sindroma dispepsia
DESCRIPTION
Sindroma Dispepsia(ulkuspeptikum)TRANSCRIPT
7/16/2019 Sindroma Dispepsia
http://slidepdf.com/reader/full/sindroma-dispepsia 1/65
CLINICAL SCIENCE SESSION
SINDROMA DISPEPSIA
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Program Pendidikan Profesi Dokter (P3D)
SMF ILMU PENYAKIT DALAM
Disusun oleh:
Dewi Ratna Komala
Aries Hasan Basri
Synthia Zaesalia Soetanto
Preceptor:
Iwan S. Mertasudira, dr. Sp.PD
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER
SMF ILMU PENYAKIT DALAM
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
RS AL-ISLAM BANDUNG
2011
7/16/2019 Sindroma Dispepsia
http://slidepdf.com/reader/full/sindroma-dispepsia 2/65
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah swt. karena atas
rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan clinical science session
(CSS). Tugas laporan ini dibuat dalam rangka memenuhi laporan clinical science
session bagian Ilmu Penyakit Dalam RS Al-Islam Bandung Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Bandung.
Dalam penulisan laporan kasus ini penulis menyadari masih banyak
terdapat kekurangan dan kelemahan yang disebabkan oleh keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman penulis. Oleh sebab itu, demi bertambahnya
wawasan dan pengetahuan penulis dalam penyusunan laporan kasus dikemudian
hari, penulis dengan lapang dada menerima segala kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak.
Keberhasilan dalam penyusunan laporan kasus ini tidak terlepas dari
bantuan, bimbingan, pengarahan baik moral maupun material yang tidak ternilai
besarnya dari berbagai pihak. Dengan segala kerendahan hati, penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada Iwan S. Mertasudira, dr. Sp.PD selaku
perseptor yang telah banyak memberikan waktu, tenaga, bimbingan serta
dorongan penuh kesabaran.
Selain ucapan terima kasih, penulis juga ingin menyampaikan permohonan
maaf kepada semua pihak apabila selama penulisan laporan kasus ini, penulis
banyak melakukan sesuatu hal yang tidak berkenan.
ii
7/16/2019 Sindroma Dispepsia
http://slidepdf.com/reader/full/sindroma-dispepsia 3/65
Semoga segala amal kebaikan dan bantuan yang diberikan kepada penulis
mendapatkan pahaya yang berlipat ganda dari Allah SWT. Akhirnya dengan
segala kerendahan hati penulis berharap karya tulis ini dapat berguna bagi siapa
saja yag membacanya.
Wassalamuallaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuhu.
Bandung, Agustus 2011
Penyusun
iii
7/16/2019 Sindroma Dispepsia
http://slidepdf.com/reader/full/sindroma-dispepsia 4/65
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR..................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .....................................................................2
2.1 Sindroma Dispepsia ................................................................................2
2.1.1 Definisi ...................................................................................................2
2.1.2 Klasifikasi ...............................................................................................2
2.1.3 Etiologi ..................................................................................................3
2.1.4 Patofisiologi ...........................................................................................6
2.1.5 Manifestasi klinis ...................................................................................9
2.1.6 Diagnosis .............................................................................................10
2.1.7 Penatalaksanaan Umum .......................................................................15
2.1.8 Pencegahan ..........................................................................................21
2.1.9 Prognosis .............................................................................................22
2.2 Helicobacter pylori (Hp) .....................................................................22
2.2.1 Taksonomi ...........................................................................................22
2.2.2 Epidemiologi .......................................................................................23
2.2.3 Morfologi dan Identifikasi ..................................................................23
2.2.4 Patogenesis ..........................................................................................24
2.2.5 Diagnosis .............................................................................................25
7/16/2019 Sindroma Dispepsia
http://slidepdf.com/reader/full/sindroma-dispepsia 5/65
2.2.6 Gambaran Klinik .................................................................................29
2.2.7 Terapi Eradikasi ..................................................................................29
2.3 Endoskopi ...........................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................60
7/16/2019 Sindroma Dispepsia
http://slidepdf.com/reader/full/sindroma-dispepsia 6/65
BAB I
PENDAHULUAN
Keluhan dispepsia merupakan keadaan klinis yang sering dijumpai dalam
praktek praktis sehari-hari. Diperkirakan hampir 30% kasus pada praktek umum
dan 60% pada praktek gastroenterologist merupakan kasus dyspepsia ini. Istilah
dispepsia mulai gencar dikemukakan sejak akhir tahun 80-an, yang
menggambarkan keluhan atau kumpulan nyeri (sindrom) yang terdiri dari nyeri
atau rasa tidak nyaman di epigastrium, mual, muntah, kembung, cepat kenyang,
rasa cepat penuh, sendawa, regurgitasi, dan rasa panas yang menjalar di dada.
Dispepsia merupakan keluhan umum yang dalam waktu tertentu dapat
dialami oleh seseorang. Berdasarkan penelitian pada populasi umum didapatkan
bahwa 15-30% orang dewasa pernah mengalami hal ini dalam beberapa hari. Dari
data di negara barat didapatkan angka prevalensinya berkisar 7-41%, tapi hanya 0-
20% yang mencari pertolongan medis. Angka insidensi dyspepsia diperkirakan
antara 1-8%. Belum ada data epidemiologis di Indonesia.
7/16/2019 Sindroma Dispepsia
http://slidepdf.com/reader/full/sindroma-dispepsia 7/65
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sindroma Dispepsia
2.1.1 Definisi
Dispepsia merupakan kumpulan keluhan atau gejala klinis yang terdiri dari
rasa tidak enak atau sakit di perut bagian atas yang menetap atau mengalami
kekambuhan. Keluhan refluks gastroesofagus klasik berupa rasa panas di dada
(heartburn) dan regurgitasi asam lambung kini tidak lagi termasuk dispepsia.
2.1.2 Klasifikasi
Pengertian dispepsia tebagi dua, yaitu:
1. Dispepsia organik, bila telah diketahui adanya kelainan organik sebagai
penyebabnya
2. Dispepsia nonorganik atau dispepsia fungsional, atau dispepsia nonulkus
(DNU), bila tidak jelas penyebabnya.
Tabel 2.1 Diagnosis banding nyeri atau ketidaknyamanan abdomen atas
Dispepsia organic Dispepsia fungsional
• Ulkus peptikum kronik (ulkus
ventrikuli, ulkus duodeni)
• Gastroesophageal reflux disease
(GERD), dengan atau tanpa
esofagitits
• Obat: OAINS, aspirin
• Kolelitiasis simptomatik
• Pankreatitis kronik
• Gangguan metabolic (uremia,
• Disfungsi sensorik – motorik
gastroduodenum
• Gastroparesis idiopatik atau
hipomotilitas antrum
• Disritmia gaster
• Hipersensitivitas gaster atau
duodenum
• Faktor psikososial
• Gastriris H. pylori
7/16/2019 Sindroma Dispepsia
http://slidepdf.com/reader/full/sindroma-dispepsia 8/65
3
hiperkalsemia, gastroparesis
DM)
• Keganasan (gaster, pancreas,kolon)
• Insufisiensi vaskular mesenteric
• Nyeri dinding perut
• Idiopatik
2.1.3 Etiologi
Etiologi sindroma dispepsi antara lain:
1. Obat-obatan
Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS), Antibiotik (makrolides,
metronidazole), Besi, KCl, Digitalis, Estrogen, Etanol (alkohol),
Kortikosteroid, Levodopa, Niacin, Gemfibrozil, Narkotik, Quinidine,
Theophiline
2. Idiosinkrasi makanan (intoleransi makanan)
a. Alergi
Susu sapi, putih telur, kacang, makanan laut, beberapa jenis produk
kedelai dan beberapa jenis buah-buahan
b. Non-alergi
• Produk alam: laktosa, sucrosa, galactosa, gluten, kafein, dll.
• Bahan kimia: monosodium glutamate (vetsin), asam benzoat, nitrit,
nitrat, dll.
Perlu diingat beberapa intoleransi makanan diakibatkan oleh penyakit
dasarnya, misalnya pada penyakit pankreas dan empedu tidak bisa
mentoleransi makanan berlemak, jeruk dengan PH yang relatif rendah sering
memprovokasi gejala pada pasien ulkus peptikum atau esophagitis.
7/16/2019 Sindroma Dispepsia
http://slidepdf.com/reader/full/sindroma-dispepsia 9/65
4
3. Kelainan struktural
a. Penyakit oesophagus
• Refluks gastroesofageal dengan atau tanpa
hernia
• Akhalasia
• Obstruksi esophagus
b. Penyakit gaster dan duodenum
• Gastritis erosif dan hemorhagik; sering disebabkan oleh OAINS
dan sakit keras (stres fisik) seperti luka bakar, sepsis, pembedahan,
trauma, shock
• Ulkus gaster dan duodenum
• Karsinoma gaster
c. Penyakit saluran empedu
• Kholelitiaasis dan Kholedokolitiasis
• Kholesistitis
d. Penyakit pankreas
• Pankreatitis
• Karsinoma pankreas
e. Penyakit usus
• Malabsorbsi
• Obstruksi intestinal intermiten
• Sindrom kolon iritatif
• Angina abdominal
7/16/2019 Sindroma Dispepsia
http://slidepdf.com/reader/full/sindroma-dispepsia 10/65
5
• Karsinoma kolon
4. Penyakit metabolik / sistemik
a. Tuberculosis
b. Gagal ginjal
c. Hepatitis, sirosis hepatis, tumor hepar
d. Diabetes melitius
e. Hipertiroid, hipotiroid, hiperparatiroid
f. Ketidakseimbangan elektrolit
g. Penyakit jantung kongestif
5. Lain-lain
a. Penyakit jantung iskemik
b. Penyakit kolagen
Dispepsia biasanya diderita sudah beberapa minggu atau bulan yang
sifatnya hilang timbul atau terus menerus. Dispepsia disebabkan oleh : Menelan
udara (aerofagi), Regurgitasi (alir balik, refluks) asam dari lambung, iritasi
lambung ( gastritis), Ulkus gastrikum atau Ulkus duodenalis, k anker lambung,
peradangan kandung empedu (kolesistitis), intoleransi laktosa (ketidakmampuan
mencerna susu dan produknya), kelainan gerakan usus, pengeluaran asam
lambung berlebih pertahanan dinding lambung yang lemah, infeksi Helicobacter
pylori ( sejenis bakteri yang hidup di dalam lambung, dalam jumlah kecil ) ketika
asam lambung yang dihasilkan keluar lebih banyak kemudian pertahanan dinding
lambung menjadi lemah, bakteri ini bisa bertambah banyak jumlahnya, apalagi
7/16/2019 Sindroma Dispepsia
http://slidepdf.com/reader/full/sindroma-dispepsia 11/65
6
disertai kebersihan makanan yang kurang, gangguan gerakan saluran cerna dan
strees psikologis.
