sinergitas legislatif dan eksekutif

184

Upload: smk-nurul-huda

Post on 12-Jun-2015

3.777 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Sinergitas legislatif dan eksekutif
Page 2: Sinergitas legislatif dan eksekutif

2

MENYAJIKAN PANDANGAN NORMATIF DAN MENYAJIKAN PANDANGAN NORMATIF DAN TEKNIS DALAM RANGKA MEMUDAHKAN TEKNIS DALAM RANGKA MEMUDAHKAN SINERGI PELAKSANAAN TUGAS DAN SINERGI PELAKSANAAN TUGAS DAN FUNGSI DPRD DENGAN TUGAS DAN FUNGSI DPRD DENGAN TUGAS DAN FUNGSI PEMERINTAH DAERAH; FUNGSI PEMERINTAH DAERAH;

MENGGUNAKAN UU NO 27 TAHUN 2009 MENGGUNAKAN UU NO 27 TAHUN 2009 DAN UU NO. 32 TAHUN 2004 SERTA HASIL DAN UU NO. 32 TAHUN 2004 SERTA HASIL PEMILIHAN UMUM TAHUN 2009 SEBAGAI PEMILIHAN UMUM TAHUN 2009 SEBAGAI RUJUKAN NORMATIFNYA;RUJUKAN NORMATIFNYA;

MEMPERHATIKAN ATURAN PERUNDANGAN MEMPERHATIKAN ATURAN PERUNDANGAN YANG TERKAIT YANG TERKAIT SAMBIL MENUNGGU SAMBIL MENUNGGU TERBITNYA PP TENTANG PEDOMAN TATA TERBITNYA PP TENTANG PEDOMAN TATA TERTIB DPRD. TERTIB DPRD.

Page 3: Sinergitas legislatif dan eksekutif

3

1.1. SESUAI UU NO. 27 TAHUN 2009, SELURUH SESUAI UU NO. 27 TAHUN 2009, SELURUH TUGAS, FUNGSI DAN WEWENANG DPRD HARUS TUGAS, FUNGSI DAN WEWENANG DPRD HARUS DIFORMALISASI KE DALAM DIFORMALISASI KE DALAM PERATURAN DPRD PERATURAN DPRD TENTANG TATA TERTIB;TENTANG TATA TERTIB;

2.2. TATA TERTIB DPRD BERFUNGSI SEBAGAI:TATA TERTIB DPRD BERFUNGSI SEBAGAI:

a.a. Pedoman penyelenggaraan tugas, fungsi dan Pedoman penyelenggaraan tugas, fungsi dan wewenang DPRD; dan wewenang DPRD; dan

b.b. Salah satu norma juridis yang Salah satu norma juridis yang digunakan dalam digunakan dalam menilai menilai kinerja kinerja pelaksanaan tugas, fungsi dan pelaksanaan tugas, fungsi dan wewenang wewenang DPRD;DPRD;

3.3. SEHUBUNGAN DENGAN ITU, DIPERLUKAN TATIB SEHUBUNGAN DENGAN ITU, DIPERLUKAN TATIB DPRD YANG BERSIFAT DPRD YANG BERSIFAT KOMPREHENSIF. KOMPREHENSIF.

Page 4: Sinergitas legislatif dan eksekutif

4

SINERGI ANTARA FUNGSI LEGISLATIF DENGAN FUNGSI SINERGI ANTARA FUNGSI LEGISLATIF DENGAN FUNGSI EKSEKUTIF DAERAH DIPERLUKAN KARENA: EKSEKUTIF DAERAH DIPERLUKAN KARENA:

1. Baik eksekutif maupun legislatif daerah pada dasarnya bekerja dengan maksud dan tujuan yang sama, namun pada ranah yang berbeda:

a. Eksekutif sebagai pelaksana;

b. Legislatif sebagai legislator dan pengawas.

2. Kemampuan legislatif melaksanakan fungsinya sangat ditentukan oleh kemampuan

memahami seluruh aspek pelaksanaan pemerintahan daerah, sehingga mampu

melakukan pengawasan dari ketiga aspek fungsinya, yakni legislasi, penganggaran dan pengawasan;

3. Sehubungan dengan itu, kesediaan untuk mendalami seluruh aspek penyelenggaraan pemerintahan daerah tampil sebagai prasyarat mutlak bagi keberhasilan fungsi legislator darah.

Page 5: Sinergitas legislatif dan eksekutif

5

1.1. KONSIDERANS DAN BATANG TUBUH; KONSIDERANS DAN BATANG TUBUH;

2.2. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL;PENJELASAN PASAL DEMI PASAL;

3.3. LAMPIRAN (DALAM BENTUK BAGAN, CHART DAN LAMPIRAN (DALAM BENTUK BAGAN, CHART DAN MATRIKS). MATRIKS).

Catatan: Penjelasan pasal demi pasal dan Lampiran diperlukan untuk menguraikan secara rinci berbagai klausul yang membutuhkan informasi tambahan dalam rangka mencegah tafsir ganda.

Page 6: Sinergitas legislatif dan eksekutif

6

SESUAI UU NO. 32 TAHUN 2004, SESUAI UU NO. 32 TAHUN 2004, DPRD TIDAK DPRD TIDAK DUDUK BERHADAP-HADAPAN DENGAN KDH,DUDUK BERHADAP-HADAPAN DENGAN KDH, MELAINKAN MELAINKAN DUDUK BERDAMPINGANDUDUK BERDAMPINGAN SEBAGAI SEBAGAI MITRA YANG SEJAJAR;MITRA YANG SEJAJAR;

DPRD TIDAK BEKERJA DAN MENGAMBIL DPRD TIDAK BEKERJA DAN MENGAMBIL KEPUTUSAN ATAS DASAR PERTIMBANGAN KEPUTUSAN ATAS DASAR PERTIMBANGAN ORANG PER ORANG, MELAINKAN SEBAGAI ORANG PER ORANG, MELAINKAN SEBAGAI INSTITUSI; INSTITUSI;

PENGAMBILAN KEPUTUSAN DILAKUKAN SECARA PENGAMBILAN KEPUTUSAN DILAKUKAN SECARA MUSYAWARAH UNTUK MUFAKAT; MUSYAWARAH UNTUK MUFAKAT;

BILA MUFAKAT TIDAK TERCAPAI, DILAKUKAN BILA MUFAKAT TIDAK TERCAPAI, DILAKUKAN VOTING DENGAN SUARA TERBANYAK:VOTING DENGAN SUARA TERBANYAK: ½ n ½ n + 1. + 1.

Page 7: Sinergitas legislatif dan eksekutif

KONDISISAAT INI (2009)

KONSTELASI HUBUNGAN KDH

DAN DPRD

GARDEN CITY OF TOMORROW

2025RENCAN A PEMB ANGUN AN JANGK A PANJAN G (RPJP) 2005 - 2025

2005

5 TAHUN PERTAMA 5 TAHUN KEDUA 5 TAHUN KETIGA 5 TAHUN KEEMPAT

RPJMVISI-MISI KDH TERL ANTIK, 2005 – 2010

• AR AH KEBIJAK AN

• STR ATEGI • PROGR AM

PRIORITAS 5

TAHUN

RENSTR A SKPD

PILKAD A 2005

• AR AH KEBIJAK AN

• STR ATEGI

• PROGR AM PRIORITAS 5 TAHUN

• AR AH KEBIJAK AN

• STR ATEGI

• PROGR AM PRIORITAS 5 TAHUN

• AR AH KEBIJAK AN

• STR ATEGI

• PROGR AM PRIORITAS 5 TAHUN

RAPBDTAHUN AN (5 TAHUN)

PILKAD A 2010 PILKAD A 2015 PILKAD A 2020

RPJMVISI-MISI KDH TERL ANTIK, 2010 – 2015

RPJMVISI-MISI KDH TERL ANTIK, 2015 – 2020

RPJMVISI-MISI KDH TERL ANTIK, 2020– 2025

RENSTR A SKPD RENSTR A SKPD RENSTR A SKPD

RAPBDTAHUN AN (5 TAHUN)

RAPBDTAHUN AN (5 TAHUN)

RAPBDTAHUN AN (5 TAHUN)

2025RENCAN A PEMB ANGUN AN JANGK A PANJAN G (RPJP) 2005 - 2025

2005

5 TAHUN PERTAMA 5 TAHUN KEDUA 5 TAHUN KETIGA 5 TAHUN KEEMPAT

RPJMVISI-MISI KDH TERL ANTIK, 2005 – 2010

• AR AH KEBIJAK AN

• STR ATEGI • PROGR AM

PRIORITAS 5

TAHUN

RENSTR A SKPD

PILKAD A 2005

• AR AH KEBIJAK AN

• STR ATEGI

• PROGR AM PRIORITAS 5 TAHUN

• AR AH KEBIJAK AN

• STR ATEGI

• PROGR AM PRIORITAS 5 TAHUN

• AR AH KEBIJAK AN

• STR ATEGI

• PROGR AM PRIORITAS 5 TAHUN

RAPBDTAHUN AN (5 TAHUN)

PILKAD A 2010 PILKAD A 2015 PILKAD A 2020

RPJMVISI-MISI KDH TERL ANTIK, 2010 – 2015

RPJMVISI-MISI KDH TERL ANTIK, 2015 – 2020

RPJMVISI-MISI KDH TERL ANTIK, 2020– 2025

RENSTR A SKPD RENSTR A SKPD RENSTR A SKPD

RAPBDTAHUN AN (5 TAHUN)

RAPBDTAHUN AN (5 TAHUN)

RAPBDTAHUN AN (5 TAHUN)

KONDISI YANG DIINGIN (2014)

½ N + 1½ N + 1

Page 8: Sinergitas legislatif dan eksekutif

8

SEBELUM MELAKSANAKAN FUNGSI DAN KEWENANGAN SEBELUM MELAKSANAKAN FUNGSI DAN KEWENANGAN KONSTITUSIONALNYA, SELURUH ANGGOTA DAN KONSTITUSIONALNYA, SELURUH ANGGOTA DAN PIMPINAN DPRD PERLU MEMBANGUN: PIMPINAN DPRD PERLU MEMBANGUN:

1. Kekompakan internal antar sesama anggota dan antar fraksi serta antar anggota dalam fraksi yang sama, termasuk antara fraksi dengan alat-alat kelengkapan;

2. Kekompakan eksternal, terutama antara DPRD dengan KDH dan antara Komisi dengan SKPD mitra kerja;

3. Meningkatkan hubungan silaturahmi antara anggota dengan konstituen di Dapil masing-masing;

4. Meningkatkan minat baca, terutama dengan aturan perundangan yang berkaitan dengan tugas pokok dan fungsi SKPD mitra kerja;

5. Membangun kritik yang sehat dan cerdas terhadap jalannya pemda dengan menggunakan statistik dan data, bukan praduga.

Page 10: Sinergitas legislatif dan eksekutif

PENGUATAN SISTEM PRESIDENSIIL

SISTEM KEPARTAIAN(MULTI PARTAI SEDERHANA)

PENGUATAN LEMBAGALEGISLATIF YG EFEKTIF

SISTEM PEMILU YG DEMOKRATIS

10

Page 11: Sinergitas legislatif dan eksekutif

PENGAWASANPENGAWASAN

PENGANGGARANPENGANGGARAN

LEGISLASILEGISLASI

1. MENGAWASI PELAKSANAAN UU

DAN PP;

2. MENERIMA DAN MEMBAHAS LKPJ;

3. MENYAMPAIKAN C&R LKPJ.

1. MENYIAPKAN DATA DASAR DAN

INFORMASI TENTANG KEUANGAN

DAN KEKAYAAN DAERAH;

2. MENYAMPAIKAN POKOK-POKOK

PIKIRAN DPRD TENTANG R-APBD;

3. MEMBAHAS DAN MENYEPAKATI

KUA-PPAS;

4. MEMBAHAS DAN MENETAPKAN

R-APBD (MURNI, PERUBAHAN

DAN PERHITUNGAN).

1. INISIATIF MENERBITKAN PERDA;

2. MEMBAHAS PERDA INISIATIF

PEMDA;

3. MENGAWASI KONSISTENSI PEMDA

MENUANGKAN PERDA KE DALAM

PERATURAN/ SK KDH.

FUNGSI LEGISLATIF

Page 12: Sinergitas legislatif dan eksekutif

SIDANG PARIPURNA

LKPJ-KDH ATAS KINERJA APBD 2007

31 MARET

2008

SIDANG PARIPURNA ISTIMEWA PENYAMPAIAN

KEPUTUSAN DPRD CATATAN REKOMENDASI

30 APRIL

RKPD30 APRIL

KUA DAN PPAS 2008 SESUAI

PERMEN 59/07 SUDAH DISAHKAN

(SESUAI BATAS KEWENANGAN

DAN SOTK)MEI – JULI

RKA SKPD31 AGUSTUS

PEMBAHASAN DAN PENGESAHAN R-

APBD TAHUN 200930 NOVEMBER

D P A1 – 31 DESEMBER

2009 2010

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

UANG CAIR2 JANUARI

SEBAIKNYA, PERDA SOTK DAN PERDA URUSAN WAJIB

DAN PILIHAN SUDAH DISAHKAN31 MARET

OPINI AUDIT BPK (SILPA)

15 JULI

PENGESAHAN APBD

PERHITUNGAN DAN SILPA

SESUAI OPINI AUDIT BPK

MEDIO SEPT

PENGESAHAN APBD

PERUBAHAN SESUAI SILPA

DAN OPINI AUDIT BPKMEDIO OKT

SEBAIKNYA, RENSTRA SKPD DAN RENSTRA KECAMATAN

SUDAH DIREVISI SESUAI SOTK

BARUAKHIR MARET

12

Page 13: Sinergitas legislatif dan eksekutif

1. PERSIAPAN PIMPINAN DEFINITIF;

2. DRAFT TATIB;3. DRAFT KODE ETIK;4. PEMBENTUKAN FRAKSI.

DPRD DPRD 2009 – 20142009 – 2014

LANTIKLANTIK

PIMPINANPIMPINANSEMENTARASEMENTARA

1. BANMUS;2. KOMISI;3. BADAN LEGISLASI;4. BADAN KEHORMATAN;5. BADAN ANGGARAN;6. TENAGA AHLI.

BENTUK ALAT KELENGKAPAN

PELAKSANAAN FUNGSI/

WEWENANG

PIMPINANPIMPINANDEFINITIFDEFINITIF

1. TATIB;2. KODE ETIK;3. PENETAPAN ALAT

KELENGKAPAN4. R-APBD 2010.

PENGESAHAN

13

Page 14: Sinergitas legislatif dan eksekutif

MEWUJUDKAN SUSUNAN DAN KEDUDUKAN MPR, MEWUJUDKAN SUSUNAN DAN KEDUDUKAN MPR,

DPR, DPD DAN DPRD YANG DAPAT BEKERJA DPR, DPD DAN DPRD YANG DAPAT BEKERJA

SECARA EFEKTIF SEBAGAI SALAH SATU DARI SECARA EFEKTIF SEBAGAI SALAH SATU DARI

KETIGA PILAR PENYELENGGARAAN KETIGA PILAR PENYELENGGARAAN

PEMERINTAHAN NEGARA PEMERINTAHAN NEGARA (PILAR LEGISLATIF);(PILAR LEGISLATIF);

MEMBANGUN BUDAYA OPOSISI YANG OBYEKTIF DI MEMBANGUN BUDAYA OPOSISI YANG OBYEKTIF DI

LINGKUNGAN LEGISLATIF DALAM RANGKA LINGKUNGAN LEGISLATIF DALAM RANGKA

MENGAWASI PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN; MENGAWASI PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN;

MENYEDIAKAN IKLIM YANG KONDUSIF UNTUK MENYEDIAKAN IKLIM YANG KONDUSIF UNTUK

MENYELARASKAN MENYELARASKAN HUBUNGAN KERJA ANTARA HUBUNGAN KERJA ANTARA

FRAKSI DENGAN ALAT KELENGKAPAN DEWAN. FRAKSI DENGAN ALAT KELENGKAPAN DEWAN. 14

Page 15: Sinergitas legislatif dan eksekutif

1. BILA ½ N + 1 MEMIHAK DPRD:

2. BILA ½ N + 1 MEMIHAK KDH:

DPRD SUPERIOR Vs KDH INFERIORDPRD superior terdapat di 379 Kab/Kota dan 21 Provinsi.

KDH SUPERIOR Vs DPRD INFERIOR

½ n + 1

15

CATATAN: DI DALAM SISTEM DEMOKRASI YANG MAPAN, SELURUH FRAKSI MEMBENTUK DUA KUBU, YAKNI KUBU PENDUKUNG KDH DAN KUBU OPOSISI.

Page 16: Sinergitas legislatif dan eksekutif

16

1.1. PROSES POLITIK YANG DEMOKRATIS:PROSES POLITIK YANG DEMOKRATIS: Setiap jabatan Setiap jabatan politik harus dicapai melalui tahapan dan mekanisme politik harus dicapai melalui tahapan dan mekanisme pemilihan umum; pemilihan umum;

2.2. UU POLITIK YANG MODERN DAN AKOMODATIF:UU POLITIK YANG MODERN DAN AKOMODATIF: UU yang UU yang senyawa dengan perubahan zaman tetapi tetap mampu senyawa dengan perubahan zaman tetapi tetap mampu mengakomodasi nilai-nilai budaya tradisional positif yang mengakomodasi nilai-nilai budaya tradisional positif yang hidup di tengah-tengah masyarakat;hidup di tengah-tengah masyarakat;

3.3. KESADARAN DAN BUDAYA POLITIK YANG RASIONAL:KESADARAN DAN BUDAYA POLITIK YANG RASIONAL:

A.A. Masyarakat berhak menentukan afiliasi dan Masyarakat berhak menentukan afiliasi dan pilihan pilihan politiknya politiknya dengan mempertimbangkan dengan mempertimbangkan kesesuaian aspirasinya dengan kesesuaian aspirasinya dengan platform partai platform partai politik; politik;

B.B. Partai politik tetap memelihara kesetiaan Partai politik tetap memelihara kesetiaan konstituennya konstituennya dengan tetap secara dengan tetap secara

konsisten konsisten memperjuangkan platform memperjuangkan platform partai dan janji partai dan janji kampanye;kampanye;

C.C. Lembaga Perwakilan (DPR, DPD dan DPRD) Lembaga Perwakilan (DPR, DPD dan DPRD) secara secara konsisten konsisten melaksanakan seluruh fungsi melaksanakan seluruh fungsi dan dan tanggungjawabnya dalam tanggungjawabnya dalam mengemban mengemban amanat rakyat amanat rakyat dan kepentingan umum. dan kepentingan umum.

Page 17: Sinergitas legislatif dan eksekutif

17

4.4. SISTEM PRESIDENSIEL: SISTEM PRESIDENSIEL: Sistem pemerintahan dimana Sistem pemerintahan dimana presiden menjalankan dua fungsi sekaligus, yakni presiden menjalankan dua fungsi sekaligus, yakni sebagai Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan serta sebagai Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan serta tidak tunduk pada dan tidak bisa dijatuhkan oleh DPR, tidak tunduk pada dan tidak bisa dijatuhkan oleh DPR, sekalipun jumlah kursi partai politik pengusung presiden sekalipun jumlah kursi partai politik pengusung presiden di DPR tidak memenuhi quorum di DPR tidak memenuhi quorum ½ n + 1;½ n + 1;

5.5. MULTI PARTAI SEDERHANA: MULTI PARTAI SEDERHANA: Jumlah Jumlah partai peserta partai peserta pemilu tidak melebihi 6 (enam) partai dan setiap partai pemilu tidak melebihi 6 (enam) partai dan setiap partai memiliki platform yang berbeda namun dengan tujuan memiliki platform yang berbeda namun dengan tujuan yang sama. yang sama. Sistem Presidensiel hanya dapat bekerja Sistem Presidensiel hanya dapat bekerja efektif bila jumlah partai tidak melebihi 6 (enam) partai; efektif bila jumlah partai tidak melebihi 6 (enam) partai;

6.6. SISTEM PEMILU DEMOKRATIS: SISTEM PEMILU DEMOKRATIS: Pemilihan Umum yang Pemilihan Umum yang dilangsungkan secara jujur dan adil serta memberikan dilangsungkan secara jujur dan adil serta memberikan hak-hak khusus kepada kaum perempuan serta hak-hak khusus kepada kaum perempuan serta menetapkan pemenang pemilihan dari setiap partai menetapkan pemenang pemilihan dari setiap partai berdasarkan perolehan suara terbanyak; berdasarkan perolehan suara terbanyak;

7.7. PENGUATAN LEMBAGA LEGISLATIF: PENGUATAN LEMBAGA LEGISLATIF: Kehendak politik Kehendak politik yang hidup di semua lembaga perwakilan pada ketiga yang hidup di semua lembaga perwakilan pada ketiga tingkat pemerintahan untuk tetap menjalankan fungsi tingkat pemerintahan untuk tetap menjalankan fungsi legislasi, fungsi penganggaran dan fungsi pengawasan legislasi, fungsi penganggaran dan fungsi pengawasan berdasarkan ukuran dan kriteria serta proses dan berdasarkan ukuran dan kriteria serta proses dan mekanisme yang obyektif dan rasional. mekanisme yang obyektif dan rasional.

Lanjutan…Lanjutan…

Page 18: Sinergitas legislatif dan eksekutif

18

Page 19: Sinergitas legislatif dan eksekutif

19

1.1. DALAM MELAKSANAKAN TUGAS, FUNGSI DAN DALAM MELAKSANAKAN TUGAS, FUNGSI DAN WEWENANGNYA, DPRD WEWENANGNYA, DPRD TUNDUK PADA SELURUH TUNDUK PADA SELURUH ATURAN PERUNDANGAN YANG BERLAKU; ATURAN PERUNDANGAN YANG BERLAKU;

2.2. SEJUMLAH ATURAN PERUNDANGAN DIMAKSUD SEJUMLAH ATURAN PERUNDANGAN DIMAKSUD MEMUAT SUBSTANSI YANG SANGAT RELEVAN MEMUAT SUBSTANSI YANG SANGAT RELEVAN BAGI UPAYA PENINGKATAN KAPASITAS BAGI UPAYA PENINGKATAN KAPASITAS KELEMBAGAAN DPRD SEBAGAI LEMBAGA KELEMBAGAAN DPRD SEBAGAI LEMBAGA LEGISLATIF DAERAH; LEGISLATIF DAERAH;

3.3. PENCANTUMAN SEBUAH PENCANTUMAN SEBUAH UU/PP/PERPRESUU/PP/PERPRES KE KE DALAM KONSIDERANS MENIMBANG ADALAH DALAM KONSIDERANS MENIMBANG ADALAH PERNYATAAN BAHWA TATIB DPRD DISUSUN PERNYATAAN BAHWA TATIB DPRD DISUSUN DENGAN MENDASARKAN DIRI PADA DENGAN MENDASARKAN DIRI PADA UU/PP/PERPRESUU/PP/PERPRES DIMAKSUD. DIMAKSUD.

Page 20: Sinergitas legislatif dan eksekutif

20

PaketUU Terkait

PaketPP Terkait

Peraturan DPRDtentang Tatib

PP tentang Tatib

+

Page 21: Sinergitas legislatif dan eksekutif

21

1. 1. UU No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara;UU No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara;2.2. UU No. 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan;UU No. 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan;3.3. UU No. 10 tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan UU No. 10 tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan

Perundangan;Perundangan;4.4. UU No. 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Keuangan; UU No. 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Keuangan; 5.5. UU No. 25 tahun 2004 tentang SPPN;UU No. 25 tahun 2004 tentang SPPN;6.6. UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemda;UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemda;7.7. UU No. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan;UU No. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan;8.8. UU No. 2 tahun 2008 tentang Partai Politik;UU No. 2 tahun 2008 tentang Partai Politik;9.9. UU No. 10 tahun 2008 tentang Pemilu Legislatif;UU No. 10 tahun 2008 tentang Pemilu Legislatif;10.10. UU No. 27 tahun 2009 tentang MPR, DPR, DPD dan UU No. 27 tahun 2009 tentang MPR, DPR, DPD dan

DPRD;DPRD;11.11. PP No. 58 tahun 2005 tentang Keuangan Daerah;PP No. 58 tahun 2005 tentang Keuangan Daerah;12.12. PP No. 8 tahun 2006;PP No. 8 tahun 2006;13.13. PP No. 3 tahun 2007 tentang LKPJ dan LPPD;PP No. 3 tahun 2007 tentang LKPJ dan LPPD;14.14. PP No. 8 tahun 2008 tentangPP No. 8 tahun 2008 tentang15.15. PP No. 60 tahun 2008 tentang SPI;PP No. 60 tahun 2008 tentang SPI;16.16. Keputusan KPU tentang Calon Legislatif Terpilih;Keputusan KPU tentang Calon Legislatif Terpilih;17.17. Permendagri 13 tahun 2006;Permendagri 13 tahun 2006;18.18. Permendagri 59 tahun 2007.Permendagri 59 tahun 2007.

Page 22: Sinergitas legislatif dan eksekutif

22

Anggota DPRD Kabupaten/Kota berjumlah

paling sedikit 20 orang dan paling banyak 50

orang;

Keanggotaan DPRD Kabupaten/Kota diresmikan

dengan Keputusan Gubernur;

Masa jabatan anggota DPRD Kabupaten/Kota

adalah 5 tahun dan berakhir pada saat

anggota DPRD Kab/Kota yang baru

mengucapkan sumpah/janji;

Sumpah/janji diucapkan secara bersama-sama

dipandu oleh Ketua Pengadilan Negeri dalam

Rapat Paripurna DPRD setempat.

Page 23: Sinergitas legislatif dan eksekutif

23

DPRD DPRD Kab/KotaKab/Kota terdiri atas anggota partai politik terdiri atas anggota partai politik peserta pemilihan umum yang dipilih melalui peserta pemilihan umum yang dipilih melalui pemilihan umumpemilihan umum, dengan prinsip , dengan prinsip suara terbanyak;suara terbanyak;

DPRD DPRD Kab/KotaKab/Kota merupakan lembaga perwakilan merupakan lembaga perwakilan rakyat daerah yang berkedudukan sebagai rakyat daerah yang berkedudukan sebagai unsur unsur penyelenggara pemerintahan daerah penyelenggara pemerintahan daerah Kab/Kota.Kab/Kota.

CATATAN:CATATAN:

1. Amar Putusan MA telah membatalkan Keputusan KPU tentang penentuan kursi DPRD yang diperoleh melalui penghitunugan tahap kedua;

2. KPU menanggapi amar putusan MA dengan cara mengajukan gugatan kepada MK;

3. MK mengabulkan gugatan KPU dan membatalkan amar putusan MA;

4. Komposisi keanggotaan DPRD tidak mengalami perubahan dan diresmikan sesuai jadwal.

Page 24: Sinergitas legislatif dan eksekutif

24

Pembentukan peraturan daerah Kab/Kota bersama Bupati/Walikota;

Pembahasan dan persetujuan anggaran pendapatan dan belanja daerah provinsi bersama Bupati/Walikota; dan

Pengawasan pelaksanaan peraturan daerah dan APBD Kab/Kota.

Ketiga fungsi dimaksud dijalankan dalam kerangka representasi rakyat di kabupaten/kota.

