simki-techsain vol. 01 no. 12 tahun 2017 issn :...
TRANSCRIPT
ARTIKEL
TINGKAT FERTILITAS DAN DAYA TETAS HASIL PERSILANGAN
AYAM KAMPUNG DENGAN AYAM RAS MENGGUNAKAN
TEKNOLOGI INSEMINASI BUATAN (IB) DALAM MESIN TETAS
OTOMATIS (INKUBATOR)
Oleh:
LUSI RATNASARI
13.1.04.01.0020
Dibimbing oleh :
1. Dr. Fitriani, MP.
2. Drh. Dianita Dwi Sugiartanti M.Sc.
PROGRAM STUDI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI
TAHUN 2017
Simki-Techsain Vol. 01 No. 12 Tahun 2017 ISSN : XXXX-XXXX
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri
Lusi Ratnasari│13.1.04.01.0020
Fakultas Peternakan Prodi Peternakan
simki.unpkediri.ac.id
|| 1||
Simki-Techsain Vol. 01 No. 12 Tahun 2017 ISSN : XXXX-XXXX
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri
Lusi Ratnasari│13.1.04.01.0020
Fakultas Peternakan Prodi Peternakan
simki.unpkediri.ac.id
|| 2||
Simki-Techsain Vol. 01 No. 12 Tahun 2017 ISSN : XXXX-XXXX
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri
Lusi Ratnasari│13.1.04.01.0020
Fakultas Peternakan Prodi Peternakan
simki.unpkediri.ac.id
|| 3||
Simki-Techsain Vol. 01 No. 12 Tahun 2017 ISSN : XXXX-XXXX
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri
Lusi Ratnasari│13.1.04.01.0020
Fakultas Peternakan Prodi Peternakan
simki.unpkediri.ac.id
|| 4||
TINGKAT FERTILITAS DAN DAYA TETAS HASIL PERSILANGAN AYAM
KAMPUNG DENGAN AYAM RAS MENGGUNAKAN TEKNOLOGI INSEMINASI
BUATAN (IB) DALAM MESIN TETAS OTOMATIS (INKUBATOR)
LUSI RATNASARI
13.1.04.01.0020
FAKULTAS PETERNAKAN
Email: [email protected]
Fitriani1
dan Dianita Dwi Sugiartanti2
UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI
ABSTRAK
LUSI RATNASARI : Tingkat Fertilitas Hasil Persilangan Ayam Kampung Dengan Ayam Ras Menggunakan
Teknologi IB (Inseminasi Buatan) Dalam Mesin Tetas Otomatis (Inkubator). Skripsi, Program Studi Peternakan,
Fakultas Peternakan UN PGRI Kediri, 2017.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat fertilitas dan daya tetas hasil persilangan ayam
kampung dengan ayam ras menggunakan teknologi IB dalam mesin tetas otomatis (inkubator). Penelitian ini
dilaksanakan pada tanggal 17 April – 17 Mei 2017 di peternakan milik Bapak Saipul yang bergerak dibidang
pembibitan. Metode yang digunakan metode deskriptif menggunakan uji chi square yang berguna untuk
mengetahui pendugaan pengaruh harapan. Dilanjutkan dengan kontigensi (keadaan yang diliputi ketidakpastian
antara fertil/tidak, pengaruh harapan fertil, korelasi (hubungan antara 2 variabel yang bersifat kuantitatif), regresi
(pengaruh antara 2 variabel/lebih). Jumlah ayam kampung pejantan 20 ekor dengan ayam ras petelur betina 100
ekor masing-masing berumur 1 – 2 tahun dengan kondisi sehat dan dikandangkan secara individu. Pakan yang
digunakan campuran dedak, konsentrat, jagung dan mineral. IB di lakukan selang 2 hari sekali, penampungan
semen dengan massage (urut) di tampung dengan gelas kemudian di IB dengan teknik tembak. Pengambilan
sampel fertilitas dan daya tetas dengan 4 tahapan pemasukan telur dalam mesin tetas otomatis yang sudah
ditandai dengan pemassukan 2 tray (72 butir telur). Hasil penelitian yang di peroleh menunjukkan data sebagai
berikut: Perolehan persentase fertilitas telur pada tahapan 1 dan 4 dengan persentase (88,88%) lebih tinggi dari
tahapan 2 (86,11%) dengan korelasi (r = 0,018) dengan persamaan regresi yˆ= 87,49-0,14. Dan perolehan
persentase daya tetas telur pada tahapan 1 (90,62%) lebih tinggi dari tahapan 3 (79,36%) dengan korelasi (r =
0,102) dengan persamaan regresi yˆ = 89,63 + 1,24. Ayam ras petelur pada penelitian ini sebaiknya diperlakukan
tidak kasar setelah IB (Inseminasi Buatan). Penampungan semen ayam jantan sebaiknya alat yang digunakan
disterilkan dan kebersihan telur tetas perlu diperhatikan.
