sistem pengendalian intern atas perlengkapan …
TRANSCRIPT
II
SISTEM PENGENDALIAN INTERN ATAS PERLENGKAPAN
PADA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN
SKRIPSI
OLEH
NURHAEDAR
105730519815
PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS
EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
i
SISTEM PENGENDALIAN INTERN ATAS PERLENGKAPAN
PADA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN
SKRIPSI
OLEH
NURHAEDAR
105730519815
Diajukan sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi ( SE) Program Studi Akuntansi pada Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar
Program Studi Akuntansi FAKULTAS
EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH MAKASSAR MAKASSAR
2020
ii
MOTTO
Hidup bukanlah perlombaan melainkan perjalanan yang harus dinikmati
PERSEMBAHAN
Rasa sukurku yang sebesar – besarnya kepada Allah SWT, atas karunia
serta kemudahan yang engkau berikan akhirnya tugas akhir ini dapat
terselesaikan.
Sebuah karya kecil ini kupersembahkan untuk orang – orang tercinta dan
tersayang atas kasihnya yang berlimpah
1. Semua keluarga yang kumiliki, khusunya ibunda tercinta, terimah kasih
atas doa dan dukungannya
2. Terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah membimbing hingga
saat ini dan menerima kekurangan saya.
3. Teman – temanku tersayang, terimah kasih atas dukungannya, motivasi,
saran – sarannya dan kebersamaannya selama ini.
iii
iv
v
VII
ABSTRAK
NURHAEDAR. 2019. Penerapan Pengendalian Intern Atas Persediaan Perlengkapan Pada Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah Provinsi Sulawesi – Selatan, Skripsi Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar. Dibimbing oleh H Mahmud Nuhung dan Ismail Badollahi
Penelitian ini dilakukan di Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah
Provinsi Sulawesi – Selatan yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai pengendalian intern dan mengetahui efektivitas pengendalian intern. Metode analisis yang penulis gunakan adalah pendekatan deskriptif kuantitatif dan kumulatif.
Berdasarkan dari hasil penelitian, Pengendalian intern persediaan
menggunakan standar akuntansi pemerintah yang ditetapkan di Peraturan Gubernur nomor 20 tahun 2016 tentang pedoman penatausahaan persediaan lingkup instansi pemerintah dan pengendalian intern persediaan persediaan telah efektif karena pegendalian tersebut dapat diketahui nilai persedian akhir yang dapat digunakan untuk tahun anggaran selanjutnya dan nilai persediaan akhir dimasukan kedalam laporan keuangan yaitu neraca.
Kata Kunci : Pengendalian Intern dan Persediaan
VIII
ABSTRACT
NURHAEDAR. 2019. The Role of Internal Control System for the Supply of Equipment in Badan Koordinasi Penanaman Modal DaerahbProvinsi Sulawesi Selatan.Thesis, Faculty of Economics and Business, Department of Accounting, Muhammadiyah University of Makassar. Main Supervisior Advisor by H. Mahmud Nuhung and Ismail Badollahi.
The purpose of this study is to Get a Picture of Internal Control and Know the effectiveness of internal control. The method of analysis that writer use is descriptive qualitative approach.
The result of this research shows that internal control of consumable goods inventory is using the accounting standard of goverment set forth in governor regulation no. 20 of 2016 about the guidelines for administering the inventory of government agencies and the internal control of consumable goods inventory is already effective because by the control, it is able to know the value of last inventory that can be used for the next fiscal year and the valueof last inventory is entered to the financial statement, that is the balance sheet.
Keywords : Internal control dan Inventory
IX
KATA PENGANTAR
Assalamu Alaikum Wr.Wb.
Puji dan Syukur kepada Allah SWT, atas segala nikmat hidup dan
kesempatan menggenggang ilmu, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “Analisis Biaya Usaha Pada Kelompok Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Perikanan Citra Bahari di Kabupaten Majene” sebagai syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi (SE) Program Studi Akuntansi Strata Satu
(S1).
Penulis menyadari bahwa suatu karya dibidang apapun tidak terlepas dari
kekurangan disebabkan karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang
dimiliki penulis. Oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat
diharapkan untuk revisi penelitian selanjutnya.
Akhirnya dengan selesainya skripsi ini tidak lepas dari peran dan bantuan
yang telah diberikan berbagai pihak, baik langsung maupun tidak langsung. Pada
kesempatan ini penulis sampaikan ucapan rasa syukur dan terima kasih yang tak
terhingga kepada:
1. Allah SWT yang senantiasa melimpahkan Nikmat dan Hidayah-Nya, serta
untuk segala kekuatan, kemudahan, kelancaran, petunjuk dan untuk
segala anugerah terindah-Nya.
2. Serta untuk segala kekuatan, kelancaran, petunjuk dan untuk segala
anugerah terindah-NYA
3. Untuk Ayahku dan Ibuku (Tanda) tercinta, terima kasih selama ini engkau
telah menjadi suri tauladan untuk anakmu, dan terima kasih telah
memberikan kasih sayang, doa dan semangatnya.
X
4. Bapak Ismail Rasulong, SE.,MM selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah memberikan persetujuan
untuk mengadakan penelitian.
5. Bapak Ismail Badollahi, SE.,M.Si.,Ak.CA.CSP selaku Ketua Program Studi
Akuntansi yang telah memberikan arahan dan masukan bagi peneliti.
6. Bapak Dr. H. Mahmud Nuhung, MA selaku Dosen pembimbing I yang telah
memberikan waktu dan kesempatannya dalam membimbing memberikan
masukan dan saran dalam penelitian ini.
7. Bapak Ismail Badollahi, SE.,M.Si.,Ak.CA.CSP selaku Dosen pembimbing
II yang telah banyak memberikan bantuan baik waktu, masukan dan saran
dalam penyelesaian penelitian penulis.
8. Para Bapak/Ibu dosen yang telah begitu tulus membekali penulis ilmu
pengetahuan yang sangat berharga.
9. Seluruh staff dan karyawan di Universitas Muhammadiyah Makassar.
10. Pimpinan/Direktur dan seluruh karyawan Kelompok Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Perikanan Citra Bahari di Kabupeten Majene yang telah
banyak membantu sehingga penelitian ini dapat terlaksana.
11. Keluarga besar yang telah mendukungku, terima kasih.
12. Teman-teman kelas Resor Ak.9-2015 jurusan akuntansi terima kasih untuk
semuanya.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu
yang telah banyak memberikan dukungan kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi.
Semoga Allah SWT membalas jasa serta budi baik yang setimpal kepada
semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Harapan penulis, semoga karya sederhana ini dapat memberikan sumbangan dan
XI
manfaat khususnya bagi Badan Koordinasi Penanaman Modal Provinsi Sulawesi
Selatan. Aamiin.
Wassalamu Alaikum Wr.Wb.
Makassar, Januari 2020
Nurhaedar
XII
DAFTAR ISI
SAMPUL ....................................................................................................... i HALAMAN JUDUL ........................................................................................ ii MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................... iii HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... iv HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... v SURAT PERNYATAAN ................................................................................ vi ABSTRACK .................................................................................................. vii ABSTRACK .................................................................................................. viii KATA PENGANTAR ..................................................................................... ix DAFTAR ISI .................................................................................................. xii DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiv DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xv BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1 A. Latar Belakang ......................................................................... 1 B. Rumusan Masalah .................................................................... 4 C.Tujuan Penelitian....................................................................... 4 D.Manfaat Penelitian ..................................................................... 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 6 A. Sistem Pengendalian Intern ...................................................... 6 B.Sistem Akuntansi Persediaan .................................................... 9 C.Persediaan Perlengkapan Berdasarkan PSAK .......................... 14 D. Komponen Pengendalian Internal ............................................ 16 E.penelitian Terdahulu .................................................................. 24 F.Kerangka Konsep ...................................................................... 26 BAB III METODE PENELITIAN ................................................................. 27 A.Jenis Penelitian ......................................................................... 27 B.Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................... 27 C.Metode Pengumpulan Data ....................................................... 28 D.Jenis dan Sumber Data. ............................................................ 29 E.Metode Analisis ......................................................................... 29
BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN ................................... 30 A. Gambaran Umum Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah Prov Sulawesi selatan .............................................................. 30 B. Visi dan Misi Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah Prov
Sulawesi Selatan ...................................................................... 31 C Stuktur Organisasi Badaan Koordinasi Penanaman Modal Daerah
Prov Sulawesi Selatan .............................................................. 31 D Uraian Tugas Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah Prov
Sulawesi selatan ....................................................................... 32
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................... 50
XIII
A Sistem Pengendalian Intern pada Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah Prov Sulawesi Selatan ........................................... 50 B Sistem Akuntansi Persediaan Perlengkapan pada Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah Prov Sulawesi Selatan........................ 54 1 Jenis Persediaan Barang Pakai Habis di Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah Prov Sulawesi Selatan .................... 55 2 Prosedur Pembelian Barang Pakai Habis di Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah Prov Sulawesi Selatan .................... 57 3 Prosedur Pendistribusian Barang Pakai Habis di Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah Prov Sulawesi Selatan .. 66 4 Sistem Pencatatan Persediaan Barang Pakai Habis di Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah Prov Sulawesi Selatan .. 66 C PEMBAHASAN ............................................................................. 77 1 Pengendalian Intern Persediaan Perlengkapan di Badan
Koordinasi Penanaman Modal Daerah Prov Sulawesi selata...... 77 2 Pengaruh Hasil Pengawasan Intern Persediaan di Badan
Koordinasi Penanaman Modal Daerah Prov Sulawesi selatan .... 80
BAB VI PENUTUP .................................................................................... 82 A Kesimpulan................................................................................ 82 B Saran ......................................................................................... 83 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 84 RIWAYAT HIDUP ......................................................................................... 85
XIV
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Ringakasan Penelitian Terdahulu..................................................... 23
Tabel 5.1 Flowchart Sistem Pengendalian Intern............................................. 52
Tabel 5.2 Kartu persedian Badan Koordinasi Penanaman modal Daerah Prov
Sulawesi Selatan.............................................................................. 56
Tabel 5.3 Flowchaart Pesedian Barang Pakai Habis di Badan Koordinasi
Penanaman Modal Daerah Prov sulawesi selatan............................ 65
XV
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Skema Kerangka Konsep.............................................................. 26
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah
Provinsi sulawesi selatan............................................................. 30
Gambar 5.1 Format Nota Pesanan................................................................... 58
Gambar 5.2 Format Berita Acara Pemeriksaan Barang Pakai Habis............... 60
Gambar 5.3 Format Berita Acara Penerimaan Barang..................................... 62
Gambar 5.4 Format Nota Pengambilan / Pengguna Barang............................. 64
Gambar 5. 5 Buku Barang / Jasa ( Barang Pakai Habis )................................ 68
Gambar 5.6 Buku Penerimaan Barang ( Barang Pakai Habis )..................... 69
Gambar 5.7 Kartu Barang................................................................................. 71
Gambar 5.8 Kartu Persediaan Barang.............................................................. 73
Gamba 5.9 Berita Acara Opname Fisik Persediaan......................................... 75
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia adalah salah satu negara beriklim tropis, mempunyai kekayaan
alam yang melimpah. Indonesia juga dikenal sebagai negara kepulauan yang
terbesar didunia dan menjadi salah satu negara yang sedang
berkembang.Perekonomian di Indonesia juga sedang mengalami perkembangan
dimana pergerakan perekonomian ini didukung dengan pertumbuhan perusahaan
yang dapat membantu memajukan perekonomian Indonesia. Dengan terjadinya
perkembangan perekonomian di Indonesia maka dibutuhkan adanya
pengendalian dalam pelaksanaan kegiatan khususnya dibidang pengadaan
barang pakai habis diharapkan mampu bekerja secara efektif dan efisien baik di
perusahaan swasta maupun di instansi pemerintahan.
Menurut Commite of Sponsoring Organization of Treadaway Commission
(COSO) (2013: 15), pengertian Pengendalian Internal adalah proses yang
dipengaruhi oleh dewan direksi,manajemen,dan personil lainnya dalam entitas,
yang dirancang untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tujuan
yang berkaitan dengan operasi, pelaporan, dan kepatuhan.Pengendalian internal
dilakukan untuk memantau apakah kegiatan operasional maupun finansial
perusahaan telah berjalan sesuai dengan prosedur dan kebijakan yang telah
ditetapkan oleh manajemen ( Hery, 2015: 159). Salah satu faktor yang mendukung
dalam perkembangan perekonomian Indonesia adalah instansi pemerintahan,
pada instansi pemerintahan tersebut dilakukan kegiatan operasional untuk
mencapai sasaran yang telah di rencanakan.Dalam pelaksanaanya di butuhkan
pengendalian baik itu secara internal maupun eksternal.kegiatan operasional yang
2
2
dilakukan dalam instansi pemerintah akan dilakukan pengendalian.Peran
penting yang ada dalam pengendalian tersebut berasal dari instansi atau
perusahaan itu sendiri.
Perusahaan atau instansi pemerintah saat melakukan kegiatan
operasionalnya harus didukung dengan kelengkapan yang memadai baik dalam
bentuk sarana dan prasarana maupun dari sisi keuangan untuk menunjang
keberhasilan suatu kegiatan perusahaan atau instansi harus menyediakan
persediaan perlengkapan.Warren (2016), persediaan (Inventory) adalah barang
dagang yang dapat disimpan untuk kemudian dijual dalam operasi bisnis
perusahaan dan dapat digunakan dalam proses produksi atau dapat digunakan
untuk tujuan tertentu.Rudianto (2015) persediaan adalah sejumlah barang jadi ,
bahan baku, dan barang dalam proses yang dimiliki perusahaan dengan tujuan
untuk dijual atau diproses lebih lanjut.
Persediaan adalah salah satu aset penting yang dimiliki oleh perusahaan
khusunya persediaan perlengkapan. Perlengkapan merupakan barang yang dibeli
tapi tidak untuk dijual kembali tetapi digunakan untuk kegiatan operasional maka
harus dilakukan pengendalian intern yang baik sesuai dengan tujuan utama yaitu
untuk mencegah dan mengamankan persediaan dari kemungkinan buruk sepeti
pencurian atau penyalahgunaan persediaan serta menjamin keakuratan
penyajiaan persediaan dalam laporan keuangan . Untuk menjamin keakurataan
besarnya persediaan yang akan dilaporkan dalam bentuk laporan keuangan maka
diperlukan perhitungan fisik dengan data persediaan. Data persediaan merupakan
salah satu cara pengendalian intern terhadap persediaan yang biasa diterapkan
di perusahaan maupun di instansi pemerintahan yang memiliki barang persediaan
yang jumlahnya cukup banyak.
3
3
Badan koordinasi penanaman Modal Daerah Provinsi Sulawesi Selatan
(BKPMD) adalah salah satu Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) atau instansi
pemerintah yang mengatur mengenai investasi di sulawesi selatan baik itu dari
segi pelayanan perizinan, pengembangan investasi, promosi daerah, serta
pengendalian dan pengawasan terhadap perusahaan yang ada di Sulawesi
Selatan.Badan koordinasi penanaman modal Daerah Provinsi Sulawesi Selatan
sama seperti perusahaan atau organisasi lainnya yang memiliki visi dan misi serta
target yang akan dicapai dalam setiap periode ataupun setiap tahunnya, sehinnga
pada setiap kegiatan operasionalnya dibutuhkan alat pendukung seperti barang
pakai habis atau perlengkapan lainnya.Persediaan barang perlengkapan sangat
penting dalam pelaksanaan kegiatan operasional BKPMD Prov. Sulsel akan tetapi
sering kali terjadi berbagai kasus korupsi, penyelewengan keuangan negara,
pemborosan anggaran, inefisiensi organisasi dan kualitas laporan persediaan
yang akan dilaporkan dalam bentuk laporan keuangan pemerintah yang buruk
salah satu penyebab utamanya adalah sistem pengendalian internal
(Mahmudi:2014) maka dibutuhkan pengendalian intern agar dapat melindungi
harta perusahaan dan juga agar informasi mengenai persediaan perlengkapan
dapat dipercaya,karena persediaan perlengkapan merupakan harta lancar suatu
perusahaan sehingga sangat rentan terhadap penyalahgunaan maupun
kerusakan,oleh karena itu dibutuhkan pengendalian intern yang baik dan benar.
Badan Pemeriksa Keuangan ( BPK ) Menemukan 5.307 kasus kelemahan
sistem pengendalian internal dan meningkat pada IHPS 1 tahun yang terdiri atas
tiga kelompok temuan yaitu, 1. kelemahan sistem pengendalian akuntansi dan
pelaporan, 2. Kelemahan sistem pengendalian pelaksanaan anggaran
pendapatan dan belanja, 3. Kelemahan struktur pengendalian intern
4
4
Dengan adanya sistem pengendalian internal terhadap perlengkapan,
diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi perusahaan. Karena dengan
adanya sistem pengendalian internal atas perlengkapan tersebut akan dapat
menekan terjadinya kesalahan dan penyelewengan-penyelewengan dari para
karyawan perusahaan.Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian untuk melihat pengendalian intern dalam pemerintah
daerah.Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti melakukan penelitian yang
berjudul“Sistem Pengendalian Intern Atas Perlengkapan Pada Badan
Koordinasi Penanaman Modal Daerah Provinsi Sulawesi Selatan”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut ,maka masalah pokok dalam
penelitian ini yaitu, Bagaimana peranan sistem pengendalian intern atas
perlengkapan di Badan Koordinasi Penanaman Modal Provinsi sulawesi Selatan?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah, untuk mengetahui peranan
pengendalian intern atas perlengkapan di Badan Koordinasi Penanaman Modal
Provinsi Sulawesi Selatan.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian dari penelitian ini diharapkan:
1. Manfaat teoritis
Penelitian ini bermanfaat untuk memperdalam pengetahuan penelitian
tentang peranan sistem pengendalian intern perlengkapan yang ada di instansi
5
5
pemerintah khusunya di Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah Provinsi
Sulawesi Selatan.
