skenario kasus 1
TRANSCRIPT
SKENARIO KASUS 1
BLOK AGROMEDICINE
“Potensial Hazard Di Lingkungan Pertanian”
Penerapan agromedicine sangat membantu peningkatan derajat kesehatan para
pekerja di sektor pertanian. Menurut apriyantono (2006), tenaga kerja yang berada
pada sektor pertanian memiliki ciri-ciri : (1) tingkat pendidikan rendah; (2)
keterampilan rendah; dan (3) belum terorganosasikan dengan baik. Selain itu juga
pertanian mengandung seluruh spektrum keselamatan kerja dan resiko maasalah
kesehatan. Bahaya potensial di pertanian yang menimbulkan gangguan kesehatan
adalah pemekaian bahan kimia misalnya pestisida dan pupuk yang dapat
menimbulkan gangguan pada kulit dan keracunan. Mekanisasi berupa pemakaian
mesin-mesin dan alat berat dapat menimbulkan cedera dan kecelakaan kerja. Debu
binatang dan tumbuhan dapat menimbulkan alergi dan penyakit pernafasan.
Indonesia merupakan negara tropis, memiliki resiko terkena sengatan matahari
dan hawa panas. Selain itu, tidak adanya atau kurangnya air bersih dan higiene
tidak memadai dapat menimbulkan penyakit menular. Kontak atau terkena
tanaman beracun / berbahaya, serangan binatang buas, sengatan serangga dan
gigitan ular dapat menyebabkan resiko bahaya yang paling sering ditemukan
(Apryantono, A. 2006. Konsep Pembangunan Pertanian di Indonesia. Makalah
Rapat Kerja Tahunan. Jakarta)
1
Step 1
Klasifikasi Terminologi Masalah
10 Agromedicine
Jawab :
10 Agromedicine : Subdivisi dari kedokteran okupasi yang mengintegrasikan
dari ilmu kedokteran dasar, klinik, ilmu sosial, yang memfokuskan pada
masalah kesehatan dan keselamatan lingkungan agrikultura (meliputi pertanian,
perkebunan, peternakan, perikanan, dan kehutanan) termasuk petani dan
keluarganya, pekerja dalam lingkungan agroindustri, sampai kepada konsumen
produk agrikultura.
2
Step 2
Definisi Masalah
10 Jelaskan mengenai definisi agromedicine?
20 Bagaimanakah ruang lingkup yang tercangkup di agromedicine?
30 Apakah potensial hazard yang ada pada sektor pertanian?
40 Bagaimanakah prinsip tatalaksana dan pencegahan potensial hazard yang
ada pada sektor pertanian?
3
Step 3
Curah Pendapat
1. Jelaskan mengenai definisi agromedicine?
Secara prinsip agromedicine memiliki makna penerapan sistem kesehatan di
bidang budaya pertanian, perkebunan, peternakan, dan perikanan. Agromedicine
juga punya makna yaitu bagian dari kedokteran komunitas yang memfokuskan
diri pada komunitas petani yang mencakup pekerja, keluarga, lingkungan rumah,
dan konsumen hasil pertanian.
Secara istilah agromedicine ialah subdivisi dari kedokteran okupasi yang
mengintegrasikan dari ilmu kedokteran dasar, klinik, ilmu sosial, yang
memfokuskan pada masalah kesehatan dan keselamatan lingkungan agrikultura
(meliputi pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, dan kehutanan) termasuk
petani dan keluarganya, pekerja dalam lingkungan agroindustri, sampai kepada
konsumen produk agrikultura.
2. Bagaimanakah ruang lingkup yang tercangkup di agromedicine?
Ruang lingkup yang terdapat pada agromedicine ialah :
a0 Traumatic injury
b0 Pulmonary exposures
c0 Agrichemical injury
4
d0 Lain-lain:
; Zoonosis
; Food safety
; Rural Community Health services
3. Apakah potensial hazard yang ada pada sektor pertanian?
Potensial hazard yang ada pada sektor pertanian ialah :
; Mekanisasi : penggunaan alat-alat yang digunakan
; Pemakaian bahan kimia : seperti penggunaan pupuk dan pestisida
; Debu Organik : debu dari hasil tani
; Kontak dengan organisme hidup : gigitan serangga dan ular.
4. Bagaimanakah prinsip tatalaksana dan pencegahan potensial hazard yrd
ang ada pada sektor pertanian?
Prinsip tatalaksana potensial hazard ialah :
; Identifikasi potensial hazard penyebab
; Diagnosis
; Terapi
; Penanganan untuk mencegah hazard
Prinsip pencegahan potensial hazard => Five Level Prevention
; Health promotion
5
; Spesific protection
; Early diagnosis and prompt treatment
; Disability limitation
; Rehabilitation
Pengendalian potensial hazard
a0 Elimination = menghilangkan
b0 Reduction = menurunkan tingkat bahaya
c0 Engineering control = tidak ada kontak
d0 Administration control = instruksi
e0 Personal Protective Equipment = penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
6
Step 4
Analisis Masalah
1. Jelaskan mengenai definisi agromedicine?
Secara prinsip agromedicine memiliki makna penerapan sistem kesehatan di
bidang budaya pertanian, perkebunan, peternakan, dan perikanan. Agromedicine
juga punya makna yaitu bagian dari kedokteran komunitas yang memfokuskan
diri pada komunitas petani yang mencakup pekerja, keluarga, lingkungan rumah,
dan konsumen hasil pertanian.
Secara istilah agromedicine ialah subdivisi dari kedokteran okupasi yang
mengintegrasikan dari ilmu kedokteran dasar, klinik, ilmu sosial, yang
memfokuskan pada masalah kesehatan dan keselamatan lingkungan agrikultura
(meliputi pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, dan kehutanan) termasuk
petani dan keluarganya, pekerja dalam lingkungan agroindustri, sampai kepada
konsumen produk agrikultura.
2. Bagaimanakah ruang lingkup yang tercangkup di agromedicine?
Agroindustri adalah kegiatan yang memanfaatkan hasil pertanian sebagai bahan
baku, merancang dan menyediakan peralatan serta jasa untuk kegiatan tersebut.
Secara eksplisit pengertian Agroindustri pertama kali diungkapkan oleh Austin
(1981) yaitu perusahaan yang memproses bahan nabati (yang berasal dari
tanaman) atau hewani (yang dihasilkan oleh hewan). Proses yang digunakan
7
mencakup pengubahan dan pengawetan melalui perlakuan fisik atau kimiawi,
penyimpanan, pengemasan dan distribusi.
Produk Agroindustri ini dapat merupakan produk akhir yang siap dikonsumsi
ataupun sebagai produk bahan baku industri lainnya. Agroindustri merupakan
bagian dari kompleks industri pertanian sejak produksi bahan pertanian primer,
industri pengolahan atau transformasi sampai penggunaannya oleh konsumen.
