangat ringan.
c. Mahima ialah sangat besar.
d. Prapti ialah dapat dicapai/ditempuh.
e. Prakamaya ialah dapat memenuhi kemauannya.
f. Icitwa ialah merajai segala-galanya.
g. Wacitwa ialah menguasai segala-galanya.
h. Yatakamawasitwa ialah tidak dapat ditentang.
12. Kemahakuasaannya tercantum dalam Cadu Sakti
a. Wibhu Sakti artinya Maha Ada/memenuhi segala tempat.
b. Prabhu Sakti artinya Maha Kuasa/mempunyai sifat pelaksana Tri Sakti.
-
6 |Serba-serbi Agama Hindu
c. Jnana Sakti artinya Maha Tahu/mengetahui segala-galanya.
d. Kriya Sakti artinya Maha Bisa/dapat mengerjakan segala-galanya.
13. Brahman dengan segala macam sebutannya :
a. Widhi sebagai yang menguasai jagat/alam.
b. Yamadipati sebagai Pelindung Keadilan.
c. Paramaswara sebagai raja diraja dari alam.
d. Iswara sebagai Yang Maha Kuasa.
e. Tri Murti sebagai tiga kekuatan/kehidupan.
f. Dan lain sebagainya.
Adapun nama yang diberikan kepada Brahman ialah tiada lain daripada
untuk menunjukkan fungsi dan kewajiban beliau dalam mengendalikan alam
jagat raya (Tribhuana).
14. Untuk itu ada beberapa ungkapan yang disebutkan antara lain :
a. Ekam Ewa Adhityam Brahman artinya Brahman Tuhan itu hanya satu tak
ada duanya.
b. Ekam Sat Wipra Bahuda Wadanti artinya Tuhan itu Tunggal, orang
bijaksana menyebutnya bermacam-macam/berlainan.
c. Sarwa Idam khalu Brahman artinya semua itu adalah Brahman/Tuhan.
15. Tri Murti beserta dengan Aksaranya.
a. Brahma sebagai pencipta alam beserta isinya dan dalam aksara ditulis
dengan huruf A dan dengan sifat Utpati.
b. Wisnu, sebagai pemelihara/pengendali/pengatur alam beserta isinya, ditulis
dengan huruf U dan dengan sifat Sthiti.
c. Iswara (Ciwa Rudra) sebagai pemerelina alam beserta isinya, dan ditulis
dengan huruf M dan dengan sifat Pralina.
16. Brahman dalam Wyapi Wyapaka, dimaksudkan ialah tak lain dari penjelasan
istilah-istilah yang lalu, yang menyatakan bahwa Tuhan meresapi keseluruhan
ciptaannya, baik yang nyata maupun yang tidak nyata dan pada segala-
galanya.
17. Tattwamasi yang berarti engkau adalah aku yang nantinya akan merupakan
sumber ajaran kasih sayang dan kesamaan.
18. Tri Purusa : Ciwa, Parama Ciwa, Sadha Ciwa.
-
7 |Serba-serbi Agama Hindu
19. Brahmanda Tattwa ialah berarti Brahman artinya Tuhan dan Anda berarti
telur. Brahmanda Tattwa artinya semua yang ada ini (semua planet-planet,
bintang-bintang, surya, manusia, binatang dan lain-lainnya berasal dari
telurnya Tuhan.
20. Wujud dari sifat-sifat Tuhan dapat diambil kesimpulannya dari keharmonisan
berjuta-juta perbedaan wujud, rupa, bentuk dan sifat-sifat di dunia ini.
21. Ida Sang Hyang Widhi Wasa ialah perwujudan dari Saguna Brahman yang akan
menciptakan adanya Tri Murti dan ditulis dengan huruf OM.
22. Hal ini akan didapat dalam kitab suci Weda, seperti Reg Weda, Sama Weda,
Yayur Weda, Atharwa Weda, Bhagawad Gita dan lainnya.
23. Contoh-contoh yang menunjukkan bahwa Tuhan adalah melebihi dari segala
ciptaannya :
Beliau adalah awal, pertengahan dan akhir dari semua
makhluk/ciptaan-Nya.
Di antara Aditya adalah Wisnu.
Di antara Maruta adalah Marici.
Di antara Bintang adalah Bulan.
Di antara Weda adalah Sama Weda.
Di antara Dewa adalah Indra.
Di antara indra dan pikiran adalah Cetana (kesadaran).
Di antara Rudra adalah Sankara.
Dan lain-lainnya masih banyak jika disebutkan.
24. Untuk menyebutkan lagi secara fungsi beliau, Dewa Smara, Wasuki, Winata,
Rama, Gangga, Atma, Dialektika, Brihatsaman (syair pujaan), Gayatri,
Wasudewa, Arjuna, Wyasa, dan lain-lain.
25. Atma Tattwa ialah ilmu yang mempelajari pengetahuan bahwa di dalam diri
kita ada roh yang disebut Atma.
26. Di dalam diri manusia terdiri dari dua badan, yang disebut badan
kasar/jasmani (Stula sarira) dan badan halus/rohani (Suksma sarira).
27. Suksma Sarira juga disebut Citta.
28. Citta setelah bersatu dengan stula sarira dan telah dijiwai oleh Atman
(Jiwatman) barulah manusia dikatakan hidup.
-
8 |Serba-serbi Agama Hindu
29. Citta bersatu dengan Pancatanmatra, baru dikatakan roh setelah
dihidupkan/dijiwai oleh Atman.
30. Citta dan Stula sarira disebut Predana.
31. Atman disebut Purusa.
32. Citta dan Pancatanmatra disebut dengan Predana dari roh dan Atman disebut
Purusanya. Kesatuannya itu disebut badan astral atau suksma sarira.
33. Sifat roh tidak terikat oleh suka-duka. Pada roh hanya terdapat hasil
perbuatan pada waktu masih hidup. Yang dibawa oleh roh ialah yang disebut
Karma Wasana.
34. Karma Wasana ialah hasil perbuatan yang dibuat sewaktu masih hidup, baik
sekala (lahiriah) niskala (rohaniah) yang disebut cubha-acubha karma.
35. Oleh karena karma wasana yang dibawa pada waktu mati dan untuk mengisi
segala keinginannya, maka sang roh itu harus lahir lagi (numitis). Sebab tanpa
lahir kembali sudah pasti sang roh itu tak akan dapat memenuhi keinginannya
(citta).
36. Karma phala ialah hasil dari setiap karma yang diperbuat, yang terdorong oleh
keinginan pasti akan berpahala. Tidak sesuatu perbuatanpun tanpa pahala,
baik itu perbuatan baik maupun perbuatan yang tidak baik. Hal ini tidak dapat
disembunyikan karena akan melekat pada Citta, sehingga adanya Punarbhawa.
37. Karma phala ada tiga macam :
a. Sancitta, adalah hasil perbuatan yang dulu yang dibawa sekarang.
b. Kriyamana, hasil perbuatan sekarang dan dinikmati pada kelahiran yang
akan datang.
c. Prarabda, hasil perbuatan sekarang dan dinikmati sekarang juga.
38. Punarbhawa (tumimbal lahir, reinkarnasi) ialah :
Apabila sang roh memasuki jabang bayi untuk lahir ke dunia, untuk
memuaskan keinginan-keinginan yang terdahulu. Dengan kelahiran itu si roh
akan dapat menghapuskan atau menghilangkan karma wasana yang melekat
pada citta atau mungkin untuk menambahnya.
39. Sebabnya tidak diketahui bahwa kita telah berulang kali lahir ke dunia ini,
disebabkan oleh karena balutan-balutan dari karma wasana yang
menyebabkan kita lupa (awidya).
-
9 |Serba-serbi Agama Hindu
40. Untuk menghilangkan balutan-balutan yang membalut Atman, hendaknya
orang harus melakukan Samadhi.
41. Moksa ialah juga disebut Mukti pada waktu orang masih hidup.
Pada waktu orang masih hidup, apabila telah dapat melepaskan diri dari
ikatan-ikatan yang ditimbulkan oleh nafsu keinginan, dan telah terbebas oleh
pengaruh suka-duka, senang atau benci, penuh dengan pengertian kesamaan
dari kedua pengaruh rwabhineda. Keadaan ini disebut Moksa atau Mukti. Pada
waktu mati Moksa adalah satunya Atman dengan Brahman.
42. Tri Antah Karana ialah tiga unsur pokok yang menyebabkan pergerakan
di dalam diri.
a. Citta budhi.
b. Manah.
c. Ahamkara.
43. Yang menerima rangsangan (gambar) ialah manah dan budhi yang
mengolahnya sehingga betul-betul jelas kelihatannya dengan bantuan
kekuatan ahamkara.
44. Citta terdiri dari :
a. Budhi ialah yang mengadakan/mengolah empat buah ini (b, c, d, e).
b. Manah ialah alam pikiran dari akal dan perasaan.
c. Ahamkara ialah sifat panca tanmatra sebagai tenaga kekuatan (ego).
d. Panca budhindrya ialah yang melakukan pencerapan/tanggapan yaitu :
1) Caksundrya : alat penglihatan.
2) Crotendrya : alat pendengaran.
3) Ghranendrya : alat penciuman.
4) Jihwendrya : alat pengecap.
5) Twakindrya : alat perasaan (rabaan).
e. Panca karmendrya adalah alat motorik sebagai penggerak di dalam diri kita,
seperti :
1) Panindrya : gerakan tangan.
2) Padendrya : gerakan kaki.
3) Wakendrya : gerakan mulut.
4) Payundrya : gerakan anus.
5) Pastendrya : gerakan kemaluan.
-
10 |Serba-serbi Agama Hindu
45. Agama Sruti artinya ialah :
a. Wahyu yang suci yang diucapkan atau ditulis oleh orang-orang yang telah
suci pribadinya.
b. Jalan hidup yang luhur dan agung yang dapat menuntun ke arah kesucian
bathin dalam menuju kedamaian abadi.
c. Alat-alat yang dipergunakan untuk mengadakan hubungan antara manusia
dengan Tuhan.