2. Manfaat praktis
Memberikan masukan dan memperlihatkan hasil penelitian mengenai
pengendalian intern terhadap badan koordinasi Penanaman Modal Daerah
sehingga berguna untuk memperbaiki kebijakan instansi atas pemanfaatan
pengendalian intern persediaan perlengkapan habis.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Sistem Pengendalian Intern
1. pengertian sistem
Sistem pengendalian intern dapat menjadi strategi yang cocok untuk
mendukung sistem informasi akuntansi.Pengendalian internal merupakan suatu
proses yang di pengaruhi oleh sumber daya manusia dan sistem teknologi
informasi yang dirancang untuk membantu organisasi mencapai suatu tujuan
tertentu. Pengendalian internal berfungsi untuk mengarahkan, mengawasi, dan
mengukur sumber daya suatu organisasi (Hamel,2014). Menurut Romney (2015:
2) sistem adalah serangkaian dua atau lebih komponen yang saling terkait dan
berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan
2. Pengendalian Internal
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan
dan Kinerja Instansi Pemerintah mendefinisikan Pengendalian Internal sebagai
suatu proses yang dipengaruhi oleh manajemen yang diciptakan untuk
memberikan keyakinan yang memadai dalam pencapaian efektifitas, efisiensi,
ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan keandalan
penyajian laporan keuangan pemerintah. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun
2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah menyatakan bahwa, Sistem
Pengendalian Intern adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang
dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk
memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui
kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan
7
7
aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, yang selanjutnya disingkat SPIP, adalah
Sistem Pengendalian Intern yang diselenggarakan secara menyeluruh di
lingkungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
Pengendalian intern dapat mencegah kerugian atau pemborosan pengolahan
sumber daya perusahaan. Pengendalian intern dapat menyediakan informasi
tentang bagaimana menilai kinerja perusahaan dan manajemen perusahaan serta
menyediakan informasi yang akan digunakan sebagai pedoman dalam
perencanaan. Peraturan Pemerintah Nomor 60 tahun 2008 menjelaskan bahwa
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah sendiri memiliki tujuan untuk mencapai
kegiatan pemerintahan yang efektif dan efisien, perlindungan aset
negara,keandalan laporan keuangan, dan kepatuhan pada perundang-undangan
dan peraturan serta kebijakan yang berlaku.
3 Tujuan Sistem Pengendalian Internal
Thahjono sebagaimana dalam Dera (2016) menyatakan bahwa
pengendalian intern mempunyai tujuan meningkatkan efisiensi operasi dan
meyakinkan bahwa kebijakan manajemen ditaati karyawan. Sedangkan
pengendalian intern akuntansi mempunyai tujuan agar harta milik perusahan bisa
terjaga dari kecurangan dan agar catatan-catatan akuntansi dapat dipercaya.
Biasanya manajemen memiliki tiga tujuan umum dalam merancang sistem
pengendalian intern yang efektif yaitu:
a. Rehabilitas Pelaporan Keuangan
b. Efisiensi dan Efektifitas Operasi
c. Ketaatan pada Hukum Dan Peraturan
8
8
4 Prinsip Dasar Pengendalian Internal
Menurut Sanyoto sebagaimana ditulis dalam Binanggal (2016) menyatakan
bahwa ada beberapa asumsi dasar yang perlu dipahami mengenai pengendalian
internal bagi suatu entitas oragnisasi atau perusahan;
a. Sistem pengendalian intern merupakan management responsibility
b. Top manajemen bertanggung jawab menyusun sistem pengendalian intern
c. Sistem pengendalian intern seharusnya bersifat generic, mendasar, dan
dapat diterapkan pada semua perusahaan pada umumnya
d. Sifat sistem pengendalian intern adalah reasonable assurance
e. Sistem pengendalian intern mempunyai keterbatasan-keterbatasan atau
constraints
f. Sistem pengendalian intern harus selalu dan terus menerus dievaluasi,
diperbaiki, disesuaikan dengan perkembangan kondisi dan teknologi.
5 Keterbatasan Sistem Pengendalian Internal
Hery (2016:146) Sebuah sistem pengendalian yang baik akan dapat menjadi
tidak efektif oleh karena adanya karyawan yang kelelahan, ceroboh atau bersikap
acuh tak acuh.Demikian juga halnya dengan kolusi, hal ini akan dapat secara
signifikasn mengurangi keefektifan sebuah sistem dan mengeliminasi proteksi
yang ditawarkan dari pemisahan tugas.
6 Fungsi Pengendalian Internal
Pengendalian internal memiliki tiga fungsi penting, yaitu:
9
9
a. Preventive Control, pengendalian untuk pencegahan, mencegah
timbulnya suatu masalah sebelum masalah muncul.
b. Detective Control, pengendalian untuk pemeriksaan, dibutuhkan untuk
mengungkap masalah begitu masalah tersebut muncul
c. Corrective Control, pengendalian korektif, Memecahkan masalah yang
ditemukan oleh pengendalian untuk pemeriksaan.
B. Sistem Akuntansi Persediaan
Menurut ( standar akuntansi keuangan tahun 1999 ) pengertian persediaan
ialah aktiva :
a. Yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal.
b. Dalam proses produksi atau dalam perjalanan atau
c. Dalam bentuk bagan atau perlengkapan ( supplies ) untuk digunakan
dalam proses produksi atau pemberian jasa.
Sistem akuntansi menurut beberapa ahli diartikan sebagai metode dan
prosedur yang dilakukan dalam mencatat dan melaporkan informasi keuangan
entitas bisnis / perusahaan. Sedangkan menurut Mulyad( 2014: 3) sistem
akuntansi adalah organisasi formulir, catatan, dan hasil laporan yang di koordinasi
sedemiikian rupa guna menyediakan informasi keuangan yang memudahkan
manajemen dalam pengelolaan perusahaan.
Menurut Kartikahadi terdapat dua jenis sistem pencatatan akuntansi yaitu
1) Sistem pencatatan perpetual
Dalam sistem pencatatan perpetual catatan persediaan harus selalu di
mutakhirkan setiap kali terjadi transaksi yang melibatkan persediaa, sehingga
perusahan selalu mengetahui kuantitas dan nilai persediaannya setiap saat.
10
10
2) Sistem Pencatatan Periodik
Dalam sistem pencatatan periodik, jumlah persediaan ditentukan secara
berkala ( periodik ) dengan melakukan perhitungan fisik dan mengalihkan jumlah
unik tersebut dengan harga satuan untuk memperoleh nilai persediaan yang ada
pada saat itu. Dalam metode ini setiap kali ada pembelian persediaan akan di catat
pada akun pembelian sedangkan pada saat penjualan hanya dibukukan
penjualan, sejumlah harga penjualan dan tidak dihitung harga pokok penjualan
untuk setiap transaksi. Pada akhir periode usaha untuk menyusun laporan
keuangan harus dilakukan perhitungan fisik persediaan untuk mengetahui nilai
persediaan akhir dan harga pokok penjualan. Kelebihan penggunaan metode
periodik adalah mudah untuk diterapkan, sedangkan kelemahannya adalah
perusahaan tidak mengetahui dengan pasti kuantitas dan total biaya perolehan
persediaan sampai dilakukan perhitungan fisik
Metode pencatatan persediaan ada dua yaitu metode perpetual dan metode
periodik.Metode perpetual disebut jugan metode buku karena setiap jenis
persediaan mempunyai kartu persediaan, sedangkan metode periodik disebut
juga metode fisik karena pada akhir periode dihitung fisik barang untuk mengetahui
persediaan akhir yang nantinya dibuatkan jurnal penyesuaian
Menurut Stice dan Skousen ( 2014 ) pada beberapa metode penelitian
persediaan yang umum digunakan yaitu identifikasi khusus, biaya rata –rata,
masuk pertama keluar pertama, dan masuk terakhir keluar pertama.
a. Identifikasi khusus pada metode biaya ini dapat dialokasikan ke barang
yang terjual selama periode berjalan dan ke barang yang ada di tangan
pada akhir periode berdasarkan biaya aktual dari unit tersebut.Metode ini
diperlukan untuk mengidentifikasi biaya historis dari inti persedian. Dengan
11
11
identifikasi khusus arus biaya yang dicatat disesuaikan dengan arus
barang.
b. Metode Biaya Rata –Rata metode ini membedakan biaya rata – rata yang
sama ke setiap unit. Metode ini didasarkan pada asumsi bahwa barang
yang terjual seharusnya di bebankan dengan biaya rata – rata, yaitu rata –
rata tertimbang dari jumlah unt yang dibeli pada setiap harga, metode rata
–rata mengutamakan yang mudah terjangkau untuk dilayani,tidak peduli
apakah barang tersebut masuk pertama keluar terakhir.
c. Metode Masuk Pertama keluar Pertama ,metode ini didasarkan pada
asumsi bahwa unit yang terjual adalah unit yang terlebih dahulu
masuk,selain itu didalam metode ini unit yang tersisa pada persedian akhir
adalah unit yang paling akhir dibeli,sehingga biaya dilaporkan akan
mendekati atau sama dengan biaya penggantian diakhir periode.
d. Metode masuk terakhir keluar pertama, metode ini didasarkan pada asumsi
bahwa barang yang paling barulah yang terjual metode ini sering dikritik
secara teoritis tetapi metode ini adalah metode yang paling baik dalam
penggantian biaya persediaan dengan pedapatan.Apabila metode ini
digunakan selama periode inflasi atau harga naik maka akan menghasilkan
harga pokok yang lebih tinggi jumlah laba kotor yang lebih rendah dan nilai
persediaan yang lebih rendah.
1 Pengendalian Internal Persediaan
Menurut Hery (2009) menyatakan bahwa pengendalian internal atas
persediaan seharusnya dimulai pada saat barang diterima (yang dibeli dari
pemasok) untuk memastikan bahwa barang yang diterima sesuai degan apa yang
12
12
di pesan, maka setiap laporan penerimaan barang harus di cocokkan dengan
formulir pesanan pembelian yang asli. Harga barang yang dipesan seperti yang
tertera dalam formulir pesanan pembelian seharusnya cocok dengan harga yang
tercantum dalam faktur tagihan.Setelah laporan penerimaan barang,formulir
pesanan pembelian dan faktur tagihan dicocokkan perusahaan akan mencatat
persediaan dalam catatan akuntansi.
Mengenai tempat penyimpangan persediaan, persediaan seharusnya
disimpan dalam gudang yang mana aksesnya dibatasi hanya untuk karyawan
tertentu saja. Setiap pengeluaran barang dari gudang seharusnya dilengkapi atau
didukung dengan formulir permintaan barang. Untuk menjamin keakuratan
besarnya persediaan yang dilaporkan dalam laporan keuangan, perusahaan
seharusnya melakukan pemeriksaan fisik terhadap persediannya dalam sistem
pencatatan perpetual hasil dari perhitungan fisik akan dibandingkan dengan data
persediaan yang tercatat dalam buku besar untuk menentukan besarnya
kekurangan yang ada atas saldo fisik persediaan.jadi, dapat dikatan bahwa dalam
sistem pencatatan perpetual pemeriksaan fisik dilakukan bukan untuk menghitung
saldo akhir persediaan melainkan sebagai pengecekan silang mengenai
keabsahan atas saldo persediaan yang dilaporkan dalam buku besar persediaan.
2 Prosedur Sistem Akuntansi Persediaan
Sistem akuntansi persediaan adalah formulir-formulir, catatan-catatan,
prosedur-prosedur, dan alat-alat yang digunakan untuk mengola data mengenai
usaha suatu kesatuan ekonomis dengan tujuan untuk menghasilkan umpan balik
dalam bentuk laporan-laporan yang diperlukan oleh manajemen untuk mengawasi
usahanya, dan bagi pihak-pihak lain yang berkepentingan seperti pemegang
13
13
saham, kreditur, dan lembaga-lembaga pemerintah untuk menilai hasil operasi
(Azhar Susanto,2012). Sistem dan prosedur yang bersangkutan dengan sistem
akuntansi persediaan adalah:
a. Prosedur pencatatan barang persediaan yang dibeli.
b. Prosedur pencatatan harga pokok persediaan yang dikembalikan kepada
supplier.
c. Prosedur permintaan dan pengeluaran gudang.
d. Prosedur pencatatan tambahan harga pokok persediaan karena
pengembalian barang gudang.
e. Sistem perhitungan fisik persediaan.
Dalam sistem akuntansi persediaan secara manual, diselenggarakan dua
catatan akuntansi, difungsi gudang dan difungsi akuntansi. Dibagian gudang
diselenggarakan kartu gudang untuk mencatat kuantitas persediaan dan mutasi
tiap jenis barang yang disimpan di gudang. Biasanya kartu gudang tidak berisi
data harga pokok tiap jenis barang, namun hanya berisi informasi kuantitas tiap
jenis barang yang disimpan di gudang. Kartu gudang ini disimpan dalam arsip di
kantor gudang untuk mencatat mutasi kuantitas fisik barang di gudang. Di samping
kartu gudang, bagian gudang juga menyeleggarakan kartu barang yang
ditempelkan pada tempat penyimpanan barang. Kartu gudang ini berfungi sebagai
identitas barang yang disimpan, untuk memudahkan pencarian barang dan
sekaligus untuk mencatat mutasi kuantitas barang. Dibagian kartu persediaan
(fungsi akuntansi) diselenggarakan kartu persediaan yang digunakan untuk
mencatat kuantitas dan harga pokok barang yang di simpan di gudang. Kartu
persediaan ini berfungsi sebagai alat kontrol catatan kuantitas barang yang
diselenggarakan oleh bagian gudang. Di samping itu, kartu gudang persediaan ini
14
14
merupakan rincian rekening kontrol persediaan yang bersangkutan dalam buku
besar.
C. Persediaan Perlengkapan Berdasarkan PSAK
Persediaan merupakan suatu komponen yang sangat penting dalam kegiatan
operasional.Menurut PSAK 14 (2015:14.2) persediaan adalah aset:
1) Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha biasa
2) Dalam proses produksi untuk penjualan tersebut atau
3) Dalam bentuk bahan atau perlengkapan untuk digunakan dalam proses
produksi atau pemberian jasa.
Pengertian lain dalam PSAK 14 (2015: 14.2) persediaan meliputi barang yang
dibeli dan dimiliki untuk dijual kembali.Persediaan juga meliputi barang jadi yang
diproduksi, atau barang dalam penyelesaian yang sedang diproduksi, oleh entitas
termasuk bahan serta perlengkapan yang akan digunakan dalam proses
produksi.Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian
persediaan adalah barang – barang yang dimiliki untuk dijual kembali atau
digunakan dalam proses produksi atau dipakai untuk keperluan non produksi
dalam siklus kegiatan normal
Ikatan Akuntansi Indonesia (2015:14.2) persediaan meliputi barang yang dibeli
dan dimiliki untuk dijual kembali.Seperti contoh, barang dagang yang dibeli oleh
pengecer untuk dijual kembali, atau pengadaan tanah dan properti lainnya untuk
dijual kembali.Persediaan juga mencakupi barang yang diproduksi, atau barang
dalam penyelesaian yang sedang diproduksi oleh entitas serta termasuk bahan
serta perlengkapan yang akan digunakan dalam proses produksi
15
15
1. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.14 (PSAK No.14) tentang
Persediaan
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan atau PSAK adalah standar yang
harus diikuti dalam pencatatan dan pelaporan akuntansi di Indonesia.PSAK ini
merupakan aturan-aturan yang harus ditaati oleh para akuntan agar pelaporan
akuntansi di Indonesia lebih efektif.
Pengukuran persediaan
Di dalam PSAK 14 persediaan di ukur pada mana yang lebih rendah antara
biaya perolehan dan nilai realisasi neto.
a) Biaya persediaan
Biaya persediaan terdiri dari seluruh biaya pembelian, biaya konversi dan
biaya lain yang timbul sampai persediaan berada dalam kondisi dan lokasi
saat ini
b) Biaya pembelian
Biaya pembeliaan persediaan meliputi harga beli, bea impor, pajak lainnya
(selain yang dapat ditagih kembali setelahnya oleh entitas kepada otoritas
pajak), biaya pengangkutan, biaya penanganan dan biaya lainnya yang
secara langsung dapat diatribusikan pada perolehan barang jadi, bahan
dan jasa.Diskon dagang,rabat, dan hal serupa lain yang dikurangkan
dalam menentukan biaya pembelian.
