skripsi fathiah husain 130100076
TRANSCRIPT
Universitas Sumatera Utara
SKRIPSI
PREVALENSI TINDAKAN ANGIOGRAFI KORONER DAN INTERVENSI
KORONER PERKUTAN DI PUSAT JANTUNG TERPADU RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN PERIODE JANUARI SAMPAI DENGAN
DESEMBER 2015
Oleh : FATHIAH HUSAIN
130100076
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
M E D A N 2016
Universitas Sumatera Utara
PREVALENSI TINDAKAN ANGIOGRAFI KORONER DAN INTERVENSI KORONER PERKUTAN DI PUSAT JANTUNG TERPADU RSUP HAJI
ADAM MALIK MEDAN PERIODE JANUARI SAMPAI DENGAN DESEMBER 2015
SKRIPSI
Skripsi Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Kelulusan Sarjana
Kedokteran
Oleh : FATHIAH HUSAIN
130100076
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
M E D A N 2016
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Penyakit kardiovaskuler merupakan penyebab kematian pertama di dunia. Pada tahun 2012 lebih dari tujuh juta orang meninggal dunia akibat penyakit jantung koroner di seluruh dunia. Secara garis besar tindakan percutaneous yang dilakukan pada penderita penyakit jantung koroner adalah Angiografi Koroner dan Intervensi Koroner Perkutan (IKP). Angiografi koroner adalah tindakan diagnostik, sedangkan IKP adalah tindakan Intervensi. RSUP H.Adam Malik Medan merupakan salah satu rumah sakit yang memiliki fasilitas ruang kateterisasi jantung di Sumatera Utara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi angiografi koroner dan IKP di Pusat Jantung Terpadu RSUP H.Adam Malik Medan periode Januari sampai dengan Desember 2015. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, pengumpulan melalui data rekam medik. Data dalam penelitian ini sebanyak 572 pasien untuk Angiografi korner dan 250 pasien untuk IKP. Metode penentuan sampel pada penelitian ini dengan menggunakan total sampling. Hasil penelitian terhadap 572 sampel, didapatkan bahwa prevalensi pasien PJK yang dilakukan angiografi koroner terbanyak pada bulan Januari yaitu sebanyak 69 pasien (12,1%) dengan jenis kelamin terbanyak yaitu laki-laki sebesar 79,2%, dan prevalensi dari 250 sampel pasien yang dilakukan Intervensi Koroner Perkutan didapatkan pasien PJK terbanyak pada bulan Januari yaitu sebanyak 38 pasien (18,2%) dengan jenis kelamin terbanyak yaitu laki-laki sebesar 81,6%. Kata Kunci: Angiografi Koroner, Intervensi Koroner Perkutan, Penyakit Jantung Koroner.
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
Cardiovascular disease is the first cause of death in the world. In 2012, more than seven million people have died because of the coronary heart disease worldwide. Generally, the percutaneous actions conducted in patients with coronary heart disease are Coronary Angiography and Percutaneous Coronary Intervention (PCI). Coronary angiography is a diagnostic measures, while the PCI is an act of intervention. Dr Adam Malik Hospital is one of the hospitals that have cardiac catheterization room facilities in North Sumatra.
This study aims to determine the prevalence of coronary angiography and PCI in the Integrated Hospital Heart Center in Dr Adam Malik Hospital within the period of January to December 2015. This is a descriptive study, through the collection of medical records data. The data in this study were 572 patients for coronary angiography and 250 patients for PCI. The sampling method in this study is total sampling. From the study of these 572 samples, it was found out that the most prevalence of CHD patients who underwent the coronary angiography in January was as many as 69 patients (12.1%) with male as the largest gender at 79.2%, and the most prevalence of the 250 samples patients who underwent the Percutaneous Coronary Intervention CHD patients in January was as many as 38 patients (18.2%) with male as the largest gender at 81.6%.
Keywords: Coronary Angiography, Percutaneous coronary intervention, coronary heart disease.
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah Swt. atas selesainya skripsi
yang berjudul “Prevalensi Tindakan Angiografi Koroner dan Intervensi Koroner
Perkutan di PJT RSUP Haji Adam Malik Medan Periode Januari sampai dengan
Desember 2015” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan
Sarjana Kedokteran.
Dalam penyusunan skripsi ini tentu tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak. Untuk kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. dr. Aldy S Rambe, SpS(K) selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara.
2. dr. Cut Aryfa Andra, M.ked(Cardio), Sp.JP selaku Dosen Pembimbing I yang
telah membimbing dalam penyelesaian skripsi ini.
3. dr. M.Feldy Gazaly, M.Ked(PD), Sp.PD selaku Dosen Pembimbing II yang
telah membimbing dalam penyusunan skripsi ini.
4. dr. Murniati Manik, M.Sc, Sp.KK, Sp.GK selaku Dosen Penguji yang telah
memberikan kritik dan saran dalam penyusunan skripsi ini
5. dr. Ariyati Yosi, M.Ked(KK), Sp.KK selaku Dosen Penguji yang telah
memberikan kritik dan saran dalam penyusunan skripsi ini.
6. Kedua orang tua yang penulis hormati dan sayangi A.A.Achter husain dan
Fatmah Nasution, S.H, M.H
7. Kedua saudara kandung yang penulis sayangi Syekh Ahmad Arafat Husain
dan Syech Abdul Fatah Husain
8. Orang-orang terdekat penulis Al-Khansa Baisa, Defany Novita Sary, Novia
Sitohang, M.Ary Gutama, Nidya Luviana, dan teman-teman angkatan 2013
yang telah membantu memberi dukungan dalam penyelesaian skripsi ini.
Universitas Sumatera Utara
Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu saran dan kritik
dari pembaca sangat diharapkan sebagai masukan penulisan selanjutnya. Semoga
hasil penelitian ini bermanfaat.
Medan, Desember 2016
Fathiah Husain
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN....…….………….…………………………...... . i ABSTRAK ................…….………………………………………………...... ii ABSTRACT ...............……………………………………………………...... iii KATA PENGANTAR ..........…….………………………………………...... iv DAFTAR ISI ………………………………………………………................. vi DAFTAR TABEL .……...…………………………………………................. viii DAFTAR GAMBAR ……………………………….…………………........... ix DAFTAR SINGKATAN .…………………………….…………………........ x DAFTAR LAMPIRAN ……………………………….…………………........ xi BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ........................................................................... 1 1.2. Rumusan Masalah ...................................................................... 3 1.3. Tujuan Penelitian ........................................................................ 3 1.4. Manfaat Penelitian ...................................................................... 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………........ 5
2.1. Anatomi Jantung ....................................................................... 5 2.1.1 Anatomi......... ................................................................. 5 2.1.2 Fungsi Jantung ......... ...................................................... 5 2.1.3Pendarahan Jantung .......................................................... 6
2.2. Angiografi Koroner .................................................................. 7 2.2.1 Defenisi Angiografi Koroner............................................. 7 2.2.2 Indikasi Utama Angiografi Koroner ................................ 7 2.2.3Kontraindikasi .................................................................. 8 2.2.4Persiapan Tindakan Angiografi Koroner .......................... 8 2.2.5Prosedur Tindakan Angiografi Koroner ............................ 9 2.2.6Setelah Tindakan Angiografi Koroner .............................. 9 2.2.7Hasil Angiografi Koroner ................................................. 10
2.3. Intervensi Koroner Perkutan ..................................................... 11 2.3.1Defenisi IKP .................................................................... 11 2.3.2Teknik IKP ...................................................................... 11 2.3.3 Indikasi IKP .................................................................... 14
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP…………….. 16
2.1. Kerangka Teori .......................................................................... 16 2.3. Kerangka Konsep ...................................................................... BAB 4 METODE PENELITIAN ..................................................................... 18
4.1. Jenis Penelitian ......................................................................... 18 4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ................................................... 18 4.3. Populasi dan Sampel ................................................................. 18 4.4. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 19 4.5. Pengolahan dan Analisa Data .................................................... 19 4.2. Defenisi Operasional................................................................. 20
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 21
5.1. Hasil Penelitian ......................................................................... 21 5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian............................................ ... 21 5.1.2 Prevalensi Angiografi Koroner dan IKP ......................... 21 5.1.3Angiografi Koroner............................................................ 22
5.1.3.1 Deskripsi Karakteristik Pasien ................................ 22 5.1.3.2 Distribusi Frekuensi Derajat Beratnya Sumbatan Arteri Koroner Berdasarkan Skor Vessel ........................................................................ 23 5.1.3Intervensi Koroner Perkutan ........................................ 24 5.1.3.1 Deskripsi Karakteristik Pasien ................................ 25 5.1.3.2 Deskripsi Karakteristik Tindakan Pada Pasien CAD yang telah dilakukan IKP.................... 25
5.2. Pembahasan ............................................................................. 26 5.2.1 Prevalensi angiografi koroner dan IKP............................. 26 5.2.2 Angiografi Koroner ......................................................... 26 5.2.3Intervensi Koroner Perkutan ............................................ . 27
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 28
6.1. Kesimpulan .............................................................................. 28 6.2. Saran ........................................................................................ 28
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 29 LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
4.6 Defenisi Operasional 20 5.1 Prevalensi Angiografi Koroner dan IKP Pada Pasien CAD di
PJT RSUP Haji Adam Malik Periode Januari 2015 sampai dengan Desember 2015
22
5.2 Gambaran Karakteristik Pasien yang telah dilakukan Tindakan Angiografi Koroner Berdasarkan Usia, Jenis Kelamin dan Diagnosis
23
5.3 Distribusi Frekuensi Derajat Beratnya Sumbatan Arteri Koroner Berdasarkan Skor Vessel
24
5.4 Gambaran Karakteristik Pasien yang telah dilakukan Tindakan IKP Berdasarkan Usia, Jenis Kelamin dan Diagnosis
25
5.5 Frekuensi Pemasangan Stent Pada Pasien CAD yang telah dilakukan IKP
26
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
Gambar 2.1. Anatomi Jantung 5
DAFTAR SINGKATAN
CAD : Coronary Artery Disease PJK : Penyakit Jantung Koroner PCI : Percutaneous Coronary Intervention IKP : Intervensi Koroner Perkutan LAD : Left Anterior Descending LCX : Left Circumflex Artery EECP : Enhanced External Counter Pulsation DAPT : Dual Antiplatelet Therapy DES : Drug Eluting Stent STEMI : ST Elevasi Miokard Infark NSTEMI : Non ST Elevasi Miokard Infark APS : Angina Pectoris Stabil APTS : Angina Pectoris Tidak Stabil POBA : Plain Old Ballon Angioplasty VD : Vessel Disease
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Judul
Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup Lampiran 2 Ethical Clearence Lampiran 3 Izin Penelitian MEU Lampiran 4 Izin Penelitian RSUP H.Adam Malik Lampiran 5 Hasil Pengolahan Data Lampiran 6 Hasil Uji Statistik
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Jantung merupakan suatu organ yang berfungsi memompa darah ke seluruh
jaringan tubuh dan membersihkan tubuh dari hasil metabolisme (karbondioksida).
