skripsi hisna a. mohi nim 151012116 |...

51
Skripsi Hisna A. Mohi Nim 151012116 | 1

Upload: others

Post on 29-Dec-2019

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • Skripsi Hisna A. Mohi Nim 151012116 | 1

  • Skripsi Hisna A. Mohi Nim 151012116 | 2

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Pendidikan adalah proses pelatihan, dan pengembangan

    pengetahuan, keterampilan, kepribadian, pikiran, serta potensi yang di miliki peserta didik sesuai bidang ilmu yang diminatinya, melalui lembaga pendidikan formal. Selain itu pula peserta didik dilatih dalam mengembangkan kemampuan berpikir sehingga dapat membentuk karakter yang dilandasi etika moral tinggi.

    Pendidikan juga dirancang agar mampu membentuk pribadi baik peserta didik seperti saling menolong, menghargai, menghormati antar sesama, bekerja dengan sungguh – sungguh, jujur dan disiplin dalam segala sesuatu yang dilakukan agar dapat mencapai tujuan tertentu.

    Selain itu pendidikan sebagai proses melatih peserta didik dalam mengembangkan pengetahuannya melalui pengalaman belajar berdasarkan pikiran dan bidangnya sehingga memiliki karakter mulia yang menjunjung tinggi nilai – nilai agama guna berinteraksi dengan masyarakat serta memenuhi kebutuhan hidup baik dirinya maupun keluarga.1

    Setiap peserta didik pasti memiliki karakter yang berbeda – beda dengan teman lainnya, sebab karakter merupakan suatu prilaku, akhlak atau sikap pembeda antara seseorang dengan orang lain. Karakter diartikan sebagai pribadi yang mencerminkan perilaku – perilaku terpuji maupun tercela. Selain itu pula definisi karakter adalah pendidikan berdasarkan nilai-nilai moral dan budi pekerti baik dengan tujuan mengembangkan potensi yang dimiliki peserta didik untuk meberikan sebuah keputusan baik atau buruk, memelihara kebaikan serta mengimplementasikan dalam kehidupan sehari – hari.2

    Pendidikan karakter merupakan segala upaya guru dalam melakukan hal- hal seperti memberikan keteladanan cara berbicara yang sopan, ramah, disiplin, menyampaikan materi yang baik serta berbagai hal lainya agar dapat membentuk akhlak atau pribadi baik terhadap peserta didik.

    Dalam sebuah lembaga formal (sekolah) pendidikan karakter dipengaruhi oleh perilaku dari seorang guru sebab segala yang dilakukan oleh

    1Syaiful Sagala, Etika & Moralitas Pendidikan Peluang dan Tantangan, (Jakarta: Kencana, 2013), h. 42 - 43 2Syafaruddin.Asrul dan Mesiono, Inovasi Pendidikan, (Medan: Perdana Publishing, 2015), h. 178.

  • Skripsi Hisna A. Mohi Nim 151012116 | 3

    guru berdampak terhadap anak didiknya. Guru yang berperilaku negatif seperti pemarah, kurang peduli, serta mempermalukan anak di depan kelas maka, dapat membunuh karakter anak didik. Sebaliknya jika guru berperilaku positif misalnya memberikan pujian, kasih sayang, adil, bijaksana dan tidak membeda bedakan anak maka dampaknya dapat memberi rasa senang dan nyaman terhadap anak didik tersebut.3 Fenomena kondisi krisis dan moral saat ini belum teratasi dengan baik, ketidakmampuan pelaku pendidikan dalam mencegah dampak negatif dari kemajuan teknologi dan informasi yang saat ini berkembang pesat. Berbagai media telah memeperbincangkan persoalan – persoalan dalam dunia pendidikan seperti yang kita saksikan saat ini orang – orang yang melakukan korupsi uang Negara yang notabennya berasal dari pajak rakyat tetap terus merajalela. Kejujuran seolah telah dihapus dinegara yang menjunjung tinggi nilai – nilai tradisi masyarakat indonesia yang religius berdasarkan pancasila dan UUD 1945

    Disini tampaknya nilai – nilai yang sudah diajarkan disekolah seakan- akan hanya nilai dalam buka laporan. Inilah yang menjadi dilema bahwa sekolah tidak mampu lagi menjadi benteng akhlak atau telah kehilangan karakter. Sekolah juga seolah tidak memiliki daya tarik untuk membentuk karakter kejujuran pada setiap anak didik melalui kurikulum yang telah diajarkan. Namun kita tidak boleh hanya berpangku tangan,disinilah dan saatnya kita bangkit memajukan pendidikan di indonesia dengan menerapkan pendidikan karakter terutama tentang kejujuran di berbagai lembaga pendidikan.

    Bentuk inovasi yang beragam telah direkayasa mulai dari sistem pembelajaran, kurikulum, tunjangan guru dan sampai pada sekolah berstandar dengan berbagai bentuk, akan tetapi belum mampu menelorkan karakter handal siswa. Hasil pendidikan kita terlihat dewasa ini masih pada tataran kognitif belum meyentuh aspek karakter dengan moralitas jujur, amanah, tangguh dan kompetitif.4 Hal ini menjadi suatu masalah serius yang harus diselesaikan secara tuntas, terlebih lagi yang dihadapi guru saat melaksanakan proses pembelajaran seperti kurang teliti, kurang rapi, kurang disiplin, tidak menggunakan strategi dan metode yang bervariasi saat pembelajaran, kurang terampil menggunakan media pembelajaran, berkata kasar kepada siswa, dan tidak sesuai menerapkan hukuman kepada siswa, sehingga dapat menghambat tercapainya tujuan pendidikan. 3Jejen Musfah, Pendidikan Holistik, (Jakarta: Kencana, 2012), h. 147. 4Syahraini Tambak, Membangun Bangsa Melalui Pendidikan, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), h. 39.

  • Skripsi Hisna A. Mohi Nim 151012116 | 4

    Selain itu pula perilaku peserta didik saat ini sudah sangat menghawatirkan sebab diberbagai media massa sering kita dapatkan informasi mengenai kasus pelajar seperti pembunuhan, tauran antar pelajar, narkoba, geng motor orang yang melakukan hubungan free seks, pencurian dan lainnya yang dapat merusak nama baik sekolah dan martabat keluarga. Sedangkan dalam ruang lingkup pembelajaran kesalahan-kesalahan yang sering dilakukan oleh siswa misalnya kurang disiplin dalam menaati peraturan sekolah, melalaikan tugas, menyontek saat ujian, membayar orang lain untuk mengerjakan tugas, melawan guru, kurangnya minat belajar, motivasi belajar dan sebagainya. Dunia pendidikan berupaya mengevaluasi sistem pembelajaran untuk menghasilkan manusia berkarakter yang pada akhirnya memiliki akhlakul karimah sebagai pola hidup, menjalankan nilai-nilai dan norma-norma untuk mencapai tujuan pendidikan. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Selain itu pula bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman bertaqwa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.5 Agar tercapainya suatu tujuan pendidikan maka harus terjalin hubungan baik antara guru dan peserta didik. Adapun tugas dan tanggung jawab guru adalah menanamkan akidah yang benar, memantapkan kualitas iman siswa pada saat proses pembelajaran, memberikan nasehat, bersikap lemah lembut, mengajarnya dengan metode yang sesuai, memberi salam sebelum dan setelah pembelajaran selesai, menerapkan sistem sanksi pada saat pembelajaran serta memberikan penghargaan kepada anak didik yang dapat menguasai materi yang telah dipelajari.6

    Dari tugas dan kewajiban tersebut maka pembentukan karakter peserta didik melalui keteladanan yang diberikan atau ditampilakan oleh pendidik. Keteladanan memiliki arti penting dalam proses pendidikan karena dengan keteladanan seorang guru dapat membentuk karakter peserta didik. Seorang guru harus menjadi teladan bagi siswanya, tidak hanya memberikan materi pelajaran tetapi juga mampu menunjukkan perilaku yang baik sehingga dapat dijadikan panutan baik di lingkungan sekolah ataupun lingkungan masyarakat.

    5Undang-Undang Sisdiknas RI No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

    (Bandung: Fokus Media), h. 6. 6Fuad bin Abdul Aziz Asy-Syalhub, Begini Seharusnya Menjadi Guru, (Jakarta: Darul Haq, 2011), h. 1.

  • Skripsi Hisna A. Mohi Nim 151012116 | 5

    Untuk itu guru tidak hanya sebagai fasilitator sumber ilmu saja, melainkan sebagai pendidik yang seharusnya membimbing, memotivasi, membantu, membentuk kepribadian, membina karakter, menumbuhkan dan mengembangkan keimanan dan ketakwaan para siswa melalui keteladanan dan contoh yang baik dari guru melalui ucapan, perbuatan, dan penampilan. Ada pun kaitannya dengan pendidikan agama islam, keteladanan yang dapat dijadikan sebagai cermin dan model dalam pembentukan kepribadian seorang muslim sendiri adalah keteladanan Rasulullah Saw.

    Berdasarkan hasil observasi awal di sekolah SMPN 2 Satu Atap Kabila Bone dalam hal karakter peserta didik, guru Pendidikan Agama Islam hanya berorientasi pada tingkat kemampuan peserta didik dalam segi pengetahuan seperti pembelajaran di dalam kelas pada umumnya. Sementara dalam hal sikap kurang ditekankan kepada peserta didik. misalnya dalam pelaksanaan bidang agama lainnya kurang mendapat perhatian dari guru Pendidikan Agama Islam contoh konkret ibadah (sholat) guru Pendidikan Agama Islam hanya menyuruh peserta didik untuk melakasanakan sholat, sementara guru itu sendiri tidak melakasanakannya atau tidak memberikan contoh nyata kepada peserta didik.

    Selain itu pula upaya pencegahan yang dilakukan oleh guru Pendidikan Agama Islam di SMPN 2 Satu Atap Kabila Bone juga kurang maksimal. Seperti terkait dengan adanya perlakuan peserta didik yang menyimpang seharusnya ada upaya yang lebih efektif untuk meminimalisirnya, sehingga iklim yang tercipta bisa benar-benar kondusif sesuai harapan semua stekholder.

    Bertitik tolak dari permasalahan diatas maka penulis merasa tertarik menyusun karya ilmiah dengan judul “Keteladanan Guru PAI Dan Implikasinya Terhadap Pembentukan Karakter Peserta Didik Di SMPN 2 Satu Atap Kabila Bone. B. Rumusan Masalah

    1. Bagaimana keteladanan guru PAI di SMPN 2 Satu Atap Kabila Bone? 2. Apa hambatan dan solusi guru PAI terhadap pembentukan karakter

    peserta didik di SMPN 2 Satu Atap Kabila Bone ? 3. Apa implikasi keteladanan guru PAI terhadap pembentukan karakter

    peserta didik di SMPN 2 Satu Atap Kabila Bone ? C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

  • Skripsi Hisna A. Mohi Nim 151012116 | 6

    1. Tujuan a) Untuk mengetahui bagaimana keteladanan guru PAI di SMPN 2

    Satu Atap Kabila Bone. b) Untuk mengetahui apa saja hambatan dan solusi guru PAI

    terhadap pembentukan karakter peserta didik di SMPN 2 Satu Atap Kabila Bone.

    c) Untuk mengetahui implikasi keteladanan guru PAI terhadap pembentukan karakter peserta didik di SMPN 2 Satu Atap Kabila Bone

    2. Kegunaan a) Menambah wawasan keilmuan bagi guru dan masyarakat

    tentang pentingnya keteladanan seorang guru. b) Menjadi sumber informasi kepada masyarakat secara luas

    tentang apa saja hambatan dan solusi guru PAI dalam mengembangkan karakter peserta didik

    c) Menumbuhkan mindset guru agar menjadi pribadi yang penuh dengan keteladanan dalam mengajar dan mendidik peserta didiknya.

