sikap masyarakat sekitar candi sukuh terhadap
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user i
SIKAP MASYARAKAT SEKITAR CANDI SUKUH TERHADAP
PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN
SUTHOMADANSIH DI KABUPATEN KARANGANYAR
Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan
guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret
Jurusan/Program Studi Penyuluhan Dan Komunikasi Pertanian
Disusun Oleh : Sofa Nur Azizah
H0407071
JURUSAN PENYULUHAN DAN KOMUNIKASI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user ii
SIKAP MASYARAKAT SEKITAR CANDI SUKUH TERHADAP
PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN
SUTHOMADANSIH DI KABUPATEN KARANGANYAR
SKRIPSI
Disusun Oleh : Sofa Nur Azizah
H0407071
Dosen Pembimbing :
Dr. Ir. Suwarto, M.Si
Dr. Ir. Kusnandar, M.Si
JURUSAN PENYULUHAN DAN KOMUNIKASI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user iii
Sikap Masyarakat Sekitar Candi Sukuh Terhadap Program Pengembangan Kawasan Agropolitan Suthomadansih
di Kabupaten Karanganyar
yang dipersiapkan dan disusun oleh
Sofa Nur Azizah
H 0407071
telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
pada tanggal : Juli 2011
dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Susunan Tim Penguji
Ketua
Dr. Ir. Suwarto, M.Si NIP. 19561119 198303 1002
Anggota I
Dr. Ir. Kusnandar, M.Si NIP. 19670703 199203 1 004
Anggota II
Widiyanto, SP, M.Si NIP. 19810221 200501 1 003
Surakarta, Juli 2011
Mengetahui
Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret
Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, M.S NIP. 19560225 198601 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan segala rahmat dan hidayah serta berbagai kemudahan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi dengan judul “Sikap Masyarakat Sekitar Candi Sukuh Terhadap Program Pengembangan Kawasan Agropolitan Suthomadansih Di Kabupaten Karanganyar” dengan lancar. Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Kedua orangtua penulis, Ayah Basid dan Mama Niach yang senantiasa
memberikan doa, motivasi serta kasih sayangnya, 2. Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS, selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret Surakarta, 3. Dwiningtyas Padmaningrum, SP., Msi, selaku ketua Jurusan Penyuluhan dan
Komunikasi Pertanian yang telah memberikan bimbingan dan motivasi, 4. Dr. Ir. Suwarto, MSi, selaku Pembimbing Utama yang telah memberikan
arahan dan bimbingan serta pengetahuan, 5. Dr. Ir. Kusnandar, Msi, selaku Pembimbing Skripsi yang telah memberikan
masukan, bimbingan serta pengetahuan, 6. Agung Wibowo, SP, M.Si, selaku Pembimbing Akademik yang telah
memberikan masukan, evaluasi, saran serta selalu mendukung penulis dalam menunjang kegiatan akademik maupun non akademik penulis,
7. Bapak Ibu dosen Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian yang telah memberikan Ilmu-ilmu khususnya dalam bidang pertanian, sebagai tempat diskusi masalah akademik, tempat mencari ide untuk menulis PKM, mengikuti PMW serta tempat evaluasi selama penulis menjadi Co Ass dan menempuh akademik,
8. Bapak Ketut dan seluruh karyawan Jurusan/Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta atas kemudahan dalam menyelesaikan administrasi penulisan skripsi,
9. Kepala Bappeda dan Kesbanglinmas Kabupaten Karanganyar yang telah mempermudah perizinan pengumpulan data,
10. Bapak Kastono, selaku Ketua Kelompok Tani Sekar Arum yang telah membantu penelitian penulis,
11. Keluarga Besar tercinta (Eyang, Tante Maning, Tante Nana, Om No, Om Taufik, dan Pakdhe Sikin) yang telah memberikan do’a serta dukungan kepada penulis,
12. Saudara tersayang (Tuntun, Wildan, Dhilla, Hannand, Juki) dan pasukan-pasukan kecil penulis(Moelly dan Farras),
13. Sahabat-sahabat tercinta (Pasol, Ayuk, Vera, Titin, Arum, Tika, Elysa, Dicky, Budy, Sixtus, Irsa, Eza, Sochibun, dan Bondan) atas jalinan persaudaraan dan persahabatan yang menjadi dukungan bagi penulis,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user v
14. Kakak tingkat tersayang (Mas Aris, Mas Koi, Mas Lilik, Mas Hisbullah, Mas Farid, Mas Pipit, Mas Rama, Mbak Aisyah dan Mbak Santi) atas bimbingan serta segala bantuan kepada penulis,
15. Adik tingkat tercinta (Lita, Merlyna, Frendita, Riana, Anin dan Habib) yang telah memberi semangat dan curahan perhatian kepada penulis,
16. Rekan-rekan di Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian Angkatan 2007 yang selalu mendukung dan bekerja sama untuk kesuksesan dan memajukan pertanian Indonesia,
17. Team 9F (Mas Didin, Ayak, MuFi, Heru, Mbak Ipung, Mbak Erna, Ansyor dan Tri) atas segala motivasi, dukungan, bantuan serta doa untuk penulis,
18. Rekan-rekan di IAAS Indonesia maupun IAAS LC-UNS yang telah memberikan motivasi untuk berjuang dan berprestasi lebih,
19. Kakak tingkat dan adik tingkat yang telah memberi semangat dalam setiap langkah penulis,
20. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan secara keseluruhan, yang telah membantu berjalannya penelitian ini.
Penulis selalu berusaha membuat karya ini dengan baik, saran dan masukan selalu dharapan untuk kesempurnaan karya ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dan wawasan untuk memajukan dunia pertanian.
Surakarta, Juli 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user vi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii
KATA PENGANTAR ................................................................................... iv
DAFTAR ISI ................................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. x
RINGKASAN ................................................................................................ xi
SUMMARY ................................................................................................... xii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................... .............. 1
B. Perumusan Masalah ............................................................................. 4
C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 7
D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 7
II. LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka .................................................................................. 8
1. Pembangunan Pertanian Berkelanjutan ........................................... 8
2. Konsep dan Strategi Pengembangan Agropolitan............................ 9
3. Pengembangan Agropolitan di Karanganyar .................................. 11
4. Pariwisata dan Pengembangan Agropolitan .................................... 15
5. Budaya dan Pengembangan Agropolitan ........................................ 16
6. Sikap dan Perilaku Masyarakat ....................................................... 17
B. Kerangka Pemikiran ............................................................................. 27
C. Hipotesis ............................................................................................. 29
D. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel .................................. 29
III. METODE PENELITIAN
A. Metode Dasar Penelitian ...................................................................... 34
B. Pemilihan Lokasi Penelitian ................................................................ 34
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user vii
C. Populasi dan Sampel ............................................................................ 35
D. Jenis dan Sumber Data ......................................................................... 36
E. Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 37
F. Teknik Analisis Data ........................................................................... 38
IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN
A. Keadaan Alam .................................................................................... 40
B. Keadaan Penduduk ............................................................................. 42
C. Keadaan Pertanian .............................................................................. 47
D. Keadaan Sarana Perekonomian .......................................................... 49
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Kegiatan Pengembangan Kawasan Agropolitan ......................................................................................... 51
B. Identitas Responden ............................................................................ 52
C. Faktor yang Berhubungan dengan Sikap ............................................. 54
D. Sikap Petani Terhadap Program Pengembangan Kawasan Agropolitan ......................................................................................... 61
E. Hubungan Antara Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Sikap Dengan Sikap Petani Terhadap Program Pengembangan Kawasan Agropolitan Suthomadansih di Kabupaten Karanganyar ........................................................................................ 64
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ......................................................................................... 70
B. Saran .................................................................................................... 71
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 72
LAMPIRAN .................................................................................................... 76
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user viii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 Kerangka Berfikir Mengenai Faktor Pembentuk Sikap Masyarakat Sekitar Candi Sukuh Terhadap Pengembangan Kawasan Agropolitan Suthomadansih Di Kabupaten Karanganyar ................................................................................. 29
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user ix
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Nama Desa di Kecamatan Ngargoyoso ............................................ 35
Tabel 2 Nama Dusun di Desa Berjo Kecamatan Ngargoyoso ....................... 36
Tabel 3 Jenis dan Sumber Data yang Digunakan dalam Penelitian ............... 36
Tabel 4 Banyaknya Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Rumah Tangga di Kecamatan Ngargoyoso Tahun 2009 ............................... 43
Tabel 5 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kecamatan Ngargoyoso tahun 2009 ............................. 45
Tabel 6 Jumlah Penduduk 10 tahun ke atas Menurut Mata Pencaharian di Kecamatan Ngargoyoso tahun 2009 ........................ 46
Tabel 7 Luas Panen dan Produksi Padi dan Palawija di Kecamatan Ngargoyoso tahun 2009 .................................................................... 47
Tabel 8 Luas Panen dan Produksi Sayur-sayuran di Kecamatan Ngargoyoso tahun 2009 .................................................................... 48
Tabel 9 Luas Panen dan Produksi Tanaman Buah-buahan di Kecamatan Ngargoyoso tahun 2009 ................................................. 48
Tabel 10 Sarana Perekonomian di Kecamatan Ngargoyoso ........................... 49
Tabel 11 Distribusi Responden Berdasarkan Umur dan Jenis Pendidikan ........................................................................................ 53
Tabel 12 Distribusi Pengalaman Pribadi Petani dalam Pengembangan Kawasan Agropolitan ............................................ 55
Tabel 13 Distribusi Pengaruh Orang Lain yang Dianggap Penting dalam Pengembangan Kawasan Agropolitan .................................. 56
Tabel 14 Distribusi Pendidikan Non Formal dalam Pengembangan Kawasan Agropolitan ....................................................................... 57
Tabel 15 Distribusi Media Massa dalam Pengembangan Kawasan Agropolitan ..................................................................................... 59
Tabel 16 Distribusi Kebudayaan dalam Pengembangan Kawasan Agropolitan ...................................................................................... 60
Tabel 17 Distribusi Sikap Petani Terhadap Tujuan Program .......................... 61
Tabel 18 Distribusi Sikap Petani Terhadap Pelaksanaan Program ................. 62
Tabel 19 Distribusi Sikap Petani Terhadap Hasil Program ............................ 63
Tabel 20 Uji Hipotesis Hubungan Antara Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap dengan Sikap Masyarakat Sekitar Candi Sukuh Terhadap Program Pengembangan Agropolitan ..................................................................................... 64
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user x
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Kuisioner Penelitian .................................................................... 76
Lampiran 2 Identitas Responden..................................................................... 85
Lampiran 3 Tabulasi Faktor yang Mempengaruhi Sikap dengan Sikap Masyarakat terhadap Program Pengembangan Agropolitan ...... 87
Lampiran 4 Tabel Frekuensi ........................................................................... 89
Lampiran 5 Output Perhitungan Korelasi Rank Spearman (rs) ...................... 92
Lampiran 6 Peta Kabupaten Karanganyar ...................................................... 93
Lampiran 7 Peta Kecamatan Ngargoyoso ...................................................... 94
Lampiran 8 Dokumentasi ............................................................................... 95
Lampiran 9 Surat Ijin Penelitian .................................................................... 96
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xi
RINGKASAN
SOFA NUR AZIZAH, H0407071. “SIKAP MASYARAKAT SEKITAR CANDI SUKUH TERHADAP PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN SUTHOMADANSIH DI KABUPATEN KARANGANYAR”. Di bawah bimbingan Dr. Ir. Suwarto, M.Si selaku Pembimbing Utama dan Dr. Ir. Kusnandar, M.Si selaku Pembimbing Pendamping. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret.
Program pengembangan kawasan agropolitan merupakan pembangunan ekonomi berbasis pertanian di Kawasan agribisnis yang dirancang dan dilaksanakan dengan jalan mensinergikan berbagai potensi yang ada. Kawasan agropolitan terdiri dari sentra produksi pertanian yang ada di sekitarnya yang mampu melayani, mendorong, menarik, menghela kegiatan pembangunan pertanian diwilayah sekitarnya dan memberikan kontribusi yang besar terhadap mata pencaharian dan kesejahteraan masyarakatnya. Melalui pengembangan agropolitan, diharapkan terjadi interaksi yang kuat antara pusat kawasan agropolitan dengan wilayah produksi pertanian dalam sistem kawasan agropolitan.
Penelitian ini bertujuan mengkaji sikap masyarakat terhadap program pengembangan kawasan Agropolitan Suthomandansih, mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi sikap masyarakat terhadap program pengembangan kawasan Agropolitan Suthomandansih, dan mengkaji hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi sikap masyarakat dengan sikap masyarakat terhadap program pengembangan kawasan Agropolitan Suthomandansih di Kabupaten Karanganyar.
Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan format deskriptif dan teknik survei. Lokasi penelitian ditentukan secara purposive yaitu di Desa Berjo Kecamatan Ngargoyoso Kabupaten Karanganyar. Sampel ditentukan dengan teknik proporsional sampling, sebanyak 40 responden dari 3 Dusun di Desa Berjo, antara lain: Dusun Tagung, Dusun Gemah, dan Dusun Pabongan .Jenis dan sumber data meliputi data primer dan data sekunder. Metode analisis yang digunakan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi sikap dan sikap masyarakat terhadap program pengembangan kawasan agropolitan adalah rumus lebar kelas. Sedangkan untuk menguji hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi sikap masyarakat dengan sikapnya terhadap program pengembangan kawasan Agropolitan menggunakan analisis korelasi Rank Spearman (rs).
Hasil penelitian pada tingkat kepercayaan 95 % menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang sangat signifikan antara pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap penting, dan pendidikan non formal terhadap pengembangan kawasan Agropolitan Suthomadansih di Kabupaten Karanganyar. Terdapat hubungan yang tidak signifikan antara media massa dan pengaruh kebudayaan terhadap pengembangan kawasan Agropolitan Suthomadansih di Kabupaten Karanganyar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xii
SUMMARY
SOFA NUR AZIZAH, H0407071. “SOCIETY ATTITUDES AROUND
SUKUH TEMPLE TOWARD THE DEVELOPMENT PROGRAM OF AGROPOLITAN SUTHOMADANSIH AREA IN THE KARANGANYAR DISTRICT”. Under guidance of Dr. Ir. Suwarto, M.Si as the Main Consultant and Dr. Ir. Kusnandar, M.Si as the Assistant Consultant, Agricultural Faculty of Sebelas Maret University.
The development programs of agropolitan area is agriculture-based economic development in the area of agribusiness which are designed and implemented by a variety of potential synergies that exist. Agropolitan area consists of agricultural production centers that is able to serve, push, pull, make some development activities in the surrounding area and give contribute greatly to the livelihoods and welfare. Through the development of agropolitan, expected strong interaction between the central agropolitan area with agricultural production region in the system of agropolitan area.
This research aims to assess public attitudes towards the development program of Agropolitan Suthomandansih area, assess the factors that influence society's attitudes towards the development program of Agropolitan Suthomandansih area, and to assess the relationship between the factors that influence society's attitudes in society's attitudes towards the development programs of Agropolitan Suthomandansih area in Karanganyar District.
The basic method that used in this study is quantitative with descriptive format and survey techniques. Research sites determined by purposively that is Berjo Village Ngargoyoso Sub-district Karanganyar District. The sample was determined by proportional sampling technique, as many as 40 respondents from the three Hamlet in the Village Berjo, among others: Hamlet Tagung, Gemah Hamlet, and Pabongan Hamlet. The type and source of data includes primary data and secondary data. Methods of analysis that used to determine the factors that affect attitudes and attitudes toward the development program of agropolitan area is the formula class width. Meanwhile, to know the relationship between the factors that influence society's attitudes to the attitude towards the development programs of Agropolitan area using correlation analysis Rank Spearman (rs).
The results at 95% level shows that there is a very significant relationship between personal experience, the influence of others that are considered important, and non-formal education to the development of Agropolitan Suthomadansih area in Karanganyar District. There is no significant relationship between mass media and cultural influences on the development of Agropolitan Suthomadansih area in Karanganyar District.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kondisi sosial ekonomi masyarakat di pedesaan pada umumnya masih
tertinggal jauh dibandingkan mereka yang tinggal di daerah perkotaan. Hal ini
merupakan konsekuensi dari perubahan ekonomi dan proses indutrialisasi,
investasi ekonomi oleh swasta maupun pemerintah cenderung terkonsentrasi
di daerah perkotaan. Selain itu kegiatan ekonomi yang dikembangkan di
daerah perkotaan masih banyak yang tidak sinergis dengan yang
dikembangkan di daerah perdesaan. Akibatnya, peran kota yang diharapkan
dapat mendorong perkembangan perdesaan, justru memberikan dampak yang
merugikan pertumbuhan perdesaan.
Oleh karena itu, dalam konstelasi kota-desa dewasa ini, semestinya
kawasan perdesaan semakin diperhitungkan keberadaannya. Akan lebih sesuai
untuk menjelaskan desa-kota sebagai sebuah fenomena yang bertautan
daripada menganggap desa dan kota sebagai suatu dikotomi, selain itu
masyarakat di dalamnya secara bersama memecahkan masalah kemiskinan,
perkembangan ekonomi, dan lingkungan yang berkelanjutan.
Kesenjangan antara kawasan perkotaan dan pedesaan serta kemiskinan
di perdesaan telah mendorong upaya-upaya pembangunan di kawasan
perdesaan. Meskipun demikian, pendekatan pengembangan kawasan
perdesaan seringkali dipisahkan dari kawasan perkotaan. Hal ini telah
mengakibatkan terjadinya proses urban bias yaitu pengembangan kawasan
perdesaan yang pada awalnya ditujukan untuk meningkatkan kawasan
kesejahteraan masyarakat perdesaan malah berakibat sebaliknya yaitu
tersedotnya potensi perdesaan ke perkotaan baik dari sisi sumber daya
manusia, alam, bahkan modal (Douglas, 1986).
Dampak dari urbanisasi diperlukan perubahan paradigma dalam
pendekatan pembangunan perdesaan yang mengkaitkan kawasan perkotaan
dengan kawasan perdesaan. Pengembangan kawasan agropolitan dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
dijadikan alternatif solusi dalam pengembangan kawasan perdesaan tanpa
melupakan kawasan perkotaan. Melalui pengembangan agropolitan
diharapkan terjadi interaksi yang kuat antara pusat kawasan agropolitan
dengan wilayah produksi pertanian dalam sistem kawasan agropolitan.
Agropolitan merupakan kota pertanian yang tumbuh dan berkembang
karena adanya usaha agribisnis yang dapat melayani kegiatan pembangunan
pertanian. Sebagian besar pendapatan masyarakat didominasi oleh kegiatan
sektor pertanian atau agribisnis. Selain itu kawasan agropolitan juga memiliki
komoditas unggulan dan terdapat hubungan antara kota dengan desa yang
bersifat interdependensi harmonis (Bappeda Karanganyar, 2005).
Penentuan kawasan agropolitan berorientasi pada wilayah berskala
ekonomi sehingga dapat dimungkinkan terjadi lalu lintas desa atau lintas
kecamatan bahkan lintas kabupaten. Kawasan agropolitan Kabupaten
Karanganyar meliputi 5 (lima) Kecamatan yaitu Kecamatan Ngargoyoso
(Sukuh), Jenawi (Cetho), Tawangmangu, Karangpandan dan Matesih atau
dapat juga disebut kawasan Suthomadansih (Sukuh, Cetho, Tawangmangu,
Karangpandan, Matesih). Kawasan ini terdapat banyak sentra-sentra produksi
(KSP) yang akan membentuk kota tani/desa inti dan dari masing-masing kota
akan bermuara pada kota tani utama.
