skripsi bidan 2015
DESCRIPTION
skTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebijakan Departemen Kesehatan dalam upaya mempercepat penurunan
AKI pada dasarnya mengacu pada intervensi strategis “Empat Pilar Safe
Motherhood”. Salah satu di antara ke 4 pilar itu adalah pelayanan antenatal.
Indikator yang digunakan untuk menggambarkan akses ibu hamil terhadap
pelayanan antenatal adalah cakupan K1 (kontak pertama) dan K4 (kontak 4
kali dengan tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi, sesuai standar).
Paling sedikit 4 kali dengan distribusi kunjungan satu kali pada trimester I,
satu kali pada trimester II dan dua kali pada trimester III (Kemenkes RI,
2012).
Asuhan Antenatal Care (ANC) adalah suatu program terencana berupa
observasi, pendidikan, konseling dan penanganan medis atau pelayanan
kesehatan berupa pemeriksaan kehamilan kepada ibu hamil oleh tenaga
kesehatan untuk memperoleh suatu proses kehamilan dan persalinan yang
bersih, sehat, selamat dan aman (Suriani, dkk, 2009).
Dari wawancara langsung pada 6 orang ibu hamil yang dilakukan di poli
KIA puskesmas Kamanre diperoleh informasi sebanyak 5 orang menyatakan
tidak tahu tentang pentingnya memeriksakan kehamilannya dan 1 orang
menyatakan sudah tahu. Secara spesifik keluhan yang disampaikan antara lain
jadwal pelayanan yang tidak tepat dan terlalu lama menunggu, bidan tergesa-
gesa didalam memberikan pelayanan.
ii
Banyak hal yang dapat berhubungan dengan ibu hamil tidak termotivasi
melakukan Antenatal Care diantaranya adalah tingkat pendidikan,
pengetahuan, pekerjaan ibu, dukungan dari keluarga, kemudahan untuk
mencapai sarana dan informasi kesehatan, sikap petugas pemberi pelayanan
kesehatan dan jarak sarana kesehatan (Kristina Sakke, 2009).
Pemanfaatan pelayanan antenatal oleh seorang ibu hamil dapat dilihat dari
cakupan pelayanan antenatal. Peningkatan pelayanan kesehatan antenatal
dipengaruhi oleh pemanfaatan pengguna pelayanan antenatal. Dengan tidak
dimanfaatkannya sarana pelayanan antenatal dapat disebabkan oleh banyak
faktor seperti : ketidakmampuan dalam hal biaya, lokasi pelayanan yang
jaraknya jauh atau petugas kesehatan tidak pernah datang secara berkala
(Wiknjosastro, 2005).
Berdasarkan laporan rutin program kesehatan ibu yang dikumpulkan oleh
Dinas Kesehatan Provinsi pada tahun 2013, capaian indikator cakupan K4 dari
tahun 2010 85,6%, tahun 2011 mencapai 88,27%, sampai tahun 2012
memperlihatkan kecenderungan yang semakin meningkat yaitu 90,18%,
namun pada tahun 2013 terdapat sedikit penurunan yaitu cakupan K4
mencapai 86,85%. Jumlah tersebut masih kurang dari target nasional yang
ingin dicapai pada tahun 2014 yaitu cakupan K1 100% dan K4
95% .Walaupun secara nasional target indikator cakupan K4 telah hampir
terlampaui, namun masih terdapat disparitas cakupan antar provinsi. Cakupan
K4 terendah di Papua (31,9%) dan tertinggi di DKI Jakarta (95,76%).
ii
Terdapat 29 Provinsi yang pencapaiannya dibawah target nasional termasuk
Sulawesi Selatan hanya 91,64% (Kemenkes RI, 2014).
Dari data yang di dapatkan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Luwu tahun
2013 jumlah cakupan K1 6.796 (91,5%), K4 5.770 (77,7%). Tahun 2014
Jumlah cakupan K1 sekitar 7.119 (97%) dan K4 sekitar 6.259(85,3%). Data
Puskesmas Kamanre tahun 2012 cakupan K1 226 kunjungan (88,6%) dan K4
185 kunjungan (72,5%). Pada tahun 2013 cakupan K1 222 kunjungan
(85,1%) dan K4 137 kunjungan (52,5%) sedangkan pada tahun 2014 jumlah
cakupan K1 210 kunjungan (81,7%) dan Cakupan K4 157 kunjungan (61,1%).
Dari data tersebut dapat dilihat bahwa di Puskesmas Kamanre cakupan K1 dan
Cakupan K4 masih rendah dan belum mencapai target nasional yaitu cakupan
K1 100% dan cakupan K4 95% yang akan dicapai pada tahun 2014 (Profil
Dinas Kesehatan Kabupaten Luwu, 2014).
Peran dan tanggung jawab bidan dalam memberikan asuhan kehamilan
adalah : membantu ibu dan keluarganya untuk mempersiapkan kelahiran dan
kedaruratan yang akan terjadi, mendeteksi dan mengobati komplikasi yang
mungkin timbul selama kehamilan, baik yang bersifat medis, bedah atau
ataupun obstetrik. Meningkatkan dan memelihara kesehatan fisik, mental, dan
sosial ibu serta bayi dengan memberikan pendidikan, suplemen dan imunisasi.
Membantu mempersiapkan ibu untuk menyusui bayinya, melalui masa nifas
yang normal serta menjaga kesehatan bayi secara fisik, psikologis dan social
(Pantikawati I, 2010).
ii
Berdasarkan data tersebut di atas, maka penulis tertarik melakukan
penelitian tentang “Faktor yang berhubungan dengan motivasi ibu hamil
melakukan Antenatal Care di Puskesmas Kamanre Kecamatan Kamanre
Kabupaten Luwu tahun 2015”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah penelitian ini
adalah “Faktor apakah yang berhubungan dengan motivasi ibu hamil
melakukan Antenatal Care di Puskesmas Kamanre Kecamatan Kamanre
Kabupaten Luwu Tahun 2015”?
C. Tujuan Penelitin
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan motivasi ibu hamil
dalam melakukan Antenatal Care di Puskesmas Kamanre Kecamatan
Kamanre Kabupaten Luwu tahun 2015.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui hubungan pendidikan ibu dengan motivasi ibu
hamil melakukan Antenatal Care di di Puskesmas Kamanre tahun
2015.
b. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu dengan motivasi ibu
hamil melakukan Antenatal Care di Puskesmas Kamanre tahun 2015.
c. Untuk mengetahui hubungan sikap petugas kesehatan dengan motivasi
ibu hamil melakukan Antenatal Care di Puskesmas Kamanre tahun
2015.
ii
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Ilmiah
Sebagai sumber informasi dan bahan bacaan yang diharapkan bermanfaat
bagi masyarakat dan peneliti berikutnya dalam rangka mengembangkan
pengetahuan yang berhubungan dengan faktor yang berhubungan dengan
motivasi ibu hamil melakukan kunjungan Antenatal Care.
2. Manfaat Institusi
Menambah bahan bacaan bagi institusi pendidikan dalam dalam
memberikan pelayanan Antenatal Care pada ibu hamil.
3. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dalam rangka
meningkatkan pengetahuan ibu hamil dan keluarganya tentang pentingnya
memeriksakan diri selama kehamilan di Puskesmas Kamanre Kecamatan
Kamanre Kabupaten Luwu.
ii
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Gambaran Umum Loksi Penelitian
1. Letak Geografis
Puskesmas Kamanre terletak disebelah utara ibu kota Kabupaten Luwu
yang berjarak ±7 km. Tepatnya pada ibu kota Kecamatan Kamanre dengan
luas wilayah 60.91 km².
Secara administratif wilayah kerja Pukesmas Kamanre terdistribusi ke
dalam 8 desa dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :
a. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Belopa Utara
b. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Ponrang Selatan
c. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Bajo
d. Sebelah timur berbatasan dengan Teluk Bone
Puskesmas Kamanre meliputi 1 kelurahan yaitu Kelurahan Cilallang
dan 7 desa yaitu, Desa Kamanre, Desa Tabbaja, Desa Wara, Desa
Libukang, Desa Salu Paremang, Desa Salu Paremang Selatan dan Desa
Bunga Eja.
2. Keadaan Penduduk
Berdasarkan data statistik pada tahun 2014 jumlah penduduk
Kecamatan Kamanre mencapai 12.219 jiwa, kepadatan penduduk sebesar
200.61 jiwa/km² terdiri atas 2.936 kepala keluarga dengan rata-rata jiwa
per rumah tangga sebanyak 4.90 jiwa. Dari 7 desa dan 1 kelurahan. Yang
ii
ada kelurahan Cilallang merupakan kelurahan dengan jumlah penduduk
terbanyak yaitu 2.120 jiwa dengan kepadatan penduduk 415.69 jiwa/km².
Kelompok umur tebesar adalah kelompok umur 14 - 44 tahun, ratio
antara laki-laki dan perempuan tidak terlalu besar hanya 102.71. Sebagian
besar penduduk Kecamatan Kamanre sudah mengenyam pendidikan dasar.
3. Keadaan Ekonomi
Penduduk di Wilayah kerja Puskesmas Kamanre pada umumnya
bermata pencaharian sebagai petani. Jenis mata pencaharian yang juga
cukup banyak adalah pekerja tambak/empang. Jumlah masyarakat miskin
yang ada di wilayah Puskesmas Kamanre yaitu sebanyak 4.280 jiwa.
4. Tingkat Pendidikan
Jumlah Sarana Pendidikan Tingkat Sekolah Dasar/Sederajat sebanyak
14 dengan jumlah siswa yang tercatat di sarana pendidikan di wilayah
kerja Puskesmas Kamanre pada tahun 2014 sebanyak 1.423 dan sebagian
besar penduduk kecamatan Kamanre sudah mengenyam pendidikan dasar.
5. Keadaan Lingkungan
a. Pelayanan kesehatan lingkungan
Indikator kinerja dan target :
Persentase institusi yang dibina adalah 100,0 % yaitu sebanyak 19
institusi sedang jumlah institusi yang ada di kecamatan Kamanre
adalah 19.
b. Pelayanan pengendalian vektor
Indikator kinerja dan target :
ii
Persentase rumah/bangunan bebas jentik nyamuk aedes adalah
95,00%
c. Pelayanan Hygiene sanitasi di tempat umum
Indikator kinerja dan target :
Persentase tempat umum yang memenuhi syarat adalah89,00% atau
sebanyak 42 tempat umum.
