sistem kejar paket dalam kebijakan pendidikan nasional
TRANSCRIPT
SISTEM KEJAR PAKET
DALAM KEBIJAKAN PENDIDIKAN NASIONAL
Oleh : Ali Murfi
A. Pendahuluan
Dalam menghadapi tantangan abad ke-21 sangat penting melakukan upaya
secara besar-besaran di bidang pendidikan. Oleh karena pentingnya masalah
pendidikan, maka perlu diatur dengan memakai suatu aturan yang baku mengenai
pendidikan tersebut, yang dipayungi dalam sistem pendidikan nasional. Sistem
pendidikan nasional adalah satu keseluruhan yang terpadu dari semua satuan dan
kegiatan pendidikan yang berkaitan satu dengan yang lainnya untuk mengusahakan
tercapainya tujuan pendidikan nasional. Sistem pendidikan nasional sebagai suatu
organisasi haruslah bersifat dinamis dan fleksibel sehingga dapat menyerap perubahan-
perubahan yang cepat antara lain karena perkembangan ilmu dan teknlogi serta
perubahan masyarakat menuju pada masyarakat yang semakin demokratis dan
menghormati hak asasi manusia.
Upaya pemerintah untuk menghadapi tantangan tersebut adalah dengan
peningkatan mutu manusia Indonesia melalui perbaikan mutu pendidikan. Jalur
pendidikan yang dapat ditempuh dapat berupa pendidikan formal (sekolah) maupun
pendidikan non formal (pendidikan luar sekolah). Pendidikan nonformal merupakan
jalur pendidikan luar sekolah yang dalam sidiknas disebut dengan pendidikan yang
bersifat kemasyarakatan yang diselenggarakan di luar sekolah yang dapat memberikan
kemungkinan pada perkembangan sosial, sosial, kultural, bahasa dan kesenian,
keagamaan dan ketrampilan yang dapat dimanfaatkan oleh anggota masyarakat untuk
mengembangkan dirinya dan membangun masyarakatnya. Usaha untuk peningkatan
mutu SDM melalui jalur pendidikan non formal (pendidikan luar sekolah) dapat
ditempuh lewat pendidikan kesetaraan yang meliputi Kejar Paket A, Kejar Paket B, dan
Kejar Paket C. Kejar atau Kelompok Belajar adalah pendidikan masyarakat formal
yang difasilitasi oleh pemerintah untuk siswa yang belajarnya tidak melalui jalur
sekolah. Program ini ditujukan bagi peserta didik yang berasal dari masyarakat yang
kurang beruntung, tidak sekolah, putus sekolah dan putus lanjutan, serta usia produktif
yang ingin meningkatkan pengetahuan dan kecakapan hidup, dan warga masyarakat
lain yang memerlukan layanan khusus dalam memenuhi kebutuhan belajarnya sebagai
dampak dari perubahan peningkatan taraf hidup, ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pendidikan kesetaraan sebagai salah satu bentuk layanan pendidikan
nonformal diharapkan dapat berkontribusi lebih banyak terutama dalam mendukung
suksesnya program wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun (Wajar Dikdas 9
Tahun) yang dicanangkan pemerintah sejak tahun 1994, yakni melalui penyelenggaraan
program pendidikan kejar Paket A dan Paket B, serta perluasan akses pendidikan
menengah melalui penyelenggaraan program Paket C.
Pendidikan Kesetaraan pada hakekatnya bertujuan memberikan kesempatan
kepada warga masyarakat untuk mengikuti pendidikan dasar dan menengah yang
bermutu dan relevan dengan kebutuhan peserta didik yang tidak memiliki kesempatan
belajar pada pendidikan formal. Peningkatan perhatian dan peran serta masyarakat
terhadap program Paket A dan Paket B perlu diimbangi dengan upaya penyiapan
kompetensi peserta didik agar memiliki kesiapan untuk terjun ke masyarakat dan dunia
kerja, karena sebagian besar dari mereka tidak melanjutkan ke jenjang yang lebih
tinggi. Hal ini sejalan dengan kebijakan Direktorat Jenderal Pendidikan Nonformal dan
Informal (Ditjen PNFI) untuk mengembangkan program Kecakapan Hidup (Life Skills)
pada pendidikan kesetaraan. Untuk membantu pelaksanaan pembelajaran akademik dan
pembekalan kecakapan hidup pada program Paket A dan Paket B, pemerintah melalui
Departemen Pendidikan Nasional telah mengalokasikan dana bantuan langsung
(blockgrant) berupa Bantuan Operasional Penyelenggaraan Program Paket A dan B
yang bersumber dari APBN.