Page 25: Sinergitas legislatif dan eksekutif

25

Membentuk peraturan daerah Kab/Kota bersama Bup/Walkot;

Membahas dan menyetujui rancangan peraturan daerah mengenai anggaran pendapatan dan belanja daerah Kab/Kota yang diajukan oleh Bupati/Walikota;

Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan daerah dan anggaran pendapatan dan belanja daerah Kab/Kota;

Mengusulkan peresmian pengangkatan dan pemberhentian Bupati/Walikota dan/atau wakil Bupati/Walikota kepada Menteri Dalam Negeri melalui Gubernur;

Memilih wakil Bupati/Walikota dalam hal terjadi kekosongan jabatan wakil Bupati/Walikota;

Page 26: Sinergitas legislatif dan eksekutif

26

Memberikan pendapat dan pertimbangan kepada pemerintah daerah Kab/Kota terhadap rencana perjanjian internasional yang menyangkut kepentingan daerah;

Memberikan persetujuan terhadap rencana kerjasama internasional yang dilakukan oleh pemerintah daerah Kab/Kota;

Meminta laporan keterangan pertanggungjawaban Bupati/Walikota dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah Kab/Kota;

Memberikan persetujuan terhadap rencana kerjasama dengan daerah lain atau dengan pihak ketiga yang membebani masyarakat dan daerah;

Mengupayakan terlaksananya kewajiban daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan; dan

Melaksanakan tugas dan wewenang lain yang diatur dalam per-uu-an.

Lanjutan…Lanjutan…

Page 27: Sinergitas legislatif dan eksekutif

27

Interpelasi (hak meminta keterangan kepada

Bupati/Walikota diajukan oleh minimal 15 org dan

disetujui oleh 2/3 anggota DPRD Kab/Kota);

Angket (hak melakukan penyelidikan atas kebijakan

Bupati/Walikota, diajukan oleh 15 org dan disetujui

oleh 2/3 anggota DPRD Kab/Kota); dan

Menyatakan pendapat (menyatakan pendapat

terhadap kebijakan Bupati/Walikota yang penting

dan strategis atau mengenai kejadian luar biasa

yang terjadi di daerah disertai dengan rekomendasi

penyelesaiannya atau sebagai tindak lanjut

pelaksanaan hak interpelasi dan hak angket).

Page 28: Sinergitas legislatif dan eksekutif

28

1.1. MMengajukan rancangan peraturan engajukan rancangan peraturan

daerah;daerah;

2.2. Mengajukan pertanyaan;Mengajukan pertanyaan;

3.3. Menyampaikan usul dan pendapat;Menyampaikan usul dan pendapat;

4.4. Memilih dan dipilih;Memilih dan dipilih;

5.5. MMembela diri;embela diri;

6.6. Imunitas;Imunitas;

7.7. Mengikuti orientasi dan Mengikuti orientasi dan

pendalaman tugas:pendalaman tugas:

(Sesuai UU No. 27/09, Parpol dapat (Sesuai UU No. 27/09, Parpol dapat

menyelenggarakan orientasi menyelenggarakan orientasi

pendalaman tpendalaman t ugas ugas DPRD); DPRD);

8.8. Protokoler; danProtokoler; dan

9.9. Keuangan dan administratif.Keuangan dan administratif.

Page 29: Sinergitas legislatif dan eksekutif

29

Menetapkan jumlah kursi DPRD di Kab/Kota Menetapkan jumlah kursi DPRD di Kab/Kota Induk dan di Kab/Kota hasil pemekaran Induk dan di Kab/Kota hasil pemekaran berdasarkan jumlah penduduk sesuai UU No. berdasarkan jumlah penduduk sesuai UU No. 10/2008 tentang Pemilu; 10/2008 tentang Pemilu;

Menetapkan perolehan suara parpol dan Menetapkan perolehan suara parpol dan calon anggota DPRD Kab/Kota berdasarkan calon anggota DPRD Kab/Kota berdasarkan hasil pemilu di Dapil Kab/Kota induk dan di hasil pemilu di Dapil Kab/Kota induk dan di Dapil Kab/Kota daerah hasil pemekaran; Dapil Kab/Kota daerah hasil pemekaran;

Menentukan BPP berdasarkan hasil pemilu di Menentukan BPP berdasarkan hasil pemilu di Kab/Kota daerah induk dan di daerah hasil Kab/Kota daerah induk dan di daerah hasil pemekaran;pemekaran;

Menentukan perolehan kursi parpol peserta Menentukan perolehan kursi parpol peserta pemilu berdasarkan hasil pemilu di Kab/Kota pemilu berdasarkan hasil pemilu di Kab/Kota daerah induk dan di Kab/Kota daerah hasil daerah induk dan di Kab/Kota daerah hasil pemekaran; pemekaran;

Page 30: Sinergitas legislatif dan eksekutif

30

Menetapkan calon terpilih dari daftar calon Menetapkan calon terpilih dari daftar calon tetap untuk mengisi kursi Kab/Kota daerah tetap untuk mengisi kursi Kab/Kota daerah induk dan Kab/Kota daerah hasil pemekaran induk dan Kab/Kota daerah hasil pemekaran berdasarkan suara terbanyak; berdasarkan suara terbanyak;

Pengisian anggota DPRD Kab/Kota hasil Pengisian anggota DPRD Kab/Kota hasil pemekaran dilaksanakan oleh KPUD Kab/Kota pemekaran dilaksanakan oleh KPUD Kab/Kota Induk; Induk;

Masa jabatan anggota DPRD Kab/Kota hasil Masa jabatan anggota DPRD Kab/Kota hasil pemekaran berakhir pada saat anggota DPRD pemekaran berakhir pada saat anggota DPRD Kab/Kota hasil pemilu berikutnya Kab/Kota hasil pemilu berikutnya mengucapkan sumpah/janji;mengucapkan sumpah/janji;

Ketentuan lebih lanjut mengenai penetapan Ketentuan lebih lanjut mengenai penetapan jumlah dan tatacara pengisian keanggotaan jumlah dan tatacara pengisian keanggotaan DPRD Kab/Kota Induk dan Kab/Kota hasil DPRD Kab/Kota Induk dan Kab/Kota hasil pemekaran pemekaran diatur dalam Peraturan KPU diatur dalam Peraturan KPU sesuai aturan perundangan yang berlaku.sesuai aturan perundangan yang berlaku.

Lanjutan…Lanjutan…

Page 31: Sinergitas legislatif dan eksekutif

31

KPU menyatakan bahwa terdapat 20 kab/kota KPU menyatakan bahwa terdapat 20 kab/kota pemekaran yang belum masuk dalam disain pemekaran yang belum masuk dalam disain pemilu legislatif 2009; pemilu legislatif 2009;

Karena itu, ke 20 daerah tersebut belum Karena itu, ke 20 daerah tersebut belum memiliki wakil di DPRD setempat; memiliki wakil di DPRD setempat;

Menurut anggota KPU, Andi Nurpati,Menurut anggota KPU, Andi Nurpati, penyelesaian masalah di 20 daerah dimaksud penyelesaian masalah di 20 daerah dimaksud akan dilakukan melalui penerbitan Peraturan akan dilakukan melalui penerbitan Peraturan KPU, dengan alternatif solusi sbb: KPU, dengan alternatif solusi sbb:

a.a. Keanggotaan DPRD daerah Keanggotaan DPRD daerah pemekaran akan diisi pemekaran akan diisi oleh caleg terpilih di oleh caleg terpilih di daerah induk;daerah induk;

b.b. Di daerah induk akan dilakukan Di daerah induk akan dilakukan PAW, sedangkan PAW, sedangkan yang dialihkan ke daerah yang dialihkan ke daerah pemekaran akan pemekaran akan ditetapkan dengan SK ditetapkan dengan SK KPU; KPU;

Page 32: Sinergitas legislatif dan eksekutif

32

c.c. Kekurangan jumlah anggota di Kekurangan jumlah anggota di daerah daerah pemekaran akan diisipemekaran akan diisi oleh caleg oleh caleg terpilih nomor terpilih nomor urut suara terbanyak urut suara terbanyak berikutnya; berikutnya;

d.d. Jumlah kekurangan ditentukan Jumlah kekurangan ditentukan sesuai dengan sesuai dengan perolehan suara parpol perolehan suara parpol di di setiap kecamatan, setiap kecamatan, dengan tetap dengan tetap memperhitungkan jumlah memperhitungkan jumlah penduduk;penduduk;

e.e. Pelantikan anggota DPRD daerah Pelantikan anggota DPRD daerah pemekaran pemekaran diupayakan agar bersamaan diupayakan agar bersamaan dengan pelantikan dengan pelantikan anggota DPRD daerah anggota DPRD daerah induk atau menyusul.induk atau menyusul.

Lanjutan…Lanjutan…

Page 33: Sinergitas legislatif dan eksekutif

33

1. SEBELUM PIMPINAN DPRD TERBENTUK, DPRD DIPIMPIN OLEH PIMPINAN SEMENTARA;

2. PIMPINAN SEMENTARA TERDIRI DARI SEORANG KETUA DAN SEORANG WAKIL KETUA YANG BERASAL DARI DUA PARPOL YANG MEMPEROLEH KURSI TERBANYAK PERTAMA DAN KEDUA;

3. PERLU DIINGAT BAHWA DPRD TIDAK MEMILIH PIMPINAN SEMENTARA, KARENA PIMPINAN SEMENTARA DITENTUKAN LANGSUNG OLEH UU, DENGAN PRINSIP KURSI TERBANYAK PERTAMA DAN KEDUA.

Page 34: Sinergitas legislatif dan eksekutif

34

1. MEMIMPIN RAPAT-RAPAT DPRD:

a. Rapat yang berkaitan dengan kegiatan konsolidasi internal organisasi, seperti pembentukan alat-alat kelengkapan;b. Rapat-rapat internal pembahasan awal untuk mendalami substansi KUA dan PPAS APBD-Perubahan tahun anggaran 2009 dan R-APBD tahun anggaran 2010;

2. MEMFASILITASI PEMBENTUKAN FRAKSI, TERUTAMA FRAKSI GABUNGAN;

3. MENYUSUN RANCANGAN TATA TERTIB DAN RANCANGAN KODE ETIK;

4. MEMPROSES PENETAPAN PIMPINAN DEFINITIF.

Page 35: Sinergitas legislatif dan eksekutif

35

Bagian Kesatu Penetapan Pimpinan Sementara

Pasal 11

(1) Dalam hal pimpinan DPRD belum terbentuk, DPRD dipimpin oleh Pimpinan Sementara;

(2) Pimpinan Sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas seorang Ketua dan seorang Wakil Ketua yang berasal dari dua partai politik yang memperoleh kursi terbanyak urutan pertama dan urutan kedua di DPRD, yakni:

a. Ketua Sementara adalah anggota dari Partai ... ; b. Wakil Ketua Sementara adalah anggota dari Partai ...

(3). Bila kedua atau lebih partai memperoleh kursi terbanyak yang sama, maka penetapan pimpinan sementara dilakukan melalui musyawarah antara perwakilan partai yang memiliki kursi terbanyak dimaksud.

Bagian Kesatu Penetapan Pimpinan Sementara

Pasal 11

(1) Dalam hal pimpinan DPRD belum terbentuk, DPRD dipimpin oleh Pimpinan Sementara;

(2) Pimpinan Sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas seorang Ketua dan seorang Wakil Ketua yang berasal dari dua partai politik yang memperoleh kursi terbanyak urutan pertama dan urutan kedua di DPRD, yakni:

a. Ketua Sementara adalah anggota dari Partai ... ; b. Wakil Ketua Sementara adalah anggota dari Partai ...

(3). Bila kedua atau lebih partai memperoleh kursi terbanyak yang sama, maka penetapan pimpinan sementara dilakukan melalui musyawarah antara perwakilan partai yang memiliki kursi terbanyak dimaksud.

Page 36: Sinergitas legislatif dan eksekutif

36

(1) Partai yang memperoleh kursi terbanyak adalah:

a. Partai Demokrat : 4 kursi (suara terbanyak pertama);b. Partai Gerindra : 4 kursi (suara terbanyak kedua);c. Partai Hanura : 4 kursi (suara terbanyak ketiga);d. PKB : 4 kursi (suara terbanyak keempat;e. PKS : 4 kursi (suara terbanyak kelima);f. PDI-P : 4 kursi (suara terbanyak keenam).

(2) Jumlah anggota DPRD di daerah tersebut adalah 50 orang, sehingga berhak membentuk pimpinan dengan jumlah sebanyak empat orang, dengan komposisi seorang Ketua dan tiga orang Wakil Ketua;

(3) Atas dasar mufakat dan kearifan lokal, kursi Ketua dan Wakil Ketua Sementara justru diserahkan kepada PKS dan PDI-P, dengan pertimbangan pengalaman pada DPRD periode masa bhakti sebelumnya.

(1) Partai yang memperoleh kursi terbanyak adalah:

a. Partai Demokrat : 4 kursi (suara terbanyak pertama);b. Partai Gerindra : 4 kursi (suara terbanyak kedua);c. Partai Hanura : 4 kursi (suara terbanyak ketiga);d. PKB : 4 kursi (suara terbanyak keempat;e. PKS : 4 kursi (suara terbanyak kelima);f. PDI-P : 4 kursi (suara terbanyak keenam).

(2) Jumlah anggota DPRD di daerah tersebut adalah 50 orang, sehingga berhak membentuk pimpinan dengan jumlah sebanyak empat orang, dengan komposisi seorang Ketua dan tiga orang Wakil Ketua;

(3) Atas dasar mufakat dan kearifan lokal, kursi Ketua dan Wakil Ketua Sementara justru diserahkan kepada PKS dan PDI-P, dengan pertimbangan pengalaman pada DPRD periode masa bhakti sebelumnya.

Page 37: Sinergitas legislatif dan eksekutif

Bagian Kedua Tugas dan Tanggungjawab Pimpinan Sementara

Pasal 12

(1)Pimpinan Sementara DPRD mempunyai tugas dan tanggungjawab:

a. memimpin rapat-rapat DPRD;b. memfasilitasi pembentukan fraksi (Fraksi Gabungan);c. memfasilitasi penyusunan rancangan Tata Tertib DPRD;d. memfasilitasi penyusunan rancangan Kode Etik DPRD;e. memfasilitasi pembentukan Alat-alat Kelengkapan DPRD.

(2)Setiap anggota DPRD wajib berperanserta aktif dalam mendukung pelaksanaan tugas yang menjadi tanggungjawab Pimpinan Sementara dalam rangka percepatan penyelesaian tugas dan tanggungjawab sebagaimana dimaksud ayat (1).

Bagian Kedua Tugas dan Tanggungjawab Pimpinan Sementara

Pasal 12

(1)Pimpinan Sementara DPRD mempunyai tugas dan tanggungjawab:

a. memimpin rapat-rapat DPRD;b. memfasilitasi pembentukan fraksi (Fraksi Gabungan);c. memfasilitasi penyusunan rancangan Tata Tertib DPRD;d. memfasilitasi penyusunan rancangan Kode Etik DPRD;e. memfasilitasi pembentukan Alat-alat Kelengkapan DPRD.

(2)Setiap anggota DPRD wajib berperanserta aktif dalam mendukung pelaksanaan tugas yang menjadi tanggungjawab Pimpinan Sementara dalam rangka percepatan penyelesaian tugas dan tanggungjawab sebagaimana dimaksud ayat (1). 37

Page 38: Sinergitas legislatif dan eksekutif

38

Bagian Ketiga Pimpinan Definitif

Pasal 13

(1) Pimpinan definitif DPRD terdiri atas 1 (satu) orang Ketua dan 2 (dua) atau 3 (tiga) orang Wakil Ketua;

(2) Pimpinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berasal dari partai politik yang memperoleh kursi terbanyak urutan pertama, kedua dan ketiga di DPRD, yakni:

a. Ketua adalah anggota dari Partai ... ;b. Wakil Ketua adalah anggota dari Partai ... ; danc. Wakil Ketua adalah anggota dari Partai;d. Wakil Ketua adalah anggota dari Partai ....

Bagian Ketiga Pimpinan Definitif

Pasal 13

(1) Pimpinan definitif DPRD terdiri atas 1 (satu) orang Ketua dan 2 (dua) atau 3 (tiga) orang Wakil Ketua;

(2) Pimpinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berasal dari partai politik yang memperoleh kursi terbanyak urutan pertama, kedua dan ketiga di DPRD, yakni:

a. Ketua adalah anggota dari Partai ... ;b. Wakil Ketua adalah anggota dari Partai ... ; danc. Wakil Ketua adalah anggota dari Partai;d. Wakil Ketua adalah anggota dari Partai ....

Page 39: Sinergitas legislatif dan eksekutif

39

Bagian Keempat Penetapan Pimpinan Definitif

Pasal 14(1) Ketiga pimpinan partai setempat yang berhak

mengisi kursi pimpinan DPRD mengajukan nama seorang

anggota untuk ditetapkan sebagai pimpinan definitif, yakni:

a. Pimpinan Partai ...... mengusulkan nama: .......

b. Pimpinan Partai ... mengusulkan nama .........

c. Pimpinan Partai ...... mengusulkan nama ........d. Pimpinan Partai …… mengusulkan nama ……..

(2) Pimpinan Sementara DPRD berdasarkan pengajuan sbgmana dimaksud ayat (1) mengumumkan adanya usulan tersebut dalam Rapat Paripurna DPRD pada tanggal ……..;

(3)Pimpinan Sementara DPRD menyampaikan kepada Gubernur

usulan pimpinan partai sebagaimana dimaksud ayat (1) dan ayat (2) untuk diresmikan dengan Keputusan Gubernur dengan surat No…….. tanggal ………. , perihal ………….;

(4) Keputusan Gubernur tentang peresmian Pimpinan DPRD periode masa bhakti 2009 – 2014 adalah Keputusan No.............................., tanggal ......... tentang .....;

Bagian Keempat Penetapan Pimpinan Definitif

Pasal 14(1) Ketiga pimpinan partai setempat yang berhak

mengisi kursi pimpinan DPRD mengajukan nama seorang

anggota untuk ditetapkan sebagai pimpinan definitif, yakni:

a. Pimpinan Partai ...... mengusulkan nama: .......

b. Pimpinan Partai ... mengusulkan nama .........

c. Pimpinan Partai ...... mengusulkan nama ........d. Pimpinan Partai …… mengusulkan nama ……..

(2) Pimpinan Sementara DPRD berdasarkan pengajuan sbgmana dimaksud ayat (1) mengumumkan adanya usulan tersebut dalam Rapat Paripurna DPRD pada tanggal ……..;

(3)Pimpinan Sementara DPRD menyampaikan kepada Gubernur

usulan pimpinan partai sebagaimana dimaksud ayat (1) dan ayat (2) untuk diresmikan dengan Keputusan Gubernur dengan surat No…….. tanggal ………. , perihal ………….;

(4) Keputusan Gubernur tentang peresmian Pimpinan DPRD periode masa bhakti 2009 – 2014 adalah Keputusan No.............................., tanggal ......... tentang .....;

Page 40: Sinergitas legislatif dan eksekutif

40

(1) UU NO. 27 TAHUN 2009 TIDAK MEMBATASI JUMLAH MINIMAL PEROLEHAN KURSI PARPOL UNTUK MENDAPATKAN KURSI PIMPINAN;

(2) CONTOH SIMULASI PEROLEHAN KURSI PARPOL:

a. Partai Golkar : 4 kursi;b. Partai Gerindra : 4 kursi;c. PKB : 2 kursi (menang suara dari PPP); d. PPP : 2 kursi (menang suara dari PKS);e. PKS : 2 kursi (kalah suara).

(3) Kursi pimpinan DPRD di daerah dimaksud adalah hak konstitusional Partai Partai Golkar, Gerindra, PKB dan PPP).

(1) UU NO. 27 TAHUN 2009 TIDAK MEMBATASI JUMLAH MINIMAL PEROLEHAN KURSI PARPOL UNTUK MENDAPATKAN KURSI PIMPINAN;

(2) CONTOH SIMULASI PEROLEHAN KURSI PARPOL:

a. Partai Golkar : 4 kursi;b. Partai Gerindra : 4 kursi;c. PKB : 2 kursi (menang suara dari PPP); d. PPP : 2 kursi (menang suara dari PKS);e. PKS : 2 kursi (kalah suara).

(3) Kursi pimpinan DPRD di daerah dimaksud adalah hak konstitusional Partai Partai Golkar, Gerindra, PKB dan PPP).

Page 41: Sinergitas legislatif dan eksekutif

41

(1) CONTOH PEROLEHAN KURSI PARPOL:

a. Partai Golkar : 2 kursi;b. Partai Demokrat : 1 kursi;c. PKB : 1 kursi (menang suara dari PPP); d. PPP : 1 kursi (menang suara dari PDS);e. PDS : 1 kursi (kalah suara).

(2) Kursi pimpinan DPRD di daerah dimaksud adalah hak konstitusional Partai Partai Golkar, Demokrat, PKB dan PPP).

(3) Walaupun jumlah kursi terbanyak yang diraih satu atau dua parpol di sebuah daerah adalah 2 dan 1 kursi, posisi pimpinan tetap menjadi hak konstitusional partai dimaksud.

(1) CONTOH PEROLEHAN KURSI PARPOL:

a. Partai Golkar : 2 kursi;b. Partai Demokrat : 1 kursi;c. PKB : 1 kursi (menang suara dari PPP); d. PPP : 1 kursi (menang suara dari PDS);e. PDS : 1 kursi (kalah suara).

(2) Kursi pimpinan DPRD di daerah dimaksud adalah hak konstitusional Partai Partai Golkar, Demokrat, PKB dan PPP).

(3) Walaupun jumlah kursi terbanyak yang diraih satu atau dua parpol di sebuah daerah adalah 2 dan 1 kursi, posisi pimpinan tetap menjadi hak konstitusional partai dimaksud.

Page 42: Sinergitas legislatif dan eksekutif

Bagian Kelima Pemberhentian Pimpinan

Pasal 15(1)Pimpinan DPRD berhenti atau diberhentikan dari

jabatannya karena:

a. meninggal dunia;b. mengundurkan diri atas permintaan sendiri secara

tertulis;c. tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan

atau berhalangan tetap sebagai pimpinan DPRD;d. melanggar Kode Etik DPRD berdasarkan hasil

pemeriksaan Badan Kehormatan DPRD;e. dinyatakan bersalah berdasarkan putusan pengadilan

yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana dengan ancaman hukumanserendah-rendahnya 5 (lima) tahun penjara;f. ditarik keanggotaannya sebagai anggota DPRD oleh partai politiknya.

Bagian Kelima Pemberhentian Pimpinan

Pasal 15(1)Pimpinan DPRD berhenti atau diberhentikan dari

jabatannya karena:

a. meninggal dunia;b. mengundurkan diri atas permintaan sendiri secara

tertulis;c. tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan

atau berhalangan tetap sebagai pimpinan DPRD;d. melanggar Kode Etik DPRD berdasarkan hasil

pemeriksaan Badan Kehormatan DPRD;e. dinyatakan bersalah berdasarkan putusan pengadilan

yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana dengan ancaman hukumanserendah-rendahnya 5 (lima) tahun penjara;f. ditarik keanggotaannya sebagai anggota DPRD oleh partai politiknya.

42

Page 43: Sinergitas legislatif dan eksekutif

43

Fraksi dibentuk sebagai wadah berhimpun Fraksi dibentuk sebagai wadah berhimpun anggota DPRD Kab/Kota;anggota DPRD Kab/Kota;

Setiap anggota DPRD wajib menjadi anggota satu Setiap anggota DPRD wajib menjadi anggota satu fraksi;fraksi;

Anggota Fraksi minimal sama dengan jumlah Anggota Fraksi minimal sama dengan jumlah Komisi;Komisi;

DPRD dengan anggota berjumlah antara 20 – 35 DPRD dengan anggota berjumlah antara 20 – 35 orang membentuk orang membentuk 3 Komisi;3 Komisi;

DPRD dengan anggota berjumlah lebih dari 35 DPRD dengan anggota berjumlah lebih dari 35 orang membentuk orang membentuk 4 Komisi; 4 Komisi;

Parpol yang memiliki jumlah anggota sama atau Parpol yang memiliki jumlah anggota sama atau melebihi jumlah Komisi dapat membentuk satu melebihi jumlah Komisi dapat membentuk satu fraksi;fraksi;

Parpol yang memiliki jumlah anggota kurang dari Parpol yang memiliki jumlah anggota kurang dari jumlah Komisi dapat bergabung dengan Fraksi jumlah Komisi dapat bergabung dengan Fraksi yang ada atau membentuk Fraksi Gabungan;yang ada atau membentuk Fraksi Gabungan;

Page 44: Sinergitas legislatif dan eksekutif

44

Dalam hal tidak ada parpol yang memiliki Dalam hal tidak ada parpol yang memiliki anggota yang sama dengan jumlah Komisi, anggota yang sama dengan jumlah Komisi, dibentuk Fraksi Gabungan;dibentuk Fraksi Gabungan;

Jumlah Fraksi Gabungan maksimal dua fraksi;Jumlah Fraksi Gabungan maksimal dua fraksi;

Fraksi memiliki sekretariat;Fraksi memiliki sekretariat;

Sekretariat DPRD menyediakan ruangan Sekretariat DPRD menyediakan ruangan sekretariat fraksi, biaya rapat dan biaya sekretariat fraksi, biaya rapat dan biaya operasional ruangan sekretariat fraksi dan operasional ruangan sekretariat fraksi dan seorang tenaga fraksi, dengan kualifikasi: seorang tenaga fraksi, dengan kualifikasi:

a. S1 dengan pengalaman 5 tahun; a. S1 dengan pengalaman 5 tahun;

b. S2 dengan pengalaman 3 tahun; b. S2 dengan pengalaman 3 tahun;

c. S3 dengan pengalaman 1 tahun. c. S3 dengan pengalaman 1 tahun.

Pemberian honorarium tenaga ahli Pemberian honorarium tenaga ahli dilakukan secara tidak tetap (on-call) sesuai dilakukan secara tidak tetap (on-call) sesuai kebutuhan dan kemampuan keuangan kebutuhan dan kemampuan keuangan daerah. daerah.

Lanjutan…Lanjutan…

Page 45: Sinergitas legislatif dan eksekutif

45

BAB IIIFRAKSIPasal 8

(1) Untuk mengoptimalkan pelaksanaan tugas, fungsi dan wewenang DPRD serta hak dan kewajiban anggota DPRD, dibentuk fraksi sebagai wadah berhimpun anggota DPRD;

(2) Fraksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bukan merupakan alat kelengkapan DPRD, melainkan pengelompokan anggota DPRD berdasarkan partai politik yang memperoleh kursi sesuai dengan jumlah yang ditetapkan dalam aturan perundangan yang berlaku;

(3) Setiap anggota DPRD wajib berhimpun dalam fraksi;

(4) Setiap fraksi yang ada wajib menerima anggota yang tidak dapat membentuk fraksi;

(5) Pimpinan fraksi terdiri dari Ketua, Wakil dan Sekretaris, kecuali bila anggota fraksi hanya tiga orang (Ketua dan Sekretaris).

BAB IIIFRAKSIPasal 8

(1) Untuk mengoptimalkan pelaksanaan tugas, fungsi dan wewenang DPRD serta hak dan kewajiban anggota DPRD, dibentuk fraksi sebagai wadah berhimpun anggota DPRD;

(2) Fraksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bukan merupakan alat kelengkapan DPRD, melainkan pengelompokan anggota DPRD berdasarkan partai politik yang memperoleh kursi sesuai dengan jumlah yang ditetapkan dalam aturan perundangan yang berlaku;

(3) Setiap anggota DPRD wajib berhimpun dalam fraksi;

(4) Setiap fraksi yang ada wajib menerima anggota yang tidak dapat membentuk fraksi;

(5) Pimpinan fraksi terdiri dari Ketua, Wakil dan Sekretaris, kecuali bila anggota fraksi hanya tiga orang (Ketua dan Sekretaris).