Kata Kunci : Ayam Kampung,Ayam Ras Petelur, Teknologi IB, Mesin Tetas Otomatis (Inkubator).
A. PENDAHULUAN
Ayam kampung merupakan hasil
persilangan dari ayam – ayam lokal yang
hidup di Indonesia yang dapat dikatakan
tidak terkontrol. Persilangan tanpa kontrol
menyebabkan penyebaran gen yang
mengontrol produksi menjadi sangat luas,
sehingga penampilan produksi ayam-ayam
tersebut relatif tidak seragam
(Abidin,2002). Ayam kampung memiliki
potensi yang tidak kalah hebat dengan
ayam jika dibandingkan dengan ayam ras
petelur, yaitu tingkat produktivitasnya
cukup tinggi, apalagi didukung oleh daya
tahan tubuhnya yang lebih tahan terhadap
berbagai ancaman penyakit dibandingkan
Simki-Techsain Vol. 01 No. 12 Tahun 2017 ISSN : XXXX-XXXX
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri
Lusi Ratnasari│13.1.04.01.0020
Fakultas Peternakan Prodi Peternakan
simki.unpkediri.ac.id
|| 5||
dengan ayam ras (Anonimous,
2002).Ayam petelur adalah ayam ayam
betina dewasa yang dipelihara khusus
untuk diambil telurnya. Memiliki tubuh
yang langsing atau berukuran kecil,
timbangan badan ringan,
jengger dan pial terdapat pada yang jantan
dan betina. Serta tidak ada sifat yang
mengeram, produksi telur tinggi dan
besar-besar. Ayam ras petelur tidak dapat
mengerami telurnya dikarenakan mutasi
ilmiah sehingga diperlukan mesin tetas
untuk menetaskan telurnya. Mesin
tetasyang digunakan adalah mesin tetas
secara otomatis yang tidak harus
menggunakan tenaga secara berlebihan.
Salah satu program pemulian
dengan peningkatan produktivitas dapat
dilakukan melalui persilangan (cross
breeding). Dalam hal ini persilangan dapat
dilakukan melalui cara IB (Inseminasi
Buatan) yaitu adanya campur tangan
manusia dengan tujuan sebagai penghasil
daging. Dimana ayam kampung jantan
memiliki ketahanan terhadap penyakit dan
ayam ras sebagai petelur yang baik, namun
tidak memiliki sifat mengeram. Ayam ras
petelur tidak bisa mengeram, oleh karena
itu diperlukan mesin tetas otomatis untuk
menetaskan telurnya. Penetasan buatan
lebih praktis, dan efesien dibandingkan
dengan penetasan alami, kapasitas ratusan
butir. Penetasan dengan mesin tetas juga
dapat meningkatkan daya tetas telur karena
temperaturnya dapat diatur lebih stabil
tetapi memerlukan biaya dan perlakuan
lebih tinggi dan intensif (Jayasamudera dan
Cahyono , 2005). Keberhasilan dari IB
dipengaruhi beberapa faktor di antaranya
tingkat pengenceran dan waktu simpan,
pengenceran dengan maksud supaya
memperbanyak volume semen yang akan
dipakai IB sehingga seekor pejantan dapat
menggawani betina lebih banyak. Dengan
latar belakang tersebut saya melakukan
penelitian bagaimana tingkat fertilitas dan
daya tetas hasil dari persilangan ayam
kampung dengan ayam ras petelur
menggunakan teknologi IB dalam mesin
tetas otomatis.