Agroindustri merupakan kegiatan yang saling berhubungan (interlasi) produksi,
pengolahan, pengangkutan, penyimpanan, pendanaan, pemasaran dan distribusi
produk pertanian. Dari pandangan para pakar sosial ekonomi, agroindustri
(pengolahan hasil pertanian) merupakan bagian dari lima subsistem agribisnis
yang disepakati, yaitu subsistem penyediaan sarana produksi dan peralatan. usaha
tani, pengolahan hasil, pemasaran, sarana dan pembinaan. Agroindustri dengan
demikian mencakup Industri Pengolahan Hasil Pertanian (IPHP), Industri
Peralatan Dan Mesin Pertanian (IPMP) dan Industri Jasa Sektor Pertanian (IJSP).
Industri Hasil Pengolahan Hasil Pertanian (IPHP) dapat dibagi menjadi beberapa
bagian sebagai berikut :
; IPHP Tanaman Pangan, termasuk di dalamnya adalah bahan pangan kaya
karbohidrat, palawija dan tanaman hortikultura.
; IPHP Tanaman Perkebunan, meliputi tebu, kopi, teh, karet, kelapa, kelapa
sawit, tembakau, cengkeh, kakao, vanili, kayu manis dan lain-lain.
; IPHP Tanaman Hasil Hutan, mencakup produk kayu olahan dan non kayu
seperti damar, rotan, tengkawang dan hasil ikutan lainnya.
8
; IPHP Perikanan, meliputi pengolahan dan penyimpanan ikan dan hasil laut
segar, pengalengan dan pengolahan, serta hasil samping ikan dan laut.
; IPHP Peternakan, mencakup pengolahan daging segar, susu, kulit, dan hasil
samping lainnya.
Industri Peralatan dan Mesin Pertanian (IPMP) dibagi menjadi dua kegiatan
sebagai berikut :
; IPMP Budidaya Pertanian, yang mencakup alat dan mesin pengolahan lahan
(cangkul, bajak, traktor dan lain sebagainya).
; IPMP Pengolahan, yang meliputi alat dan mesin pengolahan berbagai
komoditas pertanian, misalnya mesin perontok gabah, mesin penggilingan
padi, mesin pengering dan lain sebagainya.
Industri Jasa Sektor Pertanian (IJSP) dibagi menjadi tiga kegiatan sebagai berikut:
; IJSP Perdagangan, yang mencakup kegiatan pengangkutan, pengemasan serta
penyimpanan baik bahan baku maupun produk hasil industri pengolahan
pertanian.
; IJSP Konsultasi, meliputi kegiatan perencanaan, pengelolaan, pengawasan
mutu serta evaluasi dan penilaian proyek.
; IJSP Komunikasi, menyangkut teknologi perangkat lunak yang melibatkan
penggunaan komputer serta alat komunikasi modern lainya.
Dengan pertanian sebagai pusatnya, agroindustri merupakan sebuah sektor
ekonomi yang meliputi semua perusahaan, agen dan institusi yang menyediakan
9
segala kebutuhan pertanian dan mengambil komoditas dari pertanian untuk diolah
dan didistribusikan kepada konsumen. Nilai strategis agroindustri terletak pada
posisinya sebagai jembatan yang menghubungkan antar sektor pertanian pada
kegiatan hulu dan sektor industri pada kegiatan hilir. Dengan pengembangan
agroindustri secara cepat dan baik dapat meningkatkan, jumlah tenaga kerja,
pendapatan petani, volume ekspor dan devisa, pangsa pasar domestik dan
internasional, nilai tukar produk hasil pertanian dan penyediaan bahan baku
industri.
Salah satu kendala dalam pengembangan agroindustri di Indonesia adalah
kemampuan mengolah produk yang masih rendah. Hal ini ditunjukkan dengan
sebagian besar komoditas pertanian yang diekspor merupakan bahan mentah
dengan indeks retensi pengolahan sebesar 71-75%. Angka tersebut menunjukkan
bahwa hanya 25-29% produk pertanian Indonesia yang diekspor dalam bentuk
olahan. Kondisi ini tentu saja memperkecil nilai tambah yang yang diperoleh dari
ekspor produk pertanian, sehingga pengolahan lebih lanjut menjadi tuntutan bagi
perkembangan agroindustri di era global ini.
Teknologi yang digolongkan sebagai teknologi agroindustri produk pertanian
begitu beragam dan sangat luas mencakup teknologi pascapanen dan teknologi
proses. Untuk memudahkan, secara garis besar teknologi pascapanen digolongkan
berdasarkan tahapannya yaitu, tahap atau tahap sebelum pengolahan, tahap
pengolahan dan tahap pengolahan lanjut. Perlakuan pascapanen tahap awal
meliputi, pembersihan, pengeringan, sortasi dan pengeringan berdasarkan mutu,
10
pengemasan, transport dan penyimpanan, pemotongan/pengirisan, penghilangan
biji, pengupasan dan lainnya. Perlakuan pascapanen tahap pengolahan antara lain,
fermentasi, oksidasi, ekstraksi buah, ekstraksi rempah, distilasi dan sebagainya.
Sedangkan contoh perlakuan pascapanen tahap lanjut dapat digolongkan ke dalam
teknologi proses untuk agroindustri, yaitu penerapan pengubahan (kimiawi,
biokimiawi, fisik) pada hasil pertanian menjadi produk dengan nilai ekonomi
yang lebih tinggi seperti :
; Kakao ; lemak kakao,bubuk kakao, produk coklat.
; Kopi ; Kopi bakar, produk-produk kopi, minuman, kafein.
; Teh ; Produk-produk teh, minuman kesehatan.
; Ekstrak/oleoresin ; produk-produk dalam bentuk bubuk atau enkapsulasi.
; Minyak atsiri ; produk-produk aromaterapi, isolat dan turunan kimia.
Produk-produk yang dihasilkan ada yang dapat digunakan secara langsung dari
sejak tahap awal, seperti rempah-rempah, sari buah dan lainnya, serta ada pula
yang menjadi bahan baku untuk industri lainya, seperti industri makanan, kimia
dan farmasi.
Ruang lingkup yang terdapat pada agromedicine ialah :
a0 Traumatic injury
b0 Pulmonary exposures
c0 Agrichemical injury
d0 Lain-lain:
; Zoonosis
11
; Food safety
; Rural Community Health services
3. Apakah potensial hazard yang ada pada sektor pertanian?
Potensial hazard yang ada pada sektor pertanian ialah :
; Mekanisasi : penggunaan alat-alat yang digunakan
; Pemakaian bahan kimia : seperti penggunaan pupuk dan pestisida
; Debu Organik : debu dari hasil tani
; Kontak dengan organisme hidup : gigitan serangga dan ular.
Di samping hasil ternak, hasil bumi Indonesia meliputi: beras, singkong, jagung,
ketela rambat, kelapa, tebu, kacang kedelai, kacang tanah, teh, kopi, karet, minyak
kelapa sawit, dan tembakau.
