sholat sunnah rawatib dan keutamaannya

19
SHOLAT SUNNAH RAWATIB DAN KEUTAMAANNYA Sholat Sunnah Rowatib sepintas nampak seperti hal yang biasa menurut kita. Namun banyak dari kita yang tidak mengetahui bahwa Rosulullah tidak pernah meninggalkan sholat sunnah ini selain dalam perjalanan. Kalaupun tertinggal karena lupa, sakit atau tertidur, beliau mengqodo’nya. Dari sini dapat kita simpulkan betapa pentingnya kedudukan sholat sunnah rowatib ini disamping sholat-sholat fardlu. Sholat Sunnah Rawatib sangat dianjurkan / ditekankan untuk dilakukan. Menurut pendapat beberapa ulama, orang yang terus menerus meninggalkannya maka ketakwaannya tidak bisa dipercaya dan ia pun berdosa. Alasannya, karena terus menerus meninggalkannya menunjukkan kadar keislamannya yang sangat rendah dan ketidakpeduliannya terhadap sholat sunnah rowatib. Adapun keistimewaan sholat sunnah rowatib adalah merupakan penambal kekurangan dan kesalahan seseorang ketika melaksanakan sholat fardlu. Karena manusia tidak terlepas dari kesalahan, maka ia membutuhkan sesuatu yang dapat menutupi kesalahannya tersebut. Berdasarkan Hadist yang diriwayatkan dari Ibnu Umar r.a bahwa Saya menghafal sepuluh rokaat dari Rosulullah: dua rokaat sebelum sholat zhuhur, dua rokaat setelah sholat zhuhur, dua rokaat setelah sholat maghrib di rumah beliau, dua rokaat setelah sholat isya’ di rumah beliau, dan dua rokaat sebelum subuh. Sebelum subuh ini adalah waktu di mana tidak seorang pun yang datang kepada Rosulullah SAW. Hafshah memberitahuku bahwa jika muazin mengumandangkan adzan dan fajar telah terbit, maka beliau sholat dua rokaat. Berdasarkan hadist di atas dapat kita simpulkan bahwa sholat sunnah rowatib terdiri dari dua rokaat sebelum Dzuhur, dua rokaat setelah dzuhur, dua rokaat setelah maghrib, dua rokaat setelah isya’, dan dua rokaat sebelum subuh setelah terbit fajar. Dalam Shohih Muslim diriwayatkan dari Aisyah r.a. bahwa ia berkata

Upload: dek-pipin

Post on 16-Feb-2015

71 views

Category:

Documents


13 download

TRANSCRIPT

Page 1: Sholat Sunnah Rawatib Dan Keutamaannya

SHOLAT SUNNAH RAWATIB DAN KEUTAMAANNYA

Sholat Sunnah Rowatib sepintas nampak seperti hal yang biasa menurut kita. Namun

banyak dari kita yang tidak mengetahui bahwa Rosulullah tidak pernah meninggalkan sholat

sunnah ini selain dalam perjalanan. Kalaupun tertinggal karena lupa, sakit atau tertidur,

beliau mengqodo’nya. Dari sini dapat kita simpulkan betapa pentingnya kedudukan sholat

sunnah rowatib ini disamping sholat-sholat fardlu.

Sholat Sunnah Rawatib sangat dianjurkan / ditekankan untuk dilakukan. Menurut pendapat

beberapa ulama, orang yang terus menerus meninggalkannya maka ketakwaannya tidak

bisa dipercaya dan ia pun berdosa. Alasannya, karena terus menerus meninggalkannya

menunjukkan kadar keislamannya yang sangat rendah dan ketidakpeduliannya terhadap

sholat sunnah rowatib. Adapun keistimewaan sholat sunnah rowatib adalah merupakan

penambal kekurangan dan kesalahan seseorang ketika melaksanakan sholat fardlu. Karena

manusia tidak terlepas dari kesalahan, maka ia membutuhkan sesuatu yang dapat menutupi

kesalahannya tersebut.

Berdasarkan Hadist yang diriwayatkan dari Ibnu Umar r.a bahwa

Saya menghafal sepuluh rokaat dari Rosulullah: dua rokaat sebelum sholat

zhuhur, dua rokaat setelah sholat zhuhur, dua rokaat setelah sholat maghrib di

rumah beliau, dua rokaat setelah sholat isya’ di rumah beliau, dan dua rokaat

sebelum subuh. Sebelum subuh ini adalah waktu di mana tidak seorang pun

yang datang kepada Rosulullah SAW. Hafshah memberitahuku bahwa jika

muazin mengumandangkan adzan dan fajar telah terbit, maka beliau sholat dua

rokaat.

Berdasarkan hadist di atas dapat kita simpulkan bahwa sholat sunnah rowatib terdiri dari

dua rokaat sebelum Dzuhur, dua rokaat setelah dzuhur, dua rokaat setelah maghrib, dua

rokaat setelah isya’, dan dua rokaat sebelum subuh setelah terbit fajar.

Dalam Shohih Muslim diriwayatkan dari Aisyah r.a. bahwa ia berkata

Page 2: Sholat Sunnah Rawatib Dan Keutamaannya

Rosulullah sholat empat rokaat sebelum sholat dzuhur di rumahku. Kemudian

beliau keluar dan sholat bersama orang-orang, lalu pulang ke rumahku dan

melakukan sholat dua rokaat.

Berdasarkan hadist riwayat ini, beberapa ulama menyimpulkan bahwa jumlah rokaat sholat

sunnah rowatib adalah 12 rokaat.

Keutamaan melaksanakan sholat sunnah rowatib di rumah :

1. Untuk menghindari riya’ (sikap pamer), ujub (membanggakan diri sendiri), dan untuk

tidak memperlihatkan amal baik kepada khalayak ramai.

2. Lebih mudah untuk khusyuk dan ikhlas lantaran suasananya yang sepi (tidak banyak

orang).

3. menghidupkan rumah dengan dzikir kepada Allah dan sholat seperti sabda Rosulullah,

Jadikanlah sebagian sholat kalian di rumah-rumah kalian, dan jangan kalian

menjadikannya sebagai kuburan

Yang paling utama dari sholat-sholat sunnah rowatib ini adalah sholat sunnah sebelum fajar.

Hal ini berdasarkan riwayat dari Aisyah r.a. bahwa ia berkata,

tidak ada sholat sunnah yang paling dijaga oleh Rosulullah selain dua rokaat

fajar.

Rosulullah bersabda :

Dua rokaat sholat fajar lebih baik dari dunia dan seisinya

Oleh karena itu Roslullah selalu melakukan sholat dua rokaat fajar dan sholat witir, baik

ketika di rumah maupun ketika dalam perjalanan.

