skenario 5 pertemuan 2
DESCRIPTION
Skenario 5 Pertemuan 2TRANSCRIPT
RESUME BLOK III
SKENARIO V
GERIATRI DAN TANATOLOGI
KELOMPOK E
1. Liza Okta Maya Sari 062010101034
2. Agnes Evelyn C 062010101054
3. Tamzila Akbar Nila Sandhi 112010101061
4. Cinthya Damayanti 112010101062
5. Hilwa Alfi Fauziyah 112010101063
6. Aisyiyah Alviana Agustin 112010101064
7. Zhara Vida Zhubika 112010101065
8. Rastra Defa Sari 112010101066
9. Putu Ratih Pradnyani Dewi 112010101067
10. Natasha Amelia 112010101069
11. I Gede Prima Julianto 112010101070
12. Stefen Andrean 112010101071
13. Hanifa Rosyda Risqi Cahyani 112010101072
14. Olyvia Yulyani Khaerul Putri 112010101073
15. Fairuztya Naila Maris 112010101074
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JEMBER
2011
1
SKENARIO 5: GERIATRI DAN THANATOLGY
Pak Ridwan seorang pensiunan PNS berumur 58 tahun, memutuskan berobat kepoli Geriatri
karena sejak pensiun, merasa emosinya tidak stabil, pelupa, badan dan sendinya terasa sakit dan
kaku jika bergerak, badannya semakin kurus, dan tidak bergairah dalam hubungan suami istri.
Dokter menyarankan Pak Ridwan melakukan pemeriksaan medis lengkap untuk kemudian
ditindaklanjuti dengan penanganan. Dokter menyarankan selain pengobatan dengan obat-obatan,
Pak Ridwan menjalani bimbingan konseling dengan relawan di poli tersebut. Menurut dokter
keluhan yang Pak Ridwan alami merupakan gejala dari proses penuaan yang terjadi, dimana
rentan sekali mengalami penyakit degenerative maupun penyakit geriatri. Dokter juga
menyarankan saat menjalani bimbingan konseling Pak Ridwan juga mengajak istri. Pak Ridwan
merasa sedikit lega dengan penjelasan tersebut, karena sejak Pak Ridwan sakit-sakitan beliau
merasa saat kematian semakin dekat, apalagi ditambah dengan berita ditemukannya sahabat Pak
Ridwan yang meninggal dengan tubuh membusuk di rumahnya beberapa bulan lalu.
2
KLARIFIKASI ISTILAH
Geriatri : cabang ilmu gerontology dan kedokteran yang mempelajari
masalah kesehatan pada lansia yang menyangkut aspek
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative serta psikososial
yang menyertai kehidupan lansia.
Thanatologi : cabang ilmu forensik yang mempelajari perubahan-perubahan
pada tubuh seseorang yang telah meninggal dan ilmu yang
berhubungan dengan kematian sertaberguna mempelajari
bagaimana dan kapan dikatakan meninggal.
Penyakit degenerative : penyakit yang timbul akibat kemunduran fungsi sel dan
merupakan istilah medis untuk menjelaskan suatu penyakit yang
muncul akibat proses kemunduran fungsi sel tubuhya itu dari
keadaan normal menjadi lebih buruk. Sifatnya menahun dan
tidak menular.
Proses penuaan : proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan
jaringan untuk memperbaiki diri/ mengganti diri dan
mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak
dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan
memperbaiki kerusakan yang diderita, berhubungan dengan
waktu dan proses adaptasi lingkungan.
Kematian : berhentinya faal system pernapasan dan sistem peredaran darah
secara lengkap dan permanen. Kematian didefinisikan kematian
batang otak. Kematian punya dua stadium, Somatic Death dan
Cellular Death.
3
ANALISIS MASALAH
A. PENYAKIT DEGENERATIF
1. Penyebab Penyakit Degeneratif
Penyakit degenerative merupakan penyakit yang muncul akibat proses kemunduran
fungsi sel tubuh dari normal menjadi lebih buruk dan bersifat irreversible. Macam-
macam penyebab penyakit degenerative antara lain :
1. Ketidakstabilan mineral dalam tubuh
2. Memiliki kolerasi yang cukup kuat dengan bertambahnya proses penuaan usia
3. Perubahan gaya hidup -> junk food
4. Jenis pekerjaan
5. Radikal bebas
Radikal bebas adalah suatu atom atau molekul yang mempunyai elektron yang tidak
berpasangan. Elektron yang tidak berpasangan tersebut menyebabkan gerakan radikal
bebas yang tidak terkendali dan saling bertabrakan sehingga timbul radikal bebas
baru. Radikal bebas dewasa ini banyak mengakibatkan penyakit degeneratif seperti
jantung, stroke, dan kanker. Untuk memusnahkannya diperlukan antioksidan.
6. Paparan logam besi yang tidak terikat secara sempurna hingga meracuni tubuh dan
merusak sel-sel
2. Faktor – Faktor Penyebab Penyakit Degeneratif
a. Faktor yang Bisa Dihindari
Beberapa faktor yang bisa dihindari untuk mencegah timbulnya penyakit degenerative
antara lain :
Pola hidup, dengan olahraga teratur, makan makanan sehat sehingga tidak
kekurangan gizi maupun kelebihan gizi, serta berpikir positif.
penyakit akibat infeksi
lingkungan yg tercemar
dengan menjaga lingkungan hidup untuk menjadi lingkungan myang sehat. Atau
bisa juga dilakukan dengan menjaga diri sendiri dari pencemaran lingkungan.
4
b. Faktor yang Tidak Bisa dihindari
Beberapa faktor yang tidak bisa dihindari yang memicu timbulnya penyakit
degeneratif antara lain :
waktu harapan hidup
perubahan metabolisme tubuh
B. GERIATRI
1. Masalah – masalah yang terkait geriatri
a. Masalah kesehatan
Masalah-masalah yang biasa dialami usila seperti kekuatan fisik dan daya tahan tubuh
pada manula telah menurun, serta mekanisme kerja organ tubuh mulai terganggu.
