skripsi bentonit

Upload: anfield-genk-tomi

Post on 04-Jun-2018

246 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/13/2019 skripsi bentonit

    1/78

    STUDI PENGETSAAN

    BENTONIT TERPILAR-Fe2O3

    SKRIPSI

    Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana

    Sains

    YEDID NOVRIANUS LAROSA010802032

    DEPARTEMEN KIMIA

    FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

    MEDAN

    2007

    Yedid Novrianus Larosa : Studi Pengetsaan Bentonit Terpilar Fe2O3, 2007USU Repository 2008

  • 8/13/2019 skripsi bentonit

    2/78

    PERSETUJUAN

    Judul : STUDI PENGETSAANBENTONIT TERPILAR-Fe2O3

    Kategori : SKRIPSINama : YEDID NOVRIANUS LAROSANomor Induk Mahasiswa : 010802032Program Studi : SARJANA (S1) KIMIADepartemen : KIMIAFakultas : MATEMATIKA DAN

    ILMU PENGETAHUAN ALAM (FMIPA)UNIVERSITAS SUMATERA UTARA (USU)

    Disetujui diMedan, Desember 2007

    Komisi Pembimbing :

    Pembimbing 2

    Dr. Minto Supeno, M.SNIP. 131 689 299

    Pembimbing 1

    Dra. Nurhaida Pasaribu, M.SiNIP. 131 653 993

    Diketahui/ Disetujui Oleh:Departemen Kimia FMIPA USUKetua,

    Dr. Rumondang Bulan, MSNIP. 131 459 466

    Yedid Novrianus Larosa : Studi Pengetsaan Bentonit Terpilar Fe2O3, 2007USU Repository 2008

  • 8/13/2019 skripsi bentonit

    3/78

    ABSTRAK

    Telah dilakukan penelitian tentang pengetsaan terhadap bentonit terpilar-Fe2O3.

    Dalam penelitian ini, bentonit alam yang digunakan adalah bentonit alam Malaysia.

    Pengetsaan bentonit terpilar-Fe2O3 ini melalui beberapa tahap. Tahap pertama, yaitu

    pembuatan bentonit terpilar-Fe2O3 dari bentonit alam dalam suasana H2SO4dengan

    menggunakan agen pemilar larutan FeCl3dan dikalsinasi pada variasi suhu 400oC,

    450oC, dan 500

    oC. Tahap kedua, yaitu pengetsaan bentonit terpilar-Fe2O3yang telah

    terbentuk, dengan menggunakan larutan pengetsa jenis CP-4, yaitu campuran antara:

    3ml HF(p)+ 5ml HNO3 (p) + 3ml CH3COOH(glasial)dan dikalsinasi pada variasi suhu:

    400oC, 450

    oC, dan 500

    oC. Selanjutnya, bentonit alam, bentonit terpilar-Fe2O3, dan

    bentonit terpilar-Fe2O3 hasil etsa, dikarakterisasi porositasnya dengan menggunakan

    SEM (Scanning Electron Microscope), dan luas permukaannya dikarakterisasidengan menggunakan Surface Area Analyser. Porositas dan luas permukaan

    bentonit terpilar-Fe2O3lebih tinggi/ besar dibandingkan dengan porositas dan luas

    permukaan bentonit alam, dimana porositas dan luas permukaan bentonit

    terpilar-Fe2O3 tersebut paling tinggi/ besar didapatkan pada bentonit terpilar-

    Fe2O3yang dikalsinasi pada suhu 450oC. Demikian juga halnya porositas dan luas

    permukaan bentonit terpilar-Fe2O3 hasil etsa, lebih tinggi/ besar dibandingkan

    dengan porositas dan luas permukaan bentonit alam dan bentonit terpilar-Fe2O3,

    dimana porositas dan luas permukaan bentonit terpilar-Fe2O3hasil etsa

    tersebut paling tinggi/ besar didapatkan pada bentonit terpilar-Fe2O3 hasil etsa yang

    dikalsinasi pada suhu 450oC.

    Yedid Novrianus Larosa : Studi Pengetsaan Bentonit Terpilar Fe2O3, 2007USU Repository 2008

  • 8/13/2019 skripsi bentonit

    4/78

    STUDY OF Fe2O3-PILLARED INTER LAYERED BENTONITE ETCHING

    ABSTRACT

    The research of etching to Fe2O3-pillared inter layered bentonite had been done. In

    this research, nature bentonite which applied is nature bentonite from Malaysia. The

    etching of Fe2O3-pillared inter layered bentonite through several steps. First steps,

    that is making of Fe2O3-pillared inter layered bentonite from natural bentonite in

    H2SO4 by using pillared agent: FeCl3 solution, and calcinated at variation

    temperature: 400oC, 450

    oC, and 500

    oC. Second steps, that is etching of Fe2O3-

    pillared inter layered bentonite which have been formed, by using etchant solution:

    type CP-4, that is mixture: 3ml HF(p.a) + 5ml HNO3 (p.a) + 3mlCH3COOH(glacial), and calcinated at temperature variation: 400

    oC, 450

    oC, and 500

    oC.

    Hereinafter, the porosity of natural bentonite, Fe2O3-pillared inter layered bentonite,

    and Fe2O3-pillared inter layered bentonite etched, characterized by using SEM

    (Scanning Electron Microscope), and the surface area characterized by using Surface

    Area Analyser. The porosity and the surface area of Fe2O3-pillared inter layered

    bentonite is higher/ larger than the porosity and the surface area of natural bentonite,

    where the porosity and the surface area of Fe2O3-pillared inter layered bentonite is

    highest/ largest at Fe2O3-pillared inter layered bentonite which calcinated at

    temperature 450oC. And so do the porosity and the surface area of Fe2O3-pillared

    inter layered bentonite etched is higher/ larger than the porosity and the surface area

    of natural bentonite and Fe2O3-pillared inter layered bentonite, where the porosity

    and the surface area of Fe2O3-pillared inter layered bentonite etched is highest/

    largest at Fe2O3-pillared inter layered bentonite etched which calcinated at

    temperature 450oC.

    Yedid Novrianus Larosa : Studi Pengetsaan Bentonit Terpilar Fe2O3, 2007USU Repository 2008

  • 8/13/2019 skripsi bentonit

    5/78

    PENGHARGAAN

    Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat, kasih,

    dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan

    skripsi ini.

    Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada Ibu Dra. Nurhaida

    Pasaribu, M.Si selaku Pembimbing 1, dan Bapak Dr. Minto Supeno, MS selaku

    Pembimbing 2 yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan

    saran kepada penulis selama melakukan penelitian dan penyusunan skripsi ini hingga

    selesai, dan kepada Bapak Prof. Dr. Seri Bima Sembiring, M.Sc selaku Kepala

    Laboratorium Kimia Anorganik FMIPA USU yang telah memberikan saran dan

    masukan kepada penulis. Ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada Ketua

    Departemen Kimia FMIPA USU, yakni Ibu Dr. Rumondang Bulan, MS dan

    Sekretraris Departemen Kimia FMIPA USU, yakni Bapak Drs. Firman Sebayang, MS,

    Dekan dan Pembantu Dekan FMIPA USU, seluruh Dosen pada Departemen Kimia

    FMIPA USU. Kepada Dosen Wali saya, yakni Bapak Drs. Chairuddin Lubis, M.Sc

    yang telah memberikan bimbingan selama mengikuti kuliah di Departemen Kimia

    FMIPA USU. Kepada Bapak Ir. Warman, Staff Dosen Laboratorium Analisis Material

    PTKI Medan, dan kepada Staff Laboratorium Surface Area Analyser PT.Indonesia

    Asahan Aluminium (Inalum) Kuala Tanjung, Asahan-Sumatera Utara, yang telah

    membantu penulis dalam analisis produk yang dihasilkan dalam penelitian ini. Kepada

    seluruh Asisten Laboratorium Kimia Anorganik FMIPA USU: BZulvan, BHiras,

    KYuni, KDorma, KTety, BJoseph, BSoehardi, KShinta, KLiny, KHelen,

    BSony, KKeristyna, Saor, Dony, Evelyn, Sondang, Trisna, Ida, Joan, Ariston, Sepri,

    Boy, Lasma, Dasma, dan buat teman seperjuanganku: Januardo, yang telah

    Yedid Novrianus Larosa : Studi Pengetsaan Bentonit Terpilar Fe2O3, 2007USU Repository 2008

  • 8/13/2019 skripsi bentonit

    6/78

    memberikan dukungan, semangat, dan perhatian kepada penulis. Kepada Sahabat-

    sahabat yang kukasihi: BErick, OnlyHu, BHarry, Anis, ForMan-USU, dan rekan-

    rekan Mahasiswa 01 yang telah membantu penulis selama perkuliahan. Akhirnya,

    Penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada Orang Tuaku:

    Ys.Larosa (Alm.), dan Ch.Harefa, serta Saudara-saudaraku: BWitman Larosa,

    KRatna Larosa, Trisman Larosa, serta seluruh pihak yang tidak dapat saya sebutkan

    satu-persatu yang telah banyak membantu penulis hingga selesainya Skripsi ini.

    Semoga Allah Bapa, PutraNya, dan Rohul Kudus yang penuh Kasih, melimpahkan

    Berkat dan KaruniaNya kepada kita semua.

    Yedid Novrianus Larosa : Studi Pengetsaan Bentonit Terpilar Fe2O3, 2007USU Repository 2008

  • 8/13/2019 skripsi bentonit

    7/78

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    1.1.Latar Belakang

    Bentonit merupakan salah satu jenis lempung yang banyak mengandung Mineral

    Montmorilonit (lebih dari 85%), dengan Rumus Kimia: [(OH)4 Si8 Al4 O20 nH2O].

    (Stanley, J. Lefond, 1975).

    Bentonit terbagi atas 2 (dua) jenis, yaitu:

    1. Swelling Bentonite (Bentonit yang dapat mengembang), atau sering juga disebut

    Bentonit jenis Wyoming atau Na-bentonit. Bentonit jenis ini dapat digunakan

    sebagai bahan lumpur bor, penyumbat kebocoran bendungan, bahan pencampur

    cat, sebagai bahan baku farmasi, bahan perekat pada pasir cetak dalam industri

    pengecoran, dan lain sebagainya.

    2. Non Swelling Bentonite (Bentonit yang kurang dapat mengembang), atau seringjuga disebut Ca-bentonit. Bentonit jenis ini dapat digunakan sebagai bahan

    penyerap (pemucat) warna.

    (Proyek Kerja Dinas Pertambangan Daerah Sumatera Utara 1999/2000, 2000).

    Preparasi pertama Lempung Terpilar (Pillared Inter Layered Clays / PILC)

    menggunakan ion tetra-alkil-amonium dan menghasilkan lempung yang mengembang

    yang dapat berfungsi sebagai penyaring molekuler (molecular sieves) untuk adsorbsimolekular organik. Montmorilonit yang telah diinterkalasi oleh 1,4-diazobisiklo 2,2,2

    oktana ditemukan memiliki sifat penyaring molekul dan aktivitas katalitik yang baik

    untuk reaksi esterifikasi asam karboksilat. Stabilitas thermal lempung organik ini lebih

    rendah dari 300oC sehingga membatasi penggunaannya sebagai katalis. Kebutuhan

    dunia industri terhadap masalah material yang memiliki sifat katalitik berkembang

    sangat cepat, sehingga memacu munculnya material Lempung Terpilar kation

    polioksida yang stabil di atas suhu 600oC. (Cool P., Vansant E.F., 2002).

    Yedid Novrianus Larosa : Studi Pengetsaan Bentonit Terpilar Fe2O3, 2007USU Repository 2008

  • 8/13/2019 skripsi bentonit

    8/78

    Dalam penelitian berikutnya, pembuatan Bentonit Terpilar dilakukan dengan

    menggunakan Kation Al3+dan Zr2+sebagai Agen Pemilar, yang menghasilkan suatu

    bentonit dengan ukuran pori yang besar. Prinsipnya, berbagai ion bermuatan positif

    dapat digunakan sebagai agen pemilar. Interkalasi kation Cr2+ dan Ti2+ ke dalam

    struktur bentonit juga dapat menghasilkan suatu bentonit dengan ukuran pori yang

    besar. (Http://www.chem.ui.ac.id/profil/staff/jnz/jnz.html).

    Beberapa peneliti lainnya juga telah berhasil membuat Bentonit Terpilar

    dengan menggunakan Agen Pemilar dari Kation-kation Organik, Kompleks

    Organologam, Senyawa-senyawa Kluster logam, Kation-kation Polioksida, Sol-sol

    Oksida, dan Pilar-pilar Oksida Campuran. Salah satu contoh Bentonit Terpilar yang

    telah dibuat yaitu Bentonit Terpilar-Fe2O3.

    Konsep pilarisasi ini pada dasarnya sederhana, dan terdiri atas 2 (dua)

    langkah utama. Langkah pertama, kation-kation kecil antar lapisan digantikan dengan

    ion-ion yang lebih besar. Langkah kedua (langkah kalsinasi), yakni menempatkan

    prekursor kation polioksida anorganik ke dalam lapisan antar lapisan lempung,

    stabilisasi terhadap pilar logam oksida, serta mengikatnya secara kuat ke dalam layer-layer lempung. (Cool P., Vansant E.F., 2002).

