skripsi
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pada dasarnya setiap keluarga sangat membutuhkan adanya rekapitulasi
tentang pelaksanaan manajemen yang dilakukan sehari-hari di dalam rumah
tangganya.untuk itu kegiatan pencatatan sangat diperlukan. Rumah tangga baik
ditingkat keluarga maupun pemerintahan pasti membutuhkan biaya untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Biaya tersebut diperoleh dari
pendapatan seluruh anggota keluarga tersebut. Pendapatan dan pengeluaran dalam
suatu rumah tangga pasti berbeda-beda. Pendapatan dapat dipergunakan untuk
pengeluaran konsumsi maupun tabungan. Pengeluaran untuk konsumsi tersalur ke
pengeluaran pangan, sandang, perumahan, bahan bakar, pengangkutan, hiburan
dan perawatan kesehatan, sedangkan bagian yang tidak dikonsumsi masuk
kedalam tabungan.
Dalam ilmu ekonomi, konsumsi diartikan sebagai semua penggunaan
barang dan jasa yang dilakukan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Pengeluaran konsumsi dilakukan dengan maksud untuk mempertahankan taraf
hidup. Pada tingkat pendapatan rendah, pengeluaran konsumsi pertama-tama
dibelanjakan untuk kebutuhan-kebutuhan pokok guna memenuhi kebutuhan
jasmani. Konsumsi pangan adalah terpenting, karena pangan merupakan jenis
barang utama untuk mempertahankan kelangsungan hidup. Akan tetapi terdapat
berbagai macam barang konsumsi (termasuk sandang, perumahan, bahan bakar
2
dan sebagainya) yang dapat dianggap sebagai kebutuhan untuk menyelenggarakan
rumah tangga. Keanekaragamannya tergantung pada tingkat pendapatan rumah
tangga. Tingkat pendapatan yang berbeda-beda mengakibatkan perbedaan taraf
konsumsi. Dengan mengetahui hubungan-hubungan antara pendapatan dan
konsumsi maka diharapkan kita menjadi lebih mampu dalam memecahkan
masalah-masalah yang dihadapi oleh suatu perekonomian pada rumah tangga
keluarga.
Pembangunan ekonomi pada dasarnya mencakup usaha-usaha untuk
memperoleh kehidupan yang lebih baik. Bagi negara berkembang seperti
Indonesia, kegiatan pembangunan ditujukan untuk mengurangi kemiskinan
dengan jalan perbaikan-perbaikan pendapatan perkapita masyarakat dan perbaikan
di berbagai sektor. Oleh karena itu, dapat dirasakan betapa pentingnya
pembangunan ekonomi yang bertujuan untuk menghapuskan kemiskinan,
ketimpangan dalam distribusi pendapatan dan pengangguran.
Pelaksanaan pembangunan ekonomi, pemerintah mendasarkan
kebijaksanaan ekonomi lebih berorentasi kepada strategi pemenuhan kebutuhan
dasar yang pada hakikatnya berusaha untuk :
1. Meningkatkan produktifitas dan pendapatan masyarakat yang belum mencapai
kebutuhan pokok minimal.
2. Mengurangi perbedaan yang mencolok dalam pola konsumsi rumah tangga,
penggunaan pelayanan umum dan pemilik perlengkapan hidup.
3. Menciptakan kelembagaan guna mencapai pola pembangunan yang ber
orentasi kepada strategi pemenuhan kebutuhan pokok.
3
Usaha perluasan kegiatan ekonomi tidak hanya terbatas pada sektor formal
yang memiliki keterbatasan dalam menyerap tenaga kerja tetapi juga melalui
kegiatan ekonomi di sektor informal. Salah satu kegiatan sektor informal di
Indonesia khususnya Kota Pekanbaru adalah usaha sector informal. Usaha-usaha
ekonomi di sektor informal perlu dikembangkan sehingga sumber daya manusia
sebagai modal dasar pembangunan dapat dimanfaatkan secara optimal dalam
upaya mencapai tujuan pembangunan nasional.
Peningkatan taraf hidup dan memanfaatkan jumlah penduduk yang besar
sebagai kekuatan pembangunan, maka usaha-usaha di sektor informal perlu
ditingkatkan dengan melakukan pembinaan-pembinaan, pengembangan dan
pemanfaatan potensi sumber daya manusia dengan mengutamakan pembangunan
yang meningkatkan perluasan kesempatan kerja, meningkatkan pengadaan pangan
dan mutu gizi serta meningkatkan pelayanan kesehatan.
Terciptanya pengangguran salah satu penyebabnya adalah tingkat
pertumbuhan penduduk yang tinggi, sehingga menimbulkan penawaran tenaga
kerja yang tidak diimbangi dengan lapangan pekerjaan yang cukup. Pengangguran
di daerah perkotaan disebabkan oleh salah satunya arus urbanisasi (Perpindahan
penduduk dari desa ke kota) yang merupakan masalah bagi negara-negara
berkembang, khususnya di daerah perkotaan. di mana masyarakat di desa
beranggapan bahwa kota merupakan tumpuan harapan untuk mendapatkan
pekerjaan. Untuk mengatasi masalah ini agar terhindar dari pengangguran
sebagian penduduk Kota Pekanbaru maupun penduduk pendatang bekerja di
sektor informal yang mana usaha ini banyak ditemui di Kota Pekanbaru.
4
Permasalahan utama yang dihadapi daerah perkotaan di Indonesia
termasuk Pekanbaru ialah masalah ketenagakerjaan. Dari segi penawaran tenaga
kerja dipengaruhi tingginya angka pertumbuhan angkatan kerja dan rendahnya
kualitas angkatan kerja. Sementara dari segi penerimaan tenaga kerja, masalah
yang dihadapi adalah terbatasnya perluasan kesempatan kerja produktif. Dalam
hal ini sebaiknya pemerintah khususnya pemerintah Kota Pekanbaru
meningkatkan perhatiannya terhadap usaha-usaha informal, seperti melakukan
pembinaan-pembinaan maupun pemberian modal karena sektor informal ini
banyak menyerap lapangan pekerjaan sehingga akan mengurangi pengangguran.
Pertambahan jumlah penduduk akan berkaitan dengan masalah tenaga
kerja. Semakin tinggi tingkat pertambahan penduduk maka akan mempengaruhi
tingginya tingkat penawaran tenaga kerja. Hal ini akan menimbulkan
pengangguran. Penduduk atau masyarakat yang hidup memerlukan pekerjaan
untuk mendatangkan hasil atau pendapatan dengan maksud untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Perkembangan kebutuhan hidup manusia yang terdiri dari
kebutuhan primer, sekunder dan tersier ditentukan oleh tingkat pendapatan.
Penduduk Kota Pekanbaru sebagian besar memilih bekerja di sektor
informal karena sulitnya mencari pekerjaan di sektor formal. Sektor informal
merupakan jawaban bagi masyarakat yang tidak mampu mendapatkan pekerjaan
di sektor formal, usaha informal ini mudah dimasuki karena tidak memerlukan
persyaratan pendidikan yang tinggi dan keahlian yang khusus, modal usaha yang
dibutuhkan relatif rendah.
5
Peningkatan pendapatan masyarakat, sektor informal tidak dapat
diabaikan, karena dalam situasi kelesuan ekonomi, sektor informal dapat
berfungsi sebagai pengaman penampung ledakan penduduk yang masuk pasar
kerja, sementara menunggu kegiatan ekonomi dapat membaik. Dengan demikian
mereka yang bekerja di sektor informal perlu dibina dengan baik supaya
memberikan manfaat yang wajar bagi mereka sendiri dan tidak menimbulkan
kesenjangan sosial bagi masyarakat.
Kenyataan yang kita hadapi sekarang ini, masih banyak dari masyarakat
yang belum berhasil mendapatkan kesempatan kerja, sementara mereka harus
mencari usaha alternatif untuk memperoleh penghasilan yang dibutuhkan oleh
setiap orang dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, baik untuk dirinya sendiri
maupun untuk keluarganya. Salah satu pekerjaan atau usaha yang dilakukan
masyarakat guna memenuhi kebutuhan hidupnya maupun keluarganya adalah
usaha di Sektor Informal yang jumlah perkembangannya cepat di mana saat ini
banyak di Kota Pekanbaru khususnya. Untuk itu penulis ingin mengkaji kedalam
bentuk skripsi yang berjudul “Evaluasi Keragaan Usaha Ekonomi Rumah
Tangga di Sektor Informal Kecamatan Tampan Pekanbaru”
1.2. Identifikasi Masalah
Penawaran tenaga kerja yang tinggi tanpa diimbangi dengan kesempatan
kerja yang cukup akan mengakibatkan pengangguran. Untuk mengatasi
permasalahan tersebut perlu dimotivasi dengan adanya investasi di berbagai sektor
perekonomian. Salah satu sektor yang paling cepat untuk direalisasikan adalah
sektor informal, di sebabkan dari sektor informal masyarakat yang berpendidikan
6
rendah tetap dapat menghasilkan yaitu dengan cara membuka usaha kecil di sektor
Informal, tentunya agar mereka tetap bisa memenuhi kebutuhan rumah tangga.
Sektor informal terdiri dari berbagai kegiatan usaha seperti perdagangan,
pertanian dan lain-lain. Dalam perekonomian di Indonesia sektor informal salah
satunya adalah Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM).
1.3. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, Usaha Mikro Kecil (UMKM)
dalam penelitian ini adalah usaha yang berskla kecil di Kota Pekanbaru. Masalah
yang diteliti dibatasi pada masalah tingkat pendapatan para pedagang Usaha
sector Informal dalam memenuhi kebutuhan hidup rumah tangga. Apakah dengan
pendapatan dari usaha kecil ini sudah mampu memenuhi kebutuhan hidupnya dan
keluarganya. Untuk mengetahui besarnya pendapatan dapat dihitung dengan
melihat berapa banyak dagangan yang terjual dikalikan dengan harga dikurangi
dengan biaya-biaya untuk menghasilkan produksinya.
