skripsi bab 1 - v
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Antenatal Care (ANC) merupakan komponen pelayanan kesehatan ibu
hamil terpenting untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi (Depkes RI,
2012). Tingginya angka kematian ibu dan bayi antara lain disebabkan
rendahnya tingkat pengetahuan ibu dan frekwensi pemeriksaan ANC yang
tidak teratur. Keteraturan ANC dapat ditunjukkan melalui frekwensi
kunjungan, ternyata hal ini menjadi masalah karena tidak semua ibu hamil
memeriksakan kehamilannya secara rutin terutama ibu hamil normal sehingga
kelainan yang timbul dalam kehamilan tidak dapat terdeteksi sedini mungkin.
Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab mengapa ibu hamil kurang
termotivasi dalam melakukan Antenatal care secara teratur dan tepat waktu
antara lain: kurangnya pengetahuan ibu hamil tentang Antenatal care,
kesibukan, tingkat sosial ekonomi yang rendah, dukungan suami yang
kurang, kurangnya kemudahan untuk pelayanan maternal, asuhan medik
yang kurang baik, kurangnya tenaga terlatih dan obat-obat penyelamat jiwa
(Sarwono, 2012).
Penyebab kematian ibu di Indonesia, seperti halnya di negara lain
adalah perdarahan 30-35%, infeksi 20-25%, gestosis 15-17%, penyebab
utama kematian bayi baru lahir yaitu berat bayi lahir rendah. Saat ini angka
kematian ibu (AKI) di Indonesia masih tinggi yaitu 228/100.000 kelahiran
2
hidup dan angka kematian bayi (AKB), 34/1000 kelahiran hidup salah satu
sasaran yang ditetapkan untuk tahun 2015 adalah menurunkan angka
kematian maternal menjadi 102/100.000,- kelahiran hidup dan angka
kematian neonatal menjadi 16/1000 kelahiran hidup.
Menurut MDGS, WHO, Kematian ibu meskipun menurun, tetap tinggi
di Indonesia dan perkiraan WHO adalah 227 per 100.000 kelahiran hidup
tahun 2012. Menurut hasil survei kesehatan rumah tangga (SKRT), angka
kematian ibu (AKI) pada Tahun 2012 sebesar 228/100.000 Kelahiran hidup.
Tercatat bahwa kejadian yang tertinggi yang menyebabkan kematian ibu di
Indonesia adalah Perdarahan (24,8%), Infeksi (14,9%), Partus lama (6,9%),
Eklamsia (12,9%), penyebab lansung kematian ibu (7,9%), dan penyebab
tidak lansung (19,8%). (MDGS, 2012).
Data dari dinas kesehatan (DINKES) Provensi Sulawesi Selatan 2011
angka kematian Ibu (AKI) 116/100.000 disebabkan oleh perdarahan 72
kejadian, eklamsia sebesar 19 kejadian, infeksi sebesar 5 kejadian dan
penyebab lain sebesar 20 kejadian dan angka kematian bayi (AKB) 34/1000
kelahiran hidup.
Tidak memadainya akses pelayanan kesehatan terhadap wanita juga
tercermin dari statistik kematian. Meskipun angka kematian ibu dan bayi
menurun secara bermakna selama 5 tahun terakhir, tetapi belum bisa
mencapai target yaitu kematian ibu menjadi 102/100.000 kelahiran hidup dan
kematian bayi menjadi 16/1000 kelahiran hidup. Pada sebagian besar kasus,
hambatan utama akses pelayanan kesehatan bagi wanita adalah masalah sosial
3
budaya atau yang bersifat informasional, termasuk kurangnya kesadaran
tentang masalah-masalah kesehatan, rendahnya status kesehatan dan legalitas
wanita disebagian besar budaya masyarakat (Koblinsky et al, 2012).
Keberhasilan upaya ANC selain tergantung pada petugas kesehatan
juga perlu partisipasi ibu hamil itu sendiri. Oleh karena itu perlu adanya
penyuluhan yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan ibu tentang
perawatan kehamilannya, dengan demikian diharapkan dengan memperbaiki
pengetahuan ibu khususnya primigravida terhadap perawatan kehamilan
sehingga akan dapat merubah sikap serta kepatuhan melaksanakan antenatal
care.
Puskesmas Batua Raya merupakan Puskesmas yang memiliki
pelayanan rawat jalan dan rawat inap untuk persalinan dan penyakit lainnya.
Rawat jalan termasuk melayani kesehatan ibu dan anak. Pada waktu peneliti
mengambil data awal juamlah ibu primigravida yang berkunjung pada bulan
Januari-April 2012 sebanyak 201 orang. Menurut keterangan beberapa ibu
hamil yang berkunjung di puskesmas batua bahwa mereka memeriksakan
kehamilan jika merasa mual dan muntah yang sangat mengganggu, kemudian
yang ibu lebih dari dua anak, kadang datang sudah pada umur kehamilan
lebih dari 14 minggu hal ini di sebabkan karena kurangnya pengetahuan.
Berdasarkan kenyataan ini, maka perlu dilakukan penelitian tentang
hubungan antara pengetahuan dan sikap tentang kehamilan dengan kepatuhan
pelaksaan Antenatal care pada ibu primigravida dalam rangka meningkatkan
4
derajat kesehatan ibu, deteksi dini, pengawasan ibu hamil, dan mengurangi
risiko pada kehamilannya.
B. Rumusan Masalah
Sesuai latar belakang di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini
“Apakah ada hubungan antara pengetahuan dan sikap tentang kehamilan
dengan Kepatuhan pelaksanaan Antenatal Care pada ibu Primigravida di
Puskesmas Batua Raya Kota Makassar tahun 2012 ?.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap tentang
kehamilan dengan Kepatuhan pelaksanaan Antenatal Care pada ibu
Primigravida di Puskesmas Batua Raya Kota Makassar.
2. Tujuan Khusus
a. Teridentifikasinya pengetahuan Ibu primigravida tentang kehamilan
dengan kepatuhan melaksanakan antenatal care di Puskesmas Batua
Raya Kota Makassar tahun 2012.
b. Teridentifikasinya sikap ibu primigravida tentang kehamilan dengan
kepatuhan untuk melaksanakan antenatal care di Puskesmas Batua
Raya Kota Makassar tahun 2012.
c. Teridentifikasinya kepatuhan ibu primigravida tentang kehamilan
dalam melaksanakan antenatal care di Puskesmas Batua Raya Kota
Makassar Tahun 2012.
5
d. Teranalisisnya hubungan pengetahuan tentang kehamilan dengan
kepatuhan pelaksanaan antenatal care pada ibu primigravida di
Puskesmas Batua Kota Makassar.
e. Teranalisisnya hubungan sikap tentang kehamilan dengan kepatuhan
pelaksanaan antenatal care pada ibu primigravida di Puskesmas Batua
Kota Makassar.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Peneliti dapat mengetahui dengan jelas tentang pengetahuan dan sikap ibu
primigravida tentang kehamilan dengan kepatuhan untuk melaksanakan
antenatal care (ANC), sehingga dapat manambah pengetahuan dan
wawasan tentang ilmu keperawatan maternitas, serta sebagai penerapan
ilmu yang sudah didapat selama ini.
2. Bagi Institusi
a. Institusi Pendidikan
Sebagai bahan evaluasi terhadap teori tentang keperawatan
maternitas yang telah diberikan kepada mahasiswa didik selama
mengikuti perkuliahan di S1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Mega Rezky Makassar dan Sebagai sumber bahan bacaan
dan referensi bagi perpustakaan di institusi pendidikan.
6
b. Instansi Tempat Penelitian
Diharapkan bermanfaat bagi petugas kesehatan dan bahan masukan
terhadap peningkatan pelaksanaan program KIA khususnya Antenatal
Care (ANC) di Puskesmas Batua Kota Makassar.
c. Masyarakat
Diharapkan pada masyarakat khususnyan ibu primigravida dapat
secara rutin memeriksakan kehamilannya ke tenaga kesehatan agar
mendapatkan informasi tentang betapa pentingnya pelaksanaan
antenatal care (ANC).
d. Peneliti Lain
Dapat dijadikan bahan perbandingan dan pertimbangan untuk
melakukan penelitian-penelitian ditempat lain yang berkaitan dengan
penelitian ini.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan
1. Defenisi Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, pengetahuan
umumnya datang dari penginderaan yang terjadi melalui panca indra
manusia, yaitu: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan
raba, sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga (Notoatmodjo, 2012).
Penelitian Rogers (2011), mengungkapkan bahwa sebelum orang
mengadopsi perilaku baru dalam diri orang tersebut menjadi proses
berurutan, yakni:
a. Awarenes (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari pengetahuan
terlebih dahulu terhadap stimulus.
b. Interest (tertarik) dimana orang mulai tertarik dengan stimulus..
c. Evaluation (mengevaluasi), menimbang-nimbang terhadap baik
tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden
sudah lebih baik.
d. Trial (mencoba), dimana subjek mulai mecoba melakukan sesuatu
dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.
