skripsi hubungan asupan karbohidrat sederhana, …
TRANSCRIPT
i
SKRIPSI
HUBUNGAN ASUPAN KARBOHIDRAT SEDERHANA, TEKANAN
DARAH, KADAR KOLESTEROL DENGAN KADAR GLUKOSA
DARAH PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE II DI
POLI RAWAT JALAN RSUD DR. M. YUNUS
BENGKULU TAHUN 2020
DISUSUN OLEH:
DARLIS HAYATI
NIM. P0 5130216033
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLTEKKES
KEMENKES BENGKULU PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
GIZI DAN DIETETIKA
TAHUN 2020
iv
Program Studi DIV Gizi, Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Bengkulu
Skripsi 26 Juni 2020
Darlis Hayati
HUBUNGAN ASUPAN KARBOHIDRAT SEDERHANA, TEKANAN DARAH,
KADAR KOLESTEROL DENGAN KADAR GLUKOSA DARAH PADA
PASIEN DIABETES MELITUS TIPE II DI POLI RAWAT JALAN RSUD DR.
M. YUNUS BENGKULU TAHUN 2020
xiv+ 69 halaman, 11 tabel, 2 gambar, 10 lampiran
ABSTRAK
World Health Organization (WHO) melaporkan bahwa Diabetes Melitus
semakin berkembang dan sekarang menjadi ancaman masyarakat dunia, sebesar 90%
penderita Diabetes Melitus di dunia masuk ke dalam klasifikasi Diabetes Melitus tipe
II (WHO, 2011). Diabetes Melitus tipe II merupakan penyakit kronis yang
disebabkan oleh beberapa faktor seperti kerusakan sekresi insulin, produksi glukosa
yang tidak tepat di dalam hati, atau penurunan sensitivitas reseptor insulin perifer atau
resistensi insulin (Kowalak, dkk, 2013). Indikator pemeriksaan darah pada pasien
Diabetes Melitus apabila kadar glukosa darah saat puasa > 126 mg/dl dan kadar
glukosa darah sewaktu > 200 mg/dl. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui
hubungan antara asupan karbohidrat Sederhana, Tekanan Darah, Kadar Kolesterol
dengan Kadar Glukosa Darah pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II Di Poli Rawat
Jalan RSUD DR. M.Yunus Bengkulu Tahun 2020.
Metode penelitian ini menggunakan observasional analitik dengan pendekatan
Cross Sectional. Dengan jumlah sampel sebanyak 40 orang. Data yang diambil
adalah data Asupan karbohidrat Sederhana dengan cara wawancara menggunakan
kuesioner food recall 24 jam, data Tekanan Darah, Kadar Kolesterol dan Glukosa
Darah dilakukan dengan pemeriksaan langsung kepada pasien. Analisis statistik
menggunakan uji korelasi.
Rata-rata Asupan Karbohidrat Sederhana 74 g, rata-rata Tekanan Darah 142
mmHg, rata-rata Kadar Kolesterol 198 mg/dl dan rata-rata Glukosa Darah Puasa 161
mg/dl. Asupan Karbohidrat Sederhana berhubungan dengan Glukosa Darah dengan
p=0,006, Tekanan darah tidak ada hubungan dengan Glukosa Darah dengan p=0,270,
dan Kadar Kolesterol berhubungan dengan Glukosa Darah dengan p= 0,000.
Ada hubungan antara asupan karbohidrat sederhana dan kadar kolesterol
dengan glukosa darah puasa, tidak ada hubungan antara tekanan darah dengan
glukosa darah puasa Di Poli Rawat Jalan RSUD DR.M.Yunus Bengkulu Tahun 2020.
Saran Bagi Petugas Kesehatan dapat menjadi masukkan dalam pencegahan
peningkatan morbiditas dan mortalitas akibat penyakit Diabetes Melitus.
Kata Kunci: Asupan Karbohidrat Sederhana, Tekanan Darah, Kadar
Kolesterol , Glukosa Darah Puasa
Daftar Pustaka : 59 (2009 – 2019)
v
Nutrition DIV Study Program, Department of Nutrition Poltekkes Kemenkes
Bengkulu
Thesis 26 Juni 2020
Darlis Hayati
RELATIONSHIP BETWEEN SIMPLE CARBOHYDRATE INTAKE, BLOOD
PRESSURE, CHOLESTEROL LEVELS WITH BLOOD GLUCOSE LEVELS
IN DIABETES MELITUS PATIENTS IN DR. M. YUNUS BENGKULU
xiv + 69 pages, 11 tables, 2 pictures, 10 attachments
ABSTRACT
World Health Organization (WHO) reports that Diabetes Mellitus is growing
and is now a threat to the world community, as many as 90% of people with Diabetes
Mellitus in the world are included in the type II Diabetes Mellitus classification
(WHO, 2011). Type II diabetes mellitus is a chronic disease caused by several factors
such as damage to insulin secretion, inappropriate glucose production in the liver, or decreased sensitivity of peripheral insulin receptors or insulin resistance (Kowalak, et
al, 2013). Indicators of blood tests in patients with diabetes mellitus when blood
glucose levels when fasting > 126 mg / dl and blood glucose levels when> 200 mg /
dl. The purpose of this study was to determine the relationship between simple
carbohydrate intake, blood pressure, cholesterol levels and blood glucose levels in
patients with type II diabetes mellitus in outpatient care at RSUD Dr. M. Yunus
Bengkulu in 2020.
This research method uses observational analytic with Cross Sectional
approach. With a total sample of 40 people. The data taken is simple carbohydrate
intake data by interview using a 24 hour food recall questionnaire, data on Blood
Pressure, Cholesterol Levels and Blood Glucose are performed by direct examination
of the patient. Statistical analysis using correlation test.
Average Simple Carbohydrate Intake 74 g, Average Blood Pressure 142
mmHg, Average Cholesterol Levels 198 mg/dl and Fasting Blood Glucose 161 mg /
dl. Simple Carbohydrate Intake was associated with Blood Glucose with p = 0.006,
Blood Pressure had no relationship with Blood Glucose with p=0.270, and
Cholesterol Levels were associated with Blood Glucose with p =0,000.
There is a relationship between intake of simple carbohydrates and cholesterol
levels with fasting blood glucose, there is no relationship between blood pressure and
fasting blood glucose in the Outpatient Clinic of Dr. M. Yunus Bengkulu General
Hospital in 2020.
Suggestions for Health Care Workers can be included in the prevention of
increased morbidity and mortality due to Diabetes Mellitus.
Keywords: Simple Carbohydrate Intake, Blood Pressure, Cholesterol Levels,
Fash Blood Glucose
Bibliography: 59 (2009 – 2019)
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat
dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul
”Hubungan Asupan Karbohidrat Sederhana, Tekanan Darah, Kadar
Kolesterol dengan Kadar Glukosa Darah Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe
II Di Poli Rawat Jalan RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu Tahun 2020” sebagai
salah satu syarat untuk menyelesaikan mata kuliah Skripsi.
Penyelesaian Skripsi ini penyusun telah mendapat masukan dan bantuan dari
berbagai pihak, oleh karena itu penyusun mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Darwis, SKP.,M.Kes selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Bengkulu.
2. Bunda Kamsiah, SST., M.Kes sebagai Ketua Jurusan Gizi Politeknik
Kesehatan Kemenkes Bengkulu.
3. Bunda Arie Krisnasary, S.Gz., M.Biomed sebagai pembimbing I dalam
penyusunan skripsi ini.
4. Bunda Ayu Pravita Sari, SST,. M.Gizi pembimbing II dalam penyusunan
skripsi ini.
5. Pak Ahmad Rizal, SKM,MM sebagai Ketua Dewan Penguji dalam
penyusunan skripsi ini.
6. Bunda Jumiyati, SKM., M.Gizi sebagai penguji I dalam penyusunan skripsi
ini.
7. Seluruh dosen yang telah memberi masukan, motivasi, dan nasehat kepada
penyusun dalam menyelesaikan skripsi ini.
vii
8. Ayah dan Ibu serta adek dan kakak terima kasih atas do’anya untuk penulis.
9. Teman – teman terdekat dan seangkatan dalam memberi semangat serta
dorongan untuk menyelesaikan skripsi ini.
Semoga bimbingan dan bantuan, serta nasihat yang telah diberikan akan
menjadi berkah bagi kita semua. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini
dapat bermanfaat bagi kita semua.Terima kasih.
Bengkulu, Juni 2020
Penyusun
viii
BIODATA PENULIS
Nama : Darlis Hayati
Nim : P0 5130216 033
Agama : Islam
TTL : Bengkulu, 24 Mei 1998
Nama Ayah : M. Zen
Nama Ibu : Mariani
Nama Kakak : Yulia Rahma Yani
Nama Adek : Annisa
Alamat : Jln. Sulawesi, Pengantungan
Email : [email protected]
No Hp : 089632083601
Riwayat Pendidikan
SD Negeri 53 Kota Bengkulu
SMP Negeri 15 Kota Bengkulu
SMA Negeri 01 Kota Bengklu
Poltekkes Kemenkes Bengkulu
ix
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO:
1. Salah satu hal terbaik dalam hidup adalah melihat senyum di wajah orang tua
ku, dan menyadari bahwa kitalah alasannya tersenyum.
2. Hal terbaik akan diberikan kepada mereka yang bersabar dan terus bertindak,
tidak hanya dalam usaha namun juga dalam doa.
3. Harapan itu ibarat jalan setapak di dalam hutan. Di sana tak pernah ada jalan.
Tapi, jika Anda berusaha menelusurinya, pasti jalan itu akan terbuka.
4. “Ilmu yang sejati, seperti barang berharga lainnya, tidak bisa diperoleh
dengan mudah. Ia harus diusahakan, dipelajari, dipikirkan, dan lebih dari itu,
harus selalu disertai doa “ (Hadis Hasanal-Bashri )”.
5. “Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah
diusahakannya” (An Najm : 39).
6. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan
sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada Tuhanmulah
hendaknya kamu berharap (QS. Al-Insyirah: 7-8).
x
PERSEMBAHAN
Dengan izin allah swt, telah banyak perjuanganku untuk bisa sampai ketitik
ini. Tetesan air mata dan keringat dari kedua orang tua ku yang telah memberiku
semangat untuk bisa menyelesaikan tugas akhir kuliahku ini. Skripsi ini ku
persembahkan kepada:
1. Kedua orang tua ku, ayahku tercinta (M.Zen) dan ibu ku tercinta (Mariani)
yang telah membesarkanku, menyayangiku, serta telah mendoakanku dan
memberiku semangat serta dukungan, terima kasih atas pengorbanan dan
kesabaran untuk bisa sampai disini dan untuk kakak dan adikku (Yulia
Rahmayani dan Annisa) untuk semua kasih sayang beserta doa tulus ikhlas
memberikan nasehat, semangat dan dukungan.
2. Kepada keluarga besarku tersayang terima kasih selalu memberikan doa, dan
semangat sampai titik ini.
3. Terima kasih juga kepada pembimbingku yang telah memberikan bimbingan
dengan penuh kesabaran Bunda Arie Krisnasary, S.Gz., M.Biomed dan Bunda
Ayu Pravita Sari, SST,. M.Gizi
4. Untuk sahabat seperjuanganku yang telah memberikan ku semangat untuk
terus mengerjakan skripsi ini hingga selesai Terima kasih banyak sahabatku.
5. Dan almamater kebanggaanku Poltekkes Kemenkes Bengkulu
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN .............................................................................. . ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... . iii
ABSTRAK ............................................................................................................ . iv
KATA PENGANTAR .......................................................................................... . vi
DAFTAR ISI ......................................................................................................... . x
DAFTAR TABEL ................................................................................................. . xii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... . xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................................... . 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................... . 5
C. Tujuan Penelitian ..................................................................................... . 5
1. Tujuan Umum ...................................................................................... . 5
2. Tujuan Khusus .................................................................................... . 6
D. Manfaat Penelitian ................................................................................... . 6
E. Keaslian Penelitian ................................................................................... . 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Diabetes Mellitus ..................................................................................... 10
1. Definisi ................................................................................................. 10
2. Etiologi ................................................................................................. 11
3. Klasifikasi ............................................................................................ 11
4. Patofisiologi ......................................................................................... 13
B. Kadar Glukosa Darah .............................................................................. 22
1. Definisi ................................................................................................ 22
2. Klasifikasi ........................................................................................... 23
C. Asupan Karbohidrat Sederhana ............................................................... 25
1. Definisi ................................................................................................ 25
2. Jenis Karbohidrat Sederhana ............................................................... 26
3. Sumber Karbohidrat Sederhana .......................................................... 27
D. Tekanan Darah ........................................................................................ 28
xii
1. Definisi ................................................................................................ 28
2. Klasifikasi ........................................................................................... 29
E. Kadar Kolesterol ..................................................................................... 31
1. Definisi .............................................................................................. 31
2. Klasifikasi ......................................................................................... 35
F. Kerangka Teori ...................................................................................... 40
G Hipotesis ................................................................................................ 41
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian ................................................................................... 42
B. Variabel Penelitian ................................................................................ 42
C. Kerangka Konsep .................................................................................. 42
D. Desain Operasional ............................................................................... 43
E. Populasi Penelitian................................................................................. 44
F. Sampel Penelitian................................................................................... 44
G. Waktu Dan Tempat Penelitian .............................................................. 46
H. Cara Pengumpulan Data ........................................................................ 47
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ..................................................................................... 50
1. Jalannya Penelitian ............................................................................ 50
2. Analisis Univariat.............................................................................. 53
3. Analisis Bivariat ................................................................................ 54
B. Pembahasan ........................................................................................... 56
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................ 62
B. Saran ...................................................................................................... 63
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 68
LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Keaslian Penelitian ……………………………………………….…... 9
Tabel 4.2 Definisi Operasional…………………………………………….…..... 46
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I Informed Consent
Lampiran II Formulir Identitas Responden Food Recall 24 Jam
Lampiran III Formulir Food Recall 24 Jam
Lampiran IV Hasil UJi Statistik
Lampiran V Dokumentasi Penelitian
Lampiran VI Master Data
Lampiran VII Surat Izin Pra Penelitian
Lampiran VIII Surat Izin Penelitian
Lampiran IX Surat Tanda Selesai Penelitian
Lampiran X Surat Pernyataan Etik
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
World Health Organization (WHO) melaporkan bahwa Diabetes Melitus
semakin berkembang dan sekarang menjadi ancaman masyarakat dunia, sebesar
90% penderita Diabetes Melitus di dunia masuk ke dalam klasifikasi Diabetes
Melitus tipe II (WHO, 2011). Diabetes Melitus tipe II merupakan penyakit kronis
yang disebabkan oleh beberapa faktor seperti kerusakan sekresi insulin, produksi
glukosa yang tidak tepat di dalam hati, atau penurunan sensitivitas reseptor insulin
perifer atau resistensi insulin (Kowalak, dkk, 2013).
Diabetes Melitus tipe II atau disebut sebagai Non Insulin-Dependent Diabetes
Melitus (NIDDM) merupakan salah satu tipe Diabetes Melitus akibat dari
insensitivitas sel terhadap insulin (resistensi insulin) serta defisiensi insulin relatif
yang menyebabkan hiperglikemia. Diabetes Melitus tipe ini memiliki prevalensi
paling banyak diantara tipe-tipe lainnya yakni melingkupi 90-95% dari kasus
Diabetes (American Diabetes Association, 2014).
WHO memastikan bahwa peningkatan Diabetes Melitus tipe II paling banyak
terjadi di Negara berkembang salah satunya Indonesia. Indonesia menempati
urutan ke-4 yang tinggi terutama penderita Diabetes Melitus tipe II dengan
prevalensi 9,1 juta setelah India, Cina, dan Amerika Serikat (Listiana, dkk, 2015).
Berdasarkan data dari Riskesdas 2013 dan 2018, terjadi peningkatan jumlah
presentasi Diabetes Melitus tipe II dari 6,9 % menjadi 8,5%. Hasil analisis
2
gambaran prevalensi kejadian Diabetes Melitus lebih banyak pada wanita (12,7 %)
dari pada laki-laki (9,0). Sedangkan berdasarkan wilayahnya prevalensi di
pedesaan (11,2%) lebih besar dibandingkan perkotaan (10,6%). Prevalensi
Diabetes Melitus untuk daerah Bengkulu sebesar 0,9%, menempati urutan 29 dari
33 provinsi di Indonesia, sedangkan Bengkulu berada di urutan ke-6 dari 10
provinsi yang ada di Sumatera (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,
2013).
