documentsk
DESCRIPTION
mentanTRANSCRIPT
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL
PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN Nomor : 13/Kpts/SR.130/B/9/2012
TENTANG
REALOKASI KEBUTUHAN PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN
TAHUN ANGGARAN 2012
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
DIREKTUR JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN,
Menimbang : a. bahwa dengan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 87/Permentan/SR.130/12/2011 juncto Nomor 10 / Permentan/ SR.130/2/2012 telah ditetapkan Kebutuhan dan Harga Eceran Tertinggi (HET) Pupuk Bersubsidi Untuk Sektor Pertanian Tahun Anggaran 2012;
b. bahwa telah terjadi peningkatan realisasi penyaluran pupuk bersubsidi untuk sektor pertanian sampai dengan Juli 2012, bahkan di beberapa provinsi realisasi telah melebihi alokasi satu tahun;
c. bahwa untuk mengantisipasi kemungkinan kekurangan pupuk di suatu Provinsi pada puncak musim tanam Oktober – Desember 2012 perlu dilakukan realokasi kebutuhan pupuk bersubsidi untuk sektor pertanian Tahun Anggaran 2012;
d. bahwa atas dasar hal-hal tersebut di atas dan sebagai tindak lanjut Pasal 4 ayat (1) dan ayat (2) Peraturan Menteri Pertanian Nomor 87/Permentan/SR.130/12/2011 juncto Nomor 10/ Permentan/SR.130/2/2012, dipandang perlu menetapkan Realokasi Antar Provinsi Kebutuhan Pupuk Bersubsidi Sektor Pertanian Tahun Anggaran 2012;
Mengingat : 1. Undang – Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3478);
2. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 70, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4297);
3. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2011 Tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2011 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 87, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5303);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2001 tentang Pupuk Budidaya Tanaman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 14, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4079);
5. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 77 tahun 2005 juncto Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 15 tahun 2011 tentang Penetapan Pupuk Bersubsidi Sebagai Barang Dalam Pengawasan;
6. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 250/PMK.05/2010 tentang Tata Cara Pencairan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Atas Beban Bagian Anggaran Bendahara Umum Negara Pada Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara;
7. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 94/PMK.02/2011 tentang Tata Cara Penyediaan Anggaran, Penghitungan, Pembayaran dan Pertanggungjawaban Subsidi Pupuk (Berita Negara Tahun 2011 Nomor 366);
8. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 17/M-DAG/PER/6/2011 tentang Pengadaan dan Penyaluran Pupuk Bersubsidi untuk Sektor Pertanian;
9. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 61/Permentan/OT.140/ 10/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian;
10. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 43/Permentan/SR.140/ 8/2011 tentang Syarat dan Tata Cara Pendaftaran Pupuk An-organik;
11. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 70/Permentan/SR.140/ 10/2011 tentang Pupuk Organik, Pupuk Hayati dan Pembenah Tanah;
12. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 87/Permentan/SR.130/ 12/2011 juncto Nomor 10/Permentan/SR.130/2/2012 tentang Kebutuhan dan Harga Eceran Tertinggi (HET) Pupuk Bersubsidi Untuk Sektor Pertanian Tahun Anggaran 2012;
13. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 01/Kpts/SR.130/1/2012 tentang Komponen Harga Pokok Penjualan Pupuk Bersubsidi untuk Sektor Pertanian;
14. Surat Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor S-28/MBU/2012 tanggal 13 Januari 2012 hal Penugasan Pelaksana Subsidi Pupuk Tahun 2012;
15. Surat Direktur Jenderal Anggaran Nomor S-7/MK.2/2012 tanggal 16 Januari 2012 hal Penunjukkan Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)/Penanggung Jawab Kegiatan, Penyampaian Formulir Surat Pernyataan dan Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak;
16. Surat Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Nomor 12/PDN/ND/01/2012 tanggal 10 Januari 2012 hal Penyediaan Stok di Lini IV.
Memperhatikan: Hasil Rapat Evaluasi dan Perencanaan Kebutuhan Pupuk Bersubsidi Untuk Sektor Pertanian Tahun 2012/2013
MEMUTUSKAN: Menetapkan :
KESATU : Realokasi Kebutuhan Pupuk Bersubsidi untuk Sektor Pertanian Tahun 2012, antar provinsi, seperti tercantum dalam lampiran sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Keputusan ini.
KEDUA : Realokasi antar Kabupaten/Kota sesuai dengan Pasal 4 ayat (3)
Peraturan Menteri Pertanian Nomor 87/Permentan/SR.130/12/2011 juncto Nomor 10/Permentan/SR.130/2/2012 ditetapkan lebih lanjut oleh Gubernur dengan memperhatikan realokasi sebagaimana dimaksud dalam diktum KESATU.
KETIGA : Realokasi antar Kecamatan dalam wilayah kabupaten/kota sesuai
Pasal 4 ayat (4) Peraturan Menteri Pertanian Nomor 87/Permentan/SR.130/12/2011 juncto Nomor 10/Permentan/SR.130/ 2/2012 ditetapkan lebih lanjut oleh Bupati/ Walikota dengan memperhatikan realokasi sebagaimana dimaksud dalam diktum KEDUA.
KEEMPAT : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 18 September 2012
DIREKTUR JENDERAL PRASARANA DAN
SARANA PERTANIAN,
Ttd.
