sk dprd no. 4 2010 rekomendasi lkpj filebatas wilayah kotamadya daerah tingkat ii mojokerto...
TRANSCRIPT
KEPUTUSAN
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA MOJOKERTO
NOMOR : 4 TAHUN 2010
TENTANG
REKOMENDASI DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
KOTA MOJOKERTO ATAS LAPORAN KETERANGAN
PERTANGGUNGJAWABAN WALIKOTA MOJOKERTO
AKHIR TAHUN ANGGARAN 2009
Menimbang : bahwa setelah dilakukan pembahasan dan telaah atas meteri
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Walikota Mojokerto
Akhir Tahun Anggaran 2009, perlu ditetapkan rekomendasi Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Kota Mojokerto yang dituangkan dalam
Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Mojokerto.
Mengingat : 1. Undang - undang Nomor 17 Tahun 1950 tentang
Pembentukan Daerah Kota Kecil Dalam Lingkungan Jawa
Timur/Jawa tengah/Jawa Barat;
2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2009
Tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan
Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Dewan
Perwakilan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5043);
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
KOTA MOJOKERTO
2
4. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 1982 tentang Perubahan
Batas Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Mojokerto
(Lembaran Negara Tahun 1982 Nomor 74, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3242);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Pemrintah,
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah
kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan Informasi
Penyelenggaraan Pemerintahaan Daerah Kepada Masyarakat
(Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 19, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4693);
6. Keputusan Gubernur Jawa Timur Nomor 171.417/85/011/2009
tentang Peresmian Pemberhentian dan Peresmian Pengangkatan
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Mojokerto
Tahun 2009;
7. Keputusan Gubernur Jawa Timur Nomor 171.417/129/011/2009
tentang Peresmian Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Kota Mojokerto Tahun 2009-2014.
Memperhatikan : 1. Laporan Panitia Khusus Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota
Mojokerto yang disampaikan dalam Rapat Paripurna V Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Kota Mojokerto pada tanggal 22
April 2010
2. Musyawarah mufakat yang diputuskan dalam Rapat Paripurna V
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Mojokerto pada tanggal
22 April 2010.
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
PERTAMA : Dengan keputusan ini Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota
Mojokerto memberikan rekomendasi kepada Walikota Mojokerto
untuk perbaikan penyelengaraan pemerintahan daerah ke depan.
KEDUA : Rekomendasi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Mojokerto
sebagaimana dimaksud dalam diktum PERTAMA, terlampir
dalam keputusan ini yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
keputusan ini.
3
KETIGA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Mojokerto
pada tanggal 22 April 2010
4
LAMPIRAN KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
KOTA MOJOKERTO
NOMOR : 4 TAHUN 2010
TANGGAL : 22 APRIL
2010
RERKOMENDASI
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA MOJOKERTO
ATAS LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN WALIKOTA
MOJOKERTO AKHIR TAHUN ANGGARAN 2009
BAB I
PENDAHULUAN
Sesuai dengan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004, bahwa hubungan
Kepala Daerah dengan DPRD merupakan kesetaraan dan kemitraan yang
dilandasi dengan hubungan “checks and balances” yang lebih seimbang. Disamping
itu, sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Pemerintah, Laporan Keterangan
Pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada Dewan Perwakilan rakyat Daerah
dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada
Masyarakat bahwa kepala daerah berkewajiban untuk memberikan informasi
berupa laporan penyelenggaraan pemerintahan daerah (LPPD) yang telah
dilaksanakan kepada masyarakat sebagai perwujudan transparansi dan
akuntabilitas.
A. Gambaran Umum Daerah
1. Kondisi Geografis Daerah
Sesuai dengan apa yang disampaikan dalam pengantar LKPJ Walikota
Mojokerto Akhir Tahun Anggaran 2009, bahwa kota Mojokerto dengan luas
wilayah 16,46 km² perlu upaya perencanaan penataan kota yang komprehensif
berdasarkan prosentase kebutuhan dan alokasi fungsi kegunaan lahan. Maka,
diperlukan peraturan daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RT RW)
yang sempat tertunda pada tahun 2009 sebelum pembahasan RPJMD. Hal ini
5
berarti bahwa pemerintah kota Mojokerto dalam penataan kota tidak
memakai perencanaan yang baik.
2. Kondisi Demografis Daerah
Jumlah penduduk yang tidak sebanding dengan luas wilayah sehingga
menimbulkan kepadatan penduduk, yaitu sekitar 7.018 penduduk per km²
pada tahun 2009, maka ini mempunyai dampak beban kesejahteraan
masyarakat tidak seimbang dengan kemampuan anggaran. Untuk itu,
diperlukan peningkatan Sumber Daya Manusia supaya dampak sosial bisa
teratasi.
3. Kondisi Ekonomi
a. Potensi Unggulan Daerah
Potensi unggulan kota Mojokerto yang berupa Industri Batik Tulis, Industri
Miniatur Perahu Layar Tradisional, Industri Kerajinan Gips, Industri Onde-
onde dan Keciput, Industri Sepatu, Industri Cetakan Kue, dan beberapa
usaha mikro kecil dan menengah merupakan potensi daerah yang harus
dikembangkan, akan tetapi kenyataannya:
1. Intervensi pemerintah kota Mojokerto hanya bersifat pemenuhan
kewajiban, yang terpenting kegiatan berjalan dan tidak ada upaya
keseriusan untuk menata dan mengembangkannya untuk menjadi
potensi Pendapatan Asli Daerah kota Mojokerto. Hal ini terbukti bahwa
Pendapatan Asli Daerah hanya bisa menyumbang sebesar 8 % saja dari
total pendapatan kota Mojokerto.
2. Belum adanya mapping dan validasi data terkait dengan potensi
unggulan kota Mojokerto.
