sistem instalasi elektrikal pada ... - spmi.poltekba.ac.idspmi.poltekba.ac.id/spmi/fileta/aprinda...
TRANSCRIPT
SISTEM INSTALASI ELEKTRIKAL PADA BANGUNAN
RUKO 3 LANTAI DI BALIKPAPAN
TUGAS AKHIR
APRINDA BUDI UTAMI
NIM : 140309239492
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
BALIKPAPAN
2017
ii
SISTEM INSTALASI ELEKTRIKAL PADA BANGUNAN
RUKO 3 LANTAI DI BALIKPAPAN
TUGAS AKHIR
KARYA TULIS INI DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU
SYARAT UNTUK MEMPEROLEH GELAR AHLI MADYA DARI
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
APRINDA BUDI UTAMI
NIM : 140309239492
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
BALIKPAPAN
2017
iii
LEMBAR PENGESAHAN
TUGAS AKHIR
SISTEM INSTALASI ELEKTRIKAL PADA BANGUNAN RUKO 3
LANTAI DI JALAN BALIKPAPAN BARU II
Disusun Oleh:
APRINDA BUDI UTAMI 140309239492
Telah Diperiksa dan Disetujui Oleh
Dosen Pembimbing II
Dr. Emil Azmanajaya,ST.,MT
NIP : 19770224 201212 1 001
Dosen Pembimbing I
Mersianty,ST.,MT
NIP : 19770130 201504 2 001
Ka. Prodi Teknik Sipil
Drs. Sunarno, M.Eng
NIP. 19640413 199003 1 015
Dosen Penguji I
Mahfud, S.Pd. MT
NIP. 19661102 199303 1 005
Dosen Penguji II
Totok Sulistyo, S.T.,M.T
NIP. 19720902 200012 1 003
iv
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Aprinda Budi Utami
Tempat/Tgl Lahir : Pontianak, 20 April 1996
NIM : 140309239492
Menyatakan bahwa tugas akhir yang berjudul “SISTEM INSTALASI
ELEKTRIKAL PADA BANGUNAN RUKO 3 LANTAI DI BALIKPAPAN”
adalah bukan merupakan hasil karya tulis orang lain, baik sebagian maupun
keseluruhan, kecuali dalam kutipan yang kami sebutkan sumbernya.
Demikian pernyataan kami buat sebenar benarnya dan apabila pernyataan
ini tidak benar kami bersedia mendapat sanksi akademis.
Balikpapan, Juli 2017
Mahasiswa
Aprinda Budi Utami
NIM : 140309239492
v
SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH
KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai civitas akademik Politeknik Negeri Balikpapan, saya yang bertanda
tangan di bawah ini:
Nama : Aprinda Budi Utami
NIM : 140309239492
Program Studi : Teknik Sipil
Judul TA : Sistem Instalasi Elektrikal Pada Bangunan Ruko 3
Lantai Di Balikpapan
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui untuk
memberikan hak kepada Politeknik Negeri Balikpapan, untuk menyimpan,
mengalih media atau memformat-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan
data(database), merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Dibuat di : Balikpapan
Pada tanggal : 2017
Yang menyatakan
(Aprinda Budi Utami)
vi
LEMBAR PERSEMBAHAN
Karya Ilmiah ini kupersembahkan kepada
Ayah dan Ibu tercinta
Budi Martono dan Wahyu Hadi Kresnotami
Kedua saudara tersayang
Yuanita Budi Utami dan Faiz Andika Fajri
Sahabat yang selalu memberi dukungan dan bantuan
Ella, Deby, Fathul, Arba, Nindy PJ, dll
vii
ABSTRACT
Building are consists of three important components namely structure, architect
and utility or also known as ME (mechanical and electrical) in the building. All three
related to each other. If the structure puts the power forward, the architect puts more
emphasis on beauty, then ME (mechanical and electrical) puts more emphasis on
function. Electrical system is a series of power supply equipment to meet the needs of
low voltage electrical power. General requirements of electrical installations have the
intent and purpose is to have a good electrical installation.
In this research, electrical system installation palnning is done on three floors of
shop house on Jalan Balikpapan Baru II. Planning consists of data collection, analysis
of electrical materials and calculation of cost budget plan.
Electrical power requirements consisting of lighting and electrical get the result
of the calculation of power requirements and lighting requirements as follows, for the
first floor is 416 Watt, second floor is 2974 Watt and third floor is 2371 Watt. Required
cost for installation of electrical system get result Rp 16.742.268,- for the entire system
of electrical installation of shop.
Key words: Mechanical and Electrical, Electricity, Electrical Installation
viii
ABSTRAK
Bangunan suatu gedung terdiri dari tiga komponen penting yaitu struktur, arsitek
dan utilitas atau yang dikenal juga dengan istilah ME (mekanikal dan elektrikal) di
gedung. Ketiganya satu sama lain saling terkait. Jika struktur mengedepankan kekuatan,
arsitek lebih menekankan pada keindahan, maka ME (mekanikal dan elektrikal) lebih
mengedepankan pada fungsi. Sistem elektrikal merupakan suatu rangkaian peralatan
penyediaan daya listrik untuk memenuhi kebutuhan daya listrik tegangan rendah.
Persyaratan umum instalasi listrik mempunyai maksud dan tujuan adalah untuk
terselenggaranya dengan baik instalasi elektrikal.
Pada penelitian ini dilakukan perencanaan sistem instalasi elektrikal pada ruko
tiga lantai di Jalan Balikpapan Baru II. Perencanaan terdiri atas pengumpulan data,
analisis bahan elektrikal dan perhitungan rencana anggaran biaya.
Kebutuhan daya listrik yang terdiri dari penerangan dan elektrikal per lantai
mendapatkan hasil dari perhitungan kebutuhan daya dan kebutuhan penerangan sebagai
berikut, untuk lantai satu sebesar 416 Watt, lantai dua sebesar 2974 Watt dan lantai tiga
sebesar 2371 Watt. Kebutuhan biaya yang diperlukan untuk pemasangan sistem
elektrikal mendapatkan hasil sebesar Rp 16.742.268,- untuk keseluruhan sistem instalasi
elektrikal ruko.
Kata kunci: Mekanikal dan Elektrikal, Daya Listrik, Instalasi Elektrikal
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat, limpahan rahmat dan hidayah Nya kami dapat menyelesaikan Tugas
Akhir dengan judul “Sistem Instalasi Elektrikal Pada Bangunan Ruko 3 Lantai Di
Jalan Balikpapan Baru II”. Laporan Tugas akhir ini disusun sebagai salah satu
syarat untuk mengerjakan Tugas akhir pada program Diploma di Jurusan Teknik
Sipil, Politeknik Negeri Balikpapan.
Penulis menyadari dalam penyusunan Tugas Akhir ini tidak akan selesai
tanpa bantuan dari berbagai pihak. Karena itu pada kesempatan ini kami ingin
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Ramli, S.E.,M..M sebagai Direktur Politeknik Negeri Balikpapan.
2. Bapak Ida Bagus Dharmawan, S.T.,M.T selaku wakil direktur I Politeknik
Negeri Balikpapan.
3. Bapak Hadi Hermansyah, S.Si.,M.Si Selaku kepala bagian akademik dan
kemahasiswaan Politeknik Negeri Balikpapan.
4. Bapak Drs. Sunarno, M.Eng selaku Kepala Jurusan Teknik Sipil.
5. Ibu Mersianty,ST.,MT selaku Dosen Pembimbing I yang telah membimbing
saya hingga dapat menyelesaikan tugas akhir ini.
6. Bapak Dr. Emil Azmanajaya,ST.,MT selaku Dosen Pembimbing II yang telah
membimbing saya hingga dapat menyelesaikan tugas akhir ini.
7. Seluruh Dosen Jurusan Teknik Sipil yang telah mengajari kami selama di
Politeknik Negeri Balikpapan yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
8. Kedua orang tua yang senantiasa mendukung secara material, moril serta do’a
yang tiada hentinya kepada kami.
9. Teman-teman kelompok diskusi saya, yang telah banyak memberikan saran
juga kritikan kepada saya demi terciptanya karya tulis yang sempurna
10. Teman–teman 3 Teknik Sipil Politeknik Negeri Balikpapan angkatan 2014
yang telah banyak membantu saya dalam proses penyusunan karya tulis ini.
11. Semua pihak yang penulis tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah
memberikan bantuan secara langsung maupun tidak langsung dalam
penyusunan tugas akhir ini hingga selesai.
x
Balikpapan, Juli 2017
Penulis
xi
DAFTAR ISI
JUDUL ......................................................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN ...................................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................................... iii
SURAT PERNYATAAN .......................................................................................... iv
SURAT PERNYATAAN PUBLIKASI .................................................................... v
LEMBAR PERSEMBAHAN ................................................................................... vi
ABSTRACT ............................................................................................................... vii
ABSTRAK ............................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ............................................................................................... ix
DAFTAR ISI.............................................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... xiv
DAFTAR TABEL ................................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 2
1.3 Batasan Masalah .............................................................................................. 2
1.4 Tujuan Penelitian ............................................................................................. 3
1.5 Manfaat Penelitian ........................................................................................... 3
BAB II LANDASAN TEORI .................................................................................... 4
2.1 Tinjauan Pustaka .............................................................................................. 4
2.2 Prinsip-Prinsip Dasar Instalasi ......................................................................... 5
2.3 Pendistribusian Sumber Listrik ........................................................................ 6
2.4 Standar Pencahayaan Pada Bangunan ............................................................. 7
2.5 Penggunaan Material ..................................................................................... 12
2.5.1 Komponen Utama .......................................................................................... 12
2.5.2 Lampu ............................................................................................................ 16
2.5.3 Penghantar...................................................................................................... 18
2.5.3.1 Jenis dan Ukuran Penghantar ......................................................................... 20
2.5.4 Saklar ............................................................................................................. 23
xii
2.5.5 Stop Kontak ................................................................................................... 24
2.5.6 Pipa ................................................................................................................ 25
2.5.7 Box Panel ....................................................................................................... 26
2.5.8 Pipe Fitting (Pipa Sambungan) ...................................................................... 27
2.6 Standar Harga Satuan Pokok Pekerjaan (HSPK) Instalasi Elektrikal ............ 28
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .............................................................. 29
3.1 Data Umum .................................................................................................... 29
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................................ 29
3.3 Data Lapangan ............................................................................................... 30
3.4 Diagram Alir Penulisan.................................................................................. 30
3.5 Proses Penelitian ............................................................................................ 32
3.5.1 Pengawasan dan Tanggung Jawab ................................................................. 33
3.5.2 Pemeriksaan dan Pengujian Instalasi Elektrikal ............................................ 34
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................. 36
4.1 Sistem Instalasi Elektrikal.............................................................................. 36
4.2 Skema Sistem Instalasi Elektrikal .................................................................. 36
4.3 Peralatan dan Komponen Pemasangan Instalasi Elektrikal ........................... 37
4.4 Kebutuhan Elektrikal Pada Tiap Lantai ......................................................... 40
4.4.1 Perhitungan Kebutuhan Daya Listrik Pada Tiap Lantai ................................ 40
4.4.2 Kebutuhan Elektrikal Pada Tiap Lantai Untuk 1 Pintu ................................. 53
4.4.3 Kebutuhan Elektrikal Pada Tiap Lantai Untuk 4 Pintu ................................. 55
4.4.4 Perhitungan Kebutuhan Kabel Instalasi Elektrikal Pada Tiap Lantai Untuk
1 Pintu ............................................................................................................ 57
4.4.5 Perhitungan Kebutuhan Kabel Instalasi Elektrikal Pada Tiap Lantai Untuk
4 Pintu ............................................................................................................ 58
4.5 Kebutuhan Biaya Bahan Pekerjaan Instalasi Elektrikal................................. 59
4.5.1 Perhitungan Kebutuhan Biaya Bahan Pekerjaan Instalasi Elektrikal Untuk
Ruko 1 Pintu .................................................................................................. 59
4.5.2 Perhitungan Kebutuhan Biaya Bahan Pekerjaan Instalasi Elektrikal Untuk
Ruko 4 Pintu .................................................................................................. 60
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 62
5.1 Kesimpulan .................................................................................................... 62
xiii
5.2 Saran .............................................................................................................. 62
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 63
LAMPIRAN ............................................................................................................... 64
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Penyaluran Distribusi Listrik ................................................................... 6
Gambar 2.2 Arde/Grounding/Pentanahan .................................................................. 12
Gambar 2.3 Bargainser (Meteran Listrik) .................................................................. 13
Gambar 2.4 Miniature Circuit Breaker (MCB) ......................................................... 15
Gambar 2.5 Meter Listrik (kWh Meter) .................................................................... 16
Gambar 2.6 Spin Control ........................................................................................... 16
Gambar 2.7 Lampu Downlight .................................................................................. 17
Gambar 2.8 Lampu SL & PL ..................................................................................... 17
Gambar 2.9 Lampu TL .............................................................................................. 17
Gambar 2.10 Lampu Pijar .......................................................................................... 18
Gambar 2.11 Lampu LED.......................................................................................... 18
Gambar 2.12 Kabel NYA .......................................................................................... 21
Gambar 2.13 Kabel NYAF ........................................................................................ 21
Gambar 2.14 Kabel NYM .......................................................................................... 22
Gambar 2.15 Kabel NYY .......................................................................................... 23
Gambar 2.16 Saklar ................................................................................................... 24
Gambar 2.17 Stop Kontak.......................................................................................... 25
Gambar 2.18 Pipa PVC .............................................................................................. 25
Gambar 2.19 Pipa Union............................................................................................ 25
Gambar 2.20 Pipa Fleksibel ....................................................................................... 26
Gambar 2.21 Pipa Galvanis ....................................................................................... 26
Gambar 2.22 Box Panel.............................................................................................. 27
Gambar 2.23 Pipe Fitting (Pipa Sambungan) ............................................................ 27
Gambar 3.1 Denah Lokasi ......................................................................................... 29
Gambar 3.2 Diagram Alir Metodologi Penelitian...................................................... 31
Gambar 4.1 Skema Sistem Instalasi Elektrikal .......................................................... 36
Gambar 4.2 Lampu SL & PL ..................................................................................... 38
Gambar 4.3 Lampu TL .............................................................................................. 38
Gambar 4.4 Saklar ..................................................................................................... 39
Gambar 4.5 Stop Kontak............................................................................................ 39
xv
Gambar 4.6 Elbow ..................................................................................................... 39
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Tingkat Pencahayaan Lingkungan Kerja ..................................................... 9
Tabel 2.2 Tingkat Pencahayaan Rata-Rata, Renderansi dan Temperatur Warna
yang Direkomendasikan ............................................................................ 10
Tabel 2.3 Pencahayaan Pada Tempat Kerja Dengan Komputer ................................ 12
Tabel 2.4 Standar Warna Kabel ................................................................................. 20
Tabel 2.5 Harga Peralatan Listrik .............................................................................. 28
Tabel 2.6 Upah Tenaga Kerja .................................................................................... 28
Tabel 3.1 Jadwal Perancangan ................................................................................... 30
Tabel 4.1 Beban Elektrikal Di Lantai 1 ..................................................................... 53
Tabel 4.2 Beban Elektrikal Di Lantai 2 ..................................................................... 54
Tabel 4.3 Beban Elektrikal Di Lantai 3 ..................................................................... 54
Tabel 4.4 Beban Elektrikal Di Lantai 1 ..................................................................... 55
Tabel 4.5 Beban Elektrikal Di Lantai 2 ..................................................................... 56
Tabel 4.6 Beban Elektrikal Di Lantai 3 ..................................................................... 56
Tabel 4.7 Kebutuhan Kabel Di Lantai 1 .................................................................... 57
Tabel 4.8 Kebutuhan Kabel Di Lantai 2 .................................................................... 57
Tabel 4.9 Kebutuhan Kabel Di Lantai 3 .................................................................... 57
Tabel 4.10 Kebutuhan Kabel Di Lantai 1 .................................................................. 58
Tabel 4.11 Kebutuhan Kabel Di Lantai 2 .................................................................. 58
Tabel 4.12 Kebutuhan Kabel Di Lantai 3 .................................................................. 59
Tabel 4.13 Biaya Bahan Instalasi Elektrikal .............................................................. 59
Tabel 4.14 Biaya Bahan Instalasi Elektrikal .............................................................. 60
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Gambar Bestek ....................................................................................... 64
Lampiran 2 Gambar Perencanaan Sistem Instalasi Elektrikal ................................... 68
Lampiran 3 HSPK Balikpapan 2017.......................................................................... 76
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan dalam hakikatnya bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat dengan membangun berbagai sarana dan aset penunjang
dalam kehidupan bermasyarakat. Seiring dengan globalisasi, pembangunan dalam
berbagai bidang pun terpacu untuk mampu bersaing dengan tuntutan zaman.
