skripsi hubungan hygiene sanitasi pemerah susu sapi …repository.stikes-bhm.ac.id/325/1/resita...
TRANSCRIPT
i
SKRIPSI
HUBUNGAN HYGIENE SANITASI PEMERAH SUSU SAPI
DENGAN KEBERADAAN BAKTERI COLIFORM DI DESA
BEDRUG KECAMATAN PULUNG KABUPATEN
PONOROGO
Oleh :
RESITA ROZA KUMALA
NIM : 201403034
PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
2018
ii
SKRIPSI
HUBUNGAN HYGIENE SANITASI PEMERAHSUSU SAPI DENGAN
KEBERADAAN BAKTERI COLIFORM DI DESA BEDRUG
KECAMATAN PULUNG KABUPATEN PONOROGO
Diajukan untuk memenuhi
Salah satu persyaratan dalam mencapai gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat (S.KM)
Oleh :
RESITA ROZA KUMALA
NIM : 201403034
PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
2018
iii
iv
v
PERSEMBAHAN
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahnya. Sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu.
Skripsi ini saya persembahkan untuk:
1. Kedua orang tua saya tercinta Bapak Rakhmanto dan Ibu Srikustini
sebagai motivator terhebat, selalu mengajarkan kesabaran kepada saya.
dan sebagai orang tua yang tak pantang menyerah untuk memenuhi
kebutuhan anak- anaknya.
2. Kedua kakakku Arif Setyawan dan Irma Rahmawati terimakasih
dukungan, kasih sayang, dan semangatnya yang diberikan kepada saya.
3. Sahabat - sahabatku Ardhin, Zendy,Shely, Evi, Ringga, Gayuh, Andy,
Henry, Tya yang setia menemani dalam situasi apapun
4. Teman – temanku Gadis Idaman Ardhin, Fatika, Ulul, Riayana, Anisa,
Yayuk, Siti fauziah, Dania, Elfira, Inna, melly, Arif dan Tri yang
mendongkrak semangat demi terselesaikannya sekripsi ini.
5. Teman – Teman S1 Kesehatan Masyarakat angkatan 2014 yang
memberikan Bantuan.
vi
vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Resita Roza Kumala
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat dan Tanggal Lahir : Ponorogo, 13 Januari 1996
Agama : Islam
Alamat : RT.01/RW.01 Dkh. Krajan Ds. Bedrug Kec.
Pulung Kab. Ponorogo
Email : [email protected]
Riwayat Pendidikan :
1. SDN 1 Bedrug (2002 – 2008)
2. SMPN 1 Pulung (2008 – 2011)
3. SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo (2011 –
2014)
4. STIKES BHAKTI HUSADA MULIA
MADIUN (2014 – 2018)
viii
Program Studi Kesehata Masyarakat
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun Tahun 2018
ABSTRAK
HUBUNGAN HYGIENE SANITASI PEMERAH SUSU SAPI TERHADAP
KEBERADAAN BAKTERI COLIFORM DI DESA BEDRUG
KECAMATAN PULUNG KABUPATEN PONOROGO
Resita Roza Kumala
96 Halaman+ 16 Tabel +3 Gambar + 10 Lampiran
Susu merupakan bahan makanan yang sangat penting untuk kebutuhan
manusia. Angka kebutuhan susu di Indonesia semakin tinggi seiring
bertambahnya tahun, tetapi peningkatan tersebut belum diimbangi dengan kualitas
dan kuantitas produksi susu yang setara dengan jumlah permintaan.Produksi susu
di Kabupaten Ponorogo sebanyak 1.885.728 dan di Kecamatan Pulung sebanyak
662.428 (Badan Pusat Statistik Ponorogo (statistics of Ponorogo Regency).
Metode penelitian ini adalah analitik Cross sectional. Populasi penelitian
ini adalah seluruh peternak susu sapidan hasil produksinya dengan jumlah total 24
peternak dan hasil produksinya. Teknik sampling yang dilakukan dengan total
sampling, yaitu 24. Teknik analisis data menggunakan uji statistik fisher exact
Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara : hygiene pemerah (p=
0,003), sanitasi kandang (p=0,002), dan sanitasi peralatan (p=0,007)
Dibandingkan dengan variabel yang lainnya, hygiene pemerah merupakan
variabel yang paling berhubungan
Berdasarkan hasil penelitian disarankan Sebaiknya pemerah lebih
memperhatikan lagi untuk hygiene pemerahannya tidak menggunakan pelicin,
Sebaiknya peternak memperhatikan kondisi kandang dengan melakukan
pembersihan kandang dan pemberian desinfektan sebelum melakukan pemerahan,
peternak seharusnya merawat peralatan untuk memerah dengan baik
Kata kunci: Hygiene pemerah, Sanitasi kandang, Sanitasi peralatan
Kepustakaan : 2000 – 2018
ix
PUBLIC HEALTH PROGRAM
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
ABSTRACT
Resita Roza Kumala
RELATIONSHIP BETWEEN HYGIENE SANITATION OF THE COW’S
MILKING PLACE WITH THE EXISTENCES OF COLIFORM BACTERIA IN
BEDRUG VILAGE, PULUNG DISTRICT, PONOROGO REGENCY
96 Pages+ 16 Tables + 3 Image + 10 Attachments
Background : Milk were food ingredient that was very important for human
needed. In Indonesia the number of milk needed was getting higher increaed
years, but the increaseed did not been matched by quality and quantity of milk
production which is equivalent to the number of request. Milk production in
Ponorogo regency was 1,885,728 and in pulung district as much as 662,428(
ponorogo statistical center( statistics of Ponorogo Regency)
The methods of this research: This research method was crossectional analytics.
The population in this research were all the milk farmers and their products with
total 24 farmers and their products. The sampling technique was carried out by
total sampling, namely 24 farmers and their products.The data analysis technique
used fisher exact statistical test.
The result : The results showed that there was a relationship between: hygiene
breeder (p=0,003) Cage Sanitation (p=0,002) equipment saitation (p=0,007)
Analysis: compared to other variables, hygiene is the most related variable
Discus and conclusion: Based on the results of the study. recommended was the
rouder pay more attenction to the milked hygiene did not use lubricants. Farmers
should pay attention to the condition of the cage by cleaned the cage and gave
disinfectants before milked. Farmers should treat the equipment to milk properly
Keywords: hygiene cow’s milk treatment cage sanitation, equipment sanitastion
Bibliography: 2000 – 2018
x
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kemudahan dan
petunjuk sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul“Hubungan
Hygiene Sanitasi Pemerah Susu Sapi Dengan Keberadaan Bakteri Coliform di
Desa Bedrug Kecamatan Pulung Kabupaten Ponorogo”. Skripsi ini disusun
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Program Study
kesehatan Masyarakat di Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun.
Dalam hal ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak,
untuk itu penulis menyampaikan rasa hormat dan trimakasih atas semua bantuan
dan dukungannya selama pelaksanaan dan penyusunan laporan skripsi ini kepada:
1. Zaenal Abidin, S.KM., M.Kes (Epid) selaku Ketua STIKES Bhakti
Husada Mulia Madiun.
2. Avicena Sakufa Marsanti, S.KM.,M.Kesselaku Ketua Program Studi
Kesehatan Masyarakat STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun sekaligus
pembimbing I yang telah membina, menyediakan waktu, tenaga dan
pikiran untuk membimbing penulis dalam menyusun skripsi sehingga
dapat selesai tepat waktu.
3. Riska Ratnawati, S.KM., M.Kesselaku pembimbing II yang telah
membina, menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing
penulis dalam menyusun skripsi sehingga dapat selesai tepat waktu.
xi
4. H. Edy Bachrun, S.KM., M.Kes selaku penguji yang senantiasa
mendampingi dan membantu kelancaran sidang skripsi.
5. Kepada pihak Perangkat Desa Bedrug dan peternak sapi perah di Desa
Bedrug yang membantu dalam penelitian ini
6. Teman-teman dan semua pihak yang telah banyak membantu peneliti.
Skripsi ini telah penulis susun seoptimal mungkin, namun penulis
menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam laporan ini. Demi perbaikan
skripsi ini, maka diharapkan adanya kritik dan saran dari semua pihak yang
bersifat membangun.
Akhir kata saya menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang
telah berperan serta dalam penyusunan skripsi ini dari awal sampai akhir, semoga
Allah SWT senantiasa meridhoi segala usaha kita. Amin.
Wasalamualaikum Wr. Wb
Madiun, 31 Agustus 2018
Penyusun
xii
DAFTAR ISI
Sampul Depan ............................................................................................................ i
Sampul Dalam ............................................................................................................ ii
Lembar Persetujuan .................................................................................................... iii
Lembar Pengesahan ................................................................................................... iv
Lembar Persembahan ................................................................................................. v
Lembar Pernyataan..................................................................................................... vi
Daftar Riwayat Hidup ................................................................................................ vii
Abstrak ....................................................................................................................... viii
Kata Pengantar ........................................................................................................... x
Daftar Isi..................................................................................................................... xii
Daftar Tabel ............................................................................................................... xiv
Daftar Gambar ............................................................................................................ xv
Daftar Lampiran ......................................................................................................... xvi
Daftar Istilah dan Singkatan ....................................................................................... xvii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................ 5
1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................................... 5
1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................................... 6
1.5 Keaslian Penelitian....................................................................................... 8
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sapi Perah .................................................................................................... 9
2.2 Susu Sapi Perah............................................................................................ 9
2.2.1 Kebersihan Susu ................................................................................. 10
2.2.2 Sifat- Sifat Susu ................................................................................. 11
2.2.3 Standart Susu ...................................................................................... 12
2.3 Mikrobiologi Susu ....................................................................................... 13
2.3.1 Sumber- Sumber Yang Mencemari Susu ............................................ 13
2.3.2 Bakteri Coliform ................................................................................. 14
2.3.3 APM (Angka Paling Memungkinkan) ................................................ 14
2.3.4 Pengukuran BAKTERI Coliform ....................................................... 16
2.4 Hygiene dan Sanitasi Pemerahan ................................................................ 20
2.4.1 Hygiene Pemerah ............................................................................... 20
2.4.2 Sanitasi Peralatan ............................................................................... 24
2.4.3 Sanitasi Kandang ............................................................................... 26
2.5 Faktor yang Mempengaruhi Keberadaan Bakteri Coliform ....................... 26
2.6 Kerangka Teori ............................................................................................ 32
xiii
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Konseptual ................................................................................... 33
3.2 Hipotesis Penelitian ..................................................................................... 34
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN30
4.1 Desain Penelitian ......................................................................................... 35
4.2 Populasi dan Sampel .................................................................................... 35
4.2.1 Populasi .............................................................................................. 35
4.2.2 Sampel ............................................................................................... 36
4.2.3 Teknik Sampling ............................................................................... 36
4.2.4 Cara Pengambilan Sampel ................................................................. 36
4.3 Kerangka Kerja Penelitian .......................................................................... 37
4.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ............................... 39
4.4.1 Variabel Penelitian ............................................................................. 39
4.4.2 Definisi Operasional ........................................................................... 40
4.5 Instrumen Penelitian .................................................................................... 41
4.5.1 Observasi ............................................................................................ 42
4.5.2 Kuesioner ............................................................................................ 42
4.5.3 Pengukuran ......................................................................................... 42
4.6 Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................................... 43
4.7 Prosedur Pengumpulan Data ........................................................................ 43
4.7.1 Pengumpulan Data ............................................................................. 43
4.7.2 Pengolahan Data................................................................................. 44
4.8 Teknik Analisis Data.................................................................................... 45
4.8.1 Analisis Univariat .............................................................................. 45
4.8.2 Analisis Bivariat ................................................................................. 46
4.9 Etika Penelitian ............................................................................................ 47
4.9.1 Lembar Persetujuan (informed Consent) ........................................... 47
4.9.2 Tanpa Nama (Anonymity) .................................................................. 47
4.9.3 Kerahasiaan (confidentiality) ............................................................. 47
BAB 5 HASIL DAN PENELITIAN
5.1 Hasil Penelitian ................................................................................................ 48
5.2 Pembahasan ..................................................................................................... 58
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 69
6.2 Saran ..................................................................................................... 70
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiv
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Tabel Halaman
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian ................................................................................ 8
Tabel 2.1Indeks APM dengan tingkat kepercayaan 95% untuk berbagai kombinasi
hasil positif dari 3 seri tabung pengenceran ......................................... 15
Tabel 4.1 Definisi Oprasional .............................................................................. 40
Tabel 4.2 Rencana Kegiatan ................................................................................. 43
Tabel 4.3 Coding Variabel Penelitian .................................................................. 45
Tabel 5.1 Tingkat Pendidikan Penduduk .............................................................. 48
Tabel 5.2 Mata Pencaharian Pokok Penduduk Desa bedrug kecamatan Pulung
Kabupaten Ponorogo ............................................................................ 49
Tabel 5.3 Karakteristik Responden Berdasarkan UmurPenduduk Desa bedrug
kecamatan Pulung Kabupaten Ponorogo .............................................. 50
Tabel 5.4 Karakteristik Responden Berdasarkan tingkat Pendidikan Penduduk
Desa bedrug kecamatan Pulung Kabupaten Ponorogo ......................... 51
Tabel 5.5 Gambaran Hygiene Pemerah Susu Sapi di Desa Bedrug Kecamatan
Pulung Kabupaten Ponorogo ................................................................ 52
Tabel 5.6 Gambaran Sanitasi Kandang Sapi di Desa Bedrug Kecamatan Pulung
Kabupaten Ponorogo ............................................................................ 53
Tabel 5.7 Gambaran Sanitasi Peralatan di Desa Bedrug Kecamatan Pulung
Kabupaten Ponorogo ............................................................................ 53
Tabel 5.8 Hasil Uji MPN Bakteri Coliform Susu Sapi Peternak Desa Bedrug
Kecamatan Pulung kabupaten Ponorogo .............................................. 54
Tabel 5.9 Hubungan Hygiene Pemerah dengan Keberadaan Bakteri Colifor ...... 55
Tabel 5.10 Hubungan Sanitasi Kandang dengan Keberadaan Bakteri Coliform .. 56
Taabel 5.12 Hubungan Sanitasi Peralatan dengan Keberadaan Bakteri Coliform57
xv
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Gambar Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Teori ....................................................................................... 32
Gambar 3.1 Kerangka Konsep ................................................................................... 33
Gambar 4.1 Kerangka Kerja Penelitian .................................................................... 38
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Ijin Praktikum Laboratorium ............................................................. 74
Lampiran 2 Balasan Kesbangpol Ponorogo ......................................................... 75
Lampiran 3 Surat balasan Laboratorium .............................................................. 76
Lampiran 4 Lembar Konsul .................................................................................. 78
Lampiran 5 Informed Consent .............................................................................. 79
Lampiran 6 Kuesioner ........................................................................................... 80
Lampiran 7 Observasi ........................................................................................... 81
Lampiran 8 Tabulas Data ...................................................................................... 82
Lampiran 9 Distribusi Frekuensi ........................................................................... 83
Lampiran 10 Analisis Bivariat .............................................................................. 85
Lampiran 11 Dokumentasi ................................................................................... 93
Lampiran 12 Lembar Revisi Skripsi ..................................................................... 97
xvii
DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN
TPC : Total plate count
CFU : Coloni Forming Unit
APM : Angka Paling Minimal
SNI : Standart Nasional Indonesia
Kefir : Minuman fermentasi
non fat dry cream : Krim kering tanpa lemak
dry batter milk : Susu batang kering
BJ : Berat Jenis
pH : Potensial Hidrogen
BKTL : Bahan Kering Tanpa Lemak
MPN : Most Probable Number
Hand Milking :Teknik pemerahan dengan tangan
Milkcan : Wadah susu
Strainer : Saringan
stainless sleel : Besi tahan karat
Independent :Bebas
Dependent :Terikat
Editing : Penyuntingan
Coding :Pengkodean
Scoring :Skoring
Proccesing :Memasukkan data
Cleaning :Pembersihan data
informed Consent : Lembar Persetujuan
Anonymity : Tanpa Nama
Confidentiality : Kerahasiaan
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Susu merupakan bahan makanan yang sangat penting untuk kebutuhan
manusia, karena mengandung zat yang sangat diperlukan oleh tubuh seperti
protein, karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral. Susu mudah sekali rusak
karena pengaruh lingkungan, terutama oleh pengaruh temperature ataupun
udara sekitarnya, sehingga diperlukan perhatian khusus untuk penanganan
pada waktu pemerahan ataupun sesudah pemerahan, agar diperoleh susu yang
berkualitas baik, memenuhi standar susu yang telah ditentukan, dan masih
layak untuk dikonsumsi (Suardana dan Swacita, 2009)
Pemerahan merupakan kegiatan rutin yang dilakukan dipeternakan sapi
perah, dimana susu diperah dari ambing dan ditampung dalam ember
(Agribisnis, 2015). Proses pemerahan ada 3 tahap yaitu persiapan,
pelaksanaan, dan penyelesaian (Halim,2016). Susu yang banyak dikenal
dipasaran adalah susu sapi perah (Prasetya, 2012).