B. METODE PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan pada 17 April
sampai 17 Mei 2017 di rumah Bpk. Saipul
di Dsn. Nggrenjeng Ds. Tulungrejo
Kecamatan Karangrejo Kabupaten
Tulungagung.
Materi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Ternak ayam
kampung jantan berumur 1- 2 tahun
berjumlah 20 ekor dan ayam ras petelur
dengan usia produktif antara 1 - 1,5 tahun
Simki-Techsain Vol. 01 No. 12 Tahun 2017 ISSN : XXXX-XXXX
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri
Lusi Ratnasari│13.1.04.01.0020
Fakultas Peternakan Prodi Peternakan
simki.unpkediri.ac.id
|| 6||
berjumlah 100 ekor. Kandang yang
digunakan panggung berbentuk bateray
tipe V. Pakan diberikan sehari sekali yakni
pada pagi hari dengan perbandingan 2:1:1
yaitu 2 untuk jagung kuning halus 1 untuk
konsentrat dan 1 untuk bekatul / dedak
halus pukul 07.00 WIB, serta konsentrat
pabrik produksi PT CHAROEN
POKPHAN INDONESIA CP 521 dengan
kandungan protein 19-20%, lemak 3%,
serat kasar 5%, kadar air 13%, ME 2950
Kcal/kg. Air di berikan secara adlibitum.
Metode yang digunakan dalam
peneltian ini adalah uji chi square yang
berguna untuk menguji hubungan atau
pengaruh dua buah variabel nominal dan
mengukur kuatnya hubungan antara
variabel nominal lainnya. Dilanjutkan
dengan kontigensi (keadaan yang diliputi
ketidakpastian antara fertil/tidak, korelasi
(hubungan antara 2 variabel yang bersifat
kuantitatif), regresi (pengaruh antara 2
variabel/lebih).
Rumus Chi Kuadrat = X2 = ∑ (f0 – fh)
2
fn
keterangan :
X2
= chi kuadrat
f0 = frekuensi yang diobservasi
fn = frekuensi yang diharapkan
C. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Fertilitas ( F )
Tabel 4.1 : persentase fertilitas telur
hasil persilngan ayam kampung dengan
ayam ras petelur menggunakan
teknologi IB dalam mesin tetas otomatis
Tahapan ∑ telur ∑ F (%)F
I 72 64 88,88
II 72 62 86,11
III 72 63 87,5
IV 72 64 88,88
Tabel diatas menunjukkan bahwa
tahapan ke 2 dan 3 lebih rendah
kemungkinan disebabkan oleh sperma
yang disuntikkan belum masuk sampai
kedalam saluran reproduksi betina
sehingga terjadi proses fertilitas, serta bisa
karena sperma yang disuntikkan
bercampur kotoran/cairan. Sedangkan
pada tahapan 1 dan ke 4 mengalami
kenaikan, disebabkan karena sperma yang
disuntikkan sudah benar – benar masuk ke
dalam saluran reproduksi betina.
Berdasarkan db=3 dan kesalahan
5%, maka diperoleh harga Chi Kuadrat
Tabel = 7,815. Ternyata harga Chi Kuadrat
hitung lebih kecil dari harga Chi Kuadrat
Tabel (0,061 < 7,815), yang menunjukkan
pengaruh tidak berbeda nyata dengan
hipotesis yang diajukan bahwa
penggunaaan mesin tetas otomatis
(inkubator) yang menggunakan umur ayam
seragam, pemasukan telurnya dan beratnya
sama .Fertilitas dipengaruhi oleh faktor
diantaranya jenis ayam, umur pejantan dan
Simki-Techsain Vol. 01 No. 12 Tahun 2017 ISSN : XXXX-XXXX
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri
Lusi Ratnasari│13.1.04.01.0020
Fakultas Peternakan Prodi Peternakan
simki.unpkediri.ac.id
|| 7||
betina, pakan, pengelolaan telur sebelum
dimasukkan dalam mesin tetas otomatis.
Perlakuan terhadap ayam ras petelur
setelah di IB, langsung dilepas kekandang
kembali dengan kasar (dilempar) sehingga
semen yang baru disuntikkan belum
sampai saluran reproduksi akan keluar
kembali. Selain itu harus memperhatikan
keadaan ayam, ayam di IB (Inseminasi
Buatan) harus keadaan sudah bertelur,
kalau dalam keadaan belum bertelur semen
tidak dapat masuk kedalam saluran
reproduksi karena terhalang oleh telur.
