sikap toleransi umat beragama dan …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id › 9893 › 2 › siti...
TRANSCRIPT
-
i
SIKAP TOLERANSI UMAT BERAGAMA DAN
IMPLEMENTASINYA DALAM PENDIDIKAN ISLAM DI DESA
LOPAIT KECAMATAN TUNTANG KABUPATEN SEMARANG
TAHUN 2020
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S. Pd)
Disusun Oleh:
Siti Fatjriyah
NIM. 23010160175
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
TAHUN 2020
-
ii
-
iii
SIKAP TOLERANSI UMAT BERAGAMA DAN
IMPLEMENTASINYA DALAM PENDIDIKAN ISLAM DI DESA
LOPAIT KECAMATAN TUNTANG KABUPATEN SEMARANG
TAHUN 2020
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S. Pd)
Disusun Oleh:
Siti Fatjriyah
NIM. 23010160175
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
TAHUN 2020
-
iv
-
v
-
vi
-
vii
MOTTO
“Untukmu agamamu dan untukku agamaku”
(Q.S Al-kafirun (109) : 6)
-
viii
PERSEMBAHAN
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat serta karunia-Nya, skripsi ini
penulis persembahkan kepada:
1. Keluargaku, terutama kepada orang tua tercinta Bapak Suyadi dan Ibu Saniah
yang selalu mendoakan, mendukung, memberi kasih sayangnya yang tak
terhingga serta menemani dalam proses penulisan dan yang telah membiayaiku,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar.
2. Kakakku (Melani, Indah Arum Sari, dan Muhammad Fikri) tersayang yang
selalu memberikan semangat, mudah-mudahan diberi umur panjang.
3. Sahabatku Nur Indri Ramadhani yang selalu memberikan semangat.
4. Sahabatku Indah Mafazati Naillia dan Rokhimah yang selalu terlibat membantu
proses penyelesaian skripsi saya.
-
ix
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim,
Puji syukur pada Illahi Rabbi atas segala rahmat, Inayahnya serta
Hidayah-Nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada baginda Nabi
Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan Syafaatnya di Yaumul Qiyamah
nanti, amin amin ya Rabbal alamin.
Penyusunan skripsi yang berjudul “Sikap Toleransi Umat Beragama dan
Implementasinya Dalam Pendidikan Islam di Desa Lopait Kecamatan Tuntang
Kabupaten Semarang Tahun 2020” tidak lepas dari bantuan berbagai pihak baik
dalam wujud material maupun immaterial. Oleh karena itu pada kesempatan
kali ini dengan menyampaikan terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Zakiyyudin Baidhawy, M.Ag. selaku Rektor IAIN
Salatiga
2. Bapak Prof. Dr. KH. Mansur, M.Ag. Selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan
Ilmu Keguruan.
3. Ibu Dra. Siti Asdiqoh, M.Si. Selaku Ketua Kaprodi Studi Pendidikan
Agama IslamBapak Mufiq, S.Ag, M.Phil. Selaku dosen pembimbing
skripsi yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan koreksi selama
penyusunan skripsi ini.
-
x
4. Keluargaku terutama Bapak dan Ibu, kakakku yang selalu memberikan
dukungan, kasih sayang, serta yang senantiasa berkorban dan berdo‟a
demi tercapainnya cita-cita.
5. Sahabatku yang selalu memberikan semangat serta motivasi ketika penulis
mulai lelah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
6. Teman-teman PPL dan KKN yang telah mendukung dan mendoakan
kelancaran penulisan skripsi ini.
7. Teman-teman seperjuangan angkatan 2016 khususnya jurusan PAI. Dan
semua pihak yang tidak bisa syaa sebutkan satu persatu yang telah
membanyu dalam penulisan skripsi ini.
Kepada mereka semua penyusun tidak dapat memberikan balasan
apapun kecuali uraian kata terimakasih yang tiada terkira dengan diiringi
do‟a semoga Allah SWT membalas kebaikan mereka semua.
Akhirnya hanya kepada Allah SWT penulis berharap semoga
skripsi ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan pembaca pada
umumnya.
Salatiga, 29 Juli 2020
Penulis
Siti Fatjriyah
23010160175
-
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
HALAMAN BERLOGO .................................................................................... ii
HALAMAN SAMPUL DALAM ........................................................................ iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN ................................................... v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ....................................................... vi
HALAMAN MOTTO ......................................................................................... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN.......................................................................... viii
HALAMAN KATA PENGANTAR ................................................................... ix
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xi
ABSTRAK ........................................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .......................................... 1
B. Fokus Penelitian ...................................................... 6
C. Tujuan penelitian ..................................................... 6
D. Manfaat penelitian ................................................... 6
E. Definisi operasional ................................................. 7
F. Sistematika penulisan .............................................. 10
-
xii
BAB II LANDASAN TEORI
A. Landasan Teori
1. Sikap Toleransi ………………………………………....13
2. Umat Beragama
a. Pengertian Umat ……………………………………19
b. Pengertian Agama …………………………………. 21
3. Pendidikan Islam
a. Definis Pendidikan Islam ………………………….. 24
b. Tujuan Pendidikan Agama Islam ………………….. 26
c. Fungsi Pendidikan Islam …………………………... 30
d. Pusat Pendidikan Islam ……………………………. 32
B. Kajian Pustaka ……………………………………………... 34
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ........................................................................ 40
B. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................. 40
C. Sumber Data ............................................................................ 40
D. Prosedur Pengumpulan Data ................................................... 41
E. Analisis Data ........................................................................... 43
F. Pengecekan Keabsahan Data................................................... 45
BAB IV PAPARAN DATA DAN ANALISIS DATA
A. Paparan Data
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ................................... 47
2. Sikap Toleransi Umat Beragama di Desa Lopait................ 52
3. Implementasi Sikap Toleransi Dalam Pendidikan Islam .... 55
B. Analisis Data
1. Sikap Toleransi Umat Beraga di Desa Lopait .................... 62
-
xiii
2. Implementasi Sikap Toleransi Dalam Pendidikan Islam .... 64
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................. 66
B. Saran ........................................................................................ 67
DARTAR PUSTAKA.......................................................................................... 69
LAMPIRAN – LAMPIRAN
-
xiv
ABSTRAK
Fatjriyah, Siti. 2020. Sikap toleransi Umat Bergama dan Implementasinya Dalam
pendidikan Islam di Desa Lopait Kecamatan Tuntang Kabupaten Senarang.
Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama
Islam. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing: Mufiq,
S.Ag, M.Phil.
Kata kunci: Sikap toleransi, implementasi, pendidikan Islam.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Sikap Toleransi Umat Beragama dan
Implementasinya Dalam Pendidikan Islam di Desa Lopait Kecamatan Tuntang
Kabupoaten Semarang.
Pertanyaan yang ingin dijawab dari penelitian ini adalah: Bagaimana sikap
toleransi umat beragama di Desa Lopait Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang,
Bagaimana implementasi sikap toleransi dalam Pendidikan Islam di Desa Lopait
Kecamtan Tuntang Kabupaten Semarang.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, informan penelitian ini
adalah warga, tokoh agama dan perangkat desa. Penelitian ini menggunakan teknik
pengumpulan data melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. Teknik analisis
data yang digunakan dengan reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Hasil dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Sikap toleransi umat
beragama di Desa Lopait sudah sangat baik dalam perihal tentang toleransi umat
beragama sebab telah menerapkan toleransi umat beragama sesuai dengan
keyakinannya masing-masing. 2) Implementasi sikap toleransi dalam pendidikan
Islam di desa lopait Umat Islam di desa Lopait telah menerapkan ajarannya yakni
menerapkan surat Al Kafirun, masyarakat tidak ada pembedaan dalam aspek sosial
dan tetap saling menjaga dalam hal ibadah. Masyarakat dapat menempatkan diri,
kapan harus menggunakan jubah agamanya dan kapan untuk meletakkan sejenak
seragamnya dan memantepkan hati mereka yang bergerak dalam sosial. Jadi dalam
toleransi masyarakat Desa Lopait sudah melaksanakan toleransi yang bersifat sosial
dan akidah.
-
1
BAB I
PEMDAHULUAN
A. LatarBelakang
Hubungan masyarakat yang harmonis dan humanis merupakan
dambaan setiap komunitas dan golongan dari agama manapun. Salah satu
nilai universal yang dapat mewujudkan hal itu adalah sikap toleransi, terlebih
di Negara Indonesia yang multikultural. Para pendiri bangsa Indonesia paham
akan pentingnya hal tersebut, sehingga ditetapkan Pancasila sebagai dasar
ideologi Negara Indonesia yang dibangun atas dasar toleransi yang dapat
mengayomi berbagai kalangan, komunitas, budaya, ras dan agama yang ada.
Toleransi antar umat beragama sangat diperlukan dalam menjaga
keharmonisan dalam kehidupan bermasyarakat yang terdiri dari latar belakang
agama yang berbeda. Tanpa toleransi tidak mungkin ada kehidupan bersama.
Demi menciptakan keharmonisan anatar warga yang menjunjung tinggi nilai-
nilai toleransi (Fatmawati, 2013:17).
Toleransi merupakan bentuk akomodasi dalam ineteraksi sosial.
Manusia beragama secara sosial tidak bisa menafikan bahwa mereka harus
bergaul bukan hanya dengan kelompoknya sendiri, tetapi juga dengan
kelompok berbeda agama. Umat beragama mesti berupaya memunculkan
toleransi untuk menjaga kestabilan sosial sehingga tidak terjadi benturan-
-
2
benturan ideologi dan fisik di antara umat berbeda agama (Casram,
2016:188).
Kesadaran agama membangkitkan tentang pentingnya memilki agama.
Setiap masing-masing agama tentunya mengajarkan tentang kebaikan,
kebenaran dan kedamaian. Oleh karena itu sebagai orang yang beragama,
tidaklah pantas berbicara tentang kedamaian tanpa berusaha untuk hidup
damai dengan pemeluk agama lain. Usaha untuk membangun jembatan
komunikasi antar agama harusnya tidak mengenal kata putus asa, walau
banyak hambatan yang dilalui kedepannya. Agama kata Samuel seperti dua
pisau. Satu sisi dapat mempererat solidaritas, di sisi lain dapat menimbulkan
konflik sosial (Soemanto, 2008:13).
Agama menganjurkan agar melakukan kebaikan, baik kepada diri
sendiri atau orang lain, bertindak adil, jujur, bermoral dalam segala aspek
kehidupan (Ainul, 2007:40). Jadi agama sebaiknya digunakan untuk
mempererat tali silaturahmi antar pemeluk agama atau budaya yang berbeda
agar dapat menciptakan suatu keindahan dan menjadi identitas bangsa.
Toleransi mengajarkan hendaknya kita mempunyai sifat-sifat lapang
dada, berjiwa besar, luas pemahaman, pandai menahan diri, tidak
memaksakan kehendak sendiri kepada orang lain. Semuanya itu dalam rangka
menciptakan ketentraman hidup antar umat beragama dalam masyarakat.
