skenario ii blok xxi
TRANSCRIPT
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan
hidayah-Nyalah kami dapat menyelesaikan laporan tutorial kedua kami sebagai hasil diskusi
yang berkaitan dengan kegiatan tutorial pada Blok XXI semester VII yang berjudul “ Dokter
Keluarga Idaman”. Di sini kami membahas masalah yang berkaitan dengan dokter keluarga.
Kami mohon maaf jika dalam laporan ini terdapat banyak kekurangan dalam
menggali semua aspek yang menyangkut segala hal yang berhubungan dengan skenario
ketiga serta learning objective yang kami capai. Karena ini semua disebabkan oleh
keterbatasan kami sebagai manusia. Tetapi, kami berharap laporan ini dapat memberi
pengetahuan serta manfaat kapada para pembaca.
Mataram, 14 Desember 2012
Kelompok 3
DAFTAR ISI
Kata pengantar ................................................................................................... 1
Daftar Isi ........................................................................................................... 2
Skenario 3 ..................................................................................................... ....... 3
Mapping concept ................................................................................................. 4
Learning Objective ............................................................................................... 5
Analisis Skenario.................................................................................................. 6
Tatalaksana Awal................................................................................................. 9
Nyeri .................................................................................................................... 12
Appendisitis ............................. ........................................................................ 15
Peritonitis .............................................................................................................. 22
KET ....................................................................................................................... 25
Torsio Ovarium............... ...................................................................................... 31
Daftar Pustaka ......................................................................................................... 32
SKENARIO II
Dokter Keluarga Idaman
Dokter Sabina, 25 tahun adalah dokter yang bertugas di wilayah terpencil di daerah Lombok
Selatan. Dokter Sabina sering melakukan kunjungan ke rumah-rumah pasien untuk dapat
melihat kemajuan pengobatan sekaligus menilai kondisi lingkungan dan keluarga. Dalam
melakukan tugasnya sebagai dokter keluarga, ia tidak hanya melakukan upaya kuratif tetapi
juga preventif untuk menunjang usahanya tersebut. Selain itu, ia juga aktif dalam melakukan
pengamatan dan mengumpulkan data terkait permasalahan kesehatan yang ada di wilayah
kerjanya.
Permasalahan kesehatan keluarga
Pelayanan kesehatan Primer
DefinisiBatasan Ruang LingkupKarakteristikStatus Bentuk pelayananTujuan dan manfaatTugas dan wewenangIndikator keberhasila
Dokter umum
Pelayanan kesehatan sekunder
Peran KeluargaPeran dokterPeran pemerintah
Dokter keluarga
Dokter spesialisRumah sakit rujukan
Kendala dan hambatan
Upaya penanganan
MAPPING CONCEPT
LEARNING OBJECTIVE
1. Dokter Keluarga
Definisi
Syarat menjadi Dokter Keluarga
Batasan
Ruang Lingkup
Karakteristik
Status
Bentuk pelayanan
Tujuan dan manfaat
Tugas dan wewenang
Indikator keberhasilan
Sumber pendanaan
Hambatan pelaksanaan
Upaya penanganan hambatan
Perbedaan pelayanan dokter keluarga dan dokter umum
2. Analisis Skenario
DOKTER KELUARGA
Definisi
Pelayanan dokter keluarga adalah pelayanan kedokteran yang menyeluruh yang
memusatkan pelayanan kepada keluarga sebagai suatu unit, dimana tanggung jawab dokter
terhadap pelayanan kesehatan tidak dibatasi oleh golongan umur atau jenis kelamin pasien
juga tidak boleh organ tubuh atau jenis penyakit tertentu.
Dokter keluarga adalah dokter yang dapat memberikan pelayanan kesehatan yang
berorientasi komunitas dengan titik berat kepada keluarga, ia tidak hanya memandang
penderita sebagai individu yang sakit tetapi sebagai bagian dari unit keluarga dan tidak
hanya menanti secara pasif tetapi bila perlu aktif mengunjungi penderita atau keluarganya
(IDI 1982).
llmu kedokteran keluarga adalah ilmu yang mencakup seluruh spektrum ilmu kedokteran
tingkat yang orientasinya adalah untuk memberikan pelayanan kesehatan tingkat pertama
yang berkesinambungan dan menyeluruh kepada satu kesatuan individu, keluarga dan
masyarakat dengan memperhatikan faktor-faktor lingkungan, ekonomi dan sosial budaya
(IDI 1983).
Batasan
Pada saat ini, batasan dokter keluarga banyak macamnya. Beberapa di antaranya yang
dipandang cukup penting adalah :
1. Dokter keluarga adalah dokter yang mengutamakan penyediaan pelayanan
komprehensif bagi semua orang yang mencari pelayanan kedokteran, dan mengatur
pelayanan oleh provider lain bila diperlukan. Dokter ini adalah seorang generalis yang
menerima semua orang yang membutuhkan pelayanan kedokteran tanpa adanya
pembatasan usia, gender, ataupun jenis penyakit. Dikatakan pula bahwa dokter
keluarga adalah dokter yang mengasuh individu sebagai bagian dari keluarga dan
dalam lingkup komunitas dari individu tersebut. Tanpa membedakan ras, budaya, dan
tingkatan sosial. Secara klinis, dokter ini berkompeten untuk menyediakan pelayanan
dengan sangat mempertimbangkan dan memperhatikan latar belakang budaya,
sosioekonomi, dan psikologis pasien. Dokter ini bertanggung jawab atas
berlangsungnya pelayanan yang komprehensif dan bersinambung bagi pasiennya
(WONCA, 1991).
2. Dokter keluarga adalah dokter yang dapat memberikan pelayanan kesehatan yang
berorientasi komunitas dengan titik berat kepada keluarga, tidak hanya memandang
penderita sebagai individu yang sakit tetapi sebagai bagian dari unit keluarga dan
tidak hanya menanti secara pasif, tetapi bila perlu aktif mengunjungi penderita atau
keluarganya (Ikatan Dokter Indonesia, 1982).
3. Dokter keluarga adalah dokter yang memiliki tanggung jawab menyelenggarakan
pelayanan kesehatan tingkat pertama serta pelayanan kesehatan yang menyeluruh
yang dibutuhkan oleh semua anggota yang terdapat dalam satu keluarga, dan apabila
kebetulan berhadapan dengan suatu masalah kesehatan khusus yang tidak mampu
ditanggulangi, meminta bantuan konsultasi dari dokter ahli yang sesuai (The
American Board of Family Practice, 1969).
4. Dokter keluarga adalah dokter yang melayani masyarakat sebagai kontak pertama
yang merupakan pintu masuk ke sistem pelayanan kesehatan, menilai kebutuhan
kesehatan total pasien dan menyelenggarakan pelayanan kedokteran perseorangan
dalam satu atau beberapa cabang ilmu kedokteran serta merujuk pasien ke tempat
pelayanan lain yang tersedia, sementara tetap menjaga kesinambungan pelayanan,
mengembangkan tanggung jawab untuk pelayanan kesehatan menyeluruh dan
berkesinambungan, serta bertindak sebagai koordinator pelayanan kesehatan,
menerima tanggung jawab untuk perawatan total pasien termasuk konsultasi sesuai
dengan keadaan lingkungan pasien, yakni keluarga atau unit sosial yang sebanding
serta masyarakat (The American Academic of General Practice, 1947).
5. Dokter keluarga adalah dokter yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan personal,
tingkat pertama, menyeluruh dan berkesinambungan kepada pasiennya yang terkait
dengan keluarga, komunitas serta lingkungan di mana pasien tersebut berada
(Singapore College of General Practitioners, 1987).
