sistem moneter (bab 29 dan 30)
TRANSCRIPT
POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN
Sistem Moneter
Makroekonomi
Dosen :
Bapak Imam Subadio
Disusun oleh :
(Kelompok 3)
Farchan Rifa’i 153060021414
Febriliana Noertianingtyas 153060021720
Febryan Adhyassa.D 153060021679
Fikri Amri 153060021612
Fisal Fatkur Rohman 153060021811
Ghazyi Fajrin Naim 153060021647
Gifari Widi Kurniawan 153060021498
Ilham Ramadhan.H 153060021778
Paper ini membahas Bab 29 dan 30 tentang Sistem Moneter, disusun untuk memenuhi tugas makroekonomi.
1
Daftar isi
Pendahuluan ........................................................................................................................................... 2
Uang ........................................................................................................................................................ 3
A. Definisi dan Fungsi Uang ........................................................................................................... 3
B. Sejarah dan Perkembangan Uang ............................................................................................... 3
Uang yang Beredar .................................................................................................................................. 6
Lembaga Keuangan dan Sistem Perbankan ............................................................................................ 8
A. Lembaga Keuangan Bank ........................................................................................................... 8
B. Lembaga Keuangan Bukan Bank .............................................................................................. 10
Kegiatan Antar Bank dan Cadangan ...................................................................................................... 11
A. Kegiatan Antarbank .................................................................................................................. 11
B. Cadangan................................................................................................................................... 12
Penciptaan Uang oleh Sistem Perbankan ............................................................................................. 13
Kebijakan Moneter ............................................................................................................................... 16
Nilai Sekarang dan Dampak Kebijakan Moneter .................................................................................. 18
A. Nilai Sekarang ........................................................................................................................... 18
B. Pengaruh Kebijakan Moneter .................................................................................................... 20
Permintaan dan Penawaran Uang ........................................................................................................ 25
Mekanisme Transmisi ........................................................................................................................... 27
Kecepatan Perpindahan Uang dan Persamaaan Jumlah Uang ............................................................. 30
Referensi ............................................................................................................................................... 32
2
Pendahuluan
Dalam sistem perekonomian saat ini, uang merupakan suatu komponen yang krusial,
sebagaimana seluruh aspek kehidupan dalam peradaban modern saat ini tidak terlepas dan
ditopang sepenuhnya oleh uang. Dalam transaksi, uang berfungsi sebagai alat tukar yang
diterima umum sehingga masyarakat tidak perlu mempertemukan beberapa keinginan yang
berbeda terhadap suatu komoditas yang dibutuhkan setiap pihak yang bertransaksi. Menjadi
sebuah pertanyaan, apakah uang sama berharganya dengan barang yang diinginkan setiap
orang. Jawaban dari pertanyaan tersebut terkait dengan sejarah uang dan lembaga keuangan
dengan kebijakan moneter dalam suatu kesatuan bab mengenai sistem moneter yang dibahas
dalam tulisan ilmiah ini. Berikut garis besar pembahasan bab 29 dan 30 mengenai uang dan
sistem moneter :
1. Uang
2. Uang yang Beredar
3. Lembaga Keuangan dan Sistem Perbankan
4. Kegiatan Antarbank
5. Penciptaan Uang oleh Sistem Perbankan
6. Kebijakan Moneter
7. Nilai Sekarang dan Dampak Kebijakan Moneter
8. Permintaan dan Penawaran Uang
9. Mekanisme Transmisi
10. Kecepatan Perpindahan Uang dan Persamaan Jumlah Uang
3
Uang
A. Definisi dan Fungsi Uang
Uang adalah alat tukar yang diterima umum untuk memperoleh barang dan jasa, yang
memiliki 3 fungsi sebagai berikut :
1. Alat tukar
Uang digunakan sebagai medium of exchange, dimana uang diberikan sebagai
bayaran atas barang atau jasa dalam transaksi jual beli.
2. Satuan hitung
Uang digunakkan untuk menentukan nilai suatu barang atau jasa, dengan cara
menentukan banyaknya uang yang harus disediakan untuk memperoleh barang dan
jasa.
3. Penyimpan nilai
Didefinisikan juga sebagai penyimpan kekayaan, uang yang dimiliki dan disimpan
mencerminkan daya beli yang dimiliki seseorang terhadap barang dan jasa di masa
mendatang.
B. Sejarah dan Perkembangan Uang
Sebelum manusia mengenal uang, masyarakat memenuhi kebutuhannya dengan hasil
produksi sendiri. Mereka berburu, mengumpulkan hasil hutan, bertani, menangkap ikan untuk
memenuhi kebutuhan mereka sendiri. Dalam kenyataannya, mereka tidak dapat memenuhi
semua kebutuhan dengan hasil produksi sendiri. Untuk dapat memenuhi kebutuhan akan
barang yang tidak dapat dihasilkannya sendiri, mereka mencari orang yang memiliki barang
yang diinginkan. Setelah ditemukan, kemudian dilakukan tukar-menukar barang yang
dinginkan dengan barang yang dimilikinya. Cara tukar-menukar inilah yang disebut dengan
istilah barter.
Pertukaran secara barter, hanya mungkin terjadi bilamana terdapat dua pihak yang
saling membutuhkan barang yang dimilikinya, di mana orang yang pertama membutuhkan
barang yang dimiliki oleh orang kedua dan (sebaliknya) orang yang kedua membutuhkan
barang yang dimiliki orang pertama. Bila syarat ini (double coincidence of wants) tidak
terpenuhi, maka pertukaran dengan cara barter sulit dilakukan. Oleh karenanya, diperlukan
4
suatu barang yang diterima umum sebagai alat tukar. Berikut perkembangan uang dalam
sejarah :
1. Koin
Sebelum ditemukannya koin, pembayaran dilakukan dengan logam mulia dalam
bentuk curah yang harus ditimbang terlebih dahulu untuk menentukan nilainya.
Untuk mempermudah transaksi pembayaran, diciptakanlah koin dari logam mulia
yang telah ditimbang dan diukur kadarnya, kemudian diberikan cap yang
manandakan kadar logam mulia yang dikandung sebuah koin. Dengan adanya cap
yang menandakan kadar logam mulia sebuah koin, dalam transaksi koin tidak lagi
ditimbang sehingga muncul sebuah kecurangan berupa mengiris, menyimpan, dan
melebur tepi koin yang telah dikumpulkan karena pada saat itu koin benar-benar
terbuat dari logam mulia dengan nilai tinggi. Adanya penemuan koin bergerigi
mengatasi masalah ini, karena gerigi koin yang hilang menandakan bahwa uang
telah diiris tepinya. Adapun bentuk kecurangan lainnya dilakukan oleh (beberapa)
penguasa yang memiliki wewenang untuk mencetak uang. Kecurangan dilakukan
dengan cara mengumpulkan seluruh koin milik rakyat untuk dicap ulang, yang
pada proses peleburan penguasa menambahkan logam murahan ke dalam koin
yang dilebur, sehingga pada saat mencetak koin, lebih banyak koin yang
diperoleh. Kelebihan koin tersebut digunakkan oleh penguasa sesuai
keperluannya, diantaranya untuk membayar hutang yang tak dapat dilunasinya.