Dengan demikian adanya perbedaan, seperti agama dan keyakinan tidak boleh
menjadi sebab untuk mengadakan garis pemisah dalam hidup bermasyarakat.
-
3
Kerukunan atau internal umat beragama di Indonesia sangat penting
karena agama bagi masyarakat Indonesia adalah sistem acuan nilai yang
menjadi dasar dalam bersikap dan bertindak bagi para pemeluknya. Oleh
karena itu, agama dapat menjadi perekat kedaimaian, tetapi agama juga dapat
menimbulkan ketegangan dan kekerasan sosial. Masyarakat Indonesia pada
umumnya masih tetap menghargai sesama manusia, persatuan, dan santun.
Karena itu setiap umat beragama harus tetap waspada meningkatkan kualitas
kerukunan keagamaan yang lebih baik dimasa yang akan datang dan agar
kondisi persatuan dan kesatuan bangsa tetap terjaga secara baik (Syarif,
2019:10).
Al-Qur‟an adalah pesan Tuhan yang memuat mutiara toleransi untuk
disebarkan di antara sesama makhluk Tuhan. Betapa agungNya Tuhan, karena
toleransi dan kedamaian merupakan spirit yang paling mengemuka di dalam
Al-Qur‟an. Terdapat lebih dari 300 ayat yang secara eksplisit mengajak umat
Islam agar toleran terhadap umat agama lain. Jalan menuju toleransi dalam
Al-Qur‟an adalah jalan tertata rapi, bersumber dari Tuhan untuk tata sosial
yang damai.
Dalam toleransi setidaknya ada dua hal penting yang perlu
diperhatikan. Pertama, mengakui perbedaan dan keragaman. Al-Qur‟an
banyak menjelaskan tentang hal tersebut secara terang benderang. Tuhan
menciptakan manusia kedalam dua ragam jenis kelamin, laki-laki dan
-
4
perempuan, berbangsa-bangsa dan berpuak-puak dalam firman Allah (Q.S. Al
Hujurat [49],13):
اُ ََ قَجَب ئَِو ىِتََعَسفُُا اِنَّ ٌَبَ ٌٍَُّب اىىَّب ُس اِوَّب َخيَْقىَُنْم ِمْه َذَمٍس ََّ َجَعْيىَُنْم ُشُعُ ثًب ََ ْوثَى
ٌٍْس ) ٌٍْم َخجِ (۳۱اَْمَسَمُنْم ِعْىَد هللاِ اَْتقَُنْم اِنَّ هللاَ َعْي
“ wahai manusia ! sungguh, Kami telah mencipkan kamu dari seorang
laki-laki dan seorang perempuan, kemudia Kami jadikan kamu
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal.
Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang
yang paling bertakwa. Sungguh Allah Maha Mengetahui, maha
Teliti”.
Dari sini saja kita dapat memahami bahwa sejak awal penciptaan
manusia, Tuhan telah menjadikan karakter yang paling menonjol bagi
manusia. Fenomena Negara-bangsa dan multikulturalisme telah menjadi
perhatian al-Qur‟an. Tuhan menegaskan realitas sosial yang akan terjadi bagi
umat Islam di umat agama-agama lain di kemudian hari (Zuhairi, 2017: 9-10).
Desa Lopait adalah Desa yang berada di Kecamatan Tuntang
Kabupaten Semarang. Terdapat empat Dusun di Desa Lopait yaitu, Dusun
Lopait, Dusun Celengan, Dusun Gudang, dan Dusun Calombo. Di Desa
Lopait ada beberapa agama yang berkembang yaitu agama Islam dan Kristen
yang dianut masyarakat. Meskipun masyarakat Desa Lopait menganut agama
yang berbeda, namun dalam kehidupan sehari-hari mereka dapat menjaga
kerukunan satu sama lain.
-
5
Mengenai realita masyarakat yang majenuk ini penulis ingin
memberikan gambaran tentang toleransi umat beragama di Desa Lopait
Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang dalam menerapkan sikap toleransi
antar umat beragama. Kehidupan kemajemukan bisa memberikan kedamaian
dan kerukunan antar masyarakat apabila disikapi dengan baik. Masyarakat
Desa Lopait juga memiliki latar belakang yang berbeda-beda, terutama
perbedaan agama. Masyarakat Desa Lopait memiliki kesibukan atau
pekerjaan yang berlainan. Rata-rata masyarakat Desa Lopait bekerja sebagai
petani dan pedagang. Dengan agama dan tingkatan sosial yang berbeda-beda,
tidak menjadi alasan untuk bertoleransi dan berinteraksi antar masyarakat. Hal
menariknya dari Desa Lopait selain perbedaan agama yang menonjol.
Dari pengamatan sementara peneliti, masyarakat Lopait memegang
erat tali persaudaraan dalam bingkai perbedaan agama yang dianut. Dalam
kegiatan masyarakat antara pemeluk agama yang satu dan lainnya tetap
membangun kebersamaan menjadi satu kelompok, tanpa membeda-bedakan
agama yang dianut. Dalam melaksanakan ibadah antar pemeluk agama,
masyarakat Desa Lopait menjunjung tinggi sikap toleransi.
Hal itu tidak lepas dengan adanya sikap toleransi yang berkembang di
Desa Lopait dalam hal perbedaan antar agama yang dianut masyarakatnya.
Sikap toleransi yang ada di Desa Lopait diharapkan dapat menjadi contoh
-
6
benteng agar masyarakat mampu menghadapi konflik yang terjadi sebagai
akibat dari masyarakat Indonesia yang majemuk.
Dari latar belakang inilah yang mendorong penulis untuk melakukan
penelitian seacara mendalam yang dituangkan dalam karya ilmiah skripsi
dengan judul:
“Sikap Toleransi Umat Beragama Dan Implementasinya Dalam Pendidikan
Islam di Desa Lopait Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang.”
B. Fokus Penelitian
1. Bagaimana sikap toleransi umat beragama di Desa Lopait ?
2. Bagaimana implementasi sikap toleransi dalam pendidikan Islam di Desa
Lopait ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui sikap toleransi umat beragama di Desa Lopait.
b. Untuk mengatahui implementasi sikap toleransi dalam pendidikan
Islam di Desa Lopait.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Skripsi ini menerangkan tentang sikap toleransi umat beragama dalam
pendidikan Islam, sebagai bahan pengembangan materi toleransi
dalam kurikulum Pendidikan Islam
-
7
b. Memberikan khasanah keilmuan khususnya dunia pendidikan islam.
2. Manfaat praktis
a. Negara
1) Memberikan bahan informasi dan kontribusi untuk digunakan
dalam pengembangan penelitian dibidang pendidikan Nasional
maupun pendidikan Islam di Indonesia.
2) Memberikan informasi bagi daerah lain untuk menjadi acuan
dalam menciptakan dan mengembangkan sikap toleransi umat
beragama.
b. Masyarakat
1) Penelitian sikap toleransi umat beragama dan implementasinya
dalam pedidikan Islam, dapat memberikan informasi dan koreksi
kepada para tokoh msyarakat dan warga Desa Lopait Kecamatan
Tuntang Kabupaten Semarang.
2) Menjadi masukan atau saran sehingga dapat dijadikan acuan
dalam rangka menciptakan dan menjaga masyarakat yang rukun
damai.
E. Definisi Operasional
1. Indikator Sikap Toleransi
Sikap menentukan perilaku seseorang dalam hubungannya dengan
stimulus manusia atau kejadian-kejadian tertentu. Sikap merupakan suatu
keadaan yang memungkinkan timbulnya suatu perbuatan atau tingkah
-
8
laku. Sikap seseorang pada suatu objek, merupakan manifestasi komponen
sikap yang meliuti 3 komponen yaitu kognitif, afektif an koanatif. Ketiga
komponen ini saling berinteraksi untuk memahami, merasakan dan
berperilaku terhadap objek sikap (Darwis, 2016:41-42).
Toleransi adalah membiarkan orang lain berpendapat lain, melakukan
hal yang tidak sependapat tanpa diganggu ataupun intimidasi. Istilah
dalam konteks sosial, budaya dan agama yang sikap dan perbuatan yang
melarang adanya diskriminasi terhadap kelompok-kelompok yang berbeda
atau tidak dapat diterima oleh mayoritas dalam suatu masyarakat. Dalam
toleransi beragama, penganut mayoritas dalam suatu masyarakat
menghormati keberadaan agama atau kepercayaan lainnya yang berbeda.
Dalam toleransi berbudaya setiap orang harus menghargai cara
masyarakat setempat melakukan suatu hal dengan cara mengikuti aturan
yang sudah menjadi budaya di daerah tersebut.
Dalam jurnal Priastindani (2017), indikator toleransi menurut
Stevenson dalam Yaumi (2014: 92) mengemukakan bahwa, Kriteria yang
digunakan untuk mengukur dan menilai sikap toleran, seperti terbuka
dalam emmperlajari tentang keyakinan dan pandangan orang lain,
menunjukkan sikap positif untuk menerima sesuatu yang baru,
mengakomodasi adanya keberagaman suku, ras, agama, budaya,
berpartisipasi dalam berbagai kegaitan dan mendengarkan pandangan
-
9
orang lain dengan penuh hormat, dan menunjukkan keinginan kuat untuk
mempelajari sesuatu dari orang lain (Priastindani, 2017:10).
Indikator sikap toleransi yang disesauikan dalam kehidupan
bermasyarakat adalah sebagai berikut:
1. Menghormati agama orang lain
2. Menerima perbedaan
3. Saling membantu antar warga tanpa membeda-bedakan
4. Manusia sebagai makhluk sosial
5. Menjunjung nilai persatuan
Jadi, dapat disimpulkan bahwa sikap toleransi adalah tindakan yang
menimbulkan perilaku dengan melakukan hal yang tidak sependapat tanpa
diganggu ataupun intimidasi dalam suatu kepercayaan atau agama dan
diterapkan sesuai dengan indikator sikap toleransi.
2. Toleransi Dalam Pendidikan Islam
Toleransi dalam Islam bukan berarti bersikap sinkretis.
Pemahaman yang sinkretis dalam toleransi beragama merupakan
kesalahan dalam memahami arti tasamuh yang berarti menghargai, yang
dapat mengakibatkan percampuran antar yang haq dan batil (talbisul al-
haq bi al-batul), karena sikap sinkretis adalah sikap yang menganggap
semua agama sama. Sementara sikap menghargai dan menghormati
-
10
keyakinan dan agama lain di luar Islam, bukan menyamakan atau
mensederajatkannya dengan keyakinan Islam itu sendiri.
