sintaksis bahasa banjar
DESCRIPTION
TATA KALIMAT (SINTAKSIS) 4.1 Klausa4.1.1 Pengertian dan Ciri KlausaKlausa adalah satuan gramatikal yang terdiri atas predikat (P) baik disertai subjek (S), objek (O), dan keterangan (ket) atau tidak (Ramlan, 2001: 79). Keraf (1984:137) mengemukakan bahwa klausa adalah satuankonstruksi yang di dalamnya terdapat beberapa kata yang mengandung hubungan fungsional yang dalam tata bahasa lama dikenal dengan istilah subjek, predikat, objek, dan keterangan.4.1.2 Klasifikasi KlausaBerdasarkan disTRANSCRIPT
![Page 1: SINTAKSIS BAHASA BANJAR](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012405/5571f8ab49795991698ddcdb/html5/thumbnails/1.jpg)
TATA KALIMAT (SINTAKSIS)
4.1 Klausa
4.1.1 Pengertian dan Ciri Klausa
Klausa adalah satuan gramatikal yang terdiri atas predikat (P) baik
disertai subjek (S), objek (O), dan keterangan (ket) atau tidak (Ramlan, 2001:
79).
Keraf (1984:137) mengemukakan bahwa klausa adalah satuan
konstruksi yang di dalamnya terdapat beberapa kata yang mengandung
hubungan fungsional yang dalam tata bahasa lama dikenal dengan istilah
subjek, predikat, objek, dan keterangan.
4.1.2 Klasifikasi Klausa
Berdasarkan distribusi unitnya, klausa dapat diklasifikasikan atas
klausa bebas dan klausa terikat.
4.1.2.1 Klausa BebasKlausa bebas adalah klausa yang berdiri sendiri sebagai kalimat sempurna. Syarat untuk menjadi kalimat sempurna yang harus terpenuhi adalah unsur subjek dan predikat. Hal ini dikarenakan unsur-unsur tersebut dapat berdiri sendiri sebagai kalimat sempurna dan merupakan kelengkapan dari suatu kalimat. Perhatikan contoh berikut:(1) Abah tulak 'ayah pergi'(2) Duduk! 'duduk'
Pada kalimat (1) mempunyai unsur subjek dan predikat. Abah 'ayah'
berfungsi sebagai unsur subjek karena merupakan orang yang melakukan
tindakan, sedangkan tulak 'pergi' berfungsi sebagai unsur predikat karena
merupakan tindakan dari pelaku. Berbeda dengan kalimat (2) Duduk dan (3)
Ulun 'saya'. Kalimat-kalimat tersebut hanya mempunyai satu unsur saja.
Kalimat duduk! hanya mempunyai satu unsur predikat, serta kalimat ulun
'saya' hanya mempunyai satu unsur subjek saja. Kalimat apabila mempunyai
satu unsur inti saja baik berupa subjek atau predikat, kalimat tersebut
dikatakan kalimat tidak sempurna.
![Page 2: SINTAKSIS BAHASA BANJAR](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012405/5571f8ab49795991698ddcdb/html5/thumbnails/2.jpg)
Klausa bebas bila ditinjau berdasarkan jenis katanya yang berfungsi
sebagai predikat dapat dibedakan menjadi: 1. Klausa Verbal
Klausa verbal adalah klausa yang predikatnya terdiri dari kata kerja.
Contoh:
(1) Siti manyanga iwak.'Siti menggoreng ikan.'
(2) Amir guring di kamar.'Amir tidur di kamar.'
(3) Acil tulak ka pasar.'Bibi pergi ke pasar.'
Contoh-contoh kalimat di atas termasuk klausa verbal karena klausa
tersebut predikatnya terdiri atas kata kerja, yaitu manyanga 'menggoreng',
guring 'tidur', tulak 'pergi'.Klausa verbal bila ditinjau dari unsur internalnya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:(a) Klausa TransitifKlausa transitif adalah klausa yang mengandung kata kerja transitif, yaitu kata keija yang memerlukan objek. Contoh:(1 )Ading memasang baju. S P O 'Adik memakai baju.'(2) Kaka manyipak bola.S P O 'Kakak menendang bola.'(3) Sidin mambaca buku. S P O'Beliau membaca buku.'(b) Klausa IntransitifKlausa intransitif adalah klausa yang mengandung kata kerja intransitif, yaitu kata keija yang tidak memerlukan objek. Contoh:(1) U din balajar rajin banar.S P K 'Udin belajar rajin sekali.'(2) Adins bamainan sampai sore.S P K'Ading bermain sampai sore.(3) Inya bukah pina laju banar.S P K'Dia lari tampak cepat sekali.'
2. Klausa Nonverbal
Klausa nonverbal ialah klausa yang predikatnya terdiri dari kata selain
kata kerja (kata benda, sifat, dan sebagainya). Contoh:(DNininva guru mangaji kuran. S P
'Neneknya guru mengaji Alqur'an.'