Program Paket A adalah program pendidikan pada jalur nonformal setara
dengan SD/MI bagi siapapun yang terkendala ke pendidikan formal atau memilih
Pendidikan Kesetaraan untuk ketuntasan pendidikan. Pemegang ijazah Program Paket
A memiliki hak eligiblitas yang sama dengan pemegang ijazah SD/MI. Program Paket
B adalah program pendidikan pada jalur nonformal setara dengan SMP/MTs bagi
siapapun yang terkendala ke pendidikan formal atau memilih Pendidikan Kesetaraan
untuk ketuntasan pendidikan. Pemegang ijazah Program Paket B memiliki hak
eligiblitas yang sama dengan pemegang ijazah SMP/MTs. Program Paket C adalah
program pendidikan pada jalur nonformal setara dengan SMA/MA bagi siapapun yang
terkendala ke pendidikan formal atau memilih Pendidikan Kesetaraan untuk ketuntasan
pendidikan. Pemegang ijazah Program Paket C memiliki hak eligiblitas yang sama
dengan pemegang ijazah SMA/MA.
B. Dasar-Dasar Kebijakan Kejar Paket A, B, Dan C
Dasar pertama kebijakan kejar paket adalah Undang–Undang Dasar 1945
Pasal 28B Ayat 1 “Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan
kebutuhan dasarnya, berhak mendapatkan pendidikan dan mendapatkan manfaat dari
ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya demi meningkatkan kualitas
hidupnya demi kesejahteraan umat manusia”. Kemudian UUD tersebut dalam
implementasinya diperkuat oleh Undang–Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 5 ; ayat (1 dan 5). 1) Setiap Warga
Negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu. 5)
Setiap Warga Negara berhak mendapatkan kesempatan meningkatkan pendidikan
sepanjang hayat.
Dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 dijelaskan dengan Pasal 13 ayat (1) Jalur
Pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan informal yang dapat saling
melengkapi dan memperkaya. Diperkuat lagi dengan Pasal 17; ayat 2 Pendidikan dasar
berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang
sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs),
atau bentuk lain yang sederajat. Namun pasal di atas masih menjelaskan mengenai
sekolah dasar dan sekolah menengah pertama, belum menjelaskan kepada pendidikan
menengah atas.
Sedangkan mengenai pendidikan menengah atas dan penggantinya dijelaskan
dengan Pasal 18; ayat 3 Pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas
(SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan Madrasah
Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat. Kemudian Pasal 17 dan 18
tersebut dijelaskan dalam penjelasan Pasal 17 dan Pasal 18 menyatakan bahwa
pendidikan yang sederajat dengan SD/MI adalah program Paket A dan yang sederajat
dengan SMP/MTs adalah program paket B, Sedangkan pendidikan yang sederajat
dengan SMA/MA adalah program paket C.
Kalau pasal di atas menjelaskan mengenai pendidikan formal, pasal yang
menjelaskan pendidikan nonformal adalah Pasal 26; ayat (1,2,6): Pendidikan nonformal
diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang
berfungsi sebagai pengganti, penambah dan atau pelengkap pendidikan formal dalam
rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. 2) Pendidikan non formal berfungsi
mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan
pengetahuan dan ketrmpilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian
professional. 6) Hasil pendidikan non formal dapat dihargai setara dengan hasil
program pendidikan formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga
yang ditunjuk oleh Pemerintah atau pemerintah daerah dengan mengacu pada standar
nasional penilaian. Setiap peserta didik yang lulus ujian program Paket A, Paket B,
Paket C mempunyai hak eligibilitas yang sama dan setara dengan pemegang ijasah
SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/MA untuk mendaftar pada satuan pendidikan yang lebih
tinggi. Berdasarkan keterangan pada pasal tersebut, pada dasarnya pendidikan
nonformal disamakan statusnya dengan pendidikan formal.
Keterangan mengenai pendidikan nonformal di atas diperjelas dan dijabarkan
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional
Pendidikan. Pasal 1 ayat 3 menjelaskan, Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan
di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang.
