sholat sunnah rawatib dan keutamaannya
TRANSCRIPT
SHOLAT SUNNAH RAWATIB DAN KEUTAMAANNYA
Sholat Sunnah Rowatib sepintas nampak seperti hal yang biasa menurut kita. Namun
banyak dari kita yang tidak mengetahui bahwa Rosulullah tidak pernah meninggalkan sholat
sunnah ini selain dalam perjalanan. Kalaupun tertinggal karena lupa, sakit atau tertidur,
beliau mengqodo’nya. Dari sini dapat kita simpulkan betapa pentingnya kedudukan sholat
sunnah rowatib ini disamping sholat-sholat fardlu.
Sholat Sunnah Rawatib sangat dianjurkan / ditekankan untuk dilakukan. Menurut pendapat
beberapa ulama, orang yang terus menerus meninggalkannya maka ketakwaannya tidak
bisa dipercaya dan ia pun berdosa. Alasannya, karena terus menerus meninggalkannya
menunjukkan kadar keislamannya yang sangat rendah dan ketidakpeduliannya terhadap
sholat sunnah rowatib. Adapun keistimewaan sholat sunnah rowatib adalah merupakan
penambal kekurangan dan kesalahan seseorang ketika melaksanakan sholat fardlu. Karena
manusia tidak terlepas dari kesalahan, maka ia membutuhkan sesuatu yang dapat menutupi
kesalahannya tersebut.
Berdasarkan Hadist yang diriwayatkan dari Ibnu Umar r.a bahwa
Saya menghafal sepuluh rokaat dari Rosulullah: dua rokaat sebelum sholat
zhuhur, dua rokaat setelah sholat zhuhur, dua rokaat setelah sholat maghrib di
rumah beliau, dua rokaat setelah sholat isya’ di rumah beliau, dan dua rokaat
sebelum subuh. Sebelum subuh ini adalah waktu di mana tidak seorang pun
yang datang kepada Rosulullah SAW. Hafshah memberitahuku bahwa jika
muazin mengumandangkan adzan dan fajar telah terbit, maka beliau sholat dua
rokaat.
Berdasarkan hadist di atas dapat kita simpulkan bahwa sholat sunnah rowatib terdiri dari
dua rokaat sebelum Dzuhur, dua rokaat setelah dzuhur, dua rokaat setelah maghrib, dua
rokaat setelah isya’, dan dua rokaat sebelum subuh setelah terbit fajar.
Dalam Shohih Muslim diriwayatkan dari Aisyah r.a. bahwa ia berkata
Rosulullah sholat empat rokaat sebelum sholat dzuhur di rumahku. Kemudian
beliau keluar dan sholat bersama orang-orang, lalu pulang ke rumahku dan
melakukan sholat dua rokaat.
Berdasarkan hadist riwayat ini, beberapa ulama menyimpulkan bahwa jumlah rokaat sholat
sunnah rowatib adalah 12 rokaat.
Keutamaan melaksanakan sholat sunnah rowatib di rumah :
1. Untuk menghindari riya’ (sikap pamer), ujub (membanggakan diri sendiri), dan untuk
tidak memperlihatkan amal baik kepada khalayak ramai.
2. Lebih mudah untuk khusyuk dan ikhlas lantaran suasananya yang sepi (tidak banyak
orang).
3. menghidupkan rumah dengan dzikir kepada Allah dan sholat seperti sabda Rosulullah,
Jadikanlah sebagian sholat kalian di rumah-rumah kalian, dan jangan kalian
menjadikannya sebagai kuburan
Yang paling utama dari sholat-sholat sunnah rowatib ini adalah sholat sunnah sebelum fajar.
Hal ini berdasarkan riwayat dari Aisyah r.a. bahwa ia berkata,
tidak ada sholat sunnah yang paling dijaga oleh Rosulullah selain dua rokaat
fajar.
Rosulullah bersabda :
Dua rokaat sholat fajar lebih baik dari dunia dan seisinya
Oleh karena itu Roslullah selalu melakukan sholat dua rokaat fajar dan sholat witir, baik
ketika di rumah maupun ketika dalam perjalanan.
Sholat sunnah rowatib selain witir dan sholat sunnah fajar tidak disunnahkan dilakukan
ketika dalam perjalanan. Hal ini didasarkan dari riwayat ketika Ibnu Umar r.a. ditanya
tentang sholat rowatib Dzuhur ketika dalam perjalanan ia berkata,
Seandainya aku melakukan sholat rowatib, tentunya aku tidak mengqoshor
sholat.
Ibnul Qayyim berkata,
Termasuk tuntunan Rosulullah dalam perjalanan adalah mengqoshor sholat
fardlu. Tidak ada riwayat dari beliau yang menunjukkan bahwa beliau melakukan
sholat sunnah sebelum dan setelah sholat qoshor tersebut, kecuali sholat witir
dan sholat sunnah fajar
Adapun dalam pelaksanaannya Rosulullah mensunnahkan untuk memendekkan sholat
sunnah fajar. Berdasarkan riwayat Shohih Bukhori dan Muslim Aisyah r.a. berkata :
Rosulullah selalu memendekkan sholat dua rokaat sebelum sholat subuh.
Dalam sholat subuh, pada rokaat pertama setelah membaca Al Fatihah Rosulullah
melanjutkannya dengan membaca surat Al Kafirun dan pada rokaat kedua dengan Al
Ikhlash. Pernah juga pada rokaat pertama Rosulullah membaca surat Al Baqoroh ayat 136
setelah membaca Al Fatihah dan Ali Imron ayat 64 pada rokaat kedua. Hal ini juga dilakukan
beliau pada sholat dua rokaat setelah maghrib berdasarkan riwayat Al Baihaqqi dan Tirmidzi
dari Ibnu Mas’ud r.a. yang menjelaskan tentang seringnya Roslulullah membaca surat Al
Kafiruun dan Al Ikhlas pada sholat dua rokaat setelah sholat maghrib dan sebelum sholat
subuh.
Jika dari sholat-sholat ini ada yang terlewat, disunnahkan untuk mengqodo’nya. Demikian
juga jika terlewat sholat witir, maka disunnahkan untuk mengqodo’nya di siang hari.