Batasan pelayanan dokter keluarga banyak macamnya. Dua di antaranya yang dipandang
cukup penting adalah:
1. Pelayanan dokter keluarga adalah pelayanan kedokteran yang menyeluruh yang
memusatkan pelayanannya kepada keluarga sebagai suatu unit, dimana tanggung
jawab dokter terhadap pelayanan kesehatan tidak dibatasi oleh golongan umur atau
jenis kelamin pasien, juga tidak oleh organ tubuh atau jenis penyakit tertentu saja (The
American Academy of Family Physician, 1969).
2. Pelayanan dokter keluarga adalah pelayanan spesialis yang luas yang bertitik tolak
dari suatu pokok ilmu yang dikembangkan dari berbagai disiplin ilmu lainnya
terutama ilmu penyakit dalam, ilmu kesehatan anak, ilmu kebidanan dan kandungan,
ilmu bedah serta ilmu kedokteran jiwa, yang secara keseluruhan membentuk kesatuan
yang terpadu, diperkaya dengan ilmu perilaku, biologi dan ilmu - ilmu klinik, dan
karenanya mampu mempersiapkan dokter untuk mempunyai peranan yang unik dalam
menyelenggarakan penatalaksanaan pasien, penyelesaian masalah, pelayanan
konseling, serta dapat bertindak sebagai dokter pribadi yang mengkoordinasikan
seluruh pelayanan kesehatan (The American Academy of Family Physician, 1969).
Kedua batasan ini sekalipun dikemukakan oleh satu organisasi yang sama, yakni The
American Academy of Family Physician, rumusannya tidaklah sama. Rumusan yang pertama,
karena menunjuk pada karakteristik pelayanan, lebih ditujukan untuk kepentingan
penyelenggaraan pelayanan. Sedangkan rumusan yang kedua, karena lebih menunjuk pada
penerapan disiplin ilmu, lebih ditujukan untuk kepentingan pendidikan dan pelatihan.
Pelaksana pelayanan dokter keluarga adalah dokter keluarga (family doctor, family
physician). Cabang ilmu kedokteran yang diterapkan pada pelayanan dokter keluarga disebut
dengan nama ilmu kedokteran keluarga (family medicine).
Batasan tentang ilmu kedokteran di antaranya adalah :
1. Ilmu kedokteran keluarga adalah ilmu yang mencakup seluruh spektrum ilmu
kedokteran yang orientasinya adalah untuk memberikan pelayanan kesehatan tingkat
pertama yang berkesinambungan dan menyeluruh kepada satu kesatuan individu,
keluarga dan masyarakat dengan memperhatikan faktor – faktor lingkungan, ekonomi
dan sosial budaya (PB IDI, 1983).
2. Ilmu kedokteran keluarga menunjuk pada body of knowledge dari pelayanan dokter
keluarga yang merupakan disiplin baru dari ilmu kedokteran yang dirancang untuk
rnemenuhi kebutuhan kesehatan khalayak secara lebih responsif dan bertanggung
jawab (Charmichael, 1973).
3. Ilmu kedokteran keluarga adalah salah satu cabang dari ilmu kedokteran yang
ditandai dengan terdapatnya suatu kelompok pengetahuan kedokteran yang bersifat
khusus (Wonca, Manila, 1979).
4. Ilmu kedokteran keluarga adalah body of knowledge tentang fenomena yang dihadapi
serta teknik yang dipergunakan oleh para dokter yang menyelenggarakan perawatan
kesehatan perseorangan pada tingkat pertama dan berkelanjutan (Whinney, 1969).
5. Ilmu kedokteran keluarga adalah sebuah pendekatan multidisipliner yang terpadu
menuju perawatan kesehatan yang menyeluruh dari unit keluarga (Sargent, 1967).
Ilmu kedokteran keluarga (family medicine), haruslah dibedakan dengan ilmu kesehatan
keluarga (family health). Sekalipun sasaran keduanya adalah sama, yakni keluarga (family),
tetapi ilmu kedokteran keluarga tidak sama dengan ilmu kesehatan keluarga. Ilmu kedokteran
keluarga lebih mengacu pada aplikasi ilmu kedokteran (medical sciences), sedangkan ilmu
kesehatan keluarga lebih mengacu pada aplikasi ilmu kesehatan masyarakat (public health
sciences). Karena adanya perbedaan yang seperti ini, tidaklah mengherankan jika ruang
lingkup pelayanan kesehatan keluarga lebih terkait pada masalah - masalah keluarga yang ada
hubungannya dengan masalah kesehatan masyarakat. Misalnya, masalah kesejahteraan ibu
dan anak, keluarga berencana, pencegahan penyakit dan kecelakaan, tumbuh kembang, dan
atau masalah gizi ibu hamil, bayi dan anak yang terdapat dalam suatu komunitas dan atau
masyarakat. Sedangkan ruang lingkup pelayanan kedokteran keluarga lebih terkait pada
masalah - masalah keluarga yang ada hubungannya dengan masalah kedokteran yakni,
masalah sehat - sakit yang dihadapi oleh perseorangan sebagai bagian dari anggota keluarga.
Ruang Lingkup
Ruang lingkup pelayanan dokter keluarga mencakup bidang amat luas sekali. Jika
disederhanakan secara umum dapat dibedakan atas dua macam :
1. Kegiatan yang dilaksanakan
Pelayanan yang diselenggarakan oleh dokter keluarga harus memenuhi syarat pokok
yaitu pelayanan kedokteran menyeluruh (comprehensive medical services).
Karakteristik :
Jenis pelayanan yang diselenggarakan mencakup semua jenis pelayanan kedokteran
yang dikenal di masyarakat.
Tata cara pelayanan tidak diselenggarakan secara terkotak-kotak ataupun terputus-
putus melainkan diselenggarakan secara terpadu (integrated) dan berkesinambungan
(continu).
Pusat perhatian pada waktu menyelenggarakan pelayanan kedokteran tidak
memusatkan perhatiannya hanya pada keluhan dan masalah kesehatan yang
disampaikan penderita saja, melainkan pada penderita sebagai manusia seutuhnya.
Pendekatan pada penyelenggaraan pelayanan tidak didekati hanya dari satu sisi saja,
melainkan dari semua sisi yang terkait (comprehensive approach) yaitu sisi fisik,
mental dan sosial (secara holistik).
2. Sasaran Pelayanan
Sasaran pelayanan dokter keluarga adalah kelurga sebagai suatu unit. Pelayanan dokter
keluarga harus memperhatikan kebutuhan dan tuntutan kesehatan keluarga sebagai satu
kesatuan, harus memperhatikan pengaruh masalah kesehatan yang dihadapi terhadap
keluarga dan harus memperhatikan pengaruh keluarga terhadap masalah kesehatan
yang dihadapi oleh setiap anggota keluarga.
Karakteristik
Karakteristik dokter keluarga adalah :
1. Yang melayani penderita tidak hanya sebagai orang perorang melainkan sebagai
anggota satu keluarga dan bahkan sebagai anggota masyarakat sekitarnya.
2. Yang memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan memberikan perhatian
kepada penderita secara lengkap dan sempurna, jauh melebihi jumlah Keseluruhan
keluhan yang disampaikan.
3. Yang mengutamakan pelayanan kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan
seoptimal mungkin, mencegah timbulnya penyakit dan mengenal serta mengobati
penyakit sedini mungkin.
4. Yang mengutamakan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan dan berusaha
memenuhi kebutuhan tersebut sebaik-baiknya.
5. Yang menyediakan dirinya sebagai tempat pelayanan kesehatan tingkat pertama dan
bertanggung jawab pada pelayanan kesehatan lanjutan.
