sikap toleransi umat beragama dan …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id › 9893 › 2 › siti...

117
SIKAP TOLERANSI UMAT BERAGAMA DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PENDIDIKAN ISLAM DI DESA LOPAIT KECAMATAN TUNTANG KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2020 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd) Disusun Oleh: Siti Fatjriyah NIM. 23010160175 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA TAHUN 2020

Upload: others

Post on 02-Feb-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • i

    SIKAP TOLERANSI UMAT BERAGAMA DAN

    IMPLEMENTASINYA DALAM PENDIDIKAN ISLAM DI DESA

    LOPAIT KECAMATAN TUNTANG KABUPATEN SEMARANG

    TAHUN 2020

    SKRIPSI

    Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar

    Sarjana Pendidikan (S. Pd)

    Disusun Oleh:

    Siti Fatjriyah

    NIM. 23010160175

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

    FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

    INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

    TAHUN 2020

  • ii

  • iii

    SIKAP TOLERANSI UMAT BERAGAMA DAN

    IMPLEMENTASINYA DALAM PENDIDIKAN ISLAM DI DESA

    LOPAIT KECAMATAN TUNTANG KABUPATEN SEMARANG

    TAHUN 2020

    SKRIPSI

    Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar

    Sarjana Pendidikan (S. Pd)

    Disusun Oleh:

    Siti Fatjriyah

    NIM. 23010160175

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

    FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

    INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

    TAHUN 2020

  • iv

  • v

  • vi

  • vii

    MOTTO

    “Untukmu agamamu dan untukku agamaku”

    (Q.S Al-kafirun (109) : 6)

  • viii

    PERSEMBAHAN

    Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat serta karunia-Nya, skripsi ini

    penulis persembahkan kepada:

    1. Keluargaku, terutama kepada orang tua tercinta Bapak Suyadi dan Ibu Saniah

    yang selalu mendoakan, mendukung, memberi kasih sayangnya yang tak

    terhingga serta menemani dalam proses penulisan dan yang telah membiayaiku,

    sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar.

    2. Kakakku (Melani, Indah Arum Sari, dan Muhammad Fikri) tersayang yang

    selalu memberikan semangat, mudah-mudahan diberi umur panjang.

    3. Sahabatku Nur Indri Ramadhani yang selalu memberikan semangat.

    4. Sahabatku Indah Mafazati Naillia dan Rokhimah yang selalu terlibat membantu

    proses penyelesaian skripsi saya.

  • ix

    KATA PENGANTAR

    Bismillahirrahmanirrahim,

    Puji syukur pada Illahi Rabbi atas segala rahmat, Inayahnya serta

    Hidayah-Nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

    Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada baginda Nabi

    Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan Syafaatnya di Yaumul Qiyamah

    nanti, amin amin ya Rabbal alamin.

    Penyusunan skripsi yang berjudul “Sikap Toleransi Umat Beragama dan

    Implementasinya Dalam Pendidikan Islam di Desa Lopait Kecamatan Tuntang

    Kabupaten Semarang Tahun 2020” tidak lepas dari bantuan berbagai pihak baik

    dalam wujud material maupun immaterial. Oleh karena itu pada kesempatan

    kali ini dengan menyampaikan terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada:

    1. Bapak Prof. Dr. Zakiyyudin Baidhawy, M.Ag. selaku Rektor IAIN

    Salatiga

    2. Bapak Prof. Dr. KH. Mansur, M.Ag. Selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan

    Ilmu Keguruan.

    3. Ibu Dra. Siti Asdiqoh, M.Si. Selaku Ketua Kaprodi Studi Pendidikan

    Agama IslamBapak Mufiq, S.Ag, M.Phil. Selaku dosen pembimbing

    skripsi yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan koreksi selama

    penyusunan skripsi ini.

  • x

    4. Keluargaku terutama Bapak dan Ibu, kakakku yang selalu memberikan

    dukungan, kasih sayang, serta yang senantiasa berkorban dan berdo‟a

    demi tercapainnya cita-cita.

    5. Sahabatku yang selalu memberikan semangat serta motivasi ketika penulis

    mulai lelah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

    6. Teman-teman PPL dan KKN yang telah mendukung dan mendoakan

    kelancaran penulisan skripsi ini.

    7. Teman-teman seperjuangan angkatan 2016 khususnya jurusan PAI. Dan

    semua pihak yang tidak bisa syaa sebutkan satu persatu yang telah

    membanyu dalam penulisan skripsi ini.

    Kepada mereka semua penyusun tidak dapat memberikan balasan

    apapun kecuali uraian kata terimakasih yang tiada terkira dengan diiringi

    do‟a semoga Allah SWT membalas kebaikan mereka semua.

    Akhirnya hanya kepada Allah SWT penulis berharap semoga

    skripsi ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan pembaca pada

    umumnya.

    Salatiga, 29 Juli 2020

    Penulis

    Siti Fatjriyah

    23010160175

  • xi

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i

    HALAMAN BERLOGO .................................................................................... ii

    HALAMAN SAMPUL DALAM ........................................................................ iii

    HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................... iv

    HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN ................................................... v

    HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ....................................................... vi

    HALAMAN MOTTO ......................................................................................... vii

    HALAMAN PERSEMBAHAN.......................................................................... viii

    HALAMAN KATA PENGANTAR ................................................................... ix

    DAFTAR ISI ........................................................................................................ xi

    ABSTRAK ........................................................................................................... xiv

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah .......................................... 1

    B. Fokus Penelitian ...................................................... 6

    C. Tujuan penelitian ..................................................... 6

    D. Manfaat penelitian ................................................... 6

    E. Definisi operasional ................................................. 7

    F. Sistematika penulisan .............................................. 10

  • xii

    BAB II LANDASAN TEORI

    A. Landasan Teori

    1. Sikap Toleransi ………………………………………....13

    2. Umat Beragama

    a. Pengertian Umat ……………………………………19

    b. Pengertian Agama …………………………………. 21

    3. Pendidikan Islam

    a. Definis Pendidikan Islam ………………………….. 24

    b. Tujuan Pendidikan Agama Islam ………………….. 26

    c. Fungsi Pendidikan Islam …………………………... 30

    d. Pusat Pendidikan Islam ……………………………. 32

    B. Kajian Pustaka ……………………………………………... 34

    BAB III METODE PENELITIAN

    A. Jenis Penelitian ........................................................................ 40

    B. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................. 40

    C. Sumber Data ............................................................................ 40

    D. Prosedur Pengumpulan Data ................................................... 41

    E. Analisis Data ........................................................................... 43

    F. Pengecekan Keabsahan Data................................................... 45

    BAB IV PAPARAN DATA DAN ANALISIS DATA

    A. Paparan Data

    1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ................................... 47

    2. Sikap Toleransi Umat Beragama di Desa Lopait................ 52

    3. Implementasi Sikap Toleransi Dalam Pendidikan Islam .... 55

    B. Analisis Data

    1. Sikap Toleransi Umat Beraga di Desa Lopait .................... 62

  • xiii

    2. Implementasi Sikap Toleransi Dalam Pendidikan Islam .... 64

    BAB V PENUTUP

    A. Kesimpulan ............................................................................. 66

    B. Saran ........................................................................................ 67

    DARTAR PUSTAKA.......................................................................................... 69

    LAMPIRAN – LAMPIRAN

  • xiv

    ABSTRAK

    Fatjriyah, Siti. 2020. Sikap toleransi Umat Bergama dan Implementasinya Dalam

    pendidikan Islam di Desa Lopait Kecamatan Tuntang Kabupaten Senarang.

    Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama

    Islam. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing: Mufiq,

    S.Ag, M.Phil.

    Kata kunci: Sikap toleransi, implementasi, pendidikan Islam.

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Sikap Toleransi Umat Beragama dan

    Implementasinya Dalam Pendidikan Islam di Desa Lopait Kecamatan Tuntang

    Kabupoaten Semarang.

    Pertanyaan yang ingin dijawab dari penelitian ini adalah: Bagaimana sikap

    toleransi umat beragama di Desa Lopait Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang,

    Bagaimana implementasi sikap toleransi dalam Pendidikan Islam di Desa Lopait

    Kecamtan Tuntang Kabupaten Semarang.

    Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, informan penelitian ini

    adalah warga, tokoh agama dan perangkat desa. Penelitian ini menggunakan teknik

    pengumpulan data melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. Teknik analisis

    data yang digunakan dengan reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

    Hasil dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Sikap toleransi umat

    beragama di Desa Lopait sudah sangat baik dalam perihal tentang toleransi umat

    beragama sebab telah menerapkan toleransi umat beragama sesuai dengan

    keyakinannya masing-masing. 2) Implementasi sikap toleransi dalam pendidikan

    Islam di desa lopait Umat Islam di desa Lopait telah menerapkan ajarannya yakni

    menerapkan surat Al Kafirun, masyarakat tidak ada pembedaan dalam aspek sosial

    dan tetap saling menjaga dalam hal ibadah. Masyarakat dapat menempatkan diri,

    kapan harus menggunakan jubah agamanya dan kapan untuk meletakkan sejenak

    seragamnya dan memantepkan hati mereka yang bergerak dalam sosial. Jadi dalam

    toleransi masyarakat Desa Lopait sudah melaksanakan toleransi yang bersifat sosial

    dan akidah.

  • 1

    BAB I

    PEMDAHULUAN

    A. LatarBelakang

    Hubungan masyarakat yang harmonis dan humanis merupakan

    dambaan setiap komunitas dan golongan dari agama manapun. Salah satu

    nilai universal yang dapat mewujudkan hal itu adalah sikap toleransi, terlebih

    di Negara Indonesia yang multikultural. Para pendiri bangsa Indonesia paham

    akan pentingnya hal tersebut, sehingga ditetapkan Pancasila sebagai dasar

    ideologi Negara Indonesia yang dibangun atas dasar toleransi yang dapat

    mengayomi berbagai kalangan, komunitas, budaya, ras dan agama yang ada.

    Toleransi antar umat beragama sangat diperlukan dalam menjaga

    keharmonisan dalam kehidupan bermasyarakat yang terdiri dari latar belakang

    agama yang berbeda. Tanpa toleransi tidak mungkin ada kehidupan bersama.

    Demi menciptakan keharmonisan anatar warga yang menjunjung tinggi nilai-

    nilai toleransi (Fatmawati, 2013:17).

    Toleransi merupakan bentuk akomodasi dalam ineteraksi sosial.

    Manusia beragama secara sosial tidak bisa menafikan bahwa mereka harus

    bergaul bukan hanya dengan kelompoknya sendiri, tetapi juga dengan

    kelompok berbeda agama. Umat beragama mesti berupaya memunculkan

    toleransi untuk menjaga kestabilan sosial sehingga tidak terjadi benturan-

  • 2

    benturan ideologi dan fisik di antara umat berbeda agama (Casram,

    2016:188).

    Kesadaran agama membangkitkan tentang pentingnya memilki agama.

    Setiap masing-masing agama tentunya mengajarkan tentang kebaikan,

    kebenaran dan kedamaian. Oleh karena itu sebagai orang yang beragama,

    tidaklah pantas berbicara tentang kedamaian tanpa berusaha untuk hidup

    damai dengan pemeluk agama lain. Usaha untuk membangun jembatan

    komunikasi antar agama harusnya tidak mengenal kata putus asa, walau

    banyak hambatan yang dilalui kedepannya. Agama kata Samuel seperti dua

    pisau. Satu sisi dapat mempererat solidaritas, di sisi lain dapat menimbulkan

    konflik sosial (Soemanto, 2008:13).

