sistem koloid okho
TRANSCRIPT
Sistem koloid Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Belum Diperiksa
Susu adalah koloid teremulsi dari lemak susu dalam air
Sistem koloid (selanjutnya disingkat "koloid" saja) merupakan suatu bentuk campuran (sistem dispersi) dua
atau lebih zat yang bersifat homogen namun memiliki ukuran partikel terdispersi yang cukup besar (1 - 100
nm), sehingga terkena efek Tyndall. Bersifat homogen berarti partikel terdispersi tidak terpengaruh
oleh gaya gravitasi atau gaya lain yang dikenakan kepadanya; sehingga tidak terjadi pengendapan, misalnya.
Sifat homogen ini juga dimiliki oleh larutan, namun tidak dimiliki oleh campuran biasa (suspensi).
Koloid mudah dijumpai di mana-mana: susu, agar-agar, tinta, sampo, serta awan merupakan contoh-contoh
koloid yang dapat dijumpai sehari-hari.Sitoplasma dalam sel juga merupakan sistem koloid. Kimia
koloid menjadi kajian tersendiri dalam kimia industri karena kepentingannya.
Macam-macam koloid [sunting]
Koloid memiliki bentuk bermacam-macam, tergantung dari fase zat pendispersi dan zat terdispersinya.
Beberapa jenis koloid:
Aerosol yang memiliki zat pendispersi berupa gas. Aerosol yang memiliki zat terdispersi cair disebut
aerosol cair (contoh: kabut dan awan) sedangkan yang memiliki zat terdispersi padat disebut aerosol
padat (contoh: asap dan debu dalam udara).
Sol Sistem koloid dari partikel padat yang terdispersi dalam zat cair. (Contoh: Air sungai, sol sabun, sol
detergen, cat dan tinta).
Emulsi Sistem koloid dari zat cair yang terdispersi dalam zat cair lain, namun kedua zat cair itu tidak saling
melarutkan. (Contoh: santan, susu, mayonaise, dan minyak ikan).
Buih Sistem Koloid dari gas yang terdispersi dalam zat cair. (Contoh: pada pengolahan bijih logam, alat
pemadam kebakaran, kosmetik dan lainnya).
Gel sistem koloid kaku atau setengah padat dan setengah cair. (Contoh: agar-agar, Lem).
Sifat-sifat Koloid [sunting]
Efek Tyndall
Efek Tyndall ialah gejala penghamburan berkas sinar (cahaya) oleh partikel-partikel koloid. Hal ini
disebabkan karena ukuran molekul koloid yang cukup besar. Efek Tyndall ini ditemukan oleh John
Tyndall (1820-1893), seorang ahli fisika Inggris. Oleh karena itu sifat itu disebut efek tyndall.
Efek Tyndall adalah efek yang terjadi jika suatu larutan terkena sinar. Pada saat larutan sejati disinari
dengan cahaya, maka larutan tersebut tidak akan menghamburkan cahaya, sedangkan pada sistem
koloid, cahaya akan dihamburkan. hal itu terjadi karena partikel-partikel koloid mempunyai partikel-
partikel yang relatif besar untuk dapat menghamburkan sinar tersebut. Sebaliknya, pada larutan sejati,
partikel-partikelnya relatif kecil sehingga hamburan yang terjadi hanya sedikit dan sangat sulit diamati.
Gerak Brown
Gerak Brown ialah gerakan partikel-partikel koloid yang senantiasa bergerak lurus tapi tidak menentu
(gerak acak/tidak beraturan). Jika diamati koloid dibawah mikroskop ultra, maka kita akan melihat
bahwa partikel-partikel tersebut akan bergerak membentuk zigzag. Pergerakan zigzag ini dinamakan
gerak Brown.
Partikel-partikel suatu zat senantiasa bergerak. Gerakan tersebut dapat bersifat acak seperti pada zat
cair dan gas( dinamakan gerak brown), sedangkan pada zat padat hanya beroszillasi di tempat ( tidak
termasuk gerak brown ). Untuk koloid dengan medium pendispersi zat cair atau gas, pergerakan
partikel-partikel akan menghasilkan tumbukan dengan partikel-partikel koloid itu sendiri. Tumbukan
tersebut berlangsung dari segala arah. Oleh karena ukuran partikel cukup kecil, maka tumbukan yang
terjadi cenderung tidak seimbang. Sehingga terdapat suatu resultan tumbukan yang menyebabkan
perubahan arah gerak partikel sehingga terjadi gerak zigzag atau gerak Brown.
Semakin kecil ukuran partikel koloid, semakin cepat gerak Brown yang terjadi. Demikian pula, semakin
besar ukuran partikel koloid, semakin lambat gerak Brown yang terjadi. Hal ini menjelaskan mengapa
gerak Brown sulit diamati dalam larutan dan tidak ditemukan dalam campuran heterogen zat cair
dengan zat padat (suspensi).
Gerak Brown juga dipengaruhi oleh suhu. Semakin tinggi suhu sistem koloid, maka semakin besar
energi kinetik yang dimiliki partikel-partikel medium pendispersinya. Akibatnya, gerak Brown dari
partikel-partikel fase terdispersinya semakin cepat. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah suhu
sistem koloid, maka gerak Brown semakin lambat.