Penjaminan hygiene dan sanitasi adalah pengupayaann dan pengondisian
untuk mewujudkan lingkungan yang sehat bagi manusia, hewan, dan produk
hewan (Sumartini,Ni Nyoman, 2014). Yang dimaksud dengan hygiene adalah
segala usaha untuk melindungi, memelihara dan mempertinggi derajat
kesehatan badan dan jiwa, baik untuk umum, maupun untuk perseorangan,
dengan tujuan memberi dasar-dasar kelanjutan hidup yang sehat serta
2
mempertinggi kesejahteraan dan dayaguna peri kehidupan manusia
(Undang- Undang RI, 1966).
Kurangnya hygiene sanitasi pemerahan dapat menyebabkan susu
terkontaminasi. Coliform merupakan salah satu bakteri yang bisa
mengkontaminasi susu. Coliform digunakan sebagai indikator adanya polusi
kotoran dan kondisi sanitasi yang tidak baik terhadap produk- produk susu,
makanan susu, dan air. Adanya bakteri coliform di dalam makanan atau
minuman menunjukkan kemungkinan adanya mikroorganisme yang bersifat
enteropatogenik dan toksigenik yang berbahaya bagi kesehatan (Irianto,
2013). Kontaminasi Coliform pada susu dan hasil olahan susu dapat
menimbulkan berbagai penyakit seperti diare, demam, cholecystitis,
bakterimia, infeksi saluran kemih, dan infeksi klinis, seperti neonatal
meningitis dan radang paru paru (Madappa,2011)
Sapi merupakan hewan ternak yang menghasilkan daging, susu, tenaga
kerja dan kebutuhan lainnya. Sapi menghasilkan sekitar 50% kebutuhan
daging di Dunia, 95% kebutuhan susu dan 85% kebutuhan kulit. Sapi perah
merupakan jenis sapi yang khusus dipelihara untuk diambil susunya (Prasetya,
2012). Angka kebutuhan susu di Indonesia semakin tinggi seiring
bertambahnya tahun, tetapi peningkatan tersebut belum diimbangi dengan
kualitas dan kuantitas produksi susu yang setara dengan jumlah permintaan.
Pasokan susu segar nasional hanya mencukupi kebutuhan sebanyak 30%
untuk seluruh Indonesia dan sisanya sebanyak 70% adalah impor (Purwono,
2013).
3
Data statistik peternakan dan kesehatan hewan 2017 menunjukkan bahwa
populasi sapi perah di Jawa Timur menempati urutan pertama dan mengalami
peningkatan dalam setiap tahunnya. Dari tahun 2015 sebanyak 255.947, tahun
2016 sebanyak 265.002 dan pada tahun 2017 sebanyak 274.277. Selain itu
produksi susu di Jawa Timur juga mengalami peningkatan yaitu pada tahun
2015 sebanyak 472.213, tahun 2016 sebanyak492.461 dan pada Tahun
2017sebanyak501.325 (Direktorat Jendersal Peternakan dan kesehatan Hewan
Kementerian Pertanian,2017). Produksi susu di Kabupaten Ponorogo
sebanyak 1.885.728 dan di Kecamatan Pulung sebanyak 662.428 (Badan Pusat
Statistik Ponorogo (statistics of Ponorogo Regency), 2015). Pemilik ternak
sapi perah di Kecamatan Pulung Mayoritas berada di Desa Bedrug. Di Desa
Bedrug terdapat 24 pemilik ternak dan menghasilkan susu sebanyak sekitar
16.500 L/ bulan (Koprasi susu Bedrug sejahtera, 2018)
Hasil penelitian Cahyono dkk (2013) menyatakan bahwa kondisi
kebersihan kandang sapi sangat mempengaruhi kandungan cemaran mikroba
dalam susu sapi. Kualitas mikrobiologis susu segar di Kecamatan Krucil
Kabupaten Probolinggo mempunyai rata-rata TPC 7,4x105 cfu/ml, jumlah
cemaran Enterobacteriaceae 7,5 x 102 cfu/ml dan cemaran Staphylococcus
aureus 7,9 x 101 cfu/ml (Cahyono, 2013).
Dewik wijiastuti menyatakan bahwa Ada hubungan antara kesehatan dan
kebersihan sapi dengan Total plate count (jumlah mikroba) pada susu sapi di
peternakan sapi Desa Manggis Boyolali dengan nilai p = 0,015, Ada hubungan
antara hygiene pemerah dengan Total plate count (jumlah mikroba) pada susu
4
sapi di peternakan sapi Desa Manggis Boyolali dengan nilai p = 0,005. Hasil
penelitian ini menunjukkan kesehatan dan kebersihan sapi 52,9% kurang baik,
hygiene pemerah sebesar 52,9% kurang baik, (Wijiastuti, 2012).
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada pemerah susu di Desa
Bedrug Kecamatan Pulung Kabupaten Ponorogo masih adanya personal
hiygiene pemerah susu yang tidak menjaga kebersihan tangannya sebelum
memerah susu, kotoran sapi yang masih ada di sekitar sapi pada saat diperah
dan milkcan (wadah susu) terdapan endapan susu/ kerak. Berdasarkan studi
pendahuluan pada tanggal 9 Mei2018 disalah satu peternak sapi perah di Desa
Bedrug Kecamatan Pulung Kabupaten Ponorogotelah ditemukan bakteri
coliform dengan jumlah 240 APM/ml. Dibangdingkan dengan batas minimal
APM (Angka paling memungkinkan) SNI 01-2332-2006 yaitu < 3,0APM/ml,
bakteri coliform pada susu sapi di Desa Bedrug Kecamatan Pulung Kabupaten
Ponorogo melebihi batas syarat mutu susu segar yang telah ditetapkan.
Untuk mengurangi kontaminasi mikroba sebaiknya diperhatikan mengenai
hygiene pemerah dan sanitasi kandang yang sesuai dengan surat keputusan
Direktorat Jenderal Peternakan no 17 tahun 1983 tentang syarat- syarat tata
cara pengawasan dan pemeriksaan kualitas susu produksi dalam negri.
Hal inilah yang mendorong peneliti melakukan penelitian mengenai
hubungan antara hygiene sanitasi pemerah susu sapi dengan keberadaan
bakteri coliform di Desa Bedrug Kecamatan Pulung Kabupaten Ponorogo.
5
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang
didapat adalah:
“Apakah ada hubungan antara hygiene sanitasi pemerah susu dengan
keberadaan bakteri coliform di Desa Bedrug Kecamatan Pulung Kabupaten
Ponorogo?”
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara hygiene sanitasi pemerah susu sapi dengan
keberadaan bakteri coliform di Desa Bedrug Kecamatan Pulung
Kabupaten Ponorogo
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi hygiene pemerah susu sapi di Desa Bedrug
Kecamatan Pulung Kabupaten Ponorogo
2. Mengidentifikasi sanitasi kandang sapi di Desa Bedrug Kecamatan
Pulung Kabupaten Ponorogo
3. Mengidentifikasi sanitasi peralatan pemerah susu sapi di Desa Bedrug
Kecamatan Pulung Kabupaten Ponorogo
4. Mengidentifikasi keberaadaan bakteri coliform pada susu sapi di Desa
Bedrug Kecamatan Pulung Kabupaten Ponorogo
6
5. Menganalisis hubungan antara hygiene pemerah susu sapi dengan
keberadaan bakteri coliform di Desa Bedrug Kecamatan Pulung
Kabupaten Ponorogoss
6. Menganalisis hubungan antara sanitasi kandang sapi dengan
keberadaan bakteri coliform di Desa Bedrug Kecamatan Pulung
Kabupaten Ponorogo
7. Menganalisis hubungan antara sanitasi peralatan pemerah susu sapi
dengan keberadaan bakteri coliform di Desa Bedrug Kecamatan
Pulung Kabupaten Ponorogo
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat- manfaat
sebagai berikut:
1.4.1 Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan tentang
hubungan hygiene sanitasi pemerah susu sapi dengan keberadaan bakteri
koliform. Serta sebagai bahan kajian di bidang penelitian yang sejenisnya
dan sebagai pengembangan penelitian lanjutan.
7
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai sarana informasi bagi
peternak sapi perah tentang pentingnya hygiene sanitasi pemerah susu
sapi sebagai upaya pencegahan adanya bakteri koliform pada susu .
2. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sarana informasi bagi
dinas peternakan agar dapat dilakukannya upaya sosialisasi kepada para
peternak guna meningkatkan hygiene sanitasi pemerah dan mencegah
keberadaan bakteri koliform pada susu
3. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai pedoman bagi pihak-
pihak yang akan melakukan penelitian lebih lanjut.
8
1.5 Keaslian Penelitian
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah:
1. Variabel terikatnya yaitu keberadaan bakteri Coliform
2. Penelitian ini dilakukan di Desa Bedrug Kecamatan Pulung Kabupaten
Ponorogo pada Tahun 2018.
No Penelitian Judul Jenis
penelitian
Variabel Bebas
dan Terikat
Hasil
1. Dwi Cahyono
dkk (2013)
mikrobiologi
s (Total
Plate Count
(TPC),
Enterobacter
iaceae dan
Staphylococ
cus aureus)
susu sapi
segar di
Kecamatan
Krucil
Kabupaten
Probolinggo
Survei Total Plate
Count (TPC),
Enterobacteriac
eae dan
Staphylococcus
aureus
Kualitas mikrobiologis
susu segar di Kecamatan
Krucil Kabupaten
Probolinggo mempunyai
rata-rata TPC 7,4x105
cfu/ml, jumlah cemaran
Enterobacteriaceae 7,5 x
102 cfu/ml dan cemaran
Staphylococcus aureus 7,9
x 101 cfu/ml.
2. Dewik
Wijiastuti
(2012)
Hubungan
hygiene
sanitasipeme
rahan susu
sapi
dengantotal
plate count
pada susu
sapi di
peternakan
sapi perah
Desa
Manggis
Kabupaten
Boyolali
Survei Kesehatan dan
kebesihan sapi,
Higiene
pemerah,
Higiene
peralatan
pemerahan,
Sanitasi
kandang sapi
kesehatan dan kebersihan
sapi (p = 0,015), higiene
pemerah (p = 0,050),
sanitasi peralatan dengan
(p = 0,304), sanitasi
kandang (p = 0,593)
9
BAB 2
TUNJAUAN PUSTAKA
2.1 Sapi Perah
Sapi merupakan hewan ternak terpenting dan andalan sebagai sumber
daging, susu, kulit dan tenaga kerja. Sapi mampu menutupi kebutuhan 45-
55% daging 95% susu 85% kebutuhan kulit di Dunia (Syarif, 2012). Sapi
perah memiliki peranan penting dalam penyediaan gizi bagi masyarakat.
Produk yang dihasilkan dari ternak sapi perah adalah susu. Susu sapi
merupakan susu yang sebagian besar dikonsumsi oleh manusia, karena
memiliki kandungan gizi yang baik untuk tubuh (Halim, 2016).
2.2 Susu Sapi Perah
Susu adalah suatu sekresi kelenjar susu dari sapi yang sedang laktasi, atau
ternak lain yang sedang laktasi, yang diperoleh dari pemerahan secara
sempurna (tidak termasuk kolostrum), dengan tanpa penambahan atau
pengurangan suatu komponen.
Susu merupakan bahan makanan yang sangat penting untuk kebutuhan
manusia, karena mengandung zat yang sangat diperlukan oleh tubuh seperti
protein, karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral. Di samping itu, susu juga
merupakan bahan pangan yang dapat diolah menjadi beberapa produk olahan
susu seperti: susu kental manis, susu bubuk, susu skim, mentega, es krim,
keju, yoghurt dan lain- lain. Susu mudah sekali rusak karena pengaruh
lingkunga, sehingga diperlukan perhatian khusus untuk penanganan pada
10
waktu pemerahan ataupun sesudah pemerahan, agar diperoleh susu yang
berkualitas baik, memenuhi standart susu yang telah ditentukan, dan masih
layak untuk dikonsumsi.
Perlu diketahui bahwa produk olahan susu ada beberapa macam
diantaranya: susu cair, seperti susu pasteurisasi, susu sterilisasi, susu
homogenasi, susu skim atau susu tanpa lemak, susu mentega, produk susu
fermentasi seperti: yoghurt, kefir, serta prouk susu terkonsentrasi seperti susu
kental manis. Selanjutnya produk lainnya berupa produk susu kering
melipulti susu bubuk, susu skim bubuk,non fat dry cream, dry batter milk,
dan lain- lain, serta produk lainnya seperti mentega, es krim, dan keju
(Suardana dan Swacita, 2009).
2.2.1 Kebersihan Susu
Kebersihan susu dapat diamati dengan mata, mikroskop, atau dengan
kaca pembesar. Pengamatan dengan mata untuk mengetahui adanya
kotoran atau benda asing terutama benda mengambang seperti insekta,
rumput, dan lain- lain. Kotoran yang sering terdapat pada susu berupa
kotoran kandang, bulu, pasir dan lain- lain. Susu yang baik harus tidak
mengandung benda- benda asing, baik yang mengambang, melayang
maupun, mengendap. Penentuan kebersihan atau derajat kebersihan dilihat
sebagai: bersih sekali, bersih, sedang, kotor, dan kotor sekali dan biasanya
ditentukan dengan angka. Angka kebersihan dibagi menjadi bersih dengan
11
nilai 8, kurang bersih dengan nilai 4, dan kotor dengan nilai 0. (Suardana
dan Swacita, 2009)
2.2.2 Sifat- sifat Susu
Susu merupakan salah satu media yang baik untuk pertumbuhan
bakteri baik pathogen maupun non pathogen, karena susu mengandung air,
lemak, protein, karbohidrat, enzim, dan vitamin sehingga kuman- kuman
cocok hidup didalamnya karena kebutuhan nutrisinya terpenuhi. Oleh
karena itu susu sapi yang baru diperoleh tidak tahan lama, cepat menjadi asa
dan akhirnya menjadi busuk. Sifat- sifat susu dapat dibedakan menjadi 2
yaitu:
a. Sifat fisik diantaranya warna, bau, rasa, berat jenis (BJ), kekentalan, titik
beku, dan titik didih, serta daya cerna susu.
b. Sifat kimia yaitu dilihat dari derajat keasaman (pH)dan bersifat amfotir
yang artinya dapat menjadi asam dan dapat menjadi basa. Hal ini dapat
disebabkan protein susu memiliki gugus amino (-NH3) yang bersifat basa
dan gugus karboksil (-COOH) yang bersifat asam
Susu harus memenuhi criteria ASUH ( Aman, Sehat, Utuh, dan
Halal). Secara lengkap definisinya sebagai berikut:
Aman: tidak mengandung bahaya fisik, biologi, maupun kimia yang dapat
mengganggu atau membahayakan kesehatan manusia
12
Sehat: layak dikonsumsi dan dapat diterima oleh masyarakat serta
mengandung zat gizi (karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral)
dalam jumlah yang cukup dan seimbang
Utuh: tidak dicampur atau dikurangi sesuatu zat apapun
Halal: tidak bertentangan dengan syariat agama islam yang berarti susu
tidak boleh mengandung atau tidak bersentuhan dengan barang atau zat
yang diharamkan (Nurhadi, 2012)
2.2.3 Standart Susu
Susu murni yang dapat beredar di pasaran harus memenuhi standar
kualitas yaitu:
a. warna, bau, rasa, dan kekentalan: tidak ada perubahan
b. berat jenis (pada susu 27,5˚C) sekurang- kurangnya 1,028
c. kadar lemak sekurang- kurangnya: 2,8%
d. kadar bahan kering tanpa lemak (BKTL) sekurang- kurangnya: 8,0%
e. derajat asam : 4,5 sampai 7˚ soxlet Henkle (SH)
f. uji alcohol 70%: negatf
g. uji didih: negatif
h. titik beku: -0,520 sampai -0,560˚C
i. kadar prtein sekurang- kurangnya : 2,7%
j. angka reduktasi: 2 sampai 5 jam
k. jumlah kuman yang dapat dibiakkan tiap ml setinggi- tingginya: 3 juta
(Suardana dan Swacita,2009)
13
2.3 Mikrobiologi Susu
Menurut Irianto (2013) Susu merupakan bahan pangan yang mempunyai
komposisi yang baik sehingga mudah ditumbuhi oleh mikroorganisme. Susu
yang diperah dengan sanitasi yang tidak baik sering terkontaminasi oleh
bakteri coliform. Pengujian mikrobiologi terhadap susu perlu dilakukan untuk
mengetahui mutu susu sebelum diolah lebih lanjut.