    Agama menganjurkan agar melakukan kebaikan, baik kepada diri

    sendiri atau orang lain, bertindak adil, jujur, bermoral dalam segala aspek

    kehidupan (Ainul, 2007:40). Jadi agama sebaiknya digunakan untuk

    mempererat tali silaturahmi antar pemeluk agama atau budaya yang berbeda

    agar dapat menciptakan suatu keindahan dan menjadi identitas bangsa.

    Toleransi mengajarkan hendaknya kita mempunyai sifat-sifat lapang

    dada, berjiwa besar, luas pemahaman, pandai menahan diri, tidak

    memaksakan kehendak sendiri kepada orang lain. Semuanya itu dalam rangka

    menciptakan ketentraman hidup antar umat beragama dalam masyarakat.

    Dengan demikian adanya perbedaan, seperti agama dan keyakinan tidak boleh

    menjadi sebab untuk mengadakan garis pemisah dalam hidup bermasyarakat.

  • 3

    Kerukunan atau internal umat beragama di Indonesia sangat penting

    karena agama bagi masyarakat Indonesia adalah sistem acuan nilai yang

    menjadi dasar dalam bersikap dan bertindak bagi para pemeluknya. Oleh

    karena itu, agama dapat menjadi perekat kedaimaian, tetapi agama juga dapat

    menimbulkan ketegangan dan kekerasan sosial. Masyarakat Indonesia pada

    umumnya masih tetap menghargai sesama manusia, persatuan, dan santun.

    Karena itu setiap umat beragama harus tetap waspada meningkatkan kualitas

    kerukunan keagamaan yang lebih baik dimasa yang akan datang dan agar

    kondisi persatuan dan kesatuan bangsa tetap terjaga secara baik (Syarif,

    2019:10).

    Al-Qur‟an adalah pesan Tuhan yang memuat mutiara toleransi untuk

    disebarkan di antara sesama makhluk Tuhan. Betapa agungNya Tuhan, karena

    toleransi dan kedamaian merupakan spirit yang paling mengemuka di dalam

    Al-Qur‟an. Terdapat lebih dari 300 ayat yang secara eksplisit mengajak umat

    Islam agar toleran terhadap umat agama lain. Jalan menuju toleransi dalam

    Al-Qur‟an adalah jalan tertata rapi, bersumber dari Tuhan untuk tata sosial

    yang damai.

    Dalam toleransi setidaknya ada dua hal penting yang perlu

    diperhatikan. Pertama, mengakui perbedaan dan keragaman. Al-Qur‟an

    banyak menjelaskan tentang hal tersebut secara terang benderang. Tuhan

    menciptakan manusia kedalam dua ragam jenis kelamin, laki-laki dan

  • 4

    perempuan, berbangsa-bangsa dan berpuak-puak dalam firman Allah (Q.S. Al

    Hujurat [49],13):

    اُ ََ قَجَب ئَِو ىِتََعَسفُُا اِنَّ ٌَبَ ٌٍَُّب اىىَّب ُس اِوَّب َخيَْقىَُنْم ِمْه َذَمٍس ََّ َجَعْيىَُنْم ُشُعُ ثًب ََ ْوثَى

    ٌٍْس ) ٌٍْم َخجِ (۳۱اَْمَسَمُنْم ِعْىَد هللاِ اَْتقَُنْم اِنَّ هللاَ َعْي

    “ wahai manusia ! sungguh, Kami telah mencipkan kamu dari seorang

    laki-laki dan seorang perempuan, kemudia Kami jadikan kamu

    berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal.

    Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang

    yang paling bertakwa. Sungguh Allah Maha Mengetahui, maha

    Teliti”.

    Dari sini saja kita dapat memahami bahwa sejak awal penciptaan

    manusia, Tuhan telah menjadikan karakter yang paling menonjol bagi

    manusia. Fenomena Negara-bangsa dan multikulturalisme telah menjadi

    perhatian al-Qur‟an. Tuhan menegaskan realitas sosial yang akan terjadi bagi

    umat Islam di umat agama-agama lain di kemudian hari (Zuhairi, 2017: 9-10).

    Desa Lopait adalah Desa yang berada di Kecamatan Tuntang

    Kabupaten Semarang. Terdapat empat Dusun di Desa Lopait yaitu, Dusun

    Lopait, Dusun Celengan, Dusun Gudang, dan Dusun Calombo. Di Desa

    Lopait ada beberapa agama yang berkembang yaitu agama Islam dan Kristen

    yang dianut masyarakat. Meskipun masyarakat Desa Lopait menganut agama

    yang berbeda, namun dalam kehidupan sehari-hari mereka dapat menjaga

    kerukunan satu sama lain.

  • 5

    Mengenai realita masyarakat yang majenuk ini penulis ingin

    memberikan gambaran tentang toleransi umat beragama di Desa Lopait

    Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang dalam menerapkan sikap toleransi

    antar umat beragama. Kehidupan kemajemukan bisa memberikan kedamaian

    dan kerukunan antar masyarakat apabila disikapi dengan baik. Masyarakat

    Desa Lopait juga memiliki latar belakang yang berbeda-beda, terutama

    perbedaan agama. Masyarakat Desa Lopait memiliki kesibukan atau

    pekerjaan yang berlainan. Rata-rata masyarakat Desa Lopait bekerja sebagai

    petani dan pedagang. Dengan agama dan tingkatan sosial yang berbeda-beda,

    tidak menjadi alasan untuk bertoleransi dan berinteraksi antar masyarakat. Hal

    menariknya dari Desa Lopait selain perbedaan agama yang menonjol.

    Dari pengamatan sementara peneliti, masyarakat Lopait memegang

    erat tali persaudaraan dalam bingkai perbedaan agama yang dianut. Dalam

    kegiatan masyarakat antara pemeluk agama yang satu dan lainnya tetap

    membangun kebersamaan menjadi satu kelompok, tanpa membeda-bedakan

    agama yang dianut. Dalam melaksanakan ibadah antar pemeluk agama,

    masyarakat Desa Lopait menjunjung tinggi sikap toleransi.

    Hal itu tidak lepas dengan adanya sikap toleransi yang berkembang di

    Desa Lopait dalam hal perbedaan antar agama yang dianut masyarakatnya.

    Sikap toleransi yang ada di Desa Lopait diharapkan dapat menjadi contoh

  • 6

    benteng agar masyarakat mampu menghadapi konflik yang terjadi sebagai

    akibat dari masyarakat Indonesia yang majemuk.

    Dari latar belakang inilah yang mendorong penulis untuk melakukan

    penelitian seacara mendalam yang dituangkan dalam karya ilmiah skripsi

    dengan judul:

    “Sikap Toleransi Umat Beragama Dan Implementasinya Dalam Pendidikan

    Islam di Desa Lopait Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang.”

    B. Fokus Penelitian

    1. Bagaimana sikap toleransi umat beragama di Desa Lopait ?

    2. Bagaimana implementasi sikap toleransi dalam pendidikan Islam di Desa

    Lopait ?

    C. Tujuan Penelitian

    Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

    a. Untuk mengetahui sikap toleransi umat beragama di Desa Lopait.

    b. Untuk mengatahui implementasi sikap toleransi dalam pendidikan

    Islam di Desa Lopait.

    D. Manfaat Penelitian

    1. Manfaat Teoritis

    a. Skripsi ini menerangkan tentang sikap toleransi umat beragama dalam

    pendidikan Islam, sebagai bahan pengembangan materi toleransi

    dalam kurikulum Pendidikan Islam

  • 7

    b. Memberikan khasanah keilmuan khususnya dunia pendidikan islam.

    2. Manfaat praktis

    a. Negara

    1) Memberikan bahan informasi dan kontribusi untuk digunakan

    dalam pengembangan penelitian dibidang pendidikan Nasional

    maupun pendidikan Islam di Indonesia.

    2) Memberikan informasi bagi daerah lain untuk menjadi acuan

    dalam menciptakan dan mengembangkan sikap toleransi umat

    beragama.

    b. Masyarakat

    1) Penelitian sikap toleransi umat beragama dan implementasinya

    dalam pedidikan Islam, dapat memberikan informasi dan koreksi

    kepada para tokoh msyarakat dan warga Desa Lopait Kecamatan

    Tuntang Kabupaten Semarang.

    2) Menjadi masukan atau saran sehingga dapat dijadikan acuan

    dalam rangka menciptakan dan menjaga masyarakat yang rukun

    damai.

    E. Definisi Operasional

    1. Indikator Sikap Toleransi

    Sikap menentukan perilaku seseorang dalam hubungannya dengan

    stimulus manusia atau kejadian-kejadian tertentu. Sikap merupakan suatu

    keadaan yang memungkinkan timbulnya suatu perbuatan atau tingkah

  • 8

    laku. Sikap seseorang pada suatu objek, merupakan manifestasi komponen

    sikap yang meliuti 3 komponen yaitu kognitif, afektif an koanatif. Ketiga

    komponen ini saling berinteraksi untuk memahami, merasakan dan

    berperilaku terhadap objek sikap (Darwis, 2016:41-42).

    Toleransi adalah membiarkan orang lain berpendapat lain, melakukan

    hal yang tidak sependapat tanpa diganggu ataupun intimidasi. Istilah

    dalam konteks sosial, budaya dan agama yang sikap dan perbuatan yang

    melarang adanya diskriminasi terhadap kelompok-kelompok yang berbeda

    atau tidak dapat diterima oleh mayoritas dalam suatu masyarakat. Dalam

    toleransi beragama, penganut mayoritas dalam suatu masyarakat

    menghormati keberadaan agama atau kepercayaan lainnya yang berbeda.

    Dalam toleransi berbudaya setiap orang harus menghargai cara

    masyarakat setempat melakukan suatu hal dengan cara mengikuti aturan

    yang sudah menjadi budaya di daerah tersebut.

    Dalam jurnal Priastindani (2017), indikator toleransi menurut

    Stevenson dalam Yaumi (2014: 92) mengemukakan bahwa, Kriteria yang

    digunakan untuk mengukur dan menilai sikap toleran, seperti terbuka

    dalam emmperlajari tentang keyakinan dan pandangan orang lain,

    menunjukkan sikap positif untuk menerima sesuatu yang baru,

    mengakomodasi adanya keberagaman suku, ras, agama, budaya,

    berpartisipasi dalam berbagai kegaitan dan mendengarkan pandangan

  • 9

    orang lain dengan penuh hormat, dan menunjukkan keinginan kuat untuk

    mempelajari sesuatu dari orang lain (Priastindani, 2017:10).

    Indikator sikap toleransi yang disesauikan dalam kehidupan

    bermasyarakat adalah sebagai berikut:

    1. Menghormati agama orang lain

    2. Menerima perbedaan

    3. Saling membantu antar warga tanpa membeda-bedakan

    4. Manusia sebagai makhluk sosial

    5. Menjunjung nilai persatuan

    Jadi, dapat disimpulkan bahwa sikap toleransi adalah tindakan yang

    menimbulkan perilaku dengan melakukan hal yang tidak sependapat tanpa

    diganggu ataupun intimidasi dalam suatu kepercayaan atau agama dan

    diterapkan sesuai dengan indikator sikap toleransi.

    2. Toleransi Dalam Pendidikan Islam

    Toleransi dalam Islam bukan berarti bersikap sinkretis.

    Pemahaman yang sinkretis dalam toleransi beragama merupakan

    kesalahan dalam memahami arti tasamuh yang berarti menghargai, yang

    dapat mengakibatkan percampuran antar yang haq dan batil (talbisul al-

    haq bi al-batul), karena sikap sinkretis adalah sikap yang menganggap

    semua agama sama. Sementara sikap menghargai dan menghormati

  • 10

    keyakinan dan agama lain di luar Islam, bukan menyamakan atau

    mensederajatkannya dengan keyakinan Islam itu sendiri.

