sistim panas bumi

Upload: agung-doank-yess

Post on 16-Oct-2015

66 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

panas bumi

TRANSCRIPT

  • 5/26/2018 Sistim Panas Bumi

    1/17

    Bab II Sistim Panasbumi 2-14

    2.2 TERJADINYA SISTIM PANASBUMI

    Secara garis besar bumi ini terdiri dari tiga lapisan utama (Gambar 2-15), yaitu kulitbumi (crust), selubung bumi (mantle) dan inti bumi (core). Kulit bumi adalah bagian

    terluar dari bumi. Ketebalan dari kulit bumi bervariasi, tetapi umumnya kulit bumi di

    bawah suatu daratan (continent) lebih tebal dari yang terdapat di bawah suatu lautan.

    Di bawah suatu daratan ketebalan kulit bumi umumnya sekitar 35 kilometer

    sedangkan di bawah lautan hanya sekitar 5 kilometer. Batuan yang terdapat pada

    lapisan ini adalah batuan keras yang mempunyai density sekitar 2.7 - 3 gr/cm3.

    Kulit Bumi (Crust)

    Selubung Bumi

    (Mantle)

    Inti Bumi (Core)

    Litosfir(kulit bumi dan bagian

    atas selubung bumi)

    Selubung Bumi

    (Mantle)

    Astenosfir(bagian tengahselubung bumi)

    Inti Bumi

    Gambar 2-15

    Susunan Lapisan Bumi

    Di bawah kulit bumi terdapat suatu lapisan tebal yang disebut selubung bumi

    (mantel) yang diperkirakan mempunyai ketebalan sekitar 2900 km. Bagian teratas

    dari selubung bumi juga merupakan batuan keras.

    Bagian terdalam dari bumi adalah inti bumi (core) yang mempunyai ketebalan

    sekitar 3450 kilometer. Lapisan ini mempunyai temperatur dan tekanan yang sangat

    tinggi sehingga lapisan ini berupa lelehan yang sangat panas yang diperkirakan

    mempunyai density sekitar 10.2 - 11.5 gr/cm3. Diperkirakan temperatur pada pusat

    bumi dapat mencapai sekitar 60000F.

    Kulit bumi dan bagian teratas dari selubung bumi kemudian dinamakan litosfir (80 -200 km). Bagian selubung bumi yang terletak tepat di bawah litosfir merupakan

    batuan lunak tapi pekat dan jauh lebih panas. Bagian dari selubung bumi ini

    kemudian dinamakan astenosfer (200 - 300 km). Di bawah lapisan ini, yaitu bagian

    bawah dari selubung bumi terdiri dari material-material cair, pekat dan panas,

    dengan density sekitar 3.3 - 5.7 gr/cm3.

    Hasil penyelidikan menunjukkan bahwa litosfer sebenarnya bukan merupakan

    permukaan yang utuh, tetapi terdiri dari sejumlah lempeng-lempeng tipis dan kaku

    (Gambar 2-16).

  • 5/26/2018 Sistim Panas Bumi

    2/17

    Bab II Sistim Panasbumi 2-15

    Gambar 2-16

    Lempengan-lempengan Tektonik

    Lempeng-lempeng tersebut merupakan bentangan batuan setebal 64 - 145 km yang

    mengapung di atas astenosfer. Lempeng-lempeng ini bergerak secara perlahan-lahan

    dan menerus. Di beberapa tempat lempeng-lempeng bergerak memisah sementara di

    beberapa tempat lainnya lempeng-lempeng saling mendorong dan salah satu

    diantaranya akan menujam di bawah lempeng lainnya (lihat Gambar 2-17). Karena

    panas di dalam astenosfere dan panas akibat gesekan, ujung dari lempengan tersebut

    hancur meleleh dan mempunyai temperatur tinggi (proses magmatisasi).