Kemunduran tersebut disebabkan oleh perubahan yang secara alami terjadi pada
manula, antara lain :
1. Besar otot berkurang, karena jumlah dan besar serabut otot berkurang
2. Metabolisme basal menurun
3. Kemampuan bernafas menurun karena elastisitas paru-paru berkurang
4. Kepadatan tulang menurun karena berkurangnya mineral, sehingga lebih mudah
cidera
5. Sistem kekebalan tubuh menurun hingga peka terhadap penyakit dan alergi
6. Sistem pencernaan terganggu yang disebabkan antara lain oleh tanggalnya gigi,
kemampuan mencerna dan menyerap zat gizi kurang efisien dan gerakan
peristaltik usus menurun
7. Indra pengecap dan pembau sudah kurang sensitif (kurang peka) yang
menyebabkan selera makan menurun
Di samping faktor perubahan fisik, faktor psikologi juga sering kali menyebabkan
penurunan fungsi dan potensi seksual pada lanjut usia seperti :
Rasa tabu atau malu bila mempertahankan kehidupan seksual pada lansia.
Sikap keluarga dan masyarakat yang kurang menunjang serta diperkuat oleh
tradisi dan budaya.
Kelelahan atau kebosanan karena kurang variasi dalam kehidupannya.
Pasangan hidup telah meninggal.
5
Disfungsi seksual karena perubahan hormonal atau masalah kesehatan jiwa
lainnya misalnya cemas, depresi, pikun dsb.
Tabel perubahan fisiologi dari aktivitas seksual yang diakibatkan oleh proses menua
menurut Kaplan
Fase tanggapan
seksualPada wanita lansia Pada pria lansia
Fase desire Terutama dipengaruhi oleh
penyakit baik dirinya sendiri
atau pasangan, masalah
hubungan antar keduanya,
harapan kultural dan hal-hal
tentang harga diri. Desire pada
lansia wanita mungkin
menurun dengan makin
lanjutny usia, tetapi hal ini bisa
bervariasi.
Interval untuk meningkaatkan
hasrat melakukan kontak seksual
meningkat;hasrat sangat
dipengaruhi oleh penyakit;
kecemasan akan kemampuan
seks dan masalah hubungan
antara pasangan. Mulai usia 55
th testosteron menurun bertahap
yang akan mempengaruhi libido.
Fase arousal Pembesaran payudara
berkurang, semburat panas
dikulit menurun; elastisitas
dinding vagina menurun; iritasi
uretra dan kandung kemih
meningkat;otot-otot yang
menegang pada fase ini
menurun.
M embutuhkan waktu lebih lama
untuk ereksi; ereksi kurang
begitu kuat; testosteron
menurun; produksi sperma
menurun bertahap mulai usia 40
th; elevasi testis ke perinium
lebih lambat dan sedikit;
penguasaan atas ejakulasi
biasany membaik.
Fase orgasmik(fase
muskular)
Tanggapan orgasmik mungkin
kurang intens disertai sedikit
Kemampuan mengontrol
ejakulasi membaik; kekuatan
6
kontraksi; kemampuan untuk
mendapatkan orgasme multipel
berkurang dengan makin
lanjutnya usia.
kontraksi otot dirasakan
berkurang; jumlah kontraksi
menurun; volume ejakulat
menurun.
Fase pasca orgasmik Mungkin terdapat periode
refrakter, dimana
pembangkitan gairah secara
segera lebih sukar.
Periode refrakter memanjang
secara fisiologis, dimana ereksi
dan orgasme berikutnya lebih
sukar terjadi.
b. Masalah psikososial
1. Penurunan kondisi fisik
Penurunan kondisi fisik pada manula dapat menyebabkan gangguan psikologi
bagi manula karena manula akan merasa ketergantungan pada orang lain dan
merasa dirinya sudah tidak ada gunanya lagi dan terjadi perubahan konsep diri
2. Perubahan yang berkaitan dengan pekerjaan (terjadi pada masa pensiun)
a. Sumber finansial berkurang
b. Kehilangan kedudukan
c. Kehilangan jabatan
d. Kehilangan peran, kegiatan, status dan harga diri
3. Perubahan dalam peran sosial di masyarakat
Akibat berkurangnya fungsi indra, gerak fisik dsb maka keyakinan masyarakat
terhadap manula berkurang
4. Kesepian
- Pasangan hidup sudah meninggal
- Kehilangan hubungan dengan teman atau famili
5. Perubahan dalam cara hidup yaitu memasuki rumah perawatan sehingga aktifitas
gerak lebih sempit
2. Aging
a. Fase aging
7
Proses penuaan sendiri, terjadi dalam tiga fase kehidupan. Fase pertama, pada usia 25
hingga 35 tahun, yaitu manusia akan memasuki fase penuaan subklinik. Pada fase ini
tanda penuaan belum terlihat jelas tetapi fungsi hormon testosteron, hormon
pertumbuhan, dan estrogen mulai melemah. Lalu, fase kedua, pada usia 35 hingga 45
tahun. Ini merupakan fase transisi yang ditandai dengan menurunnya fungsi hormon
sebanyak 25 persen, menyusutnya otot, dan meningkatnya serapan lemak. Lalu fase
ketiga, ketika memasuki usia 45 tahun, yang disebut dengan fase klinik. Ditandai
dengan, mulai sering merasa sakit karena kemampuan menyerap nutrisi, makanan,
mineral, dan vitamin menurun.
