sistem kejar paket dalam kebijakan pendidikan nasional

17
SISTEM KEJAR PAKET DALAM KEBIJAKAN PENDIDIKAN NASIONAL Oleh : Ali Murfi A. Pendahuluan Dalam menghadapi tantangan abad ke-21 sangat penting melakukan upaya secara besar-besaran di bidang pendidikan. Oleh karena pentingnya masalah pendidikan, maka perlu diatur dengan memakai suatu aturan yang baku mengenai pendidikan tersebut, yang dipayungi dalam sistem pendidikan nasional. Sistem pendidikan nasional adalah satu keseluruhan yang terpadu dari semua satuan dan kegiatan pendidikan yang berkaitan satu dengan yang lainnya untuk mengusahakan tercapainya tujuan pendidikan nasional. Sistem pendidikan nasional sebagai suatu organisasi haruslah bersifat dinamis dan fleksibel sehingga dapat menyerap perubahan-perubahan yang cepat antara lain karena perkembangan ilmu dan teknlogi serta perubahan masyarakat menuju pada masyarakat yang semakin demokratis dan menghormati hak asasi manusia. Upaya pemerintah untuk menghadapi tantangan tersebut adalah dengan peningkatan mutu manusia Indonesia melalui perbaikan mutu pendidikan. Jalur pendidikan yang dapat ditempuh dapat berupa pendidikan formal (sekolah) maupun pendidikan non formal (pendidikan luar sekolah). Pendidikan nonformal merupakan jalur pendidikan luar sekolah yang dalam sidiknas disebut dengan pendidikan yang bersifat kemasyarakatan yang diselenggarakan di luar

Upload: ali-murfi

Post on 22-Jun-2015

6.615 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Sistem Kejar Paket dalam Kebijakan Pendidikan Nasional

SISTEM KEJAR PAKET

DALAM KEBIJAKAN PENDIDIKAN NASIONAL

Oleh : Ali Murfi

A.  Pendahuluan

Dalam menghadapi tantangan abad ke-21 sangat penting melakukan upaya

secara besar-besaran di bidang pendidikan. Oleh karena pentingnya masalah

pendidikan, maka perlu diatur dengan memakai suatu aturan yang baku mengenai

pendidikan tersebut, yang dipayungi dalam sistem pendidikan nasional. Sistem

pendidikan nasional adalah satu keseluruhan yang terpadu dari semua satuan dan

kegiatan pendidikan yang berkaitan satu dengan yang lainnya untuk mengusahakan

tercapainya tujuan pendidikan nasional. Sistem pendidikan nasional sebagai suatu

organisasi haruslah bersifat dinamis dan fleksibel sehingga dapat menyerap perubahan-

perubahan yang cepat antara lain karena perkembangan ilmu dan teknlogi serta

perubahan masyarakat menuju pada masyarakat yang semakin demokratis dan

menghormati hak asasi manusia.

Upaya pemerintah untuk menghadapi tantangan tersebut adalah dengan

peningkatan mutu manusia Indonesia melalui perbaikan mutu pendidikan. Jalur

pendidikan yang dapat ditempuh dapat berupa pendidikan formal (sekolah) maupun

pendidikan non formal (pendidikan luar sekolah). Pendidikan nonformal merupakan

jalur pendidikan luar sekolah yang dalam sidiknas disebut dengan pendidikan yang

bersifat kemasyarakatan yang diselenggarakan di luar sekolah yang dapat memberikan

kemungkinan pada perkembangan sosial, sosial, kultural, bahasa dan kesenian,

keagamaan dan ketrampilan yang dapat dimanfaatkan oleh anggota masyarakat untuk

mengembangkan dirinya dan membangun masyarakatnya.  Usaha untuk peningkatan

mutu SDM melalui jalur pendidikan non formal (pendidikan luar sekolah) dapat

ditempuh lewat pendidikan kesetaraan yang meliputi Kejar Paket A, Kejar Paket B, dan

Kejar Paket C. Kejar atau Kelompok Belajar adalah pendidikan masyarakat formal

yang difasilitasi oleh pemerintah untuk siswa yang belajarnya tidak melalui jalur

sekolah. Program ini ditujukan bagi peserta didik yang berasal dari masyarakat yang

kurang beruntung, tidak sekolah, putus sekolah dan putus lanjutan, serta usia produktif

yang ingin meningkatkan pengetahuan dan kecakapan hidup, dan warga masyarakat

lain yang memerlukan layanan khusus dalam memenuhi kebutuhan belajarnya sebagai

dampak dari perubahan peningkatan taraf hidup, ilmu pengetahuan dan teknologi.