Ketidakmampuan jantung melakukan fungsinya disebabkan karena kerusakan
anatomi dan fisiologi jantung, yang menimbulkan munculnya berbagai macam
penyakit pada sistem kardiovaskuler. Penyakit kardiovaskuler merupakan penyebab
kematian pertama di dunia.1
Operasi jantung merupakan tindakan terapi yang menggunakan teknik operatif
untuk mengobati penyakit jantung, dan sekarang menjadi standart dalam melakukan
terapi secara definitif maupun suportif pada penyakit jantung tertentu.1 World Health
Organization (WHO) dalam laporannya pada tahun 2012 mencatat lebih dari tujuh
juta orang meninggal dunia akibat penyakit jantung koroner di seluruh dunia.2
Prevalensi penyakit jantung koroner di Indonesia tahun 2013 sebesar 0,5% atau
diperkirakan sekitar 883.447 orang, sedangkan berdasarkan gejala sebesar 1,5% atau
diperkirakan sekitar 2.650.340 orang. Penderita penyakit jantung koroner (PJK)
ditemukan pada kelompok umur 45-54 tahun, 55-64 tahun dan 65-74 tahun. Namun
demikian, penyakit jantung koroner banyak pula ditemukan pada penduduk kelompok
umur 15-24 tahun.3
Prevalensi penyakit jantung koroner (PJK) di Sumatera Utara tahun 2013 sebesar
0,5%, sedangkan berdasarkan gejala sebesar 1,1%. Prevalensi penyakit jantung
koroner di Kota Medan tahun 2013 sebesar 0,7%, sedangkan berdasarkan gejala
sebesar 0,9%. Prevalensi penyakit jantung koroner menurut karakteristik di Sumatera
Utara, yaitu berdasarkan diagnosis dokter dan gejala meningkat seiring bertambahnya
umur, tertinggi pada kelompok umur 65-74 tahun yaitu 1,5% dan 3,9%, menurun
sedikit pada kelompok umur ≥ 75 tahun.4
Secara garis besar tindakan percutaneous yang dilakukan pada penderita
Coronary Artery Disease (CAD) adalah Angiografi Koroner dan Intervensi Koroner
Perkutan (IKP). Angiografi koroner adalah tindakan diagnostik yang merupakan
pemeriksaan paling akurat dan paling standar untuk mengidentifikasi penyempitan
pembuluh darah, sedangkan IKP adalah tindakan Intervensi. Tujuan tindakan
angiografi koroner dan IKP dilakukan adalah untuk meningkatkan aliran darah pada
arteri koroner yang mengalami penyempitan atau sumbatan, dengan menghilangkan
atau mengurangi penyempitan/sumbatan tersebut. Indikasi dilakukannya tindakan
angiografi koroner dan IKP adalah adanya keluhan nyeri dada dan riwayat angina
pektoris serta miokard infark.5
Di Indonesia, tindakan PCI atau lebih sering dikenal dengan istilah IKP, pada
awalnya hanya dilakukan di Jakarta dan Surabaya. Tindakan intervensi koroner di
Indonesia mulai diperkenalkan tahun 1987, dan sejak lima tahun terakhir ini mulai
berkembang di daerah-daerah seperti Medan, Semarang, Yogyakarta, Bandung, dan
Makasar. Perkembangan IKP di Medan dimulai secara intensif sejak tahun 2002.
Tindakan ini dikerjakan di RSUP H. Adam Malik dan RS Gleneagles Medan. Sejak
tiga tahun terakhir tindakan IKP ini telah dapat dilakukan sendiri oleh sebagian besar
staf Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskular FK USU Medan. Dari waktu
ke waktu jumlah pasien yang dilakukan tindakan ini semakin meningkat drastis
terutama sejak digalakkan program Askes dan Askeskin. Dimana pada tahun 2002
terdapat sebanyak 120 orang yang dilakukan angiografi serta 23 orang yang
dilakukan IKP dan pada tahun 2004 terdapat 370 orang yang dilakukan angiografi
dan 95 orang yang dilakukan IKP.6
Salah satu rumah sakit yang memiliki fasilitas ruang kateterisasi jantung di
Sumatera Utara adalah RSUP Haji Adam Malik Medan. Data yang diperoleh peneliti
pada tahun 2013 dari rekam medik RSUP Haji Adam Malik Medan didapatkan
bahwa jumlah pasien jantung koroner yang dilakukan tindakan kateterisasi jantung
tahun 2012 dan Janurari-April 2013 sebanyak 378 pasien.7
Data pasien yang dilakukan angiografi koroner dan intervensi koroner perkutan di
PJT RSUP Haji Adam Malik Medan sangat sedikit, sehingga mendasari peneliti
untuk mengetahui lebih lanjut tentang “Prevalensi tindakan Angiografi Koroner dan
IKP di Pusat Jantung Terpadu (PJT) RSUP Haji Adam Malik tahun 2015”. Adapun
alasan mengambil RSUP Haji Adam Malik sebagai tempat penelitian karena rumah
sakit ini merupakan RS tipe A dan menjadi pusat rujukan medis untuk Sumatera
Utara.
1.2. Rumusan Masalah
Untuk mengetahui berapakah prevalensi tindakan Angiografi Koroner dan
Intervensi Koroner Perkutan di PJT RSUP Haji Adam Malik Medan periode Januari
sampai dengan Desember 2015.
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi tindakan Angiografi
Koroner dan IKP di PJT RSUP Haji Adam Malik Medan periode Januari sampai
dengan Desember 2015.
1.3.1 Tujuan khusus
Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui prevalensi pasien PJK yang dilakukan angiografi koroner.
2. Untuk mengetahui prevalensi pasien PJK yang dilakukan tindakan IKP.
3. Untuk mengetahui karakteristik pasien PJK yang dilakukan angiografi
koroner berdasarkan usia, jenis kelamin dan diagnosis.
4. Untuk mengetahui karakteristik pasien PJK yang dilakukan tindakan IKP
berdasarkan usia, jenis kelamin dan diagnosis.
5. Untuk mengetahui derajat beratnya sumbatan arteri koroner pada pasien PJK
yang dilakukan angiografi koroner.
6. Untuk mengetahui karakteristik tindakan pada pasien PJK yang dilakukan
tindakan IKP.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Hasil penelitian diharapkan dapat dipakai sebagai data dasar untuk penelitian
lebih lanjut mengenai tindakan angiografi koroner dan IKP.
2. Penelitian ini diharapkan agar dapat menambah ilmu pengetahuan dalam
bidang kesehatan, terutama tentang angiografi koroner dan IKP.
3. Menambah pengetahuan peneliti tentang angiografi koroner dan IKP.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Anatomi Jantung
2.1.1 Anatomi
Jantung terletak didalam rongga mediastinum dari rongga dada (thorax), diantara
kedua paru. Bagian depan dilindungi oleh sternum dan tulang-tulang iga setinggi
kosta ke-3 sampai ke-4. Dinding samping berhubungan dengan paru-paru dan faises
mediastinalis. Dinding atas setinggi thorakal ke-6 dan servikal ke-2 berhubungan
dengan aorta, pulmonalis, dan bronkus dekstra dan sinistra. Dinding belakang,
mediastinum posterior oesofagus, aorta desenden, vena azigos, dan kolumna vertebra
torakalis. Bagian bawah berhubugan dengan diafragma.8
Gambar 2.1 Anatomi jantung10
2.1.2 Fungsi jantung
Fungsi utama jantung adalah menyediakan oksigen ke seluruh tubuh dan
membersihkan tubuh dari hasil metabolisme (karbondioksida). Jantung melaksanakan
fungsi tersebut dengan mengumpulkan darah yang kekurangan oksigen dari seluruh
tubuh dan memompanya ke dalam paru-paru, dimana darah akan mengambil oksigen
dan membuang karbondioksida; jantung kemudian mengumpulkan darah yang kaya
oksigen dari paru-paru dan memompanya ke jaringan di seluruh tubuh.8
2.1.3 Pendarahan jantung
Jantung mendapatkan darah dari arteri koroner kanan dan kiri, yang berasal dari
aorta ascendens tepat di atas valva aorta. Arteri koroner kanan berasal dari sinus
anterior aorta dari aorta ascendens. Arteri ini berjalan kebawah di dalam sulcus
atrioventricularis dexter, dan pada pinggir inferior jantung, kemudian pembuluh ini
melanjutkan diri ke posterior sepanjang sulcus interventricularis posterior untuk
beranastomosis dengan arteri koroner kiri di interventricularis posterior. Arteri ini
memperdarahi ventrikel kanan melalui cabang marginal. 9
Arteri koroner kiri biasanya lebih besar dibandingkan dengan arteri koroner
kanan. Arteri ini berasal dari sinus aorta posterior sinistra dari aorta ascendens dan
berjalan ke depan di antara truncus pulmonalis dan auricula sinistra. Kemudian arteri
ini berjalan di sulcus atrioventrikularis dan bercabang dua menjadi arteri left anterior
descending (LAD) dan arteri left circumflex (LCX). LAD berjalan di bagian anterior
dari sulcuc interventricularis kearah apeks. Kemudian bercabang untuk
memperdarahi dua pertiga anterior dari septum interventricularis dan bagian apeks
dari musculus papillaris anterior. Cabang diagonalnya memperdarahi permukaan
anterior dari ventrikel kiri. LCX mempunyai ukuran yang sama dengan arteri
interventricularis anterior. Arteri ini melingkari pinggir kiri jantung didalam sulcus
atrioventrikularis dan mencapai ke permukaan posterior. Kemudian bercabang
marginal untuk memperdarahi dinding lateral dan posterior dari ventrikel kiri. 9
Terdapat anastmosis diantara cabang-cabang terminal arteri coronaria dextra dan
sinistra, tetapi biasanya tidak cukup besar untuk mendarahi otot jantung apabila salah
satu cabang besar atau salah satu arteri koroner biasanya menyebabkan kematian otot
jantung (infark miokard), walaupun kadang-kadang sirkulasi kolateral cukup untuk
mempertahankan suplai ke otot. 9
2.2. Angiografi Koroner
2.2.1 Defenisi angiografi koroner
Angiografi koroner adalah tindakan memasukkan kateter melalui arteri femoralis
(Judkins) atau arteri brachialis (Sones) yang didorong sampai ke aorta assendens dan
diarahkan ke arteri koronaria yang dituju dengan bantuan fluoroskopi.10 Diagnostik
invasif kardiovaskuler adalah suatu tindakan pemeriksaan diagnosik untuk
menentukan diagnosa secara invasif pada kelainan jantung dan pembuluh darah.
Dikatakan invasif, karena tindakan ini memasukkan selang/tube kecil (kateter) ke
dalam jantung, melalui pembuluh darah baik vena atau arteri. Oleh karena itu biasa
disebut juga pemeriksaan kateterisasi jantung. 11
2.2.2 Indikasi utama angiografi koroner
Indikasi utama angiografi koroner adalah: 12
a. Angina stabil kelas I-II dengan uji latih positif, atau angina kelas III-IV tanpa
uji latih positif
b. Angina tidak dapat dikontrol secara medikamentosa
c. Angina setelah operasi bedah pintas koroner (Coronary Artery Baypass Graft,
CABG) atau intervensi perkutan
d. Angina tidak stabil atau non-Q wave myocardial infarction (pasien resiko
medium dan tinggi)
e. Infark miokard akut, terutama syok kardiogenik, tidak memenuhi syarat untuk
pengobatan trombolitik, gagal reperfusi trombolitik, re-infark, atau uji latih
positif
f. Aritmia ventrikular yang mengancam hidup
g. Penilaian kelayakan terapi (Percutaneous Coronary Intervention, bedah pintas
koroner, medikamentosa)
h. Diagnosis angina yang tidak dapat dipastikan (PJK tidak dapat disingkirkan
dengan pengujian non-invasif)
i. Sebelum bedah jantung terbuka (untuk menilai PJK tersembunyi)
2.2.3 Kontraindikasi
Tak ada kontraindikasi absolut untuk kateterisasi jantung atau angiografi koroner.
Kontraindikasi relatif termasuk: 12
Koagulopati
Gagal jantung kongestif
Hipertensi tidak terkontrol
Kejadian serebrovaskular (CVA)
Aritmia refrakter
Pendarahan gastroinstestinal
Kehamilan
Pasien tidak kooperatif
Infeksi aktif
Gagal ginjal
Alergi media kontras
2.2.4 Persiapan tindakan angiografi koroner
Sebelum prosedur, biasanya dokter melakukan pemeriksaan fisik dan
laboratorium untuk menentukan apakah dia mampu dan tidak ada kontraindikasi
untuk dilakukan kateterisasi. Tidak ada persiapan khusus kecuali mencukur bulu
pubis, pasien biasanya dipuasakan kurang lebih 6 jam dan dapat diberikan obat
penenang. Meskipun bius lokal digunakan pada saat pemasangan akses arteri
(femoralis, brakialis, atau radialis), namun masih dapat memberikan rasa sedikit tidak
nyaman pada pasien. Setelah kateter berada di dalam arteri, pasien tidak akan
merasakan nyeri atau ketidaknyamanan lainnya. 12
Angina transien dapat terjadi selama injeksi kontras, biasanya terjadi pada PJK
yang berat. Pasien harus diperingatkan bahwa selama prosedur angiografi ventrikel
kiri, media kontras dapat menyebabkan rasa panas sementara dan rasa yang seperti
inkontinesia. Agen kontras modern saat ini jarang menyebabkan mual dan muntah. 12
2.2.5 Prosedur tindakan angiografi koroner
Kateter dapat dimasukkan melalui arteri radialis di pergelangan tangan atau
melalui arteri femoralis di lipat paha. Setelah mensterilkan tempat dimana kateter
akan dimasukkan, dokter mulai menyuntikkan anastesi lokal, kemudian dilakukan
sayatan kecil di daerah kulit yang di anastesi dan kateter dimasukkan kedalam arteri.