Lanjutan…Lanjutan…

Page 46: Sinergitas legislatif dan eksekutif

FRAKSI 1

FRAKSI 2

FRAKSI 3

FRAKSI 4

TENAGAAHLI

TENAGAAHLI

KOMISI 1KOMISI 1 KOMISI 2KOMISI 2 KOMISI 3KOMISI 3 KOMISI 4KOMISI 4

PLATFORM

PLATFORM

SIKAPSIKAP

TENAGAAHLI

TENAGAAHLI

PIMPINANPIMPINAN

Page 47: Sinergitas legislatif dan eksekutif

47

Dalam sistem demokrasi yang sudah mapan, Dalam sistem demokrasi yang sudah mapan, setiap Fraksi memiliki setiap Fraksi memiliki PlatformPlatform dan dan SikapSikap yang sangat tegas atas seluruh bidang tugas yang sangat tegas atas seluruh bidang tugas pemerintahan daerah;pemerintahan daerah;

Platform dimaksud digunakan sebagai Platform dimaksud digunakan sebagai parameter kerja bagi setiap anggota Fraksi parameter kerja bagi setiap anggota Fraksi yang duduk pada setiap alat kelengkapan;yang duduk pada setiap alat kelengkapan;

Bila pemda mengajukan usulan program yang Bila pemda mengajukan usulan program yang berbeda dengan platform dimaksud, maka berbeda dengan platform dimaksud, maka Fraksi akan berjuang untuk mengubah usulan Fraksi akan berjuang untuk mengubah usulan dimaksud;dimaksud;

Fraksi hanya akan menerima usulan Fraksi hanya akan menerima usulan dimaksud bila ternyata kalah dalam voting dimaksud bila ternyata kalah dalam voting dengan formula klasik dengan formula klasik ½ n + 1.½ n + 1.

Page 48: Sinergitas legislatif dan eksekutif

48

Platform:Platform: Mendukung prinsip Mendukung prinsip miskin miskin struktur kaya struktur kaya fungsifungsi dalam penataan dalam penataan organisasi pemda.organisasi pemda.

Sikap:Sikap: Menolak pembentukan SOTK Menolak pembentukan SOTK yang gemuk.yang gemuk.

Platform:Platform: Merrit SystemMerrit System dalam dalam pembinaan SDM-pembinaan SDM- Aparatur.Aparatur.

Sikap:Sikap: Mengutamakan keahlian dan Mengutamakan keahlian dan komitmen komitmen dalam promosi jabatan SDM dalam promosi jabatan SDM Aparatur. Aparatur.

Platform:Platform: Konsistensi perencanaan dan Konsistensi perencanaan dan anggaran.anggaran.

Sikap:Sikap: Hanya menerima usulan Hanya menerima usulan rencana rencana anggaran bagi program yang anggaran bagi program yang menyentuh menyentuh hajat hidup orang banyak.hajat hidup orang banyak.

Page 49: Sinergitas legislatif dan eksekutif

49

Platform:Platform: Memperjuangkan Memperjuangkan kesejahteraan Pelaku kesejahteraan Pelaku Ekonomi Golongan Ekonomi Golongan Bawah.Bawah.

Sikap:Sikap: Menentang penggusuran Menentang penggusuran Pedagang Kaki Pedagang Kaki Lima tanpa kebijakan relokasi.Lima tanpa kebijakan relokasi.

Platform:Platform: Perencanaan berbasis data Perencanaan berbasis data dan statistik.dan statistik.

Sikap:Sikap: Menolak KUA dan PPAS yang Menolak KUA dan PPAS yang tidak tidak didukung oleh data dan didukung oleh data dan statistik terkini. statistik terkini.

Platform:Platform: Inovasi pelaksanaan Inovasi pelaksanaan pelayanan publik. pelayanan publik.

Sikap:Sikap: a.a. Mendukung Mendukung pelayanan pelayanan perizinan perizinan satu satu pintu;pintu;

b.b. Mendorong Mendorong pelayanan SIM dan STNK pelayanan SIM dan STNK Keliling dengan pola Keliling dengan pola door to door.door to door.

Lanjutan…Lanjutan…

Page 50: Sinergitas legislatif dan eksekutif

50

Platform:Platform: Memperjuangkan Memperjuangkan kesejahteraan petani. kesejahteraan petani.

Sikap:Sikap: Mendorong program rekayasa Mendorong program rekayasa genetika genetika dan rekayasa bentuk komoditi dan rekayasa bentuk komoditi pangan. pangan.

Platform:Platform: APBD berorientasi pelayanan APBD berorientasi pelayanan penduduk penduduk miskin. miskin.

Sikap:Sikap: Mendukung layanan Mendukung layanan kesehatan gratis total kesehatan gratis total kepada penduduk kepada penduduk yang yang sangat miskin.sangat miskin.

Platform:Platform: Mendorong terciptanya Mendorong terciptanya lapangan kerja, lapangan kerja, baik baik permanen permanen maupunmaupun temporer. temporer.

Sikap:Sikap: a.a. Sistem swakelola Sistem swakelola perbaikan ringan perbaikan ringan infrastruktur infrastruktur daerah. daerah.

b.b. Pelaksanaan Pelaksanaan festival budaya lokal dan festival budaya lokal dan bazaar pasar murah secara reguler di bazaar pasar murah secara reguler di

kecamatan. kecamatan.

Lanjutan…Lanjutan…

Page 51: Sinergitas legislatif dan eksekutif

51

Lanjutan…Lanjutan… Pasal 9

(1) Pembentukan fraksi dilakukan oleh partai politik yang memperoleh kursi di DPRD paling sedikit 3 (tiga) orang untuk setiap fraksi;

(2) Partai politik yang jumlah anggotanya di DPRD mencapai ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) atau lebih dapat membentuk 1 (satu) fraksi;

(3) Dalam hal partai politik yang jumlah anggotanya di DPRD tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan (3), anggotanya bergabung dengan fraksi yang ada atau membentuk fraksi gabungan;

(4) Dalam hal tidak ada 1 (satu) partai politik yang memenuhi persyaratan untuk membentuk fraksi, maka dibentuk fraksi gabungan;

(5) Jumlah fraksi gabungan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan ayat (5) paling banyak 2 (dua) fraksi.

(6) Pembentukan fraksi, pimpinan fraksi dan keanggotaan fraksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) disampaikan kepada Pimpinan DPRD, untuk selanjutnya diumumkan kepada seluruh anggota oleh Ketua DPRD dalam Rapat Paripurna DPRD.

Pasal 9(1) Pembentukan fraksi dilakukan oleh partai politik yang

memperoleh kursi di DPRD paling sedikit 3 (tiga) orang untuk setiap fraksi;

(2) Partai politik yang jumlah anggotanya di DPRD mencapai ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) atau lebih dapat membentuk 1 (satu) fraksi;

(3) Dalam hal partai politik yang jumlah anggotanya di DPRD tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan (3), anggotanya bergabung dengan fraksi yang ada atau membentuk fraksi gabungan;

(4) Dalam hal tidak ada 1 (satu) partai politik yang memenuhi persyaratan untuk membentuk fraksi, maka dibentuk fraksi gabungan;

(5) Jumlah fraksi gabungan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan ayat (5) paling banyak 2 (dua) fraksi.

(6) Pembentukan fraksi, pimpinan fraksi dan keanggotaan fraksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) disampaikan kepada Pimpinan DPRD, untuk selanjutnya diumumkan kepada seluruh anggota oleh Ketua DPRD dalam Rapat Paripurna DPRD.

Page 52: Sinergitas legislatif dan eksekutif

52

(1) Contoh perolehan kursi parpol: a. Partai Golkar : 2 kursi;b. Partai Demokrat : 1 kursi;c. PKB : 1 kursi (menang suara dari PPP); d. PPP : 1 kursi (menang suara dari PDS);e. PDS : 1 kursi (kalah suara).

(2) Pertanyaan: Dapatkah Golkar, Demokrat, PKB dan PPP membentuk Fraksi Gabungan?;

(3) Jawaban: Dapat. (4) Pertanyaan: Bagaimana dengan partai yang lain?;(5) Jawaban: Wajib bergabung untuk membentuk Fraksi

Gabungan yang kedua atau terakhir.(6) Tolong ingat bahwa UU No. 27 tahun 2009 membatasi

jumlah fraksi gabungan hanya dua fraksi.(7) MUTIARA KATA: MARI MEMUDAHKAN TUGAS PIMPINAN

SEMENTARA UNTUK MENYELESAIKAN MASALAH SEPERTI INI (Pasal 352 ayat (6) UU No. 27/09).

(1) Contoh perolehan kursi parpol: a. Partai Golkar : 2 kursi;b. Partai Demokrat : 1 kursi;c. PKB : 1 kursi (menang suara dari PPP); d. PPP : 1 kursi (menang suara dari PDS);e. PDS : 1 kursi (kalah suara).

(2) Pertanyaan: Dapatkah Golkar, Demokrat, PKB dan PPP membentuk Fraksi Gabungan?;

(3) Jawaban: Dapat. (4) Pertanyaan: Bagaimana dengan partai yang lain?;(5) Jawaban: Wajib bergabung untuk membentuk Fraksi

Gabungan yang kedua atau terakhir.(6) Tolong ingat bahwa UU No. 27 tahun 2009 membatasi

jumlah fraksi gabungan hanya dua fraksi.(7) MUTIARA KATA: MARI MEMUDAHKAN TUGAS PIMPINAN

SEMENTARA UNTUK MENYELESAIKAN MASALAH SEPERTI INI (Pasal 352 ayat (6) UU No. 27/09).

Page 53: Sinergitas legislatif dan eksekutif

Bagian Ketiga Kewajiban Anggota

Pasal 23

Anggota DPRD mempunyai kewajiban:a. memegang teguh dan mengamalkan Pancasila;b. melaksanakan UUD 1945 dan menaati peraturan perundang-

undangan;c. mempertahankan dan memelihara kerukunan nasional dan

keutuhan NKRI; d. mendahulukan kepentingan negara di atas kepentingan

pribadi, kelompok, dan golongan; e. memperjuangkan peningkatan kesejahteraan rakyat; f. menaati prinsip demokrasi dalam penyelenggaraan

pemerintahan daerah;g. menaati tata tertib dan kode etik; h. menjaga etika dan norma dalam hubungan kerja dengan

lembaga lain dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah kabupaten/kota;

i. menyerap dan menghimpun aspirasi konstituen melalui kunjungan kerja secara berkala;

j. menampung dan menindaklanjuti aspirasi dan pengaduan masyarakat;

k. memberikan pertanggungjawaban secara moral dan politis kepada konstituen di daerah pemilihannya.

Bagian Ketiga Kewajiban Anggota

Pasal 23

Anggota DPRD mempunyai kewajiban:a. memegang teguh dan mengamalkan Pancasila;b. melaksanakan UUD 1945 dan menaati peraturan perundang-

undangan;c. mempertahankan dan memelihara kerukunan nasional dan

keutuhan NKRI; d. mendahulukan kepentingan negara di atas kepentingan

pribadi, kelompok, dan golongan; e. memperjuangkan peningkatan kesejahteraan rakyat; f. menaati prinsip demokrasi dalam penyelenggaraan

pemerintahan daerah;g. menaati tata tertib dan kode etik; h. menjaga etika dan norma dalam hubungan kerja dengan

lembaga lain dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah kabupaten/kota;

i. menyerap dan menghimpun aspirasi konstituen melalui kunjungan kerja secara berkala;

j. menampung dan menindaklanjuti aspirasi dan pengaduan masyarakat;

k. memberikan pertanggungjawaban secara moral dan politis kepada konstituen di daerah pemilihannya.

53

Page 54: Sinergitas legislatif dan eksekutif

1. Bagaimana mekanisme operasional teknis DPRD menjalankan kewajiban dan apa jenis kegiatannya?;

a. memperjuangkan peningkatan kesejahteraan rakyat; b. menaati prinsip demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah;c. menyerap dan menghimpun aspirasi konstituen melalui kunjungan kerja secara berkala; d. menampung dan menindaklanjuti aspirasi dan pengaduan masyarakat; e. memberikan pertanggungjawaban secara moral dan politis kepada konstituen di daerah pemilihannya.

2. DPRD dapat merumuskan bentuk kegiatan dan mekanisme operasional teknis serta menguraikannya dalam Bagian Penjelasan Pasal Demi Pasal dalam Tatib.

1. Bagaimana mekanisme operasional teknis DPRD menjalankan kewajiban dan apa jenis kegiatannya?;

a. memperjuangkan peningkatan kesejahteraan rakyat; b. menaati prinsip demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah;c. menyerap dan menghimpun aspirasi konstituen melalui kunjungan kerja secara berkala; d. menampung dan menindaklanjuti aspirasi dan pengaduan masyarakat; e. memberikan pertanggungjawaban secara moral dan politis kepada konstituen di daerah pemilihannya.

2. DPRD dapat merumuskan bentuk kegiatan dan mekanisme operasional teknis serta menguraikannya dalam Bagian Penjelasan Pasal Demi Pasal dalam Tatib.

54

Page 55: Sinergitas legislatif dan eksekutif

BAB VII ALAT KELENGKAPAN

Pasal 24

(1) Alat kelengkapan DPRD terdiri dari:

a. Pimpinan;b. Badan Musyawarah; c. Komisi; d. Badan Legislasi Daerah;e Badan Anggaran; f. Badan Kehormatan; dang. Alat kelengkapan lain yang diperlukan dan dibentuk oleh rapat

paripurna (PANSUS).

(2) Dalam menjalankan tugasnya, alat kelengkapan dibantu oleh Sekretariat DPRD.

BAB VII ALAT KELENGKAPAN

Pasal 24

(1) Alat kelengkapan DPRD terdiri dari:

a. Pimpinan;b. Badan Musyawarah; c. Komisi; d. Badan Legislasi Daerah;e Badan Anggaran; f. Badan Kehormatan; dang. Alat kelengkapan lain yang diperlukan dan dibentuk oleh rapat

paripurna (PANSUS).

(2) Dalam menjalankan tugasnya, alat kelengkapan dibantu oleh Sekretariat DPRD.

55

Page 56: Sinergitas legislatif dan eksekutif

Bagian KesatuPimpinanPasal 25

(1) Pimpinan DPRD mempunyai tugas:a. memimpin sidang dan menyimpulkan hasil sidang untuk mengambil keputusan;b. menyusun rencana kerja dan mengadakan pembagian kerja antara Ketua dan Wakil Ketua;c. menjadi Juru Bicara DPRD;d. melaksanakan dan memasyarakatkan Keputusan DPRD;e. mengadakan konsultasi dengan Kepala Daerah dan instansi pemerintah lainnya sesuai dengan keputusan DPRD;f. mewakili DPRD dan/atau alat kelengkapan DPRD di

pengadilan;g. melaksanakan keputusan DPRD berkenaan dengan

penetapan sangsi atau rehabilitasi anggota sesuai dengan ketentuan aturan perundangan;h. menetapkan arah dan kebijakan umum anggaran DPRD;i. mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya dalam Rapat Paripurna DPRD.

(2) Pelaksanaan tugas pimpinan DPRD dilakukan secara kolektif dan kolegial.

Bagian KesatuPimpinanPasal 25

(1) Pimpinan DPRD mempunyai tugas:a. memimpin sidang dan menyimpulkan hasil sidang untuk mengambil keputusan;b. menyusun rencana kerja dan mengadakan pembagian kerja antara Ketua dan Wakil Ketua;c. menjadi Juru Bicara DPRD;d. melaksanakan dan memasyarakatkan Keputusan DPRD;e. mengadakan konsultasi dengan Kepala Daerah dan instansi pemerintah lainnya sesuai dengan keputusan DPRD;f. mewakili DPRD dan/atau alat kelengkapan DPRD di

pengadilan;g. melaksanakan keputusan DPRD berkenaan dengan

penetapan sangsi atau rehabilitasi anggota sesuai dengan ketentuan aturan perundangan;h. menetapkan arah dan kebijakan umum anggaran DPRD;i. mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya dalam Rapat Paripurna DPRD.

(2) Pelaksanaan tugas pimpinan DPRD dilakukan secara kolektif dan kolegial.

56

Page 57: Sinergitas legislatif dan eksekutif

Bagian KeduaBadan Musyawarah

Pasal 26(1) Badan Musyawarah merupakan alat kelengkapan DPRD yang bersifat tetap yang dibentuk oleh DPRD pada permulaan masa keanggotaan DPRD;(2) Pemilihan anggota Badan Musyawarah ditetapkan setelah terbentuknya Pimpinan DPRD, Komisi-komisi, Badan Anggaran, Badan Legislasi dan Fraksi;(3) Badan Musyawarah terdiri dari unsur komisi dan unsur fraksi berdasarkan perimbangan jumlah anggota;(4) Jumlah anggota Badan Musyawarah sebanyak-banyaknya adalah setengah dari jumlah seluruh anggota

DPRD;(5) Pimpinan DPRD karena jabatannya adalah Ketua dan Wakil Ketua Badan Musyawarah merangkap anggota;(6) Susunan keanggotaan Badan Musyawarah ditetapkan dalam Rapat Paripurna;(7) Sekretaris DPRD karena jabatannya adalah Sekretaris Badan Musyawarah bukan anggota;(8) Masa keanggotaan Badan Musyawarah adalah sesuai dengan masa keanggotaan DPRD.

Bagian KeduaBadan Musyawarah

Pasal 26(1) Badan Musyawarah merupakan alat kelengkapan DPRD yang bersifat tetap yang dibentuk oleh DPRD pada permulaan masa keanggotaan DPRD;(2) Pemilihan anggota Badan Musyawarah ditetapkan setelah terbentuknya Pimpinan DPRD, Komisi-komisi, Badan Anggaran, Badan Legislasi dan Fraksi;(3) Badan Musyawarah terdiri dari unsur komisi dan unsur fraksi berdasarkan perimbangan jumlah anggota;(4) Jumlah anggota Badan Musyawarah sebanyak-banyaknya adalah setengah dari jumlah seluruh anggota

DPRD;(5) Pimpinan DPRD karena jabatannya adalah Ketua dan Wakil Ketua Badan Musyawarah merangkap anggota;(6) Susunan keanggotaan Badan Musyawarah ditetapkan dalam Rapat Paripurna;(7) Sekretaris DPRD karena jabatannya adalah Sekretaris Badan Musyawarah bukan anggota;(8) Masa keanggotaan Badan Musyawarah adalah sesuai dengan masa keanggotaan DPRD. 57

Page 58: Sinergitas legislatif dan eksekutif

Pasal 27(1) Badan Musyawarah mempunyai tugas:

a. memberikan pertimbangan tentang penetapan program kerja DPRD baik diminta atau

tidak;b. menetapkan kegiatan dan jadwal acara rapat DPRD;

memutuskan pilihan mengenai isi risalah rapat apabila timbul perbedaan pendapat;c. memberi saran pendapat untuk memperlancar

kegiatan;d. meminta dan atau memberikan kesempatan kepada alat-alat kelengkapan DPRD lainnya untuk memberikan penjelasan mengenai kemajuan dan kendala pelaksanaan tugas masing-masing; e. merekomendasikan pembentukan Panitia Khusus.

(2) Setiap anggota Badan Musyawarah wajib:a. mengadakan konsultasi dengan unsur yang diwakili sebelum mengikuti rapat Badan Musyawarah;b. menyampaikan pokok-pokok hasil rapat Badan

Musyawarah kepada Fraksi.

Pasal 27(1) Badan Musyawarah mempunyai tugas:

a. memberikan pertimbangan tentang penetapan program kerja DPRD baik diminta atau

tidak;b. menetapkan kegiatan dan jadwal acara rapat DPRD;

memutuskan pilihan mengenai isi risalah rapat apabila timbul perbedaan pendapat;c. memberi saran pendapat untuk memperlancar

kegiatan;d. meminta dan atau memberikan kesempatan kepada alat-alat kelengkapan DPRD lainnya untuk memberikan penjelasan mengenai kemajuan dan kendala pelaksanaan tugas masing-masing; e. merekomendasikan pembentukan Panitia Khusus.

(2) Setiap anggota Badan Musyawarah wajib:a. mengadakan konsultasi dengan unsur yang diwakili sebelum mengikuti rapat Badan Musyawarah;b. menyampaikan pokok-pokok hasil rapat Badan

Musyawarah kepada Fraksi.58

Page 59: Sinergitas legislatif dan eksekutif

Bagian KetigaKomisi

Pasal 28(1) Komisi dibentuk oleh DPRD dan merupakan alat kelengkapan yang

bersifat tetap.(2) DPRD menetapkan 3 (tiga) Komisi pada permulaan masa

keanggotaan DPRD dan permulaan tahun sidang, dengan komposisi pembidangan tugas dan tanggungjwab sebagai berikut:a. Komisi I - Bidang Hukum dan Pemerintahan, yang meliputi bidang-bidang Hukum, Perundang-Undangan, Pemerintahan, Ketertiban Umum, Kependudukan dan Catatan Sipil, Penerangan dan Pers, Kepegawaian dan Aparatur, Perijinan, Sosial Politik, Organisasi Masyarakat, Kebudayaan, Pertanahan, Kerjasama International, Pendidikan, Kesehatan, Ketenagakerjaan, Transmigrasi, Aset Daerah, Agama, Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Wanita;b. Komisi II - Bidang Ekonomi dan Keuangan, yang meliputi bidang-bidang Perdagangan, Perindustrian, Pertanian, Perikanan, Peternakan, Perkebunan, Kehutanan, Ketahanan Pangan, Logistik, Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah, Perpajakan, Retribusi, Perbankan, Badan Usaha Milik Daerah, Penanaman Modal dan Dunia Usaha serta Perhubungan dan Pariwisata;c. Komisi III - Bidang Pembangunan dan Kesejahteraan Rakyat, yang meliputi bidang-bidang Pekerjaan Umum, Tata Kota, Pertamanan, Kebersihan, Sosial, Pertambangan dan Energi, Perumahan Rakyat, Lingkungan Hidup, Kepemudaan dan Olah Raga;

Bagian KetigaKomisi

Pasal 28(1) Komisi dibentuk oleh DPRD dan merupakan alat kelengkapan yang

bersifat tetap.(2) DPRD menetapkan 3 (tiga) Komisi pada permulaan masa

keanggotaan DPRD dan permulaan tahun sidang, dengan komposisi pembidangan tugas dan tanggungjwab sebagai berikut:a. Komisi I - Bidang Hukum dan Pemerintahan, yang meliputi bidang-bidang Hukum, Perundang-Undangan, Pemerintahan, Ketertiban Umum, Kependudukan dan Catatan Sipil, Penerangan dan Pers, Kepegawaian dan Aparatur, Perijinan, Sosial Politik, Organisasi Masyarakat, Kebudayaan, Pertanahan, Kerjasama International, Pendidikan, Kesehatan, Ketenagakerjaan, Transmigrasi, Aset Daerah, Agama, Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Wanita;b. Komisi II - Bidang Ekonomi dan Keuangan, yang meliputi bidang-bidang Perdagangan, Perindustrian, Pertanian, Perikanan, Peternakan, Perkebunan, Kehutanan, Ketahanan Pangan, Logistik, Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah, Perpajakan, Retribusi, Perbankan, Badan Usaha Milik Daerah, Penanaman Modal dan Dunia Usaha serta Perhubungan dan Pariwisata;c. Komisi III - Bidang Pembangunan dan Kesejahteraan Rakyat, yang meliputi bidang-bidang Pekerjaan Umum, Tata Kota, Pertamanan, Kebersihan, Sosial, Pertambangan dan Energi, Perumahan Rakyat, Lingkungan Hidup, Kepemudaan dan Olah Raga; 59

Page 60: Sinergitas legislatif dan eksekutif

(3) Komposisi keanggotaan antar komisi diupayakan sama dengan mempertimbangkan perimbangan dan pemerataan jumlah anggota setiap fraksi;

(4) Setiap anggota DPRD, kecuali Pimpinan, wajib menjadi anggota salah satu komisi;

(5) Bilamana terjadi ketidak seimbangan komposisi keanggotaan yang diusulkan fraksi, Pimpinan berhak mengambil kebijakan penempatan dengan menempuh mekanisme musyawarah untuk mufakat dengan Pimpinan Fraksi yang bersangkutan;

(6) Penempatan anggota DPRD dalam setiap komisi dilakukan atas dasar usulan fraksi dan ditetapkan dalam Rapat Paripurna pada permulaan masa keanggotaan DPRD dan permulaan tahun sidang;

(7) Perpindahan anggota DPRD antar komisi dilakukan pada awal tahun anggaran atas dasar usulan fraksi dan ditetapkan dalam Rapat Paripurna;

(8) Anggota DPRD pengganti antar waktu menduduki tempat anggota komisi yang di gantikan.

(9) Pergantian keanggotaan komisi ditetapkan pada awal tahun anggaran.

(3) Komposisi keanggotaan antar komisi diupayakan sama dengan mempertimbangkan perimbangan dan pemerataan jumlah anggota setiap fraksi;

(4) Setiap anggota DPRD, kecuali Pimpinan, wajib menjadi anggota salah satu komisi;

(5) Bilamana terjadi ketidak seimbangan komposisi keanggotaan yang diusulkan fraksi, Pimpinan berhak mengambil kebijakan penempatan dengan menempuh mekanisme musyawarah untuk mufakat dengan Pimpinan Fraksi yang bersangkutan;

(6) Penempatan anggota DPRD dalam setiap komisi dilakukan atas dasar usulan fraksi dan ditetapkan dalam Rapat Paripurna pada permulaan masa keanggotaan DPRD dan permulaan tahun sidang;

(7) Perpindahan anggota DPRD antar komisi dilakukan pada awal tahun anggaran atas dasar usulan fraksi dan ditetapkan dalam Rapat Paripurna;

(8) Anggota DPRD pengganti antar waktu menduduki tempat anggota komisi yang di gantikan.

(9) Pergantian keanggotaan komisi ditetapkan pada awal tahun anggaran.

Lanjutan…Lanjutan…

60

Page 61: Sinergitas legislatif dan eksekutif

Lanjutan…Lanjutan… Pimpinan Komisi

Pasal 30(1) Pimpinan Komisi merupakan satu kesatuan

pimpinan yang bersifat kolektif dan kolegial;(2) Pimpinan Komisi terdiri atas 1 (satu) orang

Ketua dan 1 (satu) orang Wakil Ketua, yang dipilih dari dan oleh anggota Komisi berdasarkan prinsip musyawarah untuk mufakat dengan memperhatikan keterwakilan perempuan menurut perimbangan jumlah anggota setiap fraksi;

(3) Pemilihan Pimpinan Komisi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan dalam Rapat Komisi yang dipimpin oleh Pimpinan DPRD setelah penetapan susunan dan keanggotaan komisi.

Saran: Sebaiknya, Sekretaris Komisi dipilih dari lingkungan Sekretariat DPRD, karena sekretaris adalah pertugas agendaris dan administrasi.

Pimpinan Komisi Pasal 30

(1) Pimpinan Komisi merupakan satu kesatuan pimpinan yang bersifat kolektif dan kolegial;

(2) Pimpinan Komisi terdiri atas 1 (satu) orang Ketua dan 1 (satu) orang Wakil Ketua, yang dipilih dari dan oleh anggota Komisi berdasarkan prinsip musyawarah untuk mufakat dengan memperhatikan keterwakilan perempuan menurut perimbangan jumlah anggota setiap fraksi;

(3) Pemilihan Pimpinan Komisi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan dalam Rapat Komisi yang dipimpin oleh Pimpinan DPRD setelah penetapan susunan dan keanggotaan komisi.