Beberapa cara dapat dilakukan untuk mengetahui mutu mikrobiologi
susu, yaitu:
a. Hitungan mikroskopik
b. Uji reduksi menggunakan biru metilen atau resazurin
c. Hitungan cawan
d. MPN (most Probable Number)
2.3.1 Sumber- sumber Bakteri yang Mencemari Susu
Susu segar dapat tercemar oleh berbagai macam bakteri yang berasal
dari berbagai hal baik dari tubuh sapi sendiri maupun dari lingkungan.
Adapun sumber kontaminasi bakteri pada susu antara lain berasal dari:
a. saluran ambing sapi: Lactobacillus Sp, Micrococcus Sp, Strepcoccus
Sp,;
b. pemerah Susu: Lactobacillus Sp, Clostritidium Sp, Coliform, dan
Salmonella Sp
c. tanah: bakteri berspora, kapang berspora;
14
d. peralatan untuk pemerahan: Alcoligenes Sp, Cromatobacter Sp,
Lactobacter Sp., Micrococcus, Pseudomonas Sp., Stepcoccus Lactis,
Khamir atau jamur (Nurhadi, 2012)
2.3.2 Bakteri Coliform
Coliform merupakan suatu grup bakteri yang digunakan sebagai
indicator adanya polusi kotoran dan kondisi sanitasi yang tidak baik
terhadap air, makanan, susu dan prduk- produk susu. Adanya bakteri
coliform didalam makanan atau minuman menunjukkan kemungkinan
adanya mikroorganisme yang bersifat enteropatogenik dan toksigenik yang
berbahaya pada kesehatan
Untuk mengetahui jumlah bakteri coliform didalam contoh biasanya
digunakan metode MPN (Most Probable Number) dengan cara fermentasi
tabung ganda. Metode ini lebih baik bila dibandingkan dengan metode
hitung cawan karena lebih sensitive dan dapat mendeteksi bakteri coliform
dalam jumlah yang sangat rendah di dalam contoh. (Irianto, 2014)
2.3.3 APM (Angka Paling Memungkinkan)
Metode untuk menduga jumlah bakteri dalam suatu produk dapat
menggunakan metode hitungan mikroskopis, metode hitungan cawan dan
penentuan angka paling memungkinkan (APM). Organism yang mati
maupun hidup dapat dihitung dengan metode hitungan mikroskopis, akan
tetapi pada APM hanya organisme hidup yang dapat dihitung
15
Metode APM adalah metode untuk menghitung jumlah mikroba dengan
menggunakan medium cair dalam tabung reaksi yang pada umumnya setiap
pengenceran menggunakan 3 atau 5 seri tabung dan perhitungan yang
dilakukan merupakan tahap pendekatan secara statistic. Tabung bositif
ditunjukkan oleh adanya pertumbuhan bakteri dan gas. (SNI uji
mikrobiologi 2006)
Tabel 2.1 Indeks APM dengan tingkat kepercayaan 95% untuk berbagai
kombinasi hasil positif dari 3 seri tabung pengenceran sebagai berikut:
Tab positif APM/
g
Tk kpercayaan Tab positif APM/
g
Tk kepercayaan
101 102 103 Bawah Atas 101 102 103 Bawah Atas
0 0 0 < 3,0 - 9,5 2 2 0 21 4,5 42
0 0 1 3,0 0,15 9,6 2 2 1 28 8,7 94
0 1 0 3,0 0,15 11 2 2 2 35 8,7 94
0 1 1 6,1 1,2 18 2 3 0 29 8,7 94
0 3 0 9,4 3,6 38 3 0 0 23 4,6 94
1 0 0 3,6 0,17 18 3 0 1 38 8,7 110
1 0 1 7,2 1,3 18 3 0 2 64 17 180
1 0 2 11 3,6 38 3 1 0 43 9 180
1 1 0 7,4 1,3 20 3 1 1 74 17 200
1 1 1 11 3,6 38 3 1 2 120 37 420
1 2 0 11 3,6 42 3 1 3 160 40 420
1 2 1 15 4,5 42 3 2 0 93 18 420
1 3 0 16 4,5 42 3 2 1 150 37 420
2 0 0 9,2 1,4 38 3 2 2 210 40 430
16
2 0 1 14 3,6 42 3 2 3 290 90 1000
2 0 2 20 4,5 42 3 3 0 240 42 1000
2 1 0 15 3,7 42 3 3 1 460 90 2000
2 1 1 20 4,5 42 3 3 2 1100 180 4100
2 1 2 27 8,7 94 3 3 3 >1100 420 -
Sumber: food and drug administration bacteriological analytical manual edisi
1998
2.3.4 Pengukuran Bakteri Coliform
a. Sasaran Mutu
Sebagai panduan dalam melakukan analisa bakteri coliform dengan
metode APM, agar dapat dipastikan analisa dilakukan dengan cara yang
benar dan hasil analisa dapat memberikan informasi jumlah bakteri
coliform yang sesuai dengan kondisi bahan yang sebenarnya
b. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Timbangan Analitik
b. Beaker glass 1000 ml
c. Gelas ukur 250 ml
d. Spatula
e. Autoclave
f. Tabung reaksi
g. Tabung durham
h. Pipet ukur 5 ml
i. Pipet ukur 10 ml
17
j. Bunsen
k. Bould pipet
l. Lampu pristus dan kaki tiga
m. Incubator suhu 35±1˚C
n. Botol sampel
2. Bahan
a. Sampel/ contoh uji
b. Alcohol 70%
c. KH2PO4 (pelarut)
d. Lauryl sulfate broth/ lauryl tryptose broth
e. Briliant green lactose bile broth 2% (BGLB)
f. Aquadest
c. Cara Kerja
1. Pastikan analis memakai peralatan kerja yang sesuai sebelum memulai
aktivitas.
2. Pembuatan larutan pengencer:
a. Siapkan pelarut KH2PO4tambahkan aquadest sebanyak 1000 ml
pekat untuk 10 ml dan masukkan kedalam beaker glass
Contoh: gunakan larutan pengencer sesuai dengan kebutuhan
masing- masing analisa
b. Aduk sampai larut menggunakan spatula
c. Masukkan larutan KH2PO4:
-225 ml : pengenceran sampel produk/ bahan baku (10-1)
18
-9 ml : pengenceran 10-1 , 10-2 , 10-3dst) kedalam tabung
reaksi dan atau botol kaca kemudian tutup
d. Masukkan ke dalam tabung reaksi dan atau botol kaca kedalam
kantong plastik
e. Masukkan tabung reaksi dan botol kaca ke dalam autoklaf
f. Sterilisasi pada suhu 121˚C
3. Catat pemakaian media pada form buku pemakaian bahan kimia
4. Pembuatan media lauryl sulfate broth/ lauryl tryptose broth
a. Timbang media lauryl sulfate broth/ lauryl tryptose broth sebanyak
35, 6 gram ke dalam beaker gpass untuk 1 l aquadest
NB: gunakan media sesuai dengan kebutuhan masing- masing
analisa
b. Tambahkan aquadest sebanyak 1 liter, kemudian aduk dengan
spatula hingga larut.
c. Pindahkan sebanyak 9 ml kedalam tabung reaksi (1: 9)
d. Masukkan tabung durham secara terbalik ke dalam tabung reaksi
dan tutup
e. Sterilisasi pada suhu 121˚C selama 15 menit
5. Pembuatan media brilliant green lactose bile broth 2% (BGLB)
a. Timbang media brilliant green lactose bile broth 2% (BGLB)
sebanyak 40 gram kedalam beaker glass untuk 1 liter aquadest.
NB: gunakan media sesuai dengan kebutuhan masing-
masing analisia
19
b. Tambahkan aquadest sebanyak 1 liter, kemudian aduk dengan
spatula hingga larut.
c. Pindahkan sebanyak 9 ml kedalam tabung reaksi dan tutup
d. Sterilkan pada suhu 121˚C selama 15 menit
6. Lakukan persiapan dan homogenisasi contoh
7. Siapkan larutan pengencer
8. Uji sanggkaan / uji pendugaan
a. Pipet 1 ml pengenceran 10-1 ke dalam 3 tabung reaksi yang berisi 9
ml lauryl sulfate broth/ lauryl tryptose broth yang didalamnya
terdapat tabung durham terbalik.
b. Kocok semua suspense sebanyak 25 kali atau kocok menggunakan
vortex selama 7 detik
c. Lakukan juga dengan cara yang sama terhadap pengenceran 10-2
(1: 100) pada tabung ketiga 9 tiap pengenceran menggunakan blue
tip yang baru dan steril
d. Simpan semua tabung dalam incubator pada suhu 35±1˚C selama
24± 2 jam
e. Keluarkan tabung, kemudian catat jumlah tabung yang membentuk
gas pada tabung burham. Jika ada tabung yang tidak terdapat gas
maka lanjutkan inkubasi pada suhu 35±1˚selama 24 jam ±2 jam
9. Uji Penegasan
a. Siapkan larutan pengencer yang berisi 9 ml brilliant green
lactosebile broth 2% (BGLB 2%)
20
b. Pindahkan sebanyak 1 loop/ mata ose dari tiap tabung yang
membentuk gas pada media lauryl sulfate broth/ lauryl tryptose
broth kedalam tabung yang berisi larutan brilliant green lactosebile
broth
c. Masukkan semua tabung kedalam incubator pada suhu 35˚C ±1˚C
selama 24 – 48 jam, adanya gas pada tabung BGLB memperkuat
adanya bakteri coliform dalam contoh. Jika negative lanjutkan
inkubasi pada 48±2 jam
d. Catat jumlah tabung yang terdapat gas pada tabung urham pada uji
penegasan
e. Cocokkan jumlah tabung yang terdapat gas dengan tabel1
10. Catat hasil analisa berdasarkan proporsi dalam 3 tabung pengencer
berturut- turut yang mengandung coliform pada buku laporan hasil
analisa
11. Lakukan pembersihan alat sesuai dengan prosedur pemusnahan
sisa anaisa limbah mikrobiologi
12. Bersihkan area sekitar dengan lap dan mematikan alat jika tidak
digunakan.
2.4 Hygiene dan Sanitasi Pemerahan
2.4.1 Hygiene Pemerah
Hygiene dalam pemerahan sangat berpengaruh pada produksi dan
kualitas susu yang dihasilkan sapi perah. Metode yang salah, hygiene
21
personal dari pemerah yang buruk dapat menjadi penyebab timbulnya
mastitis sehingga akan mempengaruhi produksi susu (Nurhadi 2012)
Manusia berada dalam proses pemerahan dan pengolahan susu dapat
menjadi timbulnya bakteri dalam susu. Tangan dan anggota tubuh lainnya
harus steril ketika memerah dan mengolah susu(Nurdin, 2016). Kondisi
kebersihan pemerah susu sangat mempengaruhi kandungan cemaran
mikroba dalam susu sapi. Rendahnya jumlah cemaran mikroba dalam susu
segar dapat disebabkan karena pemerah setiap melakukan pemerahan
sebelumnya sudah membersihkan diri dengan mencuci tangan,
menggunakan alat- alat untuk proses pemerahan yang sudah steril dengan
menggunakan alat- alat dan juga membersihkan puting susu sapi dengan air
hangat sebelum diperah. Sehingga susu yang dihasilkan lebih baik dan
berkualitas (Cahyono, 2013)
Hygiene pemerah merupakan faktor penting yang mempengaruhi
kualitas susu sapi agar kontaminasi bakteri yang berasal dari pekerja yang
sakit atau pekerja yang tidak bersih dapat dihindari dan dikurangi.
Kebersihan telapak tangan berpengaruh terhadap kesehatan dan kualitas
susu karena tangan yang kotor atau telapak tangan yang tidak dibersihkan
mengandung banyak kuman dan dapat mengkontaminasi susu yang sedang
diperah (Wijiastutik, 2012). Sapi perah dan peternak yang berada dalam
sebuah peternakan harus dalam kondisi sehat dan bersih agar tidak
mencemari susu. Oleh sebat itu pemerah adalah petugas yang penting bagi
peternak dalam menjalankan usaha peternakan ternak perah. Pemerahan
22
harus dijalankan denganbaik dan hygienis agar diperoleh hasil yang
maksimal (Nurdin, 2016)
Teknik pemerahan dengan tangan (hand milking)
1. Persiapan pemerahan
a. Sikap pemerahan; harus ditinggalkan masalah di luar tempat
pemerahan
b. Siapkan lingkungan pemerahan yang bebas dari kondisi yang dapat
menyebabkan sapi stress
c. Pemerahan harus dilakukan ditempat bersih, beratap, dan berlantai
semen.
d. Sapi dan lantai tempat pemerahan harus dicuci sebelum pemerahan.
e. Ambing dan tangan pemerah harus dicuci sebelum pemerahan
f. Sebelum memulai pemerahan, semua peralatan penampungan susu
seperti ember dan tempat susu lainnya harus benar- benar bersih dan
didesinfektan
g. Sapi yang pernah atau sedang menderita mastitis harus diperah paling
akhir, hal ini untuk menghindari penularan pada sapi yang sehat
h. Apabila sapinya nakal, kakinya diberi tali pengaman dan ekornya
diikat
i. Untuk merangsang turunnya susu, ambing dipalpasi dengan air hangat
j. Ambing dilap dengan handuk atau kain bersih.
2. Pelaksanaan pemerahan
a. Apabila putingnya silindris, pemerahan dilakukan dengan lima jari.
23
b. Selama diperah, sapi tidak perlu diberi pakan agar sapi tenang.
c. Ember yang digunakan untuk memerah adalah yag bersih.
d. Pemerah diusahakan sampai apuh.
e. Lama pemerahan diselesaikan dalam waktu 7 menit, karena pengaruh
sekresi oksitosin yang sangat singkat.apabila peternak menggunakan
teknik memerah yang benar dan terlatih, maka pemerahan dapat
berlangsung selama 3-5 menit.
3. Penyelesaian pemerahan
a. Setelah selesi pemerahan, ambing dan lantai dicuci air sampai bersih
b. Dilakukan pencelupan putting dengan menggunakan biosid (3,3
ml/liter air); sebaiknya dengan menyemprotkan semua sisi putting
dengan baiksusu ditakar dan dicatat
c. Alat penampung susu harus bibersihkan bengan baik dan dikeringkan
dengan meletakkan nya secara tertelungkup.
