siklus jantung

Upload: dian-ayu-ningsih

Post on 19-Oct-2015

210 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 5/28/2018 siklus jantung

    1/24

    4. Sistem Konduksi dan Siklus Jantung

    A. Sistem konduksi

    Jantung dilengkapi dengan suatu sistem khusus yang berfungsi untuk mencetuskan impuls

    berirama yang akan memicu kontraksi jantung berirama, menghantarkan impuls secara cepat ke

    seluruh jantung. Bila sistem khusus ini berfungsi secara normal, maka atrium akan berkontraksi

    seperenam detik lebih dulu dari ventrikel dan selanjutnya semua bagian ventrikel dapat berkontraksi

    secara simultan. Hal ini sangat penting dan esensial bagi efektivitas fungsi jantung dengan alasan

    berikut ini. Kontraksi atrium mendorong tambahan darah lebih banyak ke dalam ventrikel sehingga

    menimbulkan tekanan yang efektif untuk mendorong darah dari ventrikel ke dalam sistem arteri.

    Sistem konduksi dan berirama ini rentan terhadap kerusakan yang disebabkan oleh penyakitjantung, terutama iskemia yang terjadi akibat gangguan aliran darah ke jaringan jantung. Kerusakan

    sistem konduksi ini akan menyebabkan gangguan irama kontraksi jantung serta urutan atau sekuens

    kontraksi yang abnormal sehingga pemompaan darah menjadi tidak efektif. Semua gangguan

    tersebut dapat sangat berat hingga menimbulkan kematian bila tidak segera diberi pertolongan

    yang tepat.

    Sel Otoritmik dan Sistem Konduksi Jantung

    Sewaktu perkembangan embrio di dalam kandungan, kira-kira 1% sel-sel otot jantung

    berkembang menjadi sel-sel yang bersifat otoritmik. Sel-sel otoritmik ini mampu menimbulkan

    rangsangan pada diri sendiri (self-excitable) serta mampu menimbulkan impuls secara berulang dan

    berirama (ritmik).

    Serat-serat yang bersifat otoritmik ini mempunyai dua fungsi utama, yaitu sebagai pemacu

    (pacemaker) kontraksi atau denyutan yang berirama bagi keseluruhan otot jantung, dan sebagai sistem

    konduksi, yaitu sistem yang menghantarkan impuls daripacemaker ke seluruh otot jantung. Dengan

    susunan sistem konduksi yang sedemikian rupa, otot jantung dapat berkontraksi secara terkoordinasi

    sehingga mampu berfungsi sebagai pompa yang efektif. Sistem konduksi jantung yang terdiri dari

    beberapa komponen. Komponen sistem konduksi jantung tersebut dimulai dari nodus sinus,

    tempat awal tercetusnya impuls pada jantung. Selengkapnya, komponen-komponen tersebut adalah

    sebagai berikut:

  • 5/28/2018 siklus jantung

    2/24

    Gambar Sistem Konduksi Jantung

    Nodus sinus atau nodus sinoatrial yang disingkat nodus SA, terletak di dinding superior lateral

    atrium kanan, sedikit lateral dari muara vena cava superior. Jalur internodal atrium, yang

    menghubungkan nodus sinus dan nodus AV Nodus atrioventrikular atau disingkat nodus AV,

    terletak di dinding posterior septum interatrial atau dinding pembatas antara atrium kanan dan

    atrium kiri. Berkas atau bundel atrioventrikular, yang disingkat bundel AV atau yang lebih populer

    dengan sebutan berkas His atau bundle His, menghubungkan atrium dan ventrikel.

    Nodus Sinus atau Nodus SA

    Nodus sinus berbentuk elips, pipih, berukuran sangat kecil dengan panjang 15 mm, lebar 3 mm

    dan tebal 1 mm. Serat-serat pada nodus ini hampir tidak mengandung filamen kontraktil. Serat-

    serat ini berdiameter kira-kira 3 sampai 5 mikron, sangat kontras dengan serat-serat otot atrium di

    sekitarnya yang berdiameter 10 sampai 15 mikron. Serat-serat sinus ini berhubungan langsung

    dengan serat-serat otot atrium sehingga setiap potensial aksi yang muncul di sinus dengan segera

    menyebar ke atrium.

  • 5/28/2018 siklus jantung

    3/24

    Dalam keadaan normal, eksitasi jantung dimulai di nodus SA, artinya impuls awal dicetuskan

    di nodus SA. Setiap impuls ini diteruskan ke seluruh otot jantung melalui sistem konduksi dangap

    junctionpada setiap unit otot jantung. Impuls yang berasal dari nodus SA dihantarkan ke seluruh

    serat otot atrium dan ke nodus AV. Dari nodus AV, impuls dihantarkan melalui bundel His ke

    ventrikel. Bundel His merupakan satu-satunya hubungan antara atrium dan ventrikel. Jaringan

    penyambung yang membatasi atrium dan ventrikel berfungsi sebagai insulator terhadap hantaran

    listrik potensial aksi antara atrium dan ventrikel. Dengan perkataan lain, tidak ada impuls yang

    dapat dihantarkan melalui jaringan penyambung yang membatasi atrium dan ventrikel.

    Dari bundel His, impuls diteruskan ke ventrikel kiri dan kanan melalui cabang-cabang berkas kiri dan

    kanan. Selanjutnya, impuls diteruskan dengan cepat oleh serat Purkinje ke semua serat otot masing-

    masing ventrikel. Serat-serat otot ventrikel yang tereksitasi dengan segera juga akan mengeksitasi

    serat otot yang berada di dekatnya. Serat-serat otoritmik di nodus SA mampu menimbulkan potensial

    aksi atau impuls secara spontan dan berirama dengan frekuensi 60-100 kali per menit. Frekuensi

    ini adalah frekuensi yang paling cepat bila dibandingkan dengan serat-serat otoritmik lain di sistem

    konduksi jantung.

    Impuls dari nodus SA ini dengan cepat dihantarkan ke seluruh sistem konduksi jantung. Karena

    frekuensinya yang cepat tersebut, impuls dari nodus SA ini dapat menstimulasi serat otoritmik

    yang lain sebelum rnereka sempat menimbulkan impulsnya sendiri. Dengan demikian, nodus SAbertindak sebagai pemacu (pacemaker) impuls pada jantung serta penentu irama dan frekuensi

    denyut jantung dalam keadaan normal.

    Ritmisitas listrik otomatis serat sinus

    Sebagian besar.serat otot jantung mempunyai kemampuan eksitasi mandiri (self-excitation) untuk

    menimbulkan cetusan impuls dan kontraksi berirama secara otomatis. Kemampuan eksitasi

    mandiri ini terutama dimiliki oleh sistem konduksi dan serat khusus jantung. Eksitasi mandiri adalah

    proses untuk menimbulkan impuls pada diri sendiri tanpa bantuan dari bagian yang lain.