Sholat sunnah rowatib selain witir dan sholat sunnah fajar tidak disunnahkan dilakukan

ketika dalam perjalanan. Hal ini didasarkan dari riwayat ketika Ibnu Umar r.a. ditanya

tentang sholat rowatib Dzuhur ketika dalam perjalanan ia berkata,

Seandainya aku melakukan sholat rowatib, tentunya aku tidak mengqoshor

sholat.

Page 3: Sholat Sunnah Rawatib Dan Keutamaannya

Ibnul Qayyim berkata,

Termasuk tuntunan Rosulullah dalam perjalanan adalah mengqoshor sholat

fardlu. Tidak ada riwayat dari beliau yang menunjukkan bahwa beliau melakukan

sholat sunnah sebelum dan setelah sholat qoshor tersebut, kecuali sholat witir

dan sholat sunnah fajar

Adapun dalam pelaksanaannya Rosulullah mensunnahkan untuk memendekkan sholat

sunnah fajar. Berdasarkan riwayat Shohih Bukhori dan Muslim Aisyah r.a. berkata :

Rosulullah selalu memendekkan sholat dua rokaat sebelum sholat subuh.

Dalam sholat subuh, pada rokaat pertama setelah membaca Al Fatihah Rosulullah

melanjutkannya dengan membaca surat Al Kafirun dan pada rokaat kedua dengan Al

Ikhlash. Pernah juga pada rokaat pertama Rosulullah membaca surat Al Baqoroh ayat 136

setelah membaca Al Fatihah dan Ali Imron ayat 64 pada rokaat kedua. Hal ini juga dilakukan

beliau pada sholat dua rokaat setelah maghrib berdasarkan riwayat Al Baihaqqi dan Tirmidzi

dari Ibnu Mas’ud r.a. yang menjelaskan tentang seringnya Roslulullah membaca surat Al

Kafiruun dan Al Ikhlas pada sholat dua rokaat  setelah sholat maghrib dan sebelum sholat

subuh.

Jika dari sholat-sholat ini ada yang terlewat, disunnahkan untuk mengqodo’nya. Demikian

juga jika terlewat sholat witir, maka disunnahkan untuk mengqodo’nya di siang hari.

Rosulullah mengqodho’ dua rokaat sholat sunnah fajar dan sholat subuh ketika tertidur dan

belum melaksanakannya. Beliau juga pernah mengqodho’ sholat sunnah qobliyah dzuhur

setelah sholat ashar. Adapun disyariatkannya mengqodho’ sholat sunnah rowatib lainnya

dapat dianalogikan sholat-sholat yang disebutkan di dalam nash hadist.

Rosulullah bersabda,

Barangsiapa tertidur atau lupa dan tidak sholat witir, hendaknya melakukannya

ketika ia bangun atau ketika mengingatnya. (HR. Tirmidzi dan Abu Dawud).

Ketika mengqodho’ sholat witir, hendaknya juga mengqodho’ sholat sunnah sebelumnya.

Hal ini didasarkan pada riwayat Aisyah r.a. yang ia berkata,

Page 4: Sholat Sunnah Rawatib Dan Keutamaannya

Rosulullah jika tidak sholat malam karena tidur atau sakit, beliau sholat di siang

hari dua belas rokaat.

Demikian tadi telah diuraikan tentang keutamaan serta segala sesuatu yang berkaitan

dengan sholat sunnah rowatib. Mudah-mudah bermanfaat bagi saudara-saudariku yang mau

menegakkannya.

http://lilmessenger.wordpress.com/2008/07/27/sholat-sunnah-rawatib-dan-keutamaannya/

Writed by:  Hafiz Muthoharoh, S.Pd.I

Pengertian Shalat Sunnah Rawatib

Shalat Sunnah Rawatib adalah shalat sunnah yang dikerjakan mengiringi shalat fardhu lima waktu, yaitu

dikerjakan sebelum atau sesudahnya. Shalat sunnah rawatib yang dikerjakan sebelum shalat fardhu

disebut shalat qabliyah, dan shalat sunnah rawatib yang dikerjakan sesudah shalat fardhu

disebut ba’diyah.

Keutamaan Shalat Sunnah Rawatib

Berdasarkan hadits dari Ummu Habibah, Ummul Mukminin radhiyallahu ‘anhuma Aku pernah mendengar

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa melakukan shalat 12 rakaat setiap satu

hari satu malam akan dibangunkan baginya rumah di surga.” [Hadits shahih, diriwayatkan oleh Imam

Muslim]

Dr. Sa’id bin ‘Ali bin Wahf Al_Qaththani mengatakan bahwa pengertian hadits ini dijelaskan di dalam kitab

Sunan At_Tirmidzi dari hadits Ummu Habibah radhiyallahu ‘anhuma bahwa ia menceritakan, Rasulullah

shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa melakukan shalat 12 rakaat setiap satu hari satu

malam akan dibangunkan baginya rumah di surga; 4 rakaat sebelum zhuhur; 2 rakaat sesudahnya; 2

rakaar sesudah maghrib; 2 rakaat sesudah isya’; dan 2 rakaat sebelum shubuh.” [Hadits hasan shahih,

diriwayatkan oleh At_Tirmidzi dalam kitab Ash_Shalah, hadits no. 415]

Selain itu, diriwayatkan dengan shahih hadits Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma bahwa ia

menceritakan, “Aku hapal 10 rakaat dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu 2 rakaat sebelum

zhuhur; 2 rakaat sesudahnya; 2 rakaat sesudah maghrib di rumah beliau; 2 rakaat sesudah isya’ juga di

rumah beliau; dan 2 rakaat sebelum shalat shubuh.” Dalam riwayatlain, “Dan 2 rakaat sesudah shalat

Jum’at di rumah beliau.” [Hadits shahih, diriwayatkan oleh Al_Bukhari dan Muslim]

Dengan demikian, jumlah shalat sunnah rawatib (yang ditekankan) ada 12 rakaat sebagaimana

dijelaskan oleh Ummu Habibah atau 10 rakaat berdasarkan riwayat Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma.

Sehingga dapat diindikasikan bahwa terkadang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengerjakan 12

rakaat sebagaimana hadits dari Ummu Habibah dan Aisyah, dan terkadang mengerjakannya 10 rakaat

sebagaimana hadits Ibnu Umar di atas.