Sikap toleransi dalam Islam yang berhubungan dengan akidah
sangat jelas yaitu ketika Allah Swt. Memerintahkan kepada Rasulllah
Saw. Untuk mengajak para Ahl al-Kitab untuk hanya menyembah dan
tidak menyekutukan Allah Swt., sebagaiman firman-Nya:
ٌَْو اْىِنتَِت تََعب ثٍَْىَُنْم أََّلَّ وَْعجَُد إَِّلَّ قُْو ٌَأَ ََ ٍْىَىَب اء ثَ َُ ىَُا إِىَى َميَِمٍة َس
ْه ُدَ ِن ََّل ٌَتَِّحَرا ثَْعُضىَب ثَْعًضبأَْز ثَب ثًب مِّ ََ ٍْئًب ًِ َش ََّل وُْشِس َك ثِ ََ هللاَ
َن ) ُْ ا فَقُُ ىُُا اْشٍَُدَا ثِأَوَّب ُمْسيُِم ُْ ىَّ َُ (٤٦هللاِ فَإِن تَ
[katakanlah: “ Hai ahli kitab, marilah (berpegang) kepada suatu
kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan
kamu, bahwa kita tidak sembah kecuali Allah dan kita tidak
persekutukan dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian
kita menjadikan sebagian yang lain sebagai Tuhan selain Allah”.
Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka, “
saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri
(kepada Allah)”] (Q.S Ali Imran/3:64)
Pada ayat ini terdapat perintah untuk mengajak para ahli kitab
dari kalangan Yahudi dan Nasrani untuk menyembah kepada Tuhan
yang tunggal dan tidak manusia tanpa paksaan dan kekerasan sebab
dalam dakwah Islam tidak megenal paksaan untuk beriman
sebagaimana Allah Swt. Berfirman.
ٌهِ ََّل اِْمَسا يَ فًِ اىدِّ
-
11
“[Tidak ada paksaan dalam beragama]” (Q.S Al-Baqarah/2:256)
Ayat ini menegaskan, bahwa semua manusia menganut agama
tunggal merupakan suatu keniscayaan. Sebaliknya tidak mungkin manusia
menganut beberapa agama dalam waktu yang sama atau mengamalkan
ajaran dari berbagai agama secara simultan. Oleh sebab itu, Al- Qur‟an
menegaskan bahwa umat Islam tetap berpegang teguh pada sistem ke
Esaan Allah secara mutlak; sedangkan orang kafir pada ajaran ketuhanan
yang ditetapkannya sendiri (Setiyawan, 2015:226-227).
F. Sistematika Penulisan
Pada penelitian ini penulis mengajukan pembahasan beberapa bab yang
berisi keterkaitan tentang studi kasus yang diteliti. Penulis memberikan
gambaran sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan, pada bab ini berisi tentang latar belakang
masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi
operasional dan sistematika penulisan
BAB II landasan Teori, pada bab ini mencakup Kajian Teori berisi
sikap toleransi, umat beragama, pendidikan Islam dan kajian pustaka berisi
penelitian terdahulu.
-
12
BAB III Metode Penelitian, pada bab ini membahas mengenai Jenis
Penelitian, Lokasi dan Waktu Penelitian, Sumber Data, Prosedur
Pengumpulan Data, Analisis Data, Pengcekan Keabsahan Data.
BAB IV Paparan dan Analisis Data, pada bab ini akan membahas
mengenai paparan data dan analisis data yang diperoleh dari metode
penelitian yang digunakan.
BAB V Penutup, pada bab ini berisi mengenai kesimpulan dan saran.
-
13
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Sikap Toleransi
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia toleransi berasal dari
kata “toleran” (Inggris: tolerance, Arab: tasamuh) yang berarti batas
ukur untuk penambahan atau pengurangan yang masih diperbolehkan.
Secara etimologi, toleransi adalah kesabaran, ketahanan emosional,
dan kelapangan dada.
Sedangkan menurut istilah (terminology) toleransi yaitu
bersifat atau bersikap menenggang (menghargai, membiarkan,
membolehkan) pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan,
kebiasaan dan sebagainya) yang berbeda dan atau yang bertentangan
dengan pendiriannya (Ananta, 2009:2).
Toleransi secara bahasa adalah sikap menghargai pendirian
orang lain. Dan menghargai bukan berarti membenarkan apalagi
mengikuti. Dalam buku Sahih Al Buhari, adapun terminologi syariat
setidaknya itu pernah disabdakan nabi sebagai berikut:
احت اىد ٌه أىى هللا اىحىٍفٍة اىسمحة
Artinya: “Agama yang paling dicintai Allah adalah agama
yang suci lagi mudah”.
-
14
Mudah disini bukan berarti bebas. Sebab kita sadar bahwa
agama adalah sebuah aturan. Itu artinya, toleransi beragam menurut
Islam adalah menghormati atau menolelir dengan tanpa melewati batas
aturan agama itu sendiri (Yahya, 2017:3).
Toleransi beragama merupakan toleransi yang mencangkup
masalah-masalah keyakinan dalam diri manusaia yang berhubungan
dengan akidah atau ketuhanan yang diyakininya. Seseorang harus
diberikan kebebasan untuk meyakini dan memeluk agama
(mempunyai akidah) yang dipilihnya masing-masing serta
memberikan penghormatan atas pelaksanaan ajaran-ajaran yang dianut
dan diyakininya (Casram, 2016:188).
Islam sebagai sebuah agama yang mengajarkan kepada umat
manusia untuk selalu menghormati serta toleransi terhadap sesama
dan menjaga kesucian serta kebenaran ajaran Islam. Dengan ini fakta
telah membuktikan bahwa Islam merupakan agama yang mengajarkan
hidup toleransi terhadap sesama agama. Islam mengajarkan kepada
umatnya tentang pentingnya memelihara persatuan dan kerukunan,
baik intern maupun ekstren umat beragama. Islam juga mengajarkan
kepada umatnya untuk sealalu toleransi sesama umat beragama, serta
saling mencintai dan menyayangi anatar sesama pemeluk agama.
-
15
Selanjutnya Islam juga menanamkan nilai-nilai kesabaran dan
kebebasan pendapat.
Islam sendiri pada hakikatnya tidak membeda-bedakan
penghormatan terhadap setiap orang dari segi kemanusiannya. Apapun
agama yag dianutnya, perlakuan dan penghormatan yang diberikan
tetaplah sama selama mereka tidak membenci Islam.
Islam agama yang terbuka, oleh karena itu sikap toleransi dan
mau mengakui adanya berbagai macam perbedaan ditanamkan kepada
umat Islam dan sebagai landasan pemikiran ini firman Allah dalam
QS. Al Hujarat ayat 13:
قَجَب ئَِو ىِتََعَسفُُا ََ َجَعْيىَُنْم ُشُعُ ثًب ََ اُْوثَى ََ ٌَبٌٍََُّب اىىَّب ُس اِوَّب َخيَْقىَُنْم ِمْه َذَمٍس
ٌٍْس)اِنَّ اَْمَسَمُنْم ِعْىَد هللَا اَْتقَُنْم اِنَّ هللاَ َعيٍِْ (۳۱ٌم َخجِ
Artinya: “ Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan
kamu dari seorang laki-laki dan perempuan dan menjadikan
kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di
anatar kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di
antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi
Maha Mengenal”.
Islam sebagai agama yang menjunjung tinggi sikap
kebersamaan dan toleransi intern maupun umat beragama. Hal itu
menjdi salah satu risalah yang penting dalam sisitem ideology Islam.
Islam melarang untuk mencela sesembahan dalam agama manapun.
-
16
Oleh sebab itu, istilah tasamuh atau toleransi dalam Islam bukan
sesuatu yang baru, tetapi telah dipraktikkan dalam kehidupan umat
Islam, sejak agama ini lahir (Abu, 2015:125-126).
Dalam buku Suryani (2012: 133-134) dalam jurnal Setiyawan.
Islam adalah agama yang menjunjung tinggi toleransi. Banyak ajaran
tentang pentingnya sikap toleransi dalam Islam, baik yang bersumber
dari Al-Qur‟an maupun Hadits Nabi Saw yang mana keduanya
merupakan sumber utama bagi agama Islam.
Dalam hadits Rasulullah Saw ternyata cukup banyak
ditemukan hadits-hadits yang memberikan perhatian secara verbal
tentang toleransi sebagai karakter ajaran inti Islam. Hal ini tentu
menjadi pendorong yag kuat untuk menelusuri ajaran toleransi dalam
Al-Qur‟an, sebab apa yang disampaikan dalam hadits merupakan
manifestasi dari apa yang disampaikan dalam Al-Qur‟an. Berikut salah
satu hadits Nabi tentang ajaran toleransi dalam Islam:
ُد ىىحد ثى أ ثى َحدَّ ثَىَب عجدهللا حد ثى َدْثِه ٌَِز ٌُد قَب َه أوَب ُمَحمَّ َُ ْثُه اِ ْسَحب َق َعه َْدا
ٍِْه َعهْ ِ ىَِس ُسُ هِ قٍِْوَ هَ قَب َعجَّب سِ ا ْثهِ ى ِعْنِس َمةَ َعىِ اْىُحَس ُ َصيَّى هللاَّ ًٍْ ا ّللَّ ََ َسيَّم َعيَ
ِ اِ ىَى أَ َحتُّ ٌَب نِ ا ْْلَذ أ يُّ ْمَحةُ. قَب هَ ا ّللَّ اْىَحىٍِفٍَِّةُ اىسَّ
[Telah menceritakan kepada kami Abdillah, telah menceritakan
kepada saya Abi telah menceritakan kepada saya Yazid berkata;
telah, mengabarkan kepada kami Muhammad bin Ishaq dari
-
17
Dawud bin Al Husain dari Ikrimah dari Ibnu „Abbas, ia berkta;
ditanyakan kepada Rasulullah Saw. “ Agama manakah yang
paling dicintai oleh Allah ? maka beliau bersabda; “ Al-
Hanifiyyah As- Samhah (yang lurus lagi toleran)]”.
Ibn Hajar al- Asqalany ketika menjelaskan hadits ini beliau
berkata: “Hadis ini diriwayatkan Al Bukhari pada kitab iman, Bab Agama
itu Mudah” di dalam sahihnya secara mu‟allaq dengan tidak menyebutkan
sanadnya karena tidak termasuk dalam kategori syarat-syarat hadis sahih
menurut Imam Al Bukhari, akan tetapi beliau menyebutkan sanadnya
secara lengkap dalam al- Adab al-Mufrad yang diriwayatkan dari sahabat
Abdullah ibn „Abbas dengan sanad yang hasan. Sementara Syekh
Nasiruddin al-Albani mengatakan bahwa hadis ini adalah hadis yang
kedudukannya adalah hasan lighairih” (Setiyawan, 2015: 221-222).
Adapun pentingnya sikap toleransi dimliki oleh masyarakat adalah:
1) Belajar menghargai setiap pendapat antar individu bisa menjadi
modal penting untuk menghindarkan perpecahan di dalam
kehidupan masyarakat. Toleransi beragama adalah satu wujud
nyata dari sikap menghargai dalam kehidupan bermsyarakat karena
memang unsur agama merupakan suatu hal yang krusial dan
sensitif di mata masyarakat.
2) Tidak hanya menghindarkan gejolak perpecahan, sikap toleransi
juga bisa membuat hubungan antar manusia menjadi leboh erat.