Diabetes mellitus terjadi karena kelainan metabolisme glukosa akibat dari
kekurangan jumlah serta fungsi insulin yang ditandai dengan meningkatnya kadar
glukosa darah. Meningkatnya kadar glukosa darah disebabkan karena adanya diet
yang tidak sehat yaitu konsumsi makanan yang tinggi lemak dan karbohidrat
sederhana, serta kurangnya aktifitas fisik (Dyah ayu, 2014).
Karbohidrat sederhana merupakan jenis karbohidrat yang mudah diubah
menjadi glukosa, sehingga karbohidrat ini sangat cepat meningkatkan kadar
glukosa darah (Soewondo, 2007). Karbohidrat sederhana diubah menjadi gula
sederhana atau glukosa yang larut dalam aliran darah, sehingga menyebabkan
kadar glukosa darah meningkat. Karbohidrat diserap ke dalam aliran darah sebagai
glukosa dan gula lain diubah menjadi glukosa di hati. Glukosa adalah bahan bakar
utama dalam jaringan tubuh serta berfungsi untuk menghasilkan energi (Maulana,
2010).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Listiana, dkk, (2015) dengan Judul
Hubungan asupan karbohidrat sederhana dan aktifitas fisik dengan kadar glukosa
3
darah pada penderita Diabetes Melitus tipe II, menunjukkan ada hubungan asupan
karbohidrat sederhana dengan kadar glukosa darah. Hasil penelitian Kohort
longitudinal di Amerika terhadap 121.701 orang berusia 30-45 tahun sebanyak
77.467 selama 4 tahun, menunjukkan hasil bahwa peningkatan konsumsi minuman
manis (gula, pemanis, dan jus buah) lebih dari ½ porsi/hari, Hal ini berhubungan
dengan peningkatan Diabetes Melitus sebesar 16%. Mengganti minuman manis
dengan air putih, kopi dan teh (tanpa gula) berkaitan dengan penurunan 10%
Diabetes Melitus (Chartier, dkk, 2019).
Faktor risiko lainnya yang dapat menyebabkan Diabetes Melitus yaitu ketika
seseorang mengalami kenaikan tekanan darah baik secara lambat atau mendadak
(Agoes, dkk, 2012). Tekanan Darah adalah desakan darah terhadap dinding-
dinding arteri ketika darah tersebut dipompa dari jantung ke jaringan. Pengaruh
Tekanan Darah tinggi terhadap kejadian Diabetes Melitus disebabkan oleh
penebalan pembuluh darah arteri yang menyebabkan diameter pembuluh darah
menjadi menyempit. Hal ini akan menyebabkan proses pengangkutan glukosa dari
dalam darah menjadi terganggu (Zieve, dkk, 2012).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Trisnawati dan Soedijono (2012)
yang mengemukakan bahwa individu yang mengalami hipertensi memiliki risiko
7,14 kali lebih besar menderita Diabetes Melitus tipe II dibandingkan dengan
individu yang tidak mengalami hipertensi. penelitian yang dilakukan Jelantik dan
Haryati (2014) terdapat hubungan yang signifikan antara tekanan darah dengan
kadar glukosa darah. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Fathorohman Irvan,
4
dkk, (2016) yang meneliti Gambaran tingkat risiko dan faktor – faktor yang
berhubungan dengan Risiko Diabetes Melitus tipe II menunjukkan hasil adanya
hubungan bermakna antara tekanan darah tinggi dengan Risiko Diabetes Melitus
tipe II.
Penderita Diabetes Melitus terjadi perubahan metabolisme lemak di dalam
tubuhnya. Hal ini disebabkan oleh penurunan insulin, sehingga mengakibatkan
peningkatan lipolisis jaringan dan penurunan efektifitas lipoprotein lipase dan
pada akhirnya menyebabkan kadar lemak di dalam darah meningkat (Guyton,
2007). Kadar lemak dalam darah tinggi menyebabkan meningkatnya asam lemak
bebas sehingga terjadi lipotoksisity dan peningkatan kadar kolesterol. Hal ini akan
menyebabkan terjadinya kerusakan sel beta pankreas yang akhirnya
mengakibatkan Diabetes Melitus Tipe II (Kemenkes, 2010).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Puspitasari, dkk, (2018 ) yang meneliti
hubungan profil lipid dengan kadar glukosa darah pada pasien Diabetes Melitus,
Menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara kadar kolesterol dengan glukosa
darah pada pasien Diabetes Melitus. Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian
Deswidya, dkk, (2019) yang meneliti kadar trigliserida dan kolesterol pada
penderita Diabetes Melitus tipe II di Rumah Sakit Efarina Etaham Berastagi
menunjukkan bahwa kadar kolesterol yang abnormal mempengaruhi terjadinya
Diabetes Melitus tipe II.
Berdasarkan data profil jumlah pasien Diabetes Melitus Poli Rawat Jalan di
RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu pada tahun 2017 dengan pasien 493 orang. pada
5
tahun 2018 dengan pasien 583 orang sedangkan pada tahun 2019 dengan pasien
408 orang .
Survey awal yang dilakukan oleh peneliti di RSUD M. Yunus Bengkulu dari
10 responden 7 diantaranya memiliki asupan karbohidrat sederhana dalam kategori
lebih. Dengan hasil yang diperoleh rata-rata asupan karbohidrat sederhana sebesar
145,4 gr dari total seluruh responden. Dan 8 responden memiliki tekanan darah
tinggi (> 120/80 mmHg) dan 2 responden memiliki tekanan darah normal (120/80
mmHg) dan 7 responden memiliki kadar kolesterol tinggi (> 200 mg/dl) dan 3
responden memiliki kadar kolesterol normal (< 200 mg/dl).
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti
“Hubungan Asupan Karbohidrat Sederhana, Tekanan Darah, Kadar Kolesterol,
dengan Kadar Glukosa Darah Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II Di Poli Rawat
Jalan RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu Tahun 2020”
B. Rumusan Masalah
Rumusan Masalah penelitian ini adalah “Apakah Ada Hubungan Asupan
Karbohidrat Sederhana, Tekanan Darah, Kadar Kolesterol, dengan Kadar Glukosa
Darah Puasa Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II Di Poli Rawat jalan RSUD Dr.
M. Yunus Bengkulu Tahun 2020”
6
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Diketahui hubungan Asupan Karbohidrat Sederhana, Tekanan Darah, Kadar
Kolesterol, dengan Kadar Glukosa Darah Puasa Pada Pasien Diabetes Melitus
Tipe II Di Poli Rawat jalan RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu Tahun 2020
2. Tujuan Khusus
1. Diketahui gambaran asupan karbohidrat sederhana pada pasien Diabetes
Melitus tipe II di Poli Rawat Jalan RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu Tahun
2020.
2. Diketahui gambaran tekanan darah pada pasien Diabetes Melitus tipe II di
Poli Rawat Jalan RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu Tahun 2020.
3. Diketahui gambaran kadar kolesterol pada pasien Diabetes Melitus tipe II di
Poli Rawat Jalan RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu Tahun 2020.
4. Diketahui gambaran glukosa darah pada pasien Diabetes Melitus tipe II di
Poli Rawat Jalan RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu Tahun 2020.
5. Diketahui hubungan asupan karbohidrat sederhana dengan kadar glukosa
darah puasa pada pasien Diabetes Melitus tipe II Di Poli Rawat Jalan RSUD
Dr. M. Yunus Bengkulu Tahun 2020.
6. Diketahui hubungan tekanan darah dengan glukosa darah puasa pada pasien
Diabetes Melitus tipe II Di Poli Rawat Jalan RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu
Tahun 2020.
7
7. Diketahui hubungan kadar kolesterol dengan glukosa darah puasa pada
pasien Diabetes Mellitus tipe II di Poli Rawat Jalan RSUD Dr. M. Yunus
Bengkulu Tahun 2020.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Petugas Kesehatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi tenaga
kesehatan dalam menentukan seberapa besar Hubungan Asupan Karbohidrat
Sederhana, Tekanan darah, Kadar Kolesterol, dengan Kadar Glukosa Darah
Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe II, sehingga dapat dilakukan upaya
pencegahan untuk menanggulangi penyakit Diabetes Mellitus tipe II yang ada
di Indonesia.
2. Bagi Penderita Diabetes Melitus
Menambah wawasan dan informasi serta pengetahuan bagi penderita
Diabetes Melitus mengenai Hubungan Asupan Karbohidrat Sederhana,
Tekanan Darah, Kadar Kolesterol, dengan Kadar Glukosa Darah Pada Pasien
Diabetes Mellitus Tipe II dan dapat mengukur sejauh mana pengetahuan dan
tindakan para penderita tersebut tentang Diabetes Melitus dan gizi.
3. Bagi Penelitian
Penelitian ini dapat menjadi tambahan ilmu pengetahuan dapat dijadikan
referensi bagi peneliti lain yang akan mengangkat tema yang sama namun
dengan sudut pandang yang berbeda dan juga dapat dijadikan sebagai bahan
referensi untuk penelitian selanjutnya.
8
E. Keaslian Penelitian
No Nama
Peneliti Judul Penelitian
Desain
Penelitian Hasil
1. Nina
Listiana,
Indri
Mulyasari,
Meilita Dwi
Paundrianag
ari (2015)
Hubungan Asupan
Karbohidrat Sederhana Dan
Aktivitas Fisik Dengan
Kadar Glukosa Darah Pada
Penderita Diabetes Mellitus
Tipe 2 Wanita Usia 45-55
Tahun Di Kelurahan
Gedawang Kecamatan
Banyumanik Kota Semarang
Cross
Sectional
Ada Hubungan
Asupan
karbohidrat
Sederhana
dengan Glukosa
Darah
2. I Gusti
Made Geria
Jelantik,
Hj.Erna
Haryati
(2014)
Hubungan faktor risiko
umur, jenis kelamin,
kegemukan dan hipertensi
dengan kejadian diabetes
mellitus tipe II di wilayah
kerja Puskesmas Mataram
Case-
control
Ada hubungan
yang bermakna
antara hipertensi
dengan kejadian
diabetes
mellitus tipe II
di wilayah kerja
Puskesmas
Mataram
3. Asmarani,A
ndi Cahaya
Tahir, Anisa
adryani
(2017)
Analisis faktor risiko
obesitas dan hipertensi
dengan kejadian diabetes
mellitus tipe 2 di rumah
sakit umum daerah kota
kendari
Cross
Sectional
Ada hubungan
yang bermakna
antara variabel
hipertensi
dengan kejadian
DM tipe 2
5. Irvan
Fathurohma
n, Marita
Fadhilah
(2016)
Gambaran tingkat risiko dan
faktor – faktor yang
berhubungan dengan resiko
diabetes mellitus tipe 2 di
Buaran, Serpong
Cross
sectional
Adanya
hubungan yang
bermakna antara
riwayat tekanan
darah tinggi
dengan resiko
DM tipe 2
6. Puspitasari,
Andika
Aliviameita
(2018)
Hubungan Profil Lipid
Dengan Kadar Glukosa
Darah Pada Pasien Diabetes
Mellitus
Cross
Sectional
Terdapat
Hubungan yang
signifikan
antara kadar
9
kolesterol
dengan glukosa
darah pada
pasien diabetes
mellitus.
7. Deswidya S
Hutauruk,
Alferna
Sihaloho
(2019)
Hasil pemeriksaan kadar
trigliserida dan kolesterol
pada penderita diabetes
mellitus tipe 2 di Rumah
Sakit Efarina Etaham
Berastagi
Cross
sectional
Menyatakan
bahwa kadar
kolesterol yang
abnormal
mempengaruhi
terjadinya
diabetes
mellitus tipe 2
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Diabetes Melitus
1. Definisi
Diabetes Melitus adalah suatu gangguan kesehatan berupa kumpulan
gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh peningkatan kadar
gula dalam darah akibat kekurangan insulin ataupun resistensi insulin dan
gangguan metabolik (Toharin, 2015). Menurut American Diabetes
Association (ADA) (2017) diabetes mellitus adalah penyakit kronis yang
membutuhkan terapi pengobatan yang lama untuk mengurangi kejadian
komplikasi.
Diabetes adalah penyakit kronis yang serius terjadi saat pankreas tidak
menghasilkan cukup insulin (hormon yang mengatur glukosa darah) atau bila
tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan insulin yang dihasilkannya,
Lebih dari 400 juta orang hidup dengan diabetes (WHO, 2016).
Berdasarkan definisi American Diabetes Association (ADA) (2010),
Diabetes Melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja
insulin, atau kedua-duanya.
Insulin adalah hormon penting bagi tubuh yang diproduksi oleh kelenjar
pankreas dan merupakan alat transport glukosa dari aliran darah ke dalam sel-
sel tubuh dimana tempat glukosa diubah menjadi energi. Kurangnya insulin
atau ketidakmampuan sel untuk merespon insulin dapat menyebabkan
11
tingginya kadar glukosa darah atau hiperglikemia, yang merupakan ciri khas
Diabetes Melitus.
Hiperglikemia, jika dibiarkan dalam jangka panjang dapat menyebabkan
kerusakan pada berbagai organ tubuh yang menyebabkan perkembangan
komplikasi kesehatan, melumpuhkan dan mengancam jiwa seperti penyakit
kardiovaskular, neuropati, nefropati dan retinopati yaitu penyakit mata yang
menyebabkan kebutaan. Disisi lain jika penanganan diabetes yang tepat dapat
tercapai, maka komplikasi serius dapat ditunda atau dicegah (IDF, 2017).
2. Etiologi
Diabetes Melitus memiliki beberapa penyebab, termasuk:
a. Hereditas
b. Lingkungan (Infeksi, makanan, toksin, stres)
c. Perubahan gaya hidup pada orang yan secara genetik rentan
d. Kehamilan
3. Klasifikasi Diabetes Melitus
Klasifikasi etiologi Diabetes Melitus menurut American Diabetes
Association, 2010 adalah sebagai berikut:
a. Diabetes tipe 1 (destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi insulin
absolut). Diabetes Melitus tipe 1 merupakan Diabetes Melitus yang
tergantung insulin. Pankreas tidak mampu mensintesis dan mensekresi
insulin dalam kuantitas dan atau kualitas yang cukup, bahkan kadang-
kadang tidak ada sekresi insulin sama sekali. Jadi pada kasus ini terdapat
kekurangan insulin secara absolut (Tjokroprawiro, 2007). Keadaan ini
12
disebabkan oleh kerusakan sel-ß pankreas baik oleh proses autoimun
maupun idiopatik sehingga produksi insulin berkurang atau terhenti
(Batubara, dkk, 2010). Diabetes tipe 1 kebanyakan pada usia dibawah 30
tahun. Para ilmuwan percaya bahwa faktor lingkungan seperti infeksi virus
atau faktor gizi dapat menyebabkan penghancuran sel penghasil insulin di
pankreas (Merck, 2008).
b. Diabetes tipe II (Bervariasi mulai yang terutama dominan resistensi insulin
disertai defisiensi insulin relatif sampai yang terutama defek sekresi insulin
disertai resistensi insulin). Diabetes tipe II (Diabetes Non Insulin
Dependent) ini tidak ada kerusakan pada pankreas nya dan dapat terus
menghasilkan insulin. Akan tetapi, tubuh manusia resisten terhadap efek
insulin, sehingga tidak ada insulin yang cukup untuk memenuhi kebutuhan
tubuh. Diabetes tipe ini sering terjadi pada dewasa yang berumur lebih dari
30 tahun dan menjadi lebih umum dengan peningkatan usia (Merck, 2008).
c. Diabetes Melitus Gestasional
Diabetes Melitus Gestasional adalah diabetes yang didiagnosis selama
kehamilan (ADA, 2014) dengan ditandai dengan hiperglikemia (kadar
glukosa darah di atas normal) (CDA, 2013 dan WHO, 2014). Wanita
dengan diabetes gestational memiliki peningkatan risiko komplikasi selama
kehamilan dan saat melahirkan, serta memiliki risiko diabetes tipe II yang
lebih tinggi di masa depan (IDF, 2014).
d. Diabetes Melitus Tipe Lain
13
Diabetes Melitus Tipe Lain merupakan diabetes yang terjadi karena adanya
kerusakan pada pankreas yang memproduksi insulin dan mutasi gen serta
mengganggu sel beta pankreas, sehingga mengakibatkan kegagalan dalam
menghasilkan insulin secara teratur sesuai dengan kebutuhan tubuh.
Sindrom hormonal yang dapat mengganggu sekresi dan menghambat kerja
insulin yaitu sindrom chusing, akromegali dan sindrom genetik (ADA,
2015).