Bila seorang muslim sedang bersemangat, maka bisa mengerjakannya 12 rakaar. Tetapi bila ia ada

kesibukkan, maka ia bisa mengerjakan 10 rakaat saja. Kesemuanya itu adalah rawatib, maka untuk lebih

lengkap dan sempurna, maka hendaklah ia shalat sebagaimana dalam hadits Ummu Habibah dan

Aisyah.http://alhafizh84.wordpress.com/2009/11/06/pengertian-dan-keutamaan-shalat-rawatib/

Page 5: Sholat Sunnah Rawatib Dan Keutamaannya

Keutamaan Shalat Sunnah Rawatib

Ummu Habibah radiyallahu ‘anha telah meriwayatkan sebuah hadits tentang keutamaan shalat sunnah rawatib, dia berkata: saya mendengar Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang shalat dua belas rakaat pada siang dan malam, maka akan dibangunkan baginya rumah di surga”. Ummu Habibah berkata: saya tidak pernah meninggalkan shalat sunnah rawatib semenjak mendengar hadits tersebut. ‘Anbasah berkata: Maka saya tidak pernah meninggalkannya setelah mendengar hadits tersebut dari Ummu Habibah. ‘Amru bin Aus berkata: Saya tidak pernah meninggalkannya setelah mendengar hadits tersebut dari ‘Ansabah. An-Nu’am bin Salimberkata: Saya tidak pernah meninggalkannya setelah mendengar hadits tersebut dari ‘Amru bin Aus. (HR. Muslim no. 728)‘Aisyah radhiyallahu ‘anha telah meriwayatkan sebuah hadits tentangshalat sunnah rawatib sebelum (qobliyah) shubuh, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda, “Dua rakaat sebelumshubuh lebih baik dari dunia dan seisinya”. Dalam riwayat yang lain, “Dua raka’at sebelum shubuh lebih aku cintai daripada dunia seisinya” (HR. Muslim no. 725)

Adapun shalat sunnah sebelum shubuh ini merupakan yang paling utama di antara shalat sunnah rawatib dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah meninggalkannya baik ketika mukim (tidak berpegian) maupun dalam keadaan safar.

Ummu Habibah radhiyallahu ‘anha telah meriwayatkan tentangkeutamaan shalat sunnah rawatib dzuhur, dia berkata: saya mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa yang menjaga (shalat) empat rakaat sebelum dzuhur dan dua rakaat sesudahnya, Allah SWT haramkan baginya api neraka”. (HR. Ahmad 6/325, Abu Dawud no. 1269, At-Tarmidzi no. 428, An-Nasa’i no. 1814, Ibnu Majah no. 1160)

Jumlah Shalat Sunnah Rawatib Hadits Ummu Habibah di atas menjelaskan bahwa jumlah shalat sunnah rawatib ada 12 rakaat dan penjelasan hadits 12 rakaat ini diriwayatkan oleh At-Tarmidzi dan An-Nasa’i, dari ‘Aisyah radiyallahu ‘anha, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang tidak meninggalkan dua belas (12) rakaat pada shalat sunnah rawatib, maka Allah SWT akan bangunkan baginya rumah di surga, (yaitu): empat rakaat sebelum dzuhur, dan dua rakaat sesudahnya, dan dua rakaat sesudah

Page 6: Sholat Sunnah Rawatib Dan Keutamaannya

maghrib, dan dua rakaat sesudah ‘isya, dan dua rakaat sebelum subuh”. (HR. At-Tarmidzi no. 414, An-Nasa’i no. 1794)

Surat yang Dibaca pada Shalat Sunnah Rawatib 

Dari Abu Hurairah radiyallahu ‘anhu, “Bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pada shalat sunnah sebelum subuhmembaca surah Al Kaafirun ( الكافرون أيها يا قل ) dan surah Al Ikhlas ( أحد الله هو قل ).” (HR. Muslim no. 726)

Dan dari Sa’id bin Yasar, bahwasannya Ibnu Abbas mengkhabarkan kepadanya: “Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallampada shalat sunnah sebelum shubuh dirakaat pertamanya membaca: ( إلينا أنزل وما بالله آمنا قولوا ) (QS. Al-Baqarah: 136), dan dirakaat keduanya membaca: ( مسلمون بأنا واشهد بالله آمنا ) (QS. Ali Imron: 52). (HR. Muslim no. 727)Dari Ibnu Mas’ud radiyallahu ‘anha, dia berkata: Saya sering mendengar Rasulullah shallalllahu ‘alaihi wa sallam ketika beliau membaca surah pada shalat sunnah sesudah maghrib:” surah Al Kafirun ( أيها يا قل (الكافرون dan surah Al Ikhlas ( أحد الله هو قل ). (HR. At-Tarmidzi no. 431, berkata Al-Albani: derajat hadits ini hasan shohih, Ibnu Majah no. 1166)

Apakah Shalat Sunnah Rawatib 4 Rakaat Qobliyah Dzuhur

Dikerjakan dengan Sekali Salam atau 2 Kali Salam?

As-Syaikh Muhammad bin Utsaimin rahimahullah berkata: “Shalat Sunnah Rawatib terdapat di dalamnya salam, seseorang yang shalat sunnah rawatib empat rakaat maka dengan dua salam bukan satu salam, karena sesungguhnya Rasulullah shallalllahu ‘alaihi wa sallam  bersabda: “Shalat (sunnah) di waktu malam dan siang dikerjakan dua rakaat salam dua rakaat salam”. (Majmu’ Fatawa As-Syaikh Al-Utsaimin 14/288)

Tempat Mengerjakan Shalat Sunnah Rawatib 

Dari Ibnu Umar radiyallahu ‘anhuma berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Lakukanlah di rumah-rumah kalian dari shalat-shalat dan jangan jadikan rumah kalian bagai kuburan”. (HR. Bukhari no. 1187, Muslim no. 777)

Page 7: Sholat Sunnah Rawatib Dan Keutamaannya

As-Syaikh Muhammad bin Utsaimin rahimahullah berkata: “Sudah seyogyanya bagi seseorang untuk mengerjakan shalat sunnah rawatibdi rumahnya, meskipun di Makkah dan Madinah sekalipun maka lebih utama dikerjakan di rumah dari pada di masjid Al-Haram maupunmasjid An-Nabawi; karena saat Nabi shallallahu a’alihi wasallambersabda sementara beliau berada di Madinah. Ironisnya manusia sekarang lebih mengutamakan melakukan shalat sunnah rawatib diMasjidil Haram, dan ini termasuk bagian dari kebodohan”. (Syarh Riyadhus Sholihin 3/295)

Waktu Mengerjakan Shalat Sunnah Rawatib 

Ibnu Qudamah berkata: “Setiap shalat sunnah rawatib qobliyah maka waktunya dimulai dari masuknya waktu shalat fardhu hingga shalat fardhu dikerjakan, dan shalat sunnah rawatib ba’diyah maka waktunya dimulai dari selesainya shalat fardhu hingga berakhirnya waktu shalat fardhu tersebut “. (Al-Mughni 2/544)

