skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · berkat...
TRANSCRIPT
-
TINGKAT KESADARAN PEGAWAI BAITUL MAAL WA TAMWIL DALAM
MEMBUAT PERENCANAAN KEUANGAN SYARIAH
(Studi Pada Pegawai Baitul Maal Wa Tamwil Di Kota Tangerang Selatan)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Salah Satu
Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy.)
Oleh:
ACHMAD NAJMUDIN
NIM: 108046100046
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1435 H/2014 M
-
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan
memperoleh gelar strata I di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini telah saya cantumkan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemukakan hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil asli saya atau merupakan hasil
jjplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sangsi yang berlaku di
universitas islam negeri (UIN) Syarif Hdiayatullah Jakarta.
Jakarta, 31 Desember 2014
Achmad Najmudin
-
i
ABSTRAK
Ahmad Najmudin, 108046100046. Tingkat Kesadaran Pegawai Baitul
Maal Wal Tamwiil Dalam Membuat Perencanaan Keuangan Syariah (Studi
Pada Pegawai BMT di Kota Tangerang Selatan), Skripsi Strata (S1) Konsentrasi
Perbankan Syariah Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam) Fakultas Syariah dan
Hukum Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta 1435H/2014 M. Ix 110
halaman Daftar Pustaka + 56 halaman Lampiran.
Tujuan penelitian Skripsi ini adalah untuk mengetahui bagaimana
pengetahuan dan pemahaman pegawai Baitul Maal Wat Tamwiil (BMT) tentang
perencanaan keuangan syariah dan bagaimana tingkat kesadaran mereka dalam
membuat perencanaan keuangan syariah dan khususnya strategi dalam mengelola
harta berdasarkan teori ISLAMIC dalam hal ini adalah pegawai BMT yang berlokasi
di Kota Tangerang Selatan.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan analisis Deskriptif Kuantitatif
dengan cara mengumpulkan data melalui survei dengan alat berupa kuesioner.
Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini yaitu dari hasil penelitian
menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan dan pemahaman pegawai BMT terhadap
perencanaan keuangan syariah adalah tinggi, dari 39 responden sebanyak 24
responden dengan persentase 61,5% tahu arti dari perencanaan keuangan syariah.
Adapun strategi pegawai BMT dalam mengelola harta adalah sangat baik. Dari 39
responden sebagian besar setuju, sebanyak 21 responden dengan presentase 53,8%
setuju dengan rutin merencanakan keuangan untuk pendidikan anak, sebanyak 17
responden dengan presentase 43,6% setuju dengan rutin merencanakan keuangan
untuk asuransi kesehatan keluarga, sebanyak 22 responden dengan presentase 56,4%
setuju dengan rutin keuangan untuk membayar zakat setiap tahunnya, dan sebanyak
22 responden dengan presentase 56,4% setuju dengan rutin merencanakan keuangan
untuk mengelola hutang dan sebanyak 15 responden dengan presentase 38,5% setuju
dengan rutin merencanakan keuangan untuk mengelola hutang.
Kata kunci: Tingkat Kesadaran, Perencanaan Keuangan Syariah, Pegawai BMT,
Deskriptif Analisis.
Daftar Buku: 26, web: 6, lampiran: 25
Pembimbing: Dr. Phil, JM. Muslimin, MA
Daftar Pustaka: Tahun 1982 sampai dengan 2013
-
ii
ABSTRACT
Ahmad Najmudin, 108046100046. Employee Awareness level Baitul Maal
Wal Tamwiil In Making Islamic Financial Planning (Studies in Employee BMT
in South Tangerang City), Thesis Strata (S1) Islamic Banking Concentration
Program Muamalat (Islamic Economics) Faculty of Sharia and Law, Islamic
University Syarif Hidayatullah Jakarta 1435H/2014 M. Ix + 110 page Bibliography
Appendix page 56.
The research objective of this thesis is to investigate how knowledge and
understanding of employee Baitul Maal Wat Tamwiil ( BMT ) of Islamic financial
planning and how their consciousness in the Islamic financial planning and strategy,
especially in managing the assets based ISLAMIC theory in this case is located BMT
employee in South Tangerang City.
In this study the authors using Quantitative Descriptive analysis by collecting
data through a survey by means of questionnaires.
Conclusion of this research is the results of the study showed that the level of
knowledge and understanding of the BMT employees Islamic financial planning is
high, as many as 24 of the 39 respondents with the percentage of 61.5% of
respondents know the meaning of Islamic financial planning. The BMT employee
strategies in managing the assets is very good. Of the 39 respondents largely agreed,
as many as 21, with a percentage of 53.8% of respondents agreed with routine
financial plan for the education of children, as many as 17, with a percentage of
43.6% of respondents agreed with routine financial planning for family health
insurance, as many as 22 respondents with a percentage of 56.4% agreed with the
finances to pay Zakat regularly every year, and as many as 22, with a percentage of
56.4 % of respondents agreed with routine financial planning to manage debt and as
many as 15, with a percentage of 38.5 % of respondents agreed with routine financial
planning to manage debt.
Keywords : Level of Consciousness, Islamic Financial Planning, Employee BMT,
Descriptive Analysis.
Book List : 26 Web : 6, Attachments : 25
Supervisor : Dr . Phil, JM . Muslimin, MA
Bibliography : 1982 to 2013
-
iii
KATA PENGANTAR
Segala puji Penulis panjatkan kepada Allah SWT yang mana telah memberikan
taufiq dan hidayah-Nya kepada Penulis terutama dalam menyelesaikan skripsi ini. Sholawat
serta salam Penulis panjatkan kepada junjungan besar kita yakni Nabi Muhammad SAW,
keluarga dan para sahabat yang telah banyak berkorban menyebarkan dakwah Islam kepada
umat, sehingga mengangkat umat dari kebodohan kepada kecerdasan.
Tiada yang sempurna di dunia ini dan dengan kesadaran, skripsi ini mungkin tak
luput dari kesalahan dan kekurangan, tetapi harapan penulis, skripsi ini setidaknya dapat
memberikan manfaat bagi siapapun yang membacanya atau mungkin menjadi sumber
inspirasi bagi penelitian-penelitian selanjutnya.
Dalam proses penyelesaian skripsi ini penulis menyadari bahwa rintangan dan
hambatan yang terus datang silih berganti. Namun syukur Alhamdulillah berkat rahmat dan
inayah-Nya, kesungguhan, kerja keras dan kerja cerdas, disertai dukungan dan bantuan dari
berbagai pihak baik langsung maupun tidak langsung, segala kesulitan akhirnya dapat diatasi
dengan sebaik-baiknya sehingga skripsi ini dapata terselesaikan.
Dengan selesainya penyusunan skripsi ini, penulis haturkan terima kasih kepada
semua yang telah membantu, baik berupa moril maupun materiil, terutama kepada :
1. Prof. Dr. H. M. Amin Suma, SH. MA. MM., selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
-
iv
2. Dr. Euis Amalia, M.Ag, selaku Ketua Program Studi Muamalat, Fakultas Syariah dan
Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang dengan sabar
telah membantu proses pengajuan judul hingga tahap akhir penyelesaian skripsi.
3. Mumin Rauf, M.A, Selaku sekertaris Program Studi Muamalat, Fakultas Syariah dan
Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Dosen Pembimbing Dr. Phil., JM. Muslimin, M.A, yang telah memberikan ilmu,
waktu, dan bantuannya dalam proses penyelesaian skripsi ini.
5. Ananda haturkan terimakasih kepada Kedua orang tua tercinta yaitu Ayahanda Bapak
Sardih Lasim Miin dan Ibunda Askah Askiawati karena berkat doa, motivasi, kasih
sayang, perhatian dan bantuan (moril, materil dan spiritual) yang telah diberikan
ayahanda dan ibunda tercinta kepada ananda dengan tulus.
6. Segenap Pegawai Baitul Maal wa Tamwil se-Kota Tangerang Selatan atas waktu
luangnya dan kemudahan dalam pemberian data yang penulis butuhkan.
7. Segenap Dosen serta para Pimpinan dan Staf Perpustakaan baik Perpustakaan Utama
maupun Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum yang telah memberikan ilmu
pengetahuan dengan tulus ikhlas, serta fasilitas untuk mengadakan studi perpustakaan
dalam penyusunan skripsi.
8. Sahabat seperjuangan semasa kuliah, terima kasih untuk motivasi, dukungan, bantuan,
dan kebersamaannya selama ini.
9. Teman-teman Perbankan Syariah kelas B angkatan 2008, khususnya S. Fikri Thariq,
Teuku Ihsan Khadafi, Ahmad Al-Ghazali, dan Arza.
-
v
10. Untuk teman-teman dan sahabat seperjuangan Teguh Iman M yang sudah
memyempatkan waktu senang maupun sedih untuk selalu bersama dalam aktivitas
sehari-hari.
11. Sari Ardiyanti Rahayu, selaku pegawai IPOT yang telah memberikan fasilitas internet
serta tempat kantornya untuk penulis dalam pencarian bahan-bahan skripsi.
12. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu
dalam proses penyelesaian skripsi ini.
Demikianlah Penulis ucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya, karena
berkat doa, motivasi, fasilitas, arahan dan bimbingan dari mereka Penulis dapat segera
menyelesaikan skripsi ini. Dan penulis juga menyadari bahwa segala bantuan dan
motivasi yang penulis peroleh tidak dapat terbayar oleh apapun, hanya doa yang dapat
penulis panjatkan semga pahala berlipat ganda dilimpahkan Allah swt kepada kita semua
dan skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua orang. Amin Ya robal alamin.
