siti izzatul yazidah-fdk.pdf
TRANSCRIPT
Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) http://www.simpopdf.com
TERAPI ILAHIAH BAGI KORBAN NAPZA
DI PONDOK PESANTREN HIKMAH SYAHADAH KAMPUNG
KADONGDONG KABUPATEN TANGERANG
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh:
SITI IZZATUL YAZIDAH 107054102584
PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H / 2011 M
Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) http://www.simpopdf.com
TERAPI ILAHIAH BAGI KORBAN NAPZA
DI PONDOK PESANTREN HIKMAH SYAHADAH KAMPUNG
KADONGDONG TANGERANG
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)
Di Bawah Bimbingan
Oleh:
SITI IZZATUL YAZIDAH NIM. 107054102584
Di Bawah Bimbingan
Ismet Firdaus, M.Si NIP: 150411196
PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H / 2011 M
Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) http://www.simpopdf.com
Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) http://www.simpopdf.com
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini telah dicantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, September 2011
Siti Izzatul Yazidah
107054102584
Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) http://www.simpopdf.com
i
ABSTRAK
SITI IZZATUL YAZIDAH 107054102584 Terapi Metode Ilahiah bagi Korban Penyalahguna Napza di Pondok Pesantren Hikmah Syahadah Kp Kadongdong Tangerang
Napza (Narkotika, Psikotropika dan Zat adiktif lainnya), sudah tidak asing lagi bagi remaja saat ini, mereka sangat mudah untuk mendapatkan barang haram tersebut, maka tidak heran jika angka penyalahguna Napza dari tahun ke tahun semakin meningkat, bahkan tidak ada satu kabupatenpun yang terhindar dari masalah ini.
Pada umumnya sebagian besar penyalahguna Napza ini berasal dari kaum
remaja, karena kondisi psikologis mereka yang masih labil sehingga mudah terpengaruh untuk melakukan sesuatu yang baru bagi mereka (ingin coba-coba). Oleh karena itu masalah Napza ini adalah masalah yang sangat serius jika dibiarkan akan merusak generasi pemuda bangsa Indonesia, berkaitan dengan hal ini, Pondok Pesantren Napza Hikmah Syahadah diharapkan mampu membantu meminimalisir angka penyalahguna Napza, dengan menggunakan pendekatan religius dan terapi ilahiah sebagai pengobatannya.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian kualitatif
deskriptif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui terapi ilahiah bagi korban Napza di Ponpes Hikmah Syahadah yang meliputi bagaimana metode pelaksanaan terapi ilahiah serta hasil yang dicapai, dengan cara pengamatan (observasi) dan wawancara.
Dari hasil wawancara dan observasi, terapi ilahiah adalah suatu
pengobatan yang lebih mengutamakan hal-hal yang bersifat ubudiyah, seperti sholat lima waktu, do’a dan dzikir. Terapi ilahiah ini terdiri dari empat macam diantaranya yaitu terapi telunjuk petir, minum air do’a, terapi mandi malam dan dzikir syifa’. Terapi ilahiah ini tidak hanya mampu mengobati para penyalahguna Napza untuk sembuh dari efek Napza tetapi juga mampu memberikan suatu pengetahuan agama Islam yang mendalam sebagai pondasi mereka untuk tidak kembali menjadi pecandu, sehingga para penyalahguna dapat dinyatakan sembuh secara psikis, fisik, spritual dan sosial, dan mampu memfungsikan sosialnya kembali dimasyarakat.
Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) http://www.simpopdf.com
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim Maha suci Allah atas segala nikmat dan karunianya, yang telah
menganugerahi manusia jalan yang berbeda-beda, memberikan kemampuan dan
potensi yang beragam pula untuk menuju sebuah pintu kesuksesan. Maka dengan
ini penulis mengucapkan rasa syukur yang sedalam-dalamnya atas jalan yang
telah di berikan oleh Allah SWT, dimana penulis dapat menyelesaikan penelitian
ini. Tuntunan sholawat serta salam selalu tercurahkan kepada kekasih Allah
baginda Nabi besar Muhammad SAW, semoga kita selalu menjadi pengikut
beliau sampai yaumil akhir (amien yaa Raab).
Alhamdulillah dengan penuh rasa suka cita akhirnya penulisan skripsi ini
dapat terselesaikan, Skripsi ini berjudul Metode Terapi Ilahiah bagi Korban
NAPZA di Ponpes Hikmah Syahadah, diajukan untuk memenuhi persyaratan
memperoleh gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos. I) pada Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi Jurusan Kesejahteraan Sosial di Universitas Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Segala daya dan upaya telah penulis lakukan demi terselesaikannya
penulisan skripsi ini, begitu besar dorongan dan motivasi dari orang-orang
terkasih, sehingga menumbuhkan kembali semangat penulis, untuk itu penulis
ucapkan terima kasih khususnya kepada ayahanda dan ibunda tercinta, atas segala
nasehat, bimbingan serta kasih sayangnya. “may Allah always blessing u”.
Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) http://www.simpopdf.com
iii
Selanjutnya lewat kata pengantar ini pula, perkenankanlah penulis untuk
mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang
telah membantu, yaitu yang terhormat:
1. Kepada bapak Dr. Arief Subhan, M.A sebagai dekan Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi, kepada bapak Drs. Wahidin Saputra, M.A
selaku Pudek I, bapak Drs. H. Mahmud Djalal, M.A selaku Pudek II, dan
bapak Drs. Study Rizal LK,M.A selaku Pudek III.
2. Kepada Ketua Jurusan Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Dakwah dan
Komunikasi Ibu Siti Napsiyah, MSW
3. Kepada bapak Ismet Firdaus, M.Si. atas bimbingan, arahan, serta
motivasinya, semoga ilmu yang diberikan menjadi berkah bagi penulis.
4. Kepada semua dosen jurusan kesejahteraan sosial atas segala ilmu
berharganya yang telah diberikan.
5. Kepada bapak Drs. H. Rhomdin. MM, selaku pemimpin Ponpes Hikmah
Syahadah beserta seluruh pengurusnya, yang telah mempermudah proses
penelitian skripsi ini.
6. Kepada keluarga tercinta, terutama adik-adik tersayang rizal, iftah dan ica.
7. Kepada kerabat terdekat yang selalu ada untuk memberikan semangat,
tempat bersandar dikala suka maupun duka. They are Uul, Pipit, Sae,
Kiki, Uyuy, geng putra, Raissa and Ipit (no words can changes your
kindness)
8. Kepada semua kerabat-kerabat jurusan kesejahteraan sosial angkatan
2007.
Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) http://www.simpopdf.com
iv
9. Kepada kanda-kanda, yunda-yunda dan Kepada seluruh teman-teman
Lintasan Kalam.
Pada intinya penulis mengucapkan beribu-ribu terimakasih kepada guru,
keluarga serta para sahabat atas segala perhatian, bimbingan serta motivasi yang
diberikan, semoga Allah selalu merahmati kita semua.
Penulis sadar dengan segala keterbatan ilmu yang penulis miliki, maka
untuk itu, besar harapan penulis untuk menerima saran maupun kritik dari
siapapun yang membaca skripsi ini.
Jakarta, 14 September 2011
SITI IZZATUL YAZIDAH
Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) http://www.simpopdf.com
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK .................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................. v
DAFTAR TABEL ......................................................................................... viii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
B. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah ............................... 6
C. Tujuan dan Manfa’at Penelitian ..................................................... 7
D. Metodologi Penelitian.................................................................... 8
E. Sistematika Penulisan .................................................................... 13
F. Tinjauan Pustaka ........................................................................... 14
BAB II LANDASAN TEORITIS
A. Terapi............................................................................................ 16
1. Pengertian Terapi..................................................................... 16
2. Macam-macam Terapi ............................................................. 17
3. Tujuan dan Manfa’at Terapi..................................................... 25
B. Ilahiah ........................................................................................... 27
C. NAPZA ........................................................................................ 27
1. Pengertian dan Jenis NAPZA ................................................... 27
2. Narkotika ................................................................................. 27
Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) http://www.simpopdf.com
vi
3. Psikotropika ............................................................................. 30
4. Zat Adiktif ............................................................................... 32
5. Penyalahguna Napza ................................................................ 34
D. Pondok Pesantren .......................................................................... 38
1. Pengertian Pondok Pesantren ................................................... 38
2. Fungsi Pondok Pesantren ......................................................... 39
BAB III GAMBAR UMUM LEMBAGA
A. Gambaran Umum Lembaga ........................................................... 41
1. Latar Belakang Berdirinya Pondok Pesntren Hikmah Syahadah 41
2. Sejarah Singkat Pondok Pesantren Hikmah Syahadah .............. 41
3. Sarana dan Prasarana ............................................................... 43
4. Struktur Organisasi .................................................................. 44
5. Data Pasien Napza ................................................................... 45
BAB IV TEMUAN DAN ANALISA DATA
A. Pelaksanaan Terapi Ilahiah di Pondok Pesantran Hikmah Syahadah 46
1. Terapi Minum Air Do’a ........................................................... 48
2. Terapi Telunjuk Petir ............................................................... 49
3. Terapi Mandi Malam ............................................................... 51
4. Terapi Dzikir Syifa’ ................................................................. 52
B. Hasil yang dicapai. ........................................................................ 55
1. Spritual .................................................................................... 55
Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) http://www.simpopdf.com
vii
2. Kesehatan ................................................................................ 57
3. Sosial....................................................................................... 62
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................. 65
B. Saran-Saran ................................................................................... 67
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) http://www.simpopdf.com
viii
Daftar Table
Table 1. Pengambilan informan.............................................................. 11
Table 2. Data Pasien Napza.................................................................... 45
Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) http://www.simpopdf.com
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pergaulan remaja saat ini sudah sangat memprihatinkan, semuanya
berakar dari kenakalan remaja yang menimbulkan masalah sosial, contohnya
penyalahgunaan narkoba, narkotika, psikotropika dan bahan zat adiktif lainnya
(Napza). Di Indonesia saat ini penyalahgunaan Napza sudah sangat
memprihatinkan dan mengancam seluruh lapisan-lapisan masyarakat. Data
BNN menunjukan bahwa, masalah penyalahgunaan Napza di Indonesia telah
merambah sebagian masyarakat, di mana tidak ada satu kabupatenpun yang
terhindar dari kasus Napza.
Sebagai catatan, saat ini menurut penelitian yang telah dilakukan oleh
BNN bahwa tercatat 1,5 persen populasi penduduk Indonesia yaitu sekitar 2,9
juta sampai 3,2 juta orang terlibat dalam penyalahgunaan narkoba. Yang
sebagian besar korbannya adalah para remaja, ini adalah masalah sosial yang
sangat serius karena mengancam generasi-generasi muda yang produktif
sebagai penerus bangsa.1
Demi menyelamatkan anak bangsa kita dari belenggu Napza, pihak
pemerintah sudah berupaya mengenai hal ini, namun semuanya tidak akan
berjalan jika tidak ada peran serta masyarakat, Undang-undang narkotika no
35 tahun 2009 pasal 104 ayat 1, menyatakan bahwa masyarakat mempunyai
1, Dinas Sosial Kabupaten Tangerang, Pedoman Pelaksanaan Pencegahan Pemberantasan
Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba. (Tangerang: 2009), h. 5-6.
Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) http://www.simpopdf.com
2
kesempatan yang seluas-luasnya berperan serta dalam membantu upaya
pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap Napza.2
Al-Qur’an yang menjelaskan tentang penyalahgunaan Napza, berikut
ayat-ayatnya
$k�'»� ûï%!# #qYB#ä $JR) �J�:# �£�J9#r >$ÁR{#r N»9�{#r §_� `B @Jã `»Ü�±9#
nq7^G_$ù N3=è9 bqs=ÿ? ÇÒÉÈ
“hai-hai orang yang beriman, sesungguhnya meminum arak, khmr, berjudi, berkurban tentang berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan syaitan. maka jauhilah perbuatan-perbuatan tersebut agar kamu mendapat keberuntungan ” .(Qs. Al-maidah, ayat 90)
#q)ÿR&r �û @�6� !# wr #q)=? /3���'/ �<) p3=kJ9# #qZ¡m&r b) !# =t� ûüZ¡sJ9#
ÇÊÒÎÈ
“dan jangan lah kamu menjerumuskan dirimu dengan tanganmu sendiri ke dalam kebinasaan”. (Qs. Al-baqarah, ayat 195).3
Dampak penyalahgunaan narkoba beresiko sangat tinggi, ibarat rayap
yang mengeogoti kayu, Napza merusak psikis, fisik dan mental seseorang
yang berujung pada kematian. Perlu diketahui bahwa :
1. Penyalahguna Napza merusak kesehatan seseorang baik secara jasmani
maupun rohani
a. Penyalahgunaan Napza merusak susunan saraf pusat yang
mengakibatkan kerusakan sel otak yang irreversible, kerusakan hati,
jantung, ginjal, paru-paru dan organ tubuh.dan lainnya
2 Departemen Sosial, Bimbingan Teknis Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba.
(Jakarta:2002), h. 4. 3 BNN RI, Modul Pelatihan Tokoh Masyarakat Sebagai Fasilitator Penyuluh (Jakarta:
2009), h. 62.
Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) http://www.simpopdf.com
3
b. Pecandu dengan suntikan mempunyai resiko kematian tujuh kali lebih
tinggi dan populasi umum pada kelompok umur yang sama.
c. Penggunaan jarum suntik bergantian oleh pengguna Napza suntikan
(IDU) adalah cara yang paling efektif menularkan HIV, virus
penyebab AIDS.
2. Penyalahgunaan Napza menimbulkan gangguan pada perkembangan
normal seseorang, daya ingat, perasaan persepsi dan kendali diri.
a. Karena penggunan Napza, akan diikuti oleh perubahan pikiran,
perasaan dan perilaku maka, hal-hal yang dalam kondisi normal tidak
akan dilakukan oleh seseorang, setelah memakai Napza tidak ada yang
tidak mungkin ia lakukan untuk melukai diri sendiri maupun
membunuh orang, artinya sang pecandu tidak lagi dapat bertindak
secara rasional.
b. Narkoba dapat mengubah watak seseorang yang lembut menjadi
bersikap lebih kasar.
3. Mengkonsumsi Napza saat hamil akan mengakibatkan kecacatan bagi sang
jabang bayi dan kelainan bawaan.
4. Penyalahgunaan Napza merusak karir seseorang, karena narkoba dan karir
tidak bisa berjalan bersama.
5. Akibat penyalahgunaan Napza yang sangat parah adalah merusak
keharmonisan keluarga, karena kehidupan narkoba yang tidak berfungsi
normal berkaitan erat dengan penyalahgunaan Napza yang akhirnya
memecah belah keharmonisan keluarga.
Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) http://www.simpopdf.com
4
Pada umumnya faktor-faktor penyebab penyalahgunaan Napza yaitu:
Keterangan:
1. Ketersediaan Napza
Peningkatan permasalahan penyelundupan dan peredaran gelap Napza
dewasa ini sudah sangat memprihatinkan. Indonesia sudah menjadi daerah
pemasaran gelap Napza dan sebagai produsen, bahkan terkenal sebagai
produsen ekstasi terbesar di dunia, maka upaya pemerintah dalam
menegakan hukum perlu dilakukan secara terpadu yaitu dengan
menerapkan undang-undang, dan peraturan-peraturan secara tegas dan
konsisten.
2. Faktor individu
Aspek kepribadian cirri-ciri yang dianggap sebagai faktor pendahulu
dari riwayat penyalahguna Napza pada seseorang antara lain yaitu:
a. Kepribadian ingin melanggar
b. Sifat memberontak
c. Melawan apa saja yang berbau otoritas
d. Menolak nilai-nilai yang tradisional
e. Mudah kecewa
f. Sifat tidak sabar
NARKOTIKA
INDIVIDU LINGKUNGAN SOSIAL
Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) http://www.simpopdf.com
5
3. Faktor lingkungan
Perkenalan pertama dengan Napza pada umumnya dipengaruhi oleh
teman sebaya, pengaruh teman kelompok ini dapat menciptakan
keterikatan dan kebersamaan, sehingga yang bersangkutan cenderung
sukar untuk melepas diri, ditambah lagi keinginan seseorang untuk
diterima sebagai anggota kelompok dan keinginan dalam satu kelompok
ini semakin kuat.4
Pemahaman terhadap agama atau hal-hal yang bersifat spritualitas
mengalami pergeseran yang bermakna, agama dipahami secara parsial dan
hanya ada pada tataran tertentu serta minim dalam aplikasinya, sehingga
manusia kehilangan pegangan. Kemapaman pada aspek lahiriah lebih
mendominasi sedangkan pemenuhan terhadap kebutuhan psikis khususnya
spiritual cenderung terabaikan , shingga mengakibatkan individu tersebut
mengalami “kegeseran jiwa”. Dalam kondisi tersebut tidak sedikit
individu yang terperosok pada tindakan amoral, kriminalitas, pelacuran
dan Napza.5
Peran orangtua sangat penting di dalam keluarga, orangtua harus
lebih mengawasi anak-anaknya dan mencari informasi sedalam-dalamnya
sehingga bisa mengetahui lingkungan di mana sang anak bergaul, jika
sang anak sudah terlanjur terbawa arus pergaulan yang salah sehingga
menjadi pecandu barang haram narkoba maka pengobatan rehabilitasilah
yang paling tepat guna memulihkan kembali kondisi sang anak,
4 BNN RI, Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba (Jakarta: 2009), h. 12-17. 5 Drs. H. Ahmad Sanusi Mustafa, Problem Narkotika-Psikotropika dan HIV-AIDS, (Jakarta:
Zikrul Hakim 2002) cet ke-1 h. 1.
Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) http://www.simpopdf.com
6
sebagaimana yang telah tertera pada undang-undang narkotika Pasal 45
No 35 tahun 2009 pasal 54 tentang pengobatan dan rehabilitasi yaitu
Pecandu narkotika wajib menjalani pengobatan dan perawatan.6
Sehubungan dengan permasalahan di atas diharapkan Pondok
pesantren Hikmah Syahadah mampu membantu memulihkan kondisi
penyalahgunaan narkoba dengan berbagai metode terapi ilahiyah, salah
satunya yaitu terapi gurat telunjuk petir, dan berkeyakinan bahwa obat
yang paling mujarab atas semua masalah adalah mengembalikan kepada
pendekatan religius di samping pendekatan psikilogis dan medis. Selain itu
juga dengan pendekatan religius bukan hanya menyembuhkan dari
ketergantungan tetapi diharapkan mampu membentengi sang pecandu agar
tidak terjerumus kembali.