Rosulullah mengqodho’ dua rokaat sholat sunnah fajar dan sholat subuh ketika tertidur dan
belum melaksanakannya. Beliau juga pernah mengqodho’ sholat sunnah qobliyah dzuhur
setelah sholat ashar. Adapun disyariatkannya mengqodho’ sholat sunnah rowatib lainnya
dapat dianalogikan sholat-sholat yang disebutkan di dalam nash hadist.
Rosulullah bersabda,
Barangsiapa tertidur atau lupa dan tidak sholat witir, hendaknya melakukannya
ketika ia bangun atau ketika mengingatnya. (HR. Tirmidzi dan Abu Dawud).
Ketika mengqodho’ sholat witir, hendaknya juga mengqodho’ sholat sunnah sebelumnya.
Hal ini didasarkan pada riwayat Aisyah r.a. yang ia berkata,
Rosulullah jika tidak sholat malam karena tidur atau sakit, beliau sholat di siang
hari dua belas rokaat.
Demikian tadi telah diuraikan tentang keutamaan serta segala sesuatu yang berkaitan
dengan sholat sunnah rowatib. Mudah-mudah bermanfaat bagi saudara-saudariku yang mau
menegakkannya.
http://lilmessenger.wordpress.com/2008/07/27/sholat-sunnah-rawatib-dan-keutamaannya/
Writed by: Hafiz Muthoharoh, S.Pd.I
Pengertian Shalat Sunnah Rawatib
Shalat Sunnah Rawatib adalah shalat sunnah yang dikerjakan mengiringi shalat fardhu lima waktu, yaitu
dikerjakan sebelum atau sesudahnya. Shalat sunnah rawatib yang dikerjakan sebelum shalat fardhu
disebut shalat qabliyah, dan shalat sunnah rawatib yang dikerjakan sesudah shalat fardhu
disebut ba’diyah.
Keutamaan Shalat Sunnah Rawatib
Berdasarkan hadits dari Ummu Habibah, Ummul Mukminin radhiyallahu ‘anhuma Aku pernah mendengar
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa melakukan shalat 12 rakaat setiap satu
hari satu malam akan dibangunkan baginya rumah di surga.” [Hadits shahih, diriwayatkan oleh Imam
Muslim]
Dr. Sa’id bin ‘Ali bin Wahf Al_Qaththani mengatakan bahwa pengertian hadits ini dijelaskan di dalam kitab
Sunan At_Tirmidzi dari hadits Ummu Habibah radhiyallahu ‘anhuma bahwa ia menceritakan, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa melakukan shalat 12 rakaat setiap satu hari satu
malam akan dibangunkan baginya rumah di surga; 4 rakaat sebelum zhuhur; 2 rakaat sesudahnya; 2
rakaar sesudah maghrib; 2 rakaat sesudah isya’; dan 2 rakaat sebelum shubuh.” [Hadits hasan shahih,
diriwayatkan oleh At_Tirmidzi dalam kitab Ash_Shalah, hadits no. 415]
Selain itu, diriwayatkan dengan shahih hadits Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma bahwa ia
menceritakan, “Aku hapal 10 rakaat dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu 2 rakaat sebelum
zhuhur; 2 rakaat sesudahnya; 2 rakaat sesudah maghrib di rumah beliau; 2 rakaat sesudah isya’ juga di
rumah beliau; dan 2 rakaat sebelum shalat shubuh.” Dalam riwayatlain, “Dan 2 rakaat sesudah shalat
Jum’at di rumah beliau.” [Hadits shahih, diriwayatkan oleh Al_Bukhari dan Muslim]
Dengan demikian, jumlah shalat sunnah rawatib (yang ditekankan) ada 12 rakaat sebagaimana
dijelaskan oleh Ummu Habibah atau 10 rakaat berdasarkan riwayat Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma.
Sehingga dapat diindikasikan bahwa terkadang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengerjakan 12
rakaat sebagaimana hadits dari Ummu Habibah dan Aisyah, dan terkadang mengerjakannya 10 rakaat
sebagaimana hadits Ibnu Umar di atas.
Bila seorang muslim sedang bersemangat, maka bisa mengerjakannya 12 rakaar. Tetapi bila ia ada
kesibukkan, maka ia bisa mengerjakan 10 rakaat saja. Kesemuanya itu adalah rawatib, maka untuk lebih
lengkap dan sempurna, maka hendaklah ia shalat sebagaimana dalam hadits Ummu Habibah dan
Aisyah.http://alhafizh84.wordpress.com/2009/11/06/pengertian-dan-keutamaan-shalat-rawatib/
Keutamaan Shalat Sunnah Rawatib
Ummu Habibah radiyallahu ‘anha telah meriwayatkan sebuah hadits tentang keutamaan shalat sunnah rawatib, dia berkata: saya mendengar Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang shalat dua belas rakaat pada siang dan malam, maka akan dibangunkan baginya rumah di surga”. Ummu Habibah berkata: saya tidak pernah meninggalkan shalat sunnah rawatib semenjak mendengar hadits tersebut. ‘Anbasah berkata: Maka saya tidak pernah meninggalkannya setelah mendengar hadits tersebut dari Ummu Habibah. ‘Amru bin Aus berkata: Saya tidak pernah meninggalkannya setelah mendengar hadits tersebut dari ‘Ansabah. An-Nu’am bin Salimberkata: Saya tidak pernah meninggalkannya setelah mendengar hadits tersebut dari ‘Amru bin Aus. (HR. Muslim no. 728)‘Aisyah radhiyallahu ‘anha telah meriwayatkan sebuah hadits tentangshalat sunnah rawatib sebelum (qobliyah) shubuh, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda, “Dua rakaat sebelumshubuh lebih baik dari dunia dan seisinya”. Dalam riwayat yang lain, “Dua raka’at sebelum shubuh lebih aku cintai daripada dunia seisinya” (HR. Muslim no. 725)
Adapun shalat sunnah sebelum shubuh ini merupakan yang paling utama di antara shalat sunnah rawatib dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah meninggalkannya baik ketika mukim (tidak berpegian) maupun dalam keadaan safar.
