sistem tenaga listrik
DESCRIPTION
sistem tenaga listrikTRANSCRIPT
BAB II
PEMBAHASAN
1.1. Sistem Tenaga Listrik
Sistem tenaga listrik adalah suatu sistem yang berfungsi untuk
membangkitkan, mentransmisikan dan mendistribusikan energi listrik dari pusat
pembangkit sampai konsumen. Tiga komponen utama dari sistem tenaga listrik
yaitu :
a. Sub-Sistem Pembangkitan
b. Sub-Sistem Transmisi
c. Sub-Sistem Distribusi
1.1.1. Sub-Sistem Pembangkitan :
Sistem Pembangkitan Tenaga Listrik berfungsi membangkitkan energi
listrik melalui berbagai macam pembangkit tenaga listrik (PLTA, PLTU, PLTD,
PLTP, PLTG, dsb). Pada Pembangkit Tenaga Listrik ini sumber-sumber energi
alam dirubah oleh penggerak mula menjadi energi mekanis yang berupa
kecepatan atau putaran, selanjutnya energi mekanis tersbut di rubah menjadi
energi listrik oleh generator.
Proses perubahan energi primer menjadi listrik pada pembangkit adalah
sebagai berikut :
a. Pada PLTU : Bahan bakar yang berasal dari fossil : batubara, minyak
bumi, gas alam, dipakai sebagai bahan bakar untuk memanaskan air
dan menghasilkan uap untuk menggerakkan turbin uap.
b. Pada PLTD atau PLTG : Bahan bakar minyak atau gas alam dipakai
untuk menggerakkan mesin diesel atau turbin gas.
2
c. Pada PLTN : bahan galian uranium atau thorium, menghasilkan reaksi
yang mengeluarkan panas dan memproduksi uap air untuk memutar
turbin uap.
d. Pada PLTA : energi potensial air diubah menjadi energi kinetic dan
selanjutnya energi mekanik memutar turbin air.
e. Pada PLTB (Bayu) : Tenaga angin dipakai untuk memutar turbin.
f. Pada PLTS (Surya) : Sinar matahari pada sel fotovoltaik menghasilkan
arus listrik.
1.1.3. Sub-Sistem Transmisi
Sub-Sistem Transmisi berfungsi menyalurkan tenaga listrik dari pusat
pembangkit ke pusat beban melalui saluran transmisi. Agar rugi-rugi energi
listrik (losses) berkurang, maka energi listrik tersebut ditransmisikan dengan
saluran transmisi tegangan tinggi (150 kV) maupun tegangan ekstra tinggi(500
kV).Untuk itu sebelum ditransmisikan, tegangan listrik terlebih dahulu
dinaikkan pada trafo penaik tegangan (step-up transformer).
Dalam kontaks pembahasan ini, yang dimaksud transmisi (penyaluran)
adalah Penyaluran energi listrik sehingga mempunyai listrik, maksud proses dan
cara menyalurkan energi listrik dari satu tempat ke tempat lainnya, misalnya :
Dari pembangkit listrik ke gardu induk
Dari satu gardu induk ke gardu induk lainnya.
Dari gardu induk ke jaring tegangan menengah dan gardu
distribusi.
1. Ketentuan Dasar Sistem Tenaga Listrik
a. Menyediakan setiap waktu, tenaga listrik untuk keperluan
consumer
b. Menjaga kestabilan nilai tegangan, dimana tidak lebih toleransi
±10%.
c. Menjaga kestabilan frekuensi, dimana tidak lebih toleransi ±0 1Hz
3
d. Harga yang tidak mahal (Efisien).
e. Standar keamanan (safety).
f. Respek terhadap lingkungan.