Berdasarkan kondisi tersebut, tidak berarti pembangunan perdesaan
menjadi tidak penting, akan tetapi harus dicari solusi untuk mengurangi urban
bias. Pengembangan kawasan agropolitan dapat dijadikan alternatif solusi
dalam pengembangan kawasan perdesaan tanpa melupakan kawasan
perkotaan. Melalui pengembangan agropolitan, diharapkan terjadi interaksi
yang kuat antara pusat kawasan agropolitan dengan wilayah produksi
pertanian dalam sistem kawasan agropolitan. Melalui pendekatan ini, produk
pertanian dari kawasan produksi akan diolah terlebih dahulu di pusat kawasan
agropolitan sebelum di jual (ekspor) ke pasar yang lebih luas sehingga nilai
tambah tetap berada di kawasan agropolitan.
Konsep agropolitan pada dasarnya adalah gerakan untuk kembali
membangun desa. Desa yang baik idealnya harus bisa menjadi suatu tempat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
yang nyaman, aman dan dapat mensejahterakan masyarakatnya. Konsep
agropolitan basisnya pada membangun fungsi kota pertanian dalam artian
luas. Pertanian itu tidak dilihat dari sisi bercocok tanam dan mencangkul saja
(Rustiadi, 2006). Tujuan pengembangan kawasan agropolitan adalah untuk
meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat melalui percepatan
pengembangan wilayah dan peningkatan keterkaitan desa dan kota dengan
mendorong berkembangnya system dan usaha agribisnis yang berdaya saing
berbasis kerakyatan, berkelanjutan (tidak merusak lingkungan) dan
terdesentralisasi (wewenang berada di Pemerintah Daerah dan Masyarakat) di
kawasan agropolitan.
Program pengembangan Kawasan agropolitan adalah pembangunan
ekonomi berbasis pertanian di Kawasan agribisnis yang dirancang dan
dilaksanakan dengan jalan mensinergikan berbagai potensi yang ada untuk
mendorong berkembangnya sistem dan usaha agribisnis yang berdaya saing,
berbasis kerakyatan, berkelanjutan dan terdesentralisasi yang digerakkan oleh
masyarakat dan difasilitasi oleh pemerintah (Bappeda Karanganyar, 2005).
Keterkaitan fisik harus disertai dengan pengembangan keterkaitan
sinergis yang lebih luas, yakni dengan disertai kebijakan-kebijakan yang
menciptakan struktur insentif yang mendorong keterkaitan yang sinergis antar
kawasan. Pengembangan keterkaitan yang salah (tidak tepat sasaran) dapat
mendorong aliran backwash yang lebih masif yang pada akhirnya justru
memperarah kesenjangan dan ketidakseimbangan pembangunan inter-
regional. Oleh karenanya keterkaitan inter-regional yang sinergis atau saling
meperkuat, bukan saling memperlemah.
Kabupaten Karanganyar yang mempunyai slogan “intanpari” yang
berarti industri, pertanian, dan pariwisata merupakan sektor penunjang
kegiatan agropolitan. Salah satu sektor pariwisata di kawasan agropolitan yang
sangat menarik dan digemari pengunjung yaitu Candi Sukuh, yang berada di
Kecamatan Ngargoyoso. Candi Sukuh merupakah salah satu wahana wisata
yang kental akan budaya, tempat ini sangat menunjang pengembangan
kawasan agropolitan. Karena daerah Ngargoyoso merupakan salah satu aspek
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
budaya peninggalan sejarah yang cukup terkenal di Kabupaten Karanganyar.
Berdasarkan uraian tersebut berarti sektor pariwisata yang dilakukan oleh
masyarakat di sekitar Candi Sukuh, Kabupaten Karanganyar merupakan
bagian dari pengembangan kawasan agropolitan.
Dalam rangka untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat kawasan
agropolitan, maka program agropolitan sangatlah sesuai dengan kondisi
tersebut. Melalui program pengembangan kawasan agropolitan, diharapkan
dapat meningkatkan produksi pertanian di Kawasan Agropolitan. Lima tahun
terakhir ini, program agropolitan telah diterapkan di Kabupaten Karanganyar.
Walaupun demikian, program tidak serta merta diterapkan oleh masyarakat
sekitar kawasan. Meskipun masyarakat hidup di kawasan agropolitan, namun
tidak semua ikut andil dalam program agropolitan. Adanya inovasi di berbagai
bidang akan mempengaruhi kecenderungan atau sikap masyarakat, baik itu
untuk menerima inovasi ataupun menolak inovasi yang ada. Kecenderungan
masyarakat, baik itu menerima maupun menolak program agropolitan tersebut
tidak terlepas dari beberapa faktor yang berhubungan dengan sikap
masyarakat terhadap program agropolitan tersebut. Sikap masyarakat inilah
yang akan menjadi acuan berhasil atau tidaknya program tersebut. Ditandai
dengan keberhasilan program secara berkelanjutan. Oleh karena itu,
bagaimanakah sikap masyarakat terhadap program pengembangan agropolitan
Suthomadansih perlu diteliti lebih lanjut.
B. Rumusan Masalah
Program agropolitan bertujuan untuk meningkatkan pendapatan dan
kesejahteraan masyarakat di kawasan, mendorong berkembangnya system
usaha agribisnis, meningkatkan keterkaitan desa dan kota, mempercepat
pertumbuhan kegiatan ekonomi pedesaan, mengurangi arus migrasi dari desa
ke kota, menciptakan lapangan pekerjaan, dan meningkatkan pendapatan asli
daerah (PAD). Inti dari program agropolitan merupakan gerakan dan
partisipasi aktif masyarakat (petani, pengusaha, dan masyarakat umum) yang
difasilitasi oleh pemerintah dalam rangka meningkatkan pendapatan dan
kesejahteraan keluarga dan masyarakatnya. Konsep mengenai agropolitan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
dalam pengembangan sarana dan prasarana lebih diarahkan kepada bagaimana
mempertahankan program tersebut sesuai dengan kemampuan dan potensi
masyarakat serta memperhatikan kelestarian lingkungan. Tingginya potensi di
kawasan pedesaan yang sangat potensial dapat dimanfaatkan sebagai alat
untuk mendorong keberhasilan pembangunan.
Dalam pengembangan sektor pariwisata harus mempertimbangkan
kondisi sumber daya alam dan sumber daya manusia dan aspek kelembagaan.
Pengembangan sektor pariwisata yang kental akan budaya mempunyai
keunggulan komperatif dan kompetitif serta dapat menjadi perangsang untuk
meningkatkan pendapatan masyarakat. Namun kenyataannya dalam
mengembangkan kawasan agropolitan tidak selalu berjalan dengan lancar.
Terdapat berbagai permasalahan yang dihadapai seperti sarana dan prasarana,
serta kurangnya partisipasi masyarakat dalam mendukung pengembangan
agropolitan. Konsep agropolitan sendiri sangat berhubungan dengan umum
maupun sosial, karena dalam pengembangan kawasan agropolitan didalamya
ada kegiatan pariwisata. Salah satu sektor pariwisata yang dikembangkan
adalah Candi Sukuh.
Permasalahan yang dihadapi yaitu kawasan agropolitan yang
seharusnya menjadi pusat pembangunan pertanian, yang memiliki potensi
dalam pengembangan sistem dan usaha agribisnis, melibatkan berbagai
stakeholder dalam action plan (rencana tindak) seperti adanya pemberdayaan
masyarakat pelaku agribisnis agar mampu meningkatkan produksi,
produktivitas komoditi pertanian serta produk-produk olahan pertanian, lalu
pemasaran produk pertanian kurang berfungsi secara benar. Terbukti dengan
adanya kawasan wisata yang merupakan salah satu sarana dalam program
agropolitan secara fisik belum memenuhi syarat untuk dijadikan tempat
pariwisata.
Hal ini dikarenakan oleh sikap masyarakat sekitar Candi Sukuh yang
tidak menyadari bahwa pendapatan mereka selama ini sebenarnya didominasi
oleh kegiatan sektor pertanian atau agribisnis. Namun, tempat pariwisata yang
sangat menunjang program agropolitan tersebut telah beralih fungsi sebagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
tempat penjualan barang-barang non pertanian. Dari hal tersebut maka
kegiatan pariwisata yang didalamnya terdapat berbagai kegiatan agribisnis,
merupakan bagian dari pengembangan kawasan agropolitan di Kabupaten
Karanganyar. Masyarakat di sekitar Candi Sukuh dilibatkan dalam hal
pengembangan kawasan agropolitan tersebut.
Mengacu pada keuntungan yang dapat diperoleh dari program
agropolitan tersebut, seharusnya selama lima terakhir ini banyak masyarakat
yang berpartisipasi aktif dalam program agropolitan. Dalam hal ini tentunya
terdapat faktor-faktor yang berhubungan dengan sikap. Menurut Azwar (1998)
terdapat faktor-faktor pembentuk sikap yang meliputi : pengalaman pribadi,
pengaruh orang lain yang dianggap penting, pengaruh kebudayaan, media
massa (informasi), pendidikan formal, pendidikan non formal, serta pengaruh
faktor emosional. Oleh karena itu, perlu dikaji lebih mendalam tentang
hubungan faktor-faktor yang berhubungan dengan sikap dengan sikap
masyarakat sekitar Candi Sukuh terhadap program pengembangan kawasan
Agropolitan Suthomadansih di Kabupaten Karanganyar.
Sehingga, dari uraian diatas maka permasalahan dalam penelitian ini
dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apa saja faktor-faktor yang berhubungan dengan sikap masyarakat sekitar
Candi Sukuh terhadap program pengembangan kawasan agropolitan
Suthomadansih di Kabupaten Karanganyar ?
2. Bagaimana sikap masyarakat sekitar Candi Sukuh terhadap program
pengembangan kawasan agropolitan Suthomadansih di Kabupaten
Karanganyar?
3. Bagaimana hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi sikap
dengan sikap masyarakat sekitar Candi Sukuh terhadap program
pengembangan kawasan agropolitan Suthomadansih di Kabupaten
Karanganyar?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian
ini, antara lain:
1. Mengkaji faktor-faktor yang berhubungan dengan sikap masyarakat
sekitar Candi Sukuh dalam mengembangkan kawasan agropolitan
Suthomadansih di Kabupaten Karanganyar.
2. Mengkaji sikap masyarakat sekitar Candi Sukuh terhadap pengembangan
kawasan agropolitan Suthomadansih di Kabupaten Karanganyar.
3. Mengkaji hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi sikap
dengan sikap masyarakat sekitar Candi Sukuh dalam program
pengembangan kawasan agropolitan Suthomadansih di Kabupaten
Karanganyar.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Bagi peneliti, penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman tentang sikap masyarakat sekitar Candi Sukuh terhadap
pengembangan kawasan agropolitan. Selain itu penelitian ini juga
merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Bagi pemerintah atau instansi, dari hasil penelitian ini diharapkan dapat
digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil kebijakan
khususnya dalam kegiatan mengenai model kawasan Agropolitan dalam
meningkatan taraf hidup masyarakat setempat sebagai upaya
mendukung terciptanya stabilitas ekonomi dalam pembangunan
berkelanjutan.
3. Bagi pihak lain yang memerlukan hasil penelitian ini, diharapkan dapat
digunakan sebagai bahan pembanding pada permasalahan yang sama.
4. Bagi masyarakat sekitar Candi Sukuh, sebagai sarana untuk
meningkatkan pengetahuan dalam mengembangkan kawasan
Agropolitan melalui pemasaran hasil pertanian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Pembangunan Pertanian Berkelanjutan
Awalnya, tahun 1980, istilah “sustainable agriculture” atau
diterjemahkan menjadi “pertanian berkelanjutan” digunakan untuk
menggambarkan suatu sistem pertanian alternatif berdasarkan pada
konservasi sumberdaya dan kualitas kehidupan di pedesaan (Abadi, 2007).
Pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture) merupakan sistem
pertanian yang berwawasan lingkungan (co-agriculture) yang sering juga
dikenal sebagai pertanian organis. Prinsip dasarnya adalah pertanian
dilihat sebagai pengelolaan agro dan ekosistem. Prinsip dasar pertanian
berkelanjutan adalah pengelolaan agro dan ekosistem dengan prinsip :
pertanian dilakukan dengan mengambil metafora yang benar dengan tidak
mendominasi alam dan penetuan yang benar bagi alat, teknik, teknologi
dan praktek pertanian (Lubis, 2000).
Kata ‘berkelanjutan’ (sustainable), sebagaimana dalam kamus,
mengacu pada makna “mengusahakan suatu upaya dapat berlangsung
terus-menerus, kemampuan menyelesaikan upaya dan menjaga upaya itu
jangan sampai gagal”. Dalam dunia pertanian, ‘berkelanjutan’ secara
mendasar berarti upaya memantapkan pertanian tetap menghasilkan
(produktif) sembari tetap memelihara sumber daya dasarnya. Sistem
pertanian berkelanjutan ditujukan untuk mengurangi kerusakan
lingkungan, mempertahankan produktivitas pertanian, meningkatkan
pendapatan petani dan meningkatkan stabilitas dan kualitas kehidupan
masyarakat di pedesaan (Abadi, 2007).
Dewangga (1995) berpendapat bahwa pembangunan pertanian
bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat
tani yang merupakan sebagian besar penduduk Indonesia dan tinggal di
pedesaan. Meningkatkan taraf hidup petani dan masyarakat petani dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
masyarakat pedesaan dapat dicapai dengan meningkatkan produktivitas
usahatani. Untuk dapat mengelola usahataninya secara efisien diperlukan
adanya perubahan perilaku petani untuk mampu bertani dengan baik dan
berusahatani lebih menguntungkan.
Dalam proses pembangunan pertanian yang berhasil itu peranan
penyuluhan pertanian sangat besar, sehingga tidak salah kiranya bila
penyuluhan pertanian disebut sebagai ujung tombak pembangunan
pertanian, setidak-tidaknya bila dilihat dalam jajaran aparat pemerintah
yang menangani pembangunan pertanian. Oleh karena itu segala usaha
yang ditujukan untuk mengembangkan penyuluhan pertanian sampai
bentuknya yang sekarang perlu mendapatkan penghargaan yang setimpal
(Slamet, 2003).
Pembangunan akan memberikan harapan dengan hasil yang
optimal, jika penyuluhan pertanian dilakukan secara baik. Karena
penyuluhan pertanian merupakan ujung tombak pembangunan pertanian.
Pelaksanaan penyuluhan yang baik dengan disertai dengan sistem
pelayanan yang teratur akan menjadi jaminan yang efektif untuk
tercapainya tujuan pembangunan itu sendiri. Inti kegiatan penyuluhan
pertanian adalah komunikasi gagasan yang inovatif maupun produk
teknologi yang inovatif yang dapat memberikan nilai ekonomis yang lebih
baik kapada petani dan keluarganya ( Levis, 1996).
2. Konsep dan Statregi Pengembangan Agropolitan
Secara harafiah, “Agropolitan” berasal dari dua kata yaitu (Agro
berarti pertanian), dan (Politan/Polis berarti kota), sehingga secara umum
Program Agropolitan mengandung pengertian pengembangan suatu
kawasan tertentu yang berbasis pada pertanian, yang dapat dilihat dari
berbagai pengertian sebagai berikut (Direktorat Jenderal Tata Perkotaan
dan Tata Perdesaan, 2005) :
a. Agropolitan (Agro = pertanian; Politan = kota) adalah kota pertanian
yang tumbuh dan berkembang yang mampu memacu berkembangnya
sistem dan usaha agribisnis sehingga dapat melayani, mendorong,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
menarik, menghela kegiatan pembangunan pertanian (agribisnis) di
wilayah sekitarnya,
b. Kawasan Agropolitan, terdiri dari Kota Pertanian dan Desa-Desa
sentra produksi pertanian yang ada di sekitarnya, dengan batasan yang
tidak ditentukan oleh batasan administrasi Pemerintahan, tetapi lebih
ditentukan dengan memperhatikan skala ekonomi yang ada. Dengan
kata lain Kawasan Agropolitan adalah Kawasan Agribisnis yang
memiliki fasilitas perkotaan,
c. Pengembangan Kawasan Agropolitan, adalah pembangunan ekonomi
berbasis pertanian dikawasan agribisnis, yang dirancang dan
dilaksanakan dengan jalan mensinergikan berbagai potensi yang ada
untuk mendorong berkembangnya sistem dan usaha agribisnis yang
berdaya saing, berbasis kerakyatan, berkelanjutan dan terdesentralisasi,
yang digerakan oleh masyarakat dan difasilitasi oleh Pemerintah.
Konsep pengembangan agropolitan pertama kali diperkenalkan
Mc.Douglass dan Friedmann dalam Syahrani (2001) sebagai siasat untuk
pengembangan perdesaan. Meskipun termaksud banyak hal dalam
pengembangan agropolitan, seperti redistribusi tanah, namun konsep ini
pada dasarnya memberikan pelayanan perkotaan di kawasan pedesaan atau
dengan istilah lain yang digunakan oleh Friedmann adalah “kota di
ladang”.
Dengan demikian petani atau masyarakat desa tidak perlu harus
pergi ke kota untuk mendapatkan pelayanan, baik dalam pelayanan yang
berhubungan dengan masalah produksi dan pemasaran maupun masalah
yang berhubungan dengan kebutuhan sosial budaya dan kehidupan setiap
hari. Pusat pelayanan diberikan pada setingkat desa, sehingga sangat dekat
dengan pemukiman petani, baik pelayanan mengenai teknik berbudidaya
pertanian maupun kredit modal kerja dan informasi pasar.
Soleh (1998), besarnya biaya produksi dan biaya pemasaran dapat
diperkecil dengan meningkatkan faktor-faktor kemudahan pada kegiatan
produksi dan pemasaran. Faktor-faktor tersebut menjadi optimal dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
adanya kegiatan pusat agropolitan. Jadi peran agropolitan adalah untuk
melayani kawasan produksi pertanian di sekitarnya dimana berlangsung
kegiatan agribisnis oleh para petani setempat. Fasilitas pelayanan yang
diperlukan untuk memberikan kemudahan produksi dan pemasaran antara
lain berupa input sarana produksi (pupuk, bibit, obat-obatan, peralatan, dan
lain-lain), sarana penunjang produksi (lembaga perbankan, koperasi,
listrik, dan lain-lain), serta sarana pemasaran (pasar, terminal angkutan,
sarana transportasi, dan lain-lain).
Dalam konsep agropolitan juga diperkenalkan adanya agropolitan
district, suatu daerah perdesaan dengan radius pelayanan 5 – 10 km dan
dengan jumlah penduduk 50 –150 ribu jiwa serta kepadatan minimal 200
jiwa/km2. Jasa-jasa dan pelayanan yang disediakan disesuaikan dengan
tingkat perkembangan ekonomi dan sosial budaya setempat. Agropolitan
district perlu mempunyai otonomi lokal yang memberi tatanan
terbentuknya pusat-pusat pelayanan di kawasan perdesaan telah dikenal
sejak lama. Pusat-pusat pelayanan tersebut dicirikan dengan adanya pasar-
pasar untuk pelayanan masyarakat perdesaan. Mengingat volume
permintaan dan penawaran yang masih terbatas dan jenisnya berbeda,
maka telah tumbuh pasar mingguan untuk jenis komoditi yang berbeda
(Anwar, 1999).