Ummu Habibah radhiyallahu ‘anha telah meriwayatkan tentangkeutamaan shalat sunnah rawatib dzuhur, dia berkata: saya mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa yang menjaga (shalat) empat rakaat sebelum dzuhur dan dua rakaat sesudahnya, Allah SWT haramkan baginya api neraka”. (HR. Ahmad 6/325, Abu Dawud no. 1269, At-Tarmidzi no. 428, An-Nasa’i no. 1814, Ibnu Majah no. 1160)
Jumlah Shalat Sunnah Rawatib Hadits Ummu Habibah di atas menjelaskan bahwa jumlah shalat sunnah rawatib ada 12 rakaat dan penjelasan hadits 12 rakaat ini diriwayatkan oleh At-Tarmidzi dan An-Nasa’i, dari ‘Aisyah radiyallahu ‘anha, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang tidak meninggalkan dua belas (12) rakaat pada shalat sunnah rawatib, maka Allah SWT akan bangunkan baginya rumah di surga, (yaitu): empat rakaat sebelum dzuhur, dan dua rakaat sesudahnya, dan dua rakaat sesudah
maghrib, dan dua rakaat sesudah ‘isya, dan dua rakaat sebelum subuh”. (HR. At-Tarmidzi no. 414, An-Nasa’i no. 1794)
Surat yang Dibaca pada Shalat Sunnah Rawatib
Dari Abu Hurairah radiyallahu ‘anhu, “Bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pada shalat sunnah sebelum subuhmembaca surah Al Kaafirun ( الكافرون أيها يا قل ) dan surah Al Ikhlas ( أحد الله هو قل ).” (HR. Muslim no. 726)
Dan dari Sa’id bin Yasar, bahwasannya Ibnu Abbas mengkhabarkan kepadanya: “Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallampada shalat sunnah sebelum shubuh dirakaat pertamanya membaca: ( إلينا أنزل وما بالله آمنا قولوا ) (QS. Al-Baqarah: 136), dan dirakaat keduanya membaca: ( مسلمون بأنا واشهد بالله آمنا ) (QS. Ali Imron: 52). (HR. Muslim no. 727)Dari Ibnu Mas’ud radiyallahu ‘anha, dia berkata: Saya sering mendengar Rasulullah shallalllahu ‘alaihi wa sallam ketika beliau membaca surah pada shalat sunnah sesudah maghrib:” surah Al Kafirun ( أيها يا قل (الكافرون dan surah Al Ikhlas ( أحد الله هو قل ). (HR. At-Tarmidzi no. 431, berkata Al-Albani: derajat hadits ini hasan shohih, Ibnu Majah no. 1166)
Apakah Shalat Sunnah Rawatib 4 Rakaat Qobliyah Dzuhur
Dikerjakan dengan Sekali Salam atau 2 Kali Salam?
As-Syaikh Muhammad bin Utsaimin rahimahullah berkata: “Shalat Sunnah Rawatib terdapat di dalamnya salam, seseorang yang shalat sunnah rawatib empat rakaat maka dengan dua salam bukan satu salam, karena sesungguhnya Rasulullah shallalllahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Shalat (sunnah) di waktu malam dan siang dikerjakan dua rakaat salam dua rakaat salam”. (Majmu’ Fatawa As-Syaikh Al-Utsaimin 14/288)
Tempat Mengerjakan Shalat Sunnah Rawatib
Dari Ibnu Umar radiyallahu ‘anhuma berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Lakukanlah di rumah-rumah kalian dari shalat-shalat dan jangan jadikan rumah kalian bagai kuburan”. (HR. Bukhari no. 1187, Muslim no. 777)
As-Syaikh Muhammad bin Utsaimin rahimahullah berkata: “Sudah seyogyanya bagi seseorang untuk mengerjakan shalat sunnah rawatibdi rumahnya, meskipun di Makkah dan Madinah sekalipun maka lebih utama dikerjakan di rumah dari pada di masjid Al-Haram maupunmasjid An-Nabawi; karena saat Nabi shallallahu a’alihi wasallambersabda sementara beliau berada di Madinah. Ironisnya manusia sekarang lebih mengutamakan melakukan shalat sunnah rawatib diMasjidil Haram, dan ini termasuk bagian dari kebodohan”. (Syarh Riyadhus Sholihin 3/295)
Waktu Mengerjakan Shalat Sunnah Rawatib
Ibnu Qudamah berkata: “Setiap shalat sunnah rawatib qobliyah maka waktunya dimulai dari masuknya waktu shalat fardhu hingga shalat fardhu dikerjakan, dan shalat sunnah rawatib ba’diyah maka waktunya dimulai dari selesainya shalat fardhu hingga berakhirnya waktu shalat fardhu tersebut “. (Al-Mughni 2/544)
Pengurutan Ketika Mengqodho’ As-Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah berkata: “Apabila didalamshalat itu terdapat shalat sunnah rawatib qobliyah dan ba’diyah, dan shalat sunnah rawatib qobliyahnya terlewatkan, maka yang dikerjakan lebih dahulu adalah shalat sunnah rawatib ba’diyahkemudian shalat sunnah rawatib qobliyah, contoh: Seseorang masuk masjid yang belum mengerjakan shalat sunnah rawatib qobliyah, mendapati imam sedang mengerjakan shalat dzuhur, maka apabila shalat dzuhur telah selesai, yang pertamakali dikerjakan adalah shalat sunnah rawatib ba’diyah dua rakaat, kemudian empat rakaat shalat sunnah rawatib qobliyah”. (Syarh Riyadhus Sholihin, 3/283)
Memutus Shalat Sunnah Rawatib Ketika Shalat Fardhu ditegakkan
As-Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah berkata: “Apabila shalattelah ditegakkan dan ada sebagian jama’ah sedang melaksanakan shalat sunnah tahiyatul masjid atau shalat sunnah rawatib, maka disyari’atkan baginya untuk memutus shalatnya dan mempersiapkan diri untuk melaksanakan shalat fardhu, berdasarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam: “Apabila iqomah shalat telah ditegakkan maka tidak ada shalat kecuali shalat fardhu.”, akan tetapi seandainyashalat telah ditegakkan dan seseorang sedang berada pada posisi rukuk di rakaat yang kedua, maka tidak ada halangan bagi dia untuk menyelesaikan shalatnya.