Pertanian mengandung/menimbulkan seluruh spektrum keselamatan kerja dan
risiko bahaya kesehatan. Pestisida dapat menyebabkan keracunan atau penyakit
yang serius. Mesin-mesin dan alat-alat berat yang digunakan untuk pertanian
merupakan sumber bahaya yang dapat menyebabkan cedera dan kecelakaan kerja
yang berakibat fatal. Debu binatang dan tumbuhan hasil bumi dapat
mengakibatkan alergi dan penyakit pernafasan. Di wilayah tropika, pekerja juga
berisiko terkena sengatan matahari dan hawa panas. Bahaya-bahaya lain
meliputi semua jenis nyeri otot akibat keseleo atau terkilir karena mengangkat dan
membawa beban, melakukan pekerjaan yang sama berulang-ulang, dan bekerja
12
dengan postur tubuh yang salah, dan berbagai masalah psikososial. Selain itu,
tidak adanya atau kurangnya air bersih untuk diminum dan higiene yang tidak
memadai dapat menimbulkan penyakit menular. Terkena tanaman beracun/
berbahaya, serangan binatang buas, gigitan serangga dan ular juga merupakan
risiko bahaya yang sudah umum diketahui.
Kehutanan
Pada tahun 1991, Bernt Strehlke, seorang spesialis ILO di bidang kehutanan dan
industri perkayuan, melakukan kajian terhadap masalah lapangan kerja dan
kondisi kerja dalam pekerjaan kehutanan Indonesia. Pada saat itu diperkirakan
bahwa jumlah berbagai kategori pekerja kehutanan mencapai sekiar 250 ribu
orang. Di semua tempat kerja dijumpai praktik-praktik kerja berbahaya, terutama
dalam penebangan pohon. Meskipun buruh-buruh yang bekerja menebang kayu
rata-rata memakai helm pelindung kepala, mereka sering kali tidak memakai alas
kaki yang memadai. Operator yang menggunakan gergaji rantai/ mesin (chainsaw)
untuk menebang pohon sering kali bekerja dengan kaki telanjang, tanpa sepatu
pelindung. Hal ini berbahaya mengingat gergaji mesin tidak dilengkapi dengan
perangkat pelindung seperti untuk pelindung pegangan di bagian depan (front
handle guards) atau piranti anti getaran (anti-vibration devices).
13
Perikanan
Industri perikanan di Indonesia merupakan yang terbesar di dunia. Buletin Down
to Earth yang menyuarakan perlindungan lingkungan hidup menurunkan laporan
yang menyoroti perusahaan-perusahaan besar di industri perikanan yang
aktivitasnya mengancam kehidupan banyak masyarakat kecil Indonesia yang mata
pencahariannya tergantung pada sumber daya pantai. Hal ini masih diperparah
dengan polusi dari industri pertanian, pertambangan, dan industri-industri lain
yang merusak hutan bakau dan terumbu karang yang penting bagi
keanekaragaman hayati wilayah pantai.
Pada tahun 1999, ILO mengadakan suatu Pertemuan Tripartit tentang
Keselamatan dan Kesehatan di Industri Perikanan. Untuk mempersiapkan laporan
ILO dilakukan survei di beberapa negara anggota termasuk Indonesia. Hasil dari
survei tersebut menunjukkan bahwa tenggelam merupakan penyebab utama
kematian di kalangan nelayan. Banyak kecelakaan yang terjadi karena menginjak,
berbenturan atau terhantam benda, karena jatuh atau terlalu memaksakan diri
secara berlebihan dalam mengerjakan sesuatu. Penyebab kecelakaan meliputi
kondisi cuaca yang ekstrem, kelelahan, buruknya kondisi kapal, kurangnya
perawatan atau perbaikan yang seharusnya dilakukan secara rutin terhadap kapal,
tidak memadainya atau tidak tepatnya perkakas dan perlengkapan yang
digunakan.
14
Kecelakaan yang sering kali terjadi pada umumnya adalah cedera otot dan tulang,
luka memar, luka karena tergilas atau tergencet sesuatu, hampir tenggelam, dan
efek cuaca yang ekstrem.
4. Bagaimanakah prinsip tatalaksana dan pencegahan potensial hazard yrd
ang ada pada sektor pertanian?
Prinsip tatalaksana potensial hazard ialah :
; Identifikasi potensial hazard penyebab
; Diagnosis
; Terapi
; Penanganan untuk mencegah hazard
Prinsip pencegahan potensial hazard => Five Level Prevention
; Health promotion
; Spesific protection
; Early diagnosis and prompt treatment
; Disability limitation
; Rehabilitation
Pengendalian potensial hazard
a0 Elimination = menghilangkan
b0 Reduction = menurunkan tingkat bahaya
c0 Engineering control = tidak ada kontak
15
d0 Administration control = instruksi
e0 Personal Protective Equipment = penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
Hazard and Operability Studies (HAZOP) pertama kali dikembangkan oleh ICI,
sebuah perusahaan kimia di Inggris. Karena itu pula, HAZOP lebih sering
diimplementasikan pada industri kimia. Namun seiring dengan makin
dibutuhkannya teknik-teknik analisis hazard, beberapa industri lain, misalnya
industri makanan, farmasi, dan pertambangan (termasuk pengeboran minyak dan
gas lepas pantai), juga mulai banyak menerapkan HAZOP.
Tujuan utama dari HAZOP adalah mengenali:
- Bahaya-bahaya (hazards) yang potential (terutama yang membahayakan
kesehatan manusia dan lingkungan), dan;
- berbagai macam masalah kemampuan operasional (operability) pada setiap
proses akibat adanya penyimpangan-penyimpangan terhadap tujuan perancangan
(design intent) proses-proses dalam pabrik yang sudah beraktifitas maupun pabrik
yang baru/ akan dioperasikan.
Prosedur
Prosedur utama HAZOP adalah:
1. Pengumpulan gambaran selengkap-lengkapnya setiap proses yang ada dalam
sebuah pabrik
2. Pemecahan proses (processes breakdown) menjadi sub-proses-sub-proses yang
lebih kecil dan detail. Untuk memperjelas pemisahan antar sub-proses, diberikan
16
simpul (node) pada ujung setiap sub-proses, Tidak ada ketentuan khusus tentang
pembatasan “rentang” proses.
3. Pencarian kemungkinan-kemungkinan adanya penyimpangan pada setiap
proses melalui penggunaan pertanyaan-pertanyaan yang sistematis (model-model
pertanyaan pada HAZOP dirancang sedemikian rupa/ menggunakan beberapa kata
kunci/ keywords/ guidewords, dimaksudkan untuk mempermudah proses
analisis).