Adsorpsi
Adsorpsi ialah peristiwa penyerapan partikel atau ion atau senyawa lain pada permukaan partikel
koloid yang disebabkan oleh luasnya permukaan partikel. Adsorpsi harus dibedakan dengan absorpsi
yang artinya penyerapan yang terjadi di dalam suatu partikel.
Contoh:
(i) Koloid Fe(OH)3 bermuatan positif karena permukaannya menyerap ion H+.
(ii) Koloid As2S3 bermuatan negatif karena permukaannya menyerap ion S2.
Muatan koloid
Dikenal dua macam koloid, yaitu koloid bermuatan positif dan koloid bermuatan negatif.
Koagulasi koloid
Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid dan membentuk endapan. Dengan terjadinya
koagulasi, berarti zat terdispersi tidak lagi membentuk koloid.
Koagulasi dapat terjadi secara fisik seperti pemanasan, pendinginan dan pengadukan atau secara
kimia seperti penambahan elektrolit, pencampuran koloid yang berbeda muatan.
Koloid pelindung
Koloid pelindung ialah koloid yang mempunyai sifat dapat melindungi koloid lain dari proses koagulasi.
Dialisis
Dialisis ialah pemisahan koloid dari ion-ion pengganggu dengan cara mengalirkan cairan yang
tercampur dengan koloid melalui membran semi permeable yang berfungsi sebagai penyaring.
Membran semi permeable ini dapat dilewati cairan tetapi tidak dapat dilewati koloid, sehingga koloid
dan cairan akan berpisah.
Elektroforesis
Elektroferesis ialah peristiwa pemisahan partikel koloid yang bermuatan dengan menggunakan arus
listrik.
Kimia - Makalah Koloid Lengkap
Ini adalah tugas makalah yang saya buat sewaktu saya kelas XI IPA untuk mencari nilai KIMIA ,,,
Semoga bisa membantu :)
Karya : Ni Luh Putu Mira Suantari
PENGERTIAN KOLOID
Koloid atau Kolloid yang berasal dari kata Kolla (lem) dan Oid (seperti), pertama kali ditemukan
oleh Thomas Graham. Koloid adalah suatu bentuk campuran “metastabil” (seolah-olah stabil, tapi akan
memisah setelah waktu tertentu) yang keadaannya terletak antara larutan dan suspensi (campuran kasar).
Koloid memiliki partikel-partikel zat yang berukuran sekitar 1-100 nm (10-7
– 10-5
cm) yang tersebar
merata dalam zat lain.
Perbedaan Larutan, Koloid dan Suspensi
No. Larutan
(Dispersi Molekuler)
Koloid
(Dispersi Koloid)
Suspensi
(Dispersi Kasar)
1 Memiliki 1 fase Memiliki 2 fase Memiliki 2 fase
2 Jernih Keruh Keruh
3 Homogen Antara homogen
dan heterogen Heterogen
4 Memiliki diameter
partikel < 1 nm
Memiliki
diameter partikel
1 nm < d < 100
nm
Memiliki
diameter partikel
> 100 nm
5 Tidak dapat disaring
Tidak dapat
disaring dengan
penyaringan
biasa, melainkan
dengan
penyaringan ultra
Dapat disaring
dengan kertas
saring biasa
6 Tidak memisah jika
didiamkan
Tidak
memisahkan jika
didiamkan
Memisah jika
didiamkan
PENGELOMPOKAN SISTEM KOLOID
Di dalam larutan koloid, secara umum terdapat 2 zat, yaitu :
- Zat Pendispersi : zat pelarut di dalam koloid (jumlahnya lebih banyak)
- Zat Terdispersi : zat yang terlarut di dalam koloid (jumlahnya lebih sedikit)
Berdasarkan fase zat terdispersi, koloid terbagi atas 3 bagian besar, yaitu :
- Sol : Sol adalah koloid dengan zat terdispersinya berfase padat.
- Emulsi : Emulsi adalah koloid dengan zat terdispersinya berfase cair.
- Buih : Buih adalah koloid dengan zat terdispersinya berfase gas.
Berdasarkan fase mediumnya, sol, emulsi, dan buih terbagi atas beberapa jenis, yaitu :
1. Sol
Koloid sol dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
a. Sol padat (padat-padat)
Sol padat adalah jenis koloid dengan zat fase padat terdispersi dalam zat fase padat.
Contoh : logam paduan, kaca berwarna, intan hitam, dan baja.
b. Sol cair (padat-cair)
Sol cair atau disebut sol saja adalah jenis koloid dengan zat fase padat terdispersi dalam zat fase
cair. Artinya, zat terdispersi berfase padat dan zat pendispersi (medium) berfase cair.
Contoh : cat, tinta, dan kanji.
c. Sol gas (padat-gas)
Sol gas (aerosol padat) adalah koloid dengan zat fase padat terdispersi dalam zat fase gas.
Artinya, zat terdispersi berfase padat dan zat pendispersi (medium) berfase gas.
Contoh : asap dan debu.
2. Emulsi
Koloid emulsi dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
a. Emulsi padat (cair-padat)
Emulsi padat (gel) adalah koloid dengan zat fase cair terdispersi dalam zat fase padat. Artinya, zat
terdispersi berfase cair dan zat pendispersi (medium) berfase padat.
