sinusitis

19
BAB I PENDAHULUAN Sinusitis maksilaris merupakan inflamasi mukosa pada sinus maksilaris. Sinus paranaslis lainnya ialah sinus frontalis, sinus etmoidalis dan sinus spenoidalis. Sinus maksilaris sendiri merupakan sinus paranasalis yang terbesar diantara sinus lainnya. Sinus paranasalis mempunyai fungsi yang penting yaitu untuk melembabkan, menyaring dan mengatur suhu udara yang akan masuk ke paru-paru. Saat lahir sinus maksila bervolume 6-8 ml, sinus kemudian berkembang dengan cepat dan akhirnya mencapai ukuran maksimal, yaitu 15 ml saat dewasa. 1 Sinusitis maksilaris adalah penyakit yang sering terjadi di masyarakat. Terdapat beberapa faktor penyebab dan predisposisi penyakit sinusitis antara lain ISPA akibat virus,bermacam rhinitis terutama rhinitis alergi, polip hidung, deviasi septum, hipertrofi konka, sumbatan kompleks ostio-meatal (KOM), infeksi gigi,dan kelainan imunologi. Faktor lain yang juga berpengaruh adalah lingkunagn berpolusi, udara dingin dan kering serta kebiasaan merokok. Keadaan ini lama kelamaa akan menyebabkan perubahan mukosa da merusak silia. 1,2

Upload: rothen

Post on 21-Feb-2016

33 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Sinusitis

TRANSCRIPT

Page 1: Sinusitis

BAB I

PENDAHULUAN

Sinusitis maksilaris merupakan inflamasi mukosa pada sinus maksilaris.

Sinus paranaslis lainnya ialah sinus frontalis, sinus etmoidalis dan sinus

spenoidalis. Sinus maksilaris sendiri merupakan sinus paranasalis yang terbesar

diantara sinus lainnya. Sinus paranasalis mempunyai fungsi yang penting yaitu

untuk melembabkan, menyaring dan mengatur suhu udara yang akan masuk ke

paru-paru. Saat lahir sinus maksila bervolume 6-8 ml, sinus kemudian

berkembang dengan cepat dan akhirnya mencapai ukuran maksimal, yaitu 15 ml

saat dewasa.1

Sinusitis maksilaris adalah penyakit yang sering terjadi di masyarakat.

Terdapat beberapa faktor penyebab dan predisposisi penyakit sinusitis antara lain

ISPA akibat virus,bermacam rhinitis terutama rhinitis alergi, polip hidung, deviasi

septum, hipertrofi konka, sumbatan kompleks ostio-meatal (KOM), infeksi

gigi,dan kelainan imunologi. Faktor lain yang juga berpengaruh adalah

lingkunagn berpolusi, udara dingin dan kering serta kebiasaan merokok. Keadaan

ini lama kelamaa akan menyebabkan perubahan mukosa da merusak silia.1,2

Konsensus tahun 2004 membagi menjadi sinusitis akut sub akut dan

kronik. Sinusitis akut dengan batas samapai 4 minggu, subakut antara 4 minggu

sampai 3 bulan dan kronik jika lebih dari 3 bulan. Sinusitis kronik merupakan

manisfestasi dari sinusitis akut yang tidak terobati secara tuntas. Menurut berbagai

penelitian, bakteri utama yang ditemukan pada sinusitis akut adalah Streptococcus

pneumonia (30-50%), Haemophylus influenza (30-40%) dan Moraxella

catarrhalis (4%). Pada anak M.catarrhalis lebih banyak ditemukan (20%).1

Page 2: Sinusitis

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Sinusitis maksilaris merupakan inflamasi mukosa sinus maksilaris.

Sinusitis maksilaris diklasifikasikan menjadi akut, subakut dan kronik. Sinusitis

akut bila gejalanya berlangsung beberapa hari sampai 4 minggu, sinusitis subakut

bila gejala berlangsung dari 4 minggu sampai 3 bulan, dan sinusitis kronis bila

gejala berlangsung lebih dari 3 bulan. Sinus maksila disebut juga antrum

Highmore, letaknya dekat akar gigi rahang atas, maka infeksi gigi mudah

menyebar ke sinus, disebut sinus dentogen.1,3

B. Etiologi dan Faktor Predisposisi

Menurut penelitian bakteri utama yang ditemukan pada sinusitis akut

adalah Stretocooccus pneumniae, Haemophylus influenza, Staphylococcus aureus,

Streptococcus pyogenes dan Moraxella catarrhalis.