Definisi karakteristik keluarga lainnya menurut ahli :
Menurut Ian R. McWhinney (1981)
Ian R. McWhinney membedakannya menjadi 9 macam, yaitu:
a. Lebih meningkatkan diri pada kebutuhan pasien secara keseluruhan, bukan pada
disiplin ilmu kedokteran, kelompok penyakit atau teknik-teknik kedokteran
tertentu
b. Berupaya mengungkapkan kaitan munculnya suatu penyakit dengan berbagai
faktor yang mempengaruhinya
c. Menganggap setiap kontak dengan pasiennya sebagai suatu kesempatan untuk
menyelenggarakan pelayanan pencegahan penyakit atau pendidikan kesehatan
d. Memandang dirinya sebagai masyarakat yang beresiko tinggi
e. Memandang dirinya sebagai bagian dari jaringan pelayanan kesehatan yang
tersedia di masyakarat
f. Diselenggarakan dalam suatu daerah domisili yang sama dengan pasiennya
g. Melayani pasien di tempat praktek, di rumah adn di rumah sakit
h. Memperhatikan aspek subjektif dari ilmu kedokteran
i. Diselenggarakan oleh seorang dokter yang bertindak sebagai manajer dari
sumber-sumber yang tersedia
Menurut Lynn P. Carmichael (1973)
a. Berorientasi pada pencegahan penyakit serta pemeliharaan kesehatan
b. Berhubungan dengan pasien sebagai anggota dari unit keluarga, memandang
keluarga sebagai dasar dari suatu organisasi sosial dan atau suatu kelompok
fungsional yang saling terkait, pada mana setiap individu membentuk hubungan
tingkat pertama
c. Memanfaatkan pendekatan menyeluruh, berorientasi pada pasien dan keluarganya
dalam menyelenggarakan setiap pelayanan kesehatan
d. Mempunyai keterampilan diagnosis yang andal serta pengetahuan tentang
epidemiologi untuk menentukan pola penyakit yang terdapat di masyarakat
dimana pelayanan tersebut diselenggarakan, dan selanjutnya para dokter yang
menyelenggarakan pelayanan harus memiliki keahlian mengelola berbagai
penyakit yang ditemukan dimasyarakat tersebut
e. Para dokternya memiliki pengetahuan tentang hubungan timbal balik antara
faktor biologis, sosial dan emosional dengan penyakit yang dihadapi, serta
menguasai teknik pemecahan masalah untuk mengatasi berbagai penyakit yang
agak mirip atau tidak khas seperti berbagai penyakit yang tergolong
psikosomatik.
Menurut Debra P. Hymovick dan Martha Underwood Barnards (1973)
a. Dapat menjamin terpenuhinya kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan
yang lebih responsif serta bertanggung jawab
b. Dapat menjamin terpenuhinya kebutuhan pelayanan kesehatan tingkat pertama
(termasuk pelayanan darurat) serta pelayanan lanjutan (termasu pengaturan
rujukan)
c. Dapat menjamin terpenuhinya kebutuhan akan pelayanan pencegahan penyakit
dalam stadium dini serta peningkatan derajat kesehatan pasien setinggi mungkin
d. Dapat menjamin terpenuhinya kebutuhan akan diperhatikannya pasien tidak
hanya sebagai orang perorang, tetapi juga sebagai anggota keluarga dan anggota
masyarakat
e. Dapat menjamin terpenuhinya kebutuhan untuk dilayaninya pasien secara
menyeluruh dan dapat diberikan perhatian kepada pasien secara lengkap dan
sempurna, jauh melebihi jumlah keseluruhan keluhan yang disampaikan.
Menurut Ikatan Dokter Indonesia (1982)
IDI melalui muktamar ke 18 yang dilaksanakan di Surakarta pada tahun 1982,
merumuskan antara lain:
a. yang melayani penderita tidak hanya sebagai orang perorang, melainkan sebagai
anggota satu keluarga dan bahkan sebagai anggota masyarakat sekitarnya
b. yang memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan memberikan
perhatian kepada penderita secara lengkap dan sempurna, jauh melebihi jumlah
keseluruhan keluhan yang disampaikan
c. yang mengutamakan pelayanan kesehatan guna meningkatnya derajat kesehatan
seoptimal mungkin, mencegah timbulnya penyakit dan mengenal serta mengobati
penyakit sedini mungkin
d. yang mengutamakan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan dan berusaha
memenuhi kebutuhan tersebut sebaik-baiknya
e. yang menyediakan dirinya sebagai tempat pelayanan kesehatan tingkat pertama
dan bertanggu jawab pada pelayanan kesehatan lanjutan
Status Dokter Keluarga
Sesungguhnya pada saat ini ditemukan banyak pendapat tentang status dokter keluarga
dalam system pelayanan kedokteran. Berbagai pendapat tersebut secara umum dapat
dibedakan atas 4 macam (Geyman, 1971) yakni :
1. Dokter keluarga sama dengan dokter umum.
Pendapat yang seperti ini ditemukan misalnya di Inggris dan Australia. Inilah sebabnya
organisasi yang didirikan untuk menghimpun para dokter keluarga tidak disebut
sebagai organisasi dokter keluarga (family physician), melainkan organisasi dokter
umum (general practitioner)
2. Dokter keluarga adalah dokter spesialis.
Pendapat yang seperti ini ditemukan misalnya di Amerika Serikat. Inilah sebabnya, di
negara tersebut seorang dokter yang akan menyelenggarakan pelayanan dokter
keluarga, diharuskan untuk mengikuti pendidikan tambahan selama 3 tahun. Di
Amerika Serikat, dokter keluarga memang telah dianggap sebagai spesialis umum yang
kedudukannya setara dengan pelbagai spesialis lainnya.
3. Dokter keluarga adalah semua dokter yang menyelenggarakan pelayanan dokter
keluarga.
Pendapat yang seperti ini ditemukan misalnya di Indonesia. Menurut pendapat ini,
siapapun dokter tersebut—dokter umum atau dokter spesialis—sepanjang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan sesuai dengan prinsip-prinsip dokter keluarga,
maka dokter yang dimaksud disebut sebagai dokter keluarga.
4. Dokter keluarga tidak sama dengan dokter umum, tetapi antara keduanya terdapat
banyak kesamaan.
Pendapat yang seperti ini merupakan pendapat awal yang muncul ketika konsep dokter
keluarga pertama kali diperkenalkan. Tidak mengherankan jika kemudian sering
disebutkan bahwa dokter keluarga tersebut pada dasarnya perkembangan lebih lanjut
dari dokter umum, yakni setelah sebelumnya para dokter umum yang dimaksud
memperoleh tambahan pendidikan lebih lanjut.
Bentuk-Bentuk Pelayanan Dokter Keluarga
Terlepas dari masih ditemukannya perbedaan pendapat tentang kedudukan dan peranan
dokter keluarga dalam sistem pelayanan kesehatan, pada saat ini telah ditemukan banyak
bentuk praktek dokter keluarga. Bentuk praktek dokter keluarga yang dimaksud secara
umum dapat dibedakan atas tiga macam :
1. Pelayanan dokter keluarga sebagai bagian dari pelayanan rumah sakit (hospital based)
Pada bentuk pelayanan dokter keluarga diselenggarakan di rumah sakit. Untuk ini
dibentuklah suatu unit khusus yang diserahkan tanggung jawab menyelenggarakan
pelayanan dokter keluarga. Unit khusus ini dikenal dengan nama bagian dokter
keluarga (departement of family medicine), semua pasien baru yang berkunjung ke
rumah sakit, diwajibkan melalui bagian khusus ini. Apabila pasien tersebut ternyata
membutuhkan pelayanan spesialistis, baru kemudian dirujuk kebagian lain yang ada
dirumah sakit.
2. Pelayanan dokter keluarga dilaksanakan oleh klinik dokter keluarga (family clinic)
Pada bentuk ini sarana yang menyelenggarakan pelayanan dokter keluarga adalah suatu
klinik yang didirikan secara khusus yang disebut dengan nama klinik dokter keluarga
(family clinic/center). Pada dasarnya klinik dokter keluarga ini ada dua macam.