3. Kurangnya inovasi dan keberanian pemerintah kota Mojokerto untuk
mendatangkan investor industri besar/sedang di kota Mojokerto,
sehingga peluang lapangan pekerjaan menjadi sempit dan peningkatan
perekonomian hanya berjalan di tempat.
b. Struktur Ekonomi
Berdasarkan hasil data LKPJ yang ada, struktur ekonomi kota Mojokerto
bersifat terbalik, hal ini dipengaruhi oleh kondisi kewilayahan dan jumlah
penduduk. Sektor terpenting dalam membentuk PDRB kota Mojokerto
6
adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan memberikan
kontribusi terbesar terhadap perekonomian di kota Mojokerto sebesar lebih
dari 30 %. Atas dasar ini DPRD menilai belum adanya upaya untuk
menggarap serius sektor yang menjadi lokomotif penunjang perekonomian
di kota Mojokerto.
c. Pertumbuhan Ekonomi
Salah satu tingkat keberhasilan pertumbuhan ekonomi kota Mojokerto
adalah pertumbuhan PDRB sektoral. Dilihat dari tabel pertumbuhan
ekonomi kota Mojokerto tahun 2004-2008, maka PDRB kota Mojokerto
mengalami fase naik turun dan kecenderungan menurun dari tahun 2004
yaitu 105,82, tahun 2005 - 105.48, tahun 2006 – 105, 51, tahun 2007 –
105,98, tahun 2008 – 105, 27. Kalau di rata-rata, perkembangan PDRB kota
Mojokerto dari tahun 2004 sampai tahun 2008 hanya berkisar antara 0,11 %
pertahun.
d. Pendapatan Regional Per Kapita
Melihat pertumbuhan ekonomi kota Mojokerto sebesar 5,27% (harga
konstan tahun 2000), pertumbuhan ini lebih rendah dibandingkan tahun
2007 sebesar 5,9 % dan didukung adanya inflasi dari PDRB Kota Mojokerto
sebesar 9,76 % menandakan bahwa pertumbuhan ini menjadi problematik
atas pendapatan regional perkapita penduduk dengan besarnya inflasi yang
melebihi pertumbuhan ekonomi kota Mojokerto. Atas dasar ini DPRD
melihat bahwa inflasi yang lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi berarti
impact daya beli masyarakat masih rendah dan belum bisa mengikuti
perkembangan dari harga-harga kebutuhan pokok. Untuk itu, pemerintah
kota harus serius untuk menyeimbangkan antara tingkat pertumbuhan
ekonomi dengan tingkat inflasi.
e. Prospek Ekonomi Kota Mojokerto Tahun 2009
Mengacu potensi dan keterbatasan kota Mojokerto selama ini, maka
pemerintah kota Mojokerto harus lebih serius untuk menggarap kelompok
sektor tersier yg menjadi tumpuan dan lokomotif penunjung dari
Pendapatan Asli Daerah. Disamping itu kelompok sektor skunder dan primer
7
tetap menjadi garapan untuk ditingkatkan sebagai penunjang dari kelompok
sektor tersier. Untuk itu dibutuhkan tujuan, arah kebijakan, dan grand
strategi perencanaan pembangunan kota yang disesuaikan dengan
Peraturan Daerah Kota Mojokerto Nomor 3 Tahun 2009 tentang RPJMD.
BAB II
KEBIJAKAN PEMERINTAHAN KOTA MOJOKERTO TAHUN 2009-2014
A. Visi dan Misi
1. Visi Kota Mojokerto 2009-2014
Parameter-parameter yang ada pada Visi kota Mojokerto yaitu “Terwujudnya
Kota Mojokerto yang Sehat, Cerdas dan Bermoral” dengan membangun
kekuatan pada 4 (empat) elemen kehidupan di kota Mojokerto sampai saat ini
tidak berjalan sama sekali. Untuk itu, pemerintah kota harus melakukan
evaluasi atas parameter-parameter tersebut.
2. Misi Pembangunan Kota Mojokerto 2009-2014
Untuk mengemban visi tersebut di atas dibutuhkan pengorganisasian
pemerintah kota Mojokerto melalui misi yang terjabarkan dalam 11 item,
maka hasil telaah DPRD bahwa pemerintah kota Mojokerto belum berfungsi
sebagai pemersatu gerak, langkah dan tindakan nyata bagi segenap komponen
penyelenggara pemerintah kota Mojokerto.
B. Tujuan, Sasaran, Strategi, Kebijakan dan Program Daerah
Masih normatifnya tujuan, Sasaran, Strategi, Kebijakan dan Program Daerah,
maka berdampak pada tumpang tindihnya program yang dijalankan, ego sektoral,
kurangnya kreatifitas dan inovasi di masing-masing SKPD dan tingkat keberhasilan
program yang belum maksimal, sehingga berdampak pada masyarakat sebagai
pelengkap penderita.
C. Prioritas Daerah
Arah penentuan prioritas program pembangunan daerah yang terdiri atas 7 item,
terjadi pergeseran prioritas pembangunan atas penggunaan anggaran belanja. Hal
8
ini terbukti bahwa prioritas pembangunan pada penggunaan anggaran pada item
1 adalah percepatan penyelesaian prasarana kesehatan yaitu pembangunan RSUD
Surodinawan yang dilakukan secara multi years. Sedangkan skala prioritas
pembangunan daerah yang sebenarnya pada item 1 yaitu peningkatan kualitas
birokrasi dan pelayanan publik. Hal ini, menunjukkan bahwa pemerintah kota
Mojokerto tidak komitmen dan tidak konsisten terkait pembangunan di kota
Mojokerto.