Karena shalatnya segera berakhir pada saat shalat fardhu baru terlaksana kurang dari satu rakaat”. (Majmu’ Fatawa 11/392 dan 393)
Apakah Mengerjakan Shalat Sunnah Rawatib Atau
Mendengarkan Nasihat?Dewan Tetap untuk Penelitian Ilmiyah dan Fatwa Saudi: “Disyariatkan bagi kaum muslimin jika mendapatkan nasihat (kultum) setelah shalat fardhu hendaknya mendengarkannya, kemudian setelahnya ia mengerjakan shalat sunnah rawatib seperti ba’diyah dzuhur, maghbribdan ‘isya” (Fatawa Al-Lajnah Ad-Daimah LilBuhuts Al-’Alamiyah Wal-Ifta’, 7/234)
Tersibukkan Dengan Memuliakan Tamu Dari Meninggalkan Shalat
Sunnah Rawatib As-Syaikh Muhammad bin Utsaimin rahimahullah berkata: “Pada dasarnya seseorang terkadang mengerjakan amal yang kurang afdhol (utama) kemudian melakukan yang lebih afdhol (yang semestinya didahulukan) dengan adanya sebab. Maka seandainya seseorang tersibukkan dengan memuliakan tamu di saat adanya shalat sunnah rawatib, maka memuliakan tamu didahulukan daripada mengerjakan shalat sunnah rawatib ”. (Majmu’ Fatawa As-Syaikh Muhammad bin Sholih Al-Utsaimin 16/176)
Faedah Ibmu Qoyyim rahimahullah berkata: “Terdapat kumpulan shalat-shalat dari tuntunan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sehari semalam sebanyak 40 rakaat, yaitu dengan menjaga 17 rakaat dari shalat fardhu, 10 rakaat atau 12 rakaat darishalat sunnah rawatib, 11 rakaat atau 13 rakaat shalat malam, maka keseluruhannya adalah 40 rakaat. Adapun tambahan shalat selain yang tersebutkan bukanlah shalat sunnah rawatib, maka sudah seharusnyalah bagi seorang hamba untuk senantiasa menegakkan terus-menerus tuntunan ini selamanya hingga menjumpai ajal (maut). Sehingga adakah yang lebih cepat terkabulkannya do’a dan tersegeranya dibukakan pintu bagi orang yang mengetuk sehari semalam sebanyak 40 kali? Allah SWT lah tempat meminta pertolongan”. (Zadul Ma’ad 1/327)
http://tausiahmuslim.blogspot.com/2012/06/tata-cara-shalat-sunnah-rawatib-dan.html
Tuntunan Shalat Sunnah RawatibKategori: Fiqh dan Muamalah46 Komentar // 7 September 2010
Sesungguhnya diantara hikmah dan rahmat Allah atas hambanya adalah disyariatkannya At-
tathowwu’ (ibadah tambahan). Dan dijadikan pada ibadah wajib diiringi dengan adanya at-
tathowwu’ dari jenis ibadah yang serupa. Hal itu dikarenakan untuk melengkapi kekurangan
yang terdapat pada ibadah wajib.
Dan sesungguhnya at-tathowwu’ di dalam ibadah sholat yang paling utama adalah sunnah
rawatib. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam senantiasa mengerjakannya dan tidak pernah
sekalipun meninggalkannya dalam keadaan mukim (tidak bepergian jauh).
Mengingat pentingnya ibadah ini, serta dikerjakannya secara berulang-ulang sebagaimana
sholat fardhu, sehingga saya (penulis) ingin menjelaskan sebagian dari hukum-hukum sholat
rawatib secara ringkas:
1. Keutamaan Sholat Rawatib
Ummu Habibah radiyallahu ‘anha telah meriwayatkan sebuah hadits tentang keutamaan
sholat sunnah rawatib, dia berkata: saya mendengar Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Barangsiapa yang sholat dua belas rakaat pada siang dan malam, maka akan
dibangunkan baginya rumah di surga”. Ummu Habibah berkata: saya tidak pernah
meninggalkan sholat sunnah rawatib semenjak mendengar hadits tersebut. ‘Anbasah
berkata: Maka saya tidak pernah meninggalkannya setelah mendengar hadits tersebut dari
Ummu Habibah. ‘Amru bin Aus berkata: Saya tidak pernah meninggalkannya setelah
mendengar hadits tersebut dari ‘Ansabah. An-Nu’am bin Salim berkata: Saya tidak pernah
meninggalkannya setelah mendengar hadits tersebut dari ‘Amru bin Aus. (HR. Muslim no.
728)
‘Aisyah radhiyallahu ‘anha telah meriwayatkan sebuah hadits tentang sholat sunnah rawatib
sebelum (qobliyah) shubuh, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda, “Dua
rakaat sebelum shubuh lebih baik dari dunia dan seisinya”. Dalam riwayat yang lain, “Dua
raka’at sebelum shubuh lebih aku cintai daripada dunia seisinya” (HR. Muslim no. 725)
Adapun sholat sunnah sebelum shubuh ini merupakan yang paling utama di antara sholat
sunnah rawatib dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah meninggalkannya
baik ketika mukim (tidak berpegian) maupun dalam keadaan safar.
Ummu Habibah radhiyallahu ‘anha telah meriwayatkan tentang keutamaan rawatib dzuhur,
dia berkata: saya mendengar rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa
yang menjaga (sholat) empat rakaat sebelum dzuhur dan empat rakaat sesudahnya, Allah
haramkan baginya api neraka”. (HR. Ahmad 6/325, Abu Dawud no. 1269, At-Tarmidzi no.