Pengurutan Ketika Mengqodho’ As-Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah berkata: “Apabila didalamshalat itu terdapat shalat sunnah rawatib qobliyah dan ba’diyah, dan shalat sunnah rawatib qobliyahnya terlewatkan, maka yang dikerjakan lebih dahulu adalah shalat sunnah rawatib ba’diyahkemudian shalat sunnah rawatib qobliyah, contoh: Seseorang masuk masjid yang belum mengerjakan shalat sunnah rawatib qobliyah, mendapati imam sedang mengerjakan shalat dzuhur, maka apabila shalat dzuhur telah selesai, yang pertamakali dikerjakan adalah  shalat sunnah rawatib ba’diyah dua rakaat, kemudian empat rakaat shalat sunnah rawatib qobliyah”. (Syarh Riyadhus Sholihin, 3/283)

Memutus Shalat Sunnah Rawatib Ketika Shalat Fardhu ditegakkan

As-Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah berkata: “Apabila shalattelah ditegakkan dan ada sebagian jama’ah sedang melaksanakan shalat sunnah tahiyatul masjid atau  shalat sunnah  rawatib, maka disyari’atkan baginya untuk memutus shalatnya dan mempersiapkan diri untuk melaksanakan shalat fardhu, berdasarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam: “Apabila iqomah shalat telah ditegakkan maka tidak ada shalat kecuali shalat fardhu.”, akan tetapi seandainyashalat telah ditegakkan dan seseorang sedang berada pada posisi rukuk di rakaat yang kedua, maka tidak ada halangan bagi dia untuk menyelesaikan shalatnya.

Page 8: Sholat Sunnah Rawatib Dan Keutamaannya

Karena shalatnya segera berakhir pada saat shalat fardhu baru terlaksana kurang dari satu rakaat”. (Majmu’ Fatawa 11/392 dan 393)

Apakah Mengerjakan Shalat Sunnah Rawatib Atau

Mendengarkan Nasihat?Dewan Tetap untuk Penelitian Ilmiyah dan Fatwa Saudi: “Disyariatkan bagi kaum muslimin jika mendapatkan nasihat (kultum) setelah shalat fardhu hendaknya mendengarkannya, kemudian setelahnya ia mengerjakan shalat sunnah rawatib seperti ba’diyah dzuhur, maghbribdan ‘isya” (Fatawa Al-Lajnah Ad-Daimah LilBuhuts Al-’Alamiyah Wal-Ifta’, 7/234)

Tersibukkan Dengan Memuliakan Tamu Dari Meninggalkan Shalat

Sunnah Rawatib As-Syaikh Muhammad bin Utsaimin rahimahullah berkata: “Pada dasarnya seseorang terkadang mengerjakan amal yang kurang afdhol (utama) kemudian melakukan yang lebih afdhol (yang semestinya didahulukan) dengan adanya sebab. Maka seandainya seseorang tersibukkan dengan memuliakan tamu di saat adanya shalat sunnah rawatib, maka memuliakan tamu didahulukan daripada mengerjakan shalat sunnah rawatib ”. (Majmu’ Fatawa As-Syaikh Muhammad bin Sholih Al-Utsaimin 16/176)

Faedah Ibmu Qoyyim rahimahullah berkata: “Terdapat kumpulan shalat-shalat dari tuntunan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sehari semalam sebanyak 40 rakaat, yaitu dengan menjaga 17 rakaat dari shalat fardhu, 10 rakaat atau 12 rakaat darishalat sunnah rawatib, 11 rakaat atau 13 rakaat shalat malam, maka keseluruhannya adalah 40 rakaat. Adapun tambahan shalat selain yang tersebutkan bukanlah shalat sunnah rawatib, maka sudah seharusnyalah bagi seorang hamba untuk senantiasa menegakkan terus-menerus tuntunan ini selamanya hingga menjumpai ajal (maut). Sehingga adakah yang lebih cepat terkabulkannya do’a dan tersegeranya dibukakan pintu bagi orang yang mengetuk sehari semalam sebanyak 40 kali? Allah SWT lah tempat meminta pertolongan”. (Zadul Ma’ad 1/327) 

http://tausiahmuslim.blogspot.com/2012/06/tata-cara-shalat-sunnah-rawatib-dan.html

Page 9: Sholat Sunnah Rawatib Dan Keutamaannya

Tuntunan Shalat Sunnah RawatibKategori: Fiqh dan Muamalah46 Komentar // 7 September 2010

Sesungguhnya diantara hikmah dan rahmat Allah atas hambanya adalah disyariatkannya At-

tathowwu’ (ibadah tambahan). Dan dijadikan pada ibadah wajib diiringi dengan adanya at-

tathowwu’ dari jenis ibadah yang serupa. Hal itu dikarenakan untuk melengkapi kekurangan

yang terdapat pada ibadah wajib.

Dan sesungguhnya at-tathowwu’ di dalam ibadah sholat yang paling utama adalah sunnah

rawatib. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam senantiasa mengerjakannya dan tidak pernah

sekalipun meninggalkannya dalam keadaan mukim (tidak bepergian jauh).

Mengingat pentingnya ibadah ini, serta dikerjakannya secara berulang-ulang sebagaimana

sholat fardhu, sehingga saya (penulis) ingin menjelaskan sebagian dari hukum-hukum sholat

rawatib secara ringkas:

1. Keutamaan Sholat Rawatib

Ummu Habibah radiyallahu ‘anha telah meriwayatkan sebuah hadits tentang keutamaan

sholat sunnah rawatib, dia berkata: saya mendengar Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam

bersabda, “Barangsiapa yang sholat dua belas rakaat pada siang dan malam, maka akan

dibangunkan baginya rumah di surga”. Ummu Habibah berkata: saya tidak pernah

meninggalkan sholat sunnah rawatib semenjak mendengar hadits tersebut. ‘Anbasah

berkata: Maka saya tidak pernah meninggalkannya setelah mendengar hadits tersebut dari

Ummu Habibah. ‘Amru bin Aus berkata: Saya tidak pernah meninggalkannya setelah

mendengar hadits tersebut dari ‘Ansabah. An-Nu’am bin Salim berkata: Saya tidak pernah

meninggalkannya setelah mendengar hadits tersebut dari ‘Amru bin Aus. (HR. Muslim no.

728)

‘Aisyah radhiyallahu ‘anha telah meriwayatkan sebuah hadits tentang sholat sunnah rawatib

sebelum (qobliyah) shubuh, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda, “Dua

rakaat sebelum shubuh lebih baik dari dunia dan seisinya”. Dalam riwayat yang lain, “Dua

raka’at sebelum shubuh lebih aku cintai daripada dunia seisinya” (HR. Muslim no. 725)

Adapun sholat sunnah sebelum shubuh ini merupakan yang paling utama di antara sholat

sunnah rawatib dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah meninggalkannya

baik ketika mukim (tidak berpegian) maupun dalam keadaan safar.