    Sikap toleransi dalam Islam yang berhubungan dengan akidah

    sangat jelas yaitu ketika Allah Swt. Memerintahkan kepada Rasulllah

    Saw. Untuk mengajak para Ahl al-Kitab untuk hanya menyembah dan

    tidak menyekutukan Allah Swt., sebagaiman firman-Nya:

    ٌَْو اْىِنتَِت تََعب ثٍَْىَُنْم أََّلَّ وَْعجَُد إَِّلَّ قُْو ٌَأَ ََ ٍْىَىَب اء ثَ َُ ىَُا إِىَى َميَِمٍة َس

    ْه ُدَ ِن ََّل ٌَتَِّحَرا ثَْعُضىَب ثَْعًضبأَْز ثَب ثًب مِّ ََ ٍْئًب ًِ َش ََّل وُْشِس َك ثِ ََ هللاَ

    َن ) ُْ ا فَقُُ ىُُا اْشٍَُدَا ثِأَوَّب ُمْسيُِم ُْ ىَّ َُ (٤٦هللاِ فَإِن تَ

    [katakanlah: “ Hai ahli kitab, marilah (berpegang) kepada suatu

    kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan

    kamu, bahwa kita tidak sembah kecuali Allah dan kita tidak

    persekutukan dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian

    kita menjadikan sebagian yang lain sebagai Tuhan selain Allah”.

    Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka, “

    saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri

    (kepada Allah)”] (Q.S Ali Imran/3:64)

    Pada ayat ini terdapat perintah untuk mengajak para ahli kitab

    dari kalangan Yahudi dan Nasrani untuk menyembah kepada Tuhan

    yang tunggal dan tidak manusia tanpa paksaan dan kekerasan sebab

    dalam dakwah Islam tidak megenal paksaan untuk beriman

    sebagaimana Allah Swt. Berfirman.

    ٌهِ ََّل اِْمَسا يَ فًِ اىدِّ

  • 11

    “[Tidak ada paksaan dalam beragama]” (Q.S Al-Baqarah/2:256)

    Ayat ini menegaskan, bahwa semua manusia menganut agama

    tunggal merupakan suatu keniscayaan. Sebaliknya tidak mungkin manusia

    menganut beberapa agama dalam waktu yang sama atau mengamalkan

    ajaran dari berbagai agama secara simultan. Oleh sebab itu, Al- Qur‟an

    menegaskan bahwa umat Islam tetap berpegang teguh pada sistem ke

    Esaan Allah secara mutlak; sedangkan orang kafir pada ajaran ketuhanan

    yang ditetapkannya sendiri (Setiyawan, 2015:226-227).

    F. Sistematika Penulisan

    Pada penelitian ini penulis mengajukan pembahasan beberapa bab yang

    berisi keterkaitan tentang studi kasus yang diteliti. Penulis memberikan

    gambaran sebagai berikut:

    BAB I Pendahuluan, pada bab ini berisi tentang latar belakang

    masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi

    operasional dan sistematika penulisan

    BAB II landasan Teori, pada bab ini mencakup Kajian Teori berisi

    sikap toleransi, umat beragama, pendidikan Islam dan kajian pustaka berisi

    penelitian terdahulu.

  • 12

    BAB III Metode Penelitian, pada bab ini membahas mengenai Jenis

    Penelitian, Lokasi dan Waktu Penelitian, Sumber Data, Prosedur

    Pengumpulan Data, Analisis Data, Pengcekan Keabsahan Data.

    BAB IV Paparan dan Analisis Data, pada bab ini akan membahas

    mengenai paparan data dan analisis data yang diperoleh dari metode

    penelitian yang digunakan.

    BAB V Penutup, pada bab ini berisi mengenai kesimpulan dan saran.

  • 13

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    A. Kajian Teori

    1. Sikap Toleransi

    Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia toleransi berasal dari

    kata “toleran” (Inggris: tolerance, Arab: tasamuh) yang berarti batas

    ukur untuk penambahan atau pengurangan yang masih diperbolehkan.

    Secara etimologi, toleransi adalah kesabaran, ketahanan emosional,

    dan kelapangan dada.

    Sedangkan menurut istilah (terminology) toleransi yaitu

    bersifat atau bersikap menenggang (menghargai, membiarkan,

    membolehkan) pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan,

    kebiasaan dan sebagainya) yang berbeda dan atau yang bertentangan

    dengan pendiriannya (Ananta, 2009:2).

    Toleransi secara bahasa adalah sikap menghargai pendirian

    orang lain. Dan menghargai bukan berarti membenarkan apalagi

    mengikuti. Dalam buku Sahih Al Buhari, adapun terminologi syariat

    setidaknya itu pernah disabdakan nabi sebagai berikut:

    احت اىد ٌه أىى هللا اىحىٍفٍة اىسمحة

    Artinya: “Agama yang paling dicintai Allah adalah agama

    yang suci lagi mudah”.

  • 14

    Mudah disini bukan berarti bebas. Sebab kita sadar bahwa

    agama adalah sebuah aturan. Itu artinya, toleransi beragam menurut

    Islam adalah menghormati atau menolelir dengan tanpa melewati batas

    aturan agama itu sendiri (Yahya, 2017:3).

    Toleransi beragama merupakan toleransi yang mencangkup

    masalah-masalah keyakinan dalam diri manusaia yang berhubungan

    dengan akidah atau ketuhanan yang diyakininya. Seseorang harus

    diberikan kebebasan untuk meyakini dan memeluk agama

    (mempunyai akidah) yang dipilihnya masing-masing serta

    memberikan penghormatan atas pelaksanaan ajaran-ajaran yang dianut

    dan diyakininya (Casram, 2016:188).

    Islam sebagai sebuah agama yang mengajarkan kepada umat

    manusia untuk selalu menghormati serta toleransi terhadap sesama

    dan menjaga kesucian serta kebenaran ajaran Islam. Dengan ini fakta

    telah membuktikan bahwa Islam merupakan agama yang mengajarkan

    hidup toleransi terhadap sesama agama. Islam mengajarkan kepada

    umatnya tentang pentingnya memelihara persatuan dan kerukunan,

    baik intern maupun ekstren umat beragama. Islam juga mengajarkan

    kepada umatnya untuk sealalu toleransi sesama umat beragama, serta

    saling mencintai dan menyayangi anatar sesama pemeluk agama.

  • 15

    Selanjutnya Islam juga menanamkan nilai-nilai kesabaran dan

    kebebasan pendapat.

    Islam sendiri pada hakikatnya tidak membeda-bedakan

    penghormatan terhadap setiap orang dari segi kemanusiannya. Apapun

    agama yag dianutnya, perlakuan dan penghormatan yang diberikan

    tetaplah sama selama mereka tidak membenci Islam.

    Islam agama yang terbuka, oleh karena itu sikap toleransi dan

    mau mengakui adanya berbagai macam perbedaan ditanamkan kepada

    umat Islam dan sebagai landasan pemikiran ini firman Allah dalam

    QS. Al Hujarat ayat 13:

    قَجَب ئَِو ىِتََعَسفُُا ََ َجَعْيىَُنْم ُشُعُ ثًب ََ اُْوثَى ََ ٌَبٌٍََُّب اىىَّب ُس اِوَّب َخيَْقىَُنْم ِمْه َذَمٍس

    ٌٍْس)اِنَّ اَْمَسَمُنْم ِعْىَد هللَا اَْتقَُنْم اِنَّ هللاَ َعيٍِْ (۳۱ٌم َخجِ

    Artinya: “ Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan

    kamu dari seorang laki-laki dan perempuan dan menjadikan

    kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling

    kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di

    anatar kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di

    antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi

    Maha Mengenal”.

    Islam sebagai agama yang menjunjung tinggi sikap

    kebersamaan dan toleransi intern maupun umat beragama. Hal itu

    menjdi salah satu risalah yang penting dalam sisitem ideology Islam.

    Islam melarang untuk mencela sesembahan dalam agama manapun.

  • 16

    Oleh sebab itu, istilah tasamuh atau toleransi dalam Islam bukan

    sesuatu yang baru, tetapi telah dipraktikkan dalam kehidupan umat

    Islam, sejak agama ini lahir (Abu, 2015:125-126).

    Dalam buku Suryani (2012: 133-134) dalam jurnal Setiyawan.

    Islam adalah agama yang menjunjung tinggi toleransi. Banyak ajaran

    tentang pentingnya sikap toleransi dalam Islam, baik yang bersumber

    dari Al-Qur‟an maupun Hadits Nabi Saw yang mana keduanya

    merupakan sumber utama bagi agama Islam.

    Dalam hadits Rasulullah Saw ternyata cukup banyak

    ditemukan hadits-hadits yang memberikan perhatian secara verbal

    tentang toleransi sebagai karakter ajaran inti Islam. Hal ini tentu

    menjadi pendorong yag kuat untuk menelusuri ajaran toleransi dalam

    Al-Qur‟an, sebab apa yang disampaikan dalam hadits merupakan

    manifestasi dari apa yang disampaikan dalam Al-Qur‟an. Berikut salah

    satu hadits Nabi tentang ajaran toleransi dalam Islam:

    ُد ىىحد ثى أ ثى َحدَّ ثَىَب عجدهللا حد ثى َدْثِه ٌَِز ٌُد قَب َه أوَب ُمَحمَّ َُ ْثُه اِ ْسَحب َق َعه َْدا

    ٍِْه َعهْ ِ ىَِس ُسُ هِ قٍِْوَ هَ قَب َعجَّب سِ ا ْثهِ ى ِعْنِس َمةَ َعىِ اْىُحَس ُ َصيَّى هللاَّ ًٍْ ا ّللَّ ََ َسيَّم َعيَ

    ِ اِ ىَى أَ َحتُّ ٌَب نِ ا ْْلَذ أ يُّ ْمَحةُ. قَب هَ ا ّللَّ اْىَحىٍِفٍَِّةُ اىسَّ

    [Telah menceritakan kepada kami Abdillah, telah menceritakan

    kepada saya Abi telah menceritakan kepada saya Yazid berkata;

    telah, mengabarkan kepada kami Muhammad bin Ishaq dari

  • 17

    Dawud bin Al Husain dari Ikrimah dari Ibnu „Abbas, ia berkta;

    ditanyakan kepada Rasulullah Saw. “ Agama manakah yang

    paling dicintai oleh Allah ? maka beliau bersabda; “ Al-

    Hanifiyyah As- Samhah (yang lurus lagi toleran)]”.

    Ibn Hajar al- Asqalany ketika menjelaskan hadits ini beliau

    berkata: “Hadis ini diriwayatkan Al Bukhari pada kitab iman, Bab Agama

    itu Mudah” di dalam sahihnya secara mu‟allaq dengan tidak menyebutkan

    sanadnya karena tidak termasuk dalam kategori syarat-syarat hadis sahih

    menurut Imam Al Bukhari, akan tetapi beliau menyebutkan sanadnya

    secara lengkap dalam al- Adab al-Mufrad yang diriwayatkan dari sahabat

    Abdullah ibn „Abbas dengan sanad yang hasan. Sementara Syekh

    Nasiruddin al-Albani mengatakan bahwa hadis ini adalah hadis yang

    kedudukannya adalah hasan lighairih” (Setiyawan, 2015: 221-222).