4. Melakukan penilaian terhadap setiap efek negatif yang ditimbulkan oleh setiap
penyimpangan (bersama konsekuensinya) tersebut di atas. Ukuran besar kecilnya
efek negatif ditentukan berdasarkan keamanan dan keefisienan kondisi
operasional pabrik dalam keadaan normal.
5. Penentuan tindakan penanggulangan terhadap penyimpangan-penyimpangan
yang terjadi.
Sama dengan FMEA (Failure Modes and Effects Analysis) , HAZOP adalah
pekerjaan “besar” yang membutuhkan kontribusi beberapa orang dalam bentuk
team, dan bukan perseorangan.
HAZOP, atau HAZard and Operability analysis, adalah struktur teknis dimana
sebuah team multi disiplin menghasilkan proses study secara sistematis
menggunakan kata kunci bagaimana penyimpangan dari disain dapat terjadi pada
peralatan, actions, atau bahan, dan ketika konsekuensi dari penyimpangan dapat
menghasilkan bahaya.
17
Siklus FMEA
Hasil dari analisa HAZOP adalah rekomendasi team, termasuk identifikasi bahaya
dan rekomendasi perubahan pada disain, prosedur, dan sebagainya, untuk
memperbaiki sistem keselamatan. Penyimpangan selama operasi normal, startup,
shutdown dan maintenance, akan didiskusikan oleh team dan ini termasuk
HAZOP. Sebuah diagram alir dari proses HAZOP dapat dilihat di bawah ini :
Berikut adalah istilah-istilah yang digunakan dalam proses HAZOP dan tabel
HAZOP :
1. Design Intent : adalah cara proses dengan tujuan difungsikan.
2. Deviation : penyimpangan yang berasal dari disain yang ditemukan secara
sistematis menggunakan kata-kata kunci pada parameter proses.
3. Guide Words :kata-kata sederhana seperti “high” pressure, “high” temperatur,
“leak” dan sebagainya, yang digunakan untuk memodifikasi tujuan disain, dan
18
untuk mengarahkan serta menstimulasi proses brainstorming untuk
mengidentifikasi proses bahaya.
4. Cause : penyebab mengapa penyimpangan terjadi
5. Consequence : hasil dari penyimpangan
6. Safeguard : system pengawasan atau kontrol administratif untuk mencegah
penyebab atau mengurangi konsekuensi penyimpangan.
7. Hazard Category : sebuah penilaian terhadap resiko bahaya pada pengoperasian
suatu sistem. Dalam analisa ini kita menggunakan MIL.STD.822D.
8. Recomendations : adalah rekomendasi untuk perubahan disain, perubahan
prosedural atau study lebih lanjut.
Kata kunci untuk proses kimia untuk aliran, termasuk : High Flow, No/Low Flow,
Reverse Flow, Misdirected Flow, High Pressure, Low Pressure, High
Temperature, Low Temperature, High Contaminants, Leak and Rupture.
Untuk proses menggunakan eksplosive, kata kunci meliputi : electrical initiation,
ESD spark, Impact shock, Friction, Impingement, Incompatibities, Explosive
shock, Thermal ignition, Propagation, Personnel Injury, Environmental
contamination, Equipment damage and Product damage.
19
Step 5
Learning Objektif
10 APD spesifik di bidang pertanian
20 Ruang lingkup agromedicine
30 Identifikasi bahaya potensial hazard di bidang pertanian
40 Keracunan ringan, sedang, berat melalui pupuk
20
Step 6
Belajar Mandiri
Achmadi U; Wibisana W; The PHC Based Occupational Health Care Delivery
System – Experience from Indonesia; (Sistem Pemberian Perawatan
Kesehatan Kerja Berlandaskan Perawatan Kesehatan Primer –
Pengalaman dari Indonesia) dalam sidang Konferensi Internasional di
bidang Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Sektor Informal;
Departemen Kesehatan; 1997
Terjemahan tidak resmi dan tidak diterbitkan dari Undang-undang Republik
Indonesia No. 13/ 2003 tentang Tenaga Kerja; Kantor ILO Jakarta; 2003
Alma Ata Declaration on Primary Health Care; 1978; Deklarasi Atma Ata tentang
Perawatan Kesehatan Primer, dapat disimak di situs web:
http://www.who.int/hpr/archive/docs/almaata.html
ASEAN OSHNET Occupational Safety and Health Network (Jejaring Kerja di
bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja antara Negara-Negara
ASEAN), 2003; dapat disimak di situs web http://www.asean-osh.net
Biro Pusat Statistik, Indonesia.
http://www.bps.go.id/sector/minning/table2.shtml
Carl Zenz dkk. Occupational Medicine. Third Ed. Mosby. USA. 1994 : 625 –629.
Departemen Kesehatan RI, Pusat Promosi Kesehatan, Panduan Pelatihan
Komunikasi Perubahan Perilaku, Untuk KIBBLA, Jakarta .DEPKES RI
Coastal communities hit hard by fishing industry; (penduduk pantai secara
ekonomis sangat terpukul oleh industri perikanan) Bulletin Down to
21
Earth; No. 51, November 2001; International Campaign for Ecological
Justice in Indonesia (Kampanye Internasional untuk Keadilan Ekologis di
Indonesia); dapat disimak di situs web http://dte.gn.apc.org/51fsh.htm
Directorate General of Geology and Mineral Resources (Direktorat Jenderal
Geologi dan Sumber Daya Mineral); Presentasi salindia (slides) tentang
Industri Pertambangan di Indonesia: Setahun Setelah Kebijakan
Desentralisasi di Sektor Batubara (Mining industry in Indonesia: a year
after the decentralization policy in coal sector);
http://www.nedo.go.jp/informations/events/140924/jusmady.pdf
Decent Work in Asia (Pekerjaan yang Layak di Asia); Kegiatan ILO di Wilayah
Asia (ILO Activities in the Region); Pertemuan Regional Asia
Ketigabelas ILO di Bangkok pada bulan Agustus 2001
Setiogi SP, Langkah-langkah Sistematis yang Dibutuhkan untuk Memperbaiki
Keselamatan dalam Pekerjaan (Systematic measures needed to improve
safety on the job); The Jakarta Post; 15 Januari 2003
Soebaryo RW, Soebono H, Penularan dermatitis di antara pebatik tradisional dan
pekerja pabrik tekstil di Indonesia (Contact dermatitis among traditional
batik and textile factory workers in Indonesia); Newsletter Asia-Pasifik
tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja: Alergi Akibat Kerja (Asian-
Pacific Newsletter on Occupational Safety and Health: Occupational
Allergies); Vol 5(1), 1998
Masalah-masalah Sosial dan Ketenagakerjaan di Pertambangan-pertambangan
Skala Kecil (Social and labour issues in small-scale mines); Laporan
Pertemuan Tripartit mengenai Masalah-masalah Sosial dan
22
Ketenagakerjaan di Pertambangan-pertambangan Skala Kecil (Report for
the Tripartite Meeting on Social and Labour Issues in Small-scale
Mines), Jenewa, 17-22 Mei 1999; terdapat di
http://www.ilo.org/public/english/dialogue/sector/techmeet/tmssm99/tmssmr.htm
Jaminan Sosial dan Perlindungan untuk Semua: Restrukturisasi Sistem Jaminan
Sosial di Indonesia – Pokok-Pokok Persoalan dan Pilihan-Pilihan (Social
Security and Coverage for all: Restructuring the Social Security System
in Indonesia – Issues and options), ILO, Jakarta 2002.
