sinopsis novel

6
Novel Balai Pustaka Angkatan 20 - an Sinopsis Novel "Sitti Nurbaya" Karya Marah Rusli Ibunya meninggal saat Sitti Nurbaya masih kanak-kanak, maka boleh dikatakan itulah titik awal penderitaan hidupnya. Sejak saat itu hingga dewasa dan mengerti cinta, dia hanya hidup bersama seorang saudagar kaya di Padang bernama Baginda Sulaiman. Bersebelahan dengan rumah Baginda Sulaiman, tinggal pula seorang penghulu yang sangat disegani dan dihormati penduduk di sekitarnya itu, yang bernama Sutan Mahmud Syah. Ia mempunyai putra bernama Samsulbahri, anak tunggal yang berbudi dan berprilaku baik. Sebagaimana umumnya kehidupan bertetangga, hubungan antara keluarga Sutan Mahmud Syah dan keluarga Baginda Sulaiman, berjalan dengan baik. Begitu pula hubungan Samsulbahri dan Sitti Nurbaya. Sejak anak-anak sampai usia mereka menginjak remaja, persahabatan mereka makin erat. Apalagi, keduanya belajar di sekolah yang sama. Hubungan kedua remaja itu berkembang menjadi hubungan cinta. Perasaan tersebut baru mereka sadari ketika Samsulbahri akan berangkat ke Jakarta untuk melanjutkan sekolahnya. Sementara itu, Datuk Meringgih, salah seorang saudagar kaya di Padang, berusaha untuk menjatuhkan kedudukan Baginda Sulaiman. Ia menganggap Baginda Sulaiman sebagai saingannya yang harus disingkirkan, di samping rasa iri hatinya melihat harta kekayaan ayah Sitti Nurbaya itu. Ia kemudian menyuruh anak buahnya untuk membakar dan menghancurkan bangunan, toko-toko, kebun, dan semua harta kekayaan Baginda Sulaiman. Akal busuk Datuk Meringgih berhasil. Baginda Sulaiman pun jatuh miskin. Namun, sejauh itu, ia belum menyadari bahwa sesungguhnya, kejatuhannya akibat perbuatan licik Datuk Meringgih. Oleh karena itu, tanpa prasangka apa-apa, ia meminjam uang kepada orang yang sebenarnya akan mencelakakan Baginda Sulaiman. Bagi Datuk Meringgih kedatangan Baginda Sulaiman itu ibarat “Pucuk dicinta ulam tiba”, karena memang hal itulah yang diharapkannya. Rentenir kikir yang tamak dan licik itu, kemudian meminjamkan uang kepada Baginda Sulaiman dengan syarat harus dapat dilunasi dalam waktu tiga bulan. Pada saat yang telah ditetapkan, Datuk Meringgih pun datang menagih janji.

Upload: muhammad-irfan

Post on 02-Jul-2015

3.726 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Sinopsis Novel

Novel Balai Pustaka Angkatan 20 - an

Sinopsis Novel "Sitti Nurbaya"

Karya Marah Rusli

Ibunya meninggal saat Sitti Nurbaya masih kanak-kanak, maka

boleh dikatakan itulah titik awal penderitaan hidupnya. Sejak saat itu

hingga dewasa dan mengerti cinta, dia hanya hidup bersama seorang

saudagar kaya di Padang bernama Baginda Sulaiman. Bersebelahan

dengan rumah Baginda Sulaiman, tinggal pula seorang penghulu yang

sangat disegani dan dihormati penduduk di sekitarnya itu, yang bernama

Sutan Mahmud Syah. Ia mempunyai putra bernama Samsulbahri, anak

tunggal yang berbudi dan berprilaku baik.

Sebagaimana umumnya kehidupan bertetangga, hubungan antara

keluarga Sutan Mahmud Syah dan keluarga Baginda Sulaiman, berjalan

dengan baik. Begitu pula hubungan Samsulbahri dan Sitti Nurbaya. Sejak anak-anak sampai usia mereka menginjak

remaja, persahabatan mereka makin erat. Apalagi, keduanya belajar di sekolah yang sama. Hubungan kedua

remaja itu berkembang menjadi hubungan cinta. Perasaan tersebut baru mereka sadari ketika Samsulbahri akan

berangkat ke Jakarta untuk melanjutkan sekolahnya.