    Pada Tahun 2005, Saudari Damaris H.D. Sihotang, telah berhasil membuat

    Bentonit Terpilar-TiO2, dimana didapatkan peningkatan jarak antar lapis pada

    Bentonit Terpilar-TiO2 tersebut sebesar 0,7389 . Jarak antar lapis pada Bentonit

    sebelum dilakukan pemilaran, yaitu: 14,9167 , sementara Jarak antar lapis pada

    Bentonit Terpilar-TiO2(setelah dilakukan pemilaran), yaitu: 15,6556 .(Sihotang, Damaris H.D., 2005).

    Luas permukaan (surface area)dan ukuran pori/ porositas (porosity) Bentonit

    Terpilar masih dapat diperbesar (ditingkatkan) lagi melalui Pengetsaan (Etching)

    terhadap Bentonit Terpilar tersebut. Untuk material-material semikonduktor,

    pengetsaan kimia secara basah biasanya berlangsung melalui oksidasi, yang diikuti

    dengan penguraian oksida dalam suatu reaksi kimia. Untuk Silikon, bahan pengetsa

    Yedid Novrianus Larosa : Studi Pengetsaan Bentonit Terpilar Fe2O3, 2007USU Repository 2008

    http://www.chem.ui.ac.id/profil/staff/jnz/jnz.htmlhttp://www.chem.ui.ac.id/profil/staff/jnz/jnz.html
  • 8/13/2019 skripsi bentonit

    9/78

    (etchants) yang lazim digunakan adalah campuran antara, Asam fluorida (HF), Asam

    Nitrat (HNO3), dan Asam Asetat (CH3COOH). (Sze S.M., 1985).

    Berdasarkan uraian di atas, Penulis tertarik untuk melakukan Pengetsaan

    terhadap Bentonit Terpilar-Fe2O3.

    1.2.Permasalahan

    Apakah Proses Etsa (Etching) dapat memperbesar ukuran pori/ porositas (porosity),

    dan meningkatkan luas permukaan (Surface area) dari Bentonit Terpilar- Fe2O3?

    1.3.Tujuan Penelitian

    Untuk mempelajari pengaruh Proses Etsa (Etching) terhadap ukuran pori/ porositas

    (porosity), dan luas permukaan (Surface area) dari Bentonit Terpilar- Fe2O3.

    1.4.Manfaat Penelitian

    Hasil penelitian ini diharapkan Bentonit Terpilar- Fe2O3 Hasil Etsa dapat digunakan

    sebagai Katalis Pembuatan Gas Hidrogen (H2) dari air (H2O), sebagai Adsorben, dan

    sebagai Penukar Ion.

    1.5.Lokasi Penelitian

    Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik F.MIPA-USU-Medan, dan

    analisa Produk dengan Foto SEM (Scanning Electron Microscope) di lakukan di

    PTKI-Medan, dan analisa Produk dengan Surface Area Analyser di lakukan di

    PT.Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) Kuala Tanjung, Asahan-Sumatera Utara.

    Yedid Novrianus Larosa : Studi Pengetsaan Bentonit Terpilar Fe2O3, 2007USU Repository 2008

  • 8/13/2019 skripsi bentonit

    10/78

  • 8/13/2019 skripsi bentonit

    11/78

    Bentonit Terpilar-Fe2O3yang telah dikalsinasi pada suhu 400oC, 450oC, dan 500oC,

    diambil masing-masing sebanyak 5 g, kemudian dimasukkan ke dalam masing-masing

    3 wadah plastik. Selanjutnya, masing-masing ditambahkan Larutan Pengetsa

    (Campuran antara: 3ml HF(p) + 5ml HNO3 (p) + 3ml CH3COOH (glasial) ). Kemudian

    diaduk dengan menggunakan pengaduk plastik selama 10 menit. Setelah 10 menit,

    endapan dipisahkan dari larutannya dengan cara dekantasi menggunakan pipet tetes

    plastik. Endapan yang diperoleh dinetralkan pH-nya dengan menggunakan Aqua

    Bidestilata, kemudian didekantasi menggunakan pipet tetes plastik. Endapan yang

    diperoleh ditanur pada masing-masing suhu kalsinasinya (400oC, 450oC, dan 500oC)

    selama 1 jam. Kemudian hasilnya dianalisis dengan foto SEM (Scanning Electron

    Microscope)dan Surface Area Analyser.

    Yedid Novrianus Larosa : Studi Pengetsaan Bentonit Terpilar Fe2O3, 2007USU Repository 2008

  • 8/13/2019 skripsi bentonit

    12/78

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1.Bentonit

    Istilah Bentonitpertama kali diperkenalkan oleh Knight pada tahun 1898, berselang

    satu tahun setelah dia menamakan sejenis lempung ini sebagai Taylorit.Sementara

    istilah Bentonit itu sendiri diambil dari kata Benton Shale, yakni nama tempat

    lempung ini pertama kali ditemukan.

    Ross dan Shannon (1926) mendefinisikan Bentonit sebagai batuan yang

    tersusun oleh suatu lempung kristalin (seperti mineral lempung) yang terbentuk akibat

    devitrifikasi yang diikuti dengan alterasi kimiawi suatu material yang bersifat gelas

    (glassy)yang biasanya berupa tufa gelas atau abu vulkanik, dan mengandung berbagai

    macam butiran kristal, seperti feldspar (umumnya ortoklas dan oligoklas), biotit, kaca,

    piroksen, zirkon, dan mineral-mineral lainnya seperti yang terkandung dalam batuan-

    batuan vulkanik. (Stanley, J. Lefond, 1975).

    Bentonit adalah istilah perdagangan untuk sejenis lempung yang banyak

    mengandung mineral Montmorilonit (sekitar 85%), yaitu suatu mineral hasil

    pelapukan, pengaruh hidrothermal, atau akibat transformasi/ devitrifikasi dari tufa

    gelas yang diendapkan di dalam air dalam suasana alkali. Fragmen sisanya pada

    umumnya terdiri dari campuran mineral kuarsa/ kristobalit, feldspar, kalsit, gypsum,

    kaolinit, plagioklas, illit, dan lain sebagainya.

    (Zulkarnaen, Wardoyo S., Marmer D.H., 1990).

    Lempung merupakan salah satu komponen tanah yang tersusun atas senyawa

    alumina silikat dengan ukuran partikel yang lebih kecil dari 2m. Struktur dasarnya

    merupakan filosilikat atau lapisan silikat yang terdiri dari lembaran tetrahedral

    silisium-oksigen dan lembaran oktahedral aluminium-oksigen-hidroksida.

    (Lestari S., 2002).

    Yedid Novrianus Larosa : Studi Pengetsaan Bentonit Terpilar Fe2O3, 2007USU Repository 2008

  • 8/13/2019 skripsi bentonit

    13/78

    2.1.1. Proses Terjadinya Bentonit di Alam

    Secara Umum, asal mula terjadinya endapan bentonit ada 4 (empat), yaitu:

    1. Terjadi karena proses pelapukan batuan.

    Faktor utama yang menyebabkan pelapukan batuan adalah komposisi

    kimiawi mineral batuan induk, dan kelarutannya dalam air. Mineral-mineral utama

    dalam pembentukan bentonit adalah plagioklas, kalium-feldspar, biotit, muskovit,

    serta sedikit kandungan senyawa alumina dan ferromagnesia. Secara umum, faktor

    yang mempengaruhi pelapukan batuan ini adalah iklim, jenis batuan, relief, dan

    tumbuh-tumbuhan yang berada di atas batuan tersebut.

    Pembentukan bentonit sebagai hasil pelapukan batuan dapat juga

    disebabkan oleh adanya reaksi antara ion-ion Hidrogen yang terdapat di dalam air,

    dan di dalam tanah dengan persenyawaan silikat yang terdapat di dalam batuan.

    2. Terjadi karena proses hidrothermal di alam.

    Proses hidrothermal mempengaruhi alterasi yang sangat lemah, sehingga

    mineral-mineral yang kaya akan Magnesium, seperti hornblende dan biotitcenderung membentuk mineral klorit. Pada alterasi lemah, kehadiran unsur-unsur

    logam alkali dan alkali tanah (kecuali Kalium), mineral mika, ferromagnesia,

    feldspar, dan plagioklas pada umumnya akan membentuk montmorilonit, terutama

    disebabkan karena adanya unsur Magnesium.

    Larutan hidrothermal merupakan larutan yang bersifat asam dengan

    kandungan klorida, sulfur, karbon dioksida, dan silika. Larutan alkali iniselanjutnya akan terbawa keluar dan bersifat basa, dan akan tetap bertahan selama

    unsur alkali tanah tetap terbentuk sebagai akibat penguraian batuan asal. Pada

    alterasi lemah, adanya unsur alkali tanah akan membentuk bentonit.

    3. Terjadi karena proses transformasi dan devitrifikasi mineral-mineral dari gunung

    berapi.

    Proses transformasi (pengubahan) abu vulkanis yang mempunyai

    komposisi gelas akan menjadi mineral lempung (mengalami devitrifikasi secara

    Yedid Novrianus Larosa : Studi Pengetsaan Bentonit Terpilar Fe2O3, 2007USU Repository 2008

  • 8/13/2019 skripsi bentonit

    14/78

    perlahan-lahan) yang lebih sempurna, terutama pada daerah danau, lautan, dan

    cekungan sedimentasi. Transformasi dari gunung berapi yang sempurna akan

    terjadi apabila debu gunung berapi diendapkan dalam cekungan seperti danau dan

    air. Bentonit yang berasal terjadi akibat proses transformasi pada umumnya

    bercampur dengan sedimen laut lainnya yang berasal dari daratan, seperti batu

    pasir dan danau.

    4. Terjadi karena proses pengendapan batuan.

    Proses pengendapan bentonit secara kimiawi dapat terjadi sebagai

    endapan sedimen dalam suasana basa (alkali) yang sangat silika (Authegenic

    neoformation), dan terbentuk pada cekungan sedimen yang bersifat basa, dimana

    unsur pembentuknya antara lain: karbonat, silika pipih, fosfat laut, dan unsur

    lainnya yang bersenyawa dengan unsur Aluminium dan Magnesium.

    (Proyek Kerja Dinas Pertambangan Daerah Sumatera Utara 2000/2001, 2001).

    2.1.2. Komposisi Bentonit

    Berdasarkan hasil analisis terhadap sampel bentonit yang diambil langsung di

    lapangan, diperoleh komposisi bentonit adalah sebagai berikut:

    Kalsium oksida (CaO) 0,23%,

    Magnesium oksida (MgO) 0,98%,

    Aluminium oksida (Al2O3) 13,45%,

    Ferri oksida (Fe2O3) 2,18%,

    Silika (SiO2) 74,9%,

    Kalium oksida (K2O) 1,72%,

    Air (H2O) 4%.

    2.1.3. Sifat-sifat Umum Bentonit

    Sifat-sifat umum dari bentonit adalah:

    Yedid Novrianus Larosa : Studi Pengetsaan Bentonit Terpilar Fe2O3, 2007USU Repository 2008

  • 8/13/2019 skripsi bentonit

    15/78

    1. Memiliki kilap lilin,

    2. Memiliki warna yang cukup bervariasi, mulai dari warna dasar putih, hijau muda

    kelabu, merah muda dalam keadaan segar, dan akan berubah warna menjadi krem

    apabila telah melapuk, dan lama-kelamaan akan menjadi kuning dengan sedikit

    kemerahan, atau kecoklatan, serta hitam keabu-abuan, tergantung pada jenis dan

    jumlah fragmen mineralnya,

    3. Bersifat sangat lunak, dan plastis, memiliki porositas yang tinggi, ringan, mudah

    pecah, terasa seperti sabun, mudah menyerap air, dan dapat melakukan pertukaran

    ion (Ion exchanging),

    4. Mempunyai berat jenis berkisar antara 2,4-2,8 g/ml. (Soedjoko T.S., 1987).

    2.1.4. Jenis-jenis Bentonit

    Ada 2 (dua) jenis bentonit yang banyak dijumpai, yaitu:

    3. Swelling Bentonite (bentonit yang dapat mengembang), atau sering juga disebut

    bentonit jenis Wyoming atau Na-bentonit, yaitu jenis mineral montmorilonit yang

    mempunyai Lapisan partikel air tunggal (Single Water Layer Particles), yangmengandung kation Na+yang dapat dipertukarkan. Bentonit jenis ini mempunyai

    kemampuan mengembang hingga 8 (delapan) kali apabila dicelupkan ke dalam

    air, dan tetap terdispersi beberapa waktu di dalam air. Dalam keadaan kering,

    berwarna putih, atau kuning gading, sedangkan dalam keadaan basah dan terkena

    sinar matahari akan berwarna mengkilap. Perbandingan antara kation Na+ dan

    kation Ca+ yang terdapat di dalamnya sangat tinggi, serta suspensi koloidalnya

    mempunyai pH 8,5 sampai 9,8. Kandungan Na2O dalam bentonit jenis ini, padaumumnya lebih besar dari 2%.

    Karena sifat-sifat yang dimilikinya, maka bentonit jenis ini dapat

    digunakan sebagai bahan lumpur bor, penyumbat kebocoran bendungan, bahan

    pencampur cat, sebagai bahan baku farmasi, bahan perekat pada pasir cetak dalam

    industri pengecoran, dan lain sebagainya.

    4. Non Swelling Bentonite (Bentonit yang kurang dapat mengembang), atau sering

    juga disebut Ca-bentonit, yaitu jenis mineral montmorilonit yang kurang dapat

    Yedid Novrianus Larosa : Studi Pengetsaan Bentonit Terpilar Fe2O3, 2007USU Repository 2008

  • 8/13/2019 skripsi bentonit

    16/78

    mengembang apabila dicelupkan di dalam air, namun setelah diaktifkan dengan

    asam, maka akan memiliki sifat menyerap sedikit air, dan akan cepat mengendap

    tanpa membentuk suspensi. pH-nya sekitar 4,0-7,1. Daya tukar ionnya juga cukup

    besar. Bentonit jenis ini mengandung Kalsium dan Magnesium yang relatif lebih

    banyak dibandingkan dengan kandungan Natriumnya.