    D. Pengertian Judul dan Definisi Operasional 1. Keteladanan Guru PAI

    Keteladanan guru adalah suatu perbuatan atau perilaku baik dari seorang guru yang dapat dijadikan panutan baik tutur kata atau pun perbuatannya yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari oleh murid, baik di lingkungan sekolah maupun masyarakat.7 Sedangkan PAI adalah usaha sadar dalam menyiapkan anak didik dalam meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran agama islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan yang dilakukan oleh guru dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat sehingga mewujudkan persatuan nasional.8

    Jadi dapat disimpulkan bahwa keteladanan guru PAI adalah suatu perilaku atau sikap baik seorang pendidik dalam membimbing, mengajarkan atau melatih peserta didik sehingga apa yang diajarkan tersebut dapat ditiru dan dijadikan contoh serta diamalkan dalam kesehariannya oleh peserta didik. 2. Karakter peserta didik

    7Akmal Hawi, Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Raja grafindo Persada, 2013), h. 93

    8Farid Hasyim, Kurikulum Pendidikan Agama Islam, (Malang: Madani Wisma Kalimetro, 2015), h. 49

  • Skripsi Hisna A. Mohi Nim 151012116 | 7

    Karakter merupakan suatu kumpulan tata nilai yang menuju pada sistem, yang melandasi pemikiran, sikap dan perilaku yang ditampilkan.9 Sedangkan peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha melaksanakan pengembangkan potensi yang ada dalam dirinya melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jenjang serta jenis pendidikan tertentu.10

    Jadi dapat disimpulkan bahwa karakter peserta didik adalah suatu sikap atau perilaku individu yang berusaha mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran dalam jenjang pendidikan. Dengan demikian maka yang menjadi definisi operasional dalam penulisan ini yakni keteladanan guru PAI dalam mengembangkan karakter peserta didik di SMPN 2 Satap Kabila Bone. E. Tinjauan Pustaka

    Menurut pengamatan dan pengetahuan penulis telah banyak literatur yang membahas tentang keteladanan guru pai dan implikasinya terhadap pembentukan karakter peserta didik.

    Misalnya skripsi Masria Thalib dengan judul “ Keteladanan Guru PAI Dalam Membentuk Prilaku Peserta Didik Di SMP Negeri 11 Kota Gorontalo. Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan metode pengumpulan data adalah observasi wawancara dan dokumentasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Keteladanan Guru PAI dalam membentuk prilaku peserta didik di Sekolah SMP Negeri 11 Kota Gorontalo. Adapun tujuan penelitian ini untuk mengetahui keteladanan serta kendala guru PAI dalam membentuk perilaku peserta didik di SMP Negeri 11 Kota Gorontalo.

    Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Keteladanan Guru PAI dalam membentuk prilaku peserta didik di Sekolah SMP Negeri 11 Kota Gorontalo anatara lain menerapkan 5S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan dan Santun), berdoa ketika mau mengerjakan sesuatu, pembiasaan sholat Dhuhur berjamaah, bersikap sabar dan tidak gampang marah. Prilaku peserta didik sangat erat kaitannya dengan keteladanan yang dimiliki guru. Karena seorang guru teladan biasanya akan mudah mempengaruhi peserta didik yang memiliki giat belajar yang baik dan berusaha untuk selalu bersikap baik dalam pribadinya. Kendala jarak rumah peserta didik yang relatif jauh dari sekolah. Serta dengan berkembangnya teknologi komunikasi sekarang, biasa menjadi faktor penghambat peserta didik, jika mereka menyalah gunakan media

    9Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi, (Bandung: Alfabeta, 2014),h. 2

    10Fatah Yasin, Dimensi – Dimensi Pendidikan Islam, (Yogyakarta: UIN Malang Press ,2008),h. 95

  • Skripsi Hisna A. Mohi Nim 151012116 | 8

    tersebut. Upaya motivasi serta dukungan kedua orang tua sangat berpengaruh terhadap pembelajaran di sekolah serta adanya kebersamaan dalam diri masing – masing.11

    Karya lainnya adalah skripsi dari Mei Safitri Wuwungan yang berjudul “ Peningkatan Keteladanan Pendidik dan Implikasinya Terhadap Sikap Disiplin Peserta Didik Di Sekolah Dasar Negeri 05 Kecamatan Tapa Kabupaten Bonebolango. Penelitian ini bertujuan untuk mengimplikasikan keteladanan pendidik agar berdampak baik terhadap sikap disiplin peserta didik, dan menganalisis peningkatan keteladanan pendidik terhadap sikap disiplin peserta didik di Sekolah Dasar Negeri 05 Kecamatan Tapa Kabupaten Bonebolango.

    Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif, instrumen yang digunakan adalah peneliti itu sendiri (human instrumen). Dalam hal ini penelitilah yang menjadi instrumen kunci penelitilah yang menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menganalisis data, menafsirkan data, dan membuat kesimpulan atas temuannya. Penelitian kualitatif bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis dengan pendekatan induktif, proses dan makna berdasarkan perseptif subjek lebih ditonjolkan dalam penelitian ini. Sumber data dalam penelitian ini yaitu data primer dan sekunder. Teknik pengumpulan data berupa observasi wawancara dan dokumentasi. Pengecekan keabsahan data triangulasi dan auditing.

    Berdasarkan hasil penelitian, peningkatan keteladanan pendidik dan implikasinya berdampak baik terhadap sikap disiplin peserta didik, meskipun disiplin yang mereka kerjakan tidak sepenuhnya mereka lakukan dengan sunguh- sungguh. Tapi ada juga peserta didik yang bersikap disiplin yang berasal dari dalam diri peserta didik. Banyak faktor yang menyebabkan peserta didik bersikap disiplin bukan hanya keteladanan pendidik dan implikasi yang diterapkan oleh pendidik tetapi juga faktor lingkungan masyarakat dan orang tua peserta didik.12

    Skripsi lainnya adalah karya Masra Detu yang berjudul “ Peran Guru PAI Dalam Membina Kepribadian Peserta didikKelas VI di SDN 01 Karya Baru Kecamatan Dengilo Kabupaten Pohuwato.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif yang menghasilkan data deskriptif berupa kata–kata dengan metode pengumpulan data adalah observasi,

    11Masria Thalib , Keteladanan Guru PAI Dalam Membentuk Prilaku Peserta Didik Di SMP

    Negeri 11 Kota Gorontalo. Skripsi (Gorontalo : IAIN Sultan Amai Gorontalo, 2016 ) 12Mei Safitri Wuwungan, Peningkatan Keteladanan Pendidik dan Implikasinya Terhadap Sikap

    Disiplin Peserta Didik Di Sekolah Dasar Negeri 05 Kecamatan Tapa Kabupaten Bonebolango. Skripsi (Gorontalo : IAIN Sultan Amai Gorontalo, 2018)

  • Skripsi Hisna A. Mohi Nim 151012116 | 9

    wawancara dan dokumentasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peran guru dan usaha–usaha peran guru PAI dalam membina kepribadian peserta didik kelas VI di SDN 01 Karya Baru Kecamatan Dengilo Kabupaten Pohuwato serta faktor apa yang terkandung dalam membina kepribadian peserta didik kelas VI di SDN 01 Karya Baru Kecamatan Dengilo Kabupaten Pohuwato

    Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Peran Guru PAI dalam membina kepribadian peserta didik kelas VI DI SDN 01 Karya Baru Kecamatan Dengilo Kabupaten Pohuwato yaitu peran guru sebagai pembimbing, peran guru sebagai penasehat, serta peran guru sebagai model atau contoh. Usaha-usaha guru PAI dalam membina kepribadian peserta didik kelas VI DI SDN 01 Karya Baru Kecamatan Dengilo Kabupaten Pohuwato antara lain memberikan contoh yang baik dengan perilaku yang nyata, mengingatkan kepada anak – anak yang berbuat salah atau berperilaku menyimpang dari agama lewat upacara, waktu mengajar maupun di dalam kelas, melalui pelajaran dalam kelas dengan dengan cerita yang bernafaskan islami. Faktor – faktor yang terkandung dalam membina kepribadian peserta didik kelas VI di SDN 01 Karya Baru Kecamatan Dengilo Kabupaten Pohuwato, dalam pelaksanaan pembinaan kepribadian peserta didik dalam rangka pembentukan yang bersifat agamis. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kepribadian peserta didik antara lain guru mendidik siswa, teman sebaya, keluraga dan masyarakat.13

    Selanjutnya skripsi karya Siti Nurlela Paputungan yang berjudul “Peran Guru PAI dalam membina kecerdasan spiritual terhadap pengembangan karakter peserta didik di SDN No 66 Kota Timur Gorontalo. Jenis penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan fenomenologis, dengan mengambil latar SDN No 66 Kota Timur Gorontalo. Sumber data adalah data primer dan sekunder, pengumpulan data yang dilakukan dengan menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data yang dilakukan dengan melakukan reduksi data, penyajian data, setelah itu dilakukan penarikan kesimpulan.

    Hasil penelitian Peran Guru PAI dalam membina kecerdasan spiritual ini dapat dilakukan dengan program kegiatan sholat dhuha dan zikir berjamaah setiap hari jumat, dan setiap malam jumat diadakan zikir bersama untuk kelas VI, perayaan hari – hari besar islam yang dilakukan di sekolah,

    13MasraDetu,Peran Guru PAIDalam Membina Kepribadian Peserta didikKelas VI di SDN 01

    Karya Baru Kecamatan Dengilo Kabupaten Pohuwato. Skripsi (Gorontalo : IAIN Sultan Amai Gorontalo, 2014)

  • Skripsi Hisna A. Mohi Nim 151012116 | 10

    dan setiap hari diadakan sholat dzuhur berjamaah, selain itu juga lomba baca Alquran, guru selalu memperhatikan perkembangan karakter siswa.14

    Karya ilmiah selanjutnya adalah skripsi Riani Lukum yang berjudul “ Penerapan Nilai – Nilai Karakter Terhadap Sikap Belajar Peserta didik Pada Mata Pelajaran Quran Hadis di MI Al-munawwarah Huyula”. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui penerapan nilai – nilai karakter terhadap sikap belajar peserta didikpada mata pelajaran quran hadis di MI Al-munawwarah Huyula. Adapun Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Informan penelitian ini Kepala Madrasah, 4 orang guru bidang studi agama yaitu kepala madrasah, guru Quran Hadis, guru kelas dan peserta didikdi MI Al- Munawwarah Huyula. Teknik analisis data yang digunakan melalui tahapan reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan

    Hasil penelitian yang diperoleh pertama penerapan nilai – nilai karakter terhadap sikap belajar peserta didik pada mata pelajaran Quran Hadis di MI Al- Munawwarah Huyula yaitu nilai religius, jujur, mandiri, toleransi, tanggung jawab dan disiplin. Cara guru mengintegrasikan pada pembelajaran dengan memasukan ke enam nilai/ karakter tersebut kepada seluruh kompetensi dasar dalam RPP, tanpa ada pemilahan dari nilai/ karakter bersangkutan. Pengintegrasian tersebut dilakukan dengan cara melakukan penekanan tertentu pada materi yang menyinggung masalah nilai.

    Kedua faktor pendukungnya adalah lingkungan, adanya dukungan dan kerjasama di antara guru . Adapun faktor penghambat yaitu keterbatasan sarana dan prasarana, kemajuan teknologi seperti laptop dan ponsel yang dapat membawa pengaruh buruk bagi perkembangan karakter siswa. Ketiga solusi yang dilakukan dengan cara guru melakukan pendekatan untuk memberikan nasehat serta motivasi dan pemberian sanksi atau hukuman yang mendidik, menanamkan nilai kebaikan, membenahi sarana dan prasarana pendukung serta menjalin kerja sama dengan orang tua siswa.15

    Berdasarkan uraian dari beberapa tulisan tersebut maka penulis

    berkesimpulan bahwa penelitian ini memiliki kesamaan dan perbedaan dengan penelitian sebelumnya. Persamaannya bisa dilihat dari objek

    14Siti Nurlela Paputungan, Peran Guru PAIdalam membina kecerdasan spiritual terhadap

    pengembangan karakter peserta didik di SDN No 66 Kota Timur Gorontalo. Skripsi (Gorontalo : IAIN Sultan Amai Gorontalo, 2018 )

    15Riani Lukum, Penerapan Nilai – Nilai Karakter Terhadap Sikap Belajar Peserta didikPada Mata Pelajaran Quran Hadis di MI Al-munawwarah Huyula. Skripsi Gorontalo : IAIN Sultan Amai Gorontalo,2017 )

  • Skripsi Hisna A. Mohi Nim 151012116 | 11

    penelitian yaitu siswa. Perbedaan yang paling mendasar adalah pada pembahasan tentang lokasi dan cara (metode) yang dilakukan oleh pendidik/guru . Dalam hal segi pengertian secara umum penulis berpendapat ada relevansinya dengan tulisan lainnya namun ada beberapa faktor yang menjadi perbedaan dikarenakan cara dan karakteristik berfikir penulis berbeda dengan penulis lainnya.

