skripsi diajukan untuk melengkap tugas-tugas dan memenuhi ...repository.utu.ac.id/806/1/i-v.pdf ·...
TRANSCRIPT
MEKANISME PENYUSUNAN ANGGARAN PENERIMAAN DANBELANJA DI GAMPONG BLANG BARO KECAMATAN DARUL
MAKMUR KABUPATEN NAGAN RAYA
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkap tugas-tugas dan memenuhi syarat-syaratGuna memperoleh gelar Sarjana Sosial
OLEH:
S U K I M I NNIM: 07C20201140
KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANFAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM ILMU ADMINISTRASI NEGARAUNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH-ACEH BARATTAHUN 2014
iv
ABSTRAK
SUKIMIN Nim: 07C20201140 Mekanisme Penyusunan Anggaran PenerimaanDan Belanja Di Gampong Blang Baro Kecamatan Darul Makmur Kabupaten NaganRaya. Dibawah bimbingan Sudaman Alwy dan Saiful Asra, M.Soc.Sc.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Gampong (APBD Gampong) adalah instrumenpenting yang sangat menentukan dalam rangka perwujudan tata pemerintahan yangbaik (good governance) di tingkat Gampong. Tata pemerintahan yang baikdiantaranya diukur dari proses penyusunan dan pertanggungjawaban APBDGampong. Memahami proses pada seluruh tahapan pengelolaan APBD Gampong(penyusunan, pelaksanaan, pertanggungjawaban) memberikan arti terhadap modelpenyelenggaraan pemerintahan Gampong itu sendiri, adapun rumusan dalampenelitian ini adalah bagaimana mekanisme penyusunan Anggaran Pendapatan danBelanja Gampong (APBD Gampong) Blang Baro Kecamatan Darul MakmurKabupaten Nagan dan tujuan penelitian untuk mengetahui bagaimana mekanismepenyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Gampong (APBD Gampong) BlangBaro, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif yangmenggunakan pendekatan deskriptif. Hasil yang didapatkan dalam penelitian iniadalah bahwa di Gampong mengikuti kepada aturan dan ketentuan yang telahditentukan baik oleh undang-undang maupun secara ketentuan daerah. Secaraprinsip gampong Blang Baro dalam melakukan penyusunan bertujuan untukmenentukan arah pembangunan secara partisipatif, yaitu melibatkan seluruhkomponen masyarakat sebagai upaya untuk menggali ide dan gagasan yang lahirdari masyarakat untuk pembangunan gampong. Proses penyerapan aspirasi yangdilakukan oleh pemerintah gampong tidak hanya untuk memperoleh ide dangagasan tetapi juga untuk menentukan skala prioritas mengenai pembangunangampong
Kata kunci: Mekanisme, Penyusunan, dan Anggaran Pendapatan BelanjaGampong
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Otonomi daerah menjadi salah satu kesempatan daerah dalam
merencanakan dan mengendalikan perubahan sesuai dengan kebutuhan setempat.
Salah satu inti pelaksanaan otonomi daerah adalah terdapat keleluasaan
pemerintah daerah untuk menyelenggarakan pemerintahan sendiri atas dasar
prakarsa, kreativitas, dan adanya dorongan atau landasan demokrasi, kesetaraan
dan keadilan. Pemerintahan gampong di Aceh, adalah bentuk pemerintahan paling
bawah dan merupakan pemerintahan yang otonom di bawah mukim. Otonomi
gampong adalah kemandirian dan kemampuan pemerintah gampong beserta
masyarakatnya untuk menyelenggarakan pemerintahannya dalam mewujudkan
kesejahteraan dan kehidupan berdemokrasi sesuai dengan kesadaran, aspirasi, dan
kebutuhan lokal. Berdasarkan hal tersebut, gampong memiliki kewenangan untuk
mengatur dan mengurus masyarakat setempat sesuai dengan kondisi dan budaya
termasuk dalam pengaturan keuangan gampong.
Penyelenggaraan pemerintahan gampong yang otonom diharapkan dapat
mendorong peningkatan kapasitas dengan memanfaatkan berbagai sumber daya
secara optimal untuk peningkatan pelayanan umum dan kesejahteraan masyarakat.
Untuk menyelenggarakan tata pemerintahan yang baik dibutuhkan perencanaan,
antara lain mengatur rencana pembangunan jangka menengah, perencanaan
tahunan dan kebijakan penganggaran pembangunan.
2
Perencanaan pembangunan dan penganggaran gampong merupakan bagian yang
menjadi urusan rumah tangga gampong. Upaya mendukung pelaksanaan
perencanaan pembangunan memerlukan kepastian sumber dana, baik dari
pemerintah yang lebih tinggi, swasta maupun dari masyarakat. Oleh karena itu,
perlu adanya pengaturan secara tegas dan konsisten tentang anggaran
pembangunan gampong.
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh dan
Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa, menjelaskan bahwa
desa atau gampong memiliki sumber-sumber keuangan yang meliputi pendapatan
asli, bagian perimbangan kabupaten/kota, bantuan pemerintah baik dari pusat
maupun daerah yang dikelola secara mandiri untuk pembangunan masyarakat.
Tata cara pengelolaan lebih lanjut dirinci dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri
(Permendagri) Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Keuangan Desa yang
menegaskan bahwa gampong harus menyusun Anggaran Pendapatan dan Belanja
Gampong (APBG) secara partisipatif yang mengacu pada perencanaan tahunan.
Sehubungan dengan hal tersebut, dalam pelaksanaan pengelolaan alokasi
dana gampong peran serta masyarakat juga menjadi hal yang penting terutama
dalam proses pengambilan keputusan dan pelaksanaan kegiatan yang
menyangkut kebutuhan masyarakat gampong. Selain itu, diperlukan juga
adanya kerjasama yang baik antara aparatur gampong dengan masyarakat dalam
setiap tahapan-tahapan pengelolaan alokasi dana gampong. Jika hal tersebut
berjalan dengan baik makan besar kemungkinan masyarakat dapat lebih
3
mengembangkan diri untuk mencapai kemajuan bersama seperti yang diharapkan
dari program ini yaitu terciptanya masyarakat yang lebih berdaya.
Selain melibatkan masyarakat, kegiatan pengelolaan alokasi dana
gampong juga turut melibatkan semua stakeholders, Stakeholders tersebut
diharapkan mampu untuk saling bekerja sama dalam pelaksanaan pengelolaan
alokasi dana gampong. Oleh karena itu perlu sebuah kajian bagaimana mekanisme
proses penyusunan anggaran pendapatan dan belanja di Gampong Blang Baro
Kecamatan Darul Makmur, Kabupaten Nagan Raya.
Berdasarkan alasan diatas maka penulis melakukan penelitian dengan
kajian tentang masalah yang sudah diuraikan diatas dengan dengan judul
Mekanisme Penyusunan Anggaran Penerimaan dan Belanja di Gampong Blang
Baro Kecamatan Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latarbelakang masalah sebagai mana yang sudah di uraikan
diatas, adapun rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu: Mekanisme
Penyusunan Anggaran Penerimaan dan Belanja di Gampong Blang Baro
Kecamatan Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui bagaimana
pelayanan PT PLN Pembangkit Listrik Nasional Persero PLTU Nagan Raya yang
diberikan kepada masyarakat selama ini.
4
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaatpenelitian yang ingin penulis sampaikan dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Manfaat praktis yang ingin dapatkan dalam penelitian ini adalah
bertambahkan khazanah keilmuan tentang pelayanan yang diberikan oleh
sebuah perusahaan yang besar terhadap masyarakat, dimana hasil dari
penelitian ini hendaknya dapat dimanfaatkan oleh penelitian lain dimasa
yang akan datang.
2. Manfaat Praktis
Adapun manfaat praktis dalam penelitian ini adalah bertambahnya ilmu
dan pengalaman yang penulis dapatkan selama melakukan penelitian,
sehingga ilmu yang didapatkan selama penelitian ini bisa digunakan dalam
kehidupan sehari-hari.
1.5 Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini penulis akan menguraikan tetang latarbelakang yang
menjadi alasan mengapa judul ini menjadi pilihan untuk melakukan
penelitian, selanjutnya rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian dan sistematika pembahasan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
5
Pada bab ini penulis akan memberikan gambaran tentang penelitian
terdahulu yang dilakukan sebelumnya oleh peneliti sebelumnya di
tempat dan waktu yang berbeda dan memaparkan beberapa teori
maupun konsep yang berhubungan dengan penelitian yang akan
dilakukan sebagai variabel atau indikator-indikator yang akan
dijadikan sebagai tolak ukur dalam penelitian ini.
BAB III METODELOGI PENELITIAN
Pada bab ini penulisan akan memaparkan tentang merode penelitian
yang menjelaskan unsur-unsur penelitian yaitu metodelogi penelitian,
sumber data, tehnik pengumpulan data, jadwal penelitian, instrument
penelitian, tehnis analisis data, pengujian kredibilitas data dan tehnik
penetuan informan.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini membahas mengenai hasil temuan dilapangan yang
menyangkut tentang objek penelitian serta relevansinya dengan
landasan teori sebagai pijakan sertan pembahasan mengenai
keseluruhan penelitian.
BAB V PENUTUP
Pada bab terakhir memaparkan kesimpulan dan saran.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu merupakan gambaran terhadap penelitian
sebelumnya, dimana penelitian ini memberikan perbandingan terhadap penelitian
yang akan dilakukan, adapun penelitian yang pertama dilakukan oleh Abdussakur,
Abdussakur pada Program Studi Magister Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu
Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Lambung Mangkurat, dalam penelitiannya
mengatakan bahwa Kewenangan desa untuk mengelola keuangan dan sumber
daya desa secara otonom merupakan bukti dari otonomi desa. Kecamatan Batu
Benawa merupakan wilayah yang keseluruhannya merupakan desa yang
berjumlah 14 desa, dan desa-desa tersebut memang membuat APBDes, namun
dalam penganggaran berdasarkan anggaran yang telah ada dari tingkat atas.
Artinya proses ini hanya bersifat top-down saja, sedangkan seharusnya proses ini
bersifat campuran top-down dan bottom-up. Padahal kinerja anggaran desa harus
tercermin dari APBDes, yang dibuat oleh Kades sebagai kepala pemerintahan di
tingkat desa dengan Badan Permusyawaratan Desa (BPD). APBDes merupakan
acuan pembiayaan pembangunan di suatu desa. Sehingga kinerja dan penggunaan
setiap anggaran di tingkat desa dapat dipertanggungjawabkan. Penelitian ini
meneliti implementasi kebijakan APBDes di wilayah Kecamatan Batu Benawa
Kabupaten Hulu Sungai Tengah Provinsi Kalimantan Selatan.
7
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Pelaksanaan kebijakan
APBDes di wilayah Kecamatan Batu Benawa Kabupaten Hulu Sungai Tengah
Provinsi Kalimantan Selatan sudah sesuai dengan Peraturan Bupati Hulu Sungai
Tengah Nomor 10 Tahun 2007 tentang Pedoman Penyusunan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa) Kabupaten Hulu Sungai Tengah.
Akan tetapi dari analisis yang dilakukan penulis, sangat jelas bahwa prakteknya
tidaklah memadukan antara top-down dan bottom-up, karena adanya ketimpangan
dan lebih dominan top- down. (2) Dilihat dari dokumen perubahan APBDes dari
Desa Baru, Desa Pagat, dan Desa Layuh, tampak sekali bahwa Perdes tersebut
seperti formalitas yang dimintakan oleh Pemerintah Daerah untuk melengkapi
berkas saja. (3) Faktor-faktor yang menentukan implementasi kebijakan APBDes
di Kecamatan Batu Benawa adalah perencana dan pelaksana kebijakan APBDes,
keberadaan aspek pemasukan desa dan tingkat urgensi program.
2.2 Mekanisme
Mekanisme berasal dari kata dalam bahasa Yunani mechane yang
memiliki arti instrumen, mesin pengangkat beban, perangkat, peralatan untu
membuat sesuatu dan dari katamechos yang memiliki arti sarana dan cara
menjalankan sesuatu. Mekanisme dapat diartikan dalam banyak pengertian yang
dapat dijelaskan menjadi 4 pengertian, yaitu sebagai berikut:
1. Mekanisme adalah pandangan bahwa interaksi bagian-bagian dengan
bagian-bagian lainnya dalam suatu keseluruhan atau sistem secara tanpa
disengaja menghasilkan kegiatan atau fungsi-fungsi sesuai dengan tujuan.
8
2. Mekanisme adalah teori bahwa semua gejala dapat dijelaskan dengan
prinsip-prinsip yang dapat digunakan untuk menjelaskan mesin-mesin
tanpa bantuan inteligensi sebagai suatu sebab atau prinsip kerja.
3. Mekanisme adalah teori bahwa semua gejala alambersifat fisik dan dapat
dijelaskan dalam kaitan dengan perubahan material atau materi yang
bergerak.
4. Mekanisme adalah upaya memberikan penjelasan mekanis yakni dengan
gerak setempat dari bagian yang secara intrinsik tidak dapat berubah bagi
struktur internal benda alam dan bagi seluruh alam.
2.3 Konsep Good Governance
Dimensi good governance menurut World Bank sebagaimana disampaikan
oleh Turner dan Hulme (1997) dalam bukunya yang berjudul “Governance,
Administrstion and Development, Making The State work”. World Bank
mengidentifikasi empat kunci dimensi governance pada sektor publik, yaitu
akuntabilitas (accountability), kerangka hukum untuk pembangunan (legal
framework for development), informasi (information), dan transparansi
(transpiration).
