skripsi gambaran pengetahuan perawat dalam … · 2019-08-09 · skripsi gambaran pengetahuan...
TRANSCRIPT
SKRIPSI
GAMBARAN PENGETAHUAN PERAWAT DALAM
PEMILAHAN SAMPAH INFEKSIUS DI RUMAH
SAKIT SANTA ELISABETH MEDAN
TAHUN 2019
Oleh :
FEBRIYANI VERA SINAGA
032014017
PROGRAM STUDI NERS
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTA ELISABETH
MEDAN
2019
SKRIPSI
GAMBARAN PENGETAHUAN PERAWAT DALAM
PEMILAHAN SAMPAH INFEKSIUS DI RUMAH
SAKIT SANTA ELISABETH MEDAN
TAHUN 2019
Memperoleh Untuk Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Dalam Program Studi Ners
Pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Santa Elisabeth Medan
Oleh :
FEBRIYANI VERA SINAGA
032014017
PROGRAM STUDI NERS
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTA ELISABETH
MEDAN
2019
viii
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat dan karunia-nya peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik
dan tepat pada waktunya. Adapun judul penelitian ini adalah“Gambaran
Pengetahuan Perawat dalam Pemilahan Sampah Infeksius di Rumah Sakit
santa Elisabeth Medan 2019”. Penelitian ini bertujuan untuk melengkapi tugas
dalam menyelesaikan pendidikan di Program studi Ners STIKes Santa Elisabeth
Medan.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna baik dari
isi maupun bahasa yang digunakan. Oleh karena itu peneliti mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun sehingga karya tulis ini dapat lebih baik lagi.
Penyusunan penelitian ini telah banyak mendapatkan bantuan, bimbingan, dan
dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu peneliti mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Mestiana Br. Karo, M. Kep., DNSc selaku Ketua STIKes Santa Elisabeth
Medan, yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas untuk mengikuti
serta menyelesaikan pendidikan di STIKes Santa Elisabeth Medan.
2. Dr. Maria Christina, MARS selaku direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth
Medan yang telah memberikan izin kepada peneliti dalam melakukan
penelitian.
3. Samfriati Sinurat, S.Kep., Ns., MAN, selaku Ketua Program studi Ners
STIKes Santa Elisabeth Medan sekaligus dosen Pembimbing Akademik
x
yang telah memberikan waktu, dalam membimbing dan memberikan arahan
sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik.
4. Jagentar P Pane S.Kep., Ns., M.Kep selaku dosen pembimbing I yang telah
banyak memberikan waktu, dalam membimbing dan memberi arahan
sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
5. Ance M Siallagan S.Kep.,Ns., M. Kep selaku dosen pembimbing II yang
telah yang telah membantu dan membimbing dalam upaya menyelesaikan
skripsi ini dengan baik.
6. Seri Rayani Bangun S.Kp., M.Biomed selaku dosen penguji III yang telah
membimbing dan memberikan masukan kepada peneliti dalam penyelesaian
skripsi ini.
7. Kepada responden di ruangan bedah Maria dan Martha di Rumah Sakit
Santa Elisabeth Medan yang telahmemberikan waktu, dalam membimbing
sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik.
8. Istimewa kepada kedua orang tua peneliti, Bapak M Sirait dan ibu E
Sinabariba yang selalu memberikan doa beserta dukungan yang sangat luar
biasa kepada peneliti.
9. Srinta Decy Sinulingga yang selalu memberikan masukan kepada peneliti
dalam penyelesaian skripsi ini.
10. Istimewa kepada kedua saudara peneliti Iyosafat Lamhot dan Ester Lidianti
yang selalu memberikan doa beserta dukungan yang sangat luar biasa
kepada peneliti.
xi
xii
ABSTRAK
Febriyani VeraSinaga, 032014017
Gambaran Pengetahuan Perawat Dalam Pemilahan Sampah Infeksius Di Rumah
Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2019
Program Studi Ners, 2019
Kata Kunci : Pengetahuan Perawat, Sampah Infeksius
(xvii+ 56 +Lampiran)
Sampah infeksius adalah sampah yang berkaitan dengan pasien yang memerlukan
isolasi penyakit menular (perawatan intensif) dan limbah laboratorium.
Limbahdapat menjadi sumber penyebaran penyakit pada petugas, pasien,
pengunjung, maupun masyarakat sekitar oleh karena itu, limbah ini memerlukan
wadah atau kontainer khusus dalam pengolahannya. Untuk itu diperlukan
pengetahuan tentang penanganan sampah infeksius di rumah
sakit.Penelitianbertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan perawat dalam
mengelolah sampah infeksius di ruang bedah yaitu ruangan St. Maria dan St.
Marta di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan.Rancangan penelitian yang
digunakan dalam penelitian adalah rancangan deskriptif yang bertujuan untuk
mengidentifikasi pengetahuan perawat dalam pemilahansampah infeksius di
Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2019. Jumlah sampel dalam
penelitian ini sebanyak 20 orang perawat dengan pengambilan sampel
menggunakan teknik total sampling. Hasil analisa univariat menunjukkan bahwa
pengetahuan perawat dalam mengelola sampah infeksius berkategori baik (60 %),
cukup (15 %) dan kurang (25 %). Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan
perawat dalam mengelola sampah infeksius di Rumah Sakit Santa Elisabeth
Medan Tahun 2019 sudah tergolong baik.
Daftar Pustaka (2007-2016)
viii
ABSTRACT
Febriyani Vera Sinaga, 032014017
Overview of Nurse Knowledge in Sorting Infectious Waste at Santa Elisabeth
Medan Hospital in 2019
Ners Study Program, 2019
Keywords: Nurse Knowledge, Infection Waste
(xvii + 56 + Appendix)
Infectious waste is rubbish related to patients who need isolation of infectious
diseases (intensive care) and laboratory waste. Waste can be a source of disease
spread to officers, patients, visitors, and the surrounding community, therefore,
this waste requires special containers or containers for processing. For this
reason, knowledge is needed on handling infectious waste in hospitals. The study
aims to find out the description of nurses' knowledge in managing infectious waste
in the operating room, namely St. Mary and St. Marta at Santa Elisabeth Hospital
Medan. The research design used in the study was a descriptive design that aimed
to identify nurses' knowledge in the collection of infectious waste in Santa
Elisabeth Medan Hospital in 2019. The number of samples in this study were 20
nurses with sampling using total techniques. sampling. The results of the
univariate analysis showed that nurses' knowledge in managing infectious waste
was in good category (60%), sufficient (15%) and less (25%). This shows that
nurses' knowledge in managing infectious waste in Santa Elisabeth Medan
Hospital in 2019 is already good.
Bibliography (2007-2016)
ix
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DEPAN .......................................................................................... i
SAMPUL DALAM ......................................................................................... ii
HALAMAN PERSYARATAN GELAR ...................................................... iii
SURAT PERNYATAAN ............................................................................... iv
PERSETUJUAN ............................................................................................. v
PENGESAHAN .............................................................................................. vi
SURAT PERNYATAAN PUBLIKASI ........................................................ vii
KATA PENGANTAR .................................................................................... viii
ABSTRAK ...................................................................................................... xi
ABSTRACT ..................................................................................................... xii
DAFTAR ISI ................................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL........................................................................................... xvi
DAFTAR BAGAN .......................................................................................... xvii
BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................ 4
1.3 Tujuan Penulisan .......................................................................... 4
1.3.1 Tujuan umum ...................................................................... 4
1.3.2 Tujuan khusus .................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................... 5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 6
2.1 Pengetahuan ................................................................................... 6
2.1.1 Pengertian Pengetahuan ....................................................... 6
2.1.2 Jenis Pengetahuan ................................................................ 6
2.1.3 Tindakan Pengetahuan ......................................................... 7
2.1.4 Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan ............................ 9
2.1.5 Pengukuran Pengetahuan ..................................................... 11
2.1.6 Cara Memperoleh Pengetahuan .......................................... 12
2.2 Sampah Infeksius .......................................................................... 13
2.2.1 Pengertian Sampah Infeksius .............................................. 14
2.2.2 Karakteristik Sampah Infeksius .......................................... 14
2.2.3 Cara Pemilahan Sampah Infeksius ....................................... 15
2.2.4 Pengelolaan Sampah berdasarkan MENKES 2004 ............. 15
2.2.5 Persyaratan .......................................................................... 17
2.2.6 Tata Laksana ....................................................................... 21
BAB 3 KERANGKA KONSEP..................................................................... 35
3.1 Kerangka Konsep ............................................................................ 35
x
BAB 4 METODE PENELITIAN ................................................................. 36
4.1 Rancangan Penelitian ..................................................................... 36
4.2 Populasi dan Sampel ..................................................................... 35
4.2.1 Populasi ............................................................................... 36
4.2.2 Sampel ................................................................................. 36
4.3 Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional................................ 36
4.3.1 Variabel Penelitian .............................................................. 36
4.3.2 Defenisi Operasional ........................................................... 37
4.4 Instrumen Penelitian ...................................................................... 38
4.5 Lokasi Penelitian ............................................................................ 38
4.5.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................... 39
4.6 Prosedur Pengambilan Dan Pengumpulan Data ............................ 39
4.6.1 Pengambilan Data ................................................................ 39
4.6.2 Teknik Pengumpulan Data .................................................. 40
4.6.3 Uji Validitas ......................................................................... 40
4.6.3 Uji reliabilitas ....................................................................... 41
4.8 Kerangka Konsep .......................................................................... 42
4.7 Analisa Data ................................................................................... 42
4.9 Etika Penelitian ............................................................................. 43
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................ 45
5.1 Hasil Penelitian .............................................................................. 45
5.1.1 Gambaran lokasi penelitian ................................................. 45
5.1.2 Deskripsi data demografi responden ................................... 46
5.1.3 Gambaran Pengetahuan Perawat tentang tahu Dalam Pemilahan
Sampah Infekius .................................................................. 47
5.1.4 Gambaran Pengetahuan Perawat tentang memahami Dalam
Pemilahan Sampah Infeksius di Rumah Sakit Santa Elisabeth
Medan Tahun 2019 .............................................................. 48
5.1.5 Gambaran Pengetahuan Perawat tentang aplikasi Dalam
Pemilahan Sampah Infekius ............................................. 48
5.1.6 Gambaran Pengetahuan Perawat dalam Pemilahan Sampah
Infeksius di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2019 ..................................................................................... 49
5.2 Pembahasan .................................................................................... 49
5.2.1 Pengetahuan perawat tentang tahu dalam pemilahan sampah
infekius ................................................................................ 49
5.2.1 Pengetahuan perawat tentang memahami dalam Pemilahan
sampah infeksius ................................................................. 50
5.2.3 Pengetahuan perawat tentang aplikasi dalam pemilahan
sampah infekius ................................................................... 51
5.2.4 Pengetahuan Perawat dalam Pemilahan Sampah
Infeksius ............................................................................... 51
xi
BAB 6 SIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 53
6.1 Simpulan ......................................................................................... 53
6.2 Saran .............................................................................................. 53
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 55
LAMPIRAN
1. Flowchart................................................................................................... 57
2. Usulan judul Skripsi .................................................................................. 58
3. Surat Permohonan Pengambilan Data Awal ............................................. 59
4. Surat persetujuan survei awal.................................................................... 60
5. Surat Permohonan Izin Penelitian ............................................................. 61
6. Surat layak etik .......................................................................................... 63
7. Surat Permohonan Izin Penelitian ............................................................. 64
8. Surat Balasan Izin Penelitian .................................................................... 65
9. Surat balasan selesai penelitian ................................................................. 67
10. Lembar persetujuan ................................................................................... 69
11. Informed Consent ...................................................................................... 70
12. Lembar Kuesioner Penelitian ................................................................... 71
13. Kartu bimbingan........................................................................................ 76
{
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1 Defenisi Operasional Gambaran Pengetahuan Perawat Dalam
PemilahanSampah Infeksius Di Rumah Sakit Santa Elisabeth
Medan Tahun 2019 .......................................................................... 36
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi dan Presentase Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan,
Status, Lama Bekerja, Suku, dan Agama Perawatdi Ruang Rawat
Inap Bedah Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan 2019 ............................. 45
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Perawat tentang tahu dalam
pemilahan Sampah Infeksius ........................................................... 46
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Perawat tentang memahami dalam
Pemilahan Sampah Infeksius ........................................................... 47
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Perawat tentang aplikasi Dalam
Pemilahan Sampah Infeksius ........................................................... 47
Tabel 5.5 Distribusi Pengetahuan Perawat Dalam Pemilahan Sampah Infeksius
di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2019 .................................. 48
xiii
DAFTAR BAGAN
Hal
Bagan 3.1
Bagan 4.1
Kerangka Konsep Gambaran Pengetahuan Perawat Dalam
Pemilihan Sampah Infeksius di Rumah Sakit Santa
Elisabeth Medan Tahun 2019..............................................