Beberapa fakor etiologi dan predisposisi antara lain ISPA akibat virus,

bermacam rhinitis alergi, rhinitis hormonal pada wanita hamil, polip hidung,

kelainan anatomi seperti deviasi septum, atau hipertrofi konka, sumbatan

kompleks ostio-meatal (KOM), infeksi gigi, kelainan imunoogik, dyskinesia silia

seperti pada sindrma Kartagener, dan di luar negeri adalah penyakit fibrosis kistik.

Faktor lain yang juga berpengaruh adalah lingkungan berpolusi, udara

dingin dan kering, serta kebiasaan merokok. Keadaan ini lama-kelamaan akan

menyebabkan perubahan mukosa dan merusak silia.1

C. Patofisiologi

Kesehatan sinus dipengaruhi oleh paensi ostium sinus dan lancarnya

klirens mukosiliar di dalam kompleks ostio-meatal (KOM). Organ-organ yag

membentuk KOM letaknya berdekatan dan bila terjadi edema mukosa yang

berhadapan akan saling bertemu sehingga silia tidak dapat bergerak dan ostium

tersumbat. Akibatnya terjadi tekanan negative di dalam rongga sinus yang

Page 3: Sinusitis

menyebbkan terjadinya transudasi. Keadaan ini bias disebut sebagai rinosinusitis

non bacterial da biasanya sembuh dalam beberapa hari tanpa pengobatan.1

Bila kondisi ini menetap, secret yag terkumpul dalam sinus medis baik

untuk tumbuh dan multipikasi bakteri. Secret menjadi purulent. Keadaan ini

disebut sebagai rinsinusitis akut bacterial dan memerlukan antibiotik.1

Jika terapi tidak berhasil 9misalnya karena ada faktor predisposisi),

inflamasi berlanjt, terjadi hipoksia dan bakteri anaerob berkembang. Mukosa

makin membengkak dan ini merupakan rantai siklus yang terus berputr sampai

akhirnya perubahan mukosa menjadi kronik yaitu hipertrofi, polipoid atau

pembentukan polip dan kista. Pada keadaan ini mungkin diperlukan tindakan

operasi.1

D. Gejala Klinik

Keluhan utama rinsinusitis akut adalah hidung tersumbat disertai nyerirasa

tekanan pada muka dan ingus purulent, yag seringkali turun ke teggorok (post

nasal drip). Dapat sisertai gejala sistemik seperti demam dan lesu.

Keluhan nyeri atau rasa tekanan di daerah sinus yang terkena merupakan

ciri khas sinusitis akut, serta kadang-kadang yeri juga dirasakan ditempat lain

(referred pain). Nyeri pipi menandakan sinusitis maksila, nyeri di antara atau

dibelakang ke dua bola mata menandakan sinusitis etmoid, nyeri di dahi atau

seluruh kepala menandakan sinusitis frontal. Pada sinusitis sfenoid, nyeri

dirasakan di vertex, oksipital, belakang bola mata dan daerah mastoid. Pada

sinusitis maksila kadang-kadang ada nyeri alih ke gigi dan telinga. Gejala lain

adalah sakit kepala, hiposmia/anosmia, post nasal drip yang menyebabkan batuk

dan sesak pada anak.

Keluhan sinusitis kronik tidak khas sehingga sulit didiagnosis. Kadang-

kadang hanya 1 atau 2 dari gejala-gejala dibawah ini yaitu sakit kepala kronik,

post nasal drip, batuk kronik gagguan teggorok, gangguan telinga akibat

sumbatan kronik muara tuba Eustachius, gangguan ke paru seperti bronchitis

(sinc-bronkitis), bronkiektasis dan yang penting adalah serangan asma yang

meningkat dan sulit diobati.

E. Diagnosis

Page 4: Sinusitis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan

pemeriksaan penujang. Pemeriksaan fisik dengan rinoskpi antaerior dan posterior,

pemeriksaan naso-endoskopi sangat diajurkan untuk diagnosis yang lebih tepat

dan dini. Tanda khas adanya pus di meatus medius (pada sinusitis maksila dan

etmoid anterior dan frontal) atau di meatus superior (pada sinusitis emoid

posterior dan sfenoid). Pada rinosinustis akut, mukosa edema dan hiperemis. Pada

anak sering ada pembengkakan dan kemerahan di daerah kantus medius.

Pemeriksaan yang penting adalah foto polos atau CT-scan. Foto polos

posisi Waters, PA dan lateral, umumnya hanya mampu eilai kondisi sinus-sinus

besar seperti sinus maksila dan frontal. Kelainan akan terlihat perselubungan,

batas udara dan cairan (air fluid level) atau penebalan mukosa.