b. Tanda-tanda aging
Aging ialah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia, dimana pasti
memiliki suatu tanda- tanda atau menyebabkan perubahan-perubahan yang spesifik di
tiap bagian kehidupannya masing-masing. Adapun perubahan-perubahan atau tanda-
tanda yang dapat dijadikan indikator bahwa proses aging sedang melanda seseorang
ialah sebagai berikut, antara lain:
a) Perubahan Fisik dan Fungsi
a. Sel
- Jumlah sel menurun atau lebih sedikit
- Ukuran sel lebih besar
- Mekanisme perbaikan sel terganggu
- Jumlah cairan tubuh dan cairan intraseluler berkurang
- Lekukan otak akan menjadi lebih dangkal dan melebar
b. Sistem kardiovaskular
- Katup jantung menebal dan menjadi kaku
- Kinerja jantung lebih rentan terhadap kondisi dehidrasi dan perdarahan
- Elastisitas dinding aorta menurun
- Tekanan darah meninggi akibat resistensi pembuluh darah perifer meningkat
c. Sistem pencernaan
- Kehilangan gigi, penyebab utama periodontal disease yang biasa terjadi
setelah umur 30 tahun
- Esofagus melebar
8
- Rasa lapar menurun, asam lambung menurun, motilitas dan waktu
pengosongan lambung menurun
- Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi
- Hati semakin kecil, tempat penyimpanan menurun, dan aliran darah
berkurang
d. Sistem reproduksi
Wanita:
- Vagina mengalami kontraktur dan mengecil
- Ovari menciut dan uterus mengalami atrofi
- Atrofi payudara
Pria:
- Terjadi penurunan secara berangsur-angsur pada proses produksi
spermatozoa dalam testis
- Dorongan seksual menetap sampai usia di atas 70 tahun, asal kondisi
kesehatannya baik, yaitu: a) Kehidupan seksual dapat diupayakan sampai
masa lanjut usia; b) Tidak perlu cemas karena prosesnya alamiah; dan c)
Sebanyak kurang lebih 75% pria dia atas usia 65 tahun mengalami
pembesaran prostat.
b) Perubahan Mental
a. Di bidang mental atau psikis pada lanjut usia, perubahan dapat berupa
sikap yang semakin egosentrik, mudah curiga, bertambah pelit atau tamak
bila memiliki sesuatu
b. Mengharapkan tetap diberi peranan dalam masyarakat
c. Ingin mempertahankan hak dasn hartanya, serta ingin tetap berwibawa
c. Pengelompokan usila
Sebenarnya tidak ada batas yang tegas pada usia berapa penampilan seseorang mulai
menurun.Pada setiap orang, fungsi fisiologis alat tubuhnya sangat berbeda, baik
dalam hal pencapaianpuncak maupun menurunnya. Beberapa pendapat mengenai
batasan usia sebagai berikut :
Batasan Usia menurut WHO
Lanjut Usia Meliputi :
9
Usia pertengahan (middle age), yaitu kelompok usia 45 sampai 59 tahun-Lanjut
usia (elderly), antara 60 sampai 74 tahun
Lanjut usia tua (old), antara 75 sampai 90 tahun
Usia sangat tua (very old), diatas 90 tahun
Klasifikasi berikut ini adalah lima klasifikasi pada lansia berdasarkan Depkes RI
(2003) dalam Maryam dkk (2009)
Terdiri dari : pralansia (prasenilis) yaitu seseorang yang berusia antara 45-59 tahun,
lansia ialah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih, lansia resiko tinggi ialah
seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/seseorang yang berusia 60 tahun atau
lebih dengan masalah kesehatan, lansia potensial ialah lansia yang masih mampu
melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang/jasa, lansia
tidak potensial ialah lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya
bergantung pada bantuan orang lain.
UU No. 4 tahun 1965 pasal 1
Dinyatakan sebagai berikut : "Seorang dapat dinyatakan sebagai seorang jompo atau
lanjut usia setelah yang bersangkutan mencapai umur 55 tahun, tidak mempunyai atau
tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan
menerima nafkah dari orang lain". (sekarang tidak relevanlagi )
UU No. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lansia
" lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun keatas".
d. Faktor-faktor penyebab aging
Faktor yang bisa dihindari
Beberapa faktor yang bisa dihindari untuk memperlambat aging antara lain :
1) Gaya hidup
Setiap orang mempunyai gaya hidup tertentu yang dibentuk dan dilakukan
sepanjang masa hidupnya.
2) Makanan
Setiap orang mempunyai kebiasaan makan tertentu yang berkembang sejak
masa mudanya.
3) Penyakit
10
Setiap orang mempunyai riwayat penyakit semasa hidupnya. Setiap
kelompok umur telah diketahui berbagai penyakit yang khas pada kelompok
umur tersebut. Pada masa tua penyakit yang umum diderita adalah penyakit
kronis seperti hipertensi, penyakit jantung dan pembuluh darah serta
diabetes.
4) Lingkungan hidup
Setiap orang dipengaruhi oleh lingkungan hidupnya. Orang yang hidup di
kota besar kemungkinan besar terpajan oleh polusi dibandingkan orang yang
hidup di desa, di daerah pegunungan.
5) Dukungan sosial
Dengan meningkatnya umur seseorang, akan terjadi penurunan kemampuan
fungsi untuk merawat diri sendiri maupun berinteraksi dengan masyarakat
sekitarnya, dan akan semakin tergantung pada orang lain atau masyarakat
sekitarnya.
6) Kemampuan mengatasi emosi
Setiap orang mempunyai kemampuan untuk mengatasi masalah dan
mengendalikan emosinya.
Faktor yang tidak bisa dihindari
1) Faktor genetik
2) Menurunnya fungsi sel-sel tubuh seiring pertambahan usia.
e. Teori penuaan
Jaringan menua akibat mutasi acak pada DNA yg akan meninbulkan berbagai
kelainan
Kelainan itu terjadi akibat adanya ikatan silang antara kolangen dan protein
Penuaan terjadi karena komulatif kerusakan jaringan akibat radikal bebas yg
terbentuk didalamnya
Teori Penuaan Aldbat Genetics
Teori Mutasi
Mutasi adalah perubahan permanen pada materi genetis suatu sel. Konsep mutasi
dapat dipakai dalam pembahasan penuaan melalui tiga pendekatan:
-diperkirakan selama penuaan terjadi mutasi dalam sel tubuh (somatis),
11
- teori evolusi penuaan memperkirakan bahwa akumulasi mutasi telah terjadi setiap
kali pergantian generasi, dan
-dengan identifikasi mutasi, transformasi, atau seleksi akan didapat gen yang berperan
dalam mengatur panjang usia hewan.
a.Teori Mutasi Somatis
Teori ini merupakan teori pertama yang menerangkan tentang penuaan pada
tingkatan DNA. Pada tahun 1959, Szilard mengusulkan “mutasi somatis” sebagai
teori penuaan. Menurut teori ini, mutasi terjadi secara acak dan spontan yang meng-
akibatkan rusaknya gen dan kromosom pada sel pascamitosis selama rentang hidup
organisme dan secara berangsur-angsur meningkatkan jumlah mutasi.
