sistem perjodohan anak di desa paria kecamatan …
TRANSCRIPT
1
SISTEM PERJODOHAN ANAK DI DESA PARIA KECAMATAN
DUAMPANUA KABUPATEN PINRANG
SKRIPSI
DiajukanuntukMemenuhi Salah SatuSyaratgunaMemperolehGelarSarjana
Pendidikanpada Program StudiPendidikanSosiologi
FakultasKeguruandanIlmuPendidikan
UniversitasMuhammadiyah Makassar
Oleh
NURMIATI
NIM. 10538332115
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI
JANUARI, 2020
2
3
4
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
‘’Pencapaianmu Tak Bernilai Apa-Apa
TanpaAdanya Sebuah Proses’’
Bersabarlah dalam berusaha dengan tekun dan pantang menyerah serta
bersyukur atas apa yang telah diperoleh karena sesungguhnya bersama
kesyukuran itu ada keringanan. Karena itu bila kau sudah selesai (mengerjakan
yang lain). Dan berharaplah kepada Tuhanmu. (Q.S Al Insyirah :6-8).
Kupersembahkan karya ini kepada :
Bapak dan Ibunda tercinta
Saudara-Saudara tersayang
Serta sahabat-sahabatku
Sebagai tanda bakti, hormat, dan rasa terima kasih
vi
5
ABSTRAK
NURMIATI, 2019. Sistem Perjodohan Anak di Desa Paria Kecamatan Duampanua Kabupaten Pinrang . Skripsi program studi Pendidikan Sosiologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbing 1 Nursalam dan Pembimbing II Risfaisal Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Sistem Perjodohan Anak di Desa Paria Kecamatan Duampanua Kabupaten Pinrang . Masalah dalam penelitian ini adalalah bagaimana sistem perjodohan anak di desa paria kecamatan duampanua kabupaten pinrang dan bagaimana peran orang tua dalam menentukan jodoh anaknya di desa paria kecamatan duampanua kabupaten pinrang Jenis penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Penelitian ini berlokasi Desa paria kabupaten pinrang .pengumpulan data dalam Penelitian ini menggunakan teknik observasi, wawancara , dan dokumentasi . Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dalam msenentukan jodoh anak tidak didominasi lagi oleh orang tua melainkan anak itu sudah di beri kebebasan untuk memilih jodohnya, karna anak yang menjadi pemeran utama dalam menentukan pasangan hidupnya Kata kunci.Perjodohan,Orang Tua, Anak.
6
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah swt., yang telah
memberi kekuatan dan kesehatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan judul “Sistem Perjodohan Anak di Desa Paria Kecamatan
Duampanua Kabupaten Pinrang . Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan
kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah menyinari dunia ini dengan cahaya
islam. Semoga kita termasuk umat beliau yang akan mendapatkan Syafa’aat di
hari kemudian. Aamiin.
Penyusun menyadari bahwa sejak penyusunan proposal sampai skripsi ini
rampung, banyak hambatan, rintangan, dan halangan, namun berkat izin Allah
SWT, dan bantuan, motivasi, serta doa dari berbagai pihak semua ini dapat
teratasi dengan baik. Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan skripsi ini.
Terima kasih yang sebesar-besarnya penulis haturkan kepada orang tua
tercinta, Ayahanda Tundung dan Ibunda Naria, serta saudaraku atas segala
pengorbanan, pengertian, kepercayaan, dan doanya sehingga penulis dapat
menyelesaikan studi dengan baik. Semoga Allah SWT, senantiasa melimpahkan
Rahmat dan Berkah-Nya kepada kita semua.
Selama dalam proses penyelesaian skripsi ini, penulis banyak mendapat
bantuan dari berbagai pihak, baik bantuan material maupun moral. Oleh karena
7
itu, penulis menyampaikan penghargaan dan penghormatan serta ucapan
terimakasih kepada Dr. H Nursalam M.Si (Pembimbing I) dan kepada
Risfaisal, S.Pd., M.Pd (Pembimbing II) yang sudah bersusah payah membimbing
penulis dalam penyusunan skripsi ini. Terima kasih kepada Rektor Universitas
Muhammadiyah Makassar Prof. Dr. H. Abdul Rahman Rahim, SE, MM., yang
banyak berpikir demi kemajuan Universitas Muhammadiyah Makassar. Ucapan
terima kasih dan penghargaan juga penulis sampaikan kepada Erwin Akib,
S.Pd, M.Pd, Ph.D, Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Penulis juga
hanturkan terima kasih kepada Drs. H. Nurdin, M.Pd. Ketua Jurusan Pelaksana
Tugas Pendidikan Sosiologi. Selain itu, terima kasih dan penghargaan kepada
seluruh staf Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan
bantuan dan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan studi. Penulis juga
hanturkan rasa hormat dan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada
Bapak/Ibu dosen atas segala arahan, petunjuk dan jasa-jasanya yang telah
memberikan ilmu kepada penulis.
Terima kasih kepada bapak Ma’muni Kepala Desa dan bapak Jamaluddin
wakil Kepala Desa serta staf Desa dan masyarakat Desa Paria yang telah
memberi kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di Desa Paria.
Serta ucapan terima kasih kepada sahabat-sahabat seperjuanganku
(Herawati, Ritasari, Kustiana, Yuyun) teman-teman seperjuanganku khususnya
kelas E yang telah memberikan motivasi dan masukan selama proses hingga
selesainya penelitian ini. Untuk teman-teman Program Studi Pendidikan Sosiologi
angkatan 2015.
8
Terlalu banyak orang yang berjasa kepada penulis selama menempuh
pendidikan di Universitas Muhammadiyah Makassar, sehingga tidak akan termuat
bila dicantumkan namanya satu per satu, oleh karena itu kepada mereka semua
tanpa terkecuali penulis ucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya dan
penghargaan setinggi-tingginya. Semoga Allah SWT., membalas semua kebaikan
dan jerih payah kita dengan pahala yang melimpah dan tak terbatas.
Aamiin Ya Rabbal Alamin…
Makassar,November2019
Penulis
9
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ......................................................................................… i
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ........................................................ iii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................................iv
SURAT PERNYATAAN....................................................................................... v
SURAT PERJANJIAN ........................................................................................ vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ..................................................................... vii
ABSTRAK ..........................................................................................................viii
KATA PENGANTAR .........................................................................................ix
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xi
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiv
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .....................................................................................7
C. Tujuan Penelitian .....................................................................................7
D. Manfaat Peneitian ......................................................................................7
E. Definisi Oprasional ...................................................................................8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................9
A. Kajian Konsep .........................................................................................9
1. Sistem perjodohan dari sudut pandang sosiologi ...............................9
2. Struktur prinsip perjodohan anak ....................................................... 13
10
3. Peran orang tua perjodohan anaj…………………………. .............20
B. Kajian Teori ............................................................................................24
C. Kerangka pikir .......................................................................................... 30
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 31
A. Jenis dan pendekatan penelitan ............................................................... 31
B. Lokasi dan waktu penelitian .................................................................... 31
C. Informan penelitian ................................................................................. 31
D. Jenis dan sumber data .............................................................................. 32
E. Instrumen penelitian ................................................................................ 32
F. Teknik pengumpulan data ....................................................................... 33
G. Teknik analisis data .................................................................................35
H. TeknikKeabsahan data ............................................................................35
BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ............................. 37
A. Bentuk perjodohan .................................................................................. 37
B. Keadaan geografis .................................................................................... 37
C. Keadaan demografi …………………….................................................. 38
D. Keadaan pendidikan..................................................................................40
E. Mata percarian penduduk..........................................................................42
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..................................44
A. Hasil Penelitian .......................................................................................44
B. Pembahasan ............................................................................................. 49
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ................................................................70
A. Simpulan .................................................................................................70
11
B. Saran ........................................................................................................70
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................72
LAMPIRAN-LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
12
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Negara Indonesia adalah negara yang sangat kaya dimulai dari rempa-
rempa, hasil tambang, hasil pertanian, suku-suku, bahasa, serta adat dan
budayanya yang melimpah dari ujung timur hingga ujung barat atau dari sabang
hingga meroke, termasuk juga didalamnya perjodohan.
Pemilihan jodoh adalah hal yang sangat penting dalam perkawinan karena
pada dasarnya proses pemilihan jodoh tergantung dari sistem yang dianut oleh
masyarakat yang berbeda-beda dari masyarakat ke masyarakat lainnya untuk
membentuk suatu keluarga.
Para sosiolog berpendapat bahwa asal-usul pengelompokan keluarga
bermula dari peristiwa perjodohan atau perkawinan.Keluarga adalah suatu
kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih yang direkat oleh ikatan darah,
perkawinan atau adopsi serta tinggal bersama.Dan setelah sebuah keluarga
terbentuk, anggota keluarga yang ada didalamnya memiliki tugas masing-
masing.Suatu pekerjaan yang harus dilakukan dalam kehidupan keluarga inilah
yang disebut fungsi keluarga, jadi fungsi keluarga adalah suatu pekerjaan atau
tugas yang harus dilakukan di dalam atau di luar keluarga.
Selain fungsi keluarga adapula sistem keluarga, yang dimaksud sistem
keluarga di sini meliputi proses pembentukan keluarga (sistem pelamaran dan
perjodohan), membina kehidupan dalam keluarga (hak dan kewajiban suami, istri,
1
13
dan anak), pendidikan dan pengasuhan anak, putusnya hubungan keluarga
(perceraian).
Perjodohan merupakan hal yang penting, karena dengan sebuah
perkawinan seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara biologis
maupun psikologis.
Demikian pula pengaruh keluarga sangat penting bagi kehidupan sosial,
bukan saja sebagai wadah hubungan suami istri atau anak-anak maupun orang tua,
juga sebagai rangkaian tali hubungan antara jaringan sosial, anggota-anggota
keluarga serta jaringan yang lebih besar lagi, yaitu masyarakat, oleh karena itu
masyarakat juga menaruh perhatian pada masalah itu menyangkut perpaduan
suatu keluarga yang akan menikah dihubungan dengan jarigan-jarigan lain yang
lebih jauh terkait, kedua keluarga itu menpunyai kedudukan dalam sistem
pelapisan yang semuanya tergantung pada keluarga itu, perkawinan keduanya
adalah petunjuk terbaik bahwa garis keturunan kelurga yang satu akan
memandang yang lainnya, secara sosial dan ekonomi. Oleh karena itu suatu
perkawinan menimbulkan berbagai macam akibat juga melibatkan anak keluarga
termasuk suami istri itu sendiri.
Selain itu manusia adalah mahkluk sosial yang selama hidupnya banyak
berinteraksi dengan orang lain dari pada menyendiri karena kodratnya manusia
memiliki keterbatasan-keterbatasan dengan kodrat keterbatasan itu manusia
mempunyai naluri yang kuat untuk saling membutuhkan sesamanya dan saling
mengisi, melengkapi dan menyempurnakan keterbatasan tersebut manusia tidak
bisa hidup tanpa berhubungan dan berinteraksi antara manusia yang satu dengan
14
manusia lainnya, maka dari itu adanya hubungan saling tergantung dengan
sesamanya ini disebabkan kerana adanya interaksi sosial yang merupakan proses
sosial dan syarat-syarat yang utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial, maka dari
interaksi sosial tersebut lahirlah reaksi-reaksi sosial sebagai akibat adanya
hubungan-hubungan yang terjadi dan dari reaksi-reaksi itu mengakibatkan
bertambah luasnya sikap dan tindakan seseorang (Soerjono Soekanto, 1999).
Dalam pasal 1 Undang-Undang No 1 Tahun 1974 tentang perjodohan atau
perkawinan, mendefinisikan perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang
pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk
keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang
Maha Esa (Handayani, 2005:41). Dan pernikahan yang ideal untuk perempuan
adalah 21-25 tahun sementara laki-laki 25-28 tahun. Karena di usia seperti ini
secara fisik maupun mental sudah mampu atau sudah ada kesiapan memikul
tanggung jawab sebagai suami isteri dalam rumah tangga.
Untuk itu dalam melangsungkan suatu perjodohan maka perlu mempunyai
persiapan dan kematangan baik secara biologis, psikologis maupun sosial
ekonomi.
Biasanya orang tua bahkan keluarga menyuruh anaknya untuk berjodoh
dengan kelurganya atau kerabat yang sangat dikenalnya untuk melangsungkan
sebuah perkawian secepatnya padahal umur mereka belum matang untuk
melangsungkan perkawinan, karena orang tua dan keluarga khawatir
anaknya melakukan hal-hal yang tidak diinginkan karena anak laki-laki atau
perempuannya berpacaran yang sangat lengket sehingga segera mengawinkan
15
anaknya. Hal ini merupakan hal yang sudah biasa atau turun-temurun. Sebuah
keluarga yang mempunyai anak tidak akan merasa tenang sebelum anak tersebut
menikah.
Dalam proses pemilihan jodoh yang saling berkaitan adalah keluarga calon
pengantin. Kedua jaringan keluarga yang akan menikah di hubungkan, oleh
karena itu juga jaringan-jaringan lain yang lebih jauh menyangkut kedua keluarga
yang akan menikah dengan siapa karena kedua keluarga itu saling
membandingkan. Dimana ukurannya adalah kira-kira sama. Baik secara ekonomi
ataupun secara sosial.
Cara pemilihan jodoh dapat di ketahui melalui cara tawar-menawar yang
telah dikenal dalam sejarah perkawinan itu sendiri. Perkawinan dimaksudkan
untuk mempererat hubungan keluarga, lebih lagi kedua individu tersebut keluarga
memikirkan bahwa perkawinan itu suatu yang baik dan tujuannya bermanfaat bagi
kedua belah pihak maupun dari segi-segi lainnya yang berhubungan dengan
tujuan perkawinan.Seperti terpenting dalam perjanjian perkawinan oleh karena itu
dapat dipastikan bahwa semua system pemilihan jodoh anak menunjukan kepada
pernikahan homogeny sebagai hasil dari tawar-menawar.
Artinya keluarga-keluarga yang kaya memandang dia sebagai calon
menantu yang baik bagi anak laki-laki mereka, sebaliknya begitu juga jika
keluarga yang kedudukannya lebih tinggi atau berkuasa.Keluarga-keluarga
lainnya pada tingkat itu memandang hal itu cocok.Dan keluarga tidak perlu
mengikat diri dengan keluarga yang serasi. Dengan kata lain seperti yang disebut
oleh William J.Goode dalam bukunya : “Sosiologi Keluarga” dan memberi contoh
16
orang tak berkerabat dan miskin boleh saja menginginkan istri dengan kepribadian
tinggi, tetapi tak dapat menawarkan sesuatu yang cukup untuk menarik, baik gadis
maupun keluarganya agar menilai dia, karena mereka saja dapat mencari suami
dengan kualitas yang baik.
Meskipun disadari, perjodohan adalah hubungan yang permanen antara
laki-laki dan perempuan yang diikuti oleh masyarakat yang bersangkutan
berdsarkan atas peraturan perjodohan yang berlaku dalam Suatu perkawinan untuk
mewujudkan adanya keluarga dan memberikan adanya keabsahan atas status
kelahiran anak-anak mereka.Perjodohan tidak hanya mewujudkan adanya
hubungan antara mereka yang jodoh saja tetapi juga melibatkan hubungan-
hubungan diantara kerabat-kerabat dari masing-masing pasangan tersebut.
Perjodohan anak merupakan suatu peristiwa yang sangat penting dan tak
pernah terlupakan dalam perjalanan hidup seseorang dalam membentuk dan
membina keluarga bahagia.Untuk itu diperlukan perencanaan yang matang dalam
mempersiapkan segala sesuatunya meliputi aspek fisik, mental dan sosial
ekonomi. Perjodohan akan membentuk suatu perkawinan atau ikatan keluarga
yang merupakan unit terkecil yang menjadi sendi dasar utama bagi kelangsungan
dan perkembangan suatu masyarakat bangsa dan negara.
Tetapi pada masyarakat tertentu masalah pemilihan jodoh dan perkawinan
ini sangat sering dikaitkan dengan masalah agama, keyakinan tertentu, adat
istiadat, kebudayaan tertentu dan sebagainya. Adapun proses pegaturan
perkawinan menunjukkan lingkup kemunkinan yang menarik. Beberapa
masyarakat mengikuti suatu peraturan tertentu dimana dua anak dari kelurga yang
17
berbeda telah ditentukan oleh kerabatnya menjadi pasangan suami istri, sehingga
pilihan-pilihan pribadi menjadi tidak perlu lagi.orang tua berhak mengatur
perkawinan atau tanpa mempertimbangkan keinginan pasangan. Khususnya di
Desa Paria kecematan Duampanua kabupaten Pinrang, dimana penduduknya
sangat heterogen maka masalah pemilihan jodoh dan perkawinan ini sangat
menjadi kompleks.