3. Pengembangan Agropolitan di Karanganyar
Agropolitan adalah kota pertanian yang tumbuh dan
berkembang karena berjalannya sistem dan usaha agribisnis serta
mampu melayani, mendorong, menarik, menghela kegiatan pembangunan
pertanian diwilayah sekitarnya. Kota pertanian berada dalam kawasan
pemasok hasil pertanian (sentra produksi pertanian). Kawasan tersebut
memberikan kontribusi yang besar terhadap mata pencaharian dan
kesejahteraan masyarakatnya. Selanjutnya kawasan pertanian tersebut,
termasuk kotanya disebut dengan kawasan agropolitan (Bappeda
Karanganyar, 2005).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Pelaksanaan program agropolitan di Kabupaten Karanganyar
diawali dari tahun 2006 sampai pada tahun kelima ini pemerintah
Kabupaten Karanganyar telah melakukan pembangunan sarana dan
prasarana pendukung seperti terbangunnya konstruksi jalan dan jaringan
irigasi. Ketersediaan sarana dan prasarana terbesut berguna sebagai
fasilitas sosial ekonomi yang dapat diakses oleh petani dan masyarakat di
pedesaan. Fasilitas tersebut bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan dalam
pengembangan usaha pertanian, meningkatkan kelancaran pengangkutan
sarana produksi ke lahan petani, mempermudah proses pemasaran
produk/komoditas pertanian, dan meningkatkan intensitas ketersediaan air
dalam rangka mendukung produksi pertanian (Dinas Pertanian Tanaman
Pangan, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Karanganyar, 2009).
Pengembangan kawasan agropolitan adalah bertujuan
meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat melalui
percepatan pembangunan wilayah dan peningkatan keterkaitan desa dan
kota dengan mendorong berkembangnya sistem dan usaha agribisnis
yang berdaya saing. Sasaran pengembangan kawasan agropolitan adalah
untuk mengembangkan kawasan pertanian yang berpotensi menjadi
kawasan agropolitan. Melalui pemberdayaan masyarakat pelaku
agribisnis agar mampu meningkatkan produksi, produktivitas komoditi
pertanian serta produk-produk olahan pertanian. Pemberdayaan yang
dilakukan dengan cara pengembangan sistem dan usaha agribisnis yang
efisien, penguatan kelembagaan petani, serta pengembangan kelembagaan
sistem agribisnis (penyedia agroinput, pengelolaan hasil, pemasaran dan
penyedia jasa); pengembangan kelembagaan penyuluhan pembangunan
terpadu; pengembangan iklim yang kondusif bagi usaha dan investasi
(Bappeda Karanganyar, 2005).
Program agropolitan di Kabupaten Karanganyar merupakan
program dari pemerintah yang ditujukan untuk daerah-daerah yang
memiliki potensi atau keunggulan di bidang pertanian. Penetapan kawasan
ini didasarkan pada potensi Kabupaten Karanganyar terutama di bidang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
tanaman hortikultura. Strategi yang diterapkan di Kabupaten Karanganyar
diawali dengan mempersiapkan sarana dan prasarana pendukung seperti
memperbaiki jalan usahatani, dan saluran irigasi. Kemudian setelah dua
program tersebut berjalan lancar, Kabupaten Karanganyar membuka
penyediaan Sub Terminal Agribisnis (STA) di Watusambang
Tawangmangu. Sub Terminal Agribisnis (STA) ini dapat mendukung
berjalannya program agropolitan. Keberadaan STA diharapkan dapat
memperbaiki teknik pemasaran bagi hasil produksi pertanian, tidak hanya
untuk komoditas yang diunggulkan seperti wortel tetapi untuk komoditas
yang lainnya. Pengembangan sarana dan prasarana di kawasan agropolitan
juga didukung dengan pengembangan sumberdaya manusia yaitu dengan
mengembangkan kelompok tani (Bappeda Karanganyar, 2005).
Beberapa Kecamatan di Kabupaten Karanganyar antara lain
Ngargoyoso (Sukuh), Jenawi (Cetho), Tawangmangu, Karangpandan dan
Matesih memiliki produk unggulan sendiri untuk dijadikan pelopor
tumbuh kembangnya agropolitan. Kecamatan Ngargoyoso berpacu pada
peningkatan penerapan teknologi pertanian / perkebunan. Kegiatan yang
dilakukan antara lain pembuatan pestisida organik, pengadaan Alat
Pengolah Pupuk organik (APPO), pengadaan biogas, pengadaan hand
sprayer, alat pengayak kompos, dan berbagai macam alat pendukung
usahatani lainnya. Kecamatan Jenawi berpusat pada peningkatan mutu
intensifikasi gandum. Kegiatan ini dilakukan supaya terpeliharanya
tanaman tumpang sari gandum. Kecamatan Tawangmangu terdapat
program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Hutan. Sosialisasi
ini dilakukan supaya masyarakat senantiasa merubah perilakunya tentang
pelestarian Sumber Daya alam. Kecamatan Karangpandan merupakan kota
tani utama dan kecamatan lain yang termasuk dalam Kawasan Agropolitan
akan bermuara ke Kecamatan Karangpandan. Hal ini dikarenakan
tidak hanya dari bidang pertanian yang dikembangkan tetapi juga bidang
pariwisata. Kemudian yang terakhir di Kecamatan Matesih lebih
mengacu kepada peningkatan ketahanan pangan pertanian dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
perkebunan. Pengadaan alat ice cream maker dan pengadaan freezer
diharapkan dapat meningkatkan pengolahan hasil pertanian. Selain itu
dikembangkan juga alat mesin pertanian dan alat pengolahan pasca panen
hasil pertanian, seperti tersedianya hand tractor, vacuum frying, slicer,
power threser, alat pencuci wortel dan pompa air. Semua alat tersebut
digunakan untuk peningkatan penggunaan teknologi tepat guna oleh petani
(Bappeda Karanganyar, 2009).
Strategi pengembangan kawasan sentra produksi pangan
berorientasi pada kekuatan pasar atau (market driven), atau melalui
pengembangan masyarakat yang tidak saja diarahkan pada upaya
pengembangan usaha budidaya (on-farm) tetapi juga meliputi
pengembangan agribisnis hulu (penyediaan sarana pertanian) dan
agribisnis hilir (proses dan pemasaran) dan jasa-jasa pendukungnya.
Memberi kemudahan melalui penyediaan sarana dan prasarana yang dapat
mendukung pengembangan agribisnis dalam suatu kesisteman yang utuh
dan menyeluruh, mulai dari subsistem budidaya, subsistem agribisnis hulu,
hilir, dan jasa pendukung. Pengembangan suatu kawasan sentra produksi
pangan nasional dan daerah (agropolitan) harus mengikuti pengelolaan
kawasan tersebut. Untuk mewujudkan tujuan dan sasaran tata ruang
kawasan sentra produksi pangan (agropolitan), arahan pengembangannya
sebagai berikut:
a. Pemberdayaan masyarakat pelaku agribisnis setempat
b. Pengembangan pusat-pusat pertumbuhan agribisnis dan industri
pertanian secara lokalita.
c. Pembangunan prasarana dan infrastruktur fisik yang menunjang
kegiatan di kawasan sentra produksi pangan (agropolitan).
d. Adanya keterpaduan rencana tata ruang kawasan sentra produksi
pangan (agropolitan) dengan rencana tata ruang wilayah, khususnya
aspek kawasan permukiman dan industri (Dirjen Ruang, 2006).
Pengembangan kawasan agropolitan dilakukan dengan pendekatan
Action plan (rencana tindak) yang melibatkan berbagai stakeholder terkait.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Dengan pelibatan ini stakeholder secara intensif diharapkan dapat
dihasilkan kesepakatan program pembangunan prasarana dan sarana
kawasan agropolitan yang memberikan nilai lebih pada aspek dukungan
masyarakat dan dengan kesadaran sense belonging (rasa memiliki) yang
cukup tinggi. Tahapan action plan yang dilakukan dalam rangka
pengembangan fasilitas prasarana dan sarana yang diharapkan sebagai
stimulan pengembangan kawasan agropolitan, meliputi sosialisasi program
(temu muka), pembentukan stakeholder agribisnis, survai dan analisa,
inventarisasi permasalahan prasarana dan sarana, usulan dan perumusan
program serta penyepakatan pentahapan program. Semua tahapan tersebut
dilakukan dalam forum sosialisasi dan penyepakatan kegiatan
(Bappeda Karanganyar, 2005).
4. Pariwisata dan Pengembangan Agropolitan
Pengembangan agrowisata merupakan upaya terhadap pemanfaatan
atraksi wisata pertanian. Agrowisata sebagai bagian dari objek wisata
dengan tujuan untuk memanfaatkan usaha agro sebagai objek wisata
dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan, pengalaman rekreasi dan
hubungan usaha dibidang pertanian (Tirtawinata, 1999).
Berkembangnya dunia pertanian mendapat tanggapan dari
masyarakat, pada umumnya tanggapan masyarakat terhadap
berkembangnya dunia pariwisata berkaitan dengan harapan-harapan yang
mengacu kepada kebutuhan ekonomis misalnya adanya kesempatan kerja,
majunya usaha mereka dan sebagainya. Hal ini dapat terlihat terutama
pada masyarakat yang tinggal disekitar daerah yang terkena proyek
pengembangan wisata (Tashadi, 1994).
Potensi objek wisata dapat dibedakan menjadi objek wisata
alami dan buatan manusia. Objek wisata alami dapat berupa kondisi
iklim (udara bersih dan sejuk, suhu dan sinar matahari yang nyaman,
kesunyian), pemandangan alam (panorama pegunungan yang indah,
air terjun, danau dan sungai yang khas), dan sumber air kesehatan (air
mineral, air panas). Objek wisata buatan manusia dapat berupa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
fasilitas atau prasarana, peninggalan sejarah dan budaya, pola
hidup masyarakat dan taman-taman untuk rekreasi atau olahraga.
Objek agrowisata pada umumnya masih berupa hamparan suatu
areal usaha pertanian dari perusahaan-perusahaan besar yang dikelola
secara modern/ala barat dengan orientasi objek keindahan alam dan
belum menonjolkan atraksi keunikan/spesifikasi dari aktivitas lokal
masyarakat (Bappeda Karanganyar, 2005).
Tashadi (1994) mengemukakan bahwa timbulnya dampak sosial
budaya sebagai konsekuensi dari pembangunan pariwisata itu dapat dilihat
sebagai dampak positif dan dampak negatif. Dampak positif merupakan
keuntungan berkembangnya pariwisata yang antara lain mendatangkan
pendapatan devisa negara dan terciptanya kesempatan kerja yang berarti
mengurangi jumlah pengangguran serta adanya kemungkinan bagi
masyarakat di daerah wisata untuk meningkatkan pendapatan dan standart
hidup mereka. Sedangkan dampak negatif yang merupakan kerugian
tampak menonjol dalam bidang sosial.
5. Budaya dan Pengembangan Agropolitan
Budaya atau kebudayaan yaitu system pengetahuan yang meliputi
sistem ide/gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam
kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak (Soeranto, 2003).
Sedangkan menurut Soekanto (1983), budaya diartikan dalam bentuk
perilaku kehidupan keseharian. Kebudayaan merupakan sistem pola
perencanaan kehidupan yang eksplisit maupun implisit yang terbentuk
secara historis, dan yang dianut oleh semua/anggota-anggota tertentu dari
suatu kelompok.
Tradisi merupakan kebudayaan yang telah menjadi suatu kebiasaan
dalam masyarakat (Hardiman, 2003). Tradisi bukanlah sesuatu yang dapat
diubah, tradisi justru dipadukan dengan aneka ragam perbuatan manusia
dan diangkat dalam keseluruhannya. Manusialah yang membuat sesuatu
dengan tradisi itu: ia menerima, menolaknya, atau merubahnya. Itulah
sebabnya mengapa kebudayaan merupakan cerita tentang perubahan-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
perubahan: riwayat manusia yang selalu member wujud baru kepada pola-
pola kebudayaan yang sudah ada (Peursen, 1983).
Dalam hakekat hidup ada kecendrungan yang kuat sangat untuk
menekankan pada nilai keakhlakan atau spiritualisme semata-mata
(Soekanto, 1983). Orang Jawa itu tidak dapat melepaskan diri dari lilitan
tradisinya, masyarakat Jawa menempatkan individu yang sekunder saja,
sedangkan masyarakat itu sendiri berperan primer, sedemikian rupa
sehingga aksi-aksi yang dipandang akan mengganggu keselarasan umum
tak seharusnya dilakukan (Sutrisno, 1985).
6. Sikap dan Perilaku Masyarakat
a. Pengertian Sikap dan Perilaku
Attitude dapat kita terjemahkan dengan sikap terhadap obyek
tertentu, yang dapat merupakan sikap pandangan atau sikap perasaan.
Tetapi sikap tersebut disertai oleh kecenderungan untuk bertindak
sesuai dengan sikapnya terhadap obyek tadi itu. Jadi sikap itu tepat
diterjemahkan sebagai sikap dan kesediaan bereaksi terhadap suatu hal.
Sikap senantiasa terarahkan terhadap suatu hal, suatu obyek. Tidak ada
sikap tanpa ada obyeknya (Gerungan, 1999).
Sears et all (1997) mendefinisikan bahwa sikap merupakan
suatu mental dan neural status dari kesiapsiagaan, yang diorganisir
melalui pengalaman, menggunakan suatu arahan atau pengaruh
dinamis atas setiap tanggapan kepada semua obyek dan situasi yang
terkait.
Hal serupa juga diungkapkan G. W. Allport (1935) dalam
Taylor (1997), yang juga mendefinisikan bahwa sikap adalah suatu
mental dan status kesiapsiagaan, yang diorganisir melalui pengalaman,
menggunakan suatu pengaruh yang dinamik ketika individu menjawab
semua obyek dan situasi yang terkait.
Mar’at (1984) menyatakan sikap merupakan produk dari proses
sosialisasi di mana seseorang bereaksi sesuai dengan rangsang yang
diterimanya. Jika sikap mengarah pada obyek tertentu, berarti bahwa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
penyesuaian diri terhadap obyek tersebut dipengaruhi oleh lingkungan
sosial dan kesediaan untuk berekasi dari orang tersebut terhadap
obyek. Seperti halnya dengan Myers (1992) yang menyebutkan bahwa
sikap sebagai bentuk evaluasi yakni sikap merupakan pengorganisasian
terakhir secara relatif dari kepercayaan dimana terdapat kecenderungan
untuk merespons benda-benda dalam keadaan yang nyata. Sikap tidak
pernah dilihat secara langsung. Seseorang harus mengambil
kesimpulan keberadaan sikap dari apa yang dilakukan orang lain.
Sedangkan Van Den Ban dan Hawkins (1999) mendefinisikan
sikap sebagai perasaan, pikiran dan kecenderungan seseorang yang
kurang lebih bersikap permanen mengenai aspek-aspek tertentu dalam
lingkungannya. Lebih mudahnya, sikap adalah kecondongan evaluatif
terhadap suatu obyek atau subyek yang memiliki konsekuensi yakni
bagaimana seseorang berhadap-hadapan dengan obyek sikap.
Soedjito dalam Mardikanto (1993) mengatakan bahwa sikap
sebenarnya merupakan fungsi dari kepentingan, artinya sikap
seseorang sangat ditentukan oleh kepentingan-kepentingan yang
dirasakan. Semakin ia memiliki kepentingan, atau semakin banyak
kepentingan yang dirasakan, maka sikapnya semakin baik dan
sebaliknya semakin merasa tak memiliki kepentingan atau
kepentingannya tidak dipenuhi maka sikapnya semakin buruk.
Manifestasi sikap tidak bisa langsung dilihat akan tetapi harus
ditafsirkan terlebih dahulu sebagai tingkah laku yang masih tertutup.
Secara operasional pengertian sikap menunjukkan konotasi adanya
kesesuaian reaksi terhadap kategori stimulus tertentu dan penggunaan
praktis, sikap sering kali dihadapkan dengan rangsangan sosial dan
reaksi yang bersifat emosional (Mar’at, 1984).
Perilaku (behavior) dalam Psikologi dipandang sebagai reaksi
yang dapat bersifat sederhana maupun bersifat kompleks. Pada
manusia khususnya dan pada semua makhluk umumnya, memang
terdapat bentuk-bentuk perilaku instinktif yang disadari oleh kodrat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
mempertahankan kehidupan. Sikap selalu dikaitkan dengan perilaku
yang berada dalam kenormalan dan merupakan respon atau reaksi
terhadap rangsangan lingkungan sosial. Salah satu karakteristik
perilaku manusia adalah sifat diferensialnya. Artinya, suatu stimulus
yang sama belum tentu akan menimbulkan bentuk reaksi yang sama
dari individu. Sebaliknya, suatu reaksi yang sama juga belum tentu
timbul akibat adanya stimulus yang serupa (Azwar, 1991).
Skinner dalam Walgito (2003) membedakan perilaku menjadi
perilaku yang alami (innate behavior) dan perilaku operan (operant
behavior). Perilaku alami yaitu perilaku yang dibawa sejak organisme
dilahirkan, yakni yang berupa refleks-refleks dan insting-insting,
sedangkan perilaku operan yaitu perilaku yang dibentuk melalui proses
belajar. Perilaku yang reflektif merupakan perilaku yang terjadi
sebagai reaksi secara spontan terhadap stimulus yang mengenai
organisme yang bersangkutan. Pada manusia perilaku psikologis atau
operan inilah yang dominan, sebagian besar perilaku manusia
merupakan perilaku yang dibentuk, diperoleh, dipelajari melalui
peroses belajar.
b. Pembentuk Sikap dan Perilaku
Komponen sikap ada tiga yaitu, komponen kognisi yang
hubungannya dengan belief, ide dan konsep. Komponen afektif yang
menyangkut kehidupan emosional seseorang. Komponen konasi yang
merupakan kecenderungan bertingkah laku (Mar’at, 1984). Begitu juga
dengan Ahmadi (1999) yang menyatakan bahwa sikap mempunyai tiga
aspek. Antara lain aspek kognitif dimana aspek tersebut berhubungan
dengan gejala mengenal fikiran, aspek afektif yang berwujud proses
yang menyangkut perasaan-perasaan tertentu, dan aspek konatif yang
berwujud proses tendensi atau kecenderungan untuk berbuat sesuatu
objek. Tiga definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat tiga
komponen sikap yang melekat pada diri seseorang. Antara lain
komponen kognitif, komponen afektif dan komponen konatif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Demikian halnya Wortman (2004) yang mengemukakan bahwa
sikap mempunyai tiga komponen, antara lain komponen kognisi yaitu
apa yang kita percaya atau kita pikirkan, komponen emosional tentang
bagaimana kita merasakan, dan komponen tingkah laku tentang
bagaimana kita bertindak.
Sikap merupakan suatu kemampuan internal yang berperanan
sekali dalam mengambil tindakan (action), belajar sikap berarti
memperoleh kecenderungan untuk menerima atau menolak suatu
obyek, berdasarkan penilaian terhadap obyek itu sebagai hal yang
berguna/berharga (sikap positif) atau tidak berharga/berguna (sikap
negatif). Sikap merupakan sesuatu yang bersifat agak kompleks, yang
mengandung komponen-komponen atau aspek-aspek, yaitu aspek
kognitif, aspek afektif, dan aspekkonatif (Winkel, 1991).
Sikap merupakan faktor yang menentukan perilaku, karena sikap
itu berhubungan dengan persepsi, kepribadian, belajar, dan motivasi.
