situasi umum masyarakat indonesia terik seperti apapun ... · pdf filekajian wajib mahasiswa...
TRANSCRIPT
Kajian Wajib Mahasiswa Abad 21
Situasi Umum Masyarakat Indonesia
Oleh : Raja Amar
25 oktober 2011
1. Keadaan geografis
Luas daratan Indonesia adalah 1.922.570 km² dan luas perairannya
3.257.483 km²(wikipedia), merupakan negara dengan luas terbesar ke-
15 di dunia. Dari luasan ini terkandung sangat banyak potensi alam
yang akan dibahas pada poin berikutnya.
Iklim
Terletak di sekitar garis khatulistiwa yaitu 6°LU - 11°08'LS
dan dari 95°'BT - 141°45'BT, menyebabkan Indonesia hanya memiliki
2 musim yaitu musim penghujan serta kemarau yang terbagi dengan
rentang waktu yang sama (6 bulan). Tidak seperti musim dingin,
kedua musim di Indonesia merupakan musim yang tidak menganggu
produktifitas manusia dalam bekerja bahkan akan mendukung
kegiatan produksi jika dikenali dengan baik. Sebagai contoh pada saat
musim penghujan, air hujan dapat ditampung sebagai cadangan
pengairan di musim kemarau. Sehingga pada saat musim kemarau
tidak terjadi kekeringan (keterbatasan air).
Waktu kerja yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia lebih
panjang dibandingkan negeri-negeri di Eropa, dimusim penghujan
cuaca tidak terlewat dingin dan tidak menghambat produksi apapun
bahkan saat musim penghujan datang kaum tani di Indonesia
menyabut dengan suka cita karena musim tanam segera datang. Begitu
pula disaat musim kemarau walaupun disekitar garis katulistiwa atau
biasa orang bilang bahwa matahari lebih dekat kaum tani di Indonesia
juga mulai bisa memanen hasil hutan dan perkebunan. Bahkan panas
terik seperti apapun bukan suatu halangan bahkan dibeberapa tempat
karena waktu cerah cuacanya semakin giat untuk bekerja.
Pulau
Jumlah pulau di Indonesia mencapai 17.504 pulau dan sekitar
6.000 di antaranya tidak berpenghuni. (wikipedia). Pernah dikatakan
dalam republikaonline.com “pulau-pulau di Indonesia masih menjadi
raksasa ekonomi yang tertidur”. Sangat banyak potensi yang terdapat
didalamnya, di setiap pulau tersebut memiliki banyak potensi yang
berbeda-beda. Dapat dibayangkan bagaimana pengelolaan 17.504
pulau ini jika dilakukan dengan baik. Terbukti tidak sedikit investor
yang melirik pulau-pulau ini, salah satunya Investor dari Maladewa,
melirik Pulau Tabuan di Banyuwangi, Jawa Timur, untuk lokasi
wisata bahari.
Pulau-pulau Menghasilkan garis pantai Indonesia terpanjang keempat
di dunia dengan panjang mencapai lebih dari 95.181 kilometer
(antaranews). Bibir pantai terpanjang ini salah satunya dapat menjadi
lahan pertanian garam yang sangat mengiurkan. Sayangnya sampai
saat ini Indonesia masih melakukan import garam untuk memenuhi
kebutuhan garam dalam negeri. Begitu juga keberadaan pulau-pulau
potensial ini justru menjadi persengketaan dan memunculkan konflik
dengan negara-negara tetangga.
Laut
Luas perairan di Indonesia yang mencapai 3.257.483 km² ini
memiliki potensi sangat besar. Menurut kompas.com tahun 2009,
Prakiraan nilai ekonomi potensi dan kekayaan laut Indonesia yang
telah dihitung para pakar dan lembaga terkait, dalam setahun
mencapai 149,94 miliar dollar AS atau sekitar Rp 14.994 triliun.
Kajian Wajib Mahasiswa Abad 21
Meliputi perikanan, wilayah pesisir lestari, biotehnologi, minyak
bumi, dll. Dari kekayaan perairan tersebut terdapat 6.800 kapal yang
rata-rata berukuran 30 GT hingga 100 GT ke atas. Kapal milik
pengusaha nasional masih sangat sedikit jumlahnya, sebagian besar
masih menyewa kapal milik asing. Potensi dan kondisi itulah yang
dimanfaatkan para nelayan asing yang melakukan kegiatan illegal
fishing selama ini. Dari deteksi udara yang dilakukan oleh
Bakorkamla dan Border Protection Command (BPC) Australia,
didapati puluhan kapal besar dan kapal tanker yang mencurigakan
yang berlayar dengan sangat pelan di sekitar perbatasan RI-Australia.
Kapal-kapal tramper tersebut mendatangi kapal-kapal ikan kecil untuk
mengangkut hasil tangkapan dan membawanya ke luar, dan biasanya
dilakukan 2 minggu sekali.(tabloid diplomasi).
Beberapa hal yang pernah terungkap bahwa selain melimpahnya ikan,
mutiara, dan hasil laut lainnya, perairan ini dapat dimanfaatkan
sebagai pengembangan tekhnologi. Salah satunya pengembangan
pembangkit listrik tenaga gelombang laut.
Hutan dan Perkebunan
Keberadaan hutan di indonesia sangat potensial, baik sebagai
paru-paru dunia, penanggulangan banjir hingga yang terpenting
menyimpan potensi ekonomi bagi kesejahteraan rakyat. Tidaklah
miris ketika kekayaan ini menjadi dilema bagi kita. Pengelolaan hutan
ditakutkan menyebabkan kerusakan alam, sehingga menjadi dalih
pengekangan pengelolaan hutan oleh rakyat. Hutan lindung
memunculkan banyak konflik di Indonesia. Padahal jika pengelolaan
hutan dilakukan dengan baik, potensi-potensi hutan seluas 138 juta Ha
dapat digunakan dengan maksimal tanpa merusak alam. Menurut
green “peace” dengan asumsi luas hutan Indonesia hanya 100 juta ha
dalam waktu 20 tahun potensi hutan tetap terjaga berarti kita hanya
mengmbil 5% setiap tahunnya dari 100 juta hektare tersebut. 5% dari
100 juta hektare = 5 juta hektare , kemudian di konversi ke meter
persegi, 5 juta x 5 juta = 25 juta m persegi. Permisalan berikutnya, kita
dimisalkan menanam pohon jati. Jarak tanam aman penanaman
tanaman jati adalah 5 meter x 5 meter = 25 m persegi untuk setiap
pohonnya.Berarti dalam luas 25 juta hektare akan ada 1 juta pohon
jati. Sedangkan harga pohon jati per kubik = 4-5 US$ (harga standar
nasional menurut indonesia.go.id). Berikut kita hitung kubik dari satu
buah pohon jati , kita anggap pohon jati tinggi 20 meter dan diameter
4 meter (dalam kategori tanaman layak tebang lihat web departemen
kehutanan) untuk menghitung kubik berarti rumus luas kali tinggi,
luas lingkaran = 3,14 x 2 pangkat 2 = 12,56 x 20 = 251,2 kita
setarakan 251 kubik , kita kalikan harga per kubiknya 251 x 4 = 1004
US$ . Dalam hasil akhir satu tahun negara akan mendapatkan uang
sebesar , 1004 US$ x 1 Juta = 1.004.000.000 US$. (sumber:
green“peace”).