    BAB II KAJIAN TEORI

  • Skripsi Hisna A. Mohi Nim 151012116 | 12

    A. Keteladanan Guru 1. Pengertian Keteladanan Guru

    Keteladanan adalah bentuk kebiasaan perilaku sehari-hari dalam berpakaian rapi, bertutur kata baik, rajin membaca, memberi pujian baik terhadap keberhasilan orang lain serta datang tepat waktu.16

    Keteladanan merupakan suatu upaya untuk memberikan contoh perilaku yang baik sesuai dengan tujuan pembelajaran. Pemberian contoh atau teladan harus dilakukan oleh seluruh pegawai yang terkait dengan pelaksanaan pendidikan, yang meliputi guru, kepala sekolah, dan stakeholders lainnya, pengawas, dan juga staf tata usaha. Dalam hal ini, guru merupakan orang yang paling utama dan pertama yang berhubungan dengan siswa. Baik buruknya perilaku guru, apalagi guru agama, akan dapat mempengaruhi secara kuat terhadap siswanya. Oleh karena itu, keteladanan guru menjadi sesuatu yang mutlak untuk dilakukan sebab guru yang baik akan menjadi contoh baik terhadap anak didiknya.17

    Keteladanan juga adalah suatu yang fitri bagi manusia dan sangat penting dilaksanakan dalam mengembangan sikap religius sebab keteladanan sudah ada dalam potensi dasar manusia serta terdapat dalam sejarah para Nabi dan Rasul.18 Firman Allah Swt dalam surah Al-Ahzab ayat 21 dan Al-Mumtahanah ayat 6 sebagai berikut :

    ô ‰s) © 9 t b %x . ö Nä 3 s9 ’ Î û É Aq ß ™u ‘ « ! $ # î o u q ó ™é & × p u Z | ¡ y m ` y J Ï j 9 t b %x .

    ( # q ã _ ö � t ƒ © ! $ # t P ö q u ‹ ø 9 $ # u r t �Å z F y $ # t �x . sŒu r © ! $ # # Z Ž � Ï Vx .

    Ç Ë Ê È Terjemahnya:

    Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.19

    ô ‰s) s9 t b %x . ö / ä 3 s9 ö NÍ k Ž Ï ù î o u q ó ™é & × p u Z | ¡ y m ` y J Ï j 9 t b %x . ( # q ã _ ö � t ƒ © ! $ #

    t P ö q u ‹ ø 9 $ # u r t �Å z F y $ # 4 ` t Bu r ¤ Au q t Gt ƒ ¨ b Î * sù © ! $ # u q è d �Ó Í _ t ó ø 9 $ #

    ß ‰Š Ï J p t ø : $ # Ç Ï È Terjemahnya:

    16E Mulyasa, Manajemen Pendidikan Karakter, (Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2012), h.169 17Ngainan Naim. Menjadi Guru Inspiratif, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009). h. 62. 18Ramayulis, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2015), h. 281 19Kementerian Agama RI,Al-qur’an dan Terjemahnya, (Sinergi Pustaka Indonesia, 2012).

    h. 595

  • Skripsi Hisna A. Mohi Nim 151012116 | 13

    Sesungguhnya pada mereka itu (Ibrahim dan umatnya) ada teladan yang baik bagimu; (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (pahala) Allah dan (keselamatan pada) hari kemudian. dan barangsiapa yang berpaling, Maka Sesungguhnya Allah Dia-lah yang Maha Kaya lagi Maha Terpuji.20

    Dari ayat tersebut, sangat jelas bahwa dua orang Nabi, yakni Nabi

    Muhammad Saw dan Nabi Ibrahim As, merupakan manusia yang perlu diteladani atau dicontoh oleh para pemimpin, pengajar, pendidik atau guru yang profesional. Karena di dalam diri kedua Nabi tersebut dilengkapi dengan kemuliaan sifat-sifat-Nya yang menjadi benteng dalam setiap ucapan dan tindakan.

    Adapun Guru dapat diartikan sebagai orang yang bertugas dalam memberikan ilmu pengetahuan terhadap peserta didik. Guru juga merupakan orang dewasa yang bertanggung jawab dalam membimbing perkembangan jasmani maupun rohani sehingga mencapai tingkat kedewasaan.

    Selain itu guru di definisikan sebagai suatu kepribadian yang penuh dengan contoh atau teladanan baik bagi anak didiknya sampai akhir hayat.21

    Dari beberapa pengertian tersebut dapat diambil kesimpulkan bahwa keteladanan guru merupakan segala sesuatu yang ada dalam diri seorang guru baik berupa perbuatan, tutur kata, serta perilaku- perilaku baik yang patut ditiru dan dicontoh oleh peserta didik. 2. Bentuk-Bentuk Keteladanan Guru a. Keteladanan Yang Disengaja

    Keteladanan disengaja merupakan keteladanan yang disertai dengan penjelasan atau perintah untuk meneladani. Seperti contoh membaca yang baik, dan mengerjakan shalat yang benar ( Nabi berkata shalatlah sebagaimana kalian melihat aku shalat”, H.R Bukhari ). Maksudnya Nabi memerintahkan agar umatnya mengikuti cara ia shalat. Sama halnya dengan guru sengaja membaca basmallah ketika akan memulai pelajaran, guru memberikan contoh membaca basmallah yang baik sehingga anak didik dapat menirunya. b. Keteladanan Yang Tidak Disengaja

    Keteladanan tidak disengaja adalah keteladanan dalam hal keilmuan, kepemimpinan, sikap, keikhlasan dan sebagainya. Guru tidak sengaja melakukan perbuatan tertentu, akan tetapi seluruh pribadinya sesuai dengan norma-norma agama Islam yang menjadi teladan untuk peserta didik.

    20Kementerian Agama RI,Ibid,h. 802 21Aminatul zahro, Membangun Kualitas Pembelajaran Melalui Dimensi Profesionalisme Guru,

    ( Bandung: Yrama Widya 2015 ), h. 3

  • Skripsi Hisna A. Mohi Nim 151012116 | 14

    Dalam hal ini pendidik sebagai panutan yang dapat memberikan contoh baik dalam kehidupan sehari-hari. Pengaruh teladan ini berjalan secara langsung tanpa disengaja.22

    Jadi kesimpulannya keteladanan disengaja berarti guru dengan sengaja memberikan atau menampilakan contoh – contoh baik kepada peserta didik sehingga mereka dapat menirunya seperti disiplin dalam mengajar, berpakaian rapi, menjadi imam shalat serta mengikuti berbagai macam kegiatan–kegiatan keagamaan disekolah. Sedangkan keteladanan tidak disengaja adalah keteladanan yang mengalir dengan sendirinya dari diri seorang pendidik berdasarkan ajaran islam. 3. Kriteria-Kriteria Keteladanan Guru

    kriteria – kriteria yang harus dimiliki seorang guru antara lain: a) Bersikap adil artinya seorang guru mampu memperlakukan dengan cara

    yang sama atau tidak membeda – bedakan peserta didiknya. b) Berlaku sabar sebab pekerjaan seorang guru dalam mendidik maupun

    membimbing siswa tidak dapat diwujudkan atau dilihat hasilnya secara seketika meskipun guru tersebut sudah memberikan teladan,

    c) Bersifat kasih sayang, sebagai pendidik hendaknya memiliki sifat lemah lembut dan kasih sayang sebab sifat ini dapat memberikan rasa senang dan nyaman bagi peserta didik.

    d) Berwibawa, hendaklah seorang guru memiliki kewibawaan dalam dirinya. e) Memiliki pengetahuan dan keterampilan, guru harus membekali diri

    dengan berbagai ilmu pengetahuan dan disertai dengan seperangkat latihan keterampilan keguruan,

    f) Mendidik dan membimbing, seorang guru harus mampu mendidik atau membimbing, anak didiknya dengan cara yang baik

    g) Bekerja sama artinya dalam mendidik siswa bukan saja dilakukan oleh seorang guru saja melainkan harus ada kerja sama dengan guru – guru lainnya.23

    Diantara karakteristik yang harus dimiliki oleh seorang guru agar diteladani atau digurui oleh peserta didiknya yakni kerendahan hati,

    22Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung : Remaja Rosdakarya

    2005), h. 143 - 144 23Akmal Hawi, Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Rajagrafindo Persada

    2013), h. 95-97

  • Skripsi Hisna A. Mohi Nim 151012116 | 15

    ketakwaan, keikhlasan, keluasan ilmu, sopan santun dan tanggung jawab.24 Terkait karakteristik ada beberapa yang harus dilakukan guru yakni : a. Menunjukkan sikap baik terhadap peserta didik seperti disiplin,hormat,

    sabar, jujur, bertanggung jawab, serta penuh tenggang rasa, b. Tidak bersikap egois atau mau menang sendiri dalam berbagai hal c. Berbuat baik terhadap sesama tanpa mengharapkan imbalan, d. Memperlakukan peserta didik dengan cara baik seperti dirinya

    diperlakukan baik oleh orang lain.25 Dari bahasan karakteristik diatas dapat diambil kesimpulan bahwa

    untuk menjadi seorang guru teladan hendaknya memiliki kriteria – kriteria berdasarkan ajaran agama islam. Sebagai seorang guru memapu memiliki perilaku – perilaku yang baik terhadap peserta didiknya. Menjadi guru juga tidak hanya menguasai materi pembelajaran atau memiliki ilmu pengetahuan akan tetapi harus berprilaku baik pula. B. Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Pendidikan Agama Islam

    Secara terminologi Pendidikan Agama Islam di definisikan sebagai pendidikan yang berdasarkan ajaran islam. Dalam pengertian lain dikatakan oleh Ramayulis bahwa pendidikan Agama Islam yakni suatu proses mempersiapkan manusia agar hidup dengan bahagia, mencintai tanah air, sehat jasmani maupun rohani, sempurna budi pekerti baik, teratur pikirannya, mahir dalam setiap pekerjaan, serta tutur kata yang halus baik lisan maupun tulisan.

    Zakiah daradjat mendefinisikan Pendidikan Agama Islam merupakan suatu usaha sadar untuk membimbing, membina, mendidik peserta didik sehingga mampu memahami ajaran islam secara menyeluruh (kaffah). Kemudian menghayati tujuan tersebut yang akhirnya dapat diamalkan serta menjadikan islam sebagai pandangan hidup.

    Sementara Majid dan Andayani mendefiniskan pendidikan Agama Islam adalah suatu upaya yang dilakukan secara terencana dalam mempersipkan anak didik agar mampu mengenal, memahami, mengahayati, mengimani, bertakwa, berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran agama islam dari sumbernya yakni kitab suci Al- Quran dan Hadits melalui kegiatan pembimbingan, pengajaran, latihan, pengalaman, yang dibarengi dengan tuntutan menghormati agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama sehingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.

    24Muhammad Yaumi, Pendidikan Karakter Landasan, Pilar & Implementasi, (Jakarta Prenadamedia Group, 2014),h. 150

    25Salman Rusydie, Kembangkan Dirimu Jadi Guru Multitalenta, (Jogjakarta : DIVA Press, 2012 ), h. 90

  • Skripsi Hisna A. Mohi Nim 151012116 | 16

    Dari pengertian diatas ditemukan ada hal – hal yang perlu diperhatikan, dalam pembelajaran pendidikan Agama Islam yaitu: 1. Pendidikan Agama Islam sebagai usaha sadar, yaitu kegiatan

    pembelajaran berupa bimbingan pengajaran, dan latihan yang dilakukan secara terencana atas dasar tujuan yang hendak dicapai.