D. Komponen Sistem Pengendalian Internal
COSO menyimpulkan bahwa pengendalian intern sebagai proses yang
diimplementasikan oleh dewan komisaris, pihak manajemen, dan mereka yang
ada dibawah arahan keduanya untuk memberikan jaminan yang wajar bahwa
16
16
tujuan pengendalian dapat tercapai. Pengendalian intern memberikan jaminan
yang wajar, karena kemungkinan kesalahan manusia, kolusi, dan penolakan
manajemen atas proses pengendalian membuat proses ini menjadi tidak
sempurna.Unsur-unsur Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) menurut
Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2008 adalah sebagai berikut:
1. Lingkungan pengendalian
2. Penilaian risiko
3. Kegiatan pengendalian
4. Informasi dan komunikasi
5. Pemantauan pengendalian intern.
Kelima komponen SPI tersebut, komponen lingkungan pengendalian merupakan
dasar untuk keseluruhan komponen. Sedangkan komponen informasi dan
komunikasi merupakan saluran (channel) terhadap tiga komponen pengendalian
lainnya (Mahmudi 2010: 22). Penerapan unsur-unsur sistem pengendalian intern
pemerintah dilaksanakan menyatu dan menjadi bagian integral dari kegiatan
instansi pemerintah.Penjabaran mengenai komponen SPI adalah sebagai berikut:
1. Lingkungan pengendalian
Pimpinan Instansi Pemerintah wajib menciptakan dan memelihara
lingkungan pengendalian yang menimbulkan perilaku positif dan kondusif untuk
penerapan Sistem Pengendalian Intern dalam lingkungan kerjanya, melalui:
a. Penegakan integritas dan nilai etika
Penegakan integritas dan nilai etika sekurang-kurangnya dilakukan
dengan:
1) Menyusun dan menerapkan aturan perilaku;
17
17
2) Memberikan keteladanan pelaksanaan aturan perilaku pada setiap
tingkat pimpinan Instansi Pemerintah;
3) Menegakkan tindakan disiplin yang tepat atas penyimpangan terhadap
kebijakan dan prosedur, atau pelanggaran terhadap aturan perilaku;
4) Menjelaskan dan mempertanggungjawabkan adanya intervensi atau
pengabaian pengendalian intern; dan
5) Menghapus kebijakan atau penugasan yang dapat mendorong perilaku
tidak etis.
b. Komitmen terhadap kompetensi
Komitmen terhadap kompetensi sekurang-kurangnya dilakukan dengan:
1) Mengidentifikasi dan menetapkan kegiatan yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan tugas dan fungsi pada masing-masing posisi dalam
Instansi Pemerintah,
2) Menyusun standar kompetensi untuk setiap tugas dan fungsi pada
masing-masing posisi dalam Instansi Pemerintah;
3) Menyelenggarakan pelatihan dan pembimbingan untuk membantu
pegawai mempertahankan dan meningkatkan kompetensi
pekerjaannya; dan
4) Memilih pimpinan Instansi Pemerintah yang memiliki kemampuan
manajerial dan pengalaman teknis yang luas dalam pengelolaan
Instansi Pemerintah.
c. Kepemimpinan yang kondusif
Kepemimpinan yang kondusif sekurang-kurangnya ditunjukkan dengan:
1) Mempertimbangkan risiko dalam pengambilan keputusan,
2) Menerapkan manajemen berbasis kinerja,
18
18
3) Mendukung fungsi tertentu dalam penerapan SPIP,
4) Melindungi atas aset dan informasi dari akses dan penggunaan yang
tidak sah,
5) Melakukan interaksi secara intensif dengan pejabat pada tingkatan
yang lebih rendah, dan
6) Merespon secara positif terhadap pelaporan yang berkaitan dengan
keuangan, penganggaran, program, dan kegiatan.
d. Pembentukan struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan
sekurang- kurangnya dilakukan dengan:
1) Menyesuaikan dengan ukuran dan sifat kegiatan Instansi Pemerintah,
2) Memberikan kejelasan wewenang dan tanggung jawab dalam Instansi
Pemerintah,
3) Memberikan kejelasan hubungan dan jenjang pelaporan intern dalam
Instansi Pemerintah,
4) Melaksanakan evaluasi dan penyesuaian periodik terhadap struktur
organisasi sehubungan dengan perubahan lingkungan strategis, dan
5) Menetapkan jumlah pegawai yang sesuai, terutama untuk posisi
pimpinan.
e. Pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang tepat sekurang-
kurangnya dilaksanakan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1) Wewenang diberikan kepada pegawai yang tepat sesuai dengan
tingkat tanggung jawabnya dalam rangka pencapaian tujuan Instansi
Pemerintah;
19
19
2) Pegawai yang diberi wewenang memahami bahwa wewenang dan
tanggung jawab yang diberikan terkait dengan pihak lain dalam
Instansi Pemerintah yang bersangkutan, dan
3) Pegawai yang diberi wewenang memahami bahwa pelaksanaan
wewenang dan tanggung jawab terkait dengan penerapan SPIP.
f. Penyusunan dan penerapan kebijakan yang sehat tentang pembinaan
sumber daya manusia dilaksanakan dengan memperhatikan sekurang-
kurangnya hal-hal sebagai berikut:
1) Penetapan kebijakan dan prosedur sejak rekrutmen sampai dengan
pemberhentian pegawai,
2) Penelusuran latar belakang calon pegawai dalam proses rekrutmen,
dan
3) Supervisi periodik yang memadai terhadap pegawai.
g. Perwujudan peran aparat pengawasan intern pemerintah yang efektif
sekurang- kurangnya harus:
1) Memberikan keyakinan yang memadai atas ketaatan, kehematan,
efisiensi, dan efektivitas pencapaian tujuan penyelenggaraan tugas
dan fungsi Instansi Pemerintah,
2) Memberikan peringatan dini dan meningkatkan efektivitas manajemen
risiko dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah,
dan
3) Memelihara dan meningkatkan kualitas tata kelola penyelenggaraan
tugas dan fungsi Instansi Pemerintah.
20
20
h. Hubungan kerja yang baik dengan Instansi Pemerintah terkait hubungan
kerja yang baik dengan Instansi Pemerintah terkait diwujudkan dengan
adanya mekanisme saling uji antar Instansi Pemerintah terkait.
2. Penilaian risiko
Pimpinan instansi wajib melakukan penilaian risiko yang terdiri atas
Identifikasi risiko, dan analisis risiko. Dalam rangka penilaian risiko, pimpinan
instansi pemerintah menetapkan:
a. Tujuan instansi pemerintah
Tujuan instansi pemerintah memuat pernyataan dan arahan yang spesifik,
terukur, dapat dicapai, realistis dan terikat waktu dan wajib dikomunikasikan
kepada seluruh pegawai. Untuk mencapai tujuan instansi pemerintah pimpinan
instansi pemerintah menetapkan:
1) Strategi operasional yang konsisten, dan
2) Strategi manajemen terintegrasi dan penilaian risiko
b. Tujuan pada tingkatan kegiatan
Penetapan tujuan pada tingkatan sekurang-kurangnya dilakukan dengan
memperhatikan ketentuan sebagai berikut:
1) Berdasarkan pada tujuan dan rencana strategis
2) Saling melengkapi, saling menunjang, dan tidak bertentangan satu
dengan yang lainnya,
3) Relevan dengan seluruh kegiatan utama instansi pemerintah,
4) Mendukung unsur kriteria pengukuran,
5) Didukung sumber daya instansi pemerintah yang cukup, dan
6) Melibatkan seluruh tingkat pejabat dalam proses penetapannya.
21
21
Dalam melaksanakan Identifikasi risiko sekurang-kurangnya dilaksanakan
dengan cara sebagai berikut:
a) Menggunakan metodologi yang sesuai untuk tujuan instansi
pemerintah dan tujuan pada tingkatan kegiatan secara komprehensif,
b) Menggunakan mekanisme yang memadai untuk mengenali risiko dari
faktor eksternal dan faktor internal, dan
c) Menilai faktor lain yang dapat meningkatkan risiko.
Analisis risiko dilaksanakan untuk menentukan dampak dari risiko yang
telah diidentifikasi terhadap pencapaian tujuan instansi pemerintah. Pimpinan
instansi pemerintah menerapkan prinsip kehati-hatian dalam menentukan tingkat
risiko yang dapat diterima.
3. Kegiatan pengendalian
Kegiatan pengendalian intern adalah kebijakan dan produser yang dapat
membantu memastikan arahan pimpinan instansi pemerintah untuk mengurangi
risiko yang telah diidentifikasi selama proses penilaian risiko. Pimpinan instansi
pemerintah wajib menyelenggarakan kegiatan pengendalian sesuai dengan
ukuran, kompleksitas, dan sifat dari tugas dan fungsi instansi pemerintah yang
bersangkutan. Kegiatan pengendalian dalam instansi sebagaimana telah di
jabarkan sebelumnya terdiri atas:
a. Reviu atas kinerja instansi pemerintah yang bersangkutan
b. Pembinaan sumber daya manusia
c. Pengendalian atas pengelolaan sistem informasi
d. Pengendalian fisik atas aset
e. Penetapan dan reviu atas indikator dan ukuran kinerja
22
22
f. Pemisahan fungsi
g. Otorisasi atas transaksi dan kejadian yang penting
h. Pencatatan yang akurat dan tepat waktu atas transaksi dan kejadian yang
penting
i. Pembatasan akses atas sumber daya dan pencatatannya
j. Dokumentasi yang baik atas sistem pengendalian intern serta transaksi
dan kejadian penting.
4. Informasi dan komunikasi
Komunikasi atas informasi wajib diselenggarakan secara efektif. Untuk
menyelenggarakan komunikasi yang efektif, pimpinan Instansi Pemerintah harus
sekurang-kurangnya:
a. Menyediakan dan memanfaatkan berbagai bentuk dan sarana komunikasi
b. Mengelola, mengembangkan, dan memperbarui sistem informasi secara
terus menerus.
5. Pemantauan
Pemantauan Sistem Pengendalian Intern dilaksanakan melalui pemantauan
berkelanjutan, evaluasi terpisah, dan tindak lanjut rekomendasi hasil audit dan
reviu lainnya.
a. Pemantauan berkelanjutan
Pemantauan berkelanjutan diselenggarakan melalui kegiatan pengelolaan
rutin, supervisi, pembandingan, rekonsiliasi, dan tindakan lain yang terkait
dalam pelaksanaan tugas.
b. Evaluasi tepisah
23
23
Evaluasi terpisah diselenggarakan melalui penilaian sendiri, reviu, dan
pengujian efektivitas Sistem Pengendalian Intern. Evaluasi terpisah dapat
dilakukan oleh aparat pengawasan intern pemerintah atau pihak eksternal
pemerintah. Ruang lingkup dan frekuensi pengendalian intern harus
memadai bagi instansi pemerintah.
c. Tindak lanjut rekomendasi hasil audit dan reviu lainnya
Tindak lanjut rekomendasi hasil audit dan reviu lainnya harus segera
diselesaikan dan dilaksanakan sesuai dengan mekanisme penyelesaian
rekomendasi hasil audit dan reviu lainnya yang ditetapkan.
E. Penelitian Terdahulu
Adapun penelitian terdahulu mengenai sistem pengendalian intern terhadap
persediaan perlengkapan, yang penulis jadikan sebagai bahan rujukan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
NO NAMA
PENELITI JUDUL PENELITIAN HASIL PENELITIAN
1 Isdiantika
(2013)
Pengaruh E-procurement
dan Pengendalian Internal
Terhadap Pencegahan
Fraud Pengadaan Barang
dan Jasa
E-procurement dan
Pengendalian Internal
berpengaruh secara parsial
dan simultan terhadap
pencegahan fraud
2
Dimas
Aditya
(2014)
Pengaruh E- Procurement
dan Audit Ketaatan terhadap
kewajaran pelaporan
pengadaan Barang dan jasa
E-Procurement dan audit
ketaatan berpengaruh
Positif signifikan terhadap
Kewajaran Pelaporan
Pengadaan Barang dan
Jasa
24
24
3 Pusita Dewi
Purnamasari
(2013)
Pengaruh E-Procurement,
Pengendalian Internal dan
Kualitas Sumber Daya
Manusia dalam Mencegah
Fraud Pengadaan Barang
(Studi Pada Perguruan
Tinggi Negeri di Yogyakarta)
Hasil Penelitian
menunjukan bahwa E-
Procurement,
PengendaliannInternal dan
Sikap Positif Sumber Daya
Manusia pada Peraturan
dan Kesadaran akan
kecurangan berpengaruh
positif terhadap
pencegahan fraud
pengadaan barang
4
Hayyuning
Tyas
Rosdiani
(2011)
Pengaruh sistem
pengendalian internal, audit
laporan keuangan,
dan penerapan good
corporate governance ter-
hadap kualitas laporan
keuangan
Pengaruh sistem
pengendalian internal,
audit laporan keuangan,
dan penerapan good
corporate governance
berpengaruh secara signifi-
kan secara parsial maupun
simultan terhadap kualitas
laporan keuangan sebesar
87,3%
5
Yuniar
Eskawati
Yuniar
(2013)
Pengaruh Sistem
Pengendalian Internal dan
Penerapan good corporate
governance terhadap
kualitas laporan keuangan
Hasil penelitian
menunjukan bahwa pe-
ngaruh sistem pengndalian
internal, penerapan good
corp-orate governance
berpengaruh secara
signifikan secara
parsial maupun umum
terhadap kualitas laporan
keuangan
Tabel 2.1 penelitian terdahulu.
25
25
F. Kerangka Konsep
Sistem pengendalian intern (SPI) di lingkungan instansi pemerintah dikenal
sebagai suatu sistem yang diciptaan untuk mendukung upaya agar
penyelenggaraan kegiatan pada instansi pemerintah dapat mencapai tujuannya
secara efisien dan efektif, dimana pengelola keuangan negara dapat dilaporkan
secara andal, aset negara dapat dikelola dengan aman, dan tentunya mendorong
ketaatan terhadap peraturan perundang – undangan. Sistem Pengendalian
Internal (SPI) dalam penerapannya harus senantiasa memperhatikan norma
keadilan dan kepatutan serta mempertimbangkan ukuran, kompleksitas dan sifat
dari tugas dan fungsi instansi pemerintah ( penjelasan umum pp no 60 tahun 2008)
Untuk memperkuat dan menunjang efektifitas penyelenggaraan SPIP dilakukan
pengawasan intern, pengawasan intern merupakan salah satu bagian dari
kegiatan pengendalian intern yang berfungsi melakukan penilaian independen
atas pelaksanaan tugas dan fungsi instansi pemerintah.
Sistem pengendalian intern juga dibutuhkan pemerintah daerah dalam
mencapai tujuan organisasinya. Pemerintah daerah melakukan pengendalian
untuk dapat memantau pelaksanaan kegiatan sehingga lebih menjamin
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Untuk mengurangi tingkat resiko
diperlukan adanya upaya dalam pencegahan kecurangan dan pemberian layanan
publik yang baik dengan prinsip efektif, efisien, dan mencerminkan keterbukaan
dan transparansi dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik
(good governance).
Berdasarkan uraian di atas adapun kerangka konsep dalam penelitian
26
26
Ini Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) pengadaan barang / jasa
(persediaan perlengkapan) yang penulis peroleh, maka penulis dapat
menggambarkan hubungan antara variabel penelitian dalam bentuk bagan
sebagai berikut:
Gambar 2.2 Kerangka konsep
Badan Koordinasi Penanaman
Modal Daerah Prov SUL-SEL
Persediaan perlengkapan
Pengendalian internal
Hasil analisis
Model analisis
27
BAB III
METODE PENELITIAN
A.Jenis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang diuraikan di atas serta untuk tercapainya
tujuan masalah dalam penellitian ini, penulis menggunakan penelitian deskriptif
kualitatif yaitu dengan cara menguraikan keadaan sebenarnya yang
menggambarkan data-data, menganalisis mengenai masalah yang ada, yang di
peroleh dari Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah Provinsi Sulawesi
Selatan.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Tempat pelaksanaan penelitian ini adalah pada salah satu Instansi Pemerintah
yaitu Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah provinsi Sulawesi Selatan di
jalan Bougenville nomor 5 Makassar. Alasan utama pemelihan lokasi penelitian
ini adalah karena Badan Koordinasi Penanaman Modal daerah provinsi Sulawesi
Selatan merupakan salah satu instansi pemerintah yang memberikan pelayanan
langsung kepada masyarakat berupa pemberian pelayanan perizinan,
pengembangan investasi promosi serta pengendalian dan pengawasan
perusahaan yang ada di Sulawesi Selatan sehingga dalam kegiatan
operasionalnya membutuhkan perlengkapan pendukung seperti barang pakai
habis/ perlengkapan.
28
28
C. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan melalui :
1) Observasi, yaitu melakukan pengamatan lansung di objek atau lokasi
penelitian dan merupakan proses pencatatan pola perilaku . Secara
langsung penelitian akan mengamati bagaimana sistem persediaan yang
ada di Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah Provinsi Sulawesi
selatan dan peneliti akan mengumpulkan dokumen yang terkait seperti
struktur organisasi, dan dokumen yang digunakan dalam persediaan serta
dalam sistem pengendalian persediaan yang digunakan peneliti untuk
mengetahui pemanfaatan pengendalian intern.
2) Wawancara, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan survei
langsung dengan melakukan tanya jawab kepada subjek penelitian.peneliti
akan melakukan wawancara secara langsung dengan orang – orang yang
berkaitan dengan sistem persediaan dan pemegang kendali pengendalian
intern terhadap perlengkapan yang ada di Badan Koordinasi Penanaman
Modal Daerah Provinsi Sulawesi selatan.
3) Dokumentasi, dalam melakukan pengumpulan data penulis memperoleh
berbagai dokumen mengenai pengelolaan perlengkapan (Alat Tulis
Kantor) yang dapat mendukung penulisan ini dengan jalan membaca dan
mempelajari data – data dari dokumen, arsip, laporan dan literatur lain yaitu
yang berkaitan dengan pengelolaan perlengkapan ( Alat Tulis Kantor )
pada Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah Provinsi Sulawesi
Selatan.
29
29
D. Jenis dan Sumber Data
Data merupakan faktor yang penting untuk menunjang suatu penelitian.
Sumber pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri dari :
1) Data primer , yaitu data yang diperoleh langsung dari sumber asli (tidak
melalui media perantara), dapat berupa opini subyek (orang) secara
individual atau kelompok, hasil observasi, dalam hal ini keterangan –
keterangan dari pihak pelaksana kegiatan pembuatan laporan persediaan
perlengkapan dan atasan langsung selaku pelaksana dalam pengendalian
intern di Badan Penanaman Modal daerah provinsi Sulawesi selatan.
2) Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari sumber lain selain dari
tempat penelitian. Data sekunder ini diperoleh melalui penelitian
kepustakaan dengan cara mengumpulkan data – data yang bersifat teoritis
dari buku – buku berupa dokumen – dokumen tertulis atau laporan –
laporan tertulis yang ada hubungannya dengan penelitian ini.
E.Metode Analisi
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif
dengan cara melakukan analisis atas persediaan perlengkapan dari menganalisis
sistem pengendalian internal yang diterapkan oleh Badan Koordinasi Penanaman
Modal Provinsi Sulawesi Selatan.
30
BAB IV
GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN
A. Sejarah Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah Prov. Sulawesi
Selatan.
Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah (BKPMD) Provinsi Sulawesi
Selatan adalah salah satu instansi pemerintah dilingkup Pemerintah Provinsi
Sulawesi Selatan yang dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 23 Tahun
2001 dan disempurnakan berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2009
yang mempunyai tugas utama yaitu membantu gubernur dalam penyelenggaraan
pemerintahan dibidang promosi potensi sumberdaya yang ada guna menarik
investor untuk berinvestasi di Sulawesi Selatan dan memberikan pelayanan
kepada investor / calon investor untuk menanamkan modalya (investasi). Jenis
modal yang di kelola adalah investasi langsung, dalam hal ini pemerintah
memberikan fasilitasi kepada Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman
Modal Dalam Negeri (PMDN) yaitu pembebasan pajak antara lain Pajak
Pertambahan Nilai (PPn), Pajak Impor Barang Modal, Pajak Bumi dan Bangunan
(PBB), dan Lain – lain. Adapun tugas lain dari Badan Koordinasi Penanaman
Modal Daerah Provinsi Sulawesi Selatan yaitu menyelenggarakan penyusunan
dan pelaksanaan kebijakan daerah dibidang Penanaman Modal Daerah
berdasarkan asas Desentralisasi, Dekonsentrasi dan tugas
pembantuan. Untuk menyelenggarakan tugas tersebut Badan Koordinasi
Penanaman Modal Daerah mempunyai fungsi sebagai berikut :
Perumusan kebijakan tekhnis di bidang penanaman modal daerah yang meliputi
pengembangan penanaman modal, Promosi
35
Gambar 4.1
Struktur Organisasi Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah Provinsi Sulawesi Selatan
KEPALA BADAN
Sekretaris
Kasubag. Program Kasubag. Keuangan Kasubag. Umum dan Kepegawaian
Kepala Bidang Promosi Penanaman Modal
Kepala Bidang Pelayanan Penanaman
Modal
Kepala Bidang Pengembangan Penanaman
Modal
Kepala Bidang Pengendalian dan Pengawasan
Penanaman Modal
Kasubid. Promosi
Kasubid. Kerjasama
Kasubid. Pelayanan PMDN
Kasubid. Pelayanan PMA
Kasubid. Sistem Informasi Penanaman Modal
Kasubid. Kajian Potensi Penanaman Modal
Kasubid. Pemantauan dan Pembinaan
Kasubid. Realisasi Investasi
Kepala UPT Pelayanan Perizinan Terpadu
Kasi. Pelayanan Perizinan Kasi. Pelayanan Non Perizinan Kasubag. Tata Usaha
Kelompok Jabatan Fungsional
PERDA Nomor 12 Tahun 2009
36
Adapun uraian tugas atau tugas pokok dari masing-masing unsur adalah
sebagai berikut :
1 Kepala Badan
Kepala Badan mempunyai tugas membantu gubernur dalam menentukan
kebijakan penyelenggaraan pemerintah daerah di bidang promosi penanaman
modal daerah. Kepala Badan mempunyai fungsi :
a. Pelaksanaan promosi potensi dan peluang penanaman modal di daerah.
b. Pengkoordinasian kegiatan badan.
c. Pengkoordinasi pelaksanaan kegiatan promosi hasil pengolahan sumber
daya alam daerah.
d. Pelaksanaan hubungan dan kerjasama dengan Badan Koordiasi Penanaman
Modal (BKPM) Pusat dan Instansi teknis terkait.
e. Pengkoordinasian pemecahan masalah yang di hadapi oleh para investor.
Adapun yang menjadi tugas pokok dari Kepala Badan, sebagai berikut :
1) Menyusun dan menetapkan kebijakan pengembangan penanaman modal
daerah Provinsi Sulawesi Selatan dalam bentuk rencana umum penanaman
modal daerah dan rencana strategis daerah sesuai dengan program
pembangunan daerah provinsi, berkoordinasi dengan pemerintah.
2) Merumuskan dan menetapkan pedoman, pembinaan dan pengawasan dalam
skala provinsi terhadap penyelenggaraan kebijakan dan perencanaan
pengembangan penanaman modal.
3) Mengkoordinasikan, merumuskan, menetapkan dan melaksanakan kebijakan
dearah provinsi dibidang penanaman modal yang meliputi penyusunan peta
investasi dan potensi sumberdaya daerah dan penyiapan usulan bidang –
37
bidang usaha yang perlu dipetimbangkan mendapatkan prioritas tinggi dalam
skala provinsi, bidang usaha yang tertutup dan terbuka dengan persyaratan.
4) Merumuskan peraturan daerah provinsi tentang penanaman modal.
2 Sekretariat
Sekretariat dipimpin oleh seorang sekretaris yang mempunyai tugas
memberikan pelayanan teknis administrasi kepada seluruh satuan organisasi
dalam lingkup badan, yang dalam pelaksanaanya berada dan bertanggungjawab
kepada kepala badan.
Dalam penyelenggaraannya tersebut, sekretaris mempunyai tugas :
1) Pengkoordinasian, sinkronisasi dan integrasi dilingkungan badan
2) Pengkoordinasian perencanaan dan perumusan kebijakan teknis badan
3) Pembinaan dan pelayanan administrasi umum dibidang perencanaan
umum, ketatausahaan organisasi dan tatalaksana, kepegawaian,
pendidikan dan pelatihan, keuangan, hukum, kehumasan, kearsipan,
perlengkapan dan rumah tangga badan
4) Pengkoordinasian dalam penyusunan laporan badan
5) Pelaksanaan tugas lain sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh
kepala badan.
Adapun sekretariat terdiri dari :
a. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian
Sub bagian umum dan kepegawian dipimpin oleh seorang kepala sub
bagian yang mempunyai tugas melakukan penyusunan rencana kegiatan Sub
bagian umum dan kepegawaian sebagai pedoman dalam melaksanakan tugas
seperti urusan ketatausahaan badan meliputi surat menyurat, kearsipan,
38
penggandaan, ekspedisi, administrasi, perlengkapan, pemeliharaan dan urusan
rumah tangga dan mengelola administrasi kepegawaian yang meliputi rencana
formasi, kenaikan pangkat, kenaikan gaji berkala, cuti, pensiun, pengembangan
karir, kesejahteraan pegawai dan melakukan tugas kedinasan lain yang
diperintahkan oleh atasan sesuai bidang tugasnya untuk mendukung kelancaran
pelaksanaan tugas.
b. Sub Bagian Keuangan
Sub bagian keuangan dipimpin oleh seorang kepala sub bagian yang
mempunyai tugas menyusun rencana kegiatan Sub bagian keuangan sebagai
pedoman dalam melaksanakan tugas dan mengelola administrasi keuangan
meliputi penyusunan anggaran, pembukuan, pertanggungjawaban, laporan
keuangan dan melakukan tugas kedinasan lain yang diperintahkan oleh atasan
sesuai bidang tugasnya untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugasnya.
C. Sub Bagian Program
Sub bagian program dipimpin oleh seorang kepala sub bagian yang
mempunyai tugas menyusun rencana kegiatan Sub bagian program sebagai
pedoman dalam melaksanakan tugas dan melakukan analisis dan menyusun
laporan hasil kegiatan badan, penyiapan bahan perumusan, bahan rencana dan
program, penyiapan bahan laporan badan dan melakukan tugas kedinasan lain
yang di perintahkan oleh atasan sesuai bidang tugasnya untuk mendukung
kelancaran pelaksanaan tugas.
3. Bidang Pengembangan Penanaman Modal
Bidang pengembangan penanaman modal dipimpin oleh seorang kepala
bidang yang mempunyai tugas melakukan pengembangan penanaman modal
untuk mengoptimalkan pengolahan potensi penanaman modal daerah.
39
Dalam penyelenggarakan tugas tersebut, kepala bidang pengembangan
penanaman modal mempunyai tugas, sebagai berikut :
1) Koordinasi perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengembangan
penanaman modal
2) Penetapan standar dan prosedur pelaksanaan kegiatan dibidang
pengembangan penanaman modal
3) Koordinasi perencanaan dan pelaksanaan pengembangan penanaman
modal
4) Pengembangan potensi dan peluang penanaman modal di daerah dengan
memberdayakan badan usaha melalui pembinaan penanaman modal, antara
lain meningkatkan kemitraan, meningkatkan daya saing, menciptakan
persaingan usaha yang sehat serta menyebarkan informasi yang seluas
luasnya dalam lingkup penyelenggaraan penanaman modal
5) Pembangunan, pengembangan serta pengelolaan perangkat lunak
infrastruktur jaringan dan perangkat keras informasi penanaman modal
6) Menyusun rencana umum penanaman modal, profit penanaman modal, peta
penanaman modal, rencana kajian potensi penanaman modal dan
inventarisasi kebijakan penanaman modal
7) Menginvestarisasi potensi dan peluang investasi untuk pengembangan
penanaman modal
8) Pelaksanaan sosialisasi kebijakan penanaman modal.
Adapun bidang pengembangan penanaman modal terdiri dari :
a. Sub Bidang Kajian Potensi Penanaman Modal
Sub bidang kajian potensi penanaman modal dipimpin oleh seorang kepala
sub bidang yang mempunyai tugas pokok menyusun rencana kegiatan Sub bidang
40
kajian potensi penanaman modal sebagai pedoman dalam melaksanakan
tugasnya dan melakukan pengkajian potensi dan peluang penanaman modal
dalam rangka menciptakan iklim investasi yang kondusif di Sulawesi Selatan,
menyusun pengembangan komoditi unggulan daerah, profil, peta investasi
penanaman modal dan melakukan tugas kedinasan yang diperintahkan oleh
atasan sesuai bidang tugasnya untuk mendukung kelancaran pelaksanaan
tugasnya.
b. Sub Bidang Sistem Informasi Penanaman Modal
Sub bidang sistem informasi penanaman modal dipimpi oleh seorang
kepala sub bidang yang mempunyai tugas menyusun rencana kegiatan sub bidang
sistem informasi penanaman modal sebagai pedoman dalam melaksanakan tugas
dan melakukan penyusunan dan pengembangan sistem informasi penanaman
modal dalam rangka mengoptimalkan pengolahan potensi dan peluang investasi
daerah, mengelola website investasi, melakukan inventarisasi kebijakan
penanaman modal, melakukan sosialisasi dan penyuluhan serta bimbingan teknis
kepada para pengusaha, aparat penanaman modal yang berkaitan dengan
penanaman modal dan melakukan tugas kedinasan lain yang diperintahkan oleh
atasan sesuai bidang tugasnya untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas.
4 Bidang Promosi Penanaman Modal
Bidang promosi penanaman modal dipimpin oleh seorang kepala bidang
yang mempunyai tugas mengkoordinir dan melaksanakan kegiatan promosi
potensi dan peluang investasi secara terpadu yaitu antar lembaga, sektor dan
wilayah serta mengkoordinir kegiatan kerjasama bidang investasi antar lembaga
dan pemerintah dari dalam dan luar negeri.
41
Dalam menyelenggarakan tugas tersebut, kepala bidang promosi
penanaman modal mempunyai tugas, sebagai berikut :
1) Pemberian pelayanan informasi tentang potensi dan peluang investasi di
Sulawesi Selatan
2) Pengkoordinasian dan melakukan kegiatan promosi investasi terpadu
3) Pemberian fasilitas melaksanakan kegiatan perencanaan dan pelaksanaan
kegiatan kerjasama bidang investasi
4) Memfasilitasi kunjungan pengusahayang akan melakukan investasi
5) Mengadakan sarana dan prasarana promosi yang efektif menunjang
pelaksanaan kegiatan promosi
6) Mengkoordinir keikutsertaan Sulawesi Selatan pada kegiatan promosi
investasi yang dilaksanakan dalam dan luar negeri
Adapun bidang promosi penanaman modal terdiri dari :
a. Sub Bidang Promosi
Sub bidang promosi dipimpin oleh seorang kepala sub bidang yang
mempunyai tugas menyusun rencana kegiatan sub bidang promosi sebagai
pedoman dalam melaksanakan tugas dan menyusun jadwal kegiatan promosi dan
kebutuhannya, mengumpulkan informasi khususnya yang terkait dengan potensi
dan peluang investasi dan melakukan proses tindak lanjut terhadap hasil kegiatan
promosi untuk meningkatkan minat pengusaha dan calon investor serta
melakukan tugas kedinasan lain yang diperintahkan oleh ataan sesuai bidang
tugasnya untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugasnya.
b. Sub Bidang Kerjasama
42
Sub bidang kerjasama dipimpin oleh seorang kepala sub bidang yang
mempunyai tugas menyusun rencana kegiatan sub bidang kerjasama sebagai
pedoman dalam melaksanakan tugas dan mempersiapkan dan memfasilitasi
pelaksanaan kerjasama bidang investasi dengan pemerintah, lembaga
pemerintah dan swasta dalam dan luar negeri serta memfasilitasi kerjasama
antara pengusaha besar dan pengusaha mikro, kecil dan menengah serta
melakukan tugas kedinasan lain yang diperintahkan oleh atasan sesuai bidang
tugasnya untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas.
5 Bidang Pelayanan Penanaman Modal
Bidang pelayanan penanaman modal dipimpin oleh seorang kepala bidang
yang mempunyai tugas melakukan penelitian terhadap aplikasi penanaman modal
dalam rangka penyelesaian surat persetujuan penanaman modal dalam dan luar
negeri, melakukan koordinasi penilaian permohonan fasilitas penanaman modal,
memberikan pelayanan kepada dunia usaha mengenai fasilitas yang diperlukan
bagi kelancaran kegiatan penanaman modal dan melakukan penelitian/penilaian
terhadap permohonan izin tenaga kerja asing.
Dalam menyelenggarakan tugas tersebut, kepala bidang pelayanan
penanaman modal mempunyai tugas, sebagai berikut :
1) Memperceoat penerbitan surat persetujuan penanaman modal PMDN/PMA
2) Menerbitkan rekomendasi/surat persetujuan penanaman modal baru,
perluasan dan perubahan bagi PMDN/PMA
3) Menerbitkan rekomendasi/surat persetujuan izin usaha tetap (IUT)
4) Menerbitkan rekomendasi/surat persetujuan perpanjangan waktu
penyelesaian proyek PMDN/PMA
43
5) Persetujuan penanaman modal baru, perluasa dan perubahan bagi
PMDN/PMA
6) Menerbitkan rekomendasi/surat angka pengenal importir terbatas (APIT)
7) Menerbitkan rekomendasi/surat keputusan rencana penggunaan tenaga kerja
asing (RPTKA)
8) Memberikan rekomendasi untuk visa tinggal bagi tenaga kerja asing dan izin
mempekerjakan tenaga kerja asing (IMTA) Adapun bidang pelayanan
penanaman modal terdiri dari :
a. Sub Bidang Pelayanan PMDN
Sub bidang pelayanan PMDN dipimpin oleh seorang kepala sub bidang yang
mempunyai tugas menyusun rencana kegiatan sub bidang pelayanan penanaman
modal dalam negeri sebagai pedoman dalam melaksanakan tugas serta
menyiapkan dan memproses aplikasi permohonan penanaman modal baru,
perubahan, perluasan dan membantu dunia usaha dalam penyelesaian Izin Usaha
Tetap (IUT), perpajakan, kepabeanan, APIT dalam rangka penanaman modal
dalam negeri dan melakukan tugas kedinasan lain yang diperintahkan oleh atasan
sesuai bidang tugasnya untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas.
b. Sub Bidang Pelayanan PMA
Sub bidang pelayanan PMA dipimpin oleh seorang kepala sub bidang yang
mempunyai tugas menyusun rencana kegiatan Sub bidang pelayanan penanaman
modal asing sebagai pedoman dalam melaksanakan tugas dan menyiapkan dan
memproses aplikasi permohonan penanaman modal baru, perubahan, perluasan
dan membantu dunia usaha dalam penyelesaian Izin Usaha Tetap (IUT),
44
perpajakan, kepabeanan, APIT dalam rangka penanaman modal asing dan
melakukan tugas kedinasan lain yang diperintahkan oleh atasan sesuai bidang
tugasnya untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas.
6 Bidang Pengendalian dan Pengawasan Penanaman Modal
Bidang pengendalian dan pengawasan penanaman modal dipimpin oleh
seorang kepala bidang yang mempunyai tugas melakukan pemantauan,
pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan penanaman modal serta
penggunaan fasilitas dan penilaian leporan kegiatan penanaman modal. Selain hal
tersebut diatas, kepala bidang pengendalian dan pengawasan penanaman modal
mempunyai fungsi koordinasi perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang
pengendalian dan pengawasan, pengkajian dan pengusulan kebijakan di bidang
pengendalian dan pengawasan serta pembinaan pelaksanaan penanaman modal,
pemberian bantuan penyelesaian berbagai hambatan dan konsultasi
permasalahan yang dihadapi penanaman modal dalam menjalankan kegiatan
penanaman modal.
Dalam menyelenggarakan tugas tersebut, kepala bidang promosi penanaman
modal mempunyai tugas sebagai berikut :
1) Melakukan identifikasi dan pendataan perusahaan PMDN/PMA
2) Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan PMDN/PMA sesuai
ketentuan penanaman modal
3) Melakukan pengendalian/pengawasan terhadap pelaksanaan usaha
patungan/kemitraan dan perubahan – perubahan status PMDN/PMA
4) Mengadakan pengendalian terhadap realisasi investasi atas surat
persetujuan PMDN/PMA yang diterbitkan
45
5) Melakukan pembinaan dan memfasilitasi penyelesaian permasalahan dan
hambatan yang dihadapi perusahaan PMDN/PMA dalam melaksanakan
kegiatan penanaman modal.
Adapun bidang pengendalian dan pengawasan penanaman modal terdiri dari
a. Sub Bidang Pemantauan dan Pembinaan
Sub bidang pemantauan dan pembinaan dipimpin oleh seorang kepala sub
bidang yang mempunyai tugas menyusun rencana kegiatan sub bidang
pemantauan dan pembinaan sebagai pedoman dalam melaksanakan tugas dan
melakukan pemantauan, pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan
kegiatan perusahaan PMDN/PMA penggunaan fasilitas (mesin dan peralatan),
tenaga kerja, pengelolaan lingkungan, hambatan serta permasalahan yang
dihadapi perusahaan PMDN/PMA dan melakukan tugas kedinasan lain yang
diperintahkan oleh atasan sesuai bidang tugasnya untuk mendukung kelancaran
pelaksanaan tugas.
b. Sub Bidang Realisasi Investasi
Sub bidang realisasi investasi dipimpin oleh seorang kepala sub bidang yang
mempunyai tugas menyusun rencana kegiatan sub bidang realisasi investasi
sebagai pedoman melaksanakan tugas dan melaksanakan penilaian yang
disampaikan oleh penanaman modal melalui LKPM dan melakukan evaluasi atas
laporan tersebut, melakukan sosialisasi petunjuk tata cara pengisian LKPM,
melakukan pendataan, menyusun laporan perkembangan realisasi investasi,
menyusun laporan evaluasi pelaksanaan penanaman modal PMDN/PMA serta
melakukan tugas kedinasan lain yang diperintahkan oleh atasan sesuai bidang
tugasnya untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas.
