skenario 7 lupus
TRANSCRIPT
Laporan PBLSkenario 7
Oleh
Kelompok 1 :
1. Agita iklima A.2. Ari Taman3. Azhar Risky4. Danang S.5. Eko Indra P.6. Fitri Syalafiyah7. Guntur A.8. Hengky M.9. Jeny Aprilia10. Kholid K.
11. Martina12. Miftachul C.13. Nenzy14. Pitri Andriyana K.15. Rio Reza16. Susiani17. Septian K.18. Noni19. Wahyu T.20. Yohana P.
PRODI SARJANA KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
SATRIA BHAKTI NGANJUK
TAHUN 2010/2011
Skenario 7
Ny C tiba di UGD RSUD soetomo dengan hasil pemeriksaan ditemukan radang kulit
pada wajah bentuknya seperti kupu- kupu mulai dari kedua belah pipi sampai ke
hidung, sariawan di rongga mulut dan tenggorokan, radang selaput dalam( selaput
paru ) . advis dari dokter menyarankan untuk melakukan tes laborat.
Langkah 1 : Klarifikasi istilah yang belum diketahui
1. Radang kulit :
Merupakan peradangan pada kulit yang ditandai dengan kulit
kemerahan, iritasi dan gatal, bengkak, serta kadang terdapat bercak
kecil di daerah yang terkena.
2. Sariawan mulut : Peradangan yang terjadi pada mulut.
3. Radang selaput paru :
Peradangan yang terjadi dalam jaringan paru yang bisa disebabkan
infeksi.
Langkah 2 : Identifikasi masalah
Berdasar hasil pemeriksaan pada klien, ditemukan radang kulit pada wajah
klien, bentuknya seperti kupu- kupu mulai dari kedua belah pipi sampai ke
hidung, sariawan di rongga mulut dan tenggorokan, radang selaput dalam
( selaput paru ) klien di diagnosa medis menderita lupus.
1. Definisi
Lupus
Sistemik Lupus eritematosus (SLE)
sistemik Lupus eritematosus (SLE) adalah penyakit otoimun sistemik
kronis, ditandai dengan pembentukan berbagai antibodi dan membentuk
kompleks imun dan dan menimbulkan inflamasi pada berbagai organ. Oleh
karena bersifat sistemik maka manifestasi klinisnya sangat luas tergantung
organ yang terkena mulai dari manifestasi klinis yang ringan berupa ruam
atau sampai pada manifestasi klinis yang berat misalnya lupus nefritis, lupus
cerebral (lupus neuropsikiatrik), pneumonitis, perdarahan paru. Perjalanan
penyakitnya bersifat fluktuatif yang ditandai dengan periode tenang dan
eksarsebasi.
2. Etiologi
Genetik, lingkungan dan hormone dianggap sebagai etiologi SLE, yang
mana ketiga faktor ini saling terkait erat. Faktor lingkungan dan hormone
berperan sebagai pencetus penyakit pada individu peka genetik. Faktor
lingkungan yang dianggap sebagai pencetus antara lain : infeksi, sinar
ultraviolet, pemakaian obat-obatan, sters mental maupun fisik.
Berbagai gen diduga berperan pada SLE. Sehingga SLE manifestasi
klinisnya sangat heterogen. Perbedaan gen berperan pada manifestasi SLE.
HLA DR2 lebih menunjukan gejala lupus nefritis yang menonjol, sedangkan
pada HLA-DR3 lebih menunjukan gejala muskuluskeleta.
3. Patofisiologi
Kerusakan organ pada SLE didasari oleh reaksi imunologi. Proses ini
diawali dengan faktor pencetus yang ada di lingkungan, dapat berupa infeksi,
sinar ultraviolet atau bahan kimia. Cetusan ini menimbulkan abnormalitas
respons imun di dalam tubuh yaitu :
1. Sel T dan B menjadi otoreaktif
2. Pembentukan sitokin yang berlebihan
3. Hilangnya regulasi control pada sistem imun, antara lain :
a. Hilangnya kemampuan membersihkan antigen di kompleks imun
maupun sitokin di dalam tubuh
b. Menurunnya kemampuan mengendalikan apoptosis
c. Hilangnya tolerensi imun: sel T mengenaloi molekul tubuh sebagai
antigen adanya mimikri molekuler
Akibat proses tersebut, maka terbentuk berbagai macam antibody di dalam
tubuh yang disebut sebagai auntoantibodi. Selanjutnya antibody- antibody
yang tersebut membentuk kompleks imun. Kompleks imun tersebut
terdeposisi pada jaringan/ organ yang akhirnya menimbulkan gejala
inflamasi atau kerusakan jaringan.
