skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · berkat...

164
TINGKAT KESADARAN PEGAWAI BAITUL MAAL WA TAMWIL DALAM MEMBUAT PERENCANAAN KEUANGAN SYARIAH (Studi Pada Pegawai Baitul Maal Wa Tamwil Di Kota Tangerang Selatan) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy.) Oleh: ACHMAD NAJMUDIN NIM: 108046100046 KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H/2014 M

Upload: ngotu

Post on 07-Jul-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • TINGKAT KESADARAN PEGAWAI BAITUL MAAL WA TAMWIL DALAM

    MEMBUAT PERENCANAAN KEUANGAN SYARIAH

    (Studi Pada Pegawai Baitul Maal Wa Tamwil Di Kota Tangerang Selatan)

    SKRIPSI

    Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Salah Satu

    Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy.)

    Oleh:

    ACHMAD NAJMUDIN

    NIM: 108046100046

    KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH

    PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)

    FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

    1435 H/2014 M

  • LEMBAR PERNYATAAN

    Dengan ini saya menyatakan bahwa:

    1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan

    memperoleh gelar strata I di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

    2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini telah saya cantumkan sesuai dengan

    ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

    3. Jika dikemukakan hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil asli saya atau merupakan hasil

    jjplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sangsi yang berlaku di

    universitas islam negeri (UIN) Syarif Hdiayatullah Jakarta.

    Jakarta, 31 Desember 2014

    Achmad Najmudin

  • i

    ABSTRAK

    Ahmad Najmudin, 108046100046. Tingkat Kesadaran Pegawai Baitul

    Maal Wal Tamwiil Dalam Membuat Perencanaan Keuangan Syariah (Studi

    Pada Pegawai BMT di Kota Tangerang Selatan), Skripsi Strata (S1) Konsentrasi

    Perbankan Syariah Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam) Fakultas Syariah dan

    Hukum Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta 1435H/2014 M. Ix 110

    halaman Daftar Pustaka + 56 halaman Lampiran.

    Tujuan penelitian Skripsi ini adalah untuk mengetahui bagaimana

    pengetahuan dan pemahaman pegawai Baitul Maal Wat Tamwiil (BMT) tentang

    perencanaan keuangan syariah dan bagaimana tingkat kesadaran mereka dalam

    membuat perencanaan keuangan syariah dan khususnya strategi dalam mengelola

    harta berdasarkan teori ISLAMIC dalam hal ini adalah pegawai BMT yang berlokasi

    di Kota Tangerang Selatan.

    Dalam penelitian ini penulis menggunakan analisis Deskriptif Kuantitatif

    dengan cara mengumpulkan data melalui survei dengan alat berupa kuesioner.

    Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini yaitu dari hasil penelitian

    menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan dan pemahaman pegawai BMT terhadap

    perencanaan keuangan syariah adalah tinggi, dari 39 responden sebanyak 24

    responden dengan persentase 61,5% tahu arti dari perencanaan keuangan syariah.

    Adapun strategi pegawai BMT dalam mengelola harta adalah sangat baik. Dari 39

    responden sebagian besar setuju, sebanyak 21 responden dengan presentase 53,8%

    setuju dengan rutin merencanakan keuangan untuk pendidikan anak, sebanyak 17

    responden dengan presentase 43,6% setuju dengan rutin merencanakan keuangan

    untuk asuransi kesehatan keluarga, sebanyak 22 responden dengan presentase 56,4%

    setuju dengan rutin keuangan untuk membayar zakat setiap tahunnya, dan sebanyak

    22 responden dengan presentase 56,4% setuju dengan rutin merencanakan keuangan

    untuk mengelola hutang dan sebanyak 15 responden dengan presentase 38,5% setuju

    dengan rutin merencanakan keuangan untuk mengelola hutang.

    Kata kunci: Tingkat Kesadaran, Perencanaan Keuangan Syariah, Pegawai BMT,

    Deskriptif Analisis.

    Daftar Buku: 26, web: 6, lampiran: 25

    Pembimbing: Dr. Phil, JM. Muslimin, MA

    Daftar Pustaka: Tahun 1982 sampai dengan 2013

  • ii

    ABSTRACT

    Ahmad Najmudin, 108046100046. Employee Awareness level Baitul Maal

    Wal Tamwiil In Making Islamic Financial Planning (Studies in Employee BMT

    in South Tangerang City), Thesis Strata (S1) Islamic Banking Concentration

    Program Muamalat (Islamic Economics) Faculty of Sharia and Law, Islamic

    University Syarif Hidayatullah Jakarta 1435H/2014 M. Ix + 110 page Bibliography

    Appendix page 56.

    The research objective of this thesis is to investigate how knowledge and

    understanding of employee Baitul Maal Wat Tamwiil ( BMT ) of Islamic financial

    planning and how their consciousness in the Islamic financial planning and strategy,

    especially in managing the assets based ISLAMIC theory in this case is located BMT

    employee in South Tangerang City.

    In this study the authors using Quantitative Descriptive analysis by collecting

    data through a survey by means of questionnaires.

    Conclusion of this research is the results of the study showed that the level of

    knowledge and understanding of the BMT employees Islamic financial planning is

    high, as many as 24 of the 39 respondents with the percentage of 61.5% of

    respondents know the meaning of Islamic financial planning. The BMT employee

    strategies in managing the assets is very good. Of the 39 respondents largely agreed,

    as many as 21, with a percentage of 53.8% of respondents agreed with routine

    financial plan for the education of children, as many as 17, with a percentage of

    43.6% of respondents agreed with routine financial planning for family health

    insurance, as many as 22 respondents with a percentage of 56.4% agreed with the

    finances to pay Zakat regularly every year, and as many as 22, with a percentage of

    56.4 % of respondents agreed with routine financial planning to manage debt and as

    many as 15, with a percentage of 38.5 % of respondents agreed with routine financial

    planning to manage debt.

    Keywords : Level of Consciousness, Islamic Financial Planning, Employee BMT,

    Descriptive Analysis.

    Book List : 26 Web : 6, Attachments : 25

    Supervisor : Dr . Phil, JM . Muslimin, MA

    Bibliography : 1982 to 2013

  • iii

    KATA PENGANTAR

    Segala puji Penulis panjatkan kepada Allah SWT yang mana telah memberikan

    taufiq dan hidayah-Nya kepada Penulis terutama dalam menyelesaikan skripsi ini. Sholawat

    serta salam Penulis panjatkan kepada junjungan besar kita yakni Nabi Muhammad SAW,

    keluarga dan para sahabat yang telah banyak berkorban menyebarkan dakwah Islam kepada

    umat, sehingga mengangkat umat dari kebodohan kepada kecerdasan.

    Tiada yang sempurna di dunia ini dan dengan kesadaran, skripsi ini mungkin tak

    luput dari kesalahan dan kekurangan, tetapi harapan penulis, skripsi ini setidaknya dapat

    memberikan manfaat bagi siapapun yang membacanya atau mungkin menjadi sumber

    inspirasi bagi penelitian-penelitian selanjutnya.

    Dalam proses penyelesaian skripsi ini penulis menyadari bahwa rintangan dan

    hambatan yang terus datang silih berganti. Namun syukur Alhamdulillah berkat rahmat dan

    inayah-Nya, kesungguhan, kerja keras dan kerja cerdas, disertai dukungan dan bantuan dari

    berbagai pihak baik langsung maupun tidak langsung, segala kesulitan akhirnya dapat diatasi

    dengan sebaik-baiknya sehingga skripsi ini dapata terselesaikan.

    Dengan selesainya penyusunan skripsi ini, penulis haturkan terima kasih kepada

    semua yang telah membantu, baik berupa moril maupun materiil, terutama kepada :

    1. Prof. Dr. H. M. Amin Suma, SH. MA. MM., selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

    Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

  • iv

    2. Dr. Euis Amalia, M.Ag, selaku Ketua Program Studi Muamalat, Fakultas Syariah dan

    Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang dengan sabar

    telah membantu proses pengajuan judul hingga tahap akhir penyelesaian skripsi.

    3. Mumin Rauf, M.A, Selaku sekertaris Program Studi Muamalat, Fakultas Syariah dan

    Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

    4. Dosen Pembimbing Dr. Phil., JM. Muslimin, M.A, yang telah memberikan ilmu,

    waktu, dan bantuannya dalam proses penyelesaian skripsi ini.

    5. Ananda haturkan terimakasih kepada Kedua orang tua tercinta yaitu Ayahanda Bapak

    Sardih Lasim Miin dan Ibunda Askah Askiawati karena berkat doa, motivasi, kasih

    sayang, perhatian dan bantuan (moril, materil dan spiritual) yang telah diberikan

    ayahanda dan ibunda tercinta kepada ananda dengan tulus.

    6. Segenap Pegawai Baitul Maal wa Tamwil se-Kota Tangerang Selatan atas waktu

    luangnya dan kemudahan dalam pemberian data yang penulis butuhkan.

    7. Segenap Dosen serta para Pimpinan dan Staf Perpustakaan baik Perpustakaan Utama

    maupun Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum yang telah memberikan ilmu

    pengetahuan dengan tulus ikhlas, serta fasilitas untuk mengadakan studi perpustakaan

    dalam penyusunan skripsi.

    8. Sahabat seperjuangan semasa kuliah, terima kasih untuk motivasi, dukungan, bantuan,

    dan kebersamaannya selama ini.

    9. Teman-teman Perbankan Syariah kelas B angkatan 2008, khususnya S. Fikri Thariq,

    Teuku Ihsan Khadafi, Ahmad Al-Ghazali, dan Arza.

  • v

    10. Untuk teman-teman dan sahabat seperjuangan Teguh Iman M yang sudah

    memyempatkan waktu senang maupun sedih untuk selalu bersama dalam aktivitas

    sehari-hari.

    11. Sari Ardiyanti Rahayu, selaku pegawai IPOT yang telah memberikan fasilitas internet

    serta tempat kantornya untuk penulis dalam pencarian bahan-bahan skripsi.

    12. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu

    dalam proses penyelesaian skripsi ini.

    Demikianlah Penulis ucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya, karena

    berkat doa, motivasi, fasilitas, arahan dan bimbingan dari mereka Penulis dapat segera

    menyelesaikan skripsi ini. Dan penulis juga menyadari bahwa segala bantuan dan

    motivasi yang penulis peroleh tidak dapat terbayar oleh apapun, hanya doa yang dapat

    penulis panjatkan semga pahala berlipat ganda dilimpahkan Allah swt kepada kita semua

    dan skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua orang. Amin Ya robal alamin.