![Page 3: SINTAKSIS BAHASA BANJAR](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012405/5571f8ab49795991698ddcdb/html5/thumbnails/3.jpg)
(2) Umanya himung banar .S P 'Ibunya senang sekali.'
(3) Sapinya anam ikung .S P 'Sapinya enam ekor.'
Pada contoh (1) termasuk kalimat yang predikatnya kata benda, yaitu
guru mangaji Alquran 'guru mengaji Alqur'an', contoh (2) termasuk kalimat
yang predikatnya kata sifat, yaitu himung banar 'senang sekali', dan contoh
(3) predikatnya kata bilangan anam ikung 'enam ekor'.
4.1.2.2 Klausa Terikat
Klausa terikat adalah klausa yang tidak berdiri sendiri sebagai kalimat
sempurnanya, hanya mempunyai potensi sebagai kalimat tak sempurna.
Klausa terikat apabila ditinjau berdasarkan fungsinya dapat dibedakan
menjadi:
1. Klausa Nominal
Klausa nominal adalah klausa terikat yang bertindak sebagai nomina.
Contoh: Bubuhan nang umpat pamainan nitu ditangkapi pulisi.'Orang-orang yang ikut permainan itu ditangkap polisi.'
2. Klausa Adjektif
Klausa adjektif adalah klausa terikat yang bertindak sebagai adjektif.
Contoh:
(1) Urang nangpina marista nitu si Aluh. 'Orang yang kelihatan sedih itu si Aluh.'
(2) Kakanak halus nitu adingnya Ati. 'Anak kecil itu adiknya Ati.'
3. Klausa Adverbial
Klausa adverbial adalah klausa terikat yang bertindak sebagai
adverbia.
Contoh:
Udin bulik ka Kandangan menjadi Udin bulik ka kampung halamannya.
'Udin pulang ke Kandangan' menjadi 'Udin pulang ke kampung
halamannya.'
![Page 4: SINTAKSIS BAHASA BANJAR](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012405/5571f8ab49795991698ddcdb/html5/thumbnails/4.jpg)
4.2 Kalimat
4.2.1 Pengertian Kalimat
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang dapat mengungkapkan
pikiran yang utuh. Pikiran yang utuh itu dapat diwujudkan dalam bentuk lisan
atau tulisan. Dalam bentuk lisan ditandai dengan alunan titi nada, keras
lembutnya suara, dan sela jeda, serta diakhiri nada selesai. Dalam bentuk
tulisan kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik,
tanda seru, atau tanda tanya.4.2.2 Unsur-unsur Kalimat
Di samping berunsur subjek dan predikat, kalimat dapat dibangun dari
unsur yang lebih kompleks. Hal ini dapat dilihat pada contoh berikut.
Abah manzirimi duit pas awal bulan. 'Ayah mengirimi uang ketika
S P O Pel K S P O Pel
awal bulan.'
K
Berdasarkan contoh di atas, sebuah kalimat dapat tersusun dari unsur
yang berupa subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan. Berikut ini
penjelasan dari masing-masing unsur tersebut.
4.2.2.1 Subjek
Subjek adalah unsur kalimat yang ada dalam sebuah kalimat. Subjek
memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
1. Merupakan jawaban atas pertanyaan apa atau siapa.
2. Tidak didahului kata depan atau preposisi.
3. Dapat disertai kata ini atau itu.
4. Dapat merupa kata/kelompok kata benda atau kelas kata yang lain yang
dapat memiliki salah satu ciri subjek.
4.2.2.2 Predikat
Predikat adalah unsur kalimat yang memerikan atau menerangkan
subjek. Keterangan itu berhubungan dengan apa, berapa, mengapa, atau
bagaimana subjek. Predikat memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
![Page 5: SINTAKSIS BAHASA BANJAR](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012405/5571f8ab49795991698ddcdb/html5/thumbnails/5.jpg)
1. Berupa jawaban atas pertanyaan apa, bagaimana, mengapa atau berapa.
2. Dapat disertai kata pengikar tidak atau bukan.
3. Dapat disertai adverbia seperti ingin, mau, akan.
4. Dapat didahului kata ialah, adalah, merupakan.
5. Dapat berupa kata atau kelompok kata kerja, kelompok kata sifat, atau
kelompok kata benda, kata atau kelompok kata bilangan.
4.2.2.3 Objek
Objek adalah unsur kalimat yang dikenai perbuatan atau yang
menderita akibat perbuatan subjek. Objek memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
1. Terdapat dalam kalimat berpredikat verba transitif.
2. Langsung mengikuti predikat.
3. Tidak dapat didahului kata depan atau preposisi.
4. Menjadi subjek dalam konstruksi pasifnya.
5. Dapat berupa kata atau kelompok kata benda atau anak kalimat (ditandai
dengan kata penghubung bahwa).