Kegiatan bertukar pikiran dan pendapat untuk menghasilkan satu
-
18
keputusan adalah tanda bahwa masyarakat sudah bisa menjalankan
hidup bertoleransi.
3) Setiap agama mengajarkan sikap toleransi antar umat lain yang
beragama berbeda. Iman adalah salah satu tonggak dalam
menciptakan masyarakat bertoleransi. Menerapkan iman dalam
setiap tindakan juga satu tanda bahwa sikap toleransi berhasil
diaplikasikan.
4) Meningkatkan rasa cinta kepada Negara sendiri. Landasan utama
Negara besar dan kuat adalah adanya sikap rasa toleransi antar
masyarakat. Nantinya sikap nasionalisme akan ikut tumbuh dengan
sendirinya setelah sikap toleransi berhasil diterapkan dalam
kehidupan.
5) Masyarakat Indonesia sudah mengenal kata musyawarah, tapi
dalam kenyataannya masih ada beberapa masalah yang sulit
diselesaikan dengan musyawara. Kurangnya sikap menghargai dan
toleraansi menjadi pemicu terjadinya konflik, karena itu
dibutuhkan sikap toleransi di kehidupan sehari-hari supaya
pemutusan satu masalah bisa melalui langkah musyawarh mufakat.
6) Kurangnya sikap toleransi antar manusia bisa diakibatkan adanya
rasa egois yang selalu tinggi. Dibutuhkan pengendalian rasa egois
pada tiap individu agar tidak terjadi konflik atas nama persoalan
pribadi (Muawanah, 2018:66).
-
19
2. Umat Beragama
a. Pengertian Umat
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata umat diartikan
sebagai; para penganut atau pengikut suatu Negara dan makhluk
manusia. Dalam bebrapa ensiklopedia filsafat yang ditulis oeleh
sejumlah akademisi Rusia, dan diterjemahkan ke dalam bagasa
Arab oleh Samir Karam, Beirut 1974 M; ada juga yang
mengartikannya Negara seperti dalam Al-Mu‟jam Al-Falsafi, yang
disusun oleh Majma Al-Lughah Al-Arabiyah (pusat Bahasa
Arab), Kairo 1979.
Kata umat terambil dari kata (tulisan Arab) (amma-
yaummu) yang berarti menuju, menumpu dan meneladani. Dari
akar yang sama lahir antara lain kata um yang berate “ibu” dan
imam yang maknanya “pemimpin” karena keduanya menjadi
teladan, tumpuan pandangan, dan harapan anggota masyarakat.
Dalam kata “umat” terselip makna-makna yang cukup
dalam. Umat mengandung arti gerak dinamis, arah, waktu, jalan
yang jelas serta gaya dan cara hidup. Untuk menuju pada sutu
arah, harus jelas jalannya, serta harus bergerak maju dengan gaya
dan cara tertentu, dan pada saat yang sama membutuhkan waktu
untuk mencapainya. Al-Qur‟an Surat Yusuf (12): 45 menggunakan
-
20
kata umat untuk arti waktu, sedangkan surat Al-Azukhruf (43): 22
untuk arti jalan, atau gaya dan cara hidup.
Ali Syariati dalam bukunya Al Ummah wa Al Imamah
menyebutkan keistimewaan kata ini dibandingkan kata semacam
nation atau qabilah (suku), pakar ini mendefinisikan kata umat
dalam konteks sosiologis sebagai himpunan manusiawi yang
seluruh anggotanya bersama-sama menuju satu arah, bahu
membahu, dan bergerak secara dinamis dibawah kepemimpinan
bersama.
Umat Islam disebut oleh Al Qur‟an surat Al Baqarah (2):
143 sebagai umat (an) wasatha.
ُْ َن اىسَّ ٌَُن ََ ُْ ُشٍََدا َء َعيَىى اىىَّب ِس ُْ وُ َسطًب ىِّتَُن ََ ةً َمر ىَِل َجَعْيىَُنْم اُمَّ ََ
َمب َجَعْيىَب اْىقِْجيَةَ اىَّتًِ ََ ًٍْدا ٍِ ٍُْنْم َش ُه َعيَ ُْ ُس
"Demikianlah itu kami menjadikan kamu umatan wasatha agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia, dan
agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan)
kamu".
Umatan wasatha adalah umat moderat, yang posisinya
berada di tengah, agar dilihat oleh semua pihak, dan dari
segenap penjuru.
-
21
Keberadaan umat Islam dalam posisi tengah
menyebabkan mereka tidak seperti umat yang hanyut oleh
materialisme, tidak pula mengantarnya membumbung tuinggi
kedalam ruhani, sehingga tidak lagi berpijak di bumi. Posisi
tengah menjadikan mereka mampu memadukan aspek ruhani
dan jasmani, material, dan spiritual dalam segala sikap dan
aktivitas.
Wasathiyat (moderasi atau posisi tengah) mengundang
umat Islam untuk berinteraksi, berdialog, dan terbuka dengan
semua pihak (agama, budaya, dan peradaban), karena mereka tidak
dapat menjadi saksi maupun berlaku adil jika mereka tertutup atau
menutup diri dari lingkungan dan perkembangan global (Rahman,
2015:5).
b. Pengertian Agama
Pengertian agama menurut aspek bahasa, agama pada
lazimnya bermakna kepercayaan kepada Tuhan atau sesuatu kuasa
yang gaib dan sakti seperti dewa dan juga amalan dan institusi
yang berkaitan dengan kepercayaan tersebut. Agama dan
kepercayaan merupakan dua perkara yang saling berkaitan, tetapi
agama mempunyai suatu makna yang lebih luas, yakni merujuk
-
22
kepada suatu system kepercayaan yang kohensif dan kepercayaan
mengenai aspek kebutuhan.
Pengertian menurut KBBI, agama adalah system atau
prinsip kepercayaan kepada Tuhan, atau juga disebut dengan nama
Dewa atau nama lainnya dengan ajaran kebaktian dan kewajiban-
kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan tersebut.
Pengertian agama menurut Diaz Corner, agama adalah
jalan. Maksudnya jalan hidup atau jalan yang harus ditempuh oleh
manusia sepanjang hidupnya atau jalan yang menghubungkan
antar sumber dan tujuan hidup manusia, atau jalan menunjukkan
darimana, bagaiamana dan hendak kemana hidup manusia di dunia
ini.
Reliege berasal dari kata relige (bahasa Belanda) atau
Religion (bahasa Inggris) masuk dalam perbendaharaan bahasa
Indonesia dibawa oleh orang-orang barat yang menjajah bangsa
Indonesia, Relige mempunyai pengertian sebagai keyakinan akan
adanya kekuatan gaib yang suci, menentukan jalan hidup dan
mempengaruhi kehidupan manusia yang dihadapi secara hati-hati
dan diikuti jalan dan aturan serta norma-normanya dengan ketat
agar tidak sampai menyimpang atau lepas dari kehendak jalan
yang telah ditetapkan oleh kekuatan gaib suci tersebut.
-
23
Din berasal dari bahasa arab yang berarti undnag-undang
atau hokum yang harus ditunaikan oleh manusia dan
mengabaikannya berarti hutang yang akan dituntut untuk
ditunaikan dan akan mendapat hukuman atau balasan jika
ditinggalkan.
Dari etimologi ketiga kata diatas maka dapat diambil
pengertian bahwa agama (Religi, Din):
1) Merupakan jalan hidup yang harus ditempuh oleh manusia
untuk mewujudkan kehidupan yang aman, tentram dan
sejahtera.
2) Bahwa jalan hidup tersebut berupa aturan, nilai atai norma
yang mengatur kehidupan manusia yang dianggao sebagai
kekuatan mutlak, gaib, dan suci yang harus diakui dan ditaati.
3) Aturan tersebut ada, tumbuh dan berkembangnya kehidupan
manusia, masyarakat dan budaya.
Secara terminology dalam ensiklopedia nasional Indonesia
agama diartikan aturan atau tata cara hidup manusia dengan
hubungannya dengan Tuhan dans sesamanya. Dalam Al-Quran
agama sering disebut dengan Din. Istilah ini merupakan istilah
bawah dari ajaran Islam sehingga mempunyai kandungan makna
yang bersifat umum dan universal. Artinya konsep yang ada pada
-
24
istilah Din seharusnya mencakup makna-makna yang ada pada
istilah agama dan religi (Muslimin, 2014:3-5).
Raghib al-Ashfahani (502 H/1108M) dalam kitabnya, al-
Mufradat fi Gharibil Qur‟an mendefinisikan term “umat” senbagai
“Sebuah kelompok manusia yang disatukan oleh sesuatu hal, baik
itu agama yang satu, masa yang satu, maupun tempat yang satu.
Faktor yang menyatukan mereka adalah taksir atau pilihan
manusia itu sendiri. (Imarah, 1999:149).
Jadi, umat beragama adalah sekelompok manusia yang
disatukan oleh agama tertentu, baik Islam, Kristen, Katholik,
Budha, Hindu, Konghucu dan lainnya. Dimana agama yang
dianutnya bias saja merupakan pilihan hatinya atau turunan dari
kedua orang tuanya.
3. Pendidikan Islam
a. Definisi Pendidikan Islam
Secara struktur kaidah bahasa Indonesia Pendidikan Islam
terdiri dari dua suku kata yaitu: pendidikan dan Islam. Pendidikan
berarti; “proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau
kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui
upaya pengajaran dan pelatihan”. Sementara Islam berarti; “agama
-
25
yang diajarkan oleh Nabi Muhammad saw berpedoman pada kitab
suci Al-Qur‟an yang diturunkan ke dunia melalui wahyu Allah”.
Berdasarkan pengertian pendidikan Islam secara kaidah
bahasa Indonesia tersebut dapatlah dipahami bahwa pendidikan
Islam adalah upaya-upaya yang dilakukan oleh manusia dalam
kehidupan untuk mengubah sikap dan tata laku seseorang atau
kelompok lewat pengajaran atau latihan agar dalam kehidupannya
sesuai dengan ajaran agama Islam yang dibawa oleh Nabi
Muhammad saw (Hanafi, 2018:36).
Pendidikan Islam adalah nama sebuah sistem, yaitu sisiem
pendidikan Islami. Ada beberapa perspektif pendidikan Islam
sebagai sebuah system. Pertama, pendidikan menurut Islam, atau
pendidikan yang berdasarkan agama Islam, yakni pendidikan yang
dipahami dan dikembangkan serta disusun dari ajaran dan nilai-
nilai fundamental yang terkandung dalam sumbernya, yakni Al-
Qur‟an dan hadis. Kedua, pendidikan keislaman atau pendidkan
Islam, yakni upaya pendidikan agama Islam atau ajaran Islam dan
nilai-nilainya supaya menjadi way of life (pandangan dan sikap
hidup) seseorang. Ketiga, pendidikan dalam Islam atau proses dan
praktik penyelenggaraan pendidikan yang berlangsung dan
-
26
berkembang dalam sejarah umat Islam, dalam arti proses
bertumbuh kembangnya pendidikan Islam umumnya.