Konsepsi Tentang Anggaran Anggaran menurut Rufus Wixon dalam
Burhanuddin (1999) didefinisikan sebagai “suatu rencana yang disajikan
secara kuantitatif yang biasanya dinyatakan dalam satuan uang yang disusun
untuk periode yang akan datang”. Sementara Syamsi dalam Basri (2003)
mendefiniskan, “anggaran adalah hasil perencanaan yang berkaitan dengan
9
bermacam- macam kegiatan secara terpadu yang dinyatakan dalam satuan uang
dalam jangka waktu tertentu”.
Dalam penyusunan anggaran menurut Rinusu (2003), ada beberapa prinsip
dasar yang harus diakomodir, yaitu:
a. Transaparan
Anggaran hendaknya dapat memberikan informasi tentang tujuan, sasaran,
hasil dan manfaat yang diperoleh masyarakat dari suatu kegiatan atau
proyek yang dianggarkan. Oleh karena itu, dalam setiap proses
penganggaran harus dilakukan secara transparan.
b. Partisipatif
Masyarakat harus dilibatkan dalam setiap proses penganggaran, demi
menjamin adanya kesesuaian antara kebutuhan dan aspirasi masyarakat
dengan peruntukan anggaran. Selain itu juga untuk memainkan peran
kontrol masyarakat sehingga dapat mencegah dan menemukan praktek
korupsi.
c. Disiplin
Penyusunan anggaran harus berorientasi pada kebutuhan masyarakat,
tanpa harus meninggalkan keseimbangan antara pembiayaan
penyelenggaraan pemerintah, pembangunan dan pelayanan masyarakat.
Disiplin penting untuk mencegah terjadinya pencampuradukan dan
duplikasi anggaran disamping juga berkaitan dengan ketepatan waktu
dalam pengimplementasian untuk menghindari kebocoran maupun
pemborosan.
10
d. Keadilan
Pembiayaan pemerintah dilakukan melalui mekanisme pajak dan retribusi
yang dibebankan kepada segenap lapisan masyarakat. Oleh karena itu,
pemerintah wajib mengalokasikan penggunaannya secara adil sehingga
bisa dinikmati oleh seluruh masyarakat tanpa diskriminasi dalam
pemberian pelayanan.
e. Efisiensi dan Efektivitas
Dana yang tersedia harus dimanfaatkan dengan sebaik- baiknya untuk
menghasilkan peningkatan pelayanan publik dan kesejahteraan
masyarakat secara maksimal. Untuk itu dalam perencanaan perlu
ditetapkan secara jelas, sasaran, hasil dan manfaat yang akan diperoleh
masyarakat dari setiap proyek yang diprogramkan.
f. Rasional dan Terukur
Dalam menyusun anggaran baik menyangkut sisi pendapatan maupun
pengeluaran harus memperhatikan aspek rasionalitas anggaran dan dapat
diukur sebagaimana ditentukan dalam pasal 10 Peraturan Pemerintah
No.105 Tahun 2000, yaitu (1). Jumlah pendapatan yang dianggarkan
merupakan perkiraan yang terukur secara rasional yang dapat dicapai
untuk setiap sumber pendapatan; (2). Jumlah belanja yang dianggarkan
merupakan batas tertinggi untuk setiap jenis belanja.
2.4 Otonomi Daerah
Menurut Hary Friedman dalam (Syamsuddin Haris, 2007: 41), bahwa
11
desentralisasi adalah azas penyelenggaraan pemerintahan yang dipertimbangkan
dengan sentralisasi. Desentralisasi menghasilkan pemerintahan lokal (local
government) sebagaimana terjadi “…., a ‘superior’ government assigns
responsibility, authority, or function to ‘lower’ government unit that is assumed
to have some degree of authority.” Adanya pembagian kewenangan serta
tersedianya ruang gerak yang memadai untuk memaknai kewenangan yang
diberikan kepada unit pemerintahan yang lebih rendah (pemerintah),
merupakan perbedaan terpenting antara konsep desentralisasi dan sentralisasi.
Ada dua dimensi desentralisasi, yaitu pertama desentralisasi administrasi
yang disebut dengan istilah dekonsentrasi sedangkan yang kedua adalah
desentralisasi politis yang disebut dengan devolusi. Desentralisasi administrasi
diartikan sebagai kewenangan bagi daerah otonom untuk menyelenggarakan
administrasi pemerintahannya sendiri, sedangkan devolusi diartikan
sebagai wewenang pembuatan keputusan dan kontrol tertentu terhadap
sumber daya yang diberikan kepada pejabat regional dan lokal (Bryant dan
White, 1983:213-214).
Senada dengan hal itu, Cheema dan Rodenelli (2007) mengemukakan
paling tidak terdapat 14 (empat belas) alasan yang merupakan
rasionalitas dari desentralisasi, yaitu sebagai berikut:
1. Desentralisasi dapat merupakan cara yang ditempuh untuk mengatasi
keterbatasan karena perencanaan yang bersifat sentralistik dengan
sejumlah kewenangan, terutama dalam perencanaan pembangunan,
kepada pejabat di daerah yang bekerja di lapangan dan tahu betul
12
masalah yang dihadapi masyarakat.
2. Desentralisasi dapat memotong jalur birokrasi yang rumit serta prosedur
yang sangat terstruktur dari pemerintah pusat;
3. Dengan desentralisasi fungsi dan penugasan kepada pejabat di
daerah, maka tingkat pemahaman serta sentivitas terhadap kebutuhan
masyarakat daerah akan meningkat;
4. Desentralisasi akan mengakibatkan penetrasi yang lebih baik dari
pemerintah pusat dagi daerah- daerah yang terpencilatau sangat jauh
dari pusat, sering kali rencana pemerintah tidak difahami oleh
masyarakat setempat atau dihambat oleh elit lokal, dan dukungan
terhadap program pemerintah sangat terbatas;
5. Desentralisasi memungkinkan representasi yang lebih luas dari
berbagai kelompok politik, etnis, keagamaan di dalam perencanaan
pembangunan yang kemudian dapat memperluas kesamaan dalam
mengalokasikan sumber daya dan investasi pemerintah;
6. Desentralisasi dapat meningkatkan kapasitas pemerintahan serta
lembaga privat di daerah, yang kemudian dapat meningatkan
kemampuan mereka untuk mengambil alih fungsi yang selama ini
dijalankan oleh departemen yang ada di pusat.;
7. Desentralisasi dapat meningkatkan efisiensi pemerintahan di pusat
dengan tidak lagi pejabat di pusat menjalankan tugas rutin karena hal
itu dapat diserahkan kepada pejabat daerah;
8. Desentralisasi juga dapat menyediakan struktur, berbagai departemen di
13
pusat dan dikoordinasi secara efektif bersama dengan pejabat daerah
dan sejumlah NGOs di berbagai daerah, propinsi, kabupaten dan kota
dapat menyediakan basis wilayah koordinasi bagi program pemerintah,
khususnya di dunia III banyak sekali program pedesaan yang
dijalankan;
9. Struktur pemerintahan yang didesentralisasikan diperlukan guna
melembagakan partisipasi masyarakat dalam perencanaan dan
implementasi program;
10. Dengan desentralisasi model alternatif cara pembuatan kebijaksanaan,
desentralisasi dapat meningkatkan pengaruh atau pengawasan atas
berbagai aktivitas yang dilakukan oleh elit lokal, yang seringkali tidak
simpatik dengan program pembangunan nasional dan tidak sensitif
terhadap kebutuhan masyarakat miskin di pedesaan;
11. Desentralisasi dapat menghantarkan kepada administrasi pemerintah
yang mudah disesuaikan dan kreatif.;
12. Desentralisasi perencanaan dan fungsi manajemen dapat
memungkinkan pimpinan di daerah menetapkan pelayanan dan fasilitas
secara efektif di tengah–tengan masyarakat, mengintegrasikan daerah-
daerah yang terisolasi, memonitor dan melakukan evaluasi
implementasi proyek pembangunan dengan lebih baik daripada
dilakukan oleh pejabat di pusat;
13. Desentralisasi dapat memantapkan stabilitas politik dan kesatuan
nasional dengan memberikan peluang kepada masyarakat di daerah
14
untuk berpartisipasi secara langsung dalam pembuatan kebijaksanaan;
14. Desentralisasi dapat meningkatkan penyediaan barang dan jasa
ditingkat lokal dengan biaya yang lebih rendah, karena hal itu tidak
lagi menjadi beban pemerintah pusat karena sudah diserahkan kepada
daerah.
Selain memberikan kewenangan pengelolaan desa kepada kabupaten,
Undang- Undang Nomor 32 tahun 2004 juga memberikan pemaknaan baru
tentang desa, dimana desa tidak lagi merupakan wilayah administratif namun
merupakan sebuah daerah yang istimewa dan memiliki kewenangan untuk
mengatur kepentingan masyarakatnya. Berkaitan dengan kewenangan tersebut
ada 3 (tiga) skema desentralisasi yang bias dibawah ke desa:
a. desentralisasi politik: pembagian kewenangan dan tanggung jawab
kepada desa untuk mengelola pemerintahan, pembangunan dan pelayanan
publik dasar.
b. desentralisasi pembanguan: devolusi perencanaan desa yang menegaskan
desa berwenang membuat perencanaan sendiri (village self planning).
c. desentralisasi fiskal: alokasi dana desa untuk membiayai urusan
pemerintahan dan pembangunan (Rozaki, dkk, 2005:23)
` Di dalam desentralisasi politik juga terkandung gagasan desentralisasi
pembangunan desentralistik pada prinsipnya paralel dan terintegrasi dengan
desentralisasi pemerintahan. Gagasan utama desentralisasi pembangunan adalah
menempatkan desa sebagai entitas yang otonom (mandiri) dalam pengelolaan
pembangunan. Dengan demikian, perencanaan pembangunan desa dari bawah
15
keatas (bottom up) juga harus ditransformasikan menjadi village self
planning, sesuai dengan batas-batas kewenangan yang dimiliki desa.
Perencanaan pembangunan melalui musbangdes tidak perlu lagi dibawa ke
kabupaten, melainkan cukup berhenti di desa. Dengan kalimat lain, desentralisasi
pembangunan berhenti hanya sampai di desa. Desa berarti punya kemandirian
dalam perencanaan tanpa instruksi dan intervensi dari kabupaten (Rozaki, dkk,
2005:24).
Secara etimologis kata otonomi menurut Abdurrahman Otonomi berasal
dari bahasa Yunani Autos yang berarti Nomos yang berarti aturan. Dari arti kata
yang demikian beberapa penulis memberikan pengertian otonomi sebagai
zelfwtgeving atau pandangan sendiri, mengatur atau memerintah sendiri. Ateng
Sjaffrudin mengemukakan dalam (Handoyo, 1998:27) bahwa istilah otonomi
mempunyai makna kebebasan atas kemandirian (zelfstandighied) tetapi bukan
kemerdekaan (onafhankelijkhied).
Sedangkan Soepomo dalam (Kaho, 2002:46) yang lebih menekankan pada
sisi budaya historis suatu daerah, mengemukakan bahwa: Otonomi Daerah
sebagai prinsip berarti menghormati kehidupan regional menurut riwayat, adat
dan sifat-sifat sendiri, dalam kadar negara kesatuan. Tiap-tiap daerah mempunyai
historis dan bersifat khusus yang berlainan daripada sifat dan riwayat daerah
lain. Berhubungan itu pemerintah harus menjauhkan segala usaha yang
bermaksud akan menguniformisir seluruh daerah menurut satu model, misalnya
janganlah pemerintah mencoba menyusun pemerintahan daerah Sumatera,
Kalimantan, Minahasa dan sebagainya ala pemerintahan Jawa, perhatikanlah
16
dan sesuaikanlah segala susunan dengan struktur sosialnya masing-masing
daerah”.
Kaho (2002:60) mengemukakan bahwa otonomi daerah dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu manusia, keuangan, peralatan dan organisasi serta
manajemen. Secara historis desa merupakan cikal bakal terbentuknya
masyarakat politik dan pemerintahan di Indonesia jauh sebelum Negara-negara
ini terbentuk struktur sosial sejenis desa, masyarakat dat dan lain sebagainya
telah menjadi institusi yang mempunyai posisi sangat penting. Desa merupakan
institusi yang otonom dengan tradisi, adat istiadat dan hukumnya sendiri serta
relatif mandiri (Widjaja, 2003:4). Dari pendapat tersebut diketahui otonomi
yang tumbuh di desa adalah otonomi yang bersifat asli yang berakar dalam
budaya masyarakat sebagai suatu persekutuan masyarakat hukum.
Sementara tujuan dari program pembangunan desa adalah sebagai upaya
meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa, mempercepa kemajuan kegiatan
ekonomi pedesaan yang berkeadilan, dan mempercepat industrilialisasi desa. Hal
ini menurut Hanif Nurcolish (2011:9) dapat menciptakan lapangan kerja,
membuka peluang tersedianya bahan pangan dan bahal lainnya agar menunjang
kebutuhan konsumsi dan produksi, terwujudnya keterkaitan ekonomi lokal, dan
meningkatnya kapasitas lembaga serta organisasi ekonomi masyarakat desa.
2.5 Mekanisme Penyusunan Anggaran Penerimaan dan Belanja
Gampong
17
Perencanaan anggaran merupakan hal yang sangat penting dilakukan oleh
pemerintah, baik di tingkat pusat, provinsi sampai ke tingkat gampong. Pasal 73
Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa telah mewajibkan
desa/gampong menyusun Anggaran Pendapatan dan Belanja Gampong (APBG)
secara partisipatif. APBG ditetapkan setiap tahun oleh keuchik bersama Tuha
peut. APBG merupakan manifestasi wajah pemerintahan gampong, karena APBG
lahir dari penggabungan proses politik dan partisipasi.