2.1.4 Patofisiologi
Patofisiologi dari sindroma dyspepsia diantaranya:
1. Abnormalitas Motorik Gaster
Dengan studi Scintigraphic Nuklear dibuktikan lebih dari 50% pasien
dispepsia fungsional mempunyai keterlambatan pengosongan makanan dalam
gaster. Demikian pula pada studi monometrik didapatkan gangguan motilitas
antrum postprandial, tetapi hubungan antara kelainan tersebut dengan gejala-
gejala dyspepsia tidak jelas.
Penelitian terakhir menunjukkan bahwa fundus gaster yang "kaku"
bertanggung jawab terhadap sindrom dispepsia. Pada keadaan normal
seharusnya fundus relaksasi, baik saat mencerna makanan maupun bila terjadi
distensi duodenum. Pengosongan makanan bertahap dari corpus gaster menuju
ke bagian fundus dan duodenum diatur oleh refleks vagal. Pada beberapa
pasien dispepsia fungsional, refleks ini tidak berfungsi dengan baik sehingga
pengisian bagian antrum terlalu cepat.
2. Perubahan sensitivitas gaster
Lebih 50% pasien dispepsia fungsional menunjukkan sensitivitas terhadap
distensi gaster atau intestinum, oleh karena itu mungkin akibat: makanan yang
sedikit mengiritasi seperti makanan pedas, distensi udara, gangguan kontraksi
7/16/2019 Sindroma Dispepsia
http://slidepdf.com/reader/full/sindroma-dispepsia 12/65
7
gaster intestinum atau distensi dini bagian antrum postprandial dapat
menginduksi nyeri pada bagian ini.
3. Stres dan faktor psikososial
Penelitian menunjukkan bahwa didapatkan gangguan neurotik dan morbiditas
psikiatri lebih tinggi secara bermakna pada pasien dispepsia fungsional dari
pada subyek kontrol yang sehat.
Banyak pasien mengatakan bahwa stres mencetuskan keluhan dispepsia.
Beberapa studi mengatakan stres yang lama menyebabkan perubahan aktifitas
vagal, berakibat gangguan akomodasi dan motilitas gaster.
Kepribadian dispepsia fungsional menyerupai pasien Sindrom Kolon Iritatif
dan dispepsia organik, tetapi disertai dengan tanda neurotik, ansietas dan
depresi yang lebih nyata dan sering disertai dengan keluhan non-
gastrointestinal seperti nyeri muskuloskletal, sakit kepala dan mudah letih.
Mereka cenderung tiba-tiba menghentikan kegiatan sehari-harinya akibat
nyeri dan mempunyai fungsi sosial lebih buruk dibanding pasien dispepsia
organik. Demikian pula bila dibandingkan orang normal. Gambaran
psikologik dispepsia fungsional ditemukan lebih banyak ansietas, depresi dan
neurotik.
4. Gastritis Helicobacter pylori
7/16/2019 Sindroma Dispepsia
http://slidepdf.com/reader/full/sindroma-dispepsia 13/65
8
Gambaran gastritis Helicobacter pylori secara histologik biasanya gastritis
non-erosif non-spesifik. Di sini ditambahkan non-spesifik karena gambaran
histologik yang ada tidak dapat meramalkan penyebabnya dan keadaan klinik
yang bersangkutan. Diagnosa endoskopik gastrtitis akibat infeksi
Helicobacter pylori sangat sulit karena sering kali gambarannya tidak khas.
Tidak jarang suatu gastritis secara histologik tampak berat tetapi gambaran
endoskopik yang tampak tidak jelas dan bahkan normal. Beberapa gambaran
endoskopik yang sering dihubungkan dengan adanya infeksi Helicobacter
pylori adalah:
a. Erosi kronik di daerah antrum.
b. Nodularitas pada mukosa antrum.
c. Bercak-bercak eritema di antrum.
d. Area gastrika yang menonjol dengan bintik-bintik eritema di daerah
korpus.
Peranan infeksi Helicobacter pylori pada gastritis dan ulkus peptikum sudah
diakui, tetapi apakah Helicobacter pylori dapat menyebabkan dispepsia
fungsional masih kontroversi. Pravelensi Helicobacter pylori pada pasien
dispepsia fungsional tidak berbeda dengan kontrol. Di negara maju, hanya
50% pasien dispepsia fungsional menderita infeksi Helicobacter pylori,
sehingga penyebab dispepsia pada dispepsia fungsional dengan Helicobacter
pylori negatif dapat juga menjadi penyebab dari beberapa dispepsia fungsional
dengan Helicobacter pylori positif.
7/16/2019 Sindroma Dispepsia
http://slidepdf.com/reader/full/sindroma-dispepsia 14/65
9
5. Kelainan fungsional gastrointestinal
Dispepsia fungsional cenderung dimasukkan sebagai bagian kelainan
fungsional gastrointestinal, termasuk di sini Sindrom Kolon Iritatif, nyeri dada
non-kardiak dan nyeri ulu hati fungsional. Lebih dari 80% dengan Sindrom
Kolon Iritatif menderita dispepsia dan lebih dari sepertiga pasien dengan
dispepsia kronis juga mempunyai gejala Sindrom Kolon Iritatif. Pasien dengan
kelainan seperti ini sering ada gejala ekstra gastrointestinal seperti migrain,
myalgia dan disfungsi kencing dan ginekologi.
Pada anamnesis dispepsia jangan lupa menanyakan gejala Sindrom Kolon
Iritatif seperti nyeri abdomen mereda setelah defekasi, perubahan frekuensi
buang air besar atau bentuknya mengalami perubahan, perut tegang, tidak
dapat menahan buang air besar dan perut kembung. Beberapa pasien juga
mengalami aerophagia,yaitu perut kembung diikuti oleh masuknya udara
untuk menginduksi sendawa, diikuti oleh kembung yang lebih parah.
Abnormalitas di atas belum semua diidentifikasi oleh semua peneliti dan tidak
selalu muncul pada semua penderita.
2.1.5 Manifestasi klinis
Klasifikasi klinis praktis, didasarkan atas keluhan atau gejala yang
dominan, membagi dipepsia menjadi tiga tipe:
1. Dispepsia dengan keluahan seperti ulkus (ulcus-like dyspepsia), dengan
gejala:
• Nyeri epigastrium terlokalisasi
7/16/2019 Sindroma Dispepsia
http://slidepdf.com/reader/full/sindroma-dispepsia 15/65
10
• Nyeri hilang setelah makan atau pemberian antasid
• Nyeri saat lapar
• Nyeri episodik
2. Dispepsia degan gejala seperti dismotilitas (dysmotility-like dyspepsia),
dengan gejal:
• Mudah kenyang
• Perut cepat terasa penuh saat makan
• Mual
• Muntah
• Upper abdominal bloating
• Rasa tidak nyaman bertambah saat makan
3. Dispepsia nonspesifik (tidak ada gejala seperti kedua tipe diatas).
Pembagian akut dan kronik berdasarkan atas jangka waktu tiga bulan.
2.1.6 Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis dispepsia diperlukan data anamnesis yang
baik, pemeriksaan fisis yang akurat, disertai pemeriksaan penunjang untuk
mengeksklusi penyakit organik/struktural.
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik
Riwayat minum obat termasuk minuman yang mengandung alkohol dan
jamu yang dijual bebas di masyarakat perlu ditanyakan dan kalau mungkin harus
dihentikan. Hubungan dengan jenis makanan tertentu perlu diperhatikan.
7/16/2019 Sindroma Dispepsia
http://slidepdf.com/reader/full/sindroma-dispepsia 16/65
11
Tanda dan gejala "alarm"(peringatan) seperti disfagia, berat badan turun, nyeri
menetap dan hebat, nyeri yang menjalar ke punggung, muntah yang sangat sering,
hematemesis, melena atau jaudice kemungkinan besar adalah merupakan penyakit
serius yang memerlukan pemeriksaan seperti endoskopi dan / atau "USG" atau
"CT Scan" untuk mendeteksi struktur peptik, adenokarsinoma gaster atau
esophagus, penyakit ulkus, pankreatitis kronis atau keganasan pankreas empedu.
Perlu ditanyakan hal-hal yang berhubungan dengan stresor psikososial misalnya:
masalah anak, hubungan antar manusia, hubungan suami-istri, pekerjaan dan
pendidikan. Hal ini berakibat eksaserbasi gejala pada beberapa orang.
Harus diingat gambaran khas dari beberapa penyebab dyspepsia:
i. Pasien ulkus peptikum biasanya berumur lebih dari 45 tahun, merokok dan
nyeri berkurang dengan mencerna makanan tertentu atau antasid.
ii. Nyeri sering membangunkan pasien pada malam hari banyak ditemukan
pada ulkus duodenum.
iii. Gejala esofagitis sering timbul pada saat berbaring dan membungkuk
setelah makan kenyang yaitu perasan terbakar pada dada, nyeri dada yang
tidak spesifik (bedakan dengan pasien jantung koroner), regurgitasi
dengan gejala perasaan asam pada mulut.
iv. Bila gejala dispepsia timbul segera setelah makan biasanya didapatkan
pada penyakit esofagus, gastritis erosif dan karsinoma.
v. Sebaliknya, bila muncul setelah beberapa jam setelah makan sering terjadi
pada ulkus duodenum.
7/16/2019 Sindroma Dispepsia
http://slidepdf.com/reader/full/sindroma-dispepsia 17/65
12
vi. Pasien dispepsia fungsional lebih sering mengeluhkan gejala di luar
gastrointestinal, ada tanda kecemasan atau depresi, atau mempunyai
riwayat pemakaian psikotropik. Pemeriksaan fisik untuk menemukan
organomegali, tumor abdomen, ascites, jaundice tetap penting dikerjakan
untuk menyingkirkan penyakit organik.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan radiologi yaitu, OMD dengan kontras ganda, serologi Helicobacter
pylori, dan urea breath test (belum tersedia di Indonesia). Endoskopi merupakan
pemeriksaan baku emas, selain diagnostik sekaligus terapeutik. Pemeriksaan yang
dapat dilakukan dengan endoskopi adalah:
• CLO (rapid urea test )
• Patologi anatomi (PA)
• Kultur mikoorganisme (MO) jaringan
• PCR ( polymerase chain reaction), hanya dalam rangka penelitian.
1. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium perlu dilakukan, setidak-tidaknya perlu diperiksa
darah, urine dan tinja secara rutin. Dari hasil pemeriksaan darah bila
ditemukan lekositosis berarti ada tanda tanda infeksi. Pada pemeriksaan tinja,
jika tampak cair berlendir atau banyak mengandung lemak berarti
kemungkinan menderita malabsorpsi. Seseorang yang diduga menderita
dispepsi tukak, sebaiknya diperiksa asam lambung. Pada karsinoma saluran
pencernaan perlu diperiksa pertanda tumor, misalnya dugaan karsinoma kolon
perlu diperiksa CEA, dugaan kearah karsinoma pankreas perlu diperiksa CA
7/16/2019 Sindroma Dispepsia
http://slidepdf.com/reader/full/sindroma-dispepsia 18/65
13
19-9 . Dan lain lain pemeriksaan laboratorium yang ada relevansi terhadap
penyakit yang menimbulkan sindroma dispepsia.
2. Radiologi
Pemeriksaan radiologi banyak menunjang diagnosis sesuatu penyakit di
saluran makan. Setidak tidaknya perlu dilakukan pemeriksaan radiologi
terhadap saluran makan bagian atas, dan sebaiknya menggunakan kontras
ganda.
Pada refluks gastroesofageal akan tampak peristaltik di esophagus yang
menurun terutama dibagian distal, tampak antiperistaltik di antrum yang
meninggi serta sering menutupnya pylorus, sehingga sedikit barium yang
masuk ke intestine.
Pada tukak baik di lambung, maupun di duodenum akan terlihat gambar yang
disebut niche, yaitu suatu kawah dari tukak yang terisi kontras media. Bentuk
niche dari tukak yang jinak umumnya regular, semisirkuler, dengan dasar
licin.
Kanker di lambung secara radiologi, akan tampak massa yang ireguler tidak
terlihat peristaltic di daerah kanker, bentukdari lambung berubah.
Pankreatitis akuta perlu dibuat foto polos abdomen, yang akan terlihat ganda
seperti terpotongnya usus besar, atau tampak dilatasi dari intestine terutama di
yeyenum yang disebut Sentinel loops.
3. Endoskopi
Pemeriksaan endoskopi dari saluran makan bagian atas akan banyak
membantu menentukan diagnosis. Yang perlu diperhatikan ada tidaknya
7/16/2019 Sindroma Dispepsia
http://slidepdf.com/reader/full/sindroma-dispepsia 19/65
14
kelainan di esofagus, lambung, dan duodenum. Di tempat tersebut perlu
diperhatikan warna mukosa , lesi tumor jinak atau ganas.
Kelainan di esofagus yang sering ditemukan dan perlu diperhatikan di
antaranya ialah: esofagitis, tukak esofagus, varises esofagus, tumor jinak atau
ganas yang umumnya lokasinya di bagian distal esofagus. Lokasi kelainan di
lambung yang terbanyak ialah disekitar angulus, antrum, dan prepilorus,
diantaranya berupa gastritis, tukak lambung, tumor jinak atau ganas.
Kelaianan di duodenum yang sering ditemukan ialah tanda peradangan
(duodenitis), tukak yang lokasinya terbanyak di bulbus dan pars desenden.
Bila pada endoskopi ditemukan tukak baik di esofagus , lambung maupun di
duodenum, maka dapat dibuat diagnosis dispepsi tukak. Sedangkan bila tidak
ditemukan tukak tetapi hanya tanda peradangan maka dapat dibuat diagnosis
dispepsia bukan tukak.
4. Ultrasonografi
Ultrasonografi (USG) merupakan sarana diagnostik yang tidak invasif, akhir
akhir ini makin banyak dimanfaatkan untuk membantu menentukan diagnostic
dari sesuatu penyakit. Apalagi alat ini tidak menimbulkan efek samping, dapat
digunakan setiap saat dan pada kondisi pasien yang beratpun dapat
dimanfaatkan.
Pemanfaatan alat USG pada sindroma dispepsia terutama bila ada dugaan
kearah kelainan di traktus biliaris , pankreas, kelainan di tiroid, bahkan juga
ada dugaan tumor di esofagus dan lambung.
5. Sidik abdomen
7/16/2019 Sindroma Dispepsia
http://slidepdf.com/reader/full/sindroma-dispepsia 20/65
15
Juga dipakai sebagai pemeriksaan untuk mengeksklusi penyebab organik.
6. Manometri Esofago-gastro-duodenum
Sampai saat ini merupakan sarana penunjang diagnosis yang banyak
dikembangkan. Dapat ditemukan kelainan manometrik berupa gangguan fase
III migrating motor complex. Banyak ahli yang berpendapat bahwa saat ini
dispepsia merupakan gangguan pengosongan lambung.
7. Waktu Pengosongan Lambung
Dapat dilakukan dengan scintigrafi atau dengan pellet radioopak. Pada
dispepsia terdapat perlambatan pengosongan lambung 30-40%.
2.1.7 Penatalaksanaan Umum
Berdasarkan Konsensus Nasional Penanggulangan Helicobacter pylori
1996, ditetapkan skema penatalaksanaan dispepsia, yang dibedakan bagi sentra
kesehatan dengan tenaga ahli (gastroenterolog atau internis) yang disertai fasilitas
endoskopi dengan penatalaksanaan dispepsia di masyarakat.
7/16/2019 Sindroma Dispepsia
http://slidepdf.com/reader/full/sindroma-dispepsia 21/65
16
Gambar 2.1 Skema penatalaksanaan pasien dispepsia di masyarakat
7/16/2019 Sindroma Dispepsia
http://slidepdf.com/reader/full/sindroma-dispepsia 22/65
17
Gambar 2.2 Skema penatalaksanaan pasien dispepsia oleh
gastroenterology/internis atau dokter anak dengan fasilitas endoskopi
Pengobatan dispepsia antara lain:
1. Diet
Merupakan peranan yang terpenting. Pada garis besarnya yang dipakai adalah
cara pemberian diet seperti yang diajukan oleh Sippy 1915 hingga dikenal
pula Sippy Diet. Sekarang lebih dikenal dengan diit lambung yang sudah
disesuaikan dengan masyarakat Indonesia. Dasar diet ialah makan sedikit
berulang kali, makanan yang banyak mengandung susu dalam porsi kecil.
Jadi makanan yang dimakan harus lembek, mudah dicerna, tidak merangsang
7/16/2019 Sindroma Dispepsia
http://slidepdf.com/reader/full/sindroma-dispepsia 23/65
18
dan kemungkinan dapat menetralisir asam HCl. Pemberiannya dalam porsi
kecil dan berulang kali. Dilarang makan pedas, masam, alkohol.
2. Antasida 20-150ml/hari
Antasida akan menetralisir sekresi asam HCl. Obat ini biasa digunakan untuk
sindroma dyspepsia. Golongan obat ini mudah didapat dan murah. Antasid
akan menetralisir sekresi asam lambung. Antasid biasanya mengandung Na
bikarbonat, Al(OH)3, Mg(OH)2, dan Mg triksilat. Pemberian antasid jangan
terus-menerus, sifatnya hanya simtomatis, untuk mengurangi rasa nyeri. Mg
triksilat dapat dipakai dalam waktu lebih lama, juga berkhasiat sebagai
adsorben sehingga bersifat nontoksik, namun dalam dosis besar akan
menyebabkan diare karena terbentuk senyawa MgCl2.
3. Antikolinergik
Perlu diperhatikan, karena kerja obat ini tidak spesifik. Obat yang agak
selektif yaitu pirenzepin bekerja sebagai anti reseptor muskarinik yang dapat
menekan seksresi asam lambung sekitar 28-43%. Pirenzepin juga memiliki
efek sitoprotektif.
4. Antagonis reseptor H2
Golongan obat ini banyak digunakan untuk mengobati dispepsia organik atau
esensial seperti tukak peptik. Obat yang termasuk golongan antagonis respetor
H2 antara lain simetidin, roksatidin, ranitidin, dan famotidin.
7/16/2019 Sindroma Dispepsia
http://slidepdf.com/reader/full/sindroma-dispepsia 24/65
19
Tabel Golongan obat antagonis reseptor H2
Obat Indikasi Dosis Cara,waktu, dan
lama
pemberian
Efek samping
Simetidin Tukak peptic akut
san kronik
Gastritis kronik
dengan
hipersekresi HCl
3x200 mg,
ditambah
200mg
sebelum tidur
200mg
Selama 4
minggu
Lanjutan,
setiap
malam
Penekanan
eritrospoesis,
sampai
pansitopenia
atau neutropenia
Gangguan SSP
seperti konfusi
mental,
somnolen,
letargi,
halusinasi
Gangguan
endokrin yaitu
impotensi,ginekomastia
Roksatidin Gastritis akut dan
kronik, dengan
daya selektif
reseptor H2 enam
kali lebih baik
daripada
simetidin, setara
ranitidine
75mg/hari,
disesuaikan
dengan
bersihan
kreatinin
Oral, malam
hari, selama
1 minggu
-
Ranitidin Dispepsia akut
dan kronik,
khususnya tukak
duodenum aktif
2x150mg
Lanjutan:
1x150mg
Selama 4-6
minggu
Malam hari
-
7/16/2019 Sindroma Dispepsia
http://slidepdf.com/reader/full/sindroma-dispepsia 25/65
20
5. Penghambat pompa asam ( proton pump inhibitor = PPI)
Golongan obat ini mengatur sekresi asam lambung pada stadium akhir dari
proses sekresi asam lambung. Obat-obat yang termasuk golongan PPI adalah
omeperazol, lansoprazol, dan pantoprazol.