    Adapun pentingnya sikap toleransi dimliki oleh masyarakat adalah:

    1) Belajar menghargai setiap pendapat antar individu bisa menjadi

    modal penting untuk menghindarkan perpecahan di dalam

    kehidupan masyarakat. Toleransi beragama adalah satu wujud

    nyata dari sikap menghargai dalam kehidupan bermsyarakat karena

    memang unsur agama merupakan suatu hal yang krusial dan

    sensitif di mata masyarakat.

    2) Tidak hanya menghindarkan gejolak perpecahan, sikap toleransi

    juga bisa membuat hubungan antar manusia menjadi leboh erat.

    Kegiatan bertukar pikiran dan pendapat untuk menghasilkan satu

  • 18

    keputusan adalah tanda bahwa masyarakat sudah bisa menjalankan

    hidup bertoleransi.

    3) Setiap agama mengajarkan sikap toleransi antar umat lain yang

    beragama berbeda. Iman adalah salah satu tonggak dalam

    menciptakan masyarakat bertoleransi. Menerapkan iman dalam

    setiap tindakan juga satu tanda bahwa sikap toleransi berhasil

    diaplikasikan.

    4) Meningkatkan rasa cinta kepada Negara sendiri. Landasan utama

    Negara besar dan kuat adalah adanya sikap rasa toleransi antar

    masyarakat. Nantinya sikap nasionalisme akan ikut tumbuh dengan

    sendirinya setelah sikap toleransi berhasil diterapkan dalam

    kehidupan.

    5) Masyarakat Indonesia sudah mengenal kata musyawarah, tapi

    dalam kenyataannya masih ada beberapa masalah yang sulit

    diselesaikan dengan musyawara. Kurangnya sikap menghargai dan

    toleraansi menjadi pemicu terjadinya konflik, karena itu

    dibutuhkan sikap toleransi di kehidupan sehari-hari supaya

    pemutusan satu masalah bisa melalui langkah musyawarh mufakat.

    6) Kurangnya sikap toleransi antar manusia bisa diakibatkan adanya

    rasa egois yang selalu tinggi. Dibutuhkan pengendalian rasa egois

    pada tiap individu agar tidak terjadi konflik atas nama persoalan

    pribadi (Muawanah, 2018:66).

  • 19

    2. Umat Beragama

    a. Pengertian Umat

    Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata umat diartikan

    sebagai; para penganut atau pengikut suatu Negara dan makhluk

    manusia. Dalam bebrapa ensiklopedia filsafat yang ditulis oeleh

    sejumlah akademisi Rusia, dan diterjemahkan ke dalam bagasa

    Arab oleh Samir Karam, Beirut 1974 M; ada juga yang

    mengartikannya Negara seperti dalam Al-Mu‟jam Al-Falsafi, yang

    disusun oleh Majma Al-Lughah Al-Arabiyah (pusat Bahasa

    Arab), Kairo 1979.

    Kata umat terambil dari kata (tulisan Arab) (amma-

    yaummu) yang berarti menuju, menumpu dan meneladani. Dari

    akar yang sama lahir antara lain kata um yang berate “ibu” dan

    imam yang maknanya “pemimpin” karena keduanya menjadi

    teladan, tumpuan pandangan, dan harapan anggota masyarakat.

    Dalam kata “umat” terselip makna-makna yang cukup

    dalam. Umat mengandung arti gerak dinamis, arah, waktu, jalan

    yang jelas serta gaya dan cara hidup. Untuk menuju pada sutu

    arah, harus jelas jalannya, serta harus bergerak maju dengan gaya

    dan cara tertentu, dan pada saat yang sama membutuhkan waktu

    untuk mencapainya. Al-Qur‟an Surat Yusuf (12): 45 menggunakan

  • 20

    kata umat untuk arti waktu, sedangkan surat Al-Azukhruf (43): 22

    untuk arti jalan, atau gaya dan cara hidup.

    Ali Syariati dalam bukunya Al Ummah wa Al Imamah

    menyebutkan keistimewaan kata ini dibandingkan kata semacam

    nation atau qabilah (suku), pakar ini mendefinisikan kata umat

    dalam konteks sosiologis sebagai himpunan manusiawi yang

    seluruh anggotanya bersama-sama menuju satu arah, bahu

    membahu, dan bergerak secara dinamis dibawah kepemimpinan

    bersama.

    Umat Islam disebut oleh Al Qur‟an surat Al Baqarah (2):

    143 sebagai umat (an) wasatha.

    ُْ َن اىسَّ ٌَُن ََ ُْ ُشٍََدا َء َعيَىى اىىَّب ِس ُْ وُ َسطًب ىِّتَُن ََ ةً َمر ىَِل َجَعْيىَُنْم اُمَّ ََ

    َمب َجَعْيىَب اْىقِْجيَةَ اىَّتًِ ََ ًٍْدا ٍِ ٍُْنْم َش ُه َعيَ ُْ ُس

    "Demikianlah itu kami menjadikan kamu umatan wasatha agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia, dan

    agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan)

    kamu".

    Umatan wasatha adalah umat moderat, yang posisinya

    berada di tengah, agar dilihat oleh semua pihak, dan dari

    segenap penjuru.

  • 21

    Keberadaan umat Islam dalam posisi tengah

    menyebabkan mereka tidak seperti umat yang hanyut oleh

    materialisme, tidak pula mengantarnya membumbung tuinggi

    kedalam ruhani, sehingga tidak lagi berpijak di bumi. Posisi

    tengah menjadikan mereka mampu memadukan aspek ruhani

    dan jasmani, material, dan spiritual dalam segala sikap dan

    aktivitas.

    Wasathiyat (moderasi atau posisi tengah) mengundang

    umat Islam untuk berinteraksi, berdialog, dan terbuka dengan

    semua pihak (agama, budaya, dan peradaban), karena mereka tidak

    dapat menjadi saksi maupun berlaku adil jika mereka tertutup atau

    menutup diri dari lingkungan dan perkembangan global (Rahman,

    2015:5).

    b. Pengertian Agama

    Pengertian agama menurut aspek bahasa, agama pada

    lazimnya bermakna kepercayaan kepada Tuhan atau sesuatu kuasa

    yang gaib dan sakti seperti dewa dan juga amalan dan institusi

    yang berkaitan dengan kepercayaan tersebut. Agama dan

    kepercayaan merupakan dua perkara yang saling berkaitan, tetapi

    agama mempunyai suatu makna yang lebih luas, yakni merujuk

  • 22

    kepada suatu system kepercayaan yang kohensif dan kepercayaan

    mengenai aspek kebutuhan.

    Pengertian menurut KBBI, agama adalah system atau

    prinsip kepercayaan kepada Tuhan, atau juga disebut dengan nama

    Dewa atau nama lainnya dengan ajaran kebaktian dan kewajiban-

    kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan tersebut.

    Pengertian agama menurut Diaz Corner, agama adalah

    jalan. Maksudnya jalan hidup atau jalan yang harus ditempuh oleh

    manusia sepanjang hidupnya atau jalan yang menghubungkan

    antar sumber dan tujuan hidup manusia, atau jalan menunjukkan

    darimana, bagaiamana dan hendak kemana hidup manusia di dunia

    ini.

    Reliege berasal dari kata relige (bahasa Belanda) atau

    Religion (bahasa Inggris) masuk dalam perbendaharaan bahasa

    Indonesia dibawa oleh orang-orang barat yang menjajah bangsa

    Indonesia, Relige mempunyai pengertian sebagai keyakinan akan

    adanya kekuatan gaib yang suci, menentukan jalan hidup dan

    mempengaruhi kehidupan manusia yang dihadapi secara hati-hati

    dan diikuti jalan dan aturan serta norma-normanya dengan ketat

    agar tidak sampai menyimpang atau lepas dari kehendak jalan

    yang telah ditetapkan oleh kekuatan gaib suci tersebut.

  • 23

    Din berasal dari bahasa arab yang berarti undnag-undang

    atau hokum yang harus ditunaikan oleh manusia dan

    mengabaikannya berarti hutang yang akan dituntut untuk

    ditunaikan dan akan mendapat hukuman atau balasan jika

    ditinggalkan.

    Dari etimologi ketiga kata diatas maka dapat diambil

    pengertian bahwa agama (Religi, Din):

    1) Merupakan jalan hidup yang harus ditempuh oleh manusia

    untuk mewujudkan kehidupan yang aman, tentram dan

    sejahtera.

    2) Bahwa jalan hidup tersebut berupa aturan, nilai atai norma

    yang mengatur kehidupan manusia yang dianggao sebagai

    kekuatan mutlak, gaib, dan suci yang harus diakui dan ditaati.

    3) Aturan tersebut ada, tumbuh dan berkembangnya kehidupan

    manusia, masyarakat dan budaya.

    Secara terminology dalam ensiklopedia nasional Indonesia

    agama diartikan aturan atau tata cara hidup manusia dengan

    hubungannya dengan Tuhan dans sesamanya. Dalam Al-Quran

    agama sering disebut dengan Din. Istilah ini merupakan istilah

    bawah dari ajaran Islam sehingga mempunyai kandungan makna

    yang bersifat umum dan universal. Artinya konsep yang ada pada

  • 24

    istilah Din seharusnya mencakup makna-makna yang ada pada

    istilah agama dan religi (Muslimin, 2014:3-5).

    Raghib al-Ashfahani (502 H/1108M) dalam kitabnya, al-

    Mufradat fi Gharibil Qur‟an mendefinisikan term “umat” senbagai

    “Sebuah kelompok manusia yang disatukan oleh sesuatu hal, baik

    itu agama yang satu, masa yang satu, maupun tempat yang satu.

    Faktor yang menyatukan mereka adalah taksir atau pilihan

    manusia itu sendiri. (Imarah, 1999:149).

    Jadi, umat beragama adalah sekelompok manusia yang

    disatukan oleh agama tertentu, baik Islam, Kristen, Katholik,

    Budha, Hindu, Konghucu dan lainnya. Dimana agama yang

    dianutnya bias saja merupakan pilihan hatinya atau turunan dari

    kedua orang tuanya.

    3. Pendidikan Islam

    a. Definisi Pendidikan Islam

    Secara struktur kaidah bahasa Indonesia Pendidikan Islam

    terdiri dari dua suku kata yaitu: pendidikan dan Islam. Pendidikan

    berarti; “proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau

    kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui

    upaya pengajaran dan pelatihan”. Sementara Islam berarti; “agama

  • 25

    yang diajarkan oleh Nabi Muhammad saw berpedoman pada kitab

    suci Al-Qur‟an yang diturunkan ke dunia melalui wahyu Allah”.

    Berdasarkan pengertian pendidikan Islam secara kaidah

    bahasa Indonesia tersebut dapatlah dipahami bahwa pendidikan

    Islam adalah upaya-upaya yang dilakukan oleh manusia dalam

    kehidupan untuk mengubah sikap dan tata laku seseorang atau

    kelompok lewat pengajaran atau latihan agar dalam kehidupannya

    sesuai dengan ajaran agama Islam yang dibawa oleh Nabi

    Muhammad saw (Hanafi, 2018:36).

    Pendidikan Islam adalah nama sebuah sistem, yaitu sisiem

    pendidikan Islami. Ada beberapa perspektif pendidikan Islam

    sebagai sebuah system. Pertama, pendidikan menurut Islam, atau

    pendidikan yang berdasarkan agama Islam, yakni pendidikan yang

    dipahami dan dikembangkan serta disusun dari ajaran dan nilai-

    nilai fundamental yang terkandung dalam sumbernya, yakni Al-

    Qur‟an dan hadis. Kedua, pendidikan keislaman atau pendidkan

    Islam, yakni upaya pendidikan agama Islam atau ajaran Islam dan

    nilai-nilainya supaya menjadi way of life (pandangan dan sikap

    hidup) seseorang. Ketiga, pendidikan dalam Islam atau proses dan

    praktik penyelenggaraan pendidikan yang berlangsung dan

  • 26

    berkembang dalam sejarah umat Islam, dalam arti proses

    bertumbuh kembangnya pendidikan Islam umumnya.