Strehlke B; Manajemen Hutan di Indonesia: Lapangan Kerja, Kondisi Kerja dan
Keselamatan Kerja (Forest management in Indonesia: employment, working
conditions and occupational safety); 1991; available at
http://www.fao.org/docrep/u8520e/u8520e06.htm
Strategi untuk Perbaikan K3 dan Kondisi Kerja (Strategy for the Improvement of
OSH and Working Conditions); Laporan Misi Penasihat ILO dan Risalah
Lokakarya Nasional tanggal 16-17 Mei 1995 di Jakarta
Suma’mur P.K. Higine Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Gunung Agung. Jakarta.
1986 : 251 – 255.
T. A. Gossel dkk. Principle of Clinical Toxicology. Second Ed. Raven Press. New
York. 1990 : 133 –139.
23
Step 7
Pelaporan
1. APD spesifik di bidang pertanian
Menurut OSHAS atau Occupational Safety and Health Administration, personal
protective equipment atau alat pelindung diri (APD) didefinisikan sebagai alat
yang digunakan untuk melindungi pekerja dari luka atau penyakit yang
diakibatkan oleh adanya kontak dengan bahaya (hazards) di tempat kerja, baik
yang bersifat kimia, biologis, radiasi, fisik, elektrik, mekanik dan lainnya.
Dalam hirarki hazard control atau pengendalian bahaya, penggunaan alat
pelindung diri merupakan metode pengendali bahaya paling akhir. Artinya,
sebelum memutuskan untuk menggunakan APD, metode-metode lain harus dilalui
terlebih dahulu, dengan melakukan upaya optimal agar bahaya atau hazard bisa
dihilangkan atau paling tidak dikurangi.
Adapun hirarki pengendalian bahaya di tempat kerja, termasuk di pabrik kimia
adalah sebagai berikut :
1. Elimination, merupakan upaya menghilangkan bahaya dari sumbernya.
2. Reduction, mengupayakan agar tingkat bahaya bisa dikurangi.
3. Engineering control, artinya bahaya diisolasi agar tidak kontak dengan pekerja.
4. Administrative control, artinya bahaya dikendalikan dengan menerapkan
instruksi kerja atau penjadualan kerja untuk mengurangi paparan terhadap bahaya.
24
5. Personal protective equipment, artinya pekerja dilindungi dari bahaya dengan
menggunakan alat pelindung diri.
Jenis-jenis Alat Pelindung Diri
Alat pelindung diri diklasifikasikan berdasarkan target organ tubuh yang
berpotensi terkena resiko dari bahaya.
Mata
Sumber bahaya: cipratan bahan kimia atau logam cair, debu, katalis powder,
proyektil, gas, uap dan radiasi.
APD: safety spectacles, goggle, faceshield, welding shield.
Telinga
Sumber bahaya: suara dengan tingkat kebisingan lebih dari 85 dB.
APD: ear plug, ear muff, canal caps.
Kepala
Sumber bahaya: tertimpa benda jatuh, terbentur benda keras, rambut terlilit benda
berputar.
APD: helmet, bump caps.
Pernapasan
Sumber bahaya: debu, uap, gas, kekurangan oksigen (oxygen defiency).
APD: respirator, breathing apparatus .
25
Tubuh
Sumber bahaya: temperatur ekstrim, cuaca buruk, cipratan bahan kimia atau
logam cair, semburan dari tekanan yang bocor, penetrasi benda tajam, dust
terkontaminasi.
APD: boiler suits, chemical suits, vest, apron, full body suit, jacket.
Tangan dan Lengan
Sumber bahaya: temperatur ekstrim, benda tajam, tertimpa benda berat, sengatan
listrik, bahan kimia, infeksi kulit.
APD: sarung tangan (gloves), armlets, mitts.
Kaki
Sumber bahaya: lantai licin, lantai basah, benda tajam, benda jatuh, cipratan bahan
kimia dan logam cair, aberasi.
APD: safety shoes, safety boots, legging, spat.
Selanjutnya, sebelum memutuskan jenis alat pelindung diri yang harus kita
gunakan, lakukan terlebih dahulu hazard identification (identifikasi bahaya) dan
risk assessment atau penilaian resiko dari suatu pekerjaan, proses atau aktifitas.
Tinjau ulang setiap aspek dari pekerjaan, agar potensi bahaya bisa kita
identifikasi. Jangan memutuskan hanya berdasarkan perkiraan.
26
Memilih Kaca Mata Safety (Eye Goggle) Sesuai Standar
Alat pelindung diri atau APD merupakan salah satu metode hazard control. APD
merupakan pelindung terakhir dari hazard atau bahaya, karena pengendalian yang
ada tidak dapat menghilangkan bahaya secara keseluruhan. Kaca mata safety atau
eye goggle adalah salah satu jenis APD yang sangat penting.
Pemilihan kaca mata safety yang tepat harus disesuaikan dengan standar industri
yang ada. Salah satunya adalah standar ANSI Z87. Menurut Department of Labor
Amerika Serikat, setidaknya 30.500 kasus kecelakaan pada mata terjadi setiap
bulannya di Amerika Serikat. Dan ternyata 90% dari total kecelakaan tersebut
sebenarnya dapat dicegah dengan mudah.
Ada banyak sumber bahaya di dalam pabrik yang mengancam keselamatan mata.
Cipratan bahaya kimia, proyektil benda keras, debu katalis, pengelasan dan
grinding adalah beberapa contoh diantaranya.
Akibat Persiapan Hot Work Yang Tidak Memadai
Pekerjaan pengelasan (welding) termasuk ke dalam salah satu contoh hot work.
Artinya, akan ada sumber panas dan api selama pekerjaan berlangsung. Dan ini
berarti pula bahwa potensi terjadinya kebakaran dan ledakan sangat besar.
Sebelum hot work dilakukan, hot work permit harus terlebih dahulu diperoleh,
agar keselamatan pekerja terjamin. Banyak hal yang harus dikonfirmasikan oleh
petugas K3, sebelum hot work permit bisa diterbitkan.
27
Pengecekan yang dilakukan antara lain konsentrasi uap mudah terbakar
(flammable), aliran fluida sudah diblok dengan sempurna, konsentrasi gas beracun
seperti karbon monoksida (CO) dan hidrogen disulfida (H2S) dan lain-lain.