Hal ini disebabkan karena bagaimanapun juga, suku bangsa menpunyai
khas sendiri dalam menpertahankan adat dan keluarga. Oleh karena itu dirasa
perlu adanya pelestarian norma lama atau hukum adat.
Perjodohan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang
wanita sebagai suami istri dengan tujuan untuk membentuk keuarga (rumah
tangga ang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan ang Maha esa.
Perjodohan merupakan sunnatullah dan merupakan unsur pokok karenanya
diperintahkan untuk menyegerakan menikah dengan maksud yaitu untuk
menghidari fitna dan zina bagi yang mampu. Salah satu prinsip moral yang paling
penting dalam pandangan Islam adalah perjodohan dan membentuk keluarga.
Alasan saya memilih judul ini adalah karena di tempat yang ingin saya
teliti banyak sekali terjadi pernikahan yang di sebabkan oleh perjodohan yang
dimana hanya orang tua yang melakukan komunikasi terlibeh dahulu dengan
pihak keluarga laki-laki dan pihak keluarga permpuan. Setelah adanya keputusan
dari kedua belah pihak keluargan kemudian menyampaikan kedapa anaknya
masing-masing dan biasa juga bukan orang tua yang langsung menyampaikan
tentang pernikahannya tetapi didengar dari kerabatnya.
18
Hal ini membuat penulis tertarik untuk meneliti tentang “Sistem
Perjodohan Anak di Desa Paria Kecamatan Duampanua Kabupaten
Pinrang”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan yang termuat pada latar belakang diatas, maka
penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut :
1. Sistem Perjodohan Anak di Desa Paria Kecamatan Duampanua Kabupaten
Pinrang?
2. Bagaimana Bagaimana peran orang tua dalam menentukan jodoh anaknya di
Desa Paria Kecamatan Duampanua Kabupaten Pinrang?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui Sistem Perjodohan Anak di Desa Paria Kecamatan
Duampanua Kabupaten Pinrang.
2. Untuk mengetahui peran Orang tua dalam menentukan jodoh anaknya di
Desa Paria Kecamatan Duampanua Kabupatan Pinrang.
D. Manfaat Penelitian
1. Dapat menjadi bahan masukan bagi para keluarga dalam menentukan jodoh
anak.
2. Dapat dijadikan bahan referensi bagi penelitian yang lain yang ingin
mengetahui atau mengkaji obyek yang berkaitan dengan penelitian ini.
19
E. Definisi Operasional
1. Sistem berasal dari bahasa Latin(systēma) dan bahasa Yunani (sustēma)
adalah suatu kesatuan yang terdiri komponen atau elemen yang
dihubungkan bersama untuk memudahkan
aliran informasi, materi atau energi untuk mencapai suatu tujuan. Sistem juga
merupakan kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan yang berada
dalam suatu wilayah serta memiliki item-item penggerak, contoh umum
misalnya seperti negara.
2. Perjodohan adalah suatu proses perencanaan menjalin suatu keluarga oleh
wali yang bersifat lebih mengingat dan lebih sering dilakukan tanpa
sepengetahuan anak yang dijodohkan.
3. Anak adalah seorang lelaki atau perempuan yang belum dewasa atau
belum mengalami masa pubertas. Menurut psikologi, anak adalah periode
pekembangan yang merentang dari masa bayi hingga usia lima atau enam
tahun, periode ini biasanya disebut dengan periode prasekolah, kemudian
berkembang setara dengan tahun-tahun sekolah dasar.
20
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Konsep
1. Sistem perjodohan dari sudut pandang sosiologi
Sebagai bahan pembahasan akan dibahas sistem perjodohan dalam konteks
ilmu-ilmu sosiologi. Seperti dalam buku sosiologi keluarga oleh william J Goode
(1985) di tuliskan bahwa pada dasarnya, proses pemilihan jodoh berlangsung
seperti sistem pasar dalam ekonomi, sistem ini berbeda dari satu masyarakat ke
masyarakat lain, tergantung pada siapa yang mengatur transaksinya, bagaimana
peraturan pertukarannya, serta penilaian yang relatif mengenai berbagai macam
kuwalitas. Maksudnya adalah jika pihak keluarga kaya maka akan dinilai dengan
harga yang tinggi dan tawar-menawarpun dilakukan dari pihak keluarga yang
kaya juga. Sehingga tercipta suatu proses pernikahan. Bagitupun sebaliknya,
keluarga yang ekonomi menengah juga terjadi proses seperti itu.
Dalam kebudayaan tiap masyarakat di dunia memiliki larangan-larangan
terhadap pemilihan jodoh bagi aggota-anggotanya, perjodohan dalam ilmu
sosiologi termasuk dalam salah satu sistem kekerabatan yang merupakan unsur
kekeluargaan berupa organisasi sosial. Menurut kamus besar bahasa Indonesia
arti jodoh adalah cocok, sesuai, pasangan, sepadan, serasi dan setuju hatinya.
Jadi yang dimaksud perjodohan adalah suatu cara untuk mencari pasangan hidup
seseorang dengan landasan keserasian antara dua belah pihak. Di dalam
masyarakat orang bugis dari lapisan, terdapat pembatas dalam perjodohan.Yang
membatasi perjodohan tersebut adalah dilarangnya memilih jodoh saudara
9
21
kandung sendiri. Ada pendapat yang mengatakan kurang setuju dalam masyarakat
bugis untuk menikah dengan saudara sepupu dari pihak ayah, saudara perempuan
dari ayah atau ibu, atau wanita yang lebih tua. Namun pantangan terhadap
perkawinan seperti itu tidak ada.Seperti yang di bahas oleh para sarjana sosiologi,
A.W. Widjaya (1986) menyebutkan bahwa “Keluarga adalah kelompok yang ada
hubungan darah atau perkawinan.Orang-orang yang termasuk keluarga itu ialah,
bapak dan anaknya”.
Dengan kata lain keluarga yang dimaksud disini adalah sekelompok
manusia yang terdiri dari ibu, bapak, anak-anak, kakek dan mencakup semua
orang yang keturunan dari kakek nenek yang sama termasuk keturunang masing-
masing istri dan suami. Dalam arti kiasan, istilah keluarga dipergunakan untuk
sekelompok orang yang hidup bersama atau sekelompok orang yang hidup dalam
suatu rumah besar (rumah keluarga).
Sedangkan dalam kamus sosiologi yang ditulis oleh Soerjono
Soekanto(2006) memberikan defenisi keluarga yaitu “Dua orang atau lebih yang
hidup bersama yang mempunyai hubungan darah, perkawinan, atau karena
pengangkatan”. Berdasarkan penjelasan disini dapat disimpulkan bahwa keluarga
adalah sekelompok manusia yang sepakat hidup disuatu tempat dengan syarat-
syarat berikut:
a. Diikat oleh suatu perkawinan yang syah.
b. Terdiri dari ayah, ibu, beberapa anak-anak dan biasa juga orang-orang
terdekat dengan mereka.
c. Menpunyai tempat tinggal sendiri yang menetap.
22
d. Saling melakukan hubungan permanent.
e. Ada terdapat perasaan saling melingdungi diantara anggota-anggotanya.
Penjelasan diatas dapat diketahui bahwa keluarga sebagai satu kesatuan
sosial terkecil yang dipunyai oleh manusia sebagai mahluk sosial. Sebuah kelurga
adalah satuan kekerabatan yang juga merupakan satuan tempat tinggal yang
ditandai oleh adanya kerjasama ekonomi, dan mempunyai fungsi untuk
bekembang baik, mensosialisasikan atau mendidik anak, dan menolong serta
melindungi yang lemah khususnya merawat orang-orang tua mereka yang telah
jompo. Umumnya sebuah keluarga tersendiri atas seorang laki-laki dan seorang
wanita dan ditambahkan anak-anak mereka yang biasanya tinggal dalam satu
rumah yang sama.
Dengan demikian, terjadi hubungan yang saling membutuhkan satu sama
lain yang erat dan terjadi setiap waktu. Keluarga yang melingkupi pribadi
sepanjang bagian terbesar waktu kehidupan sosial individu dapat menjanjikan
kekuatan dan berfungsi juga mengontrol anggotanya dalam setiap situasi.
Keluarga itu terdiri dari pribadi-pribadi, tetapi merupakan jaringan sosial
yang besar. Hal ini dijelaskan oleh William J.Goode(1985) dalam bukunya yang
berjudul “Sosiologi Keluarga” bahwa hubungan keluarga cenderung lebih dekat
dikarenakan individu mereka dekat, dengan keluarganya.
Dengan kata lain bahwa keluarga adalah bagian terkecil dari masyarakat
dan individu dapat belajar bermula dari keluarga. Hanya melalui kelurgalah
masyarakat itu dapat memperoleh dukungan yang diperlukan dari pribadi-
pribadi.Sebaliknya, keluarga hanya dapat terus bertahan jika didukung oleh
23
masyarakat yang lebih luas jika masyarakat itu merupakan suatu sistem kelompok
sosial yang lebih kecil atau sebagai suatu syarat agar keluarga itu dapat bertahan
maka kedua system itu harus berhubungan dalam banyak hal yang penting.
Sebagai bahasan selanjutnya adalah pembagian keluarga dari sudut ilmu
sosiologi. Secara garis besar dikenal adanya sitem pokok pembagian keluarga Di
Indonesia sistem keluarga ini dapat dibedakan menjadi 3 macam menurut
Hardijito Notopuro(1997) yaitu:
a. Sistem patrilineal murni
Dalam bukunya “Peran seorang yang dijodohkan dalam keluarganya
pada masa pembangunan diindonesia” menyebutkan bahwa sistem patrilineal
murni ialah: “Sistem kekeluargaan dimana hubungan kekeluargaan seseorng itu
dilacak/diperhitungkan melalui garis perjodohan pria saja. Ini berakibat bahwa
setiap keturunan dari garis ayah termasuk dalam hubungan kekeluargaan”.
Sistem perjodohan dalam kekeluargaan dimana hubungan kekeluargaan
seseorang itu dilacak/diperhitunkan melalui garis laki-laki atau wanita,tergantun
dari bentuk perkawinan yang telah dilakukan oleh orang tuanya. Contohnya
adalah sistem perjodohan dalam kekeluargaan yang dijumpai masyarakat lampung
pepedon dimana masyarakat disitu masih dianggap sebagai suatu masyarakat yang
bersifat tradisional.
b. Sistem Matrilineal
Sistem ini dijelaskan dalam bukunya peranan perjodohan wanita didalam
kekeluargaan dimana beliu menyebutkan bahwa: “Sistem Matrilineal adalah
sistem perjodohan dalam kekeluargaan dimana kekeluargaan seseorang itu
24
dilacak/diperhitungkan melalui garis wanita saja. Ini berakibat bahwa setiap
keturunan dari garis ibu termasuk dalam batas hubungan kekeluargaan’’.
c. Sistem perjodohan parental
Sistem ini juga dijelaskan dalam bukunya peranan perjodohan
menyebutkan bahwa: “Sistem perjodohan parental adalah sistem perjodohan
dimana hubungan kekeluargaan seseorang dilacak/ diperhitungkan melalui garis
baik ayah maupun keturunan ibu’’.
Sebagai contoh dari hal ini adalah terdapat pada masyarakat jawa. Disini
orang menarik garis keturunan keatas melalui ayahnya serta ibunya yang
demikian pula apa yang dilakukan oleh ayah dan ibunya itu dan seterusnya.
2. PENGERTIAN PERKAWINAN
Adalah ikatan sosial atau ikatan perjanjian hukum antar pribadi yang
membentuk hubungan kekerabatan dan yang merupakan suatu pranata dalam
budaya setempat yang meresmikan hubungan antar pribadi yang biasanya dan
seksual perkawinan umumnya dimulai dan diresmikan.
Dalam Islam merupakan fitrah manusia dan merupakan ibadah bagi
seorang muslim untuk dapat menyempurnakan iman dan agamanya. Dengan
menikah, seseorang telah memikul amanah tanggung jawabnya yang paling besar
dalam dirinya terhadap keluarga yang akan ia bimbing dan pelihara menuju jalan
kebenaran. Pernikahan memiliki manfaat yang paling besar terhadap kepentingan-
kepentingan sosial lainnya. Kepentingan sosial itu yakni memelihara
kelangsungan jenis manusia, melanjutkan keturunan, melancarkan rezeki,
menjaga kehormatan, menjaga keselamatan masyarakat dari segala macam
25
penyakit yang dapat membahayakan kehidupan manusia serta menjaga
ketenteraman jiwa.
Sesuai dengan rumusan itu, pernikahan tidak cukup dengan ikatan lahir
atau batin saja tetapi harus kedua-duanya. Dengan adanya ikatan lahir dan batin
inilah perkawinan merupakan satu perbuatan hukum di samping perbuatan
keagamaan. Sebagai perbuatan hukum karena perbuatan itu menimbulkan akibat-
akibat hukum baik berupa hak atau kewajiban bagi keduanya, sedangkan sebagai
akibat perbuatan keagamaan karena dalam pelaksanaannya selalu dikaitkan
dengan ajaran-ajaran dari masing-masing agama dan kepercayaan yang sejak
dahulu sudah memberi aturan-aturan bagaimana perkawinan itu harus
dilaksanakan.
Dari segi agama Islam, syarat sah pernikahan penting sekali terutama
untuk menentukan sejak kapan sepasang pria dan wanita itu dihalalkan
melakukan hubungan seksualsehingga terbebas dari perzinaan. Zina merupakan
perbuatan yang sangat kotor dan dapat merusak kehidupan manusia. Dalam agama
Islam, zina adalah perbuatan dosa besar yang bukan saja menjadi urusan pribadi
yang bersangkutan dengan Tuhan, tetapi termasuk pelanggaran hukum dan wajib
memberi sanksi-sanksi terhadap yang melakukannya. Di Indonesia yang
mayoritas penduduknya beragama Islam, maka hukum Islam sangat memengaruhi
sikap moral dan kesadaran hukum masyarakatnya.
Apabila salah satu syarat itu tidak dipenuhi maka perkawinan tersebut
dianggap tidak sah, dan dianggap tidak pernah ada perkawinan. Oleh karena itu
diharamkan baginya yang tidak memenuhi rukun tersebut untuk mengadakan
26
hubungan seksual maupun segala larangan agama dalam pergaulan. Dengan
demikian apabila keempat rukun itu sudah terpenuhi maka perkawinan yang
dilakukan sudah dianggap sah.
3. Struktur Prinsip Perjodohan Anak
Oleh karena itu, dalam memandang proses-proses percintaan dalam
pemilihan jodoh, kiat melihat lagi bahwa masyarakat luas juga menaruh perhatian
akan hasilnya. Selalu kedua jaringan keluarga yang akan dijodohkan dihubungkan
karenanya, dan oleh karena itu juga jaringan-jaringan lain yang lebih jauh
tersangkut. Kedua keluarga itu menpunyai semacam kedudukan dalam sistem
lapisan, yang keseimbangannya sebagian juga tergantung kepada siapa dengan
siapa yang akan dijodohkan untuk menjalankan suatu perkawinan antara keduanya
adalah petunjuk yang terbaik bahwa garis keluarga yang satu memandang yang
lainya kira-kira sama secara social atau ekonomis.
Berbicara masalah jodoh yang ideal adalah gampang-gampang susah. Ini
disebabkan masalah jodoh adalah masalah yang tak bisa dirumuskan.Masalah
jodoh adalah misteri dan sulit diduga.Oleh karena itu sulit rasanya menentukan
masalah jodoh menjadi suatu hal yang ideal.Namun memang ada beberapa hal
yang bisa menjadi pegangan, supaya kelangsungan perjodohan dan
rumahtangganya menjadi lebih nyaman dan tidak banyak menemui kendala yang
berarti. Namun inipun, tidak ada jaminan akan berlangsungnya rumah tangga
yang mulus tanpa lubang dan duri.
Hal di atas sangat bisa dipahami mengingat, sebuah perjodohan akan
menyangkut masalah perwatakan, kepribadian, kultur, dan cara pandang dua insan
27
yang berlainan jenis dan asal-usulnya. Nah.., akibat berperannya banyak faktor,
maka masalah perjodohan adalah masalah yang cukup rumit dan pelik.Untuk itu
kalau toh kami bisa sedikit banyak menjabarkan permasalahan keidealan sebuah
perjodohan, maka ini bukanlah sebuah keharusan.Namun mungkin tidak ada
salahnya menjadi sebuah pilihan yang pantas untuk dipertimbangkan.
Yang pertama ialah kesamaan dalam hal kepercayaan yang dianutnya
(Agama, adat-istiadat ataupun kultur yang dianutnya). Ini kami tekankan menjadi
hal yang utama, oleh sebab kepercayaan yang sudah dianutnya adalah bagian dari
sistem yang sudah mengakar pada diri dan keluarganya. Perbedaan kultur dan
kepercayaan tidak sedikit banyak menjadi ganguan dan ganjalan pada sebuah
rumah tangga yang berdiri diatas dua kultur dan kepercayaan yang cukup tajam
perbedaannya.
