sinopsis ibuku perempuan berwajah surga

5
JUDUL : IBUKU PEREMPUAN BERWAJAH SURGA NAMA : ANGGIT KUSUMANINGTYAS NIM : F100120064 Kita terlahir di dunia pastinya tidak dengan sendirinya tiba-tiba ada di alam yang kita tempati saat ini. Pastinya dengan sebuah perantara. Dan perantara itu tidak lain adalah orang tua kita. Melalui mereka kita ada di dunia ini. Allah menitipkan janin di dalam rahim ibu, selama sembilan bulan lebih sepuluh hari ibu dengan sabar dan ikhlas menahan beban yang semakin hari semakin bertambah beratnya. Kemapun ibu pergi kita selalu dibawa. Saat tibalah waktunya kita untuk terlahir di dunia, dengan taruhan nyawa dan sakit yang tidak terbayangkan berapa puluh rasa sakit yang ada di dunia, beliau rela merasakannya demi melihat tangisan kita lahir di dunia. Menginjak dewasa, ibu dengan sekuat tenaga mendidik kita menjadi pribadi yang beriman, dengan mengajari kita untuk senantiasa mengerjakan perintah shalat, mengaji dan berpuasa. Ibu juga tidak pernah lupa untuk selalu mengingatkan jika kita lupa akan waktu shalat. Suatu contoh misalnya, sehabis shalat magrib dalam keluargaku terbiasa untuk meluangkan waktu membaca Al Quran, walaupun hanya beberapa ayat saja. Saat teman-teman kita sedang memiliki sesuatu yang baru, suatu misal sebuah sepatu.

Upload: jaime-gomez

Post on 25-Nov-2015

268 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

JUDUL: IBUKU PEREMPUAN BERWAJAH SURGANAMA: ANGGIT KUSUMANINGTYAS

NIM

: F100120064

Kita terlahir di dunia pastinya tidak dengan sendirinya tiba-tiba ada di alam yang kita tempati saat ini. Pastinya dengan sebuah perantara. Dan perantara itu tidak lain adalah orang tua kita. Melalui mereka kita ada di dunia ini. Allah menitipkan janin di dalam rahim ibu, selama sembilan bulan lebih sepuluh hari ibu dengan sabar dan ikhlas menahan beban yang semakin hari semakin bertambah beratnya. Kemapun ibu pergi kita selalu dibawa. Saat tibalah waktunya kita untuk terlahir di dunia, dengan taruhan nyawa dan sakit yang tidak terbayangkan berapa puluh rasa sakit yang ada di dunia, beliau rela merasakannya demi melihat tangisan kita lahir di dunia. Menginjak dewasa, ibu dengan sekuat tenaga mendidik kita menjadi pribadi yang beriman, dengan mengajari kita untuk senantiasa mengerjakan perintah shalat, mengaji dan berpuasa. Ibu juga tidak pernah lupa untuk selalu mengingatkan jika kita lupa akan waktu shalat. Suatu contoh misalnya, sehabis shalat magrib dalam keluargaku terbiasa untuk meluangkan waktu membaca Al Quran, walaupun hanya beberapa ayat saja. Saat teman-teman kita sedang memiliki sesuatu yang baru, suatu misal sebuah sepatu. Sedangkan ibu melihat kita merasa iba dengan sepatu yang sudah lusuh. Dengan penuh kerja keras mengumpulkan uang hasil kerjanya, beliau sisihkan untuk membeli apa yang kita inginkan. Berapapun banyak waktu yang kita punya untuk menceritakan ibu takkan pernah usai. Karena ibu adalah pemilik cinta tanpa syarat.

Jaman sekarang banyak diantara kaula muda yang melupakan akan sosok ibunya. Mereka sudah dibutakan dengan kenikmatan duniawi. Demi keinginannya dia rela mencaci maki ibunya, memaksa untuk dibelikan apa yang mereka inginkan, contohnya mereka meminta ibunya untuk membelikannya sepeda motor, jika tidak mereka mengancam ibunya untuk tidak akan sekolah karena malu dengan teman-temannya yang memakai sepeda motor ke sekolah. Kita pantas merenungkannya. Kita harus sadar diri, sudahkah kita membalas budi ibu kita?