    Jakarta, 31 Desember 2013

    Penulis

  • vi

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL

    LEMBAR PERNYATAAAN

    ABSTRAK ........................................................................................................... i

    ABSTRACT .......................................................................................................... ii

    KATA PENGANTAR ......................................................................................... iii

    DAFTAR ISI ...................................................................................................... vi

    DAFTAR TABEL .............................................................................................. ix

    DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiv

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1

    B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan ................................................ 7

    C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................ 10

    D. Sistematika Penulisan ............................................................................... 11

    BAB II LANDASAN TEORI

    A. Tingkat Kesadaran ................................................................................... 14

    B. Pemahaman Perencanaan Keuangan ........................................................ 17

    C. Perencanaan Keuangan Syariah ............................................................... 20

    1. Tujuan dan Perbedaan Perencanaan Keuangan Syariah ................... 23

    2. Konsep Harta Dalam Islam ............................................................... 25

    3. Kubah Kebutuhan (Dome of Needs) .................................................. 27

  • vii

    D. Tingkat Pendapatan dan Pendidikan ` ....................................................... 40

    E. Review Studi Terdahulu ........................................................................... 46

    F. Kerangka Konsep ..................................................................................... 49

    BAB III METODE PENELITIAN

    A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ............................................................... 52

    B. Lokasi Penelitian ..................................................................................... 53

    C. Populasi dan Sampel ............................................................................... 53

    D. Teknik Pengambilan Sampel ................................................................... 52

    E. Objek Penelitian ....................................................................................... 56

    F. Sumber Data ............................................................................................. 56

    G. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 57

    H. Uji Instrumen Penelitian ........................................................................... 60

    1. Uji Validitas dan Reliabilitas ............................................................... 61

    I. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ..................................................... 70

    BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Gambaran Umum Responden .................................................................. 72

    1. Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ............................................ 72

    2. Responden Berdasarkan Status Marital .............................................. 73

    3. Responden Berdasarkan Penghasilan Bulanan .................................. 75

    4. Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ...................................... 76

    B. Analisis Data ............................................................................................. 77

    1. Pemahaman Tentang Perencanaan Keuangan ................................... 78

  • viii

    2. Pemahaman Tentang Perencanaan Keuangan Syariah ...................... 79

    3. Indikator Tingkat Kesadaran ............................................................. 80

    4. Strategi Pegawai BMT Dalam Mengelola Harta ............................. 103

    C. Hasil Analisis Data ................................................................................. 106

    BAB V PENUTUP

    A. Kesimpulan ............................................................................................. 109

    B. Saran ....................................................................................................... 111

    DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 113

    LAMPIRAN ................................................................................................ 118

  • ix

    DAFTAR TABEL

    Tabel 2.1 Perbedaan Perencanaan Keuangan dengan Perencanaan Keuangan

    Syariah .......................................................................................... 24

    Tabel 2.2 Review Studi Terdahulu ............................................................... 46

    Tabel 3.1 Populasi Baitul Mal wa Tamwil .................................................... 53

    Tabel 3.2 Baitul Mal wa Tamwil yang Menjadi Sampel .............................. 55

    Tabel 3.2 Format Respon Pegawai Untuk Pernyataan Positif ...................... 59

    Tabel 3.3 Kaidah Reliabilitas Guilford Frutcher ....................................... 62

    Tabel 3.4 Hasil Pengujian Validitas Dimensi Pemahaman Perencanaan

    Keuangan ...................................................................................... 62

    Tabel 3.5 Reliabilitity Statistics Dimensi Pemahaman Perencanaan Keuangan

    ................................................................................................ 63

    Tabel 3.6 Hasil Pengujian Validitas Dimensi Pemahaman Perencanaan

    Keuangan Syariah ......................................................................... 63

    Tabel 3.7 Reliabilitity Statistics Dimensi Pemahaman Perencanaan Keuangan

    Syariah .......................................................................................... 64

    Tabel 3.8 Hasil Pengujian Validitas Dimensi Aspek Kognitif ..................... 66

    Tabel 3.9 Reliabilitity Statistics Dimensi Aspek Kognitif ............................ 66

    Tabel 3.10 Hasil Pengujian Validitas Dimensi Aspek Afektif ....................... 67

    Tabel 3.11 Reliabilitity Statistics Dimensi Aspek Afektif .............................. 67

    Tabel 3.12 Hasil Pengujian Dimensi Validitas Aspek Psikomotorik ............. 68

  • x

    Tabel 3.13 Reliabilitity Statistics Dimensi Aspek Psikomotorik .................... 68

    Tabel 3.14 Hasil Pengujian Validitas Statistics Dimensi Strategi Pegawai

    Dalam Mengelola Harta ................................................................ 69

    Tabel 3.15 Reliabilitity Statistics Dimensi Strategi Pegawai Dalam Mengelola

    Harta ............................................................................................. 70

    Tabel 4.1 Jumlah Respoden Berdasarkan Jenis Kelamin ............................. 72

    Tabel 4.2 Jumlah Respoden Berdasarkan Status Marital ............................. 74

    Tabel 4.3 Jumlah Respoden Berdasarkan Penghasilan Bulanan .................. 75

    Tabel 4.4 Jumlah Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ................... 76

    Tabel 4.5 Apakah Saudara Mengetahui Arti dari Perencanaan Keuangan ... 78

    Tabel 4.6 Apakah Saudara Mengetahui Arti dari Perencanaan Keuangan

    Syariah .......................................................................................... 79

    Tabel 4.7 Saya Mengetahui Bahwa Pendapatan Yang Saya Peroleh Haruslah

    Bersumber Dari Usaha Yang Halal .............................................. 80

    Tabel 4.8 Saya Mengetahui Bahwa Menabung Menjadi Kata Kunci Dalam

    Memotivasi Untuk Mengatur Pengeluaran Dengan Lebih Baik ... 80

    Tabel 4.9 Saya Mengetahui Bahwa Dalam Islam Dianjurkan Untuk

    Mempersiapkan Bekal di Kehidupan Akhirat .............................. 81

    Tabel 4.10 Saya Mengetahui Bahwa Biaya Untuk Kebutuhan Masa Pensiun

    Diperlukan Persiapan Sedini Mungkin ......................................... 82

  • xi

    Tabel 4.11 Saya Mengetahui Bahwa Memiliki Produk Asuransi Syariah Dapat

    Meminimalisasi Resiko Yang Akan Timbul di Masa Yang Akan

    Datang ........................................................................................... 83

    Tabel 4.12 Saya mengetahui Dalam Asuransi Syariah Terdapat Produk-Produk

    Asuransi Seperti Asuransi Kesehatan, Asuransi Pendidikan,

    Asuransi Kecelakaan, Asuransi Jiwa dan Juga Asuransi Kerugian

    ....... ................................................................................................ 84

    Tabel 4.13 Saya Mengetahui Dalam Mengelola Hutang Harus Dikelola Dengan

    Sebaik Mungkin ............................................................................ 85

    Tabel 4.14 Saya Mengetahui Fasilitas Hutang Hanya Digunakan Untuk

    Kebutuhan Dasar Bersifat Produktif, Bukan Memenuhi Keinginan

    Yang Bersifat Konsumtif .............................................................. 86

    Tabel 4.15 Saya Mengetahui Kebutuhan Dimasa Yang Akan Datang Menjadi

    Kunci Sebelum Melakukan Investasi ........................................... 87

    Tabel 4.16 Saya Mengetahui Dalam Mensucikan Harta Merupakan Bagian

    Dari Perintah Allah Yang Harus Ditunaikan ................................ 88

    Tabel 4.17 Saya Paham Bahwa Setiap Harta Yang Diperoleh Secara Halal

    Akan Membawa Keberkahan Di dunia dan Keselamatan Di Akhirat

    ....................................................................................................... 88

    Tabel 4.18 Saya Paham Bahwa Besarnya Pengeluaran Yang Tidak Terjadi

    Lebih Banyak Karena Tidak Bisanya Membedakan Antara

    Kebutuhan dengan Keinginan ............................................... 89

    Tabel 4.19 Saya Paham Dalam Masa Pensiun Bukan Berarti Terlepas Dari

    Kebutuhan Financial ..................................................................... 90

  • xii

    Tabel 4.20 Saya Berminat Untuk Memiliki Produk Asuransi Karena

    Manfaatnya Sangat Banyak .......................................................... 91

    Tabel 4.21 Saya Paham Dalam Memanfaatkan Fasilitas Hutang Perlu

    Diperhatikan Faktor Hukum Syariah Untuk Menghindari Transaksi

    Hutang Yang Mengandung Unsur Riba ....................................... 92

    Tabel 4.22 Saya Sadar Akan Adanya Kebutuhan Masa Depan Dengan Tingkat

    Priorotas Yang Tinggi, Hal Ini Menjadi Motivasi Saya Dalam

    Melakukan Investasi ..................................................................... 93

    Tabel 4.23 Saya Paham Dengan Jelas Perintah Allah Untuk Berzakat .......... 94

    Tabel 4.24 Selain Penghasilan Yang Diperoleh Dari Pekerjaan, Saya Juga

    Mencari Usaha Apa Saja Yang Tentunnya Halal ......................... 95

    Tabel 4.25 Saya Sudah Melakukan Investasi Guna Mengantisipasi Kebutuhan

    Dimasa Yang Akan Datang .......................................................... 96

    Tabel 4.26 Saya Sudah Mempersiapkan Biaya/Financial Untuk Masa Pensiun

    Agar Dapat Memperoleh Pendapatan Setelah Memasuki Periode

    Pensiun .......................................................................................... 97

    Tabel 4.27 Untuk Melindungi Diri Dari Kerugian Dimasa Yang Akan Datang,

    Saya Sudah Mengikuti Program Asuransi Syariah ....................... 98

    Tabel 4.28 Saya Sudah Membatasi Hutang Agar Jumlah Total Pembayaran

    Bulanannya Tidak Melebihi 30% Dari Penghasilan Saya ............ 99

    Tabel 4.29 Saya Tertarik Berinvestasi di Bank Syariah ................................. 101

    Tabel 4.30 Setiap Penghasilan Yang Saya Peroleh Akan Dikeluarkan Zakatnya

    2,5 % Karena Ada Hak Yang Bukan Milik Kita Dari Harta

    Tersebut 102

  • xiii

    Tabel 4.31 Rutin Merencanakan Keuangan untuk Pendidikan Anak ............. 103

    Tabel 4.32 Rutin Merencanakan Keuangan untuk Kesehatan Keluarga ........ 103

    Tabel 4.33 Rutin Merencanakan Keuangan untuk Membayar Zakat ........... 104

    Tabel 4.34 Rutin Merencanakan Keuangan untuk Mengelola Hutang ........ 105

    Tabel 4.35 Rutin Merencanakan Keuangan untuk Berinvestasi ................... 105

  • xiv

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1 Cara Memperoleh Dan Menggunakan Harta ........................... 26

    Gambar 2.2 Kerangka Konsep ..................................................................... 48

    Gambar 4.1 Karakteristik Jenis Kelamin ..................................................... 73

    Gambar 4.2 Karakteristik Status Marital ..................................................... 74

    Gambar 4.3 Karakteristik Penghasilan Bulanan .......................................... 75

    Gambar 4.4 Karakteristik Tingkat Pendidikan ............................................ 77

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Perkembangan perbankan syariah di Indonesia diikuti dengan

    perkembangan lembaga-lembaga keuangan syariah nonbank lainnya. Program

    linkage antara bank syariah dengan Lembaga Keuangan Mikro Syariah, dalam

    hal ini Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) dan Baitul Mal wal Tamwil

    (BMT), bahkan dikembangkan pula sinergitasnya dengan lembaga-lembaga

    keuangan sosial seperti institusi zakat dan wakaf untuk menopang perluasan

    sektor riil dan Usah Kecil Menengah. Saat ini, jumlah BMT di Indonesia

    mencapai lebih dari 3.308 buah menurut Pusat Inkubasi Bisnis dan Usaha Kecil

    (PINBUK). Sebagai lembaga keuangan berbasis syariah, BMT di Indonesia

    berprospek tumbuh karena didukung oleh potensi sumber daya alam yang

    melimpah, potensi sumber daya manusia, di mana mayoritas penduduknya adalah

    beragama Islam, dan mampu menyelaraskan gerak roda perekonomian umat

    terutama ekonomi mikro.