BAB III
KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
Sesuai dengan pasal 5 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006
bahwa “Kepala daerah selaku kepala pemerintah daerah adalah pemegang
kekuasaan pengelolaan keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam
kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan”, maka hendaknya harus benar-
benar berorientasi pada tuntutan dan kebutuhan publik antara lain:
1. Mendorong pengembangan ekonomi lokal dengan prioritas pada UMKM,
koperasi, lapangan pekerjaan dan mengurangi angka kemiskinan dan
pengangguran;
2. Kemampuan sumber penerimaan direncanakan terciptanya stabilitas
anggaran dan pemantapan keuangan daerah;
3. Prinsip kemandirian yang mengandalkan pada kemampuan Pendapatan Asli
Daerah;
4. Meningkatkan peran swasta dan masyarakat guna mendongkrak keuangan
daerah dan menciptakan iklim investasi yang kondusif;
5. Pembangunan infrastruktur sarana dan prasarana harus menitikberatkan
kepada pembangunan yang mengarah pada perkembangan usaha
perdagangan dan jasa;
6. Meningkatkan pengawasan fungsional dan melekat agar anggaran yang
dialokasikan benar-benar dapat dirasakan oleh masyarakat;
7. Alokasi anggaran belanja langsung harus lebih besar dari pada belanja tidak
langsung dengan prosentase masing-masing 70 % : 30 %. Kenyataan di
lapangan adalah 46 % : 54 %.
9
A. Pengelolaan Pendapatan Daerah
1. Intensifikasi dan Ekstensifikasi Pendapatan Daerah
Belum optimalnya intensifikasi dan ekstensifikasi terkait dengan peningkatan
Pendapatan Asli Daerah dengan segala keterbatasan pemerintah kota
Mojokerto, maka bagaimana pelaksanaan pendataan objek pajak dan
peremajaan retribusi pajak serta perbaikan sarana dan prasarana yang belum
memadai diarahkan pada upaya mempertahankan dan menggali sumber-
sumber potensi daerah tanpa harus menimbulkan ekonomi biaya tinggi.
2. Target dan Realisasi Pendapatan Daerah
a. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Dengan realisasi Pendapatan Asli Daerah Tahun 2009 yang hanya
menyumbang Rp. 28.782.824.817,45 atau hanya sekitar 8% dari total
keseluruhan pendapatan kota Mojokerto Tahun 2009, maka pemerintah
kota hendaknya memperbaiki kebocoran-kebocoran yang terjadi dan
berani mengambil inovasi untuk mengembangkan potensi dan sumber-
sumber daerah yang selama ini belum terkelola secara maksimal
(mangkrak).
b. Pendapatan Dana Perimbangan
Masih mengandalkannya pendapatan dana perimbangan sebesar Rp.
291.496.817.179,00 atau sekitar 81 % dari total keseluruhan APBD T.A.
2009 maka berdampak pada posisi tawar kota Mojokerto pada pemerintah
pusat dan pemerintah propinsi serta daerah-daerah lainnya.
3. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah
Tidak tercapainya target pendapatan daerah yang sah terutama pada
pendapatan hibah yang hanya tercapai 89,6 %, sangat dimungkinkan salah
perencanaan dan implementasi serta kurangnya komunikmasi kerjasama
pemerintah kota dengan pemerintah pusat dan juga pemerintah kota dengan
pemerintah propinsi.
10
Dari paparan di atas terkait dengan pendapatan daerah, pemerintah kota
Mojokerto harus mampu untuk melakukan:
a. optimalisasi pendataan dan pemeliharaan data objek pajak, retribusi dan
upaya penarikan pajak dan retribusi;
b. optimalisasi pemanfaatan dan fungsi aset-aset daerah. Karena yang terjadi
selama ini aset-aset daerah banyak yang tidak bertuan, salah penanganan
dan salah pemanfaatannya.
c. optimalisasi pembinaan kesadaran masyarakat terhadap kewajiban
membayar pajak dan retribusi.
B. Pengelolaan Belanja Daerah
1. Kebijakan Umum Belanja Keuangan Daerah
Implementasi kebijakan belanja keuangan daerah kota Mojokerto merupakan
salah satu alat yang harus berorientasi pada anggaran berbasis kinerja, hal ini
menandakan bahwa pemerintah kota Mojokerto kurang mampu:
a. menentukan pilihan aktivitas yang memerlukan biaya yang relative kecil
dengan hasil yang optimal;
b. pengurangan aktivitas yang tidak jelas tanpa mengurangi nilai tambah bagi
kesejahteraan masyarakat;
c. penghilangan aktivitas yang tidak bisa memberikan nilai tambah bagi
kesejahteraan masyarakat dan membebani masyarakat;
d. belanja daerah yang berorientasi pada kinerja, kepentingan publik dan
jangka panjang;
e. Mengeliminasi sumber pemborosan daerah dan peningkatan kapasitas
aparatur daerah;
2. Target dan Realisasi Belanja
Ketidakmampuan pemerintah kota untuk menekan sisa lebih anggaran pada
tahun 2009 sebesar kurang lebih Rp. 77 M menandakan bahwa target dan
realisasi belanja tidak seimbang dengan perencanaan program dan
pelaksanaan yang berjalan;
11
BAB IV
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERITAHAN DAERAH
A. Kinerja Makro Sosial dan Ekonomi
- Kinerja makro sosial dan ekonomi kota Mojokerto tidak hanya didasarkan atas
output perencanaan dan perangkaan semata, tetapi kinerja kelompok
indikator makro sosial dan ekonomi, baik itu indikator visi, arah
pembangunan, tujuan strategis diwajibkan mampu menjawab rencana kerja
pembangunan pemerintah daerah (RKPD), pembangunan jangka menengah
dan jangka panjang yang komprehensif sesuai dengan visi dan misi Walikota.