Contoh : mentega, keju, jeli, dan mutiara.
b. Emulsi cair (cair-cair)
Emulsi cair (emulsi) adalah koloid dengan zat fase cair terdispersi dalam zat fase cair. Artinya,
zat terdispersi berfase cair dan zat pendispersi (medium) berfase cair.
Contoh : susu, minyak ikan, dan santan kelapa.
c. Emulsi gas (cair-gas)
Emulsi gas (aerosol cair) adalah koloid dengan zat fase cair terdispersi dalam zat fase gas.
Artinya, zat terdispersi berfase cair dan zat pendispersi (medium) berfase gas.
Contoh : insektisida (semprot), kabut, danhair spray.
3. Buih
Koloid buih dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu :
a. Buih padat (gas-padat)
Buih padat adalah koloid dengan zat fase gas terdispersi dalam zat fase padat. Artinya, zat
terdispersi berfase gas dan zat pendispersi (medium) berfase padat.
Contoh : busa pada jok mobil dan batu apung.
b. Buih cair (gas-cair)
Buih cair (buih) adalah koloid dengan zat fase gas terdispersi dalam zat fase cair. Artinya, zat
terdispersi berfase gas dan zat pendispersi (medium) berfase cair.
Contoh : buih sabun, buih soda, dan krim kocok.
TABEL PENGELOMPOKAN SISTEM KOLOID
No. Fase
Pendispersi
Fase
Terdispersi
Nama
Koloid Contoh
1 Padat Padat Sol Padat
Tanah, kaca, lumpur,
paduan logam, gelas
warna, intan hitam
2 Padat Cair Emulsi Padat Mentega, agar-agar,
keju, jelly
3 Padat Gas Busa Padat
Batu apung, kasur busa,
marshmallow, karet
busa, Styrofoam
4 Cair Padat Sol
Cat, tinta, pudding,
tepung dalam air, tanah
liat
5 Cair Cair Emulsi
Air santan, susu,
mayones, lotion wajah,
krim tangan
6 Cair Gas Busa
Buih, busa sabun,
ombak, krim kocok,
busa bir, putih telur
yang dikocok
7 Gas Padat Aerosol Padat
Debu di udara, gas
knalpot, asap, virus di
udara, asap pembakaran
8 Gas Cair Aerosol Cair
Obat semprot, kabut,
hairspray di udara,
awan
KOLOID EMULSI
Emulsi merupakan jenis koloid dimana fase terdispersinya merupakan zat cair. Untuk membentuk
emulsi digunakan zat pengemulsi atau emulgator yaitu suatu zat yang dapat tertarik oleh kedua zat cair.
Contoh :
§ Sabun untuk mengemulsikan minyak dan air
§ Kasein sebagai emulgator pada susu
Berdasarkan medium pendispersinya, emulsi dapat dibagi menjadi 3 yaitu :
- Emulsi Gas
- Emulsi Cair
- Emulsi Padat
1. Emulsi Gas
Emulsi gas (aerosol cair) adalah emulsi dalam medium pendispersi gas. Aerosol cair memiliki
sifat-sifat seperti sol liofob yaitu efek Tyndall, gerak Brown, dan kestabilan dengan muatan partikel.
Contoh:
Dalam hutan yang lebat, cahaya matahari akan disebarkan oleh partikel-partikel koloid dari
sistem koloid kabut yang merupakan contoh efek Tyndall pada aerosol cair.
2. Emulsi Cair
Emulsi cair melibatkan dua zat cair yang tercampur, tetapi tidak dapat saling melarutkan, dapat
juga disebut zat cair polar dan zat cair non-polar. Biasanya salah satu zat cair ini adalah air (zat cair polar)
dan zat lainnya adalah minyak (zat cair non-polar).
Emulsi cair itu sendiri dapat digolongkan menjadi 2 jenis, yaitu;
a. Emulsi minyak dalam air
Contoh :
§ Susu yang terdiri dari lemak yang terdispersi dalam air menjadi butiran minyak di dalam air.
§ Santan
§ Lateks
§ Minyak ikan
b. Emulsi air dalam minyak
Contoh ;
§ Margarine yang terdiri dari air yang terdispersi dalam minyak menjadi butiran air dalam minyak.
§ Mentega
§ Minyak rambut
§ Minyak bumi
Beberapa sifat emulsi yang penting :
~ Demulsifikasi
Kestabilan emulsi cair dapat rusak apabila terjadi pemanasan, proses sentrifugasi, pendinginan,
penambahan elektrolit, dan perusakan zat pengemulsi.
Contoh :
Penggunaan proses demulsifikasi dengan penambahan elektrolit untuk memisahkan karet dalam
lateks yang dilakukan dengan penambahan asam format (CHOOH) atau asam asetat (CH3COOH).
~ Pengenceran
Dengan menambahkan sejumlah medium pendispersinya, emulsi dapat diencerkan. Sebaliknya, fase
terdispersi yang dicampurkan akan dengan spontan membentuk lapisan terpisah. Sifat ini dapat
dimanfaatkan untuk menentukan jenis emulsi.
3. Emulsi Padat
Emulsi Padat atau Gel adalah emulsi dalam medium pendispersi zat padat, dapat dianggap
sebagai hasil bentukkan dari penggumpalan sebagian sol cair. Partikel-partikel sol akan bergabung untuk
membentuk suatu rantai panjang pada proses penggumpalan ini. Rantai tersebut akan saling bertaut
sehingga membentuk suatu struktur padatan di mana medium pendispersi cair terperangkap dalam
lubang-lubang struktur tersebut. Sehingga, terbentuklah suatu massa berpori yang semi-padat dengan
struktur gel.