8
e. Adoption (penerimaan), subjek telah berperilaku baru sesuai dengan
pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
2. Tingkat Pengetahuan
Notoatmodjo mengemukakan yang dicakup dalam domain kognitif
yang mempunyai enam tingkatan, pengetahuan mempunyai tingkatan
sebagai berikut (Notoatmodjo, 2012) :
a. Tahu (Know)
Tahu dapat diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkatan ini
adalah mengingat kembali (Recall) terhadap suatu yang spesifik dari
seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
Oleh sebab itu “tahu” adalah merupakan tingkat pengetahuan yang
paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang itu tahu
tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan,
mendefenisikan, menyatakan sebagainya.
b. Memahami (Comprehention)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterprestasikan materi tersebut secara benar, orang yang telah
paham terhadap objek suatu materi harus dapat menjelaskan,
menyimpulkan, dan meramalkan terhadap objek yang dipelajari.
9
c. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi sebenarnya. Aplikasi disini
dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus,
metode prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi lain.
d. Analisis (Analilysis)
Analisis merupkaan suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu
materi ke dalam komponen-komponen, tetapi masih didalam struktur
organisasi tersebut yang masih ada kaitannya antara satu dengan
lainnya.
e. Sintesis (Synthesis)
Sintesis merupakan suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk
menyususn formulasi yang ada.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
Pengetahuan mengenai kehamilan dapat diperoleh melalui
penyuluhan tentang kehamilan seperti perubahan yang berkaitan dengan
kehamilan, pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim, perawatan
diri selama kehamilan serta tanda bahaya yang perlu diwaspadai. Dengan
pengetahuan tersebut diharapkan ibu akan termotivasi kuat untuk menjaga
10
dirinya dan kehamilannya dengan mentaati nasehat yang diberikan oleh
pelaksana pemeriksa kehamilan, sehingga ibu dapat melewati masa
kehamilannya dengan baik dan menghasilkan bayi yang sehat (Kusmiyati,
Wahyuningsi, & Sujiyatini, 2010).
Ibu hamil juga perlu mengetahui tentang jadwal kunjungan
pemeriksaan kehamilannya. Pada kunjungan pertama, wanita hamil akan
senang bila diberitahu jadwal kunjungan berikutnya. Untuk memenuhi
kebutuhan ibu mungkin dibutuhkan kunjungan yang lebih sering.
Kunjungan pertama biasanya memakan waktu yang lama, selain itu ibu
hamil juga harus mengetahui tentang status nutrisi seorang wanita hamil
yang memiliki efek langsung pada pertumbuhan dan perkembangan janin
dan ibu hamil sehingga ibu hamil memiliki motivasi yang tinggi untuk
mempelajari gizi yang baik (Bobak, Lowdermilk, & Jensen, 2011).
Tanda komplikasi potensial, Ibu hamil harus mengetahui tentang
tanda dan gejala yang berpotensi menimbulkan komplikasi pada
kehamilan dan mengetahui cara melaporkan tanda-tanda bahaya seperti
itu. Penggunaan obat-obatan, upaya mengobati diri sendiri sebaiknya tidak
dilakukan dan pemberian imunisasi sebagai proteksi selama kehamilan
(Bobak, Lowdermilk, & Jensen, 2011). Pengukuran pengetahuan dapat
juga dilakukan dengan wawancara atau angket dengan menanyakan
tentang isi materi yang diukur dari subjek penelitian atau informan
(Notoatmodjo, 2012).
11
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
a. Umur
Umur adalah variabel yang sudah diperhatikan dalam
penyelidikan epidemiologi, yaitu pada angka kesulitan ataupun angka
kematian (Notoatmodjo, 2012). Umur seseorang dapat mengetahui
perubahan selama kehamilan wanita hamil banyak membutuhkan
dukungan dari lingkungan keluarga, suami untuk meningkatkan
dukungan kesehatan secara optiomal. Masing-masing wanita hamil
harus dikaji secara teliti, misalnya perkembangan fisik dan perhatian
serta kemampuan untuk memeriksakan kesehatan ibu hamil (Depkes
RI, 2012).
b. Pendidikan
Pendidikan adalah Suatu proses pembentukan kecepatan
seseorang secara intelektual dan emosional ke arah alam dan sesama
manusia (Notoatmodjo, 2012). Semakin tinggi pendidikan seseorang
maka diharapkan pengetahuan dan keterampilan akan semakin
meningkat. Pendidikan dianggap memiliki peran penting dalam
menentukan kualitas manusianya, lewat pendidikan manusia dianggap
akan memperoleh pengetahuan, implikasinya, semakin tinggi
pendidikan hidup manusia akan semakin berkualitas (Hurlock, 2011).
c. Pekerjaan
Pekerjaan merupakan suatu kegiatan atau aktivitas seseorang
untuk memperoleh penghasilan guna memenuhi kebutuhan hidup
12
sehari-hari (Notoatmodjo, 2012). Pekerjaan adalah suatu kegiatan
seseorang untuk memperoleh penghasilan guna memenuhi kebutuhan
hidup sehari-hari. Kehamilan menurut ibu untuk mengurangi semua
kegiatan yang melelahkan, keadaan ini tidak boleh digunakan sebagai
alasan untuk menghindari pekerjaan yang tidak disukainya. Ibu hamil
harus mempertimbangkan gaya hidup yang mendukung kesehatan
sendiri maupun bayinya (Helen, 2011).
B. Tinjauan Umum Tentang Sikap
Sikap adalah adalah suatu reaksi atau respon seseorang yang masih
tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek (Notoatmodjo,
2012). Newcomb, salah seorang ahli psikologi sosial, menyatakan bahwa
sikap itu merupakan kesiapan atau ketersediaan untuk bertindak dan bukan
merupakan pelaksana motif tertentu. Dari pengertian diatas dapat
disimpulkan bahwa sikap adalah kesediaan atau respon seseorang terhadap
suatu objek disuatu lingkungan tertentu.
Sikap terdiri dari 4 tingkatan (Notoatmodjo, 2012)yaitu:
1. Menerima (receiving)
Artinya bahwa orang (subjek) dan memperhatikan stimulus yang
diberikan (objek).
2. Merespon (responding)
Artinya memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan
menyelesaikan tugas yang diberikan suatu indikasi dari sikap karena
13
dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau tugas yang
diberikan.
3. Menghargai (valuing)
Artinya mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan
suatu masalah.
4. Bertanggung jawab (responsible)
Artinya bertanggung jawab dengan segala sesuatu yang dipilihnya.
Sikap adalah penilaian (bisa berupa pendapat) seseorang terhadap
stimulus atau obyek (dalam hal ini adalah masalah kesehatan, termasuk
penyakit). Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek, proses
selanjutnya akan menilai atau bersikap terhadap stimulus atau objek
kesehatan tersebut. Oleh sebab itu indikator untuk sikap kesehatan juga
sejalan dengan pengetahuan kesehatan seperti diatas, yakni:
1. Sikap terhadap sakit dan penyakit
Adalah bagaimana penilaian atau pendapat seseorang terhadap: gejala
atau tanda-tanda penyakit, penyebab penyakit, cara penularan penyakit,
cara pencegahan penyakit, dan sebagainya.
2. Sikap cara pemeliharaan dan cara hidup sehat
Adalah penilaian atau pendapat seseorang terhadap cara-cara memelihara
dan cara-cara berperilaku hidup sehat.
3. Sikap terhadap kesehatan lingkungan
Adalah pendapat atau penilaian seseorang terhadap lingkungannya dan
pengaruhnya terhadap kesehatan.
14
4. Praktek atau Tindakan (practice)
Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan,
kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui,
proses selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan atau mempraktekkan
apa yang diketahui atau disikapinya (dinilai baik). Inilah yang disebut praktek
(practice) kesehatan, atau dapat juga dikatakan perilaku kesehatan (over
behaviour). Oleh sebab itu indikator praktek kesehatan ini juga mencakup
hal-hal tersebut yaitu:
1. Tindakan (praktek) sehubungan dengan penyakit.
2. Tindakan (praktek) pemeliharaan dan peningkatan kesehatan.
3. Tindakan (praktek) kesehatan lingkungan.
C. Tinjauan Umum Tentang Kepatuhan dan Antenatal Care
A. Kepatuhan
1. Pengertian Kepatuhan
Kepatuhan menurut kamus bahasa Indonesia (Dep. Dik. Bud,
2012) patuh adalah suka menurut perintah, taat pada perintah atau
aturan. Kepatuhan adalah perilaku sesuai aturan dan berdisiplin.
Kepatuhan di definisikan sebagai tingkat pasien melaksanakan cara
pengobatan dan perilaku yang disarankan dokter atau oleh yang
lainnya.
Menurut Sackett (2010) yang di kutip oleh Niven, bahwa
kepatuhan adalah sejauh mana prilaku pasien sesuai dengan
ketentuan yang di berikan oleh profesional kesehatan.
15
2. Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan
Patuh adalah sikap positif yang ditunjukkan dengan adanya
perubahan secara berarti sesuai tujuan pengobatan yang ditetapkan
(Carpenito, 2011).