2. Uang kertas
Pada masa lalu, masyarakat sering menitipkan emas yang dimilikinya kepada
perajin emas karena perajin emas memiliki tempat penyimpanan emas yang aman.
Saat penitipan, perajin emas memberikan tanda terima kepada orang yang
menitipkan emasnya. Tanda terima tersebut menyatakan bahwa emas yang
dititipkan dapat diambil kembali. Dalam transaksi pembelian, orang datang
kepada perajin emas untuk mengambil sebagian emasnya dengan memberikan
tanda terima yang diberikan oleh perajin emas, kemudian membayar emasnya
kepada penjual. Bilamana penjual belum membutuhkan emasnya untuk
dibelanjakan, ia mennitipkan emasnya kepada perajin emas. Transaksi yang
demikian tentunya tidak praktis, lalu muncul kebiasaan menukarkan tanda terima
yang diberikan perajin emas dalam transaksi karena setiap pihak yakin bahwa
tanda terima tersebut dapat ditukarkan dengan emas. Tanda terima inilah yang
5
memunculkan uang kertas. Saat pertama muncul, uang kertas dapat ditukarkan
dengan emas karena dijamin emas. Seiring waktu, disadari bahwa emas simpanan
yang juga merupakan jaminan uang kertas tersebut tidak semuanya diambil oleh
orang yang menitipkan. Akibatnya keberadaan emas tidak benar-benar diperlukan
karena orang menukarkan uang kertas dalam transaksi. Uang kertas yang dijamin
emas ini bukan tanpa masalah, karena jika bank mencetak uang kertas melebihi
simpanan emasnya, bank dapat bankrut karena tidak mampu mengembalikan emas
titipan saat penitip mengambil ingin emasnya, akibatnya izin mencetak uang
kertas oleh bank dihapus. Sebagai gantinya, pemerintah mencetak uang yang tidak
dijamin emas, namun ditetapkan sebagai alat pembayaran yang sah. Uang yang
demikian disebut uang fiat.
3. Uang giral
Dalam perkembangan, uang kertas dirasa memiliki kelemahan dalam
menyelesaikan transaksi dalam jumlah besar. Sama (prinsipnya) seperti
penyimpanan dan pembayaran dengan emas pada masa lalu, sejumlah uang kertas
harus dibawa dalam jumlah yang banyak dan apabila uang disimpan di bank maka
harus dilakukan penarikan terlebih dahulu, sehingga kurang praktis dan
menimbulkan resiko. Timbul gagasan untuk melakukan transfer uang ke rekening
orang lain yang dilakukan langsung oleh bank sebagaimana nasabah yang
menyimpan uangnya di bank dicatat dalam catatan khusus yang disebut rekening
nasabah. Transfer antar rekening oleh bank dilakukan dapat dengan transfer
rekening giro atau membuat cek. Giro merupakan perintah kepada bank untuk
memindah bukukan sejumlah simpanan dalam rekening nasabah pada rekening
yang dituju (transfer), sedangkan cek merupakan surat perintah kepada bank untuk
melakukan pembayaran kepada penerima cek. Uang giral dapat terjadi dari
simpanan dalam bentuk giro di bank. Bila penyimpan akan melakukan
pembayaran untuk transaksi jual belinya, ia dapat menggunakan selembar cek
yang di atasnya ditulis sejumlah pembayaran yang diinginkan. Dalam pembayaran
dengan cek, agar cek dapat diuangkan, nilai nominal yang tertulis dalam cek harus
lebih kecil dari simpanan gironya. Dalam hal ini bilamana ternyata nilai nominal
yang tertulis dalam cek lebih besar dari simpanan gironya, maka cek tersebut
merupakan cek kosong.
6
Uang yang Beredar
Total stock uang dalam perekonomian pada saat tertentu disebut jumlah uang beredar
(supply of money). Uang yang beredar terbagi menjadi beberapa golongan (M : Money) yang
secara umum yakni M1, M2, dan M3. Pembagian ini didasarkan pada jenis deposit yang ada.
M1 mencakup aset lancar yang siap pakai atau yang dapat berfungsi sebagai alat tukar seperti
uang kartal, rekening giro, dan cek. M2 mencakup segala yang termasuk M1 dan dana cair
(near money), yakni aset lancar yang dapat diuangkan dengan mudah dan cepat namun bukan
alat tukar seperti saving deposit, eurodollar, dan sekuritas. M3 mencakup M2 dan aset lancar
yang bernilai besar berjangka panjang seperti sertifikat deposito (certificate of deposit).
Untuk memperjelas, disajikan gambar 1 yang menunjukkan cuplikan laporan uang beredar di
Indonesia tahun 2009 dan 2010 oleh Bank Indonesia, sebagai berikut :
Gambar 1
Dari gambar diatas, dengan jelas dapat terlihat bahwa uang yang beredar terbagi dalam
beberapa golongan, yang dalam hal ini terdapat 2 golongan yakni M1 yang merupakan uang
beredar sempit, mencakup : Uang kartal dan Simpanan Giro rupiah dan M2 atau uang beredar
luas yang mencakup : M1, Uang kuasi, dan Surat berharga selain saham. Penjelasan yang
lebih singkat dan memudahkan disajikan dalam tabel berikut :
7
Tabel 1
Keterangan (jenis uang beredar) Jumlah pada
tahun 2009
Uang Beredar Luas (M2) 2,141,384
1
Uang Beredar Sempit (M1) 515,824
A Uang kartal di luar Bank Umum dan BPR 226,006
B Simpanan giro rupiah 289,818
2
Uang Kuasi 1,622,055
A
Simpanan Berjangka 894,280
1) Rupiah 756,347
2) Valuta Asing 137,934
B
Tabungan 603,320
1) Rupiah 564,567
2) Valuta Asing 38,754
C Simpanan Giro Valuta Asing 124,455
3 Surat Berharga Selain Saham 3,504
515,824
894,280
603,320
1,622,055
2,141,384
8
Lembaga Keuangan dan Sistem Perbankan
Lembaga keuangan adalah lembaga yang kegiatan utamanya menghimpun dana dan
menyalurkan dana. Lembaga keuangan terbagi dalam 2 jenis, yakni lembaga keuangan bank
(LKB) dan lembaga keuangan bukan bank (LKBB). Lembaga keuangan bank terdapat 3
macam, yakni : bank sentral, bank umum, dan bank perkreditan rakyat (BPR). Sementara
lembaga keuangan bukan bank secara umum terbagi dalam 4 macam, yakni : perusahaan
asuransi, dana pensiun, pegadaian, dan perusahaan efek. Bagan 1 disajikan untuk
memberikan keterangan lebih jelas, sebagai berikut :
Bagan 1
A. Lembaga Keuangan Bank
1. Bank sentral
Bank Sentral adalah lembaga keuangan yang dimiliki dan dioperasikan oleh
pemerintah, yang mengendalikan sistem perbankan, menetapkan dan
menyelenggarakan kebijakan moneter, dan menguasai otoritas penerbitan uang secara
tunggal. Di Indonesia yang bertindak sebagai bank sentral adalah Bank Indonesia (BI)
sebagaimana ditetapkan dalam UU No.23 tahun 1999 pasal 4 ayat 1.