Sikap (attitude) adalah kesiap-siagaan mental, yang diorganisasi
melalui pengalaman, yang mempunyai pengaruh tertentu kepada
tanggapan seseorang terhadap orang, obyek, dan situasi yang
berhubungan dengannya (Gibson et all, 1994).
Menurut Azwar (1991), sikap sosial tertentu dari adanya interaksi
sosial yang dialami oleh individu. Dalam interkasi sosial, individu
bereaksi membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai obyek
psikologis yang dihadapinya. Diantara berbagai faktor yang
mempengaruhi pembentukan sikap adalalah pengalaman pribadi,
pengaruh orang lain yang dianggap penting, pengaruh kebudayaan,
media massa, lembaga pendidikan atau lembaga agama.
Walgito (2003) memaparkan bahwa sikap tidak dibawa sejak
dilahirkan, tetapi dibentuk sepanjang perkembangan individu yang
bersangkutan. Sikap yang ada dalam diri seseorang akan dipengaruhi
oleh faktor internal, yaitu faktor fisiologis dan psikologis, serta faktor
eksternal. Faktor eksternal dapat berujud situasi yang dihadapi oleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
individu (pengalaman), norma-norma yang ada dalam masyarakat,
hambatan-hambatan dan pendorong-pendorong yang ada dalam
masyarakat. Semua ini akan berpengaruh pada sikap yang ada dalam
diri seseorang.
Sikap dipandang sebagai seperangkat reaksi-reaksi afektif
terhadap obyek tersebut berdasarkan hasil penalaran, pemahaman, dan
penghayatan individu. Sikap dipengaruhi oleh faktor-faktor
pengalaman, proses belajar, cakrawala dan pengetahuannya. Manusia
mengamati suatu obyek psikologik dari kacamatanya sendiri yang
diwarnai oleh nilai dari kepribadiannya. Sedangkan obyek psikologik
ini dapat berupa kejadian, ide atau situasi tertentu. Faktor pengalaman,
proses belajar dan sosialisasi memberikan bentuk dan struktur
terhadapapa yang dilihat. Sedangkan pengetahuan dan cakrawala
memberikan arti terhadap objek psikologi tersebut. Berdasarkan nilai
dan norma yang dimiliki pribadi seseorang akan terjadi keyakinan
(belief) terhadap obyek tersebut (Mar’at, 1984).
Ahmadi (1999) mengemukakan bahwa sikap timbul karena
adanya stimulus. Terbentuknya suatu sikap itu banyak dipengaruhi
perangsang oleh lingkungan sosial dan kebudayaan. Misalnya
keluarga, norma, golongan agama, dan adat istiadat. Kemudian
terdapat tiga hal penting dalam pembentukan sikap dalam masa
adolesen. Antara lain media massa, kelompok sebaya, dan kelompok
yang meliputi lembaga sekolah, lembaga keagaaman, organisasi kerja,
dan sebagainya.
Berdasarkan uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa sikap
terbentuk karena adanya interaksi sosial yang dialami oleh individu.
Adapun faktor-faktor yang berhubungan dengan sikap terdiri dari:
1) Pengalaman pribadi
Pengalaman kita sendiri menunjukkan bahwa mereka yang
merasa bisa memahami orang lain dengan baik itu sebenarnya tidak
mengerti apa-apa, baik orang lain maupun dirinya sendiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Seringkali ada hubungan ironis antara pendapat dan tabiatnya
sendiri. Seringkali terjadi bahwa apa yang diyakininya benar
tentang diri orang lain biasanya juga benar tentang dirinya sendiri.
Cara kita mempersepsi situasi sekarang tidak bisa terlepas dari
adanya pengalaman sensoris terdahulu. Kalau pengalaman
terdahulu itu sering muncul, maka reaksi kita lalu menjadi salah
satu kebiasaan. Karena kebanyakan aktivitas kita sehari-hari
bergantung pada pengalaman yang terdahulu, kita mereaksi kepada
isyarat dan lambang daripada kepada keseluruhan stimulus aslinya.
Jadi dalam kebanyakan situasi, persepsi itu pada umumnya
merupakan proses informasi yang didasarkan atas pengalaman-
pengalaman masa lampau (Mahmud, 1990).
Apa yang kita alami akan membentuk dan mempengaruhi
penghayatan kita terhadap stimulus sosial. Tanggapan akan
menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap. Untuk dapat menjadi
dasar pembentukan sikap pengalaman pribadi harus melalui kesan
yang kuat (Azwar, 1991).
Pengalaman menunjukkan bahwa interaksi yang terjadi
cenderung mengakibatkan dan menghasilkan adanya penyesuaian
diri yang timbal balik serta penyesuaian kecakapan (skill) dengan
situasi yang baru (Susanto, 1974). Selain itu pengalaman juga
dapat membentuk sikap sebagai proses semakin meningkatnya
pengetahuan yang dimiliki petani.
2) Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Orang lain di sekitar kita merupakan salah satu diantara
komponen sosial yang dapat mempengaruhi sikap kita. Seseorang
yang kita anggap penting bagi kita, seseorang yang kita harapkan
persetujuannya bagi setiap gerak tindak dan pendapat kita,
seseorang yang tidak ingin kita kecewakan atau seseorang yang
berarti khusus bagi kita, akan banyak mempenagruhi pembentukan
sikap kita terhadap sesuatu. Diantara orang yang biasa dianggap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
penting bagi kita adalah orang tua, orang yang status sosialnya
lebih tinggi, teman dekat, guru, istri atau suami. Pada umumnya
individu bersikap kompromis atau searah dengan seseorang yang
dianggap penting (Azwar, 1991).
Sebagaimana kita ketahui bahwa lingkungan masyarakat
yang tradisional masih tertanam penghormatan yang besar
terhadap pemimpin masyarakat. Sesungguhnya demi untuk
suksesnya pembangunan dan tercapainya kemakmuran dalam
masyarakat sendiri, maka sikap hidup tradisional itu perlu
diubah dan disesuaikan dengan cara yang tepat. Disinilah
pentingnya peranan daripada faktor kepemimpinan sebagai
perluasan komunikasi massa, penyuluhan, dan pendidikan
masyarakat (Kamaluddin, 1998).
Kebanyakan keputusan tentang pertanian masih dibuat
petani secara perorangan. Akan tetapi, ia membuat keputusan-
keputusan tersebut dalam rangka memenuhi hasrat untuk
memberikan sesuatu yang lebih baik bagi keluarganya. Oleh karena
itu, mereka tergantung kepada hasil yang didapat dari usahatani.
Anggota-anggota keluarganya mungkin memberikan tekanan
kepada petani dalam mengambil keputusan. Di pihak lain hasrat
petani untuk memberikan kehidupan yang lebih baik bagi
keluarganya meruapkan dorongan yang efektif dalam banyak hal
untuk meningkatkan produktivitas usahatani. Keputusan-keputusan
yang diambil oleh petani juga dapat dipengaruhi oleh sikap dan
perilaku serta hubungan-hubungan dalam masyarakat setempat di
mana mereka hidup. Bagi petani, masyarakat di sekitarnya
mempunyai arti yang penting (Soetriono et all, 2006).
3) Pengaruh kebudayaan
Kebudayaan dewasa ini dipengaruhi oleh suatu
perkembangan yang pesat, dan manusia modern sadar akan hal ini.
Lebih dari dulu manusia dewasa ini sadar akan kebudayaannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Kesadaran ini merupakan suatu kepekaan yang mendorong
manusia agar dia secara kritis menilai kebudayaan yang sedang
berlangsung. Menurut Peursen (1988) terdapat tiga tahap dalam
kebudayaan kita. Antara lain tahap mitis dimana sikap manusia
yang merasakan dirinya terkepung oleh kekuatan-kekuatan gaib
sekitarnya, tahap ontologis dimana sikap manusia yang tidak hidup
lagi dalam kepungan kekuasaan mitis, melainkan secara bebas
ingin meneliti segala hal ikhwal, kemudian tahap fungsionil yaitu
sikap dan alam pikiran yang makin nampak dalam manusia
modern.
Kebudayaan adalah cara berfikir, cara merasa, cara
meyakini dan menganggap. Kebudayaan adalah pengetahuan yang
dimiliki warga kelompok yang diakumulasi (dalam memory
manusia, dalam buku dan obyek-obyek) untuk digunakan di masa
depan. Suatu kebudayaan diperoleh melalui proses belajar oleh
individu-individu sebagai hasil interaksi anggota-anggota
kelompok satu sama lain, sehingga kebudayaan juga bersifat
dimiliki bersama (Suparlan, 1984).
Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai
pengaruh besar terhadap pembentukan sikap. Tanpa disadari,
kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap kita terhadap
berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota
masyarakatnya karena kebudayaan pulalah yang yang memberikan
corak pengalaman individu-individu yang menjadi anggota
kelompok masyarakat asuhannya (Azwar, 1991).
Kebudayaan (culture) berarti keseluruhan dari hasil
manusia hidup bermasyarakat berisi aksi-aksi terhadap dan oleh
sesama manusia sebagai anggota masyarakat yang merupakan
kepandaian, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat kebiasaan,
dan lain-lain kepandaian (Shadily,1999).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Dalam Mardikanto (1996) kebudayaan, diartikan sebagai
pola perilaku yang dipelajari oleh setiap warga masyarakat (baik
oleh setiap individu maupun oleh kelompok-kelompok sosial yang
ada) dan diteruskan secara turun-temurun dari generasi ke generasi.
Kebudayaan tidak hanya mencakup kepercayaan, kebiasaan dan
moral, tetapi juga sikap, perbuatan, pikiran-pikiran yang dimiliki
masyarakat yang bersangkutan. Sebagai pola perilaku sudah
sewajarnya jika kebudayaan akan merupakan suatu kekuatan yang
mempengaruhi efektifitas inovasi yang direncanakan untuk
mengubah perilaku petani.
4) Media massa
Shannon dalam Saleh (2004) menyatakan bahwa informasi
adalah sesuatu yang membuat pengetahuan kita berubah, yang
secara logis mensahkan perubahan, memperkuat atau menemukan
hubungan yang ada pada pengetahuan yang kita miliki. Seperti
Yusup (1995) yang mengungkapkan bahwa fungsi informasi bisa
berkembang sesuai dengan bidang garapan yang disentuhnya.
Namun, setidaknya yang utama adalah sebagai data dan fakta yang
dapat membuktikan adanya suatu kebenaran, sebagai penjelas hal-
hal yang sebelumnya masih meragukan, sebagai prediksi untuk
peristiwa-peristiwa yang mungkin akan terjadi pada masa yang
akan datang. Nyatanya, informasi itu banyak fungsinya. Tidak
terbatas pada salah satu bidang atau aspek saja, melainkan
menyeluruh, hanya bobot dan manfaatnya yang berbeda karena
disesuaikan dengan kondisi yang membutuhkannya.
Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa
seperti televisi, radio, surat kabat, majalah dan lain-lain
mempunyai pengaruh dalam pembentukan opini dan kepercayaan
orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya,
media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang
dapat mengarahkan opini seseorang (Azwar, 1991). Media massa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
merupakan salah satu faktor yang terdapat diluar pribadi manusia.
Faktor ini berupa interaksi sosial diluar kelompok. Misalnya
interaksi antara manusia dengan hasil kebudayaan manusia yang
sampai padanya melalui alat-alat komunikasi seperti surat kabar,
radio, televisi, majalah dan lain sebagainya (Ahmadi, 1999).
Media massa mempunyai pengaruh dalam membentuk
suatu wacana publik. Walaupun pengaruh media massa tidaklah
sebesar pengaruh interaksi individual secara langsung, namun
dalam proses pembentukan dan perubahan sikap, peranan media
massa tidak kecil artinya. Adanya informasi baru mengenai sesuatu
hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap
terhadap hal tersebut. Hal ini seringkali berpengaruh terhadap sikap
pembaca atau pendengarnya, sehingga dengan hanya menerima
berita-berita yang sudah dimasuki unsur-unsur subyektif itu,
terbentuklah sikap (Sastraatmadja, 1993).
5) Lembaga Pendidikan
Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai sistem
mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan
keduannya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam
diri individu (Azwar, 1991).
Tujuan pendidikan adalah untuk menawarkan pengalaman
yang akan mengubah sesorang ke arah yang lebih baik. Hal
tersebut dicontohkan dengan adanya kesopanan siswa, atau
mungkin digambarkan sebagai bentuk kesuksesan seseorang dalam
masyarakat tertentu (Krasner dan Ullman, 1973).
Seperti diketahui, lembaga pendidikan sifatnya bermacam-
macam diantaranya bersifat formal, informal dan non formal.
Pendidikan formal, dapat dilihat dari pendidikan yang pernah
dialami (dalam hal ini petani) melalui sekolah-sekolah, dari jenjang
tertinggi dari suatu tingkatan pendidikan formal yang tersedia
(Mardikanto, 1993).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Pendidikan non formal diartikan sebagai penyelenggaraan
pendidikan yang terorganisir yang berada diluar system pendidikan
sekolah, isi pendidikan terprogram, proses pendidikan yang
berlangsung berada dalam situasi interaksi belajar mengajar yang
terkontrol (Mardikanto dan Sutarni, 1982). Begitu juga Azwar
(1995) yang mengemukakan bahwa pendidikan non formal
merupakan pendidikan yang didapat diluar bangku sekolah.
Penyuluh pertanian dan pelatihan merupakan pendidikan non
formal.
Menurut Suhardiyono (1992), pendidikan non formal
adalah pengajaran sistematis yang diorganisir dari luar sistem
pendidikan formal bagi sekelompok orang yang memenuhi
keperluan khusus. Salah satu contohnya adalah penyuluhan
pertanian. Demikian halnya dengan Azwar (1995) yang
menyatakan bahwa penyuluhan pertanian merupakan sistem
pendidikan non formal yang tidak sekedar memberikan penerangan
atau menjelaskan tetapi berupaya untuk mengubah perilaku
sasarannya agar memiliki pengetahuan pertanian dan berusahatani
yang luas, memiliki sikap progresif untuk melakukan perubahan
dan inovatif terhadap inovasi sesuatu (informasi) baru, serta
terampil melaksanakan kegiatan.
B. Kerangka Pemikiran
Sikap sosial terbentuk dari adanya interaksi sosial yang dialami oleh
individu. Interaksi sosial mengandung arti lebih daripada sekedar adanya
kontak sosial. Dalam interaksinya, individu bereaksi membentuk pola sikap
tertentu terhadap obyek psikologis yang dihadapi. Sebagai salah satu obyek
dari Program pengembangan kawasan agropolitan ini, masyarakat akan
memberikan respon evaluatif artinya memberikan akan memberikan reaksi
sebagai sikap yang timbul karena proses evaluasi dalam diri individu yang
memberi kesimpulan sebagai potensi reaksi sikap terhadap obyek sikap. Sikap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
merupakan keyakinan individu yang menentukan perbuatan nyata dan
perbuatan-perbuatan yang mungkin terjadi.
Pembangunan kawasan pedesaan tidak bisa dipungkiri merupakan hal
yang mutlak dibutuhkan. Pengembangan Kawasan Agropolitan di Kabupaten
Karanganyar diprioritaskan membangun kekuatan wilayah pedesaan yang
memiliki potensi pertanian, tetapi belum termanfaatkan secara optimal.
Bentuk dari kegiatan ini adalah pembangunan fisik untuk kelancaran kegiatan
produksi dan transportasi hasil pertanian berupa pembangunan saluran air dan
jalan usahatani.
Dalam rangka pengembangan kawasan agropolitan, sikap masyarakat
didefinisikan sebagai kecenderungan untuk memberikan respon terhadap
pengembangan kawasan agropolitan. Sikap masyarakat terhadap
pengembangan kawasan agropolitan diukur dengan tiga paramater yaitu
tujuan, pelaksanaan, hasil. Pengetahuan masyarakat terhadap pengembangan
kawasan agropolitan meliputi tujuan, pelaksanaan dan hasil. Sikap masyarakat
tersebut merupakan ungkapan dari masing-masing responden mengenai
kepuasan pada program pengembangan kawasan agropolitan. Hasil akhir dari
pemikiran responden dalam merespon pengembangan kawasan agropolitan
adalah petani akan bersikap sangat baik, baik, cukup, buruk, dan sangat buruk.
Sedangkan untuk variabel yang berhubungan dengan sikap
masyarakat terhadap program pengembangan kawasan agropolitan meliputi
pengalaman pribadi, orang lain yang dianggap penting, media massa dan
pendidikan non formal, media massa, dan pengaruh kebudayaan, secara
sistematis kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
C.
D.
E.
Gambar 1. Kerangka berfikir mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan sikap masyarakat terhadap program pengembangan kawasan Agropolitan Suthomadansih di Kabupaten Karanganyar.
C. Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah, tujuan penelitian dan kerangka
berpikir yang telah diuraikan di atas maka hipotesis sebagai berikut:
Di duga ada hubungan yang signifikan antara faktor-faktor yang
berhubungan dengan sikap (pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang
dianggap penting, pendidikan non formal, media massa, pengaruh
kebudayaan) dengan sikap masyarakat sekitar Candi Sukuh terhadap program
pengembangan kawasan Agropolitan Suthomadansih di Kabupaten
Karanganyar.
D. Definisi Operasional dan Pengukuran Variable
1. Definisi Operasional
Faktor yang berhubungan dengan sikap yaitu faktor personal yang
ada dalam diri individu yang turut mempengaruhi pola perilaku petani
sehingga dapat membentuk sikap terhadap pengembangan kawasan
agropolitan.
Faktor-faktor yang berhubungan dengan sikap: 1. Pengruh pengalaman
pribadi 2. pengaruh orang
lain yang dianggap penting
3. pengaruh pendidikan non formal
4. pengaruh media massa
5. pengaruh kebudayaan
Sikap masyarakat terhadap program pengembangan agropolitan : 1. Tujuan Program 2. Pelaksanaan Program 3. Hasil Program
Sangat Baik
Sangat Buruk
AGROPOLITAN
Baik
Cukup
Buruk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
a. Pengaruh pengalaman pribadi adalah pengalaman responden yang
berkaitan dengan kegiatan pengembangan kawasan agropolitan.
b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting merupakan saran, ajakan,
bujukan atau bahkan perintah dari orang-orang yang dianggap penting
(keluarga, kerabat, kelompok profesi, aparat desa dan tokoh informal
lainnya) yang berkaitan dengan kegiatan pengembangan kawasan
agropolitan.
c. Pengaruh kebudayaan merupakan adat istiadat atau kebiasaan yang
sering dilakukan masyarakat setempat yang berkaitan dengan kegiatan
pengembangan kawasan agropolitan.
d. Pegaruh media massa merupakan media yang dipergunakan untuk
memberikan informasi terkait dengan pengembangan kawasan
agropolitan baik yang berupa media cetak maupun elektronik.
e. Pengaruh lembaga pendidikan merupakan lembaga pendidikan baik
secara formal maupun non formal yang pernah di peroleh responden.
Pendidikan non formal berada diluar pendidikan formal (kursus,
pelatihan maupun penyuluhan) di bidang pertanian, kewirausahaan dan
pariwisata.
