sistem koordinasi

Download Sistem Koordinasi

If you can't read please download the document

Upload: yofly-yunandar

Post on 18-Jan-2016

20 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Sistem Koordinasi

TRANSCRIPT

Sistem Koordinasi : Saraf (1)

Artikel ini telah dibaca 403 kali

Konsep yang relevan:

Sistem Koordinasi : Indera (4)Daftar deskripsi berbagai jurusan PTN di Indonesia (3)

Agar kegiatan tubuh manusia selalu serasi dan terpadu, diperlukan sistem koordinasi. Sistem koordinasi pada manusia terdiri atas sistem saraf dan sistem hormon (endokrin). Walaupun keduanya sama-sama bertugas mengatur keserasian kerja organ tubuh, namun keduanya mempunyai beberapa persamaan dan perbedaan.

Persamaan

Sistem saraf

Sistem endokrin

Membantu, mengatur, dan memelihara homeostasis Mensekresikan bahan kimia neurohumor Membantu, mengatur, dan memelihara homeostasis Mensekresikan bahan kimia hormon

Perbedaan

Sistem saraf

Sistem endokrin

Responsnya cepat Signal-signal dibawa via neuron Responsnya langsung Responsnya langsung terhadap rangsangan dari luar Responsnya lambat Hormon-hormon dibawa via peredaran darah Responsnya tidak langsung Responsnya langsung terhadap rangsangan dari dalam

SISTEM SARAF

Sistem saraf dibangun oleh sel-sel saraf (neuron) yang merupakan sistem koordinasi dan sistem kontrol yang memberitahukan kepada bagian-bagian tubuh apa dan kapan sesuatu harus dilakukan.

1. Otak Besar (Cerebrum) Pertumbuhan otak lebih baik daripada pertumbuhan sumsum tulang belakang. Makin tinggi nilai perbandingan antara otak dan sumsum tulang belakang, makin tinggi tingkat kecerdasannya. Otak besar merupakan pusat kesadaran, ingatan, kemauan, dan kegiatan fisiologis. Lapisan luar otak berwarna kelabu, banyak mengandung badan sel saraf atau neuron. Bagian dalam berwarna putih, banyak mengandung dendrit dan neurit (akson).

2. Otak Tengah Di depan otak tengah terdapat thalamus yang merupakan pusat pengatur sensoris. Sedang hipotalamus merupakan pusat pengatur suhu, selera makan, dan keseimbangan cairan tubuh. Bagian atas dari otak tengah merupakan lobus optikus, yang merupakan pusat refleks mata.

3. Otak Kecil Merupakan pusat koordinasi otot dan keseimbangan tubuh. Kerusakan pada bagian ini menyebabkan gerak otot tidak terkoordinasi lagi. Di depan otak kecil ini terdapat jembatan varol, yang merupakan jalan penghantar impuls dari otak bagian kiri ke bagian kanan tubuh dan sebaliknya.

4. Sumsum Lanjutan (Medula Oblongata) Banyak mengandung ganglion otak, dan merupakan pusat pengatur gerak refleks fisiologis denyut jantung, pernapasan, pelebaran, dan penyempitan pembuluh darah.

5. Sumsum Tulang Belakang Sumsum tulang belakang mempunyai dua fungsi, yaitu: a. sebagai penghubung impuls dari dan ke otak b. memungkinkan jalan terpendek untuk terjadinya gerak refleks. Berbeda dengan otak, lapisan luar sumsum tulang belakang berwarna putih dan banyak mengandung dendrit dan neurit (akson). Sedangkan bagian dalam berwarna kelabu yang banyak mengandung badan sel saraf. Di bagian dalam ini terdapat bagian yang berbentuk kupu-kupu, yang disebut akar dorsal dan akar ventral. a. Akar dorsal mengandung neuron sensorik, dan dendritnya berhubungan dengan reseptor. b. Akar ventral mengandung badan neuron motorik, aksonnya menuju ke otot atau efektor. Otak dan sumsum tulang belakang sebagai pusat saraf dilindungi oleh selaput yang disebut meninges. Meninges terdiri atas 3 lapis, yaitu: a. duramater yang melekat pada tulang tengkorak. b. piamater yang melekat pada otak c. arakhnoid yang terletak di antara duramater dan piamater. Di tengah bagian kelabu dari sumsum tulang belakang terdapat saluran yang disebut sentral kanalis yang berisi cairan serebropinal.