Kepatuhan dalam pengobatan meliputi:
a. Kontrol Teratur, apabila penderita datang berobat sesuai dengan
jadwal yang telah ditetapkan, tahu keadaan emergency yang
memerlukan pengobatan diluar jadwal kontrol.
b. Berperilaku sesuai aturan, yaitu penderita mau melaksanakan
segala sesuatu yang berhubungan dengan kesehatan sesuai aturan
yang telah ditetapkan, misalnya aturan minum obat, makan
makanan yang boleh dimakan, mengurangi aktivitas, dan
sebagainya.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kepatuhan, yaitu:
a. Faktor situasi, yaitu adanya dukungan yang diberikan kepada
pasien dan kesulitan yang didapatkan keluarganya merupakan
kondisi yang relevan bagi pasien dan keluarga untuk mematuhi
anjuran dokter yang melibatkan faktor biaya dan keuntungan
yang didapatkan dari kondisi tersebut.
b. Metode perawatan, frekuensi dan jumlah obat yang diberikan
memiliki pengaruh terhadap kepatuhan pasien, demikian juga
dengan pandangan pasien tentang perawatan, efek samping dan
kemanjuran perawatan yang diterima pasien.
16
c. Sumber penyakit, yaitu: adanya pandangan pasien tentang
keparahan penyakit dan konsekuensi ketidakpatuhan yang
berakibat terhadap lamanya sakit dan perkembangan kesehatan.
d. Pengertian (Understanding), yaitu: pasien tidak dapat diharapkan
mematuhi rekomendasi atau anjuran dokter apabila mereka tidak
mengerti, ketidakjelasan, sulitnya menerima informasi yang
diberikan, dan sikap pada pasien sering diremehkan.
e. Pengingatan (Remembering), yaitu: pasien tidak patuh karena
mereka tidak dapat mengingat instruksi dokter.
f. Hubungan dokter-pasien, yaitu: pasien yang puas dengan aspek
interpersonal perawatan, akan lebih mungkin mengikuti saran
dokter.
Pertimbangan menentukan kepatuhan tergantung dari beberapa
faktor, termasuk motivasi orang, persepsi terhadap kerentanan dan
keyakinan tentang pengendalian atau pencegahan penyakit, variabel
lingkungan, kualitas instruksi kesehatan dan kemampuan untuk
mengakses sumber-sumber biaya dan aksesibilitas.
Hussey dan Gelliland (2008), seperti dikutip Carpenito (2011)
mengemukakan, bahwa kepatuhan berarti perubahan tingkah laku
yang dipengaruhi oleh:
a. Pola kepatuhan.
b. Stabilitas dan pengaruh keluarga.
c. Persepsi terhadap kerentanan diri sendiri terhadap penyakit.
17
d. Persepsi bahwa penyakit masalah serius.
e. Tindakan perawatan dan pengobatan yang manjur.
Perilaku klien yang berubah ke arah positif (patuh) seoptimal
mungkin adalah akibat faktor pesan perawat memakai dirinya secara
terapiutik dan memakai berbagai teknik komunikasi yang efektif
(Keliat, 2011). Menurut Blevin dan Lubkin (2008), seperti dikutip
oleh Carpenito (2011), bahwa kepatuhan meliputi perubahan
perilaku ke arah positif dipengaruhi oleh:
a. Inisial dan kepercayaan yang terus menerus pada pemberi
kesehatan yang profesional.
b. Pujian oleh orang terdekat lainnya (reinforcement).
c. Persepsi diri terhadap sakit.
d. Persepsi tentang keseriusan sakit yang diderita.
e. Fakta-fakta bahwa kepatuhan dapat mengontrol gejala atau sakit.
f. Efek samping dan kemampuan toleransi.
g. Gejala yang minimal pada aktifitas sehari-hari atau orang
terdekat lainnya.
h. Keuntungan yang lebih banyak didapatkan pada terapi dari pada
kerugiannya.
i. Perasaan diri yang positif.
Kepatuhan yang kurang atau negatif dipengaruhi oleh:
a. Penjelasan yang tidak adekuat.
18
b. Tidak adanya kesepakatan antara pemberi pelayanan dengan
klien.
c. Terapi yang memerlukan waktu yang lama.
d. Kompleksitas dan biaya yang tinggi untuk pengobatan
e. Efek samping yang berat.
Ketidakpatuhan atau kepatuhan negatif merupakan suatu
kondisi pada individu atau kelompok yang sebenarnya mau
melakukan tetapi dicegah dari melakukannya oleh faktor-faktor yang
menghalangi ketaatan terhadap anjuran yang berhubungan dengan
kesehatan yang diberikan oleh profesional kesehatan (Carpenito,
2011).
Menurut Carpenito (2011), yang dikutip dari Redland et al
(2012), mengemukakan bahwa beberapa hal yang dapat diamati pada
kepatuhan adalah keberhasilan diri, kepercayaan klien, kemampuan
untuk mengambil keputusan, melakukan, dan memelihara perubahan
tingkah laku juga telah menunjukkan peran pada kepatuhan.
B. Tinjauan Umum Tentang Antenatal Care
1. Pengertian Antenatal Care
Antenatal care adalah pengawasan kehamilan untuk
mengetahui kesehatan umum ibu, menegakan secara dini penyakit
yang menyertai kehamilan, menegakan secara dini komplikasi
kehamilan, dan menetapkan resiko kehamilan (Manuaba, C.
Manuaba, F., & Manuaba., G. 2012).
19
Antenatal care adalah pemeriksaan kehamilan yang dilakukan
untuk memeriksa keadaan ibu dan janin secara berkala yang diikuti
dengan upaya koreksi terhadap penyimpangan yang ditemukan pada
ibu hamil secara berkala untuk menjaga kesehatan ibu dan janinnya
(Depkes RI, 2012).
Ante Natal Care adalah merupakan cara penting untuk
memonitoring dan mendukungkesehatan ibu hamil normal dan
mendeteksi ibu dengan kehamilan normal, ibu hamil sebaiknya
dianjurkan mengunjungi bidan atau dokter sedini mungkin semenjak
ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan dan asuhan
antenatal care (Prawirohardjo. S, 2011 :52).
2. Tujuan Antenatal Care
Menurut Sondakh (2011) ada beberapa tujuan pemeriksaan ibu hamil
secara keseluruhan yaitu:
a. Memantau kemajuan kehamilan untuk mamastikan kehamilan
ibu dan tumbuh kembang janin.
b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental,
social ibu.
c. Mengenali dan mengurangi secara dini adanya penyulit atau
komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat
penyakit secara umum, dan pembedahan.
d. Mempersiapkan persalinan cukup bulan dan persalinan yang
aman dengan trauma seminimal mungkin.
20
e. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan
mempersiapkan ibu agar dapat memberikan air susu ibu (ASI)
secara ekslusif.
f. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima
kelahiran janin agar dapat tumbuh kembang secara normal.
g. Mengurangi bayi lahir prematur, kelahiran mati dan kematiana
neonatal, sedangkan.
h. Mempersiapkan kesehatan yang optimal bagi janin.
Tujuan dari antenatal care seperti dikutip dalam buku Manuaba
(2012), adalah:
a. Mengenal sedini mungkin penyulit yang terdapat saat kehamilan,
persalinan, dan nifas.
b. Mengenal dan menangani penyakit yang menyertai kehamilan,
persalinan, dan nifas.
c. Memberikan nasehat dan petunjuk yang berkaitan dengan
kehamilan, persalinan, kala nifas, laktasi, dan aspek keluarga
berencana.
d. Menurunkan angka kesakitan dan kematian serta perinatal.
Menurut Mochtar Rustam (2012), tujuan antenatal care adalah
menyiapkan seoptimal mungkin fisik dan mental untuk
menyelamatkan ibu dan anak selama dalam kehamilan, persalinan
dan nifas, sehingga didapatkan ibu dan anak yang sehat.
21
Tujuan dan maksud dari perawatan Antenatal care adalah: 1)
kelahiran bayi yang sehat, baik fisik maupun mental, 2) Ibu dalam
keadaan selamat tanpa mengalami ruda paksa, 3) ibu sanggup untuk
merawat dan meneteki bayi yang dilahirkannya, serta 4) Suami istri
berniat dan sanggup untuk melaksanakan keluarga berencana demi
kesejahteraan keluarga.
3. Tenaga dan Lokasi Pelaksanaan Antenatal Care
Untuk melakukan antenatal care ibu hamil dapat dibantu oleh
tenaga kesehatan seperti: dokter spesialis ginekologi, dokter,
perawat, bidan maupun tenaga terlatih seperti dukun bersalin terlatih.
Pelayanan antenatal care dapat diakses di Posyandu, Puskesmas
Pembantu, Puskesmas, Rumah sakit maupun di klinik dokter praktek
swasta (Depkes RI, 2011).
4. Kegiatan Pelaksanaan Pelayanan Antenatal Care
Kegiatan dalam pemeriksaan dan pengawasan kehamilan meliputi
(Depkes RI, 2011):
a. Anamnesa
b. Pemeriksaan laboratorium
c. Intervensi dasar
d. Intervensi khusus sesuai kondisi
e. Memberikan konseling atau pengetahuan
f. Motivasi ibu hamil agar dapat merawat diri selama hamil.