1.4. Perumusan Masalah
Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Indonesia yang merupakan
ujung tombak perekonomian Indonesia perlu ditingkatkan. Seperti halnya Di
Pekanbaru Usaha Mikro Kecil (UMKM) ini banyak ditemukan, dan semakin
bertambah. Isu ini menjadi penting untuk dikaji lebih lanjut terutama untuk
mengetahui : berapakah pendapatan rata-rata dari usaha sektor informal ini.
7
1.5. Tujuan dan Manfaat Penelitian
A. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Menganalisis keragaan finansial usaha sektor informal.
2. Mengetahui keragaan sosial ekonomi rumah tangga dan berapa kontribusi
pendapatan usaha terhadap pendapatan total kelurga.
B. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan akan bermanfaat sebagai:
1. Sumbangan pemikiran dan bahan pertimbangan bagi pihak usaha sektor
informal untuk pengembangan usaha mereka.
2. Penambahan ilmu pengetahuan bagi penulis di bidang penelitian,
khususnya tentang evaluasi keragaan usaha sektor informal.
3. Sebagai sarana dalam mengaplikasikan ilmu yang telah didapatkan di
bangku perkuliahan.
4. Sumber informasi bagi peneliti lebih lanjut.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kajian Teori
Permasalahan yang selalu dihadapi oleh negara-negara yang sedang
berkembang pada umumnya adalah pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi,
tenaga kerja dan angkatan kerja yang setiap tahunnya mengalami pertambahan
yang cukup banyak, serta adanya kekurangan modal untuk diinvestasikan guna
menciptakan kesempatan kerja dan lapangan kerja baru (Prabudi, 2002:9).
Pembangunan ekonomi pada umumnya meliputi usaha-usaha untuk
memperoleh kehidupan yang lebih baik. Esensinya menggambarkan perubahan
seluruh keadaan yang terdapat dalam masyarakat serta membawa perubahan
berbagai masalah yang dihadapi oleh anggota masyarakat baik secara individu
maupun kelompok. Kondisinya berada dalam suatu sistem yang bergerak maju
dari kondisi yang serba kekurangan dan tidak memuaskan menuju kepada yang
jauh lebih baik, dari segi material maupun spiritual (Kantati, 2002:1).
Pembangunan ekonomi adalah usaha-usaha peningkatan taraf hidup suatu
bangsa yang seringkali diukur dengan tinggi rendahnya pendapatan riil per kapita.
Pembangunan ekonomi bertujuan untuk menaikkan pendapatan nasional riil juga
untuk meningkatkan produktivitas. Sebagai suatu proses multidimensional
pembangunan ekonomi mencakup perubahan struktur, sikap hidup dan
kelembagaan. Pembangunan ekonomi juga bertujuan untuk mengurangi
pengangguran, ketidakmerataan distribusi pendapatan dan pemberantasan
9
kemiskinan. Setiap kegiatan ekonomi diharapkan dapat merangsang pertumbuhan
ekonomi yang digambarkan dengan peningkatan pendapatan nasional atau
pendapatan per kapita masyarakat (Syahza, 2009:5).
Menurut Todaro Pertumbuhan ekonomi suatu masyarakat mempunyai
beberapa komponen yaitu pertama, akumulasi modal. Akumulasi modal terjadi
apabila sebagian dari pendapatan ditabung dan diinvestasikan dengan tujuan
memperbesar output dan pendapatan di kemudian hari. Kedua, pertumbuhan
penduduk dan tenaga kerja yang merupakan faktor positif dalam merangsang
pertumbuhan ekonomi. Jumlah tenaga kerja yang besar akan menambah jumlah
tenaga kerja yang produktif. Ketiga, kemajuan teknologi yang merupakan sumber
pertumbuhan ekonomi yang lebih penting. Kemajuan teknologi dapat
meningkatkan nilai tambah yang tinggi.
Pembangunan ekonomi bertujuan untuk mengurangi kemiskinan dengan
jalan perbaikan-perbaikan pendapatan perkapita masyarakat dan perbaikan di
berbagai sektor. Oleh karena itu, dapat dirasakan betapa pentingnya pembangunan
ekonomi yang dimaksudkan adalah bentuk suatu usaha untuk mengurangi atau
menghapus kemiskinan, ketimpangan dalam distribusi pendapatan dan
pengangguran dalam konteks pertumbuhan ekonomi secara menyeluruh (Todaro,
1995:140).
Pertambahan jumlah angkatan kerja yang lebih besar bila dibandingkan
dengan jumlah kesempatan kerja yang tersedia dapat berbagai masalah sosial, di
antaranya adalah masalah pengangguran. Terciptanya masalah pengangguran di
daerah perkotaan disebabkan oleh arus urbanisasi yang semakin meningkat, yang
10
merupakan salah satu penyebab permasalahan baru di kawasan perkotaan.
Urbanisasi yang berlebihan dapat menciptakan kawasan-kawasan kumuh di
perkotaan, meningkatkan pengangguran karena menumpuknya tenaga kerja yang
tidak terlatih hingga semakin menjamurnya sektor informal yang tidak tertata rapi.
Urbanisasi yang berlangsung terus menerus akan melahirkan kota mega dan
terjadinya aglomerasi (Kuncoro, 2002:154).
Peningkatan pertumbuhan ekonomi di perkotaan, usaha-usaha mikro atau
usaha-usaha di sektor informal perlu ditingkatkan. Sektor informal merupakan
sektor yang menjadi jawaban bagi masyarakat yang tidak mampu mendapatkan
pekerjaan di sektor formal. Peranan sektor informal tidak dapat diabaikan, bahkan
dalam keadaan perekonomian yang tidak stabil, sektor informal justru cukup
bermanfaat dalam menampung sebagian besar masyarakat yang masuk pada pasar
kerja yang tidak dapat memperoleh pekerjaan di sektor formal (Kantati, 2002:4).
Sektor informal memiliki banyak keterkaitan dengan sektor-sektor lainnya
dalam perekonomian. Pertama-tama sektor informal ini terkait dengan sektor
pedesaan dalam pengertian kawasan atau sektor pedesaan merupakan sumber
kelebihan tenaga kerja miskin, yang kemudian mengisi sektor informal di daerah
perkotaan guna menghindari kemiskinan dan pengangguran di desa, walaupun
sebenarnya kondisi kerja dan kualitas hidup secara keseluruhan di kota belum
tentu lebih baik. Selain itu juga sektor informal juga terkait erat dengan sektor
formal perkotaan. Sektor informal sangat tergantung pada sektor formal dalam
kedudukannya sebagai sumber pokok dari sebagian besar pendapatan yang
mereka terima (Todaro, 1994:289).
11
2.1.1. Definisi Sektor Informal
Sektor informal biasannya identik dengan kegiatan usaha hasil yang
kemampuan modal dan keterampilan rendah, walaupun kenyataannya tidak terlalu
demikian. Sebaliknya sektor formal diidentikkan dengan kegiatan usaha yang
besar yang kemampuan modal dan mutu sumberdaya manusia sudah cukup tinggi.
Sektor informal adalah kegiatan usaha bersifat sederhana,berskala kecil,
pendapatan yang diperoleh kecil, kegiatan usaha beraneka ragam, keterkaitannya
pada usaha lain rendah serta pada Umumnya sektor ini tidak mempunyai izin
usaha, sehingga untuk memasukinya lebih mudah daripada masuk sektor formal.
(Rusmika. 2005)
Penetapan harga akan efisien jika harga yang terjadi merupakan refleksi
yang akurat dari permintaan akan produk akhir, oleh karenanya akan melahirkan
harga-harga yang berhubungan dengan fungsi yaitu biaya transportasi, fungsi
bentuk yaitu biaya pengolahan dalam fungsi waktu yaitu biaya penyimpanan.
Keragaan ekonomis terdiri dari biaya tetap, biaya tidak tetap, penerimaan,
pendapatan dan keuntungan. Keragaan pasar merupakan hasil akhir yang dicapai
akibat dari penyesuaian yang dilakukan oleh lembaga pemasaran pada struktur
pasar tertentu. Penampilan pasar dapat dilihat dari tingkat harga, margin,
keuntungan dari investasi, dan pengembangan produk.
Hasil penelitian di sektor informal di Indonesia terdapat sebelas ciri pokok
yang bersifat kualitatif yaitu sebagai berikut :
1. Kegiatan usaha tidak terorganisir secara baik, karena timbulnya unit usaha
tidak mempergunakan adanya fasilitas yang tersedia di sektor formal.
12
2. Pada umumnya unit usaha tidak mempunyai izin usaha.
3. Pola kegiatan usaha tidak teratur, baik dalam arti lokasi maupun waktu jam
kerjanya.
4. Pada umumnya kebijaksanaan pemerintah untuk membantu golongan ekonomi
lemah tidak sampai ke sektor ini.
5. Unit usaha mudah keluar dan masuk satu sub sektor ke lain sektor.
6. Teknologi yang dipergunakan bersifat primitif.
7. Modal dan perputaran usaha yang relatif kecil, sehingga skala operasi juga
relatif kecil.
8. Pendidikan yang diperlukan untuk menjalankan usaha tidak memerlukan
pendidikan formal karena pendidikan yang dipergunakan dapat diperoleh dari
pengalaman sambil bekerja.
9. Pada umumnya unit usahanya termasuk golongan “One Man Enterprise” dan
kalau mengerjakan tenaga kerjanya cukup mangikut sertakan anggota keluarga.
10. Sumber dana modal usaha pada umumnya berasal dari tabungan sendiri atau
lembaga keuangan yang tidak resmi.
11. Hasil produksi atau jasa terutama dikonsumsikan oleh golongan masyarakat
kota atau desa yang berpenghasilan rendah dan kadang-kadang juga yang
berpenghasilan menengah.
2.1.2. Pengertian Usaha Kecil Menengah (UMKM)
Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) merupakan salah suatu bagian
penting dari perekonomian suatu negara maupun daerah, begitu juga dengan
Negara Indonesia. UMKM ini sangat memiliki peranan penting dalam lajunya
13
perekonomian masyarakat. UMKM sangat membantu negara atau pemerintah
dalam hal penciptaan lapangan kerja baru dan lewat UMKM banyak tercipta unit-
unit kerja baru yang menggunakan tenaga-tenaga baru yang dapat mendukung
pendapatan rumah tangga.