46. Kitab-kitab yang termasuk dalam agama Sruti :
a. Catur Weda : Reg Weda, Sama Weda, Yayur Weda dan Atharwa Weda.
b. Samhita : Kitab-kitab Brahmana (yang mengatur cara-cara hidup beragama
dengan upakara/upacara, Aranyaka dan Upanisada (tattwa tentang
hubungan roh dengan Brahman).
47. Kitab-kitab yang termasuk dalam Smerti :
a. Sarasamuscaya.
b. Sesana : Rsi Sesana, Ciwa Sesana, Aji Sesana, Putra Sesana, Wrdhi Sesana,
Sila Krama, Cumbuana Sesana.
48. Untuk itu perlu diingat Rsi-rsi yang mengabdikan diri untuk kebesaran
Agama :
a. Bhagawan Wyasa : penyusun Weda dan Mahabharata (sebagai Nabi Agama
Hindu).
b. Bhagawan Wasista : Brahma Rsi.
c. Bhagawan Wiswamitra : Raja Rsi.
d. Gargi : Rsi Wanita.
e. Walmiki : Penyusun Ramayana.
f. Walkia : Yadnya Rsi.
g. Waisampayana : penyusun Smerti dari Weda dan kitab suci lainnya.
h. Agastya : penyebar agama Hindu di Indonesia.
i. Dwijendra : penyebar agama Hindu di Bali, Lombok dan terkenal dengan
nama-nama Bhatara Sakti Wau Rauh, Pangeran Sangupati dan Tuan
Semeru di Sumbawa.
j. Mpu Kuturan : perencana Pura-Pura di Bali pada waktu zaman
pemerintahan Raja Markandya, dan beliau dilambangkan denga menjangan
seluang atau sering disebut Pesimpangan Majapahit.
-
11 |Serba-serbi Agama Hindu
49. Cerita-cerita keagamaan yang dianggap suci:
a. Mahabharata oleh Bhagawan Wyasa.
b. Ramayana oleh Bhagawan Walmiki.
c. Sutasoma oleh Mpu Tantular.
d. Arjuna Wiwaha oleh Mpu Kanwa.
e. Dan lain-lainnya.
50. Alam jagat raya ini terjadi secara evolusi mulai dari ether (Brahmanda) dan
dengan Yoga dan Yadnyanya dari Brahman dengan memutarnya maka
terbentuklah planet/bumi, binatang, tumbuh-tumbuhan, benda-benda
lainnya, manusia dan sebagainya yang menjadi isi dari jagat raya ini.
Terciptanya jagat raya ini disebut Sresti.
51. Setelah terciptanya jagat raya ini, dengan Yoga pula dalam mengatur serta
memutarnya dengan terus menerus secara evolusi juga untuk mengembalikan
ke asalnya (Brahman, ether). Dan setelah kembali ke asalnya disebut Pralaya.
Pralaya ialah lenyapnya jagat raya ini.
52. Suatu contoh : misalnya seekor laba-laba yang mengeluarkan benang dari
pantatnya untuk membuat jaring-jaring rumahnya dan setelah itu benang-
benang jaring tadi ditariknya kembali melalui pantatnya pula masuk ke dalam
perutnya.
53. Terjadinya manusia :
Tubuh manusia terdiri dari :
a. Jasmani (stula sarira) yang terdiri dari Panca Mahabhuta.
b. Citta (suksma sarira) yaitu alam pikiran dan perasaan.
c. Atman yang menjadi sumber hidup.
54. Panca Mahabhuta terdiri dari :
a. Akasa : udara.
b. Teja : sinar, api.
c. Bayu : angin.
d. Apah : air.
e. Prtiwi : tanah.
-
12 |Serba-serbi Agama Hindu
55. Panca Mahabhuta :
I Sapta Loka : 1) Satya Loka, 2) Maha Loka, 3) Jana Loka, 4) Tapa Loka, 5) Swah Loka, 6) Bhuwah Loka, 7) Bhur Loka
II Sapta Patala : 1) Petala, 2) Ne Tala, 3) Ni Tala, 4) Maha Tala, 5) Su Tala, 6) Tata Tala, 7) Rasa Tala
III Sapta Parwata (Nama Gunung)
: 1) Ni Sada, 2) Mahawan, 3) Ganda Madana, 4) Melaya Mahidara, 5) Tri Srengga, 6) Windya, 7) Mahameru
IV Sapta Arnawa
(air)
: 1) Tasik Tok, 2) Tasik Kilang, 3) Tasik Asin, 4) Tasik minyak
5) Tasik Madu, 6) Tasik Susu, 7) Tasik Pahen
V Sapta Dwipa : 1) Jambu Dwipa, 2) Kusa Dwipa, 3) Sangka
Dwipa, 4) Salma Dwipa, 5) Meda dwipa, 6) Spaska Dwipa, 7) Kroda Dwipa
56. Panca tanmatra : (1) Sabda tan matra, (2) Rupa tan matra, (3) Ganda tan matra,
(4) Rasa tan matra, (5) Sparsa tan matra.
57. Sad Rasa : (1) Manis, (2) Pahit, (3) Pakeh, (4) Masam, (5) Sepet, (6) Nyeri.
58. Sapta Atma : (1) Atma, (2) Antaratma, (3) Paramatma, (4) Niratma, (5) Adhyatma,
(6) Niskalatma, (7) Sunyatma.
59. Orang yang mati itu ialah apabila stula sariranya (jasmani) telah ditinggalkan
oleh rohnya.
60. Cetana adalah sifat Purusa dari Brahman/Ciwa atau juga merupakan alam
kesadaran. Sifat Purusa adalah Jiwatman dari alam semesta yang merupakan
semua ciptaannya, yang nantinya akan disebut Parama Ciwa dalam Widhi
Tattwa.
61. Acetana adalah sifat Predana atau maya atau alam semesta yang mempunyai
sifat awidya dan akan melahirkan Prakerti. Sifat Predana juga disebut Sada
Ciwa dalam Widhi Tatwa yang akan menciptakan alam jagat raya ini.
62. Widhi Suksma ialah yang mempelajari sifat-sifat kegaiban dari Brahman (Ida
Sang Hyang Widhi Wasa). Di dalamnya juga akan didapati mengenai alam
pikiran, perasaan sedih dan gembira. Oleh karena itu dikatakan mempelajari
hana tan hana dan kekuatan /sakti dari Ida Sang Hyang Wihi Wasa.
63. Agama sebagai pendidikan :
a. Swarga cyuta adalah ketentraman bathin di dalam penjelmaan.
b. Neraka cyuta adalah penderitaan bathin di dalam penjelmaan.
c. Moksa adalah kebebasan bathin (ananda).
-
13 |Serba-serbi Agama Hindu
64. Tri Hita Karana ialah tiga sebab yang menyebabkan adanya kesejahteraan,
yaitu :
a. Tuhan/Brahman sebagai sumber.
b. Manusia sebagai pelaksana (isinya).
c. Alam/dunia sebagai tempat.
65. Masyarakat Hindu dibagi menjadi Catur Warna, yang nantinya berubah
menjadi catur wangsa. Hal ini dimaksudkan agar dalam melaksanakaan fungsi
sosial yang dibagi-bagi menjadi empat fungsi sehingga menghasilkan kerja
yang maksimal. Pembagian ini adalah menurut fungsi kerjanya tetapi lama
kelamaan berubah menjadi menurut keturunannya.
Adapun Catur Warna itu :
a. Brahmana sebagai pemegang agama/Ketuhanan.
b. Ksatrya sebagai penegak kebenaran (Pemerintah).
c. Wesya sebagai pengatur kehidupan (ekonomi).
d. Sudra sebagai pelayan di dalam pelaksanaan (perburuhan).
66. Untuk melaksanakan agama ada tiga jalan yang disebut Trimarga, yaitu :
a. Bhakti Marga, suatu jalan untuk mencapai kesempurnaan (dharma dan
moksa) dengan jalan sujud bhakti kehadapan Tuhan (Iswara).
b. Karma Marga, suatu usaha atau jalan untuk mencapai kesempurnaan
dengan jalan melakukan kebajikan tanpa mengharapkan jasa (pamerih).
c. Jnana Marga, suatu usaha atau jalan untuk mencapai kesempurnaan
dengan jalan mempergunakan kebijaksanaan dalam pengetahuan
kebenaran (filsafat).
67. Catur Yoga adalah merupakan teknik pelaksanaan dari Tri Marga, yaitu :
a. Bhakti Yoga : lihat Bhakti Marga.
b. Karma Yoga : lihat Karma Marga.
c. Jnana Yoga : lihat Jnana Marga.
d. Raja Yoga : latihan kebathinan dengan melakukan tapa brata dan Samadhi
seperti tercantum dalam Astangga Yoga.
68. Yoga adalah suatu pemusatan pikiran dalam sikap dan gerak baik secara
lahiriah maupun bathiniah yang dijiwai dan ditujukan kepada
Tuhan/Brahman.
-
14 |Serba-serbi Agama Hindu
69. Di dalam kehidupan ada yang disebut Catur Purusa Artha, yaitu :
a. Dharma ialah kewajiban-kewajiban yang harus dilaksanakan sebagai
manusia individu, sosial dan sebagai umat yang beragama Hindu.
b. Artha ialah suatu alat-alat (materi) yang akan dipakai/dipergunakan untuk
mencapai tujuan atau juga sebagai alat dalam melaksanakan dharma.
c. Kama atau juga disebut keinginan sebagai tenaga pendorong untuk berbuat
guna memenuhi keinginan-keinginan.
d. Moksa ialah merupakan tujuan terakhir yaitu kebebasan atau kebahagiaan
abadi (Ananda).
Catur Purusa Artha sering juga disebut Catur Warga.
70. Sering juga hanya dilakukan tiga saja yang disebut Tri Purusa Artha : dharma,
artha dan kama.
71. Tri Guna adalah tiga sifat yang selalu ada pada setiap orang :
a. Satwam ialah sifat yang luhur yang tidak mau terikat oleh dunia maya (sifat
suksma).
b. Rajah ialah sebagai tenaga pendorong untuk melakukan perbuatan-
perbuatan untuk memenuhi keinginan.
c. Tamah ialah sifat awidya/gelap yang hanya mementingkan hidup
jasmaniah.