Sayangnya sampai saat ini pengelolaan hutan hanya tegas tidak boleh
dimanfaatkan oleh warga sekitar. Padahal pemanfaatan rakyat sekitar
terhadap hutan tidak menimbulkan kerusakan lingkungan, kenapa?
Karena kesadaran bahwa rusaknya hutan adalah kerusakan sumber
ekonomi dan bahkan tempat tinggal rakyat sekitar hutan. Selebihnya
illegal logging semakin liar terjadi di Indonesia.
Perkebunan kelapa sawit tersebar di Indonesia barat seluas 15
juta hektar dari luas tersebut 8 juta Ha diantaranya mulai
menghasilkan pada tahun 2009. Perkebunan di indonesia masih
dimiliki oleh asing dan sisanya swasta. Belum ada pengelolaan
perkebunan secara massal/bersama, padahal dengan mode produksi
Kajian Wajib Mahasiswa Abad 21
bersama diperkirakan dapat meningkatkan penghasilan 2 kali lipat dan
penghematan biaya pengelolaan. Sebagai pembandingnya eksploitasi
oleh investor seperti yang dipaparkan oleh Direktur Eksekutif WALHI
Berry Nahdian Forqan pada kesempatan siaran pers dalam rangka
menyambut hari jadi WALHI yang ke-31 (14/10/2011), bahwa saat ini
tercatat 42,96 juta Ha atau setara 21% dari total luas daratan Indonesia
telah mendapat izin ekplorasi pertambangan. Sedangkan untuk
perkebunan sawit dari rencana 26,710,800 ha telah teralisasi
9,091,277 juta ha. Alih fungsi ekosistem rawa gambut seluas
3.145.182,20 ha. Tidak hanya itu saja, bahkan sungai-sungai kecil
selain telah diubah menjadi areal kebun sawit telah pula ditimbun oleh
perusahaan hingga tidak berfungsi.
Sampai saat ini Indonesia masih menempati posisi teratas
sebagai negara produsen minyak kelapa sawit (CPO) terbesar dunia,
dengan produksi sebesar 19,4 juta ton pada 2009. Dari total produksi
tersebut diperkirakan hanya sekitar 25% sekitar 4,8 juta ton yang
dikonsumsi oleh pasar domestik. Menurut pemerintah Masalah lain
yang dihadapi industri CPO adalah tidak selaras dengan pertumbuhan
industri turunannya. Pertumbuhan industri CPO dan produk CPO
selama ini hanya diikuti pertumbuhan industri hulu. Seperti, industri
fatty acid, fatty alcohol, glycerine, methyl esther. Sampai saat ini CPO
belum dimanfaatkan secara optimal untuk pengembangan industri
hilir. Produk industri hilir hasil olahan CPO yang pengembangannya
masih minim seperti surfactant, farmasi, kosmetik, dan produk kimia
dasar organik. Padahal dengan mengembangkan industri hilir, maka
nilai mata rantai dan nilai tambah produk CPO akan semakin tinggi.
Apalagi, produk turunan CPO mempunyai hubungan dengan sektor
usaha dan kebutuhan masyarakat di bidang pangan. Misalnya, pupuk,
pestisida, bahan aditif makanan, pengawet makanan, penyedap
makanan, kemasan plastik. Dari sini dapat dilihat bahwa pengolahan
bahan baku di Indonesia tidak tuntas hingga siap pakai, sehingga daya
jualnya tidak optimal. Padahal keuntungan besar terdapat pada
produksi industri hilir dgn hasil produksi siap konsumsi.
Jika melihat pendapatan terbesar negara kuba berasal dari
tembakau yang mendapat predikat terbaik di dunia, maka miris
melihat kondisi pertanian tembakau di Indonesia yang merupakan
tembakau terbaik ke2 setelah kuba. Kondisi petani tembakau yang
tidak jauh dari petani lainnya dan buruh pabrik rokok yang selalu
dihantui oleh fatwa haram rokok. Sama sekali tidak ada upaya
pengembangan produksi ini. Padahal jika melihat keberhasilan kuba,
industri rokok sangat menjanjikan pertumbuhan ekonomi. Dilema
antara fatwa haram, ketidakmampuan penyediaan lapangan pekerjaan
bagi petani tembakau dan buruh pabrik rokok hanya membawa
potensi ini ke dalam kebiasaan pikun birokrasi. Sehingga kampanye
sehat soal mengurangi konsumsi rokok tetap tidak disambut meriah
dan tidak menghasilkan apa-apa. Satu hal yang dihasilkan yaitu
terhimpitnya industri rokok dalam negeri dan digantikan philip morris
dengan tawanya, melalui marlboro dan sampoerna (99% sahamnya
dimiliki philip morris).
Kekayaan alam
Kekayaan mineral yang terkandung didalam perut bumi Indonesia
sangatlah luar biasa banyaknya. Tidak hanya mineral yang lazim
didapati, namun juga uranium sebagai bahan dasar pembuat nuklir
sangatlah melimpah di negeri Indonesia. Bahkan uranium di Indonesia
memiliki kadar resiko pengolahan yang sangat minim, dan mampu
diolah dalam rentan jangka waktu yang relatif singkat.
Kajian Wajib Mahasiswa Abad 21
Negara dengan kekayaan alam yang melimpah ruah ini ternyata dapat
mengalami krisis energi. Krisis energi telah pula menghantui
Indonesia karena sebagaian besar sumber bahan mentah telah
diperuntukan bagi kepentingan luar negeri, tidak diutamakan bagi
kepentingan domestik. Dari seluruh pertambangan yang ada, 75
persen dikuasi oleh asing dan 25 oleh dalam negeri. Dan untuk migas
sebesar 70 persen dikuasai oleh perusahaan asal AS. Pada 2004 kilang
minyak nasional menghasilkan 400,48 juta barel dan pada 2010
menurun menjadi 344,82 juta barel. Sedangkan import minyak mentah
dari tahun ketahun cenderung meningkat, pada 2008 sebesar 97 juta
barel dan pada 2010 menjadi 101 juta barel. Disektor tambang batu
bara, produksi batubara Indonesia pada tahun 2010 tercatat sebesar
280 juta ton atau lebih besar dari target pemerintah yaitu sebesar 250
juta ton. Dan pada 2011 ini Asosiasi Pengusaha Batubara Indonesia
memperkirakan produksi batu bara sebesar 340 juta ton atau lebih
besar dari target pemerintah yaitu sebesar 300 juta ton. Sedangkan
cadangan batubara terbukti hanya sebesar 4.328 juta ton atau hanya
0,5 persen dari total cadangan batubara dunia. Kondisi ini menunjukan
bahwa pada tahun 2020 Indonesia akan mengalami krisis batubara
yang akut. (sumber:Walhi)
Gunung
Jenis gunung dapat diklasifikasikan menjadi 2 yaitu gunung berapi
(vulkanik) dan gunung mati (non vulkanik).
