skizofrenia katatonik - copy-1.docx
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Skizofrenia Merupakan Suatu Gangguan Psikotik Yang Kronik, sering
mereda namun hilang timbul dengan manifesatsi klinis yang amat luas variasinya.
Penyesuaian pramorbit, gejala dan perjalanan penyakit amat bervariasi.
Skizofrenia merupakan suatu kelompok dari gangguan yang heterogen. Walaupun
insidensnya hanya 1 per 1000 penduduk di Amerika serikat diaman saja di dunia
inni, Szizofrenia banyak ditampilkan pada UGD karena hebatnya gejala,
ketidakmampuan pasien untuk merawat dirinya sendiri, tidak ada daya tilik diri
dan keruntuhan sosial yang lambat laun terjadi, serta menjauhnya pasien dari
lingkungannya. Penampilan di UGD atau praktek dokter yang termasuk halusiansi
yang amat menganggu (yang sering cukup keras dan mengalihkan perhatian
pasien, menghina atau mengancam), perilaku bizar, inkoheransi, agitasi, dan
perawatan diri terbengkalai.(1)
Skizofrenia merupakan gangguan jiwa yang berat dan gawat yang dapat
dialami manusia sejak muda dan dapat berlanjut menjadi kronis dan lebih gawat
ketika muncul pada lanjut usia (lansia) karena menyangkut perubahan pada segi
fisik, psikologis dan sosial-budaya. Skizofrenia pada lansia angka prevalensinya
sekitar 1% dari kelompok lanjut usia. Pada umumnya ditandai oleh penyimpangan
yang fundamental dan karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta oleh afek yang
tidak wajar (inappropiate) atau tumpul (bluntted). Kesadaran yang jernih (clear
consciousness) dan kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun
kemunduran kognitif tertentu dapat berkembang kemudian.(2)
Pembagian skizofrenia menurut Kraepelin menjadi beberapa jenis.
Penderita digolongkan kedalam salah satu jenis menurut gejala utama yang
terdapat padanya. Akan tetapi batas-batas golongan-golongan ini tidak jelas,
gejala-gejala dapat begranti-ganti atau mungkin seorang penderita tidak dapat
digolongkan kedalam salah satu jenis.(3)
1
Meskipun katatonia secara historis dikaitkan dengan skizofrenia dan
terdaftar sebagai subtipe dari gangguan, dapat terjadi pada pasien dengan
gangguan mood utama dan dalam hubungannya dengan penyakit saraf dan kondisi
medis umum lainnya. Akibatnya, katatonia sekunder untuk kondisi medis umum
dimasukkan sebagai kondisi baru dan katatonia ditambahkan sebagai specifier
episode gangguan mood besar di DSM-IV. Set yang berbeda dari kriteria yang
digunakan untuk mendiagnosa katatonia skizofrenia dan suasana hati primer
Gangguan terhadap kondisi medis / neurologis di DSM-IV, bagaimanapun, dan
katatonia adalah subtipe codable skizofrenia tetapi specifier untuk gangguan mood
besar tanpa coding. Sebagian karena ini berbeda-beda pengobatan di manual
DSM-IV, katatonia sering tidak diakui oleh dokter. Selain itu, katatonia diketahui
terjadi di beberapa kondisi selain skizofrenia, gangguan mood mayor, atau
sekunder untuk kondisi medis umum. Oleh karena itu empat perubahan yang
dibuat dalam pengobatan katatonia di DSM-5.(4)
2
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 DEFENISI
Skizofrenia adalah suatu deskripsi sindrom dengan variasi penyebab
(banyak belumdiketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis)
yang luas, serta sejumlah akibatyang tergantung pada pertimbangan pengaruh
genetik, fisik, dan sosial budaya. Padaumumnya ditandai oleh penyimpangan
yang foundamental dan karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta oleh afek
yang tidak wajar (inapropriate) atau tumpul (blunted). Kesadaranyang jernih
dan kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun
kemundurankognitif tertentu dapat berkembang kemudian.(2)
Konsep katatonia pertama kali dijelaskan oleh Kahlbaum (1874).