22
Menurut Sarwono (2012), bahwa dalam penerapan praktek
sering dipakai standart minimal perawatan antenatal care yang
disebut ”7T”, yaitu:
a. Timbang berat badan dan tinggi badan.
b. Ukur tekanan darah
c. Ukur tinggi fundus uteri
d. Pemberian imunisasi TT lengkap
e. Pemberian tablet zat besi minimum 90 tablet selama hamil
f. Tes terhadap penyakit seksual menular
g. Temu wicara dan konseling dalam rangka rujukan.
5. Frekuensi Kunjungan Antenatal Care
Kunjungan ibu hamil adalah kontak antara ibu hamil dan
petugas kesehatan yang memberi pelayanan antenatal untuk
mendapatkan pemeriksaan kehamilan. Istilah kunjungan tidak
mengandung arti bahwa selalu ibu hamil yang datang ke fasilitas
pelayanan tetapi dapat juga sebaliknya yaitu ibu hamil yang
dikunjungi petugas kesehatan di rumah.
Selama kehamilan keadaan ibu dan janin harus selalu di
pantau jika terjadi penyimpangan dari keadaan normal dapat
dideteksi secara dini dan diberikan penanganan yang tepat. Oleh
karena itu ibu hamil diharuskan memeriksakan diri secara berkala
selama kehamilannya. Menurut Manuaba (2012), berdasarkan
23
standar pemeriksaan kehamilan dilakukan berulang dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. Pemeriksaan pertama dilakukan segera setelah diketahui
terlambat haid.
b. Satu kali dalam sebulan sampai umur kehamilan 7 bulan
c. Dua kali sebulan sampai umur kehamilan 8 bulan
d. Setiap minggu sejak umur kehamilan 8 bulan sampai dengan
bersalin.
Dalam pelaksanaan ANC terdapat kesepakatan adanya
standar adanya minimal yaitu dengan pemeriksaan ANC 4 kali
selama kehamilan distribusi sebagai berikut:
a. Minimal satu kali pada trimester I
b. Minimal satu kali pada trimester II
c. Minimal dua kali pada trimester III ( Dep Kes RI, 2011).
Menurut Jumiarni (2012), frekuensi ANC diharapkan paling
kurang 8 kali (7-9) sehingga pengawasan ibu dan janin dapat
dilaksanakan dengan optimal. Pemeriksaan kehamilan tersebut
dilaksanakan dengan jadwal dan kegiatan sebagai berikut:
a. Kunjungan 1 (0-12 minggu) kunjungan II 12-24 minggu.
Pada kunjungan ini yang dilakukan:
1. Anamnesis lengkap, termasuk mengenai riwayat obstertric
dan ginekologi.
24
2. Pemeriksaan fisik; tekanan darah, nadi, pernafasan, suhu
tubuh, bunyi jantung, bunyi pernafasan, reflek patella, edema
dan lain-lain.
3. Pemeriksaan obstetric: usia kehamilan, tinggi fundus uteri,
DJJ (kehamilan lebih dari 12 minggu), pengukuran panggul
luar.
4. Pemeriksaan laboratorium: urine lengkap, darah
(Haemoglobin, leukosit, Diff, Golongan darah, Rhesus, dan
gula darah).
5. Penilaian status gizi, dilihat dari keseimbangan antara berat
badan (BB) dan tinggi badan (TB).
6. Penilaian resiko kehamilan.
7. KIE pada ibu hamil tentang kebersihan diri dan gizi ibu hamil
8. Pemberian imunisasi TT 1.
b. Kunjungan III, 28-32 Minggu
Pemeriksaan terutama untuk menilai resiko kehamilan, laju
pertumbuhan janin, kelainan atau cacat bawaan.
Kegiatan yang dilakukan adalah:
1. Anamnese meliputi keluhan dan perkembangan yang
dirasakan oleh ibu.
2. Pemeriksaan fisik dan obstetrik (pengukuran panggul luar tak
perlu dilakukan lagi).
25
3. Pemeriksaan dengan USG. Biometri janin (besar dan usia
kehamilan), aktifitas janin, kelainan, cairan ketuban dan letak
plasenta, serta keadaan plasenta.
4. Penilaian resiko kehamilan
5. KIE tentang perawatan payudara
6. Pemberian imunisasi TT 2 dan vitamin bila perlu.
c. Kunjungan IV kehamilan 34 minggu
Pemeriksaan terutama untuk menilai resiko kehamilan dan
pemeriksaan laboratorium ulang. Kegiatannya adalah:
1. Anamnese keluhan dan gerakan janin
2. Pengamatan gerak janin
3. Pemeriksaan fisik dan obstetrik (pemeriksaan panggul dalam
bagi kehamilan pertama)
4. Penilaian resiko kehamilan
5. Pemeriksaan laboratorium ulang: Hb, Ht, dan gula darah
6. Nasehat senam hamil, perawatan payudara dan gizi
d. Kunjungan V (36 minggu), Kunjungan VI (38 Minggu),
Kunjungan VII (40 minggu) (2 minggu 1 kali). Pemeriksaan
terutama untuk menilai resiko kehamilan, aktifitas janin dan
pertumbuhan yang secara klinis:
1. Anamnese meliputi keluhan, gerakan janin dan keluhan.
2. Pemeriksaan laboratorium ulang (Hb dan gulan darah)
3. Pemeriksaan fisik dan obstetrik
26
4. Penilaian resiko kehamilan
5. USG ulang pada kunjungan 4
6. KIE tentang senam hamil, perawatan peayudara, dan
persiapan persalinan
7. Pengawasan penyakit yang menyertai kehamilan dan
komplikasi trimester III.
8. Penyuluhan diet sehat 5 sempurna.
e. Kunjungan VIII 41 minggu, kunjungan IX 42 minggu (1 minggu
sekali). Pemeriksaan terutama ditujukan kepada penilaian,
kesejahteraan janin dan fungsi plasenta serta persiapan
persalinan.
Kegiatan yang dilakukan adalah:
1. Anamnese meliputi keluhan dan lain-lain
2. Pengamatan gerak janin
3. Pemeriksaan fisik dan obstetric
4. Pemeriksaan USG yaitu pemeriksaan yang memantau
keadaan jantung janin sehubungan dengan timbulnya
kontraksi.
5. Memberi nasehat tentang tanda-tanda persalinan, persiapan
persalinan dan rencana untuk melahirkan.
6. Sesuai standar kunjungan ibu hamil diatas maka semakin tua
umur kehamilan harus semakin sering memeriksakan
27
kehamilannya, resiko kehamilan semakin tinggi, semakin
tinggi pula kebutuhan untuk memeriksakan kehamilannya
Berdasarkan uraian diatas berikut ini akan digambarkan
jadwal/ frekuensi antenatal care sebagai berikut:
Tabel 2.1. Frekuensi / Jadwal Pemeriksaan Kehamilan .
Minimal Frek Optimal Frek Ideal Frek
Triwulan I
Triwulan II
Triwulan III
1
1
2
- Kehamilan 1-12
mgg
- kehamilan 12-28
mgg
- kehamilan 28-32
mgg
- kehamilan 32-40
mgg
- kehamilan 41-42
mgg
1
2
2
3
2
- Sejak haid terlambat 1
bulan
- kehamilan 28 mgg (1 bln
1x)
- kehamilan 28-36 mgg (2
mgg 1 x)
- kehamilan > 37 1 mgg 1
kali
1
5
4
5
Total 4 9 15
Sumber : Dep. Kes RI, 2012 : 24, Jumiarni, 2012 : 34.
Dari tabel diatas dapat disampaikan hal – hal sebagai berikut :
1. Frekuensi pemeriksaan kehamilan minimal 4 kali (Dep.Kes.RI,
2012) Ferekuensi pemeriksaan kehamilan dilakukan 4 kali yang
terbagi dalam triwulan I, II, III. Frekuensi ini dapat terjadi bila
segalanya normal tanpa adanya resiko dan frekuensi lebih sering
dilakukan pada triwulan III untuk deteksi dini terhadap kelainan.
2. Frekuensi pemeriksaan kehamilan optimal 9 kali (Jumiarni,
2012).
28
Pemeriksaan kehamilan dilakukan sejak haid terlambat
sampai dengan usia kehamilan 12 minggu 1 kali. Pemeriksaan
tiap 1 bulan sekali dilakukan sampai dengan usia kehamilan 36
minggu, sedangkan pemeriksaan kehamilan 36 – 40 minggu
dilakukan 2 minggu sekali dan sampai dengan melahirkan
pemeriksaan dilakukan 1minggu sekali. Dengan frekuensi
demikian adanya penyulit kehamilan dapat dideteksi dan diatasi
sedini mungkin.
3. Frekuensi pemeriksaan kehamilan ideal (Manuaba, 2012)
Pemeriksaan kehamilan dilakukan sejak terlambat haid satu
bulan sampai dengan usia kehamilan 28 minggu dilakukan satu bulan
satu kali. Pada usia kehamilan 28 - 36 minggu sampai dengan
melahirkan pemeriksaan dilakukan 1 minggu sekali. Pemeriksaan
kehamilan ini yang paling ideal sehingga diharapkan dengan
frekuensi seperti ini penyulit kehamilan dapat terdeteksi dan diatasi
sedini mungkin. Menurut manuaba (2012), jadwal melakukan ANC
sebaiknya 4 kali sudah cukup (tercatat).