6. Sistem Saraf Tepi Sistem saraf tepi terdiri atas: a. 12 pasang serabut saraf otak (saraf kranial), yang keluar dari beberapa bagian otak menuju alat-alat indera, otot, dan kelenjar. b. Serabut saraf sumsum tulang belakang (saraf spinal), seluruhnya berjumlah 31 pasang, yang merupakan gabungan dari saraf sensorik yang masuk ke akar dorsal dan saraf motorik yang keluar melalui akar ventral.

7. Sel Saraf (Neuron) Sel saraf merupakan unit dasar dari sistem saraf berdasarkan fungsinya dapat dibedakan menjadi 4, yaitu: a. Neuron sensorik (neuron aferen), berfungsi untuk menghantarkan rangsangan dari reseptor ke pusat susunan saraf, dendritnya berhubungan dengan reseptor (penerima rangsang) dan aksonnya berhubungan dengan neuron lain. b. Neuron motorik (neuron eferen), berfungsi untuk menghantarkan impuls motorik dari susunan saraf pusat ke efektor, dendritnya menerima impuls dari akson neuron lain dan aksonnya berhubungan dengan efektor. c. Neuron konektor, merupakan penghubung antara neuron yang satu dengan neuron yang lain. d. Neuron ajustor, yang berfungsi untuk menghubungkan neuron sensorik dan neuron motorik yang terdapat di sumsum tulang belakang atau di otak.

8. Sistem Saraf Tak Sadar (Otonom) Saraf otonom juga merupakan gabungan dari saraf sensorik dan motorik. Dibedakan menjadi dua, yaitu: a. Saraf simpatetik Berpangkal pada medula spinalis di daerah leher dan di daerah pinggang, sehingga disebut juga saraf torakolumbar. Fungsinya yaitu mengaktifkan alat supaya bekerja secara otomatis. Serabut saraf ini menuju ke otot polos, alat peredaran, alat pencernaan, alat pernapasan. Sifatnya meningkatkan aktivitas. b. Saraf parasimpatetik Berpangkal pada medula oblongata dan ada yang di sakrum. Kerja saraf ini berlawanan dengan kerja saraf simpatis yaitu bersifat menghambat. Sebaliknya, bila simpatis menghambat kerja organ tertentu, maka parasimpatis yang akan menggiatkannya.

Mekanisme kerja sistem saraf

Neuron mempunyai kemampuan untuk menerima dan memberikan jawaban terhadap rangsang yang diberikan kepadanya. Rangsang yang diterima oleh reseptor akan dihantarkan ke pusat susunan saraf. Rangsang dari dendrit diteruskan ke badan sel saraf dan selanjutnya oleh akson akan diteruskan ke dendrit neuron yang lain. Hubungan antara akson dan dendrit disebut sinapsis. Bila impuls sampai di ujung akson, maka ujung akson tersebut akan melepaskan neurohumor (suatu zat penghantar impuls) yang disebut asetilkolin sehingga impuls bisa melewati sinapsis. Setelah impuls melewati sinapsis, maka asetilkolin akan segera dihapus oleh zat yang disebut asetilkolinesterase/kolinesterase.

Gerak Refleks Untuk gerakan yang disadari, maka impuls akan menempuh jalur sebagai berikut: rangsang (stimulus) > neuron sensorik > otak > neuron motorik > efektor (otot/kelenjar) > respon

Untuk gerak refleks, impuls menempuh jalur berikut: rangsang (stimulus) > neuron sensorik > neuron konektor > neuron motorik > efektor (otot/kelenjar) > respon

Fungsi kemampuan gerak reflek sebenarnya adalah untuk perlindungan diri. Agar memungkinkan hal tersebut maka impuls harus berjalan lebih cepat dengan mem-bypass otak. Itu sebabnya gerak refleks tidak pernah memerlukan pengolahan jawaban di otak, karena memerlukan kecepatan untuk proteksi.

Sistem Koordinasi : Hormon (2)

Artikel ini telah dibaca 213 kali

Konsep yang relevan:

Sistem Koordinasi : Saraf (1)Sistem Koordinasi : Hormon pada Hewan dan Feromon (3)Daftar deskripsi berbagai jurusan PTN di Indonesia (3)Deskripsi materi ujian dan fakta penilaian SNMPTN 2011

BMC Kata hormon berasal dari kata hormone yang berarti memacu atau menggiatkan. Hormon atau inkrit merupakan zat kimia yang dihasilkan oleh kelenjar buntu (endokrin) yang langsung diangkut oleh darah. Hormon berfungsi untuk mengatur homeostatis, reproduksi, metabolisme, dan tingkah laku.

