skripsi hubungan pengetahuan tentang makanan …repository.stikes-bhm.ac.id/390/1/skripsi cd.pdf ·...
TRANSCRIPT
iii
SKRIPSI
HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG MAKANAN SEHAT
DENGAN PERILAKU JAJAN PADA ANAK SD MA’ARIF PONOROGO
TAHUN 2016
Diajukan untuk memenuhi Salah satu persyaratan dalam mencapai gelar Sarjana
Kesehatan Masyarakat (S.KM)
Oleh :
GALUH PUTRI CANDRARINI
NIM : 201203015
PRODI S1 KESEHATAN MASYARAKAT
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
2017
iv
v
vi
HUBUNGAN PENGETAHUAN MAKANAN SEHAT DENGAN PERILAKU
JAJAN PADA ANAK SD MA’ARIF 1 PONOROGO TAHUN 2016.
(STUDI KASUS DI SD MA’ARIF PONOROGO)
GALUH PUTRI CANDRARINI
Makanan Sehat adalah makanan yang higienis dan bergizi mengandung protein, vitamin,
dan mineral. Anak usia sekolah rentan mengkonsumsi makanan tidak sehat padahal mereka
membutuhkan makanan sehat. Hal ini dipengaruhi dari tingkat pengetahuan karena tingkat
pengetahuan anak dapat mempengaruhi pilihan makanan yang akan dikonsumsi yang akan
berdampak pada perilaku jajan anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan
pengetahuan makanan sehat dengan perilaku jajan pada anak SD Ma’arif Ponorogo.
Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan pendekatan Cross Sectional. Populasi
penelitian sebanyak 150 dari pengetahuan baik siswa dengan sampel 60 responden. Sampel
ditentukan menggunakan tehnik purposive samping. Data diolah menggunakan metode
univariat dan bivariat dengan uji chi-square.
Berdasarkan hasil penelitian pengetahuan tentang makanan sehat di SD Ma’arif Ponorogo
yang pengetahuan baik sebesar 56,7% responden, dan perilaku jajan responden sebesar
51,7% . Hasil uji statistik yang dilakukan menggunakan uji Chi-Square di peroleh P Value
sebesar 0,627 > 0,05 dengan demikian maka hasil uji yang dilakukan antara pengetahuan
makanan sehat dengan perilaku jajan pada anak dikatakan tidak ada hubungan, Tetapi terlihat
kecenderungan bahwa anak yang pengetahuannya kurang lebih sering jajan di bandingkan
dengan anak yang pengetahuannya baik..
Saran yang dapat diberikan pihak sekolah dan peran orang tua lebih menyadari pentingnya
asupan nutrisi untuk anak usia sekolah yang tingkat aktivitasnya tinggi dengan meningkatkan
pengetahuan anak tentang makanan sehat dan perilaku makan yang sehat.
Kata Kunci : Pengetahuan, Perilaku, Anak
vii
ABSTRACT
HEALTHY FOOD KNOWLEDGE CONNECTION WITH BEHAVIOR IN
CHILDREN SD MA'ARIF PONOROGO 2016.
(CASE STUDY IN SD MA'ARIF PONOROGO)
GALUH PUTRI CANDRARINI
Healthy foods are hygenic and nutritious food that contain proteins. vitamins and minerals.
School age children are prone to eating unhealthy foods when they need healthy food.
This is influenced by the level of knowledge because the level of child knowledge can
influence the food choices to be consumed which will impact on Childteens behavior. This
study aims to know the relationship of healthy food knowledge with the behavior of snacks in
elementary school children in Ma'arif Ponorogo.
This type of research is quantitative with Cross Sectional approach.Research sample is 150
from the good knowledge of students with sample 60 respondents. Sample determined by
using purposive samping technique. Data is processed using univariate and bivariate method
with chi-square test. Based on research result about heathy food in SD Ma'arif Ponorogo with
good knowledge of 56.7% of respondents,and respondents' snack behavior as much as 51.7%.
This statistical test results performed by Chi-Square test obtained P value of 0.627 > 0.05 so
that the results of tests conducted between knowledge healthy food with kids behavior is said
to be non-existent, but it appears that the tendency of children to know less often is to
compare with children with good knowledge. The school can give and the role of parents is
more aware of the importance of nutrition intake for school age children. The activity level A
high by increasing the child's knowledge of healthy food and eating habits.
Keywords: Knowledge, Behavior, Child
viii
HALAMAN PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Galuh Putri Candrarini
NIM : 201203015
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil pekerjaan saya sendiri dan di dalamnya
tidak terdapat karya yang pernah diajukan dalam memperoleh gelar (Sarjana) di suatu
perguruan tinggi dan lembaga pendidikan lainnya. Pengetahuan yang diperoleh dari hasil
penerbitan baik yang sudah maupun belum/tidak di publikasikan, sumbernya dijelaskan
dalam tulisan dan daftar pustaka.
Madiun, Agustus 2017
Galuh Putri Candrarini
201203015
ix
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Galuh Putri Candrarini
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat dan Tanggal Lahir : Ponorogo, 30 – Agustus - 1993
Agama : Islam
Alamat : Jl. Soedono Soekirdjo C 28 Perumda – Keniten- Ponorogo
Email : [email protected]
Riwayat Pendidikan : Lulus TK Bustanul Athfal Ponorogo Tahun 2000.
Lulus SDN Keniten 1 Ponorogo Tahun 2006.
Lulus SMP Negeri 3 Ponorogo Tahun 2009.
Lulus SMA Bakti Ponorogo Tahun 2012.
Riwayat Pekerjaan : Mahasiswa
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas segala rahmat yang dilimpahkan-
Nya sehingga pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul
“HUBUNGAN PENGETAHUAN MAKANAN SEHAT DENGAN PERILAKU JAJAN
PADA ANAK SD MA’ARIF PONOROGO”. Penulis membuat skripsi ini untuk memenuhi
sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat STIKES
Bhakti Husada Mulia Madiun
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak mungkin akan terwujud apabila
tidak ada bantuan dari berbagai pihak, melalui kesempatan ini izinkan penulis menyampaikan
ucapan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Zainal Abidin, S.KM.,M.Kes.,(Epid) selaku Ketua STIKES Bhakti Husada
Mulia Madiun.
2. Ibu Avicena Sakufa Marsinta, S.KM., M.Kes., selaku Ketua Program Studi S1
Kesehatan Masyarakat STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun.
3. Bapak H.Edy Bachrun, S.KM.,M.Kes selaku sebagai dewan penguji skripsi yang telah
memberikan bimbingan dan masukan yang bermanfaat dalam skripsi ini.
4. Ibu Riska Ratnawati S.K.M.,M.Kes selaku pembimbing 1 skripsi yang telah
memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.
5. Ibu Heni Eka Puji Lestari, S.ST.,M.Kes selaku pembimbing 2 skripsi yang telah
memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.
6. Seluruh Dosen Prodi S1 Kesehatan Masyarakat yang tidak dapat penulis sebutkan
satu persatu, terima kasih aats segala ilmu dan pengarahan yang telah diberikan
kepada saya.
xi
7. Kedua orang tuaku tercinta, Ayahku Adnan bin Ahmad dan mamaku Eko Ani
Marsudi Nastuti yang telah memberikan kasih sayang, support dan selalu mendoakan.
8. Akung dan Almh.Uti yang telah mendidik dan memberikan dukungan, doa dan
nasihat kepada saya.
9. Semua pihak yang telah mendukung skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan
satu persatu.
Semoga Tuhan yang Maha Esa melimpahkan rahmat-Nya dan membalas
semua amal kebaikan mereka. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari
sempurna, karena terbatasnya kemampuan dan pengalaman penulis. Oleh karena itu,
segala kritik dan saran yang membangun akan penulis terima dengan senang hati.
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak
yang berkepentingan.
Madiun, Agustus 2017
( Galuh Putri Candrarini )
xii
DAFTAR ISI
Sampul Depan. .................................................................................................................... i
Sampul Dalam. ................................................................................................................... ii
Lembar Persetujuan. .......................................................................................................... iii
Lembar Pengesahan. .......................................................................................................... iv
Abstrak. .............................................................................................................................. v
Abstrack. ............................................................................................................................ vi
Halaman Pernyataan. ........................................................................................................ vii
Daftar Riwayat Hidup. ...................................................................................................... viii
Kata Pengantar. .................................................................................................................. ix
Daftar Isi. ........................................................................................................................... xi
Daftar Tabel. ..................................................................................................................... xiii
Daftar Lampiran. ............................................................................................................... xiv
Daftar Istilah. .................................................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang.................................................................................................... 1
1.2.Rumusan Masalah. ............................................................................................. 4
1.3.Tujuan Penelitian. ............................................................................................... 5
1.4.Manfaat Penelitian. ............................................................................................. 5
1.5.Keaslian. ............................................................................................................. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Makanan Sehat ................................................................................................... 7
2.2.Syarat Makanan Jajanan Sehat. .......................................................................... 8
2.3.Perilaku Jajan Anak. .......................................................................................... 10
2.4.Anak Usia Sekolah. ........................................................................................... 16
2.5.Kebutuhan Gizi Anak Sekolah. ......................................................................... 18
2.6.Faktor yang Mempengaruhi pilihan anak terhadap Makanan. .......................... 20
2.7.Makanan Jajanan. .............................................................................................. 20
xiii
2.8.Dampak Makanan jajanan pada anak. .............................................................. 23
2.9.Masalah Gizi Anak Usia Sekolah. ..................................................................... 24
2.10.Pola dan Menu Makan untuk anak usia sekolah. ............................................ 25
BAB III. KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESA PENELITIAN
3.1. Kerangka Konseptual. ........................................................................................
3.2. Hipotesa Penelitian. .........................................................................................
BAB IV. METODE PENELITIAN
4.1. Rencana Penelitian. ......................................................................................... 29
4.2. Populasi dan Sampel. ...................................................................................... 29
4.3. Teknik Sampling. ............................................................................................ 31
4.4. Lokasi Penelitian. ............................................................................................ 31
4.5. Kerangka kerja Penelitian. .............................................................................. 32
4.6. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. ................................................ 34
4.7. Instrumen Penelitian. ....................................................................................... 35
4.8. Lokasi dan Waktu Penelitian. .......................................................................... 36
4.9. Prosedur Pengumpulan Data. .......................................................................... 36
4.10.Teknik Analisa..................................................................................................38
4.11. Etika Penelitian................................................................................................40
BAB V . HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1.Gambaran Umum Sekolah. ............................................................................... 43
5.1.1. Visi dan Misi SD Ma’arif Ponorogo. ...................................................... 45
5.1.2. Distribusi frekuensi Karakterisktik Siswa. ............................................. 46
5.1.3. Hasil analisa bivariat. .............................................................................. 48
5.2.Hasil Pembahasan. ............................................................................................. 50
5.2.1. Pengetahuan Makanan Sehat pada siswa SD Ma’arif Ponorogo. ........... 50
5.2.2. Perilaku jajan siswa SD Ma’arif 1 Ponorogo. ......................................... 52
5.2.3. Hubungan Pengetahuan Makanan Sehat dengan Perilaku jajan pada siswa
SD Ma’arif Ponorogo. ............................................................................. 53
BAB VI . KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan ....................................................................................................... 56
6.2.Saran. ................................................................................................................. 56
DAFTAR PUSTAKA
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1. Keaslian. ........................................................................................................... 6
Tabel 4.1. Definisi Operasional. ....................................................................................... 35
Tabel 5.1. Jumlah Guru dan Karyawan SD Ma’arif Ponorogo......................................... 45
Tabel 5.2. Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin. ............................. 46
Tabel 5.3. Distribusi frekuensi responden berdasarkan usia..............................................46
Tabel 5.5. Distribusi karakteristik siswa berdasarkan kebiasaan membawa bekal pada siswa
SD Ma’arif Ponorogo. .................................................................................... 47
Tabel 5.6. Distribusi karakteristik siswa berdasarkan pengetahuan tentang makanan Sehat
siswa SD Ma’arif Ponorogo. .......................................................................... 48
Tabel 5.7. Distribusi karakteristik siswa berdasarkan perilaku jajan siswa SD Ma’arif
Ponorogo. ....................................................................................................... 48
Tabel 5.8. Tabulasi silang Hubungan Pengetahuan Makanan Sehat dengan Perilaku jajan
siswa-siswi SD Ma’arif Ponorogo ................................................................. 49
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Surat Ijin Penelitian
Lampiran 2 : Surat Selesai Penelitian
Lampiran 3 : Kuesioner Data Responden
Lampiran 4 : Data Pengetahuan Responden
Lampiran 5 : Data Perilaku Responden
Lampiran 6 : Hasil Rekapitulasi Data Responden
Lampiran 7 : Hasil Pengolahan Data SPSS
Lampiran 8 : Dokumentasi
xvi
DAFTAR ISTILAH
PJAS : Pangan Jajanan Anak Sekolah
Insiden : Kejadian
Perio Prevalen : Jumlah penderita lama dan baru suatu penyakit yang
ditemukan pada suatu kelompok
Prevalensi : Seberapa sering suatu penyakit terjadi
IMT : Indeks Masa Tubuh
Hygienis : Kebersihan yang terjaga
Spesifik : Bersifat khusus
Respons : Reaksi yang timbul karena suatu rangsangan
Stimulus : Rangsangan dari luar
Unobservable Behavior : Perilaku yang tidak teramati
Covert behavior : Perilaku tertutup
Overt behavior : Perilaku terbuka
Afektif : Mempengaruhi keadaan
Pra natal : Sebelum dilahirkan
Post-natal : Sesudah di lahirkan
FAO : Food Association Organization
Kognisi : Kegiatan / proses memperoleh pengetahuan
Bias : Simpangan
Mengklasifikasikan : Menggolongkan menurut jenis
Releven : Saling Berkaitan
Data base : Data dasar
Coding : Mengklasifikasikan data dengan memberikan kode menurut
jenisnya.