- Di sisi lain penguatan kinerja makro sosial dan ekonomi didasarkan atas
implementasi program dan kegiatan serta evaluasi secara menyeluruh dan
berkelanjutan. Upaya ini dilakukan agar empat pilar yaitu:
1. Pemerintah
a. Pemerintah yang sehat adalah yang bercirikan clean and good
governance, tetapi kenyataannya terjadi disharmonis antara pejabat
publik dengan pejabat penyelenggara pemerintah sehingga sangat
mempengaruhi kinerja pemerintahan.
b. Pemerintah yang cerdas adalah pemerintah yang professional, efektif,
efisien, produktif dan SDM aparaturnya berkualitas, namun
kenyataannya masih banyak aparatur yang belum paham tentang tugas
pokok dan fungsinya.
c. Pemerintah yang sejahtera adalah pemerintah yang memperhatikan
pemenuhan hak-hak dasar para pegawainya, namun kenyataannya dua
kali mutasi yang terjadi pada tahun 2009 belum bisa menempatkan
personel yang sesuai dengan proporsional dan profesionalnya. (lebih
pada kedekatan, asal Bapak senang…………!!!!)
d. Pemerintah yang bermoral adalah pemerintah yang adil, amanah dan
tidak korup. Untuk itu sangat diperlukan adanya pembinaan mental
aparatur pemerintah.
12
2. Masyarakat
a. Masyarakat yang sehat adalah yang mempunyai tingkat derajat
kesehatan masyarakat dan kesadaran berperilaku hidup sehat,
kenyataannya masih terdapat masyarakat yang berperilaku hidup yang
kurang sehat, serta masih tingginya jumlah pasien yang di rawat inap di
RSUD dan Puskesmas.
b. Masyarakat yang cerdas adalah masyarakat yang mempunyai
kemampuan SDM yang baik, mandiri, berpendidikan dan
berketerampilan hidup. Kenyataannya masih tingginya angka putus
sekolah/mengulang, dan masih banyaknya guru yang belum
berijazahkan S1.
c. Masyarakat yang sejahtera adalah masyarakat yang ditandai dengan
terpenuhinya kebutuhan hidup, rendahnya angka kemiskinan dan
pengangguran. Kenyataan dilapangan, angka kemiskinan dan
pengangguran masih belum dapat dikurangi secara signifikan.
d. Masyarakat yang bermoral ditandai dengan rendahnya angka
kriminalitas dan memiliki kualitas keimanan, ketaqwaan dan kesalehan
sosial. Kenyataannya angka kriminalitas di kota Mojokerto masih tinggi.
3. Swasta
a. swasta yang sehat di tandai oleh iklim usaha yang sehat dan mandiri,
namun kenyataannya peluang usaha dan permodalan masih sangat
kurang dikarenakan adanya intervensi pemerintah kota terkait dengan
penyediaan anggaran perekonomian kerakyatan dan permodalan.
b. Swasta yang cerdas ditandai dengan swasta yang professional, mampu
memanfaatkan peluang pasar dan berdaya saing tinggi, namun
kenyataannya peluang pasar hanya dimiliki oleh SEGELINTIR orang saja.
c. Swasta yang sejahtera ditandai dengan meningkatnya pendapatan dan
kebijakan pemerintah kondusif bagi pengembangan usaha ekonomi.
Kenyataannya kebijakan pemerintah sangat berpihak hanya kepada
orang-orang BERDUIT.
d. Swasta yang bermoral ditandai dengan dunia usaha yang tidak korup,
menjauhi budaya suap, bersaing secara sehat dan memiliki kepedulian
terhadap sesama. Kenyataannya pemerintah kota dalam memilih
13
investor lebih didasarkan pada kedekatan personel yang bersifat
KOLUTIF.
4. Lingkungan
a. Lingkungan yang sehat adalah lingkungan yang bersih, bebas polusi,
terpenuhinya air yang bersih infrastruktur dan aspek konservasi serta
tata ruang yang mampu mendukung peningkatan derajat kesehatan
masyarakat dan pola hidup yang sehat. Kenyataannya di beberapa
tempat di wilayah kota masih banyak dijumpai kekumuhan yang jauh
dari nilai-nilai kesehatan.
b. Lingkungan yang cerdas ditandai dengan efisiensi tata ruang yang bagus
baik pengawasan pengendalian dan pengelolaannya. Kenyataannya tata
ruang yang ada, peruntukannya hanya didasarkan pada keinginan
walikota seorang.
c. Lingkungan yang sejahtera ditandai dengan tata ruang yang mampu
mendukung ekonomi rakyat, kelestarian dan keragaman hayati.
Kenyatannya lingkungan yang sejahtera terkesan hanya untuk
mensejahterakan SEGELINTIR orang yang dekat dengan kekuasaan.
d. Lingkungan yang bermoral adalah ditandai dengan peningkatan kualitas
keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta
pengendalian perilaku menyimpang.
B. Kinerja Pelaksanaan Program Pembangunan Tahun 2009
1. Urusan Wajib
a. Pendidikan
- Perlunya pembinaan dan pengawasan yang lebih intensif terhadap
transparansi penggunaan anggaran DAK dan BOS yang langsung
meluncur kepada instansi pengguna tanpa melalui kantor kas daerah,
agar tepat sasaran dan tidak terjadi kebocoran.
- Bantuan uang transport untuk GTT dan PTT dirasa masih sangat minim
dan juga belum adanya aturan tentang batasan usia guru bantu yang
tidak mendapatkan uang transport.
- Penarikan dana partisipasi oleh sekolah kepada wali murid tidak sesuai
dengan aturan yang berlaku, dimana ada beberapa sekolah dalam hal
14
penarikan dana partisipasi masih belum melibatkan wali murid dan
komite dan tanpa sepengetahuan Dinas P & K sehingga penggunaannya
menjadi tidak jelas dan patut dipertanyakan. Oleh karena itu,
dibutuhkan sosialisasi tentang keseragaman penarikan kepada wali
murid tersebut agar tidak menimbulkan biaya yang tinggi pada
pendidikan.