Tabel Golongan obat penghambat pompa proton
Obat Indikasi Dosis Pemberian Efek
samping
Omeprazol Tukak peptik
Tukak
duodenum
1x20 mg/hari
1x20-
50mg/hari
Setiap pagi,
selama 1-2
minggu, oral
Selama 2-4minggu, oral
Sakit kepala,
nausea, diare,
mabuk,
lemas, nyeri
epigastrik, banyak gas
Lansoprazol Tukak peptik 1x30mg/hari 4 minggu, oral Idem
Pantoprazol Tukak peptik,
inhibitor
pompa proton
yang
ireversibel
1x40mg/hari Oral Idem
6. Sitoprotektif
Prostoglandin sintetik seperti misoprostol (PGE1) dan enprostil (PGE2). Selain
bersifat sitoprotektif, juga menekan sekresi asam lambung oleh sel parietal.
Sukralfat berfungsi meningkatkan sekresi prostoglandin endogen, yang
selanjutnya memperbaiki mikrosirkulasi, meningkatkan produksi mukus dan
7/16/2019 Sindroma Dispepsia
http://slidepdf.com/reader/full/sindroma-dispepsia 26/65
21
meningkatkan sekresi bikarbonat mukosa, serta membentuk lapisan protektif
( site protective), yang bersenyawa dengan protein sekitar lesi mukosa saluran
cerna bagian atas (SCBA).
7. Golongan prokinetik
Obat yang termasuk golongan ini, yaitu sisaprid, domperidon, dan
metoklopramid. Golongan ini cukup efektif untuk mengobati dispepsia
fungsional dan refluks esofagitis dengan mencegah refluks dan memperbaiki
bersihan asam lambung (acid clearance)
2.1.8 Pencegahan
Pencegahan dispepsia antara lain:
• Atur pola makan seteratur mungkin.
• Olahraga teratur.
• Hindari makanan berlemak tinggi yang menghambat pengosongan isi lambung
(coklat, keju, dan lain-lain).
Hindari makanan yang menimbulkan gas di lambung (kol, kubis,
kentang, melon, semangka, dan lain-lain).
Hindari makanan yang terlalu pedas.
Hindari minuman dengan kadar caffeine dan alkohol.
Hindari obat yang mengiritasi dinding lambung, seperti obat anti-
inflammatory, misalnya yang mengandung ibuprofen, aspirin, naproxen,
dan ketoprofen. Acetaminophen adalah pilihan yang tepat untuk mengobati
nyeri karena tidak mengakibatkan iritasi pada dinding lambung.
7/16/2019 Sindroma Dispepsia
http://slidepdf.com/reader/full/sindroma-dispepsia 27/65
22
Kelola stres psikologi se-efisien mungkin.
2.1.9 Prognosis
Dyspepsia fungsional yang ditegakkan setelah pemeriksaan klinis dan
penunjang yang akurat, mempunyai prognosis yang baik.
2.3 Helicobacter pylori (Hp)
Merupakan batang gram negatif yang berbentuk spiral. Berhubungan
dengan gastritis antral, penyakit ulkus duodenum (peptic), dan mungkin ulkus
gaster dan karsinoma.
2.3.1 Taksonomi
Kingdom : Bacteria
Phylum : Proteobacteria
Class : Epsilon Proteobacteria
Order : Campylobacterales
Family : Helicobacteraceae
Genus : Helicobacter
Species : H. pylori
7/16/2019 Sindroma Dispepsia
http://slidepdf.com/reader/full/sindroma-dispepsia 28/65
23
2.3.2 Epidemiologi
a. H.Pylori terdapat pada mukosa lambung, kurang lebih 20% orang-orang
berusia dibawah 30 tahun, prevalensi meningkat pada 40-60% orang-orang
berusia 60 tahun, termasuk mereka yang asimptomatik.
b. Di negara berkembang , prevalensi infeksi mungkin 80% atau lebih pada
orang dewasa
c. Penularan H.Pylori dari orang ke orang sering terjadi karena terdapatnya
pengelompokan infeksi dalam keluarga. (oral-oral, fekal-oral, sanitasi
lingkungan, sumber air minum)
2.3.3 Morfologi dan Identifikasi
a. Ciri-ciri organisme: basil spiral gram negatif, memiliki flagel pada satu
ujung, dan bergerak dengan aktif. H.pylori mengalami adaptasi untuk dapat
hidup dalam mukus (lendir) lambung yang menutupi selaput lendir (mukosa)
lambung yang bersuasana asam kuat.
Kuman ini bersifat pleomorfik artinya dapat dijumpai dalam beberapa bentuk.
Dalam keadaan normal kuman ini berbentuk spiral atau batang bengkok,
tetapi dalam keadaan tertentu yang kurang baik akan merubah dirinya
menjadi bentuk kokoid yang merupakan bentuk pertahanan yang resisten.
Kuman ini termasuk kuman mikroaerofilik artinya hanya tumbuh dalam
suasana dimana didapatkan oksigen dalam kadar rendah. Kuman ini mati
7/16/2019 Sindroma Dispepsia
http://slidepdf.com/reader/full/sindroma-dispepsia 29/65
24
pada suasana dengan kadar oksigen normal, dan mati dalam keadaan
anaerobik sempurna.
b. Biakan : tumbuh dalam waktu 3-6 hari bila diinkubasi pada suhu 37oC, dalam
lingkungan mikroaerofilik. Perbenihan untuk isolasi primer: perbenihan
skirrow dengan vancomisin, polimiksin B, dan trimetoprim, perbenihan
cokelat, perbenihan selektif dengan antibiotik (contoh: vankomisin, asam
nalidiksat,amfoterisin). Koloni bersifat translusen dan bergaris tengah 1-2
mm.
c. Sifat-sifat pertumbuhan : bersifat oksidase positif dan katalase positif,
memiliki sifat morfologi yang khas,dapat bergerak dan penghasil urease yang
kuat.
2.3.4 Patogenesis
H.Pylori tumbuh secara optimal pada pH 6,0-7,0 dan akan mati/tidak
tumbuh pada pH di dalam lumen lambung. Pada sisi lambung yang menghasilkan
lendir, pH nya rendah (1,0-2,0) sedangkan pada sisi epitel pH nya kurang lebih
7,4. H.Pylori ditemukan di bagian dalam lapisan lendir di dekat permukaan epitel
yang memiliki pH fisiologis.
H.pylori juga menghasilkan bisa menurunkan kemampuan asam sehingga
bisa berdifusi melewati lendir. H.Pylori menimbulkan aktivitas urease yang poten,
yang menghasilkan ammonia dan kemudian pendaparan asam. H.Pylori bergerak
lambat, sekalipun dalam lendir, dan mampu menemukan jalan menuju permukaan
epitel.
7/16/2019 Sindroma Dispepsia
http://slidepdf.com/reader/full/sindroma-dispepsia 30/65
25
Faktor Bakteri
H.pylori memiliki kemampuan untuk memfasilitasi menetap di lambung,
gastric, menginduksi injuri mukosa dan menghindari defense mekanisme.
Perbedaan strains dari H.Pylori menghasilkan perbedaan factor virulensi. Suatu
region spesifik dari genom bacterial yaitu pathogenecity island, mengkode factor
virulensi Cag A dan pic B. Vac A juga berperan dalam pathogenesis, meskipun
tidak dikode dalam pathogenecity island. Factor virulensi tersebut, berhubungan
dengan penambahan unsur bakteri yang menyebabkan mucosal damage.
- Enzim urease akan mengubah urea yang ada dalam cairan lambung menjadi
amoniak CO2. Tubuh kuman Helicobacter selalu diliputi oleh awan amoniak
ini, dan karenanya dapat bertahan terhadap asam lambung.
- Surface factor, sebagai chemotactic untuk neurophil dan monosit, yang
berkontribusi dalam epithelial cell injury.
- Protease dan phospholipase yang memecah glycoprotein lipid complex dari
mucous gel, yang menurunkan efikasi dari 1st line musical defense.
- Adhesion (BabA), yang memfasilitasi penempelan bacteria ke gastric
epithelial cell.
Factor Individu
- Respon inflamasi terhadap H.Pylori meliputi : recruitment nutrophil,
lymphocyte (T dan B), makrofag dan plasma sel.
7/16/2019 Sindroma Dispepsia
http://slidepdf.com/reader/full/sindroma-dispepsia 31/65
26
- Pathogen berikatan dengan MHC class II pada gastric epithelial cell
menyebabkan local injury.
- Bacterial strain yang mengkode Cag PAI dapat mengenalkan Cag A ke host
cell, menyebabkan cell injury dan menaktifkan cellular pathway meliputi
cytokine pathway.
- Peningkatan konsentrasi multiple cytokine ditemukan pada gastric epithelium
yang terinfeksi H.Pylori meliputi : IL-1α /β , IL-2, IL-6, IL-8, TNF-α dan
IFN-γ . Mekanisme tambahan H.Pylori menyebabkan epithelial cell injury :
(1) teraktifasinya produksi reactive oxygen or nitrogen species melalui
neutrophil-mediated dan meningkatkan epithelial turnover, (2) apoptosis
berhubungan dengan interaksi dengan T cell (T helper 1) dan IFN-γ .
Setelah berhasil menembus asam lambung dan masuk ke dalam habitatnya
maka kuman H. pylori dapat bertahan hidup dan mengadakan multiplikasi.
Kuman H. pylori mengadakan kontak dengan epitel mukosa lambung melalui
bagian kuman yang disebut adhesin. Melalui adhesin H. pylori berikatan dengan
suatu gliserolipid yang didapatkan pada epitel lambung. Kuman H. pylori
menghasilkan berbagai enzim misalnya urease, catalase, protease dan fosfolipase
dll. Protease dan fosfolipase dapat merusak mukus lambung. Disamping itu H.
pylori juga memproduksi beberapa macam toksin. Toksin-toksin ini akan
menyebabkan reaksi keradangan dan kerusakan jaringan dan menyebabkan
gastritis kronik. Demikian pula reaksi imun serta reaksi radang lokal akan
menambah beratnya gastritis.
7/16/2019 Sindroma Dispepsia
http://slidepdf.com/reader/full/sindroma-dispepsia 32/65
27
Adanya infeksi H. pylori kronik menimbulkan gangguan fungsi sekretorik
lambung misalnya terjadinya hipergastrinemia dll. yang menyebabkan
hiperasiditas dalam lambung dan duodenum. Adanya hiperasiditas dalam
duodenum merupakan salah satu keadaan yang memungkinkan hidupnya sel-sel
mukosa lambung dalam duodenum. Pindahnya sel-sel mukosa lambung ke dalam
duodenum disebut metaplasia gastrik dalam duodenum. Dengan adanya “pulau-
pulau” sel mukosa lambung dalam duodenum maka kuman H. pylori dapat pula
hidup dalam duodenum. Adanya kuman-kuman tersebut dalam dodenum akan
menyebabkan duodenitis dan akhirnya terjadi ulkus di daerah tersebut
Secara histologik
Adanya infiltrasi sel PMN dan MN terlihat dalam epitel dan lamina
propria, vakuola dalam sel seringkali terlihat jelas, dan sering terjadi
penghancuran epithelium dan atrofi kelenjar.