Perbedaan yang cukup tajam inilah yang sering berperan menggoyahkan
rumah tangga seseorang.Dan dalam banyak kasus, penyebab goyahnya sebuah
rumah tangga dalam kaitannya dengan masalah ini, justru disebabkan campur
tangan pihak luar.Kedua belah pihak yang berada diluar ini, sering memberi
pandangan yang berbeda terhadap dinamika rumah tangga tersebut. Dan
kemudian pada akhirnya, jika kedua insan yang berada dalam rumah tangga
tersebut tidak mempunyai prinsip dan sikap akan masa depan rumah tangganya
sendiri, maka jalannya rumah tangga itupun banyak mengalami goncangan dan
ujian. Dan selanjutnya, nasib rumah tangga merekapun akan berada di ujung
tanduk. Dan kemudian, kalau tidak segera menemukan prinsip dan sikap terhadap
28
rumahtangganya sendiri, maka tidak mustahil rumah tangga itupun mudah ambruk
berantakan.
Kedua adalah kematangan diri tentang pandangan mengenai lawan
jenisnya.Hal ini berhubungan dengan dasar dan alasan kenapa seseorang memilih
jodoh untuk calon pendampingnya.Pertimbangan ini menjadi sangat penting
mengingat banyak orang salah atau keliru dalam menetapkan dasar dan alasan
memilih calon pendampingnya.
Lalu pada akhirnya, ternyata kematangan diri dalam mempersiapan
berumah tangga itu berada dalam jiwanya.Dalam jiwa yang sudah siap mengabdi
dan melindungi. Dalam jiwa yang mengerti cara memperlakukan dan memahami
istri atau suami. Dalam jiwa yang sangat tahu betul cara membangun kebahagian
yang sejati. Dalam jiwa yang segera bisa menyikapi dan segera menempatkan diri,
suatu ketika harus melewati jalan terjal yang penuh duri.Dalam jiwa yang tahu
betul kewajiban dan hak sebagai istri atau suami. Dalam jiwa yang sadar betul
cara menjalani rumah tangga yang sejati. Jiwa yang sudah matang untuk
memasuki dunia yang sudah bukan menjadi dirinya sendiri.
Yang ketiga atau yang terakhir adalah sebuah rumah tangga haruslah
menjadi semangat untuk belajar mandiri dan mencari kehormatan diri.Semangat
mandiri dan mencari kehormatan diri di sisni adalah pandangan bahwa keluarga
harus bisa menjadi inspirasi dan semangat untuk mencari rejeki. Sebab harus
disadari, bahwa dalam rumah tangga akan banyak pelajaran yang akan dihadapi
dan dilalui. Pelajaran itu harus diarahkan untuk menuju rumah tangga yang
produktif dan berdaya guna.Produktif dalam meningkatkan rejeki yang sejati
29
(bukan pendapatan ketika masih sendiri).Berdaya guna untuk melahirkan generasi
yang mumpuni dan penuh prestasi.Berdaya guna ikut serta membangun
masyarakat yang produktif dan inovatif. Berdaya guna sebagai lini depan yang
akan menentukan nasib bangsa yang lebih pasti. Berdaya guna menjadikan rumah
tangga yang sejati, yaitu rumah tangga yang mampu mendapatkan kemapanan dan
kehormatan diri.
Sebelum melihat pada kenyataan, perlu kita tekankan bahwa sebuah
system pemilihan jodoh menuju pada pernikahan homogeny sebagai proses tawar
menawar. Secara umum ‘jenis cari jenis’ dengan kemunkinan bermacam-macam
ciri.jika si gadis berasal dari keluarga kaya, keluarganya bergaul dengan keluarga-
keluarga kaya lainnya, dan karena kekayaannya ia menguasai ‘harga’ yang tinggi
dalam pasaran perkawinan. Maksudnya, keluarga-keluarga kaya lainnya
memandang dia sebagai calon menantu yang baik bagi anak laki mereka. Begitu
juga jika keluarganya berkedudukan tinggi atau berkuasa keluarga-keluarga
lainnya pada tingkat itu akan memadangnya cocok, dan keluarganya tidak perlu
mengikat diri dengan keluarga yang kedudukannya lebih rendah guna
mendapatkan suami yang serasi. Orang tak berbakat dan miskin boleh saja
menginginkan istri dengan kepribadian yang tinggi, tatapi ia tak dapat
menawarkan sesuatu yang cukup untuk menarik baik si gadis maupun
keluarganya agar memilih dia, karena mereka dapat saja mencari calon suami
dengan kwalitas yang lebih baik.
Oleh karena itu, suatu perjodohan menimbulkan berbagai macam akibat,
yang juga melibatkan bayak sanak keluarga termasuk suami istri sendiri. Pada
30
semua masyarakat, peraturan yang komplek mengatur proses pemilihan pasangan
dan akhirnya juga perkawinan. Upacara perkawinan merupakan suatu ritual
perpindahan bagi setiap pasangan, seorang pemuda dan pemudi dewasa secara
ritual memasuki kedudukan kedewasaan dengan hak-hak kewajiban baru.Ia juga
menandakan adanya persetujuan masyarakat atas suatu ikatan perkawinan.
Karenanya, jaringan sanak keluarga juga menerima kewajiban-kewajiban peran
baru.Pada bangsa-bangsa barat, berabat-abat yang lalu, Negara telah mengambil
peranan penting dalam undang-undang perkawinan lebih banyak daripada bangsa-
bangsa di timur, tetapi perkawinan merupakan kepentingan umum di semua
masyarakat, karena masyarakat secara umum berkepentingan atas akibatnya.
Upacara perkawinan itu sendiri merupakan suatu yang jelas tampak, tetapi
lebih daripada itu merupakan puncak berbagai proses halus yang mendasar.
Memang, banyak pengantin menganggap pilihan jodohnya sebagai yang terbenar
dengan proses perkenalan, pacaran, sebagai umpannya ke perkencanan. Orang
yang berkencan dengan pegertian bahwa intesitas kencan tidak perlu berarti
sesuatu keseriusan hubungan, dan tidak memerlukan Sesutu keputusan pasti
mengenai arti hubungan tersebut. Tetapi, sebaliknya penelitian yang lebih cermat
atas proses kencan dan pemilihan perkawinan akan mengungkapkan bahwa
banyak keputusan yang menyeluruh, pilihan-pilihan, atau alternative sedang di
pertimbangkan, dan bahwa semua itu menbentuk atau menentukan penentuan
terakhir mengenai pasangan pernikahan.
Tentu saja, para pelaku dalam proses ini tidak berpendapat bahwa mereka
itu melakukan tawar menawar. Orang tuan pasti menganggap bahwa mereka
31
mencari sesuatu yang terbaik bagi anak-anak mereka atau seorang pemuda
menganggap dirinya melamar kekasihnya. Malah banyak tidak memikirkan
faktor-faktor yang jelas mempengaruhi pilihan terakhirnya. Untuk lebih
memahami proses ini, kita dapat melalui melihat sistem pacaran dan pemilihan
jodoh. Secara resmi memang bebas, dan secara hukum setiap laki-laki dapat
menikah dengan wanita manapun juga.Tetapi sebaliknya, pola pemilihan jelas
memperlihatkan bahwa jumlah mereka yang siap menikah terbatas
jumlahnya.Lagipula, meskipun secara umum bahasa yang di kemukakan itu
menggunakan bahasa cinta, tetapi hampir semua ornang sewaktu-waktu
menggunakan bahasa tawar menawar. Seperti kita lihat cara berkencan popular di
AS begitu pula yang di kemukakan oleh Winch,(Sumber buku sosiologi keluarga
willian J. Goode 1985) hal itu mempunyai beberapa fungsi dan akibat penting,
pertama merupakan cara santai yang popular, jadi merupakan bagian dari tujuan
tersendiri. Kedua belah pihak tidak merasa .adanya suatu keharusan untuk
meneruskannya setelah pengalaman pertama itu. Kedua merupakan bagian dari
pengalaman proses sosialisasi, terutama untuk memperkenalkan tiap individu
dengan rahasia-rahasia lawan jenisnya. Demikian itu juga, setiap individu
menyelidiki sendiri pribadi dan menguji kekuatannya dalam berkencan
itu.Berkencan pada akhirnya mencapai puncaknya pada pemilihan jodoh, fungsi
utama bagi pembicaraan sekarang.Dan terakhir, hal itu menekankan pola
stratifikasi dalam masyarakat.Sebenarnya, kedua hal terakhir itu sangat erat
kaitannya. Jika berkencan itu hanya sekedar reaksi dan tidak ada sangkut pautnya
32
dengan perkawinan, faktor kelas mungkin tidak terlalu penting pada kencan orang
yang meningkat dewasa.
Tentu saja pola ini terjadi pada kencan yang mendahului perjodohan
maupun pernikahan, karena pada umumnya mereka yang menikah itu berdekatan
dalam usia. Pada tahun 1959 umur rata-rata pengantin wanita untuk pertama kali
dengan pria jejaka ialah 19 tahun.Umur pengantin laki-laki 22 tahun. Pada
perkawinan tipe semacam ini dalam buku cacatan pernikahan, 16% para pria
menuliskan umur 21 tahun ini mungkin sesuatu yang agak di besar-basarkan
karena umur sekian itu adalah umur yang di perkenakan menurut hukum banyak
Negara bagian dan ada saja yang memalsukan umurnya untuk dapat menikah.
Dengan gadis-gadis berumur 18 sampai 21 tahun.Jika pengantin laki-laki lebih
tua, umur pengantin perempuan tidak bertambah sejajar dengan yang lelaki, tetapi
tetap seperti biasa.
Hal ini menadaskan bahwa cinta adalah sebuah fakta suatu hubungan yang
umum terjadi dalam suatu kelompok yang menpertahankan penghalang-halangnya
terhadap perjodohan. Dalam menemukan pasangan yang baik dengan pengertian
seorang yang seperti dirinya atau kelompok yang sama seperti dalam kekayaan,
pendidikan dan sebagainya. Jelas, bahwa faktor-faktor ini mencakup baik hal
keluar dan ke dalam atau membentuk kelompok baru lagi. Anggota suatu
kelompok kecil mempunyai lebih banyak alasan untuk memperbolekan
pernikahan keluar karena adanya kekurangan akan anggota kelompok mereka
yang cukup umur. Cinta dianggap sebagai suatu ancaman terhadap sistem
stratifikasi pada banyak masyarakat dan orang tua memperingatkan untuk tidak
33
menggunakan cinta sebagai dasar pemilihan jodoh. Tetapi sudah jelas bahwa jika
factor-faktor kekayaan, pekerjaan, kasta, umur atau agama tidak dapat
menggatikan cinta, kesemuanya itu bagaimanapun juga tak akan mampu
menciptakan ukuran baru yang lebih menyenankan. Karena penduduk yang sudah
cukup untuk menikah.
4. Peran Orang Tua dalam Perjodohan Anak
Dalam suatu rumah tangga yang kokoh terdapat kehidupan sepasang suami
istri dan putra-putri yang merupakan buah dari hasil perkawinan atau
perjodohan.Keluarga yang menghadirkan anak ke dunia ini, secara kuadratnya
bertugas mendidik anak saja.Sejak kecil, sianak hidup, tumbuh dan berkembang
didalam keluarga itu.Orang tua secara tidak direncanakan menanamkan
kebiasaan-kebiasaan yang didasari oleh nenek moyang dan pengaruh-pengaruh
lain yang diterimanya dari masyarakat.
Dengan demikian tempat pertama anak mengenal kehidupan adalah
didalam lingkungan keluarganya, lebih tepatnya dikatakan oleh J.B. AFF. Mayor
Folak(1964) bahwa kelompok pertama yang dialami oleh individu yang baru lahir
ialah keluarga, dan antar hubungan (serta antar aksi) pertama diadakan olehnya
dengan ibu-bapak. Di dalam hal ini, tentu saja peranan ayah dan ibu sangat
berpengaruh untuk menentukan, justru mereka berdualah yang memegang
tanggung jawab seluruh keluarga. Merekalah yang menentukan kemana keluarga
itu akan dibawa, dan warna apa yang harus diberikan kepada keluarga itu untuk
menyatukan pendapat jadi sangatlah berpengaruh ditentukan oleh mereka berdua.
34
Anak-anak sebelum dapat bertanggung jawab sendiri, masih sangat
menggantukan diri, masih memimta isi, bekal, cara bertindak terhadap sesuatu,
cara berfikir pula dari orang tuanya. Dengan demikian maka jelas betapa
mutlaknya kedua orang tua itu bertindak seia-sekata, seas as, setuju seirama, dan
bersama-sama terhadap anaknya. Perbedaan sedikit saja akan menyebabkan anak
itu ragu-ragu, dan fungsi peranan orang tua didalam meletakan dasar kepribadian
seperti yang dikemukakan oleh Jean Pieget Mayor Polak(1964) bahwa:
“seandainya tidak ada generasi-generasi (tua dan muda), seandainya manusia
hidup abadi dengan tidak kenal orang tua, maka sifat intelektual, efektif, moril,
dan sebagainya, akan sangat berlainan dengan masyarakat sekarang”.
Maksudnya ialah bahwa sianak menerima berbagai hal yang diajarkan
kepadanya sebagai suatu kebenaran, bukan karena ia sudah pandai mengadakan
rekonstruksi intelektual tetapi ia percaya kepada kebenarannya berdasarkan yang
memberitahukannya. Didalam keluarga inilah diletakan struktur dasar bagi
kepribadian seorang anak dan kemudian dalam kalangan kelompok teman-teman
sepermainan, yang biasanya terdiri dari kelompok teman-teman yang kira-kiara
seumuran atau sebaya. Begitu pentingnya peranan keluarga sebagai peletak dasar
seoarang anaka sehingga Agus Sujanto(2002) dkk, mengatakan bahwa: “Dengan
demikian dapat disadari betapa pentingnya peranan keluarga sebagai peletak
dasar pola pembentukan kepribadian anak tersebut, sedang lembaga-lembaga
pendidikan yang lain, tinggal member isinya saja, untuk selanjutnya akan
ditentutukan bentuk dan warna oleh anak bersangkutan, sesuai dengan
kemampuan, kekuatan dan kreasi sianak itu”.
35
Dengan majunya umur, maka pula pengaruh kelompok-kelompok teman-
teman sepermainan dan seumur.Tadinya pendapat orang tua adalah amat penting
bagi si anak, tetapi kini mendapat kawan-kawan menjadi penting pula. Apabila
pola-pola tingkah laku sosial tidak dikembangkan didalam keluarga, anak akan
mengalami kesukaran mengadakan penyesuaian sosial yang lebih baik diluar
rumah. Di sinilah perlunya dijalin hubungan yang harmonis baik antara ayah dan
ibu maupun orang tua dengan anak dan keluarga khususnya di dalam
rumah.Adanya hubungan yang harmonis ini dapat dikembangkan di luar rumah,
jadi untuk mencari teman di luar rumah tidaklah sulit. Anak yang dibesarkan oleh
orang yang otoriter misalnya sering kali memperlihatkan sikap benci terhadap
orang lain yang berkuasa.
Apabila di rumah anak tidak mendapatkan modal yang baik ditiru (Ayah
atau ibu tidak patut menjadi tokoh yang disegani, dan ditiru), maka mereka akan
mengalami kesulitan yang serius diluar rumah. Kepribadian yang agresif serta
tidak stabil yang ditujukan oleh anak yang ditolak oleh orang tua, atau anak yang
mengimitasikan (meniru) tingkah laku orang tuanya yang menyimpan dari norma-
norma yang sebenarnya. Keadaan demikian akan menumbuhkan kejahatan setelah
anak tersebut menjadi dewasa.
Dalam pengertian yang lebih luas, menggambarkan betapa kelakuan
seseorang anak sangat tergantung dari sikap dan kemauan kedua orang tuanya.
Atau dengan kata lain, akan dijadikan apa anak itu tergantung orang tuanya.
Mungkin dari pengertian inilah Khalil Gibran, (1999) salah seorang sastrawan
mengatakan bahwa : Anakmu bukan milikmu, mereka adalah putra-putri
36
kerinduan sang hidup. Meskipun beserta tetapi bukan hakmu, karena mereka
punya pikiran sendiri.Kau boleh menempatkan badannya tetapi bukan jiwanya.
Puisi diatas member ilustrasi kepada orang tua bahwa setiap manusia
mempunyai haknya sendiri terhadap dirinya dan menuntut supaya orangtua
memberikan kebebasan kepada anak untuk menentukan pilihannya.Dalam arti
orang tua hanya sebagai pengontrol.