Bangunan tersebut dapat memfasilitasi suatu komunitas, kesehatan, mendukung
kegiatan dan bisnis. Pembangunan ini pun tidak hanya muncul di kota-kota besar
di Indonesia saja, namun juga diberbagai wilayah lainnya. Konstruksi bangunan
terdiri dari bagian-bagian yang saling mendukung satu sama lain. Masing-masing
bagian bangunan tersebut memiliki karakteristik tersendiri karena memang dibuat
untuk tujuan tertentu. Bahan baku pembuatan bagian bangunan tersebut juga
berbeda-beda sesuai dengan peruntukan awalnya. Pada dasarnya, bagian-bagian
konstruksi bangunan meliputi bangunan bawah yang terdiri dari : pondasi dan
balok beton. Sedangkan bangunan atas terdiri dari : dinding, kolom, ventilasi,
balok latei, balok ring, kuda-kuda dan atap.
Selain itu, bangunan suatu gedung terdiri dari 3 komponen penting yaitu
struktur, arsitek dan utilitas atau yang dikenal juga dengan istilah ME (mekanikal
dan elektrikal) di gedung. Ketiganya satu sama lain saling terkait. Jika struktur
mengedepankan kekuatan, arsitek lebih menekankan pada keindahan, maka ME
(mekanikal dan elektrikal) lebih mengedepankan pada fungsi. Sekuat apapun
bangunan atau seindah apapun bangunan, jika tidak ditunjang dengan suatu sistem
mekanikal dan elektrikal, maka bangunan tersebut tidak ada fungsinya. Jadi
sangat jelas antara ketiga komponen dalam suatu gedung yang saling terkait satu
sama lain. Dengan demikian sistem mekanikal dan elektrikal termasuk salah satu
komponen yang sangat penting. Setiap gedung oleh perancangnya dimungkinkan
dikonsep dalam suatu paradigma tersebut. Dan konsep mekanikal elektrikal untuk
memenuhi sesuai dengan fungsinya. Pada umumnya sistem mekanikal suatu
gedung terdiri dari : sistem plumbing, sistem pemadam kebakaran, sistem tata
2
udara dan sistem transportasi vertikal. Sedangkan sistem elektrikal suatu gedung
terdiri dari : sistem elektrikal/arus kuat, sistem penangkal petir, sistem telepon,
sistem tata suara, sistem alarm api, sistem data/jaringan komputer dan lain-lain.
Sistem elektrikal merupakan suatu rangkaian peralatan penyediaan daya
listrik untuk memenuhi kebutuhan daya listrik tegangan rendah. Dalam rangkaian
peralatan yang disediakan meliputi sarana penyesuaian tegangan listrik
(trafo/transformator), sarana penyaluran utama (kabel feeder) dan panel hubung
utama atau LVMDP (Low Voltage Main Distribution Panel) dan panel distribusi
utama ditiap gedung atau SDP (Sub Distribution Panel) dan terakhir panel-panel
ditiap lantai (PP-LP untuk penerangan, Panel Stop Kontak, Panel Stop Kontak
UPS, Panel UPS OK dan PVAC untuk power AC). Sistem elektrikal sangat
penting untuk ditata sesuai dengan aturan dan syarat agar tidak membahayakan
penghuninya. Persyaratan umum instalasi listrik mempunyai maksud dan tujuan
adalah untuk terselenggaranya dengan baik instalasi elektrikal. Peraturan ini lebih
diutamakan pada keselamatan penghuni terhadap bahaya sentuhan serta kejutan
arus, keamanan instalasi elektrikal beserta perlengkapannya dan keamanan
gedung serta isinya terhadap kebakaran akibat listrik.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini antara lain:
1. Bagaimana sistem instalasi elektrikal pada bangunan ruko?
2. Berapa kebutuhan biaya bahan yang diperlukan untuk pemasangan
sistem instalasi elektrikal pada bangunan ruko?
1.3 Batasan Masalah
Batasan masalah pada penelitian ini antara lain:
1. Perhitungan pencahayaan pada bangunan ruko dan perhitungan biaya
bahan yang diperlukan untuk sistem instalasi elektrikal pada bangunan
ruko.
2. Tata instalasi elektrikal pada bangunan ruko.
3
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang akan dicapai antara lain:
1. Merencanakan sistem instalasi elektrikal pada bangunan ruko 3 lantai di
Balikpapan.
2. Menghitung kebutuhan biaya bahan yang diperlukan untuk pemasangan
sistem instalasi elektrikal.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang akan dicapai antara lain:
1. Mengetahui sistem instalasi elektrikal yang baik.
2. Mengetahui bahan-bahan yang dibutuhkan dalam pemasangan instalasi
elektrikal.
3. Mengetahui besarnya biaya bahan yang akan dikeluarkan dalam
pemasangan sistem instalasi elektrikal.
4
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Tinjauan Pustaka
Instalasi listrik adalah suatu sistem/rangkaian yang digunakan untuk
menyalurkan daya listrik untuk kebutuhan manusia dalam kehidupannya. Instalasi
pada garis besarnya dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu:
1. Instalasi penerangan listrik.
2. Instalasi daya listrik.
Yang termasuk didalam instalasi penerangan listrik adalah seluruh instalasi yang
digunakan untuk memberikan daya listrik pada lampu. Pada lampu ini daya
listrik/tenaga listrik diubah menjadi cahaya yang digunakan untuk menerangi
tempat/bagian sesuai dengan kebutuhannya. Instalasi penerangan listrik ada 2
(dua) macam, yaitu:
1. Instalasi didalam gedung.
2. Instalasi diluar gedung.
Instalasi didalam gedung adalah instalasi listrik didalam bangunan gedung
(termasuk untuk penerangan teras dan lain-lain) sedangkan instalasi diluar
bangunan gedung (termasuk disini adalah penerangan halaman, taman, jalan
penerangan papan nama dan lain-lain).
Tujuan utama dari instalasi penerangan adalah untuk memberikan
kenyamanan terhadap keadaan yang memerlukan ketelitian maka diperlukan
penerangan yang mempunyai kuat penerangan besar. Sedangkan untuk pekerjaan-
pekerjaan yang tidak memerlukan ketelitian tidak perlu menggunakan penerangan
yang mempunyai penerangan besar.
Sedangkan instalasi daya listrik adalah instalasi yang digunakan untuk
menjalankan mesin-mesin listrik, pompa air dan lain-lain. Pada mesin-mesin
listrik ini energi diubah menjadi energi mekanis sesuai dengan kebutuhan
manusia.
Ketentuan yang berkaitan dengan perencanaan instalasi listrik yang ada
pada PUIL 2000 pasal 4.1.2 tentang ketentuan rancangan instalasi listrik, beserta
5
sub pasal 4.1.2.1 bahwa rancangan instalasi listrik ialah berkas gambar rancangan
dan uraian teknik, yang digunakan sebagai pedoman untuk melaksanakan
pemasangan suatu instalasi listrik, dan pasal 4.1.2.2 bahwa rancangan instalasi
listrik harus dibuat dengan jelas, serta mudah dibaca dan dipahami oleh para
teknisi listrik. Untuk itu harus diikuti ketentuan dan standar yang berlaku.
Menurut Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL, 2000: 105) pasal 4.1.2
beserta sub pasalnya sebagaimana telah dijelaskan diatas, hal-hal tersebut meliputi
menggambar diagram control, diagram daya dan layout alat yang direncanakan.
Rancangan instalasi listrik harus dibuat dengan jelas, serta mudah dibaca dan
dipahami oleh pihak teknisi listrik. Untuk itu harus diikuti ketentuan dan standar
yang berlaku.
Menurut F.S Prabhakara dalam bukunya yang berjudul Industrial and
Commercial Power System Handbook, perencanaan suatu sistem dibagi menjadi :
1. Conceptual design yang memiliki tiga unsur penting yang harus
diperhatikan yaitu :
a. Syarat desain meliputi : tujuan dari perencanaan.
b. Kriteria atau standar desain, meliputi : keamanan, keandalan,
ketersediaan, ketercapaian, keindahan, ekonomis.
c. Aspek-aspek desain, meliputi : tegangan, pentanahan, proteksi dari
gangguan.
2. Detailed design yaitu meliputi gambar dan spesifikasi komponen yang
akan digunakan. (F.S Prabhakara, 1987: 28)
Menurut Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi
No.03P/40/M.PE/1990, instalasi ketenagalistrikan adalah bangunan-bangunan
sipil dan elektronik, mesin-mesin, peralatan, salinan-salinan dan perlengkapan
lainnya yang digunakan untuk pembangkitan, konversi, transformasi, penyaluran,
distribusi dan pemanfaatan tenaga listrik (PUIL, 2000: 1).
2.2 Prinsip-Prinsip Dasar Instalasi
Beberapa prinsip instalasi harus menjadi pertimbangan pada pemasangan
suatu instalasi listrik, tujuannya adalah agar instalasi yang dipasang dapat
6
digunakan secara optimum. Adapun prinsip-prinsip dasar tersebut adalah sebagai
berikut:
a. Keamanan, yang dimaksud adalah keamanan secara elektrik untuk
manusia, ternak dan barang lainnya apabila terjadi keadaan tidak normal
dalam suatu instalasi listrik.
b. Keandalan, yang dimaksud adalah andal secara mekanik maupun secara
elektrik (instalasi bekerja pada nilai nominal tanpa timbul kerusakan).
Keandalan juga menyangkut ketepatan pengaman untuk menanggapi jika
terjadi gangguan.
c. Ketersediaan, yang dimaksud adalah kesiapan suatu instalasi melayani
kebutuhan baik daya, gawai, maupun perluasan instalasi yang mencakup
spare dari suatu instalasi, peralatan yang digunakan dan sebagainya.
d. Ketercapaian, yang dimaksud adalah pemasangan perlatan instalasi yang
mudah dijangkau oleh pengguna dan didalam mengeoperasikan peralatan
tersebut juga mudah dan dapat dijangkau oleh konsumen.
e. Keindahan, yang dimaksud keindahan adalah pemasangan instalasi listrik
harus sesuai dengan peraturan yang berlaku, yang posisi peralatan-
peralatan listrik sesuai pada tempatnya.
f. Ekonomis, yang dimaksud ekonomis adalah biaya yang dikeluarkan
untuk instalasi harus sehemat mungkin karena besarnya biaya saja tidak
selalu menjamin mutu suatu instalasi, namun walaupun demikian mutu
peralatan tetaplah menjadi perhatian utama.
2.3 Pendistribusian Sumber Listrik
Gambar 2.1 Penyaluran Distribusi Listrik
7
Listrik itu dihasilkan oleh Pembangkit Listrik dari suatu proses mengubah
energi potensial menjadi energi kinetik menjadi energi listrik. Energi potensial itu
sumbernya dari air, batu bara, gas dan lain sebagainya. Terdapat beberapa jenis
pembangkit listrik berdasarkan bahan bakar atau sumber energinya yaitu PLTA
(Pembangkit Listrik Tenaga Air), PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap), PLTG
(Pembangkit Listrik Tenaga Gas), PLTD (Pembangkit Listrik Tenaga Diesel),
PLTN (Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir) dan masih banyak jenis pembangkit
lainnya.
Energi yang dihasilkan oleh pembangkit berupa daya listrik dimana daya
listrik yang selanjutnya disalurkan melalui saluran transmisi namun sebelumnya
tegangannya dinaikkan ke level tegangan tinggi untuk disalurkan. Tegangan sisi
pembangkit biasanya berkisar 10 s.d 11 kV agar peyalurannya efektif disalurkan
melalui tegangan tinggi seperti 70 kV, 150 kV, 275 kV dan 500 kV. Daya listrik
yang sudah bertegangan tinggi tadi disalurkan menuju ke gardu induk. Dari gardu
induk disalurkan ke saluran transmisi tegangan diturunkan dari 150.000 Volt ke
70.000 Volt. Dari saluran transmisi ke gardu distribusi inilah tegangan dari 70.000
Volt diturunkan lagi menjadi tegangan 50.000 Volt untuk disalurkan.
Saluran tegangan menengah dari gardu distribusi yaitu 20.000 Volt yang
merupakan pemasok listrik untuk suatu daerah biasanya kita jumpai dipinggir
jalan seperti “tiang jemuran”. Untuk daerah yang letaknya jauh dari Gardu Induk
biasanya ada lagi gardu-gardu distribusi yang berfungsi untuk mempertahankan
tegangan pada saluran tegangan menengah agar tetap sebesar 20.000 Volt dan
juga membagi lagi jalur tegangan menengah ke beberapa daerah lain. Dari saluran
tegangan 20.000 Volt inilah selanjutnya daya listrik diturunkan lagi tegangannya
ke 220/380 Volt kemudian masuk ke rumah-rumah. Trafo-trafo distribusi
biasanya terdapat pada tiang-tiang listrik dan untuk satu trafo distribusi dapat
menyuplai ke beberapa rumah tergantung dari kapasitas trafo distribusi tersebut.