Ummu Habibah radhiyallahu ‘anha telah meriwayatkan tentang keutamaan rawatib dzuhur,

dia berkata: saya mendengar rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa

yang menjaga (sholat) empat rakaat sebelum dzuhur dan empat rakaat sesudahnya, Allah

Page 10: Sholat Sunnah Rawatib Dan Keutamaannya

haramkan baginya api neraka”. (HR. Ahmad 6/325, Abu Dawud no. 1269, At-Tarmidzi no.

428, An-Nasa’i no. 1814, Ibnu Majah no. 1160)

2. Jumlah Sholat Sunnah Rawatib

Hadits Ummu Habibah di atas menjelaskan bahwa jumlah sholat rawatib ada 12 rakaat dan

penjelasan hadits 12 rakaat ini diriwayatkan oleh At-Tarmidzi dan An-Nasa’i, dari ‘Aisyah

radiyallahu ‘anha, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Barangsiapa yang tidak meninggalkan dua belas (12) rakaat pada sholat sunnah rawatib,

maka Allah akan bangunkan baginya rumah di surga, (yaitu): empat rakaat sebelum dzuhur,

dan dua rakaat sesudahnya, dan dua rakaat sesudah maghrib, dan dua rakaat sesudah

‘isya, dan dua rakaat sebelum subuh”. (HR. At-Tarmidzi no. 414, An-Nasa’i no. 1794)

3. Surat yang Dibaca pada Sholat Rawatib Qobliyah Subuh

Dari Abu Hurairah radiyallahu ‘anhu, “Bahwasanya rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam

pada sholat sunnah sebelum subuh membaca surat Al Kaafirun ( الكافرون أيها يا قل ) dan

surat Al Ikhlas ( أحد الله هو قل ).”  (HR. Muslim no. 726)

Dan dari Sa’id bin Yasar, bahwasannya Ibnu Abbas mengkhabarkan kepadanya:

“Sesungguhnya rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pada sholat sunnah sebelum subuh

dirakaat pertamanya membaca: ( إلينا أنزل وما بالله آمنا قولوا ) (QS. Al-Baqarah: 136), dan

dirakaat keduanya membaca: ( مسلمون بأنا واشهد بالله آمنا ) (QS. Ali Imron: 52). (HR. Muslim

no. 727)

4. Surat yang Dibaca pada Sholat Rawatib Ba’diyah Maghrib

Dari Ibnu Mas’ud radiyallahu ‘anha, dia berkata: Saya sering mendengar Rasulullah

shallalllahu ‘alaihi wa sallam ketika beliau membaca surat pada sholat sunnah sesudah

maghrib:” surat Al Kafirun ( الكافرون أيها يا قل ) dan surat Al Ikhlas ( أحد الله هو قل ). (HR. At-

Tarmidzi no. 431, berkata Al-Albani: derajat hadits ini hasan shohih, Ibnu Majah no. 1166)

5. Apakah Sholat Rawatib 4 Rakaat Qobiyah Dzuhur Dikerjakan dengan Sekali

Salam atau Dua Kali Salam?

As-Syaikh Muhammad bin Utsaimin rahimahullah berkata: “Sunnah Rawatib terdapat di

dalamnya salam, seseorang yang sholat rawatib empat rakaat maka dengan dua salam

bukan satu salam, karena sesungguhnya nabi bersabda: “Sholat (sunnah) di waktu malam

dan siang dikerjakan dua rakaat salam dua rakaat salam”. (Majmu’ Fatawa As-Syaikh Al-

Utsaimin 14/288)

6. Apakah Pada Sholat Ashar Terdapat Rawatib?

As-Syaikh Muammad bin Utsaimin rahimahullah berkata, “Tidak ada sunnah rawatib

sebelum dan sesudah sholat ashar, namun disunnahkan sholat mutlak sebelum sholat

ashar”. (Majmu’ Fatawa As-Syaikh Al-Utsaimin 14/343)

7. Sholat Rawatib Qobliyah Jum’at

Page 11: Sholat Sunnah Rawatib Dan Keutamaannya

As-Syaikh Abdul ‘Azis bin Baz rahimahullah berkata: “Tidak ada sunnah rawatib sebelum

sholat jum’at berdasarkan pendapat yang terkuat di antara dua pendapat ulama’. Akan

tetapi disyari’atkan bagi kaum muslimin yang masuk masjid agar mengerjakan sholat

beberapa rakaat semampunya” (Majmu’ Fatawa As-Syaikh Bin Baz 12/386&387)

8. Sholat Rawatib Ba’diyah Jum’at

Dari Abu Hurairah radiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam

bersabda, “Apabila seseorang di antara kalian mengerjakan sholat jum’at, maka sholatlah

sesudahnya empat rakaat”. (HR. Muslim no. 881)

As-Syaikh Bin Baz rahimahullah berkata, “Adapun sesudah sholat jum’at, maka terdapat

sunnah rawatib sekurang-kurangnya dua rakaat dan maksimum empat rakaat” (Majmu’

Fatawa As-Syaikh Bin Baz 13/387)

9. Sholat Rawatib Dalam Keadaan Safar

Ibnu Qayyim rahimahullah berkata, “Rasulullah shallallahu a’laihi wa sallam didalam safar

senantiasa mengerjakan sholat sunnah rawatib sebelum shubuh dan sholat sunnah witir

dikarenakan dua sholat sunnah ini merupakan yang paling utama di antara sholat sunnah,

dan tidak ada riwayat bahwasannya rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengerjakan

sholat sunnah selain keduanya”. (Zaadul Ma’ad 1/315)

As-Syaikh Bin Baz rahimahullah berkata: “Disyariatkan ketika safar meninggalkan sholat

rawatib kecuali sholat witir dan rawatib sebelum subuh”. (Majmu’ fatawa 11/390)

10. Tempat Mengerjakan Sholat Rawatib

Dari Ibnu Umar radiyallahu ‘anhuma berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam

bersabda: “Lakukanlah di rumah-rumah kalian dari sholat-sholat dan jangan jadikan rumah

kalian bagai kuburan”. (HR. Bukhori no. 1187, Muslim no. 777)

As-Syaikh Muhammad bin Utsaimin rahimahullah berkata: “Sudah seyogyanya bagi

seseorang untuk mengerjakan sholat rawatib di rumahnya…. meskipun di Mekkah dan

Madinah sekalipun maka lebih utama dikerjakan dirumah dari pada di masjid Al-Haram

maupun masjid An-Nabawi; karena saat nabi shallallahu a’alihi wasallam bersabda

sementara beliau berada di Madinah….. Ironisnya manusia sekarang lebih mengutamakan

melakukan sholat sunnah rawatib di masjidil haram, dan ini termasuk bagian dari

kebodohan”. (Syarh Riyadhus Sholihin 3/295)