Diabetes Melitus tipe lain meliputi Defek genetik fungsi sel beta seperti
DNA mitokondria. Defek genetik kerja insulin. Penyakit eksokrin pankreas
seperti Pankreatitis, Tumor/ pankreatektomi, Pankreatopati fibrokalkulus.
Karena obat/ zat kimia. Pentamidin, asam nikotinat dan Glukokortikoid,
hormon tiroid.
4. Patofisiologi
Diabetes Melitus tipe II merupakan penyakit kronis yang disebabkan oleh
beberapa faktor seperti kerusakan sekresi insulin, produksi glukosa yang tidak
tepat didalam hati, atau penurunan sensitivitas reseptor insulin perifer atau
resistensi insulin (Kowalak, dkk, 2013). Komplikasi mikrovaskular terjadi
akibat penebalan pembuluh darah kecil. Penyebab penebalan tersebut
berkaitan dengan tingginya kadar glukosa dalam darah. Penebalan
mikrovaskular menyebabkam iskemia dan penurunan penyaluran oksigen dan
zat gizi kejaringan. Hipoksia kronis secara langsung merusak dan
menghancurkan sel. Pada sistem makrovaskular di lapisan endotel arteri
14
akibat hiperglikemia permeabilitas sel endotel meningkat sehingga molekul
yang mengandung lemak masuk ke arteri.
Kerusakan sel endotel akan mencetuskan reaksi inflamasi sehingga
akhirnya terjadi pengendapan trombosit, makrofag dan jaringan fibrosa.
Penebalan dinding arteri menyebabkan hipertensi yang semakin merusak
lapisan endotel arteri (Budiman dan P Sihombing, 2015.) Diabetes
Gestasional dapat terjadi jika hormon-hormon plasenta melawan balik kerja
insulin sehingga timbul resistensi insulin. Diabetes Gestasional merupakan
faktor resiko yang signifikan bagi terjadinya diabetes melitus tipe II di
kemudian hari (Kowalak, dkk, 2013).
5. Kriteria Diagnostik DM
Terdapat beberapa kriteria diagnostik Diabetes Melitus berdasarkan nilai
kadar gula darah, berikut ini adalah kriteria diagnosis berdasarkan American
Diabetes Association tahun 2010. Kriteria Diagnostik Diabetes Melitus
menurut American Diabetes Association 2010 :
1. Gejala klasik Diabetes Melitus dengan glukosa darah sewaktu ≥ 200 mg/
dl (11.1 mmol/L). Glukosa darah sewaktu merupakan hasil pemeriksaan
sesaat pada suatu hari tanpa memperhatikan waktu makan terakhir. Gejala
klasik adalah: poliuria, polidipsia dan berat badan turun tanpa sebab.
2. Kadar glukosa darah puasa ≥ 126 mg/ dl (7.0 mmol/L). Puasa adalah
pasien tak mendapat kalori sedikitnya 8 jam.
3. Kadar glukosa darah 2 jam PP ≥ 200 mg/ dl (11,1 mmol/L). Tes Toleransi
Glukosa Oral dilakukan dengan standar WHO, menggunakan beban
15
glukosa yang setara dengan 75 g glukosa anhidrus yang dilarutkan ke
dalam air. Apabila hasil pemeriksaan tidak memenuhi kriteria normal atau
DM, maka dapat digolongkan ke dalam kelompok Toleransi Glukosa
Terganggu (TTGO) atau Glukosa Darah Puasa Terganggu (GDPT)
tergantung dari hasil yang dipeoleh : TGT : glukosa darah plasma 2 jam
seetelah beban antara 140- 199 mg/dl (7,8-11,0 mmol/L) GDPT : glukosa
darah puasa antara 100 – 125 mg/dl (5,6-6,9 mmol/L).
6. Tanda dan Gejala
Gejala dan tanda-tanda Diabetes Melitus dapat digolongkan menjadi gejala
akut dan gejala kronik.
a. Gejala Akut
Gejala akut penderita Diabetes Melitus dari satu penderita ke penderita lain
bervariasi bahkan, mungkin tidak menunjukkan gejala apa pun sampai saat
tertentu.
1) Pada permulaan gejala yang ditunjukkan meliputi serba banyak (Poli),
yaitu: Banyak makan (poliphagia), Banyak minum (polidipsia),
Banyak kencing (poliuria).
2) Bila keadaan tersebut tidak segera diobati, akan timbul gejala:
a. Banyak minum.
b. Banyak kencing.
c. Nafsu makan mulai berkurang/ berat badan turun dengan cepat (turun
5-10 kg dalam waktu 2-4 minggu).
d. Mudah lelah
16
e. Bila tidak lekas diobati, akan timbul rasa mual, bahkan penderita
akan jatuh koma yang disebut dengan koma diabetik.
b. Gejala Kronik Diabetes melitus
Gejala kronik yang sering dialami oleh penderita Diabetes melitus adalah
sebagai berikut:
1. Kesemutan.
2. Kulit terasa panas, atau seperti tertusuk-tusuk jarum.
3. Rasa tebal di kulit.
4. Kram.
5. Mudah mengantuk.
6. Mata kabur, biasanya sering ganti kacamata
7. Gatal di sekitar kemaluan terutama wanita.
8. Gigi mudah goyah dan mudah lepas kemampuan seksual menurun,
bahkan impotensi.
9. Para ibu hamil sering mengalami keguguran atau kematian janin dalam
kandungan, atau dengan bayi berat lahir lebih dari 4 kg.
7. Penatalaksanaan Diabetes Melitus
Penatalaksanaan Diabetes Melitus terdiri dari terapi non farmakologis
yang meliputi perubahan gaya hidup dengan melakukan pengaturan pola
makan yang dikenal sebagai terapi gizi medis, meningkatkan aktivitas
jasmani, dan edukasi berbagai masalah yang berkaitan dengan penyakit
Diabetes Melitus yang dilakukan secara terus menerus (Waspadji, 2007).
17
Penatalaksanaan Diabetes Melitus dapat dilakukan dengan cara
pengelolaan yang baik. Tujuan pengelolaan secara umum adalah
meningkatnya kualitas hidup penderita diabetes. Penatalaksanaan dikenal
dengan empat pilar utama pengelolaan Diabetes Melitus, yang meliputi :
edukasi, terapi gizi medis, latihan jasmani dan intervensi farmakologis.
Pengelolaan diabetes dimulai dengan pengaturan makan dan latihan jasmani
selama beberapa waktu (2-4 minggu). Apabila kadar glukosa darah belum
mencapai sasaran, dilakukan intervensi farmakologis dengan obat
hipoglikemik oral (OHO) dan atau suntikan insulin. Pada keadaan tertentu,
OHO dapat segera diberikan secara tunggal atau langsung kombinasi, sesuai
indikasi.
Keadaan dekompensasi metabolik berat, misalnya ketoasidosis, stres
berat, berat badan yang menurun dengan cepat, adanya ketonuria, insulin
dapat segera diberikan. Pengetahuan tentang pemantauan mandiri, tanda dan
gejala hipoglikemia dan cara mengatasinya harus diberikan kepada pasien,
sedangkan pemantauan kadar glukosa darah dapat dilakukan secara mandiri,
setelah mendapat pelatihan khusus (PERKENI, 2011).
8. Faktor Resiko DM tipe 2
Faktor Risiko DM menurut Perkeni (2011) yaitu:
a. Faktor risiko yang tidak bisa dimodifikasi (unmodifiable risk factor) adalah
Faktor risiko yang sudah ada dan melekat pada seseorang sepanjang
kehidupannya. Sehingga faktor risiko tersebut tidak dapat dikendalikan
oleh dirinya.
18
Faktor risiko DM yang tidak dapat di modifikasi antara lain
1. Ras Dan etnik
Ras atau etnik yang dimaksud contohnya seperti suku atau kebudayaan
setempat dimana suku atau budaya dapat menjadi salah satu faktor
risiko Diabetes Melitus yang berasal dari lingkungan sekitar (Masriadi,
2012).
2. Riwayat keluarga
Seorang anak yang merupakan keturunan pertama dari orang tua dengan
Diabetes Melitus (Ayah, ibu, laki-laki, saudara perempuan) beresiko
menderita Diabetes Melitus. Bila salah satu dari kedua orang tuanya
menderita Diabetes Melitus maka risiko seorang anak mendapat
Diabetes Melitus tipe II adalah 15% dan bila kedua orang tuanya
menderita Diabetes Melitus maka kemungkinan anak terkena Diabetes
Melitus tipe II adalah 75%. Pada umunya apabila seseorang menderita
Diabetes Melitus maka saudara kandungnya mempunyai resiko Diabetes
Melitus sebanyak 10% (Kemenkes, 2008). Ibu yang terkena Diabetes
Melitus mempunyai resiko lebih besar 10-30% dari pada ayah dengan
Diabetes Melitus. Hal ini dikarenakan penurunan gen sewaktu dalam
kandungan lebih besar dari seorang ibu (Trisnawati dan Soedijono,
2013).
3. Umur
Berdasarkan penelitian, usia yang terbanyak terkena Diabetes Melitus
adalah > 45 tahun (Fatimah, 2015). Orang yang berusia 26-35 tahun
19
berisiko 2,32 kali, usia 36-45 tahun berisiko 6,88 kali, dan usia lebih
dari 45 tahun berisiko 14,99 kali untuk menderita Diabetes Melitus tipe
II dibandingkan dengan usia 15-25 tahun (Irawan, dkk, 2010).
4. Berat badan lahir
Berat badan lahir menjadi faktor risiko Diabetes Melitus tipe II jika
seseorang mengalami berat badan lahir rendah (BBLR). Bayi masuk ke
dalam kategori BBLR jika bayi tersebut lahir dengan berat < 2500 gram.
Bayi dengan berat badan lahir yang rendah, di masa dewasanya akan
berisiko terkena penyakit diabetes (Fitriyani, 2012).
5. Seseorang dengan BBLR
Mengalami kerusakan pankreas sehingga kemampuan memproduksi
insulin akan terganggu. Hal ini memungkinkan orang tersebut menderita
Diabetes Melitus tipe II (Kementerian Kesehatan RI, 2010).
b. Faktor resiko yang bisa dimodifikasi
1. Obesitas (kegemukan)
Terdapat korelasi bermakna antara obesitas dengan kadar glukosa darah,
pada derajat kegemukan dengan indeks massa tubuh (IMT) > 23 dapat
menyebabkan peningkatan kadar glukosa darah menjadi 200 mg%
(Fatimah, 2015). Orang dengan obesitas memiliki masukan kalori yang
berlebih. Sel beta kelenjar pankreas akan mengalami kelelahan dan tidak
mampu untuk memproduksi insulin yang cukup untuk mengimbangi
kelebihan masukan kalori. Akibatnya kadar glukosa darah akan tinggi
yang akhirnya menyebabkan Diabetes Melitus (Kaban, 2007).
20
2. Hipertensi
Hipertensi dapat membuat sel tidak sensitif terhadap insulin (resisten
insulin). Padahal insulin berperan meningkatkan ambilan glukosa di
banyak sel dan dengan cara ini juga mengatur metabolisme karbohidrat,
sehingga jika terjadi resistensi insulin oleh sel, kadar gula di dalam
darah juga dapat mengalami gangguan (PERKENI, 2015).
3. Dislipidemia
Dislipidemia adalah keadaan yang ditandai dengan kenaikan kadar
lemak darah (Trigliserida > 250 mg/dL). Terdapat hubungan antara
kenaikan plasma insulin dengan rendahnya high density lipoprotein
(HDL) (< 35 mg/dL) sering didapat pada pasien diabetes (Fatimah,
2015). Kadar kolesterol yang tinggi berisiko terhadap penyakit Diabetes
Melitus tipe 2. Kadar kolesterol tinggi menyebabkan meningkatnya
asam lemak bebas sehingga terjadi lipotoksisitas. Hal ini akan
menyebabkan terjadinya kerusakan sel beta pankreas yang akhirnya
mengakibatkan Diabetes Melitus tipe II (Kementerian Kesehatan RI,
2010).
4. Pola Makan
Pola Makan atau diet merupakan determinan penting yang menentukan
obesitas dan resistensi insulin. Konsumsi makanan tinggi energi dan
tinggi lemak, selain aktifitas rendah, akan mengubah keseimbangan
energi dengan di simpannya energi sebagai lemak simpanan yang jarang
digunakan. Makan secara berlebihan dan melebihi jumlah kadar kalori
21
yang dibutuhkan oleh tubuh dapat memicu timbulnya Diabetes Melitus.
Konsumsi makanan yang berlebihan dan tidak diimbangi dengan sekresi
insulin dalan jumlah memadai dapat menyebabkan kadar gula dalam
darah meningkat dan menyebabkan Diabetes Melitus.
5. Pola Hidup
Pola hidup juga sangat mempengaruh faktor penyebab Diabetes Melitus.
Seseorang yang tidak melakukan aktifitas atau jarang olahraga memiliki
risiko lebih tinggi untuk terkena penyakit Diabetes Melitus karena
olahraga berfungsi untuk membakar kalori yang berlebihan di dalam
tubuh. Kalori yang tertimbun di dalam tubuh merupakan faktor utama
penyebab Diabetes Melitus selain disfungsi pankreas.
6. Gaya hidup
Gaya hidup yang kebarat-baratan yang meliputi perubahan-perubahan
dalam konsumsi alkohol dan rokok, juga berperan dalam peningkatan
Diabetes Melitus tipe II. Alkohol akan menganggu metabolisme gula
darah terutama pada penderita Diabetes Melitus sehingga akan
mempersulit regulasi gula darah dan meningkatkan tekanan darah.
Seseorang akan meningkat tekanan darah apabila mengkonsumsi
alkohol lebih dari 60 mL/hari yang setara dengan 100 mL wiski atau
240 mL wine (Fatimah, 2015).
22
B. Kadar Glukosa Darah
1. Definisi
Kadar Glukosa Darah adalah gula yang terdapat dalam darah yang
terbentuk dari karbohidrat dalam makanan dan disimpan sebagai glikogen di
hati dan otot rangka (Joyce, 2007). Glukosa merupakan sumber energi utama
bagi sel manusia. Glukosa di bentuk dari karbohidrat yang di konsumsi melalui
makanan dan disimpan sebagai glikogen dihati dan otot (Lestari, 2013). Gula
darah terdiri dari Glukosa, Fruktosa, dan Galaktosa.
Glukosa merupakan monosakarida yang paling dominan, sedangkan
fruktosa akan meningkat pada diet buah yang banyak, dan Galaktosa darah akan
meningkat pada saat hamil dan laktasi. Sebagian besar karbohidrat yang dapat
dicerna di dalam makanan akan membentuk glukosa, yang kemudian akan
dialirkan kedalam darah, dan gula lain akan dirubah menjadi glukosa di hati
(Kasengke, 2015)
Kadar glukosa darah diatur sedemikian rupa agar dapat memenuhi
kebutuhan tubuh. Dalam keadaan absorptif, sumber energi utama adalah
glukosa. Glukosa yang berlebih akan disimpan dalam bentuk glikogen atau
trigliserida. Dalam keadaan pasca-absorptif, glukosa harus dihemat untuk
digunakan oleh otak dan sel darah merah yang sangat bergantung pada glukosa.
Jaringan lain yang dapat menggunakan bahan bakar selain glukosa akan
menggunakan bahan bakar alternatif (Sherwood, 2012).
Karena keseimbangan kadar glukosa darah sistemik sangat penting,
dibutuhkan pengaturan kadar glukosa darah yang ketat oleh tubuh. Pengaturan
23
kadar glukosa darah ini terutama dilakukan oleh hormon insulin yang
menurunkan kadar glukosa darah dan hormon glukagon yang menaikkan kadar
glukosa darah (Kronenberg, dkk, 2008).
2. Klasifikasi
Menurut ADA (2014), ada berbagai cara yang biasa dilakukan untuk
memeriksa kadar glukosa darah, di antaranya:
1. Tes Glukosa Darah Puasa
Tes glukosa darah puasa mengukur kadar glukosa darah setelah tidak
mengkonsumsi apa pun kecuali air selama 8 jam. Tes ini biasanya
dilakukan pada pagi hari sebelum sarapan.
Tabel 2.1 Klasifikasi Kadar Glukosa Darah Puasa
Hasil Kadar Glukosa Darah Puasa
Normal Kurang dari 100 mg/dL
Prediabetes 100 – 125 mg/dL
Diabetes Sama atau lebih dari 126 mg/dL
Sumber : ADA ( 2014).