Pegawai atau pekerja yang menangani, memerah, minimal harus
memiliki syarat sebagai berikut:
a. Berbadan sehat
b. Diperiksa kesehatannya secara berkala (enam bulan/ setahun sekali
bagi pemerah atau yang menangani susu
c. Berpakaian bersih, kuku harus pendek (terutama bag pemerah)
d. Mencuci tangan sebelum memerah
e. Tangan dalam keadaan kering dan bersih
24
f. Pegawai yang menderita penyakit kulitatau luka tidak boleh memerah
(Nurhadi, 2012)
2.4.2 Sanitasi Peralatan
Untuk menjaga kelangsungan perusahaan, kualitas susu harus betul-
betul dijaga. Perusahaan yang memasarkan kualitas produk susu rendah
tidak dapat diharapkan untuk maju atau berhasil. Agar perusahaan dapat
menghasilkan susu yang berkualitas, perlu diperhatikan kebersihan peralatan
pemerahan.
Peralatan untuk penanganan susu harus memenuhi syarat- syarat
sebagai berikut:
a. mudah dibersihkan
b. peralatan untuk mewadahi, menampung dan mengangkutsusu harus
kedap air, terbuat dari bahan yang tidak berkarat (baja, stainlees steel,
aluminium), tidak mengelupas bagian- bagiannya, tidak bereaksi dengan
susu, tidak berubah warna, bau dan rasa susu.
c. Pencucian peralatan misalnya ember, milkcan, botol dan lain- lain
sebaiknya dengan menggunakan air panas dan larutan chloor. Hal ini
dapat melarutkan lemak susu yang menempel pada alat- alat tersebut.
d. Corong susu harus mempunyai gagang cukup panjang, sehingga susu
tidak kena tangan dan kontaminasi silang dapat dihindari (Nurhadi,
2012)
25
Air susu yang diperah dari sapi yang sehat dan pemerahan dilaksanakan
dengan prosedur yang benar akan memenuhi kaidah halal, aman, utuh, dan
sehat. Tugas para peternak adalah menjaga agar selama proses pengumpulan
dan pengiriman susu segar, seminimal mungkin terjadi kontaminasi mikroba
dari luar kedalam susu yang akhirnya mengakibatkan turunnya kualitas
susu.
Penanganan susu harus dilaksanakan secara baik, dengan peralatan
yang tepat dan terjaga kebersihannya sehigga susu yang dihasilkan
kualitasnya bagus. Berikut adalah peralatan yang digunakan di tempat
peerahan (Achroni, 2013):
a. Ember susu sebagai wadah penampungan susu yang diperah secara
manual. SK Ditjen Peternakan No. 17/1983 tentang wadah susu
b. Saringan susu/ straineradalah alat yang berfungsi unuk menyaring
benda- benda yang terbawa pada saat pemerahan (rambut, kotran). (SK
Ditjen Peternakan No. 17/1983 tentang wadah susu
c. Milkcan adalah alat penampungan dan penyimpanan susu hasil
pemerahan untuk segera dikirim, baik ke koprasi maupun industry
pengolahan susu yang jarak tempuhnya tidak lebih dari 2 jam dari proses
pemerahan. Alat ini berbahan stainless sleel/ aluminium, berpenutup
rapat, dan umumnya berkapasitas 5, 10, 20, 30, 40, 50, liter. (SK Ditjen
Peternakan No. 17/1983 tentang wadah susu
26
2.4.3 Sanitasi Kandang
Kandang sapi perah merupakan suatu pabrik penghasil makanan/
minuman sehat bagi manusia. Kandang harus disapu dan dibersihkan
secara teratur, jangan dibiarkan kandang pemerahan berdebu dan kotor.
Siram lantai kandang secara teratur dan gunakan desinfektan untuk
membunuh kuman dan bakteri. Jangan hanya menyapun lantai waktu akan
memerah. Berikan makanan kering sebelum 1 (satu) jam sebelum
pemerahan atau tunggu setelah pemerahan selesai, untuk menghindari
banyaknya debu.
Kandang yang bersih menghindarkan susu dari pencemaran oleh
kotoran dan bau (sifat susu mudah menghisap bau dari sekitarnya).
Kandang yang bersih membuat sapi nyaman, dan peternak betah bekerja di
kandang. Sapulah lantai kandang dan kotoran dikumpulkan jauh dari
tempat pemerah. Gunakan sapu lidi/ sekop yang berbeda untuk makanan
dan kotoran.
Bersihkan bak air yang kotor merupakan sarang bibit penyakit. Sapi
tidak suka minum air yang kotor dan berbau. (Suardana dan Swacita,
2009)
2.5 Faktor Yang Mempengaruhi Keberadaan Bakteri Coliform
Menurut Notoatmojo (2011) Suatu penyakit timbul akibat dari interaksi
berbagai faktor baik dari agent, induk semang atau lingkungan. Di dalam
usaha para ahli untuk mengumpulkan pengetahuan mengenai timbulnya
27
penyakit, mereka telah membuat model- model timbulnya penyakit dan atas
dasar model- model tersebut dilakukan eksperimen terkendali untuk menguji
sampai di mana kebenaran dari model- model tersebut. Teori ini menjelaskan
bahwa timbul tidaknya penyakit pada manusia dipengaruhi oleh 3 faktor
utama yaitu host (induk semang), agent, dan environment (lingkungan).
Keterhubungan antara host, agent dan lingkungan ini merupakan suatu
kesatuan yang dinamis. Apabila terjadi ketidak seimbangan dari tiga faktor
tersebut dalam penelitian ini akan menimbulkan menurunnya kualitas susu
sapi perah akibat adanya agent bakteri coliform pada susu sapi perah tersebut.
Diantaranya faktor yang mempengaruhi keberadaan bakteri coliform pada
susu sapi perah yaitu:
1. Faktor host
Host/ pejamu merupakan Intrinsic factors yang mempengaruhi
individu untuk terpapar, atau berespon terhadap agent penyebab penyakit.
Pejamu adalah manusia atau makhluk hidup lainnya yang menjadi tempat
terjadinya proses alamiah perkembangan penyakit (Timmreck, 2005)
1) Usia Peternak
Usia merupakan salah satu sifat karakteristik seseorang yang dalam
studi epidemiologi merupakan variabel yang cukup dipertimbangkan,
usia peternak dibedakan menjadi dua kategori, yaitu usia produktif (15-
65 tahun) dan usia non produktif (>65 tahun). Menurut Undang- undang
Tenaga kerja No 13 Tahun 2003, tenaga kerja adalah seluruh jumlah
penduduk yang dianggap dapat bekerja dan sanggup bekerja yang
28
dikelompokkan sebagai tenaga kerja yaitu mereka yang berusia antara
15 tahun sampai dengan 46 tahun
Berdasarkan hasil penelitian permatasari, (2017) menunjukkan
bahwa dari hampir keseluruhan peternak sapi perah di Dusun Krajan,
Desa Gendro, Kecamatan Tutur, Kabupaten Pasuruan masuk dalam
kategori usia 15- 65 tahun yaitu 92% atau 24 orang. Hal tersebut
menunjukkan usia peternak termasuk penduduk usia produktif dan
belum memasuki usia lansia, sehingga ddiharapkan apat melaksanakan
tugas pekerjaannya dengan optimal.
2) Hygiene pemerah
a. Cuci tangan menggunakan sabun sebelum memerah
Tukang perah harus selalu bersih tangannya selama
pemerahan dan memakai pakaian yang bersih. Sebelum peerahan
tangannya harus dicuci dengan sabun. (Keputusan Menteri
Pertanian, 2001)
Berdasarkan hasil penelitian Permatasari (2017) diketahui
responden berdasarkan kebiasaan cuci tagan di Desa Gendro,
Kecamatan Tutur, Kabupaten Pasuruan Tahun 2017 sebanyak
81% dari total responden masih tergolong buruk
b. Tidak menggunakan pelican
Menurut Keputusan Menteri Pertanian Npmor:
422/Kpts/OT/210/7/2001 menyatakan bahwa Jangan memakai
minyak sebagai pelican.
29
3) Kesehatan dan Kebersihan Sapi
a. Sapi yang akan diperah ambing harus bersih
Sapi yang akan diperah ambingnya harus bersih, bagian daerah
lipatan paha dan pahanya harus dicuci hingga bersih (Keputusan
Menteri Pertanian, 2001)
Berdasarkan hasil penelitian Permatasari (2017) diketahui
responden berdasarkan kebiasaan cuci tagan di Desa Gendro,
Kecamatan Tutur, Kabupaten Pasuruan Tahun 2017 kondisi
kesehatan dan kebersihan sapi dalam kategori tidak memenuhi
syarat, terutama dari kondisi sapi yang terdapat luk serta tidak dalam
keadaan bersih ketika diperah.
b. Pemberian obat cacing secara rutin.
Untk mencegah penyakit pada hewan ternak sapi, pemberian
obat cacing dilakukan secara rutin 3 (tiga) kali dalam setahun
(Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia, 2014)
2. Faktor Agent
Agent atau faktor penyebab adalah suatu unsure, organism hidup atau
kuman infeksi yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit atau masalah
kesehatan lainnya (Muliana dkk., 2010)
Coliform merupakan suatu grup bakteri yang digunakan sebagai
indicator adanya polusi kotoran dan kondisi sanitasi yang tidak baik
terhadap air, makanan, susu dan prduk- produk susu. Adanya bakteri
coliform didalam makanan atau minuman menunjukkan kemungkinan
30
adanya mikroorganisme yang bersifat enteropatogenik dan toksigenik yang
berbahaya pada kesehatan
3. Faktor Environment
Lingkungan adalah semua faktor diluar individu yang berupa
lingkungan fisik, biologi, social dan ekonomi (Muliana, dkk., 2010).
Berikut aalah faktor Environmen:
1) Sanitasi kandang
a. Pembersihan kandang
Lantai kandang sebaikknya dibuat miring kearah pembuangan
limbah, kuat tidak licin dan mudah dibersihkan (Keputusan
Menteri Pertanian, 2001). Lantai dengan kemiringan 2-5 derajat,
tidak licin, tidak kasar, mudah kering dan tahan injak serta
menggunakan alas (karpet/ matras. (Peraturan Menteri Pertanian
Republik Indonesia, 2014)
Kandang harus disapu dan dibersihkan secara teratur, jangan
dibiarkan kandang pemerahan berdebu dan kotor. Siram lantai
kandang secara teratur dan gunakan desinfektan untuk membunuh
kuman dan bakteri. Jangan hanya menyapun lantai waktu akan
memerah. Berikan makanan (Suardana dan Swacita, 2009)
Berdasarkan hasil penelitian permatasari, (2017) di Desa
Gendro, Kecamatan Tutur, Kabupaten Pasuruan Tahun 2017
menunjukkan bahwa pembersihan hanya dilakukan menggunakan
31
air bersih saja tanpa menggunakan desinfektan yang dilakukan
sebelum pemerahan.
b. Jarak pembuangan limbah
Jarak antara bangunan kandang dengan bukan kandang
minimal 10 m dan jarak antara tempat penampungan limbah engan
kandang terakhir minimal 25 m (Keputusan Menteri Pertanian,
2001)
c. Pemberian desinfeksi
Melakukan desinfeksi kandang dan peralatan, penyemprotan
insektisida terhadap serangga, lalat dan pembasmian terhadap
hama lainnya (Keputusan Menteri Pertanian, 2001)
2) Sanitasi Peralatan
a. pembersihan ember dan milkcan (wadah susu) dengan air sabun
yang hangat- hangat.
Alat- alat susu (ember, tempat menyimpan susu harus
bersih. Membersihkannya dengan air sabun yang hangat- hangat.
(Keputusan Menteri Pertanian, 2001)
32
2.6 Kerangka Teori
Gambar 2.1 Kerangka Teori
Sumber: Teori Segitiga Epidemiologi (Notoatmojo, 2011)
Pembersihan Ember
Sanitasi Kandang
Sanitasi Peralatan
Manusia
Hewan
Usia
Hygiene Pemerah
Kesehatan &
Kebersihan Sapi
Agen
Environment
Pembersihan Kandang
Keberadaan
Bakteri Coliform
Pemberian Desinfeksi
Jarak Pembuangan
Limbah
Host
33
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Konseptual
Kerangka konsep adalah suatu uraian dan visualisasi konsep-konsep serta
variabel-variabel yang akan diukur (diteliti) (Notoatmodjo, 2012). Kerangka
konsep dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
Variabel Independen
Variabel Dependen
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual
Hygiene Pemerah
a) Cuci tangan sebelum memerah
b) Tidak menggunakan pelicin
Keberadaan Bakteri
Coliform Pada Susu Sapi
Perah
Sanitasi Kandang
a) Pembersihan kandang
b) Jarak pembuangan limbah
c) Pemberian desinfeksi
Sanitasi Peralatan
a) Pembersihan ember dan
milkcan (wadah susu)
dengan air sabun yang
hangat- hangat.
34
3.2 Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu penelitian (Notoatmodjo,
2012). Berdasarkan kajian pustaka, dan kerangka konseptual, maka dalam
penelitian ini dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
1. Ha: Ada hubungan antara hygiene pemerah dengan keberadaan Bakteri
Coliform pada susu sapi di Desa Bedrug Kecamatan Pulung
Kabupaten Ponorogo
2. Ha: Ada hubungan antara sanitasi kandang dengan keberadaan Bakteri
Coliform pada susu sapi di Desa Bedrug Kecamatan Pulung
Kabupaten Ponorogo
3. Ha: Ada hubungan antara sanitasi peralatan dengan keberadaan Bakteri
Coliform pada susu sapi di Desa Bedrug Kecamatan Pulung
Kabupaten Ponorogo
35
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian Analitik yaitu penelitian
tersebut bertujuan untuk mencari hubungan antar variabel menurut Adite
(2017).Desain penelitian yang akan digunakan adalah metode penelitian
analitik Cross sectional. desain cross sectional ialah suatu penelitian untuk
mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dengan efek,
dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada
suatu saat (point time approach) (Notoatmojo 2012). Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui hubungan antara higiene sanitasi pemerah susu sapi di
Desa Bedrug Kecamatan Pulung Kabupaten Ponorogo.
4.2 Populasi dan Sampel
4.2.1 Populasi
Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisa yang cirri- cirinya
akan diduga. Populasi juga diartikan keseluruhan individu yang menjadi
acuan hasil- hasil peneliian akan berlaku (Yasril, 2009). Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh peternak sapi perah yang tergolong pada
Koperasi Susu Bedrug Sejahtera di Desa Bedrug Kecamatan Pulung
Kabupaten Ponorogo yang berjumlah 24 peternak.
36
4.2.2 Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang mana cici- cicrinya
diselidiki atau diukur (Yasril, 2009). Yang menjadi sampel dalam penelitian
ini adalah seluruh peternak sapi perah, Koperasi Susu Bedrug Sejahtera di
Desa Bedrug Kecamatan Pulung Kabupaten Ponorogo yang berjumlah 24
peternak.
4.2.3 Teknik Sampling Susu Sapi
Menurut Nursalam, (2008) Sampling adalah suatu cara yang ditempuh
dengan pengambilan sampel yang benar-benar sesaui dengan keseluruhan
obyek penelitian. Teknik sampling dalam penelitian ini adalah non
probabiliy sampling dengan jenis total sampling yaitu seluruh populasi
diambil untuk dijadikan sebagai sampel (Nursalam, 2008).
Sugiyono, (2011) menjelaskan alasan mengambil total sampling adalah
karena jumlah populasi yang kurang dari 100, maka seluruh populasi
dijadikan sampel penelitian. Jumlah populasi penelitian ini sebanyak 24
peternak maka seluruh populasi akan dijadikan sampel penelitian.