Pertama, klinik keluarga mandiri (free-standing family clinic). Kedua, merupakan
bagian dari rumah sakit tetapi didirikan diluar komplek rumah sakit (satelite family
clinic). Di luar negeri klinik dokter keluarga satelit ini mulai banyak didirikan. Salah
satu tujuannya adalah untuk menopang pelayanan dan juga penghasilan rumah sakit.
Terlepas apakah klinik dokter keluarga tersebut adalah suatu klinik mandiri atau hanya
merupakan klinik satelit dari rumah sakit, lazimnya klinik dokter keluarga tersebut
menjalin hubungan kerja sama yang erat dengan rumah sakit. Pasien yang memerlukan
pelayanan rawat inap akan dirawat sendiri atau dirujuk ke rumah sakit kerja sama
tersebut. Klinik dokter keluarga ini dapat diselenggarakan secara sendiri (solo practice)
atau bersama-sama dalam satu kelompok (group practice). Dari dua bentuk klinik
dokter keluarga ini, yang paling dianjurkan adalah klinik dokter keluarga yang dikelola
secara berkelompok. Biasanya merupakan gabungan dari 2 sampai 3 orang dokter
keluarga.
Pada klinik dokter keluarga berkelompok ini diterapkan suatu sistem manajernen yang
sama. Dalam arti para dokter yang tergabung dalam klinik dokter keluarga tersebut
secara bersama-sama membeli dan memakai alat-alat praktek yang sama. Untuk
kemudian menyelenggarakan pelayanan dokter keluarga yang dikelola oleh satu sistem
manajemen keuangan, manajemen personalia serta manajemen sistem informasi yang
sama pula. Jika bentuk praktek berkelompok ini yang dipilih, akan diperoleh beberapa
keuntungan sebagai berikut (Clark,1971) :
a. Pelayanan dokter keluarga yang diselenggarakan akan lebih bermutu
Penyebab utamanya adalah karena pada klinik dokter keluarga yang dikelola secara
kelompok, para dokter keluarga yang terlibat akan dapat saling tukar menukar
pengalaman, pengetahuan dan keterampilan. Di samping itu, karena waktu praktek
dapat diatur, para dokter mempunyai cukup waktu pula untuk menambah
pengetahuan dan keterampilan. Kesemuannya ini, ditambah dengan adanya
kerjasama tim (team work) disatu pihak, serta lancarnya hubungan dokter-pasien di
pihak lain, menyebabkan pelayanan dokter keluarga yang diselenggarakan akan
lebih bermutu.
b. Pelayanan dokter keluarga yang diselenggarakan akan lebih terjangkau
Penyebab utamanya adalah karena pada klinik dokter keluarga yang dikelola secara
berkelompok, pembelian serta pemakaian pelbagai peralatan medis dan non medis
dapat dilakukan bersama-sama (cost sharing). Lebih dari pada itu, karena
pendapatan dikelola bersama, menyebabkan penghasilan dokter akan lebih terjamin.
Keadaan yang seperti ini akan mengurangi kecenderungan penyelenggara pelayanan
yang berlebihan. Kesemuanya ini apabila berhasil dilaksanakan, pada gilirannya
akan menghasilkan pelayanan dokter keluargayang lebih terjangkau.
3. Pelayanan dokter keluarga dilaksanakan melalui praktek dokter keluarga (family
practice)
Pada bentuk ini sarana yang menyelenggarakan pelayanan dokter keluarga adalah
praktek dokter keluarga. Pada dasarnya bentuk pelayanan dokter keluarga ini sama
dengan pelayanan dokter keluarga yang diselenggarakan melalui klinik dokter keluarga.
Disini para dokter yang menyelenggarakan praktek, rnenerapkan prinsip-prinsip
pelayanan dokter keluarga pada pelayanan kedokteran yang diselenggarakanya. Praktek
dokter keluarga tersebut dapat dibedaka pula atas dua macam. Pertama, praktek dokter
keluarga yang diselenggarakan sendiri (solo practice). Kedua praktek dokter keluarga
yang diselenggarakan secara berkelompok (group practice).
Tujuan pelayanan dokter keluarga
1. Tujuan umum
Tujuan umum pelayanan dokter keluarga adalah sama dengan utjuan pelayanan dokter
dan atau pelayanan kesehatan pada umumnya, yakni terwujudnya keadaan sehat bagi
setiap anggota keluarga.
2. Tujuan khusus
a. Terpenuhinya kenutuhan keluarga akan pelayanan kedokteran yang lebih efektif
Dibandingkan dengan pelayanan kedokteran lainnya, disebabkan karena dalam
menangani suatu masalah kesehatan, perhatian tidak hanya ditujukan pada
keluhan yang disampaikan saja, tetapi pada pasien sebagai manusia seuthnya, dan
bahkan sebagai bagian dari anggota keluarga dengan lingkungannya masing-
masing. Dengan memperhatikan berbagai factor seperti ini maka pengelolaan
suatu maslah kesehatan akan dapat dilakukan secara sempurna dan karena itu
penyelesaian suatu masalah kesehatan akan dapat pula diharapkan lebih
memuaskan.
b. Terpenuhinya kebutuhan keluarga akan pelayanan kedokteran yang lebih efisien
Dibandingkaan dengan pelayanan keedokteran lainnya, pelayanan dokter keluarga
juga lebih efisien. Ini disebabkan karena pelayanan dokter keluarga lebih
mengutamakan pelayanan pencegahan penyakit serta diselenggarakan secara
menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Dalam system mengutamakan
pelayanan pencegahan penyakit, maka angka jatuh sakit akan menurun dan
apabila dapat dipertahankan, sehinl yang sama juga gga selanjutnya dapat
berdampak besar dalam menurunkan biaya kesehatan. Hal yang sama juga
ditemukan pada pelayanan yang menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan.
Karena salah satu keuntungan dari pelayanan yang seperti ini adalah dapat
dihindarkannya dan atau pemerikasaan kedokteran yang berulang-ulang, yang
besar peranannya dalam mencegah penghamburan dana kesehatan yang
jumlahnya telah diketahui jumlahnya terbatas.
Manfaat pelayanan dokter keluarga
1. Akan dapat diselenggarakan penanganan kasus penyakit sebagai manusia seutuhnnya,
bukan hanya terhadap keluhan yang disampaikan.
2. Akan dapat diselenggarakan pelayanan penccegahan penyakit dan dijamin
kesinambungan pelayanan kesehatan.
3. apabila dibutuhkan pelayanan spesialis, pengaturannya akan lebih baik dan terarah,
terutama ditengah-tengah kompleksitas pelayanan kesehatan saat ini.
4. Akan dapat diselenggarakannya pelayanan kesehatan yang terpadu sehingga
penanganan suatu masalah kesehatan tidak menimbulkan barbagai masalah lainnya
5. Jika seluruh anggota keluarga ikut serta dalam pelayanan, maka segala keterangan
tentang keluarga tersebut, baik keterangan kesehatan dan ataupun keterangan social
dapat dimanfaatnya dalam menangani masalah kesehatan yang dihadapi.
6. Akan dapat diperhitungkan berbagai factor yang mempengaruhi timbulnya penyakit,
termaksuk factor social dan psikologis.
7. Akan dapat diselenggarakan penanganan kasus penyakit dengan tatacara yang lebih
sederhana dan tidak begitu mahal dank arena itu akan meringankan biaya kesehatan.
8. Akan dapat dicegah pemakaian berbagai peralatan kedokteran canggih yang
memberatkan biaya kesehatan.