Selanjutnya, seorang anak tidaklah layak menjadi kebebasan sebagai
modal untuk berbuat sesuatu dalam menentukan jodohnya sendiri, tetapi dengan
mengacu kepada nasehat-nasehat orang tua sebagai bahan pertimbangan dalam
mengambil keputusan mengenai penentuan jodoh hal ini dianggap penting
dikarenakan anak dan orang tua harus memiliki sinergi sehingga dalam hubungan
keluarga nantinya akan tercipta iklim sosial yang harmonis baik dari kedua
pasangan maupun dari pihak keluarga. Oleh karena itu saya sebagai penulis
memberikan saran untuk menjaga keharmonisan dalam rumah tangga dalam hal
ini orang tua dan anak :
a. Perlu adanya kewaspadaan orang tua dalam memberikan kebebasan bergaul
kepda anaknya yang berlainan jenis sehingga dapat membatu anaknya dapat
memilih calon pasangan hidupnya agar tidak salah pilih serta tidak menyesal
dikemudian hari.
b. Perlu adanya saling pegertian antara orang tua dan anak dalam memimilih
calon pendamping hidupnya, disamping mengutamakan kepentingan orang
tua jangan sampai melupakan kepentingan-kepentingan anak sebagai pelaku
rumah tangga.
37
c. Kalau mau mencari jodoh untuk anak bisa (memaklumi, memaafkan dan
memotivasi) agar hubungan cinta dapat langgeng dan tidak bercerai berai
alias cepat cerai. Jadi jodoh itu jangan berdasarkan atas nafsu saja (ganteng,
kaya, cantik dsb) tapi haruslah berdasarkan dengan keyakinan (kuat
aqidahnya, rajin ibdahnya dan indah akhlaknya).
B. Kajian Teori
Teori utama yang digunakan dalam penelitian ini dalah teori dari Clayton
tentang kepuasan perjodohan serta teori dari Pearson tentang self-disclosure.
Perjodohan merupakan suatu ikatan antara pria dan wanita yang kurang
lebih permanen, ditentukan oleh kebudayaan dengan tujuan mendapatkan
kebahagiaan. Menjalani kehidupan pernikahan ibarat mengarungi samudera, yang
memerlukan kesiapan fisik dan mental dari pasangan suami-istri terhadap apa
yang akan terjadi dalam perjalanan tersebut. Dengan demikian untuk membentuk
keluarga yang bahagia maka suami-istri perlu mempersatukan tujuan yang akan
dicapai agar tercipta kepuasan dalam pernikahan.
Clayton (dalam Hidayah & Hadjam, 2006:10) menjelaskan bahwa
kepuasan perjodohan adalah evaluasi secara keseluruhan tentang segala hal yang
berhubungan dengan kondisi pernikahan. Menurut Clayton (dalam Hidayah &
Hadjam, 2006:10) kepuasan perjodohan dapat ukur dari sejauhmana upaya
pasangan suami-istri dapat mewujudkan aspek-aspek yang terkandungdidalamnya
yaitu kemampuan sosial suami-istri, persahabatan dalam perjodohan, masalah
38
ekonomi, kekuatan perjodohan, hubungan dengan keluarga besar, persamaan
ideologi, keintiman perjodohan dan taktik interaksi.
Kepuasan perjodohan dipengaruhi oleh banyak faktor, menurut Papalia,
Olds & Feldman (2008:708) salah satu diantara faktor yang dapat
mempengaruhikepuasan pernikahan adalah komunikasi.Dalam hubungan
perjodohan,komunikasi tidak hanya sebatas “saling bicara” tetapi juga meliputi
perasaan emosi dan suasana hati kepada pasangan.Pada dasarnya tidak ada rahasia
antara pasangan suami-istri. Dengan komunikasi yang saling terbuka maka tidak
akan ada hal-hal yang tertutup, sehingga apa yang ada pada diri suami diketahui
oleh istri demikian juga sebaliknya. Dengan demikian akan terbentuk sikap saling
terbuka. Sikap terbuka tersebutlah yang dapat dikatakan sebagai self-disclosure.
Menurut Pearson (dalam Ganiau, 2009:4) self-disclosure adalah tindakan
seseorang dalam memberikan informasi yang bersifat pribadi kepada orang lain
secara sukarela dan disengaja dengan maksud memberi informasi yang akurat
tentang dirinya. Selanjutnyamenurut Pearson (dalam Ganiau, 2009:5) ada
beberapa karakteristik dari self-disclosure yaitu:1) ketepatan informasi yang
diberikan oleh suami sesuai atau tidak dengan yang dialami. 2) dorongan dari
suami melakukan self-disclosurekepada pasangannya. 3) pemilihan waktu yang
tepat untuk terbuka kepada pasangannya. 4) keintensifan melakukan self-
disclosure. 5) banyaknya topik dan kedalaman pembicaraan kepada istri
Berdasarkan karakteristik self-disclosure seperti yang telah dikemukakan
di atas maka pria dewasa awal yang memiliki self-disclosure, dia akan selalu.
39
Memiliki dorongan atau keinginan (aspek motivasi) untuk
mengungkapkan secara tepat (aspek ketepatan) apa yang sedang dialami dan
dirasakan baik berkaitan dengan kondisi fisik, psikologis maupun kondisi lainnya
kepada pasangan ataupun berkaitan dengan apa yang dirasakannya sebagai suami
terhadap berbagai sikap, tindakan istrinya dalam waktu tertentu dan dalam
pengungkapan itu agar efektif biasanya akan mencari waktu yang tepat (aspek
waktu).
Kondisi di atas akan menciptakan peluang untuk terjadi perbincangan yang
menyenangkan diantara pasangan suami-istri. Perbincangan yang menyenangkan
antara pasangan suami-istri merupakan bagian dari persahabatan dalam
pernikahan.Dan jika dalam perjodohan, antara suami-istri telah terjadi suatu
persahabatan maka itu menandakan telah terjadi kepuasan perjodohan. Dengan
demikian, self-disclosure terutama melalui aspek motivasi, ketepatan dan waktu
akan dapat meningkatkan kepuasan perjodohan pada suami.
Selain itu, dorongan suami untuk mengungkapkan apa yang menjadi
keinginannya atau tujuan dia melakukan sesuatu, juga akan dapat menyelesaikan
berbagai permasalahan yang berkaitan dengan urusan ekonomi yaitu berkaitan
dengan penggunaan uang, adanya keseimbangan penggunaan keuangan antara
kebutuhan keluarga maupun kebutuhan pribadi (aspek ekonomi). Jika suami
mampu menyatakan apa yang menjadi
Keinginannya dalam penggunaan uang kepada istrinya, maka kondisi itu
secara psikologis akan melahirkan kepuasan pernikahan bagi suami.
40
Selanjutnya, dorongan suami untuk mengungkapkan apa yang menjadi
keinginannya kepada pasangannya (aspek motivasi) akan memberikan
peluangkepada pasangan untuk mendiskusikan berbagai prinsip hidup yang dianut
oleh masing-masing pasangan. Dan jika ternyata ada perbedaan antara suami-istri
maka dalam perbincangan itu akan dicari penyelesaiannya (aspek taktik interaksi)
sehingga akan terjadi kesamaan prinsip (aspek ideologi). Jika pasangan suami-istri
telah memiliki persamaan dalam prinsip hidup, maka kondisi itu akan
menciptakan kepuasan pernikahan.
Keintensifan dalam pengungkapan diri berkaitan dengan kualitas dan
kuantitas komunikasi pasangan suami-istri. Jika pria dewasa awal dapat terbuka
kepada istrinya terhadap semua hal sehingga tidak ada yang ditutupi maka kondisi
itu akan memperkuat keintiman dalam perjodohan. Hal ini dikarenakan pria
dewasa awal akan menjadikan istrinya sebagai tempat untuk curhat. Kondisi ini
akan menciptakan kepuasan pernjodohan pada pria dawasa awal
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dikatakan “apabila pria dewasa
awal memiliki self-disclosure yang baik, maka dirinya akan memperoleh
kepuasan perjodohan dalam hidupnya, karena ia mampu mengkomunikasikan
segala sesuatu secara terbuka dan dapat mengungkapkan segala sesuatu dengan
cara yang baik sehingga diterima oleh pasangannya. Sebaliknya, apabila pria
dewasa awal tidak memiliki self-disclosure yang baik, maka akan mengalami
ketidakpuasan dalam perjodohannya”.
Sesuai dengan penjelasan di atas, dimana self-disclosure yang dimiliki
individu akan berdampak pada rasa puas terhadap perjodohan dewasa awal, hal
41
tersebut juga didukung oleh pendapat beberapa ahli diantaranya Derlega dkk
(dalam Rini& Retnaningsih, 2007:8) yang menyatakan bahwa self-
disclosure.dapat meningkatkan komunikasi dan hubungan yang baik,
meningkatkan kepercayaan terhadap pasangan serta keintiman yang memiliki
peranan besar dalam meningkatkan kepuasan pernikahan.
Selain itu, Mackey & O’Brien (dalam Rini & Retnaningsih, 2007:8) juga
menyebutkan salah satu komponen kepuasan pernikahan adalah komunikasi,
dimana pasangan yang memiliki komunikasi yang positif dan dapat
membicarakan berbagai persoalan dengan pasangannya sehingga memiliki
kepuasan perjodohan yang tinggi. Sementara itu, Broderick dkk (dalam Hidayah
& Hadjam, 2006:8) menyatakan bahwa komunikasi dalam pernikahan yang
memuaskan adalah komunikasi yang mengandung unsur kejujuran, saling
percaya, empatik dan mendengar secara aktif.
Mengacu kepada beberapa pendapat para ahli di atas, jelaslah ada
keterkaitan antara self-disclosure yang dimiliki oleh individu terhadap kepuasan
perjodohan. Individu yang memiliki self-disclosure yang tinggi akan lebih terbuka
dan mampu menyelesaikan permasalah dengan baik sehingga dengan adanya
kondisi-kondisi tersebut sangat mendukung individu untuk memperoleh kepuasan
pernikahan.
3. Teori Interaksionisme Simbolik
Blumer menuliskan tga prinsip utama teori interaksionisme simbolik:
a. Kita bertindak dan berperilaku berdasarkan makna yang kita interpretasikan
dari perilaku atau tindakan kita. Sebagai contoh, kita makan di cafe. Ketika
42
duduk kita menginterpretasikan bahwa diri kita adalah pelanggan sedangkan
orang yang mendekati kita menawari menu adalah pelayan cafe. Maka ketika
ditanya mau makan apa, kita menjawab sebagaimana pelanggan ditanya
pelayan
b. Makna sosial merupakan hasil konstruksi sosial. Ketika kita berpikir sebagai
pelanggan, maka kita berperilaku dan bertindak sesuai peran kita sebagai
pelanggan. Peran sebagai pelanggan dan juga pelayan restoran, pemilik
restoran dan sebagainya secara konstan dikomunikasikan sehingga
berlangsung dalam interaksi sosial. Proses interaksi sosial tersebut
menciptakan makna yang ajeg tentang apa itu pelanggan, bagaimana harus
bertindak, apa itu pelayan, bagaimana harus bertindak, dan sebagainya.
Makna tentang bagaimana menjadi pelanggan atau pelayan adalah produk
konstruksi sosial.
c. Lanjutan dari sebelumnya, penciptaan makna sosial dan pemahaman makna
sosial merupakan proses interaktif yang terus berlangsung. Makna sosial
biasanya sudah eksis jauh sebelumnya. Proses interaksi bisa
melanggengkannya, mengubahnya perlahan, atau menggantinya secara
radikal. Misalnya, ketika pelayan menawarkan makanan, kita marah karena
menunya nggak ada yang kita sukai. Lalu, pelayan tersebut bingung
kemudian menenangkan kita. Ketika bingung, pelayan tersebut sedang
memaknai ulang bagaimana bertindak sebagai pelayan ketika pelanggan tiba-
tiba marah sehingga menenangkan kita.
43
3. Teori Pertukaran Sosial
Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya bahwa teori pertukaran sosial
memiliki akar dari beragam disiplin ilmu. Beberapa tokoh dengan latar belakang
disiplin ilmu yang berbeda telah mengembangkan teori pertukaran social
George Homans memandang teori pertukaran sosial dari sudut pandang
sosiologi. Menurutnya, yang dimaksud dengan pertukaran sosial adalah
pertukaran kegiatan antara dua orang, baik dapat dihitung ataupun tidak, dan
kurang lebih menguntungkan atau merugikan. Homans menitikberatkan pada
perilaku individu dalam interaksinya dengan orang lain. Homans memusatkan
studinya pada pertukaran diadik.
44
C. Kerangka Pikir
SKEMA KERANGKA PIKIR
Tabel Kerangka Pikir 2.1
SISTEM PERJODOHAN ANAK
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
1. EKONOMI 2. PENDIDIKAN 3. KELUARGA 4. KEINGINAN SENDIRI
KERABAT/ SAUDARA
AGAMA/ KESEHATAN
KEMAUAN ANAK
KEPUTUSAN BERSAMA (Orang Tua, Anak &
keluarga)
45
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian yang diguanakan adalah deskriftif yaitu dengan
menggambarkan fenomena dan kateristik dari suatu populasi dan dimaksudkan
untuk eksplorasi dan klarifikasi mengenai suatu fenomena atau kenyataan sosial.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey
dengan unit analisa masyarakat secara individu dari sebagian populasi yang
dianggap dapat mewakili dari seluruh populasi.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan berlangsung selama 2 bulan, dimana lokasi penelitian
berada di Desa Paria kecamatan Duampanua kabupaten Pinrang.
C. Informan Penelitian
Informan penelitian adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan
informasi tentang situasi dan kondisi latar belakang penelitian. Pemilihan
informasi dilakukan dengan carapurposive sampling yaitu penarikan informan
yang dilakukan secara sengaja dengan kriteria tertentu. Dalam penelitian ini jenis
informan yang digunakan yaitu anak yang dijodohkan dan orang tua/mertua dari
anak yang dijodohkan.
34
46
Moleong (2014), menjelaskan bahwa orang dalam yang dimanfaatkan
untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar (lokasi dan tempat)
penelitian. Jadi syaratnya ia harus mempunyai banyak pengalaman tentang lokasi
penelitian.
D. Jenis dan Sumber Data
1. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari responden
mengenai Sistem Perjodohan Anak. Dalam hal ini data primer dimaksud
adalah informasi yang didapatkan secara langsung dari beberapa Anak. Di
kecamatan Duampanua Kabupaten Pinrang.
2. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari litelatur seperti yang
berhubungan dengan masalah yang dibahas.
E. Instrumen Penelitian
Salah satu kegiatan dalam penelitian adalah menyusun instrument
penelitian atau disebut juga alat pengumpulan data.Menurut Arikunto (1985)
Instrumen penelitian merupakan alat yang dapat menampung sejumlah data untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan dan menguji hipotesis penelitian.
Instrumen untama penelitian ini adalah penelitian itu sendiri dimana
peneliti disini dapat mengetahui secara langsung dalam proses turun langsung ke
tempat penelitian dan melihat fakta yang terjadi sebenarnya. Sehingga validasi
akan dilakukan oleh peneliti itu dengan memperhatikan beberapa diantaranya :
47
1. Pemahaman peneliti terhadap metode penelitian
2. Pengusaan wawasan peneliti terhadap bidang yang diteliti
3. Kesiapan peneliti untuk memasuki objek penelitian secara akademik maupun
logistic.
Adapun yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data adalah :
1. Observasi
a. Lembar observasi
b. Kamera
2. Wawancara
a. Daftar pertanyaan wawancara
b. Alat perekam
c. Notulen
3. Dokumen
a. Catatan harian
b. Arsip foto
c. Jumlah kegiatan
F. Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi
Observasi adalah proses pengamatan dan pencatatan secara sistematis
mengenai gejala-gejala yang diteliti. Observasi ini menjadi salah satu dari teknik
pengumpulan data apabila sesuai dengan tujuan penelitian yang direncanakan dan
48
dicatat secara sistematis serta dapat dikontrol keandalan (reliabilitas) dan
kesahihannya (validitasnya).
Dalam observasi diperlukan ingatan terhadap observasi yang telah
dilakukan sebelumnya.Karena manusia memiliki sifat pelupa maka diperlukan
catatan-catatan (check-list), alat-alat elektronik seperti kamera, video dan
sebagainya lebih banyak menggunakan pengamat memusatkan perhatian pada
data-data yang relevan, mengklasifikasikan gejala dalam kelompok yang tepat,
menambah bahan persepsi mengenai objek diamati.
2. Wawancara
Wawancara adalah suatu proses tanya jawab lisan dalam dua orang atau
lebih berhadapan fisik yang satu dapat melihat muka yang lain dan mendengarkan
dengan telinga sendiri. Wawancara digunakan untuk mendapatkan data dan
informasi tentang Sistem Perjodohan, metode ini dilakukan dengan cara tanya
jawab secara langsung dengan pihak-pihak yang terkait. Wawancara yang akan
digunakan adalah wawancara bebas terpimpin artinya pewawancara mengajukan
pertanyaan kepada responden secara bebas menurut irama dan kebijaksanaan
dalam wawancara namun masih dipimpin oleh garis besar kerangka pertanyaan
yang telah dipersiapkan secara seksama dengan pembahasan oleh pewawancara.