Meningkatnya mutasi dan hilangnya gen fungsional akan menurunkan produksi
protein fungsional. Kematian sel terjadi ketika mutasi dalam sel meningkat melebihi
batas toleransi. Berkurangnya sel-sel pascamitosis akan menyebabkan kemampuan
keseluruhan dari organisme juga menurun.
b. Teori Kerusakan dan Perbaikan DNA
Pada dasarnya, teori ini merupakan pengembangan lebih lanjut dari teori mutasi
somatis. Kenyataannya, memang DNA organisme multiseluler secara terus-
menerus mengalami kerusakan dan perbaikan. Kemampuan mengatasi kerusakan
DNA ini mengalami penurunan seiring bertambahnya usia. Hal ini disebabkan
efisiensi enzim yang memperbaiki kerusakan DNA tidak mencapai 100%.
Akibatnya, dengan berjalannya waktu, akan terakumulasi sel-sel yang mutan.
c. Teori Sindroma Progenia
Progenia (Hutchinson-Gilford Syndrome) adalah sindrom pada manusia yang
memperlihatkan kemunculan gejala penuaan dini. Biasanya mulai muncul setelah
melewati tahun pertama atau kedua dan penderita akan mati pada dekade kedua
dari kehidupannya akibat gagal jantung atau stroke. Beberapa jenis progenia ini
antara lain: Werner syndrome, Ataxia telongiectasia (AT), Xeroderma
pigmentosum (XP), dan Cochoyne syndrome. Semuanya terkait pada
ketidakstabilan genom. Penuaan yang normal bisa jadi mirip dengan mekanisme
sindrom progeria yaitu akibat ketidakstabilan genom (Fleming, 1996).
d. Teori Kromosom Abnormal
12
Kromosom adalah bangun seperti benang yang tercat kuat pada proses pewarnaan
dan terdapat dalam inti sel. Kromosom tersusun oleh DNA dan protein yang
merupakan pembawa informasi genetis (Emeny, 1985). Semakin tua usia
organisme, semakin meningkat jumlah kromosom yang abnormal atau
menyimpang. Hal ini terjadi karena setiap kali kromosom melakukan penggandaan
inti (replikasi) maka akan terjadi kerusakan. Menumpuknya kerusakan-kerusakan
akibat replikasi, fragmen asentrik, transkripsi, dan inversi akan menyebabkan
banyak sel yang rusak dan mati.
e. Teori Kesalahan
Teori ini dikemukakan pertama kali oleh Orgel pada tahun 1963. Prototip teori ini
berasal dari error catastrophe. Berdasarkan teori mutasi, diprediksi akan terjadi
kerusakan permanen pada DNA dan error catastrophe memperkirakan hal tersebut
terjadi sebagai akumulasi kesalahan katalitis ketika dilakukan biosintesis protein
atau asam nukleat. Berkurangnya ketepatan sintesis protein akan terakumulasi dan
mengakibatkan kerusakan. Kerusakan-kerusakan sintesis protein inilah yang
menimbulkan penuaan.
f. Teori Mitokondria
Fungsi mitokondria adalah untuk mensintesis energi (ATP, ADP, dan lain-lain)
melalui fosforilasi oksidatif yang energinya diperoleh dan transport elektron.
Untuk menjalankan tugas ini, diperlukan sistem genetis mitokondria. Sayangnya,
transfer elektron yang tidak tepat akan mengakibatkan munculnya radikal bebas
(oksidan) yang dapat mengakibatkan kerusakan dan mutasi genetis mitokondria.
Akumulasi kerusakan DNA somatis mitokondria akhirnya menghancurkan diri
sendiri, dengan hancurnya mesin energi, maka organisme pun ikut.
Teori Redundansi
Medvedev mengemukakan bahwa penuaan adalah diakibatkan oleh hilangnya
kekhasan dan ketidakberulangan informasi genetis dari genom. Ketika pengulangan
suatu gen, bagian terbesarnya akan tersembunyi. Hal ini menyebabkan proses
penuaan. Dalam masa hidupnya, sebuah sel hanya menggunakan 2-5% saja dari
informasi genetisnya, dan gen yang terdapat dalam molekul DNA terdapat dalam
keadaan berulang-ulang yang pada umumnya dalam keadaan nonaktif. jika gen aktif
13
mengalami kerusakan, gen cadangan yang nonaktif akan menggantikannya. Diyakini
bahwa perbedaan rentang kehidupan tiap-tiap spesies merupakan fungsi dari derajat
pengulangan yang teratur.
Teori Telomer
Sel-sel somatis eukariotik, normalnya pada kondisi in vitro hanya dapat membelah
dalam jumlah terbatas. Fenomena ini dikenal dengan istilah “Hayflick Limit”.
Peristiwa ini digunakan untuk menjelaskan proses penuaan pada tingkat seluler dan
digunakan untuk menjelaskan proses penuaan pada eukariotik tingkat tinggi. Penuaan
pada tingkat seluler dikaitkan pada hilangnya Telomer DNA selama replikasi sel-sel
somatis dan ini dianggap sebagai jam biologis dalam proses penuaan sel. Telomer
adalah elemenlisik pada ujung kromosom eukariotik dan berperan sebagai penjaga
kestabilan genetis. Telomer ini ibarat ikatan plastik pada ujung tali sepatu yang
berfungsi menjaga tali sepatu agar tidak tercerai-berai. Dengan berulang-ulangnya
replikasi, telomer menjadi pendek dan akhirnya menghentikan proses pembelahan sel.
Pada sel-sel kanker, telomer tidak pernah memendek dan merupakan penyebab sel
kanker bersifat immortal.
Teori Program Genetis Penuaan
Teori ini menjelaskan bahwa penuaan merupakan peristiwa yang telah terprogram
sejak organisme mulai tumbuh. Program penuaan tersebut berasal dari gen atau
berada dalam gen. Gen inilah yang menentukan kapan, di mana, dan bagaimana
penuaan itu berlangsung.