D. Kerangka Konseptual Dan Hipotesis Penelitian
1. Kerangka Konseptual
Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka
hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui
melalui penelitian-penelitian yang akan di lakukan. ( Notoatmodjo, 2012).
29
Variabel Independen Variabel Dependen
Keterangan
: Diteliti
: Hubungan antara variabel
Penjelasan :
Kehamilan adalah proses pembuahan sel telur yang terjadi di
dalam maupun diluar rahim. Ibu hamil terdiri dari beberapa kategori
sesuai dengan status kehamilan dan jumlah bayi yang telah
dilahirkannya. Pada kehamilan Primigravida (ibu yang belum pernah
mengalami kehamilan atau melahirkan seorang anak) Observasi dan
wawancara akan dilakukan terhadap pengetahuan dan sikap dari ibu
primigravida terhadap perubahan prilaku dalam kepatuhan pelaksanaan
Antenatal care.
2. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian hubungan antara pengetahuan dan sikap
tentang kehamilan dengan kepatuhan pelaksanaan Antenatal Care pada
ibu primigravida di Puskesmas Batua Raya Kota Makassar adalah sebagai
berikut:
Pengetahuan
Sikap
Kepatuhan Pelaksanaan Antenatal Care (ANC)
30
a. Ada Hubungan antara pengetahuan ibu primigravida tentang
kehamilan dengan kepatuhan pelaksanaan Antenatal care.
b. Ada Hubungan antara sikap ibu primigravida tentang kehamilan
dengan kepatuhan pelaksanaan Antenatal Care.
3. Defenisi Konseptual dan Defenisi Operasional
a. Definisi Konseptual
1. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi
setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek
tertentu, pengetahuan umumnya datang dari penginderaan yang
terjadi melalui panca indra manusia, yaitu: indra penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba, sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga
(Notoatmodjo, 2012).
2. Sikap
Sikap adalah kesediaan atau respon seseorang terhadap suatu
objek disuatu lingkungan tertentu (Notoatmodjo, 2012).
3. Kepatuhan
Kepatuhan di definisikan sejauh mana prilaku pasien sesuai
dengan ketentuan yang di berikan oleh professional kesehatan
(Sackett, 2011).
31
b. Defenisi Operasional
1. Variabel Independent
a. Pengetahuan
Pengetahuan adalah pemahaman atau yang diketahui ibu
primigravida di wilayah kerja puskesmas batua raya kota
Makassar tentang antenatal care (ANC). Pengetahuan dapat
diukur dengan memberikan jawaban dari kuesioner yang telah
diberi bobot dengan skor jawabannya adalah Benar : 1 dan
Salah : 0
Kriteria Objektif:
Baik : Jika nilai skor yang dicapai > 7
Kurang : Jika nilai skor yang dicapai ≤ 7
b. Sikap
Sikap adalah kesedian atau respon ibu primigravida di wilayah
kerja puskesmas batua raya kota Makassar tentang antenatal
care (ANC). Sikap dapat diukur dengan memberikan jawaban
dari kuesioner yang telah diberi bobot dengan skor
jawabannya adalah sangat setuju: 4, setuju: 3, tidak setuju: 2,
dan sangat tidak setuju: 1.
Kriteria Objektif:
Baik : Skor > 75 %
Kurang : Skor ≤ 75 %
32
2. Variabel Dependent
Kepatuhan adalah kesadaran ibu primigravida atau
responden di wilayah kerja puskesmas batua raya kota Makassar
untuk melaksanakan pemeriksaan antenatal care (ANC) sesuai
program yang ditentukan. Kepatuhan dapat diukur dengan
memberikan jawaban dari kuesioner yang telah diberi bobot
dengan skor jawabannya adalah Ya : 1 dan Tidak : 0.
Kriteria Objektif:
Baik : Jika nilai skor yang dicapai > 6
Kurang : Jika nilai skor yang dicapai ≤ 5
33
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan suatu strategi penelitian dalam
mengidentifikasi penelitian sebelum perencanaan akhir pengumpulan data dan
digunakan untuk mendefinisikan struktur dimana penelitian dilaksanakan
(Nursalam, 2012). Dalam penelitian ini desain yang digunakan adalah cross
sectional dimana peneliti melakukan observasi atau pengukuran variabel
sesaat artinya subyek diobservasi satu kali saja dan pengukuran pengetahuan,
sikap dan kepatuhan untuk melaksanakan antenatal care dilakukan saat
pemeriksaan atau pengkajian data. (Sastroasmoro & Ismail, 2012)
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat
Penelitian ini dilakukan di bagian KIA Puskesmas Batua Raya Kota
Makassar.
2. Waktu
Penelitian ini di lakukan mulai bulan Mei sampai dengan bulan Juli Tahun
2012. Jadwal Kegiatan Penelitian (Planing Of Action) Di Puskesmas Batua
Raya Kota Makassar.
34
C. Populasi, Sampel dan Sampling
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek dan
subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari. Populasi dalam penelitian ini
adalah semua ibu Primigravida diwilayah kerja Puskemas Batua Kota
Makassar berjumlah 50 orang.
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah semua ibu primigravida yang
datang berkunjung ke Puskesmas Batua Raya Kota Makassar, subyek
yang dapat dijadikan sampel dalam penelitian ini harus memenuhi
kriteria sampel yang telah di tetapkan. Adapun kriteria sampel penelitian
adalah Kriteria Inklusi yang merupakan karakteristik umum subyek
penelitian pada populasi target dan populasi terjangkau (Sastroasmoro
dkk, 2012). Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :
1) Kriteria Inklusi:
a) Ibu hamil bersedia menjadi informan
b) Bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Batua kota
Makassar
c) Ibu primigravida Trimester I, II dan III
2) Kriteria Eksklusi
a) Ibu hamil yang tidak bersedia menjadi responden
b) Tidak berada di tempat saat penelitian berlangsung
35
c) Ibu Multigravida
Besar sampel di hitung berdasarkan rumus besar sampel untuk
populasi menurut Zainuddin M (2007) yang dikutip oleh Nursalam
(2007), besar sampel dalam penelitian dapat di hitung sebagai berikut:
n= N
1+N (d )2
Keterangan:
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
d = Tingkat signifikan (p)
n = 46 x 0.0025
n = 0.115
n = 0.115 + 1
n = 46 / 1.115
n = 40 orang.
Jadi besar sampel dalam penelitian ini adalah 40 orang.
3. Sampling
Sampling adalah suatu proses seleksi sampel yang digunakan
dalam penelitian dari populasi yang ada, sehingga jumlah sampel akan
mewakili keseluruan populasi yang ada. (A. Aziz Alimul Hidayat, 2012).
Penelitian ini menggunakan Nonprobability Sampling yaitu suatu teknik
n=461+46
(0 , 05)2
36
penetapan sampel dengan cara memilih sampel di antara populasi sesuai
dengan yang dikehendaki oleh peneliti yang di sesuaikan dengan kriteria
inklusi yang telah di rancang oleh peneliti, sehingga pemilihan sampel
tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah di kenal
sebelumnya (Nursalam, 2011)
D. Variabel Penelitian
Menurut Soeparto, Taat Putra, dan Huryanto (2012) seperti di kutip
Nursalam (2011), Bahwa variabel adalah perilaku atau karakteristik yang
memberikan nilai beda terhadap sesuatu. Variabel juga merupakan konsep dari
berbagai level dari abstrak yang didefenisikan sebagai suatu fasilitas untuk
pengukuran dan atau manipulasi suatu penelitian (Nursalam, 2011). Variabel
sebagai atribut dari kelompok orang atau obyek yang mempunyai variasi
antara satu dengan yang lainnya dalam kelompok tersebut.
Klasifikasi Variabel Penelitian.
Jenis variabel dalam penelitian ini diklasifikasikan menjadi dua klasifikasi
yaitu:
1) Variabel bebas (Indevenden variabel) adalah variabel yang nilainya
menentukan varibel lain (Nursalam, 2011). Variabel bebas dalam
penelitian ini adalah pengetahuan dan sikap ibu primigravida.
2) Variabel terikat (Dependen variabel) adalah variabel yang nilainya
ditentukan oleh variabel lain (Nursalam, 2011). Variabel terikat dalam
penelitian ini adalah kepatuhan Antenatal care.
37
E. Pengumpulan Data
1. Instrumen Penelitian
Instrumen yang di gunakan dalam penelitian adalah lembar
kuesioner untuk kedua variabel penelitian. Untuk mengukur pegetahuan
responden tentang kepatuhan melaksanakan antenatal care, digunakan
sekala Guttman dengan pemberian skor pada setiap alternatif jawaban
yaitu jika Ya =1 dan Tidak = 0. Pengetahuan responden baik atau kurang
ditentukan berdasarkan nilai median. Nilai diatas median, pengetahuan
baik atau kurang dari atau sama dengan nilai median dianggap kurang.
Peryatanaan tentang pengetahuan sebanyak 14 butir pertanyaan. Sebagai
nilai mediannya dapat ditentukan sebaagai berikut: Baik Bila responden
menjawab dengan total skor >7-14. Kurang Bila responden menjawab
dengan total skor 0 -14.