2. Diagram dasar dari sistem transmisi dan distribusi tenaga listrik.
a. Terdiri dari stasiun pembangkit (generating station)
b. Transmission substation menyediakan servis untuk merubah
dalam menaikan dan menurunkan tegangan pada saluran tegangan
yang ditransmisikan serta meliputi regulasi tegangan.
c. Percabangan hubungan antar substation(interconnecting
substation) untuk pasokan tenaga listrik yang berbeda untuk
keperluan pengguna konsumer.
d. Distribution Substation, pada bagian ini merubah tegangan aliran
listrik dari tegangan medium menjadi tegangan rendah dengan
transformator step-down, step down, dimana memiliki tap
otomatis dan memiliki kemampuan untuk regulator tegangan
rendah.
3. Tegangan Transmisi.
4
a. Tegangan generator dinaikkan ke tingkat yang dipakai untuk
transmisi yaitu antara 11 kV d 765 kV.
b. Tegangan extra-tinggi (Extra High Voltage – EHV) : 345 500 dan
765 kV.
c. Tegangan tinggi standar (High Voltage-HV standard) :115kV,
138kV, dan 230kV
d. Untuk sistem distribusi, tegangan menengah yaitu antara 2,4kV
dan 69kV. Umumnya antara 120V dan 69kV dan untuk tegangan
rendah yaitu antara 120V sampai 600V
4. Komponen Transmisi Listrik.
Saluran transmisi Tenaga Listrik terdiri atas :
1) konduktor.
a. Kawat konduktor ini digunakan untuk menghantarkan listrik yang
ditransmisikan.
b. Kawat konduktor untuk saluran transmisi tegangan tinggi ini selalu
tanpa pelindung/isolasi, hanya menggunakan isolasi udara.
c. Jenis Konduktor yang dipakai adalah :
Tembaga (cu)
Alumunium (Al)
Baja (steel)
d. Jenis yang sering dipakai adalah jenis alumunium dengan campuran
baja.
e. Jenis-jenis penghantar Aluminium
AAC (All-Alumunium Conductor), yaitu kawat penghantar
yang seluruhnya terbuat dari alumunium.
AAAC (All-Alumunium-Alloy Conductor), yaitu kawat
penghantar yang seluruhnya terbuat dari campuran alumunium.
5
ACSR (Alumunium Conductor Steel-Reinforced) Conductor,
Steel-Reinforced), yaitu kawat penghantar alumunium berinti
kawat baja.
ACAR (Alumunium Conductor, Alloy-Reinforced), yaitu
kawat penghantar alumunium yang di perkuat dengan logam
campuran.
f. Jenis yang sering digunakan adalah ACSR.
2) Isolator.
Isolator pada sistem transmisi tenaga listrik disni berfungsi untuk
penahan bagian konduktor terhadap ground. Isolator disini bisanya
terbuat dari bahan porseline, tetapi bahan gelas dan bahan isolasi
sintetik juga sering digunakan disini. Bahan isolator harus memiiki
resistansi yang tinggi untuk melindungi kebocoran arus dan memiliki
ketebalan yang secukupnya (sesuai standar) untuk mencegah
breakdown pada tekanan listrik tegangan tinggi sebagai pertahanan
fungsi isolasi tersebut. Kondisi nya harus kuat terhadap goncangan
apapun dan beban konduktor.
a. Jenis isolator yang sering digunakan pada saluran transmisi adalah
jenis porselin atau gelas. Menurut penggunaan dan konstruksinya,
isolator diklasifikasikan menjadi:
isolator jenis pasak
isolator jenis pos-saluran
isolator jenis gantung
Isolator jenis pasak dan isolator jenis pos-saluran digunakan pada
saluran transmisi dengan tagangan kerja relatif rendah (kurang dari 22-
33kV), sedangkan isolator jenis gantung dapat digandeng menjadi
rentengan rangkaian isolator yang jumlahnya dapat disesuaikan
dengan kebutuhan.
6
3) Tiang Penyangga / Tower
5. Konstruksi Saluran Transmisi
Berdasarkan pemasangannya saluran transmisi dibagi menjadi
pemasangannya, dua kategori, yaitu :
1) Saluran Udara (Overhead Lines) saluran transmisi yang menyalurkan
energi listrik melalui kawat-kawat yang digantung pada isolator antara
menara atau tiang transmisi.