    Karena sifat-sifat yang dimilikinya, maka bentonit jenis ini dapat

    digunakan sebagai bahan penyerap (pemucat) warna (Bleaching Earth).

    (Soedjoko T.S., 1987).

    2.1.5. Kegunaan Bentonit

    Pemanfaatan bentonit dalam bidang industri, sangat erat kaitannya dengan sifat yang

    dimiliki oleh bentonit itu sendiri, yaitu:

    a. Komposisi dan jenis mineral.

    Untuk mengetahui komposisi dan jenis mineral yang terkandung dalam

    bentonit, dilakukan pengujian dengan menggunakan Difraksi Sinar-X. Tujuannya

    adalah untuk mengetahui secara kualitatif komposisi mineral yang terkandung di

    dalamnya.

    b. Sifat Kimia.

    Pengujian terhadap beberapa sifat kimia yang terkandung di dalam

    bentonit perlu dilakukan untuk mengetahui kualitas (mutu) yang dimilikinya.

    c. Sifat Teknologi.

    Pemanfaatan bentonit berkaitan dengan sifat teknologi yang dimiliki

    bentonit tersebut, yaitu antara lain: sifat pemucatan, sifat bagian suspensi, sifat

    mengikat dan melapisi untuk pembuatan makanan ternak dan industri logam.

    Yedid Novrianus Larosa : Studi Pengetsaan Bentonit Terpilar Fe2O3, 2007USU Repository 2008

  • 8/13/2019 skripsi bentonit

    17/78

  • 8/13/2019 skripsi bentonit

    18/78

    1. Secara Pemanasan (heat activation and extrusion). Pada proses ini, bentonit

    dipanaskan pada temperatur 300-350oC untuk memperluas permukaan butiran

    bentonit.

    2. Secara Kontak asam.

    Tujuan dari aktivasi kontak asam adalah untuk menukar kation Ca+yang

    ada dalam Ca-bentonit menjadi ion H+dan melepaskan ion Al, Fe, dan Mg dan

    pengotor-pengotor lainnya dari kisi-kisi struktur, sehingga secara fisiknya,

    bentonit tersebut menjadi lebih aktif. Untuk keperluan tersebut, asam sulfat dan

    asam klorida adalah zat kimia yang umum digunakan. Selama proses bleaching

    tersebut, Al, Fe, dan Mg larut dalam larutan, kemudian terjadi penyerapan asam ke

    dalam struktur bentonit, sehingga rangkaian struktur (framework) mempunyai area

    yang lebih luas. Proses pelepasan Al dari bentonit disajikan dalam persamaan

    berikut ini:

    (Al4)(Si8)O20(OH)4 + 3 H+ (Al3)(Si8)O20(OH)2 + Al

    3+ + 2 H2O

    (Al4)(Si8)O20(OH)4 + 6 H+ (Al2)(Si8)O20(OH)2 + 2 Al

    3+ + 4 H2O

    Pada kondisi di atas, separuh dari atom Al berpindah dari struktur,

    bersama dengan gugus hidroksil. Menurut Thomas, Hickey, dan Stecker, atom-

    atom Al yang tersisa masih terkoordinasi dalam rangkaian tetrahedral dengan

    4 (empat) atom oksigen tersisa.

    Perubahan dari gugus oktahedral menjadi tetrahedral membuat kisi kristal

    bermuatan negatif pada permukaan kristal, sehingga dapat dinetralisir oleh ionHidrogen. Pada proses aktivasi selanjutnya terjadi pelarutan lebih banyak lagi.

    Persamaan reaksinya dapat dituliskan sebagai berikut ini:

    2 H+

    (Al2)(Si8)O20(OH)4 + 3 H+ Al3+ + (Al)(Si8H4)O20

    2 H+

    (Al2)(Si8)O20(OH)4 + 6 H+ 2 Al3+ + (Si8H8)O20

    Yedid Novrianus Larosa : Studi Pengetsaan Bentonit Terpilar Fe2O3, 2007USU Repository 2008

  • 8/13/2019 skripsi bentonit

    19/78

    Sementara proses pengolahan bentonit dapat dilihat secara skematis berikut

    ini:

    Bentonit Alam

    (Zulkarnaen, Wardoyo S., Marmer D.H., 1990).

    Setelah bentonit selesai diaktivasi dan diolah, maka bentonit tersebut siap

    untuk digunakan untuk beberapa aplikasi selanjutnya, yaitu:1. Bentonit Sebagai Bahan Penyerap (Adsorben) atau Bahan Pemucat pada Industri

    Minyak Kelapa Sawit.

    Proses penyerapan zat warna (pigmen) merupakan proses yang sering

    digunakan, seperti penyerapan zat warna pada minyak hewani, minyak nabati,

    minyak bumi, dan lain-lain. Untuk keperluan tersebut dibutuhkan suatu bahan

    penyerap yang tepat dan murah.

    Dalam keadaan awal, bentonit mempunyai kemampuan tinggi untuk

    menjernihkan warna. Kemampuan penyerapan warna ini dapat ditingkatkan

    melalui proses pengolahan dan pemanasan.

    Berdasarkan kandungan alumino silikat hidrat yang terdapat dalam

    bentonit, maka bentonit tersebut dapat dibagi atas 2 (dua) golongan, yaitu:

    Activated Clay, merupakan lempung yang mempunyai daya pemucatan yang

    rendah,

    Asam- Asam sulfat- Asam klorida

    Basa- Soda abu- Soda api

    Bentonit aktif- Bahan penyerap

    (Bleaching earth)

    Bentonit aktif- Bahan perekat- Bahan pengisi- Bahan lumpur bor

    Yedid Novrianus Larosa : Studi Pengetsaan Bentonit Terpilar Fe2O3, 2007USU Repository 2008

  • 8/13/2019 skripsi bentonit

    20/78

    Fullers earth, biasanya digunakan sebagai bahan pembersih bahan wool dari

    lemak.

    Fullers earthadalah sejenis lempung yang secara alami mempunyai sifat

    daya serap terhadap zat warna pada minyak, lemak, dan pelumas. Karakteristik

    dari lempung jenis ini adalah mempunyai kandungan air yang tinggi, plastisitas

    yang rendah, dan struktur yang berlapis-lapis. Sebagian besar fullers earth

    menunjukkan perbandingan silika terhadap alumina antara 4-6. Sifat alami lain

    adalah pH antara 6,5-7,5; dengan porositas 60-70%, dan luas permukaan butiran

    170-200. Mineral ini pada umumnya didominasi oleh mineral montmorilonit,

    atapulgit, dengan mineral ikutan berupa kaolinit, halloysit dan illit.

    Proses penyerapan zat warna organik yang terdapat dalam minyak, lemak,

    dan pelumas terdiri atas penyerapan fisika dan kimia. Penyerapan secara kimia

    pada prinsipnya adalah merusak zat warna dengan penambahan oksidator,

    misalnya Hidrogen peroksida. Penyerapan secara fisika adalah karena kontak

    antara permukaan butiran pada kondisi tertentu, yang meliputi temperatur, waktu

    kontak, pengadukan dan konsentrasi yang dinyatakan oleh persamaan

    Friendleuich.

    Proses pemucatan kelapa sawit dengan menggunakan Adsorben, pada

    prinsipnya adalah merupakan proses adsorbsi, dimana pada umumnya minyak

    kelapa sawit dipucatkan dengan kombinasi antara adsorben dengan pemanasan.

    Hal inii disebabkan karena minyak kelapa sawit adalah salah satu minyak nabati

    yang sulit untuk dipucatkan karena mengandung pigmen beta-karotenoid yang

    tinggi dibandingkan dengan minyak biji-bijian lainnya.

    Penggunaan adsorben dengan pemanasan yang dilakukan dalam proses

    pemucatan ini tidak selalu sama untuk semua produk pengolahan minyak kelapa

    sawit, tetapi tergantung kepada kondisi minyak kelapa sawit, proses pabrik dan

    sifat adsorben yang digunakan.

    Pada umumnya, penggunaan adsorben adalah 1-5% dari massa minyak

    dengan pemanasan pada suhu 120oC selama 1 jam. Dalam hal ini, adsorben yang

    Yedid Novrianus Larosa : Studi Pengetsaan Bentonit Terpilar Fe2O3, 2007USU Repository 2008

  • 8/13/2019 skripsi bentonit

    21/78

    sering digunakan adalah bentonit (dalam hal ini berfungsi sebagai bleaching earth

    (tanah pemucat), dan arang aktif (activated charcoal).

    Bahan pemucat ini merupakan sejenis tanah dengan komposisi utama

    terdiri dari Silikat, air terikat, serta ion-ion Kalsium, Magnesium oksida, dan Besi

    oksida. Daya pemucatan Bleaching earth ditimbulkan oleh adanya ion-ion Al3+

    pada permukaan partikel adsorben yang dapat mengadsorbsi partikel zat warna

    (pigmen). Sementara daya pemucatan tersebut tergantung pada perbandingan

    antara komponen SiO2dan AlO2yang terdapat dalamBleaching earthtersebut.

    Aktivasi adsorben dengan asam mineral (misalnya HCl/ H2SO4) akan

    mempertinggi daya pemucatan, karena asam mineral tersebut akan bereaksi, dan

    melarutkan komponen, berupa tar, garam Ca, dan Mg yang menutupi pori-pori

    adsorben. Di samping itu, asam mineral melarutkan Al2O3, sehingga menaikkan

    perbandingan jumlah SiO2dan Al2O3dari (2-3) : 1, menjadi (5-6) : 1.

    Bentonit yang telah ditambang diangkut ke tempat penampungan

    sementara (stock pile). Bentonit dalam bentuk bongkahan atau lepas, baik dalam

    kondisi basah maupun kering dilakukan penirisan dan pengeringan. Kemudiandimasukkan ke dalam reaktor (aktivasi) dengan menambahkan air dan asam sulfat.

    Langkah selanjutnya adalah pencucian untuk menghilangkan kotoran-kotoran

    yang melekat pada mineral montmorilonit untuk selanjutnya akan masuk ke dalam

    Thickener. Media pemisahannya adalah air. Setelah itu, akan masuk ke dalam

    proses penyaringan oleh air dan dilakukan pengeringan.

    Bentonit yang telah kering dimasukkan ke proses pengerusan untukmendapatkan ukuran butiran kurang lebih 200 mesh.

    2. Bentonit Sebagai Katalis.

    Penggunaan lempung sebagai katalis telah lama diperkenalkan, yaitu pada

    proses perengkahan minyak bumi dengan menggunakan mineral montmorillonit

    yang telah diasamkan. Namun, penggunaan lempung sebagai katalisa memiliki

    kelemahan, yaitu tidak tahan terhadap suhu tinggi. Oleh karena itu, diperkenalkan

    Yedid Novrianus Larosa : Studi Pengetsaan Bentonit Terpilar Fe2O3, 2007USU Repository 2008

  • 8/13/2019 skripsi bentonit

    22/78

    jenis material baru, yakni Lempung Terpilar yang memiliki stabilitas thermal

    relatif lebih tinggi dari material asal.

    3. Bentonit Sebagai Bahan Penukar Ion.

    Pemanfaatan bentonit sebagai bahan penukar ion didasarkan pada sifat

    permukaan bentonit yang bermuatan negatif, sehingga kation-kation dapat terikat

    secara elektrostatik pada permukaan bentonit. Sifat ini juga merupakan hal yang

    penting dalam pengubahan Ca-bentonit menjadi Na-bentonit. Bentonit di

    Indonesia memiliki daya penukar kation dengan ukuran kapasitas tukar kation

    (KTK) yang berbeda-beda untuk masing-masing daerah, yaitu berkisar antara 50-

    100 meq/ 100g. Hal ini disebabkan karena perbedaan komposisi kandungan

    kimianya.

    4. Bentonit Sebagai Lumpur Bor.

    Penggunaan utama mineral lempung adalah pada industri lumpur bor,

    yaitu sebagai lumpur pemilar dalam pengeboran minyak bumi, gas bumi, serta uap

    panas bumi.

    Bentonit yang telah ditambang, dipersiapkan untuk proses pengolahan,

    dimana jika kondisinya masih basah, harus ditiriskan terlebih dahulu, sedangkan

    jika kondisinya telah kering, maka dapat langsung dilakukan penghancuran.

    Setelah mencapai ukuran tertentu, maka dilakukan proses pengeringan kembali,

    dimana sumber panas untuk pengeringan tersebut berasal dari energi listrik.

    Langkah selanjutnya adalah, setelah butiran bentonit telah sesuai dengan ukuran

    tertentu, maka dimasukkan ke dalam reaktor untuk proses aktivasinya. Dalam halini, fraksi pasir harus sudah hilang untuk mempertinggi kualitas bentonit sebagai

    lumpur pengeboran. Ke dalam reaktor aktivasi dimasukkan sejumlah air dan

    H2SO4. Setelah proses ini selesai, maka dilakukan pengeringan kembali dengan

    sumber panas dari energi listrik. Tahap berikutnya adalah penggerusan untuk

    mencapai ukuran butiran halus bentonit (200 mesh) sebelum dimasukkan ke dalam

    siklon. Hasil siklon berupa produk dicampur dengan reagen CMC, dan ditampung

    di Silo.