    Kemampuan eksitasi mandiri berbeda-beda pada setiap bagian sistem konduksi. Bagian yang

    mempunyai kemampuan paling besar untuk eksitasi mandiri adalah nodus sinus atau nodus SA.

    Karena itulah, nodus sinus dapat mengendalikan kecepatan denyut jantung secara keseluruhan.

  • 5/28/2018 siklus jantung

    4/24

    Mekanisme ritmisitas nodus sinus

    Potensial aksi yang direkam pada serat nodus sinus untuk tiga denyutan, dan dibandingkan

    dengan satu potensial aksi serat otot ventrikel. Potensial aksi serat nodus sinus di antara dua

    cetusan mempunyai negativitas hanya -55 sampai -60 miliVolt. Bandingkan dengan potensial

    serat otot ventrikel yang mempunyai negativitas -85 sampai -90 miliVolt. Penyebab rendahnya

    negativitas serat nodus sinus ini adalah membran serat nodus sinus secara alami selalu terbuka

    untuk dilalui oleh ion Na+.

    Gambar Cetusan impuls

    Ada tiga tipe saluran ion pada membran otot jantung. Ketiga tipe saluran ion ini

    memegang peranan penting dalam perubahan voltase pada potensial aksi. Ketiga tipe saluran ini

    adalah saluran Na cepat, saluran Ca-Na lambat, dan saluran K. Saluran Na cepat bertanggung

    jawab dalam menimbulkan potensial "spike" yang merupakan puncak potensial pada serat otot

    ventrikel. Seperti telah diterangkan sebelumnya, potensial "spike" terbentuk karena ion positif

    Na+masuk dengan cepat ke dalam serat otot. Kemudian, terbentuk plato yang disebabkan oleh

    masuknya ion positif Ca2+

    dan Na+ke dalam serat otot melalui saluran Ca-Na lambat. Terakhir,

    saluran K terbuka dan ion positif K+dengan mudah dapat keluar dari serat otot sehingga potensial

    membran serat otot ventrikel kembali ke keadaan istirahat.

  • 5/28/2018 siklus jantung

    5/24

    Namun, terdapat perbedaan fungsi ketiga saluran ion tersebut pada nodus sinus

    karena potensial istirahatnya hanya -55 sampai -60 miliVolt. Tingkat negativitas sebesar itu

    tidak cukup kuat untuk dapat mengaktifkan saluran Na cepat. Dengan kata lain, pada tingkat

    negativitas sebesar -55 sampai -60 mVolt, saluran Na cepat berada dalam kedaan tidak aktif. Hal

    ini berarti saluran Na cepat tetap dalam keadaan tertutup. Pada tingkat negativitas -55 sampai -60

    mVolt,. hanya saluran Ca-Na lambat yang dapat diaktifkan. Dengan demikian, hanya ion positif

    Ca2+

    dan Na+yang masuk melalui saluran lambat ini saja yang dapat menimbulkan potensial aksi.

    Akibatnya, potensial aksi berkembang dan timbul lebih lambat dibandingkan dengan

    pembentukan potensial aksi pada serat otot ventrikel. Begitu pula masa pemulihan berlangsung

    lebih lambat daripada yang terjadi pada serat otot ventrikel.

    Eksitasi-mandiri serat nodus sinus

    Dalam keadaan istirahat, ion positif Na+ terdapat di cairan ekstrasel dalam konsentrasi

    tinggi, yang berarti di dalam membran serat sinus nodus terdapat muatan listrik negatif.

    Akibatnya, ion positif Na cenderung untuk masuk ke dalam serat. Apalagi dalam keadaan

    istirahat, membran serat nodus sinus mempunyai sejumlah saluran yang terbuka untuk ion Na+

    sehingga seolah-olah membran nodus sinus ini mengalami kebocoran sehingga dimasuki ion Na+.

    Akibatnya, terjadi influks ion positif Na+ yang menyebabkan potensial membran meningkat.

    Potensial istirahat membran secara periahan-lahan meningkat di antara dua denyut jantung. Bila

    potensial membran ini telah mencapai voltase ambang, yaitu kira-kira -40 mVolt, potensial ini

    akan mengaktifkan saluran Ca-Na lambat. Akibatnya, saluran Ca-Na lambat tersebut membuka dan

    dengan cepat ion positif Ca2+

    dan Na+masuk ke dalam membran yang menimbulkan potensial aksi.

    Pada dasarnya, sifat membran nodus sinus yang bocor terhadap ion Na+

    inilah yang menimbulkan

    eksitasi-mandiri (self-excitation)pada nodus sinus.

    Sifat membran nodus sinus yang bocor terhadap ion Na+ini tidak menyebabkan membran

    tersebut selalu berada dalam keadaan depolarisasi. Ada dua peristiwa yang menghalangi

    terjadinya depolarisasi membran nodus sinus secara terus menerus, yaitu saluran Ca-Na

    menjadi inaktif sehingga menutup dalam waktu 100 sampai 150 milidetik setelah saluran

    ini membuka, dan pada saat yang sama saluran K membuka. Akibat kedua hal tadi, influks

    ion positif Ca2+

    dan Na+berhenti , sementara itu sejumlah besar ion positif K

    +keluar dari

  • 5/28/2018 siklus jantung

    6/24

    dalam serat. Kedua peristiwa ini menyebabkan potensial aksi berakhir. Selain itu, saluran K

    tetap membuka selama beberapa perpuluhan detik sehingga semakin banyak ion positif K+

    keluar dari dalam serat. Akibatnya, terciptalah keadaan negatif berlebihan yang disebut

    sebagai hiperpolarisasi. Keadaan hiperpolarisasi ini menyebabkan potensial istirahat

    membran semakin berkurang ke level yang lebih negatif, yaitu kira-kira -55 sampai -60

    miliVolt level yang merupakan akhir potensial aksi nodus sinus.

    Pada beberapa perpuluhan detik berikutnya setelah potensial aksi berakhir, saluran K

    menutup. Sejak saluran K menutup, ion positif Na+ yang masuk secara terus menerus ke

    dalam serat otot dapat mengimbangi aliran keluar ion positif K sehingga potensial istirahat

    membran kembali bergeser naik ke arah positif, dan akhirnya kembali mencapai level voltase

    ambang, yaitu kira-kira -40 miliVolt, untuk menimbulkan depolarisasi berikutnya.

    Keseluruhan proses tersebut akan terus berulang, yaitu eksitasi-mandiri, pemulihan dari

    potensial aksi, hiperpolarisasi setelah potensial aksi berakhir, pergeseran potensial istirahat

    membran kembali ke voltase ambang, dan kemudian terjadi kembali eksitasi-mandiri untuk

    menimbulkan siklus berikutnya, dan seterusnya. Proses ini berlanjut terus tanpa henti

    selama hidup.