Tugas Dokter Keluarga
Tugas dari doketr keluarga adalah:
Menyelenggarakan pelayanan primer secara paripurna menyeluruh, dan bermutu guna
penapisan untuk pelayanan spesialistik yang diperlukan.
Mendiagnosa secara cepat dan memberikan terapi secara cepat dan tepat.
Memberikan pelayanan kedokteran secara aktif kepada pasien pada saat sehat dan
sakit.
Memberikan pelayanan kedokteran kepada individu dan keluarga
Membina keluarga pasien untuk berpartisipasi dalam upaya peningkatan taraf
kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan dan rehabilitasi.
Menangani penyakit akut atau kronik
Melakukan tindakan tahap awal kasus berat agar siap dikirim ke Rumah Sakit.
Tetap bertanggung jawab atas pasien yang dirujukan ke dokter spesialis atau dirawat
di rumah sakit.
Memantau pasien yang telah dirujuk atau dikonsultasikan
Bertindak sebagai mitra, penasihat, dan konsultan bagi pasiennya.
Mengkordinasikan pelayanan yang diperlukan untuk kepentingan pasien.
Menyelenggarakan rekan medis yang memenuhi standar
Melakukan penelitian untuk mengembangkan ilmu kedokteran secara umum dan ilmu
kedokteran keluarga secara khusus.
Wewenang Dokter Keluarga
Wewenang dokter keluarga adalah:
Menyelenggarakan rekam medis yang memenuhi standar.
Melaksanakan pendidikan kesehatan bagi masyarakat
Melaksanakan tindak pencegahan penyakit.
Mengobati penyakit akut dan kronik ditingkat primer.
Mengatasi keadaan gawat darurat pada tingkat awal.
Melakukan tindak pra bedah, bedah minor, perawatan pasca bedah di unit pelayanan
primer.
Melakukan perawatan sementara.
Menerbitkan surat keterangan medis.
Memberikan masukan untuk keperluan pasien rawat inap.
Memberikan perawatan dirumah untuk keadaan khusus.
Prinsip Dokter Keluarga
1. Memberikan pelayanan secara komprehensif
2. Memberikan pelayanan secara bersinambung/ continual
3. Memberikan pelayanan yang koordinatif dan kolaboratif
4. Mengutamakan pencegahan
5. Mempertimbangkan keluarganya
6. Mempertimbangkan komunitasnya
Penjabarannya adalah sebagai berikut :
1. Pelayanan Komprehensif
Dengan kata lain adalah pelayanan yang paripurna.
Dokter Keluarga (DK) menggunakan segenap kemampuan ilmunya, serta sarana dan
prasarana medis yang tersedia untuk sebesar-besarnya kepentingan pasien.
Dokter keluarga bukan hanya menyembuhkan pasien dari sakitnya, tetapi juga
menyehatkannya serta menjadi mitra, konsultan, atau penasihat di kala sakit dan
sehat.
Jika masalahnya dinilai memerlukan pendapat atau penanganan spesialistis, DK
akan mengkonsultasikan atau bahkan merujuk pasien ke dokter spesialis yang tepat.
2. Bersinambung/Continual
Pelayanan yang kontinu berarti pasien harus dipantau secara terus menerus, boleh
dikatakan mulai dari konsepsi (pembuahan/dalam rahim) sampai mati dan tentu saja
selama sakit sampai sembuh dan sehat kembali.
Wujud kontinuitas pelayanannya itu berupa pemantauan bersinambung, antara lain
melalui penyelenggaraan rekam medis yang handal dan kerjasama profesional
dengan medical professionals lainnya.
3. Koordinatif dan Kolaboratif
Sejalan dengan butir 1, DK akan mengkoordinasikan keperluan pasien dengan DK
yang lain, dengan para spesialis yang diperlukan, dengan paramedik, dengan fasilitas
kesehatan yang diperlukan, dan bahkan dengan keluarganya.
Koordinasi ini pun merupakan salah satu bentuk kesinambungan pelayanannya.
Dengan koordinasi yang baik dapat dihindari tumpang-tindih penggunaan obat,
duplikasi pemerikasaan penunjang, atau perbedaan pendapat mengenai manajemen
pasien.
Kerjasama dengan para spesialis yang dikoordinasikan oleh DK ini akan menjadikan
kolaborasi saintifik yang handal untuk meningkakan kepercayaan pasien kepada
pelayanan medis yang disediakan.
Dengan demikian terjadi saling kontrol sehingga efektivitas pengobatan dan efisiensi
biaya dapat terwujud.
4. Mengutamakan Pencegahan
DK harus melakukan upaya peningkatan kesehatan misalnya melalui ceramah
kesehatan.
Selain itu DK juga akan melakukan upaya pencegahan penyakit melalui vaksinasi.
Upaya KB, pemeriksaan kehamilan, dan pemantauan tumbuh-kembang anak juga
merupakan bentuk upaya pencegahan yang harus dilakukan oleh DK.
Jika pasien datang dalam keadaan sakit, DK harus dapat membuat diagnosis dini dan
memberikan pengobatan yang cepat dan tepat agar penyakit tidak semakin parah.
Jika penyakit sudah parah, DK harus segera bertindak cepat misalnya dengan segera
merujuk ke fasilitas pelayanan yang lebih tinggi dengan persiapan yang memadai,
agar jangan sampai terjadi cacat permanen.
Seandainya diperkirakan akan terjadi cacat, DK harus berusaha agar jangan sampai
kecacatan itu menjadi penghalang besar bagi pasien nantinya.
Di sini juga dituntut partisipasi DK untuk membantu upaya rehabilitasi bagi pasien
penyandang cacat, baik secara fisik, psikologik, maupun sosial, agar keterbatasannya
dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin.
5. Mempertimbangkan Keluarga
Sekalipun unit terkecil pasiennya adalah individu, artinya pekerjaan DK berawal
dari keluhan individu setiap pasien, DK tidak pernah mengabaikan bahwa pasien
adalah bagian dari keluarganya.
Saling-aruh (interaksi) antara pasien dan keluarganya merupakan salah satu fokus
perhatian DK.
6. Mempertimbangkan Komunitasnya
Dalam hal ini, seperti juga keluarganya, DK harus juga mengingat bahwa pasien
merupakan bagian dari komunitasnya baik di lingkungan tempat tinggal maupun
kerjanya. Seperti juga keluarganya, lingkungan tempat tinggal dapat mempengaruhi
penyakitnya, demikian pula penyakit pasien dapat pula berdampak pada lingkungannya.
Kompetensi dan Pendidikan Dokter Keluarga
Seorang dokter keluarga harus memiliki kemampuan dan keterampilan yang sesuai
dengan karakteristik dokter keluarga. Kemampuan dan keterampilan yang perlu dimiliki
dibagi menjadi 2 macam, yaitu: pengetahuan dan keterampilan dalam aspek pelayanan medis,
dan pengetahuan dan keterampilan dalam aspek non-medis pelayanan dokter keluarga.
Di negara-negara yang telah mengakui dokter keluarga sebagai suatu bidang
spesialisasi, pendidikan dilaksanakan secara lebih jelas dan terprogram. Di negara-negara
yang belum mengakui dokter keluarga sebagai salah satu bentuk spesialisasi, pendidikan
dokter keluarga dilaksanakan dalam bentuk pendidikan berkesinambungan.
a. Bentuk Program Pendidikan
Fabb (1990) telah mempelajari variasi pelayanan kedokteran keluarga di Hongkong,
dan minat para dokter untuk menyelenggarakan pendidikan dokter keluarga. Kemudian fabb
merekomendasikan 4 bentuk pendidikan dokter keluarga yang dapat dilaksanakan:
1. Vocational training program in family medicine
Program ini ditujukan pada dokter yang baru lulus atau yang akan segera menyelesaikan
pendidikannya, yang berminat memperdalam pengetahuan dan keterampilannya dalam
bidang kedokteran keluarga. Program uni dilaksanakan selama 4 tahun yang mencakup
pendidikan di rumah sakit (residensi) dan pendidikan di masyarakat.