    2. Peserta didik hendak disiapkan agar mencapai tujuan dengan cara dibimbing, diajari,dilatih agar dapat meningkatkan keyakinan, pemahaman, penghayatan, serta pengamalan ajaran agama islam

    3. Pendidik yang melakukan bimbingan pengajaran, dan latihan terhadap peserta didiknya agar mencapai tujuan pendidikan Agama Islam.

    4. pendidikan Agama Islam diarahkan untuk meningkatkan keyakinan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan ajaran agama islam terhadap peserta didik, selain membentuk kesalehan dan kualitas pribadi juga untuk membentuk kesalehan sosial

    Dari penjabaran pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidikan agama islam adalah suatu usaha sadar yang dilakukan pendidik dalam membimbing, mengajar, dan melatih peserta didik agar mampu mengenal, memahami, mengimanai dan mengamalkan ajaran islam berdasarkan Al-quran dan Hadits sehingga terbentuklah akhlak atau pribadi yang lebih baik. 2. Landasan Pelakasanaan Pendidikan Agama Islam

    Menurut majid pelaksanaan pendidikan Agama Islam disekolah dasar dan menengah memiliki tiga landasan yaitu landasan yuridis formal, landasan psikologis dan landasan religius.

    Landasan yuridis maksudnya ialah landasan yang berkaitan dengan dasar dan undang – undang yang berlaku pada suatu negara. Landasan ini terdiri atas tiga macam yaitu (a) Dasar ideal yakni dasar falsafah negara pancasila, sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa. (b) Dasar struktural atau konstitusional, yaitu UU Dasar 45 dalam bab XI pasal 29 ayat 1 yang berbunyi “ Negara berdasarkan ketuhanan yang maha esa” dan pasal 2 yang berbunyi “ Negara menjamin kemerdekaan tiap – tiap penduduk untuk memeluk agama masing – masing dan beribadah menurut agama dan kepercayaannya itu.’’ (c) Undang – undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, pasal 12 ayat 1 poin a yang mengatakan “ setiap peserta didik berhak medapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianutnya oleh pendidik yang seagama.

    Landasan psikologis maksudnya ialah landasan yang berhubungan dengan aspek kejiwaan dalam kehidupan bermasyarakat. Hal ini berdasarkan bahwa manusia dalam hidupnya baik sebagai individu atau sebagai anggota masyarakat, dihadapkan pada hal- hal yang membuat hatinya tidak tenang

  • Skripsi Hisna A. Mohi Nim 151012116 | 17

    atau tidak tentram, sehingga memerlukan suatu pegangan hidup. Pegangan hidup itu yang dinamakan dengan agama.

    Landasan religius maksudnya ialah landasan yang bersumber dari ajaran agama islam. Menurut ajaran islam pendidikan agama adalah perintah Allah swt dan merupakan perwujudan beribadah kepadanya. Dalam alquran terdapat banyak ayat yang menunjukan perintah tersebut, diantaranya adalah firman Allah (Qs. An – Nahl ayat 125) dan (Qs. Ali – Imbran ayat 104)

    ä í ÷ Š $ # 4 ’ n < Î ) È @‹ Î 6y ™ y 7 Î n / u ‘ Ï p y J õ 3 Ï t ø : $ $ Î / Ï p sà Ï ã ö q y J ø 9 $ # u r

    Ï p u Z | ¡ p t ø : $ # ( Oß g ø 9 Ï ‰» y _ u r Ó É L © 9 $ $ Î / } ‘ Ï d ß ` | ¡ ô mr & 4 ¨ b Î )

    y 7 - / u ‘ u q è d Þ On = ô ã r & ` y J Î / ¨ @| Ê ` t ã ¾Ï & Î # ‹ Î 6y ™ ( u q è d u r Þ On = ô ã r &

    t ûï Ï ‰t Gô g ß J ø 9 $ $ Î / Ç Ê Ë Î È Terjemahnya:

    Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.26

    ` ä 3 t F ø 9 u r ö Nä 3 YÏ i B × p ¨ Bé & t b q ã ã ô ‰t ƒ ’ n < Î ) Î Ž ö �sƒ ø : $ # t b r ã �ã Bù' t ƒ u r

    Å $ r ã �÷ è p R ùQ$ $ Î / t b ö q y g ÷ Z t ƒ u r Ç ` t ã Ì �s3 Yß J ø 9 $ # 4 y 7 Í ´ ¯ » s9 ' r é & u r ã Nè d

    š c q ß sÎ = ø ÿ ß J ø 9 $ # Ç Ê É Í È Terjemnya:

    Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar merekalah orang-orang yang beruntung.27

    Dua ayat ini terkait dengan metode atau cara – cara yang digunakan

    dalam pendidikan agama islam. Sementara itu, islam mengajarkan secara umum bahwa materi pendidikan agama islam mencakup tiga hal utama, pertama berkaitan dengan keimanan (al-aqaid), kedua berkaitan dengan aspek syari’ah yakni suatu sistem norma ilahi yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan maupun dengan sesama manusia dan lingkungan. Ketiga mencakup aspek akhlak manusia terhadap khaliknya dan manusia dengan makhluk lainnya.

    Selain itu, islam juga mengajarkan agar peserta didik dibekali dengan berbagai keterampilan sebagai bekal dalam menjalani hidup di dunia.

    26Kementerian Agama RI, Op-cit, h.383 27 Ibid. h.79

  • Skripsi Hisna A. Mohi Nim 151012116 | 18

    Keseimbangan dalam pembinaan peserta didik menjadi titik sentral yang diperbincangkan agama islam. Islam menghendaki bahwa proses pendidikan harus menyeimbangkan antara pembinaan dan pengembangan apek jasmani dan rohani peserta didik. Hal ini agar mereka memiliki kehidupan yang layak (bahagia) di dunia dan juga di akhirat. 3. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Agama Islam a. Tujuan Pendidikan Agama Islam

    Tujuan pendidikan Agama Islam adalah segala sesuatu yang ingin dicapai setelah melakukan serangkaian proses pembelajaran pendidikan agama islam di sekolah. Terdapat beberapa pendapat mengenai tujuan ini di antaranya:

    Menurut Al- attas tujuan pendidikan agama islam merupakan manusia yang baik. Kemudian Marimba mengatakan bahwa tujuan pendidikan agama islam yaitu terciptanya orang yang berkepribadian muslim. Lain halnya dengan al -Abrasy, menghendaki tujuan akhir dari pendidikan agama islam yakni terbentuknya manusia yang berakhlak mulia. Munir Musyi juga mengatakan tujuan akhir pendidikan islam yaitu manusia yang sempurna.

    Berbeda dengan pendapat diatas, Abdul Fatah jalal mengatakan tujuan pendidikan agama islam yakni terwujudnya manusia sebagai hamba Allah yang bertakwa.Ia mengatakan tujuan pendidikan ini akan melahirkan tujuan – tujuan khusus. Jadi tujuan pendidikan Agama Islam harusnya menjadikan seluruh umat manusia, dapat menghambakan dirinya kepada Allah swt dengan beribadah kepada–Nya, dengan tidak mempersekutukan dengan hal apa pun.

    Agama Islam memang menghendaki agar manusia di didik sehingga mampu merealisasikan tujuan hidupnya sebagaimana yang digariskan Allah swt dalam Al- Quran. Tujuan hidup manusia itu adalah beribadah kepada Allah. Ibadah yang dimaksud ialah ibadah dalam arti yang luas, bukan hanya ibadah sebagaimana anggapan sebagian orang yang mengatakan beribadah itu hanya sebatas mengucapkan dua kalimat syahadat, mendirikan shalat, menunaikan shalat, puasa ramadhan serta naik haji ke baitullah. Akan tetapi ibadah yang dimaksud ialah mencakup semua hal, amal pikiran, dan perasaan yang dihadapkan atau disandarkan kepada Allah swt). Ibadah mencakup jalan hidup mencakup segala aspek kehidupan serta apa yang dilakukan manusia, baik berupa perkataan, perbuatan, perasaan dan pemikiran yang disandarkan kepada Allah. Dalam kerangka inilah maka tujuan pendidikan Agama Islam haruslah memepersiapkan manusia agar mampu beribadah sebagaimana yang dimaksud itu, agar ia menjadi hamba Allah yang bertakwa. Sehingga pada akhirnya apabila ia mati dalam keadaan islam (berserah diri) serta mendapat ridho Allah swt.

  • Skripsi Hisna A. Mohi Nim 151012116 | 19

    Secara operasional tujuan pendidikan Agama Islam adalah untuk menumbuhkan atau meningkatkan keimanan, melalui pemberian, pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman anak didik tentang agama islam agar menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketaqwaannya kepada Allah swt, berakhlak baik dalam kehidupan pribadi, masyarakat, berbangsa dan bernegara, serta dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

    Dari rumusan tujuan tersebut bahwa proses pendidikan Agama Islam di sekolah yang dilalui atau dialami oleh peserta didik dimulai dari tahap kognisi, yaitu pemahaman siswa terhadap ajaran serta nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran islam. Untuk selanjutnya menuju ketahapan afeksi, yakni terjadinya internalisasi ajaran dan nilai agama ke dalam diri siswa dalam arti menyakini dan menghayatinya. Melalui tahapan afeksi diharapkan dapat tumbuh dalam diri siswa agar tergerak untuk mengamalkan dan menaati ajaran agama islam (tahapan psikomotorik) yang telah di internalisasikan dalam dirinya. Dengan demikian, akan terbentuk manusia muslim yang beriman, bertakwa dan berakhlak mulia.28 b. Fungsi pendidikan agama islam

    Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di lingkungan sekolah maupun di masyarakat tentu memiliki beberapa fungsi yang sangat penting bagi kehidupan. Berikut ini beberapa fungsi pendidikan agama islam.

    Fungsi pendidikan Agama Islam yaitu dapat mengembangkan dan mengarahkan manusia sehingga mampu mengembangkan amanah dari Allah Swt, yakni menjalankan tugas – tugas hidupnya, baik sebagai hamba maupun khalifah Allah Swt yang harus tunduk dan taat terhadap segala aturan di muka bumi ini, yang menyangkut kekhalifahan terhadap diri sendiri, rumah tangga, masyarakat, serta alam sekitarnya.29 Fungsi Pendidikan Agama Islam juga meliputi tiga hal, yaitu: 1. Menumbuh kembangkan peserta didik ketingkat yang lebih baik, dengan

    kata lain fungsi pendidikan islam merupakan nilai – nilai yang terkandung dalam landasan dasar pendidikan agama islam tersebut.

    2. Melestarikan ajaran islam dalam berbagai aspek, artinya ajaran islam itu dijadikan tetap atau tidak berubah dan dibiarkan murni seperti keadaan semula, di jaga serta dipertahankan kelangsungan eksistensinya hingga waktu yang tak terbatas. Hal ini khusunya yang menyangkut tekstual Al-Quran dan Hadits. Adapun mengenai interpretasi dan pemahaman harus

    28Heri Gunawan, Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam ( Bandung: Alfabeta,

    2013), h. 201 - 206 29Muhaimin dkk, Pradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam

    di Sekolah, (Bandung: Remaja Rosda Karya 2012 ), h. 24

  • Skripsi Hisna A. Mohi Nim 151012116 | 20

    senantiasa dinamis disesuaikan dengan tuntutan zaman dan kondisi masyarakat.

    3. Melestarikan kebudayaan dan peradaban islam, dalam arti budi pekerti atau kemajuan yang dicapai umat islam secara keseluruhannya mencakup pengetahuan, kepercayaan, moral, hukum, adat istiadat serta prestasi yang mereka capai.30

    Pendidikan agama islam mempunyai fungsi yang bermacam –macam, antara lain: 1. Menumbuhkan dan memelihara keimanan

    Mengingat dalam pertumbuhannya anak sering mendapatkan pengaruh positif maupun negatif, maka diperlukan usaha pemeliharaan agar keimanan yang telah dimiliki anak tidak terbawa kearah pengaruh negatif. Oleh karena itu, pendidikan islam mempunyai peranan penting untuk memelihara agar keimanan anak tetap lurus.