72. Tingkat-tingkat kehidupan seseorang yang beragama Hindu disebut Catur
Asrama, yaitu :
a. Brahmacarya : masa belajar sebelum memasuki perkawinan.
b. Grhasta : kehidupan berumah tangga (berkeluarga)
c. Wanaprastha : hidup di hutan sebagai seorang pertapa yang juga disebut
mengundurkan diri dari kehidupan yang ramai.
d. Bhiksuka atau sanyasin : kehidupan dengan mengatasi segala godaan-
godaan dunia serta selalu mengheningkan cipta dan menghubungkan diri
dengan Tuhan.
73. Macam pekawinan ada tiga macam.
a. Sukla Brahmacarya : tidak kawin seumur hidup.
b. Krishna Brahmacarya : boleh kawin dengan empat isteri.
c. Sewala Brahmacarya : kawin hanya satu kali saja.
-
15 |Serba-serbi Agama Hindu
74. Tri Kaya Parisudha ialah tiga pelaksanaan di dalam kehidupan sehari-hari.
a. Manacika : perbuatan pikiran yang baik.
b. Wacika : perbuatan mulut/pembicaraan yang baik
c. Kayika : perbuatan jasmani/tingkah laku yang baik
75. Prawertining Tri Kaya.
a. Prawertining Kaya.
1) Paradara : persetubuhan sewenang-wenang.
2) Himsa : membunuh atau menyiksa.
3) Astya : mencuri.
b. Prawertining Wak.
1) Ujar apargas : berkata yang kasar
2) Ujar nitya : berkata tidak jujur.
3) Ujar pisuna : suka memfitnah.
4) Ujar ala : berkata yang kotor.
c. Parwertining Manah.
1) Tan mamituwu ananing dharma : tidak percaya adanya Tuhan.
2) Dengki ring druwening len : irihati.
3) Ri kroda ri sarwa tattwa : tidak senang dengan semua nasehat.
76. Dari perhitungan prawertining Tri Kaya yang angka bilangannya menunjukkan
angka : 3 x 3 x 4 x 3 = 108, artinya angka itu menunjukkan jumlah mala leteh
yang harus dientas pada waktu ngaben oleh pendeta, dengan mempergunakan
mantram Ginitri.
77. Tri Kaya Parisudha sering juga diganti sebutannya menjadi idep, sabda dan
bayu.
78. Ragadwesa adalah musuh yang ada dalam diri sendiri yang menyusahkan diri
sendiri.
79. Sadripu yaitu enam musuh yang ada pada diri :
a. Kama : dorongan keinginan.
b. Moha : loba akan segala-galanya.
c. Matsarya : irihati terhadap orang lain.
d. Dwesa : dengki.
e. Mada : suka mencela/sombong.
f. Krodha : suka marah
-
16 |Serba-serbi Agama Hindu
80. Sadripu sering berhubungan dengan :
a. Tresna : ikatan badan (tanah).
b. Bhaya : takut keinginan itu tak terpenuhi.
c. Nidra : sifat gelap/awidya.
d. Madana : ikatan nafsu.
e. Dwesa : dendam.
f. Alasya : sifat malas.
81. Dengan adanya Sad Ripu akhirnya ada Sad Atatayi :
a. Agnida : membakar milik orang lain.
b. Wisada : meracun.
c. Atharwa : melakukan ilmu sihir.
d. Sastraghna : mengamuk.
e. Dratikrama : memperkosa.
f. Rajapisuna : memfitnah (sampai mengakibatkan kematian orang).
82. Sapta Timira ialah tujuh macam kegelapan atau kemabukan :
a. Surupa : mabuk karena rupa tampan.
b. Dana : mabuk karena kekayaan
c. Guna : mabuk kerena kepandaian
d. Kulina : mabuk karena keturunan, kebangsawanan
e. Yowana : mabuk karena keremajaan
f. Sura : mabuk karena kekuatan
g. Kasuran : mabuk karena kemenangan
83. Tuhan sebagai penguasa arah (penjuru) yang sering disebut Tuhan pada fungsi
(Astadala) :
a. Dewa Brahma di Selatan : (SA)
b. Dewa Rudra di Baratdaya : (NA)
c. Dewa Mahadewa di Barat : (BA)
d. Dewa Sangkara di Barat laut : (MA)
e. Dewa Wisnu di Utara : (TA)
f. Dewa Sambhu di Timur laut : (SI)
g. Dewa Icwara di Timur : (A)
h. Dewa Maheswara di Tenggara : (WA)
i. Dewa Ciwa di Tengah : (I dan YA)
-
17 |Serba-serbi Agama Hindu
84. Dewa Nawasangha dengan segala perlengkapannya :
a. Dewa Iswara : Cakti Bhatari Gangga, warna putih, senjata Bajra, kendaraan
Lembu, logam perak, tempat Purwa.
b. Dewa Brahma : Cakti Bhatara Swabya, warna merah, senjata dandha,
logam tembaga, kendaraan wilmana, tempat Daksina.
c. Dewa Mahadewa : Cakti Bhatara Gorinatha, warna kuning, senjata pasa,
logam emas, kendaraan merak, tempat Pascime.
d. Dewa Wishnu: Cakti Bhatara Cri, warna hitam, senjata Cakra, logam besi
baja, kendaraan Garuda, tempat utara.
e. Dewa Maheswara: Cakti Bhatara Laksmya, warna dadu, senjata dupa,
logam tembaga putih, tempat Gnea.
f. Dewa Rudra: Cakti Bhatara Shantanya, warna jingga, senjata musala,
logam aswasa, tempat neriti.
g. Dewa Sangkara: Cakti Bhatara Yanca, warna hijau, senjata angkus, logam
perunggu, tempat wayabhya.
h. Dewa Sambhu: Cakti Bhatara Uma, warna biru langit, senjata trisula,
logam besi putih, tempat ersanya.
i. Dewa Ciwa: Cakti Bahtara Gayatri, warna brumbun, tempat Madya.
85. Dewa asalnya dari kata dhyu yang artinya sinar.
Dewa yang berarti memberi penerangan untuk mencapai kebahagiaan. Bhatara
asalnya dari kata bhatra artinya yang memberikan kekuatan/perlindungan.
Dewa Bhatara maksudnya yang memberikan penerangan pikiran serta
kekuatan dan perlindungan untuk berbuat agar tercapainya kebahagiaan
abadi. Ida Sanghyang Widhi artinya yang mengetahui segala-galanya.
86. Panca warna ditempatkan menurut arahnya :
a. Merah di Selatan
b. Kuning di Barat
c. Hitam di Utara
d. Putih di Timur
e. Brumbun (campuran) di Tengah
87. Tri Warna menurut Dewanya :
a. Merah, Dewa Brahma : Selatan
b. Putih, Dewa Iswara/Ciwa : di Tengah
-
18 |Serba-serbi Agama Hindu
c. Hitam, Dewa Wishnu : di Utara
88. Dwi warna menurut badan/sifat :
a. Merah : Kama abang /Predane
b. Putih : Kama Petak/Puruse
89. Dengan adanya ini maka timbul adanya upakara dan upacara sebagai
pelaksanaan dari pada Agama dengan tempat-tempat persembahyangannya
serta waktu melaksanakannya.
90. Alat-alat itu ialah :
a. Pura sebagai tempat mengadakan persembahyangan
b. Mantram dengan tulisan tulisannya
c. Banten sebagai persembahan (Yadnya), korban
d. Tata cara sebagai etikanya.
e. Waktu, yang tepat untuk melakukan upacara.
91. Pura adalah rumahnya Tuhan (Ida Sanghyang Widhi Wasa) dengan segala
manifestasinya, sebagai tempat kita menghadap (tangkil) untuk menunjukkan
rasa bakti. Hal yang seperti ini disebut mengadakan persembahyangan/
pengebaktian.
92. Padmasana artinya padma adalah bunga teratai (astadala) dan sana adalah
sthananya beliau. Astadala adalah 8 (delapan) lembar daun bunga teratai.
93. Pekarangan Pura dibuat ialah untuk membatasi tempat wilayah beliau, karena
beliau dimanifestasikan sebagai manusia. Pekarangan Purapun dibagi juga
yang menunjukan pembagian dari wadah beliau (carira). Ada yang dibagi
menjadi empat bagian, tiga bagian, dua bagian dan hanya satu bagian.
94. Pura Puseh pada umumnya dibagi menjadi empat bagian (pelebahan) yang
diurut dari luar sampai ke dalam.
a. Pelebahan satu baru masuk, dapat diandaikan sebagai pakaian, tan leketing
mala.
b. Pelebahan dua sebagai stule carira.
c. Pelebahan tiga sebagai suksma carira.
d. Pelebahan empat sebagai empat sebagai Atman carire.
95. Pintu gerbang juga menunjukkan simbul :
a. Pintu gerbang candi bentar - Ardhacandra.
b. Pintu gerbang Paduraksa - Windhu.
-
19 |Serba-serbi Agama Hindu
c. Pintu gerbang candi Nada.
96. Ruang dalam Pelinggih juga mempunyai arti :
a. Satu ruang menunjukkan kesatuan (Sang Hyang Tunggal).
b. Dua ruang menunjukkan Puruse-Predane, (Dewa-Dewi).
c. Tiga ruang menunjukkan tiga kekuatan (Trimurti).
97. Pelinggih Sthana :
a. Meru atau semua Pelinggih yang beratapan adalah pemujaan Dewa Bhatara,
Dewa Pitara yang mempunyai sifat tanpa pamrih.
b. Padmasana, sanggar Agung dan lain-lain Pelinggih yang tidak beratap
adalah pemujaan Ida Sanghyang Widhi Wasa dengan sifat tanpa pamrih.
c. Tumpang ialah sifat dalam kedudukan atau arah.
