skripis usaha lulus total revisi new
TRANSCRIPT
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini bangsa Indonesia sedang melaksanakan Pembangunan Nasional
yang menyeluruh, baik di daerah perkotaan maupun daerah pedesaan secara terus
menerus. Pembangunan Nasional yang dilaksanakan merupakan usaha dan tekad
untuk mewujudkan cita–cita antara lain di sektor pendidikan yaitu untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa, berdasarkan UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif berusaha mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.1
Pendidikan juga merupakan kunci utama suatu bangsa dalam menyiapkan
masa depan agar sanggup bersaing dengan bangsa lain. Dunia pendidikan dituntut
untuk memberikan suatu respon yang lebih cermat terhadap perubahan-perubahan
yang berlangsung di masyarakat. Dengan adanya tantangan dan persaingan dalam
menghadapi masa depan yang ketat, maka para tenaga profesional khususnya guru
harus dipersiapkan untuk melaksanakan tugas secara profesional dan bertanggung
jawab dalam mengupayakan dan meraih keberhasilan pada saat menjalankan tugas
pendidikannya.
Harapan-harapan yang ingin dicapai melalui program pendidikan telah
dituangkan dalam tujuan pendidikan nasional kita sebagaimana tercantum dalam
pembukaan Undang – Undang Dasar 1945 berbunyi : “Negara melindungi segenap
1 (http://www.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2012/10/UU20-2003-Sisdiknas.pdf)1
2
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan umum mencerdaskan kehidupan bangsa”.2 Hal tersebut diperkuat
berdasarkan penjelasan tujuan pendidikan nasional didalam GBHN tahun 1993 No.
281, sebagai berikut:
Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila, bertujuan untuk meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan dan keterampilan, memperkuat budi pekerti, memperkuat kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah air, yang dapat menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan.
Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional di atas, maka guru
mengemban tugas serta peranan yang penting, karena tanpa guru yang sadar mengajar
dan membimbing siswa di dalam maupun diluar sekolah, maka tujuan pendidikan
nasional tidak akan tercapai. Dalam mencerdaskan kehidupan bangsa pada dasarnya
hanya mungkin dapat dilakukan melalui pendidikan, karena pendidikan memberikan
bekal kemampuan jasmaniah dan rohaniah melalui pemberian pengetahuan,
keterampilan dan nilai-nilai serta sikap tertentu guna menyesuaikan diri demi
kepentingan hidup dan kehidupan bangsa.
Maka upaya untuk membangun Negara dan bangsa Indonesia mutlak
diperlukan adanya pendidikan. Oleh karenanya sejak proklamasi kemerdekaan, kita
telah berusaha menempatkan dan menerapkan sistem pendidikan nasional yang
mantap dengan identitas nasional sesuai dengan tujuan Negara dan Bangsa Indonesia.
Upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu pendidikan seakan tidak pernah
berhenti. Banyak agenda reformasi yang telah, sedang, akan dilaksanakan. Reformasi
pendidikan adalah restrukturisasi pendidikan, yakni memperbaiki pola hubungan
sekolah dengan lingkungannya dan dengan pemerintah, pola pengembangan
2 UUD 1945, Tujuh Bahan – Bahan Pokok Indoktrinasi ( Jakarta: Panitia Pembina Jiwa Revolusi,2006), h. 43
3
perencanaan serta pola mengembangkan manajerialnya, pemberdayaan guru dan
restrukturisasi model-model pembelajaran ( Murphy, 1992 : 10 ).
Seperti tercantum dalam Undang - Undang Republik Indonesia No. 14 tahun
2005 tentang Guru dan Dosen yang berisi tentang : bahwa pembangunan nasional
dalam bidang pendidikan adalah upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan
meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang beriman, bertakwa, dan berakhlak
mulia serta menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni dalam mewujudkan
masyarakat yang maju, adil, makmur, dan beradab berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.3
Sebagai konsep dasar yang melandasi sistem pendidikan nasional tersebut:
bahwa pendidikan itu berlangsung seumur hidup. Merupakan tanggung jawab yang
harus dipikul bersama oleh keluarga, masyarakat, dan pemerintah. Maka pendidikan
mutlak diperlukan untuk pembangunan nasional.
Program pembangunan dibidang pendidikan bertujuan kearah pembangunan
pendidikan yang meliputi semua jenis dan jenjang pendidikan. Usaha itu tidak hanya
untuk memenuhi kebutuhan dan jumlah lembaga pendidikan guna menampung anak-
anak usia sekolah, akan tetapi sekaligus ditujukan untuk meningkatkan kualitas
pendidikan. Untuk mencapai sasaran tersebut tentu diperlukan berbagai upaya serta
sarana dan prasarana, termasuk peningkatan mutu para calon tenaga pendidikan serta
para pengelola pendidikan.
Guru merupakan faktor yang sangat dominan dan yang penting dalam
pendidikan formal pada umumnya karena bagi siswa guru sering dijadikan tokoh
teladan, bahkan jadi tokoh identifikasi diri. Oleh sebab itu, guru seyogyanya memiliki
prilaku dan kemampuan yang memadai untuk mengembangkan siswanya secara utuh. 3 Undang - Undang Republik Indonesia NO. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
4
Untuk melaksanakan tugasnya secara baik sesuai dengan profesi yang dimilikinya,
guru perlu menguasai berbagai hal sebagai kompetensi yang dimilikinya.
Disisi lain, guru harus memahami dan menghayati para siswa yang dibinanya
karena wujud siswa pada tiap saat tak akan pernah sama sebab perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang memberikan dampak serta nilai-nilai budaya
masyarakat Indonesia sangat mempengaruhi gambaran lulusan suatu sekolah yang
diharapkan. Oleh sebab itu, gambaran prilaku yang diharapkan dalam melaksanakan
proses belajar mengajar, guru mampu mengantisipasi perkembangan keadaan dan
tuntutan masyarakat pada masa yang akan datang.
Demikian pula guru dalam proses belajar mengajar harus memiliki
kemampuan tersendiri guna mencapai harapan yang dicita-citakan dalam
melaksanakan pendidikan pada umumnya dan proses belajar mengajar khususnya.
Untuk memiliki kemampuan tersebut guru perlu membina diri secara baik karena
fungsi guru itu sendiri adalah membina dan mengembangkan kemampuan siswa
secara profesional dalam proses belajar mengajar.
Proses belajar mengajar bertujuan mengembangkan potensi siswa secara
optimal, yang memungkinkan bahwa siswa dapat mencapai tujuan yang diharapkan
dan bertanggung jawab sebagai anggota masyarakat. Dalam mencapai tujuan tersebut
banyak faktor yang harus dipenuhi serta diperhatikan oleh guru, baik secara langsung
maupun tidak langsung yang dapat mempengaruhi proses belajar mengajar siswa.
Diantara faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam proses belajar mengajar
adalah faktor kemampuan guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar sebab
didalam proses belajar mengajar terdapat bermacam-macam perbedaan. Perbedaan
tersebut antara lain disebabkan oleh kemampuan guru dalam mengajar, pengetahuan
5
yang dimilikinya, dan latar belakang pendidikannya. Seperti yang diungkapkan oleh
Soetjipto dan Kosasi : “ Semakin tinggi profesional guru semakin tinggi pula prestasi
belajar siswa. Hal ini dapat dimengerti, karena proporsi dalam kemampuan guru
adalah penyelenggaraan proses belajar mengajar ”.4
Juga para siswa yang mengikuti pelajaran belum tentu menangkap apa yang
telah disampaikan oleh guru. Sering kali guru tidak memberikan respon terhadap
tingkah laku siswa di dalam kelas. Bila hal ini sering terjadi pada siswa maka sedikit
sekali kemungkinan siswa memperoleh prestasi yang diharapkan. Keberhasilan siswa
dalam belajar dapat dipengaruhi oleh pihak siswa sendiri dan dari luar pihak siswa.
Yang dapat mempengaruhi dari pihak siswa ialah bakat, motivasi belajar, ketekunan,
waktu dan kelengkapan sarana pendidikan dirumah, sedangkan dari luar pihak siswa
misalnya kemampuan guru yang baik kondisi dan kedisiplinan sekolah serta dorongan
dan perhatian orang tua.
Dapat dikatakan pencapaian prestasi belajar oleh para siswa bukan hanya
ditentukan oleh sekolah, pola struktur, dan isi kurikulum akan tetapi sebagian besar
ditentukan oleh kompetensi profesional guru yang mengajar dan membina mereka.5
Agar guru mampu mengemban dan melaksanakan tanggung jawabnya maka setiap
guru harus memiliki berbagai kompetensi yang relevan dengan tugas dan tanggung
jawabnya tersebut. Dia harus menguasai cara belajar yang efektif, harus mampu
membuat satuan model pembelajaran, mampu memahami kurikulum secara baik,
mampu mengajar dikelas, mampu menjadi model bagi siswa, mampu memberikan
nasehat dan petunjuk yang berguna, menguasai teknik-teknik memberikan bimbingan
4 Soetjipto & Kosasi, Kemampuan Profesional Guru ( Jakarta: Ilmu Pendidikan, 2007 ), h. 1875 Pengaruh Kompetensi Profesional Guru Terhadap Prestasi Belajar Siswa Mata Pelajaran Ekonomi ( Jurnal ilmu pendidikan dan ilmu sosial, Vol. 11, No. 2, 2010 )
6
dan penyuluhan, mampu menyusun dan melaksanakan prosedur penilaian kemajuan
belajar dan sebagainya.
Seperti yang dijelaskan oleh Shapero : “ ...Critical resource in any excellent
teaching learning activities… ” Guru merupakan unsur manusiawi yang sangat dekat
hubungannya dengan anak didik dalam upaya pendidikan sehari - hari di sekolah.6
Semakin jelas bahwa faktor kemampuan sangat penting dimiliki oleh setiap
guru dalam proses belajar mengajar. Prestasi belajar adalah suatu hasil yang dicapai
seseorang setelah melakukan kegiatan belajar mengajar. Untuk mengetahui prestasi
belajar siswa di sekolah guru dapat melakukan evaluasi yang dapat dijadikan sebagai
suatu barometer untuk mengukur berhasil atau tidak, memuaskan atau tidak
memuaskan masing-masing siswa.