0-14 merupakan rentang nilai responden. Nilai ini diurutkan dari
nilai terkecil sampe dengan nilai terbesar, sehingga didapatkan nilai
median untuk pengetahuan adalah 7. Sedangkan untuk mengukur sikap
baik atau kurang responden digunakan skala Likert dengan pemberian skor
pada setiap alternatif jawaban, yaitu sangat tidak setuju 1, tidak setuju 2,
setuju 3 dan sangat setuju 4. Dikatakan baik jika total skor kurang dari
sama dengan nilai median. Jumlah butir pertanyaan tentang sikap
sebanyak 10 butir pertanyaan sehingga nilai median ditentukan seperti
berikut: Baik Bila responden menjawab dengan total skor > 75 %, dan
Kurang Bila responden menjawab dengan total skor ≤ 75 % .
38
2. Prosedur Pengumpulan Data
a. Metode Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data dirancang oleh peneliti sesuai dengan
kerengka konsep yang telah dibuat. Instrument yang digunakan adalah
lembar kuesioner, pada jenis pengukuran ini peneliti mengumpulkan
data primer secara formal kepada responden untuk menjawab
pertanyaan secara tertulis atau wawancara langsung. Dengan
menggunakan kuesioner dan data sekunder berdasarkan data medical
recor di wilaya kerja puskesmas batua raya kota Makassar. Dan
pengukurannya menggunakan skala guttman dimana: (pengetahuan)
Ya (skor 1), Tidak (skor 0), dan sekala likert (perilaku deteksi diri)
dimana: sangat stuju (4), setuju (3), tidak setuju (2) dan sangat tidak
setuju (1).
b. Pengolahan Data
Pengolahan data dimulai pada saat pengumpulan data telah selesai,
meliputi :
1. Editing
Proses editing dilakukan setelah data terkumpul dan dilakukan
dengan memeriksa kelengkapan data, memeriksa kesinambungan
data, dan keseragaman data.
2. Coding
Dilakukan untuk memudahkan dalam pengolahan data, semua
jawaban atau data perlu disederhanakan yaitu dengan symbol-
39
simbol tertentu, untuk setiap jawaban (pengkodean). Pengkodean
dilakukan dengan memberi nomor halaman, daftar pertanyaan,
nomor variabel, nama variabel dan kode.
3. Processing
Yaitu pemprosesan data yang dilakukan dengan cara mengentri
data dari kuesioner.
4. Cleaning
Yaitu membersihkan data yang merupakan kegiatan pengecekan
kembali data yang sudah dientri apakah ada kesalahan atau tidak.
c. Analisa Data
Data akan dikumpulkan terlebih dahulu diedit baik pada waktu
dilapangan maupun pada saat memasukkan data kedalam komputer.
Hal ini dimaksudkan untuk menilai kebenaran data setelah itu akan
dilakukan koding kemudian data dimasukkan kedalam tabel dan diolah
secara elektronik dengan menggunakan program SPSS for Windows
versi 16,0.
Data dianalisa melalui presentase dan perhitungan dengan cara
sebagai berikut:
1. Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan terhadap setiap variabel dari hasil
penelitian. Analisis ini akan menghasilkan distribusi dan presentase
dari tiap variabel yang diteliti.
40
2. Analisis Bivariat
Ananlisa bivariat dilakukan untuk melihat hubungan variabel
independen dengan dependen dalam bentuk tabulasi silang antara
kedua variebal tersebut. Menggunakan uji statistik dengan tingkat
kebermaknaan 0,05 dengan ketentuan hubungan dikatakan
bermakna bila P value < 0,05 dan hubungan dikatakan tidak
bermakna bila P value > 0,05 dengan menggunakan rumus Chi-
Square. Tetapi jika tabel 2 X 2 tidak layak untuk di uji chi-square
karena sel expected-nya kurang dari 50% jumlah sel (yaitu sel c
dan sel d), oleh karena itu uji yang dipakai adalah uji alternatifnya
yaitu uji fisher.
X 2=∑ (O−E )2
E
Keterangan :
X2 = Chi-square
O = Nilai observasi
E = Nilai yang diharapkan
= Jumlah data
F. Etika Penelitian (Ethical Clearance)
Masalah etika dalam penelitian yang menggunakan subyek manusia
menjadi issue sentral yang berkembang saat ini. Pada penelitian ilmu
41
keperawatan hampir 90% subyek yang digunakan adalah manusia, maka
penelitian harus memahami prinsip-prinsip etika penelitian (Nursalam, 2011).
Persetujuan dan kerahasiaan responden adalah hal utama yang perlu
diperhatikan. Oleh karena itu peneliti sebelum melakukan penelitian terlebih
dahulu mengajukan ethical clearance kepada pihak yang terlibat langsung
maupun tidak langsung dalam penelitian, agar tidak terjadi pelanggaran
terhadap hak-hak (otonomi) manusia yang kebetulan menjadi subyek
penelitian.
Setelah mendapat persetujuan dari pihak terkait, maka peneliti akan
memulai penelitian dengan menekankan prinsip-prinsip etika penelitian yang
berlaku. Adapun prinsip-prinsip dalam etika penelitian adalah sebagai berikut:
1. Lembar Persetujuan Menjadi Responden (Informed Consent)
Lembar persetujuan ini akan diberikan kepada subyek yang akan
menjadi sampel dalam penelitian. Subyek yang menjadi sampel penelitian
akan mendapatkan penjelasan secara detail tentang maksud penelitian,
tujuan penelitian, dan manfaat penelitian diadakan. Selain hal tersebut
subyek yang menjadi sampel juga diberikan informasi lain seperti:
penjelasan bahwa responden bebas dari eksploitasi dan informasi yang
didapatkan tidak digunakan untuk hal-hal yang merugikan responden
dalam bentuk apapun, hak-hak selama dalam penelitian, hak untuk
menolak menjadi responden dalam penelitian, kewajiban apabila bersedia
menjadi responden, dan kerahasiaan identitas responden yang menjadi
subyek penelitian.
42
2. Tanpa Nama (Anonymity)
Kerahasiaan responden harus terjaga dengan tidak mencantumkan
nama pada lembar pengumpulan data maupun pada lembar kuisioner,
tetapi hanya dengan memberikan kode-kode tertentu sebagai identifikasi
responden.
3. Rahasia (Confidentiality)
Informasi yang diberikan responden akan terjamin kerahasiaannya
karena peneliti dalam pemanfaatan informasi yang diberikan responden
hanya menggunakan kelompok-kelompok data sesuai dengan kebutuhan
dalam penelitian.
4. Keterbatasan
Ada beberapa keterbatasan yang mungkin akan ditemukan peneliti dalam
penelitian ini, yaitu:
a. Alat Ukur (Instrument)
Kepatuhan merupakan masalah yang abstrak yang dan sulit untuk
dilakukan pengukuran. Untuk mensiasati hal tersebut, maka upaya
yang dilakukan adalah dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan
yang berhubungan dengan sikap dan tindakan responden yang
kemudian dari jawaban tersebut dilakukan analisis. Disadari bahwa
alat ukur baku yang memiliki validitas dan reabilitas belum tersedia.
Hal ini merupakan keterbatasan dalam penyediaan instrument yang
benar-benar sahih.
43
b. Faktor Feasibility
Sebuah penelitian yang benar-benar akurat, tentunya
membutuhkan waktu yang cukup lama untuk melakukan observasi
atau pengamatan terhadap responden yang akan diteliti. Mengingat
penelitian ini hanya dilaksanakan selama satu bulan, maka sangat
mungkin banyak hal-hal penting yang menyangkut kepatuhan
responden yang luput dari pengamatan peneliti. Kurangnya biaya serta
keterbatasan pengalaman peneliti dalam penelitian merupakan masalah
kesehatan masyarakat, sangat mungkin akan menyebabkan kurangnya
informasi yang dapat disampaikan dari hasil penelitian ini.
44
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Batua Kota Makassar Provinsi
Sulawesi Selatan. Penelitian ini berlangsung selama satu hari yaitu sejak 29
Juni 2012.
Besaran sampel diperoleh dari data sekunder yang diambil dari data di
Puskesmas Batua, dan penetapan sampel dilakukan secara Nonprobability
Sampling. Jumlah sampel yang memenuhi syarat penelitian sebanyak 40
orang. Setelah data terkumpul dilakukan pengelolahan data yang terdiri dari
proses editing, koding, dan tabulasi dengan menggunakan program SPSS
dengan tingkat kemaknaan α= 0,05.
Berdasarkan hasil pengelolahan data, maka berikut ini peneliti akan
menyajikan analisis data univariat untuk melihat distribusi dan persentase, dan
bivariat untuk melihat hubungan dari variabel independent terhadap variabel
dependent.
45
1. Distribusi Frekuensi
Data yang menyangkut karakteristik dari responden akan di uraikan
sebagai berikut.
a. Distribusi Responden Berdasarkan Usia
Tabel 4.1 Distrubusi Responden Berdasarkan Usia di Puskesmas Batua Kota Makassar Bulan Juli Tahun 2012.