Antibody- antibody yang terbentuk pada SLE sangat banyak, antara lain
antinuclear antibody (ANA),anti double DNA ( dsDNA), anti-ss A (Ro),
anti-ss B (La), RNP, antiribosomal P antibody, anti-Sm, Sd-70.Selain itu
hilangnya control sistem imun pada pathogenesis lupus juga di duga
berperan pada
Virus faktor lingkungan sel T & B otoreaktif
Sinar UV
Abnormalitas respon imun autoanti bodi
Mekanisme kompleksimun
Gen yang peka gejala klinis “down regulation “
4. Manifestasi Klinis
Gejala-gejala lupus:
Kelelahan
Dari seluruh gejala lupus, rasa lelah paling sering dikeluhkan oleh
odapus. Mereka tidak hanya mengeluh sedang leleh, tapi
merasakn kelelahan yang amat sangat, yang mengganggu kegitan
sehari-hari.
Nyeri
Pasien sering mengeluh nyri di seluruh tubuh. Pada beberapa
kasus, odapus sering mengeluhkan rasa yang mirip dengan nyeri
otot setelah bekerja keras. Beberapa odapus menderita arthritis,
sendi-sendi terasa nyeri dan atau bengkak terutama persendian
kecil di tangan dan kaki. Seringkali mereka terbangun dair tdur
dan merasakan otot-otot yang kaku disertai rasa tidak yaman di
sekujur tubuh. Nyeri ini dapat berlangsung sepanjang hari dan
semakin bertambah nyeri pada malam hari.
Ruam/rash
Berbagai bentuk ruam dapat terlihat pada odapus,tetapi yang
tersering adalah ruam merah di wajah yang malar rash atau
butterfly rash.
Sensitive terhadap cahaya matahari
Pada sebagian besar odapus akan timbul ruam, demam dan rasa
nyeri setelah terpapar cahaya matahari.
Demam
Beberapa odapus mengalami demam ringan sepanjang waktu, dan
kadang-kadang demam meningkat, hilang timbul dan terjadi pada
malam hari.
Nyeri dada
Tangan dan kaki yang dingin
5. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium sederhana sangat membantu untuk diagnosis
lupus. Pada umumnya pemeriksaan darah lengkap untuk melihat jumlah
leukosit, trombosit, limfosit,kadar Hb, dan LED. LED yang meningkat
menandakan aktifnya penyakit. Urin lengkap untuk melihat adanya protein
urin lengkap untuk melihat adanya protein urin yang merujuk adanya
kelainan di ginjal di tunjang dengan pemeriksaan faal ginjal. Pemeriksaan
faal hati membantu untuk melihat adanya autonium hepatitis, hemolitik
anemia, kadar albumin yang rendah
4. Penatalaksanaan
Saat ini mortalitas lupus pada decade 5 tahun terakhir menunjukkan
perbaikan. Five year survival rate-nya saat ini hamper 90%, sedangkan 15
year survival rate-nya berkisar 63- 79%. Kemajuan ini disebabkan
pendekatan terapi yang lebih agresif dan kemajuan penggunaan
imunosuprisan untuk menekan aktivitas penyakit. Prinsip pengobatan adalah
untuk menekan aktivitas suatu penyakit, untuk mencegah progresivitas dan
memantau efek samping obat. Sampai saat ini steroid masih digunakan
sebagai pilihan utama untuk mengendalikan aktivitas penyakit. Steroid
adalah hormone yang berfungsi antiinflamasi& imunoregulator, yang secara
normal disekresi oleh kelenjar adrenal. Dosis yang dianjurkan 1 mg/ kg bb/
hari diberikan selama 4 minggu yang selanjutnya ditreping secara perlahan-
lahan bila lupus mengenai organ vital atau yang mengancam jiwa, maka di
berikan steroid megadosis yaitu pulse intravena metylprednisolon (500- 1000
mg/hari ) selama 3 hari. Pemakaian jangka panjang steroid menimbulkan
berbagai efek samping, antara lain: chusing syndrome diabetes mellitus,
dislipidemia, osteoporosis, osteoneokrosis,/ asvakuler nekrosis, hipertensi,
arterosklerosis, meningkatnya resiko infeksi, maka selama pemakaian steroid
harus selalu dipantau efek sampingnya. Glukokorteroid merupakan hormone
steroid yang sangat kuat dengan efek mineralkortikoid yang ringan di
banding kortison.