11. Waktu Mengerjakan Sholat Rawatib

Ibnu Qudamah berkata: “Setiap sunnah rawatib qobliyah maka waktunya dimulai dari

masuknya waktu sholat fardhu hingga sholat fardhu dikerjakan, dan sholat rawatib ba’diyah

maka waktunya dimulai dari selesainya sholat fardhu hingga berakhirnya waktu sholat

fardhu tersebut “. (Al-Mughni 2/544)

Page 12: Sholat Sunnah Rawatib Dan Keutamaannya

12. Mengganti (mengqodho’) Sholat Rawatib

Dari Anas radiyallahu ‘anhu dari rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“Barangsiapa yang lupa akan sholatnya maka sholatlah ketika dia ingat, tidak ada tebusan

kecuali hal itu”. (HR. Bukhori no. 597, Muslim no. 680)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata: “Dan hadits ini meliputi sholat fardhu,

sholat malam, witir, dan sunnah rawatib”. (Majmu’ Fatawa Ibnu Taimiyah 23/90)

13. Mengqodho’ Sholat Rawatib Di Waktu yang Terlarang

Ibnu Qoyyim berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengqodho’ sholat ba’diyah

dzuhur setelah ashar, dan terkadang melakukannya terus-menerus, karena apabila beliau

melakukan amalan selalu melanggengkannya. Hukum mengqodho’ diwaktu-waktu terlarang

bersifat umum bagi nabi dan umatnya, adapun dilakukan terus-menerus pada waktu

terlarang merupakan kekhususan nabi”. (Zaadul Ma’ad  1/308)

14. Waktu Mengqodho’ Sholat Rawatib Sebelum Subuh

Dari Abu Hurairah radiyallahu ‘anhu berkata, rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam

bersabda: “Barangsiapa yang belum mengerjakan dua rakaat sebelum sholat subuh, maka

sholatlah setelah matahari terbit”. (At-Tirmdzi 423, dan dishahihkan oleh Al-albani)

Dan dari Muhammad bin Ibrahim dari kakeknya Qois, berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi

wasallam keluar rumah mendatangi sholat kemudian qomat ditegakkan dan sholat subuh

dikerjakan hingga selesai, kemudian nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berpaling menghadap

ma’mum, maka beliau mendapati saya sedang mengerjakan sholat, lalu bersabda:

“Sebentar wahai Qois apakah ada sholat subuh dua kali?”. Maka saya berkata: Wahai

rasulullah sungguh saya belum mengerjakan sholat sebelum subuh, rasulullah bersabda:

“Maka tidak mengapa”. (HR. At-Tirmidzi). Adapun pada Abu Dawud dengan lafadz: “Maka

rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam diam (terhadap yang dilakukan Qois)”. (HR. At-tirmidzi

no. 422, Abu Dawud no. 1267, dan Al-Albani menshahihkannya)

As-Syaikh Muhammad bin Ibrahim rahimahullah berkata: “Barangsiapa yang masuk masjid

mendapatkan jama’ah sedang sholat subuh, maka sholatlah bersama mereka. Baginya

dapat mengerjakan sholat dua rakaat sebelum subuh setelah selesai sholat subuh, tetapi

yang lebih utama adalah mengakhirkan sampai matahari naik setinggi tombak” (Majmu’

Fatawa As-Syaikh Muammad bin Ibrahim 2/259 dan 260)

15. Jika Sholat Subuh Bersama Jama’ah Terlewatkan, Apakah Mengerjakan Sholat

Rawatib Terlebih Dahulu atau Sholat Subuh?

As-Syaikh Muhammad bin Utsaimin rahimahullah berkata: “Sholat rawatib didahulukan atas

sholat fardhu (subuh), karena sholat rawatib qobliyah subuh itu sebelum sholat subuh,

meskipun orang-orang telah keluar selesai sholat berjama’ah dari masjid” (Majmu’ Fatawa

As-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsatimin 14/298)

Page 13: Sholat Sunnah Rawatib Dan Keutamaannya

16. Pengurutan Ketika Mengqodho’

As-Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah berkata: “Apabila didalam sholat itu terdapat rawatib

qobliyah dan ba’diyah, dan sholat rawatib qobliyahnya terlewatkan, maka yang dikerjakan

lebih dahulu adalah ba’diyah kemudian qobliyah, contoh: Seseorang masuk masjid yang

belum mengerjakan sholat rawatib qobliyah mendapati imam sedang mengerjakan sholat

dzuhur, maka apabila sholat dzuhur telah selesai, yang pertamakali dikerjakan adalah sholat

rawatib ba’diyah dua rakaat, kemudian empat rakaat qobliyah”. (Syarh Riyadhus Sholihin,

3/283)

17. Mengqodho’ Sholat Rawatib yang Banyak Terlewatkan

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata: “Diperbolehkan mengqodho’ sholat

rawatib dan selainnya, karena merupakan sholat sunnah yang sangat dianjurkan

(muakkadah)… kemudian jika sholat yang terlewatkan sangat banyak, maka yang utama

adalah mencukupkan diri mengerjakan yang wajib (fardhu), karena mendahulukan untuk

menghilangkan dosa adalah perkara yang utama, sebagaimana “Ketika rasulullah

mengerjakan empat sholat fardhu yang tertinggal pada perang Khondaq, beliau

mengqodho’nya secara berturut-turut”. Dan tidak ada riwayat bahwasannya rasulullah

mengerjakan sholat rawatib diantara sholat-sholat fardhu tersebut.…. Dan jika hanya satu

atau dua sholat yang terlewatkan, maka yang utama adalah mengerjakan semuanya

sebagaimana perbuatan nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pada saat sholat subuh

terlewatkan, maka beliau mengqodho’nya bersama sholat rawatib”. (Syarh Al-’Umdah, hal.

238)

18. Menggabungkan Sholat-sholat Rawatib, Tahiyatul Masjid, dan Sunnah Wudhu’

As-Syaikh Abdurrahman As-Sa’di rahimahullah berkata: “Apabila seseorang masuk masjid

diwaktu sholat rawatib, maka ia bisa mengerjakan sholat dua rakaat dengan niat sholat

rawatib dan tahiyatul masjid, dengan demikian tertunailah dengan mendapatkan keutamaan

keduanya. Dan demikian juga sholat sunnah wudhu’ bisa digabungkan dengan keduanya

(sholat rawatib dan tahiyatul masjid), atau digabungkan dengan salah satu dari keduanya”.

