skenario pembelajaran menurut teori pavlov
TRANSCRIPT
1
Skenario Pembelajaran Menurut Teori Belajar Pavlov
Pada suatu hari, di SPSS (Sekolah Pelajar Simpang Siur), sekolah ini adalah
sekolah yang paling terkenal di desa terpelosok di suku nananina. Sekolah ini
memiliki seorang guru matematika yang tidak disenangi oleh para muridnya
karena cara mengajarnya yang monoton, sehingga membuat siswa bosan, tertekan
dan tidak mempunyai motivasi untuk memahami matematika. Akibatnya siswa
sering bercanda dan kelas menjadi tidak kondusif. Namun, karena suatu hal, guru
ini dipindah tugaskan sehingga dihadirkan guru yang menyenangkan dalam
menyampaikan materi. Dan inilah situasi salah satu ruang kelas di sekolah
tersebut yaitu kelas 3 SD sebelum bel pelajaran pertama dimulai.
Candra : (terburu-buru memasuki kelas) “Eh...Ehh.. temen-temenn, kog aku gag
liat sepedanya Pak Burhan ya?? Kan gag mungkin dia telat...” (ngos-
ngosan)
Farida : “halahh... sok tau deh..”
Fitri : “Pak Burhan udah beli mobil kali..!!”
Susilo : “Sekitar sekolah aja adanya sawah, mobil mau taroh mana coba?, eh,
tadi aku ngliat ada guru baru lho!!...”
Candra : (udah ga megap-megap) “whattsss?????”
Fitri,Farida,Candra : “ciyusssss??????”
Guru : (memasuki kelas) “Assalamualikum wr.wb anak-anak.... “(tersenyum
hangat)
Anak2 : “waalaikumsalamm warohmatullohi wabarokatuh buuu....”
2
Guru : “benar ini kelas 2 Aduhai kan?”
Anak2 : “oohh, benar sekali buuuu..”
Susilo : “ eh, temen-temen itu tu guru baru yang aku liat di kantor tadiii”
Anak lainnya : “ohhh itu to ibunya..”
Guru : “mmm, sebelumnya saya ingin berkenalan dahulu sama kalian. Ada yang
sudah kenal sama saya?”
Fitri : “ibu guru baruu ya..”
Guru : “iya benarr, ibu guru baru. Nama ibu lulu taradebita. Kalian bisa panggil
saya bu lulu. Ibu disini menggantikan Pak Burhan. Kalian kenal Pak
Burhan kan?? (Anak2 : “kenall buu”). Oiya, Sebelum pembelajaran
dimulai, marilah kita berdoa menurut kepercayaan dan keyakinan masing-
masing. Berdoa dimulai (...) selesai. Saya absen dulu ya...”
(Proses absensi oleh guru)
Guru : “oiya ibu mau tanya, kemarin materinya sampe mana anak-anak?”
Fitri : “sampai penjumlahan buuuu”
Guru : (sambil membuka jurnal) “mmm, pak burhan kemarin tgl.. oh ini sampai
perkalian, masih ingat tidakk hayoo?”
Candra : “belum belajar yang ituu buu..”
Dalam proses belajar, murid yang bisa menyelesaikan permasalahan dari
guru, maka akan diberi hadiah. Dengan demikian, dari yang tadinya murid merasa
bosan menghadapi soal dan menganggap matematika sulit, maka murid akan
merasa termotivasi dan merasa senang dalam proses belajar. Siswa akan
3
membiasakan diri untuk menyelesaikan permasalahan dengan baik, karena mereka
berlomba untuk menjadi yang terbaik dan agar mendapat hadiah.
Guru : “eits, coba saya ingatkan kembali. 12 dikali 4 sama dengan berapa anak-
anak??”
Susilo : “saya taunya cuma satu angka dikali satu angka buu.., itu gimana caranya
buuu?”
Fitri : “itu jawabannya 48 bu,, dari 4+4+4+4+4+4+4+4+4+4+4+4.”
Guru : “nahh, itu benarr sekaliii. Sebagai hadiahnya, ibu kasih bintang untuk
Fitri yaaa...”
Farida : “buu, saya juga mau bintang dong...”
Guru : “nahh, yang lain juga akan ibu kasih bintang jika bisa mengerjakan soal
yang ibu berikan. Nahh, sebelumnya, ibu mau memberitahukan kalian
kalau ibu mempunyai tabel „Berapa Bintangmu Hari ini‟. Tabel ini
digunakan untuk menempel bintang yang Susilo, Farida, Fitri atau Candra
dapatkan setelah pembelajaran matematika di kelas bersama ibu”
Anak berebutan : (sambil melihat ibu guru yg menunjukkan bahwa dia memiliki
bintang byk, anak2 menjadi termotivasii) “wahhh, mau mau mau bu..”