2.4 Standar Pencahayaan Pada Bangunan
Untuk mendapatkan pencahayaan yang sesuai dalam suatu ruang maka
diperlukan sistem pencahayaan yang tepat sesuai dengan kebutuhannya. Sistem
8
pencahayaan di ruangan termasuk tempat kerja dapat dibedakan menjadi 5
macam, yaitu:
1. Sistem Pencahayaan Langsung (direct lighting).
Pada sistem ini 90-100% cahaya diarahkan secara langsung ke
benda yang perlu diterangi. Sistem ini dinilai paling efektif dalam
mengatur pencahayaan, tetapi ada kelemahannya karena dapat
menimbulkan bahaya serta kesilauan yang mengganggu, baik karena
penyinaran langsung maupun karena pantulan cahaya. Untuk efek yang
optimal, disarankan langit-langit, dinding sertar benda didalam ruangan
perlu diberi warna cerah agar tampak menyegarkan.
2. Pencahayaan Semi Langsung (semi direct lighting).
Pada sistem ini 60-90% cahaya diarahkan langsung pada benda
yang perlu diterangi, sedangkan sisanya dipantulkan ke langit-langit dan
dinding. Dengan sistem ini kelemahan sistem pencahayaan langsung
dapat dikurangi. Diketahui bahwa langit-langit dan dinding yang
diplester putih memiliki efisien pemantulan 90%, sedangkan apabila
dicat putih efisien pemantulan antara 50-90%.
3. Sistem Pencahayaan Difus (general diffuse lighting).
Pada sistem ini setengah cahaya 40-60% diarahkan pada benda
yang perlu disinari, sedangkan sisanya dipantulkan ke langit-langit dan
dinding. Dalam pencahayaan sistem ini termasuk sistem direct-indirect
yakni memancarkan setengah cahaya ke bawah dan sisanya ke atas. Pada
sistem ini masalah bayangan dan kesilauan masih ditemui.
4. Sistem Pencahayaan Semi Tidak Langsung (semi indirect lighting)
Pada sistem ini 60-90% cahaya diarahkan ke langit-langit dan
dinding bagian atas, sedangkan sisanya diarahkan ke bagian bawah.
Untuk hasil yang optimal disarankan langit-langit perlu diberikan
perhatian serta dirawat dengan baik. Pada sistem ini masalah bayangan
praktis tidak ada serta kesilauan dapat dikurangi.
5. Sistem Pencahayaan Tidak Langsung (indirect lighting)
Pada sistem ini 90-100% cahaya diarahkan ke langit-langit dan
dinding bagian atas kemudian dipantulkan untuk menerangi seluruh
9
ruangan. Agar seluruh langit-langit dapat menjadi sumber cahaya, perlu
diberikan perhatian dan pemeliharaan yang baik. Keuntungan sistem ini
adalah tidak menimbulkan bayangan dan kesilauan sedangkan
kerugiannya mengurangi efisien cahaya total yang jatuh pada permukaan
kerja.
Banyak faktor risiko di lingkungan kerja yang mempengaruhi keselamatan
dan kesehatan pekerja salah satunya adalah pencahayaan. Menurut Keputusan
Menteri Kesehatan No. 1405 tahun 2002, pencahayaan adalah jumlah penyinaran
pada suatu bidang kerja yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara
efektif. Pencahayaan minimal yang dibutuhkan menurut jenis kegiatannya seperti
berikut:
Tabel 2.1 Tingkat Pencahayaan Lingkungan Kerja
JENIS
KEGIATAN
TINGKAT
PENCAHAYAN
MINIMAL (LUX)
KETERANGAN
Pekerjaan kasar
dan tidak terus-
menerus
100 Ruang penyimpanan & ruang
peralatan/instalasi yang
memerlukan pekerjaan yang
kontinyu
Pekerjaan kasar
dan terus-
menerus
200 Pekerjaan dengan mesin dan
perakitan kasar
Pekerjaan rutin 300 Ruang administrasi, ruang kontrol,
pekerjaan mesin &
perakitan/penyusun
Pekerjaan agak
halus
500 Pembuatan gambar atau bekerja
dengan mesin kantor, pekerjaan
pemeriksaan atau pekerjaan dengan
mesin
Pekerjaan halus 1000 Pemilihan warna, pemrosesan
teksti, pekerjaan mesin halus &
10
perakitan halus
Pekerjaan amat
halus
1500
Tidak
menimbulkan
bayangan
Mengukir dengan tangan,
pemeriksaan pekerjaan mesin dan
perakitan yang sangat halus
Pekerjaan terinci 3000
Tidak
menimbulkan
bayangan
Pemeriksaan pekerjaan, perakitan
sangat halus
Sumber : KEPMENKES RI. No. 1405/MENKES/SK/XI/02
Dalam SNI 03-6197-2000 mengenai konservasi energi pada sistem
pencahayaan mengatur tentang persyarataan umum pencahayaan, sebagai berikut:
Tabel 2.2 Tingkat Pencahayaan Rata-Rata, Renderansi dan Temperatur Warna
yang Direkomendasikan
Fungsi Ruangan Tingkat
pencahayaa
n (Lux)
Kelompo
k
renderasi
warna
Temperatur warna
War
m
white
<3300
K
Cool
white
3300 K
- 5300
K
Dayligh
t >5300
K
Rumah tinggal :
Teras 60 1 atau 2 ● ●
Ruang tamu 120-150 1 atau 2 ●
Ruang makan 120-250 1 atau 2 ●
Ruang kerja 120-250 1 ● ●
Kamar tidur 120-250 1 atau 2 ● ●
Kamar mandi 250 1 atau 2 ● ●
Dapur 250 1 atau 2 ● ●
Garasi 60 3 atau 4 ● ●
Perkantoran :
Ruang Direktur 350 1 atau 2 ● ●
Ruang kerja 350 1 atau 2 ● ●
Ruang komputer 350 1 atau 2 ● ●
Ruang rapat 300 1 ● ●
Ruang gambar 750 1 atau 2 ● ●
Gudang arsip 150 1 atau 2 ● ●
Ruang arsip aktif 300 1 atau 2 ● ●
Lembaga pendidikan :
Ruang kelas 250 1 atau 2 ● ●
11
Perpustakaan 300 1 atau 2 ● ●
Laboratorium 500 1 ● ●
Ruang gambar 750 1 ● ●
Kantin 200 1 ● ●
Hotel dan Restauran :
Lobi, koridor 100 1 ● ●
Ruang serba guna 200 1 ● ●
Ruang makan 250 1 ● ●
Kafetaria 200 1 ● ●
Kamar tidur 150 1 atau 2 ●
Dapur 300 1 ● ●
Rumah sakit/Balai pengobatan :
Ruang rawat inap 250 1 atau 2 ● ●
Ruang operasi, ruang
bersalin 300 1 ● ●
Laboratorium 500 1 atau 2 ● ●
Ruang rekreasi dan
rehabilitas 250 1 ● ●
Pertokoan/Ruang pamer :
Ruang pamer dengan
obyek berukuran
besar (misalnya
mobil)
500 1 ● ● ●
Toko kue dan
makanan 250 1 ● ●
Toko bunga 250 1 ●
Toko buku dan alat
tulis/gambar 300 1 ● ● ●
Toko perhiasan,
arloji 500 1 ● ●
Toko barang kulit
dan sepatu 500 1 ● ●
Toko pakaian 500 1 ● ●
Pasar swalayan 500 1 atau 2 ● ●
Toko mainan 500 1 ● ●
Toko alat listrik (TV,
radio/tape, mesin
cuci dan lain-lain)
250 1 atau 2 ● ● ●
Toko alat musik dan
olahraga 250 1 ● ● ●
Industri (Umum) :
Gudang 100 3 ● ●
Pekerjaan kasar 100-200 2 atau 3 ● ●
Pekerjaan menengah 200-500 1 atau 2 ● ●
Pekerjaan halus 500-1000 1 ● ●
Pekerjaan amat halus 1000-2000 1 ● ●
Pemeriksaan warna 750 1 ● ●
12
Rumah ibadah :
Masjid 200 1 atau 2 ●
Gereja 200 1 atau 2 ●
Vihara 200 1 atau 2 ●
Sumber : SNI 03-6197-2000
Penerangan untuk membaca dokumen lebih tinggi dari pada penerangan
untuk melihat komputer, karena tingkat penerangan yang dianjurkan untuk
pekerja dengan komputer tidak dapat berdasarkan satu nilai dan sampai saat ini
masih kontroversial. Grandjean menyusun rekomendasi tingkat penerangan pada
tempat-tempat kerja dengan komputer berkisar antara 300-700 lux seperti berikut:
Tabel 2.3 Pencahayaan Pada Tempat Kerja Dengan Komputer
Keadaan Pekerja Tingkat Pencahayaan
(LUX)
Kegiatan komputer dengan sumber
dokumen yang terbaca jelas
300
Kegiatan komputer dengan sumber
dokumen yang tidak terbaca jelas
400-500
Tugas memasukan data 500-700
Sumber : E. Grandjean and Kogi. K
2.5 Penggunaan Material
2.5.1 Komponen Utama
1. Arde/Grounding/Pentanahan
Gambar 2.2 Arde/Grounding/Pentanahan
13
Untuk pertama melakukan instalasi arde harus dipasang terlebih
dahulu yaitu dengan cara menanamkan ke tanah, tetapi usahakan arde yang
ditanam tidak mengenai benda keras didalam tanahnya dikarenakan akan
menghambat arus listrik. Instalasi arde dengan melakukan penancapan stick
arus pelepas ke tanah dengan kedalaman tertentu (sebaiknya 18 meter).
Guna arde untuk pencegah terjadinya kontak antara makhluk hidup dengan
tegangan listrik yang terekspos akibat terjadi kegagalan isolasi. Arde yang
terpasang di rumah ada 2 macam yaitu untuk instalasi listrik rumah dan
untuk penangkal petir. 2 sistem ini harus dipisahkan pemasangannya paling
tidak dengan jarak 10 meter. Tidak semua area bisa mendapat nilai
grounding yang baik dan benar, hal ini sangat bergantung oleh berbagai
macam aspek seperti :
Jumlah kadar air : bila air tanah dangkal/penghujan maka nilai tahanan
sebaran mudah didapatkan.
Jumlah mineral/garam : kandungan mineral tanah sangat mempengaruhi
tahanan karena semakin berlogam maka listrik semakin mudah
menghantarkan.
Tingkat keasaman : semakin asam PH tanah maka arus listrik semakin
mudah menghantarkan.
Isi tekstur tanah : untuk daerah yang bertekstur pasir dan porous akan
sulit untuk mendapatkan tahanan yang baik karena untuk jenis tanah ini
air dan mineral akan mudah hanyut.
2. Bargainser (Meteran Listrik)
Gambar 2.3 Bargainser (Meteran Listrik)
14
Bargainser (Meteran Listrik) terpasang di tiap rumah yang
berlangganan listrik PLN. Bagian ini adalah batas antara PLN dan
pelanggan. Lepas dari ini adalah tanggung jawab pelanggan. Bargainser
adalah masih tanggung jawab PLN. Jadi alat ini milik PLN dan disegel oleh
PLN. Hanya petugas resmi dari PLN yang berhak membuka bargainser ini.
Saat membuka biasanya segel dirusak dan kemudian dipasang segel baru
sesudah ditutup kembali. Karena itu, bila terjadi masalah dengan bagian ini,
segera panggil petugas PLN. Fungsi-fungsi dari bargainser adalah:
a. Pembatas daya yang digunakan oleh pelanggan (sesuai dengan kontrak
pemasangan)
b. Mencatat daya yang dipakai oleh konsumen. Karena itu ada yang
menyebutnya “kWh Meter” atau “Meteran Listrik” (kWh : kilowatt
hour)
c. Saklar utama pemutus aliran listrik bila terjadi kelebihan pemakaian
daya oleh pelanggan, adanya gangguan hubung singkat dalam instalasi
listrik rumah pelanggan atau sengaja dimatikan untuk keperluan
perbaikan instalasi listrik rumah.
Dalam bargainser ini terdapat komponen utama yaitu:
a. Miniature Circuit Breaker (MCB)
Miniature Circuit Breaker (MCB) inilah yang bertugas memutus
aliran listrik saat terjadi beban yang berlebihan oleh konsumen atau bila
terjadi gangguan hubung singkat dari suatu peralatan listrik di rumah. Saat
melakukan perbaikan instalasi listrik rumah, komponen ini sebaiknya
dimatikan. Miniature Circuit Breaker (MCB) sendiri terdiri dari MCB 1
Phasa, 2 Phasa dan 3 Phasa. Pada dasarnya MCB 2 Phasa adalah gabungan
dari dua buah MCB 1 Phasa, sedangkan MCB 3 Phasa merupakan gabungan
tiga buah dari MCB 1 Phasa.
15
Gambar 2.4 Miniature Circuit Breaker (MCB)
b. Meter Listrik (kWh Meter)
Meter Listrik (kWh Meter) sebagai penunjuk besarnya daya listrik
yang telah digunakan pelanggan. Satuannya dalam kWh (kilowatt hour).
Indikatornya terlihat dari angka-angka yang tercatat. Bagian-bagian Meter
Listrik (kWh Meter) terdiri dari :
Layar LCD berfungsi untuk menampilkan berbagai informasi pada
meteran.
Nomor Seri Meter yaitu nomor yang digunakan untuk membeli pulsa
listrik (token).
Lampu LED Indikator berfungsi sebagai indicator yang menandakan
keadaan tertentu pada meteran.
Kontraktor Status LED teridri dari : Status Kredit menunjukkan status
sisa pulsa listrik, Tamper menunjukkan indikasi kesalahan/kebocoran
arus listrik dan 1000 imp/kWh menunjukkan pemakaian energi listrik
yang dinyatakan 1 kWh = 1000 pulse (digunakan untuk proses kalibrasi
meter).
Tombol Backspace berfungsi untuk menghapus angka terakhir yang
sedang dimasukkan jika terjadi salah tekan angka, baik dalam mode
pengisian pulsa listrik ataupun ketika mengakses kode menu.
Tombol Enter berfungsi untuk menjalankan perintah baik pada
pengaksesan kode menu maupun pada proses pengisian kode token isi
ulang.
16
Gambar 2.5 Meter Listrik (kWh Meter)
c. Spin Control
Spin control merupakan sebuah komponen yang bekerja dengan
berputar bila terjadi pemakaian daya listrik. Semakin besar daya yang
dipakai maka perputaran akan semakin cepat. Besarnya daya pemakaian
akan dicatat oleh “meter listrik” dan bila kelebihan akan dibatasi oleh
MCB.