CT-scan merupakan gold standard diagnosis sinusitis, karena mampu

menilai anatomi hidung dan sinus, adanya penyakit dalam hidung dan sinus secara

keseluruhan dan perluasannya. Pada pemeriksaan tranluminasi sinus yang sakit

akan menjadi suram atau gelap. Pemeriksaan ini sudah jarag digunakankarena

sangat terbatas kegunaannya.

Pemeriksaan mikrobiologik dan tes resistensi dilakukan dengan

mengambil secret dari meatus medius/superior, untuk mendapat antibody yang

tepat guna. Lebih baik lagi bila diambil secret yang keluar dari pungsi sinus

maksila. Sinuskopi dilakukan dengan pungsi menembus dinding medial sinus

maksila melalui meatus inferior, dengan alat endoskop bias dilihat kndisi sinus

maksila yang sebenarnya, selanjutnya dapat diakukan irigasi sinus untuk terapi.

F. Terapi

Tujuan terapi sinusitis adalah :

1. Mempercepat penyembuhan

2. Mencegah komplikasi

3. Mencegah perubahan menjadi kronik

Prinsip pengobatan ialah membuka sumbatan di KOM sehingga drainase

dan ventilasi sinus-sinus pulih secara alami. Antibiotic dan dekongestan

merupakan terapi pilihan pada sinusitis akut bacterial, untuk menghilangkan

Page 5: Sinusitis

infeksi dan pembengkakan mukosa serta membuka ostium sinus. Antibiotic yang

dipilih adalah golongan penisilin seperti amoksisilin. Jika diperkirakan kuman

telah resisten, maka dapat diberikan amoksisilin-klavulanat atau jenis

sefalosporingenerasi ke 2. Pada sinusitis antibiotic diberikan selama 10-14 hari

meskipun gejala klinik sudah hilang. Pada sinusitis kronik diberikan antibiotic

yang sesuai untuk kuman gram dan anaerob.

Selain dekongestan oral dan topikal, terapi lain dapat diberikan jika

diperlukan, seperti analgetik, mukolitik, steroid oral/topical, pencucian rongga

hidung dengan NaCl atau pemanasan (diatermi). Antihistamin tidak rutin

diberikan, karena sifat antikolinergiknya dapat menyebabkan secret menjaid

kental. Bila ada alergi berat sebaiknya diberikan antihistamin generasi ke 2. Irigasi

sinus maksila atau Proetz displacement therapy juga merupakan terapi tambahan

yang dapat bermanfaat. Imunoterpi juga diperlukan jika pasien menderita kelainan

alergi yang berat.

Bedah sinus endoskopi fungsional (BSEF/FESS) merupakn operasi terkini

untuk sinusitis kronik yang memrlukan operasi. Tindakan ini lebih ringan

dilakukan. Indikasinya berupa sinusitis kronik yang tidak membaik setlah terapi

adekuat, sinusitis kronik disertai kist atau kelainan yang ireversibel, polip

ekstensif, adanya komplikasi sinusitis sert sinusitis jamur.

G. Komplikasi

Kelainan intrakranial, dapat berupa meningitis, abses ekstradural atau

subdural, abses otak dan thrombosis sinus kavernosus.

1. Osteomyelitis dan abses subperiosteal

Paling sering timbul akibat sinusitis frontl dan biasanya ditemukan pada

anak-anak. Pada osteomyelitis sinus maksila dapat timbul fistula oroantral

atau fistula pada pipi.

2. Kelainan paru

Seperti bronchitis kronis dan bronkiektasis. Adanya kelainan sius

paranasal disertai kelainan paru sdisebut sinobronkitis. Selain itu dapat

Page 6: Sinusitis

juga menyebabkan kambuhnya asma bronkial yang sukar dihilangkan

sebelum siusitisnya disembuhkan.

Page 7: Sinusitis

BAB III

LAPORAN KASUS

A. Identitas

Nama pasien : Ny. NU

Jenis kelamin : Perempuan

Tempat/Tanggal lahir : Lamongan, 1 April 1982

Umur : 33 tahun

Pendidikan terakhir : SMA

Agama : Islam

Pekerjaan : Wiraswasta (usaha rumah makan)

No. RM : 42-51-41

Tanggal rawat jalan : 29 September 2015

B. Anamnesis

Pasien datang dengan keluhan pilek dengan disertai rinore yng berwarna

putih kekuningan dan hidung tersumbat yang dialamai sejak 1 minggu yang lalu.