    Gambar 2-17

    Gambaran Pergerakan Lempengan-lempengan Tektonik (Wahl, 1977)

  • 5/26/2018 Sistim Panas Bumi

    3/17

    Bab II Sistim Panasbumi 2-16

    Adanya material panas pada kedalaman beberapa ribu kilometer di bawah

    permukaan bumi menyebabkan terjadinya aliran panas dari sumber panas tersebut

    hingga ke pemukaan. Hal ini menyebabkan tejadinya perubahan temperatur daribawah hingga ke permukaan, dengan gradien temperatur rata-rata sebesar 300C/km.

    Di perbatasan antara dua lempeng (di daerah penujaman) harga laju aliran panas

    umumnya lebih besar dari harga rata-rata tersebut. Hal ini menyebabkan gradien

    temperatur di daerah tersebut menjadi lebih besar dari gradien tempetatur rata-rata,

    sehingga dapat mencapai 70-800C/km, bahkan di suatu tempat di Lanzarote (Canary

    Island) besarnya gradien temperatur sangat tinggi sekali hingga besarnya tidak lagi

    dinyatakan dalam 0C/km tetapi dalam 0C/cm.

    Pada dasarnya sistim panas bumi terbentuk sebagai hasil perpindahan panas dari

    suatu sumber panas ke sekelilingnya yang terjadi secara konduksi dan secara

    konveksi. Perpindahan panas secara konduksi terjadi melalui batuan, sedangkanperpindahan panas secara konveksi terjadi karena adanya kontak antara air dengan

    suatu sumber panas. Perpindahan panas secara konveksi pada dasarnya terjadi karena

    gaya apung (bouyancy). Air karena gaya gravitasi selalu mempunyai kecenderungan

    untuk bergerak kebawah, akan tetapi apabila air tersebut kontak dengan suatu

    sumber panas maka akan terjadi perpindahan panas sehingga temperatur air menjadi

    lebih tinggi dan air menjadi lebih ringan. Keadaan ini menyebabkan air yang lebih

    panas bergerak ke atas dan air yang lebih dingin bergerak turun ke bawah, sehingga

    terjadi sirkulasi air atau arus konveksi.

    Gambar 2-18

    Perpindahan Panas Di Bawah Permukaan

    Terjadinya sumber energi panasbumi di Indonesia serta karakteristiknya dijelaskan

    oleh Budihardi (1998) sebagai berikut. Ada tiga lempengan yang berinteraksi di

    Indonesia, yaitu lempeng Pasifik, lempeng India-Australia dan lempeng Eurasia

    (Gambar 2-19). Tumbukan yang terjadi antara ketiga lempeng tektonik tersebut telah

    memberikan peranan yang sangat penting bagi terbentuknya sumber energi panas

    Sumber

    Panas

    Permukaan

    Zona Air

    Perpindahan Panas

    Secara Konduksi

    erp n a an anasSecara Konveksi

  • 5/26/2018 Sistim Panas Bumi

    4/17

    Bab II Sistim Panasbumi 2-17

    bumi di Indonesia. Tumbukan antara lempeng India-Australia di sebelah selatan dan

    lempeng Eurasia di sebelah utara mengasilkan zona penunjaman (subduksi) di

    kedalaman 160 - 210 km di bawah Pulau Jawa-Nusatenggara dan di kedalamansekitar 100 km (Rocks et. al, 1982) di bawah Pulau Sumatera. Hal ini menyebabkan

    proses magmatisasi di bawah Pulau Sumatera lebih dangkal dibandingkan dengan di

    bawah Pulau Jawa atau Nusatenggara. Karena perbedaan kedalaman jenis magma

    yang dihasilkannya berbeda. Pada kedalaman yang lebih besar jenis magma yang

    dihasilkan akan lebih bersifat basa dan lebih cair dengan kandungan gas magmatik

    yang lebih tinggi sehingga menghasilkan erupsi gunung api yang lebih kuat yang

    pada akhirnya akan menghasilkan endapan vulkanik yang lebih tebal dan terhampar

    luas. Oleh karena itu, reservoir panas bumi di Pulau Jawa umumnya lebih dalam dan

    menempati batuan volkanik, sedangkan reservoir panas bumi di Sumatera terdapat di

    dalam batuan sedimen dan ditemukan pada kedalaman yang lebih dangkal.