Sikap adalah kecenderungan petani untuk memberikan respon atau
evaluasi yang meliputi perasaan, pikiran dan kecenderungan untuk
bertindak dengan adanya pengembangan kawasan agropolitan khususnya
untuk masyarakat sekitar Candi Sukuh yang dilihat komponen kognitif,
afektif dan konasi. Sikap masyarakat sekitar Candi Sukuh selanjutnya
diukur dengan memberikan rangsangan beberapa pertanyaan positif dan
negatif yang disusun dan dikembangakan dari 4 indikator yaitu tujuan
program, pelaksanaan program dan hasil program.
a. Sikap terhadap tujuan program, merupakan sikap masyarakat
responden terhadap tujuan program pengembangan kawasan
agropolitan yang meliputi peningkatan pengetahuan dan peningkatan
keterampilan masyarakat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
b. Sikap terhadap pelaksanaan program, merupakan sikap masyarakat
terhadap pelaksanaan baik yang menyangkut keikutsertaan petugas
maupun masyarakat dalam kegiatan pengembangan kawasan
agropolitan di sekitar Candi Sukuh.
c. Sikap terhadap hasil program, merupakan sikap masyarakat terhadap
hasil dari kegiatan atau program pengembangan kawasan agropolitan
terutama di kawasan pariwisata.
2. Pengukuran Variabel
Berdasarkan definisi operasional, Pengukuran variabel dapat dilihat
sebagai berikut:
a. Variabel Faktor yang berhubungan dengan sikap Variabel Indikator Kriteria Skor
1) Pengaruh pengalaman pribadi
Lama responden menjadi bagian dari pengembangan kawasan agropolitan
- > 4 th - 3 - 4 th - < 1 - 2 th
3 2 1
Bentuk kunjungan ke daerah pengembangan agropolitan yang lain berupa a. fieldtrip c. magang b. diskusi, d. Kerjasama
- > 3 macam - 1 - 2 macam - Tidak pernah
3 2 1
Frekuensi mengunjungi daerah pengembangan agropolitan lain
- > 3 kali - 1 - 2 kali - Tidak pernah
3 2 1
2) Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Tokoh panutan yang memberikan masukan atau pengaruh terkait dengan pengembangan kawasan agropolitan, berkompeten dalam bidang a. pertanian c. perdagangan b. sosial budaya d. Agama
- > 3 tokoh panutan
- 1 - 2 tokoh panutan
- Tidak ada
3
2
1
Frekuensi tokoh panutan memberikan masukan mengenai pengembangan agropolitan
- > 3x sebulan - 1 - 2x sebulan - Tidak pernah
3 2 1
3) Pengaruh Kebudayaan
Nilai-nilai adat yang masih diyakini oleh masyarakat
- > 3 nilai adat yang dipatuhi
- 1 - 2 nilai adat yang dipatuhi
- Tidak ada yang dipatuhi
3
2
1
Kepatuhan terhadap nilai-nilai adat yang diyakini
- Patuh - Kadang-kadang - Tidak patuh
3 2 1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
4) Pegaruh Media massa
Media yang dipergunakan untuk menerima informasi mengenai agropolitan a. koran b. majalah c. TV d. radio
- > 3 media massa - 1 - 2 dari media
massa - Tidak ada
3 2
1
Frekuensi mengakses informasi dari media massa
- > 4 kali/MT - 1 - 3 kali/MT - Tidak pernah
3 2 1
5) Pendidikan non formal
Pernah mengikuti pelatihan atau kursus a. seminar b. demonstrasi c. loka karya d. karyawisata
- Pernah - Kadang-kadang - Tidak pernah
3 2 1
Frekuensi mengikuti pelatihan - > 3 kali/tahun - 1 - 2 kali/tahun - Tidak pernah
3 2 1
b. Sikap masyarakat sekitar Candi Sukuh terhadap program pengembangan kawasan agropolitan
Pengukuran variabel sikap masyarakat terhadap
pengembangan kawasan agropolitan, diukur dengan menggunakan
pernyataan-pernyataan positif dan negatif. Responden kemudian
diminta untuk memberikan respon berupa sangat setuju, setuju,
netral, tidak setuju, sangat tidak setuju terhadap pertanyaan yang
diajukan kepada mereka.
Alternatif jawaban berskala likert. Untuk itu dibedakan
menjadi dua macam pernyataan, yaitu pernyataan positif yang
berupa pernyataan yang setuju dan mendukung terhadap adanya
program pengembangan kawasan Agropolitan dan pernyataan
negatif yang berupa pernyataan yang tidak setuju dengan adanya
program pengembangan kawasan Agropolitan. Selanjutnya
responden diminta memberikan jawaban atau respon terhadap
pernyataan-pernyataan yang diajukan kepada mereka.
a) Pernyataan positif
1) Sangat Setuju (SS) : skor 5
2) Setuju (S) : skor 4
3) Tidak tahu/Ragu-ragu (TT) : skor 3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
4) Tidak Setuju (TS) : skor 2
5) Sangat Tidak Setuju : skor 1
b) Pernyataan negatif
1) Sangat Setuju (SS) : skor 1
2) Setuju (S) : skor 2
3) Tidak tahu/Ragu-ragu (TT) : skor 3
4) Tidak Setuju (TS) : skor 4
5) Sangat Tidak Setuju : skor 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Dasar Penelitian
Metode dasar penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif
dengan format deskriptif bertujuan untuk menjelaskan, meringkaskan berbagai
kondisi, berbagai situasi, atau berbagai variabel yang timbul di masyarakat
yang menjadi obyek penelitian berdasarkan apa yang terjadi. Kemudian
mengangkat ke permukaan karakter atau gambaran tentang kondisi, situasi
ataupun variabel tersebut (Bungin, 2006). Menurut Nawawi dan Mimi Martini
(1996), metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan
masalah yang diselidiki, dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan
obyek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau
sebagaimana adanya. Metode deskriptif memusatkan perhatiannya pada
penemuan fakta-fakta sebagaimana keadaan sebenarnya.
Teknik penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
survei. Teknik survei adalah penelitian yang dilaksanakan dengan mengambil
sampel dari satu populasi dengan menggunakan kuisioner sebagai alat
pengumpul data dan menjelaskan hubungan kausal antar variabel
(Singarimbun dan Effendi, 2006). Sedangkan menurut Fathoni (2006), survei
untuk mengadakan pemeriksaan dan melakukan pengukuran-pengukuran
terhadap gejala empirik yang diperiksa.
B. Pemilihan Lokasi Penelitian
Lokasi yang dipilih adalah Kecamatan Ngargoyoso Kabupaten
Karanganyar. Pemilihan kecamatan ini dengan dasar pertimbangan bahwa
Kecamatan Ngargoyoso merupakan salah satu kawasan agropolitan
Suthomadansih di Kabupaten Karanganyar. Terdapat beberapa desa di
Kecamatan Ngargoyoso telah menjadi bagian dari program agropolitan.
Diantara beberapa desa tersebut terdapat satu desa yang memiliki potensi
unggul dalam program agropolitan yaitu Desa Berjo.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Tabel 1 Nama Desa di Kecamatan Ngargoyoso Kabupaten Karanganyar
No Desa Jumlah Dusun Banyak Penduduk
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Puntukerjo Berjo Girimulyo Segoro gunung Kemuning Nglegok Dukuh Jatirejo Ngargoyoso
7 6 7 4 5 7 4 4 6
3950 5808 4008 1789 6608 4311 2498 2125 4496
Jumlah 50 8860
Sumber : Data Primer
Lokasi penelitian dipilih di kawasan agropolitan Suthomadansih
(Sukuh, Cetho, Tawangmangu, Karangpandan, Matesih) di Kabupaten
Karanganyar tepatnya di Desa Berjo Kecamatan Ngargoyoso (seperti yang
tertera pada Tabel 1) dengan pertimbangan bahwa daerah tersebut merupakan
daerah sekitar Candi Sukuh yang merupakan kawasan pengembangan
agropolitan. Selain itu Desa Berjo juga merupakan satu-satunya Desa yang
telah berperan aktif dalam program pengembangan kawasan agropolitan.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat di Desa Berjo yang
berpartisipasi maupun yang tidak berperan langsung dalam program
pengembangan kawasan Agropolitan Suthomadansih. Alasan pemilihan
desa tersebut dikarenakan di Desa Berjo memiliki potensi paling unggul
dalam pengembangan program agropolitan, baik dalam produksi tanaman
sayuran dan hortikultura, maupun pengadaan alat pertanian dibandingkan
desa – desa yang lain.
2. Sampel
Metode penarikan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan metode Proportional sampling yaitu pengambilan sampel
yang ditetapkan secara sengaja oleh peneliti (Faisal, 2003). Selain itu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
dengam menetapkan jumlah tergantung besar kecilnya sub populasi atau
kelompok yang akan diwakilinya (Mardikanto, 2006). Sampel dalam
peneltian ini meliputi tiga dusun yang berada di sekitar Candi Sukuh, antara
lain Dusun Tagung, Dusun Pabongan, dan Dusun Gemah. Penentuan
jumlah sampel responden untuk masing-masing kecamatan ditentukan
dengan rumus :
ni = nNnk
ni : Jumlah sampel dari masing-masing dusun
nk : Jumlah masyarakat dari masing-masing dusun sebagai responden
N : Jumlah populasi atau jumlah masyarakat seluruh kecamatan
n : Jumlah responden yang diambil sebanyak 40 masyarakat
Adapun jumlah sampel dalam penelitian ini sesuai dengan rumus
diatas adalah :
Tabel 2 Nama Dusun di Desa Berjo Kecamatan Ngargoyoso No Dusun Jumlah Sampel 1 2 3
Tagung Gemah Pabongan
13 15 12
Jumlah 40
Sebagaimana tersaji pada Tabel 2 jumlah sampel yang diambil
dalam penelitian ini adalah sebanyak 40 petani dari 3 Dusun yang termasuk
dalam Desa Berjo Kecamatan Ngargoyoso.
D. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data pokok dan data
pendukung. Data pokok atau data primer bersumber dari subyek, informan dan
arsip atau dokumen. Data pendukung atau data sekunder diperoleh dari
monografi Kawasan Suthomadansih yaitu mengenai keadaan alam, keadaan
penduduk dan keadaan pertanian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Tabel 3 Jenis dan Sumber Data yang Digunakan dalam Penelitian Data Yang Diperlukan Sifat Data Sumber Data
Pr Sk Kn Kl Data Pokok A. Identitas Responden
1. Umur Responden 2. Pendidikan Formal
Responden
B. Faktor yang mempengaruhi Sikap :
1. Pengalaman pribadi 2. Pengaruh Orang Lain yang
Dianggap Penting 3. Pendidikan Non formal 4. Media Massa 5. Pengaruh Kebudayaan
C. Program Pengembangan
kawasan Agropolitan : 1. Tujuan Program 2. Pelaksanaan Program 3. Hasil Program
Data Pendukung 1. Keadaan alam 2. Keadaan penduduk 4. Keadaan Pertanian
√ √ √ √ √ √ √
√ √ √ - - -
- - - - - - - - - -
√ √ √
√ √ √ √ - - - - -
- √ √ √
- - - √ √ √ √
√ √ √ √ √ √
Petani/responden Petani/responden
Petani/responden Petani/responden
Petani/responden Petani/responden Petani/responden
Petani/responden Petani/responden Petani/responden
Kantor Kecamatan
Ngargoyoso Kabupaten
Karanganyar Keterangan : Pr : Pimer Sk : Sekunder
Kn : Kuantitatif Kl : Kualitatif
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
wawancara, content analysis (mencatat dokumen dan arsip) dan observasi.
a. Observasi
Teknik observasi dilakukan dengan mengadakan pengamatan
langsung terhadap obyek yang akan diteliti sehingga diperoleh gambaran
yang jelas mengenai obyek yang akan diteliti. Teknik observasi digunakan
untuk menggali data dari sumber data yang berupa peristiwa, tempat atau
lokasi, dan benda.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
b. Wawancara
Wawancara merupakan suatu proses interaksi dan komunikasi.
Dalam proses ini, hasil wawancara dilakukan oleh beberapa faktor yang
berinteraksi dan mempengaruhi arus informasi (Singarimbun, 2006).
wawancara dilakukan dengan pihak-pihak yang terlibat dalam
pengembangan kawasan Agropolitan di Kabupaten Karanganyar.
c. Content Analysis atau Mencatat Data
Teknik yang dilakukan untuk memperoleh data baik dari responden
maupun dari instansi yang terkait dengan penelitian maupun dokumen-
dokumen. Teknik pencatatan ini digunakan untuk mengumpulkan data
sekunder yang diperlukan dalam penelitian.
F. Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini terdapat beberapa
langkah. Untuk menentukan tingkat faktor yang berhubungan dengan sikap
masyarakat yang meliputi pengalaman pribadi, orang lain yang dianggap
penting, pendidikan non formal, pengaruh media massa serta pengaruh
kebudayaan dan program pengembangan kawasan agropolitan dilakukan
dengan menjumlahkan skor-skor antar sub variabel.
Kemudian hasil dari penjumlahan antar sub tersebut diketahui dengan
menggunakan skala Likert. Menurut Mueller (1986), Mengukur sikap
seseorang adalah mencoba untuk menempatkan posisinya pada suatu
kontinum afektif berkisar dari sangat positif hingga sangat negatif terhadap
suatu obyek sikap. Dalam penskalaan Likert kuantifikasi dilakukan dengan
mencatat penguatan respon dan untuk pernyataan kepercayaan positif dan
negatif tentang obyek sikap.
Dalam analisis faktor yang berhubungan dengan sikap, dikategorikan
dalam tiga kelompok atau tingkatan yaitu: tinggi, sedang, dan rendah.
Sedangkan untuk menganalisis sikap masyarakat terhadap program
pengembangan agropolitan dikategorikan dalam lima kelompok atau
tingkatan yaitu: sangat baik, baik, cukup, buruk, dan sangat buruk. Untuk
mengukur kategori tersebut digunakan rumus interval sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Lebar Interval = Kelas
TerendahSkorTertinggiSkor∑
∑−∑
Untuk mengetahui tingkat signifikansi hubungan antara faktor yang
mempengaruhi sikap masyarakat yang meliputi pengalaman pribadi, orang
lain yang dianggap penting, pendidikan non formal, pengaruh media massa
serta pengaruh kebudayaan dengan program pengembangan kawasan
agropolitan digunakan uji korelasi jenjang spearman (rank spearman) dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
NN
dirs
N
i
−−=∑=3
1
261
dimana: rs = koefisien korelasi rank spearman
di = beda rangking
N = jumlah sampel
Sedangkan untuk menguji tingkat signifikansi rs digunakan uji t
karena sample yang diambil lebih dari 10 (N>10) dengan taraf signifikansi
95% dengan rumus :
212
rsNrst−−
=
(Siegel, 1994)
Kriteria pengambilan keputusan:
1. jika t hitung > t tabel, maka Ho ditolak berarti terdapat hubungan
yang signifikan antara faktor-faktor yang berhubungan dengan sikap
dengan sikap masyarakat sekitar Candi Sukuh terhadap program
pengembangan kawasan agropolitan.
2. jika t hitung < t tabel, maka Ho diterima berarti tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara faktor-faktor yang berhubungan
dengan sikap dengan sikap masyarakat sekitar Candi Sukuh terhadap
program pengembangan kawasan agropolitan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
BAB IV DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN
A. Keadaan Alam
1. Lokasi Daerah Penelitian
Secara administratif, Kabupaten Karanganyar merupakan salah satu
dari 35 kabupaten/kotamadya di Propinsi Jawa Tengah. Sedangkan secara
geografis, Kabupaten Karanganyar terletak diantara 70 28’ sampai dengan
70 46’ Lintang selatan, dan 1100 40’ sampai 1100 70’ Bujur Timur dengan
ketinggihan berkisar antara 80-2.000 meter di atas permukaan air laut serta
beriklim tropis dengan temperatur 220-310C. Wilayah Kabupaten
Karanganyar dibatasi oleh :
Sebelah Utara : Kabupaten Sragen
Sebelah Selatan : Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Wonogiri
Sebelah Barat : Kabupaten Boyolali dan Kota Surakarta
Sebelah Timur : Propinsi Jawa Timur
Wilayah Kabupaten Karanganyar membentang dari barat ke timur.
Secara administratif luas wilayah Kabupaten Karanganyar adalah
77.378,6374 Ha, terdiri dari 17 Kecamatan dengan 162 Desa dan 15
Kelurahan. Kecamatan-kecamatan di Kabupaten Karanganyar adalah
Ngargoyoso, Karanganyar, Tasikmadu, Jaten, Colomadu, Gondangrejo,
Kebakkramat, Jatipuro, Jatiyoso, Jumapolo, Jumantono, Mojogedang,
Matesih, Tawangmangu, Karangpandan, Kerjo dan Jenawi. Kecamatan
Paling luas adalah Tawangmangu, kecamatan terluas setelah
Tawangmangu adalah Kecamatan Jatiyoso kemudian disusul kecamatan
Ngargoyoso. Sedangkan kecamatan yang wilayahnya paling kecil adalah
Kecamatan Colomadu (Monografi Kabupaten Karanganyar).
Kabupaten Karanganyar merupakan wilayah timur dari Propinsi
Jawa Tengah, tidak memiliki area pantai. Menarik untuk dikemukakan
bahwa hampir tiap Kecamatan di Kabupaten Karanganyar memiliki
berbagai objek lokasi tujuan wisata dan agrowisata. Seperti pada
Kecamatan Ngargoyoso terdapat wisata budaya Candi Sukuh, wisata alam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
berupa Air Terjun Parang Ijo, Air Terjun Jumog, Wisata Kebun Teh.
Kecamatan Jenawi memiliki Candi Cetho. Kecamatan Tawangmangu
memiliki air terjun Grojogan Sewu. Kecamatan Tasikmadu memiliki
Pabrik Gula yang juga dijadikan tempat wisata yaitu agrowisata
Sondokoro. Begitu juga di Kecamatan Colomadu yang juga memiliki
Pabrik Gula. Kecamatan Matesih memiliki wisata ziarah astana Giri
Bangun dan mata air Sapta Tirta. Segala bentuk wisata tersebut menjadi
penunjang kegiatan ekonomi masyarakat Kabupaten Karanganyar.
2. Kondisi Kawasan Agropolitan
Kawasan Agropolitan Suthomadansih telah disosialisasikan dan
disepakati dengan nama Suthomadansih. Nama tersebut merupakan
akronim dari nama obyek wisata dan Kecamatan di bagian timur
Kabupaten Karanganyar dan merupakan Kawasan yang berada di lereng
sebelah barat Gunung Lawu. Adapun akronim tersebut terdiri dari Su
berasal dari suku kata Sukuh (Obyek wisata budaya berupa candi hindu
yang berada di wilayah Kecamatan Ngargoyoso); Tho (Obyek wisata
budaya berupa candi hindu yang berada di wilayah Kecamatan Jenawi);
Ma (Kecamatan Tawangmangu dengan potensi produksi pertanian dan
obyek wisata alam); Dan (Kecamatan karangpandan yang terletak pada
simpul akses); Sih ( Kecamatan Matesih dengan potensi produksi
pertanian holtikultura buah-buahan). Dengan demikian Kawasan
Agropolitan Kabupaten Karanganyar meliputi 5 Kecamatan yakni
kecamatan Ngargoyoso, Jenawi, Tawangmangu, Karangpandan dan
Matesih. Batas administratif wilayah Kawasan Suthomadansih sebagai
berikut :
Sebelah Utara : Kabupaten Sragen
Sebelah Selatan : Kecamatan Karanganyar
Sebelah Barat : Kecamatan Jumantono dan Jatiyoso
Sebelah Timur : Propinsi Jawa Timur
Luas wilayah Kawasan agropolitan adalah 25.1840,941 Ha terdiri
dari 5 Kecamatan dengan 48 Desa/Kelurahan. Kecamatan Paling luas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
adalah Tawangmangu, kecamatan terluas setelah Tawangmangu adalah
Kecamatan Ngargoyoso. Sedangkan kecamatan yang wilayahnya paling
kecil adalah Kecamatan Matesih (Monografi Kabupaten Karanganyar).