Page 2: Sistem Kejar Paket dalam Kebijakan Pendidikan Nasional

Pendidikan kesetaraan sebagai salah satu bentuk layanan pendidikan

nonformal diharapkan dapat berkontribusi lebih banyak terutama dalam mendukung

suksesnya program wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun (Wajar Dikdas 9

Tahun) yang dicanangkan pemerintah sejak tahun 1994, yakni melalui penyelenggaraan

program pendidikan kejar Paket A dan Paket B, serta perluasan akses pendidikan

menengah melalui penyelenggaraan program Paket C.

Pendidikan Kesetaraan pada hakekatnya bertujuan memberikan kesempatan

kepada warga masyarakat untuk mengikuti pendidikan dasar dan menengah yang

bermutu dan relevan dengan kebutuhan peserta didik yang tidak memiliki kesempatan

belajar pada pendidikan formal. Peningkatan perhatian dan peran serta masyarakat

terhadap program Paket A dan Paket B perlu diimbangi dengan upaya penyiapan

kompetensi peserta didik agar memiliki kesiapan untuk terjun ke masyarakat dan dunia

kerja, karena sebagian besar dari mereka tidak melanjutkan ke jenjang yang lebih

tinggi. Hal ini sejalan dengan kebijakan Direktorat Jenderal Pendidikan Nonformal dan

Informal (Ditjen PNFI) untuk mengembangkan program Kecakapan Hidup (Life Skills)

pada pendidikan kesetaraan. Untuk membantu pelaksanaan pembelajaran akademik dan

pembekalan kecakapan hidup pada program Paket A dan Paket B, pemerintah melalui

Departemen Pendidikan Nasional telah mengalokasikan dana bantuan langsung

(blockgrant) berupa Bantuan Operasional Penyelenggaraan Program Paket A dan B

yang bersumber dari APBN.

Program Paket A adalah  program pendidikan pada jalur nonformal setara

dengan SD/MI bagi siapapun yang terkendala ke pendidikan formal atau memilih

Pendidikan Kesetaraan untuk ketuntasan pendidikan. Pemegang ijazah Program Paket

A memiliki hak eligiblitas yang sama dengan pemegang ijazah SD/MI. Program Paket

B adalah program pendidikan pada jalur nonformal setara dengan SMP/MTs bagi

siapapun yang terkendala ke pendidikan formal atau memilih Pendidikan Kesetaraan

untuk ketuntasan pendidikan. Pemegang ijazah Program Paket B memiliki hak

eligiblitas yang sama dengan pemegang ijazah SMP/MTs. Program Paket C adalah

program pendidikan pada jalur nonformal setara dengan SMA/MA bagi siapapun yang

terkendala ke pendidikan formal atau memilih Pendidikan Kesetaraan untuk ketuntasan

pendidikan. Pemegang ijazah Program Paket C memiliki hak eligiblitas yang sama

dengan pemegang ijazah SMA/MA.

Page 3: Sistem Kejar Paket dalam Kebijakan Pendidikan Nasional

B.    Dasar-Dasar Kebijakan Kejar Paket A, B, Dan C

Dasar pertama kebijakan kejar paket adalah Undang–Undang Dasar 1945

Pasal 28B Ayat 1 “Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan

kebutuhan dasarnya, berhak mendapatkan pendidikan dan mendapatkan manfaat dari

ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya demi meningkatkan kualitas

hidupnya demi kesejahteraan umat manusia”. Kemudian UUD tersebut dalam

implementasinya diperkuat oleh Undang–Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun

2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 5 ; ayat (1 dan 5). 1) Setiap Warga

Negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu. 5)

Setiap Warga Negara berhak mendapatkan kesempatan meningkatkan pendidikan

sepanjang hayat.

Dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 dijelaskan dengan Pasal 13 ayat (1) Jalur

Pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan informal yang dapat saling

melengkapi dan memperkaya. Diperkuat lagi dengan Pasal 17; ayat 2 Pendidikan dasar

berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang

sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs),

atau bentuk lain yang sederajat. Namun pasal di atas masih menjelaskan mengenai

sekolah dasar dan sekolah menengah pertama, belum menjelaskan kepada pendidikan

menengah atas.

Sedangkan mengenai pendidikan menengah atas dan penggantinya dijelaskan

dengan  Pasal 18; ayat 3 Pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas

(SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan Madrasah

Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat. Kemudian Pasal 17 dan 18

tersebut dijelaskan dalam penjelasan Pasal 17 dan Pasal 18 menyatakan bahwa

pendidikan yang sederajat dengan SD/MI adalah program Paket A dan yang sederajat

dengan SMP/MTs adalah program paket B, Sedangkan pendidikan yang sederajat

dengan SMA/MA adalah program paket C.

Kalau pasal di atas menjelaskan mengenai pendidikan formal, pasal yang

menjelaskan pendidikan nonformal adalah Pasal 26; ayat (1,2,6): Pendidikan nonformal

diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang

berfungsi sebagai pengganti, penambah dan atau pelengkap pendidikan formal dalam

Page 4: Sistem Kejar Paket dalam Kebijakan Pendidikan Nasional

rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. 2) Pendidikan non formal berfungsi

mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan

pengetahuan dan ketrmpilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian

professional. 6) Hasil pendidikan non formal dapat dihargai setara dengan hasil

program pendidikan formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga

yang ditunjuk oleh Pemerintah atau pemerintah daerah dengan mengacu pada standar

nasional penilaian. Setiap peserta didik yang lulus ujian program Paket A, Paket B,

Paket C mempunyai hak eligibilitas yang sama dan setara dengan pemegang ijasah

SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/MA untuk mendaftar pada satuan pendidikan yang lebih

tinggi. Berdasarkan keterangan pada pasal tersebut, pada dasarnya pendidikan

nonformal disamakan statusnya dengan pendidikan formal.

Keterangan mengenai pendidikan nonformal di atas diperjelas dan dijabarkan

dengan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional

Pendidikan. Pasal 1 ayat 3 menjelaskan, Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan

di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang.

Kemudian dijabarkan dengan Pasal 5 s.d Pasal 18 tentang standar isi pendidikan dasar

dan menengah; dan implementasinya dijelaskan dengan Pasal 25 s.d Pasal 27 tentang

Standar Kompetensi Lulusan. Kemudian dikerucutkan lagi dengan  Peraturan Menteri

Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2007 Tentang Standar Isi

untuk program paket A, program paket B, dan program paket C yang mencakup: Beban

Belajar dan Struktur Kurikulum, dan  Beban Belajar, Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan dan Kalender Pendidikan. Peraturan yang menjelaskan lebih lanjut

mengenai Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan adalah Peraturan Menteri

Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Standar

Kompetensi Lulusan Untuk Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah menegaskan

beberapa poin penting berikut : Standar Kompetensi Lulusan Satuan Pendidikan (SKL-

SP) dikembangkan berdasarkan tujuan setiap satuan pendidikan, yakni: a) Pendidikan

Dasar, yang meliputi SD/MI/SDLB/Paket A dan   SMP/MTs./SMPLB/Paket B

bertujuan: Meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta

keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. b) Pendidikan

Menengah yang terdiri atas SMA/MA/SMALB/Paket C bertujuan: Meningkatkan

kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup

mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.

Page 5: Sistem Kejar Paket dalam Kebijakan Pendidikan Nasional

Sedangkan mengenai tenaga kependidikan dan pendidik yang ada dalam

program paket dijelaskan dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 39

Tahun 2000 tentang tenaga kependidikan pasal 20 ayat 2 menjelaskan bahwa tenaga

kependidikan yang akan ditugaskan untuk bekerja sebagai pengelola satuan pendidikan

dan penilik di jalur pendidikan luar sekolah pada dasarnya dipilih dari kalangan tenaga

pendidik. Jadi yang namanya tenaga kependidikan yang bertugas di sistem kejar paket

juga dipilih dari kalangan pendidik.