6. Dapat diganti dengan bentuk -nya.
4.2.2.4 Pelengkap
Pelengkap adalah unsur kalimat yang menerangkan predikat, tetapi
tidak dikenai perbuatan subjek. Pelangkap memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
1. Melengkapi makna kata kerja (predikat).
2. Terdapat dalam kalimat berpredikat kata keija dwitransitif.
3. Langsung mengikuti predikat atau objek jika terdapat objek di dalam
kalimat itu.
4. Tidak didahului kata depan.
5. Berupa kata/kelompok kata benda, kata/ kelompok kata sifat atau klausa.
6. Tidak dapat menjadi subjek dalam konstruksi pasifnya.
7. Tidak dapat digantikan dengan -nya.
8. Cenderung tidak dapat dilesapkan.
![Page 6: SINTAKSIS BAHASA BANJAR](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012405/5571f8ab49795991698ddcdb/html5/thumbnails/6.jpg)
4.2.2.5 Keterangan
Keterangan adalah unsur kalimat yang memberikan informasi lebih
lanjut mengenai hal yang dinyatakan di dalam kalimat, keterangan kalimat
bahasa Indonesia tidak wajib hadir. Selain itu letaknya pun bebas.
Keterangan memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Memberikan informasi tentang waktu, tempat, tujuan, cara, penyerta, alat.
2. Memiliki keleluasaan letak/tempat (dapat di awal, di akhir, atau menyisip
di antara subjek dan predikat).
3. Didahului kata depan seperti ke, di, dari, pada, dalam, dengan atau kata
penghubung/konjungsi jika berupa anak kalimat.
4. Tanpa kata depan jika berupa kata seperti kemarin, sekarang, tadi, nanti.
5. Dapat berupa kata, frase, atau klausa.
4.3 Kalimat Dasar dalam Bahasa Indonesia
Kalimat dasar adalah kalimat yang mengandung hal-hal sebagai
berikut: (i) terdiri dari satu klausa; (ii) unsur-unsurnya lengkap; (iii) susunan
unsur- unsurnya menurut urutan yang paling umum; dan (iv) tidak
mengandung pertanyaan atau pengingkaran (Alwi, et al, 2003:319).
Kridalaksana (2001:92) mengemukakan bahwa kalimat dasar adalah kalimat
yang strukturnyasederhana tetapi unsur-unsurnya lengkap dan yang paling lazim.
4.4 Pola Kalimat Dasar
Kalimat dasar memiliki struktur dengan pola SP, SPO, SPPel, SPK,
SPOPel, dan SPOK. Berikut penjelasan pola-pola tersebut.
4.4.1 Pola SP
Kalimat yang predikatnya tidak menuntut objek, pelengkap, dan
keterangan mempunyai pola SP seperti berikut. Contoh:(1) Umanya guring. S P 'Ibunya tidur.'
(2) Kucingnya tiga ikuns .S P'Kucingnya tiga ekor.'
(3) Ading balaja r.
![Page 7: SINTAKSIS BAHASA BANJAR](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012405/5571f8ab49795991698ddcdb/html5/thumbnails/7.jpg)
S P 'Adik belajar.'
4.4.2 Pola SPO
Dalam kalimat dasar yang berpola SPO, predikat diisi oleh kata kerja
transitif yang menghendaki dua pendamping, yakni subjek dan predikat.
Dengan kata lain pola SPO ini menuntut kehadiran objek seperti contoh
berikut. Contoh:( 1 ) Sidin lasi mambaca koran. S P O
(2) Uma manjarang banyu .S P O 'Ibu merebus air.'
(3) Ading mananam kambans mawar .S P O'Adik menanam bunga mawar.'
4.4.3 Pola SPPel
Kalimat dasar berpola SPPel juga menghendaki dua pendamping yang
berupa subjek dan predikat, tetapi tidak memerlukan objek. Dalam pola
SPPel yang diperlukan kehadiran pelengkap. Berikut contoh pemakaiannya.
Contoh:
(1) Inya marasa hara .S P Pel 'Dia merasa kuatir.'
(2) Sidin manjadi katua RT . S P Pel 'Beliau menjadi ketua RT.'
(3) Muhanya nanskaya kainya .S P P e l " 'Wajahnya mirip kakeknya.'
4.4.4 Pola SPK
Dalam kalimat berpola SPK, predikat menuntut kehadiran dua
pendamping, yakni subjek dan keterangan. Berikut contoh pemakaiannya.
Contoh:( 1 ) Abah tulak ka kantor. S P K 'Ayah pergi ke kantor.'
(2) Sampah masih haja dibuang sambarangan .S P K
'Sampah masih saja dibuang sembarangan.'
(3) Inya balaiar sampai t angah malam .S P K
![Page 8: SINTAKSIS BAHASA BANJAR](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012405/5571f8ab49795991698ddcdb/html5/thumbnails/8.jpg)
'Dia belajar hingga tengah malam.'