Kecamatan Ngargoyoso merupakan salah satu kecamatan dari 17
kecamatan yang ada di Kabupaten Karanganyar. Jarak dari ibukota
kabupaten 20,5 km arah Timur Laut. Luas wilayah Kecamatan
Ngargoyoso adalah 65,34 km2 dengan ketinggihan rata-rata 880 m diatas
permukaan laut. Batas wilayah Kecamatan Ngargoyoso :
Sebelah Utara : Kecamatan Jenawi
Sebelah Selatan : Kecamatan Karangpandan
Sebelah Barat : Kecamatan Mojogedang
Sebelah Timur : Kecamatan Tawangmangu
Luas wilayah Kecamatan Ngargoyoso adalah 6.553,942 Ha, yang
terdiri dari luas tanah sawah 689,952 Ha dan luas tanah kering 5.843,990
Ha. Tanah sawah terdiri dari irigasi teknis 17,740 Ha, 1/2 teknis
199,951 Ha, sederhana 473,261 Ha dan tadah hujan 0,00 Ha. Sementara
itu luas tanah untuk pekarangan/bangunan 836,037 Ha, luas untuk
tegalan/kebun 1.272,248 Ha. Di Kecamatan Ngargoyoso terdapat hutan
negara seluas 2.775,980 Ha dan perkebunan seluas 784,680 Ha
(Monografi Kecamatan Ngargoyoso).
B. Keadaan Penduduk
1. Keadaan Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Rumah Tangga
Jumlah Penduduk di Kecamatan Ngargoyoso berdasarkan registrasi
tahun 2009 sebanyak 35.593 jiwa, yang terdiri dari laki-laki 17.643 jiwa
dan perempuan 17.950 jiwa. Dibandingkan tahun 2008, maka terdapat
pertambahan penduduk sebanyak 242 jiwa atau mengalami pertumbuhan
sebesar 0,68%. Desa dengan penduduk terbanyak adalah Desa Kemuning
yaitu 6.608 jiwa (18,57%), kemudian Desa Berjo yaitu 5.808 jiwa
(16,32%). Sedangkan Desa dengan jumlah penduduk paling sedikit adalah
Desa Segorogunung, yaitu 1.789 jiwa (5,03%), kemudian Desa Jatirejo,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
yaitu 2.125 jiwa (5,97%) dan Desa Dukuh, yaitu 2.489 jiwa (7,02%). Jika
dilihat dari banyaknya penduduk berdasar jenis kelamin dan rumah tangga
di Kecamatan Ngargoyoso dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 4 Banyaknya Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Rumah Tangga di Kecamatan Ngargoyoso Tahun 2009
No Desa Penduduk Rumah
Tangga
Sex
Ratio Laki-laki Perempuan Jumlah
1. Puntukerjo 1.979 1.971 3.950 998 100,41
2. Berjo 2.906 2.902 5.808 1.255 100,14
3. Girimulyo 1.998 2.010 4.008 1.130 99,40
4. Segoro gunung 900 889 1.789 507 101,24
5. Kemuning 3.149 3.459 6.608 1.682 91,04
6. Nglegok 2.132 2.179 4.311 1.232 97,84
7. Dukuh 1.246 1.252 2.498 552 99,52
8. Jatirejo 1.038 1.087 2.125 478 95,49
9. Ngargoyoso 2.295 2.201 4.496 1.026 104,27
Jumlah 17.643 17.950 35.593 8.860 98,29
Sumber : Data Kecamatan Ngargoyoso Dalam Angka 2010
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa di Desa Berjo memiliki
jumlah penduduk laki-laki dan jumlah penduduk perempuan yang relatif
sama. Untuk menghitung seks rasio dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut : Sex Ratio : 100XPerempuanPendudukJumlah
lakikiPendudukLaJumlah −
Angka seks rasio untuk Desa Berjo sebesar 100,04 hal ini
menunjukkan bahwa dalam 100 penduduk perempuan terdapat 100
penduduk laki-laki. Jadi tidak terdapat perbandingan yang mencolok
antara penduduk perempuan dan laki-laki.
Pertumbuhan penduduk Kecamatan Ngargoyoso pada tahun 2009
sebesar 0,68 %, dan naik sedikit bila dibandingkan dengan tahun 2008
yaitu 0,48%. Rumah tangga juga bertambah, pada tahun 2009 tercatat
sebanyak 8.860 rumah tangga atau bertambah sebanyak 78 rumah tangga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
dari tahun 2008. Rata-rata banyaknya anggota rumah tangga pada tahun
2009 sebesar 4,02 jiwa/rumah tangga.
Seiring dengan kenaikan penduduk, maka kepadatan penduduk
juga mengalami kenaikan. Pada tahun 2009 kepadatan penduduk
Kecamatan Ngargoyoso mencapai 545 jiwa/Km2. Disisi lain persebaran
penduduk masih belum merata. Kecamatan Ngargoyoso yang merupakan
daerah pegunungan mempunyai kepadatan penduduk yang relative masih
rendah. Desa dengan kepadatan penduduk paling tinggi adalah Desa
Puntukrejo, yaitu 1.468 jiwa/Km2, sedangkan yang paling rendah adalah
Desa Segorogunung, yaitu 103 jiwa/ Km2 .
2. Keadaan Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin
Dalam suatu masyarakat jumlah penduduk menurut umur
diperlukan untuk mengetahui jumlah penduduk yang sudah masuk dalam
usia kerja atau dengan kata lain untuk mengetahui jumlah penduduk
produktif dan jumlah penduduk non produktif. Keadaan penduduk
berdasarkan produktivitasnya dapat dilihat dari umur atau usia yang
dimiliki seseorang pada saat itu.
Penduduk diklasifikasikan dalam usia produktif (umur 15-64
tahun) dan non produktif (umur 0-14 tahun dan > 65 tahun)
perbandingannya adalah untuk penduduk usia non produktif sebanyak
12.179 jiwa sedangkan untuk penduduk usia produktif sebanyak 23.414
jiwa. Jumlah penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin di
Kecamatan Ngargoyoso tahun 2009. Adapun datanya adalah sebagai
berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Tabel 5 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kecamatan Ngargoyoso tahun 2009
Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Jumlah 0-4 1.441 1.413 2.8545-9 1.524 1.504 3.028
10-14 1.611 1.599 3.21015-19 1.685 1.682 3.36720-24 1.581 1.583 3.16425-29 1.477 1.484 2.96130-34 1.360 1.370 2.73035-39 1.247 1.258 2.50540-44 1.119 1.131 2.25045-49 981 994 1.97550-54 836 856 1.69255-59 720 750 1.47060-64 630 670 1.30065-69 547 601 1.14870-74 460 533 99375+ 424 522 946
Jumlah 17.643 17.950 35.593
Sumber : Kecamatan Ngargoyoso Dalam Angka 2010
Sebagaimana tertera pada Tabel 5 dapat digunakan untuk
menghitung Angka Beban Tanggungan (ABT) di Kecamatan Ngargoyoso.
Jika dilihat Angka Beban Tanggungannya dengan menggunakan Rumus
sebagai berikut :
ABT: 100Pr
Pr xoduktifPenduduk
oduktifNonPenduduk
Dari hasil tersebut jika dilihat ABT (Angka Beban Tanggungan)
sebesar 52 jiwa. Hal ini menunjukkan bahwa dalam 100 penduduk
produktif terdapat 52 penduduk non produktif sehingga perbandingannya
tidak terlampau tajam.
3. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian
Mata pencaharian penduduk menunjukkan struktur perekonomian
yang ada pada wilayah tersebut, hal ini akan menentukan arah kebijakan
pembangunan di daerah setempat. Selain itu perkembangan suatu daerah
bisa juga dilihat dari jenis pekerjaan yang dimiliki penduduknya, oleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
karena itu diperlukan pengetahuan tentang jumlah penduduk berdasarkan
mata pencahariannya
Jumlah penduduk menurut mata pencahariannya maka dapat di
lihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 6 Jumlah Penduduk 10 tahun ke Atas Menurut Mata Pencaharian di Kecamatan Ngargoyoso tahun 2009 Uraian Jumlah Presentase (%)
Petani Sendiri 9.824 33,06Buruh Tani 6.641 22,35Nelayan - 00,00Pengusaha 172 0,58Buruh Industri 1.932 6,50Buruh Bangunan 1.712 5,76Pedagang 2.877 9,68Pengangkutan 478 1,63PNS/TNI/Polri 415 1,39Pensiunan 197 0,66Lain-lain 5.463 18,39
Jumlah 29.711 100,00Sumber : Kecamatan Ngargoyoso Dalam Angka 2010
Data diatas menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk yang
berada di Kecamatan Ngargoyoso mempunyai mata pencaharian di sektor
pertanian (petani sendiri atau buruh tani), yaitu 16.465 orang (55,42%).
Kemudian sebagai buruh industri sebanyak 1.932 orang (6,50%), buruh
bangunan 1.712 orang (5,76%) dan pedagang sebanyak 2.877 orang
(9,68%). Selebihnya adalah sebagai pengusaha, di sektor pengangkutan,
PNS/TNI/Polri, pensiunan, jasa-jasa dan lain-lain.
Mata pencaharian lain yang diperoleh oleh sebagian penduduk
karena adanya kesempatan yang mendukung mereka untuk memperoleh
mata pancaharian tersebut. Kebijakan pembangunan khususnya di
kawasan Agropolitan sebagai pusat pembangunan pertanian, perlu
dilakukan dengan menitikberatkan sektor pertanian yang didukung oleh
sektor-sektor lainnya guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat di
daerah setempat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
C. Keadaan Pertanian
Pertanian merupakan salah satu sektor utama dalam pembangunan pusat
pertanian di pedesaan karena pertanian merupakan satu-satunya bidang untuk
menghasilkan produk untuk mencukupi kebutuhan pokok hidup rakyat. Tidak
terbatas pada pemenuhan pangan penduduk setempat tetapi juga bagi
penduduk wilayah lainnya. Kecamatan Ngargoyoso sebagian besar tanahnya
merupakan tanah pertanian yang memiliki potensi cukup baik bagi
pengembangan tanaman agro industri.
Tabel 7 Luas Panen dan Produksi Padi dan Palawija di Kecamatan Ngargoyoso tahun 2009
Uraian Luas Panen (Ha) Produksi (Kwt) Padi Sawah 944 5.560 Jagung 138 1.089 Ubi Kayu 116 2.898 Ubi Jalar 105 1.993 Kedelai - - Kacang Tanah - -
Sumber : Kecamatan Ngargoyoso Dalam Angka 2010 Data diatas menunjukkan bahwa selama tahun 2009 diperoleh produksi
padi dan palawija dengan rincian padi sawah sebanyak 5.560 kw dari luas
panen 944 Ha, dan jagung sebanyak 1.089 kw dari luas panen 138 Ha,
sedangkan ubi kayu sebanyak 2.898 kw dari luas panen 116 Ha, dan ubi jalar
sebanyak 1.993 kw dari luas lahan 105 Ha.
Ketersediaan lahan pertanian yang cukup, sangat mendukung kondisi
pertanian yang ada. Kecamatan Ngargoyoso memiliki kondisi alam sangat
mendukung sektor pertanian. Seperti tanah pegunungan/perbukitan yang
sangat potensial untuk tanaman sayur-sayuran seperti bawang merah, bawang
putih, kobis, sawi, wortel, cabe, dan lainnya. Produksi sayur-sayuran sangat
berlimpah. Luas lahan dan produksi sayur-sayuran di Kecamatan Ngargoyoso
dapat dilihat pada Tabel 8 berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Tabel 8 Luas Panen dan Produksi Sayur-sayuran di Kecamatan Ngargoyoso tahun 2009
Uraian Luas Panen (Ha) Produksi (Kwt) Bawang Merah 39 2.336Bawang Putih 11 488Kentang 65 9.655Kobis 21 2.651Sawi 24 3.855Cabe 28 1.780Tomat 18 475Terong - -Buncis 18 822Wortel 67 2.776Petai (pohon) 1.904 254Mlinjo (pohon) 800 80Kacang Panjang - -
Sumber : Kecamatan Ngargoyoso Dalam Angka 2010
Selain padi-padian, palawija, dan sayuran, Kecamatan Ngargoyoso juga
menghasilkan komoditas tanaman buah-buahan seperti alpokat, durian,
rambutan, pisang, dan lainnya.
Tabel 9 Luas Panen dan Produksi Tanaman Buah-buahan di Kecamatan Ngargoyoso tahun 2009
Uraian Luas Panen (Pohon) Produksi (Kwt) Jeruk Keprok 307 31Pepaya 1.566 690Durian 12.930 1.550Pisang 22.314 2.950Rambutan 853 26Mangga - -Alpokat 329 141Duku/langsat - -Sawo - -Nangka 2.100 900Salak - -
Sumber : Kecamatan Ngargoyoso Dalam Angka 2010
Dari data diatas menunjukkan bahwa Kecamatan Ngargoyoso memang
unggul dalam komoditas pertanian. Baik padi-padian dan palawija, sayur-
sayuran, maupun buah-buahan. Aspek pertanian merupakan tonggakdari
segala pemenuhan kebutuhan masyarakat di Kecamatan Ngargoyoso.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
D. Keadaan Sarana Perekonomian
Keberadaan sarana perkonomian di suatu wilayah merupakan salah satu
hal yang dibutuhkan untuk mendukung laju kegiatan perekonomian penduduk.
Kegiatan perekonomian dapat berjalan lancar bila didukung adanya sarana dan
prasarana yang memadai antara lain sarana perdagangan. Keadaan
perekonomian dikatakan maju apabila terjadi perkembangan perekonomian
yang dapat dilihat dari ketersediaan sarana perekonomian yang memadai di
wilayah tersebut.
Tabel 10 Sarana Perekonomian di Kecamatan Ngargoyoso tahun 2009 Uraian Jumlah Presentase (%)
Pasar Tradisional 4 1,14 Supermarket - 0,00 Restoran/Rumah Makan 5 1,41 Warung/Kedai Makan 77 21,75 Toko/Warung kelontong 235 66,38 Hotel/Losmen 11 3,11 Bank Umum 2 0,56 BPR 1 0,28 KUD 1 0,28 Koperasi Simpan Pinjam 14 3,95 Pasar Tradisional 4 1,14
Jumlah 354 100,00 Sumber : Kecamatan Ngargoyoso Dalam Angka 2010
Di Kecamatan Ngargoyoso pada tahun 2009 terdapat 1 unit industri besar
dan 135 unit industri kecil. Guna menunjang lajuperekonomian di Kecamatan
Ngargoyoso pada tahun 2009, terdapat 4 buah pasar dengan jumlah toko /
warung kelontong sebanyak 235 unit, warung / kedai makan sebanyak 77
buah, hotel / losmen berjumlah 11 unit. Sarana perkonomian tersebut
merupakan tempat dimana terjadi kegiatan jual beli atau pemindahan barang
dan jasa dari produsen ke konsumen, yang merupakan kegiatan saling
menguntungkan diantara kedua belah pihak. Sehingga dapat menunjang
masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari
Adanya sarana perekonomian seperti 1 unit KUD dapat membantu
masyarakat di Kecamatan Ngargoyoso dalam memenuhi kebutuhan sarana
produksi dan pemasaran hasil produksi. Sedangkan untuk membantu masalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
permodalan petani dapat mengajukan kredit ke lembaga keuangan yang
tersedia seperti bank umum, BPR maupun koperasi simpan pinjam. Dimana di
Kecamatan Ngargoyoso terdapat 1 unit BPR dan 14 unit koperasi simpan
pinjam. Selain itu juga terdapat 2 unit bank umum. Tersedianya bank dapat
mempermudah masyarakat memperoleh berbagai layanan perbankan. Salah
satunya adalah layanan simpan pinjam. Masyarakat dapat menyimpan
sebagian kelebihan pendapatannya dengan menabung di bank, serta
memperoleh kredit untuk menunjang kegiatan usahanya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Kegiatan Pengembangan Kawasan Agropolitan
Agropolitan merupakan pusat pembangunan pertanian yang tumbuh dan
berkembang karena berjalannya sistem dan usaha agribisnis. Kawasan
agropolitan terdiri dari sentra produksi pertanian yang ada di sekitarnya.
Kawasan agropolitan mampu melayani, mendorong, menarik, menghela
kegiatan pembangunan pertanian diwilayah sekitarnya dan memberikan
kontribusi yang besar terhadap mata pencaharian dan kesejahteraan
masyarakatnya.
Pelaksanaan program agropolitan di Kabupaten Karanganyar berawal
pada tahun 2006 yang merupakan program dari pemerintah. Program ini
ditujukan untuk daerah-daerah yang memiliki potensi atau keunggulan
khususnya di bidang pertanian. Penetapan kawasan ini didasarkan pada
potensi Kabupaten Karanganyar terutama di bidang hortikultura. Strategi
yang diterapkan di Kabupaten Karanganyar diawali dengan mempersiapkan
sarana dan prasarana pendukung seperti memperbaiki jalan usahatani, dan
saluran irigasi. Pengembangan sarana dan prasarana di kawasan agropolitan
juga didukung dengan pengembangan sumberdaya manusia yaitu dengan
mengembangkan kelompok tani. Sasaran pengembangan kawasan
agropolitan adalah untuk mengembangkan kawasan pertanian yang
berpotensi menjadi kawasan agropolitan.
Pengembangan kawasan agropolitan bertujuan meningkatkan
pendapatan dan kesejahteraan masyarakat melalui percepatan pembangunan
wilayah dengan mendorong berkembangnya sistem dan usaha agribisnis
yang berdaya saing. Pemberdayaan masyarakat pelaku agribisnis dilakukan
agar mampu meningkatkan produksi, produktivitas komoditi pertanian serta
produk-produk olahan pertanian. Pemberdayaan yang dilakukan dengan cara
pengembangan sistem dan usaha agribisnis yang efisiensi, penguatan
kelembagaan petani, serta pengembangan kelembagaan sistem agribisnis
(penyedia agroinput, pengelolaan hasil, pemasaran dan penyedia jasa);
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
pengembangan kelembagaan penyuluhan pembangunan terpadu;
pengembangan iklim yang kondusif bagi usaha dan investasi.
Pengembangan kawasan agropolitan di Kabupaten Karanganyar
diprioritaskan untuk meningkatkan sarana dan prasarana pertanian untuk
meningkatkan produksi dan kelancaran usahatani. Pembangunan infrastruktur
yang memadai penting untuk meningkatkan kelancaran akses kegiatan
budidaya dan transportasi hasil pertanian dari lahan ke pasar-pasar mutlak
perlu dilakukan.
Secara khusus kegiatan pengembangan kawasan agropolitan di
Kabupaten Karanganyar bertujuan guna meningkatkan pembangunan yang
sinergis antara perdesaan dan perkotaan, serta meningkatkan kesejahteraan
petani melalui pengembangan wilayah pedesaan. Kegiatan ini dilakukan
karena pada kondisi awal, belum adanya program yang sinergis untuk
memberdayakan semua bidang pertanian dengan terarah dan memanfaatkan
komoditas unggulan daerah.