No Umur Ibu Frekuensi %
1 < 20 tahun 11 27,5
2 20 - 35 tahun 26 65,0
3 > 35 tahun 3 7,5
Total 40 100
Tabel di atas menunjukkan, dari 40 responden sebagian besar yaitu
65,0% atau 26 responden berusia 20-35 tahun, dan 7,5% atau 3
responden berusia >35 tahun.
b. Distibusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan.
Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Puskesmas Batua Kota Makassar Bulan Juli Tahun 2012.
No Tingkat Pendidikan Frekuensi %
1 SD 3 7,5
2 SLTP 8 20,0
3 SMU 21 52,5
4 Diploma 8 20,0
Total 40 100
46
Dari tabel diatas di ketahui 40 responden sebagian sebesar yaitu
52,5% atau 21 responden pendidikan SMU, dan 7,5% atau 3
responden pendidikan SD.
c. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan.
Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan di Puskesmas Batua Kota Makassar Bulan Juli 2012.
No Pekerjaan Frekuensi %
1 Ibu Rumah Tangga 31 77,5
2 Wiraswasta 5 12,5
3 Pegawai Negeri 1 2,5
4 Pegawai Swasta 3 7,5
Total 40 100
Dari tabel diatas di ketahui 40 responden hampir seluruhnya yaitu
77,5% atau 31 responden Ibu rumah tangga, dan 2,5% atau 1
responden pegawai negeri.
d. Distribusi Responden Berdasarkan Usia Kehamilan.
Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan usia kehamilan di Puskesmas Batua Kota Makassar bulan Juli Tahun 2012.
No Usia Kehamilan Frekuensi %
1 > 1 bulan 1 2,5
2 1-3 bulan 12 30,0
3 > 3 bulan 27 67,5
Total 40 100
47
Dari tabel diatas di ketahui 40 responden sebagian besarnya yaitu
67,5% atau 27 responden usia kehamilan > 3 bulan, dan 2,5% atau 1
responden usia kehamilan >1 bulan.
e. Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Informasi.
Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Informasi di Puskesmas Batua Kota Makassar Bulan Juli Tahun 2012.
No Mendapatkan Informasi Tentang Kehamilan
Frekuensi %
1 Televisi 19 47,5
2 Radio 1 2,5
3 Penyuluhan Oleh Tenaga
Kesehatan
20 50,0
Total 40 100
Dari tabel diatas di ketahui 40 responden sebagian besarnya yaitu
50,0% atau 20 responden penyuluhan dari tenaga kesehatan, dan 2,5%
atau 1 responden dari radio.
2. Analisis Univariat
Pada bagian ini akan di bahas mengenai pengetahuan dan sikap
tentang kehamilan dengan kepatuhan pelaksanaan antenatal care pada ibu
primigravida di Puskesmas Batua Kota Makassar.
a. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan.
48
Tabel 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan di Puskesmas Batua Kota Makassar Bulan Juli 2012.
No Pengetahuan Frekuensi %
1 Baik 30 75,0
2 Kurang 10 25,0
Total 40 100
Dari tabel diatas di ketahui 40 responden sebagian besar 75,0% atau
30 responden pengetahuan baik dan 10% atau 10 responden
pengetahuan kurang.
b. Distribusi Responden Berdasarkan Sikap
Tabel 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap di Puskesmas Batua Kota Makassar Bulan Juli 2012.
No Sikap Frekuensi %
1 Baik 26 65,0
2 Kurang 14 35,0
Total 40 100
Dari tabel diatas di ketahui 40 responden sebagian besar yaitu 65,0%
atau 26 responden sikap baik dan 35,0% atau 14 responden sikap
kurang.
c. Distribusi Responden Berdasarkan Kepatuhan
49
Tabel 4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Kepatuhan di Puskesmas Batua Kota Makassar Bulan Juli Tahun 2012.
No Kepatuhan Frekuensi %
1 Baik 27 67,5
2 Kurang 13 32,5
Total 40 100
Dari tabel diatas di ketahui 40 responden sebagian besar yaitu 67,7%
atau 27 responden kepatuhan baik dan 32,5% atau 13 responden
kepatuhan kurang.
3. Analisa Bivariat
a. Analisa Hubungan Pengetahuan Ibu Primigravida Tentang Kehamilan
dengan Kepatuhan Pelaksanaan Antenatal Care
Tabel 4.9 Analisa Hubungan Pengetahuan Ibu Primigravida Tentang Kehamilan Dengan Kepatuhan Pelaksanaan Antenatal Care di Puskesmas Batua Kota Makassar Bulan Juli Tahun 2012.
Pengetahuan Kepatuhan
p =
0,001
< α= 0,05
Baik % Kurang % Total %
Baik 25 83,3 5 16,7 30 100
Kurang 2 20,0 8 80,0 10 100
Total 27 67,5 13 32,5 40 100
Berdasarkan analis diatas yaitu pengetahuan ibu primigravida tentang
kehamilan dengan kepatuhan pelaksanaan antenatal care menunjukkan
hampir sebagian besar responden yaitu 83,3% atau 25 responden
50
mempunyai pengetahuan baik dengan kepatuhan baik, dan 20,0% atau
2 responden dengan pengetahuan kurang dan kepatuhan kurang.
Berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan nilai signifikan (p) =
0,001 dengan taraf signifikan α = 0,05. Oleh karena nilai p < 0,05,
maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima berarti ada
hubungan pengetahuan ibu primigravida tentang kehamilan dengan
kepatuhan melaksanakan antenatal care di wilayah kerja Puskesmas
Batua Kota Makassar Tahun 2012.
b. Analisa Hubungan Sikap Ibu Primigravida Tentang Kehamilan
dengan Kepatuhan Pelaksanaan Antenatal Care
Tabel 4.10 Analisa Hubungan Sikap Ibu Primigravida Tentang Kehamilan Dengan Kepatuhan Pelaksanaan Antenatal Care di Puskesmas Batua Kota Makassar Bulan Juli 2012.
Sikap Kepatuhan
p = 0,000
< α = 0,05
Baik % Kurang % Total %
Baik 23 88,5 3 11,5 26 100
Kuran
g
4 28,6 10 71,4 14 100
Total 27 67,5 13 32,5 40 100
Berdasarkan analisis bivariat diatas yaitu sikap ibu primigravida
tentang kehamilan dengan kepatuhan pelaksanaan antenatal care
menunjukkan sebagian besar yaitu 88,5% atau 23 responden
mempunyai sikap baik dan kepatuhan baik, 11,5% atau 3 responden
51
bersikap baik namun kepatuhannya kurang. Berdasarkan hasil uji
statistik menunjukkan nilai signifikan (p) = 0,000 dengan taraf
signifikan α = 0,05. Oleh karena nilai p < 0,05, maka dapat
disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima berarti ada hubungan
sikap ibu primigravida tentang kehamilan dengan kepatuhan
melaksanakan antenatal care di wilayah kerja Puskesmas Batua Kota
Makassar Tahun 2012.
B. Pembahasan
1. Analisa Univariat
a. Pengetahuan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 30 responden (75%)
berada pada kategori pengetahuan tinggi, sedangkan 10 responden
(25%) berada pada kategori pengetahuan kurang. Dari sebaran
jawaban responden tentang pengetahuan, hampir seluruh ibu hamil
mengetahui tentang pengertian dan tanda-tanda kehamilan. Begitu
juga dengan cara perawatan selama kehamilannya.
Dominasi tingginya tingkat pengetahuan tentang antenatal care
didukung oleh latar belakang pendidikan ibu terbanyak yaitu SMU.
Adanya fasilitas pos pelayanan terpadu dan poliklinik bersalin
kelurahan mendukung tingginya tingkat pengetahuan ibu serta
menjadikan tenaga kesehatan sebagai sumber informasi yang paling
banyak mentransfer pengetahuan tentang perawatan antenatal
52
Sesuai dengan pendapat dari I B Mantra (2007) yang dikutip
oleh Sentana bahwa makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah
seorang tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi
maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik
dari orang lain maupun media massa, semakin banyak informasi yang
masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang
kesehatan.
Tingginya pengetahuan ibu tentang kehamilan dapat dijelaskan
juga karena pada saat evaluasi aspek-aspek yang berkaitan dengan
kehamilan, ibu telah mengalami dan merasakan beberapa kondisi yang
berhubungan langsung dengan kehamilannya.
b. Sikap
Dari hasil penelitian ini, sikap ibu hamil terhadap antenatal care
menunjukkan hampir seluruh responden yaitu 65,0% (26 orang)
berada pada kategori baik dan hanya 35.0% (14 orang) pada kategori
kurang. Dari sebaran respon ibu hamil terhadap antenatal care
menunjukkan sikap yang menyetujui beberapa aspek penting dalam
perawatan ibu hamil.
Adanya sikap yang baik dan respon mendukung terhadap
perawatan ibu hamil dimungkinkan karena dirasakan perlu untuk
mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan yang tidak diinginkan
selama kehamilan. Pentingnya antisipasi ini adalah membentuk sikap
yang baik terhadap pelaksanaan antenatal care pada ibu hamil.