Indonesia yang teletak pada pertemuan 2 jalur pegunungan yang
melintasi benua eropa dan asia (eurasia) menyebabkan Indonesia
memiliki banyak gunung berapi. Di Indonesia terdapat 240 Gunung
berapi yang masih aktif. Letusan gunung berapi ini yang
menghasilkan tanah subur melalui proses mineralisasi, potensi
material (pasir, batu, dll), disamping itu tekanan gunung berapi dapat
dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik tenaga uap (ex: tehnologi
pembangkit yang digunakan di dieng). Teknologi ini juga dapat
mengurangi potensi ledakan, sehingga mengurangi resiko bencana
alam. Listrik yang dihasilkan dapat memenuhi kebutuhan warga
sekitar, seharusnya hal demikian dapat dikembangkan untuk
memenuhi kebutuhan listrik di seluruh Indonesia.
2. Demografis
Kependudukan
Pada 2011, Indonesia memiliki jumlah penduduk sebesar 245
juta jiwa, membawa Indonesia pada peringkat ke-4 penduduk
terbanyak di dunia (sumber:wikipedia). Yang tergolong dalam
beberapa klasifikasi menurut mata pencahariannya. Mata pencaharian
terbesar dari rakyat Indonesia di dominasi oleh kaum tani yang
mencapai jumlah 60-70% dari total penduduk di Indonesia. Itulah
salah satu faktor yang menjadikan indonesia disbut sebagai negara
agraris. Namun terdapat fakta menarik, dengan bahwa 69 % penduduk
miskin terdapat di pedesaan.
Banyaknya jumlah penduduk ini merupakan sumber tenaga
kerja. Tenaga kerja yang memiliki kesempatan untuk mengembangkan
diri dan memiliki kesempatan mengelola limpahan SDA di Indonesia
akan menghasilkan perekonomian yang mandiri. Catatannya tenaga
kerja ini bukan objek yang berperan dalam pekerjaan yang disediakan.
Namun, tenaga kerja dapat berkembang menjadi tenaga produktif
yang mampu menciptakan lapangan pekerjaan. Secara otomatis
masalah pengangguran dapat terselesaikan. Penyelesaian persoalan
Kajian Wajib Mahasiswa Abad 21
pengangguran seharusnya tidak lagi bersifat temporer, seperti yang
masih berjalan saat ini(ex: KB(keluarga berencana), dll) tapi
paradigma tenaga kerja yang ditransformasi menjadi tenaga produktif
pencipta lapangan pekerjaan.
Hal ini juga dapat mengatasi angka kemiskinan yang semakin
membesar pada tahun 2006 sebanyak 17,8% masyarakat hidup di
bawah garis kemiskinan, dan terdapat 49,0% masyarakat yang hidup
dengan penghasilan kurang dari AS$ 2 per
hari(sumber:wikipedia).(66,8% penduduk miskin). Sehingga untuk
mengatasi kemiskinan, tidak hanya peningkatan daya beli masyarakat
dengan bantuan langsung seperti (mis : BLT(Bantuan Langsung
Tunai)), atau bukan hanya sekedar penyediaan lapangan pekerjaan
yang diciptakan industri-industri asing, tapi mangakar dengan
membuka lapangan pekerjaan pengelolaan SDA oleh rakyat. Solusi ini
dapat mengatasi ketergantungan pekerjaan, penurunan daya tawar
tenaga kerja dalam negri, juga meningkatkan produktifitas dalam
negeri sebagai pengelola Sumber daya secara mandiri.
Keadaan sosial, politik, ekonomi dan rakyat
Keadaan sosial penduduk di Indonesia sangatlah berbanding
terbalik dengan kondisi alam yang tergambar di atas. Luasnya
perkebunan, hutan, laut dll sama seklai tidak bisa dinikamti oleh
rakyat Indonesia. Bahkan luas daratan Indonesia belum juga
menopang perekonomian kaum tani. Padahal sejak dahulu Indonesia
dikenal sebagai negara Agraris. Hal ini salah satu faktor penyebab
Negara Agraris Indonesia yang belum mampu swasembada beras.
Hingga saat ini swasembada pangan di Indonesia hanya menjadi
impian, target, orientasi semu sebagai spirit pemerintahan, utamanya
dalam sektor pertanian. Padahal terukir dengan jelas jumlah kaum tani
di Negara Agraris ini mencapai 60% dari total penduduk Indonesia.
Seperti yang diungkapkan diatas bahwa luas daratan Indonesia tidak
dapat dimanfaatkan oleh 60% rakyat Indonesia. Terbukti dari
kepemilikan lahan pertanian, 56,5% petani Indonesia hanya memiliki
lahan tidak lebih dari 0,5Ha, atau bahkan banyak petani kita tidak
memiliki lahan sama sekali. Terbukti bahwa 56,5% dari 60%
penduduk negara agraris Indonesia yang bermata pencaharian bertani
dinyatakan MISKIN. 56,5% ini yang sering disebut buruh tani dan
tani miskin. Belum lagi ketergantungannya terhadap bahan baku dan
penopang produktifitas pertanian yang sampai saat ini masih dihambat
oleh pemerintah daerah. Terbukti dari :
a. pencabutan subsidi pupuk,
b. UU Penanaman Modal Asing(UU PMA) yang hakekatnya
bertentangan dengan UU pokok Agraria (menyerahkan
pengelolaan sumber daya utamanya tanah oleh rakyat
Indonesia),
c. Berkembangnya perampasan tanah di Indonesia, melalui
berbagai dalih dari mulai persoalan global warming,
pengembangan Industri, pembangunan, penataan kota atau
daerah,
d. Dsb.
Akibatnya dari seluruh rakyat miskin di Indonesia terdapa 69 %
penduduk miskin di pedesaan. Cukup miris ketika lagi-lagi mengingat
indonesia sebagai negara agraris. Topangan perekonomian Pertanian
yang notabene berada di pedesaan justru membuahkan hasil
kemiskinan sebanyak 69% tersebut. Kurang mampu berada di pikiran
Kajian Wajib Mahasiswa Abad 21
sehat manusia, namun inilah kondisi kongkrit yang akan kita analisa
lebih lanjut.
Maraknya sengketa tanah yang tidak henti-hentinya
dipertontonkan dan menghiasi berita-berita malam. Tentunya
diberita malam dengan jumlah prosentase penonton sangat minim.
(Inilah salah satu peran media yang tidak bebas dari nilai kepentingan
pemiliknya2). Atasnama pemenang tender, pembangunan, keamanan,
dll perampasan tanah ini di lancarkan tanpa belas kasih dan penuh
pengkhianatan (melalui korupsi mark up anggaran, dsb). Beberapa
konflik agraria yang sering kita jumpai tersebut juga terjadi di DIY,
kabupaten kulonprogo, parangkusumo kabupaten bantul, cangkringan
kabupaten sleman, dll. Konflik agraria mengenai sertifikasi
kepemilikan tanah yang juga memunculkan banyak konflik seperti di
bantaran sungai code DIY, gampingan wirobrajan DIY, dll.
Terindikasi sulitnya pengakuan kepemilikan tanah oleh penduduk
setempat merupakan langkah untuk mempermudah pangambilalihan
tanah oleh pemerintah guna nafsu investasi dan pembangunan.
Perampasan lahan tersebut yang mengakibatkan banyaknya
urbanisasi, penumpukan tenaga kerja di perkotaan, dan melemahnya
daya tawar pekerja. Rentetan ini akan dibahasakan lebih sistematis
beserta persoalan lainnya pada paragraf-paragraf selanjutnya dalam
tulisan ini.