APBG dikatakan baik apabila alokasi belanjanya lebih banyak untuk
kebutuhan warga/pemberdayaan masyarakat, terutama yang hidup dibawah garis
kemiskinan. Sebaliknya, APBG dikatakan buruk apabila terjadi perbedaan yang
sangat besar antara alokasi belanja operasional dan aparatur dengan
pemberdayaan masyarakat. Disinilah pentingnya APBG, karena dapat menjadi
tolok ukur keberpihakan pemerintah kepada rakyat. APBG digunakan untuk
memprediksi penerimaan yang mungkin akan diterima dalam satu tahun anggaran
dan pembiayaan pelaksanaan kewenangan gampong atau urusan pemerintahan,
baik yang bersifat asal-usul, pelaksanaan urusan pemerintahan yang diberikan
maupun dilimpahkan oleh pemerintah Kabupaten/Kota dan atau pelaksanaan
urusan pemerintahan yang diamanahkan oleh peraturan perundang-undangan.
2.5.1 Penyusunan RAPB Gampong
18
Penyusunan RAPB Gampong harus mengacu pada dokumen Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Gampong (RPJM Gampong) dan Rencana
Kerja Pembangunan Gampong (RKP Gampong). Proses penyusunan RAPB
Gampong dapat digambarkan sebagai berikut:
Penjelasan tentang RPJM Gampong dan RKP Gampongsebagai berikut:
1. Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Gampong (RPJM
Gampong) dan Rencana Kerja Pembangunan Gampong (RKP Gampong).
RPJM Gampong untuk jangka waktu 5 (lima) tahun merupakan
penjabaran dari visi dan misi dari Kepala Gampong yang terpilih. Setelah
berakhir jangka waktu RPJM Gampong, Kepala Gampong terpilih menyusun
kembali RPJM Gampong untuk jangka waktu 5 (lima) tahun. RPJM Gampong
ditetapkan paling lambat 3 (tiga) bulan setelah Kepala Gampong dilantik.
Selanjutnya Keuchik bersama Badan Permusyawaratan Gampong (BPG)
menyusun RKP Gampong yang merupakan penjabaran dari RPJM Gampong
berdasarkan hasil Musyawarah Rencana Pembangunan Gampong.Penyusunan
RKP Gampong diselesaikan paling lambat akhir bulan Januari tahun anggaran
sebelumnya.
2. Penetapan Rancangan APBGampong
Sekretaris Gampong menyusun Rancangan Peraturan Gampong tentang
APBGampong berdasarkan pada RKP Gampong. Sekretaris Gampong
menyampaikan rancangan Peraturan Gampong tentang APBGampong kepada
Kepala Gampong untuk memperoleh persetujuan. Selanjutnya Kepala Gampong
menyampaikan rancangan Peraturan Gampong kepada BPG untuk dibahas
19
bersama dalam rangka memperoleh persetujuan bersama.Penyampaian rancangan
Peraturan Gampong tentang APBG diajukan paling lambat minggu pertama bulan
November tahun anggaran sebelumnya. Pembahasannya menitikberatkan pada
kesesuaian dengan RKP Gampong. Rancangan Peraturan Gampong tentang
APBG yang paling lambat dalam 3 (tiga) hari kerja disampaikan kepada
Bupati/Walikota untuk dievaluasi. Rancangan Peraturan Gampong tentang
APBGampong ditetapkan paling lambat 1 (satu) bulan setelah APBD Kabupaten/
Kota ditetapkan.
3. Evaluasi Rancangan APBG
Bupati/Walikota setelah menerima Rancangan Peraturan Gampong tentang
APBGampong menetapkan Evaluasi Rancangan APBGampong paling lama 20
(dua puluh) hari kerja. Apabila hasil evaluasi melampaui batas waktu tersebut,
Kepala Gampong dapat menetapkan Rancangan Peraturan Gampong tentang
APBGampong menjadi Peraturan Gampong.
Dalam hal Bupati/Walikota menyatakan hasil evaluasi tentang APBG
tidak sesuai dengan kepentingan umum dan peraturan perundang- undangan yang
lebih tinggi, Kepala Gampong bersama BPG melakukan penyempurnaan paling
lama 7 (tujuh) hari kerja terhitung sejak diterimanya hasil evaluasi.
Apabila hasil evaluasi tidak ditindaklanjuti oleh Kepala Gampong dan
BPG, dan Kepala Gampong tetap menetapkan Rancangan Peraturan Gampong
tentang APBG menjadi Peraturan Gampong, maka Bupati/Walikota membatalkan
Peraturan Gampong dimaksud dan sekaligus menyatakan berlakunya pagu APBG
tahun anggaran sebelumnya. Pembatalan Peraturan Gampong dan pernyataan
20
berlakunya pagu tahun anggaran sebelumnya tersebut harus ditetapkan dengan
Peraturan Bupati/Walikota. Paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah pembatalan
Kepala Gampong harus memberhentikan pelaksanaan Peraturan Gampong dan
selanjutnya Kepala Gampong bersama BPG mencabut peraturan Gampong
dimaksud. Pencabutan peraturan Gampong dilakukan dengan Peraturan
Gampong tentang Pencabutan Peraturan Gampong tentang APBG. Pelaksanaan
pengeluaran atas pagu APBG tahun sebelumnya ditetapkan dengan Keputusan
Keuchik.
2.5.2 Pelaksanaan APBG
Semua pendapatan Gampong dilaksanakan melalui rekening kas
Gampong. Khusus bagi Gampong yang belum memiliki pelayanan perbankan di
wilayahnya maka pengaturannya diserahkan kepada daerah. Program dan kegiatan
yang masuk Gampong merupakan sumber penerimaan dan pendapatan
Gampong dan wajib dicatat dalam APBGampong. Setiap pendapatan Gampong
harus didukung oleh bukti yang lengkap dan sah. Kepala Gampong wajib
mengintensifkan pemungutan pendapatan Gampong yang menjadi wewenang dan
tanggungjawabnya. Pemerintah Gampong dilarang melakukan pungutan selain
dari yang ditetapkan dalam peraturan Gampong.
Pengembalian atas kelebihan pendapatan Gampong dilakukan dengan
membebankan pada pendapatan Gampong yang bersangkutan untuk
pengembalian pendapatan Gampong yang terjadi dalam tahun yang sama.Untuk
pengembalian kelebihan pendapatan Gampong yang terjadi pada tahun-tahun
21
sebelumnya dibebankan pada belanja tidak terduga. Pengembaliannya harus
didukung dengan bukti yang lengkap dan sah.
Setiap Pengeluaran belanja atas beban APBG harus didukung dengan
bukti yang lengkap dan sah. Bukti tersebut harus mendapat pengesahan oleh
Sekretaris Gampong atas kebenaran material yang timbul dari penggunaan
bukti dimaksud.
Pengeluaran kas Gampong yang mengakibatkan beban APBG tidak dapat
dilakukan sebelum rancangan peraturan Gampong tentang APBG ditetapkan
menjadi peraturan Gampong. Namun demikian, dikecualikan bagi belanja
Gampong yang bersifat mengikat dan belanja Gampong yang bersifat wajib
yang ditetapkan dalam peraturan kepala Gampong. Bendahara Gampong
sebagai wajib pungut pajak penghasilan (PPh) dan pajak lainnya, wajib
menyetorkan seluruh penerimaan potongan dan pajak yang dipungutnya ke
rekening kas negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Jika dalam APBG terjadi Sisa lebih perhitungan anggaran (SilPA) tahun
sebelumnya, maka merupakan penerimaan pembiayaan yang boleh digunakan
untuk:
1. Menutupi defisit anggaran apabila realisasi pendapatan lebih kecil dari
pada realisasi belanja;
2. Mendanai pelaksanaan kegiatan lanjutan atas beban belanjalangsung;
3. Mendanai kewajiban lainnya yang sampai dengan akhir tahun anggaran
belum diselesaikan.
22
Pengaturan tentang dana cadangan dalam APBG sebagai berikut:
1. Dana cadangan dibukukan dalam rekening tersendiri atau disimpan pada
kas Gampong tersendiri atas nama dana cadangan pemerintah
Gampong.
2. Dana cadangan tidak dapat digunakan untuk membiayai kegiatan
lain diluar yang telah ditetapkan dalam peraturan Gampong tentang
pembentukan dana cadanganapabila dana cadangan telah mencukupi untuk
melaksanakan kegiatan.
2.5.3 Perubahan APBGampong
Tata cara pengajuan perubahan APBG sama dengan tata cara penetapan
pelaksanaan APBG. Perubahan APBG dapat dilakukan apabila terjadi:
1. Keadaan yang menyebabkan harus dilakukan pergeseran antar
jenis belanja. Dalam kondisi ini maka perubahan APBG hanya dapat
dilakukan 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun anggaran, kecuali dalam
keadaan luar biasa. Perubahan APBG terjadi bila Pergeseran anggaran
yaitu Pergeseran antar jenis belanja dapat dilakukan dengan cara merubah
peraturan Gampong tentang APBG.
2. Keadaan yang menyebabkan sisa lebih perhitungan anggaran (SilPA)
tahun sebelumnya harus digunakan dalam tahun berjalan. Dalam hal ini
maka penggunaan SiLPA tahun sebelumnya dalam perubahan APBG,
yaitu Keadaan yang menyebabkan sisa lebih perhitungan anggaran SilPA)
tahun sebelumnya harus digunakan dalam tahun berjalan.
23
3. Keadaan darurat yaitu pendanaan keadaan darurat, dengan ketentuan:
a. Keadaan darurat sekurang-kurangnya memenuhi kriteria sebagai berikut:
1) Bukan merupakan kegiatan normal dan aktivitas pemerintah Gampong
dan tidak dapat diprediksikan sebelumnya;
2) Tidak diharapkan terjadi secara berulang;
3) Berada diluar kendali dan pengaruh pemerintah Gampong;
4) Memiliki dampak yang signifikan terhadap anggaran dalam rangka
pemulihan yang disebabkan oleh keadaan darurat
b. Dalam Keadaan Darurat, pemerintah Gampong dapat melakukan
pengeluaran yang belum tersedia anggarannya, yang selanjutnya diusulkan
dalam rancangan perubahan APBG.
c. Pendanaan keadaan darurat yang belum tersedia anggarannya dapat
menggunakan belanja tidak terduga.
Dalam hal belanja tidak terduga tidak mencukupi dapat dilakukan
dengan cara:
1) Menggunakan dana dan hasil penjadwalan ulang kegiatan dalam tahun
anggaran berjalan, dan/atau
2) Memanfaatkan uang kas yang tersedia.
d. Pelaksanaan pengeluaran untuk mendanai kegiatan dalam keadaan darurat
terlebih dahulu ditetapkan dengan keputusan Kepala Gampong.
4. Keadaan luar biasa yaitu pendanaan keadaan luar biasa,dengan
ketentuan:
24
a. Keadaan Luar Biasa merupakan keadaan yang menyebabkan estimasi
penerimaan dan/atau pengeluaran dalam APBGampong mengalami
kenaikan atau penurunan lebih besar dan 50%;
b. Persentase 50% di atas merupakan selisih kenaikan atau penurunan
antara pendapatan dan belanja dalam APBGampong;
c. Dalam hal kejadian luar biasa yang menyebabkan estimasi penerimaan
dalam APBGampong mengalami peningkatan lebih dan 50%, dapat
dilakukan penambahan kegiatan baru dan/atau peningkatan capaian target
kinerja kegiatan dalam tahun anggaran berjalan;
d. dalam hal kejadian luar biasa yang menyebabkan estimasi penerimaan
dalam APBGampong mengalami penurunan lebih dan 50%, maka dapat
dilakukan pengurangan capaian target kinerja kegiatan dalam tahun
anggaran berjalan.
2.5.4 Pengelolaan Alokasi Dana Gampong (ADG) dalam APBG
1. Sumber, Tujuan, danPola Pembagian ADG.
Pengelolaan ADG merupakan satu kesatuan dengan pengelolaan keuangan
Gampong. ADG berasal dari APBD Kabupaten/Kota yang bersumber dari bagian
dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh kabupaten/Kota
untuk Gampong paling sedikit 10%. Tujuan ADG adalah:
a. Menanggulangi kemiskinan dan mengurangi kesenjangan;
25
b. Meningkatkan perencanaan dan penganggaran pembangunan di tingkat
Gampong dan pemberdayaan masyarakat;
c. Meningkatkan pembangunan infrastruktur pergampong;
d. Meningkatkan pengamalan nilai-nilai keagamaan, social budaya dalam
rangka mewujudkan peningkatan sosial;
e. Meningkatkan ketenteraman dan ketertiban masyarakat;
f. Meningkatkan pelayanan pada masyarakat Gampong dalam rangka
pengembangan kegiatan sosial dan ekonomi masyarakat;
g. Mendorong peningkatan keswadayaan dan gotong royong masyarakat;
h. Meningkatkan pendapatan Gampong dan masyarakat Gampong melalui
Badan Usaha Milik Gampong (BUMG)
Kebijakan mengenai ADGdiatur dalam dua pola sebagai kesatuan alokasi
dengan berlandaskan dua azas yakni:
a. Azas Merata adalah besarnya bagian ADG yang sama untuk setiap
Gampong, yang selanjutnya disebut Alokasi Dana Gampong Minimal
(ADGM) atau Pola Minimal, yakni sebesar 60% dari total ADG
dibagikan secara merata untuk seluruh Gampong; dan
b. Azas Adil adalah besarnya bagian ADG berdasarkan Nilai Bobot
Gampong (BDx) yang dihitung dengan rumus dan variabel tertentu,
selanjutnya disebut Alokasi Dana Gampong Proporsional (ADGP) atau
Pola Proporsional, yakni sebesar 40% dari total Alokasi Dana Gampong
dibagikan secara proporsional kepada Gampong-Gampong tertentu atau
seluruh Gampong sesuai tingkat kemampuan keuangan Gampong yang
26
bersangkutan (fiscal capacity) yang berkenaan dengan variabel potensi
ekonomi yang mendukung peningkatan pendapatan asli Gampong, serta
constrain variabel yang dapat menghambat perkembangan pembangunan
Gampong (seperti tingkat pendidikan dan kesehatan, ketersediaan
infrastruktur, dan keterjangkauan wilayah Gampong). Rasio penggunaan
dana ADG adalah 30% untuk biaya operasional Pemerintahan Gampong
dan 70% untuk pemberdayan masyarakat.