Kateter didorong masuk melalui arteri besar sampai kedalam pangkal aorta. Semua
prosedur dipantau melalui gambaran sinar-X yang ditayangkan pada layar monitor.
Karena dinding dalam arteri tidak memiliki persarafan, maka kebanyakan pasien
tidak merasa sakit selama dilakukan kateterisasi. 13
Apabila kateter telah mencapai tempat asal arteri koronaria di pangkal aorta,
dokter akan menyuntik kontras ke dalam arteri koronaria. Pada waktu yang
bersamaan dilakukan pengambilan gambar dengan sinar X sehingga kontras yang
berjalan di arteri koronaria tervisualisasi di layar monitor dan terekam ke dalam
video. Pembuluh darah koroner ada dua, yaitu kiri dan kanan. Setelah melihat arteri
koroner kiri pada beberapa sudut pandang melalui kateter kiri, kemudian dokter akan
beralih menuju arteri koroner kanan melalui kateter kanan. 13
2.2.6 Setelah tindakan angiografi koroner
Biasanya tindakan ini memakan waktu beberapa jam untuk pemulihan. Setelah
tindakan selesai, pasien akan dibawa dengan brankard ke ruang pemulihan sambil
menunggu efek biusnya menghilang. Hal ini biasanya memakan waktu satu jam.
Lapisan plastik yang dimasukkan melalui lipat paha, leher atau lengan akan segera
dilepaskan segera setelah tindakan selesai, kecuali apabila pasien memerlukan terapi
pengencer darah. 14
Setelah pasien meninggalkan ruang pemulihan, pasien akan dibawa ke ruang
perawatan. Setelah kateter dilepas, teknisi atau perawat akan memberikan tekanan
pada tempat pemasangan lapisan plastik tadi. Pasien akan diminta berbaring lurus
terlentang selama 1-6 jam setelah tindakan untuk menghindari perdarahan serius dan
membantu pemulihan arteri. 14
Pasien dapat makan dan minum setelah tindakan selesai. Lamanya pasien berada
di rumah sakit sangat bergantung pada kondisinya. Pasien dapat langsung pulang
pada hari yang sama, atau dirawat selama satu malam atau lebih lama. Rawat inap
yang lebih lama merupakan hal yang umum terutama apabila pasien mengalami
kondisi serius segera setelah tindakan, seperti angioplasti dan pemasangan stent. 14
2.2.7 Hasil angografi koroner
Hasil angiografi koroner pada umumnya dapat dibagi menjadi 4, yaitu: 13
1. Arteri koronaria normal atau ada penyempitan yang tidak bermakna. Pasien
golongan ini biasanya tidak dilakukan intervensi lebih lanjut
2. Arteri koronaria yang cukup bermakna, yaitu penyempitan >70%, dan yang
sturktur anatominya cocok untuk dilebarkan dengan angioplasti ditambah
stenting (IKP)
3. Ditemukan penyempitan yang bermakna namun tidak memungkinkan
dilakukan angioplasty, akan tetapi cocok dilakukan CABG
4. Ditemukan penyempitan berat dimana-mana yang tidak cocok untuk
dilakukan IKP ataupun operasi CABG. Pasien golongan ini hanya diberi obat-
obatan dan sebagai tindakan alternatif adalah pengobatan dengan Enhanced
external counter pulsation (EECP) atau disebut juga terapi pompa jantung
2.3. Intervensi Koroner Perkutan (IKP)
2.3.1 Defenisi IKP
IKP adalah suatu teknik untuk menghilangkan trombus dan melebarkan pembuluh
darah koroner yang menyempit dengan memakai kateter balon dan seringkali
dilakukan pemasangan stent. Tindakan ini dapat menghilangkan penyumbatan dengan
segera, sehingga aliran darah dapat menjadi normal kembali, sehingga kerusakan otot
jantung dapat dihindari. 15
2.3.2 Teknik IKP
a. Persiapan
Pasien yang akan dilakukan IKP harus mendapatkan diagnosis pra-IKP terlebih
dahulu yang menyatakan adanya kemungkinan stenosis bermakna pada salah satu
cabang arteri koroner yang dibuktikan oleh adanya iskemia miokard. 12
b. Akses arteri
Secara umum IKP dapat dilakukan pada hampir semua orang. Kalau pada masa
lalu, akses arteri dilakukan dengan operasi minor, mengiosolasi arteri brakhialis atau
arteri femoralis maka pada masa sekarang dapat dilakukan hanya dengan
menggunakan teknik pungsi di arteri femoralis, brakhialis, dan arteri radialis dan pada
keadaan tertentu arteri ulnaris (teknik Seldinger). Akhir-akhir ini penggunaan akses
arteri radialis banyak dipilih karena komplikasi yang mungkin timbul lebih sedikit
dibanding dengan akses arteri femoralis. Disamping itu, mobilisasi pasien dapat
dilakukan dengan cepat, terutama bila pasien meninginkan pulang pada hari yang
sama (one day care). Walaupun komplikasi akses arteri radialis relatif lebih kecil,
perlu diinformasikan ke pasien mengenai potensi komplikasi seperti hematom,
pseudoaneurisma, fistula arteri-vena. 12
c. Prosedur IKP
Sebelum dilakukan tindakan, pasien perlu diberikan paling tidak 2 macam terapi
antiplatelet (dual antiplatelet therapy, DAPT). Biasanya diberikan aspirin dan
clopidogrel. Bukti-bukti menunjukkan bahwa pemberian dosis awal yang cukup besar
(loading dose) clopidogrel 600 mg akan mencegah terjadinya trombosis yang
mengakibatkan oklusi total (acute closure) selama tindakan. Antiplatelet i.v. perlu
diberikan pada keadaan akut seperti pada pasien dengan SKA, pasien dengan resiko
trombosis yang cukup besar (seperti pasien dengan diabetes melitius, gangguan ginjal
kronik, dsb). Namun tetap harus dipertimbangkan mengenai resiko perdarahan di satu
sisi dan resiko trombosis di sisi yang lain. 12
Sesudah akses arteri dan dual anti-platelet diberikan, maka yang diperlukan
adalah ketersediaan guiding catheter, kawat penuntun, balon dan stent. Suatu revolusi
yang sangat mendasar pada dua dekade terakhir adalah adanya kawat penuntun yang
dapat dikendalikan sehingga dapat mencapai sasaran yang kita tuju di arteri koroner.
12 Setelah jarum sudah masuk, sheath introducer diletakkan pada jalan pembuka
untuk mempertahankan arteri tetap terbuka dan mengontrol perdarahan. Melalui
sheath introducer ini, guiding catheter dimasukkan. Ujung guiding catheter
ditempatkan pada ujung arteri koroner. Dengan guiding catheter, penanda radiopak
diinjeksikan ke arteri koroner, hingga kondisi dan lokasi kelainan dapat diketahui. 16
Selama visualisasi sinar X , ahli jantung memperkirakan ukuran arteri koroner
dan memilih ukuran balon kateter serta guide wire coronary yang sesuai. Guiding
wire coronary adalah sebuah selang yang sangat tipis dengan ujung radio opak yang
fleksibel yang kemudian dimasukkan melalui guiding cathether mencapai arteri
koroner. Dengan visualisasi langsung, ahli jantung memandu kabel mencapai tempat
terjadinya blokade. Ujung kabel kemudian dilewatkan menembus blokade. 16
Setelah wire berhasil melewati stenosis, balon kateter dilekatkan dibelakang
kabel. Angioplasti kateter kemudian didorong kedepan sampai balon berada di dalam
blokade. Kemudian baru balon balon dikembangkan dan balon akan mengkompresi
atheromatous plak dan menekan arteri sehingga mengembang. Jika stent ada pada
balon, maka stent diimplantkan atau ditinggalkan pada tubuh untuk mendukung arteri
dari dalam agar tetap mengembang. 16
Setelah tindakan IKP dilakukan, pasien harus diberikan DAPT untuk menghindari
terjadinya trombosis stent subakut dan trombosis stent jangka panjang. Lamanya
pengobatan clopidogrel tergantung pada penetapan klinik.16
Dalam melakukan tindakan IKP dapat dilakukan pemasangan stent bersalut obat
(drug eluting stent (DES)) yang dapat menekan angka restenosis dibawah 1%. Obat
yang dipakai harus mempunyai efek antiploriferatif dan antiinflamasi sehingga dapat
menekan hiperflasia neointima. Dengan demikian secara teoritis, obat yang potensial
toksik bila diberikan secara sistemik dapat diberi secara lokal dalam konsentrasi yang
amat kecil, tetapi efektif dan lebih aman. Supaya obat dapat menempel pada stent
diperlukan polimer. Polimer berfungsi sebagai pengangkut obat dan setelah stent
dipasang obat akan mengalami difusi secara perlahan masuk ke dinding pembuluh. 16
Selain DES, cutting balloon juga merupakan tindakan pada intervensi koroner.
Cutting balloon adalah balon yang mempunyai 3 sampai 4 pisau pemotong yang
ditempel secara longitudinal pada balon. Dengan demikian bila dikembangkan, maka
plak akan mengalami insisi longitudinal dan diharapkan akan terjadi redistribusi plak
yang lebih baik pada dilatasi dengan tekanan yang lebih rendah dibandingkan
angioplasti balon biasa. Pada beberapa penelitian menyebutkan bahwa penggunaan
cutting balloon mungkin dapat dipakai untuk terapi instent restenosis. Namun segi
negatif pada cutting ballon adalah bentuk yang relatif lebih besar dan bersifat kaku. 17
2.3.3 Indikasi IKP
Indikasi dilakukannya Intervensi Koroner Perkutan adalah:16,18
1. Infark miokard akut non-elevasi segmen ST resiko tinggi (NSTEMI)
Gambaran EKG pasien NSTEMI beragam, bisa berupa depresi segmen
ST, inversi gelombang T, gelombang T yang datar atau pseudo-normalization,
atau tanpa perubahan EKG saat presentasi. Untuk menegakkan diagnosis Non
STEMI, perlu dijumpai depresi segmen ST ≥ 0,5 mm di V1-V3 dan ≥ 1 mm di
sadapan lainnya. Selain itu dapat juga dijumpai elevasi segmen ST tidak
persisten (<20 menit), dengan amplitudo lebih rendah dari elevasi segmen ST
pada STEMI. Inversi gelombang T yang simetris ≥ 2 mm semakin
memperkuat dugaan NSTEMI.
Pada NSTEMI dan angina pectoris stabil tindakan IKP bertujuan untuk
mengurangi morbiditas dan mortalitas koroner.
Kriteria pasien berisiko tinggi adalah :
- Angina atau nyeri dada berulang pada keadaan istirahat
- Perubahan segmen ST yang dinamis ( depresi segmen > 0,1mv atau
elevasi segmen ST sementara <30 <0,1mv)
- Peningkatan nilat troponin I, troponin II, atau CKMB
- Pada observasi hemodinamis pasien tidak stabil
- Adanya takikardia ventrikel dan fibrilasi ventrikel
- Angina tidak stabil pada pasca infark dini
- Diabetes mellitus
Pasien yang tergolong pada kelompok berisiko tinggi mempunyai manfaat
yang lebih besar bila dilakukan IKP daripada kelompok risiko rendah.
2. Infark miokard akut dengan elevasi segment ST (STEMI)
Pada STEMI, lokasi infark dapat ditentukan dari perubahan EKG.
Penentuan lokasi infark berdasarkan perubahan EKG. Diagnosis STEMI
ditegakkan jika ditemukan angina akut disertai elevasi segmen ST. Nilai
elevasi segmen ST bervariasi, tergantung kepada usia, jenis kelamin, dan
lokasi miokard yang terkena. Bagi pria usia ≥40 tahun, STEMI ditegakkan
jika diperoleh elevasi segmen ST di V1-V3 ≥ 2 mm dan ≥ 2,5 mm bagi pasien
berusia < 40 tahun. ST elevasi terjadi dalam beberapa menit dan dapat
berlangsung hingga lebih dari 2 minggu.
3. Pasien dengan Angina pektoris tidak stabil (APTS)
Angina Pektoris tidak stabil biasanya ditandai dengan nyeri dada yang
khas, dengan atau tanpa penjalaran. Pada EKG umumnya terdapat perubahan
sementara, baik berupa depresi segmen ST atau adanya gelombang T terbalik.
4. Pasien dengan Angina pektoris stabil (APS)
Angina pektoris stabil umumnya mempunyai gejala sakit atau nyeri dada,
atau rasa berat di dada atau sesak nafas. Biasanya saat istirahat pasien tidak
ada keluhan sama sekali, keluhan muncul saat melakukan aktifitas fisik.
Diagnosis ditegakkan dengan mendapatkan data objektif berupa iskemia
pada waktu uji treadmill atau melihat adanya stenosis di arteri koronaria
dengan kateterisasi jantung.
BAB 3
KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP 3.1. Kerangka Teori
Penyakit jantung koroner
Angina pektoris stabil
Angina pektoris tidak stabil
Infark Miokard dengan ST Elevasi
Infark Miokard tanpa ST Eleveasi
Angiografi koroner
IKP
3.2. Kerangka Konsep
Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka kerangka konsep dalam penelitian ini
adalah:
Angiografi Koroner
Intervensi Koroner Perkutan
Prevalensi Umur Jenis Kelamin Diagnosis: -NSTEMI -STEMI -APS -APTS
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitaian ini bersifat Deskriptif dengan rancangan penelitian cross
sectional (potong lintang) Penelitian dilakukan dengan melakukan pengumpulan data
atau variabel yang diteliti dari rekam medik pasien yang dilakukan angiografi koroner
dan IKP di PJT RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2015.
4.2. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di PJT RSUP H.Adam Malik Medan. Pemilihan rumah
sakit ini sebagai tempat penelitian dikarenakan rumah sakit tersebut merupakan
rumah sakit tipe A yang memiliki fasilitas Angiografi Koroner dan IKP. Penelitian ini
direncankan pada bulan Agustus sampai Oktober 2016.
4.3. Populasi dan Sampel
4.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah adalah seluruh pasien yang dilakukan
tindakan Angiografi Koroner dan IKP di PJT RSUP H.Adam Malik Medan tahun
2015.
4.3.2 Sampel
Besar sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan metode total
sampling, dimana sampel yang digunakan adalah semua populasi yang sesuai dengan
kriteria penelitian.
Kriteria inklusi dari penelitian ini:
a. Seluruh pasien PJK yang dilakukan tindakan angiografi koroner
b. Seluruh pasien PJK yang dilakukan tindakan IKP
Kriteria eksklusi dari penelitian ini:
a. Status rekam medik dari pasien yang dilakukan angiografi koroner tidak
lengkap
b. Status rekam medik dari pasien yang dilakukan IKP tidak lengkap
4.4. Teknik Pengumpulan Data
Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang
didapatkan dari hasil rekam medik pasien yang mendapat tindakan angiografi koroner
dan IKP di PJT RSUP Haji Adam Malik. Peneliti pertama sekali mengambil data ke
Instalasi Kateterisasi Jantung (Cath Lab) RSUP Haji Adam Malik untuk
mendapatkan data mencakup nomor rekam medik dan identitas pasien. Setelah itu ke
kantor rekam medik untuk melengkapi data.
4.5. Pengolahan dan Analisa Data
Pengolahan dan Analisa data dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu dimulai
dengan pengumpulan data, kemudian pengolahan data, dan pengembalian
kesimpulan. Data yang diperoleh pada penelitian ini kemudian dianalisis dengan
menggunakan program komputer untuk menentukan prevalensi tindakan angiografi
koroner dan IKP.
4.6. Definisi Operasional
Tabel 4.6 Defenisi Operasional Variabel Alat
Ukur
Cara
Ukur
Hasil Pengukuran Skala
Pengukuran
Umur adalah lamanya
waktu hidup subjek
penelitian atau pasien,
dimulai sejak lahir sampai
saat dilakukan angiografi
koroner dan intervensi
koroner perkutan.
Rekam
Medik
Rekam
Medik
< 45 tahun
45-54 tahun
55-64 tahun
65-74 tahun
>74 tahun
Rasio
Jenis kelamin adalah
perbedaan secara biologis
yang membedakan antara
laki-laki dan perempuan.
Rekam
Medik
Rekam
Medik
Laki-laki
Perempuan
Nominal
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di RSUP H. Adam Malik yang beralamat di Jalan Bunga
Lau no. 17 Medan Kelurahan Kemenangan, Kecamatan Medan Tuntungan. RSUP H.
Adam Malik merupakan Rumah Sakit kelas A sesuai dengan SK Menkes
No.335/Menkes/SK/VIII/1990. Di samping itu, RSUP H. Adam Malik adalah Rumah
Sakit Rujukan untuk wilayah pembangunan A yang meliputi Propinsi Sumatera
Utara, Aceh, Sumatera Barat, dan Riau. RSUP H. Adam Malik juga ditetapkan
sebagai Rumah Sakit Pendidikan berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI
No.502/Menkes/IX/1991 tanggal 6 September 1991 dan secara resmi pusat
pendidikan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dipindahkan ke RSUP
H. Adam Malik pada tanggal 11 Januari 1993.
5.1.2. Prevalensi angiografi koroner dan IKP
Dari seluruh sampel yang ada, diperoleh jumlah pasien PJK yang dilakukan
Angiografi Koroner pada bulan Januari sebanyak 69 pasien (12.1%), Februari 61
pasien (10.7%), Maret 59 pasien (10.3%), April 62 pasien (10.8%), Mei 41 pasien
(7.2%), Juni 37 pasien (6.5%), Juli 27 pasien (4.7%), Agustus 38 pasien (6.6%),
September 51 pasien (8.9%), Oktober 41 pasien (7.2%), November 44 pasien (7.7%),
Desember 42 pasien (7.3%). Sedangkan, jumlah pasien PJK yang dilakukan tindakan
IKP pada bulan Januari sebanyak 38 pasien (15.2%), Februari 19 pasien (7.6%),
Maret 32 pasien (12.8%), April 30 pasien (12.0%), Mei 13 pasien (5.2%), Juni 12
pasien (4.8%), Juli 11 pasien (4.4%), Agustus 13 pasien (5.2%), September 96 pasien
(6.8%), Oktober 17 pasien (6.8%), November 22 pasien (8.8%), Desember 19 pasien
(7.6%) . Hal ini dapat dilihat pada tabel 5.1.
Tabel 5.1 Prevalensi Angiografi Koroner dan IKP di PJT RSUP Haji Adam
Malik Medan Periode Januari 2015 sampai dengan Desember 2015 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
Angiografi
koroner
n 69 61 59 62 41 37 27 38 51 41 44 42 572
% 12.1 10.7 10.3 10.8 7.2 6.5 4.7 6.6 8.9 7.2 7.7 7.3 100
IKP n 38 19 32 30 13 12 11 13 24 17 22 19 250
% 15.2 7.6 12.8 12.0 5.2 4.8 4.4 5.2 9.6 6.8 8.8 7.6 100
5.1.3. Angiografi Koroner
5.1.3.1 Deskripsi karakteristik pasien
Berdasarkan karakteristik pasien, hasil penelitian ini memperoleh pasien
terbanyak yang dilakukan angiografi koroner terdapat pada rentang usia 55-64
(Pembagian katagori usia menurut Riskesdas) yaitu sebanyak 226 pasien (39.5%),
kemudian diikuti rentang usia 45-54 yaitu sebanyak 211 pasien (36.9%), rentang usia
65-74 sebanyak 79 pasien (13.8%), usia di bawah 45 sebanyak 51 pasien (8.9%), usia
di atas 74 sebanyak 5 pasien (0.9%). Jenis kelamin pasien lebih banyak laki-laki yaitu
453 pasien (79.2%) dibandingkan perempuan yaitu 119 pasien (20.8%). Diagnosis
terbanyak pasien yang dilakukan angiografi koroner adalah APS, yaitu sebanyak 186
pasien (32.5%), kemudian diikutin dengan STEMI sebanyak 161 pasien (28.1%),
CHF ec CAD sebanyak 133 pasien (19.8%), APTS sebanyak 57 pasien (10.0%), dan
paling sedikit dengan diagnosis NSTEMI, yaitu sebanyak 55 pasien (9.6%). Hal ini
dapat dilihat pada tabel 5.2.
Tabel 5.2 Gambaran Karakteristik Pasien yang dilakukan tindakan Angiografi
Koroner berdasarkan Usia, Jenis Kelamin dan Diagnosis
Karakteristik Pasien Frekuensi Persentase 1 Usia:
< 45 tahun 45-54 tahun 55-64 tahun 65-74 tahun >74 tahun
51
211 226 79 5
8.9 % 36.9 % 39.5 % 13.8 % 0.9 %
2 Jenis Kelamin: Laki-Laki Perempuan
453 119
79.2 % 20.8 %
3. Diagnosis NSTEMI STEMI APS APTS CHF ec CAD
55
161 186 57
133
9.6 % 28.1 % 32.5 % 10.0 % 19.8 %
5.1.3.2 Distribusi frekuensi derajat beratnya sumbatan arteri koroner
berdasarkan Skor Vessel
Berdasarkan banyaknya lokasi sumbatan arteri koroner, hasil penelitian ini paling
banyak ditemukan 192 pasien (33.6%) mengalami sumbatan di tiga pembuluh darah,
kemudian ditemukan 134 pasien (23.4%) mengalami sumbatan di dua pembuluh
darah, 123 pasien (21.5%) mengalami sumbatan di satu pembuluh darah dan 123
pasien (21.5%) dengan hasil non significant stenosis. Hal ini dapat dilihat pada tabel
5.3.
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Derajat Beratnya Sumbatan Arteri Koroner
berdasarkan Skor Vessel
Data Angiografi Koroner Frekuensi Persentase 1 VD 2 VD 3 VD Non Significant Stenosis
123 134 192 123
21.5 % 23.4 % 33.6 % 21.5 %
5.1.4. Intervensi Koroner Perkutan
5.1.4.1 Deskripsi karakteristik pasien
Berdasarkan karakteristik pasien, hasil penelitian ini memperoleh pasien
terbanyak yang dilakukan IKP terdapat pada rentang usia 55-64 yaitu sebanyak 96
pasien (38.4%), kemudian diikuti rentang usia 45-54 yaitu sebanyak 95 pasien
(38.0%), rentang usia 65-74 sebanyak 35 pasien (14.0%), usia di bawah 45 sebanyak
20 pasien (8.0%), usia di atas 74 sebanyak 4 pasien (1.6%). Jenis kelamin pasien
lebih banyak laki-laki yaitu 204 pasien (81.6%) dibandingkan perempuan yaitu 46
pasien (18.4%). Diagnosis terbanyak pasien yang dilakukan IKP adalah STEMI, yaitu
sebanyak 102 pasien (40.8%), kemudian diikutin dengan APS sebanyak 68 pasien
(27.2%), CHF ec CAD dan NSTEMI sebanyak 133 pasien (19.8%), dan paling
sedikit dengan diagnosis APTS sebanyak 18 pasien (7.2%). Hal ini dapat dilihat pada
tabel 5.4.
Tabel 5.4 Gambaran Karakteristik Pasien yang dilakukan Tindakan IKP
berdasarkan Usia, Jenis Kelamin dan Diagnosis
Karakteristik Pasien Frekuensi Persentase 1 Usia:
< 45 tahun 45-54 tahun 55-64 tahun 65-74 tahun >74 tahun
20 95 96 35 4
8.0 % 38.0 % 38.4 % 14.0 % 1.6 %
2 Jenis Kelamin: Laki-Laki Perempuan
204 46
81.6 % 18.4 %
3 Diagnosis NSTEMI STEMI APS APTS CHF ec CAD
31
102 68 18 31
12.4 % 40.8 % 27.2 % 7.2 % 12.4 %
5.1.4.2 Deskripsi karakteristik tindakan pada pasien PJK yang dilakukan
tindakan IKP
Karakteristik tindakan ini, meliputi jumlah pemasangan stent yang dilakukan pada
pasien IKP. Sebanyak 144 pasien (57.6%) melakukan pemasangan 1 stent, 68 pasien
(27.2%) melakukan pemasangan 2 stent, 33 pasien (13.2%) melakukan pemasangan 3
stent dan 5 pasien (2.0%) melakukan POBA. Hal ini dapat dilihat pada tabel 5.5.
Tabel 5.5 Frekuensi Pemasangan Stent Pada Pasien PJK yang dilakukan
tindakan IKP
Pemasangan Stent Frekuensi Persentase 1 stent 2 stent 3 stent POBA
144 68 33 5
57.6 % 27.2 % 13.2 % 2.0 %
5.2. Pembahasan
5.2.1 Prevalensi angiografi koroner dan IKP
Pada hasil penelitian, didapatkan pasien yang dilakukan tindakan angiografi
koroner sebanyak 572 pasien dengan prevalensi terbanyak pada bulan Januari yaitu
12.1%. Pasien yang dilakukan tindakan IKP sebanyak 250 pasien dengan prevalensi
terbanyak pada bulan Januari yaitu 15.2%. Pada penelitian sebelumnya, didapatkan
peningkatan kateterisasi jantung, pada tahun 2012 dan Janurari-April 2013 dilakukan
kateterisasi jantung terhadap 378 pasien dan pada bulan Februari 2007-Mei 2007
telah dilakukan tindakan IKP terhadap 142 pasien di RSUP Haji Adam Malik
Medan.6 Hal ini sebanding dengan survey yang dilakukan Departemen Kesehatan RI
yang menyatakan prevalensi PJK di Indonesia tahun ke tahun semakin meningkat.3
5.2.2 Angiografi koroner
Penyakit jantung koroner merupakan penyakit yang disebabkan peningkatan
kadar kolestrol dalam darah yang dapat terjadi karena adanya faktor-faktor resiko
seperti hipertensi, merokok, hiperlipidemia, riwayat keluarga, usia, diabetes melitus,
obesitas, alkohol, dan lain-lain. Salah satu faktor resiko PJK adalah usia, dengan
bertambahnya usia meningkat juga kadar kolestrol dalam darah, jika setiap individu
tidak bisa mengatur kadar kolestrol didalam darah dengan waktu yang lama bisa
mengakibatkan kejadian penyakit jantung koroner. Pada peneltian ini didapatkan
bahwa penderita PJK dominan berusia 55-64 tahun, yaitu sebanyak 226 pasien
(39.5%). Hasil penelitian sependapat dengan penelitian sebelumnya dimana
didapatkan rentang usia yang dilakukan angiografi koroner yaitu > 55 tahun
(50.0%).7
Dari hasil penelitian diperoleh laki-laki (79.2%) lebih rentan terkena penyempitan
pembuluh darah dan akibatnya dibandingkan dengan perempuan (20.8%). Infark
miokardium dan penyulit lain aterosklerosis jarang pada perempuan pramenopause,
kecuali mereka memiliki predisposisi diabetes, hiperlipidemia atau hipertensi berat.
Hasil penelitian sependapat dengan penelitian sebelumnya, dimana didapatkan lebih
dari setengah pasien yang dilakukan angiografi koroner adalah laki-laki (81.6%).7
Hasil derajat beratnya sumbatan arteri koroner berdasarkan skor vessel
menunjukkan sebanyak 192 pasien (33,6%) adalah pasien PJK yang melibatkan
ketiga pembuluh darah koroner dengan diagnose APS 32.5%. Hal ini tidak jauh beda
dengan penelitian didapatkan 33,3% pasien PJK dengan keterlibatan tiga pembuluh
darah koroner.5
5.2.3 Intervensi koroner perkutan
Dari hasil penelitian ini didapat bahwa profil pasien menurut jenis kelamin lebih
banyak dilakukan pada laki-laki (81.5%) dibanding pada wanita (18.5%). Bila faktor
lain setara, laki-laki jauh lebih rentan terkena penyempitan pembuluh darah dan
akibatnya dibanding dengan perempuan. Tindakan IKP ini lebih banyak dilakukan
pada usia 55-64 tahun, yaitu sebanyak 96 pasien (38.4%). Hal ini juga dapat dilihat
dari penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa sebagian besar penderita
penyempitan pembuluh darah terjadi pada kelompok usia 51-60 tahun (38.5%). Usia
memiliki pengaruh dominan, angka kematian akibat penyakit jantung iskemik
meningkat setiap dekade bahkan sampai lanjut usia.16 Pasien-pasien yang memiliki
peyempitan pembuluh darah ini akan dilakukan tindakan IKP oleh dokter yang ahli.
Tindakan IKP paling sering dilakukan pada pasien dengan diagnosis STEMI
sebanyak 102 pasien (40.8%). Jumlah pemasangan stent terbanyak yaitu 1 stent
dengan frekuensi 144 pasien (57.6%).
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian prevalensi tindakan angiografi koroner dan IKP di PJT
RSUP Haji Adam Malik Medan. Maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Prevalensi pasien PJK paling banyak yang dilakukan angiografi koroner yaitu
pada bulan Januari (12.1%) dan prevalensi pasien PJK yang dilakukan
tindakan IKP yaitu pada bulan Januari (15.2%).
2. Angiografi koroner paling banyak dilakukan pada usia 55-64 tahun (39,5%),
jenis kelamin laki-laki (79.2%), dengan diagnosis APS (32.5%)
3. Tindakan IKP paling banyak dilakukan pada usia 55-64 tahun 38,4%, jenis
kelamin laki-laki (81.5%), dengan diagnosis STEMI (40.8%)
4. Skor vessel yang ditemukan pada pasien yang dilakukan angiografi koroner,
paling banyak melibatkan ketiga pembuluh darah koroner (33,6%).
5. Pemasangan stent terbanyak pada pasien yang dilakukan IKP yaitu 1 stent
(57.6%).
6.2. Saran
1. Pada semua individu terutama pada usia 55-64 tahun perlu mewaspadai semua
faktor resiko PJK.
2. Dokter, dokter muda dan perawat yang bekerja saat menuliskan data dan
rekam medis pasien hendaknya menulis data-data dengan lengkap.
3. Petugas rekam medis, hendaknya menjaga kelengkapan rekam medis sehingga
tidak ada data-data yang hilang.
4. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih mendalam mengenai prevalensi
angiografi koroner dan IKP ini maka dapat dilakukan penelitian yang lebih
lanjut dan mendalam oleh peneliti selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Dewanti IP. Lama Rawat Intensive Care Unit (ICU) Pasien Pasca Operasi Jantung di RSUP DR. Kardiadi Semarang. 2012.
2. World Health Organization. Cardiovascular Diseases (CVD). World Health Organization [internet]. 2015 Jan [cited 2016 April 22]. Available from: http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs317/en/
3. Kementerian Kesehatan RI. Situasi Kesehatan Jantung. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2014
4. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Pokok-pokok Hasil Riset Kesehatan Dasar 2013.Jakarta;2013
5. Sinaga J. Perbandingan Efektifitas Penekanan Bantal Pasir Antara 2, 4, dan 6 Jam Terhadap Komplikasi Pada Klien Paska Kateterisasi Jantung; a randomized controlled trial. 2009.
6. Hasan H. Intervensi Koroner Perkutan Pada Penyakit Jantung Koroner dan Permasalahannya. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap Bidang Kardiologi dan Kedokteran Vaskular FK USU. 2007.
7. Simanjuntak G. Gambaran Tingkat Kecemasan Pada Pasien yang akan Menjalani Tindakan Kateterisasi Jantung di RSUP Haji Adam Malik Medan. 2014.
8. Setiadi. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Yogyakarta: Graha Ilmu: 2007. 9. Snell RS. Anatomi Klinis. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2011 10. Woods SL, Froelicher ES, Motzer SU, Bridge EJ. Cardiac Nursing. 5th Ed.
Philadelpia; Lippincot Williams and Walkins.2005. 11. Kusumantoro A. Pengaruh Penggunaan Bantal Pasir Terhadap Keluhan
Ketidaknyamanan Pasien Pasca Percutaneous Coronary Angiography (PCA) di Instalasi Jantung dan Pembuluh Darah RSUP Dr. Kariadi Semarang. 2012.
12. Rilantono LL. Penyakit Kardiovaskular (PKV). Edisi kedua. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2013.
13. Kabo P. Bagaimana Menggunakan Obat-Obat Kardiovaskular secara Rasional. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Univeristas Indonesia. 2010. pg: 111-112
14. Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Kateterisasi Jantung. 2013. Available from:http://kardioipdrscm.com/portfolio/kateterisasi-jantung/#sthash.FfUSGxpL.31F6KMbI.dpbs
15. Majid A. Penyakit Jantung Koroner: Patofisiologi, Pencegahan dan Pengobatan Terkini. 2007.
16. Simamarta AEM. Profil Intervensi Koroner Perkutan (IKP) Pada Unit Kateterisasi Rsup Haji Adam Malik Periode 2009-2010. 2011.
17. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II edisi V. Jakarta: Interna Publishing; 2009.
18. Dharma S. Sistematika Interpretasi EKG: Pedoman praktis. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC. 2009. p:72-85
Lampiran 1
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Fathiah Husain
NIM : 130100076
Tempat/ Tanggal Lahir : Medan, 30 Oktober 1995
Agama : Islam
Alamat : Jln. Prof HM Yamin No.292 Medan
Riwayat Pendidikan : 1. TK Yayasan Tawakal (1999-2001)
2. SD Mahatma Gandhi International School (2000-
2007)
3. MTS Darul Marhamah (2007-2010)
4. SMA Harapan I Medan (2010-2013)
5. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
(2013-Sekarang)
Riwayat Organisasi : Standing Committee On Reproductive Health
Including AIDS PEMA FK USU (SCORA PEMA FK
USU)
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5 Data Induk Penelitian Angiografi Koroner No. Usia Jenis Kelamin Diagnosis Vessel Disease
1 46 laki-laki NSTEMI 3 VD 2 54 perempuan STEMI 1 VD 3 66 laki-laki NSTEMI 2 VD 4 40 laki-laki CHF ec CAD 3 VD 5 56 laki-laki CHF ec CAD 1 VD 6 39 laki-laki APTS non significant 7 39 laki-laki NSTEMI 3 VD 8 64 laki-laki NSTEMI non significant 9 63 laki-laki APTS 2 VD
10 43 laki-laki STEMI 1 VD 11 58 perempuan CHF ec CAD non significant 12 61 laki-laki CHF ec CAD 1 VD 13 61 laki-laki CHF ec CAD 1 VD 14 73 laki-laki APS 1 VD 15 54 laki-laki APS 3 VD 16 55 perempuan APS 3 VD 17 54 laki-laki APS 3 VD 18 56 laki-laki APTS non significant 19 55 laki-laki CHF ec CAD non significant 20 46 laki-laki CHF ec CAD non significant 21 41 perempuan APTS non significant 22 45 laki-laki STEMI 1 VD 23 54 laki-laki APS 3 VD 24 53 laki-laki STEMI 2 VD 25 50 laki-laki APS 2 VD 26 43 laki-laki STEMI 1 VD 27 39 laki-laki APS 1 VD 28 47 laki-laki STEMI 1 VD 29 50 laki-laki STEMI 2 VD
30 52 laki-laki CHF ec CAD 2 VD 31 52 perempuan CHF ec CAD 3 VD 32 54 perempuan STEMI 2 VD 33 52 laki-laki STEMI 3 VD 34 49 laki-laki NSTEMI 3 VD 35 61 laki-laki APS 1 VD 36 57 laki-laki STEMI 2 VD 37 43 laki-laki STEMI 2 VD 38 49 laki-laki APS 1 VD 39 61 laki-laki STEMI 1 VD 40 56 laki-laki STEMI 2 VD 41 50 laki-laki CHF ec CAD non significant 42 62 perempuan STEMI 2 VD 43 66 laki-laki STEMI 2 VD 44 61 laki-laki APS 3 VD 45 61 laki-laki STEMI 1 VD 46 47 perempuan APS non significant 47 44 laki-laki NSTEMI 1 VD 48 56 laki-laki STEMI 2 VD 49 59 laki-laki STEMI 2 VD 50 34 laki-laki STEMI 3 VD 51 50 laki-laki STEMI 3 VD 52 50 perempuan STEMI 1 VD 53 49 laki-laki STEMI 3 VD 54 55 laki-laki STEMI 2 VD 55 70 laki-laki CHF ec CAD 3 VD 56 61 laki-laki CHF ec CAD 3 VD 57 37 laki-laki APS non significant 58 48 laki-laki APS non significant 59 48 laki-laki APS non significant 60 47 laki-laki CHF ec CAD non significant 61 37 laki-laki APS non significant 62 55 laki-laki STEMI 2 VD
63 49 laki-laki NSTEMI 3 VD 64 49 laki-laki STEMI 1 VD 65 54 laki-laki APS 2 VD 66 52 laki-laki STEMI 2 VD 67 54 laki-laki APS 2 VD 68 52 laki-laki STEMI 2 VD 69 47 laki-laki CHF ec CAD non significant 70 49 laki-laki CHF ec CAD 1 VD 71 66 perempuan STEMI 2 VD 72 58 laki-laki STEMI non significant 73 62 laki-laki APTS 1 VD 74 54 laki-laki APS 1 VD 75 46 laki-laki NSTEMI 1 VD 76 56 perempuan STEMI 2 VD 77 54 perempuan APS non significant 78 62 laki-laki APS 3 VD 79 48 laki-laki APS non significant 80 48 laki-laki CHF ec CAD 3 VD 81 54 laki-laki CHF ec CAD non significant 82 61 perempuan APS 2 VD 83 66 laki-laki APS 3 VD 84 48 laki-laki CHF ec CAD 3 VD 85 54 laki-laki APS 3 VD 86 53 laki-laki APS non significant 87 41 laki-laki STEMI 2 VD 88 63 perempuan APTS non significant 89 55 laki-laki STEMI 2 VD 90 61 laki-laki APTS 3 VD 91 50 laki-laki APS 2 VD 92 64 laki-laki APS 2 VD 93 67 laki-laki STEMI 2 VD 94 48 laki-laki CHF ec CAD 2 VD 95 44 laki-laki APS 1 VD
96 59 laki-laki APS non significant 97 65 laki-laki STEMI 3 VD 98 59 laki-laki CHF ec CAD 3 VD 99 67 laki-laki APTS non significant 100 52 laki-laki APS 3 VD 101 62 laki-laki APS 1 VD 102 45 laki-laki CHF ec CAD 1 VD 103 67 laki-laki APS non significant 104 64 laki-laki APS 3 VD 105 65 laki-laki STEMI 1 VD 106 40 laki-laki APS non significant 107 70 laki-laki CHF ec CAD 1 VD 108 56 laki-laki NSTEMI 2 VD 109 52 perempuan APS non significant 110 53 laki-laki NSTEMI 1 VD 111 63 laki-laki APTS 3 VD 112 66 laki-laki STEMI 2 VD 113 49 laki-laki STEMI 3 VD 114 49 laki-laki NSTEMI 3 VD 115 40 laki-laki APS non significant 116 66 laki-laki APS 2 VD 117 47 laki-laki APTS 2 VD 118 52 perempuan STEMI 1 VD 119 59 laki-laki STEMI 3 VD 120 53 laki-laki CHF ec CAD 3 VD 121 58 laki-laki NSTEMI non significant 122 52 perempuan STEMI 1 VD 123 52 laki-laki APTS 3 VD 124 51 laki-laki APS 3 VD 125 57 laki-laki APS 3 VD 126 54 laki-laki APTS non significant 127 42 laki-laki STEMI 2 VD 128 48 laki-laki NSTEMI 3 VD
129 38 perempuan APS non significant 130 64 laki-laki APS 3 VD 131 75 laki-laki NSTEMI 3 VD 132 55 laki-laki APTS 3 VD 133 61 laki-laki APS 3 VD 134 48 laki-laki NSTEMI 3 VD 135 39 perempuan CHF ec CAD non significant 136 52 laki-laki APS non significant 137 47 laki-laki STEMI 3 VD 138 63 laki-laki CHF ec CAD 1 VD 139 60 laki-laki CHF ec CAD 2 VD 140 67 laki-laki CHF ec CAD 3 VD 141 70 laki-laki APS 1 VD 142 54 laki-laki NSTEMI 2 VD 143 53 laki-laki APS 1 VD 144 55 laki-laki NSTEMI 2 VD 145 56 perempuan APS 3 VD 146 44 laki-laki APS 2 VD 147 53 laki-laki NSTEMI 3 VD 148 59 laki-laki STEMI 3 VD 149 52 laki-laki APTS non significant 150 68 perempuan APTS 3 VD 151 49 laki-laki NSTEMI 2 VD 152 45 laki-laki APTS 2 VD 153 66 laki-laki APS 2 VD 154 63 laki-laki APS 3 VD 155 58 perempuan APTS 2 VD 156 49 laki-laki APS 3 VD 157 66 laki-laki CHF ec CAD 3 VD 158 54 laki-laki APS 1 VD 159 57 laki-laki STEMI 3 VD 160 53 perempuan APS non significant 161 64 laki-laki APS 3 VD
162 54 laki-laki CHF ec CAD 3 VD 163 50 laki-laki STEMI 1 VD 164 60 laki-laki STEMI 3 VD 165 57 laki-laki STEMI non significant 166 50 laki-laki STEMI 2 VD 167 57 perempuan APS non significant 168 68 perempuan CHF ec CAD 2 VD 169 62 laki-laki STEMI 2 VD 170 56 laki-laki CHF ec CAD 3 VD 171 56 laki-laki APS 2 VD 172 42 laki-laki STEMI 2 VD 173 65 laki-laki APTS non significant 174 48 perempuan APS non significant 175 63 laki-laki CHF ec CAD 1 VD 176 58 laki-laki STEMI 3 VD 177 48 laki-laki STEMI non significant 178 49 perempuan APTS non significant 179 52 perempuan APS non significant 180 52 laki-laki APS 3 VD 181 73 laki-laki CHF ec CAD 3 VD 182 51 laki-laki NSTEMI non significant 183 53 laki-laki STEMI 3 VD 184 53 laki-laki NSTEMI 1 VD 185 54 laki-laki STEMI 1 VD 186 66 laki-laki CHF ec CAD non significant 187 56 laki-laki APS 3 VD 188 41 perempuan CHF ec CAD non significant 189 63 laki-laki APTS non significant 190 64 laki-laki STEMI 3 VD 191 48 laki-laki CHF ec CAD 3 VD 192 46 laki-laki STEMI 3 VD 193 50 laki-laki APS 3 VD 194 56 laki-laki STEMI 2 VD
195 51 laki-laki STEMI 1 VD 196 56 perempuan STEMI 1 VD 197 59 perempuan APS 3 VD 198 52 laki-laki APS 3 VD 199 56 laki-laki APS 2 VD 200 57 laki-laki CHF ec CAD 3 VD 201 56 perempuan NSTEMI non significant 202 51 laki-laki STEMI 1 VD 203 50 laki-laki APS 3 VD 204 65 perempuan NSTEMI non significant 205 57 perempuan CHF ec CAD non significant 206 56 laki-laki APTS non significant 207 35 laki-laki APS non significant 208 51 laki-laki APS 1 VD 209 46 laki-laki STEMI 3 VD 210 54 laki-laki CHF ec CAD 3 VD 211 59 laki-laki CHF ec CAD 1 VD 212 53 laki-laki APS non significant 213 56 laki-laki APS non significant 214 64 perempuan APS 2 VD 215 68 laki-laki CHF ec CAD 3 VD 216 55 laki-laki STEMI 2 VD 217 59 perempuan CHF ec CAD non significant 218 56 perempuan NSTEMI 1 VD 219 57 laki-laki CHF ec CAD 3 VD 220 66 laki-laki APS 3 VD 221 53 laki-laki APTS 3 VD 222 33 perempuan APS non significant 223 62 perempuan APTS non significant 224 52 perempuan APS 1 VD 225 54 laki-laki STEMI 3 VD 226 53 laki-laki APS non significant 227 61 laki-laki STEMI 1 VD
228 64 perempuan APTS non significant 229 56 laki-laki STEMI 1 VD 230 55 laki-laki NSTEMI 3 VD 231 52 perempuan STEMI 1 VD 232 50 laki-laki APS 3 VD 233 56 laki-laki APTS 1 VD 234 59 laki-laki NSTEMI 2 VD 235 69 laki-laki CHF ec CAD 3 VD 236 56 laki-laki NSTEMI 3 VD 237 57 perempuan STEMI 1 VD 238 61 perempuan STEMI 1 VD 239 53 laki-laki STEMI 1 VD 240 67 laki-laki CHF ec CAD 3 VD 241 68 perempuan APS 1 VD 242 57 laki-laki APTS non significant 243 64 laki-laki STEMI 1 VD 244 63 laki-laki STEMI 2 VD 245 59 perempuan STEMI 3 VD 246 68 laki-laki STEMI 2 VD 247 74 laki-laki APS 2 VD 248 49 laki-laki CHF ec CAD 3 VD 249 65 laki-laki NSTEMI 2 VD 250 64 laki-laki APS 2 VD 251 62 perempuan STEMI 3 VD 252 60 perempuan CHF ec CAD non significant 253 53 laki-laki STEMI 2 VD 254 57 laki-laki APTS 2 VD 255 71 laki-laki APS non significant 256 63 laki-laki APS 3 VD 257 56 laki-laki APS 3 VD 258 65 laki-laki APS 2 VD 259 48 laki-laki APS non significant 260 51 laki-laki APS 3 VD
261 48 laki-laki CHF ec CAD 3 VD 262 59 laki-laki APTS 1 VD 263 58 laki-laki APTS 3 VD 264 50 laki-laki APS 2 VD 265 58 laki-laki APS 1 VD 266 62 perempuan STEMI 3 VD 267 71 laki-laki CHF ec CAD 3 VD 268 76 laki-laki NSTEMI 2 VD 269 54 laki-laki CHF ec CAD 3 VD 270 51 laki-laki STEMI 3 VD 271 52 perempuan APS 1 VD 272 47 laki-laki APS 3 VD 273 57 laki-laki APS 3 VD 274 56 laki-laki CHF ec CAD non significant 275 55 laki-laki APTS 3 VD 276 68 laki-laki APTS 3 VD 277 48 laki-laki APS non significant 278 41 laki-laki CHF ec CAD 3 VD 279 60 laki-laki APS 3 VD 280 54 laki-laki CHF ec CAD 3 VD 281 58 laki-laki NSTEMI 3 VD 282 68 laki-laki CHF ec CAD 3 VD 283 66 laki-laki CHF ec CAD 1 VD 284 57 laki-laki STEMI 3 VD 285 64 perempuan APTS 1 VD 286 38 perempuan APS 1 VD 287 50 laki-laki STEMI 1 VD 288 54 laki-laki NSTEMI non significant 289 65 laki-laki STEMI 3 VD 290 57 perempuan APS 2 VD 291 63 perempuan CHF ec CAD non significant 292 53 laki-laki STEMI 1 VD 293 59 laki-laki APS 3 VD
294 59 laki-laki CHF ec CAD 3 VD 295 47 laki-laki STEMI 2 VD 296 51 perempuan APS 2 VD 297 62 perempuan APTS non significant 298 66 perempuan STEMI 2 VD 299 58 perempuan APTS non significant 300 47 laki-laki STEMI 1 VD 301 80 perempuan NSTEMI 3 VD 302 68 laki-laki STEMI 1 VD 303 58 laki-laki APS 3 VD 304 60 laki-laki CHF ec CAD 3 VD 305 63 perempuan APS non significant 306 53 laki-laki APS non significant 307 47 laki-laki STEMI 3 VD 308 60 laki-laki STEMI 1 VD 309 50 perempuan APS non significant 310 40 laki-laki APS non significant 311 53 laki-laki APS non significant 312 52 perempuan APS 2 VD 313 73 laki-laki CHF ec CAD 1 VD 314 56 laki-laki APTS 3 VD 315 50 perempuan APS 3 VD 316 53 laki-laki CHF ec CAD non significant 317 64 laki-laki APS 3 VD 318 73 laki-laki APS 3 VD 319 49 laki-laki APTS 3 VD 320 47 laki-laki APS 3 VD 321 59 laki-laki STEMI 2 VD 322 63 laki-laki APS non significant 323 39 laki-laki APS 2 VD 324 54 perempuan STEMI non significant 325 53 laki-laki STEMI 1 VD 326 62 laki-laki CHF ec CAD 3 VD
327 55 laki-laki STEMI 3 VD 328 68 perempuan STEMI 3 VD 329 63 laki-laki STEMI 3 VD 330 69 laki-laki CHF ec CAD 2 VD 331 71 laki-laki CHF ec CAD 1 VD 332 66 laki-laki CHF ec CAD 1 VD 333 41 laki-laki APS non significant 334 67 perempuan CHF ec CAD non significant 335 56 laki-laki STEMI 2 VD 336 59 laki-laki STEMI 3 VD 337 41 laki-laki APS non significant 338 82 perempuan NSTEMI 2 VD 339 53 perempuan STEMI 2 VD 340 57 laki-laki NSTEMI 2 VD 341 63 laki-laki NSTEMI 3 VD 342 43 laki-laki STEMI 2 VD 343 63 laki-laki APS non significant 344 63 laki-laki APTS 2 VD 345 57 laki-laki CHF ec CAD 1 VD 346 38 laki-laki APS non significant 347 34 laki-laki STEMI 2 VD 348 63 laki-laki CHF ec CAD 2 VD 349 41 laki-laki APS non significant 350 58 laki-laki APS 1 VD 351 62 laki-laki APS 1 VD 352 43 laki-laki APS 1 VD 353 68 laki-laki APS 1 VD 354 61 laki-laki STEMI 2 VD 355 63 laki-laki APS 3 VD 356 48 laki-laki CHF ec CAD 3 VD 357 55 laki-laki NSTEMI 2 VD 358 42 laki-laki APS 1 VD 359 53 perempuan NSTEMI 3 VD
360 61 laki-laki APS 2 VD 361 37 perempuan APS non significant 362 51 perempuan STEMI 1 VD 363 49 laki-laki APS 3 VD 364 65 laki-laki APS non significant 365 49 laki-laki STEMI 1 VD 366 54 laki-laki APS 3 VD 367 47 laki-laki CHF ec CAD 3 VD 368 68 laki-laki APS 2 VD 369 49 perempuan APS non significant 370 50 laki-laki APS non significant 371 43 laki-laki APS 2 VD 372 54 perempuan APS 3 VD 373 57 laki-laki STEMI 3 VD 374 56 perempuan CHF ec CAD 3 VD 375 53 laki-laki NSTEMI 3 VD 376 59 laki-laki APTS 2 VD 377 59 perempuan STEMI 1 VD 378 48 laki-laki NSTEMI 3 VD 379 60 perempuan APS non significant 380 50 laki-laki APTS 2 VD 381 45 laki-laki APTS non significant 382 65 laki-laki CHF ec CAD 3 VD 383 59 laki-laki STEMI 3 VD 384 50 laki-laki APS 3 VD 385 46 laki-laki STEMI 1 VD 386 62 perempuan APS 3 VD 387 67 laki-laki STEMI 2 VD 388 50 laki-laki STEMI 2 VD 389 53 laki-laki APS 3 VD 390 54 laki-laki APS non significant 391 67 perempuan APTS 3 VD 392 59 perempuan NSTEMI 1 VD
393 63 perempuan APS non significant 394 78 laki-laki APS 2 VD 395 60 perempuan APS non significant 396 63 laki-laki APS 2 VD 397 58 laki-laki CHF ec CAD 3 VD 398 59 laki-laki STEMI 2 VD 399 70 laki-laki CHF ec CAD non significant 400 56 perempuan APS 1 VD 401 62 laki-laki NSTEMI 2 VD 402 59 laki-laki NSTEMI 3 VD 403 44 laki-laki STEMI non significant 404 59 perempuan APS 2 VD 405 73 perempuan STEMI 1 VD 406 56 laki-laki STEMI 2 VD 407 53 laki-laki APS 1 VD 408 56 laki-laki CHF ec CAD 1 VD 409 53 laki-laki APS 2 VD 410 56 laki-laki CHF ec CAD 2 VD 411 53 laki-laki APS 1 VD 412 56 laki-laki CHF ec CAD 2 VD 413 41 laki-laki CHF ec CAD non significant 414 57 perempuan CHF ec CAD non significant 415 61 laki-laki APS 1 VD 416 32 laki-laki APS non significant 417 51 laki-laki APS 1 VD 418 53 laki-laki STEMI 1 VD 419 60 laki-laki STEMI 2 VD 420 54 laki-laki STEMI 1 VD 421 67 perempuan APS non significant 422 59 laki-laki CHF ec CAD 2 VD 423 50 laki-laki APS 3 VD 424 52 perempuan CHF ec CAD 1 VD 425 68 laki-laki APS 3 VD
426 46 laki-laki APS 1 VD 427 68 perempuan CHF ec CAD non significant 428 57 laki-laki CHF ec CAD 2 VD 429 45 laki-laki STEMI 3 VD 430 54 perempuan APS non significant 431 40 laki-laki APS 2 VD 432 61 laki-laki STEMI 3 VD 433 39 laki-laki STEMI 2 VD 434 61 laki-laki CHF ec CAD 1 VD 435 53 laki-laki STEMI 3 VD 436 55 perempuan NSTEMI 3 VD 437 59 perempuan CHF ec CAD non significant 438 49 laki-laki CHF ec CAD 3 VD 439 62 laki-laki APS non significant 440 48 laki-laki STEMI 1 VD 441 47 perempuan APS 1 VD 442 62 laki-laki STEMI 2 VD 443 57 laki-laki STEMI 3 VD 444 58 perempuan CHF ec CAD 3 VD 445 53 laki-laki APTS 3 VD 446 67 laki-laki APTS 3 VD 447 57 laki-laki APS 3 VD 448 61 laki-laki CHF ec CAD 2 VD 449 46 laki-laki APTS non significant 450 60 laki-laki CHF ec CAD 3 VD 451 57 laki-laki STEMI 3 VD 452 39 laki-laki APS non significant 453 61 perempuan CHF ec CAD 3 VD 454 58 perempuan APTS 3 VD 455 52 perempuan APTS non significant 456 58 laki-laki STEMI 2 VD 457 52 laki-laki STEMI 2 VD 458 59 perempuan APS 3 VD
459 55 laki-laki NSTEMI 3 VD 460 65 laki-laki STEMI non significant 461 56 laki-laki APS 3 VD 462 64 laki-laki APS 1 VD 463 63 laki-laki APTS 1 VD 464 55 laki-laki STEMI 1 VD 465 62 laki-laki CHF ec CAD non significant 466 66 laki-laki CHF ec CAD 1 VD 467 51 laki-laki APS 2 VD 468 60 laki-laki APS non significant 469 53 perempuan APTS 3 VD 470 48 laki-laki NSTEMI 2 VD 471 49 laki-laki APS 1 VD 472 47 laki-laki APS 3 VD 473 58 laki-laki STEMI 1 VD 474 45 laki-laki APTS 3 VD 475 67 laki-laki STEMI 3 VD 476 41 laki-laki APS non significant 477 51 laki-laki CHF ec CAD 1 VD 478 52 laki-laki NSTEMI 1 VD 479 57 laki-laki CHF ec CAD 3 VD 480 63 laki-laki CHF ec CAD 3 VD 481 65 laki-laki APS 2 VD 482 58 laki-laki CHF ec CAD 1 VD 483 49 laki-laki APS 2 VD 484 72 laki-laki APTS 2 VD 485 65 laki-laki STEMI 2 VD 486 73 laki-laki APS 3 VD 487 40 laki-laki NSTEMI 3 VD 488 59 perempuan APS non significant 489 47 laki-laki NSTEMI 1 VD 490 53 laki-laki STEMI 3 VD 491 54 laki-laki NSTEMI 2 VD
492 66 laki-laki CHF ec CAD 3 VD 493 68 perempuan CHF ec CAD 1 VD 494 54 laki-laki NSTEMI 3 VD 495 50 laki-laki STEMI 1 VD 496 47 laki-laki STEMI 2 VD 497 61 laki-laki CHF ec CAD non significant 498 34 laki-laki STEMI 2 VD 499 52 laki-laki APS 3 VD 500 49 laki-laki STEMI 2 VD 501 47 laki-laki CHF ec CAD 2 VD 502 54 laki-laki CHF ec CAD 3 VD 503 51 laki-laki STEMI 1 VD 504 69 laki-laki CHF ec CAD non significant 505 60 laki-laki APS 2 VD 506 51 perempuan APS non significant 507 47 laki-laki APTS 1 VD 508 64 laki-laki CHF ec CAD 2 VD 509 64 laki-laki STEMI 3 VD 510 50 perempuan STEMI 3 VD 511 38 laki-laki STEMI non significant 512 62 perempuan APS 1 VD 513 68 perempuan CHF ec CAD non significant 514 55 perempuan CHF ec CAD 2 VD 515 58 laki-laki CHF ec CAD non significant 516 67 laki-laki APTS 2 VD 517 57 laki-laki APS 2 VD 518 54 laki-laki STEMI 1 VD 519 57 laki-laki STEMI 2 VD 520 57 laki-laki STEMI 1 VD 521 63 perempuan CHF ec CAD 3 VD 522 56 laki-laki CHF ec CAD 3 VD 523 65 laki-laki APS non significant 524 54 laki-laki APS 2 VD