46
7 Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Perizinan Terpadu
Unit pelaksana teknis pelayanan perizinan terpadu dipimpin oleh seorang
kepala UPT mempunyai tugas menyelenggarakan koordinasi dan
menyelenggarakan pelayanan administrasi dibidang perizinan dan non perizinan
secara terpadu dengan prinsip koordinasi, integrasi, sinkronisasi, simplifikasi,
keamanan dan kepastian berdasarkan asas desentralisasi, dekonsentrasi, dan
tugas pembantuan.
Selain hal tersebut diatas, kepala UPT mempunyai fungsi koordinasi
menyusun program kegiatan, standar pelayanan publik dan standar operasional
prosedur perizinan dn perizinan :
1) Penyelenggaraan pelayanan administrasi perizinan secara terpadu
2) Pelaksanaan koordinasi proses pelayanan perizinan dan non perizinan
3) Pengelolaan sistem informasi pelayanan perizinan dan non perizinan secara
elektronik
4) Pengelolaan pelayanan pengaduan masyarakat
5) Pelaksanaan administrasi pelayanan perizinan dan non perizinan
6) Pemantauan dan evaluasi serta pelaporan pelaksanaan proses pemberian
pelayanan perizinan dan non perizinan
Adapun bagian dari unit pelaksana teknis pelayanan perizinan terpadu yaitu :
a. Sub Bagian Tata Usaha
Sub bagian tata usaha dipimpin oleh seorang kepala sub bagian yang
mempunyai tugas menyusun rencana kegiatan sub bagian tata usaha sebagai
pedoman dalam melaksanaan tugas dan melakukan pengelolaan urusan rumah
tangga, perlengkapan, tata laksana kepegawaian, perencanaan dan keuangan
serta melaksanakan tugas kedinasan lain yang diperintahkan oleh atasan sesuai
47
bidang tugas untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas. Adapun sub
bagian tata usaha mempunyai fungsi :
1) Menyusun rencana kegiatan sub bagian tata usaha sebagai pedoma
dalam pelaksanaan tugas
2) Mendistribusikan dan memberi petunjuk pelaksanaan tugas kepada
bawahan sehingga tugas berjalan lancar
3) Memantau, mengawasi, dan mengevaluasi pelaksanaan tugas dan
kegiatan bawahan untuk mengetahui tuga – tugas yang telah dan belum
dilaksanakan
4) Melakukan pengelolaan administrasi tata persuratan dan
kearsipan
5) Melakukan pengelolaan perlengkapan dan urusan rumah tangga
6) Melakukan monitoring, evaluasi dan pelaporan secara periodik
7) Melakukan kebijakan program, keuangan, umum, perlengkapan dan
kepegawaian dalam lingkungan sekretariat UPT Pelayanan Perizinan
Terpadu.
b. Seksi Pelayanan Perizinan
Seksi pelayanan perizinan dipimpin oleh seorang kepala seksi yang
mempunyai tugas pokok melakukan kegiatan perizinan yang meliputi pengelolaan
pelayanan, meneliti kelengkapan administrasi serta pengawasan prosedur dan
mekanisme pelayanan perizinan. Adapun seksi pelayanan perizinan mempunyai
fungsi :
1) Menyusun rencana kegiatan seksi pelayanan perizinan sebagai pedoman
dalam pelaksanaan tugas
48
2) Mendistribusikan dan memberi petunjuk tugas kepada bawahan
sehingga tugas berjalan lancar
3) Memantau, mengawasi, dan mengevaluasi pelaksanaan tugas dan
kegiatan bawahan untuk mengetahui tugas-tugas yang telah dan belum
dilaksanakan
4) Membuat konsep, mengoreksi, memaraf dan menandatangani naskah
dinas
5) Melakukan penyusunan prosedur, mekanisme dan sistem informasi serta
pelayanan informasi perizinan
6) Melakukan pemrosesan perizinan dan mengoordinasikan dengan tim
teknis
7) Melakukan sosialisasi dan bimbingan teknis pelayanan perizinan
8) Melakukan evaluasi pelaksanaan kegiatan perizinan
dan rekomendasi
c. Seksi Pelayanan Non Perizinan
Seksi pelayanan non perizinan dipimpin oleh seorang kepala seksi yang
mempunyai tugas pokok melakukan kegiatan pelayanan non perizinan yang
meliputi pengelolaan pelayanan, meneliti kelengkapan administrasi serta
pengawasan prosedur dan mekanisme pelayanan non perizinan. Adapun seksi
pelayanan non perizinan mempunyai fungsi :
1) Menyusun rencana kegiatan seksi pelayanan non perizinan sebagai
pedoman dalam pelaksanaan tugas
2) Mendistribusikan dan memberi petunjuk pelaksanaan tugas kepada
bawahan sehingga tugas berjalan lancar
49
3) Memantau, mengawasi, dan mengevaluasi pelaksanaan tugas dan
kegiatan bawahan untuk mengetahui tugas-tugas yang telah dan belum
dilaksanakan
4) Membuat konsep, mengoreksi, memaraf dan atau menandatangani
naskah dinas
5) Melakukan penyusunan prosedur, mekanisme dan sistem informasi serta
pelayanan informasi non perizinan
6) Melakukan koordinasi dan administrasi pelayanan non perizinan
7) Melakukan fasilitasi dan kerja sama pelayanan administrasi pelayanan
non perizinan
8) Melakukan pemprosesan non perizinan dan mengoordinasikan dengan
tim teknis melakukan sosialisasi dan bimbingan teknis pelayanan non
perizinan
9) Melakukan evaluasi pelaksanaan kegiatan non perizinan dan
rekomendasi.
50
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A Sistem Pengendalian Intern pada Badan Koordinasi Penanaman Modal
Daerah Povinsi Sulawesi Selatan
Sistem Pengendalian Intern Pemeritah yang selanjutnya disingkat SPIP, adalah
Sistem Pengendalian Intern yang diselenggarakan secara menyeluruh di
lingkungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah.untuk memahami definisi di
atas sebaiknya dipahami beberapa variabel definisi sebagaimana diuraikan
dibawah ini, yaitu:
1. Kriteria penyelenggara SPIP yaitu proses yang integral pada tindakan dan
kegiatan pimpinan dan seluruh pegawai.
2. kriteria tujuan penyelenggaraan penerapan SPIP yaitu untuk memberikan
keyakinan yang memadai atas tercapainya tujuan organisasi.Dalam
definisi pada PP Nomor 60 Tahun 2008, keyakinan memadai tersebut
ditunjukkan dengan / melalui ;
a. Kegiatan yang efektif dan efisien,
b. Keandalan pelaporan keuangan,
c. Pengamanan aset negara, dan
d. Ketaatan terhadap peraturan perundang – undangan.
Keyakinan memadai menurut sudut pandang akuntansi ditunjukkan
dengan SPIP yang menghasilkan keempat hal tersebut diatas.
3. Kriteria aktor penerapan yaitu dilaksanakan oleh pimpinan dan seluruh
pegawai dan diselenggarakan secara menyeluruh di lingkungan
pemerintah pusat dan pemerintah daerah.Dengan demikian, mandat
pelaksanaan SPIP ini lebih dibebankkan pada orang dan/atau jabatan.
51
50
Badan Koordinasi Penanaman Modal Provinsi Sulawesi Selatan merupakan
organisasi publik yang secara umum memiliki tugas sebagai pelayanan fasilitas
perizinan, penggalian potensi sumberdaya, pelayanan promosi investasi dan
pelayanan pengawasan dan pengendalian investasi.Badan koordinasi
Penanaman Modal Provinsi Sulawesi Selatan memiliki peran yang strategis yaitu:
” promosi investasi ‘’. Untuk tujuan tersebut perlu melalui beberapa tahapan yaitu:
1) Fokus dalam jangka pendek adalah menngkatkan efisiensi investasi di
Indonesia hal ini mencakup optimalisasi sumber daya alam sebagai
katalisator yang dapat menciptakan momentum yang diperlukan untuk
melaksanakan program – program menuju pembangunan ekonomi yang
lebih besar.
2) Penyaluran investasi ke arah kebutuhan infrastruktur kers maupun lunak.
Yang dimaksud dengan infrastruktur keras meliputi jalan raya, bandara,
pelabuhan dan kapasitas pembangkit listrik, sedangkan infrastruktur lunak
mencakup antara lain pelayanan kesehatan, dan pendidikan.
3) Membangun landasan untuk industriliasasi. Hal ini menuntut adanya
investasi di bidang pendidikan secara terus menerus untuk menciptakan
angkatan kerja yang berpendidikan dan berkemampuan tinggi . Tuntutan
selanjutnya adalah penghapusan ketidakpastian dalam kebijakan
termasuk pelaksanaan prakarsa PTSP ( Pelayanan Terpadu Satu Pintu )
dan SPIPISE atau NSWI (National Singel Window for Investmen ) secara
maksimum yang dirancang untuk menanggulangi masalah ini.Ketentuan
hukum tentang insentif fiskal dan non fiskal juga perlu diperhatikan untuk
menunjang upaya industriliasasiskala besar ini
52
50
4) Mendukung pembentukan ekonomi berbasis pengetahuan dengan
mengembangkan lebih lanjut angkatan kerja berpendidikan yang dapat
bersaing secara global. Pada tahap ini BKPMD akan berupaya untuk terus
menguatkan perannya sebagai advokat kebijakan investasi dan
penghubung antara investor dengan pemerintah, baik untuk modal asing
maupun domestik.
Dengan peran strategis ini, Badan Koordinasi Penanaman Modal Provinsi
Sulawesi – Selatan mempunyai tugas pokok melaksanakan koordinasi kebijakan
dan ketentuan peraturan perundang – undangan.
Flowchart SPIP( Sistem pengendalian intern pemerintah )di lingkup BKPMD
AUDITOR PIMPINAN
Tabel 5. 1
BKPMD
Mulai SPI
PEMERIKSAAN L APANGAN
PKP, Daftar temuan rekomendasi
LHP Tindak lanjut
Pemutakhiran data hasil
pemeriksaan
Teguran
Selesai
53
50
Dalam rangka penyelenggaraan tugas dan fungsi Satuan Kerja Perangkat
aerah (SKPD) yang didanai dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (
APBD) provinsi BKPMD mendapat pengawasan terhadap seluruh kegiatannya
yang diawasi oleh aparat pengawasan intern pemerintah dengan melakukan
pengawasan intern melalui audit, dimana auditor melakukan pemeriksaan
lapangan.Output dari hasil pemeriksaan lapangan berupa daftar temuan
rekomendasi yang dituangkan kedalam Laporan Hasil Pemeriksaan ( LHP ) yang
mana apabila ditemukan kejanggalan – kejanggalan akan diberikan surat teguran,
setelah proses surat teguran diterima akan diadakan tindak lanjut sesuai dengan
output temuan rekomendasi dan kemudian akan ditindak lanjuti.
Data informasi diatas diperkuat oleh hasil wawancara peneliti dengan
Bapak Muhammad selaku kasubag umum Badan Koordinasi Penanaman modal
daerah provinsi Sulawesi – Selatan.Beliau mengatakan bahwa:
’‘pengendalian intern mencakup struktur oganisasi, semua metoda - metoda dan cara yang terkoordinir serta ukuran – ukuran yang di tetapkan didalam suatu organisasi tujuannya untuk menjaga keamanan harta kekayaan milik perusahaan.Lebih lanjut beliau mengatakan bahwa proses pemeriksaan dilakukan selama satu tahun yang mana dilakukan oleh APIP ( Aparat Pengawas Internal pemerintah ) setelah proses pemeriksaan bilamana ditemukan kejanggalan - kejanggalan akan diproses lebih lanjut dengan pemberian surat teguran beupa berita acara yang akan di tindak lanjuti lebih lanjut oleh bapak Gubernur Sul – Sel sebagai laporan’’
Wawancara berikutnya yang peneliti lakukan dengan salah satu pegawai
Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah Prov Sul-Sel (BKPMD) beliau
mengatakan bahwa:
“ Sistem Pengendalian Intern Pemerintah ( SPIP ) bukan hanya upaya membentuk mekanisme administratif saja tetapi juga melakukan perubahan sikap dan perilaku ( soft factor ). Peraturan yang ada bukan merupakan akhir namun merupakan awal dari langkah perbaikan oleh karena itu, implementasi SPIP sangat bergantung kepada komitmen, teladan pimpinan, dan niat baik dari seluruh elemen dan pejabat dan pegawai yang ada di BKPMD.”
Sumber lain juga mengatakan bahwa:
54
50
“Tingkat keimanan tidak dapat diukur dan dilihat dengan indera sehingga tingkat kepercayaan orang lain rendah, maka dari itu dibutuhkan sistem pengendalian intern ( SPI), pengawasan dan audit untuk mencegah korupsi.”
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa
pengenalian intern merupakan suatu cara yang berisi seperangkat kebijakan dan
peraturan untuk mengarahkan, mengawasi, melindungi sumber daya perusahaan
agar terhindar dari segala bentuk tindakan penyalahgunaan dan penyelewengan,
dengan kata lain pengendalian internal dilakukan untuk memantau apakah
kegiatan operasionalnya telah berjalan sesuai dengan kebijakan dan peraturan
yang telah ditetapkan.
Dengan adanya SPIP ( Sistem Pengendalian Intern Pemerintah ) tersebut
diharapkan dapat menciptakan kondisi dimana terdapat budaya pengawasan
terhadap seluruh organisasi dan kegiatan sehingga dapat mendeteksi terjadinya
sejak dini kemungkinan penyimpangan serta meminimalisir terjadinya tindakan
yang dapat merugikan negara.
1. Standar Operatinal Prosedur (SOP ) Badan Koordinasi Penanaman
Modal Daerah Provinsi Sulawesi - Selatan
Pengembangan Sistem Pengendalian Intern pemerintah (SPIP) pada
setiap satuan kerja perangkat daerah (SKPD ) memerlukan adanya standard
operating procedure (SOP). Standar operating procedure yang diterapkan di
BKPMD yaitu :
Standar Operasional prosedur (SOP) disusun berdasarkan pada
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Nomor 35 Tahun 2012, atas dukungan dan kerjasama dengan:
1. Lembaga Pemerintah Canada melalui program SIPS;
2. Pemerintah Amerika Serikat melalui program USAID kinerja; dan
3. Mentoring dari Komisi Pemberantasan Korupsi RI
55
50
a. Keputusan kepala BKPMD Provinsi Sulawesi Selatan
Nomor 188.4/209/9/I/BKPMD/2013 tanggal 6 September
2013
b. Revisi SOP dalam bentuk keputusan kepala BKPMD
Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 188.4/317/12/I/BKPMD
tanggal 1 Desember 2015.
Lama waktu yang dibutuhkan dalam penerbitan izin dan non izizn
sesuai SOP adalah paling cepat 1 ( satu ) hari kerja dan paling lama 7 (tujuh )
hari kerja sejak berkas diterima dengan lengkap dan benar.
B. Sistem Akuntansi Perlengkapan pada Badan Koordinasi Penanaman
Modal Daerah Provinsi Sulawesi Selatan
Sistem akuntansi perlengkapan yang ada di badan koordinasi penanaman
modall provinsi sulawesi selatan merupakan bagian dari akuntansi pemerintahan
dimana akuntansi pemerintah di pedomani dengan adanya Peraturan Menteri
Dalam Negeri (Permendagri) nomor 13 tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah, sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah, dan untuk memperkecil ruang lingkup peraturan
maka dibuatlah atau ditetapkan Peraturan Gubernur Sulawesi Selatan Nomor 69
Tahun 2015 tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah Provinsi Sulawesi Selatan.
Peraturan gubernur provinsi Sulawesi – Selatan telah menentukan beberapa
ketentuan umum yaitu ;
1) Daerah adalah provinsi Sulawesi Selatan
56
50
2) Pemerintah daerah kepala daerah sebagai unsur penyelenggara
pemerintah daerah yang memimpin pelaksanaan unsur pemerintahan
yang menjadi kewenangan daerah otonom
merupakan panduan dalam pengelolaan keuangan di Badan Koordinasi
Penanaman Modal Daerah Provinsi Sulawesi Selatan, adapun tujuan dari
disusunnya pedoman pelaksanaan APBD Provinsi Sulawesi Selatan ini adalah
bentu untuk membangun kesamaan pemahaman dalam pelaksanaan APBD agar
pengelolaan keuangan daerah terselenggara secara efektif, efisien, transparan,
akuntabel, terarah dan tepat sasaran. Adapun beberapa tujuan pedoman
pelaksanaan pengelolaan keuangan yaitu :
a. Pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah
b. Pelaksanaan pengelolaan barang daerah
c. Pelaksanaan fungsi – fungsi pengurusan keuangan daerah
1. Jenis Perlengkapan Barang Pakai Habis di Badan Koordinasi Penanaman
Modal Daerah Provinsi Sulawesi Selatan
Jenis perlengkapan barang pakai habis yang ada di Badan Koordinasi
Penanaman Modal Daerah Provinsi Sulawesi Selatan adalah barang yang
digunakan dalam kegiatan sehari- hari dalam menjalankan kegiatan
operasionalnya berupa Alat Tulis Kantor yang di beli secara tunai dan di
distribusikan di setiap bidang atau bagian yang ada di Badan Koordinasi
Penanaman Modal Daerah Provinsi Sulawesi Selatan yang telah membuat
administrasi yang telah ditetapkan, dimana Alat Tulis Kantor tersebut berupa :
56
50
PERLENGKAPAN BARANG HABIS PAKAI
PERIODE : 2018 – 01-02 S/D 2018 – 12 – 29
Provinsi : SULAWESI SELATAN
Satuan Kerja :BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL DAERAH
No.
