sgd 4_il fisiologi sistem perkemihan
DESCRIPTION
UrinaryTRANSCRIPT
1
MAKALAH INDIVIDUAL LEARNING
FISIOLOGI SISTEM PERKEMIHAN
OLEH
SGD 4:
A. A. ARI NOVIA S. 1102105008
N. L. G. LILY PERMATA SARI 1102105019
A. A. EMI PRIMAYANTHI 1102105028
I PUTU AGUS MARTA OPANA 1102105034
NI LUH NYOMAN WIDYA M. 1102105050
NI MD INDRIYANI KUSUMA R. 1102105051
NI WAYAN AGUSTINI 1102105056
I PUTU PANDE EKA KRISNA YOGA 1102105064
NI LUH PUTRI YUWINDA D 1102105069
NI NYOMAN ADI PALA DEWI 1102105071
MADE ARI DWIRAHAYU NINGSIH 1102105077
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2013
2
PENDAHULUAN
Sistem perkemihan merupakan suatu sistem dimana terjadinya proses
penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh
tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. zat-zat yang
tidak dipergunakan lagi oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urine.
Susunan sistem perkemihan terdiri dari: a) dua ginjal (ren) yang
menghasilkan urine, b) dua ureter yang membawa urine dari ginjal ke vesika
urinaria (kandung kemih), c) satu vesika urinaria (VU), tempat urine
dikumpulkan, dan d) satu urethra, urine dikeluarkan dari vesika urinaria.
Proses perkemihan terjadi dipengaruhi oleh faktor usia karena tingkat
kematangan organ yang berbeda pada masing−masing tingkat usia dan
perkembangan. Pada bayi dan anak-anak, organ-organ yang terlibat dalam proses
perkemihan masih imatur, sedangkan pada remaja sudah lebih matur dan
berfungsi sama dengan dewasa. Namun pada usia lanjut terjadi penurunan fungsi
dari organ-organ perkemihan.
3
PEMBAHASAN
I. ANATOMI GINJAL
Ginjal merupakan salah satu bagian saluran kemih yang terletak
retroperitoneal dengan panjang lebih kurang 11−12 cm, disamping kiri dan
kanan vertebra. Pada umumnya letak ginjal kanan lebih rendah dari ginjal
kiri karena adanya hepar dan lebih dekat ke garis tengah tubuh. Batas atas
ginjal kiri setinggi batas atas vertebra thorakalis XII dan batas bawah
ginjal setinggi batas bawah vertebra lumbalis III.
Pada fetus dan infan, ginjal berlobulasi. Makin bertambah umur,
lobulasi makin berkurang sehingga menghilang saat dewasa. Parenkim
ginjal terdiri atas korteks dan medula. Medula terdiri atas piramid−piramid
yang berjumlah kira−kira 8−18 buah, rata−rata 12 buah. Tiap-tiap piramid
dipisahkan oleh kolumna bertini. Dasar piramid ini ditutup oleh korteks,
sedang puncaknya (papilla marginalis) menonjol ke dalam kaliks minor.
Beberapa kaliks minor bersatu menjadi kaliks mayor yang berjumlah 2
atau 3 di masing-masing ginjal. Kaliks mayor/minor ini bersatu menjadi
pelvis renalis dan di pelvis renalis inilah keluar ureter.
Korteks sendiri terdiri atas glomeruli dan tubuli, sedangkan pada
medula hanya terdapat tubuli. Glomeruli dari tubuli ini akan membentuk
Nefron. Satu unit nefron terdiri dari glomerolus, tubulus proksimal, loop of
henle, tubulus distal (kadang-kadang dimasukkan pula duktus koligentes).
Tiap ginjal mempunyai lebih kurang 1,5−2 juta nefron berarti pula lebih
kurang 1,5−2 juta glomeruli.