Kerangka Operasional Gambaran Pengetahuan Perawat
Dalam Pemilahan Sampah Infeksius di Rumah Sakit Santa
Elisabeth Medan Tahun 2019..............................................
34
41
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Rumah sakit merupakan salah satu penghasil sampah terbesar dan
memiliki potensial yang dapat menimbulkan pencemaran bagi lingkungan
sekitarnya bahkan rumah sakit itu sendiri. Kegiatan rumah sakit berlangsung dua
puluh empat jam sehari dan melibatkan berbagai aktifitas orang banyak, sehingga
memiliki potensial dalam menghasilkan sejumlah besar limbah (Kementerian
Lingkungan Hidup RI, 2008).
World Health Organization (WHO, 2010) melaporkan bahwa sampah
yang dihasilkan layanan kesehatan (rumah sakit) hampir 80% berupa sampah
umum dan sampah bahan berbahaya yang mungkin menular, beracun atau
radioaktif. Sebesar 15% sampah jaringan tubuh, sampah benda tajam sebesar 1%,
sampah kimia dan farmasi 3%, sampah genotoksik dan radioaktif sebesar 1%.
Sampah dan sampah rumah sakit adalah sampah dan sampah yang dihasilkan oleh
kegiatan penunjang lainnya. Secara umum sampah dan sampah rumah sakit dibagi
dua kelompok besar yaitu sampah medis atau sampah infeksius dan sampah non
infeksius (Arifin, 2009).
Sampah infeksius merupakan sampah yang berkaitan dengan pasien yang
memerlukan isolasi penyakit menular (perawatan intensif) dan sampah
laboratorium. Sampah ini dapat menjadi sumber penyebaran penyakit kepada
petugas, pasien, pengunjung, maupun masyarakat sekitar sehingga sampah ini
2
memerlukan wadah atau kontainer khusus dalam pengolahannya (Paramita,
2007).
Perawat merupakan salah satu petugas medis yang memiliki peran penting
dalam melakukan pengelolaan sampah, karena perawat merupakan orang yang
paling sering melakukan kontak langsung dengan sampah infeksius yang berasal
dari pasien. Pengelolaan sampah dengan benar oleh perawat, sangat dipengaruhi
oleh pengetahuan perawat dalam pemilahan sampah, baik sampah infeksius
maupun non infeksius.
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi
melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman,
perasa dan peraba. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam
membentuk tindakan seseorang terhadap objek yang di nilai melalui pancaindera.
Pengetahuan perawat tentang pemilahan sampah sangat mempengaruhi
tindakan perawat dalam melakukan pengelolahan sampah infeksius dan non
infeksius di Rumah Sakit. Sudiharti (2012) menyatakan bahwa dari 60 perawat
yang ada di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta yang sedang shif pagi, sebagian
besar memiliki pengetahuan cukup dalam pemilahan sampah yaitu sebanyak 50%.
Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan yang dimiliki perawat tentang sampah,
jenis sampah dan cara pembuangan sampah medis masih kurang karena perawat
belum mampu melakukan pemilahan sampah dengan baik.
Kemenkes RI (2011) menemukan bahwa sistem pengelolaan awal
terhadap sampah belum dilaksanakan dengan baik, terlihat dari banyaknya
3
percampuran antara sampah medis dan non medis di tempat penampungan
sampah sementara, walaupun sudah terdapat beberapa poster petunjuk untuk
membuang sampah sesuai dengan jenisnya. Maka pengetahuan dan sikap
kemungkinan akan menggambarkan tindakan perawat dalam membuang limbah
medis. Semua perawat yang bekerja diruangan-ruangan menghasilkan limbah
medis dan non medis harus bertanggung jawab dalam pemilahannya. Proses
pengelolaan limbah medis dilakukan oleh perawat pada tahap pemilahannya dan
petugas kebersihan pada tahap pengangkutannya (Pruss, 2005).
Survei awal yang diperoleh melalui wawancara yang dilakukan oleh
peneliti di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan kepada anggota PPI diperoleh
bahwa perawat yang patuh dalam melakukan pemilahan sampah pada bulan
Desember 2016 yaitu sebanyak 89% sedangkan berdasarkan observasi yang
dilakukan peneliti selama menjalani dinas di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan
masih ada ditemukan sampah infeksius dalam kontainer sampah noninfeksius. Hal
tersebut menunjukkan bahwa sampah di rumah sakit belum dikelola dengan baik
oleh petugas medis ataupun non medis.
Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
tentang “Gambaran Pengetahuan Perawat Dalam Pemilhan Sampah Infeksius di
Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2019”.
1.2. Rumusan Masalah
4
Bagaimanakah “gambaran pengetahuan perawat dalam pemilahan sampah
infeksius di ruang rawat inap bedah St. Maria dan St. Marta di Rumah Sakit Santa
Elisabeth Medan Tahun 2019?”.
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran pengetahuan perawat dalam mengelolah sampah
infeksius di ruang bedah St. Maria dan St. Marta di Rumah Sakit Santa Elisabeth
Medan.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi distribusi frekuensi perawat yang mengetahui cara
pemilahan sampah infeksius di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan
2. Mengidentifikasi distribusi frekuensi perawat yang memahami cara
pemilahan sampah infeksius di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan
3. Mengidentifikasi distribusi frekuensi perawat dalam mengaplikasikan
cara pemilahan sampah infeksius di Rumah Sakit Santa Elisabeth
Medan
4. Mengidentifikasi pengetahuan perawat dalam pemilahan sampah
infeksius di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan.
1.4. Manfaat Penelitian
1) Bagi Pihak Rumah Sakit
5
Sebagai bahan masukan bagi Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan
sebagai dalam pengelolaan sampah infeksius Rumah Sakit.
2) Bagi Institusi
Menambahkan materi tentang pengelolaan sampah pada materi kuliah
keperawatan dasar.
3) Bagi Penulis
Menambah pengetahuan dan wawasan tentang sistem pengelolaan
sampah padat medis Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan.
6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Pengetahuan
2.1.1 Definisi
Pengetahuan adalah hasil “tahu” dan ini adalah setelah orang mengadakan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu.Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi
oleh faktor pendidikan formal.Pengetahuan itu sangat erat kaitannya dengan
pendidikan,dimana diharapkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang
tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya dalam bidang ilmu pendidikan di
lingkungan pendidikan (Notoatmodjo,2012).
Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh faktor pendidikan
formal.Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan.dimana
diharapan bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan
semakin luas pula pengetahuannya.Akan tetapi perlu di tekankan,bukan berarti
seseorang yang berpendidikan rendah mutlak berpengetahuan rendah pula. Hal ini
mengingat bahwa peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh dari
pendidikan formal saja, akan tetapi dapat diperoleh melalui pendidikan non
formal. Pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung dua aspek yaitu
aspek positif dan aspek negatif(Notoatmodjo,2012).
2.1.2 Jenis Pengetahuan
Riyanto, dkk (2013) dalam Notoadmodjo, (2012) pemahaman masyarakat
mengenai pengetahuan dalam konteks kesehatan sangat beraneka
7
ragam.Pengetahuan merupakan bagian perilaku kesehatan.Jenis pengetahuan
diantaranya sebagai berikut:
1. Pengetahuan implisit
Pengetahuan implisit adalah pengetahuan yang masih tertanam dalam
bentuk pengalaman seseorang dan berisi fakto-faktor yang tidak bersifat
nyata, seperti keyakinan pribadi, perspektif, dan prinsip. Pengetahuan
seseorang biasanya sulit untuk ditransfer ke orang lain baik secara tertulis
ataupun lisan. Pengetahuan implisit seringkali berisi kebiasaan dan budaya
bahkan tidak disadari. Contoh: seseorang mengetahui tentang bahaya
merokok bagi kesehatan, namun kenyataan dia merokok.
2. Pengetahuan eksplisit
Pengetahuan eksplisit adalah penetahuan yang telah didokumentasikan
atau disimpan dalam wujud nyata, bisa dalam wujud perilaku
kesehatan.Pengalaman nyata dideskripsikan dalam tindakan-tindakan yang
berhubungan dengan kesehatan. Contoh: seorang yang telah mengetahui
bahaya merokok bagi kesehatan dan tidak merokok.
2.1.3 Tindakan pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2012), mengemukakan domain kognitif
mempunyai beberapa tingkatan, yaitu:
1. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya termasuk kedalam pengetahuan.Tingkat ini adalah mengingat
kembali (recall) sesuatu yang sensitive dari seluruh bahan yang dipelajari
8
atau rangsangan yang telah diterima. Oleh karena itu, tahu ini merupakan
tingkatan pengetahuan yang paling rendah, kata kerja untuk mengukur
bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain: menyebutkan,
menyatukan dan sebagainya. Contoh: dapat menyebut tanda-tanda
kekurangan kalori dan protein pada anak balita.
2. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang sesuatu dari objek yang diketahui dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar.Orang yang telah paham
terhadap objek yang dipelajari.Misalnya dapat menjelaskan mengapa harus
makan makanan yang sehat dan bergizi bagi tubuh manusia.
3. Aplikasi (aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini
dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode,
prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya
dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah yang
bersifat akuntabel didalam pemecahan masalah kesehatan tersebut.
4. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan menjabarkan materi atau suatu objek
kedalam komponen-komponen, tetapi masih ada kaitannya atau sama lain,
kata kerja untuk mengukur tingkat ini adalah menggambarkan,
membedakan, memisahkan dan mengelompokkan komponen tersebut.
9
5. Sintesis (synthesis)
Sintesi menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun
formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun, dapat
menyusun, dapat merencanakan dapat meringkas, dan dapat menyesuaikan
terhadap suatu teori atau rumusa-rumusan yang telah ada.
6. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penelitian terhadap suatu materi atau objek.Penilaian-penilaian itu
berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan
kriteria-kriteria yang telah ada. Misalnya: dapat membandingkan antara
anak-anak yang cukup gizi, dapat menanggapi terjadinya wabah diare
disuatu tempat, dapat menafsirkan sebab ibu-ibu tidak mau ikut KB.
2.1.4 Faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Menurut Notoatmodjo, (2012) pengetahuan seseorang dapat
dipengaruhioleh beberapa faktor, yaitu:
1. Pengalaman
Sesuatu yang dirasakan(diketahui,dikerjakan) juga merupakan kesadaran
akan sesutau hal tertangkap oleh indra manusia, dan informasi yang akan
memberikan pengaruh pada pengetahuan seseorang. Pengalaman dapat
diperoleh dari pengalaman sendiri maupun pengalaman orang
10
lain.Pengalaman yang susdah diperoleh dan dapat memperluas
pengetahuan seseorang.
2. Tingkat pendidikan
Pendidikan dapat membawa wawasan atau pengetahuan seseorang.Secara
umum, seorang yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai
pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan seseorang yang tingkat
pendidikannya lebih rendah.
3. Keyakinan
Biasanya keyakinan diperoleh secara turun temurun dan tanpa
adanyapembuktian terlebih dahulu.Keyakinan ini bisa mempengaruhi
pengetahuan seseorang, baik keyakinan itu sifatnya positif maupun
negatif.
4. Fasilitas
Fasilitas-fasilitas sebagai bahan sumber informasi yang dapat
mempengaruhi pengetahuan seseorang, misalnya radio, televisi, majalah,
koran dan buku.
5. Penghasilan
Penghasilan tidak terpengaruh langsung terhadap pengetahuan
seseorang.Namun bila seseorang berpenghasilan cukup besar maka dia
akan mampu untuk menyediakan atau membeli fasilitas-fasilitas sumber
informasi yang ada.
6. Sosial budaya
11
Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapatmempengaruhi
pengetahuan, persepsi, dan sikap seseorang terhadap sesuatu.
2.1.5 Pengukuran pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan cara melakukan
wawancara atau angket yang isinya menyatakan tentang isi materi yang ingin
diukur dari subjek peneliti atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin
kita ketahui atau kita ukur dapat disesuaikan dengan tingkatkan domain
berdasarkan data yang benar diteliti (Notoatmodjo, 2012).
Menurut Skinner (2013), dalam (Notoadmodjo, 2012) bila seseorang
mampu menjawab mengenai materi tertentu baik secara lisan maupun tulisan,
maka dikatakan seseorang tersebut mengetahui bidang tersebut. Sekumpulan
jawaban yang diberikan tersebut dinamakan pengetahuan. Pengukuran bobot
pengetahuan seseorang ditetapkan menurut hal-hal sebgai berikut:
1. Bobot I: tahap tahu dan pemahaman
2. Bobot II: tahap tahu, pemahaman, aplikasi dan analisis
3. Bobot III: tahap tahu, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan cara melakukan
wawancara atau angket yang isinya menanyakan tentang isi materi yang diukur
dari subjek penelitian atau responden. Dalam mengukur pengetahuan harus
diperhatikan rumusanserta kalimat pertanyaan menurut tahapan pengetahuan.
Menurut Arikunto (2014), pengetahuan seseorang dapat diketahui dan
diinterpretasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu:
1. Baik : hasil persentasi 76-100%
12
2. Cukup : hasil persentase 56-75%
3. Kurang : hasil persentase >56%
2.1.6 Cara memperoleh pengetahuan
Cara memperoleh pengetahuan yang dikutip dari Notoatmodjo, (2012),
adalah sebagai berikut:
1. Cara kuno untuk memperoleh pengetahuan
a. Cara coba salah (trial and error)
Cara ini telah dipakai orang sebelum kebudayaan, bahkan mungkin
sebelum adanya peradaban.Cara coba salah dikeluarkan dengan
menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila
kemungkinan itu tidak berhasil maka dicoba. Kemungkinan yang lain
sampai nasalah tersebut dapat dipecahkan.
b. Cara kekuasaan atau otoritas
Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa pemimpin-pemimpin
masyarakat baik formal atau informal, ahli agama, pemegang
pemerintah dan berbagai prinsip orang lai yang menerima yang
dikemukakan orang yang mempunyai otoritas, tanpa menguji terlebih
dahulu atau membuktikan kebenarannya baik berdasarkan fakta
empiris mau penalaran sendiri.
c. Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman pribadi pun dpat digunakan sebaagai upaya memperoleh
pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang pernah
diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi masa lalu.
13
2. Cara modern dalam memperoleh pengetahuan
Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih popular atau disebut
metodologi penelitian.Cara ini mula-mula dikembangkan oleh Francis
Bacon (1561-1626), kemudian dikembangkan oleh Deobold Van Daven.
Akhirnya lahir suatu cara untuk melakukan penelitian yang dewasa ini kita
kenal dengan penelitian ilmiah.
2.2 Sampah Infeksius
2.2.1 Defenisi
Sampah Rumah Sakit adalah semua sampah yang dihasilkan dari kegiatan
Rumah Sakit dalam bentuk padat, cair dan gas. Sampah klinis adalah sampah
yang dihasilkan rumah sakit dari kegiatan pelayanan medik termasuk
laboratorium dan farmasi. Sampah atau limbah padat Rumah sakit adalah semua
sampah Rumah sakit yang berbentuk padat sebagai akibat kegiatan Rumah Sakit
yang terdiri dari sampah medis padat dan non medis.
Sampah medis padat adalah sampah padat yang terdiri dari sampah
infeksius, sampah patologi, sampah benda tajam, sampah farmasi, sampah
sitoktosis, sampah kimiawi, sampah radioaktif, sampah kontainer bertekanan dan
sampah dengan kandungan logam berat yang tinggi. Sampah padat non medis
adalah sampah padat yang dihasilkan dari kegiatan Rumah Sakit di luar medis
yang berasal dari dapur perkantoran, taman dan halaman yang dapat dimanfaatkan
kembali apabila ada teknologinya.
14
Sampah cair adalah semua air buangan termasuk tinja yang berasal dari
kegiatan Rumah Sakit yang kemungkinan mengandung mikroorganisme, bahan
kimia beracun dan radioaktif yang berbahaya bagi kesehatan. Sampah gas adalah
semua sampah yang berbentuk gas yang berasal dari kegiatan pembakaran di
Rumah Sakit seperti insinerator, dapur, perlengkapan generator, anastesi dan
pembuatan obat citotoksik.
Sampah infeksius adalah sampah yang mengandung kuman patogen yang
bisa menularkan penyakit karena telah terkontaminasi cairan tubuh pasien.
Sampah sitotoksis adalah sampah dari bahan yang terkontaminasi dari persiapan
dan pemberian obat sitotoksis untuk membunuh atau menghambat pertumbuhan
sel hidup.
2.2.2 Karakteristik Sampah Infeksius
Karakteristik sampah infeksius meliputi :
1. Kultur dan stok agen infeksius dari aktivitas di laboratorium;
2. Sampah buangan hasil operasi dan otopsi pasien yang menderita
penyakit menular (misalnya jaringan, dan materi atau peralatan
yang terkena darah atau cairan tubuh yang lain).
3. Sampah pasien yang menderita penyakit menular dari bangsal
isolasi (misalnya ekskreta, pembalut luka bedah, atau luka yang
terinfeksi, pakaian yang terkena darah pasien atau cairan tubuh yang
lain).
15
4. Sampah yang sudah tersentuh pasien yang menjalani haemodialisis
(misalnya peralatan dialisis seperti selang dan filter, handuk, baju
RS,apron, sarung tangan sekali pakai dan baju laboratorium).
2.2.3 Cara Pemilahan Sampah Infeksius
Pemilahan berarti upaya untuk memisahkan sekumpulan dari “sesuatu”
yang sifatnya heterogen menurut jenisnya atau kelompoknya sehingga menjadi
golongan yang sifatnya homogen. Penangulangan sampah Rumah Sakit
merupakan cara mengelola sampah Rumah Sakit secara bersih dan teratur, baik
sampah medis dan non medis. Sampah medis seperti potongan jaringan tubuh,
verban-verban bekas, kaca-kaca bekas, set infus pewadahannya dimasukkan
kedalam plastik warna kuning. Botol-botol infus dimasukkan kedalam plastik
berwarna kuning, flacon-flacon obat dimasukkan ke dalam plastik berwarna
coklat, spuit bekas dan nalt tidak dilepas (benda tajam lainnya seperti needle,
pisau bedah) dimasukkan kedalam wadah yang tahan tusukan seperti septic box
atau kardus dan jeregen. Sampah medis diantar ke gudang B3. Sampah non medis
seperti sampah ruangan ditampung dalam ember hitam tertutup, kemudian
dikumpulkan dalam kereta sampah tertutup, dibawa ke tempat pembuangan
sampah ( RSE, 2016).
2.2.4 Pengelolaan Limbah berdasarkan MENKES 2004
1. Limbah Rumah Sakit adalah semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan
Rumah Sakit dalam bentuk padat, cair dan gas
16
2. Limbah padat Rumah Sakit adalah semua limbah Rumah Sakit yang
berbentuk padat sebagai akibat kegiatan Rumah Sakit yang terdiri dari
limbah medis padat dan non medis
3. Limbah medis padat adalah limbah padat yang terdiri dari limbah
infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam, limbah sitotoksis, limbah
kimiawi, limbah radioaktif, limbah kontainer bertekanan dan limbah
dengan kandungan logam berat yang tinggi.