    Sistem pendidikan Islam harus dibangun di atas konsep

    kesatuan (integrasi) antara pendidikan qalbiyah dan pendidikan

    aqliyah. Dengan semikian, pendidikan Islam mampu menghasilkan

    manusia Muslim yang pintar secara intelektual dan terpuji secara

    moral (Faisol, 2014:36).

    Dari beberapa paparan pengertian di atas dapat disimpulkan

    bahwa pendidikan Islam adalah proses pengubahan sikap dan

    tingkah laku seseorang sesuai dengan ajaran Islam yaitu Al Qur‟an

    dan hadis. Yang mana prndidikan Islam mampu menghasilkan

    manusia Muslim yang pintar dan berakhlak mulia.

    b. Tujuan Pendidikan Islam

    Pendidikan adalah sebuah proses kegiatan menuju suatu

    tujuan pekerjaan tanpa tujuan yang jelas akan menimbulkan suatu

    ketidak menentuan dalam prosesnya. Lebih-lebih dalam proses

    pendidikan yang bersasaran pada kehidupan psikologi peserta

    didik yang masih berada pada taraf perkembangan, maka tujuan

    merupakan faktor yang paling penting dalam proses kependidikan

    itu. Karenanya dengan adanya tujuan yang jelas, materi pelajaran

  • 27

    dan metode-metode yang digunakan, mendapat corak dan isi

    pendidikan. Tujuan pendidikan Islam mengandung di dalamnya

    suatu nilai-nilai tertentu sesuai dengan pandangan Islam sendiri

    yang harus direalisasikan melalui proses yang terarah dan

    konsisten dengan menggunakan berbagai sarana fisik dan nonfisik

    yang sama dengan nilai-nilainya.

    Idealitas tujuan dalam proses kependidikan Islam

    mengandung nilai-nilai Islami yang hendak dicapai dalam proses

    kependidikan yang berdasarkan ajaran Islam secara bertahap.

    Dengan demikian, tujuan pendidikan Islam merupakan

    penggambaran nilai-nilai Islam yang hendak diwujudkan dalam

    pribadi peserta didik pada akhir dari proses kependidikan. Dengan

    kata lain, tujuan pendidikan Islam adalah perwujudan nilai-nilai

    Islami dalam pribadi peserta didik yang diperoleh dari pendidik

    muslim melalui proses yang berfokus pada pencapaian hasil

    (produk) yang berkepribadian Islam yang beriman dan bertaqwa

    kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

    cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang

    demokratis serta bertanggungjawab, sehingga sanggup

    mengembangkan dirinya menjadi hamba Allah yang taat dan

    memilki ilmu pengetahuan yang seimbang dengan dunia akhirat

  • 28

    sehingga terbentuklah manusia muslim paripurna yang berjiwa

    tawakkal dan secara total kepada Allah swt, sebagai nama firman-

    Nya dalam QS Al-An‟am/6:162

    ٍَْه ) ِ َزةِّ اْىَعيَِم َمَمب تِى ّلِلَّ ََ َمْحٍَب َي ََ وُُسِنى ََ (۳۶۱قُْو اِنَّ َصََل تِى

    Terjemahnya:

    “katakanlah (Muhammad): “Sesungguhnya shalatku,

    ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan

    seluruh alam”.

    Dengan demikian tujuan pendidikan Islam sama luasnya

    dengan kebutuhan manusia modern masa kini dan masa yang akan

    datang karena manusia tidak hanya memerlukan iman atau agama

    melainkan juga ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai alat

    untuk memperoleh kesejahteraan hidup di dunia sarana untuk

    mencapai kehidupan yang bahagia di akhirat.

    Berkaitan dengan tujuan pendidikan Islam, Muhammad

    Arthiyah Al-Abrasyi berpendapat bahwa:

    1) Tujuan pendidikan Islam adalah akhlak. Menurutnya,

    pendidikan budi pekerti merupakan jiwa dari pendidikan Islam.

    Islam telah memberi kesimoulan bahwa pendidikan budi

    pekerti dan akhlak adalah ruh (jiwa) pendidikan Islam, dan

  • 29

    tujuan pendidikan Islam yang sebenarnya adalah mencapai

    suatu akhlak yang sempurna. Akan tetapi hal ini bukan berarti

    bahwa kita tidak mementingkan pendidikan jasmani, akal,

    ilmu, dan juga membutuhkan pendidikan budi pekerti, cita rasa

    dan kepribadian. Dengan demikian, tujuan pendidikan Islam

    adalah mendidik pekerti dan pembentukan jiwa.

    2) Memperhatikan agama dan dunia sekaligus. Sesungguhnya

    ruang lingkup pendidikan Islam tidak hanya terbatas pada

    pendidikan agama dan tidak pula terbatas hanya pada dunia

    semata-mata. Rasulullah SAW pernah mengisyaratkan setiap

    pribadi dari umat Islam supaya bekerja untuk agama dan

    dunianya sekaligus, sebagaimana sabdanya:

    “Beramallah untuk duniamu seolah-olah engkau akan hidup

    untuk Selama-lamanya dan beramallah untuk akhiratmu

    seakan-akan engkau akan mati esok hari” (Rusmin, 2017:78-

    79).

    Berdasarkan hadis di atas dapat dipahami bahwa

    Rasulullah SAW tidak hanya memikirkan dunia semata, tetapi

    beliau juga memikirkan untuk bekerja dan beramal bagi

    kehidupan akhirat. Karena itu tujuan pendidikan Islam bukan

    hanya untuk pencapaian kebahagiaan dunia tetapi juga untuk

    pencapaian kebahagian akhirat.

  • 30

    c. Fungsi Pendidikan Islam

    Adapun fungsi dari pendidikan Islam yakni :

    1) Mengembangkan wawasan yang tepat dan benar mengenai

    jati diri manusia, alam sekitarnya dan mengenai kebesaran

    ilahi, sehingga tumbuh kemampuan membaca (analisis)

    fenomena alam dan kehidupan serta memahami hokum-

    hukum yang terkandung di dalamnya. Dengan kemampuan

    akal menumbuhkan kreativitas dan produktivitas sebagai

    implementasi identifikasi diri pada Tuhan “pencipta”.

    2) Membebaskan manusia dari segala anasir yang dapat

    merendahkan martabat manusia (fitrah manusia), baik yang

    datang dari dalam dirinya sendiri maupun dari luar. Yang

    dari dalam antara lain kejumudan, taklid, kultus individu,

    kurafat, dan yang terberat adalah syirik. Terhadap anasir

    dari dalam ini manusia terus menerus melakukan

    penyucian diri (Tazkiyah anafsi). Sedangkan yang datang

    dari luar adalah situasi dan kondisi, baik yang bersifat

    kultural maupun structural yang dapat memasang

    kebebasan manusia dalam mengembangkan realisasi dan

    aktualisasi diri. Untuk menghilangkan atau meminimalkan

    anasir dari luar ini harus ada upaya sistematis dan strategis

    dari seluruh elemen masyarakat, terutama pemerintah.

  • 31

    Dengan semakin minimalnya anasir-anasir tersebut

    terbukalah jalan untuk optimalisasi, realisasi diri dan

    aktualisasi diri sehingga menuntun hidup individu dan

    masyarakat lebih arif dan bertanggung jawab.

    3) Mengembangkan ilmu pengetahuan untuk menopang dan

    memajukan kehidupan baik individu maupun sosial. Untuk

    mengembangkan ilmu pengetahuan menurut sinyal yang

    diberikan landasan-landasan ajaran Islam, dan hendaknya

    dimulai dengan memahami fenomena alam dan kehidupan

    dengan pendekatan empirik, sehingga mengetahui hukum-

    hukumnya (sunnah Allah) (Hanafi, 2018: 59)

    Dengan demikian berdasarkan penjelasan-penjelasan

    tentang fungsi dari pelaksanaan pendidikan Islam meliputi;

    mengembangkan wawasan yang tepat dan benar mengenai jati diri

    manusia alam sekitarnya dan mengenai kebesaran ilahi,

    membebaskan manusia dari segala anasir yang dapat merendahkan

    martabat manusia (fitrah manusia), baik yang datang dari dalam

    dirinya sendiri maupun dari luar dirinya dan mengembangkan ilmu

    pengetahuan untuk menopang dan memajukan kehidupan baik

    individu maupun sosial.

  • 32

    d. Pusat- Pusat Pendidikan Islam

    Berdasarkan data historis, maka pusat-pusat pendidikan

    Islam, sekurang-kurangnya terdiri dari atas empat pusat

    pendidikan, yaitu: (1) di lingkungan keluarga; (2) di sekolah atau

    madrasah; (3) di rumah-rumah ibadah; (4) di lingkungan

    masyarakat, secara ringkas pusat-pusat dan lingkungan pendidikan

    tersebut dapat diuraikan sebagai berikut.

    1) Pendidikan di Lingkungan keluarga

    Telah umum diketahui bahwa keluaraga merupakan

    salah satu pusat dan lingkungan pendidikan yang yang tak

    tergantikan oleh pendidikan manapun. Dalam kelyargalah

    seseorang pertama kali berinteraksi dengan orang lain. Kulaitas

    interaksi posistif sangat berperann dalam mengembangkan

    fitrah yang telah terukir bersama awa kejadiannya. Oleh karena

    itulah pendidikan Islam mengkonsepsikan keluarga sebagai

    “sekolah pertama”.

    2) Pendidikan Sekolah

    Kedudukan sekolah pusat pendidikan memang jelas

    keberadaannya. Secara historis, lahirnya sekolah merupakan

  • 33

    perpanjangan peran orang tua dalam mendidik anak yang

    ditampilkan dalam sifat yang formal karena ditata secara

    sistematis, terencana dan dengan persyaratan yang ketat,

    sehingga sekolah dikenal sebgai lembaga pendidikan formal.

    3) Pendidikan di Rumah Ibadah

    Rumah-rumah ibadah selain berfumgsi sebagai pusat

    kegiatan beribadah, juga memilikifungsi-fungsi lain yang khas

    Islam, seperti pusat kegiatan budaya musim, pusat informasi,

    pusat organisasi kegiatan masyarakat, pusat pendidikan dan

    lain-lain. Berbagai kegiatan yang berdampak didik

    terselenggara ditempat ibadah. Khutbah, kuliah-kuliah atau

    ceramah-ceramah bhkan praktek-praktek ibadah serta

    musyawarah yang terselenggara di tempat ibadah melalui

    pelaksanaan serta pengorganisasian tertentu, merupakan

    kegiatan yang memilki potensi untuk mengubah dan

    mengrahkan jama‟ah (peserta didik) dalam cara berfikir,

    bersikap dan bertindak dari suatu keadaan kepada keadaan lain

    yang secara normatif menjadi lebih baik dan lebih sesuai

    dengan ajaran Islam.

  • 34

    4) Pendidikan di Lingkungan Msyarakat

    Bersama dengan keluarga, sekokah dan tenmpat ibadah,

    maka lingkungan masyarakat juga merupakan pusat

    pendidikan, karena langsung atau tidak, masyarajat sebgai

    lingkungan dan tempat peserta didik dibesarkan banyak

    memberikan pengaruh bagi perkembangan kepribadian peserta

    didik berbagai kegiatan yang dijumpai dalam masyarakat yang

    secara langsung dilihat, dirasakan dan dinikmati oleh manusia

    (peserta didik) dalam berbagai lapisan usia (Rohman, 2016:56-

    61).