Persoalan yang menjelaskan kondisi masyarakat tidak berhenti
pada hal di atas. Kondisi penduduk Indonesia masih banyak yang
perlu di perhatikan dan lagi. Rate mata pencaharian penduduk
terbanyak ke-2 setelah kaum tani yaitu buruh (tenaga kerja). Juga
termasuk golongan yang dirugikan atas maraknya perampasan tanah.
Lemahnya daya tawar pekerja yang merupakan akibat dari tingginya
angka pengangguran di Indonesia menyebabkan rendahnya upah
buruh. Walaupun UMK (Upah Minimum Kabupaten) telah
ditentukan. Namun pada praktek di lapangan hanya 40% perusahaan
yang memberikan upah sesuai dengan UMK. Penentuan UMK
ditentukan dengan KHL (Kebutuhan Hidup Layak) dan tingkat inflasi.
Pada penentuan KHL biaya-biaya kelayakan hidup diasumsikan
dengan sanga minim, sehingga UMK yang telah ditetapkan tersebut
belum juga menjamin kelayakan hidup buruh. Sebagai contoh upah
minimum kabupaten yang terdapat di provinsi yogyakarta, berkisar Rp
847.000,00 per bulan. Dapat dipertimbangkan dengan kebutuhan
wajar manusia dengan perhitungan sebagai berikut :
Pendapatan per bulan Rp. 847.000,-
Kebutuhan per bulan
Makan @Rp 9.000,- Rp. 810.000,-
(X 3 (dalam 1 hari)X 30hari)
Transportasi @5.000,-/liter Rp. 150.000,-
(X 30hari)
Total pengeluaran (Rp 960.000,-)
Defisit (Rp 113.000,-)
Jadi setiap bulannya buruh di Indonesia harus mencari tambahan
sekurang-kurangnya Rp 113.000,-
Secara langsung ini membuktikan bahwa kebutuhan manusia yang
paling minim saja, yaitu makan dan transportasi saja untuk bekerja
memunculkan defisit anggaran Rp. 60.000,- per bulan. Penghitungan
di atas hanya kebutuhan seorang pekerja saja dan sangat minim.
Belum kebutuhan pokok lainnya seperti pendidikan, rokok, kebutuhan
keluarga, biaya anak sekolah, dll. Itulah gambaran kehidupan buruh
Kajian Wajib Mahasiswa Abad 21
Indonesia yang berkerja selama 8-12 jam per hari. Sehingga tidak
mendapat kesempatan untuk mencari pendapatan tambahan.
Kedua elemen masyarakat di atas telah menggambarkan secara
umum kondisi rakyat Indonesia. Hampir setiap hari kita melihat buruh
diperkotaan dan kaum tani di pedesaan, namun pernahkah kita
berpikir tentang kehidupan mereka? Tetap saja sebenarnya kehidupan
buruh dan kaum tani Indonesia masih mudah ditemui. Sayangnya
kondisi miris rakyat Indonesia tidak hanya terjadi pada hal-hal yang
mudah kita temukan seperti diatas. Tapi telah terdapat Penduduk
terbelakang (suku bangsa minoritas dan terasing) yang tersebar di
Indonesia, dengan perincian 2.328 desa, 807 kecamatan, 211
kabupaten. Merekapun juga manusia yang hidup di Indonesia, yang
berarti rakyat Indonesia. Hak dasar manusia juga harus mereka
dapatkan, termasuk pengembangan keahlian agar dapat bersaing.
Bukan menjadi potensi objek wisata, pada prakteknya saat ini suku
bangsa terasing ini menjadi objek, pemerintah hari ini tidak
dibedakannya dengan biantang atau benda bersejarah. Kondisi ini
adalah pelanggaran Hak Asasi Manusia.
Pendidikan
Kondisi pendidikan di Indonesia yang tidak kalah miris.
Penindasan tersistematis membelenggu dunia pendidikan Indonesia.
Jika berbicara orientasi pendidikan yang tidak jauh dari pencetak
tenaga ahli yang murah. Terindikasi dari sistem pendidikan saat ini
tidak mencetak tenaga produktif yang mampu menciptakan sarjana-
sarjana untuk mengembangkan industri dan membangun industri
nasional yang tangguh. Menilik kembali sejarah pendidikan di
Indonesia pada masa pemerintahan belanda yang berorientasi untuk
mempermudah pembangunan irigasi. Tanpa itikad mencerdaskan
kehidupan rakyat, sehingga di awal dikatakan bahwa orientasi
pendidikan kita masih terbelenggu kebutuhan modal, efisiensi biaya
pengolahan bahan baku yang juga dieksplorasi dari Indonesia. Jutaan
penduduk Indonesia yang mengakses pendidikan hingga jenjang
tertinggi, namun belum menghasilkan prestasi penyelesaian kongkrit
persoalan rakyat indonesia. Terangnya sarjana tehnik industri masih
bergulat dengan keunggulan komparatif negara, sehingga menutup
niat mereka untuk menciptakan industri dasar hingga saat ini. Sarjana
ekonominya masih terbelenggu teori-teori yang berkutat pada
pelipatgandaan modal, baik secara individu melalui materi
kewirausahaan penghasil produk tersier maupun mencari label sarjana
untuk menaikkan daya tawarnya terhadap perusahaan-perusahaan
untuk mengabdi. Lagi-lagi tanpa itikad pembangunan ekonomi rakyat
jangka panjang tersistematis. Inilah potret materi pendidikan yang
disebut-sebut tidak ilmiah.
Persoalan dalam akses pendidikan ini juga belum mampu diakses
oleh seluruh rakyat indonesia. Kendala-kendala dalam dunia
pendidikan berkutat pada (1) tingginya biaya untuk menempuh
pendidikan dan (2) fasilitas yang mendukung serta menyelenggarakan
(akses) pendidikan yang tidak merata. Mahalnya biaya pendidikan
yang mencapai puluhan bahkan ratusan juta. Apakah mungkin anak
buruh dan tani dengan pendapatan yang dibahas di atas mampu
mengakses pendidikan ini. Secara tidak langsung ini merupakan
praktek diskriminasi dalam dunia pendidikan. Seleksi akses
pendidikan tidak lagi berbicara soal kemampuan bersaing secara
akademik.
Salah satu faktor yang menyebabkan mahalnya akses pendidikan
ini tidak lain adalah semakin menjamurnya praktek-praktek
Kajian Wajib Mahasiswa Abad 21
komersialisasi dalam dunia pendidikan. Baik yang secara terbuka
seperti pemberlakuan universitas menjadi institusi badan usaha
(BUMN) atau bahkan beberapa waktu lalu akan dijadikan Badan
Hukum (melalui UU BHP), hingga praktek komersialisasi yang belum
terlegitimated seperti pemberlakuan KIK di UGM(Universitas Gajah
Mada), denda-denda yang menjamur di UII(Universitas Islam
Indonesia), dll. Transparansi dana yang tidak accountable juga
menjadi peluang komersialisasi pendidikan.