2. Ruang lingkup agromedicine
Ruang lingkup yang terdapat pada agromedicine ialah :
a0 Traumatic injury
b0 Pulmonary exposures
c0 Agrichemical injury
d0 Lain-lain:
; Zoonosis
; Food safety
; Rural Community Health services
3. Identifikasi bahaya potensial hazard di bidang pertanian
Hazard adalah suatu keadaan yang bersifat kualitatif yang mempunyai
pengaruh terhadap frekweasi kemungkinan terjadinya kerugian ataupun
besarnya jumlah dari kerugian yang mungkin terjadi.
Hazard harus dibedakan dari perils. Perils adalah eventr yang menimbulkan
kerugian itu sendiri.. Misalnya kebakaran, tabrakan. Sedangkan hazard
adalah faktor-faktor yang mempengaruhi frekuensi maupun severity dari
perils.
28
10 Physical Hazard
Adalah suatu keadaan yang berkaitan dengan aspek pisik dari suatu
benda, baik benda yang dipertanggungkan maupun benda yang
berdekatan. Aspek yang menambah kemungkinan terjadinya atau
besarnya kerugian dibandingkan dengan risiko rata-rata disebut Poor
Fhisical Hazards sedangkan aspek yang mengurangi terjadinya
kerugian dan besarnya kerugian disebut Good Physical Hazards.
Contoh :
Konstruksi dari suatu bangunan.
Bangunan dengan konstruksi kayu akan lebih besar kemungkinannya
terbakar dari konstruksi tembok. Ciri-ciri dari Physical hazards ialah
mudah diidentifikasi, dan mudah diperbaiki/dirubah.
20 Moral Hazards
Adalah keadaan yang berkaitan dengan sifat, pembawaan dan karakter
manusia yang dapat menambah besarnya kerugian dibanding dengan
risiko rata-rata. Manusia itu terutama adalah tertanggung sendiri tapi
juga pegawainya atau orangorang
sekitarnya.
Contoh :
Tertanggung menyampaikan informasi yang tidak benar, kurang hati-
hati, arrogant, awkward.
Pegawainya : Sabotase, Vandalisme, kurang hati-hati, sengaja
membakar Orangorang sekitar : Vandalisme
29
4. Keracunan ringan, sedang, berat melalui pupuk
Keracunan makanan adalah kejadian penyakit akibat mengkonsumsi makanan
yang tidak sehat, yag ditandai dengan gejala umum seperti perut mulas, muntah,
diare, lemas, sakit perut yang kadang disertai dengan kulit kemerahan, kejang atau
pingsan.
Keracunan makanan tentu saja berbahaya, tetapi tidak selalu menimbulkan
kematian, hanya kadang-kadang saja dapat menimbulkan kematian. Keracunan
makanan dapat menimbulkan masalah serius bagi kelompok anakn balita, usia
lanjut serta orag yang pernah sakit atau menderita penyakit menahun (kronis).
Keracunan makanan terdiri dari berbagai tingkatan, yaitu :
a. Keracunan ringan, tidak terlihat sakit tetapi terasa perut mulas melilit ingin
buang air besar, tetapi yang keluar hanya angin. Keracunan semacam ini tidak
berbahaya, asal tubuh dalam kondisi yang normal dan secara berangsur akan
sembuh, jika angina yang keluar telah habis setelah buang air besar.
b. Keracunan sedang, jika penderita meraskan sakit pada perut disertai dengan
perasaan ingin buang angina dan diare, kadang disertai kepala pusing dan muntah.
Keracunan semacam ini kurang berbahaya asal segera menelan obat anti
keracunan seperti tablet norit atau natrium bicarbonate. Kedua jenis obat ini dijual
bebas dipasaran. Untuk lebih mempercepat pemulihan dianjurkan penderita untuk
beristirahat dan banyak minum.
c. Keracunan berat, jika penderita merasakan nyeri perut yag sangat hebat, disertai
dengan diare yang tidak tertahankan, muntah, kepala pusing atau disertai
30
timbulnya bintil merah di muka dan di kulit yang terasa terbakar. Untuk gejala
seperti ini penderita wajib dibawa ke dokter/puskesmas terdekat. Untuk
pertolongan pertama berikan air kelapa muda atau susu, dan biarkan buang air
atau muntah sebanyak-banyaknya, kemudian berikan minuman larutan gula garam
(oralit) dalam suhu hangat.
d. Keracunan sangat berat, jika penderita menderita kejang, pandangan kabur dan
pingsan. Tindakan darurat segera dilarikan ke rumah sakit/puskesmas terdekat
untuk diberikan penambahan cairan tubuh (infus), karena kalau terlambat dapat
menyebabkan kematian.
Penyebab keracunan banyak macamnya, dan akibatnya bias mulai dari ringan
sampai berat sekali. Secara umum yang banyak terjadi di Indonesia adalah sebagai
berikut :
a. Penyebab Mikroba :
1) Escherichia coli pathogen, habitatnya terdapat di usus manusia dan tersebar
dimana-mana di ala mini. Faktor penyebabnya karena lingkungan yang tidak
bersih. Masa inkubasi antara 12 – 72 jam. Gejalanya mulai dari ringan sampai
berat. Makanan pembawa hampir semua jenis makanan yang berkuah.
2) Staphylococcus aureus, habitatnya pada kulit manusia, dan akan berkembang
biak dengan baik dalam makanan yang mengandung daging sebagai penghasil
toksin (enterotoksin) yang tidak rusak oleh panas. Faktor penyebabnya karena
perilaku penjamah yang tidak bersih. Masa inkubasi sangat cepat yaitu antara 2 –
6 jam. Gejalanya biasanya sedang dan berat. Makanan pembawa hamper semua
jenis makanan yang terbuat dari daging yang berkuah.
31
3) Salmonella, habitatnya pada telur dan unggas dan akan menyebar dialam pada
tempat yang mengandung jenis makan tersebut. Faktor penyebabnya adalah
penanganan telur dan unggas seperti ayam, bebek dan kalkun yang tidak hygienis.
Masa inkubasi antara 6 – 36 jam. Gejala mulai dari ringan sampai berat. Makanan
pembawa semua makanan yang terbuat dari daging dan unggas terutama telur.
4) Baccilus cereus, habitatnya pada jenis makanan yang terbuat dari biji-bijian.
Penghasil toksin eksotoksin yang rusak (tidak stabil) dengan panas. Juga
membentuk spora yang tahan terhadap panas. Faktor penyebabnya penanganan
dan lingkungan yang tidak bersih. Masa inkubasi antara 1 – 6 jam. Gejala mulai
dari ringan sampai berat. Makanan pembawa adalah makanan yang terbuat atau
mengandung biji-bijian yang lembab, seperti nasi beras, gandrung, jagung atau
bulgur.
5) Vibrio parahaemolyticus, habitatnya pada jenis ikan laut seperti ikan, kerang
dan kepiting. Faktor penyebabnya adalah pengolahan ikan yang tidak sempurna.