    Yedid Novrianus Larosa : Studi Pengetsaan Bentonit Terpilar Fe2O3, 2007USU Repository 2008

  • 8/13/2019 skripsi bentonit

    23/78

    Aktivasi bentonit untuk lumpur bor adalah merupakan suatu perlakuan

    untuk mengubah Ca-bentonit menjadi Na-bentonit dengan penambahan bahan

    alkali. Bahan alkali yang umum digunakan adalah Natrium karbonat dan Natrium

    hidroksida. Dengan perubahan tersebut, diharapkan sifat hidrasi, dispersi, reologi,

    swelling, dan lain-lain akan berubah, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan

    lumpur bor.

    Persyaratan bentonit untuk lumpur bor menurut API (American

    Petroleum Institute) adalah sebagai berikut:

    Kekentalan suspensi bentonit untuk 10g dalam 350 ml air adalah 8,

    Dapat lewat melalui penyaringan melalui kertas saring (filter), yakni untuk

    larutan 10g dalam 350 ml air, harus lebih kecil dari 14 ml,

    Sisa tertampung oleh ayakan 200 mesh adalah < 2,5%,

    Kandungan uap air (kelembaban) adalah < 12%.

    Sementara persyaratan bentonit untuk lumpur bor menurut OCMA (Oil

    Companies Materials Association) adalah sebagai berikut:

    Kekentalan suspensi bentonit untuk 6,5g dalam 100 ml air adalah 15, Dapat lewat melalui penyaringan melalui kertas saring (filter), yakni untuk

    larutan 6,5g dalam 100 ml air, harus lebih kecil dari 15 ml,

    Sisa tertampung oleh ayakan 200 mesh adalah

  • 8/13/2019 skripsi bentonit

    24/78

    yang banyak terdapat dibeberapa wilayah di Indonesia. Bentonit mempunyai sifat

    fisik dan sifat teknik yang buruk jika digunakan sebagai bahan konstruksi.

    Bentonit juga bersifat ekspansif, yang mempunyai kemampuan mengembang

    cukup besar bila kondisinya jenuh, akibat Compressibility-nya tinggi dan sulit

    memadatkannya, sehingga bentonit jenuh ini tidak akan mampu memikul gaya

    gaya yang bekerja padanya.

    Pemakaian bentonit sebagai bahan konstruksi bangunan haruslah

    dikombinasikan dengan suatu bahan tertentu untuk memperbaiki sifat-sifat

    bentonit tersebut sebelum digunakan. Salah satu bahan yang dapat digunakan

    adalah kapur, yang merupakan sisa atau limbah industri gas asetilen. Limbah pada

    proses pengolahan asetilen berbentuk butiran halus yang masih mengandung air.

    Secara fisik, limbah ini menyerupai kapur, sedangkan secara kimia, limbah ini

    mengandung oksida-oksida logam, dan persenyawaan kimia lainnya.

    Berdasarkan sifat fisik dan komposisi kimianya, limbah ini dapat

    digunakan sebagai bahan aditif kimia dalam stabilitas tanah. Karena dengan

    kandungan: 70,90% Kalsium hidrat; 0,31% Magnesium oksida; 0,66% Silika;2,56% Alumina; 1,76% Besi oksida; pH 12,5, dan kadar air 3,76%, maka limbah

    ini memenuhi syarat untuk dapat digunakan sebagai bahan alternatif pengganti

    kapur yang merupakan salah satu bahan aditif kimia yang digunakan untuk

    stabilisasi tanah.

    6. Bentonit Sebagai Bahan Perekat Pasir Cetak.

    Untuk keperluan pasir cetak, teknik pengolahannya cukup sederhana,yaitu:

    Bentonit yang telah ditambang, dipersiapkan untuk proses pengolahan,

    dimana jika kondisinya masih basah, maka perlu dilalukan penirisan untuk

    mengurangi kadar airnya. Sedangkan jika kondisinya telah kering, maka telah siap

    untuk dilakukan pengeringan selanjutnya, dimana sumber panas berasal dari

    energi listrik.

    Yedid Novrianus Larosa : Studi Pengetsaan Bentonit Terpilar Fe2O3, 2007USU Repository 2008

  • 8/13/2019 skripsi bentonit

    25/78

    Tahap berikutnya adalah penggerusan untuk memperkecil ukuran butiran,

    sampai 200 mesh. Hasil penggerusan ini diproses lebih lanjut di dalam siklon.

    Setelah proses siklon selesai, maka bentonit sebagai bahan perekat pada

    pembuatan pasir cetak disimpan di silo.

    7. Bentonit Untuk Pembuatan Tambahan Makanan Ternak (Urea Mollases Block).

    Untuk dapat digunakan dalam pembuatan tambahan makanan ternak,

    bentonit harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

    Kandungan bentonit yang digunakan dalam pembuatan tambahan makanan

    ternak < 30%,

    Ukuran butiran bentonit adalah 200 mesh,

    Memiliki daya serap >60%,

    Memiliki kandungan mineral montmorilonit sebesar 70%.

    8. Bentonit Untuk Industri Kosmetik.

    Untuk dapat digunakan dalam industri kosmetik, bentonit harus

    memenuhi persyaratan sebagai berikut:

    Mengandung mineral magnesium silikat (Ca-bentonit), Mempunyai pH netral,

    Kandungan air dalam bentonit adalah

  • 8/13/2019 skripsi bentonit

    26/78

    dan oksigen yang terletak di antara 2 (dua) lapisan silikon dan oksigen. Kandungan air

    kristalnya juga bervariasi, sehingga jarak antar partikelnya dapat berubah-ubah,

    sehingga dapat mengembang (swelling). (Mark, 1967).

    2.2.1. Struktur Mineral Montmorilonit

    Adapun Rumus Umum Kimia dari montmorilonit itu sendiri, yaitu:

    [Al2O3 . 4SiO2 x H2O]. Molekul montmorilonit terdiri dari lapisan-lapisan yang

    berjarak beberapa Amstrong. Salah satu lapisan berbentuk silika terkoordinasi dan

    dikombinasikan dengan lapisan alumina dan magnesia yang oktahedral. Struktur

    montmorilonit dapat dilihat pada gambar 2.1berikut ini:

    Gambar 2.1 Struktur Montmorilonit.

    (Mark, 1967).

    Partikel montmorilonit sangatlah kecil, sehingga strukturnya hanya dapat

    disimpulkan melalui penelitian menggunakan Difraksi Sinar-X(X-Ray Difraction).

    Pada gambar 2.2 di bawah ini, menunjukkan sketsa diagram dari struktur

    montmorilonit. Kation yang dapat dipertukarkan dapat terjadi di antara lapisan silika

    dan ruang sumbu alumino silikat dari montmorilonit tersebut yang terhidrasi

    sempurna, tergantung pada ukuran kation-kation antar lapisan.

    Yedid Novrianus Larosa : Studi Pengetsaan Bentonit Terpilar Fe2O3, 2007USU Repository 2008

  • 8/13/2019 skripsi bentonit

    27/78

    Gambar 2.2 Sketsa Diagram Struktur Montmorilonit.

    (Grim, 1961).

    2.2.2. Hidrasi pada Mineral Montmorilonit

    Secara teori dapat diterangkan, bahwa susunan partikel lempung umumnya terdiri dari

    atas lapisanlapisan yang bertumpuk seperti tumpukan kartu. Tumpukan tersebut

    terdiri dari lapisan silikat, alumina, dan terdapat di dalamnya gugusan hidrosil serta

    logamlogam. Bila tersuspensi di dalam air akan memperbesar jarak antara lapisan

    sampai beberapa angstrom, dan ini berarti akan meningkatkan daya mengembang

    (swelling) dari lempung tersebut. Jenis lempung yang terbaik yang berkenaan dengan

    hal ini adalah jenis Na-montmorilonit. Di dalam air, lempung jenis ini akan

    Yedid Novrianus Larosa : Studi Pengetsaan Bentonit Terpilar Fe2O3, 2007USU Repository 2008

  • 8/13/2019 skripsi bentonit

    28/78

    mengembang sampai lapisanlapisan tersebut terpisah dari kelompoknya dan

    membentuk suspensi.

    Jarak antar lapisan pada Na-bentonit kering adalah 9,8 , sedangkan pada

    Ca-bentonit adalah 12,1 . Pada saat terjadinya hidrasi yang disebabkan oleh udara

    yang lembab ataupun suatu kondisi yang berair, maka jarak tersebut akan bertambah.

    Pada Ca-bentonit menjadi 17 dan pada Na-bentonit akan bertambah menjadi

    17 40 dan selanjutnya, tumpukan tersebut akan berpisah dan membentuk suspensi.

    Gambar 2.3menyajikan mekanisme hidrasi dan dispersi pada Ca-bentonit.

    Gambar 2.3 Mekanisme Hidrasi dan Dispersi pada Ca-bentonit.

    (Figureas F., 1988).

    2.3.

    Lempung Terpilar (Pillared Inter Layered Clay/ PILC)

    Lempung Terpilar (PILC) adalah sebuah kelas yang menarik dari material-material

    dengan ukuran pori yang kecil secara 2 dimensi. Oleh karena Lempung Terpilar

    (PILC) mempunyai luas permukaan yang tinggi dengan porositas yang tetap, maka

    sangat baik digunakan untuk adsorbsi dan sebagai katalis. Sejak pori-pori Lempung

    Terpilar (PILC) dapat dilokalisasikan ke dalam daerah pori yang kecil, substrat ini

    membentuk sebuah jembatan antara mikropori zeolit pada suatu sisi, dengan padatan

    mesopori dan makropori anorganik (seperti silika dan alumina) pada sisi lainnya.

    Yedid Novrianus Larosa : Studi Pengetsaan Bentonit Terpilar Fe2O3, 2007USU Repository 2008

  • 8/13/2019 skripsi bentonit

    29/78

    Sejarah dari Lempung Terpilar (PILC) dimulai pada tahun 1955, namun studi

    intensifnya yang pertama dinyatakan sekitar pada tahun 1980. Selama perintisan kerja

    ini, kation organik dan pilar organometalik adalah yang terutama digunakan.

    Sekarang, kation polioksida anorganik merupakan yang paling baik, karena stabil pada

    suhu tinggi. Dengan cara mengubahnya secara alami, ukuran pilar dan porositas, maka

    akan didapatkan Lempung Terpilar (PILC) yang berbeda. Pori-porinya

    dikombinasikan dengan bahan-bahan antar pilar dengan bahan dasar lempung, sangat

    penting dalam berbagai aplikasi seperti adsorbsi gas, reaksi-reaksi katalitik, dan lain

    sebagainya.

    Preparasi pertama Lempung Terpilar (PILC) menggunakan ion tetra-alkil-

    amonium dan menghasilkan lempung yang mengembang yang dapat berfungsi

    sebagai penyaring molekuler (molecular sieves) untuk adsorbsi molekular organik.

    Montmorilonit yang telah diinterkalasi oleh 1,4-diazobisiklo 2,2,2 oktana ditemukan

    memiliki sifat penyaring molekul dan aktivitas katalitik yang baik untuk reaksi

    esterifikasi asam karboksilat. Stabilitas thermal lempung organik ini lebih rendah dari

    300oC sehingga membatasi penggunaannya sebagai katalis. Kebutuhan dunia industri

    terhadap masalah material yang memiliki sifat katalitik berkembang sangat cepat,sehingga memacu munculnya material Lempung Terpilar kation polioksida yang

    stabil di atas suhu 600oC.

    Preparasi Lempung Terpilar (PILC) atau Cross-Lined Smectite (CLS)

    didasarkan pada fenomena mengembang (swelling) yang merupakan sifat khas

    smektit. Mengembang (swelling) dimungkinkan terjadi karena lapisan/ layer paralel

    dari struktur ini terikat satu sama lain oleh gaya elektrostatik, sehingga ia dapatmengembang oleh penetrasi spesies polar antar lapisannya.

    (Cool P., Vansant E.F., 2002).

    2.3.1. Prinsip Pilarisasi Lempung Terpilar

    Meskipun lempung sangat luas penggunaannya dalam berbagai macam aplikasi

    (sebagai katalis, adsorbsi, dan pertukaran ion), kekurangannya adalah mempunyai

    Yedid Novrianus Larosa : Studi Pengetsaan Bentonit Terpilar Fe2O3, 2007USU Repository 2008

  • 8/13/2019 skripsi bentonit

    30/78

    porositas yang tetap. Smektit akan mengembang pada saat terjadi hidrasi, namun pada

    saat terjadinya dehidrasi, layer akan terbuka, dan pada permukaan antar layer tidak

    akan memungkinkan terjadinya proses kimia.

    Untuk menghindari hal tersebut, beberapa peneliti menemukan cara untuk

    membuka lapisan-lapisan lempung, yakni dengan memasukkan berupa pilar yang

    stabil ke dalam daerah antar lapisan lempung tersebut. Dengan cara tersebut, maka

    akan diperoleh volume pori lempung yang tinggi. Lempung Terpilar (PILC)

    mempunyai porositas selama terjadinya proses hidrasi dan dehidrasi. Hal ini dapat

    dilihat pada gambar 2.4berikut ini:

    Gambar 2.4 Hidrasi dan Dehidrasi yang terjadi pada Lempung dan Lempung

    Terpilar (PILC). (Occeli M.L., Robson H.E., 1992).