Susilo : “aku pasti bisa dapat banyak bintangg”
Candra : “aku juga bisa dapet bintang yang lebih banyak dari kamuu”
Guru : “sudaaahh anak-anak.. sekarang ibu jelaskan dahulu tentang materi yang
akan kita pelajari OK!, semua sudah siap belajar kan?”
Anak berbarengan : “siappp buuu....!”
4
Guru : (ibu guru menjelaskan perkalian dengan cara menurun sebagai bentuk
cara lain yang lebih mudah dibanding menambahkan bilangan sampai pada angka
yang diminta) “ini ibu jelaskan,...” (proses menjelaskan)
“contohnya yaitu 12 x 8.
12
8 x
16 16 dari perkalian satuannya yaitu 2 dengan 8.
80 + 80 dari perkalian puluhan yaitu 10 dengan 8.
96”
(Guru mengulang beberapa kali agar murid paham, kemudian...)
Guru : “oke, sebelum kita berlanjut ke soal berikutnya. Ibu ingin memberikan
potongan kertas kecil kepada kalian. (sambil memberikan kertas) dan
sekarang ibu meminta tolong kepada kalian untuk menuliskan bilangan
yang kalian sukai di kertas yang telah ibu berikan tadi. Coba sekarang ...
sudah belum anak-anak ??”
Farida : “belum bu, belumm, ihh kamu nyontekk !!!”
Susilo : “aku ga nyontek, cuma pengen liatt!!! Yeeee....”
Guru : “sudahhhh anak-anakkk... kalau sudah menuliskan bilangannya,
sekarangg kertasnya ibu ambil lagi ya”
Anak bebarengan : “ni bu..”
Guru : “nah, siapa yang mau maju ke depan untuk mengajarkan soal yang ibu
berikan??”
Farida : “saya bu,, !!”
5
Guru : “okeeyy, nah kamu silahkan ambil 2 potongan kertas ini sebagai soal
yang harus kamu kerjakan di depan”
Farida : “oo gitu bu, oke (sambil mengambil kertas)”
(anak tersebut mengerjakan, tapi lupa langkah yang diajarkan guru
sebelumnya mengenai bilangan mana yang perlu didahulukan untuk
dikerjakan terlebih dahulu dalam perkalian 2 digit)
Farida : “bu, saya lupa caranya..”
Guru : (guru menjelaskan ulang mengenai perkalian tersbeut) “sudah mengerti
belum anak-anak??”
Farida : (proses mengerjakan soal...) “sudaahhh buuu...!!!!!”
Guru : “coba yang lain (sebut nama) jg mengerjakan soal didepan.”
Susilo : “lho, kog gampang banget ya???, kemarin sama Pak Burhan aku gag
ngerti”
Candra : “iya sama, ternyata gampang ya...”
System ini dilakukan secara terus-menerus sampai murid-muridnya
memiliki banyak sekali hadiah yang didapatkan dengan usahanya sendiri yang
menjadi motivasi belajarnya. Pada suatu hari guru matematika baru itu tidak dapat
hadir, namun guru tersebut tetap memberikan tugas untuk diselesaikan. Karena
murid sudah terbiasa untuk selalu menyelesaikan soal dengan baik, maka murid
akan menyelesaikan soal itu dengan sungguh-sungguh walaupun sang guru tidak
hadir saat itu.
Guru itu mampu membawa dan memahami kondisi setiap siswa sehingga
siswa timbul motivasi untuk bisa memahami dan menegerjakan soal matematika.
Guru ini sering memberikan latihan soal. Untuk setiap siswa yang berani dan bisa
mengerjakan akan diberikan reward. Kegiatan ini dilakukan secara terus menerus
6
sehingga menjadi proses pembiasaan. Sehingga hal ini dapat memotivasi siswa
untuk bisa mengerjakan soal-soal yang diberikan oleh guru.
Namun seiring berjalannya waktu guru memberikan soal tanpa imbalan
reward seperti biasanya dan siswa pun karena telah terbiasa mengerjakan soal
yang diberikan guru tanpa ada reward pun siswa berantusias untuk mengerjakan
soal tersebut. Selain itu guru pun sering mengkoreksi tugas-tugas yang ia berikan
pada muridnya, sehinggga murid akan terbiasa mengerjakan tugas dan dapat
memahami materi tersebut.
Inilah aplikasi proses pembiasaan yang digambarkan oleh Ivan P Pavlov.