2.3.5 Diagnosis
Ada 2 macam cara diagnosa infeksi H. pylori yaitu diagnosa invasif yang
memerlukan endoskopi dan biopsi mukosa lambung, dan diagnosa noninvasif
yang tidak memerlukan endoskopi dan biopsi.
Diagnosa invasif meliputi :
- Deteksi kuman H. pylori dengan cara pemeriksaan histopatologik
- Tes urease cepat yang mendeteksi adanya enzim urease dalam spesimen
biopsi lambung. Salah satu kit untuk deteksi urease cepat adalah CLO
7/16/2019 Sindroma Dispepsia
http://slidepdf.com/reader/full/sindroma-dispepsia 33/65
28
(Campilobacter Light Organism). Karena itu tes urease cepat sering
dinamakan tes CLO.
- Pembiakan kuman H. pylori dari spesimen biopsi lambung.
- Pemeriksaan PCR spesimen biopsi lambung
Bahan: biopsi lambung untuk pemeriksaan histologik dan pembiakan.
Sedian apus: diagnosis gastritis dan infeksi H.pylori dapat dibuat secara
histologik. Pewarnaan rutin memperlihatkan gastritis dan pewarnaan giemsa atau
perak khusus dapat memperlihatkan organisme berbentuk spiral atau melengkung.
Tes khusus: bahan biopsi lambung dapat ditanam ke dalam perbenihan
mengandung urea dengan penunjuk warna. Jika terdapat H.pylori aktivitas urease
akan secara cepat menguraikan urea dan menghasilkan perubahan pH yang
menimbulkan perubahan warna dalam perbenihan.
Diagnosa noninvasif meliputi :
- Tes Nafas Urea (Urea Breath Test ) untuk mengukur enzim urease yang
ada dalam lambung yang diproduksi oleh kuman H. pylori.
- Tes Immunoserologic untuk deteksi antibodi (IgG, IgA anti Hp) terhadap
kuman H. pylori dalam darah penderita.
- Deteksi antigen fekal untuk mendeteksi fragmen kuman H. pylori yang
didapatkan dalam tinja.
Bahan: Darah untuk pemeriksaan serologis
Tes khusus: tes in vivo untuk aktivitas urease dapat dilakukan. Urea berlabel 13C
atau 14C dimakan oleh pasien. Jika terdapat H.pylori, aktivitas urease akan
membentuk CO2 berlabel, yang dapat dideteksi dalam hembusan napas pasien.
7/16/2019 Sindroma Dispepsia
http://slidepdf.com/reader/full/sindroma-dispepsia 34/65
29
2.3.6 Gambaran Klinik
Sebagian besar individu yang terkena infeksi H. pylori tidak mengalami
keluhan walaupun pada pemeriksaan biopsi mukosa lambung pada kasus-kasus
asimptomatik sebagian besar didapatkan gambaran gastritis kronik aktif. Dapat
timbul dispepsia dengan gambaran endoskopik yang bermacam-macam, mulai
dari normal sampai dengan ulkus lambung atau ulkus duodeni, gastritis,
duodenitis, gastritis atrofik, gastritis hypertrofik. Bisa terjadi MALT ( Mucosal
Associated Lifoid Tissue) limfoma dan kanker lambung di bagian distal (tipe
intestinal).
2.2.5 Terapi Eradikasi
Indikasi
- Sangat dianjurkan
Ulkus duodeni, ulkus, ventrikuli, MALT Lymphoma gaster derajat keganasan
rendah, riwayat kanker lambung di keluarga, gastritis kronis aktif (gambaran
PA), pasca reseksi kanker lambung dini, gastritis atropik.
- Dianjurkan
Keinginan pasien untuk diobati setelah mendapat penjelasan yang memadai,
dispepsia fungsional (tidak ditemukan kelainan perendoskopi, biokimia
7/16/2019 Sindroma Dispepsia
http://slidepdf.com/reader/full/sindroma-dispepsia 35/65
30
ataupun laboratorium), Gastropati obat NSAID, GERD yang memerlukan
terapi antisekresi asam jangka panjang.
Terapi lini pertama/terapi tripel
- Urutan prioritas :
1. PPI+Amoksisilin+Klaritromisin
2. PPI+Metronidazol+Klaritromisin
3. PPI+Metronidazol+Tetrasiklin
- Pengobatan dilakukan selama 1 minggu
- Dosis
1. PPI
Omeprazole 2x20 mg
Lansoprazole 2x30 mg
Rabeprazole 2x10 mg
Esomeprazole 2x20 mg
2. Amoksisilin : 2x1000 mg/hari
3. Klaritromisin : 2x500 mg/hari
4. Metronidazol : 3x500 mg/hari
5. Tetrasiklin : 4x250 mg/hari
Terapi lini kedua/terapi kudripel
- Dilakukan bila terdapat kegagalan pada lini pertama
- Kriteria gagal : 4 minggu pasca terapi, kuman H.pylori tetap positif
berdasarkan pemeriksaan UBT, HpSA atau histopatologi
- Urutan prioritas
7/16/2019 Sindroma Dispepsia
http://slidepdf.com/reader/full/sindroma-dispepsia 36/65
31
1. Colloidal bismuth subcitrate+PPI+Amoksisilin+Klaritromisin
2. Colloidal bismuth subcitrate +PPI+Metronidazol+Klaritromisin
3. Colloidal bismuth subcitrate +PPI+Metronidazol+Tetrasiklin
- Pengobatan dilakukan selama 1 minggu
- Dosis colloidal bismuth subcitrate 4x120 mg
- Bila terapi ini gagal sangat dianjurkan melakukan pemeriksaan kultur dan tes
resistensi H.pylori dengan media transport MIU.
Regimen Antibiotika yang Baru
- Pada pasien-pasien yang gagal dengan regimen terapi berbasis klaritromisin,
regimen kombinasi terdiri dari lansoprazol 2x30 mg, amoksisilin 2x1 gram,
dan levofloxacin 2x200 mg yang dapat pula diberikan 1x500 mg.
- Kombinasi lain yang dilaporkan efektif adalah PPI bid, Rifabutin 300 mg qd
(1xsehari) dan amoksisilin 2x1 gram.
Kriteria Keberhasilan Terapi Eradikasi
- Empat minggu setelah terapi selesai, dilakukan pemeriksaan UBT/HpSA atau
histopatologi.
- Jika UBT negatif atau histopatologi negatif terapi dianggap berhasil
(sembuh).
2.3 Endoskopi
Definisi dan Prinsip Dasar Endoscopi
7/16/2019 Sindroma Dispepsia
http://slidepdf.com/reader/full/sindroma-dispepsia 37/65
32
Endoscopi ialah suatu tindakan untuk melihat kedalam saluran atau bagian
dalam tubuh, melakukan proses pemeriksaan terhadap struktur internal dengan
menggunakan suatu alat yang fleksibel. Secara harfiah Endoscopi artinya adalah
melihat kedalam, yang dalam hal ini berarti melihat kedalam tubuh manusia untuk
suatu alasan medis. Endoscopi adalah suatu alat yang menggunakan sistem
fiberoptik dengan sistem pencahayaan yang memungkinkan visualisasi kedalam
bagian tubuh tertentu.
Endoscopi modern dimulai dengan dikembangkannya Endoscop
Fiberoptic dan pada perkembangan selanjutnya dengan munculnya Video Chip
Endoscope.
Prinsip dasar secara umum Endoscope Flexible ialah meliputi :
- Control Head
- Flexible Shaft yang dilengkapi denngan manoeverable tip.
- Head sendiri yang dihubungkan dengan sumber cahaya via umbilical cord
dan melalui saluran yang lain akan mengalirkan udara / air, Suction dan
sebagainya Saluran suction juga bisa dipakai untuk memasukkan alat diagnostic
seperti forsep biopsy dan alat- alat perlengkapan terapeutic yang lain.
Prinsip dasar dari Endoscop fibre-optic ialah merupakan kumpulan serat
fibre-optic yang berdiameter 2-3 mm dan berisi sekitar 20.000 - 40.000 fibre-glass
yang halus dengan diameter 10 micro meter. Sinar yang berasal dari sumber
cahaya ditransmisikan melalui refleksi internal secara sempurna sampai kebagian
distal sampai ke obyek yang akan dilihat. Masing-masing fibre-optic masih
diliputi lapisan glass dengan optical density yang lebih rendah sehingga dapat
7/16/2019 Sindroma Dispepsia
http://slidepdf.com/reader/full/sindroma-dispepsia 38/65
33
menghindari kerusakan akibat sinar yang melewati bagian dalam fibre tapi lapisan
ini tidak menghantarkan sinar disamping itu masih ada ruang antar fibre yang
memberikan bayangan gelap yang menyerupai jala kecil-kecil yang biasa muncul
pada gambar. Hal ini agak berbeda dengan bayangan dari lensa yang rigid. Suatu
keuntungan fibreoptic ini adalah sangat fleksible walaupun alat dalam keadaan
membelok maksimal tanpa mengurangi kualitas gambar. Pada instrumen modern
lensa bagian distal yang terfokus pada obyek betul-betul terfixasi. Kedalaman
fokus obyek yang dapat diamati ialah 3mm sampai dengan 10-15cm. Bayangan
gambar ini direkonstruksi pada ujung distal alat dan diteruskan kemata melalui
suatu lensa yang dapat diatur menyesuaikan individu masing-masing.
Prinsip dari Video Endoscope menyerupai fibre-endoscope tapi disini
menggunakan CCD(Charged Couple Device)Chip dan elektronik pembantu yang
diletakkan Diujung distal(tip). CCD Chip tersusun oleh 33.000-100.000 buah
photo Cell (pixel) sebagai penerima photon yang dipantulkan kembali dari
permukaan mukosa. CCD yang biasa hanya bisa memberikan respon tentang
derajat gelap-terang belum bisa memberikan respon terhadap warna, sedangkan
CCD Colour mempunyai extra pixel yang bisa menyerap spectrum warna
sehingga pixel hanya berespon terhadap sinar dari warna tertentu. Sistem CCD ini
dapat dibuat lebih kecil dengan kemampuan resolusi yang tinggi sehingga
memberikan gambar yang lebih baik.