98. Para Dewa sering digambarkan dengan patung-patung dengan segala macam
corak serta rupanya dan dengan segala macam perhiasannya :
a. Kelamin laki dan perempuan menunjukkan sifat puruse dan predhana,
dengan sebutan Dewa-Dewi.
b. Dewa sebagai pemenuhan kekosongan bathin dan Dewi sebagai pemenuhan
kekosongan badan.
c. Rupa yang angker adalah sifat ke Mahakuasaan beliau yang harus ditakuti,
dan rupa yang cantik mengandung sifat penuh dengan kasih sayang serta
penolong dalam kemelaratan serta kebodohan.
d. Perhiasan dan serba perlengkapannya adalah menyimbulkan pengetahuan
yang dibawa atau yang akan diajarkan.
e. Jumlah muka menunjukkan saksi dari beliau.
f. Kendaraan, senjata, warna dan lain sebagainya.
99. Dewi Saraswati dengan segala simbul yang dibawa :
a. Wanita cantik adalah merupakan kesenangan dunia sehingga tiada
seorangpun yang tidak akan tertarik kepadanya
b. Wina alat musik sebagai alat penghibur di kala kesusahan
c. Ginitri--genta adalah membimbing jiwa manusia untuk menghubungkan
dirinya kehadapan Ida Sanghyang Widhi Wasa.
d. Kropak tempat lontar merupakan wadah dari semua ilmu pengetahuan.
e. Burung merak melambangkan kekuatan/wibawa yang ampuh untuk
mengalahkan sifat awidya.
-
20 |Serba-serbi Agama Hindu
f. Bunga teratai adalah simbul dari ketuhanan.
g. Swan-angsa adalah kebijaksanaan yang tinggi di dalam memilih yang
benar.
100. Kahyangan tiga alam :
a. Perepatan : Dewa Brahma
b. Gunung : Dewanya Wisnu
c. Laut : Dewanya Ciwa Rudra
101. Kahyangan Tiga (Desa Adat):
a. Pura Desa : Dewanya Brahma
b. Pura Puseh : Dewanya Wisnu
c. Pura Dalem : Dewanya Ciwa/Durga
102. Sad Kahyangan :
a. Pura Desa
b. Pura Puseh
c. Pura Segare
d. Pura Bedugul/Ulun Swi
e. Gunung.
103. Sad Kahyangan (khusus Pura di Bali).
a. Pura Lempuyang
b. Pura Andakasa
c. Pura Batu Karu
d. Pura Batur
e. Besakih Sambhu
f. Pura Gunung Mangu
104. Untuk ini dapat diperhatikan mengenai rumah adat di Bali:
a. Bale Gede di Timur
b. Dapur di Selatan
c. Pintu pekarangan di Barat Daya menghadap ke Selatan.
d. Sekenem di Barat.
e. Gunung rata di Utara.
f. Sanggah atau Merajan di Timur Laut
105. Pura Nawasanga khusus di Bali :
Satu sampai dengan enam sama dengan sad khayangan No. 103.
-
21 |Serba-serbi Agama Hindu
a. Pura Uluwatu
b. Guwalawah
c. Besakih Pusat
106. Sebagai pelaksanaan dari wacika (ucapan) dipergunakan mantram, ucapan
Weda dan ucapan-ucapan suci lainnya dengan bermacam-macam bahasa
dan kata-kata serta cara pengucapannya. Isi dari mantram ialah
merupakan katakata pujian dan permohonan kepada beliau baik yang
berupa sloka maupun yang terurai (susunan bebas).
107. Pengertian Mantram adalah :
Man artinya pikiran, dan tra artinya sarana atau alat. Mantram berarti
alat atau sarana untuk mencapai ketenangan pikiran.
108. Mantram juga sering ditulis dengan huruf-huruf sandhi yang merupakan
simbul wujud dari Tuhan dalam bentuk tulisan. OM atau ONGKARA
simbul Tuhan.
109. Beberapa pengertian aksara (huruf sandhi) :
ANG artinya Wyapaka, Ia yang ada di mana-mana yang meresapi segala-
galanya. ANG juga berarti Brahma sebagai pencipta dari segalanya.
UNG artinya hyranya garba dan wyapi wyapaka maksudnya Ia yang
mengandung/memelihara segala-galanya pula. UNG juga berarti Wishnu
yang memelihara/mengatur/mengendalikan dunia dan segala isinya.
MANG artinya Nitya dan Sarwadnya, Ia yang kekal dan Maha tahu/Maha
kuasa serta memaklumi seluruhnya. MANG juga berati Icwara yang
berarti melebur dan mengembalikan ke asalnya.
110. Sebagai pelaksanaan dari persembahan (Yadnya) dipergunakan bebanten.
Bebanten ialah yadnya yang berupa materil yang dibuat dan diatur serta
disusun menurut seni budaya serta keakhlian, yang merupakan simbul
dari ucapan-ucapan Weda yang mengandung tatwa/filsafat mengenai
wujud dari beliau dalam Maya, baik sebagai macrocosmos maupun
microcosmos.
-
22 |Serba-serbi Agama Hindu
111. Guna bebanten
a. Sebagai alat peraga dari Weda.
b. Sebagai alat yadnya dan terima kasih.
c. Sebagai alat sugesti beragama dan beryadnya.
112. Contoh contoh bebanten sebagai alat peraga :
a. Itik sebagai budi Satwam.
b. Ayam sebagai budi Rajah.
c. Babi sebagai budi Tamah.
d. Tumpeng sebagai jiwa yang bersih dan mantap.
e. Nasi pangkon sebagai jiwa yang belum mantap.
f. Nasi sambeh menunjukkan pikiran yang buyar.
g. Daksine lambang Tripurusa.
h. Prayascitta sebagai penghukuman diri.
113. Contoh-contoh bebanten sebagai alat yadnya:
Dengan mengadakan yadnya materiil itu berarti bahwa dirinya tidak mau
dikatakan sebagai pencuri miliknya Tuhan dan juga tidak mau mengakui
bahwa benda-benda yang dimiliki adalah miliknya sendiri. Oleh karena itu
sebagai tanda terimakasih dipersembahkan kepada beliau dan sebagai
penyalur dikorbankan untuk orang lain.
114. Pengertian yadnya adalah merupakan simbolis dari pada bentuk
pengorbanan yang dilaksanakan dengan ketulusan hari dan tanpa
meminta balasan jasa.
115. Sesuai dengan tujuan yadnya maka ada panca yadnya:
a. Dewa Yadnya yang ditujukan kepada para dewa yang merupakan tanda
terimakasih atas pemberian beliau, yang akan diminta kembali dengan
harapan semoga Tuhan memberkahinya.
b. Pitra Yadnya yang ditujukan kepada leluhur ataupun kepada orang tua
sebagai guru rupaka untuk menunjukkan rasa bhakti terhadap leluhur.
c. Rsi Yadnya yaitu yadnya yang ditujukan kepada para rsi, pendeta, guru
dan semua yang memberikan hidup kerokhanian/pikiran, sebagai tanda
terima kasih dan balas budi yang telah diterimanya.
d. Manusia Yadnya yaitu yadnya yang ditujukan kepada sesama manusia
sebagai pemunculan timbal balik.
-
23 |Serba-serbi Agama Hindu
e. Bhuta Yadnya ialah yadnya yang ditunjukkan kepada sekalian bhuta
kala, semua binatang dan benda-benda mati lainnya sebagai tanda
terima kasih atas bantuan yang diberikan kepadanya.
116. Bentuk Yadnya :
a. Berupa benda-benda material.
b. Berupa bantuan tenaga.
c. Berupa pengorbanan pikiran dan perasaan.
117. Untuk pelaksanaan di dalam menentukan besar kecilnya yadnya
ditentukan sebagai berikut :
I. Utama :
a. Utamaning utama--mewah sekali.
b. Madyaning utamacukup mewah.
c. Nistaning utamaagak mewah.
II. Madnya :
a. Utamaning madya--lebih dari cukup.
b. Madyaning madya--cukup.
c. Nistaning madyaagak cukup.
III. Nista :
a. Utamaning nistalebih dari kurang.
b. Madyaning nistakurang.
c. Nistaning nistakurang sekali.
118. Untuk itu mengingat dengan hasil usaha yang menjadi kekayaan yang
dimiliki, pembagian penggunaannya :
a. Sepertiga untuk keperluan keluarga.
b. Seperrtiga untuk keperluan dharma/Agama/Sosial.
c. Sepertiga untuk tetap menjadi modal.
119. Di samping Panca Yadnya sebagai tujuan tempat beryadnya, ada juga
Panca yadnya yaitu lima yadnya yang harus dikorbankan :
a. Drweya-yadnya : mengorbankan harta benda yang dimiliki.
b. Tapa yadnya : mengekang hawa nafsu.
c. Swadhyaya yadnya : melatih diri, berusaha sendiri.
d. Yoga yadnya : pengorbanan diri dengan yoga.
-
24 |Serba-serbi Agama Hindu
e. Jnana yadnya : mengorbankan ilmu pengetahuan.
120. Wujud dari bebanten terdiri dari :
a. Terdiri dari bahan makanan.
b. Terdiri dari daun dan bunga.
c. Wadah (tempat dari isi yang tadi).
121. Danapunya : pemberian :
a. Drewya dana : mengorbankan yang dimiliki.
b. Pria dana : mengorbankan kepentingan diri sendiri.
c. Carira dana : mengorbankan jiwa sendiri.
122. Bahan-bahan makanan melambangkan dari isi alam yang mengandung
Panca Mahabutha yang membuat diri kita atau stula carira, seperti : jajan,
daging, buah-buahan, yang ke semuanya adalah analisa anatomi.
123. Kembang (bunga-bungaan) melambangkan sari-sari alam pikiran kita
(suksme) yang memberikan kepuasan rohani yang sempurna, dan terdiri
dari : bunga- bungaan, daun-daunan, wangi-wangian dan lain-lainnya.
124. Wadah melambangkan dunia tempat kita hidup atau tubuh kita sebagai
wadah dan dunia tempat kita hidup.