Selain itu pasien juga mengeluh rasa penuh ditelinga kanan disertai nyeri kepala

sebelah kanan yang dirasakan seperti ditusuk-tusuk yang dialami sejak 3 hari lalu

dan rasa nyeri pada gigi rahang atas kanan. Riwayat pengobatan sebelumnya

dengan obat procold dan asam mefenamat yang dibeli pasien sendiri di apotik.

C. Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan hidung tampak hiperemis pada conca nasalis inferior dan

conca nasalis media disertai udem pada conca. Selain itu ditemukan adanya rinore

pada bagian dalam hidug. Sedangkan pemeriksaan telinga dengan otoskop tidak

tampak kelainan pada kedua telinga.

Page 8: Sinusitis

Telinga Kanan Kiri

Page 9: Sinusitis

A/Otalgia - - Gangguan dengar - - Vertigo - - Tinitus - - Itching - - Otorhoe - - Fulness - - Corpus Alienum - -P/ Auriculum Nyeri tekan tragus (-),

udem (-), bentuk normal,mikrotia (-), radang(-).

Nyeri tekan tragus (-), udem (-), bentuk normal,mikrotia (-), radang(-).

Canalis Aud. Ext. Lapang, edem (-), hiperemis(-), furunkel (-)

Lapang, edem (-), hiperemis(-), furunkel (-)

Sekret - -

Membrane timpani Intake Intake

Pre/Retro Aurikuler Bentuk normal, radang (-), nyeri tekan (-)

Bentuk normal, radang (-), nyeri tekan (-)

Tes Bisik Tidak dievaluasi Tidak dievaluasi

Garpu Tala Tidak dievaluasi Tidak dievaluasi

Audiometri Tidak dievaluasi Tidak dievaluasi

Hidung Kanan KiriRhinorhea + +

Sneezing - -

Obstruksi Nasi - -

Cephalgia - -Anosmia - -

Foetor - -

Cold - -

Corpus Alienum - -

Crusta - -

Epitaksis - -

P/Deformitas - -

Sekret + +

Page 10: Sinusitis

Concha Hiperemis, udem (+) Hiperemis, udem (+)

Meatus media Hiperemis, udem (+) Hiperemis, udem (+)Septum nasi Lurus, deviasi (-),

Krista(-), spina(-)Lurus, deviasi (-), Krista(-), spina(-)

Polip - -Selulitis - -Tumor /massa - -

Nasofaring Kanan KiriLaring-faringDisfagi - -Disfoni - -P/ Palatum Molle Mucosa merah muda Mucosa merah mudaTonsil T1, hiperemis (-) T1, hiperemis(-)Arcus Faring Udem (-),

hiperemis(-)Udem (-), hiperemis(-)

Ddg dorsal faring Mucosa merah muda,udem(-), hiperemis(-)

Mucosa merah muda,udem(-), hiperemis(-)

Indirect laringoscopy Tidak dilakukan Tidak dilakukan

D. ResumeAnamnesa:

Pasien datang dengan keluhan pilek dengan disertai rinore yng berwarna putih kekuningan dan hidung tersumbat yang dialamai sejak 1 minggu yang lalu. Selain itu pasien juga mengeluh rasa penuh ditelinga kanan disertai nyeri epala sebelah kanan yang dirasakan seperti ditusuk-tusuk yang dialami sejak 3 hari lalu dan rasa nyeri pada gigi rahang atas kanan. Riwayat pengobatan sebelumnya dengan obat procold dan asam mefenamat yang dibeli pasien sendiri di apotik.

Pemeriksaan:Pada pemeriksaan hidung tampak hiperemis pada conca nasalis

inferior dan conca nasalis media disertai udem pada conca. Selain itu ditemukan adanya rinore pada bagian dalam hidug. Sedangkan pemeriksaan telinga dengan otoskop tidak tampak kelainan pada kedua telinga.

Lab/Radiologi:

Page 11: Sinusitis

Tidak dilakukan. Tetapi dapat diusulkan untuk dilakukan pemeriksaan radiologi yaitu foto polos kepala dengan posisi Waters, PA (postero-anterior) dan lateral, pemeriksaan sinuskopi dan mikrobiologi.

Diagnosa:Sinusitis maksilaris akut

Masalah: Pasien akan tetap sering terpapar oleh bahan alergen karena pasien

bekerja pada usaha rumah makannya yang setiap hari akan terpapar asam pembakaran daging, terppar dari kebiasaan suami dan pengunjung yang merokok, terpapar dari debu di jalan karena lokasi rumah dan usaha rumah makan pasien merupakan jalanan umum yang akan dilalui kendaraan setiap saat.