Masa inkubasi antara 2 – 48 jam. Gejala mulai dari ringan sampai berat. Jenis
makanan pembawa adalah semua jenis makanan laut terutama yang berkuah.
6) Clostridium botulinum, habitatnya pada tempat atau wadah yang tidak ada
oksigennya, karena sifat anaerobic (dapat hidup tanpa adanya oksigen). Faktor
penyebabnya karena proses pengalengan makanan yang tidak steril, sehingga
bakteri berkembang biak dalam keadaan hampa oksigen. Penghasil racun
eksotoksin yang rusak dengan panas (tidak stabil). Masa inkubasi antara 12 – 96
jam. Gejala biasanya berat dan sangat berat. Jenis makanan pembawa adalah
semua jenis makanan kaleng terutama yang mengandung daging, unggas dan
susu.
32
7) Streptococcus, habitatnya pada saluran tubuh manusia seperti mulut, hidung
dan telinga. Faktor penyebabnya adalah hygiene perorangan yang tidak bersih.
Masa inkubasi antara 3 – 22 jam. Gejala biasanya ringan dan berat. Jenis makanan
pembawa adalah semua jenis makanan berkuah terutama mengandung daging dan
unggas.
b. Penyebab Kimia
1) Pestisida : jenis organofosfat, organosulfat dan karbamat. Habitatnya sebagai
bahan pembasmi hama di pertanian dan rumah tangga. Faktor penyebabnya adalah
karena ketidaktahuan, kecerobohan atau pemakaian daur ulang wadah bekas
pestisida untuk digunakan dalam makanan. Bisa juga penggunaan pestisida tanpa
kendali pada sayuran dan buah-buahan. Masa inkubasi sangat cepat yaitu
beberapa menit sampai beberapa jam. Gejala biasanya berat dan sangat berat dan
ancaman kematian jika tidak segera ditangani dokter. Jenis makanan pembawa
adalah semua jenis makanan yang tercemar terutama sayuran dan buah-buahan
yang dimakan mentah tanpa dicuci atau pencucian kurang sempurna.
2) Arsen, adalah senyawa kimia beracun sebagai campuran umpan tikus.
Habitatnya di daerah pertanian atau rumah tangga. Faktor penyebabnya adalah
karena ketidaktahuan, kecerobohan atau cara penanganan yang tidak sesuai
petunjuk dari pabrik. Masa inkubasi beberapa menit sampai beberapa jam. Gejala
sangat berat dengan ancaman kematian. Antidote dengan air susu, air kelapa
muda, natrium bikarbonat dan memuntahkannya. Makanan pembawa adalah
semua jenis makanan yang tercemar, terutama yang terjamah oleh tikus sasaran
atau ditangani tanpa mencuci tangan.
33
3) Logam berat seperti Cadmium, Magnesium, Stibium, Mercury, Cuprum,
Zinkum dan Plumbum, dan Boron dengan turunannya adalah senyawa kimia
beracun yang bersifat kumulatif, sehingga terjadi keracunan makanan dalam
waktu yang lama. Faktor penyebabnya adalah penggunaan yang terus menerus
sehingga terakumulasi dalam tubuh. Masa inkubasi antara 10 – 50 tahun. Gejala
mulai dari ringan sampai sangat berat dan mempunyai efek kronis (menahun).
Makanan pembawa bisa semua jenis makanan hasil pertanian yang dipupuk
dengan limbah mengandung logam berat dan hasil olahan jenis daging, ikan dan
unggas.
c. Penyebab Toksin
1) Penyebab toksin bakteri :
a) Toksin Staphylococcus, bersifat stabil dan tahan terhadap pemanasan. Maka
pemanasan kembali makanan tidak menjamin keamanan makanan.
b) Toksin Clostridium botulinum, bersifat labil dan mudah rusak karena panas.
Karena didalam kaleng tertutup, maka tanda adanya toksin ini adalah bentuk
kaleng yang menggelembung dan kalau dilubangi akan keluar udara mendesis.
Dengan dipanasakan maka Clostridium akan mati dan tidak terbentuk toksin dan
makanan bias digunakan.
c) Aflatoksin, bersifat karsinogenik (penyebab kanker), yang tumbuh dalam jamur
pada kacang tanah. Sangat beracun sehingga harus dimusnahkan.
d) Asam bongkrek yang tumbuh dalam jamur tempe bongkrek Pseudomonas
cocovenenans.
34
2) Penyebab toksin alam :
a) Ikan buntal atau kerang hijau beracun
b) Kentang beracun (solanin), ubu kayu beracun (noda biru), umbi gadung dan
talas beracun
c) Bayam beracun, asam jengkol/petai beracun
d) Jamur beracun, jamur melinjo beracun
3) Penyebab alergi :
a) Alergi ikan laut (tongkol, udang, kerang) akibat histamine
b) Alergi bumbu penyedap masakan (Chinese food syndrome)
c) Alergi aroma atau uap makanan (asma, muntah)
d) Alergi bumbu tradisional (cabai, bawang, merica)
HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN
DALAM PENGELOLAAN MAKANAN
I. BAHAN MAKANAN
1. Pilih bahan makanan yang bermutu baik ( segar, tidak busuk, tidak layu, tidak
berulat).
2. Jangan menyimpan / meletakkan bahan makanan dalam wadah bekas pestisida,
pupuk, semen.
3. Jangan menyimpan bahan makanan dekat pupuk, pestisida, semen, kandang
ternak, tempat sampah.
4. Bahan makanan harus disimpan dalam wadah yang bersih.
35
II. PERALATAN
1. Peralatan harus tersedia dalam keadaan bersih, kering dan bebas debu.
2. Peralatan sebaiknya terbuat dari bahan yang tidak mudah luntur dan tidak
berkarat.
3. Sebelum dan sesudah dipakai, wadah harus dicuci dengan sabun sambil dibilas,
tiriskan dan keringkan.
III. PENGOLAHAN MAKANAN
1. Bahan makanan yang akan diolah harus dibersihkan dahulu dan dicuci dengan
air yang bersih.
2. Air bersih mutlak dibutuhkan untuk semua tahapan pengolahan makanan.
3. Proses pemasakan harus sempurna (matang).
4. Makanan yang sudah matang harus ditempatkan dalam wadah yang bersih,
bebas debu maupun serangga dan tertutup (menggunakan tudung saji).
5. Bila makanan perlu dihangatkan, maka proses penghangatan harus sempurna
(untuk makanan yang tidak bersantan panasnya harus merata dan untuk makanan
yang berkuah/bersantan harus sampai mendidih).
6. Jarak makanan yang akan dihangatkan maksimal 6 jam sekali terutama bagi
makanan yang bersantan /berkuah.
7. Harus menggunakan sendok bila akan mengambil makanan terutama makanan
yang dihangatkan.