Semen yang diperoleh seringkali
bercampur dengan urin sehingga
menurunkan motilitas sperma pada saluran
reproduksi ayam yang kemudian
mempengaruhi fertilitas telur.
Dosis penyuntikan ±0,25 ml tanpa
pencampuran pengencer. Hal ini sesuai
dengan pendapat Toelihere (1993)
menyatakan bahwa sejauh ini IB pada
unggas hanya menggunakan semen segar
dengan atau tanpa bahan pengencer, hal ini
mempunyai kendala, karena semen sudah
ditampung pada suhu kamar harus dipakai
dalam waktu tidak lebih dari 2 jam.
Penundaan dalam beberapa jam dapat
menurunkan fertilitas telur. Penyuntikan
dilakukan pada waktu sore hari karena
ayam dalam keadaan sudah bertelur. Sesuai
dengan pernyataan Rasyaf ( 1993) bahwa
inseminasi yang dilakukan pada sore hari,
akan menghasilkan fertilitas yang tinggi,
karena pada saat itu induk ayam sudah
bertelur dan suhu lingkungan tidak terlalu
panas sehingga stres pada ayam berkurang.
Penelitian ini menghasilkan
persentase fertilitas tertinggi sebesar
88,88% dan terendah 86,11%.
Prawirodigdo dkk., (2001) menyatakan
bahwa fertilitas telur ayam hasil
persilangan antara ayam kampung jantan
dengan ayam petelur betina mencapai 85%,
sedangkan telur hasil persilangan sesama
ayam kampung hanya 70%. Hal ini
menunjukkan penelitian ini
memperlihatkan hasil persentase fertilitas
yang maksimal dengan persentase 88,88%.
Grafik 4.1 : jumlah persentase fertilitas
telur hasil persilangan ayam kampung
dengan ayam ras menggunakan
teknologi IB dalam inkubator
Tingginya fertilitas ditunjukkan
pada tahapan 1 dan 4 dengan persentase
88,88%. Dapat dilihat dari grafik di atas
hasil fertilitas menunjukkan semakin
Simki-Techsain Vol. 01 No. 12 Tahun 2017 ISSN : XXXX-XXXX
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri
Lusi Ratnasari│13.1.04.01.0020
Fakultas Peternakan Prodi Peternakan
simki.unpkediri.ac.id
|| 8||
tingginya fertilitas dengan korelasi (r =
0,018) dan diikuti menurunnya fertil pada
tahapan 2 dengan persentase 86,11%. Hal
ini ditunjukkan dengan persamaan Regresi
yˆ = 87,49 - 0,14 yang berarti menurun
0,14%. Menurut Setioko (2005) Kematian
di awal penetasan umumnya disebabkan
kondisi dan lama penyimpanan telur,
sperma jantan dan umur induk betina.
2. Daya tetas (D.T)
Tabel 4.2 : persentase daya tetas
telur hasil persilangan ayam
kampung dengan ayam ras petelur
menggunakan teknologi IB dalam
mesin tetas otomatis
hapan % F
∑ tlr
menetas % D.T
I 64 58 90,62
II 62 54 87,09
III 63 50 79,36
IV 64 57 89,06
Terlihat pada tabel daya tetas hasil
persilangan ayam kampung dengan ayam
ras di peternakan pas Saiful pada tahapan 3
lebih rendah, hal ini kemungkinan
disebabkan karena ketidak sesuaian antara
suhu mesin dengan telur tetas. Menurut
(Djanah, 1984) faktor – faktor yang
memengaruhi daya tetas yaitu teknis
pada waktu memilih telur tetas atau
seleksi telur tetas (bentuk telur, bobot
telur, keadaan kerabang, ruang udara di
dalam telur, dan lama penyimpanan) dan
teknis operasional dari petugas yang
menjalankan mesin tetas (suhu,
kelembapan, sirkulasi udaran dan
pemutaran telur) serta faktor yang
terletak pada induk yang digunakan
sebagai bibit. Selanjutnya pada tahapan 1
dan 4 daya tetas lebih tinggi, ini
kemungkinan disebabkan sudah sesuainya
antara inkubator dengan telur tetas
sehingga daya tetas yang dihasilkan
meningkat. Ensminger (1980) dan Hafez
(1987) mengatakan bahwa daya tetas
dipengaruhi oleh faktor genetik, pakan dan
penanganan penetasan, namun demikian
faktor yang sangat berperan adalah pakan
induk dan penanganan penetasan.