428, An-Nasa’i no. 1814, Ibnu Majah no. 1160)
2. Jumlah Sholat Sunnah Rawatib
Hadits Ummu Habibah di atas menjelaskan bahwa jumlah sholat rawatib ada 12 rakaat dan
penjelasan hadits 12 rakaat ini diriwayatkan oleh At-Tarmidzi dan An-Nasa’i, dari ‘Aisyah
radiyallahu ‘anha, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Barangsiapa yang tidak meninggalkan dua belas (12) rakaat pada sholat sunnah rawatib,
maka Allah akan bangunkan baginya rumah di surga, (yaitu): empat rakaat sebelum dzuhur,
dan dua rakaat sesudahnya, dan dua rakaat sesudah maghrib, dan dua rakaat sesudah
‘isya, dan dua rakaat sebelum subuh”. (HR. At-Tarmidzi no. 414, An-Nasa’i no. 1794)
3. Surat yang Dibaca pada Sholat Rawatib Qobliyah Subuh
Dari Abu Hurairah radiyallahu ‘anhu, “Bahwasanya rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
pada sholat sunnah sebelum subuh membaca surat Al Kaafirun ( الكافرون أيها يا قل ) dan
surat Al Ikhlas ( أحد الله هو قل ).” (HR. Muslim no. 726)
Dan dari Sa’id bin Yasar, bahwasannya Ibnu Abbas mengkhabarkan kepadanya:
“Sesungguhnya rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pada sholat sunnah sebelum subuh
dirakaat pertamanya membaca: ( إلينا أنزل وما بالله آمنا قولوا ) (QS. Al-Baqarah: 136), dan
dirakaat keduanya membaca: ( مسلمون بأنا واشهد بالله آمنا ) (QS. Ali Imron: 52). (HR. Muslim
no. 727)
4. Surat yang Dibaca pada Sholat Rawatib Ba’diyah Maghrib
Dari Ibnu Mas’ud radiyallahu ‘anha, dia berkata: Saya sering mendengar Rasulullah
shallalllahu ‘alaihi wa sallam ketika beliau membaca surat pada sholat sunnah sesudah
maghrib:” surat Al Kafirun ( الكافرون أيها يا قل ) dan surat Al Ikhlas ( أحد الله هو قل ). (HR. At-
Tarmidzi no. 431, berkata Al-Albani: derajat hadits ini hasan shohih, Ibnu Majah no. 1166)
5. Apakah Sholat Rawatib 4 Rakaat Qobiyah Dzuhur Dikerjakan dengan Sekali
Salam atau Dua Kali Salam?
As-Syaikh Muhammad bin Utsaimin rahimahullah berkata: “Sunnah Rawatib terdapat di
dalamnya salam, seseorang yang sholat rawatib empat rakaat maka dengan dua salam
bukan satu salam, karena sesungguhnya nabi bersabda: “Sholat (sunnah) di waktu malam
dan siang dikerjakan dua rakaat salam dua rakaat salam”. (Majmu’ Fatawa As-Syaikh Al-
Utsaimin 14/288)
6. Apakah Pada Sholat Ashar Terdapat Rawatib?
As-Syaikh Muammad bin Utsaimin rahimahullah berkata, “Tidak ada sunnah rawatib
sebelum dan sesudah sholat ashar, namun disunnahkan sholat mutlak sebelum sholat
ashar”. (Majmu’ Fatawa As-Syaikh Al-Utsaimin 14/343)
7. Sholat Rawatib Qobliyah Jum’at
As-Syaikh Abdul ‘Azis bin Baz rahimahullah berkata: “Tidak ada sunnah rawatib sebelum
sholat jum’at berdasarkan pendapat yang terkuat di antara dua pendapat ulama’. Akan
tetapi disyari’atkan bagi kaum muslimin yang masuk masjid agar mengerjakan sholat
beberapa rakaat semampunya” (Majmu’ Fatawa As-Syaikh Bin Baz 12/386&387)
8. Sholat Rawatib Ba’diyah Jum’at
Dari Abu Hurairah radiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Apabila seseorang di antara kalian mengerjakan sholat jum’at, maka sholatlah
sesudahnya empat rakaat”. (HR. Muslim no. 881)
As-Syaikh Bin Baz rahimahullah berkata, “Adapun sesudah sholat jum’at, maka terdapat
sunnah rawatib sekurang-kurangnya dua rakaat dan maksimum empat rakaat” (Majmu’
Fatawa As-Syaikh Bin Baz 13/387)
9. Sholat Rawatib Dalam Keadaan Safar
Ibnu Qayyim rahimahullah berkata, “Rasulullah shallallahu a’laihi wa sallam didalam safar
senantiasa mengerjakan sholat sunnah rawatib sebelum shubuh dan sholat sunnah witir
dikarenakan dua sholat sunnah ini merupakan yang paling utama di antara sholat sunnah,
dan tidak ada riwayat bahwasannya rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengerjakan
sholat sunnah selain keduanya”. (Zaadul Ma’ad 1/315)
As-Syaikh Bin Baz rahimahullah berkata: “Disyariatkan ketika safar meninggalkan sholat
rawatib kecuali sholat witir dan rawatib sebelum subuh”. (Majmu’ fatawa 11/390)
10. Tempat Mengerjakan Sholat Rawatib
Dari Ibnu Umar radiyallahu ‘anhuma berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda: “Lakukanlah di rumah-rumah kalian dari sholat-sholat dan jangan jadikan rumah
kalian bagai kuburan”. (HR. Bukhori no. 1187, Muslim no. 777)
As-Syaikh Muhammad bin Utsaimin rahimahullah berkata: “Sudah seyogyanya bagi
seseorang untuk mengerjakan sholat rawatib di rumahnya…. meskipun di Mekkah dan
Madinah sekalipun maka lebih utama dikerjakan dirumah dari pada di masjid Al-Haram
maupun masjid An-Nabawi; karena saat nabi shallallahu a’alihi wasallam bersabda
sementara beliau berada di Madinah….. Ironisnya manusia sekarang lebih mengutamakan
melakukan sholat sunnah rawatib di masjidil haram, dan ini termasuk bagian dari
kebodohan”. (Syarh Riyadhus Sholihin 3/295)
11. Waktu Mengerjakan Sholat Rawatib
Ibnu Qudamah berkata: “Setiap sunnah rawatib qobliyah maka waktunya dimulai dari
masuknya waktu sholat fardhu hingga sholat fardhu dikerjakan, dan sholat rawatib ba’diyah
maka waktunya dimulai dari selesainya sholat fardhu hingga berakhirnya waktu sholat
fardhu tersebut “. (Al-Mughni 2/544)
12. Mengganti (mengqodho’) Sholat Rawatib
Dari Anas radiyallahu ‘anhu dari rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Barangsiapa yang lupa akan sholatnya maka sholatlah ketika dia ingat, tidak ada tebusan
kecuali hal itu”. (HR. Bukhori no. 597, Muslim no. 680)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata: “Dan hadits ini meliputi sholat fardhu,
sholat malam, witir, dan sunnah rawatib”. (Majmu’ Fatawa Ibnu Taimiyah 23/90)
13. Mengqodho’ Sholat Rawatib Di Waktu yang Terlarang
Ibnu Qoyyim berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengqodho’ sholat ba’diyah
dzuhur setelah ashar, dan terkadang melakukannya terus-menerus, karena apabila beliau
melakukan amalan selalu melanggengkannya. Hukum mengqodho’ diwaktu-waktu terlarang