Sistem pendidikan Islam harus dibangun di atas konsep
kesatuan (integrasi) antara pendidikan qalbiyah dan pendidikan
aqliyah. Dengan semikian, pendidikan Islam mampu menghasilkan
manusia Muslim yang pintar secara intelektual dan terpuji secara
moral (Faisol, 2014:36).
Dari beberapa paparan pengertian di atas dapat disimpulkan
bahwa pendidikan Islam adalah proses pengubahan sikap dan
tingkah laku seseorang sesuai dengan ajaran Islam yaitu Al Qur‟an
dan hadis. Yang mana prndidikan Islam mampu menghasilkan
manusia Muslim yang pintar dan berakhlak mulia.
b. Tujuan Pendidikan Islam
Pendidikan adalah sebuah proses kegiatan menuju suatu
tujuan pekerjaan tanpa tujuan yang jelas akan menimbulkan suatu
ketidak menentuan dalam prosesnya. Lebih-lebih dalam proses
pendidikan yang bersasaran pada kehidupan psikologi peserta
didik yang masih berada pada taraf perkembangan, maka tujuan
merupakan faktor yang paling penting dalam proses kependidikan
itu. Karenanya dengan adanya tujuan yang jelas, materi pelajaran
-
27
dan metode-metode yang digunakan, mendapat corak dan isi
pendidikan. Tujuan pendidikan Islam mengandung di dalamnya
suatu nilai-nilai tertentu sesuai dengan pandangan Islam sendiri
yang harus direalisasikan melalui proses yang terarah dan
konsisten dengan menggunakan berbagai sarana fisik dan nonfisik
yang sama dengan nilai-nilainya.
Idealitas tujuan dalam proses kependidikan Islam
mengandung nilai-nilai Islami yang hendak dicapai dalam proses
kependidikan yang berdasarkan ajaran Islam secara bertahap.
Dengan demikian, tujuan pendidikan Islam merupakan
penggambaran nilai-nilai Islam yang hendak diwujudkan dalam
pribadi peserta didik pada akhir dari proses kependidikan. Dengan
kata lain, tujuan pendidikan Islam adalah perwujudan nilai-nilai
Islami dalam pribadi peserta didik yang diperoleh dari pendidik
muslim melalui proses yang berfokus pada pencapaian hasil
(produk) yang berkepribadian Islam yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang
demokratis serta bertanggungjawab, sehingga sanggup
mengembangkan dirinya menjadi hamba Allah yang taat dan
memilki ilmu pengetahuan yang seimbang dengan dunia akhirat
-
28
sehingga terbentuklah manusia muslim paripurna yang berjiwa
tawakkal dan secara total kepada Allah swt, sebagai nama firman-
Nya dalam QS Al-An‟am/6:162
ٍَْه ) ِ َزةِّ اْىَعيَِم َمَمب تِى ّلِلَّ ََ َمْحٍَب َي ََ وُُسِنى ََ (۳۶۱قُْو اِنَّ َصََل تِى
Terjemahnya:
“katakanlah (Muhammad): “Sesungguhnya shalatku,
ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan
seluruh alam”.
Dengan demikian tujuan pendidikan Islam sama luasnya
dengan kebutuhan manusia modern masa kini dan masa yang akan
datang karena manusia tidak hanya memerlukan iman atau agama
melainkan juga ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai alat
untuk memperoleh kesejahteraan hidup di dunia sarana untuk
mencapai kehidupan yang bahagia di akhirat.
Berkaitan dengan tujuan pendidikan Islam, Muhammad
Arthiyah Al-Abrasyi berpendapat bahwa:
1) Tujuan pendidikan Islam adalah akhlak. Menurutnya,
pendidikan budi pekerti merupakan jiwa dari pendidikan Islam.
Islam telah memberi kesimoulan bahwa pendidikan budi
pekerti dan akhlak adalah ruh (jiwa) pendidikan Islam, dan
-
29
tujuan pendidikan Islam yang sebenarnya adalah mencapai
suatu akhlak yang sempurna. Akan tetapi hal ini bukan berarti
bahwa kita tidak mementingkan pendidikan jasmani, akal,
ilmu, dan juga membutuhkan pendidikan budi pekerti, cita rasa
dan kepribadian. Dengan demikian, tujuan pendidikan Islam
adalah mendidik pekerti dan pembentukan jiwa.
2) Memperhatikan agama dan dunia sekaligus. Sesungguhnya
ruang lingkup pendidikan Islam tidak hanya terbatas pada
pendidikan agama dan tidak pula terbatas hanya pada dunia
semata-mata. Rasulullah SAW pernah mengisyaratkan setiap
pribadi dari umat Islam supaya bekerja untuk agama dan
dunianya sekaligus, sebagaimana sabdanya:
“Beramallah untuk duniamu seolah-olah engkau akan hidup
untuk Selama-lamanya dan beramallah untuk akhiratmu
seakan-akan engkau akan mati esok hari” (Rusmin, 2017:78-
79).
Berdasarkan hadis di atas dapat dipahami bahwa
Rasulullah SAW tidak hanya memikirkan dunia semata, tetapi
beliau juga memikirkan untuk bekerja dan beramal bagi
kehidupan akhirat. Karena itu tujuan pendidikan Islam bukan
hanya untuk pencapaian kebahagiaan dunia tetapi juga untuk
pencapaian kebahagian akhirat.
-
30
c. Fungsi Pendidikan Islam
Adapun fungsi dari pendidikan Islam yakni :
1) Mengembangkan wawasan yang tepat dan benar mengenai
jati diri manusia, alam sekitarnya dan mengenai kebesaran
ilahi, sehingga tumbuh kemampuan membaca (analisis)
fenomena alam dan kehidupan serta memahami hokum-
hukum yang terkandung di dalamnya. Dengan kemampuan
akal menumbuhkan kreativitas dan produktivitas sebagai
implementasi identifikasi diri pada Tuhan “pencipta”.
2) Membebaskan manusia dari segala anasir yang dapat
merendahkan martabat manusia (fitrah manusia), baik yang
datang dari dalam dirinya sendiri maupun dari luar. Yang
dari dalam antara lain kejumudan, taklid, kultus individu,
kurafat, dan yang terberat adalah syirik. Terhadap anasir
dari dalam ini manusia terus menerus melakukan
penyucian diri (Tazkiyah anafsi). Sedangkan yang datang
dari luar adalah situasi dan kondisi, baik yang bersifat
kultural maupun structural yang dapat memasang
kebebasan manusia dalam mengembangkan realisasi dan
aktualisasi diri. Untuk menghilangkan atau meminimalkan
anasir dari luar ini harus ada upaya sistematis dan strategis
dari seluruh elemen masyarakat, terutama pemerintah.
-
31
Dengan semakin minimalnya anasir-anasir tersebut
terbukalah jalan untuk optimalisasi, realisasi diri dan
aktualisasi diri sehingga menuntun hidup individu dan
masyarakat lebih arif dan bertanggung jawab.
3) Mengembangkan ilmu pengetahuan untuk menopang dan
memajukan kehidupan baik individu maupun sosial. Untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan menurut sinyal yang
diberikan landasan-landasan ajaran Islam, dan hendaknya
dimulai dengan memahami fenomena alam dan kehidupan
dengan pendekatan empirik, sehingga mengetahui hukum-
hukumnya (sunnah Allah) (Hanafi, 2018: 59)
Dengan demikian berdasarkan penjelasan-penjelasan
tentang fungsi dari pelaksanaan pendidikan Islam meliputi;
mengembangkan wawasan yang tepat dan benar mengenai jati diri
manusia alam sekitarnya dan mengenai kebesaran ilahi,
membebaskan manusia dari segala anasir yang dapat merendahkan
martabat manusia (fitrah manusia), baik yang datang dari dalam
dirinya sendiri maupun dari luar dirinya dan mengembangkan ilmu
pengetahuan untuk menopang dan memajukan kehidupan baik
individu maupun sosial.
-
32
d. Pusat- Pusat Pendidikan Islam
Berdasarkan data historis, maka pusat-pusat pendidikan
Islam, sekurang-kurangnya terdiri dari atas empat pusat
pendidikan, yaitu: (1) di lingkungan keluarga; (2) di sekolah atau
madrasah; (3) di rumah-rumah ibadah; (4) di lingkungan
masyarakat, secara ringkas pusat-pusat dan lingkungan pendidikan
tersebut dapat diuraikan sebagai berikut.
1) Pendidikan di Lingkungan keluarga
Telah umum diketahui bahwa keluaraga merupakan
salah satu pusat dan lingkungan pendidikan yang yang tak
tergantikan oleh pendidikan manapun. Dalam kelyargalah
seseorang pertama kali berinteraksi dengan orang lain. Kulaitas
interaksi posistif sangat berperann dalam mengembangkan
fitrah yang telah terukir bersama awa kejadiannya. Oleh karena
itulah pendidikan Islam mengkonsepsikan keluarga sebagai
“sekolah pertama”.
2) Pendidikan Sekolah
Kedudukan sekolah pusat pendidikan memang jelas
keberadaannya. Secara historis, lahirnya sekolah merupakan
-
33
perpanjangan peran orang tua dalam mendidik anak yang
ditampilkan dalam sifat yang formal karena ditata secara
sistematis, terencana dan dengan persyaratan yang ketat,
sehingga sekolah dikenal sebgai lembaga pendidikan formal.
3) Pendidikan di Rumah Ibadah
Rumah-rumah ibadah selain berfumgsi sebagai pusat
kegiatan beribadah, juga memilikifungsi-fungsi lain yang khas
Islam, seperti pusat kegiatan budaya musim, pusat informasi,
pusat organisasi kegiatan masyarakat, pusat pendidikan dan
lain-lain. Berbagai kegiatan yang berdampak didik
terselenggara ditempat ibadah. Khutbah, kuliah-kuliah atau
ceramah-ceramah bhkan praktek-praktek ibadah serta
musyawarah yang terselenggara di tempat ibadah melalui
pelaksanaan serta pengorganisasian tertentu, merupakan
kegiatan yang memilki potensi untuk mengubah dan
mengrahkan jama‟ah (peserta didik) dalam cara berfikir,
bersikap dan bertindak dari suatu keadaan kepada keadaan lain
yang secara normatif menjadi lebih baik dan lebih sesuai
dengan ajaran Islam.
-
34
4) Pendidikan di Lingkungan Msyarakat
Bersama dengan keluarga, sekokah dan tenmpat ibadah,
maka lingkungan masyarakat juga merupakan pusat
pendidikan, karena langsung atau tidak, masyarajat sebgai
lingkungan dan tempat peserta didik dibesarkan banyak
memberikan pengaruh bagi perkembangan kepribadian peserta
didik berbagai kegiatan yang dijumpai dalam masyarakat yang
secara langsung dilihat, dirasakan dan dinikmati oleh manusia
(peserta didik) dalam berbagai lapisan usia (Rohman, 2016:56-
61).