2. Tes Glukosa Darah Sewaktu
Pemeriksaan glukosa darah sewaktu yaitu mengukur kadar glukosa darah
tanpa memperhatikan waku makan. Peningkatan kadar glukosa darah dapat
terjadi setelah makan, stres, atau pada diabetes melitus. Nilai normalnya
berkisar antara 70 mg/dl sampai 125 mg/dl (Kartika, 2015). Sedangkan
menurut PERKENI (2006) dalam Soegondo, dkk, (2015) kadar glukosa
24
darah sewaktu normalnya kurang dari 100 mg/dl. Glukosa darah sewaktu
yang ≥ 200 mg/dl dapat dikategorikan glukosa darah sewaktu yang tinggi
(American Diabetes Association, 2014). Setiap laboratorium memiliki
patokan masing-masing pada kadar glukosa darah.
3. Uji Toleransi Glukosa Oral
Tes toleransi glukosa oral adalah tes yang mengukur kadar glukosa darah
sebelum dan dua jam sesudah mengkonsumsi glukosa sebanyak 75 gram
yang dilarutkan dalam 300 mL air.
Tabel 2.2 Klasifikasi Hasil Uji Toleransi Glukosa Oral
Hasil Hasil Uji Toleransi Glukosa Oral
Normal Kurang dari 140 mg/dL
Prediabetes 140 – 199 mg/dL
Diabetes Sama atau lebih dari 200 mg/dL
Sumber: ADA ( 2014).
3. Cara pengukuran gula darah
Glucometer adalah alat untuk melakukan pengukuran kadar glukosa darah
kapiler. Alat ini pertama kali diperkenalkan pada tahun 1980an di Amerika
utara, Dimana saat itu ada 2 jenis glukometer (bayer) Dan Accu – check meter
(roche). Alat ini menggunakan prinsip kerja ultrasound, menggunakan kapasitas
panas dan menghantar panas sebagai sensor pengukuran gula. Hasil pengukuran
cukup cepat dalam hitungan detik.
25
Cara pengukuran glukosa darah yaitu pengambilan setetes darah dari
ujung jari tangan, darah tersebut di berikan pada strip pereaksi khusus. Dan
kemudian darah tersebut dibiarkan pada strip selama periode waktu tertentu
biasanya antara 45-60 detik. Bantal pereaksi pada stripkan berubah warnanya
dan kemudian dapat dicocokan dengan peta warna pada kemasan produk atau
disisipkan kedalam alat pengukur yang memperlihatkan angaka digital kadar
glukosa darah sewaktu maupun puasa. Pemeriksaan kadar gula darah dengan
menggunakan strip yang dilakukan pada glukometer lebih baik dibanding tanpa
glukometer karena informasi yang diberikan lebih obyektif kuantitatif
(Soegondo, 2007).
C. Asupan Karbohidrat Sederhana
1. Definisi
Karbohidrat Sederhana merupakan jenis karbohidrat yang mudah diubah
menjadi glukosa, sehingga karbohidrat ini sangat cepat meningkatkan kadar
glukosa darah. Secara umum karbohidrat sederhana dikenal sebagai gula, tebu,
permen, minuman manis, gula pasir, gula merah, sirup jagung, madu, sirup
maple, gula jagung, molasses, selai, jelly, soft drink, permen, produk gandum
putih, cake, yogurt, susu, cokelat, buah, jus buah, biskuit, dan beberapa jenis
produk bakery (Maulana, 2010).
Karbohidrat Sederhana dikatakan tinggi apabila > 10% total kebutuhan
energi yaitu > 66,875 gr untuk laki- laki dan > 53,125 gr untuk perempuan
berdasarkan Angka Kecukupan Gizi ( AKG 2013).
26
2. Jenis Karbohidrat Sederhana
Karbohidrat Sederhana terdiri atas:
a. Monosakarida.
Ada tiga jenis monosakarida yang mempunyai arti gizi yaitu glukosa,
fruktosa dan galaktosa. Glukosa memegang peranan sangat penting dalam
ilmu gizi. Glukosa merupakan hasil akhir pencernaan pati, sukrosa, maltosa
dan laktosa pada hewan dan manusia.
Dalam proses metabolisme, glukosa merupakan bentuk karbohidrat yang
beredar di dalam tubuh dan di dalam sel merupakan sumber energi. Fruktosa,
dinamakan sebagai gula buah yang merupakan gula paling manis. Gula ini
terutama terdapat dalam madu bersama glukosa dalam buah, nektar bunga
dan juga di dalam sayur. Galaktosa, terdapat di dalam tubuh sebagai hasil
pencernaan laktosa (Almatsier 2009).
b. Disakarida.
Ada tiga jenis yang mempunyai arti gizi yaitu sukrosa, maltosa dan
laktosa. Sukrosa, dinamakan juga gula tebu atau gula bit. Gula pasir terdiri
atas 99 % sukrosa dibuat dari kedua macam bahan makanan tersebut melalui
proses penyulingan dan kristalisasi. Gula merah dibuat dari kelapa, tebu atau
enau melalui proses penyulingan tidak sempurna.
Sukrosa juga banyak terdapat di dalam buah, sayuran dan madu. Bila
dihidrolisis atau dicernakan, sukrosa pecah menjadi satu unit glukosa dan
fruktosa. Maltosa (gula malt) tidak terdapat bebas di alam. Maltosa terbentuk
pada setiap pemecahan pati. Bila dicernakan atau dihidrolisis, maltosa pecah
27
menjadi dua unit glukosa. Laktosa (gula susu) hanya terdapat dalam susu
dan terdiri atas satu unit glukosa dan satu unit galaktosa. Banyak orang,
terutama yang berkulit berwarna (termasuk orang Indonesia) tidak tahan
tehadap susu sapi, karena kekurangan enzim laktase yang dibentuk di dalam
dinding usus dan diperlukan untuk pemecahan laktosa menjadi glukosa dan
galaktosa. Kekurangan laktase ini menyebabkan ketidaktahanan terhadap
laktosa. Laktosa yang tidak dicerna tidak dapat diserap dan tetap tinggal
dalam saluran pencernaan.
Hal ini mempengaruhi jenis mikroorganisme yang tumbuh, yang
menyebabkan gejala kembung, kejang perut dan diare. Ketidaktahanan
terhadap laktosa lebih banyak terjadi pada orang tua.
c. Oligosakarida.
Oligosakarida terdiri atas polimer dua hingga sepuluh monosakarida.
Sebetulnya disakarida termasuk dalam oligosakarida, tetapi karena
peranannya dalam ilmu gizi sangat penting maka dibahas secara terpisah
(Michael, dkk, 2013).
3. Sumber Karbohidrat Sederhana
Bahan Makanan Mengandung Karbohidrat Sederhana terdiri dari:
a. Makanan Kemasan terdiri dari: gula pasir, gula jawa, dodol, permen,
coklat, es krim, gula merah, madu, pudding, selai, jelly, malkist, pillows,
oreo, silver queen, cho–cho, tango, beng-beng, nabati, roma shandwich,
fitbar, chocholate, nextar, produk gandum putih, cake, yogurt, cokelat,
biskuit, dan beberapa jenis produk bakery.
28
b. Buah terdiri dari Semangka, melon, apel, mangga, nanas, jeruk, pisang
c. Minuman Kemasan terdiri dari: Ale-ale, Teh gelas, Mountea, Puple orange,
Frestea, kopi, sirup, fanta, coca – cola, sprite, pepsi, Nescafe, nutriboost,
minute maid, chocolatos, buavita, floridina, teh pucuk, milo, teh kotak,
luwak white coffe, javana, teh botol, Polaris coffe cream, buavita, tea jus,
pop ice.
d. Kue Manis terdiri dari : kue bolu, kue lapis, martabak coklat, martabak
keju, onde-onde, getuk, donat, wajik, talam ubi ungu, nagasari,sarang
semut, kue sagu mutiara, roti manis isi coklat, kue lumpur, brownis kukus.
D. Tekanan Darah
1. Definisi
Hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah sistolik lebih dari 140
mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali
pengukuran (Soenarta, dkk, 2015). Tekanan darah sistol merupakan pengukuran
utama yang menjadi dasar penentuan diagnosis hipertensi (Soenarta, dkk,
2015). Hipertensi didefinisikan oleh joint national comitte on detection,
evaluation and treatment of high blood pressure sebagai tekanan yang lebih
tinggi dari 140/90 mmHg.
Hipertensi biasanya dimulai secara berangsur-angsur tanpa keluhan dan
gejala. Jika tidak diobati, kasus-kasus yang ringan sekalipun dapat
menimbulkan komplikasi berat maupun kematian. Penanganan hipertensi yang
dikelola dengan cepat dan cermat, yang meliputi modifikasi gaya hidup serta
pemakaian obat-obatan, akan memperbaiki prognosis. Apabila tidak ditangani,
29
Hipertensi memiliki angka mortalitas yang tinggi. Kenaikan tekanan darah yang
berat dapat berakibat kematian (Kowalak J, Welsh W dan Brenna, 2013).
2. Klasifikasi
Berdasarkan etiologinya, hipertensi diklasifikasikan menjadi:
1. Hipertensi Primer (esensial)
Merupakan hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya. hipertensi
esensial biasanya terjadi antara usia 20 sampai 50 tahun, dan lebih sering
dijumpai pada orang afro-amerika dari pada populasi umum (Price, S. A. dan
Wilson, 2006).
2. Hipertensi sekunder
Disebabkan oleh adanya penyakit lain, misalnya pada gangguan ginjal,
penyempitan pembuluh darah terutama ginjal, tumor tertentu atau gangguan
hormon. Gangguan tersebut mengakibatkan gangguan aliran darah sehingga
jantung harus bekerja lebih keras sehingga tekanan darah meningkat (Price,
S. A. dan Wilson, 2006).
Menurut The Seventh Report of The Joint National Committee on
Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure
(JNC VII), klasifikasi hipertensi pada orang dewasa dapat dibagi menjadi
kelompok normal, prehipertensi, hipertensi derajat I dan derajat II (Tabel
2.3).
30
Tabel 2.3 Klasifikasi tekanan darah menurut JNC VII
Klasifikasi Tekanan
Darah
Tekanan Darah
Sistolik (mmHg)
Tekanan Darah
Diastolik (mmHg)
Normal <120 < 80
Prehipertensi 120 – 139 80 -89
Hipertensi derajat I 140 – 159 90 -99
Hipertensi derajat II ≥ 160 ≥ 100
Krisis Hipertensi >180 > 110
Tabel 2.4 Klasifikasi tekanan darah menurut WHO
Klasifikasi Tekanan
Darah
Tekanan Darah
Sistolik (mmHg)
Tekanan Darah
Diastolik (mmHg)
Hipertensi berat ≥ 180 ≥110
Hipertensi sedang 160 – 179 100 – 109
Hipertensi ringan 140 – 159 90 – 99
Hipertensi perbatasan 120 – 149 90 – 94
Hipertensi sistolik 120 – 149 <90
Hipertensi sistolik
Terisolasi
>140 <90
Normotensi <140 <90
Optimal <120 <80
31
E. Kadar Kolesterol
1. Definisi
Kolesterol adalah salah satu komponen dalam membentuk lemak. Di
dalam lemak terdapat berbagai macam komponen yaitu seperti zat trigliserida,
fosfolipid, asam lemak bebas, dan juga kolesterol. Secara umum, kolesterol
berfungsi untuk membangun dinding di dalam sel (membran sel) dalam tubuh.
Bukan hanya itu saja, kolesterol juga berperan penting dalam memproduksi
hormone seks, vitamin D, serta berperan penting dalam menjalankan fungsi
saraf dan otak (Mumpuni dan Wulandari, 2011).
Menurut Stoppard (2010) Kolesterol adalah suatu zat lemak yang dibuat
di dalam hati dan lemak jenuh dalam makanan. Jika terlalu tinggi kadar
kolesterol dalam darah maka akan semakin meningkatkan faktor resiko
terjadinya penyakit arteri koroner.
Kadar kolesterol yang tinggi beresiko terhadap penyakit Diabetes Melitus
Tipe II. Kadar kolesterol tinggi menyebabkan meningkatnya asam lemak bebas
( free fatty acid) sehingga terjadi lipotoksisity. Hal ini akan menyebabkan
terjadinya kerusakan sel beta yang akhirnya mengakibatkan Diabetes Melitus
tipe II (Kemenkes, 2010).
Kadar Kolesterol Normal kurang dari 200 mg/dl, Kolesterol ambang batas
normal 200 – 239 mg/dl dan kadar kolesterol tinggi 240 mg/dl dan lebih
(Mumpuni dan Wulandari, 2011).
32
2. Klasifikasi
Ada beberapa jenis kolesterol yang penting untuk diketahui.
1. Kolesterol LDL (low density lipoprotein)
Kolesterol LDL ini adalah kolesterol yang mengangkut paling banyak
kolesterol di dalam darah. LDL sering disebut sebagai kolesterol jahat,
karena kadar LDL yang tinggi akan menyebabkan mengendapnya
kolesterol dalam arteri. Kolesterol LDL merupakan faktor risiko utama
penyakit jantung koroner dan merupakan target utama dalam pengobatan.
2. Kolesterol HDL (high density lipoprotein)
Kolesterol HDL mengangkut kolesterol lebih sedikit. HDL sering disebut
kolesterol baik, karena dapat membuang kelebihan kolesterol jahat di
pembuluh darah arteri kembali ke hati untuk diproses dan dibuang. Jadi
HDL mampu mencegah kolesterol mengendap di arteri dan melindungi
(proteksi) dari aterosklerosis (terbentuknya plak pada dinding pembuluh
darah).
3. Trigliserida
Trigliserida adalah salah satu jenis lemak yang terdapat dalam darah dan
berbagai organ dalam tubuh. Meningkatnya kadar trigliserida dalam darah
dapat meningkatkan kadar kolesterol. Sejumlah faktor dapat mempengaruhi
kadar trigliserida dalam darah seperti kegemukan, minum alkohol, makan
gula, makan lemak. Kadar trigliserida yang tinggi banyak dikaitkan dengan
pankreatitis atau radang pankreas.
33
F. Hubungan Asupan karbohidrat Sederhana, Tekanan Darah, Kadar
Kolesterol dengan Kadar Glukosa Darah
1. Hubungan Asupan Karbohidrat Sederhana Dengan Glukosa Darah
Karbohidrat sederhana merupakan jenis karbohidrat yang mudah di ubah
menjadi glukosa, sehingga karbohidrat ini sangat cepat meningkatkan kadar
glukosa darah (Soewondo, 2007) Karbohidrat sederhana diubah menjadi gula
sederhana atau glukosa yang larut dalam aliran darah, sehingga menyebabkan
kadar glukosa darah meningkat dan turun dengan cepat. Karbohidrat diserap ke
dalam aliran darah sebagai glukosa dan gula lain diubah menjadi glukosa di
hati.
Glukosa adalah bahan bakar utama dalam jaringan tubuh serta berfungsi
untuk menghasilkan energi (Maulana, 2010). Kelebihan asupan karbohidrat
memicu terjadinya obesitas dan resistensi insulin. Karbohidrat yang diasup
akan dipecah menjadi bentuk sederhana, yaitu glukosa yang kemudian akan
diserap di usus. Glukosa tersebut akan masuk ke dalam peredaran darah. Oleh
karena itu, asupan karbohidrat berlebih meningkatkan kadar glukosa dalam
darah (Mahan 2012).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Listiana, dkk, 2015) dengan Judul
Hubungan asupan karbohidrat sederhana dan aktifitas fisik dengan kadar
glukosa darah pada penderita Diabetes Melitus tipe II, Hasil penelitian
menunjukkan ada hubungan asupan karbohidrat sederhana dengan kadar
glukosa darah. Hasil Penelitian sejalan juga dengan penelitian yang dilakukan
Ahmad Fauzi (2018) dengan judul Hubungan asupan karbohidrat, lemak dan
34
protein dengan kadar gula darah pada pasien Diabetes Melitus, Hasil penelitian
menunjukkan Ada hubungan asupan karbohidrat dengan kadar glukosa darah.
Selain itu Menurut teori Paruntu (2012) menyebutkan bahwa asupan
makanan merupakan faktor resiko yang diketahui dapat menyebabkan Diabetes
Melitus tipe II salah satunya asupan karbohidrat, komsumsi karbohidrat yang
berlebih menyebabkan lebihnya glukosa di dalam tubuh, pada penderita
Diabetes Melitus tipe II jaringan tubuh tidak mampu menyimpan dan
meggunakan gula, sehingga kadar gula darah dipengaruhi oleh tingginya
asupan karbohidrat yang dimakan.