Berikutnya fasilitas pendidikan yang belum merata. Potret
kurangnya pemerataan fasilitas pendidikan tidak jarang lagi
diperdengarkan. Bahkan terdokumentasi secara jelas dalam film
“laskar pelangi”. Itu hanyalah salah satu contoh saja dan masih
banyak kondisi serupa. Nampaknya pemerintah Indonesia lebih
bangga dengan banyaknya investasi dan infrastruktur pendukungnya
yang megah, lebih bangga dengan kedatangannya dari bandara ke
bandara, lebih bangga dengan patung-patung dan monumen tanpa
peduli gedung sekolah yang hampir roboh.
Tidak melupa juga akan pentingnya tenaga pengajar di Indonesia
yang belum terjamin kesejahteraannya. belum melihat jauh ke luar
pulau ini, sangatlah banyak tenaga pendidik yang harus mengampu
banyak materi di tempat yang berbeda-beda. Salah satu motifnya
diakibatkan kurangnya gaji, terbatasnya pengembangan diri di suatu
wilayah, sehingga mengaharuskan mengajar di tempat lain. Hal ini
memiliki dampak tersendiri, yaitu optimalisasi penyampaian materi
akan dipertaruhkan. Memang benar menjadi tenaga pendidik adalah
bentuk abdian, “pahlawan tanpa tanda jasa”, pertanyaannya apakah
pahlawan tidak memiliki kebutuhan hidup? Jika harus memiliki usaha
sampingan, optimalisasi mengajar kembali dipertaruhkan. Pertanyaan
berikutnya apakah pendidikan Indonesia akan selamanya
mengandalkan kerelaan?
Kenaikan sembako
3. Kebudayaan
Suku bangsa
Suku bangsa di Indonesia sangatlah banyak, terutama di luar jawa
yang hampir setiap wilayah memiliki suku bangsa yang berbeda.
Tidak jarang dalam satu wilayah terdapat beberapa suku bangsa.
Terang saja jumlah suku bangsa di Indonesia mencapai 230 suku.
Tentunya setiap suku memiliki bahasa dan budaya masing-masing.
Kenaekaragaman ini mengusung jargon yang disepakati bersama
yaitu “Bhineka tunggal ika” berbeda-beda tapi tetap satu. Itulah
semangat persatuan suku bangsa yang diagungkan. Tidak ada suku
bangsa yang menolak kata tersebut membuktikan bahwa setiap suku
bangsa sama sekali tidak memiliki pemahaman untuk saling
mengganggu.
Bahasa
Terdapat 726 bahasa di Indonesia, Namun hanya ada 1 bahasa
nasional yaitu bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia adaptasi dari
bahasa melayu yang bukan suku bangsa mayoritas, tanpa ada
persengketaan dan konflik, bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa
melayu diakui oleh 230 suku bangsa sebagai bahasa nasional. Hal ini
juga mempertegas keberanekaragaman suku bangsa yang terdapat di
Indonesia memiliki budaya persatuan yang gigih.
Dua aspek kebudayaan di atas untuk saat ini berada pada prepektif
bahwa keberanekaragman tersebut masih di anggap ancaman bagi
persatuan bangsa. Hal ini disimpulkan ketika terjadi konflik didaerah-
daerah, keterbatasan untuk melihat konflik tersebut lebih jauh
Kajian Wajib Mahasiswa Abad 21
membawa penyimpulan yang tidak tepat. Salah seorang kawan dari
UAD (Universitas Ahmad Dahlan) pernah mengekspos dalam media
cetak mengenai riset dan penelitiannya terkait konflik antar suku
bangsa di daerah-daerah Indonesia.
Kebudayaan lain
Kebudayaan rakyat Indonesia dalam produksi sangatlah gigih.
Terindikasi dari kebudayaan penduduk mayoritas kaum tani yang
mencapai 60%. Dalam kebudayaan jam kerja kaum tani yang cukup
lama, bahkan tidak menghitung tenaga yang dikeluarkan sebagai biaya
setelah hasil panen. Beberapa desa yang diamati terlihat jam kerja
petani mulai sejak pukul 06.00 sampai pukul 18.00. jam kerja itu
paling sedikit jika di bandingkan beberapa petani di beberapa desa
tertentu. Jam kerja kaum tani hingga 12 jam itu apakah masih
menunjukkan budaya malas penduduk Indonesia? Jam kerja tersebut
berlaku 6 hari kerja tanpa istirahat, karena pertanian butuh
pengelolaan yang rutin.
Tidak jauh berbeda pekerja yang merupakan golongan terbanyak
ke-2 setelah kaum tani. Pekerja di Indonesia rata-rata bekerja selama
8-12 jam per harinya.
Simpulan
“Ibu pertiwi yang mengandung mineral, batu bara, gas, tanah subur,
dll sekian lama telah selingkuh dengan bapak tiri Imperialisme”
(devtra)
Kondisi alam di atas menggambarkan kekayaan alam yang
melimpah ruah dan kebudayaan masyarakat yang maju namun,
dengan kondisi rakyat yang timpang. Pertanyaan terbesar bagi kita
adalah mungkinkah dengan kondisi demikian rakyat Indonesia
mengalami kemiskinan yang berkepanjangan. Mungkinkah kondisi
ini mengkategorikan Indonesia kedalam Least Developed Country
(LDC), yang berarti menderita mass poverty (kemiskinan massal) dan
debt overhang (beban hutang)?.
Sekilas dari data-data di atas, ketika Indonesia mampu mengelola
hutan dan lautnya secara mandiri dalam waktu satu tahun maka APBN
tidak lagi bergantung pada pajak dan alokasinya pada sektor sosial
dapat dikembangkan sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi
dengan signifikan. Pengelolaan SDA di daerah papua yang dikelola
secara mandiri sebagai pengganti eksplolator Free Port maka tenaga
kerja yang terserap 100% dari Indonesia. Tentunya rakyat yang berhak
sepenuhnya atas SDA ini, sehingga tenaga kerja yang merupakan
rakyat Indonesia wajib mendapatkan gaji yang tinggi. Perlu kita
ketahui bahwa gaji karyawan free port Indonesia adalah gaji karyawan
terendah dibandingkan karyawan PT Free Port negara lain. Belum lagi
soal pendapatan negara dari pertambangan yang kini dikelola Free
Port hanya sekitar 8juta per tahun, padahal jika dikelola secara
mandiri dapat mencapai 70T per tahunnya. Artinya kesejahteraan
rakyat papua khususnya akan melejit jauh dibanding saat ini bahkan
jauh di atas rata-rata. Jika di bandingkan dengan kebutuhan belanja
negara maka pendapatan dari pertambangan di papua atau yg
dieksplorasi oleh free port hanya berbanding sangat tipis dengan total
APBN Indonesia yang masih bergantung pada pajak saat ini.
Tidak hanya Free port yang bercokol di tanah papua. Jika
diperhatikan lebih lanjut, kekayaan alam dan juga jumlah penduduk
yang besar ini justru dimanfaatkan oleh pihak eksternal Indonesia
(asing). Berlandaskan juga pada salah satu fakta bahwa 10 perusahaan
terbesar di Indonesia adalah milik USA. Penikmat potensial teritory
Kajian Wajib Mahasiswa Abad 21
Indonesia tinggallah pemodal yang selalu berorientasi untuk ekspansi,
eksploitasi, akumulasi, dan monopolistik.