C.  Problematika

Pendidikan nonformal berfungsi sebagai pengganti, penambah dan pelengkap

pendidikan formal dalam mendukung pendidikan sepanjang hayat (life long education).

Maka pelaksanaan jalur pendidikan nonformal dapat menggantikan pendidikan formal

dalam perluasan akses pendidikan dasar dan menengah terutama bagi peserta didik

yang tidak berkesempatan mengikuti sekolah formal. Selain itu, pendidikan nonformal

juga berfungsi untuk mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada

penguasaan pengetahuan, keterampilan fungsional, dan pengembangan sikap serta

kepribadian profesional. Dengan demikian, pendidikan kesetaraan dihargai setara

dengan hasil program pendidikan formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan

oleh lembaga yang ditunjuk oleh Pemerintah atau pemerintah daerah dengan mengacu

pada Standar Nasional Pendidikan (UU Sisdiknas 20 tahun 2003 pasal 26 ayat 1, 2 dan

6). Penegasan tentang pendidikan kesetaraan melalui UU Sisdiknas 20 tahun 2003 ini

penting untuk disosialisasikan pada masyarakat. Sekalipun setiap peserta didik yang

lulus ujian kesetaraan khususnya untuk pendidikan dasar (program paket A dan paket

B) mempunyai hak eligibilitas yang sama dan setara dengan pemegang ijazah SD/MI

dan SMP/MTs untuk dapat mendaftar pada satuan pendidikan yang lebih tinggi. Namun

kesan yang muncul dari persepsi di masyarakat, tetap saja memandang rendah lulusan

pendidikan kesetaraan.

Standar isi sebagai salah satu produk dari PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang

Standar Nasional Pendidikan antara lain mengatur lingkup materi dan tingkat

kompetensi untuk mencapai standar kompetensi lulusan. Standar Isi untuk pendidikan

kesetaraan terdiri atas sejumlah mata pelajaran yang sama dengan standar isi untuk

pendidikan formal untuk kepentingan ujian penyetaraan tingkat nasional; dan sejumlah

mata pelajaran yang menekankan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan

Page 6: Sistem Kejar Paket dalam Kebijakan Pendidikan Nasional

fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional. Pertanyaan yang

muncul kemudian adalah bagaimana mungkin pendidikan kesetaraan untuk pendidikan

dasar (program Paket A setara SD/MI dan Paket B setara SMP/MTs) dapat memenuhi

tuntutan PP No 19 Tahun 2005 ini jika proses, sarana dan prasarana pembelajaran

program Paket A setara SD/MI dan Paket B setara SMP/MTs tidak sama dengan SD

dan SMP pada umumnya. Inilah dilema yang sesungguhnya terjadi. Artinya aturan

yang dibuat tidak sesuai dengan kondisi riil di lapangan. Sampai saat ini sebagian besar

para Tutor Paket A dan Paket B belum mengetahui tentang adanya KTSP (Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan) termasuk di dalamnya pengertian standar isi. Kalau

demikian, dalam kondisi transisi ini, selain terus melakukan sosialisasi, perlu dilakukan

kajian tentang program-program lanjutan yang sifatnya jangka pendek dan jangka

panjang. Jika dicermati muatan standar Isi Permendiknas No 14 Tahun 2007 tentang

pendidikan kesetaraan memuat antara lain:

1. Kerangka dasar dan struktur kurikulum yang merupakan acuan dalam penyusunan

kurikulum pada tingkat satuan pendidikan kesetaraan;

2. Beban belajar bagi peserta didik pada satuan pendidikan kesetaraan;

1. Kurikulum tingkat satuan pendidikan kesetaraan, yang akan

dikembangkanberdasarkan panduan penyusunan kurikulum sebagai bagian tak

terpisahkan dari standar isi; dan

2. Kalender pendidikan untuk penyelenggaraan pendidikan pada satuan pendidikan

kesetaraan.