Pada penderita Diabetes Melitus tipe II dengan asupan karbohidrat yang
tinggi melebihi kebutuhan, memiliki resiko 12 kali lebih besar untuk tidak
dapat mengendalikan kadar glukosa darah. Menurut Penelitian Edy Erniyani
(2017) dengan judul Hubungan Asupan makronutrien dengan nilai kadar
glukosa darah pada pasien Diabetes Melitus. Hasil penelitian menunjukkan
terdapat hubungan antara asupan karbohidrat dengan nilai kadar glukosa darah
pada pasien Diabetes Melitus tipe II. Penelitian ini sejalan dengan Werdani dan
Triyanti (2014) menyatakan bahwa asupan karbohidrat memiliki hubungan
bermakna dengan kadar gula darah dengan nilai p-value 0,001 (>0,05), karena
karbohidrat berhubungan penting dengan kadar glukosa darah, kelebihan
karbohidrat memicu terjadinya obesitas dan resistensi terhadap insulin.
Karbohidrat yang masuk ke dalam tubuh akan dipecahkan menjadi bentuk
sederhana glukosa yang akan diserap di usus, glukosa tersebut akan masuk ke
dalam peredaran darah, oleh karena itu asupan karbohidrat yang lebih akan
35
mengakibatkan peningkatan kadar glukosa dalam darah. Peneliti lain di RSUD
Dr. H. Abdu Moeloek Provinsi lampung menyebutkan bahwa adanya hubungan
yang bermakna antara asupan karbohidrat dengan kadar gula darah pasien
Diabetes Melitus tipe II dengan p-value=0,004, dengan hasil bahwa tingginya
asupan karbohidrat menyebabkan peningkatan kadar gula akan melonjak tinggi
darah (Muliani, 2013).
2. Hubungan Tekanan Darah dengan Glukosa Darah
Pengaruh hipertensi terhadap kejadian Diabetes Melitus disebabkan oleh
penebalan pembuluh darah arteri yang menyebabkan diameter pembuluh darah
menjadi menyempit. Hal ini akan menyebabkan proses pengangkutan glukosa
dari dalam darah menjadi terganggu (Zieve, dkk, 2012). Berdasarkan penelitian
yang dilakukan (Jelantik dan Haryati 2014) terdapat hubungan yang signifikan
antara tekanan darah dengan kadar glukosa darah. Hasil penelitian yang
dilakukan oleh (Fathorohman Irvan, dkk, 2016) yang meneliti Gambaran
tingkat risiko dan faktor – faktor yang berhubungan dengan Risiko Diabetes
Melitus tipe II menunjukkan hasil adanya hubungan bermakna antara tekanan
darah tinggi dengan Risiko Diabetes Melitus tipe II.
Hasil penelitian sejalan juga dengan penelitian yang dilakukan oleh
(Asmarani, dkk, 2017) yang meneliti Analisis faktor risiko obesitas dan
hipertensi dengan kejadian Diabetes Melitus tipe II yang menunjukkan hasil
ada hubungan yang bermakna antara variabel hipertensi dengan Diabetes
Melitus tipe II. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh (Trisnawati dan Soedijono 2012) yang mengemukakan bahwa
36
individu yang mengalami hipertensi memiliki risiko 7,14 kali lebih besar
menderita Diabetes Melitus tipe II dibandingkan dengan individu yang tidak
mengalami hipertensi.
Penelitian lainnya yang juga sejalan dengan hasil penelitian ini telah
dilakukan oleh (Rahayu, dkk, 2011) dengan pendekatan yang berbeda yaitu
dengan pendekatan cross-sectional dan uji chi-square dengan hasil yang
didapatkan menunjukkan bahwa hipertensi merupakan faktor risiko kejadian
Diabetes Melitus tipe II dan terdapat hubungan yang bermakna antara hipertensi
dengan kejadian Diabetes Melitus tipe II dengan nilai = 0,000. Begitu pula
dengan hasil penelitian Jelantik dan Haryati (2014) tentang analisis faktor risiko
Diabetes Melitus tipe II menunjukkan bahwa hipertensi merupakan faktor risiko
Diabetes Melitus tipe II dengan nilai yang didapatkan adalah = 0,000. Beberapa
literatur mengaitkan hipertensi dengan resistensi insulin sebagai penyebab
timbulnya Diabetes Melitus tipe II.
Selain itu, teori lainnya juga menyatakan bahwa pengaruh hipertensi
terhadap kejadian Diabetes Melitus disebabkan oleh penebalan pembuluh darah
arteri yang menyebabkan diameter pembuluh darah menjadi menyempit. Hal
tersebut akan menyebabkan proses pengangkutan glukosa dari dalam darah
menjadi terganggu sehingga dapat terjadi hiperglikemia dan berakhir Diabetes
Melitus tipe II ( A.D.A.M, 2012).
3. Hubungan Kolesterol dengan glukosa Darah
Penderita Diabetes Melitus apabila kadar insulin berkurang di dalam
darah, maka gula darah tidak bisa diproses menjadi energi akibatnya kadar
37
glukosa darah akan meningkat berlebihan. Glukosa yang meningkat secara
berlebihan akan merusak pembuluh darah, karena gula tidak bisa diproses
menjadi energi pada penderita Diabetes Melitus. Maka energi akan dibuat dari
sumber seperti protein dan lemak. Akibatnya, kolesterol yang terbentuk di
metabolisme lemak akan menumpuk dan mengancam pembuluh darah.
Pada pasien Diabetes Melitus tipe II, endapan di lemak (kolesterol) akan
disimpan di dinding sel dan akan mengurangi jumlah reseptor insulin
sedangkan reseptor insulin sel tidak mampu menangkap gula dan
mengakibatkan glukosa darah menjadi tinggi (Baras, 2003). Diabetes
merupakan suatu keadaan dimana kadar gula darah melebihi batas normal. Bila
kadar gula darah naik dan berlangsung lama, maka akan memicu terjadinya
aterosklerosis pada arteri koroner. Pasien dengan Diabetes Melitus cenderung
mengalami gangguan jantung pada usia yang masih muda. Hasil penelitian
Armiliyah Dyah (2019) menunjukkan responden yang memiliki kadar
kolesterol total tinggi disebabkan oleh beberapa faktor seperti sering
mengkonsumsi makanan mengandung lemak (makanan tinggi kolesterol).
Makanan yang mengandung tinggi lemak seperti santan, makanan yang
digoreng, kuning telur, jeroan dan daging ayam dapat mempengaruhi kadar
kolesterol total didalam tubuh yang menimbulkan penumpukan pada pembuluh
darah sehingga menyebabkan plak (Timbunan lemak di dalam lapisan
pembuluh darah) yang dapat memicu timbulnya aterosklerosis. Sesuai dengan
teori menyatakan jika terlalu banyak mengkonsumsi makanan berlemak, maka
tubuh akan memiliki lemak yang berlebihan. Lemak tersebut tertimbun didalam
38
sel dan jaringan tubuh, sehingga kolesterol juga tertimbun di dinding saluran
darah.
Akibatnya adalah aterosklerosis atau pengerasan arteri. Setiap orang
memiliki kolesterol didalam darahnya, dimana 80% diproduksi oleh tubuh
sendiri dan 20% sisanya berasal dari luar tubuh (makanan). Kolesterol yang
berada dalam zat makanan yang kita makan dapat meningkatkan kadar
kolesterol dalam darah. Apabila kita mengkonsumsi makanan berlemak yang
berlebihan maka dapat mengakibatkan kerusakan pada pembuluh darah
(Mumpuni dan Wulandari, 2011).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan (Puspitasari, dkk, 2018 ) yang
meneliti hubungan profil lipid dengan kadar glukosa darah pada pasien
Diabetes Melitus, Hasil Menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara kadar
kolesterol dengan glukosa darah pada pasien Diabetes Melitus.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian (Kurnia dkk, 2013). Hasil
penelitian menunjukan bahwa kolestrol tinggi memiliki hubungan dengan
kejadian Diabetes Melitus Tipe II. Kadar kolesterol yang tinggi berisiko
terhadap penyakit Diabetes Melitus Tipe II. Kadar kolestrol tinggi
menyebabkan meningkatnya asam lemak bebas sehingga terjadi lipotoksisity.
Hal ini akan menyebabkan terjadinya kerusakan sel beta pankreas yang
akhirnya mengakibatkan Diabetes Melitus Tipe II (Kemenkes, 2010).
Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Deswidya S Hutauruk,
Alferna Sihaloho (2019) yang meneliti Hasil pemeriksaan kadar trigliserida dan
39
kolesterol pada penderita Diabetes Melitus tipe II di Rumah Sakit Efarina
Etaham Berastagi.
Hasil Penelitian menunjukkan bahwa Menyatakan bahwa kadar kolesterol
yang abnormal mempengaruhi terjadinya Diabetes Melitus tipe II. Sejalan juga
dengan hasil penelitian Kholidah, (2018) yang menyatakan bahwa tingginya
kadar kolesterol juga mempengaruhi terjadinya penyakit Diabetes Melitus tipe
II dan hal tersebut merupakan salah satu faktor risiko Diabetes Melitus tipe II.
40
G. Kerangka Teori
Faktor yang tidak dapat - Ras /etnik
di ubah - Umur
- Genetik
- Jenis Kelamin
Pola Makan
Aktifitas Fisik
Pola Hidup
Gambar 2.1 Kerangka Teori Hubungan Karbohidrat Sederhana, Tekanan Darah,
Kadar Kolesterol Dengan Kadar Glukosa Darah Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II
Sumber : Modifikasi Witasari (2009)
Faktor Risiko yang
Dapat Di ubah
Tekanan Darah
Kadar
Kolesterol
Kadar Glukosa
Darah
Asupan
karbohidrat
Sederhana
41
H. Hipotesis Penelitian
Ho : Tidak ada hubungan Asupan Karbohidrat Sederhana,Tekanan darah, Kadar
Kolesterol, terhadap Kadar Glukosa Darah Pada Pasien Diabetes Mellitus
Tipe II di Poli Rawat Jalan RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu tahun 2020.
Ho : Ada hubungan Asupan Karbohidrat Sederhana, Tekanan darah, Kadar
Kolesterol, terhadap Kadar Glukosa Darah Pada Pasien Diabetes Mellitus
Tipe II di Poli Rawat Jalan RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu tahun 2020.
42
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Metode penelitian ini adalah penelitian Observasional analitik. Tujuannya
adalah untuk mencari hubungan antara variabel dengan melakukan suatu analisis
terhadap data yang dikumpulkan. Desain penelitian ini Cross Sectional dimana
semua variabel independen Asupan Karbohidrat Sederhana, Tekanan Darah, Kadar
Kolesterol dan variabel dependen yaitu Diabetes Melitus tipe II yang Diambil pada
waktu bersamaan.
B. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah terdiri dari variabel independen dan
variabel dependen. Variabel Independen terdiri dari Asupan Karbohidrat
Sederhana, Tekanan darah dan Kadar Kolesterol sedangkan Variabel Dependen
Kadar glukosa darah pada pasien Diabetes Melitus Tipe II.
C. Kerangka Konsep
Berikut gambaran kerangka konsep hubungan Asupan Karbohidrat
Sederhana, Tekanan darah, Kadar Kolesterol dengan Kadar Glukosa Darah pada
Penderita Diabetes Melitus tipe II Di Poli Rawat Jalan RSUD Dr. M. Yunus
Bengkulu Tahun 2020.
43
Bagan 3.1 Kerangka konsep Penelitian
Variabel Independen Variabel Dependen
D. Definisi Operasional
No Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil
Ukur
Skala
1. Kadar
glukosa
darah puasa
Jumlah kandungan
glukosa di dalam
sirkulasi darah yang
dilakukan setelah
tidak mengonsumsi
apapun kecuali air
selama 8 jam
Metode
Electro
Based
Bionsensor
Glukotest
Easy Touch 3
in 1
….Mg/dl Rasio
2. Asupan
Karbohidrat
Sederhana
Jumlah karbohidrat
yang dikonsumsi
responden dalam
satuan gram/hari
yang didapatkan
melalui food recall
Wawancara Form Food
Recall 3 x 24
Jam
…. Gram Rasio
3. Tekanan
Darah
Diastolik
dan Sistolik
Ukuran yang dapat
menentukan
seberapa kuat
jantung untuk
memompa darah ke
seluruh tubuh
Mengukur
tekanan
darah
pasien
Tensi Meter
Digital
…mmHg
Rasio
Tekanan Darah
Kadar Kolesterol
Kadar Glukosa
Darah pada pasien
DM tipe II
Asupan Karbohidrat
Sederhana
44
4. Kadar
Kolesterol
Jumlah kandungan
kolesterol di dalam
darah, yang
dilakukan setelah
tidak mengonsumsi
apapun kecuali air
selama 8 jam
Metode
Electro
Based
Bionsensor
Easy Touch 3
in 1
… Mg/dl Rasio
E. Populasi Dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah metode pengambilan data secara keseluruhan subjek
Yang akan diteliti (Notoatmodjo, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah
semua penderita yang terdiagnosa Diabetes Mellitus Tipe II di Poli Rawat jalan
RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu Tahun 2020. Populasi yang diambil yakni
berdasarkan data kunjungan 5 bulan terakhir dihitung dari agustus - desember
2019 sesuai dengan kriteria peneliti yakni didapatkan populasi sebesar 152
orang.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi yang diteliti (Sugiyono, 2010).
3. Besaran Sampel
Perhitungan sampel yang digunakan yaitu Lemeshow.
Rumus:
n = NZ 2 1-a/2P (1- P)
(N – 1) d2 + Z
2 1 – a/2 P (1 –P)
Keterangan :
45
n = Sampel
N = Populasi
Z 2 1-a/2 = nilai sebaran normal baku a = 1,96
d = Penyimpangan yang bias diterima, yaitu 10%
P = Proporsi pada populasi
Maka, jumlah sampel yaitu
N = 152 orang
P = 22,2 % = 0,222
Interval Kepercayaan (1 –a) =95%, maka Z 2 1-a/2 = 1,96
Penyimpanan yang bisa diterima, d = 10% = 0,1
n = NZ 2 1-a/2P (1- P)
(N – 1) d2 + Z
2 1 – a/2 P (1 –P)
n = ( 152)(1,96)2 (0,222)(1 – 0,222)
(152 – 1) (0,1)2 + (1,96)
2 (0,222)(1 – 0,222)
n = (152)(3,84)(0,222)(0,778)
(151)(0,01) + (3,84)(0,222)(0,778)
n = 100,8
2,17
n = 46 + DO 10%
n = 51
Jadi, Sampel Yang digunakan pada penelitian ini sebanyak 51 orang
46
F. Cara Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan teknik Purposive
sampling yaitu sampel yang didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang
dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri-ciri populasi yang sudah diketahui
sebelumnya. Cara pengambilan sampel dengan teknik ini yaitu sampel berdasarkan
kriteria inklusi dan ekslusi yang telah ditentukan oleh peneliti, sehingga
didapatkan sampel dari populasi yang ada.
Sampel dalam penelitian ini yaitu pasien Diabetes Melitus Tipe II yang telah
memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi adalah sebagai berikut:
a. Kriteria Inklusi
1. Pasien Diabetes Melitus tipe II
2.Tercatat sebagai pasien di Di Poli Rawat jalan RSUD Dr. M. Yunus
Bengkulu
3. Pasien bersedia menjadi responden dalam penelitian
4. Pasien dapat berkomunikasi dengan baik
b. Kriteria Ekslusi
1. Pasien Diabetes Mellitus Gestasional
2. Tidak Berdomisili di Bengkulu
G. Tempat Dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan Di Poli Rawat Jalan RSUD Dr. M. Yunus
Bengkulu Pada bulan Februari sampai dengan Maret 2020.
47
H. Teknik Pengumpulan Data
1. Data Primer
Data Primer adalah Data yang diambil secara langsung kepada responden
berdasarkan penelitian/ wawancara. Data primer pada penelitian ini meliputi
Identitas pasien yang diambil dengan cara wawancara dan lembar observasi.
Data konsumsi asupan karbohidrat sederhana dikumpulkan dengan cara
wawancara menggunakan kuesioner food recall 24 jam.
2. Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang telah diperoleh secara tidak langsung
melalui pencatatan dari buku rekam medik. Di Poli Rawat Jalan RSUD Dr. M.
Yunus Bengkulu yang meliputi hasil Rekam Medis yaitu kadar gula darah
sewaktu, tekanan darah, dan kadar kolesterol.
3. Cara Pengambilan data
a. Editing (Pemeriksaan data)
Kegiatan ini meliputi pemeriksaan dan melengkapi serta memperbaiki data
yang telah ada secara keseluruhan.
b. Coding ( Pengkodean Data)
Data-data yang sudah di edit dilakukan pengkodean guna untuk
memudahkan dalam pengolahan data.
c. Processing ( Memproses data)
Setelah semua kuesioner terisi penuh dan benar, serta sudah melewati
pengkodean, maka langkah selanjutnya adalah memproses data agar data
yang di entri dapat dianalisis.