Gambar 2.6 Spin Control
2.5.2 Lampu
Lampu adalah sebuah peranti yang memproduksi cahaya. Kata “lampu”
dapat juga berarti bola lampu. Lampu pertama kali ditemukan oleh Sir Joseph
William Swan. Lampu terdiri dari :
a. Lampu Downlight memiliki fungsi secara lebih sempurna serta terfokus
untuk menerangi daerah yang berada dibawahnya langsung.
17
Gambar 2.7 Lampu Downlight
b. Lampu SL & PL adalah jenis lampu yang mempunyai kepanjangan
power light untuk PL yaitu lampu dengan cahaya kuat dan tajam dan
terkesan panas. Sedangkan soft light untuk SL yaitu lampu dengan
cahaya lembut atau disebut juga sebagai cool light (cahaya sejuk).
Gambar 2.8 Lampu SL & PL
c. Lampu TL (Tubular Lamp) atau Lampu Flourescent adalah lampu yang
cukup efisien dalam mengubah energi listrik menjadi energi cahaya,
terutama jika dibandingkan dengan lampu jenis kawat pijar.
Gambar 2.9 Lampu TL
18
d. Lampu Pijar adalah sumber cahaya buatan yang dihasilkan melalui
penyaluran arus listrik melalui filamen yang kemudian memanas dan
menghasilkan cahaya. Kaca yang menyelubungi filamen panas tersebut
menghalangi udara untuk berhubungan dengannya sehingga filamen
tidak akan langsung rusak akibat teroksidasi.
Gambar 2.10 Lampu Pijar
e. Lampu LED (Light Emitting Diode) adalah lampu indikator yang
terpasang diperangkat elektronik yang biasanya memiliki fungsi untuk
menunjukkan status dari perangkat elektronik. Lampu LED memiliki usia
pakai dan efisiensi listrik beberapa kali lipat lebih baik daripada lampu
pijar dan tetap jauh lebih efisien daripada lampu neon.
Gambar 2.11 Lampu LED
2.5.3 Penghantar
Penghantar adalah bahan yang digunakan untuk menghubungkan suatu titik
ke titik yang lain. Penghantar yang digunakan untuk instalasi listrik adalah berupa
19
kawat berisolasi atau kabel. Jenis penghantar yang lazim digunakan adalah
tembaga dan aluminium.
a. Kabel Tembaga.
Tembaga yang digunakan untuk penghantar pada umumnya
tembaga elektrostatis dengan kemurnian 99,5%. Tahanan jenis (ῆ) yang
telah dijadikan standar internasional sama dengan 0,017241 Ohm
mm²/m pada suhu 20˚C.
b. Kabel Alumunium.
Alumunium untuk beban penghantar harus pula pada alumunium
murni, yaitu dengan kemurnian sekurang-kurangnya 99,5% juga dengan
tahanan jenis tidak boleh melebihi 0,028264 mm²/m pada suhu 20˚C,
berat alumunium jauh lebih ringan dibanding berat tembaga.
c. Rel (Busbar)
Rel mempunyai sifat kaku dan merupakan penghantar pejal yang
dibuat dari berbagai bentuk seperti segi empat, batang, pipa persegi
maupun berongga. Rel dapat dipasang sebagai penghantar tunggal (satu
rel perfasa) atau berbagai penghantar ganda yakni dua rel atau lebih
perfasa.
Alumunium lebih ringan daripada tembaga, namun kekuatan tarik alumunium
lebih kecil dibanding kekuatan tarik tembaga. Untuk itu penghantar alumunium
yang ukurannya besar dan pemasangannya direntangkan memerlukan penguat
baja atau paduan alumunium pada bagian tengahnya. Terdapat syarat-syarat
dalam pemasangan kabel pada bangunan yaitu:
a. Sebagai penghantar digunakan kabel berisolasi ganda (misalnya NYM)
yang terdiri atas dua atau tiga inti tembaga pejal dengan penampang tiap
intinya minimum 1,5 mm².
b. Kabel lampu tidak boleh lebih kecil dari 0,5 mm².
c. Kabel listrik berpenghantar tembaga dan berisolasi PVC yang terpasang
secara permanen didalam rumah harus dengan ukuran minimal 2,5 mm².
Kabel listrik memiliki identifikasi kode warna yang dibuat sesuai standar.
Menurut PUIL 2000 tabel 7.2-1 Kabel dengan inti tunggal memiliki standar
sebagai berikut :
20
Tabel 2.4 Standar Warna Kabel
No Warna Selubung Penggunaan
1 Merah Fasa R
2 Kuning Fasa S
3 Hitam Fasa T
4 Biru Netral
5 Kuning-Hijau Pentanahan
6 Warna lainnya Kontrol
Sumber : PUIL, 2000: 505
2.5.3.1 Jenis dan Ukuran Penghantar
Ukuran luas penampang penghantar dan jenis penghantar yang dipasang
dalam suatu instalasi penerangan maupun instalasi daya ditentukan berdasarkan :
a. Kemampuan Hantar Arus (KHA) dari penghantar.
b. Jatuh tegangan tidak diperbolehkan.
c. Temperatur sekitar dan sifat lingkungan.
d. Kekuatan mekanis penghantar.
e. Kemungkinan perluasan.
Dalam situasi instalasi baik instalasi daya maupun instalasi penerangan
digunakan berbagai jenis kabel, antara lain :
1. Kabel NYA
Kabel NYA yaitu kabel dengan penghantar/inti tembaga
berselubung PVC. Kabel NYA berinti tunggal, berlapis bahan isolasi
PVC, untuk instalasi luar/kabel udara. Kode warna isolasi ada warna
merah, kuning, biru dan hitam. Kabel tipe ini umum dipergunakan di
perumahan karena harganya yang relatif murah. Lapisan isolasinya
hanya 1 lapis sehingga mudah cacat, tidak tahan air (NYA adalah tipe
kabel udara) dan mudah digigit tikus.
21
Gambar 2.12 Kabel NYA
Agar aman memakai kabel tipe ini, kabel harus dipasang dalam
pipa/conduit jenis PVC atau saluran tertutup. Sehingga tidak mudah
menjai sasaran gigitan tikus dan apabila ada isolasi yang terkelupas
tidak tersentuh langsung oleh orang.
Kode Pengenal Jenis Kabel:
N : Kabel standar penghantar tembaga.
Y : Isolasi dari PVC.
A : Penghantar berisolasi PVC (berinti satu penghantar).
2. Kabel NYAF
Kabel NYAF merupakan jenis kabel fleksibel dengan penghantar
tembaga serabut berisolasi PVC. Digunakan untuk instalasi panel-
panel yang memerlukan fleksibilitas yang tinggi.
Kode Pengenal Jenis Kabel:
N : Kabel standar penghantar tembaga.
Y : Isolasi dari PVC.
A : Penghantar berisolasi PVC (berinti satu penghantar).
F : Penghantar kawat halus.
Gambar 2.13 Kabel NYAF
22
3. Kabel NYM
Kabel NYM adalah penghantar yang terbuat dari tembaga polos
berisolasi PVC, yang uratnya satu hingga lima. Jika lebih dari satu
urat-uratnya dibelit menjadi satu dan kemudian diberi lapisan
pembungkus inti dari karet atau plastik lunak supaya bentuknya
menjadi bulat. Lapisan pembungkus inti harus lunak, supaya mudah
dikupas pada waktu pemasangan. Sesudah itu baru diberi selubung
PVC berwarna putih. Untuk pemasangan kabel NYM berlaku
ketentuan-ketentuan sebagai berikut :
a. NYM boleh dipasang langsung menempel pada plesteran atau
kayu atau ditanam langsung pada plesteran, juga di ruang lembab
atau basah, di tempat kerja atau gudang dengan bahaya ledakan
atau kebakaran.
b. NYM boleh juga dipasang langsung pada bagian-bagian lain dari
ruangan konstruksi, rangka dan sebagainya, asalkan cara
pemasangannya tidak merusak selubung luar kabelnya.
c. NYM tidak boleh dipasang langsung dalam tanah.
Kode Pengenal Jenis Kabel:
N : Kabel standar penghantar tembaga.
Y : Isolasi dari PVC.
M : Kabel berselubung PVC (biasanya berinti dua, tiga, atau empat
dengan isolasi PVC dua lapis).
Gambar 2.14 Kabel NYM
23
4. Kabel NYY
Kabel NYY adalah dirancang untuk instalasi tetap didalam tanah
yang dimana harus tetap diberikan perlindungan khusus (misalnya :
duct, pipa PVC/pipa besi). Kabel protodur tanpa sarang logam,
instalasi bisa ditempatkan didalam dan diluar ruangan, dalam kondisi
lembab/kering, memiliki lapisan isolasi PVC (biasanya warna hitam)
ada yang berinti 2,3 dan 4. Memiliki lapisan isolasi yang lebih kuat
dari NYM. Isolasi NYY terbuat dari bahan yang tidak disukai tikus.
Kode Pengenal Jenis Kabel:
N : Kabel standar penghantar tembaga.
Y : Isolasi dari PVC.
Y : Kabel berselubung PVC (biasanya berinti dua, tiga, atau empat
dengan isolasi PVC dua lapis).
Gambar 2.15 Kabel NYY
2.5.4 Saklar
Saklar merupakan alat untuk menghubungkan dan memutuskan hubungan
listrik. Saklar banyak macam dan jenisnya, misalnya untuk kebutuhan instalasi
penerangan, instalasi tenaga dan banyak lagi jenisnya, yang sering kita jumpai
pada kehidupan sehari-hari dirumah maupun dimana saja.
Untuk instalasi penerangan umumnya digunakan saklar untuk menyalakan
dan mematikan lampu. Saklar menurut fungsinya dibedakan menjadi :
a. Saklar kutub satu.
b. Saklar kutub ganda.
c. Saklar kutub tiga.
d. Saklar kelompok.
e. Saklar seri.
24
f. Saklar tukar.
g. Saklar silang.
Terdapat syarat-syarat dalam pemasangan saklar pada bangunan yaitu:
a. Tinggi pemasangan ± 150 cm diatas lantai.
b. Dekat dengan pintu dan mudah dicapai tangan/sesuai kondisi tempat.
c. Arah posisi kontak (tuas) saklar seragam bila pemasangan lebih dari satu.
Gambar 2.16 Saklar
2.5.5 Stop Kontak
Stop kontak merupakan tempat untuk mendapatkan sumber tegangan.
Tegangan ini diperoleh dari hantaran fasa dan nol yang dihubungkan dengan
kontak-kontak stop kontak. Stop kontak dipasang untuk memudahkan
mendapatkan tegangan yang diperlukan bagi peralatan listrik yang dapat
dipindahkan. Terdapat syarat-syarat dalam pemasangan stop kontak pada
bangunan yaitu:
a. Tinggi pemasangan ± 150 cm diatas lantai, apabila kurang dari 150 cm
harus dilengkapi tutup.
b. Masih dicapai tangan.
c. Dipasang sedemikian rupa, sehingga penghantar netralnya berada
disebelah kanan atau disebelah bawah.
25
Gambar 2.17 Stop Kontak
2.5.6 Pipa
Didalam instalasi listrik banyak sekali dipakai pipa. Pipa digunakan sebagai
pelindung kabel atau hantaran dari gangguan. Dengan pipa, pemasangan hantaran
atau kabel lebih rapi. Pipa yang digunakan biasanya terdiri dari :
a. Pipa PVC merupakan bahan isolasi, sehingga dalam pemasangannya
tidak akan mengakibatkan terjadinya hubungan pendek antara
penghantar dengan pipa. Pipa PVC lebih ringan dan pengerjaannya
mudah.
Gambar 2.18 Pipa PVC
b. Pipa union (besi/baja) merupakan pipa yang terbuat dari plat besi dan
dibuat oleh pabrik tanpa menggunakan las.
Gambar 2.19 Pipa Union
26
c. Pipa fleksibel dibuat dari logam yang mudah diatur dan lentur.
Gambar 2.20 Pipa Fleksibel
d. Pipa galvanis untuk tiang lampu taman biasa disebut pipa ledeng.
Gambar 2.21 Pipa Galvanis
2.5.7 Box Panel
Box Panel adalah bagian luar dari panel yang berfungsi sebagai
tempat dari rangkaian-rangkaian panel itu sendiri. Box Panel dibuat untuk
pengamanan dan kerapihan suatu instalasi listrik.
27
Gambar 2.22 Box Panel
2.5.8 Pipe Fitting (Pipa Sambungan)
Pipe fitting (pipa sambungan) adalah sebuah benda yang dipergunakan
untuk menyambung dua buah pipa atau lebih dan bisa berbentuk elbow, tee,
reducer dan lain-lain. Jenis-jenis pipe fitting (pipa sambungan) sebagai
berikut :
a. Shock pipa PVC, digunakan untuk menyambung dua bagian yang lurus
dari pipa PVC atau aksesoris pipa PVC lainnya.
b. Elbow/Knee/L pipa PVC, adalah shock berbentuk L yang berfungsi untuk
menyambung pipa PVC dengan pipa PVC lain atau dengan aksesoris di
tempat yang membutuhkan belokan.
c. T pipa PVC, digunakan untuk membuat cabang saluran pipa PVC.
Gambar 2.23 Pipe Fitting (Pipa Sambungan)
28
2.6 Standar Harga Satuan Pokok Pekerjaan (HSPK) Instalasi Elektrikal
Dalam merancang perancangan instalasi elektrikal diperlukan bahan-bahan
sistem instalasi elektrikal yang akan dipakai dan diperlukan juga harga yang
menentukan dari bahan-bahan sistem instalasi elektrikal tersebut. Terdapat
HSPK/Standar Harga Satuan Pokok Pekerjaan yang sudah menentukan harga dari
suatu bahan dan upah tenaga kerja, sebagai berikut:
Tabel 2.5 Harga Peralatan Listrik
No Nama Barang Satuan Harga (Rp)
1 MCB Box bh 84.200
2 MCB 1 phase 4 A bh 73.000
3 MCB 1 phase 6 A bh 95.400
4 MCB 1 phase 16 A bh 95.400
5 Kabel NYA 1,5 mm mtr 2.200
6 Kabel NYA 2,5 mm mtr 4.000
7 Kabel NYM 2 x 2,5 mm mtr 14.300
8 Kabel NYM 3 x 2,5 mm mtr 14.900
9 Saklar tunggal bh 28.100
10 Saklar ganda bh 30.900
11 Stop kontak bh 28.100
12 Pipa PVC 5/8" btg 16.900
13 Pipa PVC 1/2 aw btg 95.400
14 Lampu SL 15 Watt bh 203.800
15 Lampu TL 40 Watt bh 48.700
Sumber : HSPK Kota Balikpapan 2017
Tabel 2.6 Upah Tenaga Kerja
No Uraian Upah
Kerja (Rp) Keterangan
1 Buruh tidak terampil 97.300 1 hari = 7 jam kerja
2 Buruh terampil/pekerja 121.600 1 hari = 7 jam kerja
3 Tukang kayu 129.800 1 hari = 7 jam kerja
4 Tukang batu 129.800 1 hari = 7 jam kerja
5 Tukang besi 129.800 1 hari = 7 jam kerja
6 Tukang cat 129.800 1 hari = 7 jam kerja
7 Kepala tukang 145.900 1 hari = 7 jam kerja
8 Mandor 137.800 1 hari = 7 jam kerja
Sumber : HSPK Kota Balikpapan 2017
29
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Data Umum
Data yang dipakai untuk instalasi elektrikal ini berupa denah ruko 3 lantai di
Jalan Balikpapan Baru II. Data ruko 3 lantai bertujuan untuk merencanakan sistem
instalasi elektrikal pada bangunan ruko 3 lantai di Balikpapan Baru dan
menghitung kebutuhan biaya yang diperlukan untuk pemasangan sistem instalasi
elektrikal.