- Terkait dengan Penerimaan Siswa Baru, hendaknya dilakukan evaluasi
terhadap perwali, sehingga terjadi keseimbangan, keharmonisan dan
keselarsan antara sekolah negeri dan swasta, wilayah kota dan luar
wilayah kota.
- Perlunya penetapan lay out pendidikan (rombongan belajar) sekolah.
- Sekolah SBI masih belum melaksanakan aturan main yang ada (masih
menerima kelas regular), sehingga terkesan adanya diskriminasi antara
kelas SBI dan regular.
- Selain itu sekolah RSBI dan SBI dalam pertanggungjawaban dana block
grand tidak masuk pada pembahasan APBD, dan ini disinyalir banyak
diminati oleh pihak-pihak tertentu.
- Disamping itu pengajar RSBI/SBI lebih giat mengajar di siang hari karena
mendapatkan honor yang besar dan cenderung mengajar dengan santai
dengan banyak memberikan tugas pada siswa di pagi hari.
- Sertifikasi guru merupakan upaya untuk meningkatkan pengetahuan dan
mutu pendidik sekaligus peningkatan pendapatan, namun kenyataannya
guru yang bersertifikasi dengan nonsertifikasi bedanya hanya di
pendapatannya, guru bersertifikasi belum mampu merubah kualitas
pendidikan secra siginifikan.
- Periodesasi kepala sekolah hendaknya berdasarkan perda pendidikan.
Karena masih ada kepala sekolah yang tidak sesuai dengan Peraturan
daerah Nomor 6 Tahun 2007. Contoh, masih adanya kepala sekolah yang
menjabat selama belasan tahun.
- Implementasi wajar dikmen 12 tahun belum maksimal
- Penumpukan guru guru bidang studi di sekolah, sehingga berdampak
kepada tidak terpenuhinya mengajar 24 jam/minggu.
- Tidak sinkronnya visi misi bidang pendidikan dengan alokasi anggaran
yang lebih banyak bertumpu pada infrastruktur.
15
- Masih adanya program pendidikan yang dalam pelaksanaanya tidak
sesuai dengan perencanaannya.
- Belum terealisasinya IT Center di Dinas P & K Kota Mojokerto walaupun
perangkat pendukung yang berada di sekolah-sekolah telah terpasang
sejak tahun 2007 sesuai dengan instruksi dari dinas Pendidikan Kota
Mojokerto.
- Realisasi subsidi dana investasi dan SPP untuk anak Kota Mojokerto
belum sesuai dengan data dari sekolah-sekolah.
b. Kesehatan
- Mutu pelayanan yang ada di RSUD terjadi diskriminasi antara
masyarakat mampu dan masyarakat miskin, terutama pada pasien
dengan pelayanan jamkesmas.
- Adanya regulasi jamkesmas diganti dengan jamkesda ternyata
memberatkan masyarakat dan perlu adanya sosialisasi.
- Program PSN yang di canangkan oleh pemerintah daerah belum
maksimal dalam pelaksanaannya, ini terbukti masih adanya masyarakat
kota yang terserang penyakit yang di sebabkan oleh nyamuk, disamping
itu laporan data tentang penderita Demam Berdarah dari Dinas
Kesehatan belum masuk dan jangan hanya lisan saja.
- Tidak muncul lagi kegiatan pengobatan gratis yang di danai oleh APBD
pada tahun 2009, padahal pada tahun 2008 kegiatan ini gencar di gelar
pada seluruh kelurahan.
- Perlu menitikberatkan kualitas pelayanan kesehatan dasar di puskesmas
induk dan puskesmas pembantu, bukan hanya sekedar perbaikan sarana
fisik/tampilan gedung pelayanan saja tetapi juga pelayanan pasien serta
kelengkapan peralatannya.
- Perlu adanya optimalisasi dan pemerataan posyandu terutama untuk
pelayanan vaksinasi bagi balita dan anak sekolah serta peningkatan gizi
keluarga dan pemberian dukungan dana stimulant dari APBD.
- Perlu adanya pemantauan kepada toko obat dan apotek secara intensif
terkait masalah peredaran obat yang melibatkan instansi terkait.
- Dibutuhkan kesungguhan kerja dari SKPD terkait dengan lebih
mengedepankan tindakan – tindakan prefentif, membangun
16
kebersamaan yang nyata dan rutin dengan masyarakat, serta
mengutamakan pelayanan yang ramah dan cepat di dalam upaya
meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat kota Mojokerto.
- Kesehatan itu juga tidak lepas dari lingkungan yang bersih dan sehat,
kenyataannya kondisi infrastruktur kota Mojokerto masih kumuh.
- Kurangnya tindakan yang cepat dari Dinas Kesehatan, menyikapi laporan
dari masyarakat terkait dengan daerah yang terserang Demam
Berdarah.
c. Pekerjaan Umum
- Pembangunan sarana sanitasi (MCK) yang dibangun di 6 kelurahan
dengan total biaya sebesar 2,6 Milyard kondisinya sangat
memprihatinkan meliputi kondisi kualitas bangunan yang sangat jelek
dan tidak tepat sasaran sehingga berdampak pada belum dapat
difungsikan karena sudah banyak yang rusak.
- Program pengendalian banjir di kota Mojokerto pada tahun 2009 yang
menelan biaya sebesar 6,7 Milyard tidak bisa optimal sehingga bahaya
banjir selalu menghantui masyarakat kota Mojokerto.