2) Saluran kabel bawah tanah (underground cable), saluran transmisi
yang menyalurkan energi listrik melalui kabel yang dipendam didalam
tanah.
7
3) Saluran bawah Laut Saluran transmisi listrik yang di bangun di dalam
laut.
4) Jenis-Jenis Tower
Menurut bentuk konstruksinya jenis-jenis tower dibagi atas macam 4
yaitu:
1. Lattice tower
2. Tubular steel pole
3. Concrete pole
4. Wooden pole
8
1.1.3. Sub- Sistem Distribusi
Sub-Sistem Distribusi berfungsi mendistribusikan tenaga listrik ke
konsumen ( pabrik, industri, perumahan dan sebagainya). Listrik yang berasal
dari saluran transmisi dengan tegangan Tinggi atau Ekstra Tinggi, pada pada
gardu induk diubah menjadi tegangan menengah atau tegangan distribusi primer,
yang selanjutnya diturunkan lagi menjadi tegangan rendah untuk konsumen.
Tegangan distribusi primer yang dipakai PLN adalah 20 kV. Sedangkan
tegangan rendah adalah 380/220 V. Jaringan antara pusat listrik dengan GI
disebut jaringan transmisi. Sedangkan setelah keluar dari GI biasa disebut
jaringan distribusi,. Listrik yang disalurkan melalui jaringan distribusi primer
maka kemudian tenaga listrik diturunkan tegangannya dalam gardu-gardu
distribusi menjadi tegangan rendah 380/220 Volt , kemudian disalurkan ke
rumah-rumah pelanggan (konsumen) PLN melalui sambungan rumah.
Namun untuk Pelanggan-pelanggan dengan daya besar seperti pabrik-
pabrik, listrik tidak disalurkan lewat jaringan tegangan rendah, melainkan
disambung langsung pada jaringan tegangan menengah, bahkan ada pula yang
disambung pada jaringan transmisi tegangan tinggi, untuk daya yang lebih besar.
Sistem Distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem
distribusi ini berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik
besar (Bulk Power Source) sampai ke konsumen, seperti dijelaskan pada artikel
sebelumnya di sini. Jadi fungsi distribusi tenaga listrik adalah:
1. Pembagian atau penyaluran tenaga listrik ke beberapa tempat (pelanggan)
2. Merupakan sub sistem tenaga listrik yang langsung berhubungan dengan
pelanggan, karena catu daya pada pusat-pusat beban (pelanggan) dilayani
langsung melalui jaringan distribusi.
Tenaga listrik yang dihasilkan oleh pembangkit listrik besar dengan
tegangan dari 11 kV sampai 24 kV dinaikan tegangannya oleh gardu induk
dengan transformator penaik tegangan menjadi 70 kV ,154kV, 220kV atau
500kV kemudian disalurkan melalui saluran transmisi. Tujuan menaikkan
9
tegangan ialah untuk memperkecil kerugian daya listrik pada saluran transmisi,
dimana dalam hal ini kerugian daya adalah sebanding dengan kuadrat arus yang
mengalir (I kwadrat R). Dengan daya yang sama bila nilai tegangannya
diperbesar, maka arus yang mengalir semakin kecil sehingga kerugian daya juga
akan kecil pula. Dari saluran transmisi, tegangan diturunkan lagi menjadi 20 kV
dengan transformator penurun tegangan pada gardu induk distribusi, kemudian
dengan sistem tegangan tersebut penyaluran tenaga listrik dilakukan oleh saluran
distribusi primer. Dari saluran distribusi primer inilah gardu-gardu distribusi
mengambil tegangan untuk diturunkan tegangannya dengan trafo distribusi
menjadi sistem tegangan rendah, yaitu 220/380 Volt. Selanjutnya disalurkan oleh
saluran distribusi sekunder ke konsumen-konsumen. Dengan ini jelas bahwa
sistem distribusi merupakan bagian yang penting dalam sistem tenaga listrik
secara keseluruhan.