Jakarta, 31 Desember 2013
Penulis
-
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PERNYATAAAN
ABSTRAK ........................................................................................................... i
ABSTRACT .......................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL .............................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan ................................................ 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................ 10
D. Sistematika Penulisan ............................................................................... 11
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tingkat Kesadaran ................................................................................... 14
B. Pemahaman Perencanaan Keuangan ........................................................ 17
C. Perencanaan Keuangan Syariah ............................................................... 20
1. Tujuan dan Perbedaan Perencanaan Keuangan Syariah ................... 23
2. Konsep Harta Dalam Islam ............................................................... 25
3. Kubah Kebutuhan (Dome of Needs) .................................................. 27
-
vii
D. Tingkat Pendapatan dan Pendidikan ` ....................................................... 40
E. Review Studi Terdahulu ........................................................................... 46
F. Kerangka Konsep ..................................................................................... 49
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ............................................................... 52
B. Lokasi Penelitian ..................................................................................... 53
C. Populasi dan Sampel ............................................................................... 53
D. Teknik Pengambilan Sampel ................................................................... 52
E. Objek Penelitian ....................................................................................... 56
F. Sumber Data ............................................................................................. 56
G. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 57
H. Uji Instrumen Penelitian ........................................................................... 60
1. Uji Validitas dan Reliabilitas ............................................................... 61
I. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ..................................................... 70
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Responden .................................................................. 72
1. Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ............................................ 72
2. Responden Berdasarkan Status Marital .............................................. 73
3. Responden Berdasarkan Penghasilan Bulanan .................................. 75
4. Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ...................................... 76
B. Analisis Data ............................................................................................. 77
1. Pemahaman Tentang Perencanaan Keuangan ................................... 78
-
viii
2. Pemahaman Tentang Perencanaan Keuangan Syariah ...................... 79
3. Indikator Tingkat Kesadaran ............................................................. 80
4. Strategi Pegawai BMT Dalam Mengelola Harta ............................. 103
C. Hasil Analisis Data ................................................................................. 106
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................. 109
B. Saran ....................................................................................................... 111
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 113
LAMPIRAN ................................................................................................ 118
-
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perbedaan Perencanaan Keuangan dengan Perencanaan Keuangan
Syariah .......................................................................................... 24
Tabel 2.2 Review Studi Terdahulu ............................................................... 46
Tabel 3.1 Populasi Baitul Mal wa Tamwil .................................................... 53
Tabel 3.2 Baitul Mal wa Tamwil yang Menjadi Sampel .............................. 55
Tabel 3.2 Format Respon Pegawai Untuk Pernyataan Positif ...................... 59
Tabel 3.3 Kaidah Reliabilitas Guilford Frutcher ....................................... 62
Tabel 3.4 Hasil Pengujian Validitas Dimensi Pemahaman Perencanaan
Keuangan ...................................................................................... 62
Tabel 3.5 Reliabilitity Statistics Dimensi Pemahaman Perencanaan Keuangan
................................................................................................ 63
Tabel 3.6 Hasil Pengujian Validitas Dimensi Pemahaman Perencanaan
Keuangan Syariah ......................................................................... 63
Tabel 3.7 Reliabilitity Statistics Dimensi Pemahaman Perencanaan Keuangan
Syariah .......................................................................................... 64
Tabel 3.8 Hasil Pengujian Validitas Dimensi Aspek Kognitif ..................... 66
Tabel 3.9 Reliabilitity Statistics Dimensi Aspek Kognitif ............................ 66
Tabel 3.10 Hasil Pengujian Validitas Dimensi Aspek Afektif ....................... 67
Tabel 3.11 Reliabilitity Statistics Dimensi Aspek Afektif .............................. 67
Tabel 3.12 Hasil Pengujian Dimensi Validitas Aspek Psikomotorik ............. 68
-
x
Tabel 3.13 Reliabilitity Statistics Dimensi Aspek Psikomotorik .................... 68
Tabel 3.14 Hasil Pengujian Validitas Statistics Dimensi Strategi Pegawai
Dalam Mengelola Harta ................................................................ 69
Tabel 3.15 Reliabilitity Statistics Dimensi Strategi Pegawai Dalam Mengelola
Harta ............................................................................................. 70
Tabel 4.1 Jumlah Respoden Berdasarkan Jenis Kelamin ............................. 72
Tabel 4.2 Jumlah Respoden Berdasarkan Status Marital ............................. 74
Tabel 4.3 Jumlah Respoden Berdasarkan Penghasilan Bulanan .................. 75
Tabel 4.4 Jumlah Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ................... 76
Tabel 4.5 Apakah Saudara Mengetahui Arti dari Perencanaan Keuangan ... 78
Tabel 4.6 Apakah Saudara Mengetahui Arti dari Perencanaan Keuangan
Syariah .......................................................................................... 79
Tabel 4.7 Saya Mengetahui Bahwa Pendapatan Yang Saya Peroleh Haruslah
Bersumber Dari Usaha Yang Halal .............................................. 80
Tabel 4.8 Saya Mengetahui Bahwa Menabung Menjadi Kata Kunci Dalam
Memotivasi Untuk Mengatur Pengeluaran Dengan Lebih Baik ... 80
Tabel 4.9 Saya Mengetahui Bahwa Dalam Islam Dianjurkan Untuk
Mempersiapkan Bekal di Kehidupan Akhirat .............................. 81
Tabel 4.10 Saya Mengetahui Bahwa Biaya Untuk Kebutuhan Masa Pensiun
Diperlukan Persiapan Sedini Mungkin ......................................... 82
-
xi
Tabel 4.11 Saya Mengetahui Bahwa Memiliki Produk Asuransi Syariah Dapat
Meminimalisasi Resiko Yang Akan Timbul di Masa Yang Akan
Datang ........................................................................................... 83
Tabel 4.12 Saya mengetahui Dalam Asuransi Syariah Terdapat Produk-Produk
Asuransi Seperti Asuransi Kesehatan, Asuransi Pendidikan,
Asuransi Kecelakaan, Asuransi Jiwa dan Juga Asuransi Kerugian
....... ................................................................................................ 84
Tabel 4.13 Saya Mengetahui Dalam Mengelola Hutang Harus Dikelola Dengan
Sebaik Mungkin ............................................................................ 85
Tabel 4.14 Saya Mengetahui Fasilitas Hutang Hanya Digunakan Untuk
Kebutuhan Dasar Bersifat Produktif, Bukan Memenuhi Keinginan
Yang Bersifat Konsumtif .............................................................. 86
Tabel 4.15 Saya Mengetahui Kebutuhan Dimasa Yang Akan Datang Menjadi
Kunci Sebelum Melakukan Investasi ........................................... 87
Tabel 4.16 Saya Mengetahui Dalam Mensucikan Harta Merupakan Bagian
Dari Perintah Allah Yang Harus Ditunaikan ................................ 88
Tabel 4.17 Saya Paham Bahwa Setiap Harta Yang Diperoleh Secara Halal
Akan Membawa Keberkahan Di dunia dan Keselamatan Di Akhirat
....................................................................................................... 88
Tabel 4.18 Saya Paham Bahwa Besarnya Pengeluaran Yang Tidak Terjadi
Lebih Banyak Karena Tidak Bisanya Membedakan Antara
Kebutuhan dengan Keinginan ............................................... 89
Tabel 4.19 Saya Paham Dalam Masa Pensiun Bukan Berarti Terlepas Dari
Kebutuhan Financial ..................................................................... 90
-
xii
Tabel 4.20 Saya Berminat Untuk Memiliki Produk Asuransi Karena
Manfaatnya Sangat Banyak .......................................................... 91
Tabel 4.21 Saya Paham Dalam Memanfaatkan Fasilitas Hutang Perlu
Diperhatikan Faktor Hukum Syariah Untuk Menghindari Transaksi
Hutang Yang Mengandung Unsur Riba ....................................... 92
Tabel 4.22 Saya Sadar Akan Adanya Kebutuhan Masa Depan Dengan Tingkat
Priorotas Yang Tinggi, Hal Ini Menjadi Motivasi Saya Dalam
Melakukan Investasi ..................................................................... 93
Tabel 4.23 Saya Paham Dengan Jelas Perintah Allah Untuk Berzakat .......... 94
Tabel 4.24 Selain Penghasilan Yang Diperoleh Dari Pekerjaan, Saya Juga
Mencari Usaha Apa Saja Yang Tentunnya Halal ......................... 95
Tabel 4.25 Saya Sudah Melakukan Investasi Guna Mengantisipasi Kebutuhan
Dimasa Yang Akan Datang .......................................................... 96
Tabel 4.26 Saya Sudah Mempersiapkan Biaya/Financial Untuk Masa Pensiun
Agar Dapat Memperoleh Pendapatan Setelah Memasuki Periode
Pensiun .......................................................................................... 97
Tabel 4.27 Untuk Melindungi Diri Dari Kerugian Dimasa Yang Akan Datang,
Saya Sudah Mengikuti Program Asuransi Syariah ....................... 98
Tabel 4.28 Saya Sudah Membatasi Hutang Agar Jumlah Total Pembayaran
Bulanannya Tidak Melebihi 30% Dari Penghasilan Saya ............ 99
Tabel 4.29 Saya Tertarik Berinvestasi di Bank Syariah ................................. 101
Tabel 4.30 Setiap Penghasilan Yang Saya Peroleh Akan Dikeluarkan Zakatnya
2,5 % Karena Ada Hak Yang Bukan Milik Kita Dari Harta
Tersebut 102
-
xiii
Tabel 4.31 Rutin Merencanakan Keuangan untuk Pendidikan Anak ............. 103
Tabel 4.32 Rutin Merencanakan Keuangan untuk Kesehatan Keluarga ........ 103
Tabel 4.33 Rutin Merencanakan Keuangan untuk Membayar Zakat ........... 104
Tabel 4.34 Rutin Merencanakan Keuangan untuk Mengelola Hutang ........ 105
Tabel 4.35 Rutin Merencanakan Keuangan untuk Berinvestasi ................... 105
-
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Cara Memperoleh Dan Menggunakan Harta ........................... 26
Gambar 2.2 Kerangka Konsep ..................................................................... 48
Gambar 4.1 Karakteristik Jenis Kelamin ..................................................... 73
Gambar 4.2 Karakteristik Status Marital ..................................................... 74
Gambar 4.3 Karakteristik Penghasilan Bulanan .......................................... 75
Gambar 4.4 Karakteristik Tingkat Pendidikan ............................................ 77
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan perbankan syariah di Indonesia diikuti dengan
perkembangan lembaga-lembaga keuangan syariah nonbank lainnya. Program
linkage antara bank syariah dengan Lembaga Keuangan Mikro Syariah, dalam
hal ini Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) dan Baitul Mal wal Tamwil
(BMT), bahkan dikembangkan pula sinergitasnya dengan lembaga-lembaga
keuangan sosial seperti institusi zakat dan wakaf untuk menopang perluasan
sektor riil dan Usah Kecil Menengah. Saat ini, jumlah BMT di Indonesia
mencapai lebih dari 3.308 buah menurut Pusat Inkubasi Bisnis dan Usaha Kecil
(PINBUK). Sebagai lembaga keuangan berbasis syariah, BMT di Indonesia
berprospek tumbuh karena didukung oleh potensi sumber daya alam yang
melimpah, potensi sumber daya manusia, di mana mayoritas penduduknya adalah
beragama Islam, dan mampu menyelaraskan gerak roda perekonomian umat
terutama ekonomi mikro.
Sejak awal berdirinya, BMT-BMT dirancang sebagai lembaga ekonomi.
Dapat dikatakan bahwa BMT merupakan suatu lembaga ekonomi rakyat, yang
secara konsepsi dan secara nyata memang lebih fokus kepada masyarakat bahwa
yang miskin dan nyaris miskin. Sebagian besar BMT, sejak awal memang
berbentuk koperasi sudah dikenal luas oleh masyarakat dan bisa memberi status
-
2
legal formal yang dibutuhkan. Akan tetapi pula, ada BMT yang pada awalnya
hanya bersifat organisasi kemasyarakatan informal, atau semacam paguyuban
dari komunitas lokal. Masalah bentuk dan dasar hukum sering belum terasa
penting pada awalnya. Ketika kegiatan BMT bersangkutan mulai tumbuh pesat,
baru terasa ada kebutuhan untuk membenahi aspek-aspek keorganisasiannya.