Sementara itu, Datuk Meringgih, salah seorang saudagar kaya di Padang, berusaha untuk menjatuhkan kedudukan

Baginda Sulaiman. Ia menganggap Baginda Sulaiman sebagai saingannya yang harus disingkirkan, di samping rasa

iri hatinya melihat harta kekayaan ayah Sitti Nurbaya itu. Ia kemudian menyuruh anak buahnya untuk membakar

dan menghancurkan bangunan, toko-toko, kebun, dan semua harta kekayaan Baginda Sulaiman.

Akal busuk Datuk Meringgih berhasil. Baginda Sulaiman pun jatuh miskin. Namun, sejauh itu, ia belum menyadari

bahwa sesungguhnya, kejatuhannya akibat perbuatan licik Datuk Meringgih. Oleh karena itu, tanpa prasangka apa-

apa, ia meminjam uang kepada orang yang sebenarnya akan mencelakakan Baginda Sulaiman.

Bagi Datuk Meringgih kedatangan Baginda Sulaiman itu ibarat “Pucuk dicinta ulam tiba”, karena memang hal itulah

yang diharapkannya. Rentenir kikir yang tamak dan licik itu, kemudian meminjamkan uang kepada Baginda

Sulaiman dengan syarat harus dapat dilunasi dalam waktu tiga bulan. Pada saat yang telah ditetapkan, Datuk

Meringgih pun datang menagih janji.

Malang bagi Baginda Sulaiman. Ia tak dapat melunasi utangnya. Tentu saja Datuk Meringgih tidak mau rugi. Tanpa

belas kasihan, ia mengancam akan memenjarakan Baginda Sulaiman jika utangnya tidak segera dilunasi, kecuali

apabila Sitti Nurbaya diserahkan untuk dijadikan istri mudanya.

Baginda Sulaiman tentu saja tidak mau putri tunggalnya menjadi korban lelaki hidung belang itu walaupun

sebenarnya ia tak dapat berbuat apa-apa. Maka, ketika ia sadar bahwa dirinya tak sanggup untuk membayar

utangnya, ia pasrah saja digiring polisi dan siap menjalani hukuman. Pada saat itulah, Sitti Nurbaya keluar dari

kamarnya dan menyatakan bersedia menjadi istri Datuk Meringgih asalkan ayahnya tidak dipenjarakan. Suatu

putusan yang kelak akan menceburkan Sitti Nurbaya pada penderitaan yang berkepanjangan.

Page 2: Sinopsis Novel

Samsulbahri, mendengar peristiwa yang menimpa diri kekasihnya itu lewat surat Sitti Nurbaya, juga ikut prihatin.

Cintanya kepada Sitti Nurbaya tidak mudah begitu saja ia lupakan. Oleh karena itu, pada suatu kesempatan

liburan, ia pulang ke Padang. Ketika itu ayah Sitti Nurbaya sedang sakit keras. Syamsulbahri menyempatkan diri

menengok Baginda Sulaiman. Kebetulan pula, Sitti Nurbaya pada saat yang sama sedang menjenguk ayahnya.

Tanpa sengaja, keduanya pun bertemu lalu saling menceritakan pengalaman masing-masing.

Ketika mereka sedang asyik mengobrol, datanglah Datuk Meringgih. Sifat Datuk Meringgih yang culas dan selalu

berprasangka itu, tentu saja menyangka kedua orang itu telah melakukan perbuatan yang tidak pantas.

Samsulbahri yang merasa tidak melakukan hal yang tidak patut, berusaha membela diri dari tuduhan keji itu.

Namun Datuk meringgih malah melontarkan kata-kata kotor yg sangat menyinggung perasaan. Aamarah

Saymsulbahri tak tertahankan lagi. Pertengkaran pun tak dapat dihindarkan. Sitti Nurbaya berteriak-teriak agar

mereka menghentikan perkelahian. Teriakan Sitti Nurbaya terdengar oleh Baginda Sulaiman yg sedang berbaring di

tempat tidur dan berusaha datang ke tempat kejadian. Namun, karena kondisinya yang kurang sehat, ia jatuh

tersungkur dari tangga dan menghembuskan nafasnya yg penghabisan.

Ternyata ekor perkelahian itu tak hanya sampai di situ. Ayah Samsulbahri yang merasa malu atas tuduhan yang

ditimpakan kepada anaknya, kemudian mengusir Samsulbahri. Pemuda itu terpaksa kembali ke Jakarta. Sementara

Sitti Nurbaya, sejak ayahnya meninggal merasa dirinya telah bebas dan tidak perlu lagi tunduk dan patuh kepada

Datuk Meringgih. Sejak saat itu ia tinggal menumpang bersama salah seorang familinya yang bernama Aminah.