- Proyek sanitasi APBD Kota Mojokerto yang dibiayai senilai lebih dari Rp.
400 Juta/unit, kualitasnya jauh lebih rendah dibandingkan dengan
proyek sanimas (BORDA) yang menelan anggaran tak lebih dari Rp. 250
juta/unit. Disamping itu proyek tersebut banyak melibatkan peran serta
masyarakat.
- Pembangunan pasar ikan di kecamatan Prajurit Kulon dan pembangunan
sentral industri kecil (SIK) di bypass hingga saat ini belum bisa
dimanfaatkan oleh masyarakat (MUSPROH).
- Pembangunan saluran drainase atau gorong-gorong dan plengsengan
kualitasnya sangat memprihatinkan sehingga banyak yang baru
dibangun sudah rusak dan ambrol (alias BUGREK……).
d. Perumahan
Banyaknya pengaduan masyarakat terhadap hasil pelaksanaan program
bedah rumah terkait dengan kualitas dan sasarannya.
17
e. Penataan Ruang
- Belum adanya peraturan daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
kota sehingga sangat mempengaruhi penentuan lokasi dan kebutuhan
peruntukan pembangunan secara menyeluruh.
- Masih terdapatnya pengalihan fungsi ruko di kota Mojokerto yang
dimanfaatkan menjadi gudang.
f. Perencanaan Pembangunan
- Perencanaan pembangunan yang kurang terukur mengakibatkan
ketidakselarasan antara tujuan dan hasil pelaksanaan.
- Lemahnya monitoring dan evaluasi perencanaan pembangunan sehingga
berakibat pada lemahnya pengendalian pembangunan yang berdampak
pada seluruh aspek yang ada di kota Mojokerto.
- Kurangnya kevalidan data yang diperoleh masing-masing dinas dan BPS
karena terjadi indikator dan variable yang tidak sama.
- Pemerintah hendaknya mempunyai tenaga fungsional peneliti yang
kompeten dan kredibel.
- Kurang tumbuhnya pelaku investasi di Kota Mojokerto, disebabkan
karena pemerintah kota hanya memakai investor yang “itu-itu” saja.
g. Perhubungan
- Peningkatan pelayanan angkutan masih jalan di tempat.
- Pembinaan, pengawasan dan penertiban terhadap 100 orang pengemudi
dan 142 juru parkir masih sebatas wacana padahal dengan anggaran
hampir 200 juta, seharusnya pelayanan masyarakat utamanya di bidang
perparkiran lebih meningkat.
- Penempatan rambu-rambu yang terkadang tidak tepat sasaran.
h. Lingkungan Hidup
- Program peningkatan pengendalian polusi yang ditimbulkan aktifitas
industri, seperti halnya aktifitas perusahaan-perusahaan dan sejenisnya
hingga kini tidak ada penyelesaiannya, limbah bau busuk masih menjadi
santapan rutin masyarakat.
18
- Kurang maksimalnya pengerukan wallet di wilayah kota mengakibatkan
banyaknya genangan-genangan air ketika hujan.
- Kurangnya kesiapan terhadap penanganan banjir, baik itu dari air hujan
maupun dari luapan air sungai yang mengakibatkan daerah-daerah
tertentu tergenang air.
- Lebih dimaksimalkan tim tanggap bencana alam terkait dengan kejadian-
kejadian yang bersifat force major.
i. Pertanahan
- Belum terselenggaranya manajemen administrasi aset yang bagus dan
kurangnya transparansi berapa jumlah aset pemerintah yang
sebenarnya. Jangan sampai aset pemerintah menjadi aset pribadi.
- Masih banyak sekolah, kantor dan lembaga di bawah naungan
pemerintah yang belum bersertifikat atau bermasalah sehingga
berpengaruh terhadap proses pelaksanaannya.
- Tidak adanya pemaksimalan potensi ekonomi terkait dengan aset
pemerintah kota yang bisa dikembangkan untuk mendongkrak
Pendapatan Asli Daerah. Hal ini terkait banyaknya kepentingan pribadi
yang mengalahkan kepentingan masyarakat. Contohnya, GOR
Majapahit.
- Kurangnya transparansi berapa aset pemerintah yang sebenarnya,
kejelasan status aset.
- Pemerintah kota Mojokerto dalam hal penanganan aset terkesan
melakukan kejar tayang dengan tujuan untuk penyerapan anggaran
semata.
- Kurang maksimalnya penggunaan fungsi lapangan Olah Raga Gelora A.
Yani yang terbuka luas untuk masyarakat berdampak menurunya
prestasi di bidang keolahragaan di kota Mojokerto dikarenakan:
1. Adanya pergesaran fungsi olah raga menjadi fungsi yang lain
2. Perawatan terkait fasilitas lapangan yang tidak maksimal.
j. Kependudukan dan Catatan Sipil
- Masih terdapatnya pelayanan yang kurang prima (lambat).
19
- Belum berjalannya Sistem on line pada Dinas Kependudukan dan
Catatan Sipil.
- Belum maksimalnya akurasi data kependudukan dan pemutakhiran data
keluarga dengan mewujudkan sistem koneksi NIK (Nomor Induk
Kependudukan).
k. Pemberdayaan Perempuan
- Dalam implementasinya, sasaran kegiatan pemberdayaan perempuan
kurang menyentuh kaum perempuan di lapisan masyarakat kota
Mojokerto paling bawah, sehingga terkesan program yang dijalankan
hanya mengakomodir dan menguntungkan orang orang tertentu saja.
Diharapkan ke depan pemberdayaan perempuan lebih pro aktif dalam
menjalankan program kegiatan serta menggunakan azas pemerataan
terhadap sasaran kegiatan yang dilaksanakan.