Persentase penurunan daya tetas
dapat disebabkan karena suhu pada mesin
tetas.Penetasan pada penelitian ini sesuai
dengan yang disarankan Mulyantini
(2010) yaitu antara 37.20 oC -38.20
oC
untuk periode setter (awal masuk telur)
tetapi lebih tinggi dari yang disarankan
untuk periode umur pertengahan telur
yaitu sekitar 37.00 oC -37.50
oC.
Menurut Kortlang (1985) secara umum
suhu terlalu tinggi memiliki efek buruk
pada daya tetas dari pada suhu yang terlalu
rendah. North dan Bell (1990)
menyatakan bahwa suhu di atas atau di
bawah optimum akan menurunkan daya
Simki-Techsain Vol. 01 No. 12 Tahun 2017 ISSN : XXXX-XXXX
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri
Lusi Ratnasari│13.1.04.01.0020
Fakultas Peternakan Prodi Peternakan
simki.unpkediri.ac.id
|| 9||
tetas, menghasilkan embrio yang lemah
dan anak ayam yang kualitasnya
rendah, sedangkan kelembaban yang
terlalu tinggi menyebabkan anak ayam
menetas lebih lama, bobot lebih besar dan
lembek pada daerah abdomen.
Ditambahkan pula bahwa kelembaban
udara berfungsi mengontrol penguapan
cairan dari dalam telur (Kortlang 1985).
Kelembaban berfungsi untuk mengurangi
kehilangan cairan dari dalam telur selama
proses penetasan, membantu pelunakan
kulit telur pada saat akan menetas
sehingga anak unggas mudah memecahkan
kulit telur.
Berdasarkan db=3 dan kesalahan
5%, maka diperoleh harga Chi Kuadrat
Tabel = 7,815. Ternyata harga Chi Kuadrat
hitung lebih kecil dari harga Chi Kuadrat
Tabel (0,873 < 7,815), yang menunjukkan
pengaruh tidak berbeda nyata dengan
hipotesis yang diajukan bahwa
penggunakan mesin tetas otomatis
(inkubator) dapat meningkatkan persentase
fertilitas pada telur hasil IB ayam kampung
dengan ayam ras. Mengalami penurunan
kemungkinan bisa juga seringnya frekuensi
buka tutup pada mesin tetas sehingga suhu
dapat berubah. Sesuai dengan pernyataan
Wulandari ( 2002) bahwa frekuensi buka
tutup pintu mesin tetas untuk
melakukan pemutaran telur yang terlalu
sering dapat menyebabkan penurunan suhu
mesin tetas karena terjadi transfer panas ke
lingkungan yang memiliki suhu lebih
rendah. Suhu yang terlalu tinggi akan
menyebabkan kematian embrio ataupun
abnormalitas embrio, sedangkan
kelembaban mempengaruhi pertumbuhan
normal dari embrio. Menurut Rahayu
(2005) bahwa daya tetas ayam kampung
minimal mencapai 60%. Hal ini diduga
karena kondisi telur yang digunakan dalam
penelitian ini bukan dari satu kelompok
budidaya yang di ambil dalam waktu yang
sama sehingga daya tetasnya belum bisa
maksimal. Dengan standart daya tetas
minimal mencapai 60% maka penelitian
hasil persilangan ayam kampung dengan
ayam ras dengan teknologi IB
menghasilkan persentase tertinggi 90,62%
dan terendah 79,36%, dengan ini dapat
dikatakan bahwa sudah diatas standart
daya tetas.
Grafik 4.2 : jumlah persentase daya
tetas telur hasil persilangan ayam
kampung dengan ayam ras
menggunakan teknologi IB dalam
inkubator
Simki-Techsain Vol. 01 No. 12 Tahun 2017 ISSN : XXXX-XXXX
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri
Lusi Ratnasari│13.1.04.01.0020
Fakultas Peternakan Prodi Peternakan
simki.unpkediri.ac.id
|| 10||
Daya tetas mengalami penurunan
pada tahap 3 dengan persentase 69,44%,
sedangkan mengalami kenaikan pada
tahapan 1,2 dan 4 dengan masing – masing
persentase 80,56%, 75%, dan 79,17%.