2. Advance training progtam in family medicine
Program ini ditujukan untuk dokter umum yang telah melaksanakan pelayanan dokter
keluarga setidaknya selama 5 tahun, dan ingin mendapat pengakuan resmi sebagai dokter
keluarga. Program ini lamanya 2 tahun, dan ilmu yang diberikan tidak mencakup semua
ilmu dan keterampilan dokter keluarga, karena telah memiliki pengalaman.
3. Course of advanced education in family medicine
Program ini ditujukan untuk semua dokter yang ingin memperdalam ilmu dan
keterampilannya sebagai dokter keluarga namun tidak ingin mendapatkan pengakuan
resmi sebagai dokter keluarga. Program ini lamanya 2 tahun tetapi waktu pelaksanaan dan
ilmu yang diberikan disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan masing-masing dokter.
4. Continuing medical education in family medicine
Program ini ditujukan kepada dokter keluarga yang telah mendapat pengakuan resmi
sebagai dokter keluarga, namun tetap ingin mengikuti perkembangan keilmuan dalam
bidang kedokteran keluarga. Ilmu dan keterampilan yang disampaikan disesuaikan dengan
kebutuhan masing-masing dokter.
b. Substansi Keilmuan
Uraian tentang substansi keilmuan banyak macamnya, beberapa yang penting adalah:
1. PANTAP dokter keluarga IDI (1982)
Substansi yang dipandang perlu untuk disampaikan adalah Ilmu Kedokteran Jiwa, Ilmu
Kesehatan Anak, Ilmu Penyakit Dalam, Ilmu Kebidanan dan Kandungan, dan Ilmu Bedah.
2. Geyman (1971)
Geyman membagi substansi keilmuan dokter keluarga atas 7 macam, yaitu Ilmu Penyakit
dalam, Ilmu Kesehatan Anak, Ilmu Kedokteran Jiwa, Ilmu Kebidanan dan Kandungan,
Ilmu Bedah termasuk beberapa tindakan spesialisnya, dan beberapa Ilmu Pilihan termasuk
Ilmu Kedokteran Pencegahan, Ilmu Kedokteran Komunitas, serta beberapa keterampilan
khusus seperti Rehabilitasi, Perawatan Gawat Darurat, dan Konseling Keluarga.
3. American Medical Association (1969)
Substansi keilmuan dokter keluarga dibedakan menjadi 3 program, yaitu:
PROGRAM A PROGRAM B PROGRAM C
Penyakit Dalam (33%)
Kesehatan Anak (16%)
Bedah (16%)
Kebidanan dan Kandungan
(16%)
Kedokteran Komunitas
(11%)
Penyakit Dalam (50%)
Kesehatan Anak (16%)
Kedokteran Jiwa (16%)
Kedokteran komunitas dan
pilihan (18%)
Penyakit Dalam (33%)
Kesehatan Anak (16%)
Kedokteran Jiwa (16%)
Kedokteran komunitas,
Administrasi, dan pilihan
(35%
c. Kompetensi Sikap Dan Kemampuan
Sikap yang diharapkan dimiliki oleh setiap dokter keluarga:
1. Patient-centered care dan perhatian pada hubungan dokter-pasien.
2. Menggunakan pendekatan holistik kepada pasien dan permasalahannya.
3. Lebih menekankan pada usaha pencegahan
4. Dokter keluarga menjaga kesehatan pasien pada masalah-masalah yang menjadi keluhan
utama pasien, dan keluhan-keluhan samar yang saat itu belum jelas kemunculannya.
5. Dokter keluarga merawat pasien dalam semua umur
6. Dokter keluarga memperhatikan pasien tidak hanya di ruang periksa, namun juga di rumah
dan di tempat lainnya.
Kemampuan yang harus bisa dilakukan oleh dokter keluarga:
1. Good preventive care
2. Good acute care
3. Good chronic disease care management
4. Good step-down care
5. Good elderly care
6. Good domiciliary care
7. Good paliative care
Pembiayaan dan Dokter Keluarga
Hingga kini, sudah banyak berdiri badan penyelenggara (Bapel) pembiayaan
kesehatan di Indonesia baik yang sudah lama maupun yang baru beberapa tahun. Dalam
ketentuan UU SJSN, Terbentuk UU no 40 tahun 2004 tentang SJSN. Pada masa transisi
hingga th 2009, empat badan BHMN diberi hak sebagai badan pengelola jaminan sosial,
yakni PT Askes, PT Jamsostek, PT Asabri dan PT Taspen. Kemudian disusul Putusan MK RI
terhadap perkara no 007/PUU-III/2005 tentang pengujian UU SJSN. Kewajiban Daerah dan
prioritas belanjanya untuk mengembangkan sistem jaminan sosial, bukan hanya semata-mata
un tuk memenuhi SPM, namun merupakan kewajiban konstitusional. Daerah boleh
mendirikan BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) dengan memenuhi UU SJSN dan
UU Pememerintah Daerah. Di tingkat Propinsi DIY telah berdiri lembaga Jaminan Kesehatan
Sosial (Jamkesos) sejak tahun 2003 dan Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) Kota
Jogjakarta sejak tahun 2005. Badan penyelenggara pembiayaan kesehatan dan fasilitas
pemberi pelayanan kesehatan yang ada dapat dimanfaatkan dokter muda sebagai salah satu
tempat belajar lapangan yang cukup baik.
UU Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Nasional telah disahkan DPR tanggal 28
Oktober 2011. Lembaga yang bertugas menyelenggarakan jaminan kesehatan harus telah
beroperasi pada tahun 2014. Lembaga itu adalah BPJS I (jaminan kesehatan) , yang memikul
tugas tidak ringan. BPJS I memerlukan dukungan banyak pihak terkait untuk memenuhi
harapan rakyat. Kini, diperlukan peraturan pemerintah (PP) atau peraturan presiden (perpres),
yang sudah harus selesai dan dipahami oleh berbagai pihak yang terkait dengan
penyelenggaraan program jaminan kesehatan, menjelang tahun2014.
Sistem penyelenggaraannya menerapkan konsep manage care. Konsep ini
mengintegrasikan sistem pelayanan (delivery of care) dan pembiayaan (financing of care).
Salah satu bentuknya menerapkan konsep pelayanan dokter keluarga, rujukan, dan
pembayaran pradana (prospective payment system). Termasuk dalam pembayaran pradana ini
antara lain adalah capitation, yaitu pembayaran pelayanan kesehatan diberikan sesuai dengan
jumlah jiwa/kapita yang dilayani. Ada juga DRG’s (diagnostic related groups), yaitu
pembayaran pelayanan kesehatan diberikan sesuai dengan diagnosis.
Dokter Keluarga dan Askes/JPKM
Pengalaman bertahun-tahun dalam pengembangan dokter keluarga (sejak Muktamar
ke-17 IDI-1980) telah mengantarkan pada suatu kesimpulan bahwa pengembangan dokter
keluarga haruslah dilakukan sejalan dan bersama-sama dengan penataan sistem pembiayaan.
Hal ini dilakukan agar prinsip-prinsip sustainabilitas pembiayaan pelayanan dokter keluarga
dapat dicapai di samping tercapainya pula efektifitas dan efisiensi pelayanan kesehatan
tingkat primer lebih bermutu. Dokter Keluarga memerlukan Askes (asuransi kesehatan/JPKM
(jaminan pemeliharaan kesehatan), dan sebaliknya. Dana operasional harus dimanfaatkan
untuk keperluan upaya pencegahan Sistem untuk mewujudkan baku (standar) mutu pelayanan
yang dapat dipertanggungjawabkan.