Perbandingan antara Video-Endoscope dengan Fibre-Endoscope
7/16/2019 Sindroma Dispepsia
http://slidepdf.com/reader/full/sindroma-dispepsia 39/65
34
Kualitas gambar dari Video-Endoscope dibanding dengan Fibre-
Endoscope saat ini adalah sebanding baik dalam hal warna maupun resolusinya.
Namun demikian teknologi fiberoptik sudah mencapai titik maksimal karena
diameter fiber yang lebih kecil dari 6-8µm. Akan menyebabkan kehilangan
transmisi sinar secara massive, tapi dengan sistem pixel yang berukuran 10µm
seperti pada CCD saat ini apabila diameter bisa diturunkan lagi yang berarti
jumlah pixel bisa ditingkatkan maka akan meningkatkan resolusi.
Teknik Endoscopi
Teknik Endoscopi dibagi menjadi 2 kelompok besar, yaitu diagnostik dan
Terapeutik. Pemeriksaan Saluran Cerna Bagian Atas disebut esofago Gastro
Duodenoscopi (EGD) dan Saluran Cerna Bagian Bawah disebut kolonoscopi.
Esofagogastroduodenoscopi (EGD)
a. Diagnostik
Esofagogastroduodenoscopi (EGD) dan biopsi
b. Terapeutik:
- Skleroterapi dan ligasi varises esofagus
- Skleroterapi histoacryl varises esofagus
- Pemasangan stent esofagus
- Pemasangan flowcare
- Pemasangan Percutaneus Endoscopic Gastrostomy(PEG)
- Dilatasi esophagus dengan busi Savary-Guillard
7/16/2019 Sindroma Dispepsia
http://slidepdf.com/reader/full/sindroma-dispepsia 40/65
35
- Polipektomi polip esofagus, gaster dan duodenum
- Hemostatis endoscopi (perdarahan non varises : adrenalin + aethoxysclerol,
berryplast endoclip dll).
- Endoscopic Mucosal Resection(EMR)
- Terapi laser pada tumor, perdarahan dll.
c. Indikasi
- Perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA)
- Dispepsia
- Disfagia
- Odinofagia
- Nyeri Epigastrium Kronis
- Kecurigaan Obsruksi Outlet
- Survey Endoscopi curiga keganasan
- Nyeri dada tak khas
d. Kontra Indikasi Absolut:
- Tidak kooperatif
- Psikopat
- Alergi obat premedikasi
- Syok
- Infark miokard akut
- Respiratori distress
7/16/2019 Sindroma Dispepsia
http://slidepdf.com/reader/full/sindroma-dispepsia 41/65
36
- Perdarahan masif
e. Kontra indikasi Relatif
- Kelainan kolumna vertebralis
- Gagal jantung
- Sesak nafas
- Gangguan kesadaran
- Infeksi akut
- Aneurisma aorta torakalis
- Tumor Mediastinum
- Stenosis esofagus
- Gastritis korosif akut
- Gastritis flegmonosis
f. Persiapan Pasien
- Pendekatan dan motivasi pasien sekaligus“Informed
Consent”, sambil diterangkan mengenai kegunaan pemeriksaan,jenis pemeriksaan
yang akan dikerjakan, serta keadaan-keadaan yang mungkin dirasakan pada waktu
diperiksa seperti kembung, mual, sedikit rasa tak nyaman dsb. Diterangkan
kemungkinan terjadi komplikasi meskipun jarang.
- Puasa tidak makan tetapi dapat minum obat yang diperlukan, paling tidak
6 jam sebelum pemeriksaan.
- Gigi palsu dan kacamata dilepas.
7/16/2019 Sindroma Dispepsia
http://slidepdf.com/reader/full/sindroma-dispepsia 42/65
37
- Dilakukan penyuntikan xylocain spray pada tenggorokan.
- Bila perlu dilakukan penyuntikan obat.
- Cara menelan dan bernafas panjang diampilkan pada waktu pemeriksaan.
- Berbaring dengan posisi miring kekiri,tangan kiri dibawah bantal dan
tangan kanan diatas paha kanan.
g. Premedikasi
- Tidak selalu diberikan dan hanya diberikan pada pasien yang sensitif.
Sedasi diberikan diazepam 5-10mgiv/im atau midazolam 2,5mgiv Dapat juga
diberikan pethidin 0,5-1mg/kg bb iv 30 menit sebelum pemeriksaan
- Gascon 15cc peroral 5-10 menit sebelum tindakan
- Sprai xilocain 10% merata keseluruh faring,uvula dan hipofaring
- 5-10 menit sebelum pemeriksaan.
h. Penyulit
- Perforasi
- Perdarahan
- Gangguan kardio pulmoner
- Reaksi obat-obatan
- Penularan infeksi
- Pneumonia aspirasi
- Instrument Impaction
i. Perawatan Pasca Endoscopi
7/16/2019 Sindroma Dispepsia
http://slidepdf.com/reader/full/sindroma-dispepsia 43/65
38
- Pasien boleh makan dan minum setelah 1-2jam pasca endoscopi untuk
menghindari aspirasi
- Bila pasien diberi sedasi diobservasi diruang pemulihan sampai sadar
- Pasien rawat jalan tidak boleh membawa kendaraan sendiri.
- Bila dilakukan biopsi,dianjurkan makan makanan cair atau bubur saring
selama beberapa waktu tergantung apa yang ditemuka dan berapa banyak biopsi
dilakukan. Bila ada perdarahan pasien diminta menghubungi dokter.
j. Teknis Pemeriksaan EGD
- Penderita berbaring miring kekiri menghadap pemeriksa. Kepala agak
menunduk,dengan alas handuk kecil. Tangan kiri dibawah bantal dan tangan
kanan bebas diposisikan diatas paha kanan. Posisi kaki seperti memeluk guling.
Scope dipegang dengan benar, tangan kiri memegang pangkal scop sekaligus
mengendalikan angulasi, menekan tombol”air water feeding”, tombol penghisap
dan freezing. Sedangkan tangan kanan memegang ujung scop, kira-kira 15-18 cm
dari ujung.
Terdapat 3 macam cara insersi scop yaitu:
- Memasukkan scop secara membuta (Blind Tip Manipulation).
- Memasukkan scop dituntun penglihatan (Driving Down Undervision).
- Memasukkan scop dituntun dengan jari (Finger Guidance).
7/16/2019 Sindroma Dispepsia
http://slidepdf.com/reader/full/sindroma-dispepsia 44/65
39
- Cara yang digunakan dalam pelatihan adalah dengan memasukkan scop
dituntun penglihatan (DDU). Penglihatan langsung dapat melalui monitor.
Selanjutnya insersi scop dapat dilakukan sesuai dengan urutan berikut ini :
Langkah EGD
Lidah dan Palatum durum
Penyangga mulut (mouth piece) dipasang dan difiksasi oleh seorang perawat.
Ujung scop dimasukkan dengan tangan kanan diposisikan diatas bagian tengah
lidah sehingga akan terlihat lidah dan palatum durum.
Uvula
Scop didorong halus dengan sedikit up ward sehingga akan terlihat uvula.
7/16/2019 Sindroma Dispepsia
http://slidepdf.com/reader/full/sindroma-dispepsia 45/65
40
Epiglotis
Selanjutnya akan terlihat epiglotis dengan bagian belakang hipofaring.
Glotis dan Rima Glotis
Ujung scop diangulasikan kebawah secara halus, didorong, akan terlihat jelas
Glotis dan Rima Glotis.
Sfingter Krikofaring
7/16/2019 Sindroma Dispepsia
http://slidepdf.com/reader/full/sindroma-dispepsia 46/65
41
Dengan sedikit angulasi kebawah akan terlihat fossa priformis Dan Sfingter
Krikofaring yang biasanya tertutup. Ujung dari scop diarahkan kekanan atau
kekiri menuju Sfingter Krikofaring.
Sfingter Krikofaring terbuka
Pasien diminta untuk menelan agar Sfingter Krikofaring terbuka, bersamaan
dengan itu scop didorong masuk esofagus dan penderita diminta bernafas lewat
hidung. Kadang sulit untuk mendapatkan Sfingter Krikofaring dalam keadaan
terbuka, maka scop dapat didorong/sliding untuk masuk esofagus.
Esofagus
7/16/2019 Sindroma Dispepsia
http://slidepdf.com/reader/full/sindroma-dispepsia 47/65
42
Scop masuk ke esofagus yang merupakan pipa tubuler dengan diameter 1,5 - 2
cm,mulai dari pinggir bawah otot krikofaringus kebawah melalui mediastinum
dan berakhir pada Sfingter esofagus bawah dengan pajang 2,5 cm. Panjang dari
gigi insisivus ± 40cm.
Z-line
Mucosa Esofagus tampak merah muda, licin mengkilap dengan lipatan mucosa
yang halus memanjang sampai esofagogastric junction. Tampak ”Z Line”, suatu
garis yang tak teratur dengan merupakan pertemuan mucosa esofagus dan gaster.
Corpus-Antrum-Pilorus
Scop masuk kegaster, tampak mucosa kemerahan, rugae gaster, cairan lambung,
kurvatura mayor-minor. Scop didorong lebih lanjut, diposisikan bentuk J untuk
7/16/2019 Sindroma Dispepsia
http://slidepdf.com/reader/full/sindroma-dispepsia 48/65
43
mengevaluasi corpus tengah dan bawah, kurvatura minor, angulus, antrum
pilorikum dan pilorus. Scop masuk “Canalis piloricum” (sepanjang sekitar 1cm)
dan masuk bulbus duodenum.
Duodenum
Scop masuk duodenum bagian 1. tampak mucosa bulbus duodenum licin, lebih
muda dari mucosa lambung. Scop dirotasikan kekanan, angulasi kanan dan
angulasi atas, akan terlihat bagian kedua duodenum (pars desenden duodeni),
dengan mucosa terlihat seperti lipatan sirkuler. Dengan endoskop pandang depan,
dinding medial pars desenden duodeni terlihat secara tengensial sehingga papilla
vateri tidak dapat diamati secara seksama.