Kemampuan dan keterampilan yang dimiliki guru, proses pendidikan dan
pengajaran yang dikembangakan secara maksimal akan mempengaruhi kondisi dan
situasi belajar mengajar sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
Lemahnya prestasi belajar siswa pada umumnya dipengaruhi oleh tiga faktor
yaitu faktor dalam diri siswa, faktor lingkungan dan faktor pendekatan belajar.7
Kemampuan siswa berpengaruh besar terhadap prestasi belajar, diantaranya sikap dan
minat belajar siswa, motivasi belajar siswa, strategi belajar siswa, konsentrasi belajar
siswa. Selain faktor kemampuan masing-masing siswa yang bersangkutan. Faktor
yang berasal dari luar juga ikut mempengaruhi prestasi belajar siswa diantaranya,
guru, peran orang tua, masyarakat dan yang terakhir faktor pendekatan belajar
(approach to learning) yaitu jenis upaya belajar siswa (kebiasaan) yang meliputi
strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran
6 Shapero, Peningkatan Profesionalisme Guru Sekolah Dasar ( Jakarta: Bumi Aksara, No.2, 2007 ), h. 47 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar (Jakarta : Rineka Cipta, 2008), h. 132
7
materi pelajaran. Ketiga faktor tersebut saling mempengaruhi satu sama lainnya
dalam prestasi belajar siswa.
Tingkat prestasi belajar siswa merupakan bagian dari dampak kepemilikan
kompetensi guru yang memadai dalam proses belajar mengajar. Prestasi belajar siswa
biasanya dilihat dari kualitas atau perubahan yang ditunjukan siswa setelah mengikuti
pembelajaran, sehingga dapat dinilai melalui sejauh mana kebutuhan belajar siswa
dapat dipenuhi secara optimal oleh guru dengan melihat indikator-indikator yang
mempengaruhi mutu lulusan, yaitu melalui Standar Kompetensi Lulusan (SKL).
Standar kompetensi lulusan menurut Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 1 ayat 4 menjelaskan bahwa “ kualifikasi
kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan ”. Pasal 26
ayat 2 PP tersebut berbunyi standar kompetensi lulusan pada satuan pendidikan
menengah umum bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, ahlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti
pendidikan lebih lajut.
Salah satu lingkungan belajar yang paling dominan mempengaruhi prestasi
belajar adalah kualitas pengajaran. Kualitas pengajaran ini berupa kompetensi
profesional yang harus dimiliki oleh guru. Karena kemampuan mengajar merupakan
penentu keberhasilan proses pembelajaran siswa yang pada dasarnya akan
menimbulkan dampak bagi prestasi belajar, hal tersebut diperkuat oleh pendapat
Alhumami : Guru tetap merupakan faktor determinan dalam menentukan tinggi
rendahnya mutu pendidikan.8 Prestasi belajar siswa juga ditentukan oleh standar
penilaian pendidikan yaitu standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan
8 Alhumami, Profesionalisme Guru SMA : Harapan, Tantangan, dan Tuntutan Mendesak Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Vol. 3 No. 2 (Jurnal Pendidikan Widya Tama, Juni, 2006), h. 81 – 93
8
mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik. Dengan
mengikuti mekanisme tersebut diharapkan hasil belajar siswa dapat meningkat sesuai
dengan standar yang ditetapkan oleh pemerintah melalui standar Ujian Nasional
(UN).
Dalam hal ini guru selaku pendidik bertanggung jawab mewariskan nilai-nilai
dan norma-norma kepada generasi muda. Guru akan melaksanakan tanggung
jawabnya apabila dia memiliki suatu kompetensi dari semua aspek pendidikan,
meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi sosial, kompetensi profesional dan
kompetensi kepribadian.9 Terutama guru dituntut untuk memiliki suatu kompetensi
yang disebut dengan kompetensi profesional guru agar memperoleh gambaran
penjabaran dan deskripsi yang jelas mengenai konsep kompetensi profesional.
Kenyataan yang ditemukan dilapangan, guru banyak mengalami masalah
dalam menjalankan profesinya dengan baik yang disebabkan adanya keterbatasan atau
ketepatan waktu serta kurangnya tenaga pengajar dalam suatu lembaga pendidikan
memberikan celah seorang guru untuk mengajar yang tidak sesuai dengan
keahliannya. Sehingga yang menjadi imbasnya adalah siswa sebagai anak didik tidak
mendapatkan hasil pembelajaran yang maksimal.
Selain itu, terkadang faktor Komunikasi guru dan siswa juga ikut
mempengaruhi kesulitan siswa dalam belajar, sebagai contoh kurang jelasnya seorang
guru dalam menyampaikan materi sehingga siswa sukar untuk dipahami atau
dimengerti oleh siswa-siswanya. Padahal siswa ini adalah sasaran pendidikan yang
dibentuk melalui bimbingan, keteladanan, bantuan, latihan, pengetahuan yang
maksimal, kecakapan, keterampilan, nilai, sikap yang baik dari seorang guru.
9 E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (PT. Remaja Rosda Karya: Bandung, Cet. Ke-3, 2008)
9
Maka hanya dengan seorang guru profesional hal tersebut dapat terwujud
secara utuh, sehingga akan menciptakan kondisi yang menimbulkan kesadaran dan
keseriusan dalam proses kegiatan belajar mengajar. Dengan demikian, apa yang
disampaikan seorang guru akan berpengaruh terhadap hasil pembelajaran. Sebaliknya,
jika hal di atas tidak terealisasi dengan baik, maka akan berakibat ketidakpuasan
siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar.
Tidak kompetennya seorang guru dalam penyampaian bahan ajar secara tidak
langsung akan berpengaruh terhadap hasil dari pembelajaran. Karena proses
pembelajaran tidak hanya dapat tercapai dengan keberanian, melainkan faktor
utamanya adalah kompetensi yang ada dalam pribadi seorang guru. Keterbatasan
pengetahuan guru dalam penyampaian materi baik dalam hal metode ataupun
penunjang pokok pembelajaran lainnya akan berpengaruh terhadap pembelajaran.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul Hubungan Kompetensi Profesionalisme Guru
Dengan Prestasi Belajar Siswa Di Sekolah Menengah Atas Negeri 44 Jakarta Timur.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka dapat
diidentifikasikan sebagai berikut :
1. Kurangnya pengembangan sikap atau kompetensi Profesionalisme guru.
2. Kurang tepatnya penggunaan kurikulum dalam kegiatan belajar mengajar.
3. Kurang tepatnya penggunaan metode dalam kegiatan belajar mengajar.
4. Kurangnya kreatifitas dalam proses belajar mengajar.
5. Kurangnya komunikasi antar pengajar dan siswa.
10
6. Kurang tingginya standar evaluasi yang diberikan.
C. Pembatasan Masalah
Agar masalah dalam penelitian ini lebih fokus dan tidak menyimpang dari apa
yang ingin diteliti, maka penulis membatasi penelitian ini pada permasalahan sebagai
berikut:
a. Secara garis besar, permasalahan yang menyangkut dengan profesionalisme guru
sangat kompleks sekali. Adapun pada skripsi ini, kompetensi profesionalisme
guru yang dimaksud adalah yaitu guru yang memiliki kompetensi, guru yang
berkualitas yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa. Kompetensi guru
yang akan diteliti dalam skripsi ini dibatasi ke dalam empat kategori, yakni;
merencanakan program belajar mengajar, menguasai bahan pelajaran,
melaksanakan dan memimpin atau mengelola proses belajar mengajar, serta
menilai kemajuan proses belajar mengajar.
b. Sedangkan prestasi belajar yang dimaksud dalam skripsi ini adalah kemampuan
siswa yang diperoleh dari penilaian aspek kognitif, afektif dan psikomotorik yang
dapat dilihat dari hasil belajar siswa berupa nilai rapor.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah yang akan
diteliti adalah:
a. Proses kompetensi profesionalisme guru di Sekolah Menengah Atas Negeri 44
Jakarta Timur.
b. Hasil prestasi belajar siswa di Sekolah Menengah Atas Negeri 44 Jakarta Timur.
11
c. Korelasi antara kompetensi profesionalisme guru dengan prestasi belajar siswa di
Sekolah Menengah Atas Negeri 44 Jakarta Timur.
E. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui bagaimana Prestasi Belajar di kelas X (sepuluh) di Sekolah
Menengah Atas Negeri 44 Jakarta Timur ?
2. Untuk mengetahui bagaimana Kompetensi Profesional Guru kelas X (sepuluh) di
Sekolah Menengah Atas Negeri 44 Jakarta Timur ?
3. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh positif antara Kemampuan Profesional
Guru terhadap Prestasi Belajar siswa dalam proses belajar mengajar
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang hendak dicapai dari hasil penelitian ini:
1. Penelitian ini berguna untuk kepala sekolah untuk meningkatkan profesionalisme
dan kinerja guru.
2. Penelitian ini juga bermanfaat dalam rangka memperbaiki kegiatan pembelajaran
sekolah yang bersangkutan.
3. Melalui penelitian ini diharapkan guru mampu meningkatkan kualitas personal
dan profesional sebagai pendidik.
4. Bagi lembaga (instansi) yang terkait, diharapkan dapat menjadi bahan acuan
dalam meningkatkan kaderisasi pendidik baik untuk saat ini maupun untuk yang
akan datang.
5. Bagi penulis, dapat menambah wawasan dan mendapat informasi baru mengenai
pengetahuan tentang profesionalisme yang harus dimiliki seorang guru. Sehingga
13
BAB II
KERANGKA TEORI
A. Kompetensi Profesional Guru
1. Pengertian Kompetensi
Istilah kompetensi memiliki banyak makna, Usman menjelaskan bahwa:
“Kompetensi merupakan suatu hal yang menggambarkan kualifikasi atau kemampuan
seseorang, baik kualitatif maupun kuantitatif”.10
Pendapat lain mengenai kompetensi dikemukakan oleh Hall dan Jones yaitu:
“pernyataan yang menggambarkan penampilan suatu kemampuan tertentu secara bulat
yang merupakan perpaduan antara pengetahuan dan kemampuan yang dapat diamati dan
diukur”.11
Bertolak belakang dengan kedua pendapat di atas, kompetensi mengacu kepada
kemampuan melaksanakan sesuatu yang dapat diperoleh melalui pendidikan.
Kompetensi guru merupakan salah satu hal yang harus dimiliki oleh seorang guru dalam
jenjang pendidikan apapun karena kompetensi itu memiliki kepentingan tersendiri dalam
hubungan dengan kegiatan belajar mengajar dan hasil belajar yang diperoleh siswa,
karena tidak hanya ditentukan oleh kemampuan guru yang mengajar dalam membimbing
siswanya.