Berkaitan dengan hal itu maka penulis tertarik untuk membahas terapi
ilahiah yang digunakan pondok pesantren Hikmah Syahadah yang
dipercaya mampu menyembuhkan para pecandu Napza, dengan judul
“Terapi ilahiah bagi Korban Napza di Pondok Pesantren Hikmah
Syahadah Kampung Kadongdong Kabupaten Tangerang”.
B. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Untuk mempermudah dan memperjelas permasalahan yang akan
dibahas, dalam penulisan skripsi ini penulis memfokuskan penelitian pada
6 http:www.scribd.com/doc/5052714/faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya
penyalahguna narkoba.
Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) http://www.simpopdf.com
7
terapi ilahiyah yang digunakan Pondok Pesantren Hikmah Syahadah.
Dalam penelitian ini penulis memfokuskan untuk meneliti pelaksanaan
terapi ilahiah serta hasil yang dicapai pada periode tahun 2011.
2. Perumusan Masalah
Mengingat keterbatasan penulis dalam berbagai hal maka penelitian
ini penulis batasi pada:
a. Bagaimana pelaksanaan terapi ilahiah terhadap pasien penyalahguna
Napza?
b. Bagaimana Hasil yang dicapai dari pengobatan terapi ilahiah?
C. Tujuan dan Manfaat penelitian
1. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan terapi ilahiah
terhadap pasien penyalahguna Napza dan hasil pengobatannya.
a. Tujuan khusus
1) Untuk mengetahui pelaksanaan terapi ilahiyah bagi korban Napza
2) Untuk mengetahui hasil yang dicapai terapi ilahiah dalam
menyembuhkan penyalahgunaan Napza.
2. Manfaat penelitian
a. Manfaat Praktis
Memberikan masukan dan saran bagi para praktisi di Pondok
Pesantren Hikmah Syahadah khususnya dalam melayani pasien
penyalahgunaan Napza, serta menjadi bahan rekomendasi bagi
perseorangan atau lembaga sosial yang memiliki perhatian terhadap
Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) http://www.simpopdf.com
8
penanganan penyalahgunaan Napza, baik dalam pengambilan
keputusan maupun dalam melaksanakan program penanganan
penyalahgunaan Napza.
b. Manfaat Akademis
1) Memberikan sumbangan pengetahuan mengenai pelaksanaan terapi
ilahiyah yang dilakukan Pondok Pesantren Hikmah Syahadah
dalam menangani penyalahgunaan napza.
2) Memberikan sumbangan pengetahuan kompetensi pekerja sosial di
bidang penanganan penyalahgunaan Napza.
D. Metodelogi Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitis melalui
pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif ini bertujuan untuk
mendeskripsikan atau menggambarkan secara sistematis, faktual dan akurat
mengenai faktor-faktor, sifat, serta hubungan antara fenomena yang diteliti.
Adapun data yang dikumpulkan dari metode deskriptif ini adalah berupa
kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Hal ini disebabkan oleh adanya
penerapan metode kualitatif.7
1. Macam dan Sumber Data
Menurut Lofland, sumber data utama dalam penelitian kualitatif
ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti
dokumen dan lain-lain. Kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati
7 Lexy, J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Rosdakarya,2007), Cet.Ke-
23,h.9-10.
Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) http://www.simpopdf.com
9
atau diwawancarai merupakan sumber data utama. Sumber data utama
dicatat melalui catatan tertulis atau melalui perekaman video/audio tapes.
Pencatatan sumber data utama melalui wawancara dan pengamatan
merupakan hasil usaha gabungan dari kegiatan melihat, mendengar dan
bertanya.8
Walaupun dikatakan sebelumnya bahwa sumber di luar kata dan
tindakan merupakan sumber kedua, jelas hal itu tidak bisa diabaikan.
Dilihat dari segi sumber data, bahan tambahan yang berasal dari sumber
tertulis dapat dibagi atas sumber buku dan majalah ilmiah, sumber dari
arsip, dokumen pribadi dan dokumen resmi.9
Sumber data yang diperoleh penulis dalam penelitian kualitatif
deskriptif tentang terapi metode ilahiah ini bersumber dari dari data
primer dan data sekunder.
Sumber data primer berasal dari data-data yang diperoleh dari
sumber utama (pengurus dan pasien rehabilitasi di ponpes rehabilitasi
hikmah syahadah).
Sedangkan sumber data sekunder berasal dari data-data yang
diperoleh dari literatur yang berhubungan dengan tulisan ini.
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik merupakan cara yang digunakan peneliti untuk mendapatkan
data. Data adalah bahan keterangan tentang sesuatu objek penelitian yang
diperoleh di lokasi penelitian.
8 Ibid, h. 112 9 Ibid, h. 113
Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) http://www.simpopdf.com
10
a. Observasi
Observasi atau pengamatan adalah kegiatan keseharian manusia
dengan menggunakan panca indra mata sebagai alat bantu utamanya
selain panca indra lainya seperti telinga, mulut dan kulit. Yang
dimaksud metode observasi adalah metode pengumpulan data yang
digunakan untuk menghimpun data penelitian, data-data penelitian ini
dapat diamati oleh peneliti. Dalam arti bahwa data tersebut dihimpun
melalui pengamatan peneliti melalui penggunaan panca indra.10
Pengamatan yang dilakukan peneliti adalah dengan mendatangi
langsung lokasi penelitian, kemudian mengamati proses kegiatan
intern ponpes yang terjadi di sekitar lokasi penelitian khususnya
kegiatan yang berkenaan dalam pelaksanaan terapi ilahiah.
b. Wawancara
Wawancara atau interview adalah sebuah proses memperoleh
sebuah keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab
sambil bertatap muka antara pewawancara dengan responden atau
orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan responden
atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan
pedoman (guide) wawancara.11
10 Burhan Bugin, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Prenada Media group, 2005), h.134. 11 Ibid,hal. 126
Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) http://www.simpopdf.com
11
Adapun yang akan diwawancarai adalah, yaitu :
No Informan Info yang dicari Jumlah Metode
Pengumpulan Data
1. Pengasuh
Ponpes
Gambaran lembaga,
temuan data tentang
Pelaksanaan terapi
ilahiah dan hasil
yang dicapai
2 Orang Wawancara bebas,
terstruktur,
dokumen
observasi.
2. Klien Aktifitas pasien
rehabilitasi pondok
pesantren hikmah
syahadah serta
perubahan yang
dirasakan
2 Orang Observasi langsung
dan wawancara
Table 1. Pengambilan Informan
Wawancara ini dilakukan untuk memperoleh data dari sumber
langsung tentang masalah yang akan diteliti. Wawancara ini akan
dilakukan secara bebas, tetapi tetap menggunakan pedoman
wawancara agar pertanyaan terarah.
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah proses pengumpulan dan pengambilan data
berdasarkan tulisan-tulisan berbentuk catatan, buku, dan arsip-arsip
milik ponpes rehabilitasi NAPZA hikmah syahadah atau tulisan-tulisan
lain yang memiliki keterkaitan dengan penelitian ini.
Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) http://www.simpopdf.com
12
3. Waktu dan Tempat
Penulis memilih Pondok Pesantren Hikmah Syahadah sebagai
objek penelitian atas beberapa pertimbangan dan alasan. Pertimbangan dan
alasan yang dimaksud adalah karena Pondok Pesantren tersebut sangat
menarik bagi penulis untuk diteliti, terlebih penulis pernah praktikum di
lembaga tersebut.
Penentuan lokasi penelitian ini dilakukan di Pondok Pesantren
Hikmah Syahadah yang beralamat di Kp. Kadondong Ds Pasir Nangka Rt
002/03 Kec Tigaraksa Kab Tangerang. Waktu penelitiannya dimulai pada
tanggal 19 Juli 2011.
4. Subyek dan Obyek Penelitian
Subyek penelitian adalah tempat memperoleh keterangan, dalam
hal ini subyek penelitian bisa berupa lembaga, yaitu Pondok Pesantren
Hikmah Syahadah atau orang yang diwawancarai.
Sedangkan obyek penellitianya adalah meliputi bagaimana
pelaksanaan terapi ilahiah bagi korban Napza dan hasil yang dicapai.
5. Pemilihan Utama
Perhatian utama dari studi kasus adalah cara tentang bagaimana
kasus-kasus itu diseleksi, dalam penelitian ini adalah bagaimana proses
pemilihan informan. Dari data yang ada tercatat 32 pasien di Pondok
Pesantren Hikmah Syahadah 21 diantaranya pasien riwayat gangguan
kejiwaan atau stress dan 10 diantaranya pasien riwayat Napza, karena
Pondok Pesantren Hikmah Syahadah ini menangani tiga masalah sosial
Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) http://www.simpopdf.com
13
yaitu gangguan kejiwaan, korban Napza dan anak nakal, namun penulis
hanya memfokuskan untuk mengangkat kasus tentang Napza. Dari 11
orang pasien hanya dua orang yang dinyatakan sembuh secara jasmani
artinya selebihnya mengalami gangguan kejiwaan akibat efek dari Napza.
6. Analisis Data
Setelah penulis mengumpulkan data-data yang diperlukan dalam
penelitian ini, maka penulis mengolah dan menganalisa data dengan
menggunakan metode deskriptif analitis, yaitu data yang sudah terkumpul,
penulis menjabarkan dengan memberikan analisa-analisa untuk kemudian
penulis ambil kesimpulan akhir, agar penulis mengetahui bagaimana terapi
metode ilahiah bagi korban Napza di Pondok Pesantren Hikmah Syahadah.
E. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah penulisan skripsi ini maka penulis membagi
dalam lima bab, sebagai berikut:
Bab I : Pendahuluan
Dalam bab ini penulis akan memaparkan tentang dasar pemikiran, latar
belakang masalah, pembatasan dan penemuan masalah, tujuan dan manfa’at
penelitian, metodelogi penelitian, sistematika penulisan.
Bab II : Landasan teoritis
Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) http://www.simpopdf.com
14
Dalam bab ini penulis akan mencoba memaparkan mengenai terapi, yang
meliputi pengertian terapi, terapi yang disyari’atkan oleh Al-Qur’an, terapi
pengobatan Napza secara medis, dan tujuan terapi. Selanjutnya penulis
mengartikan pengertian tentang metode dan ilahiah. Lalu menguraikan
tentang pengertian Napza dan penyalahgunanya yang meliputi faktor-faktor
pendukung penyalahguna Napza. Terakhir penulis menguraikan tentang
pengertian pondok pesantren serta fungsinya.
Bab III : Profil Lembaga
Menjelaskan tentang profil lembaga, dalam bab ini penulis menguraikan
temuan dan analisa data, pertama penulis menguraikan profil pondok
pesantren yang mencangkup latar belakang berdirinya, visi dan misi. Sarana
dan prasarana, struktur organisasi dan data pasien Napza.
Bab IV : Temuan dan Analisa Data
Pada pada bab ini penulis menguraikan hasil analisis penelitian tentang
pelaksanaan terapi ilahiah serta hasil yang dicapai.
Bab V : Penutup
Dalam bab ini penulis akan menguraikan tentang kesimpulan serta saran
sebagai masukan bagi Pondok Pesantren.
F. Tinjauan Pustaka
Dalam hal penelitian ini peneliti dapat membandingkan pada judul
skripsi “Pengaruh Pelaksanaan Zikir Syifa Terhadap Kesehatan Mental
Korban Pecandu Narkotika, Psikotropika Dan Zat Adiktif (Napza) di Yayasan
Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) http://www.simpopdf.com
15
Nurusyifa Kelapa Dua Jakarta Barat, yang ditulis oleh Tini Aulawiyah
Komba, dengan nomor nim 104052002000 mahasiswa jurasan Bimbingan
dan Penyuluhan Islam. Di sini penulis dapat melihat bahwa metode yang
dipakai sebagai pengobatan korban Napza sama dengan metode yang penulis
teliti yaitu metode pendekatan religius atau pendekatan tradisional yang lebih
mengedepankan hal-hal yang bersifat ubudiyah seperti dzikir syifa, sholat lima
waktu dan terapi mandi, namun di ponpes hikmah syahadah ada satu langkah
terapi lagi yang tidak sama pengobatannya dengan lembaga rehabilitasi
lainnya yaitu terapi gurat telunjuk petir sebagai media utama dalam
pelaksanaan terapi.
Selanjutnya penulis juga dapat membandingkan pada judul skripsi
“Pelayanan Konseling Pada Rehabilitasi Pasien Napza di Rumah Sakit
Ketergantungan Obat (RSKO) Cibubur Jakarta Timur”. Yang disusun oleh
Amalia dengan nomor nim: 104052001970 mahasiswi jurusan Bimbingan
Penyuluhan Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi.
Skripsi tersebut membahas proses pelayanan konseling rumah sakit
RSKO, sampai pada metode pelaksanaan konseling bagi pasien Napza. Demi
menentukan suatu langkah pengobatan atau penanganan awal yang akan
dilakukan oleh dokter. Sedangkan penulis membahas tentang metode
pelaksanaan pengobatan yang bersifat religi bukan berbasis medis.
Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) http://www.simpopdf.com
16
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Terapi
1. Pengertian Terapi
Di dalam kamus bahasa besar bahasa Indonesia terapi diartikan
“usaha untuk memulihkan kesehatan orang yang sedang sakit, pengobatan
penyakit, perawatan penyakit”.1 Dalam kamus kedokteran terapi diartikan
“sebagai pemberian pertolongan kepada orang sakit, usaha menyembuhkan
orang sakit atau bisa juga diartikan sebagai cara pengobatan”.2
Sedangkan dalam kamus lengkap psikologi dikatakan bahwa terapi
yang dalam bahasa Inggrisnya therapy merupakan suatu bentuk perlakuan
dan pengobatan, yang ditujukan kepada penyembuhan suatu kondisi yang
menyimpang (patologis) pada diri seseorang.3
Prinsip terapi menurut Dr. Dadang Hawari adalah berobat dan
bertobat, berobat artinya, membersihkan Napza dari tubuh pasien, bertobat
artinya si pasien memohon petunjuk Allah SWT, berjanji tidak akan
mengulanginya dan memohon kekuatan iman agar tidak lagi untuk
mengkonsumsi Napza, karena disamping perawatan medis, maka sholat,
do’a dan zikir merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan. Sesuai
dengan firman Allah SWT surat Al-baqarah ayat 186 yang artinya: “aku
1 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan, kamus besar bahasa indonesia (kbbi),
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan: Balai Pustaka, 1998). H, 935. 2 Ahmad Ramli. Kamus kedokteran (Jakarta: Djambatan, 1999) cet ke 23 h, 354. 3 J.P. Chaplin, kamus lengkap psikologi, penerjemah: Kartini Kartono (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2006). Ed. 1, h, 507.
Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) http://www.simpopdf.com
17
mengabulkan permohonan orang yang mendo’a, apabila berdo’a
kepadaKU”
Didalam Hadist Nabi Muhammad Saw bersabda: “Setiap penyakit
ada obatnya, jika obat itu tepat mengenai sasarannya maka dengan izin
Allah, penyakit itu akan sembuh”. (H.R. Muslim dan Ahmad).
Sehubungan dengan firman Allah dan Hadist Nabi diatas, pakar
dokter dapat menjelaskan bahwa “Dokter yang mengobati tetapi Tuhan
yang menyembuhkan”.
Hasil penelitian ilmiah juga membuktikan bahwa terapi medis saja
tidak lengkap tanpa do’a dan zikir begitupun sebaliknya, jika hanya do’a
dan zikir tanpa pengobatan medis maka tidak akan efektif.4
2. Macam-Macam Terapi
Adapun macam-macam terapi yang bersumber dari Al-qur’an yang
disyari’atkan bagi umat Islam dalam melakukan pengobatan yaitu:
a. Terapi dengan istighfar
Kalimat istighfar astaghfirullahal ‘adziim alladzii laa ilaaha
illa huwal hayyul qayyuum wa atuubu ilahi. Apabila dilafalkan dengan
keyakinan, dihadirkan dalam hati, akan memberikan dampak positif
dalam kehidupan. Menurut sabda Nabi SAW bahwa istighfar akan
menghadirkan jalan keluar dari suatu kesulitan yang dihadapinya.
Dalam hal ini akan memberikan kesembuhan dari penyakit yang
dideritanya. Hadist yang berkaitan dengan hal tersebut yaitu, “Barang
4 Prof. Dr, dr, H. Dadang Hawari. “Terapi (detoksifikasi) dan Rehabilitasi Napza”. (UI
PRESS, Jakarta. 1999), h. 20.
Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) http://www.simpopdf.com
18
siapa yang membiasakan istighfar, niscaya Allah akan melapangkan
jalan keluar dari setiap kesulitannya, dan kelapangan dari setap
kesusahannya, serta memberikan rezeki kepadanya dari jalan yang tak
terduga. (HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah)5
b. Terapi dengan dzikir
Semua ibadah pada hakikatnya adalah satu usaha untuk
mengingat Allah, baik dengan takbir, tahlil, tahmid, pembacaan Al-
Qur’an dalam setiap sholat, ruku’, sujud, duduk di antara dua sujud
dan sampai diakhiri dengan salam.
Rasulullah Saw banyak menganjurkan para sahabat untuk
selalu bertasbih dan menerangkan kepada mereka keutamannya dalam
menggapai kebaikan dan menghapuskan dosa dan kesalahan dalam
menggapai ampunan dan ridha Allah untuk mencapai surgaNYA.6
ûï%!# #qZB#ä ûõKÜ?r Og/q=% �.�/ !# 3 w& �2�/ !# ûõJÜ? >q=)9# ÇËÑÈ
“ yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allhlah hati menjadi tenteram”. (QS. Ar-Rad 13:28)
c. Terapi dengan Do’a
Do’a merupakan terapi yang paling mujarab, ia musuh segala
bencana, dapat menolak bahkan dapat pula menghilangkannya
minimial menghilangkan bala yang datang,7
5 Ust. Mujaddidul Islam Mafa. “Menyibak Kedasyatan Dzikir”. (Lumbung Insani, 2009)
cet ke 1, h.120. 6 Musfir Bin said Az-zahrani, Konseling Terapi. Penerjemah Sari Nurlita, (Depok:Gema
Insani, 2005), cet ke-1. H. 500 7 Ibnu Qoyyim, Terapi Penyakit Dengan Al-qur’an dan Sunnah”, (Jakarta:
Pustaka:Amanah, 1991),h 9.
Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) http://www.simpopdf.com
19
Do’a merupakan salah satu sarana untuk mengingat Allah, do’a
juga merupakan otak dari semua ibadah yang ada, sesungguhnya di
dalam do’a ada kelapangan hati dan penawar bagi segala keresahan
dan bencana, karena sesungguhnya seorang yang berdo’a berharap
agar Allah mengabulkan do’anya itu, sebagaimana dijelaskan dalam
surat al-Baqarah 2:186
#�)r 79'� ��$6ã Ó_ã �T*ù =��% ( =�_& oqã� í#$!# #�) b$ã� ( #q6�fG¡�=ù
�< #qZBs�9r �1 Ng=è9 cr�©�� ÇÊÑÏÈ
“Dan apabila hamba-hamba-KU bertanya kepadamu tentang aku, maka (jawablah), bahwasannya aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo’a kepada-KU, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-KU) dan hendaklah mereka beriman kepada-KU, agar mereka selalu berada dalam kebenaran”. (QS. al-Baqarah:186)8
Berdzikir dan bertawakkal (bergantung kepada Allah
mempunyai kekuatan yang luar biasa, di dalamnya ada kekuatan
psikoreligius, yang dalam keilmuan termasuk dalam cabang
psikoneuro-ondokrim-immunologi. Yang artinya kondisi psikis akan
mempengaruhi syaraf dan selanjutnya mempengaruhi kelenjar, dan
kelenjar akan mengeluarkan cairan dalam tubuh yang disebut dengan
endokrim.9
Dari pembahasan teori di atas, penulis dapat menyimpulkan
bahwa terapi pengobatan yang disyari’atkan Al-Qur’an merupakan
suatu cara alternatif yang dilakukan sebagai pengobatan guna
8 Az-Zahrani, Konseling Terapi, h. 508. 9 Ust. Mujaddidul Islam Mafa, Menyibak Kedasyatan Dzikir, h.121.
Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) http://www.simpopdf.com
20
memulihkan kembali kondisi tubuh si pasien, dengan metode
pendekatan religius. Kekuatan psikoreligius dalam berdzikir dan
berdo’a sangat membantu menciptakan suasana hati yang tenang dan
tentram, karena dengan kekuatan keyakinan dan penuh rasa harap
maka do’a tersebut insya Allah akan terkabul, disinilah pentingnya
menata hati dan mental.
Biasanya para “terapis” menggunakan media dan teknik yang
berbeda-beda dalam melakukan terapi, salah satunya yaitu dengan air
dan teknik pemijatan. Berikut penjelasan keduanya.
Air adalah nikmat dan karunia Allah yang luar biasa bagi umat
manusia, dengan mengutip al-qur’an, maka sebagai berikut pernyataan
Allah, “Dan Kami ciptakan dari air segala sesuatu yang hidup” (QS
al-anbiya:30).10 Terapi air adalah bagian dari naturopati yaitu sistem
penyembuhan berdasarkan pengobatan alami dengan memanfa’atkan
kemampuan tubuh dalam menyembuhkan dirinya. Air memang
memiliki daya penyembuh entah itu dengan cara diminum atau untuk
berendam, bahkan ada yang mengkombinasikan terapi air dengan
alunan musik yang diperdengar lewat kolam.11
Dr. Masaru Emoto telah berhasil membuktikan bahwa air yang
diberi respon positif, termasuk do’a, akan menghasilkan bentuk
heksagonal yang indah, seperti kata-kata “cinta dan terima kasih”, lalu
air tidak berbentuk apapun ketika diberi kata “kamu bodoh”.
10 Masaru Emoto, The True Power of Water. Azam Translator, (Bandung:MQ Publishing, 2007), cet ke-IX, h.9.
11 Dr Ade Sari Yuanita, Terapi Air Putih. (Jakarta: Klik Publishing, 2001), cet ke-1, h. 79.
Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) http://www.simpopdf.com
21
Dari pernyataan tersebut diketahui bahwa air bisa membawa
pesan atau informasi dari apa yang diberikan kepadanya. Bagi kaum
muslim bolehlah merujuk pada apa yang pernah disabdakan Nabi
Muhammad SAW tentang air zamzam, “air zamzam akan
melaksanakan pesan dan niat yang meminumnya”.12
Selanjutnya yaitu terapi dengan teknik pijat, teknik pijat cukup
sederhana, cukup menggunakan jari-jari tangan atau alat bantu. Terapi
pijat memang erat kaitannya dengan akupuntur. Hal ini karena dengan
memijat merupakan upaya untuk mencari kesembuhan, dan titik yang
digunakan dan yang dipijat merupakan titik-titik akupuntur. Teknik
akupuntur tersebut hingga kini berjumlah 360 titik yang tersebar di
seluruh tubuh, mulai dari wajah, leher, dada, punggung, tangan, dan
kaki. Ada pula titik khusus yang berada di bawah telinga. Titik di
telinga ini adalah zona organ dalam tubuh, semua organ dalam
jaringan tubuh memiliki area di daun telinga ini. zona telinga berfungsi
sebagaizona deteksi dan zona terapi. Zona terpi di telinga sepintas
sama dengan zona zona terapi dalam pijat refleksi.
Terapi pijat dapat merangsang keluarnya hormon endorfin
(hormon yang menimbulkan rasa bahagia), memadukan pengetahuan
tentang anatomi tubuh manusia yang menyeluruh, menyembuhkan
bagian-bagian tubuh tertentu, patologi dan psikologi manusia.
12 Masaru Emoto, h.10.
Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) http://www.simpopdf.com
22
Sehingga, terapi ini hanya bisa bermanfa’at jika dilakukan dengan
seorang terapis yang terlatih.13
Adapun terapi pengobatan NAPZA dengan cara tindakan medis
untuk mengatasi kelebihan dosis yang dapat mengakibatkan kematian,
berikut pembahasannya:
a. Detoksifikasi
Detoksifikasi adalah terapi untuk melepaskan pasien dari
kelebihan dosis, intoksikasi, dan sindrom putus zat. Detoksifikasi
merupakan tahap awal dari proses terapi gangguan mantal dan
prilaku akibat penggunaan zat psikoaktif. Langkah-langkah
detoksifikasi yaitu sebagai berikut:
1) Jaga agar pernapasan selalu berjalan lancar, bila perlu beri
napas buatan, pasang intubasi trakeal dan pasang respirator
(10-12 kali per menit), bindari oksigen karena akan
menghambat pernapasan secara spontan.
2) Usahakan agar peredaran darah tetap lancar, bila jantung
berhenti berdenyut, lakukan masase jantung eksternal dan
berikan adrenalin intrakardial: bila terjadi fibrasi, gunakan
defibrilator; bila sirkulasi darah tidak memadai, beri infus 50 cc
sodium bikarbonat (3,75 g), untuk asidosis.
3) Pasang infus dan beri tetesan lambat, sampai dipastikan perlu
cairan infus, baru tetesan di dipercepat sesuai kebutuhan.
13 Iqra’ Al-Firdaus, Terapi Pijat untuk Kesehatan, & Kekuatan Daya Ingat”. (Jogjakarta:
Buku Biru, 2011) cet ke-1, h. 55.
Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) http://www.simpopdf.com
23
4) Awasi kemungkinan terjadinya kejang: kendurkan pakaian
yang terlalu menekan badan. Bila terjadi kejang, berikan
diazepam i.v. 10 mg, dapat diulang setiap 20 menit bila
diperlukan.
5) Bila kemungkinan terjadi hipoglikimia, beri glukosa 50% i.v.
sebanyak 50 cc.
6) Bila penggunaan zat psikoaktif secara oral belum berlangsung
lama, pertimbangkan untuk menginduksi muntah atau lakukan
kuras lambung setelah irama jantung stabil. Gunakan sirup
ipecac 10-30 mg oral dan dapat diulang setelah 15-30 menit.
Bila belum berhasil jangan gunakan arang bersamaan dengan
ipecac karena arang akan menghambat ipecac. Kuras lambung
dilakukan stelah intubasi trakeal terpasang. Kuras lambung
dilakukan hanya bila penggunaan zat psikoaktif berlangsung
tidak lama dari 4-6 jam, yang ekstrem sampai 12 jam. Waktu
yang lama ini khususnya pada penggunaan PCP karena PCP
mengalami siklus ulang dan dieksresi kembali ke dalam
lambung setelah lebih dari enam jam sesudah dimakan. Kuras
lambung jangan dilakukan bila pasien mengkonsumsi zat
korosif, seperti kerosen, strychnine, atau minyak mineral.
Setelah isi lambung dikeluarkan, bilas dengan cairan isotonik
salin sebanyak 10-12 kali sampai cairan yang keluar tampak
jernih. Sebaliknya jumlah cairan setiap kai membilas jangan
Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) http://www.simpopdf.com
24
terlalu banyak agar lambung tidak mengembang terlalu besar
sehingga zat psikoaktif tida masuk ke dalam usus, simpan
muntahan untuk pemeriksaan toksikologi. Berikan arang atau
minyak kastor agar menghambat absorbi zat psikoaktif oleh
lambung.
7) Diuresis jarang dilakukan, bila dilakukan dapat dipakai
furosemid 40-100 mg secara reguler. Jangan lupa
memperhatikan elektrolit dan air.
8) Sesudah keadaan kritis sudah teratasi, lakukan observasi mula-
mula setiap 15 menit selama empat jam. Sesudah itu setiap 2-4
jam selama 24-48 jam.
b. Terapi putus NAPZA
1) Terapi putus kokain
Rawat pasien ditempat yang tenang dan biarkan tidur dan
makan sepuasnya. Hati-hati terhadap kemungkinan percobaan
bunuh diri. Maka untuk mengantisipasi hal itu terjadi cukup
diberikan antidepresi bila perlu.
2) Terapi putus alkohol
Pasien diberikan benzodiazepin yang berjanga panjang
(klordiazepoksid, diazepam) atau yang berjangka kerja pendek
(oksazepam atau lorazepam). Bila terdapat gangguan fungsi
hati, sebaiknya digunakan benzodeazepin berjangka kerja
pendek. Bila terjadi gangguan fungsi hati, pada umumnya
Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) http://www.simpopdf.com
25
digunakan benzodeazepin berjangka kerja panjang, yang paling
sering digunakan adalah diazepam sebanyak 20 mg per oral
stiap dua jam, maksimal 100 mg pada hari pertama. Dosis
tersebut diturunkan setiap hari sekitar 10-20%.
3) Terapi putus amfetamin
Rawat inap pasien di tempat yang tenang, biarkan pasien tidur
dan makan sepuasnya, waspada dengan ide bunuh dir, maka
untuk menghindari hal ini dapat diberikan anti depresan bila
perlu.
4) Terapi putus tembakau
Tidak perlu di rawat inap di rumah sakit, bila diperlukan dapt
diberikan analgetik untuk megatasi rasa nyeri dan antiansietas
untuk mengatasi kegelisahan dan iritabilitasi.
5) Terapi putus kafein
Tidak perlu dirawat inap di rumah sakit. Bila diperlukan, dapat
diberikan antiansietas (misalnya, diazepam) untuk mengatasi
ketegangan otot dan ansietas.14
3. Fungsi dan Tujuan Terapi
Adapun fungsi dan tujuan terapi adalah sebagai berikut:
a. Fungsi pencegahan (preventif). Dengan mempelajari, memahami dan
mengaplikasikan terapi ini, maka seseorang akan terhindar dari hal-hal,
14 Satya Joewana, Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Gangguan Psikoaktif, (Jakarta:
Buku Kedokteran EGC, 2004) hal 255-257.
Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) http://www.simpopdf.com
26
keadaan atau peristiwa yang membahayakan dirinya, jiwa, mental,
spritual atau moralnya.
b. Fungsi penyembuhan atau (treatmen). Dengan adanya terapi ini akan
membantu seseorang melakukan pengobatan, penyembuhan, dan
perawatan terhadap gangguan dan penyakit, khususnya terhadap
gangguan mental, spritual, dan kejiwaan seperti dengan dzikrullah, hati
dan jiwa menjadi tenang, damai dan sebagainya.
c. Fungsi pensucian dan pembersihan (sterilisasi/purification). Terapi ini
melakukan upaya pensucian-pensucian diri dari dosa.
Sedangkan tujuan terapi adalah
a. Memberikan pertolongan kepada setiap individu agar sehat jasmani dan
rohani atau mental, spriual dan moral.
b. Menggali dan mengembangkan potensi esensi sumber Akibat
Penggunaan Zat daya insani.
c. Mengantarkan individu kepada perubahan konstruksi dalam
kepribadian dan etos kerja.
d. Meningkatkan kualitas keimanan, keislaman, keikhlasan dan
ketauhidan dalam kehidupan sehari-hari dan nyata.
e. Mengantarkan individu menenai, mencintai, dan berjumpa dengan
esensi diri, atau jati diri dan citra diri serta zat Yang Mahasuci yaitu
Allah SWT.15
15 M. Hamdani Bakran Adz-Dzaky, “Konseling dan Psikoterapi Islam Penerapan Metode
Sufistik”, (Yogyakarta : Fajar Pustaka Baru, 2004), h. 276-278.
Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) http://www.simpopdf.com
27
B. Ilahiah
Pengertian Ilahiah dalam kamus bahasa Indonesia adalah ketuhanan,
namun pengertian secara istilahnya yaitu mengesakan atau menunggalkan atau
memperuntukan kepada Allah saja segala macam ibadah yang lahir dan yang
batin baik berupa perbuatan maupun perkataan, dan meniadakan peribadatan
dari segala sesuatu selain Allah, apapun wujudnya. Allah berfirman, “Dan
Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain
DIA...(Al-isra’:23)16
Jika digabungkan kedua teori di atas yaitu terapi adalah suatu
pengobatan alternatif sedangkan ilahiah adalah menunggalkan atau
mengesakan bahwa Allah adalah satu-satunya Tuhan. Maka penulis dapat
menarik kesimpulan bahwa terapi ilahiah adalah pengobatan alternatif yang
mengedepankan keyakinan kepada Allah SWT artinya segala penyakit bisa
disembuhkan degan izin Allah SWT, melalui metode dzikir dan do’a atau hal-
hal yang bersifat ubudiyah. Karena dengan meningkatkan ibadah kita kepada
Allah SWT dapat meningkatkan iman dan taqwa kita kepada-NYA, hanya
Dia-lah yang bisa menolong, Dia yang maha pengasih lagi maha penyayang,
yang mengabulkan segala do'a, yang memiliki kekuatan tanpa batas.
16 Syekh Hafizh Hakami, “Tanya Jawab Akidah Islam”. JAKARTA: Gema Insan, 1998.
Hal 43
Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) http://www.simpopdf.com
28
C. NAPZA
1. Pengertian dan Jenis NAPZA
Istilah Narkoba sesuai dengan surat edaran Badan Narkotika
Nasional (BNN) no SE/03/IV/2002, merupakan akronim dari Narkotika,
Psikotropika, Bahan Adiktif lainnya, Narkoba yaitu zat-zat alami maupun
kimiawi yang jika dimasukkan ke dalam tubuh mengubah pikiran, suasana
hati, perasaan, dan perilaku seseorang.
2. Narkotika
Narkotika berasal dari bahasa Inggris narcotics yang berarti obat
yang menidurkan atau obat bius17, sedangkan pengertian istilah lain
menurut Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 pasal 1 adalah zat atau obat
yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintesis atau bukan
sintesis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,
hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat
menimbulkan ketergantungan.
Di dalam pasal 6 Undang-Undang No.35 tahun 2009, Narkotika
dikelompokan ke dalam tiga golongan, yaitu:
a. Narkotika golongan I adalah narkotika yang hanya dapat digunakan
untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan
dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan
ketergantungan, contohnya opium, ganja, heroin, kokain dan lain-lain.
17 S. Warjowarsito dan Tito. W, Kamus Lengkap Bahasa Inggris-indonesia, Indonesia-
Inggris, (Banung:1980), h. 122
Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) http://www.simpopdf.com
29
b. Narkotika golongan II adalah narkotika yang berkhasiat untuk
pengobatan yang digunakan sebagai piliha terakhir dan dapat
digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan contohnya:
benzetidin, betametadol, difenoksilat, hidromofinol, metadon, petidin
dan turunannya dan lain-lain.
c. Narkotika golongan III adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan
dan banyak digunakan dalam terapi dan atau tujuan pengembangan
ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan
ketergantungan. Contohnya : kodein, norkodina, propiran dan
lainnya.18
Berdasarkan bahan asalnya narkotika terbagi dalam tiga golongan
yaitu:
a. Alami yakni jenis obat/zat yang timbul dari alam tanpa adanya proses
fermentasi, isolasi atau proses produksi lainnya. Contohnya ganja,
opium, daun koka dan lain-berasal dari alam dan tidak boleh
digunakan terapi adalah golongan I, terdiri dari:
1) Tanaman papaver soniferum L
2) Opium mentah, opium masak (candu,cijing, cijingko)
3) Opium obat
4) Tanaman koka, daun koka, kokain mentah, kokaina, oknogim
5) Heroin, morfin (alkoid opium yang telah diisolasi)
18Gatot Supramono, Hukum Narkoba Indonesia, (Jakarta: Djambatan, 2007), h. 159.
Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) http://www.simpopdf.com
30
6) Ganja dan dammar ganja.
b. Semi sintesis yakni zat yang diproes sedemikian upa melaui pross
ekstraksi dan isolasi. Contohnya morfin, heroin kodein, dll’. Jenis obat
ini menurut undang-undang no 22 1997 tentang narkotika, termasuk
dalam narkotika golongan II
c. Sintesis. Jenis obat atau zat yang diproduksi secara sintesis atau
keperluan medis dan penelitian yang digunakan sebagai penghilang
rasa sakit (anelgik) seperti penekan batuk (antitusif).
Jenis obat yang termasuk kategori sintesis yaitu :amfetamin,
deksamfetamin, penthidin,methadone.
Berdasarkan efek yang ditimbulkan terhadap manusia, narkotika
terdapat tiga jenis yaitu:
a. Depressan (downer): adalah jenis obat yang berfungsi mengurangi
aktifitas, membuat pengguna menjadi tertidur atau tidak sadar diri.
b. Stimulat (upper): adalah jenis-jenis zat yang dapat merangsang fungsi
tubuh dan meningkatkan kegairahan kerja (segar bersemangat) secara
berlebihan.
c. Halusinogen: adalah zat kimia aktif atau obat yang dapat menimbulkan
efek halusinasi, dapat merubah perasaan dan pikiran.
3. Psikotropika
Psikotropika menurut pasal 1 butir (1), Undang-Undang No.5
Tahun 1997 tentang psikotropika, Adalah zat atau obat baik alamiah
maupun sintesis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui
Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) http://www.simpopdf.com
31
pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan
perubahan yang khas pada aktifitas mental dan perilaku.