Scoring : Memberikan penilaian terhadap item-item yang perlu diberi
penilaian
Tabulating : Membuat tabel jawaban – jawaban yang telah diberi kode
kemudian dimasukkan kedalam tabel
Editing : Melakukan pengecekan ulang terhadap isian formulir
xvii
NU : Nahdlatul Ulama
APE : Alat Permainan Edukatif
MIPA : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
PKN : Pendidikan Kewarganegaraan
IPS :Ilmu Pengetahuan Sosial
Sains :Pengetahuan
UKS :Usaha Kesehatan Sekolah
OR (Odd Ratio) : Ukuran faktor risiko dengan kejadian
Distribusi : Pembagian
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Makanan sehat adalah makanan yang higienis dan bergizi mengandung
protein, vitamin, dan mineral. Agar makanan sehat bagi konsumen diperlukan syarat
khusus antara lain pengolahan yang memenuhi syarat, dan cara penyimpanan yang
benar. Makanan sehat selain di tentukan oleh kondisi sanitasi juga di tentukan oleh
macam makanan yang mengandung karbohidrat, protein, lemak, dan mineral (Irianto,
2007)
Makanan yang termasuk dalam makanan sehat yaitu dalam kategori buah, yaitu
pepaya, stroberi, jeruk, kiwi, semangka, kesemek, mangga, dan jambu, Kategori
sayuran termasuk didalam nya selada, brokoli, seledri, terong, wortel, sawi hijau dan
sawi putih. Kategori daging antara lain angsa dan ayam, kategori kacang-kacangan
antara lain kacang polong, kacang tanah, kedelai (Rusilanti, 2014).
Makanan yang termasuk tidak sehat yaitu semua gorengan karena
mengandung lemak jenuh,makanan dalam kaleng, dan makanan instan karena
mengandung sedikit gizi dan sdikit vitamin, makanan yang diasinkan karena
tingginya kadar garam dan makanan beku termasuk didalamnya es krim (Rusilanti,
2014)
Berdasarkan data pengawasan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) yang
dilakukan oleh BPOM RI Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan berasama 26
Balai Besar/Balai POM di seluruh Indonesia pada tahun 2007, sebesar 45%
Panganan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) tidak memenuhi syarat karena mengandung
bahan kimia berbahaya seperti formalin, boraks, rhodamin, Bahan Tambahan Pangan
(BTP) seperti siklamat dan benzoat yang melebihi batas aman, serta cemaran
2
mikrobiologi (BPOM RI, 2009). Pada tahun 2008-2010 dinyatakan bahwa sebesar
40-44 & Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) juga tidak memenuhi syarat (BPOM
RI, 2011).
Berdasarkan Survei Pendahuluan yang dilakukan melalui observasi pada SD
Ma’arif 1 Ponorogo bahwa di jumpai banyak penjual jajanan di depan sekolah
tersebut di antaranya seperti penthol bakso, es cincau, dan gorengan. Para siswa SD
juga sering di jumpai membeli makanan jajanan tersebut selitar 75% siswa suka
membeli jajan tersebut selain murah jajanan tersebut juga bervariasi sehingga para
siswa bisa memilih jajanan apa yang akan dibeli.
Perilaku mengkonsumsi makanan tidak sehat di karenakan semakin banyaknya
makanan-makanan seperti makanan cepat saji yang mudah di dapatkan sehingga
masyarakat banyak memilih makanan cepat saji dan kurang memperhatikan
kebutuhan gizi yang terdapat pada makanan tersebut (Putra, 2009). Perilaku
konsumsi makanan instan paling sering di jumpai pada anak usia sekolah. Pada anak
sekolah membutuhkan makanan yang cukup secara kuantitas dan kualitas agar
memiliki keadaan atau status gizi yang baik. Anak sekolah merupakan konsumen
makanan yang telah aktif dan mandiri dalam menentukan makanan yang
dikehendakinya, baik makanan jajanan di sekolah maupun di tempat penjualan
lainnya. Anak sekolah umumnya setiap hari menghabiskan sepertiga waktunya di
sekolah (Suci, 2009)
Makanan jajanan sekolah merupakan masalah yang perlu menjadi perhatian
masyarakat, khususnya orang tua, pendidik, dan pengelola sekolah. Makanan jajanan
adalah makanan yang banyak ditemukan di pingggir jalan yang di jajakan dalam
berbagia bentuk , warna , rasa serta ukuran sehingga menarik minat dan perhatian
orang utuk membelinya (Irianto,K 2007). Selama ini masih banyak jajanan sekolah
3
yang kurang terjamin kesehatannya dan berpotensi menyebabkan keracunan. Dengan
banyaknya makanan yang mengandung bahan kimia berbahaya di pasaran, kantin -
kantin sekolah, dan penjaja makanan di sekitar sekolah merupakan agen penting yang
bisa membuat siswa mengkonsumsi makanan tidak sehat. Sebuah survei di 220
Kabupaten dan kota di Indonesia menemukan hanya 16% sekolah yang memenuhi
syarat pengelolaan kantin sehat (Suci, 2009).
Banyak sekali faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan diantaranya
faktor lingkungan , perilaku , pelayanan kesehatan , dan keturunan (Notoatmodjo,
2007).
Perilaku jajan yang terlalu sering dan menjadi kebiasaan akan berakibat
negatif, diantaranya nafsu makan anak yang menurun, makanan yang tidak hygienis
akan menimbulkan berbagai penyakit salah satunya terjadinya diare pada anak,
kandungan gizi yg kurang juga dapat mengakibatkan gizi kurang pada anak karena
kandungan gizinya belum tentu terjamin (Irianto, 2007)
Untuk mengurangi paparan anak sekolah terhadap makanan jajanan yang tidak
sehat dan tidak aman, perlu dilakukan usaha promosi keamanan pangan baik kepada
pihak sekolah, guru, orang tua, murid, serta pedagang. Sekolah dan pemerintah perlu
menggiatkan kembali UKS (Usaha Kesehatan Sekolah). Materi komunikasi tentang
keamanan pangan yang sudah pernah dilakukan oleh Badan POM dan Departemen
Kesehatan dapat di tingkatkan penggunaannya sebagai alat bantu penyuluhan
keamanan pangan di sekolah-sekolah (Judarwanto, 2011).
Perlu diupayakan pemberian makanan ringan atau makan siang yang
dilakukan di lingkungan sekolah atau orang tua membawakan bekal ke sekolah. Hal
ini dilakukan untuk mencegah agar anak tidak sembarang jajan. Koordinasi oleh
pihak sekolah, orang tua murid dibawah konsultasi dokter sekolah atau Pusat
4
Kesehatan Masyarakat setempat untuk dapat menyajikan makanan ringan pada waktu
keluar istirahat yang bisa diatur porsi dan nilai gizinya. Upaya ini tentunya akan lebih
murah dibanding anak jajan diluar disekolah yang tidak ada jaminan gizi dan
kebersihannya (Judarwanto, 2011)
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut dirumuskan masalah : ”Apakah ada hubungan
antara pengetahuan tentang makanan sehat dengan perilaku jajan pada anak SD
Ma’arif 1 Ponorogo?”
1.3. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan antara pengetahuan tentang makanan sehat
dengan perilaku jajan pada anak SD Ma’arif 1 Ponorogo
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan tentang makanan sehat pada anak SD
Ma’arif 1 Ponorogo
b. Mengidentifikasi perilaku jajan pada anak SD Ma’arif 1 Ponorogo
c. Menganalisis Hubungan antara pengetahuan tentang makanan sehat dengan
perilaku jajan pada anak SD Ma’arif 1 Ponorogo
1.4. Manfaat Penelitian
1. Bagi Institusi Sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada pengelola
makanan jajanan dari pihak sekolah dalam melakukan intervensi dan
pemantauan terhadap penjual makanan jajanan di lingkungan sekolah.
2. Bagi Responden
5
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada responden
akan pentingnya pengetahuan dan sikap untuk memperbaiki perilaku dalam
memilih makanan jajanan anak sekolah dasar.
3. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan dan sebagai
pengalaman dalam merealisasikan teori yang telah didapat, khususnya
mengenai mengenai hubungan tingkat pengetahuan tentang makanan sehat
dengan perilaku anak memilih jenis makanan di sekolah dasar.
1.5. Keaslian
Tabel 1.1. Keaslian
No Nama Tahun Judul Metode Penelitian Analisa
Data
Responden
1 PURTIANTI 2010 Hubungan
Pengetahuan dan
Sikap Mengenai
jajanan dengan
perilaku anak
memilih makanan
di SDIT
Muhammadiyah AL
Kautsar Gumpang
Kertasura
Jenis penelitian
obvservasional
dengan
pendekatan
crossectional
Uji Korelasi
Rank
Spearman
Sampel
dalam
penelitian ini
adalah siswa
kelas IV dan
V
2 CH.HILDA
WIHIDA
2013 Hubungan
Pengetahuan
Memilih jajan
dengan status gizi
siswa sekolah dasar
di SDN
Karangasem 3
Surakarta
Jenis Penelitian
obvservasional
denga metode
pendekatan cross
sectional
Uji Korelasi
Rank
Spearman
Responden
dalam
penelitian ini
adalah siswa
dan siswi
kelas III dan
IV
3 GALUH PUTRI
CANDRARINI
2017 Hubungan
Pengetahuan
Makanan Sehat
dengan Perilaku
Jajan pada Anak SD
Ma;arif Ponorogo
tahun 2016
Jenis Penelitian
deskriptif analitik
dengan metode
pendekatan cross
sectional
Uji Chi
Square
Responden
dalam
penelitian ini
adalah siswa
kelas VI, V,
dan VI
Berdasarkan tabel diatas perbedaan penelitian sebelumnya adalah pada tahun
penelitian yang dilakukan penelitian ini di lakukan pada tahun 2016 di SD Ma’arif Ponorogo
6
dengan variabel pengetahuan, dan perilaku yang diteliti. Jenis penelitian deskriptif analitik
dengan metode pendekatan cross sectional yang menggunakan uji chi square dengan
responden yang diteliti kelas IV, V, dan VI.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Makanan Sehat
Makanan sehat adalah makanan yang higienis dan bergizi mengandung
protein, vitamin, dan mineral. Agar makanan sehat bagi konsumen diperlukan syarat
khusus antara lain pengolahan yang memenuhi syarat, dan cara penyimpanan yang
benar. Makanan sehat selain di tentukan oleh kondisi sanitasi juga di tentukan oleh
macam makanan yang mengandung karbohidrat, protein, lemak, dan mineral
(Mukono, 2006)
Zat-zat yang terkandung dalam makanan sehat yaitu :
a. Protein
b. Protein adalah senyawa kimia yang mengandung asam amino, tersusun atas
atom-atom C, H, O dan N. Protein berfungsi untuk membangun sel tubuh,
mengganti sel tubuh, membuat protein darah, menjaga keseimbangan asam
basa cairan tubuh, memberi kalori (Irianto, 2007).
c. Mineral
Mineral adalah zat organik yang diperlukan oleh tubuh dalam jumlah kecil
untuk membantu reaksi fungsional tubuh, misalnya untuk memelihara
keteraturan metabolisme (Irianto, 2007)
c. Vitamin
Vitamin adalah senyawa organik yang diperlukan oleh tubuh dalam jumlah
sangat sedikit untuk mengatur fungsi-fungsi tubuh yang spesifik, seperti
pertumbuhan normal, memelihara kesehatan dan reproduksi. dan pada
umumnya tidak didapat, dibentuk oleh tubuh. Oleh karena itu harus diperoleh
dari makanan (Irianto, 2007)
8
2.2. Perilaku jajan Anak
Sehubungan dengan masalah Gizi, perilaku terhadap makanan (Nutrition behaviour)
adalah respon seseorang terhadap makanan sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan.