48
d. Cleaning (Pembersihan data)
Cleaning (Pembersihan data) merupakan kegiatan pengecekan kembali
data yang sudah di entri apakah ada kesalahan atau tidak.
4. Analisis Data
Analisis data adalah menguraikan atau memecahkan suatu keseluruhan
menjadi bagian yang lebih kecil agar dapat mengetahui komponen yang
menonjol. Dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui apakah ada hubungan
Asupan Karbohidrat Sederhana, Tekanan Darah, Kadar Kolesterol, dengan
Kadar Glukosa Darah pasien Diabetes Melitus Tipe II Di Poli Rawat Jalan
RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu
1. Analisis Univariat
Merupakan analisis yang dilakukan terhadap tiap variabel dalam hasil
penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi
dan presentasi dari setiap variabel (Notoatmojo, 2010). Hasil analisis
univariat akan di sajikan dalam bentuk tabel dan narasi.
2. Analisis Bivariat
Analisis Bivariat dalam penelitian ini menggunakan software SPSS.
Analisis Bivariat bertujuan untuk mengetahui hubungan Asupan Karbohidrat
Sederhana, Tekanan Darah, Kadar Kolesterol (Variabel Independen)
terhadap Glukosa Darah Pada Penderita Diabetes Melitus tipe II (variabel
dependen).
Sebelum dilakukan analisis data secara korelasi data terlebih dahulu di
uji normalitas. Uji normalitas data digunakan untuk mengetahui apakah data
49
tersebut berdistribusi normal atau tidak (Sarwono, 2012). Jika data
berdistribusi normal maka menggunakan uji korelasi pearson moment dan
jika data tidak normal maka menggunakan uji korelasi spearman.
a. Bila nilai p value < 0,05 maka hasil perhitungan statistik bermakna, ini
berarti ada hubungan antara variabel independen dengan variabel
dependen.
b. Bila nilai p value > 0,05 maka hasil perhitungan statistik tidak bermakna,
ini berarti tidak ada hubungan antara variabel independen dengan variabel
dependen.
50
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Jalannya Penelitian
Penelitian ini dilakukan di RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu pada bulan Maret –
April 2020. Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan Asupan Karbohidrat
Sederhana, Tekanan Darah, Kadar Kolesterol (Variabel Independen) terhadap
Glukosa Darah Pada Penderita Diabetes Melitus tipe II (variabel dependen).
Pengambilan data dilakukan dengan metode wawancara langsung kepada
responden, Data konsumsi asupan karbohidrat sederhana dikumpulkan dengan
cara wawancara menggunakan kuesioner food recall 24 jam dan data Tekanan
Darah, Kadar Kolesterol dan glukosa darah dilakukan dengan pemeriksaan
langsung kepada pasien.
Tahap pertama yaitu pengurusan surat izin penelitian dari institusi pendidikan
Poltekkes Kemenkes Bengkulu yang ditujukan kepada DPM-PTSP (Dinas
Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu). Tahap kedua surat dari
DPM- PTSP ditujukan ke Dinas Kesehatan Kota Bengkulu dan institusi
pendidikan Poltekkes Kemenkes Bengkulu. Tahap ketiga surat dari DPM- PTSP
dan surat izin penelitian dari institusi pendidikan Poltekkes Kemenkes Bengkulu
diajukan ke Direktur RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu. Setelah mendapat surat izin
penelitian, kemudian mempersiapkan instrument pengumpulan data yaitu
kuesioner food recall 24 jam.
51
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 06 Maret – 06 April 2020 di RSUD Dr.
M. Yunus Bengkulu. Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah pasien
yang terdiagnosa Diabetes Melitus Tipe II di RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu tahun
2020 yang berjumlah 40 orang sesuai dengan kriterian inklusi dan ekslusi. Teknik
pengambilan sampel dengan cara purposive sampling yaitu pengambilan sampel
berdasarkan pertimbangan tertentu dari peneliti, berdasarkan ciri atau sifat- sifat
populasi yang sudah diketahui sebelumnya.
Setelah data terkumpul, hasilnya diperiksa kembali apakah sudah sesuai
dengan yang diinginkan. Data yang telah terkumpul kemudian di rekapitulasi dan
dicatat dalam master tabel untuk selanjutnya dianalisis menggunakan SPSS dan
dilakukan pembuatan laporan hasil dan pembahasan.
52
2. Karakteristik Responden
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Pasien Diabetes Melitus Tipe
II Di RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu Tahun 2020
Karakteristik N (%)
Umur (Tahun)
30-35 Tahun 2 5,0 %
36-41 Tahun 3 7,5 %
42-47 Tahun 6 15,0 %
48-53 Tahun 7 17,5 %
54-59 tahun 9 22,5 %
60-65 Tahun 8 20,0 %
66-71 Tahun 5 12,5 %
Jenis Kelamin
Laki-laki 16 40,0%
Perempuan 24 60,0%
Lama Menderita DM
1-4 Tahun (Durasi
Pendek) 12 30,0 %
5-10 Tahun (Durasi
Sedang) 24 60,0%
>10 Tahun (Durasi
Panjang 4 10,0%
Riwayat Keluarga DM
DM 18 45,0 %
Tidak DM 22 55,0%
Komplikasi Penyakit
Komplikasi 23 57,5%
Tidak Ada Komplikasi 17 42,5 % Sumber : Data Primer
Berdasarkan hasil tabel 4.1 didapatkan frekuensi karakteristik umur pasien
Diabetes Melitus Tipe II paling dominan pada kelompok umur 54 sampai dengan
59 tahun dengan persentase 22,5 % dan kelompok umur 30 sampai dengan 35
tahun berjumlah 2 orang dengan persentase 5,0 %. Frekuensi karakteristik jenis
53
kelamin pada pasien Diabetes Melitus Tipe II paling dominan pada
perempuan sebanyak 24 orang dengan persentase 60,0 % dari pada laki-laki
sebanyak 16 orang dengan persentase 40,0 %.
Berdasarkan hasil tabel 4.1 didapatkan Frekuensi karakteristik lama menderita
Diabetes Melitus paling dominan 5-10 Tahun (Durasi sedang berjumlah 24 orang
dengan presentase 60,0 % dan > 10 Tahun (Durasi Panjang berjumlah 4 orang
dengan presentase 10,0 %. Untuk riwayat keluarga Diabetes Melitus paling
dominan pada riwayat keluarga tidak Diabetes Melitus didapatkan 22 orang
dengan frekuensi 55,0 %. dan untuk frekuensi komplikasi penyakit paling dominan
pada pasien dengan komplikasi sebanyak 23 orang dengan frekuensi 57,5 % .
3. Hasil Univariat
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Asupan Karbohidrat Sederhana, Tekanan
Darah, Kadar Kolesterol dengan Kadar Glukosa Darah Puasa
Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II di Poli Rawat Jalan RSUD
Dr. M. Yunus Bengkulu Tahun 2020.
Variabel Mean Min Max ±SD
Asupan karbohidrat sederhana (g) 74 52 98 11,5
Tekanan Darah Sistolik (mmHg) 142 118 160 12,6
Tekanan Darah Diastolik (mmHg) 84 75 94 5,39
Kadar Kolesterol (mg/dl) 198 134 242 27,4
Kadar Glukosa Darah Puasa (mg/dl) 161 97 229 39,0 Sumber: Data Primer
Berdasarkan tabel 4.2 Hasil rata-rata asupan karbohidrat sederhana pada
pasien Diabetes Melitus tipe II di Poli Rawat Jalan RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu
yaitu 74 g, asupan karbohidrat sederhana paling rendah 52 g dan nilai asupan
karbohidrat sederhana paling tinggi yaitu 98 g. Rata-rata tekanan darah sistolik
pada pasien Diabetes Melitus Tipe II di Poli Rawat Jalan RSUD Dr. M. Yunus
54
Bengkulu yaitu 142 mmHg, sedangkan tekanan darah sistolik paling rendah 118
mmHg dan tekanan darah sistolik paling tinggi 160 mmHg. Rata-rata tekanan
darah diastolik yaitu 84 mmHg, sedangkan tekanan darah diastolik paling rendah
75 mmHg dan tekanan darah diastolik paling tinggi 94 mmHg. rata-rata Kadar
kolesterol pada pasien Diabetes Melitus tipe II di Poli Rawat Jalan RSUD Dr.
M. Yunus Bengkulu yaitu 198 mg/dl, Kadar Kolesterol paling rendah 134 mg/dl
dan Kadar Kolesterol paling tinggi yaitu 242 mg/dl. Selanjutnya rata-rata kadar
glukosa darah puasa pada pasien Diabetes Melitus Tipe II di Poli Rawat Jalan
RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu 161 mg/dl, kadar glukosa darah puasa paling
rendah 97 mg/dl sedangkan paling tinggi 229 mg/dl.
4. Hasil Bivariat
Tabel 4.3 Hubungan Asupan Karbohidrat Sederhana, Tekanan Darah,
Kadar Kolesterol Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II di Poli
Rawat Jalan RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu Tahun 2020.
Variabel Kadar Glukosa Darah
R P
Asupan Karbohidrat Sederhana 0,431 0,006
Tekanan Darah Sistolik 0,179 0,270
Tekanan Darah Diastolik 0,074 0,652
Kadar Kolesterol 0,565 0,000
Berdasarkan tabel 4.3. dapat dilihat hasil uji statistik menunjukkan nilai
p value 0,006 < 0,05 maka ada hubungan yang signifikasi antara karbohidrat
sederhana dengan kadar glukosa darah puasa pada pasien Diabetes Melitus Tipe II
di Poli Rawat Jalan RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu Tahun 2020. Hasil uji statistik
juga diperoleh nilai r= 0,431 menunjukan arah hubungan yang kuat dan berpola
55
positif artinya semakin besar asupan karbohidrat, maka semakin tinggi kadar
glukosa darah puasa.
Berdasarkan Tekanan Darah menurut JNC VII hasil uji statistik Tekanan
Darah Sistolik menunjukkan nilai p value 0,270 > 0,05 maka Tidak ada hubungan
yang signifikasi antara tekanan darah Sistolik dengan kadar glukosa darah puasa
pada pasien Diabetes Melitus Tipe II. Hasil uji statistik Tekanan Darah Diastolik
menunjukkan nilai p value 0,652 > 0,05 maka Tidak ada hubungan yang
signifikasi antara tekanan darah Diastolik dengan kadar glukosa darah puasa pada
pasien Diabetes Melitus Tipe II di Poli Rawat Jalan RSUD Dr. M. Yunus
Bengkulu Tahun 2020.
Berdasarkan tabel 4.3. dapat dilihat hasil uji statistik menunjukkan nilai p
value 0,000 < 0,05 maka ada hubungan yang signifikasi antara Kadar Kolesterol
dengan kadar glukosa darah puasa pada pasien Diabetes Melitus Tipe II di Poli
Rawat Jalan RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu Tahun 2020. Hasil uji statistik juga
diperoleh nilai r= 0,565 menunjukan arah hubungan yang kuat dan berpola positif
artinya semakin besar kadar kolesterol, maka semakin tinggi kadar glukosa darah
puasa.
B. Pembahasan
1. Hubungan Asupan Karbohidrat Sederhana dengan Kadar Glukosa Darah
Puasa Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II di Poli Rawat Jalan RSUD Dr.
M. Yunus Bengkulu Tahun 2020.
Berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan nilai p value 0,006 < 0,05 maka
ada hubungan yang signifikasi antara karbohidrat sederhana dengan kadar glukosa
darah puasa pada pasien Diabetes Melitus Tipe II di Poli Rawat Jalan RSUD Dr.
56
M. Yunus Bengkulu Tahun 2020. Hasil uji statistik juga diperoleh nilai r= 0,431
menunjukan arah hubungan yang kuat dan berpola positif artinya semakin besar
asupan karbohidrat, maka semakin tinggi kadar glukosa darah puasa.
Data asupan karbohidrat Sederhana diambil dengan menggunakan kusioner
Food Recall 3x 24 jam. Pasien yang memiliki asupan karbohidrat sederhana lebih
dengan kadar glukosa darah puasa tinggi menunjukkan bahwa pasien
mengonsumsi makanan dan minuman manis seperti teh manis, kopi, gula, biskuit,
jus buah, selai, kue manis, mengonsumsi minuman kemasan seperti fanta, teh,
pucuk, frestea dan pasien mengonsumsi makanan dengan cara diolah
(memasaknya) dengan cara di bacem yang pemasakannya menggunakan bahan
gula. Sesuai dengan penelitian ini menyebutkan bahwa secara bermakna terdapat
hubungan antara asupan karbohidrat sederhana dengan kadar glukosa darah puasa.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Listiana, dkk,
(2015) dengan Judul Hubungan asupan karbohidrat sederhana dan aktifitas fisik
dengan kadar glukosa darah pada penderita Diabetes Melitus tipe II, Hasil
penelitian menunjukkan ada hubungan asupan karbohidrat sederhana dengan
kadar glukosa darah. Hal ini dibuktikan dengan kekuatan antara asupan
karbohidrat dengan kadar glukosa darah menunjukan arah hubungan yang kuat dan
berpola positif artinya semakin tinggi asupan karbohidrat sederhana, maka
semakin tinggi kadar glukosa darah puasa.
Hasil Penelitian sejalan juga dengan penelitian yang dilakukan Ahmad Fauzi
(2018) dengan judul Hubungan asupan karbohidrat, lemak dan protein dengan
57
kadar gula darah pada pasien Diabetes Melitus, Hasil penelitian menunjukkan Ada
hubungan asupan karbohidrat dengan kadar glukosa darah.
Selain itu Menurut teori Paruntu (2012) menyebutkan bahwa asupan makanan
merupakan faktor resiko yang diketahui dapat menyebabkan Diabetes Melitus tipe
II salah satunya asupan karbohidrat, komsumsi karbohidrat yang berlebih
menyebabkan lebihnya glukosa di dalam tubuh, pada penderita Diabetes Melitus
tipe II jaringan tubuh tidak mampu menyimpan dan meggunakan gula, sehingga
kadar gula darah dipengaruhi oleh tingginya asupan karbohidrat yang dimakan.
Pada penderita Diabetes Melitus tipe II dengan asupan karbohidrat yang tinggi
melebihi kebutuhan, memiliki resiko 12 kali lebih besar untuk tidak dapat
mengendalikan kadar glukosa darah. Menurut Penelitian Edy Erniyani (2017)
dengan judul Hubungan Asupan makronutrien dengan nilai kadar glukosa darah
pada pasien Diabetes Melitus. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan
antara asupan karbohidrat dengan nilai kadar glukosa darah pada pasien Diabetes
Melitus tipe II.
Penelitian ini sejalan dengan Werdani dan Triyanti (2014) menyatakan bahwa
asupan karbohidrat memiliki hubungan bermakna dengan kadar gula darah dengan
nilai p-value 0,001 (> 0,05), karena karbohidrat berhubungan penting dengan
kadar glukosa darah, kelebihan karbohidrat memicu terjadinya obesitas dan
resistensi terhadap insulin.
Karbohidrat yang masuk ke dalam tubuh akan dipecahkan menjadi bentuk
sederhana glukosa yang akan diserap di usus, glukosa tersebut akan masuk ke
dalam peredaran darah, oleh karena itu asupan karbohidrat yang lebih akan
58
mengakibatkan peningkatan kadar glukosa dalam darah. Peneliti lain di RSUD Dr.
H. Abdu Moeloek Provinsi lampung menyebutkan bahwa adanya hubungan yang
bermakna antara asupan karbohidrat dengan kadar gula darah pasien Diabetes
Melitus tipe II dengan p-value 0,004 dengan hasil bahwa tingginya asupan
karbohidrat menyebabkan peningkatan kadar gula akan melonjak tinggi darah
(Muliani, 2013).
2. Hubungan Tekanan Darah dengan Kadar Glukosa Darah Puasa Pada Pasien
Diabetes Melitus Tipe II di Poli Rawat Jalan RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu
Tahun 2020.