Faktor penyebab negara miskin berdasarkan SDA dan SDM sama
sekali tidak terdapat di Indonesia. Yang menjadi syarat perkembangan
suatu negara dapat berkembang dengan pesat dengan potensi-
potensinya tanpa ketergantungan ekonomi , sosial, politik dan budaya
telah terdapat di Indonesia. So, what’s wrong? Kemudian tinggal
menyisakan satu hal lagi yang perlu secara mendalam untuk di analisa
dengan kongkrit dan objektif, satu hal ini yang merupakan sumber
persoalan atau akar persoalan yang terdapat di negara Indonesia. Hal
itu adalah sistem, bagian-bagian yang terstruktur ini mencapai dalam
tahap kesalahan yang fatal untuk dilalui oleh struktur masyarakat
Indonesia. Tinggallah sebuah sistem ekonomi (metode manajemen
pengelolaan yang bergantung pada kekuatan asing) negara ini yang
carut marut dan usang. Pembahasan kita terkait persoalan-persoalan
rakyat di atas dan relevansinya terhadap kekayaan alam yang melimpa
ruah tersebut dapat ditarik beberapa kesimpulan, kemiskinan dan
kesengsaraan rakyat Indonesia jika dicermati bersumber pada tidak
tersedianya lahan produksi bagi rakyat. Penyebab utamanya,
banyaknya perampasan lahan produski rakyat. Tidak jarang, bahkan
sudah menjadi biasa pemberitaan, kabar, informasi tentang permapsan
tanah. Di setiap waktu, setiap tempat selalu terdapat eksekusi bejat
berdampak sistemik yaitu perampasan tanah. Tanah adalah dasar
manusia dapat hidup untuk berkerja dan mengembangkan hidupnya,
sehingga tanah merupakan hak dasar rakyat. Muncullah pertanyaan
sistem apa yang carut marut itu? akar persoalan rakyat Indonesia
adalah adanya sistem yang membelenggu yaitu sistem setengah
jajahan-setengah feodal. Sistem ekonomi Setengah jajahan yang
bertumpu pada sistem setengah feodal. Perampasan hak dasar rakyat
yang di awali dari permpasan terjadi terlaksana berdasarkan sistem
feodalisme yang menggunakan hasil produksinya untuk memenuhi
kebutuhan tuan Imperialisme. Dari dua sistem kapitalisme dan
feodalisme yang berkembang maka rakyat Indonesia memiliki 3
musuh besar yang sempat kita singgung di atas, yaitu:
Imperialisme
Berawal dari berkembangnya sistem kapitalisme, yaitu sistem yang
bergerak dengan prespektif modal. Poin penting untuk memahami
imperialisme adalah pemahaman akan kapitalisme. Sistem ini
berkembang karena adanya modal dan bergerak untuk
melipatgandakan modal tersebut. Kapitalisme dapat melipatgandakan
modal ketika mengambil kerja lebih yang dilakukan oleh buruhnya.
Sistem ini digunakan oleh industri-industri pada era sebelum 1900.
Setiap Industri bersaing secara bebas dengan harapan mencapai pasar
persaingan sempurna untuk mendapatkan surplus value. Sedangkan
imperialisme adalah sistem ekonomi dengan basis produksi capital
(modal), sejarah terlahirnya sistem imperialisme terlahir dari sistem
kapitalisme. Maka Imperialisme juga sering disebut sistem
kapitalisme monopoli. Industri Kapitalis yang diambang kehancuran
akibat persaingan yang semakin ketat dan gejolak sosial atas
ketimpangan juga kontradiksi antara sang kapitalis dan buruhnya,
kurang lebih pada tahun 1900 telah mengambil langkah singkat
dengan melakukan akuisisi, merger, dan tidak terkecuali
likuidasi(collapse). Muncullah saling menguasai antar kapitalis,
sehingga hanya menyisakan beberapa kapitalis besar yang mampu
bertahan, maka kapitalisme tidak lagi saling bersaing. Kapitalisme
besar ini sudah merubah sistem perekonomian dunia menjadi sistem
Kajian Wajib Mahasiswa Abad 21
ekonomi kapitalisme monopoli (Imperialisme). Hal ini juga yang
menghapuskan pasar persaingan sempurna, imperialis memilih untuk
melakukan pembagian wilayah antar imperialis di bawah pimpinan
amerika serikat(terdeteksi dari forum-forum dunia yang didominasi
oleh US dan bergerak atas kepentingannya ex:PBB, G-20, dll).
Proses produksinya yang mengharuskan untuk selalu melakukan
perluasan monopoli memunculkan kebutuhan kapitalisme besar untuk
memudahkan laju modal. Muncullah bank sebagai alat untuk
memperlancar arus modal dari wilayah yang telah dikuasai, dalam
perkembangannya terjadi jual beli modal yang dikenal dengan pasar
modal. Maka, salah satu ciri dari Imperialisme, disamping pembagian
wilayah, adalah terjadinya penggabungan capital industri dan capital
bank menjadi capital finance(pasar modal). Kongkritnya Imperialisme
melakukan eksploitasi ke negara lain untuk melipatgandakan
modalnya.
Perluasan wilayah untuk mendapatkan bahan baku harus dilakukan
demi keberlangsungan produksi, jika produksi pada satu sektor
terhenti maka akan terjadi ketimpangan pada industri lainnya karena
terdapat pada satu induk perusahaan (holding company). Akibatnya
akan melemahkan atau bahkan menghancurkan deretan sistematis
industri raksasa. Sehingga Imperialisme tidak akan pernah lepas dari
krisis overproduksi.
Bahan baku melimpah dan 245 juta jiwa penduduk Indonesia
merupakan tenaga kerja murah, dan pangsa pasar. Sangatlah
mengiurkan bagi Imperilaisme untuk bercokol demi pelipatgandaan
modal yang efisien serta efektif.
Feodalisme
Adalah sistem ekonomi atau hubungan produksi dengan basis
produksi tanah. Sistem feodalisme notabene banyak ditemui di daerah
perdesaan dan selalu berkonflik dengan kaum tani. Feodalisme
memunculkan klas tuan tanah sebagai orang yang menguasai banyak
tanah dengan tingkat produktifitas tertentu tanpa terlibat dalam proses
produksi. Jelaslah bahwa klas ini kontradiktif dengan kaum tani yang
ingin memiliki tanah garapan. Sistem feodalisme sama sekali tidak
mengenal adanya demokrasi.
Para tuan tanah pada fase hubungan produksi feodalisme
murni menggunakan hasil produksinya hanya untuk memenuhi
kebutuhannya dan apabila akan perlu dijadikan komoditi maka
pelipatgandaannya berupa produk. Sistem upah kerja buruh tani pun
tidak digaji dengan uang, melainkan dengan sistem bagi hasil.
Kesimpulannya tuan tanah pada sistem feodalisme mengambil surplus
produk.
Berbeda dengan tuan tanah yang berada pada sistem setengah
feodal seperti Indonesia saat ini, tuan tanah akan berperan menjadi
konsolidator tanah untuk memenuhi kebutuhan bahan baku
Imperialisme dalam malakukan monopolinya di negeri Setengah
jajahan-setengah feodal.