Lembaga Keuangan
Lembaga Keuangan Bank Lembaga Keuangan Bukan Bank
Bank Sentral
Bank Komersial
Bank Perkreditan
Rakyat (BPR)
Perusahaan Asuransi
Dana Pensiun
Pegadaian
Perusahaan Efek
9
Bank sentral memiliki 4 fungsi dalam perananya sebagai salah satu komponen sistem
perbankan, yakni sebagai berikut :
a) Bankir bagi bank komersial (swasta)
Salah satu fungsi krusial bank sentral sebagai bankir bagi bank komersial
adalah penyediaan pinjaman bagi bank komersial, terutama saat bank komersial
tidak dapat mengembalikan dana yang disimpan oleh deposan. Salah satu
penyebabnya yakni deposito yang dititipkan deposan telah dipinjamkan oleh bank
komersial kepada debitor, sehingga jika terjadi penarikan besar-besaran oleh para
nasabah (rush) jumlah uang tunai yang tersedia lebih sedikit daripada jumlah
uang tunai yang diinginkan nasabah. Dalam hal ini, bank sentral merupakan
penyedia pinjaman terakhir bagi bank komersial (Lender of the last resource).
Fungsi lain bank sentral sebagai bankir bagi bank komersial yakni menerima
simpanan deposito dari bank komersial, melayani transfer ke rekening antar bank,
dan menyediakan pinjaman jangka pendek bagi bank dengan bunga pinjaman
yang disebut tingkat diskonto.
b) Bank bagi pemerintah
Seperti masyarakat, pemerintah juga membutuhkan bank untuk menyimpan
dana. Hal ini dapat dijalankan oleh bank sentral. Selain itu, bank sentral selaku
bankir bagi pemerintah dapat memberikan pinjaman kepada pemerintah, yang
apabila dilakukan dengan cara membeli obligasi pemerintah yang dijual di pasar
uang disebut pinjaman tidak langsung.
c) Pengawas dan pengendali jumlah uang beredar
Selaku lembaga keuangan yang berwenang dalam bidang moneter, bank
sentral berperan dan bertanggung jawab dalam mengendalikan jumlah uang yang
beredar demi menjaga nilai uang dan kestabilan dalam perekonomian.
2. Bank komersial
Bank komersial (swasta) merupakan lembaga keuangan milik swasta yang
berorientasi pada perolehan laba yang berperan dalam pengumpulan dan penyaluran
dana dari masyarakat. Kegiatan usaha bank komersial antara lain:
1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan giro, deposit
berjangka, dan tabungan.
2. Memberikan kredit
Bank Sentral Bank umum
Bank Perkreditan Rakyat
Lembaga pembiayaan
Perusahaan asuransi
Perusahaan efek
Reksa dana
Dana pensium
Pegadaian
Sistem moneter
Lembaga Keuangan Bank Lembaga Keuangan Bukan Bank
10
3. Menerbitkan surat pengakuan hutang.
2. Bank perkreditan rakyat
Bank perkreditan rakyat adalah bank yang melayani jasa simpanan, memberikan
kredit, menyediakan pembiayaan dengan prinsip bagi hasil, dan menempatkan
dananya dalam bentuk SBI, deposito, dan tabungan pada bank lain, namun tidak
melayani : lalulintas pembayaran, menerima simpanan dalam bentuk giro, penyertaan
modal, maupun jasa asuransi. Bank perkreditan rakyat melaksanakan kegiatan usaha
secara konvensional maupun berdasarkan syariah.
B. Lembaga Keuangan Bukan Bank
Lembaga keuangan bukan bank adalah lembaga keuangan yang tidak diizinkan
menghimpun dana dalam bentuk tabungan.
1. Perusahaan asuransi
Perusahaan asuransi adalah lembaga keuangan yang kegiatan usahanya memberikan
perlindungan finansial untuk mengantisipasi kejadian yang tidak menguntungkan
seperti: kecelakaan, sakit keras, dan kematian.
2. Lembaga dana pensiun
Lembaga dana pensiun merupakan lembaga keuangan yang menawarkan jasa
persiapan dana pensiun.
3. Pegadaian
Pegadaian adalah lembaga perkreditan yang kegiatan usahanya didasarkan pada
hukum gadai, dimana bantuan kredit yang diberikan dimintai jaminan berupa aset
yang akan dikembalikan bila peminjam telah melunasi pinjaman beserta bungannya.
4. Perusahaan efek
Perusahaan efek adalah lembaga yang kegiatan usahanya sebagai pihak penjamin
emisi efek, pedagang efek, dan manajer investasi.
11
Kegiatan Antar Bank dan Cadangan
A. Kegiatan Antarbank
Terdapat beberapa kegiatan yang berkenaan dengan transaksi yang dilakukan antar
bank komersial yang diantaranya adalah kredit bersama (share loans), kliring, dan
penagihan cek.
1. Share loans
Apabila sebuah perusahaan meminjam uang ke bank namun jumlah uang yang
ingin dipinjam melebihi jumlah uang yang tersedia di bank, bank menawarkan
kredit bersama, dimana pinjaman sekelompok bank memberikan pinjaman kepada
perusahaan yang sama, namun setiap bank hanya memberikan pinjaman pada
sektor tertentu dari perusahaan tersebut sesuai kesanggupan bank.