    Sejak awal berdirinya, BMT-BMT dirancang sebagai lembaga ekonomi.

    Dapat dikatakan bahwa BMT merupakan suatu lembaga ekonomi rakyat, yang

    secara konsepsi dan secara nyata memang lebih fokus kepada masyarakat bahwa

    yang miskin dan nyaris miskin. Sebagian besar BMT, sejak awal memang

    berbentuk koperasi sudah dikenal luas oleh masyarakat dan bisa memberi status

  • 2

    legal formal yang dibutuhkan. Akan tetapi pula, ada BMT yang pada awalnya

    hanya bersifat organisasi kemasyarakatan informal, atau semacam paguyuban

    dari komunitas lokal. Masalah bentuk dan dasar hukum sering belum terasa

    penting pada awalnya. Ketika kegiatan BMT bersangkutan mulai tumbuh pesat,

    baru terasa ada kebutuhan untuk membenahi aspek-aspek keorganisasiannya.

    Hampir semua BMT kemudian memilih koperasi sebagai badan hukum, atau

    paling kurang dipakai sebagai konsep pengorganisasiannya.

    Hal yang menarik untuk dicermati adalah fatwa fenomena pendirian dan

    pengembangan BMT, ternyata tidak hanya dibatasi oleh pertimbangan ekonomis.

    Ada gairah untuk mendasari seluruh aktivitas BMT dengan nilai-nilai Islam,

    sesuai dengan penyebutan diri yang mengandung konotasi Islam. Selain itu,

    sebagian BMT memang lahir dan berkembang dari komunitas keislaman, seperti

    jamaah masjid, jamaah pengajian, pesantren, organisasi kemasyarakatan Islam,

    atau sejenisnya. Ada yang berasal dari kesepakatan dalam forum silaturrahmi

    atau forum ilmiah yang sedang membicarakan masalah keuangan ilmiah ekonomi

    Islam, atau pemberdayaan ekonomi umat. Ada pula yang diinisiasi oleh individu

    atau perseorangan yang berniat membantu orang lain, khususnya yang seiman.

    Pendek kata, hampir selalu ada keterkaitan BMT dengan Islam sebagai suatu

    ajaran ataupun dengan kepedulian pada kehidupan ekonomi umat Islam.1

    1 Euis Amalia, Keadilan Distributif Dalam Ekonomi Islam Penguatan Peran LKM dan UKM

    di Indonesia, Jakarta, PT. Rajawali Press, 2009, h.83-84..

  • 3

    Fakta-fakta atau fenomena tumbuh dan berkembangnya BMT bisa disebut

    sebagai gerakan BMT. Penyebutan sebagai gerakan adalah untuk menekankan

    aspek idealistik BMT yang ingin memperbaiki nasib masyarakat golongan

    ekonomi bawah serta keterkaitannya dengan nilai-nilai Islam. Penyebutan

    sebagai gerakan juga sebagai penghormatan dan penghargaan bagi para

    penggiatnya, yaitu mereka yang merintis, mengelola, dan mengembangkan

    BMT. Para penggiat tersebut pada umumnya mereka bersedia berkorban materi

    atau tenaga, sekurang-kurangnya bersedia mendapat imbalan kerja yang relatif

    lebih rendah dibandingkan jika bekerja di tempat lain. Padahal, sebagian dari

    mereka memiliki kapabilitas pribadi yang cukup memadai, yang jika diinginkan,

    sangat memungkinkan bagi mereka bergiat di tempat lain dengan imbalan

    ekonomi yang jauh lebih baik.2

    Berdasarkan hasil survei penulis dengan beberapa pegawai BMT di Kota

    Tangerang Selatan, bahwa mayoritas pegawai yang bekerja di BMT adalah

    lulusan sekolah menengah atas (SMA) dengan rata-rata penghasilan yang mereka

    terima setara dengan pendapatan UMK (Upah Minimum Kabupaten) untuk kota

    Tangerang Selatan sebesar Rp.2.200.000, untuk tahun 2013.3 Akibatnya mereka

    2 Euis Amalia, Keadilan Distributif Dalam Ekonomi Islam Penguatan Peran LKM dan UKM

    di Indonesia, Jakarta, PT. Rajawali Press, 2009, h.81.

    3 Daftar UMP dan UMK Tahun 2013 artikel diakses pada tanggal 28 Oktober 2013 dari

    http://fspmiptbi.org/daftar-umr-ump-umk-tahun-2013.

    http://fspmiptbi.org/daftar-umr-ump-umk-tahun-2013
  • 4

    harus cerdas dan pandai dalam mengelola keuangan untuk memenuhi kebutuhan

    hidup sehari-hari.

    Pada umumnya salah satu keluhan masyarakat dan khususnya para

    karyawan ketika mereka menerima gaji adalah mereka sangat tertekan karena

    gaji yang diterima dianggap terlalu kecil dan tidak pernah bisa mencukupi

    kebutuhan yang ada. Sedikitnya ada empat penyebab mengapa sering kali gaji

    yang diperoleh seorang pegawai atau karyawan tidak mencukupi.4

    Permasalahan pertama yakni melambungnya biaya hidup. Perbedaan

    wilayah dan pola hidup antarkota tanpa disadari memberikan efek yang cukup

    terasa. Sebagai pemecahan, patokan UMR (Upah Minimal Regional) dan UMP

    (Upah Minimum Propinsi) mulai digunakan sejak berlakunya Undang-Undang

    Ketenagakerjaan. UMR dan UMP terbukti cukup menolong ketika perbedaan

    biaya hidup antarkota semakin mencolok. Di sini dapat ditarik hubungan timbal

    balik yang berbanding lurus antara besarnya gaji dengan biaya hidup pada suatu

    wilayah. Hampir sama dengan hukum permintaan barang (law of product

    demand) yang menyatakan semakin tinggi angka permintaan produk, maka

    semakin tinggi pula harga jual, maka tak dapat dipungkiri juga hukum tersebut

    berlaku pada sistem penggajian di suatu wilayah. Semakin besar gaji yang

    diperoleh maka semakin tinggi pula biaya hidup suatu wilayah.

    4Anggoro Prasetyo, (Employionaire) Karyawan Berkehidupan Direktur, (PT. Citra Media,

    2010), hal. 2.

  • 5

    Permasalahan yang kedua yakni peningkatan biaya hidup yang

    berkelanjutan. Dari waktu ke waktu, harga barang-barang kebutuhan manusia

    justru semakin melambung tinggi. Sejarah pun belum pernah mencatat harga

    suatu barang mengalami penurunan ketika zaman semakin modern.

    Permasalahan yang ketiga yakni pola belanja konsumtif yang masih

    dibudayakan. Tidak dapat disangkal memang, bagi sebagian besar manusia

    sangat sukar mengendalikan hasrat berbelanja ketika di tangan mereka justru

    sedang melimpah uang. Tidak pernah merasa puas merupakan sifat dasar

    manusia, sedikit mendekati kata serakah. Sifat dasar itu apabila tidak berusaha

    ditahan akan berakibat fatal bagi manusia itu sendiri. Sebagai akibatnya,

    penghasilan yang baru saja diterima akan habis begitu saja tanpa tersisa, karena

    tujuan mereka berbelanja bukan berdasarkan kebutuhan melainkan hanya

    mengikuti keinginan hasratnya.

    Permasalahan yang keempat yakni hilangnya kesadaran menyisihkan gaji.

    Pola hidup konsumtif yang telah lama dianut kaum modern ternyata mampu

    merobohkan tembok kokoh semacam budaya menabung yang sejak dahulu kala

    sudah dianut oleh banyak orang sehingga hidup boroslah yang menggantikan.

    Ada beberapa alasan mengapa perencanaan keuangan diperlukan sehingga

    menjadi bagian penting dalam manajemen rumah tangga seorang muslim, yaitu

    adanya tujuan keuangan yang ingin dicapai, tingginya biaya hidup dari waktu ke

  • 6

    waktu, keadaan perekonomian Indonesia tidak selamanya baik (ada kalanya

    krisis), fisik manusia tidak selamanya akan selalu sehat, serta banyaknya produk

    keuangan yang ditawarkan.

    Secara umum kesadaran akan pentingnya perencanaan keuangan di

    kalangan keluarga muslim sudah cukup tinggi. Meskipun ada juga sebagian yang

    menganggap rezeki itu sudah sunnatullah sehingga tidak perlu direncanakan atau

    diprogram segala rupa. Dengan perencanaan keuangan, dapat diharapkan bahwa

    pola belanja konsumtif yang selama ini menjadi pola belanja mayoritas orang

    akan lebih terkontrol dengan baik.

    Perencanaan keuangan syariah tidak hanya dapat dilakukan oleh pegawai

    yang memiliki pendapatan yang tinggi, tetapi perencanaan ini juga dapat

    dilakukan oleh pegawai BMT yang berpenghasilan minim. Keadaan yang pas-

    pasan bisa terjadi karena perencanaan yang kurang teliti dalam membelanjakan

    uang yang dimiliki. Selain itu aspek ibadah terkadang luput dari perhitungan,

    padahal zakat, infak, dan sedekah dapat meningkatkan rezeki seseorang bila

    memang dikeluarkan secara ikhlas.

    Perbandingan standar gaji antara pegawai bank syariah dengan pegawai

    BMT sudah jelas tentu memiliki perbedaan yang nyata. Oleh sebab itu, peneliti

    akan melakukan penelitian berkaitan dengan bagaimana tingkat kesadaran,

  • 7

    pengetahuan, pemahaman, dan sikap pegawai BMT dalam membuat perencanaan

    keuangan syariah sehingga peneliti tertarik mengambil lokasi penelitian di BMT.

    Tingkat pendapatan dan pendidikan seseorang sangat berkaitan erat satu

    dengan yang lainnya, sehingga biasanya orang yang memiliki tingkat pendapatan

    yang besar cenderung mengenyam pendidikan yang tinggi begitu pula

    sebaliknya. Dengan pendapatan dan pendidikan yang berbeda seseorang akan

    mempunyai persepsi yang berbeda pula pada suatu hak, misalnya dalam

    membuat perencanaan keuangan syariah.

    Dengan mengetahui bagaimana tingkat kesadaran pegawai BMT dalam

    membuat perencanaan keuangan syariah, maka akan diperoleh gambaran umum

    perekonomian pegawai BMT terutama mengenai tujuan hidup mereka serta

    bagaimana cara mereka mewujudkan tujuan tersebut. Tingkat pendapatan,

    pendidikan serta jenis kelamin yang berbeda memungkinkan terjadinya

    perbedaan ketertarikan pegawai BMT pada perencanaan keuangan syariah.

    Dari uraian di atas penulis merasa perlu menuangkannya dalam bentuk

    skripsi dengan judul Tingkat Kesadaran Pegawai Baitul Maal Wal Tamwiil

    Dalam Membuat Perencanaan Keuangan Syariah (Studi Pada Pegawai

    BMT di Kota Tangerang Selatan).