bersifat umum bagi nabi dan umatnya, adapun dilakukan terus-menerus pada waktu
terlarang merupakan kekhususan nabi”. (Zaadul Ma’ad 1/308)
14. Waktu Mengqodho’ Sholat Rawatib Sebelum Subuh
Dari Abu Hurairah radiyallahu ‘anhu berkata, rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda: “Barangsiapa yang belum mengerjakan dua rakaat sebelum sholat subuh, maka
sholatlah setelah matahari terbit”. (At-Tirmdzi 423, dan dishahihkan oleh Al-albani)
Dan dari Muhammad bin Ibrahim dari kakeknya Qois, berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam keluar rumah mendatangi sholat kemudian qomat ditegakkan dan sholat subuh
dikerjakan hingga selesai, kemudian nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berpaling menghadap
ma’mum, maka beliau mendapati saya sedang mengerjakan sholat, lalu bersabda:
“Sebentar wahai Qois apakah ada sholat subuh dua kali?”. Maka saya berkata: Wahai
rasulullah sungguh saya belum mengerjakan sholat sebelum subuh, rasulullah bersabda:
“Maka tidak mengapa”. (HR. At-Tirmidzi). Adapun pada Abu Dawud dengan lafadz: “Maka
rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam diam (terhadap yang dilakukan Qois)”. (HR. At-tirmidzi
no. 422, Abu Dawud no. 1267, dan Al-Albani menshahihkannya)
As-Syaikh Muhammad bin Ibrahim rahimahullah berkata: “Barangsiapa yang masuk masjid
mendapatkan jama’ah sedang sholat subuh, maka sholatlah bersama mereka. Baginya
dapat mengerjakan sholat dua rakaat sebelum subuh setelah selesai sholat subuh, tetapi
yang lebih utama adalah mengakhirkan sampai matahari naik setinggi tombak” (Majmu’
Fatawa As-Syaikh Muammad bin Ibrahim 2/259 dan 260)
15. Jika Sholat Subuh Bersama Jama’ah Terlewatkan, Apakah Mengerjakan Sholat
Rawatib Terlebih Dahulu atau Sholat Subuh?
As-Syaikh Muhammad bin Utsaimin rahimahullah berkata: “Sholat rawatib didahulukan atas
sholat fardhu (subuh), karena sholat rawatib qobliyah subuh itu sebelum sholat subuh,
meskipun orang-orang telah keluar selesai sholat berjama’ah dari masjid” (Majmu’ Fatawa
As-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsatimin 14/298)
16. Pengurutan Ketika Mengqodho’
As-Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah berkata: “Apabila didalam sholat itu terdapat rawatib
qobliyah dan ba’diyah, dan sholat rawatib qobliyahnya terlewatkan, maka yang dikerjakan
lebih dahulu adalah ba’diyah kemudian qobliyah, contoh: Seseorang masuk masjid yang
belum mengerjakan sholat rawatib qobliyah mendapati imam sedang mengerjakan sholat
dzuhur, maka apabila sholat dzuhur telah selesai, yang pertamakali dikerjakan adalah sholat
rawatib ba’diyah dua rakaat, kemudian empat rakaat qobliyah”. (Syarh Riyadhus Sholihin,
3/283)
17. Mengqodho’ Sholat Rawatib yang Banyak Terlewatkan
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata: “Diperbolehkan mengqodho’ sholat
rawatib dan selainnya, karena merupakan sholat sunnah yang sangat dianjurkan
(muakkadah)… kemudian jika sholat yang terlewatkan sangat banyak, maka yang utama
adalah mencukupkan diri mengerjakan yang wajib (fardhu), karena mendahulukan untuk
menghilangkan dosa adalah perkara yang utama, sebagaimana “Ketika rasulullah
mengerjakan empat sholat fardhu yang tertinggal pada perang Khondaq, beliau
mengqodho’nya secara berturut-turut”. Dan tidak ada riwayat bahwasannya rasulullah
mengerjakan sholat rawatib diantara sholat-sholat fardhu tersebut.…. Dan jika hanya satu
atau dua sholat yang terlewatkan, maka yang utama adalah mengerjakan semuanya
sebagaimana perbuatan nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pada saat sholat subuh
terlewatkan, maka beliau mengqodho’nya bersama sholat rawatib”. (Syarh Al-’Umdah, hal.
238)
18. Menggabungkan Sholat-sholat Rawatib, Tahiyatul Masjid, dan Sunnah Wudhu’
As-Syaikh Abdurrahman As-Sa’di rahimahullah berkata: “Apabila seseorang masuk masjid
diwaktu sholat rawatib, maka ia bisa mengerjakan sholat dua rakaat dengan niat sholat
rawatib dan tahiyatul masjid, dengan demikian tertunailah dengan mendapatkan keutamaan
keduanya. Dan demikian juga sholat sunnah wudhu’ bisa digabungkan dengan keduanya
(sholat rawatib dan tahiyatul masjid), atau digabungkan dengan salah satu dari keduanya”.
(Al-Qawaid Wal-Ushul Al-Jami’ah, hal. 75)
19. Menggabungkan Sholat Sebelum Subuh dan Sholat Duha Pada Waktu Duha
As-Syaikh Muhammad Bin Utsaimin rahimahullah berkata: “Seseorang yang sholat qobliyah
subuhnya terlewatkan sampai matahari terbit, dan waktu sholat dhuha tiba. Maka pada
keadaan ini, sholat rawatib subuh tidak terhitung sebagai sholat dhuha, dan sholat dhuha
juga tidak terhitung sebagai sholat rawatib subuh, dan tidak boleh juga menggabungkan
keduanya dalam satu niat. Karena sholat dhuha itu tersendiri dan sholat rawatib subuh pun
juga demikian, sehingga tidaklah salah satu dari keduanya terhitung (dianggap) sebagai
yang lainnya. (Majmu’ Fatawa As-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, 20/13)
20. Menggabungkan Sholat Rawatib dengan Sholat Istikhorah
Dari Jabir bin Abdullah radiyallahu ‘anhuma berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
mengajarkan kami sholat istikhorah ketika menghadapi permasalahan sebagaimana
mengajarkan kami surat-surat dari Al-Qur’an”, kemudian beliau bersabda: “Apabila
seseorang dari kalian mendapatkan permasalahan, maka sholatlah dua rakaat dari selain
sholat fardhu…” (HR. Bukhori no. 1166)
Al-Hafidz Ibnu Hajar rahimahullah berkata: “Jika seseorang berniat sholat rawatib tertentu
digabungkan dengan sholat istikhorah maka terhitung sebagai pahala (boleh), tetapi
berbeda jika tidak diniatkan”. (Fathul Bari 11/189)
21. Sholat Rawatib Ketika Iqomah Sholat Fardhu Telah Dikumandangkan
Dari Abu Huroiroh radiyallahu ‘anhu, dari nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Apabila iqomah sholat telah ditegakkan maka tidak ada sholat kecuali sholat fardhu”. (HR.