6. Keadaan Perilaku Masyarakat
Cakupan rumah tangga PHBS sangat rendah yakni 30,80 % dan jika
dibanding dengan tahun lalu ada peningkatan tetapi masih jauh dari target
yang ditetapkan disebabkan karena salah satu indikator PHBS adalah
merokok dimana setiap rumah tangga yang dipantau rata -rataada keluarga
yang merokok.
7. Sarana Kesehatan
Jumlah sarana kesehatan yang ada di wilayah Puskesmas Kamanre
adalah :
a. Puskesmas : 1
b. Pustu : 7
c. Polindes : 1
d. Poskesdes : 1
e. Posyandu : 18
8. Tenaga Kesehatan
Tenaga yang ada di Puskesmas Kamanre berjumlah 29 orang dan PNS
dan 7 orang tenaga PTT, dengan penyebaran sebagai berikut :
ii
Kepala puskesmasDr. Thamrin N. S.Ked.
Bid. Farmasi
Tata UsahaMusriati, SKM
Kord. KeuaganHj. Salla
Kord. UmumDarwis
Bid. Upaya Kes.
Bid. Pely. PKM
Bid. Kesga
Koord. KIAPatmawati
F
Koord. Laporan
Takdir, AMK
Koord. UGD
Mardanis
Kord. KepengawaianTakdir, AMK
Kord. UksMardanis
Koordd. LitbangHj. Irma
KBHerviana
Koord. GiziJusran Rasyid
Bid. Kesling
Koord. UsilaSuarti
PromkesYanti Bakri
PerkesmasWindayani
Kes Gigi & mulut
Mardiana
Koord LabDewi
Susandra
Koord. SurvelennsSaipa
Koord. TB/Kusta
Asrida
Koord. ImunisasiMukhlis
Bid. Pencegahan
Pemberantasan
Koord. P2 PBSatriani
Koopd. YankesAswawi
Koord. Penyelingan
AirAskar Ilias
Koord. Pemungkinan
Suhaeni
Koord. Pengolahan
ObatAjerni Sari
a. Puskesmas Induk berjumlah : 29 orang
b. Pustu / Polindes : 7 orang
9. Struktur Puskesmas Kamanre
Gambar 2.1: Bagan Struktur Puskesmas Kamanre
ii
B. Tinjauan Umum Tentang Kerangka Teori
1. Tinjauan umum tentang Antenatal Care
a. Pengertian Antenatal Care (ANC)
Asuhan Antenatal Care (ANC) adalah suatu program terencana
berupa observasi, pendidikan, konseling dan penanganan medis atau
pelayanan kesehatan berupa pemeriksaan kehamilan kepada ibu hamil
oleh tenaga kesehatan untuk memperoleh suatu proses kehamilan dan
persalinan yang bersih, sehat, selamat dan aman (Suriani, dkk, 2008).
Pemeriksaan Antenatal Care (ANC) adalah pemeriksaan
kehamilan untuk mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu
hamil, hingga mampu menghadapi persalinan, kala nifas, persiapan
pemberiaan ASI dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar
(Manuaba, 2008).
Pelayanan kesehatan pada ibu hamil tidak dapat dipisahkan dengan
pelayanan persalinan, pelayanan nifas, dan pelayanan kesehatan bayi
baru lahir. Kualitas pelayanan antenatal yang diberikan akan
mempengaruhi kesehatan ibu hamil dan janinnya, ibu bersalin dan bayi
baru lahir serta ibu nifas.
Dalam pelayanan antenatal terpadu, tenaga kesehatan harus dapat
memastikan bahwa kehamilan berlangsung normal, mampu
mendeteksi dini masalah dan penyakit yang dialami ibu hamil,
melakukan intervensi secara adekuat sehingga ibu hamil siap untuk
menjalani persalinan normal.
ii
Setiap kehamilan, dalam perkembangannya mempunyai resiko
mengalami penyulit atau komplikasi. Oleh karena itu, pelayanan
antenatal harus dilakukan secara rutin, sesuai standar dan terpadu
untuk pelayanan antenatal yang berkualitas.
b. Tujuan Antenatal Care
Menurut Saifuddin (2008) dalam Pantikawati I, tujuan ANC adalah:
1) Memantau kemajuan selama kehamilan untuk memastikan
kesehatan ibu dan tumbuh kembang anak.
2) Meningkatkan pengetahuan calon ibu dan keluarga tentang
kehamilan.
3) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan ibu dan bayi dari
segi fisik, mental dan sosial.
4) Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan
selamat, ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
5) Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan
pemberian ASI eksklusif.
6) Mempersiapkan calon ibu dan anggota keluarga lainnya untuk
belajar tentang tindakan-tindakan yang dapat mereka lakukan
untuk memfasilitasi hasil kehamilan yang positif.
7) Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran
bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal dan anggota
keluarga menerima pengalaman kehamilan dengan cara positif.
ii
c. Frekuensi kunjungan Antenatal Care
Menurut Sulistyawati A (2009), Kunjungan Antenatal Care minimal :
1) Satu kali pada trimester I (usia kehamilan 0-13 minggu)
2) Satu kali pada trimester II (usia kehamilan 14-27 minggu)
3) Dua kali pada trimester III (usia kehamilan 28-40 minggu)
d. Indikator Pelayanan Antenatal
Penilaian keberhasilan program kesehatan ibu dan anak (Depkes,
1995) dalam Suriani, dkk (2008) dilihat dari pencapaian cakupan
pelayanan antara lain :
1) Kunjungan baru ibu hamil (K1)
K1 adalah kunjungan baru ibu hamil yang pertama kali pada masa
kehamilan. Indikator ini digunakan untuk mengetahui jangkauan
pelayanan antenatal serta kemampuan program dalam
menggerakkan peran serta masyarakat. Rumus yang digunakan
untuk mengetahui cakupan K1 adalah kunjungan baru ibu hamil
dibagi jumlah sasaran ibu hamil dalam satu tahun dikali 100%.
2) Kunjungan ulang ibu hamil (K4)
K4 adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang
keempat atau lebih untuk memperoleh pelayanan antenatal, dengan
ketentuan minimal 1 kali kontak pada triwulan I, minimal 1 kali
kontak pada trimester II dan minimal 2 kali kontak pada triwulan
III.
ii
e. Standar Pelayanan Antenatal Care
Menurut Kemenkes RI (2012), dalam melakukan pemeriksaan
Antenatal, tenaga kesehatan harus memberikan pelayanan yang
berkualitas sesuai standar terdiri dari :
1) Timbang berat badan dan ukur tinggi badan
Penimbangan berat badan pada setiap kali kunjungan antenatal
dilakukan untuk mendeteksi adanya gangguan pertumbuhan janin.
Penambahan berat badan yang kurang dari 9 kg selama kehamilan
atau kurang dari 1kg setiap bulannya menunjukkan adanya
gangguan pertumbuhan janin.
Pengukuran tinggi badan pada pertama kali kunjungan dilakukan
untuk menapis adanya faktor resiko pada ibu hamil. Tinggi badan
ibu hamil kurang dari 145 cm meningkatkan resiko untuk
terjadinya CPD (Cephalo Pelvic Disproportion)
2) Ukur Tekanan Darah
Pengukuran tekanan darah pada setiap kali kunjungan antenatal
dilakukan untuk mendeteksi adanya hipertensi (tekanan darah ≥
140/90 mmHg) pada kehamilan dan preeklamsia (hipertensi
disertai edema wajah dan atau tungkai bawah, dan atau
proteinuria).
3) Nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas / LILA)
Pengukuran LILA hanya dilakukan pada kontak pertama oleh
tenaga kesehatan di trimester I untuk skrining ibu hamil beresiko
ii
Kurang Energi Kronis (KEK), disini maksudnya ibu hamil yang
mengalami kekurangan gizi dan telah berlangsung lama(beberapa
bulan atau tahun) dimana LILA kurang dari 23,5 cm. ibu hamil
dengan KEK akan dapat melahirkan bayi berat lahir rendah
(BBLR)
4) Ukur Tinggi Fundus Uteri
Pengukuran tinggi fundus uteri pada setiap kali kunjungan
antenatal dilakukan untuk mendeteksi pertumbuhan janin sudah
sesuai atau tidak dengan umur kehamilan, kemungkinan ada
gangguan pertumbuhan. Standar pengukuran menggunakan pita
pengukur setelah kehamilan 24 minggu.
5) Tentukan presentase janin dan denyut jantung janin (DJJ)
Menentukan presentase janin dilakukan pada akhir trimester II dan
selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal. Pemeriksaan ini
dimaksudkan untuk mengetahui letak janin. Jika pada trimester III
bagian bawah janin bukan kepala, atau kepala janin belum masuk
ke panggul berarti ada kelainan letak, panggul sempit, atau ada
masalah lain.
Penilaian DJJ dilakukan pada akhir trimester I dan selanjutnya
setiap kali kunjungan antenatal.DJJ lambat kurang dari 120
kali/mnt atau DJJ cepat lebih dari 160 kali/mnt menunjukkan
adanya gawat janin.
ii
6) Skrining status Imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi Tetanus
Toxoid (TT) bila diperlukan.
Untuk mencegah terjadinya tetanus neonatorum, ibu hamil harus
mendapat imunisasi TT. Pada saat kontak pertama, ibu hamil
diskrining status imunisasi TT-nya. Pemberian imunisasi TT pada
ibu hamil, sesuai dengan status TT ibu saat ini. Ibu hamil minimal
memiliki status imunisasi TT2 agar mendapatkan perlindungan
terhadap infeksi tetanus. Ibu hamil dengan status imunisasi T5 (TT
Long Life) tidak perlu diberikan TT lagi.
7) Beri Tablet Tambah Darah (tablet besi)
Untuk mencegah anemia gizi besi, setiap ibu hamil harus mendapat
tablet darah (tablet zat besi) dan Asam Folat minimal 90 tablet
selama kehamilan yang diberikan sejak kontak pertama.