Hampir semua BMT kemudian memilih koperasi sebagai badan hukum, atau
paling kurang dipakai sebagai konsep pengorganisasiannya.
Hal yang menarik untuk dicermati adalah fatwa fenomena pendirian dan
pengembangan BMT, ternyata tidak hanya dibatasi oleh pertimbangan ekonomis.
Ada gairah untuk mendasari seluruh aktivitas BMT dengan nilai-nilai Islam,
sesuai dengan penyebutan diri yang mengandung konotasi Islam. Selain itu,
sebagian BMT memang lahir dan berkembang dari komunitas keislaman, seperti
jamaah masjid, jamaah pengajian, pesantren, organisasi kemasyarakatan Islam,
atau sejenisnya. Ada yang berasal dari kesepakatan dalam forum silaturrahmi
atau forum ilmiah yang sedang membicarakan masalah keuangan ilmiah ekonomi
Islam, atau pemberdayaan ekonomi umat. Ada pula yang diinisiasi oleh individu
atau perseorangan yang berniat membantu orang lain, khususnya yang seiman.
Pendek kata, hampir selalu ada keterkaitan BMT dengan Islam sebagai suatu
ajaran ataupun dengan kepedulian pada kehidupan ekonomi umat Islam.1
1 Euis Amalia, Keadilan Distributif Dalam Ekonomi Islam Penguatan Peran LKM dan UKM
di Indonesia, Jakarta, PT. Rajawali Press, 2009, h.83-84..
-
3
Fakta-fakta atau fenomena tumbuh dan berkembangnya BMT bisa disebut
sebagai gerakan BMT. Penyebutan sebagai gerakan adalah untuk menekankan
aspek idealistik BMT yang ingin memperbaiki nasib masyarakat golongan
ekonomi bawah serta keterkaitannya dengan nilai-nilai Islam. Penyebutan
sebagai gerakan juga sebagai penghormatan dan penghargaan bagi para
penggiatnya, yaitu mereka yang merintis, mengelola, dan mengembangkan
BMT. Para penggiat tersebut pada umumnya mereka bersedia berkorban materi
atau tenaga, sekurang-kurangnya bersedia mendapat imbalan kerja yang relatif
lebih rendah dibandingkan jika bekerja di tempat lain. Padahal, sebagian dari
mereka memiliki kapabilitas pribadi yang cukup memadai, yang jika diinginkan,
sangat memungkinkan bagi mereka bergiat di tempat lain dengan imbalan
ekonomi yang jauh lebih baik.2
Berdasarkan hasil survei penulis dengan beberapa pegawai BMT di Kota
Tangerang Selatan, bahwa mayoritas pegawai yang bekerja di BMT adalah
lulusan sekolah menengah atas (SMA) dengan rata-rata penghasilan yang mereka
terima setara dengan pendapatan UMK (Upah Minimum Kabupaten) untuk kota
Tangerang Selatan sebesar Rp.2.200.000, untuk tahun 2013.3 Akibatnya mereka
2 Euis Amalia, Keadilan Distributif Dalam Ekonomi Islam Penguatan Peran LKM dan UKM
di Indonesia, Jakarta, PT. Rajawali Press, 2009, h.81.
3 Daftar UMP dan UMK Tahun 2013 artikel diakses pada tanggal 28 Oktober 2013 dari
http://fspmiptbi.org/daftar-umr-ump-umk-tahun-2013.
http://fspmiptbi.org/daftar-umr-ump-umk-tahun-2013 -
4
harus cerdas dan pandai dalam mengelola keuangan untuk memenuhi kebutuhan
hidup sehari-hari.
Pada umumnya salah satu keluhan masyarakat dan khususnya para
karyawan ketika mereka menerima gaji adalah mereka sangat tertekan karena
gaji yang diterima dianggap terlalu kecil dan tidak pernah bisa mencukupi
kebutuhan yang ada. Sedikitnya ada empat penyebab mengapa sering kali gaji
yang diperoleh seorang pegawai atau karyawan tidak mencukupi.4
Permasalahan pertama yakni melambungnya biaya hidup. Perbedaan
wilayah dan pola hidup antarkota tanpa disadari memberikan efek yang cukup
terasa. Sebagai pemecahan, patokan UMR (Upah Minimal Regional) dan UMP
(Upah Minimum Propinsi) mulai digunakan sejak berlakunya Undang-Undang
Ketenagakerjaan. UMR dan UMP terbukti cukup menolong ketika perbedaan
biaya hidup antarkota semakin mencolok. Di sini dapat ditarik hubungan timbal
balik yang berbanding lurus antara besarnya gaji dengan biaya hidup pada suatu
wilayah. Hampir sama dengan hukum permintaan barang (law of product
demand) yang menyatakan semakin tinggi angka permintaan produk, maka
semakin tinggi pula harga jual, maka tak dapat dipungkiri juga hukum tersebut
berlaku pada sistem penggajian di suatu wilayah. Semakin besar gaji yang
diperoleh maka semakin tinggi pula biaya hidup suatu wilayah.
4Anggoro Prasetyo, (Employionaire) Karyawan Berkehidupan Direktur, (PT. Citra Media,
2010), hal. 2.
-
5
Permasalahan yang kedua yakni peningkatan biaya hidup yang
berkelanjutan. Dari waktu ke waktu, harga barang-barang kebutuhan manusia
justru semakin melambung tinggi. Sejarah pun belum pernah mencatat harga
suatu barang mengalami penurunan ketika zaman semakin modern.
Permasalahan yang ketiga yakni pola belanja konsumtif yang masih
dibudayakan. Tidak dapat disangkal memang, bagi sebagian besar manusia
sangat sukar mengendalikan hasrat berbelanja ketika di tangan mereka justru
sedang melimpah uang. Tidak pernah merasa puas merupakan sifat dasar
manusia, sedikit mendekati kata serakah. Sifat dasar itu apabila tidak berusaha
ditahan akan berakibat fatal bagi manusia itu sendiri. Sebagai akibatnya,
penghasilan yang baru saja diterima akan habis begitu saja tanpa tersisa, karena
tujuan mereka berbelanja bukan berdasarkan kebutuhan melainkan hanya
mengikuti keinginan hasratnya.
Permasalahan yang keempat yakni hilangnya kesadaran menyisihkan gaji.
Pola hidup konsumtif yang telah lama dianut kaum modern ternyata mampu
merobohkan tembok kokoh semacam budaya menabung yang sejak dahulu kala
sudah dianut oleh banyak orang sehingga hidup boroslah yang menggantikan.
Ada beberapa alasan mengapa perencanaan keuangan diperlukan sehingga
menjadi bagian penting dalam manajemen rumah tangga seorang muslim, yaitu
adanya tujuan keuangan yang ingin dicapai, tingginya biaya hidup dari waktu ke
-
6
waktu, keadaan perekonomian Indonesia tidak selamanya baik (ada kalanya
krisis), fisik manusia tidak selamanya akan selalu sehat, serta banyaknya produk
keuangan yang ditawarkan.
Secara umum kesadaran akan pentingnya perencanaan keuangan di
kalangan keluarga muslim sudah cukup tinggi. Meskipun ada juga sebagian yang
menganggap rezeki itu sudah sunnatullah sehingga tidak perlu direncanakan atau
diprogram segala rupa. Dengan perencanaan keuangan, dapat diharapkan bahwa
pola belanja konsumtif yang selama ini menjadi pola belanja mayoritas orang
akan lebih terkontrol dengan baik.
Perencanaan keuangan syariah tidak hanya dapat dilakukan oleh pegawai
yang memiliki pendapatan yang tinggi, tetapi perencanaan ini juga dapat
dilakukan oleh pegawai BMT yang berpenghasilan minim. Keadaan yang pas-
pasan bisa terjadi karena perencanaan yang kurang teliti dalam membelanjakan
uang yang dimiliki. Selain itu aspek ibadah terkadang luput dari perhitungan,
padahal zakat, infak, dan sedekah dapat meningkatkan rezeki seseorang bila
memang dikeluarkan secara ikhlas.
Perbandingan standar gaji antara pegawai bank syariah dengan pegawai
BMT sudah jelas tentu memiliki perbedaan yang nyata. Oleh sebab itu, peneliti
akan melakukan penelitian berkaitan dengan bagaimana tingkat kesadaran,
-
7
pengetahuan, pemahaman, dan sikap pegawai BMT dalam membuat perencanaan
keuangan syariah sehingga peneliti tertarik mengambil lokasi penelitian di BMT.
Tingkat pendapatan dan pendidikan seseorang sangat berkaitan erat satu
dengan yang lainnya, sehingga biasanya orang yang memiliki tingkat pendapatan
yang besar cenderung mengenyam pendidikan yang tinggi begitu pula
sebaliknya. Dengan pendapatan dan pendidikan yang berbeda seseorang akan
mempunyai persepsi yang berbeda pula pada suatu hak, misalnya dalam
membuat perencanaan keuangan syariah.
Dengan mengetahui bagaimana tingkat kesadaran pegawai BMT dalam
membuat perencanaan keuangan syariah, maka akan diperoleh gambaran umum
perekonomian pegawai BMT terutama mengenai tujuan hidup mereka serta
bagaimana cara mereka mewujudkan tujuan tersebut. Tingkat pendapatan,
pendidikan serta jenis kelamin yang berbeda memungkinkan terjadinya
perbedaan ketertarikan pegawai BMT pada perencanaan keuangan syariah.
Dari uraian di atas penulis merasa perlu menuangkannya dalam bentuk
skripsi dengan judul Tingkat Kesadaran Pegawai Baitul Maal Wal Tamwiil
Dalam Membuat Perencanaan Keuangan Syariah (Studi Pada Pegawai
BMT di Kota Tangerang Selatan).
-
8
B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan data yang diperoleh dari latar belakang masalah, timbul beberapa
masalah yang mungkin muncul diantaranya:
a. Apakah seseorang pegawai yang berpenghasilan tinggi tidak memerlukan
perencanaan keuangan?
b. Apakah seseorang pegawai yang berpenghasilan rendah tidak memerlukan
perencanaan keuangan?
c. Sejauhmana tingkat kesadaran pegawai Baitul Maal wa Tamwil (BMT)
dalam membuat perencanaan keuangan syariah?
d. Bagaimana pengetahuan dan pemahaman pegawai Baitul Maal wa
Tamwil (BMT) terhadap perencanaan keuangan syariah?
e. Bagaimana strategi pegawai Baitul Maal wa Tamwil (BMT) dalam
mengelola harta?