Dalam hal ini yang menjadi target wawancara adalah Orang tua dan Mertua dari
anak yang dijodohkan.
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah sebuah cara yang dilakukan untuk menyediakan
dokumen-dokumen dengan menggunakan data yang akurat dari pencatatan
49
sumber-sumber informasi khusus dari karangan/tulisan, buku, undang-undang dan
sebagainya. Dokumentasi juga merupakan metode pengumpulan data kualitatif
sejumlah besar fakta dan data tersimpan dalam bahan yang berbentuk
dokumentasi. Sebagian besar data berbentuk surat, catatan harian, arsip, jurnal
kegiatan, rekaman kaset.
G. Teknik Analisis Data
Untuk menganalisa data dilakukan secara kualitatif yaitu prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan
dari orang-orang yang dapat diamati.Dalam hal ini menggunakan metode berfikir
yang digunakan adalah Induktif, analisis yang bergerak dari data-data atau fakta-
fakta empiris lapangan.Pendekatan induktif menekankan pada pengamatan
dahulu, lalu menarik kesimpulan berdasarkan pengamatan tersebut.Metode ini
sering disebut sebagai sebuah pendekatan pengambilan kesimpulan dari khusus ke
umum.Dengan metode ini penulis menganalisa data-data yang khusus kemudian
dikembangkan dalam suatu pembahasan yang sifatnya umum.
H. Teknik Keabsahan Data
1. Triangulasi sumber data adalah menggali kebenaran informai tertentu melalui
berbagai metode dan sumber perolehan data. Misalnya, selain melalui
wawancara dan observasi, peneliti bisa menggunakan observasi terlibat
(participant obervation), dokumen tertulis, arsif, dokumen sejarah, catatan
resmi, catatan atau tulisan pribadi dan gambar atau foto.
50
2. Trigulasi waktu adalah waktu juga sering mempengruhi kredibilitas data. Data
yang dikumpul dengan teknik wawancara di pagi hari pada saat narasumber
masih segar belum banyak masalah akan memberikan data yang lebih valid
sehingga lebih kredibel. Untuk itu dalam rangka pengujian kredibilitas data
dapat dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara ,
observasi atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda. Bila hasil
uji menghasilkan data yang berbeda maka dilakukan secara berulang-ulang
sehingga ditemukan kepastian datanya. Triangulasi dapat juga dilakukan
dengan cara mengecek hasil penelitian dari tim peneliti lain yang diberi tugas
melakukan pengumpulan data.
3. Trigulasi teori adalah penggunaan berbagai perspektif untuk menafsirkan
sebuah set data. Penggunaan beragam teori dapat membantu memberikan
pemahaman yang lebih baik saat memahami data. Jika beragam teori
menghasilkan kesimpulan analisis sama maka validitas ditegakkan.
51
BAB IV
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Bentuk Perjodohan
Desa Paria Kecamatan Duampanua Kabupaten Pinrang berdasarkan pada
anggapan bahwa masyarakat berasal dari satu rumpu yang telah saling terkaitan
dalam perjodohan, sehingga ikatan hubungan keluarga semakin erat. Pada tahapan
perjodohan di Desa tersebut proses perjodohan paling awal menuju suatu
perkawinan dalam adat bugis yang umumnya mempunyai kecenderungan
penentuan jodoh dari lingkungan keluarga sendiri karena dianggap sebagai
hubungan perkawinan atau perjodohan yang ideal yang dimaksud adalah siala
massaposiseng (perjodohan antara sepupu satu kali), siala massapokedua
(perjodohan antara sepupu dua kali), dan siala massapoketallu (perjodohan antara
sepupu tiga kali). Ketiga jenis perjodohan tersebut adalah suatu hal yang
diwajibkan.
Adapun perjodohan yang terjadi di Desa paria Kecamatan Duampanua
Kabupaten Pinrang yanitu perjodohan anak yang didasarkan oleh kedudukan yang
dijodohkan memiliki stratifikasi sosial yang sederajat dalam masyarakat, baik
dilihat dari segi keturunan (Bangsawan atau Orang biasa), pendidikan, kedudukan
dalam struktur pemerintah, maupun harta kekayaan.
B. Keadaan Geografis
Desa merupakan salah satu dari 14 Desa dan Kelurahan Wilaya
Kecamatan Duampanua Kabupaten Pinrang yang terbagi atas tiga Dusun yaitu:
40
52
Dusun Paria, Dusung Manggolo, Dusun Pallameang. Yang daerahnya meliputi
daerah pegunungan, dataran rendah, dan pesisir.
Luasa wilaya Desa Paria Kecamatan Duampanua adalah 1.990 Hektar
yang terbagi atas tiga dusun tersebut.
C. Keadaan Demografi
Jumlah penduduk bulan Aguatus 2018 mencapai 3.671 jiwa yang tersebar
kedalam tiga wilayah dusun Desa Paria dan perincian sebagaimana tabel dibawa
ini:
Tabel 1
Distribusi Jumlah Penduduk Menurut Dusun
No Dusun Penduduk
1. Paria 1.236
2. Mangolo 604
3. Pallameang 1831
Jumlah 3.671
Sumber : Kantor Desa Paria 2018
Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa dusun Pallameang jumlah
penduduk lebih banyak dibandingkan dengan dusun Paria, dan dusun Mangolo.
Selanjutnya untuk mengetahui jumlah penduduk menurut jenis kelamin
dapat dilihat pada tabel berikut:
53
Tabel 2
Keadaan Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
No Dusun Jenis Kelamin Jumlah
Laki-laki Perempuan
1. Paria 587 649 1.236
2. Mangolo 343 261 604
3. Pallameang 825 1.006 1.831
Total 1.755 1.916 3.671
Sumber : Kantor Desa Paria 2018
Dari angka-angka yang tertera pada tabel diatas menunjukan bahwa dari
3.671 jumlah penduduk Desa Paria, terdapat 1.831 jiwa penduduk di Dusun
Pallameang yang terdiri dari 825 jiwa laki-laki dan 1.006 jiwa perempuan. Selain
itu juga terlihat bahwa Dusun yang paling sedikit penduduknya adalah Dusun
Mangolo yaitu sebanyak 604 jiwa yang terdiri dari 343 jiwa laki-laki dan 261 jiwa
perempuan. Sedangkan Dusun Paria tidak terlalu padat dan tidak terlalu sedikit
penduduknya yaitu 1.236 jiwa yang terdiri dari 587 laki-laki dan 649 jiwa
perempuan.
Jumlah penduduk Desa paria seperti yang sebutkan diatas semakin
mengalami perubahan dari tahun ke tahun dikarenakan adanya pertambahan
secara alamiah dan juga tingginya arus imigrasi. Untuk mengetahui keadaan dan
komposisi menurut umur penduduk yang mendiami wilayah Desa Paria dapat
dilihat pada tabel berkut ini:
54
Tabel 3
Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur
No. Kelompok
Umur (Tahun)
Jumlah Jiwa Total
Dusun
Paria
Dusun
Mangolo
Dusun
Pallameang
1. 0-4 126 67 319 512
2. 5-6 178 69 295 542
3. 7-15 263 143 533 939
4. 16-58 565 276 488 1.329
5. 59 keatas 104 49 196 349
Jumlah 1.236 604 1.831 3.671
Sumber : Kantor Desa Paria 2018
Tabel diatas menunjukan bahwa dari 3.671 penduduk Desa Paria
komposisi penduduk yang berumur antara 16-58 tahun yang terbanyak, dengan
jumlah penduduk di Dusun Paria sebanyak 565 jiwa, Dusun Mangolo sebanyak
276 jiwa, Dusun Pallameang sebanyak 488 jiwa dengan demikian dapat
disempulkan bahwa komposisi yang mendiami Desa Paria Kec. Duampanua Kab.
Pinrang adalah dikategorikan sebagai usia pekerja (Produktif) adalah sebanyak
1.329 jiwa.
D. Keadaan Pendidikan
Untuk mengetahui keadaan penduduk Desa Paria Kac. Duampanua Kab.
Pinrang, dilihat dari segi pendidikan formal yang mereka tempuh. Untuk lebih
jelas dapat dilihat dari tabel dibawa ini:
55
Tabel 4
Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
No. Tingkat
Pendidikan
Jumlah Jiwa Total
Dusun
Paria
Dusun
Mangolo
Dusun
Pallameang
1. Belum Sekolah 221 74 288 583
2. Tidak Perna
Sekolah
- - - -
3. Tidak Tamat SD 118 68 208 394
4. Tamat
SD/Sederajat
235 136 275 646
5. Tamat
SLTP/Sederajat
223 89 437 749
6. Tamat
SLTA/Sederajat
307 132 486 925
7. D1, D2, & D3 74 43 77 194
8. S1 & S2 58 62 60 180
Total 1.236 604 1.831 3.671
Sumber : Kantor Desa Paria 2018
Tabel diatas dapat disimpulkan bahwa ternyata tingkat pendidikan yang
mendiami wilayah Desa Paria Kac. Duampanua Kab. Pinrang sangat bervariasi
mulai dari tingkat sekolah sampai dengan tingkat pendidikan tinggi. Dari 3.671
penduduk Desa Paria Kac. Duampanua Kab. Pinrang tingkat pendidikan
56
terbanyak diperoleh adalah tamatan SLTA/Sederajat yaitu sebanyak 925 jiwa dan
yang paling sedikit tingkat pendidikan Strata 1 (S1) dan Strata 2 (S2) yaitu hanya
sebanyak 180 jiwa
E. Mata Pencarian Penduduk
Selanjutnya tabel berikut ini akan menggambarkan tentang lapangan kerja
penduduk Desa Paria Kec. Duampanua Kab. Pinrang pada tabel dibawah ini:
Tabel 5Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pekerjaan
No. Jenis Lapangan Kerja Jumlah
1. Pertania 310
2. Budidaya Tambak 272
3. Nelayan 25
4. Perkebunan 31
5. PNS 42
6. Polri 6
7. TNI 5
8. Pedagang 125
9. Pertukangan 19
10. Peternak 37
Jumlah 872
Sumber Desa Paria 2018
Tabel lima diatas angka-angka yang tertera menunjukan bahwa penduduk
Desa Paria Kac. Duampanua Kab. Pinrang didominasi oleh Pertanian dan Budi
Daya Tambak ini dikarekan salah satu Desa yang dijadikan pusat perairan yang
57
dimiliki sungai saddang maka dari itu mengembang sektor Pertanian dan Budi
Daya Tambak, biasa dikatakan pusat perairan yang cukup besar di Desa tersebut.
Sedangkan Perdagangan hanya mencapai 125 jiwa untuk mengethui dari beberapa
sektor khususnya sektor Pertanian dan Budi Daya Tambak.
58
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Sistem Perjodohan Anak di desa Paria Kecamatan Duampanua
Kabupaten Pinrang
Dalam kehidupan masyarakat, semua tindakan manusia dibatasi oleh
aturan untuk berbuat dan berperilaku sesuai dengan sesuatu yang dianggap baik
oleh masyarakat, terkadang masih kita jumpai tindakan-tindakan yang tidak sesuai
dengan aturan yang berlaku pada masyarakat, misalnya sistem perjodohan yang
marak terjadi dikalangan masyarakat terkhusus di Desa Paria Kecamatan
Duampanua Kabupaten Pinrang.
Menurut salah satu masyarakat biasa, hal ini diungkapkan oleh seorang
informan NH (35 tahun ) bahwa:
Perjodohan adalah suatu proses perencana menjalin suatu keluarga oleh wali yang bersifat mengikat, dan lebih sering dilakukan tanpa sepengetahuan anak yang dijodohkan. Kedua calon mempelai itu dijodohkan semenjak kecil, bahkan kadang sebelum mereka dilahirkan sedangkan perkiraan seandainya anaknya perempuan, maka anaknya dijodohkan dengan anak temannya misalnya, sehingga keduanya tidak punya pilihan selain menerimahnya.(Wawancara,15 Oktober 2019)
Sistem perjodohan adalah suatu proses yang sudah direncanakan tanpa
sepengetahuan anaknya oleh kedua orang tua untuk menjalin suatu keluarga baik
dari orang tualaki-laki maupun orang tua perempuan untuk menjodohkan
anaknya.
Menurut salah satu masyarakat biasa, hal ini diungkapkan oleh seorang
informan ML (30 Tahun) bahwa :
47
59
Kenapa sistem perjodohan masih ada sampai saat ini karena kami sebagai orang tua tidak menginginkan hubungan rumah tangga anak rusak atau salah memilih makanya diadakan sistem perjodohan. (Wawancara, 15 Oktober 2019). Dengan adanya sistem perjodohan di Desa Paria masyarakat lebih mudah
untuk menentukan pasangan anakya, karena orang tua menginginkan rumah
tangga anaknya bahagia jadi menurut orang tuanya dengan adanya sistem
perodohan mereka lebih mudah dalam menentukan jodoh anaknya.
Menurut salah satu masyarakat biasa, hal ini diungkapkan oleh seorang
informan HS (25 Tahun) bahwa :
Perjodohan perlu dipertahankan karena perjodohan itu dilakukan dari dulu samapai sekarang walaupun memiliki dampak negatif dan positif, dampak positifnya bisa memperkuat tali hubungan kekeluargaan sedangkan dampak negatifnya biasa terjadi perceraian. (Wawancara, 17 Oktober 2019)
Sistem perjodohan tidak selamanya berpengaruh positif tetapi juga dapat
berpengaruh negatif karena pada basanya perceraian terjadi karena dijodohkan
oleh orang tuanya dan untuk itu orang tua lebih berhati-hati lagi dalam
menentukan jodoh ananknya.
Menurut salah satu masyarakat biasa, hal ini diungkapkan oleh seorang
informan PG (45 Tahun) bahwa :
Dengan adanya sistem perjodohan orang tua ingin menjodokan anaknya dikarenakan orang tua terkadang berfikir bahwa menikah dalam perjodohan lebih baik dari pada menikah dengan pacar. (Wawancara, 20 Oktober 2019) Dengan adanya sistem perjodohanorang tua lebih memilih menikahkan
anknya dengan orang yang dijodohkan di bandingkan dengan pacar anaknya
karena sebagian orang tua melihat laki-laki dari pekerjaannya dimana ketika laki-
60
laki yang akan dijodohkan dengan anaknya menurutnya sudah mapan
dibandingkan dengan pacar anaknya yang terkadang belum bekerja.
Menurut salah satu masyarakat biasa, hal ini diungkapkan oleh seorang
informan RN (35 Tahun) bahwa :
Bagaimana pendapat masyarakat di Desa Paria terhadap sistem perjodohan anak, yang diketahui oleh masyarakat di Desa Paria sistem perjodohan sangat baik karena sebelum dijodohkan keluarga harus melakukan perkenalan agar tidak terjadi perselisihan kedepannya. (Wawancara, 25 Oktober 2019) Dengan adanya sistem perjodohanmasyarakat di Desa Parial lebih mudah
mengenal pasangan anak-anaknya karena sebelum dijodohkan mereka telah
mengenal asal-usul keluarga tersebut, jadi tidak ada keraguan bagi orang tua
untuk menjodohkan anaknya.
Berdasarka observasi di atas bahwa sistem perjodohan adalah dalam suatu
hubungan keluarga yang dimana masih menjalankan adat istiadatnya dari salah
satu keluarga dan mungkin juga keluarga ini memang sudah tau bahwa dia adalah
jodoh anaknya, dan sesungguhnya juga perempuan maupun laki-laki harus
menuruti perkataan orang tuanya karena itu sudah menjadi adatnya, akan tetapi
mereka sudah dewasa dan mereka sudah tau bahwa mana pasangan yang baik
untuk dirinya.
2. Peran orang tua dalam menentukan jodoh anaknya di Desa Paria
Kecamatan Duampanua Kabupaten Pinrang
Menurut salah satu masyarakat biasa, hal ini diungkapkan oleh seorang
informan CM (40 Tahun) bahwa :
Peran orang tua sangat penting menjodohkan anaknya karena demi kebaikan dan kelangsungan hidup anaknya kedepannya menjadi orang tua
61
di Desa Paria juga tidak sembarang menjodohkan anaknya dengan yang bukan kerabatnya. (Wawancara, 27 Oktober 2019)
Dengan adanya peran orang tua maka anak yang dijodohkan tidak
sembarang orang melainkan yang dekat dengan keluarga mereka demi kebaikan
anak-anaknya. Orang tersebut biasanya masih memilih hubungan keluarga
sehingga mudah untuk mengenal asal-usulnya.