Pembentukan urin dimulai dari glomerulus, dimana pada
glomerulus ini filtrat dimulai, filtrat adalah isoosmotic dengan plasma
pada angka 285 mosmol. Pada akhir tubulus proksimal 80 % filtrat telah di
absorbsi meskipun konsentrasinya masih tetap sebesar 285 mosmol. Saat
infiltrat bergerak ke bawah melalui bagian descenden lengkung henle,
konsentrasi filtrat bergerak ke atas melalui bagian ascenden, konsentrasi
makin lama makin encer sehingga akhirnya menjadi hipoosmotik pada
ujung atas lengkung. Saat filtrat bergerak sepanjang tubulus distal, filtrat
4
menjadi semakin pekat sehingga akhirnya isoosmotic dengan plasma darah
pada ujung duktus pengumpul. Ketika filtrat bergerak turun melalui duktus
pengumpul sekali lagi konsentrasi filtrat meningkat pada akhir duktus
pengumpul, sekitar 99% air sudah direabsorbsi dan hanya sekitar 1% yang
diekskresi sebagai urin atau kemih (Price, 2001:785).
Tabel 1: Perkembangan struktur ginjal berdasarkan usia
Bayi (0−1 tahun) Struktur ginjal ada saat lahir. Kandung kemih
berada dekat dinding abdominal, dan ureter
ukurannya relatif pendek. Tubulus mencapai
proporsi bentuk dan ukuran seperti orang dewasa
pada usia 5 bulan. Bayi tidak mampu untuk
mengekskresikan air dalam frekuensi yang sama
dengan anak yang lebih besar dan orang dewasa.
Fungsi ginjal belum matang dan juga anak masih
belum mampu mengatasi peningkatan asupan
protein. Ekskresi natrium juga dikurangi selama
masa bayi, dan ginjal kurang dapat beradaptasi
terhadap defisiensi atau kelebihan natrium.
Toddler/ usia pra
sekolah (1−6 tahun)
Kandung kemih turun ke dalam pelvis pada usia 3
tahun. Fungsi ginjal matang saat filtrasi dan
absorbsi. Glomerulus mencapai kemampuan seperti
orang dewasa diantara usia 1 dan 2 tahun. Namun,
di bawah tekanan stress, air disimpan dan urin
dikonsentrasikan pada kadar seperti orang dewasa.
Anak usia sekolah
(6−12 tahun)
Kapasitas kandung kemih meningkat, terutama
pada anak perempuan. Ukuran ginjal meningkat
dua kali lipat untuk menyesuaikan peningkatan
fungsi metabolik antara usia 5 dan 10 tahun.
Keseimbangan cairan dan elektrolit lebih stabil.
Berat jenis, komponen ginjal dan urin sama dengan
orang dewasa. Namun, beberapa anak usia sekolah
5
memiliki sedikit albuminuria.
Remaja (12−21
tahun)
Fungsi ginjal sama dengan orang dewasa. Kapasitas
kandung kemih meningkat, dan anak remaja
berkemih sampai 1500 ml per hari.
Gambar 1: Anatomi Ginjal
II. FISIOLOGI GINJAL
Telah diketahui bahwa ginjal berfungsi sebagai salah satu alat
ekskresi yang sangat penting melalui ultrafiltrat yang terbentuk dalam
glomerulus. Terbentuknya ultrafiltrat ini sangat dipengaruhi oleh sirkulasi
ginjal yang mendapat darah 20 % dari seluruh cardiac output.
a. Faal glomerolus
Fungsi terpenting dari glomerolus adalah membentuk ultrafiltrat yang
dapat masuk ke tubulus akibat tekanan hidrostatik kapiler yang lebih
6
besar dibanding tekanan hidrostatik intra kapiler dan tekanan koloid
osmotik. Volume ultrafiltrat tiap menit per luas permukaan tubuh
disebut Glomerula Filtration Rate (GFR).
- GFR normal dewasa: 120 cc/menit/1,73 m2 (luas pemukaan tubuh)
- GFR normal umur 2−12 tahun: 30-90 cc/menit/luas permukaan
tubuh anak
b. Faal Tubulus
Fungsi utama dari tubulus adalah melakukan reabsorbsi dan sekresi
dari zat−zat yang ada dalam ultrafiltrat yang terbentuk di glomerolus.
Sebagaimana diketahui, GFR: 120 ml/menit/1,73 m2, sedangkan yang
direabsorbsi hanya 100 ml/menit, sehingga yang diekskresi hanya 1
ml/menit dalam bentuk urin atau dalam sehari 1440 ml (urin dewasa).