36
IV. TENAGA PENGOLAH
1. Berbadan sehat.
2. Tidak menderita penyakit menular (Flu, TBC).
3. Tidak menderita penyalit kulit (Kudis, Panu, Koreng atau luka).
4. Berpakaian bersih, memakai penutup kepala dan menggunakan alas kaki
(sandal).
5. Berperilaku Hidup Bersih dan Sehat yaitu :
* Kuku dalam keadaan bersih dan pendek.
* Selalu mencuci tangan sebelum dan sesudah memasak maupun memegang
makanan dan setelah keluar dari WC.
* Tidak menggaruk/mengupil saat mengolah makanan.
* Tidak batuk dengan posisi menghadap ke makanan.
* Selalu menggunakan sendok saat memegang/mencicipi makanan.
37
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil diskusi diatas dapat disimpulkan hal sebagai berikut, yakni :
10 Agromedicine : Subdivisi dari kedokteran okupasi yang mengintegrasikan
dari ilmu kedokteran dasar, klinik, ilmu sosial, yang memfokuskan pada
masalah kesehatan dan keselamatan lingkungan agrikultura (meliputi
pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, dan kehutanan) termasuk
petani dan keluarganya, pekerja dalam lingkungan agroindustri, sampai
kepada konsumen produk agrikultura.
20 Ruang lingkup yang terdapat pada agromedicine ialah : Traumatic injury,
Pulmonary exposures, Agrichemical injury, Lain-lain (Zoonosis, Food safety,
Rural Community Health services)
30 Potensial hazard yang ada pada sektor pertanian ialah : Mekanisasi,
Pemakaian bahan kimia, Debu Organik, dan Kontak dengan organisme hidup.
40 Prinsip pencegahan potensial hazard : (Health promotion, Spesific protection,
Early diagnosis and prompt treatment, Disability limitation, Rehabilitation,
50 Pengendalian potensial hazard : Elimination (menghilangkan), Reduction
(menurunkan tingkat bahaya), Engineering control (tidak ada kontak),
Administration control (instruksi), Personal Protective Equipment
(penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)).
38
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi U; Wibisana W; The PHC Based Occupational Health Care Delivery
System – Experience from Indonesia; (Sistem Pemberian Perawatan
Kesehatan Kerja Berlandaskan Perawatan Kesehatan Primer –
Pengalaman dari Indonesia) dalam sidang Konferensi Internasional di
bidang Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Sektor Informal;
Departemen Kesehatan; 1997
Terjemahan tidak resmi dan tidak diterbitkan dari Undang-undang Republik
Indonesia No. 13/ 2003 tentang Tenaga Kerja; Kantor ILO Jakarta; 2003
Alma Ata Declaration on Primary Health Care; 1978; Deklarasi Atma Ata tentang
Perawatan Kesehatan Primer, dapat disimak di situs web:
http://www.who.int/hpr/archive/docs/almaata.html
ASEAN OSHNET Occupational Safety and Health Network (Jejaring Kerja di
bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja antara Negara-Negara
ASEAN), 2003; dapat disimak di situs web http://www.asean-osh.net
Biro Pusat Statistik, Indonesia.
http://www.bps.go.id/sector/minning/table2.shtml
Carl Zenz dkk. Occupational Medicine. Third Ed. Mosby. USA. 1994 : 625 –629.
Departemen Kesehatan RI, Pusat Promosi Kesehatan, Panduan Pelatihan
Komunikasi Perubahan Perilaku, Untuk KIBBLA, Jakarta .DEPKES RI
Coastal communities hit hard by fishing industry; (penduduk pantai secara
ekonomis sangat terpukul oleh industri perikanan) Bulletin Down to
Earth; No. 51, November 2001; International Campaign for Ecological
39
Justice in Indonesia (Kampanye Internasional untuk Keadilan Ekologis di
Indonesia); dapat disimak di situs web http://dte.gn.apc.org/51fsh.htm
Directorate General of Geology and Mineral Resources (Direktorat Jenderal
Geologi dan Sumber Daya Mineral); Presentasi salindia (slides) tentang
Industri Pertambangan di Indonesia: Setahun Setelah Kebijakan
Desentralisasi di Sektor Batubara (Mining industry in Indonesia: a year
after the decentralization policy in coal sector);
http://www.nedo.go.jp/informations/events/140924/jusmady.pdf
Decent Work in Asia (Pekerjaan yang Layak di Asia); Kegiatan ILO di Wilayah
Asia (ILO Activities in the Region); Pertemuan Regional Asia
Ketigabelas ILO di Bangkok pada bulan Agustus 2001
Setiogi SP, Langkah-langkah Sistematis yang Dibutuhkan untuk Memperbaiki
Keselamatan dalam Pekerjaan (Systematic measures needed to improve
safety on the job); The Jakarta Post; 15 Januari 2003
Soebaryo RW, Soebono H, Penularan dermatitis di antara pebatik tradisional dan
pekerja pabrik tekstil di Indonesia (Contact dermatitis among traditional
batik and textile factory workers in Indonesia); Newsletter Asia-Pasifik
tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja: Alergi Akibat Kerja (Asian-
Pacific Newsletter on Occupational Safety and Health: Occupational
Allergies); Vol 5(1), 1998
Masalah-masalah Sosial dan Ketenagakerjaan di Pertambangan-pertambangan
Skala Kecil (Social and labour issues in small-scale mines); Laporan
Pertemuan Tripartit mengenai Masalah-masalah Sosial dan
Ketenagakerjaan di Pertambangan-pertambangan Skala Kecil (Report for
40
the Tripartite Meeting on Social and Labour Issues in Small-scale
Mines), Jenewa, 17-22 Mei 1999; terdapat di
http://www.ilo.org/public/english/dialogue/sector/techmeet/tmssm99/tmssmr.htm
Jaminan Sosial dan Perlindungan untuk Semua: Restrukturisasi Sistem Jaminan
Sosial di Indonesia – Pokok-Pokok Persoalan dan Pilihan-Pilihan (Social
Security and Coverage for all: Restructuring the Social Security System
in Indonesia – Issues and options), ILO, Jakarta 2002.
Strehlke B; Manajemen Hutan di Indonesia: Lapangan Kerja, Kondisi Kerja dan
Keselamatan Kerja (Forest management in Indonesia: employment, working
conditions and occupational safety); 1991; available at
http://www.fao.org/docrep/u8520e/u8520e06.htm
Strategi untuk Perbaikan K3 dan Kondisi Kerja (Strategy for the Improvement of
OSH and Working Conditions); Laporan Misi Penasihat ILO dan Risalah
Lokakarya Nasional tanggal 16-17 Mei 1995 di Jakarta
Suma’mur P.K. Higine Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Gunung Agung. Jakarta.
1986 : 251 – 255.
T. A. Gossel dkk. Principle of Clinical Toxicology. Second Ed. Raven Press. New
York. 1990 : 133 –139.
41