Katatonia merupakan kondisi yang ditandai oleh perubahan pada tonus otot,
contoh kedudukan postur yang berdiam atau tak bergerak, stupor, atau
kekauan. Katalepsi merupakan satu istilah umum yang mejelaskan kondisi
posisi tubuh yang tak bergerak tapi aneh atau canggung dan dipertahankan
untuk jangka waktu yang lama. Satu tipe katalepasi yang khas ialah
fleksibbilitas serea, yang sebagian tubuh dapat digerakkan dan bila dilepaskan
akan dipertahankan dalam keadaan atau posisi itu seperti dibuat oleh bahan
lilin.(1, 5)
Skizofrenia katatonik ialah merupakan satu tipe skizofrenia yang ditandai
oleh keteganagn otot (katatonia), negativisma, dan stupor atau gaduh. Jenis
katatonik (skizofrenia katatonik atau katatonia) : timbulnya pertamakali antara
umur 15-30 tahun, dan biasanya akut serta sering didahului oleh stres
emosional. Mungkin terjadi gaduh gelisa katatonik atau stupor katatonik.(3)
3
II.2 ETIOLOGI
Etiologi dari skizofrenia adalah :(3)
1. Keturunan : dapat dipastikan bahwa ada faktor keturunan yang juga
menetukan timbulnya skizofrenia. Hal ini telah dibuktikan dengan
penelitian tentang keluarga-keluarga penderita skizofrenia dan terutama
anak-anak kembar satu telur. Angka kesakitan bagi saudara tiri ialah 0,9-
1,8% bagi saudara kandung 7-15% bagi anak dengan salah satu oang tua
yang menderitaskizofrenia 7-16% bila kedua orang tua menderita
skizofrenia 40-68% bagi kembar dua telur (heterozigot) 2-15% bagi
kembar satu telur (monozigot) 61-86%.
Tetapi pengaruh keturunan tidak sesederhana seperti hukm-hukum mandel
tentang hal ini. Disangka bahwa potensi untuk mendapatkan skizofrenia
diturunkan (bukan penyakit itu sendiri) melalui gene yang resesif. Potensi
ini mungkin kuat, mungkin juga lemah, tetapi selanjutnya tergantung pada
lingkungan individu itu apakah akan terjadi skizofrenia atau tidak (mirip
hal genetik pada diabetes melitus)
2. Endokrin : dahulu dikira bahwa skozofrenia mungkin disebabkan oleh
suatu gangguan endokrin. Teori ini dikemukanan berhubung dengan sering
dikemukakan timbulnya skizofrenia pada waktu puertas, waktu kehamilan
atau puerperium dan waktu klimakterium. Tetaoi hal ini tidak dapat
dibuktikan.
3. Metabolisme : ada orang yang menyangka bahwa skizofrenia disebabkan
oleh suatu gangguan metabolisme, karena penderita denagan skizofrenia
tampak dengan pucat dan tidak sehat. Ujung ektremitas agak sianosis.
Nafsu makan berkurang dan berat badan menurun. Pada penderita dengan
stupor katatonik konsumsi zat asam menurun. Hipotesis ini tidak
dibenarkan oleh banyak sarjana. Teori metabolisme mendapat perhatian
lagi berhubungan dengan penelitian dengan memakai obat halusinogenik,
sepertimeskalin dan asam diethilamide (LSD-25). Obat-obat ini dapat
menimbulkan gejala-gejala yang mirip denag gejala0gejala skizofrenia,
4
tetapi reversibel mungkin skizofrenia disebabkan oleh suatu “inborn error
of metabolism’’, tetapi hubungan terakhir belum ditemukan.
4. Susunan saraf pusat : ada yang meneliti penyebab skizofrenia ke arah
susunan saraf pysat, yaitu didasarkan pada diencphalon atau kortex otak \.
Tetapi kelainan patologis yang ditemukan itu mungkin disebabkan oleh
perubahan-perubahan postmortem atau merupakan artefak pada waktu
membuat sediaan.
5. Teori adolf mayer : skizofrenia tidak disebabkan oleh suatu penyakit
badaniah, kata mayer (1906) sebab dari dahulu hingga sekarang para
sarjana tidak dapat menemukan kelainan patologis-anatomis atau fisiologis
yang khas pada susunan saraf pusat.
