setting expansion gipsum tipe iii
DESCRIPTION
makalah yang membahas Setting expansion gipsum tipe IIITRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL
Topik : Setting expansion gipsum tipe III
Kelompok :B3b
Tgl. Praktikum :14 Maret 2013
Pembimbing : Soebagio, drg.,MKes
Penyusun :
No. Nama NIM
1. Ayu Harisyah Putri 0212111330172. Ahmad Sukma Faisal 0212111330183. Ayu Rafania Atikah 0212111330194. Rizka Febriyanti 0212111330205. Emanuel Damar W 0212111330216. Afifah Ulfa Anindya 0212111330227. Rizky Devina 021211133023
DEPARTEMEN MATERIAL KEDOKTERAN GIGI
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2013
1. Tujuan Praktikum
a. Di akhir praktikum mahasiswa mampu melakukan manipulasi
gipsum tipe III serta dapat mengukur dan mengamati perubahan
setting expansion dengan tepat.
b. Di akhir praktikum mahasiswa mampu mengukur dan mengamati
perubahan setting expansion dengan variasi perubahan rasio w : p
2. Alat dan Bahan
2.1 Bahan
Gipsum stone (w:p = 28ml:100gr)
Air PAM
Veseline
2.2 Alat
Mangkuk karet
Spatula
Gelas ukur
Stopwatch
Timbangan analitik
Vibrator
Ekstensometer
3. Cara kerja
3.1 Persiapan alat
Alat dan bahan yang akan digunakan untuk praktikum
dipersiapkan terlebih dahulu di atas meja praktikum
Sisi bagian dalam cetakan ekstensometer diulasi dengan
vaselin secara merata
Alat uji ekstensometer disiapkan, kemudian dial indicator
dipasanga pada posisi yang tepat dengan jarum
menunjukkan ke angka nol.
3.2 Pencampuran gipsum
Bubuk gipsum tipe III ditimbang sebanyak 50 gram. Air
diambil sebanyak 14 ml dengan diukur menggunakan gelas
ukur.
Air yang telah diukur dimasukkan ke dalam mangkuk karet
terlebih dahulu, kemudian bubuk gipsum dimasukkan
sedikit demi sedikit ke dalam mangkuk karet dan dibiarkan
mengendap selama 30 detik untuk menghilangkan
gelembung udara.
Campuran gipsum dan air diaduk sampai homogeny
menggunakan spatula dengan gerakan memutar selama 1
menit /120 putaran, bersamaan dengan itu mangkuk karet
diputar secara perlahan-lahan.
Adonan gipsum dituangkan ke dalam cetakan diatas
vibrator dan vibrator dihidupkan dengan kecepatan rendah
untuk mengjilangkan udara yang terjebak, kemudian
permukaan cetakan diratakan.
3.3 Mengukur setting expansion
Adonan gipsum dituangkan ke dalam cetakan
ekstensometer tanpa merbah posisicetakan pada jarum dial
indikator, kemudian ratakan permukaan menggunakan
spatula gip.
Panjang awal dan panjang akhir cetakan gipsum pada alat
ekstensometer diukur. Setelah 30 dan setiap 5 menit, amati
dan catat ekspansi yang terjadi pada penunjuk mkrometer di
dial indikator.
4. Hasil Praktikum
Percobaan 1
W:P = 14 : 45
Percobaan 2
W:P = 14 : 50
Percobaan 3
W:P = 14 : 55
Menit ke- Setting
expansion
Menit ke- Setting
expansion
Menit ke- Setting
expansion
5 0 5 0 5 0
10 0 10 0 10 0
15 0 15 0 15 0
20 0 20 0,001 mm 20 0,010 mm
25 0 25 0,001 mm 25 0,020 mm
30 0,001 mm 30 0,001 mm 30 0,045 mm
35 0,030 mm 35 0,015 mm 35 0,075 mm
40 0,065 mm 40 0,030 mm 40 0,100 mm
45 0,095 mm 45 0,050 mm 45 0,125 mm
50 0,125 mm 50 0,065 mm 50 0, 145 mm
Table 4.1 hasil percobaan pengaruh w/p rasio terhadap setting
expansion
5. Pembahasan
Bahan-bahan yang dipakai di bidang di bidang kedokteran gigi
mempunyai berbagai fungsi berdasarkan kegunaannya atau pemakaiannya.
Salah satunya adalah penggunaan gypsum. ‘Dalam bidang ilmu material
kedokteran gigi, kita banyak menemui aplikasi penggunaan gypsum, baik
untuk keperluan klinik maupun pekerjaan laboratorium’ (Ducklow, 2010).
Material gypsum ini banyak dipergunakan antara lain dalam pembuatan
model dan die, articulating cast, mould, refractory investment dan lain-lain.