4.2.4 Cara Pengambilan Sampel
Cara pengambilan sampel untuk pemeriksaan kualitas susu secara
bakteriologis adalah sebagai berikut:
1. Alat dan Bahan
a. Botol
37
b. Termos es
c. Lampu Bunsen
d. Alkohol
e. Es batu
2. Langkah Kerja
1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan
2. Sterilkan tangan dengan alkohol
3. Ambil botol steril, lalu flambir mulut botol
4. Masukkan 10ml sampel susu kedalam botol
5. Flambir kembali mulut botol dan tutup kembali
6. Beri label atau tanda dengan keterangan tempat pengambilan sampel
7. Masukkan kedalam termos es
8. Kirim ke laboratorium
4.3 Kerangka Kerja Penelitian
Kerangka kerja merupakan penahapan dalam suatu penelitian pada
kerangka kerja disajikan alur penelitian terutama variabel yang akan
digunakan dalam penelitian (Nursalam, 2011). Berikut akan disampaikan
kerangka kerja dari penelitian ini, mulai dari awal hingga penarikan
kesimpulan.
38
Gambar 4.1 Kerangka Kerja Penelitian
Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peternak sapi perah,
Koperasi Susu Bedrug Sejahtera di Desa Bedrug Kecamatan Pulung
Kabupaten Ponorogo yang berjumlah 24 peternak.
Pengumpulan Data
Pengumpulan data menggunakan observasi, kuesioner dan pengukuran.
Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh peternak dan susu sapi yang telah diperah
oleh semua peternak koperasi komunitas susu Bedrug Sejahtera di Desa Bedrug
Kecamatan Pulung Kabupaten Ponorogo yang berjumlah 24 peternak.
Jenis dan Desain Penelitian
Jenis penelitian analitik dengan desain cross sectional
Hasil dan Kesimpulan
Pengolahan Data
Editing, coding, entry, cleaning, tabulating, dan analisis data dengan
SPSS uji Fisher’s exact
39
4.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
4.4.1 Variabel Penelitian
Variabel penelitian mengandung pengertian ukuran atau ciri-ciri yang
dimiliki oleh anggota-anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang
dimiliki oleh kelompok lain (Notoatmodjo, 2012). Variabel yang
digunakan dalam penelitian ini ada dua yaitu variabel bebas dan variabel
terikat
1. Variabel Bebas (Independent Variable)
Variabel Bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau dianggap
menentukan variabel terikat. Variabel ini dapat merupakan faktor
resiko, predictor, kausa/penyebab (Saryono, 2011). Variabel bebas
dalam penelitian ini adalah Hygiene pemerah meliputi Cuci tangan
menggunakan sabun sebelum memerah dan tidak menggunakan pelicin,
Sanitasi Kandang meliputi, pembersihan kandang, jarak pembuangan
limbah, pemberian disinfektan, dan sanitasi peralatan meliputi
pembersihan ember dan milkcan dengan air sabun yang hangat- hangat.
2. Variabel Terikat (Dependent Variable)
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi. Variabel terikat
disebut juga kejadian, luaran, manfaat, efek atau dampak. Variabel
terikat juga disebut penyakit/ (Saryono, 2011). Dalam penelitian ini,
variabel terikat adalah keberadaan bakteri Coliform dalam susu sapi
perah di Desa Bedrug Kecamatan Pulung Kabupaten Ponorogo
40
4.4.2 Definisi Operasional
Menurut Notoatmojo, (2012) definisi operasional adalah uraian
tentang batasan variabel yang dimaksud, atau tentang apa yang diukur oleh
variabel yang bersangkutan
Tabel 4.1 Definisi Operasional
Variabel Definisi
Operasional
Parameter Alat Ukur Skala Data Skor
Keberadaan
Bakteri
Colifrm
Pengukuran
keberadaan
bakteri
coliform pada
susu sapi perah
Batas
minimum uji
mikrobiologi
susu ≤ 3,0
APM/ml
(SNI 01-2332-
2006)
Hasil uji
laboratoriu
m
Nominal 0= Tidak Memenuhi
syarat , jika syarat
mikrobiologi > 3,0
APM/ml
1= Memenuhi
Syarat, jika syarat
mikrobiologi ≤ 3,0
APM/ml
Hygiene
Pemerah
Tindakan
pemerah
membersihkan
diri sebelum
pemerahan
Cuci tangan
sebelum
memerah dan
Tidak
menggunakan
pelicin
(Kepmentan,
nomor422/Kpt
s/O.210/7/
2001)
kuesioner Nominal 0= hygiene buruk,
jika skor yang
diperoleh dari
jawaban responden ≤
50%
1= hygiene pemerah
baik, jika skor yang
diperoleh dari
jawaban responden
> 50%
Sanitasi
kandang
Kegiatan
pembersihan
kandang dan
keadaan
kandang yang
Kebersihan
kandang, Jarak
pembuangan
limbah> 25 m
dari kandang,
Lembar
Observasi
Nominal 0= buruk, jika
kandang tidak
dibersihkan & jarak
pembuangan limbah
< 25 m dari kandang
41
terhindar dari
kotoran
terutama
kotoran sapi
pada saat
pemerahan
berlangsung.
Pemberian
desinfeksi
(Kepmentan,
nomor 422/
Kpts/O.210/7/
2001,
Suardana dan
Swacita,
2009).
1= baik, jika
kandang dibersihkan
& jarak pembuangan
limbah ≥ 20 m dari
kandang
Sanitasi
Peralatan
Tindakan
pembersihan
milkcan
sebelum
digunakan
pembersihan
ember dan
milkcan
(wadah susu)
(Kepmentan,
nomor 422/
Kpts/O.210/7/,
2001)
kuesioner Nominal 0= sanitasi peralatan
buruk, jika skor yang
diperoleh dari
jawaban responden
≤ 50%
1= sanitasi peralatan
baik, jika skor yang
diperoleh dari
jawaban responden
> 50%
4.5 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh
peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan
hasilnya lebih baik (cermat, lengkap dan sistematis) sehingga lebih mudah
diolah (Saryono, 2011). Instrumen dalam penelitian ini adalah observasi,
kuesioner dan pengukuran.
42
4.5.1 Observasi
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap
gejala yang tampak pada objek penelitian ( Sujarweni, 2014). Alat yang
digunakan dalam melakukan observasi :
1. Check list : daftar pengecek, berisi subjek dan identitas dari sasaran
pengamatan
2. Alat-alat mekanik (electronics) : kamera
4.5.2 Kuesioner
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara member seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis
kepada para responden untuk dijawab ( Sujarweni, 2014) dalam penelitian
ini kuesioner menanyakan tentang tindakan responden dalam hygiene
pemerahan dan kebersihan peralatan untuk memerah susu.
4.5.3 Pengukuran
Pengukuran Jarak Kandang dengan Pembuangan Limbah
Jarak antara bangunan kandang dengan bukan kandang minimal
10m dan jarak antara tempat penampungan limbah engan kandang terakhir
minimal 25 m (Keputusan Menteri Pertanian, 2001) penelitian ini
dilakukan pengukuran jarak kandang sapi perah dengan pembuangan
limbah menggunakan alat ukur rol meter.
43
4.6 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kalangan peternak sapi perah Koperasi Susu
Bedrug Sejahtera Desa Bedrug Kecamatan Pulung Kabupaten Ponorogo
Tabel 4.2 Realisasi Kegiatan
No. Kegiatan Waktu Pelaksanaan
1 Pengajuan judul 26, Februari 2018
2 Penyusunan dan konsultasi
proposal skripsi
27 Februari – 25 Mei 2018
3 Seminar proposal skripsi 30, Mei 2018
4 Revisi ujian seminar proposal
skripsi
7, Juni 2018
5 Pengambilan dan Pengolahan data 20, Juli 2018
6 Penyusunan dan konsultasi skripsi 6, Agustus 2018
7 Sidang skripsi 31, Agustus 2018
8 Revisi skripsi 5, September 2018
4.7 Prosedur Pengumpulan Data
4.7.1 Pengumpulan Data
1. Sumber Data
a. Data Primer
Data primer diperoleh dari hasil observasi pada beberapa
kandang mengenai hygiene pemerah, sanitasi kandang, dan
44
sanitasi peralatan serta dilakukan pengukuran jarak pembuangan
limbah dengan kandang.
b. Data Sekunder
Data sekunder berupa data peternak sapi perah, jumlah susu
yang dihasilkan per bulan diperoleh dari Koperasi Susu Bedrug
Sejahtera dan hasil uji laboratorium bakteri Coliform dari
Laboratorium Kesehatan Daerah Ponorogo.
2. Cara Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara menggunakan
observasi dan kuesioner oleh peneliti secara langsung kepada peternak
mengenai faktor hygiene pemerah, sanitasi kandang, sanitasi
peralatan: Cuci tangan sebelum memerah, tidak menggunakan pelican,
pembersihan kandang, , pemberian desinfeksi, Pembersihan ember
dan milkcan (wadah susu) dengan air sabun yang hangat- hangat.
Serta pengukuran jarak pembuangan limbah dengan kandang.
4.7.2 Pengolahan Data
Kegiatan dalam proses pengolahan data meliputi editing, coding,
entry, cleaning, dan tabulating (Notoadmodjo, 2012).
1. Editing, yaitu memeriksa kelengkapan, kejelasan makna jawaban,
konsistensi maupun kesalahan antar jawaban pada kuesioner
2. Coding, yaitu memberikan kode-kode untuk memudahkan proses
pengolahan data
45
Tabel 4.3 Coding Variabel Penelitian
No Variabel Kategori Kode
1
Keberadaan Bakteri
Coliform
Tidak Memenuhi syarat 0
Memenuhi Syarat
1
2 Hygiene Pemerah Hygiene Pemerah Buruk 0
Hygiene Pemerah Baik
1
3 Sanitasi Kandang Sanitasi Kandang Buruk 0
Sanitasi Kandang Baik
1
4 Sanitasi Peralataan Sanitasi Peralatan Buruk 0
Sanitasi Peralatan Baik
1
3. Entry, memasukkan data untuk diolah menggunakan computer
4. Cleaning, mengecek kembali data yang sudah dimasukkan untuk
melihat kemungkinan-kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode,
kelengkapan, dan sebagainya kemudian dilakukan pembetulan atau
koreksi.
5. Tabulating, yang mengelompokkan data sesuai variable yang akan
diteliti gna memudahkan analisis data.
4.8 Teknik Analisis Data
4.8.1 Analisis Univariat
Penelitian analisis univariat adalah analisis yang dilakukan
menganalisis tiap variabel yang dilakukan menganalisis tiap variabel dari
hasil penelitian Notoadmodjo (2005). Analisis univariat berfungsi untuk
meringkas kumpulan data hasil pengukuran sedemikian rupa sehingga
kumpulan data tersebut berubah menjadi informasi yang berguna, dan
46
pengolahan datanya hanya satu variabel saja, sehingga dinamakan univariat
(Sujarweni, 2014). Analisis yang dilakukan penelitian ini adalah
menggambarkan variabel masing- masing, baik variabel bebas berupa
higiene pemerah, sanitasi kandang, sanitasi peralatan dan variabel terikat
berupa keberadaan bakteri Coliform pada susu sapi
4.8.2 Analisis Bivariat
Penelitian analisis bivariat adalah analisis yang dilakukan lebih dari dua
variabel (Notoadmodjo, 2005). Analisis bivariat berfungsi untuk mengetahui
hubungan antar variabel. Dua variabel tersebut diadu misalnya dengan
mencari hubungan antara variabel x1 dengan x2, (Sujarweni, 2014).
Analisis bivariat dalam mengetahui atau mengidentifikasi hubungan
hygiene sanitasi pemerah susu terhadap bakteri coliform dianalisa
menggunakan analisis chi-square atau alternatifnya fisher exact.Yang
memilikidan besarnya risiko menggunakan ratio prevalens (RP).
Peneliti menggunkn alternative fisher exact karena ada 2 cells yang
mempunyai frekuensi harapan kurang dari 5.Untuk uji chi-squareatau fisher
exactdigunakan derajat kepercayaan (Confident Interval 95%), dan batas
kemaknaan alfa 5% (0,05), bila diperoleh p < 0,05, artinya secara statistik ada
perbedaan yang signifikan antara variabel bebas dengan variabel terikat, dan
bila p > 0,05 artinya secara statistik tidak ada perbedaan yang signifikan
antara variabel bebas dengan variabel terikat. Sedangkan untuk RP, jika nilai
RP> 1, artinya dugaan adanya faktor resiko terhadap efek memang benar, dan
47
nilai RP< 1, artinya bahwa faktor yang diteliti tersebut justru menurunkan
terjadinya efek.
4.9 Etika Penelitian
4.9.1 Lembar Persetujuan (informed Consent)
Responden bersedia diteliti, setelah diberikan lembar permintaan
menjadi responden harus mencantumkan tandatangan. Responden menolak
untuk diteliti maka peneliti tidak boleh memaksa dan tetap menghormati
hak- hak responden.
4.9.2 Tanpa Nama (Anonymity)
Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak mencantumkan
nama responden. Peneliti hanya mencantumkan nama inisial responden.
Subyek mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang diberikan harus
dirahasiakan, sehingga tidak perlu mencantumkan nama identitas subyek (
Nuralam, 2011)
4.9.3 Kerahasiaan (confidentiality)
Subye mempunyai hak untu meminta bahwa data yang diberikan harus
dirahasiakan. Sehingga perlu adanya confidentiality(Nursalam, 20011).
Kerahasiaan responden dan informasi yang telah dikumpulkan dijamin oleh
peneliti. Data tersebut hanya disajikan dan dilaporkan kepada beberapa
kelompok yang berhubungan dengan peneliti.
48
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian
5.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada peternak sapi perah yang berada di Desa
Bedrug Kecamatan Pulung Kabupaten Ponorogo. Dengan total luas wilayah
357,97 Ha. Batas wilayah Desa Bedrug sebelah Utara yaitu Desa Tegalrejo,
Singgahan, Wagir Kidul Kecamatan Pulung, sebelah Selatan yaitu Desa
Jurug Sooko, Suru Kecamatan Sooko, Sebelah Timur yaitu Desa Wagir
Kidul Kecamatan Pulung dan Desa Bareng Kecamatan Pudak, Sebelah
Barat yaitu Desa Tegalrejo Kecamatan Pulung. Penduduk Desa Bedrug
jumlah total 2688 orang, laki- laki 1300 orang dan perempuan 1388 orang.
Dan data mengenai tingkat pendidikan disajikan pada table 5.1. Data Mata
Pencaharian Pokok disajikan pada table 5.2. Jumlah populasi ternak sapi
yang dimiliki penduduk Desa Bedrug sebanyak 319 ekor dan hasil produsi
peternakan sapi perah dengan susu sejumlah 16.500 L/ Bulan.
Tabel 5.1 Tingkat Pendidikan Penduduk Desa Bedrug
Pendidikan Laki- laki Perempuan
Tamat SMP/ Sederajat 299 Orang 297 Orang
Tamat SMA/ Sederajat 141 Orang 170 Orang
Tamat D-3/ Sederajat 2 Orang 20 Orang
49
Tamat S-1/ Sederajat 9 Orang 8 Orang
Tamat S-2/ Sederajat 2 Orang 1 Orang
Total 2.652 Orang
Sumber : Profil Desa dan Kelurahan Tahun 2017
Berdasarkan tabel 5.1 diatas menunjukkan bahwa sebagian besar
tingkat pendidikan penduduk Desa Berug Yaitu Tamat SMP/ Sederajat
dengan jumlah laki- laki 299 orang dan perempuan 297 orang.