Jadi terdapat empat pusat pendidikan Islam yang dapat
dijadikan tempat belajar atau memperoleh ilmu pengetahuan yang
dapat diterapakan dalam kehidupan sehari-hari dalam menyikapi
perbedaan yang ada di sekolah maupun lingkungan masyarakat.
B. Kajian Pustaka
Sebelum penelitian ini dilakukan, diskursus tentang sikap toleransi
umat beragama telah dibahas, peneliti telah mencari beberapa kajian
penelitian terdahulu sebagai tolak ukur dan kajian pustaka yang
diantaranya sebagai berikut:
-
35
1. Penelitian yang dilakukan oleh Ika Fatmawati (2013:25) yang berjudul
“Toleransi Antar Umat Beragama Masyarakat Perumahan”,
menyimpulkan bahwa bentuk toleransi yang dilakukan oleh warga
beragama Islam dan warga beragama Kristen Katolik maupun
Protestan berupa toleransi agama dan toleransi sosial. Toleransi agama
dilakukan ketika berhubungan dengan kegiatan-kegiatan masing-
masing warga. Salah satunya ucapan selamat dan saling silaturahmi
ketika salah satu umat beragama merayakan hari besar keagamaan.
Sedangkan toleransi sosial diwujudkan ketika menyangkut
kepentingan umum dan diluar kegiatan keagamaan misalnya melalui
kegiatan kerjasama seperti kegiatan kerja bakti dan gotong royong.
Faktor-faktor yang mempengaruhi toleransi antar umat beragama
Islam dan umat beragama Protestan dari faktor pendorong yaitu
dipegang teguhnya prinsip kerukunan, prinsip himat dan solidaritas
yang tinggi antar warga, dan yang menjadi faktor penghambat antara
lain adanya konflik yang berupa persaingan dan adanya rasa curiga
terhadap umat beragama lain. Toleransi yang terjalin antar warga
beragama Islam dan warga beragama Kristen Katolik maupun
Protestan telah mendorong adanya interaksi sosial yang baik antar
warga.
-
36
Persamaan dari penelitian Ika fatmawati dengan peneliti adalah
terdapat pada toleransi antar umat beragama di lingkup masyarakat
dalam bentuk toleransi agama dan toleransi sosial yang mana
masyarajat memegang teguh prinsip kerukunan.
Perbedaan dari penelitian Ika Fatmawati dengan peneliti adalah
Ika Fatmawati meneliti tentang sikap toleransi yang telah diterapkan di
masyarakat. Sedangkan dari peneliti sendiri membahas tentang
penerapannya sikap toleransi dalam Pendidikan Islam nonformal yang
di Desa.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Casram (2016:198) dosen fakultas
Ushuludin UIN Sunan Gunung Djati Bandung yang berjudul “
Membangun Sikap Toleransi Beragama dalam Masyarakat Plural”,
menyimpulkan bahwa toleransi beragama tidak berarti bahwa
seseorang yang telah mempunyai keyakinan kemudian berpindah atau
mengubah keyakinannya untuk mengikuti dan berbaur dengan
keyakinan atau peribadatan agama-agama lainnya (sinkretisme); tidak
pula dimaksudkan untuk mengakui kebenaran semua agama /
kepercayaan; melainkan bahwa ia tetap pada suatu keyakinan yang
diyakini kebenarannya, serta memandang benar keyakinan orang lain,
sehingga dalam dirinya terdapat kebenaran yang diyakininya sendiri
menurut suara hatiya sendiri yang tidak diperoleh atas dasar pakasaan
-
37
orang lain atau diperoleh dari pemberian orang lain. Masyarakat
multikultural terpola oleh keragaman budaya termasuk keragaman
agama. Di dalam perjalanannya, agama-agama yang muncul dalam
masyarakat multikultural kemudian dipahami oleh umatnya. Diantara
mereka ada yang memahaminya secara rasional an sich dan ada pula
yang memahaminya secara irrasional atau mistis. Dampak
heterogenitas agama ini bisa memunculkan konflik diantara umat
berbeda agama. Toleransi sangat dibutuhkan untuk menciptakan
keseimbangan dan kohesi sosial dalam masyarakat multikultural.
Persamaan penelitian Casram dengan peneliti adalah sama-
sama membahas sikap toleransi yang ada di masyarakat yang mana
dalam bersikap toleransi tidak bersifat sinkretis. Sehingga agama atau
kepercayaan setiap pribadi msyarakat tidak ada paksaan dari orang
lain.
Perbedaan penelitian Casram dengan peneliti adalah casram
lebih menjelaskan pemaparan tentang sikap toleransi di masyarakat
yang lebih menjurus mengenai kepercayaan dari pribadi masyarakat
sendiri. Sedangkan dari peneliti memaparkan tentang sikap toleransi
yang telah diterapkan dalam ajaran pendidikan Islam.
-
38
3. Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Burhanuddin (2016:146)
mahasiswa UIN Walisongo Semarang tahun 2016 yang berjudul “
Toleransi Antar Umat Beragama dan Tri Dharma “, menyimpulkan
bahwa toleransi yang ada di Karangturi ini, merupakan sesuatu yang
sangat penting untuk menciptakan kerukunan, keharmonisan dalam
sebuah kehidupan dimasyarakat dan menjaga keutuhan persatuan
Negara ini yang terdiri dari bergbagai macam agama, etnis dan
budaya. Toleransi antar umat beragama di Desa Karangturi ini sudah
ada sejak permulaan Lasem yaitu berupa kesatuan dan persatuan
dalam melawan penjajah. Bentuk-bentuk toleransi dapat dilihat dari
adanya akulturasi budaya dan kegiatan-kegiatan yang ada di dalam
masyarakat. Seperti adanya pos kampling yang berasitektur Tionghoa,
persis berada di depan pondok pesantren, acara Laseman (Kirab
Budaya), kerja bakti untuk membersihkan desa, saling menghormati
terhadap berbeda keyakinan, saling tolong menolong, dan member
bantuan untuk mensukseskan acara (Idul Fitri, Idul Adha, Muludan,
Imlek, pernikahan, penyambutan tamu, dan kematian), merupakan
bentuk dari adanya toleransi antar umat beragama Islam dan “Tri
dharma”, yang bersifat dinamis aktif, dimana satu dengan yang lain
yang berbeda keyakinan mampu untuk melakukan kerjasama untuk
memikul beban bersama.
-
39
Persamaan penelitian Muhammad Burhanuddin dengan peneliti
adalah sama-sama menjadikan toleransi sebagai alat kerukunan dan
keharmonisan yang menjadikan persatuan.
Perbedaan penelitian Muhammad Burhanuddin dengan peneliti
adalah toleransi telah terjalin sejak zaman penjajahan yang dapat
mengakulturasikan budaya yang sudah ada sejak zaman dahulu.
Sedangkan dari peneliti sendiri memaparkan sikap toleransi yang
diterapkan dalam bingkai pendidikan Islam.
-
40
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan, dengan pendekatan
kualitatif. Pendekatan dalam penelitian kualitatif adalah fenomenologi artinya
suatu penelitian dengan strategi inquiry yang menekankan pencarian makna,
pengertian, konsep, karakteristik, gejala, simbol, maupun deskripsi tentang
suatu fenomena , fokus dan multimetode, bersifat alami dan holistik,
mengutamakan kualitas data, serta disajikan secara naratif. Secara sederhana
penelitian kualitatif bertujuan menemukan jawaban terhadap suatu fenomena
atau pertanyaan melalui aplikasi prosedur aplikasi prosedur ilmiah secara
sistematis denggan menggunakan pendekatan kualitatif (Winarni 2018:146).
B. Lokasi Peneltian dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Desa Lopait Kecamatan Tuntang
Kabupaten Semarang tahun 2020. Penelitian kualitatif ini dilaksanakan pada
bulan Juli 2020.
C. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data
primer dan skunder. Sumber data primer diperoleh melalui kegiatan langsung
yaitu terjun ke lapangan. Sumber data primer diperoleh melalui wawancara
dengan narasumber dan kegiatan observasi. Sedangkan sumber data diperoleh
-
41
melalui kajian pustaka, seperti referensi pada buku– buku, jurnal ilmiah, dan
skripsi terdahulu termasuk sumber data sekunder.
D. Prosedur Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan metode
wawancara, metode observasi, dan juga metode dokumentasi yang diperlukan
untuk mendukung penelitian ini.
1. Observasi
Observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuan hanya
dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai kenyataan yang
diperoleh melalui observasi. Data itu dikimpulkan dengan bantuan
berbagai alat yang sangat canggih sehinga benda-benda yang sangat kecil
(proton dan elektron) maupun yang sangat jauh (benda ruang angkasa)
dapat diobservasi sangat jelas (Winarni 2018:159). Observasi merupakan
suatu cara dalam mengumpulkan data dengan mengadakan pengamatan
terhadap kegiatan yang sedang berlangsung.
Macam Teknik
Pengumpulan Data
Observasi
Wawancara
Dokumentasi
Triangulasi /
gabungan
-
42
Dalam penelitian ini, dilaksanakan observasi dengan tujuan untuk
memperoleh data yang lebih akurat mengenai implemantasi toleransi
umat beragama di Desa Lopait Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang.
2. Wawancara
Wawancara ialah tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih secara
langsung atau percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu
dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang
mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang
memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Maksud mengadakan
wawancara seperti ditegaskan oleh Lincoln dan Guba (1988), antara lain:
mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan, organisasi, perasaan,
motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain-lain (Hardani, 2020:137)
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan wawancara atau tanya
jawab dengan pertanyaan yang sudah dirancang kepada responden seperti
data perangkat Desa, tokoh agama, dan masyarakat untuk memperoleh
informasi dari narasumber yang terkait dengan implementasi sikap
toleransi antar umat beragama di Desa Lopait Kecamatan Tuntang
Kabupaten Semarang. Adapun narasumber yang akan diwawancarai
adalah perangkat desa, tokoh agama, dan tokoh masyarakat.
-
43
3. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah terdahulu.
Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental
dari seseorang. Dokuumen yang berbentuk tulisan misalnya, catatan
harian, sejarah kehidupan (life histories), ceritera, biografi, peraturan
kebjakan. Dokumen yang berbentuk gambar misalnya foto , gambar
hidup, sketsa dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk karya misalnya
karya seni yang dapat berupa gambar, patung, film dan lain-lain. Studi
dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan
wawancara dalam penelitian kualitatif (Sugiyono, 2015:240).
Dalam teknik pengumpulan data ini dapat diperoleh dari berbagai
macam kegiatan keagamaan maupun kegiatan sosial yang ada di Desa
Lopait.
E. Analisis Data
Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada saat pengumpulan
data berlangsung dan setelah pengumpulan data dalam periode tertentu
selesai. Pada saat wawancara, peneliti sudah melakuakan analisis terhadap
jawaban yang diwawancarai. Miles and Huberman (1984) mengemukakan
aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan
berlangsung secara terus menerus sampai tuntas sehingga datanya sudah
jenuh. Aktivitas dalam analisi data, yaitu reduction data, display data, dan
conclusion drawing/verification.