Sebagaimana diketahui, bahwa peningkatan mutu pendidikan dewasa ini tidak
dapat ditawar lagi. Lebih-lebih bila dikaitkan dengan kemajuan dibidang ilmu
pengetahuan dan teknologi yang demikian pesatnya. Selain itu dalam upaya menghadapi
era globalisasi peningkatan kualitas pendidikan perlu mendapatkan perhatian secara
serius pula, karena melalui pendidikan yang berkualitas tersebut dimungkinkan
10 Usman, Guru Profesional Implementasi KTSP, (Jakarta: Rajawali pers, 2011), h. 5111 Masnur. Muslich, KTSP (Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Konstektual), (Jakarta: Bumi Aksara, 2009)
13
14
terciptanya sumber daya manusia yang handal, yakni manusia yang mampu mengikuti
perkembangan IPTEK dan sekaligus dapat menangkal kemungkinan adanya efek-efek
negatif yang dapat merusak citra maupun kepribadian bangsa. Dengan demikian bangsa
Indonesia nantinya diharapkan mampu bersaing dengan Negara-negara lain di dunia.
Dalam kaitannya dengan upaya peningkatan kualitas pendidikan, sesungguhnya
banyak faktor yang turut menentukan. Salah satu faktor yang dianggap penting dan
mempunyai peran yang sangat strategis adalah faktor tenaga kependidikan, khususnya
guru. Guru merupakan suatu profesi yang memiliki peran strategis dalam upaya
menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas.
Secara umum profesi diartikan sebagai suatu pekerjaan yang memerlukan
pendidikan lanjut didalam science dan teknologi yang dipergunakan sebagai perangkat
dasar untuk diimplementasikan dalam berbagai kegiatan bermanfat.12 Pendapat di atas
makin diperkuat oleh Ornstein dan Levine yang menyatakan bahwa profesi itu adalah
jabatan yang :
a) Melayani masyarakat, merupakan karir yang akan dilaksanakan sepanjang
hayat ( tidak berganti-ganti pekerjaan)
b) Memerlukan bidang ilmu dan keterampilan tertentu di luar jangkauan
khalayak ramai.
c) Menggunakan hasil penelitian dan aplikasi dari teori dan praktek.
d) Memerlukan pelatihan khusus dengan waktu yang panjang.
e) Adanya persyaratan khusus yang ditentukan untuk dapat mendudukinya.
f) Mempunyai komitmen terhadap jabatan, dengan penekanan terhadap layanan
yang akan diberikan.
12 Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006), h. 131
15
g) Mempunyai organisasi yang diatur oleh anggota profesi sendiri.
h) Mempunyai kode etik untuk menjelaskan hal-hal yang meragukan atau yang
menyangsikan yang berhubungan dengan layanan yang diberikan.
i) Mempunyai kadar kepercayaan yang tinggi dari publik dan kepercayaan dari
tiap anggotanya.13
Jelas sekali bahwa jabatan guru memenuhi kriteria ini. Karena mengajar
melibatkan upaya-upaya yang sifatnya sangat dominasi kegiatan intelektual. Lebih lanjut
dapat diamati bahwa kegiatan-kegiatan yang dilakukan anggota profesi ini adalah dasar
semua kegiatan profesional lainnya. Oleh karena itu mengajar seringkali disebut sebagai
ibu dari segala macam profesi.
Guru merupakan faktor dominan dan paling penting dalam pendidikan formal
pada umumnya karena bagi siswa guru sering dijadikan tokoh teladan, bahkan menjadi
tokoh identifikasi diri. Oleh sebab itu, guru seyogyanya memiliki perilaku dan
kemampuan yang memadai untuk mengembangkan siswanya secara utuh. Guru sebagai
“kuli pendidikan” yang profesional di kelas pembelajaran siswa menuju kepribadian
yang utuh, menyaratkan sepuluh kompetensi dasar yang harus melekat padanya. Menurut
Nana Sudjana, A. Muri Yusuf, dan Rochman Natawijaya sebagaimana dikutip
Syafruddin Nurdin sebagai berikut:
a) Menguasai bahan yang akan diajarkan,b) Mengelola program belajar mengajar,c) Mengelola kelas,d) Menggunakan media/sumber belajar,e) Menguasai landasan-landasan kependidikan,f) Mengelola interaksi belajar dan mengajar,g) Menilai dan meningkatkan prestasi siswa,h) Mengenal fungsi dan program bimbingan dan penyuluhan,i) Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah,j) Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil-hasil penelitian. 14
13 Soetjipto dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, (Jakarta : Dikbud, 2008), h. 1414 Ahmad Barizi, Menjadi Guru Unggul ( Jogyakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2009), h. 150
16
Selain harus memiliki sepuluh kompetensi dasar, guru juga perlu menguasai
beberapa kompetensi guru yang wajib dimiliki untuk melaksanakan tugasnya secara baik
sesuai dengan profesi yang dimilikinya,. Kompetensi guru itu mencakup Kompetensi
Pedagogik, Kompetensi Kepribadian, Kompetensi Sosial, dan Kompetensi Profesional.15
1. Kompetensi Pedagogik, yaitu kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang meliputi: a) konsep, struktur, dan metoda keilmuan/teknologi/seni; b) materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah; c) hubungan konsep antar mata pelajaran terkait; d) penerapan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari; dan e) kompetisi secara profesional dalam konteks global dengan tetap melestarikan nilai dan budaya nasional.2. Kompetensi Kepribadian, yaitu merupakan kemampuan kepribadian yang: a) mantap; b) stabil; c) dewasa; d) arif dan bijaksana; e) berwibawa; f) berakhlak mulia; g) menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat; h) mengevaluasi kinerja sendiri; dan i) mengembangkan diri secara berkelanjutan.3.Kompetensi Profesional, yaitu merupakan kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang meliputi: a) konsep, struktur, dan metoda keilmuan/teknologi/seni yang menaungi/koheren dengan materi ajar; b) materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah; c) hubungan konsep antar mata pelajaran terkait; d) Penerapan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari; dan e) kompetisi secara profesional dalam konteks global dengan tetap melestarikan nilai dan budaya nasional.4.Kompetensi Sosial yaitu merupakan kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk : a) berkomunikasi lisan dan tulisan; b) menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional; c) bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/wali peserta didik; dan d) bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar.Kompetensi guru adalah salah satu faktor yang mempengaruhi tercapainya tujuan
pembelajaran dan pendidikan di sekolah, namun kompetensi guru tidak berdiri sendiri
tetapi dipengaruhi oleh faktor latar belakang pendidikan, pengalaman mengajar dan
lamanya mengajar.16 Disisi lain, guru harus memahami dan menghayati para siswa yang
dibinanya karena wujud siswa setiap saat tidak akan sama sebab perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang memberikan dampak serta nilai-nilai budaya
masyarakat Indonesia sangat mempengaruhi gambaran para lulusan suatu sekolah yang
diharapkan. Oleh sebab itu, gambaran perilaku guru yang diharapkan sangat sangat
15 UU No. 14 Tahun 2006 Tentang Guru dan Dosen Pasal 1016 Hamzah B. Uno, Profesi Kependidikan Problema, Solusi dam Reformasi Pendidikan di Indonesia (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 64
17
mempengaruhi dan dipengaruhi oleh keadaan itu sehingga dalam melaksanakan proses
belajar mengajar, guru diharapkan mampu mengantisipasi perkembangan keadaan dan
tuntutan masyarakat pada masa yang akan datang.
Demikian juga dalam proses belajar mengajar harus memiliki kemampuan
tersendiri guna mencapai harapan yang dicita-citakan dalam melaksanakan pendidikan
pada umumnya dan proses belajar mengajar pada khususnya. Untuk memiliki
kemampuan tersebut guru perlu membina dan mengembangkan kemampuan siswa, baik
personal, profesional maupun profesi. Kompetensi guru dapat dinilai penting sebagai alat
seleksi dalam penerimaan calon guru, juga dapat dijadikan sebagai pedoman dalam
rangka pembinaan dan pengembangan tenaga guru, serta juga penting dalam
hubungannya dengan kegiatan belajar dan prestasi belajar siswa.17
2. Pengertian Profesional
Guru sebagai jabatan profesional memerlukan keahlian khusus karena sebagai
suatu profesi, guru harus memiliki syarat-syarat meliputi fisik, psikis, mental moral dan
intelektual. Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang
dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau
kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan
pendidikan profesi.18
Guru yang profesional adalah guru yang memiliki kompetensi sesuai dengan
persyaratan yang dituntut oleh profesi keguruan. Dimana setiap keputusan dari tindakan
yang akan dijalankan hendaklah didasarkan pada suatu rasionalitas. Maka pengenalan
dan pemahaman konsep merupakan sesuatu yang paling utama yang harus dimiliki setiap
tenaga pendidik profesional. Guru yang profesional akan tercermin dalam pelaksanaan
17 Hamzah B. Uno, Profesi Kependidikan Problema, Solusi dan Reformasi Pendidikan di Indonesia ( Jakarta: Bumi Aksara, 2009 ), h. 6418 UU No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
18
pengabdian tugas-tugas yang ditandai dengan keahlian baik dalam materi maupun
metode.19
3. Pengertian Kompetensi Profesionalisme Guru
Guru sebagai jabatan Profesional memerlukan suatu kompetensi yang dapat
mendukung dan melaksanakan tugasnya. Kompetensi tersebut merupakan modal dasar
seorang guru untuk dapat menjalankan profesinya dengan baik. Guru hendaknya
memiliki seperangkat kompetensi tertentu. Setiap kompetensi tersebut dapat dicapai
dengan melalui sejumlah pengalaman belajar yang memadai. Menurut penjelasan Pasal
28 ayat (3) butir c dikemukakan bahwa yang dimaksud kompetensi profesional adalah
kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang
memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang
ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan.20
Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi secara luas dan
mendalam, sehingga dapat membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi
yang ditetapkan, dalam standar pendidikan nasional.21 Tiga tingkat kemampuan guru
selaku tenaga profesional, ialah tingkatan kemampuan pribadi, tingkatan guru sebagai
inovator, dan tingkatan guru sebagai pengembang.22
Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa guru sebagai seorang yang
bertanggung jawab atas keberhasilan pendidikan disekolah hendaknya memiliki tiga
tingkatan kemampuan yang harus dipenuhi, yaitu tingkatan kemampuan pribadi,
tingkatan guru sebagai inovator, dan tingkatan guru sebagai pengembang.
19 Surya, Guru Profesional Implementasi KTSP, (Jakarta: Rajawali pers, 2011), h. 4720 E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (PT. Remaja Rosda Karya: Bandung, No.3 2008), h. 13521 Pengaruh Kompetensi Profesional Guru Terhadap Prestasi Belajar Siswa Mata Pelajaran Ekonomi (Jurnal ilmu pendidikan dan ilmu sosial, Vol. 11, No. 2, 2010), Peraturan pemerintah No. 19 tahun 200522 Sardiman, A.M, Kemampuan Profesional Guru (Jakarta: Ilmu Pendidikan, No.2 2005), h. 185
19
Keterampilan dasar guru tersebut sudah barang tentu dipahami dan selalu
dilakukan oleh guru dalam melaksanakan tugasnya. Guru yang berkualitas adalah guru
yang profesional, artinya memiliki keterampilan melakukan tugas dengan sebaik-baiknya
sehingga tujuan pembelajaran yang direncanakan akan dapat dicapai secara efektif dan
efisien.