2. Pembatasan Masalah
Untuk lebih fokus pada tingkat kesadaran pegawai Baitul Maal wa Tamwil
(BMT) untuk membuat perencanaan keuangan syariah, pada penelitian ini
penulis membatasi masalahnya hanya pada bagaimana tingkat kesadaran
-
9
pegawai BMT dalam membuat perencanaan keuangan syariah berdasarkan
model kubah kebutuhan (dome of needs) yang dibangun atas 4 prinsip dasar.
Dalam hal ini penelitian dibatasi pada salah satu prinsip dasar yaitu menata
dan merencanakan keuangan secara Islami dan ditopang oleh 7 pilar yang
membentuk kata ISLAMIC yang terdiri dari pendapatan (Income),
Pembelanjaan (Spending), kehidupan yang panjang (Longevity),
kepastian/jaminan (Assurance), pengelolaan hutang (Management of Debt),
investasi (Investment) dan penyucian harta (Cleansing of Wealth).
Area penelitian yaitu pada Lembaga Keuangan Mikro Syariah Baitul Maal wa
Tamwil (BMT) dengan alasan bahwa pegawai BMT mempunyai pengetahuan
yang cukup mengenai instrumen keuangan syariah. Karena dalam hal ini,
pegawai BMT telah mengetahui produk-produk keuangan syariah. Adapun
kriteria pegawai BMT yang dimaksud adalah pegawai yang bekerja sebagai
pegawai tetap pada BMT.
3. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan beberapa
pokok masalah sebagai berikut:
a. Sejauhmana tingkat kesadaran pegawai Baitul Maal wa Tamwil (BMT)
dalam membuat perencanaan keuangan syariah?
-
10
b. Bagaimana pengetahuan dan pemahaman pegawai Baitul Maal wa
Tamwil (BMT) terhadap perencanaan keuangan syariah?
c. Bagaimana strategi pegawai Baitul Maal wa Tamwil (BMT) dalam
mengelola harta?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penelitian yang penulis lakukan ini memiliki berbagai tujuan, yakni
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui sejauhmana tingkat kesadaran pegawai Baitul Maal wa
Tamwil (BMT) dalam membuat perencanaan keuangan syariah.
2. Untuk mengetahui bagaimana pemahaman pegawai Baitul Maal wa
Tamwil (BMT) dalam membuat perencanaan keuangan dan perencanaan
keuangan syariah.
3. Untuk mengetahui bagaimana strategi pegawai Baitul Maal wa
Tamwil (BMT) dalam mengelola harta.
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Bagi akademisi: Menambah wawasan ilmu pengetahuan dan pengalaman bagi
penulis tentang permasalahan ekonomi dan keuangan syariah dan sebagai
bahan masukan yang diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran bagi
-
11
peneliti lain yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut tentang perencanaan
keuangan syariah.
2. Bagi pihak Baitul Maal wa Tamwil (BMT): Hasil penelitian ini dapat
dijadikan pengetahuan dan informasi tambahan mengenai macama-macam
produk-produk keuangan sehingga dapat dijadikan rujukan atau referensi
untuk bahan pertimbangan dalam memilih dan merencanakan keuangan
syariah.
D. Sistematika Penulisan
Teknik dalam penulisan skripsi ini menggunakan Pedoman Penulisan
Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Bahasan-
bahasan dalam skripsi ini terbagi dalam lima bab, dan dari tiap bab tersebut
terdiri dari sub bab dengan penjelasan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi uraian latar belakang masalah, pembatasan masalah,
tujuan dan manfaat penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Pada bab ini, penulis membahas tentang kerangka teori yang bersifat
umum, yaitu tingkat kesadaran, pemahaman perencanaan keuangan,
perencanaan keuangan syariah, tingkat pendapatan dan pendidikan dan
kerangka pikir dan konsep.
-
12
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini terdiri dari beberapa bagian, yaitu jenis dan pendekatan
penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel: populasi, sampel
dan teknik pengambilan sampel; objek penelitian, sumber data, teknik
pengumpulan data, teknik uji instrumen penelitian dan teknik
pengolahan dan analisis data.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini ditujukan untuk menjawab rumusan masalah dan sub rumusan
masalah, untuk itu perlu dilakukan pembahasan penelitian dengan
pembagian sebagai berikut: gambaran umum responden, analisis data ;
tingkat pemahaman pegawai BMT pada perencanaan keuangan,
tingkat pemahaman pegawai BMT pada perencanaan keuangan
syariah, tingkat kesadaran pegawai BMT dalam melakukan
perencanaan keuangan syariah dengan mengalokasikan
pengeluarannya berdasarkan teori 7 pilar ISLAMIC yang terdiri dari
tingkat pendapatan (Stands for Income), pengeluaran (Spending),
lanjut usia (Longevity), asuransi (Assurance), manajemen utang
(Management of Debt), investasi (Investment), dan zakat (Cleansing of
Wealth), kesadaran dalam membuat perencanaan keuangan secara
teori, serta uraian, deskripsi, dan analisis data mengenai tingkat
kesadaran pegawai BMT dalam membuat perencanaan keuangan
syariah dan strategi pegawai BMT dalam mengelola harta.
-
13
BAB V PENUTUP
Bab ini meliputi kesimpulan dan saran.
-
14
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tingkat Kesadaran
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia kesadaran berasal dari kata sadar
yang berarti insyaf, tahu dan mengerti. Sedangkan kesadaran mempunyai arti
keinsyafan dan keadaan mengerti.5 Atensi adalah pemusatan pikiran dalam bentuk
jernih dan gamblang terhadap sejumlah objek simultan atau sekelompok pikiran,
dan pemusatan kesadaran adalah inti sari dari atensi.
Kesadaran adalah kesiagaan seseorang terhadap peristiwa-peristiwa di
lingkungannya serta peristiwa-peristiwa kognitif yang meliputi memori, pikiran,
perasaan dan sensasi-sensasi fisik.6 Kesadaran memiliki dua sisi yaitu tentang
pemahaman terhadap stimulus lingkungan sekitar dan akan peristiwa mentalnya
sendiri. Dan pada penelitian ini, penulis hanya berfokus pada kesadaran tentang
pemahaman terhadap stimulus lingkungan sekitar, bukan pada mentalnya.
Secara harfiah kata kesadaran berasal dari kata sadar, yang berarti
insyaf, merasa tahu dan mengerti. Jadi, kesadaran adalah tahu dan mengerti.
Kesadaran yang dimiliki oleh manusia merupakan bentuk unik dimana ia dapat
5Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Balai Pustaka:
Jakarta, 2005) h. 975.
6Robert L.Solso. Psikologi Kognitif, (Erlangga: Jakarta, 2007) h.90.
-
15
menempatkan diri manusia sesuai dengan yang diyakininya.7 Refleksi merupakan
bentuk dari pengungkapan kesadaran, dimana ia dapat memberikan atau bertahan
dalam situasi dan kondisi tertentu dalam lingkungan. Setiap teori yang dihasilkan
oleh seseorang merupakan refleksi tentang realitas dan manusia.
Menurut (Pierson dan Trout 2005) menyatakan kesadaran memungkinkan
kita melakukan pergerakan yang dibuat oleh kemauan sendiri yang berdasarkan
keputusan bukan insting atau refleks, untuk menimbulkan hasil akhir yang baik.8
Sedangkan menurut Bears dan McCgovern mengajukan sejumlah fungsi
kesadaran yaitu konteks setting, adaptasi dan pembelajaran, prioritasi, rekrutmen,
dan kontrol, pengambilan keputusan, deteksi dan penyuntingan kekeliruan,
monitor diri, pengorganisasian dan fleksibitas.9
Kesadaran dalam kamus (a Merriam-Webster 1967:177) tercantum tidak
kurang dari 5 arti, yaitu: 1) awareness esp. of something within one self, also; the
state or fact., 2) the state of being characterized by sensation, emotion, volition,
and thought; mind, 3) the totality conscious state of an individual, 4) the normal
state of conscious life, 5) the upper level of mental life ascontassed with
unconscious processes. Jadi, kesadaran sebenarnya menunjuk pada interpendensi
mental dan interpenetrasi mental, yang masing-masing berorientasi pada akunya
manusia dan pada kaminya.10
7Pengertian Kesadaran artikel diakses pada 26 Agustus 2013 dari
http://id.wikipedia.org/wiki/Kesadaran
8Pierson dan Trit dalam Robert L. Solso, Psikologi Kognitif h. 250.
9 Bears dan McCgovern dalam Robert L.Solso, Psikologi Kognitif, h.252.
10 Soerjono Soekanto, Kesadaran Hukum dan Kepatuhan Hukum, (CV. Rajawali: Jakarta,
1982) h. 150.
-
16
Dari definisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa kesadaran adalah
keadaan mengerti, paham dan tahu yang direfleksikan dan dialami oleh seseorang
terhadap peristiwa-peristiwa yang meliputi pikiran, perasaan, memori serta
sensasi-sensasi fisik dalam hidupnya, yang menimbulkan hasrat untuk
melaksanakan sesuai dengan pikiran dan yang diketahui.
Menurut Soerjono Soekanto, dalam penelitian yang ditulis oleh Rahmat
Margono menyatakan bahwa kesadaran hukum berkaitan dengan nilai-nilai yang
tumbuh dan berkembang dalam suatu masyarakat. Dan terdapat empat indikator
kesadaran hukum yang masing-masing merupakan suatu tahapan bagi tahapan
berikutnya, yaitu pengetahuan hukum, pemahaman hukum, sikap hukum, pola
prilaku hukum.11
Dari indikator diatas dapat diambil kesimpulan bahwa indikator
kesadaran pegawai dalam perencanaan keuangan adalah: pengetahuan dan
pemahaman tentang instrumen keuangan yang membantu dalam merencanakan
keuangan syariah, pengetahuan dan pemahaman tentang perencanaan keuangan
syariah, sikap dalam mengelola keuangan, perilaku dalam merencanakan
keuangan.
Tingkat adalah susunan yang berlapis-lapis atau berlenggek-lenggek.12
Jadi tingkat kesadaran pegawai adalah susunan yang berlapis-lapis mengenai
11
Soerjono Soekanto dalam Rahmat Margono, Tingkat Kesadaran Hukum Masyarakat
Cempaka Putih terhadap UU. No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan, (Skripsi S1 Konsentrasi
Peradilan Agama Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009).
12 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka,
2005)h. 1197
-
17
kadar pemahaman, pengertian, dan pengetahuan yang dialami dan direfleksikan
oleh suatu kelompok manusia yang hidup secara bersama-sama di suatu wilayah
dan terikat oleh batasan-batasan tertentu juga kebudayaan yang dianggap sama
akan perencanaan keuangan keluarga.