Gambar 3.1 Denah Lokasi
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Studi kasus ini dilaksanakan sejak bulan Februari 2017 s/d Juni 2017.
Semua pekerjaan termasuk penyusunan tugas akhir bertempat di Politeknik Negeri
Balikpapan. Dengan data yang didapatkan dari Jalan Balikpapan Baru II berupa
denah ruko 3 lantai.
30
Tabel 3.1 Jadwal Perancangan
Jadwal Perancangan Sistem Instalasi Elektrikal Februari-Juni
1 2 3 4 5
Persiapan data ruko 3 lantai
Rumusan masalah
Studi Pustaka
Analisis data
Penyusunan laporan
Hasil dan kesimpulan
3.3 Data Lapangan
Pembangunan Ruko 3 lantai di Jalan Balikpapan Baru II membutuhkan
rancangan instalasi elektrikal yang sesuai dengan kebutuhan listrik saat ini sampai
tahun-tahun yang akan datang. Perancangan instalasi ini bertujuan mendapat
gambaran jumlah kapasitas daya sehingga sesuai dengan rancangan dan
perancangan ini dilakukan untuk menghitung seluruh biaya yang diperlukan
dalam pemasangannya. Perancangan dihitung untuk kepenuhan penghuni dalam
bangunan 300 m².
3.4 Diagram Alir Penulisan
Diagram alir pelaksanaan Perancangan Instalasi Elektrikal Ruko 3 Lantai
Balikpapan antara lain sebagai berikut :
31
Gambar 3.2 Diagram Alir Metodologi Penelitian
32
a. Rumusan masalah.
Sebelum melakukan perancangan sistem elektrikal pada ruko 3
lantai, ketahui terlebih dahulu rumusan masalah yang akan dikerjakan.
b. Studi pustaka.
Saat merancang sistem elektrikal pada ruko 3 lantai, yaitu
mempelajari buku-buku, artikel, makalah, standar-standar perencanaan
elektrikal yang mendukung untuk perancangan sistem elektrikal pada
suatu proyek gedung bertingkat.
c. Merancang sistem instalasi elektrikal.
Setelah studi pustaka dipelajari, langkah selanjutnya yaitu
merancang sistem instalasi elektrikal yang akan bekerja pada ruko 3
lantai dengan Software AutoCAD dengan menentukan keperluan pipa,
kabel, dan lain sebagainya.
d. Menghitung kebutuhan biaya sistem instalasi elektrikal.
Setelah melakukan perancangan, selanjutnya perhitungan biaya
keseluruhan bahan yang dipakai dalam instalasi.
e. Penyusunan laporan.
Setelah melakukan perancangan dan perhitungan instalasi
elektrikal pada ruko 3 lantai, langkah selanjutnya yaitu menulis analisis
yang sudah dilakukan pada langkah-langkah sebelumnya didalam
penulisan tugas akhir.
f. Kesimpulan dan saran.
Selesai melaukan penyusunan laporan, selanjutnya membuat
kesimpulan dan saran dari isi laporan tersebut.
3.5 Proses Penelitian
Untuk pemasangan suatu instalasi elektrikal lebih dahulu harus dibuat
gambar-gambar rencananya berdasarkan denah bangunan, dimana instalasinya
akan dipasang jika spesifikasinya dan syarat-syarat pekerjaan yang diterima dari
pihak bangunan. Harus diperhatikan spesifikasi dan syarat pekerjaan ini
menguraikan syarat yang harus dipenuhi pihak pemborong, antara lain mengenai
pelaksanaannya material yang digunakan, waktu penyerahannya dan sebagainya.
33
Gambar-gambarnya harus jelas, mudah dibaca dan dimengerti. Gambar
denah bangunannya biasanya disederhanakan. Dinding-dindingnya digambar
dengan garis tunggal agar tipis, saluran-saluran listriknya karena lebih penting
maka digambar lebih tebal. Supaya gambarnya rapi harus dipilih garis yang tepat.
Gambar situasi, untuk menyatakan letak bangunan dimana instalasinya akan
dipasang, serta rencana penyambungan dengan jaringan PLN.
1. Gambar instalasinya meliputi :
a. Rencana penempatan semua peralatan listrik yang akan dipasang dan
sarana peralatan, misalnya titik lampu, saklar, kontak-kontak, perlengkapan
hubung bagi.
b. Rencana penyambungan peralatan listrik dengan alat pelayanannya
misalnya antara lampu dengan saklarnya, motor dan pengasutnya dan
sebagainya.
c. Hubungan antara peralatan listrik dan sarana pelayanannya dengan
perlengkapan hubung bagi yang bersangkutan.
d. Data teknis penting dari setiap peralatan listrik yang akan dipasang.
2. Diagram instalasi garis tunggal meliputi :
a. Diagram perlengkapan hubung bagi dengan keterangan mengenai
ukuran/daya nominal setiap komponen.
b. Keterangan mengenai beban yang terpasang dan pembaginya.
c. Ukuran dan jenis hantaran yang akan digunakan.
d. Sistem pentanahannya.
3. Gambar perincian atau keterangan yang diperlukan misalnya :
a. Perkiraan ukuran fisik perlengkapan hubung bagi.
b. Cara pemasangan alat-alat listriknya.
c. Cara pemasangan kabelnya.
d. Cara kerja instalasi kontrolnya kalau ada.
3.5.1 Pengawasan dan Tanggung Jawab
Pengawasan pemasangan instalasi elektrikal dan tanggung jawab
pelaksana dan pelaksanaan pekerjaan antara lain ditentukan sebagai berikut :
34
1. Setiap pemasangan listrik harus mendapat ijin dari instalasi yang
berwenang, umumnya dari cabang PLN setempat.
2. Penanggung jawab pekerjaan instalasi harus seorang yang ahli berilmu
pengetahuan dalam pekerjaan instalasi listrik dan memiliki ijin dari
instansi yang berwenang.
3. Pekerjaan pemasangan instalasi listrik harus diawasi oleh seorang
pengawas yang ahli berpengetahuan tentang listrik, menguasai
pengaturan perlistrikan, berpengalaman dalam pemasangan instalasi
listrik dan bertanggung jawab atas keselamatan para pekerjanya.
4. Pekerjaan pemasangan instalasi listrik harus dilaksanakan oleh orang-
orang yang berpengalaman tentang listrik.
5. Pemasangan instalasi listrik yang selesai dikerjakan harus dilaporkan
secara tertulis kepada bagan pemeriksa (umumnya PLN setempat)
untuk diperiksa dan diuji.
6. Setelah dinyatakan baik secara tertulis oleh bagan pemeriksa dan
sebelum diserahkan kepada pemilik, instalasinya harus dicoba dengan
tegangan dan arus kerja penuh selama waktu yang cukup lama, semua
peralatan yang dipasang harus dicoba.
7. Perencana suatu instalasi elektrikal bertanggung jawab atas rencana
yang telah dibuatnya.
8. Pelaksana pekerjaan instalasi listrik bertanggung jawab atas
pekerjaannya selama batas waktu tertentu. Jika terjadi suatu kecelakaan
karena kesalahan pemasangan ia bertanggung jawab atas kecelakaan
tersebut.
3.5.2 Pemeriksaan dan Pengujian Instalasi Elektrikal
Pemeriksaan dan Pengujian Instalasi Elektrikal meliputi :
1. Tanda-tanda.
2. Peralatan listrik yang dipasang.
3. Cara pemasangannya.
4. Polaritasnya.
5. Pentanahannya.
35
6. Tahanan isolasi.
7. Continuenitas rangkaian.
36
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Sistem Instalasi Elektrikal
Sistem adalah satu kesatuan yang terdiri komponen atau elemen yang
dihubungkan bersama untuk memudahkan aliran informasi, materi atau energi
untuk mencapai suatu tujuan. Sistem juga merupakan kesatuan bagian-bagian
yang saling berhubungan yang berada dalam suatu wilayah serta memiliki item-
item penggerak. Sistem mekanikal dan elektrikal merupakan suatu sistem yang
ada didalam sebuah gedung/bangunan yang tidak dapat dipisahkan dari pemakaian
gedung. Mekanikal dan elektrikal memiliki cakupan pekerjaan listrik dan mekanik
contohnya seperti instalasi listrik.
Daya adalah kecepatan melakukan kerja. Daya sama dengan jumlah energi
yang dihabiskan per satuan waktu. Satuan SI daya adalah watt (W) yaitu satu
joule per detik.
4.2 Skema Sistem Instalasi Elektrikal
Gambar 4.1 Skema Sistem Instalasi Elektrikal
Skema sistem instalasi elektrikal pada bangunan ruko terdiri dari :
1. PLTD (Pembangkit Listrik Tenaga Diesel) ialah pembangkit listrik yang
menggunakan mesin diesel sebagai penggerak mula (prime mover).
Prime mover merupakan peralatan yang mempunyai fungsi menghasilkan
energi mekanis yang diperlukan untuk memutar rotor generator. Mesin
37
diesel sebagai penggerak mula PLTD berfungsi menghasilkan tenaga
mekanis yang dipergunakan untuk memutar rotor generator.
2. Gardu distribusi merupakan salah satu komponen dari suatu sistem
distribusi PLN yang berfungsi untuk menghubungkan jaringan ke
konsumen atau untuk mendistribusikan tenaga listrik pada konsumen
atau pelanggan, baik itu pelanggan tegangan menengah maupun
pelanggan tegangan rendah.
3. Trafo/Transformator adalah alat yang memindahkan tenaga listrik antar
dua rangkaian listrik atau lebih melalui induksi elektromagnetik.
4. Meter listrik/kWh meter adalah alat yang digunakan pihak PLN untuk
menghitung besar pemakaian daya konsumen.
5. ATS (Automatic Transfer Switch), alat ini berfungsi untuk memindahkan
koneksi antara sumber tegangan listrik satu dengan sumber tegangan
listrik lainnya secara otomatis.
6. Genset (Generator Set) adalah sebuah perangkat yang mampu
menghasilkan daya listrik. Genset ini merupakan seperangkat atau
gabungan antara Generator/Alternator dan Engine yang dapat digunakan
sebagai alat pembangkit listrik.
7. Penerangan adalah alat untuk menerangi ruangan. Penerangan dalam
suatu ruang juga diperlukan sistem pencahayaan yang tepat sesuai
dengan kebutuhannya.
8. Peralatan adalah suatu alat ataupun bisa berbentuk tempat yang gunanya
untuk mendukung berjalannya pekerjaan. Contohnya seperti saklar yang
berfungsi untuk memutuskan jaringan listrik atau untuk
menghubungkannya dan stop kontak yang berfungsi sebagai muara
penghubung antara arus listrik dengan peralatan listrik.
4.3 Peralatan dan Komponen Pemasangan Instalasi Elektrikal
Peralatan elektrikal yang terpakai dalam pemasangan sistem instalasi
elektrikal pada bangunan ruko 3 lantai yaitu :
a. Lampu SL & PL adalah jenis lampu yang mempunyai kepanjangan
power light untuk PL yaitu lampu dengan cahaya kuat dan tajam dan
38
terkesan panas. Sedangkan soft light untuk SL yaitu lampu dengan
cahaya lembut atau disebut juga sebagai cool light (cahaya sejuk).
Gambar 4.2 Lampu SL & PL
b. Lampu TL (Tubular Lamp) atau Lampu Flourescent adalah lampu yang
cukup efisien dalam mengubah energi listrik menjadi energi cahaya,
terutama jika dibandingkan dengan lampu jenis kawat pijar.
Gambar 4.3 Lampu TL
c. Saklar merupakan alat untuk menghubungkan dan memutuskan
hubungan listrik. Saklar banyak macam dan jenisnya, misalnya untuk
kebutuhan instalasi penerangan, instalasi tenaga dan banyak lagi
jenisnya, yang sering kita jumpai pada kehidupan sehari-hari dirumah
maupun dimana saja. Untuk instalasi penerangan umumnya digunakan
saklar untuk menyalakan dan mematikan lampu. Saklar menurut
fungsinya dibedakan menjadi : Saklar kutub satu dan saklar kutub ganda.
39
Gambar 4.4 Saklar
d. Stop kontak merupakan tempat untuk mendapatkan sumber tegangan.
Tegangan ini diperoleh dari hantaran fasa dan nol yang dihubungkan
dengan kontak-kontak stop kontak. Stop kontak dipasang untuk
memudahkan mendapatkan tegangan yang diperlukan bagi peralatan
listrik yang dapat dipindahkan.
Gambar 4.5 Stop Kontak
e. Elbow
Elbow berfungsi sebagai untuk mengubah arah pipa. Dalam
praktek pemipaan sering ditemui perubahan arah pipa dan itu hal lazim
dalam sebuah instalasi, umumnya elbow tersedia dengan ukuran sudut
45˚ dan 90˚, meskipun bisa didapatkan ukuran lainnya.
Gambar 4.6 Elbow
40
4.4 Kebutuhan Elektrikal Pada Tiap Lantai
Kebutuhan daya per lantai dapat ditentukan dengan menghitung jumlah
beban yang terpasang pada masing-masing lantai. Umumnya PLN hanya
menyediakan beberapa pilihan standar Daya Listrik yaitu 220 VA (1A), 450 VA
(2A), 900 VA (4A), 1300 VA (6A), 2200 VA (10A), 3500 VA (16A), 4400 VA
(20A), 5500 VA (25A) dan seterusnya.