(Al-Qawaid Wal-Ushul Al-Jami’ah, hal. 75)

19. Menggabungkan Sholat Sebelum Subuh dan Sholat Duha Pada Waktu Duha

As-Syaikh Muhammad Bin Utsaimin rahimahullah berkata: “Seseorang yang sholat qobliyah

subuhnya terlewatkan sampai matahari terbit, dan waktu sholat dhuha tiba. Maka pada

keadaan ini, sholat rawatib subuh tidak terhitung sebagai sholat dhuha, dan sholat dhuha

juga tidak terhitung sebagai sholat rawatib subuh, dan tidak boleh juga menggabungkan

keduanya dalam satu niat. Karena sholat dhuha itu tersendiri dan sholat rawatib subuh pun

juga demikian, sehingga tidaklah salah satu dari keduanya terhitung (dianggap) sebagai

yang lainnya. (Majmu’ Fatawa As-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, 20/13)

20. Menggabungkan Sholat Rawatib dengan Sholat Istikhorah

Page 14: Sholat Sunnah Rawatib Dan Keutamaannya

Dari Jabir bin Abdullah radiyallahu ‘anhuma berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam

mengajarkan kami sholat istikhorah ketika menghadapi permasalahan sebagaimana

mengajarkan kami surat-surat dari Al-Qur’an”, kemudian beliau bersabda: “Apabila

seseorang dari kalian mendapatkan permasalahan, maka sholatlah dua rakaat dari selain

sholat fardhu…” (HR. Bukhori no. 1166)

Al-Hafidz Ibnu Hajar rahimahullah berkata: “Jika seseorang berniat sholat rawatib tertentu

digabungkan dengan sholat istikhorah maka terhitung sebagai pahala (boleh), tetapi

berbeda jika tidak diniatkan”. (Fathul Bari 11/189)

21. Sholat Rawatib Ketika Iqomah Sholat Fardhu Telah Dikumandangkan

Dari Abu Huroiroh radiyallahu ‘anhu, dari nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“Apabila iqomah sholat telah ditegakkan maka tidak ada sholat kecuali sholat fardhu”. (HR.

Muslim bi As-syarh An-Nawawi 5/222)

An-Nawawi berkata: “Hadits ini terdapat larangan yang jelas dari mengerjakan sholat

sunnah setelah iqomah sholat dikumandangkan sekalipun sholat rawatib seperti rawatib

subuh, dzuhur, ashar dan selainnya” (Al-Majmu’ 3/378)

22. Memutus Sholat Rawatib Ketika Sholat Fardhu ditegakkan

As-Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah berkata: “Apabila sholat telah ditegakkan dan

ada sebagian jama’ah sedang melaksanakan sholat tahiyatul masjid atau sholat rawatib,

maka disyari’atkan baginya untuk memutus sholatnya dan mempersiapkan diri untuk

melaksanakan sholat fardhu, berdasarkan sabda nabi shallallahu ‘alaihi wasallam: “Apabila

iqomah sholat telah ditegakkan maka tidak ada sholat kecuali sholat fardhu..”, akantetapi

seandainya sholat telah ditegakkan dan seseorang sedang berada pada posisi rukuk

dirakaat yang kedua, maka tidak ada halangan bagi dia untuk menyelesaikan sholatnya.

Karena sholatnya segera berakhir pada saat sholat fardhu baru terlaksana kurang dari satu

rakaat”. (Majmu’ Fatawa 11/392 dan 393)

23. Apabila Mengetahui Sholat Fardhu Akan Segera Ditegakkan, Apakah

Disyari’atkan Mengerjakan Sholat Rawatib?

As-Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata: “Sudah seharusnya (mengenai hal ini) dikatakan:

“Sesungguhnya tidak dianjurkan mengerjakan sholat rawatib diatas keyakinan yang kuat

bahwasannya sholat fardhu akan terlewatkan dengan mengerjakannya. Bahkan

meninggalkannya (sholat rawatib) karena mengetahui akan ditegakkan sholat bersama

imam dan menjawab adzan (iqomah) adalah perkara yang disyari’atkan. Karena menjaga

sholat fardhu dengan waktu-waktunya lebih utama daripada sholat sunnah rawatib yang

bisa dimungkinkan untuk diqodho’”. (Syarh Al-’Umdah, hal. 609)

24. Mengangkat Kedua Tangan Untuk Berdo’a Setelah Menunaikan Sholat Rawatib

Page 15: Sholat Sunnah Rawatib Dan Keutamaannya

As-Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah berkata: “Sholat Rawatib: Saya tidak mengetahui

adanya larangan dari mengangkat kedua tangan setelah mengerjakannya untuk berdo’a,

dikarenakan beramal dengan keumuman dalil (akan disyari’atkan mengangkat tangan

ketika berdo’a). Akan tetapi lebih utama untuk tidak melakukannya terus-menerus dalam

hal itu (mengangkat tangan), karena tidaklah ada riwayat yang menyebutkan bahwa nabi

shallallahu ‘alaihi wasallam mengerjakan demikian, seandainya beliau melakukannya setiap

selesai sholat rawatib pasti akan ada riwayat yang dinisbahkan kepada beliau. Padahal para

sahabat meriwayatkan seluruh perkataan-perkataan dan perbuatan-perbuatan rasulullah

baik ketika safar maupun tidak. Bahkan seluruh kehidupan rasulullah shallallahu ‘alaihi

wasallam dan para sahabat radiyallahu ‘anhum tersampaikan”. (Arkanul Islam, hal. 171)

25. Kapan Sholat Rawatib Ketika Sholat Fardhu DiJama’?

Imam Nawawi rahimahullah berkata: “Sholat rawatib dikerjakan setelah kedua sholat fardhu

dijama’ dan tidak boleh dilakukan di antara keduanya. Dan demikian juga sholat rawatib

qobliyah dzuhur dikerjakan sebelum kedua sholat fardhu dijama’”. (Shahih Muslim Bi Syarh

An-Nawawi, 9/31)

26. Apakah Mengerjakan Sholat Rawatib Atau Mendengarkan Nasihat?

Dewan Tetap untuk Penelitian Ilmiyah dan Fatwa Saudi: “Disyariatkan bagi kaum muslimin

jika mendapatkan nasihat (kultum) setelah sholat fardhu hendaknya mendengarkannya,

kemudian setelahnya ia mengerjakan sholat rawatib seperti ba’diyah dzuhur, maghbrib dan

‘isya” (Fatawa Al-Lajnah Ad-Daimah LilBuhuts Al-’Alamiyah Wal-Ifta’, 7/234)

27. Mendahulukan Menyempurnakan Dzikir-dzikir setelah Sholat Fardhu Sebelum

Menunaikan Sholat Rawatib

As-Syaikh Abdullah bin Jibrin rahimahullah ditanya: “Apabila saya mengerjakan sholat

jenazah setelah maghrib, apakah saya langsung mengerjakan sholat rawatib setelah selesai

sholat jenazah ataukah menyempurnakan dzikir-dzikir kemudian sholat rawatib?