Kemudian dijabarkan dengan Pasal 5 s.d Pasal 18 tentang standar isi pendidikan dasar
dan menengah; dan implementasinya dijelaskan dengan Pasal 25 s.d Pasal 27 tentang
Standar Kompetensi Lulusan. Kemudian dikerucutkan lagi dengan Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2007 Tentang Standar Isi
untuk program paket A, program paket B, dan program paket C yang mencakup: Beban
Belajar dan Struktur Kurikulum, dan Beban Belajar, Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan dan Kalender Pendidikan. Peraturan yang menjelaskan lebih lanjut
mengenai Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan adalah Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Standar
Kompetensi Lulusan Untuk Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah menegaskan
beberapa poin penting berikut : Standar Kompetensi Lulusan Satuan Pendidikan (SKL-
SP) dikembangkan berdasarkan tujuan setiap satuan pendidikan, yakni: a) Pendidikan
Dasar, yang meliputi SD/MI/SDLB/Paket A dan SMP/MTs./SMPLB/Paket B
bertujuan: Meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta
keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. b) Pendidikan
Menengah yang terdiri atas SMA/MA/SMALB/Paket C bertujuan: Meningkatkan
kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup
mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
Sedangkan mengenai tenaga kependidikan dan pendidik yang ada dalam
program paket dijelaskan dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 39
Tahun 2000 tentang tenaga kependidikan pasal 20 ayat 2 menjelaskan bahwa tenaga
kependidikan yang akan ditugaskan untuk bekerja sebagai pengelola satuan pendidikan
dan penilik di jalur pendidikan luar sekolah pada dasarnya dipilih dari kalangan tenaga
pendidik. Jadi yang namanya tenaga kependidikan yang bertugas di sistem kejar paket
juga dipilih dari kalangan pendidik.
C. Problematika
Pendidikan nonformal berfungsi sebagai pengganti, penambah dan pelengkap
pendidikan formal dalam mendukung pendidikan sepanjang hayat (life long education).
Maka pelaksanaan jalur pendidikan nonformal dapat menggantikan pendidikan formal
dalam perluasan akses pendidikan dasar dan menengah terutama bagi peserta didik
yang tidak berkesempatan mengikuti sekolah formal. Selain itu, pendidikan nonformal
juga berfungsi untuk mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada
penguasaan pengetahuan, keterampilan fungsional, dan pengembangan sikap serta
kepribadian profesional. Dengan demikian, pendidikan kesetaraan dihargai setara
dengan hasil program pendidikan formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan
oleh lembaga yang ditunjuk oleh Pemerintah atau pemerintah daerah dengan mengacu
pada Standar Nasional Pendidikan (UU Sisdiknas 20 tahun 2003 pasal 26 ayat 1, 2 dan
6). Penegasan tentang pendidikan kesetaraan melalui UU Sisdiknas 20 tahun 2003 ini
penting untuk disosialisasikan pada masyarakat. Sekalipun setiap peserta didik yang
lulus ujian kesetaraan khususnya untuk pendidikan dasar (program paket A dan paket
B) mempunyai hak eligibilitas yang sama dan setara dengan pemegang ijazah SD/MI
dan SMP/MTs untuk dapat mendaftar pada satuan pendidikan yang lebih tinggi. Namun
kesan yang muncul dari persepsi di masyarakat, tetap saja memandang rendah lulusan
pendidikan kesetaraan.
Standar isi sebagai salah satu produk dari PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan antara lain mengatur lingkup materi dan tingkat
kompetensi untuk mencapai standar kompetensi lulusan. Standar Isi untuk pendidikan
kesetaraan terdiri atas sejumlah mata pelajaran yang sama dengan standar isi untuk
pendidikan formal untuk kepentingan ujian penyetaraan tingkat nasional; dan sejumlah
mata pelajaran yang menekankan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan
fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional. Pertanyaan yang
muncul kemudian adalah bagaimana mungkin pendidikan kesetaraan untuk pendidikan
dasar (program Paket A setara SD/MI dan Paket B setara SMP/MTs) dapat memenuhi
tuntutan PP No 19 Tahun 2005 ini jika proses, sarana dan prasarana pembelajaran
program Paket A setara SD/MI dan Paket B setara SMP/MTs tidak sama dengan SD
dan SMP pada umumnya. Inilah dilema yang sesungguhnya terjadi. Artinya aturan
yang dibuat tidak sesuai dengan kondisi riil di lapangan. Sampai saat ini sebagian besar
para Tutor Paket A dan Paket B belum mengetahui tentang adanya KTSP (Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan) termasuk di dalamnya pengertian standar isi. Kalau
demikian, dalam kondisi transisi ini, selain terus melakukan sosialisasi, perlu dilakukan
kajian tentang program-program lanjutan yang sifatnya jangka pendek dan jangka
panjang. Jika dicermati muatan standar Isi Permendiknas No 14 Tahun 2007 tentang
pendidikan kesetaraan memuat antara lain:
1. Kerangka dasar dan struktur kurikulum yang merupakan acuan dalam penyusunan
kurikulum pada tingkat satuan pendidikan kesetaraan;
2. Beban belajar bagi peserta didik pada satuan pendidikan kesetaraan;
1. Kurikulum tingkat satuan pendidikan kesetaraan, yang akan
dikembangkanberdasarkan panduan penyusunan kurikulum sebagai bagian tak
terpisahkan dari standar isi; dan
2. Kalender pendidikan untuk penyelenggaraan pendidikan pada satuan pendidikan
kesetaraan.