4.4.5 Pola SPOPel
Predikat dalam kalimat dasar berpola SPOPel menuntut kehadiran objek
dan pelengkap sekaligus. Berikut contoh pemakaiannya. Contoh:
(1) Aku manukarakan ading w adai cincin .S P 0 Pel'Saya membelikan adik kue cincin.'
(2) Bubuhannya manggalari sidin Utuh Ganal . S P 0 Pel 'Mereka menggelari beliau Utuh Ganal.'
(3) Inya mambari unda buah langsat .S P 0 Pel 'Dia memberi saya buah langsat.'
4.4.6 Pola SPOK
Predikat dalam kalimat dasar berpola SPOK menuntut tiga pendamping
sekaligus, yakni subjek, objek, dan keterangan. Berikut contoh
pemakaiannya. Contoh:( 1 ) Sidin mambawa bawaan gasan cucunya. S P O
K'Beliau membawa oleh-oleh untuk cucunya.'
(2) Uma maandak epok di bawah tilam . S P O K'Ibu meletakkan dompet di bawah kasur.'
(3) Kami sudah badapat sidin samalam . S POK 'Kami sudah bertemu beliau kemarin.'
4.5 Jenis Kalimat
Jenis kalimat dapat dibedakan berdasarkan jumlah klausa, bentuknya,
sifatnya, serta berdasarkan predikatnya.
4.5.1 Kalimat Berdasarkan Jumlah Klausa
Berdasarkan jumlah klausanya, kalimat dibedakan menjadi dua
bagian, yaitu (1) kalimat tunggal dan (2) kalimat majemuk (Djajasudarma
dalam Putrayasa, 2007:26).
![Page 9: SINTAKSIS BAHASA BANJAR](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012405/5571f8ab49795991698ddcdb/html5/thumbnails/9.jpg)
4.5.1.1 Kalimat Tunggal A. Pengertian Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri dari satu klausa bebas
tanpa klausa terikat (Cook, 1971:38; Elson and Pickett, 1969:123). Alwi, et al,
(2003:338) mengemukakan bahwa kalimat tunggal adalah kalimat yang
terdiri atas satu klausa. Hal ini berarti bahwa konstituen untuk tiap unsur
kalimat, seperti subjek dan predikat, hanyalah satu atau merupakan satu
kesatuan. Dalam kalimat tunggal terdapat semua unsur wajib yang
diperlukan. Dalam kalimat tunggal tidak mustahil terdapat unsur manasuka,
seperti keterangan tempat, waktu, dan alat. Hal senada juga dikemukakan
Keraf (1991:194) kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya terdiri atas dua
unsur inti dan boleh diperluas dengan satu atau lebih unsur-unsur tambahan,
asal unsur-unsur tambahan itu tidak membentuk pola yang baru.
Kridalaksana (2001:95) mengemukakan bahwa kalimat tunggal adalah
kalimat yang terjadi dari satu klausa bebas. Chaer (2003:243) mengatakan
bahwa kalau klausanya hanya satu, kalimat tersebut disebut kalimat tunggal.
Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri dari satu klausa atau satu
konstituen SP. Unsur inti kalimat tunggal adalah subjek dan predikat
(Rusyana dan Samsuri, 1976:29).
Dengan demikian, kalimat tunggal merupakan kalimat yang hanya
terdiri dari satu klausa atau dua unsur inti subjek dan predikat dan dapat
diperluas dengan satu atau lebih unsur tambahan tetapi tidak membentuk
pola baru.
B. Ciri-ciri Kalimat Tunggal
Ciri-ciri kalimat tunggal sebagai berikut:
1. Terdiri dari unsur inti subjek dan predikat.
2. Dapat diperluas dengan satu atau lebih unsur-unsur tambahan.
3. Hasil dari perluasan tersebut tidak boleh membentuk pola baru.
4. Boleh ditambah dengan objek dan keterangan.
Contoh penggunaan kalimat tunggal sebagai berikut:(1) Urang itu kai kami. 'Orang itu kakek kami.'
(2) Abah manukar peci hanyar. 'Ayah membeli kopiah baru.'
(3) Bajauh! 'Pergi!'
![Page 10: SINTAKSIS BAHASA BANJAR](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012405/5571f8ab49795991698ddcdb/html5/thumbnails/10.jpg)
4.5.1.2 Kalimat Majemuk
A. Pengertian Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk adalah kalimat yang mengandung dua pola kalimat
atau lebih yang bagian-bagiannya diperluas sehingga perluasan itu
membentuk satu atau lebih pola yang baru di samping pola yang sudah ada
(Keraf, 1991:199). Chaer (2003:243) mengatakan kalau klausa di dalam
sebuah kalimat terdapat lebih dari satu, kalimat itu disebut kalimat majemuk.