    2. Membina dan menumbuhkan akhlak mulia Dewasa ini pengaruh kebudayaan non islam yang negatif berkembang pesat melalui berbagai macam cara. Maka pendidikan islam mempunyai tugas dan tanggung jawab agar anak didik tetap memiliki akhlak mulia dan tidak terpengaruh oleh kebudayaan asing yang bertentangan dengan nilai dan norma islam.

    3. Membina dan meluruskan ibadah Banyak anak didik yang belum betul secara baik dalam melaksanakan ibadah, karena biasanya melakukan ibadah sesuai dengan yang di contohkan orang tuanya, sehingga kebanyakan dari mereka belum tertib dan rutin dalam melaksanakan ibadah. Maka pendidikan islam mempunyai fungsi yang penting untuk membina anak didik agar dapat melaksanakan ibadah secara tertib dan rutin serta dapat meluruskan kesalahan-kesalahan yang mereka lakukan baik dari segi teori maupun praktek.31

    C. Karakter Peserta Didik 1. Pengertian Karakter Peserta Didik

    30 Soleha dan Rada, Ilmu Pendidikan Islam (Bandung: Alfabeta , 2011), h. 46 31M. Sudiyono, Ilmu Pendidikan Islam jilid 1 (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h. 12 -14

  • Skripsi Hisna A. Mohi Nim 151012116 | 21

    Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional karakter berarti, sikap, perilaku, pribadi, tabiat, jiwa, watak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lainnya. Maka istilah karakter adalah memiliki karakter berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat dan berwatak. Sedangkan menurut istilah terdapat beberapa pengertian karakter, yang dikemukakan oleh beberapa ahli, di antaranya:

    Menurut Tadkirotun Musfiroh karakter mengacu pada rangkaian sikap, perilaku, motivasi serta keterampilan. Hermawan Kartajaya mendefinisikan karakter adalah ciri khas yang dimilki oleh suatu benda atau individu (manusia). Ciri khas tersebut adalah asli, dan mengakar pada kepribadian benda atau individu tersebut dan merupakan mesin pendorong bagaiamana seseorang bertindak, bersikap, berujar, serta merespons sesuatu.

    Doni Koesoema memahami bahwa karakter sama halnya dengan kepribadian. Kepribadian dianggap sebagai ciri khas, karakteristik, gaya atau sifat diri seseorang yang bersumber dari bentuk- bentuk yang diterima dari lingkungan.

    Winnie mendefinisikan istilah karakter memiliki dua pengertian pertama, menunjukan tingkah laku seseorang. Apabila seseorang berperilaku tidak wajar misalnya tidak jujur, kejam, atau rakus tentulah orang tersebut memiliki perilaku atau perangai yang buruk. Sebaliknya apabila seseorang berperilaku jujur, bertanggung jawab, suka menolong terhadap sesama, tentulah orang ini memiliki jiwa atau karakter yang mulia. jadi seseorang bisa dikatakan baik apabila tingkah lakunya sesuai kaidah moral.

    Imam Ghozali memahami karakter sesatu yang lebih dekat dengan akhlaq, yakni spontanitas manusia dalam bersikap, atau melakukan tindakan yang telah menyatu dalam diri manusia sehingga ketika muncul tidak dipikirkan lagi.32

    Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat dimaknai bahwa karakter adalah suatu perilaku, akhlak, kepribadian atau ciri khas yang sudah ada dalam diri setiap individu yang dapat memebedakannya dengan orang lain.

    Sementara peserta didik merupakan sumber daya utama dan terpenting dalam proses pendidikan formal. Peserta didik bisa belajar walaupun tanpa seorang guru. Sebaliknya guru tidak bisa mengajar tanpa kehadiran anak didiknya. Sebab kehadiran peserta didik menjadi keniscayaan dalam proses pendidikan formal atau pendidikan yang dilembagakan dan

    32Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi, (Bandung: Alfabeta, 2014), h.

    2- 3

  • Skripsi Hisna A. Mohi Nim 151012116 | 22

    menuntut interaksi antara guru dan siswanya. Tentu saja, optimis pertumbuhan dan perkembangan peserta didik diragukan perwujudannya, tanpa kehadiran guru yang profesional.

    Dalam UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas). Peserta didik di definiskan sebagai setiap manusia yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran pada jalur pendidikan baik pendidikan formal maupun pendidikan non-formal, pada jenjang pendidikan dan jenis pendidikan tertentu. Peserta didik juga dapat di definiskan sebagai orang yang belum dewasa dan memiliki sejumlah potensi dasar yang masih perlu dikembangkan. Potensi dimaksud umumnya terdiri dari tiga kategori yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.33

    Jadi kesimpulannya bahwa karakter peserta didik adalah suatu perilaku atau kepribadian yang membedakan antara individu satu dengan lainnya dalam menerima pengetahuan atau mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya melalui proses pembelajaran pada jalur pendidikan formal maupun non formal. 2. Nilai-Nilai Karakter

    Dalam persepsi kemendiknas terdapat 18 nilai karakter yang tertuang dalam buku pengembangan pendidikan dan budaya dan karakter bangsa yang disusun kementerian pendidikan nasional melalui badan penelitian dan pengembangan pusat kurikulum.34 antara lain : 1. Religious yakni taat, patuh, memahami dan melasanakan ajaran agama

    yang dianut, termasuk sikap toleran atau menghargai pelaksanaan ibadah agama lainnya, serta hidup rukun dan berdampingan.

    2. Jujur merupakan sikap atau prilaku seseorang yang mencerminkan segala pengetahuan, perkataan dan perbuatannya selalu dilakukan dengan benar sehingga menjadikan orang bersangkutan tersebut sebagai pribadi yang dipercaya.

    3. Toleransi artinya mampu mengahargai adanya perbedaan baik agama, aliran kepercayaan, suku, adat, bahasa, ras, etis, pendapat, serta hal lain yang berbeda dengan dirinya sehingga membuat hubungan baik antar sesama manusia.

    4. Disiplin yakni kebiasaan atau tindakan yang menunjukan perilaku tertib dan patuh secara konsisten pada ketentuan atau peraturan yang berlaku disekolah

    33Sudarwan Danim, Perkembangan Peserta Didik, (Bandung: Alfabeta 2014), h.1 - 2 34Suyadi, Menerapkan Pendidikan Karakter Di Sekolah, (Yogyakarta: Mentari Pustaka, 2012),

    h. 24 - 26

  • Skripsi Hisna A. Mohi Nim 151012116 | 23

    5. Kerja keras yakni menunjukkan perilaku bersungguh - sungguh dalam menyelesaikan berbagai tugas, permasalahan, pekerjaan, dan lainnya dengan sebaik-baiknya.

    6. Kreatif yakni sikap mencerminkan inovasi dalam berbagai segi dalam memecahkan sebuah masalah, sehingga dapat menemukan cara-cara baru atau hasil baru yang lebih baik dari sebelumnya.

    7. Mandiri merupakan prilaku yang tidak tergantung kepada pada orang lain dalam menyelesaikan segala sesuatu seperti tugas yang diberikan oleh guru maupun persoalan – persoalan. Namun bukan berarti tidak bisa bekerja sama dengan orang melainkan tidak boleh selalu mengandalkan atau melemparkan tugas dan tanggung jawab kita kepada orang lain.

    8. Demokrasi yakni suatu perilaku cara berpikir yang mencerminkan persamaan hak dan kewajiban secara adil atau merata antara dirinya dan orang lain.

    9. Rasa ingin tahu yaitu rasa keingintahuan atau penasaran seseorang terhadap segala sesuatu yang dilihat, didengar, dan dipelajari secara mendalam.

    10. Semangat kebangsaan atau nasionalisme yakni seseorang yang berpikir atau bertindak atas dasar kepentingan bangsa dan Negara dari pada diri sendiri atau kelompok.

    11. Cinta tanah air yakni sikap dan perilaku peserta didik yang mencerminkan rasa kepedulian,kesetian,kebanggaan, terhadap bangsa dan negara sehingga tidak mudah menerima segala tawaran bangsa lain yang merugikan bangsa sendiri.

    12. Menghargai prestasi merupakan sifat yang ada dalam diri sesorang sehingga mendorong dirinya untuk mengakui atau menghormati keberhasilan orang lain.

    13. Komunikasi yaitu rasa senang bersahabat, berbicara, bekerja sama dengan orang lain sehingga tercipta hubungan yang baik

    14. Cinta damai yakni sikap yang selalu memelihara perdamaian. Orang yang mencintai kedamaian tentunya akan menjaga segala perkataan maupun perbuatannya agar tidak menyakiti atau megganggu orang lain.

    15. Gemar membaca yakni kebiasaan yang dilakukan seseorang tanpa adanya paksaan dalam menyelesaikan waktu secara khusus untuk membaca berbagai informasi, baik buku, jurnal, majalah, Koran, dan lainnya.

    16. Peduli lingkungan merupakan perilaku, tingkah laku maupun tindakan seseorang yang selalu berupaya menjaga dan melestarikan lingkungan sekitar.

  • Skripsi Hisna A. Mohi Nim 151012116 | 24

    17. Peduli sosial merupakan perbuatan seseorang yang mencerminkan rasa peduli terhadap orang lain maupun masyarakat yang membutuhkannya. Sehingga menciptakan kehidupan yang aman, nyaman, damai dan tentram.

    18.Tanggung jawab yakni perilaku atau perbuatan seseorang dalam menyelesaikan tugas dan kewajibannya, baik yang berkaitan dengan dirinya sendiri, lingkungan sosial, masyarakat serta bangsa dan negara.

    3. Pembentukan karakter Secara alami, sejak lahir sampai berusia tiga tahun dan hingga sekitar

    lima tahun, kemampuan nalar seorang anak belum tumbuh dan berkembang dengan baik. Sehingga pikiran bawah sadar mereka masih terbuka dan menerima apa saja yang mereka lihat maupun dengar kemudian dimasukkan ke dalam pikiran tanpa ada penyeleksian. Dari orang tua atau lingkungan keluarga itulah, awal terbentuknya sebuah karakter seorang anak. Selanjutnya, segala pengalaman hidup yang berasal dari lingkungan sekolah, masyarakat, kerabat, televisi, internet, buku, majalah, dan berbagai sumber lainnya dapat menambah pengetahuan seorang anak. Sehingga anak dapat memiliki kemampuan yang semakin besar untuk dapat menganalisis dan menalar objek - objek luar. Mulai dari sinilah, peran pikiran menjadi semakin dominan. Sering berjalannya waktu, maka penyaringan informasi sudah melalui pancaindra sehingga mudah dan langsung diterima oleh pikiran bawah sadar seorang anak.