Tabel 2: Jumlah urine anak−anak dalam 24 jam
USIA JUMLAH URINE
1−2 hari 30−60 ml
3−10 hari 100−300 ml
10 hari−2 bulan 250−450 ml
2 bulan−1 tahun 400−500 ml
1−3 tahun 500−600 ml
3−5 tahun 600−700 ml
5−8 tahun 650−800 ml
8−14 tahun 800−1400 ml
c. Faal Tubulus Proksimal
Tubulus proksimal merupakan bagian nefron yang paling banyak
melakukan reabsorbsi yaitu ± 60−80 % dari ultrafiltrat yang terbentuk
di glomerolus. Zat−zat yang direabsorbsi adalah protein, asam amino
dan glukosa yang direabsorbsi sempurna. Begitu pula dengan elektrolit
(Na, K, Cl, Bikarbonat), endogenus organic ion (citrat, malat, asam
karbonat), H2O dan urea. Zat−zat yang diekskresi asam dan basa
organik.
7
d. Faal loop of henle
Loop of henle yang terdiri atas descending thick limb, thin limb dan
ascending thick limb itu berfungsi untuk membuat cairan intratubuler
lebih hipotonik.
e. Faal tubulus distalis dan duktus koligentes
Mengatur keseimbangan asam basa dan keseimbangan elektrolit
dengan cara reabsorbsi Na dan H2O dan ekskresi Na, K, Amonium dan
ion hidrogen. (Rauf, 2002:4−5).
III. PROSES PEMBENTUKAN URINE
1. FILTRASI
Proses filtrasi terjadi di glomerulus. Filtrasi glomerular adalah
adalah perpindahan cairan dan zat terlarut dari kapiler glomerular,
dalam gradien tekanan tertentu ke dalam kapsula Bowman. Proses
filtrasi terjadi disebabkan permukaan aferen lebih besar dari eferen
sehingga terjadi penyerapan darah. Sebagian yang disaring bagian
cairan darah kecuali protein. Kemudian ditampung simpai bowman
seperti dijelaskan sebelumnya simpai bowman terdiri dari glukosa,
air, natrium, klorida, sulfat, bikarbonat, dll, yang diteruskan ke
tubulus ginjal. Filtrasi dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut:
a. Membran kapiler glomerular lebih permeabel dibandingkan
kapiler lain dalam tubuh sehingga filtrasi berjalan dengan
sangat cepat
b. Tekanan darah dalam kapiler glomerular lebih tinggi
dibandingkan tekanan darah dalam kapiler lain karena
diameter arteriol eferen lebih kecil dibandingkan diameter
arteriol aferen.
Mula-mula darah yang masih mengandung air (H2O), glukosa
(C6H12O6), amonia (NH3), garam, urea, dan asam amino masuk ke
glomerulus melalui arteriol afferent untuk mengalami proses
filtrasi. Glomerulus merupakan bagian dari badan malpighi. Sel-sel
8
kapiler glomerulus yang mempuyai karakteristik berpori dan
bertekanan tinggi ini semakin mempermudah berlangsungnya
proses penyaringan atau filtrasi. Di dalam glomerulus, terjadi
proses penyerapan kembali sel-sel darah, keping darah, dan
molekul-molekul protein yang berukuran besar. Sementara itu,
molekul-molekul kecil yang terkandung dalam darah seperti
glukosa, asam amino, natrium, kalium, klorida, bikarbonat, dan
urea lolos dari penyaringan dan ikut mengendap bersama urin
primer. Urin primer yang sudah terbentuk ini kemudian akan
ditampung di dalam kapsul bowman.
Mekanisme filtrasi glomerular
a. Tekanan hidrostatik (darah) glomerular mendorong cairan dan
zat terlarut keluar dari darah dan masuk ke ruang kapsula
Bowman.
b. Dua tekanan yang berlawanan dengan tekanan hidrostatik
glomerular.
1) Tekanan hidrostatik dihasilkan oleh cairan dalam kapsula
Bowman. Tekanan ini cenderung untuk menggerakkan
cairan keluar dari kapsula Bowman menuju glomerulus.