Berdasarkan Tekanan Darah menurut JNC VII hasil uji statistik Tekanan
Darah Sistolik menunjukkan nilai p-value 0,270 > 0,05 maka Tidak ada hubungan
yang signifikasi antara tekanan darah Sistolik dengan kadar glukosa darah puasa
pada pasien Diabetes Melitus Tipe II. Hasil uji statistik Tekanan Darah Diastolik
menunjukkan nilai p-value 0,652 > 0,05 maka Tidak ada hubungan yang
signifikasi antara tekanan darah Diastolik dengan kadar glukosa darah puasa pada
pasien Diabetes Melitus Tipe II di Poli Rawat Jalan RSUD Dr. M. Yunus
Bengkulu Tahun 2020.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wicaksono
(2011) di RSUP Dr. Kariadi, dimana diketahui tidak terdapat hubungan yang
signifikan antara tekanan darah dengan Diabetes Melitus. Penelitian ini juga
sejalan dengan penelitian yang dilakukan widodo (2012) yang mana hasil uji
statistik yang didapatkan tidak terdapat hubungan antara tekanan darah dengan
risiko timbulnya diabetes mellitus. Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian
59
isnaini (2018) yang mana hasil penelitian didapatkan hasil bahwa tidak ada
hubungan antara tekanan darah dengan kejadian DM tipe dua di wilayah kerja
Puskesmas I Wangon. Hipertensi pada hasil penelitian ini secara langsung tidak
terbukti berpengaruh dalam meningkatkan faktor risiko DM tipe dua, karena
kemungkinan disebabkan oleh responden yang menderita hipertensi sudah
mendapatkan pengobatan.
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan Rahayu
(2011) yang meneliti hubungan hipertensi dengan diabetes mellitus didapatkan
hasil tidak ada hubungan yang signifikan antara hipertensi dengan diabetes
mellitus. Berdasarkan hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori yang ada bahwa
hipertensi yang terjadi dalam jangka waktu yang lama (kronik) dapat
menimbulkan stroke, penyakit jantung koroner, gangguan fungsi ginjal, gangguan
penglihatan, resistensi insulin dan merupakan salah satu faktor risiko terjadinya
diabetes mellitus. Akan tetapi, mekanisme yang menghubungkan hipertensi
dengan resistensi insulin masih belum jelas, meskipun sudah jelas bahwa resistensi
insulin merupakan penyebab utama peningkatan kadar glukosa darah.
3. Hubungan Kadar Kolesterol dengan Kadar Glukosa Darah Puasa Pada
Pasien Diabetes Melitus Tipe II di Poli Rawat Jalan RSUD Dr. M. Yunus
Bengkulu Tahun 2020.
Berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan nilai p-value 0,000 < 0,05 maka
ada hubungan yang signifikasi antara Kadar Kolesterol dengan kadar glukosa
darah puasa pada pasien Diabetes Melitus Tipe II di Poli Rawat Jalan RSUD Dr.
M. Yunus Bengkulu Tahun 2020. Hasil uji statistik juga diperoleh nilai r= 0,565
menunjukan arah hubungan yang kuat dan berpola positif artinya semakin besar
60
kadar kolesterol, maka semakin tinggi kadar glukosa darah puasa. Sesuai dengan
penelitian ini menyebutkan bahwa secara bermakna terdapat hubungan antara
kadar kolesterol dengan kadar glukosa darah puasa.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Puspitasari
& Aliviameita, A. (2018) yang meneliti hubungan profil lipid dengan kadar
glukosa darah pada pasien Diabetes Melitus, Hasil Menunjukkan bahwa terdapat
hubungan antara kadar kolesterol dengan glukosa darah pada pasien Diabetes
Melitus.
Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Deswidya S Hutauruk, Alferna
Sihaloho (2019) yang meneliti Hasil pemeriksaan kadar trigliserida dan kolesterol
pada penderita Diabetes Melitus tipe II di Rumah Sakit Efarina Etaham Berastagi.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian di Rumah Sakit Umum Dr.
Wahidin Sudirohusodo, Makasar. Hasil penelitian menunjukan bahwa kolesterol
tinggi memiliki hubungan dengan kejadian DM Tipe 2. Orang dengan kolestrol
tinggi memiliki risiko 13,45 kali untuk menderita DM Tipe 2 dibandingkan yang
kadar kolestrolnya normal (Andi dkk, 2008).
Hasil Penelitian menunjukkan bahwa kadar kolesterol yang abnormal
mempengaruhi terjadinya Diabetes Melitus tipe II. Sejalan juga dengan hasil
penelitian Kholidah, (2018) yang menyatakan bahwa tingginya kadar kolesterol
juga mempengaruhi terjadinya penyakit Diabetes Melitus tipe II dan hal tersebut
merupakan salah satu faktor risiko Diabetes Melitus tipe II.
Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Kurnia, Shara, T., Setyorogo dan
Soedijino (2013) Hasil penelitian menunjukan bahwa kolestrol tinggi memiliki
61
hubungan dengan kejadian Diabetes Melitus Tipe II. Kadar kolesterol yang tinggi
berisiko terhadap penyakit Diabetes Melitus Tipe II. Kadar kolestrol tinggi
menyebabkan meningkatnya asam lemak bebas sehingga terjadi lipotoksisity. Hal
ini akan menyebabkan terjadinya kerusakan sel beta pankreas yang akhirnya
mengakibatkan Diabetes Melitus Tipe II (Kemenkes, 2010).
62
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Asupan Karbohidrat Sederhana pada pasien Diabetes Melitus tipe II di Poli
Rawat Jalan RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu rata-rata yaitu 74 g.
2. Tekanan Darah Sistolik pada pasien Diabetes Melitus Tipe II di Poli Rawat
Jalan RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu rata-rata tinggi yaitu 142 mmHg. dan
Rata-rata tekanan darah diastolik tinggi yaitu 84 mmHg.
3. Kadar Kolesterol pada pasien Diabetes Melitus tipe II di Poli Rawat Jalan
RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu rata-rata yaitu 198 mg/dl.
4. Kadar Glukosa Darah Puasa pada pasien Diabetes Melitus Tipe II di Poli
Rawat Jalan RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu rata-rata tinggi yaitu 161 mg/dl.
5. Ada hubungan yang signifikan antara karbohidrat sederhana dengan kadar
glukosa darah puasa pada pasien Diabetes Melitus Tipe II di Poli Rawat
Jalan RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu Tahun 2020.
6. Tidak ada hubungan yang signifikasi antara tekanan darah dengan kadar
glukosa darah puasa pada pasien Diabetes Melitus Tipe II di Poli Rawat
Jalan RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu Tahun 2020.
7.Ada hubungan yang signifikasi antara Kadar Kolesterol dengan kadar
glukosa darah puasa pada pasien Diabetes Melitus Tipe II di Poli Rawat
Jalan RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu Tahun 2020.
63
B. Saran
1. Bagi Petugas Kesehatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukkan dalam
pencegahan peningkatan morbiditas dan mortalitas akibat penyakit Diabetes
Melitus melalui penyuluhan rutin mengenai diit yang tepat bagi penderita
Diabetes Melitus.
2. Bagi Penderita Diabetes Melitus
Menambah wawasan dan informasi serta pengetahuan bagi penderita
Diabetes Melitus dalam menjaga kadar glukosa darah tetap normal dengan
menjaga Asupan Karbohidrat Sederhana, Kolesterol / makan sumber lemak
dan Tekanan Darah.
3. Bagi Penelitian
Penelitian ini dapat menjadi tambahan ilmu pengetahuan dapat dijadikan
referensi bagi peneliti lain yang akan mengangkat tema yang sama namun
dengan sudut pandang yang berbeda dan juga dapat dijadikan sebagai bahan
referensi untuk penelitian selanjutnya.
64
DAFTAR PUSTAKA
ADA (American Diabetes Association). 2010. Diagnosis and Classification of
Diabetes Mellitus. Diabetes Care. Vol.33: S62-9
ADA (American Diabetes Association). 2014. Diagnosis and Classification of
Diabetes Mellitus. Diabetes Care.
ADA (American Diabetes Association). 2015. Standards of Medical Care In
Diabetes. The Journal of Clinical and Applied Research and Education. Vol.38:
S1-S91
ADA (American Diabetes Association). 2017. Standards Of Medical Care In Diabetes
— 2017 Standards Of Medical Care In Diabetes 2017. The Journal Of Clinical
And Applied Research And Education.
A.D.A.M. 2012. Hypertension. Atlanta : Medical encyclopedia
Adib, M. 2011. Pengetahuan Praktis Ragam Penyakit Mematikan yang Paling Sering
Menyerang Kita. Jogjakarta: Buku Biru
Agoes & Sukrisno. 2012. Auditing. Edisi 4 buku . Jakarta. salemba empat
Andi, Sulilowati et al. 2008. Faktor Risiko Diabetes Melitus di Rumah Sakit Umum
Dr. Wahidin Sudirohusodo Makasar. Jurnal Ilmiah Nasional.
Asmarani, A .C. Tahir, A. Adryani., 2017. Analisis Faktor Risiko Obesitas Dan
Hipertensi Dengan Kejadian Diabetes Melitus Tipe 2 di Rumah Sakit Umum
Daerah kota Kendari. Media bina ilmiah. Vol. 4 No 2.
Awad, Nadyah dkk. (2013). Gambaran Faktor Risiko Pasien Diabetes Melitus Tipe II
di Poliklinik Endokrin Bagian/SMF FK-UNSRAT RSU Prof. Dr. R.D Kandou
Manado Periode Mei 2011-Oktober 2011. Jurnal e-Biomedik (eBM), Vol.1 (1),
Maret 2013: h.45-49.
Batubara, J. R., Aap, B. T. & Pulungan, A. B. 2010. Korteks adrenal dan
gangguannya. Buku Ajar Endokrinologi Anak. UKK Endokrinologi Anak dan
Remaja IDAI.
Chartier, J. Zheng, Y. Li,Y. Malik, V. 2019. Changes in Consumption of Sugary
Beverages and Artificially Sweetened Beverages and Subsequent Risk of Type
2 Diabetes: Results from Three Large Prospective U.S. Cohorts of Women and
Men, Diabetes Care, published online. Vol.42
65
Deswidya, S. Hutauruk, Alferna S. 2019. Hasil pemeriksaan kadar trigliserida dan
kolesterol pada penderita diabetes mellitus tipe 2 di rumah sakit efarina etaham
berastagi, Universitas Efarina.
Dyah, P. 2014. Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Melitus. In Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam (6th ed., pp. 1880-1883). Jakarta: Interna Publishing.
Edy & Erniyani. 2017. Hubungan Asupan Makronutrien Dengan Kadar Glukosa
Darah Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di Rumah Sakit Umum
Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta, Skripsi Program Studi Ilmu
Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani.
Yogyakarta.
Etika, N.A & Monalisa, V. 2016. Riwayat Penyakit Keluarga Dengan Kejadian
Diabetes Melitus. Universitas Kadari.
Fakhruddin, H., & Nisa, K. 2013. Pengaruh Senam Jantung Sehat Terhadap Kadar
Glukosa Darah Puasa pada Lansia di Panti Sosial dan Lanjut Usia Tresna
Werdha’ Natar Lampung Selatan. MAJORITY (Medical Journal of Lampung
University), 2(5), 76–84.
Fathurohman & Fadhilah. 2016. Gambaran Tingkat Risiko dan Faktor-faktor yang
berhubungan dengan Risiko diabetes mellitus Tipe 2 di Buaran, Serpong.
Jurnal Kedokteran yarsi 24 (3).
Fatimah, R. N. 2015. ‘Diabetes melitus tipe 2’, J Majority, vol. 4, no. 5, p. 94.
Fauzi & Ahmad. 2018. Hubungan Asupan Karbohidrat, Lemak Dan Protein Dengan
Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes Melitus Rawat Jalan RSUD Dr. M.
Ashari Kabupaten Pemalang. Undergraduate thesis, Universitas
Muhammadiyah. Semarang.
Fitriyani. 2012. Faktor Risiko Diabetes Melitus Tipe 2 di Puskesmas Kecamatan
Citangkil dan Puskesmas Kecamatan Pulo Perak, Kota Cilegon, Universitas
Indonesia.
Guyton A.C. and J.E. Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta:
EGC. 74,76, 80-81, 244, 248, 606,636,1070,1340
International Diebetes Federation. 2017. IDF Diabetes Atlas – Eighth edition 2017.
International Diabetes Federation (IDF). 2014. IDF Diabetes Atlas, diakses pada 23
November 2015 dari http://www.idf.org/atlasmap/atlasmap.
66
Isnaini, N., & Ratnasari. 2018. Faktor risiko mempengaruhi kejadian Diabetes
mellitus tipe dua. Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Jurnal Keperawatan
dan Kebidanan Aisyiyah. Vol 14, No. 1
Jelantik & Haryati. 2014. Hubungan Faktor Risiko Usia, Jenis Kelamin, Kegemukan
dan Hipertensi dengan Kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 di Wilayah Kerja
Puskesmas Mataram. Media bina ilmiah. Vol. 8 No. 1
Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta: Balitbang
Kemenkes Ri
Kemenkes RI. (2014). Infodatin Waspada Diabetes Melitus. Jakarta: Pusat Data dan
Informasi Kementerian Kesehatan RI.
Kowalak, J. p, Welsh, W. and Brenna, M. 2013. Buku Ajar Patofisiologi : Sistem
Endokrin, EGC, Jakarta.
Kurnia, Shara, T. , Setyorogo dan Soedijino. 2013. Faktor Risiko Kejadian Diabetes
Mellitus Tipe II di Puskesmas Kecamatan Cengkareng Jakarta Barat Tahun
2012. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 5(1).
Listiana, N., Mulyasari, I., Paundrianagari, MD. 2015. Hubungan Asupan
Karbohidrat Sederhana dan Aktivitas Fisik dengan Kadar Glukosa Darah pada
Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 Wanita Usia 45-55 Tahun di Kelurahan
Gedawang Kecamatan Banyumanik Kota Semarang. Jurnal Gizi dan Kesehatan
. volume 7 No 13.
Mahan LK, Raymond JL, Stump SE. Krause’s. 2012. food and the nutrition care
process. 13 th edition. Philadelphia: Saunders.
Michael E.J. Lean, terj. Nilamsari dan Fajriyah, Ilmu Pangan, Gizi, dan Kesehatan,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013), hlm 199
Muliani, U. 2013. Asupan Zat –Zat Gizi dan Kadar Gula Darah Pendeita DM Tipe II
di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung.
Jurnal Kesehatan IV (2); 325-330
Mumpuni Y., Wulandari A. 2011. Cara Jitu Mengatasi Kolesterol. Yogyakarta:
ANDI
Notoatmodjo & Soekidjo. 2010. Ilmu perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Paruntu & Olga, L. 2012. Asupan Gizi dengan Pengendalian Diabetes Pada Diabetisi
Tipe II Rawat Jalan di BLU Prof. Dr. R. D. Kandou.
67
PERKENI. 2011. Konsensus pengelolaan diabetes melitus tipe 2 di indonesia 2011.
Semarang: PB PERKENI.
PERKENI. 2015. Konsensus Pengelolaan dan pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di
Indonesia.
Price,S.A. and Wilson, L. M. 2006. 'Gagal ginjal kronik', in patofisiologi, 933., EGC,
Jakarta. Puspitasari & Aliviameita, A. (2018). Relationship Between Renal
Function Test Serum and Lipid Profile in Patients with Diabetes Mellitus.
Journal of Physics : Conference Series. 1114012011.
Puspitasari & Aliviameita, A. (2018). Relationship Between Renal Function Test
Serum and Lipid Profile in Patients with Diabetes Mellitus. Journal of Physics:
Conference Series. 1114 012011.
Rahayu, Puji., Margo U., Riza S. 2011. Hubungan Antara Faktor Karakteristik,
Hipertensi dan Obesitas dengan Kejadian Diabetes Melitus di Rumah Sakit
Umum Daerah Dr. H. Soewondo Kendal. Semarang: FK Univ. Muhammadiyah
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). 2018. Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementerian RI tahun 2018.
Sarwono & Jonathan. 2012. Metode Riset Skripsi Pendekatan Kuantitatif
Menggunakan Prosedur SPSS (Edisi Pertama). Jakarta: PT Elex Media
Komputindo.
Setiyorini, E. & Wulandari, N. A. 2017. Hubungan Lama Menderita Dan Kejadian
Komplikasi Dengan Kualitas Hidup Lansia Penderita Diabetes Melitus Tipe 2.
Sherwood, L. 2012. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 6. Jakarta : EGC.
708-710.
Soenarta, A. A., Erwinanto, Mumpuni, A. S.S., Barack, R., Lukito, A. A.,Hersunarti,
N.,Lukito, A. A. & Pratikto, R. S. 2015. 'Pedoman tatalaksana hipertensi pada
penyakit kardiovaskular', Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis
Kardiovaskular Indonesia (PP PERKI), Jakarta.
Soewondo, pradana. (2012). Hidup Sehat dengan Diabetes. Jakarta : Balai Penerbit
FKUI.