4. Limbah padat non medis adalah limbah padat yang dihasilkan dari
kegiatan di Rumah Sakit di luar medis yang berasal dari dapur,
perkantoran, taman dan halaman yang dapat dimanfaatkan kembali
apabil;a ada teknologinya.
5. Limbah cair adalah semua air buangan termasuk tinja yang berasal dari
kegiatan Rumah Sakit yang kemungkinan mengandung mikroorganisme,
bahan kimia beracun dan radioaktif yang berbahaya bagi kesehatan.
6. Limbah gas adalah semua limbah yang berbentuk gas yang berasal dari
kegiatan pembakaran di Rumah Sakit seperti insinerator, dapur,
perlengkapan generator, anastesi dan pembuatan obat citotoksik
7. Limbah infeksius adalah limbah yang terkontaminasi organisme patogen
yang tidak secara rutin ada di lingkungan dan organisme tersebut dalam
jumlah dan virulensi yang cukup untuk menularkan penyakit pada manusia
rentan.
8. Limbah sangat infeksius adalah limbah berasal dari pembiakan dan stock
bahan sangat infeksius, otopsi, organ binatang percobaan dan bahan lain
17
yang telah si inokulasi, terinfeksi atau kontak dengan bahan yang sangat
infeksius.
9. Limbah sitotoksis adalah limbah dari bahan yang terkontaminasi dari
persiapan dan pemberian obat sitotoksis untuk kemoterapi kanker yang
mempunyai kemampuan untuk membunuh atau menghambat pertumbuhan
sel hidup.
10. Minimisasi limbah adalah upaya yang dilakukan Rumah Sakit untuk
mengurangi jumlah limbah yang dihasilkan dengan cara mengurangi bahan
(reduce), menggunakan kembali limbah (reuse) dan daur ulang limbah
(recyle).
2.2.5 Persyaratan
1. Limbah Medis Padat
Minimalisasi limbah medis padat dibagi menjadi 4 bagian antara lain:
a. Minimalisasi limbah
1) Setiap Rumah Sakit harus melakukan reduksi limbah dimulai dari
sumber
2) Setiap Rumah Sakit harus mengelola dan mengawasi penggunaan
bahan kimia yang berbahaya dan beracun
3) Setiap Rumah Sakit harus melakukan pengelolaan limbah medis
mulai dari pengumpulan, pengangkutan, dan pemusnahan harus
melalui sertifikasi dari pihak yang berwenang.
4) Pemilahan, pewadahan, pemanfaatan kembali dan daur ulang
18
5) Pemilahan limbah harus dilakukan mulai dari sumber yang
menghasilkan limbah
6) Limbah yang akan dimanfaatkan kembali harus dipisahkan dari
limbah yang tidak dimanfaatkan kembali
7) Limbah benda tajam harus dikumpulkan dalam satu wadah tanpa
memperhatikan terkontaminasi atau tidaknya. Wadah tersebut
harus anti bocor, anti tusuk dan tidak mudah untuk dibuka
sehingga orang yang tidak berkepentingan tidak dapat
membukanya.
8) Jarum dan syringes harus dipisahkan sehingga tidak dapat
digunakan kembali.
9) Limbah medis padat yang akan dimanfaatkan kembali harus
melalui proses sterilisasi untuk menguji efektifitas sterilisasi
panas harus dilakukan tes Bacillus stearothermophilus dan untuk
sterilisasi kimia harus dilakukan tes Bacillus subtillis.
10) Limbah jarum hipodemik tidak dianjurkan untuk dimanfaatkan
kembali. Apabila Rumah Sakit tidak mempunyai jarum yang
sekali pakai (disposable), limbah jarum hipodemik dapat
dimanfaatkan kembali setelah melalui proses salah satu metode
sterilisasi
11) Pewadahan limbah medis padat harus memenuhi persyaratan
dengan penggunaan wadah.
19
12) Daur ulang tidak bisa dilakukan oleh Rumah Sakit kecuali untuk
pemulihan perak yang dihasilkan dari proses fim sinar X.
13) Limbah sitotoksis dikumpulkan dalam wadah yang kuat, anti
bocor, dan diberi label “Limbah Sitotoksis”
14) Pengumpulan, pengangkutan dan Penyimpanan Limbah Medis
Padat di Lingkungan Rumah Sakit
15) Pengumpulan limbah medis padat dari setiap ruangan penghasil
limbah menggunakan troli khusus yang tertutup.
16) Penyimpanan limbah medis padat harus sesuai iklim tropis yaitu
pada musim hujan paling lama 48 jam dan musim kemarau paling
lama 24 jam.
17) Menyeleksi bahan-bahan yang kurang menghasilkan limbah
sebelum membelinya.
18) Menggunakan sedikit mungkin bahan-bahan kimia.
19) Mengutamakan metode pembersihan secara fisik daripada secara
kimiawi.
20) Mencegah bahan-bahan yang dapat menjadi limbah seperti dalam
kegiatan perawatan dan kebersihan
21) Memonitor alur penggunaan bahan kimia dari bahan baku sampai
menjadi limbah bahan berbahaya dan beracun
22) Memesan bahan-bahan sesuai kebutuhan
23) Menggunakan bahan-bahan yang diproduksi lebih awal untuk
menghindari kadaluarsa
20
24) Menghabiskan bahan dari setiap kemasan
25) Mengecek tanggal kadaluarsa bahan-bahan pada saat diantar oleh
distributor
b. Pengolahan dan pemusnahan
1) Limbah medis padat tidak diperbolehkan membuang langsung ke
tempat pembuangan akhir limbah domestik sebelum aman bagi
kesehatan.
2) Cara dan teknologi pengolahan atau pemusnahan limbah medis
padat disesuaikan dengan kemampuan Rumah Sakit dan jenis
limbah medis padat yang ada, dengan pemanasan menggunakan
otoklaf atau dengan pembakaran menggunakan insiberator.
2. Limbah non medis padat
a. Pemilahan dan pewadahan
Pewadahan limbah padat non medis harus dipisahkan dari limbah
medis padat dan ditampung dalam kantong plastik warna hitam.
b. Tempat pewadahan
1) Setiap tempat pewadahan limbah padat harus dilapisi kantong
plastik warna hitam sebagai pembungkus limbah padat dengan
lambang “domestik” warna putih.
2) Bila kepadatan lalat disekitar tempat limbah padat melebihi 2 (dua)
ekor per-block grill, perlu dilakukan pengendalian lalat.
c. Pengumpulan, penyimpanan dan pengangkutan
21
1) Bila di tempat pengumpulan sementara tingkat kepadatan lalat
lebih dari 20 ekor per-block grill atau tikus terlihat pada siang hari,
harus dilakukan pengendalian
2) Dalam keadaan normal harus dilakukan pengendalian serangga dan
binatang penganggu yang lain minimal satu bulan sekali.
d. Pengolahan dan pemusnahan
Pengolahan dan pemusnahan limbah padat non medis harus
dilakukansesuai persyaratan kesehatan.
3. Limbah cair
Kualitas limbah(efluen) Rumah Sakit yang akan dibuang ke badan air atau
lingkungan harus memenuhi persyaratan baku mutu efluen sesuai
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor Kep-58/MENLH/12/1995
atau peraturan daerah setempat.
4. Limbah Gas
Standar limbah gas (emisi) dari pengolahan pemusnahan limbah medis
padat dengan insinerator mengacu pada Keputusan Menteri Lingkungan
Hidup Nomor Kep-13/MenLH/13/1995 tentang Baku Mutu Emisi Sumber
Tidak Bergerak.
2.2.6 Tata laksana
1. Limbah medis padat
Pemilahan, pewadahan, pemanfaatan kembali dan daur ulangdilakukan
pemilahan jenis limbah medis padat mulai dari sumber yang terdiri dari
limbah infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi,
22
limbah sitotoksis, limbah kimiawi, limbah radioaktif, limbah kontainer
bertekanan dan limbah dengan kandungan logam berat yang tinggi.
2. Tempat pewadahan limbah medis padat.
a. Terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap air dan
mempunyai permukaan yang halus pada bagian dalamnya, misalnya
fiberglass.
b. Disetiap sumber penghasil limbah medis harus tersedia tempat
pewadahan yang terpisah dengan limbah padat non-medis.
c. Kantong plastik diangkat setiap hari atau kurang sehari apabila 2/3
bagian telah terisi limbah.
d. Untuk benda-benda tajam hendaknya ditampung pada tempat khusus
(safety box) seperti botol atau karton yang aman.
e. Tempat pewadahan limbah medis padat infeksius dan sitotoksik yang
tidak langsung kontak dengan limbah harus segera dibersihkan dengan
larutan disinfektan apabila akan dipergunakan kembali, sedangkan
untuk kantong plastik yang telah dipakai dan kontak langsung dengan
limbah tersebut tidak boleh digunakan lagi.
f. Bahan atau alat yang dapat dimanfaatkan kembali setelah melalui
sterilisasi meliputi pisau bedah (scalpel), jarum hipodemik, syringes,
botol gelas dan kontainer.
g. Alat-alat lain yang dapat dimanfaatkan kembali setelah melalui
sterilisasi adalah radionukleida yang telah diatur tahan lama untuk
radioterapi seperti pins, needles atau seeds.
23
h. Apabila sterilisasi yang dilakukan adalah sterilisasi dengan ethyiene
oxide, maka tanki reactor harus dikeringkan sebelum dilakukan injeksi
ethyiene oxide. Oleh karena gas tersebut sangat berbahaya maka
sterilisasi harus dilakukan oleh petugas yang terlatih. Sedangkan
sterilisasi dengan glutaraldehyde lebih aman dalam pengoperasiannya
tetapi kurang efektif secara mikrobiologi.
i. Upaya khusus harus dilakukan apabila terbukti ada kasus pencemaran
spongiform encephalopathies.
3. Tempat Penampungan Sementara
a. Bagi Rumah Sakit yang mempunyai insinerator di lingkungannya
harus membakar limbahnya selambat-lambatnya 24 jam.
b. Bagi Rumah Sakit yang tidak mempunyai insinerator, maka limbah
medis padatnya harus dimusnahkan melalui kerjasama dengan Rumah
Sakit lain atau pihak lain yang mempunyai insinerator untuk
dilakukan pemusnahan selambat-lambatnya 24 jam apabila disimpan
pada suhu ruang.