- Belum optimalnya peran lembaga dalam penanganan masalah kekerasan
dalam rumah tangga.
l. Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera
- Kurang maksimalnya sosialisai terkait reproduksi bagi masyarakat usia
subur.
- Kurang optimalnya kegiatan kelompok bina keluarga remaja dan bina
keluarga lansia.
m. Sosial
- Dalam hal penanganan penyandang masalah kesejahteraan sosial
(PMKS) diharap tidak terjadi lagi polemik seperti halnya penyaluran
bantuan untuk lansia terlantar tahun 2009 yang direalisasi pada tahun
ini.
- Amburadulnya sistem updating data terkait masalah bantuan terhadap
lansia sehingga menimbulkan polemik di masyarakat yang tidak
mendapatkan bantuan tersebut. Seharusnya sebelum disalurkannya
bantuan lansia, pihak dinas terkait melakukan validasi data yang akurat
sehingga anggaran yang dikeluarkan tidak sia-sia.
20
- Kurang optimalnya pemerintah dalam menangani gepeng dan anak
jalanan terutama pada segi pembinaan, sehingga masih banyaknya
gepeng dan anak jalanan di kota yang mengganggu ketertiban lalu lintas.
- Lemahnya pengawasan kualitas raskin sehingga berakibat kualitas beras
yang diterima oleh masyarakat sangat buruk.
n. Tenaga Kerja
- Pemerintah kota Mojokerto hendaknya konsisten terkait dengan
perluasan lapangan pekerjaan, sehingga pengangguran dapat diatasi
secara berkelanjutan.
- Belum adanya penyaluran tenaga kerja dari peserta pelatihan yang
diadakan oleh Dinas Tenaga Kerja. Jangan hanya dilatih saja, tapi
pikirkan juga penyalurannya.
o. Koperasi dan Usaha Kecil Menengah
Pemerintah kota harus melakukan validasi lembaga koperasi dan ukm yang
masih aktif sehingga tidak muncul koperasi yang keberadaannya tidak jelas
namun tetap menyerap pinjaman lunak.
p. Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri
Terkait dengan kerukunan umat beragama dan stabilitas daerah, maka
perlu adanya peningkatan kewaspadaan dan deteksi dini terhadap:
- kerawanan sosial dalam aspek kehidupan beragama. Tebukti munculnya
aliran yang mendustakan salah satu agama.
- Tempat-tempat yang dipakai untuk kegiatan beragama yang tidak sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
q. Pemerintahan Umum
- Penerapan produk hukum daerah terkesan kurang pada segi penegakan
aturan, sehingga implementasinya sangat mandul. Contoh, penertiban
PKL di wilayah kota.
- Adanya tempat hiburan yang berijinkan rumah makan, padahal
kenyataannya digunakan sebagai tempat karaoke dengan layanan plus
21
yang lolos tanpa adanya evaluasi lebih lanjut, sehingga muncul wacana
kota Mojokerto menuju kota hiburan malam.
- Belum adanya tindakan bagi tempat-tempat hiburan yang tidak berijin
- Masih banyaknya pungutan liar pada proses perijinan, sehingga sangat
membebani masyarakat yang akan mendirikan usaha.
- Mekanisme perijinan usaha perlu disederhanakan, sehingga tidak
menimbulkan peluang-peluang pemanfaatan oleh aparatur yang tidak
bertanggungjawab.
- Perlu ditinjau kembali proses perijinan tentang ijin keramaian agar tidak
merugikan lingkungan sekitarn (warga).
r. Program Peningkatan Pelayanan Kedinasan Kepala Daerah/Wakil Kepala
Daerah
Sangat kurangnya respon dari walikota terhadap keberpihakan pada
kepentingan masyarakat.
s. Kepegawaian
- Terkait dengan mutasi yang masih didasarkan atas kepentingan sesaat
yang cenderung pada pola pendekatan personal. Banyak pegawai yang
berpengalaman, golongannyapun juga sudah memenuhi syarat, tetapi
kenapa kok yang diangkat menjadi pejabat adalah anak baru kemarin
sore.
- Belum diterapkannya prinsip the right man on the right place or the right
man on the right job. Prinsip professional dan proporsional. Hal ini
akibat lemahnya kontrol analisis jabatan dan kepangkatan sesuai dengan
Daftar Urut Kepangkatan. Contoh, Sarjana Pendidikan ditempatkan pada
pekerjaan yang seharusnya ditangani oleh seorang sarjana teknik.
- Tidak adanya transparansi pada rekruitmen kepala sekolah sehingga
cenderung terkesan pesanan individu tertentu.
- Tidak adanya langkah konkrit dan pemberian prioritas terhadap
pengangkatan GTT/PTT untuk menjadi PNS. Hal ini terbukti dengan
masih banyaknya GTT/PTT yang masa kerjanya sudah lama dan usianya
sudah tua tetapi belum diangkat menjadi PNS.
22
- Lemahnya upaya optimalisasi organisasi terkait dengan pengaturan PNS
dan manajemen personel. Pegawai tambah banyak, kinerja menurun.
t. Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
- Masih kurangnya sosialisasi atas pemahaman tugas dan fungsi lembaga
kemasyarakatan kelurahan, sehingga sering terjadi tumpang tindih
kebijakan dan program yang hendak dijalankan.
- Banyaknya lembaga kemasyarakatan kelurahan yang muncul dari
masing-masing SKPD, membuat kurang efektifnya peran dan fungsi yang
dijalankan. Disamping itu, pelaku lembaga tersebut adalah orang yang
sama di masing-masing kelurahan, sedangkan beban operasional terlalu
tinggi untuk dikeluarkan.
u. Statistik
- Masih rendahnya pemahaman SKPD tentang pentingnya kegiatan
penelitian sebagai upaya evaluasi perbaikan program dan kegiatan ke
depan.