2) Tekanan osmotik koloid dalam glomerulus yang dihasilkan
oleh protein plasma adalah tekanan yang menarik cairan
dari kapsula Bowman untuk memasuki glomerulus.
c. Tekanan filtrasi efektif (effective filtration force/ EFP) adalah
tekanan dorong netto. Tekanan ini adalah selisih antara
tekanan yang cenderung mendorong cairan keluar glomerulus
menuju kapsula Bowman dan tekanan yang cenderung
menggerakkan cairan ke dalam glomerulus dan kapsula
Bowman.
EFP = (tekanan hidrostatik glomerular) − (tekanan kapsular)
+ (tekanan osmotik koloid glomerular)
9
Laju filtrasi glomerular (glomerular filtration rate/ GFR) adalah
jumlah filtrat yang terbntuk per menit pada semua nefron dari
kedua ginjal. Pada laki-lai, laju filtrasi ini sekitar 125 ml/menit atau
180 L dalam 24 jam, sedangkan pada perempuan sekitar 110
ml/menit.
Laju filtrasi glomerular (glomerular filtration rate/ GFR)
merupakan cara terbaik untuk mengetahui seberapa baik fungsi
ginjal dalam menjalankan tugasnya. Dari penghitungan GFR dapat
diketahui pada stadium berapa kerusakan ginjal seseorang.
Informasi yang dibutuhkan untuk menghitung GFR adalah hasil
serum kreatinin, usia dan berat badan.
Rumusnya bisa dihitung dengan 2 cara yaitu:
Nilai ini dihitung dengan rumus Cockcroft-Gault atau MDRD
(modification of diet in renal disease) sebagai berikut:
Faktor yang memengaruhi GFR
a. Tekanan filtrasi efektif. GFR berbanding lurus dengan EFP
dan perubahan tekanan yang terjadi akan memengaruhi GFR.
Derajat konstriksi arteriol aferen dan eferen menentukan aliran
darah ginjal, dan juga tekanan hidrostatik glomerular.
1) Kontriksi arteriol aferen menurunkan aliran darah dan
mengurangi laju filtrasi glomerular.
10
2) Konstriksi arteriol eferen menyebabkan terjadinya tekanan
darah tambahan dalam glomerulus dan meningkatkan
GFR.
b. Autoregulasi ginjal
Mekanisme autoregulasi intrinsik ginjal mencegah perubahan
aliran darah ginjal dan GFR akibat variasi fisiologis rata-rata
tekanan darah arteri. Autoregulasi seperti ini berlangsung pada
rentang tekanan darah yang lebar (antara 80 mmHg sampai
dengan 180 mmHg)
1) Jika rata-rata tekanan darah arteri (normalnya 100 mmHg)
meningkat, arteriol aferen berkontriksi untuk menurunkan
aliran darah ginjal dan mengurangi GFR. Jika rata-rata
tekanan darah arteri menurun, terjadi vasodilatasi arteriol
aferen untuk meningkatkan GFR. Dengan demikian,
perubahan-perubahan mayor pada GFR dapat dicegah.
2) Autoregulasi melibatkan mekanisme umpan balik dari
reseptor-reseptor peregang dalam dinding arteriol dan dari
aparatus jukstaglomerular.
3) Disamping mekanisme autoregulasi ini, peningkatan
tekanan arteri dapat sedikit meningkatkan GFR. Karena
begitu banyak filtrat glomerular yang dihasilkan dalam
sehari, perubahan yang terkecil pun dapat meningkatkan
haluaran urine.
c. Stimulasi simpatis. Suatu peningkatan impuls simpatis, seperti
yang terjadi saat stres, akan menyebabkan kontriksi arteriol
aferen, menurunkan aliran darah ke dalam glomerulus, dan
menyebabkan penurunan GFR.
d. Obstruksi aliran urinaria oleh batu ginjal atau batu dalam
ureter akan meningkatkan tekanan hidrostatik dalam kapsula
Bowman dan menurunkan GFR.
11
e. Kelaparan, diet sangat rendah protein atau penyakit hati akan
menurunkan tekanan osmotik koloid darah sehingga
meningkatkan GFR.
f. Berbagai penyakit ginjal dapat meningkatkan permeabilitas
kapiler glomerular dan meningkatkan GFR.