125. Ke tiga hal di atas ini adalah merupakan uraian analisa anatomi badan
kasar dan suksme. Susunannya dan bentuk-bentuknya serta cara
mengaturnya disesuaikan dengan seni budaya atau kreasi setempat,
misalnya di Bali dengan segala keindahannya. Alas dari tiap-tiap tingkatan
juga merupakan wadah dari tiap unsur-unsur yang nanti akan
menimbulkan adanya jejahitan dengan segala bentuk dan bahan yang
dipergunakan. Oleh karena itu seni budaya Agama Hindu di Bali betul-
betul merupakan satu pegangan hidup yang harmonis.
126. Tiga macam binatang yang dipergunakan sebagi pengisi banten adalah
penjelmaan dari Triguna :
a. Itikkarena dapat memilih sari-sari makanan di tempat air keruh
sekalipun, maka dipakai simbul dari budhi Satwam.
b. Ayamadalah sebangsa burung yang mempunyai kekuatan terbang dan
juga hidupnya di darat sebagai binatang peliharaan, dan juga tidak
memilih makanan asal perutnya terpenuhi. Maka dia dilambangkan dari
budhi rajah. Biasanya ditempatkan pada banten pajegan.
-
25 |Serba-serbi Agama Hindu
c. Babiadalah melambangkan budhi tamah, karena babi mencari
makanan dengan cara merusak tanah tempat ia mencari makan. Itu
berarti untuk memenuhi kepentingannya sendiri dengan kegelapannya
ia tidak segan-segan berbuat tanpa menghiraukan kepentingan orang
lain ataupun kepentingannya sendiri. Ini biasanya dipergunakan pada
waktu bayar kaul.
127. Caru adalah merupakan korban yang ditujukan kepada bhuta kala.
128. Jenis caru (bahan-bahan yang dipergunakan untuk caru) :
a. Sagan.
b. Nasi manca-warna.
c. Ayam manca warna.
d. Binatang berkaki empat : anjing, kambing, kerbau.
e. Dan lain-lain.
129. Di dalam melakukan pecaruan dan bebanten lain, dipergunakan tiga
macam zat cair :
a. Air (tirtha) yang ditujukan kepada Tuhan.
b. Alkoholyang ditujukan kepada Dewa.
c. Darah yang ditujukan kepada Bhuta.
130. Tiga jenis alkohol :
a. Berem, Merah, Brahma.
b. Tuwak, Putih, Icwara.
c. Arak, Hitam, Wishnu.
131. Tri sinanggeh Guru :
a. Guru rupaka : Ibu dan bapak.
b. Guru pengajian : Guru-guru yang mengajarkan Agama dan
pengetahuan lainnya.
c. Guru Wisesa : Pemerintah.
132. Yang boleh disebut guru rupaka yaitu :
a. sarira kretahmemberikan badan jasmani.
b. anadata---yang member makanan.
c. pranadata---yang menolong jiwa.
-
26 |Serba-serbi Agama Hindu
133. Yadnya kepada Pitra melalui upacara :
a. Sawe preteka.
b. Atma preteka.
134. Sawe preteka :
a. Dikubur : pengembalian jasmani keasalnya dengan jalan
menguburkan. Jalannyanya itu sangat lambat, dan mungkin
timbul ekses-ekses yang tidak baik :
1) Menimbulkan penyakit.
2) Sering dibongkar oleh orang yang bermaksud tidak baik.
3) Menimbulkan hal-hal lain bila waktu menanamnya tidak
dipenuhi syarat-syarat yang diperlukan.
b. Dibakar : pengembalian jasmani ke asalnya dengan cepat dan aman.
135. Atma preteka:
a. Atma dari sawe yang dibakar cepat diambil oleh Prajapati (Brahma),
dan dengan abunya sebagai jasmani diserahkan oleh pendeta
kepada yama (Siwa), dan abunya dihanyut ke laut (Wishnu).
b. Ngeroras untuk menyucikan pitra.
c. Maligie, dan seterusnya.
136. Tirtha yang diperlukan untuk atma preteka (pada waktu ngaben) :
a. Tirtha pemanah yang diberikan oleh santhana atau anaknya, yang
diambil dari air mengalir (sungai) pada waktu tengah malam.
Tujuannya ialah untuk menunjukkan rasa bhakti dan pengorbanan
untuk mengangkat leluhurnya ke tingkat yang lebih baik.
b. Tirtha pengentas adalah merupakan pengantar roh ke asalnya, yang
biasanya dilakukan oleh pendeta.
c. Juga dapat dimintakan wasuh pada pura-pura yang bisa
dikunjunginya.
137. Ngaben ialah merupakan upacara sawe preteka dan atma preteka, yang
merupakan lanjutan dari rasa bhakti kita kepada leluhur/keluarga
semoga mendapatkan tempat yang baik. Ngaben adalah merupakan pitra
yadnya. Dalam hal ini yang terpenting adalah sembah dari
sentana/keluarga.
-
27 |Serba-serbi Agama Hindu
138. Untuk melakukan upacara agar benar-benar dapat dilakukan dengan
tertib maka dibuatlah aturan-aturan tertentu yang harus dilaksanakan.
Hal ini dapat disebut upacara (cara-cara melaksanakannya dan upakara
bahan-bahan atau alat-alat yang diperlukan dengan bentuk-bentuk yang
tertentu pula.
139. Desa, Kala, Patra yang disebut Trisamaya atau tiga perjanjian yang perlu
diperhatikan :
a. Desa : harus menuruti tempat kita berada dan tempat diadakannya
upakara dan upacara.
b. Kala : harus menuruti waktu yang baik, tepat, sehingga tidak
mungkin akan timbul hal-hal yang tidak diinginkan.
c. Patra : harus diperhatikan kondisi pada waktu itu, di tempat itu,
mengenai masyarakatnya, orang yang akan melakukannya, kepada
ekonominya dan suasana pada waktu itu.
140. Oleh karena itu ada yang disebut adat :
Adat adalah alat penghubung antara manusia satu dengan lainnya yang
diturunkan oleh orang-orang tuanya kepada keturunannya yang
diturunkan hidup bermasyarakat. Sifat dari adat adalah elastis artinya
dapat berubah mengikuti perkembangan zaman.
141. Upacara adat adalah upacara-upacara yang diwariskan oleh leluhur-
leluhur kita kepada keturunannya untuk dilakukan semestinya dengan
tidak mengabaikan Desa, Kala, Patra.
142. Upacara agama ialah upacara-upacara yang diwajibkan oleh agama dan
harus dilakukan. Hal-hal ini telah dijelaskan di dalam Weda-Weda dan
kitab Suci lainnya.
143. Dalam hal melakukan upacara-upakara harus diperhatikan :
a. Bentuk lahiriah
b. Sikap bathin
144. Bentuk lahiriah :
a. Kayika : tingkah laku
b. Wacika : kata-kata yang dipakai
c. Dhana : materi yang dipakai
-
28 |Serba-serbi Agama Hindu
145. Sikap bathin :
a. Manacika : pikiran yang suci bersih
b. Perasaan bhakti yang tulus
c. Iman yang teguh
146. Catur dharma :
a. Dharma karya
b. Dharma santosa
c. Dharma jati
d. Dharma rahayu
147. Dharma karya :
a. Cri adalah lambang kecantikan dan kebahagiaan yang merupakan
cantiknya Brahma sebagai kekuatan materiil yang disimbolkan
dengan padi dan kapas.
b. Sedana adalah hasil-hasil materiil (kekayaan) yang diperoleh dengan
cara :
1) Sekaya : bersama-sama (sekehe)
2) Akaskaya : dengan kekuatan sendiri.
3) Gunakaya : dengan keahlian tertentu
148. Guna kaya terbagi menjadi :
a. Guna adalah menguasai pekerjaan secara mendalam.
b. Wiguna adalah mengetahui pengetahuan bekerja.
c. Sarwa guna dapat menguasai seluruh pekerjaan.
149. Sarwaguna :
a. Guna pacul : sebagai petani
b. Guna budagara : sebagai pedagang
c. Guna astakosala : sebagai ahli bangunan
d. Guna astakosali : sebagai pandai besi
150. Tribhoga :
a. Bhoga : pangan
b. Upa bhoga : sandang
c. Pari bhoga : perumahan
151. Sikap duduk asana :
a. Padmasana : sila penyu, Kamalasana
-
29 |Serba-serbi Agama Hindu
b. Sidhasana : bajrasana (sikap duduk orang perempuan).
c. Swastikasana : sila lempehardhasana
d. Sukhasana : yang dapat dilakukan/bebas
e. Padasana : sikap berdiri
152. Pranayama :
a. Puraka : menarik napas
b. Kumbaka : menahan napas
c. Recaka : mengeluarkan napas
153. Tujuh hal pokok dalam dharma :
a. Sila adalah tata tertib hidup dalam masyarakat dan atau dalam hal
melakukan upakara upacara
b. Yadnya adalah korban yang dipersembahkan dengan tulus ikhlas
c. Tapa brata adalah cara mencari kebenaran sejati dengan melakukan
ujian-ujian badani atau rohani
d. Dhanam adalah berdana punia berdasarkan perarasaan welas asih
e. Prawarajia adalah mengadakan penyucian diri/pikiran dengan pergi
ke gunung (wanaprastha) untuk melepaskan pengaruh dari
kekuasaan indrianya
f. Yoga adalah cara pemusatan pikiran/gerak untuk menghubungkan
diri dengan Tuhan
g. Bhiksukha/Sanyasin adalah meninggalkan kehidupan duniawi/
melepaskan pengaruh dunia
154. Triparartha :
a. Asih : welas asih kepada seluruh makhluk
b. Punia : berkorban/berdana kepada seluruh makhluk
c. Bhakti : penuh dengan perasaan ketulusan hati tanpa pamrih
155. Catur Paramita :
a. Metri (meta) adalah cinta terhadap makhluk
b. Karuna adalah welas asih kepada semua makhluk yang sedang
menderita
c. Mudhita adalah ikut bergembira terhadap semua yang sedang
bergembira
-
30 |Serba-serbi Agama Hindu
d. Upeksa adalah menyamakan diri terhadap semua makhluk dan
keadaan yang berbeda.