Berdasarkan cara pembuatannya, narkotika dibedakan ke dalam
tiga golongan, yaitu:
a. Psikotropika golongan I adalah psikotropika yang hanya dapat
digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam
terapi, serta mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindroma
ketergantungan. Contohnya : LSD, MDMA, STP dan lainnya.
b. Psikotropika golongan II adalah psikotropika yang berkhasiat untuk
pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan
ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan
sindroma ketergantungan. Contohnya : amfetamin, metamfetamin,
metakulon, dan lainnya.
c. Psikotropika golongan III adalah psikotropika yang berkhasiat untuk
pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan
ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan
sindroma ketergantungan. Contohnya : butalbital, buprenorfina,
flunirazepam dan lain-lain.
d. Psikotropika golongan IV adalah psikotropika yang berkhasiat untuk
pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi dan atau untuk
tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan
Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) http://www.simpopdf.com
32
mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contohnya : diazepam,
lefetamina, nitrazepm dam lain-lain.19
Jenis-jenis psikotropika yang salah digunakan yaitu:
a. Ecstasy. Dikenal dengan nama: inex, I, kancing, huge drugs, yuppie
drug, essence clarity, butterfly, black heart. Bentuk berupa tablet dan
kapsul. Warna bermacam-macam. Penggunaan meminumnya dengan
ditelan.
Efeknya yaitu, Timbul rasa gembira secara berlebihan. Banyak orang
yang mengkonsumsi ecstasy untuk tujuan bersenang-senang dan
saking gembiranya kadang tidak malu untuk melakukan pesta seks.
Merasa cemas. Tidak mau diam. Rasa percaya diri meningkat.
Mengalami keringat dan gemeteran. Susah tidur. Sakit kepala dan
pusing-pusing serta mual.
b. Shabu, dikenal dengan nama Kristal. Bentuknya berupa Kristal.
Mempunyai warna putih. Penggunaan memakainya dengan dibakar
menggunaka alumunium foil dan asapnya dihirup melalui hidung,
dibakar dengan menggunakan botol kaca khusu dan disuntikan
Efeknya seperti, badannya merasa lebih kuat dan energik. Tidak mau
diam. Rasa percaya diri meningkat. Rasa ingin diperhatikan orang lain.
Nafsu makan berkurang. Jantungnya berdebar. Tekanan darah
meningkat. Mengalami gangguan pada fungsi sosial dan pekerjaan.
Penggunaan shabu mendorong tubuh untuk terus beraktifitas dan
19 DR. Subagyo Partodiharjo, Kenali Narkoba & Musuhi Penyalahgunannya, (T. Tp. : LKP
Yayasan Karya Bahakti, 2004), h. 13-16
Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) http://www.simpopdf.com
33
berkeringat lebih sehingga menyebabkan tubuh mengalami kekurangan
cairan.
4. Bahan Adiktif
Adalah bahan-bahan aktif atau obat dalam organism hidup
menimbulkan kerja biologi yang apabila disalahgunakan dapat
menimbulkan ketergantungan (adiksi) yakni keinginan untuk
menggunakan kembali secara terus menerus.
Jenis-jenis bahan adiktif yaitu:
a. Inhalen yakni zat yang terdapat pada lem dan pengencer cat (thiner).
Penggunaan: dengan cara dihirup yang dapat mengakibatkan kematian
mendadak, dan tercekik. Mempunyai efek yaitu hilang ingatan. Tidak
dapat berfikir. Kerusakan pada sistem syaraf utama. Mudah berdarah
dan memar. Kerusakan hati dan ginjal. Sakit mag. Sakit pada waktu
buang air kecil. Kejang-kejang otot dan batuk-batuk. Penyalah gunaan
inhalen dapat merusak pertumbuhan dan perkembangan otot, syaraf
dan organ tubuh lain, dan jika pengguna melakukan aktifitas normal
seperti berlari dan berteriak dapat mengakibatkan kematian karena
gagal jantung.
b. Alcohol. Yaitu minuman yang mengandung ethanol yang diproses dari
bahan hasil pertanian yang mengandung karbohidrat dengan cara
fermentasi atau destilasi, baik melalui perlakuan sebelumnya,
menambah bahan lain, mencampur konsentrat dengan ethanol, ataupun
proses pengenceran minuman yang mengandung ethanol.
Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) http://www.simpopdf.com
34
Akibat yang ditimbulkan oleh alcohol bagi tubuh atau kesehatan
adalah: Menyebabkan defresi pada sistem syaraf pusat. Jika
penggunaan dicampur dengan obat lain si pemakai akan pingsan dan
kejang-kejang. Menyebabkan pembengkakan dan terbendungnya darah
otak. Menimbulkan toleransi dan ketagihan. Peradangan di lambung.
Melemahkan jantung dan hati menjadi keras
c. Tembakau/rokok. Zat yang berhubungan luas dengan penggunaan
tembakau biasanya dalam bentuk rokok, pengaruh penggunaannya
dapat dilihat apabila digunkan dalam jumlah yang cukup banyak dan
waktu yang cukup lama, zat temabakau itu sendiri dapat menyebabkan
ketergantungan namun yang sangat membahayakan adalah zat racun
yang erkandung di dalam tembakaunya.
Nikotin adalah salah satu dari 4000 zat kimia pada tembakau.
Rokok mengandung 43 zat kimia beracun termasuk tar dan karbon
monoksida yang dinyatakan sebagai penyebab kanker dan dua tetes
murni nikotin dapat membunuh orang dewasa secara instan.
Efeknya yakni menyumbat saluran-saluran darah jantung
sehingga memperlambat aliran darah. Menimbulkan penyakit kanker.
Serangan jantung. Impotensi dan gangguan kehamilan dan janin20
5. Penyalahguna Napza
Penyalahguna napza adalah penggunaan salah satu atau beberapa
jenis Napza secara berkala atau secara teratur diluar indikasi
20 Ibid, h, 3-10
Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) http://www.simpopdf.com
35
medis,sehingga menimbulkan gangguan kesehatan fisik, psikis dan
gangguan fungsi sosial.
Permasalahan penyalahguna Napza merupakan permasalaan yang
demikia kompleks yang merupakan interaksi dalam tiga faktor, diantaranya
yaitu: faktor individu, faktor lingkungan, dan faktor ketersediaan narkoba
itu sendiri.
a. Faktor Individu
1) Aspek kepribadian. Apabila dilihat dari aspek kepribadian ini,
terdapat dua aspek faktor pemicu, pertama tingkah laku anti sosial
antara lain: keinginan untuk melanggar, sifat untuk memberontak,
tak ingin hal-hal yang bersifat otoritas, menolak nilai-nilai
tradisional, mudah kecewa dan tidak sabar serta adanya keinginan
diterima di dalam kelompok pergaulan.
Lalu yang kedua adalah Kecemasan dan depresi antara lain: tidak
mampu menyelesaikan kesulitan hidup, mennghindari rasa cemas
dan depresi, sehingga melarikan ke penyalahgunaan narkoba.
2) Aspek pengetahuan, sikap kepercayaan natara lain: mengikuti
orang lain yang menggunakan, tidak mengetahui bahaya narkoba,
ingin coba-coba diterima di dalam pergaulan.
3) Keterampilan komunikasi menolak tekanan teman sebaya.
4) Faktor genetik.
b. Faktor Lingkungan/Sosial
Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) http://www.simpopdf.com
36
Penyebabnya antara lain yaitu kondisi keluarga atau orang tua,
pengaruh teman sebaya, faktor skolah, pengaruh iklan dan kehidupan
masyarakat modern.
c. Faktor Ketersediaan
Antara lain: tersedia dimana-mana dan mudah diperoleh karena
maraknya peredaran narkoba, bahkan indonesia sudah sebagai
produsen narkoba, karena bisnis narkoba yang menjanjikan
keuntungan besar, lalu penegakan hukum di indonesia yang belum
tegas dan konsisten.21
Dari ketiga faktor penyebab penylahguna narkoba, yang paling
terpenting adalah faktor individu, artinya masing-masing ndividu harus
bertanggung jawab atas perilakunya dan tidak dapat
mempermasalahkan orang lain atau keadaan yang dihadapinya. Untuk
itu ia harus dapat mengambil keputusan yang baik atau buruk bagi
dirinya sendiri.
Dampak atau akibat penyalahguna narkoba, yaitu sebagai berikut:
a. Bagi Diri Sendiri
1) Fungsi otak dan perkebangan normal remaja terganggu, mulai dari
ingatan, perhatian, persepsi, perasaan dan perubahan pada
motivasi.
21BNN RI, Pedoman Pelaksanaan P4GN Melalui Peran Serta Kepala Desa/Lurah,
(Jakarta: 2007), h. 30-31.
Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) http://www.simpopdf.com
37
2) Menimbulkan ketergantungan, overdosis, gangguan pada organ
tubuh, seperti hati, ginjal, paru-paru, lambung, reproduksi serta
gangguan jiwa.
3) Perubahan pad gaya hidup dan nilai-nilai agama, sosial dan
budaya, misalnya indakan asusila, sosial bahkan anti sosial.
4) Akibat jarum suntik yang tida steril dapat terkena HIV/AIDS,
radng pembuluh darah, jantung, hepatitis C, dan tuber kolose.
b. Bagi keluarga
1) Orang tua menjadi malu, sedih, merasa bersalah, marah bahkan
kadang-kadang sampai putus asa.
2) Suasana hati kekeluargaan berubah tidak terkendli karena sering
terjadi pertengkaran, saling mempersalahkan, marah, bermusuhan
dan lain-lain.
3) Uang dan harta benda habis terjual, serta masa depan anak tidak
jelas karena putus sekolah dan mdaran gelap narkoba.
c. Bagi masyarakat
1) Lingkungan menjadi rawan terhadap penyalahgunaan dan
peredaran gelap narkoba.
2) Kriminalitas dan kekerasan meningkat.
3) Ketahanan wilayah menurun.
Ciri-Ciri Penyalahguna Narkoba Yaitu:
a. Perubahan fisik dan lingkunan sehari-hari
Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) http://www.simpopdf.com
38
1) Jalan sempoyongan
2) Sering didatangi atau menerima telpon dari orang yang tidak
dikenal
3) Kamar selalu dikunci
4) Ditemukan obat-obatan, peralatan seperti kertas timah, jarum
suntik, korek api di kamar atau di dalam tasnya.
5) Sering kehilangan uang atau barang berharga di rumah.
b. Perubahan psikologis.
Malas belajar, mudah tersinggung dan sulit untuk berkonsentrasi.
c. Perubahan perilaku sosial
1) Menghindari kontak mata langsung, melamun atau linglung.
2) Berbohong atau memanipulasi keadaan.
3) Kurang disiplin dan uka membolos
4) Mengabaikan kegiatan ibadah
5) Menarik diri dari aktifitas keluarga dan sering mengurung diri di
kamar/tempat tertutup.
D. Pondok Pesantren
1. Pengertian Pondok Pesantren
Istilah Pondok berasal dari pengertian asrama-asrama para santri
yang disebut pondok atau tempat tinggal yang dibuat dari bambu, yang
berasal dari kata bahasa Arab fundug yang berarti hotel atau asrama.
Perkataan pesantren berasal dari kata santri, yang di awali kata pe dan
diakhiri dengan kata an yang berarti tempat tinggal para santri.
Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) http://www.simpopdf.com
39
Jadi kesimpulannya adalah bahwa pondok pesantren adalah
lembaga pendidikan yang berarsitektur pedesaan berciri khas kobong atau
pemondokan sebagai tempat tinggal para murid yang disebut santri. Dan
kiyai sebagai ajeungan atau guru sekaligus pemimpinnya.
2. Fungsi Pondok Pesantren.
a. Pondok Pesantren Sebagai Lembaga Pendidikan
Pesantren pada awalnya berdiri sebagai fasilitas yang relatif
sederhana, sehingga metode pendidikan yang dipakai oleh pesantren
dianggap cukup unik, kita mengenal model pendidikan agama dengan
cara bandungan dan sorongan (seorang kiyai atau guru membaca,
menerjemahkan dan menjelaskan maksud kitab sementara para santri
menyimaknya). Model seperti ini masih berlaku hingga sekarang.
b. Pondok Pesantren Sebagai Lembaga Sosial
Sebagai lembaga sosial kemasyarakatan, pesantren dituntut
untuk mampu menghadapi tantangan perubahan zaman, dalam rangka
menjawab tantangan masa depan. Pesantren harus mampu melakukan
terobosan-terobosan nilai yang pada gilirannya mampu menyentuh
dasar-dasar kehidupan pesantren sehari-hari.
c. Pondok Pesantren Sebagai Lembaga Dakwah
Dakwah yang dilakukan pndok pesantren salah satunya adalah
dakwah bil-hal, yaitu dengan terlibat langsung menangani obyek
dakwah (masyarakat luas) melalui kegiatan-kegiatan yang bersifat
sosial ekonomis.
Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) http://www.simpopdf.com
40
Kepedulian pesantren untuk menangani problematika sosial
secara langsung ini, mengacu kepada realitas sosial itu sendiribahwa
pesantren yang mempunyai akar yang kuat dilapisan masyarakat,
sebenarnya memiliki dua sisi mata uang yang bergandengan. Pada
gilirannya pendekatan actual ini, melahirkan warna sosial yang
dirasakan sebagai refleksi etos keagamaan yang dilembagakan oleh
pesantren.22
22 Amin Haedari, Masa Depan Pesantren:Dalam tantangan Modernitas dan Tantangan
Komplesitas Global. (Jakarta:IRD Press,2004), cet. Ke 1, h.25.
Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) http://www.simpopdf.com
41
BAB III
GAMBARAN UMUM LEMBAGA
A. Gambaran Umum Lembaga
1. Latar Belakang Berdirinya Pondok Pesntren Hikmah Syahadah
Berkembangnya tuntutan di dalam masyarakat akan kehadiran suatu
lembaga rehabilitasi yang bisa diandalkan untuk membantu, membimbing
dan membentengi para korban penyalahguna narkoba yang semakin
meningkat dari waktu ke waktu maka dengan keyakinan pengobatan
religius yang sangat mengena bagi batin para pecandu, disamping
pengobatan medis dan psikologis, diharapkan para pecandu mampu
membentengi dirinya dan mampu terlepas dari jerat narkoba, karena
agama telah memiliki aturan yang jelas dan pasti yang tidak hanya
membawa keselamatan bagi dunia, tetapi juga keselamatan akhirat.
Atas dinamika tersebut dan atas kepercayaan dari masyarakat maka,
Pondok Pesantren Hikmah Syahadah sebagai suatu bentuk lembaga
pendidikan keagamaan yang juga didukung dengan keahlian pengobatan
alternatif berdasarkan syari’at agama Islam.
2. Sejarah Singkat Pondok Pesantren Hikmah Syahadah
Pendirian Pondok Pesantren Hikmah Syahadah di prakasarai dan
dicetuskan oleh al-ustadz Drs. H. Romdhin H. Rian MM. Yang sekaligus
sebagai pendiri pondok Pesantren ini sedianya hanya diperuntukan sebagai
suatu lembaga pengembangan syiar agama Islam, dan dalam upaya
mencerdaskan umat Islam.
Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) http://www.simpopdf.com
42
Pada tanggal notaris No. 4 Tanggal 28-08-2000. Bangunan pondok
sendiri didirikan di atas areal pribadi dari pimpinan pondok. yang
berdasarkan pada agama islam.
Bangunan pondok pertama kali didirikan dengan bangunan yang
cukup sederhana berbahan bambu dan beratap sirap yang disebut kobong.
Sesuai perkembangan dan kemampuan yang ada, pondok pesantren mulai
mendirikan bangunan-bangunan permanen sebagai pendukung tanpa
meninggalkan ciri khas bangunan kobong itu sendiri.
Pada awal kegiatan pendidikan pondok pesantren menggunakan
perguruan ilmu bela diri dimana telah banyak menarik pemuda pemudi
dari berbagai daerah. Dalam perguruan ini berkembang suatu metode
pengobatan alternatif yang dijuluki “Terapi Telunjuk Petir’ sebagai suatu
metode pengobatan tenaga dalam yang dikembangkan oleh pimpinan
pondok pesantren hikmah Syahadah.
Pada awal perkembangan metode pegobatan ini hanya diaplikasikan
kepada para santri, keluarga dan masyarakat sekitar dengan beragam
keluhan penyakit. Seiring dengan berjalannya waktu metode ini mulai
meluas hampir seluruh indonesia.
Pada waktu yang hampir bersamaan dengan mulai terkenalnya metode
pengobatan “Telunjuk Petir” , terjadi suatu gejolak di dalam masyarakat
akibat mulai maraknya penyalahgunaan narkoba yang menimpa para
pemuda di negeri ini. Didasari oleh rasa keprihatinan terhadap para korban
penyalahgunaan narkoba tersebut dengan modal keahlian dalam
Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) http://www.simpopdf.com
43
pengobatan, podok pesantren hikmah syahadah pada awal tahun 2000
mulai mencoba mengobati beberapa pasien penyalahgunaan narkoba dari
tingkat normal sampai yang telah mengalami gangguan kejiwaan. Melalui
izin Allah doa dan wasilah dalam pengobatan pasien yang ditangani
mengalami penyembuhan.
Hasil-hasil memuaskan yang dicapai pondok pesantren membuat
meningkatnya apresiasi dan kepercayaan masyarakat. Dan atas dasar itulah
pondok pesantren mulai merintis suatu bentuk lembaga di bawah yayasan
podok pesantren hikmah syahdah yang terfokus menangani masalah
keergantunagn narkoba, kenakalan anak, dan kejiwaan dengan metode
penanganan terpadu yang dikhususkan untuk menangani santri-santri
tersebut. Lembaga ini dinamakan “Lembaga Rehabilitasi Narkoba, Anak
Nakal, dan Kejiwaan Pondok Pesantren Hikmah Syahadah”.
3. Sarana dan Prasarana
a. Tiga bangunan permanen yang berjumlah 11 lokal yakni gedung H.
Rian terdiri dari 9 lokal, gedung Hj, Sa’adah yang terdiri dari 2 lokal.
b. Dua bangunan kobong dari bahan bambu yang saat ini berfungsi
sebagai kamar petugas.
c. Satu ruang kantor yang berfungsi sebagai ruang perpustakaan,
pimpinan, dan pelayanan registrasi serta administrasi bagi santri baru.
d. Delapan toilet
e. Tujuh kulah di bagian belakang gedung
Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) http://www.simpopdf.com
44
4. Struktur Organisasi
Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) http://www.simpopdf.com
45
5. Data Pasien Napza
NO. NAMA PASIEN TANGGAL MASUK
PONDOK PESANTREN
1 Rendy 23 Maret 2011
2 Gatot 20 November 2010
3 Safiq 21 Maret 2011
4 Zaki 7 Agustus 2010
5 Arief 25 Januari 2011
6 Melfan 5 April 2010
7 Tomi 9 April 2009
8 Tritanto 23 Juli 2011
9 Doni 13 Mei 2010
10 Joko Suyono 25 Juni 2011
Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) http://www.simpopdf.com
46
BAB IV
TEMUAN MASALAH DAN ANALISA DATA
Pada Bab ini penulis akan membahas tentang Terapi metode Ilahiah
bagi Korban Napza di Pondok Pesantren Hikmah Syahadah, dengan
menggabungkan dan mengkaji antara temuan hasil observasi, wawancara
catatan lapangan dan dokumentasi dengan teori-teori yang telah dijelasakan
pada Bab II.