Besarnya prosentase perbandingan antara azas merata dan adil
sebagaimana dimaksud di atas, adalah besarnya ADGM yaitu 60% dari jumlah
ADG dan besarnya ADGP adalah 40% dari jumlah ADG.
2. Mekanisme Penyaluran dan Pencairan
Alokasi dana gampong dalam APBD Kabupaten/Kota di anggarkan pada
badan/dinas/kantor pemberdayaan masyarakat gampong Badan/Dinas/Kantor
Pemberdayaan Masyarakat Gampong atau dengan sebutan lainyang memiliki
tugas dan fungsi tersebut. Pemerintah Gampong membuka rekening pada bank
yang ditunjuk berdasarkan Keputusan Kepala Gampong. Kepala Gampong
mengajukan permohonan penyaluran ADG kepada Bupatidalam hal ini
Badan/Dinas/Kantor Pemberdayaan Masyarakat Gampong atau dengan sebutan
laindi Kabupaten melalui Camat setelah dilakukan verifikasi oleh Tim
Pendamping Kecamatan. Kepala Badan/Dinas/Kantor Pemberdayaan Masyarakat
Gampong atau dengan sebutan lain akan meneruskan berkas permohonan berikut
lampirannya kepada Kepala Bagian Keuangan Setda Kabupaten atau Kepala
Dinas/Badan Pengelola Keuangan dan Kekayaan Aset Daerah (D/BPKKAD) atau
27
dengan sebutan lain yang memiliki tugas dan fungsi tersebut yang selanjutnya
akan menyalurkan ADG langsung dari kas daerah ke rekening Gampong.
Mekanisme pencairan ADG dalam APBG dilakukan secara bertahap atau
disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi daerah kabupaten/kota.
3. Pelaksanaan KegiatanBersumber dari ADG.
Pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang pembiayaannya bersumber dari ADG
dalam APBGampong, sepenuhnya dilaksanakan oleh Tim Pelaksana Gampong
dengan mengacu pada Peraturan Bupati/Walikota. Penggunaan Anggaran ADG
adalah sebesar 30% untuk belanja aparatur dan operasional pemberdayaan
masyarakat. Belanja Pemberdayaan Masyarakat digunakan untuk:
Biaya perbaikan sarana publik dalam skala kecil. Penyertaan modal usaha
masyarakat melalui BUMG:
a. Biaya untuk pengadaan ketahanan pangan.
b. Perbaikan lingkungan dan pemukiman.
c. Teknologi Tepat Guna.
d. Perbaikan kesehatan dan pendidikan.
e. Pengembangan sosial budaya.
f. Dan sebagainya yang dianggap penting
2.5.5 Pengelolaan Sumber Pendapatan Gampong
Sumber pendapatan Gampong terdiri atas:
28
1. Pendapatan asli Gampong, terdiri dari hasil usaha Gampong, hasil
kekayaan Gampong, hasil swadaya dan partisipasi, hasil gotong
royong, dan lain-lain pendapatan asli Gampong yang sah;
2. Bagi hasil pajak daerah Kabupaten/Kota paling sedikit 10% untuk
Gampong dan dari retribusi Kabupaten/Kota sebagian diperuntukkan bagi
Gampong;
3. Bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang
diterima oleh Kabupaten/Kota untuk Gampong paling sedikit 10%, yang
pembagiannya untuk setiap Gampong secara proporsional yang
merupakan Alokasi Dana Gampong (ADD); Rasio penggunaan dana ADD
adalah 30% untuk biaya operasional Pemerintahan Gampong dan 70%
untuk pemberdayan masyarakat.
4. Bantuan keuangan dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah
Kabupaten/Kota dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan;
5. Hibah dan sumbangan dari pihak ketiga yang tidak mengikat.
Sumber pendapatan Gampong yang telah dimiliki dan dikelola oleh
Gampong tidak dibenarkan diambil alih olehpemerintah atau pemerintah
daerah.Sumber pendapatan daerah yang berada di Gampong baik pajak maupun
retribusi yang sudah dipungut oleh Provinsi atau Kabupaten/Kota tidak
dibenarkan adanya pungutan tambahan oleh Pemerintah Gampong.Sumber
pendapatan Gampongdari perolehan bagian pajak dan retribusi daerah ditetapkan
dengan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota dan pengalokasiannya ditetapkan
dengan Peraturan Bupati/Walikota Bantuan keuangan kepada Gampong (dari
29
Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota), serta Alokasi
Dana Gampong disalurkan melalui kas Gampong.Pemberian hibah dan
sumbangan tidak mengurangi kewajiban-kewajiban pihak penyumbang kepada
Gampong.Sumbangan yang berbentuk barang, baik barang bergerak maupun
barang tidak bergerak dicatat sebagai barang inventaris kekayaan milik Gampong
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.Sumbangan yang
berbentuk uang dicantumkan di dalam APBG.
Dalam rangka meningkatkan pendapatan masyarakat dan Gampong,
Pemerintah Gampong dapat mendirikan Badan Usaha Milik Gampong (BUMG)
sesuai dengan kebutuhan dan potensi Gampong. Pembentukan BUMG ditetapkan
dengan peraturan Gampong berpedoman pada peraturan perundang-undangan.
Bentuk BUMG harus berbadan hukum. BUMG adalah usaha Gampong yang
dikelola oleh pemerintah Gampong. Kepengurusan BUMG terdiri dari pemerintah
Gampong dan masyarakat.
Permodalan BUMG dapat berasal dari:
1. Pemerintah Gampong;
2. Tabungan masyarakat;
3. Bantuan pemerintah, , pemerintah provinsi dan pemerintah
kabupaten/kota;
4. Pinjaman; BUMG dapat melakukan pinjaman sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Pinjaman dapat dilakukan setelah mendapat
persetujuan BPD;
30
5. Penyertaan modal pihak lain atau kerja sama bagi hasil atas dasar saling
menguntungkan.
Kekayaan/aset Gampong merupakan bagian dari keuangan Gampong,
karena pembentukan kekayaan Gampong dibiayai dari keuangan Gampong.Jenis-
jenis kekayaan/aset Gampong, antara lain:
1. Tanah kas Gampong;
2. Pasar Gampong;
3. Pasar hewan;
4. Tambatan perahu;
5. Bangunan Gampong;
6. Pelelangan ikan yang dikelola oleh Gampong; dan
7. Lain-lain kekayaan milik Gampong, yang dapat berupa:
a. Barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBG atau
APBD kabupaten/kota;
b. Barang yang berasal dari perolehan lainnya dan atau hibah dan
sumbangan dari pihak ketiga;
c. Barang yang diperoleh sebagai pelaksanaan perjanjian/kontrak
sesuai peraturan perundang- undangan;
d. Barang yang dihibahkan oleh pemerintah pusat, provinsi dan/atau
kabupaten/kota;
e. Barang yang diperoleh dari hasil kerjasama Gampong.
Pengelolaan kekayaan Gampong diarahkan untuk meningkatkan
pendapatan Gampong dengan mendapat persetujuan BPD.Jenis pemanfaatan
31
kekayaan Gampong, dapat berupa sewa, pinjam pakai, kerjasama
pemanfaatan,atau bangun guna serah yang menguntungkan bagi kepentingan
masyarakat Gampong dan peningkatan pendapatan Gampong. Kepala
Gampong menyampaikan laporan hasil pengelolaan kekayaan Gampong kepada
Bupati/Walikota melalui Camat setiap akhir tahun anggaran dan/atau sewaktu-
waktu.
2.5.6 Teknik Penganggaran Gampong
Perencanaan dan penganggaran merupakan proses yang terintegrasi
sehingga output dari perencanaan adalah penganggaran. Proses perencanaan arah
dan kebijakan pembangunan Gampong tahunan dan rencana anggaran tahunan
(APBG) pada hakikatnya merupakan perencanaan instrumen kebijakan publik
sebagai upaya meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Oleh karena
pentingnya anggaran tersebut maka perencanaan anggaran/penyusunan anggaran
juga menjadi sesuatu yang penting dalam penyelenggaraan pemerintahan
Gampong.
APBG merupakan dokumen formal hasil kesepakatan antara Pemerintah
Gampong dan Badan Permusyawaratan Gampong tentang belanja yang ditetapkan
untuk melaksanakan kegiatan pemerintah dan pendapatan yang diharapkan
untuk menutup keperluan belanja tersebut atau pembiayaan yang diperlukan bila
diperkirakan akan terjadi defisit atau surplus.
Dalam proses perencanaan anggaran dikenal adanya siklus anggaran yang
meliputi tiga tahap sebagai berikut.
32
1. Tahap Persiapan Anggaran
Pada tahap persiapan anggaran dilakukan taksiran pengeluaran atas dasar
taksiran pendapatan yang tersedia.Terkait dengan masalah tersebut, yang
perlu diperhatikan adalah sebelum menyetujui taksiran pengeluaran
hendaknya terlebih dahulu dilakukan penaksiran pendapatan secara
lebih akurat.
2. Tahap Pelaksanaan Anggaran
Setelah APBG disetujui, tahap berikutnya adalah pelaksanaan
anggaran.Dalam tahap pelaksanaan anggaran, hal terpenting yang harus
diperhatikan oleh pemerintah Gampong adalah dimilikinya sistem
informasi akuntansi dan pengendalian manajemen.
3. Tahap Pelaporan dan Evaluasi
Tahap terakhir dari siklus anggaran adalah pelaporan dan evaluasi
anggaran.Tahap persiapan dan pelaksanaan anggaran terkait dengan aspek
operasional anggaran, sedangkan tahap pelaporan dan evaluasi terkait
dengan aspek akuntabilitas.
2.5.7 Prinsip Dasar APBG
APBG adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan Gampong yang
dibahas dan disetujui bersama oleh Kepala Gampong dan BPD, dan ditetapkan
dengan Peraturan Gampong.
Fungsi APBG adalah:
33
1. Fungsi otorisasi: APBG menjadi target fiskal yang menggambarkan
keseimbangan antara belanja, pendapatan, dan pembiayaan yang
diinginkansebagai dasar untuk melaksanakan pendapatan dan belanja
Gampong pada tahun yang bersangkutan.
2. Fungsi perencanaan: APBG merupakan pernyataan kebijakan public
sebagai pedoman bagi manajemen dalam merencanakan kegiatan pada
tahun yang bersangkutan.
3. Fungsi pengawasan: APBG menjadi pedoman pengendalian yang
memiliki konsekuensi hukum untuk menilai apakah kegiatan
penyelenggaraan pemerintahan Gampong sesuai dengan ketentuan yang
telah ditetapkan.
4. Fungsi alokasi: APBG harus diarahkan utk menciptakan lapangan
kerja/mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber daya, serta
meningkatkan efisiensi dan efektivitas perekonomian Gampong.
5. Fungsi distribusi: kebijakan APBG harus memperhatikan rasa keadilan
dan kepatutan masyarakat.
6. Fungsi akuntabilitas: APBG memberi landasan penilaian kinerja
pemerintah Gampong; Hasil pelaksanaan anggaran dituangkan dalam
laporan keuangan pemerintah Gampong sebagai pernyataan
pertanggungjawaban pemerintah Gampong kepada publik.
Penyusunan APBG harus berdasarkan pada prinsip-prinsip berikut :
1. Anggaran Berbasis Kinerja
34
Anggaran yang disusun dengan pendekatan kinerja mengutamakan
upaya pencapaian hasil kerja (output/outcome) dari perencanaan alokasi biaya
atau input yang telah ditetapkan. Hasil kerjanya harus sepadan atau lebih
besar dari biaya atau input yang telah ditetapkan. Selain itu harus mampu
menumbuhkan profesionalisme kerja di setiap unit yang terkait.
Anggaran kinerja berorientasi pada efisiensi pengelolaan internal program.
Anggaran inimengkaitkan belanja dan pendapatan dengan beban kerja.
Kelebihan penganggaran kinerjamemperlihatkan kegiatan dan tingkat
pelayanan yang diberikan. Anggaran kinerja memberikaninformasi
berkaitan dengan kualitas, kuantitas dan produktivitas pelayanan yang
diberikan olehpemerintah atau lembaga lainnya. Disisi lain, anggaran kinerja
memberikan informasi untukpengambilan keputusan prioritas pelayanan.
Anggaran berbasis kinerja memusatkan perhatian pada pengukuran efisiensi hasil
kerja dengan tujuan memaksimumkan output yang dapat dihasilkan dari input
tertentu. Ciri-ciri anggaran berbasis kinerja:
a. Klasifikasi anggaran didasarkan pada program dan kegiatan.
b. Penekanan pada pengukuran hasil kerja.
c. Setiap kegiatan harus dilihat dari segi efisiensi dengan memaksimalkan
output
d. Memerlukan standar pengukuran hasil kinerja.
Keunggulan anggaran berbasis kinerja:
a. Memungkinkan pendelegasian wewenang dalam pengambilan keputusan.