Pada sistem penyaluran daya jarak jauh, selalu digunakan tegangan
setinggi mungkin, dengan menggunakan trafo-trafo step-up. Nilai tegangan yang
sangat tinggi ini (HV,UHV,EHV) menimbulkan beberapa konsekuensi antara
lain: berbahaya bagi lingkungan dan mahalnya harga perlengkapan-
perlengkapannya, selain menjadi tidak cocok dengan nilai tegangan yang
dibutuhkan pada sisi beban. Maka, pada daerah-daerah pusat beban tegangan
saluran yang tinggi ini diturunkan kembali dengan menggunakan trafo-trafo step-
down. Akibatnya, bila ditinjau nilai tegangannya, maka mulai dari titik sumber
hingga di titik beban, terdapat bagian-bagian saluran yang memiliki nilai
tegangan berbeda-beda.
Pengelompokan Jaringan Distribusi Tenaga Listrik
10
Gambar 1. Konfigurasi Sistem Tenaga Listrik.
Untuk kemudahan dan penyederhanaan, lalu diadakan pembagian serta
pembatasan-pembatasan seperti pada Gambar diatas:
1. Daerah I : Bagian pembangkitan (Generation)
2. Daerah II : Bagian penyaluran (Transmission) , bertegangan tinggi
(HV,UHV,EHV)
3. Daerah III : Bagian Distribusi Primer, bertegangan menengah (6 atau 20kV).
4. Daerah IV : (Di dalam bangunan pada beban/konsumen), Instalasi,
bertegangan rendah.
Berdasarkan pembatasan-pembatasan tersebut, maka diketahui bahwa
porsi materi Sistem Distribusi adalah Daerah III dan IV, yang pada dasarnya
dapat dikelasifikasikan menurut beberapa cara, bergantung dari segi apa
klasifikasi itu dibuat. Dengan demikian ruang lingkup Jaringan Distribusi adalah:
1. SUTM, terdiri dari : Tiang dan peralatan kelengkapannya, konduktor dan
peralatan perlengkapannya, serta peralatan pengaman dan pemutus.
2. SKTM, terdiri dari : Kabel tanah, indoor dan outdoor termination dan lain-
lain.
11
3. Gardu trafo, terdiri dari : Transformator, tiang, pondasi tiang, rangka tempat
trafo, LV panel, pipa-pipa pelindung, Arrester, kabel-kabel, transformer
band, peralatan grounding,dan lain-lain.
4. SUTR dan SKTR, terdiri dari: sama dengan perlengkapan/material pada
SUTM dan SKTM. Yang membedakan hanya dimensinya.
Klasifikasi Saluran Distribusi Tenaga Listrik
Secara umum, saluran tenaga Listrik atau saluran distribusi dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Menurut nilai tegangannya:
1) Saluran distribusi Primer, Terletak pada sisi primer trafo distribusi, yaitu
antara titik Sekunder trafo substation (Gardu Induk) dengan titik primer
trafo distribusi. Saluran ini bertegangan menengah 20 kV. Jaringan
listrik 70 kV atau 150 kV, jika langsung melayani pelanggan, bisa
disebut jaringan distribusi.
2) Saluran Distribusi Sekunder, Terletak pada sisi sekunder trafo distribusi,
yaitu antara titik sekunder dengan titik cabang menuju beban (Lihat
Gambar 2-2)
2. Menurut bentuk tegangannya:
1) Saluran Distribusi DC (Direct Current) menggunakan sistem tegangan
searah.
2) Saluran Distribusi AC (Alternating Current) menggunakan sistem
tegangan bolak-balik.