    Jalur Internodal dan Transmisi Impuls ke Seluruh Atrium

    Ujung serat nodus sinus menyatu dengan serat otot atrium yang berada di sekitarnya

    sehingga potensial aksi yang berasal dari nodus sinus dapat berjalan di sepanjang serat otot

    atrium ini. Dengan cara ini, potensial aksi yang berasal dari nodus sinus dapat menyebar ke

    seluruh massa otot atrium dan akhirnya sampai ke nodus AV. Kecepatan konduksi impuls di serat

    otot atrium kira-kira 0,3 m/detik. Di beberapa berkas kecil serat otot atrium, kecepatan konduksi

    impuls ini lebih tinggi. Salah satu di antaranya adalah pita interatrial anterior (anterior interatrial

    band) yang berjalan di dinding anterior atrium menuju ke atrium kiri dan mempunyai kecepatan

    konduksi kira-kira 1 m/detik. Terdapat tiga berkas lain semacam ini, yaitu berkas yang berjalan

    melengkung di dinding atrium dan berakhir di sinus AV. Ketiga berkas ini dinamakan sesuai dengan

    posisinya, yaitu jalur internodal anterior, jalur internodal tengah, dan jalur internodal posterior.

    Penyebab tingginya kecepatan konduksi pada berkas tersebut adalah terdapatnya sejumlah serat

  • 5/28/2018 siklus jantung

    7/24

    konduksi khusus yang bercampur dengan otot atrium. Serat-serat ini mirip dengan serat Purkinje

    yang terdapat di ventrikel

    Nodus AV dan Pelambatan Konduksi Impuls ke Ventrikel

    Sistem konduksi telah tertata sedemikian rupa sehingga impuls dari atrium tidak dihantarkan

    ke ventrikel dalam waktu yang terlalu cepat. Hal ini sangat penting untuk memberikan kesempatan

    kepada atrium untuk berkontraksi lebih dahulu dari ventrikel. Dengan demikian, atrium dapat

    memompakan darahnya ke dalam ventrikel sebelum ventrikel berkontraksi untuk memompakan

    darah tersebut ke sistem arteri. Bagian yang berfungsi untuk memperlambat konduksi impuls dari

    atrium ke ventrikel ini adalah nodus AV dan serat konduktif yang berdekatan. Nodus AV terletak di

    dinding posterior septum interatrial pada atrium kanan, di belakang katup trikuspidal dan berdekatan

    dengan lubang pembukaan sinus koronarius.

    Sepanjang jalur internodal, impuls mencapai nodus AV dalam waktu kira-kira 0,03 detik yang

    dihitung mulai dari timbulnya impuls tersebut di nodus sinus. Kemudian, terjadi perlambatan impuls

    kira-kira 0,09 detik di nodus AV sebelum impuls memasuki bagian bundel AV yang mempenetrasi

    jaringan fibrosa antara atrium dan ventrikel untuk sampai ke ventrikel. Di tempat penetrasi bundel

    AV ini, terjadi lagi perlambatan impuls selama 0,04 detik. Tempat penetrasi bundel AV ini terdiri dari

    beberapa fasikulus yang menembus jaringan fibrosa yang memisahkan atrium dan ventrikel dan disebut

    jaringan fibrosa AV. Jaringan fibrosa AV ini berfungsi sebagai sawar agar impuls tidak menyebar

    secara langsung dari otot atrium ke otot ventrikel.

  • 5/28/2018 siklus jantung

    8/24

    Gambar Nodus AV

    Dengan demikian, perlambatan impuls total di nodus AV dan sistem bundel AV kira-kira 0,13

    detik, sebagai tambahan bagi perlambatan konduksi awal dari nodus sinus ke nodus AV selama 0,03

    detik sehingga perlambatan secara keseluruhan adalah 0,16 detik. Kira-kira seperempat dari

    perlambatan ini terjadi di serat transisional, yaitu serat berukuran sangat kecil yang menghubungkan

    serat jalur internodal atrial dengan nodus AV.

    Kecepatan konduksi pada serat transisional ini adalah 0,02 sampai 0,05 m/detik, yaitu kira-kira

    1/12 kecepatan konduksi serat otot jantung, sehingga terjadi perlambatan yang cukup besar sewaktu

    impuls memasuki nodus AV. Setelah impuls memasuki nodus AV, kecepatan konduksi tetap rendah,

    yaitu kira-kira 0,05 m/detik atau 1/8 kecepatan konduksi serat otot jantung. Kecepatan konduksi

    impuls yang rendah ini diperkirakan juga terjadi sewaktu impuls melewati bagian penetrasi bundel

    AV.

    Salah satu penyebab konduksi impuls yang sangat lambat di serat transisional, di nodus AV, dan

    di serat penetrasi bundel AV adalah ukuran serat yang lebih kecil dibandingkan serat otot atrium.

    Akan tetapi, penyebab utama perlambatan tersebut kemungkinan adalah dua faktor berikut ini.

  • 5/28/2018 siklus jantung

    9/24

    Pertama, semua serat tempat terjadinya perlambatan mempunyai potensial istirahat membran yang

    jauh lebih negatif dibandingkan potensial istirahat membran serat otot jantung yang lain. Kedua,

    terdapat beberapa hambatan pada hubungan antarsel pada serat di jalur tersebut sehingga terjadi

    resistensi konduksi yang cukup besar terhadap pergerakan ion dari satu sel ke sel yang lainnya. Jadi,

    karena voltase yang rendah dan resistensi yang besar terhadap pergerakan ion, dapatlah dengan

    mudah dimengerti mengapa sel yang berikutnya menjadi lambat mengalami eksitasi.

    Transmisi Impuls pada Sistem Purkinje

    Serat Purkinje bermula dari nodus AV, berjalan melalui bundel AV menuju ke seluruh bagian

    otot ventrikel. Serat Purkinje ini mempunyai karakteristik fungsional yang sangat berbeda dengan

    serat-serat nodus AV, kecuali di bagian awalnya, yaitu di tempat serat-serat ini menembus jaringan

    fibrosa AV. Serat-serat Purkinje ini merupakan serat yang berukuran besar, bahkan lebih besar dari

    serat otot ventrikel sendiri. Serat-serat ini menghantarkan potensial aksi dengan kecepatan antara

    1,5 dan 4,0 m/detik, yaitu 6 kali lebih cepat dari kecepatan konduksi serat otot jantung dan 150 kali

    lebih cepat dari serat transisional AV. Kecepatan konduksi yang tinggi ini memungkinkan transmisi

    impuls ke seluruh bagian otot ventrikel berlangsung dalam waktu yang sangat singkat. Dengan

    demikian, semua serat otot ventrikel dapat berkontraksi secara serentak sehingga kontraksinya

    menjadi sangat efektif.