Teori Soma yang Dapat Dibuang
Fungsi sel somatis atau soma (tubuh) setiap organisme menjadi wahana untuk
perkembangan embrio guna berlangsungnya reproduksi. Proses ini berlangsung
melalui penyediaan nutrisi untuk tubuh pada kisaran terlalu sedikit atau terlalu
banyak. Pasokan nutrisi yang terlalu sedikit akan berakibat organisme tidak memiliki
waktu yang cukup untuk mencapai terjadinya reproduksi. Terlalu banyak nutrisi yang
tersedia untuk tubuh akan mengurangi persediaan nutrisi untuk perkembangan embrio
yang berakibat potensi reproduksi menjadi rendah. Tekanan yang berat dalam
penyediaan nutrisi untuk tubuh akan memicu penuaan dan kematian.
Teori Disdeferensiasi Sel
14
Teori ini dikemukakan oleh Cutler pada tahun 1985. Menurut teori ini, penuaan
diakibatkan oleh bergesernya sel-sel dari tempat yang seharusnya setelah melalui
proses diferensiasi. Semakin tua organisme, sel-sel semakin jauh bergeser dari tempat
seharusnya. Akibatnya, seluruh fungsi organisme terus menurun dan makin menurun
dengan bertambahnya usia.
Teori Regulasi Gen
Menurut teori ini, penuaan terkait dengan fase-fase kehidupan suatu organisme dan
dikendalikan oleh mekanisme pengaturan (regulasi) gen-gen: mulai dari tumbuh-
kembang, reproduksi, dan akhirnya menua. Pergantian fase-fase tersebut diatur oleh
perubahan berbagai enzim, hormon, dan protein. Kanungo (1994) mengusulkan teori
ini untuk menjelaskan adanya dua karakter utama penuaan: (1) merosotnya
kemampuan fungsional terjadi setelah fase reproduksi, dan (2) rentang hidup dalam
satu spesies relatif tetap pada setiap individunya.
Teori Gen Seks
Data statistik menunjukkan bahwa wanita memiliki usia harapan hidup yang lebih
tinggi dibanding pria. Perbedaan bisa jadi dikarenakan perbedaan kromosom seks.
Kromosom Y pada pria dianggap penyebab kematian lebih awal pada laki-laki.
Diduga, pada kromosom Y terdapat informasi yang mempercepat proses penuaan
pada pria.
3. Posyandu lansia
Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia lanjut di suatu
wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh masyarakat dimana mereka
bisa mendapatkan pelayanan kesehatan Posyandu lansia merupakan pengembangan dari
kebijakan pemerintah melalui pelayanan kesehatan bagi lansia yang penyelenggaraannya
melalui program Puskesmas dengan melibatkan peran serta para lansia, keluarga, tokoh
masyarakat dan organisasi sosial dalam penyelenggaraannya.
Tujuan posyandu lansia antara lain :
a. Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan lansia di masyarakat, sehingga
terbentuk pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan lansia
15
b. Mendekatkan pelayanan dan meningkatkan peran serta masyarakat dan swasta dalam
pelayanan kesehatan disamping meningkatkan komunikasi antara masyarakat usia
lanjut.
Mekanisme Pelayanan Posyandu Lansia:
Berbeda dengan posyandu balita yang terdapat sistem 5 meja, pelayanan yang
diselenggarakan dalam posyandu lansia tergantung pada mekanisme dan kebijakan
pelayanan kesehatan di suatu wilayah kabupaten maupun kota penyelenggara. Ada yang
menyelenggarakan posyandu lansia sistem 5 meja seperti posyandu balita, ada juga hanya
menggunakan sistem pelayanan 3 meja, dengan kegiatan sebagai berikut :
Meja I : pendaftaran lansia, pengukuran dan penimbangan berat badan dan atau
tinggi badan
Meja II : Melakukan pencatatan berat badan, tinggi badan, indeks massa tubuh
(IMT). Pelayanan kesehatan seperti pengobatan sederhana dan rujukan
kasus juga dilakukan di meja II ini.
Meja III : melakukan kegiatan penyuluhan atau konseling, disini juga bisa dilakukan
pelayanan pojok gizi.
Bentuk Pelayanan Posyandu Lansia
Pelayanan Kesehatan di Posyandu lanjut usia meliputi pemeriksaan Kesehatan fisik dan
mental emosional yang dicatat dan dipantau dengan Kartu Menuju Sehat (KMS) untuk
mengetahui lebih awal penyakit yang diderita (deteksi dini) atau ancaman masalah
kesehatan yang dihadapi.
Jenis Pelayanan Kesehatan yang diberikan kepada usia lanjut di Posyandu Lansia:
Pemeriksaan aktifitas kegiatan sehari-hari / activity of daily living, meliputi kegiatan
dasar dalam kehidupan, seperti makan / minum, berjalan, mandi, berpakaian, naik
turun tempat tidur, buang air kecil dan besar.
Pemeriksaan status mental. Pemeriksaan ini berhubungan dengan mental emosional,
dengan menggunakan pedoman metode 2 menit ( bisa dilihat KMS usia lanjut)
Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi
badan dan dicatat pada grafik indek massa tubuh
Pengukuran tekanan darah dengan menggunakan tensimeter dan stetoskop serta
penghitungan denyut nadi selama satu menit.
16
Pemeriksaan hemoglobin menggunakan Talquist, Sahli, atau Cuprisulfat.
Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal adannya penyakit gula.
Pemeriksaan adanya zat putih telur / protein dalam air seni sebagai deteksi awal
adanya penyakit ginjal.
Pelaksaan rujukan ke puskemas bila mana ada keluhan dan atau ditemukan kelainan
pada pemeriksaan pada nomor 1 hingga 7.
Penyuluhan bisa dilakukan didalam atau diluar kelompok dalam rangka kunjungan
rumah dan konseling kesehatan dan gizi sesuai dengan masalah kesehatan yang
dihadapi oleh individu dan atau kelompok usia lanjut.
Kunjungan rumah oleh kader disertai petugas bagi kelompok usia lanjut yang tidak
datang, dalam rangka kegiatan perawatan kesehatan masyarakat.