Ada dua jenis gel, yaitu :
a. Gel elastis
Gel elastis adalah gel yang memiliki ikatan partikel dengan gaya tarik-menarik yang relatif tidak
kuat, sehingga gel ini dapat berubah bentuk jika diberi gaya dan dapat kembali ke bentuk awal bila gaya
tersebut ditiadakan. Gel elastis dapat dibuat dengan mendinginkan sol liofil yang cukup pekat.
Contoh :
§ Gelatin
§ Sabun
b. Gel non-elastis
Gel non-elastis adalah gel yang memiliki ikatan yang berupa ikatan kovalen yang cukup kuat,
sehingga gel ini tidak memiliki sifat elastis atau tidak akan berubah jika diberi suatu gaya.
Contoh :
§ gel silikat yang dapat dibuat dengan reaksi kimia yaitu dengan menambahkan HCl pekat ke dalam larutan
natrium silikat, sehingga molekul-molekul asam silikat yang terbentuk akan terpolimerisasi dan
membentuk gel silikat.
Beberapa sifat gel yang penting adalah :
~ Hidrasi
Gel non-elastis yang terdehidrasi tidak dapat diubah kembali ke bentuk awalnya, tetapi sebaliknya,
gel elastis yang terdehidrasi dapat diubah kembali menjadi gel elastis dengan menambahkan zat cair.
~ Menggembung (swelling)
Gel elastis yang terdehidrasi sebagian akan menyerap air apabila dicelupkan ke dalam zat cair.
Sehingga volume gel akan bertambah dan menggembung.
~ Sineresis
Gel anorganik akan mengkerut bila dibiarkan dan diikuti penetesan pelarut. Proses ini disebut
sineresis.
~ Tiksotropi
Beberapa gel dapat diubah kembali menjadi sol cair apabila diberi agitasi atau diaduk. Sifat ini
disebut tiksotropi.
Contoh:
§ Gel besi oksida
§ Perak oksida
KOLOID BUIH
Buih adalah koloid dengan fase terdispersi gas dan medium pendispersi zat cair atau zat padat.
Berdasarkan medium pendisperasinya, buih dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
- Buih Cair
- Buih Padat
1. Buih Cair (Buih)
Buih cair adalah sistem koloid dengan fase terdispersi gas dan dengan medium pendispersi zat
cair. Fase terdispersi gas pada umumnya berupa udara atau karbondioksida yang terbetuk dari fermentasi.
Kestabilan buih dapat diperoleh dari adanya zat pembuih (surfaktan). Zat ini teradsorbsi ke daerah antar-
fase dan mengikat gelembung-gelembung gas sehingga diperoleh suatu kestabilan.
Ukuran koloid buih bukanlah ukuran gelembung gas seperti pada sistem koloid umumnya, tetapi
adalah ketebalan film (lapisan tipis) pada daerah antar-fase dimana zat pembuih teradsorpsi, ukuran
koloid berkisar 0,0000010 cm. Buih cair memiliki struktur yang tidak beraturan. Strukturnya ditentukan
oleh kandungan zat cairnya, bukan oleh komposisi kimia atau ukuran buih rata-rata. Jika fraksi zat cair
lebih dari 5%, gelembung gas akan mempunyai bentuk hampir seperti bola. Jika kurang dari 5%, maka
bentuk gelembung gas adalah polihedral.
Beberapa sifat buih cair yang penting:
~ Struktur buih cair dapat berubah dengan waktu
- Pemisahan medium pendispersi (zat cair) atau drainase, karena kerapatan gas dan zat cair yang jauh
berbeda.
- Terjadinya difusi gelembung gas yang kecil ke gelembung gas yang besar akibat tegangan permukaan,
sehingga ukuran gelembung gas menjadi lebih besar.
- Rusaknya film antara dua gelembung gas.
~ Struktur buih cair dapat berubah jika diberi gaya dari luar.
- Bila gaya yang diberikan kecil, maka struktur buih akan kembali ke bentuk awal setelah gaya tersebut
ditiadakan.
- Jika gaya yang diberikan cukup besar, maka akan terjadi deformasi.
Contoh :
§ Buih hasil kocokan putih telur
Udara di sekitar putih telur akan teraduk dengan menggunakan zat pembuih, yaitu protein dan
glikoprotein yang berasal dari putih telur itu sendiri yang akan membentuk buih yang relatif stabil.
Sehingga putih telur yang dikocok akan mengembang.
§ Buih hasil akibat pemadam kebakaran
Alat pemadam kebakaran mengandung campuran air, natrium bikarbonat, aluminium sulfat, serta
suatu zat pembuih. Karbondioksida yang dilepas akan membentuk buih dengan bantuan zat pembuih
tersebut.
2. Buih Padat
Buih padat adalah sistem koloid dengan fase terdispersi gas dan dengan medium pendispersi zat
padat. Kestabilan buih ini dapat diperoleh dari zat pembuih (surfaktan).
Contoh :
§ Roti
Proses peragian yang melepas gas karbondioksida terlibat dalam proses pembuatan roti. Zat
pembuih protein gluten dari tepung kemudian akan membentuk lapisan tipis mengelilingi gelembung-
gelembung karbondioksida untuk membentuk buih padat.