Muslim bi As-syarh An-Nawawi 5/222)
An-Nawawi berkata: “Hadits ini terdapat larangan yang jelas dari mengerjakan sholat
sunnah setelah iqomah sholat dikumandangkan sekalipun sholat rawatib seperti rawatib
subuh, dzuhur, ashar dan selainnya” (Al-Majmu’ 3/378)
22. Memutus Sholat Rawatib Ketika Sholat Fardhu ditegakkan
As-Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah berkata: “Apabila sholat telah ditegakkan dan
ada sebagian jama’ah sedang melaksanakan sholat tahiyatul masjid atau sholat rawatib,
maka disyari’atkan baginya untuk memutus sholatnya dan mempersiapkan diri untuk
melaksanakan sholat fardhu, berdasarkan sabda nabi shallallahu ‘alaihi wasallam: “Apabila
iqomah sholat telah ditegakkan maka tidak ada sholat kecuali sholat fardhu..”, akantetapi
seandainya sholat telah ditegakkan dan seseorang sedang berada pada posisi rukuk
dirakaat yang kedua, maka tidak ada halangan bagi dia untuk menyelesaikan sholatnya.
Karena sholatnya segera berakhir pada saat sholat fardhu baru terlaksana kurang dari satu
rakaat”. (Majmu’ Fatawa 11/392 dan 393)
23. Apabila Mengetahui Sholat Fardhu Akan Segera Ditegakkan, Apakah
Disyari’atkan Mengerjakan Sholat Rawatib?
As-Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata: “Sudah seharusnya (mengenai hal ini) dikatakan:
“Sesungguhnya tidak dianjurkan mengerjakan sholat rawatib diatas keyakinan yang kuat
bahwasannya sholat fardhu akan terlewatkan dengan mengerjakannya. Bahkan
meninggalkannya (sholat rawatib) karena mengetahui akan ditegakkan sholat bersama
imam dan menjawab adzan (iqomah) adalah perkara yang disyari’atkan. Karena menjaga
sholat fardhu dengan waktu-waktunya lebih utama daripada sholat sunnah rawatib yang
bisa dimungkinkan untuk diqodho’”. (Syarh Al-’Umdah, hal. 609)
24. Mengangkat Kedua Tangan Untuk Berdo’a Setelah Menunaikan Sholat Rawatib
As-Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah berkata: “Sholat Rawatib: Saya tidak mengetahui
adanya larangan dari mengangkat kedua tangan setelah mengerjakannya untuk berdo’a,
dikarenakan beramal dengan keumuman dalil (akan disyari’atkan mengangkat tangan
ketika berdo’a). Akan tetapi lebih utama untuk tidak melakukannya terus-menerus dalam
hal itu (mengangkat tangan), karena tidaklah ada riwayat yang menyebutkan bahwa nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam mengerjakan demikian, seandainya beliau melakukannya setiap
selesai sholat rawatib pasti akan ada riwayat yang dinisbahkan kepada beliau. Padahal para
sahabat meriwayatkan seluruh perkataan-perkataan dan perbuatan-perbuatan rasulullah
baik ketika safar maupun tidak. Bahkan seluruh kehidupan rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam dan para sahabat radiyallahu ‘anhum tersampaikan”. (Arkanul Islam, hal. 171)
25. Kapan Sholat Rawatib Ketika Sholat Fardhu DiJama’?
Imam Nawawi rahimahullah berkata: “Sholat rawatib dikerjakan setelah kedua sholat fardhu
dijama’ dan tidak boleh dilakukan di antara keduanya. Dan demikian juga sholat rawatib
qobliyah dzuhur dikerjakan sebelum kedua sholat fardhu dijama’”. (Shahih Muslim Bi Syarh
An-Nawawi, 9/31)
26. Apakah Mengerjakan Sholat Rawatib Atau Mendengarkan Nasihat?
Dewan Tetap untuk Penelitian Ilmiyah dan Fatwa Saudi: “Disyariatkan bagi kaum muslimin
jika mendapatkan nasihat (kultum) setelah sholat fardhu hendaknya mendengarkannya,
kemudian setelahnya ia mengerjakan sholat rawatib seperti ba’diyah dzuhur, maghbrib dan
‘isya” (Fatawa Al-Lajnah Ad-Daimah LilBuhuts Al-’Alamiyah Wal-Ifta’, 7/234)
27. Mendahulukan Menyempurnakan Dzikir-dzikir setelah Sholat Fardhu Sebelum
Menunaikan Sholat Rawatib
As-Syaikh Abdullah bin Jibrin rahimahullah ditanya: “Apabila saya mengerjakan sholat
jenazah setelah maghrib, apakah saya langsung mengerjakan sholat rawatib setelah selesai
sholat jenazah ataukah menyempurnakan dzikir-dzikir kemudian sholat rawatib?