-
44
1) Reduksi Data
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahya cukup banyak, untuk
maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Seperti telah dikemukakan,
semakin lama peneliti ke lapangan maka jumlah data akan semakin
banyak, kompleks dan rumit. Untuk perlu segera dilakukan analisis data
melalui reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal
yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan
polanya. Dengan demikian daa yang telah direduksi akan memberikan
gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan
pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan. Reduksi
data dibantu dengan perlatan elektronik.
Jadi mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok dan
memfokuskan data sehingga kompatibel dengan tema.
2) Penyajian Data
Penyajian data bisa dilakukan dalambentuk uraian singkat, bagan,
hubungan antar kategori, flowchart, dan sejenisnya. Yang paling sering
digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kuakitatif adalah
dengan teks yang bersifat naratif.
Dengan mendisplay data, maka akan memudahkan untuk memahami
apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang
telah dipahami tersebut.
-
45
3) Penarikan Kesimpulan
Langkah ke tiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan
Huberman adalah penarikan kesimpulan. Kesimpulan awal yang
dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak
ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap
pengumpulan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan
kesimpulan yang kredibel (Sugiyono, 2015:247-252).
F. Pengecekan Keabsahan Data
Data yang sudah terkumpul dalam kegiatan peneliatan maka harus dicek
validitasnya. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pengecekan
keabsahan data dengan menggunakan teknik triangulasi. Menurut meloeng
dalam (Pongtiku. 2016: 100) triangulasi adalah “teknik pemeriksaan
keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu, untuk
keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.” Pengertian
lain triangulasi adalah pengujian kredibilitas dalam arti pengecekan data dari
berbagai cara, sumber dan waktu (Winarni 2018: 183) .Teknik triangulasi
yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Triangulasi Sumber
Menurut Winarni (2018: 184) triangulasi sumber data menguji
kredibilitas data yang dilakukan dengan mengecek data yang diperoleh
melalui beberapa sumber. Triangulasi sumber data merupakan
membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.
-
46
Membandingkan data dari anggapan orang didepan umum dengan
tanggapan orang secara pribadi. Hasil perbandingan tadi akan
menemukan kesamaan pandangan dan pikiran pendapat, kemudian
memantapkan lagi dengan menggali informasi dari sumber yang berbeda.
2. Triangulasi Teknik
Misalnya membandingkan data metode wawancara dengan metode
lain seperti observasi, dokumentasi dan kuesioner. Apabila hasil data dari
berbagai metode berbeda-beda maka diperlukan tinjauan ulang atau
mengadakan diskusi bersama para sumber data untuk memastikan data
yang dianggap benar.
-
47
BAB IV
PAPARAN DAN ANALISIS DATA
A. Paparan Data
1. Gambaran Umum Desa Lopait
a. Letak Geografis
Desa Lopait secara geografis terletak diwilayah Kecamatan
Tuntang, Kabupaten Semarang dengan dibatasi empat Desa di
Kecamatan Tuntang Kabupaten semarang dengan batas-batas
sebagai berikut: sebelah utara Desa Delik, sebelah timur Desa Watu
Agung, sebelah selatan Desa Kesongo, dan sebelah barat Rawa
Pening. Seacara administrative terdiri 4 Dusun yaitu, Dusun Lopait,
Dusun Celengan, Dusun Gudang, Dusun Calombo, dengan 4 RW 32
RT.
Luas wilayah Desa Lopait secara keseluruhan 229,573,05 ha
terdiri dari tanah perkarangan 11.270 m², tanah sawah 126.390 m²
dan tanah tegalan 117.691 m², bengkok 165.800 m², kas Desa 89.511
m².
b. Kondisi Demografis
Kondisi demografis berdasarkan jumlah penduduk menurut
agama yaitu, agama Islam berjumlah 4949 orang َagama Kristen
berjumlah 255 dan Katolik 29. Dengan banyak nya tempat ibadah
yaitu, 5 Masjid, 19 Mushola dan 1 Gereja Kristen.
-
48
c. Kondisi Ekonomi
Potensi unggulan dalam memacu perkembangan ekonomi
berbekal pada potensi wilayah Desa Lopait yang berbasis pada
sektor pertanian dan peternakan. Hal tersebut dapat dilihat dari
aktifitas penduduk dalam kegiatan sehari-hari dalam mengolah lahan
pertanian sampai dengan pemetikan hasil serta kegiatan peternakan,
potensi tersebut adalah pohon pengasil buah-buahan duren, kelapa,
salak, rambutan, lahan sawah penghasil padi, peternakan meliputi
ternak kambing,ternak sapi.
Sesuai dengan kondisi desa yang merupakan daerah agraris
maka struktur ekonominya lebih dominan kepada sektor pertanian
dan peternakan, di samping sektor-sektor lainnya baik berupa jasa
industri, perkebuan, peternakan, pertukangan dan lain-lainnya.
d. Kegiatan-Kegiatan Masyarakat Lopait
Masyarakat Desa Lopait memiliki kegiatan-kegitan yang sudah
menjadi agenda bersama. Kegiatan ini meliputi semua warga Lopait
tanpa terkecuali. Menurut perangkat Desa bapak Suprayitno
mengatakan bahwa kegiatan ini merupakan kegiatan kelompok
hingga kegiatan bersama dengan tujuan untuk mempersatukan
perbedaan menjadi satu dan saling membantu. Kegiatan-kegiatan
masyarakat Desa Lopait ada yang sifatnya sosial dan keagamaan
yakni sebagai berikut:
-
49
1) Kegiatan sosial
Kegiatan sosial merupakan sebuah kegiatan yang sifatnya
sosial atau kemasyarakatan. Kegiatan ini untuk menjalin
hubungan atau interaksi sesama masyarakat tanpa ada sekat apa
pun sehingga tidak saling membeda-bedakan. Kegiatan ini
menjadi ajang untuk mempererat tali persaudaraan sehingga
tercapainya tujuan bersama. Adapun contoh kegiatan ini adalah
sebagai berikut:
a) Kerja Bakti atau Gotong Royong
Kegiatan kerja bakti atau gotong royang ini dilakukan, baik
itu bentuk kelompok hingga seluruh masyarakat Lopait.
Kegiatan ini masih sering dilakukan contohnya,
pembersihan jalan, membangun tempat ibadah, membantu
tetangga yang sedang mempunyai acara seperti pernikahan.
b) Peringatan 17 Agustusan
Peringatan 17 agustus atau memperingati hari kemerdekaan
Indonesia merupakan kegiatan yang sering dilakukan
disetiap tahunnya. Selain untuk memeriahkan hari
kemerdekaan, kegiatan ini salah satu bentuk nasionalisme
mengenang jasa para pahlawan dan selalu ingat dengan
sejarah kemerdekaan Indonesia.
c) Posyandu
-
50
Posyandu merupakan kegiatan rutin para masyarakat yang
memiliki anak balita. Kegiatan ini dilakukan setiap hari
selasa minggu kedua di rumah pak Kadus. Tujuan kegiatan
ini untuk mengecek kesehatan anak dan masa
pertumbuhannya.
d) Merti Dusun
Merti Dusun merupakan kegiatan tradisional atau kebiasaan
masyarakat untuk meningkatkan rasa persaudaraan antar
masyarakat yang telah menjadi budaya lokal dari nenek
moyang yang diikuti semua warga di Desa Lopait. Kegiatan
ini biasanya dilakukan setiap bulan safar. Merti Dusun ini
menarik perhatian yang mana di akhir kegiatan ada
penampilan kesenian wayang yang sudah menjadi budaya
orang jawa, hal tersebut merupakan cara melestarikan
kesenian orang Jawa agar tetap ada sampai kapanpun.
2) Kegiatan keagamaan Islam
a) Yasinan
Yasinan merupakan kegiatan rutin setiap minggunya yang
ikuti umat muslim dusun Deplongan. Kegiatan ini
dilaksanakan setiap malem jum‟at bagi para laki-laki dan
jum‟at siang setelah sholat jum‟atan untuk para perempuan
atau ibu-ibu.
-
51
b) Pengajian Ibu-Ibu
Pengajian ibu-ibu dilaksanakan seminggu sekali. Kegiatan
ini berisi siraman rohani yang disampaikan oleh to koh
agama Islam yang sangat berperan di lingkungan tersebut.
c) TPA
Pembelajaran Al Qur‟an ini di ikuti oleh anak-anak yang
rata-rata masih menempuh pendidikan SD dan dilaksanakan
setiap hari di waktu sore.
3) Kegiatan Keagamaan Orang Non Muslim
a) Penyampaian Al Kitab
Penyampaian Al Kitab dilaksanakan seminggu sekalai
setiap hari minggu yang diikuti semua warga non muslim
yang menjadi suatu ibadah wajib bagi mereka yang
diselenggarakan di waktu sore hari.
b) Beston (Ibadah Do‟a Malam)
Beston adalah kegiatan iabadah orang non muslim yang
disebut praktik sembahyang dan dilakukan pada jam-jam
tertentu dengan tata cara tertentu yang diikuti oleh kaum
muda.
c) Sekolah Minggu
Sekolah minggu merupakan kegiatan ibadah anak-anak
khususnya yang diadakan pada hari minggu yang mana
-
52
dalam sekolah tersebut diajarkan tentang kisah-kisah
alkitab yan dilaksanakan pada waktu pagi hari.
2. Sikap Toleransi Umat Beragama di Desa Lopait
Sikap toleransi umat beragama merupakan perilaku dimana
seseorang atau kelompok orang yang menghargai perbedaan dalam
kepercayaan agama yang dianut setiap individu. Suatu kepercayaan
tersebut tidak ada paksaan dari orang lain. Karena setiap agama adalah
mengajarkan kebaikan, sehingga sikap toleransi sangat penting
dimiliki oleh setiap diri manusia untuk menghadapi perbedaan di
kehidupan bermasyarakat agar mencapai kehidupan yang harmonis.
Toleransi beragama merupakan sikap saling meghormati dan
menghargai penganut agama lain. Sikap toleransi beragama
diantaranya tidak memaksa orang lain untuk menganut agama yang
kita anut, tidak melarang penganut agama lain untuk beribadah sesuai
dengan keyakinan dan ajaran agama mereka, tidak menghina ajaran
agama lain (Meiza, 2018:47).
Menurut saudari Delvi selaku salah satu warga non Muslim
menyatakan bahwa sikap toleransi umat beragama sebagai berikut:
“kalau berbicara tentang sikap kita ketika berdampingan
dengan orang yang beda agama, tetangga sekeliling kami beda
agama tapi bersyukur nya kami bisa bersosialisasi dengan baik
-
53
dan jangan sampai agama itu kita jadikan suatu pembeda,
sesuatu yang tidak bisa berinteraksi dengan orang yang
tentunya berbeda agama dengan kita. Jadi intinya interaksi itu
penting sosialisasi itu penting, karena kami memerlukan
mereka. Kami disini juga ikut merayakan hari raya nya mereka,
mengehargai ketika mereka melakukan ibadah atau ada
kegiatan-kegiatan keagamaan biasanya kami dilibatkan untuk
membantu. Toleransi itu penting sekali buat kita apalagi yang
beda agama itu terus ada perpecahan jadi toleransi itu
menolong kita untuk tetap satu walaupun beda agama.”