  • 8

    B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah

    1. Identifikasi Masalah

    Berdasarkan data yang diperoleh dari latar belakang masalah, timbul beberapa

    masalah yang mungkin muncul diantaranya:

    a. Apakah seseorang pegawai yang berpenghasilan tinggi tidak memerlukan

    perencanaan keuangan?

    b. Apakah seseorang pegawai yang berpenghasilan rendah tidak memerlukan

    perencanaan keuangan?

    c. Sejauhmana tingkat kesadaran pegawai Baitul Maal wa Tamwil (BMT)

    dalam membuat perencanaan keuangan syariah?

    d. Bagaimana pengetahuan dan pemahaman pegawai Baitul Maal wa

    Tamwil (BMT) terhadap perencanaan keuangan syariah?

    e. Bagaimana strategi pegawai Baitul Maal wa Tamwil (BMT) dalam

    mengelola harta?

    2. Pembatasan Masalah

    Untuk lebih fokus pada tingkat kesadaran pegawai Baitul Maal wa Tamwil

    (BMT) untuk membuat perencanaan keuangan syariah, pada penelitian ini

    penulis membatasi masalahnya hanya pada bagaimana tingkat kesadaran

  • 9

    pegawai BMT dalam membuat perencanaan keuangan syariah berdasarkan

    model kubah kebutuhan (dome of needs) yang dibangun atas 4 prinsip dasar.

    Dalam hal ini penelitian dibatasi pada salah satu prinsip dasar yaitu menata

    dan merencanakan keuangan secara Islami dan ditopang oleh 7 pilar yang

    membentuk kata ISLAMIC yang terdiri dari pendapatan (Income),

    Pembelanjaan (Spending), kehidupan yang panjang (Longevity),

    kepastian/jaminan (Assurance), pengelolaan hutang (Management of Debt),

    investasi (Investment) dan penyucian harta (Cleansing of Wealth).

    Area penelitian yaitu pada Lembaga Keuangan Mikro Syariah Baitul Maal wa

    Tamwil (BMT) dengan alasan bahwa pegawai BMT mempunyai pengetahuan

    yang cukup mengenai instrumen keuangan syariah. Karena dalam hal ini,

    pegawai BMT telah mengetahui produk-produk keuangan syariah. Adapun

    kriteria pegawai BMT yang dimaksud adalah pegawai yang bekerja sebagai

    pegawai tetap pada BMT.

    3. Perumusan Masalah

    Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan beberapa

    pokok masalah sebagai berikut:

    a. Sejauhmana tingkat kesadaran pegawai Baitul Maal wa Tamwil (BMT)

    dalam membuat perencanaan keuangan syariah?

  • 10

    b. Bagaimana pengetahuan dan pemahaman pegawai Baitul Maal wa

    Tamwil (BMT) terhadap perencanaan keuangan syariah?

    c. Bagaimana strategi pegawai Baitul Maal wa Tamwil (BMT) dalam

    mengelola harta?

    C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

    Penelitian yang penulis lakukan ini memiliki berbagai tujuan, yakni

    sebagai berikut:

    1. Untuk mengetahui sejauhmana tingkat kesadaran pegawai Baitul Maal wa

    Tamwil (BMT) dalam membuat perencanaan keuangan syariah.

    2. Untuk mengetahui bagaimana pemahaman pegawai Baitul Maal wa

    Tamwil (BMT) dalam membuat perencanaan keuangan dan perencanaan

    keuangan syariah.

    3. Untuk mengetahui bagaimana strategi pegawai Baitul Maal wa

    Tamwil (BMT) dalam mengelola harta.

    Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

    1. Bagi akademisi: Menambah wawasan ilmu pengetahuan dan pengalaman bagi

    penulis tentang permasalahan ekonomi dan keuangan syariah dan sebagai

    bahan masukan yang diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran bagi

  • 11

    peneliti lain yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut tentang perencanaan

    keuangan syariah.

    2. Bagi pihak Baitul Maal wa Tamwil (BMT): Hasil penelitian ini dapat

    dijadikan pengetahuan dan informasi tambahan mengenai macama-macam

    produk-produk keuangan sehingga dapat dijadikan rujukan atau referensi

    untuk bahan pertimbangan dalam memilih dan merencanakan keuangan

    syariah.

    D. Sistematika Penulisan

    Teknik dalam penulisan skripsi ini menggunakan Pedoman Penulisan

    Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Bahasan-

    bahasan dalam skripsi ini terbagi dalam lima bab, dan dari tiap bab tersebut

    terdiri dari sub bab dengan penjelasan sebagai berikut:

    BAB I PENDAHULUAN

    Bab ini berisi uraian latar belakang masalah, pembatasan masalah,

    tujuan dan manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

    BAB II LANDASAN TEORI

    Pada bab ini, penulis membahas tentang kerangka teori yang bersifat

    umum, yaitu tingkat kesadaran, pemahaman perencanaan keuangan,

    perencanaan keuangan syariah, tingkat pendapatan dan pendidikan dan

    kerangka pikir dan konsep.

  • 12

    BAB III METODE PENELITIAN

    Bab ini terdiri dari beberapa bagian, yaitu jenis dan pendekatan

    penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel: populasi, sampel

    dan teknik pengambilan sampel; objek penelitian, sumber data, teknik

    pengumpulan data, teknik uji instrumen penelitian dan teknik

    pengolahan dan analisis data.

    BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

    Bab ini ditujukan untuk menjawab rumusan masalah dan sub rumusan

    masalah, untuk itu perlu dilakukan pembahasan penelitian dengan

    pembagian sebagai berikut: gambaran umum responden, analisis data ;

    tingkat pemahaman pegawai BMT pada perencanaan keuangan,

    tingkat pemahaman pegawai BMT pada perencanaan keuangan

    syariah, tingkat kesadaran pegawai BMT dalam melakukan

    perencanaan keuangan syariah dengan mengalokasikan

    pengeluarannya berdasarkan teori 7 pilar ISLAMIC yang terdiri dari

    tingkat pendapatan (Stands for Income), pengeluaran (Spending),

    lanjut usia (Longevity), asuransi (Assurance), manajemen utang

    (Management of Debt), investasi (Investment), dan zakat (Cleansing of

    Wealth), kesadaran dalam membuat perencanaan keuangan secara

    teori, serta uraian, deskripsi, dan analisis data mengenai tingkat

    kesadaran pegawai BMT dalam membuat perencanaan keuangan

    syariah dan strategi pegawai BMT dalam mengelola harta.

  • 13

    BAB V PENUTUP

    Bab ini meliputi kesimpulan dan saran.

  • 14

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    A. Tingkat Kesadaran

    Dalam kamus besar Bahasa Indonesia kesadaran berasal dari kata sadar

    yang berarti insyaf, tahu dan mengerti. Sedangkan kesadaran mempunyai arti

    keinsyafan dan keadaan mengerti.5 Atensi adalah pemusatan pikiran dalam bentuk

    jernih dan gamblang terhadap sejumlah objek simultan atau sekelompok pikiran,

    dan pemusatan kesadaran adalah inti sari dari atensi.

    Kesadaran adalah kesiagaan seseorang terhadap peristiwa-peristiwa di

    lingkungannya serta peristiwa-peristiwa kognitif yang meliputi memori, pikiran,

    perasaan dan sensasi-sensasi fisik.6 Kesadaran memiliki dua sisi yaitu tentang

    pemahaman terhadap stimulus lingkungan sekitar dan akan peristiwa mentalnya

    sendiri. Dan pada penelitian ini, penulis hanya berfokus pada kesadaran tentang

    pemahaman terhadap stimulus lingkungan sekitar, bukan pada mentalnya.

    Secara harfiah kata kesadaran berasal dari kata sadar, yang berarti

    insyaf, merasa tahu dan mengerti. Jadi, kesadaran adalah tahu dan mengerti.

    Kesadaran yang dimiliki oleh manusia merupakan bentuk unik dimana ia dapat

    5Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Balai Pustaka:

    Jakarta, 2005) h. 975.

    6Robert L.Solso. Psikologi Kognitif, (Erlangga: Jakarta, 2007) h.90.

  • 15

    menempatkan diri manusia sesuai dengan yang diyakininya.7 Refleksi merupakan

    bentuk dari pengungkapan kesadaran, dimana ia dapat memberikan atau bertahan

    dalam situasi dan kondisi tertentu dalam lingkungan. Setiap teori yang dihasilkan

    oleh seseorang merupakan refleksi tentang realitas dan manusia.

    Menurut (Pierson dan Trout 2005) menyatakan kesadaran memungkinkan

    kita melakukan pergerakan yang dibuat oleh kemauan sendiri yang berdasarkan

    keputusan bukan insting atau refleks, untuk menimbulkan hasil akhir yang baik.8

    Sedangkan menurut Bears dan McCgovern mengajukan sejumlah fungsi

    kesadaran yaitu konteks setting, adaptasi dan pembelajaran, prioritasi, rekrutmen,

    dan kontrol, pengambilan keputusan, deteksi dan penyuntingan kekeliruan,

    monitor diri, pengorganisasian dan fleksibitas.9

    Kesadaran dalam kamus (a Merriam-Webster 1967:177) tercantum tidak

    kurang dari 5 arti, yaitu: 1) awareness esp. of something within one self, also; the

    state or fact., 2) the state of being characterized by sensation, emotion, volition,

    and thought; mind, 3) the totality conscious state of an individual, 4) the normal

    state of conscious life, 5) the upper level of mental life ascontassed with

    unconscious processes. Jadi, kesadaran sebenarnya menunjuk pada interpendensi

    mental dan interpenetrasi mental, yang masing-masing berorientasi pada akunya

    manusia dan pada kaminya.10

    7Pengertian Kesadaran artikel diakses pada 26 Agustus 2013 dari

    http://id.wikipedia.org/wiki/Kesadaran

    8Pierson dan Trit dalam Robert L. Solso, Psikologi Kognitif h. 250.

    9 Bears dan McCgovern dalam Robert L.Solso, Psikologi Kognitif, h.252.

    10 Soerjono Soekanto, Kesadaran Hukum dan Kepatuhan Hukum, (CV. Rajawali: Jakarta,

    1982) h. 150.

  • 16

    Dari definisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa kesadaran adalah

    keadaan mengerti, paham dan tahu yang direfleksikan dan dialami oleh seseorang

    terhadap peristiwa-peristiwa yang meliputi pikiran, perasaan, memori serta

    sensasi-sensasi fisik dalam hidupnya, yang menimbulkan hasrat untuk

    melaksanakan sesuai dengan pikiran dan yang diketahui.

    Menurut Soerjono Soekanto, dalam penelitian yang ditulis oleh Rahmat

    Margono menyatakan bahwa kesadaran hukum berkaitan dengan nilai-nilai yang

    tumbuh dan berkembang dalam suatu masyarakat. Dan terdapat empat indikator

    kesadaran hukum yang masing-masing merupakan suatu tahapan bagi tahapan

    berikutnya, yaitu pengetahuan hukum, pemahaman hukum, sikap hukum, pola

    prilaku hukum.11

    Dari indikator diatas dapat diambil kesimpulan bahwa indikator

    kesadaran pegawai dalam perencanaan keuangan adalah: pengetahuan dan

    pemahaman tentang instrumen keuangan yang membantu dalam merencanakan

    keuangan syariah, pengetahuan dan pemahaman tentang perencanaan keuangan

    syariah, sikap dalam mengelola keuangan, perilaku dalam merencanakan

    keuangan.

    Tingkat adalah susunan yang berlapis-lapis atau berlenggek-lenggek.12

    Jadi tingkat kesadaran pegawai adalah susunan yang berlapis-lapis mengenai

    11

    Soerjono Soekanto dalam Rahmat Margono, Tingkat Kesadaran Hukum Masyarakat

    Cempaka Putih terhadap UU. No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan, (Skripsi S1 Konsentrasi

    Peradilan Agama Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009).