Dalam pelaksanaan pembelajaran program kejar paket dengan ciri khas yang luwes dalam
kurikulum, tempat belajar, peserta didik dan usia dan proses belajar dapat dilaksanakan
dilingkungan masyarakat, kelompok belajar, satuan pendidikan yang sejenis. Maka dalam
rangka perluasan dan pemerataan mutu pendidikan perlu segera secara bertahap
ditingkatkan jangkauan pelayanan baik untuk kejar paket A,B, dan paket C. Namun sampai
saat ini pelaksanaan kelompok belajar paket dalam kaitannya dengan wajib belajar yang 9
tahun saja masih belum mecapai hasil yang memuaskan , bahwa palaksanaan kelompok
belajar paket B setara jenjang pendidikan SMP belum menggembirakan, karena sebagian
besar kejar paket B dalam pembelajaran cukup memprihatinkan. Apalagi untuk kejar paket
C, juga tidak berbeda jauh dan masih perlu adanya peningkatan dalam proses pengelolaan
dan proses pembelajarannya.
Beberapa kenyataan yang ada dalam pelaksanaan kegiatan program kejar paket antara lain ;
Pertama, Tutor kejar paket menyatakan telah siap melaksanakan tugas KBM, namun
sebagian tidak mempersiapkan perangkat pembelajaran seperti RPP, Promes. Perencanaan
KBM selama 4 kali seminggu, namun sering tidak dapat berlangsung sesuai rencana karena
sebagian peserta didik tidak hadir. Sistem pembelajaran yang sering digunakan dalam
proses belajar masih klasikal yaitu ceramah, karena penggunaan berbagai metode yang
lainnya misalnya dengan sistem modul masih sulit dilaksanakan secara optimal. Dengan
metode yang sering digunakan masih konvensional ini karena jumlah modul yang ada tidak
mencukupi. Penggunaan metode ini dilaksanakan, juga dikarenakan masih banyak tutor
belum memperoleh pelatihan tutor. Selama proses belajar tutor jarang bahkan tidak pernah
menggunakan alat peraga kecuali sarana papan tulis dan alat tulis. Hal ini terjadi karena alat
peraga yang bisa digunakan untuk kegiatan pembelajaran tidak dapat digunakan secara
optimal. Hal ini terjadi, karena alat peraga yang ada seperti LCD dan komputer ada diruang
khusus,dan untuk dapat menggunakan hanya beberapa orang saja yang mampu,karena
berbagai latar belakang pendidikan tutor yang masih belum memenuhi standar.
Kedua, peserta didik Kejar Paket kebanyakkan berusia diatas usia sekolah, untuk peserta
paket A berlatar belakang pendidikan DO SD cukup besar dan, mereka mengikuti kegiatan
belajar tersebut karena disamping kondisi ekonomi orang tua, juga karena di sekitar lokasi
tidak ada kegiatan lembaga pendidikan setingkat baik SD/SMP yang bisa terjangkau dengan
mudah, apalagi lembaga setingkat SMA. Peserta didik tersebut, umumnya dengan status
ekonomi kurang beruntung, atau berasal dari keluarga miskin dan pekerjaan orangtua
sebagai buruh tani dan atau bekerja pada sektor yang tidak tetap. Orang tuanya sebagian
besar berpendidikan SD dan bahkan tidak tamat sekolah sama sekali. Dengan keadaan dan
kondisi tersebut merupakan bukti masih rendahnya kualitas dan motivasi untuk belajar.