Kegiatan Pengembangan Kawasan Agropolitan di Kabupaten
Karanganyar Tahun 2010 dititikberatkan pada terbangunnya dan
membaiknya kondisi sarana dan prasarana transportasi dan irigasi
khususnya jalan untuk menciptakan akses sosial dan ekonomi, serta
penyediaan fasilitas sosial ekonomi yang dapat diakses oleh petani dan
masyarakat di perdesaan untuk memenuhi kebutuhannya dalam
pengembangan usaha pertanian (Dinas Pertanian Tanaman Pangan,
Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Karanganyar, 2009).
B. Identitas Responden
Identitas responden merupakan bagian penting dalam penelitian.
Identitas responden digunakan untuk mengetahui sebagian dari latar belakang
kehidupan responden dan dijadikan sebagai gambaran umum responden.
Identitas responden meliputi umur, pendidikan formal terakhir, serta jumlah
anggota keluarga yang dimiliki responden, dapat dilihat pada tabel 11.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Tabel 11. Distribusi responden berdasarkan umur dan jenis pendidikan
No Identitas Responden Kategori Jumlah (jiwa)
Presentase (%)
1 Umur < 14 15 - < 65
0 34
0,00 85,00
> 65 6 15,00Jumlah 40 100,00
2 Jenis pendidikan Tidak tamat SD - - Tamat SD 6 15,00 Tamat SMP 13 32,50 Tamat SMA 10 25,00 Tamat S1 11 27,50
Jumlah 40 100,00Sumber : Analisis data primer 2011
1. Umur
Umur responden dalam penelitian ini digolongkan menjadi 2 yaitu,
kelompok umur produktif (15 – < 65 tahun) dan non-produktif (<14 tahun
dan > 65 tahun). Responden dari umur produktif biasanya masih aktif
dalam melakukan kegiatan usahatani dibandingkan responden yang
umurnya sudah tidak produktif lagi.
Berdasarkan Tabel 11 didapati bahwa 85 % responden berada pada
umur produktif yaitu berada pada umur antara 15 – 64 tahun. Sedangkan
15 % responden berada pasa umur non produktif, yaitu berada pada umur
> 65 tahun. Responden berusia produktif tersebar merata di ketiga dusun.
Kondisi ini mendukung peran responden dalam pengembangan usahatani.
Salah satunya dengan adanya program pengembangan kawasan
agropolitan. Dengan keadaan responden yang tergolong dalam umur
produktif diharapakan dalam pengembangan kawasan agropolitan tersebut
akan lebih mudah diterapkan
Selain itu, umur akan mempengaruhi kondisi seorang responden
dalam melakukan aktivitas, terlebih lagi kegiatan pertanian membutuhkan
tenaga yang cukup besar. Kondisi umur seperti tabel diatas memiliki
kecenderungan bahwa keadaan umur responden tergolong dalam usia
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
produktif, sehingga kondisi tersebut akan membantu dalam pengenalan
dan penerimaan hal-hal baru.
2. Pendidikan
Pendidikan formal responden merupakan jenjang sekolah yang
diperoleh dari bangku sekolah dengan kurikulum yang sudah terorganisir.
Tingkat pendidikan ini secara umum menjadikan seseorang lebih
berkualitas. Responden (32,5%) hanya menamatkan pendidikannya
sampai tingkat SMP. Hal tersebut dikarenakan keadaan ekonomi,
keterbatasan sarana pendidikan, jarak antara fasilitas pendidikan dengan
pemukiman yang relatif jauh. Selain itu, kurangnya kesadaran
masyarakat akan manfaat dan pentingnya pendidikan. Adanya budaya
untuk melibatkan anggota keluarga dalam kegiatan berusahatani daripada
memberikan kesempatan untuk mengenyam pendidikan. Budaya ini
harus ditinggalkan agar setiap anggota keluarga berhak memperoleh
pendidikan yang setinggi-tingginya. Upaya ini bertujuan dalam
peningkatan sumber daya manusia.
C. Faktor yang Berhubungan dengan Sikap
Individu bereaksi membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai
obyek psikologis yang dihadapinya. Hal ini sering ditunjukkan dalam
interaksi sosial. Faktor yang berhubungan dengan sikap masyarakat sekitar
Candi Sukuh terhadap pengembangan kawasan agropolitan diduga
dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu pengalaman pribadi, pengaruh orang
lain yang dianggap penting, pendidikan non formal, media massa, dan
pengaruh kebudayaan.
1. Pengaruh pengalaman Pribadi
Pengalaman pribadi merupakan lamanya responden menjadi bagian
dari pengembangan kawasan agropolitan. Bisa dilihat dari keikutsertaan
petani dalam kegiatan agropolitan, dan lamanya responden memenuhi
kebutuhan hidup melalui kegiatan agropolitan. Pengalaman pribadi
responden di Desa Berjo dapat dilihat pada Tabel 12 berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Tabel 12. Distribusi pengaruh pengalaman pribadi dalam Pengembangan Kawasan Agropolitan
No Kategori Skor Jumlah (orang)
Persentase (%)
1 Tinggi 3 36 90,002 Sedang 2 4 10,003 Rendah 1 - 00,00
Jumlah 40 100,00 Sumber : Analisis data primer 2011
Berdasarkan Tabel 12, pengalaman masyarakat mayoritas sebanyak
36 orang (90%) dalam mengembangankan kawasan agropolitan tergolong
kategori tinggi, petani ikut serta dalam mengembangkan kawasan
agropolitan lebih dari 5 tahun. Tingginya pengalaman responden ini
dikarenakan mayoritas petani mengetahui tentang program pengembangan
kawasan agropolitan. Hal ini dikarenakan sebagian besar responden telah
mengetahui program agropolitan. Semakin tinggi pengalaman responden
maka akan semakin tinggi pula sikapnya dalam menerima suatu inovasi
dan adopsi. Selain itu, gencarnya sosialisasi dari Pemerintah Daerah
tentang program pengembangan kawasan agropolitan mengakibatkan
peran aktif petani dalam kegiatan tersebut.
Apa yang kita alami akan membentuk dan mempengaruhi
penghayatan kita terhadap stimulus sosial. Tanggapan akan menjadi salah
satu dasar terbentuknya sikap. Untuk dapat menjadi dasar pembentukan
sikap pengalaman pribadi harus melalui kesan yang kuat (Azwar, 1991).
Demikian halnya dengan Susanto (1974) yang menyatakan bahwa
pengalaman menunjukkan bahwa interaksi yang terjadi cenderung
mengakibatkan dan menghasilkan adanya penyesuaian diri yang timbal
balik serta penyesuaian kecakapan (skill) dengan situasi yang baru.
Berdasarkan teori tersebut, maka pengalaman juga dapat membentuk sikap
sebagai proses semakin meningkatnya pengetahuan yang dimiliki petani.
Semakin tinggi pengalaman petani maka akan semakin tinggi sikapnya
dalam penerimaan suatu inovasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
2. Pengaruh Orang Lain yang Dianggap Penting
Pengaruh orang lain yang dianggap penting merupakan saran atau
masukan atau informasi yang berikan oleh pihak-pihak tertentu yang
mengetahui tentang pengembangan kawasan agropolitan. Orang lain yang
dianggap penting dalam penelitian ini adalah orang-orang yang oleh petani
dianggap penting sebagai panutan ataupun yang berperanan dalam
menunjang usahatani seperti Penyuluh Pertanian Lapang (PPL), ketua
Kelompok tani, dan Aparat Desa.
Tabel 13. Distribusi Pengaruh orang lain yang dianggap penting dalam Pengembangan Kawasan Agropolitan
No Kategori Skor Jumlah (orang)
Persentase (%)
1 Tinggi 3 34 85,002 Sedang 2 6 15,003 Rendah 1 - 00,00
Jumlah 40 100,00 Sumber : Analisis data primer 2011
Sebagaimana data yang tersaji pada Tabel 13, menunjukkan bahwa
mayoritas petani sebanyak 34 responden (85%) menyatakan pengaruh
orang lain yang dianggap penting tergolong kategori tinggi. Hal ini
dikarenakan informasi yang diperoleh tidak hanya di dapat dari ketua
kelompok yang diikutsertakan dalam kegiatan sosialisasi pengembangan
kawasan agropolitan, namun juga dari berbagai pihak seperti PPL dan
Aparat Des dan Pemerintah, pihak swawta, serta teman-teman petani lain.
Menurut Azwar (1991) orang lain di sekitar kita merupakan salah
satu diantara komponen sosial yang dapat mempengaruhi sikap kita.
Diantara orang yang biasa dianggap penting bagi kita adalah orang tua,
orang yang status sosialnya lebih tinggi, teman dekat, guru, istri atau
suami. Berdasarkan teori tersebut, maka semakin baik pengaruh orang lain
yang di anggap penting maka mereka semakin dapat menentukan arah
pembentukan sikap masyarakat sekitar Candi Sukuh terhadap program
pengembangan kawasan agropolitan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Selain itu informasi yang diterima oleh responden cukup jelas
sehingga mempengaruhi sikap petani terhadap pengembangan kawasan
agropolitan tersebut. Memang untuk mendapatkan hasil program yang
optimal hendaknya ada kerja sama dari semua pihak dalam
mengembangkan kawasan agropolitan tersebut.
3. Pengaruh Pendidikan Non Formal
Pendidikan non formal merupakan jenjang pendidikan yang pernah
ditempuh responden diluar pendidikan formal. Pendidikan non formal
yang dimaksudkan adalah pendidikan yang sasaran utamanya adalah orang
dewasa yang memiliki program yang terencana. Selain itu kegiatan dapat
dilakukan dimana saja, dimana tidak terikat waktu serta disesuaikan
dengan kebutuhan sasaran peserta didik. Sehubungan dengan hal ini, maka
pendidikan non formal diasumsikan sebagai penyuluhan, pelatihan dan
kursus-kursus yang pernah diikuti oleh responden. Dalam penelitian ini,
pendidikan non formal merupakan pendidikan yang diperoleh responden
selama kegiatan pelatihan atau penyuluhan di bidang pertanian khususnya
dalam pengembangan kawasan agropolitan.
Tabel 14. Distribusi Pengaruh Pendidikan Non formal dalam Pengembangan Kawasan Agropolitan
No Kategori Skor Jumlah (orang)
Persentase (%)
1 Tinggi 3 35 87,502 Sedang 2 5 12,503 Rendah 1 - 00,00
Jumlah 40 100,00 Sumber : Analisis data primer 2011
Tabel 14 menunjukkan mayoritas responden sebanyak 35 reponden
(87,5%) menyatakan pernah mengikuti pendidikan non formal seperti
pelatihan-pelatihan maupun kegiatan penyuluhan. Respon responden
terhadap kegiatan penyuluhan dan pelatihan baik. Melalui kegiatan-
kegiatan penyuluhan dan pelatihan yang diadakan oleh pihak
penyelenggara baik pemerintah maupun swasta mengenai kegiatan
pengembangan agropolitan berdampak positif bagi responden, karena
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
wawasan terhadap hal-hal baru akan semakin terbuka. Di lokasi penelitian,
kegiatan penyuluhan dilakukan bersama dengan arisan dan kumpul
anggota tani. Pertemuan dilakukan tiap satu bulan sekali pada tanggal 20
untuk kelompok tani sayuran dan hortikultura, dan tiap tanggal 12 untuk
kelompok tani padi-padian dan palawija.
Menurut Suhardiyono (1992), pendidikan non formal adalah
pengajaran sistematis yang diorganisir dari luar sistem pendidikan formal
bagi sekelompok orang yang memenuhi keperluan khusus. Salah satu
contohnya adalah penyuluhan pertanian. Seperti halnya Margono Slamet
(2003) yang mengemukakan bahwa dalam proses pembangunan pertanian
yang berhasil itu peranan penyuluhan pertanian sangat besar, sehingga
tidak salah kiranya bila penyuluhan pertanian disebut sebagai ujung
tombak pembangunan pertanian, setidak-tidaknya bila dilihat dalam
jajaran aparat pemerintah yang menangani pembangunan pertanian.
Berdasakan teori tersebut, dengan mengikuti kegiatan penyuluhan,
petani juga mendapatkan ilmu, pengetahuan dan pengalaman dalam
mengembangkan kawasan agropolitan. Responden berharap dengan
berbagai keuntungan yang diperoleh senantiasa akan meningkatkan
kesejahteraan petani tersebut.
4. Pengaruh Media Massa
Media massa merupakan sumber informasi yang dipergunakan untuk
memberikan informasi terkait dengan pengembangan kawasan agropolitan
baik yang berupa media cetak maupun elektronik. Sebagai sarana
komunikasi, media massa mempunyai pengaruh dalam pembentukan opini
dan kepercayaan orang. Dalam penyampaian informasi, media massa
membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan
opini seseorang. Pentingnya informasi sangat melekat pada diri seseorang,
khususnya seseorang yang memiliki semangat kuat dan maju untuk
mendapatkan informasi yang dibutuhkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Tabel 15. Distribusi Pengaruh Media Massa dalam Pengembangan Kawasan Agropolitan
No Kategori Skor Jumlah (orang)
Persentase (%)
1 Tinggi 3 20 50,002 Sedang 2 19 47,503 Rendah 1 1 2,50
Jumlah 40 100,00 Sumber : Analisis data primer 2011
Sebagaimana data yang tersaji pada Tabel 15, mayoritas responden
sebesar 20 petani (50%) dan 19 petani (47,5%) memanfaatkan lebih dari
tiga media massa yang ada. Antara lain televisi, majalah bulanan, leaflet
maupun buletin. Petani aktif membaca buletin Intanpari sebagai sumber
informasi yang dirasa dapat memberikan informasi terkait dengan
pengembangan kawasan agropolitan yang merupakan rekomendasi dari
PPL yang ada di wilayah tersebut.
Menurut Sastraatmadja (1993), walaupun pengaruh media massa
tidaklah sebesar pengaruh interaksi individual secara langsung, namun
dalam proses pembentukan dan perubahan sikap, peranan media massa
tidak kecil artinya. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal
memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal
tersebut. Berdasarkan teori tersebut, maka petani yang aktif mencari
informasi tentang agropolitan akan semakin berkembang pula wawasan
ilmu dan pengetahuannya tentang agropolitan.
5. Pengaruh Kebudayaan
Pengaruh kebudayaan merupakan nilai-nilai yang masih melekat
pada responden yang berhubungan dengan pengembangan kawasan
agropolitan. Kebudayaan tidak hanya mencakup kepercayaan, kebiasaan
dan moral, tetapi juga sikap, perbuatan, pikiran-pikiran yang dimiliki
masyarakat yang bersangkutan. Kebudayaan yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah adat istiadat, tradisi leluhur ataupun kepercayaan
yang masih dianut oleh petani sekitar yang berpengaruh terhadap pola
pikir dan usahataninya. Untuk mengetahui pengaruh kebudayaan terhadap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
sikap petani dalam pemgembangan kawasan agropolitan dapat dilihat
dalam tabel berikut:
Tabel 16. Distribusi pengaruh kebudayaan dalam Pengembangan Kawasan Agropolitan
No Kategori Skor Jumlah (orang)
Persentase (%)
1 Tinggi 3 12 30,002 Sedang 2 28 70,003 Rendah 1 - 00,00
Jumlah 40 100,00 Sumber : Analisis data primer 2011
Berdasarkan Tabel 16 diketahui bahwa lebih dari 50% sebanyak 28
responden termasuk dalam kategori sedang dalam tingkat pengaruh
kebudayaan. Dalam penelitian ini, budaya gotong royong dan
kebersamaan sangatlah kental. Sehingga nilai kebudayaan masih
berpengaruh terhadap kehidupan petani terutama dalam kegiatan
usahatani. Namun ada juga yang tidak percaya dengan nilai-nilai adat
karena dengan adanya budaya islam yang masuk ke petani memberikan
dampak dalam melakukan kegiatanya berusahatani dari petani itu sendiri.
Hal ini menunjukkan bahwa kebudayaan, baik itu yang bersifat tradisi
turun-temurun dan kepercayaan kurang berpengaruh terhadap pola pikir
dan pola usahatani.
Shadily (1999) menyatakan bahwa kebudayaan (culture) berarti
keseluruhan dari hasil manusia hidup bermasyarakat berisi aksi-aksi
terhadap dan oleh sesama manusia sebagai anggota masyarakat yang
merupakan kepandaian, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat
kebiasaan, dan lain-lain kepandaian. Berdasarkan teori tersebut, faktor
kebudayaan terutama yang berhubungan dengan tradisi leluhur dirasakan
petani sudah mulai pudar. Artinya keberadaan pola kepercayaan terhadap
hal-hal yang dianggap memiliki nilai magis sudah tidak cocok diterapkan
dalam kondisi sekarang ini, mengingat kemajuan jaman dan teknologi
menjadikan pengetahuan petani semakin bertambah maju.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
D. Sikap Masyarakat Terhadap Program Pengembangan Kawasan
Agropolitan
Sikap responden terhadap program pengembangan agropolitan dalam
penelitian ini diartikan sebagai tanggapan atau respon evaluatif petani
terhadap segala bentuk kegiatan dalam program pengembangan agropolitan
berupa sikap positif atau negatif yang dilihat dari tiga komponen program
yaitu tujuan program, pelaksanaan program dan hasil dari program
pengembangangan kawasan agropolitan.
1. Sikap Masyarakat Terhadap Tujuan Program
Sikap masyarakat terhadap tujuan program merupakan tanggapan
responden terhadap program pengembangan kawasan agropolitan. Dengan
adanya program pengembangan kawasan agropolitan memberikan
peningkatan terhadap produktivitas usahatani, pendapatan petani,
perbaikan pemasaran hasil, peningkatan pengetahuan dan peningkatan
keterampilan petani.
Tabel 17 Distribusi Sikap Masyarakat Terhadap Tujuan Program
No Kategori Interval Jumlah (orang)
Persentase (%)
1 Sangat Baik >189 13 32,502 Baik 153-189 19 47,503 Cukup 117-152 8 20,004 Buruk 81-116 - 0,005 Sangat Buruk 45-80 - 0,00
Jumlah 40 100,00Sumber : Analisis data primer 2011
Sebagaimana data yang tersaji pada Tabel 17, sikap masyarakat
terhadap tujuan program pengembangan kawasan agropolitan mayoritas
47,5% tergolong kategori baik. Hal ini disebabkan dengan adanya program
pengembangan kawasan agropolitan telah memberikan pengaruh yang
besar kepada petani. Karena program pengembangan kawasan memang
pada mulanya mulanya bertujuan untuk peningkatan produktivitas,
perbaikan pemasaran, peningkatan pendapatan, peningkatan pengetahuan
serta peningkatan ketrampilan berhasil dicapai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Walaupun pada kenyataannya, responden dapat dikatakan tidak
begitu tahu secara keseluruhan tentang tujuan program pengembangan
agropolitan, tetapi responden setuju dengan diadakannya program tersebut
karena memberikan motivasi besar bagi petani dan anggota kelompok lain
untuk meningkatkan kemampuan mengembangkan usahataninya. Selain
itu dengan adanya program agropolitan tersebut, responden memiliki
harapan akan peningkatan pendapatan dan keuntungan dari hasil kegiatan
akan dapat terwujud. Sebagian besar petani setuju dengan tujuan yang
dibuat karena petani merasa terlibat dalam tahap perencanaan dilihat dari
keikutsertaan dalam berbagai kegiatan pengembangan agropolitan.