Kelenjar-kelenjar hormon yang terdapat di dalam tubuh manusia adalah sebagai berikut:

1. Kelenjar Pituitari atau Hipofisis

Kelenjar hipofisis disebut juga master of glands, karena sebagian besar dari hormon-hormon yang dihasilkannya bertugas sebagai mengatur pengeluaran hormon lainnya. Hipofisis terdapat di bagian dasar otak di bawah hipotalamus. Besarnya kira-kira sebesar kacang tanah dan terdiri atas 3 lobi, yaitu: lobus anterior, lobus intermediet, dan lobus posterior.

a. Lobus anterior

Lobus anterior menghasilkan bermacam-macam hormon yang berperan sebagai hormon pengatur beberapa hormon yang lain. Hormon yang dihasilkan lobus anterior antara lain:

- Hormon Somatotrof (STH/Growth Hormone) : Hormon ini merangsang pertumbuhan tubuh, terutama bagian epifisis dari tulang pipa. Kekurangan hormon ini dapat mengakibatkan kekerdilan (dwarfisme), sedangkan kelebihan hormon ini dapat mengakibatkan pertumbuhan raksasa (gigantisme). Bila kelebihan hormon ini terjadi pada saat sudah dewasa, dapat mengakibatkan penebalan tulang-tulang wajah, tengkorak, tangan, dan kaki. Keadaan ini disebut akromegali.

Contoh penderita dwarfisme (kekerdilan)

- LTH (Luteotropic Homone/prolaktin/hormon laktogen) : Berfungsi untuk merangsang sekresi air susu dari glandula mammae ( kelenjar air susu).

- ACTH (Andrenocorticotrophic Hormone/Adrenotropin) : Hormon ini mengendalikan sekresi hormon dari bagian korteks adrenal (anak ginjal).

- Gonadotropin, yang terdiri atas:

FSH (Follicle Stimulating Hormone). Terdapat pada wanita dan pria. Pada wanita berfungsi untuk merangsang pertumbuhan folikel di dalam ovarium. Pada pria mempengaruhi proses spermatogenesis di dalam tubulus seminiferus dari testis. LH (Luteinizing Hormone/ICSH = Interstitial Cel Stimulating Hormone). Terdapat pada wanita dan pria. Pada wanita, LH merangsang pemasakan folikel ovarium dan juga ovulasi. Sedang pada pria, ICTH bertugas merangsang sel interstitial Leydig di dalam testis agar menghasilkan testosteron yang bertanggungjawab untuk pemeliharaan karakter seksual sekunder.

b. Lobus intermediet

Pada manusia, bagian intermedietnya rudimenter (tidak berkembang). Satu-satunya fungsi yang diketahui dari bagian ini adalah sekresi melanocyte stimulating hormone (MSH/intermedin). Pada amfibia hormon ini berperan pada melanofora, menyebabkan penyebaran granula-granula melanin pada sel-sel melanofora dan menggelapkan kulit tubuh amfibia. Fungsi bagian intermediet pada manusia belum diketahui dengan baik.

c. Lobus posterior

Lobus posterior menghasilkan beberapa hormon, yaitu:

Oksitosin, yang berfungsi merangsang kontraksi uterus menjelang kelahiran. Vassopresin (antidiuretik hormon = ADH), berperan dalam membantu pengeluaran air tubuh dengan jalan mengatur reabsorbsi air pada tubulus ginjal. Bila kadar hormon ini naik tekanan ostomik darah naik, sehingga reabsorbsi air meningkat. Hormon vasopresin merangsang pembuluh darah menciut (vasokonstriksi) sehingga tekanan darah naik. Pengeluaran hormon vasopresin yang berlebihan mengakibatkan diabetes insipidus.

2. Kelenjar Thiroid (Kelenjar Gondok)

Hormon yang dihasilkan adalah tiroksin, yang dibentuk dari asam amino tirosin dan yodium. Fungsi hormon tiroksin adalah untuk:

mempengaruhi metabolisme sel mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan, dan diferensiasi jaringan tubuh.

Penderita morbus basedowi Penderita gigantisme

Kelebihan hormon (hipertiroidisme) ini akan menyebabkan penyakit yang disebut morbus Basedowi, yaitu meningkatnya metabolisme, meningkatnya denyut jantung, gugup, emosional, pelupuk mata terbuka lebar dan bola mata terbelalak (eksoftalmus). Bila terjadi pada masa pertumbuhan akan menyebabkan gigantisme atau pertumbuhan terlalu cepat sehingga terbentuk tubuh raksasa.