6. Teori sigmund freud : juga termasuk teori psikogenik. Bila kita memakai
teori freud maka pada skozofrenia terdapat
- Kelemahan ego ang dapat timbul akibat penyebab psikogenik ataupun
somatik
- Superego dikesampingkan sehingga tidak bertenaga lagi dan id yang
berkuasa serta terjadi suatu regresi ke fase narsisime
- Keholangan kapsitas untuk pemindahan (“transferensce”) sehingga teraoi
psikoanalitik tidak mungkin.
7. Eugen Bleuler : bleuler mengemukakan bahwa gejala primer merupakan
manifestasi penyakit badaniah, sedangkan gejala-gejala sekunder ialah
manifestasi dari usaha penderita untuk menyesuaikan diri terhadap
gangguan primer tadi.
8. Ada teori teori lain yang menganggap skizofrenia sebagai suatu sindroma
yang dapat disebabkan oleh bermacam-macam sebab, antara lain
keturunan , pendidikan, yang salah, maladaptasi, tekanan jiwa, penyakit
badaniah seperti lesi otak, arterosklerosa otak dan penyakit yang lain yang
belum diketahui.
9. Akhirnya timbul pendapat bahwa skizofrenia itu suatu gangguan
psikosomatik, gejala-gejala pada badan hanya sekunder karena gangguan
5
dasar yang psikogenik atau merupakan manifestasi somatik dari gangguan
psikogenik.
II.3 EPIDEMIOLOGI
Epidemiologi skizofrenia telah berkembang selama dua dekade terakhir.
Prevalensi skizofrenai adalah sekitar lima per seribu populasi.puncak kejadian
untuk laki-laki yaitu pada umur 15-24 tahun, pada dewasa muda khsusnya
untuk laki-laki, sadangkan pada wanita puncak kedua yaitu umur 55-65
tahun. Bukti menunjukkan bahwa laki-laki memiliki resiko seumur hidup
lebih tinggi yaitu 30%-40%. Onset skizofrenia bervariasi, sekitar 50%
memiliki onset akut, dan 50% dengan prodromal yang panjang.(6)
Skizofrenia katatonik mempengaruhi sekitar 10%-15% dari pasien
dengan skizofrenia. Ini ditandai dengan gejala negatif seperti imobilitas
motorik sebagai katalepsi atau pingsan. sifat bisu,negativisme. Persentase
katatonik skizofrenia lebih kecil dibandingkan dengan subtipe lain.(7, 8) -
Skizofrenia mamiliki prefalensi yang hampir sama antara laki-laki dan wanita
yaitu 1.4;1. Tetapi, dua jenis kelamin tersebut menunjukkan perbedaan dalam
onset dan perjalanan penyakit. Laki-laki mempunyai onset lebih awal dari
pada wanita.Individu dengan skizofrenia memiliki resiko kematian 2-3 kali
lipat dibanding dengan orang normal.(9)
II.4 PATOFISIOLOGI
Penyebab pasti dari katatonia belum diketahui, menurut Northoff (2002),
sebuah 'modulasi top-down'dari ganglia basalis akibat kekurangan gamma-
aminobutyric acid (GABA) di kortikal, yang marupakan neurotransmitter
inhibisi utama otak, dapat menjelaskan gejala motorik dari katatonia.