Pada grafik di atas persentase daya tetas
menunjukkan semakin tingginya daya tetas
dengan korelasi (r = 0,063) dengan regresi
yˆ = 78,47 + 0,97 yang berarti semakin
tinggi daya tetas dan diikuti naiknya 0,97%
(1%).
3. Hubungan Fertilitas Dengan Daya
Tetas
Grafik 4.3 : hubungan fertilitas dengan
daya tetas hasil persilangan ayam
kampung dengan ayam ras
menggunakan teknologi ib dalam
inkubator
Pengertian fertilitas (kesuburan)
dari suatu kelompok telur tetas adalah
jumlah telur yang bertunas (fertile) dari
sekian banyaknya telur yang dierami atau
ditetaskan, dan dihitung dalam bentuk
persentase (Bell dan Weaver, 2002). Daya
tetas merupakan suatu persentase telur
yang menetas dari telur yang fertil atau
bertunas. Daya tetas adalah angka yang
menunjukkan tinggi rendahnya
kemampuan telur untuk menetas
(Kartasudjana dan Suprijatna, 2006).
Brata (1989) menyatakan bahwa yang
dimaksud dengan fertilitas adalah
persentase telur-telur yang memperlihatkan
adanya perkembangan embrio, tanpa
memperhatikan apakah telur-telur tersebut
menetas atau tidak dari sejumlah telur yang
dieramkan. Selanjutnya dinyatakan bahwa
dengan mengetahui fertilitas maka dapat
dibedakan telur-telur yang bertunas atau
tidak. Kedaan ini menguntungkan
pembibit, tetapi fertilitas justru tidak dapat
ditentukan dulu sebelum telur-telur
ditetaskan.
Pada grafik diatas dapat dilihat
bahwa fertilitas tinggi tidak selalu diikuti
daya tetas yang tinggi pula, hal ini
ditunjukkan dengan korelasi r = 0,018
dengan regresi y = 87,49 – 0,14 yang
berarti semakin tinggi fertilitas dan diikuti
menurunnya fertil 0,14%. Daya tetas
mempunyai korelasi r = 0,102 dengan
persamaan regresi y = 89,63 + 1,24 yang
Simki-Techsain Vol. 01 No. 12 Tahun 2017 ISSN : XXXX-XXXX
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri
Lusi Ratnasari│13.1.04.01.0020
Fakultas Peternakan Prodi Peternakan
simki.unpkediri.ac.id
|| 11||
berarti semakin tinggi daya tetas diikuti
meningkatnya daya tetas dengan kenaikan
1,24%. Dengan demikian hubungan
fertilitas dengan daya tetas adalah fertilitas
mempengaruhi daya tetas yang dihasilkan.
D. PENUTUP
1. Kesimpulan
Pesilangan antara ayam kampung
dengan ayam ras petelur dengan teknologi
IB (Inseminasi Buatan) menggunakan
mesin tetas otomatis menghasilkan
fertilitas tertinggi 88,88% dan terendah
86,11%. Persentase daya tetas tertinggi
sebesar 80,56% dan persentase terendah
69,44%.
2. Saran
1. Ayam ras petelur pada penelitian ini
sebaiknya diperlakukan tidak kasar
setelah IB (Inseminasi Buatan).
2. Penampungan semen ayam jantan
sebaiknya alat yang digunakan
disterilkan.
3. Kebersihan telur tetas perlu
diperhatikan.
E. DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Z. 2002. Meningkatkan
Produktivitas Ayam Ras Pedaging.
Agromedia Pustaka. Jakarta.
Agustina, L , S. Purwanti. 2012. Ilmu
Nutrisi Unggas. Rumah
Pengetahuan.Solo.
Amrullah, I. K. 2003. Nutrisi Ayam
Petelur. Lembaga Satu Gunung
Budi. Bogor.
Anggorodi. R . 1985. Ilmu Makanan
Ternak Unggas. Gramedia. Jakarta.