3. Menurut jenis/tipe konduktornya:
1) Saluran udara, dipasang pada udara terbuka dengan bantuan penyangga
(tiang) dan perlengkapannya, dan dibedakan atas:
12
Saluran kawat udara, bila konduktornya telanjang, tanpa isolasi
pembungkus.
Saluran kabel udara, bila konduktornya terbungkus isolasi.
2) Saluran Bawah Tanah, dipasang di dalam tanah, dengan menggunakan
kabel tanah (ground cable).
3) Saluran Bawah Laut, dipasang di dasar laut dengan menggunakan kabel
laut (submarine cable)
4. Menurut susunan (konfigurasi) salurannya:
1) Saluran Konfigurasi horizontal, bila saluran fasa terhadap fasa yang
lain/terhadap netral, atau saluran positip terhadap negatip (pada sistem
DC) membentuk garis horisontal.
2) Saluran Konfigurasi Vertikal, bila saluran-saluran tersebut membentuk
garis vertikal .
3) Saluran konfigurasi Delta, bila kedudukan saluran satu sama lain
membentuk suatu segitiga (delta).
5. Menurut Susunan Rangkaiannya
Dari uraian diatas telah disinggung bahwa sistem distribusi di bedakan
menjadi dua yaitu sistem distribusi primer dan sistem distribusi sekunder.
1) Jaringan Sistem Distribusi Primer,
Sistem distribusi primer digunakan untuk menyalurkan tenaga listrik
dari gardu induk distribusi ke pusat-pusat beban. Sistem ini dapat
menggunakan saluran udara, kabel udara, maupun kabel tanah sesuai
dengan tingkat keandalan yang diinginkan dan kondisi serta situasi
lingkungan. Saluran distribusi ini direntangkan sepanjang daerah yang
13
akan di suplai tenaga listrik sampai ke pusat beban. Terdapat bermacam-
macam bentuk rangkaian jaringan distribusi primer, yaitu:
Jaringan Distribusi Radial, dengan model: Radial tipe pohon,
Radial dengan tie dan switch pemisah, Radial dengan pusat beban
dan Radial dengan pembagian phase area.
Jaringan distribusi ring (loop), dengan model: Bentuk open loop
dan bentuk Close loop.
Jaringan distribusi Jaring-jaring (NET)
Jaringan distribusi spindle
Saluran Radial Interkoneksi
2) Jaringan Sistem Distribusi Sekunder,
Sistem distribusi sekunder digunakan untuk menyalurkan tenaga listrik
dari gardu distribusi ke beban-beban yang ada di konsumen. Pada sistem
distribusi sekunder bentuk saluran yang paling banyak digunakan ialah
sistem radial. Sistem ini dapat menggunakan kabel yang berisolasi
maupun konduktor tanpa isolasi. Sistem ini biasanya disebut sistem
tegangan rendah yang langsung akan dihubungkan kepada
konsumen/pemakai tenaga listrik dengan melalui peralatan-peralatan
sbb:
Papan pembagi pada trafo distribusi,
Hantaran tegangan rendah (saluran distribusi sekunder).
Saluran Layanan Pelanggan (SLP) (ke konsumen/pemakai)
Alat Pembatas dan pengukur daya (kWh meter) serta fuse atau
pengaman pada pelanggan.
14
gambar 2. Komponen Sistem Distribusi
Tegangan sistem distribusi sekunder, ada bermacam-macam
sistem tegangan distribusi sekunder menurut standar;
(1) EEI : Edison Electric Institut,
(2) NEMA (National Electrical Manufactures Association).