B. Pemahaman Perencanaan Keuangan
Arti kata Pemahaman menurut Sadiman adalah suatu kemampuan
seseorang dalam mengartikan, menafsirkan, menerjemahkan atau menyatakaan
sesuatu dengan caranya sendiri tentang pengetahuan yang pernah diterimanya.13
Sedangkan paham sendiri bermakna mengerti benar tentang suatu hal.14
Pemahaman berarti proses, cara, perbuatan, memahami dan memahamkan.
Memahami adalah mengerti benar akan sesuatu, dan memahamkan adalah
mempelajari baik-baik supaya paham.15
Jadi, pemahaman yaitu proses, cara
perbuatan untuk mengerti benar akan sesuatu dan untuk mempelajari baik-baik
supaya paham.
Dari definisi-definisi di atas terdapat perbedaan antara makna kesadaran
dan pemahaman, paham hanya untuk sekedar tahu dan mengerti saja tentang
suatu hal. Sedangkan makna kesadaran lebih aktif karena dialami dan
merefleksikan apa yang diketahuinya, termasuk pemahaman itu.
13
Arif Sukandi Sadiman, Beberapa Aspek Pengembangan Sumber Belajar, (Cet 1: Jakarta:
Mediatama Sarana Perkasa, 1946) h. 109.
14 Daryanto, Kamus Bahasa Indonesia (Surabaya: Apollo, 1997) h. 454.
15 Daryanto, Kamus Bahasa Indonesia (Surabaya: Apollo, 1997) h. 811.
-
18
Perencanaan keuangan adalah proses merencanakan keuangan untuk
mencapai tujuan-tujuan keuangan jangka pendek maupun jangka panjang.16
Untuk mencapai tujuan tersebut dapat dibangun dalam bentuk menabung,
melakukan investasi, melakukan budgeting, atau mengatur komposisi harta yang
dimiliki saat ini. Tetapi, masih banyak orang yang belum mengerti tentang
perencanaan keuangan, dari studi pendahuluan yang penulis lakukan bahwa
banyak dari masyarakat yang mengetahui perencanaan keuangan hanya
diperuntukkan untuk perusahaan besar dan orang-orang yang mempunyai banyak
uang. Padahal, selama ini pemikiran mereka salah, perencanaan keuangan bisa
dilakukan oleh semua orang asal ada kemauan yang kuat untuk mencapai tujuan
keuangannya, yaitu dengan cara menangani keuangannya agar pendapatan dan
pengeluaran bisa diatur dengan seimbang.
Oleh karena itu, menetapkan tujuan keuangan sejak dini adalah sangat
penting karena hal ini merupakan dasar yang baik untuk memulai segalanya, dan
dari situlah perencanaan keuangan akan dimulai dan untuk mencapainya mungkin
akan diperlukan adanya pengorbanan.17
Melalui perencanaan keuangan, tujuan
keuangan seseorang mempunyai arti dan arah yang pasti. Dengan merencanakan
keuangan pribadi dapat membantu seseorang untuk mendapatkan gambaran apa
16
Safir Senduk, Seri Perencanaan Keuangan Keluarga: Mengelola Keuangan Keluarga,
(PT. Elex Media Komputindo: Jakarta, 2000) h. 3.
17Adler H. Manurung dan Luthfi T. Rizky, Succesful Financial Planner a Complete
Guide,(PT. Grafindo, anggota Ikapi: Jakarta, 2009) h. 2
-
19
yang benar-benar diinginkan didalam ataupun diluar setiap tahapan kehidupan,
melindungi aset-aset yang dimiliki, mempergunakan utang secara hati-hati,
melakukan manajemen resiko dan melatih seseorang untuk mengatur resiko
investasi dengan baik, menentukan asuransi perlindungan yang tepat baik untuk
jiwa, kesehatan, dan harta kepemilikan, meningkatkan kekayaan dan mengontrol
pengeluaran dan biaya-biaya.
Perencanaan keuangan mempunyai beberapa tujuan yaitu tujuan jangka
pendek, jangka menengah, dan jangka panjang. Tujuan jangka pendek
dimaksudkan untuk menanggulangi resiko-resiko atau untuk dana darurat yang
tidak disangka-sangka, tujuan jangka menengah ditujukan untuk keinginan-
keinginan kita seperti tujuan pembelian rumah, dan jangka panjang adalah untuk
kebutuhan-kebutuhan jangka panjang seperti pendidikan anak dan lain
sebagainya. Selain itu juga tujuan perencanaan keuangan adalah untuk
meminimalisasi resiko yang akan timbul di masa yang akan datang yang tidak
direncanakan.
Adapun hal-hal yang mempengaruhi perencanaan keuangan untuk
pencapaian tujuan keuangan adalah mulai dari umur, jumlah tanggungan dalam
keluarga, sampai pada tingkat suku bunga dan inflasi. Dua hal utama yang dapat
mempengaruhi perencanaan keuangan adalah faktor hidup pribadi dan faktor
ekonomi.
-
20
C. Perencanaan Keuangan Syariah
Islam adalah agama yang komprehensif, integratif, dan holistik yang
mengatur semua aspek kehidupan manusia, baik besar maupun kecil, pribadi dan
sosial, material dan spritual. Sebagai umatnya kita diperintahkan untuk
menerapkan Islam secara kaffah, baik aqidah, akhlak, ibadah maupun muamalah
yang termasuk di dalamnya kegiatan ekonomi dan bisnis. Firman Allah SWT
dalam surah Al-Baqarah ayat 208 menyatakan:
Artinya: ...Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam
keseluruhan, dan janganlah kamu turuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya
syaitan itu musuh yang nyata bagimu. (Al-Baqarah: 208)
Firman Allah SWT dalam surah Al-Hasyr ayat 18 menyatakan:
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan
hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok
(akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa
yang kamu kerjakan.(Al-Hasyr: 18)
Firman Allah SWT dalam surah Al-Radu ayat 11 menyatakan:
Artinya:.......Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga
mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.....(Ar Radu: 11)
-
21
Jelas sekali dalam ayat tersebut, kita sebagai manusia diperintahkan oleh
Allah SWT untuk merencanakan apa yang kita perbuat untuk masa depan.
Berikhtiar secara maksimal dengan melakukan perencanaan untuk situasi terburuk
dan berharap untuk yang terbaik, setelah itu bertawakal kepada Allah SWT
dengan sebenar-benarnya.18
Di dalam keluarga muslim, perencanaan merupakan salah satu bagian
usaha manusia untuk mengubah keadaan menjadi lebih baik. Diantaranya,
berikhtiar secara maksimal dengan melakukan perencanaan untuk situasi terburuk
dan berharap untuk yang terbaik, dan juga bertawakal kepada Allah SWT dengan
sebenar-benarnya.
Dalam Islam, perencanaan keuangan tidak hanya sekedar proses akuisisi
dan pengumpulan kekayaan tetapi memiliki definisi yang luas yang berkaitan
dengan konsep khalifah. Karena tugas manusia sebagai khalifah Allah adalah
untuk memanfaatkan semua nikmat Allah di bumi untuk kepentingannya sendiri.
Menurut Sri Khoirotun, perencanaan keuangan secara teori berarti proses
mengelola keuangan yang sedemikian rupa sehingga kita dapat mencapai
keuangan ekonomis tertentu.19
Sedangkan Dorimulu dalam artikelnya,
menyatakan bahwa perencanaan keuangan atau Finacial Planning merupakan
18
Agustianto Mingka dan Luthfi Trisandi Rizky, Fiqih Keuangan Syariah (Jakarta:
MudaMapan Publishing, 2010) h. 2
19Sri Khoirotun, RFA, Cerdas dan Cerdik Mengelola Uang, (Trans Media: Jakarta, 2009)
h.5
-
22
proses mencapai tujuan hidup yakni masa depan yang sejahtera dan bahagia
lewat penataan keuangan.20
Jadi, perencanaan keuangan adalah suatu proses
dalam merencanakan keuangan pribadi untuk dapat memberikan solusi
perencanaan, pemilihan pengelolaan keuangan, kekayaan atau investasi agar
dapat mencapai tujuan jangka pendek, menengah, maupun jangka panjang.21
Pada dasarnya, tidak ada perbedaan antara perencanaan keuangan biasa
dengan perencanaan keuangan syariah. Namun, perencanaan keuangan syariah
adalah perencanaan keuangan yang mendorong seseorang untuk melakukan
kegiatan investasi, asuransi dan aktivitas lain dalam rangka mensejahterakan
hidupnya di dunia dan di akhirat dengan menerapkan prinsip-prinsip syariat Islam
dalam setiap aktivitas perencanaan keuangan. Dan proses perencanaan keuangan
syariah juga dimulai dari meluruskan niat, untuk merencanakan masa depan tanpa
melupakan unsur takdir.
Fenomena perencanaan keuangan syariah makin dikenal oleh masyarakat,
seiring berjalan dengan kesadaran masyarakat akan kebutuhan penerapan syariah
dalam kegiatan keuangan atau tergerak dengan maraknya pertumbuhan perbankan
syariah. Konsep perencanaan keuangan syariah adalah konsep perencanaan
keuangan yang menerapkan prinsip-prinsip syariah Islam. Islam mengajarkan
20
Dorimulu (2003) dalam Yohnshon, Peran Universitas di Surabaya dalam Meningkatkan
Jumlah Keluarga Mapan di Surabaya, (Jurnal Penelitian Jurusan Ekonomi Manajemen, Fakultas
Ekonomi, Universitas Kristen Petra, 2009) h.57
21 Mega Resti Wulandari, Perbedaan Minat Membuat Perencanaan Keuangan Syariah
Berdasarkan Tingkat Pendidikan dan Status Marital Wanita Karir ( Skripsi S1 Fakultas Syariah dan
Hukum. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011) h.22
-
23
pada para umatnya untuk melakukan ritual keagamaan yang sering disebut ibadah
dan juga mengajarkan tata cara melakukan kegiatan ekonomi dan pengelolaan
harta. Terdapat 5 pilar dalam perencanaan keuangan keluarga secara Islami
yaitu:22
a. Mengelola kekayaan melalui cashflow yang sesuai syariah
b. Mengumpulkan kekayaan dengan Investasi yang syariah
c. Melindungi kekayaan melalui Asuransi syariah
d. Mendistribusikan kekayaan melalui Waris, Wasiat, Wakaf, Hibah, Infaq
dan Shodaqah.
e. Membersihkan Kekayaan dengan mengeluarkan Zakat.