35
b. Merangsang partisipasi motivasi aktif unit-unit operasional melaluiproses
usul dari bawah dan penilaian anggaran yang bersifat aktual.
c. Meningkatkan fungsi perencanaan dan mempertajam pembuatankeputusan
pada setiap tingkat eksekutif.
d. Memungkinkan alokasi dana secara optimal karena setiap kegiatan selalu
dipertimbangkan dari segi efisiensi.
e. Dapat menghindarkan pemborosan.
Adapun kelemahan anggaran berbasis kinerja:
a. Cenderung menurunkan peran badan legislatif dalam proses perumusan
kebijaksanaan dan penentuan anggaran.
b. Tidak terdapat kejelasan tentang penanggung jawab dan siapa yang
menanggung dampak dari setiap keputusan.
c. Tidak semua kegiatan dapat distandarkan dan diukur secara kuantitatif.
2. Keadilan Anggaran
Merencanakan anggaran bukan saja menentukan sumber pendapatan dan
pengeluaran untuk kepentingan pembangunan saja, tetapi menetapkan komposisi
dan beban yang harus ditanggung langsung maupun tidak langsung oleh
masyarakat.Retribusi Gampong, dan pungutan Gampong lain yang dibebankan
kepada masyarakat harus mempertimbangkan tingkat kemampuan masing-
masing warga masyarakat untuk membayar.
Sumber pendapatan melalui pungutan Gampong jumlahnya sangat
terbatas.Ditinjau dari kemampuan relatif terbatas, maka anggaran harus ditetapkan
untuk hal-hal yang bersifat prioritas menyangkut kepentingan dan kebutuhan
36
dasar masyarakat.Komposisi harus menggambarkan keseimbangan dan keadilan.
Pengeluaran tidak hanya untuk kepentingan individu, pemerintah atau kelompok
tertentu saja, tetapi harus proporsonal agar dapat dinikmati masyarakat, terutama
yang berkemampuan terbatas.Dengan demikian, anggaran harus mampu
menggambarkan nilai rasionalitas dalam menetapkan prioritas dan tingkat
pelayanan yang diterima masyarakat.
Untuk menyeimbangkan kedua kebijakan tersebut, Pemerintah Gampong
dapat melakukan diskriminasi tarif secara rasional guna menghilangkan rasa
ketidakadilan. Selain itu dalam mengalokasikan belanja Gampong juga harus
mempertimbangkan keadilan dan pemerataan agar dapat dinikmati oleh seluruh
lapisan masyarakat tanpa diskriminasi pemberian pelayanan.
3. Efektivitas dan Efisiensi
Prinsip ini meliputi tindakan pengendalian pembiayaan melalui
optimalisasi pemanfaatan, penghematan dan memperjelas kinerja program dalam
mempercepat target serta sasaran pembangunan tahunan.
Proses yang benar dalam perencanaan anggaran terlebih dahulu
menetapkan pokok kegiatan atau program yang akan dilaksanakan berdasarkan
rencana strategis Gampong, selanjutnya ditetapkan jumlah biaya yang
dibutuhkan untuk mendukung pelaksanaan pembangunan. Pada saat inilah,
masyarakat harus mampu menghitung rincian biaya yang diperlukan untuk
mencapai sasaran dengan mempertimbangkan
37
Kondisi keuangan Gampong.Artinya dilakukan analisis tentang optimalisasi
anggaran untuk mempertemukan tujuan dan kemampuan pembiayaan Gampong,
sehingga terhindar dari pemborosan.
Tidak seluruh kepentingan dan kebutuhan pembangunan harus dipenuhi
tanpa mempertimbangkan keterbatasan pengelolaan dan pembiayaan.
Penganggaran yang baik akanmenetapkan jenis dan skala prioritas dalam
pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan.Dana yang tersedia harus
dimanfaatkan dengan sebaik mungkin untuk dapat menghasilkan peningkatan
pelayanan dan kesejahteraan yang maksimal guna kepentingan masyarakat.
Oleh karena itu untuk dapat mengendalikan tingkat efisiensi dan
efektivitas anggaran, dalam perencanaan perlu diperhatikan:
a. Penetapan tujuan dan sasaran secara jelas,hasil dan manfaat, serta
indikator kinerja yang ingin dicapai;
b. Penetapan prioritas kegiatan dan penghitungan beban kerja, serta
penetapan harga satuan yang rasional.
4. Surplus Dan Defisit Anggaran
Paling tidak terdapat dua sistem penganggaran Gampong yaitu sistem
anggaran berimbang dan defisit.Keduanya diterapkan sesuai dengan kemampuan
Gampong bersangkutan. Sistem anggaran berimbang artinya dalam menetapkan
komponen pendapatan dan pengeluaran atau belanja harus memperhatikan
keseimbangan antara pengeluaran rutin dan pembangunan dengan penerimaan
keuangan Gampong. Sistem anggaran defisit dalam penerapannya dilakukan
dengan menetapkan pengeluaran atau belanja pembangunan dengan kemampuan
38
penerimaan Gampong secara realistis baik yang bersumber dari pendapatan asli
Gampong maupun dukungan dari pemerintah kabupaten, provinsi dan pusat.
Jika target anggaran tidak berhasil dicapai sesuai kebutuhan rencana
pembangunan, maka perlu dilakukan perubahan yang bersifat taktis dan strategis
agar sasaran anggaran berjalan dapat tercapai. Di sisi lain, kelebihan target
penerimaan tidak harus selalu dibelanjakan, sehingga antara penerimaan dan
belanja terjadi surplus atau defisit. Apabila terjadi surplus, Gampong dapat
membentuk cadangan, sedangkan terjadi defisit anggaran, maka harus ditutup
sumber lain yang dapat dipertanggungjawabkan, misalnya melalui pinjaman
Gampong atau sumber lain di mana pemerintah Gampong mampu
mengembalikannya.
5. Disiplin Anggaran
Beberapa prinsip dalam disiplin anggaran yang perlu diperhatikan
antara lain:
a. Pendapatan yang direncanakan merupakan perkiraan yang terukur secara
rasional dan dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan sedangkan
belanja yang dianggarkan merupakan batas tertinggi pengeluaran belanja
yang diizinkan. Artinya tidak dibenarkan pemerintah Gampong atau
pelaksanamenggunakan biaya untuk pelaksanaan proyek di luar batas pagu
dan pos anggaran yang telah ditetapkan.
b. Penganggaran pengeluaran harus didukung adanya kepastian tersedianya
penerimaan dalam jumlah yang cukup dan tidak dibenarkan melaksanakan
39
kegiatan yang belum tersedia dan atau tidak mencukupi kredit
anggarannya dalam APBG/perubahan APBG ; dan
c. Semua penerimaan dan pengeluaran daerah dalam tahun anggaran yang
bersangkutan harus dianggarkan dalam APBG dan dilakukan melalui
rekening kas Gampong.
6. Taat Asas
Penyusunan APBG sebagai kebijakan Gampong yang ditetapkan dengan
peraturan Gampong harus mengikuti asas-asas :
1. Tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih
tinggi mengandung arti bahwa apabila pendapatan, belanja dan
pembiayaan yang dicantumkan dalam rancangan peraturan Gampong
tersebut telah sesuai dengan ketentuan perundang-undangan, yang diakui
keberadaannya dan mempunyai kekuatan hukum yang mengikat sepanjang
diperintahkan oleh peraturan perundang- undangan yang lebih tinggi.
Peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi yang dimaksud
mencakup kebijakan yang berkaitan dengan keuangan daerah.
2. Tidak bertentangan dengan kepentingan umum mengandung arti bahwa
rancangan peraturan Gampong tentang APBG lebih diarahkan agar
mencerminkan keberpihakan kepada kebutuhan dan kepentingan
masyarakat (publik) dan bukan membebani masyarakat. Peraturan
Gampong tidak boleh menimbulkan diskriminasi yang dapat
mengakibatkan ketidakadilan, menghambat kelancaran arus barang dan
pertumbuhan ekonomi masyarakat, pemborosan keuangan/memicu
40
ketidakberdayaan masyarakat kepada pemerintah Gampong dan
menganggu stabilitas keamanan serta ketertiban masyarakat yang secara
keseluruhan menganggu jalannya penyelenggaraan pemerintahan di
Gampong.
3. Tidak bertentangan dengan peraturan Gampong lainnya mengandung
arti bahwa apabila kebijakan yang dituangkan dalam peraturan Gampong
tentang APBG tersebut telah sesuai dengan ketentuan peraturan Gampong
sebagai penjabaran lebih lanjut dari peraturan perundang-undangan yang
lebih tinggi dengan memperhatikan ciri khas masing-masing Gampong.
Sebagai konsekuensinya, rancangan peraturan Gampong tersebut harus
sejalan dengan pengaturannya tentang pokok-pokok pengelolaan
keuangan Gampong.
7. Transparansi dan Akuntabilitas Anggaran
APBG yang disusun harus dapat menyajikan informasi secara terbuka,
jelas dan mudah diakses oleh masyarakat mengenai tujuan, sasaran, sumber
pendanaan pada setiap jenis objek belanja serta hubungan antara besaran
anggaran dengan manfaat dan hasil yang ingin dicapai dari suatu kegiatan yang
dianggarkan. Anggota masyarakat memiliki hak dan akses yang sama untuk
mengetahui proses anggaran karena menyangkut aspirasi dan kepentingan
masyarakat, terutama pemenuhan kebutuhan masyarakat. APBG yang disusun
harus mampu menunjukkan informasi yanglengkap untuk kepentingan
pemerintah, pelaksanaan kegiatan, dan masyarakat.Penggunaan anggaran harus
dipertanggungjawabkan dan dikontrol melalui mekanisme pelaporan yangtelah
41
ditetapkan.Masyarakat juga berhak untuk menuntut pertanggungjawaban atas
rencana ataupun pelaksanaan anggaran tersebut.
Transparansi dan pengetahuan masyarakat yang memadai tentang
prosespenyusunan dan penetapan pos-pos anggaran akan mendorong kinerja dan
kontrol publikterhadap pelaksanaan pembangunan.Anggaran yang telah
ditetapkan dan disetujui harus dilaksanakan melalui mekanisme danprosedur yang
jelas.Akuntabilitas perencanaan danpelaksanaan anggaran merupakan keharusan
sebagai wujud pertanggungjawaban pemerintah Gampong kepada masyarakat.
8. Partisipasi Masyarakat
Hal ini mengandung makna bahwa pengambilan keputusan dalam proses
penyusunan dan penetapan APBG sedapat mungkin melibatkan partisipasi
masyarakat sehingga masyarakat mengetahui hak dan kewajibannya dalam
pelaksanaan APBG. Penyusunan dan penetapan APBG bukan menjadi
tanggung jawab pemerintah Gampong dan BPD saja,melainkan melalui
keterlibatan masyarakat.Rencana pembangunan dan kebutuhan biayapelaksanaan
sangat erat kaitannya dengan kepentingan masyarakat, sehingga
dalammenentukan sumber pendapatan dan pengeluaran harus dilakukan
secara terbuka.Masyarakatharus mampu membaca dan memahami fungsi
anggaran dalam konteks rencana jangkapanjang Gampong.
9. Kemandirian
Pada dasarnya rencana pembangunan Gampong merupakan prakarsa
masyarakat secara swadaya untuk mencapai tujuan dan harapan yang dicita-
citakan.Demikian halnya dalam menyusun anggaran, prinsip kemandirian menjadi
42
pilar utama agar Gampong mampu mewujudkan visi, misi dan
tujuannya.Pemerintah Gampong harus mampu meningkatkan pendapatan asli
Gampong secara rasional dan tidak membebani perekonomian masyarakat.
Menggali sumber pendapatan Gampong secara optimal dan penerapan efisiensi
pengeluaran pembangunan, melaluistrategi pembiayaan yang tepat, sehingga
mengurangi ketergantungan terhadap bantuan pemerintah.
Jadi dapat kita lihat secara komfrehensif bahwa Sumber pendapatan
Gampongterdiri dari pendapatan asli Gampong, bagi hasil pajak daerah
kabupaten/kota, bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah,
bantuan keuangan dari pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah
kabupaten/kota dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan, serta hibah dan
sumbangan dari pihak ketiga yang tidak mengikat. Siklus APBG meliputi tiga
tahapyaitu tahap persiapan anggaran, tahappelaksanaan anggarandan tahap
pelaporan dan evaluasianggaran. Terdapat empat teknik dasar penganggaran
dalam penyusunan APBG.
Prinsip dasar penyusunan APBG terdiri dari anggaran berbasis kinerja,
keadilan anggaran, efektivitas dan efisiensi, surplus dan defisit anggaran, disiplin
anggaran,taat asas, transparansi dan akuntabilitas anggaran, partisipasi masyarakat
dan kemandirian.
43
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode penelitian
Metode penelitian yang digunakan untuk menjawab penelitian ini adalah
metode deskriptif Cholid Narbuko dan Abu Achmadi (2004: h. 44) memberikan
pengertian penelitian deskriptif sebagai penelitian yang berusaha untuk
menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data, jadi ia
juga menyajikan data, menganalisis dan menginterpretasi; ia juga bersifat
komperatif dan korelatif. Sudarwan Damin (2002: h. 41) memberikan beberapa
ciri dominan dari penelitian deskriptif yaitu:
a. Bersifat mendeskripsikan kejadian atau peristiwa yang bersifat faktual.
Adakalanya penelitian ini dimaksudkan hanya membuat deskripsi atau
narasi semata-mata dari suatu fenomena.
b. Dilakukan secara survei. Oleh karena itu penelitian deskriptif sering
disebut juga sebagai penelitian survei.
c. Bersifat mencari informasi faktual dan dilakukan secara mendetail.
d. Mendiskripsikan subjek yang sedang dikelola oleh kelompok orang
tertentu dalam waktu yang bersamaan.