Tugas Dokter Keluarga dalam system Jaminan Pemeliharaan Kesehatan adalah
memberikan pelayanan kesehatan paripurna kepada peserta dan keluarganya, dalam rangka
meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat masyarakat guna
mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Sedangkan fungsi dokter keluarga
dalam system JPKM adalah:
Memberikan pelayanan kesehatan paripurna, efektif dan efisien, sesuai ketentuan
yang berlaku.
Meningkatkan peran serta keluarga dan masyarakat peserta agar berperilaku hidup
sehat.
Menjalin kerjasama dengan semua fasilitas kesehatan dalam rangka rujukan.
Menjaga agar sumberdaya yang terbatas digunakan seefisien mungkin
Sistem Komunikasi antara sesama PPK, antara PPK dengan peserta dan Bapel serta pihak
terkait lainnya perlu senantasa dipelihara guna menjaga pelayanan PPK tetap bermutu (cost-
effective dan memuaskan peserta) dan terkendali biayanya.
Perbedaan kedokteran klinis (dokter umum) dan kedokteran komunitas (dokter
keluarga):
Hambatan program dokter keluarga
Faktor penghambat pelayanan kedokteran menyeluruh
a. Terkotak-kotaknya pelayanan kesehatan
Penyebab yang terpenting yaitu pesatnya perkembangan ilmu dan teknologi kedokteran
yang melahirkan berbagai spesialisasi dan sub-spesialisasi ( Somers dan Somers, 1970).
b. Mahalnya biaya pelayanan kedokteran
Penyebabnya adalah peningkatan inflasi, penggunaan berbagai alat kedokteran yang
canggih, perubahan pola penyakit, perubahan sistem pelayanan kedokteran, perubahan
pola hubungan dokter-pasien, serta makin meningkatnya permintaan masyarakat
terhadap pelayanan yang bermutu. Akibatnya pasien dengan status ekonomi kurang
akan sulit memenuhi kebutuhannya akan pelayanan kesehatan serta sulit mendapatkan
pelayanan yang berkesinambungan.
c. Peraturan perundang-undangan
Beberapa peraturan perundang-undangan yang ada dimasyarakat, meskipun mungkin
maksudnya tidak demikian, namun dalam kenyataanya dapat menjadi faktor
penghambat terselenggaranya pelayanan kedokteran yang menyeluruh.
d. Sikap dan kemampuan dokter sebagai penyelenggara pelayanan
Kendala yang mungkin ditemui adalah sikap dokter yang enggan melakukan tindakan
yang diperlukan sehingga dokter tersebut tampak lebih suka merujuk pasiennya ke
tempat pelayanan kesehatan lain. Selain itu, dokter yang hanya mampu melakukan
anamnesis, pemeriksaan fisik dan menulis resep, sementara untuk tindakan kedokteran
ia lebih suka merujuk, tentu akan jadi salah satu hambatan.
e. Sikap dan perilaku pasien sebagai pemakai jasa pelayanan
Antara lain, pasien yang sering berpindah-pindah dokter dan pasien yang lebih suka ke
dokter spesialis, akan tidak menguntungkan untuk penyelenggaraan pelayanan
kedokteran.
Selain itu tidak adanya regulasi yang mengatur ”aturan main” sistem pelayanan
kesehatan yang ada baik klinik maupun puskemas. Uraian tugas pokok dan fungsi klinik dan
puskesmas tidak dibagi secara tegas spesifik, sehingga tidak diketahui sejauh mana batas
wewenang dan tanggung jawab klinik dokter keluarga. Akibat semua itu, terjadi kerancuan
dalam pelaksanaannya dilapangan, terjadi istilah daerah ”abu-abu”. Terjadi duplikasi
kegiatan dengan puskesmas terutama untuk kegiatan promotif dan preventif. Akibatnya
terjadi kebingungan diantara para pelaksana, yang berujung pada ketidakefektifan dan
keefisienan kegiatan, sehingga mempengaruhi kinerja pelayanan kesehatan secara
keseluruhan.
Sebab kedua adalah kapasitas sumber daya yang masih lemah. Dimana jumlah dokter
keluarga masih sangat minim ditambah lagi belum tersedia pendidikan yang terstandarisasi
untuk pendidikan dokter keluarga. Pada pendidikan kedokteran dengan kurikulum KBK,
dokter keluarga diberikan hanya sebatas pengenalan terhadap program, belum dapat dilihat
secara keseluruhan bagaimana tugas dan fungsi pelayanan dokter keluarga sebenarnya,
akibatnya lulusan dokter yang akan bertindak sebagai provider tidak mengetahui sebatas
mana peran dan tanggungjawab yang harus dilakukan. Memang telah dibentuk pendidikan
khusus untuk kedokteran keluarga, tapi hal ini hanya berupa pendidikan berkesinambungan
yang dilaksanakan secara informal. Padahal, ciri dokter keluarga minimal memiliki
pengetahuan dan keterampilan khusus menyelenggarakan pelayanan dokter keluarga yang
dikembangkan dari berbagai pelayanan spesialis dengan substansi keilmuan, yang diperoleh
melalui pendidikan dan pelatihan khusus. Untuk itu, pendidikan yang terstandarisasi perlu
diberikan bagi dokter yang ingin menjalankan praktek dokter keluarga.
Sebab ketiga Pengorganisasian sumber daya manusia yang cukup sulit terhadap
dokter keluarga, karena berbenturan dengan aturan kepegawaian yang ada. pembagian kerja
antara provider di klinik ada dan jelas. Setiap klinik ada tiga sampai empat orang dokter yang
dibagi berdasarkan shift dan jam kerja, namun hal ini tidak berjalan karena sebahagian besar
adalah PNS di puskesmas dan rumah sakit yang telah memiliki tugas pokok di instansi itu,
sehingga sulit membagi waktu antara pelayanan dokter keluarga dan pelayanan di instansi
mereka, akibatnya untuk fokus ke dokter keluarga cukup sulit. pelaksanaan kegiatan jaga dan
terkait upaya promotif dan preventif banyak yang terbengkalai. Tidak jelasnya struktur
hierarki didalam klinik. Selain itu biasa terjadi konflik internal antara rekan sejawat mereka.
Sebagai contoh jika ada koordinator yang menegur rekan mereka yang bekerja seperti sering
memberi surat rujukan, maka dokter tersebut memberikan perlawanan terhadap intervensi
koordinator terhadap pekerjaan mereka dan merasa tidak dipercaya. Hal ini karena
koordinator memiliki kewenangan sebagai jembatan dalam mengkoodinasikan pelaksanaan
kegiatan, dan tetap sejajar dalam hal tanggungjawab. Masalah ini dapat diatasi jika ada
kewenangan yang jelas terhadap koordinator minimal satu tingkat diatas rekan lainnya yang
se-profesi, sehingga bisa memiliki kekuatan untuk mengatur rekannya, jika tidak, akan terjadi
konflik internal diantara provider, yang berakibat tujuan organisasi tidak tercapai. Prinsip
keseimbangan menyatakan bahwa tanggungjawab tidak lebih besar dari kewenangan yang
diberikan, menjamin setiap individu dapat mengerjakan tugas yang ditetapkan tanpa
menimbulkan konflik . Bila hierarki tidak ditetapkan dengan tegas dan dikomunikasikan
secara efektif ada bahaya. Bahwa pengarahan yang saling bertentangan dan tanggung jawab
yang tidak jelas akan membatasi kebebasan manager.
Sebab keempat adalah dukungan infrastruktur di klinik, dimana dokter keluarga
bekerja seadanya, yang tidak mendukung untuk melaksanakan kewenangan sebagai dokter
keluarga.