Sebagai suatu pedoman yang patut dipakai oleh para guru yang sejalan dengan
hal yang telah ditentukan tersebut, Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat
Pendidikan Guru dan Tenaga Teknis telah memberikan pedoman perangkat sejumlah
kemampuan yang harus dimiliki oleh guru adalah:
a) Mengembangkan Kepribadian.
b) Menguasai landasan kependidikan.
c) Menguasai bahan pengajaran.
d) Menyusun program pengajaran.
e) Melaksanakan program pengajaran.
f) Menilai hasil proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan.
g) Menyelanggarakan program bimbingan.
h) Menyelanggarakan administrasi sekolah.
i) Berinteraksi dengan teman sejawat dan masyarakat.
j) Menyelenggarakan penelitian sederhana untuk keperluan pengajaran.23
Sebagai seorang guru bukan hanya sekedar mengetahui apa itu kompetensi dasar
guru, tetapi betul-betul melaksanakan apa saja yang menjadi tugas dan perannya secara
profesional. Guru yang profesional akan lebih mampu menciptakan lingkungan yang
efektif dan menyenangkan serta akan lebih mampu mengelola kelasnya sehingga hasil
belajar siswa di tingkat optimal.
23 Mohammad Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2005), h. 16
20
Apabila hal tersebut dilaksanakan secara baik maka pendidikan ini akan berhasil
karena dikelola oleh tenaga-tenaga pendidik yang berkualitas, artinya memiliki
pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang memadai dalam melaksanakan tugas
sehari-hari.
4. Karakteristik Kompetensi Profesional Guru
Guru yang profesional akan melaksanakan fungsi dan tujuan sekolah khususnya
dan tujuan pendidikan umumnya, sudah barang tentu memiliki kemampuan sesuai
dengan tuntutan.
Sebagai profesional, guru dinilai mampu secara profesional apabila:
a) Guru tersebut mengembangkan tanggung jawab dengan sebaik-baiknya.
b) Guru tersebut mampu melaksanakan peran-perannya secara berhasil.
c) Guru tersebut mampu bekerja dalam usaha mencapai tujuan pendidikan di
sekolah.
d) Guru tersebut mampu melaksanakan perannya dalam proses belajar mengajar
di kelas.24
Setiap guru harus memenuhi persyaratan sebagai manusia yang bertanggung
jawab dalam bidang pendidikan. Guru sebagai pendidik bertangung jawab untuk
mewariskan nilai-nilai dan norma-norma kepada generasi berikutnya sehingga terjadi
proses konversasi nilai karena melalui proses pendidikan diusahakan terciptanya nilai-
nilai baru.
Fungsi dan peran guru sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan pendidikan
disekolah. Guru sebagai pendidik dan pengajar harus memiliki kestabilan emosi ingin
memajukan siswa, bersikap realistis, bersikap jujur dan terbuka, peka terhadap
perkembangan, terutama inovasi pendidikan. Untuk mencapai semua itu, guru harus
24 Cece Wijaya dan A. Tabrani Rusyan, Menjadi Guru Profesional (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2005), h. 17
21
memiliki dan menguasai berbagai jenis bahan pelajaran, menguasai teori dan praktek
kependidikan menguasai kurikulum dan metodologi pengajaran.
Guru sebagai anggota masyarakat harus pandai bergaul dengan masyarakat.
Untuk itu guru harus menguasai psikologi sosial, memiliki banyak pengetahuan tentang
hubungan antar manusia, dan sebagai anggota masyarakat, guru harus memiliki
keterampilan membina kelompok, keterampilan kerja sama dalam kelompok, juga
keterampilan menyelesaikan tugas-tugas bersama dalam kelompok.
Guru sebagai pimpinan harus mampu memimpin. Untuk itu harus memiliki
kepribadian, menguasai ilmu kepemimpinan, menguasai prinsip hubungan antar
manusia, teknik berkomunikasi, serta menguasai berbagai aspek kegiatan organisasi
yang ada di sekolah.
Guru sebagai pelaksana administrasi akan dihadapkan kepada administrasi-
administrasi yang harus dikerjakan disekolah. Untuk itu tenaga kependidikan harus
memiliki kepribadian, jujur, teliti, rajin, menguasai ilmu tata buku ringan, korespondensi,
penyimpanan arsip dan ekspedisi serta administrasi pendidikan lainnya. Guru sebagai
pengelola proses belajar mengajar, yakni harus menguasai berbagai metode mengajar
dan harus menguasai situasi belajar mengajar, baik di dalam maupun di luar kelas.
5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kompetensi Profesional Guru
Guru sebagai pendidik profesional mempunyai citra yang baik di masyarakat
apabila dapat mewujudkan kepada masyarakat bahwa ia layak menjadi panutan atau
teladan bagi masyarakat sekelilingnya. Bagaimana guru meningkatkan layanannya,
pengetahuannya, memberikan arahan dan dorongan kepada anak didiknya supaya dapat
meraih prestasi yang baik. Hal ini berhubungan dengan pola tingkah laku guru dalam
memahami, menghayati serta mengamalkan sikap kemampuan profesionalnya.
22
Guru mempunyai peran yang sangat penting dalam menentukan kualitas
pengajaran yang dilaksanakan. Dengan cara demikian maka kesempatan belajar para
siswa akan meningkat, sehingga akan meningkatkan pula prestasi belajar para siswanya.
Oleh karena itu guru hendaknya selalu berupaya menciptakan kiat-kiat mengajar yang
sesuai dengan kondisi siswanya. Guru yang berkualitas bukan berarti mempunyai
pendidikan yang tinggi dan pandai, namun pada hakekatnya mampu menciptakan kondisi
belajar mengajar yang efektif untuk mencapai keberhasilan yang tinggi.
Untuk dapat menjadi seorang guru yang profesional yaitu guru yang memiiki
motivasi tinggi sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Selain faktor-faktor yang
tumbuh dari dalam diri sendiri (faktor internal) juga dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor
yang datang dari lingkungannya (faktor eksternal).
Kedua faktor tersebut dapat dijelaskan bahwa seseorang akan memiliki tingkat
kemampuan profesional yang tinggi akan sangat dipengaruhi oleh faktor intrinsik atau
faktor internal, yaitu pengaruh atau dorongan diri pribadi yang ada dalam diri seseorang
seperti pembawaan, sikap, kebiasaan, latar belakang kehidupan, tingkat pendidikan,
pengalaman masa lampau, keinginan dan harapan di masa depan.
Sedangkan faktor ekstrinsik atau faktor eksternal adalah semua faktor yang
datang dari lingkungan dimana dia bekerja. Sebagai seorang guru maka pengaruh ini
datangnya baik dari teman guru yang lain, kepala sekolah, pengawas atau tokoh
masyarakat lainnya. Faktor ekstern ini biasanya berupa perudang-undangan, organisasi
profesi, teman sejawat, anak didik, tempat kerja, pimpinan dan pekerjaan.
Profesionalisme tenaga kependidikan memerlukan perjuangan jangka panjang
karena masih menghadapi berbagai hambatan dan tantangan. Untuk mengatur
keseluruhan tingkah laku dan sikap para anggota organisasi profesional tersebut harus
23
mempunyai kode etik profesional dengan kata lain, kode etik itu merupakan ukuran nilai
bagi para anggotanya untuk bertingkah laku dan bersikap dalam melaksanakan kegiatan
pelayanan kepada masyarakat.
Persatuan Guru Republik Indonesia menyadari pendidikan meupakan suatu
bidang pengabdian terhadap Tuhan Yang Maha Esa, Bangsa dan tanah air, kemanusiaan
pada umumnya dan Guru Indonesia yang berjiwa Pancasila serta Undang-Undang Dasar
1945 merasa turut bertanggung jawab pada terwujudnya cita-cita proklamasi
kemerdekaan Indonesia. Atas dasar itu guru Indonesia terpanggil untuk menunaikan
karyanya sebagai guru dengan berpedoman isi pernyataan berikut ini :
a) Guru berbakti membimbing peserta didik seutuhnya untuk membentuk
manusia pembangunan yang ber-Pancasila.
b) Guru memiliki kejujuran profesional dalam menerapkan kurikulum sesuai
dengan kebutuhan peserta didik masing-masing.
c) Guru mengadakan komunikasi terutama dalam memperoleh informasi peserta
didik, tapi menghindarkan diri dari segala penyalahgunaan.
d) Guru menciptakan suasana kehidupan sekolah dan memelihara hubungan baik
dengan orang tua bagi kepentingan peserta didik.
e) Guru memelihara hubungan baik dengan masyarakat yang lebih luas untuk
kepentingan pendidikan.
f) Guru secara sendiri-sendiri atau bersama-sama berusaha mengembangkan
mutu profesionalnya.
g) Guru menciptakan dan memelihara hubungan antar sesama guru baik
berdasarkan lingkungan kerja maupun dalam hubungan keseluruhan.
h) Guru secara bersama-sama memelihara, membina dan meningkatkan mutu
organisasi guru profesional sebagai sarana pengabdian.
i) Guru melaksanakan segala ketentuan yang merupakan kebijaksanaan
pemerintah.25
25 Zahara Idris dan Lisna Jamal, Pengantar Pendidikan (Jakarta:Gramedia Widiasarana Indonesia,2008), h. 44
24
Berkat adanya kode etik guru Indonesia, guru-guru di Indonesia mempunyai
pegangan untuk melaksanakan tugas profesionalnya. Masyarakat dan negara ingin agar
kode etik tersebut dapat dilaksanakan sebaik-baiknya sehingga disuatu pihak masyarakat
dapat jaminan pelayanan yang profesional dari guru, dilain pihak guru merasa dilindungi
dan dengan aman melaksanakan tugasnya serta mengembangkan dirinya.
6. Pelaksanaan Dalam Kegiatan Belajar Mengajar
Mengajar itu memang rumit, bukan hanya guru itu tahu banyak tentang bahan
pelajaran dan menguasainya, tetapi harus paham mengenai murid-muridnya dalam proses
belajar mengajar. Selain itu guru juga harus memiliki atau mengembangkan bakat untuk
mengajar di aspek seni.
Mengajar merupakan pekerjan yang rumit dan tidak ringan, guru menyampaikan
pelajaran di depan kelas, juga mendesain bahan pelajaran, memberi tugas-tugas, menilai
proses belajar murid, merencanakan kegiatan-kegiatan lain dan menegakan disiplin.
Disamping itu juga harus menyimpan dan memelihara catatan murid, mengatur dan
mengelola kelas, mengembangkan kegiatan-kegiatan belajar, berbicara kepada orang tua
murid dan bahkan melakukan bimbingan dan konseling bagi murid-muridnya.