3.1.1 Pendekatan Kualitatif
Suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada
metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia. Pada
pendekatan ini, prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
44
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang yang diamati dan perilaku yang
diamati. Penelitian kualitatif dilakukan pada kondisi alamiah dan bersifat
penemuan. Dalam penelitian kualitatif, peneliti sebagai instrumen pokok. Oleh
karena hal itu, peneliti harus memiliki bekal teori dan wawasan yang luas agar
dapat melakukan wawancara secara langsung terhadap responden, menganalisis,
dan mengkontruksikan obyek yang diteliti agar lebih jelas. Penelitian ini lebih
menekankan pada makna dan terikat nilai.
3.2 Sumber dan Teknik Pengumpulan Data
3.2.1 Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berdasarkan data
primer dan data skunder.
1. Data Primer yaitu data yang diperoleh melalui kegiatan penelitian langsung di
lapangan untuk mencari data-data yang lengkap dan berkaitan dengan
masalah yang diteliti seperti :
a. Metode wawancara mendalam, yaitu dengan cara memberikan
pertanyaan langsung kepada sejumlah pihak terkait yang didasarkan pada
percakapan dibutuhkan. Metode wawancara ditujukan untuk informan
penelitian yang telah ditetapkan. wawancara yang digunakan dalam
penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam. Harsono (2009)
menyatakan "wawancara mendalam (in–depth interview) adalah proses
memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab
sambil bertatap dengan muka antara pewawancara dengan informan atau
orang yang diwawancara, dengan atau tanpa menggunakan pedoman
45
(guide) wawancara, di mana pewawancara dan informan terlibat dalam
kehidupan sosial yang relatif lama".
b. Metode observasi. Dalam penelitian ini observasi dibutuhkan untuk dapat
memahami proses terjadinya wawancara dan hasil wawancara dapat
dipahami dalam konteksnya. Nawani & Martini (1991) mengatakan
bahwa "observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistimatik
terhadap unsur-unsur yang tampak dalam suatu gejala atau gejala-gejala
dalam objek penelitian. Observasi yang akan dilakukan adalah observasi
terhadap subjek, perilaku subjek selama wawancara, interaksi subjek
dengan peneliti dan halhal yang dianggap relevan sehingga dapat
memberikan data tambahan terhadap hasil wawancara".
2. Data Sekunder yaitu data yang diperoleh dari sumber-sumber tertulis yang
memperkuat data primer seperti:
a. Studi kepustakaan, Yang dimaksud dengan studi kepustakaan adalah segala
usaha yang dilakukan oleh peneliti untuk menghimpun informasi yang
relevan dengan topik atau masalah yang akan atau sedang diteliti. Informasi
itu dapat diperoleh dari buku-buku ilmiah, laporan penelitian, karangan-
karangan ilmiah, tesis dan disertasi, peraturan-peraturan,ketetapan-ketetapan,
buku tahunan, ensiklopedia, dan sumber-sumber tertulis baik tercetak maupun
elektronik lain. Untuk melakukan studi kepustakaan, perpustakaan
merupakan suatu tempat yang tepat guna memperoleh bahan-bahan dan
informasi yang relevan untuk dikumpulkan,dibaca dan dikaji, dicatat dan
dimanfaatkan (Roth: 1986). Seorang peneliti hendaknya mengenal atau tidak
46
merasa asing dilingkungan perpustakaan sebab dengan mengenal situasi
perpustakaan, peneliti akan dengan mudah menemukan apa yang diperlukan.
Untuk mendapatkan informasi yang diperlukan peneliti mengetahui sumber-
sumber informasi tersebut,misalnya kartu katalog, referensi umum dan
khusus, buku-buku pedoman, buku petunjuk; laporan-laporan penelitian,
tesis, disertasi, jurnal, ensiklopedi, dan bahan-bahan khusus lain. Dengan
demikian peneliti akan memperoleh informasi dan sumber yang tepat dalam
waktu yang singkat.
b. Dokumentasi, dokumen adalah sesuatu yang tertulis atau tercatat yang dapat
dipakai sebagai bukti atau keterangan (WJS. Porwodarminto. 1984: 256). Jadi
pengertian metode dokumentasi adalah suatu cara untuk memperoleh data
dengan jalan mengambil atau mengutip catatan/ dokumen dari suatu kejadian
atau peristiwa, baik berupa tulisan, gambar atau rekaman yang disimpan.
3.2.2 Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi
Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik
terhadap gejala yang tampak pada. objek penelitian. Pengamatan dan pencatatan
yang dilakukan terhadap objek di tempat terjadi atau berlangsungnya peristiwa
sehingga observasi berada bersama objek yang diselediki disebut observasi
langsung. Sedang observasi tidak langsung adalah pengamatan yang dilakukan
tidak pada saatperistiwa suatu peristiwa yang akan diselediki. (Maman Rachman
1999: h. 77).
Pentingnya pengamatan ini dilakukan adalah untuk melihat sejauh
47
bagaimana mekanisme penyusunan Rencana Anggaran Pendapatan Dan Belanja
Gampong (RAPBG). Persiapannya ini berupa data tertulis dan tidak tertulis,
laporan gampong dan catatan lainnya yang berhubungan dengan mekanisme
penyusunan RAPBG Blang Baro..
2. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Pelaksanaannya
dilakukan pada Gampong Blang Baro. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak,
yaitu –wawancara (inteiviewer) atau yang mengajukan pertanyaan, dan yang
diwawancarai (interviewee), atau yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu
(Moleong, 2002: h. 137).
3. Penentuan Informan
penelitian ini meliputi tiga macam yaitu (1) informan kunci (key informan)
yaitu mereka yang mengetahui dan memilki berbagai informasi pokok yang
diperlukan dalam penelitian, (2) informan utama, yaitu mereka yang terlibat
langsung dalam interaksi sosial yang diteliti, (3) informan tambahan, yaitu mereka
yang dapat memberikan informasi walaupun tidak langsung terlibat dalam
interaksi interaksi sosial yang sudah diteliti. (Sugiono, 2006: h. 171-172).
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti menentukan informan dengan
menggunakan teknik tujuan yaitu: penentuan informan tidak didasarkan atas
strata, pedoman atau wilayah, tetapi berdasarkan adanya tujuan tertentu yang tetap
berhubungan dengan permasalahan penelitian, maka peneliti dalam hal ini
menggunakan informan penelitian yang terdiri dari informan kunci dan informan
pendukung, informan yang dimaksud disini adalah mereka yang berasal dari
gampong blang baro dan terilabat secara langsung dalam proses penyusunan
48
RAPBG di Blang Baro
4. Dokumentasi
Teknik dokumentasi dalam penelitian ini digunakan hanya sebagai pelengkap
dari teknik pengumpul data lainnya. Data-data yang diambil dari dokumen hanya
meliputi gambaran umum wilayah penelitian, yang diperoleh dari data monografi
gampong Blang Baro yang meliputi luas wilayah, jumlah penduduk, tingkat
pendidikan, sarana pendidikan, dan prasarana umum.
3.3 Instrumen Penelitian
Penelitian yang menggunakan metode kualitatif, adalah suatu metode
penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alami, maka
peneliti adalah sebagai instrumen kunci (Moleong, 2002:h. 4), peneliti merupakan
skenario penelitian Berta langsung turun kelapangan melakukan pengamatan dan
wawancara dengan informan.
Penggunaan peneliti sebagai instrumen penelitian untuk mendapatkan data
yang kredibel / absah. Namun, untuk membantu kelancaran dalam
melaksanakannya, penelitian im juga didukung oleh instrumen pembantu berupa
panduan wawancara. Oleh karena itu, sebelum turun ke lapangan, maka peneliti
akan menyiapkan panduan wawancara untuk memudahkan pelaksanaan penelitian
di lapangan. Alat bantu yang digunakan dalarn pengumpulan data yaitu
dokumen,laporan dan lain sebagainya.
3.4 Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data
kedalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema
49
dan dapat dirumuskan hipotesis kerja (Moleong, h. 2001: 103). Analisis data
menggunakan metode deskriptif kualitatif, dimana pembahasan penelitian serta
hasilnya diuraikan melalui kata-kata berdasarkan data empiris yang diperoleh.
Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data yang bersifat kualitatif, maka
analisis data yang digunakan non statistik.
Analisis data dalam kualitatif berlangsung secara interaktif, di mana pada
setiap tahapan kegiatan tidak berjalan sendiri-sendiri Meskipun tahap penelitian
dilakukan sesuai dengan kegiatan yang direncanakan, akan tetapi kegiatan initetap
harus dilakukan secara berulang antara kegiatan pengumpulan data, reduksi data,
penyajian data serta verifikasi data atau penarikan suatu kesimpulan.
Untuk menganalisis data dalam penelitian ini, digunakan langkah-langkah
atau alur yang terjadi bersamaan yaitu pengumpulan data , reduksi data, penyajian
data, dan penarikan kesimpulan atau alur verifikasi data (Miles, 1992: h. 15-19).
1. Pengumpulan data
Pengumpulan data adalah mencari dan mengumpulkan data yang
diperlukan yang dilakukan terhadap berbagai jenis dan bentuk data yang, ada di
lapangan kemudian data tersebut dicatat.
2. Reduksi data
Reduksi adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan data kasar yang muncul dari catatan-catatan yang
tertulis di lapangan (Miles dan Huberman, 1992: h. 17).
Reduksi data ini bertujuan untuk menganalisis data yang lebih
mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan data agar
diperoleh kesimpulan yang dapat ditarik atau diverifikasi.
50
3. Penyajian data
Penyajian data adalah pengumpulan informasi tersusun yang memberikan
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan (Miles dan
Huberman, 1992: 18). Dalam hal ini, data yang telah dikategorikan tersebut
kemudian diorganisasikan sebagai bahan penyajian data. Data tersebut disajikan
secara deskriptif yang didasarkan pada aspek yang diteliti yaitu Analisis
Mekanisme Penyusunan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Gampong.
4. Verifikasi data atau penarikan kesimpulan
Verifikasi data adalah sebagian dari suatu kegiatan utuh, artinya
makna-makna yang muncul dari data telah disajikan dan diuji kebenarannya,
kekokohannya dan kecocokannya (Miles dan Huber-man, 1992: 19). Penarikan
kesimpulan berdasarkan pada pemahaman terhadap data yang disajikan dan dibuat
dalam pernyataan singkat dan mudah dipahami dengan mengacu pada pokok
permasalahan yang diteliti.
3.5 Uji Kredibilitas Data
Uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian
kualitatif antara .lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan
ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, dan
member check. Digunakannya uji ini dimaksudkan untuk mendapatkan data yang
lebih mendalam mengenai subyek penelitian (Sugino, 2008-270).
Adapun pengujian kredibilitas data adalah sebagai berikut:
1. Perpanjangan Pengamatan
51
Perpanjangan pengamatan perlu dilakukan karena berdasarkan
pengamatan yang telah dilakukan, dirasakan data yang diperoleh masih kurang
memadai. Menurut Moleong (2007: h. 327) perpanjangan pengamatan berarti
peneliti,tinggal dilapangan penelitian sampai kejenuhan pengumpulan data
tercapai.
2. Peningkatan Ketekunan
Peningkatan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih
mendalam untuk memperoleh kepastian data. Meningkatkan ketekunan dilakukan
dengan membaca berbagai referensi baik buku maupun dokumen yang terkait
dengan temuan yang diteliti sehingga berguna untuk memeriksa data apakah benar
dan bisa dipercaya atau tidak
3. Triangulasi
Triangulasi dimaksudkan untuk mendapatkan keterangan dari beberapa
pihak secara terpisah namun dengan karakteristik yang sama, kemudian hasilnya
di cross check antara jawaban yang satu dengan jawaban yang lain. Triangulasi
dalam penelitian ini dilakukan terhadap orang tua dan sahabat dekat responder.
Dari hasil jawaban dari beberapa pihak tersebut kemudian dilihat kesamaan dan
perbedaannya, sehingga dapat dilihat penerimaan diri berdasarkan pengalaman
psikologis obesitas dari orang yang satu dengan yang lain.
4. Pemeriksaan Teman Sejawat
Pemeriksaan teman sejawat dilakukan dengan mendiskusikan data hasil
temuan dengan rekan-rekan sesama mahasiswa maupun teman yang bukan
mahasiswa. Melalui diskusi ini diharapkan akan ada saran atau masukan yang
52
berguna untuk proses penelitian.
Pengujian kredibilitas data (credibility) bertujuan untuk menilai kebenaran
dari temuan penelitian kualitatif Kredibilitas ditunjukkan ketika partisipan
mengungkapkan bahwa transkrip penelitian memang benar-benar sebagai
pengalaman dirinya sendiri.
