shotcrete-material and method
DESCRIPTION
a paper about shotcrete as a slope stabilizationTRANSCRIPT
TUGAS ESAI MEKANIKA BATUAN
Perkuatan Lereng dengan Metode Shotcrete
Oleh :
YOSEPHIN NUKE CAHYANTIKA M.
10/305213/TK/37414
JURUSAN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2013
Tebing di Jalur Ponorogo-Pacitan longsor(Foto: Rachma-LICOM)
Tebing di jalur Pacitan-Ponorogo kembali mengalami longsor setelah diguyur hujan lebat pada hari Kamis 21 Maret 2013. Material longsoran menutupi setengah badan jalan provinsi di Dusun Ringin Asri, Desa Tegalombo, Kecamatan Tegalombo. Beruntung, saat tebing longsor tidak ada pengguna jalan yang melintas sehingga tidak ada korban jiwa. Akibat longsor tersebut, untuk sementara waktu lalu lintas dijalankan dengan sistem buka-tutup.
(lensaindonesia.com)
Indonesia merupakan negara besar dengan berbagai kenampakan alam
yang indah. Bukit, pegunungan, lembah, serta laut membentang dari ujung barat
Sumatera hingga ujung timur Merauke. Namun keragaman kenampakan alam ini
juga membawa dampak akan permasalah-permasalahan alam seperti gempa bumi,
gunung meletus, dll. Dari artikel dan gambar di atas, dapat diketahui bahwa telah
terjadi longsor di jalur Ponorogo-Pacitan yang menyebabkan terhambatnya lalu
lintas. Permasalahan seperti longsor pada tebing tersebut tentunya bukan yang
pertama kali terjadi di Indonesia. Setiap tahun selalu ada peristiwa tebing longsor,
baik di daerah pemukiman, jalan raya, maupun fasilitas umum. Peristiwa longsor
ini terjadi karena tebing yang ada di sisi jalan tidak mampu menahan beban yang
diakibatkan oleh hujan. Akibatnya tanah mengalami kegagalan struktur dan
mengalami longsor.
1
Longsor pada tebing baik akibat manusia ataupun secara alamiah,
menyebabkan kerugian baik secara material maupun nonmaterial. Bencana
longsor sebenarnya dapat dihindari atau dicegah dengan berbagai cara. Salah satu
cara yang dapat dilakukan yaitu dengan memberikan perkuatan pada lereng
tersebut. Meskipun demikian, tidak semua lereng dapat diberi perkuatan, karena
akan mempengaruhi kondisi alamiah lereng tersebut. Pemilihan pemberian
perkuatan lereng diutamakan untuk lereng yang membahayakan masyarakat,
misalnya lereng di tepi jalan utama, rel kereta, serta terowongan.
Perkuatan lereng dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu dengan cara
stabilisasi dan proteksi. Tindakan stabilisasi termasuk perkuatan dan pemotongan
batuan. Metode perkuatan dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu shotcrete,
rock bolting, dowels, tied-back wall, drainage, buttress, dan shot-in-place
buttress. Sedangkan pemotongan batuan dapat dilakukan dengan restoping,
trimming, dan scaling. Tulisan ini akan membahas perkuatan tanah menggunakan
metode shotcrete dan hal-hal yang dapat mempengaruhi kualitas perkuatan
tersebut.
Shotcrete merupakan campuran agregat mortar yang diaplikasikan dengan
cara disemprotkan dan biasanya dilakukan pada layer setebal 50-100mm, serta
dapat menguatkan regangan dan kuat geser (American Concrete Institute, 1995).
Shotcrete merupakan cara perkuatan yang biasanya dilakukan untuk melindungi
permukaan yang dianggap meresahkan dan dapat menimbulkan longsor atau
menyediakan dukungan struktural kepada batuan yang terkena longsor sehingga
menjadi tidak stabil. Terkadang shotcrete digunakan untuk kedua alasan tersebut.
2
Princes Highway, selatan Wolongong
Cara kerja shotcrete yaitu dengan menutup retakan, celah, dan lipatan,
mengeraskan dan menguatkan batuan, mentransfer beban batuan, serta mencegah
pergerakan relatif batuan.