Penjelasan ini menjelaskan terapeutik efek benzodiazepin, yang
menyebabkan peningkatan aktivitas GABA. Demikian pula, hiperaktif
glutamat, rangsang utama neurotransmitter, juga telah diusulkan sebagai
disfungsi neurokimia yang mendasari (Northoff et al, 1997). Osman &
6
Khurasani (1994) menyatakan bahwa katatonia disebabkan oleh adanya
blokade yang besar dan terjadi secara tiba-tiba terhadap dopamin. Hal ini
menjelaskan mengapa dopamine-blocking antipsikotik umumnya tidak
menguntungkan di katatonia. Memang, dengan kekurangan dopamin,
antipsikotik sebenarnya memicu memburuknya kondisi. Penarikan clozapine
katatonia ini disebabkan oleh kolinergik dan serotonergik Rebound
hiperaktivitas (Yeh et al, 2004). Dalam katatonia kronis dengan pidato yang
merupakan kelainan yang menonjol. Tomografi emisi positron (PET) telah
mengidentifikasi kelainan dalam metabolisme bilateral di thalamus dan
frontal lobus (Lauer et al, 2001). Sebuah hipotesis yang sangat menarik yang
diajukan oleh Moskowitz (2004) menunjukkan bahwa katatonia mungkin
dipahami sebagai evolusi respon rasa takut, berasal pertemuan leluhur dengan
karnivora yang naluri predator yang dipicu oleh gerakan. Tanggapan ini,
masih tersisah, sekarang dinyatakan dalam berbagai psikiatris besar atau
medis kondisi, di mana katatonik stupor mungkin merupakan respon 'end-
stated’.(7)
II.5 GEJALA KLISNIS
Tanda dan gejala skizofrenia katatonik termasuk mutisma, gaduh,
fleksibilitas area, stupor, stupor silih berganti dengan faror, negativisma,
manerisma, dan stereotipi. Gangguan afektif dapat menampilkan diri sebaagai
katatoni juga. Diagnosis banding termasuk koma akibat penyebab organik,
psikotik toksik, spastisitas (kekauan) dan akinesia akibat antipsikotika,
gangguna konversi, keadaan disosiatif, berpura-pura (malingering), dan
ganggun buatan (factitous disorder).(1)
a. Stupor katatonik. : pada stupor katatonik penderita tidak menunjukkan
perhatian sama sekali terhadap lingkungannya. Emosinya sangat dangkal,
gejala yang penting ialah gejala psikomotor seperti :
- Mutisme, kadang-kadang dengan mata tertutup
- Muka tanpa mimik, seperti topeng
7
- Stupor, penderita tidak bergerak sama sekali uuntuk waktu yang lama,
bebrapa hari, bahkan kadang-kadang sampai beberapa bulan
- Bila diganti posisinya penderita menentang : negativisme
- Makanan ditolak, air ludah tidak ditelan sehingga terkumpul didalam
mulut dan meleleh keluar, air seni dan feses ditahan
- Terdapat grimas dan katalepsi.
Secara tiba-tiba atau pelan-pelan penderita keluar dari keadaan stupor inin
dan mulai berbicara dan bergerak.
b. Gaduh-gelisa katatonik : terdapa hiperaktifitas motorik, tetapi tidak disertai
dengan emosi yang semestinya dan tidak dipengaruhi oleh rangsangan dari
luar.(3)
II.6 DIAGNOSIS
A. PPDGJ-III.(2)
Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya
dua gejala atau lebih bila gejala gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):
(a) - “thought echo” = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau
bergema dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan,
walaupun isinya sama, namun kualitasnya berbeda atau
- “thought insertion or withdrawal” = isi yang asing dan luar masuk
ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar
oleh sesuatu dari luar diririnya (withdrawl)
- “thought broadcasting” = isi pikiranya tersiar keluar sehingga
orang lain atau umum mengetahuinya;
(b) - “delusion of control” = waham tentang dirinya dikendalikan oleh
suatu kekuatan tertentu dari luar atau
- “delusion of influence = waham tentang dirinya dipengaruhi oleh
sesuatu kekuatan tertentu dari luar atau
8
- “delusion of passivitiy” = waham tentang dirinya tidak berdaya dan
pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar; tentang ”dirinya” = secara jelas
merujuk kepergerakan tubuh / anggota gerak atau ke pikiran, tindakan
atau pengindraan khusus.
- “delusional perception” = pengalaman indrawi yang tidak wajar, yang
bermakna sangat khas bagi dirinya, biasnya bersifatmistik atau mukjizat;
(c) Halusinasi auditorik :
- suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku
pasien, atau
- mendiskusikan perihal pasien pasein di antara mereka sendiri (diantara
berbagai suara yang berbicara), atau
- jenis suara halusinasi lain yang berasal dan salah satu bagian tubuh
(d) waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat
dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan
agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di atas manusia
biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan
mahluk asing dan dunia lain)
Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas:
(e) halusinasi yang menetap dan panca-indera apa saja, apabila disertai baik oleh
waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa
kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over-
valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu
minggu atau berbulan-bulan terus menerus;
(f) arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan
(interpolation), yang berkibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak
relevan, atau neologisme;
(g) Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi tubuh
tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan
stupor;
9
(h) gejala-gejala “negative”, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan
respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang
mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja
sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh
depresi oleh depresi atau medikasi neuroleptika;
Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu
satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik (prodromal)
Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan
(overall quality) dan beberapa aspek perilaku pribadi (personal behavior),
bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat
sesuatu sikap larut dalam diri sendiri (self-absorbed attitude), dan penarikan diri
secara sosial.