    Prinsip pilarisasi ini diperbaharui oleh Barrer dan McLeod yangmenunjukkan porositas yang tetap dalam Montmorilonit, dengan mengganti ion-ion

    alkali dengan ion tetraalkil amonium. Selama terjadinya krisis minyak (1973),

    Lempung Terpilar (PILC) ini mendapat perhatian khusus para peneliti dalam bidang

    katalisis, dimana mereka menemukan Lempung Terpilar (PILC) dengan porositas

    tinggi, namun tidak stabil pada suhu tinggi. Untuk menghadapi ketidak stabilan

    thermal Lempung Terpilar (PILC) ini, maka Brindley, dan Sempels, serta Vaughan

    mulai mengembangkan Lempung Terpilar (PILC) anorganik. Studi pertama yang

    sangat mendasar dalam hal Lempung Terpilar (PILC) anorganik ini muncul pada

    Yedid Novrianus Larosa : Studi Pengetsaan Bentonit Terpilar Fe2O3, 2007USU Repository 2008

  • 8/13/2019 skripsi bentonit

    31/78

    akhir tahun 1970an. Tipe Lempung Terpilar (PILC) ini tetap mendapatkan perhatian

    sejak ditemukan stabil pada suhu tinggi, di atas 773oK.

    Konsep pilarisasi ini pada dasarnya sederhana, dan terdiri atas 2 (dua)

    langkah utama. Langkah pertama, kation-kation kecil antar lapisan digantikan dengan

    ion-ion yang lebih besar. Langkah kedua (langkah kalsinasi), yakni menempatkan

    prekursor kation polioksida anorganik ke dalam lapisan antar lapisan lempung,

    stabilisasi terhadap pilar logam oksida, serta mengikatnya secara kuat ke dalam layer-

    layer lempung. Konsep pilarisasi ini dapat dilihat pada gambar 2.5berikut ini:

    Gambar 2.5 Prinsip Pilarisasi pada Lempung Terpilar (PILC).

    (Barrer R.M., 1978).

    2.3.2.

    Jenis-jenis Agen Pemilar (Prekursor)

    Beberapa agen pemilar dapat dilihat pada tabel 2.1di bawah ini:

    Tabel 2.1 Beberapa Agen Pemilar

    Kelas Contoh

    Kation-kation organik Alkil amonium

    Dialkil amonium

    Yedid Novrianus Larosa : Studi Pengetsaan Bentonit Terpilar Fe2O3, 2007USU Repository 2008

  • 8/13/2019 skripsi bentonit

    32/78

    Kompleks organologam Co(en)33+

    Kompleks M(2,2bipiridin)

    Kompleks M(O-penantrolin)

    Si(acac)33+

    Fe3O(OCOCH3)6CH3COOH+

    Senyawa-senyawa kluster logam Nb6Cl12n+,Ta6Cl12

    n+ , Mo8Cl84+

    Kation-kation polioksida Al13O4(OH)24(H2O)127+

    Zr4(OH)8(H2O)168+

    (TiO)8(OH)124+

    Crn(OH)m(3n-m)+

    Garam Fe-hidrolis

    Sol-sol oksida Sol TiO2-,TiO2-SiO2

    Si2Al4O6(OH)8atau imogolit

    Pilar-pilar oksida campuran Fe/Al

    Fe/Cr, Fe/Zr

    La/Al

    GaAl12O4(OH)24(H2O)127+

    Cr/AlLaNiOx

    (Cool P., Vansant E.F., 2002).

    Penggunaan reaktan organik sebagai agen pemilar telah lama dilaporkan oleh

    Barrer. Pinnavaia telah melaporkan interkalasi smektit menggunakan kompleks

    organometalik, dimana stabilitas struktur mencapai suhu 450oC. Kation logam

    hidroksida polinuklear menghasilkan spasi/ jarak yang lebih tinggi, mencapai 15 ,sehingga memiliki stabilitas pada suhu tinggi..

    Prinsipnya, berbagai ion bermuatan positif digunakan sebagai agen pemilar.

    Interkalasi ion kromium dan titanium menghasilkan lempung dengan ukuran pori yang

    besar. Interkalasi menggunakan kation Al-hidroksida telah dipelajari secara

    mendalam. Pertama kali digunakan teknik potensiometrik yang memperkirakan

    pembentukan oligomer, seperti Al6(OH)153+

    atau Al8(OH)204+

    . Dengan menggunakansmall-angle X-Ray Scattering, Rausch dan Bale mengusulkan: untuk ratio OH/Al

    Yedid Novrianus Larosa : Studi Pengetsaan Bentonit Terpilar Fe2O3, 2007USU Repository 2008

  • 8/13/2019 skripsi bentonit

    33/78

    antara 1 dan 2,5; formasi spesies polimer [Al13O4(OH)24(H2O)12]7+. Spesies polimer

    ini tersusun atas 12 Al oktahedral dan satu pusat Al tetrahedral, seperti pada gambar

    2.6berikut ini:

    Gambar 2.6 Struktur Spesies Polimer Al13(a), Zr4(b), dan Si8(c).

    (Pinnavaia, 1985.

    Pada kasus Zirkonil klorida, secara umum disetujui bahwa hidrolisis parsial

    garam menghasilkan kation tetrometrik [Zr4(OH)8(H2O)16]8+. Analisis larutan dengan

    menggunakan small-angle X-Ray Scattering menunjukkan hal tersebut. Tetromer ini

    juga ditemukan sebagai unit struktural padatan. Situasi ini analog dengan kasus Al,

    dimana terdapat kemungkinan bahwa kation ini akan menjadi spesies utama dalam

    larutan, dengan adanya kompleks logam yang berat molekunya lebih besar.

    Pendekatan yang berbeda telah diajukan oleh Lewis dengan menggunakan

    senyawa organosilika yang bermuatan positif. Struktur silikat tiga dimensi seperti

    Yedid Novrianus Larosa : Studi Pengetsaan Bentonit Terpilar Fe2O3, 2007USU Repository 2008

  • 8/13/2019 skripsi bentonit

    34/78

    yang ditunjukkan pada gambar di atas dikenal sebagai polihedral oligosilsesquioxanes.

    Struktur tersebut terdiri dari skeleton polihedral silikon oksidagen yang mengandung

    substituen organik, atau anorganik yang terikat pada atom silikon. Z merupakan

    moiety organik yang mengandung spesies kationik (ion amonium, phospin, dan

    pirimidin) yang memungkinkan terjadinya pertukaran ion. Selanjutnya, Kalsinasi

    terhadap material terinterkalasi akan mendekomposisi senyawa organik dan

    membentuk pilar, sehingga struktur layer menjadi lebih stabil. (Plee, 1985).

    Di bawah ini akan diberikan gambar2.7 yang menunjukkan beberapa hasil

    Lempung Terpilar (PILC) dengan menggunakan agen pemilar (prekursor) yangberbeda.

    Yedid Novrianus Larosa : Studi Pengetsaan Bentonit Terpilar Fe2O3, 2007USU Repository 2008

  • 8/13/2019 skripsi bentonit

    35/78

    Gambar 2.7 Ilustrasi dari beberapa hasil Lempung Terpilar dengan Menggunakan

    agen pemilar (prekursor) yang berbeda: Al-PILC (A), Zr-PILC (B),

    Ti-PILC (C), dan Fe-PILC (D). (Cool P., Vansant E.F., 2002).

    2.3.3. Interkalasi Agen Pemilar

    Al-lempung dan Zr-lempung dapat dipertimbangkan sebagai sebuah model, sehingga

    preparasinya lebih mendetail, dan diskusinya difokuskan pada kedua sistem ini. Proses

    kimia yang terjadi adalah pertukaran ion (Ion Exchanging). Dapat diprediksikan

    kemudian bahwa faktor fisika dan kimia akan mempengaruhi derajat pertukaran dan

    distribusi kation dalam partikel lempung. Faktor tersebut antar lain: konsentrasi dan

    pH larutan, adanya kation lain di satu sisi dan batas difusi di sisi lain.

    Secara umum, berbagai spesies ion terdapat dalam larutan, seperti Al137+,,

    Al3+

    , Al84+

    dan H+

    . Proses yang terjadi dapat dijelaskan sebagai kompetisi antara ionini dengan kation asli lempung. Selektivitas pertukaran kation dalam silikat tergantung

    pada muatan dan ukuran kation. Selektivitas akan tinggi apabila aktion bermuatan

    besar, dan laju pertukaran menjadi lebih rendah untuk spesies yang lebih meruah.

    Dapat diperkirakan bahwa pada kesetimbangan termodinamik, kation Al137+dan Zr4

    8+

    akan mengalami pertukaran secara spesifik, meskipun situasi intermediet mungkin

    saja berbeda bila kation ini memiliki ukuran yang besar, yang seharusnya dapat

    dikeluarkan dari lempung.

    Yedid Novrianus Larosa : Studi Pengetsaan Bentonit Terpilar Fe2O3, 2007USU Repository 2008

  • 8/13/2019 skripsi bentonit

    36/78

    Al dan Zr yang terdapat pada keadaan dasar (steady state) tidak tergantung

    pada kondisi eksperimen, kecuali pH yang mengontrol distribusi spesies ionik dalam

    larutan. Hal ini dapat diamati dengan membandingkan hasil yang berbeda dalam

    literatur, yaitu d(001)spacingdan luas permukaan (surface area).

    Distribusi spesies polimer kationik dalam partikel tergantung pada batas

    difusi dan kompetisi dengan kation lain, dan hal ini lebih sulit untuk direproduksi,

    karena tergantung pada kondisi eksperimen. Pertukaran kation makro Zr dalam

    lempung montmorilonit merupakan suatu proses random, seperti ditunjukkan dengan

    evolusi garis (001). Inisial sampel adalah sangat kristalin, dan garis (001) pertama

    yang melebar dan menurun intensitasnya selama pertukaran ion, selanjutnya

    meningkat dan menajam saat derajat pertukaran meningkat.

    Luas permukaan juga berpengaruh, yaitu akan menurun apabila ukuran

    partikel lempung meningkat. Menarik untuk dicatat bahwa stabilitas thermal dari 2

    (dua) sampel yang berbeda dapat dilihat pada tabel 2.2berikut ini:

    Tabel 2.2 Evolusi Luas Permukaan 2 (dua) Zr-PILC Kalsinasi pada

    Temperatur yang berbeda

    Luas Permukaan (m2/g) setelah kalsinasi pada suhuSampel

    250oC 500oC 700oC

    S 360 260 205

    V 280 210 130

    Pengaruh distribusi pilar dalam lempung terhadap stabilitas thermal Lempung

    Terpilar (PILC) dapat dijelaskan dengan fakta jarak rata-rata antar pilar, sehingga

    dapat memfasilitasi sintering, yang tergantung pada distribusi ini. Jadi, dapat

    Yedid Novrianus Larosa : Studi Pengetsaan Bentonit Terpilar Fe2O3, 2007USU Repository 2008

  • 8/13/2019 skripsi bentonit

    37/78

    dihipothesis bahwa stabilitas thermal merupakan determinasi tidak langsung dari

    distribusi pilar yang tergantung pada berbagai kondisi eksperimen pertukaran ion.

    Secara garis besar, pengaruh temperatur yang digunakan terhadap

    penampilan pertukaran ion telah diselidiki oleh Bartley dan Burch. Keduanya

    mengamati stabilitas thermal yang lebih baik untuk Zr-lempung yang dipreparasi

    melalui refluks terhadap larutan ZrOCl2dengan lempung. (Burch R., 1997).

    Kation dari lempung juga menunjukkan beberapa pengaruh, seperti

    ditunjukkan pada tabel 2.3 dalam kasus Zr-lempung dan Al-lempung. Pada

    Zr-lempung, stabilitas thermal sangat jelas berpengaruh, dan struktur lempung

    terinterkalasi rusak pada suhu yang lebih rendah bila padatan dipreparasi dari bentuk

    Na-lempung menggunakan jenis lempung yang sama. Pada sampel ini, garis (001)

    tidak muncul melalui kalsinasi pada suhu 500oC. Dapat dikatakan, bahwa luas

    permukaan sedikit lebih tinggi pada sampel yang dipreparasi dari bentuk Ca-lempung.

    Pada kasus Al-lempung, pengaruh kation lempung terhadap tekstur material yang

    dihasilkan juga sangat jelas. Difraksi Sinar-X tidak merefleksikan variasi terlalu

    banyak, tetapi luas permukaan menunjukkan interkalasi lempung yang lebih baik bilakation lempung memiliki muatan positif yang lebih besar. Pengaruh ini dapat

    dijelaskan melalui kompetisi antara kation asal dengan agen pemiliar. Selektivitas

    pertukaran kation meningkat dengan meningkatnya muatan, sehingga kompetisi antara

    Na+ dengan Al137+ lebih baik atau lebih menguntungkan terhadap inkorporasi Al,

    dibandingkan dengan kompetisi antara Ce3+ dengan Al137+. Dengan tidak adanya

    kompetisi ion, Al137+ bertukar secara cepat, dan akan bergerak ke pusat partikel.

    Penggunaan kompetisi ion, seperti Ce

    3+

    , akan menurunkan kekuatan adsorbsi dandaya kation Al13

    7+ dalam partikel, sehingga menghasilkan distribusi kation yang

    homogen dan luas permukaan yang lebih besar.