    Gambar 2-19

    Konfigurasi Tektonik di Sepanjang Busur Kepulauan Indonesia,

    Hasil Interaksi Tiga Lempeng Tektonik: Lempeng Pasifik, Lempeng Indo-Australia

    dan Lempeng Eurasia (Budihardi, 1998)

    Sistim panas bumi di Pulau Sumatera umumnya berkaitan dengan kegiatan gunung

    api andesitis-riolitis yang disebabkan oleh sumber magma yang bersifat lebih asamdan lebih kental, sedangkan di Pulau Jawa, Nusatenggara dan Sulawesi umumnya

    berasosiasi dengan kegiatan vulkanik bersifat andesitis-basaltis dengan sumber

    magma yang lebih cair. Karakteristik geologi untuk daerah panas bumi di ujung

    utara Pulau Sulawesi memperlihatkan kesamaan karakteristik dengan di Pulau Jawa.

    Akibat dari sistim penunjaman yang berbeda, tekanan atau kompresi yang dihasilkan

    oleh tumbukan miring (oblique) antara lempeng India-Australia dan lempeng Eurasia

    menghasilkan sesar regional yang memanjang sepanjang Pulau Sumatera yang

    merupakan sarana bagi kemunculan sumber-sumber panas bumi yang berkaitan

    dengan gunung-gunung api muda. Lebih lanjut dapat disimpulkan bahwa sistim

    panas bumi di Pulau Sumatera umumnya lebih dikontrol oleh sistim patahan regional

  • 5/26/2018 Sistim Panas Bumi

    5/17

    Bab II Sistim Panasbumi 2-18

    yang terkait dengan sistim sesar Sumatera, sedangkan di Jawa sampai Sulawesi,

    sistim panas buminya lebih dikontrol oleh sistim pensesaran yang bersifat lokal dan

    oleh sistim depresi kaldera yang terbentuk karena pemindahan masa batuan bawahpermukaan pada saat letusan gunung api yang intensif dan ekstensif.

    Gambar 2-20

    Skema Penampang Tektonik di Bawah Permukaan

    Tumbukan Antara Dua Lempeng Menghasilkan Zona Penujaman (Subduksi)

    Tabel 2.2

    Perbedaan Karakteristik Antara Prospek Panas Bumi

    Di Jawa-Bali Dan Sumatera (Budihardi, 1998)

    KRITERIA JAWA - BALI SUMATERA

    Geologi Umum

    - Litologi Andesitik-Basaltik Riolitik-Andesitik- Ketebalan batuan volkanik Tebal (>2500 m) Tipis (+/-1200 m)

    - Asosiasi struktur Patahan lokal Patahan regional Sumatera

    Kaldera depresi dan patahan sekundernya

    - Manifestasi permukaan Fumarol suhu tinggi,

    solfatar, mud pool, air

    panas mendidih, batuan

    alterasi intensif dan

    kurang tersebar luas.

    Fumarol suhu tinggi dengan

    steam jet, Solfatar, mata air

    panas mendidih, batuan

    alterasi sangat intensif dan

    tersebar luas.

  • 5/26/2018 Sistim Panas Bumi

    6/17

    Bab II Sistim Panasbumi 2-19

    Reservoir panas bumi di Sumatera umumnya menempati batuan sedimen yang telah

    mengalami beberapa kali deformasi tektonik atau pensesaran setidak-tidaknya sejak

    Tersier sampai Resen. Hal ini menyebabkan terbentuknya porositas ataupermeabilitas sekunder pada batuan sedimen yang dominan yang pada akhirnya

    menghasilkan permeabilitas reservoir panas bumi yang besar, lebih besar

    dibandingkan dengan permeabilitas reservoir pada lapangan-lapangan panas bumi di

    Pulau Jawa ataupun di Sulawesi.

    Survei geologi yang dilakukan oleh Direktorat vulkanologi telah menemukan 244

    prospek di Indonesia, yang tersebar di Pulau Sumatera, Pulau Jawa, Sulawesi, Bali,

    kepulauan Nusatenggara, Maluku dan Irian Jaya (Gambar 2-21).