    Semakin banyak informasi yang diterima oleh pikiran maka semakin matang sistem kepercayaan dan pola pikir yang terbentuk, disini semakin jelas tindakan, kebiasaan, karakter unik dari tiap - tiap individu. Dengan kata lain, setiap individu akhirnya memiliki sistem kepercayaan, citra diri, serta kebiasaan yang unik. Jika sistem kepercayaanya benar dan selaras maka karakter maupun konsep dirinya akan menjadi baik dan bagus, maka kehidupannya seorang anak akan terus baik dan semakin membahagiakan. Sebaliknya jika sistem kepercayaanya tidak selaras, maka karakter dan konsep dirinya pun menjadi buruk, dan hidupnya akan dipenuhi banyak permasalahan dan penderitaan.35

    Berikut ini ada dua faktor yang memepengaruhi pembentukan karakter yaitu faktor internal dan faktor eksternal. a. Faktor Internal dan eksternal yang mempengaruhi Pembentukan

    Karakter

    35Abdul Majid & Dian Andayani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam (Bandung: Remaja

    Rosda Karya, 2012), h. 18-19

  • Skripsi Hisna A. Mohi Nim 151012116 | 25

    Faktor internal berarti faktor yang berpengaruh terhadap pembentukan karakter dari dalam diri individu sendiri. Tanpa adanya dorongan yang dapat mengubah individu ke arah yang lebih baik, maka akan sia-sia. Jadi untuk membentuk karakter yang diharapkan, individu juga harus mempunyai kesadaran sendiri untuk menjadikan karakter baik pada dirinya. Individu yang mempunyai kesadaran akan cepat mengubah dirinya sendiri dan apabila individu yang kurang memiliki kesadaran proses perubahannya akan lama. Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi pembentukan karakter antara lain dari masyarakat, kebijakan pendidikan, kesepakatan, kurikulum terpadu, pengalalaman pembelajaran, evaluasi, bantuan orang tua, pengembanan staf dan program.36

    Adapun faktor internal dan eksternal yang tertera diatas akan berkembang secara baik jika semua pihak mendukung. Tetapi yang menjadi penghambat dalam penanaman pendidikan karakter dalam konteks masyarakat perlu di garis bawahi pengaruh media massa, TV, internet, dan lain-lain. Alat-alat komunikasi ini setiap hari mengenalkan nilai tertentu yang kadang berlainan dengan nilai yang ditanamkan di sekolah. Begitu besarnya pengaruh media sehingga sering kali membuat pengaruh sekolah tidak kuat bahkan kalah. Misalnya, di sekolah di tanamkan nilai juang, dimana siswa harus berlatih mempunyai daya juang dengan menolak budaya seenaknya, malas-malasan, dan budaya instan. Akan tetapi, karen TV setiap hari menawarkan budaya instan dan orang akan sukses tanpa berjuang, maka daya juang akan sering kandas.37 b. Tahapan pengembangan karakter

    Pengembangan atau pembentukan karakter perlu dan sangat penting untuk dilakukan oleh sebuah lembaga pendidikan dan stakeholders sehingga menjadi pijakan dalam penyelenggaraan pendidikan karakter yang ada disekolah.

    Tujuan pendidikan karakter artinya mendorong lahirnya anak – anak yang berbudi pekerti baik. Tumbuh dan berkembangnya sebuah karakter yang baik akan mendorong anak didik tumbuh dengan kapasitas dan komitmennya dalam melakukan segala hal yang terbaik dan benar serta memiliki tujuan hidup. Selain itu masyarakat juga sangat berperan membentuk karakter dari seorang anak melalui orang tua maupun lingkungan sekitarnya.

    Karakter dikembangkan melalui tahap pengetahuan, pelaksanaan dan kebiasaan.Seseorang yang memiliki ilmu pengetahuan kebaikan belum tentu

    36Nurla Isna Aunillah, Panduan Menerapkan Pendidikan Karakter di Sekolah, (Yogyakarta: Laksana, 2011), h. 108.

    37Nurla Isna Aunillah, Ibid. h. 170 - 171

  • Skripsi Hisna A. Mohi Nim 151012116 | 26

    mampu melakukan tindakan sesuai dengan pengetahuannya, sebab jika tidak terlatih atau tidak terbiasa dalam melakukan kebaikan tersebut.

    Dengan demikian sangat diperlukan tiga komponen utama dalam karakter yaitu pengetahuan tentang moral, perasaan tentang moral, dan perbuatan bermoral. Hal ini diperlukan agar anak didik atau warga sekolah lain yang terlibat dalam sistem pendidikan tersebut sekaligus dapat memahami, merasakan, mengahayati, dan mengamalkan nilai – nilai kebajikan.

    Dimensi – dimensi yang termasuk dalam moral knowing yang dapat mengisi ranah kognitif yakni kesadaran moral. Pengetahuan tentang nilai – nilai moral, penentuan sudut pandang , logika moral, keberanian mengambil sikap, dan pengenalan diri. Moral feeling adalah penguatan aspek emosi anak didik untuk menjadi manusia yang berkarakter. Penguatan ini ada kaitannya dengan bentuk – bentuk sikap yang harus dirasakan oleh anak didik, yaitu kesadaran akan jati diri, percaya diri, kepekaan terhadap penderitaan yang dialami orang lain, mencintai kebenaran, ada pengendalian diri serta kerendahan hati. Moral action yakni perbuatan atau tindakan moral yang merupakan hasil dari dua komponen karakter lainnya. Untuk memahami apa saja yang mendorong seseorang atau individu dalam perbuatan baik maka harus melihat tiga aspek lainnya dari karakter seperti kompetensi, keinginan, dan kebiasaan.

    Pengembangan karakter yang terdapat dalam suatu sistem pendidikan yakni keterkaitan antara komponen – komponen karakter yang mengandung nilai – nilai perilaku, yang dilakukan secara bertahap dan saling berhubungan antara pengetahuan nilai–nilai perilaku, sikap atau emosi kuat untuk melaksanakannya, baik terhadap Tuhan, dirinya, sesama manusia, lingkungan, serta bangsa dan negara.

    Kebiasaan melakukan perbuatan baik tidak selalu menjamin manusia yang terbiasa tersebut secara sadar menghargai akan pentingnya nilai karakter. Sebab mungkin saja perbuatannya itu dilandasi oleh rasa ketakutan dalam melakukan kesalahan, bukan karena tingginya penghargaan akan nilai tersebut. Seperti ketika seseorang berlaku jujur, hal itu dilakukan sebab hanya dinilai oleh orang lain, bukan karena keinginan dirinya sendiri yang tulus untuk menghargai nilai kejujuran itu sendiri.

    Oleh sebab itu, dalam pendidikan karakter diperlukannya aspek perasaan. Komponen inilah dalam pendidikan karakter disebut sebagai keinginan untuk melakukan perbuatan baik. Dengan demikian pendidikan karakter yang baik harus melibatkan tiga aspek tersebut yakni aspek moral knowing, moral feeling, dan moral action. Tanpa ketiga aspek tersebut semua manusia seakan sama persisnya robot yang terindoktrinasi oleh suatu paham.

  • Skripsi Hisna A. Mohi Nim 151012116 | 27

    Disinilah terlihat jelas bahwa karakter dikembangkan melalui tiga langkah yakni mengembangkan moral knowing, moral feeling, dan moral action. Dengan kata lain, makin lengkap komponen moral dimiliki manusia atau individu, maka akan makin membentuk karakter yang baik, unggul dan tangguh.38

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN

    38Heri Gunawan, Op.Cit, h. 38 - 40

  • Skripsi Hisna A. Mohi Nim 151012116 | 28

    A. Jenis dan Pendekatan Penelitian 1. Jenis Penelitian

    Penilitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif yakni suatu penelitian dalam mendeskripsikan serta menganalisis suatu fenomena,peristiwa, sikap, persepsi serta pemikiran orang secara individual maupun kelompok.39 Penelitian ini digolongkan sebagai jenis penelitian lapangan dan termasuk dalam penelitian murni. Maksudnya adalah penelitian dilakukan dengan terjun kelokasi penelitian lapangan. Penelitian lapangan merupakan suatu penelitian yang melakukan pengumpulan datanya dilapangan, seperti di lingkungan masyarakat, organisasi kemasyarakatan, serta lembaga pendidikan baik formal maupun nonformal.40 Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan di SMPN 2 Satu Atap Kabila Bone 2. Pendekatan Penelitian

    Dalam pendekatan penelitian menggunakan pola pendekatan penelitian deskriptif. Artinya penelitian diarahkan untuk membahas fakta-fakta, gejala - gejala atau suatu kejadian secara sistematis dan akurat, menggunakan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu.41 Penelitian dilakukan dengan membuat deskripsi permasalahan yang telah di identifikasi. Di samping memberikan gambaran atau deskripsi yang sitematis, penelitian yang dilakukan juga untuk mempermudah dalam menjawab masalah-masalah yang terdapat dalam perumusan masalah.

    Penelitian ini bertujuan mendapatkan gambaran yang mendalam tentang bagaimana Keteladanan Guru Pendidikan Agama Islam dan Implikasinya Terhadap Pembentukan Karakter Peserta Didik di SMPN 2 Satu Atap Kabila Bone. Kegiatan teoritis dan empiris pada penelitian ini diklasifikasikan dalam metode deskriptif kualitatif, karena peneliti melaporkan hasil penelitian tentang Keteladanan Guru Pendidikan Agama Islam dan Implikasinya Terhadap Pembentukan Karakter Peserta Didik di SMPN 2 Satu Atap Kabila Bone, kemudian mendiskripsikan dan memadukan dengan konsep teori-teori yang ada.

    B. Lokasi Penelitian

    Dalam penelitian lapangan, penentuan lokasi penelitian sangat dibutuhkan untuk lebih mengkonsentrasikan penelitian. Lokasi dalam

    39Nana Syaodih Syukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007) h. 67

    40S. Margono, Metodelogi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineke Cipta, 2010), h. 5 41Yatim Riyanto, Metodelogi Penelitian Pendidikan, (Surabaya: SUC, 2001), h. 3

  • Skripsi Hisna A. Mohi Nim 151012116 | 29

    penelitian ini di sekolah SMPN 2 Satap Kabila Bone yang terletak di jalan Wisata Bahari Desa Olele Kecamatan Kabila Bone Kabupaten Bone Bolango. C. Sumber Data

    Adapun sumber datanya terdiri dari data primer dan sekunder. Dimana data primer yaitu data yang diperoleh melalui observasi dan wawancara langsung dengan subyek serta berpedoman pada daftar pertanyaan wawancara yang sudah disiapkan.Sedangkan data sekunder adalah data berupa dokumen - dokumen seperti profil sekolah, struktur organisasi dan dokumen lainnya yang relevan dengan penelitian. D. Subjek dan Objek Penelitian

    Dalam penelitian ini yang menjadi subjeknya ialah Kepala sekolah, Guru Pendidikan Agama Islam, Guru Wali kelas VIII dan IX , Peserta didik kelas VII, VIII dan IX serta orang tua peserta didik di SMPN 2 Satu Atap Kabila Bone. Adapun Objek penelitiannya adalah pokok persoalan yang hendak diteliti, meliputi Keteladanan guru Pendidikan Agama Islam, Karakter Peserta didik, hambatan keteladanan guru Pendidikan Agama Islam, solusi serta implikasi keteladanan dari seorang guru Pendidikan Agama Islam dalam membentuk karakter peserta didik. E. Prosedur Pengumpulan Data

    Pelaksanaan penelitian tidak lepas dari prosedur pengumpulan data sebagai standar yang harus dilalui oleh seorang peneliti. Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan meneliti langsung subjek dan objek penelitian untuk memperoleh data dengan menggunakan teknik sebagai berikut: 1. Observasi

    Observasi yaitu suatu teknik pengumpulan data lapangan dengan jalan mengamati secara langsung keadaan guru pendidikan agama Islam dalam proses pembelajaran yang sedang berlangsung di sekolah SMPN 2 Satap Kabila Bone.

    2. Wawancara Wawancara merupakan alat pengumpul data untuk memperoleh

    informasi langsung dari sumbernya. Adapun teknik wawancara adalah teknik wawancara perseorangan dengan jenis wawancara terbuka.42

    3. Dokumentasi Dokumentasi adalah suatu teknik pengumpulan data lapangan

    dengan meneliti data lewat dokumen-dokumen yang ada hubungan

    42Suratman dan Philips Dillah, Metode Penelitian Hukum, (Bandung : Alfabeta 2013),

    h. 127.

  • Skripsi Hisna A. Mohi Nim 151012116 | 30

    dengan topik yang dibahas berupa profil sekolah dan data pendukung lainnya.

    F. Teknik Analisis Data Analisis dalam penelitian kualitatif bergerak secara induktif yaitu data/

    fakta dikategorikan menuju tingkat abstrak yang tinggi, mengembangkan teori melalui wawancara, observasi dan dokumentasi, maka dikelompokkan adanya penyeleksian data-data yang tidak berhubungan dengan penelitian, setelah itu dilakukan analisis penguraian dan penarikan kesimpulan. Dalam penelitian ini, teknik analisis data yang digunakan merupakan teknik analasis data yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman. Analisis data kualitatif berarti suatu proses menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara dan dokumentasi. Analisis data dalam penelitian kualitatif sejak sebelum memasuki lapangan, selama dilapangan dan setelah selesai di lapangan. 1. Reduksi Data

    Reduksi data adalah suatu bentuk analisis yang menggolongkan, mengarahkan, membuang, data yang tidak perlu dan mengorganisasi data tersebut dengan sedemikian rupa hingga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diferifikasi. Reduksi data adalah menelaah kembali data-data yang telah ditemukan (baik melalui wawancara, observasi, dan studi dokumentasi, serta studi kepustakaan) sehingga ditemukan data yang sesuai dengan kebutuhan untuk fokus penelitian. 2. Penyajian Data

    Penyajian data adalah langkah mengorganisir data dalam suatu informasi yang padat atau kaya makna, sehingga dengan mudah dibuat kesimpulan. Penyajian data biasanya dibuat dalam bentuk cerita atau teks. Penyajian ini disusun dengan sebaik-baiknya sehingga memungkinkan pelaku riset dapat menjadikannya sebagai jalan untuk menuju pada pembuatan kesimpulan. 3. Kesimpulan

    Setelah data disajikan yang terdapat dalam rangkaian analisis data, maka proses selanjutnya adalah menarik kesimpulan dan melakukan verifikasi terhadap kesimpulan yang dibuat. Kesimpulan yang dibuat adalah jawaban terhadap masalah riset. Akan tetapi, sesuai tidaknya isi kesimpulan dengan keadaan sebenarnya, dalam arti valid atau tidaknya kesimpulan yang dibuat, perlu diverifikasi. Verifikasi adalah upaya membuktikan benar atau tidaknya suatu kesimpulan yang dibuat atau sesuai kenyataan.43

    43Muhammad Ali dan Muhammad Asrori. Metodologi & Aplikasi Riset Pendidikan. (Jakarta:

    Bumi Kasara,2014), h. 289.

  • Skripsi Hisna A. Mohi Nim 151012116 | 31

    G. Pengecekan Keabsahan Data Proses ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran mengenai

    kebenaran data yang penulis temukan dilapangan. Cara yang dilakukan penulis dalam proses ini adalah dengan triangulasi. Cara ini merupakan pengecekan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu lainnya di luar data untuk diperlukan dalam pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data. Mengenai triangulasi data dalam penelitian ini, ada dua hal yang digunakan, yaitu triangulasi dengan sumber, dan triangulasi dengan metode.

    Adapun triangulasi sumber pengcekan data dilakukan dengan membandingkan data hasil dari pengamatan dengan data wawancara. Sedangkan tirangulasi metode ditempuh dengan cara mengecek kebenaran suatu data yang diperoleh melalui teknik pengumpulan data lain atau membandingkan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang lain . Hal ini mempertimbangkan bahwa kedua langkah tersebut lebih prkatis dan lebih objektif.44

    BAB IV HASIL PENELITIAN

    44Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2000),

    h. 165

  • Skripsi Hisna A. Mohi Nim 151012116 | 32

    A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah Singkat Sekolah SMPN 2 Satu Atap Kabila Bone

    SMPN 2 Satu Atap Kabila Bone didirikan pada tahun 2005. Sebelumnya sekolah ini dinamakan SMPN 6 Satu atap Bonepantai. Adapun yang melatar belakangi sekolah ini adalah banyaknya tingkat penggangguran Anak – anak khususnya yang berada di Desa Olele. Hal ini didasari oleh ketidaktahuan para orang tua betapa pentingnya sebuah pendidikan untuk masa depan anak – anaknya. Setelah lulus sekolah dasar para orang tua tidak melanjutkan pendidikan anak- anaknya lagi. Alasan utama karena sekolahnya jauh dari tempat tinggal mereka oleh karenanya para orang tua merasa khawatir bila berjauhan dengan anak –anaknya serta ketidakmampuan orang tua dalam hal biaya pendidikan. Untuk itu para orang tua merasa sulit menyekolahkan anaknya ke jenjang yang lebih tinggi sementara pekerjaan para orang tuanya khususnya di desa olele rata- rata hanya petani dan nelayan.

    Dengan adanya sekolah SMPN 2 Satap Kabilla Bone ini para orang tua sangat merasa senang karena tidak memerlukan biaya yang besar lagi untuk melanjutkan pendidikan anak- anaknya. Ada pun peserta didik yang didata untuk bersekolah di SMPN 2 Satu Atap Kabila Bone ini, sudah menganggur 6 bulan, 1 tahun, 2 tahun dan bahkan 3 tahun. Namun meskipun begitu mereka tetap ingin melanjutkan pendidikannya. Awalnya para peserta didik masuknya siang dari pukul 13.00 – 16.30 WIB dan masih menggunakan Gedung sekolah dasar. Sebab Gedung mereka belum selesai dalam proses pengerjaannya. Selain itu pakainnya mereka pun masih menggunakan pakain rumah. Meskipun begitu tidak mengurangi semangat para peserta didik dalam mengikuti pembelajaran. Begitu pula para guru- guru mereka. Waktu itu tenaga pengajar berjumlah 5 orang dan Kepala Sekolahnya di pimpin oleh Ibu Maimun Lamusu BA, saat itu beliau adalah kepala sekolah di SDN 2 Kabila Bone.

    Awal tahun 2006 peserta didik sudah mulai masuk pada pagi hari dan sudah menggunakan pakaian seragam, akan tetapi mereka pun masih menumpang di gedung TK Anggrek . Hal ini membuat anak – anak semakin tambah semangat dalam mengikuti pembelajaran. Memasuki bulan ke 7 Tahun 2006 diresmikanlah gedung SMPN 2 Satap Kabila Bone. Para peserta didiknya sangat senang sebab mereka sudah memiliki gedung tersendiri meskipun sarana dan prasarananya belum memadai mereka tetap semangat dalam menuntut ilmu. Saat ini Sekolah SMPN 2 Satu Atap Kabila Bone

  • Skripsi Hisna A. Mohi Nim 151012116 | 33

    dipimpin oleh Buyung Yusuf S.Pd. dan memiliki 11 tenaga pendidik termasuk kepala sekolah dan Tata usaha.45 2. Visi dan Misi Sekolah a. Visi

    Dalam menyelenggarakan kegiatan pembelajaran, SMPN 2 Satu Atap Kabila Bone selalu bertujuan untuk mewujudkan pada visi sekolah yang telah ditetapkan, yaitu: “Disiplin dan berprestasi dibidang iptek berdasarkan imtaq”. Dengan demikian, visi yang ingin dicapai dari SMPN 2 Satu Atap Kabila Bone adalah mewujudkan peserta didik yang displin dan memiliki prestasi ilmu pengetahuan teknologi yang didasari oleh keimanan dan ketakwaan kepada Allah Swt. b. Misi

    Untuk mewujudkan misi tersebut, SMPN 2 Satu Atap Kabila Bone merumuskuan misi sebagai berikut: Menyelenggarakan kegiatan proses pembelajaran secara efektif dan efisien, mengembangkan semangat berkompetensi dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, melaksanakan kegiatan olahraga untuk membina bakat dan presetasi, melaksanakan pembinaan mental kerohanian yang bersinambungan, menumbuhkan minat melakukan enovasi dan gemar berkarya. 3. Profil Sekolah SMPN 2 Satu Atap

    a Nama Sekolah : SMPN 2 Satu Atap Kabila Bone b Alamat Sekolah

    Jalan dan Nomor Desa/ Kecamatan Kabupaten/Provinsi Kode Pos/ Fakmile

    : : : :

    Jl. Wisata Bahari Olele / Kabila Bone Bonebolango/Gorontalo 96573

    c N. I. S : d N. S. S : 201300407002 / 40501594 e Akreditas : B f Tahun/ Nilai Akreditas : 2014 / 77 g Tahun didirikan : 2005 h Tahun Beroperasi : 2005 i Kepemilikan

    Status Tanah Luas Tanah

    : :

    Hibah 1.139 M2

    j Status Bangunan Surat Ijin Bangunan Status Bangunan

    :

    Hibah

    4. Keadaan Sarana dan Prasarana

    45Idris Nauko, Wali Kelas IX SMPN 2 Satu Atap Kabila Bone, Wawancara Tanggal 27 Agustus 2018

  • Skripsi Hisna A. Mohi Nim 151012116 | 34

    Sarana adalah semua peralatan serta perlengkapan yang digunakan dalam proses pembelajaran di sekolah. Adapun prasarananya adalah komponen yang menunjang jalannya proses belajar mengajar di sekolah. 5. Keadaan Pendidik, Tenaga Kependidikan dan Peserta didik a. Keadaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan

    Sekolah SMPN 2 Satu Atap Kabila Bone memiliki tenaga kependidikan sebanyak 12 orang. Untuk jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:

    Tabel 1. Daftar Nama Pendidik dan Tenaga Kependidikan

    No Nama Jabatan Ket

    1 Buyung Yusuf S. Pd Nip : 19760328 200501 1 007 Kepala sekolah

    2 Guslan Kono S.Pd. Nip : 19840901 200901 1 003 Wakil kep. Sek

    3 Tahir Bakari Djalil, S.Pd Nip : 19590723 198110 1 001 Guru

    4 Idris Nauko 19630323 198412 1 008 Guru

    5 Sumanto R. Marali S.Pd 19780215 201407 1 004 Guru

    6 Hindun Moko, S.Ag 19710116 200604 2 022 Guru

    7 Nining Mudjulihi S.Pd 19800121 200901 2 001 Guru

    8 Pelin P. Rahman S. Pd Guru Non pns

    9 Yanti Rahman Nip : 19690820 200701 2 028 Ka. Tu

    10 Romi N. Yasin Tu

    11 Kisman Gani A.Md Tu

    b. Keadaan Peserta didik

    Dalam pembelajaran di sekolah, maka adanya guru sebagai obyek pemberi ilmu dan peserta didik sebagai subyek penerima ilmu keduanya itu sangat penting. Karena tanpa keduanya proses belajar mengajar tidak akan berjalan dengan lancar. Peserta didiklah yang menjadi pokok bahasan dan sebagai tujuan perhatian di dalam proses pembelajaran.

  • Skripsi Hisna A. Mohi Nim 151012116 | 35

    Berdasarkan observasi peneliti, kondisi peserta didik di madrasah ini mulai dari cara berpakaiannya, mereka berpakaian rapi, bersih, sopan, bersepatu dan berseragam lengkap. Peserta didik di sekolah ini sangat ramah kepada tamu yang datang ke sekolah mereka.

    Sejak awal didirikan sampai dengan saat ini peserta didik yang ada di SMPN 2 Satu Atap Kabila Bone telah beberapa kali menerima dan menamatkan peserta didiknya. Berikut data peserta didik dalam 5 tahun terakhir.

    Tabel 2. Daftar Peserta didik 5 (Lima) Tahun Terakhir

    Tahun Kelas Jumlah VII VIII IX 2014 / 2015 31 Orang 40 Orang 23 Orang 94 Orang

    2015 / 2016 21 Orang 27 Orang 36 Orang 84 Orang

    2016 / 2017 9 Orang 20 Orang 24 Orang 53 Orang

    2017 / 2018 10 Orang 14 Orang 20 Orang 44 Orang

    2018 / 2019 28 Orang 11 Orang 19 Orang 58 Orang

    B. Keteladanan Guru PAI Pembentukan Karakter Peserta Didik di

    SMPN 2 Satu Atap Kabila Bone Melihat perkembangan zaman pada saat ini, yang mana

    perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang semakin berkembang pesat melalui media cetak dan elektronik seolah telah mengambil alih fungsi-fungsi pendidikan guru di sekolah.Hal ini bisa mengakibatkan menipisnya moral dan akhlak anak bangsa jika hal tersebut disalahgunkan. Keteladanan yang harusnya dimiliki oleh seorang pemimpin bangsa semakin lama semakin menurun tajam, begitu juga keteladanan yang terjadi pada guru juga menurun. Padahal seorang guru memiliki peran penting sebagai pengemban utama pendidikan formal di sekolah.