4. Transportasi
a. Kantong limbah medis padat sebelum dimasukkan ke kendaraan
pengangkut harus diletakkan dalam kontainer yang kuat dan tertutup
b. Kantong limbah medis padat harus aman dari jangkauan manusia
maupun binatang
c. Petugas yang menangani limbah, harus menggunakan alat pelindung
diri yang terdiri:
24
1) Topi/helm
2) Masker
3) Pelindung mata
4) Pakaian panjang (coverall)
5) Apron untuk industri
6) Pelindung kaki/sepatu boot
7) Sarung tangan khusus (disposable gloves atau heavy duty gloves).
5. Pengolahan, pemusnahan dan pembuangan akhir limbah padat
a. Limbah infeksius dan Benda Tajam
1) Limbah yang sangat infeksius seperti biakan dan persediaanagen
infeksius dari laboratorium harus disterilisasi dengan pengolahan
panas dan basah seperti dalam autoctave sedini mungkin. Untuk
limbah infeksius yang lain cukup dengan cara disinfeksi.
2) Benda tajam harus diolah dengan insinerator bila memungkinkan,
dan dapat diolah bersama dengan limbah infeksius lainnya.
Kapsulisasi juga cocok untuk benda tajam.
3) Setelah insinerasi atau disinfeksi, residunya dapat dibuang ke
tempat pembuangan B3 atau dibuang ke landfill jika residunya
sudah aman.
b. Limbah Farmasi
1) Limbah farmasi dalam jumlah kecil dapat diolah dengan
insinerator pirolitik (pyrolytic incinerator), rotary kiln, dikubur
secara aman, sanitary landfill, dibuang ke sarana air limbah atau
25
inersisasi. Tetapi dalam jumlah besar harus menggunakan fasilitas
pengolahan yang khusus seperti rotary kiln, kapsulisasi dalam
drum logam dan inersisasi.
2) Limbah padat farmasi dalam jumlah besar harus dikembalikan
kepada distributor, sedangkan bila dalam jumlah sedikit dan tidak
memungkinkan dikembalikan, supaya dimusnahkan melalui
insinerator pada suhu di atas . C.
c. Limbah sitotoksis
1) Limbah sitotoksis sangat berbahaya dan tidak boleh dibuang
dengan penimbunan (landfill) atau ke saluran limbah umum.
2) Pembuangan yang dianjurkan adalah dikembalikan ke perusahaan
penghasil atau distributornya, insinerasi pada suhu tinggi, dan
degradasi kimia. Bahan yang belum dipakai dan kemasannya
masih utuh karena kadaluarsa harus dikembalikan ke distributor
apabila tidak ada insinerator dan diberi keterangan bahwa obat
tersebut sudah kadaluarsa atau tidak lagi dipakai.
3) Insinerasi pada suhu tinggi sekitar . C dibutuhkan untuk
menghancurkan semua bahan sitotoksik. Insinerasi pada suhu
rendah dapat menghasilkan uap sitotoksik yang berbahaya ke
udara.
4) Insinerator pirolitik dengan 2 (dua) tungku pembakaran pada suhu
1.20 C dengan minimum waktu tinggal detik atau suhu . C
26
dengan waktu tinggal 5 detik di tungku kedua sangat cocok untuk
bahan ini dan dilengkapi dengan penyaring debu.
5) Insinerator juga harus dilengkapi dengan peralatan pembersih gas.
Insinerasi juga memungkinkan dengan rotary kiln yang didesain
untuk dikomposisi panas limbah kimiawi yang beroperasi dengan
baik pada suhu di atas C.
6) Insinerator dengan satu tungku atau pembakaran terbuka tidak
tepat untuk pembuangan limbah sitotoksis.
7) Metode, degredasi kimia yang mengubah senyawa sitotoksik
menjadi senyawa tidak beracun dapat digunakan tidak
hanyauntuk residu obat tapi juga untuk pencucian tempat urin,
tumpahan dan pakaian pelindung.
8) Cara kimia relatif mudah dan aman meliputi oksidasi oleh kalium
permanganat (KMnO4) atau asam sulfat (H2SO4)penghilangan
nitrogen dengan asam bromida, atau reduksi dengan nikel dan
aluminium.
9) Insinerasi maupun degredasi kimia tidak merupakan solusi yang
sempurna untuk pengolahan limbah, tumpahan atau cairan
biologis yang terkontaminasi agen antineoplastik. Oleh karena itu,
Rumah Sakit harus berhati-hati dalam menangani obat sitotoksik.
10) Apabila cara insinerasi maupun degredasi kimia tidak tersedia,
kapsulisasi atau inersisasi dapat di pertimbangkan sebagai cara
yang dapat dipilih.
27
d. Limbah Bahan Kimiawi
1) Pembuangan Limbah Kimia Biasa
Limbah kimia biasa yang tidak bisa daur ulang seperti gula, asam
amino dan garam tertentu dapat dibuang disaluran air kotor. Namun
demikian, pembuangan tersebut harus memenuhi persyaratan
konsentrasi bahan pencemar yang ada seperti bahan melayang,
suhu dan pH.
2) Pembuangan limbah kimia berbehaya dalam jumlah kecil.
Limbah bahan bernahaya dalam jumlah kecil seperti residu yang
terdapat dalam kemaan sebaiknya dibuang dengan insinerasi
pirolitik, kapsulisasi atau ditimbun (landsill).
3) Pembuangan limbah kimia berbahaya dalam jumlah besar
Tidak ada cara pembuangan yang aman dan sekaligus murah untuk
limbah berbahaya. Pembuangannya lebih sitentukan kepada sifat
bahaya yang dikandung oleh limbah tersebut. Limbah tertentu yang
bisa dibakar seperti banyak bahan pelarut dapat diinsinerasi.
Namun bahan pelarut dalam jumlah besar seperti pelarut dalam
jumlah besar seperti pelarut halogenida yang mengandung klorin
atau florin tidak boleh diinsinerasi kecuali insineratornya
dilengkapi dengan alat pembersih gas.
4) Cara lain adalah dengan mengembalikan bahan kimia berbahaya
tersebut ke distributornya yang akan menanganinya dengan aman,
atau dikirim ke negara lain yang mempunyai perlatan yang cocok
28
untuk mengolahnya.Berapa hal yang perlu diperhatikan dalam
penanganan limbah kimiaberbahaya:
Limbah berbahaya yang komposisinya berbeda harus
dipisahkan untuk menghindari reaksi kimia yang tidak di
inginkan.
Limbah kimia berbahaya dalam jumlah besar tidak boleh
ditimbun karena dapat mencemari air tanah.
Limbah kimia disinfektan dalam jumlah besar tidak boleh
dikapsulisasi karena sifatnya yang korosif dan mudah terbakar.
Limbah bahan padat bahan kimia berbahaya cara
pembuangannya harus dikonsultasikan terlebih dahulu kepada
instansi yang berwenang.
e. Limbah dengan Kandungan Logam Berat Tinggi
1) Limbah dengan kandungan mercuri atau kadmium tidak boleh
dibakar atau diinsenerasi karena berisiko mencemari udara dengan
uap beracun dan tidak boleh dibuang ke landfill karena dapat
mencemari air tanah.
2) Cara yang disarankan adalah dikirim ke negara yang mempunyai
fasilitas pengolah limbah dengan kandungan logam berat tinggi.
Bila tidak memungkinkan, limbah dibuang ke tempat penyimpanan
yang aman sebagai pembuangan akhir untuk limbah industri yang
berbahaya. Cara lain yang paling sederhana adalah dengan
29
kapsulisasi kemudian dilanjutkan dengan landfill. Bila hanya dalam
jumlah kecil dapat dibuang dengan limbah biasa.
f. Kontainer bertekanan
1) Cara yang terbaik untuk menangani limbah kontainer bertekanan
adalah dengan daur ulang atau pengguanaan kembali.apabila
masih dalam kondisi utuh dapat dikembalikan ke distributor untuk
pengisian ulang gas. Agen halogenida dalam bentuk cair dan
dikemas dalam botol harus diperlakukan sebagai limbah bahan
kimia berbahaya untuk pembuangannya.
2) Cara pembuangan yang tidak diperbolehkan adalah pembakaran
atau insinerasi karena dapat meledak.
g. Limbah radioaktif
1) Pengelolaan limbah radioaktif yang aman harus diatur dalam
kebijakan dan strategi nasional yang menyangkut peraturan,
infastruktur, organisasi pelaksan dan tenaga yang terlatih.
2) Setiap rumah Sakit yang menggunakan sumber radioaktif yang
terbuka untuk keperluan diagnosa, terapi atau penelitian harus
menyiapkan tenaga khusus yang terlatih khusus dibidang radiasi.
3) Tenaga tersebut bertanggungjawab dalam pemakaian bahan
radioaktif yang aman dan melakukan pencatatan.
4) Instrumen kalibrasi yang tepat harus bersedia untuk monitoring
dosis dan kontaminasi. Sistem pencatatan yang baik akan
30
menjamin pelacakan limbah radioaktif dalam pengiriman maupun
pembuangannya dan selalu diperbarui datanya setiap waktu.
5) Limbah radioaktif harus dikategorikan dan dipilah berdasarkan
ketersediaan pilihan cara pengolahan, pengkondisian,
penyimpanan dan pembuangan kategori yang memungkinkan
adalah:
a) Umur paruh (half-life) seperti umur pendek (short-lived),
(misalnya umur paruh <100 hari), cocok untuk penyimpanan
pelapukan.
b) Aktifitas dan kandungan radionuklida
c) Bentuk fisika dan kimia
d) Cair: berair dan organik
e) Tidak homogen (seperti mengandung lumpur atau padatan
yang melayang).
f) Padat: mudah terbakar/tidak mudah terbakar (bila ada) dan
dapat dipadatkan/tidak mudah dipadatkan (bila ada).
g) Sumber tertutup atau terbuka seperti sumber tertutup yang
dihabiskan.
h) Kandungan limbah seperti limbah yang mengandung bahan
berbahaya (patogen, infeksius, beracun).
6. Setelah pemilahan, setiap kategori harus disimpan terpisah dalam
kontainer dan kontainer limbah tersebut harus:
a. Secara jelas didentifikasi
31
b. Ada simbol radioaktif ketika sedang digunakan
c. Sesuai dengan kandungan limbah
d. Dapat diisi dan dikosongkan dengan aman
e. Kuat dan saniter
7. Informasi yang harus dicatat setiap kontainer limbah:
a. Nomor identifikasi
b. Radionuklida
c. Aktifitas (jika diukur atau diperkirakan) dan tanggak pengukuran
d. Asal limbah (ruangan, laboratorium atau tempat lain)
e. Angka dosis permukaan dan tanggal pengukuran
f. Orang yang bertanggung jawab
8. Kontainer untuk limbah padat harus dibungkus dengan kantong plastik
transparan yang dapat ditutup dengan isolasi plastik.