5. Diagnosa Medis
Dilihat dari tanda dan gejala skenario diatas, mual muntah,palpitasi, maka
pasien di diagnosa lupus.
6. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut b/d inflamasi
b. Kerusakan integritas kulit b/d penurunan fungsi barier kulit dan penumpukan komplek imun
WOC LUPUS
Gen Induksi obat tertentu
Infeksi virusSinar UV
Mengubah struktur DNA
Perubahan sistem imun menginduksi apoptosis dan sel
keratonosin
Perubahan sisitem imun
Antibodi anti verai
Aktifasi sel B non spesifik
Tubuh membentuk kompleks antibody
anti nuklear
Direspon sebagai benda asing
Obat berikatan dengan protein
tubuh
Obat terakumulasi dalam tubuh
Asetilasi obat lambat
Respon sel T dan B
SLE
Menyerang otot dan kerangka
Perikarditis
CO
MK: Kerusakan integritas kulit b/d penurunan fungsi barier kulit dan penumpukan komplek imun
G3 integritas kulit
Ruam kupu-kupu
Integument
MK: Pola nafas tidak efektif
Artritis sinovis, nyeri tekan, dan rasa nyeri ketika bergerak
MK: Nyeri akut
A. Langkah 3 : Asuhan Keperawatan pada Lupus
1. Pengkajian
a. Identitas Pasien
Nama : Ny. C
Umur : 35 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jl. Yos Soedarso no. 107 , Nganjuk.
Suku : Jawa
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Mrs : 19 – 08- 2011 jam : 14.00
Pengkajian : 22 - 08 – 2011
2. Riwayat penyakit sekarang
Berdasar hasil pemeriksaan pada klien, ditemukan radang kulit pada wajah
klien, bentuknya seperti kupu- kupu mulai dari kedua belah pipi sampai ke
hidung, sariawan di rongga mulut dan tenggorokan, radang selaput dalam
( selaput paru ) .
3. Riwayat penyakit dahulu
Berdasarkan anamnesa tidak ada riwayat penyakit yang pernah dialami klien
sebelumnya.
4. Riwayat penyakit keluarga
Berdasar anamnesa keluarga tidak didapatkan keluarga Ny.C pernah
mengalami penyakit lupus.
5. Pola-pola fungsi kesehatan
a. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Kebiasaan dengan konsumsi 3 bungkus / hari, jamu , Olah raga/gerak
badan (-).
b. Pola nutrisi dan metabolisme
Sebelum MRS klien makan 3 x sehari dengan porsi cukup dan suka
makan di luar rumah, saat MRS pemenuhan nutrisi bubur kasar satu
porsi habis setiap kali makan, kesulitan menelan tidak ada, keadaan
yang mengganggu nutrisi tidak ada, status gizi yang berhubungan
dengan keadaan tubuh: postur tubuh tinggi besar, keadaan rambut
bersih.
c. Pola eliminasi
BAB BAK
Frekuensi : 1 x/3 hari Frekuensi : normal
Warna dan bau : bau khas Warna dan bau : bau khas urine
Konsistensi : padat Keluhan : tidak ada
Keluhan : tidak ada
d. Pola tidur dan istirahat
Tidur Istirahat
Frekuensi : 2 x/hari Frekuensi : 4 – 6 x/hari
Jam tidur siang : 1- 3/hari Keluhan : tidak ada
Jam tidur malam : 6 – 7 jam/hari
Keluhan : tidak ada
e. Pola aktivitas
Klien biasanya duduk seharian untuk membuat pola rancangan baju dari
pemesanan. Oleh raga kadang-kadang seminggu sekali jalan-jalan pagi
ke alun - alun.
f. Pola sensori dan kognitif
Sensori :
Daya penciuman, daya rasa, daya raba, daya pendengaran baik.