Sebab kelima adalah tidak adanya model sistem pembiayaan. Selama ini masih
berdasarkan swakelola, yang sebenarnya seperti proyek dengan pertanggungjawaban proyek
orang per orang. Dokter keluarga melakukan kegiatan utamanya yang terkait dengan kegiatan
luar gedung seperti kunjungan rumah, pembinaan kelompok lebih didasarkan karena ada dana
yang harus dipertanggungjawabkan, bukan karena hal tersebut adalah tanggung jawab
mereka sebagai dokter keluarga. Adanya beban kerja tambahan seperti laporan administrasi
pertanggungjawaban merupakan sesuatu hal yang tidak biasa mereka lakukan.
Sebab keenam adalah tidak jelasnya pemetaan sasaran pada klinik. Jumlah anggota
kapitasi setiap dokter adalah 2500 orang, namun tidak jelas data seperti siapa dan dimana
mereka berada. Adapun registrasi yang ada diklinik hanya anggota yang pernah
memanfaatkan pelayanan kesehatan, sehingga sulit untuk proaktif dilapangan melakukan
upaya promotif dan preventif kepada anggota dan mitranya.
Sebab ketujuh Perilaku provider yang belum berubah, Perilaku yang terbiasa di
tempat kerja yang sifatnya untuk terapi terbawa di klinik dokter keluarga, sehingga sulit
untuk memisahkan dalam pelaksanaan untuk pelayanan dokter keluarga, disamping itu
adanya peran baru untuk melakukan kunjungan rumah, promosi kesehatan, pembinaan
kekeluarga dan lain-lain yang bertentangan dengan paradigma yang selama ini provider
lakukan.
Sebab kedelapan adalah persepsi anggota memanfaatkan pelayanan kesehatan yang
belum berubah, berorientasi kuratif dan menuntut untuk ke spesialis sehingga menyulitkan
bagi provider untuk melakukan peran dan tanggung jawabnya sebagai dokter keluarga.
Upaya mensukseskan program dokter keluarga
1. Menerapkan pendekatan institusi.
Setiap saranan pelayanan kesehatan di masyarakat, termasuk para dokter yang
menyelenggarakan praktek swasta, dimotivasi untuk mampu serta bersedia
menyelenggarakan pelayanan kedokteran secara menyeluruh. Tapi tidak efisien dan
tidak mendapat hasil yang optimal karena:
a. Butuh biaya yang sangat mahal
b. Keterbatasan kemampuan. Perkembangan ilmu pengetahuan, jenis pelayanan
bertamabah dan semakin komplek, sehingga sulit untuk terpnuhi.
2. Menerapkan sistem pendekatan.
Ada tiga hal pokok untuk system ini dilakukan secara berurutan:
a. Menetapkan stratifikasi pelayanan kesehatan. Membedakan setiap pelayanan
kesehatan atas beberapa strata. Ada tiga tingkat
i. Tingkat pertama (primary health constitution)
ii. Tingkat kedua (secondary health constitution)
iii. Tingkat ketiga (Tertiary health constitution)
b. Menetapkan tanggung jawab dan wewenang tiap strata.
i. Primary health care service
ii. Secondary health care service
iii. Tertiary health care service
c. Menetapkan mekanisme kerja sama antara strata pelayanan. Untuk menjamin
keterpaduan dan kesinambungannya setiap strata. Mekanismenya adalah
konsultasi (consultation) di satu pihak, serta rujukan (referral) dipihak lain.
Pengertian pelayanan kedokteran secara menyeluruh pada pelayanan dokter keluarga
terletak pada tanggung jawab dokter keluarga dalam memenuhi berbagai kebutuhan dan
tuntutan kesehatan semua anggota keluarga yang menjadi tanggung jawabnya. Pelayanan
diberikan sesuai dengan SKDI.
Indikator keberhasilan
1. Meningkatnya status kesehatan keluarga dengan peningkatan kesehatan fisik, mental
dan social seluruh anggota keluarga.
2. Meningkatnya peran serta setiap anggota keluarga khususnya penanggung jawab
keluarga dalam menyelesaikan masalah kesehatan dirinya, sosial maupun lingkungan
keluarganya.
3. Adanya kemampuan keluarga untuk mengatasi permasalahannya.
ANALISIS SKENARIO
Dokter keluarga adalah dokter yang dapat memberikan pelayanan kesehatan
yang berorientasi komunitas dengan titik berat kepada keluarga, ia tidak hanya memandang
penderita sebagai Individu yang sakit tetapi sebagai bagian dari unit keluarga dan
tidak hanya menanti secara pasif, tetapi bila perlu aktif mengunjungi penderita atau
keluarganya (IDI, 2008)
Dokter keluarga memiliki peran vital dalam penganan lini pertama masalah kesehatan
keluarga dan lingkungan. Ciri-ciri dokter keluarga(IDI, 2008) dokter yang memberi
pelayanan kesehatan, seperti:
1. Pelayanan kesehatan lini pertama
Pelayanan kesehatan yang bersifat umum: sesuai dilihat dari dr sabrina yang sudah
melakukan pengobatan atau menatalaksanai pasien tersebut dan melihat
perkembangannya.
2. Bersifat holistik
Dapat dilihat dari aktifitas dr sabrina yang menilai kondisi lingkungan dan keluarga
pasien. Penilaian tersebut termasuk yaitu menilai latar belakang dari keluarga tersebut
secara sosial, budaya dan ekonomi.
3. Bersifat komprehensif
Yaitu seorang dokter melakukan peran dokter, seperti promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif. Hal ini dapat dilihat di skenario :
a. Promotif : di skenario tidak disebutkan adanya tindakan promotif yang dilakukan
oleh dr. Sabrina, tindakan promotif itu contohnya adalah melakukan penyuluhan
kesehatan serta edukasi kepada pasien.
b. Preventif : dapat dilihat dari dr sabrina yang aktif dalam melakukan pengamatan dan
mengumpulkan data terkait permasalahan kesehatan yang ada di wilayah kerjanya
Dengan begitu, dapat ditentukan tindakan selanjutnya yang akan dilakukan termasuk
tindakan pencegahan.
c. Kuratif : dr sabrina juga melakukan penatalaksanaan pada pasien tersebut (kuratif).
4. Pemeliharaan kesehatan yang berkesinambungan: dapat dilihat dari aktifitas dr sabrina
yang terus-menerus melakukan kunjungan ke rumah-rumah pasien untuk melihat
perkembangan dari pengobatan.
KESIMPULAN
Dokter keluarga adalah dokter yang dapat memberikan pelayanan kesehatan yang
berorientasi komunitas dengan titik berat kepada keluarga, dokter keluarga dapat berupa
seorang dokter umum, dokter spesialis, namun yang dikatakan dokter keluarga menurut
kelompok kami adalah semua dokter yang menyelenggarakan pelayanan dokter keluarga
yang memenuhi prinsip pelayanan kedokteran keluarga.
DAFTAR PUSTAKA
Wahyuni, Arlinda Sari. 2003. Pelayanan Dokter Keluarga. USU Digital Library : Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatra Utara – Medan
Ali,Muhammad M. Sidi,Ieda P.S. 2009. Manual Komunikasi Efektif Dokter-Pasien.
Lembaga Konsultan Peraturan Bisnis Indonesia. Jakarta
Azwar, azrul . 1995. Pengantar pelayanan dokter keluarga . Jakarta : ikatan dokter
Indonesia
Asnah, Nur. 2008. Dokter keluarga, implementasi pelayanan kesehatan model dokter
keluarga di kota Bontang. KMPK Univesitas Gajah Mada
Soetono, Sadikin, & Zanilda. 2006. Membangun Praktek Dokter Keluarga Mandiri.
Pengurus Besar IDI ; Jakarta