1. Tujuan dan Perbedaan Perencanaan Keuangan Syariah
Dalam menetapkan tujuan keuangan merupakan dasar dari proses
merencanakan, melaksanakan, dan memonitor perencanaan keuangan pribadi
maupun keluarga. Adapun tujuan dari perencanaan keuangan syariah adalah
bukan hanya mengejar kepentingan materi semata, tapi juga kesuksesan di
akhirat (al-falah).23
Hal-hal yang dapat dijadikan sebagai pegangan dalam
menetapkan tujuan keuangan yaitu, pertama, harus realistis karena tujuan
22
Shinta Rahmani, 5 Pilar Perencanaan Keuangan Keluarga Secara Syariahartikel ini
diakses pada tanggal 28 Agustus 2013 dari http://amanahsharia.wordpress.com/2011/01/31/5-pilar-
perencanaan-keuangan-keluarga-secara-syariah/
23Ghozali, Perencanaan Keuangan Konvensional Vs Syariah, artikel ini diakses pada
tanggal 4 September 2013 dari http://gozz.multiply.com/journal/item/38/Perencanaan-Keuangan-
Konvensional-vs-Syariah?&show_interstitial=1&u%2journal%2Fitem
-
24
keuangan harus didasarkan oleh besarnya pendapatan dan kondisi kehidupan,
kedua, harus spesifik dan terukur dalam arti untuk mewujudkan sesuatu yang
memiliki kekhususan atau perbedaan dengan yang lain, ketiga, target waktu
karena tujuan keuangan harus memiliki target waktu yang jelas kapan harus
terwujud, dan keempat, tindakan yang harus dilakukan atau dicapai.24
Perbedaan yang paling mencolok dari perencanaan keuangan biasa
dengan perencanaan keuangan syariah adalah penyucian harta. Di bawah ini
terdapat beberapa perbedaan perencanaan keuangan biasa dengan perencanaan
keuangan syariah itu:
Tabel 2.1
Perbedaan Perencanaan Keuangan Biasa dengan Perencanaan Keuangan
Syariah
Konvensional Syariah
Tujuan Perencanaan
Keuangan
Membuat masa depan
lebih pasti dan
terjamin
Mencapai kekayaan
(nilai materialistis)
saja
Merencanakan masa depan,
tanpa melupakan unsur
takdir (tawakal)
Kesuksesan dunia dan akhirat
(al-falaah)
Penentuan Tujuan
Keuangan
Bebas disesuaikan
dengan keinginan klien
Sesuai dengan keinginan klien,
dengan mempertimbangkan
prioritas wajib dan sunnah
menurut ajaran agama Islam
Aspek Legalitas
Transaksi Keuangan
Legalitas hukum
perdata
Legalitas hukum perdata dan
syariah compliance (tanpa
bunga, maysir, gharar)
Landasan Hukum Waris Hukum perdata, hukum
adat, hukum Islam
Hukum waris Islam (faraidh)
24
Taufik Hidayat, Financial Planning Mengelola dan Merencanakan Keuangan Pribadi dan
Keluarga(PT. Trans Media: Jakarta, 2010) h.9.
-
25
Referensi Produk
Keuangan
Semua produk
keuangan
Hanya produk keuangan
syariah
Penyucian Harta Diserahkan pada
kehendak pribadi klien
Klien diwajibkan untuk
menunaikan zakat dan
shadaqah lainnya
Sumber: Ghozali, Perencanaan Keuangan Konvensional Vs Syariah
Dapat didefinisikan bahwa perencanaan keuangan syariah merupakan
suatu proses perancangan suatu kehidupan yang lebih baik dengan melakukan
perencanaan, pemilihan pengelolaan keuangan, kekayaan, non-keuangan serta
rohani untuk jangka pendek, menengah dan panjang baik di dunia ketika
masih hidup maupun di akhirat.25
2. Konsep Harta Dalam Islam
Dalam ajaran Islam, manusia adalah khalifatul fil ardh (pemimpin
dunia), sesuai dengan posisinya sebagai khalifah maka manusia diberikan
kewenangan untuk mengatur urusan dunia agar memperoleh kesejahteraan di
dunia maupun di akhirat. Karena memiliki harta adalah hak setiap orang.
Harta dalam Islam berada pada semua orang untuk dikelola oleh
seseorang tersebut agar bermanfaat untuk mensejahterakannya di dunia dan
akhirat. Jadi seluruh umat manusia berhak untuk mengelola dan
memanfaatkannya, tetapi harta bukan mutlak milik kita melainkan pemilik
mutlaknya adalah Allah SWT.
25
Agustianto Mingka dan Luthfi Trisandi Rizky, Fiqih Keuangan Syariah (Jakarta:
MudaMapan Publishing, 2010) h. 41
-
26
Terdapat 2 variabel proses, yaitu cara memperoleh harta (halal dan
tidak halal) dan cara menggunakan harta (benar dan tidak benar). Dalam hal
ini, manusia paling tidak digolongkan ke dalam 4 golongan yang digambarkan
dalam matriks berikut: 26
Gambar 2.1
Cara memperoleh dan Menggunakan Harta
Halal Merugi Beruntung
Tidak halal Merugi & Celaka Celaka
Dimanfaatkan dengan tidak benar Dimanfaatkan dengan benar
Penjelasan dari 4 golongan di atas yaitu apabila kita termasuk orang
yang beruntung adalah orang yang dapat mempertanggungjawabkan kehalalan
sekecil apapun harta yang diperolehnya serta kebenaran sekecil apapun harta
yang digunakannya. Sangat disayangkan apabila kita termasuk orang yang
merugi karena sudah memperoleh harta dengan cara yang halal, namun tidak
mampu memanfaatkannya dengan cara yang benar sesuai tuntunan Allah.
Selain itu, sebaik apapun kita menggunakan harta, termasuk untuk keperluan
ibadah, namun jika harta tersebut diperoleh dari sumber dan cara yang tidak
halal, maka tetap saja akan membuat kita termasuk pada golongan orang-
orang yang celaka.
26
Eko P Pratomo dan Tim Hijrah Institute, Seri Buku Keuangan Keluarga : Membangun
Kecerdasan Financial Dengan Nilai-nilai Spritualitas (PT. Arga Publishing : Jakarta, 2007), h. 15
-
27
Maka dari itu, kesadaran akan proses mencari harta dan memanfaatkan
harta tidaklah semata-mata untuk pemenuhan kebutuhan duniawi, namun juga
mengandung konsekuensi akan tanggung jawab (hisab) di akhirat kelak dan
menuntun kita untuk lebih hati-hati. Yakni berhati-hati dalam mencari nafkah,
mengumpulkan dan mengelola kekayaan serta lebih bijaksana dalam
memanfaatkannya.
3. Kubah Kebutuhan (Dome of Needs)
Konsep Dome of Needs dalam Perencanaan Keuangan Syariah
diperkenalkan oleh Hijrah Advisory Malaysia yang bekerja sama dengan
Hijrah Institute. Dalam Islam mengelola harta merupakan suatu keharusan
bagi manusia (keluarga) untuk merancang dan melangkah menuju masa depan
yang lebih baik. Menata dan merencanakan keuangan secara Islami,
merupakan usaha atau ikhtiar kita sebagai manusia dalam mengelola dan
merencanakan kebutuhan financial (keuangan) dengan prinsip halal dan
berkah.
Menurut Eko P. Pratomo, salah satu presdir perusahaan manajer
investasi terkemuka di Indonesia menyatakan bahwa pengelolaan keuangan
keluarga dengan menggunakan sistem syariah, merupakan pilihan alternatif
bagi masyarakat muslim untuk meninggalkan sistem ribawi.27
Karena dari
27
Palgunadi, Seni Mengelola Keuangan Keluarga Secara Syariah, artikel ini diakses pada
tanggal 21 Agustus 2013 dari http:///palgunadi.com/artikel15.html
-
28
sudut pandangan Islam, permasalahan uang adalah kebutuhan primer (Dome
of Needs) yang harus dipergunakan secara benar.28
Dome of Needs dapat diartikan sebagai Kubah Kebutuhan yang
merupakan suatu model yang dapat membantu seseorang dalam melihat
permasalahan di sekitar pengelolaan uang dari sudut pandang Islam. Dalam
model ini seperti suatu masjid berkubah yang dibangun atas dasar 4 prinsip
dasar. Pertama, halal dan barakah yang berarti setiap harta yang didapat harus
dari sumber yang halal. Karena hanya dari sumber yang halal sajalah Allah
akan memberikan keberkahan atas harta tersebut. Kedua, hamba Allah dan
sebagai khalifah yang berarti bahwa semua tindakan kita di dunia haruslah
sesuai dengan kehendak-Nya. Harta dari sudut pandang Islam adalah milik
Allah yang dititipkan kepada manusia. Sehingga penggunaan harta juga harus
sesuai dengan tuntunan dan kehendak yang menitipkannya kepada kita
sebagai manusia. Ketiga, menata dan merencanakan keuangan secara Islami
merupakan usaha atau ikhtiar kita sebagai manusia dalam mengelola dan
merencanakan kebutuhan finansial dengan dasar dua prinsip diatas. Terdapat
7 pilar penopang dalam proses ini yang membentuk kata ISLAMIC yang
terdiri dari Income (pendapatan), Spending (pengeluaran), Longevity
(pensiun/kehidupan panjang), Assurance (jaminan), Management of Debts
(pengelolaan hutang), Investment (investasi), dan Cleansing of Wealth
28
Tim Bidang Pengembangan Ekonomi dan Kewirausahaan DPW PKS DKI Jakarta,
Sepenting Apakah Mengelola Keuangan Keluarga?, artikel diakses pada 28 Agustus 2013, h.2.
-
29
(penyucian harta). Keempat, hayatan thayyibah dalam arti kehidupan yang
baik dan bermanfaat merupakan prinsip keempat yang perlu menjadi tujuan
dari semua yang diikhtiarkan. Kehidupan yang baik harus diusahakan bukan
hanya untuk dunia namun sangat perlu mempersiapkan untuk kehidupan yang
abadi di akhirat kelak.29
Pada dasarnya, konsep kubah kebutuhan ini adalah sebagai panduan
bagi seseorang untuk melakukan perencanaan keuangan yang bertujuan pada
kemakmuran duniawi dan keselamatan ukhrawi. Disini, penulis akan
membahas lebih detail tentang prinsip ketiga yang menerangkan bahwa dalam
merencanakan dan menata keuangan secara Islami harus ditopang dengan
tujuh pilar pendukung yang membetuk kata ISLAMIC. Tujuh pilar tersebut,
diantaranya:
a. Pilar pertama adalah kesadaran pentingnya mencari penghasilan
Terdapat firman Allah di dalam Al-Quran yang menegaskan
kewajiban manusia untuk bekerja keras dan mencari rizki. Mencari nafkah
adalah perintah Allah sekaligus juga menjadi ibadah, sesuai dengan firman
Allah SWT dalam Al-Quran Surat Al Jumuah ayat 10:
29
Eko P. Pratomo, Cara Mudah Mengelola Keuangan Keluarga Secara Islami, (PT.