Sekali waktu, Sitti Nurbaya bermaksud menyusul kekasihnya ke Jakarta. Namun, akibat tipu muslihat dan akal licik

Datuk Meringgih yang menuduhnya telah mencuri harta perhiasan bekas suaminya itu, Sitti Nurbaya terpaksa

kembali ke Padang. Oleh karena Sitti Nurbaya tidak bersalah, akhirnya ia bebas dari tuduhan. Namun, Datuk

Meringgih masih juga belum puas. Ia kemudian menyuruh anak buahnya untuk meracun Sitti Nurbaya. Kali ini,

perbuatannya berhasil. Sitti Nurbaya meninggal karena keracunan.

Rupanya, berita kematian Sitti Nurbaya membuat sedih ibu Samsulbahri. Ia kemudian jatuh sakit, dan tidak berapa

lama kemudian meninggal dunia.

Berita kematian Sitti Nurbaya dan ibu Samsulbahri, sampai juga ke Jakarta. Samsulbahri yang merasa amat

berduka, dan mencoba bunuh diri. Tetapi berkali-kali gagal. Ketika gantung diri di palang kayu di rumahnya,

ternyata patah. Mencebur di sungai, eh ternyata sungainya dangkal. Di samping itu, lain lagi berita yang sampai ke

Padang. Di kota ini, Samsulbahri malah dikabarkan telah meninggal dunia.

Karena niatnya untuk bunuh diri selalu gagal, ia pun mendaftar menjadi serdadu kompeni, dengan niat supaya mati

di medan perang dan didorong oleh rasa frustasinya mendengar orang-orang yang dicintainya telah meninggal.

Sepuluh tahun berlalu, ia sudah menyandang pangkat letnan yang lebih dikenal dengan nama Letnan Mas. Suatu

hari, ia mendapat tugas harus memimpin pasukannya memadamkan pemberontakan yang terjadi di Padang. Ia pun

bimbang. Bagaimanapun, ia tak dapat begitu saja melupakan tanah leluhurnya itu. Ternyata pemberontakan yang

terjadi di Padang itu didalangi oleh Datuk Meringgih.

Dalam pertempuran melawan pemberontak itu, Letnan Mas mendapat perlawanan cukup sengit. Namun, akhirnya

ia berhasil menumpasnya, termasuk juga menembak Datuk Meringgih, hingga dalang pemberontak itu tewas.

Namun, Letnan Mas luka parah terkena sabetan pedang Datuk Meringgih.

Rupanya, kepala Letnan Mas yang terluka itu, cukup parah. Ia terpaksa dirawat di rumah sakit. Pada saat itulah

timbul keinginan Letnan Mas untuk berjumpa dengan ayahnya. Ternyata, pertemuan yang mengharukan antara “Si

Page 3: Sinopsis Novel

anak yang hilang” dan ayahnya itu merupakan pertemuan terakhir sekaligus akhir hayat kedua orang itu. Oleh

karena setelah Letnan Mas menyatakan bahwa ia adalah Samsulbahri, ia menghembuskan napas di depan ayahnya

sendiri. Adapun Sutan Mahmud Syah, begitu tahu bahwa Samsulbahri yang dikiranya telah meninggal beberapa

tahun lamanya tiba-tiba kini tergolek kaku menjadi mayat akhirnya pun meninggal dunia pada keesokan harinya.

Novel Angkatan Pujangga Baru Angkatan 30-an

Sinopsis Novel “DIAN YANG TAK KUNJUNG PADAM”

Karya ST. Alisjahbana

Suatu hari Yasin, seorang pemuda udik, miskin, serta yatim

secara kebetulan bertemu pandang dengan seseorang pemudi cantik,

anak bangsawan Palembang ketika gadis itu sedang santai-santai 

diserambi rumah yang mewah dekat sungai itu. Si cantik yang ternyata

bernama Molek itu, rupsanya sama-sama jatuh cinta  akibat pandangan

pertama itu. Namun saying cinta kasih mereka, sulit untuk sampai

kepelaminan, sebab antara keduanya  sangat jauh  perpedaan derajatnya.