156. Astangga-Yoga :
a. Yama brata
b. Niyama brata
c. Asana adalah sikap melakukan yoga
d. Pranayama adalah pengaturan pernapasan
e. Pratayahara menarik kembali indra-indra yang menyeleweng
f. Dharana adalah menetapkan titik konsentrasi
g. Dyana adalah mengadakan konsentrasi
h. Samadhi adalah renungan penunggalan dengan Tuhan
157. Titik konsentrasi atau ekagrata atau Petitis :
a. Trikuta adalah konsentrasi antara kedua alis
b. Anahata adalah konsentrasi pada jantung
c. Nasikagara dhresti granashika- ujung hidung
158. Arya Astanggika marga :
a. Dhresti adalah berbuat benar
b. Kalpana adalah berpikir terang
c. Wacana adalah berbicara benar
d. Karmanta adalah berbuat benar
e. Arjawa adalah berusaha yang benar
f. Wirya adalah pergaulan yang benar
g. Samriti adalah berpengetahuan yang benar
h. Samadhi adalah melakukan tapa brata yang benar
159. Dasa Sila
a. Tapa adalah menahan diri, melepaskan segala kesenangan duniawi
b. Brata adalah melakukan perbuatan suci.
c. Yoga adalah mengadakan latihan-latihan jiwa untuk
menghubungkan diri dengan Tuhan.
d. Samadhi adalah mengheningkan cipta (renungan suci).
e. Shanti adalah adalah pikiran yang damai.
f. Sanmati adalah pikiran yang baik dan halus.
g. Maitri adalah perasaan cinta terhadap sesama.
-
31 |Serba-serbi Agama Hindu
h. Karuna/Karuni adalah berkelakuan baik dan sopan.
i. Mudhita adalah berperasaan suka cita.
j. Paramartha adalah melakukan pengabdian.
160. Dasa Dharma :
a. Dhriti : kepuasan dan keteguhan Tuhan
b. Kshama : hati yang pemurah
c. Dhama : menguasai diri
d. Satya : jujur
e. Indranigraha : mengendalikan indrya
f. Hree : menyesali perbuatan yang salah.
g. Widya : haus akan pengetahuan.
h. Asteya : tidak mencuri.
i. Akrodha : tidak marah.
j. Asanahaya : jangan ragu bila ingin berbuat kebaikan.
161. Yama Brata :
a. Ahimsa : tidak melakukan pembunuhan.
b. Satya : berbicara benar (yang sebenarnya).
c. Asteya : tidak mencuri.
d. Brahmacharya : mengtuasai seluruh aktivitas badan.
e. Subyawahara : berkelakuan yang baik dan halus (sopan).
162. Niyama Brata :
a. Shoca : menyucikan diri.
b. Santosha : menentramkan diri.
c. Swadhaya dan guru sushrusha : mengejar pengetahuan.
d. Tapa : menguasai diri/mengekang indrya.
e. Akrodha : tak pernah marah.
163. Catur Prawerti :
a. Ajarwa : selalu benar, jujur, tulus ikhlas.
b. Anrasamsha : tidak mementingkan diri sendiri (Tan swarta kewala,
parartha).
c. Dhama : tahu mengenal diri (wruh mituturi awaknia).
d. Indrianingraha : mengekang hawa nafsu (kakreting indrya).
-
32 |Serba-serbi Agama Hindu
164. Panca Satya :
a. Satya hredhaya : setia akan keluhuran budi.
b. Satya wacana : setia akan kata kata.
c. Satya laksana : setia akan setiap perbuatan.
d. Satya samaya : setia akan janji.
a. Satya mitra : setia akan sahabat/kawan
165. Waktu melakukan persembahyangan/Yadnya :
a. Nitya karma : setiap hari.
b. Naimittika karma : pada waktu tertentu.
166. Nitya karma, ialah persembahyangan yang dilakukan tiga kali sehari
(Trisandya) dan Panca Yadya.
167. Naimittika Karma, ialah persembahyangan dan perbuatanperbuatan
suci pada kesempatankesempatan tertentu sebagai Samskara
(upacara), Brata (Tapa), Prayaschitta (menghukum badan apabila terjadi
perbuatanperbuatan yang melanggar kesucian)
168. Waktu untuk Dewa Yadnya atau persembahyangan yang ditujukan
kehadapan Ida Sanghyang Widi Waca dengan berbagai manifestasinya
disebut Hari Raya (Usaba, Odalan, Pujawali).
169. Persembahyangan adalah suatu cara untuk menyampaikan ucapan
terimakasih kepada yang mengadakan alam serta isinya (Brahman) dan
penting juga untuk memupuk rasa cinta bhakti kehadapan Ida
Sanghyang Widhi serta tahu berterimakasih.
170. Adapun hari raya-hari raya itu ialah :
a. Hari raya umum yang harus dilakukan oleh semua umat yang
beragama Hindu, untuk memperingati kebesaran Agama.
b. Hari raya setempat (sedaerah)
c. Hari raya sekelompok umat, menurut kepentingan kelompoknya
sendiri.
d. Dan lain-lainnya.
171. Hari Raya umat yang bersifat umum dan harus dirayakan oleh umat
Hindu secara menyeluruh :
a. Saraswati : sebagai hari turunnya Weda.
-
33 |Serba-serbi Agama Hindu
b. Ciwaratri : sebagai hari penebusan dosa dan juga hari yang baik
untuk melakukan yoga.
c. Dan lain lain.
172. Hari raya Saraswati jatuh pada hari Sabtu Manis wuku Watugunung,
setiap 210 hari sekali.
Hari raya Ciwaratri setiap sasih kepitu bulan ketujuh tahun caka) pada
bulan mati (Tilem). Hari raya ini setiap satu tahun sekali dan sering
disebut pejagrayan, pegadangan dan sambang samadhi.
173. Hari raya yang bersifat daerah, maksudnya hari raya di daerah itu
dengan melihat timbulnya agama Hindu di daerah tersebut. Misalnya :
Galungan dan Kuningan adalah merupakan hari raya terbesar bagi
umat Hindu di Bali dan Lombok dan sekarang meliputi seluruh
Indonesia. Piodalan di Besakih juga merupakan hari raya terbesar bagi
kalangan umat Hindu di Bali. Bagi umat Hindu di Lombok adalah hari
raya ngetipat kawulu yang sering disebut kesanga. Dan piodalan di Pura
Lingsar adalah merupakan hari raya daerah yang terbesar di Lombok.
Juga kadangkadang di tiap-tiap desa pun mempunyai hari-hari raya
yang dianggap paling besar. Di samping hari-hari raya umum dan
daerah.
174. Yang dimaksud dengan hari raya sekelompok adalah hari piodalan bagi
Pura-pura yang mereka dirikan, atau hari-hari tertentu yang dipandang
keramat.
175. Di samping hari-hari raya yang tersebut ada juga hari-hari raya
menurut sasih (12 kali setahun), menurut Purnama-Tilem, menurut
perhitungan pancawara, saptawara dan wuku.
176. Perhitungan antara pancawara dengan saptawara (5 X 7 = 35 hari
sekali).
a. Selasa kliwon atau angarkasih
b. Sabtu kliwon atau tumpek
c. Dan lain-lain.
177. Pancawara, Saptawara dan Wuku (5 X 7 X 30 = 210 hari sekali)
a. Rebo Wage Kulahu.
b. Sabtu Kliwon Wayang
-
34 |Serba-serbi Agama Hindu
c. Dan lain-lain
178. Triwara dengan Pancawara ( 3 X 5 = 15 hari sekali)
a. Kajeng Kliwon.
179. Tiap-tiap hari kliwon (5 hari sekali)
180. Tri wara : pasah, beteng, kajeng
181. Pancawara : umanis, paing, pon, wage, kliwon.
182. Sapta wara : senin, selasa, rebo, kemis, jumat, sabtu, minggu
183. Wuku ada 30 :
Shinta, Landep, Ukir, Kulantir, Tolu, Gumbreg, Wariga, Warigadian,
Julungwangi, Sungsang, Dungulan, Kuningan, Langkir, Medangsia, Pujut,
Pahang, Klurut, Merakih, Tambir, Medangkungan, Matal, Uje, Menail,
Prangbakat, Bala, Ugu, Wayang, Kulau, Dukut, Watugunung.
184. Beberapa hari raya yang penting.
a. Purnama beryoganya Sang Hyang Chandra
b. Tilem beryoganya Sang Hyang Chandra
c. Pagerwesi beryoganya Sang Hyang Pramesti Guru
d. Tumpek Wariga untuk keselamatan pepohonan
e. Galungan adalah hari kemenangan akan sifat kala (rajas-tamah), dan
merupakan hari Pawedalan Jagat.
f. Kuningan hari Pengheningan cipta, atas keselamatan dunia.
g. Budha Kliwon Pahang.
h. Budha Wage Kulahu.
i. Saraswati.
j. Kesanga, Nyepi, sebagai tutup tahun caka, dan tahun baru
pergantian tahun caka.
k. Purnamaning kapat.
l. Pejagrayan atau tilem kepitu atau ciwaratri.
m. Hari-hari Piodalan Jagat, dan lain-lainnya.
185. Pengebaktian
Alat-alat yang perlu :
a. Trikaya Parisudha.
b. Bunga yang merupakan sari dari pikiran (Cittabudhi).
-
35 |Serba-serbi Agama Hindu
c. Dupa/pasepan sebagai saksi, alat penerang, simbol dari pencipta
kejernihan pikiran.
d. Air adalah sebagai pelebur dan amertha.
e. Harum-haruman tanda bhakti yang sempurna
186. Sikap Pengebaktian
Alat-alat yang perlu :
a. Duduk yang tenang dengan destar dibuka.
b. Tangan dicakup rapat tanda bersatunya pancakarmendrya dengan
panca budhindrya (wahyadiatmika).
c. Tujuan pengebaktian :
1) Ciwa Aditya (Ida Sanghyang Widhi Waca): ubun-ubun.
2) Dewa-Dewi : dahi.
3) Roh leluhur: hidung.
d. Pengebaktian dengan mantram
e. Meminta wasuh pada.