Sumarjo Gatot irianto NIP. 19601024 198703 1001
Salinan Keputusan ini disampaikan Kepada Yth.: 1. Menteri Pertanian; 2. Gubernur di seluruh Indonesia; 3. Deputi IV Bidang Koordinasi Industri dan Perdagangan, Kementerian Koordinator
Bidang Perekonomian/Ketua Kelompok Kerja Perumusan Kebijakan Pupuk; 4. Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri, Kementerian Perdagangan; 5. Direktur Jenderal Basis Industri dan Manufaktur, Kementerian Perindustrian; 6. Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Kementerian Kelautan dan Perikanan; 7. Direktur Jenderal Anggaran, Kementerian Keuangan; 8. Deputi Bidang Usaha Industri Primer, Kementerian Negara Badan Usaha Milik
Negara; 9. Para Pejabat Eselon I di Lingkungan Kementerian Pertanian; 10. Direktur Utama PT. Pupuk Indonesia (Persero).
Lampiran Keputusan Direktur Jenderal Prasarana Dan Sarana Pertanian Nomor: 13/Kpts/SR.130/B/9/2012
Realokasi Kebutuhan Pupuk Bersubsidi Untuk Sektor Pertanian Tahun 2012
UREA SP-36 ZA NPK ORGANIK UREA SP-36 ZA NPK ORGANIK
1 ACEH 94,800 23,900 8,800 46,500 13,600 91,000 25,900 12,800 46,500 13,600
2 SUMATERA UTARA 207,600 60,800 53,000 165,500 46,800 207,600 55,410 51,000 144,000 34,600
3 SUMATERA BARAT 82,300 30,900 21,000 72,500 24,000 86,100 26,500 19,220 46,100 11,500
4 J A M B I 46,500 14,400 4,600 28,600 9,600 46,500 22,700 7,450 40,500 6,900
5 R I A U 39,000 10,300 5,200 23,700 5,100 39,000 12,300 8,370 31,300 5,100
6 BENGKULU 30,000 9,900 3,600 27,900 10,200 30,000 9,000 4,700 27,900 4,600
7 SUMATERA SELATAN 228,700 47,200 7,700 122,900 22,800 228,700 57,200 10,560 139,900 20,000
8 BANGKA BELITUNG 20,000 3,900 1,800 18,800 5,700 20,000 4,700 2,100 19,500 1,600
9 LAMPUNG 361,500 56,700 17,500 161,000 38,000 361,500 56,700 22,500 161,000 36,000
10 KEP. RIAU 200 160 100 1,000 150 200 160 30 100 150
11 DKI. JAKARTA 300 90 10 100 50 800 90 10 100 50
12 BANTEN 72,800 23,400 1,800 37,400 4,800 92,800 21,500 1,520 37,400 5,000
13 JAWA BARAT 827,900 184,900 77,700 393,200 49,300 807,400 180,000 75,870 393,200 56,000
14 D.I. YOGYAKARTA 58,900 7,400 12,200 27,600 10,500 58,900 5,200 10,260 24,100 12,500
15 JAWA TENGAH 970,000 175,100 186,700 413,200 162,100 970,000 175,100 199,360 421,700 194,250
16 JAWA TIMUR 1,269,600 215,000 485,000 674,800 336,200 1,269,600 215,000 453,490 674,800 324,250
17 B A L I 59,500 5,000 9,800 33,000 23,800 59,500 5,000 6,110 30,500 23,800
18 KALIMANTAN BARAT 41,000 13,000 3,800 56,900 11,500 41,000 13,000 3,360 61,350 22,500
19 KALIMANTAN TENGAH 16,900 5,000 700 23,800 3,800 16,900 6,200 1,300 23,800 2,400
20 KALIMANTAN SELATAN 46,900 10,000 1,700 33,400 6,300 51,900 10,000 1,850 31,400 4,850
21 KALIMANTAN TIMUR 21,900 7,000 2,200 21,900 3,500 21,900 6,500 2,660 24,000 4,600
22 SULAWESI UTARA 25,000 5,500 200 15,600 2,800 27,000 4,750 700 15,600 2,000
23 GORONTALO 17,700 1,700 150 13,900 750 17,700 2,000 710 14,000 1,000
24 SULAWESI TENGAH 40,600 5,400 9,000 22,800 3,200 40,600 5,400 8,970 22,800 3,000
25 SULAWESI TENGGARA 32,300 7,200 4,300 10,400 6,300 25,300 7,200 4,100 12,000 6,600
26 SULAWESI SELATAN 294,600 44,000 61,400 79,400 21,000 294,600 44,000 66,130 81,000 21,000
27 SULAWESI BARAT 17,300 3,000 6,100 10,700 1,200 24,800 2,000 8,270 11,900 2,000
28 NUSA TENGGARA BARAT 122,700 19,600 12,150 35,900 7,800 130,000 19,600 13,650 35,900 7,700
29 NUSA TENGGARA TIMUR 39,900 5,800 700 9,900 1,300 25,000 3,700 1,940 9,900 5,000
30 MALUKU 5,500 350 250 1,800 400 2,400 150 130 1,800 500
31 PAPUA 5,000 2,800 500 6,000 1,750 8,500 2,800 600 8,000 1,150
32 MALUKU UTARA 1,600 200 90 1,620 500 1,300 150 230 1,620 700
33 PAPUA BARAT 1,500 400 250 2,200 200 1,500 90 50 250 100
5,100,000 1,000,000 1,000,000 2,593,920 835,000 5,100,000 1,000,000 1,000,000 2,593,920 835,000
PROPINSIALOKASI SEMULA MENURUT JENIS PUPUK (TON) MENJADI REALOKASI MENURUT JENIS PUPUK (TON)
JUMLAH
NO.
Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 18 September 2012
DIREKTUR JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN,
Ttd.
Sumarjo Gatot Irianto Nip. 19601024 198703 1001