Kegiatan lain yang dapat dilakukan sesuai kebutuhan dan kondisi setempat seperti
Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dengan memperhatikan aspek kesehatan dan
gizi lanjut usia dan kegiatan olah raga seperti senam lanjut usia, gerak jalan santai
untuk meningkatkan kebugaran.
Untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan di Posyandu Lansia, dibutuhkan, sarana dan
prasarana penunjang, yaitu: tempat kegiatan (gedung, ruangan atau tempat terbuka),
meja dan kursi, alat tulis, buku pencatatan kegiatan, timbangan dewasa, meteran
pengukuran tinggi badan, stetoskop, tensi meter, peralatan laboratorium sederhana,
thermometer, Kartu Menuju Sehat (KMS) lansia
Beberapa kendala yang dihadapi lansia dalam mengikuti kegiatan posyandu antara
lain:
a. Pengetahuan lansia yang rendah tentang manfaat posyandu.
Pengetahuan lansia akan manfaat posyandu ini dapat diperoleh dari pengalaman pribadi
dalam kehidupan sehari-harinya. Dengan menghadiri kegiatan posyandu, lansia akan
mendapatkan penyuluhan tentang bagaimana cara hidup sehat dengan segala
keterbatasan atau masalah kesehatan yang melekat pada mereka. Dengan pengalaman
ini, pengetahuan lansia menjadi meningkat, yang menjadi dasar pembentukan sikap dan
dapat mendorong minat atau motivasi mereka untuk selalu mengikuti kegiatan posyandu
lansia
b. Jarak rumah dengan lokasi posyandu yang jauh atau sulit dijangkau
17
Jarak posyandu yang dekat akan membuat lansia mudah menjangkau posyandu tanpa
harus mengalami kelelahan atau kecelakaan fisik karena penurunan daya tahan atau
kekuatan fisik tubuh. Kemudahan dalam menjangkau lokasi posyandu ini berhubungan
dengan faktor keamanan atau keselamatan bagi lansia. Jika lansia merasa aman atau
merasa mudah untuk menjangkau lokasi posyandu tanpa harus menimbulkan kelelahan
atau masalah yang lebih serius, maka hal ini dapat mendorong minat atau motivasi lansia
untuk mengikuti kegiatan posyandu. Dengan demikian, keamanan ini merupakan faktor
eksternal dari terbentuknya motivasi untuk menghadiri posyandu lansia.
c. Kurangnya dukungan keluarga untuk mengantar maupun mengingatkan lansia untuk
datang ke posyandu.
Dukungan keluarga sangat berperan dalam mendorong minat atau kesediaan lansia
untuk mengikuti kegiatan posyandu lansia. Keluarga bisa menjadi motivator kuat bagi
lansia apabila selalu menyediakan diri untuk mendampingi atau mengantar lansia ke
posyandu, mengingatkan lansia jika lupa jadwal posyandu, dan berusaha membantu
mengatasi segala permasalahan bersama lansia.
d. Sikap yang kurang baik terhadap petugas posyandu.
Penilaian pribadi atau sikap yang baik terhadap petugas merupakan dasar atas kesiapan
atau kesediaan lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu. Dengan sikap yang baik
tersebut, lansia cenderung untuk selalu hadir atau mengikuti kegiatan yang diadakan di
posyandu lansia. Hal ini dapat dipahami karena sikap seseorang adalah suatu cermin
kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu obyek. Kesiapan merupakan kecenderungan
potensial untuk bereaksi dengan cara-cara tertentu apabila individu dihadapkan pada
stimulus yang menghendaki adanya suatu respons
4. Poligeriatri
Mengingat banyaknya masalah pada seorang pasien gerlatri maka perlu ditangani oleh
sebuah tim ahli dati berbagai disiplin ilmu yang bekerja secara interdisiplin.
Interdisiplin berarti anggota tim bekerja demi kepentingan pasien dengan dipimpin oleh
seorang dokter penanggungjawab pasien (DPJP) utama. Terdapat dua macam poli
diantaranya:
18
1. POLIKLINIK GERIATRI TERPADU
Pelayanan rawat jalan pasien gerlatri oleh Tim Terpadu di satu atap
2. RUANG RAWAT AKUT GERIATRITERPADU
Perawatan pasien geriatri dengan penyakit-penyakit akut oleh Tim Terpadu yang
stand by di ruang rawat secara bersama-sama
jenis pelayanan di poligeriatri antara lain :
1. Pemeriksaan Penyakit Dalam Gerlatri
Melakukan identifikasi masalah dan tatalaksana di bidang penyakit dalam dengan
menggunakan pendekatan Comprehensive Geriatric Assessment / penilaian pasien
gerlatri secara menyeluruh
2. Pemeriksaan Psikiatri Gerlatrl
Melakukan identifikasi masalah dan tatalaksana di bidang psikiatri untuk
men:l.ngkatkan kemampuan mental dan kogmtif/ daya piker
3. Pemeriksaan Rehabilitasi Geriatri
Melakukan identifikasi masalah dan tatalaksana rehabilitasi untuk meningkatkan
kemandirian pasien
4. Pemeriksaan Kulit Geriatri
Melakukan identifikasi & tatalaksana problem kulit kelamin usia lanjut
5. Pemeriksaan Neurologi Geriatri
Melakukan identifikasi & tatalaksana problem syaraf usia lanjut
6. Pemeriksaan Mata
Melakukan identifikasi & tatalaksana problem penglihatan pada usia lanjut
7. Pemeriksaan THT
Melakukan identifikasi & tatalaksana problem pendengaran & keseimbangan pada
usia lanjut
8. Pemeriksaan Gigi & Mulut
Melakukan identifikasi & tatalaksana kebersihan & problem gigi mulut &
kemampuan mengunyah
9. Konsultasi Gizi
Melakukan identifikasi & tatalaksana problem nutrisi usia lanjut
19
10. Klinik Asuhan Siang
Mempertahankan kemampuan kognitif, mental, kemandirian, dan sosial pasien
geriatri melalui aktivitas mandiri & ke1ompok secara terstruktur
11. Penyuluhan berkala
Melakukan kegiatan edukasi pasien geriatri & keluarga secara berkala melalui
penyuluhan, diskusi kelompok, & tanyajawab
12. Pemeriksaan USG
Pendukung diagnostik oleh ah1i radiologi
13. Pemeriksaan Laboratorium
Pengambilan contoh darah, dahak, urine, di satu atap
14. Outlet Farmasi : Pengambilan Obat disatu atap
15. Kunjungan Rawat Rumah / Home Care
Menyediakan pelayanan tenaga dokter, perawat, pramurawat, untuk pasien yang tidak
dapat dibawa ke rumah sakit
C. NUTRISI USILA
1. Kebutuhan nutrisi usila
Nutriasi yang dibutuhkan usila menurut buku Pentunjuk Menyusun Menu Bagi Usia
Lanjut oleh Direktorat Bina Gizi Masyarakat antara lain :
1. Menu, hendaknya mengandung zat gizi dari beraneka ragam bahan makanan yang
terdiri dari zat tenaga, pembangun dan pengatur.