Stoppard, Miriam. 2010. Panduan Kesehatan keluarga. Jakarta: Erlangga
Sunita , A. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi, (Jakarta: Gramedia), hlm. 29
68
Toharin, S. N. R., Cahyati. W. H, & Zainafree.I . 2015. Hubungan Modifikasi Gaya
Hidup dan Kepatuhan Konsumsi Obat Antidiabetik dengan Kadar Gula Darah
pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Rs Qim Batang Tahun 2013.Unnes
Journal of Public Health. Diakses 30 November 2016, Dari
Journal.unnes.ac.id/artikel_sju/ujph/5193.
Trisnawati, Shara, K. & Soedijono, S. 2013. Faktor Resiko Kejadian Diabetes
Melitus Tipe II Di Puskesmas Kecamatan Cengkareng Jakarta Barat Tahun
2012. 5(1):6-11.
Werdani, R, A., Triyanti, L. 2014. Asupan Karbohidrat Sebagai Faktor Dominan
Yang Behubungan Dengan Kadar Gula Darah Puasa. Jurnal Kesehatan
Masyarakat Nasionl . 2014;9 (1).
Wicaksono, RP 2011, Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Diabetes
Melitus Tipe 2, UNDIP, viewed 15 August 2015.
Widodo, Dyah, Ekowati Retnaningtyas & Ibnu Fajar. 2012. Faktor Risiko Timbulnya
Diabetes Melitus Pada Remaja Smu. 7(1):37-46.
Witasari, U., S. Rahmawati, S. Zulaekah. 2009. Hubungan Tingkat Pengetahuan,
Asupan Karbohidrat dan Serat Dengan Pengendalian Kadar Glukosa Darah
Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2. Jurnal Penelitian Sains & Teknologi,
Vol. 10, No. 2, 2009: 130 - 138
World Health Organization. 2011. Penanganan Diabetes Mellitus di Rumah Sakit
Kecil dan Berkembang. Jakarta : EGC.
WHO. Global Report On Diabetes. France: World Health Organization. 2016.
International Diebetes Federation. 2017. IDF Diabetes Atlas – Eighth edition
2017.
Zieve, David. 2012. Hypertension – Overview. 2012. [http://nlm.nih.gov/
medlineplus/ency/anatomyvideos/000072.htm].
Lampiran I
PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN
(Informed Consent)
Yang bertanda tangan dibawah ini,
Nama :
Alamat :
Dengan ini menyatakan bahwa saya (*bersedia/tidak bersedia) menjadi
responden pada penelitian yang dilakukan oleh Darlis Hayati, Mahasiswi DIV Gizi
Poltekkes Kemenkes Bengkulu, dengan judul “Hubungan Asupan Karbohidrat
Sederhana, Tekanan Darah, Kadar Kolesterol dengan Kadar Kadar Glukosa
Darah Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II Di Poli Rawat Jalan RSUD
DR.M.Yunus Bengkulu Tahun 2020” dan memberikan informasi yang dibutuhkan
dalam penelitian ini.
Saya telah mendapatkan penjelasan dari peneliti dan saya mengerti bahwa
penelitian ini tidak akan berakibat buruk terhadap saya dan keluarga saya. Demikian
pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tanpa ada paksaan, sebab saya
memahami keikutsertaan ini akan memberi manfaat dan kerahasiaan akan tetap
terjaga.
Bengkulu, ......................2020
Responden
(...........................)
Lampiran II
FORMULIR IDENTITAS RESPONDEN FOOD RECALL 24 JAM
Tanggal Wawancara :
Nama Responden :
A. Karakteristik Responden
1. Umur :
2. Jenis Kelamin : ( ) Laki – laki
( ) Perempuan
3. Alamat :
4. Kadar GDP :
5. Kadar Kolesterol :
6. Tekanan Darah :
7. Lama Menderita DM :
8. Riwayat keluarga DM :
9. Komplikasi Penyakit :
Lampiran II
FORMULIR IDENTITAS RESPONDEN FOOD RECALL 24 JAM
Tanggal Wawancara : 10-03-2020
Nama Responden : Tn.T
B. Karakteristik Responden
1. Umur : 54 Tahun
2. Jenis Kelamin : ( ) Laki – laki
3. Alamat : Jl. Perumahan BPKP, Jl. Sungai Khayan
No 46
4. Kadar GDP : 158 mg/dl
5. Kadar Kolesterol : 221 mg/dl
6. Tekanan Darah : 158/78 mmHg
7. Lama Menderita DM : 4 Tahun
8. Riwayat keluarga DM : Istri
9. Komplikasi Penyakit : -
Lampiran III
FORMULIR FOOD RECALL 24 JAM
Hari/Tanggal :
Hari Ke :
Waktu
Makan
Menu
Makanan
Bahan
Makanan
Ukuran
URT * Berat
(gram)
Pagi/Jam
Selingan
Siang/Jam
Waktu
Makan
Menu
Makanan
Bahan
Makanan
Ukuran
URT * Berat
(gram)
Selingan
Malam
Selingan
Bahan Makanan Sumber Karbohidrat Sederhana:
1. Gula Pasir, pemanis (Berkalori dan Non kalori)
2. Sirup
3. Permen
4. gula merah
5. madu
6. Cake/ kue-kue kecil
7. Yogurt
8. Cokelat Batangan / Kemasan
9. jus buah
10. Biskuit
Lampiran III
FORMULIR FOOD RECALL 24 JAM
Hari/Tanggal : Selasa/10-03-2020
Hari Ke :1
Waktu
Makan
Menu
Makanan
Bahan
Makanan
Ukuran
URT * Berat
(gram)
Pagi/Jam
Roti Tawar +
Telur
Roti Tawar
Telur
2 iris
1 butir
40 gr
60 gr
Selingan
Es Jeruk
Onde-onde
Jeruk
Gula pasir
Tepung Ketan
Gula Merah
1 bh
2 sdm
8 sdm
1/2
100 gr
20 gr
40 gr
30 gr
Siang/Jam
Waktu
Makan
Menu
Makanan
Bahan
Makanan
Ukuran
URT * Berat
(gram)
Selingan
Fanta Fanta 1 botol 250 ml
Malam
Nasi Putih
Lele Goreng
Beras
Lele
1/2 P
1 Ptng sdg
50 gr
50 gr
Selingan
Lampiran III
FORMULIR FOOD RECALL 24 JAM
Hari/Tanggal : Rabu/11-03-2020
Hari Ke : 2
Waktu
Makan
Menu
Makanan
Bahan
Makanan
Ukuran
URT * Berat
(gram)
Pagi/Jam
Selingan
Siang/Jam
Nasi Goreng Beras
Telur
1P
1 btr
100 gr
60 gr
Waktu
Makan
Menu
Makanan
Bahan
Makanan
Ukuran
URT * Berat
(gram)
Selingan
Es Dawet Tepung Beras
Gula Merah
Santan
8 sdm
1/2
1/2
50 gr
30 gr
50 gr
Malam
Selingan
Lampiran III
FORMULIR FOOD RECALL 24 JAM
Hari/Tanggal : Sabtu /14-03-2020
Hari Ke : 3
Waktu
Makan
Menu
Makanan
Bahan
Makanan
Ukuran
URT * Berat
(gram)
Pagi/Jam
Roti Tawar Roti Tawar 3 iris 50 gr
Selingan
Kue Lapis Tepung Terigu
Gula Pasir
Telur Ayam
8 sdm
4 sdm
1 btr
50 gr
40 gr
60 gr
Siang/Jam
Nasi Putih
Ayam
Goreng
Beras
Ayam
1P
1 ptng sdg
100 gr
50 gr
Waktu
Makan
Menu
Makanan
Bahan
Makanan
Ukuran
URT * Berat
(gram)
Selingan
Malam
Martabak
Keju
Tepung Terigu
Gula Pasir
Keju
8 sdm
4 sdm
1 ptng sdg
60 gr
40 gr
30 gr
Selingan
Lampiran IV
HASIL UJI STATISTIK
A. Hasil Analisis Univariat
Statistics
Umur Jenis_Kelamin Lama_Menderita_DM
Riwayat_Keluarga
_DM
Komplikasi
_Penyakit
N Valid 40 40 40 40 40
Missing 0 0 0 0 0
Mean 53.98 1.60 5.70 1.65 1.42
Median 55.50 2.00 5.00 2.00 1.00
Std.
Deviation 9.929 .496 2.483 .504 .501
Minimum 30 1 3 1 1
Maximum 69 2 13 2 2
Sum 2159 64 228 62 57
Statistics
KH_Sederhana TD_Sistolik TD_Diastolik Kadar_Kolesterol GDP
N Valid 40 40 40 40 40
Missing 0 0 0 0 0
Mean 73.90 141.82 84.10 198.10 161.30
Median 75.00 142.00 84.50 202.50 162.00
Std. Deviation 11.511 12.620 5.391 27.434 39.001
Minimum 52 118 75 134 97
Maximum 98 160 94 242 229
Sum 2956 5673 3364 7924 6452
B. Hasil Analisis Bivariat
1. Hasil Uji Korelasi Asupan Karbohidrat Sederhana
Correlations
KH_Sederhana GDP
KH_Sederhan
a
Pearson Correlation 1 .431**
Sig. (2-tailed) .006
N 40 40
GDP Pearson Correlation .431** 1
Sig. (2-tailed) .006
N 40 40
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
2. Hasil Uji Korelasi Tekanan Darah
Correlations
TD_Sistolik TD_Diastolik GDP
TD_Sistolik Pearson Correlation 1 .595** .179
Sig. (2-tailed) .000 .270
N 40 40 40
TD_Diastolik Pearson Correlation .595** 1 .074
Sig. (2-tailed) .000 .652
N 40 40 40
GDP Pearson Correlation .179 .047 1
Sig. (2-tailed) .270 .652
N 40 40 40
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
3. Hasil Uji Korelasi Kadar Kolesterol
Correlations
Kadar_Koleste
rol GDP
Kadar_Kolesterol Pearson Correlation 1 .565**
Sig. (2-tailed) .000
N 40 40
GDP Pearson Correlation .565** 1
Sig. (2-tailed) .000
N 40 40
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Lampiran V
“Dokumentasi Penelitian” PENGISIAN FOOD RECALL
PEMERIKSAAN TEKANAN DARAH
PENGECEKAN KADAR GLUKOSA DARAH PUASA DAN KADAR
KOLESTEROL
Lampiran VI
MASTER DATA
No. Nama Umur Jenis
Kelamin KH
Sederhana TD
Sistolik TD
Diastolik Kadar
Kolesterol Kadar GDP
Alamat Lama
Menderita Dm
Riwayat Keluarga
DM
Komplikasi Penyakit
1 Ny.K 49 Tahun Perempuan 64,8 gr 160 92 216 169 Jl. Bumi Ayu 4 tahun − −
2 Ny.A 63 Tahun Perempuan 64,4 gr 139 76 196 167 Jl.Pembangunan 6 Tahun − −
3 Tn.W 53 Tahun laki -laki 77,5 gr 142 88 235 216 Jl. Jendral Sudirman 5 tahun Ibu
Tekanan Darah, jantung
4 Tn.W 35 Tahun Laki - laki 64,9 gr 143 86 167 100
Jl. Jendral Sudirman, No 30 5 Tahun − −
5 Tn.T 54 Tahun Laki - laki 78,5 gr 158 78 221 158 Jl Sungai Kahayan no 46 4 Tahun Istri −
6 Ny.S 40 Tahun Perempuan 68,7 gr 145 76 209 209 Jl. Bumi Ayu 12 Tahun − −
7 Ny.E 53 Tahun Perempuan 64,3 gr 156 88 203 218 Jl. Hibrida 6 Tahun − Tekanan
Darah
8 Ny.R 42 Tahun Perempuan 73,1 gr 160 90 225 228 Jl. Hibrida 5 Tahun Ibu Tekanan
Darah,Jantung
9 Ny.N 61 Tahun Perempuan 58,6 gr 152 93 180 118 Jl. Adam malik 3 Tahun − Tekanan
Darah
10 Ny.S 60 Tahun Perempuan 82,6 gr 130 82 219 158 Jl. Perhubungan 3 Tahun Ayah Jantung
11 Ny.G 51 tahun Perempuan 85,6 gr 150 90 202 138 Jl. Sungai Kahayan 6 Tahun Ibu
Tekanan Darah
12 Tn.L 64 Tahun Laki laki 88,2 gr 160 85 213 159 Jl. Rangkong No 31 5 Tahun −
Tekanan Darah
13 Ny.R 56 Tahun Perempuan 73,3 gr 159 90 164 209 Jl. P. Nata Dirja IX No 91 7 Tahun −
Tekanan Darah
14 Tn.M 65 Tahun Laki - laki 76,8 gr 137 75 242 217 Jl. Gelatik 3 Tahun Ibu -
15 Ny.T 65 Tahun Perempuan 98,1 gr 150 80 204 137 Jl. Adam Malik 5 Tahun Kakak
Tekanan Darah, jantung
16 Tn.D 45 Tahun Laki-laki 72,0 gr 118 78 134 119 Jl.S.Parman 12 tahun Ayah -
17 Tn.I 35 Tahun Laki-laki 70,8 gr 156 84 227 122 Jl. Lempuing 5 tahun Ibu
Tekanan Darah, jantung
18 Ny.M 61 tahun Perempuan 74,2 gr 134 76 190 187 Jl. Mahakam 7 Tahun − -
19 Ny.M 30 Tahun Perempuan 72,5 gr 130 79 194 168 Jl. Meranti 13 Tahun − -
20 Tn.T 66 Tahun Laki - laki 78,2 gr 135 83 221 209 Jl. Meranti 5 tahun Ayah Jantung
21 Ny.A 59 tahun Perempuan 52,9 gr 132 82 193 98 Jl. Bumi Ayu 7 Tahun − -
22 Ny.S 55 Tahun Perempuan 83,5 gr 118 79 211 159 Jl. Gelatik 8 Rt 25 6 tahun Kakak -
23 Ny.T 46 tahun Perempuan 55,6 gr 138 86 174 114 Jl. Hibrida 5 tahun −
Tekanan Darah, jantung
24 Ny.R 54 Tahun Perempuan 92,1 gr 119 85 185 182 Jl. Meranti 7 Tahun Ibu -
25 Ny.S 66 Tahun Perempuan 83,5 gr 155 90 216 165 Jl. DP. Negara. 5 Tahun −
Tekanan Darah, jantung
26 Tn.A 65 Tahun Laki -laki 77,5 gr 140 87 242 159 Jl. Nusa Indah 5 Tahun Ayah
Tekanan Darah, jantung
27 Tn.E 43 tahun Laki-laki 81,9 gr 132 80 209 169 Jl. Gelatik 3 Tahun − -
28 Tn.J 56 tahun Laki-laki 66,9 gr 150 90 184 112 Jl. Sumatera 4 Tahun − Tekanan
Darah
29 Tn.F 42 Tahun Laki - laki 89,0 gr 142 83 201 183 Jl. Telaga Dewa 6 Tahun Ibu Tekanan
Darah
30 Ny.S 62 tahun Perempuan 57,2 gr 123 79 150 97 Jl. Jendral Sudirman 3 Tahun − −
31 Tn.M 53 Tahun Laki-laki 77,6 gr 135 84 224 188 Jl. Dp. Negara 6 Tahun − Jantung
32 Tn.M 58 Tahun Laki-laki 62,2 gr 136 79 167 123 Jl. Telaga Dewa 11 tahun Ibu −
33 Tn.S 66 tahun Laki -laki 96,0 gr 130 83 185 168 Jl. Sumatera 3 Tahun − −
34 Ny.S 53 Tahun Perempuan 63,1 gr 147 85 176 121 Jl. Merapi Raya 4 tahun − Jantung
35 Ny.L 45 Tahun Perempuan 78,2 gr 155 94 186 183 Jl. Perhubungan 6 Tahun − Tekanan
Darah
36 Ny.S 59 Tahun Perempuan 84,7 gr 140 90 231 229 Jl. Telaga Dewa 6 Tahun −
Tekanan Darah, jantung
37 Ny.M 69 tahun Perempuan 84,4 gr 146 86 223 136 Jl. Iskandar 6 Tahun Ibu Tekanan
Darah
38 Tn.M 59 Tahun Laki-laki 61,0 gr 119 76 146 135 Jl. Hibrida 3 Tahun Ayah −
39 Ny.C 59 Tahun Perempuan 81,7 gr 152 85 213 206 Jl. Merapi 4 Tahun − Tekanan
Darah
40 Ny.N 51 Tahun Perempuan 57,2 gr 150 92 146 119 Jl. Jendral Sudirman 7 Tahun Ibu
Tekanan Darah