53
Oleh karena itu adanya penjelasan oleh tenaga kesehatan
sebagai sumber informasi, latar belakang pendidikan yang memadai
serta belum adanya pengalaman kehamilan sebelumnya menyebabkan
ibu primigravida mempunyai sikap yang baik dan mendukung
terhadap upaya-upaya perawatan kehamilannya.
Adanya pergeseran nilai dan kebudayaan dimasyarakat dan
semakin banyaknya media dimasyarakat seperti media cetak dan
elektronik sebagai pilihan lain penyedia informasi dapat memberikan
wawasan tentang manfaat perawatan selama kehamilan. Kondisi ini
akan mendorong ibu untuk lebih bersikap baik dan mendukung
terhadap beberapa upaya – upaya perawatan pada kehamilannya.
c. Kepatuhan
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kepatuhan ibu
hamil terhadap antenatal care sebagian besar yaitu 67,5% (27 orang)
pada kategori baik dan hanya 32.5% (13 orang ) pada kategori kurang.
Komponen kepatuhan pada antenatal care terdiri dari kegiatan
kunjungan dan perilaku kunjungannya.
Menurut Saccet (2003) yang dikutip Niven (2012)
mendefinisikan kepatuhan sebagai sejumlah perilaku pasien sesuai
dengan ketentuan yang diberikan oleh profesional kesehatan. Salah
satu faktor pendukung yang dapat mempengaruhi kepatuhan ibu
dalam melaksanakan antenatal care adalah karena adanya kesadaran
dari ibu tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan sedini mungkin
54
yang di lakukan secara teratur selama kehamilan, kesadaran ini
berawal dari pengetahuan ibu yang baik tentang kehamilan. Sehingga
baik saran maupun informasi yang di dapat melalui media massa
ataupun dari tenaga kesehatan yang lain dapat dengan mudah di
terima dan di fahami oleh ibu, sehingga ketentuan kunjungan serta
beberapa aktivitas selama kunjungan antenatal seperti pengukuran
tinggi badan, berat badan, tekanan darah, pemeriksaan tinggi fundus
uteri, suntikan Tetanus Toxoid, pemberian tablet tambah darah dan
calk serta konseling kehamilan telah dilakukan oleh ibu.
2. Analisa Bivariat
a. Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan
Dari hasil analisa bivariat dengan menggunakan uji Chi Square,
tapi karena tabel 2 X 2 ini tidak layak untuk di uji chi-square karena
sel expected-nya kurang dari 50% jumlah sel (yaitu sel c dan sel d),
oleh karena itu uji yang dipakai adalah uji alternatifnya yaitu uji
fisher.
Tabel kedua menunjukan hasil uji fisher nilai siknificancy
adalah 0,001 untuk 2 sided dan 0,001 untuk 1 sided ( one-tail). Karena
nilai p < 0,05, maka dapat diambil kesimpulan bahwa ada hubungan
antara pengetahuan dengan kepatuhan ibu melaksanakan antenatal
care.
Pada penelitian ini didapatkan bahwa frekuensi pengetahuan
baik sebayak 83,3% atau 25 responden mempunyai pengetahuan
55
tinggi dengan kepatuhan baik, pengetahuan tinggi dengan kepatuhan
kurang terdapat 16,7% atau 5 responden dan 20,0% atau 2 responden
dengan pengetahuan kurang dan kepatuhan kurang. Berdasarkan hasil
uji statistik menunjukkan nilai signifikan (p) = 0,001 dengan taraf
signifikan α = 0,05. Oleh karena nilai p < 0,05, maka dapat
disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima berarti ada hubungan
pengetahuan ibu primigravida tentang kehamilan dengan kepatuhan
melaksanakan antenatal care. Hal ini menunjukkan bahwa dengan
pengetahuan yang baik maka kepatuhan ibu melaksanakan antenatal
care semakin baik. Dengan melihat hasil atau kejadian dari penelitian
ini maka peneliti menyimpulakan perlunya sosialisasi kepada keluarga
maupun masyarat sebagai orang yang pertama dalam mengetahui
masalah ini.
Dengan memberikan informasi tentang kehamilan, tanda-tanda
kehamilan, cara memelihara kehamilan dan tanda bahaya kehamilan
akan meningkatkan pengetahuan ibu primigravida tentang hal
tersebut. Pengetahuan responden yang baik tentang kehamilan
merupakan salah satu faktor yang menyebabkan kepatuhan dari ibu
hamil untuk melakukan kunjungan antenatal. Adanya hubungan yang
kuat antara pengetahuan dengan kepatuhan di dukung pula oleh salah
satu faktor demografi dimana dari data yang di dapat menunjukkan
bahwa sebagian besar informasi yang di peroleh ibu tentang
kehamilan berasal dari penyuluhan yang di berikan oleh tenaga
56
kesehatan. Selanjutnya dengan pengetahuan itu akan menimbulkan
kesadaran mereka, dan akhirnya akan menyebabkan ibu berperilaku
sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya.
b. Hubungan Sikap dengan Kepatuhan
Dari hasil analisa bivariat dengan menggunakan uji Chi Square,
tapi karena tabel 2 X 2 ini tidak layak untuk di uji chi-square karena
sel expected-nya kurang dari 50% jumlah sel (yaitu sel c dan sel d),
oleh karena itu uji yang dipakai adalah uji alternatifnya yaitu uji
fisher. Tabel kedua menunjukan hasil uji fisher nilai siknificancy
adalah 0,000 untuk 2 sided dan 0,000 untuk 1 sided ( one-tail). Karena
nilai p < 0,05, maka dapat diambil kesimpulan bahwa ada hubungan
antara sikap dengan kepatuhan ibu melaksanakan antenatal care.
Pada penelitian ini didapatkan bahwa frekuensi sikap baik
sebayak 88,5% atau 23 responden mempunyai sikap yang baik dengan
kepatuhan baik, sikap yang baik dengan kepatuhan kurang terdapat
11,5% atau 3 responden dan 28,6% atau 4 responden dengan sikap
yang kurang dan kepatuhan kurang. Berdasarkan hasil uji statistik
menunjukkan nilai signifikan (p) = 0,000 dengan taraf signifikan α =
0,05. Oleh karena nilai p < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa Ho
ditolak dan Ha diterima berarti ada hubungan sikap ibu primigravida
tentang kehamilan dengan kepatuhan melaksanakan antenatal care.
Hal ini menunjukkan bahwa dengan sikap yang baik maka kepatuhan
ibu melaksanakan antenatal care semakin baik. Dengan melihat hasil
57
atau kejadian dari penelitian ini maka peneliti menyimpulakan
perlunya sosialisasi kepada keluarga maupun masyarat sebagai orang
yang pertama dalam mengetahui masalah ini.
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup
terhadap stimulus atau obyek yang berupa kesiapan atau kesediaan
untuk bertindak. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin
baik sikap responden tentang kehamilan maka semakin baik pula
kepatuhannya untuk melaksanakan antenatal care. Selain itu faktor
budaya, pengalaman pribadi dan orang lain yang di anggap penting
dapat mempengaruhi pembentukan sikap dari ibu tersebut. Adanya
sikap yang baik pada ibu primigravida terhadap kehamilannya akan
dapat meningkatkan perilaku berupa kepatuhan dalam pelaksanaan
ante natal care.
58
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini akan dibahas kesimpulan dan saran dari hasil penelitian
tentang hubungan antara pengetahuan dan sikap tentang kehamilan dangan
kepatuhan pelaksanaan antenatal care pada ibu primigravida sebagai berikut.
A. Kesimpulan
1. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa, dari 40 responden yang
menjawab pertanyaan dengan menggunakan kusioner hampir sebagian
besar pengetahuan ibu primigravida tentang kehamilan dalam kategori
baik yaitu sebanyak 75,0% atau 30 responden.
2. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa sikap ibu primigravida
tentang kehamilan hampir sebagian besar bersikap baik yaitu 65,0% atau
26 responden.
3. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa, kepatuhan ibu
primigravida tentang pemeriksaan antenatal care berkategori baik yaitu
67,7% atau 27 responden, ini dikarenakan pengetahuan dan sikap ibu
primigravida sangat baik.
4. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa, ada hubungan yang kuat
antara pengetahuan tentang kehamilan dengan kepatuhan pelaksanaan
antenatal care pada ibu primigravida.
59
5. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa, ada hubungan yang kuat
antara sikap tentang kehamilan dengan kepatuhan pelaksanaan antenatal
care pada ibu primigravida
B. Saran
1. Perlunya meningkatkan pengetahuan yang lebih baik lagi bagi ibu hamil
tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan baik melalui penyuluhan
maupun kunjungan posyandu.
2. Bagi pemberi pelayanan kesehatan (puskesmas, polindes dan posyandu)
perlu meningkatkan penguasaan tehnik wawancara yang baik seperti
menjelaskan sesederhana mungkin agar masyarakat dapat memahami
dengan jelas maksud penyampaiannya, sehingga mendapatkan informasi
yang lebih mendalam dan lebih jauh agar lebih optimal.
3. Bagi peneliti berikutnya dapat melakukan studi mengenai faktor-faktor
lain yang mempengaruhi kepatuhan ibu hamil dalam perawatan antenatal
dan mengidentifikasi faktor yang menyebabkan masih tingginya angka
kematian ibu dan bayi.