Syaamil Cipta Media: Bandung, 2004) h. 11
-
30
Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi;
dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu
beruntung. (Q.S. Al- Jumuah : 10)
Dalam mencari Income atau penghasilan merupakan langkah awal
tanggung jawab seorang manusia dalam memenuhi kewajiban untuk
menafkahi hidupnya sendiri maupun keluarganya. Islam juga berprinsip
bahwa orang yang memberi pasti lebih baik daripada orang yang diberi.
Hal ini mengisyaratkan betapa pentingnya kerja keras mencari nafkah agar
bukan hanya harus mandiri, namun harus juga berusaha untuk bisa
memberi.
Prinsip-prinsip dasar Allah SWT telah memerintahkan kepada manusia
untuk senantiasa mencari segala sesuatu yang halal, dan meninggalkan
yang haram serta yang syubhat (samar) dalam semua kegiatan kita.30
Untuk
mencari rizki yang halal dan thoyib maka manusia akan mengadakan
hubungan dengan alam dan dengan sesama manusia. Baik melalui kegiatan
pengolahan alam, produksi, distribusi, perdagangan maupun jasa. Melalui
hubungan muamalah tersebutlah manusia berusaha mencari pendapatan
dari kegiatan yang diharapkan akan saling menguntungkan. Karena
pendapatan yang diperoleh akan sangat berpengaruh terhadap pola
kehidupan yang dijalani serta terhadap pemenuhan kebutuhan baik masa
kini maupun masa yang akan datang.
30
Dr. Ir. H. Iwan P. Pontjowinoto, MM.Pentingnya Mencari Rizki yang Halal, artikel ini
diakses pada tanggal 28 Agustus 2013 pada pukul 14.59 dari http://zapfin.com
-
31
b. Pilar kedua adalah kesadaran pentingnya penyucian harta
Pentingnya melakukan Cleansing of Wealth atau penyucian harta
merupakan kesadaran kedua yang perlu dibangun, dan menjadi
penyeimbang dari kesadaran akan pentingnya mencari penghasilan. Karena
penyucian harta merupakan bagian dari perintah Allah yang harus
ditunaikan. Keseimbangan ini juga sekaligus memberikan makna dan
dimensi akhirat (ukhrawi) dari usaha mencari rizki yang berdimensi
duniawi. Sesuai dengan firman Allah SWT dalam Al-Quran surat Al-
Taubah ayat 103 yang berbunnyi:
Artinya: Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu
kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk
mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketentraman jiwa bagi
mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Q.S. Al-
Taubah: 103)
Pembayaran zakat, infaq, sadaqah, hibah, dan wakaf pada dasarnya
merupakan bentuk dari penyucian harta sekaligus juga menunaikan
tanggung jawab sosial kepada masyarakat luas. Karena zakat atau
shadaqah, secara bahasa berarti suci/bersih, tumbuh, dan berkembang.
Pengertian dari zakat itu sendiri adalah bersih atau menyucikan, dimana
-
32
zakat merupakan suatu bentuk usaha penyucian diri dari kemungkinan
tercampurnya harta dengan ketidakbaikan.31
Harta yang didapatkan pada hakekatnya adalah rezeki yang Allah
titipkan, bukan semata-mata atas usaha yang dilakukan. Dari seluruh
penghasilan yang kita peroleh dan jerih payah sendiri, akan dikeluarkan
zakatnya 2,5% dari apa yang kita peroleh, karena sebenarnya ada hak yang
bukan milik kita dari harta tersebut.
c. Pilar ketiga adalah kesadaran pentingnya mengatur pengeluaran
Saat ini masih banyak keluarga yang tidak berhasil menyisihkan
tabungan, bukan karena pendapatan yang rendah, melainkan karena tidak
bisa mengelola pengeluaran. Sebenarnya, besarnya pengeluaran akan
sangat menentukan besarnya tabungan yang bisa disisihkan untuk
memenuhi kebutuhan masa depan.
Ketidakmampuan banyak keluarga untuk menyisihkan sebagian
penghasilan sebagai tabungan lebih banyak terjadi karena tidak bisanya
membedakan antara KEBUTUHAN dan KEINGINAN.32
Karena
masih banyak keluarga yang tergoda menggunakan penghasilannya secara
tidak efektif dikarenakan lebih tergoda untuk memenuhi keinginan di atas
31
Agustianto Mingka dan Luthfi Trisandi Rizky, Fiqih Keuangan Syariah (Jakarta:
MudaMapan Publishing, 2010) h. 114
32Eko P.Pratomo dan Tim Hijrah Institute, Seri Buku Keuangan Keluarga: Membangun
Kecerdasan Financial Dengan Nilai-nilai Spritualitas, h. 30
-
33
kebutuhan. Keinginan tersebut umunya berkaitan untuk mengejar
kemudahan, kenikmatan, kemewahan, gengsi, atau hal lainnya yang
berkaitan dengan life style atau gaya hidup yang sebenarnya belum sesuai
dengan tingkat penghasilannya saat ini. Seharusnya, perencanaan atas
kebutuhan masa depan dapat menyadarkan seseorang untuk lebih
memprioritaskan pada hal-hal yang menjadi kebutuhan, bukan keinginan
dalam mengatur pengeluaran rutinnya.
Pada dasarnya, kita harus menyadari bahwa masih banyak kebutuhan
dasar yang tidak bisa dipenuhi saat ini. Maka dari itu, kita harus berusaha
menyisihkan sebagian penghasilan untuk ditabung dan diinvestasikan.
Kesadaran pentingnya mengatur Spending atau pengeluaran sebagai pilar
ketiga diikuti oleh langkah kesadaran akan pentingnya melakukan
investasi. Sesuai dengan firman Allah SWT dalam Al-Quran surat Al-
Araf ayat 31, surat Al- Furqan ayat 67, surat Al-Maidah ayat 87 dan surat
Al- Israa ayat 27 yang berbunyi:
Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki
mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.
(Q.S. Al- Araf : 31)
-
34
Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta). Mereka tidak
berlebih-lebihan, dan tidak kikir, dan hendaklah (cara berbelanja seperti
itu) ada di tengah-tengah kalian. (Q.S. Al-Furqan: 67)
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu haramkan apa-apa yang
baik yang telah Allah halalkan bagi kamu, dan janganlah kamu melampaui
batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui
batas. (Q.S. Al- Maidah: 87)
Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya,
kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah
kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya
orang-orang yang boros itu temannya para syaitan. (Q.S. Al- Israa: 27)
Intisari dari keempat firman Allah SWT di atas adalah Allah SWT
memerintahkan hamba-Nya untuk berpakaian yang bagus, mengkonsumsi
makanan dan minuman yang halal dan thayyib (baik). Namun, disisi Allah
SWT juga melarang untuk tidak berlebih-lebihan/melampaui batas dalam
mengkonsumsi, berpakaian dan tidak kikir (pelit) tidak boros dalam
membelanjakan harta, serta selalu berbuat baik dengan cara berbagi
-
35
dengan tetangga sekitar rumah, orang-orang miskin yang tidak mampu dan
para ibnu sabil.
d. Pilar keempat adalah kesadaran pentingnya perencanaan investasi
Investasi merupakan usaha yang dapat dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan di masa yang akan datang. Mengetahui kebutuhan kita di masa
yang akan datang menjadi kunci sebelum investasi. Terdapat banyak
masyarakat yang sudah lebih maju melakukan penyisihan sebagian
penghasilannya untuk diinvestasikan 30% dari penghasilan bulanannya
guna menghadapi kebutuhan di masa depan.
Investasi syariah adalah jenis-jenis investasi yang diperkenankan
dalam syariat Islam. Cara-cara invetasi konvensional sepanjang tidak
melanggar ketentuan syariah tetap diperbolehkan digunakan dalam
kegiatan perencanaan keuangan syariah.33
Pada saat ini, sudah tersedia produk investasi yang berlandaskan
syariah yang ditawarkan di pasar. Kesempatan ini membuka peluang bagi
keluarga untuk memanfaatkan instrumen dan produk investasi guna
mencapai tujuan/kebutuhan di masa yang akan datang secara Islami. Sesuai
dengan firman Allah SWT dalam Al-Quran surat Yusuf ayat 47- 48 yang
berbunyi:
33
Perencanaan Keuangan 123, Perencanaan Keuangan Syariah,artikel ini diakses pada
tanggal 28 Agustus 2013 dari http://perencanaankeuangan123.com/2010/10/08/perencanaan-keuangan-
syariah/
http://perencanaankeuangan123.com/2010/10/08/perencanaan -
36
Yusuf berkata: Supaya kamu bertanam tujuh tahun (lamanya)
sebagaimana bisa; maka apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan
dibulirnya kecuali sedikit untuk kamu makan. Kemudian sesudah itu akan
datang tujuh tahun yang amat sulit, yang menghabiskan apa yang kamu
simpan untuk menghadapinya (tahun sulit), kecuali sedikit dari (bibit
gadum) yang kamu simpan. (Q.S. Yusuf : 47- 48)
e. Pilar kelima adalah kesadaran akan adanya kehidupan yang panjang
Setiap orang memiliki batas dalam kemampuan bekerja dan
menghasilkan uang. Akan ada periode dimana seseorang sudah tidak dapat
bekerja lagi. Maka pensiun bukan berarti terlepas dari kebutuhan keuangan.
Oleh karenanya perlu dilakukan persiapan dan perencanaan untuk tetap
dapat memperoleh pendapatan setelah memasuki periode pensiun. Kadang
kala pengeluaran masa pensiun lebih berat karena perlunya biaya
perawatan dan pengobatan yang meningkat karena bertambahnya usia.
Cara untuk mempersiapkan masa pensiun adalah sedini mungkin
menyisihkan sebagian penghasilan sekitar 10%-20% saat masih bekerja.34
Selain persiapan finansial untuk pensiun, Islam juga mengajarkan kita
untuk mempersiapkan bekal di kehidupan akhirat. Secara finansial, banyak
34
Taufik Hidayat, Financial Planning Mengelola dan Merencanakan Keuangan Pribadi
dan Keluarga h.54
-
37
jalan yang diberikan Allah dalam memanfaatkan harta yang dititipkan
kepada kita untuk dapat dijadikan tabungan guna bekal di kehidupan yang
abadi kelak. Sesuai dengan firman Allah SWT dalam Al-Quran surat Al-
Qashash ayat 60 yang berbunyi:
Dan apa saja yang diberikan kepada kamu, maka itu adalah ke- nikmatan hidup duniawi dan perhiasannya; sedang apa yang di sisi Allah
adalah lebih baik dan lebih kekal. Maka apakah kamu tidak memahaminya.
(Q.S. Al- Qashash: 60)
f. Pilar keenam adalah kesadaran pentingnya pengelolaan hutang dan
kewajiban
Berhutang kadang menjadi sesuatu yang tidak dapat dihindari.