    Tabel 2.3 Pengaruh Kation Asal Lempung terhadap Sifat Tekstur Lempung

    Terpilar (PILC) (a)

    250oC 400oC / 500oC (b)Kation

    Asal

    d(001)

    (25oC) S d(001) d(001) S

    Yedid Novrianus Larosa : Studi Pengetsaan Bentonit Terpilar Fe2O3, 2007USU Repository 2008

  • 8/13/2019 skripsi bentonit

    38/78

  • 8/13/2019 skripsi bentonit

    39/78

    2.3.4.1.Lempung Induk

    Lempung induk selalu berada dalam bentuk Na-lempung pada saat dipergunakan

    sebagai bahan dasar (substrat) untuk pilarisasi. Seperti yang telah diketahui, Na+

    sebagai ion penyeimbang muatan menghasilkan hidrasi yang baik, pada gilirannya

    akan memfasilitasi proses interkalasi prekursor-prekursor pemilar. Pada lempung alam

    yang ukuran fraksinya 2m, juga masih mengandung pengotor-pengotor, dapat dipisahkan secara

    sentrifugasi.

    Smektit hektorit alam yang dapat diperoleh dari Clay Repository of the Clay

    Minerals Society, masih mengandung pengotor karbonat. Untuk menghilangkan

    pengotor ini, hektorit tersebut perlu ditambahkan dengan larutan Natrium asetat/ asam

    asetat pada pH 4, sehingga pengotor karbonat diubah bentuknya menjadi H2CO3, yang

    selanjutnya akan dibebaskan menjadi H2O dan CO2 di dalam larutan. Setelahdipisahkan dari pengotor karbonatnya, hektorit ini kemudian dimasukkan ke dalam

    laruran jenuh NaCl, kemudian dicuci dengan air suling untuk menghilangkan ion-ion

    kloridanya, sehingga akan diperoleh Na-hektorit. Laponit sintetik yang dapat

    diperoleh dariLaporte Inorganicstelah tersedia dalam bentuk Na-laponit yang bebas

    dari pengotor-pengotornya.

    2.3.4.2.Larutan Pemilar

    Larutan pemilar untuk Al dan Zr telah ditemukan. Dalam Metode Lahav,

    AlCl3 0,2 M dihidrolisis dengan NaOH 0,2, menghasilkan perbandingan

    OH/Al 2,33 pada pH 4. Konsentrasi akhir larutan Al adalah 0,07 M. Proses akhir

    dilakukan pada kondisi refluks selama 24 jam.

    Yedid Novrianus Larosa : Studi Pengetsaan Bentonit Terpilar Fe2O3, 2007USU Repository 2008

  • 8/13/2019 skripsi bentonit

    40/78

    Untuk larutan pemilar Zr, digunakan ZrOCl2.8H2O 0,1 M. Proses akhir juga

    dilakukan pada kondisi refluks, dan pH larutan akhir didapatkan mendekati 1.

    2.3.4.3.Reaksi Pertukaran Ion

    Proses Interkalasi dilakukan dengan menambahkan lempung (dalam bentuk tepung

    atau suspensi) ke dalam larutan pemilar. Mekanisme ini didasarkan pada proses

    pertukaran antara ion-ion Na+ (antar lapisan/ layer lempung) dengan agen pemilar

    (prekursor), yaitu ion-ion Al atau Zr.

    2.3.4.4.Pencucian dan Pengeringan

    Setelah reaksi pertukaran ion, Lempung Terpilar (PILC) dipisahkan dari larutan secara

    sentrifugasi, dan mencucinya dengan air demineralisata, untuk membuang larutan

    pemilar dan ion-ion Cl-. Sangat penting artinya mencuci Lempung Terpilar (PILC)

    tersebut untuk meningkatkan kualitas dari Lempung Terpilar (PILC) itu. Hal inimendukung distribusi homogen pilar antar lapisan/ layer, menghasilkan jarak antar

    lapisan lempung meningkat (dari 12 tanpa pencucian menjadi 18 setelah

    pencucian).

    Pengeringan juga merupakan parameter penting dalam pembuatan Lempung

    Terpilar (PILC). Pengeringan yang baik akan menghasilkan Lempung Terpilar (PILC)

    dengan Struktur Bangunan Kartu (Card House Structure). Struktur ini terlihat padalempung laponit. Lempung Terpilar (PILC) yang telah kering memiliki mesoporositas

    yang tinggi, namun kristalinitasnya rendah.

    Beberapa metode telah diajukan untuk mengeringkan produk interkalasi, di

    antaranya adalah pengeringan dengan sistem semprot atau diovenkan, dan metode

    freeze drying. Pinnavaia membandingkan metode ini dengan mengamati pengaruh

    metode yang digunakan terhadap porositas. Pengeringan di udara mengarah pada

    produk seperti zeolit yang tidak mengabsordsi 1,3,5-trietil benzen, dengan diameter

    Yedid Novrianus Larosa : Studi Pengetsaan Bentonit Terpilar Fe2O3, 2007USU Repository 2008

  • 8/13/2019 skripsi bentonit

    41/78

    kinetik 9,2 dan 10,4 . Sedangkan lempung yang menggunakan metode freeze

    dryingmenunjukkan absorbsi yang besar untuk reaktan terebut, atau memiliki ukuran

    porositas yang tinggi. Pengeringan dalam oven dapat memadatkan lempung, sehingga

    menjadi sangat teraglumerasi.

    2.3.4.5.Kalsinasi

    Langkah kalsinasi yang dilakukan pada temperatur 573-773 oK mengubah prekursor

    kation polioksida Al dan Zr menjadi pilar-pilar Aluminium oksida dan Zirkonium

    oksida. Proses pemanasan sangat diperlukan untuk mendapatkan Lempung Terpilar

    (PILC) yang stabil dengan mikroporositas yang permanen, tanpa memperhatikan

    fenomena mengembang dan hidrolisis. Selama proses kalsinasi, berlangsung reaksi

    dehidrasi dan dehidroksidasi terhadap prekursor pemilar bermuatan yang akan

    menghasilkan partikel-partikel oksida yang netral.

    Persamaan reaksi dalam kesetimbangan elektrik diperoleh dengan

    melepaskan proton selama konversi pada temperatur naik:

    [Al13O4(OH)24(H2O)12]7+ 6,5 Al2O3+ 20,5 H2O + 7 H

    +

    [Zr4(OH)8(H2O)16]8+ 4 ZrO2+ 16 H2O + 8 H

    +

    2.3.5. Delaminasi

    Pada struktur partikulat smektit, lapisannya terpisah dan tidak mempunyai strukturrange yang panjang, sehingga dapat diamati. Efek ini semakin jelas pada dilusi yang

    tinggi. Saat pertukaran ion dan pengeringan produk, menghasilkan disordered

    structure, yang dikarakterisasi dengan luas permukaan (surface area analyser), dan

    tidak adanya garis Difraksi Sinar-X (001) yang dapat dijelaskan sebagai struktur

    bangunan kartu (Card House Structure). Produk ini memiliki stuktur makropori yang

    dengan mudah mengadsorbsi 1,3,5-trietil benzen dari fase gas. Delaminasi merupakan

    sifat yang unuk dari struktur layer, yang memberi tambahan kemungkinanpenyesuaian porositas pada penggunaannya sebagai katalis.

    Yedid Novrianus Larosa : Studi Pengetsaan Bentonit Terpilar Fe2O3, 2007USU Repository 2008

  • 8/13/2019 skripsi bentonit

    42/78

    2.3.6. Modifikasi Lempung Terpilar

    Untuk tujuan adsorbsi dan pemisahan, tambahan modifikasi Lempung Terpilar (PILC)

    kadang kala sangat diperlukan. Aplikasi ini membutuhkan kapasitas adsorbsi yang

    tinggi, selektivitas terhadap molekul-molekul gas, dan kekuatan adsorbsi yang tinggi.

    Modifikasi ini dapat dilakukan selama sintesis atau setelah sintesis Lempung Terpilar

    (PILC) tersebut.

    Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan porositas Lempung

    Terpilar/ PILC (dalam hal ini dilakukan modifikasi) adalah dengan cara pra-adsorbsi

    dari molekul-molekul awal ke dalam reaksi pertukaran ion dengan agen pemilar

    (prekursor). Ion-ion n-alkil amonium lebih dahulu dipertukarkan dengan Na-lempung

    dalam suatu massa yang lebih rendah dari massa kapasitas tukar kation (Cation

    Exchanged Capacity/ CEC). Sebagai hasilnya, densitas pilar menurun semenjak jarak

    antar lapisan/ layer Lempung Terpilar (PILC) bertindak sebagai templet. Selama

    proses kalsinasi, molekul-molekul templet organik dibuang, dan diperoleh distribusi

    pilar yang homogen.

    Heylen et al., melaporkan bahwa luas permukaan (Surface area) dan volume

    mikropori pada Lempung Terpilar-Fe (Fe-PILC) yang disintesis (dimodifikasi) dengan

    menggunakan Butil amonium sebagai templet adalah 2,5 kali lebih besar jika

    dibandingkan dengan Lempung Terpilar-Fe (Fe-PILC) yang tidak dimodifikasi. Suatu

    peningkatan yang juga penting dapat dilihat dari kapasitas adsorbsinya terhadap gas

    N2, O2, dan CO pada temperatur 194oK, (Peq= 4,5 x 10

    4 Pa), telah diteliti pada

    Lempung Terpilar-Fe (Fe-PILC) yang disintesis (dimodifikasi) dengan menggunakanButil amonium sebagai templet (BuA-Fe-PILC), dimana didapatkan: kapasitas

    adsorbsi untuk gas N2= 0,23 mmol/g; untuk gas O2= 0,17 mmol/g; dan untuk

    gas CO= 0,30 mmol/g. Sedangkan pada Lempung Terpilar-Fe (Fe-PILC) yang tidak

    dimodifikasi, didapatkan: kapasitas adsorbsi untuk gas N2= 0,00 mmol/g; untuk gas

    O2= 0,03 mmol/g; dan untuk gas CO= 0,27 mmol/g.

    Yedid Novrianus Larosa : Studi Pengetsaan Bentonit Terpilar Fe2O3, 2007USU Repository 2008

  • 8/13/2019 skripsi bentonit

    43/78

    2.3.7. Lempung Terpilar versus Lempung Berlapis

    Struktur Bangunan Kartu (Card House Structure) biasanya digunakan untuk

    menggambarkan struktur lempung berlapis. Hal ini membedakan struktur Face-to-

    Face lamelar pada Lempung Terpilar (PILC) yang menyerupai struktur kue dadar.

    Struktur kedua lempung ini dapat dilihat pada gambar 2.8berikut ini:

    Gambar 2.8 Struktur Lempung Terpilar/ PILC (kiri), dan Struktur Lempung

    Berlapis

    2.3.8. Aplikasi dari Lempung Terpilar

    Aplikasi utama dari Lempung Terpilar (PILC) adalah pada bidang Katalitik dan

    Adsorpsi. Sifat Keasaman (Acidity) Lempung Terpilar (PILC) sangat penting dalammengontrol reaksi katalitik. Lempung Terpilar (PILC) menunjukkan sifat keasaman

    Lewis, dan juga Bronsted-Lowry. Pilar yang terdapat pada Lempung Terpilar (PILC)

    adalah sumber utama untuk sifat keasaman Lewis, sementara gugus Hidroksida (OH)

    yang terdapat pada Lempung Terpilar (PILC) tersebut menyumbangkan sifat

    keasaman Bronsted-Lowry. Pada Lempung Terpilar yang mengandung kation Al3+

    yang berkoordinasi 3 dan tersubstitusi untuk Si4+ dalam lapisan T (T-layer), Al3+

    bertindak sebagai Asam Lewis. Namun, ketika hidrasi terjadi (dalam Lempung

    Yedid Novrianus Larosa : Studi Pengetsaan Bentonit Terpilar Fe2O3, 2007USU Repository 2008

  • 8/13/2019 skripsi bentonit

    44/78

    Terpilar/ PILC tersebut), Al3+ diubah ke bentuk Al terkoordinasi oktahedral oleh

    keasaman Bronsted-Lowry.

    Beberapa reaksi yang dikatalisis oleh asam yang terkandung dalam Lempung

    Terpilar (PILC) di antaranya:

    Pemecahan Kumene (Cumene Cracking) dilakukan sebagai reaksi pengujian

    terhadap keasaman Bronsted-Lowry.

    Oligomerisasi poli-propilen dikatalisis oleh bagian Asam Lewis pada

    montmorilonit terpilar-Al (Al-pillared Montmorillonite).

    Pada Reaksi Disproporsionasi terhadap Trimetil benzen yang mungkin akan

    menghasilkan Durene (1,2,4,5- tetrametil benzen), bagian Asam Lewis pada

    Lempung Terpilar (PILC) mengkatalisis reaksi ini, sementara dalam reaksi

    isomerisasi Trimetil benzen (Reaksi samping), bagian Asam Bronsted-Lowry

    pada Lempung Terpilar (PILC) juga ikut berperan.

    Pada proses pemisahan gas N2, dan O2 dari udara yang dilakukan melalui

    destilasi kriogenik dan melalui adsorpsi tekanan putar (Pressure Swing Adsorption/

    PSA), penggunaan Lempung Terpilar (PILC) sebagai alternatif juga menarik sebagai

    penyaring molekul Carbon, dan Lempung Terpilar (PILC) ini digunakan sebagaiadsorben dalam teknik PSA ini. Kapasitas dan selektivitas terhadap komponen-

    komponen udara adalah sifat Lempung Terpilar (PILC) yang sangat berguna dalam

    aplikasi adsorpsi gas.