Saran: Sebaiknya, Sekretaris Komisi dipilih dari lingkungan Sekretariat DPRD, karena sekretaris adalah pertugas agendaris dan administrasi. 61

Page 62: Sinergitas legislatif dan eksekutif

Pasal 31(1) Tugas Komisi dalam pembentukan peraturan

daerah adalah:

a. menyusun daftar inventaris rancangan peraturan daerah sepanjang periode masa bhakti 2009 – 2014 bersama satuan kerja perangkat daerah yang menjadi mitra kerjanya;

b. menyampaikan daftar inventaris rancangan peraturan daerah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a kepada Badan Legislasi untuk dikompilasi ke dalam Rencana Program Legislasi Daerah;

c. berperan aktif dalam persiapan, penyusunan, pembahasan, dan penyempurnaan rancangan peraturan daerah yang masuk dalam bidang

tugasnya.

Pasal 31(1) Tugas Komisi dalam pembentukan peraturan

daerah adalah:

a. menyusun daftar inventaris rancangan peraturan daerah sepanjang periode masa bhakti 2009 – 2014 bersama satuan kerja perangkat daerah yang menjadi mitra kerjanya;

b. menyampaikan daftar inventaris rancangan peraturan daerah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a kepada Badan Legislasi untuk dikompilasi ke dalam Rencana Program Legislasi Daerah;

c. berperan aktif dalam persiapan, penyusunan, pembahasan, dan penyempurnaan rancangan peraturan daerah yang masuk dalam bidang

tugasnya.

Lanjutan…Lanjutan…

62

Page 63: Sinergitas legislatif dan eksekutif

63

FUNGSI LEGISLATIF

MEMBENTUKMEMBENTUKPERDAPERDA

FUNGSIPENGAWASAN

INISIATIF

DPRD

INISIATIFKDHSURAT

PENGANTAR

PIMPINAN DPRD

SURAT

PENGANTAR

KDH

RANPERDA

TINGKAT PEMBICARAAN

TINGKAT PERTAMA; TINGKAT KEDUA; TINGKAT KETIGA; TINGKAT KEEMPAT

KONSULTASI FRAKSI

PENETAPANPERDA

PENGAWASAN DPRD PELAKSANAANNYA; PENURUNANNYA

KEDALAM PERATURAN KDH.

Page 64: Sinergitas legislatif dan eksekutif

NASKAHNASKAHAKADEMISAKADEMIS

(NA)(NA)

KONTRAKKONTRAKUNIV AUNIV A

KONTRAKKONTRAKUNIV BUNIV B

KONSULTANKONSULTAN

Page 65: Sinergitas legislatif dan eksekutif

Lanjutan…Lanjutan…

(2) Tugas Komisi di bidang anggaran adalah:

a. memutakhirkan statistik dan data perencanaan program dan penganggaran bersama SKPD yang menjadi mitra kerjanya;

b. mempersiapkan rancangan Pokok-pokok Pikiran DPRD tentang anggaran pendapatan dan belanja daerah tahun anggaran berikutnya yang termasuk dalam ruang lingkup bidang tugasnya, dengan menggunakan data perencanaan program dan penganggaran sebagaimana dimaksud huruf a sebagai rujukan teknisnya;

c. mengadakan pembicaraan pendahuluan mengenai penyusunan rancangan anggaran pendapatan dan belanja daerah yang termasuk dalam ruang lingkup tugasnya bersama dengan SKPD yang menjadi mitra kerjanya;

(2) Tugas Komisi di bidang anggaran adalah:

a. memutakhirkan statistik dan data perencanaan program dan penganggaran bersama SKPD yang menjadi mitra kerjanya;

b. mempersiapkan rancangan Pokok-pokok Pikiran DPRD tentang anggaran pendapatan dan belanja daerah tahun anggaran berikutnya yang termasuk dalam ruang lingkup bidang tugasnya, dengan menggunakan data perencanaan program dan penganggaran sebagaimana dimaksud huruf a sebagai rujukan teknisnya;

c. mengadakan pembicaraan pendahuluan mengenai penyusunan rancangan anggaran pendapatan dan belanja daerah yang termasuk dalam ruang lingkup tugasnya bersama dengan SKPD yang menjadi mitra kerjanya;

65

Page 66: Sinergitas legislatif dan eksekutif

Lanjutan…Lanjutan…

d. membahas alokasi anggaran untuk fungsi, program, dan kegiatan Satuan Kerja Perangkat Daerah yang menjadi mitra kerjanya;

e. mengadakan pembahasan laporan keuangan daerah dan pelaksanaan APBD, termasuk hasil pemeriksaan BPK yang berkaitan dengan ruang lingkup tugasnya;

f. melakukan sinkronisasi hasil pembahasan laporan keuangan daerah dengan Badan Pengelola Keuangan Daerah sesuai dengan ruang lingkup tugasnya.

d. membahas alokasi anggaran untuk fungsi, program, dan kegiatan Satuan Kerja Perangkat Daerah yang menjadi mitra kerjanya;

e. mengadakan pembahasan laporan keuangan daerah dan pelaksanaan APBD, termasuk hasil pemeriksaan BPK yang berkaitan dengan ruang lingkup tugasnya;

f. melakukan sinkronisasi hasil pembahasan laporan keuangan daerah dengan Badan Pengelola Keuangan Daerah sesuai dengan ruang lingkup tugasnya.

66

Page 67: Sinergitas legislatif dan eksekutif

67

DOKUMEN POLITIK

Th n- 1 Th n Th n+1

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

PROSES DAN TAHAPAN PENYUSUNAN RAPBDP

EM

DA

DP

RD

RPJMRPJM

RENSTRA

POKOK-2

PIKIRAN

KOMISI

MUSRENBANG

DE

SA

KE

C

KA

B/K

OT

A

RENJA

RKPD

PLATFORM

FRAKSI

POKOK-2

PIKIRAN

DPRD

KUA PPAS

30 APRIL

15 JUNI 1 JULI

RKA

1 AGS

DOKUMEN POLITIK

R-APBD

15 NOV

TAPD

1 2 3 4

BANGGAR

1 2 3 4

S K P D

K O M I S I

APBD

PEMBICARAANPEMBICARAAN

TINGKAT 1 TINGKAT 2 TINGKAT 3 TINGKAT 4

TINGKAT 1 TINGKAT 2 TINGKAT 3 TINGKAT 4

30 NOV

RAKERNIS

RAKERNIS

RAPAT INTERNAL

RAPAT KOORDINASI

R E S E S

Page 68: Sinergitas legislatif dan eksekutif

Lanjutan…Lanjutan…

(3) Tugas Komisi di bidang pengawasan adalah:

a. melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan undang-undang dan Peraturan Daerah, termasuk

APBN, APBD Propinsi dan APBD Kabupaten/Kota, serta peraturan pelaksanaannya yang termasuk

dalam ruang lingkup tugasnya;b. membahas dan memberi saran penyelesaian atas hasil pemeriksaan BPK dan BPKP yang berkaitan dengan ruang lingkup tugasnya;c. melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan Pemerintah dan Pemerintah Daerah;d. menyiapkan masukan tentang bahan-bahan temuan kepada Pansus LKPJ-KDH untuk dipertimbangkan

sebagai bahan masukan dalam penyusunan Catatan dan Rekomendasi DPRD terhadap LKPJ-KDH tahun

anggaran sebelumnya.

(3) Tugas Komisi di bidang pengawasan adalah:

a. melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan undang-undang dan Peraturan Daerah, termasuk

APBN, APBD Propinsi dan APBD Kabupaten/Kota, serta peraturan pelaksanaannya yang termasuk

dalam ruang lingkup tugasnya;b. membahas dan memberi saran penyelesaian atas hasil pemeriksaan BPK dan BPKP yang berkaitan dengan ruang lingkup tugasnya;c. melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan Pemerintah dan Pemerintah Daerah;d. menyiapkan masukan tentang bahan-bahan temuan kepada Pansus LKPJ-KDH untuk dipertimbangkan

sebagai bahan masukan dalam penyusunan Catatan dan Rekomendasi DPRD terhadap LKPJ-KDH tahun

anggaran sebelumnya.

68

Page 69: Sinergitas legislatif dan eksekutif

Lanjutan…Lanjutan… Pasal 32

(4) Komisi dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat (1), ayat (2), dan ayat (3), dapat mengadakan:

a. rapat kerja dengan Pemerintah Daerah yang dihadiri oleh Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah; b. rapat kerja dengan Pemerintah Daerah yang dihadiri oleh SKPD yang menjadi mitra kerjanya;c. rapat dengar pendapat dengan pejabat Pemerintah Daerah yang diwakili oleh pimpinan SKPD yang menjadi mitra kerjanya;d. rapat dengar pendapat umum, baik atas permintaan Komisi maupun atas permintaan pihak lain;e. pendidikan dan pelatihan teknis;

f. kunjungan kerja dan peninjauan lapangan.

Pasal 32(4) Komisi dalam melaksanakan tugas sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 31 ayat (1), ayat (2), dan ayat (3), dapat mengadakan:

a. rapat kerja dengan Pemerintah Daerah yang dihadiri oleh Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah; b. rapat kerja dengan Pemerintah Daerah yang dihadiri oleh SKPD yang menjadi mitra kerjanya;c. rapat dengar pendapat dengan pejabat Pemerintah Daerah yang diwakili oleh pimpinan SKPD yang menjadi mitra kerjanya;d. rapat dengar pendapat umum, baik atas permintaan Komisi maupun atas permintaan pihak lain;e. pendidikan dan pelatihan teknis;

f. kunjungan kerja dan peninjauan lapangan. 69

Page 70: Sinergitas legislatif dan eksekutif

BADAN LEGISLASI Pasal 33

(1) Badan Legislasi dibentuk oleh DPRD dan merupakan alat kelengkapan DPRD yang bersifat tetap;

(2) DPRD menetapkan susunan dan keanggotaan Badan Legislasi pada permulaan masa keanggotaan DPRD dan permulaan tahun sidang;

(3) Komposisi keanggotaan Badan Legislasi ditetapkan dalam rapat paripurna menurut perimbangan dan pemerataan jumlah anggota tiap-tiap fraksi pada permulaan masa

keanggotaan DPRD dan pada permulaan tahun sidang;

(4) Jumlah anggota Badan Legislasi ditetapkan sama dengan jumlah anggota satu komisi.

BADAN LEGISLASI Pasal 33

(1) Badan Legislasi dibentuk oleh DPRD dan merupakan alat kelengkapan DPRD yang bersifat tetap;

(2) DPRD menetapkan susunan dan keanggotaan Badan Legislasi pada permulaan masa keanggotaan DPRD dan permulaan tahun sidang;

(3) Komposisi keanggotaan Badan Legislasi ditetapkan dalam rapat paripurna menurut perimbangan dan pemerataan jumlah anggota tiap-tiap fraksi pada permulaan masa

keanggotaan DPRD dan pada permulaan tahun sidang;

(4) Jumlah anggota Badan Legislasi ditetapkan sama dengan jumlah anggota satu komisi. 70

Page 71: Sinergitas legislatif dan eksekutif

Lanjutan…Lanjutan…

Pasal 34

(1) Pimpinan Badan Legislasi merupakan satu kesatuan pimpinan yang bersifat kolektif dan kolegial;(2) Pimpinan Badan Legislasi terdiri atas 1 (satu) orang Ketua dan paling banyak 1 (satu) orang wakil ketua yang dipilih dari dan oleh anggota Badan Legislasi berdasarkan prinsip musyawarah untuk mufakat dan proporsional dengan memperhatikan keterwakilan perempuan menurut perimbangan jumlah anggota setiap fraksi.(3) Pemilihan pimpinan Badan Legislasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan dalam rapat Badan Legislasi yang dipimpin oleh Pimpinan DPRD setelah penetapan susunan dan keanggotaan Badan Legislasi;(4) Sekretaris DPRD, karena jabatannya, adalah sekretaris badan legislasi bukan anggota;(5) Masa keanggotaan Badan Legislasi dapat diubah pada setiap awal tahun anggaran.

Pasal 34

(1) Pimpinan Badan Legislasi merupakan satu kesatuan pimpinan yang bersifat kolektif dan kolegial;(2) Pimpinan Badan Legislasi terdiri atas 1 (satu) orang Ketua dan paling banyak 1 (satu) orang wakil ketua yang dipilih dari dan oleh anggota Badan Legislasi berdasarkan prinsip musyawarah untuk mufakat dan proporsional dengan memperhatikan keterwakilan perempuan menurut perimbangan jumlah anggota setiap fraksi.(3) Pemilihan pimpinan Badan Legislasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan dalam rapat Badan Legislasi yang dipimpin oleh Pimpinan DPRD setelah penetapan susunan dan keanggotaan Badan Legislasi;(4) Sekretaris DPRD, karena jabatannya, adalah sekretaris badan legislasi bukan anggota;(5) Masa keanggotaan Badan Legislasi dapat diubah pada setiap awal tahun anggaran.

71

Page 72: Sinergitas legislatif dan eksekutif

72

Pasal 361) Badan Legislasi bertugas menyusun rencana

program legislasi daerah yang memuat:

a. Daftar inventaris dan urutan prioritas rancangan

peraturan daerah beserta alasannya untuk satu masa keanggotaan dan untuk setiap tahun anggaran di lingkungan DPRD dan pemerintah daerah;

b.Daftar urutan dan prioritas rancangan peraturan kepala daerah yang diamanatkan oleh UU dan PP untuk disampaikan kepada kepala daerah sebagai

masukan;

2) Mengoordinasi penyusunan program legislasi daerah antara DPRD dan pemerintah daerah;

Pasal 361) Badan Legislasi bertugas menyusun rencana

program legislasi daerah yang memuat:

a. Daftar inventaris dan urutan prioritas rancangan

peraturan daerah beserta alasannya untuk satu masa keanggotaan dan untuk setiap tahun anggaran di lingkungan DPRD dan pemerintah daerah;

b.Daftar urutan dan prioritas rancangan peraturan kepala daerah yang diamanatkan oleh UU dan PP untuk disampaikan kepada kepala daerah sebagai

masukan;

2) Mengoordinasi penyusunan program legislasi daerah antara DPRD dan pemerintah daerah;

Lanjutan…Lanjutan…

Page 73: Sinergitas legislatif dan eksekutif

3) menyiapkan rancangan peraturan daerah usul inisiatif DPRD berdasarkan program prioritas yang telah ditetapkan;

4) melakukan pengharmonisasian, pembulatan, dan pemantapan konsepsi rancangan peraturan daerah yang diajukan anggota, komisi, dan gabungan komisi, sebelum rancangan peraturan daerah tersebut disampaikan kepada pimpinan DPRD;

5) memberikan pertimbangan terhadap rancangan peraturan daerah yang diajukan oleh anggota, komisi, dan gabungan komisi, di luar prioritas rancangan peraturan daerah tahun berjalan atau di luar rancangan peraturan daerah yang terdaftar dalam program legislasi daerah;

3) menyiapkan rancangan peraturan daerah usul inisiatif DPRD berdasarkan program prioritas yang telah ditetapkan;

4) melakukan pengharmonisasian, pembulatan, dan pemantapan konsepsi rancangan peraturan daerah yang diajukan anggota, komisi, dan gabungan komisi, sebelum rancangan peraturan daerah tersebut disampaikan kepada pimpinan DPRD;

5) memberikan pertimbangan terhadap rancangan peraturan daerah yang diajukan oleh anggota, komisi, dan gabungan komisi, di luar prioritas rancangan peraturan daerah tahun berjalan atau di luar rancangan peraturan daerah yang terdaftar dalam program legislasi daerah;

Lanjutan…Lanjutan…

73

Page 74: Sinergitas legislatif dan eksekutif

6) melakukan pembahasan, pengubahan, dan/atau penyempurnaan rancangan peraturan daerah yang secara khusus ditugaskan oleh Badan Musyawarah;

7) mengikuti perkembangan dan melakukan evaluasi terhadap pembahasan materi muatan rancangan peraturan daerah melalui koordinasi dengan komisi dan/atau panitia khusus;

8) mengkaji dan mendalami konsistensi substansi peraturan daerah dengan peraturan kepala daerah;

9) membuat laporan kinerja dan inventarisasi masalah di bidang peraturan daerah pada akhir masa keanggotaan DPRD untuk dapat digunakan oleh Badan Legislasi pada masa keanggotaan berikutnya.

6) melakukan pembahasan, pengubahan, dan/atau penyempurnaan rancangan peraturan daerah yang secara khusus ditugaskan oleh Badan Musyawarah;

7) mengikuti perkembangan dan melakukan evaluasi terhadap pembahasan materi muatan rancangan peraturan daerah melalui koordinasi dengan komisi dan/atau panitia khusus;

8) mengkaji dan mendalami konsistensi substansi peraturan daerah dengan peraturan kepala daerah;

9) membuat laporan kinerja dan inventarisasi masalah di bidang peraturan daerah pada akhir masa keanggotaan DPRD untuk dapat digunakan oleh Badan Legislasi pada masa keanggotaan berikutnya.

Lanjutan…Lanjutan…

74

Page 75: Sinergitas legislatif dan eksekutif

BADAN ANGGARAN Pasal 38

(1) Badan Anggaran dibentuk oleh DPRD dan merupakan alat kelengkapan DPRD yang bersifat tetap;

(2) DPRD menetapkan susunan dan keanggotaan Badan Anggaran menurut perimbangan dan pemerataan jumlah anggota setiap Fraksi pada permulaan masa keanggotaan DPRD dan pada permulaan tahun sidang;

(3) Susunan dan komposisi keanggotaan Badan Anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas anggota dari setiap komisi yang dipilih oleh komisi dengan memperhatikan perimbangan jumlah anggota dan usulan fraksi.

BADAN ANGGARAN Pasal 38

(1) Badan Anggaran dibentuk oleh DPRD dan merupakan alat kelengkapan DPRD yang bersifat tetap;

(2) DPRD menetapkan susunan dan keanggotaan Badan Anggaran menurut perimbangan dan pemerataan jumlah anggota setiap Fraksi pada permulaan masa keanggotaan DPRD dan pada permulaan tahun sidang;

(3) Susunan dan komposisi keanggotaan Badan Anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas anggota dari setiap komisi yang dipilih oleh komisi dengan memperhatikan perimbangan jumlah anggota dan usulan fraksi.

75

Page 76: Sinergitas legislatif dan eksekutif

Pasal 39

(1) Pimpinan Badan Anggaran merupakan satu kesatuan pimpinan yang bersifat kolektif dan kolegial;

(2) Pimpinan Badan Anggaran dipilih dari dan oleh anggota Badan Anggaran;

(3) Sekretaris DPRD, karena jabatannya, adalah sekretaris bukan anggota;

Pasal 39

(1) Pimpinan Badan Anggaran merupakan satu kesatuan pimpinan yang bersifat kolektif dan kolegial;

(2) Pimpinan Badan Anggaran dipilih dari dan oleh anggota Badan Anggaran;

(3) Sekretaris DPRD, karena jabatannya, adalah sekretaris bukan anggota;

Lanjutan…Lanjutan…

76

Page 77: Sinergitas legislatif dan eksekutif

Pasal 40

(1) Badan Anggaran mempunyai tugas:

Pasal 40

(1) Badan Anggaran mempunyai tugas:

Lanjutan…Lanjutan…

77

a. memberikan saran dan pendapat berupa pokok-pokok pikiran DPRD kepada kepala daerah dalam mempersiapkan rancangan anggaran pendapatan dan belanja daerah paling lambat 5 (lima) bulan sebelum ditetapkannya APBD;

b. melakukan konsultasi yang dapat diwakili oleh anggotanya kepada komisi terkait untuk memperoleh masukan dalam rangka pembahasan rancangan kebijakan umum APBD serta prioritas dan plafon anggaran sementara;

c. memberikan saran dan pendapat kepada kepala daerah dalam mempersiapkan rancangan peraturan daerah tentang perubahan APBD dan rancangan peraturan daerah tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD;

d. melakukan penyempurnaan rancangan peraturan daerah tentang APBD dan rancangan peraturan daerah tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD berdasarkan hasil evaluasi Menteri Dalam Negeri bagi DPRD provinsi dan gubernur bagi DPRD kabupaten/kota bersama tim anggaran pemerintah daerah;

Page 78: Sinergitas legislatif dan eksekutif

(2) Badan Anggaran hanya membahas alokasi anggaran yang sdh disepakati oleh Komisi dengan SKPD mitra kerjanya;

(3) Anggota Komisi dalam Badan Anggaran sbgmana dimaksud dalam Pasal 35 dan pasal 36 harus mengupayakan terwujudnya alokasi anggaran yang

diputuskan Komisi dan menyampaikan hasil pelaksanaan tugas kepada Komisi.

(2) Badan Anggaran hanya membahas alokasi anggaran yang sdh disepakati oleh Komisi dengan SKPD mitra kerjanya;

(3) Anggota Komisi dalam Badan Anggaran sbgmana dimaksud dalam Pasal 35 dan pasal 36 harus mengupayakan terwujudnya alokasi anggaran yang

diputuskan Komisi dan menyampaikan hasil pelaksanaan tugas kepada Komisi.

Lanjutan…Lanjutan…

78

e. melakukan pembahasan bersama tim anggaran pemerintah daerah terhadap rancangan kebijakan umum APBD serta rancangan prioritas dan plafon anggaran sementara yang disampaikan oleh kepala daerah; dan

f. memberikan saran kepada pimpinan DPRD dalam penyusunan anggaran belanja DPRD.

Page 79: Sinergitas legislatif dan eksekutif

Badan Kehormatan adalah alat Badan Kehormatan adalah alat kelengkapan yang bersifat tetap dan kelengkapan yang bersifat tetap dan dibentuk pada awal masa keaggotaan dibentuk pada awal masa keaggotaan DPRD;DPRD;

Keanggotaan Badan Kehormatan dipilih Keanggotaan Badan Kehormatan dipilih dari dan oleh anggota DPRD sebanyak 3 dari dan oleh anggota DPRD sebanyak 3 orang dan ditetapkan dalam Sidang orang dan ditetapkan dalam Sidang Paripurna;Paripurna;

Masa tugas Badan Kehormatan adalah Masa tugas Badan Kehormatan adalah sama dengan masa tugas DPRD; sama dengan masa tugas DPRD;

Sekretariat Badan Kehormatan Sekretariat Badan Kehormatan dilaksanakan secara ex-officio oleh dilaksanakan secara ex-officio oleh Setwan.Setwan.

Pertanyaan kritis: Siapa yang pantas Pertanyaan kritis: Siapa yang pantas menjadi anggota BK? menjadi anggota BK?

Jawab: Figur yang tega bekerja dengan Jawab: Figur yang tega bekerja dengan prinsip jeruk makan jeruk (yang tegas, prinsip jeruk makan jeruk (yang tegas, tekun dan obyektif). tekun dan obyektif).

79

Page 80: Sinergitas legislatif dan eksekutif

Bagian KeenamBadan Kehormatan

Pasal 43

Badan Kehormatan dibentuk oleh DPRD dan merupakan alat kelengkapan DPRD yang bersifat tetap.

Pasal 44(1) DPRD menetapkan keanggotaan Badan Kehormatan dengan memperhatikan usul setiap fraksi pada permulaan masa keanggotaan DPRD dan permulaan tahun sidang;

(2) Keanggotaan Badan Kehormatan berjumlah 3 (tiga) orang dan ditetapkan dalam rapat paripurna pada permulaan masa keanggotan DPRD dan pada permulaan tahun sidang.

Bagian KeenamBadan Kehormatan

Pasal 43

Badan Kehormatan dibentuk oleh DPRD dan merupakan alat kelengkapan DPRD yang bersifat tetap.

Pasal 44(1) DPRD menetapkan keanggotaan Badan Kehormatan dengan memperhatikan usul setiap fraksi pada permulaan masa keanggotaan DPRD dan permulaan tahun sidang;

(2) Keanggotaan Badan Kehormatan berjumlah 3 (tiga) orang dan ditetapkan dalam rapat paripurna pada permulaan masa keanggotan DPRD dan pada permulaan tahun sidang.

Lanjutan…Lanjutan…

80

Page 81: Sinergitas legislatif dan eksekutif

Pasal 45

(1) Pimpinan Badan Kehormatan terdiri atas 1 (satu) orang Ketua yang dan dibantu oleh 1 (satu) orang Sekretaris;

(2) Ketua Badan Kehormatan dipilih dari dan oleh anggota dan ditetapkan dalam Rapat Paripurna;

(3) Masa keanggotaan Badan Kehormatan sesuai masa keanggotaan DPRD.

(4) Sekretaris DPRD, karena jabatannya, adalah sekretaris Badan Kehormatan bukan anggota.

Pasal 45

(1) Pimpinan Badan Kehormatan terdiri atas 1 (satu) orang Ketua yang dan dibantu oleh 1 (satu) orang Sekretaris;

(2) Ketua Badan Kehormatan dipilih dari dan oleh anggota dan ditetapkan dalam Rapat Paripurna;

(3) Masa keanggotaan Badan Kehormatan sesuai masa keanggotaan DPRD.

(4) Sekretaris DPRD, karena jabatannya, adalah sekretaris Badan Kehormatan bukan anggota.

Lanjutan…Lanjutan…

81

Page 82: Sinergitas legislatif dan eksekutif

Pasal 46

1) Badan Kehormatan wajib melakukan penyelidikan dan verifikasiatas pengaduan terhadap anggota, karena:

a. Tidak dapat menjalankan kewajiban; b. Tidak melaksanakan tugas selama 3 bln

berturut-turut; c. Tidak menghadiri rapat paripurna

dan/atau rapat alat kelengkapan DPR yang menjadi tugasnya;

d. Tidak lagi memenuhi syarat sebagai calon anggota DPR sesuai aturan perundang-undangan;

e. Melanggar ketentuan tentang larangan.

2) Selain tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Badan Kehormatan juga melakukan evaluasi dan penyempurnaan atas peraturan DPRD tentang Tata Tertib dan Kode Etik DPRD;

3) BK berwenang memanggil pihak terkait dan melakukan kerja sama dengan lembaga lain;

Pasal 46

1) Badan Kehormatan wajib melakukan penyelidikan dan verifikasiatas pengaduan terhadap anggota, karena:

a. Tidak dapat menjalankan kewajiban; b. Tidak melaksanakan tugas selama 3 bln

berturut-turut; c. Tidak menghadiri rapat paripurna

dan/atau rapat alat kelengkapan DPR yang menjadi tugasnya;

d. Tidak lagi memenuhi syarat sebagai calon anggota DPR sesuai aturan perundang-undangan;

e. Melanggar ketentuan tentang larangan.