Yasin adalah seorang pemuda Udik yang yatim dan miskin, sedang si

Molek adalah anak seorang yang kaya raya, dan bangsawan terhormat.

Keduanya sama-sama menyadari akan kenyataan perpedaan

itu, namun cinta kasih mereka yang selalu bnergolak itu ttak peduli

dengan semua itu. Cinta mereka dilangsungkan lewat kirim-kirim surat. Segala rindu mereka tumbuh dalam kertas

cinta.

Page 4: Sinopsis Novel

Tapi walaupun begitu, Yasin, rupanya tak tahan juga, dia hendak melamar Molek secara jantan. Niatnya

itu dia beritahu itu dan seluruh sanak famili dekatnya. Keluarga  Yasin kemudian berembuk untuk melaksanakan

Yasin itu. Lalu dengan segala keberanian  dan kesederhanaan mereka, keluarga Yasin dating juga memalar Molek.

Karena mereka dari Udik dan miskin, walaupun keadaan pakaian mereka sudah bagus-baguskan  dan bawaan

lamaran mereka juga sudah diada-adai dengan sekuat tenaga, lamaran mereka ditolak mentah-mentah kedua

orangtua si Molek. Malah oleh kedua orang tua Molek, keluarga Yasin cukup mendapat  sindiran hinaan.  Maka

pulanglah  rombongan udik ini ke kampungnya dengan membawa segudang rasa malu dan kesal.

Tak lama  kemudian, Molek dilamar oleh Sayid Mustafa, seorang keturunan Arab yang terkenal di

Palembang sebagai seorang pedagang yang sukses. Walaupun Sayid ini sudah agak berumur, namun karena

termasuk orang kaya,  kedua orang tua si Molek  sndiri, tentu saja kenyataan itu sangat  menghancurkan hahtinya.

Dia sedikitpun tidak mencintainya  telah tertanam dalam lubuk  hati si Yasin.

Perkawinan itu tidak membawa  kebahagiaan badi si Molek, sebab disamping di tidak mencintai Sayid

Mustafa itu, Sayid sendiri sebenarnya  menikahi si Molek  hanya karena kekayaan ayahnya saja.  Perlakuan Sayid 

terhadapnya juga kurang baik. Segala macam kegalauan  hati si Molek, mulai dari kesedihan, kerinduannya

terhadap Yasin serta kesepiannya  dia itu selalu dilaporkan kepada Yasin lewat surat. Karena Yasin tidak tega

melihat dan mendengar kekasih hatinya yang tidak bahagia itu dan sekaligus rasa rindu yang bergejolak   hendak

bertemu dengan si Molek. Yasin mencoba menemui Molek di Palembang dengan menyamar sebagai seorang

pedagang nanas. Usahanya itu berhasil. Dia berhasil bertemu  dengan si Molek. Dan itulah rupanya pertemuan

terakhir mereka, sebab rupanya si Molek yang tidak mampu menahan rasa sakit hati dan kesepian serta gejolak

rindunya sama Yasin itu kemudian meninggal dunia.

Yasin sendiri setelah kekasihnya  meninggal itu, kemabali ke desanya, dan sedtelah ibunya meninggal,

Yasin memilih hidup menyepi di lereng gunung Semenung. Dia meninggal di sana.

Angkatan Balai Pustaka (Angkatan 20-an)

Ciri-cirinya :a. Pleonasme (menggunakan kata-kata yang berlebihan)b. Bahasa terkesan kaku dan statisc. Bahasanya sangat santun

Angkatan Pujangga Baru (Angkatan 30-an)

Cirinya – cirinya :

1) Bahasa yang dipakai adalah bahasa Indonesia modern,

2) Temanya tidak hanya tentang adat atau kawin paksa, tetapi mencakup masalah

yang kompleks, seperti emansipasi wanita, kehidupan kaum intelek, dan sebagainya,

3) Bentuk puisinya adalah puisi bebas, mementingkan keindahan bahasa, dan mulai

digemari bentuk baru yang disebut soneta, yaitu puisi dari Italia yang terdiri dari 14

baris,

4) Pengaruh barat terasa sekali, terutama dari Angkatan ’80 Belanda,

5) Aliran yang dianut adalah romantik idealisme, dan

6) Setting yang menonjol adalah masyarakat penjajahan.

Page 5: Sinopsis Novel

Keterangan :

Warna Kuning : Adat Kebiasaan Warna Merah Muda : Etika