4.4.1 Perhitungan Kebutuhan Daya Listrik Pada Tiap Lantai
Untuk menentukan daya listrik yang sesuai dengan standar maka jumlah
lampu pada suatu ruang ditentukan/dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
N = E x L x W
∅ x LLF x CU x n
Dimana :
N = Jumlah titik lampu
E = Kuat penerangan/target kuat penerangan yang akan dicapai (Lux)
L = Panjang ruang (m)
W = Lebar ruang (m)
Ø = Total lumen lampu/Lamp luminous flux
LLF = Faktor cahaya rugi/Light loss factor (0,7-0,8)
CU = Faktor pemanfaatan/Coeffesien of utilization (50-65%)
n = Jumlah lampu dalam 1 titik lampu
Ø = W x L/w
Dimana :
W = Daya lampu
L/w = Lumen per watt/Luminous efficacy lamp
1. Kebutuhan Watt lampu pada lantai 1. Dihitung dengan rumus sebagai
berikut :
a. Teras menentukan penerangan sebesar 60 lux. Untuk lampu PL 14W
dengan type ESSENTIAL 14W 220-240V mempunyai luminous
efficacy lamp sebesar 57 Lm/W, jadi :
Ø = W x L/w
Ø = 14 x 57 = 798 lumen
Luas ruang = 5 m x 1,2 m
41
Diketahui :
E = 60 lux
L = 5 m
W = 1,2 m
n = 1 bh
LLF = 0,8 (antara 0,7-0,8)
CU = 65% (antara 50-65%)
Ø = 798 lumen
Ditanya = N ?
Penyelesaian :
N = E x L x W
∅ x LLF x CU x n
N = 60 x 5 x 1,2
798 x 0,8 x 65% x 1=
360
414,96= 0,86 ~ 1 lampu
Menurut standar SNI, untuk penerangan rumah tidak melebihi
10W/m²
Jumlah W/m² = Jumlah titik lampu x Watt lampu
Luas ruang
= 1 x 14
5 x 1,2=
14
6= 2,33 W/m²
b. Ruang Usaha difungsikan sebagai toko alat listrik yang menentukan
penerangan sebesar 250 lux. Untuk lampu TL 80W dengan type T5
HO FQ Constant 80 Watt mempunyai luminous efficacy lamp
sebesar 123 Lm/W, jadi :
Ø = W x L/w
Ø = 80 x 123 = 9840 lumen
Luas ruang = 11,8 m x 5 m
Diketahui :
E = 250 lux
L = 11,8 m
W = 5 m
n = 1 bh
LLF = 0,8 (antara 0,7-0,8)
CU = 65% (antara 50-65%)
Ø = 9840 lumen
42
Ditanya = N ?
Penyelesaian :
N = E x L x W
∅ x LLF x CU x n
N = 250 x 11,8 x 5
9840 x 0,8 x 65% x 1=
14750
5116 ,8= 2,88 ~ 3 lampu
Menurut standar SNI, untuk penerangan rumah tidak melebihi
10W/m²
Jumlah W/m² = Jumlah titik lampu x Watt lampu
Luas ruang
= 3 x 80
11,8 x 5=
240
59= 4,07 W/m²
c. Dapur menentukan penerangan sebesar 250 lux. Untuk lampu PL
42W dengan type TORNADO (SPIRAL) 42W 220-240V
mempunyai luminous efficacy lamp sebesar 85 Lm/W, jadi :
Ø = W x L/w
Ø = 42 x 85 = 3570 lumen
Luas ruang = 3 m x 2 m
Diketahui :
E = 250 lux
L = 3 m
W = 2 m
n = 1 bh
LLF = 0,8 (antara 0,7-0,8)
CU = 65% (antara 50-65%)
Ø = 3570 lumen
Ditanya = N ?
Penyelesaian :
N = E x L x W
∅ x LLF x CU x n
N = 250 x 3 x 2
3570 x 0,8 x 65% x 1=
1500
1856 ,4= 0,81 ~ 1 lampu
Menurut standar SNI, untuk penerangan rumah tidak melebihi
10W/m²
Jumlah W/m² = Jumlah titik lampu x Watt lampu
Luas ruang
43
= 1 x 42
3 x 2=
42
6= 7 W/m²
d. Toilet menentukan penerangan sebesar 250 lux. Untuk lampu PL
30W dengan type ESSENTIAL 30W 220-240V mempunyai
luminous efficacy lamp sebesar 73 Lm/W, jadi :
Ø = W x L/w
Ø = 30 x 73 = 2190 lumen
Luas ruang = 2 m x 2 m
Diketahui :
E = 250 lux
L = 2 m
W = 2 m
n = 1 bh
LLF = 0,8 (antara 0,7-0,8)
CU = 65% (antara 50-65%)
Ø = 2190 lumen
Ditanya = N ?
Penyelesaian :
N = E x L x W
∅ x LLF x CU x n
N = 250 x 2 x 2
2190 x 0,8 x 65% x 1=
1000
1138 ,8= 0,88 ~ 1 lampu
Menurut standar SNI, untuk penerangan rumah tidak melebihi
10W/m²
Jumlah W/m² = Jumlah titik lampu x Watt lampu
Luas ruang
= 1 x 30
2 x 2=
30
4= 7,5 W/m²
2. Kebutuhan Watt lampu pada lantai 2. Dihitung dengan rumus sebagai
berikut :
a. Teras menentukan penerangan sebesar 60 lux. Untuk lampu PL 14W
dengan type ESSENTIAL 14W 220-240V mempunyai luminous
efficacy lamp sebesar 57 Lm/W, jadi :
Ø = W x L/w
Ø = 14 x 57 = 798 lumen
44
Luas ruang = 5 m x 1,2 m
Diketahui :
E = 60 lux
L = 5 m
W = 1,2 m
n = 1 bh
LLF = 0,8 (antara 0,7-0,8)
CU = 65% (antara 50-65%)
Ø = 798 lumen
Ditanya = N ?
Penyelesaian :
N = E x L x W
∅ x LLF x CU x n
N = 60 x 5 x 1,2
798 x 0,8 x 65% x 1=
360
414,96= 0,86 ~ 1 lampu
Menurut standar SNI, untuk penerangan rumah tidak melebihi
10W/m²
Jumlah W/m² = Jumlah titik lampu x Watt lampu
Luas ruang
= 1 x 14
5 x 1,2=
14
6= 2,33 W/m²
b. Ruang Tamu 1 menentukan penerangan sebesar 185 lux (antara 120-
250 lux). Untuk lampu PL 35W dengan type ESSENTIAL 35W 220-
240V mempunyai luminous efficacy lamp sebesar 78 Lm/W, jadi :
Ø = W x L/w
Ø = 35 x 78 = 2730 lumen
Luas ruang = 3,8 m x 2,02 m
Diketahui :
E = 185 lux
L = 3,8 m
W = 2,02 m
n = 1 bh
LLF = 0,8 (antara 0,7-0,8)
CU = 65% (antara 50-65%)
Ø = 2730 lumen
45
Ditanya = N ?
Penyelesaian :
N = E x L x W
∅ x LLF x CU x n
N = 185 x 3,8 x 2,02
2730 x 0,8 x 65% x 1=
1420 ,06
1419,6= 1 lampu
Menurut standar SNI, untuk penerangan rumah tidak melebihi
10W/m²
Jumlah W/m² = Jumlah titik lampu x Watt lampu
Luas ruang
= 1 x 35
3,8 x 2,02=
35
7,68= 4,56 W/m²
c. Ruang Tamu 2 menentukan penerangan sebesar 185 lux (antara 120-
250 lux). Untuk lampu PL 42W dengan type TORNADO (SPIRAL)
42W 220-240V mempunyai luminous efficacy lamp sebesar 85
Lm/W, jadi :
Ø = W x L/w
Ø = 42 x 85 = 3570 lumen
Luas ruang = 8 m x 5 m
Diketahui :
E = 185 lux
L = 8 m
W = 5 m
n = 1 bh
LLF = 0,8 (antara 0,7-0,8)
CU = 65% (antara 50-65%)
Ø = 3570 lumen
Ditanya = N ?
Penyelesaian :
N = E x L x W
∅ x LLF x CU x n
N = 185 x 8 x 5
3570 x 0,8 x 65% x 1=
7400
1856 ,4= 3,98 ~ 4 lampu
Menurut standar SNI, untuk penerangan rumah tidak melebihi
10W/m²
Jumlah W/m² = Jumlah titik lampu x Watt lampu
Luas ruang
46
= 4 x 42
8 x 5=
168
40= 4,2 W/m²
d. Kamar Tidur menentukan penerangan sebesar 185 lux (antara 120-
250 lux). Untuk lampu PL 30W dengan type ESSENTIAL 30W 220-
240V mempunyai luminous efficacy lamp sebesar 73 Lm/W, jadi :
Ø = W x L/w
Ø = 30 x 73 = 2190 lumen
Luas ruang = 3,8 m x 2,85 m
Diketahui :
E = 185 lux
L = 3,8 m
W = 2,85 m
n = 1 bh
LLF = 0,8 (antara 0,7-0,8)
CU = 65% (antara 50-65%)
Ø = 2190 lumen
Ditanya = N ?
Penyelesaian :
N = E x L x W
∅ x LLF x CU x n
N = 185 x 3,8 x 2,85
2190 x 0,8 x 65% x 1=
2003 ,55
1138,8= 1,76 ~ 2 lampu
Menurut standar SNI, untuk penerangan rumah tidak melebihi
10W/m²
Jumlah W/m² = Jumlah titik lampu x Watt lampu
Luas ruang
= 2 x 30
3,8 x 2,85=
60
10,83= 5,54 W/m²
e. Dapur menentukan penerangan sebesar 250 lux. Untuk lampu PL
42W dengan type TORNADO (SPIRAL) 42W 220-240V
mempunyai luminous efficacy lamp sebesar 85 Lm/W, jadi :
Ø = W x L/w
Ø = 42 x 85 = 3570 lumen
Luas ruang = 3 m x 2 m
Diketahui :
47
E = 250 lux
L = 3 m
W = 2 m
n = 1 bh
LLF = 0,8 (antara 0,7-0,8)
CU = 65% (antara 50-65%)
Ø = 3570 lumen
Ditanya = N ?
Penyelesaian :
N = E x L x W
∅ x LLF x CU x n
N = 250 x 3 x 2
3570 x 0,8 x 65% x 1=
1500
1856 ,4= 0,81 ~ 1 lampu
Menurut standar SNI, untuk penerangan rumah tidak melebihi
10W/m²
Jumlah W/m² = Jumlah titik lampu x Watt lampu
Luas ruang
= 1 x 42
3 x 2=
42
6= 7 W/m²
f. Toilet menentukan penerangan sebesar 250 lux. Untuk lampu PL
30W dengan type ESSENTIAL 30W 220-240V mempunyai
luminous efficacy lamp sebesar 73 Lm/W, jadi :
Ø = W x L/w
Ø = 30 x 73 = 2190 lumen
Luas ruang = 2 m x 2 m
Diketahui :
E = 250 lux
L = 2 m
W = 2 m
n = 1 bh
LLF = 0,8 (antara 0,7-0,8)
CU = 65% (antara 50-65%)
Ø = 2190 lumen
Ditanya = N ?
Penyelesaian :
48
N = E x L x W
∅ x LLF x CU x n
N = 250 x 2 x 2
2190 x 0,8 x 65% x 1=
1000
1138 ,8= 0,88 ~ 1 lampu
Menurut standar SNI, untuk penerangan rumah tidak melebihi
10W/m²
Jumlah W/m² = Jumlah titik lampu x Watt lampu
Luas ruang
= 1 x 30
2 x 2=
30
4= 7,5 W/m²
3. Kebutuhan Watt lampu pada lantai 3. Dihitung dengan rumus sebagai
berikut :
a. Teras menentukan penerangan sebesar 60 lux. Untuk lampu PL 14W
dengan type ESSENTIAL 14W 220-240V mempunyai luminous
efficacy lamp sebesar 57 Lm/W, jadi :
Ø = W x L/w
Ø = 14 x 57 = 798 lumen
Luas ruang = 5 m x 1,2 m
Diketahui :
E = 60 lux
L = 5 m
W = 1,2 m
n = 1 bh
LLF = 0,8 (antara 0,7-0,8)
CU = 65% (antara 50-65%)
Ø = 798 lumen
Ditanya = N ?
Penyelesaian :
N = E x L x W
∅ x LLF x CU x n
N = 60 x 5 x 1,2
798 x 0,8 x 65% x 1=
360
414,96= 0,86 ~ 1 lampu
Menurut standar SNI, untuk penerangan rumah tidak melebihi
10W/m²
Jumlah W/m² = Jumlah titik lampu x Watt lampu
Luas ruang
49
= 1 x 14
5 x 1,2=
14
6= 2,33 W/m²
b. Ruang Tamu 1 menentukan penerangan sebesar 185 lux (antara 120-
250 lux). Untuk lampu PL 35W dengan type ESSENTIAL 35W 220-
240V mempunyai luminous efficacy lamp sebesar 78 Lm/W, jadi :
Ø = W x L/w
Ø = 35 x 78 = 2730 lumen
Luas ruang = 6,3 m x 2,02 m
Diketahui :
E = 185 lux
L = 6,3 m
W = 2,02 m
n = 1 bh
LLF = 0,8 (antara 0,7-0,8)
CU = 65% (antara 50-65%)
Ø = 2730 lumen
Ditanya = N ?
Penyelesaian :
N = E x L x W
∅ x LLF x CU x n
N = 185 x 6,3 x 2,02
2730 x 0,8 x 65% x 1=
2354 ,31
1419,6= 1,66 ~ 2 lampu
Menurut standar SNI, untuk penerangan rumah tidak melebihi
10W/m²
Jumlah W/m² = Jumlah titik lampu x Watt lampu
Luas ruang
= 2 x 35
6,3 x 2,02=
70
12,73= 5,5 W/m²
c. Ruang Tamu 2 menentukan penerangan sebesar 185 lux (antara 120-
250 lux). Untuk lampu PL 35W dengan type ESSENTIAL 35W 220-
240V mempunyai luminous efficacy lamp sebesar 78 Lm/W, jadi :
Ø = W x L/w
Ø = 35 x 78 = 2730 lumen
Luas ruang = 5,44 m x 5 m
Diketahui :
50
E = 185 lux
L = 5,44 m
W = 5 m
n = 1 bh
LLF = 0,8 (antara 0,7-0,8)
CU = 65% (antara 50-65%)
Ø = 2730 lumen
Ditanya = N ?
Penyelesaian :
N = E x L x W
∅ x LLF x CU x n
N = 185 x 5,44 x 5
2730 x 0,8 x 65% x 1=
5032
1419,6= 3,54 ~ 4 lampu
Menurut standar SNI, untuk penerangan rumah tidak melebihi
10W/m²
Jumlah W/m² = Jumlah titik lampu x Watt lampu
Luas ruang
= 4 x 35
5,44 x 5=
140
27,2= 5,15 W/m²
d. Kamar Tidur 1 menentukan penerangan sebesar 185 lux (antara 120-
250 lux). Untuk lampu PL 30W dengan type ESSENTIAL 30W 220-
240V mempunyai luminous efficacy lamp sebesar 73 Lm/W, jadi :
Ø = W x L/w
Ø = 30 x 73 = 2190 lumen
Luas ruang = 3,8 m x 2,85 m
Diketahui :
E = 185 lux
L = 3,8 m
W = 2,85 m
n = 1 bh
LLF = 0,8 (antara 0,7-0,8)
CU = 65% (antara 50-65%)
Ø = 2190 lumen
Ditanya = N ?