2) Selain tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Badan Kehormatan juga melakukan evaluasi dan penyempurnaan atas peraturan DPRD tentang Tata Tertib dan Kode Etik DPRD;

3) BK berwenang memanggil pihak terkait dan melakukan kerja sama dengan lembaga lain;

Lanjutan…Lanjutan…

82

Page 83: Sinergitas legislatif dan eksekutif

Bagian KetujuhAlat Kelengkapan Lainnya

Pasal 52

(1) Pimpinan DPRD dapat membentuk alat kelengkapan lain berupa Panitia Khusus dengan Keputusan DPRD;

(2) Panitia Khusus dibentuk atas usul dan pendapat anggota DPRD setelah mendengar pertimbangan Badan Musyawarah dengan persetujuan Rapat Paripurna;

(3) Panitia Khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan alat kelengkapan DPRD yang bersifat sementara, sesuai kebutuhan yang ditetapkan dalam Rapat Paripurna;

Bagian KetujuhAlat Kelengkapan Lainnya

Pasal 52

(1) Pimpinan DPRD dapat membentuk alat kelengkapan lain berupa Panitia Khusus dengan Keputusan DPRD;

(2) Panitia Khusus dibentuk atas usul dan pendapat anggota DPRD setelah mendengar pertimbangan Badan Musyawarah dengan persetujuan Rapat Paripurna;

(3) Panitia Khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan alat kelengkapan DPRD yang bersifat sementara, sesuai kebutuhan yang ditetapkan dalam Rapat Paripurna; 83

Page 84: Sinergitas legislatif dan eksekutif

Lanjutan…Lanjutan… (4) Jumlah anggota Panitia Khusus sebagaimana

dimaksud dalam ayat (1) mempertimbangkan jumlah anggota Komisi yang terkait dan disesuaikan dengan program/kegiatan serta kemampuan anggaran sebanyak-banyaknya 9 (sembilan) orang;

(5) Anggota Panitia Khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri dari unsur komisi dan unsur fraksi;

(6) Ketua, Wakil Ketua dan Sekretaris Panitia Khusus dipilih dari dan oleh anggota;

(7) Susunan keanggotaan, Ketua, Wakil Ketua dan Sekretaris Panitia Khusus ditetapkan dalam Rapat Paripurna;

(8) Masa tugas Panitia Khusus paling lama satu bulan dari masa penetapan dan dapat diperpanjang paling lama tiga bulan.

(4) Jumlah anggota Panitia Khusus sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) mempertimbangkan jumlah anggota Komisi yang terkait dan disesuaikan dengan program/kegiatan serta kemampuan anggaran sebanyak-banyaknya 9 (sembilan) orang;

(5) Anggota Panitia Khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri dari unsur komisi dan unsur fraksi;

(6) Ketua, Wakil Ketua dan Sekretaris Panitia Khusus dipilih dari dan oleh anggota;

(7) Susunan keanggotaan, Ketua, Wakil Ketua dan Sekretaris Panitia Khusus ditetapkan dalam Rapat Paripurna;

(8) Masa tugas Panitia Khusus paling lama satu bulan dari masa penetapan dan dapat diperpanjang paling lama tiga bulan.

84

Page 85: Sinergitas legislatif dan eksekutif

85

Page 86: Sinergitas legislatif dan eksekutif

BAB VIII PELAKSANAAN HAK DPRD

Bagian Kesatu Pembentukan Peraturan Daerah

Pasal 53

(1) Rancangan Perda dapat berasal dari DPRD dan

Pemda;

(2) Rancangan Perda sbgmana dimaksud pada ayat (1) disertai dengan penjelasan atau keterangan dan naskah akademik;

(3) Naskah akademik disusun melalui sebuah kajian komprehensif tentang masalah yang akan dituangkan ke dalam Perda.

BAB VIII PELAKSANAAN HAK DPRD

Bagian Kesatu Pembentukan Peraturan Daerah

Pasal 53

(1) Rancangan Perda dapat berasal dari DPRD dan

Pemda;

(2) Rancangan Perda sbgmana dimaksud pada ayat (1) disertai dengan penjelasan atau keterangan dan naskah akademik;

(3) Naskah akademik disusun melalui sebuah kajian komprehensif tentang masalah yang akan dituangkan ke dalam Perda.

86

Page 87: Sinergitas legislatif dan eksekutif

Lanjutan…Lanjutan…

Pasal 54

(1) Usul Rancangan Peraturan Daerah dapat diajukan oleh anggota DPRD, Komisi, Gabungan Komisi dan atau Badan Legislasi;

(2) Usul Rancangan Peraturan Daerah disampaikan secara tertulis oleh anggota, Pimpinan Komisi, Pimpinan Gabungan Komisi atau Pimpinan Badan Legislasi kepada Pimpinan DPRD disertai daftar nama dan tanda tangan para pengusul;

(3) DPRD memutuskan usul Rancangan Peraturan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dalam Rapat Paripurna, berupa:

a. persetujuan;b. persetujuan dengan pengubahan; atau c. penolakan.

Pasal 54

(1) Usul Rancangan Peraturan Daerah dapat diajukan oleh anggota DPRD, Komisi, Gabungan Komisi dan atau Badan Legislasi;

(2) Usul Rancangan Peraturan Daerah disampaikan secara tertulis oleh anggota, Pimpinan Komisi, Pimpinan Gabungan Komisi atau Pimpinan Badan Legislasi kepada Pimpinan DPRD disertai daftar nama dan tanda tangan para pengusul;

(3) DPRD memutuskan usul Rancangan Peraturan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dalam Rapat Paripurna, berupa:

a. persetujuan;b. persetujuan dengan pengubahan; atau c. penolakan.

87

Page 88: Sinergitas legislatif dan eksekutif

(4) Dalam hal persetujuan dengan pengubahan, DPRD menugasi Komisi, Gabungan Komisi, Badan Legislasi, atau Panitia Khusus untuk menyempurnakan Rancangan Peraturan Daerah tersebut;

(5) Rancangan Peraturan Daerah yang telah disiapkan oleh DPRD disampaikan dengan surat Pimpinan DPRD kepada Kepala Daerah;

(6) Rancangan Peraturan Daerah yang berasal dari Kepala Daerah diajukan dengan surat Kepala Daerah kepada Pimpinan DPRD.

(4) Dalam hal persetujuan dengan pengubahan, DPRD menugasi Komisi, Gabungan Komisi, Badan Legislasi, atau Panitia Khusus untuk menyempurnakan Rancangan Peraturan Daerah tersebut;

(5) Rancangan Peraturan Daerah yang telah disiapkan oleh DPRD disampaikan dengan surat Pimpinan DPRD kepada Kepala Daerah;

(6) Rancangan Peraturan Daerah yang berasal dari Kepala Daerah diajukan dengan surat Kepala Daerah kepada Pimpinan DPRD.

Lanjutan…Lanjutan…

88

Page 89: Sinergitas legislatif dan eksekutif

Lanjutan…Lanjutan… Pasal 55Rancangan Peraturan Daerah yang berasal dari DPRD dan/atau dari Kepala Daerah dibahas oleh DPRD dan Kepala Daerah untuk mendapat persetujuan bersama;

Pasal 56Rancangan Peraturan Daerah sebagaimana dimaksud pada Pasal 54 disampaikan oleh Pimpinan DPRD kepada seluruh anggota DPRD selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sebelum Rancangan Peraturan Daerah itu dibahas dalam Rapat Paripurna.

Pasal 57Apabila terdapat 2 (dua) Rancangan Peraturan Daerah yang diajukan mengenai hal yang sama, yang dibicarakan adalah Rancangan Peraturan Daerah yang diterima terlebih dahulu, sedangkan Rancangan Peraturan Daerah yang diterima kemudian digunakan sebagai pelengkap.

Pasal 55Rancangan Peraturan Daerah yang berasal dari DPRD dan/atau dari Kepala Daerah dibahas oleh DPRD dan Kepala Daerah untuk mendapat persetujuan bersama;

Pasal 56Rancangan Peraturan Daerah sebagaimana dimaksud pada Pasal 54 disampaikan oleh Pimpinan DPRD kepada seluruh anggota DPRD selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sebelum Rancangan Peraturan Daerah itu dibahas dalam Rapat Paripurna.

Pasal 57Apabila terdapat 2 (dua) Rancangan Peraturan Daerah yang diajukan mengenai hal yang sama, yang dibicarakan adalah Rancangan Peraturan Daerah yang diterima terlebih dahulu, sedangkan Rancangan Peraturan Daerah yang diterima kemudian digunakan sebagai pelengkap.

89

Page 90: Sinergitas legislatif dan eksekutif

Lanjutan…Lanjutan… Pasal 58

Pembahasan Rancangan Peraturan Daerah dilakukan melalui

empat tingkat pembicaraan, yakni:

(1) Pembicaraan Tingkat Pertama dilakukan dengan kegiatan sebagai berikut:

a. KDh dalam Rapat Paripurna menyampaikan Ranperda yang berasal dari KDh, lengkap dengan naskah akademik dan daftar inventarisasi masalah;

b. Pimpinan Komisi/Gabungan Komisi atau Pimpinan Panitia Khusus menyampaikan Ranperda yang berasal dari usul prakarsa DPRD, lengkap dengan naskah akademik dan

daftar inventarisasi masalah.

(2) Dalam Pembicaraan Tingkat Pertama dapat diundang pimpinan lembaga kemasyarakatan, tokoh masyarakat, pakar, perguruan tinggi dan para pejabat terkait dari tingkat provinsi dan pusat untuk memperkaya wawasan.

Pasal 58Pembahasan Rancangan Peraturan Daerah dilakukan

melalui empat tingkat pembicaraan, yakni:

(1) Pembicaraan Tingkat Pertama dilakukan dengan kegiatan sebagai berikut:

a. KDh dalam Rapat Paripurna menyampaikan Ranperda yang berasal dari KDh, lengkap dengan naskah akademik dan daftar inventarisasi masalah;

b. Pimpinan Komisi/Gabungan Komisi atau Pimpinan Panitia Khusus menyampaikan Ranperda yang berasal dari usul prakarsa DPRD, lengkap dengan naskah akademik dan

daftar inventarisasi masalah.

(2) Dalam Pembicaraan Tingkat Pertama dapat diundang pimpinan lembaga kemasyarakatan, tokoh masyarakat, pakar, perguruan tinggi dan para pejabat terkait dari tingkat provinsi dan pusat untuk memperkaya wawasan.

90

Page 91: Sinergitas legislatif dan eksekutif

Lanjutan…Lanjutan…

91

Pasal 59

(1) Pembicaraan Tingkat Kedua meliputi kegiatan:

a. Pemandangan Umum dari fraksi-fraksi;b. Jawaban Kdh thd pemandangan umum fraksi-

fraksi. (Kalau Ranperda berasal dari Kdh).

a. Pendapat Kepala Daerah;b. Jawaban dari fraksi-fraksi.

(Kalau Ranperda berasal dari DPRD).

(2) Dalam Pembicaraan Tingkat Kedua dapat dilakukan kegiatan uji publik untuk memperkaya wawasan dan sudut pandang tentang substansi Rancangan Peraturan Daerah yang sedang dibahas.

Pasal 59

(1) Pembicaraan Tingkat Kedua meliputi kegiatan:

a. Pemandangan Umum dari fraksi-fraksi;b. Jawaban Kdh thd pemandangan umum fraksi-

fraksi. (Kalau Ranperda berasal dari Kdh).

a. Pendapat Kepala Daerah;b. Jawaban dari fraksi-fraksi.

(Kalau Ranperda berasal dari DPRD).

(2) Dalam Pembicaraan Tingkat Kedua dapat dilakukan kegiatan uji publik untuk memperkaya wawasan dan sudut pandang tentang substansi Rancangan Peraturan Daerah yang sedang dibahas.

Page 92: Sinergitas legislatif dan eksekutif

Lanjutan…Lanjutan…

92

Pasal 60

(1) Pembicaraan Tingkat Ketiga meliputi kegiatan:

a. Pembahasan dalam rapat komisi/gabungan komisi dan atau rapat panitia khusus bersama dengan Kdh atau pejabat yang ditunjuk;

b. Konsultasi fraksi.

(2) Dalam Pembicaraan Tingkat Ketiga, dapat dilakukan kegiatan studi banding ke daerah lain yang sdh memiliki Peraturan Daerah yang sama untuk memperkaya wawasan dan sudut pandang tentang substansi Rancangan Peraturan Daerah yang sedang dibahas.

Pasal 60

(1) Pembicaraan Tingkat Ketiga meliputi kegiatan:

a. Pembahasan dalam rapat komisi/gabungan komisi dan atau rapat panitia khusus bersama dengan Kdh atau pejabat yang ditunjuk;

b. Konsultasi fraksi.

(2) Dalam Pembicaraan Tingkat Ketiga, dapat dilakukan kegiatan studi banding ke daerah lain yang sdh memiliki Peraturan Daerah yang sama untuk memperkaya wawasan dan sudut pandang tentang substansi Rancangan Peraturan Daerah yang sedang dibahas.

Page 93: Sinergitas legislatif dan eksekutif

Lanjutan…Lanjutan…

93

Pasal 61

(1) Pembicaraan Tingkat Keempat meliputi kegiatan:

a.Pengambilan keputusan dalam Rapat Paripurna, yang didahului dengan laporan hasil pembicaraan tingkat ketiga, pendapat akhir fraksi, pengambilan keputusan.

b.Penyampaian sambutan Kepala Daerah terhadap pengambilan keputusan.

(2) Dalam hal persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dapat dicapai secara

musyawarah untuk mufakat, pengambilan keputusan dilakukan dengan suara terbanyak.

(3) Dalam hal rancangan peraturan daerah tidak mendapat persetujuan bersama antara DPRD dan Kepala Daerah, rancangan peraturan daerah tersebut tidak boleh diajukan lagi dalam persidangan DPRD masa itu.

Pasal 61

(1) Pembicaraan Tingkat Keempat meliputi kegiatan:

a.Pengambilan keputusan dalam Rapat Paripurna, yang didahului dengan laporan hasil pembicaraan tingkat ketiga, pendapat akhir fraksi, pengambilan keputusan.

b.Penyampaian sambutan Kepala Daerah terhadap pengambilan keputusan.

(2) Dalam hal persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dapat dicapai secara

musyawarah untuk mufakat, pengambilan keputusan dilakukan dengan suara terbanyak.

(3) Dalam hal rancangan peraturan daerah tidak mendapat persetujuan bersama antara DPRD dan Kepala Daerah, rancangan peraturan daerah tersebut tidak boleh diajukan lagi dalam persidangan DPRD masa itu.

Page 94: Sinergitas legislatif dan eksekutif

Lanjutan…Lanjutan…

94

Pasal 62

(1) Dalam penyiapan dan pembahasan rancangan peraturan daerah, termasuk pembahasan rancangan peraturan daerah tentang R-APBD Murni, APBD Perubahan dan APBD Perhitungan, DPRD dapat menampung masukan secara lisan dan/atau tertulis melalui Pimpinan DPRD dan/atau alat kelengkapan DPRD lainnya;

(2) Anggota atau alat kelengkapan DPRD yang menyiapkan dan/atau membahas rancangan peraturan daerah dapat melakukan kegiatan konsultasi publik, temu wicara, pendidikan dan pelatihan teknis untuk mendapat masukan tambahan.

Pasal 62

(1) Dalam penyiapan dan pembahasan rancangan peraturan daerah, termasuk pembahasan rancangan peraturan daerah tentang R-APBD Murni, APBD Perubahan dan APBD Perhitungan, DPRD dapat menampung masukan secara lisan dan/atau tertulis melalui Pimpinan DPRD dan/atau alat kelengkapan DPRD lainnya;

(2) Anggota atau alat kelengkapan DPRD yang menyiapkan dan/atau membahas rancangan peraturan daerah dapat melakukan kegiatan konsultasi publik, temu wicara, pendidikan dan pelatihan teknis untuk mendapat masukan tambahan.

Page 95: Sinergitas legislatif dan eksekutif

Lanjutan…Lanjutan…

95

Pasal 63

(1) Rancangan Peraturan Daerah dapat ditarik kembali sebelum dibahas bersama oleh DPRD dan Kepala Daerah;

(2) Rancangan Peraturan Daerah yang sedang dibahas hanya dapat ditarik kembali berdasarkan persetujuan bersama DPRD dan Kepala Daerah;

(3) Penarikan kembali Rancangan Peraturan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) oleh DPRD, dilakukan dengan keputusan Pimpinan DPRD atas pertimbangan Badan Legislasi dengan disertai alasan-alasan penarikannya;

Pasal 63

(1) Rancangan Peraturan Daerah dapat ditarik kembali sebelum dibahas bersama oleh DPRD dan Kepala Daerah;

(2) Rancangan Peraturan Daerah yang sedang dibahas hanya dapat ditarik kembali berdasarkan persetujuan bersama DPRD dan Kepala Daerah;

(3) Penarikan kembali Rancangan Peraturan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) oleh DPRD, dilakukan dengan keputusan Pimpinan DPRD atas pertimbangan Badan Legislasi dengan disertai alasan-alasan penarikannya;

Page 96: Sinergitas legislatif dan eksekutif

96

Bagian Kedua Pembahasan dan Penetapan R-APBD

Paragraf KesatuPembahasan dan Penetapan R-APBD Murni

Pasal 67

(1) Penyusunan Rancangan APBD berpedoman pada Rencana Kerja Pemerintah Daerah tentang APBD dalam rangka mewujudkan tercapainya tujuan berbangsa dan bernegara serta visi, misi dan prioritas daerah;

(2) Rencana Kerja Pemerintah Daerah disusun oleh Pemerintah Daerah dengan berpedoman pada:

a. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah;b. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah;c. Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah;d. Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah;e. Hasil kesepakatan Forum Musyawarah Pembangunan tingkat desa/kelurahan, kecamatan dan kabupaten/kota.

Bagian Kedua Pembahasan dan Penetapan R-APBD

Paragraf KesatuPembahasan dan Penetapan R-APBD Murni

Pasal 67

(1) Penyusunan Rancangan APBD berpedoman pada Rencana Kerja Pemerintah Daerah tentang APBD dalam rangka mewujudkan tercapainya tujuan berbangsa dan bernegara serta visi, misi dan prioritas daerah;

(2) Rencana Kerja Pemerintah Daerah disusun oleh Pemerintah Daerah dengan berpedoman pada:

a. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah;b. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah;c. Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah;d. Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah;e. Hasil kesepakatan Forum Musyawarah Pembangunan tingkat desa/kelurahan, kecamatan dan kabupaten/kota.

Page 97: Sinergitas legislatif dan eksekutif

Lanjutan…Lanjutan…

97

(3) Rencana Kerja Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) disahkan dengan Keputusan Kepala Daerah paling lambat pada pertengahan bulan Mei dan digunakan oleh Pemerintah Daerah sebagai dasar menyusun Kebijakan Umum Anggaran dan Penetapan Pagu Anggaran Sementara;

(4) Kebijakan Umum Anggaran dan Penetapan Pagu Anggaran Sementara sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) disampaikan oleh Kepala Daerah paling lambat pada pertengahan bulan Juni kepada Pimpinan DPRD;

(5) Kebijakan Umum Anggaran dan Penetapan Pagu Anggaran Sementara sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) dibahas secara internal oleh Badan Anggaran DPRD;

(3) Rencana Kerja Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) disahkan dengan Keputusan Kepala Daerah paling lambat pada pertengahan bulan Mei dan digunakan oleh Pemerintah Daerah sebagai dasar menyusun Kebijakan Umum Anggaran dan Penetapan Pagu Anggaran Sementara;

(4) Kebijakan Umum Anggaran dan Penetapan Pagu Anggaran Sementara sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) disampaikan oleh Kepala Daerah paling lambat pada pertengahan bulan Juni kepada Pimpinan DPRD;

(5) Kebijakan Umum Anggaran dan Penetapan Pagu Anggaran Sementara sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) dibahas secara internal oleh Badan Anggaran DPRD;

Page 98: Sinergitas legislatif dan eksekutif

Lanjutan…Lanjutan…

98

(6) Hasil pembahasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (5) digunakan oleh Badan Anggaran DPRD sebagai dasar untuk membahas dan menyepakati KUA dan PPAS bersama dengan Tim Anggaran Pemerintah Daerah;

(7) Kesepakatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (6) digunakan oleh Pemerintah Daerah sebagai Dasar menyusun Rencana Kerja Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah;

(8) Kebijakan Umum Anggaran, Penetapan Pagu Sementara dan Rencana Kerja Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah yang telah disepakati bersama antara TAPD dan Badan Anggaran DPRD sebagaimana dimaksud dalam ayat (6) dan ayat (7) menjadi pedoman bagi penyusunan dan pembahasan Rancangan APBD.

(6) Hasil pembahasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (5) digunakan oleh Badan Anggaran DPRD sebagai dasar untuk membahas dan menyepakati KUA dan PPAS bersama dengan Tim Anggaran Pemerintah Daerah;

(7) Kesepakatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (6) digunakan oleh Pemerintah Daerah sebagai Dasar menyusun Rencana Kerja Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah;

(8) Kebijakan Umum Anggaran, Penetapan Pagu Sementara dan Rencana Kerja Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah yang telah disepakati bersama antara TAPD dan Badan Anggaran DPRD sebagaimana dimaksud dalam ayat (6) dan ayat (7) menjadi pedoman bagi penyusunan dan pembahasan Rancangan APBD.

Page 99: Sinergitas legislatif dan eksekutif

Lanjutan…Lanjutan…

99

Pasal 68

Dalam melaksanakan tugas dan wewenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 67 ayat (4) ayat (5) ayat (6) ayat (7) dan ayat (8), DPRD menyelenggarakan kegiatan sebagai berikut:

a. Rapat kerja antara Komisi dengan SKPD mitra kerja untuk menyepakati arah kebijakan umum anggaran dan plafond anggaran sementara untuk

setiap program dan kegiatan pada setiap SKPD, dengan menggunakan RKPD sebagai dasar rujukannya;

b. Rapat pembahasan internal setiap Komisi untuk melakukan penajaman dan sinkronisasi antar

program dan kegiatan pada setiap SKPD yang menjadi mitranya;

Pasal 68

Dalam melaksanakan tugas dan wewenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 67 ayat (4) ayat (5) ayat (6) ayat (7) dan ayat (8), DPRD menyelenggarakan kegiatan sebagai berikut:

a. Rapat kerja antara Komisi dengan SKPD mitra kerja untuk menyepakati arah kebijakan umum anggaran dan plafond anggaran sementara untuk

setiap program dan kegiatan pada setiap SKPD, dengan menggunakan RKPD sebagai dasar rujukannya;

b. Rapat pembahasan internal setiap Komisi untuk melakukan penajaman dan sinkronisasi antar

program dan kegiatan pada setiap SKPD yang menjadi mitranya;

Page 100: Sinergitas legislatif dan eksekutif

Lanjutan…Lanjutan…

100

c. Orientasi dan pelatihan teknis untuk menyesuaikan rancangan KUA, PPAS dan RKA-SKPD dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri tentang Pedoman Penyusunan APBD tahun anggaran berikutnya;

d. Pembahasan dan penetapan APBD yang didahului dengan penyampaian Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD beserta Nota Keuangannya oleh Kepala Daerah kepada Pimpinan DPRD;

e. R-APBD tahun anggaran berikutnya sebagaimana dimaksud pada huruf d disahkan pada tanggal 30 Nopember tahun anggaran sebelumnya;

f. R-APBD yang sudah disahkan bersama antara Kepala Daerah dan DPRD digunakan oleh TAPD sebagai dasar untuk menerbitkan DPA dan seluruh Lampiran R–APBD, dengan berpedoman pada aturan perundangan yang berlaku.

c. Orientasi dan pelatihan teknis untuk menyesuaikan rancangan KUA, PPAS dan RKA-SKPD dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri tentang Pedoman Penyusunan APBD tahun anggaran berikutnya;

d. Pembahasan dan penetapan APBD yang didahului dengan penyampaian Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD beserta Nota Keuangannya oleh Kepala Daerah kepada Pimpinan DPRD;

e. R-APBD tahun anggaran berikutnya sebagaimana dimaksud pada huruf d disahkan pada tanggal 30 Nopember tahun anggaran sebelumnya;

f. R-APBD yang sudah disahkan bersama antara Kepala Daerah dan DPRD digunakan oleh TAPD sebagai dasar untuk menerbitkan DPA dan seluruh Lampiran R–APBD, dengan berpedoman pada aturan perundangan yang berlaku.

Page 101: Sinergitas legislatif dan eksekutif

101

Paragraf Kedua Pembahasan dan Penetapan APBD Perubahan

Pasal 69(1)Dalam hal terjadi perubahan asumsi ekonomi

makro dan/atau perubahan postur APBD yang sangat signifikan, Pemerintah Daerah mengajukan Rancangan Peraturan Daerah tentang Perubahan APBD tahun anggaran yang sedang berjalan;

(2)Perubahan asumsi ekonomi makro yang sangat signifikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa prognosis:

a. penurunan asumsi laju pertumbuhan ekonomi, minimal 1% (satu persen) di bawah asumsi yang telah ditetapkan; dan/atau

b. deviasi asumsi ekonomi makro lainnya minimal 10% (sepuluh persen) dari asumsi yang telah ditetapkan.

Paragraf Kedua Pembahasan dan Penetapan APBD Perubahan

Pasal 69(1)Dalam hal terjadi perubahan asumsi ekonomi

makro dan/atau perubahan postur APBD yang sangat signifikan, Pemerintah Daerah mengajukan Rancangan Peraturan Daerah tentang Perubahan APBD tahun anggaran yang sedang berjalan;

(2)Perubahan asumsi ekonomi makro yang sangat signifikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa prognosis:

a. penurunan asumsi laju pertumbuhan ekonomi, minimal 1% (satu persen) di bawah asumsi yang telah ditetapkan; dan/atau

b. deviasi asumsi ekonomi makro lainnya minimal 10% (sepuluh persen) dari asumsi yang telah ditetapkan.

Page 102: Sinergitas legislatif dan eksekutif

102

Lanjutan…Lanjutan…

c. Perkembangan yang tidak sesuai dengan asumsi KUA;

d. Keadaan yang menyebabkan harus dilakukan pergeseran alokasi anggaran antar unit organisasi, antar kegiatan, dan antar jenis jenis belanja;

e. Keadaan yang menyebabkan saldo anggaran lebih tahun yang lalu harus digunakan dalam tahun anggaran berjalan;

f. Keadaan darurat dan keadaan luar bisa;g. Penurunan penerimaan pajak dan retribusi

daerah minimal 10% (sepuluh persen) dari pagu yang telah ditetapkan;

h. kebutuhan belanja yang bersifat mendesak dan belum tersedia pagu anggarannya.

c. Perkembangan yang tidak sesuai dengan asumsi KUA;

d. Keadaan yang menyebabkan harus dilakukan pergeseran alokasi anggaran antar unit organisasi, antar kegiatan, dan antar jenis jenis belanja;

e. Keadaan yang menyebabkan saldo anggaran lebih tahun yang lalu harus digunakan dalam tahun anggaran berjalan;

f. Keadaan darurat dan keadaan luar bisa;g. Penurunan penerimaan pajak dan retribusi

daerah minimal 10% (sepuluh persen) dari pagu yang telah ditetapkan;

h. kebutuhan belanja yang bersifat mendesak dan belum tersedia pagu anggarannya.

Page 103: Sinergitas legislatif dan eksekutif

103

Lanjutan…Lanjutan…

(3) Pembahasan dan penetapan Rancangan Peraturan Daerah tentang perubahan APBD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didahului dengan penyampaian KUA dan PPAS untuk APBD Perubahan dari Kepala Daerah kepada DPRD;

(4) Tim Anggaran Pemerintah Daerah bersama dengan Badan Anggaran membahas dan menyepakati KUA, PPAS dan APBD Perubahan setelah ditetapkannya Perda tentang APBD Perhitungan tahun anggaran sebelumnya.

(3) Pembahasan dan penetapan Rancangan Peraturan Daerah tentang perubahan APBD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didahului dengan penyampaian KUA dan PPAS untuk APBD Perubahan dari Kepala Daerah kepada DPRD;

(4) Tim Anggaran Pemerintah Daerah bersama dengan Badan Anggaran membahas dan menyepakati KUA, PPAS dan APBD Perubahan setelah ditetapkannya Perda tentang APBD Perhitungan tahun anggaran sebelumnya.