    Gambar 2-21

    Penyebaran Prospek Panas Bumi di Indonesia

    (Direktorat Jenderal Migas, 1996)

    2.3 JENIS-JENIS ENERGI DAN SISTIM PANASBUMI

    Energi panasbumi diklasifikasikan kedalam lima kategori seperti diperihatkan pada

    Gambar 2-22. Dari semua energi tersebut di atas, energi dari sistim hidrotermal

    (hydrothermal system) yang paling banyak dimanfaatkan karena pada sistim

    hidrotermal, pori-pori batuan mengandung air atau uap, atau keduanya, dan reservoir

    umumnya letaknya tidak terlalu dalam sehingga masih ekonomis untuk diusahakan.

    Berdasarkan pada jenis fluida produksi dan jenis kandungan fluida utamanya, sistim

    hidrotermal dibedakan menjadi dua, yaitu sistim satu fasa atau sistim dua fasa.

  • 5/26/2018 Sistim Panas Bumi

    7/17

    Bab II Sistim Panasbumi 2-20

    Pada sistim satu fasa, sistim umumnya berisi air yang mempunyai temperatur 90 -

    1800C dan tidak terjadi pendidihan bahkan selama eksploitasi. Contoh dari sistim ini

    adalah lapangan panasbumi di Tianjin (Cina) dan Waiwera (Selandia Baru).

    Ada dua jenis sistim dua fasa, yaitu:

    1. Sistim dominasi uap atau vapour dominated system, yaitu sistim panas bumi dimana sumur-sumurnya memproduksikan uap kering atau uap basah karena

    rongga-rongga batuan reservoirnya sebagian besar berisi uap panas. Dalam

    sistim dominasi uap, diperkirakan uap mengisi rongga-rongga, saluran terbuka

    atau rekahan-rekahan (Gambar 2-23), sedangkan air mengisi pori-pori batuan.

    Karena jumlah air yang terkandung di dalam pori-pori relatif sedikit, maka

    saturasi air mungkin sama atau hanya sedikit lebih besar dari saturasi air konat

    (Swc) sehingga air terperangkap dalam pori-pori batuan dan tidak bergerak.

    Gambar 2-22

    Jenis-jenis Energi Panasbumi

    Lapangan Kamojang dan Darajat termasuk kedalam kategori jenis ini, karena

    sumur-sumur umumnya menghasilkan uap kering. Di Lapangan Kamojang

    diperkirakan 35% dari batuan reservoirnya berisi air (Satulasi air = 35%),

    sedangkan rongga-rongga lainnya berisi uap. Demikian pula halnya di Lapangan

    Darajat, diperkirakan 33% dari batuan reservoirnya berisi air. Dalam sistim

  • 5/26/2018 Sistim Panas Bumi

    8/17

    Bab II Sistim Panasbumi 2-21

    dominasi uap tekanan dan temperatur umumnya relatif tetap terhadap kedalaman

    seperti diperlihatkan pada Gambar 2-23.

    Gambar 2-23

    Sistim Dominasi Uap

    2. Sistim dominasi air atau water dominated system yaitu sistim panas bumidimana sumur-sumurnya menghasilkan fluida dua fasa berupa campuran uap air.

    Dalam sistim dominasi air, diperkirakan air mengisi rongga-rongga, saluran

    terbuka atau rekahan-rekahan (Gambar 2-24). Lapangan Awibengkok termasuk

    kedalam jenis ini, karena sumur-sumur umumnya menghasilkan uap dan air.Seperti dapat dilihat pada Gambar 2-23 dan 2-24, profil tekanan dan temperatur

    terhadap kedalaman sangat berlainan. Pada sistim dominasi air, baik tekanan

    maupun temperatur tidak konstant terhadap kedalaman.