    Transmisi potensial aksi yang sangat cepat oleh serat Purkinje dipercaya disebabkan oleh adanya

    gap junctionpada diskus interkalatus yang terletak antarsel. Serat Purkinje mempunyai permeabilitas

    membran yang sangat tinggi. Dengan demikian, ion-ion dapat dengan mudah berpindah dari satu

    sel ke sel berikutnya sehingga dapat mempercepat transmisi impuls. Selain itu, serat Purkinje

    mengandung sedikit filamen kontraktil miofibril sehingga serat Purkinje ini juga berkontraksi selama

    proses transmisi impuls. . .

    Konduksi satu arah pada bundel AV

    Karakteristik khusus bundel AV adalah ketidakmampuannya untuk menghantarkan impuls kembali

    dari ventrikel ke arah atrium. Sifat ini sangat bermanfaat untuk mencegah masuknya kembali

    impuls jantung melalui bundel ini dari ventrikel ke atrium. Dengan demikian, transmisi impuls

    jantung hanya berjalan satu arah melalui bundel AV dengan arah dari atrium ke ventrikel.

  • 5/28/2018 siklus jantung

    10/24

    Selain itu, perlu diingat bahwa di seluruh bagian jantung, kecuali pada bundel AV, otot atrium

    dipisahkan dari otot ventrikel oleh jaringan fibrosa. Jaringan fibrosa ini merupakan penghalang bagi

    penghantaran impuls secara langsung dari otot atrium ke otot ventrikel.

    Hal ini berarti impuls dari atrium ke ventrikel hanya dapat dihantarkan melalui bundel AV,

    dan penghantaran impuls ini hanya berlangsung satu arah, kecuali pada keadaan abnormal yang

    menyebabkan gangguan pada sawar jaringan fibrosa ini sehingga dapat dipenetrasi oleh impuls.

    Apabila terjadi gangguan pada sawar ini, impuls jantung dapat kembali ke atrium dari ventrikel

    sehingga terjadilah aritmia berat.

    Distribusi serat Purkinje di ventrikel

    Setelah menembus sawar jaringan fibrosa yang memisahkan otot atrium dan ventrikel, bagian distalbundel AV akan berjalan ke arah bawah menuju apeks jantung. Bundel AV ini berjalan di sepanjang

    septum interventrikular dengan ukuran panjang kira-kira 5 sampai 15 mm. Kemudian, bundel AV

    bercabang dua menjadi cabang bundel kiri dan kanan yang masing-masing berjalan di bawah

    endokardium pada kedua sisi septum interventrikular yang bersangkutan.

    Setiap cabang bundel terus berjalan ke arah apeks, dan secara progresif membentuk cabang-

    cabang yang lebih kecil yaitu serat Purkinje yang berjalan ke seluruh bagian kedua ventrikel. Serat

    Purkinje juga berjalan ke bagian atas apeks, yaitu ke arah basis jantung. Ujung-ujung serat Purkinjemenembus otot ventrikel, yaitu kira-kira sepertiga bagian atas otot ventrikel. Setelah itu, impuls akan

    diteruskan ke seluruh bagian ventrikel oleh serat-serat otot ventrikel itu sendiri.

    Masuknya impuls jantung ke cabang bundel pada septum interventrikular hingga mencapai

    bagian terminal serat Purkinje hanya membutuhkan waktu rata-rata kira-kira 0,03 detik. Jadi, begitu

    impuls jantung memasuki sistem Purkinje, impuls tersebut segera disebarkan ke seluruh otot

    ventrikel di bagian yang berdekatan dengan endokardium. Impuls mencapai ujung serat Purkinje,

    impuls tersebut akan ditransmisikan ke seluruh ventrikel oleh serat otot ventrikel itu sendiri.

    Kecepatan transmisi impuls pada serat otot ventrikel tidaklah secepat pada serat Purkinje. Kecepatan

    impuls pada serat otot ventrikel hanya antara 0,3 dan 0,5 m/detik atau seperenam kecepatan

    konduksi pada serat Purkinje.

    Pemacu abnormal - pemacu ektopik

  • 5/28/2018 siklus jantung

    11/24

    Dalam keadaan abnormal, beberapa bagian lain jantung mencetuskan impuls intrinsik dengan

    frekuensi yang lebih cepat dari yang dapat dicetuskan oleh nodus sinus. Misalnya, yang paling

    sering adalah nodus AV dan serat Purkinje, atau yang lebih jarang adalah otot atrium dan otot

    ventrikel. Dengan demikian, pemacu jantung diambil alih dari nodus sinus oleh salah satu bagian

    yang telah menjadi pemacu baru tersebut.

    Pemacu selain nodus sinus disebut pemacu ektopik. Pemacu ektopik menyebabkan urutan

    kontraksi jantung yang abnormal di bagian-bagian jantung sehingga dapat menimbulkan kelemahan

    atau debilitas yang hebat pada fungsi pemompaan darah. Penyebab lain beralihnya pemacu jantung

    adalah hambatan atau blok pada transmisi impuls dari nodus sinus, ke bagian lain jantung. Dalam

    hal ini, bagian yang paling sering menjadi pemacu ektopik adalah nodus AV atau bagian bundel AV

    yang menembus ventrikel.

    Bila terjadi blok AV, yaitu blok transmisi impuls dari atrium ke ventrikel melalui nodus AV, atrium

    juga tetap berkontraksi mengikuti irama nodus sinus dengan frekuensi normal, 70-80 kali per menit.

    Sementara itu, untuk ventrikel pemacu baru akan muncul di serat Purkinje dan mengeksitasi

    ventrikel untuk berkontraksi mengikuti irama serat Purkinje dengan frekuensi 15-40 kali per menit.

    Sewaktu blok AV tiba-tiba terjadi, serat Purkinje belum dapat mencetuskan impuls ritmik

    inrrinsiknya selama 5-30 detik. Hal ini terjadi karena sebelum blok terjadi, serat Purkinje masih

    berada di bawah pengaruh impuls dari nodus sinus sehingga berada dalam keadaan tersupresi.Jadi, selama 5-30 detik tersebut, ventrikel tidak mendapatkan impuls eksitasi sehingga tidak dapat

    berkontraksi. Akibatnya, selama masa tersebut darah tidak dapat dipompakan ke seluruh jaringan

    tubuh, termasuk ke otak, sehingga menyebabkan pingsan karena otak kekurangan darah. Pingsan

    sering terjadi pada 4-5 detik pertama setelah terjadinya blok. Denyut jantung berhenti selama 4-5

    detik, selanjutnya, jantung berdenyut kembali, tetapi dengan irama yang sangat lambat mengikuti

    irama serat Purkinje. Kelainan seperti ini disebut sindrom Stokes Adams. Keadaan ini dapat

    menimbulkan kematian, terutama bila terhentinya denyut jantung berlangsung dalam waktu yang

    lebih lama.