Atmojo, et al, (1991:119) juga mengemukakan bahwa kalimat majemuk
adalah kalimat yang terdiri dari dua klausa atau lebih.
Kalimat majemuk adalah kalimat yang terjadi dari beberapa klausa
bebas (Kridalaksana, 2001:94; Tangan 1985:7). Verhaar (1999:275) juga
mengatakan bahwa kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri dari dua
klausa atau lebih. Purba, et al. (2002:149) mengatakan kalimat majemuk
adalah kalimat yang terdiri dari lebih dari satu proposisi sehingga
mempunyai kesatuan. Dengan demikian, sifat kalimat majemuk selalu
berwujud dua klausa atau lebih dan akan terjadi hubungan antarklausa yang
ada pada kalimat itu.
B. Ciri-ciri Kalimat Majemuk
Ciri-ciri kalimat majemuk sebagai berikut:
1. Hasil penggabungan atau perluasan dari kalimat tunggal.
2. Mempunyai unsur inti yang ganda, baik subjek, predikat, maupun objek.
3. Menggunakan kata tugas.
4. Mempunyai induk kalimat dan anak kalimat.
C. Jenis-jenis Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk dapat dibedakan menjadi tiga bagian besar, yaitu:
(1) kalimat majemuk setara, (2) kalimat majemuk rapatan, dan (3) kalimat
majemuk bertingkat (Putrayasa, 2007:55). 1. Kalimat Majemuk Setara
Alwi, et al. (2001:24) mengemukakan bahwa kalimat majemuk setara
adalah kalimat majemuk yang unsur-unsurnya sederajat atau setara. Artinya,
unsur yang satu tidak lebih tinggi atau lebih rendah daripada unsur yang
![Page 11: SINTAKSIS BAHASA BANJAR](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012405/5571f8ab49795991698ddcdb/html5/thumbnails/11.jpg)
lainnya. Masing-masing unsur yang membentuk kalimat majemuk itu dapat
berdiri sendiri. Keraf (1991:200) mengemukakan hal yang sama bahwa
kalimat majemuk setara adalah kalimat majemuk yang pola-pola kalimatnya
memiliki kedudukan yang sederajat, tidak ada pola kalimat yang menduduki
suatu fungsi yang lebih tinggi dari pola yang ada.
Purba, et al. (2002:149) juga mengemukakan hal yang senada bahwa
dalam kalimat majemuk setara, hubungan antara klausa yang satu atau
dengan klausa yang lain dalam satu kalimat menyatakan hubungan
koordinatif/sederajat/setara. Kridalaksana (2001:94) mengatakan bahwa
kalimat majemuk setara adalah kalimat yang terdiri dari klausa-klausa bebas.
Putrayasa (2007:55) mendefinisikan bahwa kalimat majemuk setara
adalah gabungan dari beberapa kalimat tunggal yang unsur-unsurnya tidak
ada yang dihilangkan. Dengan kata lain, unsur-unsur kalimat tunggal yang
digabungkan mempunyai kedudukan yang setara. Jadi, kalimat majemuk
setara diberi nama sesuai dengan jenis hubungan yang ada di antara
kalimat-kalimat yang digabungkan.
Selanjurnya, Putrayasa (2007:55) mengatakan bahwa secara garis
besar, kalimat majemuk setara dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: (1) kalimat
majemuk
setara sejalan, (2) kalimat majemuk berlawanan, dan (3) kalimat majemuk
penunjukkan. Kalimat majemuk setara sejalan adalah kalimat-kalimat yang
digabungkan itu tidak berlawanan atau pengertiannya sejalan. Kemudian
yang dimaksud dengan kalimat majemuk setara berlawanan adalah kalimat-
kalimat yang digabungkan itu mengandung makna pertentangan.
Selanjutnya, kalimat majemuk setara penunjukkan adalah bagian kalimat
satu menunjuk kembali pada bagian lain.
Contoh:
(1) Inya makan dan minum di rumah unda. 'Dia makan dan minum di rumah saya.'
(2) Ikam umpat aku atawa umpat inya bulik? 'Kamu ikut saya atau ikut dia pulang?'
![Page 12: SINTAKSIS BAHASA BANJAR](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012405/5571f8ab49795991698ddcdb/html5/thumbnails/12.jpg)
(3) Ading sudah rajin balajar, tapi nilai ulangannya masih haja randah.'Ading sudah rajin belajar, tapi nilai ulangannya masih saja rendah.'
2. Kalimat Majemuk Rapatan
Kalimat majemuk rapatan adalah kalimat majemuk yang terjadi dari
penggabungan beberapa kalimat tunggal yang unsur-unsurnya sama
dirapatkan atau dituliskan sekali saja (Putrayasa, 2007:57). Kemudian
Putrayasa (2007:57) membagi kalimat majemuk rapatan menjadi: (1) kalimat
majemuk rapatan sama subjek, (2) kalimat majemuk rapatan sama predikat,
(3) kalimat majemuk rapatan sama objek, dan (4) kalimat majemuk rapatan
sama keterangan. Pemberian nama ini sesuai dengan unsur kalimat yang
dirapatkan. Contoh:Contoh:
Maling itu dihajar , disepak-sepak , habis itu disimbur lawan banyu.S P1 P2 P3
'Pencuri itu dipukul, ditendang-tendang, setelah itu disiram dengan air.'