Seperti yang sudah dibahas pada bab II, terapi ilahiah yaitu pengobatan
alternatif yang lebih mengedepankan hal-hal yang bersifat ubudiyah, seperti
do’a dan dzikir. Adapun pelaksanaaannya yaitu sebagai berikut.
A. Pelaksanaan Terapi ilahiah di Pondok Pesantren Hikmah syahadah
Pada awalnya pengurus melakukan beberapa tahapan bagi santri baru,
seperti tes wawancara mengenai latar belakang keluarga dan riwayat penyakit
atau body check. Setelah melakukan beberapa tahapan barulah para santri di
tempatkan di kamar yang disesuaikan dengan emosional santri dan melakukan
upaya detoksifikasi.
Detofsifikasi adalah upaya pemutusan pasien dengan Napza, artinya
pada saat itu pasien sudah tidak diperbolehkan lagi mengkonsumsi Napza.
Terapi ini bersifat sebagai pertolongan pertama bagi pasien untuk bisa pulih
kembali akibat pengaruh obat seperti muntah-muntah, hidung meler, tidak bisa
tidur dan lain sebagainya, Masa detoksifikasi di Ponpes Hikmah Syahadah ini
berlangsung 10 hari sampai 1 bulan lamanya, hal itu tergantung pada tingkat
Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) http://www.simpopdf.com
47
pada perubahan pasien, selama menjalani detoksifikasi, pasien hanya
menjalani terapi ilahiah dengan dibantu ramuan herbal, seperti air kelapa yang
mampu menetralisir obat-obatan, pada tahap ini pihak ponpes juga sama
sekali tidak menggunakan obat-obatan medis, sekalipun pasien tersebut tengah
mengalami sakau.1
Adapun detoksifikasi dengan cara medis, pada fase pembersihan darah
dan sirkulasi organ-organ tubuh lainnya pada tubuh pencandu dari narkotika,
psikotropika atau zat adiktif lainnya, sehingga darah menjadi bersih dan sistem
metabolisme tubuh kembali normal. Proses ini dapat dilakukan melalui cara-
cara berikut :
1. Cold Turkey (abrupt withdrawal) yaitu proses penghentian pemakaian
Narkoba secara tiba-tiba tanpa disertai dengan substitusi antidotum.
2. Bertahap atau substitusi bertahap, misalnya dengan Kodein, Methadone,
CPZ, atau Clocaril yang dilakukan secara tap off (bertahap) selama 1 – 2
minggu.
3. Rapid Detoxification: dilakukan dengan anestesi umum (6 – 12 jam).
4. Simtomatik: tergantung gejala yang dirasakan.2
Hal ini sangat berbeda dengan upaya pengeluaran racun NAPZA
dalam tubuh pasien di Ponpes rehabilitasi hikmah syahadah yang sama sekali
tidak menggunakan obat-obatan medis apalagi memberikan NAPZA dengan
dosis yang sangat rendah (misalnya metadon), jadi begitu pasien masuk
1 Wawancara pribadi dengan Pak. Rhomdin (pimpinan pondok pesantren), tanggal 13
agustus 2011 pukul 10:30 WIB. 2 Sumber: Kapanlagi.com(http://gudang-info.com/gaya-hidup/kesehatan/pengobatan-dan-
terapi-narkoba.html)
Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) http://www.simpopdf.com
48
mendaftarkan dirinya sebagai pasien, pihak ponpes langsung melakukan upaya
pemutusan NAPZA, sekalipun pasien tersebut tengah mengalami sakau. Maka
di sinilah kelebihan dari pengobatan pasien Napza di pondok pesantren
hikmah syahadah karena pasien tidak merasakan efek kimia dari obat-obatan
medis.3
Setelah menjalani detoksifikasi atau tahap penanganan awal, maka
pasien mengikuti serangkaian pelaksanaan terapi ilahiah. Berikut langkah-
langkahnya.
1. Minum Air Do’a
Air do’a ini merupakan air khusus yang telah dibacakan ayat-ayat
syifa, ayat-ayat syifa tersebut yaitu surat al-Falaq, an-Nas, al-Ikhlas, al-
Fatihah, al-Baqarah ayat 1-7, ayat kursi dan at-Taubah. Minum air do’a ini
juga merupakan anjuran Rasulullah karena mampu menyerap energi
positif ke dalam tubuh. Minum air do’a dilakukan sebelum melaksanakan
terapi telunjuk petir dengan tujuan agar air positif tersebut menjalar ke
seluruh tubuh, menyerap ke seluruh syaraf-syaraf dan memperlancar
peredaran darah, atau ibarat kata sambil disuntik di bantu dengan minum
obat.4
Kak Fadly memperjelas kembali tentang air do’a ini.
3 Wawancara pribadi dengan Pak. H. Rhomdin (pimpinan pondok pesantren), tanggal 13
agustus 2011 pukul 10:30 WIB. 4 Wawancara pribadi dengan Pak H.Rhomdin (Pemimpin Pondok pesantren), tanggal 20
juli Pukul 11:00 WIB
Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) http://www.simpopdf.com
49
“Air do’a atau air khusus ini adalah air yang sudah dibacakan ayat-ayat syifa oleh pemimpin ponpes, jika kita melihat keefektifannya kita bisa melihat dari sebuah penelitian air yaitu the power of water”.5
2. Terapi Gurat Telunjuk Petir
Terapi telunjuk petir adalah terapi yang dilakukan dengan cara
mengguratkan jari ke titik-titik syaraf tubuh si pasien yang dibarengi
dengan do’a dan dibasuhkan air do’a, sehingga adanya energi positif yang
masuk kedalam tubuh si pasien.6
Hal ini di sebagaimana dijelaskan oleh kak Fadhly bahwa
“Terapi telunjuk petir yang dulu hanya disebut dengan terapi gurat adalah terapi yang menggunakan jari dan air do’a sebagai medianya, dan air do’a tersebut sudah dibacakan surat-surat yang terkandung di dalam al-qur’an, seperti ayat kursi, surat al-falak, surat an-nas, dan surat al-fatihah. Maka dari air do’a tersebut terdapat energi positif yang masuk ke dalam tubuh pasien”. 7
Pak H. Rhomdin mempelajari ilmu terapi telunjuk petir dari
seorang sesepuh yang bernama alm Ende Wirta, lalu diamalkan oleh pak
haji sebagai pengobatan alternatif bagi segala penyakit medis khususnya
bagi korban NAPZA, dan penyakit non medis. Untuk mendapatkan ilmu
ini juga tidak mudah karena sangat banyak proses yang dilalui seperti
5 Wawancara pribadi dengan Rasyid Fadhli (pengurus pondok pesantren), tanggal 20 Juli
2011 pukul 10:00 WIB 6 Wawancara pribadi dengan pak H. Rhomdin (pimpinan pondok pesantren ), tanggal 25
juli 2011 pukul 17:00 WIB. 7 Wawancara pribadi dengan Rasyid Fadly (selaku pengurus pondok pesantren), tanggal 20
Juli pukul 09:30 WIB.
Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) http://www.simpopdf.com
50
berpuasa dan dan melewati beberapa pantangan seperti tidak boleh
melakukan zina, mengkonsumsi NAPZA, mencuri dan perbuatan maksiat.8
Hal ini diperkuat oleh pernyataan kak Fadhly, yaitu sebagai berikut
“Keistimewaan terapi ini dibandingkan dengan terapi yang lainnya yaitu mampu menyembuhkan penyakit medis dan non medis, selain itu juga adanya kontak fisik langsung antara sang terapis dengan pasien”.9
Adapun teknik pelaksanaan terapi telunjuk petir yaitu sebagai
berikut:
a. Duduk menghadap kiblat
b. Membaca syahadat
c. Meminum air do’a
d. Membubuhkan air do’a ke ubun-ubun pasien
e. Mulai mengguratkan jari ke daerah kepala seperti kening, bawah
telinga dan tengkuk kepala
f. Gurat pada bagian dada dan perut
g. Gurat pada bagian punggung
h. Gurat pada bagian tangan
i. Gurat pada bagian kaki seperti paha depan/belakang dan betis
Terapi ini dilakukan empat kali dalam seminggu, yakni pada
malam minggu, malam senin, mlam rabu dan malam jum’at. Jumlah
guratan tersebut harus ganjil yakni antara 7-11 kali guratan, apabila si
8 wawancara pribadi dengan pak H.Rhomdin (pemimpin pondok pesantren ), tanggal 20 juli
2011 pukul 20:00 WIB 9 Wawancara pribadi dengan Rasyid Fadhli (pengurus pondok pesantren), tanggal 20 Juli
2011 pukul 10:00 WIB
Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) http://www.simpopdf.com
51
pasien merasakan kesakitan yang luar biasa, maka diwajibkan untuk
membaca kalimat tasbih, tahmid dan takbir. 10
Hal tersebut juga diperjelas oleh Rasyid Fadhly
“Memang kalau awal-awal menjalani terapi ini pasien sangat kesakitan bahkan ada yang sampai muntah-muntah maka sesakit apapun, si pasien harus mengucap asma Allah” 11
Rendy pun mengalami rasa sakitnya terapi ini, berikut cerita rendy
“Waktu pertama mah memang sakit banget, tapi setelah itu badan jadi terasa enteng, jadi nafsu makan dan tidur nyenyak, eh sekarang mah saya jadi ketagihan pengen diterapi terus, jadi udah gak terlau sakit kayak pas awal-awal aja”. 12
Sama halnya dengan Gilang, gilang pun menceritakan perihal
pengalamannya tentang terapi ini
“Pas awal terapi ini saya sagat kaget karena emang sakit banget, serasa ada yang nyetrum dari dalem, jadi rasanya perih sakit gitu, tapi emang bener setelahnya badan jadi serasa enteng dan plong”.13
3. Mandi Malam
Terapi ini bertujuan untuk menghilangkan pengaruh obat karena air
tersebut sudah dicampur dengan garam dan dibacakan do’a, Terapi mandi
malam ini dilaksanakan pada malam hari yaitu pada malam jum’at pada
pukul 24:00 WIB, atau menunggu sampai air tersebut benar-benar dingin
sehingga si pasien merasa menggigil.14
10 Hasil pengamatan pada tanggal 24 Juli 2011. Pukul 21:30 WIB 11 Wawancara pribadi dengan Rasyid Fadly (pengurus pondok Pesantren), tanggal 24 Juli
2011 pukul 20:00 WIB 12 Wawancara pribadi dengan Rendy (pasien Napza) pada tanggal 24 Juli Pukul 21:30 WIB. 13 Wawancara pribadi dengan Gilang (pasien Napza), tanggal 21 Juli pukul 11:00 WIB. 14 Wawancara pribadi dengan Pak H.Rhomdin (Pemimpin Pondok Pesantren), tanggal 20
juli Pukul 20:30 WIB
Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) http://www.simpopdf.com
52
Dari ketujuh kulah15 yang ada, yang telah dipercaya khasiatnya
dari masing-masing kulah tersebut, biasanya kulah yang dipakai untuk
mandi malam pasien adalah kulah yang ke empat, teknik pelaksanannya
yaitu dengan cara berendam dan satu kulah biasanya digunakan untuk 1-3
orang.16
4. Dzikir Syifa
Dzikir syifa ini dilakukan setiap sehabis sholat lima waktu, dengan
tambahan lantunan ayat-ayat syifa seperti surat al-Ikhlas, al-Falak, al-
Baqarah ayat 1-7, al-Fatihah, an-Nas, at-Taubah, lalu membaca asmaul
husna. Terapi ini bersifat terapi mental karena mampu memberikan
ketenangan jiwa sehingga pasien menjadi tidak selalu merasa gelisah dan
memberi keyakinan bahwa kesembuhan itu datangnya dari Allah SWT.17
Dari pembahasan diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa
langkah-langkah terapi ilahiah yang digunakan sebagai pengobatan di
pondok pesantren ini, semuanya tidak terlepas dari sebuah keyakinan
kepada Allah SWT melalui dzikir dan do’a dengan menggunakan air dan
gurat telunjuk sebagai medianya.
Do’a dan zikir mempunyai hubungan yang erat, menurut Qurays
Syhab, bahwa do’a adalah merupakan sebagian dari zikir, do’a adalah
permohonan, setiap zikir walaupun dalam redaksinya terdapat
15 Kulah adalah bak penampungan air yang terbuat dari semen 16 Wawancara pribadi dengan Rasyid Fadhly (pengurus pondok pesantren) tanggal 12
agustus pukul 11:00 WIB. 17 Wawancara pribadi dengan pak H.Rhomdin (pemimpin pondok pesantren) tanggal 12 juli
2011 pukul 11:00 WIB.
Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) http://www.simpopdf.com
53
permohonan, tetapi kerendahan hati dan rasa berhajat kepada Allah SWT
yang selalu menghiasi pedzikir, mendirikan zikir itu mengandung sebagai
permohonan18, yang penting di dalam terapi pengobatan dengan media
dzikir adalah keimanan, keyakinan terhadap Allah SWT, di dalam usaha
dan ikhtiar itu kita sandarkan betul-betul kepada Allah SWT.
Sedangkan pada media air, karena adanya energi positif dari air
do’a tersebut, seperti apa yang dikatakan seorang ahli penelitian “Dr
Masaru Emuto” yaitu tentang the power of true water, bahwa air mampu
mengantarkan informasi ke dalam tubuh, karena kualitas air bergantung
pada informasi yang diterimanya, konsekuensi logisnya adalah manusia
sebagai makhluk yang sebagian besarnya terbentuk dari air sudah
seharusnya diberikan informasi yang baik, jika kita melakukan hal ini
maka pikiran dan tubuh kita akan menjadi sehat, maka sebaliknya, jika kita
menerima informasi yang buruk maka kita akan merasakan sakit.19
Selanjutnya yaitu berkaitan dengan teknik pemijatan, teknik
pemijatan ini sama halnya dengan terapi gurat telunjuk petir, karena
adanya sentuhan antara guratan jari dengan sistem-sistem syaraf pada
tubuh si pasien, yaitu seperti melakukan pemijatan. Terapi pijat merupakan
upaya penyembuhan yang aman, efektif dan tanpa efek samping. Terapi
dengan teknik pijat dapat digunakan mengobati berbagai gangguan
sehingga terapi pijat diyakini sebagai salah satu cara paling jitu dan manjur
untuk menghilangkan rasa lelah, stres, otot kaku, dan pegal-pegal, hal itu
18 Ust Mujaddidul Islam Mafa, Menyibak Kedasyatan Dzikir (Lumbung Insani,2009), h. 34. 19 Masaru Emoto, The True Power Of Water. (Mq Publishing: cet ke-9 2007. Bandung),
h.19.
Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) http://www.simpopdf.com
54
karena pijat akan merangsang titik-titik akupuntur tubuh manusia agar
bekerja lebih baik dan normal.
Teknik pemijatan untuk penyembuhan bisa dilakukan pada
beberapa bagian tubuh atau titik tubuh tertentu, hal itu karena organ di
dalam tubuh berhubungan langsung dengan bagian luar atau titik
akupuntur tubuh yang berada di bagian kepala, tangan, kaki, dan telinga.
Seperti yang sudah dijelaskan dalam ilmu medis bahwa melakukan
pemijatan di daerah kepala berfungsi sebagai melancarkan peredaran darah
dan merefresh saraf pusat yang mampu menyembuhkan gangguan pada
mata, hidung tersumbat, sakit gigi, insomnia dan kaku di leher. Di bagian
menyembuhkan penyakit nyeri antara rusuk, kencing manis, darah rendah,
dan wasir/ambeien. Di bagian lengan untuk menyembuhkan penyakit
keseleo, darah tinggi dan reumatik dada dan perut menyembuhkan
penyakit paru-paru, mual, gangguan usus, kurang nafsu makan,
kemandulan dan gangguan lever. Di bagian punggung mampu /lumpuh.
Di bagian kaki seperti paha dan betis dapat menyembuhkan penyakit
kencing manis, gangguan kelenjar, gangguan ambeien, kaki
reumatik/lumpuh dan sembelit. Di bagian kaki mampu menyembuhkan
kaku di lutut dan merangsang peredaran darah.
Maka tidak heran jika terapi telunjuk petir ini sangat berkhasiat
mengobati berbagai penyakit medis, karena terapi ini mengikat pada dua
kekuatan yaitu adanya kekuatan do’a melalui air yang menyerap ke syaraf
pasien serta adanya sentuhan medis seperti teknik pemijatan melalui
Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) http://www.simpopdf.com
55
guratan telunjuk petir pada titik syaraf atau titik-titik akupuntur pada tubuh
si pasien.20
B. Hasil yang dicapai
Berikut ini diuraikan dampak pada pasien pengguna Napza setelah
menjalani proses rehabilitasi dengan terapi ilahiah. Adapun dampak real yang
nampak pada pasien ditinjau dari 3 (tiga) aspek yaitu spritual, kesehatan dan
sosial.
1. Spiritual
Perlu diingat bahwa salah satu faktor utama seseorang menjadi
pecandu adalah krisis pengetahuan dalam bidang agama, yang
menyebabkan ia tidak mampu untuk mengendalikan dirinya sendiri.
Seperti apa yang diungkapkan oleh Gatot:
Dulu ibadah saya bolong-bolong, mungkin karena kurangnya
pengetahuan agama yang menyebabkan saya menjadi seorang pecandu
maka ketika awal menjalani rehabilitasi, bagi saya terapi dzikir yang paling
berat godaannya, karena terapi ini bersifat terapi pendekatan kepada Allah,
apabila kita menjalaninya dengan khusyu’ dan penuh penghayatan maka
disitu kita akan merasa lebih tenang dan adanya keinginan untuk bertaubat,
tapi Alhamdulillah untunglah para pengurus selalu membimbing dan
mengayomi, bahkan mereka sering memberikan do’a-do’a sebagai
20 Hasil pengamatan pada tanggal 24 Juli 2011. Pukul 20:30 WIB
Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) http://www.simpopdf.com
56
pedoman hidup, jadi sekarang saya sudah mulai terbiasa dan tenang
menjalaninya.21
Hal ini juga sama dengan apa yang dikatakan ka Fadhly tentang
kondisi spritual Rendy
“Dulu Rendy sangat pembangkang ketika diajak untuk melaksanakan ibadah ia sering menolak dengan gaya bahasa yang agak membentak, namun Alhamdulillah sekarang ia sudah mulai belajar untuk tidak meninggalkan sholat lima waktu bahkan sudah mulai belajar puasa sunnah.”22
Proses rehabilitasi dari aspek spriritual ditujukan untuk
membangun pondasi agama pada diri pasien. Pihak pesantren menanamkan
ajaran-ajaran agama agar dapat membangun kesadaran jiwa pasien untuk
mengontrol diri (self control) dalam menghindari Napza.