Jenis Persediaan
Barang Pakai Habis
satuan Uraian Barang - Barang Harga
Satuan
Jumlah Harga Barang yang Diterima/yang Dikeluarkan/ Sisa ket
Masuk Keluar Sisa Bertambah Berkurang sisa
1 Kertas Rim Staf:Rudi 50 20 30 45.000 2.250.000 900.000 1.350.000 2 Pulpen Lusin Staf: Sulfa 10 6 4 37.700 377.000 226.200 150.800 3 Pensil Lusin Staf: Rifat 8 2 6 30.000 240.000 60.000 180.000 4 Buku catatan Lusin Staf:Sule 30 10 20 26.650 799.500 266.500 533.000 5 Tip Ex pack Staf:Kasma 20 10 10 7.000 140.000 70.000 70.000 6 Penggaris Buah Staf:Ilham 15 5 10 3.500 52.500 17.500 35.000 7 tinta printer Buah Staf:Arif 30 20 10 108.000 53.240.000 2.160.000 1.080.000
8 Stapler/ heacter Dos Staf:Rizki
amaliya 15 11 4 21.450 321.750 235.950 85.800
9 Map pack Staf:Dedet 25 15 10 34.000 850.000 510.000 340.000 10 Binder Clip dos Staf:Amel 15 5 10 5.000 75.000 25.000 50.000
Sumber :Badan Koordonasi Penanaman Modal Daerah Provinsi Sulawesi Selatan
Tabel: 5.2
57
58
50
2. Prosedur Pembelian Barang Pakai Habis di Badan Koordinasi
Penanaman Modal Daerah provinsi Sulawesi Selatan
Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah Provinsi Sulawesi Selatan saat
ini dikenal masyarakat sebagai salah satu instansi pemerintah yang memberikan
pelayanan langsung kepada masyarakat seperti pemberian izin usaha maupun
pemberian pelayanan investasi khususnya di daerah sulawesi selatan, dalam
melaksanakan kegiatannya dibutuhkan perlengkapan dalam mendukung
kegiatannya seperti barang pakai habis atau alat tulis kantor yang telah di di
rencanakan dan dianggarkan pada setiap awal periode atau pada saat
penyusunan Rencana Kebutuhan Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan
Anggaran (DPA) .
Dalam memperoleh persediaan barang pakai habis maka dilakukan pembelian
dimana pembelian tersebut dilakukan secara langsung dan transaksi secara tunai,
pembelian barang dagang melibatkan beberapa bagian yang ada di lingkup badan
koordinasi penanaman modal daerah provinsi sulawesi selatan, pembelian barang
pakai habis memiliki alur sebagai berikut :
a. Administrasi Pengadaan
“Menurut Abdul Rasyid R.S.ip., MM penggunaan nota pesanan saat stok persediaan barang pakai habis telah sedikit atau habis maka bidang yang membutuhkan barang pakai habis akan melakukan pemesanan dengan menggunakan nota pesanan sebagai dasar pembelian kemudian membuat administrasi pendukung lainnya untuk bisa mencairkan dana di bendahara pengeluaran untuk melakukan pembelian barang pakai habis tersebut.”
59
50
Gambar 5.1 Format
Nota Pesanan
Keterangan :
Nota Pesanan adalah bukti pemesanan barang pakai habis, dimana formatnya
terdiri dari
1) Kop Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah Provinsi Sulawesi
Selatan
2) Nomor Nota Pesanan adalah nomor yang bertujuan untuk mengetahui
jumlah nota pesanan yang dibuat serta mengetahui nota pesanan dibuat di
bidang atau bagian apa yang ada di BKPMD Prov. Sulsel
3) Nota Pesanan juga di tujukan ke pihak penjual barang pakai habis atau
perusahaan yang menyediakan barang.
4) Kolom nota pesanan terdiri dari enam (6) kolom dimana kolom pertama
diisi nomor urut, kolom kedua diisi uraian barang atau jasa yang akan di
beli, kolom ketiga diisi jumlah unit atau satuan barang yang akan dibeli,
kolom keempat diisi harga barang yang akan dibeli, kolom kelima diisi
jumlah harga dari barang tersebut, kolom keterangan diisi keterangan –
60
50
keterangan yang bersangkutan dengan dasar pembelian atau ketentuan
dari spesifikasi barang tersebut
5) Nota Pesanan juga di ketahui oleh Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan
(PPTK) untuk sebagai bukti bahwa pejabat pelaksana kegiatan telah
mengetahui bahwa terjadi pemesanan barang pakai habis dan sebagai
dasar pengendalian barang yang dipesan.
b. Bendahara Pengeluaran
Bendahara pengeluaran adalah salah satu bagian dari BKPMD Prov.
Sulsel yang melakukan pembayaran atas semua pengeluaran yang dilakukan di
BKPMD Prov. Sulsel untuk melakukan kegiatan operasionalnya dalam mencapai
target kinerjanya. Salah satu transaksi yang dilakukan oleh bendahara
pengeluaran adalah membayar nota pembelian barang pakai habis atau nota
pesanan barang yang diberikan oleh bidang atau bagian yang akan membeli
barang pakai habis. Pembayaran yang dilakukan harus sesuai dengan nota
pesanan dan berkas administrasi yang dilampirkan serta mengacu pada anggaran
yang di rencanakan dan telah di alirkan sesuai laporan aliran kas.
c. Toko Pembelian
Toko bukanlah bagian dari Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah
Provinsi Sulawesi Selatan tetapi sebagai pihak luar yang memiliki bagian penting
dalam alur pembelian barang pakai habis, toko yang ditunjuk untuk menyediakan
barang pakai habis akan menyerahkan barang ke bagian pemeriksa barang Badan
Koordinasi Penanaman Modal Daerah Provinsi Sulawesi Selatan. Dimana barang
tersebut adalah barang yang telah di pesan oleh bidang atau sub bagian dan
sesuai dengan nota pesanan setelah transaksi pembayaran dilakukan maka
barang tersebut di kirim ke BKPMD Prov. Sulsel dan diserahkan ke bagian
61
50
Pemeriksa barang dan dibuatkan berita acara penyerahan barang yang di sebut
Berita Acara Pemeriksaan Barang Pakai Habis menurut Abdul Rasyid. S.Ip., MM.
berita acara tersebut sebagai bukti bahwa pihak penjual telah menyerahkan
barang ke BKPMD Prov. Sulsel dan sesuai dengan spesifikasi , unit dan jumlah
barang.
Gambar 5.2
Format Berita Acara Pemeriksaan Barang Pakai Habis
Keterangan :
Berita Acara Pemeriksaan Barang adalah dokumen yang dihasilkan setelah
penjual / toko yang menyediakan barang telah menyediakan barang yang dipesan
oleh BKPMD Prov. Sulsel dan telah di periksa oleh tim pemeriksa barang , adapun
format pemeriksa barang pakai habis yaitu sebagai berikut :
1) Menggunakan Kop Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah Provinsi
Sulawesi Selatan
2) Berita Acara Pemeriksa Barang jasa di nomor untuk mengetahui dan
mengkontrol berita acara yang dibuat dan di sesuaikan dengan nota
pesanan yang terealisasi
62
50
3) Nama dari tim pemeriksa dan juga tim teknis pemakai atau bidang/bagian
yang memberli barang pakai habis juga tertera dalam format berita acara
pemeriksaan
4) Nama perusahaan beserta alamat dari perusahaan yang menyediakan
barang juga tertera di berita acara pemeriksaan barang
5) Terdapat tujuh (7) kolom yang ada diberita acara pemeriksaan barang yaitu
kolom pertama diisi dengan nomor urut , kolom kedua diisi dengan uraian
atau jenis barang yang di beli, kolom ketiga diisi dengan nomor nota
pesanan untuk dapat mengetahui bahwa berita acara pemeriksaan barang
berkaitan dengan nota pesanan tersebut, kolom keempat diisi dengan
jumlah unit atau banyaknya barang yang dibeli, kolom kelima diisi dengan
harga barang perunit atau perbuah yang dibeli, kolom keenam diisi dengan
jumlah harga barang yang dibeli dan kolom ketujuh diisi dengan
keterangan barang atau ketentuan barang yang dibeli
6) Berita Acara Pemeriksaan Barang bertujuan untuk menilai barang apakah
sesuai dengan spesifikasi dan jumlah barangnya atau tidak sehingga
diberikan keterangan pada berita acara pemeriksaan bahwa barang
tersebut dalam kondisi baik atau tidak dengan jumlah harga barang yang
dimaksud
7) Pada berita acara pemeriksaan barang di tanda tangani oleh penyedia
barang atau toko yang menyediakan barang sebagai bukti bahwa mereka
telah membawa barang sesuai dengan penilaian yang dibuat oleh panitia
pemeriksa
8) Tim pemeriksa barang dan jasa di tanda tangani oleh tim pemeriksa barang
dan unsur teknis atau pemakai barang sebagai tanda bahwa barang
63
50
tersebut telah diberikan oleh penyedia barang dan telah diperiksa oleh tim
pemeriksa barang dan jasa.
d. Bagian Pemeriksa Barang
“Menurut Muhammad S.Paelongan, SE. Pemeriksa Barang adalah salah satu bagian dari Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah Provinsi Sulawesi Selatan yang telah di tunjuk dan disahkan oleh Surat Keputusan (SK), dimana pemeriksa barang melakukan kegiatan pemeriksaan barang yang telah di beli dan disesuaikan dengan nota pesanan dan barang yang telah di bawah oleh penjual (toko tempat membeli) setelah pemeriksaan selesai maka dibuatlah berita acara pemeriksaan barang, setelah pemeriksaan dilakukan maka pemeriksa barang menyerahkan barang ke bagian gudang. Kemudian dibuatkan Berita Acara Penyerahan Barang dan Jasa.”
Gambar 5.3
Format Berita Acara Penerimaan Barang
Keterangan :
Berita Acara Penerimaan Barang adalah dokumen bukti bahwa telah
diserahkan barang pakai habis yang telah dibeli dan diperiksa untuk disimpan
digudang sebelum disistribusikan kebidang atau bagian yang ada di Badan
64
50
Koordinasi Penanaman Modal Daerah Provinsi Sulawesi Selatan yang telah
melakukan pembelian, adapun format Berita Acara Penerimaan Barang yaitu :
1) Memakai Kop Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah Provinsi
Sulawesi Selatan
2) Berita Acara Penerimaan Barang di nomor dan diberi tanggal sesuai
tanggal penerimaan barang, nomor tersebut berfungsi agar dapat
mengkontrol atau mengetahui barang – barang apa saja yang tekah
diserahkan kegudang untuk disimpan sebelum didistribusikan.
3) Surat Keputusan Gubernur di masukkan kedalam format digunakan
sebagai dasar pembuatan berita acara penerimaan
4) Pada format berita acara penerimaan memiliki lima kolom yang memiliki
fungsi masing – masing seperti, kolom pertama diisi nomor urut dari barang
atau jasa yang dibeli, kolom kedua diisi nama barang atau jenis barang
yang dibeli, kolom ketiga diisi jumlah satuan dari barang atau jasa yang
dibeli, kolom keempat diisi harga satuan atau harga perunit barang yang
dibeli dan kolom kelima diisi jumlah harga dari barang tersebut.
5) Pada format penerimaan barang di tanda tangani oleh penyedia barang
atau di sebut toko atau perusahaan yang telah menyediakan barang atau
jasa dan di tanda tangani oleh penyimpan barang bahwa penyimpan
barang telah menerima barang untuk di simpan digunakan karena telah
dilakukan pemeriksaan dan telah sesuai dengan spesifikasi dan jumlah unit
barang.
e. Gudang
“Menurut Muhammad S.Paelongan, SE. Setalah dilakukan pemeriksaan oleh bagian pemeriksa dan diserahkan kebagian gudang maka barang tersebut di bawah kegudang untuk disimpan dan di catat sebagai barang persediaan sebelum barang tersebut didistribusikan ke bidang atau bagian yang ada di badan
65
50
koordinasi penanaman modal daerah provinsi sulawesi selatan, pada saat disitribusikan atau di bagikan ke bidang atau bagian yang membutuhkan maka bidang atau bagian yang akan mengambil barang digudang membuat bukti berupa Nota Pengambilan atau Penggunaan Barang”
Gambar 5.4
Format Nota Pengambilan / Pengguna Barang
Keterangan :
1) Menggunakan Kop Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah Provins
Sulawesi Selatan
2) Nota Pengambilan atau penggunaan barang dinomor untuk mempermudah
mengetahui dan mengendalikan nota yang dikeluarkan
3) Nota Pengambilan atau Penggunaan Barang memiliki lima (5) kolom yang
memiliki fungsi masing – masing yaitu kolom pertama diisi nomor urut, kolom
kedua diisi dengan nomor nota pesanan agar lebih mengetahui bahwa nota
pengambilan berkaitan dengan nota pesanan sebelumnya, kolom ketiga diisi
dengan jenis barang yang di ambil dari gudang, kolom keempat disi dengan
harga perunit barang atau satuan barang, kolom kelima diisi dengan
keterangan dimana kolom keterangan diisi nama kegiatan yang berkaitan
dengan pengambilan barang tersebut
66
50
4) Pada nota pengambilan atau penggunaan barang ada tiga (3) pihak yang
menandatangani yaitu penerima barang sebagai bukti bahwa dia telah
mengambil barang dan ditandatangani oleh Pejabat Pelaksa Teknis
Kegiatan (PPTK) sebagai pejabat yang mengetahui bahwa terjadi
pengambilan barang untuk di gunakan dan ditandatangani oleh penyimpan
barang sebagai bukti bahwa telah diserahkan barang dan jasa ke bidang
atau bagian yang membutuhkan.
Flowchart persediaan barang pakai habis badan koordinasi penanaman modal
Bagian pemeriksaan barang Gudang
Tabel 5.3
Mulai
Melakukan proses peyiapan oleh administrasi
pengadaan
Nota pesanan
Transaksi
pembayaran
Supplier
Pemeriksaan
barang
Berita acara pemeriksaan
barang
Berita acara penerimaan
barang
1
2
Nota pengambilan barang
Selesai
67
50
3 Prosedur Pendistribusian Barang Pakai Habis di Badan Koordinasi
Penanaman Modal Daerah Prov. Sulsel.
Pendistribusian barang atau penyerahan barang adalah kegiatan yang
dilakukan di badan koordinasi penananaman modal daerah provinsi sulawesi
selatan yang dimana pada saat penyerahan barang memiliki alur yang menjadi
standar operasional dimana penyerahan barang di lakukan dengan alur :
a. Bidang yang membeli barang
Bidang atau bagian yang telah membeli barang wajib membawa nota
pembelian atau nota pesanan yang telah dibuat untuk membeli barang agar
barang yang telah dibeli dapat di ambil dibagian gudang , karena bagian gudang
telah membuatkan kartu gudang untuk barang yang telah di beli dan di periksa
kemudian dimasukkan kedalam gudang.
b. Bagian Gudang
Bagian Gudang akan menerima berkas administrasi berupa Nota Pesanan,
Berita Acara Serah Terima Barang, Berita Acara Pemeriksaan untuk dapat
mendistribusikan barang tersebut kemudian bagian gudang akan membuat berita
acara pengambilan barang sebagai bukti bahwa telah terjadi pengambilan barang
pakai habis dan di serahkan kebagian atau bidang yang membeli atau
membutuhkan barang pakai habis tersebut.
4. Sistem Pencatatan Perlengkapan Barang Pakai Habis di Badan Koordinasi
Penanaman Modal Daerah Prov. Sulsel.
Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah Provinsi Sulawesi Selatan
adalah salah satu instansi pemerintah yang menggunakan perlengkapan barang
yaitu perlengkapan barang pakai habis dimana barang tersebut dibeli untuk
68
50
digunakan sebagai pendukung dalam menjalankan aktivitasnya dan untuk
mencapai target kinerja. Dalam penggunaan persediaan maka diwajibkan untuk
menyediakan laporan dimana laporan tersebut digunakan untuk mengetahui
pemanfaatan barang sesuai dengan manfaatnya dan laporan tersebut sebagai
bukti dan alat pengendalian dari persediaan barang tersebut.
Dalam penyusunan laporan persediaan barang pakai habis mengacu pada
Permendagri 17 tahun 2007 tentang Pedoman Penatausahaan Persediaan
Dilingkungan Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan. Peraturan dibuat karena
dalam rangka keseragaman penatausahaan persediaan dilingkungan Pemerintah
Provinsi Sulawesi Selatan di pandang perlu mengatur pedoman penatausahaan.
Dengan adanya pedoman penatausahaan persediaan yang diatur dalam
peraturan gubernur maka badan koordinasi penanaman modal daerah telah
membuat sistem pencatatan atau penyediaan laporan persediaan yaitu sistem
pencatatan menggunakan sistem periodik dan menggunakan metode Masuk
Pertama Keluar Pertama (MPKP) dalam bahasa akuntansi yaitu First In Firts Out
(FIFO) dan penyediaan laporan persediaan yaitu setiap pertriwulan atau setiap
tiga bulan. Adapun alur pencatatan persediaan barang pakai habis yang di simpan
dalam gudang Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah Provinsi Sulawesi
Selatan yaitu :
a. Buku Barang Pakai habis
“Menurut Muhammad S.Paelongan, SE. Buku barang Pakai habis adalah salah satu laporan yang dibuat pada saat penyimpanan barang sebagai persediaan barang pakai habis digudang dan saat penyimpanan persediaan barang maka persediaan tersebut di catat di buku barang pakai habis dimana buku tersebut adalah buku kontrol yang dibuat dan ditulis secara langsung pada saat penyimpanan barang dan menjadi alat kontrol bagi penyimpan barang atas adanya barang yang telah dimasukan kegudang dan di keluarkan dari gudang.”