Anonimus. 1998. Inseminasi Buatan Pada
Ayam Buras. Badan Penelitian dan
Pengembangan.
Brata, B. 1989. Pengaruh frekwensi
selama penyimpanan telur tetas
puyuh (Coturnix-coturnix Japonica)
terhadap daya tetas. Laporan
penelitian. Universita Bengkulu.
Cerolini, S., K. A. Kelso, R. C. Noble, B.
K. Speake, F. Pizzi and L. G.
Cavalchini. 1997. Relationship
between spermatozoon lipid
composition and fertility during
aging of chickens. Biol. Reprod. 57:
976-980.
Darmana, W. , Sitanggang. 2002.
Meningkatkan Produktivitas Ayam
Arab Petelur. Cetakan I.
Agromedia Pustaka. Jakarta.
Djanah, D. 1984. Beternak Ayam dan
Itik.Cetakan Kesebelas. C.V
Yasaguna.Jakarta.
Elkabumaini, N., Ranuatmaja. T.S. 2008.
Yuk, beternak ayam pedaging dan
petelur. PT. Puri Pustaka. Bandung.
Ensminger, M.E., 1980. Poultry Science
(Animal Agricultural Series). 2 nd
edition. The Interstate Printers &
Publishers, Inc. Danville. Illinois.
Fadillah, dkk, R. A. Polana. S. Alam ., E.
Purwanto. 2007. Sukses Beternak
Simki-Techsain Vol. 01 No. 12 Tahun 2017 ISSN : XXXX-XXXX
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri
Lusi Ratnasari│13.1.04.01.0020
Fakultas Peternakan Prodi Peternakan
simki.unpkediri.ac.id
|| 12||
Ayam Broiler. Agromedia Pustaka.
Jakarta.
Hafez, E.S.E. 1987. Poultry. In : E.S.E.
Hafez. Reproduction in Farm
Animal. 6th Ed. Lea and Febiger,
Philadelphia.
Iskandar, S.S Sastrodihardjo , Dharsana,
1997. Reproduksi Ayam Buras
Menggunakan Teknologi
Inseminasi Buatan. Ringkasan
Hasil – hasil Penelitian Balai
Penelitian Ternak Ciawi-Bogor
Isnaini, N., Suyadi. 2000. KualitasSemen
Ayam Arab Dalam Berbagai Lama
Penyimpanan Suhu Kamar.Jurnal
Tropika volume 1 nomor 1.
Fakultas Peternakan. Universitas
Brawijaya Malang
Kartasudjana, R. 2006. Manajemen Ternak
Unggas. Pebebar Swadaya. Jakarta.
Kartasudjana, R., E. Suprijatna.
2006.Manajemen Ternak Unggas.
PenebarSwadaya. Jakarta.
Kurtini, T. 1988. Pengaruh Bentuk dan
Warna Kulit Telur terhadap Daya
Tetas dan Sex Ratio. Tesis. Fakultas
Pascasarjana Universitas Padjajaran.
Bandung.
Kortlang CFHF. 1985. The incubation of
duck egg. In : Duck Production
Science and World Practice. Farrel,
DJ dan Stapleton P. Editor. New
England (AU): University of New
England, pp. 168-177.
Mulyantini NGA. 2010. Ilmu Manajemen
Ternak Unggas. Yogyakarta (ID) :
Gadjah Mada University Press.
Mansjoer, S.S. 1989. Pengkajian Sifat-sifat
Produksi Ayam Kampung serta
Persilangannya. Disertasi. Fakultas
Pascasarjana Institut Pertanain
Bogor, Bogor
Natalia, H., D. Nista, Sunarto ., D. S. Yuni.
2005. Pengembangan Ayam Arab.
Balai Pembibitan Ternak Unggul
Sembawa. Palembang.
North, M. O. 1984. Breeder
management. In commercial
chicken production manual. The
Avi. Publishing Company. Inc.
Westport, Connecticut. 240-243,
298-321 pp.
Nuryati, T. Sutarto., M. Khamim.,
P.S.Hardjosworo. 2002. Sukses
Menetaskan Telur. Cetakan keempat.
Penebar Swadaya. Jakarta
Jayasamudra, D.J dan B. Cahyono.