Page 104: Sinergitas legislatif dan eksekutif

104

Paragraf KetigaPembahasan dan Penetapan APBD-Perhitungan

Pasal 70

(1) Kepala Daerah menyampaikan Rancangan Perda tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD berupa laporan keuangan yang telah diperiksa oleh

BPK paling lambat 6 (enam) bulan setelah tahun anggaran berakhir;

(2) Laporan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurang-kurangnya meliputi realisasi APBD tahun anggaran sebelumnya, neraca, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan yang dilampiri dengan laporan keuangan setiap SKPD.

Paragraf KetigaPembahasan dan Penetapan APBD-Perhitungan

Pasal 70

(1) Kepala Daerah menyampaikan Rancangan Perda tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD berupa laporan keuangan yang telah diperiksa oleh

BPK paling lambat 6 (enam) bulan setelah tahun anggaran berakhir;

(2) Laporan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurang-kurangnya meliputi realisasi APBD tahun anggaran sebelumnya, neraca, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan yang dilampiri dengan laporan keuangan setiap SKPD.

Page 105: Sinergitas legislatif dan eksekutif

105

Paragraf Keempat Penyampaian, Pembahasan dan Penilaian LKPJ-KDH

Bagian KesatuPenyampaian LKPJ-KDH

Pasal 71

(1) Kepala Daerah menyampaikan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah tahun anggaran sebelumnya kepada DPRD paling lambat tiga bulan setelah berakhirnya tahun anggaran;

(2) Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan dalam Rapat Paripurna DPRD yang digelar tanggal 31 Maret tahun anggaran berikutnya;

(3) Rapat Paripurna sebagaimana dimaksud ayat (2) bersifat terbuka.

Paragraf Keempat Penyampaian, Pembahasan dan Penilaian LKPJ-KDH

Bagian KesatuPenyampaian LKPJ-KDH

Pasal 71

(1) Kepala Daerah menyampaikan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah tahun anggaran sebelumnya kepada DPRD paling lambat tiga bulan setelah berakhirnya tahun anggaran;

(2) Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan dalam Rapat Paripurna DPRD yang digelar tanggal 31 Maret tahun anggaran berikutnya;

(3) Rapat Paripurna sebagaimana dimaksud ayat (2) bersifat terbuka.

Page 106: Sinergitas legislatif dan eksekutif

106

Lanjutan…Lanjutan… Bagian KeduaPembahasan LKPJ-KDH

Pasal 72

(1) Pada tanggal 1 April, DPRD mengadakan rapat internal untuk membahas dan mendengarkan pemandangan umum fraksi-fraksi tentang substansi LKPJ-KDH;

(2) Pada tanggal 2 April, setelah mendapatkan masukan dan saran dari Badan Musyawarah, Pimpinan DPRD menerbitkan Keputusan tentang Pembentukan Panitia Khusus Pembahasan LKPJ-KDH;

(3) Keputusan tentang Pembentukan Panitia Khusus sebagaimana dimaksud ayat (2) memuat daftar nama anggota serta tugas dan kewajiban Panitia Khusus;

(4) Panitia Khusus sebagaimana dimaksud ayat (2) beranggotakan maksimum 9 (sembilan) orang, dengan memperhatikan keterwakilan setiap Komisi dan Fraksi;

Bagian KeduaPembahasan LKPJ-KDH

Pasal 72

(1) Pada tanggal 1 April, DPRD mengadakan rapat internal untuk membahas dan mendengarkan pemandangan umum fraksi-fraksi tentang substansi LKPJ-KDH;

(2) Pada tanggal 2 April, setelah mendapatkan masukan dan saran dari Badan Musyawarah, Pimpinan DPRD menerbitkan Keputusan tentang Pembentukan Panitia Khusus Pembahasan LKPJ-KDH;

(3) Keputusan tentang Pembentukan Panitia Khusus sebagaimana dimaksud ayat (2) memuat daftar nama anggota serta tugas dan kewajiban Panitia Khusus;

(4) Panitia Khusus sebagaimana dimaksud ayat (2) beranggotakan maksimum 9 (sembilan) orang, dengan memperhatikan keterwakilan setiap Komisi dan Fraksi;

Page 107: Sinergitas legislatif dan eksekutif

107

Lanjutan…Lanjutan…

(5) Panitia Khusus sebagaimana dimaksud ayat (2), ayat (3) dan ayat (4) terdiri dari 1 (satu) orang Ketua dan 1 (satu) orang Sekretaris yang dipilih dari dan oleh anggota Panitia Khusus dan dilaporkan kepada Rapat Paripurna;

(6) Panitia Khusus sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) dan ayat (5) bertugas:

a. meneliti, mempelajari, mendalami dan membahas LKPJ - KDh;

b. mendalami konsistensi antara APBD dengan substansi LKPJ-KDh

c. melakukan pemantauan lapangan terhadap sejumlah program dan kegiatan;

d. Menyampaikan laporan tertulis kepada Pimpinan.

(5) Panitia Khusus sebagaimana dimaksud ayat (2), ayat (3) dan ayat (4) terdiri dari 1 (satu) orang Ketua dan 1 (satu) orang Sekretaris yang dipilih dari dan oleh anggota Panitia Khusus dan dilaporkan kepada Rapat Paripurna;

(6) Panitia Khusus sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) dan ayat (5) bertugas:

a. meneliti, mempelajari, mendalami dan membahas LKPJ - KDh;

b. mendalami konsistensi antara APBD dengan substansi LKPJ-KDh

c. melakukan pemantauan lapangan terhadap sejumlah program dan kegiatan;

d. Menyampaikan laporan tertulis kepada Pimpinan.

Page 108: Sinergitas legislatif dan eksekutif

108

Lanjutan…Lanjutan…

Bagian Ketiga Penyampaian Catatan dan Rekomendasi DPRD

Pasal 73

(1) Pimpinan DPRD, setelah mendapat masukan dan saran dari Badan Musyawarah, memimpin rapat paripurna untuk menampung pemandangan akhir fraksi-fraksi terhadap rancangan Keputusan DPRD tentang Catatan dan Rekomendasi yang disampaikan oleh Pansus LKPJ-KDH;

(2) Pimpinan DPRD, berdasarkan pemandangan akhir fraksi-fraksi, menuangkan dan mensahkan Keputusan DPRD tentang Catatan dan Rekomendasi DPRD Terhadap LKPJ-KDH;

Bagian Ketiga Penyampaian Catatan dan Rekomendasi DPRD

Pasal 73

(1) Pimpinan DPRD, setelah mendapat masukan dan saran dari Badan Musyawarah, memimpin rapat paripurna untuk menampung pemandangan akhir fraksi-fraksi terhadap rancangan Keputusan DPRD tentang Catatan dan Rekomendasi yang disampaikan oleh Pansus LKPJ-KDH;

(2) Pimpinan DPRD, berdasarkan pemandangan akhir fraksi-fraksi, menuangkan dan mensahkan Keputusan DPRD tentang Catatan dan Rekomendasi DPRD Terhadap LKPJ-KDH;

Page 109: Sinergitas legislatif dan eksekutif

109

Lanjutan…Lanjutan…

(3) Keputusan DPRD tentang Catatan dan Rekomendasi DPRD Terhadap LKPJ-KDH disampaikan kepada Kepala Daerah dalam Rapat Paripurna Istimewa;

(4) Kepala Daerah menggunakan Keputusan DPRD tentang Catatan dan Rekomendasi Terhadap

LKPJ-KDH sebagai dasar untuk memperbaiki kinerja tahun anggaran berikutnya;

(5) Indikasi tentang penggunaan Keputusan DPRD tentang Catatan dan Rekomendasi DPRD Terhadap LKPJ-KDH harus tercermin dalam KUA dan PPAS tahun anggaran berikutnya.

(3) Keputusan DPRD tentang Catatan dan Rekomendasi DPRD Terhadap LKPJ-KDH disampaikan kepada Kepala Daerah dalam Rapat Paripurna Istimewa;

(4) Kepala Daerah menggunakan Keputusan DPRD tentang Catatan dan Rekomendasi Terhadap

LKPJ-KDH sebagai dasar untuk memperbaiki kinerja tahun anggaran berikutnya;

(5) Indikasi tentang penggunaan Keputusan DPRD tentang Catatan dan Rekomendasi DPRD Terhadap LKPJ-KDH harus tercermin dalam KUA dan PPAS tahun anggaran berikutnya.

Page 110: Sinergitas legislatif dan eksekutif

110

BAB XPELAKSANAAN HAK DPRD

Bagian KesatuHak Interpelasi

Pasal 74(1) Hak interpelasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1) huruf a diusulkan oleh:

a. paling sedikit 5 (lima) orang anggota DPRD dan lebih dari 1 (satu) fraksi untuk DPRD kabupaten/kota yang anggotanya berjumlah 20 (dua puluh) sampai dengan 35 (tiga puluh lima)

orang;

b. paling sedikit 7 (tujuh) orang anggota dan lebih dari 1 (satu) fraksi untuk DPRD kabupaten/kota yang anggotanya di atas 35 (tiga puluh lima) orang;

(2)Usul sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan kepada Pimpinan DPRD dan menjadi hak interpelasi DPRD apabila:

BAB XPELAKSANAAN HAK DPRD

Bagian KesatuHak Interpelasi

Pasal 74(1) Hak interpelasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1) huruf a diusulkan oleh:

a. paling sedikit 5 (lima) orang anggota DPRD dan lebih dari 1 (satu) fraksi untuk DPRD kabupaten/kota yang anggotanya berjumlah 20 (dua puluh) sampai dengan 35 (tiga puluh lima)

orang;

b. paling sedikit 7 (tujuh) orang anggota dan lebih dari 1 (satu) fraksi untuk DPRD kabupaten/kota yang anggotanya di atas 35 (tiga puluh lima) orang;

(2)Usul sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan kepada Pimpinan DPRD dan menjadi hak interpelasi DPRD apabila:

Page 111: Sinergitas legislatif dan eksekutif

111

Lanjutan…Lanjutan…

(2) Usul sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi hak interpelasi DPRD apabila mendapat persetujuan dari Rapat Paripurna DPRD yang dihadiri lebih dari ½ (satu perdua) dari jumlah anggota DPRD dan keputusan diambil dengan persetujuan lebih dari ½ (satu perdua) dari jumlah anggota DPRD yang hadir.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan Hak Interpelasi diatur dengan Keputusan DPRD tentang Tata Cara Pelaksanaan Hak Interpelasi, Hak Angket dan Hak Bertanya.

(2) Usul sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi hak interpelasi DPRD apabila mendapat persetujuan dari Rapat Paripurna DPRD yang dihadiri lebih dari ½ (satu perdua) dari jumlah anggota DPRD dan keputusan diambil dengan persetujuan lebih dari ½ (satu perdua) dari jumlah anggota DPRD yang hadir.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan Hak Interpelasi diatur dengan Keputusan DPRD tentang Tata Cara Pelaksanaan Hak Interpelasi, Hak Angket dan Hak Bertanya.

Page 112: Sinergitas legislatif dan eksekutif

112

Bagian Kedua Hak Angket

Pasal 76(1) Hak angket sebagaimana dimaksud dalam Pasal

20 ayat (1) huruf b diusulkan oleh paling sedikit 5 (lima) orang anggota DPRD dan lebih dari 1 (satu) fraksi dan diajukan kepada Pimpinan DPRD;

(2) Usul sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi hak angket DPRD apabila:

a. mendapat persetujuan dari Rapat Paripurna DPRD yang dihadiri sekurang-kurangnya 3/4 (tiga perempat) dari jumlah anggota DPRD;

b. putusan diambil dengan persetujuan minimal 2/3 (dua pertiga) dari jumlah anggota DPRD yang hadir.

Bagian Kedua Hak Angket

Pasal 76(1) Hak angket sebagaimana dimaksud dalam Pasal

20 ayat (1) huruf b diusulkan oleh paling sedikit 5 (lima) orang anggota DPRD dan lebih dari 1 (satu) fraksi dan diajukan kepada Pimpinan DPRD;

(2) Usul sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi hak angket DPRD apabila:

a. mendapat persetujuan dari Rapat Paripurna DPRD yang dihadiri sekurang-kurangnya 3/4 (tiga perempat) dari jumlah anggota DPRD;

b. putusan diambil dengan persetujuan minimal 2/3 (dua pertiga) dari jumlah anggota DPRD yang hadir.

Page 113: Sinergitas legislatif dan eksekutif

113

Lanjutan…Lanjutan…

Pasal 77

(1) DPRD memutuskan menerima atau menolak usul hak angket sebagaimana dimaksud dalam Pasal 73 ayat (1);

(2) Dalam hal DPRD menerima usul hak angket sebagaimana dimaksud pada ayat (1), DPRD membentuk Panitia Angket yang terdiri atas semua unsur fraksi DPRD dengan Keputusan DPRD;

(3) Dalam hal DPRD menolak usul hak angket sebagaimana dimaksud pada ayat (1), usul tersebut tidak dapat diajukan kembali.

Pasal 77

(1) DPRD memutuskan menerima atau menolak usul hak angket sebagaimana dimaksud dalam Pasal 73 ayat (1);

(2) Dalam hal DPRD menerima usul hak angket sebagaimana dimaksud pada ayat (1), DPRD membentuk Panitia Angket yang terdiri atas semua unsur fraksi DPRD dengan Keputusan DPRD;

(3) Dalam hal DPRD menolak usul hak angket sebagaimana dimaksud pada ayat (1), usul tersebut tidak dapat diajukan kembali.

Page 114: Sinergitas legislatif dan eksekutif

114

Lanjutan…Lanjutan… Pasal 78

(1) Panitia Angket dapat memanggil pejabat pemda, badan hukum, atau warga masyarakat daerah yang dianggap mengetahui masalah yang diselidiki untuk memberikan keterangan;

(2) Pejabat pemerintah daerah, badan hukum, atau warga masyarakat di daerah yang dipanggil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memenuhi panggilan DPRD, kecuali ada alasan yang sah;

(3) Dalam hal pejabat pemerintah daerah, badan hukum, atau warga masyarakat di daerah telah dipanggil dengan patut secara berturut-turut tidak memenuhi panggilan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), DPRD dapat memanggil secara paksa dengan bantuan Kepolisian Negara Republik Indonesia;

Pasal 78(1) Panitia Angket dapat memanggil pejabat

pemda, badan hukum, atau warga masyarakat daerah yang dianggap mengetahui masalah yang diselidiki untuk memberikan keterangan;

(2) Pejabat pemerintah daerah, badan hukum, atau warga masyarakat di daerah yang dipanggil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memenuhi panggilan DPRD, kecuali ada alasan yang sah;

(3) Dalam hal pejabat pemerintah daerah, badan hukum, atau warga masyarakat di daerah telah dipanggil dengan patut secara berturut-turut tidak memenuhi panggilan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), DPRD dapat memanggil secara paksa dengan bantuan Kepolisian Negara Republik Indonesia;

Page 115: Sinergitas legislatif dan eksekutif

115

Lanjutan…Lanjutan…

Pasal 79

Panitia Angket melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada Rapat Paripurna DPRD paling lama 60 (enam puluh) hari sejak dibentuknya Panitia Angket.

Pasal 80

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan Hak Angket diatur dengan Keputusan DPRD tentang Tata Cara Pelaksanaan Hak Interpelasi, Hak Angket dan Hak Bertanya.

Pasal 79

Panitia Angket melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada Rapat Paripurna DPRD paling lama 60 (enam puluh) hari sejak dibentuknya Panitia Angket.

Pasal 80

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan Hak Angket diatur dengan Keputusan DPRD tentang Tata Cara Pelaksanaan Hak Interpelasi, Hak Angket dan Hak Bertanya.

Page 116: Sinergitas legislatif dan eksekutif

116

Bagian Ketiga Hak Menyatakan Pendapat

Pasal 81(1) Hak menyatakan pendapat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1) huruf c diusulkan oleh paling sedikit 8 (delapan) orang anggota DPRD dan lebih dari 1 (satu) fraksi dan diajukan kepada Pimpinan DPRD;

(2) Usul sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi hak menyatakan pendapat DPRD apabila:

a. mendapat persetujuan dari Rapat Paripurna DPRD yang dihadiri sekurang-kurangnya 3/4 (tiga perempat)

dari jumlah anggota DPRD; dan

b.keputusan diambil dengan persetujuan minimal 2/3 (dua pertiga) dari jumlah anggota DPRD yang hadir.

Bagian Ketiga Hak Menyatakan Pendapat

Pasal 81(1) Hak menyatakan pendapat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1) huruf c diusulkan oleh paling sedikit 8 (delapan) orang anggota DPRD dan lebih dari 1 (satu) fraksi dan diajukan kepada Pimpinan DPRD;

(2) Usul sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi hak menyatakan pendapat DPRD apabila:

a. mendapat persetujuan dari Rapat Paripurna DPRD yang dihadiri sekurang-kurangnya 3/4 (tiga perempat)

dari jumlah anggota DPRD; dan

b.keputusan diambil dengan persetujuan minimal 2/3 (dua pertiga) dari jumlah anggota DPRD yang hadir.

Page 117: Sinergitas legislatif dan eksekutif

117

BAB XI PELAKSANAAN HAK ANGGOTA

Bagian Kesatu Hak Imunitas

Pasal 83

(1) Anggota DPRD mempunyai hak imunitas;

(2) Anggota DPRD tidak dapat dituntut di depan pengadilan karena pernyataan, pertanyaan, dan/atau pendapat yang dikemukakannya baik secara lisan maupun tertulis di dalam rapat DPRD ataupun di luar rapat DPRD yang berkaitan dengan fungsi serta tugas dan wewenang DPRD;

BAB XI PELAKSANAAN HAK ANGGOTA

Bagian Kesatu Hak Imunitas

Pasal 83

(1) Anggota DPRD mempunyai hak imunitas;

(2) Anggota DPRD tidak dapat dituntut di depan pengadilan karena pernyataan, pertanyaan, dan/atau pendapat yang dikemukakannya baik secara lisan maupun tertulis di dalam rapat DPRD ataupun di luar rapat DPRD yang berkaitan dengan fungsi serta tugas dan wewenang DPRD;

Page 118: Sinergitas legislatif dan eksekutif

118

(3) Anggota DPRD tidak dapat diganti antarwaktu karena pernyataan, pertanyaan, dan/atau pendapat yang dikemukakannya baik di dalam rapat DPRD maupun di luar rapat DPRD yang berkaitan dengan fungsi serta tugas dan wewenang DPRD;

(4) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku dalam hal anggota yang bersangkutan mengumumkan materi yang telah disepakati dalam rapat tertutup untuk dirahasiakan atau hal lain yang dimaksud dalam ketentuan mengenai rahasia negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

(3) Anggota DPRD tidak dapat diganti antarwaktu karena pernyataan, pertanyaan, dan/atau pendapat yang dikemukakannya baik di dalam rapat DPRD maupun di luar rapat DPRD yang berkaitan dengan fungsi serta tugas dan wewenang DPRD;

(4) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku dalam hal anggota yang bersangkutan mengumumkan materi yang telah disepakati dalam rapat tertutup untuk dirahasiakan atau hal lain yang dimaksud dalam ketentuan mengenai rahasia negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

Lanjutan…Lanjutan…

Page 119: Sinergitas legislatif dan eksekutif

119

Bagian Kedua Hak Protokoler

Pasal 84

1) Pimpinan dan anggota DPRD mempunyai hak protokoler;

2) Hak protokoler sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Pemerintah.

Bagian Kedua Hak Protokoler

Pasal 84

1) Pimpinan dan anggota DPRD mempunyai hak protokoler;

2) Hak protokoler sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Pemerintah.

Page 120: Sinergitas legislatif dan eksekutif

120

Bagian Ketiga Hak Keuangan dan Administratif

Pasal 85

(1) Pimpinan dan anggota DPRD mempunyai hak keuangan dan administratif;

(2) Hak keuangan dan administratif pimpinan dan anggota DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah;

(3) Dalam menjalankan tugas dan wewenangnya, pimpinan dan anggota DPRD berhak memperoleh tunjangan yang besarannya disesuaikan dengan kemampuan keuangan daerah;

(4) Pengelolaan keuangan dan tunjangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan oleh Sekretariat DPRD sesuai dengan Peraturan Pemerintah.

Bagian Ketiga Hak Keuangan dan Administratif

Pasal 85

(1) Pimpinan dan anggota DPRD mempunyai hak keuangan dan administratif;

(2) Hak keuangan dan administratif pimpinan dan anggota DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah;

(3) Dalam menjalankan tugas dan wewenangnya, pimpinan dan anggota DPRD berhak memperoleh tunjangan yang besarannya disesuaikan dengan kemampuan keuangan daerah;

(4) Pengelolaan keuangan dan tunjangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan oleh Sekretariat DPRD sesuai dengan Peraturan Pemerintah.

Page 121: Sinergitas legislatif dan eksekutif

BAB XIII TATA TERTIB DAN KODE ETIK

Bagian Kesatu Tata Tertib Pasal 122

(1) Tata Tertib DPRD ditetapkan oleh DPRD dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan;

(2) Tata tertib sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku di lingkungan internal DPRD setempat.

BAB XIII TATA TERTIB DAN KODE ETIK

Bagian Kesatu Tata Tertib Pasal 122

(1) Tata Tertib DPRD ditetapkan oleh DPRD dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan;

(2) Tata tertib sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku di lingkungan internal DPRD setempat.

Page 122: Sinergitas legislatif dan eksekutif

122

1.1. Pemilihan dan penetapan pimpinan;Pemilihan dan penetapan pimpinan;2.2. PPengucapan sumpah/janji;engucapan sumpah/janji;3.3. Pemberhentian dan penggantian Pemberhentian dan penggantian pimpinan;pimpinan;4.4. PPenyelenggaraan sidang/rapat;enyelenggaraan sidang/rapat;5.5. Pelaksanaan fungsi, tugas dan Pelaksanaan fungsi, tugas dan wewenang lembaga, wewenang lembaga,

serta hak dan kewajiban anggota;serta hak dan kewajiban anggota;6.6. Penggantian antar waktu anggota;Penggantian antar waktu anggota;7.7. Pembentukan, susunan, tugas dan Pembentukan, susunan, tugas dan wewenang serta wewenang serta

kewajiban alat-alat kelengkapan;kewajiban alat-alat kelengkapan;8.8. Rapat dan pembuatan keputusan;Rapat dan pembuatan keputusan;9.9. Pelaksanaan konsultasi antara legislatif Pelaksanaan konsultasi antara legislatif dan dan eksekutif;eksekutif;10.10. Penerimaan pengaduan dan Penerimaan pengaduan dan penyaluran aspirasi penyaluran aspirasi

masyarakat;masyarakat;11.11. Penyelidikan, verifikasi, dan Penyelidikan, verifikasi, dan pengambilan putusan pengambilan putusan

oleh Badan Kehormatan Dewan;   oleh Badan Kehormatan Dewan;   12.12. Pengaturan protokoler dan kode etik; Pengaturan protokoler dan kode etik; dandan13.13. Pelaksanaan tugas kelompok Pelaksanaan tugas kelompok pakar/ahli.pakar/ahli.

Page 123: Sinergitas legislatif dan eksekutif

123

1.1. KONSIDERANS DAN BATANG TUBUH; KONSIDERANS DAN BATANG TUBUH;

2.2. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL;PENJELASAN PASAL DEMI PASAL;

3.3. LAMPIRAN (DALAM BENTUK BAGAN, CHART DAN LAMPIRAN (DALAM BENTUK BAGAN, CHART DAN MATRIKS). MATRIKS).

Catatan: Penjelasan pasal demi pasal dan Lampiran diperlukan untuk menguraikan secara rinci berbagai klausul yang membutuhkan informasi

tambahan dalam rangka menghindarkan tafsir ganda.

Page 124: Sinergitas legislatif dan eksekutif

124

MPR, DPR, DPD, DPRD MPR, DPR, DPD, DPRD PProvinsi, dan DPRD rovinsi, dan DPRD KKabupaten/abupaten/KKota ota wajib menyusunwajib menyusun KKode ode EEtiktik;;

Kode Etik Kode Etik berisi norma yang harus dipatuhi oleh berisi norma yang harus dipatuhi oleh setiap anggota selama menjalankan tugasnya untuk setiap anggota selama menjalankan tugasnya untuk menjaga martabat, kehormatan, citra, dan menjaga martabat, kehormatan, citra, dan kredibilitas kredibilitas lembaga;lembaga;

Kode Kode EEtik juga tik juga harus harus memuat memuat jenis sanksi jenis sanksi dan dan mekanisme penegakan kode etikmekanisme penegakan kode etik yang ditetapkan yang ditetapkan oleh masing-masing lembagaoleh masing-masing lembaga;;

Kode Etik yang baik adalah Kode Etik yang disusun Kode Etik yang baik adalah Kode Etik yang disusun rinci, sesuai dengan standar pelaksanaan seluruh rinci, sesuai dengan standar pelaksanaan seluruh fungsi lembaga;fungsi lembaga;

Kode Etik yang rinci akan memungkinkan Kode Etik yang rinci akan memungkinkan ditegakkannya disiplin secara obyektif dan ditegakkannya disiplin secara obyektif dan mencegah terjadinya penetapan sanksi secara mencegah terjadinya penetapan sanksi secara subyektifsubyektif..

Page 125: Sinergitas legislatif dan eksekutif

125

Bagian Kedua Bagian Kedua Kode EtikKode EtikPasal 123Pasal 123

(1)(1) DPRD menyusun Kode Etik yang berisi norma yang DPRD menyusun Kode Etik yang berisi norma yang wajib wajib dipatuhi oleh setiap anggota selama dipatuhi oleh setiap anggota selama menjalankan tugasnya menjalankan tugasnya untuk menjaga martabat, untuk menjaga martabat, kehormatan, citra, dan kehormatan, citra, dan kredibilitas DPRD;kredibilitas DPRD;

(2)(2) Kode Etik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Kode Etik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat memuat sekurang-kurangnya:sekurang-kurangnya:

a.a. Pengertian dan Tujuan Kode Etik;Pengertian dan Tujuan Kode Etik;b.b. Pengaturan sikap, tata kerja, dan tata Pengaturan sikap, tata kerja, dan tata hubungan antar hubungan antar penyelenggara Pemerintah penyelenggara Pemerintah Daerah dan antar Daerah dan antar anggota DPRD dan pihak anggota DPRD dan pihak lain;lain;c. c. Hal baik dan pantas dilakukan oleh anggota Hal baik dan pantas dilakukan oleh anggota DPRD;DPRD;d.d. Etika dalam penyampaian pendapat, Etika dalam penyampaian pendapat, tanggapan, jawaban, tanggapan, jawaban, sanggahan; dansanggahan; dane. Sanksi dan rehabilitasi.e. Sanksi dan rehabilitasi.

Lanjutan…Lanjutan…

Page 126: Sinergitas legislatif dan eksekutif

126

Pasal 124Pasal 124(1)(1) Kode Etik bertujuan untuk menjaga martabat, Kode Etik bertujuan untuk menjaga martabat,

kehormatan, citra dan kredibilitas anggota kehormatan, citra dan kredibilitas anggota DPRD dalam melaksanakan tugas, wewenang DPRD dalam melaksanakan tugas, wewenang dan kewajiban serta tanggungjawabnya kepada dan kewajiban serta tanggungjawabnya kepada pemilih, masyarakat dan negara.pemilih, masyarakat dan negara.