Dalam pelaksanaan pembelajaran program kejar paket dengan ciri khas yang luwes dalam

kurikulum, tempat belajar, peserta didik dan usia dan proses belajar dapat dilaksanakan

dilingkungan masyarakat, kelompok belajar, satuan pendidikan yang sejenis. Maka dalam

rangka perluasan dan pemerataan mutu pendidikan perlu segera secara bertahap

ditingkatkan jangkauan pelayanan baik untuk kejar paket A,B, dan paket C. Namun sampai

saat ini pelaksanaan kelompok belajar paket dalam kaitannya dengan wajib belajar yang 9

tahun saja masih belum mecapai hasil yang memuaskan , bahwa palaksanaan kelompok

belajar paket B setara jenjang pendidikan SMP belum menggembirakan, karena sebagian

besar kejar paket B dalam pembelajaran cukup memprihatinkan. Apalagi untuk kejar paket

C, juga tidak berbeda jauh dan masih perlu adanya peningkatan dalam proses pengelolaan

Page 7: Sistem Kejar Paket dalam Kebijakan Pendidikan Nasional

dan proses pembelajarannya.

Beberapa kenyataan yang ada dalam pelaksanaan kegiatan program kejar paket antara lain ;

Pertama, Tutor kejar paket menyatakan telah siap melaksanakan tugas KBM, namun

sebagian tidak mempersiapkan perangkat pembelajaran seperti RPP, Promes. Perencanaan

KBM selama 4 kali seminggu, namun sering tidak dapat berlangsung sesuai rencana karena

sebagian peserta didik tidak hadir. Sistem pembelajaran yang sering digunakan dalam

proses belajar masih klasikal yaitu ceramah, karena penggunaan berbagai metode yang

lainnya misalnya dengan sistem modul masih sulit dilaksanakan secara optimal. Dengan

metode yang sering digunakan masih konvensional ini karena jumlah modul yang ada tidak

mencukupi. Penggunaan metode ini dilaksanakan, juga dikarenakan masih banyak tutor

belum memperoleh pelatihan tutor. Selama proses belajar tutor jarang bahkan tidak pernah

menggunakan alat peraga kecuali sarana papan tulis dan alat tulis. Hal ini terjadi karena alat

peraga yang bisa digunakan untuk kegiatan pembelajaran tidak dapat digunakan secara

optimal. Hal ini terjadi, karena alat peraga yang ada seperti LCD dan komputer ada diruang

khusus,dan untuk dapat menggunakan hanya beberapa orang saja yang mampu,karena

berbagai latar belakang pendidikan tutor yang masih belum memenuhi standar.

Kedua, peserta didik Kejar Paket kebanyakkan berusia diatas usia sekolah, untuk peserta

paket A berlatar belakang pendidikan DO SD cukup besar dan, mereka mengikuti kegiatan

belajar tersebut karena disamping kondisi ekonomi orang tua, juga karena di sekitar lokasi

tidak ada kegiatan lembaga pendidikan setingkat baik SD/SMP yang bisa terjangkau dengan

mudah, apalagi lembaga setingkat SMA. Peserta didik tersebut, umumnya dengan status

ekonomi kurang beruntung, atau berasal dari keluarga miskin dan pekerjaan orangtua

sebagai buruh tani dan atau bekerja pada sektor yang tidak tetap. Orang tuanya sebagian

besar berpendidikan SD dan bahkan tidak tamat sekolah sama sekali. Dengan keadaan dan

kondisi tersebut merupakan bukti masih rendahnya kualitas dan motivasi untuk belajar.

Ketiga, kondisi sarana prasarana belajar kejar paket seperti panti belajar biasanya dibalai

desa atau pinjam sekolah dan banyak yang dirumah tutor dengan kondisi seadanya. Untuk

buku-buku paket ataupun modul, serta buku paket penunjang dari segi kuantitas cukup

untuk jumlah peserta didik , tetapi kualitasnya ada yang kurang memadai, sehingga masih

perlu buku-buku pendamping yang lebih memadai dan melengkapi. Tetapi dalam

pelaksanaannya dapat menimbulkan permasalahan lainnya, karena akan mempersulit dalam

kegiatan belajar. Untuk sarana perpustakaan kejar paket hampir tidak ada yang memiliki

dan kalaupun ada berupa buku-buku untuk pembelajaran apalagi laboratorium, pada semua

kelompok belajar tidak ada. Untuk papan tulis, kapur, penghapus, meja, kursi, sudah cukup

Page 8: Sistem Kejar Paket dalam Kebijakan Pendidikan Nasional

layak, karena banyak menggunakan atau pinjam sekolah setempat. Dan untuk masalah

administrasi kejar sebagai penunjang kegiatan belajar mengajar seperti daftar hadir peserta

didik ,daftar hadir tutor, buku tamu, buku inventaris dan bahan belajar masih banyak

kelompok belajar kesetaraan belum tertib dan belum rapi.