8) Periksa Laboratorium (rutin dan khusus)
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada ibu hamil adalah
pemeriksaan laboratorium rutin dan khusus. Pemeriksaan
laboratorium rutin adalah pemeriksaan laboratorium yang harus
dilakukan pada setiap ibu hamil yaitu golongan darah, hemoglobin
darah dan pemeriksaan spesifik daerah endermis (malaria, HIV,
dll). Sementara pemeriksaan laboratorium khusus adalah
pemeriksaan laboratorium lain yang dilakukan atas indikasi pada
ibu hamil yang melakukan kunjungan antenatal, misalnya
ii
pemeriksaan Protein Uri untuk mendeteksi adanya preeklamsia
pada ibu hamil.
9) Tatalaksana / penanganan Kasus
Berdasarkan hasil pemeriksaan antenatal diatas dan hasil
pemeriksaan laboratorium, setiap kelainan yang ditemukan pada
ibu hamil harus ditangani sesuai dengan standar dan kewenangan
tenaga kesehatan.Kasus-kasus yang tidak dapat ditangani dirujuk
sesuai dengan sistem rujukan.
10) Temu wicara (konseling)
Temu wicara (konseling) dilakukan pada setiap kunjungan
antenatal yang meliputi :
a) Kesehatan ibu
Setiap ibu hamil dianjurkan untuk memeriksakan kehamilannya
secara rutin ke tenaga kesehatan dan menganjurkan ibu hamil
agar beristirahat yang cukup selama kehamilannya (sekitar 9-
10 jam / hari) dan tidak bekerja berat.
b) Perilaku hidup bersih dan sehat
Setiap ibu hamil dianjurkan untuk menjaga kebersihan badan
selama kehamilan misalnya mencuci tangan sebelum makan,
mandi 2 kali sehari dengan menggunakan sabun, menggosok
gigi setelah sarapan dan sebelum tidur serta melakukan olah
raga ringan.
ii
c) Peran suami / keluarga dalam kehamilan dan perencanaan
persalinan.
Setiap ibu hamil perlu mendapatkan dukungan dari keluarga
terutama suami dalam kehamilannya.Suami, keluarga atau
masyarakat perlu menyiapkan biaya persalinan, kebutuhan
bayi, transfortasi rujukan dan calon donor darah.
d) Tanda bahaya pada kehamilan, persalinan dan nifas serta
kesiapan menghadapi komplikasi.
Setiap ibu ibu hamil diperkenalkan mengenal tanda-tanda
bahaya baik selama kehamilan, persalinan dan nifas. Hal ini
penting agar ibu hamil segera mencari pertolongan ke tenaga
kesehatan.
e) Asupan gizi seimbang
Selama hamil ibu dianjurkan untuk mendapatkan asupan
makanan yang cukup dengan pola gizi yang seimbang karena
hal ini penting untuk proses tumbuh kembang janin dan derajat
kesehatan ibu
f) Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan pemberian ASI Eksklusif.
Setiap ibu hamil dianjurkan untuk memberikan ASI kepada
bayinya segera setelah bayi lahir karena ASI mengandung zat
kekebalan tubuh yang penting untuk kesehatan bayi.Pemberian
ASI dilanjutkan sampai bayi berusia 6 bulan.
ii
g) KB pasca persalinan
Ibu hamil di berikan penyuluhan tentang pentingnya ikut KB
setelah persalinan untuk menjarangkan kehamilan dan agar ibu
punya waktu merawat kesehatan diri sendiri, anak dan
keluarga.
h) Imunisasi
Setiap ibu hamil harus mendapatkan imunisasi Tetanus Toxoid
(TT) untuk mencegah bayi mengalami tetanus neonatorum.
f. Menurut Pantikawati I, dkk (2009), terdapat 6 standar dalam standar
pelayanan antenatal, sebagai berikut :
1. Standar 3 : Identifikasi Ibu Hamil
Bidan melakukan kunjungan rumah dengan berinteraksi dengan
masyarakat secara berkala untuk memberikan penyuluhan dan
memotivasi ibu, suami dan anggota keluarganya agar mendorong
ibu untuk memeriksakan kehamilannya sejak dini dan secara
teratur.
2. Standar 4 : Pemeriksaan dan Pemantauan Antenatal
Bidan memberikan sedikitnya 4 kali pelayanan antenatal.
Pemeriksaan meliputi anamnesa dan pemantauan ibu dan janin
dengan seksama untuk menilai apakah perkembangan berlangsung
normal.
ii
3. Standar 5 : Palpasi Abdominal
Bidan melakukan pemeriksaan abdominal secara seksama dan
melakukan palpasi untuk memperkirakan usia kehamilan, serta bila
umur kehamilan bertambah, memeriksa posisi, bagian terendah
janin dan masuknya kepala janin kedalam rongga panggul, untuk
mencari kelainan serta melakukan rujukan tepat waktu.
4. Standar 6 : Pengelolaan Anemia Pada Kehamilan
Bidan melakukan tindakan pencegahan, penemuan, penanganan
dan atau rujukan semua kasus anemia pada kehamilan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
5. Standar 7 : Pengelolaan Dini Hipertensi Pada Kehamilan
Bidan menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan darah pada
kehamilan dan mengenali tanda-tanda serta gejala preeklamsia
lainnya, serta mengambil tindakan yang tepat dan merujuknya.
6. Standar 8 : Persiapan Persalinan
Bidan memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil, suami serta
keluargannya pada trimester III, untuk memastikan bahwa
persiapan persalinan yang bersih, dan aman serta suasana yang
menyenangkan, disamping persiapan transportasi dan biaya untuk
merujuk, bila tiba-tiba terjadi keadaan gawat darurat.
ii
2. Tinjauan umum tentang Motivasi
a. Pengertian motivasi
1) Motivasi adalah pada dasarnya merupakan interaksi seseorang
dengan situasi tertentu yang dihadapinya. Didalam diri seseorang
terdapat “kebutuhan” atau “keinginan” (wants) terhadap objek
diluar seseorang tersebut, kemudian bagaimana seseorang tersebut
menghubungkan antara kebutuhan dengan “situasi di luar” objek
tersebut dalam rangka memenuhi kebutuhan yang dimaksud. Oleh
sebab itu, motivasi adalah suatu alasan (reasoning) seseorang untuk
bertindak dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya
(Notoatmodjo, 2007).
2) Motivasi merupakan dorongan untuk bertindak terhadap
serangkaian proses perilaku manusia dengan mempertimbangkan
arah, intensitas dan ketekunan pada pencapaian tujuan (Wibowo,
2014)
3) Motivasi merupakan dorongan untuk melakukan sesuatu. Motivasi
mampu mendorong seseorang untuk berbuat atau tidak berbuat.
Mampu membuat manusia semangat atau tidak semangat
melakukan sesuatu. Motivasi dapat naik dan turun sesuai dengan
perintah otak. Ketika motivasi meningkat, maka dorongan untuk
bertingkah laku tertentu juga meningkat. Sebaliknya, ketika
motivasi menurun, maka dorongan untuk melakukan tingkah laku
tertentu juga menurun ( Lubis, 2009).
ii
b. Jenis-jenis motivasi
Menurut Herzberg (teori Higiene-Motivator) dalam Lubis (2009), ada
dua jenis motivasi ;
1) Motivasi intrinsik adalah motivasi yang berasal dari dalam diri
sendiri
2) Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang datangnya dari luar diri
individu (lingkungan)
c. Pendorong motivasi
Newstrom (2001) dalam Wibowo (2014) melihat sebagai dorongan
motivasi bersumber pada penelitian McClelland yang memfokus pada
dorongan untuk :
1) Achievement Motivation (motivasi berprestasi)
Adalah suatu dorongan yang dimiliki banyak orang untuk mengejar
dan mencapai tujuan menantang. Orang dengan dorongan kuat
terhadap prestasi mengambil tanggung jawab atas tindakan dan
hasilnya, keinginan mengontrol nasib, mencari umpan balik secara
regular, dan menikmati menjadi bagian kemenangan prestasi
melalui usaha individual atau kolektif.
2) Affiliation Motivation (motivasi untuk berafiliasi)
Merupakan suatu dorongan untuk menghubungkan dengan orang
atas dasar social, bekerja dengan orang yang cocok dan
berpengalaman dengan perasaan sebagai komunitas. Orang dengan
ii
motif ini bekerja lebih baik apabila mereka dilengkapi dengan
sikap dan kerja sama yang menyenangkan.
3) Power Motivation (motivasi akan kekuasaan)
Merupakan suatu dorongan untuk mempengaruhi orang,
melakukan pengawasan dan mengubah situasi. Orang yang
termotivasi atas dasar mengharapkan menciptakan dampak pada
organisasi dan bersedia mengambil resiko dengan melakukannya.
d. Hambatan dalam motivasi
Sulitnya memotivasi diri disebabkan adanya berbagai macam
hambatan memotivasi diri (Lubis, 2009). Hambatan tersebut antara
lain:
1) Kurangnya kepercayaan diri
2) Cemas
3) Opini negatif
4) Perasaan tidak ada masa depan
5) Merasa diri tidak penting
6) Tidak tahu apa yang terjadi
7) Pengakuan semu
e. Tingkatan/hierarki motivasi
Maslow seorang ilmuan yang dipandang sebagai pelopor teori
motivasi yang inti teorinya dianggap penting karena dalam teorinya
dijelaskan bahwa semua tindakan manusia pada hakekatnya adalah
untuk memenuhi kebutuhannya.
ii
Menurut Notoatmodjo (2007) ada lima hirarki kebutuhan manusia:
1) Kebutuhan fisologis merupakan kebutuhan paling dasar pada
manusia yaitu kebutuhan sandang, pangan dan papan (pakaian,
makanan dan perumahan)
2) Kebutuhan rasa aman dan perlindungan terdiri dari perlindungan
fisik dan psikologis.
3) Kebutuhan sosialisasi atau afiliasi denngan orang lain dapat
terwujud melalui keikutsertaan seseorang dalam suatu organisasi.
Pada prinsipnya agar dirinya itu diterima dan disayangi oleh orang
lain sebagai anggota kelompoknya.
4) Kebutuhan akan penghargaan maupun perasaan dihargai oleh
orang lain, terkait dengan keinginan untuk mendapatkan kekuatan
serta meraih prestasi, rasa percaya diri dan kemerdekaan diri.
Selain itu orang juga memerlukan pengakuan dari orang lain.