    12 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka,

    2005)h. 1197

  • 17

    kadar pemahaman, pengertian, dan pengetahuan yang dialami dan direfleksikan

    oleh suatu kelompok manusia yang hidup secara bersama-sama di suatu wilayah

    dan terikat oleh batasan-batasan tertentu juga kebudayaan yang dianggap sama

    akan perencanaan keuangan keluarga.

    B. Pemahaman Perencanaan Keuangan

    Arti kata Pemahaman menurut Sadiman adalah suatu kemampuan

    seseorang dalam mengartikan, menafsirkan, menerjemahkan atau menyatakaan

    sesuatu dengan caranya sendiri tentang pengetahuan yang pernah diterimanya.13

    Sedangkan paham sendiri bermakna mengerti benar tentang suatu hal.14

    Pemahaman berarti proses, cara, perbuatan, memahami dan memahamkan.

    Memahami adalah mengerti benar akan sesuatu, dan memahamkan adalah

    mempelajari baik-baik supaya paham.15

    Jadi, pemahaman yaitu proses, cara

    perbuatan untuk mengerti benar akan sesuatu dan untuk mempelajari baik-baik

    supaya paham.

    Dari definisi-definisi di atas terdapat perbedaan antara makna kesadaran

    dan pemahaman, paham hanya untuk sekedar tahu dan mengerti saja tentang

    suatu hal. Sedangkan makna kesadaran lebih aktif karena dialami dan

    merefleksikan apa yang diketahuinya, termasuk pemahaman itu.

    13

    Arif Sukandi Sadiman, Beberapa Aspek Pengembangan Sumber Belajar, (Cet 1: Jakarta:

    Mediatama Sarana Perkasa, 1946) h. 109.

    14 Daryanto, Kamus Bahasa Indonesia (Surabaya: Apollo, 1997) h. 454.

    15 Daryanto, Kamus Bahasa Indonesia (Surabaya: Apollo, 1997) h. 811.

  • 18

    Perencanaan keuangan adalah proses merencanakan keuangan untuk

    mencapai tujuan-tujuan keuangan jangka pendek maupun jangka panjang.16

    Untuk mencapai tujuan tersebut dapat dibangun dalam bentuk menabung,

    melakukan investasi, melakukan budgeting, atau mengatur komposisi harta yang

    dimiliki saat ini. Tetapi, masih banyak orang yang belum mengerti tentang

    perencanaan keuangan, dari studi pendahuluan yang penulis lakukan bahwa

    banyak dari masyarakat yang mengetahui perencanaan keuangan hanya

    diperuntukkan untuk perusahaan besar dan orang-orang yang mempunyai banyak

    uang. Padahal, selama ini pemikiran mereka salah, perencanaan keuangan bisa

    dilakukan oleh semua orang asal ada kemauan yang kuat untuk mencapai tujuan

    keuangannya, yaitu dengan cara menangani keuangannya agar pendapatan dan

    pengeluaran bisa diatur dengan seimbang.

    Oleh karena itu, menetapkan tujuan keuangan sejak dini adalah sangat

    penting karena hal ini merupakan dasar yang baik untuk memulai segalanya, dan

    dari situlah perencanaan keuangan akan dimulai dan untuk mencapainya mungkin

    akan diperlukan adanya pengorbanan.17

    Melalui perencanaan keuangan, tujuan

    keuangan seseorang mempunyai arti dan arah yang pasti. Dengan merencanakan

    keuangan pribadi dapat membantu seseorang untuk mendapatkan gambaran apa

    16

    Safir Senduk, Seri Perencanaan Keuangan Keluarga: Mengelola Keuangan Keluarga,

    (PT. Elex Media Komputindo: Jakarta, 2000) h. 3.

    17Adler H. Manurung dan Luthfi T. Rizky, Succesful Financial Planner a Complete

    Guide,(PT. Grafindo, anggota Ikapi: Jakarta, 2009) h. 2

  • 19

    yang benar-benar diinginkan didalam ataupun diluar setiap tahapan kehidupan,

    melindungi aset-aset yang dimiliki, mempergunakan utang secara hati-hati,

    melakukan manajemen resiko dan melatih seseorang untuk mengatur resiko

    investasi dengan baik, menentukan asuransi perlindungan yang tepat baik untuk

    jiwa, kesehatan, dan harta kepemilikan, meningkatkan kekayaan dan mengontrol

    pengeluaran dan biaya-biaya.

    Perencanaan keuangan mempunyai beberapa tujuan yaitu tujuan jangka

    pendek, jangka menengah, dan jangka panjang. Tujuan jangka pendek

    dimaksudkan untuk menanggulangi resiko-resiko atau untuk dana darurat yang

    tidak disangka-sangka, tujuan jangka menengah ditujukan untuk keinginan-

    keinginan kita seperti tujuan pembelian rumah, dan jangka panjang adalah untuk

    kebutuhan-kebutuhan jangka panjang seperti pendidikan anak dan lain

    sebagainya. Selain itu juga tujuan perencanaan keuangan adalah untuk

    meminimalisasi resiko yang akan timbul di masa yang akan datang yang tidak

    direncanakan.

    Adapun hal-hal yang mempengaruhi perencanaan keuangan untuk

    pencapaian tujuan keuangan adalah mulai dari umur, jumlah tanggungan dalam

    keluarga, sampai pada tingkat suku bunga dan inflasi. Dua hal utama yang dapat

    mempengaruhi perencanaan keuangan adalah faktor hidup pribadi dan faktor

    ekonomi.

  • 20

    C. Perencanaan Keuangan Syariah

    Islam adalah agama yang komprehensif, integratif, dan holistik yang

    mengatur semua aspek kehidupan manusia, baik besar maupun kecil, pribadi dan

    sosial, material dan spritual. Sebagai umatnya kita diperintahkan untuk

    menerapkan Islam secara kaffah, baik aqidah, akhlak, ibadah maupun muamalah

    yang termasuk di dalamnya kegiatan ekonomi dan bisnis. Firman Allah SWT

    dalam surah Al-Baqarah ayat 208 menyatakan:

    Artinya: ...Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam

    keseluruhan, dan janganlah kamu turuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya

    syaitan itu musuh yang nyata bagimu. (Al-Baqarah: 208)

    Firman Allah SWT dalam surah Al-Hasyr ayat 18 menyatakan:

    Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan

    hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok

    (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa

    yang kamu kerjakan.(Al-Hasyr: 18)

    Firman Allah SWT dalam surah Al-Radu ayat 11 menyatakan:

    Artinya:.......Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga

    mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.....(Ar Radu: 11)

  • 21

    Jelas sekali dalam ayat tersebut, kita sebagai manusia diperintahkan oleh

    Allah SWT untuk merencanakan apa yang kita perbuat untuk masa depan.

    Berikhtiar secara maksimal dengan melakukan perencanaan untuk situasi terburuk

    dan berharap untuk yang terbaik, setelah itu bertawakal kepada Allah SWT

    dengan sebenar-benarnya.18

    Di dalam keluarga muslim, perencanaan merupakan salah satu bagian

    usaha manusia untuk mengubah keadaan menjadi lebih baik. Diantaranya,

    berikhtiar secara maksimal dengan melakukan perencanaan untuk situasi terburuk

    dan berharap untuk yang terbaik, dan juga bertawakal kepada Allah SWT dengan

    sebenar-benarnya.

    Dalam Islam, perencanaan keuangan tidak hanya sekedar proses akuisisi

    dan pengumpulan kekayaan tetapi memiliki definisi yang luas yang berkaitan

    dengan konsep khalifah. Karena tugas manusia sebagai khalifah Allah adalah

    untuk memanfaatkan semua nikmat Allah di bumi untuk kepentingannya sendiri.

    Menurut Sri Khoirotun, perencanaan keuangan secara teori berarti proses

    mengelola keuangan yang sedemikian rupa sehingga kita dapat mencapai

    keuangan ekonomis tertentu.19

    Sedangkan Dorimulu dalam artikelnya,

    menyatakan bahwa perencanaan keuangan atau Finacial Planning merupakan

    18

    Agustianto Mingka dan Luthfi Trisandi Rizky, Fiqih Keuangan Syariah (Jakarta:

    MudaMapan Publishing, 2010) h. 2

    19Sri Khoirotun, RFA, Cerdas dan Cerdik Mengelola Uang, (Trans Media: Jakarta, 2009)

    h.5

  • 22

    proses mencapai tujuan hidup yakni masa depan yang sejahtera dan bahagia

    lewat penataan keuangan.20

    Jadi, perencanaan keuangan adalah suatu proses

    dalam merencanakan keuangan pribadi untuk dapat memberikan solusi

    perencanaan, pemilihan pengelolaan keuangan, kekayaan atau investasi agar

    dapat mencapai tujuan jangka pendek, menengah, maupun jangka panjang.21

    Pada dasarnya, tidak ada perbedaan antara perencanaan keuangan biasa

    dengan perencanaan keuangan syariah. Namun, perencanaan keuangan syariah

    adalah perencanaan keuangan yang mendorong seseorang untuk melakukan

    kegiatan investasi, asuransi dan aktivitas lain dalam rangka mensejahterakan

    hidupnya di dunia dan di akhirat dengan menerapkan prinsip-prinsip syariat Islam

    dalam setiap aktivitas perencanaan keuangan. Dan proses perencanaan keuangan

    syariah juga dimulai dari meluruskan niat, untuk merencanakan masa depan tanpa

    melupakan unsur takdir.

    Fenomena perencanaan keuangan syariah makin dikenal oleh masyarakat,

    seiring berjalan dengan kesadaran masyarakat akan kebutuhan penerapan syariah

    dalam kegiatan keuangan atau tergerak dengan maraknya pertumbuhan perbankan

    syariah. Konsep perencanaan keuangan syariah adalah konsep perencanaan

    keuangan yang menerapkan prinsip-prinsip syariah Islam. Islam mengajarkan

    20

    Dorimulu (2003) dalam Yohnshon, Peran Universitas di Surabaya dalam Meningkatkan

    Jumlah Keluarga Mapan di Surabaya, (Jurnal Penelitian Jurusan Ekonomi Manajemen, Fakultas

    Ekonomi, Universitas Kristen Petra, 2009) h.57

    21 Mega Resti Wulandari, Perbedaan Minat Membuat Perencanaan Keuangan Syariah

    Berdasarkan Tingkat Pendidikan dan Status Marital Wanita Karir ( Skripsi S1 Fakultas Syariah dan

    Hukum. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011) h.22

  • 23

    pada para umatnya untuk melakukan ritual keagamaan yang sering disebut ibadah

    dan juga mengajarkan tata cara melakukan kegiatan ekonomi dan pengelolaan

    harta. Terdapat 5 pilar dalam perencanaan keuangan keluarga secara Islami

    yaitu:22

    a. Mengelola kekayaan melalui cashflow yang sesuai syariah

    b. Mengumpulkan kekayaan dengan Investasi yang syariah

    c. Melindungi kekayaan melalui Asuransi syariah

    d. Mendistribusikan kekayaan melalui Waris, Wasiat, Wakaf, Hibah, Infaq

    dan Shodaqah.

    e. Membersihkan Kekayaan dengan mengeluarkan Zakat.