Perilaku ini meliputi pengetahuan, persepsi, sikap dan praktek terhadap makanan
serta unsur-unsur yang terkandung di dalamnya (Zat gizi), pengelolaan makanan dan
sebagainya sehubungan dengan kebutuhan kita. Menurut Lawrence Green, praktek
tersebut di pengaruhi 3 faktor utama, antara lain :
1) Faktor predisposisi (Predisposing factors)
Fakor-faktor yang mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang antara lain
pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, tradisi dan sebagainya
yang berkaitan dengan kesehatan. Faktor ini mempermudah terwujudnya
perilaku, maka sering disebut sebagai faktor pemudah.
2) Faktor pemungkin (enabling factors)
Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas terjadinya
perilaku kesehatan. Fasilitas ini pada hakikatnya mendukung atau
memungkinkan terjadinya perilaku kesehatan, maka faktor ini disebut sebagai
faktor pendukung atau faktor pemungkin.
3) Faktor pendorong atau penguat (Reinforcing factors)
Faktor-faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku yang
meliputi faktor sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan,
tokoh masyarakat (toma), tokoh agama (toma) (Notoatmodjo, 2010)
2.2.1. Perilaku.
a. Pengertian
9
Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang
mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara,
menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya.
Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia
adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung,
maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2010).
Perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus
(rangsangan dari luar) Skiner, 1938 ; Notoatmodjo, 2010)
1. Bentuk respons
Perilaku manusia terjadi melalu proses : Stimulus → Organisme →
Respons, sehingga teori oleh Skiner ini disebut teori “S-O-R” (stimulus –
organisme – respons). Selanjutnya teori ini menjelaskan adanya dua jenis
respons, yaitu :
a. Respondent respons atau reflexive
Respon yang ditimbulkan oleh rangsangan – rangsangan (stimulus) tertentu
yang disebut eliciting stimulus, karena menimbulkan respons – respons yang
relatif tetap.
b. Operant respons atau instrumental respons
Respon yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau
forcing stimulus atau reinforcer, karena berfungsi untuk memperkuat respons.
2. Macam – macam perilaku
Pengelompokkan perilaku manusia berdasarkan teori “S-O-R” menjadi
dua, yaitu :
a. Perlaku tertutup (covert behavior)
10
Perilaku tertutup terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut masih belum
dapat diamati orang lain (dari luar) secara jelas. Respons seseorang masih
terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan dan sikap
terhadap stimulus yang bersangkutan. Bentuk “unobservable behavior” atau
“covert behavior” yang dapat diukur adalah pengetahuan dan sikap.
b. Perilaku terbuka (overt behavor)
Perilaku terbuka ini terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut sudah
berupa tindakan atau praktik ini dapat diamati orang lain dari luar atau
“observable behavior”
c. Domain perilaku
Benyamin Bloom (1908) seorang ahli psikologi pendidikan membedakan
adanya 3 area, wilayah, ranah, atau domain perilaku ini, yakni kognitif
(cognitive), afektif (affektive) dan psikomotor (psychomotor). Kemudian oleh
ahli pendidikan di Indonesia, ketiga domain ini, diterjemahkan ke dalam cipta
(kognitif), rasa (afektif), dan karsa (psikomotor).
3. Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang
terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan
sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu pengindraan sehingga
menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas
perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan
seseorag diperoleh melalui indra pendengaran (telinga), dan indra
penglihatan (mata) (Notoatmodjo, 2010). Pengetahuan seseorang terhadap
objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda. Secara garis
besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan yaitu :
11
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada
sebelumnya setelah mengamati sesuatu.
b. Memahami (Comprehension)
Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak
sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat
mengintrepretasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut.
c. Aplikasi (aplication)
Aplikasi diartikan apaibila orang yag telah memahami objek yang dimaksud
dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut
pada situasi yang lain.
d. Analisis (analysis)
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan atau
memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komonen-komponen yang
terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa
pengetahuan seseorang itu sudah sampai pada tingkat analisis adalah apabila
orang tersebut telah dapat membedakan, atau memisahkan, mengelompokan,
membuat diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas objek tersebut.
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau
meletakkan dalam suatu hubungan yang logis dari komponen-komponen
pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain sintesis adalah suatu
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang
telah ada.
f. Evaluasi (evaluation)
12
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan penilaian
terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan
pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku
dimasyarakat.
2.3. Anak Usia Sekolah
Anak usia sekolah yaitu anak yang berusia 5-12 tahun. Pada golongan umur ini, gigi
geligi susu tanggal secara berangsur diganti dengan gigi permanen. Anak sudah lebih
aktif memilih makanan yang disukai. Kebutuhan energi lebih besar karena mereka
lebih banyak melakukan aktifitas fisik, misalnya olahraga, bermain, atau membantu
orang tua. Kebutuhan gizi pada kelompok ini terutama untuk pertumbuhan dan
aktifitas yang besar ( Rusilanti, 2014)
2.3.1. Karakteristik Anak Usia Sekolah
Tumbuh kembang anak merupakan hasil dari interaksi antara faktor genetik dan
faktor lingkungan, baik lingkungan sebelum anak dilahirkan maupun setelah anak
dilahirkan. Gizi merupakan salah satu faktor lingkungan fisik yang berpengaruh
terhadap proses tumbuhkembang fisik, sistem saraf dan otak serta tingkat kecerdasan
yang bersangkutan (Rusilanti, 2014)
Faktor-faktor lain yang mempengaruhi tumbuh kembang anak beberapa diantaranya
adalah :
1) Faktor Genetik
Faktor genetik merupakan modal dasr dalam pencapaian hasil akhir proses
tumbuh kembang anak. Melalui instruksi genetik yang terkandung didalam sel
telur yang dibuahi, dapat ditentukan kualitas dan kuantitas pertumbuhan.
Ditandai dengan intensitas dan kecepatan pembelahan, derajat sensitivitas
13
jaringan terhadap rangsangan, umur pubertas dan berhentinya pertumbuhan
tulang.
2) Faktor Lingkungan
Lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan tercapai atau tidaknya
potensi bawaan. Lingkungan yang cukup baik akan memungkinkan tercapainya
potensi bawaan. Faktor lingkungan secara garis besar dibagi menjadi dua bagian,
yaitu pranatal dan post-natal (Rusilanti, 2014).
a. Faktor lingkungan pranatal
Faktor lingkungan pranatal adalah gizi ibu pada waktu hamil, mekanis,
toksin/ zat kimia, endokrin, radiasi, infeksi, stres, imunitas, anoksi embrio.
b. Faktor lingkungan post-natal
Lingkungan post-natal secara umum dibagi menjadi beberapa bagian :
1) Lingkungan biologis ; terdiri ras/suku bangsa, jenis kelamin, umur, gizi,
perawatan kesehatan, kepekaan terhadap penyakit, penyakit kronis,
fungsi metabolisme, dan hormon-hormon seks.
2) Faktor Fisik ; seperti cuaca, musim, keadaan geografis suatu daerah,
sanitasi, keadaan rumah, struktur bangunan, ventilasi, cahaya dan
kepadatan hunian.
3) Faktor psikologis ; yaitu stimulasi, motivasi belajar, hukuman yang
wajar, kelompok sebaya, stres, sekolah, cinta dan kasih sayang, kualitas
interaksi antara anak dan orang tua.
4) Faktor keluarga dan adat istiadat ; meliputi pekerjaan, pendapatan
keluarga, pendidikan ayah/ibu, jumlah saudara, jenis kelamin dan
keluarga, stabilitas rumah tangga, kepribadian ayah/ ibu, adat istiadat,
norma-norma, agama, kehidupan politik masyarakat (Rusilanti, 2014)
14
2.4. Kebutuhan Gizi anak Sekolah
Kebutuhan energi golongan umur 10-12 tahun relatif lebih besar daripada golongan
7-9 tahun, pertumbuhan lebih cepat, terutama penambahan tinggi badan. Mulai umur
10-12 tahun, kebutuhan gizi anak laki-laki berbeda dengan anak perempuan. Anak
laki-laki lebih banyak melakukan aktifitas fisik sehingga membutuhkan energi lebih
banyak (Rusilanti, 2014)
Bertambahnya berbagai ukuran tubuh pada proses tumbuh, salah satunya dipengaruhi
oleh faktor gizi. Masukan gizi yang tepat, baik dalam jumlah maupun jenisnya
berpengaruh terhadap proses tubuh. Gizi yang dibutuhkan diantaranya :
1) Protein
Protein dibutuhkan untuk membangun dan memelihara otot, darah, kulit, tulang
dan jaringan serta organ-organ tubuh lain. Protein juga digunakan untuk
menyediakan energi. Protein terbuat dari asam amino dan diantaranya ada asam
amino yang tidak dapat dibuat dalam tubuh, oleh karenanya harus diperoleh dari
makanan sehari-hari. Asam amino demikian disebut dengan asam amino
esensial. Pada anak, fungsi terpenting protein adalah untuk pertumbuhan. Bila
kekurangan protein berakibat pertumbuhan yang lambat dan tidak dapat
mencapai kesehatan dan pertumbuhan yang normal. Kecukupan protein juga
esensial untuk membangun antibodi sebagai pelindung dari penyakit infeksi.
Untuk pertumbuhan yang optimal diperlukan masukan protein dalam jumlah
cukup. Konsumsi protein melebihi kebutuhan protein yang dianjurkan juga
berdampak kurang baik, karena akan menyebabkan dehidrasi dan suhu badan
sering naik (Rusilanti, 2014).
2) Lemak
15
Lemak merupakan zat besi esensial yang berfungsi untuk sumber energi,
penyerapan beberapa vitamin dan memberikan rasa enak dan kepuasan terhadap
makanan. Selain fungsi tersebut, lemak juga sangat esensial untuk pertumbuhan,
terutama untuk komponen membran sel dan komponen sel otak. Lemak yang
esensial untuk pertumbuhan anak disebut asam lemak linoleat dan asam lemak
alpha linoleat (Rusilanti, 2014)
3) Karbohidrat
Karbohidrat terdiri dari gula atau karbohidrat sederhana/ monosakarida (glukosa,
fruktosa, dan galaktosa) atau disakarida (glukosa, laktosa dan maltosa), tepung
dan serat makanan merupakan sumber energi makanan. Tepung, glokogen dan
serat makanan (selulosa, pektin) sebagai karbohidrat kompleks, tidak bisa
dicerna sehingga tidak memberikan energi, tetapi masih sangat penting dalam
mencegah penggunaan protein menjadi energi.
Kelebihan konsumsi karbohidrat akan disimpan di dalam tubuh glikogen atau
lemak tubuh sehingga akan mengakibatkan kegemukan bahkan obesitas. Dengan
demikian kebutuhan karbohidrat secara tidak langsung berperan dalam proses
pertumbuhan (Rusilanti, 2014).
4) Vitamin dan mineral
Vitamin dan mineral dibutuhkan tubuh dalam jumlah yang jauh lebih kecil
daripada protein, lemak dan karbohidrat, tetapi sangat esensial untuk tubuh.
Keduanya mengatur keseimbangan kerja tubuh dan kesehatan secara
keseluruhan. Beberapa mineral juga merupakan bagian dari beberapa jaringan
tubuh yaitu Zat besi, Vitamin C, Asam folat, Vitamin A, Kalsium dan fosfor,
Vitamin D dan Iodine (Rusilanti, 2014)
2.5. Faktor yang Mempengaruhi pilihan Anak terhadap Makanan
16
Kecukupan asupan makanan tidak hanya tergantung pada ketersediaan makanan,
tetapi juga pada faktor-faktor lain, seperti budaya, lingkungan, dan interaksi sosial.
Perilaku makan anak memiliki hubungan dengan kebiasaan makan orang tua secara
sadar maupun tidak sadar telah menuntun kesukaan makan anak dan membentuk
gaya makan anak sama seperti orang tua mereka.