    Gambar 2-24

    Sistim Dominasi Air

  • 5/26/2018 Sistim Panas Bumi

    9/17

    Bab II Sistim Panasbumi 2-22

    Dibandingkan dengan temperatur reservoir minyak, temperatur reservoir panasbumi

    relatif sangat tinggi, bisa mencapai 3500C. Berdasarkan pada besarnya temperatur,

    Hochstein (1990) membedakan sistim panasbumi menjadi tiga, yaitu:

    1. Sistim panasbumi bertemperatur rendah, yaitu suatu sistim yang reservoirnyamengandung fluida dengan temperatur lebih kecil dari 1250C.

    2. Sistim/reservoir bertemperatur sedang, yaitu suatu sistim yang reservoirnyamengandung fluida bertemperatur antara 125

    0C dan 225

    0C.

    3. Sistim/reservoir bertemperatur tinggi, yaitu suatu sistim yang reservoirnyamengandung fluida bertemperatur diatas 2250C.

    Sistim panasbumi seringkali juga diklasifikasikan berdasarkan entalpi fluida yaitu

    sistim entalpi rendah, sedang dan tinggi. Kriteria yang digunakan sebagai dasarklasifikasi pada kenyataannya tidak berdasarkan pada harga entalphi, akan tetapi

    berdasarkan pada temperatur mengingat entalphi adalah fungsi dari temperatur. Pada

    Tabel dibawah ini ditunjukkan klasifikasi sistim panasbumi yang biasa digunakan.

    Tabel 2-3

    Klasifikasi Sistim Panasbumi

    Berdasarkan Temperatur

    Muffer &

    Cataldi (!978)

    Benderiter &

    Cormy (1990)

    Haenel, Rybach

    & Stegna (1988)

    Hochestein

    (1990)

    Sistim panasbumi

    entalphi rendah225

    oC

    2.4 SISTIM PANASBUMI DI INDONESIA

    Karakteristik prospek-prospek panasbumi di Indonesia dijelaskan oleh Budihardi

    sebagai berikut (1998). Prospek-prospek panas bumi yang terletak pada jalur gunungapi di Pulau Sumatera, Jawa, Bali, Nusatenggara, Maluku dan ujung utara Pulau

    Sulawesi umumnya mempunyai temperatur yang cukup tinggi yang berkaitan

    dengan kegiatan gunung api muda. Pada daerah ini, prospek panas bumi dapat

    diklasifikasikan kedalam 2 katagori: prospek panas bumi yang berkaitan dengan

    gunung api aktif saat sekarang (resen) dan prospek panas bumi yang berkaitan

    dengan gunung api kuarter yang sudah tidak aktif dan berumur lebih tua.

    Prospek panas bumi yang berkaitan dengan gunung api aktif saat sekarangumumnya mempunyai temperatur tinggi dan kandungan gas magmatik yang

    cukup besar serta permeabilitas bawah permukaan yang relatip kecil.

    Pelamparan daerah prospek tidak terhampar luas dan hanya terbatas di sekitarcerobong gunung apinya.

  • 5/26/2018 Sistim Panas Bumi

    10/17

    Bab II Sistim Panasbumi 2-23

    Prospek panas bumi pada katagori kedua yang berasosiasi dengan aktifitasvulkanik kuarter mempunyai pelamparan prospek yang luas dan permeabillitas

    reservoir yang lebih besar yang diakibatkan oleh perkembangan strukturgeologi yang sudah matang (mature).

    Survei eksplorasi yang dilakukan oleh Pertamina hampir diseluruh daerah panas

    bumi di Indonesia menyimpulkan bahwa:

    Sistim panas bumi yang berasosiasi dengan gunung api berumur lebih kecil dari400.000 tahun umumnya mempunyai panas yang cukup untuk digunakan sebagai

    pembangkit tenaga listrik komersil (temperatur tinggi).

    Prospek panas bumi yang berasosiasi dengan gunung api yang berumur lebih tuaumumnya mempunyai temperatur

  • 5/26/2018 Sistim Panas Bumi

    11/17

    Bab II Sistim Panasbumi 2-24

    Sistim dominasi air merupakan sistim panas bumi yang umum terdapat di dunia

    dimana reservoirnya mempunyai kandungan air yang sangat dominan walaupunboiling sering terjadi pada bagian atas reservoir membentuk lapisan penudung uap

    yang mempunyai temperatur dan tekanan tinggi.