Ketiga, kondisi sarana prasarana belajar kejar paket seperti panti belajar biasanya dibalai
desa atau pinjam sekolah dan banyak yang dirumah tutor dengan kondisi seadanya. Untuk
buku-buku paket ataupun modul, serta buku paket penunjang dari segi kuantitas cukup
untuk jumlah peserta didik , tetapi kualitasnya ada yang kurang memadai, sehingga masih
perlu buku-buku pendamping yang lebih memadai dan melengkapi. Tetapi dalam
pelaksanaannya dapat menimbulkan permasalahan lainnya, karena akan mempersulit dalam
kegiatan belajar. Untuk sarana perpustakaan kejar paket hampir tidak ada yang memiliki
dan kalaupun ada berupa buku-buku untuk pembelajaran apalagi laboratorium, pada semua
kelompok belajar tidak ada. Untuk papan tulis, kapur, penghapus, meja, kursi, sudah cukup
layak, karena banyak menggunakan atau pinjam sekolah setempat. Dan untuk masalah
administrasi kejar sebagai penunjang kegiatan belajar mengajar seperti daftar hadir peserta
didik ,daftar hadir tutor, buku tamu, buku inventaris dan bahan belajar masih banyak
kelompok belajar kesetaraan belum tertib dan belum rapi.
C. Analisis SWOT
Kekuatan (Strength)
Terdapat berbagai kekuatan dalam penyelenggaraan Kejar paket. Kekuatan tersebut
antara lain:
1. Kejar paket merupakan salah satu upaya untuk menyukseskan sistem pendidikan
Nasional.
2. Banyak warga negara yang berminat untuk mengikuti kejar paket, terutama yang
belum lulus pendidikan dasar.
3. Terdapat banyak instansi yang ingin menyelenggarakan program kejar paket.
4. Dana yang dicanangkan untuk pelaksanaan program kejar paket cukup besar.
Kelemahan (Weaknesses)
Di samping kekuatan, juga terdapat kelemahan dalam program kejar paket. Kelemahan
tersebut antara lain:
1. Berlakunya ijasah antara lulusan kejar paket atau penyetaraan dan program sekolah
regular tidak sama, dalam arti lulusan program kejar paket selalu menjadi yang
nomor 2.
2. Sistem manajemen dan birokrasi program kejar paket masih kurang tertata dengan
baik.
3. Tidak adanya seleksi yang ketat bagi calon peserta program kejar paket sehingga
input yang masuk hanya seadanya.
Peluang (Opportunities)
Dalam pelaksanaan program kejar paket juga pasti juga ada peluang. Peluang tersebut
antara lain:
1. Penyamaan standar keberlakuan ijasah program kejar paket dengan ijasah program
pendidikan regular
2. Lulusan program kejar paket ada yang sudah bisa masuk ke perguruan tinggi dan
sukses dalam berkarier.
3. Adanya lulusan program kejar paket yang sudah siap kerja, sehingga peluang untuk
mencari peserta baru sangat besar.
Ancaman (Threats)
Namun di samping peluang, tidak menutup kemungkinan adanya ancaman. Ancaman
tersebut antara lain:
1. Program kejar paket ini rata-rata terancam untuk ditutup karena hasilnya kurang
signifikan
2. Program ini banyak mendapat sorotan dari lembaga pendidikan formal karena sistem
pendidikannya yang cukup mudah dan tidak memberatkan peserta.
3. Lulusan program ini tidak mampu untuk menguasai teknologi bahkan materi yang
disampaikan tidak dikuasai dengan sempurna.
D. Strategi Pemecahan Masalah
Berbagai problematika dalam pendidikan tentunya harus perlu diselesaikan
dengan segera secara mendasar dan menyeluruh. Jika kita tetap mengacu pengertian
kesetaraan seperti yang tercantum UU Sisdiknas No 20/2003 Pasal 26 Ayat (6) maka
sangat sulit atau hampir tidak mungkin dicapai oleh program kesetaraan. Oleh sebab itu
perlu ditinjau kembali tentang pengertian kesetaraan ini. Fakta dalam kehidupan sehari-
hari menunjukkan bahwa terdapat banyak pilihan bagi siswa untuk memperoleh
pendidikan, namun pada akhirnya anak-anak tersebut dapat mempertahankan hidupnya
sesuai dengan kemampuan masing-masing. Hanya saja tingkat bertahan hidup ini
berbeda-beda. Ada yang dalam katagori sejahtera dan ada pula yang dapat bertahan
hidup dalam katagori pra sejahtera. Oleh sebab itu ukuran setara di sini seharusnya
juga berbeda-beda artinya tidak sama dengan pendidikan formal. Jadi pengertian setara
perlu dikaji lebih lanjut dengan standar yang berbeda dengan pendidikan formal.