§ Batu apung
Dari proses solidifikasi gelas vulkanik, maka terbentuklah batu apung.
§ Styrofoam
Styrofoam memiliki fase terdispersi berupa karbondioksida dan udara, serta medium pendispersi
berupa polistirena.
KOLOID LIOFIL DAN KOLOID LIOFOB
Berdasarkan sifat koloid adsorpsi dari partikel koloid terhadap medium pendispersinya, terdapat 2
macam koloid yaitu :
1. Koloid Liofil
Koloid Liofil merupakan koloid yang mengadsorpsi cairan sehingga terbentuk selubung di
sekeliling koloid atau disebut juga koloid yang partikel-partikel terdispersinya menarik medium
pendispersinya akibat adanya gaya Van der walls atau ikatan Hidrogen. Koloid Liofil yang mediumnya
air disebut dengan Koloid Hidrofil.
Contoh :
§ Kanji
§ Agar-agar
§ Protein
2. Koloid Loifob
Koloid Liofob merupakan koloid yang tidak mengadsorpsi cairan atau disebut juga koloid yang
partikel-partikel terdispersinya tidak menarik medium pendispersinya. Koloid Liofob yang mediumnya
air disebut dengan Koloid Hidrofob.
Contoh :
§ Sol sulfida
§ Sol logam
PERBEDAAN KOLOID LIOFIL DENGAN KOLOID LIOFOB
No. Sel Hidrofil Sel Hidrofob
1 Biasanya terdiri atas zat organik Biasanya terdiri atas zat anorganik
2 Mempunyai muatan yang kecil atau
tidak bermuatan Mempunyai muatan positif atau negatif
3 Dapat bermigrasi ke anoda, katoda atau
tidak bermigrasi sama sekali
Akan bergerak ke anoda atau katoda,
tergantung jenis muatan partikelnya
4
Dapat dibuat langsung dengan
mencampurkan fase terdispersi dengan
medium pendispersinya
(Umumnya dibuat dengan cara
dispersi)
Tidak dapat dibuat hanya dengan
mencampur fase terdispersi dengan
medium pendispersinya
(Umumnya dibuat dengan cara
kondensasi)
5
Viskositas sol liofil lebih besar dari
viskositas medium pendispersinya
(Kekentalan tinggi)
Viskositas sol liofob hampir sama
dengan viskositas medium
pendispersinya
(Kekentalan rendah)
6 Partikel-partikel sol liofil mengadsorpsi
medium pendispersinya.
Partikel-partikel sol liofob tidak
mengadsorpsi medium pendispersinya
7 Tidak mudah digumpalkan dengan
penambahan elektrolit (lebih stabil)
Mudah digumpalkan dengan
penambahan elektrolit (kurang stabil)
8
Bersifat reversible yaitu sol liofil yang
telah menggumpal dapat diubah
kembali menjadi sol dengan
penambahan medium pendispersinya
Bersifat irreversible yaitu sol liofob
yang telah menggumpal tidak dapat
diubah menjadi sol
9 Gerak Brown tidak jelas Gerak Brown terlihat jelas
10 Efek Tyndall kurang jelas Efek Tyndall jelas
SIFAT-SIFAT KOLOID
1. Efek Tyndall
Efek Tyndall adalah penghamburan cahaya oleh larutan koloid, peristiwa dimana jalannya sinar
dalam koloid dapat terlihat karena partikel koloid dapat menghamburkan sinar ke segala jurusan.
Contoh :
§ Sinar matahari yang dihamburkan partikel koloid di angkasa menyebabkan langit berwarna biru pada siang
hari dan jingga pada sore hari.
§ Debu dalam ruangan akan terlihat jika ada sinar yang masuk melalui celah kecil di dalam rumah.
2. Gerak Brown
Gerak Brown adalah gerak partikel koloid dalam medium pendispersi secara terus menerus
karena adanya tumbukan antara partikel zat terdispersi dan zat pendispersi. Gerak aktif yang terus
menerus ini menyebabkan partikel koloid tidak memisah jika didiamkan.
Contoh :
§ Bila seberkas sinar dipusatkan pada suatu dispersi koloid yang diamati dengan alat ultra mikroskop maka
akan tampak partikel koloid sebagai partikel-partikel yang kecil yang memantulkan sinar dan bergerak
acak.
3. Dialisis
Pemurnian sistem koloid dari ion-ion pengganggu dengan mempergunakan selaput semi
permiabel. Dengan menempatkan koloid dalam selaput semi permeabel yang dapat ditembus oleh ion-ion,
tetapi tidak oleh partikel-partikel koloid. Selaput semi permeabel yang telah diisi sistem koloid
dimasukkan ke dalam aliran air, sehingga ion-ion dalam sistem koloid akan menembus selaput semi
permeabel dan terbawa air, sedangkan pertikel koloid tertinggal dalam selaput semi permeabel. Salah satu
penerapan dialisis ditemukan dalam proses pencucian darah yang disebut hemodialisis.
4. Elektroforesis
Bila arus listrik dengan tegangan rendah dialirkan ke dalam disperse koloid, maka partikel-
partikel koloid bergerak menuju elektroda positif atau elektroda negatifnya. Ini membuktikan bahwa
partikel-partikel koloid dalam medium pendispersinya bermuatan listrik.