Menurut salah satu masyarakat biasa, hal ini diungkapkan oleh seorang
informan LD (30 Tahun) bahwa :
Mengapa orang tua ingin menjodohkan anaknya kemungkinan oang tuanya ingin melihat anaknya bahagia dan kemungkinan juga mereka masih melakukan adat istiadat. (Wawancara, 28 Oktober 2019).
Orang yang dijodohkan oleh orang tuanya selain ingin melihat anak-
anaknya bahagia tetapi juga karena adat istadat, dimana keduanya merupakan
kebiasaan masyarakat Desa Paria.
Menurut salah satu masyarakat biasa, hal ini diungkapkan oleh seorang
informanSN (35 Tahun) bahwa :
Sistem perjodohan mempunyai dampak positif dan negatif, dampak postifnya kemungkinan anaknya tidak merasakan kebahagiaan dan dampak negatifnya gosip masyarakat terhadap keluarganya. (Wawancara, 29 Oktober 2019) Sistem perjodohan tidak semua berpengaruh positif akan tetapi bisa
berpengaruh negatif kepada anak yang dijodohkan, dimana positifnya yaitu
menghindari dari dari pergaulan bebas diluar nikah. Karena mereka tidak
berpacaran sebelum menikah, dan negatifnya adalah perasaan tidak suka
berkelanjutan tehadap pasangan, hingga menimbulkan perceraian.
62
Menurut salah satu masyarakat biasa, hal ini diungkapkan oleh seorang
informan SN (30 Tahun) bahwa:
Pendapat orang tua tentang sistem perjodohan itu di karnakan mungkin ini cara lebih biak dan kebahagian anaknya karena sebelumnya keluarga laki-laki dan perempuan sudah salimg mengenal jadi mereka beranggapan bahwa dengan menjodohkan anaknya adalah piihan terbaik(wawancara,30 Oktober 2019)
Pendapat orang tua sistem perjodohan adalah cara yang biak untuk
kebahagian anaknya maka orang tua akan merasa bahwa pasangan yang
dipilihkan oleh orang tua sudah cocok untuk dijodohkan dengan anaknya.
Menurut salah satu masyarakat biasa, hal ini diungkapkan oleh seorang
informanTK (30 Tahun) bahwa;
Alasan orang tua ingin menjodohankan anaknya mungkin karana orang tua sudah tau yang terbaik untuk anaknya dan apalagi seorang anak sudah dewasa pasti orang tuanya tidak mau kalau anaknya memilih yang tidak baik sesuai dengan pendapatnya.(Wawancara,01 November 2019) Dengan adanya sistem perjodohan orang tua ingin memilikan jodoh yang
terbaik untuk anak-anaknya. Karena orang tua menganggap bahwa dengan
dijodohkan anaknya maka rumah tangganya akan baik-baik saja dimana jodoh
yang dipilihkan adalah pilihan orang tuanya sendiri.
Berdasarka observasi di atas bahwa peran orang tua sangat penting dalam
menentukan jodoh anakya karena dimana orang tua lebih berpengalaman dalam
masalah rumah tangga, dan tentunya orang tua menginginkan yang terbaik untuk
jodoh anak-anaknya.
63
B. Pembahasan
Dalam pembehasan menjelaskan terkait dari hasil pene;itian menurut
pembahasan oleh peneliti yang di tuangkan dalam pembahasan .sehingga dapat
memberikan pemahaman pembaca terkait apa yang di teliti.
1. Sistem Perjodohan Anak di desa Paria Kecamatan Duampanua
Kabupaten Pinrang
Sistem perjodohan di masyarakat Desa Paria terdiri dari 2 jenis, yaitu
sistem eksogami dan sistem endogami. sistem eksogamiadalahpara anggota
keluarganya atau anaknya diharuskan untuk memilih jodohnya di luar keluarga
atau kerabatnya sendiri. Sistem ini biasanya dilakukan dan diketahui oleh
masyarakat umum. Sedangkan sistem endogami merupakan kebalikan dari sistem
eksogami yaitu keluarga mengharuskan anggotanya atau anaknya memilih jodoh
di lingkungan kelompoknya sendiri. Dalamhalini masyarakat cenderung
menggunakan sistem endogami untuk melakukan perjodohan bagi anaknya. Hal
ini disebabkan karena mereka lebih mudah mengenal siapa calon yang akan
bersanding dengan anaknya. Sehingga kemungkinan terjadinya ketidakcocokan
dapat di minimalisir.
Selain itu sistem ini juga dipengaruhi oleh faktor keterjangkauan.
keterjangkauan dimaksud adalah dari segi jarak tempuh. Mereka lebih memilih
perjodohan dengan orang yang masih memiliki hubungan kekeluargaan karena
mereka masih memikirkan bibit, bebet, dan bobot yang baik bagi anaknya.
Selainitu sebagian besar jarak rumah mereka saling berdekatan / mudah untuk
dijangkau dengan menggunakan alat transportasi apapun bahkan dalam waktu
64
yang tidak lama.Masyarakat Desa Paria cenderung menggunakan sistem
perjodohan endogami karena menurut mereka menjodohkan anaknya dengan
kerabat sendiri atau masih ada ikatan darah memiliki tujuan agar ikatan
persaudaraannya semakin erat dan juga agar nanti tidak ada penyesalan dalam
memilihkan jodoh bagi anaknya.
Sistem perjodohan endogami juga memiliki sisi lain, yaitu dampak negatif
yang ditimbulkan, diantaranya sistem endogami dapat berpengaruh pada
kecacatan mental atau fisik pada anak, dan meretaknya hubungan kekerabatan.
Perkawinan yang menggunakan sistem endogami dikhawatirkan akan memiliki
resiko kecatatan fisik pada keturunannya yang disebabkan oleh bawaan orang tua.
Meskipun begitu dalam penelitian ini pada masyarakat Desa Paria hal seperti ini
tidak terjadidampak lain dari perkawinan endogami dikhawatikan akan memiliki
dampak pada retaknya hubungan kekerabatan. Dampak negatif perkawinan
endogami ini jika diakhiri dengan perceraian maka yang terjadi pada
meregangnya hubungan kekerabatan dan bahkan menimbulkan konflik yang
menyebabkan kurangnya rasa aman dalam hubungan keluarga. Pada masyarakat
Desa Paria, masyarakat yang melakukan pernikahan secara endogami ini
mempunya cara sendiri untuk menimalisir terjadinya keretakan dalam hubungan
kekerabatan jika nantinya anak-anak mereka harus bercerai, yaitu dengan cara
musyawarah dalam keluarga sebelum mengambil keputusan.
Kemurnian keturunan salah satu hal yang melatarbelakangi perkawinan
endogami di Desa Paria. Masyarakat Desa Paria masih memperhatikan dalam
mencari jodoh untuk anak-anaknya dengan melihat bibit, bebet, dan bobotnya.
65
Masyarakat Desa Paria berharap dengan menikahkan atau menjodohkan anak-
anak mereka dengan saudara yang sudah mereka kenal latarbelakangnya yaitu
sifat dan wataknya akan menghasilakan keturunan yang baik nantinya. Orang tua
yang berasal dari keluarga yang bibit,bebet, dan bobotnya baik maka akan
menghasilkan keturunan yang baik. Melakukan perkawinan dengan saudara akan
lebih jelas keturunan yang dihasilkan daripada menikahkan anak-anak mereka
dengan seseorang di luar hubungan saudara yang belum pasti sifat dan wataknya.
Selain itu latar belakang perkawinan endogami pada masyarakat Desa Paria
adalah rendahnya tingkat pendidikan di desa tersebut. Hal ini bisa dilihat bahwa
mayoritas masyarakat Desa Paria mengenyampendidikan hanya sampai tingkat
menengah atas. Bahkan banyak diantaranya tidak tamat SMP, ada juga yang
butahuruf. Ini menyebabkan pengetahuan masyarakat akan dampak dari
perkawinan endogami sangat minim dandampak dari tingkat pendidikan yang
rendah menyebabkan pola pikir masyarakat sempit dan pola pikir untuk masa
depan berkurang.
Dalam realitas perjodohan yang sangat ekstrim, banyak ditemukan dalam
Masyarakat Desa Paria, yang melakukan perjodohan tersebut pada anak usia dini
dengan pasangan dari anggota keluarga yang lain pada usia yang sebanding,
bahkan terkadang dengan selisih usia yang tidak sebanding. Tidak jarang pula
mereka menjodohkan putra-putrinya ketika mereka masih berada dalam
kandungan atau pada saat baru dilahirkan. Seperti yang diketahui, yang menjadi
masalah ketika menjalani sebuah hubungan dengan keterpaksaan, maka akan
banyak perasaan yang dikorbankan, baik untuk pria atau wanitanya dan kejujuran
66
akan sulit sangat berat dilaksanakan. Perjodohan tersebut berarti sebuah
pemaksaan untuk menimbulkan cinta yang benar-benar bisa terjadi atau bahkan
tidak sama sekali. Menurut para orang tua dalam Masyarakat Desa Paria,
perjodohan dianggap sebagai hal yang wajar-wajar saja, bahkan sangat baik bagi
masa depan anak dengan selalu melegitimasi pada agama. Perilaku seperti ini
sampai sekarang masih tetap dipertahankan dan dilestarikan secara turun-temurun
antar generasi, dan apabila terdapat pemberontakan dari yang dijodohkan,
dianggap melanggar tradisi.
Perjodohan merupakan suatu proses penunjugan calon mempelai laki-laki
ataupun perempuan yang dilalkukan oleh orang tua, keluarga, kerabat, ataupun
teman. Meskipun hampir semua telah mengetahui bahwa persoalan jodoh itu
ditangan Tuhan karena sudah merupakan takdir yang hanya dialah yang tahu dan
merupakan pilihan Tuhan yang teramat baik untuk keduanya, manusia hanya bisa
berusaha namun beliaulah (Tuhan) yang penentu segalanya.
Hal ini menunjukan bahwa jodoh seseorang itu telah diatur oleh Allah
swt., dan semua kembali pada diri seseorang itu sendiri karena baik dan buruknya
jodohnya merupakan timbal balik atau cerminan dirinya yang selama ini mereka
perbuat dalam hidupnya.
Pernikahan merupakan sunnatullah dan merupakan unsur pokok karenanya
diperintahkan untuk menyegerakan menikah dengan maksud yaitu untuk
menghidari fitna dan zina bagi yang mampu. Salah satu prinsip moral yang paling
penting dalam pandangan Islam adalah perkawinan dan membentuk keluarga.
67
Hubungan antara seorang laki-laki dan perempuan adalah merupakan
tuntunan yang dicsiptkan oleh Allah swt dan untuk menghalalkan hubungan ini
maka disyaratkan akad nikah. Pergaulan antara laki-laki dan perempuan yang
diatur dengan pernikahan ini akan membawa keharmonisan, keberkahan dan
kesejahteraan bagi laki-laki maupun perempuan, bagi keturunan diantara
keduanya bahkan bagi masyarakat yang berada disekeliling kedua insan tersebut.
Dalam hal ini sudah sangat jelas bahwa pasangan-pasangan dari sejenis
mahluk itu sendiri namun, dari jenis-jenis pernikahan ada pernikahan yang
dinamankan pernikahan serumpun (endogami). Pernikahan endogami adalah
pernikahan antar etnis, suku, kekerabatan dalam lingkungan yang sama.8 atau
lebih spesifik lagi pernikahan saudara sepupu yang dimana diketahui masih
memiliki hubungan yang teramat dekat.
Biasanya kedua belah pihak yang sepakat menjodohkan antara
keluarganya ini melakukan perjanjian pada saat kedua calon ini masih kecil dan
belum mengetaui apa-apa. Nanti setelah masing-masing mulai menginjak dewasa
barulah mereka dipanggil kemudian duduk bersamadan membahas perjodohan itu
kepada kedua calon tersebut barulah pada saat itu para orang tua meminta
persetujuan dari kedua calaon yang akan dijodohkan, namu mereka tetap
diberikan kebebasan untuk berfikir dan memberi jawaban iya atau tidak setujuh
dengan perjodohannya.
Terlebih dahulu kedua belah pihak yang nyatanya adalah keluarga sendiri
membicarakan persoalan waktu, tempat dan hal-hal yang akan bawa lainnya
sebelum pertemuan sesungguhnya dilakukan agar nantinya pada waktu yang
68
ditentukan semua bisa berjalan dengan dengan lancar. Pembahasan persoalan
waktu, tempat dan hal-hal yang akan bawa.
Pada saat pertemuan itu dilakukan pihak laki-laki yang datang ke rumah
pihak perempuan, kedua calon jelas didampingi oleh masing-masing orang tua
keduanya, orang yang dipercayakan dan orang yang dituakan lainnya. Dengan
itikat baik tentunya mereka memenuhi syarat dan ketentuan dari pihak yang telah
tentukan oleh kedua belah pihak sebelumnya.
Biasanya pembicaraan dilakukan akan dimulai dengan basa-basi atau
candaan kemudian seraya pihak perempuan menyuguhi tamu dari pihak laki-laki
makanan dan lainya yang di butuhkan sebagai penghormatan (sipaka tau) setelah
itu tentunya barulah mulai membahas keporsoalan intinya yaitu pertunangan
keduanya dan tentu sebelumnya kedua calon dan keluarga akan tetap dimintai
persetujuan sebelum melanjutkan pembiraan terutama dari pihak perempuan.
Setelah semua setujuh dengan pertunangan yang dilakukan maka barulah
pembicaraan akan dilanjtkan, biasanya saat pertunangan sebelum pemasangan
cicin untuk pengikat diterlebih dahulu dibahas.
Sebelum memasuki bagian pernikahan terlebiih dahulu orang tua atau
keluarga dari pihak laki-laki dengan didampingi orang yang dituakan datang
kerumah perempuan untuk terlebih dahulu melamar. Melamar biasanya dilakukan
oleh keluarga laki-laki saja atau tanpa didampingi oleh lakilaki yang menjadi
calon mempelai.
Proses pelamaran berlangsung anatar keluarga perempuan dan keluarga
laki-laki namun tetap dihadiri sang perempuan karena berada dirumahnya dan
69
akan ditanya secara langsung atau pihak perempuan sendiri yang akan
menyampaikannya, setelah mendapat persetujuan dari sang perempuan dan pihak
keluarganya barulah akan dibahas persoalan selanjutnya.
Setelah semua pembicaraan yang termasuk syarat telah disepakati oleh
kedua belah pihak barulah pertunagan akan dilaksanakan yaitu pemasangan cicin
kepada kedua calon yang dipasangkan oleh keduanya secara bergantin atau bisa
juga dipasangkan oleh orang tua calon untuk menghormati orang yang dituakan
(sipaka tau) dan semuanya berjalan dengan lisan tanpa karna saling percaya kedua
belah pihak dan kebiasaan yang ada.
Suatu kebiasaan umum yang melekat pada keluarga maupun masyarakat,
yakni perjodohan sebagai suatu lembaga dan tiap kebudayaan menetapkan
sejumlah peraturan yang biasanya kaku dan rumit. Untuk mempertemukan
pasangan pria dan wanita secara pantas. Pada umumnya kebudayaan menetapkan
semacam pertukaran hadiah sebagai pendahuluan penting. Ditetapkan pula tata
cara tertentu, tindakan atau kata-kata yang membuat khalayak umum untuk
mengetahui dan menerima kenyataan bahwa seorang pria dan seorang wanita
bermaksud hidup bersama dan mulai membangun keluarga, seperti telah
dikemukakan diatas bahwa perjodohan adalah ajang didalam membentuk keluarga
baru, dimana bukan saja sebagai suatu rangkaian tali hubungan antara jaringan
sosial antara anggota-anggotanya.
Anak adalah individu yang unik. Banyak yang menagatkan bahwa anak
adalah miniatur dari orang dewasa. Padahal mereka betul-betul unik. Mereka
belum banyak memiliki sejarah masa lalu dan Pengalaman mereka sangat terbatas
70
apalagi mengenai tentang penentuan dalam pasangan hidupnya. Di sinilah peran
orang tua yang memiliki pengalaman hidup lebih banyak sangat dibutuhkan
membimbing dan mendidik anaknya. Oleh karena itu anak perlu dikondisikan
agar dapat tumbuh dan berkembang secara optimal dan dididik sebaik mungkin
agar di masa depan dapat menjadi generasi penerus yang berkarakter serta
berkepribadian baik.
Mahar adalah harta yang diberikan pihak calon suami kepada calon
istrinya untuk dimiliki sebagai penghalal hubungan mereka. Mahar ini menjadi
hak istri sepenuhnya, sehingga bentuk dan nilai mahar ini pun
sangat ditentukan oleh kehendak istri. Bisa saja mahar itu berbentuk
uang, benda atau pun jasa, tergantung permintaan pihak istri. Mahar dan Nilai
Nominal. Mahar ini pada hakikatnya dinilai dengan nilai uang, sebab mahar
adalah harta, bukan sekedar simbol belaka. Itulah sebabnya seorang dibolehkan
menikahi budak bila tidak mampu memberi mahar yang diminta oleh wanita
merdeka. Kata ‘tidak mampu’ ini menunjukkan bahwa mahar dismasa lalu
memang benar-benar harta yang punya nilai nominal tinggi.