Komposisi filtrat glomerular
a. Filtrat dalam kapsula Bowman identik dengan filtrat plasma
dalam hal air dan zat terlarut dengan berat molekul rendah,
seperti glukosa, klorida, natrium, kalium, fosfat, urea, asam
urat, dan kreatinin.
b. Sejumlah kecil albumin plasma dapat terfiltrasi, tetapi sebagian
besar diabsorpsi kembali dan secara normal tidak tampak pada
urine.
c. Sel darah merah dan protein tidak difiltrasi. Penampakannya
dalam urine menandakan suatu abnormalitas. Penampakan sel
darah putih biasanya menandakan adanya infeksi bakteri pada
traktus urinaria bagian bawah.
2. REABSORPSI TUBULUS
Sebagian besar filtrat (99%) secara selektif direabsorpsi
dalam tubulus ginjal melalui difusi pasif gradien kimia atau listrik,
transpor aktif terhadap gradien tersebut, atau difusi terfasilitasi. Sekitar
85% natrium klorida dan air serta semua glukosa dan asam amino pada
filtrat glomerulus diabsorpsi dalam tubulus kontortus proksimal,
walaupun reabsorpsi berlangsung pada semua bagian nefron.
Pada proses reabsorpsi terjadi proses penyerapan kembali zat-
zat yang berada di simpai bowman obligator reabsorpsi atau secara
pasif di tubulus atas. Tubulus bawah terjadi penyerapan kembali
natrium dan ion bikarbonat dan jika diperlukan akan diserap kembali
ke dalam tubulus bawah, hal itu dilakukan dengan reabsorpsi fakultatif
atau secara pasif dan sisanya dialirkan ke papila renalis. Setelah darah
mengalami filtrasi di glomerulus, maka urin primer yang sudah
12
ditampung dalam kapsul bowman akan masuk ke dalam tubulus
kontortus proksimal untuk mengalami proses penyerapan kembali
(reabsorbsi).
Urin primer yang terbentuk melalui proses filtrasi masih
mengandung beberapa zat yang berguna bagi tubuh, seperti glukosa,
asam amino, dan beberapa ion seperti Na+, Cl
–, HCO
3-, dan K
+. Zat-zat
yang masih berguna bagi tubuh ini selanjutnya akan masuk ke dalam
pembuluh darah yang mengelilingi tubulus. Semantara itu zat-zat yang
sudah tidak berguna lagi bagi tubuh seperti amonia, garam, dan urea
akan membentuk urin sekunder. Urin sekunder ini lalu masuk ke
lengkung henle untuk menuju ke tubulus kontortus distal. Pada saat
melewati lengkung henle, air urin akan berubah menjadi lebih pekat
dan volumenya menurun karena terosmosis. Pada urin sekunder ini,
sudah tidak ditemukan lagi zat-zat yang masih berguna bagi tubuh.
Sementara itu, komposisi zat-zat sisa metabolisme akan bertambah.
Reabsorpsi ion Natrium
a. Ion-ion Natrium ditranspor secara pasif melalui difusi
terfasilitasi (dengan carrier) dari lumen tubulus kontortus
proksimal ke dalam sel-sel epitel tubulus yang konsentrasi ion
natriumnya lebih rendah.
b. Ion-ion natrium yang ditranspor secara aktif dengan pompa
natrium kalium, akan keluar dari sel-sel epitel untuk masuk ke
cairan interstisial di dekat kapiler peritubular.
Reabsorpsi ion klor dan ion negatif lain
a. Karena ion natrium positif bergerak secara pasif dari cairan
tubulus ke sel dan secara aktif dari sel ke cairan interstisial
peritubular, akan terbentuk ketidakseimbangan listrik yang
justru membantu pergerakan pasif ion-ion negatif.
b. Dengan demikian, ion klor dan bikarbonat negatif secara pasif
berdifusi ke dalam sel-sel epitel dari lumen dan mengikuti
pergerakan natrium yang keluar menuju cairan peritubular dan
kapilar tubular.
13
Reabsorpsi glukosa, fruktosa dan asam amino
a. Carrier glukosa dan asam amino sama dengan carrier ion
natrium dan digerakkan melalui kotranspor.
b. Maksimum transpor. Carrier pada membran sel tubulus
memiliki kapasitas reabsorpsi maksimum untuk glukosa,
berbagai jenis asam amino, dan beberapa zat tereabsorpsi
lainnya. Jumlah ini dinyatakan dalam maksimum transpor
(transport maximum/ Tm)
c. Maksimum transpor (Tm) untuk glukosa adalah jumlah
maksimum yang dapat ditranspor (reabsorpsi) per menit, yaitu
sekitar 200 mg glukosa/ 100 ml plasma. Jika kadar glukosa
darah melebihi nilai Tm-nya, berarti melewati ambang plasma
ginjal sehingga glukosa muncul di urine (glikosuria).