Pemilihan makan anak juga dipengaruhi oleh idola atau tokoh populer yang menarik
bagi anak, kebiasaan makan teman sebaya, serta lingkungan tempat tinggal
(Rusilanti, 2014)
2.6. Makanan Jajanan
Makanan jajanan menurut FAO didefisinikan sebagai makanan dan minuman
yang dipersiapkan dan dijual oleh pedagang kaki lima di jalanan dan di tempat-
tempat keramaian umum lain yang langsung dimakan atau dikonsumsi tanpa
pengolahan atau persiapan lebih lanjut (Judarwanto, 2008). Menurut Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 942/MENKES/SK/VII/2003, makanan
jajanan adalah makanan dan minuman yang diolah oleh pengrajin makanan di tempat
penjualan dan atau disajikan sebagai makanan siap santap untuk dijual bagi umum
selain yang disajikan jasa boga, rumah makan atau restoran, dan hotel
(PERMENKES, 2003)
Pangan jajanan termasuk dalam kategori pangan siap saji yaitu makanan dan
minuman yang dijual untuk langsung dikonsumsi tanpa proses pengolahan lebih
lanjut. Ragam pangan jajanan antara lain: bakso, mie goreng, nasi goreng, ayam
goreng, burger, cakue, cireng, cilok, cimol, tahu, gulali, es lilin dan ragam pangan
jajanan lainnya (Direktorat Perlindungan Konsumen, 2006).
2.6.1. Jenis Makanan Jajanan
17
Jenis makanan jajanan menurut Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi dalam
Mariana (2006) dapat digolongkan menjadi 3 (tiga) golongan, yaitu:
1. Makanan jajanan yang berbentuk panganan, seperti kue kecil-kecil, pisang
goreng dan sebagainya.
2. Makanan jajanan yang diporsikan (menu utama), seperti pecel, mie bakso,
nasi goreng dan sebagainya.
3. Makanan jajanan yang berbentuk minuman, seperti es krim, es campur,
jus buah dan sebagainya.
2.6.2. Peran Makanan Jajanan Peranan makanan jajanan antara lain:
1. Merupakan upaya untuk memenuhi kebutuhan energi karena aktivitas fisik
di sekolah yang tinggi (apalagi bagi anak yang tidak sarapan pagi).
2. Pengenalan berbagai jenis makanan jajanan akan menumbuhkan
penganekaragaman pangan sejak kecil.
3. Meningkatkan perasaan gengsi anak pada teman-temannya di sekolah.
Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat Departemen Kesehatan
Republik Indonesia menyebutkan beberapa aspek positif makanan jajanan
yaitu:
1) Lebih murah daripada masak sendiri
Diperkirakan setiap keluarga di daerah perkotaan membelanjakan uangnya
untuk makanan jajanan bervariasi dari 15% sampai 20% dari seluruh
anggaran rumah tangga yang disisihkan untuk makanan. Makanan jajanan ini
dapat dijual dengan relatif murah dibandingkan dengan masak sendiri karena
bahan-bahan dan bumbu dibeli dengan harga murah di pasar dan dalam
jumlah yang banyak. Kadang-kadang untuk mempertahankan harga yang
18
murah para pedagang makanan terpaksa harus membeli bahan makanan yang
rendah mutunya.
2) Manfaat makanan jajanan bagi anak sekolah dan pekerja
Makanan yang dikonsumsi di pagi hari akan mengganti zat tenaga dan zat-zat
lainnya yang telah digunakan semalaman oleh tubuh. Disamping sebagai
cadangan makanan yang disimpan dalam tubuh selama jam sekolah
kandungan zat gizi yang diperoleh dari makanan pagi tersebut akan menurun.
Untuk mengatasi hal tersebut dapat diperoleh dengan mengkonsumsi
makanan jajanan. Bagi kedua kelompok ini makanan memegang peranan
penting dalam memenuhi kecukupan gizi, terutama energi.
3) Peranan makanan jajanan dalam pemenuhan kecukupan gizi
Hasil penelitian Sujana dan kawan-kawan terhadap 52 macam jajanan yang
sering dikonsumsi oleh orang dewasa maupun anak sekolah yang harganya
relatif murah, kandungan zat gizi dari makanan jajanan sumber energi
menempati urutan pertama, kemudian diikuti campuran sumber energi dan
protein seperti mie bakso.
2.7. Dampak Makanan jajanan pada anak
Perilaku jajan anak yang terlalu sering dan menjadi kebiasaan akan berakibat negatif,
antara lain :
1) Nafsu makan anak menurun
2) Makanan yang tidak hygienies akan menimbulkan berbagai penyakit
3) Salah satu penyebab terjadinya obesitas pada anak
4) Kurang gizi sebab kandungan gizi pada jajanan belum tentu terjamin
5) Pemborosan
19
6) Permen yang menjadi kesukaan anak-anak bukanlah sumber energi yang baik
sebab hanya mengandung gula, terlalu sering makan permen dapat menyebabkan
gangguan pada kesehatan gigi (Irianto, 2007)
2.8. Masalah Gizi Anak Usia Sekolah
Anemia Defisiensi Besi (ADB) di masyarakat atau di kenal dengan kurang darah,
merupakan salah satu masalah gizi utama di indonesia yang dapat di derita oleh
semua kelompok, umur ; mulai dari bayi, balita, anak usia sekolah, remaja, dewasa,
dan lanjut usia (Rusilanti, 2014).
Anemia adalah penyakit yang ditandai oelh rendahnya kadar hemoglobin dalam
darah. Akibatnya, fungsi dari hemoglobin untuk membawa oksigen ke seluruh tubuh
tidak berjalan dengan baik.
Menurut kriteria Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), seseorang mengalami anemia
bila kadar Hb < 11 gr/dl pada usia kurang dari 6 tahun dan kadar Hb < 12 gr/dl pada
usia lebih dari 6 tahun. Dengan gejala lesu, lemah, letih, luglai, dan lemas.
Pada anak-anak,umunya kasus anemia disebabkan oleh kekurangan (defisiensi) zat
besi. Di dalam tubuh zat besi berfungsi mengangkut oksigen dan zat-zat makanan ke
seluruh tubuh serta membantu proses metabolisme tubuh untuk menghasilkan energi.
Jika asupan zat besi ke dalam tubuh kurang, dengan sendirinya sel darah merah juga
akan berkurang.
Jika anemia gizi besi terjadi pada anak-anak usia sekolah, maka anak tersebut
akan mengalami kemunduran dalam kemampuan belajar. Anemia ini bisa
mempengaruhi kognisi melalui dua cara, yaitu :
1) Secara langsung, dapat mengarah pada rendahnya unsur besi di dalam
otak yang terdapat sel-sel saraf dan fungsinya, perubahan-perubahan ini
20
membuat maturasi sistem saraf terlambat. Akibatnya, pola-pola perilaku
dan isolasi fungsional berubah.
2) Secara tidak langsung, dapat merusak kognisi dengan mengurangi
kemampuan anak untuk memusatkan perhatian dan merespons
lingkungannya (Rusilanti, 2014).
2.9. Pola dan Menu Makan untuk Anak Usia Sekolah
Makanan anak sekolah perlu mendapatkan perhatian, karena masih dalam masa
pertumbuhan, maka keseimbangan gizinya harus dipertahankan supaya tetap sehat.
Kebutuhan kalori ditentukan berat badan, usia dan aktifitas anak. Anak laki-laki pada
usia 10-12 tahun membutuhkan energi sekitar 2000 kkal, sedangkan anak perempuan
membutuhkan sekitar 1900 kkal. Kebutuhan energi untuk anak usia 7-9 tahun adalah
sekitar 1800 kkal, dan usia taman kanak-kanak (4-6 tahun) membutuhkan sekitar
1600 kkal (Rusilanti, 2014)
Pola makan anak usia SD (usia 7-9 tahun dan 10-12 tahun) adalah :
1) Pada usia 7-9 tahun anak pandai menentukan makanan yang disukai karena sudah
kenal lingkungannya;
2) Banyak anak menyukai makanan jajanan yang hanya mengandung karbohidrat
dan garam yang hanya akan membuat cepat kenyang dan bisa mengganggu nafsu
makan anak
3) Perlu pengawasan supaya tidak salah memlilih makanan karena pengaruh
lingkungan
4) Pada usia 10-12 tahun, kebutuhan sudah harus dibagi dalam jenis kelaminnya.
Anak laki-laki lebih banyak aktivitas fisik sehingga memerlukan energi yang lebih
banyak dibandingkan anak perempuan. Anak perempuan sudah mengalami masa
haid sehingga memerlukan lebih banyak protein, zat besi dari usia sebelumnya.
21
Perlu diperhatikan pula pentingnya sarapan pagi supaya konsentrasi belajar tidak
terganggu (Rusilanti, 2014)
22
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL & HIPOTESA PENELITIAN
3.1. Kerangka Konseptual
Kerangka konsep penelitian adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang
ingin diamati dan diukur melalui penelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo,
2010). Kerangka konsep disusun berdasarkan kerangka teori, tetapi karena adanya
keterbatasan pada penulis maka tidak semua variabel yang terdapat pada kerangka
teori dimasukkan pada kerangka konsep. Variabel independent (variabel bebas) yang
akan diteliti pada faktor predisposisi yaitu Pengetahuan siswa tentang makanan
sehat, Sedangkan variabel dependent (variabel terikat) yang akan diteliti yaitu
perilaku jajan anak.
Ket :
Ket :
Faktor predisposisi
Pengetahuan anak terhadap jajanan
sehat
Sikap anak terhadap jajanan sehat
Persepsi anak terhadap jajanan
sehat
Faktor Pendukung
Penjual jajanan Perilaku jajan anak
Uang saku anak
Jenis jajanan
Faktor Pendorong
Guru
Teman
sebaya
Keluarga
23
: di teliti
: tidak di teliti
Bagan 3.1. Kerangka Konseptual
Menurut Teori Lawrence Green 1990 dalam Notoatmodjo, 2010
1.1. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah pernyataan awal tentang kemungkinan hasil penelitian
mengenai hubungan antar variabel yang diteliti (Dharma, 2011). Hipotesis pada
penelitian ini adalah :
H1 : Ada hubungan antara pengetahuan anak tentang makanan sehat dengan
perilaku jajan pada anak SD Ma’arif 1 Ponorogo.
24
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Rencana Penelitian
Metode penelitian merupakan bentuk rancangan yang akan digunakan dalam
melakukan penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, dalam
penelitian yang akan dilakukan peneliti menggunakan rancangan deskriptif analitik
dengan pendekatan croos-sectional. Dimana pengertian dari deskriptif analitik adalah
metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menghubungkan objek sesuai
dengan apa adanya (Notoatmodjo,2007)
Karena data yang dikumpulkan pada waktu yang bersamaan dan variabel yang
diteliti diukur hanya satu sekali. Keuntungan menggunakan pendekatan cross-
sectional adalah dapat menekan biaya penelitian, waktu yang dibutuhkan relatif
singkat dan efisiensi kerja, sedangkan kelemahan yang sering di temui adalah
kelemahan dalam mempertahankan validitas.
4.2. Populasi dan Sampel
4.2.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi SD Ma’arif 1 Ponorogo, Total
seluruh siswa dari kelas IV, V dan VI yaitu 150 siswa.
4.2.2. Sampel
Sampel yang diamati yaitu siswa-siswi kelas 4, 5 dan 6. Alasan pemilihan
sampel kelas 4, 5 dan 6 karena pada kelompok tersebut umumnya sudah
mempunyai kemampuan dalam hal membaca, menulis dengan baik, memiliki
25
kebiasaan jajan juga relatif tinggi serta mampu mengingat dan menjawab
kuesioner yang di berikan dengan baik sehingga mudah untuk diajak
bekerjasama dalam pengumpulan data. Metode pengambilan sampel dengan
sistem purposive sampling. Kelas 1, 2, dan 3 tidak diamati karena untuk
mengurangi bias pada penelitian . Pada anak-anak tersebut biasanya kurang
memperhatikan makanan yang dikonsumsi dan biasanya masih tergantung pada
orang tua dalam memilih makanan. Dengan kriteria inklusi dan ekslusi sebagai
berikut :
a. Kriteria inklusi
1) Seluruh siswa kelas IV, V dan kelas VI yang berusia 9 - 12 tahun.
2) Bersedia menjadi responden.
3) Sehat jasmani dan rohani.
4) Siswa dapat berkomunikasi dengan baik.
b. Kriteria eksklusi
1) Sampel tidak digunakan dalam penelitian jika sedang sakit.
Sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan populasi terbatas
dengan menggunakan rumus solvin dalam teori Notoatmodjo (2010), sebagai
berikut :
rumus : n =
maka jumlah sampel yang diperoleh dalam penelitian ini adalah :
n =
n =
26
n =
n = 60 siswa
Dengan keterangan :
N : Besar Populasi
n : Besarnya sampel
e : presisi 0,1 (10%)
4.3. Teknik Sampling
Sampling adalah proses seleksi dari populasi untuk dapat mewakili populasi. Teknik
sampling merupakan cara yang ditempuh dalam pengambilan sampel agar diperoleh
sampel yang benar-benar sesuai dengan keseluruhan subjek penelitian. (Rina,2011)
Teknik Sampel menggunakan teknik Purposive sampling. peneliti menggunakan
teknik purposive sampling tersebut karena teknik tersebut merupakan teknik
pengambilan sampel berdasarkan atas pertimbangan tertentu seperti sifat-sifat
populasi ataupun ciri-ciri yang sudah diketahui sebelumnya (Notoadmodjo, 2010)
Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian di SD Ma’arif 1 Ponorogo. Alasan pemilihan lokasi di SD Ma’arif
1 Ponorogo karena letak sekolah yang strategis lokasi mudah di jangkau sehingga
lebih efisien waktu, tenaga, dan biaya. Banyak penjual jajanan yang bervariasi yang
di jual di luar sekolah, serta belum pernah dilakukan penelitian sebelumnya tentang
hubungan pengetahuan tentang makanan sehat dengan perilaku jajan anak di sekolah
ini.