Jawaban beliau rahimahullah: “Yang lebih utama adalah duduk untuk menyempurnakan

dzikir-dzikir kemudian menunaikan sholat rawatib. Maka perkara ini disyariatkan baik ada

atau tidaknya sholat jenazah. Maka dzikir-dzikir yang ada setelah sholat fardhu merupakan

sunnah yang selayaknya untuk dijaga dan tidak sepantasnya ditinggalkan. Maka jika anda

memutus dzikir tersebut karena menunaikan sholat jenazah, maka setelah itu hendaknya

menyempurnakan dzikirnya ditempat anda berada, kemudian mengerjakan sholat rawatib

yaitu sholat ba’diyah. Hal ini mencakup rawatib ba’diyah dzuhur, maghrib maupun ‘isya

dengan mengakhirkan sholat rawatib setelah berdzikir”. (Al-Qoul Al-Mubin fii Ma’rifati Ma

Yahummu Al-Mushollin, hal. 471)

28. Tersibukkan Dengan Memuliakan Tamu Dari Meninggalkan Sholat Rawatib

As-Syaikh Muhammad bin Utsaimin rahimahullah berkata: “Pada dasarnya seseorang

terkadang mengerjakan amal yang kurang afdhol (utama) kemudian melakukan yang lebih

Page 16: Sholat Sunnah Rawatib Dan Keutamaannya

afdhol (yang semestinya didahulukan) dengan adanya sebab. Maka seandainya seseorang

tersibukkan dengan memuliakan tamu di saat adanya sholat rawatib, maka memuliakan

tamu didahulukan daripada mengerjakan sholat rawatib”. (Majmu’ Fatawa As-Syaikh

Muhammad bin Sholih Al-Utsaimin 16/176)

29. Sholatnya Seorang Pekerja Setelah Sholat Fardhu dengan Rawatib Maupun

Sholat Sunnah lainnya.

As-Syaikh Muhammad bin Utsaimin rahimahullah berkata: “Adapun sholat sunnah setelah

sholat fardhu yang bukan rawatib maka tidak boleh. Karena waktu yang digunakan saat itu

merupakan bagian dari waktu kerja semisal aqad menyewa dan pekerjaan lain. Adapun

melakukan sholat rawatib (ba’da sholat fardhu), maka tidak mengapa. Karena itu

merupakan hal yang biasa dilakukan dan masih dimaklumi (dibolehkan) oleh atasannya.

30. Apakah Meninggalkan Sholat Rawatib Termasuk Bentuk Kefasikan?

As-Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah berkata: “Perkataan sebagian ulama’:

(Sesungguhnya meninggalkan sholat rawatib termasuk fasiq), merupakan perkataan yang

kurang baik, bahkan tidak benar. Karena sholat rawatib itu adalah nafilah (sunnah). Maka

barangsiapa yang menjaga sholat fardhu dan meninggalkan maksiat tidaklah dikatakan

fasik bahkan dia adalah seorang mukmin yang baik lagi adil. Dan demikian juga sebagian

perkataan Fuqoha’: (Sesungguhnya menjaga sholat rawatib merupakan bagian dari syarat

adil dalam persaksian), maka ini adalah perkataan yang lemah. Karena setiap orang yang

menjaga sholat fardhu dan meninggalkan maksiat maka ia adalah orang yang adil lagi

tsiqoh. Akantetapi dari sifat seorang mukmin yang sempurna selayaknya bersegera

(bersemangat) untuk mengerjakan sholat rawatib dan perkara-perkara baik lainnya yang

sangat banyak dan berlomba-lomba untuk mengerjakannya”. (Majmu’ Fatawa 11/382)

(Yang dimaksud adalah artikel tersebut: http://fdawj.atspace.org/awwb/th2/14.htm (pen.))

Faedah:

Ibmu Qoyyim rahimahullah berkata: “Terdapat kumpulan sholat-sholat dari tuntunan nabi

shallallahu ‘alaihi wasallam sehari semalam sebanyak 40 rakaat, yaitu dengan menjaga 17

rakaat dari sholat fardhu, 10 rakaat atau 12 rakaat dari sholat rawatib, 11 rakaat atau 13

rakaat sholat malam, maka keseluruhannya adalah 40 rakaat. Adapun tambahan sholat

selain yang tersebutkan bukanlah sholat rawatib…..maka sudah seharusnyalah bagi seorang

hamba untuk senantiasa menegakkan terus-menerus tuntunan ini selamanya hingga

menjumpai ajal (maut). Sehingga adakah yang lebih cepat terkabulkannya do’a dan

tersegeranya dibukakan pintu bagi orang yang mengetuk sehari semalam sebanyak 40 kali?

Allah-lah tempat meminta pertolongan”. (Zadul Ma’ad 1/327)

Lembaran singkat ini saya ringkas dari sebuah buku yang saya tulis sendiri berjudul

“Hukum-hukum Sholat Sunnah Rawatib”.

Dan sholawat serta salam kepada nabi kita muhammad shallalllahu ‘alaihi wasallam dan

keluarganya serta para sahabatnya. Amiin

Page 17: Sholat Sunnah Rawatib Dan Keutamaannya

Dari artikel Tuntunan Shalat Sunnah Rawatib — Muslim.Or.Id by null

Pengertian, Definisi, Jenis dan Tata Cara Sholat Sunat Rawatib Yang Mengiringi Solat Wajib - Praktek Ibadah Salat Agama Islam

Submitted by godam64 

on Tue, 13/06/2006 - 13:23

A. Pengertian dan DefinisiShalat sunah rawatib adalah shalat yang mengiringi solat wajib lima waktu dalam sehari yang bisa dikerjakan pada saat sebelum sholat dan setelah solat. Fungsi salat sunat rawatib adalah menambah serta menyempurnakan kekurangan dari shalat wajib.

B. Tata Cara dan Syarat Kondisi1. Dikerjakan sendiri-sendiri tidak berjamaah2. Mengambil tempat salat yang berbeda dengan tempat melakukan sholat wajib.3. Shalat sunah rawatib dilakukan dua rokaat dengan satu salam.4. Tidak didahului azan dan qomat

C. Jenis Salat Sunat Rawatib1. Salat sunat qabliyah / qobliyah adalah sholat sunah yang dilaksanakan sebelum mengerjakan solat wajib.2. shalat sunah ba'diyah adalah sholat yang dikerjakan setelah melakukan shalat wajib.

D. Macam-macam Sholat Sunah Rawatib1. Salat sunat rawatib muakkad / pentingAdalah sholat sunat rawatib yang dikerjakan pada :- Sebelum subuh dua rokaat- Sebelum zuhur dua rokaat- Sesudah dzuhur dua rokaat- Sesudah maghrib dua rokaat- Sesudah isya dua rokaat2. Salat sunat rawatib ghoiru muakkad / tidak pentingAdalah sholat sunat rawatib yang dikerjakan pada :- Sebelum zuhur dua rokaat- Setelah zuhur dua rokaat- Sebelum ashar empat rokaat- Sebelum magrib dua rokaat- Sebelum isya dua rokaat