(2) (2) Anggota DPRD wajib bertaqwa kepada Anggota DPRD wajib bertaqwa kepada Tuhan Yang maha Esa, berjiwa Pancasila, taat Tuhan Yang maha Esa, berjiwa Pancasila, taat kepada Undang-Undang Dasar Negara Republik kepada Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan peraturan Indonesia Tahun 1945 dan peraturan perundang-undangan, berintegritas tinggi, jujur, perundang-undangan, berintegritas tinggi, jujur, dengan senantiasa menegakkan kebenaran dan dengan senantiasa menegakkan kebenaran dan keadilan, menjunjung tinggi demokrasi dan hak keadilan, menjunjung tinggi demokrasi dan hak asasi manusia, mengemban amanat penderitaan asasi manusia, mengemban amanat penderitaan rakyat, mematuhi peraturan Tata Tertib DPRD, rakyat, mematuhi peraturan Tata Tertib DPRD, menunjukkan profesionalisme sebagai anggota menunjukkan profesionalisme sebagai anggota DPRD dan DPRD dan selalu berupaya meningkatkan selalu berupaya meningkatkan kualitas dan kinerjanya.kualitas dan kinerjanya.

Lanjutan…Lanjutan…

Page 127: Sinergitas legislatif dan eksekutif

127

Pasal 126Pasal 126

(1)(1)Anggota DPRD bertanggungjawab mengemban Anggota DPRD bertanggungjawab mengemban amanat penderitaan rakyat, melaksanakan amanat penderitaan rakyat, melaksanakan tugasnya secara adil, mematuhi hukum, tugasnya secara adil, mematuhi hukum, menghormati keberadaan lembaga DPRD menghormati keberadaan lembaga DPRD melaksanakan tugas dan wewenang yang melaksanakan tugas dan wewenang yang diberikan kepadanya demi kepentingan dan diberikan kepadanya demi kepentingan dan kesejahteraan rakyat, serta mempertahankan kesejahteraan rakyat, serta mempertahankan keutuhan bangsa dan kedaulatan Negara;keutuhan bangsa dan kedaulatan Negara;

(2)(2)Anggota DPRD bertanggungjawab Anggota DPRD bertanggungjawab menyampaikan dan memperjuangkan aspirasi menyampaikan dan memperjuangkan aspirasi rakyat kepada pemerintah, lembaga atau rakyat kepada pemerintah, lembaga atau pihak yang terkait secara adil tanpa pihak yang terkait secara adil tanpa memandang suku, agama, ras, golongan dan memandang suku, agama, ras, golongan dan gender.gender.

Lanjutan…Lanjutan…

Page 128: Sinergitas legislatif dan eksekutif

128

Pasal 127Pasal 127

(1) (1) Pernyataan yang disampaikan dalam rapat Pernyataan yang disampaikan dalam rapat adalah pernyataan dalam kapasitas sebagai adalah pernyataan dalam kapasitas sebagai anggota DPRD, pimpinan masing-masing alat anggota DPRD, pimpinan masing-masing alat kelengkapan atau Pimpinan DPRD;kelengkapan atau Pimpinan DPRD;

(2)(2) Pernyataan di luar sebagaimana dimaksud Pernyataan di luar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dianggap sebagai pernyataan pada ayat (1) dianggap sebagai pernyataan pribadi;pribadi;

(3)(3) Anggota DPRD yang tidak menghadiri rapat Anggota DPRD yang tidak menghadiri rapat dilarang menyampaikan hasil rapat dengan dilarang menyampaikan hasil rapat dengan mengatasnamakan anggota DPRD kepada mengatasnamakan anggota DPRD kepada pihak lain.pihak lain.

Lanjutan…Lanjutan…

Page 129: Sinergitas legislatif dan eksekutif

129

Pasal 128Pasal 128(1)(1) Anggota DPRD harus mengutamakan Anggota DPRD harus mengutamakan

tugasnya dengan cara menghadiri secara tugasnya dengan cara menghadiri secara fisik setiap rapat; fisik setiap rapat;

(2)(2) Ketidakhadiran secara fisik sebanyak Ketidakhadiran secara fisik sebanyak tiga kalitiga kali berturut-turut dalam rapat berturut-turut dalam rapat sejenis tanpa izin Pimpinan Fraksi, sejenis tanpa izin Pimpinan Fraksi, merupakan suatu pelanggaran yang dapat merupakan suatu pelanggaran yang dapat diberikan teguran tertulis;diberikan teguran tertulis;

(3)(3) Ketidakhadiran anggota DPRD secara fisik Ketidakhadiran anggota DPRD secara fisik selama selama tiga bulan berturut-turuttiga bulan berturut-turut tanpa tanpa keterangan apapun dalam kegiatan rapat-keterangan apapun dalam kegiatan rapat-rapat DPRD merupakan pelanggaran Kode rapat DPRD merupakan pelanggaran Kode Etik yang dapat diberhentikan sebagai Etik yang dapat diberhentikan sebagai anggota DPRD;anggota DPRD;

(4)(4) Anggota DPRD wajib menjaga tata tertib dan Anggota DPRD wajib menjaga tata tertib dan bersikap santun. bersikap santun.

Lanjutan…Lanjutan…

Page 130: Sinergitas legislatif dan eksekutif

130

Pasal 130Pasal 130(1)(1) Anggota DPRD melakukan perjalanan dinas di Anggota DPRD melakukan perjalanan dinas di

dalam negeri dengan biaya APBD sesuai dalam negeri dengan biaya APBD sesuai ketentuan peraturan perundangan;ketentuan peraturan perundangan;

(2) (2) Anggota DPRD tidak diperbolehkan Anggota DPRD tidak diperbolehkan menggunakan fasilitas perjalanan dinas menggunakan fasilitas perjalanan dinas untuk kepentingan diluar tugas DPRD;untuk kepentingan diluar tugas DPRD;

(3)(3) Perjalanan dinas dilakukan dengan Perjalanan dinas dilakukan dengan menggunakan anggaran yang tersedia;menggunakan anggaran yang tersedia;

(4)(4) Anggota DPRD tidak diperbolehkan membawa Anggota DPRD tidak diperbolehkan membawa keluarga dalam suatu perjalanan dinas dengan keluarga dalam suatu perjalanan dinas dengan menggunakan fasilitas yang dibiayai oleh menggunakan fasilitas yang dibiayai oleh APBD;APBD;

(5)(5) Dalam hal perjalanan dinas atas biaya Dalam hal perjalanan dinas atas biaya pengundang harus mendapat izin tertulis dari pengundang harus mendapat izin tertulis dari Pimpinan DPRD;Pimpinan DPRD;

(6)(6) Anggota DPRD yang melakukan perjalanan Anggota DPRD yang melakukan perjalanan dinas ke luar negeri dengan anggaran dinas ke luar negeri dengan anggaran yang tersedia wajib memperoleh izin tertulis yang tersedia wajib memperoleh izin tertulis dari Gubernur.dari Gubernur.

Lanjutan…Lanjutan…

Page 131: Sinergitas legislatif dan eksekutif

131

BAB XIV BAB XIV KUNJUNGAN KERJAKUNJUNGAN KERJA

Pasal 139Pasal 1391)1) Anggota DPRD dapat melakukan kunjungan Anggota DPRD dapat melakukan kunjungan

kerja dalam daerah/keluar daerah maupun ke kerja dalam daerah/keluar daerah maupun ke luar negeri;luar negeri;

2)2) Kunjungan kerja disesuaikan dengan kebutuhan Kunjungan kerja disesuaikan dengan kebutuhan dan kepentingan pelaksanaan tugas, fungsi dan dan kepentingan pelaksanaan tugas, fungsi dan wewenang DPRD;wewenang DPRD;

3)3) Kunjungan kerja dalam daerah dan keluar Kunjungan kerja dalam daerah dan keluar daerah harus dengan persetujuan Pimpinan daerah harus dengan persetujuan Pimpinan DPRD;DPRD;

4)4) Kunjungan kerja ke luar negeri harus dengan Kunjungan kerja ke luar negeri harus dengan persetujuan Pimpinan DPRD dan wajib persetujuan Pimpinan DPRD dan wajib memperoleh izin tertulis dari Gubernur;memperoleh izin tertulis dari Gubernur;

5)5) Anggota DPRD yang melakukan Kunjungan Kerja Anggota DPRD yang melakukan Kunjungan Kerja wajib menyampaikan laporan tertulis kepada wajib menyampaikan laporan tertulis kepada Pimpinan DPRD selambat-lambatnya 7 (tujuh) Pimpinan DPRD selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari setelah kunjungan kerja tersebut selesai.hari setelah kunjungan kerja tersebut selesai.

Page 132: Sinergitas legislatif dan eksekutif

132

Pimpinan DPRD Kab/Kota Pimpinan DPRD Kab/Kota berhenti berhenti dari jabatannya dari jabatannya karena:karena:1.1. MMeninggal dunia;eninggal dunia;2.2. Mengundurkan diri; atauMengundurkan diri; atau3.3. Diberhentikan.Diberhentikan.

Pimpinan DPRPimpinan DPRD Kab/KotaD Kab/Kota diberhentikandiberhentikan apabila: apabila: 1.1. Tidak dapat melaksanakan tugas secara Tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berkelanjutan atau

berhalangan tetap sebagai pimpinan DPRberhalangan tetap sebagai pimpinan DPRD D Kab/KotaKab/Kota selama selama 3 bulan berturut-turut;3 bulan berturut-turut;2.2. Melanggar sumpah/janji jabatan dan Melanggar sumpah/janji jabatan dan Kode Etik DPRKode Etik DPRD D Kab/KotaKab/Kota berdasarkan hasil berdasarkan hasil pemeriksaan BK - DPRD Kab/ pemeriksaan BK - DPRD Kab/ Kota; Kota; 3.3. Dinyatakan bersalah berdasarkan putusan Dinyatakan bersalah berdasarkan putusan pengadilan yang pengadilan yang telah memperoleh kekuatan telah memperoleh kekuatan hukum tetap, karena melakukan hukum tetap, karena melakukan tindak pidana tindak pidana dengan ancaman hukuman 5 tahun penjara dengan ancaman hukuman 5 tahun penjara atau atau lebih; lebih; 4.4. Ditarik keanggotaannya sebagai anggota Ditarik keanggotaannya sebagai anggota DPRDPRD Kab/KotaD Kab/Kota oleh partai politiknya; oleh partai politiknya; 5.5. Diusulkan oleh partai politiknya sesuai Diusulkan oleh partai politiknya sesuai dengan per-uu-an; dengan per-uu-an; 6.6. Diberhentikan sebagai anggota partai Diberhentikan sebagai anggota partai politik.politik.

Page 133: Sinergitas legislatif dan eksekutif

133

Dalam hal salah seorang pimpinan DPRD Kab/Kota Dalam hal salah seorang pimpinan DPRD Kab/Kota diberhentikan dari jabatannya, para anggota pimpinan diberhentikan dari jabatannya, para anggota pimpinan lainnya menetapkan salah seorang diantara para anggota lainnya menetapkan salah seorang diantara para anggota pimpinan melaksanakan tugas pimpinan yang pimpinan melaksanakan tugas pimpinan yang diberhentikan sampai ditetapkannya pimpinan pengganti diberhentikan sampai ditetapkannya pimpinan pengganti yang definitif. yang definitif.

Dalam hal salah seorang pimpinan DPRD Kab/Kota Dalam hal salah seorang pimpinan DPRD Kab/Kota diberhentikan dari jabatannya, diberhentikan dari jabatannya, penggantinya berasal dari penggantinya berasal dari fraksi yang sama.fraksi yang sama.

Dalam hal pimpinan DPRD Kab/Kota dinyatakan sebagai Dalam hal pimpinan DPRD Kab/Kota dinyatakan sebagai terdakwa karena melakukan tindak pidana yang diancam terdakwa karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih, tidak dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih, tidak diperbolehkan melaksanakan tugas-tugas sebagai diperbolehkan melaksanakan tugas-tugas sebagai pimpinan DPRD Kab/Kota. pimpinan DPRD Kab/Kota.

Dalam hal pimpinan DPRD Kab/Kota tidak terbukti telah Dalam hal pimpinan DPRD Kab/Kota tidak terbukti telah melakukan tindak pidana berdasarkan putusan melakukan tindak pidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, dan dinyatakan bebas dari segala tuntutan hukum, tetap, dan dinyatakan bebas dari segala tuntutan hukum, maka pimpinan DPRD Kab/Kota yang bersangkutan maka pimpinan DPRD Kab/Kota yang bersangkutan melaksanakan kembali tugasnya sebagai pimpinan DPRD melaksanakan kembali tugasnya sebagai pimpinan DPRD Kab/Kota.Kab/Kota.

Lanjutan…Lanjutan…

Page 134: Sinergitas legislatif dan eksekutif

134

Anggota DPR, DPD, DPRD Anggota DPR, DPD, DPRD PProvinsi, dan DPRD rovinsi, dan DPRD KKabupaten/abupaten/KKota diberhentikan sementara karena:ota diberhentikan sementara karena:1.1. menjadi menjadi terdakwa terdakwa dalam dalam perkara perkara tindak pidana umum tindak pidana umum

yang diancam dgn pidana penjara 5 tahun yang diancam dgn pidana penjara 5 tahun atau lebih;atau lebih;2.2. menjadi terdakwa dlm perkara tindak menjadi terdakwa dlm perkara tindak pidana khusus.pidana khusus.

Dalam hal terbukti bersalah, yang bersangkutan Dalam hal terbukti bersalah, yang bersangkutan diberhentikan.diberhentikan.

Dalam hal tidak terbuktiDalam hal tidak terbukti bersalah bersalah, yang , yang bersangkutan diaktifkan kembali.bersangkutan diaktifkan kembali.

Anggota yang diberhentikan sementara, hak Anggota yang diberhentikan sementara, hak keuangannya tidak diberikankeuangannya tidak diberikan, , kecuali uang kecuali uang representasi.representasi.

Pemberhentian tetap Pemberhentian tetap berlaku terhitung mulai berlaku terhitung mulai tanggal putusan pengadilan yang telah tanggal putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.memperoleh kekuatan hukum tetap.

Page 135: Sinergitas legislatif dan eksekutif

135

Anggota DPR, DPD, dan DPRD Anggota DPR, DPD, dan DPRD berhentiberhenti antarwaktu karena:antarwaktu karena:1.1. Meninggal dunia;Meninggal dunia;2.2. Mengundurkan diri; atauMengundurkan diri; atau3.3. Diberhentikan.Diberhentikan.

Anggota DPR, DPD, dan DPRD Anggota DPR, DPD, dan DPRD diberhentikandiberhentikan antarwaktu, apabila:antarwaktu, apabila:1.1. Tidak dapat melaksanakan tugas Tidak dapat melaksanakan tugas secara secara berkelanjutan berkelanjutan atau berhalangan atau berhalangan tetap selama 3 tetap selama 3 bulan berturut-turut;bulan berturut-turut;2.2. melanggar sumpah/janji melanggar sumpah/janji jabatan dan jabatan dan kode etik berdasarkan kode etik berdasarkan hasil pemeriksaan hasil pemeriksaan Badan Badan Kehormatan;Kehormatan;

Page 136: Sinergitas legislatif dan eksekutif

136

3.3. Dinyatakan bersalah berdasarkan Dinyatakan bersalah berdasarkan putusan putusan pengadilan yang telah memperoleh pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum kekuatan hukum tetap, karena melakukan tetap, karena melakukan tindak pidana dengan tindak pidana dengan ancaman hukuman 5 ancaman hukuman 5 (lima) tahun penjara atau lebih;(lima) tahun penjara atau lebih;4.4. Tidak menghadiri rapat paripurna Tidak menghadiri rapat paripurna dan/atau rapat dan/atau rapat alat kelengkapan, yang alat kelengkapan, yang menjadi tugas dan menjadi tugas dan kewajibannya selama 6 kewajibannya selama 6 kali (DPR & DPD) dan 3 kali kali (DPR & DPD) dan 3 kali (DPRD Provinsi (DPRD Provinsi & & Kab/Kota) berturut-turut tanpa Kab/Kota) berturut-turut tanpa alasan yang alasan yang sah;sah;5.5. Diusulkan oleh parpolnyaDiusulkan oleh parpolnya sesuai dengan sesuai dengan

per-uu-an; per-uu-an; 6.6. Tidak lagi memenuhi syarat sesuai dengan Tidak lagi memenuhi syarat sesuai dengan

per-uu-an per-uu-an di bidang pemilihan umum; di bidang pemilihan umum; 7.7. Melanggar ketentuan larangan rangkap Melanggar ketentuan larangan rangkap

jabatan; atau jabatan; atau diberhentikan sebagai anggota diberhentikan sebagai anggota partai politiknya.partai politiknya.

Lanjutan…Lanjutan…

Page 137: Sinergitas legislatif dan eksekutif

137

Anggota yang berhenti atau diberhentikan Anggota yang berhenti atau diberhentikan antarwaktu antarwaktu digantikan oleh digantikan oleh calon anggota yang calon anggota yang memperoleh suara terbanyak urutan berikutnya memperoleh suara terbanyak urutan berikutnya dalam daftar peringkat perolehan suara dari dalam daftar peringkat perolehan suara dari partai politik yang sama pada daerah pemilihan partai politik yang sama pada daerah pemilihan yang sama.yang sama.

Dalam hal calon anggota yang memperoleh suara Dalam hal calon anggota yang memperoleh suara terbanyak urutan berikutnya mengundurkan diri, terbanyak urutan berikutnya mengundurkan diri, meninggal dunia, atau diberhentikan, digantikan meninggal dunia, atau diberhentikan, digantikan oleh calon anggota yang memperoleh suara oleh calon anggota yang memperoleh suara terbanyak urutan berikutnya dari partai politik terbanyak urutan berikutnya dari partai politik yang sama pada daerah pemilihan yang sama.yang sama pada daerah pemilihan yang sama.

Masa jabatan anggota pengganti antarwaktu Masa jabatan anggota pengganti antarwaktu melanjutkan sisa masa jabatan anggota yang melanjutkan sisa masa jabatan anggota yang digantikannya.digantikannya.

Penggantian antarwaktu tidak dilaksanakan Penggantian antarwaktu tidak dilaksanakan apabila sisa masa jabatan yang digantikan apabila sisa masa jabatan yang digantikan kurang dari 6 (enam) bulan.kurang dari 6 (enam) bulan.

Lanjutan…Lanjutan…

Page 138: Sinergitas legislatif dan eksekutif

138

Anggota MPR, DPR, DPD, DPRD Anggota MPR, DPR, DPD, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota dilarang merangkap jabatan sebagai: dilarang merangkap jabatan sebagai:

1.1. Pejabat Negara lainnya bagi Pejabat Negara lainnya bagi anggota MPR, anggota MPR, DPR, dan DPD;DPR, dan DPD;2.2. Pejabat Negara dan pejabat Pejabat Negara dan pejabat daerah lainnya daerah lainnya bagi anggota DPRD bagi anggota DPRD Provinsi dan Kabupaten/ Provinsi dan Kabupaten/ Kota;Kota;3.3. Hakim pada badan peradilan;Hakim pada badan peradilan;4.4. PNS, anggota TNI/Polri, PNS, anggota TNI/Polri, Pegawai BUMN/ Pegawai BUMN/ BUMD dan/atau BUMD dan/atau badan lain yang anggarannya badan lain yang anggarannya bersumber bersumber dari APBN/APBD. dari APBN/APBD.

Page 139: Sinergitas legislatif dan eksekutif

139

Anggota MPR, DPR, DPD, DPRD provinsi, Anggota MPR, DPR, DPD, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota dan DPRD kabupaten/kota dilarang dilarang melakukan pekerjaan sebagai pejabat melakukan pekerjaan sebagai pejabat struktural pada lembaga pendidikan struktural pada lembaga pendidikan swasta, akuntan publik, konsultan, swasta, akuntan publik, konsultan, advokat/pengacara, notaris, dan advokat/pengacara, notaris, dan pekerjaan lain yang ada hubungannya pekerjaan lain yang ada hubungannya dengan tugas, wewenang, dan hak dengan tugas, wewenang, dan hak sebagai anggota MPR, DPR, DPD, DPRD sebagai anggota MPR, DPR, DPD, DPRD PProvinsi, dan DPRD rovinsi, dan DPRD KKabupaten/abupaten/KKota.ota.

Anggota MPR, DPR, DPD, DPRD Anggota MPR, DPR, DPD, DPRD PProvinsi, rovinsi, dan DPRD dan DPRD KKabupaten/abupaten/KKota dilarang ota dilarang melakukan korupsi, kolusi, dan melakukan korupsi, kolusi, dan nepotisme, serta menerima gratifikasi.nepotisme, serta menerima gratifikasi.

Lanjutan…Lanjutan…

Page 140: Sinergitas legislatif dan eksekutif

140

Page 141: Sinergitas legislatif dan eksekutif

141

BAB XVIIIBAB XVIIISISTEM PENDUKUNGSISTEM PENDUKUNG

Bagian Kesatu Bagian Kesatu Sekretariat DPRDSekretariat DPRD

Pasal 154Pasal 154

(1)(1) Untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas dan Untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas dan wewenang DPRD, dibentuk Sekretariat DPRD yang wewenang DPRD, dibentuk Sekretariat DPRD yang susunan organisasi dan tata kerjanya ditetapkan susunan organisasi dan tata kerjanya ditetapkan dengan peraturan daerah sesuai dengan peraturan dengan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan; perundang-undangan;

(2)(2) Sekretariat DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat Sekretariat DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipimpin oleh seorang Sekretaris DPRD yang (1) dipimpin oleh seorang Sekretaris DPRD yang diangkat dan diberhentikan dengan keputusan diangkat dan diberhentikan dengan keputusan bupati/walikota atas persetujuan Pimpinan DPRD;bupati/walikota atas persetujuan Pimpinan DPRD;

(3)(3) Sekretaris DPRD dan pegawai Sekretariat DPRD Sekretaris DPRD dan pegawai Sekretariat DPRD berasal dari pegawai negeri sipil; berasal dari pegawai negeri sipil;

(4)(4) Sekretaris DPRD mempunyai tugas dan Sekretaris DPRD mempunyai tugas dan bertanggungjawab atas seluruh aspek administrasi bertanggungjawab atas seluruh aspek administrasi perkantoran, perencanaan program dan perkantoran, perencanaan program dan penganggaran, penatausahaan anggaran serta penganggaran, penatausahaan anggaran serta penyusunan laporan kinerja dan akuntansi keuangan penyusunan laporan kinerja dan akuntansi keuangan DPRD.DPRD.

Page 142: Sinergitas legislatif dan eksekutif

142

1. MEMPERSIAPKAN DRAFT KREATIF DAN NORMATIF:

a. Kode Etik dan Kehormatan Anggota DPRD; b. Tata Tertib DPRD;c. Badan Kehormatan;d. Skenario dan alternatif rekrument tenaga ahli:

1) yang akan dipekerjakan sepanjang tahun untuk mendampingi setiap Komisi;

2) on-call, yang diperlukan sewaktu-waktu sesuai kebutuhan.

2. MENYIAPKAN SKENARIO PEMBENTUKAN MEKANISME HUBUNGAN KERJA KEMITRAAN ANTARA KOMISI DENGAN SKPD PASANGAN KERJA;

Page 143: Sinergitas legislatif dan eksekutif

143

3. MEMPERSIAPKAN SELURUH KEBUTUHAN ADMINISTRATIF DAN ANGGARAN YANG DIPERLUKAN UNTUK PELAKSANAAN:

a. Tugas, kewajiban dan hak-hak Pimpinan; b. Tugas, kewajiban dan hak-hak DPRD sebagai lembaga;c. Tugas, kewajiban dan hak-hak anggota;d. Kemungkinan terjadinya PAW secara mendadak;e. Pemilihan pimpinan sementara, pelantikan pimpinan definitif dan pembentukan alat-alat kelengkapan dewan;f. Dalam tahun anggaran 2010, perlu disiapkan anggaran kegiatan laporan kinerja pertanggungjawaban DPRD kepada konstituen.

4. MENDALAMI PP NO. 60 TAHUN 2008 TENTANG SPI DAN MENYUSUN DRAFT SKENARIO KEPUTUSAN DPRD TENTANG MANAJEMEN RISIKO;

5. MENYIAPKAN SKENARIO RESES YANG SIMULTAN DENGAN PELAKSANAAN MUSRENBANG BERJENJANG DALAM RANGKA MENDEKATKAN ANGGOTA DPRD DENGAN KONSTITUEN DI DAPIL MASING-MASING.

Lanjutan…Lanjutan…

Page 144: Sinergitas legislatif dan eksekutif

144

Bagian Kedua Kelompok Pakar/Tenaga Ahli

Paragraf Kesatu Tenaga Ahli Alat Kelengkapan

Pasal 155

(1) Dalam rangka melaksanakan tugas dan wewenang DPRD, dibentuk kelompok pakar atau tenaga ahli ahli;

(2) Kelompok pakar atau tenaga ahli bekerja sesuai dengan pengelompokan tugas dan wewenang DPRD yang tercermin dalam alat-alat kelengkapan DPRD;

(3) Tenaga ahli untuk alat kelengkapan ditentukan dengan kriteria sebagai berikut:

Page 145: Sinergitas legislatif dan eksekutif

145

a. Seorang tenaga ahli bidang hukum pidana, dengan tugas membantu Komisi I, Badan Legislasi, Badan Kehormatan dan seluruh aspek hukum pidana yang melekat di dalam tugas dan fungsi alat-alat kelengkapan DPRD lainnya;

b. Seorang tenaga ahli bidang hukum tata pemerintahan, dengan tugas membantu Komisi II, Badan Legislasi, Badan Kehormatan dan seluruh aspek hukum tata pemerintahan yang akan melekat di dalam keseluruhan tugas alat-alat kelengkapan DPRD lainnya;

Lanjutan…Lanjutan…

Page 146: Sinergitas legislatif dan eksekutif

146

c. Seorang tenaga ahli bidang perencanaan program dan penganggaran, dengan tugas, kewajiban dan tanggungjawab membantu Komisi III, Badan Anggaran, dan seluruh aspek perencanaan program dan penganggaran yang

melekat di dalam keseluruhan tugas alat-alat kelengkapan DPRD lainnya;

d. Seorang tenaga ahli bidang penganggaran dan akuntansi, dengan tugas, kewajiban dan tanggungjawab membantu Komisi IV, Badan Anggaran dan seluruh aspek penganggaran dan akuntansi yang melekat di dalam keseluruhan tugas alat-alat kelengkapan DPRD lainnya;

Lanjutan…Lanjutan…

Page 147: Sinergitas legislatif dan eksekutif

147

(4) Jenjang dan jenis pendidikan, keahlian dan pengalaman tenaga ahli yang diperbantukan kpd alat-alat kelengkapan DPRD disepakati oleh seluruh anggota DPRD dan ditetapkan dalam Rapat Paripurna;

(5) Tenaga ahli yang diperbantukan kepada alat-alat kelengkapan DPRD wajib menyampaikan laporan kinerja pelaksanaan tugas dan tanggungjawab pada setiap akhir bulan dan akhir tahun anggaran kepada Pimpinan DPRD dan Sekretaris DPRD.