    Peranan Sistem Purkinje dalam Menimbulkan Kontraksi Sinkron

    Dalam keadaan normal, perbedaan waktu antara serat ventrikel yang pertama dan yang

    paling akhir tereksitasi hanya terpaut 0,06 detik. Dengan demikian, seluruh bagian otot ventrikel,

  • 5/28/2018 siklus jantung

    12/24

    pada kedua ventrikel, berkontraksi secara sinkron. Kontraksi secara sinkron ini sangat diperlukan

    untuk menghasilkan pemompaan darah yang efektif.

    Gambar Saraf otonom pada jantung

    Bila impuls jantung ditransmisikan secara lambat, serat-serat otot ventrikel tidak menerima

    impuls secara hampir bersamaan. Akibatnya, kontraksi tidak terjadi secara sinkron. Bila kontraksi

    menjadi tidak sinkron, pemompaan darah ke seluruh jaringan tubuh terganggu. Keadaan seperti ini

    dapat terjadi pada beberapa kelainan jantung.

    Pengendalian Ritmisitas dan Konduksi Jantung

    Jantung disarafi oleh kedua macam sistem saraf otonom, yaitu simpatis dan parasimpatis.

    Saraf parasimpatis yang mengontrol fungsi jantung terutama berasal dari nervus vagus. Distribusi

    saraf parasimpatis yang paling banyak adalah ke nodus sinus dan nodus AV Distribusi saraf

    parasimpatis ke serat penghantar ventrikular lebih sedikit, dan ke otot ventrikel lebih sedikit lagi.

    Sedangkan, saraf simpatis didistribusikan ke seluruh bagian jantung.

  • 5/28/2018 siklus jantung

    13/24

    Efek stimulasi vagal terhadap ritmisitas dan konduksi

    Stimulasi saraf parasimpatis, nervus vagus, menyebabkan pelepasan hormon asetilkolin dari

    ujung saraf tersebut. Hormon ini menyebabkan dua efek utama pada jantung. Efek yang pertama

    adalah menurunkan frekuensi irama nodus sinus sehingga juga menurunkan frekuensi denyut

    jantung. Efek yang kedua adalah menurunkan eksitabilitas serat konduktif AV, yang

    menghubungkan atrium dengan nodus AV, sehingga memperlambat transmisi impuls ke ventrikel.

    Stimulasi vagal yang bersifat lemah sampai moderat dapat memperlambat kecepatan pemompaan

    darah oleh jantung hingga setengah dari normal. Sedangkan, stimulasi vagal yang kuat dapat

    menghentikan eksitasi ritmik pada nodus sinus dan memblok transmisi impuls pada serat

    penghubung AV. Akibatnya, tidak ada lagi impuls yang dapat ditransmisikan ke ventrikel dan

    selanjutnya ventrikel akan berhenti berkontraksi. Untungnya, keadaan ini hanya berlangsung

    selama 5 sampai 20 detik karena kemudian serat Purkinje, terutama yang berada pada bundel AV

    di septum interventrikular, mulai mencetuskan impulsnya. Mulai saat itu, ventrikel berkontraksi sesuai

    dengan impuls yang berasal dari serat Purkinje, yaitu dengan frekuensi 15-40 denyutan per detik.

    Fenomena ini disebut lolos ventricular.

    Mekanisme efek vagal

    Asetilkolin, yang dilepaskan oleh ujung serat saraf vagus, sangat meningkatkan permeabilitas

    membran serat terhadap ion K sehingga ion K+dengan cepat keluar dari serat konduktif. Akibatnya,

    terjadi peningkatan negativitas di dalam serat tersebut atau yang disebut hiperpolarisasi. Seperti

    yang telah diuraikan terdahulu, hiperpolarisasi menyebabkan penurunan eksitabilitas serat.

    Di nodus sinus, keadaan hiperpolarisasi menyebabkan penurunan potensial istirahat membran

    sehingga menjadi lebih negatif dari keadaan normal, yaitu menjadi antara -65 dan -75 mVblt.

    Akibatnya, membran sulit mencapai potensial ambang untuk dapat menimbulkan eksitasi sehingga

    kecepatan irama pencetusan impuls di nodus sinus melambat. Bila stimulasi vagal cukup kuat,

    kemungkinan besar eksitasi-mandiri ritmik akan terhenti sama sekali.

    Di nodus AV, keadaan hiperpolarisasi sangat menyulitkan transmisi impuls oleh serat penghubung

    sehingga hanya sejumlah kecil impuls yang dapat mencapai serat nodus AV untuk mengeksitasi

    nodus tersebut. Hal ini merupakan faktor keamanan untuk mengurangi transmisi impuls melalui

    serat penghubung ke serat nodus AV. Pengurangan yang bersifat moderat dapat memperlambat

  • 5/28/2018 siklus jantung

    14/24

    konduksi impuls. Akan tetapi, bila faktor keamanan ini mengurangi impuls sampai di bawah suatu

    nilai tertentu yang membuat potensial aksi suatu serat tidak mampu lagi menimbulkan potensial

    aksi pada serat berikutnya terjadilah blok konduksi. Artinya, transmisi impuls akan terhenti sama

    sekali.

    Efek stimulaei simpatie terhadap ritmisitas dan konduksi

    Stimulasi simpatis menyebabkan efek yang berlawanan dengan stimulasi vagal. Pertama,

    stimulasi simpatis meningkatkan kecepatan pencetusan impuls ritmik di nodus sinus. Kedua,

    stimulasi simpatis meningkatkan kecepatan konduksi dan juga meningkatkan eksitabilitas di seluruh

    bagian jantung. Ketiga, stimulasi simpatis meningkatkan kekuatan kontraksi seluruh serat otot

    jantung, baik serat otot atrium maupun serat otot ventrikel. Jadi, stimulasi simpatis meningkatkan

    semua aktivitas jantung. Stimulasi simpatis secara maksimal dapat meningkatkan frekuensi jantung

    sampai tiga kali lipat dan meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung sampai dua kali lipat.

    Mekanisme efek simpatis

    Stimulasi saraf simpatis menyebabkan pelepasan hormon epinefrin di ujung terminal serat

    saraf tersebut. Mekanisme pasti bagaimana hormon epinefrin ini bekerja pada serat otot jantung

    masih belum jelas sepenuhnya. Akan tetapi, dipercaya bahwa hormon ini meningkatkan

    permeabilitas membran serat terhadap ion Na+dan ion Ca2+.