Dari observasi dan wawancara yang dilakukan, penulis
menyimpulkan bahwa aspek spiritual merupakan treatment yang paling
esensi dalam proses rehabilitasi. Karena membangun kesadaran seseorang
dalam mengontrol diri merupakan kunci utama dalam menghindari Napza.
dampak yang nampak pada pasien berupa:
a. Takut akan dosa
b. Ta’at ajaran agama
c. Menjaga serta mempertahankan keseimbangan rohani
d. Rajin beribadah, dan
21 Wawancara pribadi dengan Gilang (pasien Napza) tanggal 21 Juli 2011. Pukul 20:00
WIB. h22 Wawancara pribadi dengan Rasyid Fadhly (pengurus pondok pesantren), tanggal 12
agustus 2011. Pukul 11:00 WIB.
Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) http://www.simpopdf.com
57
e. Tidak membangkang 23
Hal ini juga diungkapkan oleh Rendy bahwa agama merupakan suatu
pilar utama untuk tidak kembali menjadi pecandu.
“Sekarang saya lebih merasa takut untuk make lagi, jadi inget dosa
terus, jadi udah takutlah sama yang namanya dosa”.24
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Gilang
“Tebelin iman di diri sendiri dulu deh, baru kita enggak akan tergoda buat make lagi”25.
Menurut pemimimpin pondok pesantren bahwa terapi zdikir
merupakan terapi mental, artinya dengan berdzikir dan berdo’a bisa
menghadirkan sebuah penghayatan dan ketenangan dalam diri pasien,
sehingga pasien merasa lebih tenang untuk mulai menata kembali
hidupnya, bertaubat, menyesali perbuatannya menjadi pecandu dan
mampu membentengi dirinya untuk tidak kembali menjadi pecandu.26
2. Kesehatan
Sudah tidak diragukan lagi bahwa kesehatan pengguna Napza tidak
optimal artinya cukup rentan dengan berbagai penyakit akibat pengaruh
obat-obatan tersebut, maka proses rehabilitasi melalui terapi ilahiah ini
sangat diyakini mampu mengobati berbagai penyakit medis maupun non
23Hasil pengamatan pada tanggal 25 Agustus pukul 14:00 WIB. 24 Wawancara pribadi dengan Rendy pada tanggal 21 Agustus pukul 20:00 WIB. 25 Wawancara pribadi dengan Gilang (pasien Napza), tanggal 21 Juli pukul 11:00 WIB. 26 Wawancara pribadi dengan pak H.Rhomdin (pemimpin pondok pesantren) tanggal 12 juli 2011 pukul 13:00 WIB
Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) http://www.simpopdf.com
58
medis. Disini penulis dapat melihat konteks kesehatan bagi korban Napza
dengan dua opsi, yaitu kesehatan fisik dan kesehatan psikologi.
a. Kesehatan fisik
Terapi ilahiah terbukti dapat menyembuhkan pasien dari
penyakit fisik yang cukup parah, bahkan pada pasien sakau sekalipun.
Pasien yang dianggap sembuh dari Napza berarti fisiknya sudah bersih
dari efek Napza. Diantaranya yaitu:
1) Mata tidak berwarna merah dan tidak berair.
2) Hidung tidak meler.
3) Nafsu makan meningkat
4) Dapat tidur dengan nyenyak
5) Kondisi badan lebih fit, dan
6) Tubuh terlihat segar bugar kembali.27
Pada aspek kesehatan fisik ini, terapi telunjuk petirlah yang sangat
bekerja efektif dalam memulihkan kondisi fisik pasien, mulai dari masa
detoksifikasi (menetralisir racun Napza), maupun masa penyembuhan
pasien ketika menjalani perawatan di pondok pesantren. Kondisi fisik
Andy dan Gilang sebelum melakukan terapi ilahiah sangat jauh dari
keadaannya yang sekarang. Mereka bercerita sendiri ketika dari mulai
pertama kalinya melakukan terapi mereka merasakan langsung khasiat
dari pada terapi ilahiah ini, efek Napza yang mereka rasakan menjadi
lebih berkurang, mereka sudah tidak lagi merasa gelisah seperti tidak
2 7 ibid
Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) http://www.simpopdf.com
59
nafsu makan, tidak nyenyak tidur, bahkan mereka merasa lebih sehat
dan bugar.28
Hal tersebut sesuai dengan pengamatan penulis selama melakukan
wawancara dengan kedua pasien tersebut, bahwa ciri-ciri efek Napza
tidak nampak pada Rendy dan Gilang, keduanya tampak terlihat sehat
dan bugar, bahkan Gilang mengaku ia sangat beruntung diantara teman-
temannya terdahulu, karena ia bisa sampai di Pondok Pesantren ini
untuk direhabilitasi dan diobati sampai bisa sembuh seperti saat ini.29
Keefektifan terapi ilahiah untuk mengobati berbagai penyakit fisik
ini dikarenakan adanya kekuatan dzikir dan do’a yang dilantunkan oleh
sang terapis, maka dzikir dan do’a tersebut menjadi sugesti ke dalam
tubuh pasien dengan harapan dan penuh penghayatan sehingga pasien
lebih cepat sembuh.30
Jika digambarkan dalam ilmu medis, dzikir dan do’a atau
bergantung kepada Allah mempunyai kekuatan yang luar biasa. Di
dalamnya terdapat kekuatan psikoreligius, yang dalam keilmuan
termasuk dalam cabang psikoneuro-ondokrim-immunologi, yang
artinya kondisi psikis akan mempengaruhi saraf dan selanjutnya
28 Wawancara pribadi dengan pak H.Rhomdin (pemimpin pondok pesantren) tanggal 12 juli
2011 pukul 15:00 WIB 29Hasil pengamatan pada tanggal 25 Agustus pukul 16:00 WIB. 30 Wawancara pribadi dengan pak H.Rhomdin (pemimpin pondok pesantren) tanggal 12 juli
2011 pukul 14:00 WIB
Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) http://www.simpopdf.com
60
mempengaruhi kelenjar, dan kelenjar akan mengeluarkan cairan dalam
tubuh yang disebut dengan endokrim31
b. Kesehatan psikologi
Dari sisi psikologi terapi ilahiah mampu menyeimbangkan kembali
kondisi psikis pasien menjadi seperti sedia kala, berikut dampak psikis
yang nampak pada pasien berupa:
1) Pasien merasa lebih tenang jiwanya
2) Lebih dewasa dalam menyikapi dan menjalani hidup
3) Tidak merasa tertekan dan mengikuti segala peraturan yang ada
4) Menghargai dan mensyukuri fungsi jasmani
5) Menyesali perbuatannya yang dahulu sebagai pecandu dan berjanji
tidak akan mengulanginya.32
Dari segi psikologis, penulis dapat membandingkan keduanya dari
segi perilaku dan sikap mereka masing-masing, hal ini dapat penulis
amati ketika melakukan wawancara pada keduanya, jika Gilang terlihat
lebih dewasa, lebih matang dalam melihat masa depannya, dan sopan
dalam berbicara lain hal dengan Rendy, Rendy lebih terlihat seperti
kekanak-kanakan, masih terlihat sangat labil.33
Hal tersebut juga diungkapkan oleh kak Fadhly tentang Rendy
31 Ust. Mujaddidul Islam Mafa. “Menyibak Kedasyatan Dzikir”. (Lumbung Insani, 2009)
cet ke 1, h 121 32 Wawancara pribadi dengan Rasyid Fadhly (pengurus pondok pesantren), tanggal 15
agustus 2011. Pukul 09:00 WIB. 33 Hasil pengamatan pada tanggal 25 Agustus pukul 16:00 WIB.
Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) http://www.simpopdf.com
61
“Rendy memang baru tinggal beberapa bulan di sini, tetapi kami ingin menguji Rendy dengan memberi izin untuk pulang ke rumahnya, namun setelah seminggu lamanya ternyata Rendy tak kunjung datang ke Ponpes akhirnya kami mendatangi rumahnya untuk menjemput ia, dan Alhamdulillah neneknya mengaku bahwa sudah ada perubahan pada diri Rendy terutama dengan gaya bicaranya, tidak seperti gaya bicaranya yang dulu agak nyeleneh”.34
Maka, di sini terlihat bahwa Rendy sudah mulai mendewasakan
dirinya dengan gaya dan tutur bahasa yang lebih sopan terutama kepada
keluarganya, jadi dari segi psikologis Rendy sudah mengalami
peningkatan yang baik.
Andy pun mengakui bahwa banyak sekali pelajaran yang
berharga yang ia dapat di pondok pesantren ini untuk diamalkan ketika
di luar nanti, salah satunya yaitu ingin bisa membantu mengobati orang
lain.35
Perubuhan psikologis yang terjadi pada diri mereka merupakan
suatu pencapaian yang sangat luar biasa, hal ini karena usaha pengurus
pondok pesantren yang tidak hanya sebagai terapis tetapi juga sebagai
konsultan, pengajar dan pembimbing mereka yang secara intens
memberikan pembekalan agama yang sangat mendalam.
Kedekatan para pengurus juga sangat dirasakan oleh Gilang
Pengurusnya memang sangat mengayomi, kami selalu diajarkan do’a-do’a sebagai pegangan hidup jadi lama-lama kami mulai terbiasa dan tidak merasa terpaksa untuk melakukannya. Dan dari kedekatan tersebut kami seperti mempunyai keluarga baru.36
34 Wawancara pribadi dengan Rasyid Fadhly (pengurus pondok pesantren), tanggal 12
agustus 2011. Pukul 11:00 WIB. 35 Wawancara pribadi dengan Rendy pada tanggal 21 Agustus pukul 20:00 WIB. 36 Wawancara pribadi dengan Gilang pada tanggal 22 Agustus pukul 10:00 WIB.
Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) http://www.simpopdf.com
62
3. Sosial
Proses rehabilitasi dari aspek sosial diberikan dengan memberikan
bimbingan atau konsultasi kepada pasien, hal ini ditujukan agar pasien
dapat bersosialisasi kembali secara bebas, sehat, sesuai hukum dan
diterima di masyarakat. Dampak yang dapat dilihat dari perbaikan aspek
sosial ini berupa perubahan prilaku yang menonjol, di antaranya:
a. Sikap yang terlihat sopan
b. Bertanggung jawab
c. Dapat dipercaya, dan
d. Aktif dalam berinteraksi dan berkomunikasi 37
Pada aspek sosial ini, kak Fadhly bercerita bahwa, pimpinan
pondok sering menguji santri dengan menyuruh santri tersebut untuk
mengerjakan sesuatu yang belum pernah dilakukan oleh santri misalnya
dalam hal menyangkul, pak haji sambil berkata “sini coba ikut nyangkul,
pak haji aja sudah S2 masih mau nyangkul”.
Perkataan tersebut mengandung pesan yang sangat bermakna
disamping mengajarkan agar santri lebih bersikap sederhana, tetapi juga
agar mampu dipercaya dan bertanggung jawab dalam melakukan hal
apapun bahkan suatu pekerjaan yang belum pernah dilakukan oleh santri
tersebut.38
37 Wawancara pribadi dengan pak H.Rhomdin (pemimpin pondok pesantren) tanggal 12 juli
2011 pukul 13:00 WIB 38Wawancara pribadi dengan Rasyid Fadhly (pengurus pondok pesantren) tanggal 25
agustus pukul 11:00 WIB.
Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) http://www.simpopdf.com
63
Jika perubahan tersebut benar-benar terlihat maka pihak pondok
pesantren memberikan sertifikat, sebagai bukti bahwa si pasien sudah
dinyatakan sembuh atau bersih dari Napza, dan dengan adanya serifikat
tersebut sangat membantu si pasien untuk bersosialisasi kembali
dimasyarakat atau membangun kepercayaan diri sehingga mampu
memfungsikan kembali status sosialnya di masyarakat.
Pemimpin pondok pesantren juga mengatakan bahwa.”Satu hal
yang perlu diingat, perhatian orang tua atau keluarga terhadap pasien
sangat mempengaruhi kesembuhannya, karena dengan perhatian tersebut
pasien merasa diperdulikan jadi perlu adanya kerja sama yang baik antara
pihak pondok pesantren dan pihak keluarga pasien”.39
Efektifitas terapi ilahiah terhadap pasien Napza tidak hanya
mengobati pasien dari segi fisik, namun pasien mengalami Perubahan
internalisasi pada aspek spritual serta sikap, mencapai 99 % dari
sebelumnya, bahkan mereka selalu berupaya untuk berubah menjadi lebih
baik lagi, hal ini dikarenakan adanya sentuhan spritualitas yang tinggi
antara pengurus pondok pesantren terhadap para pasien melalui terapi
ilahiah.40
Pentingnya pemahaman agama di dalam praktek psikiater sebagai
pedoman untuk mampu memberikan pelayanan kerohanian terhadap
pasien, selama ini banyak pasien yang mengeluh jika berobat ke dokter,
39Wawancara pribadi dengan Rasyid Fadhly (pengurus pondok pesantren) tanggal 25
agustus pukul 11:00 WIB. 40 Hasil pengamatan langsung pada tanggal 27 Agustus 2011
Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) http://www.simpopdf.com
64
karena setelah di diagnosa pasien hanya diberikan obat tanpa dimengerti
atau dipahami kebutuhan pasien saat ini.41
Tidak hanya sampai di sini, pentingnya peran agama bagi pasien
Napza juga mampu membentengi pasien untuk tidak kembali menjadi
pecandu. Maka prinsip terapi ilahiah di sini yaitu berobat dan bertaubat.42
41 Prof. Dr. Dr. Dadang Hawari, Psikiater. Dimensi Religi dalam Praktek Psikiatri dan
Psikolog. (Jakarta:FKUI, 2002) h, 24 42 Prof. Dr, dr, H. Dadang Hawari. “Terapi (detoksifikasi) dan Rehabilitasi Napza”. (UI
PRESS, Jakarta. 1999), h. 20.
Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) http://www.simpopdf.com
65
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan ini, penulis dapat menguraikan beberapa
kesimpulan yaitu sebagai berikut.
1. Pelaksanaan Terapi Ilahiah
Terapi ilahiah adalah cara pengobatan dengan menggunakan
pendekatan agama atau bersifat religius karena mengutamakan dzikir dan
do’a, artinya dari keseluruhan terapi yang dilakukan tidak terlepas dari
dzikir dan do’a. Tahapan dari terapi ilahiah itu adalah terapi mandi,
minum air do’a, terapi telunjuk petir dan terapi dzikir syifa’.
Sebelum melakukan terapi ilahiah, pasien terlebih dahulu mengisi
beberapa formulir seperti form riwayat penyakit, riwayat Napza dan tes
psikotes, setelah itu pasien langsung menjalani detoksifikasi dan diisolasi
paling lama selama 10 hari. Terapi mandi dilakukan pada malam hari
dengan cara mencampurkan garam ke dalam Satu kulah dan air tersebut
telah melalui proses do’a oleh sang pemimpin pondok, terapi minum air
do’a dilakukan ketika sebelum melaksanakan terapi telunjuk petir, terapi
telunjuk petir dilakukan seminggu tiga kali, dan terapi dzikir syifa’
dilakukan setiap setelah sholat lima waktu.
Mengulas sedikit tentang dzikir dan do’a, dzikir adalah suatu tarekat
agar manusia selalu mengingat Allah sedangkan do’a adalah suatu tata
Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) http://www.simpopdf.com
66
cara atau jalan manusia untuk memohon dan berharap, maka dzikir dan
do’a mempunyai sisi kesamaan yang tidak dapat dipisahkan, dengan
mengucap dzikir dan berdo’a setiap saat maka akan mempermudah proses
penyembuhan, karena adanya pengharapan yang sangat mendalam
sehingga secara langsung menjadikan pasien tersugesti untuk sembuh. Dan
oleh sebab itu juga terapi ilahiah sangat diyakini mampu mengobati
penyakit medis dan non medis.
2. Hasil yang dicapai
Pondok Pesantren Hikmah Syahadah mempunyai tanggung jawab
yang sangat besar dalam melayani pasien Napza, karena tidak hanya bisa
mengobati pecandu sehingga menjadi sembuh total dari racun-racun obat-
obatan terlarang, namun pihak ponpes juga harus mampu memberikan
bekal agama untuk mampu membentengi para pecandu agar tidak
terjerembab kembali ke dalam pergaulan yang salah sehingga
menyebabkan sang pasien terpengaruh untuk kembali menjadi pecandu.
Maka di sini lah pentingnya peran agama, hal tersebut juga dikemukakan
oleh clinebell, H. (1981), Hawari, D. (1997) dan Siera, V. (2000) yang
menyatakan bahwa peran agama sangat penting dalam melakukan terapi
NAPZA, oleh karenanya perlu diperhatikan pentingnya komitmen agama
bagi pasien, pengaruh peran agama dalam membentuk kepribadiannya,
dan memahami pengaruh terapi psikoreligius dalam menekan angka
kekambuhan.1
1 Prof. Dr. Dr.H. Dadang Hawari, Psikiater. Dimensi Religi Dalam Praktek Pskiatri dan
Psikologi. (Jakarta: Gaya Baru. 2005) cet ke 1, h. 39.
Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) http://www.simpopdf.com
67
B. Saran-saran
Sedikitnya penulis akan menulis saran-saran yang bisa menjadi masukan
bagi Pondok Pesantren Hikmah Syahadah yaitu sebagai berikut:
1. Membangun kerja sama yang lebih baik dengan orang tua atau keluarga
pasien, agar pihak keluarga pasien lebih intens dalam mengontrol
perkembangan pasien, sehingga pasien merasa diperdulikan oleh
keluarganya sendiri, karena hal tersebut sangat mempengaruhi psikologis
dan mempercepat kesembuhannya.
2. Terapi ilahiah sangat berguna menyembuhkan pasien Napza dari berbagai
efek obat tersebut, namun disamping pembekalan agama perlu adanya
program pendampingan khusus dari praktisi pekerja sosial agar lebih
meyakinkan jika pasien benar-benar dinyatakan sembuh dan tidak akan
kembali menjadi pecandu.
Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) http://www.simpopdf.com
Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) http://www.simpopdf.com
Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) http://www.simpopdf.com
PEDOMAN OBSERVASI
NO TOPIK TERAPI METODE ILAHIAH OBSERVASI 1 Metode Terapi Ilahiah
Proses pelaksanaannya
- Tahap detoksifikasi - Tahap terapi minum air do’a - Tahap terapi telunjuk petir - Tahap terapi mandi malam - Tahap terapi dzikir syifa’
2 Hasil yang dicapai - Perubahan pasien pada kondisi
spritualnya - Pasien dinyatakan sembuh atau
sehat dari sisi fisik dan psikologisnya
- Pasien dinyatakan mampu memfungsikan sosialisasinya atau dapat dipercaya dan tanggung jawab atas segala perintah yang amanatkan oleh pengurus ponpes.