Ada kalanya sebagian dari para orang tua yang akan melangsungkan
pernikahan atau perjodohan, salah satu diantara mereka membuat persyaratan-
persyaratan tertentu (janji pernikahan) kepada calon menantu, dan sesuatu hal
tidak bisa dipungkiri dan mungkin saja terjadi, kadangkala sebagian dari
persyaratan-persyaratan itu justru memberatkan atau membebani dan mungkin
juga ada yang melanggarnya.
71
Dalam proses pemilihan jodoh yang saling berkaitan adalah keluarga calon
pengantin.Kedua jaringan keluarga yang akan menikah di hubungkanan,oleh
karena itu juga jaringan-jaringan lain yang lebih jauh menyangkut kedua keluarga
yang akan menikah dengan siapa karena kedua keluarga itu saling
membandingkan.Dimana ukurannya adalah kira-kira sama.Baik secara ekonomi
ataupun secara sosial.
Cara pemilihan jodoh dapat di ketahui melalui cara tawar-menawar yang
telah di kenal dalam sejarah perkawin itu sendiri.Perkawinan di maksudkan untuk
mempererat hubungan keluarga, lebih lagi kedua individu tersebut keluarga
memikirkan bahwa perkawinan itu suatu yang biak dan tujuannya bermanfaat bagi
kedua belah pihak maupun dari segi-segi lainnyayang berhubungan dengan tujuan
perkawinan. Seperti terpenting dalam perjanjian perkawin oleh karena itu dapat
dipastikan bahwa semua sistem pemilihan jodoh anak menunjukan kepada
pernikahan homogeny sebagai hasil dari tawar-menawar.
Artinya keluarga-keluarga yang kaya memandang dia sebagai calon
menantu yang baik bagi anak laki-laki mereka,sebaliknya begitu juga jika
keluargayang kedudukannya lebih tinggi atau berkuasa.Keluarga-keluarga lainnya
pada tingkat itu memandang hal itu cocok.Dan keluarga tidak perlu mengikat diri
dengan keluarga yang serasi.
Meskipun disadari,perjodohan adalah hubungan yang permanen antara
laki-laki dan perempuan yang diikuti oleh masyarakat yang bersangkutan
berdasarkan atas peraturan perjodohan yang berlaku dalam suatu perkawinan
untuk mewujudkan adanya keluarga dan memberikan adanya keabsahan atas
72
status kelahiran anak-anak mereka. Perjodohan tidak hanya mewujudkan adanya
hubungan antara meraka yang jodoh saja tetapi juga melibatkan hubungan-
hubungan di antara kerabat-kerabat dari masing-masing pasangan tersebut.
Perjodohan anak merupakan suatu perstiwa yang sangat penting dan tak
pernah terlupakan dalam perjalanan hidup seseorang dalam membentuk dan
membina keluarga bahagia.Untuk itu diperlukan perencanaan yang matang dalam
mempersiapkan segala sesuatunya meliputi aspek fisik,mental dan sosial ekonomi.
Perjodohan akan membentuk suatu perkawinan atau ikatan keluarga yang
merupakan unit terkecil yang menjadi sendi dasar utama bagi kelangsungan dan
perkembangan suatu masyarakat bangsa dan negara.
Tetapi pada masyarakat tertentu masalah pemilihan jodoh dan perkawinan
ini sangat sering dikaitkan dengan masalah agama, keyakinan tertentu,dan adat
istiadat, tata cara dan kebudayaan tertentu, dan sebagainya. Adapun proses
pengaturan perkawinan menunjukkan lingkup kemunkinan yang
menarik.Beberapa masyarakat mengikuti suatu peraturan tertentu dimana dua
anak dari keluarga yang berbeda telah ditentukan oleh kerabatnya menjadi
pasangan suami istri,sehingga pilihan-pilihan pribadi menjadi tidak perlu lagi.
Orang tua berhak mengatur perkawinan atau tanpa mempertimbangkan keinginan
pasangan.
Ada kalanya sebagian dari para orang tua yang akan melangsungkan
pernikahan atau perjodohan, salah satu diantara mereka membuat persyaratan-
persyaratan tertentu (janji pernikahan) kepada calon menantu, dan sesuatu hal
tidak bisa dipungkiri dan mungkin saja terjadi, kadangkala sebagian dari
73
persyaratan-persyaratan itu justru memberatkan atau membebani dan mungkin
juga ada yang melanggarnya.
Adapu sistem perjodohan di desaparia kecamatan duampanua yaitu
tergantug keluarga di mana keluarga laki-laki melihat perempua yang menurut
keluarganya cocok di jodohkan dan setalah di ketahui oleh keluarga laki-laki dan
perempuan barulah di situ di komunikasikan dengan laki-laki yang akan di
jodohkan dan tanpa membantah laki-laki yang di jodohkan menerima perjodohan
tersebut dengan alasan mengikuti kemauan keluarga, orang tua dan kemauannya
sendiri.
Anak yang dijohkan memang pada awalnya merasa kecewa dan terpaksa
setelah mengetahui bahwa mereka akan dijodohkan, tetapi dengan berjalannya
waktu anak yang dijodohkan merasa bahagia karena mereka saling memahami
satu sama lain.
2. Peran orang tua dalam menentukan jodoh anaknya di Desa Paria
Kecamatan Duampanua Kabupaten Pinrang
Orang tua merupakan pendidik utama bagi anak-anak mereka, karna
pembelajaran yang didapatkan seorang anak berasal dari orang tuanya. Corak
pendidikan dalam rumah tangga secara umum tidak berpangkal tolak dari
kesadaran dan pengertian yang lahirkan pengetahuan mendidik, melainkan secara
kodrati suasana dan strukturnya memberikan kemungkinan alami membangun
situasi atau iklim pendidikan.
Untuk itu, dalam menentukan jodoh biasanya orang tua sangat berperan
penting dan anaknya akan mengikuti pilihan orang tuanya, perjodohan dikalangan
74
masyarakat Desa Paria sudah menjadi adat istiadat dikalangan mereka hingga saat
ini. Proses pemilihan jodoh ini sangat dipengaruhi oleh berbagai kepentingan,
salah satunya kepentingan orang tua dan keluarga, karena mereka beranggapan
bahwa penentuan jodoh adalah hak mereka.
Dalam hal ini, semua yang menentukan adalah keluarga besar dan si anak
yang akan dijodohkan tidak mengetahuinya, anak tidak diberi kesempatan untuk
memberikan pendapatnya, apakah ia mau menerima perjodohan ini atau tidak.
Jika keluarga besar sudah sama-sama saling setuju, maka anak tidak dapat
menolak. Di sini anak sama sekali tidak mempunyai hak untuk menentukan
pilihannya sendiri, sehingga ada keterpaksaan di dalam menjalankan kehidupan
berumah tangga.
Meski demikian perjodohan dilingkungan masyarakat Desa Paria pada
dasarnya dilandasi rasa tanggug jawab yang besar seorang ayah terhadap anak
agar terjaga diri dan keluarganya.
Perjodohan di masyarakat Desa Paria bermula dari pesannya orang tua
terdahulu yang mengharuskan putra putrinya untuk menikah dengan kerabat
terdekat, karena putri mereka dididik untuk tidak mempertanyakan atau dididik
agar selalu mematuhi perintah orang tua, maka perintah orang tua terdahulu tidak
dapat ditolak. Alasan keluarga untuk menjodohkan anaknya adalah untuk
menghindari konflik yang timbul akibat perbedaan status, karena dengan
menikahkan anaknya kepada saudara terdekat dapat dipastikan sudah sama-sama
saling faham dan memaklumi. Selain itu alasan lainnya adalah untuk
keberlangsungan keluarga yang baik untuk masa yang akan datang.
75
Pertama, keraguan orang tua dengan jodoh pilihan
anakmemunculkankekhawatiran bagi orang tua dalam memberikan restu kepada
sang anak untuk menikah. Oleh karena itu orang tua seringkali memilihkan jodoh
untuk anaknya berdasarkan pertimbangan bibit, bobot, dan bebet yang dimiliki
oleh sang calon. Pertimbangan inilah yang mendorong para orang tua melakukan
perjodohan bagi anaknya dengan memilihkan pasangan yang sudah mereka kenal.
Pemilihan ini biasa dilakukan kepada kerabat sendiri.Hal ini sebagai
pertimbangan bahwa dengan menjodohkan anak dengan kerabat yang sudah
dikenal jauh sebelumnya dapat membantu mereka untuk mendapatkan jodoh yang
terbaik dan dinilai sesuai untuk anaknya.Selain karena kekhawatiran orang tua
akan kualitas calon yang dipilih oleh anaknya, perjodohan dengan motif
kekerabatan juga dinilai efisien untuk menjalin hubungan atau menjaga jarak antar
keluarga. Mereka tidak ingin memutus hubungan kekeluargaan yang telah lama
terjalin. Sehingga dipilih untuk melakukan perjodohan dengan kerabat agar
hubungan mereka semakin dekat antara satu dengan yang lainnya.
Kedua, anak sebagai beban.Sebagian orang tua di Desa Paria menganggap
anak adalah sebagai beban bagi keluarganya karena faktor ekonomi yang rendah
yang menyebabkan orang tua merasa tidak sanggup membiayai kebutuhan anak.
Hal ini menjadi alasan lain bagi orang tua menjodohkan anaknya pada usia yang
terbilang cukup muda. Sehingga mereka rela merampas hak seorang anak demi
kepentingan perekonomian keluarga. Harapan orang tua menjodohkan anak-anak
mereka dengan anak orang yang lebih mampu agar nantinya perekonomian
keluarga bisa terangkat dalam artian tidak kekurangan lagi.
76
Ketiga, tujuan untuk memperoleh pasangan yang baik.Orang tua merasa
khawatir jika anaknya memilih pasangannya sendirikarena belum tentu bibit,
bebet, dan bobotnya bagus. Hal ini yang menyebabkan orang tua di Desa Paria ini
mencarikan pasangan hidup untuk anak-anaknya. Ini karena orang tua tersebut
menginginkan anaknya mendapatkan pasangan atau jodoh yang baik, yang sudah
jelas asal usul keluarganya.
Keinginan orang tua yang menginginkan anaknya memperoleh pasangan
yang baik membuat orang tua menjadikan perjodohan dengan kerabat sendiri atau
masih ada ikatan kekeluargaan sebagai langkah akhir agar anaknya bisa
mendapatkan pasangan hidup yang baik.Selainitu mereka melakukan perjodohan
dengan kerabat sendiri bukan hanya untuk mencarikan jodoh yang terbaik untuk
anak mereka malainkan mereka ingin mempererat tali silaturahmi antar keluarga
atau famili. Tujuan itu bermaksud supaya tidak menghilangkan garis keturunan
dalam keluarga. Olehkarena itu mereka menjadikan sebuah tradisi perjodohan
dalam keluarga mereka.
Keempat, tujuan untuk membantu perekonomian keluarga.Selain
kepentingan untuk kekerabatan para pelaku mempunyai kepentingan ekonomi
dalam perjodohan yang dilakukan di daerah Desa Paria. Hal tersebut dilakukan
agar dengan adanya perjodohan, mereka bisa mengangkat derajat keluarga.
Tujuan inilah yang hendak dicapai para orang tua melakukan perjodohan bagi
anak-anak mereka. Mereka berfikir bahwa dengan cara menjodohkan anaknya
diharapkan nantinya sang menantu atau keluarga menantu dapat membantu
perokonomian keluarga agar lebih baik lagi. Sebagian keluarga beranggapan
77
bahwa anak merupakan beban yang harus ditanggung oleh orang tua ketika
mereka belum berkeluarga atau menikah. Terlebih bagi mereka yang memiliki
status ekonomi menengah ke bawah.
Bagi mereka menikahkan atau menjodohkan anaknya dengan orang yang
dinilai mampu untuk menanggung segala kebutuhan hidupnya akan memberikan
kontribusi lebih untuk menopang kebutuhan ekonomi mereka. Oleh karena itu
seringkali tujuan yang dicapai agar nanti si menantu mampu meringankan beban
yang mereka miliki dengan menikahi anaknya yang menjadi beban keluarga juga
mampu membantu perekonomian keluarga dengan memberikan kontribusi materi
kepada keluarga.
Kebutuhan ekonomi yang membuat orang tua menjodohkan anaknya
dengan keluarga yang lebih mapan ketimbang keluarganya.Orang tua berharap
menantunya bisa membantu kebutuhan ekonomi keluarganya. Motif tujuan
ekonomi inilah yang mendorong terjadinya perjodohan pada masyarakat desa
Paria.
Timbulnya iklim atau suasana tersebut, karena adanya interaksi yaitu
hubungan pengaruh secara timbal balik antara orang tua dan anak. Sebagai peletak
pertama pendidikan, orang tua memegang peranan penting bagi pembentukan
watak dan kepribadian anak, maksudnya bahwa watak dan kepribadian tergantung
kepada pendidikan awal yang berasal dari orang tua terhadap anaknya. Maka
begitu penting peran orang tua terhadap anaknya untuk mengajarkan masalah
tanggung jawab sebelum mereka para anak yang berumah tangga. Pada tabel di
78
bawah ini beberapa orang tua yang mengajarkan anaknya masalah tanggung
jawab sebelum berumah tangga.
Didalam satu keluarga sering kita ketemukan orang tua yang berperan
dalam pencarian jodoh anak khususnya anak wanitanya, semua ini di lakukan
tidak lain hanya untuk untuk kebaikan sang anak
Orang tua adalah pemimpin dalam keluarga yang mempunyai peran besar
dalam menentukan kearah mana keluarga itu nantinya. Oleh karena itu orang tua
sering ingin melihat keluarganya hidup dalam kebahagiaan,ketetenraman, dan
kesejahteraan serta jauh dari keresahan terlebuh lagi ketika hal itu berpindah dan
dirasakan oleh anaknya kelak sewaktu berkeluarga, oleh sebab itu disetiap
penentuan jodoh anak sering dicampuri dan ditetukan oleh orang tua.
kerabat-kerabat dimasing- Perkawinan tidak hanya mewujudkan antara
hubungan meraka saja, tetapi juga melibatkan hubungan diantara masing
pasangan tersebut. Perjodohan antara laki dan perempuan, jika hal itu yang di
ingainkan oleh orang tuanya pasti berdasarkan menurut kebudayaannya masing-
masing. Seringkali orang tidak dapat berbuat apa apa dalam hal ini orang tua pada
umumnya lebih memikirkan sosial ekonomi keluarga masing-masing dari pada
mengusahakan kebahgian perjodohan anak mereka
Selain faktor pendidikan, juga tak kalah pentingnya adalah status sosial
calon menantu. Adapun yang dimaksudkan status sosial disini adalah posisi
seseorang secara umum dalam masyarakatnya sehubungan dengan orang lain,
dalam arti lingkungan pergaulanya, prestasinya dan hak-hak serta kewajiban-
kewajibannya.
79
Menikah dengan seseorang atas pilihan orangtua adalah pilihan alternatif
lain yang cukup aman. Karena orangtua punya pengalaman hidup lebih matang.
Mereka telah mengenyam pengalaman dalam urusan menikah dan pilihan
pasangan. Mereka juga punya pengalaman bagaimana seseorang itu akhirnya
berangkat dewasa. Mereka bisa menilai pribadi orang lain jauh lebih baik dan
bijaksana. Tentu saja hal ini tergantung orangtua masing-masing. Sebab ada juga
orangtua yang tidak punya kualitas pengalaman hidup sehingga kurang bisa
menilai orang lain secara tepat.
Dalam melakukan pilihan teman jodoh, orangtua bersikap lebih obyektif
daripada atas pilihan sendiri. Sebab ketika seseorang jatuh cinta, peranan logika
bisa dipertanyakan. Penilaian-penilaian lebih banyak tertutupi oleh kabut
emosional. Kalau sudah cinta, tahi kucing pun berasa coklat. Begitu kira-kira
sebagaimana dikatakan dalam sebuah lagu.
Banyak kalangan menilai bahwa pernikahan karena dijodohkanorangtua
adalah kuno, ketinggalan jaman dan mengekang kebebasan pribadi. Karena sebaik
apapun pilihan orangtua, mereka bukanlah pihak yang menjalani perkawinan itu
sendiri. Jadi apa hak mereka untuk menentukan pilihan jodoh ini, sementara
mereka tak menjalani sendiri pilihan yang dilakukan. Banyak juga yang
menganggap pilihan orangtua sudah tak sesuai lagi dengan jaman. Nilai-nilai yang
dipakai orangtua sudah tak lagi terupdate dengan keadaan dan perkembangan
jaman. Perlu diingat bagaimanapun tingginya pendidikan anak, tapi sebagai
seorang anak tidak akan bisa menandingi orangtua dalam masalah pengalaman
hidup dan terutama dalam hal berumah-tangga.