53
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Adapun gambaran umum Gampong Blang Baro adalah sebagai berikut:
4.1 Batas Gampong Blang Baro:
Adapaun batas Gampong Blang Baro adalah sebagai berikut:
Sebelah Utara : Alue Bilie
Sebelah Selatan : Geulanggang Gajah
Sebelah Timur : PT Socfindo
Sebelah Barat : Kuta Tring
4.2 Perkembangan Kependudukan
Tabel 4.1 Perkembangan Penduduk
Jumlah PendudukLaki-laki(Orang)
Perempuan(Orang)
JumlahTotal
Jumlah penduduk tahun ini 431 580 1011Jumlah penduduk tahun lalu 402 560 962Persentase perkembangan (%)
Jumlah KeluargaKK Laki-
lakiKK
PerempuanJumlahTotal
Jumlah Kepala Keluarga Tahun Ini 100 131 231Jumlah Kepala Keluarga Tahun Lalu 102 138 240Persentase Perkembangan (%)Sumber: profil Gampong Blang Baro
4.3 Struktur Mata Pencaharian Menurut Sektor
Tabel 4.2 Mata Pencaharian Penduduk
Sektor Mata Pencaharian
JumlahPemilikUsaha
(Orang)
JumlahPemilikUsaha
Perorang
JumlahBuruh/Ka
ryawanPengump
54
an(Orang)
ul(Orang)
1. Pertanian - - -2. Perkebunan 10 10 253. Peternakan - - -4. Perikanan - - -5. Kehutanan 2 2 46. Pertambangan dan Bahan Galian C - - -7. Perdagangan 20 20 3
Sumber: profil Gampong Blang Baro
4.4 Peran serta Masyarakat dalam Pembangunan
Tabel 4.3 Keikutsertaan pendudukan dalam pembangunan
1. Musyawarah Perencana Pembangunan Desa/Kelurahan/ Musrenbangdes/Kelurahan- Jumlah musyawarah perencanaan pembangunan
tingkat Desa/Kelurahan yang dilakukan pada tahunini, termasuk di tingkat dusun dan lingkungan
10 kali
- Jumlah kehadiran masyarakat dalam setiap kalimusyawarah tingkat dusun/lingkungan dandesa/kelurahan
50 %
- Jumlah peserta laki-laki dalam Musrenbangdes didesa/kelurahan
35 %
- Jumlah peserta perempuan dalam Musrenbangdes didesa dan kelurahan
40 %
- Jumlah Musyawarah Antar Desa dalam perencanaanpembangunan yang dikoordinasikan Kecamatan
50 %
2. Peranserta masyarakat dalam Pelaksanaan danPelestarian Hasil Pembangunan- Jumlah masyarakat yang terlibat dalam pelaksanaan
pembangunan fisik di desa dan kelurahan sesuai hasilMusrenbang
30 %
- Jumlah penduduk yang dilibatkan dalam pelaksanaanproyek pada karya oleh pengelola proyek yangditunjukan pemerintah desa/kelurahan ataukabupaten/kota
50 %
- Jumlah kegiatan yang masuk desa/kelurahan di luaryang telah direncanakan dan disepakati masyarakatsaat Musrenbang
70 %
- Usulan masyarakat yang disetujui menjadi RencanaKerja Desan dan Kelurahan
90 %
- Usulan Pemerintahan Desa dan Kelurahan yangdisetujui menjadi Rencana Kerja Desa/Kelurahan
90 %
- Usulan Rencana kerja program dan kegiatan daripemerintah kabupaten/kota/provinsi dan pusat yangdibahas saat Musrenbang dan disetujui untuk
90 %
55
dilaksanakan di desa dan kelurahan oleh masyarakatSumber: profil Gampong Blang Baro
4.5 Orbitasi
Tabel 4.4 Orbitasi Gampong Blang Baro
1. Jarak ke ibukota kecamatan 0,5 Km2. Lama jarak tempuh ke ibukota kecamatan dengan kendaraan
bermotor0,08 Jam
3. Lama jarak tempuh ke ibukota kecamatan dengan berjalankaki atau kendaraan non bermotor
0,5 Jam
4. Jarak ke ibukota kabupaten/kota 45 Km5. Lama jarak tempuh ke ibukota kabupaten dengan kendaraan
bermotor1,5 Jam
6. Lama jarah tempuh ke ibukota kabupaten dengan berjalankaki atau kendaraan non bermotor
5 Jam
7. Jarak ke ibukota provinsi +340 Km8. Lama jarak tempuh ke ibukota provinsi dengan berjalan kaki
atau kendaraan non bermotor147 Jam
Sumber: profil Gampong Blang Baro
4.6 Pendidikan
Tabel 4.5 Tingkat Pendidikan Masyarakat Gampong Blang Baro
Tingkat Pendidikan Laki-laki(Orang)
Perempuan(Orang)
1. Usia 3-6 tahun yang belum masuk TK 50 402. Usia 3-6 tahun yang sedang TK/play
group20 10
3. Usia 7-18 tahun yang tidak pernahsekolah
50 40
4. Usia 7-18 tahun yang sedang sekolah 27 185. Usia 18-56 tahun tidak pernah sekolah 31 146. Usia 18-56 tahun pernah SD tetapi tidak
tamat31 27
7. Tamat SD/sederajat 42 338. Jumlah usia 12-56 tahun tidak tamat
SLTP22 13
9. Jumlah usia 18-56 tahun tidak tamatSLTA
17 13
10. Tamat SMP/sederajat 19 1111. Tamat D3/sederajat 5 312. Tamat S1/sederajat 7 613. Tamat S2/sederajat 1
Jumlah 342 233Jumlah Total 576Sumber: profil Gampong Blang Baro
56
4.7 Struktur Gampong Blang Baro
Adapun struktur gampong Blang Baro adalah sebagai berikut:
Keuchik : Cut Khairawati (PJ)
Sekretaris Gampong : Cut Khairawati
Kaur Pemerintahan : Saiful MB
Kaur Pemb. & Kesra : Jamal
Kaur Umum & keuangan : Suratmin
4.2 Hasil
Berlakunya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa bertujuan
memberikan pengakuan dan kejelasan kepada desa akan status dan kedudukannya
dalam sistem ketatanegaraan Republik Indonesia, Negara memberikan
kewenangan Desa dalam melestarikan adat dan tradisi serta budaya masyarakat
Desa. Desa juga diberikan kewenangan dalam pembangunan untuk memprakasa
dan peran partisipasi yang besar dalam rangka menggali potensi Desa dengan
mendorong Pemerintahan Desa yang profesional, efisien dan efektif, terbuka serta
bertanggungjawab dalam melaksanakan kegiatan di Desa dengan tujuan
memberikan pelayanan prima kepada masyarakat yang akhirnya memberikan
kesejahteraan bersama dan menempatkan Desa sebagai subjek dari pembangunan.
Kedudukan ini memberikan angin segar kepada Desa dalam proses percepatan
dan pemberdayaan masyarakat di Gampong.
Berdasarkan gambarang di atas berikut ini wancara yang dilakukan dengan
PJ Keuchik Gampong Blang Makmeu yaitu ibu Cut Khairawati yang penulis
lakukan pada saat penelitian:
1. Penyusunan Anggaran Penerimaan dan Belanja Gampong
57
Wawancara pertamma dilakukan dengan keuchik, berikut kutipan
wawancara yang penulis lakukan:
“ setiap tahun gampong kuta blang mengadakan penyusunan
anggaran, karena setiap tahun pula melakukan pembangunan baik
itu infastruktur maupun pemberdayaan masyarakat, penyusunan
anggaran mufakat/musyawarah dan keputusan bersama yang
difasilitasi oleh perangkat Gampong dan diikuti oleh seluruh
masyarakat gampong yang diberikan kesempatan yang sama”.
(wawancara dilakukan pada tanggal 12 Juli 2014)
2. Mekanisme Penyusunan Anggaran Penerimaan Dan Belanja Gampong
Selanjutnya dalam wawancaa mengenai mekanisme penyusunan gampong
yang dilakukan di gampong blang luah ibu keuchik menjelaskan bahwa:
“Berdasarkan musyawarah desa yang melibatkan Unsur-unsur
yang terkait.RAPBG. Setelah penyusunan lalu disahkan oleh kunci
Kampung dan di SK kan rumah jangan diajukan ke Kecamatan
untuk diantar dan diprioritaskan” . (wawancara dilakukan pada
tanggal 12 Juli 2014)
3. Elemen yang terlibat dalam Penyusunan Anggaran Penerimaan Dan Belanja
Gampong
Dalam wawancara selanjutnya tentang keterlibatan masyarakat gampong
keuchik menjelaskan:
“ Mereka yang terlibat selama ini dalam penyusunan anggaran gampong
yaitu Aparat Gampong, Tuha dan Anggota Tuha Peut, Kaur Pemerintah,
Kaur Keuangan, Masyarakat dimana didalamnya terdapat unsur
58
perempuan dan pemuda yang ada di gampong blang makmue” (wawancara
dilakukan pada tanggal 12 Juli 2014)
4. Peran dan tugas yang diberikan oleh pemerintah gampong dalam Penyusunan
Anggaran Penerimaan Dan Belanja Gampong
Selanjutnya wawancara dilakukan tentang tugas dan peran yang dilakukan
oleh pemerintah gampong dalam penyusunan APBG yang selama ini dilakukan,
beliau menuturkan bahwa:
“Untuk melakukan memfasilitasi setiap ada musyawarah.
Bertanggung jawab setiap ada penyelewengan yang dilakukan oleh
anggota maupun aparat Gampong. Melakukan Audit dan
pengawasan agar tetap sama dan tugas yang dilakukan”.
(wawancara dilakukan pada tanggal 12 Juli 2014)
5. Pedoman ada yang digunakan oleh pemerintah gampong dalam melakukan
Penyusunan Anggaran Penerimaan Dan Belanja Gampong
Kemudian dalam wawancara yang penulis lakukan yaitu mengenai
pedoman penyusunan anggaran penerimaan dan belanja gampong, beliua
menjelaskan bahwa:
“ Ada buku pedoman yang diberikan untuk melakukan
penyusunan anggaran sesuai aturan yang baku. Sesuai teknis dan
pelatihan yang sudah di pelajari di tingkat kecamatan”.
(wawancara dilakukan pada tanggal 12 Juli 2014)
Selanjutnya belian menjelaskan mengenai tatacara secara
keseluruhan dalam penyusunan anggaran penerimaan dan belanja
gampong:
59
“ Tata cara pelaporan Alokasi Dana Gampong, Dana Gampongdan Bagi Hasil Pajak dan Retribusi Daerah ke Gampong diaturdengan Peraturan Bupati. Tata cara pelaporan dan penggunaandana diatur sesuai dengan ketentuan pengelolaan keuangan daerahdan keuangan Gampong. Khusus pelaporan Dana Gampong untuksemester I dilakukan paling lambat minggu keempat bulan Juli,Sedangkan untuk semester II paling lambat minggu keempat bulanJanuari tahun berikutnya.Kepala daerah menyampaikan laporankonsolidasi penyaluran Dana Gampong dengan tembusan kekementerian paling lambat minggu keempat bulan Maret tahunanggaran berikutnya. Keterlambatan penyampaian laporan akanmengakibatkan penundaan penyaluran Dana Gampong ke RKUD,di tingkat Kabupaten Natuna penyampaian laporan diatur lebihketat dengan tujuan agar sistem pengendalian intern dapat berjalandengan maksimal sehingga terjadinya penyelewengan dapatdihindari.Dalam pelaksanaanya, kewajiban Gampong adalah jugamenyampaikan Laporan Konfirmasi Dana Transfer ke Gampongagar r penyaluran dari RKUD ke Rekening Kas Gampong dapatdisajikan secara akuntabel”. (wawancara dilakukan pada tanggal12 Juli 2014)
6. Prioritas pembangunan di Gampong Blang Baro
Dalam skala prioritas pembangunan di gampong blang baro beliau
menjelaskan bahwa:
“Infrastruktur, pemberdayaan masyarakat, pengembangan potensi
masyarakat sesuai bidang masing-masing”. (wawancara dilakukan
pada tanggal 12 Juli 2014)
4.3 Pembahasan
Dana Desa adalah Dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara yang diperuntukan bagi Desa yang ditransfer melalui Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten dan digunakan untuk membiayai
penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan
kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat. Ketentuan yang mengatur Dana
Desa adalah Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa
yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara sebagai
60
pelaksanaan dari ketentuan Pasal 72 ayat (1) huruf b dan ayat (2) dari Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa. Pengalokasian Dana Desa dihitung
berdasarkan jumlah desa dan dialokasikan dengan memperhatikan jumlah
penduduk, angka kemiskinan, luas wilayah, dan tingkat kesulitan geografis.
Perubahan bentuk otonomi daerah dalam era reformasi ini ditandai dengan
pelaksanaan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah
Daerah dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan.
Pelaksanaan otonomi daerah memberikan kewenangan yang luas, nyata dan
bertanggung jawab kepada daerah untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat berdasarkan aspirasi dan prakarsa masyarakaat di daerah
setempat disertai dengan pengaturan, pembagian dan pemanfaatan sumber daya
alam secara adil melalui perimbangan keuangan pusat dan daerah.
Pemerintahan Gampong sebagai suatu bentuk pemerintahan terendah yang
otonom, agar dapat melaksanakan otonomi dengan baik, maka penyelenggaraan
pemerintahannya harus memiliki faktor utama yang dikatakan berotonomi
adalah faktor sumber daya manusia sebagai pelaksananya, faktor keuangan,
faktor sarana dan prasarana penunjang serta kelembagaan. Pemerintah Gampong
yang keberadaannya berhubungan langsung dengan masyarakat dan sebagai ujung
tombak pembangunan, maka pemerintahan desa semakin dituntut kesiapannya
baik dalam hal merumuskan kebijakan Gampong (dalam bentuk peraturan
Gampong), merencanakan pembangunan desa yang disesuaikan dengan situasi
dan kondisi serta dalam memberikan pelayanan rutin kepada masyarakat.
Salah satu faktor yang sangat penting dalam penyelenggaraan
otonomi tersebut adalah faktor keuangan, karena penyelenggaraan pemerintahan
desa memerlukan biaya untuk melaksanakan tugas-tugas pemerintahan,
61
pembangunan dan pelayanan masyarakat. Semakin besar jumlah uang yang
dipunyai Gampong semakin banyak pula kegiatan yang dapat dilaksanakan.
Desa sebagai daerah otonom harus memiliki kewenangan dan kemampuan untuk
menggali sumber keuangan atau pendapatan, mengelola dan menggunakan
keuangan sendiri, dengan kata lain adanya kemandirian atau otonomi Gampong
dalam mengelola anggaran dan pendapatan dan belanja Gampong. Pengelolaan
keuangan Gampong menyangkut dengan kekayaan Gampong, penyusunan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Gampong.
Implementasi otonomi daerah bagi desa akan menjadi kekuatan bagi
pemerintah desa untuk mengurus, mengatur dan menyelenggarakan rumah
tangganya sendiri, sekaligus bertambah pula beban tanggung jawab dan
kewajiban desa, namun demikian penyelenggaraan pemerintahan tersebut tetap
harus dipertanggungjawabkan. Pertanggungjawaban yang dimaksud diantaranya
adalah pertanggungjawaban dalam pengelolaan anggaran desa.
Berdasarkan hal tersebut, desa memiliki kewenangan untuk mengatur dan
mengurus masyarakat setempat sesuai kondisi sosial dan budaya termasuk dalam
pengaturan keuangan. Penyelenggaraan pemerintahan desa diharapkan dapat
mendorong peningkatan kapasitas dan kemandirian melalui partisipasi
masyarakat dalam memanfaatkan sumber daya untuk mencapai kesejahteraan
masyarakat. Pelaksanaannya diwujudkan dalam bentuk sistem pemerintahan
yang mengatur rencana pengembangan jangka panjang, kebijakan dan
peraturan desa serta sumber pembiayaan pembangunan. Oleh karena itu, perlu
adanya pengaturan secara tegas dan konsisten tentang anggaran biaya
pembangunan Gampong baik di tingkat nasional hingga daerah. Kewenangan
daerah untuk mengatur proporsi anggaran pembangunan desa sangat penting
62
sebagai wujud keberpihakan kepada masyarakat Gampong.
Pelaksanaan otonomi desa mendorong pemerintah dan masyarakat
Gampong untuk lebih mandiri dalam mengatur dan mengurus rumah tangga
Gampong, termasuk dalam hal ini adalah mengatur dan mengurus Anggaran
dan Pendapatan Belanja Desa (APBD Gampong), Pendapatan Asli Gampong
(PAG Gampong) sebagai salah satu sumber anggaran penerimaan atau
pendapatan Gampong memainkan peran yang sangat penting dalam
pembangunan Gampong, dan bagi pelaksanaan otonomi Gampong.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBG Gampong) merupakan
bagian integral dari perangkat kebijakan pembangunan dan rumah
tangga desa. Dalam mendukung pelaksanaan pembangunan di desa
diperlukan kepastian biaya yang berasal dari berbagai sumber baik
pemerintah, swasta maupun masyarakat setempat. Dalam UU nomor 32/2004
dalam menyelenggarakan pemerintahan, pemerintahan menggunakan asas
desentralisasi, tugas pembantuan, dan dekonsentrasi sesuai dengan
peraturan perundang-undangan. Dalam undang- undang tersebut diatur
tentang desa sebagai kesatuan hukum yang memiliki kewenangan untuk
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-
usul, adat istiadat yang diakui dalam sistem pemerintahan nasional dan
berada di dalam wilayah kabupaten.
Sistem pengelolaan dana desa yang dikelola oleh pemerintah desa
termasuk didalamnya mekanisme penghimpunan dan pertanggungjawaban
merujuk pada Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Dalam aturan
tersebut dijelaskan bahwa pendanaan pembangunan yang dilakukan oleh
63
pemerintah daerah termasuk didalamnya pemerintah desa menganut prinsip
money follows function yang berarti bahwa pendanaan mengikuti fungsi
pemerintahan yang menjadi kewajiban dan tanggung jawab masing-masing
tingkat pemerintahan. Dengan kondisi tersebut maka transfer dana menjadi
penting untuk menjaga/menjamin tercapainya standar pelayanan publik
minimum (Simanjuntak, hal. 21; 2002).
APBD Gampong adalah instrusmen penting yang sangat menentukan
tewujudnya tata pemerintahan yang baik (Good Governance) di desa. Tata
pemerintahan yang baik antara lain dapat diukur melalui proses penyusunan dan
pertanggungjawaban APBD Gampong. Sebagai pemegang otonomi asli, desa
bisa mengambil prakrasa dan inisiatif dalam mengelola keuangan desa,
Tampa adanya intervensi dari pemerintah diatasnya atau supra desa. Hal ini
berarti dengan adanya otonomi desa, maka desa lebih leluasa dalam menentukan
arah kebijakan pembangunan desa dengan dibingkai APBD Gampong. Anggaran
pendapatan belanja desa (APBD Gampong) pada perinsipnya merupakan rencana
pendapatan dan pengeluaran desa selama satu tahun kedepan yang dibuat oleh
Kepala Desa bersama-sama masyarakat yang dituangkan kedalam peraturan
desa dan sesuai pedoman yang di buat oleh Bupati.
Meskipun dalam penyususan APBD Gampong ini berpedoman pada
Perda Kabupaten, tapi prioritas masing-masing Desa bisa berbeda. Ini sangat
tergantung dari kondisi riil masing-masing Desa, dan menyangkut potensi dan
harus disesuaikan dengan kebutuhan dari Masyarakat itu sendiri, sehingga
diharapkan APBD Gampong menjadikan APBD Gampong yang partisipatif.
Besar kecilnya partisipasi masyarakat merupakankan faktor penting dalam
proses pembangunan, karena pada kenyataannya pembangunan desa sangat
64
memerlukan adanya keterlibatan aktif dari masyarakat. Keikutsertaan
masyarakat tidak saja dalam perencanaan tetapi juga pelaksanaan program-
program pembangunan di desa. Sehingga penilaian terhadap aparatur desa tidak
negatif dalam menjalankan tugas utama untuk memberikan pelayanan terhadap
masyarakat dan pelaksanaan pembangunan. Persepsi akan timbul bilamana
dalam menjalankan tugas tidak sesuai dengan harapan masyarakat desa. Prosedur
yang dipersulit dijadikan kepentingan pribadi atau komunitas yang
dipergunakan untuk kepentingan pribadi.
Pada tingkat pelaksanaannya, saat ini masih banyak masalah
yang dirasakan oleh sebagian besar desa terkait keterbatasan dalam keuangan
desa. Seringkali Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBD Gampong) tidak
berimbang, antara penerimaan dengan pengeluaran. Kenyataan yang
demikian disebabkan oleh empat faktor utama. Pertama: desa memiliki APBD
Gampong yang kecil dan sumber pendapatannya sangat tergantung pada bantuan
yang sangat kecil pula. Kedua: kesejahteraan masyarakat desa rendah. Ketiga:
rendahnya dana operasional desa untuk menjalankan pelayanan. Keempat: bahwa
banyak program pembangunan masuk ke desa, tetapi hanya dikelola oleh dinas.
Partisipasi Masyarakat dan kontrol terhadap pemerintah desa dalam
pelaksanaan dan pengelolalan APBD Gampong.
Partisipasi masyarakat sangat dibutuhkan, untuk mendukung
perkembangan desa untuk lebih baik. Maka dari itu dibutuhkan transparansi dari
aparatur desa serta masyarakat. Juga menjalin komunikasi yang baik antara
elemen yang bekepentingan (Masyarakat dan aparatur Desa). Fungsi kontrol ini
sangat penting untuk melihat sejauhmana transparansi pengelolaan keuangan
pemerintah desa selama satu tahun berjalan.
65
Meskipun dana yang dimiliki oleh suatu desa tidak besar, tetapi bila tidak
diatur dengan baik dalam perencanaan dan penggunaannya,maka akan
mengakibatkan dana tersebut menjadi sia-sia atau tidak bisa memberikan hasil
yang maksimal kepada desa tersebut. Menurut Sukasmanto (2004:73), dalam
proses implementasi anggaran desa dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:
transparansi, akuntabilitas, partisipasi masyarakat, penyelengaraan pemerintahan
yang efektif, tanggap terhadap aspirasi yang berkembang di masyarakat, dan
disusun secara profesional. Kaitannya dengan pendidikan kewarganegaraan
adalah kita pernah menempuh mata kuliah pemerintahan daerah, menyusun
APBD Gampong ini dilakukan di pemerintahan desa. Pemerintahan desa
termasuk dalam pemerintahan daerah.
Berdasarkan hal tersebut dibutuhkan peran-peran dari semua pihak di
desa untuk merencanakan dan menyusun APBD Gampong dengan lebih realistis
sesuai dengan kondisi keuangan dan asset desa. Seluruh aparat pemerintahan
desa memiliki tanggung jawab dalam pelaksanaan APBD Gampong.
Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat kita lihat bahwa di gampong blang
baro telah mekanisme penyusunan APBG yang selama ini dilakukan sudah
mengikuti kepada mekanisme yang ditentukan oleh aturan dan ketentuan yang
telah ditetapkan baik oleh undang-undang maupun ketentuan yang ada di aceh
secara umum dan Kabupaten Nagan Raya secara khususnya.
66
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dilakukan diatas maka
kesimpulan yang dapat diambil dalam penelitian ini yaitu pemerintah gampong
Blang Baro dalam melakukan penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Gampong mengikuti kepada aturan dan ketentuan yang telah ditentukan baik oleh
undang-undang maupun secara ketentuan daerah. Secara prinsip gampong Blang
Baro dalam melakukan penyusunan bertujuan untuk menentukan arah
pembangunan secara partisipatif, yaitu melibatkan seluruh komponen masyarakat
sebagai upaya untuk menggali ide dan gagasan yang lahir dari masyarakat untuk
pembangunan gampong. Proses penyerapan aspirasi yang dilakukan oleh
pemerintah gampong tidak hanya untuk memperoleh ide dan gagasan tetapi juga
untuk menentukan skala prioritas mengenai pembangunan gampong.
5.2 Saran
Adapun saran yang penulis berikan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Pemerintah gampong harus lebih proaktif dalam mendorong keterlibatan
masyarakat secara aktif dan partisipatif dalam setiap kegiatan gampong.
2. Pemerintah kecamatan harus memfasilitasi masyarakat gampong di
seluruh wilayah atau kawasan kerja pihak kecamatan, guna memberikan
pelayanan dan peningkatan kapasitas aparatur gampong.
67
3. Masyarakat yang terlibat hendaknya menjadikan forum tersebut sebaik
mungkin guna menentukan arah pembangunan gampong yang lebih baik
dan berkemajuan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1995, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi kedua, cet.5 Balai Pustaka,Jakarta
Bratakusumah, D.S, dan Solihin D., 2001, Otonomi Penyelenggaraa PemerintahDaerah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Bryant C And Louise G. White, 1987, Menajemen Pembangunan UntukNegaraBerkembang, LP3ES (Terjemahan Riyanto) Jakarta
Bungin, Burhan. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif: Pemahaman Filosofis danMetodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi. Raja Grafindo Persada.Jakarta.
Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, KebijakanPublik, dan Ilmu sosial Lainnya. Kencana Prenada Media Group. Jakarta.
Caporaso, James., P.Levine, David. 1992. Theories of Political Economy. CambridgeUniversity Press.
Centre for Participatory Developmen (CéPAD) Indonesia, 2004. “AdvokasiAPBDes di Kabupaten Sidoarjo”.
Forum Inovasi. 2002. Partisipasi Masyarakat dalam Penyelenggaraan OtonomiDaerah. http://www.forum- inovasi.or.id. 27 September 2008.
Handoyo, b Hestu Cheemaipto, 1998, Otonomi Daerah Titik Berat Otonomi danUrusan Rumah Tangga Daerah, Pokok-Pokok Pikiran Menuju ReformaiHukum di Bidang Pemerintahan Daerah, Univerita Atmajaya Yogyakarta.
Haris, Syamsuddin, 2007, Desentralisasi dan Otonomi Daerah: Desentralisasi,Demokrasi, dan Akuntabilitas Pemerintah Daerah. Jakarta: LIPI Press.
Islamy, M. Irfan, 2004. “Membangun Maysrakat Partisipatif”. Jurnal IlmiahAdministrasi Publik, Vol. IV No.2, hal.3-9, 2004
Kaho, Josef Riwu, 2002, Prospek Otonomi Daerah di Negara Republik Indonesia,Identifikasi Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Penyelenggaraannya, RajaGrafindo Persada, Jakarta
Khairuddin, 2000, Pembangunan Masyarakat, Tinjauan Aspek : Sosiologi, Ekonomidan Perencanaan, IlIBERTY, Cet 2, Yogyakarta
LAN dan BPKP, 2000, Akuntabilitas dan Good Governance. Modul sosialisasisistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah, Cetakan Pertama. Jakarta.
Moh. Ali Aziz, Rr Suhartini, A. Halim (ed), 2005, Dakwah PemberdayaanMasyarakat: Paradigma Aksi Metodologi. Yogyakarta: LKis.
Mubyarto. 1984. Strategi Pembangunan Pedesaan. P3PK. Universitas Gadjah MadaYogyakarta.
Ndraha, Taliziduhu. 1990. Pembangunan Masyarakat; Mempersiapkan MasyarakatTinggal Landas. Rineka Cipta. Jakarta.
Nurcholis, Hanif, 2011, Pertumbuhan dan penyelenggaraan pemerintah desa.Semarang: Erlangga.
Rinusu dan Sri Mastuti, 2003. Panduan Praktis Mengontrol APBD, Jakarta:Civic Education and Budget Transperency Advocation (CiBa) & FriedrichEbert Stiftung (FES)
Tjokroamidjojo, Bintoro. 1996. Perencanaan Pembangunan. PT. Toko GunungAgung. Jakarta.
Wrihatnolo, Randy R, dan Riant Nugroho D, 2006, Manajemen PembangunanIndonesia. Elex Media Komputindo, Jakarta