    1. Tujuan dan Perbedaan Perencanaan Keuangan Syariah

    Dalam menetapkan tujuan keuangan merupakan dasar dari proses

    merencanakan, melaksanakan, dan memonitor perencanaan keuangan pribadi

    maupun keluarga. Adapun tujuan dari perencanaan keuangan syariah adalah

    bukan hanya mengejar kepentingan materi semata, tapi juga kesuksesan di

    akhirat (al-falah).23

    Hal-hal yang dapat dijadikan sebagai pegangan dalam

    menetapkan tujuan keuangan yaitu, pertama, harus realistis karena tujuan

    22

    Shinta Rahmani, 5 Pilar Perencanaan Keuangan Keluarga Secara Syariahartikel ini

    diakses pada tanggal 28 Agustus 2013 dari http://amanahsharia.wordpress.com/2011/01/31/5-pilar-

    perencanaan-keuangan-keluarga-secara-syariah/

    23Ghozali, Perencanaan Keuangan Konvensional Vs Syariah, artikel ini diakses pada

    tanggal 4 September 2013 dari http://gozz.multiply.com/journal/item/38/Perencanaan-Keuangan-

    Konvensional-vs-Syariah?&show_interstitial=1&u%2journal%2Fitem

  • 24

    keuangan harus didasarkan oleh besarnya pendapatan dan kondisi kehidupan,

    kedua, harus spesifik dan terukur dalam arti untuk mewujudkan sesuatu yang

    memiliki kekhususan atau perbedaan dengan yang lain, ketiga, target waktu

    karena tujuan keuangan harus memiliki target waktu yang jelas kapan harus

    terwujud, dan keempat, tindakan yang harus dilakukan atau dicapai.24

    Perbedaan yang paling mencolok dari perencanaan keuangan biasa

    dengan perencanaan keuangan syariah adalah penyucian harta. Di bawah ini

    terdapat beberapa perbedaan perencanaan keuangan biasa dengan perencanaan

    keuangan syariah itu:

    Tabel 2.1

    Perbedaan Perencanaan Keuangan Biasa dengan Perencanaan Keuangan

    Syariah

    Konvensional Syariah

    Tujuan Perencanaan

    Keuangan

    Membuat masa depan

    lebih pasti dan

    terjamin

    Mencapai kekayaan

    (nilai materialistis)

    saja

    Merencanakan masa depan,

    tanpa melupakan unsur

    takdir (tawakal)

    Kesuksesan dunia dan akhirat

    (al-falaah)

    Penentuan Tujuan

    Keuangan

    Bebas disesuaikan

    dengan keinginan klien

    Sesuai dengan keinginan klien,

    dengan mempertimbangkan

    prioritas wajib dan sunnah

    menurut ajaran agama Islam

    Aspek Legalitas

    Transaksi Keuangan

    Legalitas hukum

    perdata

    Legalitas hukum perdata dan

    syariah compliance (tanpa

    bunga, maysir, gharar)

    Landasan Hukum Waris Hukum perdata, hukum

    adat, hukum Islam

    Hukum waris Islam (faraidh)

    24

    Taufik Hidayat, Financial Planning Mengelola dan Merencanakan Keuangan Pribadi dan

    Keluarga(PT. Trans Media: Jakarta, 2010) h.9.

  • 25

    Referensi Produk

    Keuangan

    Semua produk

    keuangan

    Hanya produk keuangan

    syariah

    Penyucian Harta Diserahkan pada

    kehendak pribadi klien

    Klien diwajibkan untuk

    menunaikan zakat dan

    shadaqah lainnya

    Sumber: Ghozali, Perencanaan Keuangan Konvensional Vs Syariah

    Dapat didefinisikan bahwa perencanaan keuangan syariah merupakan

    suatu proses perancangan suatu kehidupan yang lebih baik dengan melakukan

    perencanaan, pemilihan pengelolaan keuangan, kekayaan, non-keuangan serta

    rohani untuk jangka pendek, menengah dan panjang baik di dunia ketika

    masih hidup maupun di akhirat.25

    2. Konsep Harta Dalam Islam

    Dalam ajaran Islam, manusia adalah khalifatul fil ardh (pemimpin

    dunia), sesuai dengan posisinya sebagai khalifah maka manusia diberikan

    kewenangan untuk mengatur urusan dunia agar memperoleh kesejahteraan di

    dunia maupun di akhirat. Karena memiliki harta adalah hak setiap orang.

    Harta dalam Islam berada pada semua orang untuk dikelola oleh

    seseorang tersebut agar bermanfaat untuk mensejahterakannya di dunia dan

    akhirat. Jadi seluruh umat manusia berhak untuk mengelola dan

    memanfaatkannya, tetapi harta bukan mutlak milik kita melainkan pemilik

    mutlaknya adalah Allah SWT.

    25

    Agustianto Mingka dan Luthfi Trisandi Rizky, Fiqih Keuangan Syariah (Jakarta:

    MudaMapan Publishing, 2010) h. 41

  • 26

    Terdapat 2 variabel proses, yaitu cara memperoleh harta (halal dan

    tidak halal) dan cara menggunakan harta (benar dan tidak benar). Dalam hal

    ini, manusia paling tidak digolongkan ke dalam 4 golongan yang digambarkan

    dalam matriks berikut: 26

    Gambar 2.1

    Cara memperoleh dan Menggunakan Harta

    Halal Merugi Beruntung

    Tidak halal Merugi & Celaka Celaka

    Dimanfaatkan dengan tidak benar Dimanfaatkan dengan benar

    Penjelasan dari 4 golongan di atas yaitu apabila kita termasuk orang

    yang beruntung adalah orang yang dapat mempertanggungjawabkan kehalalan

    sekecil apapun harta yang diperolehnya serta kebenaran sekecil apapun harta

    yang digunakannya. Sangat disayangkan apabila kita termasuk orang yang

    merugi karena sudah memperoleh harta dengan cara yang halal, namun tidak

    mampu memanfaatkannya dengan cara yang benar sesuai tuntunan Allah.

    Selain itu, sebaik apapun kita menggunakan harta, termasuk untuk keperluan

    ibadah, namun jika harta tersebut diperoleh dari sumber dan cara yang tidak

    halal, maka tetap saja akan membuat kita termasuk pada golongan orang-

    orang yang celaka.

    26

    Eko P Pratomo dan Tim Hijrah Institute, Seri Buku Keuangan Keluarga : Membangun

    Kecerdasan Financial Dengan Nilai-nilai Spritualitas (PT. Arga Publishing : Jakarta, 2007), h. 15

  • 27

    Maka dari itu, kesadaran akan proses mencari harta dan memanfaatkan

    harta tidaklah semata-mata untuk pemenuhan kebutuhan duniawi, namun juga

    mengandung konsekuensi akan tanggung jawab (hisab) di akhirat kelak dan

    menuntun kita untuk lebih hati-hati. Yakni berhati-hati dalam mencari nafkah,

    mengumpulkan dan mengelola kekayaan serta lebih bijaksana dalam

    memanfaatkannya.

    3. Kubah Kebutuhan (Dome of Needs)

    Konsep Dome of Needs dalam Perencanaan Keuangan Syariah

    diperkenalkan oleh Hijrah Advisory Malaysia yang bekerja sama dengan

    Hijrah Institute. Dalam Islam mengelola harta merupakan suatu keharusan

    bagi manusia (keluarga) untuk merancang dan melangkah menuju masa depan

    yang lebih baik. Menata dan merencanakan keuangan secara Islami,

    merupakan usaha atau ikhtiar kita sebagai manusia dalam mengelola dan

    merencanakan kebutuhan financial (keuangan) dengan prinsip halal dan

    berkah.

    Menurut Eko P. Pratomo, salah satu presdir perusahaan manajer

    investasi terkemuka di Indonesia menyatakan bahwa pengelolaan keuangan

    keluarga dengan menggunakan sistem syariah, merupakan pilihan alternatif

    bagi masyarakat muslim untuk meninggalkan sistem ribawi.27

    Karena dari

    27

    Palgunadi, Seni Mengelola Keuangan Keluarga Secara Syariah, artikel ini diakses pada

    tanggal 21 Agustus 2013 dari http:///palgunadi.com/artikel15.html

  • 28

    sudut pandangan Islam, permasalahan uang adalah kebutuhan primer (Dome

    of Needs) yang harus dipergunakan secara benar.28

    Dome of Needs dapat diartikan sebagai Kubah Kebutuhan yang

    merupakan suatu model yang dapat membantu seseorang dalam melihat

    permasalahan di sekitar pengelolaan uang dari sudut pandang Islam. Dalam

    model ini seperti suatu masjid berkubah yang dibangun atas dasar 4 prinsip

    dasar. Pertama, halal dan barakah yang berarti setiap harta yang didapat harus

    dari sumber yang halal. Karena hanya dari sumber yang halal sajalah Allah

    akan memberikan keberkahan atas harta tersebut. Kedua, hamba Allah dan

    sebagai khalifah yang berarti bahwa semua tindakan kita di dunia haruslah

    sesuai dengan kehendak-Nya. Harta dari sudut pandang Islam adalah milik

    Allah yang dititipkan kepada manusia. Sehingga penggunaan harta juga harus

    sesuai dengan tuntunan dan kehendak yang menitipkannya kepada kita

    sebagai manusia. Ketiga, menata dan merencanakan keuangan secara Islami

    merupakan usaha atau ikhtiar kita sebagai manusia dalam mengelola dan

    merencanakan kebutuhan finansial dengan dasar dua prinsip diatas. Terdapat

    7 pilar penopang dalam proses ini yang membentuk kata ISLAMIC yang

    terdiri dari Income (pendapatan), Spending (pengeluaran), Longevity

    (pensiun/kehidupan panjang), Assurance (jaminan), Management of Debts

    (pengelolaan hutang), Investment (investasi), dan Cleansing of Wealth

    28

    Tim Bidang Pengembangan Ekonomi dan Kewirausahaan DPW PKS DKI Jakarta,

    Sepenting Apakah Mengelola Keuangan Keluarga?, artikel diakses pada 28 Agustus 2013, h.2.

  • 29

    (penyucian harta). Keempat, hayatan thayyibah dalam arti kehidupan yang

    baik dan bermanfaat merupakan prinsip keempat yang perlu menjadi tujuan

    dari semua yang diikhtiarkan. Kehidupan yang baik harus diusahakan bukan

    hanya untuk dunia namun sangat perlu mempersiapkan untuk kehidupan yang

    abadi di akhirat kelak.29

    Pada dasarnya, konsep kubah kebutuhan ini adalah sebagai panduan

    bagi seseorang untuk melakukan perencanaan keuangan yang bertujuan pada

    kemakmuran duniawi dan keselamatan ukhrawi. Disini, penulis akan

    membahas lebih detail tentang prinsip ketiga yang menerangkan bahwa dalam

    merencanakan dan menata keuangan secara Islami harus ditopang dengan

    tujuh pilar pendukung yang membetuk kata ISLAMIC. Tujuh pilar tersebut,

    diantaranya:

    a. Pilar pertama adalah kesadaran pentingnya mencari penghasilan

    Terdapat firman Allah di dalam Al-Quran yang menegaskan

    kewajiban manusia untuk bekerja keras dan mencari rizki. Mencari nafkah

    adalah perintah Allah sekaligus juga menjadi ibadah, sesuai dengan firman

    Allah SWT dalam Al-Quran Surat Al Jumuah ayat 10:

    29

    Eko P. Pratomo, Cara Mudah Mengelola Keuangan Keluarga Secara Islami, (PT.