Jawaban beliau rahimahullah: “Yang lebih utama adalah duduk untuk menyempurnakan
dzikir-dzikir kemudian menunaikan sholat rawatib. Maka perkara ini disyariatkan baik ada
atau tidaknya sholat jenazah. Maka dzikir-dzikir yang ada setelah sholat fardhu merupakan
sunnah yang selayaknya untuk dijaga dan tidak sepantasnya ditinggalkan. Maka jika anda
memutus dzikir tersebut karena menunaikan sholat jenazah, maka setelah itu hendaknya
menyempurnakan dzikirnya ditempat anda berada, kemudian mengerjakan sholat rawatib
yaitu sholat ba’diyah. Hal ini mencakup rawatib ba’diyah dzuhur, maghrib maupun ‘isya
dengan mengakhirkan sholat rawatib setelah berdzikir”. (Al-Qoul Al-Mubin fii Ma’rifati Ma
Yahummu Al-Mushollin, hal. 471)
28. Tersibukkan Dengan Memuliakan Tamu Dari Meninggalkan Sholat Rawatib
As-Syaikh Muhammad bin Utsaimin rahimahullah berkata: “Pada dasarnya seseorang
terkadang mengerjakan amal yang kurang afdhol (utama) kemudian melakukan yang lebih
afdhol (yang semestinya didahulukan) dengan adanya sebab. Maka seandainya seseorang
tersibukkan dengan memuliakan tamu di saat adanya sholat rawatib, maka memuliakan
tamu didahulukan daripada mengerjakan sholat rawatib”. (Majmu’ Fatawa As-Syaikh
Muhammad bin Sholih Al-Utsaimin 16/176)
29. Sholatnya Seorang Pekerja Setelah Sholat Fardhu dengan Rawatib Maupun
Sholat Sunnah lainnya.
As-Syaikh Muhammad bin Utsaimin rahimahullah berkata: “Adapun sholat sunnah setelah
sholat fardhu yang bukan rawatib maka tidak boleh. Karena waktu yang digunakan saat itu
merupakan bagian dari waktu kerja semisal aqad menyewa dan pekerjaan lain. Adapun
melakukan sholat rawatib (ba’da sholat fardhu), maka tidak mengapa. Karena itu
merupakan hal yang biasa dilakukan dan masih dimaklumi (dibolehkan) oleh atasannya.
30. Apakah Meninggalkan Sholat Rawatib Termasuk Bentuk Kefasikan?
As-Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah berkata: “Perkataan sebagian ulama’:
(Sesungguhnya meninggalkan sholat rawatib termasuk fasiq), merupakan perkataan yang
kurang baik, bahkan tidak benar. Karena sholat rawatib itu adalah nafilah (sunnah). Maka
barangsiapa yang menjaga sholat fardhu dan meninggalkan maksiat tidaklah dikatakan
fasik bahkan dia adalah seorang mukmin yang baik lagi adil. Dan demikian juga sebagian
perkataan Fuqoha’: (Sesungguhnya menjaga sholat rawatib merupakan bagian dari syarat
adil dalam persaksian), maka ini adalah perkataan yang lemah. Karena setiap orang yang
menjaga sholat fardhu dan meninggalkan maksiat maka ia adalah orang yang adil lagi
tsiqoh. Akantetapi dari sifat seorang mukmin yang sempurna selayaknya bersegera
(bersemangat) untuk mengerjakan sholat rawatib dan perkara-perkara baik lainnya yang
sangat banyak dan berlomba-lomba untuk mengerjakannya”. (Majmu’ Fatawa 11/382)
(Yang dimaksud adalah artikel tersebut: http://fdawj.atspace.org/awwb/th2/14.htm (pen.))
Faedah:
Ibmu Qoyyim rahimahullah berkata: “Terdapat kumpulan sholat-sholat dari tuntunan nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam sehari semalam sebanyak 40 rakaat, yaitu dengan menjaga 17
rakaat dari sholat fardhu, 10 rakaat atau 12 rakaat dari sholat rawatib, 11 rakaat atau 13
rakaat sholat malam, maka keseluruhannya adalah 40 rakaat. Adapun tambahan sholat
selain yang tersebutkan bukanlah sholat rawatib…..maka sudah seharusnyalah bagi seorang
hamba untuk senantiasa menegakkan terus-menerus tuntunan ini selamanya hingga
menjumpai ajal (maut). Sehingga adakah yang lebih cepat terkabulkannya do’a dan
tersegeranya dibukakan pintu bagi orang yang mengetuk sehari semalam sebanyak 40 kali?
Allah-lah tempat meminta pertolongan”. (Zadul Ma’ad 1/327)
Lembaran singkat ini saya ringkas dari sebuah buku yang saya tulis sendiri berjudul
“Hukum-hukum Sholat Sunnah Rawatib”.
Dan sholawat serta salam kepada nabi kita muhammad shallalllahu ‘alaihi wasallam dan
keluarganya serta para sahabatnya. Amiin
Dari artikel Tuntunan Shalat Sunnah Rawatib — Muslim.Or.Id by null
Pengertian, Definisi, Jenis dan Tata Cara Sholat Sunat Rawatib Yang Mengiringi Solat Wajib - Praktek Ibadah Salat Agama Islam
Submitted by godam64
on Tue, 13/06/2006 - 13:23
A. Pengertian dan DefinisiShalat sunah rawatib adalah shalat yang mengiringi solat wajib lima waktu dalam sehari yang bisa dikerjakan pada saat sebelum sholat dan setelah solat. Fungsi salat sunat rawatib adalah menambah serta menyempurnakan kekurangan dari shalat wajib.
B. Tata Cara dan Syarat Kondisi1. Dikerjakan sendiri-sendiri tidak berjamaah2. Mengambil tempat salat yang berbeda dengan tempat melakukan sholat wajib.3. Shalat sunah rawatib dilakukan dua rokaat dengan satu salam.4. Tidak didahului azan dan qomat
C. Jenis Salat Sunat Rawatib1. Salat sunat qabliyah / qobliyah adalah sholat sunah yang dilaksanakan sebelum mengerjakan solat wajib.2. shalat sunah ba'diyah adalah sholat yang dikerjakan setelah melakukan shalat wajib.
D. Macam-macam Sholat Sunah Rawatib1. Salat sunat rawatib muakkad / pentingAdalah sholat sunat rawatib yang dikerjakan pada :- Sebelum subuh dua rokaat- Sebelum zuhur dua rokaat- Sesudah dzuhur dua rokaat- Sesudah maghrib dua rokaat- Sesudah isya dua rokaat2. Salat sunat rawatib ghoiru muakkad / tidak pentingAdalah sholat sunat rawatib yang dikerjakan pada :- Sebelum zuhur dua rokaat- Setelah zuhur dua rokaat- Sebelum ashar empat rokaat- Sebelum magrib dua rokaat- Sebelum isya dua rokaat
http://organisasi.org/
pengertian_definisi_jenis_dan_tata_cara_sholat_sunat_rawatib_yang_mengiringi_solat_waj
ib_praktek_ibadah_salat_agama_islam