Sikap pengurus yang selalu mengayomi, membimbing dan menasehati pasien.
Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) http://www.simpopdf.com
1. Nama : Andy (nama samaran)
Riwayat NAPZA : alkohol, polium dan ganja
Tanggal Lahir :Tangerang, 20 januari 1995
Tahun Masuk Panti : 23 maret 2011
Umur : 16 tahun
Fisik Badan : sedang, kurus, warna kulit sawo matang
Psikis : tertutup, arogan, dan agak sedikit nyeleneh
Pekerjaan Ibu : -
Riwayat hidup pasien :
Andy adalah anak tunggal dari pasangan suami isteri yang bernama
supardi dengan seorang wanita bernama Rusda, ketidak harmonisan hubungan
keluarganya yang menyebabkan orangtua Andy bercerai dan memlilih untuk
tinggal di jakarta, akhirnya sejak balita Andy sudah dititipkan kepada sang
nenek, maka secara emosional Andy lebih dekat dengan sang nenek bahkan
hingga saat ini yang menjadi motivasinya untuk bisa sembuh adalah neneknya.
Penulis agak kerepotan ketika mewancarai tentang orang tua Andy, karena Andy
sangat acuh dan tidak memperdulikan keadaan orangtuanya, tempat tinggal serta
pekerjaan mereka pun Andy tidak mengetahuinya, dan saat ini Andy hanya
berfikir “yang penting w di kasih tempat tinggal dan masih dikirimin duit,
syukur-syukur hidup w enggak terlantar”
Andy mengenal alkohol, ganja dan polium dari teman sepermainannya
atau teman nongkrong. Faktor pemicu utama yang menyebabkan Andy menjadi
Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) http://www.simpopdf.com
pecandu adalah depresi karena perpisahan orangtua dan lingkungan, menurut
informasi yang diperoleh penulis dari seorang pengurus ponpes yaitu kak fadhly
tentang Andy, awalnya Andy sangat pembangkang, bahkan ia selalu berusaha
kabur, namun Alhamdulillah selalu tertangkap oleh para pengurus, dan sempat
menjalani shock terapi selama tiga hari.
Pada awalnya Andy sangat shock dengan lingkungan ponpes rehabilitasi,
bagi dia ini sangat terasa asing, apalagi ketika melihat orang yang mengalami
gangguan jiwa berkeliaran di sekitar ponpes, Andy juga mengaku sangat
kesakitan ketika pertama kali diterapi telunjuk petir, namun ia sangat merasakan
khasiatnya, ia jadi merasa lebih rileks, nafsu makan dan bisa tidur nyenyak,
bahkan Andy menjadi seperti ketagihan ingin terus diterapi telunjuk petir. Usia
Andy di ponpes rehabilitasi sudah berjalan hampir empat bulan, banyak sekali
perubahan yang terjadi pada dirinya, mulai dari segi sikap dan ibadah, ia
sekarang sudah mulai merasa betah tinggal di ponpes dan sudah rajin sholat lima
waktu bahkan sudah mulai mencoba berpuasa sunnah, saat ini tugas pengurus
ponpes terhadap Andy adalah memberikan bekal berupa pelajaran agama yang
mampu menjadi pondasi yang kuat bagi Andy untuk tidak kembali
mngkonsumsi NAPZA.
Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) http://www.simpopdf.com
2. Nama : Gilang (nama samaran)
Riwayat NAPZA : Alkohol, Meriana dan ganja
Tanggal Lahir :Tangerang, 16 maret, 1987
Tahun Masuk Panti : 20 November 2010
Umur : 23 tahun
Fisik Badan : Sedang, kurus, warna kulit hitam manis
Psikis : santai, sopan, dewasa dan lebih terbuka
Pekerjaan Ibu : staf departemen luar negeri
Riwayat hidup pasien :
Gilang adalah anak pertama dari tiga bersaudara, ayahnya sudah
meninggal ketika ia duduk di kelas tiga SD, Gilang dan keluarga tinggal di jl.
Otista 3, Kp Melayu. Jakarta Timur. Sejak ayahnya telah meninggal, Gilang
merasa kurang diperhatikan karena sang ibu sibuk bekerja dan mengurus kedua
adiknya, mulai saat itu juga rasa keingintahuan gilang dengan hal baru
membuncah sehingga terbawa pergaulan yang salah.
Gilang sudah mengenal dengan minum-minuman alkohol dan rokok
semenjak ia duduk dikelas tiga SD, lalu di akhir tahun kelas 6 SD ia
mengkonsumsi ganja dan meriana. Sebenarnya awal mula sang mamah
mengetahui ia mengkonsumsi NAPZA itu dari para tetangga, hingga akhirnya ia
dipaksa untuk direhabilitasi di sini.
Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) http://www.simpopdf.com
Pertama kali di rehabilitasi di sini sangat berat namun sekarang ia sadar
bahwa hidup terus berjalan, dan kini saatnya ia harus bangkit untuk berubah demi
meraih masa depan. Kondisi ibadah Gilang sebelum masuk ke Ponpes sangat jauh
berbeda dengan keadaannya yang sekarang, dulu Gilang nyaris selalu
meninggalkan sholat lima waktu tetapi Alhamdulillah berkat bimbingan dan
nasehat-nasehat para pengurus yang membuat Gilang berubah dan menyesali
perbuatannya yang dahulu.
Bagi Gilang terapi yang paling berat adalah terapi dzikir, “karena sangat
berat melawan kantuk dan rasa malas, padahal kalau kita bisa khusyuk dan bisa
meresapi, dengan sendirinya kita akan merasakan flash back hingga meneteskan
air mata”, begitulah pengakuan Gilang.
Gilang juga menceritaan pengalamannya ketika pertama kalinya menjalani
terapi telunjuk petir, Gilang mengaku sangat kaget dan kesakitan, seperti ada yang
nyetrum dari dalam tubuh, tetapi setelahnya ia merasakan tenang, badan jadi
terasa enteng.
Gilang saat ini semakin dewasa dalam menyikapi hidup, ia ingin melakukan
yang terbaik untuk orang-orang sekitarnya, dan menyesali perbuatannya yang
terdahulu sebagai pecandu, karena tidak hanya merasakan efeknya bagi tubuh
tetapi juga hilangnya sebuah kepercayaan di diri sendiri.
Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) http://www.simpopdf.com
Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) http://www.simpopdf.com
Pedoman Wawancara
A. Biodata Pengurus Ponpes Hikmah Syahadah
1. Nama Informan :Rasyid Fadhli
2. Jenis Kelamin Informan :Laki-laki
3. Umur Informan :24 Tahun
4. Alamat Informan :Kp. Kadongdong Rt 002/003
5. Bidang yang ditangani Informan :Ketua Pelaksana Harian.
6. Tanggal wawancara : 20 Juli 2011
7. Tempat Wawancara : Ponpes Hikmah Syahadah
8. Waktu Wawancara : 09:00 WIB
B. Wawancara
1. Bisa di ceritakan mengapa awal mulanya pondok pesantren ini menjadi
ponpes rehabilitasi?
Jawab: jadi waktu itu tahun 1998, pondok ini hanya sebagai balai
pelatihan ilmu bela diri dan al-hikmah, biasanya kita belajar setiap hari
sabtu- minggu, murid-muridnya pun berasal dari luar desa, lama-
kelamaan si salah satu murid mengusulkan untuk membangun kobong
sebagai tempat peristirahatan sekaligus untuk menginap. Seiring
berjalannya waktu ada salah satu masyarakat yang menitipkan anaknya
yang mengalami gangguan jiwa untuk bisa tinggal d pondok dan di
sembuhkan, awalnya kami sangat menolak karena memang pondok ini di
bangun hanya untuk belajar ilmu bela diri dan alhikmah, tapi pihak
keluarga sangat memohon dan mendesak akhirnya kami memberikan
Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) http://www.simpopdf.com
beberapa persyaratan diantaranya, anggota keluarga harus ada yang
menginap setiap hari untuk menjaga karena khawatir akan mengamuk
dan sebagainya, dan ternyata dengan izin Allah serta modal keyakinan
akhirnya si orang gangguan jiwa tadi bisa sembuh dalam jangka waktu
satu bulan,, dan dari situ mulailah masyarakat berdatangan menitipakan
keluarganya yang sakit jiwa dan pecandu narkoba, dan lama-lama murid
bela diri mulai menipis dan akhirnya memutuskan untuk menghentikan
pelatihannya karena mereka beranggapan bahwa pesantren ini udah jadi
pesantren narkoba dan gangguan jiwa.
2. Bagaimana prosedur pendaftaran di pesantren ini? Bagaimana proses
detoksifikasi bagi pasien yang baru masuk?
Jawab: biasanya saya langsung yang menanganinya, jadi sebelumnya si
pasien baru mengisi beberapa formulir, pertama riwayat penyakit,
riwayat napza, tes psikologis yang berkaitan dengan azab Allah dan
sebagainya. Lalu perjanjian dengan pihak keluarga jadi ketika si santri
melakukan keonaran maka pihak keluarga sudah mengisi perjanjian
tersebut.
Jawab: setelah selesai mengisi maka si santri melakukan syok terapi
dengan di rantai di bagian kaki beberapa hari, tergantung pada sikap si
santri, apabila ia selalu melawan dan urakan maka syok terapinya masih
berlanjut sampai ia benar-benar sadar, tenang dan nurut.
3. Apakah ada keringanan biaya bagi pasien yang tidak mampu?
Jawab: ada asalkan emang bener-bener dia orang engga mampu, tapi kita
tidak ada persyaratan harus mengajukan surat apapun.
4. Ada berapa macam terapi di ponpes ini?, jelaskan khasiat dari masing-
masing terapi tersebut? Dan bagaimana tahap pelaksanaannya?
Jawab: terapi minum air do’a, terapi ini dianjurkan ketika ingin
melaksanakan terapi telunjuk petir, memang kalo liat khasiatnya bisa
dibuktikan dengan penelitian tentang air do’a ini yaitu “The Power Of
Water “
Terapi telunjuk petir itu buat menetralisir si pasien supaya lebih tenang,
dan badannya kembali bugar.
Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) http://www.simpopdf.com
Terapi mandi: sama juga untuk menetralisir obat-obatan yang di
konsumsi, dilakukan pada malam hari supaya pasien benar-benar merasa
menggigil, dengan cara berendam satu kulah bisa untuk 1-3 orang
Terapi zikir: lebih yang bersifat untuk ketenangan jiwa dan membangung
pikiran yang positif, dilakukan setiap sehabis sholat lima waktu, di sini
juga setiap malam jum’at ada zikir bersama jama’ah setempat, atau
dengan masyarakat sekitar.
5. Di antara beberapa dari terapi ilahiyah, terapi apa yang paling diterapkan
dan yang paling berpengaruh bagi kesembuhan si pasien di ponpes ini?
Jawab: terapi telunjuk petir itu yang utama mungkin yang kedua itu zikir
syifa’ yah,,
6. Di antara beberapa terapi ilahiyah ada satu terapi yang paling unik
menurut saya, yaitu terapi telunjuk petir, mengapa terapi tersebut
dinamakan terapi telunjuk petir?
Jawab: dulu sih kita nyebutnya Cuma terapi gurat aja, dijulukin terapi
telunjuk petir itu dari santri, kalo kata dia sih kayak ada yang nyetrum-
nyetrum gitu dari dalam, karena memang terapi telunjuk petir ini seperti
ada energi positif yang masuk melalui air yang dibasuhkan dan jari yang
di guratkan dan air tersebut sudah di do’akan oleh penerapi selama satu
jam seperti ayat kursi, al-ikhlas, an-nas, al-fatihah dan al-falak.
7. Bagaimana metode pelaksanaan terapi telunjuk petir?
Jawab: - pertama duduk menghadap kiblat
- Berdo’a
- Si pasien meminum air do’a
- Pasien membaca syahadat
- Membasuhkan air do’a ke ubun-ubun si pasien
- Lalu mulai mengguratkan jari ke bagian kepala, leher, dada,
punggung, tangan, paha, dan kaki. Setiap guratan itu harus
ganjil misal 7-11.
8. Seberapa pentingkah terapi telunjuk petir dibandingkan dengan terapi
ilahiyah yang lainnya?
Jawab: sangat penting yah, karena selain mengobati bagi pasien para
pecandu dan gangguan jiwa, terapi telunjuk petir ini juga bisa
menyembuhkan penyakit medis dan medis, dulu pernah ada yang
Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) http://www.simpopdf.com
kesurupan datang ke sni dan di terapi telunjuk petir, setelah sadar orang
yang kesurupan itu bilang “tadi kayak ada yang keluar dari badan saya
dengan badan luka goresan”, terus ada juga yang sakit turun bero itu bisa
sembuh di terapi selama satu bulan.
9. Apakah ada cara khusus yang menyebabkan terapi telunjuk petir ini
berbeda dengan terapi lainnya?
Jawab: iya pastinya ada, khususnya bagi si penerapi, sebelumnya si
penerapi harus puasa beberapa hari dan melakukan amalan-amalan serta
melewati beberapa pantangan diantaranya dilarang melakukan zina,
mencuri dan mengkonsumsi napza, kalo seandainya melanggar maka
akan sengsara seumur hidup, jadi buat ngedapetin ilmu ini enggak boleh
main-main mesti di pertimbangin dan kuat ngehindarin pantangannya.
10. Hambatan apa saja yang terjadi ketika pelaksanaan terapi telunjuk petir?
Jawab: engga ada sihh, palingan kalo si pasien ngamuk kita butuh orang
yang bantu buat ngerejang dia
11. Apakah ada batasan serta persyaratan bagi si pasien ketika hendak
melakukan terapi telunjuk petir?
Jawab: engga ada,,
12. Apakah ada sanksi khusus bagi pasien yang tidak disiplin?
Jawab: yahh tadi itu di shock terapi sampe dia bener-bener sadar
13. Perubahan seperti apa yang benar-benar meyakinkan bahwa si pasien
sudah dinyatakan sembuh dan bisa dipulangkan?
Jawab: biasanya dari sikap seperti sami’na wa ‘atho’na aja, artinya apa
yang didengar itu dilaksanain. Lalu dari segi ibadah ada peningkatan
seperti udah mau berpuasa dan sholat.
14. Demi meyakinkan bahwa si pasien tidak kembali mengkonsumsi
narkoba, apakah ada langkah terapi lagi bagi pasien yang sudah
dipulangkan?
Jawab: ada pendampingan secara kekeluargaan, artinya kita memberikan
sertifikat kalo si pasien sudah dinyatakan sembuh, lalu keluarga
menyerahkan kepada RT setempat, artinya membangun kepercayaan
kembali, dan memantau via telpon tentang perkembangan si mantan
pecandu.
Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) http://www.simpopdf.com
Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) http://www.simpopdf.com
Pedoman Wawancara
A. Biodata Pengurus Ponpes Hikmah Syahadah
1. Nama Informan :H. Rhomdin
2. Jenis Kelamin Informan :Laki-laki
3. Umur Informan :43 Tahun
4. Alamat Informan :Kp.Kadongdong Rt002/003
5. Bidang yang ditangani Informan : Pemimpin Ponpes
6. Tanggal wawancara : 12 Juli 2011
7. Tempat Wawancara : Ponpes Hikmah Syahadah
8. Waktu Wawancara : 09:00 WIB
B. Wawancara
1. Bisa di ceritakan mengapa awal mulanya pondok pesantren
ini menjadi ponpes rehabilitasi?
Jawab: jadi pesantren ini dulu hanya pesantren salafi sama
pengajian biasa aja, nah,, tiba-tiba ada suatu keluarga yang
ingin menitipkan anaknya yang mengalami gangguan jiwa
Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) http://www.simpopdf.com
untuk disembuhkan di sini, awalnya juga saya sangat
bingung, lantas bagaimana bisa sedangkan ini hanya pondok
pesantren biasa, namun keluarga tersebut memaksa dan
mendesak saya untuk menyanggupinya. Dengan perasaan
ragu-ragu akhirnya saya menyanggupinya, dengan syarat
bahwa setiap hari harus ada anggota keluarga yang
menjenguk karena khawatir jika sewaktu-waktu anak
gangguan jiwa tersebut mengamuk, namun Alhamdulillah
berkat keridhaan Allah akhirnya anak tersebut sembuh dan
bisa bermasyarakat kembali, nah,, dari sinilah wasilahnya,
akhirnya kabar ini terus menyebar sehingga pasien mulai
berdatangan, tidak hanya pasien NAPZA dan gangguan jiwa
saja yang berdatangan namun pasien yang mempunyai
penyakit medis pun ikut berdatangan untuk berobat.
2. Bagaimana prosedur pendaftaran di pesantren ini?
Bagaimana proses detoksifikasi bagi pasien yang baru
masuk?
Jawab: pertama calon santri mengisi formulir terlebih
dahulu, yaitu formulir tentang riwayat penyakit dan riwayat
NAPZA, lalu pihak ponpes juga mengadakan perjanjian
tertulis terhadap pihak keluarganya, hal ini dilakukan jika si
pasien mempunyai riwayat kriminal dan pihak keluarga
Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) http://www.simpopdf.com
bersedia utuk bertanggung jawab jika terjadi sesuatu hal yang
tidak diinginkan.
Jawab: detoksifikasi berlangsung selama sepuluh hari dan itu
tergantung tingkat kesembuhan si pasien, dan detoksifikasi
ini merupakan pertolongan pertama bagi pasien untuk
menghilangkan pengaruh obat yang menyebabkan hidung
meler, mata berair, muntah-muntah, tidak nafsu makan dan
susah tidur. Detoksifikasi di sini tidak menggunakan obta
apapun, pihak ponpes hanya menggunakan herbal seperti air
kelapa atau susu yang mampu menetralisir racun.
3. Apakah ada keringanan biaya bagi pasien yang tidak mampu?
Jawab: ya memang kita memberikan keringanan terhadap
pasien tidak mampu, bahkan ada pasien lama gangguan
kejiwaan pihak keluarganya sudah lepas tangan tetapi kami
tetap merawatnya.
4. Ada berapa macam terapi di ponpes ini?, jelaskan khasiat dari
masing-masing terapi tersebut? Dan bagaimana tahap
pelaksanaannya?
Jawab: terapi minum air do’a, terapi ini dianjurkan ketika
ingin melaksanakan terapi telunjuk petir, yang bertujuan
untuk mempermudah dalam mengobati pasien, ibarat kata
minum obat sambil disuntik, dan ini merupakan air khusus
Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) http://www.simpopdf.com
yang telah melalui proses pembacaan do’a oleh pemimpin
ponpes.