2) Kalimat Majemuk Rapatan Sama Predikat Contoh:
Rumahnya, pahumaannya, dan kabunnya dijual.SI S2 S3 P
'Rumahnya, sawahnya, dan kebunnya dijual.'
3) Kalimat Majemuk Rapatan Sama Objek Contoh:
Abah manulis dan uma mangirimakan surat ini.SI P1 S2 P2 O
'Ayah menulis dan ibu mengirimkan surat ini.'
4) Kalimat Majemuk Rapatan Sama Keterangan Contoh:
Ading manyapu halaman dan kaka mamasak di sumur.SI P1 01 S2 P2 K
'Adik menyapu halaman dan kakak memasak di sumur.'
3. Kalimat Majemuk Bertingkat
Admojo, et al. (1991:124) mengemukakan bahwa kalimat majemuk
bertingkat adalah kalimat majemuk yang klausa-klausanya tidak mempunyai
kedudukan yang sama. Hubungan klausa yang satu dengan klausa lainnya
disebut hubungan subordinatif. Ketidaksetaraan kedudukan klausa dalam
kalimat ini akan menimbulkan adanya klausa utama dan klausa sematan.
![Page 13: SINTAKSIS BAHASA BANJAR](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012405/5571f8ab49795991698ddcdb/html5/thumbnails/13.jpg)
Klausa utama adalah klausa yang menjadi induk kalimat, sedangkan klausa
sematan klausa yang menjadi bagian klausa utama.
Putrayasa (2007:59) mengatakan bahwa kalau sebuah unsur dari
kalimat sumber (kalimat tunggal) dibentak menjadi kalimat dan kalau kalimat
bentakan itu digabungkan dengan sisa kalimat sumbernya, terbentuklah
kalimat majemuk bertingkat. Dengan ketentuan:
1. Sisi kalimat sumber disebut induk kalimat.
2. Kalimat bentukan disebut anak kalimat.
3. Anak kalimat diberi nama sesuai dengan nama unsur kalimat sumber yang
digantinya.
Keraf (1991:200) juga mengemukakan bahwa kalimat majemuk
bertingkat adalah kalimat yang mengandung dua pola kalimat atau lebih
yang tidak sederajat. Salah satu pola menduduki fungsi utama kalimat, yang
lazimnya disebut induk kalimat, sedangkan pola yang lain yang lebih rendah
kedudukannya disebut anak kalimat. Sesuai dengan fungsi atau relasinya itu,
anak-anak kalimat dapat dibagi menjadi:
1. Anak-anak kalimat yang menduduki fungsi utama kalimat, yaitu anak
kalimat subjek dan anak kalimat predikat.
2. Anak-anak kalimat yang menduduki salah satu fungsi pelengkap fungsi
tambahan yang rapat, yaitu anak kalimat objek langsung, objek pelaku,
dan objek berkepentingan.Anak-anak kalimat yang menduduki salah satu fungsi tambahan yang renggang, baik sebagai keterangan subjek dan objek maupun sebagai keterangan predikat yang renggang, yaitu anak kalimat keterangan subjek, anak kalimat keterangan objek, anak kalimat keterangan waktu, anak kalimat keterangan tempat, keterangan sebab, dan keterangan akibat. Contoh:
Abahnya rancak bamamai lantaran anaknya kada mau balajar. 'Ayahnya sering mengomel sebab anaknya tidak mau belajar.'
Inya sudah bapadah lawan unda kalau inya kada masuk sakolah. 'Dia sudah mengatakan kepada saya bahwa dia tidak masuk sekolah.'
(3) Biar hujan unda tetap datang ka rumah ikam.'Meskipun hujan saya tetap datang ke rumah kamu.' 4.5.2 Kalimat Berdasarkan BentuknyaBerdasarkan bentuknya, kalimat dapat dibedakan menjadi kalimat berita, kalimat tanya, dan kalimat perintah.Berikut uraiannya.
![Page 14: SINTAKSIS BAHASA BANJAR](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012405/5571f8ab49795991698ddcdb/html5/thumbnails/14.jpg)
4.5.2.1 Kalimat Berita
Kalimat berita adalah kalimat yang berisi pemberitaan atau
pernyataan. Kalimat berita disebut juga kalimat deklaratif (Alwi, et al,
2001:9). Kridalaksana (2001:92) mengatakan kalimat berita atau deklaratif
adalah kalimat yang mengandung intonasi deklaratif dan pada umumnya
mengandung makna 'menyatakan atau memberitahukan sesuatu'; dalam
ragam tulis biasanya diberi tanda titik (.) atau tak diberi apa-apa pada bagian
akhirnya.