5. Adsorpsi
Adsorbsi Koloid adalah penyerapan zat atau ion pada permukaan koloid. Setiap endapan yang
terbentuk berkecenderungan untuk menarik ionnya sendiri pada permukaan endapan.
Sifat Adsorpsi digunakan dalam proses :
~ Pemutihan gula tebu
~ Norit
~ Penjernihan air
Contoh :
§ Koloid antara obat diare dan cairan dalam usus yang akan menyerap kuman penyebab diare.
§ Koloid Fe(OH)3 akan mengadsorbsi ion H+sehingga menjadi bermuatan
+. Adanya muatan sesama maka
koloid Fe(OH), akan tolak-menolak sesamanya sehingga partikel-partikel koloid tidak akan saling
menggerombol.
§ Koloid As2S3 akan mengadsorbsi ion OH-dalam larutan sehingga akan bermuatan
-dan tolak-menolak
dengan sesamanya, maka koloid As2S3 tidak akan menggerombol.
6. Koagulasi (Penggumpalan)
Koagulasi Koloid adalah penggumpalan koloid karena elektrolit yang muatannya berlawanan.
Koloid akan mengalami koagulasi dengan cara :
a. Cara Mekanik (Fisis)
Dilakukan dengan pemanasan, pendinginan atau pengadukan cepat.
Contoh :
§ Darah akan menggumpal jika dipanaskan
§ Agar-agar akan menggumpal jika didinginkan
b. Cara Kimia
Dilakukan dengan penambahan elektrolit (asam, basa atau garam).
Contoh :
§ Susu akan menggumpal jika ditambahkan dengan sirup masam.
§ Lumpur akan menggumpal jika ditambahkan tawas.
c. Cara pencampuran 2 macam koloid dengan muatan yang berlawanan
Contoh:
§ Fe(OH)3 yang bermuatan positif akan menggumpal jika dicampur As2S3 yang bermuatan negatif.
Sifat koagulasi partikel koloid antara lain dapat kita amati pada proses berikut ini :
~ Pada pengolahan karet dari bahan mentahnya (lateks), partikel karet dalam lateks digumpalkan dengan
menambah asam asetat, sehingga karet dapat dipisahkan dari lateksnya.
~ Partikel lumpur dan tanah liat yang terkandung dalam ais sungai akan mengendap bila berjumpa
dengan air laut yang mengandung banyak elektrolit sehingga terbentuklah delta di muara sungai.
~ Jika bagian tubuh kita mengalami luka, maka ion Al3+
, atau Fe3+
segera menetralkan partikel
albuminoid yang dikandung darah, sehingga terjadi penggumpalan yang menutupi luka.
~ Pada proses penjernihan air ditambahkan tawas, Al2(SO4)3, yang menyediakan ion Al3+
untuk
mengendapkan partikel lumpur, sehingga air menjadi jernih.
PEMBUATAN SISTEM KOLOID
1. Cara Kondensasi
Pembuatan sistem koloid dengan cara kondensasi dilakukan dengan cara penggumpalan partikel
yang sangat kecil.
Penggumpalan partikel ini dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a. Reaksi Pengendapan
Pembuatan sistem koloid dengan reaksi pengendapan dilakukan dengan mencampurkan larutan
elektrolit sehingga menghasilkan endapan.
Contoh :
AgNO3 + NaCl ―> AgCl(s) + NaNO3
b. Reaksi Hidrolisis
Pembuatan sistem koloid dengan reaksi hidrolisis dilakukan dengan mereaksikan suatu zat
dengan air
Contoh :
AlCl3 + H2O ―> Al(OH)3(s) + HCl
c. Reaksi Redoks
Pembuatan sistem koloid dapat terbentuk dari hasil redoks.
Contoh :
pada larutan emas (Emas formaldehid)
AuCL3 + HCOH ―> Au + HCl + HCOOH
d. Reaksi Penggeseran
Contoh :
pembuatan sol As2S3 dengan cara mengalirkan gas H2S ke dalam larutan H3AsO3encer pada suhu
tertentu.
2H3AsO3 + 3H2S ―> 6H2O + As2S3
e. Reaksi Pergantian Pelarut
Contoh :
pembuatan gel kalsium asetat dengan cara menambahkan alkohol 96% ke dalam larutan kalsium
asetat jenuh.
2. Cara Dispersi
Pembuatan sistem koloid dengan cara dispersi dilakukan dengan memperkecil partikel suspensi
yang terlalu besar menjadi partikel koloid atau disebut juga pemecahan partikel-partikel kasar menjadi
koloid.
Memperkecil partikel ini dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a. Cara Mekanik
Pembuatan koloid dengan cara mekanik dilakukan dengan memperkecil ukuran partikel suspensi
dengan cara penggilingan zat padat, dengan menghaluskan butiran besar kemudian diaduk dalam medium
pendispersi.
Contoh :
§ Gumpalan tawas digiling, dicampurkan ke dalam air akan membentuk koloid dengan kotoran air.
§ Membuat tinta dengan menghaluskan karbon pada penggiling koloid kemudian didispersikan dalam air.
§ Membuat sol belerang dengan menghaluskan belerang bersama gula (1:1) pada penggiling koloid,
kemudian dilarutkan dalam air, gula akan larut dan belerang menjadi sol.
§ Belerang dan urea digerus, ditambahkan air, lalu diaduk membentuk hidrosol belerang.