F20.2 skizofrenia katatonik
Pedoman diagnostik
Memenuhi kriteria umum untuk diagnosis skizofrenia.
Satu atau lebih dari perilaku berikut ini harus mendominasi gambaran
klinisnya :
(a) stupor (amat berkurangnya dalam reaktivitas terhadap lingkungan dan
dalam gerakan serta aktivitas spontan) atau mutisme (tidak berbicara):
(b) Gaduh gelisah (tampak jelas aktivitas motorik yang tak bertujuan, yang
tidak dipengaruhi oleh stimuli eksternal)
(c) Menampilkan posisi tubuh tertentu (secara sukarela mengambil dan
mempertahankan posisi tubuh tertentu yang tidak wajar atau aneh);
(d) Negativisme (tampak jelas perlawanan yang tidak bermotif terhadap
semua perintah atau upaya untuk menggerakkan, atau pergerakkan
kearah yang berlawanan);
(e) Rigiditas (mempertahankan posisi tubuh yang kaku untuk melawan upaya
menggerakkan dirinya);
10
(f) Fleksibilitas cerea / ”waxy flexibility” (mempertahankan anggota gerak
dan tubuh dalam posisi yang dapat dibentuk dari luar); dan
(g) Gejala-gejala lain seperti “command automatism” (kepatuhan secara
otomatis terhadap perintah), dan pengulangan kata-kata serta kalimat-
kalimat.
Pada pasien yang tidak komunikatif dengan manifestasi perilaku dari
gangguan katatonik, diagnosis skizofrenia mungkin harus ditunda sampai
diperoleh bukti yang memadai tentang adanya gejala-gejala lain. Penting
untuk diperhatikan bahwa gejala-gejala katatonik bukan petunjuk diagnostik
untuk skizofrenia. Gejala katatonik dapat dicetuskan oleh penyakit otak,
gangguan metabolik, atau alkohol dan obat-obatan, serta dapat juga terjadi
pada gangguan afektif.
B. DSM V.(2)
A. Dua (atau lebih) dibawah ini, yang masing-masing sebagian besar pada waktu selama periode 1 bulan (atau kurang jika berhasil diobati). Setidaknya salah satu dari ini harus mencakup 1,2,3 :
1. Delusi2. Halusinasi3. Bicara terorganisir4. Perilaku psikomotor atau seperti katatonia5. Gejala negatif (yaitu terbatas mempengaruhi atau avolition / asociality)
B. Untuk sebagian besar waktu sejak awal gangguan, satu atau lebih bidang utama berfungsi seperti pekerjaan, hubungan interpersonal, atau perawatan diri yang nyata di bawah tingkat yang dicapai sebelum onset ( atau ketika awal adalah di masa kecil atau remaja, kegagalan untuk mencapai tingkat yang diharapkan interpersonal, akademik, atau pekerjaan prestasi).
C. Tanda-tanda berkelanjutan dari gangguan bertahan selama minimal 6 bulan. Periode 6 bulan ini harus mencakup setidaknya 1 bulan gejala (atau kurang jika berhasil diobati) yang memenuhi Kriteria A (yaitu, gejala aktif-fase) dan mungkin termasuk periode prodromal atau gejala sisa. Selama periode ini prodromal atau residual, tanda-tanda gangguan dapat dimanifestasikan oleh gejala-satunya negatif atau dua atau lebih gejala
11
kriteria A hadir dalam bentuk dilemahkan (misalnya, keyakinan aneh, tidak biasa pengalaman persepsi).
D. Gangguan skizoafektif dan gangguan mood Dengan ciri psikotik telah dikesampingkan karena baik (1) tidak ada Mayor Depressive atau Episode Manic telah terjadi bersamaan dengan gejala activephase; atau (2) jika episode mood telah terjadi selama gejala aktif-fase, total lamanya telah singkat relatif terhadap durasi periode aktif dan residual.