    Lapangan-lapangan panas bumi yang sudah atau sedang dikembangkan dan

    termasuk kedalam sistim ini terdiri dari lapangan Dieng, G. Salak, Patuha, Bali,

    Karaha, Wayang-Windu, Ulubelu, Sibayak dan Sarulla. Survei eksplorasi panas

    bumi di daerah lainnya secara keseluruhan memperlihatkan sistim air panas.

    Temperatur reservoir pada sistim ini sangat bervariasi dan sering mencapai lebih

    besar dari 300C dengan landaian tekanan dikontrol oleh tekanan hidrostatik.

    Reservoir umumnya diisi oleh air panas NaCl.

    Pada lapangan-lapangan sistim air panas tersebut di atas, temperatur reservoir

    bervariasi dari 200C sampai maksimum 347C. Sumur-sumur produksi yang

    menembus reservoir air panas pada lapangan-lapangan tersebut menghasilkan fluida

    dua fasa sehingga diperlukan separator untuk memisahkan keduanya. Air limbah

    yang dihasilkan diinjeksikan kembali kedalam reservoir untuk kepentingan

    lingkungan dan untuk mempertahankan volume fluida dalam reservoir.

    Kedalaman puncak reservoir pada lapangan-lapangan tersebut bervariasi dari 1000 m

    sampai 1500 m untuk lapangan panas bumi di Sumatera (Sibayak, Sarulla, Ulubelu)

    dan berkisar antara 1000 m sampai 2500 m untuk lapangan panas bumi di Pulau

    Jawa, Bali dan Sulawesi.

    2.5 MODEL SISTIM PANASBUMI

    Gambaran mengenai sistim panasbumi (sistim hidrothermal) di suatu daerah

    biasanya dibuat dengan memperlihatkan sedikitnya lima komponen, yaitu sumber

    panas, reservoir dan temperaturnya, sumber air, serta manifestasi panasbumi

    permukaan yang terdapat di daerah tersebut. Komponen-komponen lain yang sering

    diperlihatkan dalam model adalah penyebaran batuan, jenis dan arah aliran air di

    bawah permukaan. Model sistim panasbumi atau biasa disebut conceptual modeldibuat berdasarkan hasil evaluasi data geologi, hidrologi, geofisika, geokimia dan

    data sumur.

    Setiap sistim hidrotermal mempunyai karakateristik yang unik, satu sama lain

    berbeda, tidak hanya dari manifestasi permukaannya, tetapi juga karakteristik

    reservoirnya. Keunikan dari masing-masing sistim merupakan hasil interaksi

    berbagai faktor, antara lain ukuran dan bentuk dari batuan sumber panas, struktur

    geologi, permeabilitas, topography, hidrologi permukaan (suhu dan infiltrasi).

    Beberapa contoh model sederhana diperlihatkan pada Gambar 2-25 s/d 2-30.

  • 5/26/2018 Sistim Panas Bumi

    12/17

    Bab II Sistim Panasbumi 2-25

    Gambar 2-25 memperlihatkan model dari White (1967), yang dengan jelas

    memperlihatkan idenya mengenai sirkulasi fluida di suatu sistim hidrotermal. Ia

    berpendapat bahwa fluida panasbumi berasal dari air permukaan (meteoric water)yang masuk ke batuan di bawah permukaan melalui rekahan-rekahan atau batuan

    permeabel. Di bawah permukaan air tersebut bila kontak dengan batuan panas akan

    menjadi panas. Karena air panas lebih ringan dari air dingin, maka air panas akan

    cenderung bergerak ke atas, yang apabila struktur geologi memungkinkan maka air

    tersebut akan mengalir melalui rekahan-rekahan dan atau batuan permeabel, dan

    kemudian muncul di permukaan sebagai mata air panas, geyser dll. Perubahan fasa

    mungkin saja terjadi dalam perjalanannya, yaitu pada saat temperatur air telah

    mencapai temperatur saturasinya atau temperatur titik didihnya. Bila hal itu terjadi

    maka fluida akan berupa campuran uap-air. Bila pada kedalaman tertentu temperatur

    air lebih besar dari temperatur saturasinya maka di dalam sistim hanya terdapat satu

    fasa saja, yaitu fasa uap. Teori tersebut di atas jelas memperlihatkan bahwamanifestasi panasbumi di permukaan pada dasarnya merupakan ekspresi permukaan

    dari suatu sistim konveksi yang sangat besar.