    Di nodus sinus, peningkatan permeabilitas membran terhadap ion Na+menyebabkan peningkatan

    potensial istirahat membran menjadi lebih positif. Selain itu, juga terjadi peningkatan kecepatan

    pencapaian ambang untuk eksitasi-mandiri. Akibatnya, awal permulaan eksitasi-mandiri menjadi

    lebih cepat sehingga frekuensi denyut jantung meningkat.

    Di nodus AV, peningkatan permeabilitas membran terhadap ion Na+menyebabkan potensial aksi

    di suatu serat dapat lebih mudah mengeksitasi serat berikutnya. Artinya, potensial aksi di serat yangberikutnya lebih mudah dan lebih cepat timbul. Dengan demikian, waktu konduksi impuls dari

    atrium ke ventrikel menjadi lebih singkat.

    Peningkatan permeabilitas membran terhadap ion Ca2+

    paling tidak secara parsial ikut bertanggung

    jawab terhadap peningkatan kekuatan kontraksi otot jantung akibat stimulasi simpatis. Hal ini

  • 5/28/2018 siklus jantung

    15/24

    disebabkan oleh pentingnya peran ion Ca dalam mengeksitasi proses kontraksi miofibril. Seperti

    telah diuraikan sebelumnya, ion Ca2+

    diperlukan untuk mengatalisis reaksi kimia yang

    menyebabkan terjadinya pergeseran filamen aktin dan filamen miosin sehingga timbul kontraksi otot

    jantung.

    B. Siklus Jantung

    Peristiwa yang terjadi di jantung dari permulaan suatu denyutan sampai ke denyutan berikutnya

    dinamakan siklus jantung. Setiap siklus jantung diawali oleh timbulnya potensial aksi secara spontan

    di nodus SA yang terletak di dinding bagian superior lateral atrium kanan, yaitu di dekat muara vena

    caua superiorpembuluh balik yang masuk ke dalam atrium kanan yang membawa darah dari tubuh

    bagian atas, termasuk leher dan kepala. Potensial aksi yang berasal dari nodus SA ini dengan cepat

    dihantarkan ke semua bagian kedua atrium, kemudian melalui bundel AV ke semua bagian kedua

    ventrikel. Karena sistem konduksi dari atrium ke ventrikel mempunyai susunan khusus, terjadi

    keterlambatan penghantaran impuls jantung dari atrium ke ventrikel selama kira-kira 0,1 detik. Hal ini

    memungkinkan dan memberi waktu bagi atrium untuk berkontraksi terlebih dahulu sehingga darah

    dapat dipompakannya ke dalam ventrikel, baru kemudian ventrikel berkontraksi dengan kuat

    untuk memompakan darah tersebut. Dengan demikian, atrium bertindak sebagai "pompa primer"

    bagi ventrikel, dan ventrikel dapat memperoleh sejumlah darah untuk dipompakan ke seluruh

    jaringan tubuh melalui sistem vascular. Jadi, dalam keadaan normal, sewaktu kedua atriumberkontraksi, kedua ventrikel berada dalam keadaan relaksasi.

    Sistolik dan Diastolik

    Siklus jantung terdiri atas periode relaksasi yang disebut diastolik, yaitu periode pengisian

    darah ke dalam ruang jantung, kemudian diikuti oleh periode kontraksi yang disebut sistolik, yaitu

    masa kontraksi untuk mengeluarkan darah dan ruang jantung.

  • 5/28/2018 siklus jantung

    16/24

    Gambar Digram siklus jantung

    Diagram yang memperlihatkan peristiwa yang terjadi selama siklus jantung berkaitan dengan

    fungsi ventrikel kiri. Tiga kurva teratas menunjukkan perubahan tekanan, yaitu kurva yang paling

    atas menunjukkan perubahan tekanan di dalam aorta. Kurva kedua menunjukkan perubahan

    tekanan di dalam ventrikel kiri. Kurva ketiga menunjukkan perubahan tekanan di dalam atrium kiri.

    Kurva keempat menunjukkan perubahan volume di dalam ventrikel. Kurva kelima adalah

    elektrokardiogram (EKG). Kurva keenam adalah fonokardiogram. Diagram ini sangat penting

    dipelajari secara mendalam untuk dapat memahami peristiwa apa saja yang terjadi selama suatu

    siklus jantung dan peristiwa apa yang menimbulkan kurva-kurva yang terlihat pada diagram ini.

    Hubungan Siklus Jantung dengan Elektrokardiogram

    Kurva elektrokardiogram memperlihatkan gelombang R Q, R, S, dan T. Gelombang-

    gelombang ini adalah voltase listrik yang ditimbulkan oleh aktivitas listrik yang terjadi di jantung.

    Gelombang P ditimbulkan oleh depolarisasi atrium dan gelombang ini akan diikuti oleh kontraksiatrium sehingga menimbulkan peningkatan tekanan di dalam atrium segera setelah terjadinya

    gelombang R Kira-kira 0,16 detik setelah gelombang R muncul gelombang QRS yang ditimbulkan

    oleh depolarisasi ventrikel yang diikuti pula oleh kontraksi ventrikel dan peningkatan tekanan di

    dalam ventrikel. Karena itu, gelombang QRS muncul sesaat sebelum sistolik ventrikel. Sedangkan,

  • 5/28/2018 siklus jantung

    17/24

    gelombang T ditimbulkan oleh repolarisasi ventrikel yang diikuti oleh relaksasi ventrikel. Karena itu,

    gelombang T muncul sesaat sebelum berakhirnya kontraksi ventrikel.

    Fungsi Atrium sebagai Pompa Primer

    Dalam keadaan normal, darah dari seluruh tubuh kembali ke jantung, yaitu ke dalam kedua

    atrium. Kira-kira 75% darah yang masuk kedalam atrium tersebut langsung mengalir ke dalam

    ventrikel sebelum atrium berkontraksi. Kemudian, sewaktu atrium berkontraksi, sisa darah

    sebanyak 25% dipompakan masuk ke dalam ventrikel. Jadi, atrium hanya berfungsi sebagai

    pompa primer bagi ventrikel untuk meningkatkan efektivitas ppmpa ventrikel sebanyak 25%.

    Pada kurva yang menunjukkan perubahan tekanan atrium, terlihat bahwa selama suatu siklus

    jantung terjadi tiga kali peningkatan tekanan di dalam atrium. Ketiga peningkatan atrium tersebut

    pada diagram digambarkan sebagai gelombang a, gelombang c, dan gelombang v. Gelombang a

    muncul akibat terjadinya peningkatan tekanan atrium yang disebabkan oleh kontraksi atrium. Dalam

    keadaan normal, selama kontraksi atrium ini, tekanan di dalam atrium kanan meningkat kira-kira 4

    sampai 6 mmHg, sedangkan di dalam atrium kiri, peningkatan tekanan ini sedikit lebih tinggi, yaitu

    kira-kira 7 sampai 8 mmHg.