5) Kebutuhan aktualisasi merupakan kebutuhan tertinggi dalam
hierarki Maslow, berupa kebutuhan untuk mengembangkan potensi
diri secara maksimal dan realisasi diri secara lengkap dan penuh.
3. Tinjauan Umum Tentang Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Motivasi Ibu Hamil Melakukan Antenatal Care
Ada beberapa faktor yang memotivasi ibu hamil melakukan Antenatal
Care yaitu :
ii
a. Pendidikan
Menurut Ensiklopedi Nasional Indonesia (2004), Pendidikan
merupakan upaya yang dilakukan dengan sadar untuk mendatangkan
perubahan sikap dan perilaku seseorang melalui pengajaran dan
latihan.
Kegiatan mendidik atau pendidikan bias terjadi di tempat-tempat
yang memang disediakan untuk hal itu, seperti sekolah dengan guru
sebagai pendidiknya, atau dirumah dengan orang tua yang dengan
kata, sikap, dan perilakunya berusaha membentuk sikap dan
pandangan hidup anak-anaknya. Saudara atau teman dapat juga
menjadi pendidik, karena penolakan atau penerimaan mereka terhadap
perilaku kita menentukan apakah kita dapat mempertahankan sikap
atau mengharuskan mengubah sikap dan perilaku.
Jalur pendidikan merupakan wahana yang dapat dilalui untuk
mengembangkan potensi diri dalam suatu proses pendidikan yang
sesuai dengan tujuan pendidikan, yang dikelompokkan menjadi 3 jalur
yaitu:
1) Pendidikan formal
Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan
berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan
menengah, dan pendidikan tinggi.
Jenis pendidikan formal dapat dibagi berdasarkan jenjangnya
sebagai berikut:
ii
a) Pendidikan tingkat dasar adalah sekolah dasar (SD) atau yang
sederajat dengan lama pendidikan 6 tahun.
b) Pendidikan tingkat pertama adalah sekolah menengah pertama
(SMP) atau yang sederajat dengan lama pendidikan 3 tahun.
c) Pendidikan tingkat menengah adalah sekolah menengah umum
(SMU) atau sederajat dengan lama pendidikan 3 tahun.
d) Pendidikan tinggi adalah diploma maupun universitas.
2) Pendidikan Nonformal
Pendidikan nonformal adalah pendidikan yang pada umumnya
diperoleh seseorang di luar sekolah seperti di mesjid, berbagai
kursus seperti musik, bimbingan belajar dan lain-lain.
3) Pendidikan informal
Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan
lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri (Suprijanto,
2007).
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang
kepada orang lain agar mereka dapat memahami. Semakin tinggi
pendidikan seseorang maka semakin mudah pula bagi mereka untuk
menerima informasi, dan pada akhirnya menggerakkan prilakunya.
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan
kemampuan didalam dan diluar sekolah dan berlangsungnya seumur
hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, menurut IB Mantra
dalam Notoatmodjo (2014), makin tinggi pengetahuan seseorang
ii
makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Dengan
pendidikan tinggi seseorang akan cenderung untuk mendapatkan
informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa, semakin
banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang
didapat tentang kesehatan.
Menurut Notoatmodjo (2014) menyatakan bahwa orang yang
berpendidikan lebih tinggi akan merespon yang lebih rasional terhadap
informasi yang datang dan akan berfikir sejauh mana keuntungan yang
akan mereka dapatkan. Seseorang yang memiliki pendidikan lebih
tinggi akan lebih mudah untuk menerima hal baru, lebih toleran dan
lebih mudah merubah perilakunya karena individu yang memiliki
tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan lebih mudah mengenali dan
menganalisis bermacam kenyataan atau implikasi tindakan dari
tindakannya sehingga mengarahkan perilakunya.
Beberapa penelitian sebelumnya telah membuktikan hubungan
antara pendidikan dengan motivasi ibu hamil. Hasil penelitian yang
dilakukan oleh Angraeni, (2014) menjelaskan ada hubungan antara
tingkat pendidikan dengan perilaku antenatal care di Puskesmas Batua
Raya Makassar (p : 0.018 dan nilai OR :28,26). Hasil penelitian yang
dilakukan oleh Kristina Sakke (2009) menjelaskan ada hubungan
antara pendidikan dengan motivasi ibu hamil melakukan antenatal
care di Puskesmas Bua Kecamatan Bua Kabupaten Luwu (p = 0,005).
ii
b. Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan
terjadi melalui pancaindera manusia, yakni: penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia
diperoleh melalui mata dan telinga (Notoadmodjo, 2011).
Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu
seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata,
hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu
pengindraan sehingga menghasilkan pengetahuan tersebut sangat
dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek.
Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indra
pendengaran (telinga), dan indra penglihatan (mata). Pengetahuan
seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang
berbeda-beda (Notoatmodjo, 2014).
Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal.
Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana
diharapkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut
akan semakin luas pula pengetahuannya. Akan tetapi perlu ditekankan,
bukan berarti seseorang yang berpendidikan rendah mutlak
berpengetahuan rendah pula. Hal ini mengingat bahwa peningkatan
pengetahuan tidak mutlak diperoleh dari pendidikan non formal saja,
akan tetapi dapat diperoleh melalui pendidikan non formal.
ii
Pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung dua aspek
yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek ini yang akan
menentukan sikap seseorang, semakin banyak aspek positif dan
objektif yang diketahui, maka akan menimbulkan sikap makin positif
terhadap objek tertentu (Wawan & Dewi, 2011).
1. Pengetahuan memiliki 6 tingkatan, yaitu:
a. Tahu (Know)
Diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya.Termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari
seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah
diterima.
b. Memahami (Comprehension)
Diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar
tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan
materi tersebut secara benar.
c. Aplikasi (Application)
Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajarinya pada situasi dan kondisi yang
riil (sebenarnya).
d. Analisis (Analysis)
Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam
ii
suatu struktur organiasi tersebut dan masih ada kaitannya
antara satu dengan yang lain.
e. Sintesis (Synthesis)
Merujuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru.
f. Evaluasi (Evaluation)
Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau obyek.
Menurut Green dalam Notoatmodjo (2003) pengetahuan
merupakan faktor predisposisi yang menetukan perilaku
seseorang.dengan memiliki pengetahuan seseorang akan lebih
yakin dan percaya terhadap apa yang dilakukan serta lebih
mengetahui apa yang menjadi akibatnya jika hal itu dilakukan
maupun jika tidak dilakukan.
Beberapa penelitian sebelumnya telah membuktikan hubungan
antara pengetahuan dengan motivasi ibu hamil. Hasil penelitian
Indarwati (2010) menemukan tingkat pengetahuan ibu hamil
berhubungan dengan motivasi untuk memeriksakan kehamilannya
di Poliklinik BRSUD Salatiga (p = 0,00). Penelitian Nasution
(2011) juga menyimpulkan pengetahuan berhubungan dengan
motivasi ibu melakukan antenatal care di Puskemas Ujung Batu
Riau (p=0.036). Selanjutnya Mardiyah (2013) juga menemukan
ii
hubungan antara pengetahuan ibu hamil dengan pemanfataan
antenatal care di di Wilayah Kerja Puskesmas Tempurejo
Kabupaten Jember.
2. Pengukuran tingkat pengetahuan
Menurut Skinner, bila seseorang mampu menjawab mengenai
materi tertentu baik secara lisan maupun tulisan, maka dikatakan
seorang tersebut mengenai bidan tersebut. Sekumpulan jawaban
yang diberikan tersebut dinamakan pengetahuan. Pengukuran
bobot pengetahuan seseorang ditetapkan menurut hal-hal sebagai
berikut :
1) Bobot I : tahap tahu dan pemahaman
2) Bobot II : tahap tahu, pemahaman, aplokasi, dan analisis
3) Bobot III : tahap tahu, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis,
dan evaluasi.
Arikunto (2006) membuat kategori tingkat pengetahuan
seseorang menjadi tiga tingkatan yang didasarkan pada nilai
persentase yaitu :
a) Tingkat pengetahuan kategori baik jika nilainya ≥ 75%
b) Tingkat pengetahuan kategori cukup jika nilainya 56-74%
c) Tingkat pengetahuan kategori kurang jika nilainya ≤ 55%
Menurut ( Budiman dkk, 2013) dalam membuat kategori
tingkat pengetahuan bisa juga dikolompokkan menjadi dua
kelompok jika yang diteliti masyarakat umum, yaitu :
ii
d) Tingkat pengetahuan kategori baik jika nilainya > 50%
e) Tingkat pengetahuan kategori kurang baik jika nilainya ≤ 50%
Namun jika diteliti respondennya petugas kesehatan maka
persentasenya akan berbeda yaitu :
f) Tingkat pengetahuan kategori baik jika nilai > 75%
g) Tingkat pengetahuan kategori kurang baik jika nilainya ≤ 75%
c. Sikap petugas kesehatan
1) Pengertian
Sikap atau attitude oleh Kreitner dan Kinicki (2010), dalam
Wibowo (2014) adalah sebagai suatu kecendrungan yang dipelajari
untuk merespon dengan cara menyenangkan atau tidak
menyenangkan secara konsisten berkenaan dengan objek tertentu.
Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih
tertutup terhadap suatu stimulus atau objek (Notoadmodjo, 20011).
2) Komponen sikap menurut Wibowo (2014) yaitu :
a) Komponen Afektif
Merupakan perasaan atau emosi yang dimiliki seseorang
tentang objek atau situasi tertentu.
b) Komponen Kognitif
Merupakan keyakinan atau gagasan yang dimiliki orang
tentang objek atau situasi.
c) Komponen Perilaku
ii
Komponen perilaku menunjukkan bagaimana seseorang
bermaksud atau mengharapkan bertindak terhadap seseorang
atau sesuatu.
3) Tingkatan sikap
Sikap terdiri atas 4 tingkatan yaitu :
a) Menerima (Receiving)
Menerima diartikan bahwa seseorang atau subjek mau
menerima stimulasi yang diberikan (objek).
b) Menanggapi (Responding)
Menanggapi artinya memberikan jawaban atau tanggapan
terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi.
c) Menghargai (Valuing)
Menghargai artinya subjek atau seseorang memberikan nilai
yang positif terhadap objek atau stimulus dalam arti
membahasnya dengan orang lain dan bahkan mengajak atau
mempengaruhi atau menganjurkan orang lain merespon.
d) Bertanggung jawab (Responsible)
Sikap yang paling tinggi tingkatannya adalah bertanggung
jawab terhadap apa yang telah diyakini.