Setelah membaca buku Ibuku Perempuan Berwajah Surga. Sangat pantas untuk menjadi cermin kehidupan kita. Seorang Risma mahasiswa cerdas yang disegani teman-temannya, yang berpenampilan anggun ala kadarnya, berwibawa, berasal dari keluarga sederhana, wanita satu-satunya dari desanya yang berhasil kuliah di Universitas terkenal. Kuliah yang dijalaninya telah menginjak semester enam jurusan fakultas komunikasi. Dalam perjalanannya kuliah, kehidupannya serasa berhenti tidak terduga. Semuanya terasa mati dengan cepatnya. Risma yang dahulunya dipandang baik oleh teman-temannya sekarang menjadi bahan ejekan orang. Tidak terduga dia sedang mengandung. Kedua orang tuanya mengusirnya, bahkan tidak akan menganggapnya sebagai anak. Orang tua dari laki-laki yang menghamilinya pun tidak suka dengan dirinya, bahkan mencacinya. Betapa sakit perasaan yang dia alami, di tinggal oleh laki-laki yang tidak bertanggung jawab. Dan sekarang hidup dia sudah hancur karena nafsu. Kehilangan kasih sayang orang tua, sudah tidak ada teman-teman yang senantiasa membuat tersenyum dirinya. Dan lebih merintih lagi, sekarang dia hidup seorang diri. Dia makan dari hasil mencuci, menyetlika pakaian tetangganya, saat tiba sore dia membantu tetangganya berjualan pakaian di stasiun. Tetangganya pun banyak yang menghinanya. Dalam keadaan yang semakin hari perutnya semakin besar, dia tidak peduli akan kelelahan yang dia rasakan. Dengan sekuat tenaga dia ingin membesarkan anaknya seorang diri tanpa kasih sayang seorang laki-laki. Kita dapat membayangkan betapa perih kehidupannya, hidup yang dahulu ia rasakan, dengan sekarang yang dia alami, seakan berbalik arah tiga ratus enam puluh derajat. Yang kemungkinan sekarang dia bisa mencapai cita-cita yang ia inginkan. Tetapi semuanya telah usai. Dia sudah merasakan pahitnya hidup.

Sekarang anak yang dikandungnya telah lahir, anak tersebut tumbuh menjadi laki-laki yang ganteng, cerdas dan sangat sayang pada ibunya. Seorang anak yang gagah seperti ayahnya. Jikalau ayahnya ada bersamanya pastilah mirip dengan masa kecilnya. Betapa bersyukurnya seorang ibu yang mendapatkan anak sepertinya. Seakan apa yang sekarang menjadi derita Risma hilang dengan senyum dan keceriaan anaknya. Anak yang selalu membuat senyum sang ibu, menjadi pelangi hidup ibunya. Hidup Risma seakan kembali seperti dahulu kala. Bahkan lebih dari itu.

Dalam kebahagiaan yang mungkin baru sebesar biji kecambah. Semuanya kembali suram ketika Rumi anaknya diambil oleh neneknya. Lebih tepatnya nenek dari ayah Rumi. Tanpa perasaan bersalah dengan wanita yang dihinanya dia mengambil anaknya dengan sebab, Andre laki-laki yang menghamili Risma waktu dahulu tidak dapat mempunyai anak dengan wanita yang sekarang menjadi istrinya. Wanita pilihan ibunya yang sesuai dengan pilihan keluarganya, dari kalangan yang sederajat dengan keluarganya.

Risma kembali hidup dengan kesendiriannya. Suatu ketika dia kecelakaan dan buta, sehingga dia tidak dapat lagi bekerja. Dia makan dengan cara meminta-minta di pinggir jalan, seolah sebagai pengemis jalanan. Betapa kita dapat merasakan apa yang Risma rasakan sekarang. Kehilangan buah hati yang dia sayang, semangat hidupnya, curahan tenaganya, senyumannya saat dia lelah menghadapi penderitaan hidup.

Ibu mana yang tidak sampai hati melihat anaknya diambil oleh orang lain, bahkan orang itulah yang telah menjadi hancur kehidupan kita. Mengambil kebahagiaan kita. Dengan tabah Risma menghadapi kehidupan yang dia rasakan. Dia tidak pernah mengeluh, dia selalu berusaha, dia selalu saja menyalahkan dirinya sendiri. Dia sadar, ini adalah kesalahan yang ia buat sendiri. Bahkan, dia sama sekali tidak pernah menyalahkan Andre, laki-laki yang menghamili dan meninggalkannya. Risma selalu saja berbaik sangka padanya. Dia berfikiran bahwa Andre pastilah juga merasakan hal yang sama dengan dirinya. Dengan begitu dia ikhlas menerima hukuman dari Sang Kuasa. Dari itu dia dapat merasakan perjuangan seorang ibu kepada sang buah hati hidupnya.

Kehidupan itu tidak semudah yang kita bayangkan. Semuanya sulit, penuh dengan perjuangan, tidak selamanya dalam kebahagiaan, pastilah juga merasakan kesusahan. Dari cerita Risma, kita dapat mengambil hikmah bahwasannya kita lebih menguatkan iman kita pada yang memberi hidup. Kita wajib menyadarkan diri kita untuk senantiasa menyeimbangkan kehidupan dunia dan akhirat.