Kapitalis birokrat
Peran kapitalis birokrat dalam mengkhianati rakyat Indonesia
cukup mengesankan, lembaga Transparency International
menempatkan Indonesia sebagai peringkat ke-143 dari 180 negara
dalam Indeks Persepsi Korupsi, yang dikeluarkannya pada tahun 2007
(wikipedia). Disamping fraud berbentuk korupsi, kapitalis birokrat
juga merupakan antek setia tuan Imperialisme untuk melegitimasi
dominasi ekonominya di Indonesia. Praktek kongkritnya Kabinet
Kajian Wajib Mahasiswa Abad 21
Indonesia Bersatu yang telah mengesahkan UU PMA (Penanaman
Modal Asing) sebagai legitimasi penanaman modal asing ke dalam
negeri. Juga perjanjian FTA (Free Trade Agreement) yang
melegitimasi ekspor bahan mentah/bahan baku industri yang
sebenarnya dapat diolah menjadi barang bernilai ekonomis tinggi di
dalam negri (lihat: artikel dampak negatif AFTA1). Kebijakan-
kebijakan singkat dan hanya menguntungkan diri sendiri dan tuannya
menjadi landasan utamanya.
Skema umum penindasan dan penghisapan di Indonesia
Cerminan dari sistem ekonomi dunia kapitalisme monopoli di
bawah pimpinan USA (United State of America) yang tidak lepas
menapaki bumi kaya Indonesia. Salah satu contoh fakta paling
menonjol adalah bercokolnya free port di negeri Indonesia yang tanpa
rasa malu melakukan eksploitasi dengan memberikan kontribusi
hanya sebesar 1% dari pendapatan kepada tuan rumah sekaligus
pemilik sebenarnya yaitu Indonesia, bahkan 1% itu hanya akan habis
ditelan jalur birokrasi bersamaan dalih administrasi, biaya operasional,
dll yang hakekatnya berorientasi pada kekayaan pribadi kapitalis
birokrat. Seperti yang dikutip di atas bahwa pendapatan Free Port
dapat mencapai 70T per tahun, sedangkan pemilik lahan ini hanya
mendapat 10,8 M per tahun, sama sekali tidak signifikan, bahkan
kalau dilakukan audit di PT free port nominal 8 juta ini sama sekali
tidak materiil (tidak pantas diperhitugkan). 70 T tersebut dihasilkan
Free port dalam bentuk konsentrat (bahan tambang yang belum diurai)
sebanyak 540.000 ton per hari. setiap ton konsentrat terdiri dari 8 kg
tembaga, 0,91 gram emas, dan bahan tambang lainnya seperti nikel,
bauksit, biji besi dll. Juga merupakan salah satu bukti besarnya SDA
yang terdapat di Indonesia atau papua pada khususnya. Ini sudah
menjadi pelanggaran UU yang pernah menetapkan kontribusi
ekplolator minimal 7% dari total pendapatan. Kolotnya pemerintahan
Indonesia tidak pernah belajar dari kesalahan tersebut bahkan
perpangku tangan sambil menyembah majikan Imperialisme US dan
tidak pernah mencoba untuk mendorong rakyat untuk mampu
mengelola Sumber daya alam. Padahal dengan pengelolaan yang
dilakukan oleh rakyat dan termanej dengan baik, maka seluruh hasil
kekayaan alam dapat meningkatkan hajat hidup rakyat Indonesia.
Sebagai contoh lain dengan melakukan pengembangan pembangkit
listrik dengan menggunakan potensi seperti yang dipaparkan diatas,
yaitu Pembangkit listrik tenaga gelombang, tenaga angin, tenaga uap
gunung berapi, dll maka rakyat Indonesia tidak perlu kehilangan 162T
per tahun yang selama ini di monopoli oleh PLN yang juga
bekerjasama dengan USA. Lagi-lagi salah satu antek imperialisme
yaitu kapitalis birokrat memilih untuk menawarkan lahan investasi
kesana-kemari. Juga tidak bosan-bosan mengagungkan teori invisble
hand melalui prakteknya, bahwa perusahaan asing yang mendirikan
industri di Indonesia akan memberikan manfaat bagi rakyat indonesia.
Baik untuk mengatasi pengangguran, perbaikan infrastruktur,dsb.
Sayangnya manfaat itu hanya pemahaman sempit, dampak negatif
bagi rakyat Indonesia sangatlah besar, juga merupakan poin penting
dalam skema penghisapan di Indonesia. Faktanya banyaknya
eksplorator asing di dalam negri menyebabkan ketergantungan
ekonomi, politik, sosial dan budaya. Salah satu akibat sistemiknya
adalah ketidakmampuan rakyat untuk mengelola SDA, sehingga skill
dan akses pengembangan tenaga produktif di Indonesia akan semakin
terbatasi, maka lapangan pekerjaan akan menyempit. Akses keahlian
terhimpit kepentingan investor yang takut kehilangan lahan produksi,
Kajian Wajib Mahasiswa Abad 21
tenaga kerja murah, dan pangsa pasar yang luas. Jika rakyat Indonesia
memiliki akses untuk mengelolah SDA maka lahan produksi akan
dikelola rakyat (hilanglah lahan produksi Imperialis). Sehingga
pengangguran menipis berakibat daya tawar pekerja di Indonesia
meningkat, hilanglah tenaga kerja murah bagi Imperialis. Rakyat yang
mampu mengolah SDA juga akan menghasilkan produk, yang berarti
pesaing baru dalam pangsa pasar. Habislah surga Imperialisme dan
Imperialisme pimpinan US tidak akan membiarkan hal itu.
Di sisi lain perlu diingat rapuhnya dominasi Imperialisme
dunia. Dengan proses produksinya yang monopolistik, secara nyata
tergambar dengan adanya holding company serta cengkeraman ke
anak perusahaan-anak perusahaan yang tidak terlihat, pernah di
gambarkan oleh seorang mantan economics hitman John Perkins
dalam bukunya “confessions of an economics hit man”. Dalam satu
produk saja Imperialisme menguasai seluruh industrinya dari mulai
industri hulu hingga industri hilir. Produksi mobil mitsubishi
misalnya, tidak hanya menguasai pabrik mobil itu saja. Metode
produksi Imperialisme menguasai Industri pengolahan karet mentah,
industri tembaga, industri kaca, industri biji besi, industri pembuat
ban, industri kabel, pengolahan besi ke barang setengah jadi (rangka),
industri mesin hingga industri pembuat mobil, bahkan industri minyak
mentah menjadi bahan bakar mobil. Industri-industri tersebut yang
kemudian dikonsolidasi melalui kekuatan capital bank, atau secara riil
berbentuk bank yang memunculkan pasar modal, dsb.
Perlu diingat bahwa kesemua industri tersebut membutuhkan
bahan baku utama yang berasal dari tanah (yang nantinya menjadi
peran tuan tanah dalam memenuhi kebutuhan Imperialisme). Mode
produksi seperti ini mengakibatkan efek domino jika terjadi
pelemahan pada satu industri saja. Ketika mobil yang di produksi
tidak dapat diproduksi karena kurangnya pasokan bahan baku karet
maka mobil tidak akan mampu terjual dan mengakibatkan rentetan
industri lainnya mengalami over product. Yang hingga pada akhirnya
mengalami likuidasi secara beruntun.