Pada dasarnya tidak berbeda dengan sistem distribusi DC, faktor
utama yang perlu diperhatikan adalah besar tegangan yang diterima
pada titik beban mendekati nilai nominal, sehingga peralatan/beban
dapat dioperasikan secara optimal. Ditinjau dari cara pengawatannya,
saluran distribusi AC dibedakan atas beberapa macam tipe dan cara
pengawatan, ini bergantung pula pada jumlah fasanya, yaitu:
Sistem satu fasa dua kawat 120 Volt
Sistem satu fasa tiga kawat 120/240 Volt
Sistem tiga fasa empat kawat 120/208 Volt
Sistem tiga fasa empat kawat 120/240 Volt
Sistem tiga fasa tiga kawat 240 Volt
Sistem tiga fasa tiga kawat 480 Volt
15
Sistem tiga fasa empat kawat 240/416 Volt
Sistem tiga fasa empat kawat 265/460 Volt
Sistem tiga fasa empat kawat 220/380 Volt
Di Indonesia dalam hal ini PT. PLN menggunakan sistem tegangan
220/380 Volt. Sedang pemakai listrik yang tidak menggunakan tenaga
listrik dari PT. PLN, menggunakan salah satu sistem diatas sesuai
dengan standar yang ada. Pemakai listrik yang dimaksud umumnya
mereka bergantung kepada negara pemberi pinjaman atau dalam rangka
kerja sama, dimana semua peralatan listrik mulai dari pembangkit
(generator set) hingga peralatan kerja (motor-motor listrik) di suplai dari
negara pemberi pinjaman/kerja sama tersebut. Sebagai anggota, IEC
(International Electrotechnical Comission), Indonesia telah mulai
menyesuaikan sistem tegangan menjadi 220/380 Volt saja, karena IEC
sejak tahun 1967 sudah tidak mencantumkan lagi tegangan 127 Volt.
(IEC Standard Voltage pada Publikasi nomor 38 tahun 1967). Diagram
rangkaian sisi sekunder trafo distribusi terdiri dari:
Sistem distribusi satu fasa dengan dua kawat, Tipe ini
merupakan bentuk dasar yang paling sederhana, biasanya
digunakan untuk melayani penyalur daya berkapasitas kecil
dengan jarak pendek, yaitu daerah perumahan dan pedesaan.
Sistem distribusi satu fasa dengan tiga kawat, Pada tipe ini,
prinsipnya sama dengan sistem distribusi DC dengan tiga
kawat, yang dalam hal ini terdapat dua alternatif besar
tegangan. Sebagai saluran “netral” disini dihubungkan pada
tengah belitan (center-tap) sisi sekunder trafo, dan
diketanahkan, untuk tujuan pengamanan personil. Tipe ini
16
untuk melayani penyalur daya berkapasitas kecil dengan jarak
pendek, yaitu daerah perumahan dan pedesaan.
Sistem distribusi tiga fasa empat kawat tegangan 120/240 Volt,
Tipe ini untuk melayani penyalur daya berkapasitas sedang
dengan jarak pendek, yaitu daerah perumahan pedesaan dan
perdagangan ringan, dimana terdapat dengan beban 3 fasa.
Sistem distribusi tiga fasa empat kawat tegangan 120/208 Volt.
Sistem distribusi tiga fasa dengan tiga kawat, Tipe ini banyak
dikembangkan secara ekstensif. Dalam hal ini rangkaian tiga
fasa sisi sekunder trafo dapat diperoleh dalam bentuk rangkaian
delta (segitiga) ataupun rangkaian wye (star/bintang).
Diperoleh dua alternatif besar tegangan, yang dalam
pelaksanaannya perlu diperhatikan adanya pembagian
seimbang antara ketiga fasanya. Untuk rangkaian delta
tegangannya bervariasi yaitu 240 Volt, dan 480 Volt. Tipe ini
dipakai untuk melayani beban-beban industri atau perdagangan.
Sistem distribusi tiga fasa dengan empat kawat, Pada tipe ini,
sisi sekunder (output) trafo distribusi terhubung star,dimana
saluran netral diambil dari titik bintangnya. Seperti halnya
padasistem tiga fasa yang lain, di sini perlu diperhatikan
keseimbangan beban antara ketiga fasanya, dan disini terdapat
dua alternatif besar tegangan.
17