2. Kliring dan penagihan cek
Kliring adalah suatu kegiatan dimana sejumlah bank bertindak sebagai perantara
transaksi yang dilakukan oleh nasabah antar bank dan mempertemukan cek yang
diterima dari nasabah untuk selanjutnya dimintakan pembayaran kepada bank
yang bersangkutan. Sebagai contoh (untuk memperjelas) diberikan ilustrasi 1
sebagai berikut :
Ilustrasi 1
A.Transaksi
1. Finn adalah nasabah Bank A yang memiliki hutang kepada Fritz sebesar
$100.
2. Fritz adalah nasabah Bank B.
3. Finn membayar hutangnya kepada Fritz menggunakkan cek sebesar $100.
4. Fritz menyerahkan cek yang diterima ke bank untuk mendapatkan uangnya.
B.Kliring
1. Bank B menyerahkan cek yang diterima Fritz ke Bank Sentral
2. Bank Sentral menyerahkan cek ke Bank A dan mendebit akun Bank A
sebesar $100 dan mengkredit akun Bank B sebesar $100.
3. Cadangan Bank A di Bank Sentral berkurang $100 dan cadangan Bank B di
Bank Sentral bertambah $100.
*) Pada saat kliring semua penarikan yang dilakukan Finn dan ditransfer ke Bank B
dijumlahkan dan dibandingkan dengan penarikan yang dilakukan Fritz dan ditransfer
ke Bank A. Dalam hal ini, Finn mentransfer uang ke Bank B sejumlah $100
sementara Fritz tidak melakukan transfer ke Bank A sehingga jumlah transfer Fritz
$0. Transaksi ini menyebabkan Bank A selaku penyimpan uang Finn harus
mentransfer uang sebesar $100 ke Bank B dimana Fritz menyimpan uangnya.
12
B. Cadangan
Sebagaimana bank menyimpan uang yang dititipkan nasabah dalam bentuk deposito,
pada kenyataanya tidak semua uang yang disimpan di bank ditarik oleh nasabah. Sebagian
besar uang tersebut dipinjamkan dan sebagian kecil tetap disimpan dan tidak dipinjamkan.
Sebagian dari deposito yang disimpan ini disebut sebagai cadangan (reserves). Bank
diharuskan memiliki cadangan supaya bank dapat melayani penarikan tunai oleh nasabah
sewaktu-waktu dan untuk memastikan bahwa bank mampu mengembalikan uang yang
dititipkan ketika diminta, bank sentral menetapkan ketentuan mengenai jumlah cadangan
minimum yang harus dimiliki bank. Ketentuan ini disebut cadangan wajib minimum
(required reserves) yang berupa besaran bagian (presentase) dari total simpanan yang
disimpan oleh bank (reserve ratio), sementara selisih positif cadangan dengan cadangan
wajib minimum disebut kelebihan cadangan. Sebagi contoh, Bank Indonesia saat ini (dengan
ketentuan Giro Wajib Minimum [GWM]) mewajibkan bank untuk memiliki simpanan
sebesar 5% dari total simpanan yang dimiliki (reserve ratio sebesar 0,05). Artinya, jika
sebuah bank memiliki simpanan total sebesar Rp 100.000.000, bank harus menyimpan Rp
5.000.000 sebagai cadangan.
Catatan 1
Saat ini sistem perbankan yang banyak digunakan bank adalah sistem perbankan
bercadangan-sebagian (fractional-reserve banking), dimana dari seluruh simpanan yang
dimiliki bank hanya sebagian kecil saja yang benar-benar disimpan di bank sementara
sebagian besar lainnya dipinjamkan kepada orang lain (kreditor) sehingga bank dapat
memperoleh keuntungan berupa biaya tambahan yang dikenakan dari pinjaman yang
diberikan (bunga pinjaman).
13
Penciptaan Uang oleh Sistem Perbankan
Kenyataan bahwa tidak semua uang yang disimpan di bank ditarik nasabah, motif
mencari laba oleh bank komersial dan penerapan sistem perbankan bercadangan-sebagian
memungkinkan uang yang benar-benar ada dalam perekonomian beredar dan dapat dinikmati
oleh lebih banyak pihak. Orang yang awalnya tidak memiliki uang dapat menikmati
penggunaan uang meski uang tersebut adalah pinjaman dan berkewajiban untuk
mengembalikan. Dengan adanya peredaran uang tersebut, seolah-olah jumlah uang yang ada
menjadi lebih banyak, hal ini disebut dengan efek penggandaan uang. Efek penggandaan
uang ini berhubungan dengan aktivitas bank dalam meminjamkan sebagian uang yang
dititipkan kepada bank, dimana uang pinjaman bank yang sebenarnya tidak ada (karena
bukan milik bank) dapat beredar dalam perekonomian karena transaksi yang dilakukan oleh
peminjam, inilah yang disebut dengan penciptaan uang dengan sistem perbankan
bercadangan sebagian. Untuk memperjelas pembahasan mengenai efek penggandaan uang,
disajikan asumsi penyederhanaan beserta beberapa ilustrasi pelengkap sebagai berikut :
Asumsi :
1. Bank hanya memiliki 1 jenis simpanan, yakni rekening giro.
2. Bank hanya melakukan 1 jenis investasi, yakni pinjaman (loan).
3. Rasio cadangan wajib minimum tetap dan sama bagi semua bank, yakni sebesar 0.2
(20%).
4. Tidak ada kelebihan cadangan.
5. Tidak ada penrikan tunai.
Ilustrasi 2
1) Bank A memiliki simpanan sebesar $ 100. Dari simpanan
tersebut $20 adalah cadangan, dan $80 adalah pinjaman.
Bank A
Aset Kewajiban
Cadangan.......................$20
Pinjaman........................$80
Deposit.....................$100
14
Ilustrasi 3
Ilustrasi 4
2) Transaksi :
Fritz meminjam uang dari Bank A untuk membayar sewa
yang dibayarkan kepada Finn selaku pemilik apartemen.
Finn kemudian menyimpan uang tersebut di Bank B.
Dengan demikian Bank B memiliki simpanan sebesar $80.
Dari simpanan tersebut $16 adalah cadangan, dan $64 adalah
pinjaman.
Bank B
Aset Kewajiban
Cadangan.......................$16
Pinjaman........................$64
Deposit.....................$80
3) Transaksi :
Barbara meminjam uang dari Bank B untuk membeli buku
milik Klauss.
Klauss menyimpan uang tersebut di Bank C setelah menerima
pembayaran dari Barbara.
Dengan demikian Bank C memiliki simpanan sebesar $64.
Dari simpanan tersebut $12,8 adalah cadangan, dan $51,2
adalah pinjaman.