69
50
Gambar 5.5
Buku Barang / Jasa ( Barang Pakai Habis )
Keterangan :
Buku Barang Pakai habis adalah laporan persediaan yang dibuat secara
manual dimana buku tersebut mencatat pemasukan dan pengeluaran barang yang
ditulis langsung di buku tersebut, adapun format dari buku barang pakai habis
yaitu;
1) Buku Barang Pakai Habis memiliki empat belas ( 14 ) kolom dimana
kolom pertama diisi nomor urut dari setiap pemasukan atau pengeluaran
barang, kolom kedua diisi tanggal penerimaan barang atau tanggal
barang disimpan digudang, kolom ketiga diisi nama atau jenis barang
yang disimpan digudang, kolom keempat diisi dengan merek atau ukuran
dari barang yang disimpan, kolom kelima diisi tahun dimasukannya
barang tersebut, kolom keenam diisi dengan jumlah satuan barang yang
disimpan dalam gudang, kolom ketujuh diisi dengan nomor nota pesanan
sehingga dapat mengetahu bahwa barang tersebut telah dipesan dengan
nomor nota pesanan tersebut, kolom kedelapan dan kesembilan diisi
dengan tanggal dan nomor Berita Acara Pemeriksaan Barang yang
berfungsi untuk mengetahui dan sebagai bukti bahwa barang tersebut
telah diperiksa oleh tim pemeriksa dan telah sesuai dengan
70
50
spesifikasinya, kolom kesepuluh diisi dengan tanggal dikeluarkannya
barang tersebut yang sesuai dengan nota pesanan yang dibuat oleh
pemakai barang pakai habis tersebut, kolom kesebelas diisi dengan nama
unit pemakai barang atau didistribusikan kemana, kolom kedua belas diisi
dengan jumlah barang yang didistribusikan, kolom ketiga belas diisi
dengan tanggal penyerahan barang pakai habis dan kolom keempat
belas diisi dengan keterangan yang menyangkut dengan barang pakai
habis tersebut.
2) Buku barang pakai habis juga ditanda tangani oleh atasan langsung
pembuat laporan buku barang pakai habis dan di tanda tangani pula oleh
penyimpan barang atau yang membuat laporan buku barang persediaan
pakai habis tersebut.
b. Buku Penerimaan Barang Pakai Habis
“Menurut Muhammad S.Paelongan, SE. Buku penerimaan barang pakai habis adalah salah satu laporan yang dibuat untuk melakukan pencatatan dalam kegiatan penyimpanan barang di gudang dimana laporan ini hampir sama dengan buku barang pakai habis tetapi yang membedakan adalah buku barang pakai habis di tulis secara manual di buku sedangkan buku penerimaan barang diinput dalam komputer dan tidak tergabung dengan pengeluaran barang tetapi penerimaan barang tersebut memiliki format tersendiri, sama seperti buku barang pakai habis apapun dicatat di dalam buku penerimaan barang atau semua barang pakai habis yang disimpan dalam gudang dicatat dalam buku barang pakai habis” adapun format dari buku barang pakai habis yaitu :
Gambar 5.6
Buku Penerimaan Barang ( Barang Pakai Habis )
71
50
Keterangan :
1) Buku Penerimaan Barang Pakai Habis memiliki 12 kolom dimana kolom –
kolom tersebut memiliki fungsi dan diisi untuk mempermudah dalam
memahami laporan penerimaan barang yaitu kolom pertama diisi dengan
nomor urut perkegiatan menyimpan barang kegudang, kolom kedua diisi
dengan tanggal penerimaan barang atau tanggal memasukkan barang
kegudang, kolom ketiga diisi dengan nama penyedia barang atau
perusahaan yang menyediakan barang tersebut, kolom ke empat dan
kelima diisi dengan nomor dan tanggal faktur pembelian dari penyedia
barang atau perusahaan yang menyediakan barang, kolom ke enam diisi
dengan nama barang yang dimasukkan kedalam gudang dan disesuaikan
dengan nama barang serta spesifikasinya, kolom ketujuh diisi dengan
jumlah barang yang dimasukkan kedalam gudang, kolom kedelapan diisi
dengan harga satuan dari barang tersebut, kolom kesembilan diisi dengan
jumlah harga dari setiap keseluruhan setiap unit barang dan disesuaikan
dengan nama barang beserta unit barangnya, kolom kesepuluh dan
kesebelah diisi dengan nomor dan tanggal dari berita acara penerimaan
barang dimana nomor dan tanggal tersebut sebagai bukti bahwa barang
tersebut telah diperiksa dan diterima oleh tim penerima barang dan
disimpan di dalam gudang badan koordinasi penanaman modal daerah
provinsi sulawesi selatan dan kolom kedua belas diisi dengan keterangan
mengenai barang pakai habis tersebut
2) Buku Penrimaan Barang Pakai Habis di tanda tangani oleh Sekretaris
sebagai pengendalian dan diketahui oleh sekretaris atau pejabat yang
berwenang, buku penerimaan barang pakai habis juga ditanda tangani oleh
72
50
penyimpan barang selaku penyimpan barang dan pembuat laporan
penerimaan barang pakai habis tersebut.
c. Kartu Barang
Setiap barang yang di simpan atau dimasukkan kedalam gudang makan
bagian gudang atau penyimpan barang membuat kartu barang.
“Menurut Muhammad S.Paelongan, SE. dimana kartu barang tersebut menjadi alat kontrol setiap barang atau setiap nama barang yang dimasukkan kedalam dan kartu barang tersebut disimpan didalam gudang untuk dilakukan pencatatan barang yang masuk dan keluar setiap unit barangnya sehingga mempermudah bagian gudang untuk mengkontrol barang yang ada di dalam gudang, dengan adanya kartu gudang maka penyimpan barang akan lebih mudah melakukan perhitungan pada barang yang disimpan didalam gudang badan koordinasi penanaman modal daerah provinsi sulawesi selatan karena dengan metode periodik yang terapkan maka setiap waktu yang ditentukan dilakukan perhitungan secara langsung atau perhitungan barang.
adapun format dari kartu barang yaitu :
Gambar 5.7
Kartu Barang
Keterangan :
1) Kartu Barang memiliki sepuluh kolom dimana sepuluh kolom tersebut
untuk memperlihatkan jumlah barang yang ada di gudang atau yang
di keluarkan dari gudang, kolom – kolom tersebut yang ada di kartu
barang diisi sesuai dengan fungsinya, kolom pertama diisi dengan
73
50
nomor urut setiap memasukkan barang dan mengeluarkan barang
atau setiap kegiatan yang menyangkut barang tersebut, kolom kedua
diisi tanggal kegiatan , kolom ketiga diisi dengan nomor berita acara
serah terima barang sehingga diketahui bahwa barang tersebut
berkaitan dengan kegiatan barang tersebut, kolom keempat diisi
dengan harga satuan barang tersebut, kolom kelima diisi dengan
jumlah barang yang disesuaikan dengan jumlah unit barang yang
dimasukan kedalam gudang, kolom keenam diisi dengan nomor
penyerahan barang dimana barang tersebut di didistribusikan, kolom
ketujuh diisi dengan harga satuan dari barang tersebut, kolom
kedelapan diisi dengan jumlah harga barang yang dikeluarkan dan
disesuaikan dengan harga barang serta unit barang yang
dikeluarkan, kolom kesembilan diisi dengan jumlah sisa dari barang
tersebut dimana sisa ada karena jumlah pemasukan lebih tingga dari
barang yang dikeluarkan, kolom kesepuluh diisi dengan keterangan
mengenai barang tersebut.
2) Kartu Barang di tanda tangani oleh atasan langsung dari pembuat
laporan atau penyimpan barang yang berarti bahwa laporan kartu
barang tersebut telah di ketahui oleh pejabat langsung pembuat kartu
barang dan kartu barang juga di tanda tangani oleh penyimpan
barang sebagai pembuat kartu dan penyimpan barang yang ada
digudang badan koordinasi penanaman modal daerah provinsi
sulawesi selatan.
d. Kartu Persediaan
“Menurut Muhammad S.Paelongan, SE. Kartu Persediaan adalah laporan atau rekapan mengenai pemasukan dan pengeluaran barang yang dilakukan
74
50
badan koordinasi penanaman modal daerah provinsi sulawesi selatan dimana setiap barang dibuatkan kartu persediaan karena setiap barang diadakan menggunakan Anggaran Belanja Daerah sehingga perlu dipertanggungjawabkan dan dapat diketahui penggunaan barang tersebut, dengan adanya kartu persediaan maka penyimpan barang atau bagian keuangan serta pejabat pelaksana kegiatan dapat mengetahui persediaan yang ada digudang setiap akhir tahun karena pembuatan kartu persediaan dilaporkan setiap akhir tahun atau setiap akhir periode sehingga dengan adanya kartu persediaan dapat membantu untuk bagian keuangan dalam memasukan laporan keuangan jumlah persediaan barang pakai habis pada periode tersebut,”
adapun format dari kartu persediaan yaitu :
Gambar 5.8
Kartu Persediaan Barang
Keterangan :
1) Kartu Persediaan Barang memiliki Kop dimana kop tersebut berupa
nama Satuan Perangkat Kerja Daerah (SKPD) nama daerah dan
nama barang serta dibuatkan nomor kartu persediaan agar lebih
memudahkan mencari kartu tersbut dan dapat diketahui jumlah
macam barang pakai habis yang digunakan di Badan Koordinasi
Penanaman Modal Daerah Provinsi Sulawesi Selatan dalam
melaksanakan kegiatan operasionalnya
2) Kartu persediaan memiliki sebelas (11) kolom yang dibuat agar
mempermudah memahami isi dari kartu persediaan tersebut, kolom
pertama diisi dengan tanggal kegiatan yang di lakukan baik tanggal
75
50
pemasukan barang dan pengeluaran barang, kolom kedua diisi
dengan nomor dan tanggal penerimaan barang sehingga dapat
diketahui bukti transaksi atau bukti kegiatan yang dilakukan dengan
unit barang tersebut, kolom ketiga diisi dengan uraian atau diisi
dengan nama bidang atau bagian di badan koordinasi penanaman
modal daerah provinsi sulawesi selatan yang mengambil atau
menyimpan barang digudang, kolom ke keempat diisi dengan jumlah
unit barang yang dimasukkan kedalam gudang, kolom kelima diisi
dengan jumlah unit barang yang digunakan atau yang diambil, kolom
keenam diisi dengan jumlah sisa barang yang tersedia digudang,
kolom tujuh diisi dengan harga satuan dari barang tersebut, kolom
kedelapan diisi dengan jumlah harga dari barang yang di masukkan
atau disimpan digudang, kolom kesembilan diisi dengan jumlah harga
barang yang dikeluarkan atau digunakan, kolom kesepuluh diisi
dengan jumlah harga dari sisa barang atau persediaan yang
tersimpan didalam gudang, kolom keterangan diisi dengan
keterangan yang berkaitan dengan transaksi penggunaan barang
atau keterangan mengenai barang tersebut.
3) Kartu persediaan barang di tandatangani oleh pejabat dan dari
pembuat laporan dan juga ditanda tangani oleh pembuat laporan
yaitu penyimpan barang.
e. Buku Pengeluaran Barang
Buku Pengeluaran Barang sama dengan buku penerimaan barang yaitu
buku yang digunakan untuk menulis kegiatan dari barang tersbut yang diambil atau
disimpan digudang, dimana buku pengeluaran barang adalah buku yang
76
50
digunakan untuk ditulis kegiatan pengeluaran barang yang dilakukan oleh
penyimpan barang dengan pengguna barang dimana dimaksud pengguna barang
yaitu bidang atau bagian yang ada di badan koordinasi penanaman modal daerah.
“Menurut Muhammad S.Paelongan, SE buku pengeluaran barang dibuat agar dapat mengetahui barang yang telah diambil oleh pengguna barang untuk dimanfaatkan dalam kegiatan operasionalnya.”
adapun format dari buku pengeluaran barang yaitu :
Gambar 5.9
Buku Pengeluaran Barang Pakai Habis
Keterangan :
1) Buku Pengeluaran Barang Pakai Habis memiliki sembilan (9) kolom
yang dimana kolom tersebut diisi untuk mengetahui dan
mempermudah memahami isi dari buku pengeluaran barang pakai
habis tersebut, kolom pertama diisi dengan nomor urut dari setiap
kegiatan pengeluaran barang yang dilakukan, kolom kedua diisi
dengan tanggal kegiatan pengeluaran barang, kolom ketiga diisi
dengan nama barang dimana kolom tersbut diisi dan diuraika nama
barang yang akan diambil atau dikeluarkan dari gudang, kolom
keempat diisi dengan banyaknya atau jumlah unit barang yang akan
diambil sesuai dengan barang tersebut, kolom kelima diisi dengan
harga satuan dari tiap barang, kolom keenam diisi dengan jumlah
harga barang dari setiap unit barang yang akan dikeluarkan atau
77
50
digunakan, kolom ketujuh diisi dengan nama bidang atau bagian yang
akan menggunakan barang atau tujuan distribusi barang tersebut,
kolom ketujuh diisi dengan tanggal pengeluaran barang atau tanggal
didistribusikannya barang ke pengguna barang, kolom kedelapan
keterangan diisi dengan keterangan mengenai kegiatan pengeluaran
barang atau mengenai barang yang dikeluarkan.
2) Buku Pengeluaran Barang Pakai Habis di tanda tangani oleh pejabat
pelaksana teknis atau dalam hal ini sekretaris agar dapat
mengendalikan atau mengetahui penggunaan barang dari badan
koordinasi penanaman modal daerah provinsi sulawesi selatan dan
ditandatangani pula oleh pembuat buku atau penyimpan barang.
f. Berita Acara Fisik Stock Opname Barang
“Menurut Muhammad S.Paelongan, SE. Berita Acara Stock opname Barang adalah laporan akhir dari persediaan yang dimana stock opname barang memberikan informasi rekapan mengenai persediaan yang ada di gudang setiap akhir periode atau setiap akhir tahun dan Berita Acara Opname Barang di ketahui oleh kepala Badan atau kuasa pengguna anggaran dan pengguna barang” Keterangan :
1) Berita Acara Stock Opname barang menggunakan Kop Badan dan dan
terdapat enam (6) kolom dalam melaporkan persediaan barang pakai habis
pada akhir periode atau satu tahun penggunaan anggaran daerah, yaitu
kolom pertama diisi dengan nomor urut barang yang tersedia, kolom kedua
nama atau jenis barang yang menjadi persediaan barang pakai habis,
kolom ketiga diisi dengan jumlah barang yang tersisa atau tersedia
digudang sebagai persediaan akhir tahun, kolom keempat diisi dengan
harga satuan barang perunit atau perbuah, kolom kelima diisi dengan total
harga barang atau perjenis barang, kolom keenam diisi dengan keterangan
mengenai barang yang tersedia
78
50
2) Berita Acara Stock Opname ditanda tangani oleh pejabat langsung
pembuat laporan dan ditandatangani oleh pembuat laporan itu dalam artian
penyimpan barang, dalam laporan atau berita acara ini di tandatangani
oleh Kepala SKPD selaku pengguna anggaran dan pemakai barang
dengan tujuan agar kepala SKPD mengetahui persediaan barang yang ada
di gudang pada periode akhir tahun di Badan Koordinasi Penanaman
Modal Daerah Provinsi Sulawesi Selatan.
Pencatatan persediaan terdapat 5 (lima) laporan baik berupa buku maupun
berupa laporan atau berita acara mulai dari penyimpanan barang sampai dengan
penentuan persediaan akhir tahun sehingga nila persediaan dapat di masukkan
kedalam laporan keuangan pada periode tersebut.
Selain pencatatan yang dilakukan telah di kumpulkan pula berkas yang
menunjang pencatatatnnya seperti berkas pendukung pemesanan dan
pengadaan barang pakai habis di badan koordinasi penanaman modal daerah
provinsi sulawesi selatan.
C. PEMBAHASAN
1 Pegendalian Intern Perlengkapan di Badan Koordinasi Penanaman
Modal Daerah Prov. Sulsel
Pengendalian intern perlengkapan barang pakai habis di badan koordinasi
penanaman modal daerah provinsi sulawesi selatan telah dimasukan dalam
peraturan gubernur sulawesi selatan nomor 20 tahun 2016 tentang pedoman
penatausahaan persediaan di lingkungan pemerintah provinsi sulawesi selatan, di
dalam peraturan gubernur provinsi sulawesi selatan telah di jelaskan mengenai
79
50
pengendalian intern perlengkapan barang pakai habis, adapun pembahasan
mengenai pengendalian intern barang pakai habis yaitu :
1) Pemeriksaan dan Penerimaan Barang, setiap barang hasil pengadaan yang
akan di serahkan kepada penyimpan barang wajib dilakukan pemeriksaan oleh
tim pemeriksa hasil pekerjaan (panitia pemeriksa barang) dari segi jumlah,
mutu, spesifikasi dan kondisi barang. Tim pemeriksa barang merupakan
pegawai yang berada dilingkungan unit Satuan Kinerja Pemerintah Daerah
(SKPD). Pemeriksaan barang didasarkan atas persyaratan yang tercantum
dalam nota pesanan, surat perintah kerja dan kontrak tetapi jika pada saat
pemeriksaan barang terjadi ketidaksesuaian dengan yang tercantum dalam
nota pesanan, surat perintah kerja dan kontrak maka penyimpan barang harus
menolak barang yang bersangkutan.
2) Pengamanan dan Pemeliharaan, Pengamanan persediaan dimaksudkan
untuk menghindari adanya kehilangan, kerusakan, dan bahaya kebakaran
atas persediaan di gudang/tempat penyimpanan sedangkan pemeliharaan
persediaan dimaksudkan agar persediaan tetap dapat memberikan daya guna
yang optimal dengan menjaga kebersihan, keteraturan dan kerapian digudang/
tempat penyimpanan. Pengamanan dan pemeliharaan persediaan
sebagaimana dimaksud dilakukan oleh penyimpan barang secara rutin.
Pemeriksaan fisik persediaan / stock opname, pemeriksaan fisik persediaan
bertujuan untuk menguji kesesuaian antara kartu persediaan / kartu barang
dengan jumlah dan kondisi fisik yang dilaksanakan dalam rangka akuntabilitas
penatausahaan persediaan, pemeriksaan fisik persediaan dilakukan oleh
pengguna barang/ kuasa pengguna barang bersama penyimpan barang atau
bertugas yang ditunjuk dan dilaksanakan paling sedikit 2 (dua) kali dalam
80
50
setahun, atau pada saat pengecekan kembali pada serah terima tanggung
jawab petugas penyimpan barang, atau sewaktu – waktu apabila diperlukan
yang hasilnya dituangkan dalam berita acara pemeriksaan hasil pemeriksaan
fisik persediaan adapun permeriksaan fisik persediaan memuat tentang waktu
pelaksanaan pemeriksaan fisik, lokasi, pejabat yang melakukan stock
opname, jenis barang, jumlah barang berdasarkan laporan pencatatan pada
kartu barang/kartu persediaan, jumlah barang persediaan didalam gudang,
kondisi persediaan dan keterangan lainnya. Pentingnya internal control atas
fisik pesediaan karena persediaan mudah dipindah tempatkan dari kerawanan
lainnya.