§ Pati (amilum) digerus sampai halus, ditambah air, lalu diaduk membentuk hidrofil pati.
b. Cara Peptisasi
Pembuatan koloid dengan cara peptisasi dilakukan dengan menambahkan ion sejenis atau dengan
pemecah (pemeptisasi), sehingga partikel endapan akan dipecah.
Contoh :
§ Sol Fe(OH)3 dengan menambahkan FeCL3
§ Sol NiS dengan menambahkan H2S
§ Karet dipeptisasi oleh bensin
§ Agar-agar dipeptisasi oleh air
§ Endapan Al(OH)3 dipeptisasi oleh AlCl3
c. Cara Busur Bredia/Bredig
Pembuatan koloid dengan cara busur Bredia/Bredig dilakukan dengan mencelupkan 2 kawat
logam (elektroda) yang dialiri listrik ke dalam air, sehingga kawat logam akan membentuk partikel koloid
berupa debu di dalam air.
Contoh :
§ Sol platina, emas atau perak dibuat dengan cara mencelupkan elektrode logam ke dalam medium
pendispersi, misalnya air dengan potensial listrik tinggi.
d. Cara Ultrasonik
Pembuatan koloid dengan cara ultrasonik dilakukan dengan menghancurkan butiran besar dengan
ultrasonik (frekuensi > 20.000 Hz)
CONTOH KOLOID DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI
1. Industri Makanan
Contoh :
§ Keju
§ Mentega
§ Susu
§ Saus salad
§ Jelly
§ Pudding
§ Mayonnaise
2. Industri Kosmetika dan Perawatan Tubuh
Contoh :
§ Krim
§ Pasta gigi
§ Sabun
§ Parfum semprot
§ Lotion wajah
3. Industri Cat
Contoh :
§ Cat
4. Industri Kebutuhan Rumah Tangga
Contoh :
§ Sabun
§ Deterjen
5. Industri Pertanian
Contoh :
§ Peptisida
§ Insektisida
6. Industri Farmasi
Contoh :
§ Minyak ikan
§ Pensilin untuk suntikan
PERANAN KOLOID
Beberapa kegunaan koloid adalah sebagai berikut :
1. Industri Kosmetika
a. Bahan kosmetika seperti foundation, finishing cream dan deodorant berbentuk koloid dan umumnya
sebagai emulsi yang berperan sebagai sarana kecantikan.
2. Industri Makanan
a. Susu merupakan koloid yang tergolong emulsi dan berperan untuk kesehatan tubuh manusia.
b. Mentega merupakan koloid yang tergolong emulsi padat dan berperan sebagai pengganti minyak dalam
memasak.
3. Industri Tekstil
a. Pada proses pencelupan bahan (untuk pewarnaan) yang kurang baik daya serapnya terhadap zat warna
dapat menggunakan zat warna koloid karena memiliki daya serap yang tinggi sehingga melekat pada
tekstil.
4. Industri Kebutuhan Rumah Tangga
a. Detergen merupakan emulgator untuk membentuk emulsi antara kotoran (minyak) dengan air sehingga
dapat membersihkan kotoran pada tubuh dan pakaian.
b. Sabut sebagai zat pengemulsi untuk menghilangkan zat pengotor yang tidak bercampur dengan air.
5. Kelestarian Lingkungan
a. Untuk mengurangi polusi udara yang disebabkan oleh pabrik-pabrik, digunakan suatu alat yang
disebut cotrell. Alat ini berfungsi untuk menyerap partikel-partikel koloid yang terdapat dalam gas
buangan yang keluar dari cerobong asap pabrik.
b. Pada penjernihan air digunakan aluminium sulfat untuk mengkoagulasi zat pengotor dalam air.
6. Bidang Kesehatan
a. Prinsip dialisis (salah satu sifat koloid) digunakan untuk membantu pasien gagal ginjal.
APLIKASI KOLOID
1. Industri Makanan
a. Pemutihan Gula
Pemutihan gula merupakan aplikasi dari sistem koloid yaitu penggunaan sifat adsorpsi. Gula tebu
yang masih berwarna dapat diputihkan dengan melarutkan gula ke dalam air. Larutan ini kemudian
dialirkan melalui sistem koloid tanah diatomae atau karbon. Partikel koloid akan mengadsorpsi zat warna
zat warna dari gula tebu sehingga gula dapat berwarna putih.
2. Industri Kosmetika
a. Deodorant
Deodorant mengandung aluminium klorida untuk mengkoagulasikan (mengendapkan) protein
dalam keringat. Endapan protein ini dapat menghalangi kerja kelenjar keringat sehingga keringat dan
protein yang dihasilkan berkurang.
3. Industri Rumah Tangga
a. Bahan Pencuci
Sabun sebagai pembersih karena dapat mengemulsi minyak dalam air. Sabun dalam air tenon
menjadi Na dan ion asam lemak. Kepala asam lemak yang bermuatan negatif larut dalam air, sedangkan
ekornya larut dalam minyak. Hal ini menyebabkan tetesan minyak larut dalam air.