Bank C
Aset Kewajiban
Cadangan....................$12,8
Pinjaman.....................$51,2
Deposit.....................$64
15
Ilustrasi 5
Model matematis peredaran uang
Penggandaan uang berbanding lurus dengan rasio cadangan, hal tersebut dibuktikan dengan
menggunakkan data transaksi sebelumnya, ditunjukkan dalam peraga 1 dan 2 di bawah ini :
Peraga 1 Peraga 2
4) Uang yang beredar :
Transaksi seperti pada ilustrasi 2,3, dan 4 terus berlanjut. Dari
ke 3 transaksi tersebut, untuk sementara diperoleh jumlah uang
beredar dengan rincian sebagai berikut :
Simpanan awal ..............$ 100
Pinjaman Bank A...........$ 80
Pinjaman Bank B...........$ 64
Total...............................$ 244
Rumus :
Pengganda uang = 1/R
Total uang beredar = 1/R x Deposito
Dimana R adalah rasio cadangan wajib.
Rumus :
Deposit = 1/R x Cadangan
Dimana R adalah rasio cadangan.
-------------------------------------------
Diketahui :
Cadangan awal $20, Rasio cadangan 0.2,
dan deposit sebesar $100.
Maka :
Pengganda uang = 1/R
= 1/0.2
= 5
-------------------------------------------
Deposit = 1/0.2 x 20
= 5 x 20
= 100, sesuai.
Total uang yang beredar :
= 1/R x Deposito
= 5 x 100
= 500
Kesimpulan :
Transaksi yang terjadi pada ilustrasi 2
hingga 4, terus berlanjut dan jumlah uang
yang beredar terus bertambah hingga
totalnya mencapai $500.
16
Kebijakan Moneter
“Kebijakan Moneter adalah kebijakan yang ditetapkan dan dilaksanakan oleh Bank Indonesia
untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah yang dilakukan antara lain melalui
pengendalian jumlah uang beredar dan/atau suku bunga.” (Pasal 1 ayat 10 Undang-Undang
Republik Indonesia No.23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia).
Jumlah uang yang beredar sangat berpengaruh terhadap sektor ekonomi mikro dan
makro. Pada sektor mikro, banyaknya jumlah uang yang beredar atau mudahnya pinjaman
uang yang diperoleh mengindikasikan banyaknya konsumsi yang dilakukan setiap orang,
sementara pada sektor ekonomi makro, jumlah uang yang beredar mempengaruhi PDB, suku
bunga, tingkat pertumbuhan ekonomi, dan tingkat pengangguran, sehingga sangatlah penting
untuk dikendalikan jumlahnya yang beredar. Bank sentral mengendalikan jumlah uang
beredar dengan 3 cara yang merupakan instrumen kebijakan moneter, yakni sebagai berikut :
1. Operasi pasar terbuka
Operasi pasar terbuka (Open market policy) merupakan kegiatan transaksi
bank sentral di pasar uang dalam rangka menjalankan kebijakan moneter untuk
mencapai target suku bunga tertentu. Operasi pasar terbuka dilakukan dengan cara
bank sentral menjual atau membeli surat berharga di pasar uang. Terdapat 2
macam operasi pasar terbuka, yakni absorbsi dan injeksi.
a. Absorbsi merupakan langkah yang dilakukan bank sentral untuk mengurangi
jumlah uang beredar, salah satunya dengan cara menjual surat berharga.
Absorbsi dilakukan apabila bank mengalami kelebihan likuiditas. Sebagai
contoh, apabila perhitungan perkiraan likuiditas atau indikator suku bunga di
pasar uang antar bank (PUAB) mengalami kelebihan likuiditas, maka Bank
Indonesia menerbitkan SBI, SBSS, dan SDBI yang kemudian dijual di pasar
uang untuk menghimpun uang yang beredar sehingga jumlah uang yang
beredar berkurang.
b. Apabila perhitungan likuiditas maupun indikator suku bunga bank mengalami
kekurangn likuiditas, maka dilakukan injeksi. Injeksi dilakukan dengan cara
bank sentral membeli SBN yang dijual di pasar uang, sehingga menambah
jumlah uang yang beredar.
17
2. Kebijakan diskonto
Tingkat diskonto (discount rate) merupakan tingkat bunga pinjaman yang
dibebankan bank sentral kepada bank komersial selaku peminjam dana bank
sentral. Bank komersial meminjam dari bank sentral ketika cadangan yang
disimpan kurang jumlahnya dari yang disyaratkan akibat banyaknya penarikan
deposit yang terjadi. Dana yang dipinjam bank komersial menambah jumlah uang
yang beredar, untuk mengendalikannya, bank sentral menaikkan atau menurunkan
tingkat diskonto. Kenaikan tingkat diskonto berarti kenaikan bunga pinjaman yang
harus dibayarkan oleh bank komersial sehingga bank cenderung enggan
meminjam dari bank sentral yang berdampak pada menurunnya jumlah uang yang
beredar. Hal yang sebaliknya berlaku untuk penurunan tingkat diskonto.
3. Kebijakan cadangan wajib
Disebut juga syarat cadangan minimum (reserve requirements), cadangan
wajib merupakan jumlah minimum cadangan (dari seluruh cadangan yang ada)
yang harus disimpan oleh bank komersial.
18
Nilai Sekarang dan Dampak Kebijakan Moneter
A. Nilai Sekarang
Aset keuangan, baik berupa obligasi maupun uang memiliki nilai sekarang dari
pembayaran di masa mendatang. Nilai sekarang (present value [PV]) untuk suatu aset
adalah nilai sekarang dari pembayaran masa mendatang. Nilai sekarang bergantung
pada suku bunga. Sebagai contoh, disajikan ilustrasi sebagai berikut :
*) Suku bunga yang dihasilkan suatu aset adalah tambahan nilai suatu aset (setiap t
tahun) dimasa mendatang.
Semisal, dengan suku bunga sebesar 5% yang dibayar setiap 1 tahun, aset senilai
$100 yang diinvestasikan sekarang, satu tahun kemudian bernilai $105 (1,05
kalinya) jika 2 tahun kemudian, aset akan bernilai $110.25 (105 + (105 x 0.05))
Dari permisalan diatas, dapat disimpulkan bahwa : 𝑃𝑉 =$𝑿
𝟏+𝒊 𝒕
dimana $X adalah nilai aset dari sekarang (yang dijanjikan), i adalah bunga
(interest) dan t adalah jumlah tahun.
Bukti : PV = 105/1,05
= 100 Tambahan nilai aset setelah 1 tahun sebesar $5
PV2 = 110.25/(1+0.05)2
= 100
Contoh 1 :
Suatu obligasi yang menjanjikan sekali pembayaran dalam 1 tahun sebesar $100,
dengan suku bunga sebesar 5%, memiliki present value sebesar $95.24 yang
berasal dari PV = $100/1.05 = $95.24.