    Syaamil Cipta Media: Bandung, 2004) h. 11

  • 30

    Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi;

    dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu

    beruntung. (Q.S. Al- Jumuah : 10)

    Dalam mencari Income atau penghasilan merupakan langkah awal

    tanggung jawab seorang manusia dalam memenuhi kewajiban untuk

    menafkahi hidupnya sendiri maupun keluarganya. Islam juga berprinsip

    bahwa orang yang memberi pasti lebih baik daripada orang yang diberi.

    Hal ini mengisyaratkan betapa pentingnya kerja keras mencari nafkah agar

    bukan hanya harus mandiri, namun harus juga berusaha untuk bisa

    memberi.

    Prinsip-prinsip dasar Allah SWT telah memerintahkan kepada manusia

    untuk senantiasa mencari segala sesuatu yang halal, dan meninggalkan

    yang haram serta yang syubhat (samar) dalam semua kegiatan kita.30

    Untuk

    mencari rizki yang halal dan thoyib maka manusia akan mengadakan

    hubungan dengan alam dan dengan sesama manusia. Baik melalui kegiatan

    pengolahan alam, produksi, distribusi, perdagangan maupun jasa. Melalui

    hubungan muamalah tersebutlah manusia berusaha mencari pendapatan

    dari kegiatan yang diharapkan akan saling menguntungkan. Karena

    pendapatan yang diperoleh akan sangat berpengaruh terhadap pola

    kehidupan yang dijalani serta terhadap pemenuhan kebutuhan baik masa

    kini maupun masa yang akan datang.

    30

    Dr. Ir. H. Iwan P. Pontjowinoto, MM.Pentingnya Mencari Rizki yang Halal, artikel ini

    diakses pada tanggal 28 Agustus 2013 pada pukul 14.59 dari http://zapfin.com

  • 31

    b. Pilar kedua adalah kesadaran pentingnya penyucian harta

    Pentingnya melakukan Cleansing of Wealth atau penyucian harta

    merupakan kesadaran kedua yang perlu dibangun, dan menjadi

    penyeimbang dari kesadaran akan pentingnya mencari penghasilan. Karena

    penyucian harta merupakan bagian dari perintah Allah yang harus

    ditunaikan. Keseimbangan ini juga sekaligus memberikan makna dan

    dimensi akhirat (ukhrawi) dari usaha mencari rizki yang berdimensi

    duniawi. Sesuai dengan firman Allah SWT dalam Al-Quran surat Al-

    Taubah ayat 103 yang berbunnyi:

    Artinya: Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu

    kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk

    mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketentraman jiwa bagi

    mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Q.S. Al-

    Taubah: 103)

    Pembayaran zakat, infaq, sadaqah, hibah, dan wakaf pada dasarnya

    merupakan bentuk dari penyucian harta sekaligus juga menunaikan

    tanggung jawab sosial kepada masyarakat luas. Karena zakat atau

    shadaqah, secara bahasa berarti suci/bersih, tumbuh, dan berkembang.

    Pengertian dari zakat itu sendiri adalah bersih atau menyucikan, dimana

  • 32

    zakat merupakan suatu bentuk usaha penyucian diri dari kemungkinan

    tercampurnya harta dengan ketidakbaikan.31

    Harta yang didapatkan pada hakekatnya adalah rezeki yang Allah

    titipkan, bukan semata-mata atas usaha yang dilakukan. Dari seluruh

    penghasilan yang kita peroleh dan jerih payah sendiri, akan dikeluarkan

    zakatnya 2,5% dari apa yang kita peroleh, karena sebenarnya ada hak yang

    bukan milik kita dari harta tersebut.

    c. Pilar ketiga adalah kesadaran pentingnya mengatur pengeluaran

    Saat ini masih banyak keluarga yang tidak berhasil menyisihkan

    tabungan, bukan karena pendapatan yang rendah, melainkan karena tidak

    bisa mengelola pengeluaran. Sebenarnya, besarnya pengeluaran akan

    sangat menentukan besarnya tabungan yang bisa disisihkan untuk

    memenuhi kebutuhan masa depan.

    Ketidakmampuan banyak keluarga untuk menyisihkan sebagian

    penghasilan sebagai tabungan lebih banyak terjadi karena tidak bisanya

    membedakan antara KEBUTUHAN dan KEINGINAN.32

    Karena

    masih banyak keluarga yang tergoda menggunakan penghasilannya secara

    tidak efektif dikarenakan lebih tergoda untuk memenuhi keinginan di atas

    31

    Agustianto Mingka dan Luthfi Trisandi Rizky, Fiqih Keuangan Syariah (Jakarta:

    MudaMapan Publishing, 2010) h. 114

    32Eko P.Pratomo dan Tim Hijrah Institute, Seri Buku Keuangan Keluarga: Membangun

    Kecerdasan Financial Dengan Nilai-nilai Spritualitas, h. 30

  • 33

    kebutuhan. Keinginan tersebut umunya berkaitan untuk mengejar

    kemudahan, kenikmatan, kemewahan, gengsi, atau hal lainnya yang

    berkaitan dengan life style atau gaya hidup yang sebenarnya belum sesuai

    dengan tingkat penghasilannya saat ini. Seharusnya, perencanaan atas

    kebutuhan masa depan dapat menyadarkan seseorang untuk lebih

    memprioritaskan pada hal-hal yang menjadi kebutuhan, bukan keinginan

    dalam mengatur pengeluaran rutinnya.

    Pada dasarnya, kita harus menyadari bahwa masih banyak kebutuhan

    dasar yang tidak bisa dipenuhi saat ini. Maka dari itu, kita harus berusaha

    menyisihkan sebagian penghasilan untuk ditabung dan diinvestasikan.

    Kesadaran pentingnya mengatur Spending atau pengeluaran sebagai pilar

    ketiga diikuti oleh langkah kesadaran akan pentingnya melakukan

    investasi. Sesuai dengan firman Allah SWT dalam Al-Quran surat Al-

    Araf ayat 31, surat Al- Furqan ayat 67, surat Al-Maidah ayat 87 dan surat

    Al- Israa ayat 27 yang berbunyi:

    Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki

    mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan.

    Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.

    (Q.S. Al- Araf : 31)

  • 34

    Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta). Mereka tidak

    berlebih-lebihan, dan tidak kikir, dan hendaklah (cara berbelanja seperti

    itu) ada di tengah-tengah kalian. (Q.S. Al-Furqan: 67)

    Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu haramkan apa-apa yang

    baik yang telah Allah halalkan bagi kamu, dan janganlah kamu melampaui

    batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui

    batas. (Q.S. Al- Maidah: 87)

    Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya,

    kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah

    kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya

    orang-orang yang boros itu temannya para syaitan. (Q.S. Al- Israa: 27)

    Intisari dari keempat firman Allah SWT di atas adalah Allah SWT

    memerintahkan hamba-Nya untuk berpakaian yang bagus, mengkonsumsi

    makanan dan minuman yang halal dan thayyib (baik). Namun, disisi Allah

    SWT juga melarang untuk tidak berlebih-lebihan/melampaui batas dalam

    mengkonsumsi, berpakaian dan tidak kikir (pelit) tidak boros dalam

    membelanjakan harta, serta selalu berbuat baik dengan cara berbagi

  • 35

    dengan tetangga sekitar rumah, orang-orang miskin yang tidak mampu dan

    para ibnu sabil.

    d. Pilar keempat adalah kesadaran pentingnya perencanaan investasi

    Investasi merupakan usaha yang dapat dilakukan untuk memenuhi

    kebutuhan di masa yang akan datang. Mengetahui kebutuhan kita di masa

    yang akan datang menjadi kunci sebelum investasi. Terdapat banyak

    masyarakat yang sudah lebih maju melakukan penyisihan sebagian

    penghasilannya untuk diinvestasikan 30% dari penghasilan bulanannya

    guna menghadapi kebutuhan di masa depan.

    Investasi syariah adalah jenis-jenis investasi yang diperkenankan

    dalam syariat Islam. Cara-cara invetasi konvensional sepanjang tidak

    melanggar ketentuan syariah tetap diperbolehkan digunakan dalam

    kegiatan perencanaan keuangan syariah.33

    Pada saat ini, sudah tersedia produk investasi yang berlandaskan

    syariah yang ditawarkan di pasar. Kesempatan ini membuka peluang bagi

    keluarga untuk memanfaatkan instrumen dan produk investasi guna

    mencapai tujuan/kebutuhan di masa yang akan datang secara Islami. Sesuai

    dengan firman Allah SWT dalam Al-Quran surat Yusuf ayat 47- 48 yang

    berbunyi:

    33

    Perencanaan Keuangan 123, Perencanaan Keuangan Syariah,artikel ini diakses pada

    tanggal 28 Agustus 2013 dari http://perencanaankeuangan123.com/2010/10/08/perencanaan-keuangan-

    syariah/

    http://perencanaankeuangan123.com/2010/10/08/perencanaan
  • 36

    Yusuf berkata: Supaya kamu bertanam tujuh tahun (lamanya)

    sebagaimana bisa; maka apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan

    dibulirnya kecuali sedikit untuk kamu makan. Kemudian sesudah itu akan

    datang tujuh tahun yang amat sulit, yang menghabiskan apa yang kamu

    simpan untuk menghadapinya (tahun sulit), kecuali sedikit dari (bibit

    gadum) yang kamu simpan. (Q.S. Yusuf : 47- 48)

    e. Pilar kelima adalah kesadaran akan adanya kehidupan yang panjang

    Setiap orang memiliki batas dalam kemampuan bekerja dan

    menghasilkan uang. Akan ada periode dimana seseorang sudah tidak dapat

    bekerja lagi. Maka pensiun bukan berarti terlepas dari kebutuhan keuangan.

    Oleh karenanya perlu dilakukan persiapan dan perencanaan untuk tetap

    dapat memperoleh pendapatan setelah memasuki periode pensiun. Kadang

    kala pengeluaran masa pensiun lebih berat karena perlunya biaya

    perawatan dan pengobatan yang meningkat karena bertambahnya usia.

    Cara untuk mempersiapkan masa pensiun adalah sedini mungkin

    menyisihkan sebagian penghasilan sekitar 10%-20% saat masih bekerja.34

    Selain persiapan finansial untuk pensiun, Islam juga mengajarkan kita

    untuk mempersiapkan bekal di kehidupan akhirat. Secara finansial, banyak

    34

    Taufik Hidayat, Financial Planning Mengelola dan Merencanakan Keuangan Pribadi

    dan Keluarga h.54

  • 37

    jalan yang diberikan Allah dalam memanfaatkan harta yang dititipkan

    kepada kita untuk dapat dijadikan tabungan guna bekal di kehidupan yang

    abadi kelak. Sesuai dengan firman Allah SWT dalam Al-Quran surat Al-

    Qashash ayat 60 yang berbunyi:

    Dan apa saja yang diberikan kepada kamu, maka itu adalah ke- nikmatan hidup duniawi dan perhiasannya; sedang apa yang di sisi Allah

    adalah lebih baik dan lebih kekal. Maka apakah kamu tidak memahaminya.

    (Q.S. Al- Qashash: 60)

    f. Pilar keenam adalah kesadaran pentingnya pengelolaan hutang dan

    kewajiban

    Berhutang kadang menjadi sesuatu yang tidak dapat dihindari.