Witherington, dalam buku Educational Psychology. Mengemukakan bahwa:
“Belajar adalah suatu perubahan dari dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai
suatu pola baru daripada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian,
atau suatu pengertian”.26 Jelas kiranya bahwa mengajar bukanlah pekerjaan yang
sederhana dan mudah. Diperlukan kesiapan mental yang memadai untuk melaksanakan
tugas mengajar itu.
Seseorang yang telah memiliki suatu karir, tentu biasanya akan berhasil baik bila
dia mencintai karirnya dengan sepenuh hati. Artinya dia mau melakukan apapun agar 26 Drs. M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), h. 84
25
karirnya dapat berhasil dengan baik. Komitmen dengan pekerjaannya, mau dan mampu
melaksanakan tugas dengan baik agar dapat memberikan layanan yang memuaskan.
Guru harus selalu dapat menyesuaikan kemampuan dan pengetahuannya dengan
keinginan peserta didik yang dipengaruhi oleh ilmu dan teknologi. Oleh karena itu guru
selalu dituntut untuk terus menerus meningkatkan dan mengembangkan pengetahuannya,
keterampilan dan mutu layanannya.
Dalam upaya meningkatkan kemampuan dalam menjalankan misi profesional,
dimana ilmu pengetahuan dan teknologi terus berkembang, guru harus terus menerus
mengembangkan diri agar wawasannya menjadi luas sehingga dapat mengikuti
perubahan dan perkembangan profesinya yang didasari oleh perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Rochman Natawijaya mengemukakan:
Beberapa upaya untuk dapat selalu mengikuti perkembangan itu adalah dengan meningkatkan kemampuan dan keahlian berbahasa asing, mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan khususnya yang berkaitan dengan proses belajar mengajar yang kemudian diusahakan penerapannya. Peningkatan kemamampuan daripada itu dapat dilakukan dengan upaya mengidentifikasikan dari berbagai faktor yang berpengaruh terhadap hasil belajar dan mendiskusikan masalah yang timbul dalam praktek.27
Guru harus dapat menjawab tantangan perkembangan masyarakat, jabatan guru
harus selalu dikembangkan dan dimuktahirkan. Dalam bersikap guru harus selalu
mengadakan pembaharuan sesuai dengan tuntutan dan tugasnya.
Kemantapan pribadi berpengaruh terhadap tugas yang dijalankannya demikian
juga dengan kemantapan pribadi guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar yang
diselenggarakannya. Karena dengan pribadi yang mantap dan mempunyai integritas yang
tinggi, setiap permasalahan yang dihadapi bisa terpecahkan, dan hal ini akan
berpengaruh pula terhadap ketenangan proses belajar mengajar. Kemampuan dan 27 Cece Wijaya dan A. Tabrani Rusyan. Masalah Masalah Ilmu Keguruan (Jakarta: PT. Bina Aksara,2008), h. 179
26
integritas pribadi harus dimiliki oleh setiap guru demi tercapainya tujuan pendidikan dan
mutu pendidikan.
Guru dimata masyarakat pada umumnya dan dimata siswa pada khususnya
merupakan panutan yang perlu dicontoh dan merupakan suri tauladan dalam kehidupan
sehari-hari. Guru merupakan tokoh yang diberi tugas dan beban untuk membina dan
membimbing masyarakat ke arah norma yang berlaku. Untuk itu guru perlu memiliki
kemampuan sosial dengan masyarakat dalam rangka menyelenggarakan proses belajar
mengajar yang efektif karena, dengan dimilikinya kemampuan sosial tersebut, otomatis
hubungan sekolah dengan masyarakat akan berjalan dengan lancar, sehingga jika ada
keperluan dengan orang tua siswa tentang masalah siswa yang perlu diselesaikan, tidak
terlalu sulit menghubungi orang tua tersebut.
Mengingat siswa dan orang tuanya berasal dari latar belakang pendidikan sosial
ekonomi keluarga yang berbeda, guru dituntut untuk mampu menghadapinya secara
individual dan ramah, guru diharapkan dapat menghayati perasaan siswa dan orang tua
yang dihadapinya sehingga ia dapat berhubungan dengan mereka lebih komunikatif.
Guru harus dapat menampilkan dirinya sedemikian rupa, sehingga kehadirannya
diterima oleh masyarakat. Untuk itu guru harus memahami kaidah-kaidah psikologis
yang melandasi prilaku manusia terutama yang berkaitan dengan hubungan antar
manusia.
Guru diharapkan dapat menjadi tempat mengadu oleh sesama teman sekerja dan
orang tua murid, dapat diajak berbicara mengenai berbagai kesulitan yang dihadapi guru
lain atau orang tua berkenaan dengan anaknya, baik dibidang pendidikan ataupun sosial.
Kemampuan guru menggambarkan kemampuan yang dituntut dari seseorang
yang memangku jabatan sebagai guru. Artinya kemampuan yang ditampilkan itu menjadi
27
ciri keprofesionalannya. Karena pada dasarnya pernyataan suatu kemampuan melukiskan
gabungan dari keterampilan dan kecakapan khusus.
Tidak semua kemampuan yang dimiliki seseorang menunjukan bahwa ia adalah
profesional, sebab kemampuan profesinya tidak hanya menunjukan apa dan bagaimana
melakukan pekerjaan semata-mata, tetapi juga menguasai rasional mengapa hal itu
dilakukan berdasarkan konsep dan teori tertentu.
Upaya meningkatkan kemampuan guru tidak dapat dilepaskan kaitannya dengan
kemampuan melaksanakan tugas. Guru sebagai tenaga-tenaga profesional sekurang-
kurangnya dituntut kemampuannya dalam melaksanakan tugas pokok yaitu
merencanakan proses belajar-mengajar, kemampuan menilai proses dan hasil belajar.
Kemampuan menilai prestasi belajar mengajar perlu dimiliki guru. Kemampuan
yang dimaksud adalah kemampuan mengukur perubahan tingkah laku siswa dan
kemampuan mengukur kemahiran dirinya dalam mengajar dan dalam membuat program.
Dalam pekerjaan evaluasi ada tiga sasaran yang hendak dicapai, yaitu :
Sasaran pertama berupa perubahan tingkah laku yang diharapkan terjadi pada
siswa belajar setelah proses belajar mengajar berlangsung.
Sasaran kedua adalah prestasi guru dalam mengajar dalam bentuk menyampaikan
bahan ajaran dengan baik atas penilaian pengawas atau masyarakat setempat, termasuk
penilaian dari para siswa sendiri.
Sasaran ketiga adalah derajat keunggulan program suatu pelajaran dibandingkan
dengan satuan pelajaran yang lainnya. Derajat keunggulan tersebut diukur dari
tujuannya, proses belajar mengajarnya, alat peraga yang digunakan, alat evaluasi yang
dibuatnya. Keunggulan itu terutama dilihat dari relevansi antara tujuan dengan
28
materinya, antara tujuan dan proses belajar mengajarnya, antara tujuan dan alat
evaluasinya.
Penilaian merupakan bagian integral dari proses belajar mengajar. Proses belajar
mengajar merupakan bentuk komunikasi antara pendidik dengan anak didik. Dalam
komunikasi itu terdapat pembentukan dan pengalihan pengetahuan, sikap, dan
keterampilan dari guru kepada siswa.
Pengetahuan dan keterampilan dalam penilaian akan sangat membantu tercapai
keefektifan proses belajar mengajar. Penilaian tidak hanya mengukur pembentukan dan
pengalihan, tetapi menilai sampai berapa jauh materi pelajaran yang dikuasai siswa,
disamping menilai dirinya sendiri dan program yang dibuatnya. Karena guru merupakan
jabatan profesional, pengetahuan dan keterampilan mengadakan atau melaksanakan
penilaian seperti diatas mutlak diperlukan.
B. Prestasi Belajar Siswa
1. Pengertian Prestasi
Banyak kegiatan yang dijadikan sarana untuk mendapatkan prestasi. Semuanya
tergantung dari profesi dan kesenangan masing-masing individu. Kegiatan mana yang
akan dituruti secara maksimal agar menjadi bagian dari diri secara pribadi.
Untuk lebih jelas tentang definisi prestasi Arifin dan kawan-kawan memberikan
penjelasan sebagai berikut :
Prestasi siswa merupakan kemampuan ranah kognitif, keterampilan dan sikap seseorang dalam usahanya menyelesaikan suatu hal atau masalah.28
Prestasi adalah hasil yang dicapai warga belajar setelah selesai mengikuti proses pembelajaran dalam kurun waktu tertentu.29
28 Arifin. Kemampuan Profesional Guru ( Jakarta: Ilmu Pendidikan, No.2, 2010 ), h. 18529 Waspodo,Muktiono. Strategi Pembelajaran dan Efikasi Diri dari Warga Belajar Terhadap Capaian Hasil Belajar. (Jurnal Ilmiah Visi 2007), h. 43-51
29
Dengan demikian maka dapat dapat diambil keputusan bahwa prestasi merupakan
akibat dari suatu kegiatan yang telah dilakukan seseorang dalam kegiatan belajar yang
ditunjukan melalui nilai tes.
2. Pengertian Belajar
Hilgar dan Bower, dalam buku Theories of Learning (1975) mengemukakan
“belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap suatu situasi
tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, di
mana perubahan tingkah laku itu dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon
pembawaan, kematangan, atau keadaan-keadaan saat seseorang (misalnya kelelahan,
pengaruh obat dan sebagainya)”.30
Belajar adalah proses perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya
interaksi antara individu dengan lingkungannya.31 Perubahan yang terjadi ketika belajar
berlangsung mempunyai aspek arahan (directional aspect). Kadang-kadang menimbulkan
suatu perubahan dalam arahan cita-cita kehidupan kita. Apabila perubahan itu merubah
sama sekali cara berfikir kita maka hal ini akan melibatkan dalam tujuan dan arahan
kehidupan kita.
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak sekali macamnya. Belajar
sebagai proses atau aktivitas diisyaratkan oleh banyak hal diantaranya :
a. Faktor faktor lingkunganFaktor lingkungan ini dapat bagi dua yaitu: faktor lingkungan alam/non sosial dan faktor lingkungan sosial.
b. Faktor faktor instrumentalFaktor instrumental terdiri dari gedung/sarana fisik kelas, sarana/alat pengajaran, media pengajaran, guru dan kurikulum serta strategi belajar mengajar
c. Faktor kondisi internal siswa
30 Drs. M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), h. 8431 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional (Bandung: PT Remaja Rosda karya, No. 2, 2005), h. 5
30
Faktor kondisi internal siswa terdiri dari kesehatan dan kebugaran fisik serta kondisi panca inderanya terutama penglihatan dan pendengaran.32
Semuanya harus kita atur sedemikian rupa, sehingga dapat membantu proses
secara maksimal. Letak sekolah atau tempat belajar misalnya harus memenuhi syarat
seperti ditempat yang tidak terlalu dekat dengan kebisingan atau jalan ramai, lalu
bangunan itu harus memenuhi syarat yang telah ditentukan dalam ilmu kesehatan
sekolah, demikian alat-alat pelajaran harus sedapat mungkin diusahakan memenuhi
syarat-syarat menurut pertimbangan didaktis, psikologis, dan pedagogis.