Sikap merupakan kecendrungan seseorang untuk bertindak
menurut suatu cara terhadap objek tertentu. Sikap bidan dalam
memberikan pelayanan antenatal sangat mempengaruhi motivasi
ibu untuk tetap memeriksakan kehamilannya. Apabila bidan
ii
bersikap ramah, penuh perhatian dan memberikan informasi yang
diperlukan ibu dengan jelas, sudah tentu akan memberi rasa puas
terhadap pelayanan tersebut (Notoatmodjo 2014).
4) Pengukuran Sikap
Skala Likert merupakam skala yang digunakan untuk
menggukur sikap, pendapat, persepsi seseorang tentang gejala atau
masalah yang ada dimasyarakat atau yang dialaminya. Beberapa
bentuk jawaban pertanyaan atau pernyataan yang masuk dalam
kategori skala likert adalah:
a) Sangat setuju (SS) : nilai 4
b) Setuju (S) : nilai 3
c) Tidak Setuju (TS) : nilai 2
d) Sangat Tidak Setuju (STS) : nilai 1
Sikap petugas kesehatan berhubungan dengan motivasi ibu
hamil dalam pemanfaatan pelayanan antenatal care. Hal ini
dibuktikan oleh penelitian Mardiyah (2013) di wilayah kerja
Puskesmas Tempurejo Kabupaten Jember yang menemukan nilai
probabilitas sebesar 0,004 atau nilai ρ lebih kecil dari 0,05 yang
artinya ada hubungan antara pelayanan petugas dengan
pemanfaatan pelayanan antenatal. Selanjutnya Rahmawati dalam
Mardiyah (2013) juga menemukan ada hubungan yang bermakna
antara pelayanan bidan dengan pemanfaatan pelayanan antenatal
care.
ii
Pendidikan
Pengetahuan
Sikap petugas kesehatan
Motivasi kunjungan Antenatal Care
C. Kerangka Konsep
Berdasarkan kerangka pemikiran diatas serta mengacu pada teori dan
konsep yang telah dikemukakan disusunlah kerangka konsep penelitian
sebagai berikut :
Gambar 2.2 : Kerangka Konsep
Keterangan:
: Variabel Independen yang diteliti
: Variable Dependen yang tidak diteliti
D. Defenisi Operasional dan Kriteria Objektif
1. Pendidikan
Pendidikan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pendidikan
formal terakhir yang pernah ditempuh oleh ibu berdasarkan data hasil
pengisian kuisioner
Kriteri objektif:
Tinggi : Jika pendidikan responden ≥ tamat SMA/sederajat
Rendah : Jika pendidikan responden < tamat SMA/sederajat
ii
2. Pengetahuan
Pengetahuan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pengetahuan ibu
tentang manfaat pelayanan antenatal dan berapa kali harus kontak dengan
bidan selama kehamilannya.
Kriteri objektif:
Cukup :Jika responden menjawab dengan benar ≥ 75%
Kurang :Jika responden menjawab dengan benar < 75 %
3. Sikap petugas kesehatan
Sikap petugas kesehatan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah cara/
sikap petugas kesehatan (bidan) pada ibu hamil saat memberikan
pelayanan pada waktu melaksanakan pemeriksaan antenatal.
Kriteria objektif:
Baik :Jika responden menjawab dengan benar ≥ 75 %
Kurang Baik :Jika responden menjawab dengan benar < 75 %
4. Motivasi Ibu hamil melakukan pelayanan Antenatal
Motivasi ibu hamil melakukan kunjungan pelayanan antenatal adalah
pernyataan responden tentang hal yang mendorong melakukan
pemeriksaan kehamilan.
Kriteria objektif:
Tinggi :Jika responden menjawab dengan benar ≥ 75%
Rendah :Jika responden menjawab dengan benar < 75 %
ii
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Jenis penelitian adalah Survey Analitik dengan rancangan penelitian cross
sectional study yaitu variabel dependen dan variabel independen akan
dikumpulkan dalam waktu yang sama dan pengukurannya dilakukan pada
suatu saat tanpa follow up.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Kamanre Kecamatan Kamanre
Kabupaten Luwu.
2. Waktu Penelitian
Mulai dari bulan April - Juli 2015
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu hamil yang berkunjung di
Poli KIA Puskesmas Kamanre Kabupaten Luwu. Berdasarkan data
kunjungan ibu hamil pada bulan Mei sebanyak 63 orang.
2. Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah keseluruhan dari jumlah populasi yaitu
63 orang.
3. Tehnik Pengambilan Sampel
Pemilihan sampel dilakukan dengan metode total sampling.
ii
D. Hipotesis Penelitian
1. Hipotesis Alternatif (Ha)
a. Ada hubungan pendidikan ibu dengan motivasi ibu hamil melakukan
antenatal care di Puskesmas Kamanre Kecamatan Kamanre Kabupaten
Luwu.
b. Ada hubungan pengetahuan ibu dengan motivasi ibu hamil melakukan
antenatal care di Puskesmas Kamanre Kecamatan Kamanre
Kabupaten Luwu.
c. Ada hubungan sikap petugas kesehatan dengan motivasi ibu hamil
melakukan antenatal care di Puskesmas Kamanre Kecamatan Kamanre
Kabupaten Luwu.
2. Hipotesis Nol (Ho)
a. Tidak ada hubungan pendidikan ibu dengan motivasi ibu hamil
melakukan antenatal care di Puskesmas Kamanre Kecamatan
Kamanre Kabupaten Luwu.
b. Tidak ada hubungan pengetahuan ibu dengan motivasi ibu hamil
melakukan antenatal care di Puskesmas Kamanre Kecamatan Kamanre
Kabupaten Luwu.
c. Tidak ada hubungan sikap petugas kesehatan dengan motivasi ibu
hamil melakukan antenatal care di Puskesmas Kamanre Kecamatan
Kamanre Kabupaten Luwu.
ii
E. Metode Pengumpulan Data
1. Data primer
Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dan membagikan
lembar kuesioner kepada ibu hamil sebanyak 63 orang dengan
menyiapkan daftar pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya telah
disiapkan yang digunakan untuk memperoleh informasi variabel penelitian
dan diolah melalui SPSS versi 17.
2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari data Profil Dinas Kesehatan Kabupaten
Luwu dan Profil Puskesmas Kamanre tahun 2014 yaitu jumlah
kunjungan K1 dan K4, buku register kunjungan poli KIA, jurnal terkait
dan penelusuran literatur.
F. Teknik Pengolahan dan Analisa Data
1. Pengumpulan Data
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar
kuisioner, yaitu dengan cara melakukan penyebaran koesioner kepada
responden khususnya pada pasien di poli KIA, yang dibuat oleh peneliti
dengan mengacu pada konsep teori dari variabel yang akan diukur.
2. Analisa Data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara membagikan kuisioner yang
berisi sejumlah daftar pertanyaan untuk dijawab oleh responden yang
sebelumnya diberikan penjelasan tentang maksud dan tujuan penelitian
dilakukan. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer
ii
yaitu data yang diperoleh langsung dari responden dengan melakukan
wawancara dan observasi.
3. Pengolahan dan Analisa data
Data yang diperoleh dari responden diolah dengan menggunakan
bantuan komputer dengan program SPSS dengan proses pengolahan
sebagai berikut:
a. Editing
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang
diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap
pengumpulan data atau setelah data terkumpul.
b. Koding
Koding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka)
terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini
sangat penting jika pengolahan dan analisis data menggunakan
komputer. Biasanya dalam pemberian kode dibuat daftar kode dan
artinya dalam satu buku untuk memudahkan kembali melihat lokasi
dan arti suatu kode dari suatu variabel.
c. Data entry
Kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam
master tabel atau data base komputer kemudian membuat distribusi
frekuensi sederhana atau dengan membuat tabel kontigensi.
ii
d. Penyajian data
Data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi yang disertai
dengan penjelasan/narasi.
Selanjutnya data dianalisi dengan menggunakan analisa statistik
univariat dan bivariat.
1) Analisa univariat
Menganalisis variabel-variabel yang ada secara deskriptif
dengan menghitung distribusi frekuensi dan proporsinya untuk
mengetahui karakteristik dari subyek penelitian.
2) Analisa Bivariat
Analisa bivariat berfungsi untuk mengetahui hubungan antara
variabel depanden dengan independen. Analisis yang digunakan
untuk menguji hipotesis dengan menentukan hubungan variabel
bebas dan variabel terikat melalui Uji Statistik Chi-Square jika
memenuhi syarat. Rumus Uji Statistik Chi-square sebagai berikut
(Nursalam, 2009) :
X 2=∑ ( fo−fh)2
fh
Keterangan :
X2 : Chi-Square
fo : frekuensi observasi
fh : frekuensi harapan
ii
Proses pengujian Chi – Square adalah dengan membandingkan
frekuensi yang terjadi (observasi) dengan frekuensi harapan
(eskpektasi). Untuk melihat kemaknaan perhitungan statistik antara
variabel bebas dan variabel terikat digunakan tingkat kepercayaan
95%. Jika nilai p yang didapat lebih kecil dari 0,05 maka hipotesis
alternatif yang diajukan diterima yang berarti antara dua variabel
(bebas dan terikat) yang diteliti mempunyai hubungan yang
bermakna. Sedangkan jika nilai p lebih besar dari 0,05 maka
hipotesis alternatif yang diajukan gagal diterima yang berarti
bahwa antara dua variabel (bebas dan terikat) yang diteliti tidak
mempunyai hubungan yang bermakna (Notoadmodjo, 2010).
ii
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian disajikan dalam analisa univariat untuk mendeskripsikan
variabel-variabel penelitian dalam bentuk distribusi frekuensi dan proporsinya dan
analisa bivariat digunakan untuk menguji hipotesis dengan menentukan hubungan
variabel bebas dan variabel terikat melalui Uji Statistik Chi-Square dengan tingkat
kemaknaan 0.05.
A. Analisis Univariat
Analisa univariat dimaksudkan untuk menggambarkan secara
menyeluruh variabel penelitian.