Penyelesaian :
51
N = E x L x W
∅ x LLF x CU x n
N = 185 x 3,8 x 2,85
2190 x 0,8 x 65% x 1=
2003 ,55
1138,8= 1,76 ~ 2 lampu
Menurut standar SNI, untuk penerangan rumah tidak melebihi
10W/m²
Jumlah W/m² = Jumlah titik lampu x Watt lampu
Luas ruang
= 2 x 30
3,8 x 2,85=
60
10,83= 5,54 W/m²
e. Kamar Tidur 2 menentukan penerangan sebesar 185 lux (antara 120-
250 lux). Untuk lampu PL 35W dengan type ESSENTIAL 35W 220-
240V mempunyai luminous efficacy lamp sebesar 78 Lm/W, jadi :
Ø = W x L/w
Ø = 35 x 78 = 2730 lumen
Luas ruang = 2,85 m x 2,5 m
Diketahui :
E = 185 lux
L = 2,85 m
W = 2,5 m
n = 1 bh
LLF = 0,8 (antara 0,7-0,8)
CU = 65% (antara 50-65%)
Ø = 2730 lumen
Ditanya = N ?
Penyelesaian :
N = E x L x W
∅ x LLF x CU x n
N = 185 x 2,85 x 2,5
2730 x 0,8 x 65% x 1=
1318 ,13
1419,6= 0,93 ~ 1 lampu
Menurut standar SNI, untuk penerangan rumah tidak melebihi
10W/m²
Jumlah W/m² = Jumlah titik lampu x Watt lampu
Luas ruang
= 1 x 35
2,85 x 2,5=
35
7,13= 4,91 W/m²
52
f. Dapur menentukan penerangan sebesar 250 lux. Untuk lampu PL
42W dengan type TORNADO (SPIRAL) 42W 220-240V
mempunyai luminous efficacy lamp sebesar 85 Lm/W, jadi :
Ø = W x L/w
Ø = 42 x 85 = 3570 lumen
Luas ruang = 3 m x 2 m
Diketahui :
E = 250 lux
L = 3 m
W = 2 m
n = 1 bh
LLF = 0,8 (antara 0,7-0,8)
CU = 65% (antara 50-65%)
Ø = 3570 lumen
Ditanya = N ?
Penyelesaian :
N = E x L x W
∅ x LLF x CU x n
N = 250 x 3 x 2
3570 x 0,8 x 65% x 1=
1500
1856 ,4= 0,81 ~ 1 lampu
Menurut standar SNI, untuk penerangan rumah tidak melebihi
10W/m²
Jumlah W/m² = Jumlah titik lampu x Watt lampu
Luas ruang
= 1 x 42
3 x 2=
42
6= 7 W/m²
g. Toilet menentukan penerangan sebesar 250 lux. Untuk lampu PL
30W dengan type ESSENTIAL 30W 220-240V mempunyai
luminous efficacy lamp sebesar 73 Lm/W, jadi :
Ø = W x L/w
Ø = 30 x 73 = 2190 lumen
Luas ruang = 2 m x 2 m
Diketahui :
E = 250 lux
L = 2 m
53
W = 2 m
n = 1 bh
LLF = 0,8 (antara 0,7-0,8)
CU = 65% (antara 50-65%)
Ø = 2190 lumen
Ditanya = N ?
Penyelesaian :
N = E x L x W
∅ x LLF x CU x n
N = 250 x 2 x 2
2190 x 0,8 x 65% x 1=
1000
1138 ,8= 0,88 ~ 1 lampu
Menurut standar SNI, untuk penerangan rumah tidak melebihi
10W/m²
Jumlah W/m² = Jumlah titik lampu x Watt lampu
Luas ruang
= 1 x 30
2 x 2=
30
4= 7,5 W/m²
4.4.2 Kebutuhan Elektrikal Pada Tiap Lantai Untuk 1 Pintu
1. Kebutuhan Elektrikal Pada Lantai 1
Di lantai 1 selain untuk ruang usaha terdapat toilet.
Tabel 4.1 Beban Elektrikal Di Lantai 1
Jadi Daya Listrik yang diperlukan adalah sekitar 416 Watt, jika
dikonversikan menjadi arus listrik maka dihitung dengan rumus sebagai
berikut :
Arus = Watt
Volt=
416 Watt
220 Volt= 1,89 Ampere
MCB untuk Daya Listrik pada lantai 1 yaitu 450 VA / 450 Watt (2A).
No Nama Peralatan Beban (W)
1 Penerangan teras 14
2 Penerangan ruang usaha 240
3 Penerangan dapur 42
4 Penerangan toilet 30
5 2 unit Kipas angin dinding @45watt 90
Total 416
54
2. Kebutuhan Elektrikal Pada Lantai 2
Di lantai 2 terdapat ruang tamu, 1 kamar tidur, dapur dan toilet.
Tabel 4.2 Beban Elektrikal Di Lantai 2
No Nama Peralatan Beban (W)
1 Penerangan teras 14
2 Penerangan ruang tamu 1 35
3 Penerangan ruang tamu 2 168
4 Penerangan kamar tidur 60
5 Penerangan dapur 42
6 Penerangan toilet 30
7 2 unit AC (Air Conditioner) 1 PK @840
Watt
1680
8 1 unit TV LED 32” 80
9 1 unit Kulkas 120
10 1 unit Rice cooker 395
11 1 unit Dispenser 350
Total 2974
Jadi Daya Listrik yang diperlukan adalah sekitar 2974 Watt, jika
dikonversikan menjadi arus listrik maka dihitung dengan rumus sebagai
berikut :
Arus = Watt
Volt=
2974 Watt
220 Volt= 13,52 Ampere
MCB untuk Daya Listrik pada lantai 2 yaitu 3500 VA / 3500 Watt
(16A).
3. Kebutuhan Elektrikal Pada Lantai 3
Di lantai 3 terdapat ruang tamu, 2 kamar tidur dan toilet.
Tabel 4.3 Beban Elektrikal Di Lantai 3
No Nama Peralatan Beban (W)
1 Penerangan teras 14
2 Penerangan ruang tamu 1 70
3 Penerangan ruang tamu 2 140
55
4 Penerangan kamar tidur 1 60
5 Penerangan kamar tidur 2 35
6 Penerangan dapur 42
7 Penerangan toilet 30
8 2 unit AC (Air Conditioner) 1 PK @840
Watt
1680
9 1 unit Mesin cuci 300
Total 2371
Jadi Daya Listrik yang diperlukan adalah sekitar 2371 Watt, jika
dikonversikan menjadi arus listrik maka dihitung dengan rumus sebagai
berikut :
Arus = Watt
Volt=
2371 Watt
220 Volt= 10,78 Ampere
MCB untuk Daya Listrik pada lantai 3 yaitu 3500 VA / 3500 Watt
(16A).
4.4.3 Kebutuhan Elektrikal Pada Tiap Lantai Untuk 4 Pintu
Untuk mendapatkan kebutuhan penerangan pada ruko 4 pintu maka
beban penerangan dan beban pemakaian elektrikal dikali 4 untuk
mendapat kebutuhan elektrikal pada ruko 4 pintu.
1. Kebutuhan Elektrikal Pada Lantai 1
Di lantai 1 selain untuk ruang usaha terdapat toilet.
Tabel 4.4 Beban Elektrikal Di Lantai 1
2. Kebutuhan Elektrikal Pada Lantai 2
Di lantai 2 terdapat ruang tamu, 1 kamar tidur, dapur dan toilet.
No Nama Peralatan Beban (W)
1 Penerangan teras 56
2 Penerangan ruang usaha 1040
3 Penerangan dapur 168
4 Penerangan toilet 120
5 2 unit Kipas angin dinding @45watt 360
Total 1744
56
Tabel 4.5 Beban Elektrikal Di Lantai 2
No Nama Peralatan Beban (W)
1 Penerangan teras 56
2 Penerangan ruang tamu 1 140
3 Penerangan ruang tamu 2 672
4 Penerangan kamar tidur 240
5 Penerangan dapur 168
6 Penerangan toilet 120
7 2 unit AC (Air Conditioner) 1 PK @840
Watt
6720
8 1 unit TV LED 32” 320
9 1 unit Kulkas 480
10 1 unit Rice cooker 1580
11 1 unit Dispenser 1400
Total 11896
3. Kebutuhan Elektrikal Pada Lantai 3
Di lantai 3 terdapat ruang tamu, 2 kamar tidur dan toilet.
Tabel 4.6 Beban Elektrikal Di Lantai 3
No Nama Peralatan Beban (W)
1 Penerangan teras 56
2 Penerangan ruang tamu 1 280
3 Penerangan ruang tamu 2 560
4 Penerangan kamar tidur 1 240
5 Penerangan kamar tidur 2 140
6 Penerangan dapur 168
7 Penerangan toilet 120
8 2 unit AC (Air Conditioner) 1 PK @840
Watt
6720
9 1 unit Mesin cuci 1200
Total 9484
57
4.4.4 Perhitungan Kebutuhan Kabel Instalasi Elektrikal Pada Tiap Lantai Untuk
1 Pintu
Kabel dari MCB ke beban atau lampu penerangan digunakan kabel
NYM 3 x 2,5 mm². Penggunaan kabel NYM dari MCB ke beban
dikarenakan karateristik kabel yang lebih aman dibandingkan dengan
kabel type lain selain itu kabel NYM lebih fleksible dan dilindungi PVC.
1. Kebutuhan kabel untuk lantai 1
Tabel 4.7 Kebutuhan Kabel Di Lantai 1
No Fungsi Kabel Panjang
kabel (m)
1 Penerangan teras 3,44
2 Penerangan ruang usaha 11,05
3 Penerangan Dapur 1,93
4 Penerangan toilet 0,87
Total 17,29
2. Kebutuhan kabel untuk lantai 2
Tabel 4.8 Kebutuhan Kabel Di Lantai 2
No Fungsi Kabel Panjang
kabel (m)
1 Penerangan teras 3,45
2 Penerangan ruang tamu 16,66
3 Penerangan kamar tidur 4,9
4 Penerangan Dapur 1,93
5 Penerangan toilet 0,87
Total 27,81
3. Kebutuhan kabel untuk lantai 3
Tabel 4.9 Kebutuhan Kabel Di Lantai 3
No Fungsi Kabel Panjang
kabel (m)
1 Penerangan teras 3,45
58
2 Penerangan ruang tamu 19,2
3 Penerangan kamar tidur 1 4,9
4 Penerangan kamar tidur 2 1,28
4 Penerangan Dapur 1,93
5 Penerangan toilet 0,87
Total 31,63
4.4.5 Perhitungan Kebutuhan Kabel Instalasi Elektrikal Pada Tiap Lantai Untuk
4 Pintu
Kabel dari MCB ke beban atau lampu penerangan digunakan kabel
NYM 3 x 2,5 mm². Penggunaan kabel NYM dari MCB ke beban
dikarenakan karateristik kabel yang lebih aman dibandingkan dengan
kabel type lain selain itu kabel NYM lebih fleksible dan dilindungi PVC.
Maka kebutuhan kabel instalasi elektrikal dikali 4 untuk mendapat
kebutuhan elektrikal pada ruko 4 pintu.
1. Kebutuhan kabel untuk lantai 1
Tabel 4.10 Kebutuhan Kabel Di Lantai 1
No Fungsi Kabel Panjang
kabel (m)
1 Penerangan teras 13,76
2 Penerangan ruang usaha 44,2
3 Penerangan Dapur 7,72
4 Penerangan toilet 3,48
Total 69,16
2. Kebutuhan kabel untuk lantai 2
Tabel 4.11 Kebutuhan Kabel Di Lantai 2
No Fungsi Kabel Panjang
kabel (m)
1 Penerangan teras 13,8
2 Penerangan ruang tamu 66,64
3 Penerangan kamar tidur 19,6
59
4 Penerangan Dapur 7,72
5 Penerangan toilet 3,48
Total 111,24
3. Kebutuhan kabel untuk lantai 3
Tabel 4.12 Kebutuhan Kabel Di Lantai 3
No Fungsi Kabel Panjang
kabel (m)
1 Penerangan teras 13,8
2 Penerangan ruang tamu 76,8
3 Penerangan kamar tidur 1 19,6
4 Penerangan kamar tidur 2 5,12
4 Penerangan Dapur 7,72
5 Penerangan toilet 3,48
Total 126,52
4.5 Kebutuhan Biaya Bahan Pekerjaan Instalasi Elektrikal
Dalam perhitungan kebutuhan biaya bahan pekerjaan instalasi elektrikal
maka diperlukan harga bahan untuk peralatan elektrikal yang bersumber dari
Harga Satuan Pokok Pekerjaan (HSPK) tahun 2017 yang dapat dilihat pada
lampiran 2.
4.5.1 Perhitungan Kebutuhan Biaya Bahan Pekerjaan Instalasi Elektrikal Untuk
Ruko 1 Pintu
Tabel 4.13 Biaya Bahan Instalasi Elektrikal
NO ITEM PEKERJAAN SATUAN VOL HARGA
SATUAN JUMLAH
1 2 3 4 5 6
PEKERJAAN
INSTALASI LISTRIK
1 MCB box bh 1,00
84.200,00
84.200,00
2 MCB 1 phase 2 A bh 1,00
48.000,00
48.000,00
3 MCB 1 phase 16 A bh 2,00
95.400,00
190.800,00
4 Lampu essential 14 watt bh 3,00
24.700,00
74.100,00
60
5 Lampu essential 30 watt bh 7,00
26.000,00
182.000,00
6 Lampu essential 35 watt bh 8,00
96.200,00
769.600,00
7 Lampu tornado (spiral)
42 watt bh 7,00
76.000,00
532.000,00
8 Lampu TL 80 watt bh 3,00
112.000,00
336.000,00
9 Saklar tunggal bh 8,00
28.100,00
224.800,00
10 Saklar ganda bh 10,00
30.900,00
309.000,00
11 Stop kontak bh 8,00
28.100,00
224.800,00
12 Kabel NYM 3 x 2,5 mm² m 76,73
14.900,00
1.143.277,00
13 Pipa fitting PVC-Elbow bh 29,00
2.310,00
66.990,00
TOTAL
4.185.567,00
4.5.2 Perhitungan Kebutuhan Biaya Bahan Pekerjaan Instalasi Elektrikal Untuk
Ruko 4 pintu
Tabel 4.14 Biaya Bahan Instalasi Elektrikal
NO ITEM PEKERJAAN SATUAN VOL HARGA
SATUAN JUMLAH
1 2 3 4 5 6
PEKERJAAN
INSTALASI LISTRIK
1 MCB box bh 4,00
84.200,00
336.800,00
2 MCB 1 phase 2 A bh 4,00
48.000,00
192.000,00
3 MCB 1 phase 16 A bh 8,00
95.400,00
763.200,00
4 Lampu essential 14
watt bh 12,00
24.700,00
296.400,00
5 Lampu essential 30
watt bh 28,00
26.000,00
728.000,00
6 Lampu essential 35
watt bh 32,00
96.200,00
3.078.400,00
7 Lampu tornado (spiral)
42 watt bh 28,00
76.000,00
2.128.000,00
8 Lampu TL 80 watt bh 12,00
112.000,00
1.344.000,00
9 Saklar tunggal bh 32,00
28.100,00
899.200,00
10 Saklar ganda bh 40,00
30.900,00
1.236.000,00
61
11 Stop kontak bh 32,00
28.100,00
899.200,00
12 Kabel NYM 3 x 2,5
mm² m 306,92
14.900,00
4.573.108,00
13 Pipa fitting PVC-Elbow bh 116,00
2.310,00
267.960,00
TOTAL
16.742.268,00
62
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Kebutuhan daya listrik yang terdiri dari penerangan dan elektrikal dengan
hasil per lantai dari perhitungan kebutuhan daya dan kebutuhan
penerangan mendapat hasil sebagai berikut, untuk lantai 1 kebutuhan
elektrikalnya sebesar 416 Watt, untuk lantai 2 kebutuhan elektrikalnya
sebesar 2974 Watt dan untuk lantai 3 kebutuhan elektrikalnya sebesar
2371 Watt.
2. Kebutuhan biaya yang diperlukan untuk pemasangan sistem elektrikal
dari perhitungan kebutuhan daya listrik yang mencakup perhitungan daya
dan perhitungan penerangan mendapatkan hasil Rp 16.742.268,- untuk
keseluruhan sistem instalasi elektrikal ruko.