3) Pembinaan,Pengawasan dan pengendalian, pengawasan dan pengendalian
terhadap penatausahaan persediaan dilakukan oleh pengguna barang serta
pengawasan fungsional terhadap penatausahaan persediaan dilakukan oleh
aparat pengawas fungsional sesuai dengan ketentuan peraturan perundang –
undangan. tengah ketatnya persaingan pada industri ritel, harga menjadi
perhatian utama dalam memenangi persaingan pasar. Oleh karena itu, harga
pun bisa cepat berubah di industri ini. Dari kebiasaan para konsumen, dapat
disimpulkan bahwa strategi penetapan harga sangat berpengaruh terhadap
pemasaran produk yang ditawarkan. Agar dapat sukses memasarkan suatu
barang atau jasa, setiap perusahaan harus menetapkan harga secara tepat.
Harga merupakan satu-satunya unsur bauran pemasaran yang memberikan
pendapatan bagi perusahaan. Di samping itu, harga merupakan unsur bauran
yang bersifat fleksibel, artinya dapat diubah dengan cepat. Pengendalian
timbul karena adaanya jumlah persediaan dalam kartu persediaan yang di
ambil dan laporan barang sebagai penambahan dan bukti serta pemakaian
81
50
sebagai pengurangan persediaan barang yang sementara masih ada dalam
gudang.Pengendalian terhadap persediaan dalam suatu instansi atau
perusahaan sangat penting karena persediaan dalam perusahaan merupakan
aktiva yang paling penting sehingga sistem internal control terhadap
persediaan sangat diperlukan karena pada prinsipnya pengendalian
persediaan didalam suatu instansi atau perusahaan dapat mempermudah atau
memperlanar jalannya suatu kegiatan yang harus dilakukan secara berturut –
turut untuk pelayanana publik.
2 Pengaruh Hasil Pengawasan Internal Perlengkapan di Badan Koordinasi
Penanaman Modal Daerah Prov. Sulsel
Berdasarkan pp No. 60 Tahun 2008, aparat pengawasan intern pemerintah di
daerah – daerah adalah Inspektorat Propinsi / Kabupaten / kota yang bertanggung
jawab langsung kepada Gubernur / Bupati / Walikota. Peran inspektorat di daerah
sangat penting dalam hal mengawasi kinerja keuangan pemerintah daerah yang
terbagi pada masing – masing Satuan Kerja Perangkat Daerah ( SKPD ) agar tidak
terjadi penyimpangan, pemborosan, penyelewengan, hambatan, kesalahan, dan
kegagalan dalam mencapai tujuan serta pelaksanaan tugas - tugas SKPD. Dalam
rangka sistem pengendalian intern pemerintah, tindak lanjut rekomendasi hasil
audit dan reviuw lainnya merupakan bagian dari pemantauan pengendalian intern.
Hasil pengawasan internal berupa temuan merupakan output dari
pengawasan internal yang dilakukan oleh auditor, hasil pemeriksaan tersebut yang
dituangkan dalam laporan hasil pemeriksaan ( LHP ) mencakup temuan keuangan
dan temuan teknis / administratif.selanjutnya hasil pengawasan intern tersebut
wajib ditindak lanjuti oleh objek pemeriksaan ( auditee ) sesuai dengan
82
50
rekomendasi dalam jangka waktu yang telah ditentukan.Pada penyediaan laporan
perlengkapan barang pakai habis dan keakuratan serta kefektivitas penyediaan
laporan keuangan berpengaruh dengan efisiensi anggaran dikarenakan
penyusunan anggaran awal pada setiap tahunnya telah di manfaatkan secara
maksimal. sehingga dapat dimanfaatkan kembali di tahun anggaran selanjutnya
atau dapat dikatakan sebagai penggunaan persediaan di tahun selanjutnya untuk
melaksanakan kegiatan operasionalnya. Selain itu ketepatan penyediaan laporan
persediaan berpengaruh dengan laporan keuangan karena nilai persediaan akhir
di masukan kedalam neraca tahun tersebut.”
Sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Widiatmoko ( 2012 )
menyatakan bahwa hasil pengawasan intern berupa auditor yang ditujukan
kepada orang / lembaga / badan yang berwenang tujuannya adalah untuk
melakukan tindakan atau perbaikan . Rekomendasi atas temuan tersebut, dapat
meminimalisasi akibat yang ditimbulkan dari penyimpangan dalam pengelolaan
dan tanggung jawab keuangan.
Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah Provinsi Sulawesi Selatan
melakukan penyediaan laporan persediaan setiap semester atau dua (2) kali
penyediaan laporan persediaan barang pakai habis, pada badan koordinasi
penanaman modal daerah provinsi sulawesi selatan membuat tim pemeriksa
barang pakai habis saat melakukan pengadaan barang pakai habis dan dibuatkan
berupa Surat Keputusan yang di tanda tangani oleh Kepala Badan Koordinasi
Penanaman Modal Daerah Provinsi Sulawesi Selatan, untuk penyimpan barang
telah di buatkan Surat Keputusan yang di tanda tangani oleh Kepala Badan
Koordinasi Penanaman Modal Daerah Provinsi Sulawesi Selatan sehingga status
pemeriksa dan penyimpan barang diakui dan dapat dipertanggung jawabkan.
83
50
3. Peran Sistem Pengendalian Intern Dalam Mendorong Tata Kelola yang
Baik di Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah Prov. SUL – SEL.
Fungsi sistem pengendalian intern harus dapat berfungsi sebagai pedoman
penyelenggara dan tolok ukur pengujian efektifitas penyelenggaraan sistem
pengendalian intern.Pengendalian intern melaksanakan tiga fungsi penting secara
garis besar dapat dijelaskan bahwa ke –3 fugngsi tersebut saling mendukung agar
sistem yang ada memperoleh hasil yang maksimal.
James A Hall dalam bukunya yang berjudul accounting information system
menyebutkan bahwa sistem pengendalian intern memiliki keterbatasan
diantaranya adanya kemungkinan eror karena tidak ada sistem yang sempurna,
adanya pelanggaran yang dilakukan oleh orang dalam organisasi bersangkutan
seperti KKN, pihak manajemen yang mengesampingkan SPI, dan kondisi yang
berubah sehingga pengendalian yang telah ada menjadi tidak efektif.Beliau
mengilustrasikan SPI seperti lapisan yang melindungi aset dari serangan bom
yang dijatuhkan oleh pesawat,kejadian yang tidak diharapkan seperti adanya
akses orang lain yang ilegal terhadap entitas tersebut, adanya kesalahan yang
diakibatkan ketidakmampuan karyawan, rusaknya program komputer, adanya
tindakan kejahatan seperti ancaman hacker dan database.Kejadian yang tidak
diharapkan tersebut diibaratkan dengan serangan bom.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa SPI tidak ada yang
sempurna.Kelemahan atau kekurangan dari SPI akan menyebabkan celah
(exposure). Kejadian yang tidak diharapkan dapat masuk melalui celah tersebut.
Untuk mengatasi hal tersebut SPI terdiri dari 3 level yaitu preventive control,
detective control, dan corrective control. Preventive control merupakan
pengendalian yang dilakukan dengan cara melakukan pencegahan agar kejadian
84
50
yang tidak diinginkan tidak terjadi. Detective control dilakukan apabila kejadian
yang tidak diinginkan tersebut tidak dapat dicegah sehingga dilakukan aktivitas
pencarian untuk menemukan kejadian yang tidak diinginkan tersebut. Corrective
control merupakan pengendalian yang dilakukan dengan cara memperbaiki
kejadian yang tidak diinginkan yang ditemukan melalui detective control.
Korupsi merupakan salah satu kejadian yang tidak diharapkan terjadi di
lingkungan pemerintah, maka sistem pengendalian internal yang dibangun yaitu;
a. Preventive control yang dillakukan yaitu dengan adanya pemisahan
fungsi antara fungsi otorisasi, fungsi eksekusi,fungsi akuntansi, dan
fungsi aset pemerintah.misalnya adanya bendahara penerimaan
dan bendahara pengeluaran, bendahara penerimaan bertugas
untuk melakukan penerimaan yang berasal dari pendapatan asli
daerah sedangkan bendahara pengeluaran bertugas untuk
melakukan belanja yang mana uangnya diperoleh dari bendahara
umum daerah.
b. Detective control dilakukan oleh KPK, kepolisian dan kejaksaan
sebagai aparat penegak hukum.
c. Corective control dilakukan oleh instansi pemerintah yang
bersangkutan dengan cara memperbaiki celah – celah untuk
melakukan korupsi, misalnya pengadaan barang saat ini dilakukan
secara elektronik melalui LPSE.
85
BAB VI
P E N U T U P
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini, maka kesimpulan yang dikemukakan yaitu :
Sistem Penerapan pengendalian intern telah sesuai dengan standar akuntansi
pemerintah yang ditetapkan, hal ini didasari dengan ditetapkannya peraturan
mengenai pencatatan akuntansi persediaan barang pakai habis pada pemerintah
provinsi sulawesi selatan yang menetapkan standar pencatatan laporan akuntansi
serta peran dari pengendalian intern dan pengendalian intern yang di lakukan
dalam pencatatan dan penggunaan barang pakai habis dimana barang pakai habis
diadakan menggunakan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) yang
digunakan dalam melaksanakan kegiatan operasionalnya untuk mencapai target
kinerja dalam satu periode atau dalam satu tahun dalam Peraturan Gubernur
Nomor 20 Tahun 2016 tentang Pedoman Penatausahaan Persediaan Dilingkup
Instansi Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan dimana peraturan tersebut
menetapkan standar akuntansi serta pengendalian intern pada persediaan barang
pakai habis seperti :
a) Sistem yang digunakan di Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah
Provinsi Sulawesi Selatan dalam pencatatan persediaan barang pakai
habis yaitu sistem periodik dan metode yang digunakan adalah First In
First out (FIFO) sesuai dengan sistem dan metode yang ada di Peraturan
Gubernur Nomor 20 Tahun 2016.
b) Pelaporan yang di buat oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah
Provinsi Sulawesi Selatan yaitu berupa, Buku Barang Pakai Habis, Buku
Penerimaan Barang Pakai Habis, Buku Pengeluaran Barang Pakai Habis,
86
86
a) Kartu Barang, Kartu Persediaan, dan Berita Acara Opname Fisik telah di
buat dan sesuai dengan peraturan Gubernur Nomor 20 Tahun 2016.
Laporan tersebut dibuat sebagai bahan untuk pengendalian intern barang
pakai habis dan sebagai bukti bahwa dilakukan pengendalian barang
pakai habis mulai dari penerimaan barang sampai perhitungan persediaan
disetiap akhir periode.
C) Pengendalian intern barang pakai habis di Badan Koordinasi Penanaman
Modal Daerah Provinsi Sulawesi Selatan telah efektif dimana efektifitas
dapat terlihat dari penyediaan laporan persediaan barang pakai habis yang
berpengaruh dengan adanya persediaan yang dapat digunakan untuk
periode selanjutnya dan juga penyediaan laporan persediaan yang
berpengaruh dengan laporan keuangan karena dimana nilai persediaan
dicatat dalam laporan keuangan berupa neraca.
A. Saran-saran
Saran-saran yang ingin penulis kemukakan dalam tulisan ini buat pihak Badan
Koordinasi Penanaman Modal Daerah Provinsi Sulawesi Selatan, antara lain
sebagai berikut :
1. Pencatatan Persediaan dibuat dengan menggunakan aplikasi sehingga
memudahkan dalam pembuatan laporan persediaan.
2. Penambahan pegawai yang menangani persediaan barang pakai habis.
3. Dalam upaya mempermudah pemahaman mengenai standar akuntansi
diharapkan pegawai mengikuti diklat mengenai persediaan khususnya
mengenai pelaporan persediaan sehingga lebih tersedianya sumber daya
manusia yang daya saing
84
87
DAFTAR PUSTAKA
Arthur j. Kweon. 2011. Manajemen Keuangan. Jakarta Salemba Empat, Jakarta Anwar, NurulF. 2014. Analisis Penerapan Metode Pencatatan dan Penilaian
Terhadap Persediaan Barang Menurut PSAK No. 14 pada PT. Tirta Investama Manado. (http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/emba/article/view/4715/4238. diakses 23 april 2019)
Abdullah, Syukriy. 2008. Sistem Pengendalian internal pemerintah ( online ),
(https://syukriy.wordpress.com/, diakses 24 april 2019) Belkoul, ahmed,Riahi. 2006. Teori Akuntansi. Edisi kelima, Terjemahan Ali Akbar
yulianto, Risnawati Dermauli, Salemba Empat, Jakarta. Diana, Anastsia, dan Setiawati,Lilis 2011. Sistem Informasi Akuntansi.Andi, Jakarta. Engkoswara. 2010. Paradigma Manajemen Pendidikan. Yayasan Amal
keluarga, Bandung. Hery.2009 . Akuntansi Keuangan Menegah. Bumi Aksara,Jakarta. Kartika, Hadi; dan Hans. 2012.Akuntansi Keuangan Berdasarkan SAK
Berbasis IIFRS.Salemba Empat, jakarta Kasmir. 2010.Analisis Laporan Keuangan. Rajawali,Jakarta Krismiaji.2010.Sistem nformasi Akuntansi. UPP AMP YKPN, Yogyakarta. Lili, M. Sadeli. 2006. Dasar – Dasar Akuntansi .PT Bumi Aksara,Jakarta. Mulyadi, 2008, Sistem Akuntansi, Edisi Ketiga, Cetakan Keempat,Salemba
Empat, jakarta. Mahmuzar, M.Hum, 2010. Sistem Pemerintahan Indonesia, Nusa
Media,Bandung. Nusa Media Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 tahun 2008
tentang“Sistem Pengendalian Intern Pemerintah “ Nasution, Achmad. 2016. Analisis Penerapan Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah(SPIP). e-Journal UNISRI. ISSN 2355-4223. Vol 3. No 1, april 2019. Hal 76,78-79. Universitas Slamet Riyadi
88
Peraturan Gubernur Sulawesi Selatan Nomor 69 Tahun 2015 tentang “Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Sulawesi Selatan”.
Peraturan Gubernur Sulawesi Selatan Nomor 20 Tahun 2016 tentang “Pedoman
Penatausahaan Persediaan di Lingkungan Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan”.
Pura,Rahman.2012.Pengantar Akuntansi 1.Erlangga, Jakarta. Romney, M.B; dan Steinbart, P.J.2006.Sistem Informasi Akuntansi.Salemba Empat, Jakarta. Sofyan, Syafri, Harahap.2007. Teori Akuntansi. Pt Raja Persada,Jakarta. Stice , E.K. James, D.S; dan Skouosen,Fred.2009 Akuntansi
intermedite.Salemba Empat, Jakarta. Walter. T .Harison, Charles.T.H, C.Willian; dan Themin. Suwardy. 2012
Akuntansi Keuangan.Erlangga,Jakarta. Krismiaji. 2010. Sistem Informasi Akuntansi. Edisis ketiga, upp STIM YKPN, Marten Yogaswara. Modul Sistem Informasi Akuntansi. Http://www.jtanzilco.com/blog/detail/80/slug/pentingnya-pengendalian-yang-
sesuai-pada-persediaan.
LAMPIRAN
40
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
Nomor : 674/C.4-II/VI/40/2019
Lamp : -
Hal : Permohonan Izin Penelitian
Kepada Yth.
Ketua LP3M Unismuh Makassar
di-
Tempat
Dengan Hormat,
Dalam rangka proses penelitian dan penulisan skripsi mahasiswa
dibawah ini :
Nama : Nurhaedar
Stambuk : 105730519815
Jurusan : Akuntansi
Judul Penelitian :Pemanfaatan Pengendalian Intern Atas Persediaan PerlengkapanPada Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah Provinsi Sulawesi Selatan
Dimohon kiranya mahasiswa tersebut dapat diberikan izin untuk melakukan
penelitian sesuai tempat mahasiswa tersebut melakukan penelitian.
Demikian permohonan kami, atas perhatian dan bantuannya diucapkan
terima kasih
D e k a n,
Ismail rasulong, SE., MM. NBM. 903 078.-
Tembusan : 1. Rektor Unismuh Makassar 2. Ketua Jurusan 3. Mahasiswa ybs 4. Arsip
Jl. Sultan Alauddin No. 259 Telp. 0411-866972 Fax. 0411-865588 Telp 085230309264 Makassar 90221 Gedung Menara Iqra Lantai 7 Kampus Universitas Muhammadiyah Makassar – Sulawesi Selatan.
Makassar, 25 Syawal 1440 H 29 Juni 2019 M
Nurhaedar lahir di Pangkep, Desa Bonto Kecamatan Tondong
Tallasa Provinsi Sulawesi Selatan pada tanggal 11 November 1995
dari pasangan Ayahanda Marhaba dan ibunda Sanabia.Penulis
merupakan anak ke 5 dari 5 bersaudara. Pendidikan Formal Penulis
dimulai pada jenjang Sekolah Dasar di SD Inpres Bertingkat
Mamajang III Makassar dan lulus pada tahun 2008, kemudian melanjutkan pendidikan di
SMP YP PGRI Disamakan Makassar dan lulus pada tahun 2011, kemudian pendidikan
dilanjutkan kembali ketingkat sekolah menengah atas di SMA YP PGRI 3 Makassar dan
lulus pada tahun 2014, setelah lulus dari SMA YP PGRI 3 Makassar, penulis melanjutkan
studi S1 pada tahun 2015 di Perguruan Tinggi Swasta ternama di Sulawesi Selatan yaitu
Universitas Muhammadiyah Makassar ( UNISMUH ) dan mengambil konsentrasi Program
Studi Akuntansi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis.