skripsi diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh...
TRANSCRIPT
RESPON MAHASISWI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIFHIDAYATULLAHJAKARTATERHADAP
PENGGUNAAN JILBAB SEBAGAI PAKAIAN KAMPUS (Studi Komparasi Autara Fakultas Syariah Dan Hukum Dengan
Fakultas Sains Dan Teknologi)
Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial
Islam (S. Sos. I)
Disusun Oleh ;
LOLA RIZKILA NUR NIM: 103051028625
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1428. HI 2007. M
RESPON MAHASISWI UNIVERSITAS ISLAM NEGRI (UIN) SYARIFHIDAYATULLAHTERHADAPPENGGUNAAN
JILBAB SEBAGAI PAKAIAN KAMPUS (Studi Ko~parasi Antara Fakultas Syariah dan Hukum dengan
Fakultas Sains dan Teknologi)
Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S. Sos. I)
Oleh:
Lola Rizkila Nur NIM.103051028625
Dibawah bimbingan :
Dr. Umaimah Wahid, M. Si NIP. 150 293 225
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1428 H/2007 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul "RESPON MAHASISWI UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
TERHADAP PENGGUNAAN JILBAB SEBAGAI P AKAIAN KAMPUS
(Studi Komparasi Autara Fakultas Syariah Dan Hukum Dengan Fakultas
Sains Dan Teknologi)'', telah diujikan dalam sidang munaqasah Fakultas
Dakwah Dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta, pada hari Senin tanggal 17 September 2007.
Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
sarjana program strata satu (S-1) pada jurusan Komunikasi Dan Penyiaran Islam.
Jakarta, 17 september 2007
Sidang Munaqasah
Ketua Merangkap Anggota !"'\
(Drs. Arie Subhan, M.A)
NIP. 150262442
•
(Dra. Hj. Jamil, M. Hum)
NIP: 150244766
Anggota
Sekretaris Merangkap Anggota
~mi~~MA) NIP:l50281980
(Rubiya ah, M. A)
NIP:l50286373
(Dr. Umaimah Wahid, M. Si)
NIP: 150293225
LEMBARPERNYATAAN
·· Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini mernpakan hasil karya asli, saya ajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 (SI) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang digunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau mernpakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakaiia.
Ciputat, 15 Agustus 2007
(Lola Rizkila Nur)
ABSTRAK
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta adalah sebuah universitas yang lebih mengutamakan nilai-nilai keislaman. Hal ini ditandai dengan cara berpakaian para mahasiswanya khususnya mahasiswinya. Dalam kode etik mahasiswa universitas islam negeri syarif hidayatullah Jakarta yang tertuang dalam bah IV tentang pelaksanaan tindakan disiplin pasal 6 mengenai busana mahasiswa point d yaitu mahasiswi hams mengenakan busana muslimah (jilbab) tanpa membedakan latar belakang pendidikannya baik itu dari Sekolah Menengah Umum (SMU) maupun dari Madrasah Aliyah (MA) dan Pesantren.
Dengan demikian ketika kebijakan itu diberlakukan, muncul pandangan kritis terhadap aturan normatif tersebut dari sebagian mahasiswinya. Maka berbagai responpun akan muncul. Dari pembatasan masalah tersebut dapat dirumuskan meajadi "Bagaimana respon mahasiswi Univesitas Islam Negeri SyarifHidayatullah Jakarta terhadap penggunaanjilbab sebagai pakaian kampus". Disini penulis melakukan studi komparasi antara Fakultas Syariah Dan Hukum dengan Fakultas Sains Dan Teknologi.
Tujuannya adalah untuk mengetahui perbedaan respon mahasiswi antara Fakultas Syariah Dan Hukum dengan Fakultas Sains Dan Teknologi. Metode yang penulis gunakan adalah kuantitatif komparasi yaitu dengan cara mengolah data penelitian komparasi (perbandingan). Dalam penulisan ini, penulis berpedoman kepada penjelasan Aswarni Sudjud bahwa di dalam penelitian komparasi akan menemukan persamaan dan perbedaan tentang respon dan pandangan dan lain-lain. Dalam menentukan populasi dan sampel, penulis berpedoman kepada penjelasan Subarsimi Arikunto yaitu ''.iika populasinya lebih dari 100 maka sampelnya dapat diambil 10 %-15% atau lebih"
Berdasarkan teori komparasi yang penulis gunakan yaitu dengan membandingkan respon antara mahasiswi Fakultas Syariah Dan Hukum dengan Fakultas Sains Dan Teknologi, maka dapat disimpulkan ternyata terdapat perbedaan respon tentang hukum mengenakan jilbab dikalangan mahasiswi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya Fakultas Sains Dan Teknologi ha! ini disebabkan karena sebagian mahasiswinya berlatar belakang dari Sekolah Menengah Umum (SMU) yang memang pengetahuan agamanya relatif kurang dibandingkan dengan Fakultas Syariah Dan Hukum, yang sebagian dari mahasiswinya berasal dari Madrasah Aliyah (MA) dan Pesantren. Kemudian masih banyak mahasiswi yang kadang-kadang menggunakan jilbab di luar kampus bahkan masih ada mahasiswi yang tidak mengenakan jilbab di luar kampus, ha! ini dikarenakan mereka hanya menggunakan jilbab sebatas peraturan kampus dan di luar lingkungan kampus mereka mempunyai hak untuk tidak mengenakan jilbab.
Namun dibalik itu semua ada satu ha! yang masih mengganjal penulis, yaitu walaupun hampir semua mahasiswi tahu tentang hukum mengenakan jilbab adalah wajib baik dari Fakultas Syariah Dan Hukum maupun dari Fakultas Sains Dan Teknologi, tapi tetap saja di luar sana masih ada mahasiswi yang tidak mengenakan jilbab. Padahal mereka sudah sangat tahu akan aajuran memakai jilbab itu wajib kepada setiap muslimah. Hal ini dikarenakan tingkat keimanan dan ketakwaan serta pengetahuan agama para mahasiswinya masih kurang.
KATA PENGANTAR
Segala puja dan puji penulis panjatkan kehadlirat Allah SWT, Tuhan
semesta Alam, yang telah melimpahkan Rahmat, Taufiq serta Hidayah-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang sederhana ini.
Shalawat serta salam, semoga senantiasa dilimpahkan kepada junjungan kita Nabi
Besar Muhammad SAW., yang telah merubah peradaban dari peradaban yang
penuh kesesatan menaju masyarakat yang berperadaban, yang penuh keimanan
dan ketaqwaan (masyarakat Madani).
Skripsi yang berjudul "RESPON MAHASISWI UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
TERHADAP PENGGUNAAN JILBAB SEBAGAI PAKAIAN KAMPUS
(Studi Komparasi Antara Fakultas Syariah dan Hokum Dengan Fakultas
Sains Dan Teknologi)" Alhamdulillah, telah dapat penulis selesaikan
penulisannya berkat bantuan dari berbagai pihak, baik materil maupun moril,
terutama adalah atas berkat Taufiq dan lnayah Allah SWT. Karena itu, penulis
merasa sangat bersyukur kepada Allah SWT., dan berterimakasih kepada semua
pihak yang telah memberikan bantuan serta kemudahan kepada penulis, baik pada
saat penulis menyelesaikan studi maupun saat penulis menyelesaikan penulisan
skripsi ini.
Begitu banyak ucapan terima kasih yang ingin penulis ucapkan karena
tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak skripsi ini tidak akan selesai, ucapan
terima kasih yang begitu besar dihaturkan kepada:
I. Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak
Prof. DR. Komaruddin Hidayat beserta para pembantu rektor. Walaupun tidak
saling mengenal satu sama Iain, tetapi tidak mengurangi rasa hormat dan
terima kasih.
2. Dekan Fakultas Dakwah Dan Komunikasi, Bapak DR. Murodi, M.A., beserta
pembantu dekan. Terima kasih karena telah memberikan yang terbaik untuk
penulis. Bapak Ors. Wahidin Saputra, M.A., dan Thu Umi Musyarafah, M.A.,
sebagai Ketua Dan Sekretaris Jurusan Komunikasi Dan Penyiaran Islam, yang
telah banyak memberikan masukan dan motivasi kepada penulis ..
3. Ibu Dr. Umaimah Wahid, M. Si., selaku pembimbing skripsi sekaligus
merangkap menjadi pembimbing akademik yang selalu memberikan
bimbingan dan dorongan serta menyempatkan waktu untuk mengoreksi hal
hal yang salah ditengah kesibukan "Thank You So Much Mom". Dan semua
dosen yang telah mengajarkan penulis banyak hal sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
4. Ayahanda tercinta Bapak Nurul Fajri dan lbunda tercinta !bu Sadiyah, yang
telah sepenuh hati memberikan bantuan, baik moril maupun materil, serta
dukungan maupun dorongan kepada penulis untuk dapat belajar terus tanpa
batas. Se!Iloga Allah SWT, senantiasa memberikan ampunan serta pahala
yang berlipat ganda kepada beliau.
Kakak-kakakku tercinta, Deni Permana Nur dan Lulu Hanifah Nur beserta
suami M. Irfan Yasin yang terus menerus memberikan energi kasih sayang
yang menjadikan semua itu kekuatan untuk penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini serta keponakanku Azillah Sauqi Qolbi yang terus
memberikan senyuman disaat penulis sedang rapuh, semoga menjadi anak
yang cerdas spiritual dan emosionalnya.
5. "Sahabatku Kekasihku Zulham Paris" Terima kasih atas cinta yang kau
berikan setahun yang Ialu, walaupun hanya sebentar tetapi kenangan yang
pernah dilewati bersama adalah sebuah kenangan terindah untuk penulis yang
sampai saat ini masih selalu dijaganya. "Cayoo Zuam .... Tetep semangat
untuk mengejar suatu harapan, selalu ada do' a di hati ini untukmu"
5. Sahabat-sahabatku tercinta "Gank Lemez", mamah komala, ayah untung, ade
si bibir seksi, panjul si kepala silau, iti si cadel, teuteunk si gokil, Ayik. S.
Papi si sastrawan, yang telah banyak membantu penulis baik suka maupun
duka. "Semoga apa yang pernah terjadi diantara kita takkan pernah terlupa,
selalu senantiasa hangat dalam ingatan.
6. MY BELOVED CLASS KPI E (Agung, Aini, Annisa, Danang, Edi, Enny,
Erika, Firman, Husna, !is, Imam, !wan, Arna, Moko, Fanny, Mba Sus, Yosep)
yang sampai saat ini selalu menjaga indahnya persahabatan, walaupun kita tak
lagi bersama namun do'a-do'a ku selalu menyertai kalian "Semoga Allah Al
Jami' menghimpun hati kita untuk selalu bersama.
7. Teman-temanku alumnus SMUN I Ciputat (PunkLima 27) khususnya
"DjoLay Team" (Lilik, Ema, Nana, Jelita, Vina, Windri, Ajay, Nia, Upen,
Lela, Vivi, PE, Dewa, Metal, Okem, Mercu, Survi, Juve, Bimo, Dimas,
Rudank, Djho, Coro, Shiro dan semua teman-temanku yang tak bias penulis
sebutkan namanya satu-persatu) walaupun kita berbeda Universitas, namun
SMS dan telephone kalian selalu mensuport penulis.
8. Pimpinan dan Staf Perpustakaan Utama (PU) Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta, Perpustakaan Fakultas Dakwah Dan Komunikasi,
dan Perpustakaan Umum Islam Imam Jama', yang telah membantu pen~lis
dalam menyediakan referensi yang penulis butuhkan.
9. Untuk semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini, yang
tidak bisa penulis sebutkan satu persatu namun tak mengurangi rasa hormat
penulis.
Semoga Allah SWT. yang Maha Pengasih dan Penyayang, berkenan
membalas semua amal kebaikan mereka, amin.
Jakarta, 20 Agustus 2007
Penulis,
DAFTARISI
KATA PENGANTAR................................................................................. i
DAFTARISI............................................................................................... iv
DAFTAR TABEL....................................................................................... vii
DAFT AR LAMP IRAN................................................................................ viii
ABSTRAK ................................................................................................. ix
BAB I : PENDAHULUAN ..................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ......... .............................................. l
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah .................................... 9
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................. 10
D. Metodologi Penelitian........................................................... 11
E. Sistematika Penulisan .................................. ......................... 19
BAB II : LANDASAN TEORITIS ......................................................... 20
A. Pengertian Respon . .. . . . .. . . .. . . .. .. .. .. .. .. .... .. ... . . .. .. . .. ... .. .. ..... . ..... .. 20
B. Pengertian Jilbab .................................................................. 22
C. Jilbab Menurut Konsep Budaya.................... .............. .......... 28
D. Jilbab Menurut Syariat Islam................................................ 30
E. Fungsi Busana Dalam Islam................................................. 42
F. Jilbab Dan Dinamika Mode................................................. 44
BAB ill : GAMBARAN UMUM .............................................................. 48
·A. Universitas Islam Negeri (UIN) SyarifHidayatullah Jakarta. 48
1. Sejarah ...................................................................... 48
a. Periode Perintisan ................................................ 48
b. Peri ode ADIA ................. .... ................................. 49
c. Periode IAIN AI-Jami' ah..................................... 50
d. Peride IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta............... 50
e. Peri ode IAIN ke UIN ........ ... ................................ 52
£ Peri ode UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.............. 54
2. Visi dan Misi UIN ..................................................... 56
B. Fak:ultas Syari'ah dan Hukum ............................................... 59
l. Sejarah ...... ............. ............................ ................ ...... 59
2. Visi dan Misi............................................................. 62
3. Tujuan....................................................................... 63
C. Fakultas Sains dan Teknologi................................................ 63
1. Sejarah ................ ...... ............................... ......... .. ... ... 63
2. Visi dan Misi ........ ..................................................... 65
3. Tujuan....................................................................... 65
BABIV: ANALISISDATA..................................................................... 66
A. Data Respon Mahasiswi...................................... ...... ............ 66
l. Identitas Responden ..................................................... 67
B. Analisis Data........................................................................ 91
BAB V : PENUTUP. ... .... ...... ..... ... .. ........... ........... .... .... .... .................. ..... 95
A.~ Kesimpulan : ... :..................................................................... 95
B. Saran-saran........................................................................... 97
DAFT AR PUST AKA.................................................................................. 98
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 01: Pendidikan Terakhir Responden Sebelum Kuliah ................................... 67
Tabel 02: Pengetahuan Islam Menanjurkan Berjilbab Terhadap Muslimah ............ 69
Tabel 03: Pengetahuan Agama Tentang Hukum Berjilbab .................................... 70
Table 04: Masa Yang Telah Dilalui Dengan Memakai Jilbab ................................. 72
Table 05: Kenyamanan (Tidak Merasa Risih) Dalam Mengenakan Jilbab .............. 74
Table 06: Kebetahan (Tidak Merasa Gerah) Dalam Mengenakan Jilbab ................. 76
Tabel 07: Perasaan Responden Ketika Memakai Jilbab Di Jalan ............................ 77
Table 08: Keindahan Dalam Memakai Jilbab ......................................................... 78
Table 09: Tujuan Memakai Jilbab Di Kampus ....................................................... 79
Table 10: Kesadaran Dalam Memakai Jilbab ........................................................ 80
Table 11: Jilbab Sebagai Gaya Atau Kewajiban ..................................................... 82
Table 12: Memakai Jilbab Di Luar Lingkungan Kampus ....................................... 83
Table 13: Komentar Responden Mengenai Diwajibkannya Jilbab Di Kampus ....... 85
Table 14: Yang Menetapkan Jilbab Sebagai Pakaian Kampus ................................ 86
Table 15: Peran Dewan Dosen Dalam Mendukung Pelaksanaan Wajib Berjilbab ... 88
Table 16: Sikap Dewan Dosen Dalam Menilai Kerapihan Memakai Jilbab ........... 89
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I : Surat permohonan bimbingan skripsi dari Fakultas Dakwah Dan
Komunikasi untuk Ibu Dr. Umaimah Wahid M. Si
Lampiran 2 : Surat riset I wawancara dari Dekan Fakultas Dakwah dan
Komunikasi untuk Fakultas Syariah Dan Hukum dengan Fakultas
Sains Dan Teknologi
Lampiran 3 : Kode etik mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta
Lampiran 4 : Angket pertanyaan
Lampiran 5 : Surat keterangan penelitian dari Fakultas Syariah Dan Hukum
Dan Fakultas Sains Dan Teknologi.
Lampiran 6 : Contoh model-model jilbab.
BABI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Allah SWT menganugerahi manusia dengan berbagai nikmat dan kamnia yang
tidak terhingga nilainya, salah satu nikmatnya itu adalah Dia telah mengajarkan
manusia tentang pengetahuan untuk berpakaian. Sebagai seorang hamba yang
menyadari kekurangan dan kelemahannya akan pandailah ia bersyukur kepada
Allah SWT yang telah memberikan pengetahuan yang amat penting itu. Rasa
syukur kepada Allah SWT ini akan diungkapkan dengan jalan melaksanakan cara
berpakaian yang sesuai dengan dikehendakinya.'
Dalam ajaran agama islam, busana bukan semata-mata masalah kultur, namun
lebih dari itu mempakan tindakan ritual dan sakral yang dijanjikan pahala sebagai
imbalannya dari Allah SWT. Oleh sebab itu dalam ha! pakaian, Islam telah
menetapkan batas-batas tertentu untuk aura! laki-laki dan perempuan. Dalam
syariat, aurat adalah bagian anggota tubuh yang wajib ditutup. Islam telah
menetapkan aura! laki-laki antara pusat sampai lutut, sedangkan batas-batas aura!
wanita lebih luas ketimbang aurat laki-laki. Setiap wanita diwajibkan menutup
selumh tubuhnya, kecuali muka dan kedua telapak tangan." Pada badan wanita,
Allah telah memberikan kekhususan-kekhususan yang membedakannya dari laki-
laki dan meletakkan pada setiap tempat dari badannya fitnah yang khas. Setiap
bagian-bagian badan wanita mempunyai keindahannya yang khas, godaannya
yang khusus dan pengamhnya yang khusus pula. Umuk iru is1am menga1ar<::cc
1 Nina Surtiretna, Anggun Beljilbab. (Bandung: Mizan, 1995). Cet Ke-2. Hal 27 2 Husein Shahab, Jilbab Menurut Al-Qur'an Dan As-Sunnah, (Bandung: Mizan, 2002),
Cet. Ke-19, h. 43
2
agar wanita muslimah mengenakan pakaian yang menutup aurat Oilbab) sehingga
tidak menimbulkan fitnah dan kejahatan.'
Khusus untuk busana muslimah Oilbab ), ia memiliki karakteristik yang lebih
luas dan bersifat universal, dalam arti dapat dipakai perempuan Islam dimanapun
ia berada tanpa membedakan suku atau bangsa maupun Jetak geografisnya.
Dengan demikian busana muslimah Oilbab) merupakan pakaian abadi yang akan
tetap hadir ditengah-tengah revolusi dan perubahan mode busana perempuan.
Dewasa ini pemakaian busana muslimah Oilbab) di tanah air dari hari ke
hari semakin semarak saja. Bisa dilihat dari universitas-universitas yang ada di
Jakarta, mahasiswanya sudah banyak yang mengenakan jilbab pada saat pergi ke
kampus tanpa rasa keterpaksan. Demikian juga pada Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang memiliki aturan khusus kepada setiap
mahasiswinya yang tertuang pada Kode Etik Mahasiswa Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta Bab IV Tentang Pelaksanaan Tindakan Disiplin Pasal
6 Bagian Busana Mahasiswa, lihat pada lampiran, yaitu mewajibkan untuk
mengenakan busana muslimah Oilbab ).
Sampai hari ini secara ekstrim pandangan terhadap busana muslimah
Oilbab) terbagi dalam dua kelompok yaitu kelompok pertama, yang tampaknya
merupakan kelompok mayoritas adalah kelompok perempuan Islam yang
senantiasa mengikuti perkembangan mode tanpa memperdulikan ketentuan-
ketentuan syariat Islam dalam ha! menutup aurat. Mereka beranggapan bahwa
busana muslimah Oilbab) itu kuno, out of date, ketinggalan zaman, norak dan
sebutan-sebutan Jain yang kurang simpatik. Kelompok kedua, diisi oleh
3 Abu Syuqqah, Susana Dan Perhiasan Wanita Menumt Al-Qur'an Dan Hadist, (Baudung: Mizan, 1998), cet. Kc-3, h. 21
3
perempuan-perempuan yang mengenakan busana muslimah (jilbab) secara kaku
tanpa memperdulikan, bahkan menafikkan pentingnya mode busana.
Sementara itu menurut pandangan Al-Asymawi jilbab itu bukanlah suatu
kewajiban dan tidak dijadikan landasan Hukum tetap. Bahkan tradisi berjilbab ini
hanya dipakai dikalangan para sahabat dan ta bi' in dan lebih merupakan keharusan
budaya daripada keharusan agama: Ini terkait dengan pandangan kontrovensi
seputar jilbab, satu sisi dipandang sebagai simbol keterkungkungan dan
domestifikasi perempuan dan pada sisi yang lain menjadi simbol identitas sebuah
gerakan suatu komunitas.
Disamping itu terdapat ada pula pandangan bahwa orang yang berjilbab itu
kebanyakan hanya memandang jilbab sebagai batas adat istiadat yang diwarisi
oleh orang tua mereka yang menyuruhnya. Hanya sekedar paksaan belaka yang
apabila tidak dipergunakan mereka akan dimarahi. Adapula yang memakai jilbab
karena alasan untuk mematuhi peraturan kampus, yaitu para mahasiswi
diwajibkan untuk mengenakan jilbab dikampusnya, tetapi apabila mereka sudah
berada di luar lingkungan kampus maupun sudah berada di rumah, mereka tidak
lagi mengenakan "mencopot" j ilbabnya dengan alasan-alasan seperti terbebas dari
rasa kegerahan. Kemudian mereka mengenakan pakaian yang sedang trend dan
modis saat ini untuk bergaul di kalangan anak muda.
Perkembangan peradaban manusia membuktikan bahwa pakaian
merupakan ha! yang dianggap penting, mengingat fungsi-fungsinya yang esensial
yaitu sebagai penutup tubuh (aural), sebagai pelindung tubuh dari cuaca panas dan
dingin serta agar tampil bagus (good looking). Namun demikian, diatas
4 Muhammad Said Al-Asymawi, Kritik Alas Ji/bah, (Jakarta: PT. Jaringan Islam Liberal dan The Asia Foundation, 2003), h. 1
4
pertimbangan kondisi sosial, ekonomi, dan budaya. Allah SWT menggariskan
bahwa untuk orang yang beriman ada satu hal yang harus diperhatikan dengan
sungguh-sungguh, yaitu fungsi berpakaian yang ditetapkan dalam ~1-Qur'an
Surat Al-'Araf ayat 26.5 Semua fungsi pakaian itu haruslah diterapkan bukan saja
dipandang sehat, indah dan baik namun juga harus berlandaskan tuntutan yang
benar sesuai dengan petunjuk Allah adalah busana muslimah lengkap dengan
jilbabnya.
Busana muslimah Gilbab) adalah satu langkah awal membentuk pribadi
yang luhur bagi kaum wanita, satu langkah untuk kesempumaan akhlaknya.
Akhlak secara bahasa berarti perangai atau tabiat. Sedangkan secara istilah, berarti
hal-hal yang berkaitan dengan sikap, perilaku dan sifat-sifat manusia dalam
berinteraksi dengan dirinya sendiri dengan sesama, maupun dengan mahluk-
mahluk lain dan terutama dengan tuhannya.
Sementara itu, ada pandangan kalau tidak ada jaminan orang yang
memakaijilbab itu memiliki akhlak dan budi pekerti yang baik (sempuma). Tetapi
dengan jilbab merupakan salah satu usaha untuk menuju kesempumaan dan
menciptakan akhlak yang luhur. Islam selalu menekankan umatnya untuk
membina diri dan jiwanya dalam hal kesiapan untuk melakukan perbuatan baik.
Seorang muslim harus siap untuk melakukan perbuatan-perbautan baik yang telah
ditentukan oleh ajaran. Karena itu, ajaran-ajaran Islam harus diaktualisasikan dan
disosialisasikan dalam kehidupan nyata sehari-hari di alam dunia ini.
Oleh karena itu sebagai wanita muslimah seharusnya bisa mempersepsi
dan mengapresiasikan jilbab secara kaffah, mulai dari esensi hingga fungsi jilbab
5 Al-Qur'an Dan Terjemahannya, Proyek Pengadaan Kitab Suci Al-Qur'an, Departemen Agama Republik Indonesia, Pelita II Tahun I 977/ 1978, PT. Bumi Restu, h. 224
5
dalam keseharian sebagai salah satu media perwujudan dan penampilan jati diri.
Jilbab berbeda dengan busana-busana lainnya, Ia bukan hanya layak untuk dipakai
di mana saja dan dalam kesempatan .serta suasana apa saja, namun juga sekaligus
menjadi pakaian ibadah. Selain itu juga, bagi mereka yang telah menyadari
kewajiban berbusana muslimah dan ingin mengikuti mode, tidak perlu risih
karena ajaran Islam pada prinsipnya tidak menentukan mode pakaian muslimah
secara kaku. Islam hanya memberi paguan (standard) mengenai bagian tubuh
mana yang hams ditutupi secara baik. Ukuran, dan bentuk modenya terpulang
kepada kita untuk menatanya sebaik mungkin.
Ditengah-tengah situasi seperti ini terdapat Universitas seperti Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang mewajibkan mahasiswinya
mengenakan busana muslimah (jilbab) sebagai pakaian wajib di kampus. Busana
juga dapat mempengaruhi terbitnya kesadaran dan ketakwaan seseorang kepada
Allah SWT, sebagaimana Firman Allah SWT:
2-Ll~ , :~11 , er G, , • <-7r, I', L..tJ ·<-·I:: ci'.'i ~ -;1' ·'tS '-5 ~ <..I' • J -.J J r--~ r <$ .J fl . r--~ Y i ~ 15"1 -,,.. ,,. ,.,. ,., ,.. ,... - ,,..
(26 : Jl_r'l'I) .0 )_}-'~ r Gj;j JJ1 c::..>\il~ ~ 2-[J~ ~ ,, ,, .,,,. ,,..
Hai anak Adam6, Sesungguhnya kami Telah menurunkan kepadamu Pakaian
untuk menutup aura/mu dan Pakaian indah untuk perhiasan. dan Pakaian takwd'. Itulah yang paling baik. yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, Mudah-mudahan mereka selalu ingat. 8
Ayat diatas menjelaskan dua fungsi pakaian yaitu:
I. Sebagai penutup aurat
6 Maksud anak adam adalah umat manusia 7 Pa/wian takwa maksudnya selalu bertaqwa kepada Allah SWT 8 Al-Qur'an Dan Terjemahannya, Proyek Pengadaan Kitab Suci Al-Qur'an, Departemen
Agama Republik Indonesia, Pelita II 1977/1978, PT. Bumi Restu, Surat Al-'Araf Ayat 26, h. 224
6
2. Sebagai perhiasan untuk memperindah penampilan dihadapan allah SWT
dan sesama manusia.9
Dikaitkannya fungsi busana dalam ayat ini dengan busana takwa
(Libaasut-Taqwa) menunjukkan bahwa antara keduanya (busana dan
ketakwaan) merupakan dua ha! yang tidak dapat dipisahkan, yang satu
menunjukkan yang lainnya. Jika seseorang telah bertaqwa kepada Allah
SWT, maka akan memiliki rasa malu untuk membuka aurat jasmaninya.
Sebaliknya, orang yang tidak bertaqwa sama sekali tidak merasa malu dan
risih dalam memperlihatkan aurat jasmaninya itu. Sesungguhnya rasa malu
itu sebagian dari iman. '"
Universitas atau lembaga pendidikan bertujuan untuk mempersiapkan dan
menghasilkan tenaga untuk mengisi formasi-formasi yang dibutuhkan oleh
masyarakat. Hal ini berarti bahwa tamatan suatu Universitas diharapkan dapat
menjadi manusia Indonesia yang memiliki kualifikasi ahli baik secara akademis
maupun professional. Pendidikan Islam sebagai usaha untuk mempersiapkan
mahasiswa dalam meyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran
Islam. Dan merupakan suatu proses pengembangan potensi kreativitas mahasiswa
untuk mewujudkan manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT,
cerdas, terampil, memiliki etos kerja yang tinggi, mandiri, dan bertanggung jawab
terhadap dirinya, bangsa, dan agama.
9 M. Quraish Shihah, Wawasan Al-Qur'an Tqfsir Maudhu'i Atas Pe/bagai Persoalan Umat. IBandung: Mizan. 1996\. cet-1
19 Drs. K. H. Didin Hafidhuddin., M. Sc., Dakwah Aktual, (Jakarta: Gema lnsani Press, 1998),Cet.Ke-1,h.175-176
7
Mahasiswa sebagai salah satu komponen yang menentukan proses
Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), merupakan individu yang sedang dalam masa
pertumbuhan dan perkembangan. Dalam rangka pembinaan mahasiswa maka
kalangan mahasiswi sebagai pengguna jilbab tentunya merupakan suatu
komunitas yang juga mempunyai respon terhadap penggunaan jilbab itu, apalagi
mereka berada dibawah aturan Universitas yang mewajibkan penggunaan jilbab
sebagai kode etik mahasiswa tersebut seperti Universitas Islam Negeri (UIN)
SyarifHidayatullah Jakarta.
Tujuan diberlakukannya jilbab sebagai pakaian wajib di Universitas Islam
Negeri (UNIN) Syarif Hidayatullah Jakarta adalah untuk terpeliharanya harkat
dan martabat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai
Universitas Islam, menjadikan sarjana Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta sebagai sarjana muslim yang berakhlak mulia.'' Selain itu
diberlakukannya jilbab sebagai kode etik mahasiswa di Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta ini dianggap sebagai suatu usaha untuk mencoba
mengatur dan menanamkan kesopanan kepada mahasiswinya dan menjaga dirinya
dari kehinaan.'" Kemudian melalui jilbab, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta ingin menegakkan akhlak mulia kepada setiap mahasiswinya
melalui sistem dan cara yang preventif dalam mencegah timbulnya akhlak dan
moral yang rusak.' 0 Namun ada kecenderungan bahwa temyata respon mahasiswi
terhadap penggunaan jilbab sebagai pakaian wajib di kampus. Walaupun di
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta terdapat banyak
11 Kode Etik Mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarla, ·····-co•>r u i3 A 2002. Bab II Pasal 3
12 Drs. K. H. Didin Hafidhuddin., M. Sc., Dakwah Aktual, (Jakarta: Gema lnsani Press, 1998). Cel Ke-I. h. 179
13 Ibid, h. 180
8
Fakultas agama dan fakultas umum namun untuk mempermudah penulisan,
penulis memilih Fakultas Syariah Dan Hukum Dengan Fakultas Sains Dan
Teknologi selain alasannya anjuran dari Bapak Wahidin Saputra dalam seminar
judul, penulis juga mempunyai banyak teman di fakultas tersebut. Respon
mahasiswi dari Fakultas Syariah dan Hukum tentunya berbeda dengan Fakultas
Sains Dan Teknologi.
Respon mereka itu sangat berpengaruh terhadap perilaku mereka dalam
menggunakan jilbab, selain itu persoalan respon mereka, terutama bagi pendidik
yang menginginkan mahasiswinya berjilbab secara baik dan benar. Hal ini
diperlukan sebagai masukan untuk bahan kajian, pertimbangan dan evaluasi
sebagai usaha agar mahasiswi muslimah dapat dibina lebih baik. Jika hal ini
berjalan dengan baik, maka dakwah Islam tentang berpakaian bagi mereka dapat
pula berjalan dengan baik pula.
Respon mahasiswi Universitas Islam Negeri di Fakultas Syariah Dan
Hukum dengan respon mahasiswi Universitas Islam Negeri di Fakultas Sains Dan
Teknologi yang penulis teliti sebagai pengguna jilbab secara langsung sangatlah
menentukan dalam penelitian ini. Pada satu sisi, mereka berada pada wilayah
aturan kampus, yang menjadikan jilbab sebagai pakaian formal kampus. Pada satu
sisi lain mereka berada pada wilayah di luar aturan kampus, yang menjadikan
jilbab bukan lagi pakaian formal namun ada juga sebagian dari mereka masih
menggunakan jilbab di luar kampus.
Dari sudut pandang dakwah, kenyataan ini memerlukan tindakan follow
up, agar kewajiban berjilbab melalui peraturan kampus itu tidak sebatas
pelaksanaan aturan kampus saja, tetapi mampu menjadi bagian kepribadian
9
mahasiswi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Untuk
menuju kearah itu, banyak hal yang harus direncanakan antara lain: respon
mahasiswi itu sendiri terhadap jilbab. Oleh kari:na itu dipandang perlu dan
menarik untuk meneliti penggunaan jilbab sebagai pakaian kampus pada Fakultas
Syariah Dan Hukum dengan Fakultas Sains Dan Teknologi. Melihat gambaran
diatas, maka penulis mengambil judul penelitian skripsi ini yaitu "RESPON
MAHASISWI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA TERHADAP PENGGUNAAN JILBAB
SEBAGAI PAKAIAN KAMPUS" (Studi Komparasi Autara Fakultas
Syariah dan Hukum Dengan Faknltas Sains dan Teknologi).
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Sebagai sebuah Universitas, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta yang memiliki banyak peraturan yang harus dipatuhi oleh
setiap mahasiswanya, salah satu peraturan yang harus dipatuhi yaitu pemakaian
jilbab yang diberlakukan kepada setiap mahasiswinya. Persoalan penggunaan
jilbab sebagai pakaian kampus sebetulnya terkait dengan banyak ha!. Namun
demikian bagi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang
berlatar belakang Islam, jilbab itu termasuk Jangkah dan kebijakan yang normatif.
Kebijakan itu dilaksanakan, terutama kepada setiap mahasiswi Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta tanpa membedakan Jatar belakang
pendidikannya baik itu dari Sekolah Menengah Umum (SMU) maupun dari
Madrasah Aliyah (MA) dan Pesantren. Kebijakan itu diberlakukan untuk semua
mahasiswiNya. Dengan demikian ketika kebijakan ini dilaksanakan muncul
JO
pandangan kritis terhadap aturan normatif (kewajiban memakai jilbab) dari
sebagian mahasiswi maka berbagai respon pun pasti akan muncul.
Sejalan _dengan latar belakang di atas, maka masalah dalam skripsi ini
dibatasi pada respon mahasiswinya saja.
Selanjutnya, berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka pokok
persoalan dalam skripsi ini dapat dirumuskan menjadi, "Bagaimana respon
Mahasiswi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatu//ah Jakarta di
Fakultas Syariah dan Hukum Dan Faku/tas Sains Dan Tekno/ogi tentang
penggunaan ji/bab sebagai pakaian kampus".
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan dari penelitian ini yang ingin dicapai oleh penulis adalah:
l. Untuk mengetahui respon mahasiswi Universitas Islam Negeri (UIN)
terhadap pemakaian jilbab sebagai pakaian kampus, yang meliputi:
a. Pemahaman jilbab yang melekat dihati para mahasiswi Universitas
Islam Negeri (UIN) baik di Fakultas Syariah dan Hukum maupun
Fakultas Sains dan Teknologi
b. Persamaan dan perbedaan dalam respon mahasiswi Universitas Islam
Negeri (UIN) tentang penggunaan jilbab sebagai pakaian kampus di
Fakultas Syariah dan Hukum dengan Fakultas Sains dan Teknologi
11
2. Manfaat yang diharapkan dari penelitian yang dilakukan oleh penulis antara
lain:
a. Manfaat Akademis
Dapat dijadikan tambahan referensi dan sebagai studi perbandingan
studi·studi selanjutnya serta menambah informasi tentang kajian
masalah jilbab di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta pada khususnya.
b. Manfaat Praktis
Hasil dari penelitian ini dapat diharapkan dapat menarik peneliti yang
lain, khususnya dikalangan mahasiswa untuk mengembangkan
penelitian ini selanjutnya tentang masalah yang serupa. Dan dapat
mengambil langkah-langkah yang mudah dalam melakukan kegiatan
dakwah melalui peraturan kampus ataupun busana muslimah.
D. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Metodologi penelitian'" skripsi ini menggunakan metode kuantitatif
komparatif dengan cara rnengolah data penelitian kornparasi, sebagaimana
penjelasan Aswami Sudjud'·3, bahwa di dalam penelitian kornparasi akan
rnenemukan persamaan dan perbedaan tentang benda-benda, tentang orang,
tentang ide-ide, tentang pandangan, tentang respon, tentang kritik dan lain-
14 Metodologi penelitian adalah salah satu fol.'tor yang sangat penting dalam setiap -.~grntan 1imiah. Karena dengan metode diharapkan dapat berbuat lebih eermat dan teratur dalarn bekerja, sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai dengan baik. Metode berarti prosedur pencarian data meliputi penentuan populasi, sampling, penjelasan konsep dan pengukurannya, cara-cara pengumpulan data, dan teknik analisisnya .
., Aswarni Sudjud, dan DR. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. (Jakarta: Rineka Cipta, 1993) Cet. Ke-9. Hal 211
12
lain. Sedangkan pendapat Van Delen'" tentang penelitian komparatif yaitu
ingin membandingkan dua atau tiga kejadian dengan melihat penyebab
penyebabnya. Dalam penulisan ini, penulis menggunakan penelitian
komparasi berdasarkan penjelesan Aswami Sudjud yang menjelaskan dalam
penelitian komparasi ini akan menemukan perbedaan tentang respon atau
tentang pandangan, dimana subjeknya adalah Mahasiswi Fakultas Syariah
dan Hukum dengan Mahasiswi Fakultas Sains dan Teknologi yang
memiliki karakteristik yang dipandang perlu untuk dikaji lebih mendalam.
Adapun objeknya adalah Respon Mahasiswi Fakultas Syariah dan Hukum
dengan Mahasiswi Fakultas Sains dan Teknologi. Dalam penulisan ini,
penulis membandingkan (komparasi) respon mahasiswi Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta tentang penggunaan jilbab
sebagai pakaian kampus antara Fakultas Syariah Dan Hukum dengan
Fakultas Sains Dan Teknologi.
2. Teknik Pengumpulan Data
Alat yang akan digunakan untuk mengumpulkan data dari Fakultas Syariah
dan Hukum dan Fakultas Sains dan Teknologi, yang berhubungan dengan
respon mahasiswinya adalah:
a. Populasi Dan Sampel
Populasi adalah sekumpulan unsur atau elemen yang menjadi objek
penelitian (respon mahasiswi). Sedangkan sampel adalah sebagian atau
16 Suharsimi Arikunto, Ibid, hal. 112
13
wakil populasi yang diteliti. Dengan berpedoman kepada pendapat
Suharsimi Arikunto yaitu:;;
Menurut Suharsimi Arikunto, "Apabila subjek kurang oan 1 vu orru•!'· lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau lebih, tergantung setidaknya dari segi waktu, tenaga, dan dana".
Berdasarkan pendapat tersebut dalam penelitian ini diambil sampel
sebesar I 0% dari jumlah populasi 700 orang dari Fakultas Syariah dan
Huknm, jadi sampel dalam penelitian ini sebanyak 70 responden, dan
angket yang terkumpul dari Fakultas Syariah Dan Hukum sebanyak 70
responden. Sedangkan dari Fakultas Sains dan Teknologi sebesar I 0%
dari jumlah populasi 500 orang, jadi sampel dalam penelitian ini
sebanyak 50 responden, namun angket yang terkumpul hanya
sebanyak 36 responden. Hal ini dikarenakan angket yang disebarkan
ada yang error seperti angket hilang, responden tidak menjawab
dengan sungguh-sungguh, responden hanya meajawab beberapa dari
pertanyaan saja dan adapula responden yang meninggalkan angket
begitu saja tanpa mengisi jawaban satupun. Walaupun di Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta terdapat banyak
Fakultas Agama dan Fakultas Non Agama (Umum) namun untuk
mempenuudah penelitian, penulis memilih Fakultas Syariah Dan
Hukum Dengan Fakultas Sains Dan Teknologi dengan alasan sebagai
berikut
17 Suharsimi Arikunto, Prosedur Pene/itian Suatu Pendekatan Praktis, (Bina Aksara; 1985), h.104
14
I. Fakultas Tarbiyah adalah sebuah fakultas keguruan yang
lulusannya akan menjadi seorang guru. Secara otomatis guru
adalah cerminan muridnya. Maka Fakultas Tarbiyah sudah tentu
tahu akan etika berpakaian seorang guru.
2. Penulis tidak tertarik untuk meneliti Fakultas Adah Dan
Humaniora
3. Fakultas Dakwah Dan Komunikasi adalah fakultas penulis. Dalam
penelitian komparasi penulis dilarang untuk membandingkan
fakultasnya sendiri.
4. Fakultas Ekonomi bila dilihat dengan kasat mata sudah banyak
yang mengenakan jilbab secara benar.
5. Fakultas Kedokteran saat ini masih sedikit jumlah mahasiswinya
dalam penelitian kuantitatif yang peneliti gunakan haruslah jumlah
populasinya lebih dari 100 orang.
b. Angket
Karena penelitian ini bersifat kuantitatif, maka penulis menggunakan
angket sebagai alat untuk mengumpulkan data yang diberikan kepada
responden dengan menggunakan teknik acak sederhana (Simple
Random Sampling). Teknik acak sederhana adalah teknik penarikan
sampel yang paling mudah dilakukan. Teknik ini dapat dipakai jika
populasi dari suatu penetitian homogen dan tidak terlalu banyak
jumlahnya.' 3 Dalam teknik ini penulis menyebarkan angket secara
acak yaitu disebarkan kepada sampel tidak berdasarkan tingkat
18 Bambang Prasetyo dan Lina Miftahul Jannah., Metode Penelitian KuantitatifTeori Dan Aplikasi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006), Edisi 1-2, h. 123
15
semester maupun jurusan dengan catatan sampel yang diambil adalah
mahasiswi yang berasal dari fakultas yang penulis teliti yaitu Fakultas
Syariah Dan Hukum Dengan Fakultas Sains Dan Teknologi. Angket
adalah alat pengumpul data dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan yang
harus diisi dan dijawab responden, yaitu Mahasiswi Universitas Islam
Negeri (UIN} Syarif Hidayatullah Jakarta Faknltas Syariah Dan
Hukum dan Fakultas Sains Dan Teknologi. Ciri khas angket terletak
pada pengumpulan data melalui daftar pertanyaan tertulis yang disusun
dan disebarkan untuk mendapatkan informasi atau keterangan dari
sumber data yang berupa orang. i> Bentuk angket yang penulis gunakan
adalah angket tertutup yaitu altematif jawaban yang telah disediakan
oleh penulis, karena dengan angket tertutup lebih mudah diambil
kesimpulan dan dihitung prosentasinya dibandingkan dengan angket
terbuka.
c. Observasi
Untuk memperoleh informasi mengenai respon mahasiswi Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Syariah dan Hukum
dengan respon mahasiswi Universitas Islam Negeri Fakultas Sains dan
Teknologi yaitu penulis melakukan pengamatan langsung untuk
memperoleh data yang diperlukan.20
oal. 2
19 Faisal. S., Dasar Dan Tehknik Penyusunan Angket, (Surabaya: Usaha Nasional, 1981)
20 Winarno Surahmad, Dasar-Dasar Tehknik Pene/itian, (Bandung: CV. Tarsita, 1989) hal. 162
17
a. Edit, yaitu memeriksa jawaban-:jawaban responden dari Fakultas
Syariah Dan Hukum Dengan Fakultas Sains Dan Teknologi untuk
diteliti, ditelaah untuk memperoleh data yang benar-benar sempuma.
b. Tabulasi, yaitu memindahkan jawaban-jawaban responden yang
diperoleh dari angket ke dalam bentuk tabel yang berdasarkan tema
tema di bah IV, kemudian dicari frekuensi dan prosentasenya untuk
dianalisa.
c. Analisa yaitu menjelaskan data-data kuantitatif dari tabel tersebut yang
telah dihitung prosentasenya ke dalam bentuk verbal (kata-kata)
sehingga prosentasenya lebih dapat dimengerti.
3. Analisis Data
Data yang telah dikumpulkan di analisis menggunakan analisis data
kuantitatif komparasi, yaitu cara mengolah data dengan menjabarkan,
menerangkan, memberikan gambaran dan mengklasifikasikan serta
menginterpretasikan data yang terkumpul apa adanya terlebih dahulu dari
kedua objek yang diteliti, kemudian membandingkan dari data yang
terkumpul tentang bagaimana respon mahasiswi Universitas Islam Negeri
(VIN) di Fakultas Syariah dan Hukum dengan Fakultas Sains dan
Teknologi, setelah dibandingkan tahap terakhir adalah menarik
kesimpulan atas permasalahan yang berkaitan dengan hal tersebut dengan
menggunakan angka-angka basil perhitungan atau pengurangan dapat
18
diproses beberapa cara, antara lain dengan prosentasi yaitu dengan
rumus.23
_, = .::__"I 00% N
Keterangan: P: Prosentase
F: Frekuensi
N: Jumlah Responden
Penulis menjelaskan perbandingan respon mahasiswi Universitas Islam
Negeri (UIN) SyarifHidayatullah Jakarta di Fakultas Syariah dan Hukum
dengan respon mahasiswi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta di Fakultas Sains dan Teknologi tentang
penggunaan jilbab sebagai pakaian kampus dengan menggunakan
hipotesis komparatif .24
Rumusan hipotesisnya adalah
HO = Terdapat perbedaan respon antara mahasiswi Fakultas Syariah dan
Hukum dengan mahasiswi Fakultas Sains dan Teknologi terhadap
penggunaan jilbab sebagai pakaian kampus.
HI = Tidak terdapat perbedaan respon antara mahasiswi F akultas Syariah
dan Hukum dengan Fakultas Sains dan Teknologi terhadap
penggunaanjilbab sebagai pakaian kampus.25
Dalam penelitian ini menggunakan diantaranya ada dua variabel yaitu
··'ariabel Terikat (x) antara lain mengenai : Respon mahasiswi tersebut
23 Bambang Setiawan Dan Ahmad Muntaha, Metode Penelitian Komunikasi, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2004), cet. Ke-I, h. 7-12
24 Hipotesis Komparatif adalah pernyataan yang menunjukkan dugaan nilai sementara dalam satu variabel atau lcbih pada sampel yang berbeda.
25 Prof. DR. Sugiyono, Statistika Untuk Pene/itian, (Bandung: CV. Alfabeta, 2005), cet. Ke-8, h. 85
19
baik pengetahuan agamanya, kenyamanan dalam berjilbab, keindahan
serta life style. Dan Variabel Bebas (y) antara lain mengenai : Sosialisasi
d~ri pihak kampus serta sikap para dewan dosen di kampusnya.
E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN, penulis mengemukakan tentang latar belakang
permasalahan dari penulisan skripsi ini. Selain itu, juga dikemukakan pembatasan
dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian,
serta sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORITIS, dalam bab ini akan diuraikan tentang
Pengertian Respon, Pengertian Jilbab, Syarat-Syarat Jilbab Dan Dalil-Dalil Al
Qur'an Tentang Jilbab, Dan Konsep Jilbab Menurut Syariat Islam Serta Batas
Batas Aurat Laki-Laki Dan Perempuan.
BAB ill GAMBARAN UMUM, dalam bab ini akan dibahas tentag
Sejarah Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Visi dan Misi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Sejarah Fakultas Syariah
dan Hukum, Visi Dan Misi Fakultas Syariah Dan Hukum, Tujuan Fakultas
Syariah Dan Hukum, Sejarah Fakultas Sains dan Tekuologi, Visi Dan Misi
Fakultas Sains dan Tekuologi, Tujuan Fakultas Sains Dan Teknologi.
BAB IV ANALISIS DATA, dalam bab ini akan dibahas tentang data
Respon Mahasiswi Universitas Islam Negeri Fakultas Syariah dan Hukum dengan
data Respon Mahasiswi Universitas Islam Negeri Fakultas Sains dan Teknologi,
serta Analisis Data Yang Bersifat Kuantitatif Komparasi.
20
BAB V PENUTUP, dalam bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran
saran dari penelitian ini.
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Pengertian Respon
Dalam kamus besar Ilmu Pengetahuan disebutkan bahwa "respon adalah
reaksi psikologis-metabolik terhadap tibanya suatu rangsang; ada yang bersifat
otonomis seperti refleks dari reaksi emosional langsung, adapula yang bersifat
terkendali."1
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa "respon adalah
tanggapan, reaksi, jawaban, terhadap suatu gejala atau peristiwa yang terjadi!
Dalam kamus Bahasa Indonesia Kontemporer disebutkan bahwa respon adalah
tanggapan atau; reaksL' Menurut Poerwadinata, respon diartikan sebagai
tanggapan reaksi dan jawaban.4 Respon akan muncul dari penerimaan pesan
setelah sebelumnya terjadi serangkaian komunikasi.
Sedangkan menurut Ahmad Subandi, mengemukakan respon dengan istilah
umpan balik (feed back) yang memiliki peranan atau pengaruh yang besar dalam
menentukan baik atau tidaknya suatu komunikasi.5 Dengan adanya respon yang
disampaikan oleh objek dakwah (jamaah) kepada subjek dakwah (da'i) atau dari
komunikan kepada komunikator, akan meminimalisir kesalahan penafsiran dalam
sebuah proses berdakwah atau proses komunikasi.
1 Save D. Dagun, Kan1us Besar i!mu Pengetahuan, (Jakarta: Lembaga Pengkajian Dan Kebudayaan Nusan!ara, 1997), Cet. Ke-I, h. 964
2 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1996), cdisi kc-2. h.838
3 Peter Salim dan Ycnny Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta: English Modern Press, 1991), h. 1268
4 Poerwadinata, Psiko/ogi Komunikasi, (Jakarta: UT, 1999), Cct. Jll, h.43 'Ahmad Subandi, I/mu Dakwah Kearah Metodologi (Bandung: Yayasan Syahida, 1995),
h. 122
21
Dalam pembahasan teori respon tidak lepas dari pembahasan proses teori
komunikasi, karena respon merupakan timbal batik dari apa yang
dikomunikasikan terhadap orang-orang yang terlibat proses komunikasi.
Komunikasi menampakkan jalinan sistem utuh yang signifikan, sehingga proses
komunikasinya akan berjalan secara efektif clan efisien apabila unsur-unsur di
dalamnya terdapat keteraturan. 6
Dalam komunikasi massa, ada beberapa model atau teori diantaranya teori
respon. Respon merupakan modal dasar atau sangat sederhana dari komunikasi
yang menunjukkan komunikasi sebagai proses aksi dan reaksi. Teori ini
dipengaruhi oleh disiplin psikologi aliran behavioristik yang menggambarkan
hubungan stimulus-respon-asumsi. Dari teori bahwa stimulus yang berupa kata-
kata verbal, isyarat, non verbal, gambar, tindakan tertentu akan merangsang orang
lain untuk memberikan respon-respon dengan cara-cara tertentu, proses
pemindahan atau pertukaran infonnasi ini bersifat timbal batik dan mempunyai
banyak efek. 7
Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Steven. M. Chaffe, respon dapat
dibagi menjadi tiga bagian yaitu:
I. Kognitif, yaitu respon yang berkaitan erat dengan pengetahuan keterampilan
dan infonnasi seseorang mengenai sesuatu. Respon ini timbul apabila adanya
perubahan terhadap yang dipahami atau dipersepsi oleh khalayak.
2. Afektif yaitu respon yang berhubungan dengan emosi, sikap, dan menilai
seseorang terhadap sesuatu. Respon ini timbul bila ada perubahan pada apa
yang disenangi khalayak ternaoap sesuaTu
" Onong Uchana Effendi, I/mu Komunikasi : Teori Dan Praktek, (Bandung: PT. Rosdakarya, 1999), cet. Ke-12, h. 18
7 Winanni, Komunikasi Massa, (Malang: UMM. Press, 2003), Cet. Ke-1, h. 58
22
3. Konatif, yaitu respon yang berhubungan dengan perilaku nyata, yang meliputi
tindakan atau kebiasaan. 8
Jadi antara respon, tanggapan ataupun jawaban muncul disebabkan oleh
karena adanya suatu gejala atau peristiwa yang mendahuluinya. Sehubungan
dengan adanya stimulus, khususnya terhadap khalayak tentu akan muncul sebagai
respon atau tanggapan terhadap apa yang dilihat, dengar, atau rasakan.
Secara umum tanggapan dapat diartikan sebagai hasil atau kesan yang
didapat dari pengamatan. Jadi pengertian tanggapan adalah gambaran ingatan dari
pengamatan. Sejalan dengan pengertian tadi, Abu Ahmadi menjelaskan arti
tanggapan sebagai berikut: tanggapan sebagai salah satu fi.mgsi jiwa yang pokok,
dapat diartikan sebagai gambaran ingatan dari pengamatan dalam mana objek
yang telah diamati tidak lagi berada dalam ruang waktu pengamatan. Jadi jika
proses pengamatan sudah berhenti hanya kesannya saja, peristiwa tersebut sebagai
tanggapan.9
B. Pengertian Jilbab
Dalam bahasa inggris, istilah Veil (sebagaimana varian Eropa lain-nya,
misalnya Voile dalam bahasa Prancis) biasa dipakai untuk merujuk pada penutup
tradisional kepala, wajah, (mata, hidung, atau mulut), atau tubuh wanita Timur
Tengah Dan Asia Selatan.10 Sebagai kata benda, Veil berasal dari kata latin Vela,
bentuk jamak dari Velum. Makna leksikal yang dikandung kata ini adalah
8 Jalaluddin Rakhmat, Psiko/ogi Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1999), ''.. l!8
9 Abu Ahmadi, Psiko/ogi Be/ajar, (Jakarta: reneka Cipta, 1992), cet III, h. 64 '" Fadwa El Guindi, JILBAB Antara Kesa/ehan, Kesopanan, Dan Per/awanan, (Jakarta:
Serambi Ilmu Semesta 2003) Cet ke-1, hal 29
23
"penutup", dalam arti "menutupi" atau "menyembunyikan atau menyamarkan".
Sebagai kata benda, kata ini digunakan untuk empat ungkapan:
(l) Kain panjang yang dipakai wanita untuk menutup kepala, bahu, dan kadang
kadang muka;
(2) Rajutan panjang yang ditempelkan pada topi atau tutup kepala wanita, yang
dipakai untuk memperindah atau melindungi kepala dan wajah;
(3) a. Bagian tutup kepala biarawati yang melingkari wajah terns ke bawah sampai
menutupi bahu,
b. Kehidupan atau sumpah biarawati; dan
( 4) Secarik tekstil tipis yang digantung untuk memisahkan atau menyembunyikan
sesuatu yang ada dibaliknya; sebuah gorden. 1'
Secara ringkas, beragam makna yang diterapkan dalam berbagai referensi
umum untuk istilah Veil meliputi empat dimensi: material, ruang, komunikatif,
dan religius. Dimensi material berisi pakaian dan omamen-omamen seperti jilbab
dalam arti bagian dari pakaian yang menutupi kepala, bahu dan wajah; atau dalam
arti hiasan yang menutup topi dan menggantung di depan mata. Dalam
penggunaan ini, Veil tidak saja menutupi, tapi terns memanjang sampai kepala
dan bahu. Dimensi ruang mengartikan Veil sebagai layar yang membagi ruang
secara fisik, sedangkan dimensi komunikatif menekankan makna penyembunyian
dan ketidaktampakkan.
Kata Veil dalam dimensi religius bermakna pengasingan diri dari
kehidupan dunia dan kebutuhan seksual (tidak kawin), sebagaimana kehidupan
atau sumpah para biarawati.
11 Fadwa El Guindi, Ibid, h. 30
24
Secara etimologis, kata jilbab berasal dari bahasa arab yang jamaknya
Jalaabib (~) artinya pakaian yang lapang atau luas. Yang tercantum dalam Al
Qur'an Surat Al Ahzab Ayat 59.12
Artinya: Hai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mu'min: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha pengampun lagi Maha penyayang.
Para ulama telah merumuskan ruang lingkup dan batasan-batasan tentang
makna jilbab tersebut. Sehingga terdapatlah beraneka wama definisi.
Pengertiannya adalah pakaian yang lapang dan dapat menutup aurat wanita
kecuali muka dan kedua telapak tangan sampai pergelangan tangan saja yang
ditampakan.13
Kitab Almunjid mengartikan jilbab sebagai baju atau pakaian yang lebar.
Dalam kitab Al-Mufradat, karya Faghib Isfahani, disebutkan bahwa jilbab adalah
baju dan kerudung. Kitab Al-Qamus menyatakan jilbab sebagai pakaian luar yang
lebar, sekaligus kerudung yang biasa dipakai kaum wanita untuk menutupi
pakaian (dalam) mereka. Kitab Lisanul Arab menjelaskan jilbab sebagai jenis
pakaian yang lebih besar ketimbang sekedar kerudung dan lebih kecil ketimbang
selendang besar (rida') yang biasa dipakai kaum wanita untuk menutup kepala dan
dada mereka.14
12 AI-Qur'an Dan Terjemahannya, Proyek Pengadaan Kitab Suci AI-Qur'an, Departemen Agama Republik Indonesia, Pelita II 1977/1978, PT. Bumi Restu, h. 678
13 Mulhandy Ibn. Haj. Kusuma. Yadi dan Amir Taufik, 61 TatTya Jawab Tentang Ji/bah (Yogyakarta: Penerbit Semesta. 2003), cet ke I-Vil, ha! 5
14 Husein Shahab, Ji/bab Menunit Al-Qur'an Dan As-S1mnah, (Bandung: Mizan, 1988), Cet ke-1
25
Jilbab pengertiannya adalah baju wanita yang berukuran panjang. Oleh
Ibnu Mas'ud dan orang yang sejalan dengan pendapatnya, menyebut pakaian itu
sebagai Ar'rida (mantel atau jubah). Oleh kaum awam pakaian itu disebut A!-Izar,
yaitu jenis busana longgar yang menutup seluruh tubuh dari ujung kepala hingga
semua badan. 15
Ada dua jenis penutup kepala yang biasa dikenakan kaum wanita pada
masa turunnya Al-Qur'an. Pertama, penutup kepala yang berukuran kecil biasanya
disebut kemdung dan dipakai di dalam mmah, kemdung adalah bahasa Indonesia
yang bahasa arabnya khimaar (,1.>-) jamaknya khumur yang berarti tutup atau
tudung yang menutup kepala, Leher sampai dada wanita. '6 Kedua, jenis penutup
kepala yang bemkuran lebih besar sehingga juga menutupi bagian-bagian tubuh
lainnya, biasa dipakai ketika keluar rumah
Hijab berasal dari bahasa arab ( yk-) artinya sama dengan tabir atau
dinding atau penutup. Pengertian yang dimaksud dari hijab atau tabir disini adalah
tirai penutup atau sesuatu yang memisahkan atau membatasi baik bempa tembok,
korden, kain.
Bisa dilihat, para ahli tafsir tidak sepakat dalam semua ha! mengenai arti
perkataan jilbab ini. Tapi yang pasti mereka semua sepakat bahwa jilbab
mempunyai arti pakaian yang longgar, dan luas dan menutupi kepala dan dada.
15 Syaikh lbnu Taimiyah dkk, Ji/bab Dan Cadar Dalam Al-Qur'an Dan As-Sunnah, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1994), cet. ke-1. h. "
16 Kcrudung lain dengan jilbab. Jilbab itu mempunyai arti yang lebih luas. Jilbab dapat diartikan sebagai busana muslimah yang menjadi suatu corak, yaitu busana yang menutup selurub tubuhnya mulai dari atas kepala sampai kedua telapak kakinya yang mcnjadi satu (menyatu) tanpa kerudung lagi. Sedangkan khimar itu (kerudung) pengertiannya hanya tudung yang menutupi kepala hingga dada saja.
26
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa yang dinamakan jilbab itu
pakaian panjang dan longgar yang terdiri atas baju panjang dan kerudung yang
menutup badan kecuali muka dan telapak tangan. Apabila telah memakai jilbab
maka kewajiban berkerudung telah terpenuhi, karena jilbab itu sudah cukup
memenuhi syarat tertutupnya aurat wanita. Namun demikian bukan berarti
kewajiban itu menghilangkan kewajiban berkerudung (ber-khimaar), melainkan
menutup kewajiban berkerudung. Kalau jilbab sudah dipakai maka di dalarnnya
sudah mencangkup kewajiban berkerudung tetapi bukan sebaliknya. Akhimya
perlu dikemukakan bahwa hukum wajib menutup aurat {mengenakan jilbab) in~
berlaku bagi wanita yang rnasih muda, yakni yang telah tiba masa haidnya, hingga
masa terhentinya haid. Wanita yang telah melampaui rnasa ini, mendapatkan
keringanan hukum, '7 sebagaimana firman Allah dalam surat An-Nur ayat 60.18
Adapun mengenai maksud jilbab sebagai pakaian kampus ini pada
hakekatnya jilbab tersebut sebagai penutup kepala sekaligus penutup tubuh
(aurat), dan pada Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
ini sudah menerapkan dalam berpakaian muslimah contohnya untuk mahasiswi
mengenakan blus lengan panjang, rok panjang, celana panjang (baik jeans
maupun bahan), kaos kaki, manset, serta berbagai jenis jilbab yang disesuaikan
dengan wama pakaiannya dan dipakainya pun setiap hari tanpa terkecuali dan
jilbab tersebut memang sudah menjadi peraturan yang harus ditaati oleh setiap
mahasiswi.
17 Husein Shahab, Ji/bah Menurut Al-Qur 'an Dan As-Sunnah, (Bandung: Mizan, 1988), cet Ke-•
"Al-Qur'an Dan Terjernahannya, Proyek Pengadaan Kitab Suci Al-Qur'an, Departemen Agama Republik Indonesia, Pelita II 1977/1978, PT. Bumi Restu, h. 555
28
C. Jilbab Menurut Konsep Budaya
Ada lima pola tardisi kultural yang berbeda di mana jilbab dan perliku
jilbab mempunyai fungsi dan maknanya masing-masing.1' Pola-pola tersebut
adalah
(I). Komplementer, sebagaimana di Sumeria
(2). Eksklusif, sebagaimana di Persia-Mesopotamia
(3 ). Egalitarian, sebagaimana di Mesir
(4). Hierarkis, sebagaimana dalam kebudayaan Hellenis
(5). Seklusionaris, sebagaimana dalam kebudayaan Bizantium.
Banyak umat Islam yang berpendapat bahwa apapun justifikasi terhadap
purdah (cadar) di masa lalu, hal itu tidak mempunyai relevansi sama sekali dengan
zaman modern. Kalangan umat Islam ortodoks, khususnya ulama, di sisi yang lain
menganggap cadar bagi perempuan sebagai kebutuhan yang absolut, dan
menjalankannya dengan semua kekuatan yang bisa dilakukan.
Dengan demikian, bila dilihat di negara-negara seperti Arab Saudi,
perempuan jika pergi tanpa cadar dapat diberi hukuman yang berat. Di Iran,
perempuan juga harus memakai chador, yakni pakaian yang panjang dan longgar
untuk menutupi kepala dan ambin yang memotong bagian tubuh atas, atau paling
tidak selendang yang dipakai untuk menutupi kepala.20
Di beberapa negara Arab yang lain, berbagai tipe cadar dipakai oleh
perempuan. Sebagian menutupi seluruh wajah bersama kepala, dan yang terbuka
hanyalah mata mereka ( dipakai oleh perempuan Arab tradisional) dan
membiarkan beberapa bagian dari wajah dan mata mereka terbuka. Mesk1pur,
19 Fadwa El Guindi, JILBAB Antara Kesalehan. Kesopanan, Dan Perlawanan, (Jakarta: Serambi llmu Semesta 2003) Cet ke·l, h. 42
20 Asghar Ali Engineer, Pembebasan Perempuan, (Yogyakarta: LKJS, 1999), cet· l, h. 83
29
begitu tidak ada praktik yang sama dalam masalah cadar di negara-negara Arab.
Misalnya, di negara-negara seperti Aljazair, Mesir, Tunisia, Maroko, Dan Irak,
orang akan menemukan pemakaian cadar yang ketat di kalangan perempuan desa
yang tradisional, bersama dengan perempuan kota yang berpakaian sangat
modem. Di Pakistan orang juga akan menemukan perempuan yang telah
terbaratkan bersama perempuan yang memakai kain burqa tradisional. Di India
juga tidak banyak berbeda. Dalam sebuah negara sekular, memakai cadar tidak
bisa dipaksakan. Ini adalah tindakan yang mumi sukarela sebagai bagian dari
perempuan muslim.2'
Di negara-negara Islam Asia Tenggara, keadaannya sangat berbeda.
Secara tradisional, tidak ada sama sekali pemakaian cadar Islam di kalangan
mereka. Hanya setelah revolusi Iran, sebagian perempuan mulai memakai chadar.
Dengan demikian orang akan sulit melihat seperti burqa atau hijab di Indonesia
dan Malaysia sebagaimana yang ditemukan di negara-negara atau masyarakat
islam lainnya. Hanya sedikit perempuan sekarang yang dapat dilihat memakai
chador di wilayah urban.
Oleh karena itu, akan terlihat pemakaian cadar lebih merupakan sebuah
praktik sosio kultural daripada mumi keagamaan. Sekalipun begitu, alasan
keagamaan yang berpihak kepada pemakaian cadar terus berlangsung secara
dahsyat. Oleh karena itu sama pentingnya untuk mengetahui posisi Al-Qur'an.
Kalangan muslim tradisional selalu beralasan bahwa memakai cadar adalah
perintah Al-Qur'an dan perempuan yang tidak memakai cadar bersalah karena
21 Asghar Ali Engineer, ibid, h. 84
30
melakukan pelanggaran yang serius terhadap hukum islam.2:. Selanjutnya lihat
konsep jilbab menurut syariat islam yang tertuang dalam surat An-nur ayat 31.
D. Konsep Jilbab Menurut Syariat Islam
Sejak awal dikenal, busana berfungsi untuk menutupi tubuh (aurat). Dalam
surat Al 'Araf ayat 26 dijelaskan bahwa busana tidak hanya berfimgsi sebagai
penutup tubuh akan tetapi busana yang dapat menutupi aurat. Aurat dalam istilah
syariat diartikan sebagai bagian tubuh yang wajib ditutup. Islam telah menetapkan
batas-batas aurat laki-laki dan batas-batas aurat perempuan yaitu:
I. Batas-Batas Aurat Laki-Laki
Islam telah menetapkan aurat laki-laki antara pusat sampai lutut. Mereka
diperintahkan untuk tidak membuka aurat dihadapan orang lain.
2. Batas-Batas Aurat Wanita.
Batas-batas aurat wanita lebih luas ketimbang aurat laki-laki. Setiap wanita
diwajibkan menutup seluruh tubuhnya kecuali muka dan kedua telapak
tangannya dari pandangan lelaki bukan muhrim2'.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa seluruh tubuhnya kecuali muka
dan kedua telapak tangannya adalah aurat yang wajib ditutupi. Mereka
dilarang menampakkan auratnya tersebut. Kecuali didalam lingkungan orang-
orang tertentu.
Sebagaimana tercantum dalam surat An-Nur ayat 31.24
22 Ibid, h. 85 -' !-!usein Shahab, JILBAB Menun11 Al-Qur'an dan As-Sunnah, (Bandung: Mizan, 1988)
eel ke-1, ha! "AI-Qur'an Dan Terjemahannya, Proyek Pengadaan Kitab Suci Al-Qur'an, Departemen
Agama Republik Indonesia, Pelita II 1977/1978, PT. Bumi Restu, h. 555
31
Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau Saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita is/am, atau budak- budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang be/um mengerti tentang aurat wanita. dan janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung. (An-Nur : 31)
Ciri-Ciri Penutup Tubuh Wanita Mennrut Al-Qnr'anul Karim
Ciri-ciri penutup tubuh wanita disebutkan di dalam al-qur'an dalam dua surat,
yaitu surat al-ahzab dan surat an-nur.
1. Ciri pertama (menurnt surat Al-Abzab):
Kekhnsnsan hijab untuk istri-istri Nabi saw.
Hijab yang disebutkan di dalam Al-Qur'an Surat Al-Ahzab Ayat 53 yaitu,
memiliki dua bentuk. Bentuk asli di dalam rumah, yaitu berbicara dengan laki-
laki lain dari belakang tirai, dan bentuk cabang di luar rumah, yaitu menutup
wajah beserta tubuh.
32
2. Ciri kedua (menurut surat Al-Ahzab)
Kewajibau membedakan penutup tubuh wanita merdeka dari wanita
budak.
Ada beberapa penjelasan dari beberapa kitab tafsir mengenai surat Al-Ahzab
Ayat 59 mengenai penutup tubuh wanita merdeka dan penutup tubuh wanita
budak, yaitu:
a. Jami'ul Bayau Oleh Ath-Thabari
Para ahli takwil berbeda pendapat mengenai sifat idna' (mengulurkan
jilbab) yang diperintahkan Allah kepada para muslimah. Sebagian
mengatakan bahwa hendaklah mereka menutup wajah dan kepala mereka,
dan tidak menampakkannya kecuali satu mata. Dan yang lain lagi
mengatakan bahwa mereka diperintahkan untuk mengikatkan jilbab
mereka pada dahi.
b. Al-Wajiiz Tafsiril Qur'anil 'Aziz Oleh Wahidi.
" ......... mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka ....... ", artinya
melabuhkan selendang mereka dan selimut mereka agar diketahui bahwa
mereka adalah wanita-wanita merdeka.
c. Al-Kasysyaf Oleh Az-Zamakhsyari.
Jilbab adalah pakaian yang lebih luas daripada kerudung tetapi lebih
sempit daripada selendang. Jilbab dililitkan di kepala wanita dan
dibiarkannya apa yang diulurkannya ke dadanya.
d. Al-Muharrirul-Wajiiz Oleh Ibnu 'Athiyyah
33
Jilbab adalah pakaian yang lebih besar daripada kerudung. Diriwiyatkan
dari Ibnu Abbas r.a.dan Ibnu Mas'ud r.a. bahwa jilbab adalah rida'
(selendang).
e. Zadul Maser Oleh Ibnul Jauzi
Ibnu Qutaibah berkata mereka mengenakan selendang dan yang lain
mengatakan mereka menutup kepala dan wajah mereka.
f. Al-Bahrul Muhith Oleh lbnu Hayyan
Mereka menutupi dengan selendang yang meliputi mereka. Yang
dimaksud di sini ialah mengulurkan.
g. As-Sirajul Munir Oleh Al-Khathib Asy-Syarbini
Al-Khalil berkata, segala sesuatu yang dipergunakan untuk menutupi, baik
yang berupa pakaian luar, pakaian dalam, dan pakaian yang digunakan
untuk menutupi adalahjilbab, dan semua itu sah saja dimaksudkan disini.
Jika yang dimaksud adalah qamis (baju paajang) maka menutup tubuh dan
kedua kaki. Apabila yang ditutupi kepala maka menutup wajah dan leher.
Jika dimaksud selimut atau kerudung maka yang ditutup adalah wajah dan
kedua tangan.
h. Fathul Qadir Oleh Asy-Syaukani
Dari pendapat-pendapat para ahli tafsir dapat disimpulkan bahwa
mengulurkan jilbab itu mengandung banyak keadaan. Pertama,
mengulurkannya ke wajah dan menampakkan satu mata. Kedua,
mengulurkannya hingga kening. Ketiga, mengulurkannya ke wajah dan
menampakkan kedua mata. Keempat, mengulurkan selendang dan selimut.
Ke/Ima, memakai jilbab atau menghias diri dengan sebagian jilbab yang
34
mereka miliki. Keenam, menutup kepala dengan selimut mereka yang
meliputi tubuh mereka. Ketujuh, jilbab itu qamis (baju panjang) maka
menutup tubuh hingga kedua kakinya. Kedelapan, jilbab itu _sesuatu yang
menutup kepala maka mengulurkannya menutup wajah dan lehemya.
Kesembilan, jilbab itu sesuatu yang menutup pakaian maka
memanjangkan dan meluaskannya yang sekira menutup tubuhnya dan
pakaiannya. Kesepuluh, jilbab itu lebih kecil daripada selimut, maka
mengulurkannya ialah menutup wajah dan kedua tangan.25
3. Ciri ketiga (dari surat An-Nuur):
Batasan ukuran perhiasan yang boleh ditampakkan wauita kepada laki-
laki yang hnkan mahram.
"kecuali apa yang biasa tampak daripadanya" (An-Nuur 31)
Dalam hal ini terdapat tujuh macam pendapat. Pertama, bahwa perhiasan luar
(yang boleh ditampakkan) itu adalah pakaian. Dengan demikian diriwayatkan
oleh Abu! Ahwash dari Ibnu Mas'ud, dan dalam lafal lain Ibnu Mas'ud
berkata, ''yaitu selendang''. Kedua, yaitu telapak tangan, cincin dan wajah.
Ketiga, celak dan cincin. Keduanya (pendapat kedua dan ketiga) diriwayatkan
oleh Sa'id Bin Jubair dari Ibnu Abbas. Keempat, yaitu gelang, cincin, dan
celak. Demikian pendapat Al-Miswar bin Makhramah. Kelima, yaitu celak,
cincin dan pewama, demikian pendapat Mujahid. Keenam, cincin dan gelang
demikian pendapat Al-Hasan. Ketujuh, wajah dan kedua telapak tangan
demikian pendapat Adh-Dhahhak.
4. Ciri keempat (dari surat An-Nuur):
"Abdul Halim Abu Syuqqah, Kebebasan Wanita Ji/id 4, (Jakarta: Gema lnsani Press, 1997), h. 43-47
35
Wanita diperintahkan menntnp leher dan dada dengan njung kerudung.
Seluruh perhiasan biasanya tampak dengan menutup badannya dengan
kerudung dan baju wanita ya~g sempuma. Kemudian turun firman Allah,"dan
hendaklah mereka menutupkan kerudung mereka ke dada mereka", agar si
wanita menutupkan kerudungnya ke telinga, kuduk, dan leher, sehingga
dengan demikian sempitlah lapangan perhiasan lahir, dan penampakkannya
hanya terbatas pada apa yang ada pada wajah dan kedua tangan saja,
disamping pakaian, tidak lebih dari itu.
5. Ciri kelima (dari surat An-Nuur)
Kepada siapakah wanita menampakkan perhiasan batinnya?
Surat An-Nuur ayat 31 menjelaskan bahwa perhiasan batin wanita selain
wajah dan kedua telapak tangan dengan perhiasannya, tidak boleh
ditampakkan kecuali kepada orang-orang tertentu saja.
6. Ciri keenam (dari surat An-Nunr)
Menyembunyikan perhiasan kedua betis.
"Ummu Salamah, Istri Nabi saw, berkata kepada Rasulullah saw, ketika beliau
menyebut izar (sarong), "Maka bagaimana dengan wanita, wahai Rasulullah?"
beliau menjawab, "Mengulurkannya sejengkal." Ummu Salamah berkata,
"Kalau begitu, terbukalah auratnya. "Beliau bersabda, "Maka sehasta, tidak
lebih dari itu." (HR. Abu Daud).26
26 Shahih Sunan Abu Daucl, hadits nomor 3467. Hadits ini mempunyai empat riwayat, yang
satu dalam Shahih Sunan Abi Daud, yang dua buah dalam Shahih Sunan Nasai, hadits nomor
4930 dan 4932. dan satu hadits dalam Shahih Sunan Ibnu Majah, hadits nomor 2881.
36
Hadits ini menunjukkan dilarangnya menampakkan betis atau aurat, dan tidak
menyebutkan kedua tumit, seakan-akan tidak dilarang menampakkannya; dan
seandainya kedua tumit itu aurat maka keduanya lebih utama untuk
disebutkan, karena keduanya merupakan aurat yang pertama kali tampak
apabila pakaiannya pendek, bahkan kadang-kadang hanya kedua tumit itu saja
yang tampak sedang yang di atasnya lagi tidak tampak.
Hukum Menutup Wajah Dan Kedua Telapak Tangan Bagi Wanita
Muslimah.
Pertama: Pendapat Para Sahabat
1. Pendapat 'Aisyah ra
Telah berkata 'Aisyah ra tentang wanita yang ihram, "hendaklah mereka
menguraikan kain yang menutupi wajahnya"
2. Pendapat Ibn 'Abbas ra
lbn 'Abbas berkata, "hendaklah wanita menutup wajah dan kepalanya, dan
yang tampak hanyalah mata.
3. Pendapat Jbn Mas 'ud ra
Ath-Thabari Dan lbn Katsir meriwayatkan dari Ibn Mas'ud, ia berkata
"janganlah mereka memperlihatkan perhiasan mereka kecuali yang (biasa)
tampak dari pad an ya. Ibn mas 'ud menafsirkan ayat tersebut dengan pakaian,
kain penutup danjilbab.27
4. Pendapat Al-Faruk 'Umar Bin Khaththab ra
27 Jilbab ialah sejenis baju kurung yang lapang dan dapat menutup kepala, muka dan dada
37
Umar berpendapat, bukanlah dianggap seorang "wanita berani" yang sering
keluar masuk rumah, akan tetapi dipandang berani biala ia dalam keadaan
melindungi wajah dengan telapak tangannya karena malu.26
Kedua: Pendapat Imam-Imam Cendekiawan
Para ulama dalam persoalan mengenai membuka wajah dan kedua telapak
tangan terobagi pada dua kelompok, satu kelompok ada yang membolebkannya
dalam rangka menghindari terjadinya fitnah, dan kelompok yang lain melarang
kecuali dalam keadaan terpaksa ( darurat). Kelompok pertama diwakili oleh
I. Mazhab Imam Abu Hanifah
Menurut mazhab ini dibolehkannya bagi wanita muslimah membuka wajah
dan kedua telapak tangannya untuk menghindari terjadinya fitnah.
Pada dasamya mazhab imam abu hanifah membolehkan wanita membuka
wajah dalam kondisi yang umum yaitu adanya masyarakat muslim terdiri dari
laki-laki dan wanita yang taat dan patuh melindungi kesucian diri mereka.
Sedangkan bila kondisi umum tersebut telah berubah dan tidak terjamin dari
datangnya fitnah, maka diwajibkan bagi wanita menutup wajah dan kedua
telapak tangannya sebagai upaya untuk menutup peluang terjadinya perbuatan
yang dilarang Allah dan mencegah terjadinya fitnah. 29 Sedangkan kelompok
kedua diwakili oleh
2. Mazhab Imam Malik Bin Anas
Di dalam kitab rub al ma'ani dinyatakan: tidak dibolehkan sedikitpun
memandang bagian dari tubuh wanita baik wajah, maupun kedua telapak
28 Al·Baghawy, Ash Sharim Al-Masyhur, h. 101-102; Darwisy Mushthafa, Fasl Al·Khihab,
h.47
29 Al-Qalmuni, Fa Firru Ila Allah, h. 172
38
tangan atau bagian yang lainnya. Dan tidak dibolehkan pula bagi wanita
menampakkan wajah dan kedua telapak tangannya kepada orang lain.
Sesungguhnya setiap anggota tubuh wanita yang merdeka tidak dihalalkan
kecuali kepada suaminya. Dan dilarang melihat sesuatu yang diharamkan
kecuali dalam keadaan terpaksa seperti pengobatan dan kesaksian.
3. Mazhab Imam Syafi 'i
Ulama mazhab syafi'I berpendapat tidak dibolehkan sedikit pun memandang
bagian anggota tubuh wanita baik wajah maupun kedua telapak tangan kecuali
dalam keadaan terpaksa (darurat).
Imam an-nawawi berpendapat diharamkan juga bagi laki-laki baligh melihat
aurat wanita asing yang merdeka seperti wajah atau kedua telapak tangannya,
baik di kala khawatir terjadinya fitnah ataupun di kala kondisi aman menurut
pendapat yang kuat. 3~
4. Mazhab Imam Hanbali
Dalam kitab Ghayah Al Muntaha, yang menggabungkan dua kitab yaitu Al
lqna' Dan Al-Muntaha, Imam Ahmad Bin Hanbal menyatakan, "kuku wanita
termasuk aurat, janganlah ia menampakkannya sedikit pun bila hendak keluar
rumah. Begitu pula kedua kaus kakinya karena ia menggambarkan bentuk
kaki. Dan aku lebih menyukai apabila pada lengan bajunya terdapat kancing
pada telapak tangannya."
Dalam kitab Al-lqna' dinyatakan, "sekiranya seorang laki-laki memandang
wanita dengan syahwat dan bertujuan mencari kenikmatan darinya, meskipun
tidak terjadi fitnah perbuatan itu tetap diharamkan secara pasti."
'0 Darwisy Mushthafa, Fash! Al-Khithab, h. 53; Al-Qalmuni, Fa Firru Ila Allah, h. 172
39
Sementara dalam kitab Al-Fiqh Al-lslami Wa Adil-Latuh dinyatakan, "ulama
hanabilah mengharamkan seorang laki-laki memandang wanita asing tanpa
ada suatu keperluan.3 '
Persyaratan Lain Busana Wanita Menurut Syariat Islam Yaitu:
a. Meliputi seluruh badan, selain yang dikecualikan. Bagian tubuh yang boleh
kelihatan hanya wajah dan telapak tangan (sampai pergelangan). Terdapat
dalam surat An-Nuur ayat 31, yang sudah dijelaskan di atas.
b. Jilbab Bukan berfungsi sebagai perhiasan kecantikan yang dapat menarik
perhatian kaum laki-laki. Berdasarkan surat an-nuur ayat 31 pakaian biasa jika
dihiasi dengan sesuatu yang menyebabkan kaum laki-laki melirikkan
pandangan kepadanya. Hal ini tercantum pada firm an Allah S WT dalam surat
Al-Ahzab ayat 33.32
Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan Dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, Hai ahlul bair3 dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya. (Al-Ahzab : 33)
c. Tebal, tidak tipis. Tekstil yang dijadikan bahan busana harus tebal dan tidak
tipis atau transparant (tembus pandang) karena kain yang demikian akan
31 Ahmad Mahmud Ad·Dieb, Wanita !tu Aural De bat Hangat Seputar Hijab Dan Cadar, (Jakarta:CV. Cendekia Sentra Muslim, 2002), cet. Ke-1,h. 96.
32 Al·Qur'an Dan Terjemahannya, Proyek Pengadaan Kitab Suci Al·Qur'an, Departemen Agama Republik Indonesia, Pelita II 1977/1978, PT. Bumi Restu, h. 672
33 "Ah/u/ Bait" disini, yaitu keluarga rumah tangga Rasulullah SAW
40
memperlihatkan bayangan kulit secara remang-remang dan hanya akan
memancing fitnah (godaan) dan berarti menampakkan perhiasan.
d. Longgar, tidak sempit atau tidak ketat. Modelnya tidak ketat, sehingga tidak
dapat menggambarkan sesuatu dari tubuhnya karena model yang ketat akan
menampakan bentuk tubuh terutama payudara, paha, pinggang dan pinggul.
Hendaknya menggunakan potongan yang longgar agar lebih sehat untuk
memberi keleluasaan bagi otot yang bergerak. Islam mengharamkan
perempuan memakai pakaian yang terlihat lekuk tubuh dan tipis sehingga
nampak kulitnya. Termasuk diantaranya ialah pakaian yang dapat
mempertajam bagian-bagian tubuh khususnya tempat-tempat yang membawa
fitnah. Jika pakaian itu ketat, meskipun dapat menutupi warna kulit maka tetap
dapat menggambarkan bentuk atau lekuk tubuhnya.
Rasulullah saw bersabda :34
rJ '~!-:fli u1:G-! JP ,~1 J}:~ti ~~ J._;.; ~- :~ ~ ;;. Q 0 ,,.. ,,. ,,.. ,,.. 0 ,,.. 0 ,,. .J.
ol 1:.\J..,,,. '. \d~' .... ep 1" .l~I JW f Jo' :J ·1-:.,\.1,,. 1'.I '.<~ J.)) '1j-! • ..:.r4 • 6 • cf'-' u . . '-ti-' 0""1-..... ,,. ,,.. ,,.. ,,.. ,,.. ,,..
(<.S}><JI
Artinya:
Berkata Hafehoh binti Siri, "Saya pernah bertanya kepada nabi, ya Rasululallah, apakah kita berdosa apabila salah satu diantar kita (para perempuan) tidak ikut pergi ke tanah lapan di hari raya lantaran tidak mempunyai banu plll!iang dan onggar? "Rasulullah menjawab, "hendaklah temannya memilifamkan kepada dia bajunya yang longgar itu ". (HR. Bukhori).
e. Tidak diberi parfum atau minyak wangi. Karena dengan wangi-wangian itu
akan membangkitkan nafsu birahi laki-laki.
34 Jbnu Hajar Al-Asfalani, Fath Al-Bani, (Beirut: Darul Ma'arif), h. 469
41
f. Jangan menyerupai pakaian laki-laki. Bila untuk baju dan pakaian bawah
bennodel celana panjang (pantalon), sebaiknya blus tersebut menurun atau
panjang sehingga menutup bagian pinggul dan setengah paha.
Rasulullah saw berdabda :
Artinya: Dikutuk laki-laki yang memakai pakaian peremfuan dan perempuan yang memakai pakaian laki-laki. (H. R. An-Nasai/
g. Jangan menyerupai pakaian wanita-wanita kafir.
h. Bukan pakaian untuk mencari popularitas (bukan libas syuhrah). Bahannya
juga sebaiknya untuk model tidak terlalu mewah dan berlebihan atau
menyolok mata dengan warna yang aneh sehingga menarik perhatian orang
apalagi jika menimbulkan rasa angkuh dan sombong. Libas syuhrah adalah
setiap pakaian yang dipakai dengan tujuan meraih popularitas (gengsi) di
tengah-tengah orang banyak. Baik pakaian tersebut mahal, yang dipakai oleh
seseorang untuk berbangga dengan gaun dan perhiasannya, maupun pakaian
yang bernilai rendah yang dipakai oleh seseorang untuk menampakkan
kezuhuddannya dan dengan tujuan riya. Sebagaimana rasulullah bersabda:
' (~ o\J.J) a..L,AJ\ r .Ji. .Yl Alli~ t ~~\ 0-4 Dari Jbnu Umar ra, ia berkata : "Te/ah bersabda Rasulullah saw, "Barang siapa yang beljalan menyeret kainnya sebagai tanda kebanggan
35 Ibrahim Muhammad Al-Jamal, Fiqih Muslimah, lbadat Mu'amala~ (Jakarta: Pustaka Amani, 1999), cet. ke-III, h. 89
42
(kesombongan niscaya Allah tidak akan menen1wknva iretatc amar1 K1um ... _ ..
(HR. Muslim)»"
E. Fungsi Busana Dalam Islam
Dari sekian banyak ayat al-qur' an yang berbicara tentang pakaian dapat
ditemukan paling tidak ada empat fungsi pakaian, yaitu:
1. Penutup Sau'at (Aurat)
Sau'at terambil dari kata sa'a yasu'u yang berarti buruk, tidak
menyenangkan. Kata ini sama maknanya dengan aurat yang terambil dari
kata ar' yang berarti onar, aib, tercela. Tidak satupun dari bagian tubuh
yang buruk karena semuanya baik dan bermanfaat, termasuk aurat. Tetapi
bila dilihat orang maka "keterlihatan" itulah yang buruk. Dalam fungsinya
sebagai penutup tentunya pakaian dapat menutupi segala yang enggan
diperlihatakan oleh pemakai sekalipun seluruh badannya;'.
2. Perhiasan
Perhiasan adalah sesuatu yang dipakai untuk memperelok. Dalam fungsi
pakaian sebagai perhiasan perlu digaris bawahi bahwa salah satu yang
harus dihindari dalam berhias adalah timbulnya rangsangan birahi dari
yang melihatnya (kecuali suami dan istri) atau sikap tidak sopan dari
siapapun. Hal-ha! tersebut dapat muncul dari cara berpakaian, berhias,
berjalan, berucap, dan sebagainya.
36 Adib Bisri Mustofa, Terjemahan Shohih Muslim, (Semarang: CV. Asy-Syifa', 1993). H.
37 Dr. M. Quraish Shihab, "WAWASAN Al-Qur'an, Tefsir Maudhu'i Atas Pelbagai Persoalan Umat". (Bandung: Mizan, 1996) CetKe-, hal 161
43
3. Perlindnngan (fakwa)
Pakaian dapat melindungi seseorang dari sengatan panas dan dingin.
Fungsi perlindungan bagi pakaian dapat juga diangkat ~ntuk pakaian dapat
juga diangkat untuk pakaian ruhani, libas at-taqwa. Setiap orang dituntut
untuk merajut sendiri pakaian ini. Benang atau seratnya adalah taubat,
sabar, syukur, qana'ah, ridha dan sebagianya.
4. Petunjuk Identltas
Seorang muslim diharapkan mengenakan pakaian ruhani dan jasmani yang
menggambarkan identitasnya. Disadari sepenuhnya bahwa Islamtidak
datang menentukan mode pakaian tertentu, sehingga setiap masyarakat dan
periode bisa saja menetukan mode yang sesuai dengan seleranya. Namun
demikian agaknya tidak berlebihan j ika diharapkan agar dalam berpakaian
tercermin pula identitasnya.
Tidak diragukan lagi bahwa jilbab bagi kaum wanita adalah gambaran
identitas seorang muslimah, sebagaimana yang disebutkan dalam Al
Qur'an. Disamping jilbab itu harus menutup aurat, beberapa hadist Nabi
menjelaskan bahwa jilbab itu jangan terlalu ketat sehingga membentuk
lekuk-Jekuk tubuh secara nyata (HR. Imam Muslim dari Abu Hurairah).
Adapun mode jilbab, manusia diberi kebebasan untuk mengembangkannya
secara kreatif, selama masih memenuhi persyaratan yang telah dikatakan
al'qur'an dan hadist, dan disesuaikan dengan keadaan daerah dan pekerjan
yang dihadapi oleh pemakai sehingga dimungkinkan untuk bekerja di
44
kantor, untuk mengajar, untuk sekolah, untuk kuliah, dan lain
sebagainya. 58
F. Jilbab dan Dinamika Mode
Secara individual pola pikir dan kepribadian manusia dapat dilihat dari
pemilihan pakaiannya. Melalui busana yang dikenakan dapat memberi kesan
tingkat ekonomi dan status sosial pemakainya. Selain itu juga dapat dinilai citra
estetika, kepribadian dan kualitas moralnya.
Peringkat sosial ekonomi tercermin dari merk yang menempel pada
pakaian dan aksesoris-aksesoris lain yang dipakainya. Citra estetika terlihat dari
mode yang dikenakan, apakah asri, serasi, anggun, bersih, kotor, atau lainnya.
Sedangkan kualitas moral tampak jelas pada ukuran busana yang
dipakainya, apakah pakaian itu menonjolkan lekuk-lekuk bentuk tubuh yang
seronok dan merangsang atau apakah pakaian itu mencitrakan kesombongan,
keangkuhan dan lain sebagainya.
Seiring dengan lajunya perkembangan zaman, ukuran busana wanita terus
meningkat dari taraf yang paling sederhana hingga ketingkat yang paling
sempuma. Masyarakat primitif dulu atau masyarakat yang masih terasing
menggunakan pakaian yang minim sekali. Dari pakaian yang minim tersebut
kemudian berkembang menjadi pakaian yang lebih lebar dan agak menutup,
hingga akhimya pada abad ke-7, Islam menetapkan ukuran pakaian yang
maksimal untuk seorang wanita adalah yang menutup seluruh tubuhnya kecuali
wajah dan telapak tangan. Dengan kerudung, penutup kepala, busana muslimah
menjadi jauh lebih sempuma ketimbang dengan busana bangsa manapun di dunia.
38 Drs. K. H. Didin Hafidhuddin., M. Sc., Dakwah Aktua/ (Jakarta: Gema Insani Press, 1998), Cet I, h. 177-178
45
Karena itu, mode pakaian yang ukurannya kurang dari ketentuan yang ditetapkan
islam, sebenamya bukan berarti modem.
Dengan demikian kita harus bisa memilih bentuk dan mode busana yang
sesuai dengan prinsip islam, namun memiliki nilai estetika (keindahan) yang
tinggi. Karena sebagai mana kita ketahui dalam masalah pakaian, islam hanya
menetapkan batas-batas yang harus ditutupi saja, sedangkan dalam masalah
modenya diperintahkan kepada kita untuk menata dan memperindahnya sesuai
dengan selera tempo dan tempat.
Masalah model pakaian tidak termasuk urusan Ta'abbudi Dan Taufiqi
tetap termasuk dalam masalah muamalat yang dikendalikan oleh maksud-maksud
syariat. Apapun model yang didapat mewujudkan penutupan diri dengan syarat
syarat yang syar'i dan sesuai dengan iklim atau adat kebiasaan yang berlaku dan
dapat diterima oleh kaum muslim.39
Supaya orang tidak beranggapan bahwa busana muslimah Gilbab) itu kuno
dan konservatif, maka umat islam dituntut untuk menunjukkan kemampuan
intelektual, keterampialn, dan keahliannya dibidang busana, supaya busana
muslimah Gilbab) senantiasa enak disandang, dan nyaman dipandang, sehingga
kita berkenan memakainya dengan penuh keimanan dan ketaqwaan.
Dengan hanya ditentukan batas-batas aurat yang harus ditutupi ( dan tidak
dengan modelnya), maka busana muslimah memiliki kemungkinan munculnya
rekayasa-rekayasa baru setiap saat, disesuaikan dengan selera tempo dan tempat.
Seperti yang telah diuraikan pada pembahasan diatas, bahwa sentuhan modelling
pada busana itu sah-sah saja, terutama bila dilakukan dengan pertimbangan
39 Nasaruddin Umar, Antropo/ogi Ji/bah, Ulumul qur'an, VI, s, (1996), h. 39
46
sebagai berikut disamping tidak melupakan konsep busana muslimah Gilbab} itu
sendiri. Pertimbangan tersebut adalah:
1. . Sesuai dengan kepribadian khas pemakainya. Pakaian yang dipakainya
sangat baik dan sempurna jika meneguhkan citra diri pemakainya. Pakaian
tidak hanya menunjukkan identitas gender, tetapi identitas personalitas.
2. Sesuai dengan usia pemakainya. Pakaian untuk anak-anak tentu berbeda
dengan pakaian untuk remaja dan pakaian remaja juga berbeda dengan
pakaian wanita bersuami. Wanita muda bersuamipun perlu memilih
pakaian yang berbeda dengan pakaian wanita yang lanjut usia dan
sebagainya.
3. Sesuai dengan profesi, iklim, situasi, dan kondisi sosial budaya di negeri
yang amat dingin dan di negeri yang amatpanas, tentu jenis kain, warna,
ketebalan kain, motif dan model pakaiannya berbeda. Pakaian pada situasi
berkabung akan berbeda dengan pakaian pada saat gembira, pada saat
menikah, ketika berbelanja atau kuliah.
4. Model dan warna tidak mencolok (Tabaruj)
Kata at-tabarruj artinya membuka sebagian anggota badan dan
menampakkannya, sehingga dapat dilihat orang Iain (khususnya kaum
laki-laki).4" Pada hakekatnya, kata at-tabarruj berarti menampakkan apa
yang seharusnya ditutupi dan disembunyikan.41 Islam melarang kaum
muslimah untuk tabaruj (pamer/ menarik perhatian). Model pakaian,
pemilihan warna bahkan dalam memakai wangi-wangian pun dan cara
40 Ahmad Mahmud Ad-Dieb, Wanita !tu Aural Debat Hangat Seputar Hijab Dan Cadar, ')akarta:CV. Cendekia Sentra Muslim, 2002), cet. Ke-I, h. 42
41 Khali Ramadhan Hasan, Sebab-Sebab Keselamatan dan Kebinasaan Wanita, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2003), cet. ke-1, h. 34
47
berdandan, wanita muslimah tidak boleh melakukannya secara
mencolok.42
Untuk meluruskan keberadaan (kepribadian) seorang wanita, maka
seharusnya pakaian ini harus berkhidmat kepada suatu esensi yang menyeluruh
yaitu:
1. Pakaian yang sempuma itu, lebih untuk pemeliharaan dan penjagaan diri,
dapat membantu mendewasakan pikiran wanita, dan mengembangkannya
kemudian mengaktifkan dan mengkreatifkannya.
2. Pakaian yang sempuma itu membantu untuk memelihara harga diri dan
kemuliaan wanita dimanapun ia berada.
3. Pakaian yang sempuma itu, menjaga dan memelihara hak wanita sehingga
selalu sadar dan gemar pada kebaikan.
4. Terakhir, pakaian yang sempuma itu membantu wanita melaksanakan
tugas dan tanggung jawabnya, mulai dari mengurus rumah tangga hingga
terlibat dan berperan serta dalam membangun umatnya.43
42 Ni'mat Shidqy, Pamer Aural At-Tabaruj, (Jakarta: Granada Nadia, 1994), cet. Ke-I, h. 88
43 Abdul Halim Abu Syuqqah, Kebebasan Wanita Ji/id 4, (Jakarta: Gema Insani Press, 1997), hat. 34
BABill
GAMBARAN UMUM
A. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
1. Sejarah
a. Periode Perintisan
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
adalah hasil perubahan dari Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta perubahan tersebut ditetapkan dengan Keputusan
Presiden Republik Indonesia Nomor 031 Tahun 2002.
Menurut catatan sejarah, berdirinya IAIN Syarif Hidayatullah
Jakarta itu didasarkan pada gagasan dan hasrat um at is lam, yang
merupakan mayoritas bangsa Indonesia untuk mencetak kader
pemimpin islam yang diperlukan bagi perjuangan dan pembangunan
Bangsa Indonesia.
Gagasan tersebut sebenarnya sudah muncul sejak zaman
penjajahan Belanda, yaitu ketika Dr. Satiman Wirjosandjojo berusaha
mendirikan pesantren luhur sebagai lembaga pendidikan tinggi agama.
Usaha itu tidak berhasil karena adanya hambatan dari pihak
Belanda. Selanjutnya pada tahun 1940 Persatuan Guru Agama Islam
(PGAI) di Padang mendirikan Sekolah Tinggi Islam (ST!). Namun,
ST! ini hanya berjalan hingga tahun 1942 karena pendudukan Jepang
di Indonesia. 1
1 Pedoman AKADEMIK Tahun 2003/2004 UNIVERSITAS ISLAM NEGER! (UJN) SY ARIF H!DAYATULLAH JAKARTA, h. I
49
Selanjutnya pada tanggal 8 Juli 1945 bertepatan dengan 27
Rajab 1364 H., yayasan tersebut mendirikan Sekolah Tinggi Islam
(ST!) yang berkedudukan di Jakarta dan dipimpin oleh Abdul Kahar
Mudzakkir.
Akibat kepindahan pusat Pemerintahan RI dari Jakarta ke
Y ogyakarta pada tahun 1946, ST! pun ikut pindah dan berganti nama
menjadi Universitas Islam Indonesia (UII) terhitung mulai 22 Maret
1948, dengan diadakan penambahan fakultas-fakultas barn (fakultas
agama, fakultas hukum, fakultas ekonomi, fakultas pendidikan)
b. Periode ADIA
ADIA (Akademi Dinas Ilmu Agama) berdiri pada tanggal 1
Juni 1957 dengan tujuan mendidik dan mem-persiapkan pegawai
negeri guna mencapai ijazah pendidikan akademi dan semi akademi
untuk menjadi ahli didik agama pada Sekolah Menengah Umum,
Sekolah Kejuruan dan Sekolah Agama. Lama belajar 5 tahun yang
terdiri dari tingkat semi akademi 3 tahun dan tingkat akademi 2 tahun.2
ADIA mempunyai tiga jurusan yaitu Jurusan Pendidikan Agama,
Jurusan Bahasa Arab dan Jurusan Khusus untuk Imam Tentara.
Sesuai dengan fungsinya sebagai akademi dinas, maka
mahasiswa yang mengikuti kuliah pada akademi itu terbatas pada
mahasiswa tugas belajar yang terdiri atas pegawai/guru agama di
lingkungan Depmiemen Agama dari berbagai daerah seluruh
Indonesia yang masuk berdasarkan seleksi. Pimpinan ADIA adalah
2 .Pedoman AKADEMIK, ibid, h. 2
51
1963. IAIN yang berpusat di Y ogyakarta menjadi IAIN Sunan
Kalijaga dan IAIN yang berpusat di Jakarta menjadi IAIN Syarif
Hidayatullah. Rektor IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada saat itu
dijabat oleh Prof. Drs. H. Soenardjo dan mempunyai empat fakultas,
yaitu Fakultas Tarbiyah, Adab, dan Ushuluddin di Jakarta, dan
Fakultas Syari'ah di Serang, Banten. Di samping itu juga
mengkoordinasikan Fakultas Tarbiyah dan Syari'ah di Banda Aceh dan
Palembang. Dalam masa dua tahun sampai tahun 1965 dibuka pula
fakultas-fakultas baru, yaitu Fakultas Tarbiyah di Serang, Cirebon,
Padang dan Pekanbaru, serta Fakultas Syari'ah di Jambi. Cabang
cabang IAIN Jakarta ini kemudian satu per satu berdiri sendiri menjadi
IAIN maupun STAIN. Sejak diterbitkannya Keputusan Menteri
Agama RI No. 15 Tahun 1988, IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta
terdiri dari fakultas-fakultas Tarbiyah, Adab, Ushuluddin, Syari'ah, dan
Dakwah di Jakarta dan Fakultas Tarbiyah di Pontianak. Selanjutnya,
berdasarkan Keputusan Presiden RI No.! I tahun 1997 tentang
Perubahan Status Fakultas Daerah menjadi Sekolah Tinggi Agama
Islam Negeri (STAIN), maim Fakultas Tarbiyah Pontianak berdiri
sendiri sebagai STAIN Pontianak. Pada masa kepemimpinan Prof. Dr.
Harun Nasution (1973-1984), IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dikenal luas sebagai 'Kampus Pembaharu', karena beliau banyak
mengadakan pembaharuan-pembaharuan dalam pemikiran Islam
dengan menekankan Islam rasional. Untuk itu, Prof. Harun Nasution
mengadakan perubahan kurikulum IAIN, salah satunya dengan
52
memasukkan mata kuliah filsafat dan menyelenggarakan Program
Pascasarjana (PPs). PPs IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta merupakan
PPs pertama di lingkungan IAIN di seh1ruh Indonesia. PPs ini
mengawali kuliah perdananya pada 1 September 1982, setelah
sebelumnya (tanggal 30 Agustus 1982) diadakan peresmian
pembukaannya. Pembukaan PPs (ketika itu bernama Fakultas
Pascasarjana) dilandasi SK Direktur Jenderal Pembinaan Kelembagaan
Agama Islam Depmiemen Agama, H.A. Timur Djaelani, MA Nomor
KEP/E/422/'81 tanggal 13 Agustus 1981. Dalam SK tersebut dinya
takan bahwa IAIN Jakarta telah memenuhi persyaratan untuk
menyelengga-rakan PPs. SK Dirjen tersebut dikuatkan oleh SK
Menteri Agama Nomor 78 Tahun 1982 yang berisi ketetapan tentang
pengangkatan Prof. Dr. Harun Nasution sebagai direkturnya.
e. Periode IAIN ke UIN (Periode IAIN with Wider Mandate)
IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai salah satu IAIN
tertua di Indonesia, yang bertempat di ibukota Jakarta, menempati
posisi unik dan strategis, tidak hanya sebagai 'Jendela Islam di
Indonesia', tetapi juga simbol bagi kemajuan pembangunan nasional,
khususnya di bidang pembangunan sosial-keagamaan. Sebagai upaya
untuk mengintegrasikan ilmu umum dan ilmu agama, lembaga ini
mulai mengembangkan diri dengan konsep IAIN dengan mandat yang
lebih luas (IAIN With Wider Mandate) menuju terbentuknya
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
53
Langkah konversi ini mulai diintensifkan pada masa
kepemimpinan Prof. Dr. Azyumardi Azra, MA dengan dibukanya
J urusan P.sikologi dan Pendidikan Matematika pada Fakultas Tarbiyah,
serta jurusan Ekonomi dan Perbankan Islam pada Fakultas Syari'ah
pada tahun akademik 199811999. Untuk lebih memantap-kan langkah
konversi ini, pada tahun 2000 dibuka Program Studi Agribisnis dan
Teknik Infmmatika bekerjasama dengan IPB dan BPPT, Manajemen,
dan Akuntansi.
Pada tahun 200 I diresmikan Fakultas Psikologi dan Fakultas
Dirasat Islamiyah bekerjasama dengan Universitas Al-Azhar Mesir.
Selain itu dilakukan juga upaya kerjasama dengan IDB (Islamic
Development Bank) sebagai penyandang dana pembangunan kampus
yang modern; McGill University (CIDA); Leiden University (INIS);
Universitas Al-Azhar (Kairo); King Saud University (Riyadh);
Universitas Indonesia; Institut Pertanian Bogor; Universitas
Muhammadiyah Jakarta; Ohio University; LIA; Badan Pengkajian dan
Penerapan Teknologi (BPPT); Bank BNI; Bank Mu'a-malat Indonesia
(BMI); dan universitas-universitas serta lembaga-lembaga lainnya.
Langkah perubahan bentuk IAIN menjadi UIN mendapat
rekomendasi dengan ditandatanganinya Surat Keputusan Bersama
(SKB) Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 4/U/KB/2001 dan
Menteri Agama RI Nomor 500/2001 tanggal 21 Nopember 2001, dan
di samping itu 12 ( dua belas) program studi ilmu sosial dan eksakta
(Teknik Jnformatika, Sistem Informasi, Akuntansi, Manajemen, Sosial
54
Ekonomi Pertanian/Agribisnis, Psikologi, Bahasa dan Sastra Inggris,
Ilmu Perpustakaan, Matematika, Kimia, Fisika dan Biologi) mendapat
rekomendasi/izin operasional dari Dirjen Pendidikan Tinggi Depdiknas
RI dalam surat nomor 088796/MPN/2001tanggal22 Nopember 2001.
Lebih lanjut, rancangan Keppres tentang Perubahan Bentuk
IAIN menjadi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta juga telah mendapat
rekomendasi dan pertimbangan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara RI dan Dirjen Anggaran Departemen Keuangan RI Nomor
02/M-PAN/1/2002 tanggal 9 Januari 2002 dan Nomor S-490/MK-
2/2002 tanggal 14 Februari 2002. Rekomendasi ini merupakan dasar
bagi kelurnya Keputusan Presiden No 031 tanggal 20 Mei 2002
tentang Perubahan IAIN Jakarta menjadi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
f. Periode UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (mulai 20 Mei 2002)
IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta resmi berubah menjadi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta dengan terbitnya Keputusan Presiden RI
Nomor 31 Tahun 2002 tanggal 20 Mei 2002. Peresmiannya dilakukan
oleh Wald! Presiden H. Hamzah Haz tanggal 8 Juni 2002 bersamaan
dengan upacara Dies Natalis ke-45 dan Lustrum ke-9 serta
pemancangan tiang pertama pembangunan Kampus UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta melalui dana Islamic Development Bank (IDB).
Sebagai upaya awal untuk menghilangkan dikotomi ilmu, UIN
Syarif Hidayatullah Jakmta mulai tahun akademik 2002/2003
menetapkan nama-nama fakultas sebagai berikut:
55
!) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan;
2) Fakultas Adab dan Humaniora;
3) Fakultas Ushuluddin dan Filsafat;
4) Fakultas Syari'ah dan Hukum;
5) Fakultas Dakwah dan Komunikasi;
6) Fakultas Dirasat Islamiyah;
7) Fakultas Psikologi;
8) Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial;
9) Fakultas Sains dan Teknologi serta Program Pascasarjana (S2 dan
S3).
10). Program PascaSarjana
Hingga tahun 2003 ini, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta telah menghasilkan alumni sebanyak 26.164
orang, terdiri atas 12.532 sarjana Strata-I, 833 Magister (S2), dan 290
Doktor (S30 serta 5.479 saijana muda, 1800 Diploma tiga dan 4.947
Diploma Dua.
Universitas Islam Negeri (VIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
terus berupaya menyiapkan peserta didiknya menjadi anggota
masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan professional
yang dapat menerapkan, mengembangkan, dan atau menciptakan ilmu
pengetahuan keagamaan dan ilmu-ilmu terkait lainnya dalam arti yang
seluas-luasnya.
56
2. Visi dan Misi VIN Syarif Hidayatnllah Jakarta
Meski nama dan pembangunan berubah total, namun visi Universitas
Islam Negeri tidaklah berubah, yakni menjadikan Universitas Isl.am Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai lembaga pendidikan tinggi yang
terkemuka dalam mengintegrasikan aspek keilmuan, keislaman, dan
keindonesiaan.
Begitu pula misinya, tidak berubah. Pada prinsipnya, misi Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta sejalan dengan tugas
Tridharma Perguruan Tinggi, yaitu menyelenggarakan pendidikan dan
pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat dalam rangka
ikut serta membentuk masyarakat Indonesia yang bermoral Islami dan
berkepribadian Indonesia, serta mampu menerapkan ilmu pengetahuan dan
teknologi untuk kepentingan bangsa Indonesia khususnya dan kemaslahatan
umat manusia umumnya. Berangkat dari prinsip tersebut, maka Misi UIN
SyarifHidayatullah Jakarta adalah sebagai berikut:
a. Melakukan reintegrasi epistimologi keilmuan, sehingga tidak ada lagi
dikotomi antara ilmu-ilmu umum dan ilmu-ilmu agama.
b. Memberikan landasan moral terhadap pengembangan IPTEK dan
melakukan pencerahan dalam pembinaan IMTAQ, sehingga IPTEK
dan IMTAQ dapat sejalan;
c. Mengartikulasikan ajaran Islam secara profesional ke dalam konteks
kehidupan masyarakat, sehingga tidak ada lagi jarak antara norma
agama dan sofistifikasi masyarakat;
57
d. Mempertahankan nilai-nilai lama yang positif dan mengambil nilai
nilai baru yang lebih positif;
e. Mengembangkan rise! 4an penelitian, baik yang bersifat kuantitatif
maupun kualitatif, sehingga tidak ada lagi kesan deduktifikasi ilmu
ilmu keislaman;
f. Memberikan kontribusi terhadap peningkatan kualitas hidup
masyarakat melalui pola pengabdian masyarakat yang lebih
profesional;
g. Memberikan landasan moral dan spritual terhadap pembangunan
nasional, sehingga konsep pembangunan manusia seutuhnya dapat
tercapai;
h. Memberikan kontribusi dalam mewujudkan perdamaian dunia dan
kesejahteran uamt manusia;
i. Menjadikan faktor yang menentukan dalam memelihara hubungan
harmonis antara agama, negara dan masyarakat.
Di lingkungan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakartajuga terdapat lembaga-lembaga:
1). Lembaga Struktural,
Yaitu unit pelaksana di lingkungan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang keberadaannya secara tegas terdapat dalam struktur
organisasi. Yang termasuk lembaga struktural adalah: Lembaga Penelitian
(Lemlit), Lembaga Pengabdian pada Masyarakat (LPM), Pusat Komputer
(Puskom), dan Perpustakaan.
58
2). Lembaga Non-Struktural,
Y aitu unit kerja di lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang keberadaannya secara fungsional mendapat pengakuan resmi dari
Rektor, tetapi secara struktural berada di luar struktur formal UIN Jakarta.
Yang termasuk lembaga non-struktural UIN adalah: Kopertais Wilayah I,
Yayasan Syahid, Yayasan Triguna Jaya, Koperasi Pegawai Negeri,
BUPERDA, Klinik Syarif Hidayatullah, Madrasah Pembangunan, UIN
Jakarta Press, Taman Kanak-kanak Ketilang, Lembaga Kemahasiswaan
dan Alumni, Pusat Bahasa dan Budaya (PBB), Pusat Studi Wanita (PSW),
Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM), Pusat Pengembangan
Sumber Daya Manusia (PPSDM), Pusat Konsultasi Hukum dan HAM
(PuskumHAM), Pusat Studi Lingkungan Hidup (PSLH), Pusat
Pengembangan Manajemen (PPM), Pusat Pengembangan dan
Pembelajaran, Pusat Kajian Filsafat, Pusat Pengembangan Sains dan
Teknologi (Pusbangsitek), Lembaga Konsultan Psikologi Terapan
(LPKT), Center for Enterpreneurship and Economics Development
(CEED), Indonesian Center for Civic Education (ICCE), Pusat Studi Turas
(Research Center for Islamic Heritage), Lembaga Penyiaran Radio Syahid,
dan Project Implementing Committee (PIC) yang sekaligus merupakan
Center for International Cooperation (CIC).
3). Lembaga Kemahasiswaan
Adalah lembaga-lembaga organisasi intra yang mengatur dan
melaksanakan kegiatan-kegiatan mahasiswa di bidang ekstra kurikuler,
60
pada saat itulah ADIA pun diubah menjadi IAIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Berdasarkan keputusan menteri agama RI No. 94 tahun 1963,
tanggal 25 februari 1963 diadakanlah pembagian tugas pembinaan antara
IAIN Y ogyakarta dengan IAIN Jakarta, dimana IAIN Jakarta bertugas
untuk mengkoordinir fakultas-fakultas agama islam yang ada di
lingkungan Jakarta raya, jawa barat dan Sumatera. Peresmian pembagian
wilayah pembinaan tersebut dilaksanakan pada tanggal 18 mare! 1963,
sekaligus dilakukan serah terima jabatan rektor dari Pro£ H.A. Soenarjo,
SH kepada Pro£ Ors. Sunardjo.
Pada saat dilakukukan serah terima jabatan tersebut IAIN Jakarta
mempunyia empat fakultas, yaitu fakultas tarbiyah, fakultas adab, fakultas
ushuluddin di Jakarta serta fakultas syariah di serang.
Pada akhir tahun 1966 muncullah pemikiran untuk membuka
fakultas syariah di Jakarta. Untuk itu dilakukan persiapan-persiapan yang
langsung dipimpin oleh rektor. Karena sarana dan prasarananya beelum
siap dan belum memadai, maka fakultas syariah Jakarta baru menerima
mahasiswa mulai pada tahun ajaran 1968. untuk tahap awal pimpinan
fakultas dirangkap oleh rektor/ prof. Ors. Sunardjo dan pelaksana
hariannya diserahkan kepada Ors. H. Peunoh Daly, merangkap sebagai
ketua jurusan ilmu agama di fakultas tarbiyah. Kemudian baru rektor
mengangkat KHM Syukri Ghazali sebagai pimpinan fakultas syariah
pertama. Semenjak itu resmilah fakultas syariah Jakarta sebagai salah satu
61
fakultas di lingkungan IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta berdasarkan SK
Menteri agama nomor: 159 tahun 1967.5
Fakultas Syariah Dan Hukum merup.akan fakultas dengan program
studi terbanyak di UIN Jakarta. Fakultas ini memiliki fokus kajian di
bidang hukum Islam. Sejalan dengan perkembangan masalah-masalah dan
spesialisasi dalam keahlian hukum Islam, maka Fakultas Syari'ah dan
Hukum menawarkan berbagai program studi yang siap mengantisipasi
kebutuhan masyarakat akan berbagai profesi baru yang terkait dengan
hukum Islam, seperti ahli perbankan syariah, ahli asuransi syariah, dan
sebagainya. Beberapa tahun terakhir ini antusiasme calon mahasiswa
untuk memasuki Fakultas Syari'ah dan Hukum cukup tinggi. Hal ini bisa
diindikasikan dengan jumlah mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum
yang menduduki peringkat kedua terbanyak setelah Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan.
Fakultas Syari'ah dan Hukum bertajuan menyiapkan lulusan yang
ahli dan profesional dalam bidang hukum Islam. Fakultas Syari'ah
mengemban tugas mengembangkan ilmu hukum Islam dan hukum umum.
Kini Fakultas Syari'ah dan Hukum sedang mengembangkan program
sn1di-program studi dalam lingkungan jurusan-jurusan yang telah ada,
seperti Program Studi Kepaniteraan Kepengacaraan, Administrasi
Perkawinan, dan Manajemen Wakaf dan Zakat (dalam Jurusan Al-Ahwal
Al-Syakh-siyah), Program Studi Pidana Islam, Tata Negara (dalam
Jurusan Jinayah/Siyasah), Program Studi Perbandingan Mazhab Fiqh,
5• Ibid, h.5
64
Jakarta sesuai dengan keputusan presiden RI Nomor 31 tahun 2002
tanggal 20 mei 2002.7
Sejalan dengan kondisi yang berkembang dan selaras dengan
tujuan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta serta mengacu pada visi fakultas
sains dan teknologi merupakan salah satu jawaban yang merupakan
necessity condition untuk memenuhi kebutuhan SDM di bidang teknologi
informasi dan sistem informasi khususnya pasar tenaga kerja dan menjadi
salah satu program pendidikan tinggi pilihan dalam seggi kualitas, waktu
dan biaya bagi masyarakat.
Fakultas Sains dan Teknologi bertugas mengembangkan ilmu-ilmu
eksakta dan teknologi yang diformulasikan dengan nilai-nilai keislaman.
Selain menyelenggarakan Program S l, UIN Syarif Hidayatullah juga
menyelenggarakan Program Pendidikan Magister (S2), Doktor (S3), dan
Doctor by Research. Program Pascasarjana UIN bertujuan menghasilkan
lulusan yang bersikap terbuka, tanggap terhadap kemajuan iptek dan
perubahan atau persoalan sosial yang ditimbulkannya, mampu
menggerakkan pendidikan agama, dan mengembangkan penelitian dalam
ilmu-ilmu agama Islam di perguruan tinggi. Lulusan fakultas ini
diharapkan mampu mengintegrasikan antara ilmu eksakta dan teknologi
dengan ilmu-ilmu keislaman yang pada gilirannya akan mampu menjawab
tantangan abad ke-21 dan bersaing dalam era globalisasi melalui teknologi
informasi. Fakultas Sains dan Teknologi pada tahun akademik 2003/2004
menawarkan program studi. 8
7 Brosur Penerimaan MahasiS\Va Baru Fakultas Sains Dan Teknologi Tahun 2007 8 http://fst.uinjkt.ac.id
65
2. Visi Dan Misi
Visi Fakultas Sains Dan Teknologi menjadi Jembaga pendidikan
tinggi terkemuka secara rasional dan internasional dal!!m membangun
sains dan teknologi yang terintegrasi pada nilai keislaman dan
kelndonesiaan.
Misi Fakultas Sains Dan Teknologi
a. Menyelenggarakan pendidikan untuk menghasilkan sarjana yang
professional di bidang sains dan teknologi yang memiliki keunggulan
kompetitif dalam persaingan global.
b. Memberikan landasan moral terhadap pengembangan sains dan
teknologi dan melakukan pencerahan dalam pembinaan iman dan
takwa.
c. Mengadakan penelitian dan pengembangan di bidang sains dan
teknologi serta memberikan kontribusi dalam penerapan sains dan
teknologi terhadap peningkatan kualitas hidup masyarakat.9
3. Tujuan
Pendirian Fakultas Sains Dan Teknologi bertujuan untuk mendorong
usaha reintegrasi keilmuan yang pada gilirannya menghilangkan dikotomi
antara ilmu-ilmu umum dan ilmu-ilmu agama. Hal ini penting dalam
rangka memberikan landasan moral islam terhadap perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi dan sekaligus mengartikulasikan ajaran islam
secara professional didalam kehidupan masyarakat.
9 Ibid
BABIV
ANALISIS DATA
A. DATA RESPON MAHASISWI
Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah Mahasiswi
Fakultas Syariah dan Hukum sebanyak 70 orang dengan Mahasiswi Fakultas
Sains dan Teknologi sebanyak 50 orang. Adapun objek penelitiannya adalah
Respon Mahasiswi Fakultas Syariah dan Hukum dengan Mahasiswi Fakultas
Sains dan Teknologi.
Berdasarkan pendapat Suharsimi Arikunto, diambil sampel sebesar 10%
dari jumlah populasi 700 orang dari Fakultas Syariah dan Hukum, jadi sampel
dalam penelitian ini sebanyak 70 responden, dan angket yang terkumpul dari
Fakultas Syariah Dan Hukum sebanyak 70 responden. Sedangkan dari Fakultas
Sains Dan Teknologi sebesar 10% dari jumlah populasi 500 orang, jadi sampel
dalam penelitian ini sebanyak 50 rersponden, namun angket yang terkumpul
hanya sebanyak 36 responden. Hal ini dikarenakan angket yang disebarkan ada
yang error seperti angket hilang, responden tidak menjawab dengan sungguh
sungguh, responden hanya menjawab beberapa dari pertanyaan saja.
Dalam penelitian ini, pengumpulan dan penacarian data memakai angket
yang disebarkan semuanya berjumlah 120 angket, dengan perincian sebagai
berikut : Fakultas Syariah Dan Hukum, masing-masing 70 angket yang diedarkan
terkumpul 70 yaitu 100%, Fakultas Sains Dan Teknologi dari 50 angket yang
diedarkan hanya terkumpul 36 angket yaitu hanya 76%. Lengkapnya akan terlihat
pada tabel-tabel berikut ini.
67
Sebelum menuju kepada analisis data, diantaranya ada dua variabel yaitu
Variabel Terikat (x) antara lain mengenai : Respon mahasiswi tersebut baik
pengetahuan agamanya, kenyamanan dalam berjilbab, keindahan serta life style.
Dan Variabel Bebas (y) antara lain mengenai : Sosialisasi dari pihak kampus serta
sikap para dewan dosen di kampusnya.
1. Identitas Responden
Rincian tentang identitas responden yang terlibat dalam penelitian ini, dapat
dilihat pada tabel berikut ini
Tabel I
Pendidikan Terakhir Responden Sebelum Kuliah
Distribusi Jawaban I F. Syari'ah dan Hukum I F. Sains dan No
F n=70 Teknologi -xl00% n n =50
F % F %
1 SMAJSMU 32 45,7 40 80
2 MA 26 37,I 6 12
3 PESANTREN 12 17,2 1 2
4 Tidak Menjawab 0 0 3 6
Jumlah 70 100 50 100
Bila dilihat dari pendistribusian jawaban diatas, maka dapat dilihat
perbedaan yang signifikan mengenai latar belakang pendidikan antara Fakultas
Syariah dan Hukum dengan Fakultas Sains dan Teknologi.
Pada Fakultas Sains dan Teknologi yang latar belakang pendidikannya
sebelum kuliah adalah Sekolah Menengah Umum (SMU) sebanyak 80%
responden, dan latar belakang pendidikannya Madrasah Aliyah (MA) yaitu 12%
68
responden dan yang Pesantren sebanyak 2% responden dan yang tidak menjawab
sebanyak 6%. Berbeda dengan Fakultas Sains dan Teknologi yang mayoritas latar
belakang pendidikannya sebelum kuliah adalah Sekolah Menengah Umum
(SMU). Pada Fakultas Syariah dan Hukum yang latar belakang pendidikannya
Sekolah Menengah Umum (SMU) sebanyak 45,7% responden, dan latar belakang
pendidikannya Madrasah Aliyah (MA) dan pesantren masing-masing 37,1%
responden dan 17,2% rersponden. Bila dilihat dari prosentase diatas, maka bisa
dilihat dari kedua Fakultas memiliki persamaan yaitu kedua Fakultas memiliki
lulusan terbanyak mayoritas Sekolah Menengah Umum (SMU), namun prosentase
terbesar berasal dari Fakultas Sains dan Teknologi, ini sangat berpengaruh sekali
terhadap cara berpakaian lulusan Sekolah Menengah Umum (SMU). Kemudian
penulis menyimpulkan karena latar belakang pendidikannya mayoritas Sekolah
Menengah Umum (SMU) maka cara berpakaianpun berbeda antara Fakultas
Syariah dan Hukum dengan Fakultas Sains dan Teknologi. Di Fakultas Sains Dan
Teknologi banyak mahasiswinya yang menggunakan celana jeans yang ketat pada
bagian paha dengan kaos lengan panjang (busananya menutup tubuh walaupun
sedikit membentuk bagian paha), berbeda dengan Fakultas Syariah Dan Hukum
yang mahasiswinya sudah banyak yang menggunakan rok bahan kalaupun ada
mahasiswi yang menggunakan celana jeans itu dipadupadankan dengan dengan
blus panjang sampai pangkal paha. Jilbab menurut sebagian mahasiswi adalah
busana yang dapat menutup tubuh tetapi tidak berarti tidak mengikuti mode.
Pada tabel 2, 3, 4 masuk kedalam kategori pengetahuan agama, mahasiswi
menjawab menjawab apa yang mereka ketahui baik tentang jilbab, Hukum
mengenakanjilbab dan masa yang mereka lalui dalam memakaijilbab.
69
Tabel 2
Pengetahuan Islam Dalam Menganjurkan Berjilbab Terhadap Muslimah
Distribusi Jawaban F. Syari'ah dan Hukum F. Sains dan No
.. F n=70 Teknologi -xl00% n n=50
F % F %
1 Sangat tahu 67 95,7 40 80
2 Tahu 2 2,9 3 6
3 Tidak Tahu 1 1,4 3 6
4 Tidak Menjawab 0 0 4 8
Jumlah 70 100 50 100
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui jumlah prosentase mahasiswi
Fakultas Syariah Dan Hukum dengan Fakultas Sains Dan Teknologi di
Universitas Islam Negeri (VIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang mengetahui
bahwa Islam mengajurkanjilbab kepada setiap muslimah adalah 95.7% responden
dari Fakultas Syariah Dan Hukum dan 80% responden dari Fakultas Sains Dan
Teknologi sedangkan prosentase mahasiswi yang secara tidak tahu mengenai
anjuran Islam tentang pemakaian jilbab kepada setiap muslimah antara Fakultas
Syariah Dan Hukum dengan Fakultas Sains Dan Teknologi adalah sebanyak 1,4%
responden dan 6% responden dan prosentase mahasiswi yang tidak menjawab
hanya sebanyak 8% responden yang berasal dari Fakultas Sains Dan Teknologi.
Dari tabel diatas, bahwa pengetahuan tentang pemakaian jilbab
masing-masing Fakultas sudah sangat tahu akan anjuran tersebut. Namun
prosentase terbesar dimiliki oleh Fakultas Syariah dan Hukum dibandingkan
dengan Fakultas Sains dan Teknologi. Ini bisa disebabkan karena Fakultas
70
Syariah dan Hukum adalah Fakultas agama yang mahasiswinya banyak yang
berasal dari Madrasah Aliyah (MA) dibandingkan dengan Fakultas Sains dan
Teknologi yang memang bisa dilihat dl!-ri cara berpakaian lulusan Sekolah
Menengah Umum (SMU). Dari pemyatan tersebut, penulis menyimpulkan bahwa
seluruh responden baik mahasiswi Fakultas Syariah dan Hukum maupun
mahasiswi Fakultas Sains dan Teknologi telah mengetahui bahwa Islam
menganjurkan kepada setiap muslimah untuk mengenakanjilbab.
Tabel 3
Pengetahuan Agama Tentang Hukum Mengenakan Jilbab
Distribusi Jawaban F. Syari'ah dan Hukum I F. Sains dan I No
n =70 Teknologi F -xl00% n n=50
F % F %
I Wajib 55 78,6 42 84
2 Sunn ah 13 18,6 5 10
3 Tidak tahu 2 2,8 I 2
4 Tidak Menjawab 0 0 2 4
Jumlah 70 IOO 50 100
Secara umum telah dapat diketahui bahwa para mahasiswi Fakultas
Syariah dan Hukum dengan Fakultas Sains dan Teknologi di Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta telah mengetahui wajibnya berjilbab
yang ditunjukkan dengan jumlah prosentase 78,6% responden dari Fakultas
Syariah dan Hukum dan 84% responden dari Fakultas Sains dan Teknologi,
sedangkan jumlah prosentase dari Fakultas Syariah dan Hukum dengan Fakultas
Sains dan Teknologi yang menganggap bahwa mengenakanjilbab itu Hukumnya
71
sunnah adalah 18,6% responden dan I 0% responden, akan tetapi semuanya telah
mengetahui Hukumnya berjilbab. Dan yang menjawab tidak tahu Hukum
mengenakan jilbab masing-masing 2,8% dan 2% responden baik dari Fakultas
Syariah Dan Hukum maupun dari Fakultas Sains Dan Teknologi, sedangkan yang
tidak menjawab ada 4% yang berasal dari Fakultas Sains Dan Teknologi.
Namun ada perbedaan pandangan antara Fakultas Syariah dan Hukum
dengan Fakultas Sains dan Teknologi, ini ditandai dengan prosentase yang
mengatakan menggunakan jilbab itu Hukumnya wajib dari Fakultas Sains dan
Teknologi itu lebih besar dibandingkan dengan Fakultas Syariah dan Hukum,
padahal jika dilihat dari latar belakang pendidikan Fakultas Syariah dan Hukum
yang berasal dari Madrasah Aliyah (MA) dan Pesantren itu lebih banyak
dibandingkan dengan Fakultas Sains dan Teknologi. Hal ini disebabkan karena
beberapa responden dari Fakultas Syariah dan Hukum ada yang menjawab bahwa
Hukum mengenakanjilbab itu sunnah.
Berdasarkan data tersebut di atas, dapat diasumsikan bahwa mayoritas
responden baik dari Fakultas Syariah dan Hukum maupun Fakultas Sains dan
Teknologi telah memiliki pengetahuan yang memadai tentang Hukum berjilbab.
72
Tabel4
Masa Yang Telah Dilalui Dengan Memakai Jilbab
Distribusi Jawaban F. Syari'ah dan Hukum F. Sains dan No
n=70 Teknologi F -xl00% n n=50
F % F %
1 ;,, 2tahun 53 75,7 35 70
2 1-2 Tahun 7 10 6 12
3 ,;; ltahun 7 10 4 8
4 Tidak Menjawab 0 0 5 10
Jumlah 67 95,7 50 100
Data diatas menunjukkan berapa lama responden memakai jilbab, ternyata
yang memakai jilbab lebih dari 2 tahun dari Fakultas Syariah dan Hukum
menjawab 75,7% responden dan dari Fakultas Sains dan Teknologi menjawab
70% responden sedangkan responden yang menjawab 1-2 tahun masing-masing
10% responden dan 12% responden. Sementara responden yang menjawab kurang
dari l tahun adalah l 0% dan 8% responden dari Fakultas Syariah dan Hukum
dengan Fakultas Sains dan Teknologi. Sedangkan jumlah yang tidak menjawab
cukup besar sebanyak l 0% responden.
Maka dapat disimpulkan bahwa para mahasiswi baik dari Faknltas
Syariah dan Hukum maupun dari Fakultas Sains dan Teknologi sebagian besar
telah memakai jilbab selama lebih dari 2 tahun, apalagi mahasiswi yang berasal
dari lulusan Pesantren dan Madrasah Aliyah (MA). Ini ditandai dengan prosentase
yang terbesar berasal dari Fakultas Syariah dan Hukum dibandingkan dengan
Fakultas Sains dan Teknologi ini dikarenakan di Fakultas Syariah dan Hukum,
74
Madrasah aliyah (MA) yang setiap kali pertemuan se!alu diselipkan pengetahuan
agama atau hampir setiap hari belajar agama.
Mahasiswi Fakultas Sains dan Teknologi yan1;1 pada awalnya knrang
mengetahui anjuran Islam untuk berjilbab namun sekarang sudah mulai terbuka
pengetahuannya mengenai jilbab, walaupun sebatas hanya mematuhi peraturan
kampus saja.
Untuk variabel selanjutnya pada tabel 5 sampai 7 yaitu tentang
kenyamanan dalam pemakaian j ilbab antara lain: kenyamanan ( tidak merasa risih)
dalam memakai jilbab, kebetahan (tidak merasa gerah) dalam mengenakan jilbab,
dan yang terakhir perasaan responden ketika berjalan memakai jilbab, tentu akan
kita lihat beragam respon:
Tabel5
Kenyamanan (tidak merasa risih) Dalam Mengenakan Jilbab
I Distribusi Jawaban I F. Syari'ah dan Hukum I F. Sains dan I No
F -xl00%
n=70 Teknologi
n n=50
F % F %
1 Ny am an 48 68,6 32 64
2 Biasa saja 20 28,6 15 30
3 Tidak 2 2,8 2 4
4 Tidak Menjawab 0 0 1 2
Jumlah 70 100 50 100
Melihat tabel diatas, jawaban yang diberikan oleh 68,6% responden
dari Fakultas Syariah dan Hukum dan 64% responden dari Fakultas Sains dan
Teknologi yang menyatakan dengan memakai jilbab mereka merasa nyaman-
75
nyaman saja. Ternyata dari kedua Fakultas tersebut tidak ada perbedaan, rata-rata
mahasiswi sudah nyaman mengenakan jilbab. Namun tetap saja yang memiliki
prosentase terbesar y~itu Fakultas Syariah dan Hukum, ini dikarenakan sebelum
kuliah mereka sudah terbiasa menggunakan jilbab pada saat sekolah dan pesantren
secara otomatis jilbab buat mereka menjadi suatu kebiasaan sehingga tanpa jilbab
mereka menjadi tidak nyaman lain halnya dengan Fakultas Sains dan Teknologi.
Sedangkan jumlah yang menjawab biasa saja setengahnya dari responden yang
menjawab nyaman masing-masing 28,6% responden dari Fakultas Syariah dan
Hukum dan 30% responden dari Fakultas Sains dan Teknologi disini terlihat jelas
bahwa mahasiswi yang berasal dari Fakultas Sains dan Teknologi merasa
memakai jilbab itu biasa saja karena sebagian dari mereka memandang jilbab itu
hanya sebagai peraturan kampus clan tidak berpengaruh terhadap dirinya.
Kemudian responden yang menyatakan tidak nyaman atau tidak menjawab
jumlahnya cukup kecil yaitu 2,8% responden dari Fakultas Syariah Dan Hukum
dan 4% responden dari Fakultas Sains dan Teknologi, tetapi dibandingkan dengan
Fakultas Syariah dan Hukum, mahasiswi Fakultas Sains dan Teknologi lebih
banyak yang merasa tidak nyaman mengenakan jilbab. Mungkin hal ini
dikarenakan sebagian dari mereka menganggap bahwa jilbab itu tidak modis
(kuno/ norak) sehh:igga mereka merasa kalau jilbab bukan pakaian dari kalangan
anakmuda.
77
Tabel 7
Perasaan responden ketika memakai jilbab di jalan
Distribusi Jawaban F. Syari'ah dan Hukum F. Sains dan No
n=70 Teknologi F -xl00% n n=50
F % F %
1 Terlindungi 53 75,7 30 60
2 Biasa saja 17 24,3 10 20
3 Tidak 0 0 5 10
4 Tidak Menjawab 0 0 5 10
Jumlah 70 100 50 100
Berdasarkan tabel 7 diatas, responden yang menjawab merasa
terlindungi dengan memakai jilbab ketika sedang berjalan di jalan adalah sama
besar masing-masing dari kedua Fakultas meajawab 75, 7% dan 60% responden
merasa terlindungi, dan yang merasa biasa sajapun sama besar yaitu masing-
masing 20% responden dan 24,3% responden, sedangkan ada responden yang
menjawab tidak terlindungi dan tidak meajawab yaitu masing-masing sebanyak
I 0% responden berasal dari Fakultas Sains Dan Teknologi, secara prosentase
menunjukkan para responden merasakan adanya kenyamanan dalam mengenakan
j ilbab ketika sedang berjalan di luar rum ah.
Melihat data dari tabel 5, 6, 7 mengenai variabel kenyamanan yaitu:
nyaman (tidak merasa risih), tidak merasa gerah, serta perasaan terlindungi
rersponden ketika mengenakan jilbab temyata mahasiswi Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta kebanyakan menjawab biasa saja dan
kadang-kadang. Dengan demikian penulis mengambil kesimpulan bahwa mereka
79
tidak ada sama sekali dari semua responden tetapi ada responden yang tidak
menjawab yaitu sebanyak 2% responden. Dengan demikian penulis
menyimpulkan bahwa responden .kebanyakan sudah percaya diri dalam
mengenakan jilbab baik yang sudah terbiasa mengenakan jilbab maupun yang
sedang belajar mengenakanjilbab.
Hal ini dikarenakan mereka (khususnya mahasiswi Fakultas Sains Dan
Teknologi) yang mengenakan jilbab dipadupadankan dengan busana yang sedang
trend di zaman sekarang. Mereka beranggapan bahwa dengan memakai jilbabpun,
mereka masih bisa dikatakan gaul atau modis dengan memakai pakaian yang tidak
ketinggalan zaman.
Tabet 9
Tujuan Memakai Jilbab Di Kampus
Distribusi Jawaban F. Syari'ah dan Hukum F. Sains dan Teknologi No
F n =70 n=50 -x!OO% n F % F %
l Menutup aurat 61 87,1 34 68
2 Peraturan kampus 8 11,4 14 28
3 Bergaya I 1,5 I 2
4 Tidak Menjawab 0 0 1 2
Jumlah 70 100 50 100
Dari basil data diatas menunjukkan bahwa sebagian besar atau 87, l %
responden dari Fakultas Syariah dan Hukum dan 68% responden dari Fakultas
Sains dan Teknologi telah mengetahui secara jelas tujuan memakai jilbab yaitu
untuk menutup aurat Sedangkan 11,4% responden dari Fakultas Syariah dan
Hukum dan 28% responden dari Fakultas Sains dan Teknologi memakai jilbab
80
hanya sekedar mematuhi peraturan kampus tanpa tujuan untuk bergaya. Hal ini
dapat dilihat dari hanya 1,5% responden dan 2% responden (masing-masing 1
Ol\lng) yang menjawab memakai jilbab semata-mata untuk bergaya. Dan ada yang
tidak menjawab dari ketiga-tiganya sebesar 2% juga.
Dari data diatas temyata masih banyak mahasiswi dari Fakultas Sains
Dan Teknologi yang memandang jilbab itu hanya peraturan kampus, walaupun
sebagian dari mereka sudah mengetahui fungsi jilbab sebagai penutup aurat tetapi
tetap saja di luar lingkungan kampus mereka tidak lagi mengenakan jilbab.
Alasannya masih normatif yaitu hanya mengikuti atau menaati peraturan kampus
saja. Di luar lingkungan kampus atau di rumah, mereka mempunyai kebebasan
(hak) untuk tidak mengenakan jilbab.
Tabel 10
Kesadaran Dalam Pemakaian Jilbab
Distribusi Jawaban F. Syari'ah dan Hukum I F. Sains dan I No
F n=70 Teknologi -xl00% n n =50
F % F %
1 Diri sendiri 61 87,1 36 72
2 Orangtua 6 8,6 8 16
3 Kam pus 3 4,2 5 10
4 Tidak Menjawab 0 0 1 2
Jumlah 70 100 50 100
Pada tabel 14 diatas, terlihat bahwa dalam kesadaran memakai jilbab atas
kehendak diri sendiri sebanyak 87, I %responden dari Fakultas Syariah dan Hukum
dan 72% responden dari Fakultas Sains dan Teknologi. Sedangkan suruhan dari
81
orang tua adalah sebanyak 8,6% responden dan 16% responden. Dan yang
menjawab karena kampus yang menerapkan wajib jilbab hanya sedikit yaitu
sebanyak 4,2% responden dan l 0% responden dari setiap Fakultas. Dan yang
tidak menjawab ada 2% responden.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam memakai jilbab
harus berasal dari kesadaran diri sendiri dan bukan paksaan dari orang lain dan
kampus bahkan dari orang tua sekalipun, namun tidak bisa dipungkiri lingkungan
banyak memberi pengaruh. Dan lingkungan kampus itupun menjadi salah satu
pengaruh yang mendorong para mahasiswinya untuk mengenakan jilbab,
walaupun secara terpaksa tapi lambat laun mereka akan terbiasa juga memakai
jilbab sebagai pakaian yang diwajibkan dikampus.
Hasil kesimpulan dari data mengenai keindahan temyata membentuk
suatu keterkaitan, dimana responden yang sebagian besar menjawab bahwa
berjilbab tidak terlalu memberi keindahan (biasa saja) akan memberikan efek
yang sedikit terhadap perubahan sikap (perilaku) dan perbuatannya. Keterkaitan
antara tujuan dengan kesadaran memakai jilbab, menggambarkan bahwa arti
penting atau tujuan dari berjilbab membentuk kesadaran para responden untuk
memakainya dan pengaruh lingkungan baik dari orang tua maupun kampus ikut
mendukung kesadaran responden untuk memakai jilbab. Kesadaran akan
pentingnya memakai jilbab yang teguh dari diri sendiri akan menimbulkan rasa
kepercayaan diri yang cukup tinggi dan mempengaruhi berbagai aspek dari
dirinya sendiri.
82
Selanjutnya yang terakhir dari variabel terikat mengenai life style yaitu
pada tabel 11 dan 12, disini kita akan mengetahui apakah jilbab dinyatakan
sebagai gaya hidup saja atau tidak.
Tabet 11
Jilbab Sebagai Gaya Atau Kewajiban
Distribusi Jawaban F. Syari'ah dan Hukum F. Sains dan No
n=70 Teknologi F -xl00% n n=50
F % F %
1 Gay a 31 44,3 23 46
2 Kewajiban 28 40 8 16
3 Kewajiban dan gaya 11 15,7 17 34
4 Tidak Menjawab 0 0 2 4
Jumlah 70 100 50 100
Dari data pada tabel diatas menunjukkan bahwa para mahasiswi memakai
jilbab mengacu pada perkembangan model jilbab dewasa ini dengan menjawab
44,3% responden dari Fakultas Syariah dan Hukum dan 46% responden dari
Fakultas Sains dan Teknologi, sedangkan 40% responden dan 16% responden
menganggap jilbab itu sebagai suatu kewajiban tanpa memperhatikan
perkembangan model saat ini. Dan ada pula yang menjawab kedua-keduanya
yaitu melaksanakan kewajiban tetapi tidak mau ketinggalan zaman model jilbab
yaitu sebanyak 15, 7% responden dan 34% responden. Mereka yang mertjawab ini
beranggapan bahwa memakai jilbab tidak perlu takut dikatakan ketinggalan
zaman (norak), dengan memakai jilbabpun mereka masih bisa bergaya atau
83
mengikuti trend mode pada zaman sekarang tanpa harus meninggalkan kewajiban
berjilbab sebagai seorang muslimah.
Temyata dari kedua Fakultas perbedaannya sangat mencolok kalau dilihat
dari prosentasenya, kebanyakan mahasiswi yang berasal dari Fakultas Sains dan
Teknologi lebih mementingkan gaya dan mode agar selalu kelihatan stylis sebagai
mahasiswa, sedangkan mahasiswi dari Fakultas Syariah dan Hukum sama besar
baik dari gaya maupun melaksanakan kewajiban.
Tabel 12
Memakai Jilbab Di Luar Lingkungan Kampus
Distribusi Jawaban F. Syari'ah dan Hukum I F. Sains dan I No
n=70 Teknologi F -xl00% n n=50
F % F %
1 Ya 48 68,6 8 16
2 Kadang-kadang 18 25,7 14 28
3 Tidak 4 5,7 26 52
4 Tidak Menjawab 0 0 2 4
Jumlah 70 100 50 100
Melihat tabel diatas, responden yang memakai jilbab diluar lingkungan
kampus sebanyak 68,6% responden dari Fakultas Syariah dan Hukum dan 16%
rersponden dari Fakultas Sains dan Teknologi, yang kadang-kadang memakai
jilbab 25, 7% responden dari Fakultas Syariah dan Hukum dan 28% responden
dari Fakultas Sains dan Teknologi, sedangkan yang tidak memakai jilbab di luar
lingkungan kampus sebanyak 5,7% responden dari Fakultas Syariah dan Hukum
dan 52% responden dari Fakultas Sains dan Teknologi. Dengan demikian dapat
disimpulkan sebagian besar mahasiswi Universitas Islam Negeri :CUlN) S'ya'rif
Hidayatullah Jakarta ·memakai jil6ab hanya · menaati peraturan kampus saja.
Mereka berangg!lpan bahwa di luar lingkurigan kampus atau di ruinah, mereka
inempunyai kebebasan (hak) untuk tidak mengenakan jilbab.