Menurut Keputusan Presiden RI no. 99 tahun 1998. Usaha Mikro Kecil
Menengah merupakan kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dengan
bidang usaha yang secara mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu
dilindungi untuk mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat.
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS). Pengertian Usaha Mikro Kecil
Menengah adalah berdasarkan kuantitas tenaga kerja. Usaha kecil merupakan
usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja 5 sampai 19 orang, sedangkan usaha
menengah merupakan entitias usaha yang memiliki tenaga kerja 20 sampai 99
orang.
Berdasarkan Keputuasan Menteri Keuangan Nomor 316/KMK.016/1994
tanggal 27 Juni 1994. Usaha Mikro Kecil Menengah adalah sebagai per orangan
atau badan usaha yang telah melakukan kegiatan usaha yang mempunyai
penjualan atau omset per tahun setinggi-tingginya Rp 600.000.000 atau asset atau
aktiva setinggi-tingginya Rp 600.000.000 (di luar tanah dan bangunan yang
ditempati) terdiri dari : Bidang usaha ( Fa, CV, PT dan koperasi ), Per orangan
( Pengrajin atau industri rumah tangga, petani, peternak, nelayan, perambah hutan,
penambang, pedagang barang dan jasa ).
Menurut UU No 20 Tahun 2008. Pengertian Usaha Mikro Kecil
Menengah dibagi dalam dua pengertian yaitu :
14
1. Usaha Kecil adalah usaha yang memiliki kriteria : Kekayaan bersih lebih dari
Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp
500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha dan memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp
300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp
2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).
2. Usaha Menengah adalah usaha yang memiliki kriteria : Kekayaan bersih lebih
dari Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak
Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha dan memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari
Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling
banyak Rp 50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).
Penduduk atau masyarakat yang hidup memerlukan pekerjaan untuk
mendatangkan hasil atau pendapatan dengan maksud untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Perkembangan kebutuhan hidup manusia yang terdiri dari kebutuhan
primer, sekunder dan tersier ditentukan oleh tingkat pendapatan. Untuk
memperoleh pendapatan tersebut, penduduk memerlukan lapangan pekerjaan,
baik itu pekerjaan di sektor formal maupun di sektor informal.
Perkembangan sektor informal terutama di kota-kota besar tumbuh dengan
pesat. Kegiatan sektor ini beraneka ragam, seperti: Pedagang Hias, Pedagang Kaki
Lima, Usaha Mebel dan sebagainya. Sebagaimana diketahui bahwa potensi dan
kemampuan masing-masing wilayah berbeda-beda satu sama lainnya, demikian
juga masalah pokok yang dihadapinya tidak sama. Sehingga usaha-usaha
15
pembangunan sektoral yang akan dilaksanakan harus disinkronisasikan dengan
usaha-usaha pembangunan regional (Adisasmita, 2005:59).
Todaro (1995:140) mengatakan tentang kegiatan sektor informal di mana
pada umumnya mereka yang bekerja di sektor informal rata-rata memiliki
keterampilan dan kekurangan modal sehingga para pekerja di sektor informal ini
tidak dapat menikmati perlindungan bentuk jaminan kelangsungan kerja, kondisi
kerja yang layak dan jaminan hari tua.
Bertolak dari pengertian di atas, maka dapat dikatakan bahwa penjual
ayam goreng (fried chicken), lontong, gorengan yang merupakan bagian dari
kegiatan di sektor informal termasuk pada suatu kegiatan ekonomi yang
mempunyai modal kecil, sehingga dalam pemakaian faktor-faktor produksi oleh
masing-masing unit usaha sangat terbatas. Kegiatan pedagang secara umum
memang bertujuan untuk meningkatkan manfaat bagi pihak-pihak yang
berdagang. dengan adanya kegiatan ini, khususnya yang dilakukan oleh
masyarakat ekonomi lemah tentunya menghasilkan daya guna dan hasil guna bagi
terciptanya pendapatan perkapita yang tinggi, pada gilirannya akan mempertinggi
tingkat kesejahtraan masyarakat.
Kebutuhan hidup yang terdiri dari kebutuhan sandang, pangan, maupun
kebutuhan lainnya bagi seseorang tergantung dari tingkat pendapatan atau
penghasilan yang diperolehnya. Pendapatan seseorang biasanya diperoleh dengan
jalan melakukan usaha-usaha suatu kegiatan pekerjaan pada bidang pekerjaan
yang ditekuninya. Kebutuhan pokok dapat juga dijelaskan sebagai kebutuhan
yang sangat penting guna kelangsungan hidup manusia, baik yang terdiri dari
16
kebutuhan atau konsumsi individu seperti makan, perumahan, pakaian maupun
keperluan pelayanan sosial tertentu seperti air minum, transportasi, kesehatan dan
pendidikan (Prabudi, 2002:11).
Perkembangan kesejahteraan masyarakat dalam proses perekonomian di
antaranya ditunjukkan oleh perkembangan pola pembagian pendapatan di antara
berbagai golongan pendapatan, antara kehidupan di kota dan di desa serta antara
wilayah (regional). Mengamati perubahan atau perkembangan pola pembagian
pendapatan masyarakat dapat dipakai indikator pengeluaran rumah tangga sebagai
pencerminan dari pendapatan. Salah satu indikator utama dalam mengukur
kemampuan dan tingkat ekonomi masyarakat adalah dengan melihat pendapatan
dan pola konsumsi masyarakat. Indikator yang dimaksud di atas tidak hanya
bersangkutan dengan pendapatan dan pengeluaran, akan tetapi yang lebih penting
adalah mengetahui besarnya perbandingan antara penerimaan dengan pengeluaran
pada berbagai jenis konsumsi.
Pola pengeluaran rumah tangga dan tingkatannya terhadap kebutuhan
pokok terdiri dari makanan, pakaian, perumahan, kesehatan, pendidikan,
transportasi serta partisipasi masyarakat. Sedangkan dalam ruang lingkup yang
sempit dikenal dengan pendapatan pribadi yaitu pendapatan yang diperoleh atau
dibayarkan kepada individu.
2.1.3. Konsep Pendapatan Rumah Tangga.
Pendapatan adalah sumber dana untuk pengeluaran, pengeluaran pertama-
tama ditujukan untuk kebutuhan konsumsi, sisanya ditabung atau diinvestasikan.
Berapa besar dari pendapatan yang digunakan untuk konsumsi tergantung pada
17
pendapatan itu sendiri. Pendapatan juga merupakan jumlah penghasilan riil dari
keseluruhan kegiatan ekonomi yang dilakukan. Pendapatan rumah tangga adalah
penghasilan riil dari seluruh anggota rumah tangga yang disumbangkan untuk
memenuhi kebutuhan keluarga ataupun per orangan anggota rumah tangga, maka
pendapatan tersebut dapat dirinci sebagai berikut (Prabudi, 2002:17) :
Pendapatan adalah penerimaan bersih seseorang, baik berupa uang kontan
maupun natura. Pendapatan atau juga disebut juga income dari seorang warga
masyarakat adalah hasil penjualannya dari faktor-faktor produksi yang
dimilikinya pada sektor produksi. Sektor produksi ini membeli faktor-faktor
produksi tersebut untuk digunakan sebagai input proses produksi dengan harga
yang berlaku dipasar faktor produksi.
Harga faktor produksi dipasar faktor produksi (seperti halnya juga untuk
barang-barang dipasar barang) ditentukan oleh tarik menarik antara penawaran
dan permintaan. Secara singkat pendapatan seorang warga masyarakat ditentukan
oleh Jumlah faktor-faktor produksi dan Harga per unit dari masing-masing faktor
produksi. Harga-harga ini ditentukan oleh kekuatan penawaran dan permintaan di
pasar faktor produksi.
Pendapatan rumah tangga adalah jumlah penghasilan riil dari seluruh
anggota rumah tangga yang disumbangkan untuk memenuhi kebutuhan bersama
maupun per orangan dalam rumah tangga. Pendapatan dan penerimaan rumah
tangga dapat diperinci atau pendapatan berupa uang atau barang dan lain serta jasa
yang diberikan anggota rumah tangga yang dapat dinilai dengan uang (Prabudi,
2002:13).
18
Hubungan antara pendapatan dan konsumsi terdapat beberapa faktor yang
menentukan besarnya pengeluaran rumah tangga secara perseorangan maupun
secara keseluruhan. Pendapatan disposibel akan mencapai tingkat lebih tinggi lagi,
rumah tangga tidak akan menggunakan seluruh pendapatan yang dibelanjakan
tersebut. Pendapatan yang tidak dibelanjakan tersebut merupakan tabungan yang
dilakukan rumah tangga (Sukirno, 1997:108).
Mengukur tingkat kesejahteraan keluarga adalah sangat sulit, karena yang
dimaksud dengan kesejahteraan itu sendiri merupakan hal yang tidak dapat dilihat
dengan materi, tetapi salah satu pendekatan sistem ekonomi yang mungkin yang
dapat digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan adalah dengan mengetahui
sejauh mana suatu keluarga dapat memenuhi setiap kebutuhannya.
Salah satu indikator yang berkaitan langsung terhadap pemenuhan
kebutuhan keluarga adalah pendapatan, semakin besar pendapatan yang diterima
oleh suatu keluarga maka semakin tinggi tingkat kesejahteraan keluarga tersebut.
dan apabila pendapatan yang diterima oleh keluarga rendah, maka semakin rendah
tingkat kesejahteraan keluarga tersebut.
Pendapatan masyarakat sebagian besarnya akan dibelanjakan kembali
untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidup, mulai dari pangan, sandang, papan
dan kebutuhan lainnya. Pengeluaran rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan
hidup ini disebut dengan konsumsi rumah tangga. Besarnya konsumsi tersebut
sangat ditentukan oleh besar kecilnya tingkat pendapatan yang diterima, biasanya
makin besar tingkat pendapatan makin besar pula konsumsi seseorang atau
masyarakat tersebut.
19
Pemenuhan kebutuhan pokok atau kebutuhan sehari-hari, seorang penjual
memperoleh pendapatan dari hasil penjualannya. Hasil penjualan adalah
pendapatan yang diterima oleh para penjual dari pembayaran atas barang yang
dibeli para konsumen, nilainya adalah sama dengan harga dikalikan dengan
jumlah yang dibeli oleh para pembeli, jika harga berubah maka hasil penjualan
dengan sendirinya akan berubah (Prabudi, 2002:16).
Pendapatan dari seorang warga masyarakat adalah hasil penjualan dari
faktor-faktor produksi yang dimilikinya kepada sektor produksi. Sektor produksi
ini membeli faktor produksi dengan harga yang berlaku di pasar faktor produksi.
Harga produksi di sektor produksi (seperti halnya juga untuk barang-barang)
ditentukan oleh tarik menarik antara penawaran dan permintaan. Tingkat
pendapatan rumah tangga bukanlah satu-satunya faktor yang mempengaruhi
konsumsi. Tingkat konsumsi suatu barang dari rumah tangga juga dipengaruhi
oleh jumlah anggota keluarga, komposisi umur dan jenis kelamin, letak geografis,
dan harga dari barang-barang (Boediono, 1993:283).
Pendapatan juga merupakan salah satu ukuran untuk menentukan tingkat
kesejahteraan suatu negara atau seseorang, bila pendapatan seseorang rendah
maka individu tersebut dikatakan miskin. Kemiskinan lazim dilukiskan sebagai
kurangnya pendapatan untuk memenuhi kebutuhan pokok, mereka dikatakan
berada di garis kemiskinan bila pendapatannya tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan paling pokok seperti, pangan, pakaian, tempat berteduh, air bersih,
fasilitas cuci, mandi, fasilitas kesehatan dan sebagainya. Kemiskinan muncul
karena adanya ketidaksamaan pola kepemilikan sumber daya yang menimbulkan
20
distribusi pendapatan yang timpang. Penduduk miskin hanya memiliki sumber
daya dalam jumlah terbatas dan kualitasnya rendah, bila kemiskinan diukur secara
absolut, terlihat batas garis kemiskinan di kota lebih tingi dari pada di desa
(Kuncoro, 2002:143).
Salah satu ukuran dalam menentukan tingkat kesejahteraan masyarakat
secara teoritis mempunyai batasan pengukuran karena berdasarkan batasan
pengukuran tersebut dapat ditentukan apakah penduduk tersebut miskin atau
tidak. Untuk itu setiap individu membutuhkan suatu kegiatan atau usaha untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya, baik usaha kecil maupun usaha besar. Usaha
mikro atau usaha kecil merupakan suatu kegiatan ekonomi yang produktif yang
berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang
bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki,
dikuasai, atau menjadi bagian, baik langsung maupun tidak langsung, dari usaha
menengah atau usaha besar (Kuncoro, 2002:185).
Tingkat kecukupan kebutuhan pokok yang merupakan unsur dari tingkat
kesejahteraan manusia sangat dipengaruhi oleh besarnya pendapatan. Unsur
kesejahteraan ini meliputi pemenuhan kebutuhan dasar. Kebutuhan dasar dapat
diartikan sebagai kebutuhan yang penting guna kelangsungan hidup. Konteks
dalam hal ini ada yang membedakan antara kebutuhan primer seperti makan,
minum, pakaian dan perumahan, sedangkan kebutuhan yang digunakan untuk
melengkapi kebutuhan primer disebut dengan kebutuhan sekunder seperti alat-alat
dan perabot.
21
Faktor pendapatan pada dasarnya tidak hanya berdiri sendiri tapi
dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti harga barang, selera dan pengharapan
konsumen dalam kaitannya dengan harapan dan pendapatan terhadap jasa sangat
kuat tidak dapat mengimbangi faktor lain, maka dari itu pendapatan sangat
penting artinya bagi permintaan suatu barang.
Rumah tangga akan menggunakan pendapatannya untuk dua tujuan, yang
pertama adalah untuk membeli berbagai barang ataupun jasa yang diperlukannya.
dalam perekonomian yang masih rendah taraf perkembangannya, sebagian besar
pendapatan yang dibelanjakan digunakan untuk membeli makanan dan pakaian,
yaitu keperluan sehari-hari yang paling pokok, di samping dibelanjakan.
pendapatan yang diterima rumah tangga akan diterima dan disimpan (Sukirno,
1994:36).
Biaya produksi dapat didefenisikan sebagai semua pengeluaran yang
dilakukan oleh firma untuk memperoleh faktor-faktor produksi dan bahan-bahan
mentah yang akan digunakan untuk menciptakan barang-barang yang
diproduksikan oleh firma tersebut. Biaya ini mencakup biaya tetap (fixed cost)
atau ongkos produksi tetap dan biaya variable (variable cost). Ongkos produksi
selalu berubah-ubah sesuai dengan besarnya volume produksi (Sukirno,
1994:207).
Biaya produksi adalah biaya-biaya yang diperlukan untuk memperoleh
bahan baku (mentah) dari pemasok dan mengubahnya menjadi produk selesai
yang siap dijual. Elemen biaya produksi terdiri atas biaya bahan baku, biaya
tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Biaya penjualan adalah biaya
22
yang dikeluarkan untuk memasarkan produk selesai, termasuk biaya iklan, biaya
gaji, biaya angkut dan biaya administrasi adalah biaya yang diperlukan untuk
administrasi secara umum (Sugiri, 1999:17).
Faktor produksi tenaga kerja, merupakan faktor produksi yang penting dan
perlu diperhitungkan dalam proses produksi dalam jumlah yang cukup bukan saja
dilihat dari tersedianya tenaga kerja tetapi juga kualitas dan macam tenaga kerja
perlu diperhatikan. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pada faktor produksi
tenaga kerja, antara lain : tersedianya tenaga kerja yang cukup memadai, kualitas
tenaga kerja yang mempunyai spesialisasi pekerjaan tertentu, jenis kelamin,
tenaga kerja musiman dan upah tenaga kerja (Soekartawi, 2003:250).
Pendapatan suatu rumah tangga dapat digolongkan pada pendapatan yang
bersumber dari kegiatan utama atau pokok dan pendapatan yang bersumber dari
kegiatan atau pekerjaan sampingan. Pendapatan dari kegiatan sampingan ini
biasanya penggunaan waktunya lebih pendek dari penggunaan waktu pekerjaan
utama. Kemudian penggunaan waktu yang lebih pendek dapat diperkirakan bahwa
pekerjaan sampingan tersebut jumlahnya relatif kecil dari pada pekerjaan utama
atau pokok.
2.1.4. Konsumsi Rumah Tangga.
Pengeluaran konsumsi rumah tangga merupakan komponen tunggal
terbesar dari pengeluaran keseluruhan aktual, tetapi ada yang menentukan jumlah
yang ingin dibelanjakan oleh rumah tangga untuk membeli barang dan jasa untuk
konsumsinya dan berapa banyak yang ingin mereka tabung, salah satu faktor yang
paling menentukan adalah pendapatan sisa rumah tangga. Dengan meningkatnya
23
pendapatan sisa, rumah tangga mempunyai lebih banyak uang untuk dibelanjakan
sebagai konsumsi. Tingkat pendapatan yang lebih tinggi biasanya juga merupakan
tahun-tahun dengan tingkat konsumsi yang lebih tinggi daripada rata-rata (Lipsey
dan Steiner, 1991).
Pengeluaran konsumsi atau private consumption expenditure meliputi
semua pengeluaran rumah tangga keluarga dan perseorangan serta lembaga-
lembaga swasta bukan perusahaan untuk membeli barang-barang dan jasa-jasa
yang langsung dapat dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Pembelian barang-barang tahan lama yang baru seperti mobil, pesawat televisi
dan sebagainya selain bangunan rumah termasuk variable ekonomi pengeluaran
konsumsi (Soediyono, 1984).
2.2. Penelitian Terdahulu
Berdasarkan penelitian yang terkait yang pernah dilakukan sebelumnya
yang dilakukan oleh :
Khadijah (2007) dengan penelitian yang berjudul mengkaji keragaan
ekonomi, kesempatan kerja dan distribusi pendapatan pada usaha kecil emping
melinjo. Hasil dari penelitiannya menunjukan bahwa dari keragaan ekonomi
industri emping melinjo aspek pengadaan bahan baku, permodalan dan pemasaran
merupakan kendala utama. Tingkat pengembalian (R/C) industri pada saat bahan
baku melimpah sebesar 1,20 dan pada saat bahan baku jarang tingkat
pengembalian pendapatannya (R/C) sebesar 1, 03 dan 1,08.
24
Penelitian kedua yang berjudul “PT. Pos Indonesia Terhadap
Perkembangan Usaha Kecil di Kota Pekanbaru” (Marzuki, 2002). Perumusan
masalah yang dijumpai adalah :
1. Bagaimana gambaran perkemabangan Usaha Kecil dan Penyaluran kredit
oleh PT. Pos Indonesia di kota Pekanbaru.
2. Bagaimana pengaruh penyaluran kredit oleh PT. Pos Indonesia terhadap
pengembangan Usaha Kecil di kota Pekanbaru.
Untuk menjawab permasalahan tersebut digunakan metode analisi data
secara data-eskriptif dan kuantatif. Metode deskriptif untuk menganalisa data
dengan data-data dan fakta yang diperoleh serta membandingkan dengan teori
yang erat kaitannya dengan permasalahan untuk diambil beberapa kesimpulan.
kemudian untuk melihat perbedaan pendapatan pengusaha kecil sebelum dan
sesudah adanya kredit PT. Pos Indonesia melalui sistem kemitraan, dapat
dilakukan dengan uji statistic non parametrik yaitu dengan menggunakan Uji
Tanda (Sign Test). Kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah:
1. Keterkaitan antara suatu perusahaan besar atau menengah baik itu milik
swasta maupun BUMN terhadap pengusaha kecil sangat dibutuhkan dalam
hal ini PT. Pos Indonesia sebagai mitra telah berperan dalam
mengembangkan usaha pengusaha kecil mitra biasannya di kota
pekanbaru.
2. Bentuk –bentuk pembinaan yang telah diberikan oleh PT. Pos Indonesia
kepada usaha kecil binaannya sangat beragam namun secara keseluruhan
yang telah terealisasi adalah berupa bantuan modal (kredit) dengan tingkat
25
bunga rendah yaitu 4%tahun, pemasaran, pelatihan keterampilan
manajemen usaha yang dalam hal ini bekerjasama dengan Dinas
Perindustrian dan Tenaga Kerja.