- Masih minimnya hasil penelitian yang diakomodir dalam kebijakan
pemerintah daerah, sehingga mempengaruhi dalam pengambilan
kebijakan.
v. Kearsipan
- Kurangnya kesiapan sumber daya manusia (PNS) terkait dengan sistem
kearsipan dengan menggunakan kartu kendali, sehingga petugas arsip
dan lapangan banyak mengalami kesulitan.
- Belum adanya standarisasi yang baku terkait dengan sistem kearsipan
dengan memakai kartu kendali.
w. Komunikasi dan Informatika
- Belum maksimalnya pengembangan TIK (Teknologi Informasi dan
Komunikasi) secara merata dikarenakan kemampuan dan kapasitas SDM
yang kurang dalam penguasaan teknologi.
23
- Kurangnya sosialisasi dan bimbingan terhadap pemahaman sarana dan
prasarana serta fungsi tugas pokok SKPD yang dapat dikonversikan ke
teknologi informasi guna menghadapi kompetisi global dan regional.
x. Olah raga dan seni
- Pengalokasian anggaran belum menyentuh ke seluruh cabang olah raga
dan seni budaya. Perlu pemberian penghargaan sebagai wujud
kepedulian pemerintah kota kepada atlet dan seniman berprestasi dan
mengharumkan nama kota Mojokerto.
- belum adanya fasilitasi dan pembinaan kesenian daerah atau tradisional
secara professional serta belum adanya komunikasi dan pembinaan
secara intensif dari pemerintah kota kepada para pelaku seni.
2. Urusan Pilihan
a. Pertanian
- Perencanaan yang kurang strategis terhadap pola pemanfaatan lahan
yang ada di wilayah kota untuk mengarah pada lahan pertanian yang
bersifat agrobisnis.
- Kurangnya inovasi dan kreatifitas pemanfaatan hasil-hasil pertanian
yang menjadi produk potensi unggulan daerah. Mislanya saja,
Kabupaten Lamongan bukan merupakan penghasil beras, namun
mempunyai pasar induk hasil pertanian berupa beras.
- Belum terbentuknya badan/kantor ketahanan pangan sesuai dengan PP
No. 41 Tahun 2007 .
b. Kehutanan
- Belum maksimalnya peruntukan RTH (Ruang Terbuka Hijau) sesuai
dengan RPJMD Kota Mojokerto.
- Sesuai perundang-undangan yang baru bahwa luas RTH minimal 30 %
dari luas wilayah daerah, kenyataannya di kota Mojokerto luas wilayah
RTH masih jauh dari 30 %, disamping itu, program yang dicanangkan
hanya pada penanaman sejuta pohon.
24
c. Pariwisata
- Terbatasnya sumber daya alam, belum terciptanya ikon khusus
membuat pariwisata kota Mojokerto belum mendapat daya tarik dari
wisatawan.
- Kurang maksimalnya pemanfaatan lahan wisata yang ada dan
memberikan pilihan-pilihan pengembangan wisata (kuliner).
d. Kelautan dan Perikanan
Program pengembangan budidaya perikanan hanya merupakan
pelaksanaan program semata, tanpa ada hasil yang nyata.
e. Perdagangan
- Belum terealisasinya tempat pemasaran produk kota Mojokerto.
- Kecenderungan konsumen untuk mencari produk illegal karena harga
yang murah.
f. Perindustrian
- Kurang strategisnya lokasi SIK dan belum memadainya prasarana
penunjang yang ada di SIK, maka para pengusaha industri kecil dan
menengah kurang berminat untuk menempatinya.
- Belum ada kerjasama industri kecil menengah dengan industri besar.
BAB VI
PENYELENGGARAAN TUGAS UMUM PEMERINTAHAN
Kerjasama Daerah dengan Pihak Ketiga
1. Pihak BPD Jatim
Perilaku birokrasi lebih cenderung tertarik pada penyertaan modal daripada
melakukan pengembangan potensi daerah.
2. PDAM
- Dibutuhkan restrukturisasi manajemen dan sumber daya manusia yang
lebih professional.
25
- Peningkatan pelayanan terhadap kepuasan konsumen agar keberadaan
PDAM dapat dipercaya oleh masyarakat dan bisa menjadi perusahaan
yang profit oriented.
- Produktifitas dan kualitas air perlu ditingkatkan sehingga menjadi air
minum yang menyehatkan.
- Tingkat kesejahteraan pegawai PDAM perlu ditingkatkan.
SELAIN BEBERAPA REKOMENDASI DI ATAS, TERDAPAT JUGA
BEBERAPA CATATAN SEBAGAI BERIKUT:
1. KEMITRAAN ANTARA EKSEKUTIF DAN LEGISLATIF JANGAN
HANYA ADA DI MULUT SAJA, DAN JUGA JANGAN ADA DUSTA DI
ANTARA KITA.
2. PEMERINTAH HENDAKNYA KONSISTEN TERHADAP KOMITMEN
YANG TELAH DISEPAKATI.
3. ATAS DASAR RAPAT BADAN MUSYAWARAH PADA TANGGAL 6
APRIL 2010 DAN WALIKOTA TIDAK MENGHADIRI PARIPURNA
DPRD DALAM RANGKA PENYAMPAIAN SUMMARY LKPJ
WALIKOTA MOJOKERTO AKHIR TAHUN ANGGARAN PADA
TANGGAL 12 APRIL 2010 DENGAN ALASAN IJIN MELAKSANAKAN
IBADAH UMROH, ADA YANG MENGATAKAN BAHWA SAUDARA
WALIKOTA SEBENARNYA TIDAK MELAKSANAKAN UMROH. DAN
SEANDAINYA HAL ITU BENAR, MAKA HAL INI TERMASUK
KEBOHONGAN PUBLIK.