9. Limbah padat radioaktif dibuang sesuai dengan persyaratan teknis dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku (PP Nomor 27 Tahun 2002)
dan kemudian diserahkan kepada BATAN untuk penanganan lebih lanjut
atau dikembalikan kepada negara distributor. Semua jenis limbah medis
termasuk limbah radioaktif tidak boleh dibuang ke tempat pembuangan
akhir sampah domestik (landfill) sebelum dilakukan pengolahan terlebih
dahulu sampai memenuhi persyaratan.
10. Limbah Padat Non Medis
a) Pemilahan Limbah Padat Non Medis
32
1) Dilakukan pemilahan umum limbah padat non medis antara lain
limbah yang dapat dimanfaatkan dengan limbah yang tidak dapat
dimanfaatkan kembali.
2) Dilakukan pemilahan limbah padat non medis antara limbah
basah dan limbah kering.
b) Tempat Pewadahan Limbah Padat Non Medis
1) Terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap
air, dan mempunyai permukaan yang mudah dibersihkan pada
bagian dalamnya, misalnya fiberglass.
2) Mempunyai tutup yang mudah dibuka dan ditutup tanpa
mengotori tangan.
3) Terdapat minimal 1 (satu) buah untuk setiap kamar atau sesuai
dengan kebutuhan.
4) Limbah tidak boleh dibiarkan dalam wadahnya melebihi 3x24
jam atau apabila 2/3 bagian kantong sudah terisi oleh limbah,
maka harus diangkut supaya tidak menjadi perindukan vektor
penyakit atau binatang pengganggu.
a) Pengangkutan limbah padat domestik dari setiap ruangan ke
tempat penampungan sementara menggunakan troli tertutup.
b) Tempat Penampungan Limbah Padat Non Medis Sementara
Tersedia tempat penampungan limbah padat non medis
sementara dipisahkan antara limbah yang dapat
dimanfaatkan dengan limbah yang tidak dapat
33
dimanfaatkan kembali. Tempat tersebut tidak merupakan
sumber bau dan lalat bagi lingkungan sekitarnya
dilengkapi saluran untuk cairan lindi.
Tempat penampungan sementara limbah padat harus
kedap air, bertutup dan selalu dalam keadaan tertutup bila
sedang tidak diisi serta mudah dibersihkan.
Terletak pada lokasi yang mudah dijangkau kendaraan
pengangkut limbah padat.
Dikosongkan dan dibersihkan sekurang-kurangnya 1 x
24jam.
c) Pengolahan Limbah Padat
Upaya untuk mengurangi volume, merubah bentuk
ataumemusnahkan limbah padat dilakukan pada sumbernya.
Limbahyang masih dapat dimanfaatkan hendaknya
dimanfaatkan kembaliuntuk limbah padat organik dapat
diolah menjadi pupuk.
d) Lokasi Pembuangan Limbah Padat Akhir
Limbah padat umum (domestik) dibuang ke lokasi
pembuanganakhir yang dikelola oleh pemerintah daerah
(Pemda), atau badanlain sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku.
35
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESA
3.1.Kerangka Konsep Penelitian
Kerangka konsep penelitian adalah bagian penelitian yang menyajikan konsep
atau teori dalam bentuk kerangka konsep penelitia (Grove, 2015). Konsep
penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi Pengetahuan Perawat Dalam
Pemilahan Sampah Infeksius di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan 2019.
Bagan 3.1. Kerangka Konsep Gambaran Pengetahuan Perawat Dalam
Pemilahan Sampah Infeksius di Rumah Sakit Santa Elisabeth
Medan 2019.
Keterangan :
: variabel yang tidak diteliti
: kriteria hasil
: variabel yang diteliti
Pengetahuan perawat dalam
pemilahan sampah infeksius
1. Tahu (know)
2. Memahami (comprehension)
3. Aplikasi (aplication)
4. Analisis (analysis)
5. Sintesis (synthesis)
6. Evaluasi (evaluation)
4. Cara pengelolaan sampah
1. Baik
2. Cukup
3. kurang
36
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1.Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
deskriptif yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengidentifikasi pengetahuan
perawat dalam Pemilahan Sampah Infeksius di Rumah sakit Santa Elisabeth
Medan Tahun 2019.
4.2. Populasi dan Sampel
4.2.1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Dimana seorang peneliti
ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka
penelitianya merupakan penelitian populasi (Arikunto, 2013). Populasi yang
dalam penelitian ini adalah seluruh perawat yang bertugas di Ruangan Rawat Inap
Bedah yaitu ruangan St. Maria dan St. Marta di Rumah Sakit Santa Elisabeth
Medan sebanyak 20 orang.
4.2.2. Sampel
Sampel adalah bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah
dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2012). Teknik sampel
adalah cara atau teknik-teknik tertentu, sehingga sampel tersebut dapat mewakili
populasi (Notoatmodjo, 2010). Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini
menggunakan teknik total sampling yaitu teknik pengambilan sampel dimana
jumlah sampel sama dengan populasi (Nursalam, 2013).
4.3. Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional
37
4.3.1. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah sesuatu atau bagian dari individu atau objek
yang dapat diukur. Variabel dapat berupa fisik atau bisa berupa pikiran ataupun
feeling atau kejadian dalam kehidupan individu. Namun hal terpenting dari
variabel adalah measurable. Jika variabel tersebut tidak dapat diukur maka akan
menyulitkan dalam analisis secara statistik (Mazhindu & Scott, 2005) dalam
(Swarjana, 2012). Variabel pada penelitian ini yaitu pengetahuan perawat dalam
pemilahan sampah infeksius di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2019.
4.3.2. Defenisi Operasional
Defenisi operasional adalah mendefenisikan variabel secara operasional
berdasarkan karakteristik yang diamati, sehingga memungkinkan peneliti untuk
melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau
fenomena (Hidayat, 2009).
Tabel 4.1 Defenisi Operasional Pengetahuan Perawat dalam Pemilahan
Sampah infeksius di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan
Tahun 2019. Variabel Defenisi Indikator Alat Ukur Skala Skor
Pengetahuan
Perawat
dalam
pemilahan
sampah
infeksius
Tahu(know)
diartikan
sebagai
pengingat suatu
materi yang
telah dipelajari
sebelumnya
termasuk
kedalam
pengetahuan
Pengetahuan perawat
dalam pemilahan
sampah dalam tingkat
tahu dinilai dari
indikator:
1. Defenisi
2. Jenis-jenis
sampah
3. Cara
pemilahan
sampah
Kuesioner
Menggunakan
skala Gutman
yaitu
berjumlah 10
dalam bentuk
pernyataan
yang
bermakna
benar dan
salah. Apabila
responden
menjawab
pernyataan
dengan benar
bernilai 2 dan
salah bernilai
1.
Ordinal Baik =
17-20
Cukup=
14-16
Kurang
= 10-13
38
Memahami
Memahami
diartikan
sebagai suatu
kemampuan
untuk
menjelaskan
secara benar
tentang sesuatu
dari objek yang
diketahui dan
dapat
menginterpretas
ikan materi
tersebut secara
benar
Aplikasi
diartikan
sebagai
kemampuan
untuk
menggunakan m
ateri yang telah
dipelajari pada
situasi atau
kondisi real
(sebenarnya).
Pengetahuan
perawat
merupakan
Pengetahuan perawat
dalam pemilahan
sampah dalam tingkat
memahami dinilai
dari indikator:
1. Jenis-jenis
sampah
2. Pemilahan
sampah
3. Pengelolaan
sampah
Pengetahuan perawat
dalam pemilahan
sampah dalam tingkat
aplikasi dinilai dari
indikator:
1. Pemilahan
sampah
2. Cara
mengelola
sampah
Pengetahuan perawat
dalam pemilahan
sampah dinilai dari
1. Tahu
2. Memahami
3. Aplikasi
4.4. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan sebuah alat yang digunakan untuk
mengumpulkan data atau informasi yang bermanfaat untuk menjawab
permasalahan penelitian. Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang
digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang
hal-hal yang diketahui (Notoatmodjo,2012).
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan alat ukur berupa kuesioner
yang disusun dalam bentuk pernyataan yang berjumlah 30 dengan pilihan yang
39
bermakna benar dan salah, apabila responden menjawab dengan benar bernilai 2
dan salah bernilai 1. Dalam penelitian ini kuesioner yang berjumlah 30 terdiri dari
10 untuk meneliti pengetahuan perawat dalam tingkat tahu, 10 untuk meneliti
pengetahuan perawat dalam tingkat memahami, dan 10 untuk meneliti
pengetahuan perawat dalam tingkat aplikasi. Gambaran pengetahuan perawat
dinilai baik apabila nilai skor yang diperoleh antara 17-20, dinilai cukup antara
14-16 dan kurang antara 10-13.
4.5. Lokasi dan Waktu Penelitian
4.5.1. Lokasi Dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Februari Tahun 2019, di
Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Jalan Haji Misbah No. 7, Jati, Medan
Maimun, Kota Medan Sumatera Utara. Penelitian dilakukan di Ruangan St.Maria
dan St.Marta di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan. Adapun alasan peneliti
memilih Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan sebagai lokasi penelitian adalah
karena lokasi yang strategis dan merupakan lahan praktek peneliti selama kuliah
STIKes Santa Elisabeth Medan. Penelitian dilakukan pada bulan Februari Tahun
2019 dengan pertimbangan belum pernah dilakukan penelitian tentang “gambaran
pengetahuan perawat dalam pemilahan sampah infeksius di Rumah Sakit Santa
Elisabeth Medan Tahun 2019.
4.6. Prosedur Pengambilan dan Pengumpulan Data
4.6.1. Pengambilan Data
40
Pengambilan data pada penelitian ini diperoleh dari :
1. Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung oleh peneliti dari subyek
penelitian melalui kuesioner.
2. Data sekunder, yaitu data yang diambil peneliti dari Rumah Sakit Santa
Elisabeth Medan.
4.6.2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan cara atau metode yang digunakan
untuk mengumpulkan data, sedangkan instrumen pengumpulan data berkaitan
dengan alat yang digunakan untuk mengumpulkan data. Teknik pengumpulan data
yang akan dilakukan dalam penelitian adalah dengan membagikan kuesioner
kepada subjek penelitian. Pengumpulan data dimulai dengan memberikan
informed consent kepada responden. Setelah responden menyetujui, responden
mengisi data demografi dan mengisi setiap pertanyaan yang terdapat pada
kuesioner. Setelah semua pertanyaan dijawab, peneliti akan mengumpulkan
kembali lembar jawaban responden dan mengucapkan terima kasih atas
kesediaannya menjadi responden.