E. Gangguan tidak disebabkan oleh efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya, penyalahgunaan obat, obat) atau kondisi medis umum.
F. Jika ada riwayat Disorder Autistic atau lain Pervasive Developmental Disorder atau gangguan komunikasi lainnya onset masa kanak-kanak, diagnosis tambahan skizofrenia dibuat hanya jika delusi yang menonjol atau halusinasi juga hadir untuk setidaknya bulan(atau kurang jika berhasil diobati).
II.7 PENATALAKSANAAN
Pengobatan harus secepat mungkin, karena keadaan psikotik yang lama
menimbilkan kemungkinan yang lebih besar bahwa penderita menuju ke
kemunduran mental.
1. Farmakologi
Benzodiazepin adalah obat pilihan untuk katatonia. Pasien yang
tidak responsif atau kurang responsif terhadap kebutuhan benzodiazepin
terapi electroconvulsive (ECT). Dalam prospektif, studi terbuka (Ungvari
et al, 1994a), 18 pasien dengan katatonia dirawat dengan baik lorazepam
lisan atau diazepam intramuskular; 16 menunjukkan perbaikan klinis yang
signifikan dalam waktu 48 jam, dengan dua menunjukkan remisi lengkap
setelah hanya satudosis. Namun, sembilan pasien yang diperlukan
selanjutnya ECT untuk mencapai perbaikan lebih lanjut. Rosebush et al
(1990) melaporkan respon yang lebih baik lorazepam, dengan 12 dari 15
pasien rawat inap dengan katatonia menanggapi sepenuhnya dalam waktu
2 jam. Kecil dosis benzodiazepin yang efektif baik katatonik pingsan dan
12
kegembiraan katatonik (Ungvari et al, 1994b). Katatonia organik juga
respons yang baik dengan benzodiazepin (Rosebush et al, 1990, 1995).
Untuk terapi darurat terdiri dari antipsikotika, seperti fluenazin
(prolixin,anatensol,) 2-5 mg IM, haloperidol 2-5 mg IM. Tiotiksen
(Navane) 5mg IM, atau trifluoperazin (stelazin) 5 mg IM, semua diberiakn
tiap 30 menit seperlunya . Lorazepam (ativan) 1-2 mg IM tiap 4-6 jam
bermanfaat untuk katatonia.(3)
Sediaan obat anti-psikosis dan dosis anjuran
(yang beredar di Indonesia menurut MIMS Vol. 7, 2006) (10)
No
.
Nama Generik Nama Dagang Sediaan Dosis Anjuran
1. Chlorpromazine Chlorpromazine
Promactil
Meprosetil
Cepezet
Tab. 25-100 mg
Tab. 100 mg
Tab. 100 mg
Tab. 100 mg
Ampul 50 mg/2
cc
150 – 600 mg/ hr
50 – 100 mg (i.m)
setiap 4-6 jam
2. Haloperidol Haloperidol
Dores
Serenace
Haldol
Govotil
Lodomer
Tab. 0,5-1,5 mg
Tab. 5 mg
Cap. 5 mg
Tab. 1,5 mg
Tab. 0,5-1,5 mg
Tab. 5 mg
Liq. 2 mg / ml
Amp. 5 mg / cc
Tab. 2-5 mg
Tab. 2-5 mg
Tab. 2-5 mg
5-15 mg / hr
5-10 mg (i.m)
setiap 4-6 jam
5-10 mg (i.m)
setiap 4-6 jam
13
Haldol Decanoas
Amp. 5 mg / cc
Amp. 50 mg / cc
50 mg (i.m) setiap
2-4 minggu
3. Perphenazine Perphenazine
Trilafon
Tab. 4 mg
Tab. 2-4-8 mg
12 – 24 mg / hr
4. Fluphenazine
Fluphenazine
decanoate
Anatensol
Modecate
Tab. 2,5 -5 mg
Vial 25 mg / cc
10-15 mg / hr
25 mg (i.m) setiap
2-4 minggu
5. Trifluoperazine Stelazine Tab. 1-5 mg 10-15 mg/hr
6. Thloridazine Melleril Tab. 50-100 mg 150-300 mg /hr
7. Sulpiride Dogmatil Forte Amp. 100 mg/ 2
cc
3-6 amp/hr (im)
300-600 mg / hr
8. Pimozide Orap Forte Tab. 4 mg 2-4 mg/ hr
9. Risperidone Risperidone
Risperdal
Risperdal Consta
Neripros
Persidal
Rizodal
Zofredal
Tab. 1-2-3 mg
Tab. 1-2-3 mg
Vial 25 mg / cc
Vial 50 mg/cc
Tab. 1-2-3 mg
Tab. 1-2-3 mg
Tab. 1-2-3 mg
Tab. 1-2-3 mg
2-6 mg / hr
25-50 mg (im)
setiap 2 minggu
10. Clozapine Clozaril
Sizoril
Tab. 25-100 mg
Tab. 25-100 mg