Pembahasan :Terapi sebaiknya yang diajukan pada pasien: Hidrocortison 2,5% sebagai decongestan Natrium dickflofenac 50 mg sebagai antiinflamasi Gentamicin sebagai antibiotic Paratucin sebagai antiradang KIE menghindari faktor allergen KIE selalu menggunakan masker KIE mencuci hidung dengan air hangat yang di beri sedikit garam

Kesimpulan: Diagnosa diambil karena adanya keluhan rasa hidung dan telinga

rasa penuh, adanya nyeri pada daerah pipi, dan pada pemeriksaan hidung tampak hiperemis pada conca nasalis inferior dan conca nasalis media disertai udem pada conca. Selain itu ditemukan adanya rinore pada bagian dalam hidug. Sedangkan pemeriksaan telinga dengan otoskop tidak tampak kelainan pada kedua telinga.

BAB IV

Page 12: Sinusitis

PEMBAHASAN

Sinusitis pada pasien ini adalah sinusitis maksilaris sesuai dengan gejala

yang dikeluhkan pasien dari hasil anamnesis adalah rasa penuh pada hidung dan

telinga yang disertai dengan rinore, cephalgia, dan nyeri pada gigi geraham atas

dan dari hasil pemeriksaan fisik dimana Pada pemeriksaan hidung tampak

hiperemis pada conca nasalis inferior dan conca nasalis media disertai udem pada

conca. Selain itu ditemukan adanya rinore pada bagian dalam hidug. Sedangkan

pemeriksaan telinga dengan otoskop tidak tampak kelainan pada kedua telinga.

Selain anamnesis dan pemeriksaan fisik terdapat pemeriksaan penunjang yang

dapat dilakukan yaitu rontgen, sinuskopi dan pemeriksaan mikrobiologi untuk

menentukan antibiotik yang resisten tetapi ketiga pemeriksaan ini tidak dilakukan

karena gejala yang dikeluhkan dan pemeriksaan fisik sudah sangat jelas.

Jika dimasukkan dalam klasifikasi lamanya perlangsungan penyakit, maka

pasien didiagnosis dalam sinusitis maksilaris akut karena pasien mengeluh bahwa

gejala penyakit muncul sejak 1 minggu yang lalu sehingga sesuai dengan teori.

Berdasarkan eiologi dan faktor predisposisi terjadinya penyakit sinusitis

pada pasien diccurigai akibat dari rhinit alergi. Dimana menurut hasil anamnesis

mengenai bahan-bahan iritan dan allergen didapatkan bahwa untuk bahan-bahan

iritan pasien sering terpapar oleh asap kendaraan, rokok dari suami dan

pengunjung rumah makan, asap pembakaran daging pada rumah makan,

menggunakan selimut dari bahan wool dan menggunakan bantal boneka berbahan

wool, sering menggunakan pewangi pakaian, dan tempat tinggal pasien

bersebelahan dengan bengkel pengecatan mobil dan motor. Sedangkan untuk

bahan allergen, pasien sering terpapar dengan debu rumah dan rumah makan,

debu jalan karena lokasi tempat tinggal dan tempat kerja pasien berada di pinggir

jalan besar serta debu bulu kucing.

Pengobatan yang diberikan pada pasien yaitu Hydrocorison cream 2,5%

(dioleskan didalam hidung setelah mandi pagi dan saat tidur malam), Clinimik

3x1, Natrium Diclofenac 3x50 mg, Paratusin 3x1, Gentamycin 1x1 (malam).

Pengobatan ini sudah sesuai dengan prinsip pengobatan sesuai teori peyakit

Page 13: Sinusitis

sinusitis maksilaris akut dimana diberikan antibiotic, antiinflmasi, analgetic dan

dencongestan. Selain itu diberikan KIE agar menghidari faktor allergen, selalu,

menggunakan masker dan menuci hidung dengan menggunakan air hangat yag

ditabur dengan sedikit garam.

BAB V

PENUTUP

Page 14: Sinusitis

Telah dilaporkan satu kasus sinusitis maksilaris akut, pada seorang

perempuan dengan usia 33 tahun. Diagnosis ditegakkan berdasarkan

anamnesis, dan pemeriksaan fisis. Penatalaksanaan dengan terapi

medikamentosa dan non medikamentosa dalam mengobati sinusitis.