4.6.3Uji Validitas dan Reabilitas
a. Uji Validitas
Validitas adalah sejauh mana instrumen mengukur apa yang seharusnya
diukurnya. Validitas menyangkut sejauh mana instrumen memiliki sampel item
yang sesuai untuk konstruksi yang diukur. Dalam penelitian ini dilakukan uji
validitas dan reabilitas karena menggunakan kuesioner yang dimodifikasi dari
41
SOP pengetahuan perawat dalam pemilahan sampah infeksiusn di Rumah Sakit
Santa Elisabeth Medan.
Uji validitas dilakukan dengan membandingkan nilai rhitung dengan rtabel. Nilai r di
sini menunjukkan koefisien korelasi antara butir-butir pernyataan dengan total
jawaban responden. Jika rhitung positif, serta rhitung> rtabel, maka butir tersebut valid,
sedangkan jika rhitung< rtabel, maka butir tersebut tidak valid.
Dari hasil pengujian diketahui bahwa seluruh pernyataan tentang
pengetahuan perawat tentang pengelolaan sampah infeksius dinyatakan valid dan
telah memenuhi syarat validitas artinya ke-30 pernyataan tersebut relevan
digunakan sebagai indikator penelitian.
b. Uji Reliabilitas
Analisis reliabilitas penelitian ini menggunakan Cronbach Alpha untuk
mengidentifikasikan seberapa baik item-item dalam kuisioner berhubungan antara
satu dengan yang lainnya.
Berdasarkan uji reliabilitas menggunakan Cronbach Alpha, dapat
diketahui bahwa variabel penelitian adalah reliabel/handal karena Alpha lebih
besar dari 0,6, maka hasil penelitian ini menunjukkan bahwa alat pengukuran
dalam penelitian ini telah memenuhi uji reliabilitas (reliable dan dapat dipakai
sebagai alat ukur).
42
4.7. Kerangka Operasional
Bagan 4.1 Kerangka Operasional Gambaran Pengetahuan Perawat Dalam
Pemilahan Sampah Infeksius di Rumah Sakit Santa Elisabeth
Medan.
Prosedur ijin penelitian
Uji instrumen ( Uji validitas dan Reabilitas) Kuesioner
Pemberian Informed Consent Kepada Calon Responden
Pengumpulan Data
Pengolahan data
Analisa Data
Hasil
4.7. Analisa Data
Analisa data merupakan bagian yang sangat penting untuk mencapai
tujuan pokok penelitian, yaitu menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian yang
mengungkap fenomena (Nursalam, 2013). Setelah seluruh data yang dibutuhkan
terkumpul oleh peneliti, akan dilakukan pengolahat data dengan cara perhitungan
statistik untuk menentukan hubungan pengetahuan dengan perilaku perawat. Cara
yang dilakukan untuk menganalisa dua yaitu dengan beberapa tahapan. Yang
pertama editing yaitu peneliti melakukan pemeriksaan kelengkapan jawaban
43
responden dalam kuesioner yang telah diperoleh dengan tujuan agar data yang
dimaksud dapat diolah secara benar. Yang kedua adalah coding yaitu merubah
jawaban responden yang telah diperoleh menjadi bentuk angka yang berhubungan
dengan variabel peneliti sebagai kode pada peneliti, scoring yaitu menghitung
skor yang telah diperoleh setiap responden berdasarkan jawaban atas pertanyaan
yang diajukan peneliti dan tabulating yaitu memasukan hasil penghitungan
kedalam sistem komputerisasi dihasilkan Distribusi Frekuensi.
4.9. Etika Penelitian
Ketika manusia digunakan sebagai peserta studi, perhatian harus dilakukan
untuk memastikan bahwa hak mereka dilindungi. Etik adalah sistem nilai moral
yang berkaitan dengan sejauh mana prosedur penelitian mematuhi kewajiban
profesional, hukum, dan sosial kepada peserta studi. Tiga prinsip umum mengenai
standar perilaku etis dalam penelitian berbasis: beneficience (berbuat baik),
respect for human dignity (penghargaan terhadap martabat manusia), dan justice
(keadilan) (Polit, 2012).
Pada tahap awal peneliti terlebih dahulu mengajukan permohonan izin
pelaksanaan penelitian kepada Ketua Program Studi Ners STIKes Santa Elisabeth
Medan, selanjutnya dikirim ke Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan. Selanjutnya,
pada tahap pelaksanaan, peneliti telah memberikan penjelasan tentang penelitian
yang akan dilakukan terhadap responden sebagai subjek penelitian. Jika
responden bersedia, maka responden akan menandatangani lembar persetujuan
(informed consent).
44
Responden diperlakukan sebagai agen otonom, secara sukarela memutuskan
apakah akan mengambil bagian dalam penelitian, tanpa risiko perlakukan
prasangka. Hal ini berarti bahwa responden memiliki hak untuk mengajukan
pertanyaan, menolak memberikan informasi, dan menarik diri dari penelitian.
Peneliti tidak mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data
yang telah diisi oleh responden ataupun hasil penelitian yang akan disajikan pada
lembar tersebut dan hanya memberi nomor kode tertentu/ nomor responden.
Peneliti telah meyakinkan bahwa partisipasi responden, atau informasi yang
mereka berikan, tidak akan disebarkan dan dijaga kerahasiaanya.
Penelitian ini telah lulus uji etik dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan
STIKes Santa Elisabeth Medan dengan nomor surat No.0097/KEPK/PE-
DT/III/2019
45
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1.Hasil Penelitian
5.1.1. Gambaran lokasi penelitian
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan. Rumah
Sakit Santa Elisabeth Medan adalah Rumah Sakit Swastadengan Tipe B yang
terletak di jalan Haji Misbah No. 7. Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan
merupakan salah satu karya sosial Suster Kongregasi Fransiskanes Santa
Elisabeth Medan yang bekerja dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat secara menyeluruh. Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan mempunyai
visi yaitu menjadi tanda kehadiran Allah ditengah dunia dengan membuka tangan
dan hati untuk memberikan pelayanan kasih yang menyembuhkan orang-orang
sakit dan menderita sesuai dengan tuntutan zaman dan misi yaitu memberikan
pelayanan kesehatan yang aman dan berkualitas dan meningkatkan sarana dan
prasarana yang memadai dengan tetap memperhatkan masyarakat lemah dengan
memiliki motto „Ketika Aku Sakit kamu Melawat Kamu‟.
Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan menyediakan beberapa pelayanan
medis yaitu ruang rawat inap, poli klinik, IGD (Instalasi Gawat Darurat), Ruang
Operasi, ICU (Intensive Care Unit), PICU (Pediatric Intensive Care Unit),
Intermedite, stroke center, MCU (Medical Check UP), fisioterapi dan BPJS
(Badan Penyelenggara Jaminan Sosial). Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan
terdapat 14 ruang perawatan dan tiap ruangan terdiri dari 11-28 tempat tidur
disetiap ruangan terdapat kurang lebih 14-24 orang tenaga perawat.
46
Adapun ruangan yang menjadi lokasi penelitian ini dilaksanakan ruang
rawat inap bedah yaitu ruangan Maria dan Martha Rumah Sakit Santa Elisabeth
Medan.
5.1.2. Deskripsi data demografi responden
Subjek dalam penelitian ini adalah perawat di ruang rawat inap bedah dan
objek yang diteliti adalah pengetahuan perawat dalam pemilahan sampah
infeksius di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan. Data Demografi terdiri atas
frekuensi umur dan jenis kelamin responden.
Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Perawat di Ruang Rawat Inap
Bedah Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan 2019.
Karakteristik Responden Frekuensi Persentase
(%)
Umur
< 25 tahun 9 45
26 – 35 tahun 9 45
36 – 45 tahun 2 10
Total 20 100
Jenis Kelamin
Laki-Laki 3 15
Perempuan 17 85
Total 20 100
Pendidikan
D-3 14 70
S-1 6 30
Total 20 100
Status
Belum Menikah 12 60
Menikah 8 40
Total 20 100
Lama Bekerja
< 5 tahun 9 45
> 5 tahun 11 55
Total 20 100
Suku
- Toba 17 85
- Karo 3 15
47
Agama
- Kristen Protestan 9 45
- Katolik 11 55
Total 20 100
Berdasarkan Tabel 5.1 di atas dapat diketahui bahwa dari 20 responden,
didapatkan presentase umur <25 tahun sebanyak 9 orang (45%), umur 26-35
tahun sebanyak 9 orang (45%), dan umur 36-45 tahun sebanyak 2 orang (10%).
Persentase jenis kelamin laki-laki sebanyak 3 orang (15%), dan jenis kelamin
perempuan sebanyak 17orang (85%). Persentase berpendidikan D-III sebanyak 14
orang (70), dan berpendidikan S1 sebanyak 6 orang (30%). Persentase yang
berstatus belum menikah sebanyak 12 orang (60%), dan status yang sudah
menikah sebanyak 8 orang (45%). Persentase lama bekerja perawat >5 tahun
sebanyak 11 orang (55%), dan lama bekerja perawat <5 tahun sebanyak 9 orang
(45%).Persentase suku batak toba sebanyak 17 orang (85 %), dan suku batak karo
sebanyak 3 orang (15%). Dan persentase agama yang dianut oleh perawat adalah
agama katolik sebanyak 11 orang (55 %) dan agama kristen protestan sebanyak 9
orang (45 %).
5.1.3. Gambaran Pengetahuan Perawat tentang tahu Dalam Pemilahan
Sampah Infeksius di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan 2019
Hasil penelitian pengetahuan perawat tentang tahu dalam pemilahan
sampah Infeksius:
Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Perawat tentang tahu dalam
pemilahan Sampah Infeksius
Kategori Frekuensi Persentasi
(%)
Baik 17 85%
Cukup 3 15%
Kurang 0 0%
Total 20 100%
48
Berdasarkan tabel 5.2 diatas diperoleh hasil bahwa mayoritas perawat
memiliki pengetahuan baik tentang tahu dalam pemilahan sampah yaitu sebanyak
17 orang (85%).
5.1.4 Gambaran Pengetahuan Perawat tentang memahami Dalam
Pemilahan Sampah Infeksius di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan
2019
Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Perawat tentang memahami
dalam pemilahan Sampah Infeksius
Kategori Frekuensi Persentasi
(%)
Baik 18 90%
Cukup 2 10%
Kurang 0 0%
Total 20 100%
Berdasarkan tabel 5.3 diatas diperoleh hasil bahwa mayoritas
perawat memiliki pengetahuan baik tentang memahami dalam pemilahan sampah
infeksius yaitu sebanyak 18 orang (90%).
5.1.5 Gambaran Pengetahuan Perawat Tentang Aplikasi Dalam Pemilahan
Sampah Infeksius Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan 2019
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Perawat tentang aplikasi
dalam pemilahan Sampah Infeksius
Kategori Frekuensi Persentasi
(%)
Baik 19 95%
Cukup 1 5%
Kurang 0 0%
Total 20 100%
Berdasarkan tabel 5.4 diatas diperoleh bahwa mayoritas perawat memiliki
pengetahuan baik tentang aplikasi dalam pemilahan sampah infeksius yaitu
sebanyak 19 orang (95%).