4.4. Kerangka Kerja Penelitian
27
Kerangka kerja adalah langkah-langkah dalam aktifitas ilmiah, mulai dari penetapan
populasi, sampel, dan seterusnya, yaitu kegiatan sejak awal penelitian (Rina, 2011)
maka kerangka kerja dalam penelitian adalah ;
Populasi = 150 siswa
Teknik Sampling :
Penelitian ini menggunakan purposive sampling
Pengumpulan data :
Kuesioner
Desain Penelitian :
Cross Sectional
Variabel Independent :
Perilaku Jajan pada anak
Penyajian hasil
Pengolahan data
Sampel = 60 siswa
Variabel Dependent :
Pengetahuan anak tetang makanan sehat
28
4.5. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang di tetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut,
kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2009)
1. Variabel Bebas,Variabel bebas adalah variabel yang berpengaruh atau yang
menyebabkan berubahnya nilai dari variabel terikat, variabel bebas dalam
penelitian ini adalah Pengetahuan anak tentang makanan sehat.
2. Variabel Terikat, Variabel terikat adalah variabel yang diduga nilainya akan
berubah karena pengaruh dari variabel bebas. Variabel terikat dalam hal ini
adalah perilaku jajan pada anak.
3. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional
berdasarkan karakteristik yang diamati, sehingga memungkinkan peneliti untuk
melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau
fenomena. Definisi operasional dari variabel-variabel yang diteliti dapat dilihat
pada tabel 4.1 berikut :
Tabel 4.1 Definisi Operasional
No Variabel
Independen
Definisi
Operasional
Parameter Alat Ukur Skala Skor Kategori
Kesimpulan
29
1 Pengetahuan
Anak Tentang
Makanan
Sehat
Hasil Tahu
terhadap
definisi
makanan
sehat yang
benar.
Memenuhi
kandungan
gizi yang baik
Terhindar dari
debu dan
kotoran
Cara
penyimpanan
yang benar
Kuesioner Nominal Dengan
total
jawaban
responden
yang baik
dan kurang
dengan
penilaian
Benar skor
1
Salah skor
0
Dengan
kriteria :
1. Baik :
51 % -
100%
2. Kurang :
0 % -
50%
2 Variabel
Dependen
Definisi
Operasional
Parameter Alat Ukur Skala Skor Kategori
Perilaku jajan
pada anak
Perilaku anak
dalam
memilih
makanan
jajanan yang
dikonsumsi
di sekolah
sehari-hari
Frekuensi
jajan anak
membeli
makanan di
luar
Kuesioner Nominal Respoden
dengan
jawaban
sering dan
tidak
sering jajan
dengan
penilaian:
Sering skor
1
Jarang skor
2
Dengan
kriteria :
1.Sering :
51 %-
100 %
2. Jarang :
0 % - 50%
4.6. Instrumen Penelitian
Kuesioner
Kuesioner adalah alat pengumpulan data yang di lakukan dengan cara memberi
seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tulisan kepada responden untuk di jawab.
(Sugiyono,2014)
4.7. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi : SD Ma’arif 1 Ponorogo
Jl.Sultan Agung No.13,Cokromenggalan,
Kec.Ponorogo, Kab.Ponorogo
Waktu Penelitian : Penelitian di laksanakan pada Agustus 2016-
Oktober 2016
4.8. Prosedur Pengumpulan data
30
a) Proses Perijinan
Proses perijinan pertama kali yang dilakukan adalah mengurus surat ijin
peneitian dari STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun ke SD Ma’arif Ponorogo
b) Penyusunan Instrumen
Penyusunan instrumen meliputi pembuatan kuesioner responden tentang
pengetahuan, dan perilaku anak jajan di sekolah
c) Koordinasi dengan masing-masing wali kelas
Mengkoordinasi tentang jadwal untuk di lakukan penelitian, waktu dan kelas
untuk pengumpulan data. Waktu pengumpulan data dilaksanakan sesuai
kesepakatan dengan wali kelas masing-masing, kedua pengumpulan data
sekunder berupa profil sekolah.
Sumber Data
1. Data Primer
Data primer yaitu data yang dimbil secara langusung dengan cara pengisian
kuesioner oleh responden. Data meliputi karakteristik siswa (jenis kelamin, usia,
perilaku kebiasaan jajan) dan pengetahuan siswa tentang makanan sehat.
2. Data sekunder yaitu data yang diambil secara tidak langsung dengan melihat
data base sekolah, seperti profil dan gambaran umum sekolah.
3.9.1. Pengolahan Data
1. Coding
Merupakan upaya untuk mengklasifikasikan data dengan memberikan kode
menurut jenisnya. Data ini berasal dari jawaban responden yang didapat dari
pengisian kuesioner. Tujuan pemberian kode ini untuk memudahkan pengolahan
31
data. Setiap variabel dikategorikan sesuai dengan jumlah skor/nilai untuk masing-
masing variabel dapat di lihat pada tabel 4.2.
a. Coding pada variabel pengetahuan makanan sehat adalah :
Baik : 1
Kurang : 2
b. Coding pada variabel perilaku jajan siswa adalah :
Sering : 1
Tidak sering : 2
2. Scoring
Scoring adalah memberikan penilaian terhadap item-item yang perlu diberi
penilaian atau skor (Suryono, 2011). Mengetahui jumlah pada tingkat pengetahuan
pada anak dan perilaku jajan pada anak.
3. Tabulating
Tabulating adalah pekerjaan membuat tabel jawaban – jawaban yang telah diberi
kode kemudian dimasukkan kedalam tabel. Langkah terakhir penelitian ini adalah
melakukan analisa data. Selanjutnya data dimasukkan ke computer dan di analisis
secara statistik (Suryono, 2011).
4. Editing
Tujuan editing yaitu melakukan pengecekan ulang terhadap isian formulir apakah
jawabannya sudah lengkap, jelas, releven, dan konsisten. Proses editing dilakukan
setelah jawaban diberi kode, setelah itu dilakukan pemeriksaan ulang terhadap
jawaban responden. Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara melihat kembali hasil
pengumpulan data, baik isi maupun wujud alat pengumpulan data yaitu :
1) Mengecek jumlah lembar pertanyaan
32
2) Mengecek nama dan kelengkapan identitas responden
3) Mengecek macam isian data
4.9. Analisis Data
1. Univariat
Analisis Univariat digunakan untuk melihat gambaran distribusi frekuensi
variabel independent (Jenis kelamin, usia, perilaku jajan siswa dan pengetahuan
makanan sehat).
Selain itu untuk melihat nilai mean, median, modus, SD, nilai minimal dan
maksimal.
2. Bivariat
Analisis bivariat untuk melihat hubungan antara variabel independent dengan
variabel dependent, dan antara variabel independent. Selain itu, analisis ini
berguna untuk mengetahui apakah ada hubungan yang signifikan antara dua
variabel pada kelompok sampel.
Uji statistik yang digunakan adalah Chi square dengan menggunakan program
komputer.
Rumus uji Chi square :
Keterangan :
X = Chi Square
0 = Nilai yang diobservasi
E = Frekuensi yang dihasilkan
B = Jumlah baris
33
Syarat penggunaan uji korelasi chi square :
1. Jumlah sampel antara 20-30
2. Semua nilai frekensi tidak lebih kecil dari 5
3. Pada tabel silang 2 x 2 diperbolehkan nilai frekuensi harapan kurang dari 5.
Harapan dapat dilakukan penggabungan antara kategori yang berdekatan akan
memperbesar frekuensi harapan.
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Chi Square Test. Analisis data
dilakukan dengan menggunakan proses SPSS.
Interpretasi :
Bila P < 0.05 Ho ditolak berarti ada hubugan pengetahuan makanan sehat dengan
perilaku jajan anak.
Bila P > 0,05 Ho diterima berarti tidak ada hubungan pengetahuan makanan sehat
dengan perilaku jajan anak.
Bila P = 0.05 Ho diterima berarti tidak ada hubungan pengetahuan makanan sehat
dengan perilaku jajan anak.
4.10. Etika Penelitian
Peneliti dalam melakukan penelitian hendaknya Memegang teguh sikap ilmiah
(scientific attitude) serta berpegang teguh pada etika penelitian, diantaranya yaitu :
1. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human digity)
Peneliti perlu mempertimbangkan hak-hak subjek penelitian (responden) untuk
mendapatkan informasi tentang tujuan peneliti melakukan penelitian. Disamping
itu, peneliti memberikan kebebasan kepada subjek untuk memberikan informasi
atau tidak memberikan informasi. Sebagai ungkapan, peneliti menghormati harkat
dan martabat subjek penelitian, peneliti seyogyanya mempersiapkan formulir
persetujuan subjek (inform consent) yang mencakup :
34
a. Penjelasan manfaat penelitian
b. Penjelasan kemungkinan resiko dan ketidaknyamanan yang ditimbulkan
c. Penjelasan manfaat yang didapatkan
d. Persetujuan peneliti dapat menjawab setiap pertanyaan yang diajukan subjek
penelitian berkaitan dengan prosedur penelitian
e. Persetujuan subjek dapat mengundurkan diri sebagai objek penelitian kapan saja.
f. Jaminan anonimitas dan kerahasiaan terhadap identitas dan informasi yang di
berikan oleh responden
2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek penelitian (respect for privacy and
confidentiality)
Setiap orang mempunyai hak-hak dasar individu termasuk privasi dan kebebasan
individu dalam memberikan informasi. Peneliti tidak boleh Menampilkan inormasi
mengenai identitas dan kerahasian identitas subjek. Peneliti cukup menggunakan
sebagai pengganti identitas responden.
3. Keadilan dan inklusivitas / keterbukaan (respect for justice and inclusiveness).
Prinsip keterbukaan dan adil perlu di jaga oleh peneliti dengan kejujuran,
keterbukaan, dan kehati-hatian. Untuk itu, lingkungan penelitian perlu dikondisikan
sehingga memenuhi prinsip keterbukaan, yakni dengan menjelaskan prosedur
penelitian. Prinsip keadilan menjamin bahwa semua subjek penelitian memperoleh
perlakuan dan keuntungan yang sama, tanpa membedakan gender, agama, etnis, dan
sebagainya.
4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing harms and
benefit)
35
Sebuah penelitian hendaknya memperoleh manfaat semaksimal mungkin bagi
masyarakat pada umumnya, dan subjek penelitian pada khususnya (Notoatmodjo,
2012)
36
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Gambaran Umum Sekolah
SD Ma’arif Ponorogo didirikan pada tahun 1939 M, terletak ± 1 KM sebelah timur Ibu Kota
Kabupaten Ponorogo, tepatnya di Jl. Sultan Agung No. 83 A. Pada tahun ajaran 2016/2017
ini SD Ma’arif memiliki siswa sejumlah 450 anak yang terbagi dalam 6 kelas. untuk
meningkatkan kualitas sehingga menjadi salah satu lembaga pendidikan yang mampu
bersaing untuk terus eksis dalam mencetak generasi yang “berprestasi, terampil,
berkepribadian berlandaskan Imtaq (iman dan taqwa)”, dan sekaligus menjawab tantangan
dan tuntutan zaman yang terus berkembang. Untuk itu sampai sekarang SD Ma’arif terus
berbenah diri agar dapat shālih luklli zamān wa makān.
SD Ma’arif merupakan salah satu Lembaga Pendidikan Dasar swasta di Ponorogo yang
memadukan kurikulum pendidikan umum dan agama. Kedua kurikulum ini diaplikasikan
secara bersama-sama, sehingga dengan demikian siswa diharapkan mampu memperoleh
pengetahuan umum dan agama secara seimbang. Pendidikan umum mengikuti kurikulum
serta materi pelajaran yang telah ditetapkan oleh Dinas Pendidikan seperti Sains, Matematika,
PKn, IPS, Bhs. Inggris, Bhs. Indonesia, Bhs. Jawa, Penjaskes dll. sedangkan pendidikan
agama mengikuti kurikulum dari Lembaga Pendidikan Ma’arif sebagai lembaga pengelola
serta pengembangan pendidikan di kalangan Nahdlatul Ulama. Adapun materi pelajaran
agama yang disampaikan adalah Fiqh, Aqidah Akhlak, Qur’an Hadits, Sejarah Kebudayaan
Islam, Bahasa Arab serta Aswaja (Ahlussunnah wal jamā’ah), yang menjadi salah satu ciri
khas lembaga pendidikan yang berada di bawah naungan NU.