Lanjutan…Lanjutan…

Page 148: Sinergitas legislatif dan eksekutif

148

Paragraf KeduaTenaga Ahli Fraksi

Pasal 156

(1) Untuk membantu fraksi dalam melaksanakan tugas, wewenang dan tanggungjawabnya, diangkat 1 (satu) orang tenaga ahli;

(2) Tenaga ahli fraksi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) bertugas membantu fraksi dalam merumuskan konsep pemandangan umum dan pemandangan akhir fraksi atas setiap permasalahan yang sedang dilaksanakan oleh fraksi;

(3) Dalam melaksanakan tugasnya, tenaga ahli yang diperbantukan pada fraksi melakukan kegiatan sebagai berikut:

Lanjutan…Lanjutan…

Page 149: Sinergitas legislatif dan eksekutif

149

a. mendalami seluruh aturan perundangan yang menjadi landasan pelaksanaan fungsi-fungsi fraksi;

b.mendalami seluruh substansi program dan kegiatan yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah pada setiap tahun anggaran;

c. mengkaji dan mendalami substansi KUA, PPAS dan RKA-SKPD pada setiap tahun anggaran dan menyampaikan hasil kajiannya kepada Pimpinan Fraksi dalam bentuk pokok-pokok pikiran fraksi tentang KUA, PPAS dan RKA-SKPD;

d.mengkaji dan mendalami substansi LKPJ-KDH dan menyampaikan hasil kajiannya dalam bentuk konsep tentang catatan dan rekomendasi fraksi terhadap LKPJ-KDH;

Lanjutan…Lanjutan…

Page 150: Sinergitas legislatif dan eksekutif

150

e. mengkaji dan mendalami substansi rancangan peraturan daerah dan menyampaikan hasil kajiannya dalam bentuk pokok-pokok pikiran fraksi tentang rancangan peraturan daerah yang sedang dalam pembahasan;

f. menyiapkan bahan dan risalah yang diperlukan pimpinan dan anggota fraksi sebelum menghadiri rapat, rapat kerja dan kunjungan kerja;

g. membantu menyusun rumusan notulensi hasil rapat dan kunjungan kerja yang sudah dilaksanakan oleh pimpinan dan anggota fraksi.

Lanjutan…Lanjutan…

Page 151: Sinergitas legislatif dan eksekutif

151

(4) Jenjang dan jenis pendidikan, keahlian dan pengalaman tenaga ahli yang diperbantukan kepada fraksi disepakati oleh anggota dan pimpinan fraksi dan ditetapkan dalam Rapat Paripurna;

(5) Tenaga ahli yang diperbantukan kepada fraksi wajib menyampaikan laporan kinerja pelaksanaan tugas dan tanggungjawab pada setiap akhir bulan dan akhir tahun anggaran kepada Pimpinan Fraksi dan Sekretaris DPRD.

Lanjutan…Lanjutan…

Page 152: Sinergitas legislatif dan eksekutif

152

Paragraf Ketiga Administrasi Penugasan Tenaga Ahli

Pasal 157

(1) Tenaga ahli diangkat, diberhentikan dan diganti dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Tenaga ahli yang diperbantukan kepada alat-alat kelengkapan DPRD diangkat, diberhentikan dan diganti dengan Keputusan Sekretaris DPRD atas usul alat kelengkapan yang menggunakan tenaga ahli dimaksud dan dilaporkan kepada Rapat Paripurna;

b. Tenaga ahli yang diperbantukan kepada fraksi diangkat, diberhentikan dan diganti dengan Keputusan Sekretaris DPRD atas usul fraksi dan dilaporkan kepada Rapat Paripurna;

Lanjutan…Lanjutan…

Page 153: Sinergitas legislatif dan eksekutif

153

(2) Masa penugasan tenaga ahli yang diperbantukan

kepada alat-alat kelengkapan dan fraksi adalah

berdasarkan kontrak kerja selama 12 (dua

belas) bulan atau kurang dalam setiap tahun

anggaran;

(3) Untuk membantu alat-alat kelengkapan dalam

menyelesaikan tugas, fungsi dan wewenangnya,

dapat diangkat tenaga ahli on-call, yang

dikontrak untuk penugasan jangka pendek;

(4) Penugasan tenaga ahli jangka pendek

sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) pada Pasal

ini dapat berupa:

Lanjutan…Lanjutan…

Page 154: Sinergitas legislatif dan eksekutif

154

a. Penyiapan naskah akademis yang akan digunakan sebagai dasar untuk menyusun rancangan peraturan daerah usul hak inisiatif DPRD dan/atau tanggapan DPRD terhadap rancangan peraturan daerah yang disampaikan oleh kepala daerah;

b. Penyusunan risalah dan kajian tentang perencanaan dan penganggaran yang akan digunakan DPRD sebagai dasar untuk membahas KUA, PPAS, RKA-SKPD dan R-APBD;

c. Penyusunan pandangan pakar tentang issue-issue strategis daerah lainnya sesuai dengan tugas, fungsi dan wewenang DPRD;

Lanjutan…Lanjutan…

Page 155: Sinergitas legislatif dan eksekutif

155

(5) Sekretaris DPRD menyediakan ruang kerja dan peralatan kerja pendukung berupa alat-alat tulis kantor serta honorarium sesuai dengan aturan perundangan yang berlaku;

(6) Hasil evaluasi terhadap laporan kinerja tenaga ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (5) pada Pasal 154 digunakan oleh Pimpinan DPRD sebagai dasar untuk memberhentikan dan/atau memperpanjang masa penugasan tenaga ahli tersebut;

(7) Hasil evaluasi terhadap laporan kinerja tenaga ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (5) pada Pasal 155 digunakan oleh Pimpinan Fraksi sebagai dasar untuk mengusulkan pemberhentian dan/atau perpanjangan masa penugasan tenaga ahli tersebut kepada Pimpinan DPRD.

Lanjutan…Lanjutan…

Page 156: Sinergitas legislatif dan eksekutif

156

Pemanggilan, permintaan keterangan, dan Pemanggilan, permintaan keterangan, dan

penyidikan terhadap anggota harus mendapat penyidikan terhadap anggota harus mendapat

persetujuan tertulis: persetujuan tertulis:

- - MPR, DPR dan DPD dari Presiden. MPR, DPR dan DPD dari Presiden.

- DPRD Provinsi dari Menteri Dalam Negeri.- DPRD Provinsi dari Menteri Dalam Negeri.

- DPRD Kabupaten/Kota dari Gubernur.- DPRD Kabupaten/Kota dari Gubernur.

Ketentuan Ketentuan tsb tsb tidak berlaku apabila anggota MPR, tidak berlaku apabila anggota MPR,

DPR, DPD, DPRD DPR, DPD, DPRD PProvinsi, dan DPRD rovinsi, dan DPRD

KKabupaten/abupaten/KKota melakukan tindak pidana ota melakukan tindak pidana

terorisme, korupsi, dan tertangkap tangan dalam terorisme, korupsi, dan tertangkap tangan dalam

tindak pidana lainnya.tindak pidana lainnya. (Klausul Baru).

Page 157: Sinergitas legislatif dan eksekutif

157

Dalam hal anggota DPRDalam hal anggota DPRD Kab/KotaD Kab/Kota tidak tidak melaksanakan kewajibanmelaksanakan kewajiban nomor 1 s/d 3 nomor 1 s/d 3, , yang bersangkutan dapat dikenakan yang bersangkutan dapat dikenakan sanksi berupa pemberhentian sebagai sanksi berupa pemberhentian sebagai anggota DPRanggota DPRD Kab/KotaD Kab/Kota. .

Dalam hal anggota DPRDalam hal anggota DPRD Kab/KotaD Kab/Kota tidak tidak melaksanakan salah satu atau lebih melaksanakan salah satu atau lebih kewajiban kewajiban nomor 4 s/d 12nomor 4 s/d 12, yang , yang bersangkutan dapat dikenakan sanksi bersangkutan dapat dikenakan sanksi berupa pemberhentian sementara berupa pemberhentian sementara sebagai anggota DPRsebagai anggota DPRD Kab/KotaD Kab/Kota..

Page 158: Sinergitas legislatif dan eksekutif

158

BAB XIXBAB XIXPERUBAHAN DAN PENYESUAIAN PERATURAN PERUBAHAN DAN PENYESUAIAN PERATURAN

TATA TERTIBTATA TERTIBPasal 158Pasal 158

(1)(1)Perubahan terhadap Peraturan Tata Tertib ini Perubahan terhadap Peraturan Tata Tertib ini hanya hanya dapat diajukan oleh sekurang-dapat diajukan oleh sekurang-kurangnya sembilan kurangnya sembilan anggota DPRD, yang anggota DPRD, yang terdiri dari dua Fraksi atau terdiri dari dua Fraksi atau lebih;lebih;

(2)(2)Pembahasan perubahan sebagaimana Pembahasan perubahan sebagaimana dimaksud ayat (1) dilakukan dalam Rapat dimaksud ayat (1) dilakukan dalam Rapat Paripurna yang khusus diadakan untuk Paripurna yang khusus diadakan untuk keperluan tersebut dan harus dihadiri keperluan tersebut dan harus dihadiri sekurang-kurangnya 2/3 (dua per tiga) dari sekurang-kurangnya 2/3 (dua per tiga) dari jumlah Anggota DPRD;jumlah Anggota DPRD;

(3)(3)Keputusan diambil dengan persetujuan oleh Keputusan diambil dengan persetujuan oleh sekurang-kurangnya 2/3 (dua per tiga) dari sekurang-kurangnya 2/3 (dua per tiga) dari jumlah anggota DPRD yang hadir.jumlah anggota DPRD yang hadir.

Page 159: Sinergitas legislatif dan eksekutif

159

Pasal 159Pasal 159

Perubahan dan penyesuaian terhadap Perubahan dan penyesuaian terhadap Peraturan Tata Tertib ini Peraturan Tata Tertib ini wajib dilakukan wajib dilakukan selambat-lambatnya 1 (satu) bulan selambat-lambatnya 1 (satu) bulan setelah terbitnya Peraturan Pemerintah setelah terbitnya Peraturan Pemerintah tentang Pedoman Penyusunan Tata Tertib tentang Pedoman Penyusunan Tata Tertib DPRD yang baru.DPRD yang baru.

Lanjutan… Lanjutan…

Page 160: Sinergitas legislatif dan eksekutif

160

Page 161: Sinergitas legislatif dan eksekutif

161

a. Tidak menganut pola manajemen Perseroan Terbatas, melainkan manajemen bergaya Yayasan keluarga; b. Keuangan Parpol sangat tertutup. BPK hanya mengaudit sumber keuangan yang berasal dari APBN dan APBD;c. KTA tidak berfungsi sekuat Karpeg dalam melindungi pemegangnya, karena dapat dicopot sewaktu-waktu;d. AD/ART tidak diwajibkan memuat klausul tentang:

1) security of tenure atau jaminan keamanan jabatan bagi fungsionaris partai yang menjadi anggota legislatif, sehingga dapat di PAW sewaktu- waktu;

2) Fraksi sebagai administrator sedangkan pengambil keputusan adalah para anggota fraksi yang duduk di dalam alat-alat kelengkapan;

3) Hubungan antara DPP, DPD dengan DPD serta kedudukan masing-masing dalam setiap pengambilan keputusan.

Page 162: Sinergitas legislatif dan eksekutif

162

a. Rentan terhadap manipulasi dan atau kealpaan, terutama karena sangat tertutup dalam hal penyusunan DPT;

b. TPS dan PPK, sebagaimana sering dilaporkan, seringkali melakukan manipulasi dan atau kealpaan yang merugikan calon anggota legislatif peserta pemilu;

c. Hak, peluang dan waktu caleg untuk bersengketa sangat terbatas;

d. Bagian terbesar dari usulan gugatan sengketa tidak dapat diproses karena keterbatasan waktu dan atau dibatalkan.

Page 163: Sinergitas legislatif dan eksekutif

163

a. Peserta pemilu adalah parpol. Kecurangan dan kelemahan pelaksanaan pemilu cenderung merugikan caleg. Peluang caleg untuk bersengketa sangat terbatas;

b. Keterpilihan caleg ditentukan berdasarkan suara terbanyak, sesuai dengan fatwa MK. Namun Perppu tentang itu itdak memuat ketentuan tentang suara terbanyak karena dianggap bersifat self executing;

c. Karena itu, DPP dan DPD berpeluang untuk mengajukan pelantikan caleg yang tidak memperoleh suara terbanyak, karena partai berwenang mengganti calonnya di lembaga legislatif sesuai kebutuhan internal.

Page 164: Sinergitas legislatif dan eksekutif

164

a. Tidak mencantumkan dengan jelas ketentuan tentang batas waktu minimum pengenaan PAW. Anggota DPRD yang tidak disukai oleh pimpinan partai dan atau bersuara kritis dapat dicopot sewaktu-waktu;

b. Pola hubungan piminan fraksi dengan para anggotanya yang duduk di semua alat kelengakapan dewan ditentukan secara sepihak oleh partai, karena tidak diatur secara spesifik di dalam aturan perundangan;

c. Pembatasan jumlah minimum anggota untuk membentuk fraksi sedangkan jumlah anggota masing-masing partai di setiap DPRD tidak memenuhi batas minimal. Akibatnya, terbentuklah fraksi gabungan yang berpotensi menenggelamkan suara anggota yang berasal dari partai kecil di dalam fraksi gabungan itu.

Page 165: Sinergitas legislatif dan eksekutif

165

a. Turunan langsung (copy paste) dari PP No. 25 tahun 2004 dan PP No. 53 tahun 2005. Banyak klausul yang membutuhkan penjabaran lebih rinci tetapi tidak dilakukan;

b. Ketidakseimbangan kejelasan. Memuat penjelasan yang sangat jelas atas klausul yang sangat jelas dan penjelasan yang kurang jelas atas klausul yang kurang jelas.

Page 166: Sinergitas legislatif dan eksekutif

166

Page 167: Sinergitas legislatif dan eksekutif

1. DPRD terdiri atas anggota DPRD dan Partai Politik peserta Pemilihan Umum Tahun 2004;

2. Nama-nama anggota DPRD secara administratif ditetapkan oleh KPU Provinsi bagi anggota DPRD Provinsi dan oleh KPU Kabupaten/Kota bagi anggota DPRD Kabupaten/Kota;

3. Nama-nama anggota DPRD dilaporkan oleh:

a. KPU Propinsi kepada Menteri Dalam Negeri melalui Gubernur bagi Anggota DPRD Provinsi;

b. KPU Kabupaten/Kota kepada Gubernur melalui Bupati/Walikota bagi Anggota DPRD

Kabupaten/Kota dengan tembusan kepada KPU.

167

Page 168: Sinergitas legislatif dan eksekutif

1. Peresmian keanggotaan DPRD Provinsi ditetapkan dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri dan keanggotaan DPRD Kabupaten/Kota ditetapkan dengan Keputusan Gubernur atas nama Presiden;

2. Selama menjadi anggota DPRD, yang bersangkutan berdomisili di Ibukota Provinsi bagi anggota DPRD Provinsi dan berdomisili di Kabupaten/Kota yang bersangkutan bagi anggota DPRD Kabupaten/Kota.

168

Page 169: Sinergitas legislatif dan eksekutif

169

Page 170: Sinergitas legislatif dan eksekutif

1. Sebelum memangku jabatannya, anggota DPRD sebelum mengucapkan sumpah/janji secara bersama‑sama yang dipandu oleh Ketua Pengadilan setempat;

2. Sumpah/janji anggota DPRD adalah sebagai berikut:

"Demi Allah (Tuhan) saya bersumpah/berjanji bahwa saya akan memenuhi kewajiban saya sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat Provinsi dengan sebaik‑baiknya dan

seadil‑adilnya;

bahwa saya akan memegang teguh Pancasila dan menegakkan Undang‑Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta peraturan perundang‑undangan;

bahwa saya akan menegakkan kehidupan demokrasi serta berbhakti kepada bangsa dan negara;

bahwa saya akan memperjuangkan aspirasi rakyat yang saya wakili untuk mewujudkan tujuan nasional demkepentingan bangsa dan negara kesatuan Republik Indonesia.

170

Page 171: Sinergitas legislatif dan eksekutif

Pada waktu pengucapan sumpah/janji anggota DPRD dipakai kata‑kata tertentu sesuai dengan agama masing‑masing meliputi:

a. Bagi penganut agama Islam didahului dengan pengucapan kalimat ‘Demi Allah saya bersumpah’;

b. Bagi penganut agama Kristen/Katolik diakhiri dengan pengucapan kalimat ‘Semoga Tuhan menolong saya’;

c. Bagi penganut agama Budha didahului dengan pengucapan kalimat ‘Demi Hyang Adi Budha’;

d. Bagi penganut agama Hindu didahului dengan pengucapan kalimat ‘Om Atah Paramawisesa’.171

Lanjutan… Lanjutan…

Page 172: Sinergitas legislatif dan eksekutif

a. Pembukaan rapat oleh Ketua DPRD periode 1999-2004.

b. Pembacaan Keputusan Menteri Dalam Negeri atas nama Presiden bagi anggota DPRD Provinsi oleh Sekretaris DPRD Provinsi dan Keputusan Gubernur atas nama Presiden bagi anggota DPRD Kabupaten/Kota oleh Sekretaris DPRD Kabupaten/Kota.

c. Para anggota DPRD yang akan mengucapkan sumpah/janji mengambil tempat sesuai dengan pengelompokan agamanya masing‑masing.

d. Pengucapan sumpah/janji anggota DPRD, dipandu oleh Ketua Pengadilan Tinggi bagi anggota DPRD Provinsi ,dan oleh Ketua Pengadilan" Negeri bagi anggota DPRD Kabupaten/Kota.

Tata urutan acara Rapat Paripurna DPRD untuk pelaksanaan pengucapan sumpah/janji anggota DPRD adalah meliputi:

172

Page 173: Sinergitas legislatif dan eksekutif

e. Penandatanganan berita acara pengucapan sumpah/janji anggota DPRD secara simbolis oleh satu orang dari masing‑masing kelompok agama dan Ketua Pengadilan yang bersangkutan.

f. Anggota DPRD yang baru mengucapkan sumpah/janji menempati kursi anggota DPRD yang telah disediakan.

g. Pengumuman Pimpinan Sementara DPRD oleh Sekretaris DPRD.

h. Penyerahan Pimpinan DPRD dari Pimpinan Lama kepada Pimpinan Sementara secara simbolis dengan penyerahan Palu Pimpinan. Setelah itu, Pimpinan lama menempati tempat duduk yang telah disediakan.

i. Sambutan Pimpinan Sementara DPRD.j. Sambutan Menteri Dalam Negeri yang dibacakan

oleh Gubernur bagi DPRD Provinsi dan sambutan Gubernur yang dibacakan Bupati/Walikota bagi DPRD Kabupaten/Kota. 173

Lanjutan… Lanjutan…

Page 174: Sinergitas legislatif dan eksekutif

k. Pembacaan doa oleh Kepala Kantor Departemen Agama setempat.

i. Penutupan rapat oleh Pimpinan sementara DPRD.m. Penyampaian ucapan selamat.

174

Lanjutan… Lanjutan…

Page 175: Sinergitas legislatif dan eksekutif

Tata tempat dalam Rapat Paripuma DPRD dengan acara pengucapan sumpah/janji anggota DPRD adalah meliputi:

1. Dibelakang meja pimpinan duduk bersama terdiri dari:

a) Pimpinan DPRD di sebelah kiri KDH;b) Ketua Pengadilan di sebelah kanan KDH;

2. Anggota DPRD ‘lama’ dan calon anggota DPRD hasil Pemilihan Umum Tahun 2009 menduduki tempat yang telah disediakan secara khusus;3. Sekretaris DPRD duduk di belakang Pimpinan DPRD;4. Pejabat Negara, Pejabat Pemerintah, Tokoh Masyarakat dan undangan, tempat duduknya diatur sesuai kedudukan protokoler masing-masing.5. Pers/Crew TV/Radio menduduki tempat tersendiri.

175

Page 176: Sinergitas legislatif dan eksekutif

Tata Pakaian yang dikenakan dalam Rapat Paripuma DPRD pada acara pengambilan sumpah/janji anggota DPRD adalah meliputi:

1. Ketua Pengadilan: mengenakan pakaian sesuai ketentuan dari instansi yang bersangkutan;

2. Kdh mengenakan Pakaian Sipil Lengkap dengan peci nasional;

3. Anggota DPRD lama dan calon anggota DPRD hasil Pemilihan Umum Tahun 2009 pria mengenakan Pakaian Sipil Lengkap dengan peci nasional dan wanita

mengenakan pakaian nasional;4. Undangan bagi anggota TNI/POLRI

mengenakan Pakaian Dinas Upacara. 176

Page 177: Sinergitas legislatif dan eksekutif

(1) APABILA SEORANG ATAU LEBIH ANGGOTA DPRD

HASIL PEMILIHAN UMUM BERHALANGAN HADIR

PADA ACARA PENGUCAPAN SUMPAH/ JANJI,

TERMASUK ANGGOTA DPRD PENGGANTI ANTAR

WAKTU, PENGUCAPAN SUMPAH/JANJI ANGGOTA

DPRD TERSEBUT DIPANDU OLEH PIMPINAN DPRD

DALAM RAPAT PARIPURNA ISTIMEWA DPRD.

(2) TATA CARA PENGUCAPAN SUMPAH/JANJI ANGGOTA

DPRD DIMAKSUD DILAKUKAN SESUAI DENGAN

KETENTUAN YANG BERLAKU.

177

Page 178: Sinergitas legislatif dan eksekutif

PELAKSANAAN ACARA PENGUCAPAN

SUMPAH/JANJI BAGI ANGGOTA DPRD DAERAH

YANG BARU DIBENTUK TIDAK DILAKSANAKAN

DALAM RAPAT PARIPURNA DPRD DAN ACARA

DIPANDU OLEH PEMBAWA ACARA.

178

Page 179: Sinergitas legislatif dan eksekutif

a. Kata pengantar oleh pembawa acara;b. Pembacaan Keputusan Menteri Dalam Negeri

atas nama Presiden bagi anggota DPRD Provinsi dan Keputusan Gubernur atas nama Presiden oleh Sekretaris DPRD atau Pejabat yang ditunjuk;

c. Para anggota DPRD yang akan mengucapkan sumpah/janji mengambil tempat sesuai dengan pengelompokan agamanya masing-masing;

d. Pengucapan sumpah/janji anggota DPRD, dipandu oleh Ketua Pengadilan Tinggi bagi anggota DPRD, Provinsi dan oleh Ketua Pengadilan Negeri bagi anggota DPRD Kabupaten/Kota;

e. Anggota DPRD yang baru mengucapkan sumpah/janji menempati kursi anggota DPRD;179

Page 180: Sinergitas legislatif dan eksekutif

f. Anggota DPRD yang baru mengucapkan sumpah/janji menempati kursi anggota DPRD;

g. Pengumuman Pimpinan Sementara DPRD oleh Sekretaris DPRD atau Pejabat yang ditunjuk;

h. Sambutan Pimpinan Sementara DPRD;i. Sambutan Menteri Dalam Negeri yang dibacakan

oleh Penjabat Gubernur bagi DPRD Provinsi dan sambutan Gubernur yang dibacakan oleh Penjabat Bupati/Walikota bagi DPRD Kabupaten/Kota;

j. Pembacaan do'a oleh Kepala Kantor Departemen Agama setempat atau Pejabat yang ditunjuk;

k. Penutupan acara oleh pembawa acara;l. Penyampaian ucapan selamat;m. Bagi daerah yang belum mempunyai Pengadilan

Tinggi atau Pengadilan Negeri pengucapan sumpah/janji dipandu oleh Pejabat Pengadilan Tinggi/Pengadilan Negeri yang ditunjuk oleh Ketua Pengadilan Tinggi atau Pengadilan Negeri daerah induk. 180

Lanjutan… Lanjutan…

Page 181: Sinergitas legislatif dan eksekutif

a. Ketua Pengadilan Tinggi/Pengadilan Negeri duduk

disebelah kanan Penjabat

Gubernur/Bupati/Walikota.

b. Sekretaris DPRD/Pejabat yang ditunjuk duduk

disebelah kiri Penjabat Gubernur/Bupati/Walikota.

c. Calon anggota DPRD menduduki tempat yang

disediakan secara khusus.

d. Pejabat Negara, Pejabat Pemerintah, Tokoh

Masyarakat dan undangan, tempat duduknya

diatur sesuai kedudukan protokoler

masing‑masing.

e. Pers/crew TV/Radio disediakan tempat tersendiri.

181

Page 182: Sinergitas legislatif dan eksekutif

Untuk dapat menyelesaikan seluruh tugas mendesak sampai akhir tahun anggaran 2009, DPRD dengan difasilitasi oleh Setwan, perlu mengambil langkah sebagai berikut:

182

1. Membentuk Panitia Kerja Penyusunan Tatib Komprehensif, dengan difasilitator oleh anggota DPRD periode masa bhakti

2004 – 2009;

2. Memperkuat Badan Legislasi DPRD dan mulai menyusun daftar inventaris peraturan daerah yang perlu dibentuk sepanjang periode 2009 – 2014 sebagai bagian dari Program Legislasi Daerah;

3. Badan Legislasi DPRD perlu mempertimbangkan mekanisme hubungan kelembagaan dengan Badan Legislasi DPR-RI dalam rangka sinergi penyusunan aturan perundangan secara berjenjang;

1. Membentuk Panitia Kerja Penyusunan Tatib Komprehensif, dengan difasilitator oleh anggota DPRD periode masa bhakti

2004 – 2009;

2. Memperkuat Badan Legislasi DPRD dan mulai menyusun daftar inventaris peraturan daerah yang perlu dibentuk sepanjang periode 2009 – 2014 sebagai bagian dari Program Legislasi Daerah;

3. Badan Legislasi DPRD perlu mempertimbangkan mekanisme hubungan kelembagaan dengan Badan Legislasi DPR-RI dalam rangka sinergi penyusunan aturan perundangan secara berjenjang;

Page 183: Sinergitas legislatif dan eksekutif

183

Lanjutan… Lanjutan…

4. Memperkuat Badan Anggaran DPRD dan menyusun daftar inventaris permasalahan perencanaan dan penganggaran daerah dalam rangka memperkuat pelaksanaan fungsi penganggaran DPRD dalam menyusun APBD;

5. Badan Anggaran DPRD dapat mempertimbangkan hubungan kerja konsultatif dengan Badan Anggaran DPR-RI;

6. Memperkuat Badan Kehormatan, terutama dalam rangka membangun kehendak politik untuk menegakkan kode etik internal demi menjaga martabat dan kehormatan lembaga;

7. Mendalami PP No. 60 tahun 2008 tentang SPI dan mulai menyusun draft Keputusan DPRD tentang Manajemen Risiko dan Pembagian Tugas Di Lingkungan DPRD;

8. Membahas R-APBD Tahun Anggaran 2010 secara internal.

4. Memperkuat Badan Anggaran DPRD dan menyusun daftar inventaris permasalahan perencanaan dan penganggaran daerah dalam rangka memperkuat pelaksanaan fungsi penganggaran DPRD dalam menyusun APBD;

5. Badan Anggaran DPRD dapat mempertimbangkan hubungan kerja konsultatif dengan Badan Anggaran DPR-RI;

6. Memperkuat Badan Kehormatan, terutama dalam rangka membangun kehendak politik untuk menegakkan kode etik internal demi menjaga martabat dan kehormatan lembaga;

7. Mendalami PP No. 60 tahun 2008 tentang SPI dan mulai menyusun draft Keputusan DPRD tentang Manajemen Risiko dan Pembagian Tugas Di Lingkungan DPRD;

8. Membahas R-APBD Tahun Anggaran 2010 secara internal.

Page 184: Sinergitas legislatif dan eksekutif

DRS. SAHAT MARULITUA, MA HP. 0811-809-251 0818-809-251

E-mail: [email protected] Homepage:

www.akuntabilitas.org