187. Mantram pengebaktian :
a. Utpeti :
I ba ta A Om ya nama Ciwa. Om Mang Ung Ang
b. Sthiti :
Om sa ba ta A I Om nama Ciwaya Om Ang Ung Mang ya namah
c. Kuta Mantra :
Om hrang hring syah Parama Ciwa ditya ya namah.
d. Dewapratistha :
Om Om Dewapratisthaya namah.
e. Astawa :
Om kara sadha ciwastham, Jagat natha hitangkarah, Abhi wadawanyam ghantha, Sabah pranacyabe. Ghanta sabdan maha eresyam, Om kara para kirtitam, Candra nadha bhindu drestham,
Sphulingga Ciwatwam ca tat.
-
36 |Serba-serbi Agama Hindu
Om sha tayur pujyate dewam, Abhawa bhawa karmesu, Wakana labda sandeham, Waram sidhi nah samshayam, Om hang kasolnaya namah.
f. Ngaksama :
Trisandya nomor d, e, f, (halaman 39 No. 194)
1) Om papoham papo karmaham dan seterusnya.
2) Om ksamaswa-mam Mahadewah dan seterusnya.
3) Om ksanthawya kayika dosah dan seterusnya.
188. Ngetisin banten :
a. Om Brahma ya namah b. Om Wishnu ya namah c. Om Icwara ya namah
189. Pemuspayan :
a. Muyung :
Om atma tatwatmasoddhayamam swaha.
b. Bunga :
Om Adhitya sya paramjiotir rakta teja namastute
sweta pangkaja madyaste bhaskaram ya nama stute.
Om hrang hring syah paramaciwadhitya ya nama swaha.
c. Bunga/Kewangen :
Om anugraha manoharam, dewadatta nugrahakam hyarcanam sarwa pujanam nama sarwa nugrahakam
Om dewa dewi maha sidhi, yadni kata mulat midam laksmi sidhence dirgayuh
nirwighna sukha wredhitah Om hring anugrahacanaya namo namah.
d. Bunga :
Om ayuwredhi yasa wredi, wredhi pradnya sukha cryam dharma santhana wredhisca santute sapta wredhayah.
-
37 |Serba-serbi Agama Hindu
e. Muyung :
Om dewa suksma paramacintya namo namah Om, shanti, shanti, shanti, Om.
190. Ngelungsur Wasuhpada :
Om parathama sudha, dwitya sudha tritya sudha, sudha, sudha, sudha, waryastu. a. Maketis 3 (tiga) kali:
Om budha maha pawitra ya namah Om dharma maha tirtha ya namah. Om sanggha maha toya ya namah
b. Minum 3 (tiga) kali :
Om brahma pawaka Om wishnu amrtha Om ciwa jnana
c. Meraup 3 (tiga) kali :
Om Ciwa sampurna ya namah Om sadha Ciwa pari purnaya namah Om parama ciwa suksma ya namah
191. Beberapa mantram mengenai sikap sebelum mengadakan pemuspayan :
a. Duduk :
Om prasada sthiti carira cuci nirmala namah
b. Cuci tangan kanan :
Om karasodhhaya mam swaha Om kara atisoddhayamam swaha
c. Berkumur :
Om waktra soddhayaman swaha
d. dupa :
Om Ang dipastraya namah swaha
e. Sebelum mengambil bunga tangan diasapi lebih dahulu :
Om kara soddha yanam swaha
192. Mempergunakan dua jari untuk mengambil bunga disebut Adnya Cakra.
193. Pengebaktian Saraswati :
a. Tirtha Saraswati :
1) Bunga :
-
38 |Serba-serbi Agama Hindu
Om puspa danta ya namah
Bunga dimasukkan ke dalam saku
2) Astanggi/dupa dan lain-lainnya :
Om agni jiotir Om dupam samar payami Ditaruh pada pasepan.
3) Bija/beras kuning :
Om kung kumarawijaya Om pat
Masukkan ke dalam sangku
4) Memusti dengan se tangkai bunga :
Om saraswati namestu bhawyam warade kama rupini sidha kama ruphini karaksami sidhi bhawantu mesadam
Om prenamya sarwa dewanca paratma nama wanca rupa sidhi karoksabhet saraswati nama myaham
Om padma patra wimalaksi padma kesara warni nityam padma laya dewi tubhyam nama saraswati
Bunga dimasukkan ke dalam sangku.
b. Tirtha dipercikkan kepada pada lontar/banten, sebanyak 3 (tiga) kali
1) Om Saraswati sweta warnaya namah 2) Om Saraswati pita warnaya namah 3) Om Saraswati nila warnaya nama 4) Om Saraswati rakta warnaya namah 5) Om Saraswati wiswa warnaya namah
c. Ngayabang bebanten kehadapan Ida Sanghyang Saraswati
d. Persembahyangan 3 (tiga) kali :
1) Ida Sang Hyang Widi sebagai Ciwaradhitya
Om Adithya sya paranjiotir, rakta teja namastute, sweta pangkaja madyaste, baskaram ya namo namah.
2) Ida Sang Hyang Widi sebagai Sang Hyang Tri Purusa :
Om pancaksaram pancatirtham pawitram papanasanam papakoti sahasranam agadam bhawa sagara
-
39 |Serba-serbi Agama Hindu
Om namo Ciwaya.
3) Dewi Saraswati :
Om saraswati namastubhyam warada kama rupini sidha rastu karaksami sidhi bhawantu mesadam
e. Mekekuluh lihat nomor 190 hal.37.
f. Besok ngelungsur dengan mantram:
Om carire sampurnayam nama swaha.
194. Tri Sandya :
a. Om, Om, Om, bhur bhwah swah, tat sawitur waranyam, bhargo dewasya dimahi, dhiyo yo nah pracodyayat,
b. Om, Narayanad ewedam sarwam, yad bhutam yasca bhawyam, niskalo nirjano nirwikalpo, niraksatah sudha dewo eko, narayanad nadwityo sti kascit,
c. Om, twam Ciwah twam Mahadewah, Icwarah Paramaswarah, Brahma Wishnu ca Rudras ca, Purusah parkirtitah,
d. Om, papaham papo karmaham, papatma papa sambhawah, trahimam
pundarikaksah, sabhahya bhiantarah sucih,
e. Om, ksama swamam Mahadewa, sarwaprani hitangkarah, mam moca sarwa papebhyah, pa layaswa Sadha Ciwah,
f. Om, ksanthawya kayika dosah, ksanthawya wacika mama, ksanthawya manasadosas, tat pramadat ksama swamam.
195. Beberapa pelaksanaan Nitya karma/sehari-hari
a. Tri Sandhya 3 (tiga) kali sehari
b. Ngejot kepada buta kala, dan sering dilakukan dengan mesambeh-
sambeh.
c. Beramal kebajikan
196. Mesagan :
a. Di natah sanggah : kepada Bhuta Bucari.
b. Di natah pekarangan : kepada Kala Bucari .
c. Di natah/muka pintu (jebag) : kepada Durga Bucari.
197. Beberapa hari-hari yang dipandang baik :
a. Kliwon, kehadapan Sang Hyang Ciwa.
sagan : nasi 2 (dua) kepel, bawang jahe 8 (delapan) tanding
banten : canang reresik, wangi-wangian.
-
40 |Serba-serbi Agama Hindu
b. Kajeng Kliwon, kehadapan Sang Hyang Durga Dewi
sagan : nasi kepel warna lima, bawang jahe 9 (sembilan) tanding,
metabuh tuwak, arak dan berem.
banten : canang buratwangi, canangyada, di atas tempat mesagan.
c. Rebo Kliwon, kehadapan Sang Hyang Nirmalajati :
Banten : canang reresik, canang yasa, kembang pepayasan,
astanggi/dupa, dan dipersembahkan di sanggah kemulan
dan di atas tempat tidur.
d. Selasa Kliwon, kehidupan Sang Hyang Rudra.
banten : canang reresik, canang puspa, wangi-wangian, menyan,
astanggi/dupa.
e. Rebo Wage, kehadapan Sang Hyang Manik Galih. Sang Hyang Ongkara
Amretha, Sang Hyang Dewi Cri.
banten : canang reresik, canang yase, asap dupa, wangi-wanagian,
diaturkan di sanggah.
f. Sabtu Kliwon, kehadapan Sang Hyang Dharma.
banten : canang burat wangi, canang yase, canang reresik , puspa
harum, asep, dipa/astanggi, di Pura-pura.
198. Sungai-sungai yang tercantum dalam ucapan Weda:
Gangga, Sindhu, Saraswati, Yamuna, Kociki, Erawathi, Narmada, Wipasa,
Serayu, Crestha, Garbhoda.
199. Di samping hal-hal di atas ada lagi yang disebut dewasa ala ayu yang
tercantum dalam lontar-lontar yang disebut Wariga. Wariga itu lahir dengan
memperhatikan hari kedudukan planet-planet, bintang, surya dan urip dari
tiap-tiap hari dan lain-lainnya. Dalam tatwa wariga adalah hasil dari
yoganya Sang Hyang Shandireka yang mengadakan Sang Hyang Ekajalarsi.
Atas yoganya Sang Hyang Ekajala Rsi lahirlah :
a. Sang Hyang Ketu artinya hal-hal yang baik/luhur/terang.
b. Sang Hyang Rau artinya hal-hal yang jahat/buruk/gelap.
200. Dengan pengertian ini terciptalah penentuan hari-hari yang dipandang baik
dan buruk. Hal ini perlu juga diperhatikan urip (jiwa) atau kekuatan yang
disimbulkan dengan angka, misalnya Kliwon uripnya 8 (delapan). Tuhan
dan atau Ciwa di tengah dengan urip 8 (delapan).
-
41 |Serba-serbi Agama Hindu
201. Oleh karena itu ada, bila anak-anak baru lahir diingat betul hari
kelahirannya dengan memberikan pada semayut ketupatnya, dengan
jumlah dari pada urip hari lahirnya. Misalnya hari Kliwon 8 (delapan) buah
ketupat, hari Paing dengan 9 (sembilan) buah.