Adapun untuk mengembangakan keilmuan serta meningkatkan kreatifitas siswa di bidang
science maka disediakan sarana dan prasarana seperti APE baik out door maupun in door,
37
laboratorium MIPA, Lab. Komputer. Untuk memperdalam serta memperkaya pengetahuan
siswa maka diadakan les yang dikelola oleh sekolah. Selain itu juga diadakan kegiatan ekstra
yang mewadahi bakat serta minat siswa. Di antaranya kepramukaan dan olah raga. Di bidang
seni dan budaya SD Ma’arif memiliki Drumband, group hadroh Ansyadana. Di bidang
keagamaan kegiatan yang dilakukan adalah pelaksanaan Shalat Dluhur secara berjama’ah,
Shalat Dluha, bimbingan tartīlul qur’ān serta qirōatul qur’ān. Dari kesemuanya itu
menunjukkan komitment SD Ma’arif untuk mencetak “intelek yang agamis dan agamawan
yang intelek.”.
Tabel 5.1.
Jumlah Guru dan Karyawan SD Ma’arif 1 Ponorogo
Sumber
Data
Primer
2016
5.1.1. V
isi dan
Misi SD Ma’arif 1 Ponorogo
A. Visi
Berprestrasi, terampil, berkepribadian berlandaskan Iman dan Taqwa
B. Misi
Melaksanakan pembelajaran yang aktif, kreatif, produktif, inovatif dan
menyenangkan
No GURU Jumlah
1 Guru Negeri 4 orang
2 Guru Bantu -
3 Guru Yayasan 32 orang
Total 36 orang
No Karyawan Jumlah
1 Tenaga Administrasi 3 orang
2 Tenaga Keuangan 1 orang
3 Penjaga Koperasi 1 orang
4 Penjaga UKS 1 orang
5 Penjaga Sekolah 2 orang
Total 8 orang
38
Mencetak generasi yang berprestasi dalam bidang akademik maupun non-
akademik yang berguna bagi agama, nusa dan bangsa.
Mengembangkan sumber daya manusia yang memiliki kepribadian yang tinggi
dan keimanan serta ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
5.1.2. Distribusi Gambaran Karakteristik Siswa
Karakteristik siswa yang diteliti meliputi : jenis kelmain, usia, kebiasaan sarapan,
kebiasaan membawa bekal, pengetahuan makanan sehat dan perilaku jajan siswa.
5.1.2.1. Karakteristik Jenis Kelamin
Tabel 5.2. Distribusi gambaran responden berdasarkan jenis kelamin SD Ma’arif 1
Ponorogo.
No Variabel Jenis Kelamin Frekuensi Persentase
1 Laki-laki 33 55,0%
2 Perempuan 27 45,0%
Total 60 100%
Sumber Data Primer 2016
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa proporsi jumlah laki-laki lebih besar dari pada
proporsi jumlah perempuan.
5.1.2.2. Usia Responden
Tabel 5.3 Distribusi responden berdasarkan usia siswa-siswi SD Ma’arif 1 Ponorogo
No Kelas Usia
Responden
Frekuensi Persentase
1 4 8 - 9 tahun 22 36,7%
2 5 10-11 tahun 24 40,0%
3 6 11-12 tahun 14 23,4%
Total 60 100%
Sumber Data Primer 2016
Berdasarkan dari tabel diatas sebagian besar responden berusia 10-11 tahun sejumlah 24
orang (40%).
5.1.2.3. Kebiasaan Sarapan
Tabel 5.4 . Distribusi karakteristik siswa berdasarkan Kebiasaan Sarapan
39
No Kebiasaan sarapan responden Frekuensi Persentase
1 Ya 37 61,7%
2 Tidak 23 38,3%
Total 60 100%
Sumber Data Primer 2016
Dari data yang dikumpulkan diketahui sebagian besar siswa memiliki memiliki
kebiasaan sarapan sebelum berangkat ke sekolah sebanyak 37 orang (61,7%). Hal ini cukup
baik karena membiasakan sarapan pada anak-anak sedari kecil akan menunjang aktivitas
mereka di sekolah. Sarapan tersebut ada yang membeli sarapan di warung dengan alasan
orang tua yang bekerja tidak memiliki cukup waktu untuk membuat sarapan. Responden yang
tidak sarapan terlebih dahulu sebelum berangkat ke sekolah sebanyak 23 siswa dengan
persentase 38,3% memiliki beberapa alasan yaitu, tidak memiliki waktu untuk sarapan, dan
tidak nafsu makan pada pagi hari.
5.1.2.4. Kebiasaan Membawa Bekal
Tabel 5.5. Distribusi karakteristik siswa berdasarkan kebiasaan membawa bekal siswa SD
Ma’arif 1 Ponorogo.
No Kebiasaan Membawa bekal Frekuensi Persentase
1 Ya 25 41,7%
2 Tidak 35 58,3%
Total 60 100%
Sumber Data Primer 2016
Dari data yang dikumpulkan diketahui bahwa sebagian besar responden berjumlah 35
siswa menyatakan tidak membawa bekal dengan persentase 58,3%, dan responden yang
membawa bekal ke sekolah berjumlah 25 siswa dengan persentase 41,7% . Jenis makanan
yang mereka bawa untuk bekal berupa nasi bungkus, nasi dengan lauk dan roti. Bagi siswa
yang tidak membawa bekal ke sekolah, ada beberapa alasan yang menyebabkan siswa tidak
membawa bekal yaitu : karena sudah di beri uang saku oleh orang tua mereka, dan tidak di
sediakan bekal oleh orang tua mereka.
40
5.1.2.5. Pengetahuan Tentang Makanan Sehat
Tabel 5.6. Distribusi karakteristik siswa berdasarkan pengetahuan tentang makanan Sehat
siswa SD Ma’arif 1 Ponorogo
No Pengetahuan makanan sehat Frekuensi Persentase
1 Baik 34 56,7%
2 Kurang 26 43,3%
Total 60 100%
Sumber Data Primer 2016
Berdasarkan tabel diatas diperoleh pengetahuan makananan sehat pada anak,
diketahui sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan makanan sehat yang baik
sebesar (56,7%).
Berdasarkan analisis pertanyaan mengenai pengetahuan makanan sehat bahwa
separuh lebih siswa dapat menjawab pertanyaan dengan baik pertanyaan mengenai seputar
makanan sehat (pertanyaan nomor 7). akan tetapi mereka masih kurang mengenai jenis
makanan yang mengandung karbohidrat, protein, serat, mineral dan lemak (pertanyaan nomor
2, 3, 4,5, dan 6 ).
5.1.2.6. Perilaku Jajan Siswa
Tabel 5.7. Distribusi karakteristik siswa berdasarkan perilaku jajan siswa SD Ma’arif 1
Ponorogo.
No Perilaku Jajan anak Frekuensi Persentase
1 Sering 31 51,7%
2 Tidak sering 29 48,3%
Total 60 100%
Sumber Data Primer 2016
Berdasarkan tabel diatas diketahui sebagian besar responden memiliki frekuensi jajan
sering sebanyak 31 responden (51,7%).
Hasil Analisa Bivariat
41
Analisa bivariat digunakan untuk mengetahui apakah ada Hubungan pngetahuan makanan
sehat dengan perilaku jajan pada anak di SD Ma’arif 1 Ponorogo Tahun 2016. Adapun hasil
yang didapat berdasarkan analisis yang dilakukan dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 5.8. Tabulasi silang Hubungan Pengetahuan Makanan Sehat dengan Perilaku jajan
siswa-siswi SD Ma’arif 1 Ponorogo.
Pengetahuan
siswa
Perilaku Jajan
Total
P Value
Jarang
Sering
F % F % F %
0,627
Baik
15
25
19
31,7
34
56,7
Kurang
14
23,3
12
20
26
43,3
Total 29 48,3 31 51,7 60 100
Sumber Data Primer 2016
Tabel 5.8 di atas yang dianalisa diketahui bahwa pengetahuan siswa baik yang
perilaku jajannya sering sebanyak 19 siswa dengan persentase sebesar (31,7%) dan
pengetahuan siswa baik yang tidak sering jajan sebanyak 15 siswa dengan persentase (25 %).
Sedangkan pengetahuan siswa kurang yang sering jajan sebanyak 12 siswa dengan
persentase (20 %) dan untuk pengetahuan siswa kurang yang tidak sering jajan sebanyak 14
siswa dengan persentase (23,3 %).
Berdasarkan analisis yang diperoleh bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan
tentang makanan sehat dengan perilaku jajan pada anak dengan menggunakan uji Chi
Square, maka diperoleh hasil ρ value 0,627 >α =0,05 dan OR = 0,67. Tetapi berdasarkan
tabel crosstab diatas terlihat kecenderungan bahwa anak yang pengetahuannya kurang lebih
sering jajan di bandingkan dengan anak yang pengetahuannya baik.
5.2. Hasil Pembahasan
42
Berdasarkan hasil data yang telah di kumpulkan melalui kuesioner dan telah diolah
sesuai Variabel yang diteliti dari Hubungan Pengetahuan Makanan Sehat dengan Peilaku
jajan pada anak SD Ma’arif 1 Ponorogo Tahun 2016, maka berikut disajikan hasil
pembahasan mengenai variabel-variabel tersebut.
5.2.1. Pengetahuan tentang Makanan Sehat pada Siswa SD Ma’arif 1 Ponorogo
Berdasarkan pada tabel 5.6 diketahui bahwa dari 60 responden di SD Ma’arif 1
Ponorogo didapat hasil distribusi frekuensi tingkat pengetahuan baik frekuensinya 34 dengan
persentase (56,7%) dan yang kurang frekuensinya 26 dengan persentase (43,3%). Data yang
diperoleh frekuensi pengetahuan baik lebih tinggi dibandingkan dengan pengetahuan kurang.
Siswa dengan pengetahuan kurang dikarenakan masih kurangnya pemahaman tentang
membedakan makanan sehat dengan kurang sehat, serta masih kurangnya pengetahuan yang
diberikan oleh orang tua siswa. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kurniasih (2012)
sebesar 54,5% anak berpersepsi baik tentang gizi seimbang, di tunjukkan dengan mayoritas
anak sudah mampu mengklasifikasikan makanan yang termasuk ke dalam gizi seimbang.
Dari 60 responden yang pengetahuan baik berjumlah 34 dengan persentase (56,7%) di
karenakan pemahaman tentang pengetahuan makanan sehat sudah cukup baik serta
pengetahuan tentang makanan sehat yang di berikan dari pendidikan disekolah juga sudah
baik. Diantaranya melalui pendidikan bahasa indonesia. Berdasarkan wawancara dengan
salah satu staf pengajar, diketahui bahwa belum ada mata pelajaran khusus mengenai
pendidikan gizi. Pada kurikulum yang ada pada saat ini materi pendidikan kesehatan di
berikan pada beberapa mata pelajaran lain. Beberapa materi yang sudah ada berupa kebiasaan
mencuci tangan, memelihara kebersihan tubuh dan kebersihan lingkungan sekitar. Beberapa
materi pengetahuan gizi dan makanan sehat yang sebaiknya ditambahkan yaitu pola makan
anak yang sehat, resiko bahaya jajan di sembarangan tempat, dan makanan sehat yang
meliputi aspek hygienis, komposisi gizi, dan ,membedakan batas kadaluwarsa makanan.
43
Dari hasil penelitian Fitriani dkk 2015, faktor pendidikan orang tua siswa yang
memiliki pendidikan tinggi maka akan berpengaruh terhadap sikap anak yang positif
meskipun anak tersebut memiliki pengetahuan yang kurang. Selain itu, siswa/i juga dapat
bersikap positif dikarenakan mendapat informasi tentang makanan jajanan dari guru yang
mengajar di kelas.
Dari hasil data yang diperoleh di asumsikan bahwa tingkat pengetahuan siswa tentang
makanan sehat sudah cukup baik, tetapi belum seluruh siswa berpengetahuan baik tentang
makanan sehat hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian yang sudah dilakukan menunjukkan
bahwa persentase pengetahuan baik frekuensinya 34 persentasenya (56,7%). Oleh karena itu
untuk meningkatkan persentase pengetahuan baik tentang makanan sehat pada siswa
diperlukan koordinasi antara pihak sekolah dengan orang tua murid untuk lebih
memperhatikan makanan jajanan pada anak dengan membuatkan bekal anak ke sekolah agar
makanan jajanan anak lebih terjamin kebersihannya dan tercukupi kebutuhan gizinya.