    Pembelian aset seperti rumah atau kendaraan dengan harga yang cukup

    mahal dengan cara tunai sering tidak terjangkau oleh masyarakat saat ini.

    Sehingga kita perlu mencari dan mendapatkan bantuan dari fasilitas hutang,

    yang berasal dari institusi seperti bank atau lembaga keuangan lainnya.

    Jadi, berhutanglah untuk berinvestasi yang akan membuat kekayaan bersih

    kita tumbuh berkembang dan hindarilah hutang untuk memenuhi keinginan

    konsumtif yang justru membuat aset menyusut dan menambah beban.35

    Tetapi, hutang bukanlah sesuatu yang buruk namun pemanfaatan fasilitas

    35

    Herlina P. Dewi, Mengelola Keuangan Pribadi untuk Perempuan Lajang dan

    Menikah,CV. Diandra Primamitra Media: Yogyakarta, 2009) h.61

  • 38

    hutang perlu diperhatikan faktor hukum syariah untuk menghindari

    transaksi hutang yang mengandung unsur riba. Sesuai dengan hadits

    Rasulullah SAW yang berbunyi:

    Dari Abu Hurairah R.A., bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi

    Wasallam Bersabda, Penundaan pembayaran utang oleh orang kaya

    adalah kezhaliman. Jika salah seorang di antara kalian diminta untuk

    mengalihkan utang kepada orang kaya, maka hendaklah dia

    menerimanya. (HR Bukhari-Muslim)

    g. Pilar ketujuh kesadaran akan datangnya kematian

    Banyak hal yang tidak terduga yang dapat terjadi secara tiba-tiba di

    kehidupan kita sehari-hari. Contohnya seperti sakit, kematian, bencana

    (antara lain kebakaran, banjir, kecelakaan), kehilangan dapat terjadi kapan

    saja dan dapat mempengaruhi kehidupan keluarga secara signifikan. Sesuai

    dengan firman Allah SWT dalam Al-Quran surat Yusuf ayat 49 yang

    berbunyi:

    Katakanlah: .....Tiap-tiap umat mempunyai ajal]. Apabila telah datang

    ajal mereka, maka mereka tidak dapat mengundurkannya barang

    sesaatpun dan tidak (pula) mendahulukan(nya). (Q.S. Yusuf : 49)

  • 39

    Maka dari itu, untuk mempersiapkan diri dari segala bencana harus

    memiliki asuransi syariah, dimana asuransi syariah yang ada di Indonesia

    diawasi oleh Dewan Pengawas Syariah yang bertugas menjaga bahwa

    produk asuransi syariah yang dijual memenuhi kaidah syariah dalam

    berasuransi.36

    Perusahaan asuransi syariah kini telah mulai berkembang dan

    menawarkan produk-produk asuransi yang non-ribawi. Contohnya, untuk

    mengantisipasi risiko kematian bisa memiliki asuransi jiwa. Dimana

    asuransi jiwa adalah perjanjian antara perusahaan asuransi dengan nasabah

    yang mengatakan bahwa perusahaan asuransi akan memberikan santunan

    berupa sejumlah dana tertentu apabila terjadi risiko kematian. Perjanjian

    tersebut ditulis dalam bentuk kontrak yang dinamakan polis asuransi.37

    Dari penjelasan diatas terlihat bahwa dalam mengelola keuangan

    Islami terdapat 7 akun yang terdiri dari 1 akun pendapatan (Income) dan 6

    akun pengeluaran yang terdiri dari Spending, Longevity, Assurance,

    Management of Debt, dan Cleansing of Wealth. Dengan 6 komponen

    strategi dasar diatas yang saling menyeimbangkan, layaknya sebuah

    36

    Perencanaan Keuangan 123, Perencanaan Keuangan Syariah,artikel ini diakses pada

    tanggal 28 Agustus 2013 dari http://perencanaankeuangan123.com/2010/10/08/perencanaan-keuangan-

    syariah/

    37 Safir Senduk, Seri Perencanaan Keuangan Keluarga: Mengelola Keuangan Keluarga,

    h. 81-82

    http://perencanaankeuangan123.com/2010/10/08/perencanaan
  • 40

    timbangan, antara kebutuhan dunia dan akhirat, kita memiliki pasangan

    strategi dasar sebagai berikut:

    1) Income (penghasilan) Cleansing of Wealth (penyucian harta)

    2) Spending (pengeluaran) Investments (investasi)

    3) Longevity (kehidupan yang panjang) Management of Debt/Liabilities

    (pengelolaan hutang/kewajiban)

    Selanjutnya, terdapat satu strategi ketujuh yang mengingatkan kita

    akan pentingnya mempersiapkan kematian:

    4) Assurance (kepastian/jaminan)

    Pada hakikatnya, konsep kubah kebutuhan ini merupakan panduan

    bagi seseorang untuk melakukan perencanaan keuangan yang bertujuan

    pada kemakmuran duniawi dan keselamatan ukhrawi. Dari ketujuh strategi

    dasar diatas dapat diurutkan dan disusun sehingga membentuk kata

    ISLAMIC. Dari ketujuh hal diatas merupakan komponen strategi dasar dari

    fondasi Perencanaan Keuangan Islami (Islamic Financial Planning).

    D. Pendapatan dan Pendidikan

    1. Pendapatan

    Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pendapatan adalah hasil kerja

    (usaha dan sebagainya).38

    Sedangkan pendapatan dalam kamus manajeman

    adalah uang yang diterima oleh perorangan, perusahaan, dan organisasi lain

    38

    Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Balai Pustaka:

    Jakarta, 2005) h.236

  • 41

    dalam bentuk upah, gaji, sewa, bunga, komisi, ongkos, dan laba.39

    Menurut

    pengertian dalam keluarga pendapatan hanya terbatas pada upah (gaji) saja,

    dan dapat digolongkan ditinjau dari periode waktu penerimaan dan jumlahnya

    menjadi dua yaitu:40

    a. Pendapatan (penghasilan) tetap

    Pendapatan yang bisa diukur periode penerimaannya (rutin) dan jumlah

    yang diterimanya. Dalam hal ini, termasuk gaji honor tetap, dan lain

    sebagainya yang tergolong sebagai pemasukan tetap. Periode

    penerimaannya bisa mingguan, bulanan, maupun tahunan seperti tunjangan

    hari raya (THR).

    b. Pendapatan (penghasilan) tidak tetap

    Pendapatan tidak tetap adalah arus kas masuk tidak tetap dalam setiap

    periodenya (tidak rutin) maupun jumlahnya. Dalam hal ini, misalnya

    komisi, bonus, honor, yang didapat dari pekerjaan tidak tetap dan yang

    tergolong pemasukan tidak tetap lainnya

    2. Pendidikan

    Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, pendidikan diartikan sebagai

    proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau sekelompok orang

    dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pembelajaran. Pendidikan

    39

    BN. Marbun, Kamus Manajemen, h. 230

    40Surono, Anggaran Pendapatan dan Keluarga, Graha Ilmu: Yogyakarta, 2008, h.14

  • 42

    pada dasarnya merupakan usaha pengembangan sumber daya manusia

    dilakukan secara sistematis, pragmatis, dan berjenjang agar menghasilkan

    manusia-manusia yang berkualitas yang dapat memberikan manfaat dan

    sekaligus harkat dan martabatnya.41

    Pendidikan secara etimologis berasal dari kata Paidagogie yang

    berasal dari bahasa Yunani, terdiri dari kata Pais, artinya anak, dan Again

    diterjemahkan membimbing, jadi paedadogie yaitu bimbingan yang diberikan

    kepada anak.42

    Sedangkan secara definisi pendidikan diartikan oleh pakar

    pendidikan John Dewey, pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-

    kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional ke arah alam dan

    sesama manusia.

    Pendidikan dapat diartikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk

    mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik

    secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual

    keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

    keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.43

    41

    Aditya Dwi Purwoko, Pengaruh Pelaksanaan Self Assessment System, Kualitas Pelayanan

    KPP, dan Tingkat Pendidikan Terhadap Motivasi Wajib Pajak Memenuhi Kewajiban Pajak, (Skripsi

    UIN, Jakarta, 2008)

    42 Drs. H. Abu Ahmadi & Dra. Nur Uhbiayati, Ilmu Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipa, 2003,

    h.69.

    43Irmayanti Meliono dkk, MPKT Modul I, Jakarta: Lembaga Penerbitan FEUI, 2007, artiikel

    ini diakses tanggal 24 Juni 2013 pukul 17.35 a.m. dari http://www.id.wikipedia.org

    http://www/
  • 43

    Sedangkan pendidikan menurut GBHN44

    adalah unsur sadar untuk

    mengembangkan dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan

    berlangsung seumur hidup.

    Hakikat pendidikan merupakan usaha mengembangkan kepribadian

    dan kemampuan manusia, baik di dalam maupun di luar sekolah. Usaha-usaha

    tersebut diselenggarakan dalam berbagai macam bentuk sebagai berikut45

    :

    a. Usaha pendidikan yang diselenggarakan secara sengaja, berencana, terarah,

    dan sistematis melalui suatu lembaga disebut pendidikan formal.

    b. Usaha pendidikan yang diselenggarakan secara sengaja, akan tetapi tidak

    berencana dan tidak sistematis di lingkungan disebut pendidikan informal.

    c. Usaha pendidikan yang diselenggarakan secara sengaja dan berencana

    tetapi tidak sistematis di luar lingkungan keluarga dan lembaga pendidikan

    formal disebut pendidikan nonformal.

    Peningkatan kualitas diri manusia yang dicapai melalui pendidikan

    mencakup beberapa aspek yaitu46

    :

    a. Peningkatan kualitas berpikir (kecerdasan, kemampuan, analisis,

    kreatifitas, dan visioner).

    44

    Garis-Garis Besar Haluan Negara (Tap.MPR NO.IV/MPR/1973)

    45Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: Rosda, 1997, h.

    10.

    46 M. Tholhah Hasan. Islam dan Masalah Sumber Daya Manusia, Jakarta: Lantabora Press,

    2005, h. 136.

  • 44

    b. Peningkatan kualitas moral (ketakwaan, kejujuran, ketabahan, keadilan,

    dan tanggung jawab).

    c. Peningkatan kualitas kerja (keterampilan, profesional, dan efisien).

    d. Peningkatan kualitas hidup (kesejahteraan materi dan rohani, ketentraman

    dari terlindungnya martabat dan harga diri).

    e. Peningkatan kualitas pengabdian (semangat, berprestasi, sadar,

    pengorbanan, dan kebanggaan terhadap tugas.

    Hubungan antara pendapatan dan pendidikan menurut JJ Rousseau

    yang dikutip oleh Abu Ahmadi dan Nur Uhbiayati, pendidikan adalah

    memberi kita perbekalan yang tidak ada pada masa anak-anak, akan tetapi kita

    menumbuhkannya di masa dewasa. Pendidikan dibutuhkan oleh setiap

    manusia untuk melanjutkan kehidupan di masa yang akan datang. Sedangkan

    faktor pendidikan dan pendapatan merupakan faktor yang dapat

    mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam melakukan perekonomian.

    Karena faktor pendidikan dan pendapatan sangat berkaitan erat satu dengan

    yang lainnya, dengan pendidikan yang lebih tinggi seseorang akan

    menghasilkan