2005. Pembibitan Itik. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Partodihardjo, S, 1992. Ilmu Reproduksi
Hewan. Fakultas kedokteran
Veteriner. Jurusan Reproduksi. IPB.
Bogor
Priyatno. 2004. Membuat kandang ayam.
Cetakan ke-8. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Rahardian, P.P., Wahyuningsih, S.,
Ciptadi, G. 2012. The Test Quality
Of Boer Goat Semen Which Frozen
With Mr. Frosty Instrument by
Andromed ® Diluter at the storage
Temperature Of 450C. Fakultas
Peternakan Universitas Brawijaya.
Rahayu, H.S. 2005. Kualitas telur tetas
ayam kampung dengan waktu
Simki-Techsain Vol. 01 No. 12 Tahun 2017 ISSN : XXXX-XXXX
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri
Lusi Ratnasari│13.1.04.01.0020
Fakultas Peternakan Prodi Peternakan
simki.unpkediri.ac.id
|| 13||
pengulangan inseminasi buatan yang
berbeda. [skripsi]. Fakultas
Kedokteran Hewan. Institut
Pertanian Bogor: Bogor.
Rasyaf, M. 1995. Memasarkan Hasil
Peternakan. Penebar Swadaya,
Jakarta.
Sarwono, B. 1991. Beternak Ayam Buras.
Cetakan ke 3. Penebar Swadaya,
Jakarta.
Setioko AR. 2005. Fertilitas dan kematian
embrio pada perkawinan silang
entog jantan dan itik betina.
Lokakarya Nasional Unggas Air II.
Di dalam: Merebut peluang
agribisnis melalui pengembangan
usaha kecil dan menengah unggas
air. Bogor (ID): 16-17 November
2005. Ciawi. 271-280.
Setioko. A. R. 2012. Teknologi Inseminasi
Buatan Untuk Meningkatkan
Produktifitas Itik Hibrida Serati
Sebagai Penghasil Daging. Balai
Penelitian Ternak. Bogor.
Simanjuntak, l,. 2002. Tiktok Unggas
Pedaging Hasil Persilangan itik dan
Entog. Penerbit PT Agromedia
Pustaka. Jakarta.
Sinurat, A. P. 1991. Penyusunan
ransum ayam buras. P3t., badan
penelitian dan pengembangan
pertanian. Deptan. Majalah Ilmiah
Peternakan 2 (1-2): 1 – 4.
Srigandono, B. 1997. Produksi Unggas
Air. Cetakan ke-2. Trubus
Agriwidya. Ungaran.
Stromberg. J ., I. Stromberg. 1975. A
Guide to Better Hatching. Stromberg
Publishing Company. Pine River,
Minnescota.
Sudarmono, A.S., 2003. Pedoman
Pemeliharaan Ayam Ras Petelur.
Kanisius, Yogyakarta.
Sudaryani, T. 2003. Kualitas Telur.
Penebar Swadaya, Jakarta.
Suprijatna, E., U. Atmomarsono, dan
R.Kartasudjana. 2005. Ilmu dasar
Ternak Unggas. Cetakan ke-2.
Penebar Swadaya, Jakarta.
Suprijatna, E. 2005. Pengaruh protein
ransum saat periode
pertumbuhanterhadap performans
produksi telur saat periode produksi
pada ayam ras petelur tipe medium.
J.Indon.Trop.Anim.Agric. Fakultas
Peternakan Universitas Diponegoro.
Semarang.
Surisdiarto. 2003. Pakan untuk Ayam
Buras. Fakultas Peternakan
Unibraw. Malang.
Syahrul d., Maloedyn, 2004. Beternak
Ayam Petelur Yang maju. Penebar
Swadaya, Jakarta.
Udjianto, A ., Purnama, R.D. 2004.
Inseminasi Buatan Pada Ayam Buras
Dengan Metode Deposisi Intra
Uterina. Balai Penelitian Ternak.
Bogor.
Wulandari A. 2002. Pengaruh indeks dan
bobot telur itik tegal terhadap daya
tetas, kematian embrio dan hasil
tetas [skripsi]. Purwokerto (ID):
Fakultas Peternakan Universitas
Jenderal Soedirman.
Simki-Techsain Vol. 01 No. 12 Tahun 2017 ISSN : XXXX-XXXX