Tabel 5.2 Mata Pecaharian Pokok Penduduk Desa Bedrug
Jenis Pekerjaan Laki- Laki Perempuan
Petani 650 Orang 700
Buruh Tani 206 Orang 304
Buruh Migran 9 Orang 34
Pegawai Negeri Sipil 10 Orang 6
Peternak 52 Orang 0
Dokter Swasta 0 Orang 0
Bidan Swasta 0 Orang 3
TNI 7 Orang 0
Pedagang Keliling 4 Orang 5
Tukang Kayu 35 Orang 0
Pelajar 192 Orang 214
Purnawirawan/Pensiunan 2 Orang 0
Pengrajin Industri Rumah Tangga Lainnya 0 Orang 0
Tukang Kue 0 Orang 4
Total 2.437 Orang
Sumber : Profil Desa dan Kelurahan Tahun 2017
50
Berdasarkan tabel 5.2 mata pencaharian pokok penduduk Desa
Bedrug Yang paling banyak yaitu Petani yang berjumlah 650 laki- laki an
700 perempuan yang kedua buruh tani sebanyak 206 laki- laki dan 304
perempuan sedangkan yang ketiga yaitu peternak 52 orang selain pelajar
yg berjumlah 192 orang laki- laki dan 214 perempuan.
5.1.2 Penyajian Karakteristik Responden
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara hygiene
sanitasi pemerah susu sapi dengan keberadaan bakteri coliform. Jumlah
responden penelitian ini adalah 24 peternak dan hasil produksinya.
Pembahasan mengenai karakteristik responden digunakan untuk mengetahui
gambaran umum responden yang berdasarkan atas umur dan tingkat
pendidikan
1. Karakteristik Responden
Tabel 5.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur di Desa Bedrug
Kecamatan Pulung Kabupaten Ponorogo
Umur (Tahun) Frekuensi (N) Persen (%)
30-40 15 62,5
50-60 9 37,5
Total 24 100,0
Sumber: Data Primer 2018
Berdasarkan tabel 5.3 diatas dapat diketahui peternak sapi perah di
Desa Bedrug Kecamatan Pulung Kabupaten Ponorogo ini paling banyak
51
berumur antara 30- 40 tahun yaitu 15 orang (62,5%), dan paling sedikit
berumur 50-60 tahun yaitu sebanyak 9 orang (37,5%).
2. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tabel 5.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di
Desa Bedrug Kecamatan Pulung Kabupaten Ponorogo
Tingkat Pendidikan Frekuensi (N) Persen (%)
SD 4 16,7
SMP 13 54,2
SMA 7 29,2
Total 24 100,0
Sumber: Data primer 2018
Berdasarkan tabel 5.4 diatas dapat diketahui peternak sapi perah di
Desa Bedrug Kecamatan Pulung Kabupaten Ponorogo ini pendidikan
terahir paling banyak yaitu SMP sebanyak 13 orang (54,2%), dan paling
sedikit pendidikan terahir yaitu SD sebanyak 4 orang (16,7%).
5.1.3 Penyajian Hasil yang Diukur
Analisis dilakukan dua tahap yaitu analisis univariat untuk
mengetahui distribusi frekuensi masing- masing variabel, baik variabel
dependen maupun variabel independen. Kemudian dilanjutkan dengan
analisis bivariat untuk mengetahui hubungan variabel dependen yaitu
keberadaan bakteri coliform dengan variabel independen berupa hygiene
pemerah, sanitasi kandang, dan sanitasi peralatan.
52
1. Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk melihat distribusi dari variabel
atau besarnya proporsi masing- masing variabel yang diteliti
a. Hygiene Pemerah
Hasil penelitian mengenai hygiene pemerah peternak sapi perah
di Desa Bedrug Kecamatan Pulung Kabupaten Ponorogo yang
diperoleh dari hasil kuesioner terhadap peternak. Adapun hasil yang
diperoleh mengenai hygiene pemerah dapat dilihat pada tabel 5.5
berikut ini:
Tabel 5.5 Gambaran Hygiene Pemerah Susu Sapi di Desa Bedrug
Kecamatan pulung Kabupaten Ponorogo.
Hygiene Pemerah Frekuensi (N) Persen (%)
Hygiene Buruk 18 75,0
Hygiene Baik 6 25,0
Total 24 100,0
Sumber: Data primer dan Hasil Penelitian Bulan Juli
Berdasarkan tabel 5.5 diketahui hygiene pemerah buruk dengan
presentasi yang cukup tinggi yaitu 75,0% dibandingkan dengan
hygien pemerah yang baik hanya 6 orang atau 25% saja.
b. Sanitasi Kandang
Gambaran sanitasi kandang diperoleh dari hasil observasi dan
pengukuran jarak. Adapun hasil yang diperoleh mengenai sanitasi
kandang dapat dilihat pada tabel 5.6 sebagai berikut:
53
Tabel 5.6 Gambaran Sanitasi Kandang Sapi Perah Di desa Bedrug
Kecamatan Pulung
Sanitasi Kandang Frekuensi (N) Persen (%)
Sanitasi Buruk 14 58,3
Sanitasi Baik 10 41,7
Total 24 100,0
Sumber: Data primer dan Hasil Penelitian Bulan Juli
Berdasarkan tabel 5.6 dapat diketahui bahwa sanitasi kandang
buruk sebanyak 14kandang peternak (58,3%) sedangkan sanitasi
kandang yang baik sebanyak 41,7%
c. Sanitasi Peralatan
Hasil penelitian mengenai sanitasi peralatan dari jawaban
peternak yang diberikan kuesioner. Adapun hasil yang diperoleh
mengenai sanitasi peralatan dapat dilihat pada tabel 5.7 sebagai
berikut:
Sanitasi Peralatan Frekuensi (N) Persen (%)
Sanitasi Buruk 16 66,7
Sanitasi Baik 8 33,3
Total 24 100,0
Sumber: Data primer dan Hasil Penelitian Bulan Juli
Berdasarkan tabel 5.7 diatas dapat diketahui bahwa sanitasi
peralatan yaitu yang buruk sebanyak 66,7% dan sanitasi peralatan
yang baik sebanyak 8 atau 41,7%.
54
d. keberadaan bakteri coliform
dari hasil yang diperoleh dari uji MPN coliform susu sapi
menunjukkan bahwa jumlah bakteri yang terdapat pada susu sapi
milik peternak Desa Bedrug Kecamaan Pulung Kabupaten Ponorogo.
Adapun hasil yang diperoleh mengenai keberadaan bakteri coliform
dapat dilihat pada tabel 5.8 berikut ini:
Tabel 5.8 hasil Uji MPN Coliform Susu Sapi peternak Desa bedrug
Kecamatan Pulung Kabupaten Ponorogo
Keberadaan bakteri
coliform
Frekuensi (N) Persen (%)
Tidak memenuhi syarat 18 75,0
Memenuhi syarat 6 25,0
Total 24 100
Sumber: Data primer dan Hasil Penelitian Bulan Juli
Berdasarkan tabel 5.8 diatas menunjukkan sebanyak 75,0% dari
seluruh hasil produksi sapi perah / susu yang tidak memenuhi syarat dari
seluruh sampel susu dan yang memenuhi syarat yaitu sebanyak 6 sampel
(25,0%)
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat merupakan analisis lanjutan dari analisis univariat
yang bertujuan untuk melihat hubungan antara variabel independen
dengan variabel dependen. Uji yang digunakan untuk menganalisis
hubungan hygiene sanitasi pemerah susu sapi dengan keberadaan bakteri
coliform adalah menggunakan fisher’s exact yang hasilnya dijelaskan
sebagai berikut:
55
a. Hubungan Antara Hygiene Pemerah dengan Keberadaan Bakteri
Coliform
Hasil penelitian mengenai hubungan antara hygiene pemerah
dengan keberadaan bakteri coliform di Desa Bedrug Kecamatan
Pulung Kabupaten Ponorogo sebagai berikut:
Tabel 5.9 Hubungan Antara Hygiene Pemerah dengan Keberadaan
Bakteri Coliform
Hygiene
Pemerah
Keberadaan coliform Total P
Value
RP
( 95% CI) Tidak
Memenuhi
syarat
Memenuhi
Syarat
N %
N % N %
Hygiene Buruk 16 94,1 1 5,9 17 100,0 0,003 3,2
(1,015-10,692 ) Hygiene Baik 2 28,6 5 71,4 7 100,0
Total 18 75,0 6 25,0 24 100,0
Sumber: Data Primer dan Hasil Penelitian Bulan Juli
Dari tabel 5.9 dapat diketahui bahwa sebagian besar hygyene
pemerah buruk yaitu sebesar 94,1%, sedangkan hygiene pemerah yang
baik sebesar dan keberadaan bakteri coliformnya tidak memenuhi
syarat sebesar 28,6%. Berdasarkan hasil uji fisher’s exact dengan
tingkat signifikan p value sebesar 0,003, karena p= 0,003< 0,05 maka
H0 ditolak. Sehingga bermakna bahwa ada hubungan antara hygiene
pemerah dengan keberadaan bakteri coliform di Desa Bedrug
Kecamatan Pulung Kabupaten Ponorogo dengan RP 3,2
(95%CI:1,015-10,692). Karena RP= 3,2> 1 maka hygiene pemerah
merupakan faktor resiko keberadaan bakteri coliform. Dan peternak
56
dengan hygien pemerah buruk memiliki resiko 3,2 kali tercemar
bakteri coliform
b. Hubungan Antara Sanitasi Kandang dengan Keberadaan Bakteri
Coliform
Hasil penelitian mengenai hubungan antara sanitasi kandang
dengan keberadaan bakteri coliform di Desa Bedrug Kecamatan
Pulung Kabupaten Ponorogo sebagai berikut:
Tabel 5.10 Hubungan Antara Sanitasi Kandang dengan Keberadaan
Bakteri Coliform
Sanitasi
Kandang
Keberadaan coliform Total P
Value
RP
( 95% CI) Tidak
Memenuhi
syarat
Memenuh
i Syarat
N %
N % N %
Sanitasi Buruk 14 100,0 0 0 14 100,0 0,002 2,5
(1,170-5,341 ) Sanitasi Baik 4 40,0 6 60,0 10 100,0
Total 18 75,0 6 25,0 24 100,0
Sumber: Data primer dan Hasil Penelitian Bulan Juli
Dari tabel 5.10 dapat diketahui bahwa sanitasi kandang
100%burukdan keberadaan bakteri coliform tidak memenuhi syarat.
sedangkan sanitasi kandang yang baik sebesar 40,0% keberadaab
bakteri coliformnya tidak memenuhi syarat.. Berdasarkan hasil uji
fisher’s exact dengan tingkat signifikan p value sebesar 0,002, karena
p= 0,002< 0,05 maka H0 ditolak. Sehingga bermakna bahwa ada
hubungan antara sanitasi kandang dengan keberadaan bakteri coliform
di Desa Bedrug Kecamatan Pulung Kabupaten Ponorogo dengan RP
57
2,5 (95%CI:1,170-5,341 )Karena RP= 2,5> 1 maka sanitasi kandang
merupakan faktor resiko keberadaan bakteri coliform. Dan peternak
dengan sanitasi kandang yang buruk memiliki resiko 2,5 kali tercemar
bakteri coliform
c. Hubungan Antara Sanitasi Peralatan dengan Keberadaan Bakteri
Coliform
Hasil penelitian mengenai hubungan antara sanitasi peralatan
dengan keberadaan bakteri coliform di Desa Bedrug Kecamatan
Pulung Kabupaten Ponorogo sebagai berikut:
Tabel 5.11 Hubungan Antara Sanitasi peralatan dengan Keberadaan
Bakteri Coliform
Sanitasi
peralatan
Keberadaan coliform Total P Value RP
( 95% CI) Tidak
Memenuhi
syarat
Memenuhi
Syarat
N %
N % N %
Sanitasi Buruk 15 93,8 1 6,2 14 100,0 0,007 2,5
(1,013-6,171 ) Sanitasi Baik 3 37,5 5 62,5 10 100,0
Total 18 75,0 6 25,0 24 100,0
Sumber: Data primer dan Hasil Penelitian Bulan Juli
Dari tabel 5.10 dapat diketahui bahwa sebagian besar sanitasi
peralatan buruk yaitu 93,8%, sedangkan sanitasi peralatan yang baik
sebesar 37,5% keberadaan bakteri tidak memenuhi syarat.
Berdasarkan hasil uji fisher’s exact dengan tingkat signifikan p value
sebesar 0,007, karena p= 0,007< 0,05 maka H0 ditolak. Sehingga
bermakna bahwa ada hubungan antara sanitasi peralatan dengan
keberadaan bakteri coliform di Desa Bedrug Kecamatan Pulung
58
Kabupaten Ponorogo dengan RP 2,5 (95%CI:1,013-6,171). Karena
RP= 2,5> 1 maka sanitasi peralatan merupakan faktor resiko
keberadaan bakteri coliform. Dan peternak dengan sanitasi peralatan
yang buruk memiliki resiko 2,5 kali tercemar bakteri coliform.
5.2 Pembahasan
5.2.1 Keberadaan Bakteri Coliform
Coliform merupakan suatu grup bakteri yang digunakan sebagai
indicator adanya polusi kotoran dan kondisi sanitasi yang tidak baik
terhadap air, makanan, susu dan prduk- produk susu. Adanya bakteri
coliform didalam makanan atau minuman menunjukkan kemungkinan
adanya mikroorganisme yang bersifat enteropatogenik dan toksigenik yang
berbahaya pada kesehatan. Iriant (2011)
Penelitian ini dilakukan di Desa Bedrug Kecamatan Pulung
Kabupaten Ponorogo dengan responden seluruh peternak sapi perah dan
hasil produksinya sebanyak 24 peternak. Dimana 24 eternak tersebut
adalah anggota koperasi susu Bedrug sejahtera. Peternak Susu sapi 62,5%
berumur sekitar 30 – 40 tahun. Dan peternak berumur 50 60 tahun
sebanyak 37,5%. Pendidikan terahir para peternak susu sapi perah di Desa
Bedrug ini paling banyak yaitu SMP sebanyak 13 orang atau 54,2%.
Selain itu ada yang pendidikan terahirnya SD yaitu sebanyak 4 orang saja
atau 16,7% dan sisanya pendidikan terahirnya SMA.
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa keberadaan
bakteri coliform pada susu sapi di Desa Bedrug Kecamatan Pulung
59
Kabupaten Ponorogo ini masih sangat tinggi. Dari 24 sampel susu sapi 16
sampel atau 75,0% tidak memenuhi syarat SNI uji mikrobiologi 2006. Dan
yang memenuhi syarat hanya sebanyak 6 sampel saja atau 25,0%. Hal ini
dikarenakan hygiene pemerah yang masih buruk yaitu sebesar
75,0%.sanitasi kandang buruk sebesar 58,3%, dan sanitasi peralatan buruk
sebesar 66,7% selain itu kebersihan sapi yang kurang dijaga akan
menyebabkan kualitas susu semakin buruk atau keberadaan bakteri
coliform semakin banyak.
5.2.2 Hygiene Pemerah Susu Sapi
Berdasarkan hasil analisis univariat diketahui bahwa sebagian
besar 75,0% hygiene pemerah para peternak buruk, sedangkan hygien
pemerah baik sebesar 25,0% saja.
Hygiene pemerah merupakan faktor penting yang mempengaruhi
kualitas susu sapi agar kontaminasi bakteri yang berasal dari pekerja yang
tidak bersih dapat dihindari dan dikurangi. Manusia berada dalam proses
pemerahan dan pengolahan susu dapat menjadi timbulnya bakteri dalam
susu. Tangan dan anggota tubuh lainnya harus steril ketika memerah dan
mengolah susu(Nurdin, 2016).
Hal ini hygiene dalam pemerahan sangat berpengaruh pada
produksi dan kualitas susu yang dihasilkan sapi perah. Hygiene pemerah
yang buruk dikarenakan hampir seluruh pemerah menggunakan minyak
sebagai pelicin yaitu sebanyak 19 pemerah menggunakan
60
pelicindibandingkan yang tidak menggunakan minyak sebagai pelicin
sebanyak 5 pemerah saja.
5.2.3 Sanitasi Kandang Sapi
Berdasarkan analisis univariat diketahui bahwa sanitasi kandang
dikatakan kurang baik yaitu sebesar 58,3%sedangkan sanitasi kandang
yang baik yaitu sebesar 41,7%.
Kandang sapi perah merupakan suatu pabrik penghasil makanan/
minuman sehat bagi manusia. Kandang harus disapu dan dibersihkan
secara teratur, jangan dibiarkan kandang pemerahan berdebu dan kotor.