49
5.1.6 Gambaran Pengetahuan Perawat Dalam Pemilahan Sampah Infeksius
Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2019
Tabel5.5 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Perawat Dalam Pemilahan
Sampah Infeksius Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2019
Kategori Frekuensi Persentasi
(%)
Baik 18 90%
Cukup 2 10%
Kurang 0 0%
Total 20 100%
Berdasarkan tabel diatas diperoleh bahwa mayoritas perawat memiliki
pengetahuan baik dalam pemilahan sampah infeksius yaitu sebanyak 18 orang
(90%).
5.2. Pembahasan
5.2.1. Pengetahuan Perawat Tentang Tahu Dalam Pemilahan Sampah Infeksius
Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2019.
Mayoritas perawat di ruangan Maria dan Marta memiliki pengetahuan
baik tentang tahu dalam pemilahan sampah infeksius yaitu sebanyak 17 orang
(85%), yang memiliki pengetahuan cukup sebanyak 3 orang (15 %) dan tidak ada
yang memiliki pengetahuan cukup tentang tahu dalam pemilahan sampah
infeksius. Pengetahuan perawat tentang tahu dalam pemilahan sampah infeksius
dinilai dari kemampuan perawat dalam menjawab soal mengenai defenisi
pemilahan sampah infeksius, jenis-jenis sampah infeksius dan cara pemilahan
sampah infeksius. Mayoritas perawat memiliki pengetahuan baik dipengaruhi oleh
pendidikan perawat yaitu sebanyak 14 orang (70%) memiliki pendidikan DIII dan
sebanyak 6 orang (30%) memiliki pendidikan S1 Keperawatan. Hal ini juga
didukung dengan lama bekerja perawat di Riumah sakit santa elisabeth medan
50
yang lama bekerja mayoritas lebih dari 5 tahun sehingga pemilahan sampah
dengan baik merupakan suatu kebiasaan yang sudah dilaksanakan di Rumah Sakit
Santa Elisabeth Medan.
Hal tersebut sejalan dengan faktor-faktor yang memepengaruhi
pengetahuan menurut Notoadmodjo (2012) yaitu ada beberapa faktor seperti
pengalaman seseorang yang diperoleh dari pengalaman sendiri maupun
pengalaman orang lain dan tingkat pendidikan dimana seseorang yang
berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas.
Pengetahuan perawat tentang memahami dalam pemilahan sampah
infeksius dinilai dari kemampuan perawat dalam menjawab pertanyaan tentang
jenis-jenis sampah infeksius, cara pemilahan sampah infeksius dan pengelolahan
sampah infeksius di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan.
5.2.2. Pengetahuan perawat tentang memahami dalam pemilahan
sampahinfeksius di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan.
Mayoritas perawat di ruangan maria dan marta memiliki pengetahuan
yang baik tentang mamahami dalam pemilahan sampah infeksius yaitu sebanyak
18 orang (90%), yang memiliki pengetahuan cukup 2 orang (10%) dan tidak ada
yang memiliki pengetahuan kurang. Pengetahuan perawat tentang memahami
dinilai dari kemampuan perawat dalam menjawab soal tentang jenis-jenis sampah,
cara pemilahan sampah infeksius dan cara pengelolaan sampah infeksius.
Kemampuan perawat dalam memahami pemilahan sampah dapat dipengaruhi dari
pendidikan yang dimiliki perawat yang mayoritas memiliki pendidikan DIII
sebanyak 14 orang (70%) dan S1 sebanyak 6 orang (30%).Hal tersebuat juga
51
dipengaruhi orang pengetahuan perawat tentang tahu dalam pemilahan samaph
dimana diperoleh kemampuan perawat tentang tahu mayoritas memiliki
pengetahuan baik yaitu sebanyak 17 orang (85%).
5.2.3. Pengetahuan perawat tentang aplikasi dalam pemilahan sampah infeksius
Mayoritas perawat memiliki pengetahuan yang baik tentang aplikasi dalam
pemilahan sampah infeksius yaitu sebanyak 19 orang (95%), yang memiliki
pengetahuan cukup sebanyak 2 orang (10%) dan tidak ada perawat yang memiliki
pengetahuan kurang.Pengetahuan perawat tentang aplikasi dinilai dari
kemampuan perawat dalam menjawab pertanyaan yang diberikan tentang
pemilahan sampah infeksius dan cara pengelolaan sampah infeksius.
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi atau perilaku
memiliki hubungan dengan pengetahuan yang dimiliki seseorang, karena
pengetahuan yang positif akan menghasilkan aplikasi atau perilaku yang baik
dalam melakukan suatu tindakan. (Fahriyah, dkk, 2016).Hal tersebut sejalam
dengan hasil yang diperoleh peneliti dimana mayoritas perawat memiliki
pengetahuan baik tentang tahu dan memperoleh hasil yang mayoritas baik
tentaang aplikasi dalam pemilahan sampah infeksius.
5.2.4. Gambaran pengetahuan perawat dalam pemilahan sampah infeksiusdi
Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan 2019
Mayoritas perawat memiliki pengetahuan yang baik dalam pemilhan
sampah infeksius yaitu sebanyak 18 orang (90%), yang memiliki pengetahuan
cukup sebanyak 2 orang (10%) dan tidak ada yang memiliki pengetahuan kurang.
52
Pengetahuan perawat tersebut dinilai dari pengetahuan perawat tentang tahu,
tentang memahami dan aplikasi dalam pemilahan sampah infeksius di rumah sakit
santa elisabeth medan. Pengetahuan baik dipengaruhi oleh pendidikan perawat
dimana mayoritas perawat memiliki pendidikan DIII yaitu sebanyak 14 orang
(70%) dan yang memiliki pendidikan S1 sebanyak 6 orang (30%).
Hal tersebut sejalan dengan faktor- faktor yang mempengaruhi
pengetahuan menurut Notoatmodjo (2012) yang mengatakan bahwa pengetahuan
dipengaruhi oleh pendidikan, dimana seseorang yang berpendidikan lebih tinggi
akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan seseorang
yang tingkat pendidikannya lebih rendah.
53
BAB 6
SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan
Dari hasil penelitian gambaran pengetahuan perawat dalam pemilahan sampah
infeksius di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2019, maka diperoleh
kesimpulan:
1. Pengetahuan perawat dalam mengelola sampah infeksius di Rumah Sakit
Santa Elisabeth Medan tahun 2019 adalah kategori baik (90%), kategori
cukup (10%) dankategori kurang (0%). Hal ini menunjukkan bahwa
pengetahuan perawat dalam mengelola sampah infeksius di Rumah Sakit
Santa Elisabeth Medan Tahun 2019 sudah tergolong baik.
2. Pengetahuan perawat tentangmemahami dalam pemilahan sampah
infeksius di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2019 adalah
kategori baik (90%), jawaban cukup (10%) dan kategori kurang (0%).
3. Pengetahuan perawat tentang aplikasi dalam pemilahan sampah infeksius
di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2019 adalah kategori baik
(95%), kategori cukup (5%) dan kategori kurang (0%).
4. Pengetahuan perawat tentang tahudalam pemilahan sampah infeksius di
Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2019 adalah berjawaban baik
(85%), kategori cukup (15%) dan kategori kurang (0%).
6.2 Saran
Dari simpulan hasil penelitian di atas, dapat dikemukakan beberapa saran
sebagai berikut:
54
1. Bagi Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan
Perlu dilakukan peningkatan pengetahuan perawat tentang pengelolaan
sampah infeksius di Rumah Sakit melalui pendidikan.
2. Bagi STIKes Santa Elisabeth Medan
Perlu meningkatkan pengetahuan tentang pengelolaan sampah infeksius di
Rumah Sakit.
3. Kepada Peneliti selanjutnya
Perlu melakukan penelitian lanjutan yang berhubungan dengan
pengelolaan sampahinfeksius dengan sampel lebih besar.
55
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. (2013). Pengelolaan Limbah Medis Rumah Sakit. Yogyakarta: Gosyen
Publishing.
Fahriyah, L., Husaini, H., & Fadillah, N. A. (2017). Pengetahuan dan Sikap
dengan Perilaku Perawat dalam Pemilahan dan Pewadahan Limbah Medis
Padat. Jurnal Publikasi Kesehatan Masyarakat Indonesia, 3(3).
Gruendemann, Barbara J. (2005). Buku Ajar Keperawatan Perioperatif. Vol. 2
praktik. Jakarta: EGC
Hidayat. (2012). Metode Penelitian Keperawatan Teknik Analisa Data. Jakarta:
Salemba Medika.
Kozier, dkk. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan
Praktik. Jakarta: EGC.
Majid, A., dkk. (2011). Keperawatan Perioperatif. Yogyakarta: gosyen
publishing.
Mubarak,dkk. (2015). Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar Buku 2. Jakarta:
Salemba Medika
Mutaqqin,arif. (2013). Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Pernafasacn.
Jakarta: Salemba Medika.
Notoatmodjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nursalam. (2013). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pendekatan Praktis.
Edisi 3. Jakarta: Salemba medika.
Nurty K Gea. (2014). Pengaruh Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Penuruan
Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi di RSUD Kota Bekasi Tahun 2013.
Jurnal Medistra Indonesia
Potter & perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Proses dan
Praktik. Edisi 4. Volume 2. Jakarta: EGC.
Sudiharti, S., & Solikhah, S. (2012). Hubungan pengetahuan dan sikap dengan
perilaku perawat dalam pembuangan sampah medis di rumah sakit pku
muhammadiyah yogyakarta. Kes Mas: Jurnal Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Ahmad Daulan, 6(1).
Sugiyono, (2011). Statistik untuk penelitia. Bandung : Penerbit CV Alfabeta
56
Suliswati,dkk. (2010). Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta:
EGC.
Solikhah. (2012). Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Dengan Perilaku
PerawatDalam Pembuangan Sampah Medis Di Rumah Sakit PKU
muhammadiyah. Jurnal Ilmu Keperawatan. Yogyakarta Vol. 6 No. 1
Tukiman & Syahrial. (2013). Gambaran Perilaku Perawat Dalam
MembuangSampah Infeksius Dan Non Infeksius Di Rumah Sakit Umum
Daerah Kabupaten Aceh Tamiang. Diambil
darijurnal.usu.ac.id/index.php/kpkb.article/download/1898/1050.
Wawan & Dewi. (2011). Teori & Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku
Manusia Dilengkapi Contoh Kuesioner. Yogyakarta: Nuha Medika
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77