C.   Analisis SWOT

Kekuatan (Strength)

Terdapat berbagai kekuatan dalam penyelenggaraan Kejar paket. Kekuatan tersebut

antara lain:

1. Kejar paket merupakan salah satu upaya untuk menyukseskan sistem pendidikan

Nasional.

2. Banyak warga negara yang berminat untuk mengikuti kejar paket, terutama yang

belum lulus pendidikan dasar.

3. Terdapat banyak instansi yang ingin menyelenggarakan program kejar paket.

4. Dana yang dicanangkan untuk pelaksanaan program kejar paket cukup besar.

Kelemahan (Weaknesses)

Di samping kekuatan, juga terdapat kelemahan dalam program kejar paket. Kelemahan

tersebut antara lain:

1. Berlakunya ijasah antara lulusan kejar paket atau penyetaraan dan program sekolah

regular tidak sama, dalam arti lulusan program kejar paket selalu menjadi yang

nomor 2.

2. Sistem manajemen dan birokrasi program kejar paket masih kurang tertata dengan

baik.

3. Tidak adanya seleksi yang ketat bagi calon peserta program kejar paket sehingga

input yang masuk hanya seadanya.

Peluang (Opportunities)

Page 9: Sistem Kejar Paket dalam Kebijakan Pendidikan Nasional

Dalam pelaksanaan program kejar paket juga pasti juga ada peluang. Peluang tersebut

antara lain:

1. Penyamaan standar keberlakuan ijasah program kejar paket dengan ijasah program

pendidikan regular

2. Lulusan program kejar paket ada yang sudah bisa masuk ke perguruan tinggi dan

sukses dalam berkarier.

3. Adanya lulusan program kejar paket yang sudah siap kerja, sehingga peluang untuk

mencari peserta baru sangat besar.

Ancaman (Threats)

Namun di samping peluang, tidak menutup kemungkinan adanya ancaman. Ancaman

tersebut antara lain:

1. Program kejar paket ini rata-rata terancam untuk ditutup karena hasilnya kurang

signifikan

2. Program ini banyak mendapat sorotan dari lembaga pendidikan formal karena sistem

pendidikannya yang cukup mudah dan tidak memberatkan peserta.

3. Lulusan program ini tidak mampu untuk menguasai teknologi bahkan materi yang

disampaikan tidak dikuasai dengan sempurna.

D.  Strategi Pemecahan Masalah

Berbagai problematika dalam pendidikan tentunya harus perlu diselesaikan

dengan segera secara mendasar dan menyeluruh. Jika kita tetap mengacu pengertian

kesetaraan seperti yang tercantum UU Sisdiknas No 20/2003 Pasal 26 Ayat (6) maka

sangat sulit atau hampir tidak mungkin dicapai oleh program kesetaraan. Oleh sebab itu

perlu ditinjau kembali tentang pengertian kesetaraan ini. Fakta dalam kehidupan sehari-

hari menunjukkan bahwa terdapat banyak pilihan bagi siswa untuk memperoleh

pendidikan, namun pada akhirnya anak-anak tersebut dapat mempertahankan hidupnya

sesuai dengan kemampuan masing-masing. Hanya saja tingkat bertahan hidup ini

berbeda-beda. Ada yang dalam katagori sejahtera dan ada pula yang dapat bertahan

hidup dalam katagori pra sejahtera. Oleh sebab itu ukuran setara di sini seharusnya

Page 10: Sistem Kejar Paket dalam Kebijakan Pendidikan Nasional

juga berbeda-beda artinya tidak sama dengan pendidikan formal. Jadi pengertian setara

perlu dikaji lebih lanjut dengan standar yang berbeda dengan pendidikan formal.