Siram lantai kandang secara teratur dan gunakan desinfektan untuk
membunuh kuman dan bakteri. Dan jarak pembuangan limbah dengan
kandang/ tempat proses memerah susu harus sesuai dengan Kepmentan,
nomor 422/ Kpts/O.210/7/2001 yaitu > dari 20 m.
Hasil penelitian ini diperoleh dari observasi terhadap keberadaan
lingkungan kandang. Kandang tidak dibersihkan dan diberikan
desinfektan. Dari 24 kandang sapi, sebanyak 14 kandang yang tidak
dibersihkan dan diberi desinfektan selain itu seluruh kandang jarak
pembuangan limbanya < 20m dari kandang. Hal ini dapat mengakibatkan
bakteri masih sangat banyak di sekitar proses pemerahan. Dengan
lingkungan yang kurang bersih akan menimbulkan bakteri coliform dalam
susu tersebut.
61
5.2.4 Sanitasi Peralatan Memerah Susu Sapi
Berdasarkan analisis univariat diketahui bahwa sanitasi peralatan
dikatakan kurang baik yaitu sebesar 66,7%. Sedangkan sanitasi peralatan
yang baik yaitu 33,3%.
Penanganan susu harus dilaksanakan secara baik, dengan peralatan
yang tepat dan terjaga kebersihannya sehigga susu yang dihasilkan
kualitasnya bagus. pembersihan ember dan milkcan (wadah susu)
(Kepmentan, nomor 422/ Kpts/O.210/7/, 2001). Saringan susu/ strainer
adalah alat yang berfungsi unuk menyaring benda- benda yang terbawa
pada saat pemerahan (rambut, kotran). (SK Ditjen Peternakan No. 17/1983
tentang wadah susu.
Hal ini sebagian besar para peternak tidak langsung membersihkan
peralatan untuk memerah susu dan ada yang tida menggunakan sabun
untuk mecuci milkcan sebanyak 21 peternak dibandingkan peternak yang
mencuci bersih milkcan dengan menggunakan sabun dan air hangat
setelah digunakan sebanyak 3 orang saja.
5.2.5 Hubungan Antara Hygiene Pemerah dengan Keberadaan Bakteri
Coliform
Dari hasil analisis bivariat dengan menggunakan uji fisher’s exact.
Didapatkan bahwa hygiene pemerah memiliki hubungan dengan
keberadaan bakteri coliform (p= 0,003). Dimana sebagian besar hasil
penelitian hygiene pemerah buruk dan keberadaan bakteri tidak memenuhi
62
syarat sebesar 94,1%. Besarnya resiko keberadaan bakteri coliform dalam
susu dapat dilihat dari nilai RP= 3,2 artinya hygiene pemerah yang buruk
memiliki resiko keberadaan bakteri coliform dalam susu sebesar 3,2 kali
lebih besar dibandingkan dengan hygiene pemerah yang baik dengan
keberadaan bakteri coliform yang telah memenuhi syarat
Hygiene pemerah yang dimaksud adalah kebersihan tangan dan
penggunaan pelicin saat melakukan pemerahan. menurut PERMENKES
nomor 1096 tahun 2011 tentang hygiene sanitasi jasa boga menyatakan
bahwa perilaku selama bekerja seharusnya selalu mencuci tangan sebelum
bekerja dan selalu memakai pakaian kerja yang bersih. Selain itu menurut
Kepmentan nomor 422 tahun 2001 yaitu bahwa tukang perah harus selalu
membersihkan tangannya selama pemerahan dan memakai pakaian yang
bersih. Sebalum pemerahan tangannya harus dicuci dengan sabun. Jangan
menggunakan vaselin atau minyak sebagai pelicin.
Hasil penelitian ini juga diperkuat oleh penelitian Syarif et al tahun
2011 yaitu pencemaran atau kontaminasi mikroorganisme pada air susu
dapat berasal dari susu sapi yang diperah, salah satunya dari tangan
pemerah yang kurang bersih saat pemerahan. Selain itu menurut Navyanti
dan Andriani pada tahun 2015 yang menyatakan bahwa hygiene dan
sanitasi susu termasuk dalam kategori tidak memenuhi syarat hal ini
dikarenakan pemerah tidak selalu mencuci tangan, pemerah hanya
mencuci tangan dengan air bersih tanpa menggunakan sabun atau
desinfektan.
63
Hal tersebut didukung ketika peneliti mengetahui jawaban kuesioner
dari responden bahwa hygiene pemerah sebagian besar buruk dan
keberadaan bakteri coliformnya tidak memenuhi syarat yaitu sebesar
94,1%. Hal ini diketahui bahwa kebanyakan peternak menggunakan
pelicin/ minyak untuk memerah susu sapi. Selain itu peternak membasahi
telapak tangan dengan susu sapi tersebut agar lebih licin dan mudah ketika
memerah.
Selain itu diketahui hasil penelitian bahwa hygiene pemerah yang
baik dan keberadaan bakteri coliformnya tidak memenuhi syarat sebesar
28,6% hal ini dapat disebabka oleh faktor lain seperti peternak tidak
mengikat ekor sapi, ekor sapi yang masih kotor atau tidak bersih dalam
pembersihannya ketika di gerak- gerakkan kotorannya akan mencemari
susu sapi tersebut. Sedangkan hygiene pemerah buruk dan keberadaan
bakteri coliform telah memenuhi syarat sebesar 5,9% hal ini dapat
dipengaruhi oleh faktor lain yang baik seperti sanitasi peralatan yang lebih
baik kandang selalu dibersihkan meskipun tangan pemerah tidak dicuci
menggunakan sabun.
Keadaan tersebut menunjukkan bahwa hygiene pemerah masih
buruk, untuk itu sebaiknya pemerah lebih memperhatikan lagi untuk
hygiene pemerahannya. Jangan menggunakan pelicin untuk memerah susu
sapi.
64
5.2.6 Hubungan Sanitasi Kandang dengan Keberadaan Bakteri Coliform
Dari hasil penelitan Didapatkan bahwa sanitasi kandang memiliki
hubungan dengan keberadaan bakteri coliform (p= 0,003). dimana
sebagian besarhasil uji coliform 100% tidak memenuhi syarat.Besarnya
resiko keberadaan bakteri coliform dalam susu dapat dilihat dari nilai RP=
3,2 artinya sanitasi kandang yang buruk memiliki resiko keberadaan
bakteri coliform dalam susu sebesar 3,2 kali lebih besar dibandingkan
dengan sanitasi kandang yang baik dan keberadaan bakteri coliform yang
telah memenuhi syarat.
Jarak pembuangan limbah menurut Kepmentan, nomor 422/
Kpts/O.210/7/2001yaitu > 25 m dari kandang. Selain itu kandang yang
bersih membuat sapi nyaman, dan peternak betah bekerja di kandang.
Sapulah lantai kandang dan kotoran dikumpulkan jauh dari tempat
pemerah. Gunakan sapu lidi/ sekop yang berbeda untuk makanan dan
kotoran (Suardana dan Swacita, 2009).
Hasil penelitian ini juga diperkuat oleh Permatasari (2018), yang
mengatakan bahwa sebanyak 65% dari total responden status sanitasi
kandang masih tergolong kurang.
Adapun hasil observasi peneliti diketahui bahwa sebagian besar
sanitasi kandang buruk dan keberadaan bakteri coliform tidak memenuhi
syarat yaitu sebesar 100% hal ini dikarenakan peternak yang masih kurang
bisa mengatur waktunya/ tidak memprioritaskan pekerjaannya, misalnya
65
peternak merasa bahwa waktunya terlambat untuk memerah dan merasa
terburu – buru, dan peternak tidak membersihkan kandangnya terlebih
dahulu sebelum memerah
hal ini keberadaan bakteri coliform tidak hanya dipengaruhi oleh
faktor sanitasi kandang saja. Selain itu sanitasi kandang yang baik dan
keberadaan bakteri coliform yang tidak memenuhi syarat sebesar 40,0%
ini juga dapat disebabkan pembersihan badan sapi atau ambing sapi yang
kurang bersih. Adapun hasil penelitian dengan sanitasi kandang yang
buruk tetapi keberadaan bakteri coliform telah memenuhi sayat sebesar
0%.
dapat disimpulkan bahwa, masih banyak dijumpai peternak yang
sanitasi kandangnya buruk seperti halnya peternak tidak membersihkan
kandang sebelum melakukan pemerahan dan hanya memindah kotoran
sapi yang berada di bawah sapi saja, tidak menyapu bersih lantai kandang
ataupun memberikan desinfektan. Dan juga masih banyak ditemukan
kotoran sapi hanya ditimbun di sebelah kandang saja dan bahkan sangat
dekat dengan kandang tidak ada > dari 25 m dari kandang.
Oleh karena itu sebaiknya para peternak lebih memperhatikan
kebersihan kandangnya terutama kebersihan kandang pada saat melakukan
pemerahan dan membuat rumah kotoran sapi yang berjauhan dengan
kandang minimal 20 m dari kandang dan mengolahnya agar bisa
dimanfaatkan. Jika kandang yang bersih akan menghindarkan susu dari
66
kotoran. Menjaga sanitasi kandang termasuk salahsatu hal penting untuk
menjaga kualitas susu yang baik. Jika sanitasi kandang yang buruk akan
menimbulkan banyaknya bakteri.
5.2.7 Hubungan Sanitasi Peralatan Dengan Keberadaan Bakteri Coliform
Hasil uji statistik diperoleh kesimpulan bahwa sanitasi peralatan
memiliki hubungan dengan keberadaan bakteri coliform (p=0,007).
Dimana hasil uji coliform yaitu 93,8% tidak memenuhi syarat. Besarnya
resiko keberadaan bakteri coliform dalam susu dapat dilihat dari nilai
RP= 2,5 artinya sanitasi peralatan yang buruk memiliki resiko
keberadaan bakteri coliform dalam susu sebesar 2,5 kali lebih besar
dibandingkan dengan sanitasi peralatan yang baik dan keberadaan bakteri
coliform memenuhi syarat.
Menurut Kepmentan nomor 422 tahun 2001 pembersihan ember
dan milkcan (wadah susu) harus dicuci dengan menggunakan sabun dan
air hangat- hangat. Selain itu menurut prihutomo (2015) yaitu pada
kegiatan pemerahan contributor cemaran bakteri yang terbesar adalah
ember penampung susu. Tingginya total bakteri disebabkan karena
peternak tidak melakukan desinfeksi pada ember penampung susu dan
menggunakan ember berbahan plastik sehingga lebih sulit dibersihkan.
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui sanitasi peralatan yang
buruk dan keberadaan bateri coliformnya tidak memenuhi syarat sebesar
85,7% dari hasil peneitian tersebut dikarenakan pemerah sering
mengabaikan akan kebersihan milk can/ wadah susu. Wadah susu tidak
67
segera dicuci. Bahkan waktunya di gunakan lagi belum sempat di cuci
dan mencucinya mendadak waktu mau digunakan.
Sanitasi peralatan yang buru keberadaan bakteri coliformnya telah
memenuhi syarat yaitu sebesar 14,3% hal ini bisa karena penyimpanan
susu dalam wadah tersebut tidak teralu lama, jadi begitu pemerahan
selesai langsung d distribusikan ke koperasi dan koperasi tersebut sangat
dekat dengan kandang. Sedangkan sanitasi peralatan yang baik dan
keberadaan bakteri coliformnya tidak memenuhi syarat sebesar 40,0%
dapat dikarenakan adanya kotoran yang masuk kedalam wadah susu bisa
dari tubuh sapi yang jatuh ke wadah susu yang berisikan susu sapi yang
telah diperah tersebut.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa sanitasi peralatan yang buruk menyebabkan resiko keberadaan
bakteri coliform pada susu.masih banyak peternak yang melakukan
perawatan peralataan dengan cara yang kurang benar. Sebagian besar
peternak tidak segera mencuci milk can (wadah susu) serta ketika
mencuci hanya menggunakan air tidak menggunakan sabun dan tidak di
gosok, sehingga menyebabkan sisa susu mengendap. Jika hal tersebut
sering terjadi maka endapan susu semakin banyak dan susah dihilangkan
kemudian akhirnya menyebabkan keberadaan bakteri coliform yang
banyak pada susu. Untuk itu sebagai peternak seharusnya merawat
peralatan untuk memerah dengan baik setelah penggunaan peralatan
segera dicuci menggunakan sabun dan air hangat dan disimpan jauh dari
68
kotoran. Sebaiknya sebelum digunakan peralatan harus benar benar
bersih dan kering.
5.3 Keterbatasan Penelitian
Penelitian untuk menggunakan kuesioner mengenai hygiene pemerah
dan sanitasi peralatan kemungkinan terjadi bias informasi karena jawaban
responden tidak jujur. Namun peneliti mengatasi bias informasi ini dengan
melakukan pengamatan secara langsung terhadap pemerah ketika melakukan
pemerahan hingga perawatan peralatan yang telah digunakan.
69
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap 24 peternak sapi perah
dan hasil produksinyadi Desa Bedrug Kecamatan Pulung Kabupaten
Ponorogo diketahui bahwa:
1. Hygiene pemerah di Desa Bedrug Kecamatan Pulung Kabupaten
Ponorogo sebagian besar buruk.
2. Sanitasi kandang di Desa Bedrug Kecamatan Pulung Kabupaten Ponorogo
sebagian besarburuk.
3. Sanitasi peralatan di Desa Bedrug Kecamatan Pulung Kabupaten
Ponorogosebagian besar buruk.
4. Keberadaan bakteri coliform pada susu di Desa Bedrug Kecamatan
Pulung Kabupaten Ponorogo sebagian besar tidak memenuhi syarat.
5. Ada hubungan antara hygiene pemerah dengan keberadaan bakteri
colifom di Desa bedrug Kecamatan Pulung Kabupaten Ponorogo
6. Ada hubungan antara sanitasi kandang dengan keberadaan bakteri
colifom di Desa bedrug Kecamatan Pulung Kabupaten Ponorogo
7. Ada hubungan antara sanitasi peralatan dengan keberadaan bakteri
colifom di Desa bedrug Kecamatan Pulung Kabupaten Ponorogo
70
6.2 Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan penelitian dapat diberikan saran sebagai
berikut:
1. Bagi koperasi penampungan susu sapi
a. Sebaiknya petugas koperasi rutin melakukan pengawasan kebersiha
peternakan.
b. Memberikan sosialisasi kepada peternak tentang pola hidup bersih dan
sehat kepada para peternak.
2. Bagi peternak sapi perah
Untuk mencegah terjadinya keberadaan bakteri coliform pada susu sapi
a. Sebaiknya pemerah mulai membiasakan jangan menggunakan minyak
sebagai pelican untuk memerah.
b. Sebaiknya peternak melakukan pembersihan kandang dan pemberian
desinfektan sebelum melakukan pemerahan
c. peternak seharusnya setelah penggunaan peralatan segera dicuci
menggunakan sabun dan air hangat kemudian disimpan jauh dari
kotoran, sebelum digunakan peralatan harus benar benar bersih dan
kering.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Peneliti selanjutnya diharapkan dapat menambahkan variabel lain,
misalnya kebersihan sapi, atau akibat dari lamanya penggunaan wadah
susu terhadap keberadaan bakteri coliform.
71
DAFTAR PUSTAKA
Achroni, Dawud. 2013. Kia Sukses Usaha Ternak Sapi Perah. Jogjakarta: Trans Idea
Publishing
Badan Pusat Statistik Ponorogo (statistics of Ponrogo Regency). 2015. Ponorogo
dalam Angka (Ponorogo In Figures)
Cahyono Dwi, dkk.2013.Kajian Kualitas Mikrobiologis (total plate count (TPC),
Enterobacteriaceae dan Staphylococcus aureus) Susu Sapi Segar di Kecamatan
Krucil Kabupaten Boyolali. Fakultas Peternakan, Universitas
Brawijaya.Malang
Departemen pertanian. 2000. Lembar informasi pertanian sanitasi kandang sapi
perah. Bptp Ungaran Jawa Tengah
Direktorat Jendersal Peternakan dan kesehatan Hewan Kementerian
Pertanian.2017.Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan (livestock and
animal health statistics)
Halim, Sahda. 2016. Buku Pintar Beernak Sapi Perah. Depok: PT Palapa
Irianto, koes. 2013. Mikrobiologi Medis ( Medical Microbiology).Bandung:Alfabeta
Kemal. S. E dan Haryanto. B. 2011. Buku Pintar Beternak dan Bisnis Sapi Perah..