    Gambar 2-25

    Model Sistim Panasbumi dari White (1967)

    Gambar 2-26 memperlihatkan model sistim panasbumi di lapangan Wairakei NZ,

    lapangan kedua di dunia yang fluidanya dimanfaatkan untuk pembangkit listrik.

    Sistim panasbumi di lapangan tersebut merupakan sistim dominasi air bertemperatur

    220-230oC.

  • 5/26/2018 Sistim Panas Bumi

    13/17

    Bab II Sistim Panasbumi 2-26

    Gambar 2-26

    Model Sistim Panasbumi di Lapangan Wairakei (Hochstein, 199?)

    Pada Gambar 2-27 diperlihatkan model sistim panasbumi di Rotorua (New Zealand)

    menurut Donaldson & Grant (1981). Mereka memperkirakan bahwa sumber energi

    dan fluida panasbumi terdapat di bawah daerah Whakarewarewa yaitu daerah

    dimana terdapat berbagai jenis manifestasi permukaan. Air panas di reservoir

    diperkirakan mempunyai temperatur 230-2500C. Air tersebut bergerak ke atas dan

    kemudian berbelok secara horizontal ke bawah kota Rotorua, tapi ada juga yang

    bergerak terus ke atas melalui rekahan-rekahan dan muncul di daerah yang bernama

    Whakarewarewa, sebagai geyser, mata air panas, steaming ground dll. Sejak awal

    tahun 1900 penduduk kota Rotorua telah memanfaatkan air panasbumi tidak hanya

    untuk mencuci, mandi dan memasak, tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan air

    panas dan pemanasan ruangan baik di rumah-rumah maupun di hotel-hotel. Sekitar

    seribu sumur telah di bor di kota Rotorua pada kedalaman 150-200 m sumur telah

    menembus zona air bertemperatur sekitar 100 150

    0

    C), karena sebelum tahun 1980tidak ada undang-undang yang mengatur pemboran sumur dan pemakaian fluida

    panasbumi di kota ini. Sejak pertengahan tahun 1980 secara bertahap pemerintah

    menutup sejumlah besar sumur produksi di kota ini karena produksi fluida

    panasbumi yang berlebihan sejak awal tahun 1900 telah menyebabkan penurunan

    aktivitas beberapa geyser di tempat-tempat yang banyak dikunjungi turis. Saat ini di

    kota Rotorua hanya ada 200 sumur produksi.

  • 5/26/2018 Sistim Panas Bumi

    14/17

    Bab II Sistim Panasbumi 2-27

    Gambar 2-27

    Model Sistim Panasbumi di Lapangan Rotorua-New Zealand

    (Donaldson & Grant, 1981)

    Gambar 2-28

    Model Sistim Panasbumi di Lapangan Kamojang (Hochstein, 19??)

    Gambar 2-28 memperlihatkan sistim panasbumi di daerah Kamojang. Sumur-sumur

    yang telah dibor di lapangan ini telah membuktikan bahwa sistim panasbumi di

    daerah ini adalah sistim dominasi uap yang mempunyai temperatur 235-2450C.

  • 5/26/2018 Sistim Panas Bumi

    15/17

    Bab II Sistim Panasbumi 2-28

    Reservoir terdapat pada kedalaman 500-2500 m. Berdasarkan pada data resistivity,

    jenis batuan dan data hasil analisa air, Hochstein (1975) memperkirakan bahwa di

    atas reservoir, yaitu pada kedalaman sekitar 150-500 m, terdapat lapisan kondensatyang cukup tebal. Ketebalan lapisan tersebut bervariasi, tetapi umumnya sekitar 350-

    650 m, kecuali di daerah tempat terdapatnya manifestasi panasbumi di mana

    ketebalan lapisan kondensat hanya 150-180 m. Temperatur dilapisan lebih rendah,

    yaitu 100-2300C.