525 42 laki-laki STEMI 3 VD 526 48 laki-laki STEMI 1 VD 527 59 laki-laki CHF ec CAD non significant 528 54 perempuan CHF ec CAD non significant 529 61 perempuan CHF ec CAD 3 VD 530 43 laki-laki APS 1 VD 531 51 perempuan APS 2 VD 532 57 laki-laki APS 2 VD 533 53 laki-laki STEMI 1 VD 534 52 laki-laki NSTEMI 1 VD 535 55 laki-laki STEMI 3 VD 536 67 perempuan CHF ec CAD 3 VD 537 59 perempuan STEMI 1 VD 538 61 laki-laki CHF ec CAD 2 VD 539 62 perempuan STEMI 1 VD 540 49 laki-laki STEMI 3 VD 541 52 laki-laki STEMI 2 VD 542 51 laki-laki APS 3 VD 543 58 perempuan STEMI 3 VD 544 62 laki-laki STEMI 1 VD 545 55 laki-laki STEMI 3 VD 546 51 laki-laki APS 2 VD 547 51 laki-laki APS 2 VD 548 61 laki-laki NSTEMI 3 VD 549 64 laki-laki APS non significant 550 62 laki-laki STEMI non significant 551 60 perempuan APTS non significant 552 69 laki-laki APTS 2 VD 553 57 perempuan APTS 2 VD 554 61 perempuan NSTEMI 3 VD 555 52 laki-laki STEMI 1 VD 556 50 laki-laki STEMI 1 VD 557 55 laki-laki STEMI 1 VD
558 62 perempuan CHF ec CAD non significant 559 50 laki-laki STEMI 2 VD 560 43 laki-laki STEMI 2 VD 561 50 laki-laki APS non significant 562 66 laki-laki STEMI 3 VD 563 48 laki-laki APTS 3 VD 564 68 perempuan APS non significant 565 50 laki-laki APTS 3 VD 566 58 laki-laki STEMI 3 VD 567 65 laki-laki NSTEMI 3 VD 568 71 laki-laki APS 1 VD 569 56 perempuan APS 1 VD 570 57 laki-laki STEMI 1 VD 571 54 laki-laki NSTEMI 2 VD 572 54 laki-laki APS 3 VD
Intervensi Koroner Perkutan No. Usia Jenis Kelamin Diagnosis Stent 1 52 laki-laki STEMI 1 stent 2 55 laki-laki STEMI 3 stent 3 49 laki-laki STEMI 2 stent 4 54 perempuan STEMI 2 stent 5 34 laki-laki STEMI 1 stent 6 56 laki-laki STEMI 2 stent 7 57 laki-laki STEMI 2 stent 8 61 laki-laki STEMI 1 stent 9 61 laki-laki APS 1 stent 10 50 laki-laki STEMI 2 stent 11 56 laki-laki STEMI 2 stent 12 43 laki-laki STEMI 2 stent 13 39 laki-laki APS 1 stent 14 53 laki-laki STEMI 1 stent 15 54 perempuan STEMI 1 stent 16 55 perempuan APS 1 stent 17 73 laki-laki APS 1 stent 18 43 laki-laki STEMI 1 stent 19 52 laki-laki CHF ec CAD 1 stent 20 54 perempuan STEMI 1 stent 21 61 laki-laki NSTEMI 2 stent 22 66 laki-laki STEMI 1 stent 23 62 perempuan STEMI 1 stent 24 61 laki-laki STEMI 1 stent 25 50 laki-laki APS 2 stent 26 45 laki-laki NSTEMI 1 stent 27 67 perempuan CHF ec CAD 3 stent 28 63 laki-laki APTS 1 stent 29 49 laki-laki STEMI 1 stent 30 49 laki-laki NSTEMI 1 stent 31 49 laki-laki NSTEMI 1 stent
32 67 laki-laki APTS 1 stent 33 46 laki-laki CHF ec CAD 1 stent 34 55 laki-laki STEMI 2 stent 35 59 laki-laki CHF ec CAD 2 stent 36 64 laki-laki STEMI 1 stent 37 59 laki-laki STEMI 2 stent 38 49 laki-laki APS 1 stent 39 67 laki-laki APTS 1 stent 40 54 laki-laki APS 1 stent 41 70 laki-laki CHF ec CAD 1 stent 42 57 laki-laki APS 3 stent 43 52 perempuan STEMI 1 stent 44 59 laki-laki STEMI 3 stent 45 56 perempuan STEMI 1 stent 46 46 laki-laki STEMI 1 stent 47 54 laki-laki APS 3 stent 48 50 laki-laki APS 1 stent 49 64 laki-laki STEMI 3 stent 50 41 laki-laki STEMI 1 stent 51 65 laki-laki STEMI 1 stent 52 49 laki-laki NSTEMI 2 stent 53 67 laki-laki STEMI POBA 54 65 laki-laki STEMI 2 stent 55 53 laki-laki NSTEMI 1 stent 56 77 laki-laki CHF ec CAD 2 stent 57 66 laki-laki APS 2 stent 58 63 laki-laki APTS 1 stent 59 53 laki-laki STEMI 2 stent 60 48 laki-laki STEMI 1 stent 61 46 laki-laki NSTEMI 2 stent 62 49 laki-laki APS 2 stent 63 52 laki-laki NSTEMI 2 stent 64 45 laki-laki APTS 2 stent
65 53 laki-laki APS 1 stent 66 53 laki-laki NSTEMI 2 stent 67 55 laki-laki STEMI 1 stent 68 70 laki-laki APS 1 stent 69 48 laki-laki NSTEMI 3 stent 70 65 laki-laki CHF ec CAD 1 stent 71 50 laki-laki STEMI 1 stent 72 53 laki-laki NSTEMI 1 stent 73 63 laki-laki CHF ec CAD 1 stent 74 50 laki-laki STEMI 3 stent 75 61 perempuan NSTEMI 2 stent 76 49 laki-laki APS 2 stent 77 54 laki-laki CHF ec CAD 3 stent 78 58 perempuan APTS 2 stent 79 61 laki-laki APS 1 stent 80 55 laki-laki APTS 1 stent 81 75 laki-laki NSTEMI 1 stent 82 54 laki-laki STEMI 1 stent 83 68 perempuan CHF ec CAD 1 stent 84 49 laki-laki NSTEMI 2 stent 85 56 laki-laki APS 1 stent 86 64 laki-laki APS 3 stent 87 54 laki-laki NSTEMI 1 stent 88 63 laki-laki CHF ec CAD 1 stent 89 65 laki-laki NSTEMI 2 stent 90 74 laki-laki APS 1 stent 91 64 laki-laki STEMI 1 stent 92 61 perempuan STEMI 1 stent 93 59 laki-laki NSTEMI 1 stent 94 56 laki-laki STEMI 1 stent 95 63 perempuan APS 1 stent 96 59 laki-laki CHF ec CAD 1 stent 97 56 laki-laki APS 2 stent
98 51 laki-laki STEMI 1 stent 99 48 laki-laki CHF ec CAD 3 stent
100 62 perempuan STEMI 3 stent 101 68 laki-laki STEMI 1 stent 102 68 perempuan APS 1 stent 103 57 perempuan STEMI 1 stent 104 53 laki-laki APTS 1 stent 105 56 perempuan STEMI 1 stent 106 57 laki-laki CHF ec CAD 1 stent 107 71 laki-laki STEMI 2 stent 108 61 laki-laki CHF ec CAD 3 stent 109 51 laki-laki STEMI 1 stent 110 52 laki-laki APS 1 stent 111 57 laki-laki APS 3 stent 112 46 laki-laki STEMI 1 stent 113 50 laki-laki APS 1 stent 114 69 perempuan APS 1 stent 115 52 perempuan STEMI 2 stent 116 51 laki-laki APTS 3 stent 117 59 perempuan STEMI POBA 118 53 laki-laki STEMI 2 stent 119 65 laki-laki APS 1 stent 120 59 laki-laki APTS 1 stent 121 64 perempuan APTS 1 stent 122 50 laki-laki STEMI 1 stent 123 53 laki-laki STEMI 1 stent 124 57 laki-laki STEMI 2 stent 125 55 perempuan APS 2 stent 126 57 laki-laki STEMI 1 stent 127 58 laki-laki APS 2 stent 128 65 laki-laki STEMI 1 stent 129 53 laki-laki STEMI 3 stent 130 76 laki-laki NSTEMI POBA
131 53 laki-laki STEMI 1 stent 132 39 laki-laki STEMI 2 stent 133 53 perempuan APS 1 stent 134 59 laki-laki STEMI 3 stent 135 53 laki-laki APS 1 stent 136 60 laki-laki APS 1 stent 137 54 laki-laki STEMI 1 stent 138 68 laki-laki CHF ec CAD 2 stent 139 51 perempuan STEMI 1 stent 140 59 laki-laki APS 1 stent 141 52 perempuan APS 1 stent 142 53 laki-laki APS 1 stent 143 68 laki-laki APS 1 stent 144 43 laki-laki APS 1 stent 145 66 perempuan NSTEMI 2 stent 146 53 perempuan STEMI 3 stent 147 56 laki-laki STEMI 1 stent 148 34 perempuan STEMI 1 stent 149 57 laki-laki STEMI 1 stent 150 57 laki-laki NSTEMI 2 stent 151 82 perempuan NSTEMI 2 stent 152 37 laki-laki APS 2 stent 153 43 laki-laki STEMI 1 stent 154 46 laki-laki STEMI 1 stent 155 41 laki-laki STEMI 3 stent 156 59 perempuan STEMI 1 stent 157 53 perempuan NSTEMI 1 stent 158 67 laki-laki STEMI 3 stent 159 65 laki-laki CHF ec CAD 2 stent 160 59 laki-laki APTS 1 stent 161 57 laki-laki STEMI 3 stent 162 49 laki-laki STEMI 1 stent 163 61 laki-laki CHF ec CAD 1 stent
164 50 laki-laki STEMI 2 stent 165 53 laki-laki CHF ec CAD 2 stent 166 43 laki-laki APS 3 stent 167 61 laki-laki CHF ec CAD 1 stent 168 61 laki-laki STEMI 3 stent 169 46 laki-laki APS 2 stent 170 63 laki-laki APS 1 stent 171 59 laki-laki CHF ec CAD 1 stent 172 53 laki-laki STEMI 1 stent 173 53 laki-laki STEMI 2 stent 174 45 laki-laki NSTEMI 2 stent 175 53 laki-laki APTS 2 stent 176 58 perempuan APS 1 stent 177 59 laki-laki STEMI 1 stent 178 46 laki-laki APS 1 stent 179 54 laki-laki STEMI 1 stent 180 61 laki-laki APS 1 stent 181 66 laki-laki APTS 1 stent 182 59 perempuan APS 2 stent 183 52 laki-laki APS 2 stent 184 73 perempuan APS POBA 185 56 laki-laki STEMI 1 stent 186 56 perempuan APS 1 stent 187 63 laki-laki APS 3 stent 188 39 laki-laki APS 3 stent 189 62 laki-laki STEMI 3 stent 190 52 perempuan CHF ec CAD 1 stent 191 73 laki-laki APS 2 stent 192 72 laki-laki APTS 1 stent 193 58 laki-laki STEMI 1 stent 194 51 laki-laki CHF ec CAD 1 stent 195 73 laki-laki APS 2 stent 196 66 laki-laki CHF ec CAD 1 stent
197 59 perempuan APS 2 stent 198 58 laki-laki STEMI 1 stent 199 65 laki-laki STEMI 1 stent 200 48 laki-laki NSTEMI 2 stent 201 55 laki-laki STEMI 1 stent 202 49 laki-laki APS 1 stent 203 52 laki-laki STEMI 1 stent 204 63 laki-laki APTS 1 stent 205 63 laki-laki CHF ec CAD 2 stent 206 49 laki-laki APS 1 stent 207 58 laki-laki STEMI POBA 208 42 laki-laki STEMI 3 stent 209 63 perempuan CHF ec CAD 3 stent 210 57 laki-laki STEMI 2 stent 211 55 perempuan CHF ec CAD 1 stent 212 47 laki-laki CHF ec CAD 1 stent 213 34 laki-laki STEMI 1 stent 214 69 laki-laki APS 2 stent 215 51 laki-laki STEMI 1 stent 216 50 laki-laki STEMI 2 stent 217 54 laki-laki NSTEMI 3 stent 218 43 laki-laki APS 2 stent 219 54 laki-laki STEMI 2 stent 220 62 perempuan APS 1 stent 221 64 laki-laki CHF ec CAD 1 stent 222 52 laki-laki APS 3 stent 223 68 perempuan CHF ec CAD 1 stent 224 47 laki-laki NSTEMI 1 stent 225 48 laki-laki STEMI 2 stent 226 47 laki-laki APTS 2 stent 227 57 perempuan APS 2 stent 228 49 laki-laki STEMI 1 stent 229 62 laki-laki NSTEMI 2 stent
230 55 laki-laki STEMI 1 stent 231 50 laki-laki APTS 2 stent 232 61 laki-laki CHF ec CAD 3 stent 233 52 laki-laki NSTEMI 1 stent 234 51 perempuan APS 2 stent 235 54 laki-laki NSTEMI 1 stent 236 50 laki-laki STEMI 1 stent 237 57 perempuan APS 1 stent 238 62 perempuan NSTEMI 1 stent 239 56 perempuan APS 3 stent 240 57 laki-laki STEMI 1 stent 241 56 laki-laki APS 1 stent 242 58 laki-laki STEMI 2 stent 243 54 laki-laki APS 3 stent 244 50 laki-laki APS 1 stent 245 52 laki-laki APS 1 stent 246 61 laki-laki NSTEMI 2 stent 247 53 laki-laki STEMI 1 stent 248 43 laki-laki STEMI 1 stent 249 55 laki-laki STEMI 1 stent 250 58 laki-laki APS 2 stent