Kognitif :
Proses berfikir, isi pikiran, daya ingat baik.
g. Pola penanggulangan stress
Penyebab stress, mekanisme terhadap stress, adaptasi terhadap stress,
Pertahanan diri sementara biasanya klien meminta bantuan keluarga
terutama suami.
6. Pemeriksaan fisik
a. Status kesehatan umum
Keadaan penyakit sedang, kesadaran komposmentis, suara bicara
jelas, tekanan darah 80/70 mmHg, suhu tubuh 36,5◦C, pernapasan 23
X/menit, nadi 110X/menit, ireguler.
b. Sistem integument
Kulit mengalami peradangan.
c. Kepala
Simetris, klien merasa pusing.
d. Muka
Simetris, odema (-), otot muka dan rahang kekuatan normal, pada
bagian pipi terdapat peradangan.
e. Mata
Alis mata, kelopak mata normal, konjuktiva anemis (+), pupil isokor
sclera tidak ikterus (-), reflek cahaya positif. Tajam penglihatan
normal.
f. Telinga
Secret, serumen, benda asing, membran timpani dalam batas normal,pendengaran menurun.
g. Hidung
Terdapat peradangan pada hidung.
h. Mulut dan faring
Bau mulut (-), sariawan pada rongga mulut, gigi lengkap, gusi
berdarah.
i. Leher
Ada pembengkakan pada leher.
j. Thoraks
Paru
Inspeksi : Gerakan simitris, retraksi supra sternal (-), retraksi intercoste (-).
Perkusi : perkusi resonan
Palpasi : vocal fremitus (-)
Auskultasi : rhonchi -/-, wheezing -/-.
k. Jantung
Batas jantung kiri ics 2 sternal kiri dan ics 4 sternal kiri, batas kanan
ics 2 sternalkanan dan ics 5 axilla anterior kanan. Bunyi s1 dan s2
tunggal, gallop (-), mumur (+). capillary refill > 3detik
l. Abdomen
Tidak terdapat kelainan pada abdomen.
m. Inguinal-Genitalia-Anus
Nadi femoralis teraba, tidak ada hernia, pembengkakan pembuluh
limpa.
n. Ekstrimitas
Tidak terdapat kelainan pada ekstremitas.
o. Tulang belakang
Tidak ada lordosis, kifosis atau scoliosis.
7. Analisis data
No. DATA ETIOLOGI MASALAH 1. Ds :-
Do : berdasar hasil pemeriksaan
ditemukan radang kulit pada wajah
bentuknya seperti kupu- kupu mulai
dari kedua belah pipi sampai ke hidung.
Radang pada
kulit
Nyeri akut
2. Ds : -
Do: Ditemukan radang kulit,
RR:32x/menit,TD:140/90,N:120x/meni
t
Gangguan
integritas kulit
Kerusakan
integritas kulit
8.RENCANA KEPERAWATANDIAGNOSA TUJUAN KRITERIA
HASILINTERVENSI RASIONAL IMPLEMENTASI EVALUASI
Nyeri
berhubungan
dengan
inflamasi
Pasien
mengatakan
nyeri nya
berkurang
- Klien
melaporkan
berkurangnya
nyeri
- klien
memperlihatkan
peningkatan
kemampuan
bertoleransi
dengan gerakan
sendi
- mempergunakan
alat bantu bila
perlu untuk
mengurangi
nyeri
-Tutup luka
sesegera
mungkin
kecuali
perawatan luka
bakar metode
pemajanan pada
udara terbuka
-Pertahankan
suhu
lingkungan
nyaman,
berikan lampu
penghangat,
penutup tubuh
hangat.
-Kaji keluhan
-suhu berubah dan
gerakan udara
dapat
menyebabkan
nyeri hebat pada
pemajanan ujung
saraf
-pengaturan suhu
dapat hilang karena
luka bakar mayor.
Sumber panas
eksternal perlu
untuk mencegah
menggigil.
-nyeri hampir
selalu ada pada
beberapa derajat
-menutupi luka
dengan
segera,kecuali
luka bakar.