Cardia/Fundus
7/16/2019 Sindroma Dispepsia
http://slidepdf.com/reader/full/sindroma-dispepsia 49/65
44
Setelah selesai mengamati duodenum. Scop ditarik keluar sampai dibatas akhir
fold gaster dekat angulus, dilakukan U turn stop (U turn panjang), angulasi kekiri
maksimal dan badan scop dirotasi kekiri/kekanan. Kadang scop perlu didorong
atau ditarik untuk memperjelas pandangan ke cardia dan fundus. Dapat pula
dilakukan U turn pendek. Setelah masuk gaster dekat LES baru dilakukan U turn.
Colonoscopy
Coloscopy merupakan sarana diagnostic yang penting untuk dilakukan
pada penyakit colon. Dengan pemeriksaan ini memungkinkan pengamatan seluruh
colon,rectum serta ileum terminalis. Pengamatan ditujukan untuk mencari
kelainan yang ada secara menyeluruh pada mucosa, lumen serta isinya dan
motilitas dari saluran cerna. Dapat diamati pula adanya kompresi dari luar colon.
Disamping prosedur diagnostik juga bisa dipakai sebagai prosedur terapeutik
terhadap polip, dilatasi, mengambil benda asing serta tindakan lain.
a. Indikasi
- Hematemesis melena yang belum diketahui dengan jelas.
7/16/2019 Sindroma Dispepsia
http://slidepdf.com/reader/full/sindroma-dispepsia 50/65
45
- Hematoskesia
- Penyakit inflamasi usus kronis hubungannya dengan survailen kanker
kolorektal.
- Diare kronis
- Nyeri perut yang belum jelas kausanya.
- Evaluasi abnormalitas pada pemeriksaan barium enema.
- Riwayat sindroma poliposis.
- Survailen kanker,Colitis Ulseratif,Sindrom Poliposis.
- Penelitian penyakit colon pada penderita tua & penurunan berat badan
yang tak jelas penyebabnya.
- Terapeutik, polipektomi, perdarahan, mengambil benda asing,
dekompensasi megakolon atau vovulus dan dilatasi stenosis.
b. Kontra Indikasi
- Pasien tidak kooperatif.
- Perforasi usus.
- Peritonitis.
- Hamil trimester ke 3.
c. Kontra Indikasi Relatif
1. Kelainan integritas usus:
- Kolitis akut berat
- Obstruksi intestinal
7/16/2019 Sindroma Dispepsia
http://slidepdf.com/reader/full/sindroma-dispepsia 51/65
46
- Baru menjalani anastomosis usus.
2. Visualisasi terganggu
- Persiapan tidak baik
- Perdarahan akut saluran cerna masif
3. Kelainan Organ sekitar
- Aneurisma aorta atau arteri iliaka
- Baru menjalani operasi.
4. Faktor penyakit dasar
- Koagulopati
- Penyakit berat.
d. Persiapan penderita
Sebelum pemeriksaan colonoscopy dilakukan, colon harus dibersihkan dari Feses
dan kotoran lain. Pasien memakai celana yang mempunyai lobang berukuran 13
cm untuk jalur scop.
Persiapan pemeriksaan colonoscopy tersebut adalah:
· Makan bubur saring/sumsum tanpa santan sejak 2 hari sebelum tindakan
Colonoscopy.
· Minum air putih sebanyak 2-3 liter sehari, makanan lain tidak
diperbolehkan.
· Bila pasien susah buang air besar,diberikan sirup laxadin 3x1sendok
makan atau minum laxadin 3x1 tablet.
7/16/2019 Sindroma Dispepsia
http://slidepdf.com/reader/full/sindroma-dispepsia 52/65
47
· Malam terakhir sebelum hari pemeriksaan colonoscopy, pasien makan
bubur sumsum terakhir jam 19:00 setelah itu pasien puasa tetapi boleh minum.
· Pada jam 20:00 diberikan garam inggris 30 gr dalam ½ gelas air hangat.
· Usai minum garam inggris biasanya pasien akan sering BAB. Minum air
putih yang banyak.
· Pagi jam 05:00 saat sebelum colonoscopy, masukkan dulcolax supp 1
buah kedalam anus atau obat-obatan cair yang lain (misalnya : fosen, yal, dll)
sehingga beberapa saat setelah dimasukkan lewat anus akan BAB lagi. Jika pasien
dirawat dilakukan klisma tinggi, tak usah diberikan dulcolax supp/obat laksan
yang lain.
· Datang keruang prosedur Endoscopy pada hari H, sesuai perjanjian
e. Strategi Pemeriksaan Colonoscopy
- Perhatikan kata kunci, rotasi, tarik, luruskan, suction/hisap.
- Meniup udara seminimal mungkin.
- Sedapat mungkin harus melihat lumen colon dengan baik memutar Scop
(rotasi) kekanan atau kekiri, menarik scop atau meluruskannya untuk menghindari
terbentuknya loop, saat-saat tertentu (misalnya saat lumen lurus dapat dilakukan
suction, colon akan masuk scop sendiri seperti memasukkan kolor pada celana.
- Kadang alat perlu didorong menyusuri dinding colon tanpa melihat
lumennya, hal ini dapat dilakukan tanpa resiko selama alat tersebut menyusur
dengan mudah tanpa paksaan. Bila ada tahanan (terlebih bila penderita kesakitan)
sebaiknya alat ditarik mundur.
7/16/2019 Sindroma Dispepsia
http://slidepdf.com/reader/full/sindroma-dispepsia 53/65
48
- Rasa sakit merupakan suatu tanda bahwa harus hati-hati.
- Menarik alat dan memendekkan colon dengan menghisap (suction)
merupakan salah satu cara mencapai sekum.
f. Langkah demi langkah Colonoscopy
· Anus
Sebaiknya dilakukan pemeriksaan anus dengan teliti. Fisura dan hemoroid
merupakan salah satu penyebab hematoskesia. Masukkan scop ke anus secara
membuta, tiup udara secukupnya dan posisikan ujung scop disfingter ani.
Lakukan evaluasi menyeluruh kadang akan ditemukan hemoroid interna,
polip.Guna evaluasi hemoroid interna alat dapat dilakukan manuver U turn, tetapi
U turn disini tidak selalu dianjurkan.
Rectum dan Sigmoid
Scop didorong masuk, directum terdapat 3 buah vulvula Houston yang dapat
menghalangi pandangan. Setelah evaluasi rectum secara menyeluruh, lanjutkan ke
sigmoid. Lumen diusahakan ditengah. Hati-hati kemungkinan divertikel, bila
7/16/2019 Sindroma Dispepsia
http://slidepdf.com/reader/full/sindroma-dispepsia 54/65
49
salah masuk dapat terjadi perforasi. Perlu diingat bahwa sigmoid dan colon
transversum terletak di intra peritoneal dan kurang terfiksasi, sedangkan rectum,
colom desenden dan asenden lebih terfiksasi diretroperitoneal. Disigmoid dapat
membentuk loop. Untuk menghindarinya selain teknik Rotaluhi (rotasi, tarik,
luruskan, hisap/tiup) rubah posisi pasien dari posisi miring kiri; pasien
diposisikan telentang atau miring kekanan atau dengan bantuan asisten menekan
perut bagian bawah dari luar. Bila terjadi loop dapat dilakukan alpha manuver.
Alat ditarik ± 25cm dari sfingter ani dan dikaitkan di sigmoid. Kemudian dibuat
rotasi berlawanan dengan arah jarum jam, sehingga ujung alat menunjukkan
kearah secum. Kemudian alat didorong hingga melintasi Fleksura Lienalis dan
ditarik perlahan-lahan sehingga menjadi lurus. Perhatikan ciri rectum, highly
vascular, bluish vessels (banyak pembuluh darah dan berwarna kebiruan).
Colon Desenden
Haustra colon desenden berbentuk sirkuler dengan ciri colon desenden narrow and
tubuler. Melewati fleksura lienalis kelokan tajam. Untuk mengatasi ini dilakukan
pengisapan sehingga kolon transversum ditarik ke arah alat dan dengan mudah
alat menyusur melalui belokan tersebut
7/16/2019 Sindroma Dispepsia
http://slidepdf.com/reader/full/sindroma-dispepsia 55/65
50
Flecsura Lienalis
Melewati colon desenden ditemui ditikungan fleksura lienalis dengan tanda
adanya kebiruan dimucosa sebagian bayangan dari lien. Kelokan ini kadang tajam
sehingga sulit dilalui. Ada kondisi disebut reserved splenic flexure, suatu kondisi
lampu tidak terlihat ditengah tapi agak kebelakang pinggang kiri. Untuk
mengatasi ini scop diputar bertentangan arah jarum jam, maka fleksura lienalis
kembali ke bentuk klassik sebagai ”question mark appearance”.
·
Colon Tranversum
Colon Tranversum mudah diidentifikasi karena haustranya berbentuk segitiga.
Biasanya scop mudah melewati colon tranversum sampai flecsura hepatica.
7/16/2019 Sindroma Dispepsia
http://slidepdf.com/reader/full/sindroma-dispepsia 56/65
51
Flecsura Hepatica
Tanda bila scop sampai di Flexura Hepatica adalah tampak pada dinding colon
bayangan kebiruan pada mucosa colon, yang merupakan bayangan hati, lumen
pada posisi tegak dan tidak bergerak seiring dengan pernafasan. Melewati flecsura
hepatica sering tidak mudah dan posisi pasien bila merlu dimiringkan kekanan.
Colon Asenden
Melewati colon asenden scop sering tidak mengalami kesulitan. Colon asenden
ditandai dengan haustra berbentuk semiluner walau kadang dapat ditemukan
haustra berbentuk segitiga.
·
7/16/2019 Sindroma Dispepsia
http://slidepdf.com/reader/full/sindroma-dispepsia 57/65
52
Secum
Bayangan secum ditandai adanya valvula Bauhini, gambaran jangka daun serta
muara apendic yang berbentuk semiluner. Dari luar lampu Endoscop terlihat
difossa iliaka kanan.
Ileum Terminalis
Secum ditimang-timang. Valvula Bauhini dicermati, dibawahnya terdapat muara
ileum terminalis. Bila dilakukan penghisapan sering terlihat gelembung udara
keluar dari ileum. Scop diarahkan dengan angulasi, perlahan didorong masuk ke
ileum terminalis, mucosa normal tampak halus seperti beludru/handuk. Setelah
masuk ileum terminalis, usai sudah colonoscopy. Scop ditarik dengan pelan untuk
mencermati ulang colon. Kadang kelainan akan ditemukan saat bergerak mundur,
dimana saat maju dapat terlewatkan.