Banyaknya penggunaan gypsum dalam kedokteran gigi menyebabkan
pengetahuan tentang gypsum terutama sifat-sifatnya harus dipahami sehingga
memudahkan dalam manipulasi dan menghasilakn suatu hasil manipulasi
1100C-1300C
CASO4,2H2O -------> CASO4,1/
2H2O
Autoclaf α-hemihidrat
yang mkasimal. ‘Untuk lebih memahaminya, maka perlu dilakukan suatu
percobaan yang memperlihatkan cara manipulasi gypsum yang benar serta
pengaruh sifat-sifatnya terhadap hasil manipulasi’ (Retallack, 2002).
Gipsum (CaSO4-2H2O, kalsium sulfat dehidrat) adalah mineral yang
ditambang dari bumi dengan proses yang disebut kalsinasi dimana air dari
kristalisasi (air hidrasi) di dorong untuk menghasilkan kalsium sulfat
hemihidrat (CaSO4-1/2H2O).
Gipsum disimpan di tempat yang kedap udara dan tahan kelembapan. Hal
ini dikarenakan sifat gypsum yang mampu menyerap air dari sekitarnya.
Pada awalnya mineral gypsum secara komersial dikenal dengan sebutan
plaster of paris nama ini digunakan karena pada awalnya di dapat dari deposit
mineral didekat kota Paris, Perancis.
Gipsum tipe III
DENTAL STONE :
Gambar 5.1 reaksi pada dental stone
Stone tipe III lebih disukai untuk pembuatan model yang digunakan pada
konstruksi protesa, karena stone tersebut memiliki kekuatan yang cukup
untuk tujuan itu serta protesa dapat lebih mudah dikeluarkan setelah proses
selesai.
Stone tipe III ini memiliki kekuatan kompresi minimal 1 jam sebesar 20,7
MPa (3000 psi), tetapi tidak melebihi 34,5 MPa (5000 psi). Bahan ini
ditujukan untuk pengecoran dalam membentuk gigi tiruan penuh yang cocok
dengan jaringan lunak. Die stone merupakan reproduksi gigi yang dipreparasi
dimana protesa dibuat pada atau di dalam model tersebut. Karena kondisi
keausan yang sangat buruk pada bagian tepi ketika dilakukan pembuatan pola
malam,dan karena tekanan yang lebih tinggi mengenai die stone selama
mencoba dan penyesuaian, kekuatan dan kekerasan yang lebih tinggi
dibutuhkan oleh bahan die. Sebagai tambahan, sedikit ekspansi pengerasan
dapat ditolerir pada model yang mereproduksi jaringan lunak, tetapi tidak bila
menyangkut gigi.
Gipsum tipe III memiliki tekstur 20 kali lebih halus dari pada gipsum tipe
2.Secara tradisional, gipsum tipe III berwarna kuning atau putih. Namun,
kekerasan dan ketahanan gipsum tipe III terhadap abrasi permukaan dari
peralatan yang tajam 2 kali lebih rendah dibandingkan dengan gipsum tipe
IV.
Tahap setting reaksi dari dental gipsum dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. Hemihidrat dicampur dengan air, terbentuk suatu suspensi cair dan
dapat dimanipulasi.
2. Hemihidrat larut terus hingga terbentuk larutan yang jenuh
3. Larutan jenuh dari hemihidrat ini akan membentuk gumpalan dihidrat
yang diendapkan.
4. Terbentuk kristal baru, reaksi terus berlanjut sampai selesai.
(Anusavice, 2003, hal 259).
Ekspansi massa gipsum dapat dideteksi selama perubahan dari partikel
hemihidrat menjadi partikel dihidrat. Setting expansion dapat dijelaskan
berdasarkan mekanisme kristalisasi. Proses kristalisasi digambarkan sebagai
suatu pertumbuhan kristal– kristal dihidrat dari nukleus, yang saling berikatan
satu dengan yang lainnya. Bila proses ini terjadi pada ribuan kristal– kristal
selama pertumbuhan, suatu tekanan atau dorongan keluar dapat terjadi dan
menghasilkan ekspansi massa keseluruhan. Tumbukan atau gerakan dari
kristal– kristal ini menyebabkan terbentuknya mikroporus. Volume eksternal
hasil reaksi gipsum yang lebih besar daripada volume kristalin, menyebabkan
terbentuknya porus. Oleh karena itu, struktur gipsum yang telah mengeras
terdiri dari kristal– Kristal yang saling terkait, di antaranya adalah mikroporus
dan porus yang mengandung air berlebih. Air tersebut diperlukan ketika
pengadukan. Namun, ketika mengering, kelebihan air tersebut menghilang
dan ruangan kosong meningkat.(Anusavice, 2003, hal. 266).