Faktor-faktor sosial dalam belajar adalah faktor manusia (sesama manusia), baik
manusia itu ada (hadir) maupun kehadirannya dapat disimpulkan, jadi tidak langsung
hadir. Kehadiran seseorang atau orang-orang lain pada waktu seseorang sedang belajar,
akan mengganggu kegiatan belajar tersebut: misalnya kalau suatu kelas sedang
melaksanakan ujian, lalu terdengar banyak suara anak-anak lain yang sedang bercakap-
cakap disamping kelas; atau seseorang sedang belajar di kamar, satu atau lebih seorang
anak hilir mudik keluar masuk kamar itu, dan sebagainya, kecuali kehadiran yang
langsung misalnya sebuah potret atau gambar yang mempresentasikan seseorang, suara
nyanyian yang sedang didengarkan lewat media audio juga merupakan representasi dari
seseorang.
Faktor-faktor sosial seperti yang dikemukakan di atas pada umumnya bersifat
mengganggu proses belajar yang mempengaruhi prestasi belajar siswa. Biasanya faktor
tersebut mengganggu konsentrasi, sehingga perhatian tidak dapat ditujukan kepada hal-
hal yang sedang dipelajari atau aktifitas belajar, dengan berbagai cara faktor-faktor
tersebut harus diatur supaya belajar dapat berlangsung dengan sebaik-baiknya.
32 Sabri,M.Alisuf,Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2007), h.59
31
Faktor fisiologis dalam belajar yaitu keadaan jasmani pada umumnya dan
keadaan fisiologis tertentu dapat dikatakan melatar belakangi aktifitas belajar. Keadaan
jasmani yang segar akan lain pengaruhnya dengan keadaan jasmani yang kurang segar.
Beberapa penyakit kronis sangat mengganggu kegiatan belajar, namun penyakit seperti
pilek, sakit gigi, batuk dan yang sejenis dengan itu biasanya diabaikan karena dipandang
tidak cukup serius untuk mendapatkan perhatian dan pengobatan akan tetapi dalam
kenyataannya penyakit-penyakit semacam ini sangat menganggu aktifitas belajar. Fungsi
jasmani tertentu terutama fungsi panca indra dapat dimisalkan sebagai gerbang pintu
masuknya pengaruh kedalam individu, orang-orang mengenal dunia dan sekitarnya dan
belajar dengan mempergunakan panca indranya. Berfungsinya panca indra merupakan
syarat untuk dapat berlangsungnya kegiatan belajar dengan baik.
Dalam sistem persekolahan dewasa ini, panca indra yang sangat memegang
peranan dalam belajar adalah mata dan telinga, karena itu adalah kewajiban sebagai
pendidik untuk menjaga, agar panca indra anak didiknya dapat berfungsi dengan baik,
baik penjagaan yang bersifat kuratif maupun yang bersifat preventif, seperti misalnya
adanya pemeriksaan dokter secara periodik, penyediaan alat-alat pelajaran serta
perlengkapan yang memenuhi syarat, dan penempatan murid-murid secara baik dikelas
dan sebagainya.
Faktor-faktor psikologis dalam belajar yaitu perlunya memberi perhatian khusus
kepada satu hal, yaitu hal yang mendorong aktifitas belajar anak. Pendidikan haruslah
berusaha untuk dapat mengenal kebutuhan yang paling dominan bagi anak didiknya.
Selanjutnya suatu pendorong yang biasanya besar pengaruhnya dalam belajar anak didik
ialah cita-cita. Cita-cita merupakan pusat dari bermacam-macam kebutuhan, artinya
32
kebutuhan biasanya disentralisasikan disekitar cita-cita itu, sehingga dorongan tersebut
mampu memobilisasi energi psikis untuk belajar.
Proses belajar tidak dapat dipisahkan peristiwanya, fakta tidak dapat diajarkan
sendiri, untuk setiap jenis tujuan didalam setiap jenis edukatif, terhadap setiap pelajar
dibutuhkan pemikiran yang matang mengenai metode yang akan dipakai oleh setiap
guru. Guru merupakan salah satu unsur dalam suatu sistem pendidikan, dimana guru
merupakan bagian yang memiliki tugas utama didalam mencapai tujuan pendidikan itu
sendiri. Hal ini jelas karena gurulah yang berhadapan langsung dengan para siswa,
sehingga guru memiliki peran yang sangat penting dalam mencapai tujuan yang
dimaksud.
3. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi belajar merupakan gambaran hasil yang dicapai akibat adanya pengajaran
atau latihan, dimana peristiwa dalam kondisi-kondisi yang ada pada batas-batas tertentu
dapat diketahui. Prestasi belajar erat kaitannya dengan kualitas dan intensitas
pengalaman belajar seseorang dalam rangka menginternalisasikan materi yang relevan
selama pengajaran. Seperti yang dikemukakan oleh M. Diah mengenai prestasi belajar
sebagai berikut:
Prestasi belajar adalah kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat, prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni: kognitif, afektif dan psikomotor, sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut.33
Penjelasan lain tentang Prestasi belajar oleh Cece Wijaya dan A. Tabrani Rusyan
di dalam buku Masalah Masalah Ilmu Keguruan, sebagai berikut:
a. Prestasi belajar merupakan pernyataan dalam bentuk angka dan nilai tingkah
laku.
33 (www.education-vionet.blogspot.com/2012/08/pengertian-prestasi-belajar-siswa)
33
b. Prestasi mengajar berupa pernyataan lingkungan yang mengamatinya melalui
penghargaan atas prestasi yang telah dicapainya.
c. Keunggulan program atau satuan pelajaran yang dibuatnya karena relevan
dengan kebutuhan siswa dan lingkungannya.34
Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar,
karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari
proses belajar.35 Jadi peran pengelola pendidikan selalu mengarahkan agar kegiatan
belajar mengajar dapat memperoleh prestasi yang semakin baik. Bagi seorang siswa
prestasi dapat dilihat dari hasil raport, kenaikan kelas, peringkat kelas, atau peringkat
sekolah.
4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Prestasi
Belajar merupakan proses kegiatan untuk mengubah tingkah laku bagi subjek
belajar (peserta didik) ternyata banyak faktor yang mempengaruhinya. Faktor psikologis
juga mempengaruhi kegiatan belajar, Thomas F. Staton akan menguraikan faktor-faktor
tersebut:
a) Motivasi,b) Konsentrasi,c) Reaksi,d) Organisasi,
34 Cece Wijaya dan A. Tabrani Rusyan. Masalah Masalah Ilmu Keguruan (Jakarta: PT. Bina Aksara,2008), h. 153.35 (http://al-muzhoffar.blogspot.com/2011/01/hubungan-profesionalisme-guru-dengan.html)
34
e) Pemahaman,f) Ulangan.36
Dalam kaitannya dengan prestasi belajar siswa, peran guru pun sangat
menentukan terhadap keberhasilan siswa. Guru merupakan faktor penting dalam
menunjang prestasi belajar siswa. Dalam hal ini guru harus memperhatikan kemampuan
dan mengatur tingkat penguasan materi pelajaran siswa. Oleh karena itu peran guru
dalam meningkatkan kemampuan anak didik, dengan memberi suri tauladan yang baik
sehingga siswa memiliki suatu keinginan untuk meningkatkan prestasi belajarnya.
5. Pengukuran Prestasi Belajar
Pengukuran adalah penilaian yang sifatnya kuantitatif, melukiskan suatu
peristiwa atau karakteristik dengan angka-angka. Pengukuran hasil belajar adalah
penilaian yang sifatnya kuantitatif yang dilakukan pada saat kegiatan belajar mengajar
berlangsung melalui tes, baik lisan maupun tulisan sehingga menghasilkan angka-angka
yang menunjukan hasil belajar bagi siswa.
Pengukuran memungkinkan guru membandingkan prestasi belajar seorang siswa
pada mata pelajaran tertentu dengan suatu standar atau ukuran, atau membandingkan
dengan prestasi belajar siswa-siswa yang lain. Pengukuran besar peranannya dalam
keputusan yang bersangkutan dalam tugas mengajar, apabila dilakukan dengan
semestinya pengukuran dapat menjadi data yang objektif
6. Ruang Lingkup Pengajaran Mata Pelajaran Ekonomi
Kegiatan pokok ekonomi dalam masyarakat terdiri dari produksi, distribusi dan
konsumsi. Pada masyarakat primitif hanya ada dua kegiatan ekonomi, yaitu produksi dan
konsumsi. Hal tersebut dikarenakan kebutuhan mereka masih dapat dipenuhi dengan
barang dan jasa yang mereka hasilkan sendiri. Namun dengan berkembangnya peradaban
36 Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2006), h. 40
35
manusia, tidak mungkin manusia dapat memenuhi kebutuhannya dengan barang hasil
produksinya sendiri sehingga timbulah kegiatan distribusi.
Kegiatan produksi adalah kegiatan atau usaha manusia untuk menghasilkan
barang atau meningkatkan daya guna barang untuk memenuhi kegiatan manusia.37
Kegiatan distribusi adalah kegiatan atau usaha manusia untuk menyalurkan
barang hasil produksi dari produsen kepada konsumen melalui proses jual beli.38
Kegiatan konsumsi adalah kegiatan pemanfaatan barang dan jasa atau kegiatan
menghabiskan daya guna barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia.39
Kegiatan ekonomi tersebut saling berkaitan satu dengan lainnya, produksi
membutuhkan adanya kegaiatan distribusi dan konsumsi. Produksi tidak akan ada artinya
jika ada pihak yang mendistribusikan hasil produksinya kepada pihak yang
mengkonsumsi barang. Konsumsi juga tidak mungkin terjadi bila tidak ada pihak yang
memproduksi barang dan mendistribusikannya.
C. Kerangka Berpikir
Keberhasilan dalam belajar yang diraih siswa dalam proses belajar mengajar
berada dipundak seorang guru. Gurulah yang langsung berhadapan dengan siswa serta
melakukan interaksi belajar mengajar di kelas. Peran guru dalam mengajar dituntut
profesionalisasi dengan mempersiapkan diri sematang-matangnya sebelum ia mengajar,
menguasai apa yang akan disajikan serta bertanggung jawab atas semua yang telah
diajarkan. Oleh karena itu, kemampuan tersebut diharapkan dapat meningkatkan prestasi
belajar siswanya.