Pembelian aset seperti rumah atau kendaraan dengan harga yang cukup
mahal dengan cara tunai sering tidak terjangkau oleh masyarakat saat ini.
Sehingga kita perlu mencari dan mendapatkan bantuan dari fasilitas hutang,
yang berasal dari institusi seperti bank atau lembaga keuangan lainnya.
Jadi, berhutanglah untuk berinvestasi yang akan membuat kekayaan bersih
kita tumbuh berkembang dan hindarilah hutang untuk memenuhi keinginan
konsumtif yang justru membuat aset menyusut dan menambah beban.35
Tetapi, hutang bukanlah sesuatu yang buruk namun pemanfaatan fasilitas
35
Herlina P. Dewi, Mengelola Keuangan Pribadi untuk Perempuan Lajang dan
Menikah,CV. Diandra Primamitra Media: Yogyakarta, 2009) h.61
-
38
hutang perlu diperhatikan faktor hukum syariah untuk menghindari
transaksi hutang yang mengandung unsur riba. Sesuai dengan hadits
Rasulullah SAW yang berbunyi:
Dari Abu Hurairah R.A., bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi
Wasallam Bersabda, Penundaan pembayaran utang oleh orang kaya
adalah kezhaliman. Jika salah seorang di antara kalian diminta untuk
mengalihkan utang kepada orang kaya, maka hendaklah dia
menerimanya. (HR Bukhari-Muslim)
g. Pilar ketujuh kesadaran akan datangnya kematian
Banyak hal yang tidak terduga yang dapat terjadi secara tiba-tiba di
kehidupan kita sehari-hari. Contohnya seperti sakit, kematian, bencana
(antara lain kebakaran, banjir, kecelakaan), kehilangan dapat terjadi kapan
saja dan dapat mempengaruhi kehidupan keluarga secara signifikan. Sesuai
dengan firman Allah SWT dalam Al-Quran surat Yusuf ayat 49 yang
berbunyi:
Katakanlah: .....Tiap-tiap umat mempunyai ajal]. Apabila telah datang
ajal mereka, maka mereka tidak dapat mengundurkannya barang
sesaatpun dan tidak (pula) mendahulukan(nya). (Q.S. Yusuf : 49)
-
39
Maka dari itu, untuk mempersiapkan diri dari segala bencana harus
memiliki asuransi syariah, dimana asuransi syariah yang ada di Indonesia
diawasi oleh Dewan Pengawas Syariah yang bertugas menjaga bahwa
produk asuransi syariah yang dijual memenuhi kaidah syariah dalam
berasuransi.36
Perusahaan asuransi syariah kini telah mulai berkembang dan
menawarkan produk-produk asuransi yang non-ribawi. Contohnya, untuk
mengantisipasi risiko kematian bisa memiliki asuransi jiwa. Dimana
asuransi jiwa adalah perjanjian antara perusahaan asuransi dengan nasabah
yang mengatakan bahwa perusahaan asuransi akan memberikan santunan
berupa sejumlah dana tertentu apabila terjadi risiko kematian. Perjanjian
tersebut ditulis dalam bentuk kontrak yang dinamakan polis asuransi.37
Dari penjelasan diatas terlihat bahwa dalam mengelola keuangan
Islami terdapat 7 akun yang terdiri dari 1 akun pendapatan (Income) dan 6
akun pengeluaran yang terdiri dari Spending, Longevity, Assurance,
Management of Debt, dan Cleansing of Wealth. Dengan 6 komponen
strategi dasar diatas yang saling menyeimbangkan, layaknya sebuah
36
Perencanaan Keuangan 123, Perencanaan Keuangan Syariah,artikel ini diakses pada
tanggal 28 Agustus 2013 dari http://perencanaankeuangan123.com/2010/10/08/perencanaan-keuangan-
syariah/
37 Safir Senduk, Seri Perencanaan Keuangan Keluarga: Mengelola Keuangan Keluarga,
h. 81-82
http://perencanaankeuangan123.com/2010/10/08/perencanaan -
40
timbangan, antara kebutuhan dunia dan akhirat, kita memiliki pasangan
strategi dasar sebagai berikut:
1) Income (penghasilan) Cleansing of Wealth (penyucian harta)
2) Spending (pengeluaran) Investments (investasi)
3) Longevity (kehidupan yang panjang) Management of Debt/Liabilities
(pengelolaan hutang/kewajiban)
Selanjutnya, terdapat satu strategi ketujuh yang mengingatkan kita
akan pentingnya mempersiapkan kematian:
4) Assurance (kepastian/jaminan)
Pada hakikatnya, konsep kubah kebutuhan ini merupakan panduan
bagi seseorang untuk melakukan perencanaan keuangan yang bertujuan
pada kemakmuran duniawi dan keselamatan ukhrawi. Dari ketujuh strategi
dasar diatas dapat diurutkan dan disusun sehingga membentuk kata
ISLAMIC. Dari ketujuh hal diatas merupakan komponen strategi dasar dari
fondasi Perencanaan Keuangan Islami (Islamic Financial Planning).
D. Pendapatan dan Pendidikan
1. Pendapatan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pendapatan adalah hasil kerja
(usaha dan sebagainya).38
Sedangkan pendapatan dalam kamus manajeman
adalah uang yang diterima oleh perorangan, perusahaan, dan organisasi lain
38
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Balai Pustaka:
Jakarta, 2005) h.236
-
41
dalam bentuk upah, gaji, sewa, bunga, komisi, ongkos, dan laba.39
Menurut
pengertian dalam keluarga pendapatan hanya terbatas pada upah (gaji) saja,
dan dapat digolongkan ditinjau dari periode waktu penerimaan dan jumlahnya
menjadi dua yaitu:40
a. Pendapatan (penghasilan) tetap
Pendapatan yang bisa diukur periode penerimaannya (rutin) dan jumlah
yang diterimanya. Dalam hal ini, termasuk gaji honor tetap, dan lain
sebagainya yang tergolong sebagai pemasukan tetap. Periode
penerimaannya bisa mingguan, bulanan, maupun tahunan seperti tunjangan
hari raya (THR).
b. Pendapatan (penghasilan) tidak tetap
Pendapatan tidak tetap adalah arus kas masuk tidak tetap dalam setiap
periodenya (tidak rutin) maupun jumlahnya. Dalam hal ini, misalnya
komisi, bonus, honor, yang didapat dari pekerjaan tidak tetap dan yang
tergolong pemasukan tidak tetap lainnya
2. Pendidikan
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, pendidikan diartikan sebagai
proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau sekelompok orang
dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pembelajaran. Pendidikan
39
BN. Marbun, Kamus Manajemen, h. 230
40Surono, Anggaran Pendapatan dan Keluarga, Graha Ilmu: Yogyakarta, 2008, h.14
-
42
pada dasarnya merupakan usaha pengembangan sumber daya manusia
dilakukan secara sistematis, pragmatis, dan berjenjang agar menghasilkan
manusia-manusia yang berkualitas yang dapat memberikan manfaat dan
sekaligus harkat dan martabatnya.41
Pendidikan secara etimologis berasal dari kata Paidagogie yang
berasal dari bahasa Yunani, terdiri dari kata Pais, artinya anak, dan Again
diterjemahkan membimbing, jadi paedadogie yaitu bimbingan yang diberikan
kepada anak.42
Sedangkan secara definisi pendidikan diartikan oleh pakar
pendidikan John Dewey, pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-
kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional ke arah alam dan
sesama manusia.
Pendidikan dapat diartikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.43
41
Aditya Dwi Purwoko, Pengaruh Pelaksanaan Self Assessment System, Kualitas Pelayanan
KPP, dan Tingkat Pendidikan Terhadap Motivasi Wajib Pajak Memenuhi Kewajiban Pajak, (Skripsi
UIN, Jakarta, 2008)
42 Drs. H. Abu Ahmadi & Dra. Nur Uhbiayati, Ilmu Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipa, 2003,
h.69.
43Irmayanti Meliono dkk, MPKT Modul I, Jakarta: Lembaga Penerbitan FEUI, 2007, artiikel
ini diakses tanggal 24 Juni 2013 pukul 17.35 a.m. dari http://www.id.wikipedia.org
http://www/ -
43
Sedangkan pendidikan menurut GBHN44
adalah unsur sadar untuk
mengembangkan dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan
berlangsung seumur hidup.
Hakikat pendidikan merupakan usaha mengembangkan kepribadian
dan kemampuan manusia, baik di dalam maupun di luar sekolah. Usaha-usaha
tersebut diselenggarakan dalam berbagai macam bentuk sebagai berikut45
:
a. Usaha pendidikan yang diselenggarakan secara sengaja, berencana, terarah,
dan sistematis melalui suatu lembaga disebut pendidikan formal.
b. Usaha pendidikan yang diselenggarakan secara sengaja, akan tetapi tidak
berencana dan tidak sistematis di lingkungan disebut pendidikan informal.
c. Usaha pendidikan yang diselenggarakan secara sengaja dan berencana
tetapi tidak sistematis di luar lingkungan keluarga dan lembaga pendidikan
formal disebut pendidikan nonformal.
Peningkatan kualitas diri manusia yang dicapai melalui pendidikan
mencakup beberapa aspek yaitu46
:
a. Peningkatan kualitas berpikir (kecerdasan, kemampuan, analisis,
kreatifitas, dan visioner).
44
Garis-Garis Besar Haluan Negara (Tap.MPR NO.IV/MPR/1973)
45Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: Rosda, 1997, h.
10.
46 M. Tholhah Hasan. Islam dan Masalah Sumber Daya Manusia, Jakarta: Lantabora Press,
2005, h. 136.
-
44
b. Peningkatan kualitas moral (ketakwaan, kejujuran, ketabahan, keadilan,
dan tanggung jawab).
c. Peningkatan kualitas kerja (keterampilan, profesional, dan efisien).
d. Peningkatan kualitas hidup (kesejahteraan materi dan rohani, ketentraman
dari terlindungnya martabat dan harga diri).
e. Peningkatan kualitas pengabdian (semangat, berprestasi, sadar,
pengorbanan, dan kebanggaan terhadap tugas.
Hubungan antara pendapatan dan pendidikan menurut JJ Rousseau
yang dikutip oleh Abu Ahmadi dan Nur Uhbiayati, pendidikan adalah
memberi kita perbekalan yang tidak ada pada masa anak-anak, akan tetapi kita
menumbuhkannya di masa dewasa. Pendidikan dibutuhkan oleh setiap
manusia untuk melanjutkan kehidupan di masa yang akan datang. Sedangkan
faktor pendidikan dan pendapatan merupakan faktor yang dapat
mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam melakukan perekonomian.
Karena faktor pendidikan dan pendapatan sangat berkaitan erat satu dengan
yang lainnya, dengan pendidikan yang lebih tinggi seseorang akan
menghasilkan