    Gelombang c timbul sewaktu ventrikel mulai berkontraksi. Diperkirakan peningkatan tekanan

    di dalam atrium disebabkan oleh terjadinya aliran balik darah dari ventrikel ke atrium padapermulaan kontraksi ventrikel. Narnun, penyumbang terbesar bagi peningkatan tekanan atrium ini

    diduga adalah penonjolan katup AV ke arah atrium akibat peningkatan tekanan di daiam ventrikel

    sewaktu ventrikel berkontraksi.

    Gelombang v yang muncul di akhir kontraksi ventrikel disebabkan oleh aliran darah yang masuk

    ke dalam atrium melalui pembuluh vena sementara katup AV masih dalam keadaan tertutup karena

    ventrikel masih dalam keadaan berkontraksi. Akibatnya, darah belum dapat mengalir dengan bebas

    ke dalam ventrikel sehingga terjadi penumpukan darah di dalam atrium. Peningkatan volume darah di

    dalam atrium ini menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan di dalam atrium. Begitu katup AV

    terbuka, darah yang ada di dalam atrium dengan cepat masuk ke dalam ventrikel sehingga tekanan

    di dalam atrium berkurang dan gelombang v menghilang.

  • 5/28/2018 siklus jantung

    18/24

    Fungsi Ventrikel sebagai Pompa

    Sewaktu ventrikel berkontraksi, katup AV tertutup sehingga darah tidak mengalir dari atrium ke

    dalam ventrikel. Akibatnya, terjadi penumpukan darah di dalam atrium karena darah dari sistem

    vena tetap memasuki atrium sehingga tekanan di atrium perlahan-lahan meningkat. Karena itu,

    begitu sistolik berakhir dan tekanan di dalam ventrikel kembali menurun ke nilai tekanan diastolik

    yang rendah, tekanan atrium yang sudah meningkat segera mendorong katup AV hingga terbuka.

    Begitu katup AV terbuka, darah yang ada di dalam atrium dengan segera mengalir memasuki ventrikel.

    Akibatnya, terjadi peningkatan volume ventrikel seperti yang terlihat di kurva volume ventrikel.

    Masa pengisian yang cepat ini disebut periode pengisian cepat ventrikel. Periode pengisian cepat

    ventrikel berlangsung dalam sepertiga pertama masa diastolik.

    Dalam sepertiga kedua masa diastolik, hanya sedikit darah yang masuk ke dalam ventrikel dari

    atrium. Darah yang masuk ini adalah darah vena yang masuk ke dalam atrium, tetapi karena katup

    AV sedang dalam keadaan terbuka, darah tersebut langsung saja mengalir masuk ke dalam

    ventrikel. Dalam sepertiga terakhir masa diastolik, atrium berkontraksi , sehingga

    menambah jumlah darah yang masuk ke dalam ventrikel. Jumlah darah yang masuk akibat

    kontraksi atrium ini kira-kira 25% jumlah total darah yang ,masuk ke dalam ventrikel selama

    masa diastolik, yang merupakan periode, pengisian ventrikel.

    Pengosongan Ventrikel

    Masa sistolik terdiri atas 3 periode, yaitu periode kontraksi isovolumik (periode kontraksi

    isometrik), periode ejeksi, dan periode relaksasi isovolumik (periode relaksasi isometrik).

    a. Periode kontraksi isovolumik / isometrikBegitu kontraksi ventrikel dimulai, dengan segera tekanan di dalam ventrikel pun meningkat

    dan menyebabkan katup AV menutup, seperti yang ditunjukkan oleh kurva tekanan ventrikel.

    Namun, diperlukan tambahan waktu 0,02 sampai 0,03 detik lagi agar tekanan di dalam ventrikel

    meningkat cukup tinggi untuk dapat membuka katup semilunar. Tekanan yang dibutuhkan adalah

    tekanan yang melebihi tekanan di dalam aorta bagi ventrikel kin dan tekanan di dalam arteri

    pulmonalis bagi ventrikel kanan. Jadi, pada periode ini, ventrikel berkontraksi, tetapi belum ada

    darah yang keluar dari ventrikel karena katup AV belum terbuka. Dengan kata lain, pada periode

  • 5/28/2018 siklus jantung

    19/24

    ini tidak ada perubahan volume darah di dalam ventrikel. Karena itulah, periode ini dinamakan

    periode kontraksi isovolumik. Periode ini dinamakan juga periode kontraksi isometrik karena

    walaupun ventrikel berkontraksi, tetapi tidak terjadi pemendekan serabut ototnya, yang terjadi

    hanya peningkatan tonus ototnya.

    b. Feriode ejeksiBila tekanan di dalam ventrikel kiri meningkat di atas 80 mmHg dan di dalam ventrikel kanan

    di atas 8 mmHg, dalam keadaan normal katup semilunaris,katup aorta dan katup pulmonalis akan

    terdorong dan membuka. Akibatnya, dengan segera darah yang ada di dalam ventrikel kiri

    memasuki aorta dan darah yang ada di dalam ventrikel kanan memasuki trunkus pulmonalis.

    Periode keluarnya darah dari ventrikel ini dinamakan periode ejeksi. Pada sepertiga pertama

    periode ejeksi ini, akibat tekanan yang tinggi di dalam ventrikel, sebagian besar darah keluar

    dengan cepat, yaitu kira-kira 70% dari keseluruhan volume ejeksi masa ini dinamakan periode ejeksi

    cepat. Sisanya, sebesar 30%, keluar pada duapertiga akhir periode ejeksi dengan kecepatan yang

    lebih lambat karena tekanan di dalam ventrikel sudah berkurang masa ini dinamakan periode ejeksi

    lambat.

    Tekanan di dalam ventrikel kiri pada periode ejeksi lambat berkurang menjadi sedikit lebih rendah

    dari di dalam aorta, tetapi darah tetap dapat mengalir ke dalam aorta. Alasannya dapat diterangkan

    sebagai berikut darah yang keluar dari ventrikel kiri dan masuk ke dalam aorta pada periode ejeksi

    cepat akan membentuk momentum. Begitu momentum ini berkurang pada bagian akhir masa

    sistolik, energi kinetik dari momentum ini diubah menjadi tekanan di dalam aorta yang

    mengakibatkan tekanan di dalam aorta menjadi sedikit lebih besar dari tekanan di dalam ventrikel

    kiri.

    c. Periode relaksasi isovolumik/ isometrikSetelah berakhirnya sistolik, ventrikel segera berelaksasi sehingga tekanan di dalam ventrikel

    menurun dengan cepat. Tekanan di dalam aorta dan di dalam trunkus pulmonalis yang meningkat

    dengan cepat segera mendorong darah kembali ke arah ventrikel dengan kuat dan memukul katup

    aorta dan katup pulmonalis sehingga menutup. Pada 0,03 sampai 0,06 detik berikutnya, otot

    ventrikel terus berelaksasi, tetapi volume ventrikel tidak berubah masa ini dinamakan periode

  • 5/28/2018 siklus jantung

    20/24

    relaksasi isovolumik atau periode relaksasi isometrik. Selama masa ini, tekanan intraventrikular

    menurun dengan cepat kembali ke level tekanan diastolik yang rendah. Kemudian, katup AV kembali

    membuka dan siklus pemompaan ventrikel berikutnya dimulai kembali.