Bogor : PT Agro Media Pustaka.
Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 422/Kpts/OT.210/7/2001 Tentang Pedoman
Budidaya Ternak Sapi Perah Yang Baik ( Good Farming Practice)
Navyanti, Feryalin dan Adriyani, Retno. 2015. Higiene Sanitasi , Kualitas Fisik dan
Bakteriologi Susu Sapi Segar Perusahaan Susu X I Surabaya. Universitas
Airlangga Fakultas Kesehatan Masyarakat. Dikutip Dari
file:///C:/Users/ACER/Downloads/3098-8170-1-SM.pdf Pada Tanggal 14 Juli
Notoatmodjo, Soekidjo. 2011. Kesehatan Masyarakat Ilmu & Seni. Jakarta: PT
Rineka Cipta
Notoadmojo, Prof. DR. Soekidjo. 2012. Metodolodi Penelitian Kesehatan. Jakarta.
Rineka Cipta
Nurhadi, M. 2012. Kesehatan Masyarakat Veteriner (higiene Bahan Pangan Asal
Hewan dan Zoonosis). GosyenPublishing.Yogyakarta
72
Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Nursalam. 2011. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Madappa T., Bronze M.S., Go C.H.U., Talavera F., Sanders C.V. 2011.
Escherichia Coli Infections. Diakses dari http://emedicine.medscape.
com/article/217485-overview#a0104, 27 Maret 2016, Hal. 2-3.
Muliana, dkk.2010. Segitiga Epidemiologi. http://id. Scribd.cpm/doc/136 (diakses
pada taggal 12 April 2018)
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1096/MENKES/PER/IV/2011 Tentang Higiene Sanitasi Jasaboga
Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor
100/Permentan/OT.140/7/2014 Tentang Pedoman Pembibitan Sapi Perah
Yang Baik
Permatasari, Ririn Indah. 2018. Analisis Hubungan higiene, sanitasi dan kualitas
Bakteriologis Susu (Total Plate Count, E Coli) Dengan Kejadian Diare
Pada Peternak Sapi Perah di Desa Gendro Kecamatan Tutur Kabupaten
Pasuruan.Universitas Airlangga Fakultas Kesehatan Masyarakat . Surabaya.
Dikutip dari http://repository.unair.ac.id/70217/ pada tanggal 14 Juli
Pramesti, Nina Emsi. 2017. Analisis Higiene Sanitasi Segar Terhadap
Peningkatan Jumlah Escherichia Coli pada Susu Segar Hassil Peternakan
Sapi X di Surabaya Timur. Universitas Airlangga Fakultas Kesehatan
Masyarakat . Surabaya. Di kutip dari http://lib.unair.ac.id pada tanggal 20
April
Prihutomo.S., Bhakti E. S., Dian W.H, 2015. Screening Sumber Cemaran Bakteri
Pada Kegiatan Pemerahan Susu Di Peternakan Spi perah Rakyat
Kabupaten Semarang, Jurnal Ilmu Peternakan. Unifersitas Diponegoro. Di
Kutip Dari http://jiip.ub.ac.id/index.php/jiip/article/viewFile/202/278 pada
Tanggal 14 Juli
Profil Desa dan Kelurahan. 2017. Format Isian Data Potensi Desa Dan Kelurahan
Format Isian Data Tingkat Perkembangan Desa Dan Kelurahan.
Purwono. 2013. Pengendalian cemaran mikroba pada bahan pangan asal ternak
(daging dan susu) mulai dari peternakan sampai dihidangkan. Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat. Lembang.
Saryono. 2011. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jogjakarta: Mitra Cendikia
Standar Nasional Indonesia. 2006. SNI 01-2332 Penentuan Coliform dan E. Coli
Pada Produk Susu.
73
Suardna, I.W dan Swacita, I.B.N. 2009. Higiene Makanan. Bali: Udayana
Unifersity Press
Sugiyono. 2011. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Cv Alfabeta
Sujarweni, V.Wiratna. 2014. Metode Penelitian Keperawatan. Yogyakarta. Gava
Medika
Sumartini, Ni Nyoman.2014. Karya Tulis Ilmiah Hubungan Antara Tingkat
Pengetahuan Peternak Dengan Keadaan Sanitasi Kandang Ternak Ayam
Dalam Upaya Pencegahan Penyakit Flu Burung. Universitas Udayana.
Bali.dikutip dari https://fapet.unud.ac.id pada tanggal20 April
Syarif, Erik K, Hariant, Bagus. 2011. Buku Pintar Beternak an Bisnis Sapi
Perah.Jakarta: PT Agro Media Pustaka.
Timmreck, Thomas 2005. Epidemiologi Suatu Pengantar Edisi 2.Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC
Wijiastutik Dewik. 2012. Hubungan Higiene dan Sanitasi Pemerahan Susu Sapi
dengan Total plate count pada Susu Sapi di Peternakan Sapi Perah Desa
Manggis Kabupaten Boyolali. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol 1, Nomor
2, Tahun 2012, Halaman 934-944. http://ejournals
1.undip.ac.id/index.php/jkm.
Yasril.2009. Teknik Sampling Untuk Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Graha
Ilmu
Yusuf, Akhmad yusuf.2011. Tingkat Kontaminasi Escherichia Coli pada Susu
Segar di Kawasan Gunung Perak Kabupaten Sinjai. Fakultas Peternakan
Universitas Hasanuddin. Makassar.
74
LAMPIRAN 1 IJIN PRAKTIKUM LABORATORIUM
75
LAMPIRAN 2 BALASAN KESBANGPOL PONOROGO
76
LAMPIRAN 3 SURAT BALASAN LAB SMK 3 MADIUN
77
keterangan: 1. Sampel susu yang tidak memenuhi syarat (+) sebanyak 18 sampel
2.Sampel susu yang memenuhi syarat sebanyak (-) sebanyak 6 sampel
78
LAMPIRAN 4 LEMBAR KONSUL
79
LAMPIRAN 5 INFORMED CONSENT
(Informed Consent)
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Yang bertandatangan dibawah ini:
Nama :
No Responden :
Umur :
Jenis Kelamin :
Alamat :
Telah mendapatkan keterangan secara terperinci dan jelas serta manfaat
penelitian dengan judul hubungan higiene sanitasi pemerah susu sapi dengan
keberadaan bakteri coliform di Desa Bedrug Kecamatan Pulung Kabupaten
Poorogo Tahun 2018. Saya bersedia secara sukarela untuk menjadi responden
pada penelitian dengan penuh kesadaran serta tanpa keterpaksaan.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar- benarnya tanpa
tekanan dari pihak manapun.
Ponorogo,19 Juni2018
Responden
80
LAMPIRAN 6 KUESIONER
KUESIONER PENELITIAN
HUBUNGAN ANTARA HIGIENE SANITASI PEMERAH SUSU SAPI
TERHADAP BAKTERI COLIFORM DI DESA BEDRUG KECAMATAN
PULUNG KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2018
Nama :
Usia :
Jenis Kelamin :
Pendidikan Terakhir :
Petunjuk : Isilah pertanyaan dibawah ini dengan tanda silang (x) sesuai dengan
kondisi yang sebenarnya!
I. Higiene pemerah
1. Apakah anda sudah pernah menerima sosialisasi tentang pola hidup bersih dan
sehat selama bekerja sebagai peternak ?
a. Pernah b. Tidak pernah
2. Apakah anda mencuci tangan sebelum melakukan pemerahan?
a. Ya b. Tidak
3. Apakah andamenggunakan pelicin untuk memerah susu agar pemerahan terasa
mudah?
a. Ya b. Tidak
II Sanitasi Peralatan
1. Apakah peralatan/ wadah susu/ milkcan yang digunakan langsung dibersihkan
setelah digunakan?
a. Ya b. Tidak
2. Apakah anda membersihkan peralatan memerah dengan menggunakan air
hangat- hangat dan sabun?
a. Ya
b. Tidak
81
LAMPIRAN 7 LEMBAR OBSERVASI
LEMBAR OBSERVASI
HUBUNGAN ANTARA HIGIENE SANITASI PEMERAH SUSU SAPI
TERHADAP BAKTERI COLIFORM DI DESA BEDRUG KECAMATAN
PULUNG KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2018
Nama :
Usia :
Jenis Kelamin :
Pendidikan Terakhir :
Sanitasi Kandang
No. Parameter Yang Diamati Ya Tidak
1. Kandang dibersihkan sebelum melakukan
pemerahan
2. Jarak pembuangan limbah ≥ 25 m dari kandang
82
LAMPIRAN 8 TABULASI DATA
NO RES
HYGIENE PEMERAH
TOTAL KATEGORI
SANITASI PERALATAN
TOTAT KATEGORI
SANITASI KANDANG
TOTAL KATEGORI 1 2 3 1 2 1 2
1 1 1 1 3 1 1 1 2 1 1 0 1 1
2 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
5 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
6 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1
7 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
8 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
9 0 1 1 2 1 0 0 0 0 1 0 1 1
10 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1
11 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
12 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
13 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1
14 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
15 0 1 1 2 1 0 0 0 0 1 0 1 1
16 1 1 1 3 1 1 1 2 1 1 0 1 1
17 1 1 1 3 1 1 1 2 1 1 0 1 1
18 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0
19 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0
20 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
21 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1
22 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1
23 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0
24 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0
JUMLAH TDK MEMENUHI SYARAT 21 24 19 - - 16 21 - - 14 24 - -
83
LAMPIRAN 9 DISTRIBUSI FREKUENSI
Frequency Table
keberadaan_bakteri_coliform
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak memenuhi syarat 18 75.0 75.0 75.0
memenuhi syarat 6 25.0 25.0 100.0
Total 24 100.0 100.0
hygiene_pemerah
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid hygiene pemerah buruk 18 75.0 75.0 75.0
hygiene pemerah baik 6 25.0 25.0 100.0
Total 24 100.0 100.0
84
sanitasi_kandang
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid sanitasi kandang buruk 14 58.3 58.3 58.3
sanitasi kandang baik 10 41.7 41.7 100.0
Total 24 100.0 100.0
sanitasi_peralatan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid sanitasi peralatan buruk 16 66.7 66.7 66.7
sanitasi peralatan baik 8 33.3 33.3 100.0
Total 24 100.0 100.0
85
LAMPIRAN 10 ANALISIS BIVARIAT
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
hygiene_pemerah *
keberadaan_bakteri_coliform 24 100.0% 0 .0% 24 100.0%
hygiene_pemerah * keberadaan_bakteri_coliform Crosstabulation
keberadaan_bakteri_coliform
Total
tidak
memenuhi
syarat
memenuhi
syarat
hygiene_pemerah hygiene buruk Count 16 1 17
Expected Count 12.8 4.2 17.0
% within
hygiene_pemerah 94.1% 5.9% 100.0%
hygiene baik Count 2 5 7
Expected Count 5.2 1.8 7.0
% within
hygiene_pemerah 28.6% 71.4% 100.0%
Total Count 18 6 24
86
Expected Count 18.0 6.0 24.0
% within
hygiene_pemerah 75.0% 25.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 11.361a 1 .001
Continuity Correctionb 8.134 1 .004
Likelihood Ratio 11.010 1 .001
Fisher's Exact Test .003 .003
Linear-by-Linear
Association 10.888 1 .001
N of Valid Casesb 24
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.75.
b. Computed only for a 2x2 table
Symmetric Measures
Value Approx. Sig.
Nominal by Nominal Contingency Coefficient .567 .001
N of Valid Cases 24
87
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for
hygiene_pemerah (hygiene
buruk / hygiene baik)
40.000 2.965 539.645
For cohort
keberadaan_bakteri_coliform
= tidak memenuhi syarat
3.294 1.015 10.692
For cohort
keberadaan_bakteri_coliform
= memenuhi syarat
.082 .012 .584
N of Valid Cases 24
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
sanitasi_kandang *
keberadaan_bakteri_coliform 24 100.0% 0 .0% 24 100.0%
88
sanitasi_kandang * keberadaan_bakteri_coliform Crosstabulation
keberadaan_bakteri_coliform
Total
tidak
memenuhi
syarat
memenuhi
syarat
sanitasi_kandang sanitasi kandang buruk Count 14 0 14
Expected Count 10.5 3.5 14.0
% within
sanitasi_kandang 100.0% .0% 100.0%
sanitasi kandang baik Count 4 6 10
Expected Count 7.5 2.5 10.0
% within
sanitasi_kandang 40.0% 60.0% 100.0%
Total Count 18 6 24
Expected Count 18.0 6.0 24.0
% within
sanitasi_kandang 75.0% 25.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 11.200a 1 .001
Continuity Correctionb 8.229 1 .004
89
Likelihood Ratio 13.532 1 .000
Fisher's Exact Test .002 .002
Linear-by-Linear Association 10.733 1 .001
N of Valid Casesb 24
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.50.
b. Computed only for a 2x2 table
Symmetric Measures
Value Approx. Sig.
Nominal by Nominal Contingency Coefficient .564 .001
N of Valid Cases 24
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
For cohort
keberadaan_bakteri_coliform
= tidak memenuhi syarat
2.500 1.170 5.341
N of Valid Cases 24
90
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
sanitasi_peralatan *
keberadaan_bakteri_coliform 24 100.0% 0 .0% 24 100.0%
sanitasi_peralatan * keberadaan_bakteri_coliform Crosstabulation
keberadaan_bakteri_coliform
Total
tidak
memenuhi
syarat
memenuhi
syarat
sanitasi_peralatan sanitasi peralatan buruk Count 15 1 16
Expected Count 12.0 4.0 16.0
% within
sanitasi_peralatan 93.8% 6.2% 100.0%
sanitasi peralatan baik Count 3 5 8
Expected Count 6.0 2.0 8.0
% within
sanitasi_peralatan 37.5% 62.5% 100.0%
Total Count 18 6 24
91
Expected Count 18.0 6.0 24.0
% within
sanitasi_peralatan 75.0% 25.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 9.000a 1 .003
Continuity Correctionb 6.250 1 .012
Likelihood Ratio 8.926 1 .003
Fisher's Exact Test .007 .007
Linear-by-Linear Association 8.625 1 .003
N of Valid Casesb 24
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.00.
b. Computed only for a 2x2 table
Symmetric Measures
Value Approx. Sig.
Nominal by Nominal Contingency Coefficient .522 .003
N of Valid Cases 24
92
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for
sanitasi_peralatan (sanitasi
peralatan buruk / sanitasi
peralatan baik)
25.000 2.095 298.287
For cohort
keberadaan_bakteri_coliform
= tidak memenuhi syarat
2.500 1.013 6.171
For cohort
keberadaan_bakteri_coliform
= memenuhi syarat
.100 .014 .719
N of Valid Cases 24
93
LAMPIRAN 11 DOKUMENTASI
Gambar 1: pemerah menggunakan gayumg untuk menampung susu
Gambar 2: jarak pembuangan limbah dekat dengan kandang
94
Gambar 3: memanaskan mulut botol menggunakan bunsen
Gambar 4: sterilisasi tangan sebelum pengambilan sampel
95
Gambar 5: proses pemerahan Gambar6:pengambilan sampel
Gambar 7: pengukuran jarak kandang dengan pembuangan limbah
96
Gambar 8 pembersihan kandang Gambar 9 pengisian kuesioner
Gambar 10 pengisian kuesioner
97
LAMPIRAN 12 LEMBAR REVISI SKRIPSI