Peranan Tenaga Pendidik (tutor) sangat penting dalam peningkatan mutu
pembelajaran pendidikan kesetaraan. Dengan demikian status tutor perlu ditingkatkan
(status jelas), kualifikasi dan kompetensinya perlu standarisasi termasuk
kesejahteraannya. Semangat kerja, pengabdian para penyelenggara program dan tutor
pendidikan kesetaraan yang tinggi dapat mendukung kelancaran program. Semangat
kerja ini dapat dijadikan modal dasar untuk bersama-sama menerapkan standar isi pada
pendidikan kesetaraan. Harga yang termahal dari Program Paket A dan B ini adalah
semangat dan motivasi tutor yang tetap konsisten. Masalahnya, antara dedikasi mereka
dengan imbalan yang mereka terima masih sangat jauh dari memadai. Honor yang
diterima oleh tutor itu relatif sangat kecil (dulu sebelum Tahun 2006 honor tutor hanya
Rp 120.000 per bulan) sekarang sudah sampai Rp 300.000 per bulan, jadi jauh dibawah
UMR. Oleh sebab itu para tutor Paket A dan Paket B ini kebanyakan bekerja bukan
semata-mata karena imbalan atau honor melainkan karena panggilan hati nurani. Forum
pendidik dan tenaga kependidikan pendidikan non formal (PTK PNF), seperti forum
PKBM dan forum tutor telah tersebar sampai di tingka kabupaten/kota. Tutor-tutor
tersebut perlu diberdayakan melalui forum yang telah ada melalui kegiatan yang dapat
mendukung pelaksanaan Standar Isi. Forum tutor kesetaraan juga dapat berperan untuk
memfasilitasi tutor dalam menyalurkan aspirasi, wadah komunikasi atau berbagi
pengalaman dalam rangka peningkatan kompetensi.
Hal lain yang hendaknya dilaksanakan adalah dengan melakukan perbaikan
secara menyeluruh dan bertahap. Dimulai dari beberapa kelemahan yang ada pada
sistem kurikulum serta kelemahan-kelemahan dalam pelaksanaan kegiatan pendidikan
dengan menggunakan strategi yang sesuai dan tepat sasaran. Karena pendidikan yang
berkualitas rendah akan mengakibatkan kepribadian peserta didik semakin jauh dari apa
yang diharapkan sesuai undang-undang. Masih adanya perkelahian antar remaja,
meningkatnya penyalahgunaan narkoba, dan adanya pergaulan bebas sebagai bukti
bahwa pendidikan kurang berhasil membentuk peserta didik yang memiliki
kepribadian. Selain itu, untuk mengatasi masalah komersialisasi pendidikan, perlu
dilakukan langkah-langkah yang sistematis dengan merombak semua sistem pendidikan
yang ada hingga paradigma ekonomi, sehingga seluruh masyarakat akan dapat
menikmati hasil pendidikan dengan biaya ringan dan murah, dan bermutu tinggi.
Dengan demikian, akan melahirkan SDM yang berkepribadian dan berkualitas yang
memiliki daya saing yang tinggi, yang mampu mengatasi berbagai tantangan.
Walaupun masih ada berbagai kendala, namun program kejar paket
merupakan salah satu program yang sangat strategis untuk dapat membantu mengatasi
berbagai permasalahan pendidikan sekarang ini. Hingga saat ini program kejar paket A
saja masih banyak diminati dan minat masyarakat masih sangat tinggi juga untuk
mengikuti pendidikan kesetaraan paket B maupun kejar paket C. Untuk itu program
perluasan akses dan peningkatan mutu pendidikan melalui pendidikan non formal ,
khususnya program kejar paket masih perlu diadakan dan perlu ditingkatkan
kualitasnya. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kinerja pelayanan pendidikan ke
depan mungkin perlu dipikirkan tentang kebijakan yang imbang antara input dan output
serta upaya perbaikan kurikulum, peningkatan mutu pendidik dan perbaikan sistem
evaluasi .