5.2.2. Perilaku Jajan pada Siswa SD Ma’arif 1 Ponorogo.
Berdasarkan tabel 5.7 dapat diketahui bahwa dari 60 responden di SD Ma’arif 1
Ponorogo didapatkan hasil distribusi frekuensi perilaku jajan anak sering frekuensinya 31
dengan persentase (51,7%) dan yang tidak sering jajan frekuensiya 29 dengan persentase
(48,3%). Dari hasil penelitian juga diperoleh frekuensi sering jajan lebih tinggi dibandingkan
dengan frekuensi tidak sering jajan dikarenakan masih banyak responden yang tidak
membawa bekal ke sekolah dan banyaknya jenis makanan jajanan yang dijual diluar sekolah
sehingga keinginan anak untuk mencoba jajanan tersebut masih tinggi, serta ajakan teman
untuk mencoba jajanan yang di jual di luar sekolah. Menurut Widjayanti (2010), dikatakan
sering jika lebih dari 1x sehari atau 4-6 kali perminggu, biasa jika jajan 3-4x seminggu dan
jarang jika jajan < 1 x seminggu atau 3-4 kali perbulan.
44
Hal ini didukung dengan teori Rusilanti (2014). Yaitu pemilihan makan anak juga
dipengaruhi oleh idola atau tokoh populer yang menarik bagi anak, kebiasaan makan teman
sebaya, serta lingkungan tempat tinggal. Faktor lain yang berpengaruh terhadap pemilihan
makanan jajanan adalah faktor ketersediaan. Ketersediaan makanan jajanan dapat diartikan
apakah jajanan tersedia di lingkungan anak-anak dalam kehidupan sehari-hari, termasuk
dijual di pertokoan dekat rumah, lingkungan sekolah, terdapat di rumah, dan dibeli oleh anak-
anak (Bondika,2014).
Menurut Setiawan (2010), diperlukan adanya koordinasi antara pihak sekolah,
persatuan orang tua murid di bawah konsultasi dokter sekolah atau Pusat Kesehatan
Masyarakat setempat sehingga dapat menyajikan makanan ringan pada waktu istirahat
sekolah yang bisa di atur porsi dan nilai gizinya. Upaya ini akan lebih murah dibanding anak
jajan di luar sekolah yang tidak ada jaminan gizi dan kebersihannya.
Berdasarkan hasil uraian diatas lingkungan sekitar mempengaruhi perilaku jajan pada
siswa, untuk mengurangi perilaku jajan anak yang sering yaitu peran orang tua dan guru
memberikan pemahaman kepada siswa tentang jenis-jenis makanan yang kurang mencukupi
kebutuhan gizinya, pengetahuan tentang keamanan serta kebersihan makanan jajanan yang di
jual di luar sekolah, dan pemahaman tentang mengelola uang saku siswa untuk lebih baik di
tabung daripada di habiskan untuk jajan di sekolah. Sehingga anak akan lebih memperhatikan
makanan jajanan yang mereka pilih dan mengurangi frekuensi jajan di sekolah.
Di dalam penelitian ini dihasilkan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan
makanan sehat dengan perilaku jajan pada siswa SD Ma’arif 1 Ponorogo. Pemberian
pengetahuan tentang makanan sehat oleh pihak sekolah serta pemahaman siswa sudah baik,
hanya saja perilaku jajan siswa masih belum sepenuhnya baik dikarenakan masih banyak
responden yang tidak membawa bekal ke sekolah dan frekuensi sering jajan lebih tinggi
dibandingkan dengan frekuensi tidak sering jajan, banyaknya jenis makanan jajanan yang
45
dijual diluar sekolah sehingga keinginan anak untuk mencoba jajanan tersebut masih tinggi,
serta ajakan teman untuk mencoba jajanan yang di jual di luar sekolah.
Pada zaman sekarang banyak orang tua yang tidak ingin repot menyediakan bekal untuk
anak dengan berbagai alasan, sehingga mereka lebih suka memberikan uang jajan pada anak
mereka, padahal bekal sangat bermanfaat menyumbangkan energi tambahan pada siswa,
terutama bagi siswa yang beraktivitas tinggi di sekolah.
5.2.3. Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Jajan pada Siswa SD Ma’arif Ponorogo
Berdasarakan data pada tabel 5.8 yang dianalisa diketahui bahwa pengetahuan siswa
baik yang diperilaku jajannya sering sebanyak 12 siswa dengan persentase sebesar
(20%) dan pengetahuan siswa baik yang tidak sering jajan sebanyak 14 siswa dengan
persentase (23,3%). Sedangkan pengetahuan siswa kurang yang sering jajan sebanyak
19 siswa dengan persentase (31,7%) dan untuk pengetahuan siswa kurang yang sering
jajan sebanyak 15 siswa dengan persentase (25%). Menurut Aprilia (2011). Anak
cenderung lebih memilih dan membeli jajanan yang tersedia paling dekat dengan
keberadaannya, Anak-anak belum memiliki kontrol yang baik dalam membedakan
jajanan yang sehat dan tidak sehat sehingga membutuhkan pendampingan dan
pengawasan yang baik dari orang tua dalam memilih jajanan.
Di dalam penelitian ini dihasilkan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan
makanan sehat dengan perilaku jajan pada siswa SD Ma’arif Ponorogo. Pemberian
pengetahuan tentang makanan sehat oleh pihak sekolah serta pemahaman siswa sudah
baik, hanya saja perilaku jajan siswa masih belum sepenuhnya baik dikarenakan masih
banyak responden yang tidak membawa bekal ke sekolah dan frekuensi seing jajan
lebih tinggi dibandingkan dengan frekuensi tidak sering jajan, banyaknya jenis
makanan jajanan yang di jual diluar sekolah sehingga keinginan anak untuk mencoba
46
jajanan tersebut masih tinggi, serta ajakan teman untuk mencoba jajanan yang dijual di
luar sekolah.
Berdasarkan analisis yang diperoleh bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan
tentang makanan sehat dengan perilaku jajan pada anak dengan menggunakan uji Chi
Square, maka di peroleh hasil ρ value 0,627 > α = 0,05 dan OR = 0,49. Tetapi
berdasarkan tabel crosstab terlihat kecnderungan bahwa anak yang pengetahuannya
kurang lebih serring jajan dibandingkan dengan anak yang pengetahuannya baik.
Di karenakan lingkungan sekolah terdapat banyak penjual makanan jajanan yang
berjualan tepat di depan sekolah dan berbagai jenis makanan jajanan ada di depan
sekolah tersebut. Menurut Lawrence Green salah satu faktor orang yang mempengaruhi
perilaku seseorang adalah faktor enabling (faktor pemungkin) faktor pemungkin
mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas terjadinya perilaku
kesehatan. Fasilitas ini pada hakikatnya mendukung atau memungkinkan terjadinya
perilaku kesehatan, maka faktor ini disebut sebagai faktor pendukung atau faktor
pemungkin.
47
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan, peneliti membuat beberapa kesimpulan, yaitu :
a. Siswa SD Ma’arif 1 Ponorogo distribusi frekuensi tingkat pengetahuan baik
frekuensinya 34 dengan persentase (56,7%).
b. Perilaku jajan siswa SD Ma’arif 1 Ponorogo diketahui dari 60 responden didapat
hasil distribusi frekuensi perilaku jajan anak sering frekuensinya 31 dengan
persentase (51,7%).
c. Berdasarkan analisis yang diperoleh tidak ada hubungan antara pengetahuan
tentang makanan sehat dengan perilaku jajan pada anak dengan menggunakan
uji Chi Square, diperoleh hasil ρ Value 0,627 >α =0,05 dan OR = 0,67.
6.2. Saran
Saran peneliti ditujukan masyarakat (pihak sekolah dan orang tua), pelayanan
kesehatan, dan penelitian selanjutnya. Saran yang dapat peneliti berikan dari
penelitian ini yaitu:
a. Masyarakat (pihak sekolah dan orang tua)
Sebaiknya masyarakat tertama pihak sekolah dan orang tua lebih menyadari
pentingnya asupan nutrisi untuk anak usia sekolah yang tingkat aktivitasnya
tinggi dengan meningkatkan pengetahuan anak tentang makanan sehat dan
perilaku makan sehat. Mereka juga perlu memantau jajanan di lingkungan
terutama lingkungan sekolah karena banyak diketahui bahwa persepsi anak
tentang keamanan makanan tidak dipengaruhi keterpaparan informasi yang baik
48
tentang makanan sehat. Selain itu, orang tua sebaiknya lebih kreatif dalam
membuatkan makanan untuk bekal anak agar anak tidak jajan sembarangan.
Untuk pihak sekolah sebaiknya kantin sekolah menyediakan makanan jajanan
yang bervariasi dan kandungan gizi anak dapat tercukupi.
b. Pelayanan kesehatan
Sebaiknya lebih di tingkatkan kembali pengawasan kepada para penjual jajanan-
jajanan anak sekolah terutama yang berada di lingkungan sekolah, supaya anak
sekolah terhindar dari jenis-jenis jajanan yang mengandung bahan berbahaya dan
dapat terjamin kebersihannya.
c. Peneliti selanjutnya
Jika akan dilakukan penelitian serupa, sebaiknya dilakukan di lebih dari satu
sekolah agar informasi tentang pengetahuan makanan sehat pada anak usia
sekolah dapat lebih luas, peneliti selanjutnya dapat meneliti terhadap konsumsi
makanan sehat pada anak. Peneliti selanjutnya juga sebaiknya memiliki literatur
yang lebih bervariasi lagi terkait makanan sehat untuk menambah wawasan dan
pengetahuan.
49
DAFTAR PUSTAKA
Aprilia., B. (2011). Faktor yang Berhubungan dengan Pemilihan Makanan Jajanan pada
Anak Sekolah Dasar. Skripsi. Diambil kembali dari http://eprint.undip.ac.id
Asfawi., S., & Ainurahman, S. (2014). Analisis Perilaku Siswa Terhadap Kebiasaan Jajan di
Sekitar Sekolah. Semarang: Jurnal Visikes - Vol.11.
Bondika., A. (2014). Faktor yang Berhubungan Dasar Pemilihan Makanan Jajanan pada
Anak Sekolah. Jurnal Penelitian . Diambil kembali dari
http.//ejournal.almata.ac.id/index.php/iJND
Daniel., R. (2014). Faktor Yang Berhubungan dengan Perilaku Kebiasaan Jajan Anak
Sekolah Dasar. Jurnal Penelitian, edisi 06.
Hidayah, J. (2006). Pengetahuan Keamanan Pangan Penjual Makanan Jajanan di
Lingkungan Sekolah Kelurahan Wonodri Kecamatan Semarang Selatan Kota
Semarang. Jurnal Litbang Universitas Muhammadiyah Semarang, 1.
Irianto. (2007). Panduan Gizi Lengkap Keluarga dan Olahragawan. Yogyakarta: Andi
Offset.
Judarwanto. (2011). Perilaku Makan Anak Sekolah. Artikel Kesehatan.
Kristianto, Y. (2013). Faktor Determinan Pemilihan Makanan Jajanan Pada Siswa Sekolah
Dasar. Jurnal Penelitian.
Kurnia, N., Affifah, E., & Astiti,D. (2016). Kebiasaan Jajan dan pola makan serta
hubungannya dengan status gizi anak usia sekolah. Jurnal Gizi dan Dietetik Indonesia
- Vol.4. Diambil kembali dari http.//ejournal.almata.ac.id/index.php/Ijnd.:
http.//ejournal.almata.ac.id/index.php/Ijnd
Notoaatmodjo., S. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmodjo., S. (2010). Ilmu Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta.
Puspitasari. (2013). Kualitas Jajanan Siswa di Sekolah Dasar. Jurnal Al-Azhar Indonesia
Seri Sains dan Teknologi.
Putra. (2009). Gambaran Kebiasaan Jajan siswa di Sekolah. Semarang: Skripsi.
Setyawan., T. (2014). Satu Persepsi Pengawasan Jajanan Makanan Sehat di Sekolah.
Diambil kembali dari http://www.kpai.go.id/artikel/satu-persepsi-pengawasan-
jajanan-makanan-sehat-di-sekolah/.
Suci. (2009). Gambaran Perilaku Jajan Murid Sekolah Dasar di Jakarta. Dipetik 05 16,
2016, dari http://www.google.co.id/url?=http://psikobuana.com/doc/29-
38%2520jajan.