Tuan Imperialisme US telah belajar dari kesalahan belanda,
yang pada masa penjajahan memerangi tuan tanah lokal sehingga
mengeluarkan biaya yang besar, maka Imperialisme kali ini datang
dengan merangkul tuan -tuan tanah yang berdiri diatas sistem
setengah feodal.
Tuan tanah di atas sistem setengah feodal tidak lagi
menggunakan kekuasaannya atas tanah dan hasil produksinya untuk
memenuhi kebutuhan pribadi, namun surplus product yang dihasilkan
tuan tanah telah menjadi komoditi ekspor. Seperti yang telah
diungkapkan di atas bahwa komoditi ekspor yang dihasilkan tuan
tanah digunakan sebagai kebutuhan dari produksi Imperialisme.
Muncullah klasifikasi baru dalam tuan tanah yang juga berperan tidak
jauh dari kapitalis birokrat. Tuan tanah yang menjadi antek setia
Imperialisme dalam melakukan monopoli tanah di Indonesia. Contoh
kongkritnya, di daerah kulonprogo, DI. Yogyakarta terdapat sengketa
lahan antara petani yang memanfaatkan lahan pesisir pantai sebagai
lahan pertanian vs PT JMI sebagai industri eksploitasi biji besi. Lahan
ini diduda memiliki potensi yang sangat luar biasa, bahkan salah satu
dosen UPN (Universitas Pembangunan Nasional) pernah menganalisa,
disampaikan melalui koran Tribun Jogja pada bulan oktober 2011.
Dosen ini menyampaikan bahwa potensi alam yang ada di kulonprogo
tersebut memiliki nilai sama dengan lahan tambang di Papua yang
dikelola PT Free Port. Peran tuan tanah lokal Sri Sultan
Kajian Wajib Mahasiswa Abad 21
hamengkubuwono X dengan setia mendampingi kepentingan
eksploitasi biji besi tersebut. Hingga titik darah penghabisan untuk
mendapatkan legitimasi badan hukum yang memunculkan kembali
wacana UU keistimewaan. Dengan UU ini maka kraton yogyakarta
mendapatkan legitimasi hukum sekaligus menjadi badan hukum dan
memiliki power untuk melakukan pembebasan lahan pertanian rakyat
menjadi lahan pertambangan Perusahaan asing. Padahal ketika project
ini berjalan maka, puluhan ribu kepala keluarga di pesisir pantai
kulonprogo akan tergusur dan kehilangan pekerjaan. “Bertani atau
mati” yang menjadi jargon rakyat kulonprogo, sudah jelas bahwa
profesinya sebagai petani sudah berlangsung puluhan tahun. Maka
tidak bisa digantikan dengan pekerjaan lain. Jika berniat
mengembangkan perekonomian dalam negeri keahlian setiap rakyat
harus dikembangkan, bukan diombang-ambingkan demi investasi dan
dihambat dengan merampas sarana produksi yang rakyat ciptakan.
Apa jadinya ketika lahan mereka digusur?
Sudah menjadi tugas kita untuk mengambil satu langkah maju
secara bersama untuk menyikapi dan menjadi penyokong demi
terselesaikannya persoalan kita sendiri dan persoalan rakyat secara
umum.
Sekilas tentang solusi kongkrit
Setelah melakukan analisa terkait akar persoalan rakyat, maka
wajib solusi akan terlahir dengan sendirinya. Dengan bentuknya yang
baku dan tanpa kompromi.
Akar persoalan bangsa ini dipastikan adanya dominasi
Imperialisme, feodalisme, dan kapitalis birokrat, yang bernaung
dibawah payung sistem setengah jajahan-setengah feodal. Tiga musuh
besar ini mutlak hukumnya untuk dihapuskan demi terciptanya
kesejahteraan sejati rakyat indonesia, demi terselesaikannya seluruh
persoalan yang selalu menjadi gunjingan. Sistematika pembahasan di
atas mengantarkan kita pada satu solusi perjuangan demokrasi baru
yang harus ditempuh oleh seuruh rakyat Indonesia.
Jika Sutan Syahrir pernah berkata:
“kita hidup didalam gelap dan semua aktivitas kita dilakukan
dalam gelap”
Maka, sadar dan berjanjilah bahwa saat ini kita memang hidup di
dalam gelap, namun kita tidak hidup dalam gelapnya kedalaman
laut, bukan juga gelapnya langit yang hampa udara, tapi kita hidup
dalam gelap akibat selimut hitam milik Imperialisme, feodalisme,
dan kapitalis birokrat. Selimut hitam yang mudah terbakar, selimut
hitam yang rapuh untuk kita sobek, yang kemudian hari akan sobek
dengan sendirinya, selimut hitam ini semakin mencekik kehidupan
kita dan telah membunuh banyak orang. Siapalah yang bertahan,
selembar selimut? atau jutaan manusia lagi yang harus mati?.
Mampukah selimut hitam kita cabik atau akan kita bakar?.
sehingga sadarlah bahwa kegelapan ini tidak mengakibatkan
padamnya api, dan tidak juga memberlambat ayunan senjata kita.
Tentukan pilihanmu yang tentunya perjuangan ada pada dirimu,
Satukan semangatmu. Wujudkan demokrasi baru.
Long Live People struggle !!!
(Raja Amar, 25 oct 2011)
Kajian Wajib Mahasiswa Abad 21
Footnote :
1. Amar, Raja.“Dampak ASEAN-Free Trade Agreement”, 2009,
yogyakarta.
2. Rekomendasi pendiskusian lebih lanjut jika dibutuhkan.
Nb : *Kajian Sejarah singkat masyarakat Indonesia.
*Pembahasan reforma agraria sejati (landreform sejati) sebagai
solusi kongkrit persoalan rakyat.
*Pembahasan berikutnya mengenai konsepsi demokrasi baru.
Data2 :
- 60% kaum tani = 56,5 % tidak memiliki tanah dan
kepemilikan di bawah 0,5ha.
- 69 % penduduk miskin terdapat di pedesaan.
- Penduduk terbelakang (suku bangsa minoritas dan
terasing) terdapat di 2328 desa, 807 kecamatan, 211
kabupaten,
- 2011 Penghasilan free port 540.000 ton per hari
konsentrat (bahan tambang yang belum diurai, setiap
ton terdiri dari tembaga 8 kg, emas 0,91 gram, bahan
tambang lainnya spt nikel, bauksit, biji besi dll
- 2010 perusahaan dan bank swasta terbesar dalam negri
ASTRA international 130T, TELKOM 68T, BANK
RAKYAT I 50T, HM Sampoerna 43,5T, bank mandiri
43T, Bumi resort 39T, indofood sukses makmur 38T,
Gudang garam 37,5T, united tractor 37T, BCA 28T
BUMN,
Pertamina 420T/tahun, PLN 162T,
- 2011 CPO perkebunan menghasilkan terbesar PT sinar
mas = 15.000 ton per hari, PT wilmar international
group 7500 ton per hari, PTPN IV 6675 ton per hari,
PT astra agrolestari = 6000 ton per hari. Nilai ekspor
CPO pertengahan 2011 20,2M US$/Rp 180T.
Menguasai 4,5% pasar sawit dunia, 19,1juta ton(2010)