Apabila suku bunga dinaikkan menjadi 10%, dengan obligasi yang sama seperti
pada contoh 1, maka nilai sekarang obligasi tersebut adalah $90.90 (100/1+0.1).
19
Tingkat bunga dan harga pasar mempunyai 3 proporsi penting:
1. Ketika suku bunga turun, maka harga aset yang menghasilkan arus pendapatan
akan naik.
2. Ketika harga pasar suatu aset yang menghasilkan arus pendapatan mengalami
kenaikan, maka suku bunga yang dihasikan oleh aset yang bersangkutan akan
mengalami penurunan.
3. Semakin singkat tanggal jatuh tempo suatu obligasi, semakin sedikit nilai
obligasi tersebut akan berubah seiring dengan perubahan suku bunga.
𝑷𝑽 = $𝑿
𝟏+ 𝒊 +
$𝑿
𝟏+ 𝒊 𝟐 +
$𝑿
𝟏+ 𝒊 𝟑+ ⋯+
$𝑿
𝟏+ 𝒊 𝒏
Contoh 2 :
Suatu obligasi menjanjikan 3 kali pembayaran sebesar $200 setiap 1 tahun dengan
bunga 5%. Nilai sekarang dari total pembayaran yang dijanjikan obligasi tersebut
adalah $544.649. Yang diperoleh dari :
PV = 200/(1+0.05)+200/(1+0.05)2+200/(1+0.05)
3
= $544.649
sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai sekarang dari total yang diperoleh dari
setiap pembayaran adalah :
Kesimpulan :
Semakin rendah suku bunga, semakin tinggi nilai sekarang suatu aset, sehingga
nilai sekarang suatu aset berbanding terbalik dengan suku bunga.
20
B. Pengaruh Kebijakan Moneter
1. Perubahan rasio cadangan wajib
Diasumsikan dalam suatu perekonomian banyaknya stock uang sebesar $600,
yang terdiri dari uang di bank sentral sebesar $100 dan deposito di bank sebesar
$100. Dengan rasio cadangan wajib sebesar 0.1, bank komersial harus
menyediakan $10 sebagai cadangan untuk $100 yang disimpan. Sehingga
neraca bank dan bank sentral sebagai berikut :
Bank A
Aset Kewajiban
Cadangan....................$10
Pinjaman.....................$90
Deposit.....................$100
Bank Sentral
Aset Kewajiban
Obligasi pemerintah.........$200
Cadangan.......................$100
Currency.........................$100
Bank sentral dapat menambah jumlah uang beredar dengan menurunkan rasio
cadangan wajb. Apabila bank sentral menurunkan rasio cadangan wajib
sehingga rasio cadangan wajib sebesar 0.05, maka cadangan yang harus
disediakan oleh bank komersial turun menjadi $5. Sehingga neraca bank
komersial menjadi :
Bank A
Aset Kewajiban
Cadangan......................$5
Pinjaman.....................$95
Deposit.....................$100
Neraca tersebut masih menunjukkan jumlah uang beredar yang sama dengan
sebelumnya, namun, pertambahan jumlah uang beredar sebagaimana
dimaksudkan bank sentral berkaitan dengan efek penggandaan uang, yang
dalam kasus ini sebesar 20 (1/R = 1/0.05). Dengan neraca awal, apabila bank
menyediakan $10 sebagai cadangan, maka bank kelebihan cadangan sebesar
$5 yang dapat dipinjamkan sehingga tambahan uang yang beredar sebesar
$100 sebagaimana tiap $1 dari $5 yang dipinjamkan menyebabkan peredaran
21
uang sebesar $20. Dengan demikian, neraca perbankan yang baru sebagai
berikut :
Bank A
Aset Kewajiban
Cadangan....................$10
Pinjaman...................$190
Deposit.....................$200
Bank Sentral
Aset Kewajiban
Obligasi pemerintah.........$200
Cadangan.......................$100
Currency.........................$100
Sehingga total uang yang beredar sebesar $300. (Deposit+Currency=200+100).
2. Kebijakan diskonto
Bank sentral dapat mengubah besaran bunga atas pinjaman yang diberikan
kepada bank komersial (tingkat diskonto). Apabila bank komersial meminjam
lebih banyak dana dari bank sentral, jumlah uang beredar bertambah. Untuk
memperjelas, diberikan ilustrasi sebagai berikut :
Ilustrasi 6
Diasumsikan rasio cadangan wajib minimum sebesar 0.2. Bank sentral memiliki
stock uang sebesar $100 dan bank komersial memiliki deposito sebesar $100,
sehingga jumlah uang beredar sebesar $200. Neraca perbankan disajikan sebagai
berikut :
Bank Komersial
Aset Kewajiban
Cadangan....................$20
Pinjaman.....................$80
Deposit.....................$100
Bank Sentral
Aset Kewajiban
Obligasi pemerintah.........$200
Cadangan.......................$100
Currency.........................$100
22
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, ketika bank sentral menurunkan
tingkat diskonto, bank komersial dapat lebih mudah meminjam lebih banyak
dana dari bank sentral karena penurunan tingkat diskonto membuat beban
bunga yang harus dibayar bank komersial menjadi lebih rendah. Hal ini
berakibat pada bertambahnya jumlah uang beredar. Semisal bank komersial
meminjam $50 dari bank sentral, jumlah uang beredar bertambah sebesar $250
(50 x 1/R=50 x 1/0.2) sebagaimana ditunjukkan dalam neraca berikut :
Bank Komersial
Aset Kewajiban
Cadangan....................$70
Pinjaman...................$330
Deposit.....................$350
Pinjaman dari
bank sentral................$50
Bank Sentral
Aset Kewajiban
Obligasi pemerintah.........$200
Pinjaman............................$50
Cadangan.......................$150
Currency........................$100
3. Operasi pasar terbuka
Bank sentral memiliki obligasi pemerintah yang dibeli saat pemerintah
menjual obligasinya di pasar terbuka. Apabila bank sentral menjual obligasi
tersebut di pasar terbuka, maka kepemilikan obligasi tersebut berpindah dan
uang pembayaran yang diambil dari deposito di bank komersial mengurangi
cadangan bank komersial di bank sentral. Hal ini menyebabkan
berkurangnya jumlah uang beredar. Sebagai contoh, bank sentral menjual
obligasi pemerintah senilai $10. Seorang investor bernama Karl membeli
obligasi tersebut di pasar terbuka. Transaksi demikian menyebabkan
simpanan Karl di bank komersial berkurang sebesar $10, deposito bank
komersial berkurang sebesar $10, dan cadangan bank komersial di bank
sentral juga berkurang $10, sehingga jumlah uang beredar turun. Untuk
lebih jelasnya disajikan neraca pihak yang bertransaksi sebagai berikut :
23
*) Diasumsikan rasio cadangan wajib dan neraca perbankan sama dengan
neraca awal pada ilustrasi 6 dan Karl memiliki deposito sebesar $80
a. Neraca awal
Neraca Karl
Aset Ekuitas
Deposit.........................$80 Modal........................$80
Bank Komersial
Aset Kewajiban
Cadangan....................$20
Pinjaman.....................$80
Deposit.....................$100
Bank Sentral
Aset Kewajiban
Obligasi pemerintah.........$200
Cadangan.......................$100
Currency........................$100
b. Setelah jual beli obligasi
Neraca Karl
Aset Ekuitas
Deposit.........................$70
Obligasi pemerintah.....$10
Modal........................$80
Bank Komersial
Aset Kewajiban
Cadangan.....................$10
Pinjaman......................$80
Deposit......................$90
Bank Sentral
Aset Kewajiban
Obligasi pemerintah.........$190
Cadangan........................$90
Currency........................$100
Namun, setelah jual-beli obligasi bank mengalami kekurangan cadangan sebesar
$8 sebagaimana dengan rasio cadangan sebesar 0.2, cadangan bank seharusnya
sebesar $18. Apabila bank tidak menambah cadangannya, bank harus mengurangi
pinjaman yang disediakan untuk menyesuaikan dengan kebijakan moneter.