Pengaplikasian shotcrete dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara
wet-mix dan dry-mix. Pada pengaplikasian dengan cara wet-mix, pasir, agregat,
semen, air, dan bahan aditif dicampur dalam (mixing plant). Metode ini cocok
untuk lokasi dengan akses baik dan kebutuhan banyak. Metode wet-mix
memungkinkan control yang lebih baik dan tepat terhadap mix design daripada
metode dry-mix.
Pada pengaplikasian dengan metode dry-mix, pasir dan semen dimasukkan
ke dalam hopper mesin. Kemudian dengan bantuan tekanan udara campuran
tersebut masuk ke dalam nozzle dimana air ditambahkan. Metode ini cocok
digunkan pada lokasi dengan akses yang sulit dan kebutuhan yang sedikit, serta
untuk beton dengan agregat ringan (porus). Kualitas beton yang dihasilkan sangat
bergantung pada keahlian operator dalam mengontrol air, konsistensi, dan
kekuatan yang dihasilkan.
Selain metode pengaplikasian, hal-hal lain yang juga sangat berpengaruh
terhadap kualitas shotcrete yaitu material, peralatan, dan teknik pengaplikasian.
Ketiga hal tersebut sangat berpengaruh secara langsung terhadap kualitas
shotcrete dan berpengaruh satu sama lain.
3
Material yang digunakan untuk shotcrete pada dasarnya sama dengan yang
biasa digunakan pada pembuatan beton. Karena penggunaan shotcrete yang secara
langsung berdampak pada alam, maka pada beberapa kasus, dibutuhkan kontrol
yang lebih besar terhadap penggunaan materi fisika dan kimia.
Agregat dengan mutu yang baik sangat dibutuhkan untuk menghasilkan
kualitas shotcrete yang baik pula. Namun terkadang dimungkinkan untuk
menggunakan agregat yang tidak sesuai dengan spesifikasi, tapi hal ini akan
mempengaruhi kualitas akhir shotcrete. Pasir yang lebih halus daripada yang
disyaratkan akan menghasilkan susutan yang lebih banyak setelah kering, pasir
yang lebih kasar akan menghasilkan rebound yang lebih tinggi. Ketika
menggunakan agregat kasar, sangat perlu untuk menyaring partikel yang lebih
besar daripada agregat. Agregat yang sangat besar akan meningkatkan
kemungkinan terjadinya sumbatan. Prosedur yang aman digunakan yaitu
menyaring semua agregat yang digunakan. Pasir harus keras karena pasir yang
lunak akan pecah pada saat disemprotkan sehingga mengurangi ikatan dengan
semen.
Semen Portland. Salah satu material yang berpengaruh besar pada kualitas pekerjaan.
Semen yang digunakan pada shotcrete pada dasarnya sama dengan yang
digunakan pada beton. Semen Portland jenis I merupakan semen yang paling
banyak digunakan. Semen Portland jenis II digunakan untuk pekerjaan tertentu.
Semen Portland jenis III digunakan untuk shotcrete dengan kekuatan awal tinggi.
4
Semen yang menampakkan kecenderungan mengeras dengan cepat harus
dihindara. Pengerasan premature pada beton dapat memerlukan kehilangan waktu
yang banyak untuk melepaskan peralatan dan garis pada spesimen, mortar,
maupun beton.
Rasio air semen merupakan perbandingan antara air dan semen yang
digunakan. Perbandingan yang tinggi menghasilkan setting yang lambat dan
mempengaruhi kualitas akhir shotcrete. Rasio air semen berpengaruh pada proses
pengerasan, kekuatan, dan durabilitas, serta ketahanan terhadap bahan kimia.
Rasio air semen yang digunakan sebaiknya antara 0,4-0,45.