37 Sadono. Sukirno, Pengantar Ekonomi Mikro (Jakarta: Grafindo Persada, 2008), h. 25 38 Ibid, 2539 Ibid, 26
36
Prestasi belajar menggambarkan hasil yang dapat dicapai akibat adanya program
pengajaran, dimana prestasi terjadi didalam kondisi-kondisi yang ada pada batas-batas
tertentu. Prestasi belajar erat kaitannya terhadap kualitas dan pengalaman belajar yang
diperoleh siswa selama pengajaran berlangsung. Prestasi belajar merupakan suatu alat
yang paling tepat dan efisien untuk dapat dipergunakan sebagai umpan balik bagi guru
untuk dapat meningkatkan kemampuan didalam proses belajar mengajar.
Demikian juga guru dalam proses belajar mengajar harus memiliki kemampuan
tersendiri guna mencapai harapan dan tujuan yang dicita-citakan dalam melaksanakan
pendidikan pada umumnya dan proses belajar mengajar pada khususnya. Guru sebagai
bagian dari faktor eksternal sebaiknya memiliki kemampuan profesional yang tinggi. Hal
ini sangat dibutuhkan dalam usaha memberikan pengaruh kepada siswa sehingga mereka
memiliki motivasi dan semangat yang sangat tinggi. Dengan demikian diharapkan siswa
akan memiliki prestasi belajar yang tinggi.
Guru yang profesional akan menghasilkan output yang berupa siswa yang memiliki
prestasi belajar yang tinggi. Untuk memiliki kemampuan tersebut guru perlu membina diri
sebaik baiknya sesuai dengan fungsinya, membina dan mengembangkan kemampuan
siswa secara profesional didalam proses belajar mengajar.
D. Hipostesis
Berdasarkan kajian teoritis dan kerangka berpikir maka hipotesis penelitian ini
adalah: “ Terdapat Hubungan Kompetensi Profesional Guru Dengan Prestasi Belajar
Siswa.”
37
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah-masalah yang telah dirumuskan, maka tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mendapatkan data yang tepat (sahih, benar, valid) dan dapat
dipercaya (reliable) tentang hubungan antara kompetensi profesional guru dengan
prestasi belajar pada siswa SMA Negeri 44 Jakarta di Jakarta Timur.
B. Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Atas Negeri 44, yang
terletak di Jl. Delima IV Perumnas Klender Jakarta timur.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan selama 3 bulan terhitung Oktober hingga
Desember 2013. Alasan peneliti memilih 3 bulan tersebut karena dianggap sebagai
waktu yang efektif untuk melaksanakan penelitian, karena pada waktu tersebut
sebagian besar siswa sedang mempersiapkan diri dalam menghadapi ujian. Sehingga
akan sangat membantu peneliti dalam melakukan penelitian.
C. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini metode penelitian yang digunakan adalah metode survei
dengan pendekatan korelasional. “Penelitian korelasi bertujuan untuk menemukan ada
tidaknya hubungan dan apabila ada, seberapa eratnya hubungan serta berarti tidaknya
38
hubungan itu”.40 Metode ini digunakan sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk
mengetahui apakah terdapat hubungan antar variabel yang diteliti yaitu kompetensi
profesional guru dengan prestasi belajar.
D. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.41 Jadi populasi merupakan objek
atau subjek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu
yang mempunyai kaitan dengan masalah yang sedang diteliti.
Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan siswa SMA Negeri 44
Jakarta Timur, adapun populasi terjangkau adalah siswa kelas XI ekonomi Sekolah
Menengah Atas Negeri 44 Jakarta sebanyak 110 orang.
2. Sampel
Sampel adalah individu-individu yang dipilih untuk dijadikan subjek
penelitian yang dipilih secara acak dan berlapis. Menurut Suharsini Arikunto
“apabila subjek yang diteliti kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga
penelitiannya merupakan penelitian populasi”.42 Berdasarkan tabel Isaac dan
Michael maka sampel yang akan diambil sesuai dengan taraf kesalahan (sampling
error) 5% sejumlah 84 siswa dari populasi terjangkau, yang akan dijadikan sebagai
40 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revisi VI (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), h.27041Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, (Bandung: CV. Alfabeta, 2008), h. 38942 Sabur Ambuy, Pedoman Penulisan Skripsi, (Tangerang: FKIP Unis. Tangerang, 2007), h. 107
39
responden dengan menggunakan teknik penarikan sampel acak proporsional
(Proportional Random Sampling).
Teknik penarikan sampel secara acak proporsional (Proportional Random
Sampling) digunakan bila populasi mempunyai anggota yang tidak homogen.
“Sampel proporsional menunjuk kepada perbandingan penarikan sampel dari
beberapa sub populasi yang tidak sama jumlahnya”.43 Dalam penelitian ini jumlah
siswa kelas XI IPS per kelas tidak sama. Maka dari itu, penelitian ini menggunakan
Proportional Random Sampling dengan proporsi sebagai berikut :
Tabel III.1
Teknik Pengambilan Sampel
E. Instrumen Penelitian
Penelitian ini meneliti dua variabel, yaitu kompetensi profesional guru sebagai
variabel bebas yang diberi simbol (X) dan prestasi belajar sebagai variabel terikat yang
43 S, Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h. 128
Kelas Jumlah Siswa di Kelas Perhitungan Sampel
XI PM 2 35 (35/75) x 63 29
XI Akun 2 40 (40/75) x 63 34
Jumlah 75 siswa 63 siswa
40
diberikan simbol (Y). Instrumen untuk mengukur kedua variabel tersebut akan dijelaskan
sebagai berikut :
41
1. Prestasi Belajar (Variabel Y)
a. Definisi Konseptual
Prestasi belajar merupakan gambaran hasil yang dicapai akibat adanya
pengajaran atau latihan, dimana peristiwa dalam kondisi-kondisi yang ada pada
batas-batas tertentu dapat diketahui.
b. Definisi Operasional
Prestasi belajar siswa secara operasional didefinisikan sebagai hasil yang
dicapai dalam menyerap materi pelajaran, yang didalamnya terdapat indikator-
indikator kognitif, afektif, dan psikomotorik serta ditunjukan oleh nilai rapor
yang diperoleh siswa pada semester 1 dari kelas XI jurusan IPS pada tahun
2013/2014.
2. Kompetensi Profesional (Variabel X)
a. Definisi Konseptual
Kompetensi guru adalah salah satu faktor yang mempengaruhi tercapainya
tujuan pembelajaran dan pendidikan disekolah, namun kompetensi guru tidak
berdiri sendiri, tetapi dipengaruhi latar belakang pendidikan, pengalaman
mengajar, dan lamanya mengajar.
b. Definisi Operasional
Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi secara luas
dan mendalam, yang berkitan dengan pengetahuan, pengamatan penilaian, dan
penyimpulan serta meliputi Memahami prinsip-prinsip kurikulum ekonomi,
Mampu mempraktikan kinerja ilmiah, Memahami materi ajar ekonomi yang ada
dalam kurikulum sekolah, Memahami struktur, konsep, dan metode keilmuan
yang menaungi atau koheren dengan materi ajar, Memahami hubungan konsep
42
antar mata pelajaran yang terkait, Menerapkan konsep-konsep keilmuan dalam
kehidupan sehari-hari. Selanjutnya Kompetensi Profesional guru akan diukur
dengan menggunakan instrumen bentuk skala Likert.
c. Kisi - Kisi Instrumen Kompentensi Profesional Guru
Kisi-kisi instrumen kompetensi profesional guru yang disajikan pada
bagian ini merupakan kisi-kisi instrumen yang digunakan untuk mengukur
variabel kompetensi profesional guru yang akan diuji cobakan dan juga sebagai
kisi-kisi instrumen final yang digunakan untuk mengukur variabel kompetensi
profesional guru. Kisi-kisi instrumen status sosial ekonomi dapat dilihat pada
tabel III.2
Tabel III.2
Kisi-kisi tes Kompetensi Profesional Guru
No Dimensi Indikator1. Memahami prinsip-prinsip
kurikulum ekonomi Memahami prinsip-prinsip dasar pengembangan kurikulum ekonomi.Memahami peran guru dalam pengembangan kurikulum.Mengintegrasikan kecakapan hidup dalam kompetensi mata pelajaran.
2. Mampu mempraktikan kinerja ilmiah
Menggunakan metode ilmiah dalam memecahkan masalah ekonomi.Menunjukan sikap ilmiah dalam bekerja.
3. Memahami materi ajar ekonomi yang ada dalam kurikulum sekolah
Mendeskripsikan analisa ekonomi mikro dan makro.Menganalisa masalah-masalah ekonomi yang dihadapi Negara maju.Menerapkan solusi dari permasalahan ekonomi dalam kehidupan sehari-hari.
4. Memahami struktur, konsep, dan metode keilmuan yang menaungi atau koheren dengan materi ajar.
Mendefinisikan pengertian dasar akuntansi.Menjelaskan proses akuntansi dan kualitas informasi akuntansi.
43
5. Memahami hubungan konsep antar mata pelajaran yang terkait.
Memahami keterkaitan ekonomi dengan mata pelajaran serumpun (Akuntansi, Sosiologi, Antrhopologi, Tata Negara).Memahami keterkaitan dengan pelajaran tidak serumpun (ilmu-ilmu pasti)
6. Menerapkan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari
Memahami kegiatan perekonomian dalam kegiatan sehari-hari dengan menerapkan konsep-konsep ekonomi.Menganalisis permasalahan ekonomi yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari serta dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Untuk mengisi setiap butir pernyataan dengan menggunakan skala likert,
telah disediakan alternatif jawaban dari setiap butir pernyataan dan responden
dapat memilih satu jawaban yang sesuai. Setiap jawaban bernilai 1 sampai
dengan 5 sesuai tingkatan jawabannya. Adapun masing-masing alternatif jawaban
untuk pernyataan positif diberikan bobot sebagai berikut :
Selalu (Sr) : diberi skor 5 Sering (Sl) : diberi skor 4 Kadang-kadang (Kd) : diberi skor 3 Pernah (Pr) : diberi skor 2 Tidak pernah (Tp) : diberi skor 1
Sedangkan untuk masing-masing alternatif jawaban pernyataan negatif diberikan
bobot sebagai berikut :
Selalu (Sr) : diberi skor 1 Sering (Sl) : diberi skor 2 Kadang-kadang (Kd) : diberi skor 3 Pernah (Pr) : diberi skor 4 Tidak pernah (Tp) : diberi skor 5
Jumlah skor yang diperoleh masing-masing responden dijadikan indikasi
tinggi rendahnya tingkat kompetensi profesional guru. Untuk pengisian
responden hanya menuliskan tanda check list ( ) yang tersedia.
d. Validasi Instrumen
44
Sebelum instrumen penelitian yang berupa angket disebarkan kepada
responden, terlebih dulu diadakan uji coba. Uji coba dilakukan untuk mengetahui
tingkat kesahihan dan kehandalan yang memadai atau dikenal dengan istilah
validitas. Validitas adalah ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kevalidan
suatu instrumen atau kesahihan suatu instrumen. Artinya bahwa alat ukur
seharusnya memiliki akurasi yang baik terutama apabila alat ukur tersebut
digunakan sehingga validitas akan meningkatkan bobot kebenaran data yang
diinginkan peneliti.44
Uji validitas dilakukan untuk memperoleh validitas konstruk yakni sejauh
mana tes dapat ditafsirkan menurut pengertian. Seperti diketahui instrumen
penelitian ini dikembangkan berdasarkan konsep dari variabel yang akan diteliti.