Peranan Tenaga Pendidik (tutor) sangat penting dalam peningkatan mutu

pembelajaran pendidikan kesetaraan. Dengan demikian status tutor perlu ditingkatkan

(status jelas), kualifikasi dan kompetensinya perlu standarisasi termasuk

kesejahteraannya. Semangat kerja, pengabdian para penyelenggara program dan tutor

pendidikan kesetaraan yang tinggi dapat mendukung kelancaran program. Semangat

kerja ini dapat dijadikan modal dasar untuk bersama-sama menerapkan standar isi pada

pendidikan kesetaraan. Harga yang termahal dari Program Paket A dan B ini adalah

semangat dan motivasi tutor yang tetap konsisten. Masalahnya, antara dedikasi mereka

dengan imbalan yang mereka terima masih sangat jauh dari memadai. Honor yang

diterima oleh tutor itu relatif sangat kecil (dulu sebelum Tahun 2006 honor tutor hanya

Rp 120.000 per bulan) sekarang sudah sampai Rp 300.000 per bulan, jadi jauh dibawah

UMR. Oleh sebab itu para tutor Paket A dan Paket B ini kebanyakan bekerja bukan

semata-mata karena imbalan atau honor melainkan karena panggilan hati nurani. Forum

pendidik dan tenaga kependidikan pendidikan non formal (PTK PNF), seperti forum

PKBM dan forum tutor telah tersebar sampai di tingka kabupaten/kota. Tutor-tutor

tersebut perlu diberdayakan melalui forum yang telah ada melalui kegiatan yang dapat

mendukung pelaksanaan Standar Isi. Forum tutor kesetaraan juga dapat berperan untuk

memfasilitasi tutor dalam menyalurkan aspirasi, wadah komunikasi atau berbagi

pengalaman dalam rangka peningkatan kompetensi.

Hal lain yang hendaknya dilaksanakan adalah dengan melakukan perbaikan

secara menyeluruh dan bertahap. Dimulai dari beberapa kelemahan yang ada pada

sistem kurikulum serta kelemahan-kelemahan dalam pelaksanaan kegiatan pendidikan

dengan menggunakan strategi yang sesuai dan tepat sasaran. Karena pendidikan yang

berkualitas rendah akan mengakibatkan kepribadian peserta didik semakin jauh dari apa

yang diharapkan sesuai undang-undang. Masih adanya perkelahian antar remaja,

meningkatnya penyalahgunaan narkoba, dan adanya pergaulan bebas sebagai bukti

bahwa pendidikan kurang berhasil membentuk peserta didik yang memiliki

kepribadian. Selain itu, untuk mengatasi masalah komersialisasi pendidikan, perlu

dilakukan langkah-langkah yang sistematis dengan merombak semua sistem pendidikan

yang ada hingga paradigma ekonomi, sehingga seluruh masyarakat akan dapat

Page 11: Sistem Kejar Paket dalam Kebijakan Pendidikan Nasional

menikmati hasil pendidikan dengan biaya ringan dan murah, dan bermutu tinggi.

Dengan demikian, akan melahirkan SDM yang berkepribadian dan berkualitas yang

memiliki daya saing yang tinggi, yang mampu mengatasi berbagai tantangan.

Walaupun masih ada berbagai kendala, namun program kejar paket

merupakan salah satu program yang sangat strategis untuk dapat membantu mengatasi

berbagai permasalahan pendidikan sekarang ini. Hingga saat ini program kejar paket A

saja masih banyak diminati dan minat masyarakat masih sangat tinggi juga untuk

mengikuti pendidikan kesetaraan paket B maupun kejar paket C. Untuk itu program

perluasan akses dan peningkatan mutu pendidikan melalui pendidikan non formal ,

khususnya program kejar paket masih perlu diadakan dan perlu ditingkatkan

kualitasnya. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kinerja pelayanan pendidikan ke

depan mungkin perlu dipikirkan tentang kebijakan yang imbang antara input dan output

serta upaya perbaikan kurikulum, peningkatan mutu pendidik dan perbaikan sistem

evaluasi .