Macro fibers, salah satu bahan aditif pada shotcrete
Bahan aditif sangat berguna pada pekerjaan shotcrete. Bahan aditif ada
bermacam-macam jenis, antara lain hydration stabilizer, alkali-free accelerators,
steel fibers, dan macro fibers. Hydration stabilizer mengontrol kadar air semen,
mempertahankan waktu kering dan pumpability. Alkali-free accelerators
menaikkan kekuatan dan durabilitas shotcrete, meningkatkan keamanan kerja, dan
mengurangi pengaruh terhadap lingkungan. Steel fibers menghasilkan kekuatan
seragam, mencegah kerapuhan, serta menaikkan durabilitas. Macro fibers
meningkatkan ketahanan akan api dan mengurangi penggunaan peralatan pompa.
Selain kualitas material, kualitas peralatan juga sangat berpengaruh pada
hasil akhir shotcrete. Pemasangan peralatan juga mempengaruhi kualitas, karena
5
dapat mempengaruhi getaran yang dihasilkan. Getaran dapat menimbulkan hasil
shotcrete yang tidak halus (bergelombang).
Teknik pengaplikasian juga sangat berpengaruh pada kualitas shotcrete.
Beberapa teknik yang perlu diperhatikan saat pengaplikasian yaitu jarak nozzle
dengan permukaan dan sudut nozzle terhadap permukaan. Jarak yang disarankan
yaitu antara 1 – 2 m. Sedangkan nozzle diharapkan selalu membentuk sudut 90o
terhadap terhadap permukaan. Jarak dan sudut nozzle yang tidak tepat memiliki
dampak negatif terhadap hasil pekerjaan, seperti misalnya kepadatan yang rendah,
kekuatan yang rendah, dsb.
Pengaplikasian Shotcrete
Penggunaan shotcrete dalam skala besar dapat menghasilkan kondisi yang
berbeda dari yang diharapkan. Seringnya ini terjadi akibat proses konstruksi,
terutama peledakan. Terkadang perubahan design diperlukan akibat adanya
kondisi stabilitas yang tidak diketahui sebelumnya. Dalam beberapa kasus,
penundaan pekerjaan juga menyebabkan naiknya kuantitas yang diperlukan.
Pemilihan shotcrete sebagai perkuatan lereng dikarenakan shotcrete
memiliki beberapa kelebihan dibandingkan metode lain, antara lain :
1. Efektif dan praktis untuk tambang bawah tanah
2. Dampak psikologis terhadap pekerja baik karena shotcrete tidak memiliki
kecenderungan untuk runtuh secara massal.
6
3. Cukup efektif jika digunakan pada konstruksi yang membutuhkan perkuatan
secara cepat.
4. Tahan terhadap air setelah mengalami hidrasi.
5. Relatif mudah dan murah.
Meskipun demikian, shotcrete juga memiliki beberapa kelemahan yang
harus dipertimbangkan sebelum memutuskan untuk digunakan, yaitu :
1. Tidak bisa digunakan lagi jika mengalami pecah atau keruntuhan.
2. Tidak ada tanda-tanda ketika hampir terjadi keruntuhan pada struktur
(getas).
3. Tidak dapat diaplikasikan pada dinding tanah dan struktur batuan berupa
pasir.
Salah satu hal yang perlu diperhatikan pada hasil pekerjaan sipil yaitu dari
segi estetika. Hasil pekerjaan shotcrete sebaiknya menampakkan hasil yang
natural. Oleh karena itu shotcrete sebaiknya diberi warna yang sesuai dengan
warna alami batuan dan dibentuk serupa dengan lereng. Pekerjaan estetika ini
memang menambah biaya, tetapi hasilnya akan sangat menyerupai lereng alami.
Hume Highway
7
Daftar Pustaka
Wyllie, Duncan C and Christopher W Mah. 2004. Rock Slope Engineering Civil and Mining 4th Edition. New York : Spon Press
Roads and Traffic Authority. 2005. Shotcrete Design Guidelines (The Guidelines to avoid, minimize, and improve the appearance of shotcrete)
Morrison, Wes. 2012. The Science of Shotcrete Presentation. BASF
The Aberdeen Group. 1970. “Mix Design Hints for Shotcrete”
8