    Sistim panasbumi di daerah Darajat (sekitar 10 km dari Kamojang) juga merupakan

    sistim dominasi uap. Temperatur reservoir juga hampir sama, yaitu 235-2470C. Jenis

    manifestasi panasbumi yang terdapat di daerah ini adalah fumarole, mata air panas

    yang bersifat asam karena kandungan S042-

    -nya tinggi dan mata air panas yang

    mengandung HC03-dan S042-tinggi.

    Gambar 2-29 dan 2-30 memperlihatkan model sistim panasbumi di lapangan

    Awibengkok Gunung Salak. Sumur-sumur yang dibor di lapangan ini telah

    membuktikan bahwa sistim panasbumi yang terdapat di lapangan tersebut

    merupakan sistim dominasi air yang mempunyai temperature 220-315oC (430-

    600oC).

    Gambar 2-29

    Model Sistim Panasbumi di Lapangan Awibengkok Gunung Salak

    (Gunung Salak Geothermal Project Guide Book, 1996).

  • 5/26/2018 Sistim Panas Bumi

    16/17

    Bab II Sistim Panasbumi 2-29

    Gambar 2-30

    Model Sistim Panasbumi di Lapangan Awibengkok Gunung Salak(Gunung Salak Geothermal Project Guide Book, 1999).

    Seperti diperlihatkan pada Gambar 2-25 s/d 2-30, tiap sistim panasbumi mempunyai

    keunikan yang berbeda-beda, tapi menurut Henley dan Ellis (1983) pada dasarnya

    ada dua prototipe model sistim hidrotermal bertemperatur tinggi, yaitu model sistim

    hidrotermal yang terdapat di daerah datar (flat terrain) dan di daerah pegunungan

    (mountainous terrain).

    Pada sistim hidrothermal yang terdapat di daerah datar airnya berasal dari

    permukaan (meteoric water). Panas, dengan sejumlah kecil air, Chloric, gas dan ion-ion yang terlarut lainnya diperoleh dari magma yang terdapat di bawahnya. Hal ini

    menyebabkan bagian bawah dari sistim berisi air Klorida yang bersifat hampir netral

    sedangkan bagian atasnya adalah zona dua fasa. Pemisahan fasa uap yang terjadi di

    dekat permukaan menyebabkan terbentuknya fumarole di permukaan. Percampuran

    antara kondesat (hasil kondensasi uap) dengan air tanah menyebabkan terbentuknya

    air asam sulphate dan bikarbonat. Bercampurnya berbagai jenis air pada kedalaman

    dangkal menghasilkan air dengan komposisi sangat beraneka ragam. Outflow atau

    air panas yang muncul di permukaan (mata air panas) adalah air klorida, jarang air

    bikarbonat. Contoh dari sistim jenis ini adalah sistim panasbuni yang terdapat di

    Taupo Volcanic Zone, New Zealand.

  • 5/26/2018 Sistim Panas Bumi

    17/17

    Bab II Sistim Panasbumi 2-30

    Pada dasarnya proses yang terjadi pada sistim hidrothermal yang terdapat di daerah

    pegunungan sama saja. Perbedaan utama adalah bahwa mata air panas yang bersifat

    klorida biasanya terbentuk beberapa kilometer jauhnya dari bagian utama sistimpanasbumi (main hot upflow zone). Lokasi dari bagian utama sistim tersebut

    ditunjukkan antara lain oleh oleh fumarole, alterasi batuan dll. Contoh dari sistim ini

    adalah sistim panasbumi di Tongonan, Palinpinon, Bacon-Manito (Phillipina),

    Ahuachapan di Elsavador.

    Ditinjau dari iklim, kedua model tersebut cocok untuk sistim yang terjadi di daerah-

    daerah dengan curah hujan tinggi seperti New Zealand, Indonesia, dan Philipines.