Penelitian ketiga berjudul analisis keragaan usaha ternak sapi perah rakyat
di Kota Padang Panjang (Deslirizaldi, 2008). dapat disimpulkan bahwa :
1. Hasil penelitian tentang keragaan teknis dilihat dari keragaan produksi sapi
perah rakyat di Kota Padang Panjang belum baik karena: Rata – rata bobot
lahir 48,31 kg, produksi susu 2790,25, produktivitas fisik 4,86 liter / hari.
Peremajaan 201,25 %, dan angka produktif ratio 45,99 %. Ukuran
keragaan reproduksi sudah berada dalam kategori standar, Yaitu : Rata –
rata umur beranak pertama 2,83 tahun, jarak melahirkan 15,26 bulan,
service per conseption 1,71dan angka panen anak 85,82 %.
2. Usaha peternakan sapi perah rakyat di Kota Padang Panjang secara
ekonomis sudah menguntungkan, dengan B/C sebesar 1,06 dan R/C
sebesar 0,06.
Perlu upaya peningkatan pengetahuan peternak terutama dalam teknis
usaha ternak sapi perah. Disamping itu juga perlu melaksanakan skala usaha yang
efisien sehingga keuntungan usaha ternak lebih baik.
2.3. Kerangka Pemikiran
Tujuan penelitian yaitu untuk melihat kontribusi pendapatan dari usaha
sektor informal dalam memenuhi kebutuhan ekonomi rumah tangga dan
keluarganya. Apabila usaha ini merupakan sumber pendapatan satu-satunya untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya dan keluarganya, maka kontribusi pendapatan
26
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dan keluarganya adalah dari usaha ini
sepenuhnya.
27
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada usaha sektor informal di Kota Pekanbaru
kecamatan tampan. Pertimbangan dipilihnya lokasi ini karena di kecamatan
tampan terdapat cukup banyak sektor informal dan juga di daerah tampan ini
merupakan tempat yang sangat berkembang di karenakan dekat dengan area
kampus. Objek penelitian antara lain usaha kecil yang menggunakan gerobak
dorong dan tentunya dengan modal yang kecil juga. Penelitian ini dimulai
dilakukan pada bulan Maret sampai bulan Mei tahun 2012.
3.2. Metode Pengumpulan Data dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer
yaitu data yang diperoleh langsung dari hasil wawancara dengan responden, di
mana responden akan ditemui pada saat mereka menjual dagangannya dalam
lokasi atau tempat jualan. Data tersebut meliputi data mengenai karakteristik
responden, besarnya modal, lamanya jam kerja, pendapatan, tingkat umur, jumlah
anggota rumah tangga, jumlah tanggungan dan lainnya. Data sekunder adalah data
yang diperoleh dari mengumpulkan data dan informasi/tulisan yang diperoleh
dalam bentuk buku atau internet.
Dalam metode pengumpulan data, penulis melakukan survey langsung
kelapangan dengan menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:
28
1. Kuesioner, yaitu data yang diperoleh dengan cara membuat daftar pertanyaan
terlebih dahulu, yaitu mengenai hal-hal yang berhubungan dengan
permasalahan yang sedang dibahas dalam penelitian ini yang nantinya diisi
oleh para responden.
2. Interview, yaitu mengumpulkan data yang dilakukan dengan cara berdialog
atau wawancara langsung dengan penjual atau pihak-pihak yang terkait
lainnya.
3.3. Populasi dan Sampel
Berdasarkan hasil survey yang dilakukan dalam penelitian ini, terhadap
para usaha sektor informal di Kota Pekanbaru. Responden merupakan pengusaha
di sektor informal yang bersedia diwawancarai.
Jumlah sampel yang akan diambil dalam penelitian ini sebanyak 15 usaha.
Teknik pengambilan sampel ini menggunakan Purposive Sampling. Dengan
jumlah responden 30 usaha untuk setiap jenis usaha.
3.4. Analisis Data
Penelitian ini, untuk mencapai tujuan pertama, dihitung besarnya
pendapatan yang diperoleh Penjual dengan cara menghitung pendapatan kotor,
pendapatan bersih dan biaya produksi. Untuk mencapai tujuan penelitian kedua,
yaitu untuk melihat besarnya kontribusi pendapatan rumah tangga, dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya dan keluarganya, dapat dilihat dari perbandingan
pendapatan dari usaha informal ini dengan pendapatan di luar usaha informal ini.
Apabila usaha ini merupakan sumber pendapatan satu-satunya untuk memenuhi
29
kebutuhan hidupnya dan keluarganya, maka kontribusi pendapatan dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya dan keluarganya adalah dari usaha sector informal
ini sepenuhnya.
3.4.1. Pendapatan Kotor
Untuk menghitung pendapatan kotor pada evaluasi keragaan usaha
digunakan rumus (Soekartawi, 2005):
TR = Y. Py
Dimana :
TR = Pendapatan Kotor
Y = Jumlah penjualan produksi
Py = Harga produksi (Rp)
3.4.2. Pendapatan Bersih
Untuk menghitung pendapatan bersih usaha ini digunakan rumus menurut
(Soekartawi, 2005) :
π = TR – TC
π = Y. Py – (TVC + TFC )
Dimana :
π = Pendapatan bersih (Rp)
Y = Jumlah penjualan (Produksi)
Py = harga produksi (Rp)
TVC = Jumlah panggunaan biaya variabel yang digunakan (Rp)
TFC = Jumlah penggunaan biaya tetap yang digunakan (Rp)
30
3.4.3. Penyusutan peralatan
Untuk menghitung penyusutan peralatan digunakan metode garis lurus
(Stright Line Method), menurut (Ibrahim, 2003):
P =
Dimana:
P = Nilai penyusutan (Rp)
B = Nilai beli alat (Rp)
S = Nilai sisa (20% dari nilai beli (Rp)
N = Umur ekonomis aset.
3.4.4. Efisiensi Usaha
Untuk menghitung efesiensi usaha dilakukan dengan analisis Return Cost
Ratio (RCR) menurut (Soekartawi, 1995) :
RCR = TR/ TC
Keterangan :
RCR = Return Cost Ratio (%)
TR = Total penerimaan (Rp)
TC = Total biaya produksi (Rp)
Dengan kriteria sebagai berikut :
RCR > 1= Setiap satu rupiah yang dikeluarkan menghasilkan penerimaan
kotor besar dari satu rupiah, berarti usaha ini menguntungkan dan
layak untuk diteruskan.
31
RCR = 1 Setiap satu rupiah yang dikeluarkan menghasilkan penerimaankotor
satu rupiah, berarti usaha berada pada titik impas (balik modal).
RCR < 1 Setiap satu rupiah yang dikeluarkan menghasilkan penerimaan kecil
dari satu rupiah, berati usaha ini mengalami kerugian dan tidak layak
untuk diteruskan.
3.4.5. Break Event Point (BEP)
Titik impas penerimaan adalah suatu titik dimana pengusaha tidak rugi dan
juga tidak untung. Untuk menghitung titik impas penerimaan usaha dilakukan
dengan analisis Break Event Point (BEP) penerimaan menurut ( Suratiyah, 2006)
Keterangan :
BEP Penerimaan = Nilai impas Penerimaan (Rp)
FC = Biaya Tetap (Rp/ Bulan)
VC = Biaya Variable (Rp/ Bulan)
S = Penerimaan (Rp/ Bulan)
3.4.6. Analisis Kontribusi Usaha Terhadap Pendapatan Total Keluarga
Kontribusi segala bentuk tindakan dan pemikiran yang bertujuan untuk
mewujudkan sebuah usaha bersama atau sumbangsih terhadap sesuatu
pelaksanaan kegiatan dapat bersifat positif juga bisa negatif. Sedangkan
Pendapatan Usaha adalah pendapatan yang berhubungan langsung dengan
kegiatan usaha.
32
3.5. Konsep Operasional
1. Pengusaha dalam penelitian ini adalah orang yang bekerja dalam bidang
penyediaan makanan / minuman atau pemilik usaha yang menjadikan usaha
sektor Informal ini sebagai penghasilan utama.
2. Modal dalam penelitian ini adalah investasi dalam bentuk harta kekayaan yang
digunakan oleh pengusaha pecel lele untuk membuka usahanya.
3. Modal tetap dalam penelitian ini adalah jumlah modal yang dikeluarkan untuk
pembelian perlengkapan usaha, pembelian bahan dan alat lainnya seperti:
pembuatan gerobak, kursi, meja, peralatan memasak, perlengkapan Usaha
dan lain-lain.
4. Produksi adalah banyaknya Makanan atau Minuman yang dihasilkan selama
masa berproduksi.
5. Biaya variabel adalah biaya yang jumlahnya berubah sesuai dengan perubahan
tingkat produksi,seperti biaya bahan baku utama, bahan penunjang dan biaya
tenaga kerja.
6. Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tetap seperti biaya penyusutan.
7. Modal kerja dalam penelitian ini adalah jumlah modal yang dikeluarkan untuk
pembelian sarana produksi yang habis digunakan dalam satu kali proses
produksi, yang meliputi pembelian bahan-bahan seperti pembelian tepung,
susu, gula, pisang, sayuran,bumbu dan lain-lain, yang dihitung dengan satuan
rupiah per bulan.
33
8. Biaya operasional usaha dalam penelitian ini adalah keseluruhan biaya atau
total cost yang dikeluarkan oleh pengusaha untuk membuka usaha:
a. Biaya tetap (fixed cost) yaitu biaya yang dikeluarkan yang tidak mengalami
perubahan walaupun tejadi perubahan produksi, yang meliputi biaya
penyusutan dan sewa lokasi.
b. Biaya tidak tetap (variable cost) adalah biaya yang berubah sesuai dengan
perubahan intensitas volume kegiatan atau banyaknya produksi yang
dihitung dalam rupiah.
9. Pendapatan kotor adalah jumlah produksi yang dihasilkan dalam satu kali
produksi dikalikan dengan harga pada saat penelitian.