4. Industri
a. Kromatografi
Kromatografi adalah metode pemisahan campuran dengan menggunakan bahan pengadsorpsi,
misalnya kertas kromatografi, pati dan aluminium oksida untuk kromatografi kolom. Zat-zat organik yang
dapat dipisahkan dengan menggunakan metode kromatografi di antaranya adalah asam amino, protein,
lemak, karbohidrat, vitamin dan hormon.
b. Lateks
Lateks adalah koloid karet dalam air, berupa sol bermuatan negatif. Bila ditambah ion positif,
lateks menggumpal dan dapat dibentuk sesuai cetakan.
5. Bidang Kesehatan
a. Penggumpalan Darah
Darah mengandung sejumlah koloid protein yang bermuatan negatif. Jika terjadi luka, maka luka
tersebut dapat diobati dengan pensil stiptik atau tawas yang mengandung ion-ion Al3+
dan Fe3+.
Ion-ion
tersebut membantu agar partikel koloid di protein bersifat netral sehingga proses penggumpalan darah
dapat lebih mudah dilakukan.
b. Karbon Aktif
Karbon aktif merupakan aplikasi koloid yaitu penggunaan sifat adsorpsi. Karbon aktif digunakan
untuk menyerap zat warna, bau, gas karbon dioksida (CO2), gas karbon monoksida (CO), H2O dan racun.
Karbon aktif ini dibuat dengan memanaskan arang sehingga terbentuk arang yang sangat berpori. Karbon
aktif digunakan misalnya untuk masker gas, proses penjernihan air, filter rokok dan norit sebagai obat
penetral racun.
c. Cuci Darah dengan Dialisis
Darah merupakan suatu sistem koloid. Darah yang mengandung sisa metabolisme seperti
kreatinin, asam ureat, vitamin berlebih, obat-obatan dan hormon kemudian disaring oleh ginjal. Pada
orang yang menderita kerusakan ginjal atau gagal ginjal, sisa-sisa metabolisme ini tidak dapat disaring
oleh ginjal sehingga dapat meracuni tubuh. Oleh karena itu, pasien gagal ginjal dicuci darahnya dengan
menggunakan alat dialisis yang memiliki membran semipermeabel. Membran semipermeabel ini
memisahkan darah kotor dengan larutan dialisat yang konsentrasinya lebih rendah dibandingkan dengan
darah. Sehingga sisa-sisa metabolisme dapat melewati pori-pori membran, sedangkan sel-sel darah dan
zat yang masih berguna dan elektrolit yang partikelnya lebih besar tidak dapat melewati membran dan
dimasukkan kembali ke dalam tubuh pasien.
6. Industri Tekstil
a. Pencelupan Tekstil
Pencelupan tekstil merupakan aplikasi sistem koloid yaitu penggunaan sifat adsorpsi. Pada
pencelupan tekstil ini digunakan koloid yang dapat mempercepat pemberian warna. Koloid yang
digunakan adalah dengan mencampurkan Al2(SO4) dengan Na2CO3 sehingga membentuk koloid Al(OH)3.
Gas CO2 yang berasal dari Na2CO3 membentuk gelembung yang mengelilingi Al(OH)3 sehingga
permukaannya menjadi berpori, akibatnya dapat menyerap zat warna.
7. Bidang Lingkungan
a. Penjernihan Air
Penjernihan air merupakan aplikasi koloid yaitu penggunaan sifat adsorpsi. Pada penjernihan air,
digunakan tawas yang memiliki rumus kimia KAl(SO4)2 yang dalam air terhidrasi menjadi koloid
Al(OH)3. Koloid Al(OH)3 ini mampu menyerap zat warna dan pestisida.
b. Pemurnian Air Laut
Pemurnian air laut merupakan aplikasi sistem koloid yaitu penggunaan sifat dialisis. Pemurnian
air laut dengan menggunakan membran semipermeabel ini menggunakan metode osmosis terbalik.
(reserve osmosis). Osmosis adalah pergerakan molekul air dari larutan dengan konsentrasi rendah ke
larutan yang konsentrasinya lebih tinggi. Dengan memberikan tekanan yang lebih tinggi pada larutan
yang lebih pekat dibandingkan tekanan osmosisnya, maka gerakan molekul air akan terbalik.
c. Pengelolaan Lumpur Aktif
Pengelolaan lumpur aktif merupakan aplikasi sistem koloid yaitu penggunaan sifat koagulasi.
Pengelolaan air limbah dengan metode lumpur aktif ini menggunakan koagulan PAX (polialuminium
klorida) Al13O4(OH)24(H2O)12 yang menghasilkan Al(OH)3.
d. Pembentukan Delta di Muara Sungai
Pembentukan delta di muara sungai merupakan aplikasi sistem koloid yaitu penggunaan sifat
koagulasi. Air sungai mengandung partikel-partikel koloid pasir dan tanah liat yang bermuatan negatif.
Sedangkan air laut mengandung ion-ion Na+, Mg
+2, dan Ca
+2yang bermuatan positif. Ketika air sungai
bertemu di laut, maka ion-ion positif dari air laut akan menetralkan muatan pasir dan tanah liat. Sehingga,
terjadi koagulasi yang akan membentuk suatu delta.
e. Pengambilan Endapan Pengotor
Gas atau udara yang dialirkan ke dalam suatu proses industri seringkali mengandung zat-zat
pengotor berupa partikel-partikel koloid. Untuk memisahkan pengotor ini, digunakan alat pengendap
elektrostatik yang pelat logamnya yang bermuatan akan digunakan untuk menarik partikel-partikel koloid.