Reabsorpsi air
Air bergerak bersama ion natrium melalui osmosis. Ion natrium
berpindah dari area berkonsentrasi air tinggi dalam lumen tubulus
kontortus proksimal ke area berkonsentrasi rendah dalam cairan
interstisial dan kapiler peritubular.
Reabsorpsi urea
Seluruh urea yang terbentuk setiap hari difiltrasi oleh glomerulus.
Sekitar 50% urea secara pasif direabsorpsi akibat gradien difusi
yang terbentuk saat air direabsorpsi. Dengan demikian, 50% urea
yang difiltrasi akan diekskresi dalam urine.
Reabsorpsi ion organik lain seperti kalium, kalsium, fosfat, dan
sulfat, serta sejumlah ion organik adalah melalui transpor aktif.
3. SEKRESI
Sekresi adalah pengeluaran oleh sel dan kelenjar yang berupa getah
dan masih digunakan oleh tubuh untuk proses lainnya seperti enzim
dan hormon. Ginjal mensekresi (fungsi endokrin):
Renin (penting untuk pengaturan tekanan darah)
14
Renin disekresi sel−sel ginjal (arteriol aferen), diaktifkan melalui
sinyal (pelepasan prostaglandin) dari makula densa, yang
menanggapi laju aliran fluida melalui tubulus distal, dengan
penurunan tekanan perfusi ginjal (melalui peregangan reseptor di
dinding pembuluh darah), dan oleh stimulasi saraf, terutama
melalui beta−1 aktivasi reseptor.
a. Mekanisme yang bertanggungjawab dalam mempertahankan
tekanan darah dan perfusi jaringan dengan mengatur
homeostasis ion Na
b. Hipotensi dan hipovolemia → hipoperfusi ginjal → tekanan
perfusi ↓ dalam arteriole aferen dan ↓ hantaran NaCl ke makula
densa → keduanya menyebabkan sekresi renin dari sel JG
(Juksta Glomerulus atau sel Granular) pada dinding arteriole
aferen
c. Renin di sirkulasi menyebabkan pecahnya Angiotensinogen
substrat (dihasilkan hati) → Angiotensin 1
d. Angiotensin 1 → diubah menjadi Angiotensin 2 oleh
Angiotensin Converted Enzim (ACE) yang dihasilkan Paru dan
Ginjal
e. Angiotensin 2 → punya 2 efek: menyempitkan pembuluh
darah, meningkatkan sekresi ADH dan aldosteron, dan
merangsang hipotalamus untuk mengaktifkan refleks haus,
masing-masing yang menyebabkan peningkatan tekanan darah.
1,25 dihidroksi vit D3 (penting untuk mengatur kalsium)
Eritropoietin (penting untuk sintesis eritrosit)
Eritropoietin adalah hormon glikoprotein yang mengontrol proses
eritropoiesis atau produksi sel darah merah. Hormon ini dihasilkan
oleh fibroblat peritubular korteks ginjal. Peranan eritroproietin
mengubah flobulin yang dihasilkan menjadi eritropoetin, dimana
eritropoetin akan merangsang eritropoetin sensitive sten cells pada
sumsum tulang untuk membentuk proeritroblas yang merupakan
15
cikal bakal sel eritrosit. Sekresinya dirangsang oleh hipoksia,
garam kobalt, katekolamin, hormon androgen.