Ekspansi pengerasan tersebut terjadi di udara sehingga dikenal sebagai
normal setting expansion. Sedangkan, jika gipsum pada awal initial setting
ditempatkan dalam air akan menyebabkan ekspansi yang lebih besar dan
disebut hygroscopic expansion. (McCabe and Walls, 2008, hal. 36).
Beberapa faktor yang mempengaruhi setting expansion pada dental gipsum
adalah rasio W/P, lama pengadukan, dan penambahan akselerator atau
retarder.
Faktor pertama adalah rasio W/P. Semakin tinggi rasio W/P, semakin
sedikit nukelus kristalisasi per unit volume sehingga ruangan antar nukleus
lebih besar pada keadaan tersebut. Akibatnya, pertumbuhan internal Kristal-
kristal dihidrat akan semakin sedikit, demikian juga dengan dorongan keluar
dari Kristal-kristal tersebut. Hal itulah yang menyebabkan semakin tinggi
rasio W/P, maka semakin rendah nilai setting ekspansi-nya. Sebaliknya,
penurunan rasio W/P meningkatkan setting expansion dengan cara
meningkatkan jumlah nucleus kristalisasi dari partikel dihidrat (Anusavice,
2003, hal. 267). Selain menyebabkan setting ekspansi yang tinggi, penurunan
rasio W/P juga menyebabkan lebih banyak panas yang dilepaskan (Alberto N,
et al, 2011).
Faktor kedua yang mempengaruhi setting expansion dental gipsum adalah
lama pengadukan (mixing time). Sebagian kristal gypsum terbentuk langsung
ketika gipsum berkontak dengan air. Begitu pengadukan dimulai,
pembentukankristal ini meningkat. Pada saat yang sama, Kristal-kristal
tersebut diputuskan oleh spatula (pengaduk) dan didistribusikan merata dalam
adukan dengan hasil pembentukan lebih banyak nukleus kristalisasi. Dalam
jangka limitnya, semakin lama waktu pengadukan, maka akan meningkatkan
jumlah nukleus kristalisasi dari partikel dihidrat. Akibatnya, jalinan ikatan
kristalin yang terbentuk akan semakin banyak, pertumbuhan internal dan
dorongan keluar dari kristal– Kristal dihidrat meningkat. Hal inilah yang
menyebabkan setting expansion gipsum meningkat sejalan dengan semakin
lamanya waktu pengadukan, untuk batasan waktu tertentu (Anusavice, 2003,
hal. 264, 267).
Faktor ketiga yang mempengaruhi setting expansion gipsum adalah
penambahan bahan kimia ke dalam bubuk hemihidrat. Penambahan bahan
kimia, dalam bentuk akselerator atau retarder, yang biasanya ditambahkan
oleh pabrik untuk mengatur setting time, juga mempunyai efek untuk
menurunkan nilai setting expansion dengan cara mengubah bentuk kristal
dihidrat yang terbentuk. Oleh karena itu, akselerator atau retarder disebut juga
sebagai antiexpansion agent. Bahan kimia yang biasanya digunakan sebagai
akselerator adalah potassium sulfat, sedangkan yang digunakan sebagai
retarder adalah boraks.(McCabe and Walls, 2008, hal. 37).
6. Analisis
Pada praktikum kali ini didapatkan hasil setting expansion bahan tanam
tuang gypsum bonded terkecil pada percobaan kedua dengan w:p rasio
14ml:50gr. Dan dihasilkan setting expansion yang cukup tinggi pada w:p
rasio yang tidak sesuai dengan ketentuan anjuran pabrik.
7. Kesimpulan
Dengan diadakannya praktikum ini, dapat disimpulkan bahwa perbedaan rasio
W/P ternyata mempengaruhi setting expansion bahan tanam tuang gypsum bonded.
Rasio bubuk yang lebih tinggi daripada air ataupun sebaliknya membuat setting
expansion lebih tinggi.
8. Daftar Pustaka
Alberto N, Carvalho L, Lima H, Antunes P, Nogueira R, Pinto JL
2011,‘Characterization of Different Water/Powder Ratios of Dental Gypsum
Using Fiber Bragg Grating Sensors’, Dental Materials Journal. Retrieved:
March 16,2013, from:http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/21946491
Anusavice, KJ 2003,Phillips’ Science of Dental Material 11th ed, St.
Louis:Saunders Elsevier Ltd.
McCabe, JF and Walls, AWG 2008, Applied Dental Materials 9th ed.,
Victoria: Blackwell, Inc.
Ducklow, (February 9, 2010). “Gypsum: long history in Nova Scotia”. The Hants Journal (Windsor, Nova Scotia).