    Jadi terdapat empat pusat pendidikan Islam yang dapat

    dijadikan tempat belajar atau memperoleh ilmu pengetahuan yang

    dapat diterapakan dalam kehidupan sehari-hari dalam menyikapi

    perbedaan yang ada di sekolah maupun lingkungan masyarakat.

    B. Kajian Pustaka

    Sebelum penelitian ini dilakukan, diskursus tentang sikap toleransi

    umat beragama telah dibahas, peneliti telah mencari beberapa kajian

    penelitian terdahulu sebagai tolak ukur dan kajian pustaka yang

    diantaranya sebagai berikut:

  • 35

    1. Penelitian yang dilakukan oleh Ika Fatmawati (2013:25) yang berjudul

    “Toleransi Antar Umat Beragama Masyarakat Perumahan”,

    menyimpulkan bahwa bentuk toleransi yang dilakukan oleh warga

    beragama Islam dan warga beragama Kristen Katolik maupun

    Protestan berupa toleransi agama dan toleransi sosial. Toleransi agama

    dilakukan ketika berhubungan dengan kegiatan-kegiatan masing-

    masing warga. Salah satunya ucapan selamat dan saling silaturahmi

    ketika salah satu umat beragama merayakan hari besar keagamaan.

    Sedangkan toleransi sosial diwujudkan ketika menyangkut

    kepentingan umum dan diluar kegiatan keagamaan misalnya melalui

    kegiatan kerjasama seperti kegiatan kerja bakti dan gotong royong.

    Faktor-faktor yang mempengaruhi toleransi antar umat beragama

    Islam dan umat beragama Protestan dari faktor pendorong yaitu

    dipegang teguhnya prinsip kerukunan, prinsip himat dan solidaritas

    yang tinggi antar warga, dan yang menjadi faktor penghambat antara

    lain adanya konflik yang berupa persaingan dan adanya rasa curiga

    terhadap umat beragama lain. Toleransi yang terjalin antar warga

    beragama Islam dan warga beragama Kristen Katolik maupun

    Protestan telah mendorong adanya interaksi sosial yang baik antar

    warga.

  • 36

    Persamaan dari penelitian Ika fatmawati dengan peneliti adalah

    terdapat pada toleransi antar umat beragama di lingkup masyarakat

    dalam bentuk toleransi agama dan toleransi sosial yang mana

    masyarajat memegang teguh prinsip kerukunan.

    Perbedaan dari penelitian Ika Fatmawati dengan peneliti adalah

    Ika Fatmawati meneliti tentang sikap toleransi yang telah diterapkan di

    masyarakat. Sedangkan dari peneliti sendiri membahas tentang

    penerapannya sikap toleransi dalam Pendidikan Islam nonformal yang

    di Desa.

    2. Penelitian yang dilakukan oleh Casram (2016:198) dosen fakultas

    Ushuludin UIN Sunan Gunung Djati Bandung yang berjudul “

    Membangun Sikap Toleransi Beragama dalam Masyarakat Plural”,

    menyimpulkan bahwa toleransi beragama tidak berarti bahwa

    seseorang yang telah mempunyai keyakinan kemudian berpindah atau

    mengubah keyakinannya untuk mengikuti dan berbaur dengan

    keyakinan atau peribadatan agama-agama lainnya (sinkretisme); tidak

    pula dimaksudkan untuk mengakui kebenaran semua agama /

    kepercayaan; melainkan bahwa ia tetap pada suatu keyakinan yang

    diyakini kebenarannya, serta memandang benar keyakinan orang lain,

    sehingga dalam dirinya terdapat kebenaran yang diyakininya sendiri

    menurut suara hatiya sendiri yang tidak diperoleh atas dasar pakasaan

  • 37

    orang lain atau diperoleh dari pemberian orang lain. Masyarakat

    multikultural terpola oleh keragaman budaya termasuk keragaman

    agama. Di dalam perjalanannya, agama-agama yang muncul dalam

    masyarakat multikultural kemudian dipahami oleh umatnya. Diantara

    mereka ada yang memahaminya secara rasional an sich dan ada pula

    yang memahaminya secara irrasional atau mistis. Dampak

    heterogenitas agama ini bisa memunculkan konflik diantara umat

    berbeda agama. Toleransi sangat dibutuhkan untuk menciptakan

    keseimbangan dan kohesi sosial dalam masyarakat multikultural.

    Persamaan penelitian Casram dengan peneliti adalah sama-

    sama membahas sikap toleransi yang ada di masyarakat yang mana

    dalam bersikap toleransi tidak bersifat sinkretis. Sehingga agama atau

    kepercayaan setiap pribadi msyarakat tidak ada paksaan dari orang

    lain.

    Perbedaan penelitian Casram dengan peneliti adalah casram

    lebih menjelaskan pemaparan tentang sikap toleransi di masyarakat

    yang lebih menjurus mengenai kepercayaan dari pribadi masyarakat

    sendiri. Sedangkan dari peneliti memaparkan tentang sikap toleransi

    yang telah diterapkan dalam ajaran pendidikan Islam.

  • 38

    3. Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Burhanuddin (2016:146)

    mahasiswa UIN Walisongo Semarang tahun 2016 yang berjudul “

    Toleransi Antar Umat Beragama dan Tri Dharma “, menyimpulkan

    bahwa toleransi yang ada di Karangturi ini, merupakan sesuatu yang

    sangat penting untuk menciptakan kerukunan, keharmonisan dalam

    sebuah kehidupan dimasyarakat dan menjaga keutuhan persatuan

    Negara ini yang terdiri dari bergbagai macam agama, etnis dan

    budaya. Toleransi antar umat beragama di Desa Karangturi ini sudah

    ada sejak permulaan Lasem yaitu berupa kesatuan dan persatuan

    dalam melawan penjajah. Bentuk-bentuk toleransi dapat dilihat dari

    adanya akulturasi budaya dan kegiatan-kegiatan yang ada di dalam

    masyarakat. Seperti adanya pos kampling yang berasitektur Tionghoa,

    persis berada di depan pondok pesantren, acara Laseman (Kirab

    Budaya), kerja bakti untuk membersihkan desa, saling menghormati

    terhadap berbeda keyakinan, saling tolong menolong, dan member

    bantuan untuk mensukseskan acara (Idul Fitri, Idul Adha, Muludan,

    Imlek, pernikahan, penyambutan tamu, dan kematian), merupakan

    bentuk dari adanya toleransi antar umat beragama Islam dan “Tri

    dharma”, yang bersifat dinamis aktif, dimana satu dengan yang lain

    yang berbeda keyakinan mampu untuk melakukan kerjasama untuk

    memikul beban bersama.

  • 39

    Persamaan penelitian Muhammad Burhanuddin dengan peneliti

    adalah sama-sama menjadikan toleransi sebagai alat kerukunan dan

    keharmonisan yang menjadikan persatuan.

    Perbedaan penelitian Muhammad Burhanuddin dengan peneliti

    adalah toleransi telah terjalin sejak zaman penjajahan yang dapat

    mengakulturasikan budaya yang sudah ada sejak zaman dahulu.

    Sedangkan dari peneliti sendiri memaparkan sikap toleransi yang

    diterapkan dalam bingkai pendidikan Islam.

  • 40

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Jenis Penelitian

    Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan, dengan pendekatan

    kualitatif. Pendekatan dalam penelitian kualitatif adalah fenomenologi artinya

    suatu penelitian dengan strategi inquiry yang menekankan pencarian makna,

    pengertian, konsep, karakteristik, gejala, simbol, maupun deskripsi tentang

    suatu fenomena , fokus dan multimetode, bersifat alami dan holistik,

    mengutamakan kualitas data, serta disajikan secara naratif. Secara sederhana

    penelitian kualitatif bertujuan menemukan jawaban terhadap suatu fenomena

    atau pertanyaan melalui aplikasi prosedur aplikasi prosedur ilmiah secara

    sistematis denggan menggunakan pendekatan kualitatif (Winarni 2018:146).

    B. Lokasi Peneltian dan Waktu Penelitian

    Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Desa Lopait Kecamatan Tuntang

    Kabupaten Semarang tahun 2020. Penelitian kualitatif ini dilaksanakan pada

    bulan Juli 2020.

    C. Sumber Data

    Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data

    primer dan skunder. Sumber data primer diperoleh melalui kegiatan langsung

    yaitu terjun ke lapangan. Sumber data primer diperoleh melalui wawancara

    dengan narasumber dan kegiatan observasi. Sedangkan sumber data diperoleh

  • 41

    melalui kajian pustaka, seperti referensi pada buku– buku, jurnal ilmiah, dan

    skripsi terdahulu termasuk sumber data sekunder.

    D. Prosedur Pengumpulan Data

    Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan metode

    wawancara, metode observasi, dan juga metode dokumentasi yang diperlukan

    untuk mendukung penelitian ini.

    1. Observasi

    Observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuan hanya

    dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai kenyataan yang

    diperoleh melalui observasi. Data itu dikimpulkan dengan bantuan

    berbagai alat yang sangat canggih sehinga benda-benda yang sangat kecil

    (proton dan elektron) maupun yang sangat jauh (benda ruang angkasa)

    dapat diobservasi sangat jelas (Winarni 2018:159). Observasi merupakan

    suatu cara dalam mengumpulkan data dengan mengadakan pengamatan

    terhadap kegiatan yang sedang berlangsung.

    Macam Teknik

    Pengumpulan Data

    Observasi

    Wawancara

    Dokumentasi

    Triangulasi /

    gabungan

  • 42

    Dalam penelitian ini, dilaksanakan observasi dengan tujuan untuk

    memperoleh data yang lebih akurat mengenai implemantasi toleransi

    umat beragama di Desa Lopait Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang.

    2. Wawancara

    Wawancara ialah tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih secara

    langsung atau percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu

    dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang

    mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang

    memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Maksud mengadakan

    wawancara seperti ditegaskan oleh Lincoln dan Guba (1988), antara lain:

    mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan, organisasi, perasaan,

    motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain-lain (Hardani, 2020:137)

    Dalam penelitian ini, peneliti melakukan wawancara atau tanya

    jawab dengan pertanyaan yang sudah dirancang kepada responden seperti

    data perangkat Desa, tokoh agama, dan masyarakat untuk memperoleh

    informasi dari narasumber yang terkait dengan implementasi sikap

    toleransi antar umat beragama di Desa Lopait Kecamatan Tuntang

    Kabupaten Semarang. Adapun narasumber yang akan diwawancarai

    adalah perangkat desa, tokoh agama, dan tokoh masyarakat.

  • 43

    3. Dokumentasi

    Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah terdahulu.

    Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental

    dari seseorang. Dokuumen yang berbentuk tulisan misalnya, catatan

    harian, sejarah kehidupan (life histories), ceritera, biografi, peraturan

    kebjakan. Dokumen yang berbentuk gambar misalnya foto , gambar

    hidup, sketsa dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk karya misalnya

    karya seni yang dapat berupa gambar, patung, film dan lain-lain. Studi

    dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan

    wawancara dalam penelitian kualitatif (Sugiyono, 2015:240).

    Dalam teknik pengumpulan data ini dapat diperoleh dari berbagai

    macam kegiatan keagamaan maupun kegiatan sosial yang ada di Desa

    Lopait.

    E. Analisis Data

    Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada saat pengumpulan

    data berlangsung dan setelah pengumpulan data dalam periode tertentu

    selesai. Pada saat wawancara, peneliti sudah melakuakan analisis terhadap

    jawaban yang diwawancarai. Miles and Huberman (1984) mengemukakan

    aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan

    berlangsung secara terus menerus sampai tuntas sehingga datanya sudah

    jenuh. Aktivitas dalam analisi data, yaitu reduction data, display data, dan

    conclusion drawing/verification.