10. Pendapatan bersih adalah selisih pendapatan kotor dengan biaya produksi.
11. Keuntungan Keuntungan usaha dalam penelitian ini adalah selisih antara
penerimaan total dengan seluruh biaya yang dikeluarkan dalam satuan
rupiah/bulan.
12. Penyusutan peralatan adalah berkurangnya nilai suatu alat setelah digunakan
dalam proses produksi (Rp/ bulan).
34
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Keadaan Umum Daerah Penelitian
4.1.1. Letak Wilayah dan Keadaan Topografi
Kecamatan Tampan terdiri dari beberapa desa atau kelurahan yaitu
Kelurahan Simpang Baru, Sidomulyo Timur, Tampan, Sidomulyo Barat dan
Labuh Baru. Adapun batas-batas wilayah, sebelah utara dengan Sungai Siak
Kecamatan Rumbai, sebelah selatan dengan Kecamatan Bukit Raya Kecamatan
Sukajadi dan Kecamatan Senapelan dan sebelah barat dengan Kecamatan
Tambang Kabupaten Kampar.
Luas Kecamatan Tampan 108 Km2. Ibu Kota Kecamatan Tampan terletak
di Simpang Baru jalan Negara Km 14 menuju arah Bangkinang. Wilayah
Kecamatan Tampan keadaan tanahmya datar dan sebagian lagi rawa-rawa.
Kisaran temperatur di Kecamatan Tampan 220C – 320C dengan rata-rata curah
hujan 2145 mm per tahun.
4.1.2. Keadaan Penduduk
Penduduk merupakan sumberdaya manusia yang utama untuk
menggerakkan dan melaksanakan pembangunan. Penduduk adalah sumber tenaga
kerja dan pengelola sumber-sumber alam yang tersedia untuk dimanfaatkan di
berbagai sektor, salah satunya di sektor informal.
35
4.1.3. Profil Usaha Kecil Sektor Informal
Usaha sektor informal yang penulis teliti ini terletak di Jalan
HR.Soebrantas Kecamatan Tampan. Usaha ini ada yang berdiri sudah sejak lama
ada juga yang baru berdiri di tahun 2012. Dengan modal pertama yang pastinya
sangat kecil. Yang di dapat dengan mengumpulkan dari usaha mereka sebelumnya
selama ini.
Usaha ini berdiri hanya dengan menggunakan gerobak dorong yang
dilengkapi dengan peralatan yang sesuai dengan makanan atau minuman yang
akan dijual setiap harinya. Usaha ini ada yang menggunakan tenaga kerja ada juga
yang tidak menggunakan tenaga kerja, tenaga kerja yang digunakan kebanyakan
tenaga kerja dalam keluarga (keluarga, teman, dan tetangga). Setelah beberapa
tahun usaha kecil ini mengalami peningkatan produksi yang berfluktuasi,
sehingga sebagian dari pengusaha ada yang membutuhkan karyawan untuk
memenuhi permintaan konsumen. Usaha ini mulai berjualan ada yang dari pukul
10.00 pagi hingga pukul 12.00 malam dan ada juga pukul 06.00 hingga pukul
10.00 seperti lontong Tergantung dari menu makanan atau minuman yang akan
dijual.
Usaha kecil sektor informal dalam penelitian ini terdiri dari 15 usaha
sebagaimana dapat dilihat dari table berikut:
36
Tabel 4.1 Jenis Usaha Kecil Pada Sektor Informal di Kecamatan Tampan Pekanbaru
No Nama Usaha
1 Capucino2 Gorengan3 Air Tebu4 Martabak5 Kue Pukis6 Friedchicken7 Tahusumedang8 Kue Molen9 Es Dawet10 Kue Bika11 Lontong12 Roti Bandung13 Tehpoci14 Air Akar15 Freshcorn
Sumber : Data Primer, Penelitian Tahun 2012
4.2. Profil Sampel
Profil sampel merupakan gambaran secara garis besar dari indentitas
pengusaha dan tenaga kerja yang meliputi umur, tingkat pendidikan, pengalaman
usaha, jumlah tenaga kerja dan lain-lain.
4.2.1. Umur Sampel
Umur merupakan indikator yang dapat mempengaruhi pengusaha dalam
berfikir dan bertindak dalam usahanya. Pada umumnya pengusaha muda lebih
dinamis dan tanggap terhadap perkembangan lingkungan di sekitarnya, terutama
yang berhubungan dengan kegiatan usahanya. Dalam melakukan suatu usaha juga
diperlukan tenaga-tenaga muda yang lebih kuat dan gesit, karena dalam
melakukan suatu usaha memerlukan tenaga kerja.
37
4.2.1.1. Umur Pemilik Usaha Sektor Informal
Umur responden dalam penelitian ini di kelompokkan dalam tiga
kelompok usia kerja yaitu usia sangat produktif (15-45 tahun), usia produktif (46-
65 tahun) dan usia kurang produktif (<15 tahun dan >65 tahun).
Tabel 4.2 Umur Pemilik Usaha Sektor Informal Kecamatan Tampan di Kota Pekanbaru tahun 2012
No. Umur Frekuensi Persen(%)1. < 15 0 02. 15 – 45 27 903. 46 – 65 3 104. > 65 0 0
Jumlah 30 100Sumber : Data Primer, Penelitian Tahun 2012
Dari Tabel 2 diatas dapat diketahui bahwa klasifikasi umur pemilik usaha
sektor informal yaitu umur 15-45 berjumlah 27 orang (90%), dan umur 46-65
berjumlah 3 orang (10%). Hal ini menjelaskan bahwa pemilik usaha sektor
informal didominasi oleh umur sangat produktif yaitu 27 orang (90%), sedangkan
pemilik usaha sektor informal yang produktif berjumlah 3 orang (10%).
4.2.2.2. Tingkat Pendidikan Sampel
Tingkat pendidikan mempengaruhi terhadap cara berfikir dan bertindak
para pemilik usaha dalam melakukan usahanya. Walaupun pengetahuan seseorang
akan suatu hal sulit diukur secara pasti, namun pendidikan formal dapat
memberikan gambaran terhadap tingkat pengetahuan.
38
4.2.2.3. Tingkat Pendidikan Pemilik Usaha Sektor Informal
Pengusaha sektor informal di Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru rata-rata
memiliki tingkat pendidikan formal yang cukup dan umur yang masih muda. Untuk
melihat tingkat pendidikan Pengusaha Sektor informal di Kecamatan Tampan Kota
Pekanbaru dapat dilihat pada Tabel 3 dan lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 2.
Tabel 4.3 Tingkat Pendidikan Pemilik Usaha Sektor Informal di Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru Tahun 2012.
No Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa)1 Tidak Tamat SD 02 SD 103 SMP 124 SMA 75 D3 06 S1 17 S2 0
Jumlah 30Sumber : Data Primer, Penelitian Tahun 2012
Dari table diatas menggambarkan bahwa tingkat pendidikan pengusaha
sektor informal tergolong baik, yaitu 10 orang lulusan SD, 12 orang lulusan SMP,
7 orang lulusan SMA, dan 1 orang lulusan Strata Satu (S1). Dengan tingkat
pendidikan yang mereka peroleh, mereka mampu melakukan usahanya sampai
saat ini.
4.2.2.4. Pengalaman Berusaha
Pengalaman berusaha atau lamanya pengusaha dalam bekerja pada sektor
informal mempengaruhi keterampilan, kemahiran dan pengambilan keputusan
dalam menjalankan dan mengembangkan usahanya. Dalam menjalankan usahanya
pengusaha biasanya berpedoman pada pengalaman masa lalu. Karena dalam usaha
sektor informal diperlukan suatu pengalaman ataupun keterampilan tertentu, yang
39
dapat mempengaruhi keberhasilan usahanya. Dalam hal ini pengalaman dapat
mengurangi atau mengantisipasi resiko kegagalan dalam berusaha. Sebagian besar
pengusaha sektor informal pengalaman usahanya antara 3 bulan hingga 35 tahun.
Dengan gambaran pengalaman usaha tersebut tentu saja pengusaha memiliki
kemampuan dalam mengelola usahanya dengan baik. Adapun pengalaman
pengusaha sektor informal dapat dilihat pada Tabel 4 dan untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada Lampiran 2.
Tabel 4.4 Pengalaman Usaha Para Pemilik Usaha Sektor Informal di Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru Tahun 2012.
NO Pengalaman Usaha Jumlah (Jiwa)1. < 1 Tahun 52. 1-5 Tahun 133. > 6 Tahun 12
Jumlah 30Sumber: Data Primer
4.3. Modal
Modal adalah barang atau uang yang bersama-sama dengan faktor
produksi lain dan tenaga kerja serta pengolahan menghasilkan barang-barang baru
yaitu produk atau output. Modal dapat berasal dari milik sendiri seperti tabungan,
warisan dan keuntungan sebelumnya, atau modal yang berasal dari luar berupa
pinjaman atau kredit.
Dari hasil penelitian yang telah dilalukan dilapangan sebagian besar modal
berasal dari uang pribagi masing-masing pemilik usaha, dikarenakan susahnya
untuk mendapatkan pinjaman dari pihak lain. Untuk data modal pembuatan usaha
dapat dilihat pada Tabel 4.5 dan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran
3.
40
Tabel 4.5 Total Modal Usaha Mula-Mula di Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru Tahun 2012.