1. Deskripsi Variabel Penelitian
Hasil pengumpulan data berikutnya adalah variabel independen yaitu
pendidikan, pengetahuan, sikap petugas dan motivasi ibu hamil dalam
melakukan antenatal care di Puskesmas Kamanre disajikan dalam tabel
sebagai berikut :
ii
a. Pendidikan
Tabel 4.1
Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan di Puskesmas Kamanre Kecamatan Kamanre Kabupaten Luwu
Tahun 2015
Pendidikan Frekuensi (f) Persentase (%)
Tinggi 31 49,2
Rendah 32 50,8
Total 63 100
Sumber : Data Primer, 2015
Berdasarkan table 4.1 menunjukkan proporsi responden dengan
kategori pendidikan rendah dan tinggi mendekati nilai yang sama yaitu
pendidikan rendah sebanyak 32 (50.8 %) dan pendidikan tinggi
sebanyak 31 (49.2%).
b. Pengetahuan
Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan di Puskesmas
Kamanre Kecamatan Kamanre Kabupaten Luwu Tahun 2015
Pengetahuan Frekuensi (f) Persentase (%)
Cukup 24 38,1
Kurang 39 61,9
Total 63 100
Sumber : Data Primer,2015
Berdasarkan tabel 4.2 diketahui sebagian besar responden masih
kurang mengetahui tentang manfaaat antenatal care yaitu 39 (61,9%)
sedangkan yang cukup mengetahui sebanyak 24 orang (38,1%).
ii
c. Sikap Petugas Kesehatan
Tabel 4.3Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Petugas Kesehatan di
Puskesmas Kamanre Kecamatan Kamanre Kabupaten Luwu Tahun 2015
Sikap petugas kesehatan
Frekuensi (f) Persentase (%)
Baik 54 85,7
Kurang Baik 9 14,3
Total 63 100
Sumber : Data Primer, 2015
Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan mayoritas reponden
menyataan petugas kesehatan memiliki sikap yang baik sebanyak 54
(85,7%) sedangkan yang menilai sikap petugas kesehatan yang kurang
baik hanya 9 orang (14,3%).
d. Motivasi Melakukan Antenatal Care
Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Motivasi Melakukan Antenatal
Care di Puskesmas Kamanre Kecamatan KamanreKabupaten Luwu Tahun 2015
ii
Motivasi Frekuensi (f) Persentase (%)
Tinggi 48 76,2
Rendah 15 23,8
Total 63 100
Sumber : Data Primer, 2015
Berdasarkan tabel 4.4 diketahui sebagian besar responden memiliki
motivasi yang tinggi melakukan antenatal care sebanyak 48 (76,2%)
sedangkan responden yang mempunyai motivasi yang rendah hanya 15
orang (23,8%).
B. Analisa Bivariat
ii
Analisa bivariat pada panelitian ini dilakukan untuk mengetahui
hubungan antara motivasi ibu hamil melakukan Antenatal Care dengan sub
variabel pendidikan, pengetahuan dan sikap petugas sebagai variabel
independen dengan motivasi ibu hamil melakukan Antenatal Care sebagai
variabel dependen.
1. Hubungan pendidikan dengan motivasi ibu hamil melakukan Antenatal
Care
Tabel 4.5
Hubungan Pendidikan Ibu Dengan Motivasi Melakukan Antenatal Care di Puskesmas Kamanre Kecamatan Kamanre
Kabupaten Luwu Tahun 2015
Pendidikan
Motivasi Total
pTinggi Rendah
N %n % n %
Tinggi 27 42.9 4 6.3 31 49.2 0.045
Rendah 21 33.3 11 17.5 32 50.8
Total 48 76.2 15 23.8 63 100
OR : 3.536 (CI 95 % : 0.984-12.699)
Sumber: Data Primer, Juni 2015
Hasil uji statistik diperoleh nilai p : 0.045 < 0.05 sehingga hipotesis
alternatif yang diajukan diterima dan Ho ditolak yang berarti ada
hubungan signifikan antara tingkat pendidikan ibu hamil dengan motivasi
melakukan antenatal care di Puskesmas Kamanre Kabupaten Luwu. Nilai
OR : 3.536 yang berarti ibu hamil yang memiliki pendidikan tinggi lebih
ii
berpeluang 3.5 kali termotivasi melakukan antenatal care dibandingkan
ibu hamil dengan pendidikan rendah.
2. Hubungan Pengetahuan ibu dengan Motivasi Ibu Hamil Melakukan
Antenatal Care
Tabel 4.6
Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Motivasi Ibu Hamil Melakukan Antenatal Care di Puskesmas Kamanre Kecamatan Kamanre
Kabupaten Luwu Tahun 2015
Pengetahuan
Motivasi Total
pTinggi Rendah
N %n % n %
Cukup 22 34.9 2 3.2 24 38.1 0.024
Kurang 26 41.3 13 20.6 39 61.3
Total 48 76.2 15 23.8 63 100
OR : 5.500 (CI 95 % : 1.118-27.060)
Sumber: Data Primer, Juni 2015
Hasil uji statistik diperoleh nilai p : 0.024 < 0.05 sehingga hipotesis
alternatif yang diajukan diterima dan Ho ditolak yang berarti ada
hubungan signifikan antara pengetahuan ibu hamil dengan motivasi
melakukan antenatal care di Puskesmas Kamanre Kabupaten Luwu. Nilai
OR : 5.5 yang berarti ibu hamil yang cukup mengetahui tentang antenatal
care lebih berpeluang 5.5 kali termotivasi melakukan antenatal care
dibandingkan ibu hamil yang kurang mengetahui tentang antenatal care.
ii
3. Hubungan sikap petugas dengan Motivasi ibu hamil melakukan Antenatal
Care
Tabel 4.7
Hubungan Sikap Petugas dengan Motivasi ibu hamil melakukan Antenatal Care di Puskesmas Kamanre Kecamatan Kamanre
Kabupaten Luwu Tahun 2015
Sikap Petugas
Motivasi Total
pTinggi Rendah
N %n % n %
Baik 45 71.4 9 14.3 54 85.7 0.001
Kurang Baik 3 4.8 6 9.5 9 14.3
Total 48 76.2 15 23.8 63 100
OR : 10.000 (CI 95 % : 2.102-47.578)
Sumber: Data Primer, Juni 2015
Perbedaan ini bermakna secara statistik dengan nilai p : 0.001 <
0.05 sehingga hipotesis alternatif yang diajukan diterima dan Ho ditolak
yang berarti ada hubungan signifikan antara sikap petugas (bidan) dengan
motivasi ibu hamil melakukan antenatal care di Puskesmas Kamanre
Kabupaten Luwu. Nilai OR : 10 yang berarti ibu hamil yang menilai
petugas kesehatan (bidan) memiliki sikap yang baik lebih berpeluang 10
kali termotivasi melakukan antenatal care dibandingkan ibu hamil yang
menilai sikap petugas kesehatan (bidan) kurang baik.
ii
BAB V
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan diuraikan pembahasan hasil penelitian yang telah disajikan
pada bab hasil penelitian. Pembahasan hasil penelitian meliputi interpretasi dan
hasil analisis dengan membandingkan dengan kajian literatur, hasil-hasil
penelitian terdahulu dan keterbatasan penelitian.
A. Hubungan Pendidikan ibu dengan Motivasi Ibu Hamil melakukan
Antenatal Care
Pendidikan merupakan upaya yang dilakukan dengan sadar untuk
mendatangkan perubahan sikap dan perilaku seseorang melalui pengajaran
dan latihan. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan signifikan antara
tingkat pendidikan ibu hamil dengan motivasi melakukan antenatal care di
Puskesmas Kamanre Kabupaten Luwu (p : 0.045).
Hubungan tingkat pendidikan ibu hamil dengan motivasi ibu hamil
dijelaskan pada tabulasi silang dimana dari 31 (49.2 %) ibu hamil dengan
tingat pendidikan tinggi hanya 4 (6.3 %) yang memiliki motivasi rendah
dibandingkan dengan 32 (50.8%) ibu hamil dengan tingkat pendidikan rendah
sebanyak 11 (17.5 %) dengan motivasi rendah. Hal ini menunjukkan bahwa
tingkat pendidikan ibu hamil merupakan sumber motivator dalam melakukan
antenatal care. Hal ini sesuai dengan nilai OR : 3.536 yang berarti ibu hamil
yang memiliki pendidikan tinggi lebih berpeluang 3.5 kali termotivasi
melakukan antenatal care dibandingkan ibu hamil dengan pendidikan rendah.
ii
Meskipun demikian dalam penelitian ini juga menunjukkan bahwa ibu
hamil yang berpendidikan rendah proporsi yang memiliki motivasi tinggi
lebih banyak yaitu 21 (33.3 %) dibandingkan dengan motivasi rendah
melakukan antenatal care sebanyak 11 (17.5 %). Asumsi peneliti bahwa
informasi tentang antenatal care dapat diperoleh dari berbagai sumber
termasuk pengalaman kehamilan sebelumnya sehingga ibu hamil dengan
tingkat pendidikan yang rendah pun dapat mengevaluasi manfaat antenatal
care. Jika ibu hamil merasakan manfaat selama mendapatkan antenatal care
maka cenderung termotivasi untuk melakukan antenatal berikutnya demikian
sebailknya. Hal dijelaskan sebagian besar ibu hamil adalah berusia 20-35
tahun (74.6 %) yang memungkinkan telah memiliki pengalaman
mendapatkan layanan antenatal sebelumnya sehingga merupakan motivator
untuk melakukan antenatal care pada kehamilannya saat ini.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Angraeni, (2014) yang menemukan ada hubungan antara tingkat pendidikan
dengan perilaku antenatal Care di Puskesmas Batua Raya Makassar (p : 0.018
dan nilai OR :28,26) dan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kristina Sakke
(2009) menjelaskan ada hubungan antara pendidikan dengan motivasi ibu
hamil melakukan antenatal care (p = 0,005).