    Menurunnya keteladanan guru ditandai dengan banyaknya kasus kekerasan terhadap peserta didik dan pelakunya adalah guru. Munculnya guru yang melakukan tindak kekerasan kepada peserta didik diberbagai daerah merupakan bukti dari tidak adanya bentuk tanggung jawab guru dari pekerjaannya. Tentu kasus ini telah mencoreng pendidikan yang ada di Indonesia. Maka dari itu dalam hal ini sekolah membutuhkan sosok figur dari seorang guru yang bisa menjadi contoh yang baik bagi peserta didiknya. Tidak ingin hal tersebut terjadi di sekolah, maka SMPN 2 Satu Atap Kabila Bone benar-benar memperhatikan keteladanan guru. Terlebih lagi dalam hal

  • Skripsi Hisna A. Mohi Nim 151012116 | 36

    karakter atau moral peserta didik erat kaitannya dengan pengasahan spiritual. Peserta didik membutuhkan sosok guru yang teladan yang bisa membentuk watak atau kepribadian peserta didik menjadi lebih baik lagi.

    Pentingnya keteladanan ini seperti yang dikatakan oleh Buyung Yusuf

    sebagaimana berikut ini : “Keteladanan itu merupakan praktek langsung yang dapat dilihat oleh peserta didik dari seorang guru. Kadang kita sebagai guru itu hanya memberikan teori-teori keteladanan, padahal teori itu hanya berkisar pada pengetahuan peserta didik itu sendiri. Dengan keteladanan itu peserta didik diajak secara langsung berbuat, bertindak dan mengaplikasikan apa yang di amatinya. Contohnya keteladanan seorang guru, yang bisa diikuti misalnya dari segi disiplinnya, menjalankan perintah-perintah agama, memberikan salam, sholat 5 waktu, dan perbuatan lainnya yang mengarah pada pembentukan kepribadian peserta didik itu sendiri”.46

    Guru merupakan orang tua kedua peserta didik ketika berada di

    lingkungan sekolah. sebagai orang tua guru harus mampu bertanggung jawab mendidik, membimbing dan mengajarkan anak didiknya dengan penuh kesabaran. Sehingga karakter seorang peserta didik dapat terbentuk sesuai harapan pendidikan itu sendiri. Seorang guru mengajak langsung peserta didik agar dapat menerapkan teori-teori yang sudah mereka dapatkan di sekolah dalam kehidupan sehari-sehari. Disinilah kemampuan guru di uji dan ditantang mengenai tugas dan fungsinya sebagai sosok yang membentuk karakter peserta didik. karenanya guru harus memperhatikan sikap dan tindakannya baik didalam maupun diluar kelas.

    Kemudian Idris Nauko selaku wali kelas IX SMPN 2 Satu Atap Kabila

    Bone juga mengatakan bahwa: “keteladan guru itu penting karena gurulah yang diikuti anak-anak ketika mereka dilingkungan sekolah. Bagaimana kita bisa berperan secara maksimal kalau ada hal-hal yang menurut peserta didik tidak sesuai, malah kita sebagai guru akan dicela bahwa guru tidak bisa memberikan contoh yang baik, bahkan ketika berhadapan dengan peserta didik didalam kelas bisa saja peserta didik tidak mau memperhatikan apa yang disampaikan oleh guru itu sendiri”.47

    Hal senada juga disampaikan oleh Ibu Nining Mudjulihi, bahwa :

    46Buyung Yusuf, Kepala Sekolah SMPN 2 Satu Atap Kabila Bone, Wawancara Tanggal 26

    September 2018. 47Idris Nauko, Wali Kelas IX SMPN 2 Satu Atap Kabila Bone, Wawancara Tanggal 8 Agustus

    2018

  • Skripsi Hisna A. Mohi Nim 151012116 | 37

    “Keteladanan itu sangat penting, setiap peserta didik yang di sekolah memperhatikan semua yang dilakukan oleh guru, peserta didik akan menilai sosok guru dan membanding - bandingkan bahwa seorang guru beda dengan guru lainnya, dari sinilah peserta didik menilai bahwa seorang guru bisa diteladani maupun tidak, sangat disayangkan apabila seorang guru dalam mendidik peserta didiknya lebih menekankan pada aspek pengetahuan saja sementara dari segi aspek karakter dan kepribadian peserta didik tidak diperhatikan”.48

    Banyak hal yang dapat di teladani oleh peserta didik terhadap seorang

    guru, baik itu tentang kedispilinan masuk ke sekolah maupun hal lain yang sifatnya baik dan menunjang pembentukan karakter peserta didik, seperti wawancara yang dilakukan oleh peneliti terhadap peserta didik yang menyatakan sebagai berikut :

    “hal yang bisa saya teladani dari seorang guru sangat banyak, salah satunya adalah kedisiplinan dalam hal datang dan pulangnya seorang guru. Kadang peserta didik sudah ada disekolah tetapi sebagian guru belum hadir, padahal sudah saatnya belajar”49

    Pernyataan lain disampaikan oleh peserta didik lainnya ketika

    dilakukan wawancara sebagaimana jawabannya : “guru itu sebagai contoh atau panutan untuk anak didiknya apalagi kalau guru itu adalah guru agama islam, dalam setiap kegiatannya paling tidak mencerminkan ajaran agama Islam karena apapun yang dilakukan akan ditiru oleh peserta didiknya”.50

    Intinya sebelum membentuk karakter peserta didik guru haruslah

    sudah memiliki kesadaran terlebih dahulu, maka disini lah dibutuhkan sosok peran guru yang teladan seperti apa yang dikatakan oleh guru agama Islam sebagaimana pernyataan dibawah ini :

    “Peran guru teladan sangat penting, karena peserta didik mengikuti apa yang diperintah oleh guru, nasihat guru dan perilaku guru, jadi disini sebelum guru mengajak berbuat kebaikan terlebih dahulu guru juga memiliki perilaku yang positif juga, atau dengan kata lain guru harus memiliki sifat shalih terlebih dahulu sebelum menshalihkan peserta didik-peserta didiknya. Disinilah pentingnya guru teladan yang akan berpengaruh terhadap karakter peserta didik. Kemudian guru teladan harus membimbing peserta didik dengan penuh kesabaran saat

    48Ibu Nining Mudjulihi S.Pd, Wali Kelas VIII SMPN 2 Satu Atap Kabila Bone , Tanggal 8

    Agustus 2018, 49 Veronika Habuge, Siswa Kelas VII SMPN 2 Satu Atap Kabila, Wawancara Tanggal 12

    September 2018 50Nando Lasimpala, Siswa Kelas VII SMPN 2 Satu Atap Kabila, Wawancara Tanggal 12

    September 2018

  • Skripsi Hisna A. Mohi Nim 151012116 | 38

    mengajarkan. Dan guru teladan harus bisa mengelola kelas dengan baik, bisa mengkondisikan peserta didiknya agar saat kegiatan keagamaan bisa berjalan dengan lancar.”51

    Dalam hal pembentukan karakter peserta didik, ada beberapa bentuk

    keteladanan yang harus dicontohkan oleh guru kepada peserta didik. Hal ini dilakukan oleh guru sebagai upaya pembentukan karakter melalui hal-hal kecil dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan wawancara dengan Idris Nauko beliau mengatakan bahwa:

    “Bentuk keteladanan yang kami ajarkan kepada peserta didik baik itu yang disengaja atau pun yang tidak disengaja. Misalnya keteladanan yang disengaja yang kami lakukan, pagi hari waktu masuk sekolah, sebelum masuk kelas guru sudah berbaris di depan gerbang untuk bersalaman kepada peserta didik, hal ini kami lakukan untuk membiasakan peserta didik agar melakukan hal-hal yang positif dan bisa menghormati orang yang lebih tua darinya. Kemudian saat guru berkomunikasi dengan peserta didik, baik itu dalam proses pembelajaran atau diluar pembelajaran guru harus berbicara dengan bahasa yang baik dan sopan. Selain itu guru juga harus berpakaian rapi, bersih dan sopan pada saat berada di sekolah, mengajari anak-anak sebelum belajar membaca doa terlebih dahulu”.52

    Untuk menjadi sosok guru yang teladan bagi peserta didik tentu

    bukanlah suatu hal yang mudah. Karena guru adalah sosok yang harus menjadi garis depan bagi anak didiknya. Guru harus bisa memotivasi anak didiknya dalam penanaman budi pekerti. Jika guru sekedar bisa ceramah atau omong kosong saja, kemungkinan besar peserta didik kehilangan panutan atau teladan gurunya. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh guru teladan. Berdasarkan wawancara dengan beliau mengatakan bahwa :

    “Yang perlu diperhatikan di antaranya yang pertama dari cara berpakaian, guru yang teladan haruslah berpakaian yang rapi, tidak mencolok dan tidak berlebihan saat berada di sekolah, karena dengan pakaian yang terlalu berlebihan menurut saya mengurangi kewibaan seorang guru, kemudian yang kedua itu perkataan guru tersebut harus lah berbicara dengan bahasa yang baik dan sopan, perkataan seorang guru haruslah terjaga karena setiap apa yang dikatakan oleh guru akan direkam oleh peserta didik, kemudian yang ketiga itu guru yang teladan

    51Hindun Moko, Guru Pendidikan Agama Islam SMPN 2 Kabila Bone, Wawancara Tanggal 12

    September 2018 52Idris Nauko, Wali Kelas IX SMPN 2 Satu Atap Kabila Bone, Wawancara Tanggal 8 Agustus

    2018

  • Skripsi Hisna A. Mohi Nim 151012116 | 39

    harus menguasai metode dan materi yang akan disampaikan kepada peserta didik”.53

    Dari hasil wawancara diatas maka keteladanan guru agama Islam di

    SMPN 2 Satu Atap Kabila Bone sangat penting diterapkan maupun dilaksanakan, dimana keberadaan guru agama Islam diharapkan bisa menjadi teladan bagi anak didiknya dalam membentuk karakter. Namun dalam membentuk sebuah karakter tersebut, gurulah yang harus terlebih dahulu memiliki karakter yang baik juga mulia berlandaskan ajaran agama islam sehingga segala apa yang diteladani oleh peserta didik merupakan teladan yang baik pula. C. Hambatan dan Solusi Guru PAI pembentukan Karakter Peserta Didik 1. Hambatan Guru

    Figur seorang guru agama islam yang ramah, menyenangkan serta mampu menjadi pendengar dan sahabat bagi peserta didiknya sangat diperlukan untuk membentuk karakter peserta didik. Sebab apabila telah muncul kedekatan antara guru dan peserta didik, maka guru tersebut akan lebih mudah untuk memberikan informasi-informasi positif kepada peserta didik dan mampu mencegah munculnya karakter-karakter negatif.

    Berkaitan dengan keteladanan guru agama Islam di SMPN 2 Satu Atap Kabila Bone pembentukan karakter peserta didik bukan hal yang mustahil tidak mempunyai hambatan. Berdasarkan hasil wawancara dengan Guru Pendidikan Agama Islam bahwa :

    “Salah satu faktor penghambat pembentukan karakter peserta didik adalah sarana ibadah yang sampai dengan saat ini belum memadai. Penyampaian materi pendidikan agama Islam didepan kelas sangatlah terbatas, oleh karena itu butuh sarana berupa mushola. Pada saat setelah melakukan sholat zhuhur misalnya kita bisa menyampaikan pengetahuan agama, bahkan peserta didik langsung melihat tindakan yang dilakukan oleh guru. Faktor penghambatnya itu fasilitas dalam menunjang kegiatan keagamaan belum memadai, kemampuan dan karakter peserta didik yang berbeda-beda”.54

    Pendapat lain juga disampaikan oleh Idris Nauko bahwa :

    53Buyung Yusuf, Kepala Sekolah SMPN 2 Satu Atap Kabila Bone, Wawancara Tanggal 26

    September 2018 54Hindun Moko, Guru Pendidikan Agama I