NONama Responden Total Biaya (Rp)
1 Capucino cincau 1 1.974.0002 Capucino Cincau 2 1.718.0003 Gorengan 1 1.911.0004 Gorengan 2 4.817.0005 Air Tebu 1 4.666.0006 Air Tebu 2 4.870.0007 Martabak 1 1.902.0008 Martabak 2 2.270.0009 Kue Pukis1 3.878.00010 Kue Pukis 2 2.938.00011 Fried Chiken 1 3.516.00012 Fried Chiken 2 4.229.00013 Tahu Semedang 1 2.867.00014 Tahu Semedang 2 3.456.00015 Pisang Molen 1 1.895.00016 Pisang Molen 2 2.130.00017 Es Dawet 1 1.388.00018 Es Dawet 2 1.325.00019 Kue Bika 1 2.698.00020 Kue Bika 2 3.148.00021 Lontong 1 2.697.00022 Lontong 2 3.090.00023 Roti Bakar Bandung 1 2.512.00024 Roti Bakar Bandung 2 2.338.00025 Teh Poci 1 845.00026 Teh Poci 2 930.00027 Air Akar 1 2.520.00028 Air Akar 2 2.913.00029 Fres Corn 1 1.584.00030 Fres Corn 2 1.803.000
JUMLAH 78.828.000RATA-RATA 2.627.600
4.4. Tujuan Usaha dan Proses Produksi
Setiap proses produksi yang dilaksanakan akan memberikan hasil akhir
yang berupa suatu produksi. Bedasar hasil penelitian untu jumlah peroduksi
41
setiap usaha sektor informal dilihat pada Tabel 4.4. Produksi makanan ringan
seperti kue bika dan molen jumlah produksinya lebih besar dibandingkan dengan
yang lain dikarenakan harga penjualan lebih murah, untuk minuman rata-rata
hanya 100 gelas perhari karena banyaknya jumlah penjual minuman yang ada
dikawasan tampan, untuk lontong, martabak, roti bakar jumlah produksinya paling
sedikit selai karna harganya yang lebih mahal.
Tabel 4.6. Jumlah Produksi Perhari Usaha Sektor Informal di Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru Tahun 2012.
No Nama Usaha Jumlah Produksi Satuan1 Capucino1 100 Gelas2 Capucino2 90 Gelas3 Gorengan1 400 Buah4 Gorengan2 500 Buah5 Air tebu1 100 Gelas6 Air tebu2 120 Gelas7 Martabak1 60 Potong8 martabak2 45 Potong9 Kue pukis1 700 Buah10 Kue pukis2 300 Buah11 friedchicken1 200 Potong12 friedchicken2 160 Potong13 Tahusumedang1 400 Buah14 Tahusumedang2 300 Buah15 Kue molen1 500 Buah16 Kue molen2 400 Buah17 Es dawet1 120 Gelas18 Es dawet2 120 Gelas19 Kue Bika1 800 Buah20 Kue Bika2 400 Buah21 lontong1 60 Piring22 lontong2 70 Piring23 Roti bandung1 50 Buah24 Roti bandung2 40 Buah25 Tehpoci1 100 Gelas26 Tehpoci2 80 GelasNo Nama Usaha Jumlah Produksi Satuan27 Air akar1 100 Gelas28 Air akar2 90 Gelas29 freshcorn1 70 Gelas30 freshcorn2 60 Gelas
Sumber: Data Primer
42
4.4.1.1. Tujuan Usaha
Usaha informal yang dikelola oleh para usaha termasuk pada skala kecil.
Kegiatan produksi yang dilakukan tergantung pada permintaan konsumen.
Dengan kata lain usaha akan berkembang jika diimbangi dengan peningkatan
jumlah permintaan. Untuk memenuhi permintaan pasar maka produk yang
dihasilkan harus senantiasa tersedia dengan jumlah yang mencukupi dan mutu
yang sesuai dengan selera konsumen.
Produk yang dihasilkan terutama untuk memenuhi kebutuhan konsumen,
oleh karena itu tujuan melaksanakan usaha ini adalah untuk memenuhi kebutuhan
keuangan keluarga atau sumber pendapatan utama. Selain itu para usaha juga
menyatakan bahwa mereka melakukan usaha tersebut karena usaha ini yang
paling sesuai dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dan keluarganya.
4.5. Analisis Pendapatan
Pendapatan dalam penelitian ini adalah perkalian antara jumlah produk
yang terjual dengan harga produk. Pendapatan dalam penelitian ini terbagi dua
yaitu pendapatan kotor dan pendapatan bersih.
Pendapatan kotor adalah pendapatan yang diterima oleh pengusaha
informal dari seluruh hasil penjualan. Sedangkan pendapatan bersih adalah
pendapatan yang diterima oleh pengusaha informal dari seluruh hasil penjualan
yang sudah dikurangi dengan seluruh biaya yang dikeluarkan oleh pengusaha
informal.
4.6.1. Pendapatan Kotor
Pendapatan kotor adalah jumlah produksi yang dihasilkan dalam satu kali
produksi dikalikan dengan harga. dapat dilihat pada Tabel 4.5.
43
Tabel 4.7. Pendapatan Kotor Perhari Pada Usaha Sektor Informal di Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru Tahun 2012.
No Nama Usaha HargaJumlah
ProduksiSatuan Total(Rp)
1 Capucino1 5.000 100 Gelas 500.0002 Capucino2 5.000 90 Gelas 450.0003 Gorengan1 1.000 400 Buah 400.0004 Gorengan2 1.000 400 Buah 400.0005 Air tebu1 3.000 100 Gelas 300.0006 Air tebu2 2.000 120 Gelas 240.0007 Martabak1 5.000 60 Potong 300.0008 martabak2 10.000 45 Potong 450.0009 Kue pukis1 1.000 700 Buah 700.00010 Kue pukis2 1.000 300 Buah 300.00011 friedchicken1 5.000 180 Potong 900.00012 friedchicken2 5.000 160 Potong 800.00013 Tahusumedang1 1.000 400 Buah 400.00014 Tahusumedang2 1.000 300 Buah 300.00015 Kue molen1 1.000 300 Buah 300.00016 Kue molen2 1.000 250 Buah 250.00017 Es dawet1 3.000 120 Gelas 360.00018 Es dawet2 3.000 120 Gelas 360.00019 Kue Bika1 500 800 Buah 400.00020 Kue Bika2 1.000 400 Buah 400.00021 lontong1 5.000 60 Piring 300.00022 lontong2 5.000 70 Piring 350.00023 Roti bandung1 10.000 50 Buah 500.00024 Roti bandung2 10.000 40 Buah 400.00025 Tehpoci1 3.000 100 Gelas 300.00026 Tehpoci2 3.000 80 Gelas 240.00027 Air akar1 3.000 100 Gelas 300.00028 Air akar2 3.000 90 Gelas 270.00029 freshcorn1 5.000 70 Gelas 350.00030 freshcorn2 6.000 60 Gelas 360.000
Rata????
44
4.6.2. Pendapatan Bersih
Pendapatan bersih merupakan selisih pendapatan kotor dengan biaya
produksi. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pendapatan bersih
pengusaha sektor informal perhari rata-rata Rp. 408.147.
4.6. Analisis Biaya Produksi
4.6.1.Biaya Investasi
Usaha informal ini untuk memulainya, diperlukan berbagai barang-barang
yang tentunya memerlukan biaya untuk mendapatkannya. di antaranya gerobak,
meja, kursi, piring atau mangkok, peralatan memasak seperti, kuali, kompor gas,
tabung gas, panci, dan lain-lainnya. Besar kecilnya biaya investasi tergantung
pada skala usaha yang dibangun, artinya semakin besar skala usahanya maka
semakin besar juga biaya investasi yang diperlukan untuk membangun usahanya
dapat lebih jelasnya pada Lampiran 3.
4.6.2. Modal Kerja
Modal kerja adalah modal yang habis dalam satu kali proses produksi, yang
digunakan untuk menghasilkan produk. Modal kerja yang dikeluarkan oleh
pengusaha informal terdiri dari pembelian bahan baku dan bahan penunjang yang
merupakan bahan pokok dalam kelancaran proses produksi. Bahan baku yang
dipergunakan dalam usaha pecel lele seperti:tepung, gula, susu, sayuran, tempe,
tahu, bumbu-bumbu dan lain-lain. Dan bahan penunjang seperti: tisu, tusuk gigi,
sunlight, es kristal, plastik, pembungkus,gelas plastik, karet dan lain-lain. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 5.
45
Tabel 4.8. Kebutuhan Modal Kerja Per Bulan Pada Skala Sektor Informal di Kecamatan
Tampan Kota Pekanbaru
No Nama Usaha Modal Kerja Perhari Modal Kerja Perbulan
1 Capucino1 297.000
8.910.000
2 Capucino2 282.000
8.460.000
3 Gorengan1 269.000
8.070.000
4 Gorengan2 226.000
6.780.000
5 Air tebu1 64.000
1.920.000
6 Air tebu2 82.000
2.460.000
7 Martabak1 184.000
5.520.000
8 martabak2 201.000
6.030.000
9 Kue pukis1 154.000
4.620.000
10 Kue pukis2 130.000
3.900.000
11 friedchicken1 662.000
19.860.000
12 friedchicken2 539.000
16.170.000
13 Tahusumedang1 114.000
3.420.000
14 Tahusumedang2 115.000
3.450.000
15 Kue molen1 145.000
4.350.000
16 Kue molen2 144.000
4.320.000
17 Es dawet1 142.000
4.260.000
18 Es dawet2 142.000
4.260.000
19 Kue Bika1 167.000
5.010.000
46
20 Kue Bika2 112.000
3.360.000
21 lontong1 195.000
5.850.000
22 lontong2 174.000
5.220.000
23 Roti bandung1 418.000
12.540.000
24 Roti bandung2 407.000
12.210.000
25 Tehpoci1 145.000
4.350.000
26 Tehpoci2 145.000
4.350.000
27 Air akar1 122.000
3.660.000
28 Air akar2 112.000
3.360.000
29 freshcorn1 298.000
8.940.000
30 freshcorn2 256.000
7.680.000
(BUAT RATA2)
4.6.3. Biaya Operasional
Kegiatan produksi Usaha Informal diperlukan biaya operasional. Biaya
operasional adalah sejumlah biaya yang harus dikeluarkan untuk menghasilkan
sejumlah produk dari usahainformal. Biaya operasional ini meliputi biaya tetap
(Fixed Cost) dan biaya tidak tetap (Variabel Cost).
4.6.3.1. Biaya Tetap (Fixed Cost)
Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan yang tidak mengalami
perubahan walaupun tejadi perubahan produksi, yang meliputi biaya penyusutan,
sewa lokasi, biaya gaji karyawan, biaya hidup dan biaya listrik, biaya kebersihan
dan biaya keamanan. Untuk Jelasnya pada Lampiran ?.