Temyata mahasiswi yang tidak mengenakan jilbab pada saat di luar
lingkungan kampus atau di rumah, prosentasenya lebih besar (sangat mencolok)
ada di Fakultas Sains Dan Teknologi, dibandingkan dengan jumlah yang ada di
Fakultas Syariah Dan Hukum.
Berdasarkan tabel 11 dan 12 mengenai variabel life style mencakup
gaya jilbab dan memakai jilbab di luar lingkungan kampus, temyata para
responden memang memakai jilbab mengikuti trend mode zaman sekarang
sedangkan yang tidak mereka beranggapan bahwa jilbab tersebut busana kuno
(ketinggalan zaman) dan merupakan kewajiban semata sebagai seorang muslimah.
Dan untuk pemakaian jilbab di luar lingkungan kampus pada umunya menjawab
kadang-kadang. Ini berarti mahasiswi tersebut antara di kampus dan di rumah
kadang-kadang dipakai atau dilepas, dan untuk yang menjawab ya, yaitu mereka
memang menerapkan antara di kampus dan di rumah sama saja (tidak ada
perbedaan) dan untuk yang menjawab tidak yaitu mereka yang memakai jilbab
hanya di kampus saja (sebagai formalitas karena mematuhi peraturan kampus)
bukan di rumah.
Untuk selanjutnya memasuki variabel bebas tentang sosialisasi untuk
pihak kampus terhadap jilbab dimulai dari dari tabel 13 dan tabel 14. Apakah
pihak dari kampus berhasil dalam membuat peraturan dalam memakai jilbab atau
tidak?
85
Tabel 13
Komentar Responden Mengenai Diwajibkannya Jilbab Di Kampus
Distribusi Jawaban F. Syari'ah dan Hukum F. Sains dan No
n=70 Teknologi F -xl00% n n=50
F % F %
1 Setuju 59 84,3 27 54
2 Terserah 9 12,9 5 10
3 Tidak sama sekali 2 2,8 4 8
4 Tidak Menjawab 0 0 14 28
Jumlah 70 100 50 100
Berdasarkan Dari data diatas mengenai diwajibkannya jilbab di
kampus temyata responden hampir semua yang menjawab setuju yaitu sebanyak
84,3% responden dari Fakultas Syariah dan Hukum dan 54% responden dari
Fakultas Sains dan Teknologi dan yang menjawab terserah 12,9% dan 10%
responden. Sedangkan responden yang menjawab tidak setuju sama sekali 2,8%
dan 8% responden, sedangkan ada responden yang tidak menjawab sama sekali
dan jumlahnya cukup besar yaitu sebanyak 28% responden dan responden
tersebut berasal dari Fakultas Sains Dan Teknologi.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa para responden sudah
cukup setuju atas diwajibkannya jilbab sebagai pakaian kampus sehingga
peraturan yang mewajibkan jilbab di kampus Universitas Islam negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta ini dinyatakan berhasil oleh pihak kampus, sekalipun
ada yang masih tidak setuju sama sekali tentang peraturan ini.
87
Dan yang menjawab tidak tahu sebanyak 15,7% dan 18% responden dan yang
tidak menjawab sebanyak 4% responden yang berasal dari Fakultas Sains Dan
Teknologi.
Berdasarkan tabel 14 dan tabel 15 mengenai variabel bebas tentang
sosialisasi dari pihak kampus mencakup komentar para mahasiswi mengenai
jilbab sebagai pakaian kampus serta yang menetapkan jilbab sebagai pakaian
kampus, ternyata para mahasiswi setuju dan yang menjawab terserah lebih sedikit
dikarenakan mereka tidak peduli dan yang menetapkan j ilbab sebagai pakaian
kampus memang sudah ada peraturan dari kampusnya itu ditandai dengan masing
masing fakultas memiliki prosentase yang cukup besar namun jika dibandingkan
dengan Fakultas Syariah Dan Hukum, mahasiswi yang tidak tahu akan ketetapan
ini lebih banyak di Fakultas Sains Dan Teknologi, bisa diindikasikan mereka
memakai jilbab selain peraturan kampus, mereka ikut-ikutan.
Namun dibalik itu semua, mereka mempunyai pandangan sebagai
mahasiswi yang teladan harus menaati peraturan kampus. Mereka menyadari
bahwa sewajarnyalah kalau Universitas Islam itu ditandai dengan busana
muslimah yang dipakai setiap mahasiswinya. Namun dibalik itu semua tetap saja
ada yang beranggapan bahwa tidak selamanya jilbab menjadi standarisasi sebagai
seorang muslimah.
88
Tabel 15
Peran Dewan Dosen Dalam Mendukung Pelaksanaan Wajib Berjilbab
Distribusi Jawaban f. Syari'ah dan Hukum F. Sains dan Teknologi No
n=70 n=50 F -x!OO% n F % F %
1 Mendukung 64 91,4 30 60
2 Tidak 2 2,9 5 10
3 Tidak peduli 4 5,7 7 14
4 Tidak Menjawab 0 0 8 16
Jumlah 70 100 50 100
Dari data diatas menunjukkan bahwa para mahasiswi baik dari Fakultas
Syariah Dan Hukum maupun Fakultas Sains Dan Teknologi mengatakan bahwa,
dewan dosen sangat mendukung dalam pelaksanaan wajib berjilbab di kampus
Universitas Islam Negeri (VIN) Syarif Hidayatullah Jakarta ini. Dan yang
mendukung mencapai 91,4% responden dari Fakultas Syariah dan Hukum dan
60% responden dari Fakultas Sains dan Teknologi. Dan yang tidak hanya sedikit
yaitu 2,9% responden dan 10% responden. Sedangkan yang tidak peduli cukup
besar ada yang 5, 7% responden dan 14% responden dan yang tidak menjawab
jumlahnya lebih besar dibandingkan dengan responden yang menjawab tidak
peduli yaitu sebanyak 16% responden dari Fakultas Sains dan Teknologi.
Jika dilihat dari data tersebut, perbedaannya sangat jelas. Di fakultas
syariah dan Hukum hampir seluruh dewan dosen mendukung pelaksanan wajib
berjilbab, walaupun masing-masing fakultas memiliki prosentase yang cukup
besar, namun di fakultas sains dan teknologi masih saja ada dewan dosen yang
tidak peduli dengan pelaksanaan wajib berjilbab walaupun di Fakultas Syariah
89
Dan Hukum ada dewan dosen yang tidak peduli akan pelaksanan wajib berjilbab,
tetap saja prosentase yang terbesar dimiliki oleh Fakultas Sains Dan Teknologi.
Melalui data ini, maka dapat diambil kesimpulan bahwa sebagian besar
dewan dosen mendukung dengan peraturan wajib berjilbab, namun demikian
masih ada dosen di Fakultas Sains dan Teknologi yang tidak peduli dengan
pelaksaan wajib berjilbab.
Tabel 16
Sikap Dewan Dosen Dalam Menilai Kerapihan Memakai Jilbab
I I Distribusi Jawaban F. Svari'ah dan Hukum F. Sains dan I No I I I F
-xl00% n=70 1eKno10g1
n n = 50
F % F %
1 Selalu ada perhatian 25 35,7 12 24
2 Kadang-kadang 40 57,l 17 34
3 Tidak sama sekali 5 7,2 13 26
4 Tidak Menjawab 0 0 8 16
Jumlah 70 100 50 100
Berdasarkan data diatas menunjukkan bahwa St<iumlah 35, 7%
responden dan 24 % responden dari angket yang disebarkan kepada mahasiswi
mengatakan dewan dosen memberikan perhatian terhadap pemakaian jilbab di
Iingkungan kampus, kemudian 57,1% responden dan 34% responden yang
mengatakan dewan dosen kadang-kadang saja memperhatikan kerapihan jilbab
para mahasiswinya sedangkan dewan dosen yang tidak peduli akan kerapihan
jilbab mahasiswinya menjawab sebanyak 7,2% responden dan 26 % responden.
90
Dari kedua data tersebut, jawaban kadang-kadang memiliki prosentase
yang cukup besar dari masing-masing fakultas. Dewan dosen memperhatikan
kerapihan berpakaian mahasiswinya ketika dewan dosen sempat saja, tetapi jika
dewan dosen tidak sempat atau sedang sibuk dengan pekerjaannya, mereka tidak
diperhatikan. Karena dewan dosen beranggapan bahwa setiap mahasiswi sudah
dewasa, mereka tahu mana yang seharusnya dipatuhi dan mana yang seharusnya
mereka tinggalkan, tidak perlu setiap saat mahasiswinya harus ditegur.
Melalui data ini dapat diambil kesimpulan bahwa masih banyak
dewan dosen Fakultas Sains dan Teknologi yang masih tidak peduli dalam
pelaksanaan wajib berjilbab dan kerapihan dalam berjilbab dibandingkan dengan
dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang selalu mendukung wajib berjilbab dan
selalu memberikan perhatian akan kerapihan dalam berjilbab kepada
mahasiswinya.
91
B. ANALISIS DATA
Setelah melihat beberapa respon mahasiswi antara Fakultas
Syariah dan Hukum dengan Fakultas Sains dan Teknologi antara variabel_
terikat dan variabel bebas ternyata saling mempengaruhi satu sama lain,
yaitu antara mahasiswi, pihak kampus, dan para dewan dosen, mempunyai
peranan penting dalam mendukung pemakaian jilbab baik di lingkungan
kampus, rumah maupun di luar lingkungan kampus.
Pada dasarnya apabila dikaji dari data lapangan lebih dalam lagi
antara pengetahuan mahasiswi (tabel 1-3) mengenai memakai jilbab yang
tahu sangat besar yaitu mencapai 89, 16% responden sedangkan yang tidak tahu
dan yang tidak menjawab sebesar 3,33% responden. Dan yang
mengatakan wajib 80,83 % responden dan sunnah 15 % responden.
Disinilah yang sebetulnya (kurang paham) dalam mengartikan Hukum
mengenakan jilbab. Walaupun mahasiswi Fakultas Syariah Dan Hukum
berasal dari MA (Madrasah Aliyah) dan Pesantren yang bisa dikatakan
pengetahuan agamanya lebih tahu dibandingkan dengan Fakultas Sains
Dan Teknologi yang pada umumnya berasal dari sekolah umum namun
tetap saja ada beberapa responden dari Fakultas Syariah dan Hukum
yang mengatakan bahwa Hukum mengenakan jilbab itu sunnah.
Selanjutnya, bila dihubungkan dengan responden yang memakai
jilbab baik di dalam lingkungan kampus maupun di luar lingkungan kampus
(tabel 12) hanya menjawab 46,66% responden, hat ini sudah menunjukkan
bahwa peraturan yang mewajibkan memakai jilbab di kampus dinyatakan
belum cukup berhasil. Namun dibalik itu semua ada kecenderungan bahwa
93
2. Tujuannya memakai jilbab hanya sekedar gaya dan menaati peraturan
kampus, karena di dalam dirinya belum bisa menerapkan bahwa
jilbab merupakan suatu kewajiban sebagai seorang muslimah.
Selanjutnya faktor ekstemal antara lain:
t. Peran dewan dosen dalam pelaksanaan wajib jilbab, ternyata ada
responden yang mengatakan bahwa terdapat dewan dosen yang
tidak peduli akan pelaksanaan tersebut.
2. Sikap dewan dosen dalam menilai kerapihan memakai jilbab hanya
30,83% responden, ini disebabkan karena ada dewan dosen yang
masih kadang-kadang memperhatikan jilbab para mahasiswinya dan
adapula dosen yang masih tidak sama sekali memperhatikan ha!
tersebut.
Setelah melihat dari semua data diatas bahwa HO= temyata terdapat
perbedaan respon mahasiswi antara Fakultas Syariah Dan Hukum dengan Fakultas
Sains Dan Teknologi, yaitu ditandai dengan adanya jumlah respon mahasiswi
yang tidak memakai jilbab di luar lingkungan kampus adalah sebanyak 52%
responden dari Fakultas Sains Dan Teknologi berbeda dengan Fakultas Syariah
Dan Hukum jumlah mahasiswa yang tidak memakai jilbab di luar lingkungan
kampus lebih kecil yaitu hanya 5, 71 % responden. Terlihat bahwa respon
mahasiswi Fakultas Syariah Dan Hukum dalam mengenakan jilbab di luar
lingkungan kampus lebih besar dibandingkan dengan respon mahasiswi Fakultas
Sains Dan Teknologi, yang hanya memakai jilbab tidak lain karena mematuhi
peraturan kampus.
94
Hal ini bisa dinyatakan karena sebagaian besar mahasiswi di Fakultas
Sains Dan Teknologi berlatar belakang pendidikannya yaitu Sekolah Menengah
Umum (SMU) sehingga wajar jika mereka belum terbiasa memakaijilbab di luar
lingkungan kampus, berbeda dengan Fakultas Syariah Dan Hukum, walaupun ada
jumlah mahasiswi yang berlatar belakang Sekolah Menengah Umum (SMU)
cukup besar namun prosentase mahasiswi yang berlatar belakang Madrasah
Aliyah (MA) dan Pesantren juga cukup besar jika dibandingkan dengan Fakultas
Sains Dan Teknologi. Wajar jika mahasiswi yang berasal dari Fakultas Syariah
Dan Hukum sudah terbiasa memakai jilbab baik di lingkungan kampus maupun di
luar lingkungan kampus. Karena mereka sudah terbiasa memakaijilbab pada saat
mereka berada di Pesantren atau Madrasah Aliyah (MA).
96
agamanya relatif kurang dibandingkan dengan Fakultas Syariah Dan
Hukum yang memang sebagian dari mahasiswinya berlatar belakang MA
dan Pesantren. Banyak mahasiswi yang kadang-k~dang menggunakan
jilbab di luar lingkungan kampus bahkan masih ada mahasiswi yang tidak
mengenakan jilbab di luar lingkungan kampus khususnya mahasiswi yang
berasal dari Fakultas Sains Dan Teknologi. Hal ini dikarenakan karena
sebagian mahasiswi beranggapan bahwa mereka memakai jilbab hanya
sebatas peraturan kampus saja dan di luar kampus mereka mempunyai hak
untuk tidak mengenakanjilbab.
2. namun dibalik itu semua, ada satu hal yang paling tepat disimpulkan
dalam ha! ini yaitu walaupun hampir semua mahasiswi baik dari fakultas
syariah dan hukum maupun fakultas sains dan teknologi, sudah sangat
tahu akan anjuran agama islam tentang hukum mengenakan jilbab itu
wajib bagi seorang muslimah. Tapi tetap saja di luar lingkungan kampus
masih ada mahasiswi yang tidak mengenakan jilbab, hal ini disebabkan
karena tingkat keimanan dan ketakwaan serta pengetahuan agama para
mahasiswinya masih relatif kurang.
97
B. Saran-saran
Mengenai saran-saran diantaranya sebagai berikut:
1. Mengenai pera!uran memakai jilbab di Universitas Islam Negri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta seharusnya lebih ditegaskan
kembali kepada setiap mahasiswinya khususnya mahasiswi yang
berlatar belakang pendidikannya SMU (Sekolah Menengah Umum)
sebelum kuliah.
2. Untuk dewan dosen agar lebih peduli dalam memberikan perhatian
terhadap mahasiswinya tentang penggunaan j ilbab dan kerapihannya di
kampus ini.
3. Untuk pemakaian jilbab serta pakaiannya harus lebih dikontrol
lagi dan ditingkatkan kembali agar mahasiswi-mahasiswinya bisa
berpakaian lebih rapi dan sopan sesuai dengan kode etik yang berlaku di
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
DAFT AR PUST AKA
Ad. Dieb, Ahmad. Mahmud, Wanita !tu Aurat: Debat Hangat Seputar Hijab Dan Cadar, Jakarta:CV. Cendekia Sentra Muslim, 2002
Ahmadi, Abu, Psikologi Be/ajar, Jakarta: Rineka Cipta, 1992
Al-Asymawi, Muhammad. Said, Kritik Atas Jilbab, Jakarta: PT. Jaringan Islam Liberal dan The Asia Foundation, 2003
Al-Jamal, Ibrahim. Muhammad, Fiqih lvfuslimah: Ibadat- iV!u'amalat, Jakarta: Pustaka Amani, 1999.
Al-Qur' an Dan Te1jernahannya, Proyek Pengadaan Kitab Suci Al-Qur'an, Departemen Agama Republik Indonesia, Pelita II 197711978, PT. Bumi Restu
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis, Bina Aksara: 1985
Brosur Penerimaan Mahasiswa Barn Fakultas Sains Dan Teknologi Talmn 2007
Dagun, Save. D, Kamus Besar Jlmu Pengetahuan, Jakarta: Lembaga Pengkajian Dan Kebudayaan Nusantara, 1997
Effendi, Onong. Uchana, I/mu Komunikasi : Teori Dan Praktek, Bandung: PT. Rosdakarya, 1999
Engineer, Asghar. Ali, Pembebasan Perempuan, Y ogyakarta: LKIS, 1999
Faisal. S., Dasar Dan Tehknik Penyusunan Angket, Surabaya: Usaha Nasional, 1981
Guincli, Faclwa El, JILBAB Antara Kesalehan, Kesopanan, Dan Perlawanan, Jakarta: Serambi Ilmu Semesta 2003
Gulo, W., 1\1etodologi Pene/itian, Jakarta: Grasinclo, 2002
Hadi Sutrisno, Metodologi Research, Yogyakarta: Andi Offset, 1989
Hafidhuddin Didin .Drs. K.H., M.Sc., Dakwah Aktual, Jakarta: Gema Insani Press, 1998
88
Hasan, Khali. Ramadhan, Sebab-Sebab Keselamatan dan Kebinasaan Wanita, Jakaiia: Pustaka Al-Kautsar, 2003
http://fst.uinjkt.ac.id
Masuroh, "Respon Jamaah lvlajelis Taklim At-Taubah Kelurahan Rangkepan Jaya Pancoran Mas Depok Terhadap Penggunaan Humor Dalam Ceramah Ustadz Zen Rafiq Fachruddin". Skripsi SI Fakultas Dakwah Dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri (UIN) SyarifHidayatullah Jakarta, 2006
Musto fa, Adib. Bisri, Te1jemahan Shohih lvfuslim, Semaraug: CV. Asy-Syifa', 1993.
Pedoman AKADEMIK, Tahun 2003/2004 UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
_________ , Fakultas Syariah Dan Hukum, Tahun Akademik 2005/2006, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Poerwadinata, Psikologi Komunikasi, Jakai·ta: Universitas Terbuka, 1999
Prasetyo, Bambang dan Jannah, Lina. Miftalrnl., lvletode Penelitian Kuantitatif Teori Dan Aplikasi, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006
Rakhmat, Jalaluddin, Psikologi Komunikasi, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1999
Salim, Peter dan Salim, Yenny, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, Jakarta: English Modern Press, 1991
Setiawan, Bambang Dan Muntaha, Ahmad, Metode Penelitian Komunikasi, Jakarta: Universitas Terbuka, 2004
Shahab, Husein, Jilbab 1Vfenurut Al-Qur'cm Dan As-Sunnah, Bandung: Mizan, 1988
Shidqy, Ni'mat Pamer Aurat At-Tabaruj, Jakarta: Granada Nadia, 1994
Shihab, M. Quraish, Dr WAWASAN Al-Qur 'an, Tafsir 1Vfaudhu 'i Atas Pelbagai Persoalan Umat. Bandung: Mizan, 1996
Subandi, Ahmad, Ilmu Dakwah Kearah 1Vfetodologi Bandung: Yayasan Syahida, 1995
Sucljud, Aswarni, dan Arikunto, Dr. Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta, 1993
89
Sugiyono, Prof. DR, Statistika UntukPenelitian, Bandung: CV. Alfabeta, 2005
Surahmad, Winarno, Dasar-Dasar Tehknik Penelitian, Bandung: CV. "Tarsita, 1989
Surtiretna, Nina, Anggun Berjilbab. Bandung: Mizan, 1995
Syuqqah, Abdul. Halim. Abu, Busana Dan Perhiasan Wanita Menurut AlQur 'an Dan Hadist, Bandung: Mizan, 1998
-----------' Kebebasan Wanita Jilid 4, Jakarta: Gema Insani Press, 1997.
Taimiyah, Syaikh. Ibnu dkk., Jilbab Dan Cadar Dal am Al-Qur 'an Dan AsSunnah, Jakarta: Pedoman Ilmu J aya, 1994
Umar, Nasaruddin, Antropologi Jilbab, Ulumul Qur'an, VI, s, 1996
Winarmi, Komunikasi lviassa, Malang: UMM. Press, 2003
Yadi, Mulhandy Ibn. Haj. Kusuma dan Taufik, Amir, 61 Tanya Jawab Tentang Jilbab Yogyakarta: Penerbit Semesta. 2003
90
KODE ETIK MAHASISW A
KEPUTUSAN REKTOR UIN SY ARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
NOM.OR: 073 A. TAHUN 2002
TENT ANG
KODE ETIK MAHASISWA
UIN SY ARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
REKTOR UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Menimbang:
I. Bahwa untuk memberikan dasar, arah dan bimbingan bagi sikap dan perilaku
Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta agar sesuai dengan spirit ajaran
Islam dan budaya Indonesia, dipandang perlu mengatur kode etik mahasiswa;
2. Bahwa untuk menerbitkan ketentuan dimaksud perlu dilakukan melalui
keputusan Rektor
Mengingat:
1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
2. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 1999 Tentang Pendidikan Tinggi
3. Keputusan Menteri Agama RI Nomor 386 Tahun 1993 Tentang Organisasi
dan Tata Ke1ja IAIN Jakarta
4. Keputusan Menteri Agama RI Nomor 400 Tahun 1993 Tentang Statute IAIN
SyarifHidayatullah Jakarta
Memperhatikan : Hasil keputusan rapat Sena! UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
tanggal 30 Mei 2002
MEMUTUSKAN
Menetapkan: KEPUTUSAN REKTOR UIN SY ARIF HIDAY ATULLAH
JAKARTA TENTANG KODE ETIK MAHASISWA UIN
SYARIFHIDAYATULLAH JAKARTA
Pertama:
Mencabut keputusan Rektor VIN syarif hidayatullah Jakarta nomor 20
tahun 1980 tentang tertib pakaian mahasiswa UIN SyarifHidayatullah Jakarta
Kedua:
Menetapkan ketentuan kode etik mahasiswa UIN Syarif hidayatullah
Jakarta sebagaimana terdapat lampiran keputusan ini, dan sekaligus mengganti
keputusan Rektor dimaksud dictum pertama.
Ketiga:
Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan
segala sesuatu akan diubah dan diperbaiki sebagaimana mestinya apabila
dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini.
KEPUTUSAN REKTOR UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
NOMOR 073 A TAHUN 2002 TENTANG KODE ETIK MAHASISWA UIN
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
BABI
KETENTUAN UMUM
Pasal I
Dalam kode etik mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini, yang dimaksud
dengan:
a. Kode etik adalah aturan yang mengatur sikap, perkataan, perbuatan dan
pakaian mahasiswa UIN SyarifHidayatullah Jakarta
b. Mahasiswa UIN Syarif Hidayatultah Jakarta adalah anggota masyarakat yang
terdaftar sebagai peserta didik dan sedang mengikuti proses pendidikan di
UIN Syarif Hidayatultah Jakarta
c. Rektor adalah pimpinan tertinggi UIN SyarifHidayatultah Jakarta
d. Pimpinan UIN Syarif Hidayatultah Jakarta terdiri dari Rektor, Pembantu
Rektor I, Pembantu Rektor II, Pembantu Rektor III, dan Pembantu Rektor IV
e. Pimpinan fakultas adalah pimpinan tertinggi di fakultas yang terdiri dari
Dekan, Pembantu Dekan I, Pembantu Dekan II, dan Pembantu Dekan Ill.
f. Pelanggaran kode etik adalah setiap sikap, perkataan, perbuatan, dan pakaian
yang bertentangan dengan kode etik mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, yang diketahui pada saat atau setelah melakukan berdasarkan taporan
dan atau pengaduan keluarga besar UIN Syarif Hidayatultah Jakarta atau
masyarakat.
g. Proses pemeriksaan adalah usaha yang dilakukan dalam rangka mencari dan
menemukan bukti-bukti, keterangan dan informasi tentang ada atau tidaknya
pelanggaran terhadap kode etik mahasiswa UIN SyarifHidayatullah Jakarta.
h. Tindakan disiplin adalah tindakan yang dikenakan kepada mahasiswa UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta yang dilakukan oleh kepala dan satuan pengaman,
dosen atau karyawan terkait.
i. Sanksi adalah suatu konsekuensi yang mempunyai fungsi agar kode etik
ditaati dan atau sebagai akibat hukum atas pelanggaran kode etik yang
ditakukan oleh mahasiswa.
J. Pembelaan adalah upaya mahasiswa untuk mengajukan alasan-alasan dan atau
sanksi-sanksi yang meringankan dan atau membebaskannya dari sanksi,
karena dinyatakan melakukan pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan yang
berlaku di lingkungan UIN SyarifHidayatullah Jakarta
k. Keberatan adalah upaya terakhir terhadap keputusan sanksi yang dikenakan
oleh Dekan atau Rektor.
I. Rehabilitasi adalah pemulihan nama baik mahasiswa yang terkena tuduhan
melanggar peraturan kode etik ini atau telah dijatuhi hukuman/ sanksi, tetapi
dalam pembelaan ternyata yang bersangkutan terbukti tidak bersalah I
melanggar.
BAB II
MAKSUD DAN TUJUAN
Pasal 2
Maksud diadakannyia kode etik mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
adalah untuk:
a. Menegakkan dan menjunjung tinggi ajaran isl am
b. Menanamkan sikap akhlak mulia dalam kehidupan mahasiswa
c. Memberikan Iandasan dan arahan kepada mahasiswa dalam bersikap, berkata,
dan berbuat selama studi U!N SyarifHidayatullah.
Pasal 3
Tujuan diadakannya kode etik mahasiswa UIN SyarifHidayatullah Jakarta adalah
a. Terciptanya suasana yang kondusif bagi berlangsungnya proses belajar
mengajar di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
b. Terpeliharanya harkat dan martabat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai
perguruan tinggi islam
c. Menjadikan sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakart~ sebagai sarjana muslim
yang berakhlak mulia.
BAB III
JENIS TINDAKAN DISIPLIN DAN SANKSI
PASAL4
Jenis tindakan yang dapat diterapkan pada setiap pelanggaran kode etik terdiri
atas:
a. Tidak boleh mengikuti kegiatan akademik
b. Tidak berhak memperoleh/ mendapatkan pelayanan administrasi akademik
Pasal 5
Jenis sanksi yang dapat diterapkan dalam kode etik ini terdiri atas:
a. Membayar ganti rugi untuk sebagian atau seluruhnya terhadap akibat yang
ditimbulkan dari pelanggaran kode etik ini.
b. Larangan mengikuti semua kegiatan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta untuk
jangka waktu tertentu/ skorsing
c. Diberhentikannya dengan hormat sebagai mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
d. Diberhentikannya dengan tidak hormat sebagai mahasiswa UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
BABIV
PELAKSANAAN TINDAKAN DISIPLIN
Pasal 6
Busana Mahasiswa
Busana perkuliahan, acara-acara resmi dan masuk kantor bagi mahasiswa UIN
SyarifHidayatullah Jakarta adalah sebagai berikut:
a. Berpakaian sopan dan rapi tidak diperkenankan memakai kaos oblong, celana
atau baju yang sobek.
b. Bersepatu
c. Mahasiswa tidak dibenarkan berambut panjang (rambut harus rapi) dan tidak
boleh memakai assesoris perempuan, seperti kalung atau anting-anting
d. Mahasiswi hams mengenakan busana muslimah
e. Untuk acara-acara resmi mengenakan jaket almamater
Pasal 7
Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tidak dibenarkan melakukan
perbuatan yang dapat mengganggu proses belajar mengajar dan ketertiban
kampus.
Pasal 8
1. Mahasiswa/ I yang melakukan pelanggaran terhadap ketentuan sesuai dengan
bunyi pasal 6 dan atau pasal 7 di alas dikenakan tindakan disiplin sebagaimana
yang diatur dalam pasal 4
2. Pemberian tindakan disiplin dilakukan oleh kepala atau anggota satuan
pengaman, dosen atau karyawan terkait.
BABY
JENIS PELANGGARAN
Pasal 9
Setiap mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tidak dibenarkan
melakukan perbuatan sebagaimana disebut dibawah ini baik di lingkungan
maupun di luar lingkungan kampus:
a. Berkata dan/ atau berbuat yang amoral
b. Berkelahi
c. Melakukan perusakan
d. Beijudi
e. Membawa dan menggunakan senjata dengan tujuan mengancam jiwa orang
lain.
f. Memiliki, membawa, menyimpan, menyebarkan, memperdagangkan dan atau
mempergunakan NAZA atau obat-obatan terlarang lainnya untuk diri sendiri
atau orang di luar tujuan pengobatan
g. Melakukan penipuan
h. Memalsukan sesuatu untuk memperoleh keuntungan, misalnya memalsukan
tanda tangan, nilai, plagiat, dan sejenisnya.
i. Melakukan pencurian.
j. Membawa atau menggunakan bahan peledak
k. Melakukan zina
I. Membunuh
m. Mengganggu ketentraman dan ketertiban umum
n. Perbuatan-perbuatan pidana yang lain yang dilarang oleh peraturan
perundang-undangan yang berlaku di Indonesia dan terbukti dilakukan dengan
putusan pengadilan.
BAB VI
BENTUK-BENTUK SANKSI
Pasal 10
Sanksi Terhadap Pelanggaran
Pelanggaran terhadap ketentuan pasal 9 akan dikenakan sanksi sesuai
dengan tingkat pelanggaran yang dilakukan, dengan rincian sebagaimana diatur
dalam pasal-pasal selanjutnya.
Pasal 11
Berkata Dan Berbuat Amoral
Pelanggaran terhadap ketentuan pasal 9 huruf a dikenakan sanksi berupa
teguran secara lisan dan atau tertulis.
Pasal 12
Berkelahi
Pelanggaran terhadap pasal 9 huruf b dikenakan sanksi sebagaimana
ketentuan pasal 5 hurufb selamajangka waktu maksimal satu (I) semester
Pasal 13
Melakukan Perusakan
Pelanggaran terhadap ketentuan pasal 9 huruf c dikenakan sanksi
sebagaimana ketentuan pasal 5 huruf a
Pasal 14
Berjudi
I. Pelanggaran terhadap ketentuan pasal 9 huruf d dikenakan sanksi sepagaimana
ketentuan pasal 5 hurufb selamajangka waktu maksimal satu (I) semester
2. Perbuatan yang dimaksud dalam ketentuan pasal 9 huruf d akan ditangani
setelah ada laporan dan atau aduan dari pihak yang berwajib dan atau pihak
manapun yang disampaikan kepada pimpinan UIN atau fakultas terkait.
Pasal 15
Membawa Dan Atau Menggunakan Senjata
Dengan Tujnan Mengancam.
Pelanggaran terhadap ketentuan pasal 9 huruf e dikenakan sanksi sesuai
ketentuan pasal 5 hurufb maksimal satu (I) semester
Pasal 16
NAZA Dan Atau Ob at Terlarang
I. Pelanggaran terhadap ketentuan pasal 9 huruf f dikenakan sanksi sebagi
berikut:
a. Pemakai dikenakan sanksi skorsing maksimal 2 semester
b. Pengedar dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan pasal 5 huruf d
3. Pimpinan fakultas yang bersangkutan mengajukan usulan pemberian
sanksi kepada Rektor terhadap mahasiswa yang melakukan perbuatan
sesuai dengan ketentuan pasal 9 huruf f
Pasal 17
Melakukau Peuipuau
I. Pelanggaran terhadap ketentual). pasal 9 huruf g dikenakan sanksi sesuai
dengan ketentuan pasal 5 butir b maksimal dua semester dan atau membayar
ganti rugi sebagai akibat kerugian yang ditibulkan.
2. Perbuatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 huruf n akan ditangani
apabila ada laporan dan atau aduan dari pihak berwajib dan atau pihak
manapun yang disampaikan kepada pimpinan UIN atau fakultas terkait
Pasal 18
Pemalsuan
Pelanggaran terhadap ketentuan pasal 9 huruf h dikenakan sanksi sesuai
dengan ketentuan pasal 5 hurufb maksimal dua (2) semester
Pasal 19
Meucuri
Pelanggaran terhadap ketentuan pasal 9 huruf I dikenakan sanksi sesuai
dengan pasal 5 hurufb maksimal dua (2) semester
Pasal 20
Bahan Peledak
Pelanggaran terhadap ketentuan pasal 9 huruf j dikenakan sanksi sesuai
dengan pasal 5 hurufb maksimal dua (2)
Pasal 21
Melakukan Zina
I . Pelanggaran terhadap ketentuan pasal 9 huruf k dikenakan sanksi sesuai
dengan pasal 5 huruf d
b. Dilakukannya serangkaian pengujian terhadap bukti-bukti atau sanksi
sanksi yang diajukan
c. Kepada mahasiswa bersangkutan diberi hak untuk membela diri
sebagaimana diatur tersendiri dalam bab pembelaan.
d. Sanksi baru dapat dijatuhkan apabila mahasiswa bersangkutan tidak mampu
mengajukan alasan-alasan, bukti-bukti dan atau sanksi-sanksi yang kuat
dalam pembelaannya. Sanksi dijatuhkan oleh pejabat yang berwenang
sesuai dengan jenis dan tingkat pelanggaran yang dilakukan.
2. Penjatuhan sanksi dapat diterbitkan oleh Dekan atau Rektor setelah
memperhatikan rekomendasi dari tim khusus pelanggaran yang dimaksud.
BABVTII
PEMBELAAN
Pasal 25
I. Mahasiswa yang diduga melanggar kode etik ini dapat mengajukan pembelaan
dengan alasan-alasan, bukti-bukti, dan atau sanksi-sanksi yang meringankan
atau membebaskannya dari sanksi.
2. Di dalam pembelaannya, mahasiswa yang bersangkutan dapat meminta
bantuan hukum dari pihak manapun dan atau pembelaan dari badan
perwakilan mahasiswa dari fakultas yang terkait.
BABIX
KEBERATAN
Pasal 26
I. Mahasiswa yang terkena sanksi sebagaimana yang tercantum dalam pasal 5
butir b dapat mengajukan keberatan kepada pimpinan fakultas melalui
pembantu Dekan III, bidang kemahasiswaan.
2. Mahasiswa yang terkena sanksi sebagaimana yang tercatum dalam pasal 5
butir c dan d dapat mengajukan keberatan kepada Rektor melalui pembantu
Rektor III, bidang kemahasiswaan.
3. Keberatan sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (!) dan (2) harus diajukan
secara tertulis oleh mahasiswa yang bersangkutan dalam jangka waktu I 0
(sepuluh) hari kerja diterimanya surat keputusan.
4. Dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari kerja sejak menerima keberatan
seperti yang dimaksud dalam ayat (!) dan (2) di atas Rektor/ Dekan harus
memberikan jawaban tertulis kepada mahasiswa yang bersangkutan.
5. Apabila dalam jangka waktu sebagaimana ditentukan dalam ayat ( 4) tidak
memperoleh jawaban dari Rektor/ Dekan, maka pengajuan keberatan dianggap
tidak dikabulkan.
6. Apabila ditemukan bukti-bukti setelah jawaban keberatan Rektor, dapat
diajukan peninjauan kembali terhadap sanksi yang dijatuhkan.
BABX
REHABILITASI
Pasal 27
Rehabilitasi atau pemulihan nama baik diberikan apabila:
I. Mahasiswa yang terkena tuduhan melanggar peraturan kode etik ini namun
dalam proses pemeriksaan temyata terbukti tidak bersalah atau tidak
melanggar, seperti yang dituduhkan.
2. Mahasiswa yang terkena tuduhan melanggar peraturan kode etik ini namun
dalam proses pembelaannya di depan pimpinan, temyata tidak bersalah atau
tidak melanggar seperti yang dituduhkan.
3. Mahasiswa yang telah dijatuhi hukuman/ sanksi namun dikemudian hari
ditemukan bukti-bukti yang sah dan atau sanksi-sanksi yang kuat yang
menyatakan bahwa yang bersangkutan tidak bersalah atau tidak melanggar
seperti yang dituduhkan;
BAB XI
PENUTUP
Pasal 28
Dengan berlakunya keputusan Rektor ini, maka semua ketentuan yang
berkaitan dengan pedoman sikap, perilaku dan perbuatan mahasiswa UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta dianggap tidak berlaku lagi.
DEPARTEMEN AGAMA RI ' UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FAKULTAS SYARl'AH DAN HUKUM
.Juanda No.95 Cip_~~tat .Jakarty1 15412 Tclp. (62-21) 74711537 Fax. (62-21) 7491821
Website: \V\V\v.uinjkt.ac.id. Ernail: syar [email protected]
SURAT I<ETERANGAN No.Ft.43/KM.00.02/ 29r'f / 2007
Yang bertanda tangan dibawah ini Dekan Fakultas Syari'ah & Hukum UIN Syarif layatullah Jakakarta, menerangkan bahwa :'
11pa t /Tgl Lahir
Induk
1ester
tsun/ Konsentrasi
mat
)/Hp
~ranga11
: Lola Rizkia Nur
: Tangerang, 13 Januari 1985
:103051028625
: VIII
: Kornunikasi Penyiaran Islam ( KPI )
: JI. Hidup Baru Rt.07 /001 No.8 Ciputat 15414
: 021 - 74635348, 085210797865
: Bonar yang bersangkutan tclah rnelaksanakan penelitian di Fakultas Syari'ah dan Hukurn U!N Jakarta pada Bulan AprilJuni 2007 untuk bahan penulisan skripsi berjudul: Respon Mahasiswa UJN Terhadap Penggunaan Jilbab Sebagai Pakaian Karnpus ( Studi Komparasi Mahasiswa Fakultas Syari'ah dan Hukurn dengan Fakultas Sains dan Teknologi ).
)ernikianlah keterangan ini karni buat dengan sesungguhnya agar dapat rgunakan dirnana perlu.
Jakarta, 16 Agusus 2007
~ ~
DEP ARTEMEN A GAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SY ARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FAKULTAS DAKV\IAH DAN KOMUNIKASI
Jin. Ir. H. Juanda No. 95 Ciputat 15412 Telepon : 7432728
Nomor: lamp Hal
Ft 51/KM.04/ 2.1;1 /IV/2007 1 ( satu) bundel Bimbingan Skripsi
Ke pad a Yth. Dr. Umaimah Wahid, M.Si
Jakarta, JI. April 2007
Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Bersama ini kami kirimkan kepada lbu sebuah Out line skripsi yang diajukan oleh mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai berikut,
Nama Nomor Pokok
Jurusan /Semester Program Judul Skripsi
Lola Rizkila Nur 103051028625 Kcmunik:'lsi Penyiaran Islam ( KPI ) I VIII S1 Respon Mahasiswa UIN tentang Jilbab sebagai Pakaian Kampus (Studi Komparasi Mahasiswa Fakultas Syari'ah & Hukum dan Fakultas Sains dan Teknologi.
Penuh harapan kami kiranya lbu bersedia untuk membimbing mahasiswa tersebut dalam penyusunan dan penyelesaian skripsinya dalam waktu yang tidak terlalu lama.
Alas perhatian dan kesediaan lbu kami sampaikan terima kasih.
Wassalamu'a/aikum Wr. Wb.
Tembusan : 1. Pembantu Dekan Bidang Akademk 2. Ketua Jurusan KPI Fakultas Dakwah dan Komunikasi
DEP ARTE1\1EN AG AMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SY ARIF HIDA YATULLAH JAKARTA. FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
. Ir. H. Juanda No. 95Ciputat15412
nor : Ft 51/KM 04/ Jt:Z. N/2007 ip 1 (satu bundel)
Penelitian/Wawancara
Kepada Yth.
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Telepon : 7 432728
Jakarta, JO Mei 2007
Def:an Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menerangkan bahwa mahasiswa di bawah ini,
Nama Nomor Pokok Jurusan /Semester Program
Lola Rizkila Nur 103051028625 Komunikasi Penyiaran Islam ( KPI) I VIII S1
bermaksud melaksanakan penelitian untuk bahan penulisan skripsi yang berjudul Respon Mahasiswa UIN terhadap Penggunaan Jilbab sebagai Pakaian Kampus (Studi Komparasi Mahasiswa Fakultas Syari'ah dan Hukum dengan Fakultas Sains dan Teknologi).
Untuk melengkapi data yang berkaitan dengan judul skripsi di alas, karni memohon kepada Bapak/lbu/Saudara kiranya dapat menerima/membantu mahasiswa kami tersebut dalam pelaksanaan penelitian/wawancara.
Alas perhatian, perkenan dan kerjasama Bapak/lbu/Sudara kami ucapkan terima kasih. ·
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
iusan : rnbantu Dekan I tua Jurusan KPI ltas Dakwah dan Komunikasi
I. Petunjuk Pengisian Instrnmen:
l. Sebelum saudari menjawab, pahami terlebih dahulu pertanyaan dengan
baik dan benar.
2. Dimohon untuk menjawab dengan sejujur-jujumya.
3. Kategori responden adalah Mahasiswi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta Fakultas Syariah dan Hukum dengan Fakultas Sains
dan Teknologi.
II. Data Responden:
1. Nama Lengkap: ......................................................................................... .
2. Umur: ....................................................................................................... .
3. Fak/ Jur/ Smstr: ......................................................................................... .
DAFTAR PERT ANY AAN
A. DATA MAHASISWI
I. Berapa lama Anda kuliah di UIN?
........... hari/minggu/bulan/tahun (coret yang tidak perlu)
2. Dari mana Anda mengetahui adanya UIN?
a. Keluarga b. Teman c. Saudara
d. Media Massa (Televisi, Radio, Koran, Majalah)
e. Iklan f. Pamflet h. Lainnya, ................... .
3. Apakah Anda merasa puas kuliah di U1N dengan Peraturan harus
mengenakan jilbab?
a. Puas dan senang sekali, alasannya .......................................... ..
································································································· b. Puas dan senang, alasannya ..................................................... .
································································································· c. Biasa, a]asannya ...................................................................... .
································································································· d. Tidak Puas dan Ku rang Senang, alasannya .............................. .
............................................................................................... u
e. Tidak Puas Sekali dan Tidak Senang Sekali, alasannya ............ .
·································································································
4. Menurut Anda apa kelebihan dari UIN? •.....................•........•....•..........
............................................................................................................ 5. Menurut Anda apa kekurangan dari UIN? ....•................•.....................
............................................................................................................. 6. Puas dan senangkah Anda dengan adanya peraturan di UIN, semua
mahasiswi harus mengenakanjilbab?
a. Pu as dan senang sekali, alasannya ............................................... .
b. Puas dan senang, alasannya ......................................................... .
c. Biasa, alasannya ......................................................................... ..
d. Tidak Puas dan Kurang Senang, alasannya .................................. .
e. Tidak Puas Seka Ii dan Tidak Senang Seka Ii, alasannya ................ .
7. Apakah anda setuju dengan adanya peraturan di UIN ini yaitu semua
mahasiswi harus (wajib) mengenakanjilbab?
a. Setuju dan senang sekali, alasannya ......................................... .
b. Setuju, alasannya ..................................................................... .
................................................................................................. c. B iasa, alasannya ...................................................................... .
................................................................................................. d. Tidak Setuju dan Kurang Senang, alasannya ............................ .
································································································· e. Tidak Setuju Sekali dan Tidak Senang Sekali, alasannya ......... .
Angket Pertanyaan
"RESPON MAHASISWI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIFIIlDAYATULLAHJAKARTATENTANGPENGGUNAAN
JILBAB SEBAGAI PAKAIAN KAMPUS" (Studi Komparasi Antara
Fakultas Syariah Dan Hukum Deugan Faknltas Sains Dan Teknologi)
Petunjuk Pengisian Angket
• Berikut ini adalah sejumlah pertanyaan untuk anda jawab
• Saya mengharap anda untuk menjawab pertanyaan tersebut dengan sebenar
benarnya karena kejujuran anda dapat membantu kami dalam mengumpulkan
data yang sebenarnya dalam penelitian ini.
• Anda cukup memberi tanda silang (X) pada salah satu jawaban yang telah
kami sediakan sesuai dengan kenyataan yang anda rasakan !
• Angket ini hanya untuk kepentingan ilmiah dan jawaban responden akan saya
jamin kerahasiaannya dengan sebaik-baiknya.
• Tidak lupa saya mengucapkan terima kasih banyak atas kesediaan anda dalam
mengisi angket ini.
Nama
Semester
Lama menjadi mahasiswi di kampus ini
Fakultas dan Jurusan
I. Apa latar belakang pendidikan saudari sebelum kuliah?
A.SMA B.MAN C. Pesantren
2. Apakah anda tahu bahwa Islam menganjurkan perempuan untuk berjilbab?
A. Sangat Tahu B. Tahu C. Tidak Tahu
. 3 .. Apakah menurut anda hukum mem!lkaijilbab itu?
A. Wajib B. Sunnah C. Tidak tahu
4. Sudah berapa lama anda memakaijilbab?
A. ?:2 Tahun B. 1-2 Tahun C. $1 Tahun
5. Apakah and a merasa nyaman (tidak merasa risih) pada saat memakai jilbab?
A.Nyaman B. Biasa Saja C. Risih
6. Apakah anda merasa nyaman (tidak merasa gerah) pada saat memakaijilbab?
A. Ya B. Kadang-Kadang C. Gerah
7. Apa perasaan anda ketika berjalan memakaijilbab?
A. Terlindungi B. Biasa Saja C. Tidak
8. Apa anda merasa lebih cantik ketika memakai jilbab?
A. Cantik B. Biasa saja C. Jelek
9. Apa tujuan anda memakaijilbab?
A. Menutup aurat B. Peraturan Kampus C. Bergaya
I 0. Siapa yang menyuruh memakai jilbab?
A. Diri Sendiri B. Orang Tua C. Kampus
11. Apakah and a memakai j ilbab karena mengikuti gay a j ilbab sekarang?
A. Gaya B.Kewajiban C. Gaya&Kewajiban
12. Apakah anda diluar lingkungan kampus juga (tetap) memakai jilbab?
A. Ya B. Tidak C. Kadang-Kadang
13. Apakah anda setujujikajilbab diwajibkan di kampus?
A. Setuju B. Terserah C. Tidak sama sekali
14. Siapa yang mewajibkan berjilbab sebagai pakaian wajib kampus?
A. Sudah Peraturan B. Rektor C. Tidak tahu
15. Bagaimana sikap dewan dosen dalam menilai kerapihan memakai jilbab?
A. Selalu Ada Perhatian B. Kadang-Kadang C. Tidak Sama Sekali
16. Apakah dewan dosen ikut mendukung dalam pelaksanaan wajib berjilbab?
A. Mendukung B. Tidak C. Tidak peduli
tu )
Nggal< selamanya kemeja dipakai buat
atasan, bisa juga diikat di pinggang sebagai
pemanis
'•:$ ''-~ (,:.' :;j/
I ny k y 1 nggak ya? Bisa banget, yang penting kita tahu khusus untuk selalu tampil beda dengan baju ig sama. Biar penampilan kita dengan baju itu tk selalu sama di setiap kesempatan, makanya harus kreatif menampilkan gaya yang sesuai
LJnt! Jk h~il I {,-it,.,_ ;,.....:
...;__.
;~
Asyik juga jika dipadukan blazer warna senada \
i
11;2. - -.1~i.Nl·.S e1 ·ryp·r,..:, - f'('!l11r.~ ... ,,i,,. l.lY•~ le- Y"chmal:. '>,1'F'.'\E"' "'I fYi•F" - \•:.Lia·· ...,,,,,.-.n ~.,,i1h .... r Yad1n.ak
Western style, nggak selamany;
harus ala koboi kan?
·f'l Kombinasikan
Kemeja digulung sampai siku, pasti
seru!
dengan tanktop sebagai dalaman
Jilbab bisa juga jadi aksen pemanis
kemeja yang sobat kenakan
1 •Model: Diana• Susana: Jolie, Ji. Bangka Raya No. 103 (021) 719 6313.
~~ CfJoti Ada banyak cara untuk bisa tampil
Jirly nan kasual, baju ber-frill dengan
aksen pita ala baby doll bisa dijadi-
kan alternatif.
-· : ~ :¢' •-: , '
;
. i