25-100 mg / hr
11. Quetiapine Seroquel Tab. 25-100 mg
Tab. 200 mg
50-400 mg / hr
12. Olanzapine Zyprexa Tab. 5-10 mg 10-20 mg / hr
13. Zotepine Lodorin Tab. 25-50 mg 75 – 100 mg / hr
14. Aripiprazole Abilify Tab. 10-15 mg 10- 15 mg / hr
14
Penggolongan(10)
I. Obat anti-psikosis tipikal (typical anti psychotics)
1. Phenothiazine
- rantai Aliphatic : Chlorpromazine (Largactil)
- rantai Piperazine : Perphenazine (Trilafon)
Trifluoperazine (Stelazine)
Fluphenazine (Anatensol)
- rantai Piperidine : Thioridazine (Melleril)
2. Butyrophenone : Haloperidol (Haldol, Serenace, dll)
3. Diphenyl-butyl- : Pimozide (Orap)
Piperidine
II. Obat anti-psikosi atipikal (atypical anti psychotics)
1. Benzamide : Supiride (Dogmatil)
2. Dibenzodiazepine : Clozapine (Clozaril)
Olanzapine (Zyprexa)
Quetiapine (Seroquel)
Zotepine (Ludopine)
3. Benzisoxale : Risperidone (Risperdal)
Aripiprazole (Ability)
2. Terapi elektro konvulsi (TEK)
Dapat dikatakan bahwa terapi konvulsi dapat memperpendek serangan
skizofrenia dan mempermudah kontak dengan penderita. Akan tetapi
terapi ini tidak dapat mencegah serangan yang akan datang.(3)
3. Psikoterapi dan rehabilitasi
Psikoterapi yang dapat membantu penderita ialah psikoterapi ialah
psikoterapi supportif individual atau kelompok, serta bimbingan yang
praktis dengan maksud untuk mengembalikan penderita ke masyarakat. (3)
15
II.8 PROGNOSIS
Dengan pengobatan yang moderen, bila penderita datang berobat dalam
tahun pertama setelah seranagan pertama, maka kira-kira sepertiga dari
mereka akan sembuh. Sepertiga yang lain dapat dikembalikan ke masyarakat
walaupun masih didapati cacat sedikit dan mereka harus sering diperiksa dan
diobati selanjutnya . yang sisanya biasanya mempunyai prognosis yang jelek,
mereka tidak dapat berfungsi dalam masyarakat dan menuju kemunduran
mental, sehingga mungkin mejadi penghuni tetap dirumah sakit jiwa.(3)
ECT sangat efektif dalam pengobatan skizofrenia katatonik pada fase akut,
namun memiliki tingkat kekambuhan yang tinggi dalam kurun waktu satu
tahun. Untuk skizofrenia katatonik yang kronis memiliki prognosis yang
buruk, sedangkan untuk skizifrenia katatonik fase akut secara umum memiliki
prognosis yang baik, tetapi prognosis jangka panjang mungkin tergantung
pada penyebab yang mendasari katatonia tersebut.(7)
II.9 KOMPLIKASI
Jika pasien skizofrenia katatonik dibiarkan tidak makan atau minum untuk
waktu yang lama hal ini akan menyebabkan dehidrasi dan komplikasi yang
menyertainya. Imobilitas pada katatonia dapat menyebabkan meningkatnya
resiko trombosis vena. Skizofrenia katatonik dapat menimbulkan resiko yang
signifikan membahayakan diri dan orang lain.(7)
16
BAB III
PENUTUP
III.1 KESIMPULAN
Skizofrenia katatonik atau disebut juga katatonia, biasanya bersifat akut
serta sering didahului oleh stres emosional. Mungkin terjadi gaduh gelisah
katatonik atau stupor katatonik. Pengobatan pada skizofrenia katatonik pada
dasarnya sama, dan kebanyakan pasien merespon dengan baik pada
pemberian benzodiazepin atau ETC.Untuk menentukan diagnosis dari
skizofrenia residual, PPDGJ III dapat digunakan sebagai pedoman. Menurut
PPDGJ III pedoman diagnostik untuk Skizofrenia Katatonik (F20.2) adalah
persyaratan berikut harus dipenuhi semua)
Memenuhi kriteria umum untuk diagnosis skizofrenia.