47
4.6.3.2. Biaya Penyusutan
Biaya Penyusutan adalah berkurangnya nilai suatu alat setelah di gunakan
dalam proses produksi. Besarnya Biaya penyusutan tergantung pada besarnya
biaya investasi yang digunakan. Artinya semakin banyak investasi yang
digunakan dalam proses produksi semakin besar biaya penyusutannya. Demikian
juga sebaliknya. Biaya penyusutan yang dikeluarkan oleh masing-masing pemilik
usaha sektor Informal di Kecamatan Tampan Pekanbaru biaya penyusutan
terbesar yaitu pada usaha ? sebesar ? dan biaya penyusutan terkecil pada usaha ?
sebesar? Bulan. Untuk lebih jelasnya jumlah biaya penyusutan yang dikeluarkan
oleh masing-masing pemilik usaha Informal di Kecamatan tampan, dapat dilihat
pada Lampiran ?
4.6.3.3. Total Biaya Tetap
Tabel 4.9. Rata-Rata Total Biaya Tetap Per Bulan Usaha Sektor Informal di
Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru Tahun 2012.
48
4.7. Penjualan
Penjualan dalam penelitian ini adalah jumlah produksi yang terjual
dikalikan dengan harga produk yang sangat berhubungan dengan pendapatan.
Produk dalam penelitian ini terdiri dari makanan dan minuman ringan.
4.7.1. Penjualan Skala Usaha Sektor Informal
Rata-rata penjualan per bulan usaha informal di Kecamatan Tampan dalam
skala usaha kecil sebesar Rp 6.326.278/bulan. Penjualan tertinggi yaitu pada
usaha fried chicken dengan total penjualannya per bulan yaitu Rp 8.700.000
sedangkan penjualan terkecil yaitu pada usaha Roti bakar bandung yaitu sebesar
Rp 3.960.000/bulan. Penjualan usaha informal dalam skala usaha kecil ini dapat
dilihat pada Tabel 4.8 dan lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 4.
49
Tabel 4.8. Total Penjualan Per Bulan Usaha Sektor Informal di Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru Tahun 2012.
Responden Jenis UsahaPendapatan Bersih
per bulan1 Capucino1 8.085.0002 Capucino2 7.275.0003 Gorengan1 5.730.0004 Gorengan2 6.660.0005 Air tebu1 7.800.0006 Air tebu2 5.168.3497 Martabak1 6.180.0008 martabak2 9.660.0009 Kue pukis1 6.870.00010 Kue pukis2 5.940.00011 friedchicken1 8.070.00012 friedchicken2 8.700.00013 Tahusumedang1 7.380.00014 Tahusumedang2 4.740.00015 Kue molen1 4.770.00016 Kue molen2 4.230.00017 Es dawet1 7.230.00018 Es dawet2 7.230.00019 Kue Bika1 7.680.00020 Kue Bika2 8.040.00021 lontong1 5.850.00022 lontong2 5.610.00023 Roti bandung1 5.460.00024 Roti bandung2 3.960.00025 Tehpoci1 6.630.00026 Tehpoci2 4.830.00027 Air akar1 5.130.00028 Air akar2 4.680.00029 freshcorn1 4.320.00030 freshcorn2 5.880.000
Jumlah 189.788.349Rata-rata 6.326.278
Sumber : Data Primer
50
4.8. Permasalahn Pengusaha Sektor Informal
Hasil penelitian ditemukan permasalahan pengusaha usaha sektor informal di
Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru meliputi : harga-harga bahan baku yang
cenderung mengalami kenaikan. Masalah cuaca misalnya hujan, untuk mengatasi
masalah cuaca ini para usaha pecel lele menambah jam jualannya. Selanjutnya
masalah yang dihadapi para usaha yaitu masalah libur semester kuliah. Pada saat
libur semester kuliah maka para usaha ini mengurangi produksinya dari
sebelumnya yang bertujuan untuk menghindari kerugian.
4.9. Kontribusi Pendapatan Rumah Tangga.
Penelitian ini dalam meneliti kontribusi pendapatan rumah tangga terhadap
usaha informal untuk menjawab tujuan kedua. dengan cara membandingkan
pendapatan atau penghasilan dari usaha informal dengan sumber pendapatan dari
usaha selain dari usaha kecil. Dalam hal ini dapat dilihat pada Lampiran 4.
Lampiran 4 menunjukkan bahwa jumlah responden yang menjadi sampel
sebanyak 30 sampel, rata-rata kontribusi pendapatan dari usaha informal di
Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru tahun 2012 sebesar 89%. Artinya
pendapatan rumah tangga pada usaha kecil di Kecamatan Tampan Kota
Pekanbaru sangat berpengaruh dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
yang mana 17 usaha yang kontribusi pendapatannya bersumber dari usaha
informal berjumlah 100% yang berarti penghasilan untuk memenuhi kebutuhan
keluarga maupun hidupnya bersumber dari usaha informal ini saja. dan 13 orang
kontribusi pendapatannya dari usaha informal diatas 60%, artinya walaupun
dalam keluarga tersebut memiliki usaha lain selain usaha sektor informal, namun
51
usaha sektor informal tetap menjadi penyumbang terbesar dalam memenuhi
kebutuhan rumah tangga, dapat dilihat pada tabel 4.9 dibawah ini, untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada lampiran 4.
Tabel 4.9. Kontribusi Usaha terhadap Pendapatan RT Usaha Sektor Informal di Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru Tahun 2012.
No Jenis UsahaKontribusi Usaha
terhadap Pendapatan RT
1 Capucino1 100%2 Capucino2 71%3 Gorengan1 100%4 Gorengan2 100%5 Air tebu1 100%6 Air tebu2 64%7 Martabak1 100%8 martabak2 83%9 Kue pukis1 77%
10 Kue pukis2 100%11 friedchicken1 84%12 friedchicken2 81%13 Tahusumedang1 83%14 Tahusumedang2 61%15 Kue molen1 100%16 Kue molen2 100%17 Es dawet1 100%18 Es dawet2 100%19 Kue Bika1 79%20 Kue Bika2 100%21 lontong1 100%22 lontong2 74%23 Roti bandung1 65%24 Roti bandung2 100%25 Tehpoci1 100%26 Tehpoci2 62%27 Air akar1 100%28 Air akar2 82%29 freshcorn1 100%30 freshcorn2 100%
Rata-rata 89%
52
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Rata-rata pendapatan bersih usaha informal di Kecamatan Tampan Kota
Pekanbaru tahun 2012 pada Skala usaha kecil sebesar Rp?/bulan. Dengan
demikian dapat dikatakan usaha informal baik dalam skala usaha kecil di
Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru sangat menguntungkan dan dari seluruh
sampel dalam penelitian ini tidak ada usaha informal yang merugi.
Rata-rata kontribusi pendapatan rumah tangga dari usaha informal di
Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru tahun 2012 sebesar 97%. Artinya pendapatan
rumah tangga pada usaha informal dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dan
keluarganya dari usaha informal rata-rata sebesar 100%.
5.2. Saran
Berdasarkan hasil perhitungan, jumlah pendapatan para pemilik usaha
informal cukup besar. Hal ini menunjukkan para peminat makanan dan minuman
di usaha kecil ini cukup banyak. Sehingga disarankan kepada pemilik usaha
informal untuk lebih mengembangkan usahanya lagi, misalnya meningkatkan
rasa/mutu produksinya, untuk menjaga kepercayaan konsumennya hal ini perlu
diperhatikan. Selanjutnya disarankan agar pengusaha usaha informal dapat
menekan atau mengurangi biaya dalam penggunaan modal untuk meningkatkan
pendapatan.
53
DAFTAR PUSTAKA
Adisasmita, Rahardjo. 2005. Dasar-dasar Ekonomi Wilayah. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Anton, 2007. Analisis Finansial Usaha Pendapatan Pecel Lele di Kota Pekanbaru. Universitas Riau..
Downey W.David dan Steven P.Erickson. 1989. Manajemen Rochidayat Ganda S, dan Alfonsus Sirait. Erlangga. Jakarta
Deslirizaldi, 2008. Analisis Keragaan Usaha Ternak Sapi di Kota Padang Panjang. Universitas. Andalas Padang.
Ibrahim. 1999. Studi Kelayakan Bisnis, Jakarta ; PT. Rineka Cipta. Jakarta.
Kantati, Miryam. 2002. Analisis Pendapatan Sektor Informal di Kota Pekanbaru. Ilmu Ekonomi Universitas Riau. Pekanbaru.
Kuncoro, Mudrajad. 2002. Ekonomi Pembangunan. Erlangga. Jakarta.
Khadijah, 2007. Keragaan Ekonomi Kesempatan Kerja dan Distribusi Pendapatan Pada Industri Kecil. Skripsi Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian.
Marzuki, 2002. PT. Pos Indonesia Terhadap Perkembangan Usaha Kecil di Kota Pekanbaru. Riau.
Prabudi, Erick. 2002. Analisis Tingkat Pendapatan Jagung Bakar di Kota Pekanbaru. Ilmu Ekonomi Universitas Riau. Pekanbaru.
Rusmika, 2010. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Peningkatan Pendapatan Melalui Sektor Informal. Universitas Riau. Pekanbaru.
Soekartawi, 2003. Teori Ekonomi Produksi Dengan Pokok Bahasan Analisis Cobb Douglas. Penerbit Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Soekartawi. 1995. Pembangunan Pertanian. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada..
Ken Suratiyah, 2006. Ilmu Usahatani, Jakarta : Penebar Swadaya Jakarta.
Sugiri, Slamet. 1999. Akutansi Manajemen. AMP YKPN. Yogyakarta.
Sukirno, Sadono. 1994. Pengantar Teori Mikro Ekonomi. PT. Raja Grafindo Persada, Edisi II. Jakarta.
54
Sukirno, Sadono. 1997. Pengantar Ekonomi Makro. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Syahza, Almasdi. 2009. Ekonomi Pembangunan. Pusat Pengembangan Pendidikan Universitas Riau. Pekanbaru.
Todaro P. Michael. 2006. Pembangunan Ekonomi Edisi Ke Sembilan. Erlangga. Jakarta.
Umar,H. 2000. Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen. PT. Gramedia. Pustaka Utama Jakarta.