  • 44

    1) Reduksi Data

    Data yang diperoleh dari lapangan jumlahya cukup banyak, untuk

    maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Seperti telah dikemukakan,

    semakin lama peneliti ke lapangan maka jumlah data akan semakin

    banyak, kompleks dan rumit. Untuk perlu segera dilakukan analisis data

    melalui reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal

    yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan

    polanya. Dengan demikian daa yang telah direduksi akan memberikan

    gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan

    pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan. Reduksi

    data dibantu dengan perlatan elektronik.

    Jadi mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok dan

    memfokuskan data sehingga kompatibel dengan tema.

    2) Penyajian Data

    Penyajian data bisa dilakukan dalambentuk uraian singkat, bagan,

    hubungan antar kategori, flowchart, dan sejenisnya. Yang paling sering

    digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kuakitatif adalah

    dengan teks yang bersifat naratif.

    Dengan mendisplay data, maka akan memudahkan untuk memahami

    apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang

    telah dipahami tersebut.

  • 45

    3) Penarikan Kesimpulan

    Langkah ke tiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan

    Huberman adalah penarikan kesimpulan. Kesimpulan awal yang

    dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak

    ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap

    pengumpulan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan

    kesimpulan yang kredibel (Sugiyono, 2015:247-252).

    F. Pengecekan Keabsahan Data

    Data yang sudah terkumpul dalam kegiatan peneliatan maka harus dicek

    validitasnya. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pengecekan

    keabsahan data dengan menggunakan teknik triangulasi. Menurut meloeng

    dalam (Pongtiku. 2016: 100) triangulasi adalah “teknik pemeriksaan

    keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu, untuk

    keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.” Pengertian

    lain triangulasi adalah pengujian kredibilitas dalam arti pengecekan data dari

    berbagai cara, sumber dan waktu (Winarni 2018: 183) .Teknik triangulasi

    yang digunakan adalah sebagai berikut:

    1. Triangulasi Sumber

    Menurut Winarni (2018: 184) triangulasi sumber data menguji

    kredibilitas data yang dilakukan dengan mengecek data yang diperoleh

    melalui beberapa sumber. Triangulasi sumber data merupakan

    membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.

  • 46

    Membandingkan data dari anggapan orang didepan umum dengan

    tanggapan orang secara pribadi. Hasil perbandingan tadi akan

    menemukan kesamaan pandangan dan pikiran pendapat, kemudian

    memantapkan lagi dengan menggali informasi dari sumber yang berbeda.

    2. Triangulasi Teknik

    Misalnya membandingkan data metode wawancara dengan metode

    lain seperti observasi, dokumentasi dan kuesioner. Apabila hasil data dari

    berbagai metode berbeda-beda maka diperlukan tinjauan ulang atau

    mengadakan diskusi bersama para sumber data untuk memastikan data

    yang dianggap benar.

  • 47

    BAB IV

    PAPARAN DAN ANALISIS DATA

    A. Paparan Data

    1. Gambaran Umum Desa Lopait

    a. Letak Geografis

    Desa Lopait secara geografis terletak diwilayah Kecamatan

    Tuntang, Kabupaten Semarang dengan dibatasi empat Desa di

    Kecamatan Tuntang Kabupaten semarang dengan batas-batas

    sebagai berikut: sebelah utara Desa Delik, sebelah timur Desa Watu

    Agung, sebelah selatan Desa Kesongo, dan sebelah barat Rawa

    Pening. Seacara administrative terdiri 4 Dusun yaitu, Dusun Lopait,

    Dusun Celengan, Dusun Gudang, Dusun Calombo, dengan 4 RW 32

    RT.

    Luas wilayah Desa Lopait secara keseluruhan 229,573,05 ha

    terdiri dari tanah perkarangan 11.270 m², tanah sawah 126.390 m²

    dan tanah tegalan 117.691 m², bengkok 165.800 m², kas Desa 89.511

    m².

    b. Kondisi Demografis

    Kondisi demografis berdasarkan jumlah penduduk menurut

    agama yaitu, agama Islam berjumlah 4949 orang َagama Kristen

    berjumlah 255 dan Katolik 29. Dengan banyak nya tempat ibadah

    yaitu, 5 Masjid, 19 Mushola dan 1 Gereja Kristen.

  • 48

    c. Kondisi Ekonomi

    Potensi unggulan dalam memacu perkembangan ekonomi

    berbekal pada potensi wilayah Desa Lopait yang berbasis pada

    sektor pertanian dan peternakan. Hal tersebut dapat dilihat dari

    aktifitas penduduk dalam kegiatan sehari-hari dalam mengolah lahan

    pertanian sampai dengan pemetikan hasil serta kegiatan peternakan,

    potensi tersebut adalah pohon pengasil buah-buahan duren, kelapa,

    salak, rambutan, lahan sawah penghasil padi, peternakan meliputi

    ternak kambing,ternak sapi.

    Sesuai dengan kondisi desa yang merupakan daerah agraris

    maka struktur ekonominya lebih dominan kepada sektor pertanian

    dan peternakan, di samping sektor-sektor lainnya baik berupa jasa

    industri, perkebuan, peternakan, pertukangan dan lain-lainnya.

    d. Kegiatan-Kegiatan Masyarakat Lopait

    Masyarakat Desa Lopait memiliki kegiatan-kegitan yang sudah

    menjadi agenda bersama. Kegiatan ini meliputi semua warga Lopait

    tanpa terkecuali. Menurut perangkat Desa bapak Suprayitno

    mengatakan bahwa kegiatan ini merupakan kegiatan kelompok

    hingga kegiatan bersama dengan tujuan untuk mempersatukan

    perbedaan menjadi satu dan saling membantu. Kegiatan-kegiatan

    masyarakat Desa Lopait ada yang sifatnya sosial dan keagamaan

    yakni sebagai berikut:

  • 49

    1) Kegiatan sosial

    Kegiatan sosial merupakan sebuah kegiatan yang sifatnya

    sosial atau kemasyarakatan. Kegiatan ini untuk menjalin

    hubungan atau interaksi sesama masyarakat tanpa ada sekat apa

    pun sehingga tidak saling membeda-bedakan. Kegiatan ini

    menjadi ajang untuk mempererat tali persaudaraan sehingga

    tercapainya tujuan bersama. Adapun contoh kegiatan ini adalah

    sebagai berikut:

    a) Kerja Bakti atau Gotong Royong

    Kegiatan kerja bakti atau gotong royang ini dilakukan, baik

    itu bentuk kelompok hingga seluruh masyarakat Lopait.

    Kegiatan ini masih sering dilakukan contohnya,

    pembersihan jalan, membangun tempat ibadah, membantu

    tetangga yang sedang mempunyai acara seperti pernikahan.

    b) Peringatan 17 Agustusan

    Peringatan 17 agustus atau memperingati hari kemerdekaan

    Indonesia merupakan kegiatan yang sering dilakukan

    disetiap tahunnya. Selain untuk memeriahkan hari

    kemerdekaan, kegiatan ini salah satu bentuk nasionalisme

    mengenang jasa para pahlawan dan selalu ingat dengan

    sejarah kemerdekaan Indonesia.

    c) Posyandu

  • 50

    Posyandu merupakan kegiatan rutin para masyarakat yang

    memiliki anak balita. Kegiatan ini dilakukan setiap hari

    selasa minggu kedua di rumah pak Kadus. Tujuan kegiatan

    ini untuk mengecek kesehatan anak dan masa

    pertumbuhannya.

    d) Merti Dusun

    Merti Dusun merupakan kegiatan tradisional atau kebiasaan

    masyarakat untuk meningkatkan rasa persaudaraan antar

    masyarakat yang telah menjadi budaya lokal dari nenek

    moyang yang diikuti semua warga di Desa Lopait. Kegiatan

    ini biasanya dilakukan setiap bulan safar. Merti Dusun ini

    menarik perhatian yang mana di akhir kegiatan ada

    penampilan kesenian wayang yang sudah menjadi budaya

    orang jawa, hal tersebut merupakan cara melestarikan

    kesenian orang Jawa agar tetap ada sampai kapanpun.

    2) Kegiatan keagamaan Islam

    a) Yasinan

    Yasinan merupakan kegiatan rutin setiap minggunya yang

    ikuti umat muslim dusun Deplongan. Kegiatan ini

    dilaksanakan setiap malem jum‟at bagi para laki-laki dan

    jum‟at siang setelah sholat jum‟atan untuk para perempuan

    atau ibu-ibu.

  • 51

    b) Pengajian Ibu-Ibu

    Pengajian ibu-ibu dilaksanakan seminggu sekali. Kegiatan

    ini berisi siraman rohani yang disampaikan oleh to koh

    agama Islam yang sangat berperan di lingkungan tersebut.

    c) TPA

    Pembelajaran Al Qur‟an ini di ikuti oleh anak-anak yang

    rata-rata masih menempuh pendidikan SD dan dilaksanakan

    setiap hari di waktu sore.

    3) Kegiatan Keagamaan Orang Non Muslim

    a) Penyampaian Al Kitab

    Penyampaian Al Kitab dilaksanakan seminggu sekalai

    setiap hari minggu yang diikuti semua warga non muslim

    yang menjadi suatu ibadah wajib bagi mereka yang

    diselenggarakan di waktu sore hari.

    b) Beston (Ibadah Do‟a Malam)

    Beston adalah kegiatan iabadah orang non muslim yang

    disebut praktik sembahyang dan dilakukan pada jam-jam

    tertentu dengan tata cara tertentu yang diikuti oleh kaum

    muda.

    c) Sekolah Minggu

    Sekolah minggu merupakan kegiatan ibadah anak-anak

    khususnya yang diadakan pada hari minggu yang mana

  • 52

    dalam sekolah tersebut diajarkan tentang kisah-kisah

    alkitab yan dilaksanakan pada waktu pagi hari.

    2. Sikap Toleransi Umat Beragama di Desa Lopait

    Sikap toleransi umat beragama merupakan perilaku dimana

    seseorang atau kelompok orang yang menghargai perbedaan dalam

    kepercayaan agama yang dianut setiap individu. Suatu kepercayaan

    tersebut tidak ada paksaan dari orang lain. Karena setiap agama adalah

    mengajarkan kebaikan, sehingga sikap toleransi sangat penting

    dimiliki oleh setiap diri manusia untuk menghadapi perbedaan di

    kehidupan bermasyarakat agar mencapai kehidupan yang harmonis.

    Toleransi beragama merupakan sikap saling meghormati dan

    menghargai penganut agama lain. Sikap toleransi beragama

    diantaranya tidak memaksa orang lain untuk menganut agama yang

    kita anut, tidak melarang penganut agama lain untuk beribadah sesuai

    dengan keyakinan dan ajaran agama mereka, tidak menghina ajaran

    agama lain (Meiza, 2018:47).

    Menurut saudari Delvi selaku salah satu warga non Muslim

    menyatakan bahwa sikap toleransi umat beragama sebagai berikut:

    “kalau berbicara tentang sikap kita ketika berdampingan

    dengan orang yang beda agama, tetangga sekeliling kami beda

    agama tapi bersyukur nya kami bisa bersosialisasi dengan baik

  • 53

    dan jangan sampai agama itu kita jadikan suatu pembeda,

    sesuatu yang tidak bisa berinteraksi dengan orang yang

    tentunya berbeda agama dengan kita. Jadi intinya interaksi itu

    penting sosialisasi itu penting, karena kami memerlukan

    mereka. Kami disini juga ikut merayakan hari raya nya mereka,

    mengehargai ketika mereka melakukan ibadah atau ada

    kegiatan-kegiatan keagamaan biasanya kami dilibatkan untuk

    membantu. Toleransi itu penting sekali buat kita apalagi yang

    beda agama itu terus ada perpecahan jadi toleransi itu

    menolong kita untuk tetap satu walaupun beda agama.”