202. Pada jejahitanpun hendaknya perlu juga diperhatikan buah-buahannya,
seperti busung (daun kelapa muda) (purusa), daun enau muda (predhana).
203. Bentuk daripada jejahitan perlu juga karena mengandung unsur
Kemahakuasaan Tuhan, seperti bersudut empat adalah perlambang dari
cadu cakti (catur yoga).
204. Sifat dari makan bersama (megibung) serta macam sajiannya adalah
mempunyai pengertian falsafah:
a. Yang duduk 8 (delapan) orang, perhatikan nawasanga
b. Yang duduk 4 (empat) orang, perhatikan pancadewata
c. Warna makanan (ebatan) perhatikan warna dewa
d. Macam sate, perhatikan senjata-senjata dewa
e. Kuwah, perhatikan kama abangputih
205. Tri Kala :
a. Atita waktu yang lampau
b. Wartamana saat ini
c. Nagata waktu yang akan datang
206. Catur Yuga :
a. Kerta Yuga zaman adil makmur
b. Treta Yuga zaman peralihan/kekuasaan
c. Dwipara zaman bersifat dua
a. Kali Yuga zaman huru-hara
207. Tiga cara lahir ke dunia :
a. Andaya, dengan telur : bangsa burung, ikan.
b. Swandaya, lahir : manusia, sapi, babi, dan lain-lain.
c. Jarajuja, tumbuh : tumbuhan.
208. Umur Jagat :
a. Brahma dewa = 4.649.000.000 tahun. Sresti siang
b. Brahmapte = 4.649.000.000 tahun. Prelaya-malam
Brahma kalpa : 9.298.000.000 tahun. Siangmalam
-
42 |Serba-serbi Agama Hindu
209. Penulisan dengan angka mempergunakan simbul-simbul baik yang berupa
tugu-tugu peringatan, kata-kata yang menyangkut agama, maupun nama
binatang dan lain sebagainya disebut sangkalan atau sering disebut
sangkakala.
a. Surya sangkalan bila membacanya dari muka ke belakang atau dari kiri
ke kanan. Hal ini sangat jarang dijumpai.
b. Candra sangkalan bila dibaca dari belakang ke muka atau dari kanan ke
kiri. Ini yang terbanyak dijumpai misalnya :
1) Prasasti di gunung Wukir
Cruti indrya rasa artinya cruti 4, indrya-5, rasa- 6. Jadi angkanya
654.
2) Jatuhnya majapahit :
Sirna hilang kertaning bhumi. sirna 0, hilang-0, kerta-4, bumi 1.
Jadi angkanya 1400.
210. Anatomi badan pada Dewata Nawasangha :
a. Icwara jantung
b. Brahma hati
c. Mahadewa lambung
d. Wishnu empedu
e. Ciwa pangkal jantung
f. Maheswara paru-paru
g. Rudra usus halus
h. Sangkara limpa
i. Syambhu krongkongan
j. Ciwa ujung jantung
211. Anatomi badan dalam Panca Maha Bhuta, antara lain :
a. Sapta Parwata (nama gunung)
1) Nisada : ginjal
2) Mahawan : pankreas
3) Gandamadana : limpa
4) Melayamaidara : paru-paru
5) Triserengga : empedu
6) Windya : hati
-
43 |Serba-serbi Agama Hindu
7) Mahameru : jantung
b. Saptarnawa (nama air) :
1) Tasik tok : air liur
2) Tasik kilang : darah
3) Tasik asin : keringat
4) Tasik menyuk : lemak
5) Tasik madu : air mata
6) Tasik susu : sum-sum
212. Trihitakarana menjadi Pancasila :
a. Manusia dengan Tuhan : Ketuhanan
b. Manusia dengan manusia : Prikemanusiaan
c. Manusia dengan alam : Kebangsaan
d. Manusia dengan masyarakat : Demokrasi
e. Masyarakat dengan alam : Keadilan Sosial
Trihitakarana juga disebut Trilogi.
213. Perlambang yang ada pada Garuda Pancasila :
a. Garuda, lebih kurang 5000 tahun yang lalu telah ada di sungai Indus di
Kerajaan Harappa, yang merupakan lambang kekuatan yang baik.
Garuda sebagai kendaraan Wishnu perlambang pembela kebenaran, dan
pada Ramayana disebut Jatayu.
b. Pancasila adalah dasar dari Agama Hindu sesuai dengan ajaran
Trihitakarana.
c. Bhineka tunggal ika. Dalam Suta Soma, karangan Empu Tantular
sebagai lambang Pemersatu antara Agama Ciwa dan Budha.
d. Sayap, ekor dan bulu leher adalah tulisan Candra Sangkakala Hindu
yang kebetulan bertepatan dengan hari kemerdekaan RI dengan angka
17-08-45.
e. Bintang Kartika : Lambang Ketuhanan
214. Trimurti identik dengan Triaspolitika
a. Brahma : Utpeti DPR, Pembuat Undang-Undang.
b. Wishnu : Sthiti Pemerintah : Pelaksana
c. Ciwa : Pralina Mahkamah Agung : Pengawas
-
44 |Serba-serbi Agama Hindu
215. Catur Warna sebagai pembagian tugas kerja :
a. Brahmana : Bimbingan kerohanian
b. Ksatria : Pemerintah
c. Wesya : Ekonomi
d. Sudra : Perburuhan
216. Catur Pariksa : (empat cara dalam memimpin) :
a. Sama : dapat menyamakan yang tidak sama
b. Beda : dapat membedakan yang sama
c. Dana : dapat memberikan hadiah
d. Danda : bisa mengukum dengan tegas
217. Teladan dari Gajah Mada :
a. Bentuklah kader.
b. Panca dasa pramiteng prabhu :
1 Wirotsaha : berusaha dengan tekun dan giat
2 Dibya cita : pandangan luas
3 Mantra Wira : berani membela kebenaran
4 Masihi Samasta bhawana : cinta sesama
5 Natangguan : mendapat kepercayaan rakyat
6 Negara Ginong Pratidnya : mendahulukan kepentingan umum/Negara
7 Nayaken Musuh : mengalahkan musuh
8 Satya Bhakti Prabhu : taat pada pimpinan
9 Sih Samasta Bhawana : dicintai sesama
10 Sarjawa : selalu rendah hati
11 Sumantri : selalu jujur dan tegas
12 Tata Satresna : tidak memihak sebelah
13 Wijaya : jiwa yang besar
14 Wagni Wag/Wak : pandai berdiplomasi
15 Wacaksaneng Naya : bijaksana/banyak akal
218. Ajaran Arjuna Castrabahu :
a. Ing arsa asing tulada di muka jadi teladan
b. Ing madya awangun karsa ditengah membangkitkan semangat/ikut
bekerja
c. Tut wuri andayani ikut dari belakang
d. Maju tanpa bala hanya memimpin yang bergerak
-
45 |Serba-serbi Agama Hindu
e. Sakti tanpa aji tidak pamrih
219. Ajaran Bhagawan Wyasa :
a. Hening, dengan pikiran suci
b. Heneng, harus dengan tenang
c. Heling, dengan kesadaran/ingat
d. Hawas : penuh dengan kewaspadaan
220. Catwari Arya Satyam :
a. Duka : kehidupan ini penuh penderitaan
b. Nirodha : setiap penderitaan ada penyebabnya
c. Samodhaya : tiap penderitaan dapat dilenyapkan
d. Nirodha Marga : harus mempunyai cara menghilangkannya
221. Asta Brata:
a. Pertiwi : pemurah/suka suka pemberi.
b. Apah : harus ingat akan yang di bawah/rakyat.
c. Teja/api : dapat bertindak tegas.
d. Candra : bersifat lemah lembut/ramah.
e. Akasa : mempunyai pandangan luas.
f. Bayu : dapat memerintah secara halus.
g. Surya : dapat memberikan penerangan/kesadaran.
h. Kartika : dapat memberikan teladan.
222. Panca Nrete:
a. Kepada anak-anak demi keselamatan anak.
b. Kepada orang bodoh demi menumbuhkan kesadarannya.
c. Kepada penjahat demi keamanan sementara.
d. Kepada orang sakit demi tertolong jiwanya.
e. Kepada diri sendiri dan orang lain.
223. Pembagian agama Budha secara umum:
a Budha Hinayana
taat dan tegas dalam melaksanakan tapa brata sebagaimana yang tercantum.
b Budha Mahayana
lebih mementingkan kontrol indrya dalam melakukan kontrol jiwa (tapa brata)
1 Budha Paksa Bhairawa Paksa
2 Budha Wajracakra Pakai tongkat (Budha Hindu di Bali)
3 Budha Kala Cakra Kertanegara
4 Budha Heruka Adhityawarman di Sumatra
-
46 |Serba-serbi Agama Hindu
Noot : yang sekarang ada Budha Darma .
224.
Nomor Mahabharata Ramayana Ulasan singkat
1 Krishna Rama Kebenaran
2 Arjuna Lesmana Kebijaksanaan
3 Bhima Senjata Amal/Karma
4 Nakula Kereta Badan
5 Sahadewa Kuda Tenaga
6 Yudistira Bharata Iman
7 Duryodhana Rahwana Kegelapan
8 Drupadi Shita Kemakmuran
Demikian kami sudahi dengan kata-kata :
a. Dari Swami Viwekanada : Tuhan datang berlindungkan kesengsaraan.
b. Dari Bhagawan Wararuci : Pergunakanlah kehidupan ini sebagai tangga
mencapai surga.
-
Filename: serba-serbi agama Hindu WM
Directory: C:\Users\SONY\Documents
Template: C:\Users\SONY\AppData\Roaming\Microsoft\Templates\Normal.dotm
Title:
Subject:
Author: sony vaio
Keywords:
Comments:
Creation Date: 3/30/2011 1:55:00 PM
Change Number: 131
Last Saved On: 2/14/2014 3:42:00 PM
Last Saved By: SONY
Total Editing Time: 4,841 Minutes
Last Printed On: 2/14/2014 3:44:00 PM
As of Last Complete Printing
Number of Pages: 46
Number of Words: 9,276 (approx.)
Number of Characters: 52,876 (approx.)