Hal ini juga didukung dengan pendapat Notoatmodjo (2014) bahwa orang
yang berpendidikan lebih tinggi akan merespon yang lebih rasional terhadap
informasi yang datang dan akan berfikir sejauh mana keuntungan yang akan
mereka dapatkan. Seseorang yang memiliki pendidikan lebih tinggi akan lebih
ii
mudah untuk menerima hal baru sehingga informasi lebih mudah diterima,
termasuk informasi tentang antenatal care. Dengan pendidikan tinggi ibu
hamil akan lebih mudah mengenali dan menganalisis bermacam kenyataan
yang akan mengarahkan perilakunya sehingga mempengaruhi motivasinya
dalam usaha kesehatannya. Pendidikan bukanlah satu - satunya faktor yang
mempengaruhi perilaku seseorang tetapi dipengaruhi oleh faktor pendukung
eksternal yang secara langsung dapat mempengaruhi perubahan perilaku
seperti ketersediaan dan keterjangkauan sarana kesehatan serta dukungan
positif yang diberikan orang lain untuk terjadi perubahan perilaku artinya ibu
hamil yang mempunyai pengetahuan baik belum tentu memiliki perilaku
yang baik demikian juga sebaliknya.
B. Hubungan Pengetahuan ibu dengan Motivasi Ibu Hamil Melakukan
Antenatal Care
Pengetahuan merupakan salah satu komponen yang mewujudkan dan
mendukung terjadinya perilaku. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan
signifikan antara pengetahuan ibu hamil dengan motivasi melakukan antenatal
care di Puskesmas Kamanre Kabupaten Luwu (p : 0.024).
Hubungan antara pengetahuan ibu hamil dengan motivasi melakukan
antenatal care dijelaskan pada tabulasi silang dimana dari 24 (38.1 %) ibu
hamil yang cukup mengetahui tentang antenatal care hanya 2 (3.2 %) yang
memiliki motivasi rendah dibandingkan dengan 39 (61.3 %) ibu hamil yang
kurang mengetahui tentang antenatal care sebanyak 13 (20.6 %) yang
memiliki motivasi rendah melakukan antenatal care.
ii
Akan tetapi dalam penelitian ini juga menemukan bahwa ibu hamil yang
kurang mengetahui tentang antenatal care juga lebih banyak yang memiliki
motivasi tinggi sebesar 26 (41.3 %) daripada yang memiliki motivasi rendah
yaitu 13 (20.6 %). Asumsi peneliti bahwa motivasi ibu hamil melakukan
antenatal care dapat bersumber dari luar diri individu misalnya dukungan
keluarga, keterjangkauan sarana kesehatan maupun pengalaman ibu hamil
sebelumnya sehingga ibu hamil yang kurang mengetahui tentang antenatal
care tetapi tetap memiliki motivasi yang tinggi.
Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin baik pengetahuan yang
dimiliki ibu hamil tentang antenatal care maka semakin tinggi pula motivasi
ibu untuk melakukan pemeriksaan kehamilannya. Sehingga tingkat
pengetahuan ibu akan mempengaruhi motivasinya, semakin tinggi tingkat
pengetahuan yang didapat atau diperoleh ibu maka semakin tinggi pula
keingininan atau dorongan ibu untuk melakukan antenatal care. Hal ini
berkesesuaian dengan nilai OR : 5.5 yang berarti ibu hamil yang cukup
mengetahui tentang antenatal care lebih berpeluang 5.5 kali termotivasi
melakukan antenatal care dibandingkan ibu hamil yang kurang mengetahui
tentang antenatal care.
Penelitian ini telah membuktikan hubungan signifikan antara tingkat
pengetahuan ibu hamil dengan motivasi melakukan antenatal care. Hal ini
sejalan dengan beberapa penelitian sebelumnya diantaranya Indarwati (2010)
menemukan tingkat pengetahuan ibu hamil berhubungan dengan motivasi
untuk memeriksakan kehamilannya di Poliklinik BRSUD Salatiga (p = 0,00).
ii
Penelitian Nasution (2011) juga menyimpulkan pengetahuan berhubungan
dengan motivasi ibu melakukan antenatal care di Puskemas Ujung Batu Riau
(p=0.036). Selanjutnya Mardiyah (2013) juga menemukan hubungan antara
pengetahuan ibu hamil dengan pemanfataan antenatal care di di Wilayah
Kerja Puskesmas Tempurejo Kabupaten Jember.
Berdasarkan kesesuaian penelitian ini dengan penelitian tersebut, maka
dapat diintrepetasikan bahwa pengetahuan memiliki dampak terhadap
motivasi ibu hamil dalam pemanfaatan pelayanan antenatal. Semakin tinggi
pengetahuan ibu hamil maka akan semakin tinggi pemanfaatan pelayanan
antenatalnya, dan sebaliknya. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori
Notoatmodjo (2014) yang mengatakan bahwa pengetahuan merupakan
domain yang sangat penting dalam terbentuknya perilaku seseorang. Apabila
perilaku didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif, maka
perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting).
C. Hubungan sikap petugas kesehatan dengan Motivasi ibu hamil
melakukan Antenatal Care
Sikap petugas kesehatan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
bagaimana penampilan bidan dalam memberikan pelayanan antenatal. Hasil
penelitian menemukan ada hubungan signifikan antara sikap petugas (bidan)
dengan motivasi ibu hamil melakukan antenatal care di Puskesmas Kamanre
Kabupaten Luwu (p : 0.001).
Hubungan sikap petugas kesehatan (bidan) dengan motivasi ibu hamil
melakukan antenatal care dijelaskan pada tabulasi silang dimana dari 54 (85.7
ii
%) ibu hamil yang menilai petugas kesehatan (bidan) dalam memberikan
antenatal care memiliki sikap yang baik lebih banyak yang memiliki motivasi
tinggi sebanyak 45 (71.4 %) sebaliknya dari dari 9 (14.3 %) responden yang
menilai petugas kesehatan (bidan) dalam memberikan antenatal care
memiliki sikap yang kurang baik lebih banyak yang memiliki motivasi rendah
yaitu 6 (9.5 %).
Meskipun demikian pada penelitian ini juga ditemukan ibu hamil yang
menilai bidan bersikap baik tetapi masih ada yang memiliki motivasi rendah
(14.3 %) dan sebaliknya yang menilai bidan bersikap kurang baik tetapi
memberikan motivasi yang tinggi untuk melakukan antenatal care (4.8 %).
Menurut peneliti bahwa hal ini dimungkinkan terjadi oleh karena harapan ibu
hamil terhadap sikap bidan yang terlalu tinggi melebihi sikap yang
ditampilkan oleh bidan selama melakukan pelayanan antenatal care.
Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa bidan di Puskesmas Kamanre
Kabupaten Luwu telah memberikan pelayanan yang baik selama ibu hamil
melakukan antenatal care sehingga merupakan determinan munculnya
motivasi yang tinggi bagi ibu hamil untuk melakukan antenatal care. Hal ini
sesuai dengan nilai OR : 10 yang berarti ibu hamil yang menilai petugas
kesehatan (bidan) memiliki sikap yang baik lebih berpeluang 10 kali
termotivasi melakukan antenatal care dibandingkan ibu hamil yang menilai
sikap petugas kesehatan (bidan) kurang baik.
Sikap petugas kesehatan berhubungan dengan motivasi ibu hamil dalam
pemanfaatan pelayanan antenatal care. Hasil penelitian ini seirama dengan
ii
penelitian Mardiyah (2013) di wilayah kerja Puskesmas Tempurejo
Kabupaten Jember yang menemukan ada hubungan antara pelayanan petugas
dengan pemanfaatan pelayanan antenatal (p=0,004). Selanjutnya Rahmawati
dalam Mardiyah (2013) juga menemukan ada hubungan yang bermakna antara
pelayanan bidan dengan pemanfaatan pelayanan antenatal care.
Berdasarkan kesesuaian ini, maka dapat diintrepretasikan bahwa sikap
petugas kesehatan memiliki dampak terhadap pemanfaatan pelayanan
antenatal care. Semakin baik sikap bidan maka semakin termotivasi ibu hamil
melakukan pelayanan antenatal, begitu pula sebaliknya. Hal ini sesuai dengan
teori Notoatmodjo (2014) yang mengatakan bahwa perilaku petugas kesehatan
akan mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku.
Berdasarkan pengamatan pada saat penelitian di Puskesmas Kamanre
peran bidan disini dalam hal memberikan pelayanan Antenatal Care adalah
sebagian besar sudah menjalankan perannya dengan baik sebagai motivator
bidan senantiasa memberikan informasi dan dukungan setiap ibu hamil untuk
melakukan antenatal care pada kunjungan berikutnya. Sebagai pendidik bidan
selalu memberikan pendidikan kesehatan kepada ibu hamil tentang
kehamilannya yaitu tentang personal hygiene dan tentang gizi ibu hamil itu
sendiri dan sebagai Konselor bidan selalu memberikan penyuluhan tentang
kehamilan dan persiapan persalinan ibu hamil.
ii
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Ada hubungan signifikan antara tingkat pendidikan ibu hamil dengan
motivasi melakukan antenatal care di Puskesmas Kamanre Kabupaten
Luwu (p:0.045), dimana ibu hamil yang memiliki pendidikan tinggi lebih
berpeluang 3.5 kali termotivasi melakukan antenatal care dibandingkan
ibu hamil dengan pendidikan rendah. Hal ini disebabkan oleh semakin
tinggi tingkat pendidikan ibu hamil merupakan sumber motivator dalam
melakukan antenatal care karena orang yang berpendidikan lebih tinggi
akan merespon yang lebih rasional terhadap informasi yang datang dan
berfikir sejauh mana keuntungan yang didapatkan dan lebih mudah untuk
menerima hal yang baru sehingga informasi lebih mudah diterima
termasuk tentang antenatal care.
2. Ada hubungan signifikan antara pengetahuan ibu hamil dengan motivasi
melakukan antenatal care di Puskesmas Kamanre Kabupaten Luwu
(p:0.024), dimana ibu hamil yang cukup mengetahui tentang antenatal
care lebih berpeluang 5.5 kali termotivasi melakukan antenatal care
dibandingkan ibu hamil yang kurang mengetahui tentang antenatal care.
hal ini disebabkan oleh karena semakin baik pengetahuan yang dimiliki
ibu hamil tentang antenatal care semakin tinggi pula motivasi ibu untuk
melakukan pemeriksaan kehamilannya.
ii
3. Ada hubungan signifikan antara sikap petugas (bidan) dengan motivasi ibu
hamil melakukan antenatal care di Puskesmas Kamanre Kabupaten Luwu
(p:0.001), dimana ibu hamil yang menilai petugas kesehatan (bidan)
memiliki sikap yang baik lebih berpeluang 10 kali termotivasi melakukan
antenatal care dibandingkan ibu hamil yang menilai sikap petugas
kesehatan (bidan) kurang baik. Hal ini disebabkan oleh karena Bidan di
Puskesmas Kamanre dalam memberikan pelayanan antenatal care kepada
ibu hamil selalu bersikap ramah dan sopan di dalam menghadapi pasien
terutama ibu hamil.