Chaer (1998:349) mendefinisikan bahwa kalimat berita adalah kalimat
yang isinya menyatakan berita atau pernyataan untuk diketahui oleh orang
lain (pendengar atau pembaca). Kalimat berita dibentuk dari sebuah klausa,
dua buah klausa, tiga buah klausa, atau juga lebih; atau dalam wujud kalimat
sederhana, kalimat luas rapatan, kalimat luas setara, kalimat luas bertingkat,
maupun kalimat kompleks, sesuai dengan besarnya atau luasnya isi berita
yang ingin disampaikan.
Selanjutaya, Ramlan (1996:32) juga menambahkan bahwa
berdasarkan fungsinya dalam hubungan situasi, kalimat berita berfungsi
untuk memberitahukan sesuatu kepada orang lain sehingga tanggapan yang
diharapkan berupa perhatian seperti tercermin pada pandangan mata yang
menunjukkan adanya perhatian. Contoh:
(1) Isuk sidin tulak ka Tanjung.'Besok beliau pergi ke Tanjung.'
(2) Sidin baisi cucu 15 ikung.'Beliau mempunyai cucu 15 orang.'
(3) Bubuhannya dibari waktu saminggu manggawi tugas ini.'Mereka diberi waktu seminggu mengerjakan tugas ini.'
4.5.2.2 Kalimat Tanya
Kalimat tanya adalah kalimat yang biasanya digunakan untuk
meminta informasi tentang sesuatu dari lawan bicara. Kalimat tanya disebut
juga kalimat interogatif (Alwi, et al, 2001:9). Kridalaksana (2001:93) juga
mengemukakan kalimat tanya atau interogatif adalah kalimat yang
![Page 15: SINTAKSIS BAHASA BANJAR](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012405/5571f8ab49795991698ddcdb/html5/thumbnails/15.jpg)
mengandung intonasi interogatif dan pada umumnya mengandung makna
pertanyaan; dalam ragam tulis biasanya ditandai oleh (?).
Kalimat tanya adalah kalimat yang isinya mengharapkan reaksi atau
jawaban berupa pengakuan, keterangan, alasan, atau pendapat dari pihak
pendengar atau pembaca (Chaer, 1998:350). Selanjutnya, Ramlan (1996:33)
kalimat tanya berfungsi untuk menanyakan sesuatu. Kalimat ini memiliki pola
intonasi yang berbeda dengan pola intonasi kalimat berita.
Contoh:
(1) Sapa ngaran ikam ?'Siapa nama kamu?'
(2) Buku ini sudah pian baca?'Buku ini sudah tuan baca?'
(3) Ikamkah nang maambil iwakku?'Kamukah yang mengambil ikanku?'
4.5.2.3 Kalimat Perintah
Kalimat perintah adalah kalimat yang mengandung perintah atau
permintaan (permohonan) kepada lawan bicara agar lawan bicara
melaksanakan atau mengeijakan apa yang diinginkan oleh pembicara.
Kalimat perintah disebut juga kalimat imperatif (Alwi, et al, 2001:9).
Kridalaksana (2001:94) juga mengemukakan bahwa kalimat perintah
atau kalimat imperatif adalah kalimat yang mengandung intonasi imperatif
dan pada umumnya mengandung makna perintah atau larangan; dalam
ragam tulis ditandai oleh (.) atau (!). Kemudian, Cook (1971:38) mengatakan
bahwa kalimat perintah adalah kalimat yang dibentuk untuk memancing
responsi yang berupa tindakan. Contoh
(1) Tutupakan lawang!
'Tutup pintu!'
(2) Ayu kita tulakan!
'Ayo kita berangkat!'(3) Kawakah ikam nang maantar bubur ini ka rumah nini!
'Bisakah kamu yang mengantar bubur ini ke rumah nenek?'
![Page 16: SINTAKSIS BAHASA BANJAR](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012405/5571f8ab49795991698ddcdb/html5/thumbnails/16.jpg)
4.5.3 Kalimat Berdasarkan Sifatnya
Berdasarkan sifatnya kalimat dapat dibedakan menjadi kalimat aktif
dan kalimat pasif. Berikut uraiannya. 4.5.3.1 Kalimat Aktif
Kalimat aktif adalah kalimat yang subjeknya berperanan sebagai
pelaku atau aktor (Cook, 1971:49). Jadi dalam kalimat aktif, subjeknya
melakukan tindakan secara aktif dan biasanya ditandai dengan kata kerja.
Jenis-jenis kalimat aktif dapat dibedakan menjadi kalimat aktif transitif
dan aktif intransitif. Berikut penjelasannya.
A. Kalimat Aktif Transitif
Kalimat aktif transitif merupakan kalimat aktif yang memerlukan objek.