Kekurangan hormon tiroksin (hipotiroidisme) akan menyebabkan terhentinya pertumbuhan. Pada anak akan menyebabkan kretinisme (kekerdilan). Pada usia dewasa, hipotiroidisme akan menyebabkan menurunnya metabolisme, dan akan mengakibatkan aktivitas peredaran darah menurun, tonus otot menurun, terjadi miksedema, yaitu menebal dan menggelembungnya kulit.

Kekurangan yodium dapat menyebabkan terganggunya pembentukan hormon tiroksin dengan gejala timbulnya penyakit gondok.

3. Kelenjar Anak Gondok (Parathiroid)

Terdapat pada sebelah dorsal kelenjar tiroid. Menghasilkan parathormon yang berfungsi untuk mempertahankan kadar Ca dan P di dalam darah. Kekurangan hormon ini menyebabkan gejala kejang otot.

4. Kelenjar Suprarenalis (Kelenjar Adrenal/Anak Ginjal)

Terletak di atas ginjal. Dapat dibedakan atas dua bagian, yaitu:

a. Bagian korteks : yaitu lapisan luar yang menghasilkan hormon kortison (kortiko steroid atau kortikoid). Kekurangan hormon kortison dapat menimbulkan penyakit Addison yang mempunyai gejala kulit menjadi merah, badan lemah, berat badan turun, tekanan darah rendah, dan dapat menimbulkan kematian.

b. Bagian medula : merupakan lapisan dalam. Menghasilkan hormon epinefrin atau adrenalin.

Pengaruh hormon ini terhadap tubuh adalah:

a. Memacu aktivitas jantung, dan menyempitkan pembuluh darah pada kulit dan membran mukosa.

b. Mengendurkan otot bonkioli, sehingga melapangkan pernapasan.

c. Memacu pengubahan glikogen menjadi glukosa (glikogenolisis) dalam sel hati, sehingga kadar gula darah meningkat.

5. Kelenjar Pankreas

Pankreas bagian luar menghasilkan enzim pencernaan (eksokrin), sedang bagian dalam yang merupakan kelenjar endokrin adalah kelenjar pulau-pulau Langerhans. Hormon yang dihasilkan adalah insulin dan glukagon. Insulin berfungsi untuk mengubah glukosa menjadi glikogen (gula otot). Bersama-sama adrenalin, insulin bertugas menjaga kadar gula darah agar tetap.

6. Kelenjar Epifisis

Hormon yang dihasilkan sampai saat ini belum jelas pengaruhnya terhadap tubuh.

7. Kelenjar Kacangan (Timus)

Merupakan tempat penimbun hormon pertumbuhan atau somatotrof. Kelenjar ini hanya berfungsi pada masa pertumbuhan saja.

8. Kelenjar Kelamin/Gonad

Dapat dibedakan atas kelenjar kelamim pria dan kelenjar kelamin wanita.

a. Kelenjar kelamin pria (testes)

Hormon yang dihasilkan ialah hormon kelamin laki-laki atau androgen. Selain itu juga menghasilkan spermatozoa. Androgen yang terpenting ialah testosteron, yang terutama berfungsi untuk menumbuhkan ciri sekunder pria dan proses spermatogenesis (pembentukan sperma)

b. Kelenjar kelamin perempuan (ovarium)

Dapat menghasilkan ovum dan hormon kelamin perempuan, yaitu:

- Estrogen, dihasilkan oleh folikel de Graaf

- Progesteron, dihasilkan oleh korpus luteum. Berfungsi untuk:

mengatur pertumbuhan plasenta menghalangi produksi FSH bersama laktogen akan memperlancar produksi ASI (Air Susu Ibu) setelah bayi lahir mempertahankan penebalan endometrium

9. Lambung dan Usus

Lambung menghasilkan hormon gastrin, yang berfungsi untuk memacu sekresi getah lambung. Duodenum menghasilkan hormon sekretin dan kolesistokinin (sebelumnya disebut pancreozymin), yang berfungsi untuk:

Sekretin : merangsang pankreas untuk mensekresikan natriumbikarbonat dan enzim-enzim pencernaan Kolesistokinin : merangsang kantong empedu untuk mengeluarkan empedu