Sehingga neraca akhirnya sebagai berikut :
24
c. Neraca akhir
Neraca Karl
Aset Ekuitas
Deposit.........................$70
Obligasi pemerintah.....$10
Modal........................$80
Bank Komersial
Aset Kewajiban
Cadangan.....................$10
Pinjaman......................$40
Deposit......................$50
Bank Sentral
Aset Kewajiban
Obligasi pemerintah.........$190
Cadangan........................$90
Currency........................$100
Sebagaimana rasio cadangan wajib sebesar 0.2, maka jumlah uang beredar
berkurang sebesar $50. (10 x 1/R = 10 x 1/0.2).
25
Permintaan dan Penawaran Uang
Penawaran dan permintaan uang memengaruhi nilai uang. Variabel penting yang
memengaruhi permintaan uang yaitu tingkat harga rata-rata dalam ekonomi. Bahwa berapa
banyak uang yang ingin seseorang miliki bergantung pada harga barang dan jasa yang
dibutuhkan. Semakin tinggi harga barang dan jasa tersebut, semakin banyak uang yang
dibutuhkan untuk transaksi dan semakin banyak uang yang ingin dimiliki di dalam dompet
maupun rekening cek. Hubungan antara jumlah uang, tingkat harga, dan nilai uang
ditunjukkan dalam kurva 1 sebagai berikut :
Kurva 1
Keterangan :
a. Kurva tersebut adalah kurva awal.
b. Sumbu horizontal menunjukkan jumlah uang.
* (Semakin ke kanan, jumlah uang semakin banyak)
c. Sumbu vertikal di sebelah kiri menunjukkan nilai uang.
* (Semakin ke bawah semakin rendah nilai uang)
d. Sumbu vertikal di sebelah kanan menunjukkan tingkat harga (yang dituliskan
terbalik, yaitu tingkat harga yang rendah diperlihatkan di dekat puncak sumbu dan
tingkat harga yang tinggi di dekat dasar sumbu).
Maksudnya: jika nilai uang tinggi, tingkat harga rendah.
e. Garis MD(Money Demand) adalah permintaan uang.
f. Garis MS(Money Supply) adalah penawaran uang.
Nilai uang (1/P)
Tingkat harga (P)
1 1
1/2 2
Rendah Tinggii
M0
MS
MD
E0
26
g. E0 adalah keseimbangan awal.
h. M0 adalah jumlah uang yang ditetapkan oleh bank
Kurva tersebut merupakan kurva penawaran dan permintaan uang. Dimana kurva
penawaran berbentuk vertikal (MS), karena bank telah menetapkan jumlah uang yang
tersedia sejumlah M0. Serta kurva permintaan(MD) berbentuk menurun ke bawah yang
mengindikasikan bahwa ketika nilai uang rendah maka tingkat harga tinggi dan orang-orang
meminta jumlah uang yang lebih besar untuk membeli barang dan jasa. Perubahan
keseimbangan uang ditunjukkan pada kurva 2 sebagai berikut :
Kurva 2
Peningkatan jumlah uang yang beredar menimbulkan uang menjadi banyak. Hasilnya
adalah peningkatan pada tingkat harga (dari 2 ke 4) yang menyebabkan nilai uang turun (dari
½ ke ¼). Dimana ketika pemerintah menggandakan atau meningkatkan jumlah uang yang
beredar akan menjadikan nilai uang turun, tingkat harga naik, kurva penawaran bergeser ke
kanan, dan keseimbangan bergeser ke kanan (dari E0 ke E1).
Catatan 2
E1 1/4 4
Nilai uang (1/P)
Tingkat harga (P)
1 1
1/2 2
Rendah Tinggi M0
MD
E0
M1
Uang hanya akan dipegang bila memberikan manfaat yang setidaknya sama dengan biaya
oportunitas menyimpannya. Biaya oportunitas menyimpan uang adalah tambahan bunga
yang dapat diperoleh jika uang diinvestasikan, misalnya dalam bentuk obligasi. Tiga
manfaat saldo uang adalah sebagai berikut :
1. Motif transaksi
2. Motif berjaga-jaga
3. Motif spekulasi
27
Mekanisme Transmisi
Mekanisme transmisi adalah mekanisme perubahan permintaan dan penawaran uang
yang mempengaruhi permintaan agregat. Mekanisme transmisi terjadi dalam 3 tahap, yakni
sebagai berikut :
1. Ekuilibrium moneter dan suku bunga
Ekuilibrium moneter terjadi apabila penawaran uang sama dengan permintaan
uang. Perubahan penawaran dan permintaan uang berpengaruh terhadap suku
bunga yang akhirnya turut mempengaruhi ekuilibrium. Lebih jelasnya, disajikan
kurva 3 dan kurva 4 sebagai berikut :
Kurva 3
Kurva 3 menunjukkan adanya peningkatan jumlah uang beredar dari M0 ke M1
menyebabkan penurunan suku bunga dari r0 ke r1 sehingga ekuilibrium berubah
dari E0 menjadi E1.
r0
r1
Suku Bunga
Nominal (r)
Kuantitas
Uang (M) M0 M1
E1
E0
28
Pengaruh yang timbul akibat pergeseran permintaan uang disajikan dalam kurva 4
sebagai berikut :
Kurva 4
Kurva 4 menunjukkan adanya peningkatan permintaan uang dari D0 ke D1
menyebabkan peningkatan suku bunga nominal dari r0 ke r1 sehingga
keseimbangan berubah, dari E0 menjadi E1.