    2.4. Proses Etsa (Etching)terhadap Silikon

    Untuk material-material semikonduktor, pengetsaan kimia secara basah biasanyaberlangsung melalui oksidasi, yang diikuti dengan penguraian oksida dalam suatu

    reaksi kimia. Untuk Silikon, bahan pengetsa (etchants) yang lazim digunakan adalah

    campuran antara, Asam fluorida (HF), Asam Nitrat (HNO3), dan Asam Asetat

    (CH3COOH). Reaksi berlangsung dengan mengubah Silikon dari keadan teroksidasi

    ke tingkat oksidasi yang lebih tinggi:

    Si + 2 h Si2+ (a)

    Yedid Novrianus Larosa : Studi Pengetsaan Bentonit Terpilar Fe2O3, 2007USU Repository 2008

  • 8/13/2019 skripsi bentonit

    45/78

    Dalam reaksi oksidasi ini, dibutuhkan lubang (h+). Oksidator utama dalam pengetsaan

    semikonduktor adalah ion OH-, dimana ion OH- tersebut dihasilkan dari reaksi

    disosiasi air (H2O):

    H2O OH- + H+ (b)

    Si2+dalam reaksi (a)bereaksi dengan OH-, menghasilkan:

    Si2+ + 2 OH- Si(OH)2 (c)

    Kemudian, akan membebaskan Hidrogen untuk membentuk SiO2:

    Si(OH)2 SiO2 + H2 (d)

    Asam fluorida (HF) digunakan untuk melarutkan SiO2:

    SiO2 + 6 HF H2SiF6 + H2O (e)

    Dimana H2SiF6dapat larut dalam air.

    Lubang (h+)dalam reaksi (a)dihasilkan dari suatu reaksi autokatalitik yang

    dapat dijelaskan sebagai berikut: dalam reaksi antara HNO2dengan HNO3dalam air,akan dihasilkan:

    HNO2 + HNO3 2 NO2- + 2 h+ + 2 H2O (f)

    2 NO2- + 2 H

    + 2 HNO2 (g)

    HNO2yang dihasilkan dalam reaksi (g) akan kembali bereaksi dalam reaksi

    (f), sehingga didapatkan reaksi akhir (overall reaction) sebagai berikut:

    Si + HNO3 + 6 HF H2SiF6 + HNO2 + H2O + H2 (h)

    Tabel 2.4 berikut ini memperlihatkan beberapa jenis bahan pengetsa(etchants) lainnya untuk semikonduktor dari bahan Silikon (Si):

    Tabel 2.4 Beberapa Jenis Bahan Pengetsa (etchants) untuk Semikonduktor dari

    Bahan Silikon (Si)

    No. Formula Nama

    1. 1 ml HF, 1 ml C2O3(5M) Sirtl

    2. 1 ml HF, 3 ml HNO3, 1 ml CH3COOH Dash

    3. 2 ml HF, 1 ml K2Cr2O7 (0.15M) Secco

    Yedid Novrianus Larosa : Studi Pengetsaan Bentonit Terpilar Fe2O3, 2007USU Repository 2008

  • 8/13/2019 skripsi bentonit

    46/78

    2 ml HF, 1 ml Cr2O3 (0.15M) Secco

    4. 200 ml HF, 1 HNO3

    5. 60 ml HF, 30 ml HNO3

    60 ml H20

    60 ml CH3COOH, 30 ml

    (1g CrO3dalam 2 ml H20)

    Jenkins

    Wright

    6. 2 ml HF, 1 ml HNO3, 2 ml AgNO3 (0.65M

    dalam H20)

    Silver

    7. 5 g H5IO6, 5 mg KI dalam 50 ml H2O, 2 ml HF Sponheimer

    Mills

    8. Shipley 112

    9. 6 ml HF, 19 ml HNO3

    10. (150g/l 1.5M, CrO3dalam H20) dan HF 1:1 Yang

    11. 600 ml HF, 300 ml HNO328g Cu(NO3)2, 3 ml H20 Copper Etch

    12. 1000 ml H2O, 1 ml (1.0N) KOH, 3.54g KBr,

    708g KbrO3

    13. 55g CuSO4, SH20, 950 ml H20, 50 ml HF Copper

    Displacement

    14. 1 ml HF, 3 ml HNO3 White

    15. 3 ml HF, 5 ml HNO3, 3 ml CH3COOH CP-4

    16a.

    16b.

    16c.

    16d.

    25 ml HF, 18 ml HNO3,

    5 ml CH3COOH/ 1g Br2

    10 ml H20, 1g Cu(NO3)2

    100 ml HF; 1 ml dalam 5 ml HNO3

    50 ml Cu(NO3)2; 1 ml dalam 2 ml HF

    4% NaOH + 40 NaClO hingga H2habis dari Si

    SD1

    17. 300 ml HNO3, 600 ml HF 2 ml Br2, 24g Cu(NO3)2

    larutkan 10:1 dengan H2O

    Sailer

    18. a) 75g CrO3 dalam 1000 ml H2O (bagian 1).

    Campurkan (bagian 1) dengan 48% HF

    Schimmel

    Yedid Novrianus Larosa : Studi Pengetsaan Bentonit Terpilar Fe2O3, 2007USU Repository 2008

  • 8/13/2019 skripsi bentonit

    47/78

    (bagian 2)

    b) Campurkan (bagian 1) dengan (bagian 2) ke

    dalam 1.5 bagian H2O

    19. 5g H5IO6, 50 ml H2O, 2 ml HF, 5mg KI Periodic HF

    www.virginiasemi.com, [email protected]

    2.5.

    Mikroskop Elektron Payaran (SEM)

    Struktur permukaan suatu benda uji dapat dipelajari dengan menggunakan mikroskop

    elektron payaran, karena jauh lebih mudah untuk mempelajari struktur permukaan ini

    secara langsung.

    Dengan berkas sinar elektron difokuskan ke suatu titik dengan diameter

    sekitar 100 dan digunakan untuk melihat permukaan dalam suatu layar. Elektron-

    elektron dari benda uji difokuskan dengan suatu elektroda elektrostatik pada suatu alat

    Yedid Novrianus Larosa : Studi Pengetsaan Bentonit Terpilar Fe2O3, 2007USU Repository 2008

    http://www.virginiasemi.com/mailto:[email protected]:[email protected]:[email protected]://www.virginiasemi.com/
  • 8/13/2019 skripsi bentonit

    48/78

    pemantul yang dimiringkan. Sinar yang dihasilkan diteruskan melalui suatu pipa sinar

    pantulan ke suatu alat pembesar foto dan sinyal yang dapat digunakan untuk

    memodulasikan terangnya suatu titik osiloskop yang melalui suatu layar dengan

    adanya persesuaian dengan berkas sinar elektron pada permukaan benda uji

    (Gambar 2.9). Gambaran yang diperoleh pada layar osiloskop sama dengan

    gambaran optik, dan biasanya benda uji digeser ke arah kolektor pada sudut kecil 30o

    terhadap horizontal, untuk alat yang umum dipakai.

    Sebagai pengertian awal, mikroskop elektron payaran menggunakan

    hamburan balik elektron-elektron (dengan E = 30 kV, yang merupakan energi datang),

    dan elektron-elektron sekunder (dengan E = 100 eV) yang dipantulkan dari benda uji.

    Gambar 2.9 Pemencaran elektron-elektron yang datang oleh lempengan tipis

    dengan spesimen yang bulky ditransmisikan, berkas yang dipencarkan

    secara elastis dan inelastis diserap.

    Karena elektron-elektron sekunder mempunyai energi yang lebih rendah,maka elektron-elektron tersebut dapat dibelokkan membentuk sudut dan menimbulkan

    bayangan topografi. Intensitas dari hamburan balik elektron-elektron yang cenderung

    tertimbun karena dengan energinya yang lebih tinggi, maka tidak mudah untuk

    dikumpulkan oleh sistem kolektor normal seperti yang digunakan pada elektron

    mikroskop payaran. Jika elektron-elektron sekunder terkumpul, maka kisi di depan

    detektor akan mengalami kemiringan sekitar 200 eV. (Smallman, 1991).

    Yedid Novrianus Larosa : Studi Pengetsaan Bentonit Terpilar Fe2O3, 2007USU Repository 2008

  • 8/13/2019 skripsi bentonit

    49/78

    BAB III

    BAHAN DAN METODE PENELITIAN

    3.1. Alat-alat

    1. Neraca Analitis Metler P.M. 400

    2. Alu dan Mortir

    3. Gelas Beaker Pyrex

    4. Labu Erlenmeyer Pyrex

    5. Spatula

    6. Ayakan 400 Mesh

    7. Labu Takar Pyrex

    8. Hot Plate Fisher

    9. Alat Tanur Fisher

    10.Gelas Ukur Pyrex

    11.Gelas Ukur Plastik12.Pipet Tetes Plastik

    13.Pengaduk Plastik

    14.Wadah Plastik

    15.SEM (Scanning Electron Microscope)

    16.Surface Area Analyser

    3.2. Bahan-bahan

    1. Bentonit Alam Malaysia

    2. NaCl(s)

    3. H2SO4(p) p.a. Merck

    4. FeCl3. 6 H2O(s)

    5. Aquadest

    6. Aqua Bidestilata

    Yedid Novrianus Larosa : Studi Pengetsaan Bentonit Terpilar Fe2O3, 2007USU Repository 2008

  • 8/13/2019 skripsi bentonit

    50/78

    7. HF p.a. Merck

    8. HNO3 p.a. Merck

    9. CH3COOH (glasial) p.a. Merck

    3.3. Pembuatan Reagensia

    3.3.1. Pembuatan Larutan NaCl 1 M

    1. Ditimbang dengan tepat sebanyak 14,61 g NaCl(s), dimasukkan ke dalam

    labu takar 250 ml.

    2. Dilarutkan dengan aquadest sampai garis tanda, kemudian dihomogenkan.

    3.3.2. Pembuatan Larutan NaCl 6 M

    1. Ditimbang dengan tepat sebanyak 87,66 g NaCl(s), dimasukkan ke dalam

    labu takar 250 ml.2. Dilarutkan dengan aquadest sampai garis tanda, kemudian dihomogenkan.

    3.3.3. Pembuatan Larutan NaCl Jenuh

    1. Dimasukkan sebanyak 250 ml Aquadest ke dalam gelas beaker.

    2. Kemudian dimasukkan NaCl(s)sambil diaduk sampai didapatkan LarutanNaCl Jenuh.

    3.3.4. Pembuatan Larutan H2SO41 M

    1. Diukur dengan tepat sebanyak 13,60 ml H2SO4(p), dimasukkan ke dalam

    labu takar 250 ml.

    2. Dilarutkan dengan aquadest sampai garis tanda, kemudian dihomogenkan.

    Yedid Novrianus Larosa : Studi Pengetsaan Bentonit Terpilar Fe2O3, 2007USU Repository 2008

  • 8/13/2019 skripsi bentonit

    51/78

    3.3.5. Pembuatan Larutan FeCl31 M

    1. Ditimbang dengan tepat sebanyak 67,57 g FeCl3. 6 H2O(s),dimasukkan ke

    dalam labu takar 250 ml.

    2. Dilarutkan dengan aquadest sampai garis tanda, kemudian dihomogenkan.

    3.3.6. Pembuatan Larutan Bahan Pengetsa (Etchants)

    1. Disediakan wadah plastik yang bersih.

    2. Diukur dengan tepat sebanyak 3 ml HF (p), dimasukkan ke dalam wadah

    plastik.

    3. Ditambahkan sebanyak 5 ml HNO3 (p), sambil diaduk.

    4. Ditambahkan sebanyak 3 ml CH3COOH (glasial), sambil diaduk.

    5. Dalam pembuatan larutan bahan pengetsa ini, semua peralatan yang

    digunakan harus terbuat dari bahan plastik, jangan terbuat dari bahan

    gelas/ kaca, karena dalam pembuatan larutan bahan pengetsa ini digunakan

    HF yang dapat melarutkan gelas/ kaca.

    3.4. Prosedur Penelitian

    3.4.1. Pengambilan Sampel Bentonit

    Bentonit alam Malaysia dihaluskan dan diayak dengan menggunakan

    ayakan 400 mesh. Bentonit yang telah halus tersebut diambil sebanyak 5 g untukdianalisis dengan foto SEM (Scanning Electron Microscope) dan Surface Area

    Analyser. Sisanya digunakan dalam pembuatan Bentonit Terpilar-Fe2O3berikutnya.

    3.4.2. Pembuatan Bentonit Terpilar-Fe2O3

    Bentonit dengan kehalusan 400 mesh diambil sebanyak 75 g, kemudian direndam

    dalam 250 ml larutan NaCl 1 M selama 7 hari, dimana setiap 2 hari,

    Yedid Novrianus Larosa : Studi Pengetsaan Bentonit Terpilar Fe2O3, 2007USU Repository 2008

  • 8/13/2019 skripsi bentonit

    52/78

    larutan NaCl 1 M diganti dengan larutan NaCl 1 M yang baru. Kemudian, endapan

    dipisahkan dari larutannya dengan cara dekantasi. Selanjutnya, endapan tersebut

    direndam lagi dalam 250 ml larutan NaCl 6 M selama 2 hari. Kemudian, endapan

    dipisahkan dari larutannya dengan cara dekantasi. Selanjutnya, endapan tersebut

    direndam lagi dalam 250 ml larutan NaCl jenuh selama 7 hari, dimana setiap 2 hari,

    larutan NaCl jenuh diganti dengan larutan NaCl jenuh yang baru. Kemudian, endapan

    dipisahkan dari larutannya dengan cara dekantasi. Selanjutnya, endapan tersebut

    dicuci dengan 250 ml Aqua Bidestilata untuk menghilangkan sisa ion kloridanya,

    kemudian dikeringkan di bawah sinar matahari. Bentonit ini disebut Na-bentonit.