80
Peranan orangtua amat vital dalam memilih calon pasangan. Mereka
berfungsi semacam penyaring untuk menentukan mana-mana yang cocok dan
tidak. Mereka mempertimbangkan hal-hal yang memungkinkan perkawinan tidak
berlangsung mulus yang bisa memisahkan masing-masing pasangan. (Sumber di
sini). Menurutnya, banyak pasangan perkawinan bukan pilihan sendiri merasa
bahagia dan sukses karena peranan penting orangtua mereka dalam menyaring
para calonnya.
Pernikahan atas pilihan sendiri berdasar cinta dianggap ideal dan sesuai
dengan perkembangan peradaban. Meletakkan tanggungjawab pilihan hidup atas
pribadi masing-masing. Dengan tingkat pendidikan makin merata, kesadaran
individu akan hak-haknya sudah menjadi kewajaran bahkan keharusan. Maka
perkawinan dengan pasangan atas pilihan orangtua secara logika sulit diterima.
Bagaimana mungkin bisa hidup bersama dengan orang lain yang tidak dikenalnya.
Pilihan jodoh atas dasar cinta memang lebih membahagiakan secara
pribadi. Pasangannya sesuai dengan pilihan yang dikehendaki lengkap beserta
atribut yang melekat sekalian, baik yang positif maupun negatif. Perkawinan
diawali dengan rasa saling cinta dan berharap cinta itu berkembang subur setelah
perkawinan.
Lain halnya dengan pernikahan karena dijodohkan orangtua. Pasangan
berangkat dari ketiadaan rasa cinta. Bahkan ada ada rasa benci dan keengganan
untuk melakukannya. Rasa cinta diharapkan bersemi setelah perkawinan.
Pasangan tidak berharap terlalu banyak kecuali menurut perintah orangtuanya.
81
Sisi dari kedua jenis perkawinan tersebut sepertinya bertentangan. Tapi
sebenarnya tidak selalu demikian. Banyak orang berpendapat bahwa dasar dari
sebuah perkawinan adalah adanya rasa saling mencintai. Bagaimana mungkin bisa
menikah tanpa saling mencintai? Pendapat itu benar. Cuma saja, rasa cinta itu
diletakkan pada awal sebelum terjadinya perkawinan. Padahal rasa cinta bisa saja
tumbuh setelah terjadinya perkawinan. Maka kedua jenis perkawinan tersebut
sebenarnya sama saja. Yakni mendasarkan keberlangsungannya atas dasar cinta.
Cuma tumbuhnya cinta itu yang beda waktunya. Berkembangnya rasa cinta
setelah perkawinan memang bisa beda. Kebahagiaan perkawinan juga tergantung
dari pelakukunya masing-masing.
Rasa cinta yang berbunga-bunga pada masa pacaran bisa saja makin pudar
setelah terjadinya perkawinan. Dan sebaliknya, tiadanya rasa cinta di awal
perkawinan bisa saja makin tumbuh subur setelah perkawinan. Bagi yang
beruntung tentu saja yang menikah atas dasar saling cinta, kemudian makin cinta
setelah perkawinan. Bila saja pasangan yang dijodohkan bisa bersikap realistis -
tidak menilai terlalu berlebihan bahwa pasangannya berwajah molek dan
kepribadian prima, maka pasangan hasil perjodohan orangtua bisa saja
memperoleh kebahagiaan perkawinan sama.
Sukses tidaknya perkawinan memang tidak bisa diukur secara statistik.
Terutama jika ukurannya menyangkut kebahagiaan. Tolok ukur suksesnya
perkawinan mungkin hanya bisa dilihat dari statistik tingkat angka perceraian.
82
3. Nilai Kebaruan Hasil Penelitian
Pada penelitian ini memiliki banyak hal yang berkait dengan penelitian
terdahulu yang membahas tentang Sistem Perjodohan Anak di Desa Paria
Kecamatan Duampanua. Tetapi pada setiap penelitian memiliki beberapa
perbedaan atau nilai kebaruan dari penelitian sebelumnya. Hal ini yang menjadi
perbedaan adalah dari judul dan hasil penelitian pada penelitian sebelumnya
tentang Sistem Perjodohn di Kecamatan Lembang Desa Tuppu, hasil penelitian
menunjukan bahwa sistem perjodohan di masyarakat Desa Tuppu terdiri dari dua
jenis, yaitu sistem eksogami dan ekodegami. Sistem eksogami adalah para
anggota keluarganya atau anaknya diharuskan untuk memilih jodohnya diluar
keluarga atau kerabatnya sendiri. Sistem ini biasanya dilakukan dan diketahui oleh
masyarakat umum. Sedangkan sistem ekodegami merupakan kebalikan dari
sistem eksogami yaitu keluarga mengharuskan anggotanya atau anaknya memiliki
jodoh dilingkungan kelompok sendiri. Dalam hal ini masyarakat cenderung
menggunakan isistem ekodegami untuk melakukan perjodoha bagi anaknya. Hal
ini disebabkan karena mereka lebih mudah mengeal siapa calon yang akan
bersanding dengan anaknya. Sehingga kemudian terjadinya tidak cocokan dapat
diminimalisi
4. Kesesuaian teori dengan hasil penelitian
Dalam penjelesan kesu\esusaian teori dengan hasil penelitian menjelskan
bagaimana teori nyang digunakan dalam skripsi dapat memperkuat dan
mendukung terkait hal telah diteliti oleh peneliti.sehingga pembahasannya dapat
dipetanggung jawabkan dengan bantaun penguatan teori yang digunakan.
83
a. Sistem Perjodohan Anak di desa Paria Kecamatan Duampanua
Kabupaten Pinrang
Keterkaitan teori dengan rumusan masalah adalah rumusan masalah
menjelaskan mengenai sistem perjodohan.Adapun sistem perjodohan yang
didapatkan oleh pentulis dari beberapa sumber infoman dan hasil observasi
langsung antara lain yaitu perjodohan merupakan suatu proses penunjugan calon
mempelai laki-laki ataupun perempuan yang dilalkukan oleh orang tua, keluarga,
kerabat, ataupun teman. Meskipun hampir semua telah mengetahui bahwa
persoalan jodoh itu ditangan Tuhan karena sudah merupakan takdir yang hanya
dialah yang tahu dan merupakan pilihan Tuhan yang teramat baik untuk
keduanya, manusia hanya bisa berusaha namun beliaulah (Tuhan) yang penentu
segalanya.
Hal ini menunjukan bahwa jodoh seseorang itu telah diatur oleh Allah
swt., dan semua kembali pada diri seseorang itu sendiri karena baik dan buruknya
jodohnya merupakan timbal balik atau cerminan dirinya yang selama ini mereka
perbuat dalam hidupnya.
Pernikahan merupakan sunnatullah dan merupakan unsur pokok karenanya
diperintahkan untuk menyegerakan menikah dengan maksud yaitu untuk
menghidari fitna dan zina bagi yang mampu. Salah satu prinsip moral yang paling
penting dalam pandangan Islam adalah perkawinan dan membentuk keluarga.
Hubungan antara seorang laki-laki dan perempuan adalah merupakan
tuntunan yang dicsiptkan oleh Allah swt dan untuk menghalalkan hubungan ini
maka disyaratkan akad nikah. Pergaulan antara laki-laki dan perempuan yang
84
diatur dengan pernikahan ini akan membawa keharmonisan, keberkahan dan
kesejahteraan bagi laki-laki maupun perempuan, bagi keturunan diantara
keduanya bahkan bagi masyarakat yang berada disekeliling kedua insan tersebut.
b. Peran orang tua dalam menentukan jodoh anaknya di Desa Paria
Kecamatan Duampanua Kabupaten Pinrang
Keterkaitan teori dengan rumusan masalah adalah rumusan menjelaskan
mengenai peran orang tua hal ini berkaitan dengan teori yang digunakan teori
pertukaran sosial yang dijelaskan bahwa
85
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa :
1. Perjodohan merupakan suatu proses penunjugan calon mempelai laki-laki
ataupun perempuan yang dilalkukan oleh orang tua, keluarga, kerabat,
ataupun temandan semua kembali pada diri seseorang itu sendiri karena baik
dan buruknya jodohnya merupakan timbal balik atau cerminan dirinya yang
selama ini mereka perbuat dalam hidupnya.
2. Hubungan antara seorang laki-laki dan perempuan adalah merupakan
tuntunan yang dicsiptkan oleh Allah swt dan untuk menghalalkan hubungan
ini maka disyaratkan akad nikah. Pergaulan antara laki-laki dan perempuan
yang diatur dengan pernikahan ini akan membawa keharmonisan, keberkahan
dan kesejahteraan bagi laki-laki maupun perempuan, bagi keturunan diantara
keduanya bahkan bagi masyarakat yang berada disekeliling kedua insan
tersebut.
B. Saran
Penulis memberikan beberapa sumbangan saran untuk pertimbangan
dalam hal sistem perjodohan anak, bahwa kewenangan orang tua anak tidak
seharusnya dijadikan sebagai alat penekanan (paksaan) terhadap anak. Oleh
karena itu penulis memberikan saran untuk menjaga keharmonisan dalam rumah
tangga dalam hal ini antara orang tua dan anak:
74
86
1. Perlu adanya kewaspadaan orang tua dalam memberikan kebebasan bergaul
kepada anaknya yang berlainan jenis sehingga dapat membatu anaknya dapat
memilih calon pasangan hidupnya agar tidak salah pilih serta tidak menyesal
dikemudian hari.
2. Perlu adanya saling pegertian antara orang tua dan anak dalam memimilih
calon pendamping hidupnya, disamping mengutamakan kepentingan orang
tua jangan sampai melupakan kepentingan-kepentingan anak sebagai pelaku
rumah tangga.
3. Perlu ditingkatkan usaha- usaha pemerintah yang ada sekarang yaitu
meningkatkan usaha perjodohan/ perkawinan anak.
87
DAFTAR PUSTAKA
Bungin, Burhan (2005). MetodePenelitian Kuantitatif, Jakarta. Kencana.
Dwi Narwoko. J. Suyanto, Bagong. 2004. Sosiologi Teks Pengantar dan
Terapan. Kencana Jakarta.
Folak. Mayor. J. B. A. F. 1964. Sosiologi Pengantar Rinkas. Ichtiar Jakarta
Goode, William J. 1985. Sosiologi Keluarga, Jakarta: PT. Bina Aksara
Handayani, 2005. Rumah Tangga Ideal. Kencana Jakarta
KoentjaraNingrat, 1988. Manusia dan kebudayaan di Indonesia. Djambatan
Indonesia. Liberti. Jogjakarta
Mardalis. 1999. Metode Penelitian suatu pendekatan proposal.
Mardiya. 2000. Kiat-kiat Khusus Membangun Keluarga Sejahtera. Jakarta :
BKKBN Pusat.
Noor Siswanto. 2002. “Konvensi Hak Anak Sebagai Prinsip Perlindungan
Anak”. Yogyakarta : Dinas Sosial Propinsi DIY.
Singarimbun, Masri dan Sofyan Efendi. Ed. 1964 Metode Penelitian Survei.
LP3ES. Jakarta
Soekanto, Soerjono. 2006. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali pers.
Sri Mirmaningtyas. 2005. “Pendidikan Karakter Anak dan Masa Depan
Bangsa”. Kedaulatan Rakyat 21 Juli 2005.
Suhendi Hendi, Wahyu Ramdani. 2001. Pengantar Study Sosiologi Keluarga.
Pustaka setia. Bandung .
Sumber Lain (Data Internet, Artikel, dan Data Kantor Desa Paria 2010)
Sunartini. 2001. Peran Orang Tua Dalam Tumbuh Kembang Anak yang
Berkualitas dan Berbudaya. Yogyakarta : Fakultas Kedokteran UGM.
Vredenbert, J. 1984. Teknik Penelitian Masyarakat. Gramedia. Jakarta.
Warnich, Robert.1981. Prilaku Manusia dan Keluarga. Tata Pustaka. Jakarta.
Widjaya. A. W. 1986. Individu Keluarga dan Masyarakat. Akademika
Pressindo. Jakarta.
www. Google. com, Cara penentuan jodoh anak. Di akses bulan januari 2012.
88
www.Google.com, Defenisi keluarga luas(extended family) di akses bulan
desember 2011
89
L
A
M
P
I
R
A
N
90
HASIL WAWANCARA
MASYARAKAT DESA PARIA KECAMATAN DUAMPANUA
Nama : Rahman
Jabatan : Masyarakat biasa
Tanggal : 15/10/2019
NO PERTANYAAN JAWABAN
1 Mengapa orang tua ingin
menjodohkan anaknya?
Kerna orang tua ingin
melihat anaknya
bahagia,orang tua sangat
penting menjodohkan
anaknya karena demi
kebaikan dan kelangsungan
hidup anaknya kedepannya
menjadi orang tua di Desa
Paria juga tidak sembarang
menjodohkan anaknya
dengan yang bukan
kerabatnya.
2 Bagaimana peran orang tua
dalam jodoh anaknya di Desa
Paria?
Peran orang tua sangat
penting menjodohkan
anaknya karena demi
kebaikan dan kelangsungan
91
hidup anaknya kedepannya
menjadi orang tua di Desa
Paria juga tidak sembarang
menjodohkan anaknya
dengan yang bukan
kerabatnya
3 Apakah ada dampak negatipf
dan positifnya dalam
menentukan jodoh anaknya?
Sistem
perjodohan tidak semua
berpengaruh positif akan
tetapi bisa berpengaruh
negatif kepada anak yang
dijodohkan, dimana
positifnya yaitu
menghindari dari dari
pergaulan bebas diluar
nikah. Karena mereka tidak
berpacaran sebelum
menikah, dan negatifnya
adalah perasaan tidak suka
berkelanjutan tehadap
pasangan, hingga
menimbulkan perceraian.
92
HASIL WAWANCARA
MASYARAKAT DESA PARIA KECAMATAN DUAMPANUA
Nama : Ruga
Jabatan : Masyarakat biasa
Tanggal : 28/10/2019
NO PERTANYAAN JAWABAN
1 Mengapa masyarakat di Desa
Paria melakukan perjodohan
terhadap anaknya?
Dengan adanya sistem
perjodohan di Desa Paria
masyarakat lebih mudah
untuk menentukan pasangan
anakya, karena orang tua
menginginkan rumah tangga
anaknya bahagia jadi
menurut orang tuanya
dengan adanya sistem
perodohan mereka lebih
mudah dalam menentukan
jodoh anaknya
2 Menurut anda apakah
perjodohan itu perlu di
pertahankan?
Perjodohan perlu
dipertahankan karena
perjodohan itu dilakukan
dari dulu samapai sekarang
93
walaupun memiliki dampak
negatif dan positif, dampak
positifnya bisa memperkuat
tali hubungan kekeluargaan
sedangkan dampak
negatifnya biasa terjadi
perceraian.
3 Bagaimana sistem perjodohan
anak di Desa Paria?
Sistem
perjodohan adalah suatu
proses yang sudah
direncanakan tanpa
sepengetahuan anaknya oleh
kedua orang tua untuk
menjalin suatu keluarga
baik dari orang tualaki-laki
maupun orang tua
perempuan untuk
menjodohkan anaknya.
94
Dokumentasi wawancara dengan masyarakat biasa
Dokumentasi wawancara dengan masyarakat biasa
95
Dokumentasi wawancara dengan masyarakat biasa
Dokumentasi wawancara dengan masyarakat biasa
96
Dokumentasi wawancara dengan masyarakat biasa
97
RIWAYAT HIDUP
NURMIATI dilahirkan di Barugae tanggal 12 Februari
1995, dari pasangan Ayahanda Tundung dan Ibunda
Naria. Penulis merupakan anak ke tiga dari tiga
bersaudara. Penulis masuk sekolah dasar tahun 2003 di
SDN 139 Barugae Kabupaten Pinrang dan tamat pada
tahun 2009. Pada tahun yang sama (2009), penulis
melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 2 Duampanua Kabupaten Pinrang dan
tamat pada tahun 2012dan melanjutkan pendidikan ke SMK5 Pinrang dan tamat
pada tahun 2015. Pada tahun 2015 penulis melanjutkan pendidikan pada program
Strata Satu (S1) Program Studi Pendidikan Sosiologi Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.
Berkat Rahmat Tuhan yang Maha Kuasa dan iringan do’a restudari orang
tua dan saudara, kerabat serta teman-teman seperjuangan di bangku kuliah,
terutama dosen Jurusan Pendidikan Sosiologi. Perjuangan panjang penulis dalam
mengkuti perguruan tinggi dapat berhasil dengan tersusunnya Skripsi yang
berjudul “Sistem Perjodohan Anak di Desa Paria Kecamatan Duampanua
Kabupaten Pinrang”.