4. EKSKRESI
Eksresi adalah proses pengeluaran zat sisa metabolisme baik berupa
zat cair dan zat gas. Zat−zat sisa itu berupa urine (ginjal), keringat
(kulit), empedu (hati), dan CO2 (paru−paru). Zat-zat ini harus
dikeluarkan dari tubuh karena jika tidak dikeluarkan akan
mengganggu, bahkan meracuni tubuh. Ekskresi merupakan poses akhir
dari pembentukan urine sendiri. Berikut pembentukan urine:
a. Darah dari aorta → glomerulus (filtrasi) protein tetap berada di
pembuluh darah dan terbentuk urin primer yang mengandung air,
garam, asam amino, glukosa dan urea
b. Tubulus kontortus proksimal (reabsorpsi) menyerap glukosa,
garam, air, dan asam amino. Terbentuk urin sekunder yang
mengandung urea
c. Tubulus kontortus distal (augmentasi) melepaskan zat−zat yang
tidak berguna atau berlebihan ke dalam urin dan terbentuk urin
sebenarnya → tubulus kolektivus → rongga ginjal → ureter →
kandung kemih → uretra → urine keluar tubuh
Zat-zat yang terkandung dalam urin:
a. Air (kurang lebih 95%)
b. Urea, asam urat, dan amonia yang merupakan sisa pembongkaran
protein
c. Empedu yang memberikan warna kuning pada urine
d. Garam
e. Zat yang bersifat racun atau berlebihan lainnya
IV. PROSES PEMBENTUKAN URINE PADA BAYI DAN ANAK-ANAK
Dalam tubuh bayi baru lahir (BBL) mengandung sekitar 70%
air. Sistem urinari belum berkembang dengan sempurna sampai akhir
16
tahun pertama. Semua satuan ginjal dalam keadaan imatur saat lahir,
sehingga ketidakseimbangan cairan dan elektrolit dapat terjadi dengan
mudah.
Sirkulasi darah ginjal dan laju filtrasi glomerulus pada saat lahir
masih rendah, namun akan mengalami peningkatan dalam beberapa hari.
Pada usia satu tahun sudah sama dengan orang dewasa.
Peningkatan LFG dan SDGE pada berbagai usia disebabkan
karena penurunan resistensi arteriol ginjal dan peningkatan porsi curah
jantung yang dialirkan ke ginjal. Meskipun LFG pada neonatus masih
rendah, akan tetapi jika dibandingkan dengan fungsi tubulus
perkembangannya masih lebih matang. Perbedaan ini disebut
ketidakseimbangan glomerulus tubular. Keadaan ini menyebabkan
merendahnya fraksi reabsorbsi terhadap berbagai zat yang difiltrasi
glomerulus, sehingga ekskresi beberapa zat seperti glukosa, fosfat, dan
asam amino dalam urin meningkat dibandingkan dengan pada anak-anak
atau orang dewasa.
Demikian pula ambang serap bikarbonat masih rendah sampai
umur 6 bulan, yaitu sebesar 19−21 mg/L. Oleh karena itu, pada neonatus
dapat ditemukan proteinuria dan glukosuria ringan yang kemudian
menghilang dalam beberapa hari. Bila kadar protein dalam urine melebihi
30 mg/dl perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Leukosituria
normalnya tidak ditemukan, tetapi sel epitel banyak ditemukan pada
neonatus, yang sering salah diinterpretasikan sebagai leukosit. Demikian
pula sel darah merah yang pada keadaan normal tidak ditemukan, tetapi
silinderuria biasanya dapat dijumpai, yang kemudian menghilang dalam
minggu pertama. Pemeriksaan bakteriologik urine neonatus normalnya
steril.
Karena daya konsentrasi ginjal yang masih rendah maka berat
jenis urine pada neonatus pun masih rendah dengan osmolalitas urin
berkisar antara 60−600 mOsm/l. Derajat keasaman urine berkisar antara
pH 6,0−7,0, tetapi dalam beberapa hari ginjal neonatus dengan cepat
mampu menurunkan pH urine menjadi 5,0 atau kurang.
17
Pemeriksaan ureum darah pada neonatus yang baru dilahirkan
berkisar antara 10−40 mg/dl meskipun terdapat agenesis ginjal bilateral.
Peningkatan kadar ureum darah sampai 60 mg/dl dapat terjadi pada
neonatus dengan fungsi ginjal yang normal apabila diberi minum susu
formula buatan dengan kadar protein tinggi. Akan tetapi bila ditemukan
peningkatan kadar ureum darah, perlu dicurigai adanya kelainan ginjal
antara lain ginjal polikistik dan hidronefrosis kongenital. Kadar kreatinin
darah pada saat lahir hampir sama dengan orang dewasa yaitu 0,5−1,1
mg/dl, tetapi kemudian menurun dalam 2−4 minggu dan pada umur 1
bulan menjadi 0,1−0,2 mg/dl, yang kemudian meningkat dengan
bertambahnya usia akibat pertambahan massa otot.
99 % bayi mulai buang air kecil dalam waktu 48 jam pasca lahir.
Apabila bayi tidak buang air kecil dalam waktu 48 jam harus dicurigai
adanya gagal ginjal dan perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut, antara
lain plasma kreatinin dan ureum. Penyebab terjadinya gagal ginjal pada
neonatus dapat terjadi karena faktor pra-, pasca-, dan intrarenal.
Pada awalnya frekuensi miksi pada bayi sangat sering, tetapi
makin lama makin berkurang. Sebaliknya jumlah urine pada neonatus
masih sedikit, kemudian meningkat pada usia yang makin bertambah.
Salah satu atau kedua ginjal pada neonatus dapat teraba dengan
palpasi. Bila keduanya teraba biasanya normal, tetapi bila hanya satu yang
teraba perlu dicurigai apakah yang satu itu lebih besar dari yang lain atau
terdorong oleh massa intrarenal atau ekstrarenal. Pembesaran ginjal pada
neonatus dapat disebabkan oleh hidronefrosis, tetapi lebih sering
disebabkan oleh embrioma atau malformasi kistik. Ketiga hal itu dapat
dibedakan dengan pemeriksaan ultrasonografi, foto polos abdomen atau
pielografi intravena (PIV). Pada pelaksanaan pemeriksaan PIV, karena
daya konsentrasi tubulus yang masih kurang pada ginjal neonatus, jumlah
media kontras yang dipakai harus lebih banyak (10-20 ml diodrast) untuk
mendapatkan gambar kalises yang baik.
Pada masa kanak−kanak, pubertas dan masa remaja, perubahan-
perubahan komposisi urine pada anak yang sehat (setelah usia 2 tahun)
18
sangat sedikit karena anak sudah matur, sehingga fungsi ginjal dan
urinalisis dapat digunakan sebagai monitor kesejahteraan. Pada masa
remaja merupakan masa optimalnya fungsi dari organ-organ sistem
perkemihan, pada masa ini merpakan masa peralihan/ transisi fungsi dari
masa kanak-kanak yang masih belum optimal.
19
KESIMPULAN
Sistem perkemihan merupakan suatu sistem dimana terjadinya proses
penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh
tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. zat-zat yang
tidak dipergunakan lagi oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urine.
Organ-organ yang terlibat dalam sistem ini diantaranya dua ginjal (ren) yang
menghasilkan urine, b) dua ureter yang membawa urine dari ginjal ke vesika
urinaria (kandung kemih), c) satu vesika urinaria (VU), tempat urine
dikumpulkan, dan d) satu urethra, urine dikeluarkan dari vesika urinaria.
Tahap-tahap dalam proses pembentukan urine adalah: 1) Filtrasi yang
terjadi di glomerulus, 2) Reabsorpsi yang terjadi di tubulus, 3) Sekresi yang
terjadi di tubulus, dan 4) Ekskresi atau pengeluaran urine.
Pada bayi, sistem urinari belum berkembang dengan sempurna sampai
akhir tahun pertama. Semua satuan ginjal dalam keadaan imatur saat lahir,
sehingga ketidakseimbangan cairan dan elektrolit dapat terjadi dengan mudah.
Organ-organ perkemihan akan mengalami perkembangan sesuai tingkat usia
untuk mencapai keadaan yang matur dan dapat menjalankan fungsinya secara
optimal.
20
DAFTAR PUSTAKA
Behrman, E. Richard. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Edisi 15 Volume 3.
EGC: Jakarta
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2008. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak Buku 2.
Salemba Medika: Jakarta.
http://www.clevelandclinicmeded.com/medicalpubs/diseasemanagement/nephrolo
gy/kidney-function/ diakses tanggal 13 Oktober 2013
Masjoer, arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi III Jilid II. Media
Aesculapius: Jakarta.
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah dari Brunner
& Suddarth, Edisi 8. EGC: Jakarta.
Sloane, Ethel. 2003. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. EGC: Jakarta