Contoh:(1) Uma mamasak nasi. 'Ibu memasak nasi.'
(2) Ading balajar mambaca. 'Adik belajar membaca.'
(3) Sidin manyamir sapatu. 'Beliau menyemir sepatu.'
B. Kalimat Aktif Intransitif
Kalimat aktif intransitif merupakan kalimat aktif yang tidak
memerlukan
objek. Contoh:(1) Inya manari-nari sorangan. 'Dia menari-nari sendirian.'
(2) Sidin bahinakpina ngalih banar. 'Beliau bernapas tampak susah sekali.'
(3) Kakanakan itu babukahan haja.'Anak-anak itu berlari-larian saja.'
4.5.3.2 Kalimat Pasif
Kalimat pasif adalah kalimat yang subjeknya berperanan sebagai
penderita. Jadi dalam kalimat pasif, subjeknya melakukan tindakan secara
pasif. Contoh:(1) Wadai ini habis dimakan kaka. 'Kue ini habis dimakan kakak.'
(2) Kucing disepak ading. 'Kucing ditendang adik.'
(3) Bubuhannya kahausan. 'Mereka kehausan.'
![Page 17: SINTAKSIS BAHASA BANJAR](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012405/5571f8ab49795991698ddcdb/html5/thumbnails/17.jpg)
4.5.4 Kalimat Berdasarkan Pengisi Predikat
Kalimat berdasarkan pengisi predikat maksudnya konstituen apa saja
yang mengisi predikat kalimat sehingga kalimat dapat dibedakan menjadi (1)
kalimat verbal dan (2) kalimat ekusional. Berikut penjelasannya.
4.5.4.1 Kalimat Verbal
(verba) atau frase verba. Contoh:(1) Sidin maunjun. 'Beliau memancing.'
(2) Abah guring di kamar. 'Ayah tidur di kamar.'
(3) Uma manggangan asam. 'Ibu menyayur asem.'
4.5.4.2 Kalimat Ekusional
Kalimat ekusional adalah kalimat yang memiliki predikat bukan kata
kerja (verba). Predikat dalam kalimat ekusional dapat berupa kata benda
(nomina), kata sifat (adjektiva), atau kata bilangan (numeralia). Contoh:
(1) Abah undapulisi.'Ayah saya polisi.'
(2) Anak sidin bungas banar. 'Anak beliau cantik sekali.'
(3) Rumah sidin 3 buah. 'Rumah beliau 3 buah.'
4.5.5 Kalimat Berdasarkan Kelengkapan Unsurnya
Kalimat berdasarkan kelengkapan unsurnya dapat dibedakan menjadi
kalimat lengkap dan kalimat tak lengkap.
4.5.5.1 Kalimat Lengkap
Kalimat lengkap merupakan kalimat yang unsur-unsurnya lengkap,
seperti subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan. Contoh:
(1) Uma haratan manj arang pucuk daun gumbili di dapur. 'Ibu sedang
merebus pucuk daun singkong di dapur.'
(2) Kami manggawi tugas bahasa Indonesia di rumah Ayu. 'Kami mengerjakan tugas bahasa Indonesia di rumah Ayu.'
![Page 18: SINTAKSIS BAHASA BANJAR](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012405/5571f8ab49795991698ddcdb/html5/thumbnails/18.jpg)
(3) Bini sidin bungas banar. 'Istri beliau cantik sekali.'
4.5.5.2 Kalimat Tak Lengkap
Kalimat tak lengkap merupakan kalimat yang tidak ada unsur subjek
dan predikat. Hal ini terjadi dalam wacana karena unsur yang tidak muncul
tersebut sudah diketahui sebelumnya. Contoh:(1) Kai! 'Kakek!'
(2) Guring 'Tidur'
(3) makan! 'makan!'
4.5.6 Kalimat Berdasarkan Susunan Unsurnya
Berdasarkan susunan unsurnya, kalimat dapat dibedakan menjadi
kalimat biasa dan kalimat inversi.
4.5.6.1 Kalimat Biasa
Kalimat biasa merupakan kalimat yang susunan subjeknya mendahului
predikat. Contoh:(1) Bubuhannya mamutik langsat. 'Mereka memetik duku.'
(2) Ading ditukarakan anakan. 'Adik dibelikan boneka.'
(3) Kaka manapas jilbabnya. 'Kakak mencuci jilbabnya.
4.5.6.2 Kalimat Inversi
Kalimat inversi merupakan kalimat yang susunan predikatnya
mendahului subjek. Contoh:(1) Takurihing sidin mandangar habar nitu. 'Tersenyum beliau mendengar
kabar yang itu.'
(2) Marangut muhanya manarima tugas nang banyak. 'Merengut wajahnya menerima tugas yang banyak.'
(3) Manangis ay inya mandangar habar adingnya maninggal dunia. 'Menangislah dia mendengar kabar adiknya meninggal dunia.'