Konstruk ini memiliki indikator-indikator yang kemudian dibuat instrumen
angket. Sebuah instrumen angket memiliki validitas tinggi apabila butir-butir
yang membentuk instrumen tersebut tidak menyimpang dari instrumen.
Uji validitas instrumen yaitu untuk mengetahui sejauh mana item dalam
angket dapat mewakili topik, isi yang akan diukur. Pengukuran menggunakan
analisis rasional dan penilaian atas dasar subyektif, jadi tidak menggunakan
perhitungan statistik. Validitas instrumen tergantung pada situasi jangkauan
instrumen tersebut. Disamping itu instrumen yang telah disusun oleh peneliti
dikonsultasikan kepada Dosen Pembimbing. Setelah dikoreksi dan mendapat
saran serta perbaikan-perbaikan, maka instrumen yang akan disebarkan dianggap
memenuhi syarat untuk sitasi dan tujuan penelitian, atau dengan kata lain
memenuhi kriteria terhadap validitas.
44 Burhan bungin, Metodologi penelitian Kuantitatif, Komunikasi, Ekonomi dan kebijakan Publik Serta Ilmu-Ilmu Sosial lainnya. (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), h. 98
45
Proses validasi dilakukan dengan menganalisis data hasil uji coba
instrumen yaitu validitas butir dengan menggunakan koefisien korelasi antar skor
butir dengan skor total instrumen. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
22 xtxi
xixtrit
45
Dimana :
rit = Koefisien skor butir dengan skor total instrumen
xi = deviasi skor butir dari Xi
xt = deviasi skor dari Xt
Kriteria batas minimum pernyataan yang diterima adalah r tabel = 0,361.
Jika r hitung > r tabel, maka butir pernyataan dianggap valid. Sedangkan jika rhitung <
rtabel, maka butir pernyataan dianggap tidak valid, yang kemudian butir pernyataan
tersebut tidak digunakan atau di drop.
Selanjutnya untuk menghitung reabilitas terhadap butir-butir pernyataan
yang telah dinyatakan valid dengan menggunakan rumus uji realibilitas yaitu
rumus Alpha Cronbach, sebagai berikut :
2
2
11 11 t
S i
Sk
k
46
Keterangan:
r11 = Reliabilitas instrumen
k = Banyaknya butir pernyataan (Jumlah item)
∑ Si² = Jumlah varian butir tiap-tiap item
St² = Varian total
45 Djaali dan Pudji Muljono, Pengukuran Dalam Bidang Pendidikan (Jakarta : Grasindo,2008), h.8646 Ibid, h. 89
46
F. Konstelasi Hubungan Antar Variabel
Sesuai dengan hipotesis yang diajukan bahwa terdapat hubungan positif antara
variabel X (Kompetensi Profesional Guru) dengan variabel Y (Prestasi Belajar
Ekonomi), maka konstelasi hubungan antara variabel X dan Variabel Y dapat
digambarkan sebagai berikut:
Keterangan :
X : Varabel X
Y : Variabel Y
: Arah Hubungan
G. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dilakukan dengan uji regresi dan uji korelasi dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
1. Mencari Persamaan Regresi
Untuk mencari persamaan regresi digunakan rumus:
Ŷ= a + bX 47
Keterangan:
Ŷ : Persaman RegresiX : Variabel bebasa : Nilai konstanb : Koefisien arah regresi
Dimana koefiesien a dan b dapat dicari dengan rumus sebagai berikut:
48
47Sudjana, Metoda Statistika (Bandung: Tarsito, 2005), h. 31548 Ibid, h. 315
Kompetensi Profesionalisme Guru Prestasi Belajar Ekonomi
47
a = Ŷ – bX
2. Pengujian Persyaratan Analisis
Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik korelasi produk momen
uji normalitas (uji Lilliefors) untuk mengetahui apakah galat taksiran regresi Y atas
X berdistribusi normal atau tidak. Pengujian dilakukan dengan menggunakan pada
taraf signifikan (α) = 0,05.
Rumus yang digunakan adalah :
Lo = │F(Zi) – S(Zi)│ 49
Keterangan :
Lo = L observasi ( harga mutlak terbesar )
F(Zi) = Peluang angka baku
S(Zi) = Proporsi angka baku
Hipotesis :
Ho : Galat taksiran regresi Y atas X berdistribusi normal
H1 : Galat taksiran regresi Y atas X tidak berdistribusi normal
Kriteria pengujian:
Terima Ho jika Lhitung < Ltabel berarti galat taksiran regresi Y atas X berdistribusi
normal
Tolak Ho jika Lhitung > Ltabel berarti galat taksiran regresi Y atas X tidak
berdistribusi normal.
Prosedur untuk pengujian hipotesis tersebut adalah sebagai berikut:a. Pengamatan x1, x2, ....xn dijadikan bilangan baku z1, z2, ....zn dengan
menggunakan rumus zi = ( dan s masing-
masing merupakan rata-rata dan simpangan baku sampel)b. Untuk tiap bilangan baku ini dan menggunakan daftar distribusi normal
baku, kemudian dihitung peluang F(zi) = P (z zi).
49 Opcit, h. 109
48
c. Selanjutnya dihitung proporsi z1,z2,...,zn yang lebih kecil atau sama dengan zi. Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(zi), maka
S(zi) =
d. Hitung selisih F (zi) – S(zi) kemudian tentukan biaya mutlaknya.e. Ambil biaya yang paling besar diantara biaya-biaya mutlak selisih
tersebut. Sebutlah biaya terbesar ini Lo.50
Dalam penelitian ini variabel X yang dimaksud dalam prosedur adalah (Y –Ŷ)
3. Uji Hipotesis
a. Uji Keberartian Regresi
Uji keberartian regresi ini dilakukan untuk mengetahui apakah
persamaan yang diperoleh berarti atau tidak berarti dengan kriteria Fhitung >
Ftabel.
Dengan hipotesis statistik :
Ho : β < 0
H1 : β > 0
Kriteria Pengujian:
Tolak Ho jika Fhitung > Ftabel, maka regresi berarti
Terima Ho jika Fhitung < Ftabel, maka regresi tidak berarti
Regresi dinyatakan berarti (signifikan) jika menolak Ho
b. Uji Linearitas Regresi
Digunakan untuk mengetahui apakah persamaan regresi yang
diperoleh berbentuk linier atau non linier
Hipotesis statistik :
Ho : Y = α + βX
H1 : Y ≠ α + βX
50 Sudjana, Op. Cit., h. 466-467
49
Kriteria Pengujian :
Tolak Ho Jika Fhitung > Ftabel, maka regresi non linier
Terima Ho jika Fhitung < Ftabel, maka regresi linier
Regresi dinyatakan linier jika berhasil menerima Ho.
Untuk ringkasan penghitungan uji keberartian regresi dan linier
regresi dapat dilihat pada tabel III.3 berikut ini:51
Tabel III.3
ANALISIS VARIANS (ANAVA)
UNTUK UJI KEBERARTIAN DAN LINEARISTAS REGRESI
Sumber Varians
DK Jumlah Kuadrat
Rata-rata jumlah kuadrat (RJK)
F hitung F tabel
Total (T) N ∑ Y² - - -
Regresi (a) 1 ( ∑Y )² N
- - -
Regresi (b/a)
1 b. ∑xy JK(b/a) db(b/a) *)
RJK(b/a)RJK(S)
F (1-α)(1,n-2)
Residu (S) n-2 JK(T)-JK(a)-JK(b/a) JK(S) db(s)
Tuna Cocok (TC)
k-2 JK(S)-JK(G) JK(TC) db(TC) ns)
RJK(TC)RJK(G)
F (1-α)(k-2,n-k)
Galat (G) n-k (∑Y)² ∑Y² - N
JK(G) db(G)
Keterangan : *) Persamaan regresi berarti
ns) Persamaan regresi linier/non signifikan
c. Perhitungan Koefisien Korelasi
51 Sudjana, Op.Cit., h. 332
50
Perhitungan produk koefisien korelasi (rxy) menggunakan rumus
produk momen dari Pearson sebagai berikut:
∑xy 52
r xy = √(∑x²) (∑y²)
Keterangan:rxy : tingkat keterkaitan hubungan
x : skor dalam sebaran X
y : skor dalam sebaran Y
d. Uji Keberartian Koefisien Korelasi (Uji-t)
Untuk mengetahui signifikansi koefisien korelasi digunakan uji t dengan rumus :
r √ (n – 2) 53
t hitung = √ (1 - r²) Keterangan :
t hitung : skor signifikansi koefisien korelasi
r : koefisien korelasi produk momen
n : banyaknya data
Hipotesis statistik :
Ho : ρ < 0
Ha : ρ > 0
Kriteria pengujian :
Tolak Ho jika t hitung > t tabel atau thitung < -ttabel, maka koefisien korelasi
signifikan
Terima Ho jika –thitung< thitung < ttabel, maka koefisien korelasi tidak signifikan
Hal ini dilakukan pada taraf signifikan (α) = 0,05 dengan derajat
kebebasan (dk) = n – 2. Jika Ho ditolak maka koefisien korelasi signifikan,
52 Arikunto, Op. cit, h. 16053Sudjana, Op. cit, h. 377
51
sehingga dapat disimpulkan antara variabel X dan variabel Y terdapat
hubungan.
e. Perhitungan Koefisien Determinasi
Selanjutnya diadakan perhitungan koefisien determinasi (penentu)
yaitu untuk mengetahui besarnya variasi variabel Y yang ditentukan oleh
variabel X. Rumus Koefisien Determinasi adalah sebagai berikut :
KD = r xy² 54
Dimana :
KD : Koefisien determinasi
r xy : Koefisien korelasi produk momen
54 Djali dan Pudji Muljono, Op.Cit, h. 38