2. Jumlah kalori yang baik untuk dikonsumsi oleh usia lanjut adalah 50% dari KH yang
bersumber dari KH kompleks (sayur sayuran, kacang-kacangan, biji-bijian). Jumlah
lemak dalam makanan dibatasi, yang 25-30% dari total kalori.
4. Jumlah protein yang dikonsumsi sebaiknya 8-10% dari total kalori.
5. Makanan sebaiknya mengandung serat dalam jumlah besar yang bersumber pada buah,
sayurdan beraneka pati, yang dikonsumsi dengan jumlah yang bertahap.
6. Menggunakan bahan makanan yang tinggi kalsium, seperti susu nonfat, yoghurt, ikan.
7. Makanan mengandung zat besi dalam jumlah besar, seperti kacang-kacangan,
hati,daging, bayam atau sayuran hijau
20
8. Membatasi penggunaan garam. Perhatikan label makanan yang mengandung garam,
seperti adanya monosodium glutamat, sodium bikarbonat, sodium citrat.
9. Bahan makanan sebagai sumber zat gizi sebaiknya dari bahan makanan yang segar dan
mudah dicerna.
10.Hindari bahan makanan yang mengandung alkohol dalam jumlah besar.
11.Makanan sebaiknya yang mudah dikunyah, seperti bahan makanan lembek.
2. Akibat defisiensi nutrisi pada usila
Gizi kurang
Gizi kurang sering disebabkan oleh masalah-masalah social ekonomi dan juga karena
gangguan penyakit. Bila konsumsi kalori terlalu rendah dari yang dibutuhkan
menyebabkan berat badan kurang dari normal. Apabila hal ini disertai dengan
kekurangan protein menyebabkan kerusakan-kerusakan sel yang tidak dapat
diperbaiki, akibatnya rambut rontok, daya tahan terhadap penyakit menurun,
kemungkinan akan mudah terkena infeksi.
Kekurangan vitamin
Bila konsumsi buah dan sayuran dalam makanan kurang dan ditambah dengan
kekurangan protein dalam makanan akibatnya nafsu makan berkurang, penglihatan
menurun, kulit kering, penampilan menjadi lesu dan tidak bersemangat.
D. TANATOLOGI
1. Tanda kematian
Proses yang dapat dikenal secara klinis pada seseorang berupa anda-tanda kematian yang
perubahannya biasa timbul pada saat meninggal atau beberapa menit kemudia. Dibagi
menjadi 2 tanda, yaitu tanda kematian pasti dan tanda kematian tidak pasti
Tanda kematian tidak pasti
a. Pernapasa berenti dinilai selama lebih dari 10 menit
b. Terhentinya sirkulasi yang dinilai selama 15 menit nadi karotis tidak ada
c. Kulit pucat
d. Tonus otot menghilang dan relaksasi
e. Pembuluh darah retina mengalami segmentasi bebera[a menit setelah kematian
21
f. Pengeringan kornae menimbulakan kekerutan dalam waktu 10 menit, yang masi
dapat dihilangkan dengan meneteskan air mata (budiyanto,1997)
Tanda kematian pasti
a. Livor mortis
bercak merah kebiruan atau merah ungupada lokasi terendah tubuh mayat akibat
penumpukan eritrosit karena terhentinya kerja pembuluh darah dan gaya grafitasi
bumi, bukan tubuh mayat yang tertekan alat keras.
Tampak 20-10 menit pasca kematian dan menetap kira-kira 8-12 jam pasca
kematian klinis
4 penyebab mentap dan meluasnya bercak:
1. Ekstravansi dan hemolisis sehingga hemoglobin keluar
2. Kapiler sebagai bejana berhubungan
3. Lemak tubuh mengental saat suhu tubuh menurun
4. Pembuluh darah oleh otot saat rigor mortis
Lima warna lebam mayat -> menentukan penyebab kemtian mayat
1. Merah kebiruan – normal
2. Merah terang – keracunan CO, CN, suhu tinggi
3. Merah gelap – afiksi
4. Biru – keracunan nitrit
5. Coklat – keracunan aniline
b. Rigor mortis
Kekakuan otot yang biasanya disertai sedikit pemendekan serabut otot. Karena
ada perubahan kimiawi pada protein yang terdpar dalam serabut-serabut otot
Macam rigor mortis:
1. Cadaveric spasme
Kekakuan pada sekolompok otot dan kadang-kadang di seluruh otot, segera
setelah kematian somatic tanpa melalui reksasi rimer
2. Heat stifffering
Kekakuan akibat suhu tinggi
3. Cold stiffering
22
Kekakuan akibat suhu rendah -> cairan tubuh, terutama yang ada pada sendi
akan membeku (idries, 1997)
c. Algor mortis
Penurunan suhu mayat akibat terhentinya prtoduksi panas dan terjadi
pengeluaran panas terus-menerus akibat perbedaan suhu mayat dan
lingkungannya. Biasanya pada mayat-mayat fase lanjut . 9 faktor yang
mempengaruhi cepat atau lambatnya penurunan suhu:
1. Besarnya perbedaan suhu
2. Suhu tubuh mayat saat mati
3. Alitan udara
4. Kelembapan udara
5. Kontitusi tubuh
6. Aktifitas sebelum meninggal
7. Sebab kematian
8. Pakaian tipis
9. Posisi tubuh -> permukaan tubuh yang terpapar
d. Membusuk
Degradasi jaringan terutama protein akibat autolysis dan kerja bakteri pembusuk.