(Wawancara dengan saudari Delvi pada Tanggal 2 Juli 2020
Pukul 17:20).
Menurut bapak Solikin selaku warga Islam juga menyatakan
bahwa sikap toleransi umat beragama sebagai berikut:
“kalo orang desa biasanya yang namanya tetangga ya pastilah
saling menjaga hubungan dengan baik, baik dari segi saling
tolong menolong bantu membantu dalam hal masalah
pekerjaan masalah apapunlah akan brsatu masalah peribadatan
kami. Ya seperti contoh di dusun Celengan biasanya kami
warga dusun itu untuk setiap peribadatan saling menjaga baik
dari warga nasrani apabila sedang sholat kaum muslim mereka
juga akan mengingatkan. Terus seperti juga warga muslim
kadang juga saling menjaga dalam hubungan toleransi
beragama. Gambaran toleransi yang sudah kami lakukan
biasanya adat-istiadat yang ada di dusun Celengan kalo ada
perayaan hari besar agama warga nasrani atau non muslim
biasanya warga muslim itu dapat undangan ikut perayaan dan
itupun tidak terkecuali semua warga diundang waktu itu,
namun berjalannya waktu karena ada tokoh-tokoh agama yang
kurang berkenan untuk acara Natal diundang semua warga
muslim tanpa terkecuali, terus kami bermusyawarah dengan
tokoh-tokoh agama nasrani dan warga muslim. Bapak ustad
terutama, dari tokoh nasarani juga, waktu itu bermusyawarah
tentang acara Natal yang diundang hanya tokoh msayarakat
seperti RT, RW dan Kadus. Warga kami sangat luar biasa
sudah dari nenek moyang dari warga nasrani warga muslim
kalau misalkan pas hari raya Idul Fitri juga warga nsarani ikut
bersilaturahmi kerumah-rumah. Terutama baik dari segi agama
mereka tidak pandang bulu nah itu sikap toleransi dari warga
-
54
kami. Siapapun yang membutuhkan bantuan itu juga tidak
pandang bulu apakah itu agama nasrani atau muslim kami
sepakat tanapa terkecuali” (Wawancara dengan Bapak Solikin
pada Tanggal 2 Juli 2020 Pukul 16:30).
Selain itu, menurut bapak Sutono selaku tokoh agama juga
menyatakan bahwa sikap toleransi umat beragama sebagai berikut:
“Nggeh biasa kerukunan biasa, disinikan kebetulan
kebanyakan non Islamnya lumayan banyak lho ini, ada gereja
ada TK Kristen itu untuk sikap kita untuk keduniaan biasa.
Dalam arti gini kerjasama gotong royong itu kita jalin
kerukunan tapi masalah ibada ya lakumdinukum waliyadin,
monggo di Gereja ytang non Islam yang Islam ya kita ibadah
di Masjid, saling menghormat, saling toleransi, jangan salaing
mengganggu pokoknya saling menghargai dan kebetulan disini
memnag untuk kerukunannya paling nomer satu sampai-
sampai kerukunannya nomer ssatu. Gampangnya Masjid
bangun orang-orang Kristen pun membantu, Gereja
membangun orang-orang Muslim juga membantu saking
rukunnya. Aling menghargai saling menghormati antar umat
beragama jadi disini dulu memnag ada agama itu ada tiga,
Islam, Kristen dan Budha. Ya kita saling menghargailah
pokoknya kita saling menjaga, menghormati keyakinan mereka
tidak mengejek tidak menghina walaupun kadang0kadang
mereka menghina kita. Tapi kita tidak apa-apa tapi jangan
sampai umat Islam menghina mereka. Biar kerukunan terjaga.
Ya kalo disini bahwa disini tuh untuk toleransinya sangat
bagus, tapi tergantung yang di depannya (tokoh agama) seperti
di Celengan yang sebelah utara itu ketika tokoh yang ada di
depan ini sangat ekstrim sehingga untuk tolerannya kurang
bagus juga. Dan dimasing-masing wilayah sini ada tokoh nya.
Ada salah satu tokoh agama yang Islamnya lumayan ekstrim
jadi ketika dengan non Islam ini agak kadang-kadang kurang
toleransi sehingga kadang-kadang tidak bisa diterima oleh
orang Islam sendiri kurang mendapat dukungan dari orang
Islam sendiri kerena sikapnya yang terlalu fanatik. Begitu juga
dari orang yang non Muslim ada sebagian orang fanatik
terhadap agamanya (Wawancara dengan Bapak Sutono pada
Tanggal 3 Juli 2020 Pukul 10:15).
-
55
3. Implementasi Sikap Toleransi Dalam Pendidikan Islam
Dalam penelitian ini, peneliti menulis konsep toleransi umat
beragama di Desa Lopait dan sikap toleransi yang ada dan dilakukan
oleh masyarakat Desa Lopait dengan indikator sikap toleransi sebagai
berikut:
a. Menghormati agama orang lain
Menghormati menghargai agama orang lain merupakan
salah satu perwujudan untuk menumbuhkan sikap toleransi bahwa
dalam kehidupan bermasyarakat menghormati agama orang lain
sangat penting karena kita sebagai makhluk sosial yang tidak dapat
hidup sendiri saling bergantungan satu sama lain.
Islam sebagai sebuah agama yang mengajarkan kepada umat
manusia untuk selalu menghormati serta toleransi terhadap sesama
dan menjaga kesucian serta kebenaran ajaran Islam. Dengan ini
fakta telah membuktikan b ahwa Islam merupakan agama yang
mengajarkan hidup toeleransi terhadap sesama agama. Islam
mengajarkan kepada umatnya tentang pentingnya memelihara
persatuan dan kerukunan, baik intern maupun ekstren umat
beragama. Islam juga mengajarkan kepada umatnya untuk sealalu
toleransi sesama umat beragama, serta saling mencintai dan
menyayangi anatar sesame pemeluk agama. Seanjutnya Islam juga
-
56
menanamkan nilai-nilai kesabaran dan kebebasan pendapat (Abu,
2015:125).
Menurut bapak Sutono selaku tokoh agama juga menyatakan
bahwa menghargai agama orang lain adalah sebagai berikut:
“Karena dari ajaran agama sendiri, di ajaran Islam kan
diajarkan toleransi sedangkan Nabi sendiri kan dengan non
Islam juga mengajarkan toleransi (Wawancara dengan Bapak
Sutono pada Tanggal 3 Juli 2020 Pukul 10:15).
Menurut bapak Solikin selaku warga Muslim juga
menyatakan bahwa menghargai agama orang lain adalah
sebagai berikut:
“Biasanya warga dusun itu setiap ada kegiatan peribadatan
saling menjaga saling mengingatkan seperti warga muslim
saling menjaga toleransi umat Bergama” (Wawancara dengan
Bapak Solikin pada Tanggal 2 Juli 2020 Pukul 16:30).
Hal ini memandakan bahwa implementasi sikap toleransi umat
beragama di Desa lopait sudah sangat baik dan saling
membutuhkan.
b. Menerima Perbedaan
Toleransi beragama mengajarkan kesadaran menerima
perbedaan, antar umat beragama bisa saling bahu membahu dalam
menciptakan perdamaian yang merupakan cita-cita dari semua
umat manusia. Masyarakat dan Negara juga bisa saling
-
57
mendukung tercapainya kehidupan yang harmoni melalui toleransi
beragama.
Menurut bapak Solikin selaku warga Muslim juga
menyatakan bahwa menerima perbedaan agama orang lain adalah
sebagai berikut
“untuk rasa persaudaraan kekeluargaan kebersamaan yang
semakin erat dan keharmonisan dalam masyarakat. Bentuk
toleransi yang sudah berjalan yang kami lakukan mungkin ada
peringatan kirim doa untuk sodara atau kerabat yang sudah
meninggal tanpa membedakan agama jadi ada dari yang warga
non muslim bukan hanya muslim saja. Namu misalkan dari
warga muslim yang dipimpin doa seperti tahlil warga nasrani
juga hormat mengikuti dnegan berdoa menurut keyakinan
masing-masing, seblaikanya jika adawarga nsarni ada kegiatan
kirim doa untuk sanak sodara yang sudah meninggal begitu
juga warga muslim juga ikut dalam acara tersebut dengan
berdoa menurut keprcayaan masing-masing. Jadi di nasarani
juga ada peringatan 7 hari sampai seribu hari mengenanng
kematian saudaranya” (Wawancara dengan Bapak Solikin pada
Tanggal 2 Juli 2020 Pukul 16:30).
Menurut saudari Delvi selaku salah satu warga non Muslim
menyatakan bahwa menerima perbedaan umat beragama sebagai
berikut:
“Toleransi itu wajib penting sekali untuk kita apalagi untuk
kita yang beda agama. Jangan sampai karna berbeda agama
terus kita jadikan perpecahan. Jadi, toleransi itu menolong kita
untuk tetap satu” (Wawancara dengan saudari Delvi pada
Tanggal 2 Juli 2020 Pukul 17:20).
Menurut saudari Sutono tokoh agama Muslim menyatakan
bahwa menerima perbedaan umat beragama sebagai berikut:
-
58
“saling menghargai saling menghormati antar umat beragama
jadi disini dulu memang ada agama itu ada tiga, Islam, Kristen
dan Budha. Ya kita saling menghargailah pokoknya kita saling
menjaga, menghormati keyakinan mereka tidak mengejek tidak
menghina walaupun kadang-kadang mereka menghina kita.
Tapi kita tidak apa-apa tapi jangan sampai umat Islam
menghina mereka. Biar kerukunan terjaga” (Wawancara
dengan Bapak Sutono pada Tanggal 3 Juli 2020 Pukul 10:15).
Menerima perbedaan merupakan sikap tanpa ada upaya yang
dilakukan. Salah satu upaya dari tokoh masyarakat yang
dilakukan agar warga dapat menerima perbedaan adalah
memberikan pemahaman kepada masyarakat dengan interaksi
yang baik untuk mempererat persaudaraan. Maka pelaksanaan
implemantasi sikap toleransi umat beragama di Desa Lopait
dalam hal ini warga dapat menerima perbedaan dengan baik.
c. Saling membantu antar warga dan tidak saling mebeda-bedakan
Sebagai makhluk sosial yang selalu membutuhakan atau
bergantung kepada orang lain. Dalam penerapan sikap toleransi
kita tidak boleh membeda-bedakan, apakah orang yang kita bantu
sama dengan agama yang kita anut. Akan tetapi dala hal
pertolonagan dan bantu-menbantu kitta tidak memamndang latar
belakang agamanya apa, karena kita sama-sama makhluk ciptaan
Tuhan.
-
59
Menurut Bapak Suprayitno selaku perangkat Desa
menyatakan bahwa saling membantu tanpa membedakan latar
belakang agamanya, s