50
Lampiran 1 : Surat Ijin Penelitian
51
Lampiran 2 : Surat Selesai Penelitian
52
Lampiran 3 : Lembar Bimbingan Skripsi
53
54
Lampiran 4 : KUESIONER PENELITIAN
PENGETAHUAN SISWA
1. Nama Lengkap Siswa :
2. Tempat, Tanggal Lahir :
3. Usia :
4. Jenis Kelamin :
5. Kelas :
Petunjuk Pengisian silang (X) salah satu jawaban yang di anggap paling benar
PERTANYAAN PENELITIAN
I. Pengetahuan Makanan Sehat pada Anak
1. Apakah manfaat dari makan bagi tubuh kita?
1) Untuk sumber tenaga
2) Supaya badan sehat
3) Supaya senang
4) Supaya kenyang
2. jenis makanan sumber karbohidrat?
1) Nasi, Mie, Roti
2) Ayam, Ikan, Telur
3) Minyak, Margarin, Mentega
4) Tidak tahu
3. Jenis makanan sumber Protein ?
1) Nasi, Mie, Roti
2) Minyak, Margarin, Mentega
3) Ayam, ikan, Telur
4) Tidak tahu
55
4. Jenis makanan sumber lemak ?
1) Nasi, Mie, Roti
2) Ayam, Ikan, Telur
3) Margarin, Mentega, Minyak
4) Tidak tahu
5. Jenis makanan sumber vittamin dan mineral ?
1) Nasi, Mie, Roti
2) Pisang, pepaya, bayam
3) Ayam, ikan, Telur
4) Tidak tahu
6. Jenis makanan sumber serat ?
1) Nasi, Mie, Roti
2) Bayam, wortel, Tomat
3) Minyak, Mentega, Margarin
4) Tidak tahu
7. Makanan sehat adalah?
1) Makanan yang bersih dan bergizi
2) Makanan yang bersih
3) Murah harganya
4) Warnanya yang menarik
8. Penyakit yang sering timbul akibat mengkonsumsi makanan jajanan yang kurang
bersih ?
1) Kegemukan
2) Muntah & Diare (buang-buang air)
3) Gatal-gatal
56
4) Tidak tahu
II. Pertanyaan Tentang Perilaku Jajan pada Anak
1. Apakah adik suka jajan ?
1) Ya
2) Tidak
2. Jika jawaban adik “ya”, alasan apakah yang menyebabkan adik jajan?
1) Untuk mengisi perut, karena suka lapar pada waktu istirahat/bermain
2) Karena tidak sempat sarapan pada pagi hari
3) Rasa jajannya enak
4) Mengikuti teman
(bagi yang sudah menjawab nomor 2, langsung pindah pada pertanyaan nomor 4)
3. Jika jawaban adik “tidak”, alasan apakah yang menyebabkan adik tidak jajan?
1) Sudah membawa bekal makanan dari rumah
2) Sudah sarapan pada pagi hari
3) Rasa jajannya tidak enak
4) Harganya mahal
4. Apakah sebelum berangkat sekolah adik membisakan untuk sarapan Pagi lebih
dahulu ?
1) Tidak
2) Ya
5. Berapa kali adik jajan dalam sehari di sekolah ?
1) 1 kali
2) 2 kali
3) 3 kali
4) 4 kali atau lebih
57
6. Apakah adik suka membawa bekal ke sekolah?
1) Ya
2) Tidak
7. Jenis makanan jajanan apa yang paling sering Adik beli di sekolah?
1) Nasi bungkus, mie
2) Batagor, penthol , gorengan, cilok
3) Biskuit/ wafer, permen/ coklat, chiki (makanan ringan dalam kemasan)
8. Jenis minuman jajanan apa yang paling sering adik beli di sekolah?
1) Susu kotak/ es susu
2) Es cincau, jus buah/ es jeruk
3) Es sirup/ es teh/ es krim/ pop ice
4) Minuman kemasan
9. Kapan adik diberi uang saku / uang jajan?
1) Setiap hari
2) 1-2 kali dalam seminggu
3) 3-4 kali dalam seminggu
4) Tidak pernah
58
Lampiran 5 :
DATA PENGETAHUAN RESPONDEN
No NOMOR PERTANYAAN
1 2 3 4 5 6 7 8
1 1 1 3 3 3 2 2 2
2 1 3 4 3 2 1 2 2
3 1 1 2 3 2 2 1 2
4 2 3 3 3 2 2 1 2
5 1 1 2 2 2 1 1 2
6 1 1 3 2 2 1 1 2
7 2 2 3 3 2 2 2 2
8 1 1 3 3 2 2 1 2
9 1 1 3 3 2 2 1 2
10 2 3 1 2 1 3 2 2
11 1 1 3 3 2 2 1 2
12 1 1 3 3 2 2 1 2
13 1 1 3 3 2 2 1 2
14 2 1 3 2 2 3 2 2
15 1 1 3 3 2 2 1 2
16 1 1 3 3 2 2 1 2
17 2 1 2 3 3 2 2 2
18 2 2 2 3 1 3 1 2
19 1 1 2 3 1 3 1 2
20 1 2 2 3 1 2 1 2
21 1 3 2 2 2 1 1 2
22 2 2 1 2 1 3 1 2
23 1 2 3 3 2 3 1 2
24 2 1 2 3 2 2 1 2
25 1 3 3 2 1 3 2 2
26 1 2 3 3 3 1 1 2
27 2 1 3 3 2 3 1 2
28 1 3 2 2 2 2 2 2
29 1 1 3 3 2 2 1 2
30 1 1 3 3 2 2 1 2
31 2 3 2 3 2 3 2 2
32 1 1 3 3 2 2 1 2
33 1 1 3 3 2 2 1 2
34 2 3 3 2 3 3 2 2
35 1 1 3 3 2 2 1 2
36 1 1 3 3 2 2 1 2
37 1 1 3 3 2 2 2 2
38 2 3 1 2 3 2 1 2
39 1 1 3 3 2 2 2 2
40 2 3 3 3 1 2 2 2
59
41 1 3 3 3 2 2 2 2
42 1 1 3 3 2 2 2 2
43 2 1 3 2 2 2 1 2
44 2 1 3 1 2 2 1 2
45 1 1 3 3 2 2 2 2
46 2 3 3 2 2 2 1 2
47 1 1 3 3 2 2 2 2
48 2 2 3 3 3 2 1 2
49 1 1 3 3 3 2 2 2
50 2 2 3 3 3 1 2 2
51 1 2 3 3 2 3 2 2
52 1 1 3 3 2 2 2 2
53 1 2 2 3 3 2 1 2
54 2 3 3 2 3 2 2 2
55 1 3 3 2 2 3 2 2
56 1 1 3 3 2 2 2 2
57 2 2 3 3 3 2 1 2
58 1 3 2 3 2 2 2 2
59 1 1 3 3 2 2 1 2
60 2 3 2 3 2 3 1 2
60
Lampiran 6 :
DATA PERILAKU RESPONDEN
No NOMOR PERTANYAAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 2 1 1 1 1 1 1 1
2 1 2 2 3 2 2 1 1
3 1 1 2 3 2 1 1 1
4 1 1 2 2 2 2 1 1
5 1 1 2 3 2 3 2 1
6 2 2 1 1 2 3 2 1
7 1 1 2 3 2 2 4 1
8 1 1 2 2 2 3 4 1
9 2 1 1 1 1 3 1 1
10 1 3 2 3 2 2 1 1
11 2 2 1 1 1 2 1 1
12 2 2 1 1 1 2 1 1
13 1 3 2 3 2 2 1 1
14 1 3 1 2 2 2 2 1
15 2 2 1 1 1 1 2 1
16 1 1 2 3 2 1 2 1
17 1 1 2 3 2 2 1 1
18 2 1 1 1 1 1 1 1
19 2 1 1 1 1 2 1 1
20 1 1 2 3 2 1 4 1
21 1 3 2 2 2 2 4 1
22 1 2 1 3 2 2 4 1
23 1 1 2 2 2 2 2 1
24 2 2 1 1 2 2 4 1
25 2 2 1 1 1 2 1 1
26 2 2 1 1 1 2 1 1
27 2 2 1 1 1 1 2 1
28 1 2 2 3 2 2 2 1
29 1 1 1 3 2 1 2 1
30 2 1 1 1 1 3 1 1
31 1 2 2 3 2 2 1 1
32 2 2 1 1 2 3 1 1
33 1 3 2 2 2 2 1 1
34 1 3 2 3 2 3 2 1
35 2 1 1 1 1 3 1 1
36 1 1 2 3 2 3 1 1
37 1 2 1 2 2 3 1 1
38 1 1 1 3 2 2 3 1
39 1 1 1 2 2 2 2 1
40 2 2 1 1 1 3 3 1
61
41 2 1 1 1 1 2 2 1
42 1 2 2 2 2 2 3 1
43 2 2 1 1 1 3 3 1
44 2 2 1 1 1 2 2 1
45 1 1 2 2 2 1 2 1
46 2 2 1 1 1 3 2 1
47 2 2 1 1 2 2 2 1
48 2 1 1 1 1 3 2 1
49 1 1 2 2 2 2 2 1
50 1 1 1 2 2 1 2 1
51 2 2 1 1 1 1 2 1
52 2 1 1 1 1 1 2 1
53 2 1 1 1 1 1 2 1
54 2 2 1 1 1 2 1 1
55 2 2 1 1 1 2 3 1
56 1 3 2 2 2 2 1 1
57 1 3 1 2 2 3 1 1
58 2 2 1 1 1 3 3 1
59 1 1 2 2 2 3 2 1
60 2 1 1 1 1 2 3 1
62
Lampiran 7 :
HASIL REKAPITULASI DATA UMUM
No Nama Responden Jenis Kelamin Kode Usia Kode Kelas
1 NMP Perempuan 2 8 Th 1 4
2 RM Laki-laki 1 10 Th 3 5
3 TNM Perempuan 2 8 Th 1 4
4 DS Perempuan 2 8 Th 1 4
5 SA Perempuan 2 8 Th 1 4
6 MR Laki-laki 1 10 Th 3 5
7 TA Perempuan 2 10 Th 3 5
8 DA Laki-laki 1 11 Th 4 5
9 MAR Laki-laki 1 10 Th 3 5
10 MRP Laki-laki 1 10 Th 3 5
11 AGZ Laki-laki 1 8 Th 1 4
12 LUTFI Laki-laki 1 8 Th 1 5
13 YG Perempuan 2 10 Th 3 4
14 DA Perempuan 2 10 Th 3 5
15 IG Laki-laki 1 8 Th 1 4
16 AL Perempuan 2 10 Th 3 5
17 MHA Laki-laki 1 11 Th 4 5
18 AE Laki-laki 1 8 Th 1 4
19 DL Perempuan 2 12 Th 5 6
20 KA Perempuan 2 10 Th 3 5
21 AN Perempuan 2 12 Th 5 6
22 RTZ Perempuan 2 10 Th 3 5
23 DH Perempuan 2 12 Th 5 6
24 EA Perempuan 2 8 Th 1 4
25 IBJ Laki-laki 1 10 Th 3 5
26 FIRDIAN Laki-laki 1 10 Th 3 5
27 AL Laki-laki 1 11 Th 4 5
28 HA Laki-laki 1 11 Th 4 5
29 MRA Laki-laki 1 11 Th 4 6
30 MA Perempuan 2 12 Th 5 6
31 AB Perempuan 2 11 Th 4 5
32 LPR Perempuan 2 8 Th 1 4
33 AG Perempuan 2 8 Th 1 4
34 MIH Laki-laki 1 10 Th 3 5
35 MF Perempuan 2 10 Th 3 5
36 FMB Perempuan 2 9 Th 2 4
37 AR Perempuan 2 10 Th 3 5
38 NF Laki-laki 1 9Th 2 4
63
39 KH Laki-laki 1 9Th 2 4
40 AR Perempuan 2 9 Th 2 4
41 DA Laki-laki 1 9 Th 2 4
42 TH Laki-laki 1 9 Th 2 4
43 SYAWAL Laki-laki 1 12 Th 5 6
44 MY Laki-laki 1 12 Th 5 6
45 SP Laki-laki 1 12 Th 5 6
46 NDL Perempuan 2 9 Th 2 5
47 GP Laki-laki 1 11 Th 4 5
48 MH Laki-laki 1 12 Th 5 6
49 RR Laki-laki 1 11 Th 4 5
50 DDM Laki-laki 1 12 Th 5 6
51 MN Laki-laki 1 9 Th 2 4
52 NA Perempuan 2 9 Th 2 4
53 AY Laki-laki 1 11 Th 4 5
54 KHOIRUL Laki-laki 1 9 Th 2 6
55 YSS Perempuan 2 12 Th 5 6
56 AP Laki-laki 1 12 Th 5 6
57 SM Perempuan 2 12 Th 5 5
58 RS Laki-laki 1 9 Th 2 4
59 LP Perempuan 2 12 Th 5 6
60 AK Laki-laki 1 12 Th 5 6
64
Lampiran 8 :
65
66
Karakteristik responden :
67
68
Lampiran 9 :
DOKUMENTASI
69