2. Suku bunga dan pengeluaran investasi
Perubahan jumlah uang beredar berpengaruh pada suku bunga nominal sehingga
menentukan pengeluaran investasi yang dilakukan sebagaimana ditunjukkan
dalam kurva 5 dan 6 sebagai berikut :
Kurva 5 Kurva 6
1
1 Garis melengkung menurun padamkurva 6 menunjukkan fungsi efisiensi marjinal investasi
(Marginal Efficiency of Investment[MEI]), yang merupakan hubungan negatif antara investasi dan
suku bunga.
r0
r1
Suku Bunga
Nominal (r)
Kuantitas
Uang (M) M0
E1
E0
D1
D0
r0
r1
Suku Bunga
Nominal (r)
Kuantitas
Uang (M) M0 M1
E1
E0 r0
r1
Suku Bunga
Nominal (r)
Investasi
(I) I0 I1
B
A
MEI
29
Pada kurva 5, ditunjukkan bahwa adanya peningkatan jumlah uang yang beredar
dari M0 ke M1 menyebabkan penurunan suku bunga nominal dari r0 ke r1 yang
berdampak pada peningkatan pengeluaran investasi dari I0 ke I1 pada kurva 6.
3. Pengeluaran investasi dan permintaan agregat.
Perubahan jumlah uang beredar mempengaruhi pengeluaran investasi yang
menyebabkan perubahan permintaan agregat, sebagaimana diperjelas dalam kurva
7 dan 8 sebagai berikut :
Kurva 7 Kurva 8
Kurva 7 menunjukkan kenaikan uang yang beredar menaikkan pengeluaran
investasi sebesar I1-I0 (karena penurunan suku bunga) sehingga menggeser fungsi
pengeluaran agregat dari AE0 ke AE1. Pada tingkat harga tetap sebesar P0
pendapatan naik dari Y0 ke Y1 sebagaimana kurva permintaan agregat bergeser
dari AD0 ke AD1.
Secara singkat, mekanisme transmisi digambarkan dengan diagram berikut :
AE=Y
AE1
I1
I0
Investasi (I)
Pendapatan Nasional Riil (Y)
Y0 Y1
E1
E0
AE0
P0
Tingkat
Harga (P)
Pendapatan Nasional Riil (Y)
Y0 Y1
E1 E0
AD1 AD0
Jumlah uang
beredar naik
/Permintaan uang
turun
Kelebihan jumlah
uang beredar
Suku bunga
turun
Investasi
meningkat
Kurva AE
bergeser ke atas
Kurva AD
bergeser ke kanan
Pengeluaran agregat
meningkat Permintaan agregat
meningkat
30
Sebuah perekonomian memproduksi 100 pizza dalam satu tahun, pizza tersebut dijual
dengan harga sebesar $10 per pizza, dan jumlah uang dalam perekonomian adalah $50,
maka :
V = ($10 x 100) / $50 = 20
Dalam perekonomian ini, orang menghabiskan total $1000 per tahun untuk pizza. Karena
pengeluaran sebesar $1000 ini hanya menggunakan uang /450, setiap mata uang lokal harus
berpindah tangan rata-rata sebanyak 20 kali per tahun.
Kecepatan Perpindahan Uang dan Persamaaan Jumlah Uang
Velositas uang (velocity of money) adalah kecepatan mata uang bergerak di dalam
ekonomi dari dompet ke dompet. Velositas uang dapat menunjukkan berapa kali dalam
setahun uang kartal digunakan untuk membayar barang dan jasa yang baru diproduksi.
Rumusnya:
Dimana:
V = Kecepatan perpindahan uang (velocity of money)
P = tingkat harga
Y = jumlah output barang dan jasa
M = jumlah uang
Sebagai contoh, diberikan ilustrasi sebagai berikut :
Ilustrasi 7
Dengan rumus tersebut, maka persamaan jumlah uang adalah M x V = P x Y
Untuk menjelaskan tingkat harga keseimbangan, terdapat 5 unsur sebagai berikut :
1. Velositas uang relatif stabil seiring berjalannya waktu.
2. Perubahan jumlah uang (M) oleh bank sentral ketika velositas stabil menyebabkan
perubahan yang sebanding pada nilai nominal keluaran (P x Y).
3. Keluaran barang dan jasa dalam perekonomian (Y) ditentukan oleh persediaan faktor
produksi yang tersedia. *) Karena uang bersifat netral, uang tidak mempengaruhi
keluaran branag dan jasa.
4. Dengan keluaran (Y) ditentukan oleh persediaan faktor dan teknologi, saat bank
sentral mengubah jumlah uang beredar (M) dan menyebabkan perubahan yang
V = (P x Y) / M
31
proporsional pada nilai nominal keluaran (P x Y), perubahan tersebut tercermin dalam
perubahan tingkat harga (P).
5. Ketika bank sentral meningkatkan jumlah uang beredar dengan sangat cepat, terjadi
inflasi tinggi.
32
Referensi
Bank Indonesia. (t.thn.). Banking Institution in Indonesia. Dipetik Januari 16, 2016, dari Bank
Indonesia: http://www.bi.go.id/en/perbankan/ikhtisar/lembaga/Contents/Default.aspx
Case, K. E., Fair, R. C., & Oster, S. M. (2009). Principles of Macroeconomics. New Jersey: Pearson
Education, Inc.
Courant, P. N., Lipsey, R. G., Purvis, D. D., & Steiner, P. O. (1995). Pengantar Makroekonomi. Jakarta:
Binarupa Aksara.
Ireland, P. (2013). Economics 132 : Principles of Macroeconomics. Dipetik Januari 7, 2015, dari
Boston College: http://www2.bc.edu/peter-ireland/ec132.html
Mankiw, N. G., Quah, E., & Wilson, P. (2014). Pengantar Ekonomi Makro. Jakarta: Salemba Empat.
Manurung, M., & Rahardja, P. (2008). Pengantar Ilmu Ekonomi. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas
Ekonomi Universitaas Indonesia.
Otoritas Jasa Keuangan. (2013). Perusahaan Efek. Dipetik Januari 19, 2015, dari Otoritas Jasa
Keuangan: http://sikapiuangmu.ojk.go.id/id/article/36/perusahaan-efek
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1999 Tentang BI