2. Sikap Masyarakat Terhadap Pelaksanaan Program
Pelaksanaan kegiatan merupakan suatu tindak lanjut yang nyata dari
suatu gagasan atau perencanaan yang dirumuskan dalam tujuan yang telah
dibuat sebelumnya. Sikap masyarakat terhadap pelaksanaan program
merupakan tanggapan petani akan keikutsertaan dari berbagai pihak baik
pemerintah daerah dan masyarakat itu sendiri dalam mengembangkan
kawasan agropolitan yang ada di Kecamatan Ngargoyoso Kabupaten
Karanganyar.
Tabel 18 Distribusi Sikap Petani terhadap Pelaksanaan Program
No. Kategori Interval Jumlah (orang)
Persentase (%)
1 Sangat Baik >189 25 62,502 Baik 153-189 9 22,503 Cukup 117-152 6 25,004 Buruk 81-116 - 0,005 Sangat Buruk 45-80 - 0,00
Jumlah 40 100,00Sumber : Analisis data primer 2011
Berdasarkan Tabel 18, sikap masyarakat terhadap pelaksanaan
program pengembangan kawasan agropolitan termasuk dalam kategori
sangat baik, dengan jumlah responden 25 responden (62,5%). Ini
menunjukkan bahwa kegiatan yang dilakukan dalam program
pengembangan agropolitan dapat terlaksana dengan baik. Sikap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
mendukung yang diperlihatkan responden terhadap kegiatan proyek
dikarenakan responden memiliki tanggapan yang menyetujui pelaksanaan.
Hal ini disebabkan petani dilibatkan secara penuh mulai dari perencanaan
sampai akhir kegiatan pengembangan kawasan agropolitan.
3. Sikap Masyarakat Terhadap Hasil Program
Hasil program merupakan keadaan akhir dari program yang telah
dicapai yang dapat dirasakan atau dinikmati serta bermanfaat bagi petani.
Untuk mengetahui sikap masyarakat terhadap hasil program
pengembangan kawasan agropolitan, dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 19 Distribusi Sikap Masyarakat terhadap Hasil Program
No Kategori Interval Jumlah (orang)
Persentase (%)
1 Sangat Baik >189 25 62,502 Baik 153-189 10 25,003 Cukup 117-152 5 12,504 Buruk 81-116 - 0,005 Sangat Buruk 45-80 - 0,00
Jumlah 40 100,00Sumber : Analisis data primer 2011
Hasil dalam penelitian ini diukur dari keterlibatan responden dalam
penyebarluasan pengetahuan yang diperoleh dari kegiatan program
pengembangan kawasan agropolitan, penilaian responden terhadap hasil
yang diperoleh dan peranan petani dalam memanfaatkan sarana dan
teknologi baru yang dihasilkan dari kegiatan program pengembangan
kawasan agropolitan.
Berdasarkan Tabel 19 diketahui bahwa sikap masyarakat terhadap
hasil dari program pengembangan kawasan agropolitan tergolong sangat
baik dengan jumlah 25 responden (62,5%). Hasil dari kegiatan program
pengembangan kawasan agropolitan dirasakan responden, khususnya
petani dapat menunjang peningkatan usahataninya walaupun belum
maksimal. Dengan inisiatif sendiri petani selalu berusaha memanfaatkan
hasil dari setiap kegiatan diantaranya pemakaian alat-alat pertanian seperti
hand spayer ataupun pinjaman kas kelompok untuk tambahan modal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Meskipun sarana produksi yang diberikan oleh pemerintah kuantitasnya
terbatas sehingga dalam pemanfaatannya harus bergantian, tidak
menjadikan minat petani untuk terus memanfaatkan hasil yang diperoleh
dari kegiatan tersebut berkurang. Disamping itu, petani juga aktif
menyebarluaskan pengetahuan yang didapatnya dari kegiatan program
pengembangan kawasan agropolitan kepada petani lain dan masyarakat
sekitar sebagai bentuk kepedulian petani terhadap kegiatan program
pengembangan kawasan agropolitan.
E. Hubungan Antara Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Sikap Dengan Sikap Masyarakat Terhadap Program Pengembangan Kawasan Agropolitan Suthomadansih di Kabupaten Karanganyar
Penelitian ini mengkaji hubungan antara faktor-faktor yang
berhubungan dengan sikap masyarakat sekitar Candi Sukuh dengan sikap
terhadap program pengembangan kawasan agropolitan di Kecamatan
Ngargoyoso Kabupaten Karanganyar. Hasil analisis hubungan antara faktor-
faktor yang mempengaruhi sikap masyarakat dengan sikap masyarakat
terhadap program pengembangan kawasan agropolitan tersaji dalam tabel 20.
Untuk mengetahui hubungan antara faktor yang berhubungan dengan
sikap dengan sikap masyarakat terhadap program pengembangan kawasan
agropolitan digunakan uji korelasi Rank Spearman (rs) dengan program SPSS
17,0 for windows. Dan untuk mengetahui tingkat signifikansi menggunakan
uji t dengan tingkat kepercayaan 95 % ( α = 0,05 ).
Tabel 20. Uji Hipotesis Hubungan Antara Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Sikap Dengan Sikap Masyarakat Sekitar Candi Sukuh Terhadap Program Pengembangan Agropolitan
Faktor yang Berhubungan dengan Sikap (X)
Sikap Petani (Y)
Rs t hitung
t tabel α Keterangan
a. Pengalaman Pribadi b. Pengaruh Orang Lain c. Pendidikan Non Formal d. Media Massa e. Kebudayaan
0,849** 0,396*
0,706** -0,173 -0,228
9,908 2,658 6,035
-1,082 -1,443
2,021 2,021 2,021 2,021 2,021
0,05 0,05 0,05 0,05 0,05
SS S
SS NS NS
Sumber : Analisis Data Primer 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Keterangan :
SS : Sangat Signifikan
NS : Non Signifikan
1. Hubungan Pengaruh Pengalaman Pribadi dengan Sikap Masyarakat Terhadap Program Pengembangan Kawasan Agropolitan
Berdasarkan Tabel 20 diketahui bahwa nilai rs adalah 0,849 dengan t
hitung > t tabel (9,908>2,021). Nilai ini menunjukkan bahwa hubungan
antara pengalaman pribadi dengan sikap terhadap program memiliki
korelasi positif yang signifikan.
Hal ini berarti bahwa semakin tinggi pengalaman responden, maka
akan semakin positif sikapnya terhadap program pembangunan
agropolitan. Selain itu, karena program pengembangan kawasan
agropolitan sudah banyak diketahui oleh masyarakat sekitar, khususnya
petani. Sampai saat ini program pengembangan kawasan agropolitan lebih
difokuskan pada pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan
pendapatan.
Pada kenyataannya lamanya responden sebagai petani dalam
program pengembangan kawasan agropolitan tergolong sangat baik, tetapi
apabila responden jarang aktif dan kurang aktif dalam mengikuti program
pengembangan kawasan agropolitan maka responden kurang mendapatkan
informasi, petunjuk, serta nasehat tentang program pengembangan
kawasan agropolitan. Pengalaman responden menunjukkan bahwa
interaksi yang terjadi dalam kehidupan sosial cenderung mengakibatkan
dan menghasilkan adanya penyesuaian diri yang timbal balik serta
penyesuaian kecakapan.
Menurut Mahmud (1990), mengemukakan bahwa kebanyakan
aktivitas kita sehari-hari bergantung pada pengalaman yang terdahulu, kita
mereaksi kepada isyarat dan lambang daripada kepada keseluruhan
stimulus aslinya. Jadi dalam kebanyakan situasi, persepsi itu pada
umumnya merupakan proses informasi yang didasarkan atas pengalaman-
pengalaman masa lampau. Berdasarkan teori tersebut, dapat disimpulkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
bahwa apa yang responden alami telah membentuk dan mempengaruhi
penghayatan responden terhadap stimulus sosial. Hal demikian akan
menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap. Untuk dapat menjadi dasar
pembentukan sikap maka pengalaman pribadi yang dimiliki responden
harus melalui kesan yang kuat. Meskipun demikian, responden yang
tergolong jarang dan kurang aktif mengikuti program pengembangan
kawasan agropolitan mereka tetap berpikir positif terhadap program
pengembangan kawasan agropolitan.
2. Hubungan Pengaruh Orang Lain Yang Dianggap Penting dengan Sikap Masyarakat Terhadap Program Pengembangan Kawasan Agropolitan
Berdasarkan Tabel 20 dapat diketahui bahwa terdapat hubungan
yang signifikan antara pengaruh tokoh panutan dengan sikap masyarakat
sekitar Candi Sukuh terhadap program pengembangan kawasan
agropolitan. Hal ini dilihat dari nilai t hitung > t tabel (2,658>2,021) pada
taraf signifikansi 95%, α=0,05 dengan nilai rs sebesar 0,396 serta arah
hubungan yang positif. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi pengaruh
tokoh panutan maka mereka semakin dapat menentukan arah pembentukan
sikap masyarakat sekitar Candi Sukuh terhadap program pengembangan
kawasan agropolitan. Dengan adanya informasi dan pengaruh dari tokoh
panutan, maka masyarakat sekitar Candi Sukuh dapat mengetahui program
pengembangan kawasan agropolitan tersebut. Sehingga dapat menciptakan
lapangan pekerjaan yang baru bagi masyarakat di kawasan.
Menurut Soetriono et all, (2006) keputusan-keputusan yang diambil
oleh petani juga dapat dipengaruhi oleh sikap dan perilaku serta hubungan-
hubungan dalam masyarakat setempat di mana mereka hidup. Bagi petani,
masyarakat di sekitarnya mempunyai arti yang penting. Berdasarkan teori
tersebut dan sesuai dengan kondisi di lapang, orang-orang yang di anggap
penting meliputi: PPL, aparat desa, pihak pemerintah maupun swasta,
petani lain, suami/isteri, dan tetangga. Semakin sering orang-orang yang di
anggap penting memberikan informasi tentang program pengembangan
kawasan agropolitan kepada responden maka responden akan lebih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
bersikap positif terhadap program pengembangan kawasan agropolitan
tersebut.
3. Hubungan Pengaruh Pendidikan Non Formal Dengan Sikap Masyarakat Terhadap Program Pengembangan Kawasan Agropolitan
Berdasarkan Tabel 20 dapat diketahui bahwa terdapat hubungan
yang sangat signifikan antara pendidikan non formal dengan sikap
masyarakat sekitar Candi Sukuh terhadap program pengembangan
kawasan Agropolitan. Hal ini dilihat dari nilai t hitung > t tabel
(6,035>2,021) pada taraf signifikansi 95%, α=0,05 dengan nilai rs sebesar
0,706 serta arah hubungan yang positif. Hal ini berarti bahwa semakin
sering responden menghadiri penyuluhan atau pelatihan maka semakin
positif pula sikap responden terhadap program pengembangan kawasan
agropolitan.
Menurut Azwar (1995) pendidikan non formal merupakan
pendidikan yang didapat diluar bangku sekolah. Penyuluh pertanian dan
pelatihan merupakan pendidikan non formal. Berdasarkan teori tersebut
dan sesuai kondisi di lapang, mayoritas responden mengaku bahwa
pendidikan non formal responden termasuk kategori baik. Hal ini
disebabkan karena responden sangat aktif bahkan selalu hadir dalam
mengikuti kegiatan penyuluhan/pelatihan yang diadakan baik oleh
kelompok tani, PPL maupun aparat desa. Selain itu setiap responden
sering bertemu, bertanya dan mencari informasi dari petani lain, PPL, dan
aparat pemerintah. Waktu di rumah pun responden juga bertanya dan
mencari informasi dari tetangganya yang mengikuti kegiatan
penyuluhan/pelatihan.
Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan non formal tergolong baik
dikarenakan responden selalu berusaha bersikap positif terhadap program
pengembangan kawasan agropolitan tersebut. Penyuluhan pertanian tidak
sekedar memberikan penerangan atau menjelaskan tetapi juga mengubah
perilaku responden agar memiliki pengetahuan pertanian dan berusahatani
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
yang luas, memiliki sikap progresif untuk melakukan perubahan dan
inovatif terhadap inovasi baru dan terampil mnerapkan kegiatannya.
4. Hubungan Pengaruh Media Massa dengan Sikap Masyarakat Terhadap Program Pengembangan Kawasan Agropolitan
Berdasarkan Tabel 20 dapat diketahui bahwa tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara media massa dengan sikap masyarakat
sekitar Candi Sukuh terhadap program pengembangan kawasan
agropolitan. Hal ini dilihat dari nilai t hitung < t tabel (-1,082<2,021) pada
taraf signifikansi 95%, α=0,05 dengan nilai rs sebesar -0,173 serta arah
hubungan yang negatif. Hal ini berarti tidak terdapat hubungan yang nyata
antara banyaknya responden mengakses media massa dengan informasi,
petunjuk, serta nasehat tentang program pengembangan kawasan
agropolitan yang didapatkan oleh responden.
Ketidaksignifikanan dikarenakan media massa yang ada belum bisa
memberikan informasi yang rinci tentang adanya program pengembangan
kawasan agropolitan. Hanya media massa dalam bentuk buletin seperti
Intanpari yang selama ini yang dijadikan sumber informasi terutama bagi
PPL terkait dengan pengembangan kawasan agropolitan. Sehingga
informasi tersebut belum bisa menjangkau keseluruh petani. Pengetahuan
tentang adanya program pengembangan kawasan agropolitan hanya
sebatas pengertian dari PPL saja belum ada tidak lanjut ke arah tujuan
yang sebenarnya. Selain itu, walaupun terdapat buletin bulanan maupun
leaflet yang diakses oleh responden, namun hal ini tidak mempengaruhi
sikap responden. Hal ini dikarenakan media massa yang diakses tidak
mempeberikan pengetahuan yang bagus dan secara komplit tentang
pengembangan maupun kegiatan yang berhubungan dengan agropolitan.
Menurut Sastraatmadja (1993), memang pengaruh media massa
tidaklah sebesar pengaruh interaksi individual secara langsung, namun
dalam proses pembentukan dan perubahan sikap, peranan media massa
tidak kecil artinya. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya. Hal ini seringkali
berpengaruh terhadap sikap pembaca atau pendengarnya.
Teori tersebut sesuai dengan kondisi dilapang. informasi tentang
program pengembangan kawasan agropolitan yang didapatkan dari media
massa selayaknya dapat menambah pengetahuan. Sehingga informasi yang
didapat oleh responden dapat diterapkan di lapang/di hutan, misalnya :
pelatihan pembibitan tanaman, sistem tanam, dan sistem tumpang sari. Hal
ini menunjukkan bahwa meskipun jumlah media massa dan frekuensi
menyimak informasi tentang program pengembangan kawasan agropolitan
yang diakses rendah tetapi responden bersikap positif terhadap program
pengembangan kawasan agropolitan tersebut.
5. Hubungan Pengaruh Kebudayaan Dengan Sikap Petani Terhadap Program Pengembangan Kawasan Agropolitan
Berdasarkan Tabel 20 dapat diketahui bahwa tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara kebudayaan dengan sikap masyarakat
sekitar Candi Sukuh terhadap program pengembangan kawasan
agropolitan. Sebagaimana tersaji pada Tabel 20 bahwa nilai t hitung < t
tabel (-1,443<2,021) pada taraf signifikansi 95%, α=0,05 dengan nilai rs
sebesar -0,228 serta arah hubungan yang negatif. Hal ini menunjukkan
bahwa kebudayaan tidak berhubungan dengan sikap petani terhadap
pembangunan agropolitan.
Kondisi ini sesuai dengan teori Peursen (1988) yang mengemukakan
bahwa suatu tradisi bukanlah sesuatu yang dapat diubah, tradisi justru
dipadukan dengan aneka ragam perbuatan manusia dan diangkat dalam
keseluruhannya. Manusialah yang membuat sesuatu dengan tradisi itu: ia
menerima, menolaknya, atau merubahnya. Itulah sebabnya mengapa
kebudayaan merupakan cerita tentang perubahan-perubahan: riwayat
manusia yang selalu memberi wujud baru kepada pola-pola kebudayaan
yang sudah ada.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Faktor- faktor yang berhubungan dengan sikap masyarakat sekitar Candi
Sukuh terhadap pengembangan kawasan agropolitan meliputi :
a. Pengaruh pengalaman pribadi menurut masyarakat tergolong tinggi.
b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting menurut masyarakat
tergolong tinggi.
c. Pengaruh pendidikan non formal menurut masyarakat tergolong tinggi.
d. Pengaruh media massa menurut masyarakattergolong tinggi.
e. Pengaruh kebudayaan menurut masyarakat tergolong sedang.
2. Sikap masyarakat sekitar Candi Sukuh terhadap pengembangan kawasan
agropolitan meliputi :
a. Sikap masyarakatterhadap tujuan dari program pengembangan
kawasan agropolitan tergolong baik.
b. Sikap masyarakat terhadap pelaksanaan dari program pengembangan
kawasan agropolitan tergolong sangat baik.
c. Sikap masyarakat terhadap hasil dari program pengembangan kawasan
agropolitan tergolong sangat baik.
3. Hubungan antara faktor-faktor yang berhubungan dengan sikap
masyarakat sekitar Candi Sukuh dengan sikap masyarakat sekitar Candi
Sukuh terhadap pengembangan kawasan agropolitan, pada taraf
kepercayaan 95% sebagai berikut :
a. Terdapat hubungan yang sangat signifikan antara pengaruh
pengalaman pribadi masyarakat sekitar Candi Sukuh dengan sikap
masyarakat sekitar Candi Sukuh terhadap program pengembangan
kawasan agropolitan dengan arah hubungan yang positif.
b. Terdapat hubungan yang signifikan antara pengaruh orang lain yang
dianggap penting oleh masyarakat sekitar Candi Sukuh dengan sikap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
masyarakat sekitar Candi Sukuh terhadap program pengembangan
kawasan agropolitan dengan arah hubungan yang positif.
c. Terdapat hubungan yang sangat signifikan antara pengaruh pendidikan
non formal masyarakat sekitar Candi Sukuh dengan sikap masyarakat
sekitar Candi Sukuh terhadap program pengembangan kawasan
agropolitan dengan arah hubungan yang positif .
d. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pengaruh media massa
yang diterima masyarakat sekitar Candi Sukuh dengan sikap
masyarakat sekitar Candi Sukuh terhadap program pengembangan
kawasan agropolitan, dengan arah hubungan yang negatif.
e. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pengaruh kebudayaan
yang dimiliki masyarakat sekitar Candi Sukuh dengan sikap
masyarakat sekitar Candi Sukuh terhadap program pengambangan
kawasan agropolitan dengan arah hubungan yang negatif.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian sikap masyarakat terhadap
program pengembangan kawasan Agropolitan, dapat diajukan saran sebagai
berikut :
1. Bagi pemerintah, hendaknya memberikan penambahan program
pendidikan non formal kepada masyarakat kawasan Agropolitan.
Pendidikan non formal dapat berupa latihan-latihan yang dapat mengasah
kemampuan dan menambah wawasan petani sekitar. Sehingga program
pengembangan agropolitan yang dilaksanakan sesuai dengan harapan dan
kebutuhan petani.
2. Bagi masyarakat kawasan agropolitan, perlu penyegaran dalam pencarian
informasi dan pembinaan yang kontinyu dari tokoh panutan baik PPL,
aparat pemerintah maupun swasta untuk lebih mengaktifkan anggota
dalam mengikuti rapat rutin serta melaksanakan kegiatan program guna
menumbuhkan rasa budaya gotong-royong.