Terjadi setelah kematian seluler dan batru tampak setelah 24 jam pasca kematian
2. Jenis Kematian
a. Kematian somatik
Tejadi gangguan pada ketiga system utama yang bersifat menetap, secara klinis tidak
ditemukan adanya reflex, elektro ensefalografi mendatar, nadi tidak teraba, denyut
jantung tidak terdengar, tidak ada gerak pernafasan dan suara nafas tidak terdengan
saat auskultasi.
Fase kematian dimana tidak didapatitanda2 kehidupan seperti denyut jantung,
gerakan pernafasan, suhu badan menururn, dan tidak adanya aktifitas listrik oleh otak
padarekaman EEG. Dalam waktu 2 jam akan diikiuti fase kematian bologik yang
ditandai dengan kematian sel.
b. Kematian seluler
23
Kematian seluler adalah kematian organ atau jaringan tubuh yang timbul beberapa
saat setelah kematian somatik, dimana terjadi kerusakan pada semua organela sel
terakhir pada mitokondria. Daya tahan hidup masing masing organ berbeda sehingga
terjadinya kematian seluler pada tiap organ atau jaringan tidak bersamaan.
c. Mati suri
Mati suri merupakan penurunan fungsi organ vital sampai taraf minimal yang
reversible, diketahui ternyata hidup lagi setelah dinyatakan mati. Mati suri sering
ditemukan pada kasus keracunan obat tidur, tersengat listrik atau tersambar petir dan
tenggelam.
d. Kematian serebral
Mati serebral merupakan suatu kematian akibat kerusakan kedua hemisfer otak yang
irreversible kecuali batang otak dan serebelum, sedangkan kedua sistem lainnya yaitu
sistem pernapasan dan kardiovaskuler masih berfungsi dengan bantuan alat
(Budiyanto, 1997).a
e. Kematian batang otak
Kematian batang otak didefinisikan sebagai hilangnya seluruh fungsi otak, termasuk
fungsibatang otak, secara ireversibel. Tiga tanda utama manifestasi kematian batang
otak adalah koma dalam,hilangnya seluruh refleks batang otak, dan apnea. Seorang
pasien yang telah ditetapkan mengalami kematian batang otak berarti secara klinis
danlegal-formal telah meninggal dunia. Hal ini seperti dituangkan dalam pernyataan
IDI tentang mati, yaitudalam Surat Keputusan PB IDI No.336/PB IDI/a.4 tertanggal
15 Maret 1988 yang disusulkan dengan SuratKeputusan PB IDI
No.231/PB.A.4/07/90. Dalam fatwa tersebut dinyatakan bahwa seorang dikatakan
mati,bila fungsi pernafasan dan jantung telah berhenti secara pasti atau irreversible,
atau terbukti telah terjadikematian batang otak. Diagnosis kematian batang otak
merupakan diagnosis klinis. Tidak diperlukan pemeriksaan lainapabila pemeriksaan
klinis (termasuk pemeriksaan refleks batang otak dan tes apnea) dapat
dilaksanakansecara adekuat. Apabila temuan klinis yang sesuai dengan kriteria
kematian batang otak ataupemeriksaan konfirmatif yang mendukung diagnosis
kematian batang otak tidak dapat diperoleh,diagnosis kematian batang otak tidak
dapat ditegakkan.
24
3. Proses pembusukan
Perubahan warna pertamakali terjadi di fossa iliaka, dimana terjadi perubahan
warna hijau kekuningan. Oerubahan warna ini dikarenakan adanya reaksi antara Hb
dengan H2S yang menghasilkan Sulf-met-hemoglobin. Perubahan warna ini nantinya
akan terjadi pada seluruh abdomen , dada, wajah dan bagian leher, dimana nantinya bila
hal ini berlangsung terus menerus akan warna akan menjadi keunguan.
Perubahan warna juga disertai dengan pembengkakan pada mayat. Otot sfingter
relaksasi sehingga urin dan feses mayat keluar. Selain itu lidah mayat menjulur, bibir
menebal, mulut membuka dan busa kemerahan keluar dari dari rongga mulut.
Mayat yang mengalami pembusukan biasanya berbau menyengat. Nbau ini berasal
dari gas pembusukan. Gas pembusukan ini bisa terkumpul dalam suatu rongga sehingga
menyebabkan bentuk fisik dari mayat akan berbeda dengan bentuk asli saat dia masih
hidup. Gas ini selanjutnya akan membentuk lepuhan kulit. Lepuhan ini mulai tampak 36
jam setelah kematian.
Kulit ari mudah mengelupas dimana akan Nampak cairan kemerahan yang sedikit
mengandung albumin. Bau yang menyengat dari proses pembusukan ini merangsang
datangnya lalat, dimana lalat-lalat itu nanti akan bertelur dan menjadi lalat dewasa pula.
Keberadaan lalat ini juga bisa digunakan untuk mengetahui kapan orang itu
meninggal. Namun hal ini hanya bisa dilakukan ketika lalat melalui fase sebelum
kepompong, karena bila sudah menjadi kepompong maka dia akan cenderung tumbuh
statis sehingga sulit menentukan waktu kapan mayat itu meninggal. Saat lalat sudah
menjadi dewasa tengkorak, rectum dan uterus gravid mulai tampak. Jika proses
pembusukan terus terjadi maka jaringan menjadi lunak, rapuh dan berwarna keslokatan.
KESIMPULAN
25
Pada suatu saat tertentu sel sel tubuh akan mengalami penurunan fungsi sehingga akan
menyebabkan suatu penyakit yaitu penyakit degeneratif. Penurunan fungsi ini bersifat
irreversible. Dimana penyakit degeneratif ini biasanya seiring dengan proses penuaan seseorang.
Sehingga biasanya orang yang sudah lanjut usia kebanyakan mengalami masalah terutama
masalah kesehatan, psikoseksual ataupun psikososial. Hingga pada akhirnya seseorang akan
mengalami kematian.
26