    Volume Akhir dan Volume Sekuncup

    Dalam keadaan normal, selama masa diastolik, pengisian ventrikel akan meningkatkan volume

    masing-masing ventrikel menjadi kira-kira 110 sampai 120 mililiter. Volume ini dikenal dengan

    sebutan volume akhir-diastolik. Sedangkan, selama sistolik darah yang dipompakan dari ventrikel kiri

    ke dalam aorta berjumlah kira-kira 70 mililiter, begitu pula dari ventrikel kanan ke dalam trunkus

    pulmonalis. Jumlah darah yang dipompakan masing-masing ventrikel selama masa sistolik ini disebut

    keluaran volume sekuncup. Sedangkan, sisa volume darah yang tertinggal di dalam masing-masing

    ventrikel pada akhir masa sistolik disebut volume akhir sistolik yang berjumlah kira-kira 40 sampai 50

    mililiter. Bagian atau fraksi darah yang keluar dari ventrikel selama periode ejeksi ini disebut fraksi

    ejeksi, yaitu kira-kira 60%.

    Bila ventrikel berkontraksi dengan sangat kuat, volume akhir sistolik dapat berkurang menjadi kira-

    kira 10 sampai 20 mililiter saja. Di lain pihak, volume akhir diastolik dapat pula meningkat menjadi

    kira-kira 150 sampai 180 mililiter bila darah sangat banyak masuk ke dalam ventrikel selama masa

    diastolik. Dalam keadaan seperti ini, keluaran volume sekuncup dapat meningkat dua kali lipat.

    5. Penatalaksanaan

    Talaksana Pra Rumah Sakit

    Prognosis sebagian tergantung adanya 2 kelompok komplikasi umum yaitu komplikasi

    elektrikal dan komplikasi mekanik. Sebagian besar kematian diluar rumah sakit adanya

    fibrilasi ventrikel mendadak, yang sebagian besar terjadi dalam 24 jam pertama onset gejala

    dan lebih dari separuhnya terjadi pada jam pertama. Sehingga elemen utama antara lain:

    Pengenalan gejala oleh pasien dan segera mencari pertolongan medis Segera memanggil tim medis emergensi yang dapat melakukan tindakan resusitasi Transportasi pasien ke rumah sakit yang mempunyai fasilitas ICU serta staf medis

    yang terlatih

    Melakukan terapi reperfusi

  • 5/28/2018 siklus jantung

    21/24

    Keterlambatan banyak yang terjadi pada penanganan pasien biasanya bukan selama

    transportasi ke rumah sakit, namun karena lama waktu onset nyeri dada sampai keputusan pasien

    untuk meminta pertolongan. Hal ini bias ditanggulangi dengan cara edukasi kepada masyarakat

    oleh tenaga professional kesehatan mengenai pentingnya tatalaksana dini.

    Tatalaksana di Ruang Emergensi

    Tujuan tatalaksana di IGD pada pasien mencakup mengurangi/menghilangkan nyeri

    dada, identifikasi cepat pasien dengan terapi reperfusi segera, triase pasien risiko rendah ke

    ruangan yang tepat di rumah sakit.

    Tatalaksana Umum

    Oksigen

    Suplemen oksigen harus diberikan pada pasien dengan saturasi oksigen arteri

  • 5/28/2018 siklus jantung

    22/24

    Mengurangi/menghilangkan nyeri dada sangat penting,karena nyeri dikaitkan dengan aktivasi

    simpatis yang menyebabkan vasokonstriksi dan meningkatkan beban jantung.

    Morfin

    Morfin sangat efektif mengurangi nyeri dada dan merupakan analgesik pilihan dalam

    tatalaksana nyeri dada pada STEMI. Morfin diberikan dengan dosis 2-4 mg dan dapat diulang

    dengan interval 5-15 menit sampai dosis total 20 mg. Efek samping yang perlu diwaspadai

    pada pemberian morfin adalah konstriksi vena dan arteriolar melalui penurunan simpatis,

    sehingga terjadi pooling vena yang akan mengurangi curah jantung dan tekanan arteri. Efek

    hemodinamik ini dapat diatasi dengan elevasi tungkai dan pada kondisi tertentu diperlukan

    penambahan cairan IV dengan NaCl 0,9%. Morfin juga dapat menyebabkan efek vagotonik

    yang menyebabkan bradikardia atau blok jantung derajat tinggi, terutama pasien dengan infark

    posterior. Efek ini biasanya dapat diatasi dengan pemberian atropin0,5mgIV.

    Aspirin '

    Aspirin merupakan tatalaksana dasar pada pasien yang dicurigai STEMI dan efektif pada

    spektrum sindrom koroner akut. Inhibisi cepat siklooksigenase trombosit yang dilanjutkan

    reduksi kadar tromboksan A2 dicapai dengan absorpsi aspirin bukkal dengan dosis 160-325 mg

    di ruang emergensi. Selanjutnya aspirin diberikan oral, dengan dosis 75-162 mg.

    Penyekat Beta

    Jika morfin tidak berhasil mengurangi nyeri dada, pemberian penyekat beta IV, selain nitrat

    mungkin efektif. Regimen yang biasa diberikan adalah metoprolol 5 mg setiap 2-5 menit sampai

    total 3 dosis, dengan syarat frekuensi jantung >60 menit, tekanan darah sistolik >100 mmHg,

    interval PR

  • 5/28/2018 siklus jantung

    23/24

    Reperfusi dini akan memperpendek lama oklusi koroner, meminimalkan derajat disfungsi dan

    dilatasi ventrikel dan mengurangi kemungkinan pasien STEMI berkembang menjadi pump

    failure atau takiaritmia ventrikular yang maligna.

    Sasaran terapi reperfusi pada pasien STEMI adalah door-to-needle atau medical contact-

    to-needle) time untuk memulai terapi fibrinolitik dapat dicapai dalam 30 menit atau door-to-

    balloon atau medical contact-to-balloon time untuk PCI dapat dicapai dalam 90 menit.

  • 5/28/2018 siklus jantung

    24/24