5.2 Saran
1. Apabila hasil dari perhitungan kebutuhan elektrikal pada ruang terlalu
terang atau kurang terang, maka dapat disiasati dengan mengganti lampu
dengan watt yang lebih tinggi atau lebih rendah.
2. Jika kebutuhan biaya untuk lampu terlalu mahal, maka lampu bisa diganti
dengan watt yang lebih rendah dengan biaya yang lebih rendah tapi
dengan konsekuensi titik lampu lebih diperbanyak untuk tiap ruangnya.
63
DAFTAR PUSTAKA
Grandjean, E., K. Kogi., 1972, Introductory Remarks, Kyoto Symposium on
Methodology of Fatique Assesment, Industrial Fatique Research cominitee
of the Japan Assesment of Industry Health, Japan.
Anonim., 2002, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1405/menkes/sk/xi/2002 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Kerja Perkantoran dan Industri.
Anonim., 2000, Persyaratan Umum Instalasi Listrik., 2000, (PUIL 2000). Badan
Standarisasi Nasional, Jakarta.
Prabhakara, F.S., 1987, Industrial and Commercial Power System Handbook.
Anonim., 2017, Standar Harga Satuan Pokok Pekerjaan (HSPK) Kota Balikpapan,
Pemerintah Kota Balikpapan, Balikpapan.
Anonim., 2000, SNI 03-6197-2000, Konservasi Energi Sistem Pencahayaan Pada
Bangunan Gedung. Jakarta : Badan Standardisasi Nasional Indonesia,
2000.
76
Lampiran 2
DAFTAR HARGA BAHAN
X.4.
Harga Peralatan
Listrik
X.4.1.
Pengadaan
Material Listrik
NO
.
NAMA BARANG UKURAN/TIP
E
SATUA
N
HARGA
(RP)
MER
K
1 Arde Instalasi
Listrik
btg 308.600
2 Bola lampu 65 w
philips
EHL Twister
840/865
bh 347.600
3 Bola lampu 45 w
philips
EHL Twister
840/865
bh 271.600
4 Bola lampu
massimo 45 w
bh 218.800
5 Bola lampu
massimo 65 w
bh 252.500
6 Bola lampu
massimo 105 w
bh 308.600
7 Bola lampu
essential 18 w
philips
bh 50.500
8 Bola lampu augen
65 w philips
bh 252.500
9 Bola lampu HPLN
250 w philips
bh 196.400
10 Bola lampu meteor bh 140.300
11 Bola lampu sorot 80
w,merah,biru,kunin
g
bh 308.600
12 Bola lampu son 70
w
bh 196.400
13 Bola lampu son 150
w
bh 218.800
14 Bola lampu meteor bh 140.300
15 Bola Lampu Rotari set 504.900
16 Bola lampu sorot 80
w par
bh 252.500
17 Bola lampu sorot
120 w par
bh 252.500
18 Bola lampu sorot
150 w
bh 308.600
77
19 Bola lampu sorot
200 w
bh 308.600
20 Bola lampu TL
36,40 w philips
bh 308.600
21 Bola lampu HPIT
400 w
bh 308.600
22 Bola lampu genie 5
w
bh 39.300
23 Bola lampu genie 8
w
bh 43.200
24 Bola lampu genie
11 w
bh 46.100
25 Bola lampu genie
18 w
bh 50.500
26 Bola lampu cendle
10 w E 14 masko
bh 50.500
27 Bola lampu TLS 14
w essent philips
bh 19.700
28 Lampu slang warna
warni
bh 30.900
29 Lampu celling
clamp brass 25 w
bh 476.900
30 Lampu hias oulex bh 280.500
31 Gardel light GPL
005
bh 73.000
32 Wall leten grey 60
w
bh 437.600
33 Box ballast bh 981.800
34 Box MCB 3 phs bh 84.200
35 Ballast BSN 400 w
philips
bh 504.900
36 Ballast BSN 250 w
philips
bh 443.200
37 Ballast BSN 150 w
philips
bh 252.500
38 Ballast BSN 70 w
philips
bh 196.400
39 Ballast BHL 400 w
philips
bh 504.900
40 Ballast BHL 150 w
philips
bh 252.500
41 Ballast TL 36 w
philips
bh 42.000
42 Box penggerak bh 1.402.500
43 Box KWH mtr set 2.805.000
44 Body protection set 308.600
45 Beugel 3,8,9,10 ,13 bh 44.900
78
"
46 Beugel 13 " bh 50.500
47 Besi siku 5x5x5 cm mtr 95.400
48 Besi siku 3x3x3 cm mtr 50.500
49 Besi NP 5 cm mtr 28.100
50 Besi UNP 6 x 1'2,5
m
btg 95.400
51 Besi UNP 8 x 1,5 m btg 140.300
52 Besi UNP 8 x 75 m btg 140.300
53 Besi UNP 8 x 60 m btg 140.300
54 Besi UNP 8 x 1m btg 196.400
55 CCO 120-150/150 bh 73.000
56 Eye daylight 6 A bh 95.400
57 Elboch PVC 11/2 "
d
ktk 38.000
58 Drat skrup
5/16x11/2 "
bh 4.500
59 Drat skrup 3/8x 2 " bh 4.500
60 Dos timbul bh 16.900
61 Fitting turunan E 27 bh 78.600
62 Fitting poeselin E
40/ WD 40
bh 50.500
63 Fuse HRC 200 A bh 106.600
64 Panel NDP komplit unit 19.635.00
0
65 Fixe dead 35/70
mm
set 101.000
66 Fhiser S 6 bh 5.100
67 Fhiser S 12,14 bh 22.500
68 No.Fuse breker 3
phs 60 A
bh 1.402.500
69 Magnet contactor bh 1.094.000
70 MCB I phase 6 A
masko
bh 51.000
71 MCB I phase 4 A
MG
bh 73.000
72 MCB I phase 6 A bh 95.400
73 MCB I phase 16 A bh 95.400
74 MCB I phase 20 A bh 95.400
75 MCB I phase 25 A bh 140.300
76 MCB I phase 32 A bh 140.300
77 MCB I phase 40 A bh 308.600
78 MCB I phase 50 A bh 308.600
79 MCB I phase 63 A bh 392.700
80 MCB 3 phase 16 A bh 289.000
81 MCB 3 phase 20 A bh 289.000
82 MCB 3 phase 25 A bh 328.200
79
83 MCB 3 phase 32 A bh 328.200
84 MCB 3 phase 40 A bh 328.200
85 MCB 3 phase 50 A bh 953.700
86 MCB 3 phase 63 A bh 1.065.900
87 M.Baut 3/6x 1 " bh 2.900
88 M.Baut 1/2x 2 " bh 2.500
89 M.Baut 3/8x11/2 " bh 2.900
90 M.Baut 1/2x 4 " bh 2.900
91 M.Baut 1/2x15 cm bh 8.500
92 Kap lampu HPIT
400 w philips
bh 2.550.000
93 Kap lampu sorot
HPIT 80 w philips
bh 325.000
94 Kap lampu sorot
HPIT 400 w philips
bh 3.000.000
95 Kap lampu zetalux
150 w philips
komplit
bh 1.550.000
96 Kap lampu down
light zetalux
bh 196.000
97 Kap lampu PJ
luminer
unt 9.930.800
98 Kap lampu taman
bulat
bh 308.600
99 Kap lampu PJU
osiwa
roll 981.800
100 Kap lampu HP 300
w
bh 981.800
101 Kap lampu Pastro
204
bh 981.800
102 Kap lampu pijar bh 95.400
103 Kap lampu taman
Fiber
bh 50.500
104 Kap lampu down
light 11 w
bh 84.200
105 Kap lampu down
light 18 w
bh 106.600
106 Kap TBC 288/414
1x4
bh 1.065.900
107 Kap lmp taman
bulat susu TQ 2 TL
bh 252.500
108 Kas zekring 8 grup /
12 grup hanger
bh 504.900
109 Kas zekring 18 grup
/ 24 grup hanger
bh 1.009.800
110 Kabel NYA 1,5 mm mtr 2.200
111 Kabel NYA 2,5 mm mtr 4.000
80
112 Kabel NYA 4 mm mtr 7.000
113 Kabel NYM 2 x 2,5
mm
mtr 14.300
114 Kabel NYM 3 x 2,5
mm
mtr 14.900
115 Kabel NYM 3 x 4
mm
mtr 19.700
116 Kabel NYM 4 x 4
mm
mtr 25.600
117 Kabel NYY 3 x 4
mm
mtr 19.700
118 Kabel NYY 4 x 4
mm
mtr 61.200
119 Kabel NYY 4 x 6
mm
mtr 61.500
120 Kabel NYY 4 x 10
mm
mtr 109.400
121 Kabel NYY 1 x 70
mm
mtr 109.400
122 Kabel duct 100 x 60 btg 252.500
123 Kabel duct 16 x 25 btg 84.200
124 Kabel duct 10 x 25 btg 84.200
125 Kabel duct 40 x 25 btg 95.400
126 Kabel ties 25 mm bks 67.400
127 Kabel ties 35 mm bks 73.000
128 Kabel twiested
4x16 mm
mtr 50.500
129 Kabel twiested
2x10 mm
mtr 10.100
130 Kabel twiested
3x50+1x35mm
mtr 50.500
131 Kabel NYMHY 2 x
0,75 mm
mtr 8.500
132 Kabel NYMHY 3 x
0,75 mm
mtr 10.100
133 Kabel schon 70 mm
Al/Cu
bh 62.000
134 Kabel schon 25 mm bh 11.300
135 Kabel NYMF 10
mm
mtr 34.300
136 Kabel NYMF 16
mm
mtr 40.200
137 Kabel NYMFGBY
4x6 mm
mtr 40.200
138 Kabel NYMFGBY
4x10 mm
mtr 73.000
139 Kabel NYMFGBY mtr 252.500
81
4x 25 mm
140 Kabel NYMFGBY
4x 50 mm
mtr 375.900
141 Kabel NYMFGBY
4x 70 mm
mtr 493.700
142 Klem beugel 11/2
x3 "
set 73.000
143 Klem beugel 11/2 x
4 "
set 73.000
144 Klem beugel 11/2 x
5 "
set 73.000
145 Klem beugel 11/2 x
7,9 "
set 84.200
146 Klem kabel No.10
mm
ktk 50.500
147 Klem kabel No.12
mm
ktk 73.000
148 Klem kabel No.19
mm
ktk 73.000
149 Klem stenlis bh 19.700
150 Klem sleng 1/2 " bh 8.500
151 Kapasitor bh 130.000
152 Isolasi schot 23 btg 138.600
153 Isolasi unibal bh 41.000
154 Ignitor SN 58 bh 129.100
155 Ignitor SN 150 bh 129.100
156 Terminal kabel 25
mm
bh 154.300
157 Tap sadapan bh 22.500
158 Tap conector
doubel baut
bh 44.900
159 Time swicht bh 1.178.100
160 Tiang lampu taman bh 308.600
161 Tiang besi 9 M btg 3.366.000
162 Tiang besi 9 M
4,5,6 "
btg 3.646.500
163 Tiang besi 9 M
cabang dua (2)
btg 3.758.700
164 T.dos PVC 5/8" bh 14.100
165 T.dos clipsal bh 22.500
166 Treck schoor set 1.402.500
167 Suspension bh 78.600
168 Service widge
clamp
bh 28.100
169 Panel MCB 2 grup
Dexta
bh 73.000
170 Pole brecket 3 " set 50.500
82
171 Pipa PVC 5/8 " btg 16.900
172 Pipa PVC 1/2 aw btg 95.400
173 Pipa PVC 11/4 d bh 50.500
174 Pipa ornament 11/2
x 11/2 M
btg 196.400
175 Pipa ornament 11/2
x 1 M
btg 196.400
176 Pipa ornament 11/2
x 2 M
btg 252.500
177 Paku skrup 11/4 " bh 2.900
178 Paku skrup 11/2 " bh 2.900
179 Paku beton 2 " bh 3.400
180 Plat stenlis mtr 19.700
181 Lerge engle 35 x70
mm
set 207.600
182 Steker 2 P bh 14.100
183 Steker AC bh 84.200
184 Stater S 10 bh 8.500
185 Stanol klg 16.900
186 Sock pvc 2 " aw bh 11.300
187 Sock lampu selang /
flexible
bh 16.900
188 Skalar doubel
clipsal
bh 30.900
189 Skalar tunggal
clipsal
bh 28.100
190 Skalar bell clipsal bh 140.300
191 Stop ktk cab 4
panjang
bh 14.100
192 Stop ktk cab 4 segi
4
bh 140.300
193 Stop ktk AC clipsal bh 84.200
194 Stop ktk clipsal bh 28.100
195 Rel tembaga sisir bh 154.300
196 Rel dudukan MCB mtr 50.500
197 Ring 3/8 ".5/8 " 1/2
"3/4 "
bh 2.900
198 Join sleep 70 mm bh 50.500
199 Join sleep 70 mm bh 50.500
200 OK mtr 3 phase set 168.300
201 Handel ohm saklar
63 A 3 phs
bh 1.683.000
Sumber : HSPK Balikpapan 2017