    Selanjutnya, Na-bentonit tersebut direndam dalam 250 ml larutan H2SO41 M selama

    1 hari, kemudian didekantasi. Endapan dikeringkan di bawah sinar matahari.

    Selanjutnya, endapan tersebut direndam dalam 250 ml larutan FeCl3 1 M selama

    1 hari, kemudian didekantasi. Endapan dicuci dengan 250 ml Aqua Bidestilata untuk

    menghilangkan sisa ion kloridanya, kemudian dikeringkan di bawah sinar matahari.

    Selanjutnya, endapan tersebut dibagi ke dalam 3 bagian. Bagian 1 ditanur (kalsinasi)

    pada suhu 400oC, Bagian 2 ditanur (kalsinasi) pada suhu 450oC, dan Bagian 3 ditanur

    (kalsinasi) pada suhu 500oC. Proses kalsinasi ini menghasilkan

    Bentonit Terpilar-Fe2O3. Bentonit Terpilar-Fe2O3 yang telah dikalsinasi pada suhu400oC, 450oC, dan 500oC tersebut masing-masing dibagi lagi ke dalam 2 bagian.

    Masing-masing Bagian 1 untuk dianalisis dengan foto SEM (Scanning Electron

    Microscope) dan Surface Area Analyser, dan masing-masing Bagian 2 digunakan

    untuk Pengetsaan berikutnya.

    3.4.3.

    Pengetsaan Bentonit Terpilar-Fe2O3

    3.4.3.1. Pengetsaan Bentonit Terpilar-Fe2O3yang dikalsinasi pada suhu 400oC.

    Bentonit Terpilar-Fe2O3 yang dikalsinasi pada suhu 400oC diambil sebanyak 5 g,

    kemudian dimasukkan ke dalam wadah plastik. Selanjutnya ditambahkan Larutan

    Pengetsa (Campuran antara: 3ml HF(p) + 5ml HNO3 (p) + 3ml CH3COOH (glasial) ).

    Kemudian diaduk dengan menggunakan pengaduk plastik selama 10 menit. Setelah

    10 menit, endapan dipisahkan dari larutannya dengan cara dekantasi menggunakan

    Yedid Novrianus Larosa : Studi Pengetsaan Bentonit Terpilar Fe2O3, 2007USU Repository 2008

  • 8/13/2019 skripsi bentonit

    53/78

    pipet tetes plastik. Endapan yang diperoleh dinetralkan pH-nya dengan menggunakan

    Aqua Bidestilata, kemudian didekantasi menggunakan pipet tetes plastik. Endapan

    yang diperoleh ditanur pada suhu 400oC selama 1 jam. Kemudian hasilnya dianalisis

    dengan foto SEM (Scanning Electron Microscope)dan Surface Area Analyser.

    3.4.3.2. Pengetsaan Bentonit Terpilar-Fe2O3yang dikalsinasi pada suhu 450oC.

    Bentonit Terpilar-Fe2O3 yang dikalsinasi pada suhu 450oC diambil sebanyak 5 g,

    kemudian dimasukkan ke dalam wadah plastik. Selanjutnya ditambahkan Larutan

    Pengetsa (Campuran antara: 3ml HF(p) + 5ml HNO3 (p) + 3ml CH3COOH (glasial) ).

    Kemudian diaduk dengan menggunakan pengaduk plastik selama 10 menit. Setelah

    10 menit, endapan dipisahkan dari larutannya dengan cara dekantasi menggunakan

    pipet tetes plastik. Endapan yang diperoleh dinetralkan pH-nya dengan menggunakan

    Aqua Bidestilata, kemudian didekantasi menggunakan pipet tetes plastik. Endapan

    yang diperoleh ditanur pada suhu 450oC selama 1 jam. Kemudian hasilnya dianalisis

    dengan foto SEM (Scanning Electron Microscope)dan Surface Area Analyser.

    3.4.3.3. Pengetsaan Bentonit Terpilar-Fe2O3yang dikalsinasi pada suhu 500oC.

    Bentonit Terpilar-Fe2O3 yang dikalsinasi pada suhu 500oC diambil sebanyak 5 g,

    kemudian dimasukkan ke dalam wadah plastik. Selanjutnya ditambahkan Larutan

    Pengetsa (Campuran antara: 3ml HF(p) + 5ml HNO3 (p) + 3ml CH3COOH (glasial) ).

    Kemudian diaduk dengan menggunakan pengaduk plastik selama 10 menit. Setelah10 menit, endapan dipisahkan dari larutannya dengan cara dekantasi menggunakan

    pipet tetes plastik. Endapan yang diperoleh dinetralkan pH-nya dengan menggunakan

    Aqua Bidestilata, kemudian didekantasi menggunakan pipet tetes plastik. Endapan

    yang diperoleh ditanur pada suhu 500oC selama 1 jam. Kemudian hasilnya dianalisis

    dengan foto SEM (Scanning Electron Microscope)dan Surface Area Analyser.

    Yedid Novrianus Larosa : Studi Pengetsaan Bentonit Terpilar Fe2O3, 2007USU Repository 2008

  • 8/13/2019 skripsi bentonit

    54/78

    3.5. Bagan Penelitian

    3.5.1. Pengambilan Sampel Bentonit

    100 g Bentonit Alam

    dihaluskandiayak dengan menggunakan ayakan 400 mesh

    Bentonit dengan Kehalusan 400 mesh

    diambil 5 g

    Sisa Bentonit dengan Kehalusan 400 mesh 5 g Bentonit dengan Kehalusan 400 mesh

    dikarakterisasi

    - SEM- Surface

    Area

    Analyser

    Yedid Novrianus Larosa : Studi Pengetsaan Bentonit Terpilar Fe2O3, 2007USU Repository 2008

  • 8/13/2019 skripsi bentonit

    55/78

    3.5.2. Pembuatan Bentonit Terpilar-Fe2O3

    75 g Bentonit (400 mesh)

    direndam dalam 250 ml larutan NaCl 1 M selama 7 hari,setiap 2 hari larutan NaCl 1 M diganti dengan cara dekantasi

    Endapan Filtrat

    direndam dalam 250 ml larutan NaCl 6 M selama 2 harididekantasi

    Endapan Filtratdirendam dalam 250 ml larutan NaCl jenuh selama 7 hari,setiap 2 hari larutan NaCl jenuh diganti dengan cara dekantasi

    Endapan Filtratdirendam dalam 250 ml Aqua Bidestilatadidekantasi

    Endapan Filtratdikeringkan di bawah sinar matahari

    dikarak-

    terisasi

    dikarak-

    terisasi

    dikarak-

    terisasi

    Na-Bentonitditambahkan 250 ml larutan H2SO4 1 Mdiadukdidiamkan selama 1 harididekantasi

    Endapan Filtrat

    dikeringkan di bawah sinar matahari

    Endapan ditambahkan 250 ml larutan FeCl3 1 Mdiadukdidiamkan selama 1 harididekantasi

    Endapan Filtratdirendam dalam 250 ml Aqua Bidestilatadidekantasi

    FiltratEndapandikeringkan di bawah sinar mataharidibagi ke dalam 3 bagian

    Bentonit Terpilar-Fe2O3 Bentonit Terpilar- Fe2O3 Bentonit Terpilar- Fe2O3

    dibagi ke dalam 2bagian

    dibagi ke dalam 2bagian

    dibagi ke dalam 2bagian

    Bagian 2.A Bagian 2.B Bagian 3.BBagian 1.A Bagian 1.B Bagian 3.A

    untuk

    peng-etsa-anselan-utnya

    untuk

    peng-etsa-anselan-utnya

    untuk

    peng-etsa-anselan-

    Bagian 2 Bagian 3Bagian 1

    utnya

    ditanur (kalsinasi)pada suhu 400oCselama 5 jam

    ditanur (kalsinasi)pada suhu 450oCselama 5 jam

    ditanur (kalsinasi)pada suhu 500oCselama 5 jam

    - SEM- Surface

    Area

    Analyser

    - SEM- Surface

    Area

    Analyser

    - SEM- Surface

    Area

    Analyser

    Yedid Novrianus Larosa : Studi Pengetsaan Bentonit Terpilar Fe2O3, 2007USU Repository 2008

  • 8/13/2019 skripsi bentonit

    56/78

    3.5.3. Pengetsaan Bentonit Terpilar-Fe2O3

    3.5.3.1. Pengetsaan Bentonit Terpilar-Fe2O3yang Dikalsinasi pada Suhu 400oC

    5 g Bentonit Terpilar-Fe2O3Bagian 1.B.

    dimasukkan ke dalam wadah plastikditambahkan campuran:( 3 ml HF (p)+ 5 ml HNO3 (p) + 3 ml CH3COOH (glasial))diaduk selama 10 menit dengan pengaduk plastikdidekantasi dengan menggunakan pipet tetes plastik

    ditambahkan Aqua Bidestilata sampai pH = 7didekantasi dengan menggunakan pipet tetes plastik

    Endapan Filtrat

    ditanur pada suhu 400 C selama 1 jam

    Endapan Filtrat

    Endapan

    dikarakterisasi

    - SEM

    - SurfaceArea

    Analyser

    Yedid Novrianus Larosa : Studi Pengetsaan Bentonit Terpilar Fe2O3, 2007USU Repository 2008

  • 8/13/2019 skripsi bentonit

    57/78

    3.5.3.2. Pengetsaan Bentonit Terpilar-Fe2O3yang Dikalsinasi pada Suhu 450oC

    5 g Bentonit Terpilar-Fe2O3Bagian 2.B.

    dimasukkan ke dalam wadah plastikditambahkan campuran:( 3 ml HF (p)+ 5 ml HNO3 (p) + 3 ml CH3COOH (glasial))diaduk selama 10 menit dengan pengaduk plastikdidekantasi dengan menggunakan pipet tetes plastik

    ditambahkan Aqua Bidestilata sampai pH = 7didekantasi dengan menggunakan pipet tetes plastik

    Endapan Filtrat

    ditanur pada suhu 450 C selama 1 jam

    Endapan Filtrat

    Endapan

    dikarakterisasi

    - SEM- Surface

    Area

    Analyser

    Yedid Novrianus Larosa : Studi Pengetsaan Bentonit Terpilar Fe2O3, 2007USU Repository 2008

  • 8/13/2019 skripsi bentonit

    58/78

    3.5.3.3. Pengetsaan Bentonit Terpilar-Fe2O3yang Dikalsinasi pada Suhu 500oC

    5 g Bentonit Terpilar-Fe2O3Bagian 3.B.

    dimasukkan ke dalam wadah plastikditambahkan campuran:( 3 ml HF (p)+ 5 ml HNO3 (p) + 3 ml CH3COOH (glasial))diaduk selama 10 menit dengan pengaduk plastikdidekantasi dengan menggunakan pipet tetes plastik

    ditambahkan Aqua Bidestilata sampai pH = 7didekantasi dengan menggunakan pipet tetes plastik

    Endapan Filtrat

    ditanur pada suhu 500 C selama 1 jam

    Endapan Filtrat

    Endapan

    dikarakterisasi

    - SEM- Surface

    Area

    Analyser

    Yedid Novrianus Larosa : Studi Pengetsaan Bentonit Terpilar Fe2O3, 2007USU Repository 2008

  • 8/13/2019 skripsi bentonit

    59/78

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1.Hasil Penelitian

    4.1.1. Foto SEM (Scanning Electron Microscope) dan Data Surface AreaAnalyser untuk Bentonit Alam

    Hasil Analisis Foto SEM untuk Bentonit Alam dapat dilihat pada Gambar 4.1berikut

    ini:

    Gambar 4.1 Foto SEM untuk Bentonit Alam

    Sementara Luas Permukaan (Surface Area) untuk Bentonit Alam didapatkan:

    83,3018 m2/g (Data A).

    4.1.2. Foto SEM (Scanning Electron Microscope) dan Data Surface AreaAnalyser untuk Bentonit Terpilar-Fe2O3

    Yedid Novrianus Larosa : Studi Pengetsaan Bentonit Terpilar Fe2O3, 2007USU Repository 2008

  • 8/13/2019 skripsi bentonit

    60/78

    4.1.2.1. Foto SEM (Scanning Electron Microscope) dan Data Surface AreaAnalyser untuk Bentonit Terpilar-Fe2O3 yang dikalsinasi

    pada suhu 400oC

    Hasil Analisis Foto SEM untuk Bentonit Terpilar-Fe2O3yang dikalsinasi pada suhu

    400oC dapat dilihat pada Gambar 4.2berikut ini:

    Gambar 4.2 Foto SEM untuk Bentonit Terpilar-Fe2O3 yang dikalsinasi pada suhu

    400

    o

    C

    Sementara Luas Permukaan (Surface Area) untuk

    Bentonit Terpilar-Fe2O3 yang dikalsinasi pada suhu 400oC didapatkan:

    86,8939 m2/g (Data B).

    4.1.2.2. Foto SEM (Scanning Electron Microscope) dan Data Surface AreaAnalyser untuk Bentonit Terpilar-Fe2O3 yang dikalsinasi

    pada suhu 450oC

    Yedid Novrianus Larosa : Studi Pengetsaan Bentonit Terpilar Fe2O3, 2007USU Repository 2008

  • 8/13/2019 skripsi bentonit

    61/78

    Hasil Analisis Foto SEM untuk Bentonit Terpilar-Fe2O3yang dikalsinasi pada suhu

    450oC dapat dilihat pada Gambar 4.3berikut ini:

    Gambar 4.3 Foto SEM untuk Bentonit Terpilar-Fe2O3 yang dikalsinasi pada suhu

    450oC

    Sementara Luas Permukaan (Surface Area) untuk