-mempertahankan
suhu lingkungan
dengan memberi
lampu
-mengkaji PQRST
-Mengganti
balutan
-mendorong
pasien agar
mengekspresikan
rasa nyerinya.
-mendorong
pasien untuk
S : Klien
mengatakan sudah
tidak nyeri
O: Skala nyeri 0
Td 120/80
RR 16x/menit
Nd 80x/menit
A: masalah teratasi
total/
P: intervensi
dilanjutkan pada
diagnosa
selanjutnya.
nyeri.
Perhatikan
lokasi/karakter
dan intensitas
(skala 0-10).
-Lakukan
penggantian
balutan dan
debridemen
setelah pasien di
beri obat
dan/atau pada
hidroterapi.
-Dorong
ekspresi
perasaan
tentang nyeri
-Dorong
penggunaan
beratnya
keterlibatan
jaringan/kerusakan
tetapi biasanya
paling berat selama
penggantian
balutan dan
debridemen
-menurunkan
terjadinya distress
fisik dan emosi
sehubungan
dengan
penggantian
balutan dan
debridemen
-pernyataan
memungkinkan
pengungkapan
napas
dalam,relaksasi
progresif
-berkolaborasi
pemberian
analgesik
teknik
manajemen
stress, contoh
relaksasi
progresif, napas
dalam,
bimbingan
imajinasi dan
visualisasi.
-Kolaborasi:
Berikan
analgesic
(narkotik dan
non-narkotik)
sesuai indikasi.
emosi dan dapat
meningkatkan
mekanisme koping
-memfokuskan
kembali perhatian,
meningkatkan
relaksasi dan
meningkatkan rasa
control, yang dapat
menurunkan
ketergantungan
farmakologis
-membantu
mengurangi nyeri.
Resti
kerusakan
integritas
kulit
Tidak
terdapat lesi
kulit
-Klien tidak
mengalami lesi
kulit
-Kaji kulit
setiap hari.
Catat warna,
turgor,sirkulasi
-Menentukan garis
dasar di man
perubahan pada
status dapat di
- Mengkaji
keadaan kulit
- membasuh kulit
S:
O: Lesi akut pada
kulit yang terdiri
atas ruam
berhubungan
dengan
proses
penyakit
dan sensasi.
Gambarkan lesi
dan amati
perubahan
Pertahankan/ins
truksikan dalam
hygiene kulit,
mis, membasuh
kemudian
mengeringkann
ya dengan
berhati-hati dan
melakukan
masase dengan
menggunakan
lotion atau
krim.
-Tutupi luka
tekan yang
bandingkan dan
melakukan
intervensi yang
tepat
-mempertahankan
kebersihan karena
kulit yang kering
dapat menjadi
barier infeksi
- dapat mengurangi
kontaminasi
bakteri,
meningkatkan
proses
penyembuhan
dan masase
menggunakan
krim
-menutupi luka
dengan pembalut
steril
berbentuk kupu-
kupu yang
melintang pangkal
hidung serta pipi
masih ada.
A: masalah belum
teratasi
P: intervensi
dilanjutkan
terbuka dengan
pembalut yang
steril atau
barrier protektif,
mis, duoderm,
sesuai petunjuk.
D. Langkah 4 : Hipotesa
1. Adanya hubungan antara hasil pemeriksaan ditemukan radang kulit pada
wajah bentuknya seperti kupu- kupu mulai dari kedua belah pipi sampai ke
hidung dengan penyakit lupus.
2. Adanya hubungan antara sariawan di rongga mulut dan tenggorokan, radang
selaput dalam ( selaput paru ) dengan penyakit lupus.
A. Langkah 5 : Pembelajaran Mandiri
Mengetahui tentang lupus.
Dapat membuat asuhan keperawatan pada lupus
B. Langkah 6 : Mengumpulkan Informasi Tambahan diluar Waktu Diskusi
Searching And Collecting Data
C. Langkah 7 : Melakukan Sintesa dan Pengujian-Pengujian Informasi yang
Telah Dikumpulkan
Terlampir di : Laporan Pendahuluan Langkah 2
Asuhan Keperawatan pada Langkah 3
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC.
http://www.supari.com
Smeltzer. Suzanne C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8. Volume 3. Jakarta : EGC.