    (Wawancara dengan saudari Delvi pada Tanggal 2 Juli 2020

    Pukul 17:20).

    Menurut bapak Solikin selaku warga Islam juga menyatakan

    bahwa sikap toleransi umat beragama sebagai berikut:

    “kalo orang desa biasanya yang namanya tetangga ya pastilah

    saling menjaga hubungan dengan baik, baik dari segi saling

    tolong menolong bantu membantu dalam hal masalah

    pekerjaan masalah apapunlah akan brsatu masalah peribadatan

    kami. Ya seperti contoh di dusun Celengan biasanya kami

    warga dusun itu untuk setiap peribadatan saling menjaga baik

    dari warga nasrani apabila sedang sholat kaum muslim mereka

    juga akan mengingatkan. Terus seperti juga warga muslim

    kadang juga saling menjaga dalam hubungan toleransi

    beragama. Gambaran toleransi yang sudah kami lakukan

    biasanya adat-istiadat yang ada di dusun Celengan kalo ada

    perayaan hari besar agama warga nasrani atau non muslim

    biasanya warga muslim itu dapat undangan ikut perayaan dan

    itupun tidak terkecuali semua warga diundang waktu itu,

    namun berjalannya waktu karena ada tokoh-tokoh agama yang

    kurang berkenan untuk acara Natal diundang semua warga

    muslim tanpa terkecuali, terus kami bermusyawarah dengan

    tokoh-tokoh agama nasrani dan warga muslim. Bapak ustad

    terutama, dari tokoh nasarani juga, waktu itu bermusyawarah

    tentang acara Natal yang diundang hanya tokoh msayarakat

    seperti RT, RW dan Kadus. Warga kami sangat luar biasa

    sudah dari nenek moyang dari warga nasrani warga muslim

    kalau misalkan pas hari raya Idul Fitri juga warga nsarani ikut

    bersilaturahmi kerumah-rumah. Terutama baik dari segi agama

    mereka tidak pandang bulu nah itu sikap toleransi dari warga

  • 54

    kami. Siapapun yang membutuhkan bantuan itu juga tidak

    pandang bulu apakah itu agama nasrani atau muslim kami

    sepakat tanapa terkecuali” (Wawancara dengan Bapak Solikin

    pada Tanggal 2 Juli 2020 Pukul 16:30).

    Selain itu, menurut bapak Sutono selaku tokoh agama juga

    menyatakan bahwa sikap toleransi umat beragama sebagai berikut:

    “Nggeh biasa kerukunan biasa, disinikan kebetulan

    kebanyakan non Islamnya lumayan banyak lho ini, ada gereja

    ada TK Kristen itu untuk sikap kita untuk keduniaan biasa.

    Dalam arti gini kerjasama gotong royong itu kita jalin

    kerukunan tapi masalah ibada ya lakumdinukum waliyadin,

    monggo di Gereja ytang non Islam yang Islam ya kita ibadah

    di Masjid, saling menghormat, saling toleransi, jangan salaing

    mengganggu pokoknya saling menghargai dan kebetulan disini

    memnag untuk kerukunannya paling nomer satu sampai-

    sampai kerukunannya nomer ssatu. Gampangnya Masjid

    bangun orang-orang Kristen pun membantu, Gereja

    membangun orang-orang Muslim juga membantu saking

    rukunnya. Aling menghargai saling menghormati antar umat

    beragama jadi disini dulu memnag ada agama itu ada tiga,

    Islam, Kristen dan Budha. Ya kita saling menghargailah

    pokoknya kita saling menjaga, menghormati keyakinan mereka

    tidak mengejek tidak menghina walaupun kadang0kadang

    mereka menghina kita. Tapi kita tidak apa-apa tapi jangan

    sampai umat Islam menghina mereka. Biar kerukunan terjaga.

    Ya kalo disini bahwa disini tuh untuk toleransinya sangat

    bagus, tapi tergantung yang di depannya (tokoh agama) seperti

    di Celengan yang sebelah utara itu ketika tokoh yang ada di

    depan ini sangat ekstrim sehingga untuk tolerannya kurang

    bagus juga. Dan dimasing-masing wilayah sini ada tokoh nya.

    Ada salah satu tokoh agama yang Islamnya lumayan ekstrim

    jadi ketika dengan non Islam ini agak kadang-kadang kurang

    toleransi sehingga kadang-kadang tidak bisa diterima oleh

    orang Islam sendiri kurang mendapat dukungan dari orang

    Islam sendiri kerena sikapnya yang terlalu fanatik. Begitu juga

    dari orang yang non Muslim ada sebagian orang fanatik

    terhadap agamanya (Wawancara dengan Bapak Sutono pada

    Tanggal 3 Juli 2020 Pukul 10:15).

  • 55

    3. Implementasi Sikap Toleransi Dalam Pendidikan Islam

    Dalam penelitian ini, peneliti menulis konsep toleransi umat

    beragama di Desa Lopait dan sikap toleransi yang ada dan dilakukan

    oleh masyarakat Desa Lopait dengan indikator sikap toleransi sebagai

    berikut:

    a. Menghormati agama orang lain

    Menghormati menghargai agama orang lain merupakan

    salah satu perwujudan untuk menumbuhkan sikap toleransi bahwa

    dalam kehidupan bermasyarakat menghormati agama orang lain

    sangat penting karena kita sebagai makhluk sosial yang tidak dapat

    hidup sendiri saling bergantungan satu sama lain.

    Islam sebagai sebuah agama yang mengajarkan kepada umat

    manusia untuk selalu menghormati serta toleransi terhadap sesama

    dan menjaga kesucian serta kebenaran ajaran Islam. Dengan ini

    fakta telah membuktikan b ahwa Islam merupakan agama yang

    mengajarkan hidup toeleransi terhadap sesama agama. Islam

    mengajarkan kepada umatnya tentang pentingnya memelihara

    persatuan dan kerukunan, baik intern maupun ekstren umat

    beragama. Islam juga mengajarkan kepada umatnya untuk sealalu

    toleransi sesama umat beragama, serta saling mencintai dan

    menyayangi anatar sesame pemeluk agama. Seanjutnya Islam juga

  • 56

    menanamkan nilai-nilai kesabaran dan kebebasan pendapat (Abu,

    2015:125).

    Menurut bapak Sutono selaku tokoh agama juga menyatakan

    bahwa menghargai agama orang lain adalah sebagai berikut:

    “Karena dari ajaran agama sendiri, di ajaran Islam kan

    diajarkan toleransi sedangkan Nabi sendiri kan dengan non

    Islam juga mengajarkan toleransi (Wawancara dengan Bapak

    Sutono pada Tanggal 3 Juli 2020 Pukul 10:15).

    Menurut bapak Solikin selaku warga Muslim juga

    menyatakan bahwa menghargai agama orang lain adalah

    sebagai berikut:

    “Biasanya warga dusun itu setiap ada kegiatan peribadatan

    saling menjaga saling mengingatkan seperti warga muslim

    saling menjaga toleransi umat Bergama” (Wawancara dengan

    Bapak Solikin pada Tanggal 2 Juli 2020 Pukul 16:30).

    Hal ini memandakan bahwa implementasi sikap toleransi umat

    beragama di Desa lopait sudah sangat baik dan saling

    membutuhkan.

    b. Menerima Perbedaan

    Toleransi beragama mengajarkan kesadaran menerima

    perbedaan, antar umat beragama bisa saling bahu membahu dalam

    menciptakan perdamaian yang merupakan cita-cita dari semua

    umat manusia. Masyarakat dan Negara juga bisa saling

  • 57

    mendukung tercapainya kehidupan yang harmoni melalui toleransi

    beragama.

    Menurut bapak Solikin selaku warga Muslim juga

    menyatakan bahwa menerima perbedaan agama orang lain adalah

    sebagai berikut

    “untuk rasa persaudaraan kekeluargaan kebersamaan yang

    semakin erat dan keharmonisan dalam masyarakat. Bentuk

    toleransi yang sudah berjalan yang kami lakukan mungkin ada

    peringatan kirim doa untuk sodara atau kerabat yang sudah

    meninggal tanpa membedakan agama jadi ada dari yang warga

    non muslim bukan hanya muslim saja. Namu misalkan dari

    warga muslim yang dipimpin doa seperti tahlil warga nasrani

    juga hormat mengikuti dnegan berdoa menurut keyakinan

    masing-masing, seblaikanya jika adawarga nsarni ada kegiatan

    kirim doa untuk sanak sodara yang sudah meninggal begitu

    juga warga muslim juga ikut dalam acara tersebut dengan

    berdoa menurut keprcayaan masing-masing. Jadi di nasarani

    juga ada peringatan 7 hari sampai seribu hari mengenanng

    kematian saudaranya” (Wawancara dengan Bapak Solikin pada

    Tanggal 2 Juli 2020 Pukul 16:30).

    Menurut saudari Delvi selaku salah satu warga non Muslim

    menyatakan bahwa menerima perbedaan umat beragama sebagai

    berikut:

    “Toleransi itu wajib penting sekali untuk kita apalagi untuk

    kita yang beda agama. Jangan sampai karna berbeda agama

    terus kita jadikan perpecahan. Jadi, toleransi itu menolong kita

    untuk tetap satu” (Wawancara dengan saudari Delvi pada

    Tanggal 2 Juli 2020 Pukul 17:20).

    Menurut saudari Sutono tokoh agama Muslim menyatakan

    bahwa menerima perbedaan umat beragama sebagai berikut:

  • 58

    “saling menghargai saling menghormati antar umat beragama

    jadi disini dulu memang ada agama itu ada tiga, Islam, Kristen

    dan Budha. Ya kita saling menghargailah pokoknya kita saling

    menjaga, menghormati keyakinan mereka tidak mengejek tidak

    menghina walaupun kadang-kadang mereka menghina kita.

    Tapi kita tidak apa-apa tapi jangan sampai umat Islam

    menghina mereka. Biar kerukunan terjaga” (Wawancara

    dengan Bapak Sutono pada Tanggal 3 Juli 2020 Pukul 10:15).

    Menerima perbedaan merupakan sikap tanpa ada upaya yang

    dilakukan. Salah satu upaya dari tokoh masyarakat yang

    dilakukan agar warga dapat menerima perbedaan adalah

    memberikan pemahaman kepada masyarakat dengan interaksi

    yang baik untuk mempererat persaudaraan. Maka pelaksanaan

    implemantasi sikap toleransi umat beragama di Desa Lopait

    dalam hal ini warga dapat menerima perbedaan dengan baik.

    c. Saling membantu antar warga dan tidak saling mebeda-bedakan

    Sebagai makhluk sosial yang selalu membutuhakan atau

    bergantung kepada orang lain. Dalam penerapan sikap toleransi

    kita tidak boleh membeda-bedakan, apakah orang yang kita bantu

    sama dengan agama yang kita anut. Akan tetapi dala hal

    pertolonagan dan bantu-menbantu kitta tidak memamndang latar

    belakang agamanya apa, karena kita sama-sama makhluk ciptaan

    Tuhan.

  • 59

    Menurut Bapak Suprayitno selaku perangkat Desa

    menyatakan bahwa saling membantu tanpa membedakan latar

    belakang agamanya, s