ERCP (Endoscopic Retrograde Cholangio Pancreatography)
ERCP adalah pemeriksaan yang ditujukan untuk visualisasi dengan bahan
kontras secara retrograd dan secara langsung saluran empedu eferen dan ductus
pancreaticus dengan memakai endoscop yang mempunyai pandangan samping.
7/16/2019 Sindroma Dispepsia
http://slidepdf.com/reader/full/sindroma-dispepsia 58/65
53
ERCP dapat dipakai untuk pemeriksaan diagnosis maupun terapeutic. Diagnosis
untuk melihat dan mengidentifikasi kelainan pada ductus bilier, sisticus, kandung
empedu dan ductus pankreaticus. Sedangkan untuk terapeutic antara lain untuk :
- Pemasangan stent bilier dan stent pancreas.
- Sfingterotomi atau papilotomi Endoscopic.
- Ekstrasi batu dan cacing dari Saluran Empedu.
- Pemasangan nasal biliary drainage(NBD).
a. Indikasi
- Ikterus obstruktif
- Batu saluran empedu
- Keganasan pada sistem hepatobilier dan pancreas
- Pancreas dan kista pancreas
- Divertikel duodenum sekitar papil
- Metastase tumor kesistem bilier dan pancreas.
- Nyeri perut bagian atas tanpa kelainan pancreas, lambung, duodenum dan
hati.
- Gallstone dan Pancreatitis.
b. Kontra Indikasi
- Semua kontra indikasi Endoscopi SCBA
- Riwayat alergi kontras yodium
7/16/2019 Sindroma Dispepsia
http://slidepdf.com/reader/full/sindroma-dispepsia 59/65
54
c. Persiapan Penderita
- Puasa 6 jam sebelum pemeriksaan
- ERCP terapeutik perlu pemeriksaan hemostosis
- Selang infus dipasang pada lengan/tangan kanan.
- Penderita tidur dimeja radiologi dengan lengan kiri dibelakang punggung
untuk memudahkan merubah keposisi telungkup.
d. Premedikasi
• Sebelum pemeriksaan diberikan diazepam iv 5-10 mg atau midazolam iv 5
mg.
• Gascon 15cc peroral 5-10 menit sebelum pemeriksaan.
• Spray xilocain 10% merata keseluruh faring,uvula dan hipofaring 5-
10menit sebelum pemeriksaan
• Buscopan 20-40 mg.
e. Persiapan alat
- Gastroduodenoscop side view, beserta monitornya.
- Fluoroscop dengan monitor.
- Asesoris peralatan yang diperlukan, antara lain :
· Kateter kanulasi papil dari teflon dengan ujung metal ukuran 5 Fr.
· Papilotom/Sfingterotom
· Basket
· Balon Kateter
7/16/2019 Sindroma Dispepsia
http://slidepdf.com/reader/full/sindroma-dispepsia 60/65
55
· Litotriptor
· Dan lain-lain(sesuai yangdibutuhkan)
- Urografin 60% diencerkan sampai 30%.
f. Komplikasi
Pemeriksa yang sudah berpengalaman mendapatkan adanya komplikasi berat pada
1-2% dari pasien.Yang dilakukan ERCP,terutama pancreatitis necrotic hemoragis
akut dan kolangio sepsis.Pada 0,5-1% komplikasi ini fatal.Pada 50% penderita
terdapat peningkatan amylase darah/urin dan lipase serum.Sekitar 10% penderita
mengeluh gangguan abdominal yang berarti.
g. Teknik ERCP
· Posisi telungkup atau sedikit miring kekanan menghadap pemeriksa.
· Masukkan scop pandang samping menuju esofagus-lambung.
· Dengan sedikit angulasi scop menyusuri kurvatura minor sampai pylorus
masuk bulbus dan pars desendens duodenum, scop perlahan diputar arah jarum
jam sambil ditarik. Biasanya berangsur-angsur lumen duodenum pars desendens
terlihat jelas dengan papilla vateri berada didinding medial. Cara ini disebut
metode pendek karena scop didorong menyusuri curvature minor lambung.
Teknik ini lebih mudah tapi tidak nyaman bagi pasiennya.
· Apabila papila vateri terletak dekat sekali dengan bulbus duodeni, metode
panjang lebih baik untuk melakukan kanulasi. Muara papila vateri diusahakan
ditengah lapang pandang. Diposisikan jam 6, sehingga kanal ERCP dapat
7/16/2019 Sindroma Dispepsia
http://slidepdf.com/reader/full/sindroma-dispepsia 61/65
56
dimasukkan dengan tepat dan zat kontras dapat mengisi lumen sistem bilier dan
saluran pancreas dengan baik.
· Setelah dilakukan ERCP diagnosis,dapat langsung dikerjakan ERCP
terapeutic sesuai indikasi yang ada. Papilotomi/Sfingterotomi, penghancuran batu
(dengan Lito triptor), ektraksi batu, pemasangan stent dll.
h. Perawatan pasca ERCP
- Pasien boleh makan dan minum setelah 2 jam pasca ERCP untuk
menghindari aspirasi,dimulai makan cair atau lunak selama 24-48 jam.
- Bila pasien diberikan sedasi,harus diawasi diruang pemulihan sampai
sadar,untuk mengawasi kemungkinan komplikasi.
- Pasien rawat jalan tidak diperbolehkan membawa kendaraan sendiri.
- Penderita diberikan antibiotika secara selektif utuk mencegah infeksi
akibat gangguan drainase.
- Bila ada perdarahan,hubungi dokter.
Biopsi
Biopsi Endoscopik adalah suatu tindakan pengambilan contoh jaringan untuk
pemeriksaan histopatologi dan microbiologi dengan meggunakan alat biopsi
panendoscopik dikerjakan bersamaan dengan pemeriksaan Edoscopi.
a. Indikasi
7/16/2019 Sindroma Dispepsia
http://slidepdf.com/reader/full/sindroma-dispepsia 62/65
57
- Perubahan gambaran mucosa saluran cerna disertai keluhan-keluhan yang
berlangsung lama dan menahun seperti dispepsia, diare, konstipasi.
- Ulkus pada saluran cerna bagian atas dan bawah terutama pada usia tua.
- Polip/tumor saluran cerna bagian atas atau bawah
- Penyakit Celiak, colitis ulseratif, corhn atau infektif.
b. Kontra Indikasi
- Esofagus pasca dilatasi 1 minggu
- Ulkus bulbus duodeni, kecuali dicurigai massa tumor/limforma.
c. Persiapan alat dan teknik
Forsep biopsi dimasukkan melalui saluran instrumen endoscop menuju organ
target/sampel. Usahakan posisi sampel pada jam 6 dan dengan teknik ”aiming”
forsep dibuka-jepit dan ditarik (oleh asisten). Jaringan yang didapat dimasukkan
kedalam formalin 10%. Pada keadaan tertentu biopsi dilakukan dengan brush
cytologi atau hot biopsi pada lesi polipoid.
d. Perawatan pasca biopsi sesuai dengan perawatan pasca biopsi, dapat
dilakukan penyemprotan air es atau adrenalin 1:10.000 dalam NaCl 0,9% melalui
Endoscop.
Dilatasi Esofagus
7/16/2019 Sindroma Dispepsia
http://slidepdf.com/reader/full/sindroma-dispepsia 63/65
58
Merupakan teknik atau tindakan untuk melebarkan penyempitan esofagus.
a. Indikasi
- Struktur Esofagus
- Terapi paliatif pada carsinoma esofagus
- Upper esophageal web dan lower esophageal ring.
- Spasme esofagus dengan disfagia.
- Akalasia
b. Kontra Indikasi
- Kelainan hemostatis
- Pasca biopsi esofagus 10-14 hari.
- Diverticel esofagus.
- Infark miocard akut.
- Atritis servical berat.
- Varises esofagus.
- Esofagitis.
- Tidak cooperatif.
c. Persiapan pasien sesuai dengan tindakan SCBA
d. Teknik dilatasi esofagus
7/16/2019 Sindroma Dispepsia
http://slidepdf.com/reader/full/sindroma-dispepsia 64/65
59
Penyempitan esofagus biasa diatasi dengan businasi, terdapat 4 jenis :
- HURST (Round-ended) rubber mercury-filled dilator;
- MALONEY (Tapered end) diameter 16-60 french (1 french = 3 mm)
- SAVARY (Hollo-Centered polyvinyl dilator)
- GRUENTZIG (Wire guided ballon dilator)
1. Busi Mercury
Busi Mercury diolesi jelly secukupnya, busi dimasukkan kedalam mulut (pasien
pada posisi duduk)sampai orofaring. Pasien disuruh menelan sambil alat didorong
hati-hati. Sesudah sampai distal esofagus sepanjang 40cm sesuai garis batas busi,
pasien diminta menggigit busi. Businasi dilakukan mulai busi ukuran terkecil
sampai ukuran terbesar. Setiap kali pelaksanaan rata-rata 30 menit. Businasi dapat
diulang seminggu sekali atau sesuai dengan kebutuhan.
2. Dilator Savary Gilliard
Dilakukan endoscopy (esofagoscopy) guide wire dimasukkan lambung, posisi
dipertahankan dengan fluoroscop. Scop ditarik dan guidewire dipertahankan.
Dilator Savary Gilliard dimasukkan dengan tuntunan guidewire didorong melalui
penyempitan sampai ujung dilator terlihat pada fluoroscop. Perlu dicermati tanda
ujung dilator telah melewati diafragma. Dilatasi dilakukan mulai dari dilator
terkecil sampai terbesar yang masih bisa melalui penyempitan.
7/16/2019 Sindroma Dispepsia
http://slidepdf.com/reader/full/sindroma-dispepsia 65/65
DAFTAR PUSTAKA
1. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S.
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi ke-5. Jakarta : Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
; 2009.
2. Rani A, Soegondo S, Nasir A, Wijaya I. Panduan Pelayanan
Medik Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. Jakarta :
Interna Publishing ; 2009.
3. Mansjoer, Triyani, Savitri, Wardhani, Setiowulan. Kapita
Selekta Kedokteran Jilid 1. Edisi Ke-3. Jakarta : Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia ; 1999.
4. Jawetz, Melnick, Adelberg’s. Medical Microbiology. Edisi ke-
24. United States of America : McGraw-Hill ; 2007.