Satu atau lebih dari perilaku berikut ini harus mendominasi gambaran
klinisnya :
(a) stupor (amat berkurangnya dalam reaktivitas terhadap lingkungan dan
dalam gerakan serta aktivitas spontan) atau mutisme (tidak berbicara):
(b) Gaduh gelisah (tampak jelas aktivitas motorik yang tak bertujuan, yang
tidak dipengaruhi oleh stimuli eksternal)
(c) Menampilkan posisi tubuh tertentu (secara sukarela mengambil dan
mempertahankan posisi tubuh tertentu yang tidak wajar atau aneh);
(d) Negativisme (tampak jelas perlawanan yang tidak bermotif terhadap
semua perintah atau upaya untuk menggerakkan, atau pergerakkan kearah
yang berlawanan);
(e) Rigiditas (mempertahankan posisi tubuh yang kaku untuk melawan
upaya menggerakkan dirinya);
(f) Fleksibilitas cerea ”waxy flexibility” (mempertahankan anggota gerak
dan tubuh dalam posisi yang dapat dibentuk dari luar); dan
17
(g) Gejala-gejala lain seperti “command automatism” (kepatuhan secara
otomatis terhadap perintah), dan pengulangan kata-kata serta kalimat-
kalimat.
Pada pasien yang tidak komunikatif dengan manifestasi perilaku dari
gangguan katatonik, diagnosis skizofrenia mungkin harus ditunda sampai
diperoleh bukti yang memadai tentang adanya gejala-gejala lain. Penting
untuk diperhatikan bahwa gejala-gejala katatonik bukan petunjuk diagnostik
untuk skizofrenia. Gejala katatonik dapat dicetuskan oleh penyakit otak,
gangguan metabolik, atau alkohol dan obat-obatan, serta dapat juga terjadi
pada gangguan afektif.
18
Daftar Pustaka
1. Harold I.Kaplan M, Benjamin J.Sadock M. Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat.
jakarta: widya medika; 1998.
2. Sp.Kj DrM. buku saku Diagnosis Gangguan Jiwa PPDGJ III. III ed. Maslim
DR, editor. jakarta: bagian ilmu kedokteran jiwa FK-unika atmajaya; 2001.
3. Maramis WF. catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. surabaya: Airlangga university
press; 2001.
4. Tandon R, Hecker S, Bustillo J, M.Barch D, Gaebel W, E.Gur R, et al.
Schizophrenia Research. elsevier. 2013:27-8.
5. Rajagopal s. Catatonia. Advances In Psychiatric Treatment. london2007. p. 51-
9.
6. Erick Messias M, Phd, Chuan-Yu Chen P, William W.Eatton P. Epidemiology
Of Schizopherenia. NIH Public Acces. 2007;3(30):3.
7. Albayrak Y, Kuloglu M. A Catatonic Schizophrenia Case Treated Effectively
with Aripiprazole. bulletin of Clinical Psychopharmacology,. 2013;23:257.
8. Sasaki T, Hashimoto T, Niitsu T, Kanahara N, Iyo M. Treatment Of Refractory
Catatonic Schizophrenia With Low Dose Aripiprazole. annals of general
psychiatry. 2012:11-2.
9. McGrath JJ, Susser ES. New Directions In The Epidemiology Of
Schizophrenia. MJA. 2009;190:s7-s9.
10. Maslim Dr. Penggunaan Klinis Obat Psikoterapik. jakarta: bagian ilmu
kedokteran jiwa FK-unika atmajaya; 2007.
19