Terapi telunjuk petir adalah terapi untuk mengobati berbagai
macam penyakit, khususnya bagi pasien NAPZA yang
berhkasiat untuk memperlancar peredaran darah dan
menenangkan syaraf sehingga meminimalisir terjadinya
halusinasi akibat efek dari obat terlarang. Metodenya yaitu
dengan cara menggunakan telunjuk yang diguratkan ke tubuh
pasien
Terapi mandi: terapi ini mengobati pasien untuk menetralisir
pengaruh racun obat terlarang di dalam tubuh, dengan
menggunakan air garam dan air tersebut juga sudah
dibacakan do’a oleh pemimpin Ponpes. Pelaksanannya pada
malam hari menunggu sampai air tersebut benar-benar dingin
dan membuat para pasien merasa menggigil.
Terapi zikir: terapi ini dilakukan setelah melaksanakan sholat
lima waktu yang bertujuan agar pasien merasa lebih tenang
dan tidak selalu gelisah maka inilah yang disebut terapi
mental, di dalam ayat al-qur’an jugaada yang menyatakan
tentang berdzikirlah sebanyak-banyaknya supaya kamu
Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) http://www.simpopdf.com
tenang. Perbedaan dzikir dengan dengan do’a yaitu do’a
merupakan suatu permohonan yang sedangkan dzikir adalah
mengucap asma Allah dzikir syifa’ di dalamnya mengandung
ayat syifa’ seperti surat al-Ikhlas, al-Falaq, an-Nas, al-
Fatihah, al-Baqarah ayat 1-7, ayat kursi dan at-Taubah.
5. Di antara beberapa dari terapi ilahiyah, terapi apa yang paling
diterapkan dan yang paling berpengaruh bagi kesembuhan si
pasien di ponpes ini?
Jawab: terapi telunjuk petir, karena disamping mengobati
gangguan kejiwaan serta korban NAPZA terapi ini juga
mampu mengobati berbagai penyakit medis lainnya, bahkan
penyakit non medis sekalipun, seperti kesurupan dan lain
sebagainya.
6. Di antara beberapa terapi ilahiyah ada satu terapi yang paling
unik menurut saya, yaitu terapi telunjuk petir, mengapa terapi
tersebut dinamakan terapi telunjuk petir?
Jawab: jadi dulu itu ada pasien yang bernama fajar, ketika
pertama kali ia diterapi, ia langsung pingsan, setelah siuman
ia bercerita bahwa terapi ini sangat sakit bahkan seperti ada
cahaya kilat yang meyerupai petir, maka dari situlah tercetus
nama terapi gurat telunjuk petir.
7. Bagaimana metode pelaksanaan terapi telunjuk petir?
Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) http://www.simpopdf.com
Jawab: - pada terapi ini dianjurkan posisi duduk pasien
menghadap kiblat
- Berdo’a
- Si pasien meminum air do’a khusus dari
pemimpin ponpes
- Pasien membaca syahadat
- Membasuhkan air do’a ke ubun-ubun si pasien
- Lalu penerapi mengguratkan jari ke bagian
kepala, leher, dada, punggung, tangan, paha, dan
kaki. Setiap guratan itu harus ganjil misal 7-11.
8. Seberapa pentingkah terapi telunjuk petir dibandingkan
dengan terapi ilahiyah yang lainnya?
Jawab: sangat penting sekali bagi pasien gangguan kejiwaan
mampu menenangkan emosional dan jiwanya sedangkan bagi
pasien NAPZA mampu memperlancar peredaran darah
sehingga badan jadi terasa enteng, nafsu makan bertambah
dan tidur nyenyak.
9. Apakah ada cara khusus yang menyebabkan terapi telunjuk
petir ini berbeda dengan terapi lainnya?
Jawab: iya, karena terapi ini merupakan terapi satu-satunya
yang dikembangkan di ponpes ini, sebagai suatu cara
pengobatan berbagai penyakit. Pak haji sendiri mendapatkan
ilmu ini dari alm Ende Wirta.
Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) http://www.simpopdf.com
10. Hambatan apa saja yang terjadi ketika pelaksanaan terapi
telunjuk petir?
Jawab: tidak ada.
11. Apakah ada batasan serta persyaratan bagi si pasien ketika
hendak melakukan terapi telunjuk petir?
Jawab: tidak ada
12. Apakah ada sanksi khusus bagi pasien yang tidak disiplin?
Jawab: biasanya kita melakukan shoke terapi dengan cara
mengikatkan rantai di kaki dan tangan, dan mereka sangat takut
dengan sanksi ini.
13. Perubahan seperti apa yang benar-benar meyakinkan bahwa si
pasien sudah dinyatakan sembuh dan bisa dipulangkan?
Jawab: perubahannya pada sikap dan tanggung jawab atas
segala apapun tugas yang diberikan.
14. Demi meyakinkan bahwa si pasien tidak kembali
mengkonsumsi narkoba, apakah ada langkah terapi lagi bagi
pasien yang sudah dipulangkan?
Jawab: ya ada, yaitu terapi after care, adalah tindak lanjut dari
pembinaan dan penyembuhan, pasien yang sudah
diperbolehkan pulang juga mendapatkan sertifikat hal, sebagai
tanda bukti bahwa ia benar-benar telah bersih dari obat
terlarang.
Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) http://www.simpopdf.com
Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) http://www.simpopdf.com
TRANSKIP WAWANCARA
A. Biodata Pasien/Santri Ponpes Hikmah Syahadah
1. Nama Informan : RENDY
2. Jenis Kelamin Informan : laki-laki
3. Umur Informan : 16 tahun
4. Alamat Informan : perum margasari. Tigaraksa.
5. Tanggal wawancara : 24 juli 2011
6. Tempat Wawancara : Ponpes
7. Waktu Wawancara :20:30 wib
B. Riwayat Keluarga
1. Anak keberapakah anda dalam keluarga?
Jawab: satu dari satu bersaudara
2. Bagaimana status anda dalam perkawinan?
Jawab: melajang
3. Apa pekerjaan bapak anda?
Jawab: kurang tau, dia mah tinggal di jakarta, saya dari kecil tinggal sama
nenek sama om.
4. Apa pekerjaan ibu anda?
Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) http://www.simpopdf.com
Jawab: engga tau juga, ngapain juga saya tau pekerjaan mereka, yang penting
di sini saya sering dapet kiriman
C. Wawancara
1. Riwayat Napza
a. Bisa diceritakan bagaimana awal mulanya kamu mengkonsumsi
narkoba?
Jawab: pertama kali diajak sama temen maen, awalnya si minum,
lama-lama ganja terus ngobat.
b. Jenis narkoba apa yang kamu konsumsi dan dari mana kamu bisa
mendapatkannya?
Jawab: Alkohol, ganja sama polium
Dari temen, gampang sih ngedapetinnya, kadang kalo lagi diem aja
banyak banget yang nawarin
c. Sebenarnya faktor apa yang menjadi pemicu utama anda untuk
tertarik mengkonsumsi narkoba?
Jawab: sebenernya ada masalah keluarga juga sii,, masalah orang
tua.
d. Saat itu seberapa parahkah kondisi kamu sehingga mengharuskan
direhabilitasi?
Jawab: kalo sampai gangguan jiwa sih enggak, paling Cuma yah
itu aja kebetulan lagi ke gap nyembunyiin polium di lemari.
e. Bagaimana reaksi keluarga ketika tahu bahwa kamu pecandu?
Jawab: marah banged, waktu itu saya ketauannya sama kaka,
ketauan nyimpen di lemari, tapi enggak di apa-apain Cuma dikasih
waktu sebulan aja, tapi karena ketauan lagi saya make, langsung
dari situ enggak ada ampun lagi, kaka langsung seret saya ke
ponpes ini.
f. Siapa yang merujuk kamu untuk direhabilitasi ke tempat ini?
Jawab: kakak, karena saya ketauan make lagi, itu juga saya lagi
enak-enak makan langsung diseret di bawa ke sini.
Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) http://www.simpopdf.com
2. Keefektifan terapi ilahiyah
a. Bagaimana kesan pertama kamu direhabilitasi?
Jawab: pertamanya takut banged liat orang gila malah ada yang
teriak-teriak sendiri lah..
b. Apakah sebelumnya kamu sudah pernah direhabilitasi ditempat
lain?, jika ya, apa perbedaan yang kamu rasakan?
Jawab: belum pernah
c. Dari serangkaian langkah-langkah terapi, terapi apa yang meunurut
kamu paling berat?
Jawab: alhamdulillah lah ga ada,,
d. Apa yang kamu rasakan setelah menjalani terapi telunjuk petir?
Jawab:pertamanya mah sakit, tapi abisnya itu jadi lebih enteng,
malah saya nanya gini ke si aki, ‘ki, ko badan jadi lebih enteng’.
Jadi pengen di terapi lagi saya.
e. Perubahan-perubahan positif apa saja yang kamu rasakan setelah
menjalani rehabilitasi disini? Jawab:dari segi ibadah, Alhamdulillah saya udah ulai membiasakan diri
sholat lima waktu kalo dari sikap, saya ingin menjadi lebih dewasa lagi.
f. Bagaimana kedekatan anda dengan pengurus? Jawab:Alhamdulillah ngayomin banget, jadi udah ngerasa kayak saudara
sendiri.
g. Bagaimana kondisi ibadah kamu sekarang? Jawab:wah,, dulu parah banged lah, dulu lebih sering nongkrong sama
temen motor, jadi suka lupa sama yang namanya sholat, kalo di sini
diawasi terus sama pengurus lama-lama jadi terbiasa dan udah niat
pengen lebih rajin lagi.
h. Apakah anda sekarang merasa lebih rajin untuk melakukan ibadah?
Jawab:masih ada yang bolong sii terutama kalo lagi kecapean,
hehe,, tapi saya akan terus berusaha buat lebih baik lagi lah,,
i. Apa yang anda rasakan ketika anda melakukan zikir?
Jawab: godaannya lebih berat kadang ngantuk lah,,
j. Apakah agama bagi anda merupakan suatu pilar untuk tidak
kembali mengkonsumsi Napza?
Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) http://www.simpopdf.com
Jawab:iyalah pasti, sekarang yang menjadi ketakutan bagi saya
untuk make lagi karena saya takut sama Allah, jadi udah takutlah
sama dosa..
k. Apa motivasi anda untuk bertaubat?
Jawab: saya merasa kasian sama nenek, karena dari kecil saya
sudah tinggal dan dirawat nenek,,
l. Apa yang mampu meyakinkan kamu untuk tidak kembali
mengkonsumsi narkoba?dan usaha apa saja yang kamu lakukan?
Jawab: kapok banged enggak mau lagi make, pengen ngelanjutin
sekolah lagi dan berusaha untuk gak gabung sama temen
nongkrong dulu.
m. Pelajaran apa saja yang anda dapatkan dari ponpes ini yang bisa
anda aplikasikan ketika anda sudah dipulangkan nanti?
Jawab: kalo dari segi pelajaran saya mendapatkan ilmu hikmah
supaya bisa mengobati orang lain.
Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) http://www.simpopdf.com
TRANSKIP WAWANCARA KLIEN
Pedoman Wawancara
A. Biodata Pasien/Santri Ponpes Hikmah Syahadah
1. Nama Informan : Gilang (Nama samaran)
2. Jenis Kelamin Informan : laki-laki
3. Umur Informan : 23 tahun
4. Alamat Informan : kp Melayu otista 3, Jakarta Timur
5. Tanggal wawancara : selasa, 21 Juli 2011
6. Tempat Wawancara : Ponpes
7. Waktu Wawancara : 22:15
B. Riwayat Keluarga
1. Anak keberapakah anda dalam keluarga?
Jawab: saya anak pertama dari 3 bersaudara.
2. Bagaimana status anda dalam perkawinan?
Jawab: masih melajang
3. Apa pekerjaan bapak anda?
Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) http://www.simpopdf.com
Jawab: kalo bapak sih udah meninggal dari saya kelas dua SD
4. Apa pekerjaan ibu anda?
Jawab: mamah di Departemen Dalam Negeri di Kalibata
C. Wawancara
1. Riwayat Napza
a. Bisa diceritakan bagaimana awal mulanya kamu mengkonsumsi
napza?
Jawab: saya udah mulai minum dan ngerokok dari kelas tiga SD,
awal mulanya, pertama saya ingin mencoba sesuatu hal yang baru,
terus dari segi pengetahuan agama juga kurang ditambah juga
lingkungan pergaulannya memang seperti itu.
b. Jenis narkoba apa yang kamu konsumsi dan dari mana kamu bisa
mendapatkannya?
Jawab: kelas tiga SD Cuma ngerokok dan alkohol, kelas enam SD
akhir tahun saya make meriana dan ganja, setelah itu fakum sampe
kelas dua- tiga SMP, tapi selama fakum saya masih minum cuma
ngerokok aja yang enggak. Saya dapetin barang itu dari temen,
emang gampang sih ngedapetinnya, jadi kita ga pernah beli, karena
ada supliernya.
c. Sebenarnya faktor apa yang menjadi pemicu utama anda untuk
tertarik mengkonsumsi narkoba?
Jawab:itu aja sihh, pertama rasa ingin tahu, trus pengetahuaan
agama yang masih kurang dan untuk mendapatkan barang itu
gampang banget, tapi kalo masalah yang lain sih enggak ada.
d. Saat itu seberapa parahkah kondisi kamu sehingga mengharuskan
direhabilitasi?
Jawab: pertama yah,, emang sebenernya ga ada yah pemakai yang
datang sendiri untuk di rehabilitasi, termasuk saya yang datang ke
sini atas dasar keterpaksaan.
Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) http://www.simpopdf.com
e. Bagaimana reaksi keluarga ketika tahu bahwa kamu pecandu?
Jawab: mamah kaget dan marah
f. Siapa yang merujuk kamu untuk direhabilitasi ke tempat ini dan
dari siapa anda mendapatkan info panti rehab ini?
Jawab: mamah, beliau tau dari papah angkat
2. Keefektifan terapi ilahiyah
a. Bagaimana kesan pertama kamu direhabilitasi?
Jawab: kalo saya menyikapinya dengan santai,,karena bagi saya
yang namanya pecandu itu cepet berbaur sama lingkungan,
pecandu itu bisa hidup dimana aja kecuali di hutan.
b. Apakah sebelumnya kamu sudah pernah direhabilitasi ditempat
lain?, jika ya, apa perbedaan yang kamu rasakan?
Jawab: belum pernah.
c. Dari serangkaian langkah-langkah terapi, terapi apa yang menurut
kamu paling berat?
Jawab: terapi yang paling berat bagi saya yaitu mendekatkan diri
kepada Allah, godaan yang paling utama itu males, orang biasanya
saya nongkrong tapi ini malah dipaksa buat zikir.
d. Apa yang kamu rasakan setelah menjalani terapi telunjuk petir?
Jawab: pertama-tamanya sih sakit banget kayak ada yang nyetrum
dari dalem, tapi setelah itu badan jadi terasa enteng, jadi nyenyak
tidurnya dan badan jadi kayak plong. Dan kesananya jadi enggak
terlalu sakit lagi kalo diterapi.
e. Perubahan-perubahan positif apa saja yang kamu rasakan setelah
menjalani rehabilitasi disini?
Jawab: dari segi ibadah, insya Allah udah ga bolong-bolong lagi
buat sholat lima waktu, dari pertama kali datang ke sini juga
Alhamdulillah pengurusnya ngayomin banged jadi kalo setelah
sholat kita suka dikasih amalan-amalan, nah dari sini saya ngerasa
mereka sangat care dan tidak pernah menyantumkan sistem junior
dan senior.
Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) http://www.simpopdf.com
Kalau dari segi perilaku, mungkin sekarang saya jadi sedikit lebih
penyabar.
f. Bagaimana kedekatan anda dengan pengurus?
Jawab: pertama saya dekat dengan ahmad junaedi karena mungkin
umur kita enggak jauh beda, trus kedua sama pak haji, saya seneng
aja suka dikasih nasehat-nasehat, tapi pak haji sibuk jadi kita jarang
ketemu.
g. Bagaimana kondisi ibadah kamu yang dulu dibanding sekarang?
Jawab: dulu parah banget yang namanya sholat lima waktu itu
jarang banget, puasa juga kalo lagi keliatan sama mamah aja.
h. Apakah menurut anda agama merupakan pilar utama sebagai
penangkal untuk tidak kembali mengkonsumsi NAPZA?
Jawab:
i. Apakah anda sekarang merasa lebih rajin untuk melakukan ibadah?
Jawab:Alhamdulillah yah, walaupun mesti ada yang bolong-bolong
tapi insya Allah lah kedepannya tidak akan seperti ini lagi.
j. Apa yang anda rasakan ketika anda melakukan zikir?
Jawab: kalo lagi konsen mah biasanya sampai nangis juga pernah
karena flash back kesalahan-kesalahan yang dulu udah dilakuin.
k. Apa motivasi anda untuk bertaubat?
Jawab: pertama pasti karena orangtua terus karena bertambahnya
usia, pengetahuan dan pola fikir yang semakin berkembang, jadi
kalo kita enggak mau berubah kapan mau majunya sementara
jaman terus berkembang, kalo engga kayak begitu bisa-bisa kita
terelindas jaman.
l. Apa yang mampu meyakinkan kamu untuk tidak kembali
mengkonsumsi narkoba?dan usaha apa saja yang kamu lakukan?
Jawab: pertama saya udah ngerasain sendiri dampaknya, salah
satunya tidak dipercaya, sama orang tua sendiri aja engga di
percaya gimana di masyarakat.
Jawab: pertama di tebelin dulu imannya dan mungkin kita hindari
teman-teman kita yang dulu, saya sempat ditelpon sama temen dan
di ajak make lagi tapi saya tetep menolak walaupun di olok-olok
justru saya merasa beruntung bisa sampai di sini.
Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) http://www.simpopdf.com
m. Pelajaran apa saja yang anda dapatkan dari ponpes ini yang bisa
anda aplikasikan ketika anda sudah dipulangkan nanti?
Jawab: bagi saya sekecil apapun yang saya dapatkan di ponpes ini
apabila saya bisa mengaplikasikannya di luar itu akan menjadi luar
biasa, ibarat kata kalo kita dapat satu pentul korek tapi kalo kita
bisa kembangin, maka akan menjadi sesuatu yang lebih, sama
halnya saya di sini mendapatkan pelajaran mengenai agama, dan
cara terapi, bukan hanya terapi pengobatan yah, tapi terapi
berbicara, bagaimana kita bisa berbicara dengan sesama pecandu
dan kata-kata kita bisa di dengar sama mereka.