B. Saran
Kepada Puskesmas khususnya bagi bidan dan tenaga kesehatan lainnya
agar mempertahankan dan meningkatkan pelayanan ke masyarakat sehingga
dapat mengakses pelayanan kesehatan ibu hamil terutama dalam pelayanan
antenatal care.
Kepada ibu-ibu hamil diharapkan yang sudah memiliki motivasi yang
kuat untuk mempertahankan dan bagi yang motivasinya masih kurang agar
meningkatkan agar derajat kesehatan ibu dan anak dapat ditingkatkan.
Kepada peneliti lain yang berminat mela njutkan hasil penelitian ini untuk
mengembangkan desain penelitian maupun metode pengumpulan data melalui
observasi untuk menilai dimensi mutu pelayanan antenatal
ii
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI, (2012)., Pedoman Pelayanan Antenatal Terpadu, Edisi kedua, Kementerian Kesehatan RI, Jakarta : Direktorat Jenderal Bina Gizi dan kesehatan Ibu dan Anak Direktorat Bina Kesehatan Ibu
Dines Kesehatan Kabupaten Luwu, 2014. Profil Dines Kesehatan Kabupaten Luwu Tahun 2014, (tidak dipublikasikan)
Ensiklopedi Nasional Indonesia, 2004. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : PT. Delta Pamungkas.
Hidayat, AA., 2007. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data. Jakarta ; Salemba Medika.
Hutagalung, I., 2007. Pengembangan Kepribadian. Jakarta : PT. Indeks.
Indarwati, L (2008)., Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Ibu Hamil Untuk Memeriksakan Kehamilannya Dengan Menggunakan USG di Poliklinik Kandungan BPRSUD Salatiga, Jurnal Kebidanan Vol.II No.02 Desember 2010., from: eprints.jurnal kebidanan.ac.id/2874267/diakses :20 Maret 2015
Indriani, 2011. Buku Ajar Asuhan Kehamilan. Bandung :
Kementerian Kesehatan RI, (2014). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013, Jakarta, Kemenkes RI.
Kristina Sakke, 2009. Faktor-faktor yang berhubungan dengan motivasi ibu hamil melakukan antenatal care di puskesmas Bua kecamatan bua kabupaten luwu tahun 2009. Makassar.
Lubis, SH., 2009. Total Motivation, Yogyakarta : Pro You.
Mardiyah, U. L, Herawati, T.H, Witcahyo, E., (2013)., Faktor yang Berhubungan dengan Pemanfaatan Pelayanan Antenatal oleh Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Tempurejo Kabupaten Jember Tahun 2013., e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 2 (no. 1) Januari 2014., from: portalgaruda.org/article.php?article=160536 &val=5039&title., diakses 14 Maret 2015.
Mufdillah, 2009. Panduan Asuhan Kebidanan Ibu Hamil, Yogyakarta : Nuha Medika.
Nasution, S.S,Siringo-Ringo. A, (2011)., Pengetahuan Ibu Hamil dan Motivasi Keluarga Dalam Pelaksanaan Antenatal Care di Puskesmas Ujung Batu., Skripsi Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, from: repository.ac.id/28190/diakses 20 Maret 2015
Notoatmodjo, S., 2007. Promosi Kesehatan& Ilmu Perilaku, Jakarta : Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S., 2011. Kesehatan Masyarakat Ilmu & Seni, Jakarta : Rineka Cipta.
ii
Pantikawati, I., & Saryono, 2010. Asuhan Kebidanan I (Kehamilan), Yogyakarta : Nuha Medika.
Puskesmas Kamanre Kabupaten Luwu, 2014. Profil Puskesmas Kamanre Kabupaten Luwu Tahun 2014, (tidak dipublikasikan)
Sariono, AS., 2009. Metodologi Penelitian Kebidanan D III, D IV, S1 dan S2, Jakarta : Nuha Medika.
Stikes Mega Buana Palopo, 2015. Pedoman Penyusunan dan Penulisan Karya Tulis Ilmiah, Program Studi D.IV Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Mega Buana Palopo (tidak dipublikasikan)
Sulistiawati, A., 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan, Jakarta : Salemba Medika.
Suprijanto, J., 2009. Pendidikan Orang Dewasa, Jakarta : PT. Bumi Aksara
Suriani, dkk., 2009. Dasar-Dasar Asuhan Kebidanan Komunitas, Yogyakarta : Titi Publisher.
Wibowo, 2014.Perilaku Dalam Organisasi, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
KATA PENGANTAR
ii
Puji dan syukur penulis persembahkan kehadirat Allah SWT, atas
limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini dengan judul “Faktor Yang Berhubungan Dengan Motivasi Ibu Hamil
Melakukan Antenatal Care di Puskesmas Kamanre Kecamatan Kamanre
Kabupaten Luwu Tahun 2015”.
Selama penulisan skripsi ini berbagai hambatan yang penulis hadapi, namun
semuanya dapat teratasi atas berkat petunjuk, bimbingan, bantuan serta kerja sama
yang tulus dari berbagai pihak. Untuk itu perkenankanlah penulis menghaturkan
rasa terima kasih yang tulus kepada Ibu Dr. Nilawati Uly, S.Si., Apt., M.Kes
selaku pembimbing I dan Ibu Nurdiana, S.SiT, M.Kes selaku pembimbing II
yang telah ikhlas meluangkan waktu mengarahkan penulis dari awal sampai akhir
proses penyusunan skripsi ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:
1. Bapak Rahim Munir Said, SP, MM selaku Pembina Yayasan STIKES Mega
Buana Palopo.
2. Ibu Dr. Nilawati Uly, S.Si, Apt, M.Kes selaku Ketua Yayasan Pendidikan
STIKES Mega Buana Palopo.
3. Bapak I Wayan Djuliarsa, SKM, M.Kes selaku Pembantu Ketua Bidang
Akademik STIKES Mega Buana Palopo.
4. Ibu Evawati Uly, S.Farm., Apt., selaku pembantu Ketua Bidang Keuagan
STIKES Mega Buana Palopo.
5. Bapak Imran Nur, S.IP, M.Si selaku Pembantu Ketua Bidang
Kemahasiswaaan STIKES Mega Buana Palopo.
6. Ibu Wahyuni Arif, S.ST.M.Kes selaku Ketua Prodi D IV Kebidanan STIKES
Mega Buana Palopo.
7. Ibu Hj. WaOde Aliah, SKM.M.Kes, selaku penguji atas saran dan perbaikan
dalam proposal penelitian ini;
8. Seluruh staf dan dosen STIKES Mega Buana Palopo
9. dr. Thamrin selaku Kepala Puskesmas Kamanre yang telah menerima penulis
untuk pengambiolan data awal dan tempat melakukan penelitian.
ii
Terima kasih kepada kedua orang tua tercinta Muh. Saleh dan St. Awisah
yang telah memberikan dorongan dan bantuan materil sehingga skripsi ini dapat
tersusun juga terima kasih kepada rekan-rekan mahasiswa seperjuangan dalam
menyelesaikan pendidikan di D IV Kebidanan STIKES Mega Buana angkatan
tahun 2014 atas segala dorongan dan bantuan yang penulis tidak dapat uraikan
satu persatu.
Penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
oleh karena itu dengan penuh kerendahan hati penulis mengharapkan saran dan
kritikan yang membangun dari semua pihak untuk kesempurnaan skripsi ini.
Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Palopo, 1 Juli 2015
Yulianti Saleh
DAFTAR ISI
ii
HALAMAN JUDUL ……………………………………………………... i
HALAMAN PERSETUJUAN …………………………………………... ii
ABSTRAK …………………………………………………………………. iii
KATA PENGANTAR …………………………………………………….. iv
DAFTAR ISI ………………………………………………………………. vi
DAFTAR TABEL …………………………………………………………. viii
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………. ix
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………… x
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………….. 1
A. Latar Belakang …………………………………………………. 1
B. Rumusan Masalah ……………………………………………… 4
C. Tujuan Penelitian………………………………………………… 4
D. Manfaat Penelitian ………………………………………………. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………….. 6
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian……………………………… 6
B. Tinjauan Umum Tentang Kerangka Teori……………………….. 10
C. Kerangka Konsep………………………………………………… 34
D. Defenisi Operasional dan Kriteria Objektif …………………….. 34
BAB III METODE PENELITIAN ………………………………………. 36
A. Desain Penelitian …………………………………………………. 36
B. Lokasi dan Waktu Penelitian …………………………………….. 36
C. Populasi dan Sampel …………………………………………….. 36
D. Hipotesis Penelitian……………………………………………….. 37
E. Metode Pengumpulan Data ……………………………………….. 38
F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ……………………………. 38
BAB IV HASIL PENELITIAN……………………………………………. 42
BAB V PEMBAHASAN…………………………………………………… 49
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN……………………………………. 56
A. Kesimpulan…………………………………………………………. 56
B. Saran………………………………………………………………... 57
ii
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
HALAMAN PERSETUJUAN
ii
Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa hasil penelitian
dengan judul “Faktor Yang Berhubungan Dengan Motivasi Ibu Hamil
Melakukan Antenatal Care di Puskesmas Kamanre Kecamatan Kamanre
Kabupaten Luwu Tahun 2015” telah kami setujui untuk disajikan di hadapan
tim penguji pada hasil Program Studi D IV Kebidanan STKES Mega Buana
Palopo.
Palopo, 28 Juli 2015
TIM PEMBIMBING
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Nilawati Uly, S.Si, Apt. M.Kes Nurdiana, S.SiT, M.KesNIDN : 092 2017 901 NIDN :
PROGRAM STUDI D IV KEBIDANAN
Ketua,
Wahyuni Arif, S.ST. M.Kes NIDN : 091 5028 412
ii